ekonomi politik dan hubungan luar negeri

18
8 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Harus diakui bahwa negeri ini sedang dihadapkan pada situasi yang sulit, dimana berbagai persoalan seakan tak pernah terpecahkan, terutama untuk menentukan nasib bangsa beberapa waktu ke depan. Salah satu persoalan yang dimaksud adalah ketergantungan Indonesia terhadap utang luar negeri beberapa pihak menyebutnya bantuan luar negeri yang telah terjadi sejak awal bangsa ini merdeka. Secara historis dapat diketahui bahwa Indonesia “terpaksa” terlibat dalam pusaran utang luar negeri berawal dari Konferensi Meja Bundar (KMB) yang diadakan di Den Haag, Kerajaan Belanda pada bulan November 1949, ketika itu utang Pemerintah Hindia-Belanda diambilalih oleh Pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS). Sejarah mencatat pula, setelah Pemerintah RIS menyepakati pengambilalihan utang tersebut, kedaulatan Indonesia diakui secara resmi oleh Kerajaan Belanda pada tanggal 27 Desember 1949. Setali tiga uang, Kerajaan Belanda melalui kepanjangan tangannya, Pemerintah Hindia-Belanda berhasil menjerat Indonesia dibawah “ketiak” imperialisme modern. Alih-alih mengakui kedaulatan negara, Kerajaan Belanda dan para kroninya ingin tetap

Upload: rio-dery

Post on 24-Dec-2015

37 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

ekonomi politik dan hubungan luar neger

TRANSCRIPT

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Harus diakui bahwa negeri ini sedang dihadapkan pada situasi yang sulit, dimana

berbagai persoalan seakan tak pernah terpecahkan, terutama untuk menentukan nasib

bangsa beberapa waktu ke depan. Salah satu persoalan yang dimaksud adalah

ketergantungan Indonesia terhadap utang luar negeri beberapa pihak menyebutnya bantuan

luar negeri yang telah terjadi sejak awal bangsa ini merdeka.

Secara historis dapat diketahui bahwa Indonesia “terpaksa” terlibat dalam pusaran

utang luar negeri berawal dari Konferensi Meja Bundar (KMB) yang diadakan di Den

Haag, Kerajaan Belanda pada bulan November 1949, ketika itu utang Pemerintah Hindia-

Belanda diambilalih oleh Pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS). Sejarah mencatat

pula, setelah Pemerintah RIS menyepakati pengambilalihan utang tersebut, kedaulatan

Indonesia diakui secara resmi oleh Kerajaan Belanda pada tanggal 27 Desember 1949.

Setali tiga uang, Kerajaan Belanda melalui kepanjangan tangannya, Pemerintah Hindia-

Belanda berhasil menjerat Indonesia dibawah “ketiak” imperialisme modern. Alih-alih

mengakui kedaulatan negara, Kerajaan Belanda dan para kroninya ingin tetap

menginjakkan kaki mereka di tanah surga bernama Indonesia dengan memaksa

meninggalkan utang di tanah ini.

Kendati demikian, Indonesia terlihat tidak mau ambil pusing memikirkan “warisan”

utang yang ditinggalkan Pemerintah kolonial. Satu hal yang mendasar bagi pemimpin

bangsa waktu itu, Presiden Sukarno, adalah membangun kesejahteraan bagi seluruh rakyat

Indonesia dengan menciptakan ketahanan di pelbagai bidang, terutama di bidang ekonomi

guna melunasi utang-utang yang telah diwariskan. Namun, sejarah mengatakan sebaliknya,

Indonesia mengalami permasalahan-permasalahan yang krusial, mulai dari ancaman

disintegrasi hingga puncaknya pada akhir tahun 1965, ekonomi Indonesia mengalami

“masa-masa kelam” terpahit sepanjang sejarah, yang dapat dipastikan sejajar dengan

negara-negara ketiga di sub-sahara Afrika.

1

Peristiwa ini yang menyebabkan rezim Orde Lama diakhir hegemoninya, meninggalkan

utang luar negeri yang begitu membengkak dan keadaan negara yang kacau.

2. Rumusan Masalah

1. Apa itu ekonomi politik?

2. Apakah perekonomian di Indonesia bergantung pada politik?

3. Bagaimanakah dampak (positif maupun negatif) utang luar negeri terhadap proses

pembangunan di Indonesia?

