plagiat merupakan tindakan tidak terpuji variasi fase minyak virgin coconut oil dan medium-chain...
TRANSCRIPT
PENGARUH VARIASI FASE MINYAK VIRGIN COCONUT OIL DAN
MEDIUM-CHAIN TRIGLYCERIDES OIL TERHADAP STABILITAS
FISIK NANOEMULSI MINYAK BIJI DELIMA DENGAN KOMBINASI
SURFAKTAN TWEEN 80 DAN KOSURFAKTAN PEG 400
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Stephanie
NIM : 128114145
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“For I know the plans I have for you, plans to prosper
you and not to harm you, plans to give you hope and a
future.” says the Lord.
- Jeremiah 29:11
What you think, you become.
What you feel, you attract.
What you imagine, you create.
- Buddha
Karya ini ku persembahkan untuk malaikat yang telah melahirkanku ke dunia dan
selalu menjagaku setiap saat dari surga, kepada superhero yang selalu
menjagaku di dunia, dan kepada semua orang yang sangat kukasihi dan
kusayangi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan
Bunda Maria atas kasih, berkat, dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH VARIASI FASE MINYAK
VIRGIN COCONUT OIL DAN MEDIUM-CHAIN TRIGLYCERIDES OIL
TERHADAP STABILITAS FISIK NANOEMULSI MINYAK BIJI DELIMA
DENGAN KOMBINASI SURFAKTAN TWEEN 80 DAN KOSURFAKTAN
PEG 400” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama proses perkuliahan, penelitian, penyusunan dan penyelesaian
skripsi ini, penulis telah mendapatkan bantuan doa, dukungan, semangat, saran
dan kritik dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Orang tua dan saudara tercinta atas doa, cinta, kasih sayang, perhatian,
motivasi, saran, dan kritik yang diberikan kepada penulis.
2. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt., dan Ibu Beti Pudyastuti, M.Sc., Apt.,
selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan waktu,
bimbingan, pengarahan, saran, dan kritik kepada penulis selama proses
pengerjaan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
4. Ibu Wahyuning Setyani, M.Sc., Apt. dan Bapak Septimawanto Dwi Prasetyo,
M.Si., Apt. atas kesediaannya meluangkan waktu untuk menguji dan
memberikan saran kepada penulis dalam memperbaiki naskah skripsi.
5. Segenap Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah
mengajar dan membimbing penulis selama perkuliahan.
6. Pak Musrifin, Mas Agung, Pak Suparlan, serta seluruh laboran dan karyawan
lain di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah banyak
membantu penulis selama penelitian.
7. Medaliana Hartini selaku teman seperjuangan dalam penelitian nanoemulsi
minyak biji delima atas kerja sama, bantuan, dukungan, dan kebersamaan
selama proses skripsi ini.
8. Agnesia Brillianti Kananlua, Suzan, dan Venny Claudia Hermanto selaku
teman satu tim penelitian dalam melakukan penelitian yang telah memberikan
semangat, dukungan, saran, dan kritik yang diberikan kepada penulis.
9. Melania Roswita Budisantoso dan Agatha Asih Widiningrum atas doa, tawa,
kebersamaan, dukungan, dan semangat yang diberikan kepada penulis.
10. Teman-teman FST 2012 atas kebersamaannya baik selama proses perkuliahan
maupun praktikum.
