politik & hukum sua ra pme baur an selasa, 28 juni 2016 ... filemengakui bahwa pengawasan dana...

1
Suara Pembaruan Selasa, 28 Juni 2016 Politik & Hukum 4 [JAKARTA] Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman mengakui bahwa pengawasan dana tim kandidat kepala daerah sebelum masa pendaftaran pasangan calon (paslon) masih lemah. Sebab, belum ada regulasi yang mengatur meka- nisme pengawasan dana tim kandidat dan kewajiban tim kandidat untuk melaporkan dana sebelum masa pendaftaran paslon. “Iya (pengawasan lemah), KPU nggak bisa ikut masuk sebelum seseorang kandidat dan timnya itu terikat dengan KPU. Sekarang tidak seorang pun terikat dengan KPU. Nanti begitu mereka daftar dan dinyatakan memenuhi syarat dan didrop sama KPU. Maka sejak itu, dia terikat dengan ketentuan KPU,” ujar Arief, di Gedung KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (27/6). Dalam UU Pilkada dan PKPU, kata Arief, KPU hanya bisa mengatur tim kampanye resmi setiap kandidat, baik kandidat kepala daerah yang maju via jalur perseorangan maupun yang maju melalui jalur partai politik. Kandidat dan tim kampanye yang sudah ditetapkan, kata dia, harus membuat tiga laporan dengan menyerahkan rekeningnya, yakni laporan dana awal, laporan penerimaan dana kampanye serta laporan penerimaan dan penggunaan dana kampanye. “Memang kita mengon- trolnya lewat situ saja dengan menggunakan Undang-Undang (Pilkada) yang sekarang. Kalau nanti diubah dan kita diberikan kewenangan atau mekanisme lain yang bisa masuk lebih jauh, ya bisa saja. Tapi sampai sekarang belum. Hanya itu mekanisme yang kita punya,” terang dia. KPU, kata Arief, tidak bisa berbuat apa-apa terhadap dana tim kandidat sebelum pendaf- taran. Dana tim kampanye tersebut, kata dia bisa terikat dengan UU yang lain, seperti pengumpulan dana dari publik atau UU tentang Ketertiban dan Keamanan. Nah, sekarang mereka sudah kumpulkan uang. Kalau mereka mau menjadikan itu sebagai rekening awal dana kampanye dan dimasukan. Ya, kami catat sebagai rekening awal dana kampanye. Tapi, kalau mereka nggak masukkan, kita juga nggak bisa ngapa- ngapain. Publik, kan, melihat kalau dana itu digunakan sebagai kegiatan kampanye maka dia harus dimasukkan,” katanya. Arief menilai, bagus jika KPU diberikan kewenangan untuk mengontrol dana tim kampanye sebelum pendaftaran. Namun, hal tersebut, kata dia tergantung pada pembuat undang-undang. “KPU tinggal melaksanakan apa yang ditetapkan oleh pembuat undang-undang,” pungkas dia. Sebelumnya, Indonesia Corruption Watch (ICW) mendorong KPU menerbitkan PKPU terkait laporan dana relawan dalam konteks pilkada. Laporan ini dilakukan untuk menghindari dana illegal yang berujung pada tindak pidana korupsi. Harus Diatur Komisioner KPU lainnya, Hadar Nafis Gumay berpendapat, idealnya dana relawan kandidat kepala daerah diatur dalam UU Pilkada. Jika diatur, kata dia, KPU akan mudah membuat peraturan- peraturan teknisnya sehingga penerimaan dan pengeluaran dana kandidat sebelum didaftarkan bisa diawasi oleh KPU dan dipertang- gungjawabkan. “Idealnya, ke depan dana relawan ini dituang di UU, kalau kami sekarang mengatur mundur, saya kira protes akan banyak. Kalau dituangkan dalam UU, maka kami sebagai penyelenggara akan mudah membuat peraturan teknisnya,” ujar Hadar di Gedung KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (27/6). [YUS/W-12] P residen Joko Widodo (Jokowi) menggelar per- temuan dengan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Arief Hidayat. Pertemuan berlangsung di Istana Negara, Jakarta, Senin (27/6). Menurut Arief, dirinya dan Presiden membahas me- ngenai persiapan MK menghadapi potensi perselisihan hasil Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2017. Dia menjelaskan, MK akan merevisi sejumlah peraturan MK sebagai penyesuaian Undang-Undang (UU) Pilkada yang baru. “Peraturan MK harus berubah. Menyesuaikan dengan undang-undang yang baru. Karena kami pada waktu menangani (sengketa) pilkada, kami adalah lembaga yang harus selurus-lurusnya melaksanakan undang- undang,” kata Arief kepada wartawan seusai pertemuan. Dia menuturkan, Presiden berharap agar MK dapat melaksanakan tugas dengan baik seperti saat menangani perselisihan hasil Pilkada Serentak 2015. “Presiden hanya sampaikan apa yang sudah dicapai MK pada pe- nanganan Pilkada 2015 bisa