4. Bagaimana pengaruh utang luar negeri terhadap kemandirian nasional dan

kedaulatan negara?

2

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Ekonomi Politik

Ekonomi dan politik berasal dari bahasa Yunani. Ekonomi berasal dari kata "oikos"

yang berarti aturan dan "nomos" yang berarti rumah tangga. Sedangkan politik berasal dari

kata "polis” yang berarti  negara atau kota. Berdasarkan maknanya yang secara empiris

tidaklah sama, namun dalam perkembangan dunia kedua kata tersebut menjadi hal yang

berkaitan dan saling mempengaruhi. Tindakan politik tidak terbebas dari kepentingan

ekonomi dan sebuah kebijakan ekonomi tidak terlepas pula dari kepentingan politik.

Dengan demikian ekonomi politik dimaksudkan untuk mengungkapkan kondisi di mana

produksi atau konsumsi diselenggarakan negara-negara.

B. Ekonomi Politik Menurut Ahli 

Definisi ekonomi polotik menurut Balaam merupakan disiplin intelektual yang

mengkaji hubungan antara ekonomi dan politik. Menurut P. Todaro, ekonomi politik

membahas hubungan politik dan ekonomi dengan tekanan pada peran kekuasaan dalam

pengambilan keputusan ekonomi. Pakar lainnya menggunakan istilah ekonomi politik

untuk merujuk pada masalah yang dihasilkan oleh interaksi kegiatan ekonomi dan politik.

Dengan demikian ekonomi politik menjelaskan dan mengungkapkan hukum-hukum

produksi kekayaan di tingkat negara dunia

C. Ekonomi Politik Secara Umum

Biasanya ketika berbicara atau membahas ekonomi maka ingatan akan langsung

tertuju pada kata yang tidak lepas dari unsur produksi, komsumsi, distribusi, investasi,

ekspor dan impor dan sebagainya yang tentu berbeda ketika membahas politik, istilah kata

yang akan ditemukan seperti negara, ideologi, kelompok, pemerintah dan sebagainya.

Kemudian seiring dengan perkembangan dunia, kajian mengenai ekonomi politik pun

semakin luas. Dengan sengaja atau tidak kedua kata yang secara empiris maupun istilah

3

berbeda tersebut, dipadu-padankan menjadi satu kalimat "ekonomi politik". Sehingga dari

kata tersebut muncul kajian baru yang berkaitan dengan kegiatan maupun keputusan yang

dilakukan pemerintah dalam rangka memenuhi kebutuhan dan kepentingan  masayarakat

atau rakyannya sesuai dengan tujuan dan ideologi negara yang bersangkutan.

D. Pengertian Utang Luar Negeri

Utang luar negeri didefiniskan sebagai setiap penerimaan negara baik dalam bentuk

devisa dan/atau devisa yang dirupiahkan, rupiah, maupun dalam bentuk barang dan/atau

jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan

persyaratan tertentu. (Badan Pemeriksa Keuangan, 2013). Pinjaman dapat berbentuk

pinjaman program 2] dan/atau pinjaman proyek 3], yang terdiri dari pinjaman lunak, fasilitas

kredit ekspor, pinjaman komersial, dan pinjaman campuran.

Pinjaman Lunak adalah pinjaman yang berasal dari suatu negara atau lembaga

multilateral, yang ditujukan untuk pembangunan ekonomi atau untuk peningkatan

kesejahteraan sosial bagi negara penerima dan memiliki komponen hibah minimal 35 %.

contohnya pinjaman dari Prancis untuk membiayai pelbagai program penanganan

perubahan iklim atau baru-baru ini tawaran pinjaman keuangan dari Jerman untuk proyek

proyek bidang transportasi, infrastruktur termasuk juga pengembangan geothermal.

Fasilitas Kredit Ekspor adalah pinjaman komersial yang diberikan oleh lembaga keuangan

atau lembaga non-keuangan di negara pengekspor yang dijamin oleh lembaga penjamin

kredit ekspor. Contohnya fasilitas ini diberikan untuk UKM pada sektor furniture, pangan

dan perikanan. Pinjaman Komersial adalah pinjaman luar negeri Pemerintah yang

diperoleh dengan persyaratan yang berlaku di pasar dan tanpa adanya penjaminan dari

lembaga penjamin kredit ekspor. Pinjaman Campuran adalah kombinasi antara dua unsur

atau lebih yang terdiri dari hibah, pinjaman lunak, fasilitas kredit ekspor, dan pinjaman

komersial.

