portofolio ulkus diabetes melitus
DESCRIPTION
portofolioTRANSCRIPT
No. ID dan Nama Peserta : dr. Sarnisyah Dwi Martiani
No. ID dan Nama Wahana : RSUD H. Padjonga Dg Ngalle Takalar
Topik : Ulkus Diabetik
Tanggal (kasus) : 14/08/2015
Nama Pasien : Ny. Dg B No. RM :
Tanggal Presentasi : 20 Agustus 2015 Pendamping : dr.Vitalis Talik. M.Kes
Tempat Presentasi : RSUD H. Padjonga Dg Ngalle Takalar
Obyek Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja DEWASA Lansia Bumil
Deskripsi : Seorang wanita umur 58 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan
luka pada telapak kaki kanan yang dialami sejak ± 4 bulan yang lalu akibat
tergores aspal dan tidak pernah sembuh sempurna. Nyeri (+), Luka bernanah (+),
berbau (+).
Demam (-), nyeri kepala (-). Sesak (-), nyeri dada (-), menjalar ke lengan kiri (-).
Mual (-) muntah (-) nyeri ulu hati (+).
Riwayat Diabetes Melitus sejak 10 tahun yang lalu tidak berobat teratur
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat diabetes dan hipertensi dalam keluarga disangkal
Tujuan : Mengetahui gambaran klinis, diagnosis, penatalaksanaan dan
komplikasi diabetes melitus
Bahan
bahasan :
Tinjauan
pustaka
Riset Kasus Audit
Cara
membahas :
Diskusi Presentasi
dan diskusi
Email Pos
Data utama untuk bahan diskusi :
1
1. Diagnosis / gambaran klinis :
Seorang wanita umur 58 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan luka
pada telapak kaki kanan yang dialami sejak ± 4 bulan yang lalu akibat
tergores aspal dan tidak pernah sembuh sempurna. Nyeri (+), Luka bernanah
(+), berbau (+).
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : komposmentis/sakit sedang/gizi kurang
Tanda vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit, regular
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 36,8 C (aksilla)
Konjunctiva : Anemis (+), ikterus (-)
Leher : Limfadenopati (-), DVS R-2 cmH2O
Dada
Inspeksi : simetris kiri=kanan, normochest
Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-), Vokal fremitus kiri=kanan
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : BP : vesikuler; BT : Ronki -/-, Wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 garis midclavicular sinistra
Perkusi : ukuran jantung normal
Auskultasi : bunyi jantung I/II murni, regular, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, ikut gerak nafas
Auskultasi : peristaltik (+) kesan normal
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani (+), ascites (-)
Ekstremitas: Edema: pretibial -/-, dorsum pedis -/-, eritema marginatum (-)
Tampak luka pada plantar pedis dekstra ukuran 8x6x3cm, pus (+). Edema
2
(+), jaringan nekrosis (+)
Pulsasi A.Dorsalis pedis (+), A. Poplitea (+), A. Tibialis posterior (+)
Sensibilitas kiri baik, kanan menurun
Pemeriksaan Laboratorium
Parameter Hasil Nilai normal (12 – 18 thn)WBC 8,4 x 103/mm 4.5 – 13.5 103/mmRBC 3,46 x 106/mm 4.50 – 5.30 jt.Hb 8,3 g/dL 13.0 – 16.0
HCT 25,9 % 36 – 51MCV 75 % 78 – 98MCH 23,8 µm3 25 – 35
MCHC 31,8 gr/dl 32 – 36PLT 396 x 103/mm 150 – 450GDS 566 mg/dL < 200 mg/dL
2. Riwayat Pengobatan : Tidak teratur
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit : Pasien menderita Diabetes Melitus sejak 10
tahun yang lalu
4. Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit
yang sama
5. Lain-lain : Tingkat higiene rendah
Daftar Pusaka :
1. Waspadji S. Kaki Diabetes. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et
al (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: FKUI,
2007: h. 1911-4.
2. Shahab A. Komplikasi Kronik DM Penyakit Jantung Koroner. Dalam:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: FKUI, 2007: h. 1894-7.