ditindaklanjuti dan diterus- kan pada Pilkada 2017,” tuturnya. Dia menambahkan, MK masih akan memutus dua sengketa hasil Pilkada 2015 yakni untuk daerah Kabupaten Muna dan Kabupaten Mamberamo. “Tinggal ada dua perkara, Kabupaten Muna dan Mamberamo yang nanti setelah lebaran baru akan kita putus,” imbuhnya. Pada bagian lain, dia juga berharap Presiden meng- hadiri pertemuan pimpinan MK seluruh negara-negara di ASEAN. “Saya mohon kesediaan Presiden untuk mem- buka acara Kongres Asosiasi MK dan institusi sejenis, awal Agustus di Bali. Karena habis masa jabatan saya selaku Presiden Asosiasi MK di tingkat Asia,” katanya. [C-6] [JAKARTA] Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengingatkan sistem rekrutmen politik yang terjebak pada sistem yang tidak profesional. Partai politik (parpol) seharusnya satu- satunya jalur untuk menduduki jabatan publik dan oleh karena itu menurutnya penting agar parpol disehatkan. “Satu-satunya jalur untuk pejabat publik itu seharusnya parpol sehingga kalau parpol tidak disehatkan, maka yang keluar juga bukan kader yang sehat. Rekrutmen bisa konyol kalau sistem parpol tidak diperbaiki,” ujar Fahri, disela-sela acara buka puasa bersama wartawan, di Gedung DPR, Jakarta, Senin (27/6). Saat ini, menurut Fahri, muncul pertanyaan terkait apakah parpol saat ini semakin baik, tradisi politik, dan kepemimpinan di parpol semakin baik. “Karena di Indonesia ini saya lihat berpartai politik dan berpo- litik kayaknya tidak diatur. Padahal ini penting untuk mendisiplinkan parpol secara ketat seperti diper- lukannya aturan kepemim- pinan, sumber keuangan, hubungan dengan lembaga lain dan lain sebagainya,” tegasnya. Karena tidak adanya pengaturan mengenai hal ini, masyarakat pun kemudian memandang parpol sebagai tempat dimana orang bisa seenaknya saja. “Siapa yang memimpin sepertinya bebas, konflik kepentingan tidak diatur, rangkap jabatan dibolehkan dan sebagainya. Itu semua tidak ada sistemnya,” tambahnya. Baik buruknya rekrutmen parpol akan mengisi jabatan- jabatan publik terutama jabatan di DPR dan DPRD dimana 100% diisi oleh parpol.[W-12] [JAKARTA] Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan pemerintah tidak akan meminta maaf kepada Partai Komunis Indonesia (PKI). Apa yang telah dilakukan PKI biarkan menjadi sejarah kelam bangsa ini yang tidak perlu diungkit lagi. Pemerintahannya hanya fokus menatap kedepan dengan membangun bangsa ini agar bisa bersaing dengan bangsa lain. “Tentang permintaan maaf pada PKI. Tahun lalu sudah saya sampaikan, tetapi lagi ada isu, ada gosip. Saya tegaskan tidak ada rencana dan pikiran sama sekali saya minta maaf pada PKI,” kata Jokowi pada acara buka puasa bersama keluarga besar TNI di Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (27/6). Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana Jokowi. Hadir pula Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK) didampingi istrinya Mufidah Kalla. Jokowi dan JK disambut Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Tampak hadir mengikuti acara tersebut, mantan Wapres Try Soetrisno, Ketua MPR Zulkifli Hazan, Ketua DPR Ade Komarudin, Ketua DPD Irman Gusman, Ketua Mahkamah Agung Hatta Ali, dan Wakil Ketua MPR Oesman Sapto. Dari jajaran Menteri Kabinet Kerja hanya tampak hadir Menko Polhukam Luhut B Pandjaitan. Jokowi menjelaskan cukup gusar dengan isu PKI tersebut. Sebab sudah berkali- kali sudah disampaikan hal yang sama. Tetapi tetap saja ada orang yang mengoreng atau mengarapnya. “Sebetulnya ini sudah berkali-kali saya sampaikan. Di PP Muhammadiya sudah saya sampaikan. Ketemu PBNU, saya sampaikan. Saat peringatan Kesaktian Pancasila di Lubang Buaya tahun lalu juga sudah disampaikan. Tapi ada yang goreng-goreng sehingga muncul isu. Jangan didengarkan, tidak akan minta maaf pada PKI,” tegasnya. [R-14] Tak Diatur UU Pilkada, Pengawasan Dana Relawan Lemah Siap Tangani Sengketa Pilkada Presiden: Pemerintah Tak Akan Minta Maaf kepada PKI Politik Terjebak Sistem Tak Profesional SP/JOANITO DE SAOJOAO Presiden Joko Widodo, didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla, panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dan sejumlah pimpinan lembaga tinggi negara, hadir dalam buka bersama dan silaturahmi Ramadan 1437 H di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (27/6).

