pr-reza hermawan.pdf

152
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 11-28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER REZA HERMAWAN SULISTOMO, S. Farm 1206313601 ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK MARET 2013 Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Upload: ngokhanh

Post on 31-Dec-2016

259 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PR-Reza Hermawan.pdf

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI

JAKARTA TIMUR

JL. MATRAMAN RAYA NO. 218

PERIODE 11-28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

REZA HERMAWAN SULISTOMO, S. Farm

1206313601

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

MARET 2013

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 2: PR-Reza Hermawan.pdf

ii Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI

JAKARTA TIMUR

JL. MATRAMAN RAYA NO. 218

PERIODE 11-28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

REZA HERMAWAN SULISTOMO, S. Farm.

1206313601

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

MARET 2013

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 3: PR-Reza Hermawan.pdf

iii Universitas Indonesia

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh:

Nama (NPM) : Reza Hermawan Sulistomo, S. Farm.

NPM : 1206313601

Program Studi : Profesi Apoteker Fakultas Farmasi

Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan

Kota Administrasi Jakarta Timur

Jl. Matraman Raya No. 218 Periode 11-28 Maret 2013

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Apoteker pada Program Studi Apoteker Fakultas Farmasi, Universitas

Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Dra. Dyan Sulistyorini, Apt. (………………....….)

Pembimbing : Dr. Harmita, Apt. (…………………….)

Penguji : ………………………... (………………....….)

Penguji : ……………………….. (……………….........)

Penguji : ....................................... (.................................)

Ditetapkan : ................

Tanggal : …………

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 4: PR-Reza Hermawan.pdf

iv Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja

Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta

Timur. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna

menyelesaikan pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas

Indonesia. Pada penulisan laporan ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan,

arahan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia.

2. Dr. Harmita, Apt., selaku pembimbing PKPA dari Fakultas Farmasi dan ketua

Program Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang telah

membantu dan memberikan bimbingan, serta arahan selama PKPA

berlangsung dan dalam penyusunan laporan ini.

3. Dr. Safaruddin, MARS selaku Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota

Administrasi Jakarta Timur yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk melaksanakan PKPA.

4. Dra. Dyan Sulistyorini, Apt., selaku pembimbing PKPA dan Koordinator

Farmasi, Makanan, dan Minuman, Seksi Sumber Daya Kesehatan yang telah

membimbing dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA

berlangsung.

5. drg. Margaretha S.D.W., selaku Koordinator Tenaga Kesehatan yang telah

memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada penulis selama

PKPA berlangsung.

6. drg. Roselyne Tobing, selaku Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan yang

telah memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada penulis selama

PKPA berlangsung.

7. Seluruh staf Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur yang

telah menerima dan membantu penulis selama melaksanakan kegiatan PKPA.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 5: PR-Reza Hermawan.pdf

v Universitas Indonesia

8. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

9. Orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan doa, serta dukungan

moral dan finansial kepada penulis.

10. Seluruh teman-teman mahasiswa Apoteker angkatan 76 yang telah berjuang

bersama dalam menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker Universitas

Indonesia.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari pihak yang membaca. Penulis memohon maaf apabila ada

kesalahan-kesalahan dalam laporan ini. Penulis berharap semoga pengetahuan dan

pengalaman yang diperoleh selama menjalani PKPA yang dituangkan dalam

laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Penulis

2013

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 6: PR-Reza Hermawan.pdf

HALAMAN PERI\TYATAAI\I PERSETUJUAI\T PUBTIKASI TUGASAKIIIR TINTUK KEPENTINGAIT AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesi4 saya yang bertanda tangan dibawah ini:

demi pengembangan ilmu pengetahuaq menyetujui untuk memberikan kepadaUniversitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan KotaAdministrasi JaIGrta Timur Jalan Mahaman Raya No.2l8 Periode l l - 28 Maret2013

beserta perangkat yang ada (iika diperlukan). Dengan Hak Bebas RoyaltiNoneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,mengalihmedia/format-kara mengelola dalam bentuk pangkalan data (dafabase),

merawat dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan namasaya sebagai penuliVpencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian penryataan ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuatdi : DepokPada Tanggal : 2) Juli 2012

NamaNPMProgra$a StdiFakultasJenis Karya

Reza Hermawan Sulistomo1206313601Profesi ApotekerFamrasiLaporan Kerja Praktek

viii

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 7: PR-Reza Hermawan.pdf

vi Univeritas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii

DAFTAR TABEL............................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x

1. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang............................................................................................ 1

1.2. Tujuan ......................................................................................................... 2

2. TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN KOTA

ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR .......................................................... 3

2.1. Instansi Kesehatan ..................................................................................... 3

2.2. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur .......................... 4

3. TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN .............. 14

3.1. Seksi Sumber Daya Kesehatan ................................................................. 14

3.2. Dasar Hukum ............................................................................................ 14

3.3. Ruang Lingkup ......................................................................................... 17

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 43

4.1. Bagian Tenaga Kesehatan ........................................................................ 44

4.2. Bagian Standarisasi Mutu Kesehatan ...................................................... 50

4.3. Bagian Farmasi, Makanan, dan Minuman ............................................... 54

5. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 72

5.1. Kesimpulan ............................................................................................... 72

5.2. Saran ......................................................................................................... 73

DAFTAR ACUAN ..............................................................................................74

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 8: PR-Reza Hermawan.pdf

vii Univeritas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Grafik rekapitulasi jumlah sarana IRTP dan jumlah Nomor P-

IRT di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur

hingga bulan Maret 2013 ............................................................ 64

Gambar 4.2 Grafik rekapitulasi jumlah sarana toko obat yang berada di

wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur hingga

bulan Maret 2013 ........................................................................ 67

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 9: PR-Reza Hermawan.pdf

viii Univeritas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan

Pulo Gadung ................................................................................ 45

Tabel 4.2. Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan

Matraman .................................................................................... 45

Tabel 4.3. Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan

Makasar ....................................................................................... 46

Tabel 4.4. Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan

Duren Sawit ................................................................................ 46

Tabel 4.5. Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan

Ciracas ......................................................................................... 47

Tabel 4.6. Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan

Cakung ........................................................................................ 48

Tabel 4.7. Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan

Cipayung ..................................................................................... 48

Tabel 4.8. Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan

Jatinegara .................................................................................... 49

Table 4.9. Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan

Kramat Jati .................................................................................. 49

Tabel 4.10. Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan

Pasar Rebo .................................................................................. 50

Tabel 4.11. Jenis obat terbanyak dipakai di Puskesmas wilayah Jakarta

Timur ........................................................................................... 57

Tabel 4.12. Data jumlah apotek di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur

berdasarkan kecamatan ............................................................... 60

Tabel 4.13. Data jumlah apotek rakyat di wilayah Kota Administrasi Jakarta

Timur berdasarkan kecamatan .................................................... 60

Tabel 4.14. Data jumlah apoteker penanggung jawab apotek dan apoteker

pendamping berdasarkan data sarana dan prasarana di wilayah

Sudinkes Jakarta Timur ............................................................... 62

Tabel 4.15. Data jumlah sarana IRTP di berbagai kecamatan dalam

wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur sampai

bulan Maret 2013 ........................................................................ 63

Tabel 4.16. Data jumlah Nomor P-IRT di berbagai kecamatan dalam

wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur hingga

bulan Maret 2013 ........................................................................ 63

Tabel 4.17. Data rekapitulasi jumlah sarana IRTP dan jumlah Nomor P-

IRT di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur

hingga bulan Maret 2013 ............................................................ 64

Tabel 4.18. Data jumlah sarana toko obat yang berada di wilayah Sudinkes

kota administrasi Jakarta Timur sampai bulan Maret 2013 ........ 66

Tabel 4.19. Data rekapitulasi sarana toko obat yang berada di wilayah

Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur sampai bulan Maret

2013 ............................................................................................. 66

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 10: PR-Reza Hermawan.pdf

ix Univeritas Indonesia

Tabel 4.20. Hasil monitoring harga obat generik pada sarana pelayanan

kesehatan di wilayah Jakarta Timur ............................................ 69

Tabel 4.21. Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT pada tahun 2010... 76

Tabel 4.22. Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT pada tahun 2011... 76

Tabel 4.23. Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT pada tahun 2012... 78

Tabel 4.24. Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT hingga bulan

Maret 2013 .................................................................................. 78

Tabel 4.25. Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun 2010 ......................... 79

Tabel 4.26. Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun 2011 ......................... 79

Tabel 4.27. Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun 2012 ......................... 79

Tabel 4.28. Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun 2013 ......................... 79

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 11: PR-Reza Hermawan.pdf

x Univeritas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan ................................... 81

Lampiran 2. Bagan Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.. 82

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 12: PR-Reza Hermawan.pdf

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan

nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Untuk mencapai derajat

kesehatan masyarakat yang optimal, diperlukan penyelenggaraan pembangunan

kesehatan secara terpadu dan berkesinambungan, yang meliputi sumber daya dan

upaya kesehatan. Dalam hal ini, pemerintah bertanggung jawab dalam

merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi

penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh seluruh

lapisan masyarakat.

Berdasarkan Undang-Undang No.36 tahun 2009, pemerintah bertanggung

jawab atas ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun

sosial bagi masyarakat, ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil

dan merata, ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas

pelayanan kesehatan, memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat

dalam segala bentuk upaya kesehatan, ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan

yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau untuk mencapai derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya.

Berdasarkan Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah, bahwa dalam menghadapi perkembangan keadaan di dalam maupun

diluar negeri serta tantangan persaingan global, dipandang perlu

menyelenggarakan sistem otonomi daerah yang menjadikan Pemerintah Pusat

melakukan pendelegasian wewenang kepada Pemerintah Daerah. Kewenangan

Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah harus disertai dengan penyerahan

dan pengalihan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia

sesuai dengan kewenangan yang diserahkan tersebut. Salah satu pendelegasian

wewenang adalah dalam hal pengelolaan kesehatan (Peraturan Pemerintah No. 25

Tahun 2000, 2000). Pembangunan Kesehatan yang diupayakan oleh Pemerintah

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 13: PR-Reza Hermawan.pdf

2

Provinsi DKI Jakarta diatur dalam suatu aturan, yaitu Sistem Kesehatan Daerah

(Peraturan Daerah DKI Jakarta No.4 Tahun 2009, 2009). Pemerintah DKI Jakarta

melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009

mendirikan Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) di setiap Kota Administrasi yang

berada di DKI Jakarta, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta

Selatan, dan Jakarta Timur. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur merupakan

perpanjangan tangan dari Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta untuk

mempermudah tugas dan tanggung jawabnya dalam pelaksanaan binwasdal

(pembinaan, pengawasan, dan pengendalian) upaya-upaya kesehatan di Jakarta

Timur (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009).

Sebagai sumber daya manusia yang berperan dalam pelayanan kesehatan,

apoteker memiliki peran dan fungsi dalam Suku Dinas Kesehatan. Peran dan

fungsi tersebut berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi cara

perizinan, serta pembinaan, pengawasan, dan pengendalian dari pelayanan

kesehatan, termasuk sarana dan tenaga kesehatan. Oleh karena itu, Fakultas

Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan Kota

Administrasi Jakarta Timur dalam mengadakan kegiatan Praktek Kerja Profesi

Apoteker (PKPA). Kegiatan PKPA dilaksanakan pada tanggal 7 - 28 Januari 2013

dengan tujuan untuk memberikan gambaran mengenai peran profesi apoteker di

Suku Dinas Kesehatan, serta memberikan pengalaman.

1.2 Tujuan

Pelaksanaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta

Timur bertujuan agar mahasiswa calon Apoteker:

a. Mengetahui tugas dan fungsi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi

Jakarta Timur.

b. Mengetahui bagian Seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kesehatan

Kota Administasi Jakarta Timur.

c. Mengetahui tugas dan fungsi Seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas

Kesehatan Kota Administasi Jakarta Timur.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 14: PR-Reza Hermawan.pdf

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN UMUM

SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

2.1 Instansi Kesehatan

Ada beberapa instansi pemerintah yang khusus menangani bidang

kesehatan. Secara hirarki instansi tersebut dapat dibagi menjadi:

a. Kementerian Kesehatan

Kementerian Kesehatan (dahulu Departemen Kesehatan) merupakan

badan pelaksana pemerintah di bidang kesehatan, dipimpin oleh Menteri

Kesehatan. Kementerian Kesehatan berada di bawah Presiden, bertanggung jawab

kepada Presiden, bertugas membantu Presiden dan menyelenggarakan sebagian

urusan pemerintahan di bidang kesehatan yang berfungsi sebagai regulator di

tingkat nasional.

b. Dinas Kesehatan (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun

2009, 2009)

Dinas Kesehatan adalah sebagai unsur pelaksana otonomi daerah di bidang

kesehatan. Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang diangkat

dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Kepala Dinas dalam

melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur

melalui Sekretaris Daerah yang berfungsi sebagai regulator di tingkat daerah DKI

Jakarta.

c. Suku Dinas Kesehatan (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150

Tahun 2009, 2009)

Suku Dinas Kesehatan adalah Suku Dinas Kesehatan Kota

Administrasi/Dinas Kesehatan Kabupaten Administrasi sebagai perangkat pada

tingkat kota administrasi/kabupaten administrasi di Provinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas

yang diangkat dari pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya, kepala Suku Dinas bertanggung jawab secara

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 15: PR-Reza Hermawan.pdf

4

Universitas Indonesia

teknis administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan dan secara teknis operasional

kepada Walikota Administrasi yang berfungsi sebagai auditor di wilayahnya.

d. Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan. Puskesmas merupakan

organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat

menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat,

dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh

pemerintah dan masyarakat. Fungsi Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan

yang menyeluruh dan terpadu dengan tujuan untuk meningkatkan hidup sehat dan

derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada

perorangan. Jumlah Puskesmas yang tercatat sampai saat ini sekitar 7.277 unit

Puskesmas Kecamatan dengan 1.818 unit diantaranya mempunyai fasilitas ruang

rawat inap, 21.587 unit Puskesmas kelurahan, dan 5.084 unit Puskesmas keliling

untuk wilayah Jakarta Timur terdapat 10 Puskesmas Kecamatan dan 78

Puskesmas Kelurahan.

2.2 Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur (Peraturan

Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009)

Dengan adanya perubahan sistem pemerintahan tahun 1999 dari sistem

sentralisasi menjadi otonomi daerah mengakibatkan sebagian wewenang

pemerintah pusat dilimpahkan kepada pemerintah daerah, sehingga pemerintah

Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.

58 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan DKI Jakarta

yang mengawali berdirinya Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas

Kesehatan Masyarakat di tingkat Kotamadya, dan pada tahun 2009 dengan

Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 10 Tahun 2008 tentang Perubahan Organisasi

Suku Dinas Kesehatan pasca restrukturisasi perihal peningkatan efisiensi dimana

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 16: PR-Reza Hermawan.pdf

5

Universitas Indonesia

Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dengan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat

dilebur menjadi satu, yakni Suku Dinas Kesehatan.

Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi merupakan Unit Kerja Dinas

Kesehatan pada Kota Administrasi dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan

pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh

seorang Kepala Suku Dinas yang secara teknis dan administrasi berkedudukan di

bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan serta secara

operasional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota.

Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi mempunyai tugas melaksanakan

kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas

Kesehatan Kota Administrasi mempunyai fungsi :

a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan

Anggaran (DPA) Suku Dinas.

b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas.

c. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan

lingkungan, kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan perorangan, rujukan,

khusus, tradisional, dan keahlian.

d. Pengendalian penanggulangan kegawatdaruratan, bencana, dan Kejadian Luar

Biasa (KLB).

e. Pengendalian, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular atau tidak

menular.

f. Pengawasan dan pengendalian ketersediaan kefarmasian.

g. Pelaksanaan surveilans kesehatan.

h. Pelaksanaan monitoring penerapan sistem manajemen mutu kesehatan.

i. Pengendalian pencapaian standarisasi prasarana dan sarana pelayanan

kesehatan baik pemerintah maupun swasta.

j. Pelaksanaan pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan, dan

pertanggungjawaban penerimaan retribusi kesehatan yang diterima Suku

Dinas.

k. Pemberian, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi perizinan atau

rekomendasi atau sertifikasi di bidang kesehatan.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 17: PR-Reza Hermawan.pdf

6

Universitas Indonesia

l. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup

Kota Administrasi.

m. Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan

gizi dan kesehatan masyarakat.

n. Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan dan

pemanfaatan data dan informasi mengenai kesehatan masyarakat, kesehatan

lingkungan, prasarana dan sarana pelayanan kesehatan perseorangan, rujukan

khusus, tradisional dan keahlian pada lingkup Kota Administrasi.

o. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan

prasarana dan sarana kerja Suku Dinas.

p. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang.

q. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggan dan ketatausahaan.

r. Pelaksanaan kegiatan publikasi dan pengaturan acara Suku Dinas.

s. Penyiapan bahan laporan ke Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas dan

fungsi Suku Dinas.

t. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas.

2.2.1 Visi dan Misi (Sudinkes Jaktim, 2009)

Visi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur yaitu Jakarta Timur Sehat,

Mandiri dan Bermutu untuk semua. Misi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur

adalah :

a. Meningkatkan kemampuan manajerial dan profesionalisme Sumber Daya

Manusia (SDM).

b. Meningkatkan kinerja organisasi dengan pendekatan tim.

c. Mengembangkan sistem informasi kesehatan sesuai dengan perkembangan

teknologi.

d. Menggalang kemitraan dengan lintas program, lintas sektor, Lembaga

Swadaya Masyarakat, dan organisasi terkait.

e. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 18: PR-Reza Hermawan.pdf

7

Universitas Indonesia

2.2.2. Sasaran Mutu (Sudinkes Jaktim, 2009)

Sasaran mutu yang ingin dicapai oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur

adalah :

a. Binwasdal (Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian) SDM Sudinkes 100 %

terlaksana dengan baik, benar, dan tepat waktu.

b. Binwasdal Program 100 % terlaksana dengan baik, benar dan tepat waktu.

c. Pelayanan perizinan tenaga kesehatan dan sarana kesehatan 12 hari kerja,

kecuali sarana kesehatan lingkungan 25 hari kerja.

d. Keluhan pelanggan 100 % ditindaklanjuti.

e. Kepuasan pelanggan dengan nilai IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat)

minimal 2,51 atau dalam kategori baik.

2.2.3. Struktur Organisasi (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150

Tahun 2009, 2009)

Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan, organisasi Suku Dinas Kesehatan

Kota Administrasi Jakarta Timur terdiri dari :

a. Kepala Suku Dinas

b. Subbagian Tata Usaha

c. Seksi Kesehatan Masyarakat

d. Seksi Pelayanan Kesehatan

e. Seksi Sumber Daya Kesehatan

f. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan

g. Sub kelompok Jabatan Fungsional

2.2.3.1. Kepala Suku Dinas

Kepala Suku Dinas mempunyai tugas :

a. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33

b. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Subbagian, Seksi dan Subkelompok

Jabatan Fungsional

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 19: PR-Reza Hermawan.pdf

8

Universitas Indonesia

c. Melaksanakan kerja sama dan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan atau Instansi

pemerintah atau swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi

Suku Dinas.

d. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi

Suku Dinas.

2.2.3.2. Subbagian Tata Usaha

Subbagian Tata Usaha merupakan Satuan Kerja staf Suku Dinas

Kesehatan dalam pelaksanaan administrasi umum Suku Dinas Kesehatan.

Subbagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang

berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas.

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas :

a. Penyusunan bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai

dengan lingkup tugasnya.

c. Pengkoordinasian penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan

Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas.

d. Pelakasanaan monitoring, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas.

e. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang Suku Dinas.

f. Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan Suku Dinas.

g. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan

prasarana dan sarana kerja Suku Dinas.

h. Pemeliharaan kebersihan, keindahan, keamanan, dan ketertiban kantor.

i. Pelaksanaan pengelolaan ruang rapat atau pertemuan Suku Dinas.

j. Pelaksanaan publikasi kegiatan, upacara dan pengaturan acara Suku Dinas.

k. Penerimaan, pencatatan, pembukuan, penyetoran, dan pelaporan penerimaan

retribusi Suku Dinas Kesehatan.

l. Penyiapan bahan laporan Suku Dinas yang terkait dengan tugas Subbagian

Tata Usaha.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 20: PR-Reza Hermawan.pdf

9

Universitas Indonesia

m. Pengkoordinasian penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja dan

akuntabilitas) Suku Dinas.

n. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Subbagian Tata Usaha.

2.2.3.3 Seksi Kesehatan Masyarakat

Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas

Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan

masyarakat. Seksi Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Seksi

yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas.

Seksi Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas :

a. Penyusunan bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai

dengan lingkup tugasnya.

c. Pelaksanaan pengendalian mutu kegiatan pelayanan kesehatan keluarga

termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, kesehatan anak prasekolah, usia

sekolah, remaja, kesehatan reproduksi, usia lanjut, keluarga berencana,

pekerja wanita, dan asuhan keperawatan.

d. Pengkoordinasian sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan

dan pengendalian program kesehatan masyarakat.

e. Pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan dan informasi

f. Pelaksanaan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatann

masyarakat.

g. Pelaksanaan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat

Kota Administrasi.

h. Pelaksanaan manajemen database kesehatan melalui sistem informasi

manajemen kesehatan yang terintegrasi.

i. Pelaksanaan pengendalian pelaksanaan program gizi dan PPSM.

j. Penerapan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG).

k. Penyiapan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas

Seksi Kesehatan Masyarakat.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 21: PR-Reza Hermawan.pdf

10

Universitas Indonesia

l. Pelaporan dan pertanggunjawaban pelaksanaan tugas Seksi Kesehatan

Masyarakat.

2.2.3.4 Seksi Pelayanan Kesehatan

Seksi Pelayanan Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas

Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi Pelayanan Kesehatan

dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Pelayanan Kesehatan

mempunyai tugas:

a. Penyusunan bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai

dengan lingkup tugasnya.

c. Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian tata laksana

pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan.

d. Penghimpunan, pengolahan, penyajian, pemeliharan, pengembangan,

pemanfaatan data dan informasi upaya pelayanan kesehatan.

e. Pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar

pelayanan kesehatan

f. Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan akreditasi sarana pelayanan

kesehatan.

g. Pemberian rekomendasi atau perizinan sarana pelayanan kesehatan.

h. Pemberian tanda daftar kepada pengobat tradisional.

i. Pelaksanaan siaga 24 jam/Pusat Pengendali Dukungan Kesehatan

(Pusdaldukkes).

j. Pelakuan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal

pelayanan kesehatan.

k. Peyiapan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas

Seksi Pelayanan Kesehatan.

l. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Seksi Pelayanan

Kesehatan.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 22: PR-Reza Hermawan.pdf

11

Universitas Indonesia

2.2.3.5 Seksi Sumber Daya Kesehatan

Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas

Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi

Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan

di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Sumber Daya

Kesehatan mempunyai tugas:

a. Penyusunan bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai

dengan lingkup tugasnya.

c. Pelaksanaan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan, dan

minuman.

d. Pemberian rekomendasi atau perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan,

dan minuman.

e. Pelaksanaan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan

f. Penyusunan peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan

berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan.

g. Pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas

kesehatan terhadap standar pelayanan.

h. Pelaksanaan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem

manajemen mutu.

i. Pelaksanaan survey kepuasan pelanggan kesehatan.

j. Pelaksanaan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan penetapan

sistem manajemen mutu kepada Puskesmas.

k. Pelaksanaan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator.

l. Pelaksanaan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur,

assessor, dan auditor mutu pelayanan kesehatan.

m. Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan

sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional,

subpenyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo obat, dan industri

makanan minuman rumah tangga.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 23: PR-Reza Hermawan.pdf

12

Universitas Indonesia

n. Pelaksanaan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan

persediaan cadangan obat esensial.

o. Pelaksanaan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada

lingkup Kota Administrasi.

p. Pelaksanaan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan.

q. Penyiapan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas

Seksi Sumber Daya Kesehatan.

r. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas seksi Sumber Daya

Kesehatan.

2.2.3.6 Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan

Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku

Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan.

Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang

berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi

Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas:

a. Penyusunan bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai

dengan lingkup tugasnya.

c. Pelaksanaan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular,

kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah

atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan kesehatan lingkungan.

d. Pelaksanaan kegiatan pembinan pelaksanaan kesehatan haji.

e. Penyiapan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit menular

atau tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat.

f. Pelaksanaan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan teknis

peningkatan kompetensi surveilans epidemiologi, tenaga kesehatan

pengendalian penyakit menular dan tidak menular, serta kesehatan jiwa

masyarakat.

g. Pelaksanaan kegiatan koordinasi, kerja sama dan kemitraan pengendalian

penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 24: PR-Reza Hermawan.pdf

13

Universitas Indonesia

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Dearah

(UKPD) dan atau instansi pemerintah / swasta / masyarakat.

h. Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan

imunisasi.

i. Penghimpunan, pengolahan, penyajian, pemeliharaan, pengembangan dan

pemanfaatan data dan informasi surveilens epidemiologi sebagai Sistem

Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) pada lingkup Kota

Administrasi.

j. Pelaksanaan kegiatan investigasi penyakit potensial Kejadian Luar Biasa

(KLB) dan dugaan wabah serta keracunan makanan.

k. Peningkatan sistem jaringan informasi wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB)

dan surveilans.

l. Pelaksanaan kegiatan pengendalian surveilans kematian.

m. Pelaksanaan kegiatan monitoring dan pemetaan kegiatan penanggulangan

wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans.

n. Pelaksanaan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan

lingkungan meliputi penyehatan air minum / air bersih, penyehatan makanan

dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian

radiasi, penyehatan pemukiman kumuh, penyehatan di tempat-tempat umum,

tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), upaya pengelolaan

lingkungan / upaya pemantauan lingkungan.

o. Pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang

kesehatan lingkungan.

p. Penyiapan materi pelatihan teknis dalam Bidang Kesehatan Lingkungan dan

Kesehatan Kerja.

q. Penyiapan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas

Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan.

r. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Seksi Pengendalian

Masalah Kesehatan.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 25: PR-Reza Hermawan.pdf

14 Universitas Indonesia

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS

SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN

3.1 Seksi Sumber Daya Kesehatan (Undang-undang No. 25 Tahun 2009,

2009)

Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku Dinas

Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi

Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan

di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas.

Deskripsi kerja Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan antara lain:

a. Menyusun rencana kerja program: Standarisasi Mutu Kesehatan; Tenaga

Kesehatan; dan Farmasi, Makanan, dan Minuman selama 1 tahun.

b. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Standarisasi Mutu Kesehatan.

c. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Tenaga Kesehatan.

d. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Farmasi, Makanan, dan

Minuman.

e. Membantu melaksanakan tugas-tugas dari Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota

Administrasi Jakarta Timur.

f. Pemantauan Pemberantasan Sarang Nyamuk di wilayah kecamatan binaan.

3.2 Dasar Hukum

3.2.1 Dasar Hukum Perizinan Sarana Kesehatan

Dasar hukum yang mengatur perizinan sarana kesehatan farmasi makanan

dan minuman adalah sebagai berikut:

a. Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

b. Undang-undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

c. Undang-undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

d. Undang-undang RI No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.

e. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian

f. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan

g. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah

dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 26: PR-Reza Hermawan.pdf

15

Universitas Indonesia

h. Peraturan Pemerintah No.28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi

Pangan.

i. Kepmenkes No.1331/MenKes/SK/X/2002 tentang Pedagang Eceran Obat.

j. Kepmenkes No. 246/MenKes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Kecil

Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional.

k. Permenkes No. 1191/MenKes/Per/VIII/2010 tentang Penyaluran Alat

Kesehatan

l. Kepmenkes No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara

Pemberian Izin Apotek.

m. Kepmenkes No.184/MenKes/Per/II/1995 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan

Masa Bakti dan Ijin Kerja Apoteker.

n. Kepmenkes No. 149/MenKes/Per/II/1998 tentang Perubahan Atas PerMenKes

No.184/MenKes/Per/II/1995 Tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Masa

Bakti dan Ijin Kerja Apoteker.

o. Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.970 tahun 1990 tentang Ketentuan

Penyelenggaraan Usaha Pedagang Eceran Obat di wilayah DKI Jakarta.

3.2.2 Dasar Hukum Perizinan Tenaga Kesehatan

Dasar hukum yang mengatur perizinan tenaga kesehatan adalah sebagai

berikut:

a. Permenkes No. 1796/Menkes/Per/ VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga

Kesehatan.

b. Kepmenkes No.889/MenKes/ Per/V/2011 tentang Izin Praktik dan izin Kerja

Tenaga Kefarmasian.

c. Kepmenkes No.2052/Menkes/Per/X/2011 Tentang Izin Praktik dan

Pelaksanaan Praktik Kedokteran.

d. Kepmenkes No. H.K 02.02/Menkes/148/ I/2001 Tentang Registrasi dan

Praktik Perawat.

e. Kepmenkes No.1392/Menkes/SK/XII/2001 Tentang Registrasi dan Izin Kerja

Perawat Gigi.

f. Kepmenkes No. H.K 02.02/Menkes/149/ I/2001 Tentang Registrasi dan

PraktikBidan.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 27: PR-Reza Hermawan.pdf

16

Universitas Indonesia

g. Kepmenkes No.357/Menkes/Per/2006 Tentang Registrasi dan Izin

Radiografer.

h. Kepmenkes No.544/Menkes/VI/2002 Tentang Registrasi dan Izin Kerja

Refraksionis Optisien.

i. Kepmenkes No.1363/Menkes/SK/XII/2001 Tentang Registrasi dan Izin

Praktik Fisioterapis.

j. Kepmenkes No.867/Menkes/Per/VIII/2004 Tentang Registrasi dan Praktik

Terapis Wicara.

3.2.3 Dasar Hukum Mengenai Standarisasi Mutu Kesehatan

Dasar hukum mengenai Standarisasi Mutu Kesehatan menyangkut

Undang-Undang Pelayanan Publik. Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik mengatur tentang penyelenggaraan pelayanan publik yang

dilaksanakan di Negara ini sehingga menjamin kepastian hukum dalam hubungan

antara masyarakat dan penyelenggara dalam pelayanan publik. Menurut Undang-

Undang tersebut, yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau

rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas

barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan publik. Penyelenggara pelayanan publik tersebut adalah

setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen, yang

dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan

hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.

Pelayanan administratif yang dimaksud oleh undang-undang ini meliputi:

a. Tindakan administratif pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur

dalam peraturan perundang-undangan dalam rangka mewujudkan

perlindungan pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda warga

negara.

b. Tindakan administratif oleh instansi non pemerintah yang diwajibkan oleh

negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan, serta diterapkan

berdasarkan perjanjian dengan penerima pelayanan.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 28: PR-Reza Hermawan.pdf

17

Universitas Indonesia

Undang-undang ini mengatur segala aspek penyelenggaraan pelayanan

publik, termasuk yang paling utama ialah kewajiban bagi setiap penyelenggara

pelayanan publik untuk menetapkan standar pelayanan mengenai standar

pelayanan publik yang diberikan dan hal ini diatur lag ioleh peraturan pemerintah.

Dengan demikian, undang-undang ini menjamin adanya diberikannya pelayanan

publik yang berkulaitas bagi seluruh masyarakat.

3.3 Ruang Lingkup

Seksi ini membawahi tiga bagian, yaitu:

a. Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman

b. Koordinator Tenaga Kesehatan

c. Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan

3.3.1 Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman

Ruang lingkup perizinan sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman

di wilayah DKI Jakarta yang proses perizinannya telah didelegasikan ke Suku

Dinas Kesehatan Kota Administrasi adalah:

a. Apotek (apotek kerjasama, apotek profesi, apotek rakyat dari toko obat dan

depo obat / farmasi)

b. Toko Obat

c. Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) sejak Januari 2013

d. Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK)

e. Sertifikasi kelayakan olahan/produksi makanan minuman rumah tangga/

Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT)

3.3.1.1 Apotek (Dinkes Provinsi DKI Jakarta, 2002 ; Peraturan Menteri Kesehatan

No. 1332/MenKes/SK/X/2002, 2002)

Berdasarkan Permenkes No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan

dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat

dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan

kesehatan lainnya kepada masyarakat. Dengan telah diterbitkannya Peraturan

Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian maka nantinya

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 29: PR-Reza Hermawan.pdf

18

Universitas Indonesia

semua persyaratan untuk melakukan pekerjaan kefarmasiaan pada sarana farmasi

akan mengacu pada Peraturan Pemerintah tersebut. Akan tetapi, fungsi Peraturan

Pemerintah tersebut belum dapat digunakan karena masih menunggu aturan dari

Menteri Kesehatan RI yang hingga kini belum diterbitkan.

Khusus di DKI Jakarta perizinan apotek dibagi menjadi 4, yaitu:

a. Apotek Kerjasama, adalah apotek dimana apoteker hanya sebagai apoteker

pengelola apotek (APA), sedangkan pemilik sarana apotek (PSA) adalah dari

pihak lain (bisa perorangan, PT, dan lain-lain).

b. Apotek Profesi, adalah apotek yang apoteker pengelola apotek (APA) juga

sebagai pemilik sarana apoteknya (PSA).

c. Depo Farmasi/Depo Obat, adalah apotek yang berada di klinik, dan hanya

boleh menerima resep dari klinik tersebut.

d. Apotek Rakyat (apotek sederhana) adalah sarana kesehatan tempat

dilaksanakannya pelayanan kefarmasian di mana dilakukan penyerahan obat

dan perbekalan kesehatan, dan tidak melakukan peracikan, serta tidak menjual

obat golongan narkotika dan psikotropika, di mana terhitung sejak

ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

284/MenKes/PER/III/2007, seluruh izin dan status apotek yang berasal dari

apotek sederhana akan disesuaikan menjadi apotek rakyat.

