lapks dewi preeklampsia

25
PENDAHULUAN Preeklampsia-eklampsia tergolong kehamilan resiko tinggi, karena morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatalnya tinggi. Morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal sering terjadi pada penderita yang keadaannya jelek yang terlambat dirujuk ke rumah sakit. Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola hidatidosa. Preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat. Kriteria Preeklampsia ringan adalah sebagai berikut: 1. Hipertensi : - Tekanan sistolik ≥ 140 mmHg, tekanan diastolik ≥ 90 mmHg. - Peningkatan tekanan sistolik ≥ 30 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 15 mmHg. 2. Proteinuria : - > 0,3 gram/liter (24 jam) atau 1 gram/liter (6 jam). - Kualitatif. Penyakit ini digolongkan berat apabila satu atau lebih tanda/gejala dibawah ditemukan, yaitu: 1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih;

Upload: armankoassracun

Post on 21-Oct-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan kasus PEB dengan HRP

TRANSCRIPT

Page 1: Lapks Dewi Preeklampsia

PENDAHULUAN

Preeklampsia-eklampsia tergolong kehamilan resiko tinggi, karena morbiditas

dan mortalitas maternal dan perinatalnya tinggi. Morbiditas dan mortalitas maternal

dan perinatal sering terjadi pada penderita yang keadaannya jelek yang terlambat

dirujuk ke rumah sakit.

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan

proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam

triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola

hidatidosa.

Preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat. Kriteria Preeklampsia

ringan adalah sebagai berikut:

1. Hipertensi :

- Tekanan sistolik ≥ 140 mmHg, tekanan diastolik ≥ 90 mmHg.

- Peningkatan tekanan sistolik ≥ 30 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 15

mmHg.

2. Proteinuria :

- > 0,3 gram/liter (24 jam) atau 1 gram/liter (6 jam).

- Kualitatif.

Penyakit ini digolongkan berat apabila satu atau lebih tanda/gejala

dibawah ditemukan, yaitu:

1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110

mmHg atau lebih;

2. Proteinuria 5 gram atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4+ pada

pemeriksaan kualitatif;

3. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam;

4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah

epigastrium;

5. Edema paru atau sianosis.

Angka kejadian hipertensi dalam kehamilan umumnya berkisar antara 7-12 %.

Insiden preeklampsia pada pada umumnya dikutip sekitar 5 %, meskipun dilaporkan

adanya variasi yang sangat besar. Insiden dipengaruhi oleh paritas, predisposisi ras

Page 2: Lapks Dewi Preeklampsia

dan dengan demikian dipengaruhi oleh genetik dan juga oleh faktor lingkungan.

Frekuensi untuk tiap negara berbeda, karena banyak faktor yang mempengaruhinya;

jumlah primigravida, keadaan sosial ekonomi, perbedaan kriteria dalam penentuan

diagnosis dan lain-lain. Di RSU Prof. Dr. R. D. Kandou selama periode 1999-2000

insidensi eklampsia mencapai 0,5 %. Jika dibandingkan dengan frekuensi eklampsia

secara umum di negara berkembang yang berkisar antara 0,3-0,7 % dan di negara

maju yang berkisar antara 0,005-1 % maka nilai insidensi eklampsia di RSU Prof. Dr.

R. D. Kandou cukup tinggi.

Kehamilan risiko tinggi (KRT) adalah suatu kehamilan dimana jiwa dan

kesehatan ibu dan atau bayi dapat terancam. Setiap kehamilan dengan faktor risiko

tinggi akan menghadapi morbiditas atau mortalitas terhadap ibu dan janin dalam

kehamilan, persalinan dan nifas.

Faktor non medis antara lain adalah: kemiskinan, ketidaktahuan, adat, tradisi,

kepercayaan dan sebagainya. Hal ini banyak terjadi terutama dinegara-negara

berkembang, yang berdasarkan penelitian ternyata sangat mempengaruhi morbiditas

dan mortalitas. Selain itu yang termasuk faktor non medis adalah: status gizi buruk,

soaial ekonomi yang rendah, kebersihan lingkungan, kesadaran untuk memeriksakan

kehamilan secara teratur, fasilitas dan sarana kesehatan yang serba kekurangan.1

Faktor medis antara lain adalah: penyakit-penyakit ibu dan janin, kelainan

obstetrik, gangguan plasenta, gangguan tali pusat, komplikasi persalinan, penyakit

neonatus dan kalainan genetik.

