ppep bab 11-bab 12.docx

29
Tugas Mata Kuliah Perencanaan, Pengelolaan, dan Evaluasi Pembelajaran ( PPEP ) BAB 11 dan BAB 12 ”Tes Tertulis untuk Prestasi Belajar dan Tabel Spesifikasi” Disusun oleh : Kelompok 6 Fitri Nurinayati 3415101466 Wahyu Fitria Ningrum 3415102425 Hapsari Kusumaningtyas 3415097722

Upload: rere-reza-rindani

Post on 05-Dec-2014

148 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PPEP bab 11-bab 12.docx

Tugas Mata Kuliah Perencanaan, Pengelolaan, dan Evaluasi Pembelajaran ( PPEP )

BAB 11 dan BAB 12 ”Tes Tertulis untuk Prestasi Belajar dan Tabel Spesifikasi”

 

Disusun oleh : Kelompok 6

Fitri Nurinayati 3415101466 Wahyu Fitria Ningrum 3415102425 Hapsari Kusumaningtyas 3415097722

Program Studi Pendidikan Biologi Reguler 2010Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Jakarta 2012

Page 2: PPEP bab 11-bab 12.docx

BAB 11 TES TERTULIS UNTUK PRESTASI BELAJAR

1. Bentuk-Bentuk TesDi sekolah seringkali digunakan tes buatan guru (bukan standardized test). Ini disebut tes buatan guru (teacher made test). Tes yang dibuat oleh guru ini terutama menilai kemajuan siswa dalam hal pencapaian hal yang dipelajari.Bentuk tes dibedakan menjadi 2, yaitu:a. Tes subjektif,pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis

tes kemampuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaaannya didahului dengan kata-kaata seperti uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya. Soal bentuk esai biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah soal dalam waktu kira-kira 90 s.d 120 menit. Soal-soal bentuk esai ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes esai menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi. 1) Kebaikan-kebaikannya:

a) Mudah disiapkan dan disusunb) Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untunganc) Mendorong siswa untuk mengemukakan pendapat serta menyusun dalam

bentuk kalimat yang bagusd) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan

gaya bahasa dan caranya sendirie) Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami seseuatu masalah yang

diteskan.

2) Keburukan-keburukannya:a) Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana

dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasaib) Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang

akan dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas).c) Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektifd) Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih

banyak dari penilaie) Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain

3) Petunjuk penyusunana) Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang

diteskan, dan kalau mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif.b) Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari

buku atau catatanc) Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban

serta pedoman penilaiannya

Page 3: PPEP bab 11-bab 12.docx

d) Hendaknya diusahakan agar pertanyaannya bervariasi antara “jelaskan”, “mengapa”, “bagaimana”, “seberapa jauh”, agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan

e) Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh tercoba

f) Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes. Untuk ini pertanyaan tidak boleh terlalu umum, tetapi harus spesifik.Contoh: Coba jelaskan tentang peringatan HUT kemerdekaan RI!Pertanyaan ini kurang spesifik, sebaiknya ditambah penjelasan sehingga menjadi:Coba jelaskan tentang peringatan HUT Kemerdekaan RI yang diadakan di Kantor Kabupaten tanggal 17 Agustus 1998 yang lalu, ceritakan mengenai:a. Pengaturan tempatb. Pejabat dan undangan yang hadirc. Acara peringatand. Atraksi yang disuguhkane. Hidangan yang diberikan

b. Tes ObjektifTes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tes bentuk esai. Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak dari pada tes esai. Kadang-kadang untuk tes yang berlangsung selama 60 menit dapat diberikan 30-40 buah soal. 1) Kebaikan-kebaikannya:

a) Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, misalnya lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangannya unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun segi guru yang memeriksa

b) Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi

c) Pemeriksaannya dapat diserahkan orang laind) Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi

2) Kelemahan-kelemahannya:a) Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada tes esai karena soalnya

banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lainb) Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan

kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.c) Banyak kesempatan untuk main untung-untungand) “Kerja sama” antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka

3) Cara mengatasi kelemahan:

Page 4: PPEP bab 11-bab 12.docx

a) Kesulitan menyusun tes objektif dapat diatasi dengan jalan banyak berlatih terus-menerus hingga betul-betul mahir.

b) Menggunakan tabel spesifikasi untuk mengatasi kelemahan nomor satu dan dua

c) Menggunakan norma (standar) penilaian yang memperhitungkan faktor tebakan (guessing) yang bersifat spekulatif itu.

2. Macam-Macam Tes Objektifa. Tes benar-salah (true-false)

Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement). Statement tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai masing-masing pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu betul menurut pendapatnya dan melingkari huruf S juka pernyataannya salah.Contoh:- B-S. Tes bentuk objektif banyak memberi peluang testee untuk bermain spekulasi.