Standar penanggung jawab teknis apotek adalah apoteker. Apoteker adalah

mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak

melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. Sebelum

melaksanakan kegiatannya, APA wajib memiliki Surat Izin Kerja (SIK)/Surat

Penugasan (SP) dan Surat Izin Apotek (SIA).

SIA berlaku seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif

melakukan kegiatan dan tidak ada perubahan fisik dan non fisik. SIA harus

diperbaharui bila terjadi perubahan fisik dan non fisik dari sarana apotek. Kriteria

perubahan non fisik yakni apabila terjadi pergantian apoteker pengelola

saranaapotek (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya), terjadi

pergantian pemilik sarana kesehatan apotek (baik karena meninggal dunia maupun

hal lainnya), terjadi pergantian nama sarana kesehatan apotek, terjadi perubahan

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 30: PR-Reza Hermawan.pdf

19

Universitas Indonesia

alamat sarana kesehatan apotek tanpa pemindahan lokasi,dan/atau terjadi karena

surat izin sarana kesehatan apotek hilang atau rusak. Sedangkan perubahan fisik,

yakni apabila terjadi perubahan denah sarana kesehatan apotek dan terjadi

perubahan pindah lokasi apotek.

Untuk mendapatkan SIA, APA harus menyiapkan tempat (lokasi dan

bangunan) dan perlengkapannya termasuk obat dan perbekalan farmasi lain yang

merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Bangunan apotek harus

mempunyai luas yang memadai, sehingga dapat menjamin kelancaran

pelaksanaan tugas dan fungsi apotek, serta memelihara mutu perbekalan

kesehatan di bidang farmasi. Bangunan apotek minimal terdiri dari ruang tunggu,

ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi dan ruang kerja

apoteker, tempat pencucian alat dan toilet/WC. Bangunan apotek harus dilengkapi

sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang cukup, alat

pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik, serta ventilasi dan sistem

sanitasi yang baik. Apotek harus mempunyai papan nama apotek berukuran

minimal 40x60 cm dengan tulisan berwarna hitam (ukuran 5 cm) di atas dasar

berwarna putih yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA dan alamat

apotek.

Apotek harus memiliki perlengkapan yang memadai seperti timbangan,

mortir, wadah dan etiket, tempat penyimpanan obat, termasuk lemari khusus

narkotika dan psikotropika, kartu stok, dan sebagainya. Apotek harus melaporkan

pemakaian narkotika setiap bulan kepada Suku Dinas Kesehatan Kota

Administrasi Jakarta setempat dengan tembusan kepada Balai Besar POM di DKI

Jakarta, sedangkan pemakaian psikotropika harus dilaporkan maksimal setahun

sekali.

SIA dapat dicabut jika terdapat pelanggaran-pelanggaran yang

menyebabkan pencabutan SIA tersebut yang diatur menurut Keputusan Menteri

Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 Pasal 25 adalah :

a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Apoteker Pengelola

Apotek (APA).

b. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 31: PR-Reza Hermawan.pdf

20

Universitas Indonesia

c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus-

menerus.

d. Terjadi pelanggaran terhadap UU tentang narkotika, psikotropika, kesehatan,

dan ketentuan perundang-undangan yang lain.

e. Surat izin kerja APA dicabut.

f. Pemilik sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-

undangan di bidang obat.

Secara umum persyaratan izin apotek yang bekerja sama dengan pihak lain

adalah:

a. Surat permohonan APA yang ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan

setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas materai

Rp.6000,00.

b. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum

dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk PT yang

disahkan/terdaftar pada Departemen Kehakiman dan HAM RI.

c. Fotokopi KTP DKI dari APA.

d. Fotokopi Surat Izin Kerja (SIK)/ Surat Penugasan (SP) apoteker, dengan

lampiran surat keterangan selesai masa bakti apoteker bagi non pegawai

negeri.

e. Fotokopi surat status kepemilikan tanah: Fotokopi sertifikat, bila gedung milik

sendiri; fotokopi surat perjanjian kontrak bangunan minimal 2 (dua) tahun dan

KTP pemilik bangunan yang masih berlaku minimal dua tahun, bila

kontrak/sewa.

f. Fotokopi Undang-Undang Gangguan (UUG).

g. Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

h. Surat keterangan domisili dari kelurahan setempat.

i. Surat pernyataan pemohon yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada

peraturan perundangan yang berlaku di atas materai Rp. 6000,00.

j. Peta lokasi dan denah ruangan.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 32: PR-Reza Hermawan.pdf

21

Universitas Indonesia

k. Surat pernyataan dari pemilik sarana apotek tidak pernah terlibat dan tidak

akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang farmasi/obat dan tidak

akan ikut campur dalam pengelolaan obat di atas materai Rp. 6000,00.

l. Surat pernyataan APA bahwa yang bersangkutan tidak bekerja pada bidang

farmasi lain di atas materai Rp. 6000,00.

m. Surat pernyataan tidak melakukan penjualan narkotika, obat keras tertentu

tanpa resep di atas materai Rp.6000,00.

n. Struktur organisasi dan tata kerja/tata laksana (dalam bentuk Organogram).

o. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan.

p. SIK Asisten Apoteker/D3 farmasi.

q. Rencana jadwal buka apotek.

r. Daftar peralatan peracikan obat.

s. Buku wajib peraturan perundangan di bidang farmasi.

t. Formulir pelaporan narkotika dan psikotropika.

u. Akte notaris perjanjian kerjasama APA dan PSA (asli/legalisir).

v. Surat izin atasan bagi apoteker Pegawai Negeri Sipil.

Secara umum persyaratan izin apotek praktek profesi:

a. Surat permohonan apoteker praktek profesi ditujukan kepada Kepala Suku

Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas

materai Rp.6000,00.

b. Surat rekomendasi dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) DKI Jakarta yang

menyatakan bahwa yang bersangkutan layak untuk melakukan apotek profesi

yang diterbitkan setiap tahun sekali.

c. Fotokopi KTP DKI apoteker apotek praktek profesi.

d. Status kepemilikan bangunan, IMB dan surat sewa menyewa minimal 2

tahun.

e. Denah bangunan beserta peta lokasi.

f. Daftar peralatan peracikan, etiket, dll.

g. Fotokopi NPWP apoteker.

h. SIK/SP apoteker dan pas foto 2x3 sebanyak 2 lembar dengan melampirkan

surat selesai masa bakti apoteker.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 33: PR-Reza Hermawan.pdf

22

Universitas Indonesia

i. Surat pernyataan dari apotek bahwa selama buka apotek harus ada

apotekernya (bila tidak ada apotekernya maka harus tutup).

j. Jadwal buka apotek bersama dengan petugas/apoteker yang lain yang ikut

melakukan praktek profesi dengan melampirkan SIK dan KTP DKI Jakarta.

Secara umum persyaratan Izin depo obat/farmasi:

a. Surat permohonan apoteker penanggung jawab depo ditujukan kepada Suku

Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas

materai Rp.6000,00.

b. Fotokopi izin klinik yang masih berlaku.

c. Fotokopiakte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum

dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk badan hukum.

d. Fotokopi KTP DKI APA.

e. Ijasah/SIK/SP Apotekerdengan melampirkan surat selesai masa bakti

apoteker.

f. Surat pengangkatan apoteker sebagai karyawan/penanggung jawab depo

obat/farmasi.

g. Proposal untuk mendirikan depo obat/farmasi.

h. Ijazah/SIK asisten apoteker.

i. Peta lokasi dan denah bangunan seatap/sepekarangan dengan klinik serta

denah bangunan tertutup.

j. NPWP perusahaan.

k. UUG.

l. Status gedung/sertifikat gedung sewa minimal dua tahun.

m. Surat pernyataan apoteker hanya melayani resep dari klinik perusahaannya

(bukan dari resep umum), kecuali atas nama pasien perusahaan.

Apabila apotek memberikan pelayanan 24 jam, maka apotek tersebut harus

memiliki apoteker pendamping, dan apabila APA dan apoteker pendamping

berhalangan melakukan tugasnya, APA dapat menunjuk apoteker pengganti.

Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota, dalam hal ini kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 34: PR-Reza Hermawan.pdf

23

Universitas Indonesia

setempat untuk daerah DKI Jakarta dengan tembusan kepada Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi setempat. APA bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan

yang dilakukan oleh apoteker pendamping maupun apoteker pengganti/supervisor,

dalam pengelolaan apotek. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih

dari dua tahun secara terus-menerus, maka harus menunjuk apoteker pengganti,

sedangkan jika APA berhalangan melakukan tugasnya dalam waktu 1 – 3 bulan,

maka harus menunjuk apoteker supervisor. (Peraturan Menteri Kesehatan No.

1332/MenKes/SK/X/2002, 2002).

Pada setiap pengalihan tanggung jawab kefarmasian yang disebabkan

karena penggantian APA oleh apoteker pengganti, harus diikuti dengan serah

terima resep, narkotika dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci tempat

penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima ini harus diikuti dengan

pembuatan berita acara. Apabila apotek melakukan pelanggaran, maka dapat

diberikan teguran secara lisan untuk segera dilakukan perbaikan. Apabila tidak

ada perbaikan dari apotek tersebut, maka diberikan peringatan tertulis kepada

APA. Pelaksanaan pencabutan SIA dapat dilakukan setelah dikeluarkan

peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak tiga kali berturut-turut dengan

tenggang waktu masing-masing dua bulan atau pembekuan izin apotek untuk

jangka waktu selama-lamanya 6 bulan. Akan tetapi, pembekuan izin ini dapat

dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh

persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.Peraturan Menteri Kesehatan

No. 1332/MenKes/SK/X/2002, 2002).

3.3.1.2 Apotek Rakyat (Dinkes Provinsi, 2002 ; Peraturan Menteri Kesehatan No

284/MenKes/PER/III/2007, 2007)

Apotek rakyat adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan

kefarmasian, dimana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan, dan

tidak melakukan peracikan dan pelayanan resep narkotik dan psikotropik.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 284/MenKes/PER/III/2007,

ketentuan yang harus dipenuhi oleh Apotek rakyat adalah:

a. Apotek rakyat dalam pelayanan kefarmasian harus mengutamakan obat

generik.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 35: PR-Reza Hermawan.pdf

24

Universitas Indonesia

b. Apotek rakyat dapat menyimpan dan menyerahkan obat-obatan yang termasuk

golongan obat keras, obat bebas terbatas, obat bebas, dan perbekalan

kesehatan rumah tangga.

c. Apotek rakyat dilarang menyediakan narkotika dan psikotropika, meracik obat

dan menyerahkan obat dalam jumlah besar.

d. Setiap apotek rakyat harus memiliki satu orang apoteker sebagai penanggung

jawab, dan dapat dibantu oleh asisten apoteker.

e. Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, apotek rakyat yang melanggar

ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan dapat

dikenakan tindakan administratif berupa teguran lisan, tertulis, sampai dengan

pencabutan izin.

f. Pedagang eceran yang statusnya sudah berubah menjadi apotek sederhana

dianggap telah menjadi apotek rakyat.

Secara umum persyaratan izin apotek yang berasal dari toko obat/apotek

sederhana (apotek rakyat) :

a. Surat permohonan APA ditujukan kepada kepala Suku Dinas Kesehatan

setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas materai

Rp.6.000,00.

b. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum

dari Departemen Kehakiman dan HAM bila bentuk PT.

c. Salinan/fotokopi KTP DKI dari APA.

d. Fotokopi izin domisili dari lurah.

e. Status bangunan milik sendiri lampirkan sertifikat, bila sewa, fotokopi

perjanjian kontrak bangunan dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku

minimal 2 (dua) tahun.

f. Pernyataan pemilik sarana lokasi hanya untuk pada sentra pasar tempat toko

obat dan tidak pindah diluar pasar diatas materai Rp.6000,00.

g. Surat pernyataan kepala pasar yang menyatakan pihaknya ikut mengawasi

kegiatan apotek terhadap ketentuan per UU Farmasi yang berlaku di atas

materai Rp. 6000,00.

h. Surat keterangan domisili dari lurah atau kepala pasar.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 36: PR-Reza Hermawan.pdf

25

Universitas Indonesia

i. Surat pernyataan pemohon dan pemilik yang menyatakan akan tunduk serta

patuh kepada peraturan yang berlaku di atas materai Rp.6000,00.

j. Peta lokasi dan denah bangunan.

k. Surat pernyataan pemilik sarana apotek tidak terlibat lagi dalam pelanggaran

peraturan di bidang Farmasi/obat di atas materai Rp.6000,00.

l. Surat pernyataan APA sanggup mengelola apotek/toko obat diatas materai

Rp.6000,00.

m. Surat pernyataan dari APA dan PSA tidak melakukan peracikan dan penjualan

obat Narkotik, OKT baik dengan resep dokter maupun tanpa resep dari

pemilik dan apoteker diatas materai Rp.6000,00.

n. Struktur organisasi apotek dan tata kerja/tata laksana.

o. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan dilampiri sengan SK pengangkatan

dan daftar gaji yang disetujui oleh apoteker, pemilik dan tenaga kerja tersebut

diatas materai Rp.6000,00.

p. Surat izin kerja/surat penugasan apoteker.

q. Surat izin kerja AA/D3 Farmasi.

r. Rencana jadwal buka apotek.

s. Daftar peralatan lainnya.

t. Daftar buku wajib peraturan per UU di bidang Farmasi.

u. Surat peryataan APA dan pemilik bersedia bila diperiksa ke apotek oleh

petugas kesehatan yang berwenang di atas materai Rp.6000,00.

3.3.1.3 Toko Obat (Dinkes Provinsi DKI Jakarta, 2002)

Pedagang eceran obat didefinisikan sebagai orang/badan hukum di

Indonesia yang mempunyai izin untuk menyimpan obat-obat bebas (label hijau)

dan obat-obat bebas terbatas (label biru) untuk dijual secara eceran di tempat

tertentu sebagai tercantum dalam surat izin. Pedagang eceran obat harus menjaga

agar obat-obat yang dijual bermutu baik dan berasal dari pabrik-pabrik farmasi

atau pedagang besar farmasi yang mendapat izin dari Menteri Kesehatan RI. Surat

izin pendirian suatu toko obat dapat diperoleh dengan mengajukan surat

permohonan Izin Usaha kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi

setempat yaitu di Seksi Sumber Daya Kesehatan bagian Farmasi, Makanan, dan

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 37: PR-Reza Hermawan.pdf

26

Universitas Indonesia

Minuman. Izin toko obat berlaku selama 2 tahun dan dapat diperpanjang kembali

dengan penanggung jawab teknis adalah seorang Asisten Apoteker. Adapun

persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin usaha toko obat antara

lain :

a. Surat permohonan izin toko obat yang ditujukan kepada Kepala Sudinkes

Kotamadya setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas

materai Rp. 6000,00.

b. Fotokopi KTP DKI Jakarta pemilik toko obat.

c. Akte pendirian perusahaan bila bentuk badan hukum yang terdaftar pada

Menteri Kehakiman dan HAM.

d. Gambar denah lokasi tempat usaha dan denah ruangan

e. Ijazah dan SIK AA, foto 2x3 2 lembar.

f. Surat pernyataan kesediaan bekerja sebagai AA penanggung jawab teknis

pada toko obat di atas materai Rp. 6000,00.

g. Status bangunan tempat usaha milik sendiri (lampirkan sertifikat) dan bila

sewa minimal dua tahun dengan melampirkan surat sewa serta fotokopi KTP

pemilik.

h. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).

i. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Setiap perubahan fisik maupun non fisik yang terjadi, pihak toko obat

harus mengajukan permohonan tertulis kepada Seksi Sumber Daya Kesehatan

yang membawahi bagian Farmasi Makanan dan Minuman Suku Dinas Kesehatan

Kota Administrasi setempat.

Perubahan non fisik meliputi:

a. Terjadi pergantian asisten apoteker penanggung jawab teknis sarana kesehatan

toko obat (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya).

b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan toko obat.

c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan toko obat tanpa pemindahan

lokasi.

d. Terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan toko obat (baik karena meninggal

dunia maupun hal lainnya).

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 38: PR-Reza Hermawan.pdf

27

Universitas Indonesia

e. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan toko obat hilang atau rusak.

Perubahan fisik meliputi:

a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan toko obat.

b. Terjadi perpanjangan izin sarana kesehatan toko obat.

Toko obat harus menjalankan usahanya sesuai ketentuan dan peraturan

perundangan yang berlaku. Oleh karena itu, apabila toko obat melakukan

pelanggaran akan dikenakan sanksi baik berupa sanksi administratif maupun

sanksi pidana. Sanksi administratif yaitu mulai dari pemberian surat peringatan,

penghentian sementara kegiatan toko obat sampai pencabutan surat izin,

sedangkan untuk sanksi pidana pemilik toko obat dapat diajukan ke pengadilan.

3.3.1.4 Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) (Permenkes No.006 Tahun 2012)

Menurut Permenkes No.006 tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat

Tradisional menjelaskan Usaha Mikro Obat Tradisional yang selanjutnya disebut

UMOT adalah usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk

param, tapel, pilis, cairan obat luar dan rajangan. UMOT hanya dapat

diselenggarakan oleh badan usaha perorangan yang memiliki izin usaha sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan. Setiap industri dan usaha di bidang

obat tradisional wajib memiliki izin dari Menteri Kesehatan, kecuali untuk usaha

jamu gendong dan usaha jamu racikan. Dalam memberikan izin obat tradisional,

Menteri Kesehatan mendelegasikan kewenangan pemberian izin UMOT kepada

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Selain wajib memiliki izin, industri dan

usaha obat tradisional juga wajib memenuhi ketentuan peraturan perundang-

undangan di bidang penanaman modal.

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh izin UMOT terdiri

dari :

a. Surat Permohonan;

b. Fotokopi akta pendirian badan usaha perorangan yang sah sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan;

c. Susunan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas dalam hal

permohonan bukan perseorangan;

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 39: PR-Reza Hermawan.pdf

28

Universitas Indonesia

d. Fotokopi KTP/identitas pemohon dan/atau Direksi/Pengurus dan

Komisaris/Badan Pengawas;

e. Pernyataan pemohon dan/atau Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan

Pengawas tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di

bidang farmasi;

f. Fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan;

g. Surat Tanda Daftar Perusahaan dalam hal permohonan bukan perseorangan;

h. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan dalam hal permohonan bukan

perseorangan;

i. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak; dan

j. Fotokopi Surat Keterangan Domisili

Permohonan izin UMOT diajukan oleh pemohon kepada Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh sebagaimnana

tercantum dalam Formulir 18. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak menerima

permohonan untuk izin UMOT, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

menunjuk tim untuk melakukan pemeriksaan setempat. Paling lama 7 (tujuh) hari

kerja setelah menerima penugasan, tim melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan

administrasi dan teknis, dan menyampaikan hasil pemeriksaan kepada Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh sebagaimana

tercantum dalam Formulir 19. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima

hasil pemeriksaan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyetujui,

menunda, atau menolak permohonan izin UMOT dengan tembusan kepada

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai setempat, dengan

menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 20a, Formulir 20b

atau Formulir 20c. Apabila dalam 30 (tiga puluh) hari kerja setelah surat

permohonan diterima oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, tidak

dilakukan pemeriksaan/verifikasi, pemohon dapat membuat surat pernyataan siap

berproduksi Kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dengan

menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 21.

Izin UMOT diberikan kepada pemohon yang telah memenuhi persyaratan.

Permohonan izin UMOT ditunda atau ditolak apabila ternyata belum memenuhi

persyaratan. Dalam hal pemberian izin UMOT ditunda, kepada pemohon diberi

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 40: PR-Reza Hermawan.pdf

29

Universitas Indonesia

kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi paling lama 6

(enam) bulan sejak diterimanya Surat Penundaan.

Setiap industri dan usaha obat tradisional berkewajiban:

a. Menjamin keamanan, khasiat/manfaat dan mutu produk obat tradisional yang

dihasilkan;

b. Melakukan penarikan produk obat tradisional yang tidak memenuhi ketentuan

keamanan, khasiat/manfaat dan mutu dari peredaran; dan

c. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku.

Industri dan usaha obat tradisional yang akan melakukan perubahan

bermakna terhadap pemenuhan CPOTB wajib melapor dan mendapat persetujuan

dari Kepala Badan.

Setiap industri dan usaha obat tradisional dilarang membuat:

a. Segala jenis obat tradisional yang mengandung bahan kimia hasil isolasi atau

sintetik yang berkhasiat obat;

b. Obat tradisional dalam bentuk intravaginal, tetes mata, sediaan parenteral,

supositoria kecuali untuk wasir; dan/atau

c. Obat tradisional dalam bentuk cairan obat dalam yang mengandung etanol

dengan kadar lebih dari 1% (satu persen).

d. UMOT yang telah mendapat izin, yang melakukan perubahan nama, alamat,

atau Tenaga Teknis Kefarmasian penanggung jawab wajib melaporkan secara

tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan

kepada Kepala Balai setempat. Industri dan usaha obat tradisional yang akan

melakukan perubahan kapasitas dan/atau fasilitas produksi wajib melapor dan

mendapat persetujuan sesuai ketentuan. UMOT wajib menyampaikan laporan

secara berkala setiap 6 (enam) bulan meliputi jenis dan jumlah bahan baku

yang digunakan serta jenis, jumlah, dan nilai hasil produksi. Laporan UMOT

disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dengan

tembusan kepada Kepala Balai setempat.

3.3.1.5 Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK)

Cabang Penyalur Alat Kesehatan adalah badan hukum atau badan usaha

yang telah memperoleh izin usaha untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran

alat kesehatan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 41: PR-Reza Hermawan.pdf

30

Universitas Indonesia

Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) merupakan sarana yang legal yang

dapat menyalurkan alkes berbeda fungsi dari Penyalur Alkes (PAK) dimana

perusahaan yang sama namanya yang telah mendapat izin dari Depkes RI. Izin

Cabang Penyalur Alkes belaku sesuai dengan penunjukkan yang diberikan oleh

PAK pusat dan paling lama adalah 3 (tiga) tahun.

Alat kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin, alat untuk ditanamkan,

reagen/produk diagnostik in vitro atau barang lain yang sejenis atau yang terkait

komponen, bagian dan perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendiagosis

penyakit, menyembuhkan, merawat, memulihkan atau mencegah penyakit pada

manusia.

Persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin Cabang Penyalur

Alat Kesehatan (CPAK), antara lain:

a. Surat permohonan dari direktur/pimpinan Usaha Penyalur Alat Kesehatan

(UPAK), bukan dari CPAK, yang ditujukan kepada Sudinkes setempat

sebanyak tiga rangkap dan satu rangkap di atas materaiRp. 6000,00.

b. Surat penunjukkan dari UPAK sebagai CPAK di atas materai Rp. 6.000,00.

c. Fotokopi izin UPAK.

d. Akte perusahaan CPAK bila bentuk PT dan terdaftar pada Menteri Kehakiman

dan HAM.

e. Denah bangunan/ruangan dari CPAK.

f. Peta lokasi CPAK.

g. SIUP CPAK.

h. NPWP CPAK.

i. UUG.

j. Domisili perusahaan.

k. Status bangunan bila milik sendiri, lampirkan sertifikat dan bila sewa minimal

dua tahun dengan melampirkan surat sewa serta fotokopi KTP pemilik.

l. Penanggung jawab teknis (AA atau SMU yang mempunyai sertifikat

pengelolaan alat kesehatan).

Perubahan fisik maupun non fisik pada sarana CPAK juga harus

dilaporkan dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Sudinkes Seksi

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 42: PR-Reza Hermawan.pdf

31

Universitas Indonesia

Sumber Daya Kesehatan yang membawahi bagian Farmasi Makanan dan

Minuman.

Perubahan non fisik meliputi:

a. Terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan CPAK (baik meninggal dunia

maupun lainnya).

b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan CPAK.

c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan CPAK tanpa pemindahan lokasi.

d. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan CPAK hilang atau rusak.

Perubahan fisik (dilakukan pemeriksaan lapangan), meliputi:

a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan CPAK.

b. Terjadi perluasan lokasi sarana kesehatan CPAK.

Izin CPAK berlaku paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang

kembali bila semua persyaratan telah dipenuhi.

3.3.1.6 Izin Toko Alat Kesehatan (Kemenkes/No. 1191/MenKes/Per/VIII/2010,

2010)

Toko alat kesehatan adalah unit usaha yang diselenggarakan oleh

perorangan atau badan untuk melakukan kegiatan pengadaan, penyimpanan,

penyaluran alat kesehatan tertentu secara eceran sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan. Toko alat kesehatan hanya dapat menyalurkan alat

kesehatan tertentu dan dalam jumlah yang terbatas.

Alat kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin, dan atau implan yang

tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,

menyembuhkan, dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan

kesehatan pada manusia, dan atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi

tubuh.

Persyaratan memperoleh izin toko alat kesehatan adalah sebagai berikut:

a. Berbentuk badan usaha atau perorangan yang baik memperoleh izin usaha

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Memiliki toko dengan status milik sendiri, kontrak, atau sewa, paling singkat

2 (dua) tahun.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 43: PR-Reza Hermawan.pdf

32

Universitas Indonesia

Izin toko alat kesehatan dapat dicabut apabila:

a. Mendistribusikan alat kesehatan yang tidak mempunyai izin edar.

b. Mengadakan alat penyaluran kesehatan yang bukan dari Penyalur Alat

Kesehatan atau dari Cabang Penyalur Alat Kesehatan.

c. Pencabutan izin ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

3.3.1.7 Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) (Dinkes Provinsi DKI Jakarta,

2002)

Berdasarkan UU No. 28 tahun 2004 pasal 1 disebutkan bahwa perusahaan

Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) adalah perusahaan pangan yang memiliki

tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual

hingga semi otomatis. Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat

Makanan (BPOM) RI Nomor HK.00.05.5.1640 tanggal 30 April 2003 tentang

Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga

(SPP-IRT), maka SPP-IRT bertujuan untuk:

a. Meningkatkan pengetahuan produsen dan karyawan tentang pengolahan

pangan dan peraturan perundang-undangan di bidang keamanan pangan.

b. Menumbuhkan kesadaran dan motivasi produsen dan karyawan tentang

pentingnya pengolahan pangan yang higienis dan tanggung jawab terhadap

keselamatan konsumen.

c. Meningkatkan daya saing dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang

dihasilkan PIRT

Syarat-syarat Sertifikasi Penyuluhan Keamanan Pangan, yaitu:

a. Permohonan di atas materai Rp. 6000,00.

b. Fotokopi KTP.

c. Pasfoto berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak dua lembar.

Syarat-syarat Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, antara

lain:

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 44: PR-Reza Hermawan.pdf

33

Universitas Indonesia

a. Surat permohonan dari direktur/pimpinan perusahaan/perorangan yang

ditujukan kepada Sudinkes setempat sebanyak 2 (dua) rangkap dan 1 (satu)

rangkap di atas materai Rp. 6000,00.

b. Data perusahaan bila dalam bentuk CV lampirkan akte notarisnya.

c. Peta lokasi, IMB.

d. Denah ruangan produksi.

e. Rancangan etiket.

f. Fotokopi KTP pemilik (DKI Jakarta).

g. Pasfoto pemilik berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak dua lembar.

h. Surat izin perindustrian dari Dinas/SuDin Perindustrian.

i. Data produk makanan yang akan diproduksi.

j. Khusus untuk pengemasan kembali, harus disertai dengan surat keterangan

dari asal produk.

k. Status bangunan (sewa/milik sendiri) lampirkan fotokopi sertifikat , dan bila

sewa lampirkan surat sewa minimal 2 (dua) tahun beserta fotokopi KTP

pemilik.

Tata cara penyelenggaraan SPP-IRT yaitu:

a. Pengajuan permohonan

1) Permohonan untuk mendapatkan SPP-IRT ditujukan kepada Pemerintah

Daerah atau Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

2) Permohonan tidak dapat dipenuhi apabila pangan yang diproduksi berupa:

a) Susu dan hasil olahan.

b) Daging, ikan, unggas dan hasil olahannya yang memerlukan proses

dan atau penyimpanan beku.

c) Pangan kaleng.

d) Pangan bayi.

e) Minuman beralkohol.

f) Air minum dalam kemasan.

g) Pangan lain yang wajib memenuhi persyaratan SNI (contoh : SL,

coklat bubuk, garam yodium, AMDK, dan tepung).

h) Pangan lain yang ditetapkan oleh BPOM.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 45: PR-Reza Hermawan.pdf

34

Universitas Indonesia

3) Pemohon diwajibkan mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP) dan

telah melewati tahap pemeriksaan sarana produksinya oleh Sudinkes

Kotamadya.

b. Penyelenggaraan dan penyuluhan keamanan pangan

Penyelenggaraan dan penyuluhan keamanan pangan dalam rangka SPP-IRT

dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau Suku Dinas

Kesehatan di DKI Jakarta. Pelaksanaannya dapat dilaksanakan secara

bersama-sama oleh beberapa Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Materi

penyuluhan keamanan pangan yang diberikan, meliputi:

1) Berbagai jenis bahaya biologis, kimia, fisik, cara menghindari dan

memusnahkannya serta pengawetan pangan.

2) Higienis dan sanitasi sarana perusahaan pangan industri rumah tangga.

3) Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB).

4) Peraturan perundangan tentang keamanan pangan, penggunaan Bahan

Tambahan Pangan (BTP), label dan iklan pangan.

Materi pelengkap dapat dikembangkan sesuai kebutuhan perusahaan pangan

industri rumah tangga, misalnya:

1) Pengemasan dan penyimpanan produk pangan industri rumah tangga.

2) Pengembangan usaha perusahaan pangan industri rumah tangga termasuk

etika bisnis.

c. Pemeriksaan sarana produksi

Setelah melaksanakan Penyuluhan Keamanan Pangan, petugas Suku Dinas

Kesehatan Kotamadya melakukan pemeriksaan ke sarana produksi PIRT.

Petugas yang melakukan pemeriksaan tersebut harus memiliki Sertifikasi

Inspektur Pangan. Laporan pemeriksaan sarana produksi IRTP dengan hasil

minimal cukup merupakan salah satu persyaratan utama untuk mendapatkan

SPP-IRT.

a. Sertifikasi produksi pangan IRT

Sertifikasi yang diterbitkan dari kegiatan ini terdiri dari dua jenis, yaitu:

1) Sertifikasi penyuluhan keamanan pangan

Sertifikasi ini diberikan kepada peserta yang telah lulus mengikuti

penyuluhan keamanan pangan, dimana semua IRTP harus mempunyai

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 46: PR-Reza Hermawan.pdf

35

Universitas Indonesia

minimal satu orang tenaga yang telah memiliki sertifikat penyuluhan

keamanan pangan. Apabila IRTP tidak mempunyai tenaga yang telah

memiliki sertifikat yang dimaksud, maka perusahaan tersebut harus

menunjuk tenaga yang sesuai dengan tugasnya untuk mengikuti

penyuluhan keamanan pangan.

2) Sertifikasi produksi pangan

Sertifikat ini diberikan pada IRTP yang mempunyai tenaga yang lulus

Penyuluhan Keamanan Pangan dan telah diperiksa sarana produksinya

dengan hasil minimal cukup, dimana sertifikat ini diterbitkan untuk satu

jenis pangan produk IRTP. IRTP berlaku untuk selamanya selama IRTP

tersebut masih tetap beroperasi.

b. Sistem pendataan dan pelaporan

Penyelenggaraan SPP-IRT di Sudinkes Kota Administrasi setempat

melaporkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan Badan POM

atau Balai Besar POM setempat dengan melampirkan Sertifikat Penyuluhan

Keamanan Pangan dan Sertifikat Produksi Pangan IRTP yang selambat-

lambatnya satu bulan setelah penyelenggaraan. Balai Besar POM melaporkan

rekapitulasi penerbitan SPP-IRT kepada Badan POM. Sistem pendataan dan

pelaporan SPP-IRT dilakukan oleh Sudinkes Kota Administrasi setempat.

3.3.2 Koordinator Tenaga Kesehatan

Ruang lingkup perizinan tenaga kesehatan di wilayah DKI Jakarta yang

proses perizinannya telah didelegasikan ke Suku Dinas Kesehatan Kota

Administrasi adalah, antara lain:

a. Surat Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian

b. Surat Izin Praktik Dokter (Dokter, Dokter Spesialis, Dokter Gigi danDokter

gigi spesialis)

3.3.2.1 Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian (Keputusan Menteri

Kesehatan No. 889/Menkes/Per/V/2011, 2011)

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 47: PR-Reza Hermawan.pdf

36

Universitas Indonesia

Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan

kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Tenaga

Teknis Kefarmasian dapat berupa Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis

Farmasi atan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Setiap tenaga

kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian harus telah terdaftar dan

memiliki izin kerja/praktik. Sebelumnya, Apoteker dan Asisten Apoteker yang

melakukan pekerjaan kefarmasian harus memiliki surat izin berupa Surat

Penugasan atau Surat Izin Kerja bagi Apoteker atau SIAA dan SIKAA bagi

Asisten Apoteker. Namun sejak tanggal 1 juni 2011, diberlakukan Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/PerV/2011 tentang

Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Berdasarkan

Permenkes ini, setiap Tenaga Kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi.

