pleno sgd 3

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada mulanya epidemiologi diartikan sebagai studi tentang epidemi. Hal ini berarti bahwa epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi, sehingga dewasa ini epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit pada manusia di dalam konteks lingkungannya. Mencakup juga studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit tersebut. Dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut. Di dalam batasan epidemiologi ini sekurang-kurangnya mencakup 3 elemen, yakni : a. Mencakup semua penyakit Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan. b. Populasi

Upload: miftahul-husnah

Post on 16-Dec-2015

241 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dertajjjjj

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPada mulanya epidemiologi diartikan sebagai studi tentang epidemi. Hal ini berarti bahwa epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi, sehingga dewasa ini epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit pada manusia di dalam konteks lingkungannya. Mencakup juga studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit tersebut. Dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut.

Di dalam batasan epidemiologi ini sekurang-kurangnya mencakup 3 elemen, yakni :a. Mencakup semua penyakitEpidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.

b. PopulasiApabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit individu maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok.

c. Pendekatan ekologiFrekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.

Di dalam epidemiologi biasanya timbul pertanyaan yang perlu direnungkan yakni :

1. Siapa (who), siapakah yang menjadi sasaran penyebaran penyakit itu atau orang yang terkena penyakit.

2. Di mana (where), di mana penyebaran atau terjadinya penyakit.

3. Kapan (when), kapan penyebaran atau terjadinya penyakit tersebut.

Jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan ini adalah merupakan faktor-faktor yang menentukan terjadinya suatu penyakit. Dengan perkataan lain terjadinya atau penyebaran suatu penyakit ditentukan oleh 3 faktor utama yakni orang, tempat dan waktu.

Peranan epidemiologi, khususnya dalam konteks program Kesehatan dan Keluarga Berencana adalah sebagai tool (alat) dan sebagai metode atau pendekatan. Epidemiologi sebagai alat diartikan bahwa dalam melihat suatu masalah KB-Kes selalu mempertanyakan siapa yang terkena masalah, di mana dan bagaimana penyebaran masalah, serta kapan penyebaran masalah tersebut terjadi.

Demikian pula pendekatan pemecahan masalah tersebut selalu dikaitkan dengan masalah, di mana atau dalam lingkungan bagaimana penyebaran masalah serta bilaman masalah tersebut terjadi. Kegunaan lain dari epidemiologi khususnya dalam program kesehatan adalah ukuran-ukuran epidemiologi seperti prevalensi, point of prevalence dan sebagainya dapat digunakan dalam perhitungan-perhitungan : prevalensi, kasus baru, case fatality rate dan sebagainya.

BAB II

PEMBAHASANPENELITIAN EPIDEMIOLOGI

LEARNING OBJECTIVES :

1. Memahami dan mampu menjelaskan penelitian epidemiologi

2. Memahami dan mampu menjelaskan penggunaan penelitian epidemiologi

SKENARIO :

Pertanyaan Untuk Mahasiswa

1. Jelaskan jenis-jenis penelitian epidemiologis

2. Keuntungan dan kerugian dari masing-masing jenis penelitian epidemiologi3. Pada kasus diatas, termasuk jenis yang mana?

4. Hitunglah insidensi, prevalensi, RR dan OR.A. PENELITIAN ANALITIK

1) STUDI CROSS SECTIONAL

Survey cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara factor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasional atau pengumpukan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variable subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama.Penelitian cross sectional ini sering juga disebut penelitian transversal, dan sering digunakan dalam penelitian-penelitian epidemiologi. Dibandingkan dengan penelitian-penelitan yang lain, metode penelitian ini merupakan yang paling lemah karena penelitian ini paling mudah dilakukan dan sangat sederhana. Pengertian yang perlu dipahami dalam penelitian cross sectional, dan juga untuk jenis penelitian analitik yang lain, di antaranya ialah :

a. Penyakit, atau efek.

b. Faktor resiko untuk terjadinya penyakit tersebut.

c. Agen penyakit (penyebab penyakit)

Faktor risiko ialah faktor-faktor atau keadaan-keadaan yang mempengaruhi perkembangan suatu penyakit atau status kesehatan tertentu. Ada dua macam faktor risiko, yaitu :

a. Faktor risiko yang berasal dari organisme itu sendiri (faktor risiko intrinsik). Ada dua macam faktor risiko, yaitu :

1. Faktor jenis kelamin dan usia

Beberapa penyakit tertentu berkaitan atau cenderung diderita oleh seseorang dengan jenis atau usia tertentu.

