analisis efisiensi ekonomi penggunaan faktor … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea,...

88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI BAWANG MERAH VARIETAS BIMA DI KABUPATEN BREBES yang dipersiapkan dan disusun oleh : Linda Riyanti H 0307010 telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal: 12 Juli 2011 dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan Tim Penguji Ketua Ir. Suprapto NIP. 19500612 198003 1 001 Anggota I Mei Tri Sundari, SP. M.Si NIP. 19731017 200312 1 002 Anggota II Ir. Sugiharti Mulya H. MP NIP. 19650626 199003 2 001 Surakarta, Juli 2011 Mengetahui Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S NIP. 19560225 198601 1 001

Upload: vuxuyen

Post on 04-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI

PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI

PADA USAHATANI BAWANG MERAH VARIETAS BIMA

DI KABUPATEN BREBES

yang dipersiapkan dan disusun oleh :

Linda Riyanti

H 0307010

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal: 12 Juli 2011

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Ir. Suprapto NIP. 19500612 198003 1 001

Anggota I

Mei Tri Sundari, SP. M.Si NIP. 19731017 200312 1 002

Anggota II

Ir. Sugiharti Mulya H. MP NIP. 19650626 199003 2 001

Surakarta, Juli 2011

Mengetahui Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S NIP. 19560225 198601 1 001

Page 2: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu

komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi ditinjau dari sisi

pemenuhan konsumsi nasional, sumber penghasilan petani dan potensinya

sebagai penghasil devisa negara. Rukmana (1994) menjelaskan bahwa bawang

merah termasuk komoditas utama dalam prioritas pengembangan tanaman

sayuran dataran rendah di Indonesia. Bawang merah digunakan sebagai

bumbu dan rempah-rempah. Selain itu, bawang merah juga digunakan sebagai

bahan obat tradisional.

Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008), konsumsi bawang

merah penduduk Indonesia mencapai 4,56 kg/kapita/tahun. Permintaan

bawang merah akan terus meningkat (dengan perkiraan 5% per tahun) seiring

dengan kebutuhan masyarakat yang terus meningkat karena adanya

pertambahan jumlah penduduk, semakin berkembangnya industri makanan

jadi dan pengembangan pasar ekspor bawang merah. Kebutuhan terhadap

bawang merah yang semakin meningkat merupakan peluang pasar yang

potensial dan dapat menjadi motivasi bagi petani untuk meningkatkan

produksi bawang merah.

Salah satu sentra produksi bawang merah di Indonesia adalah

Kabupaten Brebes. Pada tahun 2009, Kabupaten Brebes memberikan

kontribusi 75,58% terhadap produksi bawang merah Provinsi Jawa Tengah.

Hal tersebut menjadikan bawang merah sebagai komoditas hortikultura yang

merupakan Produk Unggulan Daerah (PUD) Kabupaten Brebes. Adanya

faktor alam yang serasi dengan faktor pertumbuhan tanaman, menjadikan

tanaman bawang merah cocok dibudidayakan di Kabupaten Brebes.

Produksi bawang merah Kabupaten Brebes berasal dari produksi

beberapa varietas bawang merah yang ditanam di Kabupaten Brebes, yaitu

meliputi varietas Bima, Kuning dan varietas bawang merah impor seperti dari

Filipina dan Bangkok. Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan

Page 3: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Hortikultura Kabupaten Brebes (2010), mayoritas petani di Kabupaten Brebes

(80%) dalam melakukan usahatani bawang merah menggunakan varietas

Bima. Hal ini dikarenakan varietas Bima mempunyai sifat genjah atau umur

panen cepat (50-60 hari setelah tanam) dan tahan penyakit busuk umbi.

Varietas ini cocok ditanam di dataran rendah, sehingga sesuai dengan kondisi

alam kabupaten Brebes. Adapun data luas panen, produksi dan produktivitas

bawang merah Kabupaten Brebes tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah di Kabupaten Brebes Tahun 2006-2010

Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Kw) Produktivitas (Kw/Ha) 2006 18.869,00 1.792.278,00 94,98 2007 23.361,00 2.531.835,00 108,38 2008 26.236,00 3.366.447,00 128,31 2009 2010

24.978,00 32.680,00

3.125.832,00 4.128.128,00

125,14 126,32

Jumlah 126.124,00 14.944.520,00 583,13 Rata-rata 25.224,80 2.988.904,00 116,63

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Brebes Tahun 2010

Data pada Tabel 1, menunjukkan bahwa tingkat produktivitas bawang

merah di Kabupaten Brebes yang berfluktuatif dengan tingkat produktivitas

rata-rata selama tahun 2006-2010 sebesar 116,63 kw/ha atau 11,66 ton/ha.

Namun tingkat produktivitasnya masih dikatakan rendah. Hal ini dikarenakan

menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2002), potensi

tingkat produktivitas bawang merah di Indonesia dapat mencapai lebih dari 20

ton/ha. Tingkat produktivitas bawang merah berkaitan dengan produksi dan

penggunaan faktor-faktor produksi. Penggunaan faktor-faktor produksi dinilai

sangat penting karena mempunyai pengaruh terhadap produksi yang

dihasilkan. Arti pentingnya ditekankan pada kombinasi penggunaan faktor-

faktor produksi karena mendukung tercapainya kondisi produksi yang optimal.

Oleh karena itu, petani dituntut untuk bekerja secara efisien dalam mengelola

usahataninya agar produksi yang diperoleh optimal.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui

hubungan faktor-faktor produksi dengan produksi pada usahatani bawang

Page 4: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

merah varietas Bima di Kabupaten Brebes dan usaha mengkombinasikannya

untuk mencapai produksi yang optimal sekaligus mengetahui tingkat efisiensi

ekonomi penggunaan faktor-faktor produksinya.

B. Perumusan Masalah

Petani di Kabupaten Brebes dalam berusahatani bawang merah

varietas Bima bertujuan untuk memperoleh keuntungan. Varietas Bima

merupakan varietas yang digunakan sebagian besar petani (80%) di Kabupaten

Brebes. Varietas ini cocok ditanam di dataran rendah, sehingga sangat sesuai

dengan kondisi alam Kabupaten Brebes. Selain itu, varietas Bima mempunyai

umur panen yang cepat (50-60 hari setelah tanam), sehingga diharapkan

dengan menanam varietas Bima maka petani cepat memperoleh hasil

(keuntungan) dari kegiatan usahataninya. Hal tersebut merupakan potensi

yang dapat dikelola seoptimal mungkin sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraan petani.

Pada dasarnya usahatani bawang merah varietas Bima tidak berbeda

dengan usahatani bawang merah varietas lainnya, hanya saja untuk

pemanenan produksi bawang merah varietas Bima dapat dilakukan pada usia

50-60 hari setelah tanam. Pada usahatani bawang merah varietas Bima,

besarnya produksi yang dihasilkan berkaitan dengan besarnya faktor-faktor

produksi yang digunakan. Namun, petani dihadapkan pada permasalahan

bagaimana mengkombinasikan faktor-faktor produksinya secara optimal untuk

menghasilkan produksi yang optimal sehingga keuntungan yang diperoleh

maksimal. Hal ini dikarenakan petani dalam melakukan usahataninya

menghadapi keterbatasan berupa keterbatasan pengetahuan. Oleh karena itu,

dalam melakukan usahatani seorang petani harus memperhatikan apakah

penggunaan penggunaan faktor-faktor produksinya optimal, sehingga

keuntungan yang diperoleh maksimal atau dengan kata lain kombinasi

penggunaan faktor-faktor produksinya mencapai efisiensi ekonomi tertinggi.

Faktor produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah faktor

produksi yang digunakan dalam usahatani bawang merah varietas Bima di

Kabupaten Brebes, berupa luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk

Page 5: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair. Faktor-faktor produksi tersebut

berkaitan langsung dengan produksi bawang merah varietas Bima sehingga

penggunaannya perlu diperhatikan. Penggunaan faktor-faktor produksi yang

digunakan oleh petani juga mempengaruhi biaya yang harus dikeluarkan

dalam usahataninya. Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani

akan mempengaruhi keuntungan yang akan diterima oleh petani.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Berapakah besarnya biaya, penerimaan, pendapatan dan keuntungan

usahatani bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes?

2. Diantara faktor-faktor produksi luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk

urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair, manakah yang

berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah varietas Bima di

Kabupaten Brebes?

3. Apakah petani dalam mengkombinasikan penggunaan faktor-faktor

produksi luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara,

pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas Bima

di Kabupaten Brebes telah mencapai efisiensi ekonomi tertinggi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui besarnya biaya, penerimaan, pendapatan dan keuntungan

usahatani bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes.

2. Mengetahui pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi luas lahan,

benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan

pestisida cair terhadap produksi bawang merah varietas Bima di

Kabupaten Brebes.

3. Mengetahui tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi

luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk

ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas Bima di

Kabupaten Brebes.

Page 6: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan

pengetahuan terutama terkait dengan bahan penelitian. Di samping itu,

penelitian ini dimaksudkan sebagai bahan penyusunan skripsi yang

merupakan salah satu syarat kelengkapan dalam meraih gelar sarjana di

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi petani, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani bawang merah

varietas Bima.

3. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Brebes, penelitian ini diharapkan

dapat menjadi sumbangan pemikiran atau bahan pertimbangan dalam

menyusun kebijakan di sektor pertanian, khususnya sub sektor tanaman

bahan makanan.

4. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

tambahan informasi dan bahan pertimbangan pada penelitian dengan

masalah yang sama.

Page 7: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Usahatani Bawang Merah Varietas Bima

Usahatani merupakan organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal

yang ditujukan untuk produksi di lapangan pertanian. Bentuknya dapat

berupa memelihara ternak atau dengan bercocok tanam (Firdaus, 2008).

Salah satu tanaman yang diusahakan sebagai usahatani adalah bawang

merah yang merupakan tanaman semusim berbentuk rumput dan berakar

serabut. Daunnya memanjang serta berongga seperti pipa. Pangkal

daunnya dapat berubah fungsi menjadi umbi lapis (Sunarjono, 2004).

Salah satu varietas bawang merah yang ditanam di Indonesia

adalah varietas Bima. Varietas ini berasal dari daerah Brebes dan cocok

ditanam di daerah dataran rendah. Varietas Bima mempunyai nama lokal

Bima Curut dan memiliki karakteristik, yaitu tinggi tanaman berkisar

antara 25-44 cm, jumlah anakan antara 7-12, daun tanaman berbentuk

silindris berlubang, warna daun hijau, jumlah daun 14-50 helai, dan umur

panen kurang lebih 60 hari setelah tanam (Pitojo, 2000).

Bawang merah varietas Bima mempunyai susut bobot umbi 22%

dari bobot panen basah. Umbinya berwarna merah muda, berbentuk

lonjong, dan bercincin kecil pada leher cakramnya. Varietas Bima tahan

terhadap penyakit busuk umbi (Botrytis allii), tetapi peka terhadap

penyakit busuk daun (Phytophtora porii) (Rahayu dan Nur, 2004).

Di Indonesia bawang merah dapat ditanam di dataran rendah

sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Ketinggian tempat yang

optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan bawang merah adalah 0-

450 di atas permukaan laut. Tanaman bawang merah masih dapat

tumbuh dan berumbi di dataran tinggi, tetapi umur tanamnya menjadi

lebih panjang 0,5-1 bulan dan hasil umbinya lebih rendah

(Sutarya dan Grubben, 1995).

Page 8: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Menurut Sunarjono (2004) sebelum bawang merah ditanam, tanah

diolah terlebih dahulu. Pengolahannya dengan cara dicangkul untuk

membuat bedengan dan diberi pupuk, serta dibuat parit-parit yang berguna

untuk drainase dan penampung air untuk siraman. Selanjutnya penanaman

bawang merah dapat dilakukan di atas bedengan.

Pemeliharaan tanaman bawang merah meliputi beberapa kegiatan,

yaitu penyulaman, pengairan, pemupukan, penyiangan (pendangiran),

serta pengendalian hama dan penyakit. Pemanenan bawang merah dapat

dilakukan pada umur 60-90 hari setelah tanam, atau tergantung varietas

dan tujuan penggunaan hasil umbinya. Ciri-ciri umum bawang merah siap

panen, yaitu tanaman telah cukup tua, hampir 60%-90% leher batang

lemas dan daunnya menguning, serta umbi lapis sudah kelihatan penuh

(padat) berisi dan tersembul sebagian di atas tanah (Rukmana, 1994).

2. Biaya, Penerimaan, Pendapatan dan Keuntungan Usahatani

Hernanto (1991) menjelaskan biaya yang dikeluarkan oleh seorang

petani dalam proses produksi serta membawanya menjadi produk disebut

biaya produksi. Pengelompokkan biaya pada usahatani, yaitu:

a. Biaya tetap dan biaya variabel

Biaya tetap (fixed costs): biaya yang penggunaannya tidak habis dalam

satu masa produksi. Tergolong dalam kelompok biaya ini antara lain:

pajak tanah, pajak air, dan penyusutan alat dan bangunan pertanian.

Biaya variabel (variable costs): biaya yang besar kecilnya sangat

tergantung pada skala produksi. Tergolong dalam kelompok biaya ini

antara lain: biaya untuk pupuk, bibit, obat pembasmi hama dan

penyakit, tenaga kerja upahan dan sewa tanah.

b. Biaya tunai dan biaya tidak tunai

Biaya tunai dari biaya tetap berupa air dan pajak tanah, sedangkan

untuk biaya variabel antara lain biaya untuk pemakaian bibit, pupuk,

obat-obatan dan tenaga kerja luar. Biaya tidak tunai (diperhitungkan)

meliputi biaya tetap yaitu biaya tenaga kerja keluarga, sedangkan dari

biaya variabel yaitu jumlah pupuk kandang yang dipakai.

Page 9: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

c. Biaya langsung dan biaya tidak langsung

Biaya langsung adalah biaya yang langsung digunakan dalam proses

produksi, sedangkan biaya tidak langsung adalah biaya penyusutan.

Berdasarkan segi pandang ilmu ekonomi, pengeluaran produsen

untuk biaya produksi dapat dikelompokkan menjadi dua macam biaya,

yaitu biaya produksi eksplisit dan biaya produksi implisit. Biaya produksi

eksplisit adalah biaya produksi yang harus dikeluarkan untuk faktor-faktor

produksi yang harus dibeli dari pihak luar. Biaya produksi implisit adalah

biaya produksi yang berasal dari penggunaan faktor-faktor produksi yang

dimiliki sendiri oleh produsen tersebut. Biaya eksplisit harus ditambahkan

dengan biaya eksplisit dalam perhitungan keuntungan (Sudarman, 1992).

Biaya eksplisit (explicit cost) adalah biaya yang secara nyata

dikeluarkan oleh petani selama proses produksi. Biaya ini berupa

pengeluaran aktual petani untuk mempekerjakan tenaga kerja luar

keluarga, menyewa atau membeli input yang dibutuhkan dalam usahatani

seperti biaya pembelian sarana produksi. Biaya implisit (implicit cost)

adalah biaya yang tidak secara nyata dikeluarkan oleh petani selama proses

produksi. Jadi, faktor produksinya merupakan milik petani sendiri dan

digunakan dalam aktivitas produksinya sendiri. Biaya implisit ini dapat

berupa biaya tenaga kerja dalam keluarga (Salvatore, 2005).

Menurut Soekartawi (1995), penerimaan usahatani adalah

perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini

dapat dituliskan sebagai berikut:

TRi = Yi . Pyi

Keterangan: TRi : total penerimaan

Yi : produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani

Pyi : harga Yi

Soekartawi (1995) menjelaskan, perhitungan pendapatan usahatani

adalah selisih antara penerimaan dan total biaya. Total biaya yang dipakai

adalah biaya riil yang sebenarnya dikeluarkan selama usahatani, dan

dirumuskan sebagai berikut:

Page 10: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Pd = TR – TC

Keterangan: Pd : pendapatan usahatani

TR : total penerimaan

TC : total biaya

Sudarmanto (1992) menjelaskan perhitungan keuntungan adalah

selisih antara penerimaan dikurangi dengan biaya-biaya yang terdiri dari

biaya eksplisit dan biaya implisit. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai

berikut:

p = TR – TC

= TR – (EC + IC)

Keterangan: p : keuntungan

TR : total penerimaan (total revenue)

TC : total biaya (total cost)

EC : total biaya eksplisit (explicit cost)

IC : total biaya implisit (implicit cost)

3. Produksi, Faktor Produksi dan Fungsi Produksi

Kegiatan produksi adalah perubahan faktor produksi menjadi

barang produksi. Usaha untuk mencapai efisiensi produksi yaitu dengan

menghasilkan barang dengan biaya yang paling rendah untuk suatu jangka

waktu tertentu. Efisiensi dari proses produksi itu tergantung dari proporsi

faktor produksi yang digunakan dan jumlah masing-masing faktor

produksi serta produktivitas masing-masing faktor produksi untuk setiap

tingkat penggunaannya (Suparmoko, 1998).

Faktor-faktor produksi yang dapat mempengaruhi produksi suatu

usahatani dapat berupa:

a. Luas lahan

Mubyarto (1989) menjelaskan lahan sebagai salah satu faktor

produksi yang mempunyai kontribusi cukup besar terhadap usahatani.

Besar kecilnya produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh

luas lahan yang digunakan. Namun, bukan berarti semakin luas lahan

pertanian maka semakin efisien lahan tersebut.

Page 11: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

b. Benih

Faktor benih memegang peranan yang penting untuk

menunjang keberhasilan produksi tanaman. Penggunaan benih yang

bermutu tinggi merupakan langkah awal peningkatan produksi.

Penggunaan benih yang terlalu banyak akan berdampak pada

penurunan jumlah produksi karena jarak tanam menjadi rapat sehingga

tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik (Rahayu dan Nur, 2004).

c. Tenaga kerja

Penggunaan tenaga kerja ditentukan oleh pasar tenaga kerja

yang dipengaruhi upah tenaga kerja dan harga hasil produksi.

Pengusaha cenderung menambah tenaga kerja selama produk marjinal

(nilai tambah output yang diakibatkan oleh bertambahnya 1 unit tenaga

kerja) lebih tinggi daripada cost yang dikeluarkan (Nopirin, 1996).

d. Pupuk

Pupuk adalah bahan-bahan yang diberikan ke dalam tanah dan

secara langsung atau tidak langsung dapat menambah zat-zat makanan

tanaman yang tersedia dalam tanah. Pemberian pupuk merupakan

usaha untuk pemenuhan kebutuhan hara tanaman, sehingga tanaman

dapat tumbuh dengan baik. Pemberian pupuk yang tepat dan

berimbang akan menghasilkan produksi yang optimal (Kasirah, 2007).

e. Pestisida

Penggunaan faktor produksi pestisida sampai saat ini

merupakan cara yang paling banyak digunakan dalam pengendalian

hama dan penyakit. Hal ini dikarenakan, penggunaan pestisida

merupakan cara yang paling mudah dan efektif, dengan penggunaan

pestisida yang efektif akan memberikan hasil yang memuaskan.

Namun, penggunaan pestisida juga berdampak negatif terhadap

lingkungan. Dampak negatifnya dapat dihindari dengan penggunaan

pestisida dengan dosis yang tepat (Sulistiyono, 2004).

Page 12: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada

tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan

baik. Faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya produksi yang

diperoleh. Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output)

disebut dengan fungsi produksi atau juga disebut dengan factor

relationship (Soekartawi, 1991).

Menurut Salvatore (2007) suatu fungsi produksi pertanian yang

sederhana didapatkan dengan menggunakan berbagai alternatif jumlah

tenaga kerja per unit waktu untuk menggarap sebidang tanah yang tetap

dan mencatat alternatif output yang dihasilkannya per unit waktu. Produk

rata-rata tenaga kerja (average product of labor = APL) didefinisikan

sebagai produk total (TPL) dibagi jumlah unit tenaga kerja yang

digunakan. Produk marjinal tenaga kerja (marginal product of labor =

MPL) ditentukan oleh perubahan produk total (TPL) per unit perubahan

jumlah tenaga kerja yang digunakan. Hubungan antara TPL, APL, dan MPL

digambarkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan antara TPL, APL, dan MPL

Bentuk kurva APL dan MPL ditentukan oleh bentuk kurva TPL.

Kurva APL awalnya naik, mencapai maksimum dan kemudian turun tetapi

MP=AP

APmax

MPmax

Ep=0 Ep=1

Ep>1

0<Ep<1

Ep<0

x*** x** x*

Daerah II

0

I

TPL

APL

MPL

Daerah I Daerah III

Produk

Tenaga Kerja

Page 13: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

tetap positif selama TPL positif. Sedangkan kurva MPL mula-mula juga

naik, mencapai maksimum (sebelum APL mencapai maksimum) dan

kemudian turun. MPL menjadi nol bila TPL mencapai maksimum dan

negatif bila TPL mulai menurun. Bagian kurva MPL yang menurun

menggambarkan hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang (the law

of deminishing returns) (Salvatore, 2007).

Menurut Sudarman (1992) salah satu fungsi produksi yang sering

digunakan untuk penelitian ekonomi adalah fungsi Cobb Douglas. Secara

umum hubungan antara faktor produksi modal dan tenaga kerja dengan

kuantitas produksi pada fungsi Cobb Douglas ditulis sebagai berikut:

Q = f (K,L) = A.Ka.Lb

Dimana:

Q : kuantitas produksi

K : modal

L : tenaga kerja

A,a,b : besaran yang diduga

Fungsi Cobb Douglas dapat digunakan untuk meneliti returns to

scale yaitu dengan penjumlahan derajat dari fungsi Cobb Douglas. Jika

berderajat lebih dari satu maka menunjukkan skala dengan hasil meningkat

(increasing returns to scale), artinya proporsi penambahan faktor produksi

akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar. Jika

derajatnya sama dengan satu maka menunjukkan skala dengan hasil

konstan (constant returns to scale), artinya penambahan proporsi

penambahan faktor produksi akan sama dengan proporsi penambahan

produksi yang diperoleh. Jika derajatnya kurang dari satu maka fungsi

menunjukkan skala dengan hasil yang menurun (decreasing returns to

scale), artinya proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan

tambahan produksi yang proporsinya lebih kecil (Soekartawi, 2003).

