preeklampsia
DESCRIPTION
preeklampsiaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan status gizi
dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan
kesehatan terutama untuk ibu hamil, melahirkan dan masa nifas. Penyebab
tingginya angka kematian ibu juga terutama disebabkan karena faktor non
medis yaitu faktor ekonomi, sosial budaya, demografi serta faktor agama.
Sebagai contoh banyak kaum ibu yang menganggap kehamilan sebagai
peristiwa alamiah biasa padahal kehamilan merupakan peristiwa yang luar
biasa sehingga perhatian terhadap kesehatan ibu hamil harus diperhatikan.
Rendahnya pengetahuan ibu terhadap kesehatan reproduksi
dan pemeriksaan kesehatan selama kehamilan juga menjadi sebab tingginya
kematian ibu selain pelayanan dan akses mendapatkan pelayanan kesehatan
yang buruk. (Ketut Sudhaberata,2006)
World Health Organization (WHO) memperkirakan 585.000
perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan, proses
kelahiran dan aborsi yang tidak aman. Sekitar satu perempuan
meninggal setiap menit. (WHO,2004)
Negara-negara di Asia termasuk Indonesia adalah negara
dimana warga perempuannya memiliki kemungkinan 20-60 kali lipat
dibanding negara-negara Barat dalam hal kematian ibu karena persalinan
dan komplikasi kehamilan. Di negara-negara yang sedang
berkembang, angka kematian ibu berkisar 350 per 10.000 kematian. Angka
kematian ibu di Indonesia adalah 470 per 100.000 kelahiran. Angka
yang sangat mengkhawatirkan karena meningkat dari angka yang tercatat
peda beberapa tahun sebelumnya. Pada tahun 1997, AKI mencapai 397
orang per 100.000 kelahiran yang berarti bertambah sekitar 73 orang.
1
Data menunjukkan sebagian besar kematian terjadi pada masyarakat
miskin dan mereka yang tinggal jauh dari Rumah Sakit. Penyebab kematian
ibu yang utama adalah perdarahan, eklampsia, partus lama, komplikasi
aborsi, dan infeksi. Kontribusi dari penyebab kematian ibu tersebut
masing-masing adalah perdarahan 28 %, eklampsia 13 %, aborsi yang
tidak aman 11%, serta sepsis 10 %. Salah satu penyebab kematian tersebut
adalah Preeklampsia dan eklampsia yang bersama infeksi dan pendarahan,
diperkirakan mencakup 75 - 80 % dari keseluruhan kematian maternal.
Kejadian preeklampsi - eklampsi dikatakan sebagai masalah kesehatan
masyarakat apabila CFR PE-E mencapai 1,4%-1,8%. (Zuspan F.P, 1978 dan
Arulkumaran ,1995)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui mengenai
preeklampsia.
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Menjelaskan pengertian preeklampsia
2) Menjelaskan penyebab preeklampsia
3) Menjelaskan patofisiologi preeklampsia
4) Menjelaskan epidemiologi preeklampsia
5) Menjelaskan manifestasi klinik preeklampsia
6) Menjelaskan klasifikasi preeklampsia
7) Menjelaskan diagnosa preeklampsia
8) Menjelaskan pemeriksaan penunjang preeklampsia
9) Menjelaskan penatalaksanan preeklampsia
10) Menjelaskan pencegahan preeklampsia
11) Menjelaskan komplikasi preeklampsia
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.3 Pengertian
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda – tanda hipertensi, edema
dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya timbul
pada tri wulan ke tiga kehamilan, tetapi dapat sebelumnya, misalnya karena
mola hidatidosa. (Winknjosastro.1977 ; 282).
Preeklampsia adalah keadaan dimana hipertensia disertai dengan
proteinuria, edema atau kedua- duanya yang terjadi akibat kehamilan setelah
minggu kedua puluh, atau kadang – kadang timbul lebih awal bila terdapat
perubahan hidatidiformis yang luas pada vilikoralis (Cunningham, 1995 :
773)
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan. (Kapita Selekta Kedokteran edisi ke-3).
