potensi geopark gunung batu dan curug cibengang kabupaten ... filesebagai jaringan geopark global...

9
Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan KebencanaanPotensi Geopark Gunung Batu dan Curug Cibengang Kabupaten Jonggol, Jawa Barat Dewandio Yogaswara, M. Luthfi Audryan D , dan Paulus Johannes Universitas Trisakti, Jln Kyai Tapa, Grogol, Jakarta Barat, 11440, DKI Jakarta Email :[email protected] Abstrak Indonesia merupakan negara yang terkenal akan keberagaman budaya dan keindahan alamnya. Hal tersebut didukung dengan usulan pemerintah yang akan mengajukan 170 destinasi geodiversity baru sebagai jaringan geopark global oleh Badan Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO). Di Indonesia, banyak daerah yang minim intensitas eksposnya oleh wisatawan dalam maupun luar negeri sehingga diperlukan studi lebih lanjut untuk memaksimalkan nilai jual objek wisata, meliputi Gunung Batu dan Curug Cibengang, Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Jonggol Jawa Barat. Metode yang digunakan adalah metode primer dan penginderaan jarak jauh. Berdasarkan fisiografi Pulau Jawa oleh Van Bemmelen, daerah ini termasuk zona gunung api kuarter, dilihat dari batuan beku yang mendominasi gunung tersebut. Batuan ini memiliki bentuk yang unik dan terdapat kristal-kristal indah pada batuan. Kekerasan dari batuan beku cocok digunakan untuk olahraga panjat tebing. Gunung Batu dengan ketinggian 875 mdpl sudah memiliki fasilitas pendakian yang dibuat oleh warga sekitar dan pencinta alam, meski fasilitas tersebut masih kurang memadai. Objek wisata kedua ialah Curug Cibengang, curug tersebut memiliki keindahan alam yang menakjubkan. Curug ini hanya dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk mengairi sawah dan memenuhi kebutuhan rumah tangga. Minimnya fasilitas yang menunjang lokasi tersebut menjadi alasan kami untuk melakukan kajian terhadap Gunung Batu dan Curug Cibengang. Nyatanya, kedua tempat tersebut memiliki potensi sebagai kawasan geopark nasional. Dengan terwujudnya pembenahan yang dibutuhkan, memudahkan wisatawan dalam menikmati keindahan alam serta mempelajari ilmu kebumian secara aman dan nyaman, pembenahan yang dilakukan dapat pula meningkatkan jumlah wisatawan. Meningkatnya jumlah wisatawan dapat berimplikasi pada perekonomian warga sekitar dan menjadi ikon baru di Jawa Barat. Kata Kunci : Curug Cibengang, Geowisata, Gunung Batu, Jonggol, Jawa Barat. Pendahuluan Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki daya tarik geologis yang khas di berbagai wilayah yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Beragam kekayaan alam dapat ditemui di Indonesia, Sehingga Indonesia berpotensi memiliki banyak objek geowisata. Geowisata merupakan salah satu bentuk perjalanan wisata minat khusus yang didasari oleh ketertarikan/rasa ingin tahu pada keragaman fenomena kebumian (geodiversity). Geowisata sebagai salah satu bentuk perjalanan wisata minat khusus yang dapat dibangkitkan melalui apresiasi terhadap obyek kebumian dan tata lingkungannya. Geowisata juga dapat dijadikan jembatan dalam rangka sosialisasi ilmu pengetahuan alam, pendidikan lingkungan dan pelestarian alam dan pada akhirnya diharapkan akan terwujud pembangunan pariwisata yang berkelanjutan berbasis kearifan lokal. Namun, kegiatan geowisata di Indonesia memang baru dikenal pada tahun 1980-an sejak maraknya para turis beransel (back-pack tourists).