11. Semua pihak yang telah banyak membantu selama proses skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang
farmasi.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………... ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………… iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………….. v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…………… vi
PRAKATA………………………………………………………………… vii
DAFTAR ISI………………………………………………………………. x
DAFTAR TABEL…………………………………………………………. xiv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… xv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. xvi
INTISARI………………………………………………………………….. xviii
ABSTRACT………………………………………………………………… xix
BAB I. PENGANTAR……………………………………………………. 1
A. Latar Belakang…………………………………………………….. 1
1. Rumusan masalah……………………………………………. 5
2. Keaslian penelitian…………………………………………… 5
3. Manfaat penelitian……………………………………………. 6
B. Tujuan Penelitian………………………………………………….. 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………….. 8
A. Minyak Biji Delima………………………………………………... 8
B. Nanoemulsi ……………………………………………………….. 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
C. Komponen Nanoemulsi……………………………………………. 10
D. Sifat Fisik Nanoemulsi…………………………………………….. 12
1. Uji organoleptis………………………………………………. 13
2. Uji tipe nanoemulsi………………………………………….. 13
3. Uji pH………………………………………………………… 14
4. Uji persen transmitan………………………………………... 14
5. Uji turbiditas…………………………………………………. 14
6. Uji viskositas………………………………………………… 15
7. Uji ukuran droplet…………………………………………… 15
E. Stabilitas Fisik Nanoemulsi………………………………………... 15
F. Pemerian Bahan…………………………………………………… 18
1. Virgin coconut oil…………………………………………… 18
2. Medium-chain triglycerides oil……………………………... 19
3. Tween 80……………………………………………………... 20
4. PEG 400………………………………………………………. 21
5. Aquadest ……………………………………………………... 22
G. Landasan Teori……………………………………………………. 22
H. Hipotesis Penelitian……………………………………………….. 24
BAB III. METODE PENELITIAN………………………………………... 25
A. Jenis Rancangan Penelitian………………………………………... 25
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……………………... 25
1. Variabel penelitian……………………………………………. 25
2. Definisi operasional………………………………………….. 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
C. Bahan Penelitian…………………………………………………… 27
D. Alat Penelitian……………………………………………………... 28
E. Tata Cara Penelitian……………………………………………….. 28
1. Formulasi nanoemulsi minyak biji delima…………………… 28
2. Evaluasi sifat fisik nanoemulsi minyak biji delima…………... 29
3. Evaluasi stabilitas fisik nanoemulsi minyak biji delima….…... 31
F. Analisis Data………………………………………………………. 32
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………. 33
A. Karakterisasi Minyak Biji Delima………………………………… 33
B. Formulasi Nanoemulsi Minyak Biji Delima……………………… 33
C. Evaluasi Sifat Fisik Nanoemulsi Minyak Biji Delima…………….. 34
1. Pengujian organoleptis dan pH……………………………….. 35
2. Pengujian tipe nanoemulsi…………………………………..... 36
3. Pengujian persen transmitan………………………………….. 36
4. Pengujian turbiditas………………………………………… 37
5. Pengujian viskositas………………………………………….. 38
6. Pengujian ukuran droplet………………………………………….. 38
D. Stabilitas Fisik Nanoemulsi Minyak Biji Delima…………………. 39
1. Sentrifugasi …………………………………………………... 39
2. Freeze-thaw cycle.……………………………………………. 40
E. Diskusi …………………………………………………………….. 45
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………….. 47
A. Kesimpulan ……………………………………………………….. 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
B. Saran ………………………………………………………………. 47
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………... 48
LAMPIRAN ………………………………………………………………. 53
BIOGRAFI ………………………………………………………………... 77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Kandungan asam lemak dalam VCO………………………... 18
Tabel II. Formula acuan nanoemulsi………………………………….. 28
Tabel III. Formula nanoemulsi minyak biji delima……………………. 29
Tabel IV. Hasil karakterisasi minyak biji delima………………………. 33
Tabel V. Data organoleptis dan pH nanoemulsi minyak biji delima….. 35
Tabel VI. Data hasil uji sifat fisik nanoemulsi minyak biji delima……. 36
Tabel VII. Data pemisahan fase nanoemulsi sebelum dan sesudah
sentrifugasi…………………………………………………... 40
Tabel VIII. Data organoleptis dan pH nanoemulsi minyak biji delima
sebelum dan sesudah freeze-thaw cycle……………………... 40
Tabel IX. Data stabilitas fisik nanoemulsi minyak biji delima formula
