potensi, masalah dan pro spekperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/140602...di...
TRANSCRIPT
II - 1 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
Bagian ini pada dasarnya menggambarkan potensi, masalah dan prospek pengembangan sesuai
dengan kondisi eksisting serta arah pembangunan terkait yang akan digunakan untuk menyusun
kebijakan, strategi pengembangan wilayah Kabupaten Lamongan. Kajian ini selain dilihat dari
kecamatan dan kabupaten, juga dalam konteks yang lebih luas yakni Skala Propinsi dan
Nasional. Selanjutnya pada kajian prospek pengembangan untuk setiap bagian akan digunakan
sebagai panduan Rencana Tata Ruang Wilayah.
2.1. Potensi, Masalah dan Prospek Struktur Ruang Wilayah
Struktur ruang wilayah terdiri atas sistem perdesaan dan perkotaan, fungsi wilayah dan sistem
perwilayahan.
2.1.1. Potensi, Masalah dan Prospek Pengembangan Kependudukan
Penduduk merupakan aspek penting dalam penataan ruang, dalam merencanakan wilayah harus
memperhatikan karakter penduduk. Karakter penduduk dapat dilihat berdasarkan
perkembangan penduduk, mata pencaharian dan budaya serta religi.
A. Potensi
1. Jumlah penduduk Kabupaten Lamongan mencapai 1.412.386 jiwa pada tahun 2007,
dengan kepadatan rata-rata 8 Jiwa/Ha. Hal ini menunjukkan masih tersedianya lahan
yang cukup besar untuk pengembangan seiring dengan perkembangan penduduk yang
cukup cepat.
POTENSI, MASALAH DAN
PROSPEK
II - 2 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
2. Perkembangan penduduk mulai dari tahun 2002 sampai tahun 2007 menunjukkan
peningkatan dengan pertambahan rata-rata mencapai 39.014 jiwa setiap tahunnya, hal
ini menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi dikarenakan mobilitas penduduk
tergolong cepat, yang didukung oleh perkembangan wilayah seperti adanya Pelabuhan
Perikanan Nusantara Brondong, Pasar Agrobis Babat, serta mulai berkembangnya
kawasan industri di pantura dan kawasan agropolitan di wilayah selatan Kabupaten
Lamongan.
3. Mayoritas masyarakat Lamongan memiliki motivasi yang tinggi dalam bidang pendidikan,
hal ini ditunjukkan dengan banyaknya lulusan-lulusan sekolah dan perguruan tinggi
(dalam hal ini sekolah-sekolah kejuruan).
4. Di bidang pendidikan Lamongan memiliki beberapa sekolah-sekolah kejuruan, hal ini
menjadi faktor pendukung perkembangan penduduk untuk bermigrasi dan menciptakan
tenaga kerja yang mampu bekerja bukan pencar kerja.
5. Potensi sumberdaya manusia menurut pekerjaan utama terbesar berada di sektor
pertanian sebesar 55,84 %, disektor perdagangan 18,01 %, Industri 9,49 %, sektor jasa
sebesar 10,35 % dan sisanya bekerja disektor lain.
6. Mayoritas penduduk di Kabupaten Lamongan adalah penganut agama Islam yaitu sekitar
99.96 % dari seluruh jumlah penduduk Kabupaten Lamongan.
7. Dilihat dari Religi, masyarakat Lamongan termasuk dalam masyarakat yang memegang
teguh kepercayaan, hal ini terlihat dari banyaknya sekolah-sekolah keagamaan dan
terpeliharanya kawasan-kawasan religius seperti Makam Sunan Drajad, Makam Sendang
Duwur, Makam Nyai Andongsari dan Makam Joko Tingkir.
B. Masalah
1. Pekerja di sektor pertanian akan mengalami penurunan, melihat perkembangan industri
pada masa yang akan datang, hal ini akan mengakibatkan terjadinya peralihan mata
pencaharian dari petani menjadi pekerja industri.
2. Perkembangan penduduk yang tergolong cepat berakibat pada meningkatnya kebutuhan
akan lahan, hal ini akan mempengaruhi berkurangnya lahan terutama lahan pertanian.
3. Melihat potensi perkembangan wilayah di Kawasan Pantura yang akan dikembangkan
sebagai kawasan strategis dengan pengembangan utama di bidang industri, maka akan
mengakibatkan terjadinya peralihan mata pencaharian masyarakat dari nelayan/petani
menjadi pekerja/buruh pabrik pada masa yang akan datang.
4. Perkembangan wilayah yang tinggi di kawasan pantura menyebabkan terjadinya
mobilitas yang tinggi, sehingga berakibat pada semakin padatnya penduduk dan
aktifitasnya.
5. Di kawasan pantura sebagian masyarakat bekerja sebagai penambang batu kapur,
mengingat bahan tambang akan habis maka akan berakibat pada kerusakan lahan yang
ada.
6. Dalam hal mata pencaharian, sebagian besar masyarakat Lamongan masih sangat
bergantung pada alam, sehingga sangat sulit melakukan peralihan mata pencaharian.
C. Prospek Pengembangan
1. Perkembangan penduduk yang tinggi pasti akan terjadi oleh karena adanya
perkembangan wilayah yang tinggi pula, hal ini mungkin menjadi masalah tetapi potensi
yang akan muncul merupakan potensi yang besar seperti nilai tambah dari kegiatan
pertanian, perikanan menjadi industri pengolahan, sehingga akan meningkatkan nilai
ekonomi masyarakat.
2. Perkembangan wilayah di kawasan pantura merupakan potensi yang akan mendorong
perkembangan Kabupaten Lamongan dalam skala nasional sehingga Kabupaten Lamongan
menjadi bagian dari Kawasan Pengembangan Nasional.
3. Perkembangan wilayah di kawasan pantura mendorong terjadinya peralihan mata
pencaharian yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi.
4. Kemudahan untuk dapat menerima peralihan mata pencaharian akan meningkatkan taraf
hidup masyarakat.
5. Peninggalan sejarah berupa kawasan-kawasan Religi dapat menjadi aset wilayah yang
tak ternilai harganya serta dapat menjadi identitas wilayah.
2.1.2. Sistem Pusat Pelayanan dan Orde Kota
A. Potensi
1. Kawasan perdesaan umumnya memiliki pusat pelayanan sendiri-sendiri dan memiliki
hubungan yang kuat dengan kawasan perkotaan;
2. Kawasan perdesaan umumnya memiliki aksesibilitas dengan kawasan perkotaan;
3. Lamongan sebagai salah satu wilayah yang termasuk dalam sistem perkotaan dan
kawasan strategis nasional yaitu Gerbangkertosusila, sehingga mampu meningkatkan
pengembangan wilayah pantura, dengan pusat pelayanan di wilayah pantura (Paciran-
Brondong);
4. Beberapa kawasan perkotaan akan mengalami perkembangan pesat, karena memiliki
tingkat pelayanan yang tinggi terhadap perkembangan wilayah seperti Perkotaan
Brondong dengan pelayanan pelabuhan regional, Perkotaan Paciran dengan pelayanan
industri, Perkotaan Babat dengan pelayanan perdagangan regional, Perkotaan Ngimbang
II - 3 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
dengan pelayanan pertanian dan industri, Perkotaan Sukodadi dengan pelayanan sosial
dan akses regional; serta
5. Beberapa perkotaan kecamatan menunjukkan perkembangan yang cukup besar, sehingga
potensial menjadi pusat pelayanan dalam cakupan Wilayah Pengembangan (WP)
Lamongan, Paciran-Brondong, Babat, Sukodadi dan Ngimbang.
B. Masalah
1. Beberapa kawasan perdesaan memiliki perkembangan yang lambat dikarenakan akses
yang tidak memadai, potensi yang kurang berkembangan terutama dalam bidang
pertanian serta jauh dari jangkauan pusat kota;
2. Perkembangan yang tinggi di wilayah pantura Lamongan sebagai bagian dari sistem
perkotaan nasional serta Kawasan Strategis Nasional mengindikasikan kesenjangan
perkembangan perkotaan di Kabupaten Lamongan terutama dengan wilayah selatan
Lamongan.
