preeklampsia

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, melahirkan dan masa nifas. Penyebab tingginya angka kematian ibu juga terutama disebabkan karena faktor non medis yaitu faktor ekonomi, sosial budaya, demografi serta faktor agama. Sebagai contoh banyak kaum ibu yang menganggap kehamilan sebagai peristiwa alamiah biasa padahal kehamilan merupakan peristiwa yang luar biasa sehingga perhatian terhadap kesehatan ibu hamil harus diperhatikan. Rendahnya pengetahuan ibu terhadap kesehatan reproduksi dan pemeriksaan kesehatan selama kehamilan juga menjadi sebab tingginya kematian ibu selain pelayanan dan akses mendapatkan pelayanan kesehatan yang buruk. (Ketut Sudhaberata,2006) World Health Organization (WHO) memperkirakan 585.000 perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan, proses kelahiran dan aborsi yang tidak aman. Sekitar satu perempuan meninggal setiap menit. (WHO,2004) 1

Upload: eka-marlianti

Post on 22-Jan-2016

525 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

preeklampsia

TRANSCRIPT

Page 1: preeklampsia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan status gizi

dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan

kesehatan terutama untuk ibu hamil, melahirkan dan masa nifas. Penyebab

tingginya angka kematian ibu juga terutama disebabkan karena faktor non

medis yaitu faktor ekonomi, sosial budaya, demografi serta faktor agama.

Sebagai contoh banyak kaum ibu yang menganggap kehamilan sebagai

peristiwa alamiah biasa padahal kehamilan merupakan peristiwa yang luar

biasa sehingga perhatian terhadap kesehatan ibu hamil harus diperhatikan.

Rendahnya pengetahuan ibu terhadap kesehatan reproduksi

dan pemeriksaan kesehatan selama kehamilan juga menjadi sebab tingginya

kematian ibu selain pelayanan dan akses mendapatkan pelayanan kesehatan

yang buruk. (Ketut Sudhaberata,2006)

World  Health  Organization  (WHO)  memperkirakan 585.000

perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan, proses

kelahiran dan aborsi yang tidak aman. Sekitar satu perempuan

meninggal setiap menit. (WHO,2004)

Negara-negara di  Asia  termasuk Indonesia  adalah  negara

dimana warga perempuannya memiliki kemungkinan 20-60 kali lipat

dibanding negara-negara Barat dalam hal kematian ibu karena persalinan

dan komplikasi kehamilan. Di negara-negara yang sedang

berkembang, angka kematian ibu berkisar 350 per 10.000 kematian. Angka

kematian ibu di Indonesia adalah 470 per 100.000 kelahiran. Angka

yang sangat mengkhawatirkan karena meningkat dari angka yang tercatat

peda beberapa tahun sebelumnya. Pada tahun 1997, AKI mencapai 397

orang per 100.000 kelahiran yang berarti bertambah sekitar 73 orang.

1

Page 2: preeklampsia

Data menunjukkan sebagian besar kematian terjadi pada masyarakat

miskin dan mereka yang tinggal jauh dari Rumah Sakit. Penyebab kematian

ibu yang utama adalah perdarahan, eklampsia, partus lama, komplikasi

aborsi, dan infeksi. Kontribusi dari penyebab kematian ibu tersebut

masing-masing adalah perdarahan 28 %, eklampsia 13 %, aborsi yang

tidak aman 11%, serta sepsis 10 %. Salah satu penyebab kematian tersebut

adalah Preeklampsia dan eklampsia yang bersama infeksi dan pendarahan,

diperkirakan mencakup 75 - 80 % dari keseluruhan kematian maternal.

Kejadian preeklampsi - eklampsi dikatakan sebagai masalah kesehatan

masyarakat apabila CFR PE-E mencapai 1,4%-1,8%. (Zuspan F.P, 1978 dan

Arulkumaran ,1995)

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui mengenai

preeklampsia.