A sebelum dan sesudah freeze-thaw cycle…………………... 41
Tabel X. Data stabilitas fisik nanoemulsi minyak biji delima formula
B sebelum dan sesudah freeze-thaw cycle…………………... 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bentuk droplet nanoemulsi tipe M/A……………………….. 10
Gambar 2. Bentuk ketidakstabilan nanoemulsi…………………………. 16
Gambar 3. Struktur medium-chain triglycerides....................................... 19
Gambar 4. Struktur Tween 80…………………………………………... 20
Gambar 5. Struktur PEG 400……………………………………………. 21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analysis (CoA) minyak biji delima…………... 54
Lampiran 2. Perhitungan nilai HLB teoritis………………………………. 55
Lampiran 3. Perhitungan jumlah minyak biji delima dalam formula
nanoemulsi…………………...……………………………… 55
Lampiran 4. Dokumentasi alat yang digunakan dalam formulasi
nanoemulsi minyak biji delima……………………………… 55
Lampiran 5. Dokumentasi pengamatan organoleptis nanoemulsi minyak
biji delima…………………………………………………… 57
Lampiran 6. Data organoleptis nanoemulsi minyak biji delima………….. 60
Lampiran 7. Data persen transmitan dan turbiditas nanoemulsi minyak
biji delima…………………………………………………… 60
Lampiran 8. Data viskositas nanoemulsi minyak biji delima…………….. 60
Lampiran 9. Data organoleptis nanoemulsi minyak biji delima sesudah
freeze-thaw cycle…………………………………………….. 61
Lampiran 10. Data persen transmitan dan turbiditas nanoemulsi minyak
biji delima sesudah freeze-thaw cycle……………………….. 61
Lampiran 11. Data viskositas nanoemulsi minyak biji delima sesudah
freeze-thaw cycle…………………………………………….. 61
Lampiran 12. Hasil pengujian ukuran droplet……………………………… 62
Lampiran 13. Analisis statistik uji normalitas formula A dan B sebelum
freeze-thaw cycle……………………………………………..
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Lampiran 14. Analisis statistik uji normalitas formula A dan B sesudah
freeze-thaw cycle…………………………………………….. 72
Lampiran 15. Analisis statistik uji T dan Wilcoxon tidak berpasangan
antara formula A dan B……………………………………… 74
Lampiran 16. Analisis statistik uji T dan Wilcoxon berpasangan antara
formula A sebelum dan sesudah freeze-thaw dan formula B
sebelum dan sesudah freeze-thaw…………………………… 75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
INTISARI
Minyak biji delima memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi karena
adanya kandungan punicic acid. Keterbatasan penggunaan minyak biji delima dan
sifatnya yang mudah terdekomposisi menjadi alasan pengembangan minyak ini
dalam bentuk nanoemulsi. Nanoemulsi merupakan sistem penghantaran obat
dengan rata-rata diameter droplet berukuran < 100 nm. Fase minyak merupakan
komponen penting dalam formulasi nanoemulsi. Fase minyak yang digunakan
dalam formulasi nanoemulsi dapat mempengaruhi stabilitas fisik nanoemulsi yang
terbentuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi fase minyak
virgin coconut oil (VCO) dan medium-chain triglycerides (MCT) oil terhadap
stabilitas fisik sediaan nanoemulsi minyak biji delima dengan kombinasi surfaktan
Tween 80 dan kosurfaktan PEG 400.
Formulasi nanoemulsi minyak biji delima dilakukan dengan kombinasi
metode emulsifikasi energi rendah dengan magnetic stirrer dan metode
emulsifikasi energi tinggi dengan homogenizer dan sonikator. Parameter stabilitas
fisik yang diamati meliputi organoleptis, pH, persen transmitan, turbiditas,
viskositas, serta ukuran droplet sebelum dan sesudah melewati freeze-thaw cycle.
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan software R 3.2.2 pada taraf
kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan signifikan pada
parameter viskositas untuk formula A dan parameter turbiditas untuk formula B
dengan nilai p-value < 0,05. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan ukuran
droplet dari 109,56±73,52 menjadi 153,34±145,37 pada formula A dan
222,32±127,74 menjadi 183,89±81,68 pada formula B setelah melewati freeze-
thaw cycle.
Kata kunci: nanoemulsi, minyak biji delima, VCO, MCT oil, Tween 80, PEG
400, stabilitas fisik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
ABSTRACT
Pomegranate seed oil has a high antioxidant activity because it contains
of punicic acid. Limitation of the use of pomegranate seed oil and it behaviors to
easily decompose become the reason to develop this oil into nanoemulsion form.