2. Faktor-faktor anatomi atau konstitusi tertentu

3. Faktor nutrisib. Faktor risiko yang berasal dari lingkungan (faktor risiko ekstrinsik) yang memudahkan seseorang terjangkit suatu penyakit tertentu. Berdasarkan jenisnya faktor ekstrinsik ini dapat berupa : keadaan fisik, kimiawi, biologik, psikologik, maupun social budaya dan perilaku.Rancangan studi cross sectional adalah sebagai berikut :

POPULASI (SAMPEL)

Faktor Resiko +

Faktor Resiko

Efek + Efek -

Efek +

Efek -

Dari skema tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah penelitian Cross Sectional adalah sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi variable-variabel penelitian dan mengidentifikasi faktor risiko dan faktor efek.

b. Menetapkan subjek penelitian.

c. Melakukan observasi atau pengukuran variable-variabel yang merupakan faktor risiko dan efek sekaligus berdasarkan status keadaan variable pada saat itu (pengumpulan data)

d. Melakukan analisis korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar kelompok-kelompok hasil observasi (pengukuran).Keterangan :A : subjek dengan faktor risiko yang mengalami efek

B : subjek dengan faktor risiko yang tidak mengalami efek

C : subjek tanpa faktor risiko yang mengalami efek

D : subjek tanpa faktor risiko yang tidak mengalami efekAnalisis hubungan atau perbedaab prevalens antara kelompok-kolompok yang diobservasi dilakukan setelah validasi dan pengelompokkan data penelitian yang diperoleh. Analisis dapat berupa suatu uji hipotesis ataupun analisis untuk memperoleh risiko relative. Hal yang terakhir inilah yang lebih sering dihitung dalam studi faktor risiko.Yang dimaksudkan dengan istilah risiko relative adalah perbandingan antara prevalensi penyakit (efek) pada kelompok dengan risiko, dengan prevalensi efek pada kelompok tanpa risiko. Pada studi Cross Sectional, risiko relative yang diperoleh bukan risiko relative yang murni. Pada studi Cross Sectional estimasi resiko relative diperoleh dengan menghitung rasio prevalens. Berikut formula Rasio Prevalens :

RP = A/(A+B) : C/(C+D)

A/A+B = Proporsi (prevalens) subjek yang mempunyai factor risisko yang mengalami efek, sedangkan

C/C+D = Proporsi (prevalens) subjek tanpa faktor resiko yang mengalami efek.

Rasio prevalens harus disertai dengan interval kepercayaan (Confiden interval) yang dikehendaki, yang menentukan apakah rasio prevalens tersebut bermakana atau tidak. Interval kepercayaan akan menunjukkan rentang nilai rasio prevalens yang diperoleh pada populasi terjangkau apabila sampling dilakukan berulang-ulang.

Interprestasi hasil:

a. Bila nilai rasio prevalens = 1 berarti variable yang diduga merupakan factor risiko tersebut itu tidak ada pengaruhnya untuk terjadinya efek, dengan kata lain bersifat netral. Misalnya semula diduga bahwa pemakaian kontrasepsi oral merupakan risiko untuk terjadinya penyakit jantung bawaan. Bila dalam perhitungan ternyata rasio prevalensinya = 1, maka dari data yang ada berarti kontrasepsi oral bukan merupakan factor risiko terjadinya panyakit jantung bawaan.

