politik luar negeri indonesia terhadap asean studi …

82
POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN (Studi Kasus: Proses Pembentukan ASEAN Community) OLEH: NABIL AHMAD FAUZI NIM: 103033227824 JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008 M/ 1429 H

Upload: others

Post on 16-Nov-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN

(Studi Kasus: Proses Pembentukan ASEAN Community)

OLEH:

NABIL AHMAD FAUZI

NIM: 103033227824

JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2008 M/ 1429 H

Page 2: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN

(Studi Kasus: Proses Pembentukan ASEAN Community)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Sebagai Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh:

Nabil Ahmad Fauzi

NIM: 103033227824

Di Bawah Bimbingan

Drs. Agus Nugraha, M.Si.

NIP: 150 299 478

JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2008 M/ 1429 H

Page 3: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi dengan judul “Politik Luar Negeri Indonesia Terhadap ASEAN (Studi Kasus:

Proses Pembentukan ASEAN Community)” telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta pada 31 Maret 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) pada Jurusan Pemikiran Politik Islam.

Jakarta, 31 Maret 2008

Sidang Munaqasyah

Ketua,

Dr. Masri Mansoer, M.A.

NIP. 150 244 493

Sekretaris,

Dra. Wiwi Siti Sajaroh, M.A

NIP. 150 270 808

Penguji I,

Drs. Zakky Mubarak, M.A.

NIP. 150 371 093

Penguji II,

Drs. Idris Thaha, M.Si.

NIP.150 317 723

Pembimbing,

Drs. Agus Nugraha, M.Si.

NIP.150 299 478

Page 4: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

KATA PENGANTAR

SubhanAllah Walhamdulillah Wa Laa Ilaha IllAllah, Allahu Akbar. Segala

puji hanya milik Allah yang melimpahkan ketentraman dan ketenangan di batin yang

terdalam. Berkat rahmat dan kuasa-Nya serta kekuatan-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah dan

melimpah kepada penghulu agung, rasul junjungan Muhammad Saw beserta para

sahabat, keluarga dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan dan kelemahan penulis, skripsi

ini tidak akan bisa terselesaikan tanpa adanya bantuan, sokongan serta dukungan

berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam hal ini penulis bermaksud mengucapkan

ribuan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tinginya kepada:

1. Ayahanda tercinta Yusman Namud beserta Ibunda terkasih Titin Indrayani

yang tiada henti memberikan cinta, kasih sayang, perhatian serta dukungan

penuh kepada penulis baik dalam semua hal. Terimakasih atas kesabaran

menanti kelulusan ananda. Semoga Allah membalas semua kebaikan yang

telah diberikan.

2. Bapak Drs. Agus Nugraha, M.Si. selaku dosen pembimbing yang

menyempatkan waktu dan memberikan arahan kepada penulis dalam proses

penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Amin Nurdin, M.A., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pertahankan

eksistensi FUF dari ancaman hedonisme yang menggerogoti nalar

intelektualitas dan moralitas mahasiswa.

4. Bapak Drs. Agus Darmadji M.Fil., dan Ibu Drs.Wiwi Siti Sajaroh, M.Ag.,

selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pemikiran Politik Islam. Terima kasih

atas petunjuk serta kemudahan yang diberikan selama proses studi dan skripsi

ini.

5. Segenap Dosen di Jurusan PPI. Ibu Haniah M.Si., Ibu Suryani, Bapak

Nawiruddin, Bapak Bakir Ihsan M.Si., Bapak Idris Thaha M.Si.,

Ust.Sobahussurur, para “guru besar”dan dosen-dosen senior Bapak Prof. Dr,

Din Syamsuddin, Bapak Dr. Bachtiar Effendy, Bapak Dr. Saiful Mujani (harus

Page 5: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

ada peningkatan intensitas dan kualitas kehadirannya di kelas) serta dosen-

dosen lainnya tanpa mengurangi rasa hormat penulis. Semoga ilmunya dapat

bermanfaat.

6. Segenap karyawan tata usaha FUF UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, semoga

sistem administrasi dan pelayanannya semakin baik.

7. Saudara Mochammad Sidiq, S.Sos. dan Ifa Djuliah, S.Sos. atas segala saran

dan masukan bagi skripsi ini.

8. Saudara Amirul Hasan, S.Sos. selaku ”pembimbing kedua”. Semoga

kerjasama dan persahabatn kita tetap terus terjalin dan semoga sukses dalam

mengarungi kejamnya kehidupan ibukota.

9. Keluarga Besar Markaz Dakwah Kabupaten Tangerang atas segala bantuan

dan fasilitas yang mendukung proses penulisan skripsi ini. Semoga Allah

membalasnya dengan kemajuan dan ’kemenangan’ dakwah di masa yang akan

datang.

10. Keluarga Besar KAMMI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memberikan

”warna baru” bagi kehidupan penulis, serta segala ruang kreativitas,

intelektualitas dan aktivitas dalam merekonstruksi cara pandang penulis

terhadap dunia.

11. Keluarga Besar Partai Intelektul Muslim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas

segala ruang aktualisasi pemikiran politik penulis. Mungkin kemenangan itu

bukan ditakdirkan pada periode ini, namun yakinlah janji Allah adalah pasti.

12. Ust. Hasanih dan teman-teman pengajian, semoga senantiasa Istiqomah.

13. Kawan-kawan di PPI angkatan 2003 yang memberikan cakrawala berpikir

bagi penulis dalam seluruh proses dialektika. Ditunggu kiprahnya dalam

merekonstruksi bangunan Indonesia baru, sebagai sebuah entitas peradaban

dunia.

14. Para Direksi PIONEER INSTITUTE dengan seluruh pengalaman pahit dan

manisnya membangun institusi bisnis. Semoga Allah mempermudah segala

upaya kita agar ’kekayaan’ itu berada dalam genggaman para mukminin.

Kekayaan itu bukan keinginan, tapi keharusan.

15. Seluruh pihak yang telah berperan dalam proses penyusunan skripsi ini.

Semoga mendapat balasan terbaik dari Allah SWT.

Page 6: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

Penulis menyadari bahwa ada banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan

skripsi ini, oleh karenanya penulis sangat mengharapakan dan terima kasih atas segala

saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Ciputat, Maret 2008

Nabil Ahmad Fauzi

Page 7: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………iii

DAFTAR ISI……………………………………………………………….......vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................................9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………………….10

D. Metodologi Penelitian…………………………………………………...11

E. Sistematika Penelitian…………………………………………………...11

BAB II TINJAUAN UMUM POLITIK LUAR NEGERI

A. Pengertian Politik Luar Negeri………………………………………….14

B. Kepentingan Nasional…………………………………………………...19

C. Peran dan Diplomasi…………………………………………………….22

D. Kerjasama Regional……………………………………………………..28

BAB III GAMBARAN UMUM ASEAN DAN ASEAN COMMUNITY

A. Selayang Pandang ASEAN......................................................................30

1. Sejarah Berdirinya ASEAN………………………………………….30

2. Posisi ASEAN dalam Politik Luar Negeri Indonesia………………..37

B. Profil Singkat ASEAN Community……………………………………....42

1. Pengertian Umum ASEAN Community……………………………....42

2. ASEAN Security Community (ASC)………………………………..44

3. ASEAN Economic Community (AEC)……………………………...45

4. ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC)……………………….45

Page 8: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

BAB IV POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA DALAM PROSES

PEMBENTUKKAN ASEAN COMMUNITY

A. Kepentingan-Kepentingan Indonesia…………………………………...47

1. Stabilitas Politik, Keamanan dan Ekonomi………………………...47

2. Peran Regional Power Center di ASEAN………………………….49

3. Pengembalian Citra…………………………………………………52

B. Peranan Indonesia………………………………………………………56

C. Peluang dan Tantangan Bagi Indonesia………………………………...65

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………..71

B. Saran……………………………………………………………………72

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………73

LAMPIRAN

Page 9: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan para pemimpin pemerintahan sepuluh negara anggota ASEAN

(Association of South East Asian Nations), yakni Indonesia, Malaysia, Singapura,

Thailand, Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Myanmar, Laos dan Kamboja,

menyepakati Bali Concord II pada KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) ASEAN IX

tanggal 7 Oktober 2003 lalu menjadi momentum yang sangat penting. Bali Concord

II merupakan pencapaian penting dalam proses menuju integrasi ASEAN, dengan

dibentuknya ASEAN Community (Komunitas ASEAN) yang ditargetkan berlaku pada

tahun 2015.

Melalui sebuah komunitas, ASEAN berjuang untuk mengubah statusnya dari

sekedar “perhimpunan bangsa-bangsa “ menuju satu kesatuan masyarakat yang terdiri

atas bangsa-bangsa (transforming it self from an association of states into a real

community of nations).1 Dengan kata lain, ASEAN memulai proses transformasi dari

kumpulan negara yang berasosiasi ke arah komunitas kawasan yang lebih terintegrasi.

Sampai tahun 2007, kesepakatan pembentukkan ASEAN Community dan

kesepakatan ASEAN Charter (Piagam ASEAN) merupakan pencapaian tertinggi

dalam sejarah empat puluh tahun berdirinya perhimpunan ini. Sejak terbentuknya

pada 8 Agustus 1967 silam di Bangkok, Thailand, yang ditandai dengan Deklarasi

Bangkok, ASEAN mengalami perkembangan yang tidak terlalu signifikan.

Perhimpunan kerjasama regional Asia Tenggara ini awalnya dipelopori oleh Menteri

1 Ahmad Dahlan, “Kepemimpinan Indonesia di ASEAN”, diakses pada tanggal 11 Maret

2008 dari http://www.suaramerdeka.com/harian/0710/24/opi04.htm.

Page 10: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

Luar Negeri (Menlu) Adam Malik dari Indonesia, Deputi Perdana Menteri (PM)

Malaysia Tun Abdul Razak, Menlu Filipina Narcisco Ramos, Menlu Thailand Thanat

Khoman dan Menlu Singapura S. Rajaratnam.2 Dalam perkembangannya terkini,

anggota ASEAN telah mencapai sepuluh negara yang berada di kawasan Asia

Tenggara yakni para negara pelopor dan negara-negara anggota baru, yaitu Brunei

Darussalam, Myanmar, Laos, Vietnam, dan Kamboja.3

Ada tiga pilar utama dari ASEAN Community ini, yaitu ASEAN Security

Community (Komunitas Keamanan ASEAN) disingkat ASC, ASEAN Economic

Community (Komunitas Ekonomi ASEAN) disingkat AEC, dan ASEAN Socio-

Cultural Community (Komunitas Sosial Budaya ASEAN) disingkat ASCC. Ketiga

pilar tersebut merupakan prasyarat utama yang dianggap mampu menerjemahkan visi

integrasi ASEAN sebagaimana amanat ASEAN Vision 2020.4

Adapun kerangka umum Bali Concord II yang berisi pembentukkan ASEAN

Community tersebut menggariskan bahwa ;

An ASEAN Community shall be established comprising three pillars,

namely political and security cooperation, economic cooperation, and socio-

cultural cooperation that are closely interwined and mutually reinforcing for

the purpose of ensuring durable peace, stability and shared prosperity in the

region.5

Kerangka tersebut secara tegas mengupayakan suatu pendekatan yang dibangun untuk

mewujudkan ASEAN yang damai, stabil dan sejahtera. Oleh karena itu, politik,

2 James Luhulima, Asia Tenggara dan Negara Luar Kawasan Yang Mempengaruhinya:

Pendekatan Politik dan Keamanan (Jakarta: Kompas-Grasindo, 1998), h. 35. 3 Brunei Darussalam bergabung di ASEAN pada tanggal 8 Januari 1984, Vietnam menjadi

anggota ketujuh pada tanggal 28 Juli 1995. Laos dan Myanmar bergabung pada tanggal 23 Juli 1997

dan Kamboja menjadi negara terakhir yang bergabung pada tanggal 30 April 1999. S. Pusphanathan,

“The Establishment of ASEAN Community for the Future of ASEAN”, dalam Seminar ASEAN Charter:

The Future of ASEAN ?, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, tanggal 3 September 2007 di Wisma

Syahida, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 1.

4 Dian Triansyah Djani, “The Future of ASEAN Regional Cooperation After the 40

th

Anniversary”, dalam Seminar ASEAN Charter: The Future of ASEAN ?, Fakultas Ekonomi dan Ilmu

Sosial, tanggal 3 September 2007 di Wisma Syahida, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 1.

5 S. Pusphanathan, “The Establishment of ASEAN Community for the Future of ASEAN”, h. 1.

Page 11: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

keamanan, ekonomi dan sosial budaya menjadi bidang prioritas dan vital untuk

menuju Komunitas ASEAN.

Setidaknya ada beberapa latar belakang yang menjadikan ASEAN Security

Community sebagai pilar pertama dalam kerangka ASEAN Community yakni untuk

menjamin ASEAN mengatur stabilitas keamanan regional oleh para negara

anggotanya. Hal ini penting untuk memastikan serta menangkal pengaruh kekuatan

negara-negara besar luar kawasan (Amerika Serikat, Cina, Australia dan Rusia) secara

langsung. Selain itu, ASEAN Security Community akan semakin memperkuat posisi

ASEAN dalam konstelasi geopolitik internasional.

Dalam kaitan yang lebih luas, meminjam pendapat Juwono Sudarsono, “era

pasca-Perang Dingin”, “globalisasi ekonomi” dan “Dunia Tanpa Tapal Batas”,

masalah-masalah perimbangan kekuatan militer antar bangsa tetap menjadi sentral

dalam hubungan internasional menuju abad-21.6 Oleh karena itu kerjasama keamanan

kawasan diperlukan untuk mengimbangi kepentingan nasional negara anggota

ASEAN dalam membangun pertahanan dan persenjataan domestiknya. Selain itu

untuk menjamin setiap penyelesian permasalahan dalam lingkup ASEAN diselesaikan

tidak dengan pendekatan militer.

Unsur ekonomi yang diwujudkan dalam ASEAN Economic Community

merupakan elemen lain yang juga penting. Pertama, untuk mempercepat langkah

meminimalisir jurang pertumbuhan dan perkembangan ekonomi antar negara anggota

yang masih besar. Kedua, memperkuat pertahanan ekonomi kawasan agar tidak

mengulangi krisis ekonomi tahun 1997 yang dipicu oleh krisis mata uang Thailand

yang dengan mudahnya menyebar kesemua negara di Asia Tenggara. Tuntutan untuk

6 James Luhulima, Asia Tenggara, h. viii.

Page 12: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

terintegrasi terhadap pasar bebas dunia juga menjadi motivasi utama kerjasama

ekonomi ini.

Sedangkan aspek ASEAN Socio-Cultural Community dalam ASEAN

Community diperlukan dalam upaya mempercepat visi integrasi ASEAN. Kedekatan

sosial budaya yang dibangun di tingkatan elit diharapkan mampu berdampak pada

integrasi sosial budaya pada level masyarakat (civil society) dari negara-negara

anggota. Selama ini, kurangnya rasa memiliki (sense of belonging) dan rasa kekitaan

(we feeling) dari masyarakat negara-negara anggota ditengarai sebagai faktor

lambatnya perkembangan kerjasama integrasi ASEAN.

Sejak awal, ada tiga alasan utama yang melatarbelakangi berdirinya

perhimpunan tersebut, yakni keinginan untuk meningkatkan pembangunan ekonomi,

sosial, dan kebudayaan kawasan melalui program-program kerjasama; menjaga

stabilitas politik dan ekonomi kawasan dari rivalitas negara besar; menyediakan

forum bagi penyelesaian perbedaan-perbedaan intra-regional.7

Pada awalnya, terlihat motivasi politik yang sangat besar melatar belakangi

berdirinya ASEAN ini, namun para negara pendiri masih terlalu riskan untuk

menempatkan masalah politik dan keamanan dalam mainstream kebijakan

perhimpunan. Hal mendasar yang melandasi sikap kehati-hatian ini adalah masalah

politik dan keamanan masih merupakan hal yang terlalu sensitif. Pasalnya ini akan

menyentuh masalah vital di mana beberapa negara pendiri baru memulihkan

hubungan diplomatiknya. Selain itu, perbedaan perspektif dalam menyikapi kehadiran

pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Asia Tenggara masih menjadi persoalan

penting. Sehingga dikhawatirkan pembahasan yang terlalu berat dalam wilayah politik

dan keamanan dapat mengancam kelangsungan hidup ASEAN yang masih baru.

7 Ibid., h. 35.

Page 13: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

Seiring dengan perkembangan dan perubahan peta politik internasional yang

ditandai dengan berakhirnya Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Sovyet

pada awal era 1990-an, ASEAN bergerak menuju ranah penguatan kerjasamanya.

Terlebih ketika tahun 1992 Amerika Serikat secara resmi keluar dari Filipina yang

sejak lama didudukinya semakin memotivasi negara-negara anggota ASEAN untuk

mulai merumuskan kembali pola kerjasama regional yang lebih luas tanpa terlalu

dicampuri oleh kepentingan-kepentingan negara luar kawasan.

Pengalaman negara-negara ASEAN yang selama puluhan tahun

“dipermainkan” oleh negara luar kawasan, menjadi titik awal kesadaran negara –

negara ASEAN untuk menciptakan kerjasama kawasan yang lebih konkret. Hal ini

diwujudkan dengan lahirnya konsep ASEAN Security Community, di mana tema

politik dan keamanan menjadi isu sentral.

Selain itu, badai krisis ekonomi yang menerjang Asia Tenggara pada tahun

1997 juga menyadarkan ASEAN bahwa diperlukan suatu kerjasama yang erat dalam

bidang ekonomi. Kesadaran akan Pasar Tunggal ASEAN sebagai wujud respon

negara-negara anggota dalam menghadapi globalisasi juga menjadi alasan penting.

Oleh karena itu, lahirlah gagasan pembentukkan ASEAN Economic Community.

Terlebih, eksistensi ASEAN masih menjadi komoditas para elit politik negara-

negara anggota. Hal ini menjadikan ASEAN tidak mengakar dalam kehidupan sosial

budaya masyarakat negara anggota. Karena itu pembentukan ASEAN Socio-Cultural

Community menjadi sangat penting. Ketiga faktor di atas menjadi pilar dalam

kerangka pembentukkan ASEAN Community, di mana hal ini menjadi sebuah

keniscayaan dalam peta konstelasi sosial politik dunia internasional kontemporer.

Dalam perspektif yang lebih khusus, proses pembentukan ASEAN Community

ini merupakan bagian penting dalam ranah politik luar negeri Indonesia terhadap

Page 14: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

ASEAN. Peran Indonesia dalam hal ini sangat besar, dengan menjadi pelopor

pembentukan ASEAN Community ini. Hal ini terbukti di mana kelahiran Bali Concord

II pada KTT ASEAN IX di Bali di awali dengan konsep ASEAN Security Community

yang digagas oleh Indonesia.