Soekartawi (2003) menjelaskan hubungan antara produksi dengan

faktor produksi pada fungsi Cobb Douglas dapat diketahui dengan

melakukan analisis regresi linier. Analisis tersebut dilakukan dengan cara

Page 14: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

melogaritmakan fungsi Cobb Douglas agar diperoleh fungsi yang linier,

oleh karena itu ada persyaratan yang harus dipenuhi sebelum

menggunakan fungsi Cobb Douglas yaitu:

a. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol.

b. Dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan

teknologi pada setiap pengamatan.

c. Tiap variabel X adalah perfect competition.

d. Perbedaan lokasi seperti iklim tercakup pada faktor kesalahan, u.

4. Efisiensi Ekonomi

Efisiensi ekonomi adalah efisiensi dari biaya produksi. Efisiensi

ekonomi diukur dengan semakin kecilnya biaya yang dikeluarkan per unit

produksi yang dihasilkan. Efisiensi ekonomi bertindak sebagai ukuran

untuk menilai setiap pemilihan kombinasi penggunaan faktor-faktor

produksi. Efisiensi ekonomi dapat dicapai dengan berbagai teknik

penggunaan kombinasi faktor-faktor produksi dengan biaya minimal

(Faizal, 2007).

Menurut Cramer dan Clarence (1994), alokasi penggunaan faktor-

faktor produksi dengan kaidah biaya minimal berarti memproduksi

sejumlah produk tertentu dengan biaya minimal, maka pengusaha harus

menggunakan faktor-faktor produksi sampai kondisi dimana perbandingan

antara produksi marjinal dengan harga yang dibelanjakan untuk setiap

faktor produksi mempunyai nilai sama. Pada penggunaan dua faktor

produksi (x1 dan x2), kondisi tersebut dapat diketahui dari hubungan antara

kurva isoquant dan isocost yang secara grafis dapat memperlihatkan letak

kombinasi optimum. Pengusaha selalu mencari kombinasi faktor-faktor

produksi yang paling murah di sepanjang kurva isoquant, dan titik dimana

kurva isoquant bersinggungan dengan kurva isocost merupakan letak

kombinasi penggunaan faktor produksi yang optimal. Pada keadaan

optimal maka kemiringan dari kedua kurva (isoquant dan isocost) adalah

sama. Hubungan antara kurva isoquant dan isocost digambarkan sebagai

berikut:

Page 15: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

x2

Px1

Px2

A

x2*

x1* 0

isocost x1

isoquant

Kombinasi Optimum

Gambar 2. Kurva Isoquant dan Isocost dengan Kombinasi Faktor-Faktor Produksi dengan Biaya Minimum Jatuh di Titik A

Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan apabila suatu produksi

menggunakan sebanyak n input, maka analisisnya menjadi rumit dan tidak

dapat digambarkan dengan grafik. Meskipun demikian, syarat untuk

kombinasi biaya minimal (least cost combination) untuk n input dapat

dijelaskan secara matematik yaitu sebagai berikut:

1

1

Px

MPPx =

2

2

Px

MPPx = .............. =

n

n

Px

MPPx

Kesamaan perbandingan antara produk marjinal input dengan

harga masing-masing input merupakan syarat bagi biaya minimum dalam

menghasilkan sejumlah produk yang menggunakan input sebanyak n.

Apabila terdapat input mempunyai harga sama dan salah satunya lebih

produktif daripada input lainnya, maka pembelian input tersebut akan

lebih menguntungkan. Hal ini dikarenakan dengan penambahan satuan

input yang berproduk marjinal lebih tinggi, maka produk marjinal akan

berkurang sampai perbandingan antara produk marjinal dengan harga

input menjadi sama bagi semua input.

Meskipun demikian, berproduksi pada suatu taraf tertentu dengan

biaya minimal, tidak berarti tercapai taraf produksi yang menghasilkan

keuntungan maksimal. Penentuan tingkat produksi yang memberikan

Page 16: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

keuntungan maksimal (efisiensi ekonomi tertinggi) dengan penggunaan

sebanyak n input, secara matematis adalah sebagai berikut:

1

1

Px

MVPx =

2

2

Px

MVPx = .............. =

n

n

Px

MVPx = 1

Soekartawi (1991) mengemukakan bahwa di lapangan, kondisi

efisiensi ekonomi tertinggi sulit dicapai karena berbagai hal, diantarannya

keterbatasan pengetahuan petani dalam menggunakan faktor produksi,

kesulitan petani memperoleh faktor produksi dalam jumlah yang tepat

waktu dan adanya faktor luar yang menyebabkan petani tidak dapat

berusahatani secara efisien.

5. Penelitian terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Irianto dan Sugiharti (2005) yang

berjudul Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi

Pada Usahatani Bawang Merah Lahan Pantai di Daerah Istimewa

Yogyakarta menunjukkan rata-rata luas lahan 676,47 m2 per usahatani,

dengan penggunaan benih 57,84 kg; tenaga kerja 16,99 HKP; pupuk urea

22,84 kg; pupuk SP36 7,61 kg; pupuk organik 1.228,43 kg; pupuk NPK

6,55 kg; pupuk ZA 5,61 kg; pupuk KCL 7,88 kg; serta hasil produksi yang

dicapai sebesar 612,80 kg per usahatani. Biaya produksi Rp 870.544,24

per usahatani, penerimaan Rp 2.451.215,69 per usahatani, sehingga

keuntungannya Rp 1.580.671,45 per usahatani. Hubungan penggunaan

faktor-faktor produksi dengan hasil produksi bawang merah dinyatakan

dalam model fungsi Cobb Douglas yaitu: Y=1,535.X10,739.X2

-0,183.

X30,293.X4

0,812.X5-0,00862.X6

-0,608. X7-0,00229. X8

0,193. X9-0,00965. Hasil analisis

dengan uji F menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi yang

terdiri dari tenaga kerja, benih, pupuk urea, pupuk SP36, pupuk ZA, pupuk

KCL, pupuk organik, pupuk NPK, dan luas lahan secara bersama-sama

berpengaruh nyata terhadap hasil produksi bawang merah. Uji t

menunjukkan bahwa faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, pupuk

SP36 dan pupuk KCL berpengaruh nyata terhadap hasil produksi bawang

merah. Berdasarkan hasil analisis efisiensi ekonomi diketahui bahwa

Page 17: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan pada usahatani bawang

merah lahan pantai tidak efisien, sehingga kombinasinya belum mencapai

efisiensi ekonomi tertinggi.

Penelitian yang dilakukan oleh Damanah (2008) yang berjudul

Analisis Faktor-Faktor Produksi dan Pendapatan Usahatani Bawang

Merah di Desa Sukasari Kaler Kecamatan Argapura Kabupaten

Majalengka Provinsi Jawa Barat, menunjukkan rata-rata total biaya tunai

usahataninya sebesar Rp 14.940.146,82 per musim tanam, rata-rata total

biaya yang diperhitungkan sebesar Rp 13.630.437,99 per musim tanam,

dan rata-rata total biayanya sebesar Rp 28.570.584,81 per musim tanam.

Rata-rata penerimaan usahataninya Rp 52.030.264,79 per musim tanam,

sehingga besarnya pendapatan atas biaya tunai adalah Rp 37.090.117,97

per musim tanam dan pendapatan atas total biaya adalah Rp 23.459.679,97

per musim tanam. Analisis faktor-faktor produksinya menggunakan

fungsi produksi Cobb Douglas. Rata-rata penggunaan faktor-faktor

produksinya, yaitu luas lahan (X1) 0,737 ha, tenaga kerja wanita (X3)

108,656 HOK, bibit (X4) 1642,063 kg, pupuk buatan (X5) 983,812 kg dan

obat-obatan (X7) 8,539 kg. Berdasarkan hasil analisis, maka model fungsi

produksi Cobb Douglas dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:

Y=7,14.X10,703.X3

0,0146.X40,202.X5

0,0761X70,0188. Hasil analisis uji F

menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi yang terdiri dari

luas lahan, tenaga kerja wanita, bibit, pupuk buatan dan obat-obatan secara

bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah.

Berdasarkan uji t, faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap

produksi bawang merah adalah luas lahan, bibit dan pupuk buatan.

Analisis efisiensi ekonomi menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor

produksi pada usahatani bawang merah belum mencapai efisiensi ekonomi

tertinggi. Efisiensi ekonomi tertinggi dapat dicapai dengan menggunakan

kombinasi optimal dari faktor-faktor produksi. Hal tersebut diperoleh

apabila rasio antara NPMx/Px sama dengan satu. Berdasarkan hasil

analisis, penggunaan faktor-faktor produksi yang optimal pada usahatani

Page 18: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

bawang merah di Desa Sukasari Kaler adalah lahan 15,735 ha, bibit

2.189,55 kg dan pupuk buatan 1.988,45 kg.

Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan penelitian

terkait efisiensi ekonomi usahatani bawang merah dan hasil penelitian dari

kedua penelitian terdahulu menyatakan bahwa kombinasi penggunaan

faktor-faktor produksi pada usahatani bawang merah belum mencapai

efisiensi ekonomi tertinggi. Hal tersebut dapat memberikan gambaran

tentang tingkat efisiensi ekonomi pada usahatani bawang merah varietas

Bima.

B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Usahatani bawang merah varietas Bima merupakan kegiatan ekonomi

dengan mengalokasikan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan produksi

dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. Pada usahatani, seorang petani

akan mengeluarkan biaya usahatani selama proses produksinya. Biaya

usahatani dalam penelitian ini terdiri dari biaya eksplisit dan biaya implisit.

Biaya eksplisit adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan oleh petani selama

proses produksi dalam satu musim tanam. Biaya eksplisit yang diperhitungkan

pada penelitian ini meliputi biaya untuk upah tenaga kerja luar, pajak, iuran

irigasi, transportasi, biaya bunga modal pinjaman dan biaya untuk pembelian

sarana produksi seperti pupuk, pestisida dan perata. Biaya implisit adalah

biaya yang tidak secara nyata dikeluarkan oleh petani selama proses produksi

dalam satu musim tanam. Biaya implisit yang diperhitungkan dalam penelitian

ini meliputi biaya pembelian benih, biaya sewa lahan sendiri, biaya

penyusutan alat, bunga modal sendiri dan biaya tenaga kerja dalam yang

diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja luar.

Penjumlahan dari biaya eksplisit dan biaya implisit merupakan total biaya

yang dikeluarkan oleh petani untuk usahatani bawang merah varietas Bima.

Suatu usahatani akan menghasilkan sejumlah penerimaan. Pada

usahatani bawang merah varietas Bima, penerimaan merupakan nilai produksi

yang dihasilkan selama satu musim tanam. Penerimaan dihitung dengan

Page 19: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

mengalikan produksi pada satu musim tanam (Y) dengan harga produksi (Py)

dan dinyatakan dalam rupiah.

Pendapatan usahatani selama satu musim tanam dihitung dengan

mengurangi penerimaan dengan total biaya yang secara riil dikeluarkan (biaya

eksplisit) dan dirumuskan sebagai berikut:

Pd = TR – TC

= (Y.Py) - EC

Keterangan:

Pd : pendapatan usahatani (Rp/Ha/MT)

TR : total penerimaan usahatani (Rp/Ha/MT)

TC : total biaya usahatani (Rp/Ha/MT)

Py : harga produksi usahatani (Rp/Kg)

Y : produksi usahatani (Kg/Ha/MT)

EC : total biaya eksplisit usahatani (Rp/Ha/MT)

Selanjutnya untuk menghitung keuntungan yang didapatkan dari

usahatani bawang merah varietas Bima selama satu musim tanam, yaitu

dengan cara penerimaan dikurangi dengan total biaya yang terdiri dari biaya

eksplisit dan biaya implisit. Adapun rumusnya, yaitu sebagai berikut:

p = TR – TC

= TR – (EC + IC)

Keterangan:

p : keuntungan usahatani (Rp/Ha/MT)

TR : total penerimaan usahatani (Rp/Ha/MT)

TC : total biaya usahatani (Rp/Ha/MT)

EC : total biaya eksplisit usahatani (Rp/Ha/MT)

IC : total biaya implisit usahatani (Rp/Ha/MT)

Pengkajian hubungan penggunaan faktor-faktor produksi berupa luas

lahan, tenaga kerja, benih, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan

pestisida cair dengan produksi bawang merah varietas Bima menggunakan

model berbentuk kepangkatan yang merupakan modifikasi fungsi produksi

Cobb Douglas dan dirumuskan sebagai berikut:

Page 20: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Y = b0. X1b1. X2

b2. X3b3. X4

b4. X5b5. X6

b6. X7b7

Keterangan:

Y : produksi bawang merah varietas Bima (Kg)

X1 : luas lahan (Ha)

X2 : benih (Kg)

X3 : tenaga kerja (HKP)

X4 : pupuk urea (Kg)

X5 : pupuk NPK Mutiara (Kg)

X6 : pupuk ZA (Kg)

X7 : pestisida cair (Ltr)

b0 : konstanta

b1–b7 : koefisien regresi X1 sampai X7

Hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi bawang

merah varietas Bima dapat diketahui dengan analisis regresi linier berganda.

Oleh karena itu, fungsi produksinya diubah ke dalam bentuk linier dengan

cara dilogaritmakan menjadi:

Log Y = log b0 + b1 log X1 + b2 log X2 + b3 log X3 + b4 log X4+ b5 log X5 +

b6 log X6+ b7 log X7

Analisis regresi linier berganda menghasilkan model persamaan fungsi

produksi usahatani bawang merah varietas Bima, yang kemudian dilakukan

pengujian model untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor produksi

dan produksi bawang merah varietas Bima. Pengujian model ini terdiri dari uji

adjusted R2, uji F, uji t dan uji standar koefisien regresi. Uji adjusted R2

sebagai suatu ukuran yang menunjukkan besarnya proporsi dari variasi

produksi bawang merah varietas Bima yang dijelaskan oleh faktor-faktor

produksi pada model fungsi produksi. Selanjutnya uji F dengan tingkat

kepercayaan 95% untuk mengetahui apakah faktor-faktor produksi secara

bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah varietas

Bima, dan uji t dengan tingkat kepercayaan 95% untuk menguji apakah faktor-

faktor produksi secara individual berpengaruh nyata terhadap produksi

bawang merah varietas Bima. Pengujiannya juga mencakup

Page 21: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

uji standar koefisien regresi, tujuannya untuk mengetahui faktor produksi yang

paling berpengaruh diantara faktor-faktor produksi yang lain.

Analisis efisiensi ekonomi digunakan untuk mengetahui kombinasi

penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani bawang merah varietas

Bima mencapai efisiensi ekonomi tertinggi atau belum. Adapun rumusnya:

NPMx1

Px1=

NPMx2

Px2=

NPMx3

Px3=

NPMx4

Px4=

NPMx5

Px5=

NPMx6

Px6=

NPMx7

Px7=1

Keterangan:

NPMxi : nilai produk marjinal untuk faktor produksi xi

Pxi : harga faktor produksi xi

Dengan ketentuan:

PxiNPMxi

= 1, berarti penggunaan faktor produksi xi mencapai efisiensi

ekonomi tertinggi.

PxiNPMxi

≠ 1, berarti penggunaan faktor produksi xi tidak efisien secara

ekonomi.

Apabila terdapat kendala sehingga kombinasi penggunaan faktor-

faktor produksi belum mencapai efisiensi ekonomi tertinggi, maka dilakukan

analisis optimalisasi. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi

penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani bawang merah varietas

Bima mencapai kombinasi optimal atau belum. Adapun rumusnya adalah

sebagai berikut:

PFMx1

Px1 =

PFMx2

Px2 =

PFMx3

Px3 =

PFMx4

Px4=

PFMx5

Px5 =

PFMx6

Px6 =

PFMx7

Px7

Keterangan:

PFMxi : Produk Fisik Marjinal faktor produksi xi

Pxi : harga faktor produksi xi

Berdasarkan konsep mengenai kerangka teori pendekatan masalah,

maka dapat disusun kerangka berpikir seperti pada Gambar 3.

Page 22: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

C. Hipotesis

1. Diduga bahwa faktor-faktor produksi usahatani bawang merah varietas

Bima yang berupa luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK

Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair, berpengaruh nyata terhadap

produksi bawang merah varietas Bima.

2. Diduga bahwa kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi yang berupa

luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk

ZA dan pestisida cair, pada usahatani bawang merah varietas Bima belum

mencapai tingkat efisiensi ekonomi tertinggi.

3. Diduga bahwa kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi yang berupa

luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk

ZA dan pestisida cair, pada usahatani bawang merah varietas Bima belum

optimal.

D. Asumsi-Asumsi

1. Petani bertindak secara rasional, yaitu selalu berusaha memperoleh

keuntungan yang maksimal.

Keuntungan Usahatani

Gambar 3. Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah

Penerimaan Usahatani

Pendapatan Usahatani

Usahatani Bawang Merah Varietas Bima

Biaya Usahatani

Biaya Implisit Produksi Usahatani

Biaya Eksplisit

Faktor-Faktor Produksi X1 : luas lahan (Ha) X2 : benih (Kg) X3 : tenaga kerja (HKP) X4 : pupuk urea (Kg) X5 : pupuk NPK Mutiara (Kg) X6 : pupuk ZA (Kg) X7 : pestisida cair (Ltr)

Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi

Model Kepangkatan Modifikasi Fungsi Produksi Cobb Douglas

Analisis Regresi Linier Berganda

Optimalisasi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi

Page 23: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

2. Kondisi daerah penelitian seperti keadaan tanah, iklim, cuaca, ketinggian

tempat dan topografi di daerah penelitian dianggap sama dan berpengaruh

normal terhadap proses produksi.

3. Teknologi yang ada di daerah penelitian dianggap sama.

4. Pasar faktor-faktor produksi dan produksi merupakan pasar persaingan

sempurna.

5. Variabel-variabel lain yang tidak diamati dalam penelitian diabaikan.

E. Pembatasan Masalah

Data yang dikaji pada penelitian ini adalah data produksi bawang

merah varietas Bima di Kabupaten Brebes selama satu musim tanam yaitu

pada bulan Oktober sampai Desember 2010.

F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Usahatani bawang merah varietas Bima adalah usaha budidaya bawang

merah varietas Bima di lahan sawah secara monokultur di Kabupaten

Brebes selama satu musim tanam.

2. Petani sampel adalah petani pemilik penggarap yang menanam bawang

merah varietas Bima di lahan sawah secara monokultur.

3. Berat kering askip adalah berat bawang merah varietas Bima dalam bentuk

ikatan yang sudah dijemur selama 10-14 hari dan sudah dibersihkan dari

akar dan kotoran atau tanah.

4. Produksi (Y) adalah jumlah hasil panen bawang merah varietas Bima

dalam berat kering askip yang dihasilkan dari usahatani bawang merah

varietas Bima pada satu musim tanam dan pada satuan luas lahan tertentu

yang dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg).

5. Harga produksi (Py) adalah nilai produksi bawang merah dalam berat

kering askip per satuan kilogram yang dihasilkan dari usahatani bawang

merah varietas Bima pada satu musim tanam dan pada satuan luas lahan

tertentu yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Harga produksi yang

digunakan adalah harga yang berlaku ditingkat produsen pada musim

tanam Oktober sampai Desember 2010.

Page 24: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

6. Penerimaan usahatani (TR) adalah nilai total produksi usahatani bawang

merah varietas Bima dan diukur dengan mengkalikan jumlah produksi

fisik bawang merah varietas Bima per satuan luas usahatani dengan harga

produksi per kilogram, dan dinyatakan dalam satuan rupiah per hektar per

musim tanam (Rp/Ha/MT).

7. Biaya eksplisit (EC) adalah total biaya yang secara nyata dikeluarkan oleh

petani untuk usahatani bawang merah varietas Bima. Biaya ini terdiri dari

biaya pembelian pupuk, pestisida, perata, biaya upah tenaga kerja luar,

pajak lahan, biaya irigasi, biaya transportasi, dan bunga modal pinjaman,

dan dihitung dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam

(Rp/Ha/MT).

8. Biaya implisit (IC) adalah total biaya yang tidak secara nyata dikeluarkan

oleh petani untuk usahatani bawang merah varietas Bima. Biaya ini terdiri

dari biaya pembelian benih, upah tenaga kerja harian dalam, sewa lahan

sendiri, biaya penyusutan alat dan bunga modal sendiri. Biaya implisit

dihitung dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT).

9. Total biaya (TC) adalah penjumlahan total biaya eksplisit dan total biaya

implisit pada usahatani bawang merah varietas Bima dan dihitung dalam

satuan rupiah per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT).

10. Pendapatan usahatani (Pd) adalah pendapatan dari usahatani bawang

merah varietas Bima yang diperhitungkan dari selisih antara penerimaan

usahatani dengan biaya eksplisit selama satu musim tanam, diukur dalam

satuan rupiah per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT).

11. Keuntungan usahatani (p) adalah keuntungan dari usahatani bawang merah

varietas Bima yang diperhitungkan dari selisih antara penerimaan dengan

total biaya, diukur dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam

(Rp/Ha/MT).