b. Bila nilai rasio prevalensi > 1 berarti variable tersebutt merupakan factor risiko untuk timbulnya penyakit tertentu. Misalnya rasio prevalensi pemakaian KB suntik pada ibu mneyusui terhadap kurang gizi pada anak = 2, hal ini menunjukkan bahwa KB suntik merupakan factor risiko untuk terjadinya defesiensi gizi pada bayi.

c. Apabila nilai Rp < 1, berarti factoryang diteliti tersebut justru mengurangi kejadian penyakit, dengan perkataan lain variable yang diteliti tersebut merupakan factor protektif. Misalnya Rp pemberian ASI untuk terjadinya diare pada bayi adalah 0,5 berarti ASI justru merupakan factor pencegah terjadinya diare.

Kelebihan

a. Keuntungan yang utama dari desain Cross Sectional adalah memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum, tidak hanya yang mancari pengobatan, hingga generaliasinya cukup memadai.

b. Desain ini relative mudah, murah, dan hasilnya cepat dapat diperoleh.

c. Dapat dipakai untuk meneliti sekaligus banyak variabel.

d. Tidak terancam loss follow-up (drop out).

e. Dapat dimasukkan kedalam tahapan pertama suatu penelitian kohort atau eksperimen, tanpa atau dengan sedikit sekali menambah biaya.

f. Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian berikutnya yang lebih konklusif. Kekurangan

a. Sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan (temporal relationship tidak jelas). Akibatnya sering tidak mungkin ditentukan mana yang sebab dan mana akibat.

b. Studi prevalens lebih banyak menjaring subjek yang mempunyai masa sakit yang panjang dari pada mereka yang mempunyai masa sakit yng pendek. Hal ini disebabkan karena individu yang cepat sembu atau cepat meniggal akan mempunyai kesempatan yang relative kecil untuk terjaring dalam studi ini. Bila karakteristik pasien yang cepat sembuh atau cepat meninggal itu berbeda dengan mereka yang mempunyai masa sakit yang panjang, maka akan terdapat terjadi salah interpretasi dari hasil temuan studi tersebut.

c. Dibutuhkan subjek yang cukup besar, terutama bila variabel yang dipelajari banyak.

d. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidens, maupun prognosis

e. Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang, misalnya kanker lambung.

f. Mungkin terjadi bias prevales atau bias insiden karena efek suatu faktor risiko selama selang waktu tertentu disalah tafsirkan sebagai efek penyakit.

2) COHORT STUDY

Pengertian

Pengertian studi prospektif adalah meneliti apakah orang yang sehat tetapi memiliki resiko atau paparan positif akan menderita sakit atau tidak pada waktu mendatang. Dengan kata lain, ingin melihat dan membuktikan ada atau tidaknya hubungan atau asosiasi antara factor resiko dan penyakit.

Dalam studi ini sekelompok orang dipaparkan (exposed) pada suatu penyebab penyakit (agent). Kemudian diambil sekelompok orang lagi yang mempunyai ciri-ciri yang sama dengan kelompok pertama tetapi tidak dipaparkan atau dikenakan pada penyebab penyakit. Kelompok kedua ini disebut kelompok kontrol. Setelah beberapa saat yang telah ditentukan kedua kelompok tersebut dibandingkan, dicari perbedaan antara kedua kelompok tersebut, bermakna atau tidak.

Studi yang mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit dengan memilih dua kelompok studi berdasarkan status paparan yang kemudian diikuti (follow up) hingga periode tertentu sehingga dapat diidentifikasi dan dihitung besarnya kejadian penyakit. Kelompok studi merupakan sekelompok orang yang terpapar pada faktor risiko dan kelompok kontrol adalah sekelompok orang yang tidak terpapar. Dalam periode tertentu kelompok ini terus dipastikan keadaan paparan dan sakitnya.

Berbeda dengan studi case control, studi ini bersifat kedepan (forward looking) sehingga penelitian dimulai dari faktor risikonya, dalam kasus ini adalah kebiasaan jajan di sekolah dan cuci tangan, kemudian diikuti dengan kejadian penyakitnya yang dalam hal ini adalah typhoid.

