pr b.indo 1.docx

10
Si Dada Emas Dahulu kala ada seorang raja yang hidup berdampingan dengan permaisurinya. Kehidupan sudah lama, tetapi juga masih belum hamil. Raja merasa cemas dan sedih, karena tidak punya anak, sehingga siapa yang akan meneruskan tahta kerajaannya. Pada suatu kesempatan raja punya gagasan ingin mengumpulkan semua pengawalnya. Setelah pengawalnya berkumpul sang raja berkata,” Pada malam ini semua pengawalku pergi ke kolong rumah penduduk dan dengarkan kalau ada di antara penduduk itu ada berkata,” Seumpama saya menjadi istri raja. saya secepatnya hamil”. Mendengar perintah raja itu semua pengawalnya melaksanakan dengan giat-giat. Semuanya menyebar menuju ke kolong rumah penduduk. Tiba-tiba turunlah hujan deras, kemudian salah satu diantara sekian banyak pengawal raja itu ada yang berteduh di kolong rumah penduduk. Terdengarlah dalam rumah si gadis miskin itu berkata,” Seumpama saya menjadi istri raja, maka saya akan melahirkan tiga anak yang berdada emas, seorang anak perempuan dan duanya laki-laki. Perkataan si gadis miskin itu benar-benar didengar pengawal raja. Setelah hujan reda pengawal raja bergegas pulang menuju ke istana sambil bersenang hati, karena tercapai apa yang diperintahkan raja kepadanya. Setiba di istana pengawal itu langsung melaporkankepada sang Raja. Atas laporan dari pengawalnya, kemudian si gadis miskin disuruh datang ke istana untuk dimintai keterangan. Raja bersama permaisurinya tercengang dikala mendengar keterangan dari gadis miskin itu. Akhirnya gadis miskin itu dinikah oleh raja sebagai istri kedua, karena sang Raja benar-benar ingin mendapatkan keturunan. Tidak lama kemudian gadis miskin yang telah dikawin raja itu akhirnya hamil dan dia mengidam daging rusa. Sekalipun gadis miskin yang dinikahi, tetapi sang Raja begitu kasih sayang, sehingga apa yang diminta selalu dituruti. Bahkan untuk mencari daging rusa sang

Upload: zul-fikar

Post on 24-Nov-2015

13 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Si Dada EmasDahulu kala ada seorang raja yang hidup berdampingan dengan permaisurinya. Kehidupan sudah lama, tetapi juga masih belum hamil. Raja merasa cemas dan sedih, karena tidak punya anak, sehingga siapa yang akan meneruskan tahta kerajaannya.Pada suatu kesempatan raja punya gagasan ingin mengumpulkan semua pengawalnya. Setelah pengawalnya berkumpul sang raja berkata, Pada malam ini semua pengawalku pergi ke kolong rumah penduduk dan dengarkan kalau ada di antara penduduk itu ada berkata, Seumpama saya menjadi istri raja. saya secepatnya hamil.Mendengar perintah raja itu semua pengawalnya melaksanakan dengan giat-giat. Semuanya menyebar menuju ke kolong rumah penduduk. Tiba-tiba turunlah hujan deras, kemudian salah satu diantara sekian banyak pengawal raja itu ada yang berteduh di kolong rumah penduduk. Terdengarlah dalam rumah si gadis miskin itu berkata, Seumpama saya menjadi istri raja, maka saya akan melahirkan tiga anak yang berdada emas, seorang anak perempuan dan duanya laki-laki. Perkataan si gadis miskin itu benar-benar didengar pengawal raja.Setelah hujan reda pengawal raja bergegas pulang menuju ke istana sambil bersenang hati, karena tercapai apa yang diperintahkanraja kepadanya. Setiba di istana pengawal itu langsung melaporkankepada sang Raja.Atas laporan dari pengawalnya, kemudian si gadis miskin disuruh datang ke istana untuk dimintai keterangan. Raja bersama permaisurinya tercengang dikala mendengar keterangan dari gadis miskin itu. Akhirnya gadis miskin itu dinikah oleh raja sebagai istri kedua, karena sang Raja benar-benar ingin mendapatkan keturunan.Tidak lama kemudian gadis miskin yang telah dikawin raja itu akhirnya hamil dan