pengolahan crusher freeport

21
A. JUDUL “KAJIAN TEKNIS PEREMUK BATUAN PADA UNIT PENGOLAHAN BIJIH EMAS DAN TEMBAGA UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI DAN PEMENUHAN TARGET PENGOLAHAN BERIKUTNYA DI PT.FREEPORT INDONESIA UNIT PENAMBANGAN EMAS DAN TEMBAGA DI PAPUA” B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL Unit pengolahan memegang peranan penting dalam kelangsungan usaha pertambangan, karena unit pengolahan merupakan salah satu penentu dari kualitas produk yang dihasilkan. Pengolahan bijih emas dan tebaga yang dilakukan PT. FREEPORT INDONESIA adalah untuk pengecilan ukuran material dengan jalan peremukan. Tetapi dalam prakteknya banyak kendala yang dihadapi, salah satunya adalah sering terjadinya kemacetan pada saat proses peremukan. Sehingga pada akhirnya sasaran produksi yang diharapkan tidak dapat terpenuhi, ukuran material yang tidak sesuai dengan yang disyaratkan untuk unit pengolahan berikutnya serta kurang produktif dan efisiennya kegiatan di unit peremukan. Berdasarkan alasan tersebut di atas maka penyusun memilih judul “KAJIAN TEKNIS PEREMUK BATUAN PADA UNIT PENGOLAHAN BIJIH EMAS DAN TEMBAGA UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI DAN PEMENUHAN TARGET PENGOLAHAN BERIKUTNYA DI PT. FREEPORT INDONESIA ”.

Upload: reynaldo-frastin-pasang

Post on 13-Dec-2014

53 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

all abou crusher

TRANSCRIPT

Page 1: Pengolahan Crusher Freeport

A. JUDUL

“KAJIAN TEKNIS PEREMUK BATUAN PADA UNIT PENGOLAHAN BIJIH

EMAS DAN TEMBAGA UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI DAN

PEMENUHAN TARGET PENGOLAHAN BERIKUTNYA DI PT.FREEPORT

INDONESIA UNIT PENAMBANGAN EMAS DAN TEMBAGA DI PAPUA”

B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL

Unit pengolahan memegang peranan penting dalam kelangsungan usaha

pertambangan, karena unit pengolahan merupakan salah satu penentu dari kualitas

produk yang dihasilkan.

Pengolahan bijih emas dan tebaga yang dilakukan PT. FREEPORT INDONESIA

adalah untuk pengecilan ukuran material dengan jalan peremukan. Tetapi dalam

prakteknya banyak kendala yang dihadapi, salah satunya adalah sering terjadinya

kemacetan pada saat proses peremukan. Sehingga pada akhirnya sasaran produksi yang

diharapkan tidak dapat terpenuhi, ukuran material yang tidak sesuai dengan yang

disyaratkan untuk unit pengolahan berikutnya serta kurang produktif dan efisiennya

kegiatan di unit peremukan.

Berdasarkan alasan tersebut di atas maka penyusun memilih judul “KAJIAN

TEKNIS PEREMUK BATUAN PADA UNIT PENGOLAHAN BIJIH EMAS DAN

TEMBAGA UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI DAN PEMENUHAN TARGET

PENGOLAHAN BERIKUTNYA DI PT. FREEPORT INDONESIA ”.

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dilakukannya penelitian pada unit peremuk di PT. FREEPORT

INDONESIA adalah :

1. Menentukan produksi teoritis dan produksi nyata dari unit pengolahan saat ini

2. Menentukan jam kerja efektif dari unit pengolahan saat ini

3. Menentukan produksi maksimum dari unit pengolahan untuk meningkatkan produksi

nyata saat ini

Page 2: Pengolahan Crusher Freeport

4. Menganalisa hambatan-hambatan yang terjadi pada unit pengolahan, khususnya

sering terjadinya kemacetan pada proses peremukan.

D. PERUMUSAN MASALAH

Pengecilan ukuran material merupakan kegiatan awal yang umumnya dilakukan

dalam pengolahan suatu bahan galian. Tetapi banyak permasalahan yang dihadapi dalam

kegiatan tersebut, yang meliputi :

1. Kapasitas Desain dan Kapasitas Nyata

Kapasitas desain adalah kemampuan produksi yang seharusnya dapat dicapai oleh

unit pengolahan, sedangkan kapasitas nyata adalah kemampuan produksi sesungguhnya

dari unit pengolahan berdasarkan sistem produksi yang diterapkan. Kapsitas desain

dapat diketahui dari spesifikasi alat yang diterapkan oleh pabrik pembuatnya, sedangkan

kapasitas nyata dapat diperoleh dari perhitungan hasil produksi pada unit pengolahan.