Contoh: Untuk membuktikan bahwa merokok merupakan faktor utama penyebab kanker paru-paru, diambil 2 kelompok orang, kelompok satu terdiri dari orang-orang yang tidak merokok kemudian diperiksa apakah ada perbedaan pengidap kanker paru-paru antara kelompok perokok dan kelompok non perokok.

Cohort dalam terminologi kamus adalah kelompok atau pengikut. Rancangan studi kohor ditujukan untuk mengkaji asosiasi antara munculnya suatu penyakit dengan faktor tertentu (paparan).

Karakteristik studi kohort1. Bersifat observasional

2. Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat

3. Disebut sebagai studi insidens 4. Terdapat kelompok kontrol 5. Terdapat hipotesis spesifik 6. Dapat bersifat prospektif ataupun retrospektif 7. Untuk kohor retrospektif, sumber datanya menggunakan data sekunder

Skema studi kohort

Bentuk-bentuk studi kohort

Studi kohor pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kelompok utama yakni kohor prospektif dan kohor retrospektif (historical cohort study). Di samping itu, dikenal pula suatu modi-fikasi studi kohor yakni nested case-control study yakni suatu bentuk pengamatan kohor yang menggunakan analisis bentuk kasus-kelola (case control study).(1) kohor prospektif

Bentuk pengamatan ini merupakan bentuk studi kohor yang murni sesuai dengan sifatnya. Pengamatan dimulai pada saat populasi kohor belum mengalami akibat yang diteliti dan hanya diketahui kelompok yang terpapar (berisiko) dan yang tidak terpapar. Bentuk ini ada dua macam yaitu (1) kohor prospektif dengan pembanding internal, di mana kelompok yang terpapar dan yang tidak terpapar (sebagai kelompok pembanding atau kontrol) berasal dari satu populasi yang sama; (2) kohor prospektif dengan pembanding eksternal di mana kelompok terpapar dan kelompok pembanding tidak berasal dari satu populasi yang sama.

Pada bentuk pertama, populasi kohor dibagi dalam dua kelompok yakni yang terpapar dan yang tidak terpapar sebagai kelompok pembanding. Kedua kelompok tersebut diikuti secara prospektif sampai batas waktu penelitian, di mana akan muncul dari kelompok terpapar dua subkelompok yakni subkelompok yang mengalami akibat/efek (a) dan yang tidak mengalami akibat (b). Sedangkan dari kelompok yang tidak terpapar akan muncul juga dua subkelompok yakni yang mengalami akibat (c) dan yang tidak mengalami akibat (d).Dari hasil pengamatan kohor tersebut, peneliti dapat menghitung insiden kejadian dari kelompok yang terpapar dan insiden kejadian dari kelompok yang tidak terpapar dan kemudian dapat dihitung; angka resiko relatif hasil pengamatan.

Pada bentuk kedua dari kohor prospektif adalah populasi kohor terdiri dari dua populasi yang berbeda, dengan satu populasi mengalami keterpaparan (ada faktor risiko) dan populasi lainnya tanpa faktor risiko.

Bentuk studi kohor dengan pembanding eksternal ini harus memperhatikan sifat kedua populasi awal (populasi yang terpapar dan pembanding) yakni sifat-sifat populasi di luar faktor keterpaparan atau faktor risiko yang diteliti. Hasil luaran terjadinya efek yang diamati pada kedua populasi ini, memberikan nilai rate insiden populasi yang terpapar dan rate insiden populasi yang tidak terpapar.

(2) kohor retrospektif

Umumnya studi kohor bersifat prospektif, di mana peneliti memulai pengamatan dengan mengidentifikasi kelompok dengan faktor risiko (terpapar) dan kelompok tanpa faktor risiko (tidak terpapar), kemudian diamati akibat yang diharapkan terjadi sepanjang waktu tertentu. Namun demikian, studi kohor dapat pula dilakukan dengan menggunakan data yang telah dikumpulkan pada waktu yang lalu yang tersimpan dalam arsip atau bentuk penyimpanan data lainnya.