3. Konsentrasi kegiatan akan lebih terfokus pada beberapa perkotaan yang dominan seperti
pada Perkotaan Lamongan, Babat, Brondong-Paciran sehingga pelayanan perkotaan ke
seluruh wilayah berjalan kurang optimum terutama pelayanan dibagian Selatan
Kabupaten Lamongan;
4. Infrastruktur permukiman belum sepenuhnya menjangkau kawasan permukiman seperti
air bersih, jaringan jalan, persampahan;
5. Pengelompokan fasilitas pada pusat-pusat perkotaan terutama perkotaan sebagai pusat
WP seperti pengelompokan fasilitas sosial di Perkotaan Lamongan dan perdagangan di
Perkotaan Babat karena akses yang cukup jauh mengakibatkan orientasi masyarakat
Lamongan bagian selatan lebih memilih orientasi ke Jombang, Bojonegoro dan Mojokerto
karena akses yang lebih dekat.
6. Terdapatnya fasilitas regional berupa Pasar Agrobis Babat yang belum maksimal dalam
memberi manfaat dan keuntungan bagi masyarakat Lamongan.
C. Prospek Pengembangan
1. Kawasan perdesaan memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan untuk mengejar
ketertinggalan dengan perkotaan seperti potensi pertanian di Ngimbang dan sekitarnya
perlu didukung oleh pengembangan agribisnis;
2. Pengembangan secara hirarki antara perdesaan dan perkotaan akan mendorong
keseimbangan pengembangan wilayah dalam Skala Kabupaten;
3. Jaringan jalan yang ada di perdesaan maupun perkotaan dapat dikembangkan untuk
meningkatkan aksesibilitas antar kawasan permukiman dan pusat produksi maupun pusat
kegiatan lain seperti pariwisata;
4. Perkembangan perkotaan sebagai pusat WP baik sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
maupun Pusat Kegiatan Lokal dipromosikan (PKLp) akan mendorong keserasian
pengembangan wilayah dalam jangka panjang; serta
5. Berbagai penyediaan infrastruktur wilayah akan mendorong pengembangan kawasan
potensial seperti :
a. Membuka akses eksternal seperti jalan penghubung dengan Kabupaten Tuban lewat
Kecamatan Maduran, jalan penghubung dengan Kabupaten Gresik lewat Kecamatan
Sarirejo dan jalan penghubung dengan Kabupaten Jombang lewat Kecamatan
Sukorame.
b. Pengelolaan air bersih melalui pemanfaatan sumber air dari DAS Bengawasan Solo
dan sumber air lainnya.
c. Pengelolaan Irigasi guna kepentingan pertanian dengan pengembangan sudetan
Bengawan Solo, waduk dan rawa.
d. Pengembangan jaringan tinggi untuk memenuhi kebutuhan listrik di wilayah pantura
pada kawasan Tlogosandang dengan adanya Gardu Induk PLN 150 MW.
2.1.3. Sistem Perwilayahan Pembangunan
A. Potensi
1. Adanya pengembangan Kabupaten Lamongan sebagai kawasan Strategis Nasional dengan
didukung oleh Perkotaan Lamongan, pengembangan Perkotaan Paciran sebagai pusat
pengembangan industri dan pariwisata, pengembangan Perkotaan Brondong sebagai
kawasan pelabuhan serta industri, serta pengembangan Perkotaan Babat sebagai
kawasan perdagangan dan jasa regional, Perkotaan Ngimbang sebagai pusat agribisnis
berpotensi menjadikan Kabupaten Lamongan sebagai pusat pertumbuhan yang mampu
mendorong wilayah sekitar dan Perkotaan Sukodadi sebagai pendukung Perkotaan
Lamongan;
2. Setiap WP memiliki potensi spesifik, baik pertanian, industri, pariwisata, perikanan dan
potensi lain yang akan mendorong perkembangan wilayah; serta
3. Setiap ibukota kecamatan dan pusat WP memiliki potensi untuk mendorong dan melayani
wilayah masing-masing.
B. Masalah
1. Pada beberapa wilayah hiterland mempunyai keterbatasan aksesibilitas secara geografis
dan administrasi ke pusat pelayanan seperti Kecamatan Sekaran, Laren dan Sarirejo;
2. Interaksi antar wilayah sebagian kurang terstruktur sehingga pusat pelayanan tidak
terkonsentrasi pada kawasan perkotaan sebagai pusat WP; serta
II - 4 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
3. Terbatasnya fasilitas yang ada pada setiap pusat WP sehingga kurang mampu melayani
hiterland-nya.
C. Prospek Pengembangan
1. Beberapa kawasan sudah menunjukkan fungsi khusus seperti kawasan pariwisata di
Paciran, Kawasan Pabuhan perikanan di Brondong yang akan mendorong fungsi setiap
WP;
2. Pengembangan kawasan strategis nasional di wilayah pantura, akan meningkatkan
jangkauan pelayanan di wilayah Kabupaten Lamongan dan sekitarnya; serta
3. Pengembangan pada masing-masing kecamatan lebih disesuaikan dengan fungsi dan
perannya sehingga dapat mendukung pertumbuhan dan pengembangan wilayah di
Kabupaten Lamongan.
2.1.4. Potensi, Masalah dan Prospek Pengembangan Sistem Pusat Permukiman Perdesaan
dan Perkotaan
A. Potensi
1. Permukiman perdesaan baik yang memiliki bentuk kompak ataupun menyebar umumnya
memiliki pusat pengembangan masing-masing yang sangat potensial mendorong
perkembangan kawasan perdesaan yang ada, serta terdapat banyak perdesaan yang
mampu mendorong perkembangan perdesaan dalam skala yang lebih luas;
2. Pengembangan wilayah Pantura (Paciran – Brondong) dan Perkotaan Babat sebagai
kawasan strategis, sehingga sesuai dengan hirarki dan pelayanan perkotaan, maka pusat
kegiatan perkotaan Lamongan terdiri dari Pusat Kegiatan Nasional diprioritaskan (PKNp)
adalah Perkotaan Lamongan sebagai pusat pemerintahan, PKLp adalah Paciran –
Brondong sebagai pusat industri, Perkotaan Babat sebagai kawasan perdagangan dan jasa
regional, Perkotaan Ngimbang sebagai pusat agribisnis, dan Perkotaan Sukodadi sebagai
pendukung Perkotaan Lamongan; sedangkan ibukota kecamatan lain termasuk dalam
klasifikasi PPK (Pusat Pelayanan Kawasan);
3. Tumbuhnya kawasan permukiman perkotaan baru yang mempunyai indikasi
perkembangan pesat karena adanya potensi alami maupun potensi ekternal (akses).
Sehingga semula kawasan tersebut mempunyai fungsi sebagai kawasan permukiman
perdesaan cenderung beralih fungsi menjadi kawasan permukiman perkotaan. Kawasan
tersebut antara lain meliputi desa-desa di Kecamatan Pucuk dan Kecamatan Sukodadi
yang terletak antara Kota Lamongan dan Kecamatan Babat (serta kecamatan lainnya);
B. Masalah
1. Pusat pelayanan perdesaan banyak yang kurang berkembang;
2. Pusat permukiman perdesaan kurang mampu mendorong perkembangan wilayahnya;
3. Pengembangan kawasan Pantura akan mendorong konsentrasi kegiatan yang besar,
sehingga meningkatkan kesenjangan perkotaan yang selanjutnya akan mendorong
urbanisasi;
4. Permasalahan ikutan dari pengembangan pantura adalah timbulkan kepadatan lalu lintas
karena jaringan jalan yang melalui pantura selain memiliki fungsi sebagai akses
internal/jalan kolektor juga sebagai akses eksternal/Arteri Primer Gresik – Lamongan –
Tuban serta kondisi jalan yang sempit;
5. Kawasan pusat permukiman khususnya yang berada pada PPK (Pusat Pelayanan Kawasan)
belum berkembang secara optimum, karena masih banyak yang berorientasi pada PKNp
dan PKLp;
6. Lahan-lahan yang berkembang di kawasan pantura merupakan kawasan pesisir yang
rentan dengan permasalahan lingkungan seperti tidak terpeliharanya hutan mangrove,
abrasi pantai, dll.