2. Jam Kerja Efektif

Jam kerja efektif adalah banyaknya jam kerja pada unit pengolahan sesungguhnya

dibandingkan dengan jam kerja yang seharusnya dicapai oleh unit pengolahan. Jam kerja

efektif berguna untuk menentukan tingkat produktifitas dan efektifitas dari suatu

pekerjaan yang dilakukan, dalam hal ini adalah pada unit pengolahan.

3. Hambatan-Hambatan yang Dihadapi

Kendala atau permasalahan-permasalahan yang dihadapi pada unit pengolahan akan

menyebabkan kegiatan pada unit pengolahan berjalan kurang produktif dan efisien

sehingga sasaran produksi yang telah ditentukan tidak dapat terpenuhi. Salah satu

masalah adalah seringnya terjadi kemacetan pada proses peremukan, ini dapat terjadi

karena kondisi material dan alat itu sendiri. Oleh karena itu jika permasalahan yang ada

dapat dihilangkan atau paling tidak dikurangi, maka kegiatan pada unit pengolahan akan

berjalan lebih produktif dan efisien.

Page 3: Pengolahan Crusher Freeport

E. PENYELESAIAN MASALAH

Dalam menyelesaikan masalah pada unit peremuk pada pengolahan emas PT

FREEPORT INDONESIA, penyusun menggunakan perhitungan-perhitungan yang

bersumber dari literatur-literatur yang ada. Sebagian besar permasalahan yang ada pada

unit pengolahan diselesaikan berdasarkan pada data produksi dan waktu kerja unit

pengolahan. Oleh karena itu informasi mengenai data produksi unit pengolahan sangat

penting, selain itu data spesifikasi alat, jam kerja pada unit pengolahan, kegiatan

penambangan dan kondisi material hasil penambangan juga diperlukan sebagai data

untuk pengolahan lebih lanjut.

Analisa-analisa yang dilakukan lebih dititik beratkan pada pengolahan data hasil

produksi unit pengolahan. Sedangkan pengamatan dan pengukuran dilakukan untuk

data-data jam kerja unit pengolahan, kondisi alat, proses penambangan serta kondisi

material hasil penambangan dan pengolahan. Sehingga pada akhirnya diharapkan ruang

lingkup penelitian tidak akan terlalu kompleks dan data yang diperoleh akan lebih

mudah untuk dipahami.

F. DASAR TEORI

Peremukan material dimaksud untuk memperkecil ukuran material agar dapat

digunakan pada proses berikutnya. Kegiatan peremukan memerlukan beberapa

peralatan, yaitu hopper, grizzly, mesin peremuk, ayakan, ban berjalan dan peralatan

tambahan lain yang saling berkaitan.

1. Kegiatan Unit Peremuk

Untuk memperkecil material hasil penambangan yang umumnya masih berukuran

bongkah digunakan alat peremuk. Mula-mula material hasil penambangan masuk

melalui hopper yang kemudian diterima vibrating grizzly sebelum masuk ke dalam

mesin peremuk. Hasil dari peremukan kemudian dilakukan pengayakan yang akan

menghasilkan dua macam produk yaitu produk yang lolos ayakan yang disebut

undersize yang merupakan produk yang akan diolah lebih lanjut dan material yang tidak

Page 4: Pengolahan Crusher Freeport

lolos ayakan yang disebut oversize yang merupakan produkta yang akan dikembalikan

lagi ke dalam mesin peremuk melalui ban berjalan.

ROM

Hopper

Produk Vibrating Grizzly

Undersize (-) Oversize (+)

Alat Peremuk

(Jaw Crusher)

Screen

Produk

Kegiatan Pada Unit Peremuk

2. Peralatan Pada Unit Peremuk

Peralatan-peralatan yang biasanya digunakan pada unit peremuk adalah sebagai

berikut :

a. Hopper

Hopper adalah alat pelengkap pada rangkaian unit peremuk yang berfungsi sebagai

tempat penerima material umpan yang berasal dari lokasi penambangan sebelum

material tersebut masuk ke dalam alat peremuk.