Upload: duongdan

Post on 13-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Potensi Geopark Gunung Batu dan Curug Cibengang Kabupaten ... filesebagai jaringan geopark global ... Metode yang digunakan adalah metode primer dan penginderaan jarak jauh. ... Sehingga

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Potensi Geopark Gunung Batu dan Curug Cibengang

Kabupaten Jonggol, Jawa Barat Dewandio Yogaswara, M. Luthfi Audryan D , dan Paulus Johannes

Universitas Trisakti, Jln Kyai Tapa, Grogol, Jakarta Barat, 11440, DKI Jakarta

Email :[email protected]

Abstrak Indonesia merupakan negara yang terkenal akan keberagaman budaya dan keindahan alamnya. Hal

tersebut didukung dengan usulan pemerintah yang akan mengajukan 170 destinasi geodiversity baru

sebagai jaringan geopark global oleh Badan Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan PBB

(UNESCO). Di Indonesia, banyak daerah yang minim intensitas eksposnya oleh wisatawan dalam

maupun luar negeri sehingga diperlukan studi lebih lanjut untuk memaksimalkan nilai jual objek

wisata, meliputi Gunung Batu dan Curug Cibengang, Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Jonggol

Jawa Barat.

Metode yang digunakan adalah metode primer dan penginderaan jarak jauh. Berdasarkan fisiografi

Pulau Jawa oleh Van Bemmelen, daerah ini termasuk zona gunung api kuarter, dilihat dari batuan

beku yang mendominasi gunung tersebut. Batuan ini memiliki bentuk yang unik dan terdapat

kristal-kristal indah pada batuan. Kekerasan dari batuan beku cocok digunakan untuk olahraga

panjat tebing. Gunung Batu dengan ketinggian 875 mdpl sudah memiliki fasilitas pendakian yang

dibuat oleh warga sekitar dan pencinta alam, meski fasilitas tersebut masih kurang memadai. Objek

wisata kedua ialah Curug Cibengang, curug tersebut memiliki keindahan alam yang menakjubkan.

Curug ini hanya dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk mengairi sawah dan memenuhi kebutuhan

rumah tangga. Minimnya fasilitas yang menunjang lokasi tersebut menjadi alasan kami untuk

melakukan kajian terhadap Gunung Batu dan Curug Cibengang. Nyatanya, kedua tempat tersebut

memiliki potensi sebagai kawasan geopark nasional. Dengan terwujudnya pembenahan yang

dibutuhkan, memudahkan wisatawan dalam menikmati keindahan alam serta mempelajari ilmu

kebumian secara aman dan nyaman, pembenahan yang dilakukan dapat pula meningkatkan jumlah

wisatawan. Meningkatnya jumlah wisatawan dapat berimplikasi pada perekonomian warga sekitar

dan menjadi ikon baru di Jawa Barat.

Kata Kunci : Curug Cibengang, Geowisata, Gunung Batu, Jonggol, Jawa Barat.

Pendahuluan

Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang

memiliki daya tarik geologis yang khas di

berbagai wilayah yang membentang dari

Sabang sampai Merauke. Beragam kekayaan

alam dapat ditemui di Indonesia, Sehingga

Indonesia berpotensi memiliki banyak objek

geowisata. Geowisata merupakan salah satu

bentuk perjalanan wisata minat khusus yang

didasari oleh ketertarikan/rasa ingin tahu pada

keragaman fenomena kebumian

(geodiversity). Geowisata sebagai salah satu

bentuk perjalanan wisata minat khusus yang

dapat dibangkitkan melalui apresiasi terhadap

obyek kebumian dan tata lingkungannya.

Geowisata juga dapat dijadikan jembatan

dalam rangka sosialisasi ilmu pengetahuan

alam, pendidikan lingkungan dan pelestarian

alam dan pada akhirnya diharapkan akan

terwujud pembangunan pariwisata yang

berkelanjutan berbasis kearifan lokal. Namun,

kegiatan geowisata di Indonesia memang baru

dikenal pada tahun 1980-an sejak maraknya

para turis beransel (back-pack tourists).