3. Schteingart DE. Pankreas: Metabolisme Glukosa dan Diabetes Mellitus.
Dalam: Price SA & Wilson LM (eds). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC, 2006: h. 1259-74.
4. Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, et al. Harrison’s Manual of Medicine
17th Edition. New York: McGraw-Hill, 2009: h. 942-7.
Hasil Pembelajaran :
1. Gambaran klinis ulkus diabetik
3
2. Diagnosis ulkus diabetic
3. Penatalaksanaan ulkus diabetik
4. Komplikasi diabetes melitus
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:
1. Subyektif
Seorang wanita umur 58 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan luka
pada telapak kaki kanan yang dialami sejak ± 4 bulan yang lalu akibat
tergores aspal dan tidak pernah sembuh sempurna. Nyeri (+), Luka bernanah
(+), berbau (+).
2. Obyektif
Dari hasil pemeriksaan fisik diperoleh pasien sadar, gizi kurang, dan
anemis. Tampak luka pada plantar pedis dekstra ukuran 8x6x3cm, pus (+).
Edema (+), jaringan nekrosis (+) Pulsasi A.Dorsalis pedis (+), A. Poplitea
(+), A. Tibialis posterior (+) Sensibilitas kiri baik, kanan menurun
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan hemoglogin 8,3 g/dL dan GDS
566 mg/dL
3. Assesment
Terjadinya masalah kaki diawali dengan adanya hiperglikemia pada
penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada
pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan
autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot,
yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada
telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya
kerentanan terhadap infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi
infeksi yang luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut
menambah rumitnya pengelolaan kaki diabetik. 1
Diabetes melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis metabolik yang
berlangsung kronik, ditandai oleh adanya hiperglikemia yang terjadi karena
4
kelainan sekresi insulin, defek kerja insulin atau keduanya. Diagnosis DM
ditegakkan atas dasar ada tidaknya gejala khas DM (poliuria, polidipsia, polifagia)
dan pemeriksaan kadar glukosa darah secara enzimatik dengan bahan darah
plasma vena. Diagnosis DM juga dapat ditegakkan melalui cara :
1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L).
Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu
hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir.
2. Gejala klasik DM + glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL (7,0 mmol/L).
Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam.
3. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L). TTGO
menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus
yang dilarutkan ke dalam air.
4. A1C ≥ 6,5 % 1,2,3.
Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetes, mulai dari yang sederhana
seperti klasifikasi Edmonds dari king collage hospital London, klasifikasi
Liverpool yang sedikit lebih ruwet, sampai klasifikasi Wagner yang lebih terkait
dengan pengelolaan kaki diabetes, dan klasifikasi texas yang lebih kompleks.
Yang paling sering dipakai dalam mengklasifikasikan dan pengelolaan kaki
diabetes adalah klasifikasi Wagner, yaitu1 :
Tingkat 0 : Tidak ada ulserasi tetapi beresiko tinggi untuk menjadi kaki
diabetik. Penderita dalam kelompok ini perlu mendapat perhatian
khusus. Pengamatan berkala dan perawatan kaki yang baik serta
penyuluhan penting untuk mencegah ulserasi.
Tingkat 1 : Ulkus superfisial tanpa infeksi disebut juga ulkus
Neuropatik. Oleh karena itu lebih sering ditemukan pada daerah
kaki yang banyak mengalami tekanan berat badan yaitu didaerah
ibu jari kaki dan plantar. Sering terlihat adalnya kallus.
Tingkat 2 : Ulkus dalam disertai sellulitis tanpa absess atau kelainan
tulang. Adanya ulkus dalam sering disertai infeksi tetapi tanpa
adanya kelainan tulang.
5
Tingkat 3 : Ulkus dalam disertai kelainan kulit dan abses luar yang dalam
Tingkat 4 : Gangren terbatas. Yaitu hanya pada ibu jari kaki, tumit.
Penyebab utama adalah iskemik. Oleh karena itu, ulkus iskemi
terbatas pada daerah tertentu.
Tingkat 5 : Gangren seluruh kaki. Biasanya oleh karena sumbatan arteri
besar tetapi juga ada kelainan neuropati dan infeksi.