C. Prospek Pengembangan
1. Pusat perdesaan masih mampu dikembangkan untuk mendorong kawasan perdesaan
masing-masing sehingga bsa menjadi Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL);
2. Interaksi antara permukiman perdesaan dan permukiman perkotaan dapat ditingkatkan
untuk mendorong keseimbangan penataan ruang;
3. Kabupaten Lamongan akan memiliki sistem permukiman perkotaan, yang terdiri PKNp
meliputi Perkotaan Lamongan; PKLp meliputi Perkotaan Brondong-Paciran, Perkotaan
Babat, Perkotaan Sukodadi dan Perkotaan Ngimbang serta PPK adalah perkotaan
kecamatan lain;
4. Pengembangan PPL pada beberapa kawasan perdesaan; serta
5. Pengembangan sentra kawasan agropolitan di Kecamatan Ngimbang.
2.1.5. Potensi, Masalah dan Prospek Pengembangan Prasarana Wilayah
Prasarana wilayah di Kabupaten Lamongan khususnya transportasi dan infrastruktur di
Kabupaten Lamongan memiliki hubungan dengan sistem Nasional dan Propinsi yang didukung
oleh sistem jalan arteri primer Gresik – Lamongan Tuban lewat Kota Lamongan dan wilayah
Pantura, kereta api komuter Surabaya-Lamongan, Pelabuhan ASDP (Paciran), selain itu
infrastruktur juga membantu dalam proses pengembangan suatu wilayah.
II - 5 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
2.1.5.1 Jalan Raya
A. Potensi
1. Dimasa yang akan datang jalan raya di Kabupaten Lamongan akan mengalami
peningkatan fungsi jalan secara nasional karena merupakan bagian dari sistem perkotaan
nasional melalui Gerbangkertasusila yaitu pada rencana Jalan nasional jalan bebas
hambatan Gresik – Lamongan – Tuban;
2. Jalan raya di Kabupaten Lamongan memiliki hubungan dengan sistem Nasional dan
Regional melalui jalan jalan nasional arteri jalan Gresik- Jl. Pang. Sudirman; Jl. Pang.
Sudirman- Jl. Jaksa Agung Suprapto; Jl. Jaksa Agung Suprapto-Lamongan; Lamongan-
Babat; dan Babat-Widang; jalan nasional jalan kolektor Babat-Bojonegoro dan Gresik-
Sadang-Tuban; jalan propinsi jalan kolektor Babat-Temangkar; Jl Lamongrejo; Jl Akhmad
Dahlan; Jl Sunan Drajad; Jl Raya Mantup; Lamongan-Bts. Kab. Mojokerto; Babat-Bts.
Kab. Jombang; Jalan Lama Babat; dan Jalan Halte (Dradah,Ngimbang dan Kambangan)
dan secara internal telah mencapai ke seluruh wilayah kecamatan dan perdesaan;
3. Peningkatan kegiatan dalam skala besar dan pengembangan perkotaan menjadikan
beberapa jalan berpotensi untuk dilakukan peningkatan fungsi jalan seperti Jalan
Lingkar Selatan Pantura dan Jalan Lingkar Utara Lamongan serta Jalan Lingkar Babat;
4. Terdapat terminal yang berdekatan dengan permukiman dan sarana pendidikan yaitu di
Kota Lamongan dan Perkotaan Babat serta di Paciran tepatnya di desa Tunggul berupa
Terminal Terpadu yang berfungsi untuk mendukung kegiatan di wilayah pantura.
B. Masalah
1. Kabupaten Lamongan memiliki tekstur tanah yang keras dan berkapur sehingga dalam
pengembangan jalan memerlukan biaya yang cukup besar;
2. Mengingat luasnya wilayah Kabupaten Lamongan, maka pengembangan jalan mengalami
ketidakefektifan karena melayani kegiatan yang intensitasnya rendah;
3. Sulitnya penyediaan tanah untuk pengembangan jalan bebas hambatan ;
4. Pengembangan jalan arteri primer wilayah pantura sebagian besar melewati permukiman
padat sehingga mengalami kesulitan dalam pembebasan tanah dan pengembangan
sempadan terutama pada kawasan Perkotaan Brondong dimana pada kawasan ini
intensitas kegiatan sangat tinggi.
5. Kemacetan yang terjadi di beberapa titik simpul transportasi karena merupakan jalan
utama dan kepadatan pemusatan fasilitas, pada umumnya terjadi di sekitar pasar
Perkotaan Brondong dan Pasar Agrobis Babat.
C. Prospek Pengembangan
1. Perkembangan Kabupaten Lamongan yang tinggi terutama dibagian utara akan
mendorong percepatan realisasi jalan bebas hambatan Gresik – Lamongan – Tuban dan
Jalan Lingkar Selatan Pantura;
2. Pengembangan jalan bebas hambatan akan didukung oleh kelengkapan prasarana seperti
Gerbang tol serta rest area berupa SPBU dan tempat peristirahatan;
3. Pengembangan Jalan Lingkar Selatan Pantura dan Jalan Lingkar Utara Lamongan dan
Jalan Lingkar Selatan Babat mempunyai keterkaitan dengan kawasan unggulan sehingga
dapat mendorong pertumbuhan wilayah; serta
4. Pengembangan kawasan pelabuhan dan perindustrian - Perkotaan Paciran akan memacu
pengembangan jalan antara Surabaya - Gresik - Lamongan – Tuban (Jalur Pantura)
sehingga membantu sistem transportasi perwilayaan Gerbangkertasusila;
5. Dengan adanya perkembangan di wilayah selatan merupakan kawasan agropolitan
Kabupaten Lamongan, sehingga perlu dikembangkan jalan kolektor yang menghubungkan
Gresik – Lamongan – Bojonegoro;
6. Pengembangan jalan alternative yang bertujuan untuk mengurangi kemacetan di
beberapa titik simpul transportasi.
2.1.5.2 Kereta Api
A. Potensi
1. Terdapat sistem angkutan kereta api komuter dengan rute Surabaya – Lamongan - Babat.
Angkutan kereta api mempunyai potensi cukup besar karena kapasitasnya besar, tidak
menimbulkan kemacetan, waktu tempuh yang relatif lebih cepat dan harga yang murah;
dan
2. Perkembangan perkotaan yang besar khususnya Kabupaten Lamongan yang merupakan
Sub Sistem dalam perencanaan jaringan transportasi Gerbangkertosusila (GKS) akan
mendorong peningkatan penggunaan angkutan kereta api.
B. Masalah
1. Pelayanan angkutan kereta api jangkauannya terbatas; dan
2. Frekuensi penggunaan kereta api hanya jam tertentu dengan frekuensi yang masih
rendah.
C. Prospek Pengembangan
1. Peningkatan kegiatan di Lamongan akan mendorong pergerakan kereta api regional akan
semakin besar;
II - 6 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
2. Pengembangan jaringan transportasi Gerbangkertasusila akan mendorong pengembangan
perkeretapian lintas tengah Surabaya – Gresik – Lamongan - Babat;
3. Peningkatan penggunaan angkutan kereta api untuk angkutan barang.
2.1.5.3 Angkutan Laut
A. Potensi
1. Di Pantai Utara Lamongan berkembang beberapa prasarana transportasi laut guna
meningkatkan pelayanan dalam sistem transportasi laut secara regional dan nasional
meliputi Pelabuhan Sedayu Lawas yang merupakan pelabuhan khusus barang, Industri
Galangan Kapal dan Pelabuhan ASDP.
2. Sudah terdapat kegiatan pelabuhan perikanan yang berskala besar yaitu Pelabuhan
Perikanan Nusantara Brondong yang mendorong berkembangnya perekonomian di
Kabupaten Lamongan;
3. Wilayah pantura yang letaknya berbatasan langsung dengan laut jawa, mendukung
pengembangan pelabuhan skala regional dan nasional terutama jalur penyeberangan di
Pulau Kalimantan bagian selatan.
4. Beberapa bagian ekosistemnya masih terpelihara, hal ini terbukti dari warna air laut
yang masih biru; serta
5. Pengembangan jalan khususnya Jalur Pantura akan mendorong lalu lintas barang dan
orang yang memberi peluang pengembangan kawasan Pelabuhan Brondong dan
Pelabuhan Paciran.
B. Masalah
1. Pada saat musim barat ombak dan arus sangat besar;
2. Sebagian besar untuk kegiatan nelayan sehingga memerlukan lokasi khusus untuk
pelabuhan laut;
3. Potensi pendukung kegiatan eksport masih terbatas; serta
4. Pengembangan Jalan Lingkar Selatan Pantura belum berjalan sesuai kebutuhan dan
diperkirakan masih lama untuk dapat direalisasikan.