Semua bentuk dan jenis pinjaman luar negeri ini diterima dari negara asing,

lembaga multilateral, lembaga keuangan dan lembaga non keuangan asing, dan lembaga

keuangan non asing, yang berdomisili dan melaksanakan kegiatan usaha diluar wilayah

negara RI.

4

E. Utang Luar Negeri di Negara Berkembang

Sekian waktu lamanya pendapat bahwa sumber pembiayaan yang berasal dari luar

negeri menjadi sebuah alternatif yang paling tepat untuk membiayai kekurangan modal

pembangunan di dalam negeri, sekaligus menjadi alasan fundamental para pengambil

kebijakan di negara berkembang untuk memperoleh dana bantuan yang dimaksud. Hal ini

menjadi argumen yang kuat pula bahwa pemberian pembiayaan luar negeri tidak semata-

mata karena alasan pembangunan ekonomi, tetapi lebih dari itu merupakan upaya

mengeratkan hubungan politik antara negara pemberi bantuan (kreditur) terhadap negara

peminjam (debitur), serta untuk membendung pengaruh ideologi —yang bersebrangan

dengan ideologi negara kreditur—terhadap negara debitur. (Pasaribu, 2013)

Pengaruh ideologi ini sangat gencar dilakukan oleh Amerika Serikat. Salah satu yang

terkenal adalah program Marshall Plan, sebuah paket bantuan ekonomi bagi negara-negara

yang dilanda krisis pasca Perang Dunia ke-II. Kebijakan bantuan ini diluncurkan pada awal

tahun 1950-an untuk membendung pengaruh Soviet dengan ideologi komunisnya terhadap

negara-negara yang dibantu oleh Amerika Serikat.

Meskipun ada ancaman dalam hal terjadinya kemacetan pengembalian pinjaman,

pada kenyataannya arus dana pinjaman tersebut terus saja mengalir ke negara-negara

berkembang. Ada 3 (tiga) faktor yang menyebabkan hal ini terjadi yaitu : Pertama, peluang

investasi asing di negara-negara berkembang dilihat dari sudut ekonomi sangat

menguntungkan, banyak terdapat kawasan kaya sumber daya alam yang belum

dieksplotasi. Kedua, di negara-negara di luar Inggris, seperti Amerika Serikat, Kanada,

Argentina dan Australia merupakan negara yang masih jarang penduduknya, sehingga

migrasi penduduk yang terjadi di negara-negara tersebut bila diimbangi dengan tersedianya

modal untuk investasi merupakan peluang yang sangat menguntungkan. Ketiga, peranan

Inggris sebagai pemain utama ekonomi dunia begitu dominan. Hal ini ditunjang dari

infrastruktur ekonomi dan keuangan Inggris yang lebih baik dibandingkan negara lain pada

masa itu.

5

F. Pembangunan dan Kemandirian Nasional

Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Pembangunan Nasional menjadi pusat perhatian bagi Pemerintah yang silih berganti

memimpin Indonesia. Pembangunan Nasional dititikberatkan terhadap bidang politik,

ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan (Poleksosbudhankam) berdasarkan

Pancasila dan kemandirian nasional. Kemandirian Nasional berarti hasil dari segenap usaha

yang telah dilakukan seluruh perangkat di dalam negara dalam membangun kesejahteraan

dan martabat negara.

Namun keadaan berbanding terbalik dengan harapan, yang pada akhirnya mengantarkan

Indonesia menghadapi pelbagai permasalahan yang semakin sulit diselesaikan.