Page 2: Potensi Geopark Gunung Batu dan Curug Cibengang Kabupaten ... filesebagai jaringan geopark global ... Metode yang digunakan adalah metode primer dan penginderaan jarak jauh. ... Sehingga

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Sehingga harus dilakukan pengembangan

geowisata untuk meningkatkan daya tarik

wisatawan domestik maupun wisatawan

mancanegara. Salah satu daerah di Indonesia

yang berpotensi menjadi objek geowisata

berada tidak jauh dari Ibu Kota yaitu di

Kabupaten Jonggol. Selama ini kegiatan

pariwisata di Kabupaten Jonggol secara

signifikan dicirikan oleh Gunung Batu dan

Curug Cibengang. Kedua tempat tersebut

berada di wilayah Gunung Api Kuarter.

Namun, keberadaan objek geowisata tersebut

sampai saat ini hanya diketahui oleh warga

sekitar atau para geologis yang tertarik

dengan indahnya pemandangan, keunikan

bentang alam dan batuan di samping

pekerjaan utamanya mencatat proses-proses

geologis. Sayangnya, masyarakat awam luput

dengan adanya objek geowisata Gunung Batu

dan Curug Cibenang. Padahal, dalam kegiatan

geowisata tidak perlu menjadi seorang

geologis untuk mengapresiasi obyek

kebumian dan tata lingkungan. Inti dari

kegiatan geowisata sendiri adalah pemahaman

terhadap proses-proses geologis yang dikemas

dalam suatu kegiatan wisata.

Permasalahan akan rendahnya

pengetahuan masyarakat akan objek

geowisata Gunung Batu dan Curug

Cibengang berdampak pada rendahnya

jumlah pengunjung di Gunung Batu yaitu

hanya berkisar 20 – 30 orang di hari biasa dan

200 orang di akhir pekan. Tidak dapat

dihindari hal tersebut juga dikarenakan

infrastruktur yang kurang memadai di daerah

tersebut sehingga tidak sembarang wisatawan

dapat menikmati keindahan alam di Gunung

Batu. Kesulitan dalam transportasi serta

minimnya petunjuk arah menuju Gunung

Batu dan Curug Cibengang merupakan

kekurangan yang dimiliki obyek wisata ini.

Keamanan dalam mendaki gunung serta jalan

menuju curug dinilai masih kurang aman.

Oleh sebab itu, dengan terwujudnya

pembenahan yang dibutuhkan, memudahkan

wisatawan dalam menikmati keindahan alam

serta mempelajari ilmu kebumian secara aman

dan nyaman.

Tujuan

Untuk memperkenalkan potensi objek

geowisata gunung batu dan curug cibengang

kepada wisatawan baik domestik dan

mancanegara serta mendorong pemerintah

daerah untuk membenahi seluruh fasilitas

penunjang objek geowisata ini. Dengan

pembenahan yang dilakukan pemerintah

daerah, akan berimplikasi kepada

perekonomian masyarakat sekitar

Kerangka Pekerjaan

Permasalahan

Permasalahan yang akan diangkat

dalam penelitian ini merujuk pada aspek

kepariwisataan pada dua objek wisata yaitu

Gunung Batu dan Curug Cibengang. Kedua

objek wisata tersebut terletak berdekatan di

kabupaten Jonggol. Gunung Batu dan Curug

Cibengang memiliki potensi wisata dan

budaya yang mampu menarik wisatawan

dalam negeri maupun luar negeri. Namun,

potensi kedua objek wisata tersebut belum

diperdayakan secara optimal oleh masyarakat.

Hal tersebut dikarenakan fasilitas yang tidak

memadai bagi wisatawan untuk berekreasi di

kedua objek wisata tersebut. Kendala utama

terdapat pada keamanan objek wisata untuk

dikunjungi oleh wisatawan dan akses yang

sulit menuju dua objek wisata tersebut.