Umpamanya seorang peneliti yang ingin menganalisis faktor-faktor risiko dari 78 orang penderita stroke yang berasal dari kelompok pegawai perusahaan tertentu yang dijumpainya dalam dua tahun terakhir, dengan menelusuri catatan kesehatan penderita tersebut sejak bekerja pada perusahan yang dimaksud.

Contoh lain adalah pengamatan terhadap sejumlah pegawai bagian produksi dari suatu pabriksemen tertentu yang sedang menderita sejenis penyakit gangguan pernapasan. Peneliti mencoba mengamati faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit tersebut dengan menelusuri data kesehatan dan faktor lingkungan tempatnya bekerja sejak pegawai tersebut mulai bekerja pada pabrik tadi.

Prinsip studi kohor retrospektif tetap sama dengan kohor biasa, namun pada bentuk ini, pengamatan dimulai pada saat akibat (efek) sudah terjadi. Yang terpenting dalam bentuk ini adalah populasi yang diamati tetap memenuhi syarat populasi kohort dan yang diamati adalah faktor risiko masa lalu yang diperoleh melalui pencatatan data yang lengkap. Dengan demikian, bentuk penelitian retrospektif kohor hanya dapat dilakukan bila data tentang faktor risiko tercatat dengan baik sejak terjadinya keterpaparan pada populasi yang sama dengan efek yang ditemukan pada awal pengamatan.

Pada dasarnya keunggulan studi kohor prospektif dijumpai pula pada kohor retrospektif, namun kohor retrospektif membutuhkan biaya yang lebih rendah. Kelemahannya terletak pada kualitas pengukuran dan pencatatan faktor risiko yang telah berlalu sehingga sangat ditentukan oleh kualitas data yang telah dikumpulkan pada waktu yang lalu. Presentasi data

ExposureYaTidakTotal

YaAba+b

TidakCdc+d

TotalA+cB+dA+b+c+d

Pengukuran efek:

1. Insiden Rate (IR)

Group terpapar (exposure) IE= a/ a+b

Group tak terpapar (non exposure) IO= c/ c+d2. Resiko relatif

RR = IE/ IO = a / (a+b) : c/ (c+d)

Resiko relative :

1. Estimasi besarnya hubungan antara factor pemapar dan penyakit

2. Menunjukan kekerapan munculnya pada group terpapa relative dibandingkan group tidak terpapar

Interpretasi RR :

1. RR=1, berarti tidak ada asosiasi factor resiko dengan penyakit

2. RR >1 , berarti ada asosisai positif antara factor resiko dengan penyakit

3. RR < 1, berarti ada asosisai negative antara factor resiko dengan penyakit

Ciri utama studi kohor1. Terdapat pemilihan subjek berdasar status paparan terpapar atau tidak terpapar

2. Kelompok-kelompok subjek yang dipilih memiliki karakter sama (bebas penyakit)3. Memiliki periode waktu pengamatan tertentu4. Pengamatan muncul tidaknya penyakit pada subjek5. Dimungkinkan untuk dilakukan penghitungan laju insidensi6. Peneliti tidak menglokasikan paparan dengan sengaja (bukan eksperimental)Studi kohort sering pula disebut sebagai study follow up atau studi prospektif sebab cohort (kelompok) diikuti dalam satu periode untuk diamati perkembangannya penyakit yang dialaminya. Dalam sebuah studi kohor peneliti menentukan sebuah kelompok dari individu yang terpapar dan sebuah kelompok dari individu yang tidak terpapar dan selanjutnya mengikuti atau mengamati kedua kelompok untuk dibandingkan insiden penyakitnya (atau kematian akibat penyakit)

Keuntungan studi kohort1. Kesesuaiannya dengan logika inferensi kausal yaitu penelitian dimulai dengan menentukan penyebab dan diikuti dengan akibat, pada saat penelitian dimulai seluruh subjek dalam kondisi tidak memiliki penyakit yang sedang diamati.