Bentuk benar-salah ada 2 macam (dilihat dari segi mengerjakan/menjawab soal), yakni:

- Dengan pembetulan (with correction/yaitu siswa diminta membetulkan bila ia memilih jawaban yang salah.

- Tanpa pembetulan (without correction/yaitu siswa hanya diminta melingkari huruf B atau S tanpa memberikan jawaban yang betul.

1) Kebaikan-kebaikan tes benar-salah:a) Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak banyak memakan tempat karena

biasanya pertanyaan-pertanyaannya singkat saja.b) Mudah menyusunnyac) Dapat digunakan berkali-kalid) Dapat dilihat secara cepat dan objektife) Petunjuk cara mengerjakannya mudah dimengerti

2) Keburukan tes benar-salah:a) Sering membingungkanb) Mudah ditebak/didugac) Banyak masalah yang tidak dapat ditanyakan hanya dengan dua kemungkinan

benar atau salahd) Hanya dapat mengungkap daya ingatan dan pengenalan kembali

3) Petunjuk Penyusunan:a) Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk

mempermudah mengerjakan dan menilai (scoring).b) Usahakan agar jumlah butir soal harus dijawab B sama dengan butir soal yang

harus dijawab S. Dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak bersifat teratur, misalnya: B-S-B-S-B-S atau SS-BB-SS-BB-SS.

Page 5: PPEP bab 11-bab 12.docx

c) Hindari item yang masih bisa diperdebatkan:Contoh: B-S. Kekayaan lebih penting daripada kepandaian

d) Hindarilah pertanyaan-pertanyaan yang persis dengan bukue) Hindarilah kata-kata yang menunjukkan kecendrungan memberi saran seperti

yang dikehendaki oleh item yang bersangkutan, misalnya: semuanya, tidak selalu, tidak pernah, dan sebagainya.

4) Cara mengolah skor:Rumus untuk mencari skor akhir bentuk benar-salah ada 2 macam:a) Dengan denda

S = R - W

Dengan pengertian:S = Skor yang diperolehR = Right (jawaban yang benar)W = Wrong (jawaban yang salah)Contoh: Jumlah soal tes = 20 buah.A menjawab betul 16 buah dan salah 4 buah. Maka skor untuk A adalah:16-4 = 12Dengan menggunakan rumus seperti ini maka ada kemungkinan seorang siswa memperoleh skor negatif.

b) Tanpa dendaRumus:

S = R

Yang dihitung ada yang betul (Untuk soal yang tidak dikerjakan dinilai 0).

b. Tes pilihan ganda (multiple choice)Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Atau Multiple choice test terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (options). Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor).1) Penggunaan tes pilihan ganda

Tes bentuk pilihan ganda (PG) ini merupakan bentuk tes objektif yang paling banyak digunakan karena banyak sekali materi yang dicakup.Bentuk-bentuk soal yang digunakan di dalam Ebtanas maupun UMPTN ada empat variasi:a) Pilihan ganda biasa.b) Hubungan antarhal (pernyataan –SEBAB- pernyataan).c) Kasus (dapat muncul dalam berbagai bentuk).d) Diagram, gambar, tabel, dsb.

Page 6: PPEP bab 11-bab 12.docx

e) Asosiasi.f) Contoh soal bentuk asosiasi.

Petunjuk pilihan.(A)Jika (1), (2), dan (3) betul(B) Jika (1) dan (3) betul(C) Jika (2) dan (4) betul(D)Jika hanya (4) yang betul(E) Jika semuanya betul

Soal:

Ditinjau dari tata bentuk kata, maka gabungan kata yang betul diantara empat gabungan kata berikut adalah:

(1) Perserikatan bangsa-bangsa.(2) Para alumnus.(3) Suatu pemikiran-pemikiran.(4) Dewan gereja.

2) Petunjuk penyusunanPada dasarnya, soal bentuk pilihan ganda ini adalah soal bentuk benar-salahnya juga, tetapi dalam bentuk jamak. Tercoba (testee) diminta membenarkan atau menyalahkan setiap stem dengan tiap pilihan jawab. Kemungkinan jawaban itu biasanya sebanyak tiga atau empat buah, tetapi ada kalanya dapat juga lebih banyak (untuk tes yang akan diolah dengan komputer banyaknya option diusahakan empat buah).Contoh: Kambing dapat digolongkan sebagai:a. Kata sifatb. Kata bilanganc. Kata bendad. Kata kerja

Cara menulis soal diatas adalah lebih baik daripada jika pilihan jawaban disusun ke samping.