Apa yang menjadi penyebab preeklampsia dan eklampsia sampai sekarang

belum diketahui. Telah banyak teori yang mencoba menerangkan penyebab penyakit

tersebut, akan tetapi belum ada hasil yang memuaskan.Beberapa teori yang dapat

menjelaskan tentang etiologi dari preeklampsia antara lain : teori genetik, teori

imunologik, teori iskemia plasenta, teori radikal bebas dan kerusakan sel endotel, teori

kerusakan sel endotel, teori trombosit dan teori diet.

Seksio sesarea merupakan salah satu cara yang digunakan untuk melakukan

terminasi kehamilan. Seksio sesarea merupakan pembedahan untuk melahirkan janin

dengan membuka dinding abdomen dan dinding uterus.

Di bawah ini dilaporkan sebuah kasus preklampsia berat yang disertai

kehamilan risiko tinggi dimana persalinan diakhiri dengan tindakan seksio sesarea.

Page 3: Lapks Dewi Preeklampsia

LAPORAN KASUS

IDENTITAS

Nama : Ny.M.T

Umur : 41 tahun

Pendidikan : Strata 1

Alamat : Calaca

Pekerjaan : Pegawai negeri sipil

Agama : Kristen Protestan

Suku : Minahasa

Bangsa : Indonesia

Nama suami : Tn. J.R

Pendidikan : Strata 1

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

MRS : 14 januari 2014 jam 18.00

ANAMNESIS

Anamnesis Utama

Anamnesis diberikan oleh penderita.

Keluhan utama : pasien MRS dikirim oleh dokter spesialis ObsGin dengan diagnosa

G2P1A0 41 tahun hamil 35-36 minggu + PEB ? BB 103 kg

Janin intrauterine tunggal hidup letak kepala

Riwayat Penyakit Sekarang

- Nyeri perut bagian bawah ingin belum dirasakan.

- Pelepasan lendir campur darah dari jalan lahir (-).

- Pelepasan air ketuban dari jalan lahir (-).

- Pergerakan janin masih dirasakan saat MRS.

- BAK/BAB biasa

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Penyakit jantung (-)

- Penyakit Paru (-)

- Penyakit ginjal (-)

Page 4: Lapks Dewi Preeklampsia

- Penyakit hati (-)

- Penyakit kencing manis (-)

- Penyakit darah tinggi (-)

Anamnesis Kebidanan :

Riwayat Kehamilan Sekarang

Pemeriksaan Antenatal (PAN)

Jumlah PAN selama kehamilan 10 kali di dr. Ronny A.A Mewengkang,Sp.OG.

TT : (-)

Riwayat Haid

Menarche umur 11 tahun, siklus teratur, lamanya haid 7-8 hari.

HPHT : 10 Mei 2013

Taksiran partus : 17 Februari 2014

Riwayat Keluarga

Perkawinan 1 kali dengan suami sekarang 2 tahun.

Jumlah anak sekarang 1 orang.

Riwayat KB

Tidak pernah ikut KB

Riwayat Kehamilan Dahulu

- P1, 2012, cukup bulan, SC a.i sungsang, oleh dokter di RSUP prof kandou,

♂ BBL 3400, hidup.

Pemeriksaan Kebidanan

Status Praesens :

- Keadaan umum : cukup

- Kesadaran : compos mentis

- Tensi : 160/100 mmHg

- Nadi : 94x/mnt

- Respirasi : 16x/mnt

- Suhu badan : 36,7o C

- Tinggi Badan : 160 cm

- Berat Badan : 101 kg

- Gizi : cukup

- Kulit : Turgor N

- Kepala : simetris, deformitas (-)

Page 5: Lapks Dewi Preeklampsia

- Mata : conj : an -/-, skl : ikt -/-

- Hidung : sekret -/-

- Mulut/gigi : caries (-)