4. Plan
Diagnosis :
Dari anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan laboratoium, maka
pasien ini didiagnosis dengan kaki diabetic (D) Wagner II-III + DM Tipe 2
non obes
Terapi
IVFD Nacl 0,9% 20 tpm
Ceftriaxone 1 gr/24J/ IV
Metronidazole 0,5 gr/8J/Drips
Novorapid 6-6-6 IU/SC
Lantus 0-0-10 IU/SC
Konsul Bedah
Pengobatan :
Tatalaksana komprehensif pada pasien dengan kaki diabetik meliputi:
1. Mechanical control (pressure control)
Kaki diabetik terjadi oleh karena adanya perubahan weight-bearing
area pada plantar pedis. Daerah-daerah yang mendapat tekanan lebih besar
tersebut akan rentan terhadap timbulnya luka. Berbagai cara untuk
mencapai keadaan weight-bearing dapat dilakukan antara lain dengan
removable cast walker, total contant casting, temporary shoes, felt
padding, crutches, wheelchair, electric carts, maupun cradled insoles.
Berbagai cara surgikal juga dapat dipakai untuk mengurangi tekanan
pada luka, seperti dekompresi ulkus/abses dengan insisi abses dan prosedur
koreksi bedah (misalnya operasi untuk hammer toe, metatarsal head
resection, Achilles tendon lengthening, dan partial calcanectomy).
6
2. Wound control
Perawatan luka sejak pertama kali pasien datang merupakan hal yang
harus dikerjakan dengan baik dan teliti. Evaluasi luka harus dikerjakan
secermat mungkin. Klasifikasi ulkus pedis dilakukan setelah debridement
yang adekuat. Debridement yang baik dan adekuat akan sangat membantu
mengurangi jaringan nekrotik yang harus dikeluarkan tubuh, dengan
demikian akan sangat mengurangi produksi cairan/pus dari ulkus/gangren.
Berbagai terapi topical dapat dimanfaatkan untuk mengurangi
mikroba pada luka, seperti cairan salin sebagai pembersih luka, atau iodine
encer, senyawa perak sebagai bagian dari dressing, dll. Demikian pula
berbagai cara debridement non surgikal dapat dimanfaatkan untuk
mempercepat pembersihan jaringan nekrotik luka, seperti preparat enzim.
Selama proses inflamasi masih ada, proses penyembuhan luka tidak
akan beranjak pada proses selanjutnya, yaitu proses granulasi dan
epitelisasi. Untuk menjaga suasana kondusif bagi kesembuhan luka, dapat
pula dipakai kasa yang dibasahi dengan salin. Cara tersebut saat ini umum
dipakai di berbagai tempat perawatan kaki diabetik.
3. Microbiological control (infection control)
Data mengenai pola kuman perlu diperbaiki secara berkala untuk setiap
daerah yang berbeda. Antibiotik yang dianjurkan harus selalu disesuaikan
dengan hasil biakan kuman dan resistensinya. Sebagai acuan, dari
penelitian tahun 2004 di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, umumnya
didapatkan pola kuman yang polimikrobial, campuran Gram positif dan
Gram negatif serta kuman anaerob untuk luka yang dalam dan berbau.
Karena itu untuk lini pertama pemberian antibiotik harus diberikan
antibiotik spektrum luas, mencakup kuman Gram positif dan negatif
(misalnya golongan sefalosporin), dikombinasikan dengan obat yang
bermanfaat terhadap kuman anaerob (misalnya metronidazol).
4. Vascular control
Keadaan vaskular yang buruk tentu akan menghambat kesembuhan
luka. Berbagai langkah diagnostik dan terapi dapat dikerjakan sesuai
7
keadaan dan kondisi pasien. Umumnya kelainan pembuluh darah perifer
dapat dikenali melalui berbagai cara sederhana seperti warna dan suhu
kulit, perabaan arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior, arteri poplitea,
dan arteri femoralis, serta pengukuran tekanan darah. Di samping itu, saat
ini juga tersedia berbagai fasilitas mutakhir untuk mengevaluasi keadaan
pembuluh darah dengan cara noninvasif maupun invasif dan semiinvasif,
seperti pemeriksaan ankle brachial index, ankle pressure, toe pressure,
TcPO2, dan pemeriksaan echo Doppler serta arteriografi.
