planozone

34
urban magazine planozone 1 st Edition impression in our first

Upload: hmp-pangripta-loka-itb

Post on 30-Mar-2016

215 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Majalah keprofesian perdana HMP PL ITB periode 2010/2011 yang pada akhirnya pada periode 2011/2012 diputuskan untuk berubah nama menjadi The Planners Magazine.

TRANSCRIPT

Page 1: PLANOZONE

u r b a n m a g a z i n eplanozone1 st Ed it ionimpress ion i n our f irst

Page 2: PLANOZONE

PLANOZONE 3

Penanggung JawabTizar BijaksanaMega NovetrishkaRoby Dwiputra

Pemimpin RedaksiAnissa Chairudea

EditorHeni Herawati

Desain dan LayoutAli Akbar FadallahRahmi FauziahAkbar Rizky P

ProduksiDebby RahmiDian LutfianaAstri MauliawatiWahyuni PReza

PenulisAfira FairaniAkhira MutiaraHerry CandiDian SanitiElmo WiratamaArfida EshaAfrizal RamadhanIkrar Eka Praya GAnissa Yuniashaesa

FotograferFandy Puriandi

HumasYescha NuradisaDiantha ArafiaGhina MarrosUlly FaoziahCeisy alfiani

planozone

kontributor

Daftar isi

4

8

11

12

18

22

26

1430

32

isu utama

pengenalan

isu pendukung

galeri foto

pengenalan

liputan

ARTIKEL

rubrik bebas

wawancaratokoh perencanaan

resensi buku

greentransportation

Ilmu Planologi

Bangkitan Transportasi Kota Bandung

- Transportasi Publik di Belanda- Pedestrian Yang Terlupakan

Denny Zulkaidi, Ir., MUP.,Dr.

- Waterfront Tourism Development- Pengawasan Tata Ruang

Planosphere VI“ Transgreeneration ”

HMP Pangriptaloka ITB

Hot Flat Crowded

pendapat dari dosen

pendapat dari praktisi

pendapat dari mahasiswa

Heni Herawati

Ali Akbar Fadallah

Rahmi Fauziah

Fandy Puriandi

Yescha Nuradisa

Diantha Arafia

Gina Marros

Ully Fauziah

Ceisy AlifianiDebby Rahmi

Dian Luthfiana

sebagai solusi transportasi berkelanjutan

Page 3: PLANOZONE

PLANOZONE 3

Penanggung JawabTizar BijaksanaMega NovetrishkaRoby Dwiputra

Pemimpin RedaksiAnissa Chairudea

EditorHeni Herawati

Desain dan LayoutAli Akbar FadallahRahmi FauziahAkbar Rizky P

ProduksiDebby RahmiDian LutfianaAstri MauliawatiWahyuni PReza

PenulisAfira FairaniAkhira MutiaraHerry CandiDian SanitiElmo WiratamaArfida EshaAfrizal RamadhanIkrar Eka Praya GAnissa Yuniashaesa

FotograferFandy Puriandi

HumasYescha NuradisaDiantha ArafiaGhina MarrosUlly FaoziahCeisy alfiani

planozone

kontributor

Daftar isi

4

8

11

12

18

22

26

1430

32

isu utama

pengenalan

isu pendukung

galeri foto

pengenalan

liputan

ARTIKEL

rubrik bebas

wawancaratokoh perencanaan

resensi buku

greentransportation

Ilmu Planologi

Bangkitan Transportasi Kota Bandung

- Transportasi Publik di Belanda- Pedestrian Yang Terlupakan

Denny Zulkaidi, Ir., MUP.,Dr.

- Waterfront Tourism Development- Pengawasan Tata Ruang

Planosphere VI“ Transgreeneration ”

HMP Pangriptaloka ITB

Hot Flat Crowded

pendapat dari dosen

pendapat dari praktisi

pendapat dari mahasiswa

Heni Herawati

Ali Akbar Fadallah

Rahmi Fauziah

Fandy Puriandi

Yescha Nuradisa

Diantha Arafia

Gina Marros

Ully Fauziah

Ceisy AlifianiDebby Rahmi

Dian Luthfiana

sebagai solusi transportasi berkelanjutan

Page 4: PLANOZONE

PLANOZONE

kum di laboratorium khusus, maka mahasiswa planologi melakukan praktikum di studio. Pasti masih ada yang bertanya-tanya tentang apakah studio itu, apakah menyerupai studio foto atau stu-dio bioskop. Studio yang dimaksud disini adalah sarana yang digunakan untuk merencanakan suatu kota atau wilayah dengan mengambil con-toh kasus suatu kota atau wilayah di Indonesia. Biasanya dalam satu studio terdiri dari 20-30 ma-hasiswa ditambah dosen dan asisten. Dalam keg-iatannya anggota studio dikelompokkan kedalam beberapa aspek seperti fisik, sosial, dan ekonomi. Kemudian setiap mahasiswa mengerjakan setiap aspek yang diwakilinya. Disinilah terjadi konsep perencanaan menurut Patrick Geddes. Dimulai

dari proses pengumpulan data dan pengolahan data-data tersebut dengan menggunakan metode analisis yang tepat, sehingga diperoleh output yang diharapkan. Selanjutnya di studio ini akan diperlihatkan bahwa dalam perencanaan sangat penting adanya kerja sama dalam satu tim. Hal ini disebabkan keilmuan planologi yang bersifat yang komprehensif dan saling terkait antar aspe-knya sehingga akan sedikit sulit jika hanya beker-ja sendiri.

Planner atau perencana, adalah nama profesi dari keilmuan planologi. Kompetensi yang dimil-iki dari seorang perencana diantaranya berpikir

kontinyu, sistematis, berwawasan luas, kompre-hensif, dan harus berorientasi masa depan. Kare-na perencanaan adalah proses kontinyu dalam pengambilan keputusan bagaimana memanfaat-kan sumber daya yang ada guna mencapai tujuan di masa depan (Conyer,1984).

Prospek profesi planologi bisa dikategorikan menjadi dua, planning dan non-planning. Plan-ning adalah profesi yang erat kaitannya dengan planologi dan non-planning adalah profesi yang tidak terkait sama sekali dengan planologi. Untuk planning, alumni planologi banyak yang bekerja di instansi pemerintahan seperti PU, BAPPENAS, BAPPEDA dan sebagainya. Selain itu alumni Pla-

nologi banyak juga yang berkecimpung di devel-oper seperti Alam Sutera dan Sentul City. Dalam dunia akademis banyak yang menjadi dosen dan peneliti. Dalam bidang non-planning, banyak alumni planologi yang menjadi pengusaha, terjun dalam dunia fashion, menjadi ahli komunikasi, perbankan dan sebagainya. Sebagian besar men-gatakan bahwa meskipun sekarang bekerja dalam bidang yang tidak langsung berhubungan dengan perencanaan wilayah dan kota, ilmu-ilmu serta pola pikir komprehensif dalam perencanaan yang dipelajari semasa kuliah sangat membantu dalam pengembangan karir mereka.

FerdinandKetua DivisiKeprofesianHMP PL ITB2010 - 2011

5

Belum banyak orang yang mengenal “Plan-ologi” atau yang seka-

rang biasa disebut “Perencanaan Wilayah dan Kota”. Ketika orang awam mendengar kata “Plan-ologi”, banyak yang mengatakan hal yang muncul dipikiran mer-eka adalah pekerjaan menata kota tapi tidak sedikit juga yang membayangkan “ilmu planet atau ilmu tumbuh-tumbuhan”

atau bahkan tidak tahu sama sekali.

Keilmuan planologi pada dasarnya me-

miliki karakteristik yang berbeda apabila dibandingkan dengan keilmuan lainnya. Jika kita mendefinisikan plan-ologi sebagai ilmu meren-canakan suatu kota atau wilayah, maka tentu akan banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaannya, tidak hanya dari faktor fisik bangunan saja. Na-mun terdapat juga faktor ekonomi (misalnya pertumbuhan ekonomi), faktor fisik lingkun-gan (misalnya kesuburan tanah), faktor so-sial kependudukan (misalnya pertumbuhan

penduduk, kesejahteraan masyarakat), dan sebagainya. Karena itu, bisa dipahami bahwa ilmu planologi adalah keilmuan yang kom-prehensif, tidak hanya membahas pada satu hal spesifik saja.

Secara umum, jenis-jenis disiplin ilmu yang dipelajari dalam planologi adalah ilmu kebumian (geografi, geodesi, geologi), eko-nomi, sosial budaya, manajemen, hukum, engineering, dan keilmuan lainnya. Akan tetapi, semua disiplin ilmu tersebut tidak dibahas secara rinci dan spesifik, hanya dasar-dasar fundamentalnya saja. Selain itu keilmuan planologi selalu diidentikkan den-

gan aspek sosial dan kemasyarakatan. Hal ini wajar karena kegiatan perencanaan wilayah

dan kota ditujukan un-tuk mengakomodasi ke-pentingan masyarakat. Dengan demikian dalam sebagian besar kegiatan perkuliahannya, program studi ini mengharuskan

mahasiswa untuk selalu berinteraksi dengan masyarakat.