Jika mengacu pada sejarahnya, tidak heran jika Indonesia mengambil peran

yang besar dalam proses politik di ASEAN. Sejak berakhirnya kekuasaan Presiden

Soekarno dan Orde Lama, pemerintahan Orde Baru pimpinan Presiden Soeharto

mengambil kebijakan strategis dengan menempatkan kawasan Asia Tenggara dalam

prioritas politik luar negeri Indonesia. Hal ini merupakan langkah strategis dalam

konteks kebijakan politik luar negeri Indonesia saat itu.

Soeharto lebih memilih memperkuat kawasan Asia Tenggara daripada lingkup

politik internasional yang lebih luas, seperti Konferensi Asia Afrika dan Gerakan

Non-Blok. Hal ini diimplementasikan dengan menjadikan Indonesia sebagai pelopor

dan pendiri ASEAN. Indonesia beranggapan bahwa stabilitas kawasan merupakan

elemen penting dalam menopang stabilitas nasional. Oleh karena itu, Indonesia

menempatkan ASEAN dalam ruang yang khusus dalam politik luar negeri Indonesia

sejak saat itu.

Kebijakan politik luar negeri Indonesia terhadap ASEAN ini setidaknya

dilandasi oleh 3 (tiga) faktor utama, 8 yakni; pertama, orientasi politik luar negeri

Indonesia dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 yaitu ”…Supaya

berkehidupan kebangsaan yang bebas dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan dan perdamaian abadi…”.9

8 Kebijakan politik luar negeri merupakan strategi atau rencana tindakan yang dibuat oleh para

pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainnya, dan

dikendalikan untuk mecapai tujuan nasional yang spesifik yang ditujukan dalam terminologi

kepentingan nasional. A.A. Banyu Perwita dan Yanyan M. Yani, Pengantar Hubungan Internasional

(Bandung: Rosda Karya, 2005), h. 49.

9 UUD 1945, P-4 dan GBHN (Jakarta: Depdiknas, 1997), h. 1.

Page 15: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

Kedua, patron politik luar negeri Indonesia yakni Bebas dan Aktif.

Sebagaimana yang digariskan oleh pernyataan Muchtar Kusumaatmadja (mantan

Menlu Indonesia era Orde Baru), Orientasi “Bebas” berarti Indonesia tidak memihak

pada kekuatan-kekuatan yang ada, karena pemihakan kepada salah satu kekuatan pada

dasarnya tidak sesuai dengan kepribadian bangsa yang mana dicerminkan dalam

Pancasila dan politik Bebas-Aktif. Adapun “Aktif diartikan bahwa dalam

menjalankan kebijakan luar negerinya Indonesia tidak bersifat pasif-reaktif atas

kejadian-kejadian internasionalnya, melainkan bersifat aktif.10

Ketiga, Indonesia beranggapan bahwa “dalam strategi internasional, kawasan

ini berada dalam jalur yang sangat potensial dilihat dari segi sosio-ekonomi dan sosio-

politik di mata negara-negara adikuasa.”11 Faktor geografis ini menjadi penting bagi

Indonesia.12 Karenanya Indonesia menganggap sangat diperlukan mekanisme

kerjasama regional yang kuat untuk menjamin kehidupan bernegara dan bertetangga

yang aman, damai dan stabil sebagai penopang stabilitas nasional.

Dengan kerangka di atas, maka tidak heran jika Indonesia menjadi negara

penting dalam perkembangan ASEAN. Keberhasilan ASEAN membangun

masyarakat yang aman untuk bagian terbesar adalah berkat pendekatan kerja sama

dan kemitraan yang dipelopori oleh Indonesia sejak tahun 1967, yaitu politik luar

negeri yang diabdikan untuk kepentingan nasional dengan mendahulukan

pembangunan nasional. Strategi dasar inilah yang ditempuh Indonesia, diterima

sebagai hal yang membangun tindak percaya (confidence building measure) di

10 Muchtar Kusumatmadja, Politik Luar Negeri Indonesia dan Pelaksanaannya Dewasa ini

(Bandung: Alumni, 1983), h. 7.

11

Harry Kawilarang, Dunia di Tengah Kemelut; Bunga Rampai Masalah Internasional 1983-

1984 (Jakarta: UI Press, 1984), h. xi.

12

Faktor geografis merupakan salah satu dari atribut nasional yang mempengaruhi politik luar

negeri selain atribut populasi, ekonomi, politik domestic, sosial , kekuatan militer dan lain sebagainya.

Theodore A. Coulombis dan James H. Wolfe, Pengantar Hubungan Internasional; Keadilan dan

Power, terj.Mercedes Marbun (Bandung: Abardin, 1990), h. 127.

Page 16: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

kalangan negara-negara Asia Tenggara yang kemudian diakui oleh negara–negara

besar di Asia Pasifik.13

Namun, perubahan peta politik domestik yang ditandai dengan runtuhnya era

Orde Baru menjadikan posisi Indonesia cenderung melemah dalam konstelasi politik

regional ASEAN. Kesibukan dengan pergulatan masalah-masalah domestik sedikit

melemahkan tarikan politik luar negeri Indonesia. Belum lagi citra kerusuhan, konflik

SARA (Suku, Adat, Ras dan Agama), separatisme sampai terorisme menambah

buruknya citra Indonesia dalam peta dunia internasional dan ASEAN. Namun, pada

KTT ASEAN IX di Bali itulah yang menjadi titik balik kembalinya peran penting

Indonesia di ASEAN.

Manuver Indonesia yang sejak awal menggagas terbentuknya ASEAN Security

Community menjadi fenomena tersendiri. Terlebih gagasan Indonesia ini kemudian

menggelinding menghasilkan multiplier effect. Terbukti dengan terwujudnya

kepakatan ASEAN Community dalam Bali Concord II. Bahkan hingga kini, Indonesia

masih tetap fokus untuk mengawal pengembangan dan pembangunan ASEAN

Community dalam bingkai ASEAN Charter (Piagam ASEAN) dalam forum-forum

regional.14

Maka muncul beberapa pertanyaan, yakni peran dan kepentingan apa yang

melandasi manuver politik luar negeri Indonesia tersebut.

Oleh karena itu, fenomena tersebut menjadi penting dan sangat menarik untuk

diangkat dalam penelitian akademik. Karenanya penulis mengajukan ini sebagai

skripsi dengan judul “Politik Luar Negeri Indonesia Terhadap ASEAN (Studi

Kasus: Proses Pembentukan ASEAN Community ) ”.

13 James Luhulima, Asia Tenggara, h. ix.

14

ASEAN Charter merupakan penyempurnaan dari ASEAN Community. Piagam ASEAN ini

merupakan pijakan hukum atau yuridiasi internasional bagi negara-negara anggota ASEAN. Piagam

ini ditandatangani pada KTT ASEAN di Singapura tahun 2007 lalu. Dian Triansyah Djani, “The

Future of ASEAN Regional Cooperation After the 40th Anniversary”, h. 6.

Page 17: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas, tetapi tetap fokus pada

pokok-pokok persoalan yang diangkat, maka penulis membatasi masalah pada politik

luar negeri Indonesia dalam proses pembentukan ASEAN Community.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian skripsi ini adalah:

a. Bagaimana politik luar negeri Indonesia terhadap ASEAN?

b. Apa yang dimaksud dengan ASEAN Community?

c. Bagaimana politik luar negeri Indonesia dalam proses pembentukan ASEAN

Community?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian skripsi ini adalah:

a. Untuk mengetahui politik luar negeri Indonesia terhadap ASEAN.

b. Untuk mengetahui gambaran umum ASEAN Community.

c. Untuk mengetahui politik luar negeri Indonesia dalam proses pembentukan

ASEAN Community.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini adalah

mampu memberikan kontribusi akademis dan ilmiah mengenai politik luar negeri

Indonesia dan ASEAN di lingkungan jurusan Pemikiran Politik Islam Fakultas

Page 18: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

Ushuluddin dan Filsafat, Civitas Academica UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

masyarakat umum.

D. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan (library reseach), sumber

data penelitian ini sepenuhnya berdasarkan pada riset kepustakaan, buku-buku tentang

politik luar negeri, data dan informasi primer dari Sekretariat Jendral ASEAN dan

Departemen Luar Negeri Indonesia serta tulisan lainnya yang terkait dengan

penelitian ini.

Adapun metode pembahasan penelitian ini menggunakan metode deskriptif -

analisis kritis. Penulisan skripsi ini, secara umum mengacu pada buku Pedoman

Akademik Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2007/2008.

E. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Pendahuluan meliputi latar belakang masalah yang membahas tentang kondisi

ASEAN sebagai sebuah organisasi regional. Selain itu, mengangkat peran politik luar

negeri Indonesia dalam pembentukkan ASEAN Community. Dalam pembatasan

masalah, penulis fokus pada proses pembentukkan ASEAN Community. Pada

perumusan masalah hanya dititik beratkan pada politik luar negeri Indonesia terhadap

ASEAN, pengertian ASEAN Community dan politik luar negeri Indonesia pada proses

pembentukan ASEAN Community. Selain itu, terdapat tujuan dan manfaat penelitian.

Dalam metodologi penelitian, penulis menggunakan metode deskriptif-analitis.

Terakhir, sistematika penulisan.

Page 19: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

Bab II Tinjauan Umum Politik Luar Negeri

Meliputi pengertian dan teori-teori politik luar negeri di mana penulis

mengklasifikasikan secara umum dalam tiga perspektif; realis, pluralis dan global.

Terdapat juga pengertian kepentingan nasional yang merupakan pilar tertinggi dari

politik luar negeri setiap negara. Pada definisi peran dan diplomasi dalam politik luar

negeri, penulis fokus pada fungsi utama dari diplomasi. Pengertian kerjasama regional

turut dimasukan sebagai landasan dalam memadang ASEAN.

Bab III Gambaran Umum ASEAN dan ASEAN Community

Bab ini terdiri dari dua bagian, yakni, pertama, menguraikan tentang sejarah

kelahiran ASEAN yang dideklarasikan pada 1967 dengan lima negara pendiri awal.

Posisi ASEAN dalam politik luar negeri Indonesia menempati posisi vital dan

merupakan soko guru. Kedua, membahas pengertian umum ASEAN Community yang

merupakan sebuah konsep ASEAN yang terintegrasi sebagai sebuah masyarakat antar

bangsa. Dalam penjelasan tentang ASEAN Security Community (bidang politik dan

keamanan), ASEAN Economic Community (bidang ekonomi) dan ASEAN Socio-

Cultural Community (bidang sosial budaya) difokuskan pada penegrtian umumnya.

Bab IV Politik Luar Negeri Indonesia Dalam Proses Pembentukkan ASEAN

Community.

Membahas kepentingan-kepentingan Indonesia yang dilandasi pada; status

regional power center, stabilitas politik, kemanan dan ekonomi serta pengembalian

citra. Peranan Indonesia yang sangat besar dalam pembentukan ASEAN Community

serta beberapa peluang dan tantangan besar bagi Indonesia dalam ASEAN Community.

Page 20: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

Bab V Penutup

Berisi kesimpulan bahwa Indonesia menempatkan ASEAN pada posisi vital

politik luar negerinya dan berperan penting dalam pembentukan ASEAN Community.

Saran yang penulis sampaikan difokuskan pada perbaikan sistem hukum nasional

serta membumikan semangat ASEAN Community tersebut.

Page 21: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

BAB II

TINJAUAN UMUM POLITIK LUAR NEGERI

A. Pengertian Politik Luar Negeri

Politik luar negeri merupakan sebuah komponen penting dalam pemerintahan

suatu negara. Hal ini lebih disebabkan kebijakan politik luar negeri suatu negara

berdimensi ganda, yakni; dimensi domestik dan negara lain. Karena itu, studi politik

luar negeri atau hubungan internasional berdimensi luas yang meliputi dimensi

politik, ekonomi dan sosial budaya.

Pada dasarnya, politik luar negeri merupakan “action theory”, atau

kebijaksanaan suatu negara yang ditujukan ke negara lain untuk mencapai suatu

kepentingan tertentu. Secara umum, politik luar negeri (foreign policy) merupakan

suatu perangkat formula nilai, sikap, arah, serta sasaran untuk mempertahankan,

mengamankan, dan memajukan kepentingan nasional di dalam percaturan

internasional. Dari dimensi nasional, dukungan rakyat merupakan prasayarat bagi

presiden dalam mengemudikan politik luar negeri.15

Namun seringkali otoritas

presiden melebihi legitimasi publik dalam penentuan kebijakan luar negeri. Hal ini

kemudian melahirkan gap besar antara kebijakan dengan legitimasi publik yang

berdampak lemahnya dukungan masyarakat.

Selain itu, politik luar negeri dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang

telah diformulasikan sedemikian rupa oleh satu pihak (dalam hal ini state) untuk

memperjuangkan dan mencapai kepentingan nasional satu pihak.16 Dalam konsep

15

Hans. J. Morgenthau, Politik Antar-Bangsa, terj.S. Maimoen (Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 1990), h. 225. 16

Daniel S. Papp, Contemporary International Relations: Frameworks for Understanding,

(Boston: Allyn & Bacon, 1997), p. 134.

Page 22: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

Holsti,17 pokok dalam membuat politik luar negeri pada umumnya dititik beratkan

pada usaha untuk memecahkan berbagai persoalan, baik yang berhubungan dengan

masalah dalam maupun luar negeri dan diwujudkan melalui berbagai cara yang

bervariasi antara satu negara dengan negara lainnya yang direfleksikan melalui

perumusan kebijakan politik luar negerinya. Sehingga menurutnya, kebijakan luar

negeri dibuat sebagai suatu reaksi negara terhadap lingkungan eksternal,

keseimbangan dan ketidakseimbangan semua unit dalam sistem.

Berdasarkan hal tersebut, setiap kebijakan luar negeri yang dibuat sebuah negara

akan bersifat spesifik dan tentunya sesuai dengan kebutuhan negara. Sebagaimana

akan penulis paparkan dalam BAB IV penelitian ini, langkah Indonesia mengusung

pembentukan ASEAN Security Community yang berkembang menjadi ASEAN

Community merupakan implementasi dari pendapat tersebut.

Dalam konteks lain, kebijakan luar negeri merupakan strategi atau rencana

tindakan yang dibuat oleh para pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara

lain atau unit politik internasional lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai tujuan

nasional spesifik yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional.18

Menurut

Rosenau, apabila kita mengkaji kebijakan luar negeri suatu negara maka kita akan

memasuki fenomena yang luas dan kompleks, meliputi kehidupan internal (internal

life) dan kebutuhan eksternal (eksternal needs).19

Politik luar negeri merupakan dua komponen yang berbeda tetapi membentuk

sebuah pengertian umum. Memahami konsep politik luar negeri dapat dielaborasi

dengan jalan memisahkannya dalam dua komponen: politik dan luar negeri.

17

K.J. Holsti, Politik Internasional: Kerangka Analisa, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1987),

h. 175-176. 18

Jack C. Plano dan Roy Olton, Kamus Hubungan Internasional (Bandung: Abardin, 1999),

h. 5. 19

A. A. Banyu Perwita dan Yanyan M. Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional

(Bandung: Rosda Karya, 2005), h. 49.

Page 23: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

Politik atau kebijakan (policy) adalah seperangkat keputusan yang menjadi

pedoman untuk bertindak, atau seperangkat aksi yang bertujuan untuk mencapai

sasaran-sasaran yang telah diterapkan sebelumnya. Policy itu sendiri berakar pada

konsep ”pilihan (choices)”: memilih tindakan atau membuat keputusan-keputusan

untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan gagasan mengenai kedaulatan dan konsep

“wilayah” akan membantu dalam upaya memahami konsep politik luar negeri

(foreign). Kedaulatan berarti kontrol atas wilayah (dalam) yang dimiliki suatu negara.

Jadi, politik luar negeri (foreign policy) berarti seperangkat pedoman untuk memilih

tindakan yang ditujukan keluar wilayah suatu negara.20

Dengan kata lain, studi politik luar negeri berada intersection (persilangan)

antara aspek dalam negeri suatu negara (domestik) dan aspek internasional (eksternal)

dari kehidupan suatu negara.21 Pengaruh proses persentuhan atau persilangan ini

merupakan substansi dari perumusan kebijakan politik luar negeri, di mana

pemerintahan dituntut untuk dapat mengkompromikan kepentingan domestik dengan

kepentingan internasional di sisi lain.

Dengan menggunakan teori analisa politik luar negeri James N. Rosenau dan

Gavin Boyd, ada empat faktor sumber yang secara umum yang telah meliputi dimensi

internal dan eksternal. Sumber-sumber utama yang menjadi input dalam perumusan

kebijakan luar negeri, yaitu: pertama, sumber sistemik (systemic sources), merupakan

sumber yang berasal dari lingkungan eksternal suatu negara. Sumber ini menjelaskan

struktur hubungan antara negara-negara besar, pola-pola aliansi yang terbentuk antara

negara-negara dan faktor situasional eksternal yang dapat berupa isu area atau krisis.

Kedua, sumber masyarakat (societal sources), merupakan sumber yang berasal dari

20

Banyu Perwita dan M. Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, h. 48. 21

Ibid., h. 48.

Page 24: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

lingkungan internal. Sumber ini mencakup faktor kebudayaan dan sejarah,

pembangunan ekonomi, struktur sosial dan perubahan opini publik.

Ketiga, sumber pemerintahan (governmental sources) merupakan sumber

internal yang menjelaskan tentang pertanggung jawaban politik dan struktur dalam

pemerintahan. Keempat, sumber idiosinkratik (idiosyncratic sources) merupakan

sumber internal yang melihat nilai-nilai pengalaman, bakat serta kepribadian elit

politik yang mempengaruhi persepsi, kalkulasi dan perilaku mereka terhadap

kebijakan luar negeri.22

Keempat faktor dalam terminologi Rosenau dan Boyd

tersebut merupakan faktor-faktor yang tampak dalam menganalisis politik luar negeri

suatu negara. Beberapa faktor akan terlihat dominan di atas faktor lainnya.

Dengan demikian, politik luar negeri suatu negara ditujukan untuk memajukan

dan melindungi kepentingan negaranya. Kemudian politik luar negeri dalam aspeknya

yang dinamis adalah sebuah sistem tindakan suatu pemerintahan terhadap

pemerintahan lain atau suatu negara terhadap negara lain. Ia termasuk jumlah

keseluruhan hubungan luar negeri suatu bangsa. Penyusunan politik luar negeri

mungkin merupakan fungsi politik paling tinggi dalam suatu negara. Kesalahan dalam

perumusannya bisa membawa pada akibat yang paling serius. Karena itu, perumusan

politik luar negeri telah menjadi hak prerogatif pimpinan eksekutif suatu negara.23

Namun demikian, beberapa perkembangan kontemporer menggariskan keterlibatan

unsur pimpinan negara lainnya serta peran partisipatif dari publik turut serta

mempengaruhi pengambilan kebijakan luar negeri.