Ditambah dengan kurangnya kesadaran

pengunjung dalam menjaga fasilitas dan objek

wisata yang ada di Gunung Batu dan Curug

Cibengang. Hal tersebut berdampak pada

rendahnya jumlah pengunjung di objek wisata

Page 3: Potensi Geopark Gunung Batu dan Curug Cibengang Kabupaten ... filesebagai jaringan geopark global ... Metode yang digunakan adalah metode primer dan penginderaan jarak jauh. ... Sehingga

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Gunung Batu dan Curug Cibengang. Untuk

itu penelitian ini bertujuan untuk mengaji

lebih lanjut agar potensi pada Gunung Batu

dan Curug Cibengang dapat dimanfaatkan

secara optimal menggunakan wawasan

pembangunan berkelanjutan.

Rumusan Masalah

1.Bagaimana cara mengoptimalkan kedua

objek wisata Gunung Batu dan Curug

Cibengang yang diakulturasi dengan budaya

masyarakat setempat yaitu “selametan bumi”?

2.Apa saja fasilitas yang dibutuhkan untuk

menunjang sarana dan prasarana yang

terdapat di Gunung Batu dan Curug

Cibengang?

3.Apa keuntungan akan didapat dari

permberdayaan objek wisata Gunung Batu

dan Curug Cibengang terhadap warga sekitar?

4.Apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk

menjaga objek wisata Gunung Batu dan

Curug Cibengang?

Hipotesis

Pemberdayaan yang maksimal pada

objek wisata Gunung Batu dan Curug

Cibengang dapat dilakukan dengan

memberikan kemudahan askses wisata dan

keamanan di objek wisata. Hal tersebut akan

berdampak pada naiknya jumlah pengunjung

dan perekonomian masyarakat disekitar objek

wisata Gunung Batu dan Curug Cibengang.

Metodologi

Penelitian berdasarkan metode primer

dan Penginderaan Jarak Jauh yaitu dengan

melakukan kajian langsung ke lapangan

dibantu dengan citra satelit. Dengan

melakukan kajian langsung ke lapangan

membantu mengetahui kondisi lokasi

penelitian secara nyata yang sebelumnya di

amati melalui citra satelit. Beberapa aspek

yang di amati adalah akses ,keamanan,nilai

pendidikan Berdasarkan parameter Knapik et

al, 2007

Tabel 1.1 Parameter geosite menurut knapik et al,

2007 Criterion Traits Point

Accessibility

Site clearly visible, located

directly on the touristic trail

or nature’s path

5

Site clearly visible, located

on the road or path

4

Site barely visible, located

more than 250 m away

from the path or road

3

Site difficult to access for

tourist (ex. significantly

overgrown or difficult to

access)

2

Site unavailable for tourists 1

State of

preservation

Well preserved site with no

visible signs of degradation

5

Site in slight violation of its

structure

4

Partially destroyed 3

Site heavily modified by

human

2

Site destroyed - loss

character of geosites

1

Scientific worth

Very high: one site in the

region, unique in a wider

scale

10

High: very important for

regional studies

8

Average: significant for

regional research

6

Low: common site with

average values

4

Very low: no particular

distinctive features

2

Education

significance

Very high: number of

represented issues: 5 and

more

10

High: number of

represented issues: 4

8

Average: number of

represented issues: 3

6

Low: number of

represented issues: 2

4

Very low: number of

represented issues: 1

2

Page 4: Potensi Geopark Gunung Batu dan Curug Cibengang Kabupaten ... filesebagai jaringan geopark global ... Metode yang digunakan adalah metode primer dan penginderaan jarak jauh. ... Sehingga

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Parameter ini berdasarkan 4 aspek

yang dinilai, aspek pertama yaitu accessibility

(akses). Apakah lokasi dari geowisata terkait

mudah di akses atau tidak. Aspek kedua

adalah keutuhan dari objek geologi yang ada.