Jika pada keilmuan engineering dan sci-ence lainnya mahasiswa melakukan prakti-

planologi“ Planologi sebagai ilmu me-rencanakan suatu kota atau wilayah “

kom-

manusiadan

aktivitasnya

ruang

fisik danlingkungan

komprehensif

kontinyudan

sistematis

p e n g e n a l a n

Page 5: PLANOZONE

PLANOZONE

kum di laboratorium khusus, maka mahasiswa planologi melakukan praktikum di studio. Pasti masih ada yang bertanya-tanya tentang apakah studio itu, apakah menyerupai studio foto atau stu-dio bioskop. Studio yang dimaksud disini adalah sarana yang digunakan untuk merencanakan suatu kota atau wilayah dengan mengambil con-toh kasus suatu kota atau wilayah di Indonesia. Biasanya dalam satu studio terdiri dari 20-30 ma-hasiswa ditambah dosen dan asisten. Dalam keg-iatannya anggota studio dikelompokkan kedalam beberapa aspek seperti fisik, sosial, dan ekonomi. Kemudian setiap mahasiswa mengerjakan setiap aspek yang diwakilinya. Disinilah terjadi konsep perencanaan menurut Patrick Geddes. Dimulai

dari proses pengumpulan data dan pengolahan data-data tersebut dengan menggunakan metode analisis yang tepat, sehingga diperoleh output yang diharapkan. Selanjutnya di studio ini akan diperlihatkan bahwa dalam perencanaan sangat penting adanya kerja sama dalam satu tim. Hal ini disebabkan keilmuan planologi yang bersifat yang komprehensif dan saling terkait antar aspe-knya sehingga akan sedikit sulit jika hanya beker-ja sendiri.

Planner atau perencana, adalah nama profesi dari keilmuan planologi. Kompetensi yang dimil-iki dari seorang perencana diantaranya berpikir

kontinyu, sistematis, berwawasan luas, kompre-hensif, dan harus berorientasi masa depan. Kare-na perencanaan adalah proses kontinyu dalam pengambilan keputusan bagaimana memanfaat-kan sumber daya yang ada guna mencapai tujuan di masa depan (Conyer,1984).

Prospek profesi planologi bisa dikategorikan menjadi dua, planning dan non-planning. Plan-ning adalah profesi yang erat kaitannya dengan planologi dan non-planning adalah profesi yang tidak terkait sama sekali dengan planologi. Untuk planning, alumni planologi banyak yang bekerja di instansi pemerintahan seperti PU, BAPPENAS, BAPPEDA dan sebagainya. Selain itu alumni Pla-

nologi banyak juga yang berkecimpung di devel-oper seperti Alam Sutera dan Sentul City. Dalam dunia akademis banyak yang menjadi dosen dan peneliti. Dalam bidang non-planning, banyak alumni planologi yang menjadi pengusaha, terjun dalam dunia fashion, menjadi ahli komunikasi, perbankan dan sebagainya. Sebagian besar men-gatakan bahwa meskipun sekarang bekerja dalam bidang yang tidak langsung berhubungan dengan perencanaan wilayah dan kota, ilmu-ilmu serta pola pikir komprehensif dalam perencanaan yang dipelajari semasa kuliah sangat membantu dalam pengembangan karir mereka.

FerdinandKetua DivisiKeprofesianHMP PL ITB2010 - 2011

5

Belum banyak orang yang mengenal “Plan-ologi” atau yang seka-

rang biasa disebut “Perencanaan Wilayah dan Kota”. Ketika orang awam mendengar kata “Plan-ologi”, banyak yang mengatakan hal yang muncul dipikiran mer-eka adalah pekerjaan menata kota tapi tidak sedikit juga yang membayangkan “ilmu planet atau ilmu tumbuh-tumbuhan”

atau bahkan tidak tahu sama sekali.

Keilmuan planologi pada dasarnya me-

miliki karakteristik yang berbeda apabila dibandingkan dengan keilmuan lainnya. Jika kita mendefinisikan plan-ologi sebagai ilmu meren-canakan suatu kota atau wilayah, maka tentu akan banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaannya, tidak hanya dari faktor fisik bangunan saja. Na-mun terdapat juga faktor ekonomi (misalnya pertumbuhan ekonomi), faktor fisik lingkun-gan (misalnya kesuburan tanah), faktor so-sial kependudukan (misalnya pertumbuhan

penduduk, kesejahteraan masyarakat), dan sebagainya. Karena itu, bisa dipahami bahwa ilmu planologi adalah keilmuan yang kom-prehensif, tidak hanya membahas pada satu hal spesifik saja.

Secara umum, jenis-jenis disiplin ilmu yang dipelajari dalam planologi adalah ilmu kebumian (geografi, geodesi, geologi), eko-nomi, sosial budaya, manajemen, hukum, engineering, dan keilmuan lainnya. Akan tetapi, semua disiplin ilmu tersebut tidak dibahas secara rinci dan spesifik, hanya dasar-dasar fundamentalnya saja. Selain itu keilmuan planologi selalu diidentikkan den-

gan aspek sosial dan kemasyarakatan. Hal ini wajar karena kegiatan perencanaan wilayah

dan kota ditujukan un-tuk mengakomodasi ke-pentingan masyarakat. Dengan demikian dalam sebagian besar kegiatan perkuliahannya, program studi ini mengharuskan

mahasiswa untuk selalu berinteraksi dengan masyarakat.

Jika pada keilmuan engineering dan sci-ence lainnya mahasiswa melakukan prakti-

planologi“ Planologi sebagai ilmu me-rencanakan suatu kota atau wilayah “

kom-

manusiadan

aktivitasnya

ruang

fisik danlingkungan

komprehensif

kontinyudan

sistematis

p e n g e n a l a n

Page 6: PLANOZONE
Page 7: PLANOZONE
Page 8: PLANOZONE

PLANOZONE

Desire-line merupakan representasi perminta-an antarbeberapa gabungan zona dalam ben-tuk garis di mana lebar garis mewakili besaran permintaan perjalanan tertentu. Terlihat bahwa pola perjalanan di wilayah studi Kota Band-ung dan sekitarnya sudah cukup merata untuk semua asal tujuan perjalanan, hal ini mem-buktikan bahwa permintaan perjalanan di Kota Bandung sudah sedemikian menyebar sesuai dengan Rencana Guna Lahan hingga Tahun 2013.

Prediksi Kinerja dari Penerapan Skenario Pembangunan

Untuk melakukan perbaikan pada kondisi transportasi kota, Bappeda Kota Bandung telah membuat beberapa skenario perencanaan pem-bangunan. Skenario ini kemudian diprediksi ha-sil kinerjanya dengan berbagai indikator, yaitu total waktu perjalanan, total panjang perjalanan, kecepatan rata-rata kendaraan, rata-rata rasio volume/capacity, konsumsi bahan bakar, emisi gas buang yang dihasilkan dan biaya perjalanan. Kemudian dihitung hasil perbaikan dari pelak-sanaan skenario tersebut dengan membanding-kannya apabila tidak dilakukan upaya apapun (kondisi do-nothing).

Secara ringkas prediksi kinerja hasil pelaksa-naan skenario termasuk dapat dijelaskan pada tabel berikut ini :

Dari hasil perbaikan kinerja alternatif peren-canaan pembangunan dapat diambil hasil anali-sis sebagai berikut:• Alternatif pengembangan angkutan massal

lebih efektif dalam menekan kemacetan dan meminimalkan dampak ekonomi (biaya trans-portasi) dan lingkungan (konsumsi BBM dan emisi gas buang)• Konsistensi penataan ruang di masa datang akan dapat memangkas pertumbuhan per-mintaan perjalanan sehingga berdampak positif bagi kinerja jaringan transportasi • Pengembangan jaringan jalan (dan jalan tol) tetap diperlukan, namun bukanlah pilihan yang terbaik• Manajemen lalulintas sangat perlu dilakukan, terutama dalam jangka pendek, untuk mengop-timalkan kapasitas yang ada• Penggunaan bahan bakar alternatif akan san-gat membantu dalam mengatasi dampak ling-kunganKesimpulanMencermati pendekatan dalam menganalisis dampak guna lahan terhadap bangkitan trans-portasi ada beberapa kesimpulan yang dapat kita ambil, yaitu:• Model Interaksi Dinamis antara Tata Ruang cukup memadai untuk digunakan dalam mema-hami dampak guna lahan terhadap bangkitan lalu lintas.• Dengan menggunakan pendekatan Matriks Asal Tujuan bisa diketahui pola perjalanan yang akan dianalisis dan perhitungan prediksi kinerja sistem transportasi sebagai hasil dari implemen-tasi dari skenario rencana pembangunan kota;

• Prediksi kinerja sistema transportasi dapat menjadi dasar pertimbangan bagi Pemerintah Kota Bandung di dalam pengambilan kebi-

jakan untuk skenario pembangunan ke depan, yaitu mendorong pengembangan angkutan massal sebagai solusi dari pemanfaatan ruang yang terjadi.

Kota Bandung dengan wilayah se-luas 167, 29 Km2 dirasakan san-gatlah terbatas, mengingat laju

pertumbuhan penduduk selalu mening-kat. Berdasarkan estimasi yang pernah di-lakukan, proyeksi jumlah penduduk Kota Bandung akan mencapai 4 juta lebih pada tahun 2030. Belum lagi potensi penduduk komuter dari wilayah sekitar Kota Band-ung, sangat besar pula jumlahnya hingga mencapai 500 ribu jiwa per hari, sehingga perlu dipikirkan bagaimana pola penanga-nannya. Disamping itu dari pemantauan beberapa tahun terakhir, kasus pemban-gunan yang terkait dengan pemanfaatan ruang, khususnya guna lahan ternyata membawa perubahan yang sangat sig-nifikan terhadap bangkitan transportasi, khususnya kinerja jaringan jalan. Karena itu ketika berbicara mengenai pengelolaan transportasi Kota Bandung, dapat disadari bahwa permasalahan yang dihadapi san-gatlah kompleks.

Hubungan Transportasi dengan Sistem Kegiatan

Sebagaimana dinyatakan oleh Man-heim dalam buku Fundamentals of Trans-portation System Analysis (1979), hubun-gan dasar antara transportasi dengan

sistem kegiatan dapat dijelaskan pada gambar In-teraksi Dinamis antara Tata Ru-ang dan Trans-portasi disamp-ing.