Surat Tanda Registrasi tersebut berupa STRA bagi Apoteker dan STRTTK bagi

Tenaga Teknis Kefarmasian. Setelah memiliki STRA atau STRTTK, Apoteker

dan Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga

kefarmasian bekerja. Surat izin tersebut dapat berupa SIPA atau SIKA bagi

Apoteker dan SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian.

Apoteker yang telah memiliki SP atau SIK wajib mengganti SP atau SIK

dengan STRA dan SIPA/SIKA dengan cara mendaftar melalui website KFN

(Komite Farmasi Nasional). Setelah mendapatkan STRA, Apoteker wajib

mengurus SIPA dan SIKA di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan

kefarmasian dilakukan. Sementara bagi Asisten Apoteker yang telah memiliki

SIAA dan/atau SIKAA harus menggantinya dengan STRTTK dengan cara

mendaftar melalui Dinas Kesehatan Provinsi. Setelah mendapat STRTTK, Tenaga

Teknis Kefarmasian wajib mengurus SIKTTK di Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

STRA dan STRTTK dikeluarkan oleh Menteri, di mana Menteri akan

mendelegasikan pemberian STRA kepada Komite Farmasi Nasional dan STRTTK

kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. STRA dan STRTTK berlaku selama

lima tahun dan dapat diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan. Untuk

memperoleh STRTTK, Tenaga Teknis Kefarmasian harus mengajukan

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 48: PR-Reza Hermawan.pdf

37

Universitas Indonesia

permohonan kepada kepala dinas kesehatan provinsi. Surat permohonan STRTTK

harus melampirkan:

a. Fotokopi ijazah Sarjana Farmasi atau Ahli Madya Farmasi atau Analis

Farmasi atan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker;

b. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki SIP;

c. Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika

kefarmasian;

d. Surat rekomendasi tentang kemampuan dari Apoteker yang telah memiliki

STRA, atau pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau organisasi yang

menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian; dan

e. Pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm dua lembar dan ukuran 2 x 3 cm

dua lembar.

Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian

wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin

tersebut berupa SIPA bagi Apoteker penanggung jawab atau Apoteker

pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian, SIKA bagi Apoteker yang

melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas produksi atau fasilitas

distribusi/penyaluran, atau SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang

melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian.

SIPA bagi apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian

atau SIKA hanya diberikan untuk satu tempat fasilitas kefarmasian sementara

SIPA bagi apoteker pendamping dapat diberikan untuk paling banyak tiga tempat

fasilitas pelayanan kefarmasian. SIKTTK dapat diberikan untuk paling banyak

tiga tempat fasilitas kefarmasian. SIPA, SIKA, atau SIKTTK dikeluarkan oleh

Kepala DinKes Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan.

Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian

dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan:

a. Fotokopi STRA yang dilegalisisr oleh KFN;

b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari

pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi

atau distribusi/penyaluran;

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 49: PR-Reza Hermawan.pdf

38

Universitas Indonesia

c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi;

d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm

sebanyak dua lembar.

Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping

harus dinyatakan permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama,

kedua, atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan

SIPA atau SIKA paling lama dua puluh hari kerja sejak surat permohonan

diterima dan dinyatakan lengkap. Permohonan SIKTTK harus melampirkan:

a. Fotokopi STRTTK;

b. Surat pernyataan Apoteker atau pimpinan tempat pemohon melaksanakan

pekerjaan kefarmasian;

c. Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis

Kefarmasian; dan

d. Pas foto berwarna berukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm

sebanyak dua lembar.

Dalam mengajukan permohonan SIKTTK harus dinyatakan permintaan

SIKTTK untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga. Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIKTTK paling lama dua

puluh hari sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap.

3.3.2.2 Surat Izin Praktik Dokter (Peraturan Menteri Kesehatan No.

2052/Menkes/Per/X/2011, 2011)

Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter

dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan. Dokter dan

dokter gigi yang dimaksud meliputi dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan

dokter gigi spesialis. Setiap dokter dan dokter gigi yang akan melakukan praktik

kedokteran wajib memiliki Surat Izin Praktik (SIP). SIP adalah bukti tertulis yang

diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada dokter dan dokter gigi

yang telah memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik kedokteran. Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam memberikan SIP harus

mempertimbangkan keseimbangan antara jumlah dokter dan dokter gigi dengan

kebutuhan pelayanan kesehatan.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 50: PR-Reza Hermawan.pdf

39

Universitas Indonesia

Dokter atau dokter gigi mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota tempat praktik kedokteran dilaksanakan untuk

memperoleh SIP. Dokumen yang harus terlampir dalam permohonan SIP tersebut

meliputi:

a. Fotokopi Surat TandaRegistrasi (STR) dokter atau STR dokter gigi yang

diterbitkan dan dilegalisasi asli oleh Konsil Kedokteran Indonesia yang masih

berlaku;

b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik, atau surat keterangan dari sarana

pelayanan kesehatan sebagai tempat praktiknya;

c. Surat persetujuan dari atasan langsung bagi dokter dan dokter gigi yang

bekerja pada instansi/fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah atau pada

instansi/fasilitas pelayanan kesehatan lain secara purna waktu;

d. Surat rekomendasi asli dari organisasi profesi sesuai tempat praktik; dan

e. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak tiga lembar dan 3 x 4 cm

sebanyak dua lembar.

Selain dokumen tersebut, Suku Dinas Kota Administrasi Jakarta Timur

menambahkan persyaratan dokumen sebagai berikut:

a. Fotokopi SIP yang telah dimiliki;

b. Surat keterangan aktif bekerja dari atasan langsung; dan

c. Fotokopi KTP.

Fotokopi KTP ditambahkan untuk menghindari kesalahan penulisan nama

pada SIP karena terkadang tulisan dari para dokter sulit untuk dibaca oleh petugas.

Fotokopi SIP yang telah dimiliki dan surat keterangan aktif bekerja dari atasan

langsung ditambahkan sebagai tambahan pertimbangan bagi Suku Dinas

Administrasi Kota Administrasi Jakarta Timur dalam pengambilan keputusan

apakah izin akan dibuatkan atau tidak.

Dokter atau dokter gigi yang telah memenuhi persyaratan tersebut

diberikan SIP untuk satu tempat praktik. SIP dokter atau dokter gigi diberikan

paling banyak untuk tiga tempat praktik, baik pada sarana pelayanan kesehatan

milik pemerintah, swasta maupun praktik perorangan. Oleh karena itu, dalam

pengajuan permohonan SIP harus dinyatakan permintaan SIP tersebut untuk

tempat praktik pertama, kedua, atau ketiga. SIP yang diberikan berlaku selama 5

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 51: PR-Reza Hermawan.pdf

40

Universitas Indonesia

tahun sepanjang STR masih berlaku dan tempat praktik masih sesuai dengan yang

tercantum dalam SIP.

3.3.3 Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan (Sudinkes, 2009)

Ruang lingkup kebijakan mutu Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi

Jakarta Timur adalah sebagai berikut:

a. Orientasi pada kepuasan pelanggan.

b. Perbaikan/peningkatan terus menerus dan berkesinambungan (continous and

sustainable improvement).

c. Mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

d. Memberikan jasa pelayanan dan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian

(Binwasdal) bidang kesehatan yang profesional dan responsif.

Adapun sasaran mutu yang ingin dicapai dalam jasa pelayanan dan

Binwasdal yang diselenggarakan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi

Jakarta Timur adalah sebagai berikut.

a. Binwasdal (Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian) SDM Sudinkes 100 %

terlaksana dengan baik, benar, dan tepat waktu.

b. Binwasdal Program 100 % terlaksana dengan baik, benar dan tepat waktu.

c. Pelayanan perizinan tenaga kesehatan dan sarana kesehatan 12 hari kerja,

kecuali sarana kesehatan lingkungan 25 hari kerja.

d. Keluhan pelanggan 100 % ditindaklanjuti.

e. Kepuasan pelanggan dengan nilai IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat)

minimal 2,51 atau dalam kategori baik.

Dokumen mutu merupakan dokumen yang ditetapkan oleh Sudinkes

Jakarta Timur sebagai bentuk penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO

9001:2008. Ada beberapa level dokumen mutu, berdasarkan tingkatan

penggunaannya di lingkungan Sudinkes Jakarta Timur.

a. Dokumen level pertama (I), yaitu manual mutu (quality manual) yang

merupakan dokumen mutu induk yang menjadi dasar dan rujukan bagi semua

dokumen mutu lainnya dan berlaku bagi seluruh bagian Sudinkes Jaktim.

b. Dokumen level kedua (II), yaitu prosedur mutu (quality procedure) yang

merupakan penjelasan lebih rinci mengenai hal-hal tertentu yang disebutkan

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 52: PR-Reza Hermawan.pdf

41

Universitas Indonesia

dalam manual mutu serta terbagi atas prosedur yang berlaku bersama untuk

seluruh bagian Sudinkes Jaktim dan prosedur yang hanya berlaku untuk satu

seksi/subbagian saja.

c. Dokumen level ketiga (III), yaitu instruksi kerja merupakan penjelasan

mendetail mengenai hal-hal tertentu dalam prosedur mutu yang perlu

dijelaskan lebih lanjut.

d. Dokumen level keempat (IV), yaitu format gambar dan dokumen pendukung

lainnya yang dipakai dalam sistem manajemen mutu dalam berbagai kegiatan

yang berhubungan dengan kegiatan kendali mutu.

Manual mutu Suku Dinas Kota Administrasi Jakarta Timur merupakan

suatu dokumen mutu yang menjadi pedoman dan acuan dasar pelaksanaan sistem

manajemen mutu di lingkungan Sudinkes Jaktim. Hal-hal pokok yang tercantum

dalam Manual Mutu Sudinkes Jaktim adalah sebagai berikut.

a. Pengantar Sistem Manajemen Mutu Sudinkes Jaktim

b. Profil Organisasi Sudin

c. Sistem Manajemen Mutu Sudin

d. Persyaratan Umum Sistem Manajemen Mutu

e. Komitmen Mutu

f. Manjemen Sumber Daya

g. Realisasi Pelayanan

h. Pengukuran, Analisa, dan Implementasi Sistem Manajemen Mutu

Beberapa kegiatan implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes

Jakarta Timur adalah sebagai berikut:

a. Audit Mutu Internal, yaitu suatu kegiatan pemeriksaan/audit yang dilakukan

oleh bagian Standarisasi Mutu Kesehatan dari Seksi Sumber Daya Kesehatan

untuk memastikan tercapainya sasaran mutu yang telah ditetapkan untuk

dicapai oleh Sudinkes Jaktim. Audit ini dilakukan minimal dua kali dalam

setahun.

b. Audit Surveilans, yaitu suatu kegiatan pemeriksaaan/audit yang dilakukan

oleh pihak luar, yakni badan sertifikasi independen yang memberikan

sertifikat terhadap implementasi Sistem Manajemen Mutu berdasarkan ISO

9001:2008 kepada Sudinkes Jaktim, untuk memastikan terpeliharanya

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 53: PR-Reza Hermawan.pdf

42

Universitas Indonesia

implementasi Sistem Manajemen Mutu tersebut. Audit ini dilakukan minimal

satu kali dalam setahun.

c. Tinjauan Manajemen, yaitu suatu kegiatan rapat seluruh bagian Sudinkes

Jaktim guna membahas hasil evaluasi pemeliharaan implementasi sistem

manajemen mutu di Sudinkes Jaktim sehingga dapat dilakukan langkah-

langkah yang diperlukan untuk memperbaiki hal tersebut sehingga

implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes Jaktim dapat lebih baik

lagi. Tinjauan manajemen dilakukan minimal 1 tahun sekali.

d. Survei Kepuasan Pelanggan, yaitu survei untuk menilai terpenuhinya

kepuasan pelanggan Sudinkes terhadap pelayanan yang diberikan oleh semua

bagian (Seksi dan Subbagian) Sudinkes Jaktim. Survei ini dilaksanakan

melalui pengisian angket oleh pelanggan yang datang dan menerima

pelayanan Sudinkes, misalnya pihak yang mengurus sarana perizinan seperti

apotek dan toko obat. Selanjutnya, hasil pengisian angket ini dianalisis

sehingga nilai pemenuhan kepuasan pelanggan dapat diperoleh dan dapat

ditingkatkan lagi apabila hasil analisis menunjukkan kekurangan.

e. Pelatihan-pelatihan, misalnya pelatihan auditor pemimpin (lead auditor) dan

pelatihan kepuasan pelanggan, yang berguna untuk membantu implementasi

sistem manajemen mutu oleh segenap karyawan Sudinkes Jaktim.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 54: PR-Reza Hermawan.pdf

43 Universitas Indonesia

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adanya perubahan sistem pemerintahan tahun 1999 dari sistem sentralisasi

menjadi otonomi daerah mengakibatkan sebagian wewenang pemerintah pusat

dilimpahkan kepada pemerintah daerah, sehingga pemerintah Provinsi DKI

Jakarta mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 58 Tahun 2002

tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang mengawali

berdirinya Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan

Masyarakat di tingkat Kotamadya,dan pada tahun 2009 dengan Peraturan Daerah

DKI Jakarta No. 10 Tahun 2008 tentang Perubahan Organisasi Suku Dinas

Kesehatan pasca restrukturisasi perihal peningkatan efisiensi dimana Suku Dinas

Pelayanan Kesehatan dengan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat dilebur menjadi

satu yaitu Suku Dinas Kesehatan.

Suku Dinas Kesehatan adalah Suku Dinas Kesehatan Kota

Administrasi/Dinas Kesehatan Kabupaten Administrasi sebagai perangkat pada

tingkat kota administrasi/kabupaten administrasi di Provinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta. Di daerah DKI Jakarta saat ini terdapat enam Suku Dinas yang

terdapat di enam wilayah, yaitu Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta

Timur, Jakarta Selatan, dan Pulau Seribu. Berdasarkan Peraturan Gubernur

Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, Suku Dinas Kesehatan Kota

Administrasi ini merupakan unit kerja dinas kesehatan pada kota administrasi

dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan

masyarakat. Suku Dinas Kesehatan ini dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas

yang diangkat dari pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya, kepala Suku Dinas bertanggung jawab secara

teknis administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan dan secara teknis operasional

kepada Walikota Administrasi yang berfungsi sebagai auditor di wilayahnya.

Suku Dinas Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan perizinan,

pengendalian, dan penilaian efektivitas pelayanan kesehatan dan program

kesehatan masyarakat. Salah satu seksi dalam Suku Dinas Kesehatan di Jakarta

Timur, yaitu Sumber Daya Kesehatan. Berikut ini merupakan pembahasan

mengenai hasil pelaksanaan tugas dari seksi Sumber Daya Kesehatan.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 55: PR-Reza Hermawan.pdf

44

Universitas Indonesia

4.1 Bagian Tenaga Kesehatan

Bagian Tenaga Kesehatan dipimpin oleh seorang koordinator. Bagian ini

bertugas antara lain:

a. Memberikan rekomendasi/perizinan praktek tenaga kesehatan.

b. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan

c. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan

berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan

d. Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan

Analisis ketersediaan tenaga kesehatan di puskesmas dilakukan

berdasarkan jumlah minimal tenaga kesehatan yang harus tersedia di

puskesmas tingkat kecamatan dan kelurahan. Perhitungan rasio dilakukan

untuk melihat kecukupan dan penyebaran tenaga kesehatan di masing-masing

kecamatan dan kelurahan dilihat dari jumlah penduduk di setiap kecamatan dan

kelurahan.

e. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga kesehatan.

Terdapat dua jenis izin yang harus dimiliki oleh tenaga kesehatan, yaitu

izin kewenangan dan izin kerja atau praktek. Dengan adanya otonomi daerah

ada beberapa izin kerja yang menjadi wewenang sudinkes, yaitu Surat Izin

Kerja Asisten Apoteker, Surat/ Sertifikat Penanggung Jawab Industri Rumah

Tangga Pangan, dan Surat izin praktek tenaga medis (SIPTM), seperti Surat

Izin Praktek Dokter Umum, Surat Izin Praktek Dokter Gigi, Surat Izin Praktek

Bidan, Surat Izin Praktek Perawat, dan Surat Izin Praktek Refraksi Optisian.

Analisis distribusi dan pemetaan tenaga kesehatan pada Puskesmas

Kecamatan dan Kelurahan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur dilakukan

untuk melihat ketersediaan tenaga kesehatan di Puskemas. Berdasarkan data

kepegawaian dari Tata Usaha (TU) dari 10 Puskesmas Kecamatan di Jakarta

Timur didapatkan distribusi dan jumlah dari tenaga kesehatan yang tersedia di

masing-masing Puskesmas. Tenaga kesehatan yang dianalisis adalah tenaga medis

(dokter dan dokter gigi), keperawatan, bidan, kefarmasian, ahli gizi, sanitarian,

dan keteknisan medis. Tenaga non-kesehatan juga turut di hitung jumlah dan

ketersediaannya.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 56: PR-Reza Hermawan.pdf

45

Universitas Indonesia

Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di Puskesmas Kecamatan dan 8

Puskesmas Kelurahan di kecamatan Pulo Gadung terdapat pada Tabel 4.1. Jumlah

total dokter umum yaitu 11 orang, dokter gigi 12 orang, Apoteker 1 orang, asisten

apoteker 2 orang, bidan 13 orang, perawat 31 orang, tidak ada perawat gigi dan

sanitarian sama sekali, ahli gizi 1 orang, keteknisan medis 2 orang dan staf non-

kesehatan 19 orang.

Tabel 4.1. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan

Pulo Gadung

Puskesmas

Kecamatan /

Kelurahan

PK

C P

ulo

Ga

du

ng

PK

L J

ati

I

PK

L J

ati

II

PK

L P

isa

ng

an

Tim

ur

I

PK

L P

isa

ng

an

Tim

ur

II

PK

L

Ra

wa

ma

ng

un

PK

L K

ay

u

Pu

tih

PK

L

Ja

tin

ega

ra

Ka

um

PK

L C

ipin

an

g

Ju

mla

h

Dokter 4 1 0 1 1 1 1 1 1 11

Dokter Gigi 4 1 1 1 1 1 1 1 1 12

Apoteker 1 - - - - - - - - 1

Asisten Apoteker 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2

Bidan 5 1 1 1 1 1 1 1 1 13

Perawat 15 2 2 1 2 3 2 2 2 31

Perawat Gigi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Gizi 1 - - - - - - - - 1

Sanitarian 0 - - - - - - - - 0

Keteknisan medis 2 - - - - - - - - 2

Staf Non-kesehatan 10 1 1 2 1 1 1 1 1 19

Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di Puskesmas Kecamatan dan 6

Puskesmas Kelurahan di kecamatan Matraman terdapat pada Tabel 4.2. Jumlah

total dokter umum yaitu 15 orang, dokter gigi 11 orang, Apoteker 2 orang, asisten

apoteker 1 orang, bidan 13 orang, perawat 18 orang, perawat gigi 5 orang, ahli

gizi 2 orang, sanitarian 2 orang, keteknisan medis 2 orang dan staf non-kesehatan

16 orang.

Tabel 4.2. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan

Matraman

Puskesmas

Kecamatan /

Kelurahan PK

C

Ma

tra

ma

n

PK

L U

tan

Ka

yu

Sel

ata

n I

PK

L U

tan

Ka

yu

Sel

ata

n I

I

PK

L U

tan

Ka

yu

Uta

ra

PK

L

Pis

an

ga

n

Ba

ru

PK

L

Pa

lmer

iem

PK

L K

ay

u

Ma

nis

Ju

mla

h

Dokter 9 1 1 1 1 1 1 15

Dokter Gigi 5 1 1 1 1 1 1 11

Apoteker 2 - - - - - - 2

Asisten Apoteker 0 0 0 0 0 0 1 1

Bidan 6 1 1 1 1 1 2 13

Perawat 9 1 2 2 1 2 1 18

Perawat Gigi 1 1 1 0 0 1 1 5

Gizi 2 - - - - - - 2

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 57: PR-Reza Hermawan.pdf

46

Universitas Indonesia

Sanitarian 2 - - - - - - 2

Keteknisan Medis 2 - - - - - - 2

Staf Non-kesehatan 13 0 0 1 0 1 1 16

Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di Puskesmas Kecamatan dan 6

Puskesmas Kelurahan di kecamatan Makasar terdapat pada Tabel 4.3. Jumlah

total dokter umum yaitu 9 orang, dokter gigi 9 orang, Apoteker 2 orang, asisten

apoteker 5 orang, bidan 13 orang, perawat 31 orang, tidak ada perawat gigi sama

sekali, ahli gizi 1 orang, sanitarian 3 orang, keteknisan medis 1 orang dan staf

non-kesehatan 12 orang.

Tabel 4.3. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan

Makasar

Puskesmas

Kecamatan /

Kelurahan PK

C

Ma

ka

sar

PK

L

Ma

ka

sar

PK

L

Pin

an

g

Ra

nti

PK

L

Cip

ina

ng

Mel

ay

u

PK

L

Keb

on

pa

la

PK

L

Ha

lim

I

PK

L

Ha

lim

II

Ju

mla

h

Dokter 6 0 1 0 0 1 1 9

Dokter Gigi 2 1 1 2 2 0 1 9

Apoteker 2 - - - - - - 2

Asisten Apoteker 1 1 1 1 1 0 0 5

Bidan 11 2 2 2 3 1 2 23

Perawat 13 3 3 3 4 1 4 31

Perawat Gigi 0 0 0 0 0 0 0 0

Gizi 1 - - - - - - 1

Sanitarian 3 - - - - - - 3

Keteknisan Medis 1 - - - - - - 1

Staf Non-kesehatan 10 1 0 0 1 0 0 12

Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di Puskesmas Kecamatan dan

11 Puskesmas Kelurahan di kecamatan Duren Sawit terdapat pada Tabel 4.4.

Jumlah total dokter umum yaitu 16 orang, dokter gigi 20 orang, Apoteker 2 orang,

asisten apoteker 7 orang, bidan 22 orang, perawat 32 orang, perawat gigi 4 orang,

ahli gizi 1 orang, sanitarian 4 orang, keteknisan medis 4 orang dan staf non-

kesehatan 17 orang.

Tabel 4.4. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan

Duren Sawit

Puskesmas

Kecamatan /

Kelurahan

PK

C D

ure

n

Sa

wit

PK

L D

ure

n

Sa

wit

PK

L

Kle

nd

er I

PK

L

Kle

nd

er I

I

PK

L

Kle

nd

er I

II

PK

L M

ala

ka

Ja

ya

PK

L M

ala

ka

Sa

ri

PK

L P

d.

Ba

mb

u I

PK

L P

d.

Ba

mb

u I

I

PK

L P

d.

Kel

ap

a

PK

L P

d.

Ko

pi

I

PK

L P

d.

Ko

pi

II

Ju

mla

h

Dokter 7 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 16

Dokter Gigi 7 1 0 2 0 2 1 1 2 2 0 2 20

Apoteker 2 - - - - - - - - - - - 2

Asisten Apoteker 2 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 7

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 58: PR-Reza Hermawan.pdf

47

Universitas Indonesia

Bidan 6 1 1 1 1 2 1 2 3 1 2 1 22

Perawat 13 2 2 2 1 2 1 2 3 1 1 2 32

Perawat Gigi 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 4

Gizi 1 - - - - - - - - - - - 1

Sanitarian 4 - - - - - - - - - - - 4

Keteknisan Medis 4 - - - - - - - - - - - 4

Staf non-kesehatan 5 1 0 1 2 1 1 1 1 1 2 1 17

Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di Puskesmas Kecamatan dan 5

Puskesmas Kelurahan di kecamatan Ciracas terdapat pada Tabel 4.5. Jumlah total

dokter umum yaitu 12 orang, dokter gigi 10 orang, Apoteker 2 orang, asisten

apoteker 5 orang, bidan 20 orang, perawat 35 orang, perawat gigi 5 orang, ahli

gizi 3 orang, sanitarian 3 orang, keteknisan medis 3 orang dan staf non-kesehatan

23 orang.

Tabel 4.5. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan

Ciracas

Puskesmas

Kecamatan /

Kelurahan PK

C

Cir

aca

s

PK

L

Cib

ub

ur

PK

L

Cir

aca

s

PK

L

Kel

ap

a D

ua

Wet

an

PK

L

Ra

mb

uta

n

PK

L

Su

suk

an

Ju

mla

h

Dokter 5 0 1 1 1 3 11

Dokter Gigi 6 1 0 1 0 2 10

Apoteker 2 - - - - - 2

Asisten Apoteker 2 1 1 1 0 0 5

Bidan 11 1 2 3 1 2 20

Perawat 24 3 1 2 3 2 35

Perawat Gigi 1 1 1 0 1 1 5

Gizi 3 - - - - - 3

Sanitarian 3 - - - - - 3

Keteknisan Medis 3 - - - - - 3

Staf non-kesehatan 15 1 2 0 2 3 23

Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di Puskesmas Kecamatan dan 8

Puskesmas Kelurahan di kecamatan Cakung terdapat pada Tabel 4.6. Jumlah total

dokter umum yaitu 9 orang, dokter gigi 12 orang, Apoteker 2 orang, tidak ada

asisten apoteker, bidan 14 orang, perawat 24 orang, perawat gigi 4 orang, ahli gizi

2 orang, sanitarian 4 orang, tidak ada tenaga keteknisan medis dan staf non-

kesehatan 22 orang.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 59: PR-Reza Hermawan.pdf

48

Universitas Indonesia

Tabel 4.6. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan

Cakung

PK

C C

ak

un

g

PK

L J

ati

neg

ara

PK

L

Pen

gg

ilin

ga

n P

IK

PK

L C

ak

un

g

Tim

ur

PK

L R

aw

a

Ter

ate

PK

L C

ak

un

g

Ba

rat

PK

L U

jun

g

Men

ten

g

PK

L

Pen

gg

ilin

ga

n

Elo

k

PK

L P

ulo

Geb

an

g

Ju

mla

h

Puskesmas

Kecamatan /

Kelurahan

Dokter 3 1 0 1 1 1 1 1 0 9

Dokter Gigi 4 0 0 1 1 2 1 1 1 12

Apoteker 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2

Asisten Apoteker 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Bidan 5 1 1 2 2 1 1 1 0 14

Perawat 8 2 2 1 2 2 3 2 2 24

Perawat Gigi 1 1 0 1 0 0 0 0 1 4

Sanitarian 3 1 0 0 0 0 0 0 0 4

Gizi 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2

Keteknisan medis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Staf non-kesehatan 14 0 1 3 0 1 1 1 1 22

Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di Puskesmas Kecamatan dan

10 Puskesmas Kelurahan di kecamatan Cipayung terdapat pada Tabel 4.7. Jumlah

total dokter umum yaitu 5 orang, dokter gigi 10 orang, tidak ada tenaga Apoteker,

asisten apoteker hanya 2 orang, bidan 22 orang, perawat 38 orang, perawat gigi 3

orang, ahli gizi 2 orang, sanitarian 1 orang, keteknisan medis 2 orang dan staf

non-kesehatan 27 orang.

Tabel 4.7. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan

Cipayung

Puskesmas

Kecamatan /

Kelurahan PK

C C

ipa

yu

ng

PK

L P

.Ra

ng

on

I

PK

L P

.Ra

ng

on

II

PK

L B

am

bu

Ap

us

I

PK

L B

am

bu

Ap

us

II

PK

L M

un

jul

PK

L S

etu

PK

L L

ub

an

g

Bu

ay

a

PK

L C

ila

ng

ka

p

PK

L

Ceg

er

PK

L C

ipa

yu

ng

Ju

mla

h

Dokter 2 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 5

Dokter Gigi 3 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 10

Apoteker 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Asisten Apoteker 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

Bidan 5 2 2 2 2 1 1 1 2 1 3 22

Perawat 14 3 2 2 1 2 4 3 2 2 3 38

Perawat Gigi 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3

Sanitarian 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

Gizi 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

Keteknisan medis 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

Staf non-kesehatan 15 1 0 1 3 2 1 2 1 0 1 27

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 60: PR-Reza Hermawan.pdf

49

Universitas Indonesia

Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di Puskesmas Kecamatan dan

11 Puskesmas Kelurahan di kecamatan Jatinegara terdapat pada Tabel 4.8. Jumlah

total dokter umum yaitu 17 orang, dokter gigi 18 orang, Apoteker 1 orang, asisten

apoteker 3 orang, bidan 19 orang, perawat 32 orang, perawat gigi 4 orang, ahli

gizi 3 orang, sanitarian 2 orang, keteknisan medis 2 orang dan staf non-kesehatan

21 orang.

Tabel 4.8. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan

Jatinegara

PK

C J

ati

neg

ara

PK

L B

ali

mest

er

PK

L B

ida

raci

na

I

PK

L B

ida

raci

na

II

PK

L B

ida

raci

na

III

PK

L C

ip B

esa

r

Sel

ata

n I

PK

L C

ip B

esa

r

Sel

ata

n I

I

PK

L C

ip B

esa

r U

tara

PK

L C

ip C

em

ped

ak

PK

L C

ip M

ua

ra

PK

L K

am

pu

ng

Mel

ay

u

PK

L R

aw

a B

un

ga

Ju

mla

h

Puskesmas

Kecamatan /

Kelurahan

Dokter 9 2 1 0 1 1 1 2 0 0 0 0 17

Dokter Gigi 5 0 1 0 1 1 1 1 2 3 1 2 18

Apoteker 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

Asisten Apoteker 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3

Bidan 10 1 0 1 0 1 2 1 1 0 2 0 19

Perawat 16 2 1 1 2 1 1 0 1 4 2 1 32

Perawat Gigi 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 4

Sanitarian 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

Gizi 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 3

Keteknisan medis 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

Staf non-

kesehatan

12 1 0 1 0 1 0 1 1 2 1 1 21

Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di Puskesmas Kecamatan dan 8

Puskesmas Kelurahan di kecamatan Kramat Jati terdapat pada Tabel 4.9. Jumlah

total dokter umum yaitu 8 orang, dokter gigi 14 orang, Apoteker hanya 1 orang,

asisten apoteker 3 orang, bidan 27 orang, perawat 27 orang, perawat gigi 4 orang,

ahli gizi 1 orang, sanitarian 3 orang, keteknisan medis 2 orang dan staf non-

kesehatan 47 orang.

Tabel 4.9. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan

Kramat Jati

PK

C K

ram

at

Ja

ti

PK

L K

ram

at

Ja

ti 1

PK

L K

ram

at

Ja

ti 2

PK

L C

ilil

ita

n

PK

L T

eng

ah

PK

L D

uk

uh

PK

L C

aw

an

g

PK

L B

atu

Am

pa

r

PK

L B

ale

Ka

mb

an

g

Ju

mla

h

Puskesmas

Kecamatan /

Kelurahan

Dokter 3 0 1 1 1 0 0 1 1 8

Dokter Gigi 6 0 2 1 1 1 2 0 1 14

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 61: PR-Reza Hermawan.pdf

50

Universitas Indonesia

Apoteker 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1

Asisten Apoteker 1 0 1 0 1 0 0 0 0 3

Bidan 9 3 4 2 2 2 1 2 2 27

Perawat 14 1 3 0 2 2 3 1 1 27

Perawat Gigi 3 0 1 0 0 0 0 0 0 4

Sanitarian 3 0 0 0 0 0 0 0 0 3

Gizi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1

Keteknisan medis 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2

Staf non-kesehatan 31 3 2 2 2 2 2 2 1 47

Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di Puskesmas Kecamatan dan 5

Puskesmas Kelurahan di kecamatan Pasar Rebo terdapat pada Tabel 4.10. Jumlah

total dokter umum yaitu 10 orang, dokter gigi 7 orang, Apoteker 1 orang, asisten

apoteker 1 orang, bidan 15 orang, perawat 32 orang, perawat gigi 4 orang, ahli

gizi 2 orang, sanitarian 2 orang, keteknisan medis 3 orang dan staf non-kesehatan

30 orang.

Tabel 4.10. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan

Pasar Rebo

Puskesmas Kecamatan /

Kelurahan

PK

C P

asa

r

Reb

o

PK

L B

aru

PK

L

Cij

an

tun

g

PK

L

Ged

on

g

PK

L

Ka

lisa

ri

PK

L

Pek

ay

on

Ju

mla

h

Dokter 4 1 1 1 1 2 10

Dokter Gigi 4 1 0 1 1 0 7

Apoteker 1 0 0 0 0 0 1

Asisten Apoteker 1 0 0 0 0 0 1

Bidan 9 1 1 2 2 0 15

Perawat 21 4 2 2 2 1 32

Perawat Gigi 0 1 1 1 0 1 4

Sanitarian 2 0 0 0 0 0 2

Gizi 2 0 0 0 0 0 2

Keteknisan medis 3 0 0 0 0 0 3

Staf non-kesehatan 24 0 2 1 1 2 30

Dari analisis data tenaga kesehatan di 10 Puskesmas Kecamatan, dapat

dilihat jumlah tenaga kesehatan yang tidak merata antara tenaga kesehatan di

Puskesmas Kecamatan dengan Puskesmas Kelurahan. Masih banyak tenaga

kesehatan yang harus tersedia di puskesmas kelurahan seperti dokter, dokter gigi,

asisten apoteker, perawat, dan sanitarian untuk memberikan pelayanan kesehatan.