1.2.2 Tujuan Khusus

1) Menjelaskan pengertian preeklampsia

2) Menjelaskan penyebab preeklampsia

3) Menjelaskan patofisiologi preeklampsia

4) Menjelaskan epidemiologi preeklampsia

5) Menjelaskan manifestasi klinik preeklampsia

6) Menjelaskan klasifikasi preeklampsia

7) Menjelaskan diagnosa preeklampsia

8) Menjelaskan pemeriksaan penunjang preeklampsia

9) Menjelaskan penatalaksanan preeklampsia

10) Menjelaskan pencegahan preeklampsia

11) Menjelaskan komplikasi preeklampsia

2

Page 3: preeklampsia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.3 Pengertian

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda – tanda hipertensi, edema

dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya timbul

pada tri wulan ke tiga kehamilan, tetapi dapat sebelumnya, misalnya karena

mola hidatidosa. (Winknjosastro.1977 ; 282).

Preeklampsia adalah keadaan dimana hipertensia disertai dengan

proteinuria, edema atau kedua- duanya yang terjadi akibat kehamilan setelah 

minggu kedua puluh, atau kadang – kadang timbul lebih awal bila terdapat

perubahan hidatidiformis yang luas pada vilikoralis (Cunningham, 1995 :

773)

Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan

edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera

setelah persalinan. (Kapita Selekta Kedokteran edisi ke-3).

1.4 Penyebab

Preeklamsi sering terjadi pada kehamilan pertama dan pada wanita yang

memiliki sejarah preeklamsi di keluarganya. Wanita dengan tekanan darah

tinggi atau memiliki gangguan ginjal sebelum hamil juga beresiko tinggi

mengalami preeklamsi. Penyebab sesungguhnya masih belum di ketahui

(www.kalbe.co.id, diaskes 21 april 2008)

Ada beberapa teori menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan

tersebut di atas, sehingga kelainan ini sering di kenal sebagai the disease of

theory (Zweifel, 1916). Adapun teori – teori tersebut antara lain:

3

Page 4: preeklampsia

Faktor predisposisi:

1. Primigravida atau multipara, terutama pada umur reproduksi

eksterm, yaitu remaja dan umur 35 tahun ke atas.

2. Multigravida dengan kondisi klinis:

a) Kehamilan ganda dan hidrops fetalis

b) Penyakit vaskuler termasuk hipertensi esensial kronik dan

diabetes mellitus

c) Penyakit ginjal

3. Hiperplasentosis

4. Riwayat keluarga pernah Preeklamsi dan eklamsi

5. Obesitas dan hidramion

6. Gizi yan kurang dan anemi

7. Kasus – kasus dengan asam urat yang tinggi, defisiensi kalsium,

defisiensi asam lemak tidak jenuh kurang anti oksidan.

Penyebab lain yang diperkirakan dapat menyebabkan  Pre Eklamsia

adalah :

- Kelainan aliran darah menuju rahim.

- Kerusakan pembuluh darah.

- Masalah dengan sistem ketahanan tubuh.

- Diet atau konsumsi makanan yang salah.

            Namun jika tidak ditangani secara tepat dan cepat, preeklampsia akan

segera berubah menjadi eklamsia yang berakibat fatal pada bayi dan ibu,

yaitu infeksi dan perdarahan yang menyebabkan kematian.

4

Page 5: preeklampsia

1.5 Patofisiologi

Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan

retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola

glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya

sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua

arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik

sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat

dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh

penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui

sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat

disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus

(Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199).

Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami

peningkatan respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti

prostaglandin, tromboxan) yang dapat menyebabkan vasospasme dan

agregasi platelet.  Penumpukan trombus dan perdarahan dapat mempengaruhi

sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit syaraf lokal

dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi

glomelurus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler

menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi

terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume intavaskuler,

meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan tahanan pembuluh perifer.

Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan

trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan

pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim

(Michael,2005).

Perubahan pada organ :

1. Perubahan kardiovaskuler

Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada

preeklampsia dan eklampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya

berkaitan dengan peningkatan afterload jantung akibat hipertensi, preload

jantung yang secara nyata dipengaruhi oleh berkurangnya secara

5

Page 6: preeklampsia

patologis hipervolemia kehamilan atau yang secara iatrogenik

ditingkatkan oleh larutan onkotik / kristaloid intravena, dan aktifasi

endotel disertai ekstravasasi kedalam ekstravaskuler terutama paru

(Cunningham,2003).

2. Metablisme air dan elektrolit

Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia

tidak diketahui penyebabnya . jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih

banyak pada penderita preeklampsia dan eklampsia dari pada wanita

hamil biasa atau penderita dengan hipertensi kronik. Penderita

preeklampsia tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna air dan garam

yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun,

sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah. Elektrolit,

kristaloid, dan protein tidak mununjukkan perubahan yang nyata pada

preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam serum

biasanya dalam batas normal (Trijatmo,2005).