Hubungan tersebut dapat didefinisikan

dalam 3 elemen dasar, yakni: T (sistem transportasi), A (sistem kegiatan), yakni pola kegiatan ekonomi dan sosial), dan F (lalulintas di dalam sistem transportasi, misalnya: asal-tujuan, rute dan volume lalulintas).

Selanjutnya dengan memahami hubun-gan antara transportasi dengan sistem ke-giatan, maka pengembangan transportasi di Kota Bandung harus memperhatikan adanya interaksi dinamis antara tata ru-ang dan transportasi di mana:• Jaringan transportasi berperan dalam memfasilitasi kebutuhan pergerakan se-cara efisien dan efektif• Penyediaan jaringan transportasi ha-rus sesuai dengan karakteristik perjalanan yang ada• Karakteristik perjalanan direpresentasi-kan dalam pola pergerakan secara spasial dan intensitas pergerakan.

Pemodelan Matriks Asal Tujuan Kota Bandung

Dari hasil permodelan dalam penyu-sunan Rencana Induk Transportasi Kota Bandung 2006, telah dikembangkan Matriks Asal Tujuan (MAT) Tahun Dasar 2006. Proses estimasi MAT dengan data arus lalu lintas tersebut diperoleh dari software SATURN dengan hasil Visual-isasinya dalam bentuk desire-line per-jalanan harian disampaikan pada Gambar berikut ini :

AntonSunarwibowoKepala BidangPerencanaa, Tata Ruang Dan Sarana Prasarana BAPPEDA kota Bandung

I s u p e n d u k u n g

Bangkitan TransportasiKota Bandung

9

Page 9: PLANOZONE

PLANOZONE

Desire-line merupakan representasi perminta-an antarbeberapa gabungan zona dalam ben-tuk garis di mana lebar garis mewakili besaran permintaan perjalanan tertentu. Terlihat bahwa pola perjalanan di wilayah studi Kota Band-ung dan sekitarnya sudah cukup merata untuk semua asal tujuan perjalanan, hal ini mem-buktikan bahwa permintaan perjalanan di Kota Bandung sudah sedemikian menyebar sesuai dengan Rencana Guna Lahan hingga Tahun 2013.

Prediksi Kinerja dari Penerapan Skenario Pembangunan

Untuk melakukan perbaikan pada kondisi transportasi kota, Bappeda Kota Bandung telah membuat beberapa skenario perencanaan pem-bangunan. Skenario ini kemudian diprediksi ha-sil kinerjanya dengan berbagai indikator, yaitu total waktu perjalanan, total panjang perjalanan, kecepatan rata-rata kendaraan, rata-rata rasio volume/capacity, konsumsi bahan bakar, emisi gas buang yang dihasilkan dan biaya perjalanan. Kemudian dihitung hasil perbaikan dari pelak-sanaan skenario tersebut dengan membanding-kannya apabila tidak dilakukan upaya apapun (kondisi do-nothing).

Secara ringkas prediksi kinerja hasil pelaksa-naan skenario termasuk dapat dijelaskan pada tabel berikut ini :

Dari hasil perbaikan kinerja alternatif peren-canaan pembangunan dapat diambil hasil anali-sis sebagai berikut:• Alternatif pengembangan angkutan massal

lebih efektif dalam menekan kemacetan dan meminimalkan dampak ekonomi (biaya trans-portasi) dan lingkungan (konsumsi BBM dan emisi gas buang)• Konsistensi penataan ruang di masa datang akan dapat memangkas pertumbuhan per-mintaan perjalanan sehingga berdampak positif bagi kinerja jaringan transportasi • Pengembangan jaringan jalan (dan jalan tol) tetap diperlukan, namun bukanlah pilihan yang terbaik• Manajemen lalulintas sangat perlu dilakukan, terutama dalam jangka pendek, untuk mengop-timalkan kapasitas yang ada• Penggunaan bahan bakar alternatif akan san-gat membantu dalam mengatasi dampak ling-kunganKesimpulanMencermati pendekatan dalam menganalisis dampak guna lahan terhadap bangkitan trans-portasi ada beberapa kesimpulan yang dapat kita ambil, yaitu:• Model Interaksi Dinamis antara Tata Ruang cukup memadai untuk digunakan dalam mema-hami dampak guna lahan terhadap bangkitan lalu lintas.• Dengan menggunakan pendekatan Matriks Asal Tujuan bisa diketahui pola perjalanan yang akan dianalisis dan perhitungan prediksi kinerja sistem transportasi sebagai hasil dari implemen-tasi dari skenario rencana pembangunan kota;

• Prediksi kinerja sistema transportasi dapat menjadi dasar pertimbangan bagi Pemerintah Kota Bandung di dalam pengambilan kebi-

jakan untuk skenario pembangunan ke depan, yaitu mendorong pengembangan angkutan massal sebagai solusi dari pemanfaatan ruang yang terjadi.

Kota Bandung dengan wilayah se-luas 167, 29 Km2 dirasakan san-gatlah terbatas, mengingat laju

pertumbuhan penduduk selalu mening-kat. Berdasarkan estimasi yang pernah di-lakukan, proyeksi jumlah penduduk Kota Bandung akan mencapai 4 juta lebih pada tahun 2030. Belum lagi potensi penduduk komuter dari wilayah sekitar Kota Band-ung, sangat besar pula jumlahnya hingga mencapai 500 ribu jiwa per hari, sehingga perlu dipikirkan bagaimana pola penanga-nannya. Disamping itu dari pemantauan beberapa tahun terakhir, kasus pemban-gunan yang terkait dengan pemanfaatan ruang, khususnya guna lahan ternyata membawa perubahan yang sangat sig-nifikan terhadap bangkitan transportasi, khususnya kinerja jaringan jalan. Karena itu ketika berbicara mengenai pengelolaan transportasi Kota Bandung, dapat disadari bahwa permasalahan yang dihadapi san-gatlah kompleks.

Hubungan Transportasi dengan Sistem Kegiatan

Sebagaimana dinyatakan oleh Man-heim dalam buku Fundamentals of Trans-portation System Analysis (1979), hubun-gan dasar antara transportasi dengan

sistem kegiatan dapat dijelaskan pada gambar In-teraksi Dinamis antara Tata Ru-ang dan Trans-portasi disamp-ing.

Hubungan tersebut dapat didefinisikan

dalam 3 elemen dasar, yakni: T (sistem transportasi), A (sistem kegiatan), yakni pola kegiatan ekonomi dan sosial), dan F (lalulintas di dalam sistem transportasi, misalnya: asal-tujuan, rute dan volume lalulintas).

Selanjutnya dengan memahami hubun-gan antara transportasi dengan sistem ke-giatan, maka pengembangan transportasi di Kota Bandung harus memperhatikan adanya interaksi dinamis antara tata ru-ang dan transportasi di mana:• Jaringan transportasi berperan dalam memfasilitasi kebutuhan pergerakan se-cara efisien dan efektif• Penyediaan jaringan transportasi ha-rus sesuai dengan karakteristik perjalanan yang ada• Karakteristik perjalanan direpresentasi-kan dalam pola pergerakan secara spasial dan intensitas pergerakan.

Pemodelan Matriks Asal Tujuan Kota Bandung

Dari hasil permodelan dalam penyu-sunan Rencana Induk Transportasi Kota Bandung 2006, telah dikembangkan Matriks Asal Tujuan (MAT) Tahun Dasar 2006. Proses estimasi MAT dengan data arus lalu lintas tersebut diperoleh dari software SATURN dengan hasil Visual-isasinya dalam bentuk desire-line per-jalanan harian disampaikan pada Gambar berikut ini :

AntonSunarwibowoKepala BidangPerencanaa, Tata Ruang Dan Sarana Prasarana BAPPEDA kota Bandung

I s u p e n d u k u n g

Bangkitan TransportasiKota Bandung

9

Page 10: PLANOZONE

Apa Dampak Guna Lahan terhadap Bangkitan Transportasi?

PLANOZONE 31

Page 11: PLANOZONE

Apa Dampak Guna Lahan terhadap Bangkitan Transportasi?

PLANOZONE 31

Page 12: PLANOZONE

PLANOZONE

Latar belakang pendidikan Bapak?Saya kuliah di ITB mengambil program studi Perencanaan Wilayah dan Kota pada tahun 1980 dan lu-lus pada tahun 1987. Kemudian melanjutkan S2 di McGill University mengambil Urban Planning dari tahun 1992 – 1995. Lalu mengambil S3 pada tahun 2005 di ITB dan baru lulus kemarin (Desember 2010). Sangat sulit karena kuliah sembari mengajar.

Sekarang mengajar apa Pak di ITB?Sekarang saya mengajar Teknik Presentasi dan Komunikasi, Studio Perencanaan Tapak, serta Hu-kum dan Pengendalian Perencanaan, juga Pengantar Rancang Kota untuk S1. Kalau S2 semester ganjil saya mengajar Metode Rancang Kota dan Pengendalian Rancang Kota. Tahun lalu saya juga mengajar Kelembagaan dan Pembiayaan Perencanaan. Sekarang ditambah Manajemen Lahan yang baru dibuka kembali setelah tiga tahun kelasnya tidak dibuka karena tidak ada peminat.