Mengacu pada pendapat Zainudin Djafar,24 terdapat beberapa klasifikasi teori

yang sering dipakai dalam mengkaji politik luar negeri, yakni;

22

Ibid., h. 57. 23

S.L. Roy, Diplomasi (Jakarta: Rajawali Press, 1991), h. 33. 24

Zainudin Sardar, dkk, Perkembangan Studi Hubungan Internasional dan Tantangan Masa

Depan (Jakarta: Pustaka Jaya, 1996), h. 60-62.

Page 25: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

1. Realis

Kaum realis mendasarkan diri pada empat asumsi. Pertama, negara

merupakan aktor yang prinsipil dan penting dalam hubungan internasional. Kedua,

negara adalah aktor yang merupakan satu kesatuan (unitary actor). Ketiga, negara

adalah aktor yang rasional. Keempat, bahwa isu-isu internasional mempunyai hierarki

di mana national security menempati urutan paling pertama, oleh karenanya tidaklah

mengherankaan kalau power menjadi konsep kunci dalam perspektif realis.

2. Pluralis

Yang tidak kalah menarik adalah perspektif kaum pluralis yang berasumsi;

pertama, bahwa aktor non state merupakan entitas penting dan tidak boleh diabaikan

dalam hubungan internasional. Kedua, bahwa negara bukanlah aktor yang satu

kesatuan. Ketiga, karena negara adalah yang rasional maka negara akan berupaya

mencapai konsensus (kesepakatan). Keempat, bahwa agenda politik internasional

bersifat ekstensif, artinya masalah internasional tidak melulu diwarnai oleh masalah

keamanan, militer, tetapi juga meluas ke masalah ekonomi dan sosial.

3. Global

Untuk kaum globalis yang baru muncul, mereka berasumsi; pertama, bahwa

titik awal analisis hubungan internasional adalah konteks global, di mana negara-

negara sebagai entitas yang berinteraksi satu sama lain. Kedua, bahwa sangat penting

dan bahkan diharuskan untuk melihat hubungan internasional dari perspektif historis.

Ketiga, mereka secara tipikal sangat memperhatikan masalah ketergantungan

(interdependensi) antar negara-negara maju dengan negara-negara berkembang.

Dari pemaparan di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan utama dalam konteks

politik luar negeri, yakni; seni memajukan kepentingan nasional dalam pola relasi

Page 26: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

hubungan dengan negara lain. Karenanya, kepentingan nasional menjadi faktor

determinan dalam politik luar negeri.

B. Kepentingan Nasional

Kepentingan nasional (national interest) didefinisikan sebagai kepentingan

negara yang dicapai melalui kebijakan nasional.25

Kebijakan luar negeri suatu negara

merupakan produk dari berbagai faktor dan kondisi baik yang bersifat tetap maupun

berubah untuk suatu waktu tertentu. Sebagai bagian dari kebijakan nasional, kebijakan

luar negeri jelas merupakan bagian dari kebijakan pemerintah yang direncanakan dan

dilaksanakan demi kepentingan nasional. Adapun kepentingan nasional tersebut,

menurut pendapat Moenir Ari Soenada,26 pada dasarnya terbagi atas dua faktor yaitu

faktor tetap dan faktor berubah yang dikaitkan dengan waktu dan totalitas bangsa.

Pertama, faktor-faktor yang tetap itu pada umumnya diputuskan sesuai

dengan sistem politik dan koridor konstitusinya, yang menyangkut perlindungan

bangsa seperti kemerdekaan politik, kemampuan memelihara kesatuan wilayah dan

penduduk, dan keselamatan lembaga-lembaga masyarakat dan negara untuk tumbuh

berkembang. Muatan dari faktor tetap tersebut dapat turut memuat sejumlah unsur

prinsipil seperti mitos nasional dan falsafah negara yang disetujui rakyat. Kedua,

faktor-faktor yang berubah diputuskan oleh eksekutif karena tekanan-tekanan

kebutuhan baik oleh pemerintah itu sendiri, oleh badan legislatif atau oleh berbagai

kelompok kepentingan yang dapat mempengaruhi para pembuat keputusan.

Kepentingan nasional merupakan sebuah faktor yang agak bias dalam

kebijakan politik suatu negara. Hal ini lebih dikarenakan rumitnya menentukan

faktor-faktor penentu sebuah hal dikatakan atau didefinisikan sebagai kepentingan

25

Daniel S. Papp, Contemporary International Relations, h. 43. 26

Moenir Ari Soenada, “Kebijakan Luar Negeri dan Strategi Indonesia di Kawasan Asia

Pasifik”, diakses pada tanggal 9 Desember 2007dari www.deplu.go.id.

Page 27: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

nasional, terlebih membedakan antara kepentingan elit politik pembuat kebijakan

dengan kepentingan nasional secara umum.

Kepentingan nasional adalah kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk

melindungi kehidupan bangsa dan negara. Hal itu jelas berbeda dengan kepentingan

golongan, yang lebih kecil konteks permasalahannya. Walaupun demikian, terdapat

kepentingan golongan besar dari masyarakat yang dari waktu ke waktu dapat

mempengaruhi kebijakan pemerintah menjadi kepentingan nasional.

Dalam hal ini, Papp27

memberikan beberapa kriteria yang dapat digunakan

sebagai penentu apakah suatu kepentingan dapat dikatakan sebagi kepentingan

nasional. Kriteria tersebut adalah: kriteria ekonomi, ideologi, yang berkaitan dengan

penambahan power (kekuatan atau pengaruh), keamanan militer, dan moralitas-

legalitas. Namun, tidak semua kriteria tersebut terdapat dalam landasan kepentingan

nasional suatu negara.

Berbagai kebijakan yang dapat meningkatkan perekonomian suatu negara

maka dapat dilihat sebagai national interest. Kebijakan tersebut dapat meningatkan

neraca perdagangan negara yang bersangkutan, memperkuat dasar perindustrian suatu

negara, menjamin akses terhadap kebutuhan minyak serta sumber-sumber energi

lainnya dapat dikatakan sebagai national interest yang dilihat dari kriteria ekonomi.28

Ideologi merupakan salah satu faktor yang dalam beberapa kesempatan

memegang peran vital dalam perumusan kebijakan nasional suatu negara. Hal ini

dipengaruhi oleh sistem ideologi negara yang mengikat sehingga proses perumusan

kebijakan nasionalnya bergantung pada kepentingan nasional berbasis ideologinya.

Pengaruh terbesar ideologi dalam perumusan kepentingan nasional dapat kita lihat

pada negara-negara berideologi komunisme dan marxisme seperti Uni Sovyet, Cina,

27

Daniel S. Papp, Contemporary International Relations, h. 44-45. 28

Ibid., h. 45.

Page 28: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

Vietnam Utara, Korea Utara, Kuba. Kutub ideologi seringkali menarik sebuah negara

dalam pusaran konflik dengan negara musuh dalam peta ideologi mereka.

Power, didefinisikan oleh Hans Morgenthau sebagai sesuatu yang membuat

satu pihak (dalam hal ini state) dapat mendirikan dan memelihara kendali (control)

terhadap pihak (state) lain. Menurutnya, power membuat negara bertahan, dan karena

itu semua negara berkepentingan untuk memperolehnya. Oleh karena itu,

argumentation of power adalah adalah salah satu cara mendefinisikan national

interest. Kebijakan apapun yang dapat meningkatkan power suatu negara merupakan

national interest negara yang bersangkutan.29

Dengan kata lain, power menjadi

instrumen determinan yang mampu menempatkan posisi sebuah negara dalam

konstelasi politik internasional. Karena itu, perebutan terhadap power menjadi bagian

penting dalam hubungan internasional serta dalam memahami setiap kebijakan politik

luar negeri suatu negara.

Kepentingan militer atau military security and/or advantage adalah kriteria

yang paling utama dalam menentukan national interest. Secara alami, negara hanya

berusaha untuk mempertahankan keamanan militernya yang dijadikan minimum

determinant dalam national interest mereka karena tanggung jawab suatu negara

adalah menjamin keamanan warga negaranya.30

Dalam konteks ini, terdapat benang

merah antara upaya perebutan power dengan sebuah kepentingan militer atau lebih

tepatnya disebut dengan penggunaan kekuatan militer. Singkatnya, penambahan

power selalu dilakukan seiring dengan penambahan kekuatan militer suatu negara.

Moralitas-legalitas dalam sebuah kepentingan nasional merupakan peran etika

dan budaya politik suatu negara. Hal ini dilandasi sebuah pemahaman bahwa budaya

politik merupakan perwujudan dari nilai-nilai moral dan kultur masayarakat suatu

29

Hans J. Morgenthau, Politics Among Nations: Struggle For Power and Peace, second

edition, (New York: Alfred A. Knopf, 1956), h. 25-31 30

Daniel S. Papp, Contemporary International Relations, h. 45.

Page 29: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

negara. Namun, hal ini seringkali tersingkirkan oleh basis moralitas-legalitas elit

politik pembuat kebijakan yang kemudian menentukan kapentingan nasional

negaranya.

Kepentingan nasional terkandung di dalam cita-cita, aspirasi dan tujuan

bangsa dan negara serta menetukan sikap satu bangsa terhadap bangsa-bangsa lain di

dunia. Kepentingan nasional ini pulalah yang menentukan cara untuk menerjemahkan

cita-cita dan wawasan suatu bangsa ke dalam bentuk-bentuk yang nyata, baik secara

bilateral, maupun secara regional ataupun internasional. Identifikasi kepentingan

nasional merupakan langkah pertama dalam penentuan politik luar negeri suatu

negara. Setelah itu barulah ditentukan tingkat atau derajat intensitas kepentingan itu

dalam bentuk strategi dan terakhir kepentingan tersebut dicapai melalui tindakan

nyata atau langkah-langkah dalam bentuk foreign policy.31

C. Peran dan Diplomasi

Peran merupakan implementasi dari perumusan kebijakan politik luar negeri

suatu negara. Beberapa peran yang dimainkan oleh suatu negara dalam politik luar

negeri seperti pelopor pembentukan organisasi regional, multilateral, sanksi-sanksi,

mediator konflik negara vis a vis negara, negara vis a vis separatis, serta aksi militer

atau invasi. Keseluruhan peran tersebut termasuk dalam konteks diplomasi dalam

aspek luasnya.

Adapun diplomasi, merupakan kata kunci dalam studi hubungan internasional.

Kata tersebut merupakan hal yang signifikan yang tidak dapat dilepaskan dari

perkembangan politik luar negeri. Diplomasi diyakini berasal dari kata Yunani

“diploun” yang berarti “melipat”. Hal ini berhubungan dengan pola yang digunakan

dalam memberlakukan surat jalan lintas wilayah di masa Kekaisaran Romawi masa

31

C.P.F. Luhulima, ASEAN Menuju Postur Baru, (Jakarta: CSIS, 1997), h. 217.

Page 30: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

itu. Adapun surat jalan tersebut disebut sebagai ‘diplomas’.32 Kata ini kemudian

berkembang dalam hubungan antar negara pada saat itu, kemudian menjadi kata baku

yang terkandung dalam hubungan internasional.

Terdapat banyak definisi tentang diplomasi, salah satunya adalah The Oxford

English Dictionary memberikan konotasi diplomasi adalah; “manajemen hubungan

internasional melalui negosiasi; yang mana hubungan ini diselaraskan dan diatur oleh

duta besar dan para wakil bisnis atau seni para diplomat. 33

Namun, dalam konteks

hubungan internasional, definisi KM. Panikkar dalam bukunya The Principle and

Practice of Diplomacy terasa lebih tepat. Ia menyatakan, “diplomasi, dalam

hubungannya dengan politik internasional, adalah seni mengedepankan kepentingan

suatu negara dalam hubungannya dengan negara lain.34

Dari pendapat di atas tersebut sebenarnya ada elemen-elemen pokok dalam

definisi diplomasi ini yakni, negosiasi, kepentingan nasional, seni. Tetapi juga patut

dikedepankan di sini bahwa diplomasi ada untuk tujuan damai maupun perang. Hal

ini mengingat faktor terpenting dalam diplomasi adalah kepentingan nasional. Maka

apabila kepentingan nasional suatu negara merasa terancam, pilihan kebijakan

ancaman maupun perang besar kemungkinan akan diambil.

Dengan demikian, dapat ditarik satu kesimpulan bahwa diplomasi adalah seni

mengedepankan kepentingan suatu negara melalui negosiasi, dengan cara-cara damai

dalam berhubungan dengan negara lain. Apabila cara-cara damai gagal untuk

memperoleh tujuan yang diinginkan, diplomasi mengizinkan penggunaan ancaman

atau kekuatan sebagai cara untuk memperoleh tujuan-tujuan itu.35 Berbagai pilihan

32

S.L.Roy, Diplomasi, h. 1. 33

Ibid., h. 2. 34

Ibid., h. 3.

35

Ibid., h. 5.

Page 31: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

tersebut diambil jika kemudian kepentingan nasional menggariskan ketentuan pilihan-

pilihan tersebut dalam kebijakan politik luar negeri suatu negara.

Bagi negara manapun, tujuan utama diplomasinya adalah pengamanan

kebebasan politik dan integritas teritorialnya. Ini bisa dicapai dengan memperkuat

hubungan dengan negara sahabat, memelihara hubungan erat dengan negara-negara

yang sehaluan dan menetralisir negara yang memusuhi. Persahabatan bisa dibina dan

sahabat-sahabat baru diperoleh melalui negosiasi yang bermanfaat. Ini akan lebih

mudah apabila terdapat persamaan kepentingan. Namun demikian tujuan-tujuan

politik diplomasi suatu negara harus seimbang dengan sumber daya dan power nya.

Hal ini mengingat daya bargaining position dari diplomasi sangat ditentukan kedua

faktor tersebut.

Oleh karena itu, efektifitas diplomasi suatu negara bergantung pada sejauh

mana kekuatannya. Sebaliknya sebuah negara besar dan kuat yang dilanda

pertentangan sipil, ketidakstabilan pemerintah yang kronis atau kebangkrutan

keuangan, dan sebagainya akan gagal untuk menimbulkan kepercayaan dari negara

lain. Dalam kasus seperti itu diplomasi jarang menghasilkan tujuan yang diinginkan.36

Faktor ekonomi ternyata juga tidak kalah penting dibanding dengan

pertimbangan politik yang menjadi faktor determinan dalam diplomasi. Selama

ratusan tahun diplomasi komersial sebagai tujuan kebijaksanaan nasional telah

memperoleh landasannya yang kuat. Negara-negara yang secara teknologi maju telah

berusaha mengeksploitasi negara-negara yang secara ekonomi lemah dan terbelakang.

Penggunaan sebutan seperti ‘imperialisme ekonomi’, diplomasi dollar dan sebagainya

membuktikan kenyataan ini.

36

Ibid., h. 8.

Page 32: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

Dengan lahirnya laissez faire dan sistem perdagangan bebas serta

menimbulkan dampak atas penekanan ekonomi nasional, negara-negara maju maupun

terbelakang telah menjumpai kenyataan bahwa perdagangan dan keuangan bisa

digunakan sebagai alat utama kebijaksanaan nasional. Akibatnya, pencapaian

perolehan-perolehan ekonomi telah menjadi tujuan penting dari diplomasi.37

Dalam

konteks ini sebenarnya merupakan penggambaran dari dimensi lain mengenai

keterkaitan erat antara politik dengan ekonomi. Artinya, aktivitas politik selalu

memiliki dampak ekonomi.

Selain kedua faktor determinan di atas, faktor sosial dan kebudayaan menempati

posisi yang cukup penting dalam diplomasi. Untuk menggambarkan betapa sisi

kerjasama sosial budaya menjadi faktor diplomasi dapat dilihat dari meningkatnya

aktivitas pertukaran budaya antar negara. Kekuatan utama diplomasi sosial budaya

terletak pada nilai politiknya yang cenderung lebih rendah daripada diplomasi politik

dan ekonomi.

Penawaran dan negosiasi merupakan bagian utama dari diplomasi. Adapun

kedua hal tersebut adalah bagian dari sebuah proses yang kompeks, begitu rumitnya

sehingga ditandai dengan adanya dua faktor. Pertama, banyak negara yang melalui

dua level dalam penawaran yang ingin berlanjut; penawaran internasional antar

negara dan penawaran harus sesuai dengan keinginan perunding, wakil negara dan

begitu beragamnya konstituen domestik, keduanya harus menerima posisi negosiasi

dan harus “mengakui” kesepakatan antar dua negara.

Kedua, penawaran dan negosiasi, dalam konteks ini, sebuah kegiatan batas

budaya.38

Artinya dua komponen negara yang berbeda kultur menegaskan pentingya

37

Ibid., h. 10. 38

Karen Mingst, Essentials of International Relations, (New York: W.W. Norton &

Company,1999), h. 122.

Page 33: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

pendekatan kultural dalam proses diplomasi. Dalam hal inilah, batas budaya

seringkali menjadi halangan dalam menghasilkan satu persepktif bersama dari hasil

yang diinginkan.

Jika melihat proses umum dari diplomasi tersebut, memang terlihat diplomat sebagai

aktor dari proses diplomasi dituntut untuk memainkan peran besar dalam proses

penawaran dan negoisasi. Banyak faktor yang kemudian berperan dalam mendukung

hal tersebut. Dalam hal ini kerangka tugas menjadi penting. Adapun kerangka

diplomasi memiliki empat tugas, di antaranya:

1. Diplomasi harus menentukan tujuannya selaras dengan kemampuan yang ada.

2. Diplomasi harus menilai tujuan-tujuan negara lain dan kemampuannya untuk

mencapai tujuan-tujuan itu.

3. Diplomasi harus menentukan sampai sejauh mana tujuan-tujuan yang

berlainan itu cocok satu sama lain, dan

4. Diplomasi harus menggunakan cara-cara yang selaras dengan pencapaian

tujuan-tujuannya.39

Diplomasi juga memiliki peraturan-peraturan yang bisa menjadi acuan dalam

melakukan interaksi dengan negara-negara lain baik yang bersifat bilateral maupun

multilateral. Peraturan-peraturan tersebut adalah:

a. Diplomasi harus didasarkan kepada semangat juang yang tinggi.

b. Tujuan-tujuan politik luar negeri haruslah di dasarkan kepada kepentingan

nasional dan perlu didukung oleh kekuatan yang memadai.

c. Diplomasi harus memandang pentas politik itu dari sudut pandang bangsa lain.

d. Bangsa-bangsa harus bersedia melakukan kompromi terhadap isu yang

dianggap vital bagi mereka.40

39

Hans J. Morgenthau, Politik Antar Bangsa, h. 256.

Page 34: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

Corak politik luar negeri suatu negara sebenarnya dapat terlihat dari pola

diplomasinya. Kecenderungan negara dengan pola diplomasi menekan hanya dapat

dilakukan ketika bargaining position negara tersebut di atas atau lebih kuat dari

negara lainnya. Karena itu dalam hubungan internasional akan selamanya membentuk

konstelasi dari tipologi-tipologi negara kuat-negara lemah, negara maju-negara

berkembang, Utara-Selatan dan pola-pola dikotomistis lainnya.