- Dada : cor & pulmo tak

- Perut : sukar dievaluasi

- Kelamin : perempuan, TAK

- Anggota gerak : Oedema (+), varices (-), Refleks Fisiologis (+) N, Refleks

Patologis (-)

- Proteinuniria : (+++)

Status Obstetrik

- Tinggi Fundus uteri : 36 cm

- Letak anak : Letak kepala U Punggung kanan

- BJA : (+) 12-11-12

- His : (-)

- Gerakan Janin : (+)

- TBBA : 3720 gr (JT)

Resume Masuk :

G2P1A0, 41 tahun, MRS tanggal 14 Februari 2014 jam dengan Keluhan utama pasien

MRS dikirim oleh dokter spesialis ObsGin dengan diagnosa

G2P1A0 41 tahun hamil 35-36 minggu + PEB ? BB 103 kg

Janin intrauterine tunggal hidup letak kepala

Tanda inpartu (-), pelepasan air (-), pergerakan anak (+), riwayat hipertensi (-),

RPD(-).

Status praesens : T : 160/100 mmHg, N : 94x/mnt, R : 16x/mnt Sb : 36,70C

Status obstetrik : TFU : 36 cm, let anak : let kep U puka, His (-), TBBA 3720 gr

Diagnosa : G2P1A0 41 tahun, hamil aterm belum inpartu + bekas SC + PEB +

HRP (101 kg)

Janin intauterin tunggal hidup letak kepala

Sikap : - IVFD

- MgSO4 sesuai protokol

- Pasang Kateter

Page 6: Lapks Dewi Preeklampsia

Observasi

14 Januari 2014 18.00

Kes : CM, T : 160/100 mmHg, N : 94x/mnt, R : 16x/mnt, His (-), BJA : 12-11-12

Dx : G2P1A0, 41 tahun, hamil aterm, + bekas SC + PEB + HRP (101 kg)

Janin intrauterin tunggal hidup, letak kepala

Sikap : - MgSO4 sesuai protokol

MgSO4 40%, 4 gr IV bolus pelan-pelan

MgSO4 40%, 6 gr drips dalam RL 500cc 28 gtt/m

- Kateterisasi urine 100 cc

PD : Portio tebal lunak, arah axial, pembukaan (-), pp kep HI

Dx : G2P1A0, 41 tahun, hamil aterm, belum inpartu + bekas SC + PEB +

HRP (101 kg)

Janin intrauterin tunggal hidup, letak kepala

Sikap : - Secsio cesaria

- MgSO4 dilanjutkan sesuai protokol

- Dopamed 3x500mg tab

- Konseling, informed consent

- Konsul mata, interna

- EKG, Lab lengkap,USG

- Urinalisis

- Sedia donor, setuju operasi

- Lapor konsulen setuju SC

Jam 18.00-19.00

T : 160/100 mmHg, N : 92x/mnt, R : 16 x/mnt, His (-), BJA : 12-12-12,

Jam 19.00-20.00

T : 160/100 mmHg, N : 92x/mnt, R : 16 x/mnt, His (-), BJA 12-11-12

Jam 20.00-21.00

T: 150/100 mmHg, N : 88x/mnt, R : 16 x/mnt, His (-), BJA 12-11-12

Jam21.00-22.00

T : 160/100 mmHg, N : 88x/mnt, R : 16 x/mnt, His (-), BJA 12-11-12

Hasil Pemeriksaan Lab :

Hb : 11,9 gr%

Leukosit : 8.100/mm3

Page 7: Lapks Dewi Preeklampsia

Trombosit : 231.000/mm3

Urinalisis : Protein ++

Jam 22.00

Penderita didorong ke OK Cito

Jam 22.50

Operasi dimulai dan dilakukan SCTP

Laporan operasi :

Penderita dibaringkan telentang di atas meja operasi kemudian dilakukan tindakan

antiseptik pada lapangan operasi dan sekitarnya. Lapangan operasi dipersempit

dengan doek steril kecuali lapangan. Dalam keadaan spinal anastesi dilakukan insisi

pfannenstiel dan diperdalam lapis demi lapis sampai tampak peritoneum parietalis.