4.2 Bagian Standardisasi Mutu Kesehatan

Bagian Standardisasi Mutu dipimpin oleh seorang koordinator. Bagian ini

bertugas:

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 62: PR-Reza Hermawan.pdf

51

Universitas Indonesia

a. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas

kesehatan terhadap standar pelayanan.

Kegiatan monitoring, evaluasi, pengukuran kinerja dan pengukuran mutu

pelayanan selalu dilakukan untuk memberikan jaminan bahwa pelayanan yang

diberikan telah sesuai dengan persyaratan pelanggan dan standar pelayanan.

b. Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal mengenai penerapan

sistem manajemen mutu.

Audit mutu internal, yaitu suatu kegiatan pemeriksaan/audit yang

dilakukan oleh bagian standardisasi mutu kesehatan yang bertujuan untuk

memastikan tercapainya sasaran mutu yang telah ditetapkan untuk dicapai oleh

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Audit ini dilakukan minimal 2 kali

dalam setahun dan dilakukan tim audit yang ditunjuk oleh Quality

Management Representative.

Audit Eksternal/surveillance, adalah suatu kegiatan pemeriksaan/audit

yang dilakukan oleh pihak luar, yakni badan sertifikasi independen yang

memberikan sertifikat terhadap implementasi sistem manajemen mutu

berdasarkan ISO 9001:2008 kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur

untuk memastikan terpeliharanya implementasi sistem tersebut. Audit ini

dilakukan minimal 1 kali dalam setahun.

c. Melaksanakan survei kepuasan pelanggan kesehatan Kepuasan pelanggan

merupakan satu hal penting yang harus diperhatikan oleh setiap badan

penyelenggara pelayanan publik, termasuk Suku Dinas Kesehatan Jakarta

Timur. Selain untuk memenuhi peraturan perundang-undangan uang berlaku,

survei untuk memperoleh informasi mengenai kepuasan pelanggan juga wajib

dilaksanakan oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur untuk

mempertahankan sertifikat ISO 9001:2008 yang merupakan pengakuan

terhadap system manajemen mutu yang telah dilaksanakan oleh Suku Dinas

Kesehatan Jakarta Timur. Dalam implementasi system manajemen mutu,

kepuasan pelangga dan respon terhadap pelanggan yang tidak puas merupakan

hal penting yang harus selalu diperhatikan.

d. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan penerapan

sistem manajemen mutu kepada puskesmas

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 63: PR-Reza Hermawan.pdf

52

Universitas Indonesia

e. Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator

Setiap hasil kegiatan monitoring, pengukuran kinerja dan pengukuran

mutu pelayanan dilakukan evaluasi secara periodik dalam rapat-rapat tinjauan

manajemen. Berdasarkan hasil evaluasi kebijakan mutu dan pencapaian sasaran

mutu; hasil audit; hasil analisa data; pengukuran dan tinjauan manajemen,

dilakukan perbaikan secara terus menerus terhadap penerapan sistem

manajemen mutu. Tindakan perbaikan yang dilakukan meliputi perbaikan alat

ukur, pelayanan, perbaikan sarana pendukung, maupun perbaikan proses

sehingga ketidaksesuaian dapat diminimalkan.

f. Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur,

assessor, dan auditor mutu pelayanan kesehatan

Bagian standardisasi mutu memfasilitasi pelatihan-pelatihan untuk para

tenaga fasilitator, instruktur, assessor, dan auditor mutu pelayanan kesehatan yang

berguna untuk membantu implementasi sistem manajemen mutu. Contoh

pelatihan yang difasilitasi oleh bagian ini seperti pelatihan auditor pemimpin

(Lead Auditor) dan pelatihan kepuasan pelanggan.

Sistem Manajemen Mutu yang dilaksanakan berdasarkan ISO 9001:2008

telah dan terus menerus dijalankan di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur untuk

menjamin kualitas pelayanan publik dalam bidang kesehatan yang

diselenggarakan oleh Sudinkes Jaktim. Instruksi Kerja dan Quality Procedure

tentang pelayanan perizinan dan sertifikasi mengalami revisi terkait proses

perizinan yang masih ditangani oleh Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai dengan

salah satu aspek mendasar Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 mengenai

dokumentasi.

Sampai saat ini penyelenggaraan PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu)

pada pelayanan perizinan masih belum sepenuhnya dilakukan. Khusus untuk

perizinan tenaga kesehatan bidan dan sarana farmasi, makanan, dan minuman,

berkas pemohon yang dilakukan melalui customer service unit PTSP kantor

walikota, berkas permohonan selanjutnya diserahkan ke Suku Dinas Kesehatan

Jakarta Timur untuk diproses lebih lanjut sampai surat izin disahkan atau

diterbitkan. Surat izin yang telah diterbitkan akan diserahkan ke kantor walikota

untuk selanjutnya dapat diambil oleh pemohon. Sejak 9 Agustus 2011,

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 64: PR-Reza Hermawan.pdf

53

Universitas Indonesia

diberlakukan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 74 tentang

Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pada Kota Administrasi yang

menerangkan bahwa kegiatan pelayanan perizinan dan non perizinan yang proses

pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen

dilakukan dalam satu tempat melalui satu pintu, yaitu di kantor walikota. Dengan

perubahan ini maka terjadi perubahan pula terhadap alur perizinan untuk sarana

dan tenaga kesehatan yang dialihkan ke Kantor Walikota.

Telah disebutkan sebelumnya mengenai sistem pelayanan satu pintu,

Pemerintah kota Jakarta Timur sedang dalam peralihan atau percobaan menuju

sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi

DKI Jakarta Nomor 114 tahun 2011 tentang Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap.

PTSP ini merupakan sistem di mana seluruh berkas permohonan perizinan masuk

melalui customer service yang berada di walikota, kemudian diteruskan ke seksi

atau bagian yang bersangkutan. Sistem PTSP ini menjadikan seluruh proses

perizinan terpusat di satu tempat dan diharapkan dapat mengurangi lamanya

proses perizinan. Dengan perubahan sistem perizinan ini maka alur perizinan dan

sertifikasi mengalami perubahan juga yang sebelumnya mengacu pada sistem satu

atap menjadi satu pintu. Dengan perubahan ini, maka instruksi kerja dan prosedur

mutu perlu mengalami perubahan atau dilakukan revisi.

Namun, sampai saat ini penyelenggaraan PTSP pada pelayanan perizinan

masih belum sepenuhnya dilakukan. Khusus untuk perizinan tenaga kesehatan

bidan dan sarana farmasi, makanan, dan minuman, berkas pemohon yang

dilakukan melalui customer service unit PTSP kantor walikota, berkas

permohonan selanjutnya diserahkan ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur

untuk diproses lebih lanjut sampai surat izin disahkan atau diterbitkan. Surat izin

yang telah diterbitkan akan diserahkan ke kantor walikota untuk selanjutnya dapat

diambil oleh pemohon. Salah satu tugas bagian Standarisasi Mutu Kesehatan

adalah evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan

dengan cara mengevaluasi pelayanan perizinan yang dilakukan di Suku Dinas

Kesehatan Jakarta Timur berdasarkan standar 12 hari kerja terhitung dari

lengkapnya berkas yang diperlukan untuk mendapatkan surat izin. Dengan adanya

alur perizinan ini dapat memberikan informasi tambahan mengenai tata cara

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 65: PR-Reza Hermawan.pdf

54

Universitas Indonesia

perizinan tenaga dan sarana kesehatan dan jika pelayanan alur perizinan lebih

dari 12 hari dapat diketahui penyebab dari keterlambatan tersebut dengan melihat

pada alur perizinan.

Revisi instruksi kerja perizinan dilakukan terhadap referensi yang

digunakan dengan membandingkan peraturan yang sudah ada dan menambahkan

peraturan baru yang belum ada ke dalam instruksi kerja sesuai dengan peraturan

yang berlaku. Pada instruksi kerja juga ditambahkan persyaratan yang harus

dipenuhi untuk melakukan perizinan baik untuk tenaga kesehatan maupun sarana

kesehatan. Revisi quality procedure pelayanan perizinan dan sertifikasi dilakukan

terhadap referensi yang digunakan berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku saat ini dengan cara menambahkan peraturan baru yang belum

tercantum serta mengganti peraturan yang lama dengan peraturan baru ke dalam

quality procedure tersebut. Peraturan-peraturan baru tersebut melengkapi

peraturan lama yang telah ada pada referensi sebelumnya. Selain itu, revisi juga

dilakukan terhadap definisi, rincian prosedur, dan alur pelayanan perizinan yang

mengacu pada prosedur manual. Pembuatan bagan alur perizinan menggunakan

program Microsoft Office Visio 2007 berdasarkan proses dari tiap tahap dan

bentuk diagram yang ada di program tersebut. Proses revisi Instruksi Kerja dan

Quality Procedure melibatkan bagian terkait hingga diperoleh persetujuan dari

bagian tersebut atas revisi yang dilakukan.

4.3 Bagian Farmasi, Makanan, dan Minuman

4.3.1 Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat

Sistem penyerahan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat

(LPLPO) di Puskesmas kecamatan wilayah Jakarta Timur kepada Suku Dinas

Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur dilakukan setiap sebulan sekali

sebagai pengawasan terhadap penggunaan obat di Puskesmas sebab puskesmas

Kecamatan merencanakan sendiri kebutuhan obatnya untuk pemakaian satu

tahun.. Hal ini dilakukan karena Puskesmas Kecamatan di wilayah DKI Jakarta

mendapat subsidi langsung dari pemerintahan DKI Jakarta dan dianggap mampu

melakukan pengelolaan obat sendiri. Selain itu, sistem tersebut dilakukan supaya

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 66: PR-Reza Hermawan.pdf

55

Universitas Indonesia

persediaan atau pengadaan obat di setiap Puskesmas Kecamatan sesuai dengan

yang diperlukan sehingga pengobatan dapat memenuhi sasaran.

Puskesmas Kecamatan merencanakan pengadaan obat tiap tahunnya

berdasarkan jumlah pemakaian obat selama setahun, jumlah resep atau kunjungan

pasien, dan pola penyakit yang berkembang. Puskesmas Kelurahan mendapat

distribusi obat dari Puskesmas Kecamatan tiap tiga bulan sekali namun apabila

terjadi kekosongan obat Puskesmas Kelurahan dapat langsung melakukan

permintaan obat ke Puskesmas Kecamatan. Hal ini untuk menghindari pemakaian

obat yang berlebihan di Puskesmas Kelurahan. Dari data LPLPO dapat dilihat

jumlah pemakaian obat setiap bulan, sisa stok dan pola penyakit yang berkembang

sehingga dapat dimanfaatkan oleh penanggung jawab Puskesmas untuk analisis

pengelolaan obat, penggunaan obat, perencanaan kebutuhan obat dan

pengendalian persediaan.

Alur pelaporan LPLPO dimulai dari penyerahan LPLPO Puskesmas

Kelurahan ke Puskesmas Kecamatan paling lambat tanggal 5 pada bulan

berikutnya. Selanjutnya, Puskesmas Kecamatan mengirimkan LPLPO ke Suku

Dinas Kesehatan Kotamadya/Kabupaten paling lambat tanggal 10 pada bulan

berikutnya. Hasil rekapitulasi LPLPO dari Suku Dinas Kesehatan

Kotamadya/Kabupaten dikirim kepada Dinas Kesehatan Provinsi setiap 3 bulan.

Kemudian, setiap 6 bulan sekali hasil kompilasi LPLPO dari Dinas Kesehatan

Provinsi dilaporkan ke Departemen Kesehatan RI.

Saat ini, sistem pengiriman LPLPO dari masing-masing Puskesmas

Kecamatan kepada Seksi Sumber Daya Kesehatan bagian Farmasi Makanan dan

Minuman Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur dilakukan

secara komputerisasi dalam bentuk softcopy menggunakan program Microsoft

Excel yang telah ditentukan formatnya oleh Kemenkes kemudian dikirim melalui

surat elektronik. Pada format ini terdapat 144 macam obat, tetapi tidak mencakup

semua obat yang ada di Puskesmas, sehingga setiap Puskesmas perlu

menambahkan obat yang tidak terdapat dalam format. Selain itu, Puskesmas juga

perlu melaporkan data kunjungan pasien dalam pelaporan.

Sistem ini dirasa sangat memudahkan dalam melakukan rekapitulasi. Perlu

diketahi bahwa pelaporan LPLPO sebelumnya (hingga 2012) dilakukan secara

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 67: PR-Reza Hermawan.pdf

56

Universitas Indonesia

manual dalam bentuk hardcopy dengan format yang berbeda-beda tiap

Puskesmas. Selain itu juga, beberapa LPLPO Puskesmas Kecamatan ada yang

mencantumkan obat yang tidak terdapat di Puskesmas Kecamatan lainnya

sehingga pada akhirnya Kemenkes melalui Suku Dinas Kesehatan membuat

format standar LPLPO yang berlaku untuk setiap Puskesmas Kecamatan. Format

standar yang dibuat diharapkan dapat memudahkan rekapitulasi LPLPO di Suku

Dinas Kesehatan, menghemat waktu pengerjaan dan tenaga dari staf Suku Dinas

Kesehatan.

Rekapitulasi LPLPO diharapkan dapat membantu pihak Suku Dinas

Kesehatan Jakarta Timur untuk merencanakan pengadaan obat-obat buffer stock

bagi Puskesmas maupun obat-obat program pemerintah dari Kementerian

Kesehatan. Rekapitulasi LPLPO juga digunakan dalam pengambilan l kebijakan

maupun keputusan dalam pendistribusian obat buffer stock (obat essensial

generik) ke tiap-tiap Puskesmas kecamatan yang ada di wilayah Jakarta Timur

sehingga pembagiannya dapat merata sesuai dengan kebutuhan tiap Puskesmas.

Berdasarkan daftar pemakaian dua puluh obat terbanyak di wilayah Jakarta Timur

periode Desember 2012 – Februari 2013, dapat disimpulkan bahwa penyakit yang

banyak menyerang masyarakat di wilayah Jakarta Timur adalah Infeksi Saluran

Pernafasan Atas (ISPA) dengan gejala seperti demam, batuk, pilek, radang

maupun gatal tenggorokan yang masing-masing gejala tersebut diatasi dengan

pemberian Parasetamol, Gliseril Guaiakolat atau Dekstrometorfan HBr,

Khlorofeniramin Maleat (CTM) atau prednison. Selain itu, pada penderita ISPA

juga diberikan Vitamin untuk meningkatkan kekebalan tubuh seperti Vitamin B (

B1, B6, B12 atau B Kompleks) dan vitamin C. Penyakit lain yang prevalensinya

cukup tinggi adalah gangguan saluran pencernaan (gastritis dan diare) yang

pengobatannya dengan antasida dan antibiotika kotrimoksazol , nyeri-nyeri yang

pengobatannya dengan antalgin, ibuprofen atau paracetamol, dan tekanan darah

tinggi yang pengobatannya dilakukan dengan pemberian kaptopril dan kombinasi

Vitamin B. Hal ini dapat terlihat pada data Laporan Pemakaian dan Lembar

Permintaan Obat di Puskesmas wilayah Jakarta Timur periode Desember 2012

Februari 2013, dua puluh jenis obat terbanyak yang dipakai secara berurutan dari

yang terbesar adalah sebagai berikut :

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 68: PR-Reza Hermawan.pdf

57

Universitas Indonesia

Tabel 4.11. Jenis obat terbanyak dipakai di Puskesmas wilayah Jakarta Timur

1 Paracetamol 500 mg Tablet 1,503,962 501,321

2 Khlorfeniramin Maleat Tablet 1,399,013 466,338

3 Gliseril Guaiakolat 100 mg Tablet 1,272,494 424,165

4 Amoxylin 500 mg Tablet 1,080,576 360,192

5 Vitamin B Kompleks Tablet 999,087 333,029

6 Vitamin C 50 mg Tablet 825,297 275,099

7 Vitamin B6 10 mg Tablet 757,698 252,566

8 Deksametason 0,5 mg Tablet 652,461 217,487

9 Vitamin B1 50 mg Tablet 598,748 199,583

10 Antasida DOEN Tablet 593,296 197,765

11 Kalsium Laktat 500 mg Tablet 429,469 143,156

12 Amoxylin 250 mg Kapsul 323,249 107,750

13 Kaptopril 12.5 & 25 mg Tablet 310,685 103,562

14 Prednison Tablet 305,227 101,742

15 Antalgin 500 mg Tablet 260,334 86,778

16 Vitamin B12 50 mcg Tablet 260,032 86,677

17 Dekstrometorfan HBr Tablet 195,308 65,103

18 Tablet Tambah Darah Tablet 190,275 63,425

19 Kotrimoksazol (Dewasa) Tablet 176,147 58,716

20 Ibuprofen 200 mg Tablet 153,530 51,177

Rata - Rata

/BulanTotal SatuanNo Nama Obat

4.3.2 Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika

Unit pelayanan kesehatan wajib membuat, menyampaikan, dan

menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika

dan psikotropika sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang No. 35 tahun

2009 tentang Narkotika dan Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang

Psikotropika. Sistem pelaporan Laporan Penggunaan Narkotika dan Psikotropika

di DKI Jakarta dilakukan paling lambat tanggal 10 setiap bulannya ke Suku Dinas

Kesehatan Jakarta Timur. Data penggunaan narkotika dan psikotropika di

Puskesmas juga dapat terlihat pada Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan

Obat (LPLPO) Puskesmas Kecamatan.

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian

Kesehatan RI telah mengembangkan program SIPNAP sejak tahun 2008. Program

SIPNAP ini mengalami perkembangan dan pembaharuan pada tahun 2012. Pada

akhir tahun 2012 program ini sudah diperkenalkan oleh Dinas Kesehatan Propinsi

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 69: PR-Reza Hermawan.pdf

58

Universitas Indonesia

kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi. Program terbaru ini sudah

mulai diberlakukan pada tahun 2013. Sistem pada program ini memiliki bagian-

bagian yang terintegrasi, yaitu unit pelayanan kesehatan, dinas kesehatan

kabupaten/kota, dinas kesehatan propinsi dan pusat, serta web server (Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2009). Pada program SIPNAP baru ini sistem dapat langsung

melaporkan penggunaan narkotika dan psikotropika masing-masing unit

pelayanan kesehatan ke Suku Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, Dinas Kesehatan

Propinsi, dan Kementerian Kesehatan. Masing-masing unit pelayanan kesehatan

dapat langsung memasukkan laporan penggunaan narkotika dan psikotropikanya

ke program SIPNAP.

Rekapitulasi data pelaporan penggunaan narkotika menggunakan Sistem

Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) yang baru. Pada data laporan

penggunaan narkotik di Apotek bulan Desember 2012, tidak ditemukan data.

Hanya ada data stok awal dan stok akhir narkotika dengan jumlah yang sama,

artinya tidak ada penggunaan narkotika pada bulan tersebut. Narkotika yang

paling banyak digunakan di Apotek bulan Januari tahun 2013 adalah Codein tablet

20 mg sejumlah 4.874 tablet. Narkotika yang paling banyak digunakan di Apotek

bulan Februari tahun 2013 adalah Codein tablet 15 mg sejumlah 1.206 mg.

Narkotika yang paling banyak digunakan di rumah sakit bulan Desember tahun

2012 dan bulan Januari tahun 2013 berturut-turut adalah Codein tablet 20 mg

sejumlah 938 tablet dan 5.703 tablet. Narkotika yang paling banyak digunakan di

rumah sakit bulan Februari tahun 2013 adalah Codein tablet 15 mg sejumlah 591

tablet. Narkotika yang paling banyak digunakan di Puskesmas bulan Desember

tahun 2012, Januari tahun 2013 dan Februari tahun 2013 adalah Codein tablet 10

mg sejumlah 1.110 tablet, 1.733 tablet dan 685 tablet. Berdasarkan hasil

rekapitulasi bulan Desember 2012, Januari 2013 dan Februari 2013 maka

narkotika yang paling banyak digunakan pada bulan-bulan tersebut adalah Codein

tablet 20 mg.

Data penggunaaan psikotropika bulan Desember 2012-Februari 2013 di

unit pelayanan apotek tidak dapat direkapitulasi karena data tersebut tidak bisa

diambil atau diunduh dari situs SIPNAP. Hal ini disebabkan karena jaringan

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 70: PR-Reza Hermawan.pdf

59

Universitas Indonesia

internet yang kurang memadai dan program SIPNAP yang masih dalam tahap

pengembangan. Oleh karena itu data yang dapat disajikan hanya dari unit pelayan

puskesmas kecamatan dan rumah sakit. Namun, pada bulan Februari 2013 semua

rumah sakit belum mengumpulkan laporannya. Psikotropika yang paling banyak

digunakan oleh Puskesmas Kecamatan pada bulan Desember 2012, Januari 2013

dan Februari adalah Phenobarbital tablet 30 mg dengan jumlah berturut-turut

adalah 8.303 tablet, 6.860 tablet dan 5.402 tablet. Psikotropika yang paling

banyak digunakan oleh rumah sakit pada bulan Desember 2012 adalah

Phenobarbital tablet 30 mg sejumlah 4.590 tablet. Psikotropika yang paling

banyak digunakan oleh rumah sakit pada bulan Januari 2013 adalah Alprazolam

0,5 mg sejumlah 8.489 tablet. Berdasarkan hasil rekapitulasi bulan Desember

2012, Januari 2013 dan Februari 2013 maka psikotropika yang paling banyak

digunakan pada bulan-bulan tersebut adalah Phenobarbital tablet 30 mg sejumlah

27.342 tablet.

4.3.3 Perizinan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan no 1332 tahun 2002 dan

Keputusan kepala Dinkes Propinsi DKI Jakrta no 7687 2002 ; Permenkes 1332

2002, perizinan sarana apotek telah didelegasikan proses perizinannya ke sudinkes

kota/kabupaten, sehingga Sudinkes memiliki tugas mengatur dan mengawasi

keberadaan sarana, fasilitas, pelayanan dan jumlah tenaga kerja apotek.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan no 1332 tahun 2002, Sudinkes kota

wajib melaporkan pemberian, pembekuan, pencairan dan pencabutan izin sekali

setahun kepada Menteri kesehatan, sehingga setiap tahun dilakukan pemutakhiran

data sarana apotek, baik apotek maupun apotek rakyat.

Berdasarkan hasil pemutakhiran data apotek dan apotek rakyat di wilayah

Suku Dinas Kesehatan kota jakarta Timur hingga Maret 2013, diketahui bahwa

jumlah total sarana apotek yang berada di wilayah Sudinkes Jakarta Timur hingga

Maret 2013 adalah sebanyak 508 sarana dengan jumlah apotek sebanyak 358

sarana dan jumlah apotek rakyat sebanyak 150 sarana. Data jumlah apotek di

wilayah Sudinkes jakarta Timur dapat dilihat pada tabel 4,13, sedangkan data

jumlah apotek rakyat dapat dilihat pada tabel 4.14.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 71: PR-Reza Hermawan.pdf

60

Universitas Indonesia

Tabel 4.12 Data jumlah apotek di wilayah kota administrasi Jakarta Timur

berdasarkan kecamatan

No Kecamatan Jumlah Apotek aktif

Jumlah

Apotek

tutup

1 Duren Sawit 93 5

2 Kramat Jati 37 2

3 Pasar Rebo 16 1

4 Cipayung 22 0

5 Ciracas 28 0

6 Jatinegara 33 1

7 Matraman 16 2

8 Makasar 20 1

9 Cakung 36 3

10 Pulo gadung 57 45

Jumlah 358 20

Tabel 4.13 Data jumlah apotek rakyat di wilayah kota administrasi Jakarta Timur

berdasarkan kecamatan

No Kecamatan Jumlah Apotek aktif

Jumlah

Apotek

tutup

1 Duren Sawit 4

2 Kramat Jati 8

3 Pasar Rebo 1

4 Cipayung 1

5 Ciracas 3

6 Jatinegara 50 3

7 Matraman 78 8

8 Makasar 1

9 Cakung 1

10 Pulo gadung 3

Jumlah 150 11

Sedangkan jumlah total perizinan apotek yang diterbitkan pada periode

tahun 2010 hingga Maret 2013 adalah sebanyak 257 sarana dengan rincian

sebagai berikut. jumlah perizinan apotek yang diterbitkan pada tahun 2010 adalah

sebanyak 45 sarana, sedangkan apotek rakyat adalah sebanyak 44 sarana; jumlah

perizinan apotek yang diterbitkan pada tahun 2011 adalah sebanyak 45 sarana,

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 72: PR-Reza Hermawan.pdf

61

Universitas Indonesia

sedangkan apotek rakyat adalah sebanyak 31 sarana; jumlah perizinan apotek

yang diterbitkan pada tahun 2012 adalah sebanyak 52 sarana, sedangkan apotek

rakyat adalah sebanyak 23 sarana; jumlah perizinan apotek yang diterbitkan pada

Januari – Maret 2013 adalah sebanyak 13 sarana, sedangkan apotek rakyat adalah

sebanyak 4 sarana.

Sedangkan jumlah total perizinan apotek, baitk apotek maupun apotek

rakyat yang diterbitkan pada periode tahun 2010 hingga Maret 2013 adalah

sebanyak 257 sarana. Untuk apotek, jumlah perizinan yang dikeluarkan pada

tahun 2010 sebanyak 45 perizinan, dengan rincian sebagai berikut: 30 perizinan

baru, 12 perizinan apotek karena pergantian APA, dan 3 perizinan karena

perubahan nama sarana apotek; jumlah perizinan apotek yang dikeluarkan pada

tahun 2011 adalah sebanyak 45 perizinan dengan rincian sebagai berikut: 37

perizinan baru, 7 perizinan apotek karena pergantian APA, dan 1 perizinan karena

perubahan pemilik sarana; jumlah total perizinan apotek pada tahun 2012 adalah

sebanyak 52 perizinan dengan rincian sebagai berikut: 31 perizinan baru, 18

perizinan apotek karena pergantian APA, 1 perizinan karena perubahan nama

apotek dan 2 perizinan karena perubahan alamat; sedangkan jumlah total

perizinan apotek pada periode Januari hingga Maret 2013 adalah sebanyak 13

perizinan meliputi 9 perizinan baru dan 4 perizinan karena pergantian APA.

Untuk apotek rakyat, jumlah total perizinan sarana apotek rakyat pada tahun 2010

sebanyak 44 perizinan, dengan rincian sebagai berikut: 38 perizinan baru, 3

perizinan sarana apotek rakyat karena perubahan APA, 1 perizinan karena

perubahan nama sarana dan 2 perizinan karena perubahan lokasi sarana. Pada

tahun 2011 jumlah total perizinan sarana apotek rakyat adalah sebanyak 31

perizinan dengan rincian sebagai berikut: 20 perizinan baru, 8 perizinan sarana

karena perubahan APA, 1 perizinan karena perubahan nama sarana dan 2

perizinan karena perubahan lokasi sarana. Pada tahun 2012, jumlah total

perizinan sarana apotek rakyat adalah sebanyak 23 perizinan dengan rincian

sebagai berikut: 20 perizinan baru dan 3 perizinan sarana karena perubahan APA,

sedangkan pada periode Januari hingga Maret 2013, jumlah total perizinan sarana

apotek rakyat adalah sebanyak 4 perizinan meliputi 1 perizinan baru dan 3

perizinan karena perubahan APA.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 73: PR-Reza Hermawan.pdf

62

Universitas Indonesia

Jumlah total apoteker yang terdaftar bekerja di apotek dan apotek rakyat,

baik sebagai apoteker pengelola maupun apoteker pendamping adalah sebanyak

531 apoteker dengan rincian sebagai berikut: pada apotek terdapat 359 apoteker

sebagai apoteker pengelola apotek dan 22 apoteker sebagai apoteker pendamping,

sedangkan pada apotek rakyat terdapat 150 apoteker sebagai apoteker penanggung

jawab (APA). Jumlahapoteker pendamping tersebut lebih sedikit dibandangkan

jumlah apotek yang memiliki apoteker pendamping, yaitu 31 apotek. Hal ini

disebabkan karena tidak semua apotek tersebut mencantumkan nama dan nomor

surat penugasan atau SIK/SIPA dari apoteker pendamping saat mengajukan

permohonan izin apotek. Sehingga perlu dilakukan pendatan kembali untuk

memperoleh data yang lebih akurat dan valid. Data jumlah apoteker dapat dilihat

pada tabel 4.14.

Tabel 4.14 Data jumlah apoteker penanggung jawab apotek dan apoteker

pendamping berdasarkan data sarana dan prasarana di wilayah

Sudinkes jakarta Timur.

No Apoteker Sarana/Prasarana Total

Apotek Apotek Rakyat

1 APA 359 150 509

2 Apoteker Pendamping 22 - 22

Total 381 150 531

Kegiatan pemutakhiran data IRTP dilakukan oleh Sudinkes sebagai

program dari Depkes dibawah perintah Menkes. Format penyusunan

pemutakhiran data IRTP sesuai dengan petunjuk adalah sebagai berikut: Tahun,

Propinsi, Kabupaten/Kota, Nama, Alamat Kantor, Telepon Kantor, Pemilik,

Penanggung Jawab, Kelamin, Sertifikat PKP, Sertifikat IRT Jenis Produk,

Keterangan dan Tutup. Berdasarkan data yang tersedia, diperoleh data Perizinan

IRTP di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur yang disusun sesuai

format tersebut hingga bulan Maret 2013 yang dapat dilihat pada lampiran 3.

Data jumlah sarana IRTP yang berada di wilayah Sudinkes kota

administrasi Jakarta Timur sampai bulan Maret 2013 dapat dilihat pada tabel 4.15

dan data jumlah Nomor P-IRT dapat dilihat pada tabel 4.16. Sedangkan data

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 74: PR-Reza Hermawan.pdf

63

Universitas Indonesia

rekapitulasi jumlah sarana IRTP dan rekapitulasi jumlah Nomor P-IRT dapat

dilihat pada Tabel 4.17 dan grafiknya dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Tabel 4.15 Data jumlah sarana IRTP di berbagai kecamatan dalam wilayah

Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur sampai bulan Maret 2013

Tahun

Kecamatan

Jumla

h

Jati

neg

ara

Du

ren

Saw

it

Matr

am

an

Pu

logad

un

g

Cak

un

g

Mak

asa

r

Kra

mat

Jati

Pasa

r R

ebo

Cir

aca

s

Cip

ayu

ng

≤2009 19 30 8 23 7 8 14 9 13 19 150

2010 22 34 10 26 9 10 20 12 13 20 176

2011 27 42 12 32 11 11 22 14 13 22 206

2012 27 46 14 35 13 12 25 14 17 23 226

2013 (Maret) 28 46 16 35 13 13 25 14 17 25 232

Tabel 4.16 Data jumlah Nomor P-IRT di berbagai kecamatan dalam wilayah

Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur hingga bulan Maret 2013

Tahun

Kecamatan

Jumlah

Jati

neg

ara

Du

ren

Saw

it

Matr

am

an

Pu

logad

un

g

Cak

un

g

Mak

asa

r

Kra

mat

Jati

Pasa

r R

ebo

Cir

aca

s

Cip

ayu

ng

≤2009 41 94 20 70 8 21 25 12 18 44 353

2010 63 136 22 103 11 29 74 17 18 52 525

2011 85 199 45 124 18 33 85 29 18 72 708

2012 85 209 55 132 27 44 89 29 28 78 776

2013

(Maret) 89 213 58 133 33 54 89 29 28 87 813

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 75: PR-Reza Hermawan.pdf

64

Universitas Indonesia

Tabel 4.17 Data rekapitulasi jumlah sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT di

wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur hingga bulan Maret

2013

Tahun

Jumlah

sarana

IRTP

Jumlah Nomor

P-IRT Keterangan

≤2009 150 353 34 IRTP Baru

2010 176 525 26 IRTP Baru

2011 206 708 30 IRTP Baru + 1 IRTP Lama

(Penambahan Produk)

2012 226 776 20 IRTP Baru

2013

(Maret) 232 813

6 IRTP Baru + 3 IRTP Lama (2

Penambahan Produk dan 1

Penyesuaian No. SPP-IRT)

Gambar 4.1 Grafik rekapitulasi jumlah sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT di

wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur hingga bulan

Maret 2013

Dari tabel 4.17 terlihat bahwa hingga bulan Maret 2013 teradapat adanya

232 sarana IRTP dan 813 SPP-IRT dengan penambahan 82 sarana IRTP dan 460

Nomor P-IRT dari tahun 2010 hingga Maret 2013 dimana:

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 76: PR-Reza Hermawan.pdf

65

Universitas Indonesia

a. Pada tahun 2010 terdapat adanya 26 sarana IRTP baru dengan 172 Nomor

P-IRT baru yang dapat dilihat selengkapnya pada tabel 4.21

b. Pada tahun 2011 terdapat adanya 30 sarana IRTP baru dengan 183 Nomor

P-IRT baru yang dapat dilihat selengkapnya pada tabel 4.22

c. Pada tahun 2012 terdapat adanya 20 sarana IRTP baru dengan 68 Nomor

P-IRT baru yang dapat dilihat selengkapnya pada tabel 4.23

d. Hingga bulan Maret 2013 terdapat adanya 6 IRTP baru dengan 37 Nomor

P-IRT baru yang dapat dilihat selengkapnya pada tabel 4.24

Menurut Peraturan Kepala BPOM RI No. HK.03.1.23.04.12.2205 tahun

2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah

Tangga tertera bahwa SPP-IRT berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang

selama memenuhi persyaratan sehingga untuk IRTP yang memiliki SPP-IRT yang

terdaftar sebelum tahun 2012 seharusnya didaftar ulang dan disesuaikan untuk

mendapatkan SPP-IRT yang baru sedangkan hingga bulan Maret 2013 hanya ada

1 sarana IRTP lama yang melakukan penyesuaian No P-IRT sesuai SPP-IRT yang

baru. Hal tersebut mungkin disebabkan karena pemilik sarana IRTP lainnya belum

mengetahui adanya peraturan tersebut sehingga seharusnya diberikan sosialisasi

atau pemberitahuan yang bisa dilakukan melalui media massa seperti radio, koran

dan sebagainya kepada para pemilik tentang adanya peraturan tersebut.