Berdasar paparan tersebut, di sinilah letak diplomasi memainkan peran penting

dari suatu negara. Bagaimana sebuah negara dengan berbagai perbedaannya dengan

negara lain mampu memajukan kepentingan nasionalnya melalui kekuatan diplomasi.

Jika mengacu pada pemaparan ini, akan terlihat bahwa implementasi diplomasi yang

dilakukan Indonesia terhadap negara anggota ASEAN dalam upaya pembentukkan

ASEAN Community sangat kompleks, sebagaimana akan dibahas pada BAB IV

penelitian ini.

D. Kerjasama Regional

Dalam melakukan kerja sama internasional, sekurang kurangnya harus

dimiliki dua syarat utama. Pertama, adanya keharusan untuk menghargai kepentingan

nasional masing-masing anggota yang terlibat. Tanpa adanya penghargaan, tidak

mungkin dapat dicapai suatu kerjasama seperti yang diharapkan semula, bahkan

sebaliknya akan menimbulkan konflik yang tidak diharapkan. Kedua, adanya

keputusan bersama dalam mengatasi setiap persoalan yang timbul. Untuk mencapai

keputusan bersama (komitmen) diperlukan komunikasi dan konsultasi secara

berkesinambungan. Bahkan, kedua hal itu lebih penting daripada komitmen yang

biasanya dilakukan sewaktu-waktu saja bila diperlukan.

40

Dahlan Nasution, Perang Atau Damai Dalam Wawasan Politik Internasional, (Bandung:

Remaja Karya, 1981), h. 215.

Page 35: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

Pada dasarnya, kerjasama regional merupakan bentuk saling ketergantungan

yang diatur berdasarkan kedekatan geografis yang bisa berkembang menjadi berbagai

kepentingan bersama. Oleh karena itu, regionalisme merupakan tahap yang

diperlukan masyarakat internasional dalam menuju globalisme yang di cita-citakan.41

Tahap-tahap kerjasama regional dan subregional biasanya dibagi kepada dua

bagian: 1) tahap vertikal dan 2) tahap horisontal. Yang dimaksud dengan tahap

vertikal adalah tiga tahap sebagai berikut:

1. Tahap kerjasama (cooperation), yang didalamnya negara-negara anggota

masih belum dihadapkan kepada penyerahan kedaulatan apapun. Meskipun

demikian dalam tahap ini sudah diperlukan kebulatan tekad dan kesungguhan

niat untuk menuju cita-cita kerjasama regional serta perlu menyingkirkan

hambatan intra regional serta rumusan bidang kerjasama.

2. Tahap koordinasi (coordination) di mana sudah diharuskan penyerahan

sebagian dari kedaulatan demi mencapai tingkat interdependensi yang lebih

tinggi dan lebih teatur. Koordinasi sama artinya dengan harmonisasi usaha-

usaha nasional yang menyangkut kepentingan bersama seperti kebijaksanaan

ekonomi, rencana pembangunan dan lainnya

3. Tahap integrasi (integration) merupakan tahap akhir dalam proses

perkembangan kerjasama regional. Apabila suatu kerjasama regional telah

sampai pada puncaknya, maka tahap itu disebut tahap integrasi, di mana

negara-negara anggota telah menyerahkan sebagian kedaulatannya kepada

41

Sjamsumar Dam dan Riswandi, Kerja Sama ASEAN, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1995), h.

17

Page 36: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

suatu badan supranasional yang mempunyai yuridiksi mengatur kepentingan

bersama.42

Adapun tahap horisontal adalah mencakup bidang ekonomi dan kebudayaan.

Kedua bidang ini merupakan pilihan yang biasanya dijadikan starting point dalam

pembentukkan dan pertumbuhan sebuah kerjasama dan organisasi regional. Bahkan,

seringkali kedua bidang tersebut dijadikan landasan utama bagi kerjasama yang

dibangun. Mengingat kedua bidang inilah yang memiliki efek perbedaan dan

sensitifitas yang lebih rendah dibanding bidang politik.

42

M. Sabir, Politik Bebas Aktif, (Jakarta: CV. Haji Mas Agung, 1987), h. 221-222.

Page 37: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

BAB III

GAMBARAN UMUM ASEAN DAN ASEAN COMMUNITY

B. Selayang Pandang ASEAN

1. Sejarah Berdirinya ASEAN

Istilah Asia Tenggara pertama kali diperkenalkan oleh pasukan Sekutu yang

terdapat di wilayah Asia Tenggara pada waktu itu dengan nama Komando Asia

Tenggara (South East Asia Command).43

Komando ini berpangkalan di Kolombo, Sri

Langka, wilayah Asia Selatan, hal ini dikarenakan wilayah Asia Tenggara sedang

diduduki oleh Jepang selama Perang Dunia ke-II berlangsung. Pasukan ini memang

khusus disiapkan sebagai bagian dari strategi merebut kawasan Asia Tenggara dari

Jepang dalam Perang Asia Pasifik.

Adapun yang termasuk dalam wilayah Komando Asia Tenggara itu adalah

negara-negara yang sekarang bernama Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam,

Malaysia, Singapura, Brunei, Filipina dan Indonesia. Jauh sebelumnya, kawasan ini

oleh orang Eropa disebut sebagai Wilayah Timur (oriental) atau Timur Jauh (far

east), Cina menyebutnya Wilayah Selatan (nan yang), India menyebut Hindia

Belakang, Jepang menyebut “Nan Yo” (Asia Timur Raya) dan PBB menyebutnya

Asia Timur Jauh.44

Pada dekade awal 1960-an, Asia Tenggara merupakan kawasan yang sarat

konflik dan terpecah belah. Hal ini disebabkan oleh sangat kuatnya pengaruh negara-

negara luar kawasan yang mencengkram sebagian besar negara-negara di Asia

Tenggara. Hal ini merupakan efek yang ditimbulkan oleh kemunculan dua negara

43

Sjamsumar Dam dan Riswandi, Kerja Sama ASEAN, h. 17. 44

Ibid., 18.

Page 38: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

super power “pemenang” Perang Dunia ke-II yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet

yang kemudian melahirkan sekutu-sekutu dalam bentuk pakta pertahanan seperti

NATO (North Atlantic Treaty Organization) dan Pakta Warsawa.

Dengan konstelasi demikian, tidak heran jika kawasan Asia Tenggara, menjadi

lahan perebutan dari kekuatan dua super power tersebut. Sebut saja Inggris yang

“bermain” di Malaysia (dulu bernama Malaya) dan Singapura, Amerika Serikat di

Filipina dan Uni Soviet di kawasan Indo Cina (Kamboja, Vietnam dan Laos).

Menyikapi fenomena ini, maka muncul upaya-upaya untuk melepaskan kawasan Asia

Tenggara dari pengaruh kekuatan negara luar kawasan.

Regionalisme Asia Tenggara pertama kali dimunculkan Dr. Abu Hanifah

ketika Asian Relations Conference berlangsung di New Delhi, India, pada tahun 1947.

Ide pembentukan kelompok Asia Tenggara muncul pada konferensi itu sebagai

jawaban atas keyakinan para anggota delegasi Asia Tenggara bahwa negara-negara

besar, India, dan China tidak dapat diharapkan untuk mendukung perjuangan nasional

mereka. Pada pertemuan itu, tulis Abu Hanifah, para anggota delegasi Indonesia,

Myanmar, Thailand, Vietnam, Filipina, serta Malaya (Singapura dan Malaysia)

membahas tentang suatu perhimpunan negara-negara Asia Tenggara yang secara erat

bekerja sama. Pada awalnya hanya dalam masalah ekonomi dan kebudayaan, dan

dalam perkembangan berikutnya barulah merajut kerja sama politik. Beberapa

delegasi bahkan bermimpi lebih jauh, yakni terbentuknya suatu Federasi Asia

Tenggara.45 Pembahasan tentang kegunaan regionalisme pada waktu itu

mencerminkan ketidakmampuan negara-negara Asia Tenggara untuk meraih

kepercayaan diri tanpa usaha bersama.

45 C. P. F. Luhulima, “Regionalisme dan Politik Luar Negeri Indonesia”, diakses pada tanggal

22 Februari 2008 dari www.csis.com..

Page 39: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

Kemudian muncul upaya yang dilakukan oleh Thailand, Filipina dan Malaysia

yang membentuk ASA (Association of Southeast Asia) pada tahun 1961 yang

bertujuan untuk bekerja sama dalam bidang ekonomi, sosial dan kebudayaan.

Indonesia yang menganut kebijakan non-blok, menyatakan tidak tertarik untuk

bergabung dalam ASA. Faktor utamanya adalah status Thailand dan Filipina yang

saat itu masih tergabung dalam SEATO (South East Asia Treaty Organization)46

yang

diprakarsai oleh Amerika Serikat dan status Malaysia yang masih dikuasai oleh

Inggris. Namun, nasib ASA ini tidak berumur panjang. Faktor nya adalah konflik

berkepanjangan antara Malaysia dan Filipina dalam permasalahan perebutan wilayah

Sabah dan kebijakan konfrontasi Indonesia terhadap Malaysia47 semakin membuat

suram potensi kerjasama regional.48

Seiring dengan berputarnya bandul perjalanan sejarah, kepemimpinan

Soekarno tumbang dan digantikan oleh Soeharto dengan bendera Orde Baru di tahun

1966 berdampak pada perubahan kebijakan politik luar negeri Indonesia, khususnya

terhadap kawasan Asia Tenggara. Sejak itu, kebijakan politik luar negeri Orde Baru

46

SEATO adalah perskutuan delapan negara yang menandatangani Perjanjian Pertahanan

Kolektif Asia Tenggara (South East Collective Defense Treaty) di Manila, Filipina tanggal 8 September

1954. Kedelapan negara itu adalah Australia, Prancis, Inggris, Selandia Baru, Pakistan, Filipina,

Thailand dan Amerika Serikat. Perjanjian yang diprakarsai oleh Menlu Amerika Serikat John Foster

Dulles un tuk membendung menyebarnya komunisme di Asia Tenggara. Bantuan ekonomi menjadi

kompensasi bagi negara yang mau bergabung dalam persekutuan ini. Namun, karena dianggap gagal

dalam membendung komunisme, SEATO akhirnya dibubarkan secara resmi pada tanggal 30 Juni

1977. James Luhulima, Asia Tenggara, h. 33.

47

Kebijakan konfrontasi Indonesia terhadap Malaysia dipicu oleh pembentukan Federasi

Malaysia yang terdiri dari Malaya, Singapura dan wilayah Kalimantan Utara (Sabah dan Sarawak). Kebijakan ini diambil oleh Presiden Soekarno akibat kebijakan Inggris dan Malaysia yang memutuskan

tetap membentuk Federasi Malaysia dengan mengabaikan Perjanjian London yang disepakati dengan

Indonesia dan ditandatangani pada 9 Juli 1963 di mana disepakati adanya Plebisit yang menyebutkan

bahwa rakyat di Kalimantan Utara diberikan hak menentukan pendapatnya terhadap pembentukan

federasi. Konsekuensinya Indonesia tidak akan mengganggu proses pembentukan Federasi Malaysia.

Namun Federasi Malaysia akhirnya tetap dibentuk pada 29 Agustus 1963, padahal hasil plebisit belum

diketahui. Akibat konfrontasi tersebut, Malaysia memutuskan hubungan diplomatiknya dengan

Indonesia pada 17 September 1963. Hal ini semakin membuat ‘panas’ Indonesia. Puncak dari

“kemarahan” Indonesia adalah kebijakan fenomenal Presiden Soekarno yang menyatakan Indonesia

keluar dari keanggotaan di PBB (Perhimpunan Bangsa-Bangsa) dan Poros Jakarta-Phnom Penh-Hanoi-

Peking (kini Beijing)-Pyong Yang. Ibid., h. 34-35. 48

“ASEAN”, diakses pada tanggal 14 Februari 2008 dari www.country-

studies.com/indonesia/asean.html.

Page 40: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

adalah memberi prioritas pada kawasan Asia Tenggara dan normalisasi hubungan

bilateral maupun internasional dengan berbagai pihak. Keduanya merupakan satu

rangkaian kebijakan yang saling terkait.

Kebijakan normalisasi hubungan ini dimaksudkan untuk menciptakan iklim

kondusif di kawasan Asia Tenggara, sehingga akan lebih mudah bagi Indonesia untuk

mendorong kerjasama yang lebih maju dan konstruktif. Salah satunya adalah

kebijakan untuk menormalisasi hubungan dengan Malaysia yang beku akibat

kebijakan konfrontasi. Normalisasi ini dilakukan pada tanggal 11 Agustus 1966,

ketika Menlu Adam Malik dan Menlu Malaysia Tun Abdul Razak bertemu di Jakarta

dan menandatangani persetujuan normalisasi hubungan diplomatik kedua negara.49

Membaiknya hubungan antara Indonesia dengan Malaysia dan Singapura,

serta Malaysia dengan Filipina, memicu munculnya pemikiran untuk membangun

sebuah perhimpunan kerjasama regional baru di Asia Tenggara. Beberapa pendapat

yang mengemuka adalah menghidupkan kembali ASA. Namun hal ini ditolak

mentah-mentah oleh Indonesia yang masih berpendapat ASA adalah kepanjangan

tangan dari SEATO buatan Amerika Serikat. Selain itu, Indonesia tidak menginginkan

status keanggotaan baru dari perhimpunan yang sudah ada. Sebagai jalan keluar,

Indonesia mengajukan usul untuk membentuk suatu perhimpunan regional yang

semua anggotanya memiliki status dan hak yang sama.

Pada awalnya, nama yang diusulkan bagi perhimpunan tersebut adalah

SEAARC (South East Asian Association for Regional Cooperation). Namun hal ini

ditolak oleh Menlu Thailand Thanat Khoman yang berpendapat nama tersebut mirip

dengan kata shark (ikan hiu). Akhirnya, nama usulan Menlu Adam Malik, yakni

49

James Luhulima, Asia Tenggara, h. 40-41.

Page 41: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

ASEAN (Association of South East Asian Nations) disepakati sebagai nama bagi

perhimpuan regional baru di Asia.50

Negara-negara pendiri ASEAN tersebut menginginkan keikutsertaan seluruh

negara di Asia Tenggara untuk bergabung dalam perhimpunan ini. Akan tetapi situasi

politik saat itu sangat tidak memungkinkan. Upaya yang pernah dilakukan oleh

Indonesia untuk mewujudkan keikutsertaan negara lain adalah diplomasi terhadap

Myanmar dan Kamboja.

Hal tersebut bertujuan untuk menghilangkan image ASEAN sebagai

organisasi pro-Barat, dikarenakan seluruh pendirinya adalah negara-negara non-

komunis. Namun, Myanmar dan Kamboja menolak bergabung dan tetap memilih

untuk netral, namun tidak akan menentang pembentukan ASEAN.

Akhirnya, setelah melalui serangkaian proses panjang, pada tanggal 8 Agustus

1967 bertempat di Bangkok, Thailand, draft Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh

Menteri Luar Negeri (Menlu) Adam Malik dari Indonesia, Perdana Menteri (PM)

Malaysia Tun Abdul Razak, Menlu Filipina Narcisco Ramos, Menlu Thailand Thanat

Khoman dan Menlu Singapura S. Rajaratnam.51

Para negara tersebut tercatat sebagai

pendiri sekaligus anggota pertama dari perhimpuan regional baru di Asia Tenggara.

Dalam perkembangannya terkini, anggota ASEAN telah mencapai sepuluh negara

Asia Tenggara yakni para negara pendiri dan negara-negara anggota baru, yakni

Brunei Darussalam, Myanmar, Laos, Vietnam, Kamboja.52

Berangkat dari konteks kelahirannya, ada tiga alasan utama yang melatar

belakangi berdirinya perhimpunan tersebut, yakni keinginan untuk meningkatkan

50

Ibid., h. 42.

51

Ibid., h. 35.

52

Brunei Darussalam bergabung di ASEAN pada tanggal 8 Januari 1984, Vietnam menjadi

anggota ketujuh pada tanggal 28 Juli 1995. Laos dan Myanmar bergabung pada tanggal 23 Juli 1997

dan Kamboja menjadi negara terakhir yang bergabung pada tanggal 30 April 1999. S. Pusphanathan,

“The Establishment of ASEAN Community for the Future of ASEAN”, h. 1.

Page 42: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

pembangunan ekonomi, sosial, dan kebudayaan kawasan melalui program-program

kerjasama; menjaga stabilitas politik dan ekonomi kawasan dari rivalitas negara besar;

menyediakan forum bagi penyelesaian perbedaan-perbedaan intra-regional.53

Satu hal yang disadari semua pihak dalam pembentukkan ASEAN, bahwa

setiap kerjasama regional tidak akan berguna dan bertahan lama, jika tidak didasarkan

pada landasan yang kuat. Yang dimaksud dengan landasan yang kuat adalah bidang-

bidang yang paling sedikit mengandung unsur perbedaan dan paling banyak

mengandung kepentingan bersama, serta yang berkemampuan menunjang bidang

lainnya.54

Keputusan untuk menentukkan bidang ekonomi sebagai dasar ASEAN

mencerminkan jauhnya pandangan serta penyesuaian dengan kondisi ideal masa itu.

Bagaimana tidak, konfrontasi antar negara baru berakhir, hubungan antar negara

masih diselimuti sikap kecurigaan. Oleh karena itu bidang ekonomi merupakan

pilihan tepat pada saat itu. Kemudian diikuti dengan bidang budaya mengingat dalam

bidang itu tidak terdapat perbedaan yang terlalu signifikan. Namun yang perlu

ditegaskan, hal tersebut akan berubah mengikuti kebutuhan dan situasi dunia

internasional yang terus berubah.

Dalam perjalanannya, ASEAN pernah terancam bubar oleh dua permasalahan

besar, yakni; pertama, krisis pada bulan Maret 1968. Saat itu muncul ketegangan

dalam hubungan Malaysia dan Filipina akibat sebuah krisis yang disebut sebagai The

Corregidor Affairs.55

Pokok persoalannya adalah adanya isu pemanfaatan Pulau Corregidor sebagai

tempat pemusatan latihan tempur bagi satuan militer khusus Muslim oleh pemerintah

Filipina untuk menyerang wilayah Sabah. Maka, meledaklah konflik diplomatik yang

53 James Luhulima, Asia Tenggara, h. 35.

54 M. Sabir, Politik Bebas Aktif, h. 224.

55 James Luhulima, Asia Tenggara, h. 36.

Page 43: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

puncaknya adalah pemutusan hubungan dilomatik kedua negara pada tahun 1968.

Namun, atas peran besar Indonesia melalui Presiden Soeharto sebagai mediator,

konflik ini dapat diatasi. Terbukti, pada bulan Desember 1969, kedua negara

menyepakati pemulihan hubungan diplomatiknya.