Nanoemulsion is a drug delivery system with mean droplet size < 100 nm. Oil
phase in nanoemulsion has an important role in formulation of nanoemulsion. Oil
phase in formulation of nanoemulsion can affect the physical stability of
nanoemulsion. This study aimed is to investigate the effect of oil phase variation
virgin coconut oil (VCO) and medium-chain triglycerides (MCT) oil on the
physical stability of pomegranate seed oil nanoemulsion with combination of
surfactant Tween 80 and cosurfactant PEG 400.
Formulation of pomegranate seed oil nanoemulsion was done by
combining low emulsification method with magnetic stirrer and high
emulsification method with homogenizer and sonicator. Physical stability
properties including organoleptic, pH, percent transmittance, turbidity, viscosity,
and droplet size before and after freeze-thaw cycle were observed. Data were all
analyzed statistically using software R 3.2.2 in 95% level of confidence.
Results showed that there were significant difference in viscosity for
formula A and turbidity for formula B with p-value < 0,05. This were caused by
alteration in droplet size from 109,56±73,52 to 153,34±145,37 in formula A and
222,32±127,74 to 183,89±81,68 in formula B.
Key words : nanoemulsion, pomegranate seed oil, VCO, MCT oil, Tween 80, PEG
400, physical stability.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati.
Terdapat lebih dari 1000 spesies tumbuhan di Indonesia yang memiliki manfaat
bagi kesehatan. Salah satu bahan alam yang memiliki banyak manfaat bagi
kesehatan ialah minyak biji delima atau yang lebih dikenal sebagai Pomegranate
Seed Oil (PSO) yang berasal dari biji tanaman delima (Punica granatum L.).
Dalam beberapa penelitian diketahui bahwa minyak biji delima memiliki
beberapa khasiat diantaranya ialah sebagai antioksidan, antimikroba, antikanker,
serta anti-inflamasi (Mackler, Heber, and Cooper, 2013).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Melo (2012), senyawa yang
terkandung dalam minyak biji delima ialah phytosterol, tocopherol, dan punicic
acid sebagai komponen utama dalam aktivitasnya sebagai antioksidan. Minyak
biji delima berperan sebagai antioksidan dengan mekanisme radical scavenger
serta menghambat kerja enzim tyrosinase atau tyrosinase inhibitor. Efektivitas
minyak biji delima dalam menangkap radikal bebas dapat dilihat berdasarkan nilai
Inhibitor Concentration 50% (IC50). IC50 menunjukkan konsentrasi yang
dibutuhkan untuk dapat menghambat radikal bebas sebanyak 50% (Lima and
Vianello, 2013). Semakin rendah nilai IC50 maka semakin tinggi potensi
antioksidan dalam menangkal radikal bebas. Penelitian oleh Yoganandam,
Kumar, and Gopal (2013) menunjukkan nilai IC50 dari minyak biji delima sebesar
0,2775 mg/mL. Nilai tersebut menggolongkan minyak biji delima ke dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
kategori antioksidan yang memiliki efek antioksidan sangat tinggi. Hal ini
menujukkan bahwa minyak biji delima berpotensi untuk diteliti manfaatnya lebih
jauh dalam bidang biomedis. Penelitian serupa mengenai minyak biji delima
menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan minyak biji delima lebih besar
dibandingkan dengan ekstrak anggur merah dan hampir serupa dengan ekstrak
daun teh hijau (Jurenka, 2008).
Saat ini, penggunaan minyak biji delima cenderung terbatas dalam
bentuk minyak dalam kemasan botol. Dalam bentuk demikian, minyak biji delima
bersifat mudah menguap dan mudah terdekomposisi oleh panas, kelembaban
udara, cahaya, maupun oksigen. Oleh karena itu, pengembangan minyak biji
delima dalam bentuk sediaan nanoemulsi menjadi sangat potensial terkait
banyaknya khasiat yang dimiliki oleh minyak biji delima. Selain itu, dalam bentuk
sediaan nanoemulsi efektivitas dan bioavailabilitas dari minyak biji delima dapat
ditingkatkan (Qian and McClements, 2011).
