potensi bawang merah di kabupaten...

2
Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan K abupaten Bima terletak di ujung mur provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) bersebelahan dengan Kota Bima (pemekaran dari Kabupaten Bima). Kabupaten ini mempunyai misi meningkatkan ketahanan pangan masyarakat melalui program revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan yang sejalan dengan agenda prioritas pemerintah, khususnya dalam rangka meningkatkan swasembada pangan. Untuk melaksanakan misi tersebut, pemerintah Kabupaten Bima akan membuat daerahnya menjadi sentra bawang merah menyaingi daerah sentra bawang merah lain yang sudah terkenal sebelumnya. Apalagi kondisi lahan di Kabupaten ini masih luas dengan wilayah dataran rendah yang mempunyai kenggian 0-477,50 meter diatas permukaan laut dengan iklim kering dan suhu udara agak panas sehingga sangat cocok untuk bawang merah. Kabupaten ini memiliki lahan 437.465 Ha yang terdiri dari 83,72% lahan pertanian bukan sawah, 8,20% lahan bukan pertanian dan 8,08% lahan sawah seper pada Gambar 1. Semua jenis lahan yang ada di Kabupaten Bima dapat ditanami bawang merah. Perbedaannya hanya pada musim tanam, di mana untuk lahan sawah ditanami bawang merah setelah musim panen padi, sedangkan lahan yang lainnya dapat ditanami sepanjang tahun. POTENSI BAWANG MERAH DI KABUPATEN BIMA Masyarakat Kabupaten Bima sudah terbiasa menanam bawang merah yang merupakan komoditi yang strategis dan bernilai ekonomis tinggi, namun dengan harga pasar yang fluktuatif. Potensi lahan di kabupaten ini cukup tersedia untuk pengembangan areal lahan bawang merah. 83.72 8.2 8.08 0 Persentase Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Bima (%) Pertanian Bukan Sawah Lahan Bukan Pertaanian Lahan Sawah Gambar 1. Luas Penggunaan Lahan, 2015. Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikutura Kabupaten Bima (2015) Brebes itu sendiri, tetapi ada juga yang berasal dari Kabupaten Bima yang dikirim ke Brebes, yang berubah nama menjadi bawang merah Brebes. Hal ini disebabkan karena di Kabupaten Bima dak ada yang menampung hasil bawang tersebut, dan di kabupaten ini juga dak mempunyai gudang untuk penyimpanan bawang yang memenuhi persyaratan. Oleh karena itu dibutuhkan strategi kebijakan pemerintah Kabupaten Bima guna meningkatkan produksi, produkvitas dan mutu bawang tersebut. Strategi yang bisa dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bima antara lain: 1. Pembukaan lahan tanam dengan sarana irigasi secara bertahap, yang telah didukung oleh Kementerian Pertanian. 2. Pembuatan gudang untuk penyimpanan produksi karena bawang merah mudah sekali rusak serta sarana prasarana lainnya misalnya pompa air ataupun hand tracktor. 3. Meningkatkan penggunaan benih bermutu dan melakukan pengembangan teknologi produksi tentang varietas dan penyediaan benih unggul karena selama ini biaya produksi lebih besar dari keuntungan. 4. Meningkatkan penerapan penggunaan pupuk organik karena sebagian petani bawang merah masih menggunakan pupuk urea. 5. Meningkatkan pengembangan teknologi mengenai pengendalian Organisme Penggangu Tanaman (OPT) dan teknologi budidaya misalnya untuk pemupukan dan drainase pada kelompok tani bawang merah dan meningkatkan cara bercocok tanam yang baik dan strategi pemasarannya. 6. Menambah Penerapan Sekolah Lapang - Good Agricultural Pracse (GAP) karena jumlahnya masih sedikit. Sekolah Lapang merupakan wadah petani untuk saling belajar dan bertukar pengalaman tentang budidaya bawang merah untuk menghasilkan produk yang bermutu sebagai narasumber, petani bawang merah yang berhasil baik dari daerah lain ataupun petani bawang merah dari Kabupaten Bima sendiri, dapat juga narasumber yang ditunjuk oleh Kementerian Pertanian pusat misalnya dari Instut Pertanian Bogor. 7. Pembinaan di dalam kelompok tani dalam rangka meningkatkan mutu bawang merah. 8. Untuk mengembangkan Kabupaten Bima menjadi sentra bawang merah di Indonesia perlu bantuan dari Kementerian Pertanian (penyiapan lahan, bibit, irigasi sampai dengan produksi), Kementerian Perindustrian (teknologi yang diterapkan), Kementerian Perdagangan (distribusi), Instut Pertanian Bogor (ide-ide dalam mendukung pelaksanaannya) dan pihak swasta yang terkait. 9. Menerapkan manajemen produksi untuk menyebar luas panen seimbang sepanjang tahun yang diarahkan pada perluasan tanam di musim hujan. Pada tanggal 22 Juni 2015 Menteri Pertanian melakukan panen bawang merah di Kecamatan Sape, Kabupaten Bima dan memberikan bantuan bibit sebanyak 100 Ha serta menyerahkan hand tracktor pada 11 kelompok tani untuk meningkatkan produksi bawang merah. Menurut Menteri Pertanian, untuk menjaga stabilitas harga bawang merah dipasaran maka pemerintah akan memperbaiki tata niaga bawang merah, salah satunya dengan memanfaatkan potensi bawang merah di Kabupaten Bima untuk membantu kebutuhan nasional. (Puspita Dewi)