Peritoneum dijepit dengan 2 pinset, kemudian digunting kecil, lalu diperlebar ke atas

dan ke bawah, sampai tampak uterus gravidarum. Identifikasi plika vesikouterina,

dilakukan insisi beberapa cm di atas, vesika urinaria disisihkan ke depan, dan

dilindungi dengan haak abdomen. Identifikasi dan dilakukan insisi SBR kemudian

diperlebar ke kanan dan ke kiri secara tumpul. Tampak bayi dalam letak kepala. Jam

23.20 WITA lahir bayi perempuan BBL 3000 gr, PBL 49 cm, AS : 3-5-7.

Sementara jalan napas dibersihkan, tali pusat diklem dengan 2 kocher, lalu digunting

diantaranya dan bayi diserahkan ke neonati untuk perawatan selanjutnya. Luka insisi

SBR dijepit dengan beberapa ring tang, plasenta dilahirkan secara manual. Luka insisi

SBR dijahit 2 lapis dengan chromic catgut, lapisan pertama secara simpul dan lapisan

kedua secara jelujur. Plika vesikouterina dijahit secara jelujur dengan chromic,

kontrol perdarahan (-). Dilakukan eksplorasi rongga abdomen, uterus bentuk normal,

tuba dan ovarium kiri dan kanan baik. Kavum abdomen dibersihkan dari sisa-sisa

bekuan darah, kemudian dinding perut dijahit lapis demi lapis. Peritoneum dijahit

dengan chromic catgut secara jelujur, otot secara simpul, fascia secara jelujur dengan

dexon, lemak secara simpul dengan catgut, dan kulit dijahit dengan chrome catgut

secara subkutikuler. Jalan lahir dibersihkan dari sisa bekuan darah. Luka operasi

dibersihkan dan ditutup dengan gaas steril.

Jam 24.00. Operasi selesai

KU Postpartum, T : 140/90 mmHg, N : 88x/mnt, R : 16 x/mnt

Perdarahan : ± 1000cc

Diuresis : ± 100cc

Page 8: Lapks Dewi Preeklampsia

Kontraksi Uterus baik

TFU 2 jari dibawah pusar

Sikap Post SCTP :

- Observasi T, N, R, S, diuresis, perdarahan

- Puasa sampai peristaltik (+), flatus (+)

- IVFD RL : D5% = 2:2 30gtt/m

- Ceftriaxone 3x1 gr IV

- Metronidazole inj 2x 0,5 gr drips

- Pitogin 3x1 amp drips

- Kaltrofen supp. 2x1

- As.Tranexamat 3x1 amp

- Vit C 1x1 amp

- Cek Hb 2 jam dan 6 jam post op bila Hb<10 gr/dl protransfusi

Follow-up Ruangan

15 Januari 2014

Keluhan: Nyeri luka (+)

Pemeriksaan Fisik:

KU: Cukup; Kes: CM

Status Praesens:

T: 120/80 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 20 x/mnt; SB: 36,7 0C

Status Puerpuralis:

TFU : Setinggi pusat, kontraksi uterus baik

Payudara : Laktasi -/- ; Tanda-tanda infeksi: -/-

Abdomen : Peristaltik (+), luka operasi terawat, tertutup kain gaas.

Lokia : Rubra

Terpasang infus dan kateter

Diagnosis:

P2A0, 41 tahun post SCTP + IUD post plasental Hr I a.i. bekas SC + PEB + HRP

Lahir bayi Perempuan, BBL 3000 gr, PBL 49 cm, AS 3-5-7

Sikap:

- IVFD RL : D5% 1:1

- Ceftriakson inj 3 x 1 gram IV

Page 9: Lapks Dewi Preeklampsia

- Metronidazol 2 x 500 mg IV

- Sf 1x1 tab

- Vit c. 1 x 1 amp

- Diet TKTP

- Mobilisasi bertahap

16 Januari 2014

Keluhan: Nyeri luka (+)

Pemeriksaan Fisik:

KU: Cukup; Kes: CM

Status Praesens:

T: 140/80 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 20 x/mnt; SB: 36,7 0C

Status Puerpuralis:

TFU : 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik

Payudara : Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-

Abdomen : Peristaltik (+), luka operasi terawat, tertutup kain gaas.