12. Faktor produksi usahatani bawang merah varietas Bima yang dimaksud

dalam penelitian adalah faktor-faktor produksi yang digunakan selama

satu kali musim tanam yaitu luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea,

pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair.

Page 25: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

13. Luas lahan (X1) adalah luas lahan sawah garapan petani yang digunakan

untuk usahatani bawang merah varietas Bima selama satu musim tanam

dan dinyatakan dengan satuan hektar (Ha).

14. Benih (X2) adalah banyaknya benih yang digunakan dalam usahatani

bawang merah varietas Bima selama satu musim tanam dan dinyatakan

dengan satuan kilogram (Kg). Harga benih dinyatakan dengan satuan

rupiah (Rp).

15. Tenaga kerja (X3) adalah seluruh tenaga kerja yang digunakan dalam

usahatani bawang merah varietas Bima, selama satu musim tanam baik

tenaga kerja keluarga, maupun tenaga kerja luar dan dinyatakan dalam

satuan Hari Kerja Pria (HKP). Nilai tenaga kerja dihitung berdasarkan

upah per HKP dan dinyatakan dalam rupiah per Hari Kerja Pria (Rp/HKP).

16. Pupuk urea (X4) adalah jumlah pupuk urea yang digunakan dalam

usahatani bawang merah varietas Bima selama satu musim tanam dan

dinyatakan dengan satuan kilogram (Kg). Harga pupuk urea dinyatakan

dengan satuan rupiah (Rp).

17. Pupuk NPK Mutiara (X5) adalah jumlah pupuk NPK Mutiara yang

digunakan dalam usahatani bawang merah varietas Bima selama satu

musim tanam dan dinyatakan dengan satuan kilogram (Kg). Harga pupuk

NPK Mutiara dinyatakan dengan satuan rupiah (Rp).

18. Pupuk ZA (X6) adalah jumlah pupuk ZA yang digunakan dalam usahatani

bawang merah varietas Bima selama satu musim tanam dan dinyatakan

dengan satuan kilogram (Kg). Harga pupuk ZA dinyatakan dengan satuan

rupiah (Rp).

19. Pestisida cair (X7) adalah jumlah pestisida yang digunakan dalam

usahatani bawang merah varietas Bima selama satu musim tanam dan

dinyatakan dengan satuan liter (Ltr). Harga pestisida dinyatakan dengan

satuan rupiah (Rp).

Page 26: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

metode deskriptif analitik. Pelaksanaan metode deskriptif analitik tidak hanya

terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan

interpretasi tentang arti data. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun,

dijelaskan dan kemudian dianalisa (Surakhmad, 1994).

Pelaksanaan penelitian ini dengan menggunakan metode survai, yaitu

penelitian yang datanya dikumpulkan dengan mengambil sampel dari satu

populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat untuk mengumpulkan data

yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 1995).

B. Metode Penentuan Sampel

1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Brebes yang merupakan

salah satu daerah penghasil bawang merah di Provinsi Jawa Tengah.

Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten

Brebes (2010), pada tahun 2010 produksi bawang merah mencapai

4.128.128 kw dan luas panen mencapai 32.680 ha yang tersebar di 11

kecamatan. Secara keseluruhan dari 11 kecamatan, sekitar 80% petani

menanam bawang merah varietas Bima. Namun, khusus untuk daerah

utara (Brebes, Wanasari, Bulakamba, Tanjung) secara keseluruhan (100%)

petani menggunakan bawang merah varietas Bima. Oleh karena itu,

Kecamatan Wanasari dipilih sebagai lokasi penelitian karena di kecamatan

tersebut secara keseluruhan petani menggunakan bawang merah varietas

Bima dan pada tahun 2010 Kecamatan Wanasari mempunyai luas panen

yang paling besar dibandingkan kecamatan lainnya. Dengan demikian,

Kecamatan Wanasari memiliki populasi petani bawang merah yang paling

banyak dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Rincian mengenai luas

panen, produksi dan produktivitas bawang merah menurut kecamatan di

Kabupaten Brebes tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 27: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Kecamatan Di Kabupaten Brebes Tahun 2010

No. Kecamatan Luas Panen

(Ha) Produksi

(Kw) Produktivitas

(Kw/Ha) 1. Salem 0,00 0,00 0,00 2. Bantarkawung 15,00 1.300,00 86,67 3. Bumiayu 0,00 0,00 0,00 4. Paguyangan 0,00 0,00 0,00 5. Sirampog 0,00 0,00 0,00 6. Tonjong 0,00 0,00 0,00 7. Larangan 5.008,00 585.006,00 116,81 8. Ketanggungan 1.076,00 134.500,00 125,00 9. Banjarharjo 158,00 19.530,00 123,61

10. Losari 1.025,00 151.620,00 147,92 11. Tanjung 1.700,00 172.821,00 101,66 12. Kersana 480,00 53.830,00 112,15 13. Bulakamba 3.779,00 393.628,00 104,16 14. Wanasari 8.734,00 1.326.830,00 151,92 15. Jatibarang 2.490,00 252.014,00 101,21 16. Songgom 1.548,00 208.436,00 134,65 17. Brebes 6.667,00 828.613,00 124,29

Jumlah 32.680,00 4.128.128,00 1.430,04 Rata-Rata 1.922,35 242.831,06 84,12

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Brebes Tahun 2010

Penentuan desa sebagai lokasi penelitian di wilayah Kecamatan

Wanasari menggunakan metode stratified dengan mengelompokkan desa

berdasarkan kategori produktivitas bawang merah menurut desa di

Kecamatan Wanasari tahun 2010. Penentuan kategorinya dengan

mengikuti distribusi normal, sehingga dilakukan pengujian normalitas

terhadap data produktivitas bawang merah. Menurut Nisfiannoor (2009)

pengujian normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov-

Smirnov (K-S) dan berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa data

produktivitas bawang merah menurut desa di Kecamatan Wanasari

berdistribusi normal, sehingga distribusi datanya mengikuti kurva normal.

Selanjutnya, menentukan kriteria produktivitas rendah, sedang dan tinggi

berdasarkan nilai persentil pada kurva normal, kemudian dianalisis

menggunakan Frequencies. Berdasarkan hasil analisis, maka rincian

Page 28: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

mengenai luas panen, produksi, produktivitas dan kategori produktivitas

bawang merah menurut desa di Kecamatan Wanasari tahun 2010 dapat

dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas Panen, Produksi, Produktivitas dan Kategori Produktivitas Bawang Merah Menurut Desa di Kecamatan Wanasari Tahun 2010

No Desa Luas Panen

(Ha) Produksi

(Kw) Produktivitas

(Kw/Ha) Kategori

Produktivitas 1. Dkh.Waringin 422,60 68.205,00 161,39 Tinggi 2. Dumeling 351,70 50.590,00 143,84 Sedang 3. Glonggong 496,15 76.050,00 153,28 Sedang 4. Jagalempeni 815,30 129.651,00 159,02 Tinggi 5. Keboledan 301,30 42.653,00 141,56 Sedang 6. Kertabasuki 315,22 43.438,00 137,80 Rendah 7. Klampok 426,60 67.050,00 157,17 Sedang 8. Kupu 340,50 48.480,00 142,38 Sedang 9. Lengkong 245,80 34.060,00 138,57 Rendah

10. Pebatan 407,23 59.400,00 145,86 Sedang 11. Pesantunan 298,60 41.600,00 139,32 Sedang 12. Sawojajar 329,50 47.034,00 142,74 Sedang 13. Siasem 320,30 43.826,00 136,83 Rendah 14. Sidamulya 423,80 64.391,00 151,94 Sedang 15. Sigentong 363,20 55.314,00 152,30 Sedang 16. Sisalam 878,60 147.841,00 168,27 Tinggi 17. Siwungkuk 287,10 41.358,00 144,05 Sedang 18. Tanjung Sari 540,50 85.117,00 157,48 Sedang 19. Tegalgandu 587,90 89.267,00 151,84 Sedang 20. Wanasari 591,10 91.505,00 154,80 Sedang

Jumlah 8.743,00 1.326.830,00 2980,46 rata-rata 437,15 66.341,50 149,02

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Brebes Tahun 2010 (Lampiran 2, Halaman 91)

Penentuan lokasi penelitian dengan mengambil satu desa dari tiap

kategori, sehingga terdapat 3 desa di Kecamatan Wanasari dengan luas

panen paling besar pada tiap kategori, yang dijadikan lokasi penelitian.

Desa kategori produktivitas rendah adalah Desa Siasem, desa kategori

produktivitas sedang adalah Desa Wanasari dan desa kategori

produktivitas tinggi adalah Desa Sisalam.

2. Metode Pengambilan Sampel

Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), suatu penelitian harus

menggunakan ukuran sampel yang cukup besar sehingga dapat mengikuti

distribusi normal. Sampel yang besar dan mengikuti distribusi normal

Page 29: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

adalah sampel yang ukurannya ≥ 30, sehingga ukuran sampel petani pada

penelitian ini adalah 30 yang diambil dari tiga desa di Kecamatan

Wanasari yaitu Desa Siasem, Desa Wanasari dan Desa Sisalam.

Pengambilan sampel petani dari tiap desa menggunakan metode

proportion random sampling. Menurut Soekartawi (1995), metode

proportion random sampling adalah cara pengambilan sampel dari tiap-

tiap sub populasi dengan memperhitungkan besar kecilnya sub-sub

populasi tersebut dan pengambilannya dilakukan secara random. Adapun

rumus menghitung ukuran sampel petani pada tiap desa, yaitu:

Keterangan:

Ni : ukuran sampel petani

Nk : jumlah petani yang memenuhi syarat pada desa ke-i

N : jumlah populasi petani dari ketiga desa

Petani yang diambil sebagai sampel merupakan petani bawang

merah varietas Bima berstatus pemilik penggarap dan mengusahakannya

secara monokultur di lahan sawah. Berdasarkan data sekunder, maka

ukuran sampel petani bawang merah varietas Bima untuk tiap desa di

Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes, dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Ukuran Sampel Petani Bawang Merah Varietas Bima untuk Tiap Desa di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes

No. Desa Populasi Petani

(Nk) Ukuran Sampel Petani

(Ni) 1 Siasem 309 5 2 Wanasari 790 13 3 Sisalam 681 12

Jumlah 1780 30

Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 3, Halaman 93)

C. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari petani yang

mengusahakan bawang merah varietas Bima maupun pihak lain yang

berhubungan dengan usahatani bawang merah varietas Bima. Datanya

30N

NkNi ´=

Page 30: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

mengenai faktor produksi yang digunakan, teknik budidaya, produksi dan

sebagainya. Data ini diperoleh melalui wawancara.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pencatatan

terhadap laporan maupun dokumen dari instansi-instansi yang berkaitan

dengan penelitian. Data tersebut didapatkan dari Kantor Kecamatan

Wanasari, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten

Brebes, Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes, dan Badan Pusat Statistik

Provinsi Jawa Tengah.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Teknik ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung terhadap

objek yang diamati sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai

objek yang akan diteliti. Data yang dikumpulkan terkait faktor-faktor

produksi dan teknik budidaya bawang merah varietas Bima.

2. Wawancara

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data primer yang

dilakukan dengan mewawancarai langsung petani sampel dengan

menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) terkait dengan usahatani

bawang merah varietas Bima.

3. Pencatatan

Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data primer dan data

sekunder. Data primer berupa pencatatan yang berasal dari hasil

wawancara dan data sekunder berupa pencatatan data pada instansi-

instansi yang berhubungan dengan penelitian.

E. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Analisis Pendapatan dan Keuntungan Usahatani

Analisis besarnya pendapatan usahatani bawang merah varietas

Bima menggunakan rumus sebagai berikut:

Pd = TR – TC

Page 31: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

= (Y.Py) – EC

Keterangan:

Pd : pendapatan usahatani (Rp/Ha/MT)

TR : total penerimaan usahatani (Rp/Ha/MT)

TC : total biaya usahatani (Rp/Ha/MT)

Py : harga produksi usahatani (Rp/Kg)

Y : produksi usahatani (Kg/Ha/MT)

EC : total biaya eksplisit usahatani (Rp/Ha/MT)

Analisis besarnya keuntungan usahatani bawang merah varietas

Bima menggunakan rumus sebagai berikut:

p = TR – TC

= TR – (EC + IC)

Keterangan:

p : keuntungan usahatani (Rp/Ha/MT)

TR : total penerimaan usahatani (Rp/Ha/MT)

TC : total biaya usahatani (Rp/Ha/MT)

EC : total biaya eksplisit usahatani (Rp/Ha/MT)

IC : total biaya implisit usahatani (Rp/Ha/MT)

2. Analisis Hubungan Faktor-Faktor Produksi dengan Produksi

Pengkajian hubungan penggunaan faktor-faktor produksi berupa

luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk

ZA dan pestisida cair dengan produksi bawang merah varietas Bima

digunakan model berbentuk kepangkatan yang merupakan modifikasi

fungsi produksi Cobb Douglas, dan dirumuskan sebagai berikut:

Y = b0. X1b1. X2

b2. X3b3. X4

b4. X5b5. X6

b6. X7b7

Keterangan:

Y : produksi bawang merah varietas Bima (Kg)

X1 : luas lahan (Ha)

X2 : benih (Kg)

X3 : tenaga kerja (HKP)

X4 : pupuk urea (Kg)

Page 32: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

X5 : pupuk NPK Mutiara (Kg)

X6 : pupuk ZA (Kg)

X7 : pestisida cair (Ltr)

b0 : konstanta

b1–b7 : koefisien regresi X1 sampai X7

Hubungan faktor-faktor produksi dengan produksi bawang merah

varietas Bima dapat diketahui dengan analisis regresi linier berganda. Oleh

karena itu, fungsi produksinya diubah ke dalam bentuk linier dengan cara

dilogaritmakan menjadi:

Log Y = log b0 + b1 log X1 + b2 log X2 + b3 log X3 + b4 log X4+ b5 log

X5 + b6 log X6+ b7 log X7

3. Pengujian Model

Pada penelitian ini uji yang akan digunakan yaitu sebagai berikut:

a. Uji adjusted R2(Rv2)

Uji adjusted R2 (R2 yang disesuaikan) digunakan sebagai

ukuran yang menunjukkan besarnya proporsi variasi produksi bawang

merah varietas Bima yang dapat dijelaskan oleh faktor-faktor produksi

dengan mempertimbangkan jumlah variabel bebas yang dimasukkan

ke dalam model fungsi produksi. Adapun rumusnya, yaitu:

Rv2 = 1 – (1 – R2) n - 1

n - k

Keterangan:

Rv2 : R2 yang disesuaikan

R2 : R2 yang belum disesuaikan

n : ukuran sampel

k : jumlah variabel

(Gujarati, 2007).

b. Uji serentak (Uji F)

Uji F yang digunakan untuk mengetahui apakah faktor-faktor

produksi secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi bawang

merah varietas Bima. Menutut Gujarati (2007) rumus uji F, yaitu:

Page 33: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Fhitung = ESS/(k-1)

RSS/(n-k)

Keterangan:

ESS : jumlah kuadrat yang dijelaskan (∑y绥i2)

RSS : jumlah kuadrat residu (∑ei2)

n : ukuran sampel

k : jumlah variabel

Dengan hipotesis yang diuji:

Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = b7 = 0

Ha : minimal ada satu bi ≠ 0

Pada tingkat kepercayaan 95%, maka:

1) Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang artinya

faktor-faktor produksi secara bersama-sama tidak berpengaruh

nyata terhadap produksi bawang merah varietas Bima.

2) Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya

faktor-faktor produksi secara bersama-sama berpengaruh nyata

terhadap produksi bawang merah varietas Bima.

c. Uji individual (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing

faktor produksi terhadap produksi bawang merah varietas Bima.

Menurut Arief (1993) rumus uji t adalah sebagai berikut:

thitung = bi

Si

Keterangan:

bi : koefisien regresi ke-i

Si : standard error koefisien regresi ke-i

Dengan hipotesis yang diuji:

Ho : bi = 0

Ha : bi ¹ 0

Page 34: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Pada tingkat kepercayaan 95%, maka:

1) Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti

faktor produksi ke-i tidak berpengaruh nyata terhadap produksi

bawang merah varietas Bima.

2) Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti

faktor produksi ke-i berpengaruh nyata terhadap produksi bawang

merah varietas Bima.

d. Uji standard koefisien regresi (beta coefficient)

Uji Standard koefisien regresi digunakan untuk mengetahui

faktor produksi yang paling berpengaruh diantara faktor produksi yang

lain. Menurut Arief (1993) beta coefficient dihitung dengan rumus:

bi* = bi徽裹徽i

Keterangan:

bi* : standard koefisien regresi

bi : koefisien regresi untuk faktor produksi ke-i

σi : standard deviasi faktor produksi ke-i

σy : standard deviasi produksi

Nilai standard koefisien regresi yang paling besar merupakan faktor

produksi yang paling berpengaruh terhadap produksi bawang merah

varietas Bima.

4. Uji Asumsi Klasik

a. Uji multikolinearitas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

korelasi yang sangat kuat antar variabel bebas pada model regresi.

Deteksinya diketahui dari matriks pearson correlation. Apabila

matriks pearson correlation tidak ada yang bernilai lebih dari 0,8 maka

disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas (Nisfiannoor, 2009).

b. Uji autokorelasi

Menurut Sulaiman (2002), uji autokorelasi digunakan untuk

mengetahui apakah terdapat korelasi antara anggota serangkaian

Page 35: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

observasi yang diurutkan menurut waktu (time series) atau

tempat/ruang (cross section). Pengujian autokorelasi dilakukan dengan

melihat nilai Durbin Watson dengan kriteria sebagai berikut:

1) 1,65 < DW < 2,35 yang artinya tidak terjadi autokorelasi

2) 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 yang artinya tidak dapat

disimpulkan (inconclusion)

3) DW < 1,21 atau DW > 2,79 yang artinya terjadi autokorelasi

c. Uji heteroskedastisitas

Uji Heterokesdastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi mempunyai varians (variance) yang tidak sama untuk

semua pengamatan. Uji ini dilakukan dengan scatterplot antara nilai

prediksi variabel dependent yaitu ZPRED (sumbu X) dengan

residualnya SRESID (sumbu Y). Apabila tidak terdapat pola yang

jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada

sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Nisfiannoor, 2009).

5. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi

Analisis efisiensi ekonomi digunakan untuk mengetahui kombinasi

penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani bawang merah

mencapai efisiensi ekonomi tertinggi atau belum. Efisiensi ekonomi

tertinggi dicapai apabila perbandingan nilai produk marjinal (NPMxi)

dengan harga faktor produksi (Pxi) sama dengan satu. Adapun rumusnya:

NPMx1 Px1

= NPMx2

Px2=

NPMx3

Px3=

NPMx4 Px4

= NPMx5

Px5=

NPMx6

Px6=

NPMx7

Px7= 1

Keterangan:

NPMxi : Nilai Produk Marginal untuk faktor produksi xi

Pxi : harga faktor produksi xi

Kriteria yang digunakan sebagai berikut:

PxiNPMxi

= 1, berarti penggunaan faktor produksi xi telah mencapai

efisiensi ekonomi tertinggi.

PxiNPMxi

≠ 1, berarti penggunaan faktor produksi xi tidak efisien secara

ekonomi.

Page 36: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Apabila terdapat kendala sehingga kombinasi penggunaan faktor-

faktor produksi belum mencapai efisiensi ekonomi tertinggi, maka

dilakukan analisis optimalisasi. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui

kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani bawang

merah varietas Bima mencapai kombinasi optimal atau belum. Kombinasi

optimal dicapai apabila perbandingan antara produk fisik marjinal

(PFMxi) dengan harga faktor produksi (Pxi) besarnya sama untuk setiap

faktor produksi. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

PFMx1 Px1

=PFMx2

Px2=

PFMx3

Px3=

PFMx4 Px4

=PFMx5

Px5=

PFMx6

Px6=

PFMx7

Px7

Keterangan:

PFMxi : Produk Fisik Marjinal faktor produksi xi

Pxi : harga faktor produksi xi

Apabila belum mencapai kombinasi optimal, maka yang dapat

dilakukan adalah mencapai kondisi optimum dengan mengoptimalkan

penggunaan faktor-faktor produksinya. Penentuannya menggunakan

pendekatan Least Cost Combination (LCC) dengan menentukan salah satu

faktor produksi yang dijadikan sebagai faktor pembatas (constraint) (xi),

sehingga penentuan penggunaan faktor produksi lain (xj) yang optimal

menggunakan rumus:

Xj = βj.Xi.Pxiβi.Pxj

Keterangan:

Xi : penggunaan faktor pembatas

Xj : penggunaan faktor produksi lain

Pxi : harga faktor produksi pembatas

Pxj : harga faktor produksi ke-j

βi : koefisien regresi faktor pembatas

βi : koefisien regresi faktor produksi ke-j

Page 37: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Geografis

1. Lokasi Daerah Penelitian

Kabupaten Brebes merupakan daerah strategis di Provinsi Jawa

Tengah, yang ditinjau dari aspek letak daerah, sosial dan ekonomi, serta

merupakan pintu masuk jalur utara dari Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta

menuju Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Letak geografis Kabupaten Brebes terletak diantara antara 108º 41’ 37”-

109º 11’ 29” Bujur Timur (BT) dan 6º 44’ 56,5”-7º 20’ 51,48” Lintang

Selatan (LS) dengan jarak terjauh dari utara ke selatan 87 km dan dari

barat ke timur 50 km.