Page 5: Pengolahan Crusher Freeport

b. Vibrating Grizzly

Merupakan susunan batang-batang baja yang membentuk ukuran lubang bukaan

tertentu. Vibrating Grizzly berfungsi sebagai pengumpan mesin peremuk, juga untuk

memisahkan material umpan yang sudah memenuhi ukuran yang diharapkan. Dengan

adanya alat ini maka material umpan yang telah memenuhi ukuran produk tidak perlu

dilakukan pengecilan ukuran lagi. Produksi teoritis vibrating grizzly didasarkan pada

rumus :

K = T x L x V x Bi

dimana :

K = Produksi nyata vibrating grizzly (ton/jam)

T = Tebal material pada vibrating grizzly (m)

L = Lebar grizzly (m)

V = Kecepatan vibrating grizzly (m/jam)

Bi= Bobot isi material (ton/m3)

c. Alat Peremuk Jaw Crusher

Jaw crusher terdiri dari dua tipe yaitu blake dan dodge. Alat peremuk jaw crusher

dalam prinsip kerjanya adalah alat ini memiliki 2 buah rahang dimana salah satu rahang

diam dan yang satu dapat digerakan, sehingga dengan adanya gerakan rahang tadi

menyebabkan material yang masuk ke dalam kedua sisi rahang akan mengalami proses

penghancuran. Material yang masuk diantara dua rahang akan mendapat jepitan atau

kompresi. Ukuran material hasil peremukan tergantung pada pengaturan mulut

pengeluaran (setting), yaitu bukaan maksimum dari mulut alat peremuk. Produk

peremukan akan berukuran 85 % minus ukuran bukaan maksimum, sedangkan ukuran

umpan masuk adalah 85 % x gape.

Kapasitas mesin peremuk jaw crusher dibedakan menjadi kapasitas desain dan

kapasitas nyata. Kapasitas desain merupakan kemampuan produksi yang seharusnya

dicapai oleh mesin peremuk tersebut, sedang kapasitas nyata merupakan kemampuan

Page 6: Pengolahan Crusher Freeport

produksi mesin peremuk sesungguhnya yang didasarkan pada sistem produksi yang

diterapkan. Kapasitas desain diketahui dari spesifikasi yang dibuat oleh pabrik pembuat

mesin peremuk dan kapasitas nyata didapatkan dengan cara pengambilan conto produk

yang dihasilkan.

d. Ayakan Getar

Adalah alat yang digunakan untuk memisahkan ukuran material hasil proses

peremukan berdasarkan besarnya bukaan pada ayakan tersebut yang dinyatakan dengan

mesh. Pengertian mesh adalah jumlah lubang bukaan yang terdapat dalam 1 inchi

panjang. Kapasitas dari ayakan dihitung dengan menggunakan rumus seperti pada

vibrating grizzly. Proses pengayakan dipengaruhi oleh faktor-faktor :

- lamanya waktu pengayakan

- banyaknya material halus dalam umpan

- kandungan air dalam material

- bentuk dari lubang ayakan

Untuk menghitung efisiensi dari ayakan diperoleh dari perbandingan antara berat

material yang benar-benar lolos ayakan dengan berat material yang seharusnya lolos

ayakan. Efisiensi dinyatakan dalam persen.

e. Ban Berjalan

Ban berjalan merupakan alat angkut pada unit peremukan yang berfungsi untuk

mengembalikan material hasil peremukan yang tidak lolos ayakan untuk dilakukan

proses peremukan lagi. Ban berjalan digerakkan oleh motor penggerak yang dipasang

pada head pulley. Ban berjalan akan kembali ke tempat semula karena di belokkan oleh

pulley awal dan pulley akhir. Material yang didistribusikan melalui pengumpan akan

dibawa oleh ban berjalan dan berakhir pada head pulley. Pada saat proses kerja di unit

peremuk dimulai, ban berjalan harus bergerak lebih dulu sebelum alat peremuk bekerja.

Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kelebihan muatan (over load) pada ban

berjalan.