Lokia : Rubra

Diagnosis:

P2A0, 41 tahun post SCTP + IUD post plasental Hr II a.i. bekas SC + PEB + HRP

Lahir bayi Perempuan, BBL 3000 gr, PBL 49 cm, AS 3-5-7

Sikap:

- Aff Infus, aff kateter

- Cefadroxil 3x500gr

- Sf 1x1 tab

- Vit c. 3 x 1 tab

- Dopamed 3x500mg tab

- Diet TKTP

17 Januari 2014

Keluhan: Nyeri luka nyeri berkurang

Pemeriksaan Fisik:

KU: Cukup; Kes: CM

Status Praesens:

T: 140/80 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 20 x/mnt; SB: 36,7 0C

Page 10: Lapks Dewi Preeklampsia

Status Puerpuralis:

TFU : 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik

Payudara : Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-

Abdomen : Peristaltik (+), luka operasi terawat, tertutup kain gaas.

Lokia : Rubra

Diagnosis:

P2A0, 41 tahun post SCTP + IUD post plasental Hr III a.i. bekas SC + PEB + HRP

Lahir bayi Perempuan, BBL 3000 gr, PBL 49 cm, AS 3-5-7

Sikap:

- Aff Infus, aff kateter

- Cefadroxil 3x500gr

- Sf 1x1 tab

- Vit c. 3 x 1 tab

- Dopamed 3x500mg tab

- Diet TKTP

18 Januari 2014

Keluhan: (-)

Pemeriksaan Fisik:

KU: Cukup; Kes: CM

Status Praesens:

T: 130/80 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 20 x/mnt; SB: 36,7 0C

Status Puerpuralis:

TFU : 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik

Payudara : Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-

Abdomen : Peristaltik (+), luka operasi terawat, tertutup kain gaas.

Lokia : Rubra

Diagnosis:

P2A0, 41 tahun post SCTP + IUD post plasental Hr IV a.i. bekas SC + PEB + HRP

Lahir bayi Perempuan, BBL 3000 gr, PBL 49 cm, AS 3-5-7

Sikap:

- Cefadroxil 3x500gr

- Sf 1x1 tab

- Vit c. 3 x 1 tab

Page 11: Lapks Dewi Preeklampsia

- Dopamed 3x500mg tab

- Diet TKTP

- Rencana Pulang

Page 12: Lapks Dewi Preeklampsia

PEMBAHASAN

Dalam diskusi ini akan dibahas mengenai:

1. Diagnosis

2. Penanganan

3. Komplikasi

4. Prognosis

Diagnosis

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan kebidanan serta

pemeriksaan laboratorium, penderita didiagnosis dengan G2P1A0, 41 tahun, hamil

aterm, belum inpartu dengan pre-eklampsia berat dengan kehamilan risiko tinggi.

Dari anamnesis didapatkan bahwa penderita hamil yang kedua, pernah

melahirkan 1 kali dan abortus tidak pernah, hari pertama haid terakhir tidak diketahui

pasti oleh penderita, kira-kira awal bulan mei 2013. Saat datang, belum terlihat

adanya tanda-tanda inpartu seperti his tidak ada juga pelepasan lendir dan air tidak

ada. Dari riwayat penyakit dahulu didapatkan bahwa penderita tidak pernah

mengalami hipertensi sebelumnya hipertensi diakui pasien hanya pada saat kehamilan

Pada pemeriksaan fisik, tekanan darah penderita 160/100 mmHg, dan pada

pemeriksaan laboratorium urin kualitatif didapatkan proteinuria (+++). Hal ini sesuai

dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa diagnosis pre-eklampsia berat

ditegakkan jika didapatkan satu atau lebih gejala dan tanda: tekanan darah 160/110

mmHg diukur dalam keadaan rileks, proteinuria 5 gr atau lebih dalam 24 jam atau ≥

+2 pada pemeriksaan kualitatif, oliguria yaitu urine < 500 ml/ 24 jam.

Pada kasus ini faktor predisposisi dari pre-eklampsia adalah usia > 35 tahun

(41 tahun). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa faktor

predisposisi dari terjadinya pre-eklampsia antara lain adalah primigravida,

molahidatidosa, kehamilan ganda, diabetes melitus, hidrops foetalis, bayi besar, umur

lebih dari 35 tahun, penyakit ginjal dan hipertensi sebelum kehamilan serta obesitas.