Kegiatan pemutakhiran data toko obat dilakukan oleh Sudinkes sebagai

program dari Depkes dibawah perintah Menkes. Format penyusunan

pemutakhiran data IRTP sesuai dengan petunjuk adalah sebagai berikut: Tahun,

Propinsi, Kabupaten/Kota, Nama Toko Obat, Nomor Izin, Alamat Kantor,

Telepon Kantor, Penanggung-Jawab, Kelamin, SIK Penanggung-Jawab, dan

Tutup. Berdasarkan data yang tersedia, diperoleh data perizinan toko obat di

wilayah Suku Dinas Kesehatan kota administrasi Jakarta Timur yang disusun

sesuai format tersebut hingga bulan Maret 2013 yang dapat dilihat pada lampiran

4.

Data jumlah sarana toko obat yang berada di wilayah Sudinkes kota

administrasi Jakarta Timur sampai bulan Maret 2013 dapat dilihat pada tabel 4.18

dan data rekapitulasi jumlah sarana toko obat dapat dilihat pada Tabel 4.19

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 77: PR-Reza Hermawan.pdf

66

Universitas Indonesia

sedangkan grafik data rekapitulasi jumlah sarana toko obat dapat dilihat pada

Gambar 4.2

Tabel 4.18 Data jumlah sarana toko obat yang berada di wilayah Sudinkes kota

administrasi Jakarta Timur sampai bulan Maret 2013

Tahun

Kecamatan

Jumlah

sarana

toko

obat

Du

ren

Saw

it

Pu

logad

un

g

Kra

mat

Jati

Cip

ayu

ng

Cir

aca

s

Jati

neg

ara

Matr

am

an

Cak

un

g

Pasa

r R

ebo

Mak

asa

r

≤ 2009 5 6 18 1 13 24 58 3 2 7 137

2010 5 6 18 1 13 24 58 3 2 6 136

2011 6 6 18 1 14 23 58 3 2 6 137

2012 7 6 18 1 14 23 58 3 2 6 138

2013 (Maret) 8 8 18 1 14 23 58 4 3 6 143

Tabel 4.19 Data rekapitulasi sarana toko obat yang berada di wilayah Sudinkes

kota administrasi Jakarta Timur sampai bulan Maret 2013

Tahun Jumlah Toko Obat Keterangan

≤ 2009 137 Perizinan hingga tahun 2009

2010 136 1 TO Baru, 2 jadi Apotek Rakyat,

4 Perpanjangan Izin

2011 137 2 TO Baru, 1 jadi Apotek Rakyat,

3 Perpanjangan Izin

2012 138 1 TO Baru, 5 Perpanjangan Izin

2013 (Maret) 143 5 TO Baru, 3 Perpanjangan Izin

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 78: PR-Reza Hermawan.pdf

67

Universitas Indonesia

Gambar 4.2 Grafik rekapitulasi jumlah sarana toko obat yang berada di wilayah

Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur hingga bulan Maret 2013

Dari tabel 4.19 terlihat bahwa hingga bulan Maret 2013 teradapat adanya

143 sarana toko obat dengan penambahan izin dari tahun 2010 hingga Maret 2013

sebanyak 24 perizinan dimana:

a. Pada tahun 2010 terdapat adanya 1 izin toko obat baru, 2 toko obat yang

menjadi Apotek Rakyat dan 4 perpanjangan izin yang dapat dilihat

selengkapnya pada tabel 4.25

b. Pada tahun 2011 terdapat adanya 2 izin toko obat baru, 1 menjadi apotek

rakyat dan 3 perpanjangan izin yang dapat dilihat selengkapnya pada tabel

4.26

c. Pada tahun 2012 terdapat adanya 1 izin toko obat baru dan 5 perpanjangan

izin yang dapat dilihat selengkapnya pada tabel 4.27

d. Hingga bulan Maret 2013 terdapat adanya 5 izin toko obat baru dengan 3

perpanjangan izin yang dapat dilihat selengkapnya pada tabel 4.28

Dari peraturan tertera bahwa izin usaha pedagang eceran obat (toko obat)

berlaku selama 2 (dua) tahun terhitung mulai tanggal ditetapkan sedangkan dari

data yang didapatkan masih ada sarana toko obat yang izinnya dibawah tahun

2011 yang belum memperpanjang izinnya dan masih terdaftar data sarana toko

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 79: PR-Reza Hermawan.pdf

68

Universitas Indonesia

obat tersebut di Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur. Hal tersebut mungkin

disebabkan karena pemilik sarana yang tidak mengetahui atau tidak menyadari

bahwa izin sarana yang dimiliki telah berakhir sehingga seharusnya pihak pemilik

diberikan sosialisasi atau pemberitahuan misalnya melalui media massa seperti

koran tentang batas izin toko obat tersebut.

4.3.4 Harga Eceran Tertinggi

Monitoring harga obat generik di wilayah Kota Administrasi Jakarta

Timur periode Januari – Maret 2013 dilakukan pada 10 sarana pelayanan farmasi,

di antaranya satu Instalasi Farmasi Rumah Sakit yaitu Instalasi Farmasi RSUD

Pasar Rebo, delapan apotek yang terdiri dari Apotek Kimia Farma 48, Apotek

K24 Pondok Kopi, Apotek K24 Matraman, Apotek K24 Haji Ten, Apotek Sehati

Farma, Apotek Dewa Medika, Apotek Kimia Farma No. 4 Rawamangun dan

Apotek Golden Libra, serta satu apotek rakyat yaitu Apotek Rakyat Aisyah.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

092/MENKES/SK/II/2012, terdapat 498 item Harga Eceran Tertinggi (HET) obat

generik yang diperbarui. Dari 498 item tersebut, dibuat daftar sebanyak 30 item

obat generik yang umum digunakan oleh masyarakat sesuai program kerja

bersama dengan pemantauan pada sarana pelayanan farmasi, di antaranya Instalasi

Farmasi Rumah Sakit, Apotek dan Apotek rakyat di wilayah Jakarta Timur. Hal

ini dilakukan untuk mengawasi seberapa banyak sarana pelayanan kesehatan dan

item obat generik yang melebihi harga eceran tertinggi. Sarana pelayanan farmasi

yang memenuhi dan yang tidak memenuhi persyaratan harga obat generik di

bawah Harga Eceran Tertinggi (HET) sesuai Kepmenkes RI No.

092/Menkes/SK/II/2012 dapat dilihat pada tabel 4.20.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 80: PR-Reza Hermawan.pdf

69

Universitas Indonesia

Tabel 4.20. Hasil monitoring harga obat generik pada sarana pelayanan kesehatan

di wilayah Jakarta Timur

No Sarana

Harga generik tidak

melebihi HET sesuai

Kepmenkes RI No.

092/Menkes/SK/II/

2012

Harga generik

melebihi HET sesuai

Kepmenkes RI No.

092/Menkes/SK/II/

2012

Jumlah % Jumlah %

1 IFRSUD Rasar Rebo 28 100 0 0

2 Apotek Kimia Farma 48 24 85,71 4 14,28

3 Apotek K-24 Pondok Kopi 26 96,29 1 3,70

4 Apotek K-24 Matraman 26 92,86 2 7,14

5 Apotek K -24 Haji Ten 29 96,67 1 3,33

6 Apotek Sehati Farma 29 96,67 1 3,33

7 Apotek Dewa Medika 6 23,08 20 76,92

8 Apotek Kimia Farma No.4

Rawamangun 27 96,43 1 3,57

9 Apotek Rakyat Aisyah 20 80 5 20

10 Apotek Golden Libra 25 100 0 0

Rata – rata persentase 86,78 13,22

Dari tabel 4.20, dapat dilihat masing-masing sarana memiliki perbedaan

pada total jumlah obat generik. Apotek K24 Haji Ten dan Apotek Sehati Farma

memiliki semua item obat generik yang diisi dalam kuesioner yaitu 30 item.

Namun dari 30 item obat generik dalam kuisioner, Instalasi Farmasi RSUD Pasar

Rebo, Apotek Kimia Farma 48, Apotek K24 Matraman dan Apotek Kimia Farma

No.4 Rawamangun memiliki 28 item; Apotek K24 Pondok Kopi memiliki 27

item; Apotek Dewa Medika memiliki 26 item; Apotek Rakyat Aisyah dan Apotek

Golden Libra memiliki 25 item obat generik. Hal tersebut karena adanya

perbedaan kelengkapan tersedianya obat generik di masing-masing sarana.

Dari hasil perhitungan kenaikan per item harga obat generik terhadap

Harga Eceran Tertinggi, harga obat generik yang paling banyak melebihi Harga

Eceran Tertinggi (HET). Dari delapan sarana pelayanan farmasi, terdapat empat

sarana pelayanan farmasi memberikan harga amoksisilin (golongan antibiotik)

melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET).

Penyebab sarana pelayanan farmasi menjual obat generik melebihi Harga

Eceran Tertinggi (HET) masih belum bisa dipastikan karena ada beberapa

kemungkinan. Pertama, kemungkinan tidak teliti dalam memberi harga obat

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 81: PR-Reza Hermawan.pdf

70

Universitas Indonesia

generik dengan kemasan yang mirip tetapi jumlah tabletnya berbeda. Kedua,

Apoteker penaggung jawab sarana pelayanan farmasi tidak mengetahui adanya

Kepmenkes RI No. 092/Menkes/SK/II/2012 yang mengatur pemberian harga

generik tidak boleh melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET). Ketiga,

kemungkinan harga pembelian obat generik dari Pedagang Besar Farmasi (PBF)

yang tinggi sehingga sarana pelayanan farmasi menjual obat generik tersebut lebih

tinggi dari harga beli. Kemungkinan terakhir yaitu sarana pelayanan farmasi yang

memang memberikan harga obat generik lebih mahal untuk mendapatkan

keuntungan yang lebih besar.

4.3.5 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian

Kegiatan binwasdal periode Januari-Maret 2013 telah dilakukan oleh

Bagian Farmasi, Makanan dan Minuman ke beberapa unit pelayanan kesehatan,

yaitu 14 apotek, 2 puskesmas, dan 2 rumah sakit. Kriteria yang digunakan dalam

kegiatan ini adalah sarana, administrasi, sumber daya manusia (SDM) dan

pelayanan informasi obat (PIO).

Dari hasil binwasdal ini ditemukan bahwa masih ada beberapa

kekurangan yang perlu diperbaiki. Dari segi sarana di apotek, tera timbangan

harus terus diawasi agar timbangan ditera pada waktunya, kebersihan harus

ditingkatkan, alat-alat yang belum ada harus segera diadakan seperti termometer

lemari es dan penyimpanan obat hendaknya sesuai dengan tempatnya. Sarana di

puskesmas sudah cukup baik dan lengkap. Hal yang perlu dilakukan adalah

perluasan gudang puskesmas kecamatan (PKC Matraman) agar memudahkan

pekerjaan di gudang, obat-obat tersimpan dengan baik dan aliran udara terjaga.

Sarana di rumah sakit sudah cukup baik dan lengkap. Tera timbangan tetap harus

dilaksanakan pada waktunya.

Dari segi administrasi di apotek, hal-hal yang harus diperbaiki adalah kartu

stok harus dilengkapi dengan nomor batch dan tanggal kadaluarsa, pengeluaran

obat antibiotik harus dengan resep dan resep-resep diarsipkan dengan baik.

Kegiatan administrasi di rumah sakit juga harus diperbaiki, yaitu kartu stok harus

dilengkapi dengan nomor batch dan tanggal kadaluarsa. Kegiatan administrasi di

puskesmas sudah cukup baik, kartu stok sudah dilengkapi dengan nomor batch

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 82: PR-Reza Hermawan.pdf

71

Universitas Indonesia

dan tanggal kadaluarsa sehingga sistem FIFO berjalan. Sistem pendokumentasian

di apotek puskesmas juga sudah berjalan dengan baik. Selain itu, berkaitan dengan

adanya Sistem Pelaporan Narkotik dan Psikotropik (SIPNAP) yang baru maka

diperlukan sosialisasi mengenai SIPNAP ini ke unit-unit pelayanan kesehatan.

Dari segi SDM dibutuhkan tambahan SDM terutama di apotek dan

puskemas agar pelayanan informasi obat dapat berjalan dengan baik. Sejauh ini,

pelayanan informasi obat (PIO) baik di apotek, puskemas maupun rumah sakit

belum berjalan dengan aktif dan terdokumentasi. Oleh karena itu, diperlukan

sosialisasi mengenai pentingnya PIO dan pendokumentasiannya kepada sarana-

sarana kesehatan.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 83: PR-Reza Hermawan.pdf

72

72 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur melaksanakan

tugas dan fungsinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, yaitu sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.

150 Tahun 2009.

5.1.2 Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) Suku Dinas Kesehatan Kota

Administrasi Jakarta Timur membawahi 3 (tiga) koordinator, yaitu

Koordinator Farmasi, Makanan dan Minuman, Koordinator Tenaga

Kesehatan, dan Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan.

5.1.3 Tugas dan fungsi seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu sesuai dengan

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, yaitu :

a) Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman yang antara lain tugasnya

adalah melayani perizinan sarana farmasi, makanan dan minuman,

pembinaan, pengawasan dan pengendalian (Binwasdal) sarana farmasi,

makanan dan minuman, pelaporan narkotika psikotropika dan laporan

pemakaian dan lembar permintaan obat yang menggunakan format

baru, monitoring dan pengendalian harga obat.

b) Koordinator Tenaga Kesehatan antara lain tugasnya melayani perizinan

tenaga kesehatan, melaksanakan bimbingan teknis serta memantau

ketersediaan tenaga kesehatan di seluruh Puskesmas di Jakarta Timur

c) Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan antara lain bertugas

melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi standard pelayanan

tenaga kesehatan, melaksanakan survei kepuasan pelanggan kesehatan,

melaksanakan kegiatan pengembangan mutu, dan menilai pencapaian

sasaran mutu di Sudinkes Jakarta Timur

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 84: PR-Reza Hermawan.pdf

73

Universitas Indonesia

5.2 Saran

5.2.1 Perlu dilakukan pemutakhiran data tenaga kesehatan di lapangan dan

dilakukan pemenuhan tenaga kesehatan di semua sarana pelayanan

kesehatan agar program Kartu Jakarta Sehat dapat terlaksana.

5.2.2 Perlu dilakukan alur perizinan secara konsisten atau mengubahnya sesuai

dengan kondisi di lapangan.

5.2.3 Perlu dilakukan pemutakhiran format LPLPO yang sesuai dengan jenis

obat di Puskesmas serta pemutakhiran data sarana farmasi makanan dan

minuman di lapangan.

5.2.4 Sistem pelaporan narkotika psikotropika dan laporan pemakaian dan

lembar permintaan obat menggunakan sistem yang baru sehingga perlu

dikembangkan lagi dan diadakan sosialisasi menyeluruh terhadap unit

pelayanan kesehatan di seluruh Jakarta Timur serta perlu didukung dengan

penambahan sarana dan prasarana, seperti komputer dan printer.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 85: PR-Reza Hermawan.pdf

74 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. (2009). Undang-

undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik Jakarta: Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia

Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. (2009). Undang-undang

No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia

Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Kesehatan. (1999). Undang-undang

No. 22 Tahun 1999 tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia

Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan

Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonomi (2000). Peraturan

Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan

Kewenangan Provinsi sebagai Daerah OtonomPresiden RI. Jakarta:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Keputusan Menteri Kesehatan No. 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi,

Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. (2011). KeputusanMenteri

Kesehatan No. 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan

Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan No. 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik

dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan

No. 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik

Kedokteran. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan No 284/MenKes/PER/III/2007 tentang Apotek

Rakyat. (2007). Peraturan Menteri Kesehatan

No284/MenKes/PER/III/2007, tentang Apotek Rakyat. Jakarta: Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia

Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003 tentang

Indikator Indonesia Sehat 2010. (2003). Keputusan Menteri Kesehatan No.

1202/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010.

Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan

dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. (2002). Peraturan Menteri

Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 86: PR-Reza Hermawan.pdf

75

Universitas Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 142/MenKes/PER/III/1991 tentang Penyalur

Alat Kesehatan. (1991). Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

142/MenKes/PER/III/1991 tentang Penyalur Alat Kesehatan. Jakarta:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/PER/V/1990 tentang Izin Usaha

Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional. (1990).

Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/PER/V/1990 Tentang Izin

Usaha Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional

Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas

Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. (2009). Peraturan Gubernur

Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi

Suku Dinas Kesehatan. Jakarta : Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Peraturan Daerah DKI Jakarta No.4 Tahun 2009 tentang Sistem

KesehatanDaerah. (2009). Peraturan Daerah DKI Jakarta No.4 Tahun 2009

tentang Sistem Kesehatan Daerah Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta..(2009). Pedoman Perizinan Sarana

Farmasi Makanan dan Minuman Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: Suku Dinas

Kesehatan Jakarta Timur.

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. (2002). Pedoman Perizinan Sarana

Farmasi Makanan dan Minuman Provinsi DKI Jakarta. Jakarta : Suku

Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. (2009). Dokumen Sistem Manajemen Mutu

Sudinkes Kodya Jakarta Timur Tahun 2009;Deskripsi Kerja Suku Dinas

Kesehatan Jakarta Timur. Jakarta: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 87: PR-Reza Hermawan.pdf

TABEL

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

uiperpustakaan
Sticky Note
Page 88: PR-Reza Hermawan.pdf

76

Tabel 4.21 Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT pada tahun 2010

No Nama IRTP Keterangan Banyaknya

izin No P-IRT

1 GSR SARI RASA Izin Baru 2

2 SUMBER ROSO Izin Baru 17

3 THE COOKIES LADY (TCL ) Izin Baru 3

4 SUKA HATI Izin Baru 22

5 Saboga Izin Baru 7

6 YORYA COOKIES Izin Baru 8

7 RATU CERIA BAKERY Izin Baru 5

8 JAKARTA ART CULTUTE

(JAC) Izin Baru 1

9 TABHO Izin Baru 1

10 IVA CAKE BAKERY Izin Baru 6

11 PARAHYANGAN Izin Baru 20

12 TRI DARA Izin Baru 7

13 CIPTA BINA KARYA Izin Baru 1

14 RAFLESIA BAKERY Izin Baru 2

15 EEL SHOP WIYONO Izin Baru 5

16 CV.56 BINTANG UTAMA Izin Baru 3

17 AYA SNACK Izin Baru 8

18 MEMORI Izin Baru 2

19 RATIH JAYA Izin Baru 9

20 WADI BIN ALI Izin Baru 10

21 MELATI PUTIH Izin Baru 15

22 AMANAH Izin Baru 5

23 SARI JAYA Izin Baru 1

24 CV. GEMILANG KARYA

BERSAMA Izin Baru 3

25 GEMBIRA Izin Baru 1

26 KIRANI JAYATAMA Izin Baru 8

Jumlah 26 IRTP Semuanya

izin baru

172 No. P-IRT

Baru

Tabel 4.22 Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT pada tahun 2011

No Nama IRTP Keterangan Banyaknya

produk/No P-IRT

1 KENANGA Izin Baru 4

2 FRESH HJ. LELA Izin Baru 3

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 89: PR-Reza Hermawan.pdf

77

Universitas Indonesia

3 ZAFA FOOD Izin Baru 5

4 LAPAS KLAS II A

NARKOTIKA Izin Baru 7

5 Tjik Oneh Izin Baru 3

6 PRIMA TALENT UTAMA

MANDIRI Izin Baru 2

7 SIHAR PANGIHUTAN

HAMONANGAN SITORUS Izin Baru 2

8 RAFA HARUM JAYA Izin Baru 3

9 SRIKANDI JAYA Izin Baru 4

10 TUNAS MEKAR Izin Baru 9

11 AMNUR JB HERBAL Izin Baru 3

12 LESTARI FOOD INDUSTRI Izin Baru 26

13 DAPUR ACI Izin Baru 14

14 PD. LARIS MANIS Izin Baru 9

15 SALAMAH FOOD Izin Baru 14

16 Shofi Cookies Penambahan

Produk 13

17 WILMAS MANDIRI Izin Baru 2

18 HARUM LEGIT Izin Baru 1

19 Aneka Kriuk Izin Baru 2

20 Wawat Suprabawati Izin Baru 1

21 Sedap Sari Izin Baru 1

22 MEI PASTEL Izin Baru 1

23 KEMANGI 3 FOODS Izin Baru 1

24 CV. JAYA TUNGGAL Izin Baru 6

25 INNA Izin Baru 4

26 CITRA INDOBOGA Izin Baru 5

27 RAYA FOOD Izin Baru 6

28 UD. LESTARI MAKMUR Izin Baru 10

29 Usaha Mandiri Segar Alami Izin Baru 2

30 CV. Mora Sentosa Izin Baru 13

31 CLARISHA Izin Baru 7

Jumlah 31 IRTP 30 izin baru

+ 1 lama

183 No. P-IRT

Baru

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 90: PR-Reza Hermawan.pdf

78

Universitas Indonesia

Tabel 4.23 Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT pada tahun 2012

No Nama IRTP Keterang

an

Banyaknya

produk/No P-IRT

1 UD. SUMBER TANI MAKMUR Izin Baru 2

2 UD. SYIFA ALAMI TURKI Izin Baru 5

3 MAHARAJA Izin Baru 1

4 CV MENATA KREASI Izin Baru 2

5 INDRI RASA Izin Baru 8

6 CV HUSEN'S PRIMA MANDIRI Izin Baru 2

7 MAJU SEKAWAN SEJATI Izin Baru 1

8 POPY POPS MAKARONI Izin Baru 1

9 BROTIE BAKERY Izin Baru 6

10 CV BUMI PANGAN Izin Baru 5

11 TIGA PUTRI Izin Baru 4

12 FELISYA ENTERPRISE Izin Baru 11

13 IKONARASAKI Izin Baru 2

14 RANI INDAH PERMATA SARI Izin Baru 1

15 HANDAYANI Izin Baru 1

16 HERBAL HOLISTIK Izin Baru 4

17 SYAFARA Izin Baru 1

18 ORIENTASI NUSANTARA Izin Baru 1

19 LITO BINTANG ABADI Izin Baru 4

20 NA JAYA Izin Baru 6

Jumlah 20 IRTP Semuanya

izin baru 68 No. P-IRT Baru

Tabel 4.24 Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT hingga bulan Maret 2013

No Nama IRTP Keterangan Banyaknya

produk/No P-IRT

1 JAYA ABADI PACKAGING Izin Baru 4

2 MAHARAJA Penambahan

produk 4

3 SANGKU RATU Izin Baru 2

4 CV AZ ZAHRA Izin Baru 1

5 Shofi Cookies Penambahan

produk 1

6 CV. JAYA TUNGGAL Penyesuaian

No. PIRT 6

7 DAPUR KUE MAMA Izin Baru 10

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 91: PR-Reza Hermawan.pdf

79

Universitas Indonesia

8 CEMILAN Izin Baru 5

9 INDOVERA BIOTECH Izin Baru 4

Jumlah 9 IRTP 6 izin baru + 3

lama 37 No. P-IRT Baru

Tabel 4.25 Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun 2010

Toko Obat Keterangan

ANUGERAH Menjadi Apotek Rakyat

MERLIN Izin Baru

PT.LION SUPER INDO Perpanjangan

CAHAYA BARU II Perpanjangan

LOTTE SHOPPING

INDONESIA Perpanjangan & Ganti Nama

INTI CAKRAWALA

CITRA

Perpanjangan & Ganti Nama

(INDOGROSIR CIPINANG)

SINAR MAKMUR II Menjadi Apotek Rakyat

Tabel 4.26 Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun 2011

Toko Obat Keterangan

A & G Izin Baru

SEHAT CIJANTUNG Perpanjangan

JAYA AGUNG Jadi Apotek Rakyat

TIGA A (3A) Perpanjangan

PERMATA BIRU Perpanjangan

HYPERMART CIBUBUR JUNCTION Izin Baru

Tabel 4.27 Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun 2012

Toko Obat Keterangan

CAHAYA BARU II Perpanjangan

FOODMART Izin Baru

GURYANA Perpanjangan

HADI MAKMUR Perpanjangan

LOTTE SHOPPING INDONESIA Perpanjangan

INDOGROSIR CIPINANG Perpanjangan

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 92: PR-Reza Hermawan.pdf

80

Universitas Indonesia

Tabel 4.28 Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun 2013

Toko Obat Keterangan

FARHANAH Perpanjangan

HYPERMART CIBUBUR JUNCTION Perpanjangan

PERMATA BIRU Perpanjangan

SUPER INDO PASAR REBO Izin Baru

SUPER INDO ARION Izin Baru

SUPER INDO CAKUNG Izin Baru

SUPER INDO PULOMAS Izin Baru

SUPER INDO PONDOK BAMBU Izin Baru

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 93: PR-Reza Hermawan.pdf

LAMPIRAN

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 94: PR-Reza Hermawan.pdf

81

Lampiran 1. Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 95: PR-Reza Hermawan.pdf

82

Lampiran 2. Bagan Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 96: PR-Reza Hermawan.pdf

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR

JL. MATRAMAN RAYA NO. 218

PERIODE 11 MARET – 28 MARET 2013

ANALISIS DISTRIBUSI DAN PEMETAAN TENAGA

KESEHATAN PUSKESMAS DI KECAMATAN CIRACAS,

DUREN SAWIT, MAKASAR, MATRAMAN DAN

PULO GADUNG WILAYAH KOTA ADMINISTRASI

JAKARTA TIMUR

Oleh:

REZA HERMAWAN SULISTOMO, S. Farm

1206313601

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

MARET 2013

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 97: PR-Reza Hermawan.pdf

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. v

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1

1.2. Tujuan ....................................................................................... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4

2.1. Tenaga Kesehatan .................................................................... 4

2.2. Sarana/Fasilitas Kesehatan ...................................................... 8

2.3. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) .............................. 9

2.4. Profil Wilayah Jakarta Timur .................................................. 11

BAB 3. METODOLOGI TINJAUAN ......................................................... 14

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus ...................... 14

3.2 Metode Pengumpulan Data ..................................................... 14

3.3 Analisis Jumlah dan Pemetaan Tenaga Kesehatan di

Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan Wilayah Kota

Administrasi Jakarta Timur ..................................................... 14

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 15

4.1 Puskesmas Kecamatan ............................................................. 15

4.2 Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Pulo Gadung ................. 19

4.3 Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Matraman ..................... 22

4.4 Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Makasar ........................ 24

4.5 Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Duren Sawit .................. 26

4.6 Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Ciracas .......................... 28

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 31

5.1. Kesimpulan .............................................................................. 31

5.2. Saran ........................................................................................ 32

DAFTAR ACUAN ......................................................................................... 33

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 98: PR-Reza Hermawan.pdf

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 4.1. Grafik Rekapan Tenaga Kesehatan yang berada di lima

Puskesmas Kecamatan .................................................................. 17

Gambar 4.2. Grafik perbandingan jumlah tenaga kesehatan Puskesmas

Kelurahan yang berada di kecamatan Pulo Gadung ..................... 20

Gambar 4.3. Grafik perbandingan jumlah tenaga kesehatan Puskesmas

Kelurahan yang berada di kecamatan Matraman ......................... 22

Gambar 4.4. Grafik perbandingan jumlah tenaga kesehatan Puskesmas

Kelurahan yang berada di kecamatan Makasar ............................ 24

Gambar 4.5. Grafik perbandingan jumlah tenaga kesehatan Puskesmas

Kelurahan yang berada di kecamatan Duren Sawit ...................... 26

Gambar 4.6. Grafik perbandingan jumlah tenaga kesehatan Puskesmas

Kelurahan yang berada di kecamatan Ciracas .............................. 28

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 99: PR-Reza Hermawan.pdf

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1. Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan yang terdapat di Wilayah

Kota Administratif Jakarta Timur ..................................................... 11

Tabel 2.2. Jumlah penduduk di kecamatan dan Kelurahan di Jakarta Timur .... 13

Tabel 4.1. Data rekapan lima Puskesmas Kecamatan ........................................ 16

Tabel 4.2. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan

Pulo Gadung ...................................................................................... 21

Tabel 4.3. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan

Matraman .......................................................................................... 23

Tabel 4.4. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan

Makasar ............................................................................................. 25

Tabel 4.5. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan

Duren Sawit ....................................................................................... 27

Tabel 4.6. Grafik perbandingan jumlah tenaga kesehatan Puskesmas

Kelurahan yang berada di kecamatan Ciracas ................................... 29

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 100: PR-Reza Hermawan.pdf

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kecamatan Pulo Gadung . 34

Lampiran 2. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Jati I ................. 34

Lampiran 3. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Jati II ................ 34

Lampiran 4. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Pisangan

Timur I ......................................................................................... 35

Lampiran 5. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Pusangan Timur

II ..................................................................................................35

Lampiran 6. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Rawamangun ... 35

Lampiran 7. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Kayu Putih ....... 35

Lampiran 8. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Jatinegara

Kaum .......................................................................................... 36

Lampiran 9. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Cipinang .......... 36

Lampiran 10. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman ....... 36

Lampiran 11. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Utan Kayu

Selatan I ...................................................................................... 37

Lampiran 12. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Utan Kayu

Selatan II ..................................................................................... 38

Lampiran 13. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Utan Kayu

Utara ........................................................................................... 38

Lampiran 14. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Pisangan Baru ... 38

Lampiran 15. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Palmeriem ........ 38

Lampiran 16. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Kayu Manis ..... 39

Lampiran 17. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kecamatan Makasar .......... 39

Lampiran 18. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Makasar ........... 39

Lampiran 19. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Pinang Ranti .... 40

Lampiran 20. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Cipinang

Melayu ........................................................................................ 40

Lampiran 21. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Kebon Pala ...... 40

Lampiran 22. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Halim I ............. 41

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 101: PR-Reza Hermawan.pdf

vi

Lampiran 23. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Halim II ........... 41

Lampiran 24. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kecamatan Duren Sawit ... 41

Lampiran 25. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Duren Sawit ..... 43

Lampiran 26. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Klender I .......... 43

Lampiran 27. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Klender II ........ 43

Lampiran 28. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Klender III ....... 43

Lampiran 29. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Malaka Jaya ..... 44

Lampiran 30. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Malaka Sari ..... 44

Lampiran 31. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Pondok

Bambu I ...................................................................................... 44

Lampiran 32. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Pondok

Bambu II ..................................................................................... 44

Lampiran 33. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Pondok

Kelapa ......................................................................................... 45

Lampiran 34. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Pondok Kopi I .. 45

Lampiran 35. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Pondok Kopi

II ................................................................................................. 45

Lampiran 36. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kecamatan Ciracas ............ 46

Lampiran 37. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Cibubur ............ 48

Lampiran 38. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Ciracas ............. 48

Lampiran 39. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Kelapa Dua

Wetan .......................................................................................... 48

Lampiran 40. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Rambutan ........ 49

Lampiran 41. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Susukan ........... 49

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 102: PR-Reza Hermawan.pdf

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa kesehatan adalah

merupakan hak asasi manusia. Pada pasal 28 H dinyatakan bahwa setiap orang

berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan

kesehatan. Selanjutnya pada pasal 34 ayat 3 dinyatakan bahwa negara

bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas

pelayanan umum yang layak. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah

berkewajiban untuk menyehatkan yang sakit dan berupaya mempertahankan yang

sehat untuk tetap sehat. Berdasarkan UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

menyebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan

sosial yang memungkinan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. Dengan demikian kesehatan selain sebagai hak asasi manusia,

kesehatan juga merupakan suatu investasi (Kemenkes, 2011).

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi

pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis

(Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, 2009). Berbagai studi menunjukkan bahwa

tenaga kesehatan merupakan kunci utama dalam keberhasilan pencapaian tujuan

pembangunan kesehatan. Tenaga kesehatan memberikan kontribusi hingga 80%

dalam keberhasilan pembangunan kesehatan. Dalam laporan WHO tahun 2006,

Indonesia termasuk salah satu dari 57 negara yang menghadapi krisis SDM

kesehatan, baik jumlahnya yang kurang maupun distribusinya (Kemenkes, 2011).

Kementrian kesehatan dalam visi dan misi rencana strategis tahun 2010-

2014 menyebutkan bahwa akan menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber

daya kesehatan. Untuk menjamin hal tersebut, maka pemerintah, dalam hal ini

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 103: PR-Reza Hermawan.pdf

2

Universitas Indonesia

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia bertanggung jawab untuk

merencanakan, mengatur menyelenggarakan, membina, dan mengawasi

penyelengaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.