Ancaman kedua yakni, ketika Pemerintah Singapura menjatuhkan hukuman

mati terhadap dua anggota KKO (Korps Komando AL) Indonesia yang tertangkap

saat melakukan sabotase di era konfrontasi Indonesia-Malaysia pada bulan Oktober

1968.56

Pada titik inilah, Indonesia menunjukkan sikap kedewasaan dan

kepemimpinannya dengan tidak melakukan tindakan gegabah. Proses penyelesaian

masalah ini dijalankan tetap dalam koridor diplomasi. Hal ini dilakukan agar

kelangsungan hidup ASEAN tetap terjaga. Setelah sempat beku, hubungan kedua

negara membaik setelah pada bulan Mei 1973, PM Lee Kuan Yew berkunjung ke

Indonesia dan melakukan acara tebar bunga di kedua makam prajurit yang digantung

di Singapura.

Walaupun seringkali diguncang dengan memanasnya hubungan antar negara

anggota, ASEAN sejak pendiriannya sampai dengan dekade 1990-an mendapatkan

pujian dari dunia internasional sebagai salah satu organisasi kawasan yang sukses di

kalangan negara-negara berkembang. ASEAN dinilai mampu menyatukan negara-

negara di kawasan yang dikenal sebagai Balkan of the East (Balkan di Timur) atau

kawasan yang penuh pergulatan,57 sebagaimana yang dipaparkan di atas.

Yang unik dari organisasi ASEAN adalah selama empat puluh tahun,

keberadaan dan bentuk kerja sama berlangsung efektif meski tanpa konstitusi,

anggaran dasar atau piagam resmi. ASEAN bergerak hanya berdasarkan dokumen

pendirian yakni Deklarasi Bangkok 1967. Sementara itu, deklarasi hanyalah

56

Ibid., h. 37. 57

“Dulu, ASEAN Pernah Berjaya”, Republika, 22 November 2007, h. 16.

Page 44: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

merupakan pernyataan politik yang tidak mengikat dan memerlukan ratifikasi. Karena

itu kerja sama ASEAN bersifat longgar dan informal, berdasarkan musyawarah atau

konsensus dan sering dijuluki sebagai “The ASEAN Way”. Hal ini berlangsung

sampai dengan adanya Piagam ASEAN yang baru disepakati pada KTT ASEAN XIII

di Singapura, tahun 2007 lalu. Meski demikian, ASEAN mampu menciptakan dan

menjaga perdamaian serta stabilitas regional.

2. Posisi ASEAN dalam Politik Luar Negeri Indonesia

Kepemimpinan Soeharto sejak era Orde Baru telah menggariskan bahwa

ASEAN merupakan soko guru politik luar negeri Indonesia. Sejak awal Soeharto

berpendapat kawasan Asia Tenggara yang stabil, aman, damai dan kondusif ditinjau

dari berbagai aspek merupakan modal dasar yang penting untuk pembangunan di

dalam negeri. Asia Tenggara yang diidam-idamkan Soeharto ialah suatu Asia

Tenggara yang integrated, yang merupakan benteng dan pangkalan paling kuat untuk

menghadapi pengaruh atau intervensi dari luar.

Soeharto memberi prioritas utama pada hubungan yang dekat dan harmonis

pada penggalangan kerja sama yang mantap dengan negara tetangga, sebab di sinilah

terletak kepentingan nasional paling vital. Karena itu, penciptaan kestabilan dan kerja

sama regional di Asia Tenggara akan mendapat prioritas tinggi.

Dengan demikian, peran aktif Indonesia dalam mengupayakan pembentukkan

ASEAN sebagai wadah tunggal di kawasan Asia Tenggara dapat dimaknai sebagai

implementasi dari pandangan strategis Asia Tenggara dan ASEAN dalam kacamata

kebijakan politik luar negerinya. Hal ini sejalan dengan pendekatan lingkaran-

lingkaran konsentris yang digunakan oleh Indonesia dalam menjalankan politik luar

negerinya.

Page 45: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

Sesuai dengan pendekatan lingkaran konsentris ini, kawasan Asia Tenggara

merupakan lingkaran konsentris pertama Indonesia. Sebagaimana yang terdapat

dalam tujuan nasional, Departemen Luar Negeri sebagai pemegang otoritas eksekusi

kebijakan luar negeri dari pemerintah Indonesia, menekankan pada kerja sama

diplomatik dengan negara-negara di dunia internasional dalam seri lingkaran

konsentris (concentric circles). Adapun yang menempati lingkaran

pertama adalah ASEAN yang merupakan pilar utama bangsa Indonesia dalam

menjalankan politik luar negerinya.58

Sejak semula, pemerintah Indonesia memberikan prioritas utama kepada

hubungan harmonis dengan negara-negara tetangga untuk menciptakan kestabilan dan

kerjasama regional di Asia Tenggara. Indonesia berkeinginan dan berkeyakinan

bahwa Asia Tenggara dapat berkembang menjadi kawasan yang mandiri dan cukup

kuat bertahan dari pengaruh negatif atau gangguan dari luar, mengingat luasnya

wilayah, besarnya kekayaan alam dan potensi tenaga kerja yang tersedia di kawasan

ini.

Sejalan dengan alinea IV Pembukaan UUD 1945 yang menggariskan bahwa

salah satu tujuan menyelenggarakan hubungan dan politik luar negeri adalah untuk

mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia, yaitu melindungi kepentingan bangsa dan

negara, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut

menjaga perdamaian dan ketertiban dunia. Selain itu, kepentingan nasional Indonesia

diterjemahkan ke dalam visi Departemen Luar Negeri yang menegaskan poin tentang;

58

Lingkaran konsentris kedua adalah ASEAN + 3 (Jepang, China, Korea Selatan). Di luar hal

tersebut, Indonesia juga mengadakan hubungan kerja sama yang intensif dengan Amerika Serikat dan

Uni Eropa yang merupakan partner utama ekonomi Indonesia. Dalam lingkaran konsentris yang

ketiga, Indonesia mengakui pentingnya menggalang kerja sama dengan like-minded developing

countries. Itulah yang menyebabkan Indonesia secara aktif ikut serta dalam keanggotaan Non-Aligned

Movement (NAM) atau Gerakan Non-Blok, the Organization of the Islamic Conference (OIC) atau

Organisasi Konferensi Islam, the Group of 77 (G-77) dan the Group of 15 (G-15). Moenir Ari Soenada,

“Kepentingan Nasional Indonesia di Dunia Internasional”, diakses pada tanggal 9 Desember 2007 dari

www.deplu.go.id.

Page 46: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

peningkatan peranan dan kepemimpinan Indonesia dalam proses integrasi ASEAN;

peran aktif di Asia-Pasifik; membangun kemitraan strategis baru Asia-Afrika serta

hubungan antar sesama negara berkembang; memperkuat hubungan dan kerja sama

bilateral, regional dan internasional di segala bidang; meningkatkan prakarsa dan

kontribusi Indonesia dalam pencapaian keamanan dan perdamaian internasional; serta

memperkuat multilateralisme.59

Sejak awal berdirinya ASEAN, Indonesia telah mempromosikan suatu bentuk

kehidupan masyarakat regional di Asia Tenggara yang menjunjung tinggi nilai-nilai

saling menghormati, tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain, penolakan

penggunaan kekerasan serta konsultasi dan mengutamakan konsensus dalam proses

pengambilan keputusan. Salah satu contoh betapa besar peran Indonesia dalam

membidani kelahiran ASEAN ini dinyatakan oleh Mely Caballero-Anthony dari

Institute of Defence and Strategic Studies di Singapura, bahwa mekanisme

pengambilan keputusan di ASEAN dijiwai semangat musyawarah atau diterjemahkan

sebagai consultation dan mufakat atau consensus.60

Sebuah praktik yang berciri khas

pedesaan di Indonesia.

Selain itu, ahli Amerika Serikat, Bernard K. Gordon (dalam The Dimension of

Conflict in South East Asia) mengatakan kerjasama regional Asia Tenggara; tanpa

Indonesia, usaha apapun di kawasan itu tidak akan lebih dari hal yang sambil lalu

saja. Dengan partisipasi Indonesia, usaha baru dalam kerjasama regional akan

merupakan langkah raksasa ke arah stabilitas.61 Hal ini ditopang oleh kedudukan

Indonesia yang strategis sebagai negara yang menempati separuh dari wilayah Asia

59

“Tujuan Politik Luar Negeri”, diakses pada tangggal 9 Desember 2007 dari

www.deplu.go.id,. 60

“Dulu, ASEAN Pernah Berjaya”, h. 16. 61

M. Sabir, Politik Bebas Aktif, h. 216.

Page 47: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

Tenggara, penduduknya terbanyak dan ditambah dengan kekayaan alamnya yang

terlengkap.

Salah satu penggambaran menarik mengenai pentingnya posisi Indonesia

dalam ASEAN semasa kepemimpinan Presiden Soeharto adalah;

“Dalam kurun waktu yang cukup lama, Indonesia dan mantan Presiden Soeharto dianggap sebagai pemimpin atau big brother ASEAN. Pada masa itu,

dalam setiap persidangan yang digelar ASEAN, maka sikap yang diambil indonesia pada umumnya kemudian diadopsi menjadi sikap bersama ASEAN.

Indonesia kemudian menjadi negara yang paling berpengaruh di kawasan, sehingga -tercatat dalam sejarah lahirnya APEC- Indonesia menjadi penentu

keberlangsungan gagasan pembentukan organisasi kerja sama perdagangan

bebas di kawasan Asia Pasifik tersebut. APEC lahir setelah Indonesia secara

eksplisit menyatakan dukungannya, yang kemudian diikuti oleh semua negara

anggota ASEAN lain”.62

Salah satu peran penting Indonesia dalam rangka mempertahankan dan

menjaga stabilitas regional adalah dengan berpartisipasi aktif di ASEAN. Dalam

setiap partisipasinya, Indonesia selalu menekankan dan memprioritaskan cara-cara

damai (confidence building measures) dalam menyelesaikan segala macam bentuk

konflik yang terjadi dengan tetap berpegang teguh pada prinsip politik luar negeri

bebas aktif. Selain itu secara konsisten terus mendukung setiap usaha menjaga

perdamaian di kawasan dengan memperhatikan prinsip-prinsip penghormatan

terhadap integritas wilayah dan kedaulatan negara.

Terkait kepemimpinan Indonesia di dalam ASEAN, dapat dikemukakan

bahwa berdasarkan kondisi objektif, potensi kepemimpinan Indonesia di kawasan

Asia Tenggara masih tetap besar. Namun Indonesia berkeyakinan bahwa

kepemimpinan yang bijak adalah kepemimpinan yang tidak dipaksakan, melainkan

yang diraih melalui kualitas diplomasi dan kontribusi konkrit Indonesia kepada

kawasan Asia Tenggara. Dalam kaitan ini, dapat dikatakan bahwa sejak 1997/1998,

62

Ahmad Dahlan, “Kepemimpinan Indonesia di ASEAN”.

Page 48: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

dengan dicurahkannya perhatian pada proses reformasi politik dan penanggulangan

krisis ekonomi dalam negeri, telah terdapat dampak yang kurang menguntungkan

terhadap peran Indonesia dalam ASEAN. Namun demikian, seiring dengan pemulihan

kondisi dalam negeri, maka dalam kurang lebih dua tahun terakhir, Indonesia telah

mampu meningkatkan kembali perhatiannya kepada ASEAN. Upaya-upaya untuk

meningkatkan peran Indonesia di ASEAN terus dikembangkan.

Bagi politik luar negeri Indonesia, ASEAN berfungsi sebagai kendaraan

utama untuk melaksanakan hubungan luar negeri atau kerja sama antar negara-negara

kawasan Asia Tenggara dalam rangka pencapaian tujuan nasional. Melalui ASEAN,

Indonesia juga dapat memproyeksikan norma dasarnya –prinsip regional resilience

and non-interference- terhadap wilayah sekitar kawasan. Oleh karena itu, lingkungan

yang kondusif dapat diciptakan secara kolektif untuk kemajuan ekonomi bersama.63

Walaupun terdapat perbedaan budaya, kondisi geografis, sistem politik dan

tingkat kesejahteraan, negara-negara anggota ASEAN telah menunjukan kesamaan

itikad dalam mengutamakan kerja sama untuk mencapai keuntungan dan kemakmuran

bersama. Berdasarkan hal ini, Indonesia berpandangan ASEAN di era globalisasi

harus dapat membangun dan memelihara kerja sama yang lebih luas dan efektif untuk

memperoleh kemajuan yang subtantif dalam bidang politik, keamanan, ekonomi serta

sosial dan budaya di kawasan Asia Tenggara.

Berdasarkan kondisi alam geografis, kemampuan ekonomi dan kemauan

politiknya untuk bergabung dalam proses regional, Indonesia akan terus memainkan

peran strategis demi kemajuan dan terciptanya integrasi ASEAN. Peranan Indonesia

ini diperkuat dengan ASEAN Community sebagai pilar regional yang utama di masa

depan.

63

Moenir Ari Soenada, “Kepentingan Nasional Indonesia di Dunia Internasional”.

Page 49: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

B. Profil Singkat ASEAN Community

1. Pengertian Umum ASEAN Community

Dalam khazanah ilmu sosial, terminologi komunitas merujuk pengertian nilai-

nilai bersama, norma-norma, dan simbol-simbol yang memberi identitas atau perasaan

kekitaan (sense of we-ness atau we feeling). Karena itu, secara sederhana, istilah

pembangunan komunitas dapat diartikan sebagai pembangunan perasaan kekitaan.

Sedangkan dalam disiplin ilmu hubungan internasional, pembangunan

komunitas sering dianggap kerja raksasa. Alasan utamanya karena pembangunan

komunitas menyiratkan upaya meruntuhkan keyakinan kalangan pemikir realis yang

menyatakan, logika fundamental yang mengatur hubungan antarnegara di tataran

internasional adalah anarki. Menurut kalangan realis, norma-norma, simbol-simbol,

dan identitas kebersamaan hanya dapat diwujudkan pada tataran nasional, bukan pada

tataran internasional.64

Mengacu pada pernyataan Menlu Indonesia Hassan Wirajuda, -selaku Ketua

KTT ASEAN saat itu,65

hakikat dari suatu ASEAN Community adalah terwujudnya

suatu integrasi penuh kawasan yang damai dan sejahtera. Komunitas ASEAN tersebut

akan ditandai dengan semakin besarnya interaksi bidang politik dan keamanan.

Adanya pasar tunggal dan basis produksi dengan aliran bebas barang, jasa, modal, dan

orang. Terwujudnya masyarakat yang peduli dan berbagi, yang menitikberatkan pada

pembangunan sosial, pendidikan dan pengembangan manusia, kesehatan masyarakat,

kebudayaan dan informasi, serta perlindungan lingkungan.

64

Makmur Keliat, “Pembangunan Komunitas ASEAN”, diakses pada tanggal 14 Februari

2008 dari www2.kompas.com/kompas-cetak/0412/01/opini/1407756.htm.

65 “40 Tahun ASEAN, Komunitas Harus Jadi Kepentingan Indonesia”, diakses pada tanggal

14 Februari 2008 dari www.indonesiaseoul.org/ indonesia/rubrik/view.php?kat=7&id=66.

Page 50: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

Oleh karena itu, pembentukan ASEAN Community yang ditetapkan pada KTT

IX di Bali tahun 2003 merupakan langkah raksasa dalam konteks meneguhkan rasa

kekitaan (sense of we-ness) sebagai sebuah komunitas masyarakat dan bangsa di

kawasan Asia Tenggara. Untuk menuju pada tujuan tersebut, ASEAN Community

ditopang dengan tiga pilar, yaitu ASEAN Security Community, ASEAN Economic

Community, dan ASEAN Socio-Cultural Community. Adapun para penanda tangan

Bali Concord II saat itu adalah Presiden Megawati Soekarnoputri, Perdana Menteri

Malaysia Mahathir Mohammad, PM Singapura Goh Chok Tong, PM Thailand

Thaksin Shinawatra, Presiden Filipina Gloria Macapagal Arroyo, Sultan Brunei

Hassanal Bolkiah, PM Vietnam Phan Van Kai, PM Kamboja Hun Sen, PM Laos

Bounyang Vorachit dan PM Myanmar Khin Nyunt.66

Dalam pengertian umum, ASEAN Community akan terwujud dengan ditopang

oleh tiga pilar, yakni kerjasama politik dan keamanan, kerjasama ekonomi dan

kerjasama sosial dan budaya di mana ketiganya berperan untuk mendekatkan pada

tujuan untuk mewujudkan kawasan yang damai, stabil dan sejahtera. Namun

demikian, perlu ditekankan di sini bahwa kesemua itu baru merupakan langkah awal

mengingat implementasi atau pemberlakuan ASEAN Community baru akan

diberlakukan pada tahun 2015 mendatang. Karena itu, sampai sejauh ini proses

pembangunan berbagai elemennya masih dan dan akan berlangsung.

Sejak disepakati pada KTT ASEAN IX di Bali tahun 2003, telah berlangsung

proses penyempurnaan dari ASEAN Community ini, yakni; KTT ASEAN X di

Vientiane, Laos tahun 2004 menyepakati Plan of Actions (PoA) untuk ASC dan

66

“Declaration of Bali Concord II”, diakses pada tanggal 14 Februari 2008 dari

www.aseansec.org.

Page 51: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

ASCC.67 Kesepakatan program dan sektor prioritas dalam integrasi ASEAN dan

menyepakati implementasi AEC pada tahun 2020 secara penuh.

Pada KTT ASEAN XI di Kuala Lumpur tahun 2005 melahirkan Deklarasi

Kuala Lumpur untuk penetapan Piagam ASEAN. KTT ASEAN XII di Cebu, Filipina

pada Januari 2007 menyepakati poin penting mengenai percepatan implementasi

ASEAN Community dari tahun 2020 menjadi tahun 2015.68

Dan akhirnya, pada KTT

ASEAN XIII di Singapura, November 2007 lalu, Piagam ASEAN ditanda tangani.

Sejauh ini, perkembangan menuju ASEAN Community terus berjalan dalam proses

diplomasi dengan kerangka kerjasama yang kian kokoh. Tentu di luar dari berbagai

riak-riak hubungan bilateral antar negara yang seringkali memanas.

2. ASEAN Security Community (ASC)

Dalam konteks komunitas politik dan keamanan, yang ingin dicapai adalah

ASEAN akan menyelesaikan perbedaan di antara negara anggota bukan dengan cara

kekerasan atau dengan ancaman penggunaan kekerasan. ASC ditujukan untuk

membangun sebuah kawasan yang hidup dalam damai dengan lingkungan yang

demokratis dan harmonis. Selain itu, ASC ini juga bukanlah merupakan pakta

pertahanan ASEAN, tetapi lebih merupakan sebuah mekanisme kerjasama politik dan

keamanan untuk mencegah penggunaan kekuatan fisik atau militer dalam

menyelesaikan permasalahan di internal ASEAN.