G. Pro-Kontra Utang Luar Negeri Indonesia

Indonesia mengalami performa ekonomi yang begitu cemerlang ketika memasuki

era Orde Baru. Melalui kebijakan Pembangunan Lima Tahun (Pelita) dan nasihat Mafia

Berkeley-nya, Presiden Suharto berhasil membawa Indonesia dari jurang keterpurukan

menuju The Next Tiger of Asia atau Macan Asia Masa Depan bersama-sama Jepang dan

Taiwan. Performa ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang stabil mencapai

kisaran 7% sejak awal 1980-an hingga pertengahan 1990-an, berkurangnya pengangguran

dan angka buta huruf, serta turunnya angka kemiskinan. (Supratikno, 2011)

Kegemilangan Indonesia tersebut ternyata ditopang secara kuat oleh dibukanya

pelbagai bantuan luar negeri yang masuk ke dalam negara. Dapat dipastikan, beragam

program-program pembangunan pada masa Orde Baru dibiayai dari pinjaman luar negeri,

terutama negara-negara kreditur yang tergabung dalam Inter-Governmental Group on

Indonesia (IGGI), dimana Kerajaan Belanda menjadi koordinator utama. Selain itu, masih

6

banyak pula negara kreditur maupun lembaga-lembaga asing lain yang memberi bantuan

kepada Indonesia, dengan catatan bukan berasal dari blok komunis. Hal ini dapat dipahami,

bahwa rezim Suharto dikenal sebagai rezim yang anti-komunis, melainkan “berkongsi”

dengan negara-negara kapitalis untuk menjamin stabilitas pembangunan nasional.

Penulis tidak dapat berpendapat bahwa tidak sepenuhnya utang luar negeri tersebut

baik. Baik dalam artian, utang luar negeri telah menjadi “penyelamat” Indonesia dari krisis

parah di tahun 1965, dan selanjutnya menjadi tonggak penting dalam pembiayaan pelbagai

pembangunan di penjuru tanah air, mulai dari program-program pemerintah untuk

pendidikan, kesehatan, jaringan transportasi, telekomunikasi, dan sektor-sektor lainnya,

hingga pembiayaan bagi swasta dan perbankan. Dapat dikatakan, bahwa secara keseluruhan

pembangunan di negara ini bersumber dari pembiayaan luar negeri. Namun, jika utang luar

negeri dianggap menguntungkan Indonesia, mengapa Indonesia belum bisa mandiri dalam

pembangunan ekonomi dan semakin bergantung terhadap utang itu sendiri?. Berdasarkan

data yang dikeluarkan Kementerian Keuangan, utang luar negeri Indonesia hingga bulan

Mei 2013 mencapai angka Rp 2.036 triliun, sebagai tren semakin meningkatnya beban

utang luar negeri terhadap modal pembangunan di dalam negeri. Bahkan Uchok Sky

Khadafi, menyebutkan bahwa diperlukan urunan biaya sebesar 7 juta rupiah setiap warga

Indonesia untuk melunasi utang negara yang semakin membengkak.

H. Perekonomian dan politik di Indonesia

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Hendri Saparini

mengatakan, ekonomi Indonesia mendatang sangat bergantung pada perkembangan politik

yang ada. Sayangnya, hingga saat ini masih ada potensi konflik antara legislatif dan

eksekutif yang mengganggu optimisme pertumbuhan ekonomi 2015.

Dalam presentasinya bertajuk 'Indonesia 2015 and Beyond: Reinventing Economic

Priorities', Hendri mengatakan rangkaian panjang kegiatan politik 2014 telah menghasilkan

legilatif dengan kelengkapan di DPD, DPR, dan MPR serta pemerintahan baru yang

dikomandoi Joko Widodo dan Jusuf Kalla.

Namun demikian, pesta demokrasi tersebut ternyata masih menyisakan catatan yang

7

berpotensi menganggu stabilitas politik. "Pertama, potensi konflik antara legislatif dan

eksekutif," kata Hendri, Kamis (6/11/2014).

Hendri menuturkan, selama ini partai pendukung Presiden dan Wapres selalu

memimpin legislatif. Namun dengan perubahan UU MD3, saat ini kepemimpinan legislatif

dikuasai koalisi partai oposisi, dalam hal ini koalisi Merah Putih. Dengan kekuatan 63

persen KMP di parlemen, tentu hal ini memunculkan kekhawatiran potensi konflik.

"Kedua, ada indikasi potensi konflik tidak hanya antara legislatif dan eksekutif, tetapi juga

di internal legislatif sendiri. Sekarang ini ada gesekan-gesekan di internal legislatif. Ini satu

hal yang harus dikelola Jokowi-JK," lanjut Hendri.

Menurut Hendri, bagi pemerintah Indonesia, dukungan legislatif sangat penting

karena sistem politik memberi peran yang cukup besar pada DPR lewat berbagai fungsinya.