Upload: vuonghanh

Post on 02-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: POTENSI BAWANG MERAH DI KABUPATEN BIMAbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Potensi_Bawang_Merah_di... · Meningkatkan penerapan penggunaan pupuk organik karena sebagian petani

Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan

Kabupaten Bima terletak di ujung timur provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) bersebelahan dengan Kota Bima (pemekaran dari

Kabupaten Bima). Kabupaten ini mempunyai misi meningkatkan ketahanan pangan masyarakat melalui program revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan yang sejalan dengan agenda prioritas pemerintah, khususnya dalam rangka meningkatkan swasembada pangan. Untuk melaksanakan misi tersebut, pemerintah Kabupaten Bima akan membuat daerahnya menjadi sentra bawang merah menyaingi daerah sentra bawang merah lain yang sudah terkenal sebelumnya. Apalagi kondisi lahan di Kabupaten ini masih luas dengan wilayah dataran rendah yang mempunyai ketinggian 0-477,50 meter diatas permukaan laut dengan iklim kering dan suhu udara agak panas sehingga sangat cocok untuk bawang merah.

Kabupaten ini memiliki lahan 437.465 Ha yang terdiri dari 83,72% lahan pertanian bukan sawah, 8,20% lahan bukan pertanian dan 8,08% lahan sawah seperti pada Gambar 1. Semua jenis lahan yang ada di Kabupaten Bima dapat ditanami bawang merah. Perbedaannya hanya pada musim tanam, di mana untuk lahan sawah ditanami bawang merah setelah musim panen padi, sedangkan lahan yang lainnya dapat ditanami sepanjang tahun.

POTENSI BAWANG MERAH DI KABUPATEN BIMA

Masyarakat Kabupaten Bima sudah terbiasa menanam bawang merah yang merupakan komoditi yang strategis dan bernilai ekonomis tinggi, namun dengan harga pasar yang fluktuatif. Potensi lahan di kabupaten ini cukup tersedia untuk pengembangan areal lahan bawang merah.

83.72

8.2

8.080

Persentase Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Bima (%)

Pertanian Bukan Sawah

Lahan Bukan Pertaanian

Lahan Sawah

Gambar 1. Luas Penggunaan Lahan, 2015.Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikutura Kabupaten Bima (2015)

Brebes itu sendiri, tetapi ada juga yang berasal dari Kabupaten Bima yang dikirim ke Brebes, yang berubah nama menjadi bawang merah Brebes. Hal ini disebabkan karena di Kabupaten Bima tidak ada yang menampung hasil bawang tersebut, dan di kabupaten ini juga tidak mempunyai gudang untuk penyimpanan bawang yang memenuhi persyaratan. Oleh karena itu dibutuhkan strategi kebijakan pemerintah Kabupaten Bima guna meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu bawang tersebut.