Nanoemulsi merupakan sistem penghantaran obat yang terdiri atas fase
air dan minyak yang distabilkan oleh kombinasi antara surfaktan dan kosurfaktan
dengan rata-rata droplet berukuran < 100 nm (Fulekar, 2010). Nanoemulsi
memiliki beberapa keuntungan diantaranya dapat meningkatkan kelarutan dan
bioavailabilitas obat, memiliki sistem yang stabil secara kinetika, serta dapat
diformulasikan dengan konsentrasi surfaktan dan minyak yang rendah sehingga
dapat memberikan rasa nyaman pada kulit tanpa meninggalkan rasa lengket
(Bouchemal, Briancon, Perrier, and Fessi, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Surfaktan dan kosurfaktan merupakan komponen penting dalam
formulasi nanoemulsi. Surfaktan dalam nanoemulsi berperan dalam menurunkan
tegangan antarmuka antara dua cairan yang tidak bercampur karena adanya gugus
hidrofilik pada bagian kepala dan gugus hidrofobik pada bagian ekor (Schramm,
2000). Kosurfaktan berperan dalam membantu kelarutan zat terlarut dalam
medium dispers dengan meningkatkan fleksibilitas lapisan di sekitar area droplet
dan menurunkan energi bebas permukaan sehingga stabilitas lebih dapat
dipertahankan (Azeem et al., 2009). Selain itu, dengan adanya penggunaan
kosurfaktan, konsentrasi penggunaan surfaktan dapat dikurangi sehingga dapat
mengurangi resiko iritasi yang dapat ditimbulkan (Azeem et al., 2009). Surfaktan
dan kosurfaktan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tween 80 dan PEG
400. Tween 80 merupakan surfaktan non-ionik dan bersifat non-iritatif yang
umum digunakan dalam sediaan farmasi dan kosmetik (Salanger, 2002).
Konsentrasi Tween 80 sebagai surfaktan dalam suatu sediaan berkisar antara 1-
10% (Rowe, Sheskey, and Quinn, 2009). PEG 400 merupakan kosurfaktan yang
sering digunakan dalam sediaan farmasi karena bersifat non-iritatif (Rowe et al.,
2009). Perbandingan konsentrasi surfaktan dan kosurfaktan dalam pembuatan
nanoemulsi akan menghasilkan nilai hydrophile-lipophile balance (HLB)
campuran yang dapat menentukan tipe nanoemulsi yang terbentuk. Nilai HLB
yang dipersyaratkan untuk dapat membentuk sistem nanoemulsi dengan tipe
minyak dalam air (M/A) ialah diatas 10. Penelitian Soni, Prajapati, and Chaudhri
(2014) menunjukan bahwa kombinasi antara surfaktan dengan nilai HLB tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
dengan kosurfaktan dengan HLB yang lebih rendah dapat membentuk nanoemulsi
yang jauh stabil.
Fase minyak yang digunakan juga dapat mempengaruhi ukuran droplet
dan stabilitas nanoemulsi yang terbentuk (Pardo and McClements, 2014). Fase
minyak dalam nanoemulsi berperan sebagai pembawa yang dapat melarutkan zat
aktif yang bersifat hidrofobik dan membentuk droplet dalam medium dispers
dengan adanya bantuan surfaktan dan kosurfaktan (Chen, Khemtong, Yang,
Chang, and Gao, 2011). Virgin coconut oil (VCO) merupakan fase minyak yang
sering digunakan dalam pembuatan nanoemulsi karena merupakan long-chain
triglyceride (LCT) oil yang memiliki kemampuan dalam mencegah terjadinya
Ostwald ripening dan dapat menghasilkan sediaan dengan ukuran droplet < 100
nm (Wooster, Golding, and Sanguansri, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh
Suciati, Aliyandi, and Satrialdi (2014) menggunakan VCO sebagai fase minyak
dengan Tween 80 dan PEG 400 sebagai surfaktan dan kosurfaktan menunjukkan
bahwa dengan komponen tersebut, dapat menghasilkan nanoemulsi dengan
ukuran droplet < 100 nm. Selain VCO, minyak lain yang juga sering digunakan
dalam pembuatan sediaan nanoemulsi ialah medium-chain triglycerides (MCT)
oil. MCT oil merupakan minyak yang diperoleh dari hasil pemurnian VCO.