Pada kasus ini juga terdapat faktor risiko berat badan yaitu 101 kg sehingga

pasien juga didiagnosis dengan kehamilan risiko tinggi.

Penanganan

Berdasarkan diagnosis maka diambil sikap:

- Secsio cesaria

Page 13: Lapks Dewi Preeklampsia

- MgSO4 dilanjutkan sesuai protokol

- Dopamed 3x500mg tab

- Konseling, informed consent

- Konsul mata, interna

- EKG, Lab lengkap,USG

- Urinalisis

- Sedia donor, setuju operasi

- Lapor konsulen setuju SC

- Observasi T, N, R, S, BJA

Setelah diagnosis ditegakkan pada kasus ini maka penderita secepatnya ditangani

dengan pemberian MgSO4, hal ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya

kejang (Eklampsi), disamping itu juga dapat menurunkan tekanan darah dan

menambah diuresis.

Cara pemberian:

Dosis awal 4 gram MgSO4 40 % (10 cc) IV, kecepatan 1 gram permenit disusul 6

gram MgSO4 40 % (15 cc) dalam RL 500 cc diberikan secra IV drips 28 gtt/mnt

Dosis pemeliharaan diberikan 4 gram IM setelah 6 jam pemberian dosis awal,

selanjutnya diberikan 4 gram IM tiap 6 jam.

Syarat-syarat pemberian:

1. Harus tersedia antidotum, yaitu calsium glukonac 10 % (1 gram dalam 10 cc)

diberikan IV pelan-pelan

2. Refleks patella (+) kuat

3. Frekuensi pernapasan > 16 kali permenit

4. Produksi urin > 30 cc dalam 1 jam sebelumnya.

Konsul penyakit dalam dan mata dan EKG dimaksudkan untuk mengetahui

adanya gangguan di bidang tersebut sehubungan dengan PEB.

Penanganan aktif berupa seksio sesarea dilakukan berdasarkan indikasi umur

kehamilan aterm, dimana syarat untuk terminasi pervaginam tidak terpenuhi yaitu

belum ada tanda-tanda inpartu. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang

menyatakan bahwa penanganan aktif dilakukan berdasarkan indikasi umur

kehamilan > 37 minggu dengan syarat indikasi lahir pervaginam tidak terpenuhi.6

Penanganan aktif berupa terminasi kehamilan.

Page 14: Lapks Dewi Preeklampsia

Cara terminasi kehamilan:

a. Belum inpartu

1. Induksi persalinan

Amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor bishop 6

2. Seksio sesarea bila syarat tetes oksitosin tidak dipenuhi atau adanya kontra

indikasi tetes oksitosin, atau bial 8 jam sejak dimulainya tetes oksitosin

belum masuk kedalam fase aktif.

b. Sudah inpartu

Kala I

Fase laten: Amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor bishop 6

Fase aktif: Dilakukan amniotomi, bila his tidak adekuat diberikan tetes

oksitosin dan bial 6 jam setelah amniotomi belum terjadi

pembukaan lengkap, dilakukan seksio sesarea.

Kala II

Pada persalinan pervaginam, maka kala II diselesaikan dengan partus buatan.

Dari hasil pemeriksaan didapatkan skor bishop < 6 maka syarat induksi tidak

terpenuhi sehingga dilakukan seksio sesarea.

Perawatan post operasi dilakukan dengan pemberian IVFD RL : Dextrosa 5 % =

2 : 2, Ceftriaxon 3 x 1 gr, i.v, Metronidazole drips 2 x 500 mg, i.v, Pitogin 3 x 1

ampul, i.v dan Vitamin C 3 x 1 ampul, i.v. Sedangkan untuk penatalaksanaan non

farmakologi dianjurkan untuk diet bubur saring setelah bising usus terdengar yang

kemudian dilanjutkan dengan diet tinggi karbohidrat tinggi protein, rawat luka dan

mobilisasi bertahap.