3. Mata

Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah.

Selain itu dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema

intraokuler dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi

kehamilan. Gejala lain yang menunjukkan pada preeklampsia berat yang

mengarah pada eklampsia adalah adanya skotoma, diplopia dan

ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adaanya perubahan peredaran darah

dalam pusat penglihatan dikorteks serebri atau didalam retina

(Rustam,1998).

4. Otak

Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan

anemia pada korteks serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat

ditemukan perdarahan (Trijatmo,2005).

5. Uterus

Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan

pada plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena

kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada preeklampsia dan

6

Page 7: preeklampsia

eklampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap

rangsangan, sehingga terjad partus prematur.

6. Paru2

Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya

disebabkan oleh edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis.

Bisa juga karena aspirasi pnemonia atau abses paru (Rustam, 1998).

1.6 Epidemiologi Preeklampsia

a) Frekuensi Preeklampsia

Di Indonesia frekuensi kejadian Preeklampsia sekitar 3-10%

(menurut Triadmojo, 2003) sedangkan di Amerika serikat dilaporkan

bahwa kejadian Preeklampsia sebanyak 5% dari semua kehamilan (23,6

kasus per 1.000 kelahiran). (menurut Dawn C Jung, 2007).

Pada primigravida frekuensi Preeklampsia lebih tinggi bila

dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda, pada

(tahun 2000) mendapatkan angka kejadian Preeklampsia dan eklamsia di

RSU Tarakan Kalimantan Timur sebesar 74 kasus (5,1%) dari 1413

persalinan selama periode 1 Januari 2000 sampai 31 Desember 2000,

dengan Preeklampsia sebesar 61 kasus (4,2%) dan eklamsia 13 kasus

eklamsia 13 kasus (0,9%). Dari kasus ini terutama dijumpai pada usia 20-

24 tahun dengan primigravida (17,5%).

b) Faktor Risiko Preeklampsia

Riwayat Preeklampsia

Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibody

penghambat (blocking antibodies) belum sempurna sehingga

meningkatkan resiko terjadinya Preeklampsia

Kegemukan

Kehamilan ganda, Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita

yang mempunyai bayi kembar atau lebih.

Riwayat penyakit tertentu. Penyakit tersebut meliputi hipertensu

kronik, diabetes, penyakit ginjal atau penyakit degenerate seperti

reumatik arthritis atau lupus.

7

Page 8: preeklampsia

1.7 Manifestasi Klinik

Dua gejala yang sangat penting pada per-eklamsia , yaitu hipertensi

dan proteinuria merupakan yang biasanya tidak disadari wanita hamil.

a) Tekanan darah

Peningkatan tekanan darah ,merupakan tanda peringatan  awal   yang

penting pada pre-eklamsia. Tekanan diastolik merupakan tanda

prognostic yang lebih handal dibandingkan dengan tekanan sistolik .

Tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih yang  menetap

menunjukan keadaan abnormal .

b) Kenaikan berat badan

Peningkatan berat badan( BB) yang tiba – tiba dapat mendahului

serangan pre – eklamsia dan kenaikan berat badan ( BB) yang

berlebihan merupakan tanda pertama pre- eklamsia pada sebagian

wanita.  Peningkatan BB normal adalah 0,5 kg perminggu. Bila 1 kg 

dalam seminggu maka mungkin terjadinya pre- eklamsia harus

dicurigai. Peninggkatan BB terutama disebabkan karena retensi cairan

dan selalu dapat ditimbulkan sebelum timbul gejala edema yang terlihat

jelas seperti kelopak mata yang membengkak atau jari tangan yang

membesar.

c) Proteinuria

Pada pre-eklamsi ringan proteinuria hanya minimal positif satu  atau

positif dua atau tidak ada sama sekali. Pada kasus berat proteinuria

dapat ditemukan dan dapat mencapai 10 gr/lt. Proteinuria hamper selalu

timbul kemudian, dibandingkan hipertensi dan kenaikan BB yang

berlebihan.