Wilayah administrasi Kabupaten Brebes terbagi menjadi 17

kecamatan yang terdiri dari 297 desa dan 5 kelurahan dengan luas wilayah

166.296 ha atau 5,10% dari luas Provinsi Jawa Tengah yang sebesar

3.254.412 Ha. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Brebes adalah

sebagai berikut:

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Selatan : Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap

Sebelah Timur : Kabupaten Tegal dan Kota Tegal

Sebelah Barat : Provinsi Jawa Barat

Kecamatan Wanasari merupakan salah satu kecamatan yang ada di

Kabupaten Brebes dengan luas 7.444 ha atau 4,48% dari luas wilayah

Kabupaten Brebes. Kecamatan Wanasari terletak di sebelah barat Ibukota

Kabupaten Brebes dengan jarak 4 km. Wilayah Kecamatan Wanasari

disebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan berbatasan

dengan Kecamatan Larangan, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan

Brebes dan Kecamatan Jatibarang, dan sebelah barat berbatasan dengan

Kecamatan Bulakamba. Kecamatan Wanasari terdiri dari 20 desa yang

semuanya berpotensi sebagai penghasil bawang merah varietas Bima.

Page 38: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

2. Topografi Daerah

Wilayah Kabupaten Brebes memiliki topografi yang bervariasi

yaitu datar, bergelombang, curam dan sangat curam. Sebagian besar

wilayah Kabupaten Brebes mempunyai topografi datar dengan kemiringan

0-2% dan luasnya 71.441 ha atau 43,02% dari wilayah Kabupaten Brebes.

Luas wilayah dengan topografi bergelombang (kemiringan 2-15%) adalah

30.641 ha atau 18,45% dari wilayah Kabupaten Brebes. Luas wilayah

dengan topografi curam (kemiringan 15-40%) adalah 38.442 ha atau

23,15% dari wilayah Kabupaten Brebes, dan luas wilayah dengan

topografi sangat curam (kemiringan > 40%) adalah 25.542 ha atau 15,38%

dari wilayah Kabupaten Brebes.

Wilayah Kabupaten Brebes terletak pada ketinggian mulai dari 0

meter (garis pantai) sampai dengan daerah pegunungan dengan ketinggian

875 meter di atas permukaan laut (Kecamatan Sirampog). Sebagian besar

(97.895 ha atau 58,87%) wilayah Kabupaten Brebes merupakan daerah

pantai yang mempunyai ketinggian 0-25 m dpl, untuk dataran tinggi

wilayahnya sebesar 61.698 ha atau 37,10% dengan ketinggian 101-500 m

dpl, dan untuk daerah pegunungan wilayahnya sebesar 6.703 ha atau

4,03% yang berada pada ketinggian >500 m dpl.

Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Brebes merupakan hasil

proses pembentukan tanah masa lampau dengan pH tanah antara 5,15-7,0.

Jenis tanah di Kabupaten Brebes terdiri dari tiga macam, yaitu:

a. Tanah aluvial umumnya terdapat di dataran rendah, pelembahan, daerah

cekungan, dan sepanjang daerah aliran sungai besar. Tanah ini berwarna

kelabu sampai kecoklat-coklatan, dan tekstur tanahnya liat atau liat

berpasir. Jenis tanah aluvial terdapat di 11 kecamatan di Kabupaten

Brebes, yaitu Kecamatan Larangan, Kecamatan Ketanggungan,

Kecamatan Banjarharjo, Kecamatan Losari, Kecamatan Tanjung,

Kecamatan Kersana, Kecamatan Bulakamba, Kecamatan Wanasari,

Kecamatan Jatibarang, Kecamatan Songgom dan Kecamatan Brebes.

Page 39: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

b. Tanah andosol pada umumnya tersebar di dataran tinggi, berwarna

hitam, kelabu sampai coklat tua, tekstur tanahnya debu, lempung

berdebu sampai lempung, dan struktur tanahnya termasuk remah. Jenis

tanah andosol terdapat di 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Salem dan

Kecamatan Sirampog.

c. Tanah regosol umumnya terdapat di wilayah yang bergelombang

hingga dataran tinggi, tanah ini berwarna kelabu, coklat, sampai coklat

kekuning-kuningan atau keputih-putihan dengan tekstur tanahnya pasir

sampai lempung. Jenis tanah regosol terdapat di 4 kecamatan, yaitu

Kecamatan Bantarkawung, Kecamatan Bumiayu, Kecamatan

Paguyangan dan Kecamatan Tonjong.

Wilayah Kecamatan Wanasari berada pada ketinggian 1 m dpl dan

mempunyai topografi wilayah datar dengan kemiringan lahan 0-2%.

Berdasarkan keadaan alamnya, Kabupaten Brebes dan khususnya

Kecamatan Wanasari merupakan daerah yang cocok untuk budidaya

bawang merah khususnya varietas Bima, dimana bawang merah dapat

tumbuh pada ketinggian 0-1000 m dpl dan ketinggian tempat yang optimal

untuk pertumbuhan dan perkembangan bawang merah adalah 0-400 m di

atas permukaan laut. Selain itu, untuk pertumbuhan yang optimal bawang

merah juga menghendaki tanah yang gembur, mengandung humus dengan

aerasi yang baik seperti pada tanah jenis aluvial, andosol dan latosol.

3. Keadaan Iklim

Kabupaten Brebes memiliki iklim tropis dengan musim hujan dan

musim kemarau yang silih berganti sepanjang tahun. Pada bulan Juni

sampai September arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak

mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau.

Sebaliknya pada bulan Desember sampai dengan Maret arus angin banyak

mengandung uap air yang berasal dari Samudra Pasifik, sehingga terjadi

musim penghujan. Keadaan ini berganti setengah tahun setelah melewati

masa peralihan (pancaroba) pada bulan April-Mei dan Oktober-November.

Page 40: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Pada tahun 2009 curah hujan di Kabupaten Brebes sebesar 25.949 mm

dengan jumlah hari hujan 1620.

Kondisi iklim di suatu daerah juga dapat diketahui dengan

menggunakan metode Schmidth Ferguson yaitu dengan membagi rata-rata

jumlah bulan kering (BK) dengan rata-rata jumlah bulan basah (BB)

selama sepuluh tahun. Berdasarkan analisis pada Lampiran 4 (halaman

94), diketahui bahwa tipe iklim di Kabupaten Brebes adalah tipe iklim B

(14,3% ≤ Q < 33,3%) atau daerah yang beriklim basah dengan nilai Q

Kabupaten Brebes sebesar 15,69%. Kondisi iklim basah umumnya

dimanfaatkan untuk usaha pertanian. Kabupaten Brebes memiliki potensi

sumberdaya air yang meliputi air permukaan 114.002.600 m3, air sungai

20.001.748.287 m3, dan air tanah 30.608.200 m3. Potensi tersebut

memberikan ketersediaan air yang cukup untuk digunakan sebagai sarana

irigasi lahan-lahan pertanian, sehingga mendukung usaha pengembangan

berbagai komoditi tanaman bahan makanan.

Berdasarkan analisis pada Lampiran 4 (halaman 94), Kecamatan

Wanasari mempunyai nilai Q sebesar 71,21%, yang berarti Kecamatan

Wanasari mempunyai tipe iklim D (60,0% ≤ Q < 100%) atau merupakan

daerah beriklim sedang. Kondisi iklim yang demikian, sangat cocok untuk

budidaya bawang merah, karena tanaman bawang merah tidak

menghendaki banyak air.

B. Keadaan Penduduk

1. Jumlah Penduduk

Penduduk merupakan sumberdaya manusia yang menjadi subyek

sekaligus obyek dalam kegiatan pembangunan yang dilaksanakan di suatu

daerah. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi kekuatan sekaligus

juga dapat menjadi beban dalam menunjang keberhasilan pembangunan di

suatu daerah. Jumlah penduduk di Kabupaten Brebes dan Kecamatan

Wanasari dapat dilihat pada Tabel 5.

Page 41: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Tabel 5. Jumlah Penduduk Kabupaten Brebes dan Kecamatan Wanasari Tahun 2005-2009

No. Tahun

Kabupaten Brebes Kecamatan Wanasari

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Pertumbuhan Penduduk

(Jiwa) (%)

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Pertumbuhan Penduduk

(Jiwa) (%)

1. 2. 3. 4. 5.

2005 2006 2007 2008 2009

1.727.708 1.736.401 1.743.195 1.747.430 1.752.128

5.402 8.693 6.794 4.235 4.698

0,31 0,50 0,39 0,24 0,27

134.823 136.613 137.404 137.901 138.438

1.990 1.790

791 497 537

1,48 1,31 0,58 0,36 0,39

Jumlah 8.706.862 29.822 1,71 685.179 5.605 4,11 Rata-Rata 1.741.372 5.964 0,34 137.035,80 1.121,00 0,82

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes Tahun 2009

Jumlah penduduk Kabupaten Brebes dan Kecamatan Wanasari dari

tahun 2005 sampai tahun 2009 cenderung mengalami peningkatan.

Peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Brebes dan Kecamatan

Wanasari, salah satunya disebabkan oleh pertumbuhan penduduk secara

alami, dimana angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian.

Jumlah penduduk yang semakin bertambah akan berdampak negatif pada

ketersediaan lahan pertanian yaitu berkurangnya lahan pertanian karena

adanya konversi lahan menjadi pemukiman penduduk, tempat usaha dan

pengembangan pembangunan daerah.

2. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat

memberikan gambaran tentang Angka Beban Tanggungan (ABT) dan Sex

ratio/SR. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di

Kabupaten Brebes dan Kecamatan Wanasari dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Komposisi Penduduk Kabupaten Brebes dan Kecamatan Wanasari Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2009

No.

Kelom-pok

Umur (Thn)

Kabupaten Brebes Kecamatan Wanasari Laki- laki

(orang)

Perem-puan

(orang)

Jumlah (orang)

Laki- laki (org)

Perem-puan (org)

Jumlah (org)

1. 2. 3.

0-14 15-64 ≥ 65

297.242 540.119

35.701

285.276 549.615 44.175

582.518 1.089.734

79.876

24.142 42.491 2.414

23.804 42.843

2.744

47.946 85.334 5.158

Jumlah 873.062 879.066 1.752.128 69.047 69.391 138.438

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes Tahun 2009

Page 42: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Berdasarkan data pada Tabel 6, dapat diketahui bahwa jumlah

penduduk usia produktif di Kabupaten Brebes adalah 1.089.743 orang dan

di Kecamatan Wanasari adalah 85.334 orang. Banyaknya jumlah

penduduk dengan usia produktif menunjukkan bahwa tersediannya sumber

daya manusia yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja

di sektor perekonomian wilayah Kabupaten Brebes, khususnya sektor

pertanian. Tenaga kerja yang terampil merupakan potensi sumberdaya

manusia yang sangat dibutuhkan dalam proses pembangunan. Dengan

demikian, banyaknya penduduk usia produktif dapat dijadikan sebagai

modal (tenaga kerja) untuk meningkatkan pembangunan ekonomi daerah

di Kabupaten Brebes.

Angka Beban Tanggungan (ABT) dapat diketahui dengan

membandingkan jumlah penduduk non produktif dengan penduduk

produktif. Berdasarkan analisis pada Lampiran 5 (halaman 96), nilai dari

Angka Beban Tanggungan (ABT) di Kabupaten Brebes pada diperoleh

nilai ABT sebesar 60,78%, artinya dalam setiap 100 orang penduduk usia

produktif di wilayah tersebut harus menanggung 61 orang penduduk usia

non produktif dan untuk Kecamatan Wanasari besarnya nilai ABT adalah

62,23%, sehingga setiap 100 orang penduduk usia produktif harus

menanggung 62 orang usia non produktif.

Sex ratio/SR dapat diketahui dengan membandingkan jumlah

penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan. Berdasarkan

analisis pada Lampiran 5 (halaman 96), nilai sex ratio Kabupaten Brebes

sebesar 99, artinya jika di kabupaten tersebut terdapat 100 orang penduduk

perempuan maka terdapat 99 penduduk laki-laki. Nilai sex ratio untuk

Kecamatan Wanasari adalah 100 sehingga jika ada 100 orang penduduk

perempuan, maka terdapat 100 orang penduduk laki-laki.

3. Komposisi Penduduk Menurut Lapangan Usaha

Komposisi penduduk menurut lapangan usaha digunakan untuk

mengetahui tingkat sosial ekonomi dan karakteristik daerah dengan

melihat lapangan usaha yang menjadi mata pencahariaan penduduk.

Page 43: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 10

tahun ke atas. Komposisi penduduk menurut lapangan usaha di Kabupaten

Brebes dan Kecamatan Wanasari tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Komposisi Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Brebes dan Kecamatan Wanasari pada Tahun 2009

No. Lapangan Usaha

Kabupaten Brebes

Kecamatan Wanasari

Jumlah (Jiwa) %

Jumlah (Jiwa) %

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Pertanian Industri Bangunan Perdagangan Angkutan PNS/Polisis/TNI Pensiunan Lain-Lain

698.957 48.223 72.041 84.573 16.014 25.652 7.731

29.346

71,14 4,91 7,33 8,61 1,63 2,61 0,79 2,99

59.967 3.161 3.007 6.478 1.400

893 245

2.548

77,18 4,07 3,87 8,34 1,80 1,15 0,32 3,28

Jumlah 982.537 100,00 77.699 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes 2009

Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa pada tahun 2009 sebagian

besar penduduk Kabupaten Brebes dan Kecamatan Wanasari mempunyai

lapangan usaha atau mata pencaharian di sektor pertanian. Hal ini

menunjukkan bahwa sektor pertanian mampu menyerap lebih dari 50%

penduduk sebagai tenaga kerja yang ada di Kabupaten Brebes dan

khususnya di Kecamatan Wanasari. Dengan demikian sektor pertanian di

daerah ini mampu memberikan kontribusi yang berarti dalam memberikan

sumber kehidupan/pendapatan bagi sebagian besar penduduknya.

Banyaknya penduduk yang bekerja di sektor pertanian disebabkan karena

kondisi alam yang mendukung dan tersedianya lahan pertanian yang luas.

Hal ini menunjukkan pula bahwa Kabupaten Brebes mempunyai karakter

sebagai kabupaten agraris.

4. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan dapat digunakan

untuk mengetahui kualitas sumber daya manusia dan kemampuan

penduduk untuk menyerap teknologi yang ada dan baru di daerah tersebut.

Page 44: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Brebes

dan Kecamatan Wanasari tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Komposisi Menurut Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Brebes dan Kecamatan Wanasari Tahun 2009

No. Pendidikan

Kabupaten Brebes

Kecamatan Wanasari

Jumlah (orang)

(%) Jumlah (orang)

(%)

1.

2. 3. 4. 5.

Tidak/Belum tamat SD/Tidak punya ijazah SD Tamat SD/MI Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi/PT

564.886 462.429 169.211 136.397 41.042

41,11 33,66 12,32 9,93 2,99

29.341 39.319 22.260 14.826

2.597

27,08 36,29 20,55 13,68

2,40 Jumlah 1.373.965 100,00 108.343 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupten Brebes 2009

Berdasarkan data pada Tabel 8, diketahui bahwa penduduk di

Kabupaten Brebes sebagian besar tidak/belum tamat/tidak punya ijasah

sekolah dasar. Meskipun demikian, adapula penduduk yang berpendidikan

tamat akademi atau perguruan tinggi. Kondisi pendidikan di Kecamatan

Wanasari menunjukkan hal yang berbeda, dimana sebagian besar

penduduk tingkat pendidikannya tamat SD/MI dan sebagian kecil

penduduknya tamat akademi atau perguruan tinggi.

Penduduk dengan sumberdaya manusia yang berkualitas sangat

diperlukan dalam menunjang pembangunan daerah di Kabupaten Brebes.

Tingkat pendidikan yang ditempuh masyarakat akan mempengaruhi pola

pikir, daya serap terhadap teknologi yang baru dan kemampuan dalam

mengambil keputusan dalam usahataninya. Oleh karena itu, hal ini akan

berpengaruh juga terhadap tindakan yang akan diambil masyarakat dalam

usahataninya, khususnya usahatani bawang merah varietas Bima.

C. KeadaanPertanian

1. Tata Guna Lahan

Pada tahun 2009 Kabupaten Brebes mempunyai luas lahan total

sebesar 166.296 ha. Secara umum penggunaan lahan yang ada di

Kabupaten Brebes dibagi menjadi dua yaitu penggunaan untuk lahan

Page 45: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

sawah dan lahan bukan sawah. Tata guna lahan di Kabupaten Brebes dan

Kecamatan Wanasari tahun 2009 disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Tata Guna Lahan di Kabupaten Brebes dan Kecamatan Wanasari Tahun 2009

No. Tata Guna Lahan

Kabupaten Brebes

Kecamatan Wanasari

Luas (Ha)

% Luas (Ha)

%

1. 2.

Lahan Sawah a. Irigasi Teknis b. Irigasi ½ Teknis c. Irigasi Sederhana d. Tadah Hujan Lahan Bukan Sawah a. Bangunan/Pekarangan b. Tegal/Kebun c. Ladang/Tanah Semen-

tara Tidak diusahakan d. Tambak/Kolam e. Hutan Rakyat f. Hutan Negara g. Perkebunan Negara/

Swasta h. Lain-lain

62.703 26.553 10.697 8.837

16.616 103.593 19.250 17.499

279

9.001 5.557

46.708

1.252 4.047

37,71 15,97 6,43 5,31 9,99

62,29 11,58 10,52

0,17 5,41 3,34

28,09

0,75 2,43

3.926,24 2.100,48

849,22 24,00

952,54 3.518,18 1.644,50

66,53

- 1.579,10

- -

- 228,05

52,74 28,22 11,41 0,32

12,80 47,26 22,09 0,89

-

21,21 - -

- 3,06

Jumlah 166.296 100,00 7.444,42 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 9, diketahui bahwa sebagian besar lahan di

Kabupaten Brebes merupakan lahan bukan sawah, sedangkan di

Kecamatan Wanasari sebagian besar lahannya merupakan lahan sawah.

Luas lahan sawah yang cukup besar sangat menunjang dalam peningkatan

produksi pertanian, khususnya tanaman bawang merah. Hal ini

dikarenakan, mayoritas petani di Kabupaten Brebes melakukan usahatani

bawang merah di lahan sawah. Hal ini menjadikan bawang merah menjadi

komoditas hortikultura yang merupakan Produk Unggulan Daerah (PUD)

Kabupaten Brebes.

2. Produksi Tanaman Sayuran

Kabupaten Brebes terdiri dari 17 kecamatan yang terbentang dari

wilayah utara (Pantura) ke arah selatan (daerah pegunungan), sehingga

Page 46: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

tanaman sayuran yang dibudidayakan di Kabupaten Brebes sangat

bervariasi. Komoditas unggulan tanaman sayuran Kabupaten Brebes

adalah bawang merah yang dihasilkan dari 11 kecamatan, dan salah

satunya adalah Kecamatan Wanasari. Luas panen dan produksi tanaman

sayuran di Kabupaten Brebes dan Kecamatan Wanasari tahun 2010 dapat

dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayuran di Kabupaten Brebes dan Kecamatan Wanasari Tahun 2010

No Jenis Tanaman

Sayuran Kabupaten Brebes Kecamatan Wanasari

Luas Panen (Ha)

Produksi (Kw)

Luas Panen (Ha)

Produksi (Kw)

1. Bawang Merah 49.968 4.128.128 8.734 1.326.830 2. Bawang Putih 23 1.083 - 3. Bawang Daun 1.623 94.587 - - 4. Kentang 5.097 581.294 - - 5. Kubis 2.595 449.074 - - 6. Petsai/Sawi 24 2.215 - - 7. Wortel 1.139 129.620 - - 8. Kacang Panjang 46 796 - - 9. Cabe Besar 9.662 380.320 500 70.840

10. Cabe Rawit 2.119 98.874 - - 11. Jamur 5.714 2.015 - - 12. Tomat 119 4.151 - 13. Terung 334 11.959 - - 14. Buncis 357 15.216 - - 15. Ketimun 49 2.003 - - 16. Labu Siam 229 12.000 - - 17. Kangkung 102 1.701 - - 18. Bayam 5 19 - -

Jumlah 79.569 5.915.028 9.234 1.397.670

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Brebes 2010

Pertanian Kabupaten Brebes, khususnya tanaman sayuran

menghasilkan berbagai macam tanaman diantaranya yaitu bawang merah,

bawang putih, bawang daun, kentang, kubis, sawi, wortel, kacang panjang,

cabe besar, cabe rawit, jamur, tomat, terung, buncis, ketimun, labu siam,

kangkung dan bayam. Namun dari kesemuanya, bawang merah menjadi

andalan petani Kabupaten Brebes. Oleh karena itu tanaman bawang merah

mempunyai luas panen dan produksi terbesar di Kabupaten Brebes. Pada

Page 47: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

tahun 2010, luas panen bawang merah Kabupaten Brebes mencapai 49.969

ha dengan produksi 4.128.128 kw.

Pada tahun 2010, Kecamatan Wanasari hanya menghasilkan dua

jenis tanaman sayuran, yaitu bawang merah dan cabe besar. Luas panen

bawang merah mencapai 8.734 ha dengan produksi 1.326.830 kw.

Kecamatan Wanasari menyumbang 32,14% dari produksi bawang merah

Kabupaten Brebes, dan hal tersebut menjadikan Kecamatan Wanasari

merupakan kecamatan dengan luas panen dan produksi tertinggi di

Kabupaten Brebes. Sedangkan untuk tanaman cabe besar, pada tahun 2010

luas panennya mencapai 500 ha dengan produksi 70.840 kw. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar petani Kecamatan Wanasari

mengantungkan mata pencahariannya pada usahatani bawang merah dan

cabe besar. Tidak beragamnya tanaman sayuran di Kecamatan Wanasari

dikarenakan keadaan geografinya yang memang hanya cocok untuk

pertumbuhan kedua tanaman tersebut, serta mempunyai harga jual yang

cukup tinggi.