2. Memungkinkan peneliti untuk menghitung laju insidensi, yang memberi gambaran lebih lengkap mengenai potensi dan kecenderungan suatu paparan.

3. Memungkinkan peneliti mempelajari berbagai efek secara bersama yang ditimbulkan oleh sebuah paparan. Contoh meskipun sebuah studi prospektif awalnya ditujukan untuk mengamati asosiasi antara kebiasaan merokok ( merokok dan tidak merokok) dengan kanker paru, hasil penelitin juga memperlihatkan bahwa kebiasaan merokok berkaitan pula dengan perkembangan penyakit seperti emphysema, peptic ulcer

4. Kemungkinan bias seleksi subjek dalam studi prospektif ini kecil, karena penyakit yang diamati belum muncul, berbeda dengan studi retrospektif (case control atau retrospektif kohort)

Kelemahan1. Memerlukan waktu penelitian yang panjang bahkan kadang sangat panjang

2. Biaya yang sangat besar

3. Keberadaan subjek dan peneliti sendiri ( mungkin justru meninggal karena faktor lain atau tidak dapat meneruskan dengan alasan lain)

4. Tidak efisien dan tidak praktis untuk mempelajari penyakit yang langka: hilangnya subyek amatan selama masa penelitian5. Tidak cocok menentukan merumuskan hipotesis tentang faktor etiologi lainnya untuk penyakit amatan.B. PENELITIAN EKSPERIMEN

Penelitian eksperimen atau percobaan (experiment research) adalah kegiatan percobaan (eksperiment), yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu. Ciri khusus dari penelitian eksperimen adalah adanya trial. Percobaan itu berupa perlakuan atau intervensi terhadap variabel. Dari perlakuan tersebut diharapkan terjadi perubahan atau pengaruh terhadap variabel yang lain.

Tujuan utama penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling sebab akibat dengan cara mengadakan inervensi atau mengenakan perlakuan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen, kemudian hasil (akibat) dari intervensi tersebut dibandingkan dengan kelompok yang tidak dikenakan perlakuan (kelompok kontrol).Langkah-langkah dalam melakukan penelitian eksperimen yaitu :

a. Melakukan tinjauan literature, terutama yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.

b. Mengidentifikasi dan membatasi masalah penelitian.

c. Merumuskan hipotesis-hipotesis penelitian.

d. Menyusun rencana eksperimen, yang biasanya mencakup :

1. Menetukan variabel bebas dan variabel terikat

2. Memilih desain eksperimen yang akan digunakan

3. Menentukan sampel

4. Menyusun alat eksperimen dan alat ukur

5. Menyusun outline prosedur pengumpulan data

6. Menyusun hipotesis

e. Melakukan pengumpulan data tahap pertama (pretest)

f. Melakukan eksperimen.

g. Mengumpulkan data tahap kedua (posttest)

h. Mengolah dan menganalisis data.

i. Menyusun laporan.

Pada umumnya penelitian eksperimen ini hanya menggunakan sampel yang relative kecil, bila dibandingkan dengan besarnya populasi.Oleh Karena itu, hasil penelitian eksperimen ini diolah dan dianalisis dengan uji statistic yang cermat, sehingga dapat dilakukan generlisasi yang memadai.

1) EKSPERIMEN SUNGGUHAN (TRUE EXPERIMENT)

Tujuan penelitian eksperimental sungguhan adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab-akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental dengan satu atau lebih kondisi perlakuan dan memperbandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan.

Ciri utama dari penelitian eksperimen meliputi:

a. Pengaturan variabel-variabel dan kondisi-kondisi eksperimental secara tertib-ketat, baik dengan kontrol atau manipulasi langsung maupun dengan randomisasi (pengaturan secara rambang).

b. Secara khas menggunakan kelompok kontrol sebagai garis dasar untuk dibandingkan dengan kelompok (kelompok-kelompok) yang dikenai perlakuan eksperimental.

c. Memusatkan usaha pada pengontrolan varians dengan cara: pemilihan subyek secara acak, penempatan subyek dalam kelompok-kelompok secara rambang, dan penentuan perlakuan eksperimental kepada kelompok secara rambang.

d. Validitas internal merupakan tujuan pertama metode eksperimental.

e. Tujuan ke dua metode eksperimental adalah validitas eksternal.

f. Dalam rancangan eksperimental yang klasik, semua variabel penting diusahakan agar konstan kecuali variabel perlakuan yang secara sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.