Kesibukan di luar?Tidak ada, biasanya kegiatan tidak tetap misalnya jika ada panggilan seperti undangan, seminar, dan lain-lain. Bahkan saya tidak mengajar di tempat lain selain di ITB. Untuk keterlibatan dengan lembaga di luar kalau untuk tetap sih tidak ada, tapi saya menjadi panitia atau tim AdHoc di Badan Standar Nasional Pendidikan untuk penyusunan standar sarana dan prasarana selama empat tahun. Tahun pertama menyusun standar sarana prasarana untuk SMP dan SMA, tahun kedua untuk SMK dan SLB, tahun 2008 kosong, tahun 2009 untuk Perguruan Tinggi tingkat S1, serta tahun 2010 menyusun per-guruan tinggi vokasi.

t o k o h p e r e n c a n a a n

Denny Zulkaidi, Ir., MUP

Keterlibatan dengan proyek?Terakhir tahun lalu saya membantu penyusunan RTRW Kota Bandung. Saya juga membuat per-aturan-peraturan tentang pengendalian, misalnya tahun 2009 saya dengan Pak Andi membantu pe-nyusunan Perda menara telekomunikasi Kota Bandung. Beberapa Perwal juga saya buat misalnya tentang SPBU, namun perwal tersebut tidak keluar-keluar malah SPBU nya yang banyak keluar. Perda yang sekarang sedang dibahas adalah Perda tentang PKL sebagai inisiatif DPRD Kota Band-ung, padahal sudah kami siapkan sejak tahun 2003 namun tidak diurus-urus. Baru akhir-akhir ini ditanyakan kembali.Sampai dengan tahun 2003, PNS masih bisa mengerjakan proyek-proyek Pemda, nah sekarang PNS itu tidak boleh. Kalau pun ikut hanya bisa di belakang layar atau hanya menjadi narasumber (ahli) yang membantu.

Pendapat Bapak tentang Green Transportation?Kalau penerapannya bisa bermacam-macam. Pertama, dalam moda angkutannya. Bisa kembali ke delman, becak, sepeda dan lain-lain. Kedua, dari sumber energinya yang menggunakan listrik atau solar cell. Ketiga, sebenarnya dari sistemnya. Bagaimana membuat sistem transportasi yang bisa menghemat energi dan terjangkau misalnya misalnya menerapkan sistem titik transit (Transit Ori-ented Development) yang memadai. Jadi, tempat berhenti angkutan umum bisa langsung di tempat tujuan. Nah yang ini relatif sulit diaplikasikan di kota-kota di Indonesia. Kalau bisa diadakan, tarif-nya pun relatif mahal, berbeda dengan misalnya di Singapura. Kalau bicara sistem kan meliputi juga tentang sarana dan prasarana juga kelembagaannya. Oh iya yang tadi belum disebutkan, moda yang paling tua untuk Green Transport adalah jalan kaki, maka dari itu pedestrian way harus diadakan dengan baik. Tidak seperti di Jalan Dago, sekarang orang ingin jalan kaki harus bersaing dengan sepeda. Sepeda dirancang naik ke trotoar.

Ada himbauan atau solusi untuk masyarakat?Kalau masyarakat kan tergantung dari fasilitas, jika ada konsep yang bagus orang mungkin akan lebih suka jalan kaki atau naik kendaraan umum. Lalu, harga tarif parkir di gedung yang mahal menyebabkan pengendara parkir di badan jalan. Solusinya dapat dibalik. Misalnya parkir di gedung tarifnya 3000 rupiah dan di badan jalan 5000 rupiah.

Karya yang dekat dengan masyarakat di bidang green transportation?Saya tidak ahli di bidang green transportation, jadi tidak ada karya yang berhubungan langsung. Keahlian saya di bidang Rancang Kota, tapi sebenarnya masih terkait juga satu sama lain dengan transportasi, misalnya mendesain pedestrian way, mixed use development skala superblok, transit oriented development, zoning regulation, dan intensitas pembangunan. Hal tersebut kan juga ber-hubungan walaupun tidak langsung. Selain itu misalnya merancang titik transit, jadi orang tidak perlu jauh-jauh jika ingin ke suatu tempat dan dapat mengurangi kemacetan.

Kesan dan pesan buat Planozone?Dulu pernah ada majalah seperti ini namun tidak berlanjut. Kalau yang dulu terasa berat karena lebih ilmiah, namun sekarang dengan gaya ilmiah populer kan lebih mudah menyampaikan kondisi yang ada, seperti macet, kotor, sampah, PKL, anak jalanan, banyak sekali yang bisa dibahas. Saya berharap Planozone dapat rutin dan berlanjut karena tidak akan kekurangan materi yang dapat di-angkat

ditulisoleh :Annisa YIkrar E

13

Page 13: PLANOZONE

PLANOZONE

Latar belakang pendidikan Bapak?Saya kuliah di ITB mengambil program studi Perencanaan Wilayah dan Kota pada tahun 1980 dan lu-lus pada tahun 1987. Kemudian melanjutkan S2 di McGill University mengambil Urban Planning dari tahun 1992 – 1995. Lalu mengambil S3 pada tahun 2005 di ITB dan baru lulus kemarin (Desember 2010). Sangat sulit karena kuliah sembari mengajar.

Sekarang mengajar apa Pak di ITB?Sekarang saya mengajar Teknik Presentasi dan Komunikasi, Studio Perencanaan Tapak, serta Hu-kum dan Pengendalian Perencanaan, juga Pengantar Rancang Kota untuk S1. Kalau S2 semester ganjil saya mengajar Metode Rancang Kota dan Pengendalian Rancang Kota. Tahun lalu saya juga mengajar Kelembagaan dan Pembiayaan Perencanaan. Sekarang ditambah Manajemen Lahan yang baru dibuka kembali setelah tiga tahun kelasnya tidak dibuka karena tidak ada peminat.

Kesibukan di luar?Tidak ada, biasanya kegiatan tidak tetap misalnya jika ada panggilan seperti undangan, seminar, dan lain-lain. Bahkan saya tidak mengajar di tempat lain selain di ITB. Untuk keterlibatan dengan lembaga di luar kalau untuk tetap sih tidak ada, tapi saya menjadi panitia atau tim AdHoc di Badan Standar Nasional Pendidikan untuk penyusunan standar sarana dan prasarana selama empat tahun. Tahun pertama menyusun standar sarana prasarana untuk SMP dan SMA, tahun kedua untuk SMK dan SLB, tahun 2008 kosong, tahun 2009 untuk Perguruan Tinggi tingkat S1, serta tahun 2010 menyusun per-guruan tinggi vokasi.

t o k o h p e r e n c a n a a n

Denny Zulkaidi, Ir., MUP

Keterlibatan dengan proyek?Terakhir tahun lalu saya membantu penyusunan RTRW Kota Bandung. Saya juga membuat per-aturan-peraturan tentang pengendalian, misalnya tahun 2009 saya dengan Pak Andi membantu pe-nyusunan Perda menara telekomunikasi Kota Bandung. Beberapa Perwal juga saya buat misalnya tentang SPBU, namun perwal tersebut tidak keluar-keluar malah SPBU nya yang banyak keluar. Perda yang sekarang sedang dibahas adalah Perda tentang PKL sebagai inisiatif DPRD Kota Band-ung, padahal sudah kami siapkan sejak tahun 2003 namun tidak diurus-urus. Baru akhir-akhir ini ditanyakan kembali.Sampai dengan tahun 2003, PNS masih bisa mengerjakan proyek-proyek Pemda, nah sekarang PNS itu tidak boleh. Kalau pun ikut hanya bisa di belakang layar atau hanya menjadi narasumber (ahli) yang membantu.

Pendapat Bapak tentang Green Transportation?Kalau penerapannya bisa bermacam-macam. Pertama, dalam moda angkutannya. Bisa kembali ke delman, becak, sepeda dan lain-lain. Kedua, dari sumber energinya yang menggunakan listrik atau solar cell. Ketiga, sebenarnya dari sistemnya. Bagaimana membuat sistem transportasi yang bisa menghemat energi dan terjangkau misalnya misalnya menerapkan sistem titik transit (Transit Ori-ented Development) yang memadai. Jadi, tempat berhenti angkutan umum bisa langsung di tempat tujuan. Nah yang ini relatif sulit diaplikasikan di kota-kota di Indonesia. Kalau bisa diadakan, tarif-nya pun relatif mahal, berbeda dengan misalnya di Singapura. Kalau bicara sistem kan meliputi juga tentang sarana dan prasarana juga kelembagaannya. Oh iya yang tadi belum disebutkan, moda yang paling tua untuk Green Transport adalah jalan kaki, maka dari itu pedestrian way harus diadakan dengan baik. Tidak seperti di Jalan Dago, sekarang orang ingin jalan kaki harus bersaing dengan sepeda. Sepeda dirancang naik ke trotoar.

Ada himbauan atau solusi untuk masyarakat?Kalau masyarakat kan tergantung dari fasilitas, jika ada konsep yang bagus orang mungkin akan lebih suka jalan kaki atau naik kendaraan umum. Lalu, harga tarif parkir di gedung yang mahal menyebabkan pengendara parkir di badan jalan. Solusinya dapat dibalik. Misalnya parkir di gedung tarifnya 3000 rupiah dan di badan jalan 5000 rupiah.

Karya yang dekat dengan masyarakat di bidang green transportation?Saya tidak ahli di bidang green transportation, jadi tidak ada karya yang berhubungan langsung. Keahlian saya di bidang Rancang Kota, tapi sebenarnya masih terkait juga satu sama lain dengan transportasi, misalnya mendesain pedestrian way, mixed use development skala superblok, transit oriented development, zoning regulation, dan intensitas pembangunan. Hal tersebut kan juga ber-hubungan walaupun tidak langsung. Selain itu misalnya merancang titik transit, jadi orang tidak perlu jauh-jauh jika ingin ke suatu tempat dan dapat mengurangi kemacetan.