D. Keadaan Perekonomian

Pemerintah Daerah Kabupaten Brebes dari tahun ke tahun terus

berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi guna meningkatkan

kesejahteraan penduduk Kabupaten Brebes. Kondisi perekonomian di

Kabupaten Brebes dapat dilihat dari pendapatan perkapita penduduk untuk

mengetahui tingkat kemakmuran penduduk dan sarana perekonomian yang

ada di Kabupaten Brebes.

1. Pendapatan Per Kapita

Pendapatan per kapita digunakan untuk menunjukkan

perkembangan tingkat kemakmuran di suatu daerah. Suatu daerah

dikatakan mengalami pertambahan kemakmuran masyarakatnya, apabila

pendapatan per kapita terus menerus bertambah. Pendapatan per kapita di

Kabupaten Brebes dan Kecamatan Wanasari atas dasar harga konstan 2000

tahun 2005-2009 disajikan pada Tabel 11.

Page 48: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Tabel 11. Pendapatan Per Kapita Kabupaten Brebes dan Kecamatan Wanasari Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2009

Tahun

Kabupaten Brebes Kecamatan Wanasari Pendapatan Per Kapita

(Rp)

Pertumbuhan Per Kapita

(%)

Pendapatan Per Kapita

(Rp)

Pertumbuhan Per Kapita

(%) 2005 2006 2007 2008 2009

2.521.554,95 2.629.439,55 2.742.704,05 2.864.120,05 2.999.444,69

4,32 4,10 4,13 4,24 4,51

1.785.593,13 1.828.555,92 1.904.228,00 1.999.859,80 2.086.204,48

3,08 2,35 3,97 4,78 4,14

Jumlah 13.757.263,29 21,30 9.604.441,33 18,32 Rata-rata 2.751.452,66 4,26 1.920.888,27 3,66

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 11, dapat diketahui bahwa besarnya pendapatan

per kapita di Kabupaten Brebes dari tahun 2005-2009 cenderung semakin

meningkat. Rata-rata pendapatan per kapita Kabupaten Brebes dari tahun

2005-2009 adalah sebesar Rp 2.751.452,66 dengan rata-rata pertumbuhan

per kapita 4,26%. Keadaan yang sama juga diperlihatkan di Kecamatan

Wanasari dan rata-rata pendapatan per kapitanya dari tahun 2005-2009

yaitu Rp 1.920.888,27 dengan rata-rata pertumbuhannya 3,66%. Tingkat

pertumbuhan pendapatan per kapita yang semakin meningkat

menunjukkan perkembangan kemakmuran masyarakat Kabupaten Brebes

dan Kecamatan Wanasari. Hal ini menunjukkan dari segi konsumsi berarti

masyarakat mempunyai kesempatan untuk menikmati barang dan jasa

yang lebih banyak atau lebih tinggi kuantitasnya.

2. Sarana Perekonomian

Sarana dan prasarana serta lembaga perekonomian sangat

dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, baik yang

diusahakan oleh pemerintah, swasta, maupun oleh masyarakat setempat.

Sarana perekonomian di Kabupaten Brebes dan Kecamatan Wanasari

dapat dilihat pada Tabel 12.

Page 49: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Tabel 12. Sarana Perekonomian di Kabupaten Brebes dan Kecamatan Wanasari Tahun 2009

No. Sarana Kabupaten

Brebes Kecamatan Wanasari

1. 2. 3. 4.

5. 7.

KUD (Koperasi Unit Desa) Koperasi Non KUD Badan Perkreditan Pasar a. Umum b. Ikan c. Hewan Toko/Kios/Warung Penggilingan Padi

26 297

70 8 5

10.483 806

5 20

4 1 -

482 46

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes Tahun 2009

Keberadaan sarana perekonomian di Kabupaten Brebes dan

Kecamatan Wanasari membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan

ekonominya, khususnya untuk kelancaran usahatani. Petani dapat membeli

berbagai keperluan usahataninya seperti sarana produksi dan peralatan

pertanian di KUD, toko/kios/warung ataupun di pasar. Keberadaan pasar

dan KUD juga dapat berfungsi sebagai tempat jual beli produk hasil

usahatani yang dilakukan oleh petani. Keberadaan penggilingan padi

sebagai penyedia jasa untuk menggiling padi hasil panen petani. Peran

yang lebih penting diberikan KUD dan koperasi non KUD yaitu

memberikan pinjaman modal kepada para petani sebagai tambahan modal

untuk melakukan usahatani.

Page 50: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Budidaya Tanaman Bawang Merah Varietas Bima

Tanaman bawang merah yang diusahakan petani di Kabupaten Brebes

dilakukan pada Januari sampai dengan Desember atau dengan kata lain

dilakukan sepanjang tahun. Di Kabupaten Brebes terdapat beberapa varietas

bawang merah yang diusahakan, namun varietas Bima merupakan varietas

yang paling banyak diusahakan oleh petani, karena varietas ini mempunyai

sifat genjah atau umur panennya cepat, yaitu antara 50-60 hari setelah tanam.

Penanaman bawang merah varietas Bima dilakukan dilahan sawah

secara monokultur. Teknik budidaya bawang merah varietas Bima, pada

dasarnya sama dengan budidaya tanaman bawang merah pada umumnya.

Teknik budidaya tanaman bawang merah varietas Bima yang dilakukan oleh

petani di daerah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dimaksudkan untuk menciptakan lapisan tanah

yang gembur dan cocok untuk pertumbuhan tanaman bawang merah.

Pengolahan tanah dilakukan sekitar 3-4 minggu sebelum tanam dan

dimulai dengan pembongkaran atau pembersihan sisa-sisa tanaman yang

ditanam musim tanam sebelumnya. Pengolahan tanah pada budidaya

bawang merah terdiri dari beberapa kali pengolahan. Pengolahan pertama

adalah pemetakan tanah (membuat suwatan) dengan menggunakan

dlampeng (alat untuk menentukan letak parit dan bedengan). Selanjutnya

membuat parit sedalam 50-60 cm dan lebar 50 cm, dengan cara dicangkul

dan tanah galian dihamparkan di atas bedengan (ungkap I) yang berukuran

sekitar 1-2 m dan panjangnya menyesuaikan panjang lahan. Selanjutnya

parit diisi dengan air dan dibiarkan selama 1 minggu agar tanah di atas

bedengan menjadi kering.

Pengolahan tanah kedua adalah mencangkul tanah di atas

bedengan, diratakan dan digemburkan, sehingga tanah menjadi remah.

Selanjutnya parit dicangkul kembali dan tanah galian dihamparkan ke atas

Page 51: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

bedengan lagi (ungkap II). Hal ini dilakukan untuk pembentukan guludan

di atas bedengan sebagai media tanam bawang merah dengan tinggi sekitar

20 cm dari permukaan air yang ada di parit. Kemudian tanah didiamkan

kembali sekitar 1 minggu agar tanah menjadi kering.

Pengolahan tanah ketiga adalah tanah di atas bedengan dicangkul

kembali (cocrok) agar lebih remah dan diratakan, serta ditambahkan

dengan pupuk dasar dan disemprot dengan herbisida. Pupuk dasar yang

digunakan adalah pupuk kompos (1.111,11 kg/ha) dan pupuk KCL (43,80

kg/ha), sedangkan herbisida yang digunakan adalah herbisida kontak pra

tumbuh dengan merk dagang Goal 240 EC dan dosisnya 3,53 liter/ha.

Selanjutnya tepi guludan dipadatkan dengan lumpur yang diambil dari

dalam parit, tujuannya agar tidak mudah longsor.

2. Penanaman

Jarak tanam yang digunakan untuk menanam bawang merah

varietas Bima adalah 10 x 15 cm dengan penggunaan benih 1.633,74

kg/ha. Penanaman bawang merah varietas Bima berasal dari benih yang

kemudian dipotong ujung umbinya (perompesan). Perompesan dilakukan

1-2 hari sebelum tanam dengan tujuan untuk memecahkan masa dormansi

dan mempercepat proses keluarnya tunas secara serempak. Penanaman

benih dilakukan dengan cara gerakan memutar sekrup sampai ujung umbi

sama dengan permukaan tanah dan posisi umbi menghadap ke atas. Setiap

lubang tanaman dengan satu benih.

3. Pemeliharaan tanaman

a. Pemupukan

Pupuk yang digunakan untuk budidaya bawang merah varietas

Bima adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk anorganik

yang digunakan terdiri dari pupuk urea, pupuk ZA, pupuk NPK

Mutiara, pupuk Kamas dan pupuk KCL. Pupuk organiknya berupa

pupuk kompos. Pupuk kompos dan pupuk KCL digunakan sebagai

pupuk dasar dan diberikan saat pengolahan tanah.

Page 52: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Pemberian pupuk urea (197,86 kg/ha), pupuk ZA (202,14

kg/ha), pupuk NPK Mutiara (114,53 kg/ha) dan pupuk Kamas (88,68

kg/ha) dilakukan dengan cara mencampur semua pupuk tersebut,

kemudian ditebarkan di atas bedengan. Kombinasi penggunaan

pupuknya untuk setiap kali pemupukan yaitu 1/3 urea + 1/3 ZA + 1/3

NPK Mutiara + 1/3 Kamas. Namun, kombinasi tersebut dapat berubah

sesuai dengan intensitas pemupukannya.

Intensitas pemupukan tergantung pada musim, dimana pada

musim penghujan intensitas pemupukannya lebih banyak daripada

pada musim kemarau. Namun, pada umumnya petani melakukan

pemupukan 3-4 kali dalam satu musim tanam. Aplikasi pupuk pertama

dilakukan ketika tanaman berumur 7 hari setelah tanam. Aplikasi

kedua pada umur 14-20 hari setelah tanam dan aplikasi selanjutnya

pada umur 30-40 hari setelah tanam.

b. Penyiraman

Penyiraman tanaman bawang merah varietas Bima dilakukan

secara teratur sampai tanaman membentuk umbi yang cukup tua atau

tanaman berumur 50 hari setelah tanam. Penyiraman pertama

dilakukan tepat setelah penanaman, selanjutnya dilakukan sesuai

kebutuhan. Apabila cuaca kering atau pada musim kemarau,

penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pada pagi dan sore hari. Pada

musim penghujan penyiraman dilakukan setiap 2 hari sekali dengan

tujuan untuk membilas daun tanaman dari percikan tanah yang

menempel pada daun.

c. Penyiangan dan pembumbunan (malem)

Penyiangan merupakan pencabutan gulma yang berada

disekitar tanaman. Penyiangan dapat dilakukan 2 kali selama

pertumbuhan tanaman atau disesuaikan dengan kebutuhan.

Pembumbunan dilakukan untuk memperbaiki bedengan yang rusak

dan mengurangi kehilangan pupuk saat penyiraman.

Page 53: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

d. Pengendalian organisme penganggu tanaman

Pengendalian organisme penganggu tanaman (OPT) baik

berupa hama maupun penyakit dilakukan dengan penyemprotan

beberapa jenis pestisida yang berupa insektisida (6,27 liter/ha) dan

fungisida (9,28 kg/ha). Aplikasinya dengan mencampur insektisida dan

fungisida kemudian ditambahkan perata (3,28 liter/ha) dan air.

Selanjutnya dimasukkan ke dalam alat sprayer dan disemprotkan.

Penyemprotan pestisida pada dasarnya dilakukan dengan tepat

jenis, tepat cara, tepat dosis, tepat sasaran dan tepat waktu, sehingga

penyemprotan disesuaikan dengan kondisi tanaman. Namun, petani

bawang merah varietas Bima melakukan penyemprotan secara rutin

(tanpa mempertimbangkan ada tidaknya hama atau penyakit yang

menyerang tanaman) yaitu sekitar 3-4 hari sekali. Penyemprotan

pertama dilakukan setelah tanaman berumur satu minggu dan

selanjutnya disesuaikan intervalnya. Meskipun demikian, adapula

petani yang hanya melakukan penyemprotan apabila terdapat serangan

hama atau penyakit.

Pengendalian hama atau penyakit juga dilakukan secara

mekanik, yaitu dengan membuang telur hama dan ulat, membuang

daun yang sakit atau yang sudah terinfeksi oleh hama atau penyakit.

Hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman bawang merah

varietas Bima adalah ulat grayak (Spodoptera litura), busuk daun

(Phytophtora porii), layu (Fusarium) dan otomatis (Colletotrichum).

4. Panen dan pasca panen

a. Panen

Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut tanaman pada

bagian daun, sehingga umbi tidak rusak. Kriteria tanaman bawang

merah varietas Bima yang sudah dapat dipanen adalah sebagai berikut:

1) Daun mulai menguning mencapai 20-80% dari bagian daun

tanaman dan bagian atas mulai rebah.

2) Sebagian besar umbi tersembul di atas permukaan tanah.

Page 54: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

3) Umur tanaman sudah mencapai 50-60 hari setelah tanam.

b. Pasca panen

Bawang merah varietas Bima yang sudah dipanen kemudian

diikat pada daunnya agar mempermudah penanganan. Setiap ikatan

beratnya kurang lebih 2-3 kg. Selanjutnya dilakukan proses

penjemuran dengan cara umbi bawang merah dijemur dibawah terik

matahari dan dihamparkan di atas tikar atau anyaman bambu.

Penjemuran bertujuan untuk menghilangkan kandungan air yang

tersimpan dan agar warna kulit umbi bawang merah menjadi lebih

merah dan mengkilat. Penjemuran dilakukan dengan dua tahap selama

10-14 hari (tergantung cuaca). Tahap I yaitu pelayuan yang dilakukan

selama 4-5 hari dengan tujuan menghilangkan kandungan air yang

tersimpan pada kulit luar dan leher batang. Selama pelayuan akan

terbentuk lapisan epidermis sehingga dapat menutupi permukaan kulit

umbi dari luka atau goresan yang terjadi selama pengangkutan. Pada

hari terakhir tahap pelayuan, bawang merah dibersihkan dari tanah atau

kotoran yang masih menempel pada umbi dan akarnya dibersihkan.

Tahap II adalah pengeringan dengan cara dijemur dibawah

sinar matahari dan dilakukan pembalikan 2-3 hari sekali. Pengeringan

dihentikan pada saat bobot panen basah bawang merah berkurang 22%

yang ditandai dengan kulit bawang merah sudah mengkilat dan apabila

digesek-gesekkan antara yang satu dengan yang lainnya akan terdengar

suara gemerisik. Bawang merah varietas Bima yang sudah dikeringkan

dapat langsung dijual dan dapat pula disimpan dengan cara digantung

di para-para.

B. Identitas Petani Sampel

Identitas petani sampel merupakan suatu gambaran tentang latar

belakang petani beserta pengalamannya dalam berusahatani. Identitas petani

sampel dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu meliputi umur petani, tingkat

pendidikan, jumlah anggota keluarga, jumlah anggota keluarga yang aktif

dalam usahatani dan pengalaman petani. Identitas petani sampel usahatani

Page 55: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

bawang merah varietas Bima musim tanam Oktober-Desember 2010 di

Kabupaten Brebes dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Identitas Petani Sampel Usahatani Bawang Merah Varietas Bima Musim Tanam Oktober-Desember 2010 di Kabupaten Brebes

No. Uraian Keterangan 1. 2. 3.

4. 5.

6.

Jumlah petani sampel (orang) Rata-rata umur (th) Pendidikan a. SD (orang) b. SLTP (orang) c. SLTA (orang) d. Perguruan Tinggi (orang) Rata-rata jumlah anggota keluarga (orang) Rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif di usahatani (orang) Rata-rata pengalaman usahatani bawang merah varietas Bima (th)

30,00 48,00

12,00 8,00 9,00 1,00 4,00

2,00

18,00

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 6, Halaman 97)

Pada penelitian ini, jumlah petani sampel adalah 30 petani.

Berdasarkan Tabel 13, diketahui bahwa rata-rata umur petani bawang merah

varietas Bima berusia 48 tahun. Usia tersebut merupakan usia produktif,

dimana petani lebih berpikir rasional dan berpotensi untuk mendukung

kegiatan usahataninya. Tingkat pendidikan formal petani sampel terdiri dari

SD 12 orang petani, SLTP 8 petani dan SLTA 9 petani, serta 1 petani dengan

tingkat pendidikan perguruan tinggi. Petani juga mendapatkan pendidikan

informal berupa penyuluhan yang diadakan Petugas Penyuluh Lapangan

Kabupaten Brebes sehingga menjadi tambahan pengetahuan maupun

informasi bagi petani terkait usahataninya.

Profil keluarga petani sampel merupakan penduduk asli yang telah

lama berdomisili di Kabupaten Brebes dan pada umumnya merupakan petani

yang sudah berkeluarga. Rata-rata pengalaman usahataninya selama 18 tahun,

yang menunjukkan petani mempunyai kemampuan mengelola usahataninya.

Rata-rata jumlah anggota keluarga petani bawang merah varietas Bima adalah

4 orang dan pada umumnya yang terlibat dalam proses usahatani hanya kepala

Page 56: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

keluarga dan istri sehingga sebagian besar petani menggunakan tambahan

tenaga kerja luar.

C. Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Bawang Merah Varietas

Bima

Produksi bawang merah varietas Bima merupakan hasil dari kombinasi

berbagai macam faktor produksi yang digunakan petani. Macam dan jumlah

faktor produksi yang digunakan dalam usahatani akan menentukan produksi

yang diperoleh, oleh karena itu kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi

harus efisien untuk memperoleh keuntungan maksimal. Adapun faktor-faktor

produksi yang dimaksud adalah lahan, benih, tenaga kerja, pupuk, pestisida

dan perata. Rinciannya adalah sebagai berikut:

1. Lahan

Faktor produksi lahan merupakan faktor produksi yang sangat

penting dalam usahatani, karena lahan merupakan tempat untuk menanam

tanaman yang akan diusahakan, dengan kata lain lahan merupakan pabrik

untuk menghasilkan produksi tanaman. Penggunaan luas lahan untuk

setiap petani bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes cukup

beragam, yaitu antara 0,27 ha hingga 1,50 ha. Rata-rata luas lahan garapan

usahatani bawang merah varietas Bima adalah sebesar 0,78 ha.

2. Sarana Produksi

Benih, pupuk, pestisida dan perata merupakan sarana produksi

yang digunakan dalam usahatani bawang merah varietas Bima. Rata-rata

penggunaan sarana produksi usahatani bawang merah varietas Bima

musim tanam Oktober-Desember 2010 di Kabupaten Brebes dapat dilihat

pada Tabel 14.

Page 57: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Tabel 14. Rata-Rata Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Bawang Merah Varietas Bima Musim Tanam Oktober-Desember 2010 di Kabupaten Brebes

No. Uraian Per Usahatani Per Hektar 1. 2.

3.

4.

Benih (kg) Pupuk: b. Pupuk Urea (kg) c. Pupuk NPK Mutiara (kg) d. Pupuk ZA (kg) e. Pupuk Kamas (kg) f. Pupuk KCL g. Pupuk Kompos (kg) Pestisida: a. Fungisida (kg) b. Insektisida (ltr) c. Herbisida (ltr) Perata

1.323,33

154,33 89,33

157,67 69,17 34,17

866,67

7,24 4,89 2,75 2,57

1.633,74

197,86 114,53 202,14 88,68 43,80

1.111,11

9,28 6,27 3,53 3,29

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 7, Halaman 98)

Berdasarkan Tabel 14, diketahui bahwa rata-rata penggunaan benih

oleh petani adalah 1.323,33 kg/UT atau 1.633,74 kg/Ha. Penggunaan

pupuk pada usahatani bawang merah varietas Bima sangat beragam, baik

berupa pupuk organik maupun pupuk anorganik. Pupuk organik yang

digunakan adalah pupuk kompos, sedangkan pupuk anorganik yang

digunakan terdiri dari 5 macam, yaitu pupuk urea, pupuk NPK Mutiara,

pupuk ZA, pupuk Kamas, dan pupuk KCL. Penggunaan pupuk tersebut

dimaksudkan untuk menambah kandungan hara dalam tanah.

Penggunaan pupuk anorganik dengan jumlah terbanyak adalah

pupuk ZA (157,67 kg/UT atau 202,14 kg/Ha). Hal ini dikarenakan pupuk

tersebut mengandung dua unsur yang penting bagi tanaman bawang merah

varietas Bima, yaitu 21% nitrogen dan 23% sulfat. Nitrogen berfungsi

untuk mempercepat pertumbuhan tanaman, menambah tinggi tanaman,

dan merangsang pertunasan, sedangkan sulfat memegang peranan penting

dalam metabolisme tanaman yang berhubungan dengan parameter penentu

kualitas, yaitu ketajaman aroma bawang merah.

Pestisida yang digunakan pada usahatani bawang merah varietas

Bima terdiri dari 3 macam, yaitu fungisida, insektisida dan herbisida.

Page 58: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Fungisida digunakan untuk membantu petani memberantas cendawan

penyebab penyakit dan Insektisida digunakan untuk memberantas hama.

Fungisida yang digunakan oleh petani adalah merk dagang Antracol 70

WP dan Dhitane M-45 80 WP. Rata-rata penggunaan fungisida pada

usahatani bawah merah varietas Bima yaitu sebanyak 7,24 kg/UT atau

9,28 kg/Ha. Insektisida yang digunakan oleh petani adalah dengan merk

dagang Prevaton 50 SC, Decis 25EC dan Hostathion 40EC. Rata-rata

penggunaan insektisidanya yaitu sebanyak 4,89 liter/UT atau 6,27 liter/Ha.

