pola transport sedimen akibat arus yang dibangkitkan
TRANSCRIPT
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Semirata 2013 FMIPA Unila |91
Pola Transport Sedimen Akibat Arus Yang Dibangkitkan
Gelombang Di Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu
Supiyati1)
, Suwarsono2)
, dan Ichsan Setiawan3)
1), 2) Jurusan Fisika FMIPA Universitas Bengkulu
Gedung T FMIPA Universitas BengkuluEmail : 3)
Jurusan Ilmu Kelautan, Koordinatorat Kelautan dan Perikanan, Universitas Syiah Kuala
Email : [email protected] 1)
Abstrak. Pelabuhan Pulau Baai terletak di pantai barat Pulau Sumatera dengan koordinat
geografis 102016‘00‖ - 102
018‘30‖ Bujur Timur dan 03
053‘00‖ - 03
055‘30‖ Lintang Selatan.
Untuk mengatasi permasalahan agar pengerukan efektif diperlukan pengetahuan tentang
hidrodinamika dan transport sedimen di daerah tersebut dengan pendekatan model numerik
dinamika oseanografi. Pada penelitian ini dilakukan pemodelan transport sedimen akibat
arus yang dibangkitkan gelombang dengan dua skenario yaitu tanpa jetty dan perlakuan
penambahan jetty yang menghasilkan pola erosi dan sedimentasi. Hasil verifikasi model
dengan membandingkan hasil pengukuran lapangan Arifin et al menunjukkan kesesuaian
yang memperlihatkan daerah sedimentasi dominan terjadi di bagian pantai barat daya dan
daerah erosi dominan di bagian pantai timur laut. Berdasarkan hasil perlakuan model dengan
skenario penambahan dua jetty pada pantai barat daya dan dua jetty pada pantai timur laut
mampu menghambat netto sedimen sebesar 124 m3 pada pantai barat daya dan sebesar 82 m
3
pada pantai timur laut.
Kata Kunci : Arus, gelombang, erosi, sedimentasi, jetty, Pulau Baai Bengkulu
PENDAHULUAN
Pelabuhan Pulau Baai terletak di pantai
barat Pulau Sumatera yang berada pada
teluk yang terbuat secara alami oleh proses
alam, sehingga jika kapal bersandar di
pelabuhan ini akan aman oleh gelombang
laut. Teluk ini berhadapan langsung dengan
Samudera Hindia dengan koordinat
geografis 102016‘00‖ - 102
018‘30‖ Bujur
Timur dan 03053‘00‖ - 03
055‘30‖ Lintang
Selatan. Pelabuhan ini merupakan
pelabuhan vital yang merupakan satu-
satunya jalur laut mengangkut keluar dan
masuk kebutuhan pokok untuk keperluan
Provinsi Bengkulu.
Debit sedimen sepanjang pantai
mencapai 800.000 m3/tahun dan Kedalaman
alurnya saat ini hanya -3,5 LWS (Low
Water Spring). Proses pendangkalan di
kolam dan alur pelabuhan yang sangat cepat
inilah yang menjadi permasalahan yang
dihadapi di pelabuhan Pulau Baai sekarang
ini. Selama ini untuk mengatasi
pendangkalan agar tetap bisa menjaga
kesetabilan keberadaan pelabuhan setiap
tahun dilakukan pengerukan dengan biaya
yang cukup besar mencapai Rp 28 - 30
milyar pertahun. Oleh sebab itu agar
pengerukan efektif diperlukan pengetahuan
tentang hidrodinamika air laut dan transport
sedimen di daerah tersebut. Hidrodinamika
ini selain disebabkan pasang surut air laut,
ada juga arus yang dibangkitkan gelombang
pendek yang disebabkan oleh angin.
Dalam memahami hidrodinamika dan
transport sedimen ini dapat dilakukan
beberapa cara, salah satu yang lebih efisien
dan ekonomis adalah dengan suatu simulasi
model numerik, karena kajian mengenai
angkutan sedimen yang disebabkan oleh
dinamika gerak air laut secara langsung
sangat sulit dilakukan karena kompleksnya
proses-proses yang terlibat di dalamnya
Supiyati dkk: Pola Transport Sedimen Akibat Arus Yang Dibangkitkan Gelombang Di Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu
92| Semirata 2013 FMIPA Unila
serta membutuhkan waktu yang relatif lama
dan biaya yang cukup mahal. Seiring
dengan semakin berkembangnya
kemampuan komputer untuk menghitung,
menjadikan model numerik sebagai
alternatif yang cukup ekonomis dan sebagai
data verifikasi adalah melakukan survei
lapangan.