Kesan dan pesan buat Planozone?Dulu pernah ada majalah seperti ini namun tidak berlanjut. Kalau yang dulu terasa berat karena lebih ilmiah, namun sekarang dengan gaya ilmiah populer kan lebih mudah menyampaikan kondisi yang ada, seperti macet, kotor, sampah, PKL, anak jalanan, banyak sekali yang bisa dibahas. Saya berharap Planozone dapat rutin dan berlanjut karena tidak akan kekurangan materi yang dapat di-angkat

ditulisoleh :Annisa YIkrar E

13

Page 14: PLANOZONE

jalur sepedasebagai salah satu upaya mem-fasilitasi penduduknya, pemer-intah Kota Bandung membuat jalur sepeda

PLANOZONE 15

Green TransportationSebagai Solusi Transportasi Berkelanjutan

Ir.Dicky Saromi, M.Sc.Kepala Dinas Perhubungan Jabar

Ditulis Oleh :Afira FairaniHerry Candi

Rizky Pratama AdhiMahasiswa Planologi ITB 2007

Sebagai manusia, melakukan perger-akan atau perpindahan dari tempat yang satu ke tempat yang lain meru-

pakan bagian dari aktivitas dan kebutuhan sehari-hari. Transportasi yang baik, andal dan terintegrasi dibutuhkan untuk membuat perger-akan menjadi lebih cepat, aman dan nyaman. Untuk membentuk sistem transportasi yang baik perlu dilihat seperti apa karakteristik dan kebu-tuhan pergerakan masyarakat atau konsumen pengguna transportasi terkait.

Dengan maraknya isu lingkungan saat ini, semua negara di dunia didorong untuk menerap-kan konsep pengembangan sistem transportasi yang ramah lingkungan, konsep inilah yang se-lanjutnya dikenal sebagai green transportation. Suatu konsep yang dianggap mampu menjawab kebutuhan tranportasi tanpa mengesampingkan kebutuhan lingkungan di sekitar kita dan tidak mengurangi kesempatan bagi generasi men-datang untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik, atau minimal sama dengan saat ini.

Indonesia telah mengalami berbagai pera-lihan dalam sistem transportasinya. Dimu-lai dari pergerakan paling sederhana dengan berjalan kaki, kemudian berkembang menjadi kereta kuda, sepeda, dan yang sekarang banyak digunakan adalah kendaraan bermotor, mulai dari kendaraan pribadi (mobil dan motor) dan moda angkutan umum (bus, angkot, kereta api, pesawat, dan sebagainya). Lalu, apakah sistem tranportasi Indonesia saat ini sudah baik? Den-gan mulai maraknya berbagai isu lingkungan, apakah Indonesia mampu menerapkan sistem transportasi yang ramah lingkungan?

Untuk memenuhi kebutuhan pergerakan-nya, masyarakat memerlukan sarana transpor-tasi yang baik dan dapat diandalkan. Mengutip kriteria yang digunakan oleh dosen senior Per-encanaan Wilayah dan Kota ITB, Bapak Su-warjoko Warpani, pelayanan angkutan dapat diandalkan bila cepat dan tepat waktu, aman, nyaman, antarmoda terpadu, tertib dan teratur,

serta memenuhi kebutuhan (baik dalam frekue-nsi layanan maupun dalam kapasitas armada). Transportasi di Indonesia saat ini dinilai ban-yak kalangan masih belum dapat diandalkan oleh masyarakat karena beberapa faktor, misal-nya waktu tempuh perjalanan yang sulit diukur karena berbagai masalah seperti kemacetan dan angkutan umum yang ngetem. Selain itu hingga saat ini alat transportasi yang banyak digunakan masih belum ramah lingkungan.

Apa yang dimaksud dengan green transport? Menurut salah satu mahasiswa Planologi ITB angkatan 2007, Rizky “Green transportation adalah sistem transportasi yang menghasilkan pergerakan/perpindahan penumpang atau ba-rang secara efisien dan efektif, dilihat dari cost, emisi yang terbuang, dan kuantitas pergerakan yang diangkut”. Pernyataan Rizky diperkuat oleh dosen Planologi ITB yang mendalami bidang transportasi, Bapak Miming Miharja. Beliau me-nyatakan bahwa konsep green transport meru-pakan salah satu konsep yang mengembangkan transportasi untuk memelihara kualitas lingkun-gan hidup. Pada dasarnya, keberadaan transpor-tasi sebagai bagian dalam kebutuhan kita dapat merusak lingkungan, baik melalui pencemaran gas emisi buangan kendaraan, maupun melalui adanya konversi lahan untuk mengembangkan transportasi. Pak Miming meyakini bahwa fokus utama dalam konsep green transport adalah mengembangkan transportasi dengan memini-malisir dampak-dampak kerusakan lingkungan tersebut.

Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia, memiliki jumlah penduduk yang terus mening-kat dengan tingkat kepadatan yang tinggi. Say-angnya, pertambahan jumlah penduduk tidak diikuti pertambahan infrastruktur jalan yang seimbang. Selain itu, kemudahan masyarakat untuk mendapatkan kepemilikan kendaraan pribadi seperti motor semakin menambah jum-lah kendaraan di ruas-ruas jalan. Akibatnya, terjadi kemacetan di sejumlah ruas jalan utama. Untuk mengatasi kemacetan,

Dr.Ir. Miming MiharjaDosen Planologi ITB

I S U U T A M A

Page 15: PLANOZONE

jalur sepedasebagai salah satu upaya mem-fasilitasi penduduknya, pemer-intah Kota Bandung membuat jalur sepeda

PLANOZONE 15

Green TransportationSebagai Solusi Transportasi Berkelanjutan

Ir.Dicky Saromi, M.Sc.Kepala Dinas Perhubungan Jabar

Ditulis Oleh :Afira FairaniHerry Candi

Rizky Pratama AdhiMahasiswa Planologi ITB 2007

Sebagai manusia, melakukan perger-akan atau perpindahan dari tempat yang satu ke tempat yang lain meru-

pakan bagian dari aktivitas dan kebutuhan sehari-hari. Transportasi yang baik, andal dan terintegrasi dibutuhkan untuk membuat perger-akan menjadi lebih cepat, aman dan nyaman. Untuk membentuk sistem transportasi yang baik perlu dilihat seperti apa karakteristik dan kebu-tuhan pergerakan masyarakat atau konsumen pengguna transportasi terkait.

Dengan maraknya isu lingkungan saat ini, semua negara di dunia didorong untuk menerap-kan konsep pengembangan sistem transportasi yang ramah lingkungan, konsep inilah yang se-lanjutnya dikenal sebagai green transportation. Suatu konsep yang dianggap mampu menjawab kebutuhan tranportasi tanpa mengesampingkan kebutuhan lingkungan di sekitar kita dan tidak mengurangi kesempatan bagi generasi men-datang untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik, atau minimal sama dengan saat ini.

Indonesia telah mengalami berbagai pera-lihan dalam sistem transportasinya. Dimu-lai dari pergerakan paling sederhana dengan berjalan kaki, kemudian berkembang menjadi kereta kuda, sepeda, dan yang sekarang banyak digunakan adalah kendaraan bermotor, mulai dari kendaraan pribadi (mobil dan motor) dan moda angkutan umum (bus, angkot, kereta api, pesawat, dan sebagainya). Lalu, apakah sistem tranportasi Indonesia saat ini sudah baik? Den-gan mulai maraknya berbagai isu lingkungan, apakah Indonesia mampu menerapkan sistem transportasi yang ramah lingkungan?

Untuk memenuhi kebutuhan pergerakan-nya, masyarakat memerlukan sarana transpor-tasi yang baik dan dapat diandalkan. Mengutip kriteria yang digunakan oleh dosen senior Per-encanaan Wilayah dan Kota ITB, Bapak Su-warjoko Warpani, pelayanan angkutan dapat diandalkan bila cepat dan tepat waktu, aman, nyaman, antarmoda terpadu, tertib dan teratur,

serta memenuhi kebutuhan (baik dalam frekue-nsi layanan maupun dalam kapasitas armada). Transportasi di Indonesia saat ini dinilai ban-yak kalangan masih belum dapat diandalkan oleh masyarakat karena beberapa faktor, misal-nya waktu tempuh perjalanan yang sulit diukur karena berbagai masalah seperti kemacetan dan angkutan umum yang ngetem. Selain itu hingga saat ini alat transportasi yang banyak digunakan masih belum ramah lingkungan.

Apa yang dimaksud dengan green transport? Menurut salah satu mahasiswa Planologi ITB angkatan 2007, Rizky “Green transportation adalah sistem transportasi yang menghasilkan pergerakan/perpindahan penumpang atau ba-rang secara efisien dan efektif, dilihat dari cost, emisi yang terbuang, dan kuantitas pergerakan yang diangkut”. Pernyataan Rizky diperkuat oleh dosen Planologi ITB yang mendalami bidang transportasi, Bapak Miming Miharja. Beliau me-nyatakan bahwa konsep green transport meru-pakan salah satu konsep yang mengembangkan transportasi untuk memelihara kualitas lingkun-gan hidup. Pada dasarnya, keberadaan transpor-tasi sebagai bagian dalam kebutuhan kita dapat merusak lingkungan, baik melalui pencemaran gas emisi buangan kendaraan, maupun melalui adanya konversi lahan untuk mengembangkan transportasi. Pak Miming meyakini bahwa fokus utama dalam konsep green transport adalah mengembangkan transportasi dengan memini-malisir dampak-dampak kerusakan lingkungan tersebut.

Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia, memiliki jumlah penduduk yang terus mening-kat dengan tingkat kepadatan yang tinggi. Say-angnya, pertambahan jumlah penduduk tidak diikuti pertambahan infrastruktur jalan yang seimbang. Selain itu, kemudahan masyarakat untuk mendapatkan kepemilikan kendaraan pribadi seperti motor semakin menambah jum-lah kendaraan di ruas-ruas jalan. Akibatnya, terjadi kemacetan di sejumlah ruas jalan utama. Untuk mengatasi kemacetan,

Dr.Ir. Miming MiharjaDosen Planologi ITB

I S U U T A M A

Page 16: PLANOZONE

PLANOZONE 17

pemerintah kota DKI Jakarta telah melakukan beberapa upaya agar dapat mengurangi tingkat kepadatan di jalan raya, mulai dari pember-lakuan jalur three in one pada jam-jam tertentu sampai dengan pembangunan jalur khusus busway di koridor-koridor tertentu di pusat kota. Kemacetan di Jakarta, selain disebabkan oleh besarnya ketidakmampuan infrastruktur jalan untuk menampung jumlah kendaraan pribadi, juga disebabkan oleh tingginya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kenda-raan pribadi karena tidak ada pilihan alat ang-kutan lain yang dianggap lebih dapat menjamin kenyamanan dan efektifitas serta efisiensi per-jalanan.