dia mengidam daging rusa. Sekalipun gadis miskin yang dinikahi, tetapi sang Raja begitu kasih sayang, sehingga apa yang diminta selalu dituruti. Bahkan untuk mencari daging rusa sang Raja terjun sendiri berburu ke hutan. Melihat sayangnya yang luar biasa kepada istrinya kedua. Kini permaisurinya mulai cemburu.Pada saat raja berburu tiba-tiba istrinya yang miskin melahirkan tiga anak yang berdada emas, satu perempuan dan dua laki-laki, ternyata benar apa yang pernah dikatakan oleh gadis miskin tersebut.Pada saat melahirkan si miskin mata dan telinga ditutup, hal ini merupakan aturan dari kerajaan. Dengan rasa kesedihan si miskin tak bisa melihat, serta mendengarkan tangis dari anaknya, dan juga tidak bisa mengenalinya.Saat itu bertepatan juga dengan anjing beranak tiga ekor, satu betina dan dua jantan. Ketiga anak anjing itu dimuat di baki lalu dibawa ke istana perlu ditukarkan dengan ketiga anak miskin tersebut. Sementara ketiga anak si miskin itu dibawa ke tempat yang jauh dari istana. Ibu si miskin yang baru saja melahirkan tadi ditaruh di kolong istana tepatnya di bawah jamban dalam keadaan terikat.Kini tibalah sang Raja dari hutan sambil membawa daging rusa. Beliau dipersilahkan permaisurinya untuk melihat ketiga ekor anjing yang baru saja dilahirkan dari si miskin itu. Saat melihat ketiga anjing itu raja marah-marah, dan menganggap si miskin adalah pembohong.Lambat laun ketiga anak itu besar dan menginjak dewasa. Mereka dibesarkan oleh petani, dan selama itu mereka berada di kebun. Mereka tidak tahu, bahwa dirinya anak raja, sementara ibunya dalam keadaan diikat. Pada lain kesempatan sang Raja mengadakan pesta yang banyak sekali hiburannya. Diantara hiburannya adalah penyambungan ayam. Mendengar kabar ini, Inang pengasuh yang sangat mencintai anak-anak berdada emas itu menyuruh mereka agar ikut serta menyambung ayam.Nenek Inang Pengasuh berkata, Hai cucuku, kesanalah kamu ikut menyambung ayam? Ayam apa yang harus saya bawa, sementara tidak punya ayam, tanya sang cucu. Nenek berkata lagi, Nanti kau saya buatkan ayam agar ikut menyambung ayam.Kemudian dibuatkan seekor ayam dengan menyulap seekor kucing, lalu menjadi ayam jantan. Setelah mendapat ayam, lalu si anak-anak berdada emas cepet-cepet menuju istana.Setiba di istana, Raja berkata, Bagaimana anak-anak apakah kamu benar-benar punya minat untuk menyambung ayam? Si dada emas menjawab: kalau sudah datang kemari dan ayam sudah dibawa tentu saja sudah siap. Pertandingan dimulai ayam milik sang raja dengan ayam milik sang anak dada emas mulai tertarung. Ayam sang raja terpental oleh ayam sang anak dada emas, akhirnya dia pulang membawa sekantong emas berkat ayam yang dimilikinya tadi.Permaisuri telah dihantui dengan rasa khawatir dikala melihat anak berdada emas itu, sementara Raja merasa penasaran atas kekalahannya itu. Sang Raja berkata, Besok kita mengadakan lagi menyambung ayam, oleh karena itu datanglah anak-anak!Setiba di rumah mereka berdada emas itu menyampaikan tentang permainannya kepada nenek yang mengasuhnya. Kemudian nenek bertanya, Apakah anak-anak mau menyambung ayam lagi? Ya nek aku semua senang jika menang karena mendapatkan emas.Esok harinya si nenek membuatkan ayam siluman lagi, sambil mengatakan, bila nantinya kamu menang, maka janganlah minta emas, tetapi mintalah wanita yang sedang diikat di bawah kolongjamban, sementara dia sudah berlumut, karena sudah lama bertempat di bawah jamban tersebut, dan itulah benar-benar ibumu.Setelah si nenek tadi mengatakan hal yang mengagetkan tadi, maka mereka berdada emas berupaya sekali untuk membebaskan ibunya yang sedang diikat di bawah kolong jamban.Mereka berangkat dengan penuh semangat sampai di