Apakah masih tersajikan dengan baik atau

tidak. Aspek yang ketiga dan keempat adalah

nilai ilmu pengetahuan dan pendidikan. Dari

hasil akumulasi poin yang didapat akan

menunjukan nilai potensi geowisata secara

kuantitatif. Sebenarnya banyak sistem

penilaian yang ada, namun sistem penilaian

dari Knapik et al, 2007 di rasa paling objektif.

Selain itu dalam penelitian ini ditentukan

koordinatnya menggunakan GPS untuk

mengetahui lokasi geowisata secara akurat.

Gambar 1.1 dan 1.2 Pencarian Koordinat Menggunakan GPS

Dari koordinat yang didapat akan di

proyeksikan ke peta dengan bantuan peta citra

satelit Google earth.

Gambar 1.3 Citra Satelit melalui Google Earth

Diskusi

Berdasarkan teori yang dicetuskan van

Bemmelen (1949) mengenai morfologi dan

tektonik Jawa Barat, daerah penelitian

merupakan bagian dari Zona Bogor, terletak

di sebelah selatan pantai utara, membentang

dari Rangkasbitung sampai ke Bumiayu. Zona

ini disusun oleh batuan yang berumur Neogen

yang terlipat kuat. Zona ini telah mengalami

tektonik yang kuat sehingga terlipatkan dan

membentuk antiklinorium yang cembung ke

utara dan cukup rumit. Selain itu muncul

tubuh-tubuh intrusi yang umumnya berelief

lebih terjal.

Gambar 2.1 Gambar Peta Geologi Dareah Kabupaten Jonggol

2014

Berdasarkan Gambar 1 yang menunjukan peta

geologi milik Yonathan Chandra tahun 2014,

daerah penelitian termasuk zona vulkanik

yang memiliki satuan litologi andesit. Hal ini

dibuktikan dengan sampel yang di dapat

peneliti yaitu batu andesit. Batu Andesit

berasal dari Magma yang biasanya meletus

dari stratovolcanoes pada lahar tebal yang

mengalir, beberapa diantaranya dapat

menyebar luas hingga beberapa kilometer dari

pusat letusan. Magma Andesit dapat juga

menghasilkan letusan seperti bahan peledak

yang kuat yang kemudian membentuk arus

pyroclastic dan surges dan suatu kolom

letusan yang sangat besar. Di dalam andesite

terdapat sekitar 52 dan 63 persen kandungan

silika (Sio2). Mineral-mineral penyusun

Andesite yang utama terdiri dari plagioklas

Page 5: Potensi Geopark Gunung Batu dan Curug Cibengang Kabupaten ... filesebagai jaringan geopark global ... Metode yang digunakan adalah metode primer dan penginderaan jarak jauh. ... Sehingga

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

feldspar dan juga terdapat mineral pyroxene

(clinopyroxene dan orthopyroxene) dan

hornblende dalam jumlah yang kecil.

Sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan

batu belah untuk Bahan konstruksi (bangunan

dan jalan), bangunan perumahan, alas jalan

dan lain-lain.

Gambar 2.2 Metode Sistem Penginderaan Jarak Jauh pada

Gunung Batu

Selain metode primer, penulis juga

menggunakan metode sistem penginderaan

jarak jauh. Penginderaan jauh merupakan

suatu pengambilan atau pengukuran data atau

informasi mengenai sifat dari sebuah

fenomena, objek, atau benda dengan

menggunakan sebuah perekam tanpa

berhubungan langsung dengan objek yang

akan dikaji. Pendapat lain mengenai metode

sistem Penginderaan Jauh adalah ilmu dan

seni untuk memperoleh informasi tentang

suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui

analisis data yang diperoleh dengan suatu alat

tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah,

atau fenomena yang dikaji (Lillesand &

Kiefer, 1994). Pemakaian penginderaan jauh

itu antara lain untuk memperoleh informasi

yang tepat. Dalam penginderaan jauh dapat

memasukkan data atau hasil observasi yang

disebut citra. Citra dapat diartikan sebagai

gambaran yang tampak dari suatu objek yang

sedang diamati, sebagai hasil liputan atau

rekaman suatu alat pemantau.