Proses pemurnian ini melewati tahapan panjang dan membutuhkan biaya yang
cukup mahal. Penggunaan MCT oil sebagai fase minyak dalam formulasi
nanoemulsi pernah dilakukan oleh Silvia et al. (2009) yang menghasilkan
nanoemulsi dengan ukuran droplet 230-280 nm. Oleh karena itu, peneliti
melakukan penelitian mengenai pengaruh penggunaan dua fase minyak yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
berbeda yaitu VCO dan MCT oil terhadap stabilitas fisik nanoemulsi minyak biji
delima yang terbentuk.
1. Rumusan masalah
Bagaimanakah pengaruh variasi fase minyak virgin coconut oil dan
medium-chain triglyceride oil terhadap stabilitas fisik sediaan nanoemulsi
minyak biji delima dengan kombinasi surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan
PEG 400?
2. Keaslian penelitian
Penelitian terkait minyak biji delima dan formulasi nanoemulsi yang
pernah dilakukan antara lain:
a. Penelitian dengan judul Development of Topical Nanoemulsions Containing
The Isoflavone Genistein oleh Silvia et al., (2009) yang membahas
mengenai penggunaan minyak MCT dalam formulasi sediaan nanoemulsi
genistein.
b. Penelitian dengan judul Antioxidant and Tyrosinase Inhibitory Activity of
Aqueous Extract and Oil of Seeds of Punica Granatum L. (Punicaceae) oleh
Yoganandam et al. (2013) yang membahas mengenai aktivitas minyak biji
delima sebagai antioksidan.
c. Penelitian dengan judul Formulation and Evaluation of O/W Nanoemulsion
of Ketoconazole oleh Patel, Parmar, Seth, Patel, and Patel (2013) yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
membahas mengenai metode pembuatan serta karakteristik dari suatu
nanoemulsi.
d. Penelitian dengan judul Development of Transdermal Nanoemulsion
Formulation For Simultaneous Delivery of Protein Vaccine and Artin-M
Adjuvant oleh Suciati et al. (2014) yang membahas mengenai formulasi
sediaan nanoemulsi dengan berbagai perbandingan konsentrasi surfaktan
Tween 80 dan kosurfaktan PEG 400.
e. Penelitian dengan judul The Influence of Glicerides Oil Phase on O/W
Nanoemulsion Formation by PIC Method oleh Jaworska, Sikora, and
Ogonowski (2014) yang membahas mengenai pengaruh fase minyak yang
digunakan terhadap stabilitas nanoemulsi yang terbentuk.
Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan peneliti, penelitian mengenai
“Pengaruh Variasi Fase Minyak Virgin Coconut Oil dan Medium-Chain
Triglycerides Oil terhadap Stabilitas Fisik Sediaan Nanoemulsi Minyak Biji
Delima dengan Kombinasi Surfaktan Tween 80 dan Kosurfaktan PEG 400”
belum pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang
formulasi dan evaluasi stabilitas fisik sediaan nanoemulsi minyak biji
delima.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
b. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan sediaan
nanoemulsi minyak biji delima yang memiliki stabilitas fisik yang baik dan
bermanfaat bagi masyarakat.
B. Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh variasi fase minyak virgin coconut oil dan
medium-chain triglycerides oil terhadap stabilitas fisik sediaan nanoemulsi
minyak biji delima dengan kombinasi surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan PEG
400.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Minyak Biji Delima
Minyak biji delima berasal dari biji tanaman delima (Punica granatum
L.) yang termasuk dalam family Punicaceae. Minyak biji delima diperoleh melalui
metode ekstraksi cold pressing sehingga dapat dihasilkan minyak dengan kualitas
yang baik dan kandungan yang tetap terjaga. Kelebihan metode ekstraksi cold
pressing bila dibandingkan dengan metode ekstraksi konvensional ialah proses
yang lebih sederhana dan cepat tanpa menggunakan pelarut organik. Prinsip
ekstraksi secara cold pressing adalah dengan memanfaatkan tekanan tinggi dalam
mengambil kandungan minyak atsiri (Khoddami, Man, and Roberts, 2014).