Strategi yang bisa dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bima antara lain:1. Pembukaan lahan tanam dengan sarana irigasi secara bertahap, yang

telah didukung oleh Kementerian Pertanian.2. Pembuatan gudang untuk penyimpanan produksi karena bawang

merah mudah sekali rusak serta sarana prasarana lainnya misalnya pompa air ataupun hand tracktor.

3. Meningkatkan penggunaan benih bermutu dan melakukan pengembangan teknologi produksi tentang varietas dan penyediaan benih unggul karena selama ini biaya produksi lebih besar dari keuntungan.

4. Meningkatkan penerapan penggunaan pupuk organik karena sebagian petani bawang merah masih menggunakan pupuk urea.

5. Meningkatkan pengembangan teknologi mengenai pengendalian Organisme Penggangu Tanaman (OPT) dan teknologi budidaya misalnya untuk pemupukan dan drainase pada kelompok tani bawang merah dan meningkatkan cara bercocok tanam yang baik dan strategi pemasarannya.

6. Menambah Penerapan Sekolah Lapang - Good Agricultural Practise (GAP) karena jumlahnya masih sedikit. Sekolah Lapang merupakan wadah petani untuk saling belajar dan bertukar pengalaman tentang budidaya bawang merah untuk menghasilkan produk yang bermutu sebagai narasumber, petani bawang merah yang berhasil baik dari daerah lain ataupun petani bawang merah dari Kabupaten Bima sendiri, dapat juga narasumber yang ditunjuk oleh Kementerian Pertanian pusat misalnya dari Institut Pertanian Bogor.

7. Pembinaan di dalam kelompok tani dalam rangka meningkatkan mutu bawang merah.

8. Untuk mengembangkan Kabupaten Bima menjadi sentra bawang merah di Indonesia perlu bantuan dari Kementerian Pertanian (penyiapan lahan, bibit, irigasi sampai dengan produksi), Kementerian Perindustrian (teknologi yang diterapkan), Kementerian Perdagangan (distribusi), Institut Pertanian Bogor (ide-ide dalam mendukung pelaksanaannya) dan pihak swasta yang terkait.

9. Menerapkan manajemen produksi untuk menyebar luas panen seimbang sepanjang tahun yang diarahkan pada perluasan tanam di musim hujan.

Pada tanggal 22 Juni 2015 Menteri Pertanian melakukan panen bawang merah di Kecamatan Sape, Kabupaten Bima dan memberikan bantuan bibit sebanyak 100 Ha serta menyerahkan hand tracktor pada 11 kelompok tani untuk meningkatkan produksi bawang merah. Menurut Menteri Pertanian, untuk menjaga stabilitas harga bawang merah dipasaran maka pemerintah akan memperbaiki tata niaga bawang merah, salah satunya dengan memanfaatkan potensi bawang merah di Kabupaten Bima untuk membantu kebutuhan nasional. (Puspita Dewi)

Page 2: POTENSI BAWANG MERAH DI KABUPATEN BIMAbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Potensi_Bawang_Merah_di... · Meningkatkan penerapan penggunaan pupuk organik karena sebagian petani

Penggunaan lahan dibedakan dalam dua jenis yaitu lahan kering dan lahan eksisting. Lahan kering adalah lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya hanya mengharapkan curah hujan, sedangkan lahan eksisting adalah lahan yang telah dikaji dan dapat dipergunakan untuk kegiatan pertanian dan non pertanian seperti tegalan ladang, rumput, tanah perkebunan maupun hutan rakyat.