Misalnya:

1. She (go, going, went, has gone) to school yesterday.2. I have (to be, was, been) working since early in the morning.

Hal demikian akan mempersukar dan menghambat jalannya pemeriksaan. Cara mengatasinya ialah dengan menyediakan tempat tersendiri untuk menuliskan jawaban-jawaban itu.

Cara memilih jawaban dapat dilakukan dengan jalan:

Page 7: PPEP bab 11-bab 12.docx

a) Mencoret kemungkinan jawaban yang tidak benar.b) Memberi garis bawah pada jawaban yang benar (dianggap benar).c) Melingkari atau memberi tanda kurung pada huruf di depan jawaban yang

dianggap benar. Yang sering kita temui adalah melingkari huruf di depan jawaban yang dianggap benar.

d) Membubuhkan tanda kali (x) atau tambah (+) di dalam kotak atau tanda kurung di depan jawaban yang telah disediakan.

3) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tes pilihan ganda:a) Instruksi pengerjaannya harus jelas, dan bila dipandang perlu baik disertai

contoh mengerjakannya.b) Dalam multiple choice test hanya ada “satu” jawaban yang benar. Jadi tidak

mengenal tingkatan-tingkatan benar, misalnya benar nomor satu, benar nomor dua, dan sebagainya.

c) Kalimat pokoknya hendaknya mencakup dan sesuai dengan rangkaian mana pun yang dapat dipilih.

d) Kalimat pada tiap butir soal hendaknya sesingkat mungkine) Usahakan menghindarkan penggunaan bentuk negatif dalam kalimat

pokoknyaf) Kalimat pokok dalam setiap butir soal, hendaknya tidak tergandung pada

butir-butir soal lain.g) Gunakan kata-kata “manakah jawaban paling baik”, “pilihlah satu yang pasti

lebih baik dari yang lain”, bilamana terdapat lebih dari satu jawaban yang benar.

h) Jangan membuang bagian pertama dari suatu kalimat.Contoh: .......... kita sudah merdeka ........ kita bekerja sama......... kita masing-masing.a. Andaikata......... makab. Meskipun .........bolehc. Negara.............. makad. Walaupun..........tidak seharusnyae. Tahun 1945 .......dan

i) Dilihat dari segi bahasanya, butir-butir soal jangan terlalu sukar.j) Tiap butir soal hendaknya hanya mengandung satu ide. Meskipun ide tersebut

dapat kompleks.k) Bila dapat disusun urutan logis antar pilihan-pilihan, urutkanlah (misalnya:

urutan tahun, urutan alphabet, dan sebagainya).l) Susunlah agar jawaban mana pun mempunyai kesesuaian tata bahasa dengan

kalimat pokoknya.m) Alternatif yang disajikan hendaknya agak seragam dalam panjangnya, sifat

uraiannya maupun taraf teknis.n) Alternatif-alternatif yang disajikan hendaknya agak bersifat homogen

mengenai isinya dan bentuknya.o) Buatlah jumlah alternatif pilihan ganda sebanyak empat. Bilamana terdapat

kesukaran, buatlah pilihan-pilihan tambahan untuk mencapai jumlah empat

Page 8: PPEP bab 11-bab 12.docx

tersebut. Pilihan-pilihan tambahan hendaknya jangan terlalu gampang diterka karena bentuknya atau isi.

p) Hindarkan pengulangan suara atau pengulangan kata pada kalimat pokok di alternatif-alternatifnya, karena anak akan cenderung memilih alternatif yang mengandung pengulangan tersebut. Hal ini disebabkan karena dapat diduga itulah jawaban yang benar.

q) Hindari menggunakan susunan kalimat dalam buku pelajaran. Karena yang terungkap mungkin bukan pengertiannya melainkan hafalannya.

r) Alternatif-alternatif hendaknya jangan tumpang-suh, jangan inklusif, dan jangan sinonim.

s) Jangan gunakan kata-kata indikator seperti selalu, kadang-kadang, pada umumnya.

4) Cara mengolah skor:Untuk mengolah skor dalam tes bentuk pilihan ganda digunakan 2 macam rumus:a) Dengan denda, dengan rumus:

S=R− W0−l

S = skor yang diperoleh (Raw score)R = jawaban yang betulW = jawaban yang salah0 = banyaknya optionl = bilangan tetapcontoh: murid menjawab betul 17 soal dari 20 soal. Soal bentuk multiple choice ini dengan menggunakan option sebanyak 4 buah.