Page 7: Pengolahan Crusher Freeport

Faktor-faktor yang berpengaruh pada pemakaian ban berjalan adalah :

- Sifat fisik dan keadaan material

- Keadaan topografi

- Jarak pengangkutan

- Produksi

Dalam menghitung kapasitas teoritis harus ditentukan luas penampang melintang

muatan di atas ban berjalan, yaitu :

A = K ( 0,9 B – 0,05 )2

dimana :

A = luas penampang melintang muatan di atas ban berjalan ( m2 )

K = koefisien dari luas penampang melintang di atas ban berjalan dan harganya

tergantung harga trough angle dan surcharge angle

B = lebar ban berjalan ( m )

Sedangkan kapasitas teoritis ban berjalan dihitung dengan :

Qt = 60 x A x V x Bi x S

dimana :

Qt = kapasitas teoritis ban berjalan (ton / jam)

A = luas penampang melintang muatan di atas ban berjalan ( m2 )

V = kecepatan ban berjalan (m / menit)

Bi = bobot isi material yang diangkut (ton / jam)

S = koefisien harga yang dipengaruhi kemiringan ban berjalan

3. Neraca Bahan

Neraca bahan berguna untuk memperkirakan berapa konsentrat dan tailing akan

diperoleh dari sejumlah umpan yang dimasukkan ke dalam alat peremuk. Untuk mencari

neraca bahan dirumuskan dengan :

Page 8: Pengolahan Crusher Freeport

F = C + T

dimana :

F = umpan (ton)

C = konsentrat (ton)

T = tailing (ton)

4. Recovery

Recovery adalah perbandingan antara berat konsentrat dibandingkan dengan berat

umpan. Recovery berguna untuk mengetahui perolehan atau hasil dari suatu proses

peremukan yang dinyatakan dalam persen.

C

R = x 100 %

F

dimana :

R = recovery (%)

C = konsentrat (ton)

F = umpan (ton)

5. Reduction Ratio

Reduction ratio sangat menentukan keberhasilan suatu peremukan, karena besar

kecilnya nilai reduction ratio ditentukan oleh kemampuan alat peremuk untuk

mengecilkan ukuran material yang akan diremuk. Untuk itu harus dilakukan pengamatan

terhadap tebal material umpan maupun tebal material produk.

Reduction ratio adalah perbandingan ukuran terbesar umpan dengan ukuran terbesar

produk. Pada primary crushing besarnya reduction ratio adalah 4 – 7 dan pada

secondary crushing besarnya reduction ratio adalah 7 – 20. Besarnya reduction ratio

merupakan batasan agar kerja alat efektif.

Page 9: Pengolahan Crusher Freeport

tF w F

RL = =

tP wP

dimana :

RL = limiting reduction ratio

tF = tebal umpan (cm)

tP = tebal produk (cm)

wF = lebar umpan (cm)

wP = lebar produk (cm)

6. Kesediaan Alat Peremuk

Adalah pengertian yang dapat menunjukkan keadaan alat mekanis tersebut, misalnya

kesediaan fisik dan efektivitas penggunaannya yang menyatakan apakah jam kerja alat

tercapai sesuai dengan yang diharapkan atau tidak.

a. Mechanical Availability

Adalah cara untuk mengetahui kondisi alat yang sesungguhnya dari alat yang

sedang digunakan.

W

MA = x 100 %

W + R

dimana :

W = jumlah jam kerja alat tanpa mengalami kerusakan

R = jumlah jam perbaikan

b. Physical Availability

Adalah berguna untuk menunjukkan ketersediaan keadaan fisik alat yang sedang

digunakan.

Page 10: Pengolahan Crusher Freeport

W + S

PA = x 100 %

W + R + S

dimana :

S = jumlah jam alat tidak dapat digunakan tapi tidak mengalami kerusakan

W + R + S = seluruh jam kerja dimana alat dijadwalkan untuk dioperasikan

c. Use of Availability

Menunjukkan persen waktu yang digunakan alat untuk beroperasi pada saat alat

dapat digunakan.

W

UA = x 100 %

W + S

dimana :

UA = memperlihatkan efektivitas alat yang tidak sedang rusak dapat dimanfaatkan.

d. Effektive Utilization (Eut)

Cara menunjukkan berapa persen seluruh waktu kerja yang dapat dimanfaatkan

untuk kerja produktif.

W

Eut = x 100 %

W + R + S

f. Effektifitas Penggunaan

Untuk mengetahui tingkat penggunaan alat peremuk dan kemampuan yang bisa

dicapai.

Page 11: Pengolahan Crusher Freeport

Kapasitas nyata

Ep = x 100 %

Kapasitas desain

g. Waktu Produksi Effektif

Perbandingan antara waktu produksi sesungguhnya dengan waktu produksi

seharusnya.

G. METODOLOGI PENELITIAN

Dalam menyelesaikan permasalahan peremuk di unit pengolahan emas PT. ANEKA

TAMBANG UNIT PENAMBANGAN EMAS PONGKOR, penyusun menggabungkan

antara teori dengan data-data lapangan. Sehingga dari keduanya didapatkan pendekatan

penyelesaian masalah. Adapun urutan pekerjaan penelitian adalah :

1. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang

kegiatan penelitian, yang diperoleh dari :

- Instansi terkait

- Perpustakaan

- Grafik dan Tabel

- Informasi penunjang lainnya.