Herbisida digunakan untuk memberantas gulma yang berada di

areal tanaman. Rata-rata penggunaan herbisida, yaitu 2,75 liter/UT atau

3,53 liter/Ha. Herbisida yang digunakan oleh petani adalah herbisida

dengan merk dagang Goal 240 EC yang merupakan herbisida kontak pra

tumbuh. Oleh karena itu, aplikasi herbisida dilakukan pada saat pra tanam,

yaitu pada saat pengolahan tanah dengan harapan pada saat musim tanam

tidak terdapat gulma yang tumbuh di lahan kecuali tanaman bawang merah

varietas Bima.

Aplikasi insektisida dilakukan secara bersamaan dengan fungisida

dengan cara mencampurnya dan ditambahkan perata. Perata digunakan

sebagai bahan tambahan agar fungisida dan pestisida dapat tercampur

secara merata. Rata-rata penggunaan perata pada usahatani bawang merah

varietas Bima adalah 2,57 liter/UT atau 3,29 liter/Ha dengan merk dagang

Besmor 200 AS. Penyemprotan insektisida dan fungisida dilakukan secara

rutin, artinya tanpa mempertimbangkan ada tidaknya hama penyakit yang

menyerang tanaman.

3. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perlu

diperhitungkan dalam proses produksi. Setiap proses produksi diperlukan

tenaga kerja yang cukup memadai. Rata-rata penggunaan tenaga kerja

usahatani bawang merah varietas Bima musim tanam Oktober-Desember

2010 di Kabupaten Brebes dapat dilihat pada Tabel 15.

Page 59: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Tabel 15. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Bawang Merah Varietas Bima Musim Tanam Oktober-Desember 2010 di Kabupaten Brebes

No. Uraian TKHD (HKP) TKHL (HKP) Jumlah (HKP)

Per UT

Per Ha

Per UT

Per Ha

Per UT

Per Ha

1.

2.

TK Harian untuk: a. Pengolahan tanah b. Perompesan c. Penanaman d. Pemupukan e. Penyiangan dan

Pembubunan f. Pengendalian OPT g. Pemanenan h. Pengangkutan i. Penjemuran TK Borongan untuk: a. Pengolahan tanah I b. Pengolahan tanah II c. Penyiraman

2,90 0,39 0,67 3,63

1,06

10,33 0,82 0,10

13,78

- - -

3,72 0,50 0,85 4,65

1,36

13,25 1,04 0,13

17,66

- - -

34,51

7,17 26,31 16,60

34,16 28,63 35,08

8,77 75,75

- - -

44,25

9,19 33,73 21,28

43,79 36,71 44,98 11,24 97,12

- - -

37,41

7,56 26,97 20,23

35,22 38,97 35,90

8,87 89,53

88,00 85,67 72,06

47,97

9,68 34,58 25,93

45,16 49,96 46,02 11,37

114,78

112,82 109,83 92,38

Jumlah 33,67 43,17 266,98 342,28 546,37 700,48

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 8, Halaman 100) Keterangan: TKHD : Tenaga Kerja Harian Dalam TKHL : Tenaga Kerja Harian Luar HKP : Hari Kerja Pria UT : Usahatani

Berdasarkan Tabel 15, rata-rata penggunaan tenaga kerja pada

usahatani bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes adalah

546,37 HKP/UT atau 700,48 HKP/Ha. Jumlah penggunaan tenaga kerja

tersebut terdiri dari tenaga kerja harian dalam 33,67 HKP/UT atau 43,17

HKP/Ha, tenaga kerja harian luar 266,98 HKP/UT atau 342,28 HKP/Ha,

dan tenaga kerja borongan 245,72 HKP/UT atau 315,03 HKP/Ha. Rata-

rata penggunaan tenaga kerja yang terbesar adalah pada pengolahan tanah.

Tenaga kerja untuk pengolahan tanah terdiri dari tenaga kerja harian dan

tenaga kerja borongan. Tenaga kerja borongan adalah tenaga kerja yang

dibayar berdasarkan luas lahan, kemudian untuk menentukan jumlah HKP-

nya dengan cara jumlah yang dibayar oleh petani dibagi dengan upah

harian untuk setiap HKP. Tenaga kerja borongan digunakan pada

pengolahan tanah ungkap I, yaitu sebanyak 88,00 HKP/UT atau 112,82

HKP/Ha dan ungkap II sebanyak 85,67 HKP/UT atau 109,83 HKP/Ha.

Page 60: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Tenaga kerja harian digunakan pada pengolahan tanah cocrok dan besar

penggunaannya untuk tenaga kerja harian dalam 2,90 HKP/UT atau 3,72

HKP/Ha dan tenaga kerja harian luar 34,51 HKP/UT atau 44,25 HKP/Ha.

D. Analisis Biaya, Penerimaan, Pendapatan dan Keuntungan Usahatani

Bawang Merah Varietas Bima

1. Biaya Usahatani Bawang Merah Varietas Bima

Biaya dikeluarkan untuk membeli faktor-faktor produksi yang

dibutuhkan pada usahatani bawang merah varietas Bima. Pada penelitian

ini, konsep biaya yang digunakan adalah biaya eksplisit dan biaya implisit.

Biaya eksplisit merupakan biaya yang secara nyata dikeluarkan oleh petani

selama usahatani. Adapun rata-rata biaya eksplisit usahatani bawang

merah varietas Bima musim tanam Oktober-Desember 2010 di Kabupaten

Brebes dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Rata-Rata Biaya Eksplisit Usahatani Bawang Merah Varietas Bima Musim Tanam Oktober-Desember 2010 di Kabupaten Brebes

No. Uraian Per Usahatani Per Hektar Rp % Rp %

1. Pupuk: a. Urea b. NPK Mutiara c. ZA d. Kamas e. KCL f. Kompos Jumlah biaya pupuk:

270.083,33 580.666,67 220.733,33 415.000,00 187.916,67 433.333,33

2.107.733,33

1,16 2,50 0,95 1,79 0,81 1,87 9,09

346.260,68 744.444,44 282.991,45 532.051,28 240.918,80 555.555,56

2.702.222,22

1,16 2,50 0,95 1,79 0,81 1,87 9,09

2. Pestisida: a. Fungisida b. Insektisida c. Herbisida Jumlah biaya pestisida:

599.493,33

1.047.640,00 412.500,00

2.059.633,33

2,59 4,52 1,78 8,88

768.581,20

1.343.128,21 528.846,15

2.640.555,56

2,59 4,52 1,78 8,88

3. Perata 166.833,33 0,72 213.888,89 0,72 4. Tenaga kerja:

a. Tenaga kerja harian luar b. Tenaga kerja borongan Jumlah biaya tenaga kerja:

8.009.405,56 7.346.666,67

15.356.072,22

34,54 31,69 66,23

10.268.468,66 9.418.803,42

19.687.272,08

34,54 31,69 66,23

5. Bunga modal pinjaman 2.065.000,00 8,91 2.647.435,90 8,91 6. 7. 8.

Pajak Biaya irigasi Biaya transportasi

37.625,00 2.606.666,67

438.518,52

0,16 11,24

1,89

48.237,18 3.341.880,34

562.203,23

0,16 11,24

1,89 Jumlah 23.186.082,41 100,00 29.725.746,68 100,00

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 10, Halaman 103)

Page 61: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Berdasarkan Tabel 16, diketahui rata-rata besarnya biaya eksplisit

yaitu Rp 23.186.082,41/UT/MT atau Rp 29.725.746,68/Ha/MT. Biaya

terbesar dikeluarkan untuk biaya tenaga kerja Rp 15.356.072,22/UT/MT

atau Rp 19.687.272,08/Ha/MT. Tingkat upah tenaga kerja berkaitan

dengan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Upah tenaga

kerja harian Rp 30.000,00/HKP, sedangkan tenaga kerja borongan

besarnya disesuaikan dengan luas lahan. Rata-rata biaya untuk tenaga kerja

borongan adalah Rp 3.333.333,33/Ha.

Biaya implisit merupakan biaya yang tidak secara nyata

dikeluarkan oleh petani selama usahatani. Pada kenyataannya biaya ini

tidak dikeluarkan oleh petani, karena faktor produksi yang digunakan

merupakan milik sendiri dan digunakan pada usahatani sendiri. Rata-rata

biaya implisit usahatani bawang merah varietas Bima musim tanam

Oktober-Desember 2010 di Kabupaten Brebes dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Rata-Rata Biaya Implisit Usahatani Bawang Merah Varietas Bima Musim Tanam Oktober-Desember 2010 di Kabupaten Brebes

No. Uraian Per Usahatani Per Hektar Rp % Rp %

1. Benih 19.850.000,00 69,40 25.448.717,95 69,40 2. Sewa lahan sendiri 3.120.000,00 10,91 4.000.000,00 10,91 3. Tenaga kerja dalam 1.010.070,00 3,53 1.294.961,54 3,53 4. Biaya penyusutan alat 36.458,33 0,13 46.741,45 0,13 5. Bunga modal sendiri 4.584.106,00 16,03 5.877.058,98 16,03

Jumlah 28.600.634,34 100,00 36.667.479,92 100,00

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 11, Halaman 104)

Biaya implisit usahatani bawang merah varietas Bima terdiri dari

biaya untuk pembelian benih, sewa lahan sendiri, upah tenaga kerja, biaya

penyusutan alat dan bunga modal sendiri. Rata-rata besarnya biaya implisit

usahatani bawang merah varietas Bima adalah Rp 28.600.634,34/UT/MT

atau Rp 36.667.479,92/Ha/MT. Biaya untuk pembelian benih merupakan

komponen biaya implisit terbesar. Benih yang digunakan berasal dari hasil

panen sendiri yang sudah disimpan selama 3 bulan. Jadi, pada

kenyataannya petani tidak mengeluarkan biaya untuk pembelian benih.

Namun, untuk menghitung total biaya usahatani maka penggunaan benih

Page 62: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

dihitung berdasarkan harga yang berlaku yaitu Rp 15.000,00/Kg, sehingga

rata-rata besarnya biaya benih yaitu Rp 19.850.000,00/UT/MT atau

Rp 25.448.717,95/Ha/MT. Alasan petani membuat benih dari hasil

produksi sendiri adalah untuk menghemat biaya usahatani, mendapatkan

benih dengan kualitas terjamin dan dijual apabila membutuhkan uang.

Penjumlahan dari biaya ekplisit dan biaya implisit merupakan total

biaya yang dikeluarkan untuk melakukan usahatani bawang merah varietas

Bima. Adapun rincian total biayanya disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18. Rata-Rata Total Biaya Usahatani Bawang Merah Varietas Bima Musim Tanam Oktober-Desember 2010 di Kabupaten Brebes

No. Uraian Per Usahatani Per Hektar Rp % Rp %

1. Biaya eksplisit (Rp) 23.186.082,41 44,77 29.725.746,68 44,77 2. Biaya implisit (Rp) 28.600.643,34 55,23 36.667.479,92 55,23 3. Total biaya (Rp) 51.786.716,74 100,00 66.393.226,59 100,00

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 12, Halaman 105)

Berdasarkan Tabel 18, diketahui bahwa rata-rata total biaya

usahatani bawang merah varietas Bima adalah sebesar

Rp 51.786.716,74/UT/MT atau Rp 66.393.226,59/Ha/MT. Apabila

dibandingkan antara komponen total biaya pada usahatani bawang merah

varietas Bima, maka terlihat bahwa biaya implisit lebih besar daripada

biaya eksplisit sehingga akan berpengaruh terhadap pendapatan petani

yang jauh lebih besar dibandingkan keuntungan yang diperoleh petani.

2. Produksi dan Penerimaan Usahatani Bawang Merah Varietas Bima

Produksi usahatani bawang merah varietas Bima diwujudkan

dalam bawang merah berat kering askip yang merupakan berat bawang

merah varietas Bima setelah dijemur selama 10-14 hari dalam bentuk

ikatan dan sudah dibersihkan dari kotoran (tanah) dan akar. Selanjutnya,

bawang merah dijual dan hasil penjualannya merupakan penerimaan bagi

petani. Rata-rata produksi dan penerimaan usahatani bawang merah

varietas Bima musim tanam Oktober-Desember 2010 di Kabupaten Brebes

dapat dilihat pada Tabel 20.

Page 63: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Tabel 19. Rata-Rata Produksi dan Penerimaan Usahatani Bawang Merah Varietas Bima Musim Tanam Oktober-Desember 2010 di Kabupaten Brebes

No. Uraian Per Usahatani

(Rp) Per Hektar

(Rp) 1. Produksi (Kg) 5.283,43 6.773,63 2. Harga (Rp) 12.000,00 12.000,00 3. Penerimaan (Rp) 63.401.200,00 81.283.589,74

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 13, Halaman 106)

Produksi rata-rata yang dihasilkan usahatani bawang merah

varietas Bima adalah sebesar 5.283,43 Kg/UT/MT atau 6.773,63

Kg/Ha/MT. Harga jual ditingkat produsen pada saat musim tanam

Oktober-Desember adalah Rp 12.000,00/Kg untuk berat kering askip,

sehingga penerimaan yang didapat oleh petani rata-rata sebesar

Rp 63.401.200,00/UT/MT atau Rp 81.283.589,74/Ha/MT.

3. Pendapatan dan Keuntungan Usahatani Bawang Merah Varietas Bima

Pendapatan usahatani diperoleh dari penerimaan dikurangi dengan

biaya eksplisit. Pendapatan petani merupakan nilai yang didapatkan hanya

dengan menghitung biaya yang secara nyata dikeluarkan oleh petani. Rata-

rata pendapatan usahatani bawang merah varietas Bima musim tanam

Oktober-Desember 2010 di Kabupaten Brebes dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 20. Rata-Rata Pendapatan Usahatani Bawang Merah Varietas Bima Musim Tanam Oktober-Desember 2010 di Kabupaten Brebes

No. Uraian Per Usahatani

(Rp) Per Hektar

(Rp) 1. Penerimaan (Rp) 63.401.200,00 81.283.589,74 2. Biaya eksplisit (Rp) 23.186.082,41 29.725.746,68 3. Pendapatan (Rp) 40.215.117,59 51.557.843,07

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 13, Halaman 106)

Rata-rata pendapatan petani yang diperoleh dari usahatani bawang

merah varietas Bima adalah sebesar Rp 40.215.117,59/UT/MT atau

Rp 51.557.843,07/Ha/MT. Pendapatannya dapat dikatakan besar karena

dipengaruhi oleh harga jual bawang merah yang pada musim tanam

Oktober-Desember harga jual ditingkat produsen mencapai

Rp 12.000,00/Kg untuk berat kering askip. Harga tersebut jauh lebih tinggi

Page 64: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

dibandingkan dengan HMK (Harga Minimal Kabupaten) sebesar

Rp 3.850,00/Kg yang ditetapkan Pemerintah Kabupaten Brebes, yaitu 10%

dari harga BEP (Rp 3.500,00/Kg).

Keuntungan adalah selisih antara penerimaan dikurangi dengan

total biaya usahatani yang terdiri dari biaya eksplisit dan biaya implisit.

Berdasarkan perhitungan, keuntungan usahatani bawang merah varietas

Bima yaitu Rp 11.614.483,26/UT/MT atau Rp 14.890.363,15/Ha/MT.

Rata-rata keuntungan usahatani bawang merah varietas Bima musim

tanam Oktober-Desember 2010 di Kabupaten Brebes dapat dilihat pada

Tabel 21.

Tabel 21. Rata-Rata Keuntungan Usahatani Bawang Merah Varietas Bima Musim Tanam Oktober-Desember 2010 di Kabupaten Brebes

No. Uraian Per Usahatani

(Rp) Per Hektar

(Rp) 1. Penerimaan (Rp) 63.401.200,00 81.283.589,74 2. Total Biaya (Rp) 51.786.716,74 66.393.226,59 3. Keuntungan (Rp) 11.614.483,26 14.890.363,15

Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 13, Halaman 106)

E. Analisis Fungsi Produksi Usahatani Bawang Merah Varietas Bima

Analisis fungsi produksi menunjukkan hubungan antara produksi

dengan faktor-faktor produksi yang digunakan pada usahatani bawang merah

varietas Bima. Faktor-faktor produksi yang dimaksud adalah luas lahan (X1),

benih (X2), tenaga kerja (X3), pupuk urea (X4), pupuk NPK Mutiara (X5),

pupuk ZA (X6) dan pestisida cair (X7). Adapun model pendugaan fungsi

produksi bawang merah varietas Bima adalah sebagai berikut:

Y = 74,473. X10,215. X2

0,314. X30,247. X4

-0,114. X50,164. X6

0,002. X70,278

Berdasarkan persamaan fungsi produksi bawang merah varietas Bima,

diketahui jumlah koefisien regresinya sebesar 1,054. Angka ini menunjukkan

nilai return to scale yang besarnya lebih dari 1 sehingga usahatani bawang

merah varietas Bima berada pada kondisi increasing return to scale. Artinya,

proses produksi usahatani bawang merah varietas Bima berada pada tahap

produksi dengan skala yang semakin meningkat atau proporsi kenaikan

Page 65: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

penggunaan faktor-faktor produksi memberikan proporsi kenaikan produksi

yang lebih besar.

Pengujian terhadap persamaan fungsi produksi bawang merah varietas

Bima dilakukan dengan uji statistik dan uji asumsi klasik. Pengujian model

meliputi uji adjusted R2, uji F, uji t dan uji standar koefisien regresi,

sedangkan uji asumsi klasik meliputi uji multikolinieritas, uji

heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

1. Pengujian Model

a. Uji adjusted R2 (Rn2)

Adjusted R2 merupakan R2 yang disesuaikan dengan besarnya

derajat kebebasan (df) akibat jumlah variabel bebas yang dimasukkan

ke dalam model regresi. Adjusted R2 merupakan uji ketepatan model

sebagai suatu ukuran yang menunjukkan besarnya sumbangan dari

variabel independent terhadap variabel dependent, atau dengan kata

lain menunjukkan variasi Y yang dijelaskan oleh variasi X. Pada

penelitian ini terdapat tujuh variabel bebas yang dimasukkan ke dalam

model, sehingga derajat kebebasannya (df) sebesar 22. Berdasarkan

hasil analisis diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0,911 atau 91,10%.

Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 91,10% variasi produksi bawang

merah varietas Bima dapat dijelaskan oleh variasi faktor produksi luas

lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA

dan pestisida cair, sedangkan 8,90% sisanya dijelaskan oleh variabel

lain di luar model. Variabel lain ini dapat berupa keadaan tanah,

keadaan cuaca, pengalaman usahatani dan penggunaan faktor produksi

lain seperti pupuk Kamas, pupuk KCL dan pupuk kompos.

b. Uji serentak (uji F)

Pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi secara bersama-

sama terhadap produksi bawang merah varietas Bima diketahui dengan

uji F. Analisis varians penggunaan faktor yang mempengaruhi

produksi bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes, dapat

dilihat pada Tabel 22.

Page 66: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Tabel 22. Analisis Varians Penggunaan Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah Varietas Bima di Kabupaten Brebes

Model Jumlah Kuadrat df

Kuadrat Tengah Fhitumg

Ftabel (α:0,05)

1 Regression Residual

1,575 0,114

7 22

0,225 0,005

43,340**

2,46

Total 1,689 29

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 15, Halaman 108) Keterangan : **) : berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%

Berdasarkan Tabel 22, diketahui bahwa nilai Fhitung sebesar

43,340, sedangkan Ftabel sebesar 2,46 pada tingkat kepercayaan 95%.

Hal ini berarti nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel (Ha diterima). Dengan

demikian, faktor-faktor produksi yang berupa luas lahan, benih, tenaga

kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair

secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi bawang

merah varietas Bima di Kabupaten Brebes.

c. Uji individual (uji t)

Pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap produksi

bawang merah varietas Bima diketahui dengan uji t. Hasil uji

individual faktor-faktor produksi bawang merah varietas Bima di

Kabupaten Brebes, dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Analisis Uji Individual Faktor-Faktor Produksi Bawang Merah Varietas Bima di Kabupaten Brebes

No. Variabel Koefisien Regresi t hitung

t tabel (α:0,05)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Luas Lahan Benih Tenaga Kerja Pupuk Urea Pupuk NPK Mutiara Pupuk ZA Pestisida Cair

0,215 0,314 0,247

-0,114 0,164 0,002 0,278

2,106**

3,753** 2,208**

-1,599ns

1,750ns

0,022ns

3,811**

2,074 2,074 2,074 2,074 2,074 2,074 2,074

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 15, Halaman 108) Keterangan : **) : berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% ns) : tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan

95%

Page 67: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Hasil uji t menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95%,

faktor produksi berupa luas lahan, benih, tenaga kerja dan pestisida

cair berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah varietas Bima

(Ha diterima). Apabila dilihat dari koefisien regresinya, maka faktor-

faktor produksi tersebut mempunyai elastisitas produksi yang positif.

Dengan demikian, setiap peningkatan penggunaan faktor produksi

berupa luas lahan, benih, tenaga kerja dan pestisida cair, akan

meningkatkan produksi bawang merah varietas Bima.

Faktor produksi lainnya, yaitu pupuk urea, pupuk NPK Mutiara

dan pupuk ZA pada tingkat kepercayaan 95% tidak berpengaruh nyata

terhadap produksi bawang merah varietas Bima. Hal ini berarti nilai

elastisitas produksi faktor produksi tersebut sama dengan nol (Ho

diterima), sehingga produk fisik marginalnya (PFM) sama dengan nol.