Skor = 17− 34−1

=16

b) Tanpa denda, dengan rumus:

S = R

c. Menjodohkan (matching test)1) Pengertian

Matching test dapat diganti dengan istilah mempertandingkan, mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan pmempunyai jawabnya yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas murid ialah: mencari dan menempatkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaannya.Contoh:“Pasangkanlah pertanyaan yang ada pada lajur kiri dengan yang ada pada lajur kanan dengan cara menempatkan huruf yang terdapat di muka pernyataan lajur kiri pada titik-titik yang disediakan di lajur kanan.”

Page 9: PPEP bab 11-bab 12.docx

a. Transmigrasi ........ 1. Masuknya penduduk dari negara lain.

b. Imigrasi ............. 2. Pindahnya penduduk ke negara lain.

c. Emigrasi ............... 3. Pindahnya penduduk dari desa ke kota.

.................................. 4. Pindahnya penduduk antar-pulau di dalam satu negara

Cara menjawabnya dapat ditulis lengkap nama kotanya misalnya:1. Jepang dengan ibukota : Tokyo2. Rusia dengan ibukota : Moskwa

Tetapi dapat juga hanya menuliskan “huruf” yang ada di depan nama kota yang dipilihnya.

Misalnya:

1. Jepang dengan ibukota : (d)2. Rusia dengan ibukota : (e)

Kiranya cara yang kedua ini lebih efisien, baik dipandang dari segi guru yang akan memeriksa pekerjaan tersebut. Bentuk matching test ini dapat pula dipandang sebagai multiple choice berganda.

2) Petunjuk penyusunanPetunjuk-petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menyusun tes bentuk matching adalah:a) Seri pertanyaan-pertanyaan dlam matching test hendaknya tidak lebih dari

sepuluh soal (item). Sebab pertanyaan yang banyak itu akan membingungkan murid. Juga kemungkinan akan mengurangi homogenitas antara item-item itu. Jika itemnya cukup banyak, lebih baik dijadikan dua seri.

b) Jumlah jawaban yang harus dipilih, harus lebih banyak daripada jumlah soalnya (lebih kurang 1 ½ kali). Dengan demikian murid dihadapkan kepada banyak pilihan, yang semuanya mempunyai kemungkinan benarnya, shingga murid terpaksa lebih mempergunakan pikirannya.

c) Antara item-item yang tergabung dalam satu seri matching test harus merupakan pengertian-pengertian yang benar-benar homogen. Misalnya:Di sebelah kiri terdapat nama kota. Di sebelah kanan terdapat nama provinsi. Coba isi titik-titik yang tersedia di sebelah kiri dengan huruf di depan nama provinsi di mana kota tersebut berada.

1. Cirebon2. Demak

a. Sumatera Utarab. Nusa Tenggara Barat

Page 10: PPEP bab 11-bab 12.docx

3. Pasuruhan4. Lubuklinggau5. Depok6. Singaraja7. Balikpapan8. Martapura9. Gorontalo 10. Ende

c. Kalimantan Timurd. Kalimantan Barate. Jawa Baratf. Sulawesi Utarag. Jawa Tengahh. Nusa Tenggara Timuri. Sulawesi Tengahj. Kalimantan Selatank. Daerah Istimewa Yogyakartal. Jawa Timurm. Bengkulun. Daerah Khusus Ibukota

Jakarta

Cara mengolah skor: dihitung S = R

Artinya skor terakhir dihitung jawaban yang benar saja

d. Tes Isian (completion test)1) Pengertian

Completion test atau biasa disebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan , atau tes melengkapi. Completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh murid ini adalah merupakan pengertian yang kita minta dari murid.Contoh:

- Columbus menemukan Benua Amerika pada tahun.....

- Air akan membuku pada suhu ................. derajat Fahrenheit.

Ada juga completion test yang tidak berbentuk kalimat-kalimat pendek seperti di atas, ttapi merupakan kalimat-kalimat berangkai yang memuat banyak isian.

Misalnya:

- Di mulut, makanan dikunyah dan dicampur dengan ...........(1) yang mengandung ..................(2) dan berguna untuk menghancurkan ..............(3) kemudian ditelan melalui .................(4) masuk ke...........(5) Disini dicampur lagi dengan .................(6) ................. dan seterusnya.

Jawaban-jawaban tidak perlu ditulis di tempat yang dikosongkan, sebab cara demikian akan menyukarkan pemeriksaan. Tetapi sediakanlah tempat tersendiri dengan nomor urut ke bawah. Oleh karena itu dalam membuat soal, tempat-tempat isian harus diberi nomor seperti diatas.

Contoh lembar jawaban:

Page 11: PPEP bab 11-bab 12.docx

1. ...................................... 2. ...................................... 3. ...................................... 4. ...................................... 5. ...................................... 6. ...................................... 7. ......................................