C. Prospek Pengembangan
1. Dengan dukungan pengembangan skala besar Kawasan Paciran - Brondong memiliki
kemampuan untuk dikembangkan sebagai pelabuhan laut penumpang (ASDP);
2. Letaknya di tepi laut jawa, Kawasan Brondong dan Kawasan Paciran dapat didorong
menjadi pelabuhan berskala Nasional dan Internasional; serta
3. Peningkatan infrastruktur khususnya Jalan Arteri Pantura, Jalan Lingkar Selatan Pantura
dan Jalan bebas hambatan Pantura akan mendorong percepatan perwujudan Brondong-
Paciran menjadi Pelabuhan ASDP.
2.1.5.4 Telekomunikasi
A. Potensi
1. Telekomunikasi memiliki perkembangan yang sangat tinggi karena pada dasarnya sudah
menjadi kebutuhan bagi masyarakat Kabupaten Lamongan terutama pada wilayah
pantura dimana tingginya tingkat mobilitas penduduk; dan
2. Beberapa prasarana telekomukasi telah menjangkau ke berbagai pelosok.
B. Masalah
1. Perkembangan prasarana telekomunikasi kurang terintegrasi sehingga terkesan semrawut
dengan perkembangan yang tinggi; dan
2. Penggunaan lebih terkonsentrasi di perkotaan sehingga masih terdapat area yang belum
terlayani.
C. Prospek
1. Pengembangan prasarana telekomunikasi akan terus dikembangkan dengan persaingan
pasar yang kuat sehingga akan mampu menjangkau segenap pelosok;
2. Penggunaan dan pengembangan telekomunikasi akan semakin mendorong pengetahuan
masyarakat dan kegiatan bisnis; serta
3. Terdapat peluang yang besar untuk memanfaatkan prasarana secara bersama.
2.1.5.5 Prasarana Lingkungan
Sampah dan Limbah
A. Potensi
1. Pada kawasan perdesaan pengelolaan prasarana lingkungan khususnya sampah banyak
dilakukan secara mandiri;
2. Tersedianya TPA di empat lokasi yaitu di Kecamatan Tikung, Kecamatan Babat,
Kecamatan Solokuro dan Kecamatan Paciran, hal ini sangat mendukung untuk
pengolahan sampah dimasa yang akan datang mengingat perkembangan di Kabupaten
Lamongan akan semakin meningkat sehingga produksi sampah juga akan semakin
meningkat.
3. Limbah padat dan cair di Kabupaten Lamongan tidak terlalu besar karena sebagian besar
wilayah merupakan kawasan agraris;
II - 7 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
4. Pada kawasan perkotaan umumnya limbah dan sampah telah dikelola secara bersama
oleh pemerintah; serta
5. Adanya pengelolaan sampah secara mandiri (lokal) telah dilakukan oleh masyarakat,
yang terlihat pada beberapa wilayah perdesaan, seperti pengelolaan untuk dijadikan
kompos.
B. Masalah
1. Pada beberapa kawasan perkotaan terdapat kesulitan mencari dan mengelola TPA dan
TPS khususnya dibagian yang banyak menghasilkan sampah seperti di Pasar Agrobis
Babat;
2. Lokasi TPA yang berada di Kecamatan Tikung belum mampu menampung seluruh sampah
yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan di Kota Lamongan;
3. Pengembangan Industri di Ngimbang dan Tikung serta industri-industri di Paciran dan
Brondong akan meningkatkan jumlah limbah yang dihasilkan oleh Kabupaten Lamongan
sementara TPA hanya terdapat di Kota Lamongan;
4. Limbah dari industri mulai mengganggu masyarakat sekitar; serta
5. Sampah Perkotaan Lamongan juga memerlukan penanganan tersendiri secara komunal
yang dilakukan bersama, yaitu dengan pengumpulan dari TPS ke TPA.
C. Prospek Pengembangan
1. Penanganan sampah terutama di kawasan perdesaan dapat dilakukan secara mandiri dan
diolah menjadi bahan kompos;
2. Memperbanyak pengadaan TPS di titik-titik yang dianggap membutuhkan pengelolaan
sampah seperti di Pasar Agrobis Babat, Di Ngimbang, di Paciran dan Brondong;
3. Melalui peningkatan kesadaran lingkungan dan pemanfaatan daur ulang sampah, maka
volume sampah dapat direduksi sejak lebih awal;
4. Terdapat peluang mengelola sampah secara modern dengan skala besar melalui industri
kompos dan pupuk organik;
5. Adanya perencanaan penambahan TPA baru; serta
6. Melakukan kerjasama dalam pengelolaan sampah regional Lamongan.
Air Bersih
A. Potensi
1. Banyaknya sumber-sumber perairan yang terdapat di Kabupaten Lamongan seperti
Sungai Bengawan Solo, Waduk Gondang, waduk Prijetan, Kali Lamong dan beberapa
sumber mata air;
2. Kebutuhan masyarakat yang cukup besar terhadap pemenuhan air bersih untuk air minun
dan perairan sawah;
3. Kabupaten Lamongan dibagian tengah dilalui oleh sistem perpipaan air bersih yang
dikelola oleh Perusahaan Petro Gresik, dengan mengambil sumber dari Babat, hal ini
dapat dilakukan kerjasama dengan pemerintah Kabupaten Lamongan untuk memenuhi
kebutuhan air bersih di Kabupaten Lamongan Khususnya Bagian Tengah;
4. Pengelolaan sumber-sumber air sudah mulai dilakukan oleh beberapa masyarakat
pedesaan seperti sumur bor, pengelolaan mata air melalui Himpunan Penduduk
Pengguna Air Minum (HIPPAM) di Kabupaten Lamongan.
B. Masalah
1. Belum terpenuhinya air bersih terutama air minum secara merata di Kabupaten
Lamongan seperti di wilayah pantura dengan intensitas kegiatan yang tinggi kebutuhan
air minum dipenuhi dengan membeli air galon dan wilayah selatan yang jauh dari
jangkauan juga belum terpenuhi air bersih;
2. Kondisi air bersih yang selama ini digunakan di sebagian wilayah Kabupaten Lamongan
terutama bagian utara merupakan air payau sehingga tidak dapat dimanfaatkan untuk air
minum;
3. Sumber-sumber air yang ada baik dari sungai maupun mata air belum mendapat
pengelolaan secara terpadu terutama untuk memenuhi kebutuhan air minum;
4. Kurangnya pengelolaan air bersih dan pendistribusiannya kepada masyarakat; serta
5. Peraturan yang menyangkut kelestarian sumber daya air yang ada di Kabuparen
Lamongan masih kurang di berlakukan.
C. Prospek Pengembangan
1. Agar dilakukan pelestarian dan pengembangan terhadap sumber/mata air;
2. Pendistribusian air bersih baik untuk pengairan sawah atau pemenuhan kebutuhan
sehari-hari perlu adanya pengawasan agar dapar dirasakan oleh seluruh kalangan
masyarakat; serta
3. Penetapan peraturan yang lebih tegas dan pemberlakuan yang di mulai dengan sosialisasi
kepada masyarakat untuk pemberitahuan sebelumnya.
Prasarana Irigasi
A. Potensi
1. Banyaknya sumber perairan yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan irigasi meliputi
Sungai Bengawan Solo, Waduk Gondang dan Waduk Prijetan.
II - 8 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
2. Terdapatnya pengelolaan DAS Bengawan Solo di Kabupaten Lamongan yaitu Babat
Barrage dan Sudetan Bengawan Solo sebagai pemenuhan kebutuhan irigasi terutama
untuk kepentingan pertanian
3. Potensi waduk dan sungai yang di gunakan sebagai air bersih.
B. Masalah
1. Irigasi untuk kepentingan pertanian terutama bagian selatan masih sangat sulit, hanya
bersumber dari Kali Lamong sedangkan dari waduk – waduk yang ada di wilayah selatan
belum dirasakan masyarakat Lamongan bagian selatan secara maksimal.
2. Sering terjadi banjir pada wilayah yang dilalui oleh Sungai Bengawan Solo yaitu di
Kecamatan Babat, Sekaran, Maduran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Glagah dan
Karangbinangun.