1.4 Penyebab
Preeklamsi sering terjadi pada kehamilan pertama dan pada wanita yang
memiliki sejarah preeklamsi di keluarganya. Wanita dengan tekanan darah
tinggi atau memiliki gangguan ginjal sebelum hamil juga beresiko tinggi
mengalami preeklamsi. Penyebab sesungguhnya masih belum di ketahui
(www.kalbe.co.id, diaskes 21 april 2008)
Ada beberapa teori menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan
tersebut di atas, sehingga kelainan ini sering di kenal sebagai the disease of
theory (Zweifel, 1916). Adapun teori – teori tersebut antara lain:
3
Faktor predisposisi:
1. Primigravida atau multipara, terutama pada umur reproduksi
eksterm, yaitu remaja dan umur 35 tahun ke atas.
2. Multigravida dengan kondisi klinis:
a) Kehamilan ganda dan hidrops fetalis
b) Penyakit vaskuler termasuk hipertensi esensial kronik dan
diabetes mellitus
c) Penyakit ginjal
3. Hiperplasentosis
4. Riwayat keluarga pernah Preeklamsi dan eklamsi
5. Obesitas dan hidramion
6. Gizi yan kurang dan anemi
7. Kasus – kasus dengan asam urat yang tinggi, defisiensi kalsium,
defisiensi asam lemak tidak jenuh kurang anti oksidan.
Penyebab lain yang diperkirakan dapat menyebabkan Pre Eklamsia
adalah :
- Kelainan aliran darah menuju rahim.
- Kerusakan pembuluh darah.
- Masalah dengan sistem ketahanan tubuh.
- Diet atau konsumsi makanan yang salah.
Namun jika tidak ditangani secara tepat dan cepat, preeklampsia akan
segera berubah menjadi eklamsia yang berakibat fatal pada bayi dan ibu,
yaitu infeksi dan perdarahan yang menyebabkan kematian.
4
1.5 Patofisiologi
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola
glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya
sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua
arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik
sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat
dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh
penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui
sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat
disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus
(Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199).
Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami
peningkatan respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti
prostaglandin, tromboxan) yang dapat menyebabkan vasospasme dan
agregasi platelet. Penumpukan trombus dan perdarahan dapat mempengaruhi
sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit syaraf lokal
dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi
glomelurus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler
menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi
terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume intavaskuler,
meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan tahanan pembuluh perifer.
Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan
trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim
(Michael,2005).
Perubahan pada organ :
1. Perubahan kardiovaskuler
Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada
preeklampsia dan eklampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya
berkaitan dengan peningkatan afterload jantung akibat hipertensi, preload
jantung yang secara nyata dipengaruhi oleh berkurangnya secara
5
patologis hipervolemia kehamilan atau yang secara iatrogenik
ditingkatkan oleh larutan onkotik / kristaloid intravena, dan aktifasi
endotel disertai ekstravasasi kedalam ekstravaskuler terutama paru
(Cunningham,2003).
2. Metablisme air dan elektrolit
Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia
tidak diketahui penyebabnya . jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih
banyak pada penderita preeklampsia dan eklampsia dari pada wanita
hamil biasa atau penderita dengan hipertensi kronik. Penderita
preeklampsia tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna air dan garam
yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun,
sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah. Elektrolit,
kristaloid, dan protein tidak mununjukkan perubahan yang nyata pada
preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam serum
biasanya dalam batas normal (Trijatmo,2005).
3. Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah.
Selain itu dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema
intraokuler dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi
kehamilan. Gejala lain yang menunjukkan pada preeklampsia berat yang
mengarah pada eklampsia adalah adanya skotoma, diplopia dan
ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adaanya perubahan peredaran darah
dalam pusat penglihatan dikorteks serebri atau didalam retina
(Rustam,1998).
4. Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan
anemia pada korteks serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat
ditemukan perdarahan (Trijatmo,2005).