Dengan demikian akan mempermudah dan mempercepat waktu pemeriksaan. Perlu diperhatikan bahwa dalam menyusun soal-soal melengkapi, jangan lupa memberikan kunci pembuka untuk dapatnya soal-soal itu dikerjakan.

Misalnya:

.................... menemukan ......................... pada tahun .................

Soal diatas adalah tidak memberikan kunci pembuka. Oleh sebab itu tidak dapat dikerjakan, atau dapat dikerjakan dengan berbagai macam jawaban. Tetapi dengan membubuhkan completion test, “Columbus” atau “Edison” di bagian muka, maka menjadi tegaslah jawabannya.

Cara scoring: S = R

(sama dengan bentuk matching).

2) Petujuk penyusunanSaran-saran dalam menyusun tes bentuk isian ini adalah sebagai berikut: a) Perlu selalu diingat bahwa kita tidak dapat merencanakan lebih dari satu

jawaban yang kelihatan logis.b) Jangan mengutip kalimat/pernyataan yang tertera pada buku/catatanc) Diusahakan semua tempat kosong hendaknya sama panjang.d) Diusahakan hendaknya setiap pernyataan jangan mempunyai lebih dari satu

tempat kosonge) Jangan mulai dengan tempat kosong.

Misalnya:Ibukota Indonesia adalah ............. (lebih baik)................... adalah ibukota Indonesia (kurang baik)

3) Bagaimanakah digunakan tes subjektif?Tes bentuk esai digunakan apabila:a) Kelompok yang akan tes kecil, dan tes itu tidak akan digunakan berulang-

ulangb) Tester (guru) ingin menggunakan berbagai cara untuk mengetahui kemampuan

siswa dalam bentuk tertulis.c) Guru ingin mengetahui lebih banyak tentang sikap-sikap siswa daripada hasil

yang telah dicapai.

Page 12: PPEP bab 11-bab 12.docx

d) Memiliki waktu yangn cukup banyak untuk menyusun tes.4) Bilamanakan digunakan tes objektif?

a) Kelompok yang akan dites banyak dan tesnya akan digunakan berkali-kalib) Skor yang diperoleh diperkirakan akan dapat dipercaya (mempunyai

reliabilitas yang tinggi).c) Guru lebih mampu menyusun tes bentuk objektif daripada tes bentuk esai

(uraian).d) Hanya mempunyai waktu sedikit untuk koreksi dibandingkan dengan waktu

yang digunakan untuk menyusun tes. Pada umumnya, guru seyogianya menggunakan dua macam bentuk tes ini dalam perbandingan 3:1, yaitu 3 bagian untuk tes objektif, dan 1 bagian untuk tes uraian.

Pengukuran Ranah Afektif

Pengukuran ini tidak semudah mengukur ranah kognitif. Pengukuran ini tidak dapat dilakukan setiap saat karena perubahan tingkah laku siswa tidak dapat berubah sewaktu-waktu. Pengukuran ranah afektif bertujuan untuk, antara lain:

a) Mendapatkan umpan balik bagi guru dan siswa untuk memperbaiki proses belajar-mengajar dan mengadakan program remedial.

b) Mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik sebagai bahan perbaikan, pemberian laporan kepada orang tua, dan penentuan lulus tidaknya anak didik.

c) Menempatkan anak didik dalam situasi belajar-mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik.

d) Mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik.

Sasaran penilaian efektif adalah perilaku anak didik, bukan pengetahuannya. Contoh : Siswa bukan dituntut untuk mengetahui sebab-sebab dibentuknya BPUPKI, tetapi bagaimana sikapnya terhadap pembentukan BPUPKI tersebut. Pertanyaan afektif tidak menuntut jawaban benar atau salah, tetapi jawaban yang khusus tentang dirinya mengenai minat, sikap, dan internalisasi nilai (Cronbach, 1970).

Sebelum melakukan penilaian terhadap aspek afektif, guru diharapkan mendaftar materi yang dicakup dihubungkan dengan TIU dan TIK-nya. Sebagai pengganti TIU adalah yang disebut sebagai nilai dasar yang tercantum dalam GBHN 1983 yang menjadi dasar dalam PSPB. Nilai dasar diuraikan ke dalam nilai dan indikator. Untuk PSPB ada 4 nilai dasar yang akan dicapai yaitu:

a. Kesadaran Nasional sebagai suatu bangsa

b. Sikap patriot

c. Kreatif dan inovatif

Page 13: PPEP bab 11-bab 12.docx

d. Kepribadian yang berdasarkan nilai, jiwa, dan semangat 1945 dan Pancasila

Jenis-jenis skala sikap

1. Skala Likert

Skala ini disusun dalam bentuk suatu penyesuaian dan diikuti oleh lima respons yang menunjukkan tingkatan. Misalnya seperti yang telah dikutip yaitu :

SS = sangat setuju

S = setuju

TB = tidak berpendapat

TS = tidak setuju

STS = sangat tidak setuju

2. Skala Plihan Ganda

Skala ini bentuknya seperti soal bentuk pilihan ganda yaitu suatu pernyataan yang diikuti oleh sejumlah alternatif pendapat.