Karakteristik kandungan dalam minyak biji delima yang dilakukan oleh
Melo, Carvalho, and Filho (2014) menunjukkan bahwa dalam minyak biji delima
terkandung senyawa utama berupa punicic acid (C18:3) sebesar 71,5±17,9,
linoleic acid (C18:2) sebesar 10,8±6,9, oleic acid (C18:1) sebesar 9,0±5,6,
palmitic acid (C16:0) sebesar 5,7±4,1, dan stearic acid (C18:0) sebesar 2,1±3,1.
Punicic acid merupakan senyawa utama yang memiliki aktivitas antioksidan
dalam minyak biji delima.
Penelitian Qusti, Abo-khatwa, and Lahwa (2010) mengklasifikasikan
nilai IC50 menjadi empat kelas yang dapat menggambarkan kemampuan
antioksidan suatu senyawa yakni senyawa dengan efek antioksidan sangat tinggi
(IC50 < 1 mg/mL); senyawa dengan efek antioksidan tinggi (IC50 1-10 mg/mL);
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
senyawa dengan efek antioksidan sedang (IC50 10-30 mg/mL); dan senyawa
dengan efek antioksidan rendah (IC50 > 30 mg/mL). Penelitian yang dilakukan
oleh Yoganandam et al. (2013) menunjukkan nilai IC50 dari minyak biji delima
sebagai antioksidan ialah sebesar 0,2775 mg/mL.
B. Nanoemulsi
Nanoemulsi merupakan sistem penghantaran obat yang terdiri dari fase
minyak dan air yang distabilkan oleh kombinasi surfaktan dan kosurfaktan dengan
rata-rata ukuran droplet < 100 nm (Fulekar, 2010). Secara umum, karakteristik
nanoemulsi dapat diamati dari kejernihan sediaan serta stabilitas fisik sediaan
yang cenderung bertahan dalam jangka waktu yang panjang (Bouchemal et al.,
2004). Menurut Debnath, Satayanarayana, and Kumar (2011), nanoemulsi
memiliki beberapa kelebihan diantaranya dapat meningkatkan stabilitas zat aktif,
membantu kelarutan obat yang bersifat lipofilik, meningkatkan bioavailabilitas,
serta dapat diadministrasikan secara topikal, oral, maupun transdermal (Delmas et
al., 2011).
Nanoemulsi dapat terbentuk secara spontan maupun tidak spontan
bergantung pada energi yang diberikan saat proses pembentukan. Secara spontan
(emulsifikasi energi rendah), nanoemulsi terbentuk dengan mencampurkan fase
minyak dan fase air secara perlahan dengan menggunakan stirrer (Bouchemal, et
al., 2004). Nanoemulsi yang terbentuk secara tidak spontan (emulsifikasi energi
tinggi) membutuhkan energi mekanik bertekanan tinggi dari luar untuk dapat
memecah ukuran droplet menjadi lebih kecil. Beberapa metode pembuatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
nanoemulsi secara tidak spontan antara lain dengan menggunakan sonikasi,
mikrofluidisasi, dan homogenizer bertekanan tinggi (Patel et al., 2013). Prinsip
homogenizer dalam mengecilkan ukuran partikel adalah dengan adanya shear
stress yang diberikan secara turbulen sehingga dapat memecah partikel hingga
berukuran 1,0 m. Mekanisme pengecilan ukuran partikel dengan sonikasi ialah
dengan memanfaatkan gelombang ultrasonik yang dapat mengubah energi listrik
menjadi getaran fisik yang dapat memperkecil ukuran partikel hingga 0,2 m
(Gupta, Pandit, Kumar, Swaroop, and Gupta, 2010). Struktur droplet pada
nanoemulsi tipe M/A tersusun atas surfaktan, kosurfaktan dan fase minyak yang
membawa obat atau zat aktif yang bersifat hidrofobik. Bagian hidrofobik pada
ekor surfaktan akan melingkupi fase minyak sedangkan bagian kepalanya yang
bersifat hidrofilik akan berada pada bagian luar seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 1 (Chen et al., 2011).