Selain itu, Pemerintah daerah juga mengatur penempatan tenaga kesehatan untuk

pemerataan pelayanan kesehatan dan dapat melakukan pengadaan serta

pendayagunaan tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan daerahnya (Keputusan

Menteri Kesehatan No. 81/Menkes/SK/I/2004, 2004). Tenaga kesehatan yang

dimaksud dalam tugas khusus ini adalah tenaga medis (meliputi dokter umum dan

dokter gigi), keperawatan, kebidanan, kefarmasian, ahli gizi, kesehatan

masyarakat, dan sanitari. Ketujuh tenaga kesehatan ini dipilih berdasarkan standar

tenaga kesehatan yang ditetapkan pemerintah (Keputusan Menteri Kesehatan No.

1202/Menkes/SK/VIII/2003, 2003).

Perlu dilakukan kajian yang mendalam untuk merencanakan ketersediaan

jumlah tenaga medis dan obat dengan jumlah pasien yang semakin meningkat,

terutama terkait dengan diberlakukannya Program KJS (Kartu Jakarta Sehat) yang

diluncurkan bulan Desember 2012 oleh Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo.

Pengelolaan SDM Kesehatan khususnya perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan

selama ini masih bersifat administratif kepegawaian dan belum dikelola secara

profesional, masih bersifat top down dari pusat, belum bottom up (dari bawah),

belum sesuai kebutuhan organisasi dan kebutuhan nyata di lapangan, serta belum

berorientasi pada jangka panjang. Diharapkan dalam menyusun perencanaan SDM

sebaiknya ditetapkan terlebih dahulu Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Kesehatan di Propinsi, Kabupaten/Kota untuk mengantisipasi masalah-masalah

kesehatan yang mungkin akan terjadi, karena SDM Kesehatan merupakan bagian

tidak terpisahkan dari pelayanan kesehatan (Keputusan Menteri Kesehatan No.

81/Menkes/SK/I/2004, 2004).

Dalam tugas khusus ini akan dibahas mengenai analisis distribusi dan

pemetaan tenaga kesehatan di lima kecamatan di wilayah Kota Administrasi

Jakarta Timur, yaitu kecamatan Ciracas, Duren Sawit, Makasar, Matraman dan

Pulo Gadung. Analisis dilakukan dengan cara mengolah data sekunder yang telah

dikumpulkan mahasiswa Apoteker UI yang melakukan praktik kerja di puskesmas

kecamatan selama tiga hari. Tugas khusus ini diharapkan dapat membantu Suku

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 104: PR-Reza Hermawan.pdf

3

Universitas Indonesia

Dinas Kesehatan Jakarta Timur dalam memetakan dan merencanakan tenaga

kesehatan di berbagai sarana kesehatan yang terletak di berbagai kecamatan

dengan lebih baik lagi.

1.2. Tujuan

Mengetahui dan menganalisis penyebaran serta jumlah tenaga kesehatan

yaitu tenaga medis (dokter dan dokter gigi), keperawatan, bidan, kefarmasian

(apoteker dan asisten apoteker), ahli gizi, sanitarian, keteknisan medis dan tenaga

non-kesehatan di lima kecamatan wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur, yaitu

kecamatan Ciracas, Duren Sawit, Makasar, Matraman dan Pulo Gadung.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 105: PR-Reza Hermawan.pdf

4 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tenaga Kesehatan

Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

mengatur tentang jenis tenaga kesehatan di Indonesia beserta persyaratan yang

berlaku, sistem pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan, standar profesi,

serta mekanisme pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan agar sesuai dengan

persyaratan yang telah ditetapkan. Tenaga Kesehatan menurut Peraturan

Pemerintah No 32 Tahun 1996 adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui

pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan

kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Sedangkan upaya kesehatan

adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang

dilakukan oleh Pemerintah dan/atau masyarakat.

Menurut Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 1996, jenis tenaga kesehatan

yang diakui di Indonesia yaitu :

a. Tenaga medis, meliputi dokter dan dokter gigi

b. Tenaga keperawatan, meliputi perawat dan bidan

c. Tenaga kefarmasian, meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker.

d. Tenaga kesehatan masyarakat, meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog

kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator

kesehatan dan sanitarian.

e. Tenaga gizi, meliputi nutrisionis dan dietisien

f. Tenaga keterapian fisik, meliputi fisioterapis, okupasiterapis, dan terapiswicara

g. Tenaga keteknisian medis, meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi,

teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik,

teknisi transfusi dan perekam medis.

Visi rencana strategis yang ingin dicapai Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia adalah “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”. Visi tersebut

kemudian dituangkan dalam 4 misi, yaitu meningkatkan derajat kesehatan

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 106: PR-Reza Hermawan.pdf

5

Universitas Indonesia

masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan madani,

melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan

yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan, menjamin ketersediaan dan

pemerataan sumber daya kesehatan, serta menciptakan tata kelola keperintahan

yang baik. Salah satu misi yang tertuang dalam visi dan misi tersebut adalah

jaminan pemeratan sumber daya kesehatan.

Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan oleh

pemerintah untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang merata bagi

seluruh masyarakat. Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan

sesuai dengan perencanaan nasional tenaga kesehatan. Perencanaan tersebut

disusun dengan memperhatikan faktor jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan

oleh masyarakat, sarana kesehatan serta jenis dan jumlah tenaga kesehatan yang

sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan. (Peraturan Pemerintah No.32

Tahun 1996, 1996).

Sebagai turunan dari Peraturan Pemerintah tersebut, telah diterbitkan

beberapa Keputusan Menteri Kesehatan, yaitu Kepmenkes No.

81/Menkes/SK/I/2004 tentang pedoman penyusunan perencanaan sumber daya

kesehatan di tingkat provinsi, kabupaten/kota, serta rumah sakit. Secara garis

besar perencanaan kebutuhan SDM tenaga kesehatan dapat dikelompokkan ke

dalam tiga kelompok besar yaitu :

a. Perencanaan kebutuhan pada tingkat institusi

Perencanaan SDM kesehatan pada kelompok ini ditujukan pada perhitungan

kebutuhan SDM kesehatan untuk memenuhi kebutuhan sarana pelayanan

kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik dan lain-lainnya.

b. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan pada tingkat wilayah

Perencanaan disini dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan SDM

kesehatan berdasarkan kebutuhan di tingkat wilayah (Propinsi / Kabupaten /

Kota) yang merupakan gabungan antara kebutuhan institusi dan organisasi.

c. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan untuk Bencana.

Perencanaan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan SDM Kesehatan saat

prabencana, terjadi bencana, dan post bencana, termasuk pengelolaan

kesehatan pengungsi

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 107: PR-Reza Hermawan.pdf

6

Universitas Indonesia

Dalam perencanaan SDM Kesehatan perlu memperhatikan :

a. Rencana kebutuhan SDM Kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan

pembangunanan kesehatan baik kebutuhan lokal, nasional maupun global.

b. Pendayagunaan SDM Kesehatan diselenggarakan secara merata, serasi,

seimbang dan selaras oleh pemerintah, masyarakat dan dunia usaha baik di

tingkat pusat maupun tingkat daerah. Dalam upaya pemerataan SDM

Kesehatan perlu memperhatikan keseimbangan antara hak dan kewajiban

perorangan dengan kebutuhan masyarakat. Pendayagunaan SDM

Kesehatan oleh pemerintah diselenggarakan melalui pendelegasian

wewenang yang proporsional dari pemerintah pusat kepada pemerintah

daerah.

c. Penyusunan perencanaan mendasarkan pada sasaran nasional upaya

kesehatan dari Millenium Development Goals 2015 yang berkaitan dengan

kesehatan, seperti mengurangi kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu

hamil, dan melawan HIV.Aids, Malaria, TBC dan penyakit lain.

d. Pemilihan metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan di dasarkan

pada kesesuaian metode dengan kemampuan dan keadaan daerah masing-

masing.

Pada dasarnya kebutuhan SDM tenaga kesehatan dapat ditentukan

berdasarkan kebutuhan epidemiologi penyakit utama masyarakat, permintaan

(demand) akibat beban pelayanan kesehatan atau sarana upaya kesehatan yang

ditetapkan dan standar atau ratio terhadap nilai tertentu. Dimana determinan yang

berpengaruh dalam perencanaan kebutuhan SDM adalah perkembangan

penduduk, baik jumlah, pola penyakit, daya beli, maupun keadaan sosiobudaya

dan keadaan darurat / bencana, pertumbuhan ekonomi dan berbagai kebijakan di

bidang pelayanan kesehatan.

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan disebutkan bahwa dalam

perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan terdapat empat metoda penyusunan yang

dapat digunakan, yaitu (Kepmenkes No. 81/Menkes/SK/I/2004, 2004) :

a. Health Need Method (keperluan kesehatan), yaitu perencanaan kebutuhan

tenaga kesehatan yang didasarkan atas epidemiologi penyakit utama yang ada

pada masyarakat.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 108: PR-Reza Hermawan.pdf

7

Universitas Indonesia

b. Health Service Demand (kebutuhan kesehatan), yaitu perencanaan kebutuhan

tenaga kesehatan yang didasarkan atas permintaan akibat beban pelayanan

kesehatan.

c. Health Service Target Method (sasaran upaya kesehatan yang ditetapkan),

yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang didasarkan atas sarana

pelayanan kesehatan yang ditetapkan, misalnya Puskesmas dan Rumah Sakit.

d. Ratios Method (dibandingkan tehadap jumlah penduduk), yaitu perencanaan

kebutuhan tenaga kesehatan yang didasarkan pada standar/rasio terhadap nilai

tertentu.

Pelaksanaan penyusunan peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga

kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan, serta

melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan di Kota

Administrasi yang terdapat di Provinsi DKI Jakarta merupakan tugas Seksi

Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kota Administrasi (Peraturan Gubernur DKI

Jakarta Nomor 150 tahun 2009, 2009).

Berdasarkan Undang-undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 Pasal 23

yang menyebutkan bahwa dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga

kesehatan wajib memilki izin dari pemerintah. Perizinan praktik tenaga kesehatan

di Provinsi DKI Jakarta diberikan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi

dengan keluarnya Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 150 tahun 2009. Dasar

hukum yang mengatur perizinan tenaga kesehatan adalah sebagai berikut:

a. Permenkes No. 1796/Menkes/Per/ VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga

Kesehatan.

b. Kepmenkes No.889/MenKes/ Per/V/2011 tentang Izin Praktik dan izin Kerja

Tenaga Kefarmasian.

c. Kepmenkes No.2052/Menkes/Per/X/2011 Tentang Izin Praktik dan

Pelaksanaan Praktik Kedokteran.

d. Kepmenkes No.H.K 02.02/Menkes/148/ I/2001 Tentang Registrasi dan

Praktik Perawat.

e. Kepmenkes No.1392/Menkes/SK/XII/2001 Tentang Registrasi dan Izin Kerja

Perawat Gigi.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 109: PR-Reza Hermawan.pdf

8

Universitas Indonesia

f. Kepmenkes No.H.K 02.02/Menkes/149/ I/2001 Tentang Registrasi dan

Praktik Bidan.

g. Kepmenkes No.357/Menkes/Per/2006 Tentang Registrasi dan Izin

Radiografer.

h. Kepmenkes No.544/Menkes/VI/2002 Tentang Registrasi dan Izin Kerja

Refraksionis Optisien.

i. Kepmenkes No.1363/Menkes/SK/XII/2001 Tentang Registrasi dan Izin

Praktik Fisioterapis.

j. Kepmenkes No.867/Menkes/Per/VIII/2004 Tentang Registrasi dan Praktik

Terapis Wicara.

2.2. Sarana/Fasilitas Kesehatan

Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan

upaya kesehatan (Peraturan Pemerintah No. 32, 1996). Sedangkan yang dimaksud

dengan fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang

digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,

preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,

pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Fasilitas pelayanan kesehatan menurut

jenisnya dibedakan menjadi fasilitas pelayanan perseorangan dan fasilitas

pelayanan masyarakat, yang diselenggarakan baik oleh pihak pemerintah,

pemerintah daerah maupun pihak swasta. Pelayanan kesehatan perorangan

ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan

perseorangan dan keluarga. Sementara pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu

kelompok dan masyarakat (Undang-Undang No. 36, 2009).

Fasilitas pelayanan kesehatan memiliki kewajiban untuk memberikan

akses yang luas bagi kebutuhan penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan

dan mengirimkan laporan hasil penelitian dan pengembangan kepada pemerintah

daerah atau Menteri. Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik

pemerintah maupun swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi

penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu serta

dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka (Undang-Undang No. 36,

2009).

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 110: PR-Reza Hermawan.pdf

9

Universitas Indonesia

Sedangkan dalam menentukan jenis dan jumlah fasilitas kesehatan

merupakan tanggung jawab pemerintah daerah dengan mempertimbangkan

(Undang-Undang No. 36, 2009) :

a. luas wilayah;

b. kebutuhan kesehatan;

c. jumlah dan persebaran penduduk;

d. pola penyakit;

e. pemanfaatannya;

f. fungsi sosial; dan

g. kemampuan dalam memanfaatkan teknologi.

2.3. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 128/MENKES/SKII/2004

tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas adalah unit

pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Sebagai unit

pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, puskesmas berperan

menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung

tombak pembangunan kesehatan di Indonesia. Pembangunan kesehatan yang

dimaksud adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah

kabupaten/kota adalah tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,

sedangkan puskesmas hanya bertanggung jawab pada sebagian upaya

pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

sesuai dengan kemampuannya. Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas

adalah satu kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari

satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas,

dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW).

Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 111: PR-Reza Hermawan.pdf

10

Universitas Indonesia

langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dalam menyelenggarakan

upaya kesehatan, Puskesmas memiliki fungsi sebagai berikut (Keputusan Menteri

Kesehatan No. 128/MENKES/SKII/2004, 2004):

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan

pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di

wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan

kesehatan.

b. Pusat pemberdayaan masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,

keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran,

kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup

sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk

pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau

pelaksanaan program kesehatan.

c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama

Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan

tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab

puskesmas meliputi:

1). Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi

dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan

perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan

penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk

puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.

2). Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik

dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta

mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan

pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat antara lain promosi

kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 112: PR-Reza Hermawan.pdf

11

Universitas Indonesia

gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa

serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.

2.4. Profil Wilayah Jakarta Timur

Jakarta Timur merupakan salah satu Kota Administratif yang berada di

Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang terbagi dalam 10 kecamatan dan 65

kelurahan, serta terdapat 10 Puskesmas Kecamatan dan 78 Puskesmas Kelurahan,

yaitu (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2010) :

Tabel 2.1. Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan yang terdapat di wilayah Kota

Administratif Jakarta Timur

Kecamatan / Kelurahan Kecamatan / Kelurahan

Ciracas Cipayung

PKC Ciracas + RB + RI 10 TT PKC Cipayung + RB

PKL Kp Rambutan + RB PKL Lubang Buaya

PKL Ciracas PKL Bambu Apus I

PKL Cibubur PKL Bambu Apus II

PKL Susukan PKL Ceger

PKL Kelapa Dua Wetan PKL Munjul

PKL Setu

PKL Cilangkap

PKL Pondok Rangon I

PKL Pondok Rangon II

PKL Cipayung

Duren Sawit Cakung

PKC Duren Sawit + RB PKC Cakung + RB

PKL Pondok Bambu I PKL Jatinegara

PKL Pondok Bambu II + RB PKL Penggilingan PIK

PKL Klender I PKL Rawa Terate

PKL Klender II PKL Cakung Timur

PKL Klender III PKL Cakung Barat

PKL Duren Sawit PKL Ujung Menteng

PKL Malaka Jaya PKL Penggilingan I (Elok)

PKL Malaka Sari PKL Pulo Gebang

PKL Pondok Kopi I

PKL Pondok Kopi II

PKL Pondok Kelapa

Makasar Pasar Rebo

PKC Makasar + RB PKC Pasar Rebo + RB + RI 25 TT

PKL Cipinang Melayu PKL Kampung Baru

PKL Kebon Pala PKL Pekayon

PKL Halim P Kusumah I PKL Gedong

PKL Halim P Kusumah II PKL Cijantung

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 113: PR-Reza Hermawan.pdf

12

Universitas Indonesia

Kecamatan / Kelurahan Kecamatan / Kelurahan

PKL Makasar PKL Kalisari

PKL Pinang Ranti

Matraman Kramat Jati

PKC Matraman + RB PKC Kramat Jati + RB + RI 20 TT

PKL Palmeriam PKL Cawang

PKL Kayu Manis PKL Cililitan

PKL Utan Kayu Utara PKL Kramat Jati I

PKL Utan Kayu Selatan I PKL Kramat Jati II

PKL Utan Kayu Selatan II PKL Batu Ampar

PKL Pisangan Baru PKL Bale Kambang

PKL Kampung Tengah

PKL Dukuh

Pulo Gadung Jatinegara

PKC Pulo Gadung + RB PKC Jatinegara + RB

PKL Kayu Putih PKL Kp Melayu

PKL Jati I PKL Balimester

PKL Jati II PKL Bidara Cina I

PKL Rawamangun PKL Bidara Cina II

PKL Pisangan Timur I PKL Bidara Cina III

PKL Pisangan Timur II PKL Cipinang Cempedak

PKL Cipinang PKL Rawa Bunga

PKL Jatinegara Kaum + RB PKL Cipinang Muara

PKL Cipinang Besar Utara

PKL Cipinang Besar Selatan I

PKL Cipinang Besar Selatan II Keterangan : PKC = Puskesmas Kecamatan; PKL = Puskesmas Kelurahan; TT = Tempat Tidur;

RI = Rawat Inap; RB = Ruang Bersalin.

[Sumber : Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur]

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk (SP) 2010 pada Tabel 2.2,

jumlah penduduk Jakarta Timur adalah 2.693.896 jiwa. Dari hasil SP tahun 2010

tersebut bahwa penyebaran penduduk di Jakarta Timur dengan 3 Kecamatan

terbesar, yaitu:

1. Kecamatan Cakung yakni sebesar 18,70%,

2. Kecamatan Duren Sawit sebesar 14,28%, dan

3. Kecamatan Kramat Jati sebesar 10,11%.

Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk yang paling sedikit adalah

Kecamatan Matraman yang berjumlah 148.406 orang (Badan Pusat Statistik,

2010). Dengan luas wilayah Jakarta Timur sekitar 161,66 km2 yang didiami oleh

2.693.896 orang maka rata‐rata tingkat kepadatan penduduk Jakarta Timur adalah

sebanyak 16.664 orang per kilo meter persegi.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 114: PR-Reza Hermawan.pdf

13

Universitas Indonesia

Tabel 2.2 Jumlah penduduk di kecamatan dan kelurahan di Jakarta Timur

Kecamatan / Kelurahan Jumlah

Penduduk Kecamatan / Kelurahan

Jumlah

Penduduk

Ciracas 252999 Cipayung 228659

Kp Rambutan 36182 Lubang Buaya 64531

Ciracas 65638 Bambu Apus 27221

Cibubur 66201 Cipayung 24964

Susukan 38817 Ceger 20247

Kelapa Dua Wetan 44919 Munjul 23040

Setu 20038

Cilangkap 24916

Pondok Rangon 23579

Duren Sawit 381964 Cakung 503174

Pondok Bambu 67664 Jatinegara 103080

Klender 79223 Penggilingan 101157

Duren Sawit 68233 Rawa Terate 29234

Malaka Jaya 28672 Cakung Timur 66992

Malaka Sari 27449 Cakung Barat 70769

Pondok Kopi 37076 Ujung Menteng 31131

Pondok Kelapa 76431 Pulo Gebang 101483

Makasar 185645 Pasar Rebo 188771

Cipinang Melayu 44270 Kampung Baru 23400

Kebon Pala 46596 Pekayon 43106

Halim Perdana Kusumah 32899 Gedong 38493

Makasar 35228 Cijantung 42736

Pinang Ranti 26837 Kalisari 41497

Matraman 148648 Kramat Jati 272164

Kebon Manggis 15297 Cawang 32318

Palmeriam 18536 Cililitan 41911

Kayu Manis 23761 Kramat Jati 33181

Utan Kayu Utara 24820 Batu Ampar 53514

Utan Kayu Selatan I 36396 Bale Kambang 34201

Pisangan Baru 29596 Kampung Tengah 50530

Dukuh 26824

Pulo Gadung 261102 Jatinegara 264901

Pulo Gadung 38104 Kp Melayu 23260

Kayu Putih 47307 Balimester 8886

Jati 34650 Bidara Cina 33729

Rawamangun 38947 Cipinang Cempedak 31768

Pisangan Timur 41388 Rawa Bunga 21252

Cipinang 37889 Cipinang Muara 58395

Jatinegara Kaum 24043 Cipinang Besar Utara 53387

Cipinang Besar Selatan 36057

Total Jumlah Penduduk 2693896 [Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010]

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 115: PR-Reza Hermawan.pdf

14 Universitas Indonesia

BAB 3

METODOLOGI TINJAUAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus

Tugas khusus dilaksanakan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker

(PKPA) periode 11 Maret – 28 Maret 2013 di Suku Dinas Kesehatan Jakarta

Timur Seksi Sumber Daya Kesehatan, Subseksi Tenaga Kesehatan.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder. Data sekunder berupa

data yang dikumpulkan oleh lima orang Mahasiswa yang melakukan Praktek

Kerja di masing-masing lima Puskesmas Kecamatan di wilayah Jakarta Timur

yaitu Puskesmas Kecamatan Ciracas, Kecamatan Duren Sawit, Kecamatan

Makasar, Kecamatan Matraman dan Kecamatan Pulo Gadung yang didapat dari

bagian Tata Usaha (TU) masing-masing Puskesmas Kecamatan.

3.3 Analisis Jumlah dan Pemetaan Tenaga Kesehatan di Puskesmas

Kecamatan dan Kelurahan Wilayah Kota Administrasi Jakarta

Timur

Dalam analisis ini akan dilakukan perhitungan jumlah dan pemetaan

tenaga kesehatan (Tenaga medis, kefarmasian, keperawatan, bidan, kesehatan

masyarakat, sanitarian, gizi, keteknisan medis) dan tenaga non-kesehatan yang

tersedia di Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan yang ada di lima kecamatan di

wilayah Jakarta Timur, yaitu Ciracas, Duren Sawit, Makasar, Matraman dan Pulo

Gadung melalui data kepegawaian yang diperoleh dari Tata Usaha (TU) lima

Puskesmas Kecamatan tersebut. Dari data tersebut dihitung ketersediaan tenaga

kesehatan (baik jumlah dan kekurangan) yang ada agar tenaga kesehatan dapat

menjalankan pelayanan kesehatan yang baik.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 116: PR-Reza Hermawan.pdf

15 Universitas Indonesia

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis distribusi dan pemetaan tenaga kesehatan di tiap Puskesmas

Kecamatan dan Kelurahan yang ada di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur

dilakukan dengan mengolah data kepegawaian yang diperoleh dari Tata Usaha

kelima Puskesmas Kecamatan dan dikelompokkan menjadi tenaga kesehatan yang

akan dihitung ketersediaan dan jumlahnya. Jenis tenaga kesehatan yang dianalisis

adalah dokter, dokter gigi, apoteker, asisten apoteker, bidan, perawat, perawat gigi

dan staf non-kesehatan untuk Puskesmas Kelurahan. Untuk Puskesmas

Kecamatan, ditambah dengan ahli gizi, sanitarian dan keteknisan medis.

Berdasarkan data dari Suku Dinas Kesehatan, terdapat 10 Puskesmas Kecamatan

dan 78 Puskesmas Kelurahan di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur.

Namun, yang didata tenaga kesehatannya hanya lima Puskesmas Kecamatan,

yaitu Puskesmas Kecamatan Ciracas, Duren Sawit, Makasar, Matraman dan Pulo

Gadung, serta 36 Puskesmas Kelurahan yang tersebar di lima kecamatan tersebut.

Ketersediaan, jumlah dan distribusi tenaga kesehatan tersebut dibandingkan antar

Puskesmas Kecamatan, dan antar Puskesmas Kelurahan dalam satu Kecamatan.

4.1 Puskesmas Kecamatan

Puskesmas Kecamatan yang dibandingkan adalah Puskesmas Kecamatan

Ciracas, Duren Sawit, Makasar, Matraman dan Pulo Gadung. Tenaga Kesehatan

yang tersedia di masing-masing Puskesmas dibandingkan, yaitu dokter, dokter

gigi, apoteker, asisten apoteker, bidan, perawat, perawat gigi, ahli gizi, sanitarian,

keteknisan medis dan staf. Data rekapan tenaga kesehatan Puskesmas kecamatan

dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan perbandingan jumlah tenaga kesehatan dapat

dilihat pada grafik Gambar 4.1.

Dari data rekapan tersebut dapat dilihat dari kelima kecamatan, kecamatan

Matraman memiliki jumlah dokter umum terbanyak yaitu 9 orang, sementara

kecamatan Pulo Gadung memiliki jumlah dokter umum terkecil yaitu 4 orang.

Untuk tenaga dokter gigi, kelima kecamatan telah miliki dokter gigi, kecamatan

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 117: PR-Reza Hermawan.pdf

16

Universitas Indonesia

Duren Sawit memiliki dokter gigi terbanyak yaitu 7 orang, sementara kecamatan

Makasar yang terendah dengan 2 orang dokter gigi.

Tabel 4.1. Data Rekapan lima Puskesmas Kecamatan

Puskesmas

Kecamatan

Pulo

Gadung +

RB

Matraman +

RB

Makasar

+ RB

Duren

Sawit +

RB

Ciracas +

RB + RI

10 TT

Jumlah Penduduk 262328 148406 185830 384748 251757

Dokter Umum 4 9 6 7 5

Dokter Gigi 4 5 2 7 6

Apoteker 1 2 2 2 2

Asisten Apoteker 2 0 1 2 2

Bidan 5 6 11 6 11

Perawat 15 9 13 13 24

Perawat Gigi 0 1 0 1 1

Gizi 1 2 1 1 3

Sanitarian 0 2 3 4 3

Keteknisan Medis 2 2 1 4 3

Staf non-kesehatan 10 13 10 5 15

Jumlah 42 49 49 48 72 Keterangan : RB = Ruang Bersalin; TT = Tempat Tidur; RI = Ruang Inap

[Sumber : Data Kepegawaian Puskesmas Kecamatan Pulo Gadung, Matraman, Makasar, Duren

Sawit, Ciracas, 2013]

Dari kelima Puskesmas Kecamatan, semuanya telah memiliki tenaga

apoteker. Sebanyak empat Puskesmas memiliki 2 orang apoteker, yaitu kecamatan

Matraman, Makasar, Duren Sawit dan Ciracas, sementara kecamatan Pulo

Gadung hanya memiliki seorang apoteker. Ini berarti Puskesmas Pulo Gadung

tidak memiliki apoteker pendamping dikarenakan satu orang apoteker sedang

menempuh tugas belajar, sehingga bebas tugas dan tidak masuk dalam data

kepegawaian terbaru. Untuk tenaga kefarmasian lain yang cukup penting yaitu

asisten apoteker, sebanyak 3 kecamatan yang memiliki 2 orang asisten apoteker,

yaitu kecamatan Pulo Gadung, Duren Sawit, dan Ciracas, sementara kecamatan

Makasar hanya memiliki seorang asisten apoteker. Namun, kecamatan Matraman

tidak memiliki tenaga asisten apoteker, padahal tenaga asisten apoteker sesuai

dengan PP No. 51 tahun 2009 cukup diperlukan di fasilitas pelayanan kefarmasian

seperti kamar obat di Puskesmas untuk membantu apoteker melakukan pelayanan,

menyiapkan obat ataupun meracik obat. Untuk kasus seperti ini, mungkin bisa

saja fungsi asisten apoteker diberikan kepada tenaga kesehatan lain yang dilatih,

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 118: PR-Reza Hermawan.pdf

17

Universitas Indonesia

namun tetap saja asisten apoteker yang memiliki pengetahuan dalam membaca

resep, menyiapkan obat dan meracik obat sesuai dengan ketentuan untuk

memastikan keamanan, mutu, manfaat dan khasiat dari sediaan farmasi yang

diracik dan diberikan.

Hasil dari data rekapan tenaga bidan di masing-masing puskesmas

kecamatan menunjukkan bahwa kelima puskesmas telah memiliki tenaga

kebidanan. Dua kecamatan memiliki 11 orang bidan, yaitu kecamatan Matraman

dan Ciracas, kemudian kecamatan Matraman dan Duren Sawit memiliki 6 orang

bidan, dan kecamatan Pulo Gadung yang terkecil, hanya memiliki 5 orang bidan.

Gambar 4.1. Grafik Rekapan Tenaga Kesehatan yang berada di lima Puskesmas

Kecamatan

Dari data hasil rekapan terlihat bahwa Kecamatan Ciracas memiliki tenaga

perawat terbanyak yaitu 24 orang dan kecamatan yang memiliki tenaga perawat

terendah berada di Puskesmas Kecamatan Matraman dengan 9 orang. Untuk

perawat gigi, data rekap tenaga kesehatan menunjukkan angka yang cukup rendah

dibandingkan dengan dokter gigi yang terdapat di dalam puskesmas. Ada tiga

0

5

10

15

20

25

4 4

1 2

5

15

0 1

0

2

10 9

5

2

0

6

9

1 2 2 2

13

6

2 2 1

11

13

0 1

3

1

10

7 7

2 2

6

13

1 1

4 4 5 5

6

2 2

11

24

1

3 3 3

15

Tenaga kesehatan

Grafik Perbandingan Jumlah Tenaga

Kesehatan di lima Puskesmas Kecamatan

Pulo Gadung

Matraman

Makasar

Duren Sawit

Ciracas

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 119: PR-Reza Hermawan.pdf

18

Universitas Indonesia

Puskesmas Kecamatan yang telah memiliki seorang perawat gigi, yaitu

Kecamatan Matraman, Duren Sawit dan Ciracas. Sementara kecamatan Pulo

Gadung dan Matraman, tidak memiliki tenaga perawat gigi sama sekali,

sementara di Puskesmas Kecamatan Pulo Gadung dan Makasar berturut-turut

memiliki 4 orang dan 2 orang tenaga dokter gigi. Padahal perawat gigi memiliki

peranan yang penting dalam melaksanakan keperawatan dan pelayanan kesehatan

gigi dan mulut meskipun tugasnya dapat digantikan oleh perawat biasa. Perawat

gigi bertugas untuk membantuk dokter gigi dalam melaksanakan kegiatan

pengobatan gigi dan mulut, memberikan pelayanan pada pasien gigi, melakukan

sterilisasi peralatan gigi, melakukan administrasi klinik gigi dan melayani

pendaftaran pasien.

Kelima Puskesmas Kecamatan dikatakan cukup memiliki ahli gizi karena

telah menunjukkan ketersediaan tenaga ahli gizi dengan jumlah terbanyak berada

pada kecamatan Ciracas dengan 3 orang, dan terkecil berada pada kecamata Pulo

Gadung yang hanya memiliki seorang ahli gizi. Untuk tenaga sanitarian, hasil data

tenaga kesehatan menunjukkan empat Puskesmas Kecamatan telah tersedia tenaga

sanitarian yaitu Puskesmas Kecamatan Matraman, Makasar, Duren Sawit dan

Ciracas, dengan yang terbanyak berada pada Puskesmas Duren Sawit dengan 4

orang sanitarian. Sementara itu, Puskesmas Kecamatan Pulo Gadung tidak

memiliki tenaga sanitarian sama sekali karena sedang menjalani tugas belajar,

sehingga dibebas tugaskan.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

373/Menkes/SKIIII/2007 tentang Standar Profesi Sanitarian memberikan

pengertian sanitarian/ahli kesehatan lingkungan adalah tenaga profesional di

bidang kesehatan lingkungan yang memberikan perhatian terhadap aspek

kesehatan lingkungan air, udara, tanah, makanan dan vektor penyakit pada

kawasan perumahan, tempat umum, tempat kerja, industri, transportasi dan matra.

Sehingga kehadiran sanaitarian di dalam suatu Puskesmas dirasa cukup penting

sebagai penyelenggara pelaksana dan penilaian kegiatan klinik sanitasi,

pengawasan, penilaian ddan perbaikan kualitas lingkungan, melakukan

pencegahan penyakit berbasis lingkungan, pembinaan masyarakat melalui

penyuluhan dan konseling, serta beberapa tugas sanitarian lainnya.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 120: PR-Reza Hermawan.pdf

19

Universitas Indonesia

Untuk tenaga keteknisan medis, yang meliputi radiografer, radioterapis,

teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik

prostetik, teknisi transfusi maupun perekam medis telah tersedia di kelima

Puskesmas Kecamatan. Jumlah tenaga keteknisan medis terbanyak berada di

Puskesmas Kecamatan Duren Sawit dengan 4 orang tenaga keteknisan medis,

sementara yang terendah berada di Puskesmas Kecamatan Makasar.

Dari data hasil rekap tenaga kesehatan menunjukkan masing-masing

Puskesmas Kecamatan memiliki staf non-kesehatan yang dibagi menjadi staf

pegawai TU dan staf bagian lain, Puskesmas Ciracas memiliki staf non-kesehatan

terbanyak sebesar 15 orang dan Puskesmas Duren Sawit memiliki jumlah staf

non-kesehatan terendah yaitu 5 orang. Tidak tersedianya beberapa tenaga

kesehatan di Puskesmas Kecamatan juga dapat terjadi karena beberapa tenaga

kesehatan masih dalam status honorer atau kontrak, sehingga tidak terdata di

dalam data kepegawaian Puskesmas.