Upload: vuliem

Post on 30-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Sua ra Pem ba ru an Selasa, 28 Juni 2016Politik & Hukum4

[JAKARTA] Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman mengakui bahwa pengawasan dana tim kandidat kepala daerah sebelum masa pendaftaran pasangan calon (paslon) masih lemah. Sebab, belum ada regulasi yang mengatur meka­nisme pengawasan dana tim kandidat dan kewajiban tim kandidat untuk melaporkan dana sebelum masa pendaftaran paslon.

“Iya (pengawasan lemah), KPU nggak bisa ikut masuk sebelum seseorang kandidat dan timnya itu terikat dengan KPU. Sekarang tidak seorang pun terikat dengan KPU. Nanti begitu mereka daftar dan dinyatakan memenuhi syarat dan didrop sama KPU. Maka sejak itu, dia terikat dengan ketentuan KPU,” ujar Arief, di Gedung KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (27/6).

Dalam UU Pilkada dan PKPU, kata Arief, KPU hanya bisa mengatur tim kampanye resmi setiap kandidat, baik kandidat kepala daerah yang maju via jalur perseorangan maupun yang maju melalui jalur partai politik. Kandidat dan tim kampanye yang sudah ditetapkan, kata dia, harus membuat tiga laporan dengan menyerahkan rekeningnya,

yakni laporan dana awal, laporan penerimaan dana kam panye serta laporan penerimaan dan penggunaan dana kampanye.

“Memang kita mengon­trolnya lewat situ saja dengan menggunakan Undang­Undang (Pilkada) yang sekarang. Kalau

nanti diubah dan kita diberikan kewenangan atau mekanisme lain yang bisa masuk lebih jauh, ya bisa saja. Tapi sampai sekarang belum. Hanya itu mekanisme yang kita punya,” terang dia.

KPU, kata Arief, tidak bisa berbuat apa­apa terhadap dana tim kandidat sebelum pendaf­taran. Dana tim kampanye tersebut, kata dia bisa terikat dengan UU yang lain, seperti pengumpulan dana dari publik

atau UU tentang Ketertiban dan Keamanan.