C. Prospek
1. Pengelolaan DAS Bengawan Solo yang berkelanjutan dan dapat dirasakan oleh seluruh
masyarakat Kabupaten Lamongan.
2. Pengelolaan Waduk Gondang sebagai kawasan wisata dan alternatif kebutuhan irigasi di
wilayah selatan dengan didukung oleh Waduk Prijetan.
2.2. Potensi, Masalah dan Prospek Pengembangan Pola Ruang Wilayah
2.2.1. Kawasan Lindung
2.2.1.1. Kawasan Perlindungan Bawahannya
A. Potensi
Kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya saat ini berupa hutan lindung
dan kawasan resapan air (hutan produksi yang luasannya mencapai 33.464,40 Ha dan hutan
lindung seluas 252,9 Ha, dengan luas hutan secara keseluruhan yaitu 33.717,3 Ha.
B. Masalah
1. Pada kawasan hutan lindung dan kawasan resapan air pada beberapa bagian terdapat
perubahan penggunaan lahan dan kondisi;
2. Terdapat kecenderungan rawan terjadinya penggundulan hutan yang akan berpengaruh
terhadap kawasan-kawasan dibawahnya seperti : terjadinya kekeringan, banjir dan
longsor seperti yang terjadi diwilayah selatan Lamongan.
C. Prospek Pengembangan
1. Kawasan hutan lindung mempunyai potensi alam yang menarik dapat dikembangkan
untuk kegiatan wisata (eco tourism), seperti : wisata perairan sungai (arung jeram)
dengan tanpa mengubah fungsi lindung yang ditetapkan pada kawasan, sehingga dapat
memberikan manfaat ekonomi;
2. Pada kawasan yang seharusnya memiliki fungsi lindung tetapi saat ini digunakan untuk
budidaya terdapat prospek pengembangan untuk kawasan budidaya tetapi memiliki
fungsi lindung seperti perkebunan tegalan tinggi tamanan tahunan yang secara fisik juga
memiliki fungsi lindung;
3. Peningkatan nilai manfaat hutan lindung dengan mengambil hasil sampingan non kayu
disertai partisipasi masyarakat, pemanfaatan waduk/danau untuk budidaya ikan air
tawar, pariwisata dan budidaya lainnya. Dengan adanya kegiatan yang berpengaruh
terhadap perekonomian masyarakat, maka masyarakat akan berusaha melestarikan
keberadaan kawasan lindung yang ada di sekitarnya; serta
4. Peningkatan peran serta masyarakat dalam program hutan kemasyarakatan melalui
berbagai program kerjasama.
2.2.1.2. Kawasan Perlindungan Setempat
A. Potensi
1. Kawasan perlindungan setempat yang terdapat di Kabupaten Lamongan sebagian besar
masih terpelihara. Kawasan ini meliputi kawasan sempadan pantai (di wilayah pesisir
utara) dan kawasan sempadan sungai (Sungai Bengawan Solo, Kali Lamong dan anak
sungai), kawasan sekitar danau/waduk (Waduk Gondang, Waduk Sumengko, Waduk
Tuwiri dan Waduk Prijetan);
2. Kawasan perlindungan setempat seperti sungai dan waduk dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan air baku dan perlu dilindungi agar bisa menampung air untuk
cadangan air di wilayah Kabupaten Lamongan;
3. Sudah terdapat teknik pengolahan pengairan dari sungai berupa Babat Barrage di
Kecamatan Sekaran dan New Sembayat Barrage yang terletak pada 2 (dua) wilayah Kab.
Lamongan dan Kab. Gresik.
4. Kelestarian ekosistem disekitar kawasan perlindungan pantai dapat menjaga
keseimbangan dengan kegiatan budidaya diatasnya seperti kelestarian hutan mangrove;
5. Kawasan perlindungan setempat dapat dikembangkan sebagai kawasan wisata alam.
B. Masalah
1. Tingginya intensitas pengembangan di wilayah pesisir pantai utara mengakibatkan
kemungkinan timbulnya abrasi pantai;
2. Beberapa kawasan perlindungan setempat berupa sempadan pantai yang terdapat di
wilayah pesisir Utara Kabupaten Lamongan masih belum dikelola dengan baik, misalnya :
adanya permukiman di kawasan sempadan pantai; serta pada daerah konservasi Sungai
Bengawan Solo terutama pada Kec. Laren dan Sekaran;
II - 9 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
3. Terjadi peningkatan penggunaan kawasan terbangun dan penambangan pasir pada
kawasan perlindungan sekitar sungai.
C. Prospek Pengembangan
1. Peningkatan manfaat kawasan perlindungan setempat berupa sungai dan waduk untuk
memenuhi kebutuhan air bersih dan irigasi secara berkelanjutan.
2. Peningkatan manfaat kawasan perlindungan pantai sebagai kawasan pariwisata dan
kegiatan budidaya perikanan laut untuk meningkatkan perekonomian wilayah.
3. Pengolahan sumber pengairan dari kawasan perlindungan setempat berupa Waduk
Gondang dan Kali Lamong untuk mengantisipasi kebutuhan air baku di bagian selatan.
4. Pengadaan sumur resapan setiap wilayah kecamatan untuk mengantisipasi intrusi air
laut.
2.2.1.3. Kawasan Cagar Budaya
A. Potensi
1. Kawasan cagar budaya yang terdapat di Kabupaten Lamongan cukup beragam yakni
berupa monumen van Der Wijck, Situs Sunan Drajat, makam Sunan Drajad, makam
Sendang Duwur, Makam Joko Tingkir dan makam Nyai Ratu Andongsari, Desa Balun yang
perlu dijaga sebagai aset bersejarah.
2. Kawasan perlindungan cagar budaya dapat dikembangkan sebagai kawasan untuk
kegiatan wisata budaya, wisata religi dan wisata pendidikan/penelitian.
B. Masalah
1. Masih ada beberapa kawasan Cagar Budaya yang masih belum di kembangkan dan
dikelola secara maksimal;
2. Fasilitas penunjang kawasan Cagar Budaya seperti tempat parkir, kios dan fasilitas
penunjang lainnya masih sangat kurang ; serta
3. Cagar Budaya yang populer saja di kenal oleh wisatawan regional sedangkan cagar
budaya yang kurang populer kurang diminati oleh wisatawan regional.
C. Prospek Pengembangan
1. Pengembangan Cagar Budaya dengan membuat rute wisata yang meliputi seluruh cagar
budaya yang ada di Kabupaten Lamongan;
2. Pengembangan obyek-obyek yang termasuk cagar budaya dapat dikelompokkan menjadi
satu-kesatuan sistem pariwisata sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat seperti
Pengembangan wisata pantura (Pendukung wisata WBL), obyek wisata bagian tengah
Kabupaten Lamongan dan obyek wisata bagian selatan (pendukung wisata Waduk
Gondang); serta
3. Pengadaan fasilitas penunjang yang dapat menambah kenyamanan pengunjung yang
mengunjungi cagar budaya yang ada di Kabupaten Lamongan.
2.2.1.4. Kawasan Rawan Bencana
A. Potensi
1. Kawasan rawan banjir di Kabupaten Lamongan berada di kawasan yang di lalui oleh
Sungai Bengawan Solo yaitu di Kecamatan Babat, Sekaran, Maduran, Laren,
Karanggeneng, Kalitengah, Glagah dan Karangbinangun.
2. Pengelolaan kawasan yang terkena banjir dapat diantispasi dengan melakukan reboisasi
pada sepanjang aliran sungai Bengawan Solo.
3. Potensi kawasan bencana lainnya dapat terjadi di Kecamatan Paciran dan Kecamatan
Brondong yang merupakan kawasan pesisir serta Kecamatan Turi dan Kecamatan Deket
sebagai kawasan yang terdampak banjir sungai Bengawan Solo.
B. Masalah
1. Bencana banjir di sekitar sungai Bengawan Solo diakibatkan oleh terdapatnya
penggunaan lahan pada kawasan konservasi yaitu di tepi sungai.
2. Tidak terdapatnya penghijauan di sepanjang tepi sungai.
3. Tingginya tingkat pengembangan wilayah di kawasan pesisir sehingga mengalami
benturan dengan kelestarian lingkungan.