4.2 Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Pulo Gadung

Di kecamatan Pulo Gadung, terdapat satu Puskesmas Kecamatan Pulo

Gadung, dan 8 Puskesmas Kelurahan yang tersebar di kecamatan Pulo Gadung,

diantaranya Puskesmas Kelurahan Jati I, Jati II, Pisangan Timur I, Pisangan Timur

II, Rawamangun, Kayu Putih, Jatinegara Kaum dan Cipinang. Grafik

perbandingan jumlah tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan di kecamatan Pulo

Gadung dapat dilihat pada Gambar 4.2, dan data rekapan tenaga kesehatan

Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan dapat dilihat pada Tabel 4. 2.

Dapat dilihat dari grafik diatas, telah terdapat masing-masing satu dokter

umum pada 7 Puskesmas Kelurahan, hanya Puskesmas Kelurahan Jati II yang

tidak memiliki tenaga dokter umum. Tidak tersedianya dokter umum di

Puskesmas Jati II mungkin disebabkan karena pada kelurahan Jati terdapat dua

buah Puskesmas Kelurahan, dan masih kurangnya penempatan tenaga dokter

umum untuk ditempatkan pada fasilitas pelayanan Puskesmas Kelurahan

menyebabkan Puskesmas Jati II belum memiliki tenaga dokter umum. Padahal,

pelayanan kesehatan untuk pasien dengan gejala umum wajib dilaksanakan oleh

tenaga dokter umum, tidak boleh dilakukan oleh dokter gigi, perawat ataupun

bidan.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 121: PR-Reza Hermawan.pdf

20

Universitas Indonesia

Gambar 4.2. Grafik perbandingan jumlah tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan

yang berada di kecamatan Pulo Gadung

Untuk tenaga medis lain yaitu dokter gigi, semua Puskesmas kelurahan

telah memiliki seorang dokter gigi sehingga pelayanan Balai Pengobatan Gigi

(BPG) dapat dilaksanakan pada setiap Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Pulo

Gadung.

Pada Tabel 4.2 juga menyajikan data Puskemas Kelurahan dan Puskesmas

Kecamatan Pulo Gadung. Dapat dilihat untuk tenaga kefarmasian yaitu Apoteker

dan Asisten Apoteker, Puskesmas Kecamatan telah memenuhi ketersediaan tenaga

kesehatan dengan menyediakan seorang apoteker dan 2 orang asisten apoteker.

Namun, jika dilihat pada grafik, dari kedelapan Puskesmas Kelurahan tidak ada

satupun yang memiliki tenaga kefarmasian asisten apoteker. Padahal jika

pelayanan kesehatan dilakukan oleh dokter ataupun dokter gigi, meskipun tenaga

kesehatan yang lain dapat dilatih, namun yang berhak memberikan obatnya adalah

tenaga kefarmasian.

Disetiap Puskesmas Kecamatan telah tersedia fasilitas pelayanan ruang

bersalin (RB), sehingga di Puskesmas Kecamatan tersedia lebih dari satu bidan

untuk melayani pasien ibu hamil yang akan melahirkan, pada Puskesmas Pulo

Gadung tersedia 5 orang tenaga kebidanan. Pada Kelurahan Jatinegara Kaum,

Puskesmasnya juga memiliki fasilitas ruang bersalin. Namun, dapat dilihat pada

Tabel 4.2, Puskesmas ini hanya memiliki seorang bidan. Jumlah bidan di

Puskesmas ini dirasa kurang apalagi untuk melayani pasien ibu hamil di ruang

0

1

2

3

Dokter Dokter

Gigi

Asisten

Apoteker

Bidan Perawat Perawat

Gigi

Staf

Tenaga Kesehatan

Tenaga Kesehatan di kecamatan Pulo

Gadung

Jati I

Jati II

Pisangan Timur I

Pisangan Timur II

Rawamangun

Kayu Putih

Jatinegara Kaum

Cipinang

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 122: PR-Reza Hermawan.pdf

21

Universitas Indonesia

bersalin (RB), karena ibu hamil tidak dapat diprediksi kapan akan melahirkan.

Dan jika bidan tersebut sedang berhalangan, maka tidak dapat dilaksanakan

pelayanan ruang bersalin di Puskesmas tersebut. Sehingga diperlukan lebih dari

satu bidan, terutama untuk puskesmas yang memiliki fasilitas ruang bersalin.

Tabel 4.2. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan

Pulo Gadung

Puskesmas

Kecamatan/

Kelurahan

PK

C P

ulo

Ga

du

ng

+ R

B

PK

L J

ati

I

PK

L J

ati

II

PK

L

Pis

an

ga

n

Tim

ur

I

PK

L

Pis

an

ga

n

Tim

ur

II

PK

L

Ra

wa

ma

ng

un

PK

L K

ay

u

Pu

tih

PK

L

Ja

tin

ega

ra

Ka

um

+ R

B

PK

L

Cip

ina

ng

Jumlah Penduduk 38104 34650 41388 38947 47307 24043 37889

Dokter 4 1 0 1 1 1 1 1 1

Dokter Gigi 4 1 1 1 1 1 1 1 1

Apoteker 1

Asisten Apoteker 2 0 0 0 0 0 0 0 0

Bidan 5 1 1 1 1 1 1 1 1

Perawat 15 2 2 1 2 3 2 2 2

Perawat Gigi 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Gizi 1

Sanitarian 0

Keteknisan medis 2

Staf non-kesehatan 10 1 1 2 1 1 1 1 1

Jumlah 42 6 5 6 6 7 6 6 6

Keterangan : PKC = Puskesmas Kecamatan; PKL = Puskesmas Kelurahan; RB = Ruang Bersalin.

Data rekapan Puskesmas Kecamatan Pulo Gadung didapatkan dari data Beezeting.

[Sumber : Data Kepegawaian Puskesmas Kecamatan Pulo Gadung, 2013]

Puskesmas Kelurahan di kecamatan Pulo Gadung semuanya telah

memiliki tenaga perawat. Dengan jumlah tenaga perawat terbanyak berada pada

Puskesmas Rawamangun yaitu 3 orang perawat, dan yang terkecil berada pada

Puskesmas Pisangan Timur I dengan satu orang perawat.

Sama seperti tenaga kefarmasian, semua Puskesmas Kelurahan di

kecamatan Pulo Gadung tidak ada yang memiliki tenaga kesehatan perawat gigi.

Padahal di setiap Puskesmas Kelurahan memiliki dokter gigi yang membuka Poli

Gigi. Mungkin beberapa dokter gigi tidak memerlukan adanya perawat gigi

seperti halnya dokter gigi yang membuka praktek dirumah atau klinik. Namun,

untuk di puskesmas, ketersediaan perawat gigi cukup diperlukan karena dapat

membantuk dokter gigi dalam melaksanakan kegiatan pengobatan gigi dan mulut,

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 123: PR-Reza Hermawan.pdf

22

Universitas Indonesia

terutama jika Puskesmas tersebut memiliki banyak pasien poli gigi. Untuk tenaga

tambahan yaitu staf non-kesehatan, setiap Puskesmas telah memiliki staf non-

kesehatan setidaknya satu orang untuk membantu proses administrasi.

4.3 Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Matraman

Di kecamatan Matraman terdapat 5 kelurahan, namun terdapat 6

Puskesmas Kelurahan dan satu Puskesmas Kecamatan Matraman. Keenam

Puskesmas Kelurahan tersebut adalah Puskesmas Kelurahan Utan Kayu Selatan I,

Utan Kayu Selatan II, Utan Kayu Utara, Pisangan Baru, Palmeriem dan Kayu

Manis. Terlihat dari grafik Gambar 4.3, keenam Puskesmas Kecamatan tersebut

memiliki distribusi tenaga medis dokter umum dan dokter gigi yang merata, yaitu

satu orang dokter dan dokter gigi di masing-masing Puskesmas Kelurahan.

Gambar 4.3. Grafik perbandingan jumlah tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan

yang berada di kecamatan Matraman

Untuk tenaga kefarmasian asisten apoteker, hanya satu Puskesmas

Kelurahan yang memiliki tenaga kefarmasian, yaitu Puskesmas Kelurahan Kayu

Manis. Untuk Puskesmas Kelurahan yang lain belum memiliki tenaga

kefarmasian yang tetap. Bahkan dapat dilihat pada Tabel 4.3 Puskemas

Kecamatan Matraman pun tidak memiliki tenaga kefarmasian. Tidak tersedianya

tenaga kefarmasian yang minimal seperti asisten apoteker ini sangat disayangkan.

Dokter Dokter

Gigi

Asisten

Apoteker

Bidan Perawat Perawat

Gigi

Staf

0

1

2

3

Tenaga Kesehatan

Tenaga Kesehatan di kecamatan

Matraman

Utan Kayu Selatan I

Utan Kayu Selatan II

Utan Kayu Utara

Pisangan Baru

Palmeriem

Kayu Manis

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 124: PR-Reza Hermawan.pdf

23

Universitas Indonesia

Karena dapat dibayangkan praktik dan pelayanan kefarmasian di Puskesmas

Kelurahan tidak dilakukan oleh tenaga ahli kefarmasian.

Pada Puskemas Kelurahan di kecamatan Matraman belum ada fasilitas

ruang bersalin. Sehingga tenaga kebidanan di lima Puskesmas Kelurahan hanya

memiliki seorang bidan, sementara untuk Puskesmas Kelurahan Kayu Manis

memiliki 2 orang tenaga bidan. Untuk tenaga keperawatan, keenam Puskesmas

telah memiliki tenaga perawat dan 4 Puskesmas telah memiliki tenaga perawat

gigi. Sebanyak tiga Puskesmas memiliki 2 orang perawat, yaitu Puskesmas Utan

Kayu Selatan II, Utan Kayu Utara, dan Palmeriem. Sementara Puskesmas lainnya

hanya memiliki seorang perawat saja.

Puskesmas yang telah memiliki 1 orang tenaga keperawatan gigi antara

lain Utan Kayu Selatan I, Utan Kayu Selatan II, Palmeriem dan Kayu Manis.

Untuk tenaga staf non-kesehatan, baru dimiliki oleh Puskesmas Utan Kayu Utara,

Palmeriem dan Kayu Manis sebanyak 1 orang, Puskesmas lainnya belum

memiliki staf non-kesehatan.

Tabel 4.3. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan

Matraman

Puskesmas

Kecamatan /

Kelurahan PK

C

Matr

am

an

+ R

B

PK

L U

tan

Kayu

Sel

ata

n I

PK

L U

tan

Kayu

Sel

ata

n I

I

PK

L U

tan

Kayu

Uta

ra

PK

L

Pis

an

gan

Baru

PK

L

Palm

erie

m

PK

L K

ayu

Man

is

Jumlah Penduduk 36396 24820 29596 18536 23761

Dokter 9 1 1 1 1 1 1

Dokter Gigi 5 1 1 1 1 1 1

Apoteker 2

Asisten Apoteker 0 0 0 0 0 0 1

Bidan 6 1 1 1 1 1 2

Perawat 9 1 2 2 1 2 1

Perawat Gigi 1 1 1 0 0 1 1

Gizi 2

Sanitarian 2

Keteknisan medis 13

Staf non-kesehatan 13 0 0 1 0 1 1

Jumlah 49 5 6 6 4 7 8

Keterangan : PKC = Puskesmas Kecamatan; PKL = Puskesmas Kelurahan; RB = Ruang Bersalin;

[Sumber : Data Kepegawaian Puskesmas Kecamatan Matraman, 2013]

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 125: PR-Reza Hermawan.pdf

24

Universitas Indonesia

4.4 Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Makasar

Gambar 4.4. Grafik perbandingan jumlah tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan

yang berada di kecamatan Makasar

Kecamatan Makasar terdiri dari 5 kelurahan yaitu kelurahan Makasar,

Pinang Ranti, Cipinang Melayu, Kebon Pala, dan Halim yang masing-masing

memiliki sebuah Puskesmas Kelurahan, kecuali untuk kelurahan Halim memiliki

2 Puskesmas Kelurahan. Dapat dilihat dari grafik pada Gambar 4.4, ketersediaan

tenaga medis yaitu dokter umum belum terpenuhi dengan baik pada Puskesmas

Kelurahan Makasar, Cipinang Melayu dan Kebon Pala karena belum mempunyai

dokter umum yang terdaftar sebagai pegawai. Untuk Puskesmas Pinang Ranti,

Halim I dan Halim II masing-masing telah memiliki seorang tenaga dokter umum.

Tenaga medis lain yaitu dokter gigi telah tersedia pada lima Puskesmas

Kelurahan, kecuali pada Puskesmas Halim I tidak mempunyai tenaga dokter gigi.

Tidak tersedianya dokter gigi di Puskesmas Halim I mungkin dapat disebabkan

karena tidak tersedianya fasilitas balai pengobatan gigi (BPG) di Puskesmas

tersebut.

Dari segi tenaga kefarmasian Puskesmas di Halim, baik Puskesmas Halim

I ataupun Halim II belum memiliki asisten apoteker untuk melakukan pekerjaan

kefarmasian, sehingga mungkin hanya digantikan oleh tenaga medis yang lain.

Sementara untuk tenaga kebidanan, semua Puskesmas telah memiliki bidan,

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

Dokter Dokter

Gigi

Asisten

Apoteker

Bidan Perawat Perawat

Gigi

Staf

Tenaga Kesehatan

Tenaga Kesehatan di kecamatan Makasar

Makasar

Pinang Ranti

Cipinang Melayu

Kebon pala

Halim I

Halim II

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 126: PR-Reza Hermawan.pdf

25

Universitas Indonesia

dengan jumlah tenaga bidan terbanyak berada di Puskesmas Kebon Pala sebanyak

3 orang bidan, dan terkecil di Puskesmas Halim I dengan hanya seorang bidan.

Tabel 4.4. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan

Makasar

Puskesmas

Kecamatan /

Kelurahan PK

C

Ma

ka

sar

+ R

B

PK

L

Ma

ka

sar

PK

L

Pin

an

g

Ra

nti

PK

L

Cip

ina

ng

Mel

ay

u

PK

L

Keb

on

pa

la

PK

L

Ha

lim

I

PK

L

Ha

lim

II

Jumlah Penduduk 35228 26837 44270 46596 32899

Dokter 6 0 1 0 0 1 1

Dokter Gigi 2 1 1 2 2 0 1

Apoteker 2

Asisten Apoteker 1 1 1 1 1 0 0

Bidan 11 2 2 2 3 1 2

Perawat 13 3 3 3 4 1 4

Perawat Gigi 0 0 0 0 0 0 0

Gizi 1

Sanitarian 3

Keteknisan medis 1

Staf non-kesehatan 0 1 0 0 1 0 0

Jumlah 39 8 8 8 11 3 8

Keterangan : PKC = Puskesmas Kecamatan; PKL = Puskesmas Kelurahan; RB = Ruang Bersalin;

Data rekapan Puskesmas Kecamatan Makasar didapatkan dari data Beezeting.

[Sumber : Data Kepegawaian Puskesmas Makasar, 2013]

Tenaga keperawatan telah dipenuhi dengan cukup baik oleh keenam

Puskesmas Kelurahan, dimana 4 orang perawat masing-masing berada di

Puskesmas Kebon Pala dan Halim II. Sementara hanya seorang bidan yang terdata

berada di Puskesmas Halim I. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.

128//MENKES/SKII/2004 disebutkan bahwa secara nasional, standar wilayah

Puskesmas adalah satu kecamatan. Jika didalam suatu kecamatan terdapat lebih

dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas,

dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah kerja. Dari Kepmenkes diatas

dapat berarti tanggung jawab wilayah Puskesmas Halim II lebih besar karena

memiliki 4 orang perawat, atau tenaga kesehatan perawat yang belum dibagi

dengan merata. Untuk perawat gigi, dapat dilihat Tabel 4.4 bahwa tidak ada

satupun Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan yang memiliki tenaga keperawatan

gigi. Dan untuk tenaga staf non-kesehatan hanya tersedia seorang staf di

Puskesmas Kelurahan Makasar dan Kebon Pala.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 127: PR-Reza Hermawan.pdf

26

Universitas Indonesia

4.5 Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Duren Sawit

Kecamatan Duren Sawit memiliki 7 kelurahan, namun memiliki sebuah

Puskesmas Kecamatan dan 11 Puskesmas Kelurahan. Mungkin ini dibuat untuk

melayani jumlah penduduk di kecamatan Duren Sawit sendiri yang merupakan

penduduk terbanyak kedua setelah Kecamatan Cakung di Wilayah Kota

Administrasi Jakarta Timur.

Gambar 4.5. Grafik perbandingan jumlah tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan

yang berada di kecamatan Duren Sawit.

Berdasarkan Gambar 4.5, terlihat bahwa ada dua Puskesmas Kelurahan

yang belum memiliki tenaga dokter umum yang tercatat pada data tenaga

kesehatan yaitu Puskesmas Kelurahan Klender II dan Pondok Bambu II.

Sementara yang lainnya telah memiliki seorang dokter umum di setiap

Puskesmas. Tenaga medis lain yaitu dokter gigi hanya terdapat pada 8 Puskesmas

Kelurahan, sementara 3 Kelurahan lainnya tidak memiliki balai pengobatan gigi

(BPG), yaitu Puskesmas Klender I, Klender III dan Pondok Kopi I.

Untuk tenaga kefarmasian, belum semua Puskesmas Kelurahan memiliki

asisten apoteker. Hanya 5 Puskesmas yang sudah memiliki tenaga asisten apoteker

yaitu Puskesmas Kelurahan Duren Sawit, Klender III, Malaka Jaya, Pondok

Kelapa dan Pondok Kopi II.

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

Dokter Dokter

Gigi

Asisten

Apoteker

Bidan Perawat Perawat

Gigi

Staf

Tenaga Kesehatan

Tenaga Kesehatan di Kecamatan Duren

Sawit

Duren Sawit

Klender I

Klender II

Klender III

Malaka Jaya

Malaka Sari

Pd. Bambu I

Pd. Bambu II

Pd. Kelapa

Pd. Kopi I

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 128: PR-Reza Hermawan.pdf

27

Universitas Indonesia

Tabel 4.5. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan

Duren Sawit

Puskesmas

Kecamatan /

Kelurahan P

KC

Du

ren

Sa

wit

+ R

B

PK

L D

ure

n S

aw

it

PK

L K

len

der

I

PK

L K

len

der

II

PK

L K

len

der

III

PK

L M

ala

ka

Ja

ya

PK

L M

ala

ka

Sari

PK

L P

d.

Ba

mb

u I

PK

L P

d.

Ba

mb

u

II +

RB

PK

L P

d. K

ela

pa

PK

L P

d. K

op

i I

PK

L P

d. K

op

i II

Jumlah Penduduk 68233 79223 28672 27449 67664 76431 37076

Dokter 7 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1

Dokter Gigi 7 1 0 2 0 2 1 1 2 2 0 2

Apoteker 2

Asisten Apoteker 2 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1

Bidan 6 1 1 1 1 2 1 2 3 1 2 1

Perawat 13 2 2 2 1 2 1 2 3 1 1 2

Perawat Gigi 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0

Gizi 1

Sanitarian 4

Keteknisan medis 4

Staf non-kesehatan 5 1 0 1 2 1 1 1 1 1 2 1

Jumlah 48 8 4 6 6 9 5 8 9 8 6 8

Keterangan : PKC = Puskesmas Kecamatan; PKL = Puskesmas Kelurahan; RB = Ruang Bersalin

[Sumber : Data Kepegawaian Puskesmas Kecamatan Duren Sawit, 2013]

Dari segi tenaga kebidanan, semua Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan

telah terdapat bidan. Dan pada Puskesmas Kelurahan Pondok Bambu II terdapat

fasilitas ruang bersalin, dan terlihat dari Tabel 4.5 Puskesmas Pondok Bambu II

memiliki 3 orang bidan untuk menjalankan fasilitas tersebut. Tenaga keperawatan

pun Puskesmas Kelurahan Pondok Bambu II yang memiliki tenaga perawat yang

terbesar, yaitu 3 orang perawat. Namun untuk tenaga perawat gigi, hanya 3

Puskesmas yang telah mempunyai seorang perawat gigi, yaitu Puskesmas

Kelurahan Duren Sawit, Pondok Bambu I dan Pondok Kelapa. Namun, untuk

Puskesmas yang memiliki BPG seperti Puskesmas Klender II, Malaka Jaya,

Malaka Sari, Pondok Bambu II dan Pondok Kopi II, justru tidak memiliki perawat

gigi yang memadai.Tenaga staf non-kesehatan telah dimiliki oleh semua

Puskesmas Kelurahan, kecuali untuk Puskesmas Klender 1 tidak ada data tenaga

staf non-kesehatan pada data pegawai Puskesmas.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 129: PR-Reza Hermawan.pdf

28

Universitas Indonesia

4.6 Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Ciracas

Gambar 4.6. Grafik perbandingan jumlah tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan

yang berada di kecamatan Ciracas

Kecamatan Ciracas memiliki 5 Kelurahan dan 5 Puskesmas Kelurahan,

yaitu Puskesmas Cibubur, Ciracas, Kelapa Dua Wetan, Rambutan, dan Susukan.

Dari Gambar 4.6 terlihat bahwa Puskesmas Susukan memiliki jumlah dokter

umum terbanyak yaitu 3 orang, sementara Puskesmas Cibubur tidak memiliki

tenaga dokter umum yang terdaftar di Puskesmas, sehingga pelayanan kesehatan

untuk poli umum tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Untuk tenaga dokter gigi,

sebanyak 2 Puskesmas Kelurahan tidak menjalankan BPG karena tidak memiliki

dokter gigi, yaitu Puskesmas Ciracas dan Rambutan.

Ketesediaan tenaga kefarmasian pada 2 Puskesmas juga tidak mencukupi,

karena tidak memiliki satupun asisten apoteker. Kedua Puskesmas tersebut yaitu

Puskesmas Kelurahan Rambutan dan Susukan, sehingga praktik kefarmasiannya

tidak dijalankan dengan baik.

Puskesmas Kelurahan Rambutan adalah salah satu Puskesmas Kelurahan

yang memiliki fasilitas ruang bersalin, namun disayangkan ketersediaan tenaga

kebidanan di Puskesmas ini hanya ada seorang bidan. Sehingga jika bidan tersebut

berhalangan hadir, maka pelayanan bersalin di Puskesmas ini tidak dapat berjalan

dengan baik. Namun, Puskesmas Rambutan dan juga Cibubur memiliki jumlah

perawat yang terbanyak diantara Puskesmas Kelurahan lainnya yaitu sebanyak 3

0

1

2

3

Dokter Dokter

Gigi

Asisten

Apoteker

Bidan Perawat Perawat

Gigi

Staf

Tenaga Kesehatan

Tenaga Kesehatan di kecamatan

Ciracas

Cibubur

Ciracas

Kelapa Dua

WetanRambutan

Susukan

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 130: PR-Reza Hermawan.pdf

29

Universitas Indonesia

orang perawat bekerja di Puskesmas ini. Perawat gigi telah tersedia di empat

Puskesmas Kelurahan kecuali Puskesmas Kelapa Dua Wetan yang memiliki balai

pengobatan gigi. Sementara itu, Puskesmas Ciracas dan Rambutan yang tidak

memiliki dokter gigi malah memiliki masing-masing seorang perawat gigi. Dan

untuk tenaga staf non-kesehatan non-kesehatan terbanyak dimiliki oleh

Puskesmas Susukan, dan terendah oleh Puskesmas Kelapa Dua Wetan yang tidak

memiliki staf non-kesehatan non-kesehatan non-medis yang tercatat di data

kepegawaian.

Tabel 4.6. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan

Ciracas

Puskesmas

Kecamatan /

Kelurahan PK

C

Cir

aca

s +

RB

+ R

I 1

0

TT

PK

L

Cib

ub

ur

PK

L

Cir

aca

s

PK

L K

ela

pa

Du

a W

eta

n

PK

L

Ram

bu

tan

+

RB

PK

L

Su

suk

an

Jumlah Penduduk 66201 65638 44919 36182 38817

Dokter 5 0 1 1 1 3

Dokter Gigi 6 1 0 1 0 2

Apoteker 2

Asisten Apoteker 2 1 1 1 0 0

Bidan 11 1 2 3 1 2

Perawat 24 3 1 2 3 2

Perawat Gigi 1 1 1 0 1 1

Gizi 3

Sanitarian 3

Keteknisa medis 3

Staf non-kesehatan 15 1 2 0 2 3

Jumlah 72 8 8 8 8 13

Keterangan : PKC = Puskesmas Kecamatan; PKL = Puskesmas Kelurahan; RB = Ruang Bersalin;

RI = Rawat Inap; TT = Tempat Tidur

[Sumber : Data Kepegawaian Puskesmas Ciracas, 2013. Untuk data Puskesmas tempat kerja masih

menggunakan data bulan September 2012]

Tidak tersedianya tenaga kesehatan di dalam suatu Puskesmas dapat

diakibatkan karena kurangnya pemerataan tenaga kesehatan di Wilayah Jakarta

Timur, ataupun karena kurang lengkapnya data dan kurang cepat memperbarui

data kepegawaian yang ada di Puskesmas. Oleh karena itu, butuh peran

pemerintah daerah untuk memenuhi ketersediaan tenaga kesehatan di masing-

masing unit pelayanan kesehatan sesuai dengan pembagian tanggung jawabnya

agar dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada setiap warga di

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 131: PR-Reza Hermawan.pdf

30

Universitas Indonesia

wilayahnya, terutama dengan di mulainya Program Kartu Jakarta Sehat oleh

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tahun 2012 yang lalu.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 132: PR-Reza Hermawan.pdf

31 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil analisis distribusi serta pemetaan tenaga kesehatan di lima

Puskesmas kecamatan wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur, yaitu kecamatan

Ciracas, Duren Sawit, Makasar, Matraman dan Pulo Gadung, dapat ditarik

kesimpulan :

a. Data kepegawaian Puskesmas Makasar dan Pulo Gadung hanya

didapatkan dari data Beezeting.

b. Perbandingan antara tenaga kesehatan yang berada di 5 Puskesmas

Kecamatan menunjukkan bahwa Puskesmas Kecamatan Pulo Gadung

hanya memiliki seorang apoteker penanggung jawab, tanpa apoteker

pendamping. Puskesmas Matraman tidak memiliki tenaga kefarmasian

berupa asisten apoteker. Puskesmas Pulo Gadung dan Makasar tidak

memiliki tenaga perawat gigi meskipun memiliki balai pengobatan gigi

(BPG). Puskesmas Pulo Gadung juga tidak memiliki tenaga kesehatan

lingkungan yaitu sanitarian.

c. Data tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan di kecamatan Pulo Gadung

menunjukkan bahwa Puskesmas Jati II tidak memiliki tenaga medis dokter

umum. Kedelapan Puskesmas Kelurahan tidak memiliki tenaga asisten

apoteker dan perawat gigi sama sekali. Untuk Puskesmas Jatinegara Kaum

yang memiliki fasilitas ruang bersalin, jumlah tenaga kebidanannya hanya

seorang bidan saja.

d. Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan Matraman tidak

memiliki asisten apoteker kecuali di Puskesmas Kayu Manis yang

memiliki 1 orang asisten. Kelurahan Utan Kayu Utara dan Pisangan Baru

tidak memiliki perawat gigi. Dan staf non-kesehatan hanya dimiliki oleh 3

Puskesmas Kelurahan yaitu Puskesmas Utan Kayu Utara, Palmeriem, dan

Kayu Manis.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 133: PR-Reza Hermawan.pdf

32 Universitas Indonesia

e. Tenaga kesehatan dokter umum tidak tersedia di Puskesmas Kelurahan

Makasar, Cipinang Melayu, dan Kebon Pala. Sementara Puskesmas Halim

I tidak menjalankan balai pengobatan gigi karena tidak memiliki dokter

gigi. Puskesmas Halim I dan Halim II tidak memiliki tenaga kefarmasian

yaitu asisten apoteker. Seluruh Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di

Kecamatan Makasar tidak memiliki data tentang tenaga perawat gigi. Dan

staf hanya tersedia pada Puskesmas Kelurahan Makasar dan Kebon Pala

dengan seorang staf.

f. Di kecamatan Duren Sawit, Puskesmas Kelurahan Klender II dan Pondok

Bambu II tidak memiliki tenaga dokter umum. Sementara untuk

Puskesmas Klender I, Klender III, dan Pondok Kopi I tidak menjalankan

balai pengobatan gigi. Tenaga kefarmasian yaitu asisten apoteker hanya

tersedia di Puskesmas Kelurahan Duren Sawit, Klender III, Malaka Jaya,

Pondok Kelapa dan Pondok Kopi II. Perawat gigi hanya berada di

Puskesmas Kelurahan Duren Sawit, Pondok Bambu I, dan Pondok Kelapa

dengan masing-masing seorang perawat gigi. Data di Puskesmas Klender I

tidak menunjukkan adanya staf.

g. Data tenaga kesehatan di kecamatan Ciracas memperlihatkan bahwa

Puskesmas Cibubur tidak memiliki tenaga dokter umum. Sementara

Puskesmas Ciracas dan Rambutan tidak memiliki dokter gigi, sehingga

balai pengobatan giginya tidak berjalan. Puskesmas Rambutan dan

Susukan tidak memiliki tenaga kefarmasian berupa asisten apoteker.

Puskesmas Kelapa Dua Wetan tidak memiliki tenaga perawat gigi dan staf.

5.2 Saran

a. Mengembangkan database ketenagaan yang terpadu yang disepakati dan

dipakai bersama oleh setiap unit pengelola ketenagaan di Pemerintah

Daerah (Pemda) serta saling mendukung/terkait antara satu dengan lainnya

(compatible).

b. Dibuat peraturan yang mengatur tenaga kesehatan minimal yang tersedia

di Puskesmas Kecamatan atau Kelurahan untuk Provinsi DKI Jakarta

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 134: PR-Reza Hermawan.pdf

33

Universitas Indonesia

sehingga tenaga kesehatan dapat tersedia dan pelayanan kesehatan dapat

dilaksanakan dengan baik.

c. Dilakukan proses pemenuhan dan pemerataan ketersediaan tenaga

kesehatan di sarana pelayanan kesehatan dasar di wilayah kota

Administrasi Jakarta Timur.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 135: PR-Reza Hermawan.pdf

34 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Kementrian Kesehatan. (2011). Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan

Tahun 2011-2025. Kementrian Kesehatan: Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan No. 81/Menkes/SK/I/2004. (2004). Keputusan

Menteri Kesehatan No. 81/Menkes/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan

Perencanaan Sumberdaya Kesehatan Di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota,

serta Rumah Sakit. Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan No. 128/MENKES/SKII/2004. (2004). Keputusan

Menteri Kesehatan No. 128/MENKES/SKII/2004 tentang Kebijakan Dasar

Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS). Kementrian Kesehatan

Indonesia: Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan No. 373/MENKES/SKIIII/2007. (2007).

Keputusan Menteri Kesehatan No. 373/MENKES/SKIIII/2007 Republik

Indonesia tentang Standar Profesi Sanitarian. Departemen Kesehatan:

Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003. (2003).

Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003 tentang

Indikator Indonesia Sehat 2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia.

Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996. (1996). Peraturan Pemerintah No. 32

Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Jakarta.

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas

Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. (2009). Peraturan Gubernur

Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi

Suku Dinas Kesehatan. Jakarta : Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009. (2009). Undang-Undang No. 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan. Jakarta.