istana langsung diadakan sambun ayam. Dalam jangka waktu relatif singkat, ayam raja berlumuran darah, hingga mati. Melihat ayamnya kalah itu sang Raja merasa malu. Sang Raja mengajak ketiga anak itu untuk diberi hadiah.Setiba di istana mereka berdada emas mengatakan, Kemenangan kali ini kami tidak mengharapkan uang emas, tetapi minta dibebaskannya wanita yang diikat di kolong bawah jamban itu.Raja berkata, Kalian punya maksud apa dengan orang semacam itu? Dia benar-benar pembohong! Si Dada emas berkata, Wanita itu adalah ibu kami. Raja bertambah heran dan tercengang mendengar ucapan anak tersebut.Tidak lama kemudian muncullah Inang dan burung nuri sahabat anak-anak berdada emas itu. Kini burung nuri dan yang hadir saat itu sedang bercerita tentang beberapa tahun yang lalu tentang si miskin melahirkan di istana ketepatan sang Raja berburu ke hutan.Burung Nuri terus bercerita tentang si miskin lahir, tetapi permaisuri mengatakan kepadanya, hai burung nuri, berhentilah kamu cerita! Permaisuri merasa takut kejahatannya terbongkar. Akan tetapi sang Raja minta kepada burung nuri agar meneruskan ceritanya, karena tertarik sekali.Setelah burung nuri bercerita panjang lebar, maka tiba-tiba sang Raja menangis, karena selama ini tertipu permaisurinya, karena selama ini membiarkan selirnya terlantar di bawah jamban. Setelah itu ibu terlantar langsung dibebaskan serta dimandikan dengan bersih. Dia segera menemui anak-anaknya dan saling berpelukan, karena selama ini tidak pernah menjumpai dan baru kali ini merekasama-sama tahu. Begitu juga sang Raja yang selama ini bersalah, dia juga ikut memeluk selirnya dan anak-anaknya.Ternyata yang bohong adalah permaisuriku, untuk itu dia segera memerintah kepada pengawalnya untuk menangkapnya lalu diikat dan ditaruh dibawah jamban, sebagai ganti selirku. Biar dia merasakan akibat perlakuan jahat itu.Cerita ini bisa diambil kesimpulan secara singkat, bahwa orang salah, jahat perlakuannya suatu saat pasti ketahuan serta mendapatkan hukuman sesuai dengan kejahatannya. Sedangkan kebaikan seseorang suatu saat akan mendapatkan kebahagiaan.La UpeLa Upe adalah seorang anak laki-laki yatim dan miskin yang tinggal di sebuah kampung di daerah Selawesi Selatan. Katala upeberasal daribahasaBugis yang terdiri dari suku kata, yaitu:laberarti dia laki-laki, danupeberarti beruntung. Jadi, katala upeberarti laki-laki yang beruntung. Berkat kesabarannya dalam menghadapi segala cobaan dan siksaan, ia mendapat pertolongan dari Tuhan. Siksaan apa yang dialami La Upe, dan pertolongan apa yang diberikan kepadanya? Kisahnya dapat Anda ikuti dalam ceritaLa Upeberikut ini.Alkisah,di sebuah kampung di daerahSulawesi Selatan, Indonesia, ada seorang anak yatim bernama La Upe. Ia tinggal bersama ayahnya di sebuah rumah kecil di pinggir kampung. Ibunya meninggal dunia sejak ia masih kecil. Ketika ia berumur sepuluh tahun ayahnya menikah lagi seorang janda dari kampung lain yang bernama I Ruga. Sang Ayah berharap agar La Upe mempunyai ibu yang dapat merawat dan menyayanginya. Namun, harapannya berbeda dari kenyataan. Setiap hari I Ruga menyiksa dan memukul La Upe ketika ia pergi ke sawah.Sejak bersama ibu tirinya, hidup La Upe sangat menderita. Ia tidak pernah lepas dari siksaan dan perintah yang berat dari ibu tirinya. Setiap hari, ia disuruh pergi ke sungai untuk memancing ikan. Jika pulang tanpa membawa hasil, ia disiksa dan dipukul dengan tongkat. Begitulah yang dialami La Upe setiap hari tanpa sepengetahuan ayahnya.Pada suatu hari, La Upe disuruh oleh ibu tirinya ke sungai untuk memancing ikan. Setelah mempersiapkan pancing dan umpan yang banyak, berangkatlah ia ke sungai dengan harapan bisa mendapatkan hasil