Pemberian antibiotika ceftriaxon adalah untuk profilaksis khususnya untuk

kuman gram-positif dengan waktu paruh 8 jam dan dikombinasikan dengan

metronidasol dimana metronidasol lebih spesifik untuk bakteri anaerob. Pemberian

oksitosin sendiri adalah untuk memperbaiki kontaksi uterus dan untuk profilaksis atau

terapi perdarahan sekunder. Vitamin C diberikan untuk proses penyembuhan luka dan

terapi perdarahan kapiler, dimana vitamin C berfungsi dalam sintesis kolagen

sehingga akan menyebabkan adhesi sel-sel endotel pembuluh darah yang lebih baik.21

Diet TKTP dan perawatan luka secara teratur juga merupakan langkah yang

dilakukan untuk mendukung proses penyembuhan luka dan pencegahan komplikasi

dan pada pasien ini tidak ditemukan adanya komplikasi seperti perdarahan atau

infeksi.

Page 15: Lapks Dewi Preeklampsia

Komplikasi

Komplikasi yang biasa terjadi pada pre-eklampsia berat adalah perdarahan

otak, solutio plasenta, hipofibrinogenemia, hemolisis, kelainan mata, edema paru,

nekrosis hati, sindroma HELLP, kelainan ginjal, lidah tergigit, trauma dan fraktur.

Pada kasus ini tidak ada komplikasi pada ibu maupun anak.

Prognosis

Pada kasus ini keadaan ibu dan anak setelah operasi baik, dimana tekanan

darah post operasi menurun dan apgar skore pada anak adalah 9-10, serta selama

perawatan di ruangan ibu dan bayi dalam keadaan sehat. Maka prognosisnya adalah

dubia ad bonam.

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 16: Lapks Dewi Preeklampsia

Kesimpulan

- Pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis preeklampsia berat dengan

kehamilan risiko tinggi berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta

pemeriksaan laboratorium.

- Dasar diagnosis untuk kasus ini adalah ditemukan Tensi 160/100 mmHg,

Proteinuria kualitatif +++.

- Pada kasus ini penanganan untuk mencegah terjadinya kejang maka

penderita diberikan MgSO4 sesuai protokol.

- Kasus ini juga disertai dengan kehamilan risiko tinggi dimana berat badan

yaitu 101 kg merupakan faktornya.

Saran

- Pada penderita pre-eklampsia sebaiknya disarankan melakukan PAN yang

teratur untuk mendeteksi dan meminimalisasi kemungkinan yang akan

terjadi pada waktu persalinan.

- Edukasi secra khusus kepada pasien, mengingat pasien sebelumnya sudah

melakukan tindakan operasi secsio cesaria maka persalinan berikut harus

dilakukan di Rumah Sakit dengan jarak kehamilan minimal 2 tahun.

- Pada penderita ini perlu untuk pengawasan yang ketat sebelum dan

sesudah postpartum.

Daftar Pustaka

Page 17: Lapks Dewi Preeklampsia

1. Wiknjosastro GH, Baslamah A. Iatrogenic obstetrics intervention and high caecarea section tare. In: Saifuddin AB, Afandi B, Wiknjosastro GH, editors. Womens health. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1995.p. 391-4

2. Quilingan EJ. Caesarean section: modern prospective in management of high risk pregnancy. 3th ed. Boston: Blackwell Scientific Publication, 1994.p. 520-3

3. Saifuddin AB, Afandi B, Wiknjosastro GH. Kehamilan dan persalinan dengan parut uterus. Dalam: Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002; 76-7

4. Tim Pengajar Obstetri dan Ginekologi FK UNSRAT. Pedoman diagnosis dan terapi obstetri dan ginekologi. Manado: Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK UNSRAT, 1996

5. Pritchard JA, McDonald PC, Gant NF. Williams Obstetri, edisi 17. Surabaya: Airlangga University Press, 1991

6. Wiknjosastro H. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1999

7. Pengurus Besar POGI. Gestosis. Dalam: Standar pelayanan medik obstetri dan ginekologi, bagian I. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2000; 1-8.

8. Rachimhadi T. Pre-eklampsia dan eklampsia. Dalam: Ilmu kebidanan, edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka, 1997: 281-300

9. Hipertensi selama kehamilan. Dalam: Kapita selekta kedaruratan obstetri dan ginekologi. Jakarta: EGC, 1994: 235-45.

10. Sofian A. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta. EGC. 2012