Setelah dilakukan diagnosis keadaan vaskularnya, dapat dilakukan
pengelolaan untuk kelainan pembuluh darah perifer dari sudut vaskular,
yaitu berupa:
Modifikasi Faktor Risiko
Stop merokok
Memperbaiki faktor risiko terkait aterosklerosis (hiperglikemia,
hipertensi, dislipidemia)
Terapi Farmakologis
Jika mengacu pada berbagai penelitian yang sudah dikerjakan pada
kelainan akibat aterosklerosis di tempat lain (jantung, otak), mungkin obat
seperti aspirin dan lain sebagainya yang jelas dikatakan bermanfaat, akan
bermanfaat pula untuk pembuluh darah kaki penyandang DM; tetapi
sampai saat ini belum ada bukti yang cukup kuat untuk menganjurkan
pemakaian obat secara rutin guna memperbaiki patensi pada penyakit
pembuluh darah kaki penyandang DM.
Revaskularisasi
Jika kemungkinan kesembuhan luka rendah atau jika ada klaudikasio
intermiten yang hebat, tindakan revaskularisasi dapat dianjurkan. Sebelum
tindakan revaskularisasi, diperlukan pemeriksaan angiografi untuk
mendapatkan gambaran pembuluh darah yang lebih jelas.
Untuk oklusi yang panjang dianjurkan operasi bedah pintas terbuka.
Untuk oklusi yang pendek dapat dipikirkan untuk prosedur endovaskular
(PTCA). Pada keadaan sumbatan akut dapat pula dilakukan
8
tromboarterektomi.
Dengan berbagai teknik bedah tersebut, vaskularisasi daerah distal
dapat diperbaiki, sehingga hasil pengelolaan ulkus diharapkan lebih baik,
sehingga kesembuhan luka tinggal bergantung pada berbagai faktor lain
yang turut berperan.
Selain itu, terapi hiperbarik dilaporkan juga bermanfaat untuk
memperbaiki vaskularisasi dan oksigenasi jaringan luka pada kaki diabetik
sebagai terapi adjuvant. Walaupun demikian, masih banyak kendala untuk
menerapkan terapi hiperbarik secara rutin pada pengelolaan umum kaki
diabetik.
5. Metabolic control
Keadaan umum pasien harus diperhatikan dan diperbaiki. Kadar glukosa
darah diusahakan agar selalu senormal mungkin, untuk memperbaiki
berbagai faktor terkait hiperglikemia yang dapat menghambat
penyembuhan luka. Umumnya diperlukan insulin untuk menormalisasi
kadar gula darah. Status nutrisi harus diperhatikan dan diperbaiki. Nutrisi
yang baik akan membantu kesembuhan luka. Berbagai hal lain juga harus
diperhatikan dan diperbaiki, seperti kadar albumin serum, kadar Hb dan
derajat oksigenasi jaringan serta fungsi ginjal.
6. Educational control
Edukasi sangat penting untuk semua tahap pengelolaan kaki diabetik.
Dengan penyuluhan yang baik, penyandang DM dan ulkus/gangren
diabetik maupun keluarganya diharapkan akan dapat membantu dan
mendukung berbagai tindakan yang diperlukan untuk kesembuhan luka
yang optimal.
Pendidikan :
Dilakukan kepada pasien dan keluarganya agar membantu proses
penyembuhan. Kita menjelaskan prognosis penyakit pasien, serta
komplikasi yang mungkin terjadi serta penanganan yang akan dilakukan.
Konsultasi :
9
Dijelaskan adanya indikasi rawat inap dan konsultasi dengan spesialis
penyakit dalam untuk penanganan lebih lanjut
Takalar, 20 Agustus 2015
Peserta Pendamping
dr. Sarnisyah Dwi Martiani dr.Vitalis Talik. M.Kes
10