Tidak berbeda jauh dari Jakarta, Bandung juga berperan dalam penyumbang gas emisi kendaraan. Sebagai kota dengan berbagai pu-sat kegiatan seperti pendidikan, perbelanjaan, hingga wisata, Bandung mampu menarik ber-bagai masyarakat dari luar Kota Bandung. Penggunaan kendaraan bermotor sangat tinggi baik oleh masyarakat setempat maupun untuk keperluan wisata. Saat ini jalur sepeda yang ada masih sebagai wisata/leisure/hobi, belum ter-lalu berperan dalam mewujudkan green trans-port.

Bapak Dicky Saromi, Kepala Dinas Per-hubungan Provinsi Jawa Barat menyatakan bahwa sistem dan pergerakan transportasi di Kota Bandung tidak lagi aman dan tidak sep-erti dulu lagi. Hal ini disebakan oleh tiga faktor. Faktor yang pertama, ketidakteraturan trans-portasi. Ketidakteraturan ini banyak dipenga-ruhi ketidakefisienan, yang juga merupakan akibat dari masalah yang sudah terakumulasi, contohnya perkembangan guna lahan yang berkembang tanpa didasarkan daya dukung in-frastruktur transportasi terutama jalan. Kedua, akibat ketidaktertiban pengguna sarana trans-portasi dan perilaku dalam bertransportasi yang kadang tidak mengindahkan aturan. Hal tersebut menyebabkan sistem tranportasi yang

ada terganggu dan berdampak pada pengguna lain. Ketiga, banyaknya hambatan samping ja-lan seperti parkir kendaraan yang sesuka hati, pasar tumpah dan pedagang kaki lima yang menggunakan badan jalan, hingga perilaku su-pir angkot yang seringkali berkendara dengan perilaku yang kurang baik.

“Green transport bukan hanya menitikber-atkan pada sisi lingkungan, tapi sistem trans-portasi yang aman nyaman tertib dan lancar. Dengan pengertian tersebut maka unsur-unsur yang kita inginkan untuk keberlanjutan ling-kungan akan tercapai.”, ujar Pak Dicky.

Dengan munculnya permasalahan tersebut, perlu diterapkan konsep yang tepat. Pak Mim-ing berpendapat bahwa konsep yang sesuai un-tuk Indonesia adalah konsep Public Transport. Konsep ini mampu melakukan pergerakan dengan jumlah massa yang besar. Penggunaan konsep ini jelas mampu mengurangi sum-bangan gas emisi kendaraan. Saat ini, konsep Public Transport yang cukup dikenal di Indo-nesia adalah TransJakarta, atau biasa dikenal sebagai busway, yang telah beroperasi kurang lebih selama 7 tahun. Keberadaan TransJakar-ta mampu menjadi alternatif bagi masyarakat Jakarta untuk melakukan pergerakan ke be-berapa lokasi kegiatan di Jakarta dengan biaya yang murah. Lalu, apa konsep ini mampu ber-jalan dengan baik dan sesuai untuk diterapkan di Indonesia?

Salah satu kesulitan dalam merancang transportasi publik ini adalah kemampuan eko-nomi masyarakat yang berbeda-beda memun-

culkan segmen-segmen masyarakat berdasarkan kemampuan ekonomi. Keberadaan segmen ma-syarakat ini dapat ditemui di negara manapun di dunia. Namun, di Indonesia, segmen-segmen ini memiliki spektrum antar segmen yang sangat leb-ar, dimana hal ini menunjukkan betapa besarnya kesenjangan ekonomi di Indonesia. Kesenjangan ekonomi ini menyebabkan konsep Public Trans-port tidak mampu menjangkau kebutuhan semua kalangan masyarakat.

Untuk Bandung sendiri, Pak Dicky me-nyatakan bahwa saat ini Dishub telah menyu-sunan penanganan sistem trasnportasi untuk mengurangi sekaligus menjawab permasalahan tranportasi yang ada. Untuk jangka panjang, dibutuhkan pembangunan infrastruktur baru, dan sarana angkutan umum massal seperti aero train atau cable car karena dari sisi supply sudah makin terdesak. Sedangkan untuk jangka menen-gah, akan diadakan revitalisasi angkutan umum yang ada. Selanjutnya, untuk jangka pendek, akan diadakan konsep Transport Demand Manage-ment (TDM) yaitu suatu bentuk pengaturan situ-asional yang dapat mengurangi macet, misalnya dengan park and ride pada waktu tertentu. Saat ini konsep ini sedang disusun dan sedang dalam proses pematangan. Selain itu juga akan diadakan pengaturan giliran berdasarkan plat nomor ganjil genap yang sedang dibahas mekanismenya, serta pemenuhan fasilitas seperti traffic light dan mar-ka serta rambu-rambu lalu lintas.

Di Indonesia, green transport mulai diter-apkan sedikit demi sedikit. Kita dapat melihat bahwa beberapa kota telah melakukan berbagai skenario guna mengurangi permasalahn trans-portasi. Sebagai contoh, Kota Solo telah berhasil dalam menertibkan keberadaan pasar-pasar tra-disional sehingga tidak menggunakan bahu jalan dan menggangu fungsi jalan. Di Surabaya, angku-tan umum yang tersedia mulai diatur dan diken-dalikan sehingga dapat tertib dalam melakukan pergerakan. Di Yogyakarta, penggunaan andong atau kereta kuda dan penyediaan jalur bagi

pengguna sepeda mampu mengurangi gas emisi kendaraan. Semoga kedepan, Indonesia mampu menjadikan kota-kota di atas sebagai pelajaran untuk menyusun sistem transportasi yang ramah lingkungan.

Peran pemerintah masih cukup besar dalam mewujudkan green transportation karena me-nentukan regulasi dan pemenuhan sarana pras-rasarana yang dibutuhkan. Jadi, untuk masa yang akan datang dibutuhkan suatu perencanaan kem-bali serta pelaksanaan yang konsisten, integrasi perencanaan transportasi yang tidak sektoral serta perencanaan transport dengan sektor-sek-tor lain yang dibingkai dalam rencana tata ruang yang komprehensif, dan kesiapan aparat pemer-intah dan masyarakat untuk menjalankannya.

Lalu, apa yang dapat kita lakukan untuk ber-peran dalan konsep green transport? “Mungkin bagi masyarakat di suatu kota yang tranportasi publiknya masih terpecah-pecah, masih belum bisa atau sulit dialihkan ke kendaraan umum atau kendaraan hijau. Sebenarnya, kendaraan pribadi juga bisa mendukung green transport, seperti penerapan car-pooling dan teknologi bensin yang ramah lingkungan seperti pertamax yang oktan-oktannya di atas 90 jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan premium yang oktan-oktannya di bawah 90.”, ujar Rizky.

Pada akhirnya, kita diharapkan untuk ber-peran dalan penerapan dan pengadaan green transport di Indonesia. Peran masyarakat amat dibutuhkan untuk mendukung skenario dan per-encanaan sistem transportasi yang disusun oleh pemerintah. Selain itu, kita juga perlu mulai men-gubah preferensi kita dan mulai menggunakan kendaraan umum ataupun penggunaan sepeda. “Mahasiswa tetap ditunggu kreativitasnya untuk menghasilkan solusi brilian dalam mengatasi ma-salah lalu lintas yang semakin kompleks.”, tam-bah Pak Dicky.

“ Green transport bukan hanya menitikberatkan pada sisi lingkungan, tapi sistem transportasi yang aman nyaman ter-tib dan lancar.“

Page 17: PLANOZONE

PLANOZONE 17

pemerintah kota DKI Jakarta telah melakukan beberapa upaya agar dapat mengurangi tingkat kepadatan di jalan raya, mulai dari pember-lakuan jalur three in one pada jam-jam tertentu sampai dengan pembangunan jalur khusus busway di koridor-koridor tertentu di pusat kota. Kemacetan di Jakarta, selain disebabkan oleh besarnya ketidakmampuan infrastruktur jalan untuk menampung jumlah kendaraan pribadi, juga disebabkan oleh tingginya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kenda-raan pribadi karena tidak ada pilihan alat ang-kutan lain yang dianggap lebih dapat menjamin kenyamanan dan efektifitas serta efisiensi per-jalanan.

Tidak berbeda jauh dari Jakarta, Bandung juga berperan dalam penyumbang gas emisi kendaraan. Sebagai kota dengan berbagai pu-sat kegiatan seperti pendidikan, perbelanjaan, hingga wisata, Bandung mampu menarik ber-bagai masyarakat dari luar Kota Bandung. Penggunaan kendaraan bermotor sangat tinggi baik oleh masyarakat setempat maupun untuk keperluan wisata. Saat ini jalur sepeda yang ada masih sebagai wisata/leisure/hobi, belum ter-lalu berperan dalam mewujudkan green trans-port.