METODE PENELITIAN
Model Dinamika Oseanografi Akibat
Gelombang
Memodelkan arus akibat gelombang
menggunakan persamaan kekekalan
momentum dan kekekalan massa yang
dintegrasikan terhadap kedalaman yang
dituliskan sebagai berikut:
2 2
f
x x
C u u vu u uu v g R M
t x y x h
(1)
2 2
f
y y
C v u vv v vu v g R M
t x y y h
(2)
0
u h v h
t x y
(3)
dengan t adalah waktu, (x,y) koordinat
katesian dalam bidang horizontal, ( , )u v
komponen kecepatan arus, (fC ) koefisien
gesekan dasar, ( ,x yR R ) stress radiasi dalam
arah x dan y, g percepatan grafitasi, h
kedalaman perairan, dan adalah elevasi
muka air. Untuk perubahan momentum
yang disebabkan oleh pusaran arus turbulen
yang cenderung menyebar karena pengaruh
gaya gelombang melebihi daerah ketajaman
gelombang pecah, maka percampuran
lateral dapat dituliskan sebagai berikut [3]:
x
u uM
x x y y
(4)
y
v vM
x x y y
(5)
dengan:
N l g h berdasarkan hasil penelitian
N = konstanta yang nilainya kurang dari
0,016
l = jarak ke lepas pantai = tanh
tan = kemiringan dasar rata-rata
Untuk kemiringan dasar tak beraturan,
percampuran lateral dituliskan: 2 2
2 2x H
u uM A
x y
2 2
2 2y H
v vM A
x y
(6)
dengan AH adalah koefisien viskositas
horizontal.
Jika gelombang datang mendekati
pantai dengan membentuk sudut terhadap garis
pantai, maka gaya radiasinya adalah sebagai
berikut [5].
22 1 sin2
yy
ES n En
(7)
sin 2
2xy
ES n
(8)
dengan E = 218
gH dan n adalah rasio antara
kecepatan grup gelombang dan kecepatan fase
gelombang. Gaya yang menyebabkan terjadinya
arus sejajar pantai adalah sebanding dengan
gradien stress radias :
1 xyxx
x
SSR
x yd
(9)
1 xy yy
y
S SR
x yd
(10)
dengan adalah elevasi muka air.
Model Transport Sedimen dan
Perubahan Morfologi Dasar
Transport sedimen total pada kasus
gelombang dan arus didefinisikan sebagai
penjumlahan transport sedimen dasar dan
transport sedimen melayang, dengan suatu
pendekatan sederhana dari transport
sedimen total dituliskan dalam bentuk
persamaan:
2
2
2 5 / 2
50
0,05 cw
t
s w
w
Cq U
g D
(21)
keterangan:
w = densitas air
s = densitas sedimen
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Semirata 2013 FMIPA Unila |93
50D = diameter butiran sedimen
2
2 2ˆ1
/2
b
c
ugU C
U
= stress geser yang
berkaitan dengan arus dan gelombang
1
ˆ / sinhbu H T kh
= amplitudo
kecepatan gelombang dekat dasar
wfg
c
2
= parameter tak
berdimensi yang dikaitkan dengan
kekasaran dasar
wf = koefisien gesekan dasar
gelombang.
Hubungan matematis untuk
kesetimbangan sedimen dari prinsip
kekekalan massa untuk gerakan butiran-
butiran sedimen dituliskan sebagai:
0tyb tx
t x y
(32)
dengan: qt menyatakan transport sedimen
total dan b adalah perubahan level dasar
[6]. Diskritisasi persamaan (1) – (3)
menggunakan metoda eksplisit beda pusat
untuk turunan terhadap ruang dan beda
maju untuk turunan terhadap waktu.
Kestabilan numerik pada metoda ini
ditentukan oleh kriteria stabilitas:
max
x yU g h
t t
(13 )
Skema diskritisasi untuk komponen kecepatan
, , ,,i j i j i ju v dan diperlihatkan pada Gambar 3.1.