4. Mulai hilangnya kawasan hutan mangrove dan rusaknya terumbu karang.
5. Potensi yang besar di kawasan pesisir sehingga mendorong pengembangan kawasan
budidaya yang membutuhkan lahan pengembangan yang luas sehingga banyak lahan
konservasi yang terpakai. Hal ini memungkinkan terjadinya gelombang pasang jika
tidak segera dilakukan penanggulangan dini.
C. Prospek Pengembangan
1. Pada kawasan Rawan Banjir dapat ditingkatkan fungsinya menjadi kawasan lindung jika
pada kawasan tersebut memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap bencana banjir.
2. Pada kawasan rawan bencana banjir dan gelombang pasang dapat dimanfaatkan sebagai
kawasan lindung bersyarat, seperti kegiatan budidaya pariwisata dengan tetap menjaga
kelestarian lingkungan.
II - 10 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
2.2.2. Kawasan Budidaya
2.2.2.1. Pertanian
A. Potensi
1. Potensi sawah cukup besar yakni seluas 79.320 ha yang tersebar di kawasan perkotaan
maupun perdesaan;
2. Komoditi yang unggulan yaitu padi, palawija dan hortikultura;
3. Komoditi yang potensial dan sudah dikembangkan berupa tanaman jarak pagar yaitu di
Kacamatan Paciran, hal ini dapat mendukung peningkatan mutu pertanian di Kabupaten
Lamongan;
4. Hortikultura di Kabupaten Lamongan tersebar di seluruh wilayah kecamatan. Potensi ini
cukup besar karena hortikultura di Kabupaten Lamongan selain untuk memenuhi
kebutuhan penduduk wilayah Kabupaten Lamongan sendiri juga untuk kebutuhan daerah
lainnya (seperti ke Surabaya dan Jakarta) dan beberapa komoditas telah di eksport;
serta
5. Kawasan perdesaan masih sangat luas dan memiliki berbagai produk pertanian;
B. Masalah
1. Banyak terjadi alih fungsi lahan khususnya sawah menjadi kawasan terbangun, yang
berarti bahwa semakin berkurangnya lahan pertanian;
2. Kualitas dan hasil pengolahan belum optimal; serta
3. Banyaknya lahan sawah yang dilanda banjir sehingga sering kali mengakibatkan gagal
panen dan hasil panen yang kurang maksimal sehingga berpengaruh terhadap produksi
pertanian.
C. Prospek Pengembangan
1. Pengembangan produksi pertanian dilakukan dengan mempertahankan luasan sawah
yang ada, setidaknya melalui peningkatan sistem irigasi bila terjadi alih fungsi sawah.
Hal ini didukung oleh peningkatan pelayanan irigasi di wilayah yang potensial;
2. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan,
melalui penyuluhan-penyuluhan dan pelatihan;
3. Hasil produk hortikultura mempunyai peluang pemasaran yang signifikan baik di dalam
negeri maupun luar negeri, sehingga prospek pengembangan kawasan untuk hortikultura
di Kabupaten Lamongan sangat diharapkan. Pengembangan kawasan pertanian
hortikultura ini dapat diprioritaskan pada kawasan agropolitan di wilayah selatan dan
wilayah-wilayah lainnya;
4. Pengembangan pertanian dan hortikultura beserta kegiatan pengolahannya
memungkinkan pengembangan kawasan agropolitan di wilayah selatan;
5. Peningkatan keterampilan masyarakat yang bertujuan untuk menjaga areal persawahan
dari ancaman banjir dan hama yang menyerang tanaman.
2.2.2.2. Perkebunan
A. Potensi
1. Perkebunan di Kabupaten Lamongan tersebar dengan jenis produksinya antara lain :
tembakau, kenaf, tebu, cabe jamu, wijen, jarak pagar, kelapa dan siwalan yang
mempunyai nilai jual cukup tinggi. Komoditas unggulan ini sebagian besar untuk diolah
dan dieksport;
2. Komoditi perkebunan sudah diolah dari daun menjadi rajangan, hal ini merupakan
peningkatan produksi dengan merubah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi.
B. Masalah
1. Terjadinya perubahan fungsi lahan perkebunan menjadi tegalan/ladang kering, dan
adanya penebangan tanaman perkebunan sehingga mengakibatkan penurunan tingkat
produksi; serta
2. Kualitas dan pengolahan hasil perkebunan masih belum optimal.
C. Prospek Pengembangan
1. Prospek pengembangan kawasan perkebunan sangat baik terutama untuk jenis-jenis
komoditas yang mempunyai nilai jual yang cukup tinggi seperti : tembakau dan tebu.
Untuk itu, pengembangan kawasan perkebunan ini dilakukan dengan mengembalikan
fungsi perkebunan sesuai dengan jenis tanaman perkebunan; serta
2. Melakukan penelitian dan penyuluhan yang berguna untuk peningkatkan kualitas hasil
perkebunan dan pengolahan yang lebih lanjut.
2.2.2.3. Kehutanan
A. Potensi
1. Kabupaten Lamongan memiliki luas area hutan produksi seluas 33.464 Ha yang hasilnya
diolah untuk meningkatkan nilai ekonomi;
2. Adanya pengolahan hasil hutan produksi misalnya pengolahan kayu gelondongan menjadi
kayu yang siap dipasarkan.
B. Masalah
1. Hutan produksi di Kabupaten Lamongan banyak yang mengalami kerusakan dan tidak
produktif;
2. Perkembangan kawasan budidaya banyak yang merambah kawasan lindung atau kawasan
hutan produksi; serta
II - 11 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
3. Kurangnya penanganan yang lebih lanjut dari pemerintah setempat tentang penebangan
hutan secara liar maupun perubahan fungsi hutan.
C. Prospek Pengembangan
1. Hutan produksi di Kabupaten Lamongan dapat dikembangkan dalam skala luas dan
memiliki prospek pengembangan hutan produksi dikelola dengan program Pengelolaan
Hutan Bersama Masyarakat (PHBM);
2. Pada daerah yang mengalami atau terdapat konflik penggunaan tanah diperlukan adanya
penanganan dengan teknik konservasi secara vegetatif atau sipil;
2.2.2.4. Peternakan
A. Potensi
1. Peternakan di Kabupaten Lamongan khususnya di bagian tengah hingga bagian selatan
cukup besar seperti peternakan besar dan kecil ruminansia, penggemukan (fattening),
serta unggas (ayam buras, ayam ras, itik dan puyuh) dikembangkan dengan pola kemitraan
dan mandiri; serta
2. Potensi ternak kerbau berada di Kecamatan Glagah.
B. Masalah
1. Kurangnya sarana pendukung pengolahan komoditi ternak;
2. Belum tersedia pengelolaan yang layak terhadap limbah ternak;
3. Pengembala kesulitan lahan pengembalaan bersama; serta
4. Belum adanya pengolahan hasil peternakan.
C. Prospek Pengembangan
1. Menyediakan lahan yang cukup luas untuk areal peternakan dan pengembala bersama
untuk mengatasi permasalahan kekurangan lahan;
2. Memberikan penyuluhan terhadap pengolahan limbah ternak kepada masyarakat;
3. Pengembangan lembaga penelitian kesehatan hewan ternak dan inseminasi buatan yang
bertujuan untuk menghasilkan produk unggulan; serta
4. Pengolahan hasil peternakan yang mampu untuk segera di pasarkan dan berdaya saing
tinggi.
2.2.2.5. Perikanan
A. Potensi
1. Dengan potensi perikanan darat di Kabupaten Lamongan terkonsentrasi di sawah tambak,
sungai, perikanan tangkap (laut) di beberapa pusat pendaratan ikan serta terbesar di
Perkotaan Brondong dan Perkotaan Paciran, sedangkan untuk perikanan budidaya seperti
sawah tambak tersebar di wilayah tengah dan kolam tersebar di seluruh wilayah
kecamatan;
2. Dengan adanya wilayah utara Kabupaten Lamongan yang berbatasan dengan laut maka
areal perikanan tangkap Kabupaten Lamongan cukup besar;
3. Potensi perikanan budidaya di Kabupaten Lamongan cukup besar khususnya pada areal
sawah tambak seluas 23.774,73 Ha dengan produksi sebanyak 25.671.348 Kg pada tahun
2007;
4. Potensi perikanan tangkap cukup besar di Kabupaten Lamongan, hal ini ditandai dengan
hasil tangkapan nelayan sebanyak 41.568.325 ton pada tahun 2007;serta
5. Adanya TPI (Tempat Pelelangan Ikan) mampu menampung hasil perikanan tangkap dengan
jumlah yang besar yaitu TPI Brondong dan Pelabuhan Nusantara Brondong.
