ppt filsafat kmn

22
Bab 6 Perspektif Post Positivisme : Kritik Terhadap Positivisme Acep 210110110538 Masitah Ristyningtyas N 210110110 576 Suci Rachmawati P 210110110577 Dewi Nurcahyaningsih 210110110580

Upload: radenparamitha

Post on 21-Jul-2015

168 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Bab 6Perspektif Post Positivisme :Kritik Terhadap PositivismeAcep Masitah Ristyningtyas N Suci Rachmawati P Dewi Nurcahyaningsih 210110110538 210110110 576 210110110577 210110110580

Dewi Nurcahyaningsih 210110110580

Penyamarataan ilmu-ilmu manusia dengan ilmu alam mendapat tantangan keras dari filsuf-filsuf. Manusia bukan benda mati yang gampang diukur, fisik manusia akan terus berubah. Ilmu sosial yang mencoba memahami perilaku manusia akan mengalami kesulitan

A. POST - POSITIVISME

Tahun 1970/1980 muncul gugatan- gugatan mengenai kebenaran positivisme, pemikirannya dinamai Post-Positivisme. Tokoh-tokoh Post-Positivisme: Karl R. Popper, Thomas Kuhn, dan para filsuf Frankfurt School. Empat asumsi dasar Post-Positivisme: pertama fakta tidak bebas melainkan bermuatan teori, falibilitas teori, fakta tidak bebas melainkan penuh dengan nilai, dan interaksi antara subjek dan objek penelitian.

B. POST- POSITIVISME dalam Penelitian Sosial dan Komunikasi

Beberapa peneliti sosial berargumen bahwa kekurangan dari positivisme membutuhkan dasar filsafat ilmu yg berbeda. Salah satunya adalah menolak dan mengganti prinsip-prinsip positivisme (ontologi realisme, epistemologi objektif, dan aksiologi bebas-nilai). Beberapa sarjana menganggap bahwa positivisme sebenarnya tdk perlu ditolak secara total.

1. Ontologi Post-Positivisme

Post Positivisme bersifat critical realism yaitu memandang bahwa realitas memang ada dalam kenyataan sesuai dgn hukum alam, tetapi suatu hal yg mustahil bila manusia melihat realitas itu secara benar.

Terdapat tiga bentuk ontologi yg berkembang meliputi realisme, nominalisme, dan konstruksionisme sosial.Ontologi positivisme meyakini realitas sosial sebagai fenomena yang tetap, abadi, dan tidak berubah. Ontologis post-positivis lebih menekankan pada kepercayaan ttg keteraturan dan pola dalam interaksi manusia dengan yang lainnya.

2. Epistemologi dan Aksiologi

Secara epistemologis, kata Denzim dan Guba (2001), hubungan antara peneliti dengan objek yg diteliti tidak bisa dipisahkan. Aliran Post-Positivis meyakini bahwa subjek tdk mungkin dapat mencapai kebenaran apabila pengamat berdiri dibelakang layar tanpa ikut terlibat dengan objek secara langsung.

Post Positivisme percaya kemajuan bisa diperoleh bila para peneliti menjalankan kehati-hatian dlm pengajuan teori dan proses penelitian.

SUCI RACHMAWATI PUTRI HUMAS A 210110110577

Metode naif : Cara-cara kita meneliti suatu masalah yang hanya berdasarkan kebiasaan atau tanpa metode yang jelas.

Metode ilmiah : Metode yang mensyaratkan adanya penggunaan konsep abstrak tertentu dalam mengamati kenyataan.

Metode ilmiah dibutuhkan sebagai alat untuk mengeliminasi pengaruh prasangka dalam observasi Post-positivisme menggunakan bentuk kausal. Undang-undang kausal John Stuart Mills: Variabel x dikatakan variabel y, jika: a) x datang sebelum y b) Ada korelasi antara x dan y c) Penyebab lain dari y dapat dihilangkan

KARL R. POPPER (1902 1994)

Verifikasi:

Metode pencocokan penelitian, pembuktian teori lewat cocoknya fakta-fakta.

Falsifikasi : Pengguguran suatu teori lewat fakta.

P1 TT EE P2P1 : Problem pertama TT : Teori Tentatif EE : Error Elimination P2 : Problem kedua

Kesimpulan:1) Teori dijelaskan dengan hubungannya dengan masalah. 2) Fungsi Teori Tentatif menyingkirkan kontradiksi antara teori dan kenyataan yang diamati.

Thomas Kuhn- Seorang filsuf - The structure of scientific revolution (1962) - Popper dianggap pendukung positivisme terselubung - Ilmu itu tidaklah tunggal, tapi plural.

MASITAH RISTININGTYAS NASUTION 210110110576 HUMAS - A

Paradigma adalah konseptual untuk mengklasifikasi dan menerangkan objek-objek fisik alam dengan menspesifikasidengan metode yang tepat, teknik-teknik, dan instrumen penelitian seta tujuan-tujuan kognitif yang absah. (Gahral, 2003:86)

Paradigma menjadi kerangka konseptual dalam melakukan persepsi, sehingga tidak ada observasi yang netral seperti anggapan positivisme.

1. 2.

Paradigma memiliki dua sisi : Ilmiah empiris yang dapat dites Sisi metafisis (keyakinan tentang dunia dan manusia)Seseorang menganut sebuah paradigma tertentu dikarenakan tertarik pada sisi metafisis yang tidak dapat dites melalui empiris.

Thomas KuhnIdea of progress tidaklah benar. Suatu model tidak memilki bukti dalam sejarah ilmu pengetahuan.

Pemikiran Kuhn secara terstruktur

P1 SN A K P2P1 : Paradigma 1 SN : Ilmu Pengetahuan Normal A : Anomali K : Krisis P2 : Paradigma 2

Dari model dapat dikemukakan bahwa:a.b.

c.d.

e. f.

Paradigma sebagai patokan dalam melakukan riset. Kemajuan ilmu pengetahuan berawal dari perjuangan kompetitif berbagai teori. Teori yang memperoleh legitimasi sosial akan tampil menjadi paradigma. Ketika teori tidak dapat menyelesaikan masalah,tidak langsung difalsifikasi melainkan dianggap memiliki anomali. Krisis mendorong lahirnya paradigma baru. Tidak bisa membandingkan satu paradigma dengan paradigma lain.

Tabel Perbedaan antara Karl Popper dan Thomas KuhnKarl R. PopperIlmu pengetahuan bukan semata-mata produk kesepakatan sosial. Ilmu pengetahuan berkembang secara evolusioner. Perkembangan ilmu pengetahuan melalui subjek peneliti. Rumus: P1-TT-EE-P2 Berlangsung sinambung. Antarteori dapat diperbandingkan,walaupun asumsinya berbeda.

Thomas KuhnIlmu pengetahuan adalah hasil kesepakatan. Ilmu pengetahuan berkembang secara revolusioner. Perkembangannya melalui subjek peneliti dalam suatu komunitas ilmu pengetahuan. Rumus: P1-SN-A-K-P2 Berlangsung dalam ketidaksinambungan. Antarteori tidak dapat diperbandingkan bila asumsinya berbeda.

Catatan Akhir Perspektif Post-Positivisme:

Post-Positivisme membawa pengaruh besar pada ilmu sosial, termasuk ilmu komunikasi. Post-Positivisme memberi model penelitian yang khas. Manusia bukan benda yang ketika diteliti hanya menyajikan efek yang sama. Manusia hidup dan dapat mengonstruksi tanggapan tertentu ketika diteliti. Post-Positivisme tidak terlepas dari kelemahan.

Terima Kasih