Syarat awal yang digunakan dalam
simulasi arus pada saat t = 0, ini
menyatakan kondisi perairan diasumsikan
keadaan tenang tanpa adanya gerakan
vertikal maupun horizontal, yang secara
matematis dirumuskan:
0 vu
(44)
, ,;i j ty i jv q
, 1 , 1;i j tyi jv q
, ,;i j txi ju q 1, 1,;i j txi ju q
, ,;i j bi j
x
y
x
y
Gambar 1. Skema Diskritisasi
, , ,, , ,i j i j i ju v
, , ,, , dantxi j txi j bi jq q
Sedangkan syarat batas yang digunakan ada
dua, yaitu:
1. Syarat batas terbuka untuk batas laut
adalah:
b. Syarat batas elevasi
c. Syarat batas kecepatan terdiri dari:
- Syarat batas radiasi [7]
)( 1
1 n
B
n
B
n
B
n
B uuuu
dengan t
cx
12, c g h
)( 1
1 n
B
n
B
n
B
n
B vvvv
- Gradien arah normal
0
x
v
0
y
u
2. Syarat batas tertutup digunakan syarat
batas dinding (wall boundary condition),
kecepatan tegak lurus (arah normal)
bidang batas sama dengan nol. Sedangkan
kecepatan sejajar (arah tangensial)
terhadap bidang batas di hitung, secara
matematis dirumuskan:
0n
v dan 0tv
Dimana syarat batas ini menggambarkan
bahwa kecepatan dengan arah normal
terhadap syarat batas tertutup (syarat batas
dinding) sama dengan nol.
Supiyati dkk: Pola Transport Sedimen Akibat Arus Yang Dibangkitkan Gelombang Di Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu
94| Semirata 2013 FMIPA Unila
Untuk desain model transport sedimen
dan perubahan morfologi dasar,Pada awal
simulasi (t = 0) di anggap belum ada
transport sedimen dan perubahan morfologi
dasar yang terjadi sehingga 0 tytx qq ,
oleh karena itu kedalaman lokal dianggap
sama dengan kedalaman awal ( 0b ).
Sedangkan syarat batas yang digunakan dalam
model ini adalah:
1. Syarat batas terbuka menggunakan syarat
batas radiasi, yang berlaku hubungan:
)( 1
1 n
tB
n
tB
n
tB
n
tB qqqq
(19)
)(1
1 n
Bb
n
Bb
n
Bb
n
Bb
2. Syarat batas tertutup untuk syarat batas
pantai arah normal garis pantai sama
dengan nol, sedangkan syarat batas arah
tangensial (sejajar) pantai di hitung, secara
matematis di tulis:
0
0
bn
tnq
dan
0
0
bt
ttq
HASIL DAN PEMBAHASAN
Arus Akibat Gelombang
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini
adalah simulasi arus akibat gelombang
dengan skenario tanpa jetty dan skenario
penambahan jetty menunjukan kondisi arus
maksimum akibat gelombang untuk kedua
skenario tersebut dapat dilihat pada Tabel 1
dan Tabel 2.
Verifikasi model arus ini dibandingkan
dengan lapangan secara kualitatif.
Berdasarkan hsil pengukuran dari Nasrun et
al [8] , untuk gelombang datang arah Barat
kecepatan rata-rata arus sejajar pantai
kurang dari 0,8 knot (< 0,4 m/s) yang
bergerak menuju timur laut.
POLA EROSI DAN SEDIMENTASI
Pola erosi dan sedimentasi dengan tanpa
skenario jetty dan skenario jetty di Perairan
Pulau Baai Bengkulu ditunjukkan pada
Gambar 2 dan Gambar 3. Volume
tersedimentasi dan tererosi tiap sel dihitung
dari tinggi elevasi dasar dikalikan dengan
satuan luas yang dituliskan sebagai:
sedimentasi
erosi
( ). . untuk ( ) 0
( ) . . untuk ( ) 0
b b
b b
V t x y t
V t x y t
sehingga netto volume total diperoleh dari
selisih antara penjumlahan tiap-tiap sel volume
tersedimentasi dan penjumlahan tiap-tiap sel
volume tererosi yang tergantung dari daerah
cakupan perhitungan volume. Selanjutnya,
perlu diketahui bahwa dalam perhitungan
volume tersebut hanya membantu menunjukkan
pola dominan sedimentasi atau erosi.
Simulasi 30 hari menunjukkan bahwa
sedimentasi terjadi di pantai bagian barat
daya dengan netto volume 426 m3
tanpa
skenario jetty (Tabel 3) dan 302 m3 dengan
skenario penambahan jetty (Tabel 4)
sedangkan erosi terjadi di bagian timur laut
dengan netto volume 164 m3 tanpa skenario
jetty (Tabel 3) dan 82 m3 skenario
penambahan jetty (Tabel 4). Hal ini
menunjukkan bahwa dengan penambahan
jetty mampu menghambat netto sedimen
sebesar 124 m3 pada pantai barat daya dan
sebesar 82 m3 pada pantai timur laut.