Contoh:

Dalam suatu upacara bendera:

a. Setiap peserta harus dengan khidmat mengikuti jalannya upacara tanpa kecuali.

b. Peserta diperbolehkan berbicara asal dalam batas-batas tertentu dan tidak mengganggu jalannya upacara.

c. Dalam keadaan terpaksa peserta boleh berbicara tetapi hanya dengan berbisik.

d. Peserta boleh (merdeka) berbicara asal tertib.

Skala seperti ini dikembangkan oleh Inkels, seorang ahli penilaian di Standford University.

3. Skala Thurstone

Skala Thurstone merupakan skala mirip skala buatan Likert karena merupakan suatu instrumen yang jawabannya menunjukkan tingkatan.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

A B C D E F G H I J K

Page 14: PPEP bab 11-bab 12.docx

very neutral very

favourable unfavourable

Pernyataan yang diajukan kepada responden disarankan oleh Thurstone kira-kira 10 butir, tetapi tidak kurang dari 5 butir.

4. Skala Guttman

Skala ini sama dengan yang disusun oleh Bogardus, yaitu berupa tiga atau empat buah pernyataan yang masing-masing harus dijawab “ya” atau “tidak”. Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan tingkatan yang berurutan sehingga bila responden setuju pernyataan nomor 2, diasumsikan setuju nomor 1. selanjutnya jika responden setuju dengan pernyataan nomor 3, berarti setuju pernyataan nomor 1 dan 2.

Contoh:

1. Saya mengizinkan anak saya bermain ke tetangga.

2. Saya mengizinkan anak saya pergi kemana saja ia mau.

3. Saya mengizinkan anak saya pergi kapan saja dan kemana saja.

4. Anak saya bebas pergi kemana saja tanpa minta izin terlebih dahulu.

5. Semantic Differential

Instrumen yang disusun oleh Osgood ini mengukur konsep-konsep untuk tiga dimensi. Dimensi-dimensi yang ada diukur dalam kategori: baik-tidak baik, kuat-lemah, dan cepat-lambat atau aktif-pasif, atau dapat juga berguna-tidak berguna. Dalam buku Osgood dikemukakan adanya 3 faktor untuk menganalisis skalanya.

A. Evaluation (baik-buruk)

B. Potency (kuat-lemah)

C. Activity (cepat-lambat)

D. Familiarity (tambahan Nunnally)

contoh:

Main Musik

Baik 1 2 3 4 5 6 7 tidak baik

Berguna 1 2 3 4 5 6 7 tidak berguna

Page 15: PPEP bab 11-bab 12.docx

Aktif 1 2 3 4 5 6 7 pasif

cara ini dapat digunakan untuk mengetahui minat atau pendapat siswa mengenai sesuatu kegiatan atau topik dari suatu mata pelajaran.

Pengukuran minat.

Di samping menggunakan skala seperti dicontohkan di atas, minat juga dapat diukur dengan cara seperti di bawah ini

a. Mengunjungi perpustakaan SS S B AS TS STS

b. Sandiwara SS S B AS TS STS

pilihan:

senang, sampai dengan sangat tidak senang dapat ditentukan sendiri seberapa suka. Boleh juga diteruskan sampai 11 skala.

Pengukuran Ranah Psikomotor.

Pengukuran ranah psikomotor dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan. Namun demikian biasanya pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus. Misalnya penampilannya dalam menggunakan termometer diukur mulai dari pengetahuan mereka mengenai alat tersebut, pemahaman tentang alat dan penggunaannya (aplikasi), kemudian baru cara menggunakannya dalam bentuk keterampilan. Untuk pengukuran yang terakhir ini harus diperinci antara lain: cara memegang, cara meletakkan/menyelipkan ke dalam ketiak atau mulut, cara membuka angka, cara mengembalikan ke dalam tempatnya, dan sebagainya. Ini semua tergantung dari kehendak kita, asal tujuan pengukuran dapat tercapai.

Instrumen yang digunakan mengukur keterampilan biasanya berupa matriks. Ke bawah menyatakan perperincian aspek (bagian keterampilan) yang akan diukur, ke kanan menunjukkan besarnya skor yang dapat dicapai.

Contoh:

instrumen untuk mengamati keterampilan praktek memasak (dalam skala 5).