Adapun rencana aksi (Plan of Actions) untuk mewujudkan ASC, yakni; mulai

dari pembangunan politik (seperti menciptakan lingkungan yang adil, harmonis dan

demokratis), pembentukan norma (dengan memperkuat rezim Treaty of Amity of

67

Dian Triansyah Djani, “The Future of ASEAN Regional Cooperation After the 40th

Anniversary”. h. 1. 68

Ibid., h. 1.

Page 52: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

Cooperation dan membentuk Piagam ASEAN), hingga pencegahan konflik, resolusi

konflik dan pembangunan perdamaian pasca konflik.69

3. ASEAN Economic Community (AEC)

Pencapaian dalam konteks komunitas ekonomi adalah pencapaian Visi

ASEAN 2020, yang akan menjadi pasar tunggal dan basis produksi. Hal tersebut

melahirkan aliran barang jasa dan investasi yang bebas dan aliran modal lebih bebas

sehingga menjadi lebih kuat, dinamis, dan kompetitif secara ekonomi dalam pasar

global. Bentuk konkret dari AEC ini ditandai dengan adanya FTA (Free Trade Area)

di ASEAN mulai tahun 2003.

Adapun rencana aksi (Plan of Actions) untuk mewujudkan AEC, yakni;

dicanangkan agenda kerja menyeluruh, mulai dari FTA (Free Trade Area),

perdagangan barang (seperti menyelesaikan skema rules of origins, transparansi dan

tindakan non tarif), jasa (melalui tindakan liberalisasi), menyeimbangkan

pembangunan ekonomi, meminimalisir kemiskinan, investasi, hingga menyentuh

masalah hak milik intelektual dan mobilitas modal.70

4. ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC)

Dalam konteks komunitas sosio-kultural yang ingin dicapai ASEAN adalah

membangun masyarakat yang peduli (building caring society). Adapun rencana aksi

(Plan of Actions) untuk mewujudkan ASCC, yakni; mulai dari upaya menghilangkan

kemiskinan dan meningkatkan kesetaraan (antara lain melalui pembukaan pendidikan

dasar seluas-luasnya dan kesetaraan jender), mengelola dampak sosial dari integrasi

69

Ibid., h. 1. 70

Ibid., h. 1.

Page 53: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

ekonomi (misalnya melalui pembentukan pasar tenaga kerja yang efisien,

memperkuat sistem asuransi, menangani dampak liberalisasi pada kesehatan).

Pada sisi lain juga mempromosikan sustainability lingkungan hidup (antara

lain melalui operasionalisasi ASEAN Center for Transboundary Haze Pollution

Control, memperlambat laju kerusakan keanekaragaman hayati). Memperkuat kohesi

sosial regional untuk memperkuat identitas ASEAN (antara lain melalui dialog

antarbudaya peradaban dan agama, dan mendorong pembentukan sikap bersama

ASEAN pada berbagai forum internasional).71

71

Ibid., h. 1.

Page 54: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

BAB IV

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA DALAM PROSES PEMBENTUKAN

ASEAN COMMUNITY

A. Kepentingan-Kepentingan Indonesia

Kebijakan politik luar negeri Indonesia dalam mendorong pembentukan

ASEAN Community dilandasi oleh kepentingan nasionalnya. Sebagaimana tercantum

dalam Pembukaan UUD 1945, maka kepentingan nasional Indonesia adalah

melindungi kedaulatan negara dan menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia, melindungi keselamatan dan kehormatan bangsa, dan ikut serta

secara aktif dalam usaha-usaha perdamaian dunia.

Oleh sebab itu, persatuan bangsa dan keutuhan kesatuan wilayah Indonesia

merupakan geopolitik bangsa Indonesia. Geopolitik tersebut berkembang dalam dua

dimensi pemikiran dasar, yakni kewilayahan sebagai suatu realita dan kehidupan

masyarakat sebagai suatu fenomena hidup.72

Kepentingan ini dirumuskan dalam

upaya Indonesia mengembalikan posisinya dalam konstelasi politik regional dan

internasional. Berdasarkan pemaparan di atas, terdapat beberapa kepentingan yang

penulis tangkap dari upaya Indonesia mendorong pembentukkan ASEAN Community

ini adalah:

1. Stabilitas Politik, Keamanan dan Ekonomi.

Salah satu tujuan politik luar negeri Indonesia adalah mewujudkan dan

memelihara lingkungan kawasan yang stabil, aman dan mengarah pada kemakmuran

bersama. Hanya dengan lingkungan kawasan yang kondusif, Indonesia dapat

72

Tim Dephan RI, “Buku Putih Departemen Pertahanan Republik Indonesia”, diakses pada

tanggal 16 Februari 2008 dari http://www.dephan.go.id/buku_putih/bab_iv.htm

Page 55: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

berkonsentrasi untuk menata kehidupan politik dan memulihkan kehidupan ekonomi

nasional yang sedang terpuruk. Oleh karena itu, tidak heran jika ASEAN di tempatkan

sebagai pilar utama politik luar negeri Indonesia. Hal ini sebagai bagian dari

perwujudan kepentingan nasional yang kemudian terumuskan dalam kebijakan politik

luar negeri Indonesia.

Pengaruh globalisasi yang sulit dibendung memungkinkan untuk melemahkan

simpul-simpul persatuan dan kesatuan bangsa maupun ketahanan nasional. Demikian

pula dengan kondisi dalam negeri yang tidak stabil dan permasalahan multidimensi

yang dihadapi akibat krisis nasional yang belum teratasi, menjadi peluang bagi

peningkatan gangguan terhadap keamanan nasional. Peningkatan gangguan

memberikan dampak negatif yang cukup serius bagi kedaulatan negara, keutuhan

wilayah, dan keselamatan bangsa.

Gangguan terhadap ketertiban publik seperti teror, konflik komunal yang

berlatar belakang primordial (etnis dan agama) radikalisme, kerusuhan atau

pembangkangan masal, perdagangan narkoba, perjudian dapat meningkat dan

berkembang menjadi ancaman terhadap kepentingan nasional.73

Kondisi ini

kemudian diperparah dengan tindakan kejahatan lintas batas, separatisme yang ada di

berbagai negara serta serangan terorisme yang semakin merusak stabilitas nasional

dan regional. Berbagai persoalan tersebut semakin merusak citra Indonesia sebagai

negara yang aman dan stabil. Terlebih implikasi utama dari hal tersebut adalah

sulitnya untuk keluar dari lingkaran krisis ekonomi nasional.

Stagnasi roda ekonomi nasional dipersulit dengan belum adanya mekanisme

riil dalam ASEAN yang menjamin perlindungan dan stabilitas regional. Sekalipun

telah ada komitmen untuk melaksanakan AFTA (ASEAN Free Trade Area) dalam

73

Ibid,.

Page 56: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

kerangka kerjasama ekonomi, namun hal tersebut tidak berjalan pada proses

implementasinya. Sehingga yang tampak adalah kesibukan masing-masing negara

dalam menggerakkan ekonominya. Hal ini menyebabkan fundamental pertahanan

ekonomi regional menjadi sangat rapuh. Padahal sebagaimana rumus tradisional

bahwa pertumbuhan ekonomi hanya dapat dicapai dengan kondisi negara atau

kawasan yang stabil secara politik dan keamanan.

Oleh karena itu, berpijak pada pemikiran di atas, Indonesia mendorong

pembentukkan ASEAN Community yang ditopang oleh tiga pilar utama yang saling

terkait yakni ASC, AEC dan ASCC. Pembentukkan ketiga pilar tersebut di dasari

dengan pemikiran bahwa penguatan kerjasama ekonomi, tanpa adanya jaminan

keamanan, maka perekonomian tidak akan berjalan baik begitu pula sebaliknya,

keamanan tanpa didukung pembangunan ekonomi juga akan melahirkan masalah

baru.

Salah satu poin penting dalam AEC ini adalah penyeimbangan pertumbuhan

ekonomi. Hal tersebut bertujuan untuk memperkecil jurang perbedaan ekonomi antar

angggota sehingga mampu membentuk sabuk stabilitas ekonomi regional dengan

basis ekonomi yang lebih kokoh. Dengan demikian, integrasi kerjasama politik,

keamanan dan ekonomi mampu menciptakan kawasan yang stabil dan nyaman bagi

pertumbuhan ekonomi.

2. Peran Regional Power Center di ASEAN

Sebagai negara pelopor dan pendiri ASEAN, Indonesia memang memiliki

posisi penting dalam konstelasi hubungan kerjasama di ASEAN. Proses

kepemimpinan Indonesia, baik secara tradisional maupun dalam jabatan struktural,

Page 57: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

telah berlangsung lama. Namun demikian, terjadinya krisis ekonomi yang kemudian

berubah menjadi krisis multidimensional pada tahun 1998 menjadikan Indonesia

kehilangan peran tersebut. Praktis, sejak saat itu bargaining position Indonesia di

mata ASEAN menjadi lemah.

Proses kepentingan Indonesia untuk kembali menjadi regional power center

dapat dilihat dari kepemimpinannya sebagai Ketua Standing Committee ASEAN pada

periode Juli 2003 sampai dengan Juli 2004. Dalam periode tersebut Indonesia terbukti

mampu menjadi sosok penting dengan memaksimalkan kepemimpinan di kawasan

ASEAN.

Pencapaian itu dibuktikan dengan lebih produktif menghasilkan pemikiran

dan berbagai konsep baru, nyata dan realistis sehingga ASEAN bukan hanya sekedar

simbol saja. Namun, konsep yang akan menghasilkan akselerasi demi kemajuan

ASEAN. Terlebih dalam hal ini Indonesia mendapat otoritas lebih luas dengan jabatan

resminya tersebut. Pada momentum ini pula menjadi sarana penegasan bagi Indonesia

untuk menempatkan ASEAN sebagai pilar utama politik luar negerinya.

Setelah mengkaji perjalanan ASEAN sejak berdiri hingga saat Indonesia

menjabat Ketua Standing Committtee ASEAN, beberapa persoalan utama yang

diinventarisir oleh Indonesia adalah persoalan kerjasama politik dan keamanan yang

masih harus di tingkatkan, kerjasama di bidang ekonomi yang belum begitu kuat serta

penguatan proses integrasi masyarakat ASEAN yang masih terhalang oleh kurangnya

kerjasama di bidang sosial dan budaya. Secara khusus telah dicatat oleh Indonesia,

bahwa permasalahan politik dan keamanan di antara negara anggota ASEAN selalu

tidak pernah berhasil diselesaikan secara terbuka, dikarenakan adanya kecenderungan

ASEAN selama ini bersifat ”swept the issues under the carpet” antara sesama negara

anggota.

Page 58: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

Selain itu fokus kerjasama ASEAN selama ini cenderung pada masalah bidang

ekonomi, padahal menurut Indonesia perekonomian dan keamanan adalah terkait satu

sama lain. Sehingga jika salah satu itu tidak ada maka kedua-duanya tidak akan

tercapai. Artinya memperkuat keamanan tanpa memperkuat perekonomian akan sia-

sia.74

Oleh karena itu, diplomasi Indonesia dengan mendorong pembentukkan ASC

sebagai pilar penguatan kerjasama menuju ASEAN Community yang kemudian diikuti

dengan pembentukkan AEC dan ASCC sebagai pilar penopang lainnya, merupakan

sebuah terobosan penting dan maju bagi ASEAN.

Gagasan dan diplomasi Indonesia tersebut menjadikan negeri ini semakin

diakui perannya, terlebih lagi jika ASEAN telah mampu menjadi motor kelembagaan

yang solid untuk menggerakkan iklim demokratisasi di kawasan. Selain itu gagasan

ini merupakan hal luar biasa dialami oleh ASEAN pada perkembangannya, karena

dibalik ide tersebut ASEAN dapat kembali memformulasikan ulang kebijakannya dan

menyegarkan kembali kerjasamanya melalui proses pembangunan politik di kawasan

guna mengatasi perbedaan sistem politik. Dengan pembentukkan ASEAN Community,

Indonesia mendorong ASEAN yang demokratis, pengelolaan pemerintahan yang

bersih yang menghargai dan melindungi HAM, serta memiliki norma-norma

pergaulan antar negara yang lebih terbuka dan maju namun juga dihormati bersama.75

Oleh karena itu, melalui konsep besar ASEAN Community yang digagas

Indonesia menjadikan negeri ini mampu meraih kembali kepemimpinannya di

kawasan regional. Sebagaimana yang diakui oleh Menlu Hasan Wirayuda,76 bahwa

pembentukkan ASEAN Community merupakan lompatan sejarah bagi ASEAN yang

akan menjadi cetak biru integrasi regional hingga tahun 2020, karena di dalamnya

74

“Peringatan untuk KTT ke-9 ASEAN di Bali,” Kompas, 5 Oktober 2003. 75

“ ASEAN’s Collective Leadership,” The Jakarta Post, 1 Oktober 2003. 76

“Peringatan untuk KTT ke-9 ASEAN di Bali.”

Page 59: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

terdapat kerangka komperhensif untuk kerjasama politik dan keamanan, ekonomi dan

sosial budaya. Sehingga kepentingan Indonesia pada skala regional sudah dapat

tercapai dan diperkuat dengan diterimanya usulan pembentukkan ASEAN Community,

khususnya ASC.

Perlu juga dicatat bahwa terobosan Indonesia dan ASEAN dengan melahirkan

ASEAN Community menjadi pintu utama dalam memuluskan langkah organisasi

tersebut menyepakati Piagam ASEAN (ASEAN Charter) yang disepakati pada tahun

2007. Piagam ASEAN ini merupakan landasan hukum (yuridiksi) kelembagaan

ASEAN pertama yang menjadikan organisasi ini memiliki pijakan hukumnya.

3. Pengembalian Citra

Keterpurukkan citra Indonesia di mata dunia internasional sesungguhnya

sudah dimulai sejak krisis ekonomi yang menerjang Indonesia di tahun 1997.

Parahnya, krisis ekonomi ini kemudian menjadi bola salju yang kemudian semakin

membesar dan mengekang Indonesia dalam penjara krisis multidimensi yang

menyentuh seluruh sendi kehidupan negara dan masyarakat.

Kurun waktu tiga tahun sejak tahun 1998 membuat dinamika kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia cukup memprihatinkan. Dalam

kurun waktu tersebut, terjadi tiga kali pergantian kepemimpinan nasional yang

menggambarkan lembaga kepemimpinan nasional yang rapuh dan tatanan politik

yang belum mapan. Lembaga supra dan infra struktur politik masih mencari tatanan

politik yang tepat.

Reformasi yang bertujuan untuk menegakkan kehidupan yang demokratis dan

pemerintahan yang bersih dan baik, mendapat rintangan yang berat. Krisis ekonomi

yang belum teratasi menimbulkan dampak terhadap bidang lain yaitu instabilitas

Page 60: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

politik dan perekonomian nasional, serta gangguan keamanan yang cenderung

meningkat.

Sebagai ekses dari kekacauan politik dan keamanan, ekonomi Indonesia ikut

terpuruk dan sulit untuk bangkit. Terlebih sektor ekonomi yang pertama kali menjadi

penyakit krisis bangsa ini. Negara hampir gagal dalam upayanya memenuhi hak

rakyat berupa pemenuhan kebutuhan dasar (basic needs). Tidak bergeraknya sektor

riil ekonomi nasional berdampak pada gejolak di bidang sosial dan budaya.

Dengan demikan, dalam menyikapi kondisi ini pemerintahan Presiden

Megawati Sukarnoputri77

melakukan beberapa upaya perbaikan di dalam dan luar

negeri dengan melakukan peningkatan hubungan bilateral, regional maupun

multilateral di berbagai negara. Perbaikan sektor dalam negeri ditujukan pada upaya

pengembalian stabilitas keamanan nasional dari berbagai ancaman separatisme. Hal

ini diwujudkan dengan adanya kebijakan penerapan status darurat militer di Nanggroe

Aceh Darussalam yang belangsung selama satu tahun. Dalam status darurat militer

tersebut secara serentak dilancarkan operasi militer terbatas dan berbagai kegiatan

lainnya secara terpadu, yang bertujuan secepatnya memulihkan kehidupan

masyarakat, tegaknya hukum, berjalannya fungsi pemerintahan dan terjaminnya

keamanan.

Dalam upaya menanggulangi ancaman terorisme setelah tragedi serangan yang

terjadi di Indonesia, pemerintahan Megawati semakin mengintesifkan upaya-upaya

pencegahan terhadap aksi-aksi terorisme. Pada tataran politik luar negeri, Indonesia

semakin keras menyuarakan bahwa perang terhadap terorisme harus dilakukan

dengan membangun koalisi global yang komperhensif, dengan mekanisme PBB

77

Megawati Sukarnoputri menjadi Presiden Indonesia menggantikan posisi KH. Abdurahman

Wahid (Gus Dur) yang digulingkan melalui Sidang Istimewa MPR RI (Majelis Permusyawaratan

Rakyat) pada tahun 2001. Sebelumnya Megawati adalah Wakil Presiden dan juga menjabat sebagai

Ketua Umum PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) yang merupakan partai pemenang

Pemilu 1999.

Page 61: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

sebagai alat utama, yang melibatkan semua peradaban dan semua agama. Hal ini

didasari oleh pemikiran bahwa jaringan terorisme bersifat lintas negara dan hanya

dapat dikalahkan oleh jaringan kerjasama antar negara. Karena itu harus terus

dibangun kerjasama internasional, baik secara bilateral, regional dan global.

Keseriusan Indonesia dalam memberantas aksi terorisme ditandai dengan

keberhasilan aparat keamanan negara menangkap pelaku peledakan Bom Bali

Oktober 2002 sekaligus membongkar jaringannya. Hal ini sekaligus menjawab

keseriusan Indonesia dalam usaha memberantas terorisme. Dengan keberhasilan ini

mampu mendorong penguatan bargaining position Indonesia dalam konstelasi politik

internasional. Proses pengembalian kepercayaan dunia internasional merupakan salah

satu pijakan untuk memulihkan citra negara. Sejak saat itu, Indonesia terus

membangun kemampuan mengatasi ancaman dan bahaya terorisme, dengan

memanfaatkan berbagai forum kerja sama bilateral, regional dan global.

Jauh sebelum Indonesia menjabat Ketua Standing Committee ASEAN pada

tahun 2003, Indonesia telah melakukan diplomasi pro-aktif dalam bidang politik dan

keamanan. Beberapa di antaranya seperti mendukung upaya ASEAN dalam

mengantisipasi ancaman terorisme melalui langkah regional bersama, jauh sebelum

serangan terorisme menghantam dunia melalui Tragedi WTC 11 September 2001,

tragedi Bom Bali Oktober 2002 maupun peledakkan Bom Marriott Agustus 2003.