Kelebihan

a. Dapat melakukan kontrol maksimal terhadap situasi terhadap situasi penelitian.

b. Memungkinkan terjadinya penyebaran secara acak penyebaran karakteristik dasar termasuk faktor perancu dengan sebanding kepada eksperimen dan kelompok kontrol.

Kekurangan

a. Tidak bias bebas sepenuhnya dari faktor luar, human error, peran peluang. Untuk mengatasinya dilakukan stratifikasi blok. Blok yang dimaksud adalah populasi homogen seperti keluarga, kelompok kerja, kelompok pasien atau daerah geografis.

b. Randomisasi menjadi tidak etis ketika sekelompok subyek tidak mendapatkan perlakuan sedangkan kelompok lain mendapatkan perlakuan yang dipandang bermanfaat baik oleh peneliti maupun subyek penelitian.

2) EKSPERIMEN SEMU (QUASI EXPERIMENT)

Tujuan penelitian eksperimental-semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. Si peneliti harus dengan jelas mengerti kompromi apa yang ada pada validitas internal dan validiti eksternal rancangannya dan berbuat sesuai dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut.

Ciri penelitian eksperimen semu meliputi:

a. Penelitian eksperimental-semu secara khas mengenai keadaan praktis, yang di dalamnya adalah tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan kecuali beberapa dari variabel tersebut.

b. Subyek penelitian adalah manusia, misalnya dalam mengukur aspek minat, sikap, dan perilaku.

c. Tetap dilakukan randomisasi untuk sampel, sehingga validitas internal masih dapat dijaga.

Kelebihan

a. Lebih mudah diterapkan

b. Lebih murah

Kekurangan

a. Karena tidak dilakukan randomisasi maka tidk mampu mengendalikan faktor perancu.

b. Dapat mengakibatkan bias.Dari data pada scenario diatas, dapat di diperoleh nilai insidensi, prevalensi, resiko relative dan odds relative. Dengan penjabaran sebagai berikut:

Resiko relative

RR = a / (a+b) : c/ (c+d)= 10/ (10+40) : 15/(15+35)

=10/50 : 15/150

= 0,2 : 0,1

= 2 Insiden

IR= a+c/N

= 10+15/200

=25/200

=0,125

Odds relative

OR= a.d/b.c

= 10.135/15.40

=2,25

DAFTAR PUSTAKA

Bhisma Murti. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Budiarto. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGCBustan MN. 2002. Pengantar Epidemiologi Dasar- Dasar Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta Nasry.Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2. Jakarta: Rineka Cipta.Fleiss tahun 1981 melakukan penelitian tentang hubungan usia ibu hamil dan Berat Bayi yang dilahirkan dengan melakukan wawancara terhadap ibu hamil yang telah melahirkan. Hasil penelitian sebagai berikut :

USIA IBU HAMILBerat Bayi < 2500 gramBerat Bayi > 2500 gram< 20 tahun

>20 tahun10

1540

135TOTAL25175

Fleiss tahun 1981 melakukan penelitian tentang hubungan usia ibu hamil dan Berat Bayi yang dilahirkan dengan melakukan wawancara terhadap ibu hamil yang telah melahirkan. Hasil penelitian sebagai berikut :

USIA IBU HAMILBerat Bayi < 2500 gramBerat Bayi > 2500 gram< 20 tahun

>20 tahun10 (a)

15 (c)40 (b)

135 (d)TOTAL25175

Skema studi kohort

Sumber : Bhisma Murti, prinsip dan metode riset epidemiologi, 2003.

Studi dimulaiMasa Sekarang

Outcome Masa Depan