yang banyak agar terhindar dari siksaan ibu tirinya. Sesampainya di tepi sungai, ia memasang kailnya, lalu duduk di tepi sungai sambil bersiul-siul. Sudah hampir setengah hari ia memancing, namun tak seekor ikan pun yang menyentuh umpannya. Hatinya pun mulai cemas.Aduh, aku pasti mendapat pukulan lagi kalau tidak mendapat ikan hari ini, keluh La Upe.Berkali-kali La Upe memindahkan pancingnya ke tempat yang lebih dalam agar umpannya di makan ikan, namun tak seekor ikan pun yang menyentuhnya. Karena hari sudah siang dan perutnya pun sudah terasa sangat lapar, akhirnya ia memutuskan untuk berhenti memancing. Ia sudah pasrah untuk mendapatkan hukuman dari ibu tirinya. Ketika akan mengangkat kailnya, tiba-tiba seekor ikan besar menyambar umpannya. Dengan hati-hati, ia menarik kailnya perlahan-lahan ke tepi sungai. Setelah kailnya terangkat, tampaklah seekor ikan besar yang terkait di ujung kailnya. Hati La Upe yang semula cemas tiba-tiba menjadi senang, karena ia akan terbebas dari hukuman. Betapa terkejutnya ia ketika akan memasukkan ikan itu ke dalam wadahnya, ikan itu tiba-tiba berbicara layaknya manusia.Ampun, Tuan! Tolong jangan bunuh saya! Saya ini adalah raja ikan. Jika Tuan sudi melepaskan saya, apa pun permintaan Tuan akan saya kabulkan. Dengan menyebut ilmunya raja ikan, maka permintaan Tuan akan terkabulkan, kata ikan itu.Karena merasa iba, La Upe melepaskan kembali ikan itu ke sungai. Akhirnya, ia pun pulang tanpa membawa hasil. Sesampainya di rumah, ia melihat ibu tirinya sedang menunggunya.Hei, La Upe! Mana ikannya? tanya ibu tirinya.Maaf, Bu! Tadi saya mendapatkan seekor ikan besar, tapi saya melepasnya kembali ke sungai, jawab La Upe.Mendengar jawaban itu, I Ruga menjadi murka. Ia segera mengambil tongkatnya yang sering digunakan untuk memukul La Upe. Ketika ibu tirinya hendak memukulnya, La Upe tiba-tiba teringat pada pesan ikan besar yang ditolongnya tadi. Ia pun segera membaca mantra sakti yang diberikan kepadanya.Tolong lekatkan ibuku di pintu, berkat ilmunya raja ikan!Pada saat itu pula, I Ruga pun melekat pada pintu. Ia meronta-ronta untuk melepaskan diri, namun usahanya sia-sia. Tubuhnya lengket bagaikan terkena perekat. Beberapa kali ia berteriak meminta tolong agar La Upe melepaskan tubuhnya dari pintu itu, namun La Upe menolaknya. La Upe justru pergi meninggalkannya dan membiarkannya terus melekat pada pintu itu.Tak berapa kemudian, ayah La Upe pulang dari sawah. Betapa terkejutnya ia ketika akan membuka pintu rumahnya. Pintu itu sangat berat seakan-akan ada orang yang mendorongnya dari dalam.Bu, apakah kamu yang mendorong pintu ini? tanya ayah La Upe.Tidak! Aku tidak mendorongnya. Tubuhku terlekat di balik pintu ini dan tidak bisa bergerak, jawab I Ruga.Ayah La Upe pun mendorong pintu itu dengan sekuat tenaga. Saat pintu itu terbuka, tampaklah istrinya sedang melekat pada pintu sambil memegang sebuah tongkat.Siapa yang melakukan ini, Bu? tanya ayah La Upe.I Ruga pun menceritakan semua peristiwa yang menyebabkannya terlekat di pintu itu. Mendengar cerita istrinya itu, ayah La Upe hanya tersenyum dan berkata:Itulah akibatnya kalau selalu menyiksa dan memukul anak yang tidak bersalah.Setelah berkata begitu, sang Ayah segera mencari La Upe. Tak berapa lama, ia pun menemukannya sedang bermain bersama teman-temannya. Ia kemudian meminta kepada La Upe agar kembali ke rumah dan memaafkan ibu tirinya. La Upe pun menuruti permintaan ayahnya. Ia memang sangat patuh dan hormat kepada ayahnya. Sesampainya di rumah, ia pun segera melepaskan ibu itrinya dengan membaca mantra saktinya.Tolong lepaskan ibu tiriku, berkat ilmunya raja ikan!Seketika itu pula, I Ruga pun terlepas dari pintu dan segera meminta