Bapak Dicky Saromi, Kepala Dinas Per-hubungan Provinsi Jawa Barat menyatakan bahwa sistem dan pergerakan transportasi di Kota Bandung tidak lagi aman dan tidak sep-erti dulu lagi. Hal ini disebakan oleh tiga faktor. Faktor yang pertama, ketidakteraturan trans-portasi. Ketidakteraturan ini banyak dipenga-ruhi ketidakefisienan, yang juga merupakan akibat dari masalah yang sudah terakumulasi, contohnya perkembangan guna lahan yang berkembang tanpa didasarkan daya dukung in-frastruktur transportasi terutama jalan. Kedua, akibat ketidaktertiban pengguna sarana trans-portasi dan perilaku dalam bertransportasi yang kadang tidak mengindahkan aturan. Hal tersebut menyebabkan sistem tranportasi yang

ada terganggu dan berdampak pada pengguna lain. Ketiga, banyaknya hambatan samping ja-lan seperti parkir kendaraan yang sesuka hati, pasar tumpah dan pedagang kaki lima yang menggunakan badan jalan, hingga perilaku su-pir angkot yang seringkali berkendara dengan perilaku yang kurang baik.

“Green transport bukan hanya menitikber-atkan pada sisi lingkungan, tapi sistem trans-portasi yang aman nyaman tertib dan lancar. Dengan pengertian tersebut maka unsur-unsur yang kita inginkan untuk keberlanjutan ling-kungan akan tercapai.”, ujar Pak Dicky.

Dengan munculnya permasalahan tersebut, perlu diterapkan konsep yang tepat. Pak Mim-ing berpendapat bahwa konsep yang sesuai un-tuk Indonesia adalah konsep Public Transport. Konsep ini mampu melakukan pergerakan dengan jumlah massa yang besar. Penggunaan konsep ini jelas mampu mengurangi sum-bangan gas emisi kendaraan. Saat ini, konsep Public Transport yang cukup dikenal di Indo-nesia adalah TransJakarta, atau biasa dikenal sebagai busway, yang telah beroperasi kurang lebih selama 7 tahun. Keberadaan TransJakar-ta mampu menjadi alternatif bagi masyarakat Jakarta untuk melakukan pergerakan ke be-berapa lokasi kegiatan di Jakarta dengan biaya yang murah. Lalu, apa konsep ini mampu ber-jalan dengan baik dan sesuai untuk diterapkan di Indonesia?

Salah satu kesulitan dalam merancang transportasi publik ini adalah kemampuan eko-nomi masyarakat yang berbeda-beda memun-

culkan segmen-segmen masyarakat berdasarkan kemampuan ekonomi. Keberadaan segmen ma-syarakat ini dapat ditemui di negara manapun di dunia. Namun, di Indonesia, segmen-segmen ini memiliki spektrum antar segmen yang sangat leb-ar, dimana hal ini menunjukkan betapa besarnya kesenjangan ekonomi di Indonesia. Kesenjangan ekonomi ini menyebabkan konsep Public Trans-port tidak mampu menjangkau kebutuhan semua kalangan masyarakat.

Untuk Bandung sendiri, Pak Dicky me-nyatakan bahwa saat ini Dishub telah menyu-sunan penanganan sistem trasnportasi untuk mengurangi sekaligus menjawab permasalahan tranportasi yang ada. Untuk jangka panjang, dibutuhkan pembangunan infrastruktur baru, dan sarana angkutan umum massal seperti aero train atau cable car karena dari sisi supply sudah makin terdesak. Sedangkan untuk jangka menen-gah, akan diadakan revitalisasi angkutan umum yang ada. Selanjutnya, untuk jangka pendek, akan diadakan konsep Transport Demand Manage-ment (TDM) yaitu suatu bentuk pengaturan situ-asional yang dapat mengurangi macet, misalnya dengan park and ride pada waktu tertentu. Saat ini konsep ini sedang disusun dan sedang dalam proses pematangan. Selain itu juga akan diadakan pengaturan giliran berdasarkan plat nomor ganjil genap yang sedang dibahas mekanismenya, serta pemenuhan fasilitas seperti traffic light dan mar-ka serta rambu-rambu lalu lintas.

Di Indonesia, green transport mulai diter-apkan sedikit demi sedikit. Kita dapat melihat bahwa beberapa kota telah melakukan berbagai skenario guna mengurangi permasalahn trans-portasi. Sebagai contoh, Kota Solo telah berhasil dalam menertibkan keberadaan pasar-pasar tra-disional sehingga tidak menggunakan bahu jalan dan menggangu fungsi jalan. Di Surabaya, angku-tan umum yang tersedia mulai diatur dan diken-dalikan sehingga dapat tertib dalam melakukan pergerakan. Di Yogyakarta, penggunaan andong atau kereta kuda dan penyediaan jalur bagi

pengguna sepeda mampu mengurangi gas emisi kendaraan. Semoga kedepan, Indonesia mampu menjadikan kota-kota di atas sebagai pelajaran untuk menyusun sistem transportasi yang ramah lingkungan.

Peran pemerintah masih cukup besar dalam mewujudkan green transportation karena me-nentukan regulasi dan pemenuhan sarana pras-rasarana yang dibutuhkan. Jadi, untuk masa yang akan datang dibutuhkan suatu perencanaan kem-bali serta pelaksanaan yang konsisten, integrasi perencanaan transportasi yang tidak sektoral serta perencanaan transport dengan sektor-sek-tor lain yang dibingkai dalam rencana tata ruang yang komprehensif, dan kesiapan aparat pemer-intah dan masyarakat untuk menjalankannya.

Lalu, apa yang dapat kita lakukan untuk ber-peran dalan konsep green transport? “Mungkin bagi masyarakat di suatu kota yang tranportasi publiknya masih terpecah-pecah, masih belum bisa atau sulit dialihkan ke kendaraan umum atau kendaraan hijau. Sebenarnya, kendaraan pribadi juga bisa mendukung green transport, seperti penerapan car-pooling dan teknologi bensin yang ramah lingkungan seperti pertamax yang oktan-oktannya di atas 90 jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan premium yang oktan-oktannya di bawah 90.”, ujar Rizky.

Pada akhirnya, kita diharapkan untuk ber-peran dalan penerapan dan pengadaan green transport di Indonesia. Peran masyarakat amat dibutuhkan untuk mendukung skenario dan per-encanaan sistem transportasi yang disusun oleh pemerintah. Selain itu, kita juga perlu mulai men-gubah preferensi kita dan mulai menggunakan kendaraan umum ataupun penggunaan sepeda. “Mahasiswa tetap ditunggu kreativitasnya untuk menghasilkan solusi brilian dalam mengatasi ma-salah lalu lintas yang semakin kompleks.”, tam-bah Pak Dicky.

“ Green transport bukan hanya menitikberatkan pada sisi lingkungan, tapi sistem transportasi yang aman nyaman ter-tib dan lancar.“

Page 18: PLANOZONE

PLANOZONE 21

Belanda adalah negara yang sebagian wilayahnya terletak

di bawah permukaan laut (24 % dari total luas wilayah), dan dapat bertahan tidak tenggelam karena adanya tanggul. Kondisi demikian menyebabkan tanah di Belanda sangat susah diolah untuk pembangunan. Daratan yang tadinya berada di bawah

laut tersebut bilamana dikeringkan akan menyebabkan gambut yang berada di bawahnya teroksidasi dan sedikit amblas. Oleh sebab itu, tanah tersebut perlu diolah lebih lanjut sehingga biaya bangunan per meter persegi sangatlah mahal. Tidak heran jika di Belanda, ditemukan bahwa hanya orang-orang berpendapatan tinggi saja yang memiliki rumah dengan pekarangan luas. Sebab secara ekonomis, jauh lebih murah mendirikan bangunan horisontal.

Implikasi dari hal tersebut adalah rencana

tata ruang di Belanda bersifat optimis, bahkan cenderung ambisius, dan penuh perhitungan. Setiap jengkal lahan yang tersedia di Belanda semaksimal mungkin direncanakan untuk pembangunan. Karena itu bagi orang luar yang datang ke Belanda akan dengan mudah ter-kagum-kagum pada desain lansekap, tata letak bangunan maupun pembagian ruang yang ada. Begitu rapi, sistematis dan teratur.

Di Belanda, pola ruang yang direncanakan

dengan efisien juga tentunya harus didukung dengan jaringan transportasi publik yang baik sebagai tulang punggung struktur ruang. Se-

cara umum, transpor-tasi publik di Belanda dapat dibagi 2 (dua), yaitu transportasi dalam kota dan trans-portasi antarkota. Transportasi dalam kota biasanya dilay-ani oleh bus umum (seperti: Connexx-

ion, Arriva dan GVU) dan tram. Transportasi antarkota dilayani oleh bus umum dan kereta.

Ditulis Oleh :Agung M H DElmo W R

r u b r i k b e b a s

“ Hal menarik lain-nya dalam hal trans-portasi di Belanda adalah adanya ke-biasaan bersepeda warga Belanda “

Transportasi Publik di Belanda

PLANOZONE

Tram juga dapat melayani perjalanan antarkota dengan jarak yang relatif dekat (misal: dari Kota Utrecht ke Maarssen yang berjarak kira-kira 8 ki-lometer).

Dua ciri khas transportasi publik di Belanda adalah terintegrasi dan terukur. Terintegrasi dalam artian bahwa transportasi multimoda direncanakan dengan baik dan hampir tidak ada wilayah yang tidak terjangkau oleh pelay-anan transportasi publik, walaupun khusus un-

tuk wilayah-wilayah yang agak terpencil memang frekuensi layanannya menjadi agak jarang. War-ga dapat dengan mudah mengakses situs yang menyediakan informasi layanan transportasi publik multimoda dari tempat asal ke tempat tu-juan.

Kemudian, yang menjadikan perjalanan men-jadi cukup nyaman adalah waktu tempuh antar tempat dapat diukur secara tepat. Demikian pula jarak tunggu antar waktu untuk layanan trans-portasi publik dapat diperkirakan dengan akurat. Misalnya, untuk layanan bus dalam kota di Utre-cht, rata-rata bus akan melewati halte yang terse-dia dalam periode tertentu (misal: setiap 5 menit

atau 10 menit). Demikian juga halnya untuk lay-anan kereta yang hampir selalu tepat waktu.