"Oleh karenanya Presiden Jokowi-JK dan Tim Kabinet Kerja memang harus memiliki

strategi untuk mengelola potensi gesekan yang akan terjadi," ucap Hendri.

Selain itu, lanjut dia, masih ada peluang bagi pemerintah Presiden Jokowi-JK untuk

menciptakan optimisme karena bagi pelaku bisnis. "Menurut kami, yang penting bagi

pebisnis saat ini bukan tidak adanya konflik, tapi segera hadirnya eksekutif yang mampu

menjadi eksekutor efektif untuk mendorong dan menciptakan iklim usaha yang produktif

bagi percepatan pertumbuhan ekonomi," pungkas Hendri. 9]

http://bisniskeuangan.kompas.com/

8

BAB 3

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian ini dapat disimpulkan bahwa Indonesia telah terjebak dalam

pusaran utang luar negeri sejak awal kemerdekaan hingga saat ini dan permasalahan

tersebut telah berdampak luas bagi pembangunan Indonesia di pelbagai sektor. Dengan

menggunakan kebijakan utang luar negeri, seharusnya Indonesia dapat mandiri secara

ekonomi dengan peningkatan produktivitas kerja dan surplus ekonomi negara, tidak lagi

harus tunduk terhadap saran dan arahan dari para kreditur dana. Ketidakberdayaan

Indonesia menunjukkan lemahnya kedaulatan negara dan bargaining position posisi tawar

terhadap negara-negara peminjam dan lembaga-lembaga asing pemberi bantuan lainnya.

SARAN

Untuk mewujudkan kembali kedaulatan negara yang kukuh dan kemandirian

nasional, moratorium utang menjadi penting untuk segera dilakukan. Upaya penghapusan

utang tersebut memerlukan pula kepemimpinan nasional yang memiliki komitmen yang

jelas mengenai masa depan Indonesia yang mandiri dan bebas dari pengaruh asing.

Komitmen kemandirian tersebut perlu juga didukung oleh pelbagai stakeholder di negeri

ini, mulai dari tingkat akar rumput hingga level suprastruktur. Selain itu, pemberdayaan

terhadap Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia perlu digalakkan demi terciptanya

produktivitas kerja yang optimal yang akan menghasilkan keuntungan positif bagi

perekonomian Indonesia yang mandiri, berdaulat, dan bermartabat.

9

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Sritua dan Adi Sasono. (2013) Indonesia : Ketergantungan dan Keterbelakangan.

Bandung : Mizan

Dumairy. (1996). Perekonomian Indonesia. Jakarta : Erlangga

Gie, Kwik Kian. (1999). Ekonomi Indonesia dalam Krisis dan Transisi politik. Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama

Nugroho, Boy. (2007). Indonesia Bangkrut ! . Yogyakarta : Navila

Rachbini, Didik J. (2002). Ekonomi Politik dan Teori Pilihan Publik. Bogor : Ghalia

Indonesia

Supratikno, Hendrawan. (2011). Ekonomi Nurani vs Ekonomi Naluri. Jakarta : Yayasan

Pustaka Obor Indonesia

Tambunan, Tulus T. Hamonangan. (2008). Pembangunan Ekonomi dan Utang Luar

Negeri. Jakarta : Rajagrafindo Persada

Sumber Internet

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/11/06/131332526/

Perekonomian.Indonesia.Sangat.Bergantung.pada.Dinamika.Politik. ( di akses 22 november

2014)

http://www.academia.edu/174878/Rational_and_Public_Choice_for_Polictical_Economics

( di akses 22 november 2014)

http://anikwahyuningsih.blogspot.com/02/pengaruh-utang-luar-negeri-terhadap.html (di

akses 22 november 2014)

10

LAMPIRAN

Ketergantungan dan Keterbelakangan. Bandung : Mizan

11

Ekonomi Indonesia dalam Krisis dan Transisi politik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

http://www.academia.edu/174878/Rational_and_Public_Choice_for_Polictical_Economics

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/11/06/131332526/

Perekonomian.Indonesia.Sangat.Bergantung.pada.Dinamika.Politik.

http://anikwahyuningsih.blogspot.com/02/pengaruh-utang-luar-negeri-terhadap.html

12

http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_ekonomi_politik

13