Potensi Bawang Merah Bawang merah merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki

nilai ekonomi tinggi dan merupakan kelompok sayuran non komplementer sehingga berpengaruh pada tingkat inflasi1. Untuk menghindari fluktuasi harga yang dapat disebabkan oleh biaya tanam, cuaca, stok transportasi maupun bawang impor, perlu upaya untuk melakukan budidaya bawang merah sepanjang tahun. Kabupaten Bima dapat menanam bawang merah sepanjang tahun dan tidak tergantung dari musim.

Produk tanaman pangan dan hortikultura dari Kabupaten Bima yang telah menembus pasar regional maupun nasional adalah kacang tanah, kedelai dan bawang merah. Kabupaten Bima sekarang telah menjadi sentra produksi bawang merah di Indonesia dengan tingkat produksi rata-rata setiap tahunnya mencapai 80-100 ribu ton atau berkontribusi sekitar 34,73% dari kebutuhan nasional (Dinas Pertanian Bima, 2014). Selain Kabupaten Bima sebagai daerah sentra produksi bawang merah, terdapat juga daerah sentra produksi lainnya yang ada disetiap provinsi seperti: Jawa Tengah (Brebes, Tegal, Kendal, Demak dan Pati), Jawa Timur (Nganjuk, Pemekasan dan Probolinggo), Jawa Barat (Majalengka, Kuningan, Cirebon, Sukabumi, Bandung, Garut, Indramayu, Bandung Barat, Solok (Sumatera Barat) dan Enrekang (Sulawesi Selatan). Terdapat sepuluh provinsi terbesar yang termasuk dalam daerah sentra produksi bawang merah (Tabel 1).

1 Menurut pusat Pusat Kajian Hortikultura Tropika, LLPM IPB yang dimaksud dengan kelompok sayuran non-komplementer atau kelompok sayuran utama yang fungsinya tidak dapat digantikan dengan jenis sayuran lain. Cabai dan bawang merah termasuk kelompok sayuran non komplementer sehingga harga sayuran ini akan berpengaruh kepada tingkat inflasi.

Tabel. 1. Sepuluh Provinsi Terbesar Daerah Produksi Bawang , 2010 -2014

No. Provinsi Produksi Bawang Merah (ton/tahun)

2010 2011 2012 2013 20141. Jawa Tengah 506.357 372.256 381.813 419.472 519.356

2. Jawa Timur 203.739 198.388 222.862 243.087 293.179

3. Jawa Barat 116.396 101.273 115.896 115.585 130.082

4. Nusa Tenggara Barat 104.324 78.300 100.989 101.628 117.513

5. Sumatera Barat 25.058 32.442 35.838 42.791 60.752

6. Sulawesi Selatan 23.276 41.710 41.238 44.034 51.728

7. DI. Yogyakarta 19.950 14.407 11.855 9.541 12.360

8. Bali 10.981 9.319 8.666 7.977 10.277

9. Sulawesi Tengah 10.301 10.824 7.272 4.400 4.962

10 Sulawesi Utara 3.615 2.600 4.385 3.711 6.705

Sumber: Basis Data Statistik Pertanian, Kementerian Pertanian (2015)

Provinsi Jawa Tengah merupakan daerah sentra bawang terbesar di Indonesia, sedangkan Nusa Tenggara Barat (NTB) menempati posisi ke empat dari 10 besar daerah penghasil bawang merah. Penghasil bawang merah di Provinsi NTB terutama terdapat di Kabupaten Bima yang terdiri dari 18 kecamatan. Dari jumlah tersebut, 13 kecamatan di Kabupaten Bima merupakan daerah penghasil bawang merah. Potensi lahan yang dapat dipergunakan untuk pengembangan bawang merah di Kabupaten Bima (Tabel 2) terdiri dari lahan sawah maupun lahan kering seluas 12.644 Ha dengan potensi hasil produksi setiap tahunnya berkisar antara 98.000-130.000 ton/tahun tetapi baru termanfaatkan seluas 5.311 Ha dengan hasil produksi sebesar 63.732 ton/tahun atau sekitar 50% dari potensi yang ada, sehingga potensi tersebut dapat dikembangkan lagi dimasa mendatang.