B. Masalah
1. Kurangnya alternatif pengolahan (diversifikasi) untuk potensi perikanan dan peternakan
yang dimiliki Kabupaten Lamongan;
2. Pengembangan kawasan perikanan darat berupa perikanan air tawar di danau/waduk
adalah berkurangnya debit air di saat musim kemarau, sehingga menghambat
produktivitas;
3. Untuk pengembangan kawasan perikanan tambak permasalahan yang dihadapi adalah
menurunnya kualitas lahan untuk tambak akibat adanya pencemaran dari wilayah darat
berupa sisa obat hama (pestisida) yang larut bersama air sungai atau air permukaan
lainnya yang berpengaruh terhadap tingkat produktivitas perikanan tambak;
4. Wilayah perairan merupakan daerah akhir pengaliran dari daratan, sehingga tingkat
pencemaran di perairan pantai ini cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya
kegiatan budidaya di wilayah daratan dan mempengaruhi ekosistem wilayah pantai dan
perairan yang pada akhirnya berakibat pada potensi lestari perikanan laut; serta
5. Adanya kegiatan penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan juga menyebabkan
rusaknya ekosistem perairan dan pantai yang akan mempengaruhi potensi lestari perikanan
tangkap dengan menggunakan cara tradisional.
C. Prospek Pengembangan
1. Prospek pengembangan kegiatan perikanan tangkap sangat besar di wilayah pesisir
Lamongan, dimana terkait dengan adanya rencana pengembangan pelabuhan perikanan
dan pelabuhan umum Nasional di Kawasan Brondong-Paciran; serta
2. Peningkatan kualitas, mutu serta nilai tambah hasil perikanan tangkap maupun hasil
perikanan budidaya melalui industri pengalengan ikan, industri pengasapan ikan, serta
pengolahan ikan menjadi tepung ikan.
II - 12 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
2.2.2.6. Industri
A. Potensi
1. Kegiatan industri di Kabupaten Lamongan memiliki potensi yang cukup besar, diwilayah
utara meliputi Lamongan Shorebase (LS) dan Kawasan industri kemaritiman;
2. Di wilayah selatan berkembang agro industri yaitu pengolahan hasil perkebunan meliputi
industri pengolahan jagung dan industri pengolahan tembakau; serta
3. Mulai bermunculannya home industri yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten
Lamongan.
B. Masalah
1. Industri yang ada tersebar ke beberapa lokasi sehingga kawasan industri kurang
berkembang dan penggunaan lahan menjadi kurang efisien;
2. Kawasan industri yang terdapat di Kabupetan Lamongan berada pada jalur utama dan
dekat dengan kawasan pemukiman penduduk sehingga akan berpengaruh pada sistem
tranportasi dan lingkungan pemukiman;
3. Kawasan industri di pantura berada pada wilayah pantai sehingga mengakibatkan
kerusakan pada ekosistem laut dan lingkungan; serta
4. Keterbatasan modal dan keahlian mengakibatkan industri-industri kecil (home industry)
tidak mampu bersaing dan akhirnya gulung tikar.
C. Prospek Pengembangan
1. Perkembangan kawasan indutri dapat memacu pertumbuhan ekonomi tinggi;
2. Pengembangan industri dengan kegiatan ekspor-impor hasil industri;
3. Pengembangan keahlian masyarakat yang mampu mendorong majunya industri-industri
kecil (home industriy) dengan pemberian pelatihan dan peminjaman modal bagi industri
yang membutuhkan.
4. Pengembangan Industri kreatif dari warisan budaya seperti kerajinan, kesenian dan
kuliner.
2.2.2.7. Pertambangan
A. Potensi
Kabupaten Lamongan memiliki sumber daya potensial mineral dengan potensi
pertambangan berupa minyak dan gas bumi di Desa Balongsari Kecamatan Tikung dan bahan
mineral bukan logam dan batuan di Kecamatan Paciran, Brondong, Solokuro , Babat,
Ngimbang, Sugio, Mantup dan Sambeng.
B. Masalah
1. Pada Kecamatan Mantup, Kecamatan Babat, Kecamatan Brondong dan Kecamatan Paciran
yang merupakan areal pertambangan mengalami kerusakan akibat penambangan bahan
galian mineral batuan;
2. Kawasan pertambangan belum dikelola dengan baik, terutama penanganan lahan pasca
penambangan, serta belum teridentifikasinya besaran tambang yang ada. Tanpa adanya
reklamasi dan pengembalian pada rona awal, maka eksploitasi penambangan rawan
perusakan lingkungan dalam jangka panjang.
C. Prospek Pengembangan
1. Nilai ekonomis yang dihasilkan oleh tambang dapat meningkatkan perekonomian wilayah;
2. Pengembangan pertambangan di wilayah pantura menjadi keterpaduan ekonomi dengan
kawasan LS di wilayah pantura sebagai pendukung perekonomian regional dalam
Gerbangkertosusila Plus;
3. Dalam mengantisipasi kemungkinan akibat habisnya hasil tambang maka masyarakat harus
melakukan peningkatan Sumberdaya Manusia di bidang teknologi.
2.2.2.8. Pariwisata
A. Potensi
1. Potensi pariwisata di Kabupaten Lamongan cukup besar baik wisata alam, wisata budaya,
maupun minat khusus. Wisata-wisata alam tersebut meliputi Wisata Bahari Lamongan
(WBL), Waduk Gondang, Goa Maharani dan Zoo serta sumber mata air Panas Tepanas.
Wisata budaya meliputi Monumen Van Der Wijck, Makam Sunan Drajad, Makam Sendang
Duwur, Makam Joko Tingkir, Makam Nyai Ratu Andongsari, Desa Balun. Wisata buatan
meliputi TPI di wilayah Pantura dan Sudetan Bengawan Solo.
2. Secara umum lokasi obyek-wisata potensial berada pada jalur regional sehingga
memundahkan akses wisatawan dari luar Kabupaten Lamongan.
B. Masalah
1. Potensi pariwisata yang besar dan sangat banyak belum mampu bersaing dalam skala
regional dan nasional dan dengan banyaknya obyek wisata menjadikan sulit untuk
mengembangkan dalam skala besar secara bersamaan;
2. Kurangnya pengembangan keterkaitan obyek wisata sebagai satu kesatuan sistem;
3. Lokasi obyek-obyek wisata yang berjauhan sehingga sulit untuk dijangkau oleh wisatawan.
4. Banyak obyek-obyek yang memiliki prospek pengembangan tetapi karena jauh dari pusat
pengembangan sehingga sulit mendapat pengelolaan.
II - 13 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
C. Prospek Pengembangan
1. Pengembangan kawasan WBL dan Tanjung Kodok sebagai kawasan pariwisata skala
nasional;
2. Pengembangan wisata-wisata pendukung obyek wisata utama seperti Sunan Drajad dan TPI
Brondong; serta
3. Pengembangan jalur pariwisata internal dan eksternal dengan membuat suatu rute wisata
yang mampu mendongkrak popularitas tempat wisata yang masih kurang dikenal.
2.2.2.9. Agropolitan dan Minapolitan
A. Potensi
1. Potensi Agropolitan di Kabupaten Lamongan yang ada di wilayah selatan yang harus
dikembangkan sehingga dapat memberikan dampak strategis pada kawasan tersbeut;
2. Potensi Minapolitan yang ada di kabupaten Lamongan terdiri dari Minapolitan tangkap dan
budidaya.
B. Masalah
1. Kawasan agropolitan yang ada di wilayah selatan Kabupaten Lamongan perlu adanya
dukungan pembangunan infrastruktur yang dapat mendukung perkembangan kawasan
agropolitan;
2. Kawasan Minapolitan yang ada di Kabupaten Lamongan perlu mendapatkan dukungan
perbaikan sarana penunjang;
3. Perlu adanya penetapan komoditas unggulan pada lokasi agropolitan dan minapolitan.
C. Prospek Pengembangan
1. Perlu adanya perbaikan dan pembangunan sarana penunjang pada kawasan agropolitan
dan kawasan minapolitan;
Pada kawasan agropolitan dan kawasan minapolitan perlu adanya pemetaan yang detail
tentang komoditas unggulan yang akan dikembangkan.