Hal ini menunjukkan penggunaan faktor produksi berupa pupuk urea,

pupuk NPK Mutiara dan pupuk ZA pada usahatani bawang merah

varietas Bima telah mencapai tahap Levelling off (titik jenuh). Pada

tahap ini tidak terjadi peningkatan ataupun penurunan produksi,

sehingga terjadi stagnasi produksi bawang merah varietas Bima.

d. Uji standar koefisien regresi (beta coefficient)

Uji standard koefisien regresi digunakan untuk mengetahui

faktor produksi yang paling berpengaruh terhadap produksi bawang

merah varietas Bima. Peringkat nilai standar koefisien regresi (beta

coefficient) faktor-faktor produksi usahatani bawang merah varietas

Bima di Kabupaten Brebes, dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Peringkat Nilai Standar Koefisien Regresi (Beta Coefficient) Faktor-Faktor Produksi Usahatani Bawang Merah Varietas Bima di Kabupaten Brebes

No. Faktor Produksi Beta Coefficient (bi*) Peringkat 1. 2. 3. 4.

Luas Lahan (X1) Benih (X2) Tenaga kerja (X3) Pestisida cair (X7)

0,217 0,313 0,218 0,312

4 1 3 2

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 15, Halaman 108)

Page 68: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Berdasarkan Tabel 24, dapat diketahui bahwa nilai nilai standar

koefisien regresi (beta coefficient) yang terbesar adalah benih (X2),

yaitu sebesar 0,313, sehingga benih merupakan faktor produksi yang

paling berpengaruh terhadap produksi bawang merah varietas Bima.

Hal tersebut berkaitan dengan ukuran benih bawang merah yang

digunakan, dimana pada jarak tanam yang sama, ukuran benih yang

besar akan memberikan anakan yang lebih banyak. Begitu pula

sebaliknya, ukuran benih yang kecil akan menghasilkan anakan yang

lebih sedikit dibandingkan dengan ukuran benih yang besar. Ukuran

benih bawang merah varietas Bima terdiri dari tiga macam, yaitu benih

besar (5-7,5 gram/benih), benih sedang (2,5-4,0 gram/benih) dan benih

kecil (< 2,5 gram/benih). Dengan demikian, sangat dianjurkan petani

menggunakan benih dengan ukuran yang sedang atau besar.

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk memastikan model yang

dihasilkan dari analisis memenuhi kaidah BLUE (Best Linier Unbiased

Estimator), sehingga tidak terdapat penyimpangan asumsi klasik seperti

multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.

a. Uji multikolinieritas

Pengujian multikolinieritas menggunakan matriks pearson

correlation antar variabel. Berdasarkan hasil analisis pada Lampiran

15 (halaman 108), menunjukkan bahwa nilai matriks pearson

correlation tidak ada yang lebih dari 0,8. Dengan demikian,

disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas pada model fungsi produksi

bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes.

b. Autokorelasi

Uji autokorelasi menggunakan nilai DW (Durbin Watson).

Berdasarkan hasil analisis pada Lampiran 15 (halaman 108),

menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 2,161. Nilai tersebut terletak

diantara 1,65 < DW < 2,35, sehingga disimpulkan bahwa tidak terjadi

Page 69: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

autokorelasi. Prosedur uji autokorelasi dengan Durbin Watson dapat

dijelaskan dengan gambar berikut.

Gambar 4. Uji autokorelasi dengan Durbin Watson

c. Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dengan melihat scatterplot. Berdasarkan

hasil analisis pada Lampiran 15 (halaman 108), terlihat bahwa titik-

titik pada scatterplot tidak membentuk suatu pola tertentu dan

menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.

F. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-faktor Produksi Pada

Usahatani Bawang Merah Varietas Bima

Petani yang rasional dalam proses produksinya mempunyai tujuan

untuk memperoleh keuntungan maksimal. Keuntungan akan maksimal apabila

kombinasi penggunaan faktor-faktor produksinya mencapai tingkat efisiensi

ekonomi tertinggi. Kondisi tersebut tercapai apabila perbandingan antara nilai

produk marginal (NPMxi) dengan harga faktor produksi (Pxi) sama dengan

satu. Berdasarkan faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi

bawang merah varietas Bima, maka analisis efisiensi ekonomi penggunaaan

faktor-faktor produksi pada usahatani bawang merah varietas Bima musim

tanam Oktober-Desember 2010 di Kabupaten Brebes, disajikan pada Tabel 25.

2,161 2

A- Incon-

clusio

Incon-

clusio

A+

d 2,79 2,35 1,65 1,21 4 0

Tidak ada autokorelasi

Page 70: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Tabel 25. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Bawang Merah Varietas Bima Musim Tanam Oktober-Desember 2010 di Kabupaten Brebes

No. Faktor Produksi NPMxi Pxi NPMxi

Pxi 1. 2. 3. 4.

Luas Lahan (X1) Benih (X2) Tenaga kerja (X3) Pestisida cair (X7)

2.185.3151,28 18.811,81 35.840,92

2.884.839,48

18.720.000 15.000 30.000

918.000

1,167 1,254 1,195 3,143

Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 16, Halaman 112)

Berdasarkan Tabel 25 dapat diketahui bahwa perbandingan antara nilai

produk marjinal dengan harga untuk setiap faktor produksi, yaitu:

1Px

NPMx

Px

NPMx

Px

NPMx

Px

NPMx

7

7

3

3

2

2

1

1 ¹¹¹¹

Hal ini berarti penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan, benih,

tenaga kerja dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas Bima di

Kabupaten Brebes tidak efisiensi secara ekonomi tertinggi. Dengan demikian,

hipotesis kedua yang menyatakan bahwa kombinasi penggunaan faktor-faktor

produksi pada usahatani bawang merah varietas Bima belum mencapai

efisiensi ekonomi tertinggi diterima.

G. Analisis Optimalisasi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada

Usahatani Bawang Merah Varietas Bima

Hasil analisis efisiensi ekonomi menunjukkan bahwa kombinasi

penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani bawang merah varietas

Bima belum mencapai efisiensi ekonomi tertinggi. Hal ini mengindikasikan

adanya kendala dalam melakukan usahatani bawang merah varietas Bima.

Oleh karena itu, perlu adanya analisis optimalisasi untuk mengetahui apakah

kombinasi penggunaan faktor-faktor produksinya sudah optimal atau belum.

Kombinasi optimal dicapai apabila perbandingan antara produk fisik marjinal

(PFMxi) dengan harga faktor produksi (Pxi) mempunyai nilai yang sama

untuk semua faktor produksi. Berdasarkan jumlah faktor produksi yang

berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah varietas Bima, maka

analisis optimalisasi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani

Page 71: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

bawang merah varietas Bima musim tanam Oktober-Desember 2010 di

Kabupaten Brebes dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26. Analisis Optimalisasi Penggunaaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Bawang Merah Varietas Bima Musim Tanam Oktober-Desember 2010 di Kabupaten Brebes

No. Faktor Produksi PFMxi Pxi PFMxi

Pxi 1. 2. 3. 4.

Luas Lahan (X1) Benih (X2) Tenaga kerja (X3) Pestisida cair (X7)

1821,095940 1,567651 2,986744

240,403290

18.7200.000 15.000 30.000

918.000

0,000097 0,000104 0,000100 0,000262

Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 16, Halaman 112)

Berdasarkan Tabel 26, diketahui bahwa perbandingan antara produk

fisik marjinal dengan harga untuk semua faktor produksi mempunyai nilai

yang tidak sama. Dengan demikian:

7

7

3

3

2

2

1

1

Px

PFMx

Px

PFMx

PxPFMx

PxPFMx

¹¹¹

Hal ini berarti kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani

bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes belum optimal, sehingga

hipotesis ketiga diterima. Dengan demikian, yang dapat dilakukan petani

adalah mencapai kondisi optimal.

Kondisi optimal adalah kondisi terbaik yang dapat dicapai sesuai

dengan kemampuan petani untuk menghadapi kendala yang ada. Kondisi

optimal dapat dicapai dengan mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor

produksinya dengan menggunakan pendekatan Least Cost Combination

(LCC). Pada penelitian ini sebagai faktor pembatasnya (constraint) adalah luas

lahan (X1) karena ketersediaannya terbatas dengan rata-rata kepemilikan luas

lahannya 0,78 ha. Analisis penggunaan faktor-faktor produksi kondisi

kenyataan (existing) dan kondisi optimal dapat dilihat pada Tabel 27.

Page 72: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Tabel 27. Analisis Rata-Rata Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Kondisi Existing dan Kondisi Optimal dengan Luas Lahan 0,78 ha Pada Usahatani Bawang Merah Varietas Bima Musim Tanam Oktober-Desember Di Kabupaten Brebes

No. Faktor Produksi Kondisi Existing Kondisi Optimal 1. 2. 3.

Benih (X2) Tenaga Kerja (X3) Pestisida cair (X7)

1.323,33 546,37

7,64

1.421,68 559,16 20,57

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 17, Halaman 113)

Pada kondisi kenyataan (existing) penggunaan faktor-faktor produksi

pada luas lahan 0,78 ha adalah 1.323,33 kg benih, 546,37 HKP tenaga kerja

dan 7,64 liter pestisida cair. Pada kondisi optimal penggunaan faktor-faktor

produksi pada luas lahan 0,78 ha adalah 1.421,68 kg benih, 559,16 HKP

tenaga kerja dan 20,57 liter pestisida cair. Dengan demikian, untuk mencapai

kondisi optimal dilakukan dengan peningkatan penggunaan faktor-faktor

produksi tersebut. Hal ini sejalan dengan analisis efisiensi ekonomi, dimana

nilai perbandingan nilai produk marjinal (NPMxi) dengan harga faktor

produksi (Pxi) untuk faktor produksi benih, tenaga kerja dan pestisida cair

mempunyai nilai lebih dari satu, sehingga penggunaannya perlu ditambah.

Pada kondisi optimal akan didapatkan produksi yang optimal, sehingga

selisih antara biaya dan penerimaan lebih besar dibandingkan dengan kondisi

kenyataan (existing). Hal tersebut dibuktikan dengan mengetahui besarnya

produksi yang dihitung berdasarkan fungsi produksi usahatani bawang merah

varietas Bima. Pada perhitungan disertakan penggunaan faktor produksi pupuk

urea (154,33 kg), pupuk NPK Mutiara (89,33 kg) dan pupuk ZA (157,67 kg),

baik pada kondisi kenyataan (existing) maupun pada kondisi optimal.

Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 18 (halaman 114), maka

produksi pada kondisi kenyataan (existing) sebesar 5.631,99 kg, sehingga

besarnya penerimaan Rp 67.583.929,73 dan biaya yang dikeluarkan untuk

penggunaan faktor-faktor produksi sebesar Rp 47.446.030,50; maka selisih

antara penerimaan dan biaya pada kondisi kenyataan (existing) sebesar

Rp 20.137.899,23. Produksi pada kondisi optimal sebesar 7.629,56 kg,

sehingga besarnya penerimaan Rp 91.554.725,63 dan biaya yang dikeluarkan

Page 73: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

sebesar Rp 61.174.720,50; maka selisih antara penerimaan dan biaya pada

kondisi optimal sebesar Rp 30.380.005,13. Dengan demikian terbukti bahwa

pada kondisi optimal, selisih antara biaya dan penerimaan lebih besar

dibandingkan pada kondisi kenyataan (existing).

H. Pembahasan

Usahatani bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes,

merupakan usahatani yang dilakukan secara monokultur dilahan sawah.

Varietas Bima sebagai varietas yang banyak digunakan mempunyai

keunggulan, yaitu umur panen yang cepat sekitar 50-60 hari. Hal ini menjadi

alasan utama untuk memilih varietas Bima, karena petani ingin cepat

mendapatkan keuntungan dari usahataninnya. Keuntungan yang didapat dari

suatu usahatani berkaitan dengan produksi yang dihasilkan dan penggunaan

faktor produksi yang berdampak pada besarnya biaya yang dikeluarkan.

1. Biaya, Penerimaan, Pendapatan dan Keuntungan Usahatani Bawang

Merah Varietas Bima

Macam dan jumlah faktor produksi yang digunakan akan

mempengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan untuk usahatani. Konsep

biaya yang digunakan untuk analisis usahatani bawang merah varietas

Bima adalah biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit merupakan

biaya yang secara nyata dikeluarkan oleh petani selama usahatani bawang

merah varietas Bima. Komponen biaya ini terdiri dari biaya untuk

pembelian pupuk, pestisida, perata, upah tenaga kerja luar dan tenaga kerja

borongan, serta pengeluaran untuk pembayaran bunga modal pinjaman,

pajak tanah, biaya irigasi dan biaya transportasi.

Rata-rata besarnya biaya eksplisit untuk usahatani bawang

merah varietas Bima, yaitu biaya eksplisit yaitu Rp 23.186.082,41/UT/MT

atau Rp 29.725.746,68/Ha/MT. Biaya terbesar dikeluarkan untuk biaya

tenaga kerja. Usahatani ini membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah

banyak, karena jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usahatani

sedikit dan kepemilikan lahan yang cukup luas. Biaya tenaga kerja terdiri

dari biaya untuk tenaga kerja harian luar sebesar Rp 8.009.405,56/UT/MT

Page 74: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

atau Rp 10.268.468,66/Ha/MT dan tenaga kerja borongan sebesar

Rp 7.346.666,67/UT/MT atau Rp 9.418.803,42/Ha/MT. Biaya tenaga kerja

harian luar lebih besar dibandingkan tenaga kerja borongan, karena tenaga

kerja harian luar merupakan tenaga kerja yang dibayar berdasarkan

lamanya bekerja (hari), sedangkan untuk tenaga kerja borongan dibayar

secara langsung dan tanpa memperhitungkan jumlah hari kerja. Rata-rata

upah tenaga kerja harian adalah Rp 30.000,00/HKP, sedangkan tenaga

kerja borongan perhitungannya berdasarkan luas lahan. Rata-rata biaya

untuk tenaga kerja borongan pada pengolahan tanah adalah

Rp 3.333.333,33/Ha.

Biaya implisit digunakan untuk menghitung besarnya biaya yang

pada kenyataannya tidak dikeluarkan oleh petani selama usahatani, karena

faktor produksinya merupakan milik sendiri dan digunakan untuk

usahatani sendiri. Namun, perhitungannya tetap dilakukan untuk

mengetahui besarnya total biaya usahatani bawang merah varietas Bima.

Biaya implisitnya terdiri dari biaya pembelian benih, sewa lahan sendiri,

upah tenaga kerja harian dalam, biaya penyusutan alat dan bunga modal

sendiri. Rata-rata besarnya biaya implisit adalah p 28.600.634,34/UT/MT

atau Rp 36.667.479,92/Ha/MT. Biaya pembelian benih merupakan biaya

terbesar dari biaya implisit. Harganya yang mencapai Rp 15.000,00/kg

membuat petani lebih memilih untuk menyisakan hasil panennya untuk

dijadikan benih. Hal tersebut merupakan salah satu strategi petani untuk

mengurangi besarnya biaya eksplisit. Selain itu, petani juga lebih

mengetahui tentang asal usul benih.

Penjumlahan dari biaya ekplisit dan biaya implisit merupakan total

biaya yang dikeluarkan untuk usahatani bawang merah varietas Bima,

yaitu Rp 51.786.716,74/UT/MT atau Rp 66.393.226,59/Ha/MT. Biaya

tersebut merupakan bentuk pengorbanan yang dikeluarkan petani dalam

usaha untuk menghasilkan produksi bawang merah varietas Bima.

Produksi menjadi penerimaan bagi petani setelah dijual dengan harga yang

berlaku ditingkat produsen. Bawang merah varietas Bima dijual dalam

Page 75: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

bentuk ikatan yang sudah dijemur selama 10-14 hari (tergantung cuaca)

atau disebut dengan bawang merah berat kering askip dengan harga jual

Rp 12.000,00/Kg.

Penerimaan usahatani bawang merah varietas Bima sebesar

Rp 63.401.200,00/UT/MT atau Rp 81.283.589,74/Ha/MT. Dengan

demikian, penerimaan masih lebih besar dibandingkan dengan biaya yang

dikeluarkan oleh petani. Penerimaan dapat langsung diterima oleh petani,

karena hasilnya dibeli langsung oleh pedagang. Namun, penerimaan ini

masih merupakan pendapatan kotor, karena belum dikurangi dengan biaya.

Pada penelitian ini, dilakukan perhitungan pendapatan dan

keuntungan. Pendapatan dihitung dengan cara penerimaan dikurangi biaya

eksplisit. Pendapatannya diartikan sebagai nilai nominal yang diperoleh

petani dari pengeluaran biaya yang hanya secara nyata dikeluarkan oleh

petani untuk usahatani bawang merah varietas Bima. Berdasarkan hasil

perhitungan, rata-rata pendapatan usahatani bawang merah varietas Bima

di Kabupaten Brebes adalah Rp 40.215.117,59/UT/MT atau

Rp 51.557.843,07/Ha/MT. Pendapatan usahatani ini dapat dikatakan

sangat besar, karena besarnya 70,89% dari penerimaan dan 29,11%

merupakan biaya eksplisit. Secara nyata pendapatan petani yang diterima

oleh petani lebih tinggi karena benih yang digunakan berasal dari hasil

panen sendiri, padahal besarnya biaya benih 38,18% dari total biaya

usahatani. Oleh karena itu, dilakukan perhitungan keuntungan dengan

tujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan riil yang diterima petani.

Perhitungan keuntungan dengan cara penerimaan dikurangi total

biaya (biaya eksplisit ditambah biaya implisit). Berdasarkan perhitungan,

besarnya keuntungan usahatani bawang merah varietas Bima, yaitu

Rp 11.614.483,26/UT/MT atau Rp 14.890.363,15/Ha/MT. Meskipun

demikian, pada dasarnya besarnya keuntungan dan pendapatan yang

diperoleh tergantung pada pengeluaran biaya produksi dan harga jual

bawang merah. Kendalanya ketika harga jual bawang merah mengalami

penurunan, maka dikhawatirkan petani mengalami kerugian. Kenyataanya

Page 76: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

petani hanya sebagai price taker, sehingga yang dapat dilakukan adalah

mengontrol besarnya biaya usahatani dengan mengkombinasikan

penggunaan faktor-faktor produksinya seefisien mungkin, sehingga biaya

yang dikeluarkan dapat ditekan serendah mungkin dengan harapan

keuntungan yang diperoleh lebih besar.

2. Hubungan Penggunaan Faktor-Faktor Produksi dengan Produksi Bawang

Merah Varietas Bima

Analisis hubungan faktor-faktor produksi dengan produksi

menggunakan model kepangkatan modifikasi dari fungsi produksi Cobb

Douglas. Faktor produksi yang dimasukkan ke dalam model fungsi

produksi adalah luas lahan (X1), benih (X2), tenaga kerja (X3), pupuk urea

(X4), pupuk NPK Mutiara (X5), pupuk ZA (X6) dan pestisida cair (X7).

Berdasarkan hasil analisis diperoleh model pendugaan fungsi produksi:

Y = 74,473. X10,215. X2

0,314. X30,247. X4

-0,114. X50,164. X6

0,002. X70,278

Berdasarkan persamaan fungsi produksinya dapat diketahui bahwa

return to scale sebesar 1,054. Jadi, usahatani bawang merah varietas Bima

berada pada kondisi increasing return to scale. Artinya, proses produksi

usahatani bawang merah varietas Bima berada pada tahap produksi dengan

skala yang semakin meningkat atau proporsi kenaikan penggunaan faktor-

faktor produksi memberikan proporsi kenaikan produksi yang lebih besar.

Model fungsi produksi di atas didapatkan dari analisis regresi linier

berganda, sehingga untuk memastikan modelnya tidak terdapat

penyimpangan asumsi klasik, maka dilakukan uji asumsi klasik yang

meliputi multikolinieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Uji

multikolinieritas menggunakan matriks pearson correlation. Hasil

pengujian menunjukkan bahwa semua matriks pearson correlation antar

variabel bebas tidak ada yang bernilai lebih dari 0,8. Dengan demikian,

disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas.

Pengujian autokorelasi menggunakan nilai DW (Durbin Watson).

Berdasarkan hasil analisis nilai DW sebesar 2,161. Nilai tersebut terletak

diantara 1,65 < DW < 2,35, sehingga disimpulkan tidak terjadi

Page 77: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

autokorelasi. Selanjutnya, untuk mendeteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas menggunakan scatterplot. Berdasarkan scatterplot

diketahui bahwa titik-titiknya tidak membentuk pola tertentu dan

menyebar di atas dan di bawah sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan

bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Dengan demikian, berdasarkan uji

asumsi klasik model fungsi produksi usahatani bawang merah varietas

Bima sudah memenuhi kaidah BLUE (Best Linier Unbiased Estimator).

Hubungan antara faktor-faktor produksi dan produksi bawang

merah varietas Bima dapat diketahui dengan melakukan pengujian model

yang meliputi uji adjusted R2, uji F, uji t serta uji standar koefisien regresi.

Uji yang pertama adalah uji adjusted R2 untuk mengetahui ketepatan

model fungsi produksi usahatani bawang merah varietas Bima dengan

mempertimbangkan besarnya derajat kebebasan (df), karena pada

penelitian ini terdapat tujuh variabel yang dimasukkan ke dalam model.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0,911 atau

91,10%. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 91,10% variasi produksi

bawang merah varietas Bima dapat dijelaskan oleh variabel luas lahan,

benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan

pestisida cair, sedangkan 8,90% sisanya dijelaskan oleh variabel lain di

luar model. Variabel lain ini dapat berupa keadaan tanah, keadaan cuaca,

pengalaman usahatani dan penggunaan faktor produksi lain seperti pupuk

Kamas, pupuk KCL dan pupuk kompos.