5. Uterus
Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan
pada plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena
kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada preeklampsia dan
6
eklampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap
rangsangan, sehingga terjad partus prematur.
6. Paru2
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya
disebabkan oleh edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis.
Bisa juga karena aspirasi pnemonia atau abses paru (Rustam, 1998).
1.6 Epidemiologi Preeklampsia
a) Frekuensi Preeklampsia
Di Indonesia frekuensi kejadian Preeklampsia sekitar 3-10%
(menurut Triadmojo, 2003) sedangkan di Amerika serikat dilaporkan
bahwa kejadian Preeklampsia sebanyak 5% dari semua kehamilan (23,6
kasus per 1.000 kelahiran). (menurut Dawn C Jung, 2007).
Pada primigravida frekuensi Preeklampsia lebih tinggi bila
dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda, pada
(tahun 2000) mendapatkan angka kejadian Preeklampsia dan eklamsia di
RSU Tarakan Kalimantan Timur sebesar 74 kasus (5,1%) dari 1413
persalinan selama periode 1 Januari 2000 sampai 31 Desember 2000,
dengan Preeklampsia sebesar 61 kasus (4,2%) dan eklamsia 13 kasus
eklamsia 13 kasus (0,9%). Dari kasus ini terutama dijumpai pada usia 20-
24 tahun dengan primigravida (17,5%).
b) Faktor Risiko Preeklampsia
Riwayat Preeklampsia
Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibody
penghambat (blocking antibodies) belum sempurna sehingga
meningkatkan resiko terjadinya Preeklampsia
Kegemukan
Kehamilan ganda, Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita
yang mempunyai bayi kembar atau lebih.
Riwayat penyakit tertentu. Penyakit tersebut meliputi hipertensu
kronik, diabetes, penyakit ginjal atau penyakit degenerate seperti
reumatik arthritis atau lupus.
7
1.7 Manifestasi Klinik
Dua gejala yang sangat penting pada per-eklamsia , yaitu hipertensi
dan proteinuria merupakan yang biasanya tidak disadari wanita hamil.
a) Tekanan darah
Peningkatan tekanan darah ,merupakan tanda peringatan awal yang
penting pada pre-eklamsia. Tekanan diastolik merupakan tanda
prognostic yang lebih handal dibandingkan dengan tekanan sistolik .
Tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih yang menetap
menunjukan keadaan abnormal .
b) Kenaikan berat badan
Peningkatan berat badan( BB) yang tiba – tiba dapat mendahului
serangan pre – eklamsia dan kenaikan berat badan ( BB) yang
berlebihan merupakan tanda pertama pre- eklamsia pada sebagian
wanita. Peningkatan BB normal adalah 0,5 kg perminggu. Bila 1 kg
dalam seminggu maka mungkin terjadinya pre- eklamsia harus
dicurigai. Peninggkatan BB terutama disebabkan karena retensi cairan
dan selalu dapat ditimbulkan sebelum timbul gejala edema yang terlihat
jelas seperti kelopak mata yang membengkak atau jari tangan yang
membesar.
c) Proteinuria
Pada pre-eklamsi ringan proteinuria hanya minimal positif satu atau
positif dua atau tidak ada sama sekali. Pada kasus berat proteinuria
dapat ditemukan dan dapat mencapai 10 gr/lt. Proteinuria hamper selalu
timbul kemudian, dibandingkan hipertensi dan kenaikan BB yang
berlebihan.
1.8 Klasifikasi
Preeklampsia dapat berkembang dari Preeklampsia yang ringan sampai
Preeklampsia yang berat (geogre, 2007). Preeklampsia terbagi atas 2 bagian,
yaitu :
a) Preeklampsia ringan, bila disertai dengan keadaan sebagai berikut :
8
Tekanan darah 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval
pelaksanaan 6 jam.
Tekanan darah diastolic 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval
pelaksanaan 6 jam.
Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu
Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus
1 sampai 2 urin keteter atau midstream.
b) Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :
Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
Oligouria, urin kurang dari 40 cc/24 jam
Proteinuria lebih dari 3gr/liter
Adanya gangguan selebral, gangguan virus dan rasa nyeri di
epigastrium.
Terdapat edema paru dan sianosis. (Prof. Dr. Rustam Mochtar,
MPH, 1998).
1.9 Diagnosis Preeklampsia
Diagnosis Preeklampsia dapat ditegakkan dari gambaran klinik dan
pemeriksaan laboratorium. Dari hasil diagnosis, maka Preeklampsia dapat
diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu :
1) Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut :
a. Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolic 15 mmHg
atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20
minggu kehamilan dengan riwayat tekanan darah normal.
b. Proteinuria kuantitatif ≥ 0,3 gr perliter atau kualitatif 1+ atau 2+
pada urine kateter atau midstearm.
2) Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :
a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
b. Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+
atau 4+.
c. Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.
9
d. Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di
epigastrium.
e. Terdapat edema paru dan sianosis
f. Trombositopenig (gangguan fungsi hati)
g. Pertumbuhan janin terhambat.
1.10Pemeriksaan Penunjang Preeklampsia
1. Pemeriksaan spesimen urine mid-stream untuk menyingkirkan
kemungkinan infeksi urin.
2. Pemeriksaan darah, khususnya untuk mengetahui kadar ureum darah
(untuk menilai kerusakan pada ginjal) dan kadar hemoglobin.
3. Pemeriksaan retina, untuk mendeteksi perubahan pada pembuluh darah
retina.
4. Pemeriksaan kadar human laktogen plasenta (HPL) dan esteriol di
dalam plasma serta urin untuk menilai faal unit fetoplasenta (Helen
Farier : 1999)
5. Elektrokardiogram dan foto dada menunjukkan pembesaran ventrikel
dan kardiomegali.
1.11Penatalaksanaan
a. Preeklampsi Ringan
Kehamilan kurang dari 37 minggu
Jika belum ada perbaikan, lakukan penilaian 2 x seminggu secara
rawat jalan :
1. Pantau tekanan darah, urin ( untuk proteinuria ), reflek, dan kondisi
janin.
2. Konseling pasien dan keluarganya tentang tanda bahaya
preeklampsi dan eklampsi.
3. Lebih banyak istirahat.
4. Diet biasa (tidak perlu diet rendah garam).
5. Tidak perlu diberi obat-obatan
6. Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit :
10
Diet biasa
Pantau tekanan darah 2 x sehari dan urin 1x sehari
Tidak perlu diberi obat-obatan
Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat udem paru,
dekompensasi kordis, atau gagal ginajal akut.
Jika tekanan diastolik turun sampai normal, pasien dapat
dipulangkan :
- Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda
preeklampsi berat.
- Kontrol 2x seminggu untuk memantau tekanan darah, urin,
keadaan janin, serta gejala dan tanda-tanda preeklampsi berat.
- Jika tekanan diastolik naik lagi, rawat kembali.
- Jika tidak ada tanda perbaikan, tetap di rawat.
- Lanjutkan penanganan dan observasi kesehatan janin.
- Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat,
pertimbangkan terminasi kehamilan. Jika tidak, rawat sampai
aterm.
- Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklampsi
berat.
Kehamilan lebih dari 37 minggu
1. Jika servik matang, pecahkan ketuban dan induksi persalinan
dengan oksitosin atau prostaglandin.
2. Jika servik belum matang, lakukan pematangan dengan
prostaglandin atau kateter foley atau lakukan seksio cesarea.
b. Preeklampsi Berat
Semua kasus preeklampsia berat harus ditangani secara aktif.
Penanganan konservatif tidak dianjurkan karena gejala dan tanda
eklampsi seperti hiperrefleksia dan gangguan penglihatan sering tidak
sahih.