No. Kecamatan Potensi Penggunaan Lahan (HA) Pengembangan Waktu Penggunaan

Lahan (Ha) Lahan(Ha) Lahan (Ha)Lahan LahanSawah Kering Jumlah MH MK Total

1 2 3 (6+7) 4 5 6 (4+5) 7 (3-6) 8 9 10 (8+9)

1. Sape 2.728 982 1.436 2.418 310 112 673 7852. Lambu 2.440 940 500 1.440 1.000 290 959 1.2493. Wowo - - - - - - - -4. Lambitu 50 - - - 50 - 15 155. Langgudu 655 405 - 405 250 3 3 66. Belo 1.190 458 732 1.190 - 5 569 5747. Palibela 60 - - - 60 - 20 208. Woha 1.446 964 307 1.271 175 190 333 5239. Monta 2.296 590 986 1.576 1.350 425 315 74010. Parado - - - - - - - -11. Bolo 950 500 275 775 175 - 110 11012. Madapangga - - - - - - - -13. Wera 2.886 950 675 1.625 1.261 40 593 63314. Ambalawi 264 214 - 214 50 20 92 11215. Donggo - - - - - - - -16. Soromandi 1.150 350 600 950 200 90 438 52817. Sanggar 720 220 350 570 150 - 17 1718. Tambaro 610 54 156 210 400 - 3 3 Jumlah 18.075 6.627 6.017 12.644 5.431 1.175 4.136 5.311

Sumber : Dinas Pertanian Tananam Pangan dan Holtikultura Kabupaten Bima (2015)Ket : MH: Musim Hujan MK: Musim Kering

Apabila lahan seluas 12.644 Ha dimanfaatkan secara keseluruhan untuk budidaya bawang merah, maka akan menghasilkan produksi bawang merah sebanyak 151.728 ton/tahun (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Bima, 2015). Hal ini dapat memberikan kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan bawang merah nasional sebesar 36,88% dari perkiraan kebutuhan bawang merah nasional sebesar 288.000 ton/tahun.

Penanaman bawang merah di Kabupaten Bima dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa melihat musim kemarau atau musim hujan sehingga hasilnya dapat melimpah, sedangkan di daerah lain jika musim hujan tidak dapat ditanami bawang merah. Ada satu komoditi bawang merah lokal di daerah ini yang dapat ditanam pada waktu musim hujan, yaitu bowo varietas ketamonca dengan luas areal tanam 400 Ha dan ditanam sekitar 20-30 meter dari pinggir laut.

Musim tanam bawang dapat dibedakan menjadi tiga periode: waktu tanam musim hujan pada bulan Oktober-Maret mencapai 850-1.000 Ha, musim kering I bulan April-Juni mencapai 5.000-6.000 Ha dan musim kering II bulan Juli–September mencapai 4.000 - 5.000 Ha. Dengan demikian setiap tahun petani di Kabupaten Bima dapat menanam tiga kali dalam setahun.

Produktivitas bawang merah dari 11 kecamatan penghasil bawang merah, tahun 2014 turun sebesar 5,54% dibandingkan dengan tahun 2013. Walaupun produktivitasnya menurun, namun produksinya naik sebesar 5,26% dari tahun 2013 (Tabel 3). Pertambahan jumlah produksi ini terutama disebabkan oleh bertambahnya areal tanam. Terdapat dua kecamatan penghasil bawang putih yaitu Kecamatan Lambu dan Wawo yang dapat dikembangkan.