“Nah, sekarang mereka sudah kumpulkan uang. Kalau mereka mau menjadikan itu sebagai rekening awal dana kampanye dan dimasukan. Ya, kami catat sebagai rekening

awal dana kampanye. Tapi, kalau mereka nggak masukkan, kita juga nggak bisa ngapa­ngapain. Publik, kan, melihat kalau dana itu digunakan sebagai kegiatan kampanye maka dia harus dimasukkan,” katanya.

Arief menilai, bagus jika KPU diberikan kewenangan untuk mengontrol dana tim kampanye sebelum pendaftaran. Namun, hal tersebut, kata dia tergantung pada pembuat

undang­undang. “KPU tinggal melaksanakan apa yang ditetapkan oleh pembuat undang­undang,” pungkas dia.

Sebelumnya, Indonesia Corruption Watch (ICW) mendorong KPU menerbitkan PKPU terkait laporan dana relawan dalam konteks pilkada. Laporan ini dilakukan untuk menghindari dana illegal yang berujung pada tindak pidana korupsi.

Harus DiaturKomisioner KPU lainnya,

H a d a r N a f i s G u m a y berpendapat, idealnya dana relawan kandidat kepala daerah diatur dalam UU Pilkada. Jika diatur, kata dia, KPU akan mudah membuat peraturan­peraturan teknisnya sehingga penerimaan dan pengeluaran dana kandidat sebelum didaftarkan bisa diawasi oleh K P U d a n d i p e r t a n g ­gungjawabkan.

“Idealnya, ke depan dana relawan ini dituang di UU, kalau kami sekarang mengatur mundur, saya kira protes akan banyak. Kalau dituangkan dalam UU, maka kami sebagai penyelenggara akan mudah membuat peraturan teknisnya,” ujar Hadar di Gedung KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (27/6). [YUS/W­12]

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggelar per­temuan dengan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Arief Hidayat. Pertemuan berlangsung di Istana

Negara, Jakarta, Senin (27/6).Menurut Arief, dirinya dan Presiden membahas me­

ngenai persiapan MK menghadapi potensi perselisihan hasil Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2017. Dia menjelaskan, MK akan merevisi sejumlah peraturan MK sebagai penyesuaian Undang­Undang (UU) Pilkada yang baru.

“Peraturan MK harus berubah. Menyesuaikan dengan undang­undang yang baru. Karena kami pada waktu menangani (sengketa) pilkada, kami adalah lembaga yang harus selurus­lurusnya melaksanakan undang­ undang,” kata Arief kepada wartawan seusai pertemuan.

Dia menuturkan, Presiden berharap agar MK dapat melaksanakan tugas dengan baik seperti saat menangani perselisihan hasil Pilkada Serentak 2015. “Presiden hanya sampaikan apa yang sudah dicapai MK pada pe­ nanganan Pilkada 2015 bisa ditindaklanjuti dan diterus­kan pada Pilkada 2017,” tuturnya.

Dia menambahkan, MK masih akan memutus dua sengketa hasil Pilkada 2015 yakni untuk daerah Kabupaten Muna dan Kabupaten Mamberamo. “Tinggal ada dua perkara, Kabupaten Muna dan Mamberamo yang nanti setelah lebaran baru akan kita putus,” imbuhnya.

Pada bagian lain, dia juga berharap Presiden meng­ hadiri pertemuan pimpinan MK seluruh negara­negara di ASEAN. “Saya mohon kesediaan Presiden untuk mem­buka acara Kongres Asosiasi MK dan institusi sejenis, awal Agustus di Bali. Karena habis masa jabatan saya selaku Presiden Asosiasi MK di tingkat Asia,” katanya. [C­6]

[JAKARTA] Wakil Ketua D P R F a h r i H a m z a h meng inga tkan s i s t em rekrutmen politik yang terjebak pada sistem yang tidak profesional. Partai politik (parpol) seharusnya satu­satunya jalur untuk menduduki jabatan publik dan oleh karena itu menurutnya penting agar parpol disehatkan.