1.8 Klasifikasi

Preeklampsia dapat berkembang dari Preeklampsia yang ringan sampai

Preeklampsia yang berat (geogre, 2007). Preeklampsia terbagi atas 2 bagian,

yaitu :

a) Preeklampsia ringan, bila disertai dengan keadaan sebagai berikut :

8

Page 9: preeklampsia

Tekanan darah 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval

pelaksanaan 6 jam.

Tekanan darah diastolic 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval

pelaksanaan 6 jam.

Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu

Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus

1 sampai 2 urin keteter atau midstream.

b) Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :

Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih

Oligouria, urin kurang dari 40 cc/24 jam

Proteinuria lebih dari 3gr/liter

Adanya gangguan selebral, gangguan virus dan rasa nyeri di

epigastrium.

Terdapat edema paru dan sianosis. (Prof. Dr. Rustam Mochtar,

MPH, 1998).

1.9 Diagnosis Preeklampsia

Diagnosis Preeklampsia dapat ditegakkan dari gambaran klinik dan

pemeriksaan laboratorium. Dari hasil diagnosis, maka Preeklampsia dapat

diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu :

1) Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut :

a. Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolic 15 mmHg

atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20

minggu kehamilan dengan riwayat tekanan darah normal.

b. Proteinuria kuantitatif ≥ 0,3 gr perliter atau kualitatif 1+ atau 2+

pada urine kateter atau midstearm.

2) Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :

a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih

b. Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+

atau 4+.

c. Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.

9

Page 10: preeklampsia

d. Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di

epigastrium.

e. Terdapat edema paru dan sianosis

f. Trombositopenig (gangguan fungsi hati)

g. Pertumbuhan janin terhambat.

1.10Pemeriksaan Penunjang Preeklampsia

1. Pemeriksaan spesimen urine mid-stream untuk menyingkirkan

kemungkinan infeksi urin.

2. Pemeriksaan darah, khususnya untuk mengetahui kadar ureum darah

(untuk menilai kerusakan pada ginjal) dan kadar hemoglobin.

3. Pemeriksaan retina, untuk mendeteksi perubahan pada pembuluh darah

retina.

4. Pemeriksaan kadar human laktogen plasenta (HPL) dan esteriol di

dalam plasma serta urin untuk menilai faal unit fetoplasenta (Helen

Farier : 1999)

5. Elektrokardiogram dan foto dada menunjukkan pembesaran ventrikel

dan kardiomegali. 

1.11Penatalaksanaan

a. Preeklampsi Ringan

Kehamilan kurang dari 37 minggu

Jika belum ada perbaikan, lakukan penilaian 2 x seminggu secara

rawat jalan :

1. Pantau tekanan darah, urin ( untuk proteinuria ), reflek, dan kondisi

janin.

2. Konseling pasien dan keluarganya tentang tanda bahaya

preeklampsi dan eklampsi.

3. Lebih banyak istirahat.

4. Diet biasa (tidak perlu diet rendah garam).

5. Tidak perlu diberi obat-obatan

6. Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit :

10

Page 11: preeklampsia

Diet biasa

Pantau tekanan darah 2 x sehari dan urin 1x sehari

Tidak perlu diberi obat-obatan

Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat udem paru,

dekompensasi kordis, atau gagal ginajal akut.

Jika tekanan diastolik turun sampai normal, pasien dapat

dipulangkan :

- Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda

preeklampsi berat.

- Kontrol 2x seminggu untuk memantau tekanan darah, urin,

keadaan janin, serta gejala dan tanda-tanda preeklampsi berat.

- Jika tekanan diastolik naik lagi, rawat kembali.

- Jika tidak ada tanda perbaikan, tetap di rawat.

- Lanjutkan penanganan dan observasi kesehatan janin.

- Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat,

pertimbangkan terminasi kehamilan. Jika tidak, rawat sampai

aterm.

- Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklampsi

berat.

Kehamilan lebih dari 37 minggu

1. Jika servik matang, pecahkan ketuban dan induksi persalinan

dengan oksitosin atau prostaglandin.

2. Jika servik belum matang, lakukan pematangan dengan

prostaglandin atau kateter foley atau lakukan seksio cesarea.

b. Preeklampsi Berat

Semua kasus preeklampsia berat harus ditangani secara aktif.

Penanganan konservatif tidak dianjurkan karena gejala dan tanda

eklampsi seperti hiperrefleksia dan gangguan penglihatan sering tidak

sahih.