Keseluruhan hasil sesuai dengan skor yang diperoleh.

Untuk A ini skornya adalah:

Nama : A ........ kelas.......

No. Keterampilan Skor1 2 3 4 5

1 Terampil X

Page 16: PPEP bab 11-bab 12.docx

menyiapkan alat2 Tekun dalam

bekerjaX

3 Menggunakan waktu sangat efektif

X

4 Mampu bekerja sama

X

5 Memperhatikan keselamatan kerja

X

6 Memperhatikan kebersihan

X

7 Hasil masakan enak X

Keseluruhan hasil sesuai dengan skor yang diperoleh.

Untuk A ini skornya adalah: 5+3+2+3+3+5+4

7 =

257

= 3,57

BAB 12 TABEL SPESIFIKASI

Fungsi tabel spesifikasi

Dalam pembicaraan mengenai validitas tes disebutkan bahwa sebuah tes harus memiliki validitas isi dan tingkah laku. Dan memang validitas inilah yang terpenting dalam menyusun tes prestasi. Untuk menjaga agar tes yang kita susun tidak menyimpang dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku) yang akan dicakup dalam tes, dibuatlah tabel spesifikasi.

Tabel spesifikasi dapat disebut juga sebagai grid, kisi-kisi atau blue-print. Wujudnya adalah sebuah tabel yang memuat tentang perperincian materi dan tingkah laku beserta imbangan/proporsi yang dikehendaki oleh penilai. Tiap kotak diisi dengan bilangan yang menunjukkan jumlah soal.

Dalam contoh hanya dicantumkan 3 buah aspek karena yang banyak digunakan di sekolah sampai sekarang hanya 3 buah ini (ingatan, pemahaman, dan aplikasi). Hal ini tidak berarti bahwa pengungkapan aspek lain tidak diseyogiakan.

Contoh Tabel Spesifikasi

Aspek yang diungkapPokokMateri

Ingatan (I) Pemahaman (P) Aplikasi (A) Jumlah

Bagian IBagian IIBagian n (terakhir)

.....

.....

.....

.....

.....

.....

.....

.....

.....

.....

.....

.....

Page 17: PPEP bab 11-bab 12.docx

Jumlah ..... ..... ..... .....

Tabel spesifikasi mempunyai kolom dan baris, sehingga tampak antara materi dengan aspek yang tergambar dalam TIK. Sebenarnya penyusun tes bukan hanya mengingat hubungan antara dua hal tersebut tetapi empat hal, yaitu hubungan antara materi, TIK, kegiatan belajar, dan evaluasi.

Keempat hal, yaitu materi, TIK, kegiatan belajar, dan evaluasi merupakan kaitan yang erat sekali. Dengan mengenal materi yang akan diajarkan (yang dipilih untuk mencapai Tujuan Kurikuler dan Tujuan Instruksional Umum), kita segera tahu bagaimana sifat materi tersebut misalnya fakta, konsep atau hubungan antarkonsep. Apabila materinya berupa fakta, tentu TIK-nya menyangkut ingatan. Kegiatan belajarnya informasi dan evaluasi dapat uraian, isian singkat, benar-salah atau pilihan ganda biasa.

Dalam program satuan pelajaran yang dikembangkan oleh Pemantapan Kerja Guru (PKG) dapat diketahui dengan jelas hubungan antara empat komponen tersebut.

Urutannya adalah TIK, materi kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Ini merupakan urutan yang benar. Memang dalam mengajar diketahui terlebih dahulu apa yang akan dicapai. Kemudian ditentukan materi penunjangnya. Apa yang disajikan di atas mengikuti kebiasaan yang ada dalam praktek. Karena yang tersedia di hadapan guru adalah materi yang tercakup dalam buku, maka barulah dari materi tersebut dirumuskan TIK-nya tentu saja ini kurang benar, tetapi mudah dilakukan, khususnya bagi mereka yang belum terbiasa menyusun soal.

Kebiasaan yang salah dan tidak boleh lagi diteruskan adalah dari materi disusun soalnya, baru kemudian disusun TIK-nya.