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 136: PR-Reza Hermawan.pdf

LAMPIRAN

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 137: PR-Reza Hermawan.pdf

34

Lampiran 1. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kecamatan Pulo Gadung

NO JABATAN JUMLAH

1 Kepala Puskesmas Kecamatan 1

2 Kepala Sub Bagian Tata Usaha 1

3 Staf TU 10

4 Dokter Umum 4

5 Dokter Gigi 4

6 Perawat 15

7 Bidan 5

8 Apoteker 1

9 Asisten Apoteker 2

10 Kesehatan Masyarakat 2

11 Gizi 1

12 Keteknisan medis 2

Jumlah 48

Lampiran 2. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Jati I

NO JABATAN JUMLAH

1 Kepegawaian TU 1

2 Dokter Umum 1

3 Dokter Gigi 1

4 Perawat 2

5 Bidan 1

Jumlah 6

Lampiran 3. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Jati II

NO JABATAN JUMLAH

1 Kepegawaian TU 1

2 Dokter Gigi 1

3 Perawat 2

4 Bidan 1

Jumlah 5

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 138: PR-Reza Hermawan.pdf

35

Lampiran 4. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Pisangan Timur I

NO JABATAN JUMLAH

1 Kepegawaian TU 2

2 Dokter Umum 1

3 Dokter Gigi 1

4 Perawat 1

5 Bidan 1

Jumlah 6

Lampiran 5. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Pisangan Timur II

NO JABATAN JUMLAH

1 Kepegawaian TU 1

2 Dokter Umum 1

3 Dokter Gigi 1

4 Perawat 2

5 Bidan 1

Jumlah 6

Lampiran 6. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Rawamangun

NO JABATAN JUMLAH

1 Kepegawaian TU 1

2 Dokter Umum 1

3 Dokter Gigi 1

4 Perawat 3

5 Bidan 1

6 Keteknisan medis 1

Jumlah 8

Lampiran 7. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Kayu Putih

NO JABATAN JUMLAH

1 Kepegawaian TU 1

2 Dokter Umum 1

3 Dokter Gigi 1

4 Perawat 2

5 Bidan 1

6 Gizi 1

Jumlah 7

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 139: PR-Reza Hermawan.pdf

36

Lampiran 8. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Jatinegara Kaum

NO JABATAN JUMLAH

1 Kepegawaian TU 1

2 Dokter Umum 1

3 Dokter Gigi 1

4 Perawat 2

5 Bidan 1

Jumlah 6

Lampiran 9. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Cipinang

NO JABATAN JUMLAH

1 Kepegawaian TU 1

2 Dokter Umum 1

3 Dokter Gigi 1

4 Perawat 2

5 Bidan 1

Jumlah 6

Lampiran 10. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman

NO NAMA NIP18 JABATAN

1 Ani Sri Wiryaningsih, dr, M.K.K. 196009191991032001/122665 Kepala Puskesmas (Dokter)

2 Dahlia Mangiri, dr 195704101988032001/122656 Dokter Madya

3 Isra Miryanti, dr 195601031983032005/122768 Dokter Madya

4 Jun Helminda, dr 196206021990102001/130932 Dokter Madya

5 Mohammad Herry Zainal Mochlas, dr 195806271987091002/118171 Dokter Madya

6 Patut Ritonga, dr, Sp.OG 196206221988031005/158350 Dokter Madya

7 Desty Darman, dr 197203182006042011/165487 Dokter Muda

8 Desy Safitri, dr 197112312008012071/174675 Dokter Muda

9 Heni Puspawati, dr 196712142007012025/168414 Dokter Pertama

10 Nany Suliantiny, drg 195302181980122001/116516 Dokter Gigi Madya

11 Eny Rahayu, drg 195411191984032001/122822 Dokter Gigi Madya

12 Lieny Budyarto, drg,Sp.KG 196612041993022001/120903 Dokter Gigi Madya

13 Harlina Hasbi, drg 195403081992032001/118088 Dokter Gigi Madya

14 Sirly Cut Caesarrina, drg 198412242011012015/180992 Dokter Gigi

15 Eko Yusprihani, Apt 196004271989032001/120904 Apoteker Madya

16 Agung Setiayanti, S. Farm. Apt. 198508302011012015/181019 Apoteker Muda

17 Endang Suhaeni 195708041981032004/100391 Bidan Penyelia

18 Neneng Sudarti Ishak 195901151981032004/071739 Bidan Penyelia

19 Sri Sunarti 195708121981052001/071838 Bidan Penyelia

20 Zaerina 196202101983112002/110756 Bidan Penyelia

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 140: PR-Reza Hermawan.pdf

37

21 Wiwik Surtika Dewi 196809241991032006/123120 Bidan Pelaksana Lanjutan

22 Yuli Marnis 197211171993012001/158515 Bidan Pelaksana

23 Grace Sampul 195711051980022001/120800 Perawat Penyelia

24 Delfina Mariany Purba 196601121986022004/158427 Perawat Pelaksana Lanjutan

25 Endah Purwanti K. 195705161991032003/116646 Perawat Pelaksana Lanjutan

26 Neny Agustini 197108131998032004/128472 Perawat Pelaksana Lanjutan

27 Noorce Umboh 196002291983012001/118561 Perawat Pelaksana Lanjutan

28 E n d i 197303251997031002/123101 Perawat Pelaksana Lanjutan

29 Soetoyo 195807221982051001/077466 Perawat Pelaksana

30 Sumarni Sebayang 196003071980122004/122756 Perawat Gigi Penyelia

31 Herman Susilo, Amd. Kep. 198212082011011009/180932 Perawat

32 Sri Haryati 198205292007012006/168528 Perawat

33 Yanti Noviyanti Sri Pujiastuti, S.Kom 196911141999032004/158072 Ka. Sub. Bag. Tata Usaha

34 Dwiana Rachmianthi 196102151986032013/108085 Staff

35 A m z a n i . B. 196405181986032015/108087 Staff

36 Bambang Mulyono 196702221987031001/110423 Staff

37 Gati Purwari 196209161987032002/110631 Staff

38 Suyono 195807241985031005/087951 Staff

39 Endah Wijiarti 196511081988032004/111201 Staff

40 Nendah Awalia, SKM 198405032010012044/177425 Staff

41 Ismadi Wibowo 196705081987121002/111180 Staff

42 Manne Matondang 196907111994032005/120644 Staff

43 Mulyono 196712241995031002/118713 Staff

44 Sodikin 196403101985111001/104419 Staff

45 B a w o n 195710121986111001/108849 Staff

46 Adi Suyono 195708141983021001/078875 Staff

47 Haryanto 196403061985011002/086527 Staff Gizi

48 Tetty Muna Sumiwaty Simanjuntak 197203251996032003/122392 Staff Gizi

49 Binarja 196402281987031004/110424 Radiografer Penyelia

50 Elisabeth Dualembang 195906111995032001/162644 Arsiparis Pelaksana Lanjutan

51 Paida Lumban Raja 195909111981072001/071442 Sanitarian Pelaksana Lanjut

52 Sri Supraptiningsih 196808051992032008/117652 Sanitarian Penyelia

53 Mennaria Pasaribu 196910041994032002/118855 Pranata Labkes Pelaksana

Lanjutan

Lampiran 11. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Utan Kayu Selatan I

NO NAMA NIP18 JABATAN

1 Henny Oktaria Aziz, drg 196610101993022003/158174 Kepala Puskesmas (Dokter Gigi)

2 Nina Triana, dr 198306082010012037/179767 Dokter

3 Romauli Sitompul 197210191993032003/128610 Bidan Pelaksana

4 Siti Rahmaniah 197507161994032002/161788 Perawat Gigi Pelaksana

Lanjutan

5 Eli Nurhayati 197905172007012022/168507 Perawat

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 141: PR-Reza Hermawan.pdf

38

Lampiran 12. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Utan Kayu Selatan II

NO NAMA NIP18 JABATAN

1 drg. Budi Suryoningsih 196512241993022001/162657 Kepala Puskesmas (Dokter Gigi)

2 dr. Anita Sari 198206052010012044/177799 Dokter

3 Yuni Adriani 197006021993032005/162646 Perawat Pelaksana Lanjutan

4 Yesni Syarbaini 196912231990032005/123337 Perawat Gigi Pelaksana

Lanjutan

5 Ernawati 196905141991012001/122850 Perawat Pelaksana

6 Mutia Novinina 198511092010012039/178981 Bidan

Lampiran 13. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Utan Kayu Utara

NO NAMA NIP18 JABATAN

1 drg. Homalessy Rosalina 195810141987102001/118034 Kepala Puskesmas (Dokter Gigi)

2 dr. Rahadhini Ayu Setyaningrum 198507242011012015/180215 Dokter

3 Choti Sunarni 196703121989032005/162225 Perawat Penyelia

4 Yana Hidayana 196601071987031006/110752 Staff

5 Maswah 198204022008012030/174458 Bidan Pelaksana

6 Nurhaeni 198002122008012033/174606 Perawat

Lampiran 14. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Pisangan Baru

NO NAMA NIP18 JABATAN

1 dr. Alfiah Koes 197608162003122015/167986 Kepala Puskesmas (Dokter)

2 drg. Tris Sundari 196711081994022001/162299 Dokter Gigi Madya

3 Agustina P. Siregar 195808271981032008/071536 Perawat Gigi Pel. Lanjut

4 Nurlian Raja Gukguk 195710101984032006/083172 Bidan Penyelia

Lampiran 15. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Palmeriem

NO NAMA NIP18 JABATAN

1 dr. Neli Mayaferani 197702092006042020/165640 Kepala Puskesmas (Dokter)

2 drg. Yuyut Indrawaty 195708081983112002/116515 Dokter Gigi Madya

3 Robiah 195806051982012004/073232 Perawat Penyelia

4 Maysa Rachmawati 197905202008012032/171198 Perawat

5 Kunmaryani 197211171994032002/118856 Perawat Gigi Pelaksana

Lanjutan

6 Sonya Paula Connie Fransesca 197305241993012001/179884 Bidan Pelaksana

7 Djodi Sunarto 196304241987031007/110405 Staff

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 142: PR-Reza Hermawan.pdf

39

Lampiran 16. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Kayu Manis

NO NAMA NIP18 JABATAN

1 drg.Katarina Dairi 196410251992032004/161633 Kepala Puskesmas (Dokter Gigi)

2 dr. Putu Datika Puspitasari 198412152010012031/178458 Dokter

3 Helmyana 197606092000122003/161515 Asisten Apoteker Pelaksana

4 ERNAWATI 195807051983032011/122769 Bidan Penyelia

5 Siti Ruliyah 196701021990032004/116249 Bidan Pelaksana Lanjutan

6 Puji Wahyuni 196110091983022001/158264 Perawat Gigi Pel. Lanjut

7 Sulastri Kusmala Dewi S. 197505291996032004/121089 Perawat Pelaksana

8 Feny Djamilah 196502261986102002/109065 Staf

Lampiran 17. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kecamatan Makasar

NO JABATAN JUMLAH

1 Dokter Umum 6

2 Dokter Gigi 2

3 Perawat 13

4 Bidan 11

5 Apoteker 2

6 Asisten Apoteker 1

7 Kesehatan Masyarakat 5

8 Gizi 1

9 Laboratorium 1

10 Sanitarian 3

TOTAL 45

Lampiran 18. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Makasar

NO JABATAN JUMLAH

1 Staf 1

2 Dokter Umum 0

3 Dokter Gigi 1

4 Perawat 3

5 Bidan 2

6 Asisten Apoteker 1

TOTAL 8

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 143: PR-Reza Hermawan.pdf

40

Lampiran 19. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Pinang Ranti

NO JABATAN JUMLAH

1 Staf 0

2 Dokter 1

3 Dokter Gigi 1

4 Perawat 3

5 Bidan 2

6 Asisten Apoteker 1

7 Kesehatan Masyarakat 1

TOTAL 9

Lampiran 20. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Cipinang Melayu

NO JABATAN JUMLAH

1 Staf 0

2 Dokter Umum 0

3 Dokter Gigi 2

4 Asisten Apoteker 1

5 Perawat 3

6 Bidan 2

7 Laboratorium 1

TOTAL 9

Lampiran 21. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Kebon Pala

NO JABATAN JUMLAH

1 Staf 1

2 Dokter Umum 0

3 Dokter Gigi 2

4 Perawat 4

5 Bidan 3

6 Asisten Apoteker 1

7 Laboratorium 1

TOTAL 12

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 144: PR-Reza Hermawan.pdf

41

Lampiran 22. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Halim I

NO JABATAN JUMLAH

1 Staf 0

2 Dokter Umum 1

3 Dokter Gigi 0

4 Perawat 1

5 Bidan 1

6 Asisten Apoteker 0

TOTAL 3

Lampiran 23. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Halim II

NO JABATAN JUMLAH

1 Staf 0

2 Dokter Umum 1

3 Dokter Gigi 1

4 Perawat 4

5 Bidan 2

6 Asisten Apoteker 0

TOTAL 8

Lampiran 24. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kecamatan Duren Sawit

NO NAMA NIP/NRK JABATAN

1 drg.R.Tatok Rifai 140200876/118270 Kepala Puskesmas (Dokter

Gigi)

2 Nelson Pasaribu SH 140252846/115618 Kepala Sub Bag Tata Usaha

3 drg.Lidyawati Patah 140159439 / 118032 Dokter Gigi Utama

4 Drg.Inda Handayani 140238100 / 120636 Dokter Gigi Madya

5 drg Marthen Juliana 140186343 / 118337 Dokter Gigi Madya

6 drg Onie Novirawati 140298834 / 120635 Dokter Gigi Madya

7 drg.Johana Rometa 140279118/125099 Dokter Gigi Madya

8 drg.Yulia Tri Handayani 140310906/ 162640 Dokter Gigi Madya

9 dr EM Sembiring 140161088 / 122778 Dokter Madya

10 dr Biliater Sinaga 140134881/118237 Dokter Madya

11 dr.Emilda Yunda 140218280 / 122706 Dokter Madya

12 dr Clara Magdalena 140256264/125235 Dokter Madya

13 Dr.Zusye J.Rolos 140210278/116045 Dokter Madya

14 dr Diah Anggraeni 460041036/157627 Dokter Pertama

15 dr Tahjo Nugroho Staf

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 145: PR-Reza Hermawan.pdf

42

16 Dra.Iswara Dewi 140252570/122726 Apoteker Madya

17 Lida Apria Dewantiani, S.Si., Apt Staf

18 Dwiyati Herminingsih 140143277/122852 Asisten Apoteker Penyelia

19 Marintan 140273823/116744 Asisten Apoteker Pelaks Lanjt

20 Rimba Pramukti 140117238/72331 Perawat Penyelia

21 Faridatul Asni 140127275/122680 Perawat Penyelia

22 Siti Norma Purba 140166419/108296 Perawat Penyelia

23 Henni Iriani 140114266/ 718045 Perawat Penyelia

24 Yossy Yuliaris 140326326/122999 Perawat Pelaksana

25 B.Samsida Panjaitan 140285496/122636 Perawat Pelaksana

26 Herawati Pasaribu 140344614/125601 Perawat Pelaksana

27 Selly Ompu Sunggu 140266397/122708 Perawat Pelaksana

28 Sugianto 140300717/127707 Perawat Pelaksana

29 Mimi Sulastri 140114953/72351 Perawat Pelks Lanjt

30 Elly Hutabarat 140311336/118866 Perawat Pelks Lanjt

31 ANNEKE O RARUNG 140142731/103874 Perawat Pelks Lanjt

32 Harlina.S 140337235/123512 Perawat Pelaks Lanjut

33 Elizar 140135756/120825 Perawat Gigi Penyelia

34 Hartinah 380047784/163964 Bidan Pelaks Lanjt

35 Eva Munalysa Sikumbang 140282564/164787 Bidan Pelaks Lanjt

36 Sri Handayani 140296719/128474 Bidan Pelaksana Lanjut

37 Samsidar Galingging 40097831/116217 Bidan Penyelia

38 Ani Anggraeny 140275375/129035 Bidan Pelaksana Lanjut

44 Kurniasih 140294026 / 125852 Bidan Pelaks Lanjt

39 Trismardiati 140171015/120348 Perekam Medis Penyelia

40 Sri Murwati 140211766/ 117664 Sanitarian Pelaks Lajt

41 Retno Restiandy 140326319 / 121993 Sanitarian Pelaks Lajt

42 Nurliyanto 140311387/122299 Sanitarian Pelaks

43 Sumartini 140240174/113798 Sanitarian Pelaksana Lanjut

45 Dwi Deria 140189286/110135 Nutrisionis Pelaks Lanjt

46 JAILLUDIN 140197336/110749 Elektro Medik Pelaks Lanjt

47 Ida Ayu Retno 140345730/157181 Radiografer Pelaks

48 Etty Nurhayati 140345269/125572 Labkes Pelaksana

49 Rustini 140197313/110427 Staf

50 RETTA ROLASITA 140183801/120283 Staf

51 Robby Ramelan 140196405/110613 Staf

52 Fitriyati SKM 140280429/11695 Staf

53 Rina Lukmana SKM Staf

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 146: PR-Reza Hermawan.pdf

43

Lampiran 25. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Duren Sawit

NO NAMA NIP JABATAN

1 drg.Lukertina Siboro 140191840/118966 Dokter Gigi Madya

2 Mizawati 140117392/'072379 Perawat Penyelia

3 Dr.Rodameta Imelda HB 140365917/165176 Dokter Muda

4 Paima Napitupulu 380044162 /163794 Bidan Penyelia

5 Rosna Manurung 140288006/120634 Perawat Pelaksana Lanjt

6 Mariana Harsyamsiyah 140328947/122223 Asisten Apotk Pelaks Lanjt

7 Ade Asmarita 140248385/123307 Perawat Gigi Pelaksana

8 Erika Roslina.T 140148816/121028 Staf

Lampiran 26. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Klender I

NO NAMA NIP JABATAN

1 dr.Diny Safitri Any 140365919/ 165162 Dokter Muda

2 Yunita 140228741/122777 Perawat Pelks Lanjt

3 Naeva Mutiara S 140313595/162965 Pelaks Gizi

4 Togina Evalusi Manurung 140337026/123241 Perawat Pelaksana

5 Rini Suzanty, A Md Keb Staf (Bidan)

Lampiran 27. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Klender II

NO NAMA NIP JABATAN

1 drg.Rosemary Yunita Hutajulu 140149534 / 162672 Dokter Gigi Madya

2 drg.Nurul Ambarti 140275435/162143 Dokter Gigi Muda

3 Martha Purba 083652 Perawat Penyelia

4 Dusmauli Limbong 140250149/123324 Perawat Pelaksana Lanjt

5 Titin Murtisyah 140288001/16180 Bidan Pelaks Lanjt

6 Slamet Daryadi 140198040/111114 Staf

Lampiran 28. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Klender III

NO NAMA NIP JABATAN

1 dr.Made Santhi 140180068/158644 Dokter Madya

2 Elli Hastuti 140263713/125772 Bidan Pelaksana Lanjut

3 Retno Listiyani 140299126/165103 pelaks Apotik

4 Komariah 140333707/123300 Perawat Pelaksana

5 Kaman . S 140181547/107487 Staf

6 Merlion Oktavia Staf

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 147: PR-Reza Hermawan.pdf

44

Lampiran 29. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Malaka Jaya

NO NAMA NIP JABATAN

1 Drg.Farida.Posmawati 140154621/ 122837 Dokter Gigi Madya

2 drg Wardah 140191385 / 174731 Dokter Gigi Madya

6 dr Dina Wijayanti 470064054 / 165488 Dokter Pertama

3 Sunengsih 140127936/100244 Perawat Penyelia

5 Tuti Dalianti 140153521/123236 Perawat Penyelia

4 Nafri Welly 140135214/122839 Asisten Apoteker Penyelia

7 Nurliana 140265396/164357 Bidan Pelaks Lanjt

8 Lasmaria Dolok Saribu 140244904/130967 Bidan Pelaksana

9 Sudhiyono 140322076/122872/ Staf

Lampiran 30. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Malaka Sari

NO NAMA NIP JABATAN

1 drg.Susi Siregar 140293667/ 125322 Dokter Gigi Madya

2 Tiarli Sitinjak 140268441/123395 Bidan Pelaks Lanjt

3 dr Tiurma Yunita 470064111 / 165516 Dokter Pertama

4 Rini Suwarmi 140345211/125675 Perawat Pelaksana

5 Helvina Royanti Staf

Lampiran 31. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Pondok Bambu I

NO NAMA NIP JABATAN

1 Drg.Isma Dewi 140151583 / 122726 Dokter Gigi Madya

2 dr.Persis Sampeliling 140187723 / 122752 Dokter Madya

3 Megaria R.Purba 140337942/125226 Perawat Pelaksana

4 Luciana Aritonang 140345905/125775 Perawat Pelaksana

5 Etik Kustari 140233620/118157 Perawat Gigi Pelaks Lanjt

6 Siti Mudrikah 140305150/128495 Bidan Pelaks Lanjt

7 Roslina Manalu 140307534/123319 Bidan Pelaksana

8 Purnamawaty.P 140253478/122229 Staf

Lampiran 32. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Pondok Bambu II

NO NAMA NIP JABATAN

1 drg. Ani Widiastuti 140191526/ 122737 Dokter Gigi Madya

2 drg.Junaidah 140275951/162136 Dokter Gigi Madya

3 Modesta 140114416/71789 Perawat Penyelia

4 Neneng Tuti R 140117692/72435 Perawat Penyelia

5 Tuti Rosmawati 140186372/102337 Perawat Penyelia

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 148: PR-Reza Hermawan.pdf

45

6 HARTININGSIH 140166897/88678 Bidan Penyelia

7 SUSILAWATI 140267895/162701 Bidan Pelaks Lanjt

8 Keken Suhaeni 140286089/117711 Bidan Pelaksana Lanjutan

9 dr Astrid J Staf

Lampiran 33. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Pondok Kelapa

NO NAMA NIP JABATAN

1 Drg.Yumanti 140147152 / 122753 Dokter Gigi Madya

2 drg Rabiatul Adawiyah 140289493/120771 Dokter Gigi Madya

3 dr.Lennywati 140349627/164685 Dokter Muda

4 HERWANI 140101351 /164786 / Perawat Penyelia

5 Restu Sugiarto 470322174/120299 Perawat Gigi Pelaksana

6 Netty Tambunan 140114341/71868 Asisten Apoteker Penyelia

7 Herlina V.I.S 140219109/162730 Nutrisionis Penyelia

8 KURNIA KASIH 140197686/110713 Bidan Pelaksana Lanjutan

9 Joanda Silaloho .470050600/083236 Staf

Lampiran 34. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Pondok Kopi I

NO NAMA NIP JABATAN

1 dr Amalia 140365489 / 121278 Staf (Dokter)

2 Ellys Butar Butar 140104371/109079 Perawat Penyelia

3 Fatmawati 140143613/125612 Bidan Penyelia

4 Faikoh 140271781/122317 Bidan Pelaksana Lanjutan

5 Maryam AB 140101813/157790 Staf

6 S.Pondelu 140153526/083758 Staf

Lampiran 35. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Pondok Kopi II

NO NAMA NIP JABATAN

1 Drg.Ginta Reni 140223145 / 118329 Dokter Gigi Madya

2 drg.Faizah 140362471/165138 Dokter gigi muda

3 dr.Ovi Norfiani 470063685 / 110135 Dokter Pertama

4 Eka Sri Hartati 140114261/71812 Perawat Penyelia

5 Raziah 140251218/ 122691 Perawat Pelaksana Lanjutan

6 Emi Darmawati 140268057/120803 Bidan Pelaksana Lanjutan

7 Jenti Sormin 140336888/124885 Pelaksana Gizi

8 Ratri Rifina Rakhmawati 140333515/123158 Asisten Apoteker Pelaksana

9 Lilly.G.T Kokong 140096550/161657 Staf

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 149: PR-Reza Hermawan.pdf

46

Lampiran 36. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kecamatan Ciracas

NO NAMA NIP/NRK JABATAN

1 drg.Ronny Kurniawan 196712171993031006 Ka.Puskesmas Kec. (Dokter Gigi)

2 drg.Umi Kulsum 195910271986032001 Dokter Gigi Madya

3 drg.Nurhabibah 196308011989102001 DOKTER GIGI MADYA

4 drg. Hubertina Maria 196610211993032003 Dokter Gigi Madya

5 drg.Jarunjung Manurung 196912231993032005 Dokter Gigi

6 drg.Retno Hadiati 195303131983032002 Pembina TK I (Dokter Gigi)

7 Naomi Hana Thei, SE 195903041985012002 Penata

8 dr. Ellysabeth Mulyani 196707052007012042 Dokter Pratama

9 dr. Desyati Jasman 1969121222007012030/168376 Dokter Pratama

10 dr. Eva Srigita Tarigan 198108262010012018/178856 Dokter Umum

11 dr. Sevi Aristya 198010272006042013/164853 Dokter Muda

12 dr. Yuni Astuti 197406162006042027 Dokter Muda

13 Dra.Tisna Misnawati 196301011989112001 Apoteker Madya

14 Dra. Sri Utami, Apt 196412101992032003 Pembina (Apoteker)

15 Justina Br Sitepu 196712141994032001/118644 Asisten Apoteker Pelk.

16 Risma Pelita Sinaga 196905141996032002 Asisten Apoteker Pelaksana

17 Rika Evrinarti 197404061993022001 Penata Muda (Perawat)

18 Wagini, Amk. 196609141994032002 Pengatur Muda TK I (Perawat)

19 Indrawati, Amk. 195905091981012001 Penata Tk I (Perawat)

20 Sri Rohinten SKM 196109251987032001 Penata Tk I (Perawat)

21 Dwi Astuti 195705221981072001/72340 Perawat Penyelia

22 Ai Siti Sutilah, S.Kep, Ns. 197304121995032001 PERAWAT PELAKSANA

23 Ni Kadek Arsini 196003161982022002 Perawat Penyelia

24 Siti Khadijah Malawat 196107301984012001 Perawat Penelia

25 Haryadi, Amk. 196601241989031005 Perawat Pelaksana Lanjutan

26 Nurchairati, Amk. 196611161991032006 Perawat Pelaksana Lanjutan

27 Riani, Amk. 196906091997032002 Perawat Pelaksana Lanjutan

28 Puji Astuti, Amk. 196903131997032004 Perawat Pelaksana Lanjutan

29 Minarsih W. Amk. 197410201997032001 Perawat Pratama Pengatur

30 Fitriah Amk 197804042000122001 Pengatur Perawat Kepala

31 Putri Katnawati 197303131997032002 Perawat Pelaksana Puskesmas

32 Destri Winandari 198312022011012012/180937 Perawat Pelaksana

33 Vienceria 198102242011012004/181836 PERAWAT PELAKSANA

34 Noviana S 197511222007012019 Perawat Pelaksana

35 Baiq Murniati 195911141992032003 Perawat Lanjutan

36 Diah Mintarsih, Amk. 197612091999032002 Pengatur muda TK I Penata Perawat

37 Bunga Mahardhika 198411102011012024/181831 Perawat BPU

38 Rini Ismawati 196607011988032005 Perawat Gigi Pelaksana

39 Gonap Sirait Amk. 196710301998032003 CAPEG

40 Siti Khotijah,Amk 197504081997032002 Perawat

41 Dewi Agnes Br Ginting 196702251994102001 Perawat

42 Retno Kusmardiati 195903181981032005/125451 Penata TKI (Bidan)

43 Sri Murtiningsih,Amkeb. 195801101982022004 Panata I (Bidan)

44 Melinsa Sitanggang 195812081985032003 Penata Bidan Penyelia

45 Maria Tambunan 195708111985022001 Bidan Pelaksana Lanjutan

46 Darlianis 196808121989122002 Bidan Pelaksana Lanjutan

47 Rapmauli Manalu 196808291989112001 Bidan Pelaksana Lanjutan

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 150: PR-Reza Hermawan.pdf

47

48 Rubiawati O. Amkeb 196011021985032002 Bidan Pelaksana Lanjutan

49 Widia Sunaryati 197308111993022002 Bidan Pelaksana Lanjutan

50 Ririn Yuliana 197004161990012001 Bidan Pelaksana Lanjutan

51 Dermawan TIN 195901181990012001/120584 Pelaksana Bidan

52 Juhannengsih, Amkeb 198211042008012020/172345 Pelaksana Bidan

53 Siti Nurendah 196304181984022001/ 083194 Pelaksana Gizi

54 Lustri Hawati 196510301989032011 PelaksanaGizi

55 Eny Rochayaty Dcn 196809231995032003 Nutrisionis Pelaksana Lanjutan

56 Sumarwan 196509261985031005 Penata LAB KES Penyelia

57 Asih Kurniawati 197505051998032004 Pranata LAB KES Pelaksana

58 Sumiati, SKM 197302121996032004 Koord.Laboratorium

59 Haryati 196006121980032002 Pelaksana TU

60 Widhi Hastuti 197004151989032003 Pelaksana TU

61 Sukesti 196203151985032007/123063 Pelaksana TU

62 Tati Rismawati 195904201980022001 Staf TU

63 Sri Maryanti 196103111984032008 Staf TU

64 Marlon Sianipar 196802101993031006 Staf TU

65 Umi Nazilatul Fauziah 197401161992032001 Staf Keuangan

66 Istiati 196405101984012001 Staf Puskesmas

67 Sukmawati 196602221988032007 Staf Puskesmas

68 Indrati 195804131983032008 Staf

69 I Wayan Arjana,SKM. 197202161994021004 Staf

70 Saiful Anwar 195708171987031006 Staf

71 Nurmasita, SKM 197407061997032005 Staf

72 Era Hotmauli, SKM, M.

Epid 197310261992032001 Staf

73 Mahpudin 196303241991031004 Staf

74 Ramli 196010281985031007 Staf

75 ST Hasanah 196809281989022001 Sanitarian Pelaksana Lanjutan

76 Ely Yuliah 197006181992032005 Sanitarian Pelaksana Lanjutan

77 Sukaesih, SKM 197010291997032002 Sanitarian Pelaksana Lanjutan

78 Esnik Ernawati 197002041993032005 Pelaksana RO

79 Irma Rakhmadona, SKM 198606012010012040/177592 Penyuluh Kesmas

80 Intan Hutagalung 196309061985032000 Pekarya Kes

81 Suntoro S.Sos 195905071983111001 Pengelola Urusan Kepegawaian

82 Siti Hasanah 198004032007012022 Prajabatan

83 Dwi Juriah 197801161998022003 Pengelolaan Umum / Pelengkapan PKC

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 151: PR-Reza Hermawan.pdf

48

Lampiran 37. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Cibubur

NO NAMA NIP/NRK JABATAN

1 drg.Pestaria Napitupulu 195212261979032002 Dokter Gigi Madya

2 Grace Tiaramudi R 196305301985012002 Pelaksana Gizi Kebayoran lama

3 Yunita Nirmawati H 195806201986032002 Asisten Apoteker Pelaksana Lanjutan

4 Nurul Fadilah, AmKeb 198411012010012044/178784 Pelaksana Kebidanan

5 Henny Sulistiowaty 198809172011012009/180963 Perawat Pelaksana

6 Jenal Abidin Amk. 196705171991031007/123338 Perawat Pelaksana

7 Hotmalina Purba 196806091992032005 Pel.Perawatan

8 Suryani 197503291997032005/164751 Perawat.Gigi

9 Abdilah Gulo 197510221995032003/120190 Staf TU

Lampiran 38. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Ciracas

NO NAMA NIP/NRK JABATAN

1 dr. Heddy Meina S. 195505301989032001/122734 Dokter Madya

2 Tri Iswintari 197001301996032001/121094 ASISTEN APOTEKER PELAKSANA

LANJUTAN

3 Lidya Susilowati 196109121981032002 BIDAN PENYELIA

4 Rosmimi 197305081993022004/125800 Bidan Pelaksana

5 Sri Mulyani 197309211996032003 Pel.Perawatan

6 Triyono 196207151984031013/ TENAGA PERAWAT GIGI

7 Haryani 196405131985032008/087442 Staf

8 Mat Usin 196306151985031011/070829 STAF

9 Monalisa Br Ginting 197306071995032001/161817 Pelaksana Gizi

Lampiran 39. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Kelapa Dua Wetan

NO NAMA NIP/NRK JABATAN

1 dr. Indira Dewi 196312031995032001 Ka.PKL (Dokter Gigi)

2 drg. Dian Larasati 198303112011012015/181232 Dokter Umum Capeg

3 Lubna Syarifah 197606182000032003/130820 PENGATUR MUDA TK I (Asisten

Apoteker)

4 Yanti Hidayanti 196902171990032006/120787 Penata Muda TKI (Bidan)

5 Linda Tambunan 196508141991032007/117222 Pengatur TK I (Bidan)

6 Nipit Gusmawati 197208161991032001 Bidan Pelaksana Lanjutan

7 Rosinta Lubis 195804241995032001 Penata Muda Penata Muda TK I (Perawat)

8 N. Atikah Heliawati 196808011996032001/ 121128 Pengatur Muda TK I (Perawat)

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013

Page 152: PR-Reza Hermawan.pdf

49

Lampiran 40. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Rambutan

NO NAMA NIP/NRK JABATAN

1 dr. Anang Kuncoro Adi 197309212006041004/ CPNS (Dokter)

2 Tri Suharyanti 197107101991032006/ Bidan Pelaksana Lanjutan

3 Eva Rusmiyati 197211281995032003/123398 Perawat pelaksana lanjutan

4 Mery Gusmaryani,Amk 196908231991032008/ Perawat Pelaksana Lanjutan

5 Dahlia Syakban 195806151981032007/072039 Penata (Perawat Gigi)

6 Irma Rodearni, Amk. 198009302008012019/174691 Perawat

7 Ellys Tambun 197104051993032003/118483 Pelaksana Gizi

8 Saria Sibarani 196103231987032007/ staf

9 Saamin 196308131986091001/108836 Staf

Lampiran 41. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Susukan

NO NAMA NIP/NRK JABATAN

1 dr. Betriswati Azis 195510071991032001/122734 Dokter Madya

2 dr. Achlia Sari Usman 197610012006042009 Dokter Umum

3 dr. Winarto 198102242006041003 Dokter Umum

4 drg. Citra 196010311993122001/125327 Dokter Gigi Muda

5 drg. Margaretha

Damayanti 197805122005022001 Dokter Gigi Muda

6 Rumondang Hutahaen 197102271996032003 Pelaksana Gizi

7 Rumanti Pakpahan 197104161994032004/164772 Pelaksana Gizi

8 Dian Nurani 195909241981082001/072329 Bidan Penyelia

9 Rodemi H SKM. ccc/165523 Bidan Pelaksana Lanjutan

10 Nyai Atih 195705251981052001/'072070 Penata TKI (Perawat)

11 R.Endang TB,Amk. 196105031982071001/

078951 Perawat Penyelia

12 Ariyani Utami 198207042007012006/168647 Perawat Gigi Pelaksana

13 Hendra Gumilang, Amk 197409291997031003 Staf

14 Linda Catur Pramesti 197512171996032001/121095 Penata Muda (Staf)

15 Ade Romdlon 196002061991031001/ Penata Muda (Staf)

Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013