2.3. Potensi, Masalah dan Prospek Pengembangan Kawasan Strategis
Jenis kawasan strategis di Kabupaten Lamongan dibedakan menjadi beberapa yaitu kawasan
strategis pertumbuhan ekonomi, kawasan strategis sosial dan budaya, kawasan strategis daya
dukung lingkungan hidup dan kawasan strategis pertahanan dan keamanan.
A. Potensi
1. Terdapat kawasan strategis ekonomi yaitu Kawasan Brondong dan Paciran dan Perkotaan
Babat yang mampu mendorong pengembangan wilayah;
2. Kawasan strategis sosial dan budaya adalah kawasan sekitar candi : Monumen van Der
Wijck, Situs Sunan Drajat, Situs Sendang Duwur, Makam Joko Tingkir dan Makam Nyai
Putri Andongsari, yang merupakan peninggalan sejarah yang bernilai tinggi, sehingga
perlu dilindungi dan dilestarikan;
3. Kawasan strategis fungsi dan daya dukung lingkungan hidup meliputi Wisata Bahari
Lamongan (WBL), Babat Barrage, Waduk Gondang, Waduk Sumengko, Waduk Prijaten,
serta waduk dan rawa lainnya memiliki fungsi lingkungan khusus dan keragaman biota
didalamnya yang perlu dipertahankan keberadaannya; serta
4. Kawasan strategis pertahanan dan keamanan
B. Masalah
1. Pada kawasan yang mempunyai faktor strategis untuk pengembangan kegiatan ekonomi
skala besar seperti : di Kawasan Paciran dan Brondong (untuk pelabuhan dan industri)
terdapat kawasan lindung berupa hutan, padang lamun dan terumbu karang, sehingga
permasalahan yang mungkin terjadi adalah akan terganggunya fungsi lindung akibat
adanya pengembangan kegiatan ekonomi tersebut;
2. Untuk permasalahan pelabuhan di Kabupaten Lamongan adalah lokasi pelabuhan yang
berdekatan dengan kawasan hutan dimana perlu adanya pengendalian atau arahan
aktivitas pelabuhan pada kawasan sekitarnya; serta
3. Pemanfaatan kawasan hutan tidak sebagaimana fungsi serta peruntukannya.
C. Prospek Pengembangan
1. Pelabuhan laut dan kawasan industri di Kawasan Brondong - Paciran dan pengembangan
kawasan perdagangan dan jasa di Perkotaan Babat dapat memacu perkembangan
Kabupaten Lamongan secara Nasional;
2. Kawasan sekitar cagar budaya dan ilmu pengetahuan dapat dikembangkan secara
terintegrasi sehingga saling menguntungkan dan kawasan sekitar monumen lebih
terkendali;
3. Bangunan peninggalan sejarah dapat dikembangkan untuk kegiatan wisata dan
pendidikan, dengan didukung oleh adanya penataan kawasan dan pengendalian kegiatan
di sekitarnya;
4. Pada wilayah yang sebagian besar merupakan fungsi perlindungan kawasan akan tetapi
mempunyai potensi pengembangan untuk kegiatan lain, dapat tetap dikembangkan
untuk kegiatan yang memberikan nilai ekonomi lebih, yakni dengan cara keterkaitan
antar kegiatan, misalnya : pengembangan agrowisata, pengembangan wisata alam (eco
tourism), pengembangan perkebunan dengan fungsi lindung; serta
II - 14 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGANRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
5. Melalui pengembangan sistem perdesaan dan perkotaan serta infrastruktur yang
memadai akan dapat mengurangi kawasan tertinggal.
6. Pengendalian ketat terhadap kawasan budidaya pada kawasan sempadan pantai untuk
tetap menjaga fungsi lindung hutan mangrove dan ekosistem pantai.
2.4. Potensi, Masalah dan Prospek Pengembangan Kawasan Pesisir
A. Potensi
1. Kawasan pesisir Kabupaten Lamongan ditinjau dari kondisi fisiknya sebagian besar
merupakan kawasan dengan fungsi perlindungan, baik perlindungan bagi kawasan di
bawahnya, perlindungan setempat, perlindungan sempadan pantai, maupun cagar alam;
2. Kawasan pesisir Kabupaten Lamongan mempunyai potensi ekosistem khas yang sangat
menunjang perikanan laut seperti : adanya Pelabuhan Perikanan Brondong dan
Pelabuhan Brondong (Pelabuhan Rakyat Sedayulawas);
3. Kawasan pesisir Kabupaten Lamongan memiliki potensi pengembangan kegiatan ekonomi
seperti : potensi obyek wisata, potensi perikanan tangkap dan perikanan tambak,
potensi pelayaran. Potensi-potensi tersebut sebagian besar masih belum dikelola (kondisi
alami); serta
4. Kawasan pesisir Brondong-Paciran juga mempunyai potensi untuk pengembangan
pelabuhan skala nasional - internasional serta kawasan industri.
B. Masalah
1. Potensi dan kekayaan pesisir/laut tersebut dikawatirkan akan mengalami kerusakan
pantai akibat gelombang air laut yang cukup besar, penangkapan ikan dengan peledak
yang dapat merusak ekosistem terumbu karang, penebangan dan pembukaan areal
tambak pada hutan mangrove dan sejenisnya;
2. Kondisi kawasan lindung yang terdapat di kawasan pesisir Kabupaten Lamongan sebagian
beralih fungsi untuk kawasan budidaya seperti : permukiman penduduk, lahan pertanian
kering dan perkebunan. Hal ini mengakibatkan timbulnya permasalahan baru seperti :
rawan banjir, longsor, kekeringan pada wilayah perlindungan di bawahnya, dan juga
berpengaruh terhadap kondisi wilayah pantai antara lain terjadinya sedimentasi;
3. Banyaknya kegiatan-kegiatan eksploitasi sumber daya yang tersedia di kawasan pesisir
dan perairan Kabupaten Lamongan yang tidak ramah lingkungan, sehingga dapat
mengakibatkan kerusakan lingkungan seperti : berkurangnya hasil tangkapan perikanan
akibat penangkapan ikan dengan peledak yang dapat merusak ekosistem terumbu
karang, penebangan dan pembukaan areal tambak pada hutan mangrove dan sejenisnya;
4. Kurangnya pengelolaan kawasan dan pemeliharaan sarana-prasarana yang ada misalnya :
kondisi pantai dan lingkungan sekitarnya yang terlihat masih kotor dan kurang terurus,
sarana-prasarana obyek wisata yang kurang berkembang dan sarana-prasarana perikanan
yang kurang memadai.
C. Prospek Pengembangan
1. Pemanfaatan kawasan lindung di kawasan pesisir Kabupaten Lamongan untuk kegiatan
lain dengan tidak merusak/mengganggu keseimbangan kelestarian lingkungan, yakni
seperti : pengembangan kegiatan wisata alam, untuk kegiatan penelitian dan wisata
pendidikan, sehingga selain memberikan manfaat ekonomi juga meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya kelestarian lingkungan terutama di kawasan pesisir
yang cenderung rentan terhadap perubahan di wilayah darat maupun perairan;
2. Peningkatan pemanfaatan potensi yang terdapat di kawasan pesisir Kabupaten Lamongan
khususnya perikanan tangkap secara ramah lingkungan akan mendorong keberlanjutan
dalam jangka panjang;
3. Pemanfaatan potensi sumber daya alam dan pengembangan kegiatan potensial (wisata
dan pelabuhan) di kawasan pesisir Kabupaten Lamongan ini dapat dioptimalkan apabila
dikembangkan akses menuju kawasan maupun akses yang menghubungkan antar kawasan
di wilayah pesisir;
4. Untuk pengembangan dan pengelolaannya diperlukan kerjasama antara pemerintah dan
masyarakat setempat;
5. Perlu adanya peraturan daerah yang tegas yang mengatur tentang kelestarian ekosistem
pantai; serta
6. Kawasan Paciran sangat potensial untuk pengembangan pelabuhan dan kawasan industri
dalam skala besar.