TABEL 1. Magnitudo kecepatan arus di perairan pantai Pulau Baai hasil simulasi pada keadaan
tunak tanpa jetty
Angin Magnitudo Kecepatan Arus (m/s)
Bagian Barat Daya
Bagian Mulut Alur
Bagian Timur Laut
Arah Barat 0,4 0,6 0,3
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Semirata 2013 FMIPA Unila |95
TABEL 2. Magnitudo kecepatan arus di perairan pantai Pulau Baai hasil simulasi pada keadaan
tunak dengan skenario jetty
Angin Magnitudo Kecepatan Arus (m/s)
Bagian Barat Daya
Bagian Mulut Alur
Bagian Timur Laut
Arah Barat 0,4 0,7 0,4
TABEL 3. Volume Tersedimentasi dan Tererosi akibat arus yang dibangkitkan gelombang
dari arah Barat
Pantai Waktu
Simulasi (hari)
Volume
Tersedimentasi (m
3)
Volume
Tererosi (m
3)
Netto (m
3)
Bagian Barat Daya 7 507 408 99 (Tersedimentasi) Bagian Timur Laut 7 1021 1060 39 (Tererosi) Bagian Barat Daya 14 999 801 198 (Tersedimentasi) Bagian Timur Laut 14 1980 2057 77 (Tererosi) Bagian Barat Daya 21 1494 1195 299 (Tersedimentasi) Bagian Timur Laut 21 2955 3071 116 (Tererosi) Bagian Barat Daya 30 2149 1723 426 (Tersedimentasi) Bagian Timur Laut 30 4249 4413 164 (Tererosi)
TABEL 4. Volume Tersedimentasi dan Tererosi akibat arus yang dibangkitkan gelombang dari
arah Barat dengan skenario jetty
Pantai Waktu
Simulasi (hari)
Volume
Tersedimentasi (m
3)
Volume
Tererosi (m
3)
Netto (m
3)
Bagian Barat Daya 7 618 540 78 (Tersedimentasi) Bagian Timur Laut 7 1393 1415 22 (Tererosi) Bagian Barat Daya 14 1198 1053 145 (Tersedimentasi) Bagian Timur Laut 14 2633 2675 42 (Tererosi) Bagian Barat Daya 21 1814 1602 212 (Tersedimentasi) Bagian Timur Laut 21 3886 3947 61 (Tererosi) Bagian Barat Daya 30 2587 2285 302 (Tersedimentasi) Bagian Timur Laut 30 5496 5578 82 (Tererosi)
Gambar 2. Pola Erosi dan Sedimentasi Perairan
Pulau Baai Bengkulu dengan Skenario tanpa Jetty
selama 30 hari
Supiyati dkk: Pola Transport Sedimen Akibat Arus Yang Dibangkitkan Gelombang Di Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu
96| Semirata 2013 FMIPA Unila
Gambar 3. Pola Erosi dan Sedimentasi Perairan
Pulau Baai Bengkulu dengan Skenario Jetty selama
30 hari
VERIFIKASI HASIL SIMULASI MODEL
Verifikasi pola erosi dan sedimentasi
dengan data pengukuran Arifin et al [1]
seperti pada (Gambar 4) menunjukkan
kesesuaian hasil bahwa secara kualitatif
sedimentasi terjadi dibagian perairan pantai
barat daya dan erosi terjadi dibagian
perairan pantai timur laut.