maaf kepada suaminya dan La Upe. Sejak saat itu, I Ruga tidak pernah lagi menyiksa dan memukul La Upe karena takut mendapatkan kutukan. Akhirnya, mereka pun hidup rukun dan bahagia.Beberapa tahun kemudian, La Upe pun tumbuh menjadi seorang pemuda yang gagah dan tampan. Sejak itu, ia sering berjalan-jalan ke kota kerajaan untuk melihat suasana keramaian kota. Suatu hari, ketika ia sedang lewat di depan istana kerajaan, tiba-tiba langkahnya terhenti. Ia melihat putri raja yang cantik nan rupawan sedang bersantai di jendela.Aduhai, cantik sekali putri raja itu! ucap La Upe dengan kagum.Andai saja aku bisa menikah dengannya, betapa bahagia rasanya hati ini, ucapnya lagi sambil terus menatap wajah cantik sang Putri.Merasa ada yang memerhatikannya, Putri Raja pun menoleh ke arah La Upe. Sang Putri pun tersentak ketika melihat ketampanan pemuda itu. Jantungnya tiba-tiba berdetak kencang. Rupanya, ia jatuh hati kepada La Upe. Pada suatu hari, secara diam-diam mereka mengadakan pertemuan di suatu tempat tanpa sepengetahuan sang Raja dan permaisuri. Dalam pertemuan itu, mereka saling mengungkap perasaan masing-masing. Akhirnya, mereka pun bersepakat untuk menikah.Suatu hari, La Upe bersama kedua orang tuanya datang melamar sang Putri. Namun, lamaran mereka ditolak oleh raja dan permaisuri, karena menganggap La Upe tidak sederajat dengan sang Putri. Sang Putri adalah seorang keturunan raja, sedangkan La Upe hanya masyarakat biasa dan miskin. Mendengar penolakan itu, La Upe pun kembali ke rumahnya dengan perasaan sedih.Setibanya di rumah, La Upe pun mencari cara agar dapat menikahi sang Putri. Setelah berpikir keras, ia pun menemukan sebuah cara. Ia akan menarik simpatik sang Raja dan permaisurinya dengan melekatkan sang Putri pada pintu. Dengan begitu, tentu tidak ada orang yang bisa menolong sang Putri kecuali dia. Namun, sebelum melaksanakan niat itu, terlebih dahulu ia meminta restu kepada sang Putri dan memberitahunya bahwa apa yang akan dilakukan itu hanyalah sebuah siasat agar bisa menikahinya. Sang Putri mengerti dan bersedia untuk melaksanakan siasat tersebut, karena ia mencintai La Upe.Pada suatu malam, La Upe menyusup masuk ke dalam kamar sang Putri. Dengan mantra saktinya, ia melekatkan sang Putri pada pintu kamar. Setelah itu, ia meninggalkan sang Putri dalam keadaan terlekat di pintu. Beberapa saat kemudian, seluruh penghuni istana menjadi gempar, termasuk raja dan permaisuri. Mereka mendapati sang Putri sedang melekat di pintu kamarnya. Sang Raja pun segera mengerahkan seluruh tabib istana untuk menolong sang Putri, namun hingga pagi menjelang tak seorang pun yang berhasil. Akhirnya, sang Raja memutuskan untuk mengadakan sayembara. Ia pun mengumpulkan seluruh rakyat di halaman istana.Wahai, seluruh rakyatku! Barangsiapa yang sanggup melepaskan putriku dari pintu, akan kunikahkan dengan putriku. Aku tidak peduli apakah ia orang biasa ataupun orang miskin. Selain itu, dia juga akan kuangkat menjadi raja untuk menggantikan aku kelak.Setelah itu, sayembara pun dimulai. Satu persatu peserta sayembara mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk melepaskan sang Putri dari pintu, namun tak seorang pun yang berhasil. Kini tinggal satu peserta yang belum maju, dia adalah La Upe. Dengan tenangnya, ia berjalan masuk ke dalam istana dan menghampiri sang Putri yang sedang melekat di pintu, lalu membaca mantra saktinya.Tolong lepaskan sang Putri dari pintu, berkat ilmunya raja ikan!Sungguh ajaib. Sang Putri pun terlepas dari lekatan pintu sambil tersenyum bahagia. Seluruh hadirin terperangah menyaksikan peristiwa itu. Sang Raja dan permisuri sangat kagum melihat kehebatan La Upe.Baiklah, La Upe! Sesuai dengan