Langkah-Langkah Pembuatan Tabel Spesifikasi

a. Mendaftar pokok-pokok materi yang akan diteskan kemudian memberikan imbangan bobot untuk masing-masing pokok materi, yang ditentukan atas perkiraan saja.

contoh : Akan membuat tes untuk evaluasi, pokok-pokok materinya adalah:

a. Pengertian (2)

b. Fungsi evaluasi (3)

c. Macam-macam cara evaluasi (5)

d. Persyaratan evaluasi (4)

b. Pokok-pokok materi dipindahkan ke dalam tabel dan mengubah indeks menjadi persentase.

tabel spesifikasi untuk menyusun soal evaluasi

Page 18: PPEP bab 11-bab 12.docx

Aspek yang diungkapPokokMateri

Ingatan (I) Pemahaman (P) Aplikasi (A)

Jumlah

Pengertian (14%)Fungsi evaluasi (21%)Macam-macam cara evaluasi (36%)Persyaratan evaluasi (29%)Jumlah

c. Memerinci banyaknya butir soal untuk tiap-tiap pokok materi, dan angka ini dituliskan pada kolom paling kanan.

Aspek yang diungkapPokokMateri

Ingatan (I) Pemahaman (P) Aplikasi (A)

Jumlah

Pengertian (14%) 7Fungsi evaluasi (21%) 10Macam-macam cara evaluasi (36%)

18

Persyaratan evaluasi (29%)

15

Jumlah 50 butir soal

Caranya adalah membagi jumlah butir soal (50 buah) menjadi 4 bagian berdasarkan imbangan bobot yang tertera sebagai presentase. Angka 50 ditentukan oleh guru berdasarkan alokasi waktu yang disediakan dan bentuk soal yang akan diberikan. Dalam contoh ini dimisalkan bahwa akan disusun tes berbentuk objektif dengan jumlah 50 butir soal berbentuk pilihan ganda, karena waktu yang disediakan adalah 75 menit. Disini diperlukan kebijaksanaan guru untuk memperkirakan banyaknya butir soal agar tidak terlalu sedikit maupun terlalu banyak.

Misalnya sebuah soal objektif membutuhkan waktu 1 menit untuk membaca dan menjawabnya, sehingga jika disediakan waktu 75 menit untuk tes, dapat disusun butir soal sejumlah:

50 soal bentuk objektif (50 menit) 5 soal bentuk uraian (25 menit)

Jadi banyaknya butir soal sangat ditentukan oleh

1. Waktu yang tersedia

2. Bentuk soal

Page 19: PPEP bab 11-bab 12.docx

Sampai dengan langkah ketiga, cara yang dilalui sama bagi seluruh bidang studi.

d. Terdapat langkah khusus, tergantung dari homogenitas atau heterogenitas (keragaman) materi yang diteskan.

1. Untuk materi yang seragam

Dimana antara pokok materi yang satu dengan pokok materi yang lain mempunyai kesamaan dalam imbangan aspek tingkah laku.

Aspek yang diungkapPokokMateri

Ingatan (I)(50%)

Pemahaman (P)(30%)

Aplikasi (A)

(20%)

Jumlah(100%)

Pengertian (14%) A B C 7Fungsi evaluasi (21%) D E F 10Macam-macam cara evaluasi (36%)

G H I 18

Persyaratan evaluasi (29%)

J K L 15

Jumlah 50Untuk menentukan banyak butir soal untuk tiap sel dilakukan :

Sel A = 50

100 x 7 soal = 3,5 (4 soal)

Sel B = 30

100 x 7 soal = 2,1 (2 soal)

Sel C = 20

100 x 7 soal = 1,4 (1 soal)

Aspek yang diungkapPokokMateri

Ingatan (I)(50%)

Pemahaman (P)(30%)

Aplikasi (A)

(20%)

Jumlah(100%)

Pengertian (14%) A(4 soal)

B(2 soal)

C(1 soal)

7

Fungsi evaluasi (21%) D E F 10Macam-macam cara evaluasi (36%)

G H I 18

Persyaratan evaluasi (29%)

J K L 15

Jumlah 50

Page 20: PPEP bab 11-bab 12.docx

Cara lain :

Aspek yang diungkapPokokMateri

Ingatan (I)(50%)

Pemahaman (P)(30%)

Aplikasi (A)

(20%)

Jumlah(100%)

Bab 1 (40%) A B CBab 2 (30%) D E FBab 3 (30%) G H IJumlah (100%) 40

Cara menghitung per butir soal, yaitu :

Sel A = 50

100 x

40100

x 40 soal = 8 soal

Sel B = 30

100 x

40100

x 40 soal = 4,8 soal (dibulatkan 5 soal)

Sel C = 20

100 x

40100

x 40 soal = 3,2 soal (dibulatkan 3 soal)

Aspek yang diungkapPokokMateri

Ingatan (I)(50%)

Pemahaman (P)(30%)

Aplikasi (A)

(20%)

Jumlah(100%)

Bab 1 (40%) A(8)

B(5)

C(3)

16

Bab 2 (30%) D(6)

E(4)

F(2)

12

Bab 3 (30%) G(6)

H(4)

I(2)

12

Jumlah (100%) 20 13 7 40