Beberapa langkah politik Indonesia tersebut adalah: (1) ASEAN Declaration on

Transnational Crime 1997, (2) Hanoi Plan of Action yang ditetapkan pada KTT

ASEAN di Hanoi, Vietnam 1998, dan (3) ASEAN Plan of Action to Combat

Transnational Crime 1999. 78

78

Moenir Ari Soenanda, “Kepentingan Nasional Indonesia di Dunia Internasional”.

Page 62: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

Maka sejak tahun 2001, Indonesia turut mendorong deklarasi ASEAN untuk

memerangi terorisme ”ASEAN Declaration on Join Action to Counter Terrorism”

yang dihasilkan pada KTT ASEAN ke-VII di Brunei Darussalam pada November

2001. Selain itu terdapat beberapa upaya pendekatan kerja sama regional yang

dilakukan Indonesia untuk semakin meyakinkan keseriusan Indonesia mengembalikan

stabilitas politik dan keamanan yang pada akhirnya akan melahirkan pertumbuhan dan

perkembangan ekonomi yang semakin membaik.

Selain fokus pada masalah politik dan keamanan, upaya mengembalikan citra negara

juga dilakukan dengan turut serta dalam berbagai kerja sama internasional di bidang

ekonomi dan sosial budaya. Beberapa isu yang menjadi pembahasan Indonesia juga

adalah pemberantasan kemiskinan, pelestarian lingkungan hidup, pemberantasan

obat-obat terlarang, kejahatan lintas negara, serta penanganan beberapa virus penyakit

seperti HIV/AIDS dan SARS.

Perkembangan positif yang ditunjukkan Indonesia dengan diplomasi pro-aktifnya

dalam berbagai forum dialog dan kerjasama internasional turut mendorong

tumbuhnya semangat kebersamaan dan kepercayaan sesama anggota ASEAN.

Indikasinya tampak dalam pertemuan tahunan para Menlu ASEAN di Phnom Penh,

Kamboja pada bulan Juli 2003, yang menunjukkan gejala positif dengan pembahasan

bersama atas beberapa persoalan sensitif dalam negeri negara anggota.

Indonesia, pada pertemuan tersebut turut menyampaikan informasi seputar persoalan

Aceh dan kebijakan darurat militernya. Hal ini menghasilkan kepercayaan terhadap

Indonesia serta komitmen negara lain untuk mendukung integrasi nasional. Demikian

pula dengan Myanmar yang turut menyampaikan informasi seputar upaya

rekonsilisasi nasional, terutama seputar nasib Aung San Suu Kyi yang telah menjadi

isu politik internasional. Beberapa kemajuan ini menunjukkan perkembangan ASEAN

Page 63: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

yang mengarah pada proses menuju integrasi regional. Terlebih selama ini negara-

negara anggota memilih untuk bungkam terhadap isu-isu domestiknya.

Dengan berbagai pertimbangan serta di latar belakangi oleh berbagai upaya

Indonesia untuk memulihkan citranya maka pada KTT ASEAN ke-IX di Bali pada

2003, Indonesia mendorong dibentuknya suatu ASEAN Community dengan pilar

utamanya ASEAN Security Community sebagai bagian dari strategi dan kepentingan

nasional untuk menciptakan kestabilan kawasan ASEAN. Hal ini secara langsung

berdampak pada pemulihan citra Indonesia di mata dunia internasional, khususnya

kawasan Asia Tenggara. Dengan demikian, sesungguhnya Indonesia telah mendorong

upaya ASEAN menuju perdamaian, kestabilan disegala bidang dan kemakmuran

sehingga negara anggota ASEAN dapat mewujudkan kawasan yang aman, stabil dan

makmur.

B. Peranan Indonesia

Gencarnya isu terorisme dan separatisme membawa persoalan yang rumit bagi

Indonesia. Misalnya, perang terorisme di satu sisi mengharuskan Indonesia untuk

membuka diri dalam kerjasama internasional. Di sisi lain, peristiwa ini menjadi isu

besar mengenai perlindungan terhadap kebebasan sipil di tengah proses

demokratisasi, seiring dengan meningkatnya kekhawatiran bahwa negara akan

mendapatkan momentum untuk mengembalikan prinsip security approach di dalam

negeri.79

Terlebih, fakta yang tersaji di depan mata pada saat hampir bersamaan,

pemerintah Malaysia dan Singapura memilih memberlakukan Undang-Undang ISA

(Internal Security Act) yang sangat represif sebagai jalan untuk memerangi terorisme.

79

Philips. J Vermonte, Demokratisasi dan Politik Luar Negeri Indonesia: Membangun Citra

Diri, dalam Bantarto Bandoro, ed., Mencari Desain Baru Politik Luar Negeri Indonesia, (Jakarta:

CSIS, 2005), h. 36.

Page 64: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

Hal ini yang kemudian menjadikan komunitas civil society di Indonesia menjadi

khawatir terhadap kemungkinan langkah politik domestik yang akan diambil

pemerintahan Megawati.

Namun demikian, kondisi tersebut menjadi suatu motivasi politik yang dikedepankan

pemerintahan Megawati untuk menstabilkan politik dalam negeri. Ditambah dengan

upaya serius dari pemerintah dalam upaya memberantas terorisme yang pada akhirnya

menumbuhkan stabilitas nasional dan kepercayaan dari dunia internasional. Upaya

Indonesia untuk bangkit dari “serangan” terorisme tersebut menghasilkan sebuah

apresiasi positif, sehingga hal ini diyakini menjadi modal penting dalam penguatan

basis politik luar negeri Indonesia. Hal tersebut dicanangkan sebagai pra-kondisi yang

akan menunjang kebangkitan politik luar negeri Indonesia, khususnya cita-cita untuk

mengembalikan peran kepemimpinan Indonesia di ASEAN. Karenanya, pada saat itu,

Megawati memberikan porsi yang besar bagi Departemen Luar Negeri (Deplu) untuk

merancang langkah strategis untuk mewujudkan hal tersebut.

Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa diplomasi Indonesia kembali

menjadi aktif pada masa pemerintahan Megawati. Dalam pengertian bahwa

pelaksanaan diplomasi di masa Megawati kembali ditopang oleh struktur yang

memadai dan substansi yang cukup. Deplu kemudian melakukan restrukturisasi yang

ditujukan untuk mendekatkan faktor internasional dan faktor domestik dalam

mengelola diplomasi. Artinya, Deplu memahami bahwa diplomasi tidak lagi hanya

dipahami dalam kerangka meemproyeksikan kepentingan nasional Indonesia keluar,

tetapi juga kemampuan untuk mengkomunikasikan perkembangan dunia luar ke

dalam negeri.80

80

Ibid., h. 36.

Page 65: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

Arah dan substansi politik luar negeri negara manapun pada akhirnya akan

sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh perubahan-perubahan yang terjadi di dalam

maupun di luar negeri. Indonesia tidak dapat menghindar dari keharusan menghadapi

perubahan-perubahan tersebut. Konsekuensi dari perubahan–perubahan tersebut

adalah upaya merestrukturisasi politik luar negeri Indonesia. Sejak Januari 2002,

Deplu menunjukkan komitmennya untuk membangun struktur kebijakan dan birokrasi

baru. Tujuan restrukturusasi ini adalah untuk melibatkan seluruh sektor masyarakat

Indonesia dalam profil diplomatik Indonesia.81

Proses pembenahan yang dilakukan Deplu ini merupakan bagian dari sikap

responsif terhadap situasi politik dunia internasional yang berubah dengan cepat dan

sangat dinamis. Karenanya, keputusan yang diambil pemerintahan Megawati dinilai

sangat tepat dalam upaya untuk membangun pola dan perspektif baru politik luar

negeri Indonesia.

Perkembangan kondisi domestik Indonesia yang semakin menunjukkan gejala

perbaikan merupakan momentum awal bagi penguatan peran politik luar negeri

Indonesia. Ketika hal ini telah dirasa cukup kuat, maka Indonesia beranggapan bahwa

prakondisi politik domestik telah cukup kuat untuk menopang kebijakan politik luar

negeri Indonesia yang akan memfokuskan kepada ASEAN. Sebagaimana telah

dikemukakan di atas bahwa Indonesia bertujuan mengembalikan peran kepemimpinan

regional ASEAN yang sejak krisis tahun 1998 lepas dari Indonesia.

Dalam lingkup ASEAN, Indonesia mendapatkan momentum penting dalam

upayanya memainkan peranan penting dalam kancah politik luar negeri, yakni posisi

81

Bantarto Bandoro, The Hassan Initiative dan Desain Baru Politik Luar Negeri Indonesia,

dalam Bantarto Bandoro, ed., Mencari Desain Baru Politik Luar Negeri Indonesia, (Jakarta: CSIS,

2005), h. 44.

Page 66: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

Indonesia sebagai Ketua Standing Committee ASEAN pada periode Juli 2003 sampai

dengan Juli 2004. Sebagai bagian dari strategi politik luar negeri Indonesia, peran

kepemimpinan Indonesia yang secara tradisional telah diakui sebagai natural leader

dari ASEAN mendapatkan legitimasi kelembagaan. Dengan demikian upaya Inonesia

untuk memberikan sebuah dorongan besar untuk kemajuan ASEAN mendapatkan

situasi, kondisi dan momentum yang ideal.

Berdasarkan hal tersebut, Indonesia yang telah lama concern pada upaya

mewujudkan sebuah kerangka kerjasama yang lebih luas dalam bidang politik dan

keamanan sebagai upaya menuju integrasi ASEAN, menggulirkan sebuah proposal

pembentukkan ASEAN Security Community sebagai pelengkap dari kerjasama

ekonomi ASEAN yang selama ini telah berjalan. Proses membangun keseimbangan

antara bidang ekonomi dengan politik dan keamanan ini merupakan proyek besar

Indonesia untuk menjadikan ASEAN lebih “bergigi”. Hal ini dikarenakan wilayah

politik dan keamanan merupakan sektor yang sangat sensitif dan paling dihindari

selama ini oleh negara anggota ASEAN.

Dalam konteks kepentingan nasional, Indonesia berpandangan bahwa

stabilitas kawasan merupakan pagar utama dalam mewujudkan stabilitas nasional.

Fakta bahwa serangan terorisme dan jaringannya yang telah menggurita dan bersifat

transnasional, khususnya di Asia Tenggara menyadarkan Indonesia untuk

memperkuat pertahanan kawasan sebagai bagian pertahanan nasional. Selain itu,

Indonesia juga termotivasi untuk menghasilkan sebuah lompatan besar bagi ASEAN

yang akan dihasilkan di Bali, yang merupakan tempat penyelenggaraan KTT ASEAN

ke IX pada 7-8 Oktober 2003.

Berdasarkan kajian tersebut, maka Indonesia meluncurkan gagasan

pembentukan ASC sebagai proyek besar yang akan dibawa pada KTT ASEAN ke IX

Page 67: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

di Bali. ASC adalah sebuah konsep komunitas yang menempatkan diplomasi sebagai

first-liner pertahanan negara di masa damai. ASC yang digagas Indonesia tersebut

bertujuan membentuk sebuah masyarakat Asia tenggara yang bersepakat untuk

menjauhi penggunanan kekerasan atau instrumen militer dalam menyelesaikan

konflik.82

ASC juga dimaksudkan untuk mewujudkan Visi ASEAN 2020, -yang

dilahirkan pada KTT ASEAN tahun 1997, di mana dimaksudkan untuk

mengintegrasikan ASEAN.

Sebagai sebuah proyek dan gagasan besar, maka proposal ASC ini kemudian

dibawa oleh para diplomat Indonesia dalam bagian proses diplomasi dengan negara

anggota ASEAN yang lain. Dengan status sebagai Ketua ASEAN Standing

Committee, Indonesia mendapat keleluasaan untuk mengupayakan hal tersebut.

Proposal ASC Indonesia ini kemudian mendapatkan respon positif serta bergulir

menjadi konsep Bali Concord II. Konsep ini sendiri mengacu pada Bali Concord I

yang telah dilahirkan pada KTT ASEAN di Bali tahun 1976. Dokumen utama dalam

draf Bali Concord II, akan berisi konsep AEC, ASCC dan konsep yang digagas

Indonesia, ASC. Hal ini membuktikan bahwa gagasan Indonesia menjadi multiplier

effect sehingga mencakup bidang ekonomi dan sosial budaya.

Konsep Bali Concord II sendiri sudah dirumuskan dan dibahas dalam berbagai

pertemuan informal SOM (Special Official Meeting), antara lain di Lombok dan

Jakarta pada September 2003, dan telah diputuskan pada pertemuan tingkat menteri

luar negeri di New York, 29 September 2003. Pada SOM informal terakhir yang

berlangsung 20-21 September di Jakarta,83 para wakil negara-negara ASEAN telah

menyepakati keseluruhan aspek utama yang akan dimasukkan dalam Bali Concord II

82

Philips. J Vermonte, Demokratisasi dan Politik Luar Negeri Indonesia: Membangun Citra

Diri, h. 38.

83

“Luncurkan Bali Concord II'', diakses pada tanggal 14 Februari 2008 dari

www.balipost.com/BaliPostcetak/2003/10/4/b20.htm

Page 68: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

diajukan untuk ditandatangani para pemimpin ASEAN dalam KTT pada 7-8 Oktober

2003. Pada tahap ini, sudah terlihat sebuah langkah maju dihasilkan oleh Indonesia

dalam upayanya mendorong gagasan ASC.

Kemudian, rangkaian persiapan KTT ASEAN IX dimulai pada Jumat, 3

Oktober 2003 dengan dilakukannya pertemuan tingkat pejabat tinggi untuk

menyiapkan dokumen-dokumen yang akan dihasilkan dalam pertemuan para kepala

negara atau pemerintahan ASEAN pada 7-8 Oktober 2003. Pertemuan para pejabat

ASEAN setingkat dirjen itu dipimpin oleh tuan rumah Dirjen Asia Pasifik dan Afrika

Deplu Indonesia Makarim Wibisono, dan akan berlangsung hingga Sabtu, 4 Oktober

2003.84 Lalu pertemuan tingkat Menlu negara-negara ASEAN tanggal 5-6 Oktober

2003 menyepakati direkomendasikannya Bali Concord II untuk disahkan pada

pertemuan pemimpin ASEAN pad 7-8 Oktober 2003. 85

Akhirnya, setelah melalui jalan panjang proses diplomasi dari satu forum ke

forum, pada tanggal 7 Oktober 2003 Bali Concord II, -yang menggariskan

pembentukkan ASEAN Community berdasarkan tiga pilarnya, yakni ASC, AEC dan

ASCC, di tanda tangani oleh para pemimpin negara/pemerintahan negara anggota

ASEAN. Presiden Megawati mengatakan, disahkannya deklarasi Bali Concord

II merupakan bagian dari pernyataan kembali ASEAN sebagai satu kelompok negara

di Asia Tenggara yang terkait dalam kemitraan, pembangunan dinamis, dan

masyarakat yang peduli.86

Pada saat itu pula disepakati untuk menyusun rencana aksi yang akan di

sepakati pada KTT ASEAN X di Vientiane, Laos, 2004 sebagai tindak lanjut dari Bali

84 Ibid,. 85

“RI akan Usulkan Pembentukan Komunitas Keamanan ASEAN”, diakses pada tanggal 14

Februari 2008 dari www2.kompas.com/utama/news/0308/27/021854.htm. 86 “Bali Concord II diTandatangani Siang Ini”, diakses pada tanggal 14 Februari 2008 dari

www2.kompas.com/utama/news/0308/27/021854.htm.

Page 69: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

Concord II. Konsep ASEAN Community ini kemudian didorong maju selangkah ke

depan dengan disetujuinya rencana-rencana aksi atau Plan of Actions (PoA). PoA

merupakan program jangka panjang untuk merealisasikan konsep ASEAN Community

ini dalam ketiga bidangnya.

Proses perumusan dan pembentukkan ASEAN Community dalam Bali Concord

II merupakan buah dari diplomasi intensif dan negosiasi serta lobi kuat yang

dilakukan oleh elemen Pemerintahan Indonesia dalam mendorong upaya ini. Pada

saat itulah Indonesia menunjukkan prestasi dengan menjadikan ASEAN dari suatu

organisasi yang bersifat loose menjadi suatu organisasi yang lebih mengikat

(community). Pada titik ini sebenarnya Indonesia telah menunjukkan dirinya sebagai

leader di dalam ASEAN. Dengan demikian, Indonesia telah berhasil mewujudkan

tujuan nasionalnya untuk mengembalikan status kepemimpinan ASEAN. Hal ini

kemudian berefek dengan mulai kembali pulihnya kepercayaan dunia internasional

terhadap Indonesia dan posisi pentinganya dalam kawasan Asia Tenggara.

C. Peluang dan Tantangan Bagi Indonesia.

1. Peluang

Sebagai negara utama yang mendorong pembentukan ASEAN Community,

Indonesia menempatkan peluang-peluang yang akan didapat pada komponen penting

implementasi kebijakannya. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari premis yang

menyebutkan kepentingan nasional di atas politik luar negeri sebuah negara.

Setidaknya, pemaparan kepentingan-kepentingan di atas telah memberikan gambaran

awal mengenai berbagai peluang potensial yang dapat diperoleh Indonesia. Namun

demikian, penulis melihat beberapa peluang potensial yang dapat dimanfaatkan

Indonesia dari pembentukkan ASEAN Community ini.

Page 70: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

Secara umum, peluang terbesar Indonesia adalah kembalinya pengakuan

sebagai regional power center di ASEAN. Peluang ini semakin besar jika mengacu

pada proses penyusunan Piagam ASEAN (ASEAN Charter) yang menempatkan

Indonesia sebagai negara perumus. Pada sisi lain, sebagai tuan rumah dari kantor

Sekretariat ASEAN, menjadikan Jakarta secara otomatis akan menjadi tempat

dilahirkannya keputusan-keputusan penting ASEAN, tak ubahnya dengan New York

sebagai kota tempat Sekretariat PBB berada. Imbas dari peluang besar ini adalah akan

menaikkan leverage (bobot) Indonesia di mata dunia. Secara tidak langsung pada

gilirannya nanti akan membuat Indonesia menjadi negara yang lebih disegani dan

dihormati dalam pergaulan intenasional.

Posisi ini menjadi penting sebagai jembatan utama bargaining position dalam

konstelasi politik, ekonomi dan sosial-budaya dalam interaksi internasional tingkat

regional dan dunia pada umumnya. Tetapi jika dipaparkan lebih rinci, peluang

Indonesia sangat besar dalam setiap elemen ASEAN Community ini, yakni ASC, AEC

dan ASCC.

Pertama, peluang Indonesia dalam ASC. Indonesia merupakan negara

pengusung gagasan ASC. Oleh karena itu, beberapa peluang potensial bagi Indonesia

adalah memperkuat sikap damai dari para negara anggota dan para mitra ASEAN. Ini

menjadi langkah utama dalam menerapkan kehidupan damai dan dialogis dalam

hubungan regional di ASEAN.