Tabel.3 Produktivitas dan Produksi Bawang Merah, 2013 -2014

Tabel.2 Potensi dan Penggunaan Lahan Untuk Pengembangan Bawang Merah di Kabupaten Bima

No Kecamatan Produktivitas Produktivitas Produksi (Ton) Produksi (Ton)

(Ku/Ha) 2013 (Ku/Ha) 2014 2013 2013

1. Sape 136.88 114.73 9.486 16.9692. Lambu 125.09 116.49 12.609 25.7923. Wawo - - - -4. Lambitu - - - -5. Langgudu 120.00 116.00 156 586. Belo 115.43 105.56 8.311 11.3377. Palibelo 130.00 110.67 78 1668. Woha 121.28 116.82 29.167 4.5569. Monta 126.20 118.89 5.048 6.56310. Parado - - - -11. Bolo 124.52 123.38 1.681 2.51712. Madapangga - - - -13. Wera 116.36 100.46 11.101 10.37814. Ambalawi 110.33 109.17 662 1.31015. Donggo - - - -16. Soromandi 109.06 128.79 8.823 11.91317. Sanggar - - - -18. Tambora - - - - Jumlah 120.95 114.25 87.122 91.709

Sumber: Dinas Pertanian Tananam Pangan dan Holtikultura Kabupaten Bima (2015)

Permasalahan ProduksiKabupaten Bima mempunyai potensi yang sangat besar dalam

menghasilkan bawang merah karena di daerah ini bawang merah dapat ditanam sepanjang tahun. Dengan potensi tersebut, Kabupaten Bima dapat memberikan kontribusi terhadap kebutuhan nasional. Bawang merah Bima memiliki keunggulan yang tahan terhadap cuaca (panas ataupun hujan) sehingga dapat ditanam sepanjang tahun, serta mempunyai mutu yang baik serta tahan disimpan. Tetapi, untuk menggali potensi tersebut terdapat beberapa permasalahan yang harus diselesaikan oleh pemerintah kabupaten Bima, antara lain:a. Penerapan paket teknologi belum maksimal ditingkat petani sehingga

mutu dan produksi yang dihasilkan masih rendah.b. Pemakaian pupuk urea/obat-obatan cukup tinggi sehingga berakibat

tanaman bawang tersebut rentan terhadap serangan penyakit.c. Kualitas produksi yang masih rendah, hal ini disebabkan varietas

yang digunakan selama ini adalah varietas ketamonca (varietas lokal) dan varietas philips yang hanya mampu memproduksi 11-12 ton/Ha. Disamping itu, jika kebutuhan petani mendesak maka umur panen bawang merah hanya berkisar 55-60 hari sehingga produksi menjadi tidak maksimal

d. Kelembagaan petani masih belum kuat.e. Irigasi, mesin pompa dan hand tracktor masih sangat minim, maka

diperlukan bantuan pihak swasta.f. Kelembagaan penangkar benih dan modal untuk usaha penangkaran

masih kurang karena jumlah penangkar terbatas dengan menggunakan modal seadanya dari petani itu sendiri, sehingga perlu dukungan modal usaha dari pihak lain.

g. Tingkat serangan hama penyakit masih cukup tinggi. Contohnya, jika cuaca berembun akan terdapat ulat di tanaman bawang merah sehingga petani menggunakan pestisida secara berlebihan dengan melakukan penyemprotan setiap saat. Akibatnya biaya semakin tinggi, keuntungan tidak seimbang dan muncul hama sekunder lainnya yang mengakibatkan kualitas bawang menjadi jelek.

h. Tidak ada gudang penyimpanan yang dilengkapi dengan cool storage karena bawang merah cepat sekali rusak. Perlu gudang penyimpanan sehingga tidak merugikan petani jika musim panen tiba.

i. Belum adanya Standard Operation Procedure (SOP) waktu tanam sehingga sering terjadi kelangkaan bawang merah yang menyebabkan harga menjadi tinggi. Oleh karena itu pemerintah Kabupaten Bima perlu membuat SOP tersebut yang disesuaikan dengan provinsi lainnya.

Strategi Kebijakan Daerah produksi bawang merah yang terkenal di Pulau Jawa adalah

daerah Brebes, padahal bawang tersebut belum tentu berasal dari daerah