2. Penelitian Di Lapangan

Penelitian di lapangan ditujukan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan

secara langsung di lapangan. Pengambilan data dilakukan dengan pengamatan dan

pengukuran. Pengamatan dilakukan untuk data kegiatan penambangan dan kondisi

material hasil penambangan. Sedangkan data hasil pengukuran dilakukan pada :

- Produksi pada unit pengolahan

- Jam kerja pada unit pengolahan

Page 12: Pengolahan Crusher Freeport

- Kondisi alat pada saat ini

- Kondisi material sebelum dan sesudah proses pengolahan

3. Pengolahan Data

Pengolahan data hasil penelitian dilakukan dengan perhitungan berdasarkan teori

yang ada dan data hasil penelitian.

a. Perhitungan Produksi

Perhitungan hasil produksi didapatkan dari rumus-rumus :

- Neraca bahan

- Recovery

- Reduction Ratio

b. Jam Kerja

Perhitungan jam kerja yang meliputi jam kerja alat dan operator didapatkan dengan

pengukuran langsung di unit pengolahan dan rumus-rumus yang ada.

c. Kondisi Alat

Untuk kondisi alat pengolahan dilakukan dengan pengamatan keadaan alat secara

langsung dan kondisi secara teoritis dengan menggunakan rumus yang ada.

d. Kondisi Material

Untuk mengetahui tentang kondisi material sebelum dan setelah pengolahan

dilakukan dengan pengamatan langsung dan pengukuran untuk ukuran material.

4. Kesimpulan

Kesimpulan didapat setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan data yang

dilakukan dengan permasalahan yang diteliti. Dalam menyimpulkan hasil penelitian

harus mempertimbangkan berbagai aspek terkait, misalnya proses penambangan, kondisi

Page 13: Pengolahan Crusher Freeport

alat, operator, keadaan alam dan faktor-faktor lain yang mungkin berpengaruh. Hal-hal

yang dicantumkan dalam kesimpulkan antara lain :

- Produksi desain dan produksi nyata alat

- Jam kerja alat dan operator

- Kondisi alat dan material

- Produksi dan waktu produksi efektif

- Hambatan-hambatan yang ada dan alternatif pemecahannya.

Page 14: Pengolahan Crusher Freeport

H. RENCANA DAFTAR ISI

Dalam penelitian tentang teknis perermuk pada pengolahan emas di pongkor ini,

penyusun merencanakan daftar isi sebagai berikut :

KATA PENGANTAR

RINGKASAN

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

BAB

I. PENDAHULUAN

II. TINJAUAN UMUM

2.1 Sejarah Singkat PT. FREEPORT INDONESIA

2.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah

2.3 Geologi Daerah Penambangan

2.4 Iklim dan Curah Hujan

II. DASAR TEORI

2.1 Kegiatan Di Unit Peremuk

2.2 Peralatan Yang Dipergunakan

2.3 Neraca Bahan

2.4 Recovery

2.5 Reduction Ratio

2.6 Kesediaan Alat Peremuk

III PERSIAPAN PEREMUKAN

3.1 Proses Penambangan

Page 15: Pengolahan Crusher Freeport

3.2 Kesediaan Alat Pada Unit Peremuk

IV. PROSES PEREMUKAN

4.1 Kondisi Fisik Batuan Umpan

4.2 Kondisi Fisik Batuan Produk

4.3 Neraca Bahan

4.4 Recovery

4.5 Reduction Ratio

4.6 Produksi Nyata Unit Peremuk

V. PEMBAHASAN

5.1 Penentuan Ukuran Umpan

5.2 Setting Alat Unit Peremuk

5.3 Hasil Proses Peremukan

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

6.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: Pengolahan Crusher Freeport

DAFTAR PUSTAKA

Gaudin, AM, Principles of Mineral Dressing, Mc. Graw Hill Book Company Inc, New

York, 1939.

Hartman, HL, Introductory Mining Engineering, A Wiley-Interscience Publication, John

Willey and Sons, New York, 1987.

Pryor A. EJ, Reader In Mineral Dressing University of London, Mining Publication,

Salisbury House, London.

Taggart AF, Hand Book of Mineral Dressing, John Willey and Sons, New York, 1987.