Citra satelit digunakan oleh penulis

untuk membantu melihat realitas kondisi

medan jalan yang dilalui serta melihat jalur-

jalur alternatif menuju lokasi pengamatan.

Penginderaan jauh dibutuhkan juga untuk

melihat kenampakan alam disekitar lokasi

pengamatan. Penggunaan Penginderaan jauh

pada Gunung Batu juga memberikan

informasi bahwa Gunung Batu memiliki

jurang disisi kanan-kiri sepanjang

punggungan gunung yang merupakan jalur

menuju puncak.

Gambar 2.3 menunjukan adanya jurang yang

curam. Kekurangan dari penginderaan jarak

jauh yaitu gambar dari citra satelit tidak

mengalami pembaharuan setiap hari dan

mungkin berbeda dari pengamatan langsung,

tetapi penginderaan jauh tetap diperlukan

untuk menganalisa keadaan di Gunung Batu.

Berdasarkan penginderaan jarak jauh

jarak antara kedua objek wisata yaitu Gunung

Batu dan Curug Cibengang pada Curug

Cibengang tidak terlalu jauh. Pada perjalanan

antara kedua objek wisata tersebut dapat

dilihat pematang sawah, sungai kecil, serta

rumah-rumah penduduk. Melalui foto citra

satelit, terdapat jurang yang cukup tinggi pada

jalur menuju Curug Cibengang. Hal tersebut

masih berbahaya bila dilewati oleh

Gambar 2.3 Citra Satelit Gunung Batu dan Jalur Mendaki dilihat

Melalui Google Earth

Page 6: Potensi Geopark Gunung Batu dan Curug Cibengang Kabupaten ... filesebagai jaringan geopark global ... Metode yang digunakan adalah metode primer dan penginderaan jarak jauh. ... Sehingga

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

wisatawan. Sama halnya dengan jalur

pendakian di Gunung Batu, jalur menuju

Curug Cibengang masih membutuhkan

fasilitas keselamatan bagi pengunjung.

Gambar 2.4 Citra Satelit Perjalanan Antara Gunung Batu dan

Curug Cibengang

Akses menuju objek wisata

merupakan masalah yang utama dijumpai dan

termasuk permasalahan dalam penelitian ini.

Dikarenakan kurangnya transportasi yang ada

di daerah Jonggol, serta minimnya

transportasi yang langsung menuju Gunung

Batu dan Curug Cibengang.

Gambar 2.5 dan 2.6 Akses Menuju Gunung Batu dan Curug

Cibengang

Transportasi yang tersedia hanya sebatas

melewati jalan utama sehingga untuk menuju

jalur pendakian Gunung Batu harus menyewa

angkutan umum dikarenakan tidak ada

angkutan umum yang menuju Gunung Batu

langsung.

Page 7: Potensi Geopark Gunung Batu dan Curug Cibengang Kabupaten ... filesebagai jaringan geopark global ... Metode yang digunakan adalah metode primer dan penginderaan jarak jauh. ... Sehingga

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Gambar 2.7 Angkutan warga yang biasa disewa sebagai

Transportasi menuju Gunung Batu

Selain masalah akses menuju objek

wisata, keamanan objek wisata di Gunung

Batu dan Curug Cibengang juga menjadi

konsentrasi permasalahan yang diangkat.