03
°55
'00
" S
55
'40
" S
0
3°5
3'0
0"
S0
3°5
4'0
0"
S
102°16'00" E 102°17'00" E 102°18'00" E 102°19'00" E 20" E
Dermaga Batubara
Dermaga PELINDO
Dermaga PERTAMINA
STO
CK P
ILE B
ATU B
AR
A
PACKING P
LAN
PT. SEM
EN PADANG
LAMPU PENUNTUN
DER
MAGA S
AM
UDERA
AREA PENUMPUKAN PETI KEMAS
BRIKET
BUNDED ZONE
TE
RM
INA
L C
UR
AH
CA
IR
DO
CK
ING
PP
I
A S
D P
DE
RM
AG
A N
US
AN
TA
RA
DE
RM
AG
A L
OK
AL
AN
GKA
TA
N L
AU
T
LAMPU MERAH
LAMPU HIJAU
KAWASAN INDUSTRIGREEN
AREA
TAN
GG
UL
DER
MA
GA
PE
RTA
MIN
A
CO
MM
UN
ITY
ZO
NE
OF
FIC
E C
EN
TR
E
PE
RT
AM
INA
DA
M P
EN
UTU
P
SU
NG
AI
JE
NG
GA
LU
PERTAMINA
PIPA PERTAMINA
SAMUDERA INDONESIA
MORFOLOGI / RELIEF
KETERANGAN
Pantai pasir
GEOLOGI
Endapan sedimen pantai
(resistensi rendah)
Pedataran relief rendah
GARIS PANTAI
PROSES
Akrasi / sedimentasi
Abrasi / erosi
Manggrov
Arah pengangkutan
sedimen
Bangunan pantai alternatif
(tanggul sedimentasi)
PETA KARAKTERISTIK PANTAI
PERAIAN PULAU BAAI
BENGKULU
U
Gambar 4. Peta sebaran sedimentasi dan erosi di pelabuhan Pulau Baai Bengkulu
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Semirata 2013 FMIPA Unila |97
KESIMPULAN
1. Hasil verifikasi model arus dengan
membandingkan pola arus dari Nasrun
et al [8] menunjukkan kesesuaian hasil
yang menyatakan bahwa arus menuju
ke timur laut.
2. Hasil simulasi model transport sedimen
secara kualitatif pada umumnya sesuai
dengan data pola erosi dan sedimentasi
dari Arifin et al [1] yang
memperlihatkan bahwa sedimentasi
dominan terjadi dibagian pantai barat
daya dan erosi dominan terjadi dibagian
pantai timur laut Pulau Baai.
3. Simulasi model transport sedimen
dengan pembangkit gelombang dan arus
akibat gelombang selama 1 bulan
menghasilkan pola, yaitu; (a)
sedimentasi dominan terjadi dibagian
pantai barat daya dengan netto sedimen
426 m3 (tanpa skenario jetty) dan 302
m3 (dengan skenario jetty); (b) erosi
dominan terjadi dibagian pantai timur
laut dengan netto sedimen 164 m3
(tanpa skenario jetty) dan 82 m3
(dengan skenario jetty).
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan terima kasih
kepada DP2M DIKTI atas pembiayaan
penelitian ini melalui penelitian Hibah
Bersaing ke-2 tahun 2011 dengan nomor
kontrak: No. 1714/H30.10.06.01.HK/2011.
Penulis juga menyampaikan terimakasih
kepada Lembaga Penelitian Universitas
Bengkulu dan Lembaga Penelitian
Universitas Syiah Kuala yang telah
memberikan kepercayaan atas kelancaran
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, L., Darlan,Y., Hutagaol, J.P.,
Hanafi, M., Supriadi. (2001), Kajian
Proses Sedimentasi untuk Alur
Transportasi Batubara di Pulau Baai,
Bengkulu Propinsi Bengkulu, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi
Kelautan, Bandung.
PT PELINDO II, (2009), Tak Tuntas
Pathaway, Pelindo II Keruk Alur Rakyat
Bengkulu, Bengkulu
Horikawa, K. (1988), Nearshore Dynamics
and Coastal Processes, University of
Tokyo Press.
Longuet-Higgins, M. S. (1970), On the
Longshore Currents generated by
Obliquely Incident Sea Wave, 2, Journal
of Geophysics, Res., 75, this issue.
Van Rijn,L.C. (1990), Principles of Fluid
Flow and Surface Waves in Rivers,
Estuaries, Seas, and Oceans, University
of Utrecht, Department of Physical
Geography.
Koutitas, C.G. (1988), Mathematical Model
in Coastal Engineering, London.
Chapman, D.C. (1985), Numerical
Treatment of Cross-Shelf Open
Boundaries in a Barotropic Coastal
Ocean Model, Journal of Physical
Oceanography, Volume 15.
Nasrun, Lubis, S., Kurnio, H., Situmorang,
M., Noviandi, Y., Suprijadi, Budiman,
Hartono. (1996), Penyelidikan Geologi
dan Geofisika Dalam Pengolahan,
Pengembangan dan Pemanfaatan
Kawasan Pulau Baai dan Sekitarnya,
Bengkulu.