Uji selanjutnya adalah uji F dengan tingkat kepercayaan 95% dan

berdasarkan hasil analisis faktor-faktor produksi yang berupa luas lahan,

benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan

pestisida cair secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi

bawang merah varietas Bima (Ha diterima). Selanjutnya pengujian

pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap produksi dilakukan

dengan uji t pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil analisis uji t, yaitu:

Page 78: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

a. Luas lahan

Berdasarkan hasil analisis, faktor produksi luas lahan

berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah varietas Bima (Ha

diterima). Nilai elastisitas produksi luas lahan dalam fungsi produksi

sebesar 0,215 yang artinya setiap penambahan luas lahan sebesar 1%

akan meningkatkan produksi bawang merah varietas Bima sebesar

0,215% cateris paribus. Hal ini berarti faktor produksi luas lahan

berpengaruh positif terhadap produksi bawang merah varietas Bima.

Lahan merupakan tempat dimana proses produksi usahatani

berlangsung. Pada lahan yang lebih luas akan lebih banyak

menampung benih daripada lahan yang sempit, sehingga semakin

banyak benih yang ditanam maka akan diperoleh produksi yang

semakin tinggi. Akan tetapi, usaha perluasan lahan di Kabupaten

Brebes terkendala dengan ketersediaan lahan yang terbatas karena

adanya kecenderungan berkurangnya lahan pertanian akibat alih fungsi

lahan menjadi pemukiman, tempat industri dan baru-baru ini untuk

pembangunan jalan tol Pejagan-Pemalang yang menghubungkan antara

Jawa Barat dengan Jawa Tengah. Oleh karena itu, usaha untuk

meningkatkan produksinya dengan cara lain, yaitu mengkombinasikan

faktor-faktor produksi yang digunakan secara optimal, sehingga pada

luasan lahan yang ada diperoleh produksi yang optimal.

b. Benih

Hasil analisis menunjukkan, faktor produksi benih berpengaruh

nyata terhadap produksi bawang merah varietas Bima (Ha diterima).

Nilai elasitisitas produksinya sebesar 0,314, yang berarti setiap

penambahan 1% penggunaan benih, maka akan meningkatkan

produksi sebesar 0,314% cateris paribus. Hasil analisis uji standar

koefisien regresi juga menunjukkan bahwa faktor produksi benih

mempunyai pengaruh terbesar terhadap produksi bawang merah

varietas Bima dibandingkan faktor produksi lainnya, sehingga

Page 79: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

penambahan faktor produksi ini akan sangat berpengaruh pada

peningkatan produksi bawang merah varietas Bima.

Penambahan benih pada usahatani bawang merah bukan

berarti menambah jumlah benih, namun lebih ditekankan pada ukuran

benih. Hal ini dikarenakan, ukuran benih berpengaruh terhadap hasil

anakan. Benih dengan ukuran besar akan menghasilkan anakan yang

lebih banyak dibandingkan dengan benih yang berukuran kecil.

Ukuran benih bawang merah varietas Bima terdiri dari tiga, yaitu benih

besar (5-7,5 gram/benih), benih sedang (2,5-4,0 gram/benih) dan benih

kecil (< 2,5 gram/benih).

c. Tenaga kerja

Berdasarkan analisis diketahui bahwa faktor produksi tenaga

kerja berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah varietas

Bima (Ha diterima). Faktor produksi tenaga kerja berperan penting

dalam berbagai kegiatan usahatani dan mengalokasikan faktor-faktor

produksi lain (pupuk, pestisida, benih) yang digunakan pada usahatani

bawang merah varietas Bima. Elastisitas produksi tenaga kerja sebesar

0,247, sehingga setiap peningkatan 1% penggunaan tenaga kerja, maka

akan meningkatkan produksi sebesar 0,247% cateris paribus. Hal ini

berarti peningkatan produksi bawang merah dapat ditingkatkan dengan

penambahan tenaga kerja misalnya melalui pemeliharaan tanaman

yang lebih intensif. Meskipun demikian, penambahan tenaga akan

menambah biaya tenaga kerja, karena upah tenaga kerja yang cukup

tinggi, yaitu Rp 30.000,00 per HKP, sehingga dikhawatirkan

keuntungan yang diperoleh petani semakin kecil. Oleh karena itu,

peningkatan tenaga kerja pada usahatani bawang merah varietas Bima

tidak hanya pada penambahan jumlah tenaga kerja (kuantitas),

melainkan juga peningkatan kualitas tenaga kerja yang digunakan.

d. Pupuk

Pemberian pupuk bertujuan untuk menambah unsur hara ke

dalam tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Pupuk yang

Page 80: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

dominan digunakan pada usahatani bawang merah varietas Bima di

Kabupaten Brebes adalah pupuk anorganik yang berupa pupuk urea,

pupuk NPK Mutiara dan pupuk ZA. Pupuk urea mengandung 47%

unsur nitrogen, sedangkan pupuk NPK Mutiara mengandung tiga unsur

hara utama yaitu 16% nitrogen, 16% phosphate dan 16% kalium serta

tiga unsur hara tambahan, yaitu 16,5% magnesium, 28,5% calsium dan

2,10% sulfur. Pupuk ZA atau ammonium sulfat mengandung 21%

nitrogen dan 23% sulfat.

Hasil analisis uji t menunjukkan bahwa faktor produksi pupuk

urea, pupuk NPK Mutiara dan pupuk ZA tidak bepengaruh nyata

terhadap produksi bawang merah varietas Bima, sehingga nilai

elastisitas produksinya sama dengan 0 (Ho diterima) dan

mengindikasikan bahwa nilai produk fisik marjinal (PFM) ketiga

pupuk tersebut sama dengan 0. Hal ini berarti penggunaan pupuk urea,

pupuk NPK Mutiara dan pupuk ZA mencapai tahap levelling off (titik

jenuh), sehingga tidak terjadi peningkatan ataupun penurunan

produksi, dengan kata lain terjadi stagnasi produksi usahatani bawang

merah varietas Bima.

Keadaaan levelling off berkaitan pemberian pupuk anorganik

secara intensif dan terus-menerus yang berakibat pada semakin

rendahnya kadar bahan organik tanah (< 2 %) sehingga menyebabkan

pemupukan anorganik tidak berpengaruh terhadap penambahan hara

tanah karena tanah tidak respon terhadap penggunaan pupuk

anorganik. Hal tersebut dikarenakan pada tanah dengan kadar bahan

organik rendah maka Kapasitas Tukar Kation (KTK) rendah, sehingga

apabila diberikan pupuk anorganik maka kation yang berasal dari

pemupukan anorganik tidak dapat diikat koloid tanah. Upaya yang

dapat dilakukan adalah melakukan soil management untuk

mengembalikan kesuburan tanah dengan meningkatkan bahan organik

tanah, dan diikuti dengan pemupukan dengan jenis dan jumlah yang

tepat dan berimbang.

Page 81: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Menurut Setyorini (2004) pemupukan berimbang merupakan

pemberian pupuk ke dalam tanah dengan jumlah dan jenis hara yang

sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman untuk

mencapai hasil yang optimal. Penetapan dosis penggunaan pupuk

secara berimbang dapat menggunaan Perangkat Uji Tanah Sawah

(Paddy Soil Test Kit). Balai Penelitian Tanah (2005) mengembangkan

Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) sebagai alat yang digunakan

untuk mengetahui status hara tanah. Hasil analisisnya dapat digunakan

sebagai kriteria penentuan rekomendasi pemupukan unsur N, P, dan K

spesifik lokasi. Perangkat Uji Tanah Sawah diharapkan mampu

membantu petani yang berkaitan dengan ketepatan pemberian dosis

pupuk N, P, dan K.

e. Pestisida cair

Penggunaan pestisida di Kabupaten Brebes yang berupa

pestisida cair terdiri dari insektisida dan herbisida. Berdasarkan hasil

analisis diketahui bahwa faktor produksi pestisida cair berpengaruh

nyata terhadap produksi bawang merah (Ha diterima). Nilai elastisitas

produksi pestisida cair sebesar 0,278, sehingga setiap penambahan 1%

penggunaan pestisida cair akan meningkatkan produksi sebesar

0,278% cateris paribus. Hal ini berarti penambahan penggunaan

pestisida cair, akan menambah produksi bawang merah varietas Bima.

Pestisida cair mempunyai peranan penting dalam pengendalian

hama. Apabila hama tidak dikendalikan sedini mungkin dan dapat

berdampak pada besarnya keuntungan yang diperoleh petani. Menurut

Sulistiyono (2004), penggunaan pestisida dapat meningkatkan

produksi pertanian secara signifikan. Cara kerja dari pestisida sangat

efektif untuk mengendalikan hama maupun penyakit, sehingga

pertumbuhan tanaman menjadi tidak terganggu dan memberikan hasil

yang optimal.

Page 82: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

3. Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Bawang

Merah Varietas Bima

Analisis efisiensi ekonomi menunjukkan perbandingan nilai

produk marjinal dengan harga faktor-faktor produksi untuk luas lahan

1,167; benih 1,254; tenaga kerja 1,195 dan pestisida cair 3,143. Hal ini

berarti kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani

bawang merah varietas Bima belum mencapai efisiensi ekonomi tertinggi,

sehingga hipotesis kedua diterima. Kondisi yang belum mencapai kriteria

efisiensi ekonomi tertinggi mengindikasikan adanya kendala pada

usahatani bawang merah varietas Bima. Meskipun demikian, usahataninya

harus dilakukan secara efisien dengan kombinasi optimal penggunaan

faktor-faktor produksinya. Oleh karena itu, dilakukan analisis optimalisasi

untuk mengetahui kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi pada

usahatani bawang merah varietas Bima sudah optimal atau belum.

Kombinasi optimal dicapai apabila perbandingan antara produk

fisik marginal (PFMxi) dengan harga faktor produksi (Pxi) mempunyai

nilai yang sama untuk semua faktor produksi. Berdasarkan hasil analisis

diketahui bahwa nilai perbandingan PFMx dengan Pxi untuk luas lahan

0,000097; untuk benih 0,000104; untuk tenaga kerja 0,000100; dan untuk

pestisida cair 0,000262. Dengan demikian, kombinasi penggunaan faktor-

faktor produksi pada usahatani bawang merah varietas Bima di Kabupaten

Brebes belum optimal, sehingga hipotesis ketiga diterima. Meskipun

demikian, usahatani tetap dilakukan karena petani ingin mendapatkan

keuntungan, sehingga yang dapat dilakukan petani adalah berusaha

mencapai kondisi optimal. Kondisi optimal adalah kondisi terbaik yang

dapat dicapai sesuai dengan kemampuan petani dalam menghadapi

kendala yang ada.

Pencapaian kondisi optimal dapat dilakukan dengan

mengoptimalkan penggunaan faktor produksi dengan pendekatan Least

Cost Combination (LCC) dan sebagai faktor pembatasnya (constraint)

adalah luas lahan petani dengan rata-rata 0,78 ha. Hal ini dikarenakan

Page 83: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

petani mempunyai kendala untuk memperluas lahannya karena

ketersediaan lahan yang terbatas akibat adanya alih fungsi lahan pertanian.

Dengan demikian, petani harus mengkombinasikan penggunaan faktor

produksinya secara optimal pada luas lahan 0,78 ha untuk mendapatkan

produksi yang optimal, sehingga pada kondisi tersebut petani akan

memperoleh keuntungan maksimal.

Hasil analisis kombinasi penggunaan faktor produksi pada kondisi

optimal usahatani bawang merah varietas Bima dengan luas lahan 0,78 ha,

yaitu sebagai berikut:

a. Benih

Faktor produksi benih yang digunakan pada usahatani bawang

merah varietas Bima menunjukkan bahwa penggunaannya tidak efisien

secara ekonomi. Hal tersebut dilihat dari besarnya perbandingan antara

nilai produk marjinal dengan harga untuk faktor produksi benih, yaitu

1,254. Artinya penggunaan faktor produksi benih masih harus

ditambah untuk mencapai kondisi yang optimal. Hasil analisis

menunjukan bahwa penggunaan faktor produksi benih yang optimal

adalah 1.421,68 kg/UT/MT, sedangkan kenyataannya rata-rata petani

hanya menggunakan benih sebesar 1.323,33 kg/UT/MT. Dengan

demikian untuk untuk mencapai kondisi yang optimal maka perlu

dilakukan penambahan benih sebesar 98,35 kg.

Belum tercapainya kondisi optimal pada penggunaan faktor

produksi benih dikarenakan pada sebagian besar petani di Kabupaten

Brebes menggunakan benih yang berasal dari hasil panennya sendiri.

Hal ini berarti petani menggunakan benih yang berasal dari hasil panen

yang diperuntukkan sebagai bawang merah konsumsi. Menurut

Putrasamedja dan Permadi (2001), benih yang berasal dari bawang

merah konsumsi berkualitas rendah karena tidak dihasilkan dari proses

seleksi, sehingga menyebabkan produktivitasnya rendah.

Petani di Kabupaten Brebes tidak melakukan seleksi secara

khusus dalam menyisihkan hasil panen yang akan dijadikan benih.

Page 84: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Seleksinya berdasarkan pengamatan terhadap kondisi pertumbuhan

tanaman secara keseluruhan, produktivitas dan tidak tercampur dengan

varietas lain, sehingga kemurnian varietas tidak begitu diperhatikan

dan yang menjadi patokan dalam menilai kualitas benih hanya lama

penyimpanannya, yaitu 3 bulan (kawak). Kendala modal menjadi

alasan petani, karena harga benih varietas Bima dipenangkar benih

mencapai Rp 15.000,00/Kg. Selain itu, belum ada benih bawang merah

varietas Bima yang bersertifikat dan benih yang dijual oleh penangkar

benih ternyata sebagian juga berasal dari benih hasil produksi petani.

Disisi lain, pada jarak tanam yang sama penggunaan benih yang

mempunyai ukuran lebih besar akan memberikan hasil anakan yang

lebih banyak, sehingga petani beranggapan bahwa dengan benih hasil

produksi sendiri akan lebih menghemat biaya usahatani, petani

mengetahui asal usul benih dan lebih leluasa untuk menentukan ukuran

benih yang akan digunakan. Rekomendasi yang dapat diberikan adalah

penggunaan benih bawang merah varietas Bima dengan ukuran benih

besar (5,0-7,5 gram/benih) atau benih sedang (2,5-4,0 gram/benih) dan

lama penyimpanan 3 bulan (kawak) dengan jumlah penggunaan

benihnya 1.421,68 kg/UT, serta dilakukan penyediaan benih bawang

merah varietas Bima bersertifikat melalui kegiatan penangkaran benih

secara khusus.

b. Tenaga kerja

Penggunaan faktor produksi tenaga kerja pada usahatani

bawang merah varietas Bima menunjukkan kondisi yang tidak efisien

secara ekonomi, dengan besarnya perbandingan antara nilai produk

marjinal dengan harga faktor produksi tenaga kerja adalah 1,195. Nilai

tersebut mengindikasikan bahwa untuk mencapai kondisi optimal,

maka perlu adanya penambahan penggunaan faktor produksi tenaga

kerja. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan disesuaikan dengan

kebutuhannya sampai pada tingkat tertentu, sehingga jumlah

penggunaannya optimal.

Page 85: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk usahatani bawang

merah varietas Bima adalah 546,37 HKP/UT/MT, sedangkan hasil

analisis menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi tenaga kerja

yang optimal adalah 559,16 HKP/UT/MT. Dengan demikian, untuk

mencapai kondisi optimal perlu adanya penambahan penggunaan

tenaga kerja sebesar 12,79 HKP. Rekomendasi yang dapat diberikan

adalah penggunaan tenaga kerja sebesar 559,16 HKP/UT/MT dan

disertai dengan peningkatan kualitas tenaga kerja.

Pada dasarnya, jumlah tenaga kerja yang diperlukan

dipengaruhi oleh kualitas tenaga kerja. Pada proses produksi pertanian,

kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, dimana

untuk tenaga kerja pria mempunyai spesialisasi pada pekerjaan seperti

mengolah tanah, sedangkan untuk tenaga kerja wanita biasanya

terspesialisasi pada penanaman. Oleh karena itu, peranan petani

sebagai tenaga kerja serta sebagai pemimpin usahatani sangat penting

untuk mengatur organisasi produksi secara keseluruhan.

c. Pestisida cair

Usahatani bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes

pada umumnya berorientasi pada hasil, sehingga pemeliharaannya

intensif dan dihindarkan dari gangguan hama atau penyakit.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka untuk mendapatkan hasil yang

sesuai dengan harapan, perlu adanya tindakan pengendalian, antara lain

dengan pestisida. Pestisida yang dipakai petani terdiri dari pestisida

cair (insektisida dan herbisida) dan pestisida padat (fungisida).

Faktor produksi pestisida cair yang digunakan pada usahatani

bawang merah varietas Bima menunjukkan bahwa penggunaannya

tidak efisien secara ekonomi. Hal tersebut dilihat dari besarnya

perbandingan antara nilai produk marjinal dengan harga untuk faktor

produksi pestisida cair, yaitu 3,143. Artinya penggunaan faktor

produksi pestisida masih harus ditambah untuk mencapai kondisi yang

optimal. Hasil analisis menunjukan, penggunaan faktor produksi

Page 86: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

pestisida cair yang optimal adalah 20,57 liter/UT/MT, sedangkan pada

kenyataannya rata-rata petani menggunakan pestisida cair sebanyak

7,64 liter/UT/MT. Dengan demikian, untuk mencapai kondisi yang

optimal maka perlu peningkatan penggunaan pestisida cair sebanyak

12,93 liter.

Penggunaan pestisida merupakan cara pengendalian yang

sangat umum digunakan oleh petani, karena cara tersebut dianggap

yang paling mudah dilakukan, jaminan keberhasilan lebih tinggi dan

hasilnya lebih cepat terlihat. Meskipun demikian, penggunaan pestisida

juga mengakibatkan pencemaran lingkungan, terjadinya resistensi

hama dan penyakit, berbahaya bagi manusia, ternak, kematian pada

musuh-musuh alami dan adanya residu pestisida pada tanaman.

Menurut Purnomo (2009) langkah awal yang cukup bijak untuk

budidaya bawang merah di Kabupaten Brebes, yaitu dengan

menerapkan usahatani versi LEISA (Low External Input And

Sustainable Agriculture). Pertanian LEISA adalah cara budidaya

dengan penggunaan pupuk dan pestisida kimia buatan yang masih

diperkenankan seminimal mungkin atau sangat dibatasi sesuai dengan

kebutuhan, sedangkan penggunaan bahan alami seperti pupuk organik

dan pestisida nabati sangat dianjurkan. Dengan demikian, perilaku

petani bawang merah tidak berubah secara drastis dan produksi

bawang merah relatif tidak berkurang drastis.

Penggunaan faktor-faktor produksi pada kondisi optimal terbukti

memberikan produksi yang optimal, sehingga selisih antara biaya dan

penerimaan lebih besar dibandingkan dengan kondisi kenyataan (existing).

Hal tersebut dibuktikan dengan mengetahui besarnya produksinya, yaitu

pada kondisi kenyataan (existing) produksinya sebesar 5.631,99 kg dan

selisih antara penerimaan dan biayanya sebesar Rp 20.137.899,23;

sedangkan produksi pada kondisi optimal sebesar 7.629,56 kg dan selisih

antara penerimaan dan biayanya sebesar Rp 30.380.005,13.

Page 87: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

86

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada usahatani bawang merah varietas

Bima di Kabupaten Brebes dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Biaya eksplisit usahatani bawang merah varietas Bima sebesar

Rp 29.590.009,50/Ha/MTdan biaya implisit Rp 37.071.515,44/Ha/MT,

sehingga total biaya usahataninya Rp 66.661.524,94/Ha/MT. Penerimaan

usahatani bawang merah varietas Bima Rp 101.642.564,10/Ha/MT,

pendapatan usahataninya sebesar Rp 72.052.554,61/Ha/MT dan

keuntungan usahataninya Rp 34.981.039,16/Ha/MT.

2. Faktor produksi luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK

Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair, secara bersama-sama berpengaruh

nyata terhadap produksi bawang merah varietas Bima. Secara individual,

menunjukkan bahwa faktor produksi luas lahan, benih, tenaga kerja dan

pestisida cair berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah varietas

Bima, sedangkan faktor produksi pupuk Urea, pupuk NPK Mutiara dan

pupuk ZA tidak berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah

varietas Bima.

3. Kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani bawang

merah varietas Bima belum mencapai efisiensi ekonomi tertinggi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah

sebagai berikut:

1. Bagi petani bawang merah varietas Bima

a. Di Kabupaten Brebes ketersediaan lahan usahatani bawang merah

varietas Bima terbatas, sehingga untuk meningkatkan produksinya

dengan cara mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksinya,

yaitu pada lahan seluas 0,78 ha dengan penggunaan benih 1.421,68 kg,

tenaga kerja 559,16 HKP dan pestisida cair 20,57 liter, sehingga

usahatani bawang merah varietas Bima berada pada kondisi optimal.

Page 88: ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

b. Sebaiknya menggunakan benih bawang merah varietas Bima dengan

ukuran benih besar (5,0-7,5 gram/benih) atau benih sedang (2,5-4,0

gram/benih) dengan lama penyimpanan 3 bulan sehingga sudah cukup

siap tanam (kawak).

2. Bagi Pemerintah Kabupaten Brebes

a. Penerapan pertanian organik versi LEISA (Low External Input And

Sustainable Agriculture) untuk mengurangi dampak negatif dari

penggunaan pupuk anorganik dan pestisida kimia pada usahatani

bawang merah varietas Bima.

b. Penggunaan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) untuk mengukur kadar

hara N, P dan K tanah dalam bentuk tersedia, sehingga dapat digunakan

untuk penentuan rekomendasi pemupukan unsur N, P dan K spesifik

lokasi untuk tanaman bawang merah varietas Bima di Kabupaten

Brebes.