Seperti penjabaran sebelumnya, jalur

pendakian yang terjal dan terdapat jurang di

sisi kanan dan kiri menjadi konsentrasi

penulis terhadap masalah terkain infrastruktur

di objek wisata. Sehingga, perlu adanya

pembangunan sarana seperti pagar pembatas

dan tambahan tali tambang disekitar area

tersebut. Selain keamanan yang kurang layak

terdapat juga tindakan wisatawan yang

merusak lingkungan objek wisata. Tindakan

tersebut dapat dikatakan sebagai tindakan

yang tidak bertanggung jawab yaitu

mencorat-coret menggunakan spidol dan cat

semprot pada batuan di Gunung Batu.

Penambahan papan pengumuman/peringatan

agar menjaga dan tidak mencoret2 lingkungan

bisa mengurangi serta menjaga lingkungan

dan objek geologi yang ada di Gunung Batu

dan Curug Cibengang.

Gambar 2.8 dan 2.9 Visualisasi Penambahan Sarana di

Gunung Batu (atas) dan Curug Cibengang (bawah)

Gambar 2.10 Visualisasi Penambahan Sarana di Gunung

Batu

Page 8: Potensi Geopark Gunung Batu dan Curug Cibengang Kabupaten ... filesebagai jaringan geopark global ... Metode yang digunakan adalah metode primer dan penginderaan jarak jauh. ... Sehingga

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Gambar 2.11 Bukti pencoretan lingkungan objek wisata

Peneliti juga menemukan potensi yang

dapat mendukung kedua objek wisata tersebut

dijadikan sebagai geopark. Disekitar Gunung

Batu dan Curug, terdapat sebuah budaya khas

unik yang masih mendarah daging pada

masyarakat yaitu “selametan bumi”. Budaya

tersebut ditujukan untuk yang menunjukan

rasa syukur masyarakat kepada Tuhan Yang

Maha Esa atas panen raya yang terjadi setiap

tanggal 17 Agustus. Para wisatawan yang

berkunjung pada tanggal 17 Agustus dapat

mengikuti rangkaian acara “selamatan bumi”

tersebut selagi menikmati keindahan alam di

objek geowisata Gunung Batu dan Curug

Cibengang.

Gambar 2.12 Budaya Selametan Bumi

Selain itu, berdasarkan parameter

Knapik et al, 2007 secara akses Gunung Batu

berjarak 250 meter atau lebih dari jalan raya (

Point 3) karena harus melalui jalan yang

belum beraspal. Dari segi keutuhan objek

geologi, lokasi penelitian Gunung Batu

termasuk kategori partially destroyed ( Point

3) karena pengaruh erosi yang menyebabkan

objek tidak terlalu tampak jelas . Untuk

manfaat keilmuan sains, lokasi terkait

termasuk kategori rata- rata (dengan point 6)

karena hanya diperuntukkan penelitian secara

regional. Sedangkan nilai pendidikan

termasuk rendah karena keragaman objek

yang tidak bervariasi.(point 2).

Berbeda dengan Curug Cibengang,

dinilai berdasarkan parameter Knapik bahwa

akses menunju Curug Cibengang termasuk

unavalaible for tourist karena akses ke curug

cibengang sangat sulit dan hanya dikunjungi

oleh warga sekitar (point 1). Dari segi

keutuhan objek geologi, lokasi Curug

Cibengang termasuk dalam kategori Site

destroyed karena tingkat degradasi yang

tinggi menyebabkan hancurnya objek

walaupun begitu masih menyisakan sedikit

objek geologi (point 3). Untuk manfaat

keilmuan sains, curug ini termasuk kategori

common site with average values karena lebih

fokus untuk kepentingan view yang disajikan

tanpa mengabaikan nilai sains (poin 4).

Sedangkan nilai sains dari curug cibengang

adalah rendah, karena kurangnya variasi objek

geologi ( poin 2 ). Nilai yang didapat

berdasarkan pengukuran parameter Knapik,

maka akumulasi poin gunung batu adalah 14

dan untuk curug cibengang adalah 10.