Hal menarik lainnya dalam hal transportasi di Belanda adalah adanya kebiasaan bersepeda warga Belanda. Kebijakan pemerintah pun mendukung terhadap kebiasaan tersebut, me-lalui alokasi ruang dan jalur untuk bersepeda di jalan-jalan utama kota. Warga yang membawa sepeda akan menemukan tempat parkir sepeda yang memadai dan juga lajur khusus sepeda yang

cukup lebar, sehingga aman bagi mereka untuk bersepeda. Parkir sepeda juga dapat ditemukan dengan mudah di setiap pemberhentian trans-portasi publik, sehingga memudahkan warga un-tuk mengkombinasikan perjalanan dari rumah dan perjalanan yang relatif lebih jauh, bahkan hingga antarkota.

Bagaimana dengan kendaraan bermotor? Kendaraan bermotor pun cukup banyak didapati di Belanda. Hanya saja, pemakaiannya tidak se-banyak di Indonesia. Hal ini disebabkan adanya pajak kendaraan bermotor yang cukup tinggi, di samping biaya parkir yang mahal pula.

19

google.image, 2011

Page 19: PLANOZONE

PLANOZONE 21

Belanda adalah negara yang sebagian wilayahnya terletak

di bawah permukaan laut (24 % dari total luas wilayah), dan dapat bertahan tidak tenggelam karena adanya tanggul. Kondisi demikian menyebabkan tanah di Belanda sangat susah diolah untuk pembangunan. Daratan yang tadinya berada di bawah

laut tersebut bilamana dikeringkan akan menyebabkan gambut yang berada di bawahnya teroksidasi dan sedikit amblas. Oleh sebab itu, tanah tersebut perlu diolah lebih lanjut sehingga biaya bangunan per meter persegi sangatlah mahal. Tidak heran jika di Belanda, ditemukan bahwa hanya orang-orang berpendapatan tinggi saja yang memiliki rumah dengan pekarangan luas. Sebab secara ekonomis, jauh lebih murah mendirikan bangunan horisontal.

Implikasi dari hal tersebut adalah rencana

tata ruang di Belanda bersifat optimis, bahkan cenderung ambisius, dan penuh perhitungan. Setiap jengkal lahan yang tersedia di Belanda semaksimal mungkin direncanakan untuk pembangunan. Karena itu bagi orang luar yang datang ke Belanda akan dengan mudah ter-kagum-kagum pada desain lansekap, tata letak bangunan maupun pembagian ruang yang ada. Begitu rapi, sistematis dan teratur.

Di Belanda, pola ruang yang direncanakan

dengan efisien juga tentunya harus didukung dengan jaringan transportasi publik yang baik sebagai tulang punggung struktur ruang. Se-

cara umum, transpor-tasi publik di Belanda dapat dibagi 2 (dua), yaitu transportasi dalam kota dan trans-portasi antarkota. Transportasi dalam kota biasanya dilay-ani oleh bus umum (seperti: Connexx-

ion, Arriva dan GVU) dan tram. Transportasi antarkota dilayani oleh bus umum dan kereta.

Ditulis Oleh :Agung M H DElmo W R

r u b r i k b e b a s

“ Hal menarik lain-nya dalam hal trans-portasi di Belanda adalah adanya ke-biasaan bersepeda warga Belanda “

Transportasi Publik di Belanda

PLANOZONE

Tram juga dapat melayani perjalanan antarkota dengan jarak yang relatif dekat (misal: dari Kota Utrecht ke Maarssen yang berjarak kira-kira 8 ki-lometer).

Dua ciri khas transportasi publik di Belanda adalah terintegrasi dan terukur. Terintegrasi dalam artian bahwa transportasi multimoda direncanakan dengan baik dan hampir tidak ada wilayah yang tidak terjangkau oleh pelay-anan transportasi publik, walaupun khusus un-

tuk wilayah-wilayah yang agak terpencil memang frekuensi layanannya menjadi agak jarang. War-ga dapat dengan mudah mengakses situs yang menyediakan informasi layanan transportasi publik multimoda dari tempat asal ke tempat tu-juan.

Kemudian, yang menjadikan perjalanan men-jadi cukup nyaman adalah waktu tempuh antar tempat dapat diukur secara tepat. Demikian pula jarak tunggu antar waktu untuk layanan trans-portasi publik dapat diperkirakan dengan akurat. Misalnya, untuk layanan bus dalam kota di Utre-cht, rata-rata bus akan melewati halte yang terse-dia dalam periode tertentu (misal: setiap 5 menit

atau 10 menit). Demikian juga halnya untuk lay-anan kereta yang hampir selalu tepat waktu.

Hal menarik lainnya dalam hal transportasi di Belanda adalah adanya kebiasaan bersepeda warga Belanda. Kebijakan pemerintah pun mendukung terhadap kebiasaan tersebut, me-lalui alokasi ruang dan jalur untuk bersepeda di jalan-jalan utama kota. Warga yang membawa sepeda akan menemukan tempat parkir sepeda yang memadai dan juga lajur khusus sepeda yang

cukup lebar, sehingga aman bagi mereka untuk bersepeda. Parkir sepeda juga dapat ditemukan dengan mudah di setiap pemberhentian trans-portasi publik, sehingga memudahkan warga un-tuk mengkombinasikan perjalanan dari rumah dan perjalanan yang relatif lebih jauh, bahkan hingga antarkota.

Bagaimana dengan kendaraan bermotor? Kendaraan bermotor pun cukup banyak didapati di Belanda. Hanya saja, pemakaiannya tidak se-banyak di Indonesia. Hal ini disebabkan adanya pajak kendaraan bermotor yang cukup tinggi, di samping biaya parkir yang mahal pula.

19

google.image, 2011

Page 20: PLANOZONE

Ditulis oleh:

Dian Saniti

Akhira Mutiara

Page 21: PLANOZONE

Ditulis oleh:

Dian Saniti

Akhira Mutiara

Page 22: PLANOZONE

Ditulis oleh:Razak Radityo

Page 23: PLANOZONE

Ditulis oleh:Razak Radityo

Page 24: PLANOZONE

Ditulis oleh:Rera Ayudiani

Page 25: PLANOZONE
Page 26: PLANOZONE

Ditulis oleh:

Arfida Esha Savitri

Page 27: PLANOZONE

Ditulis oleh:

Arfida Esha Savitri

Page 28: PLANOZONE
Page 29: PLANOZONE
Page 30: PLANOZONE

Hingga saat ini, darah kemaha-siswaan selalu mengalir dalam diri mahasiswa ITB. Sesuai dengan falsafah dasar keberadaan organisasi kemaha-siswaan di ITB yang dinyatakan oleh Muhammad Hatta, bahwa tujuan perguruan tinggi adalah membentuk manusia susila dan demokrat, sehingga terbentuk

Ditulis oleh:

Afrizal R.

Himpunan Mahasiswa Teknik Planologi Pangripta Loka ITB

PLANOZONE 3130

Badan Pengurus HMP Pangripta Loka ITB 2010-2011

Page 31: PLANOZONE

Badan Pengurus HMP Pangripta Loka ITB 2010-2011

Page 32: PLANOZONE

MENGELOLA BUMI YANG TELAH PENUH SESAK

Penulis : Thomas L. FriedmanUkuran : 15 x 23 cmtebal : 590 halamanterbit : Agustus 2009

Thomas Friedman dalam bukunya yang berjudul The World Is Flat telah membantu jutaan pembaca untuk melihat globalisasi dengan cara baru. Di dalam buku ini,

Friedman menggagas konsep respon terhadap ketidakstabilan iklim global yang harus ditanggapi dengan konsep perencanaan dunia berbasis energi alternatif.

Friedman menggagas bahwa suatu usaha yang disebut sebagai “Geo-greenism” semestinya tidak ditanggapi sebagai upaya peny-

elamatan bumi dari pemanasan berlebih. Ini adalah sesuatu yang dibutuhkan dunia untuk membuat dunia lebih besar, inovatif dan kreatif untuk membangun bumi yang lebih berkelanjutan.

Diawal pembahasan buku ini, Friedman mengungkapkan penyesalannya terhadap proses pembangunan imperium Amerika Serikat dan Cina. Amerika dan Cina telah melakukan industrialisasi dengan melukai keselamatan bumi. Perlahan tapi pasti, Amerika Serikat telah menjadi imperium dengan konsumsi energi dengan jumlah terbesar di dunia. Pen-duduk negeri ‘Paman Sam’ hanya mencapai 5% populasi penduduk dunia, tetapi meng-konsumsi energi hingga 25% cadangan dunia. Buku ini mengungkap kenaifan Amerika Serikat dalam mendapat energi yang mereka konsumsi. Sebagian besar energi Amerika Serikat didapatkan dari hasil eksploitasi di dunia ketiga. Pengalaman traumatik Amerika Serikat ini ternyata ditiru oleh negeri lain yang ingin membangun imperium baru sep-erti Cina. Alih- alih ingin menciptakan negara industri dengan produk bersaing dan mu-rah, industrialisasi Cina justru telah membuat Sungai Kuning rusak, ikan- ikan mati, dan pepohonan Cina menghitam.

Buku ini menarik, lugas dan tajam dalam memberi pandangan secara populer dan santai kepada pembaca mengenai tata cara mengelola bumi yang telah penuh sesak. Buku ini memberi dimensi yang beragam dari perspektif ruang, teknologi dan geopolitik dunia untuk mengelola dunia. Secara gamblang, Friedman memberikan suatu gagasan revolusi hijau yang belum pernah disaksikan oleh masyarakat dunia. Alhasil, buku ini akan mam-pu memberi kecerdasan, kreativitas dan keberanian bagi kita bersama untuk mengelola peradaban kita yang paling berharga, bumi.

R E S E n s i

Oleh :Faris Saffan

Page 33: PLANOZONE
Page 34: PLANOZONE