Selain itu, memperkuat sikap saling percaya dan yakin di antara negara

anggota. Mempromosikan perdamaian kawasan sebagai pilar stabilitas kawasan dan

stabilitas nasional. Kemudian, ASC ini menjadikan Indonesia dan negara anggota

lainnya lebih terikat pada penyelesaian konflik dengan dialog, pembangunan sikap

perdamaian dan penyelesaian konflik melalui mekanisme internal organisasi.

Page 71: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

Kesemua peluang tersebut, jika mampu dimanfaatkan secara maksimal oleh

Indonesia, maka peran Indonesia sebagai stabilitator dan dinamisator ASEAN mampu

meningkatkan prestise dan bargaining position Indonesia di ranah politik dan

keamanan internasional.

Kedua, peluang Indonesia dalam AEC. Secara ekonomi, ASEAN merupakan

pasar yang menjanjikan. Kawasan ASEAN dengan penduduk 540 juta jiwa dan GDP

723 miliar dollar AS punya potensi untuk menjadi sebuah komunitas yang lebih

terintegrasi.87

Hal ini ditambah lagi dengan fakta bahwa negara-negara di kawasan ini

menikmati pertumbuhan ekonomi yang pesat dan stabilitas keamanan yang relatif

baik. ASEAN akan menjadi pemain penting dalam ekonomi dan politik internasional.

Secara makro ekonomi, Indonesia mulai menunjukkan tren positif. Hal ini ditunjang

dengan stabilitas yang semakin membaik. Peluang potensial Indonesia terdapat dalam

memperbesar dan memudahkan akses ekonomi kepada pasar yang sangat beragam.

Memperkuat ketahanan ekonomi regional sebagai salah satu pilar pertahanan dari

kemungkinan serangan krisis ekonomi, kerjasama dalam pengentasan kemiskinan.

Memperkecil biaya perdagangan yang dapat mempermurah biaya produk Indonesia

ke pasar regional.

Pada sisi lain, Indonesia berpeluang untuk meningkatkan pasar investasi dan industri

pariwisata serta peningkatan daya saing industri nasional. Selain itu, kekayaan sumber

alam Indonesia yang tidak ada duanya di Asia Tenggara merupakan local-advantage

yang tetap menjadi peluang besar. Terakhir, jumlah penduduk terbesar yang dapat

menyediakan tenaga kerja murah dapat menguntungkan Indonesia.

Ketiga, peluang Indonesia dalam ASCC. Memperkuat kerjasama melalui

mekanisme kerja pemberantasan perdagangan manusia, perdagangan obat lintas

87

”ASEAN: Catatan dari Kuala Lumpur”, diakses tanggal 14 Februari 2008 dari

www.p2p-lipi.go.id/menu/issue.aspx?kdi=53.

Page 72: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

negara serta penanggulangan penyakit massal seperti HIV/AIDS dan flu burung.

Mempromosokan perlindungan sosial dan identitas budaya Indonesia ke negara lain.

Memperbesar ranah kerjasama people-to-people di antara negara anggota, seperti

cultural and education exchange.

2. Tantangan

Beberapa peluang bagi Indonesia memang terlihat menggiurkan. Namun

demikian, tantangan yang dihadapi Indonesia dalam implementasi ASEAN Community

ini jauh lebih besar. Sehingga harus segera diambil kebijakan strategis untuk

meminimalisir tantangan ataau hambatan ini serta mengubahnya menjadi peluang.

Dalam hemat penulis, tantangan utama bagi Indonesia dalam ASEAN

Community ini adalah implikasi akan penguatan kerjasama. Sebagai konsekuensi logis

dari pembentukkan ASEAN Community, negara anggota ASEAN akan semakin

memperkuat elemen-elemen kerjasama menuju proses integrasi sepenuhnya. Artinya,

penulis ingin menyampaikan bahwa harus segera ada perubahan paradigma dan sikap

dari seluruh komponen bangsa dalam menyikapi hal ini.

Beberapa tantangan bagi Indonesia yaitu: pertama, tantangan dalam aspek

politik. Indonesia harus melakukan perubahan mendasar dalam aspek legalitas hukum

nasional, institusi dan penyelarasan berbagai aturan dengan aturan-aturan dalam

kesepakatan pembentukkan ASEAN Community. Faktor-faktor inilah yang merupakan

tantangan terbesar. Pemerintah harus mampu meyakinkan kepada seluruh stakeholder

negara ini akan dampak positif dari ASEAN Community bagi Indonesia.

Pada sisi lain, ASEAN Community ini juga mengandung konsekuensi

penyerahan sebagian kedaulatan negara. Inilah elemen paling sensitif dalam proses

menuju integrasi penuh. Selain itu, kemampuan Indonesia untuk menjaga stabilitas

Page 73: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

politik domestik dengan penegakan proses demokratisasi yang konsisten merupakan

elemen lain dalam memenuhi ekspektasi negara anggota lain. Hal ini akan

berdampak pada keyakinan akan status Indonesia sebagai regional power center di

ASEAN.

Kedua, dari aspek ekonomi. Sekalipun pangsa ekspor Indonesia ke negara-

negara utama ASEAN (Malaysia, Singapura, Thailand, Pilipina) cukup besar yaitu

13.9% (2005) dari total ekspor. Namun terdapat dua permasalahan yang terletak pada

sektor daya saing ekonomi Indonesia jauh lebih rendah ketimbang Singapura,

Malaysia dan Thailand serta percepatan investasi di Indonesia tertinggal bila

dibanding dengan negara ASEAN lainnya.88 Hal ini merupakan fenomena sisa dari

krisis ekonomi 1997-1998 yang belum juga hilang dari negeri ini.

Dampak lainnya adalah rendahnya pertumbuhan investasi baru (khususnya

arus Foreign Direct Investment) atau semakin merosotnya kepercayaan dunia usaha,

yang pada gilirannya menghambat pertumbuhan ekonomi nasional. Faktor buruknya

infrastruktur ekonomi, instabilitas makro-ekonomi, ketidakpastian hukum dan

kebijakan, ekonomi biaya tinggi akibaat korupsi dan pungli menjadi beban tambahan.

Mengutip dari pendapat Noer Azam Achsani,89

menyatakan salah satu

indikator kekurangsiapan Indonesia terlihat dari efek pembangunan ekonomi paska-

krisis ekonomi tahun 1997-1998. Indonesia di sejajarkan dengan Filipina sebagai New

Industrialized Country (NIC). Akan tetapi keduanya terkena krisis berkepanjangan

sejak tahun 1997 dan sampai saat ini belum juga pulih. Kedua negara ini juga

88 Jhanghiz Syahrivar, “Towards ASEAN Community 2015”, diakses tanggal 11 Maret 2008

dari www.president.ac.id/.

89 Noer Azam Achsani, “Integrasi ASEAN+3: Antar Peluang dan Ancaman”, diakses pada

tanggal 11 Maret 2008 dari http://brighten.or.id.

Page 74: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

menghadapi masalah ekonomi yang sangat besar, yang ditandai dengan tingginya

tingkat kemiskinan dan pengangguran serta kurangnya infrastruktur.

Beberapa faktor di atas membuat posisi Indonesia berada di bawah negara

“unggulan” ASEAN seperti Singapura, Thailand, Malaysia dan Vietnam sekalipun.

Dengan demikian, Indonesia tidak bisa menunda lagi untuk segera berbenah diri, agar

tidak menjadi pelengkap di ASEAN Community tahun 2015.

Terakhir, dalam aspek sosial budaya. Tantangan bagi Indonesia adalah

menjadikan ASEAN Community sebagai mainstream and common issue bagi

masyarakatnya. Hal ini sangat penting jika mengingat bahwa ASEAN baru menjadi

isu bagi sekelompok masyarakat saja. Terlebih, proses menuju integrasi penuh

merupakan proses yang panjang. Dalam konteks ini, integrasi sosial sangat sulit

dibangun pada masyarakat plural, jika tidak didukung oleh gerakan sosial dan derajat

interaksi yang signifikan.

Indonesia harus mampu membangun sebuah masyarakat terbuka, ramah dan

kompetitif. Hal ini penting untuk menopang implementasi ASEAN Community yang

menjadikan ASEAN sebagai sebuah komunitas. Masyarakat Indonesia harus siap

berinteaksi penuh dengan warga masyarakat dari negara anggota ASEAN lainnya

dalam berbagai bidang. Sampai saat ini, belum terlihat adanya upaya ke arah itu.

Beberapa langkah yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia masih bersifat simbolik,

sehingga kita patut khawatir bahwa toleransi dan solidaritas Indonesia bagi ASEAN

itu hanya menjadi wacana dan diskusi saja, tetapi tidak mengakar dalam struktur

sosial.

Oleh karena itu, diperlukan komitmen lebih besar dan kuat dari pemerintah

Indonesia untuk mendorong penyelesaian berbagai permasalahan yang masih ada di

internal maupun yang terkait dengan negara anggota ASEAN lainnya. Dengan

Page 75: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

demikian, proses pembangunan ASEAN Community semakin mudah mengingat waktu

tujuh tahun ke depan merupakan pertaruhan besar bagi Indonesia dan ASEAN.

Hendaknya sisa waktu yang tidak lama itu bisa dimanfaatkan secara maksimal dan

efektif untuk membenahi segala sesuatu yang diperlukan agar Indonesia betul-betul

menjadi lebih siap dan tidak kedodoran menyambut pembentukan dan implementasi

ASEAN Community tahun 2015.

Page 76: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan analisis tentang politik luar negeri Indonesia

terhadap ASEAN dalam proses pembentukan ASEAN Community, maka penulis

menyimpulkan:

1. Politik luar negeri Indonesia terhadap ASEAN menempati posisi penting dan

merupakan lingkaran kosentris pertama dalam hubungan internasional.

Sebagai soko guru politik luar negeri, Indonesia merupakan pendiri sekaligus

regional power center di ASEAN selama era kepemimpinan Soeharto.

Pembentukan ASEAN Community merupakan salah satu peran penting

kepeloporan Indonesia di ASEAN.

2. ASEAN Community adalah produk dari ASEAN yang terdapat dalam Bali

Concord II dan pembentukannya disepakati pada KTT ASEAN IX di Bali,

Indonesia tahun 2003. ASEAN Community dimaksudkan sebagai proses

institusional menuju integrasi penuh negara-negara ASEAN pada tahun 2015

di bidang politik, keamanan, ekonomi dan sosial budaya. ASEAN Community

terdiri atas tiga pilar, yaitu; ASEAN Security Community (ASC), ASEAN

Economic Community (AEC), dan ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC).

3. Politik luar negeri Indonesia dalam proses pembentukan ASEAN Community

adalah titik tolak kebangkitan Indonesia di ASEAN. Peran Indonesia dalam

pembentukkan ASEAN Community di latar belakangi kepentingan untuk

mengembalikan citra positif, stabilitas politik dan keamanan demi perbaikan

ekonomi nasional serta meraih kembali status regional power center di

Page 77: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

ASEAN. Indonesia merupakan pelopor konsep ASC yang berkembang

menjadi ASEAN Community.

B. Saran

1. Indonesia hendaknya tetap berperan dalam upaya mengawal proses

implementasi ASEAN Community ini. Selain itu, pemerintah harus segera

menyiapkan kebijakan politik, perangkat-perangkat aturan dan produk hukum

nasional yang mengatur langkah-langkah strategis untuk

mengimplementasikan ASEAN Community. Tindakan ini demi menyelaraskan

perangkat aturan dan kepentingan nasional dengan segala ketentuan dalam

ASEAN Community.

2. Hendaknya Indonesia mengambil kebijakan ekonomi strategis yang

difokuskan pada upaya-upaya; stabilisasi moneter, pertumbuhan ekonomi,

skill dan kompetensi tenaga kerja serta peningkatan kualitas industri nasional

beserta produk-produknya. Semua ini diperlukan agar Indonesia mampu

menjadi pemimpin pasar dan tidak hanya menjadi penonton dalam era ASEAN

Community nanti.

3. Pemerintah Indonesia harus menerapkan strategi kampanye nasional yang

bertujuan untuk “membumikan” dan memasyarakatkan konsep ASEAN

Community ini kepada seluruh komponen stakeholder negara dan civil society.

Sehingga ASEAN Community tidak lagi menjadi isu elitis, akan tetapi mampu

menjadi isu bersama bagi seluruh masyarakat.

Page 78: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

DAFTAR PUSTAKA

Achsani, Noer Azam, “Integrasi ASEAN+3: Antar Peluang dan Ancaman”, diakses

pada tanggal 11 Maret 2008 dari http://brighten.or.id.

Bandoro, Bantarto, The Hassan Initiative dan Desain Baru Politik Luar Negeri

Indonesia, dalam Bandoro, Bantarto, ed., Mencari Desain Baru Politik Luar

Negeri Indonesia, Jakarta: CSIS, 2005

Coulombis, Theodore A. dan Wolfe, James H., Pengantar Hubungan Internasional;

Keadilan dan Power, terj.Mercedes Marbun, Bandung: Abardin, 1990

Dahlan, Ahmad, “Kepemimpinan Indonesia di ASEAN”, diakses pada tanggal 11

Maret 2008 dari http://www.suaramerdeka.com/harian/0710/24/opi04.htm.

Dam, Sjamsumar dan Riswandi, Kerja Sama ASEAN, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1995

Djani, Dian Triansyah, “The Future of ASEAN Regional Cooperation After the 40th

Anniversary”, dalam Seminar ASEAN Charter: The Future of ASEAN ?,

Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, tanggal 3 September 2007 di Wisma

Syahida, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Holsti, K.J., Politik Internasional: Kerangka Analisa,, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,

1987

Kawilarang, Harry, Dunia di Tengah Kemelut; Bunga Rampai Masalah Internasional

1983-1984, Jakarta: UI Press, 1984

Keliat, Makmur, “Pembangunan Komunitas ASEAN”, diakses pada tanggal 14

Februari 2008 dari www.kompas.com/kompas-

cetak/0412/01/opini/1407756.htm.

Page 79: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

Kusumatmadja, Muchtar, Politik Luar Negeri Indonesia dan Pelaksanaannya Dewasa

ini, Bandung: Alumni, 1983

Luhulima, C.P.F., ASEAN Menuju Postur Baru, Jakarta: CSIS, 1997

Luhulima, James, Asia Tenggara dan Negara Luar Kawasan yang

Mempengaruhinya: Pendekatan Politik dan Keamanan, Jakarta: Kompas-

Grasindo, 1998

Luhulima,C. P. F., “Regionalisme dan Politik Luar Negeri Indonesia”, diakses pada

tanggal 22 Februari 2008 dari www.csis.com.

Mingst, Karen, Essentials of International Relations, New York: W.W. Norton &

Company, 1999

Morgenthau, Hans J., Politics Among Nations: Struggle For Power and Peace,

second edition, New York: Alfred A. Knopf, 1956

Morgenthau, Hans. J, Politik Antar-Bangsa, terj. S. Maimoen, Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 1990

Nasution, Dahlan, Perang Atau Damai Dalam Wawasan Politik Internasional,

Bandung: Remaja Karya, 1981

Papp, Daniel S., Contemporary International Relations: Frameworks for

Understanding, Boston: Allyn & Bacon, 1997

Perwita, A.A. Banyu dan Yani, Yanyan M., Pengantar Hubungan Internasional,

Bandung: Rosda Karya, 2005

Page 80: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

Plano, Jack C. dan Olton, Roy, Kamus Hubungan Internasional, Bandung: Abardin,

1999

Pusphanathan, S, “The Establishment of ASEAN Community for the Future of

ASEAN”, dalam Seminar ASEAN Charter: The Future of ASEAN ?, Fakultas

Ekonomi dan Ilmu Sosial, tanggal 3 September 2007 di Wisma Syahida, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

RI, Tim Dephan, “Buku Putih Departemen Pertahanan Republik Indonesia”, diakses

pada tanggal 16 Februari 2008 dari http://www.dephan.go.id/ buku_putih/bab_iv.htm

Roy, S.L., Diplomasi, Jakarta: Rajawali Press, 1991

Sabir, M., Politik Bebas Aktif, Jakarta: CV. Haji Mas Agung, 1987

Sardar, Zainudin, dkk, Perkembangan Studi Hubungan Internasional dan Tantangan

Masa Depan, Jakarta: Pustaka Jaya, 1996

Soenada, Moenir Ari, “Kebijakan Luar Negeri dan Strategi Indonesia di Kawasan

Asia Pasifik”, diakses pada tanggal 9 Desember 2007 dari www.deplu.go.id.

Soenada, Moenir Ari, “Kepentingan Nasional Indonesia di Dunia Internasional”,

diakses pada tanggal 9 Desember 2007 dari www.deplu.go.id.

Syahrivar, Jhanghiz, “Towards ASEAN Community 2015”, diakses tanggal 11 Maret

2008 dari www.president.ac.id/.

UUD 1945, P-4 dan GBHN, Jakarta: Depdiknas, 1997.

Page 81: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …

Vermonte, Philips. J, Demokratisasi dan Politik Luar Negeri Indonesia: Membangun

Citra Diri, dalam Bandoro, Bantarto, ed., Mencari Desain Baru Politik Luar

Negeri Indonesia, Jakarta: CSIS, 2005

“ASEAN”, diakses pada tanggal 14 Februari 2008 dari www.country-

studies.com/indonesia/asean.html

“ASEAN’s Collective Leadership,” The Jakarta Post, 1 Oktober 2003

”ASEAN: Catatan dari Kuala Lumpur”, diakses tanggal 14 Februari 2008 dari

www.p2p-lipi.go.id/menu/issue.aspx?kdi=53.

“Bali Concord II Ditandatangani Siang Ini”, diakses pada tanggal 14 Februari 2008

dari www.kompas.com/utama/news/0308/27/021854.htm.

“Declaration of Bali Concord II”, diakses pada tanggal 14 Februari 2008 dari www.aseansec.org

“Dulu, ASEAN Pernah Berjaya”, Republika, 22 November 2007

“Luncurkan Bali Concord II'', diakses pada tanggal 14 Februari 2008 dari

www.balipost.com/BaliPostcetak/2003/10/4/b20.htm.

“RI akan Usulkan Pembentukan Komunitas Keamanan ASEAN”, diakses pada

tanggal 14 Februari 2008 dari www.kompas.com/utama/news/ 0308/27/

021854.htm.

“Peringatan untuk KTT ke-9 ASEAN di Bali,” Kompas, 5 Oktober 2003

“Tujuan Politik Luar Negeri Indonesia”, diakses pada tangggal 9 Desember 2007 dari www.deplu.go.id,.

“40 Tahun ASEAN, Komunitas Harus Jadi Kepentingan Indonesia”, diakses pada

tanggal 14 Februari 2008 dari www.indonesiaseoul.org/

indonesia/rubrik/view.php?kat=7&id=66

Page 82: POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP ASEAN Studi …