Penanganan kejang

1. Beri obat antikonvulsan

11

Page 12: preeklampsia

2. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotan,

masker dan balon, oksigen)

3. Beri oksigen 4 – 6 liter permenit

4. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, tetapi jangan diikat

terlalu keras

5. Baringkan pasien pada sisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi

6. Setelah kejang, aspirasi mulut dan tenggorokan jika perlu.

Penanganan umum

1. Jika tekanan diastolik tetap lebih dari 110 mmHg, berikan obat

antihipertensi

2. Pasang infus dengan jarum besar(16 Gauge atau lebih besar)

3. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload cairan.

4. Kateterisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan

proteinuria.

5. Jika jumlah urin kurang dari 30 ml/jam :

o Hentikan MgSO4 dan beikan cairan iv (NaCl 0,9 % atau RL)

pada kecepatan 1 liter/8 jam.

o Pantau kemungkinan udem paru.

6. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi

muntah dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.

7. Observasi tanda vital, reflek, da denyut jantung janin setiap jam

8. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda udem paru

9. Hentikan pemberian cairan iv dan berikan diuretik misalnya

furosemid 40 mg iv sekali saja jika ada udem paru

10. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan sederhana(bedside

clotting test) jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit,

kemungkinan terdapat koagulopati.

1.12 Pencegahan

Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda

dini preeklampsi. Perlu diwaspadai timbulnya preeklampsi dengan adanya

12

Page 13: preeklampsia

faktor predisposisi. Walaupun timbulnya preeklampsi tidak dapat dicegah

sepenuhnya namun frekuensi dapat dikurangi dengan pemberian penjelasan

secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita hamil.

Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan.

Istirahat tidak selalu berbaring di tempat tidur, namun perlu mengurangi

aktivitas sehari-hari dan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi

protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan

yang tidak berlebihan perlu dianjurkan.

1.13 Komplikasi

Menurut Irga (2009) yang termasuk komplikasi antar lain :

1. Atonia uteri

2. Sindrom HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes, low platelet count)

3. Ablasio retina

4. KID (koagulasi intravaskuler diseminata)

5. Gagal ginjal

6. Perdarahan di otak

7. Edema paru

8. Gagal jantung

9. Syok sampai kematian

Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut atau kronisnya insufisiensi

utero plasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dam prematuritas

(http://www.irwanashari.com).

13

Page 14: preeklampsia

BAB III

3.1 Kesimpulan

Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan

edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera

setelah persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan

atau koma yang timbul akibat kelainan neurologi.

Negara-negara di  Asia  termasuk Indonesia  adalah  negara

dimana warga perempuannya memiliki kemungkinan 20-60 kali lipat

dibanding negara-negara Barat dalam hal kematian ibu karena persalinan dan

komplikasi kehamilan. Di negara-negara yang sedang berkembang, angka

kematian ibu berkisar 350 per 10.000 kematian. Angka kematian ibu di

Indonesia adalah 470 per 100.000 kelahiran. Penyebab kematian ibu yang

utama adalah perdarahan, eklampsia, partus lama, komplikasi aborsi, dan

infeksi, dimana eklamsi menyumbang angka sebesar 13%. Karena itu penting

untuk mengetahui tentang preeklampsia agar dapat dilakukan pencegahan

sedini mungkin karena jika tidak ditangani secara tepat dan cepat,

preeklampsia akan segera berubah menjadi eklamsia yang berakibat fatal

pada bayi dan ibu, yaitu infeksi dan perdarahan yang menyebabkan kematian.

14

Page 15: preeklampsia

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Askep Pre Eklampsi (http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-maternitas/askep-pre-eklampsi/) Diakses Selasa 11 Juni 2013.

Haris, 2012, Pre Eklampsia Berat (Peb) (http://hariskumpulanaskep.blogspot.com/

2012/01/askep-pre-eklampsia-berat-peb.html) Diakses Selasa 11 Juni 2013.

Siti Maryam, 2013, Makalah preeklemsia (http://sitimaryamhsb.blogspot.com/

013/05/makalah-pre-eklamsia.html) Diakses Selasa 11 Juni 2013.

Yudi, 2012, Askep Pre Eklampsi (http://yuudi.blogspot.com/2012/06/askep-

preeklamsi.html) Diakses Selasa 11 Juni 2013.

15