Penilaian ini menandakan perlunya

pengembangan lebih lanjut agar potensi yang

ada dapat dimanfaatkan secara optimal.

Kesimpulan

Kesimpulan pada penelitian ini bahwa

Gunung Batu dan Curug Cibengang memiliki

potensi sebagai salah satu geopark di

Indonesia. Namun, minimnya fasilitas serta

sulitnya akses untuk mencapai objek wisata

Gunung Batu dan Curug Cibengang menjadi

Page 9: Potensi Geopark Gunung Batu dan Curug Cibengang Kabupaten ... filesebagai jaringan geopark global ... Metode yang digunakan adalah metode primer dan penginderaan jarak jauh. ... Sehingga

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

masalah utama pada penelitian ini.

Transportasi yang sulit menuju objek wisata

serta aspek keamanan yang kurang

diperhatikan menjadi salah satu faktor

masalah pada kedua objek wisata.

Ada pun saran yang dapat diberikan

penulis selaku peneliti yaitu kerjasama antara

pemerintah dan pengelola objek wisata agar

dapat memberikan akses transportasi yang

lebih mudah bagi pengunjung. Selain itu, jalur

pendakian dan jalur menuju curug juga harus

mendapat perhatian dengan menambahkan

fasilitas keamanan seperti pagar karena pada

kanan dan kiri jalur terdapat jurang yang

curam. Perilaku pengunjung juga terkadang

tidak terduga salah satunya mencorat-coret

objek batuan yang ada pada kedua objek

wisata. Oleh karena itu, penegasan berupa

peraturan dan sanksi tertulis guna menjaga

kelestarian objek geologi yang ada.

Dengan upaya-upaya tersebut,

diharapkan meminimalisir masalah yang ada

di Gunung Batu dan Curug Cibengang dapat

teratasi. Sehingga, hal tersebut akan

mendorong jumlah pengunjung yang datang

setiap bulannya ke objek wisata Gunung Batu

dan Curug Cibengang. Penulis juga

mengharapkan dari naiknya jumlah

pengunjung dapat mengubah perekonomian

warga sekitar menjadi lebik baik.

Pustaka

Brahmantyo, Budi. (2009). Menggali Akar

Geowisata oleh Dr. Ir. Budi

Brahmantyo. Diakses dari:

http://www.fitb.itb.ac.id/berita/Kampu

s/080000/15/10/2009/830/Menggali-

Akar-Geowisata-oleh-Dr.Ir.-Budi-

Brahmantyo/ Diakses pada 26 Maret

2016 pukul 10:44

Prasetyadi, C. (2008). Exploring Jogja

Geoheritage: The Lifetime of An

Ancient Volcanic Arc in Java.

Yogyakarta: Geology Department

Universitas Pembangunan Nasional

Veteran Yogyakarta

Simanjuntak, Wilson Chani dkk. (2012).

Memadu Harmoni dan Budaya

Nusantara. Diakses dari:

https://www.scribd.com/doc/7723337

5/GEOWISATA Diakses pada 21

Maret 2016 pukul 14:23

Tripod. (2014). Batuan Beku Intermediet

Vulkanik. Diakses dari: http://petrolab-

upn.tripod.com/Andesit.html. Diakses

pada 2 Maret 2016 pukul 13:28

Zakaria, Zufialdi. (2008). Identifikasi

Kebencanaan Geologi Kabupaten

Cianjur, Jawa Barat. Bandung: FTG

Universitas Padjajaran

Knapik, R., Sobczyk, A., Aleksandrowski, P.,

2007. Karkonoski National Park –

proposed geodiversity conservation

area in the European

Chandra Yonathan (2014). Struktur Kekar

dan Sesar Berdasarkan Detail Struktur

Analisis Daerah Desa Sukaharja,

Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor,

Provinsi Jawa Barat, Teknik Geologi,

Universitas Trisakti

.