Penanganan kejang
1. Beri obat antikonvulsan
11
2. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotan,
masker dan balon, oksigen)
3. Beri oksigen 4 – 6 liter permenit
4. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, tetapi jangan diikat
terlalu keras
5. Baringkan pasien pada sisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi
6. Setelah kejang, aspirasi mulut dan tenggorokan jika perlu.
Penanganan umum
1. Jika tekanan diastolik tetap lebih dari 110 mmHg, berikan obat
antihipertensi
2. Pasang infus dengan jarum besar(16 Gauge atau lebih besar)
3. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload cairan.
4. Kateterisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan
proteinuria.
5. Jika jumlah urin kurang dari 30 ml/jam :
o Hentikan MgSO4 dan beikan cairan iv (NaCl 0,9 % atau RL)
pada kecepatan 1 liter/8 jam.
o Pantau kemungkinan udem paru.
6. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi
muntah dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.
7. Observasi tanda vital, reflek, da denyut jantung janin setiap jam
8. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda udem paru
9. Hentikan pemberian cairan iv dan berikan diuretik misalnya
furosemid 40 mg iv sekali saja jika ada udem paru
10. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan sederhana(bedside
clotting test) jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit,
kemungkinan terdapat koagulopati.
1.12 Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda
dini preeklampsi. Perlu diwaspadai timbulnya preeklampsi dengan adanya
12
faktor predisposisi. Walaupun timbulnya preeklampsi tidak dapat dicegah
sepenuhnya namun frekuensi dapat dikurangi dengan pemberian penjelasan
secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita hamil.
Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan.
Istirahat tidak selalu berbaring di tempat tidur, namun perlu mengurangi
aktivitas sehari-hari dan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi
protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan
yang tidak berlebihan perlu dianjurkan.
1.13 Komplikasi
Menurut Irga (2009) yang termasuk komplikasi antar lain :
1. Atonia uteri
2. Sindrom HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes, low platelet count)
3. Ablasio retina
4. KID (koagulasi intravaskuler diseminata)
5. Gagal ginjal
6. Perdarahan di otak
7. Edema paru
8. Gagal jantung
9. Syok sampai kematian
Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut atau kronisnya insufisiensi
utero plasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dam prematuritas
(http://www.irwanashari.com).
13
BAB III
3.1 Kesimpulan
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan
atau koma yang timbul akibat kelainan neurologi.
Negara-negara di Asia termasuk Indonesia adalah negara
dimana warga perempuannya memiliki kemungkinan 20-60 kali lipat
dibanding negara-negara Barat dalam hal kematian ibu karena persalinan dan
komplikasi kehamilan. Di negara-negara yang sedang berkembang, angka
kematian ibu berkisar 350 per 10.000 kematian. Angka kematian ibu di
Indonesia adalah 470 per 100.000 kelahiran. Penyebab kematian ibu yang
utama adalah perdarahan, eklampsia, partus lama, komplikasi aborsi, dan
infeksi, dimana eklamsi menyumbang angka sebesar 13%. Karena itu penting
untuk mengetahui tentang preeklampsia agar dapat dilakukan pencegahan
sedini mungkin karena jika tidak ditangani secara tepat dan cepat,
preeklampsia akan segera berubah menjadi eklamsia yang berakibat fatal
pada bayi dan ibu, yaitu infeksi dan perdarahan yang menyebabkan kematian.
14
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Askep Pre Eklampsi (http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-maternitas/askep-pre-eklampsi/) Diakses Selasa 11 Juni 2013.
Haris, 2012, Pre Eklampsia Berat (Peb) (http://hariskumpulanaskep.blogspot.com/
2012/01/askep-pre-eklampsia-berat-peb.html) Diakses Selasa 11 Juni 2013.
Siti Maryam, 2013, Makalah preeklemsia (http://sitimaryamhsb.blogspot.com/
013/05/makalah-pre-eklamsia.html) Diakses Selasa 11 Juni 2013.
Yudi, 2012, Askep Pre Eklampsi (http://yuudi.blogspot.com/2012/06/askep-
preeklamsi.html) Diakses Selasa 11 Juni 2013.
15