janjiku, aku akan menikahmu dengan putriku dalam waktu dekat. Aku dan seluruh keluarga istana minta maaf karena sebelumnya telah menolak lamaranmu, kata sang Raja.Sepekan kemudian, pestapernikahanLa Upe dan sang Putri pun dilangsungkan sangat meriah. Berbagai macam pertunjukan seni musik dan tari dipertontonkan. Seluruh rakyat negeri pun turut meramaikan pesta tersebut. Mereka sangat berbahagia melihat pasangan pengantin yang sedang duduk bersanding di pelaminan. Kedua mempelai benar-benar pasangan yang serasi. La Upe seorang pemuda yang gagah dan tampan, sedang sang Putri seorang gadis yang cantik nan rupawan.La Upe dan sang Putri pun hidup berbahagia. La Upe mengajak kedua orang tuanya untuk tinggal di istana. Tidak berapa lama kemudian, La Upe pun diangkat menjadi raja untuk menggantikan sang Raja. Maka semakin lengkaplah kebahagiaan La Upe dan istrinya.Demikianlah ceritaLa Upedari daerah Sulawesi Selatan, Indonesia. Cerita di atas termasuk kategori dongeng, yakni hanya cerita rekaan belaka. Pesan moral yang dapat diambil dari cerita atas adalah bahwa menganiaya dan menyiksa orang lain tanpa alasan yang benar akan membawa malapetaka pada diri sendiri. Hal ini tergambar pada perilaku I Ruga yang selalu memukul dan menganiaya anak tirinya, La Upe, jika tidak membawa ikan untuknya. Akibatnya, ia pun terlekat di pintu rumahnya. Dari sini dapat dipetik sebuah pelajaran bahwa orang-orang yang teraniaya senantiasa mendapat pertolongan dari Tuhan Yang Mahakuasa, baik secara langsung mau pun tidak langsung. Dalam cerita di atas, La Upe digambarkan sebagai orang yang teraniaya mendapat pertolongan dari Tuhan secara tidak langsung, tetapi melalui seekor ikan besar.(Samsuni/sas/147/06-09)La Dana danKerbaunyaolehA.M. Raihan R.(X-Akselerasi)La Dana adalah seorang anak petani dari Toraja. Ia sangat terkenal akan kecerdikannya. Kadangkala kecerdikan itu ia gunakan untuk memperdaya orang. Sehingga kecerdikan itu menjadi kelicikan.Pada suatu hari ia bersama temannya diundang untuk menghadiri pesta kematian. Sudah menjadi kebiasaan di tanah toraja bahwa setiap tamu akan mendapat daging kerbau. La Dana diberi bagian kaki belakang dari kerbau. Sedangkan kawannya menerima hampir seluruh bagian kerbau itu kecuali bagian kaki belakang. Lalu La Dana mengusulkan pada temannya untuk menggabungkan daging-daging bagian itu dan menukarkannya dengan seekor kerbau hidup. Alasannya adalah mereka dapat memelihara hewan itu sampai gemuk sebelum disembelih. Mereka beruntung karena usulan tersebut diterima oleh tuan rumah.Seminggu setelah itu La Dana mulai tidak sabar menunggu agar kerbaunya gemuk. Pada suatu hari ia mendatangi rumah temannya, dimana kerbau itu berada, dan berkata Mari kita potong hewan ini, saya sudah ingin makan dagingnya. Temannya menjawab, Tunggulah sampai hewan itu agak gemuk. Lalu La Dana mengusulkan, Sebaiknya kita potong saja bagian saya, dan kamu bisa memelihara hewan itu selanjutnya. Kawannya berpikir, kalau kaki belakang kerbau itu dipotong maka ia akan mati. Lalu kawannya membujuk La Dana agar ia mengurungkan niatnya. Ia menjanjikan La Dana untuk memberinya kaki depan dari kerbau itu.Seminggu setelah itu La Dana datang lagi dan kembali meminta agar bagiannya dipotong. Sekali lagi kawannya membujuk. Ia dijanjikan bagian badan kerbau itu asal La Dana mau menunda maksudnya. Baru beberapa hari berselang La Dana sudah kembali kerumah temannya. Ia kembali meminta agar hewan itu dipotong.Kali ini kawannya sudah tidak sabar, dengan marah ia pun berkata, Kenapa kamu tidak ambil saja kerbau ini sekalian! Dan jangan datang lagi untuk mengganggu saya. La dana pun pulang dengan gembiranya sambil membawa seekor kerbau gemuk.