“Satu­satunya jalur untuk pejabat publik itu seharusnya parpol sehingga kalau parpol tidak disehatkan, maka yang keluar juga bukan kader yang sehat. Rekrutmen bisa konyol kalau sistem parpol tidak diperbaiki,” ujar Fahri, disela­sela acara buka puasa bersama wartawan, di Gedung DPR, Jakarta, Senin (27/6).

Saat ini, menurut Fahri, muncul pertanyaan terkait apakah parpol saat ini semakin baik, tradisi politik, dan kepemimpinan di parpol semakin baik. “Karena di Indonesia ini saya lihat berpartai politik dan berpo­litik kayaknya tidak diatur. Padahal ini penting untuk mendisiplinkan parpol secara ketat seperti diper­lu kan nya aturan kepemim­pinan, sumber keuangan, hubungan dengan lembaga

lain dan lain sebagainya,” tegasnya.

Karena tidak adanya pengaturan mengenai hal i n i , m a s y a r a k a t p u n kemudian memandang parpol sebagai tempat dimana orang bisa seenaknya saja. “Siapa yang memimpin sepertinya bebas, konflik kepentingan

tidak diatur, rangkap jabatan dibolehkan dan sebagainya. I t u s emua t i dak ada sistemnya,” tambahnya.

Baik buruknya rekrutmen parpol akan mengisi jabatan­jabatan publik terutama jabatan di DPR dan DPRD dimana 100% diisi oleh parpol.[W­12]

[JAKARTA] Presiden Joko W i d o d o ( J o k o w i ) menegaskan pemerintah tidak akan meminta maaf kepada Partai Komunis Indonesia (PKI). Apa yang telah dilakukan PKI biarkan menjadi sejarah kelam bangsa ini yang tidak perlu diungkit lagi. Pemerintahannya hanya fokus menatap kedepan dengan membangun bangsa ini agar bisa bersaing dengan bangsa lain.

“Tentang permintaan maaf pada PKI. Tahun lalu sudah saya sampaikan, tetapi lagi ada isu, ada gosip. Saya tegaskan tidak ada rencana dan pikiran sama sekali saya minta maaf pada PKI,” kata Jokowi pada acara buka puasa bersama keluarga besar TNI di Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (27/6).

Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana Jokowi. Hadir pula Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK) didampingi istrinya Mufidah Kalla. Jokowi dan JK disambut Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.

Tampak hadir mengikuti acara tersebut, mantan Wapres

Try Soetrisno, Ketua MPR Zulkifli Hazan, Ketua DPR Ade Komarudin, Ketua DPD Irman Gusman, Ketua Mahkamah Agung Hatta Ali, dan Wakil Ketua MPR Oesman Sapto. Dari jajaran Menteri Kabinet Kerja hanya tampak hadir Menko P o l h u k a m L u h u t B Pandjaitan.

Jokowi menjelaskan cukup gusar dengan isu PKI tersebut. Sebab sudah berkali­kali sudah disampaikan hal yang sama. Tetapi tetap saja

ada orang yang mengoreng atau mengarapnya.

“Sebetulnya ini sudah berkali­kali saya sampaikan. Di PP Muhammadiya sudah saya sampaikan. Ketemu PBNU, saya sampaikan. Saat peringatan Kesaktian Pancasila di Lubang Buaya tahun lalu juga sudah disampaikan. Tapi ada yang goreng­goreng sehingga m u n c u l i s u . J a n g a n didengarkan, tidak akan minta maaf pada PKI,” tegasnya. [R­14]

Tak Diatur UU Pilkada, Pengawasan Dana Relawan Lemah

Siap Tangani Sengketa Pilkada

Presiden: Pemerintah Tak Akan Minta Maaf kepada PKI

Politik Terjebak Sistem Tak Profesional

SP/Joanito De SaoJoao

Presiden Joko Widodo, didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla, panglima tni Jenderal tni Gatot nurmantyo dan sejumlah pimpinan lembaga tinggi negara, hadir dalam buka bersama dan silaturahmi Ramadan 1437 H di Mabes tni Cilangkap, Jakarta timur, Senin (27/6).