Gambar 1. Bentuk droplet nanoemulsi tipe M/A (Chen et al., 2011)
C. Komponen Nanoemulsi
Komponen dalam nanoemulsi terdiri atas fase air, fase minyak, surfaktan,
dan atau kosurfaktan. Fase minyak merupakan komponen penting dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
formulasi nanoemulsi karena berperan sebagai pembawa obat atau zat aktif yang
bersifat hidrofobik. Kelarutan obat pada fase minyak akan mempengaruhi
kemampuan nanoemulsi untuk menjaga obat dalam bentuk terlarut. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Jaworska et al. (2014), semakin polar fase minyak
yang digunakan dalam pembuatan nanoemulsi, maka ukuran droplet yang
terbentuk akan jauh lebih besar dibandingkan ukuran droplet yang dihasilkan
dengan menggunakan fase minyak yang lebih non-polar. Stabilitas dari sediaan
nanoemulsi selama masa penyimpanan dapat dipengaruhi oleh fase minyak yang
digunakan karena memiliki pengaruh dalam aspek polaritas dan kelarutan molekul
minyak dalam air. Oleh karena itu, penting sekali untuk diketahui komposisi dari
fase minyak yang akan digunakan sehingga dapat diperoleh sediaan nanoemulsi
dengan stabilitas jangka panjang yang baik (Pardo and McClements, 2014).
Surfaktan merupakan senyawa yang memiliki gugus hidrofilik pada
bagian kepala dan hidrofobik pada bagian ekor. Surfaktan memiliki peranan
penting dalam pembentukan nanoemulsi dengan menurunkan tegangan antarmuka
antara fase minyak dan air. Saat penambahan surfaktan, tegangan antarmuka
mula-mula akan turun dengan sangat cepat hingga mencapai titik tertentu di mana
tegangan antarmuka tidak akan berkurang lagi meskipun dilakukan penambahan
surfaktan. Titik tertentu ini dikenal dengan CMC (Critical Micelle Concentration)
(Schramm, 2000). Berdasarkan tipe ionisasi dalam air, surfaktan dapat
diklasifikasikan ke dalam empat kelas diantaranya surfaktan anionik, kationik,
amfoterik, dan non-ionik (Nielloud and Marti, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Mekanisme pembentukan nanoemulsi bergantung pada kemampuan
surfaktan dalam menstabilkan tegangan antarmuka yang terjadi akibat difusi
spontan saat pencampuran dua fase. Surfaktan akan bekerja dengan melingkupi
partikel obat dalam fase minyak dan mendorong terbentuknya partikel dengan
ukuran droplet yang lebih kecil. Penambahan konsentrasi surfaktan akan semakin
menurunkan ukuran droplet namun semakin memerlukan waktu emulsifikasi yang
lebih lama pula (Zhao et al., 2009).
Penggunaan surfaktan saja tidak cukup untuk menurunkan tegangan
antarmuka secara optimum. Oleh karena itu, dilakukan penambahan kosurfaktan
untuk menurunkan lebih lanjut tegangan antarmuka antara fase minyak dan air
(Resende, Correa, Oliveira, and Scarpa, 2008). Kosurfaktan berperan dalam
membantu kelarutan zat terlarut dalam medium dispers dengan meningkatkan
fleksibilitas lapisan di sekitar area droplet dan menurunkan energi bebas
permukaan sehingga stabilitas lebih dapat dipertahankan (Azeem et al., 2009).
Kosurfaktan dapat berupa molekul ampifilik rantai pendek yang dapat
menurunkan tegangan antarmuka (Azeem et al., 2009).
D. Sifat Fisik Nanoemulsi
Karakteristik sifat fisik nanoemulsi dapat diketahui dengan beberapa
pengujian, diantaranya organoleptis yang meliputi warna, bau, kejernihan,
homogenitas, dan pemisahan fase, tipe nanoemulsi, pengukuran pH, persen
transmitan, turbiditas, viskositas, serta ukuran droplet.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
1. Uji organoleptis
Pengujian organoleptis adalah pengujian yang didasarkan pada proses
pengindraan. Evaluasi organoleptis sediaan nanoemulsi dilakukan dengan
mengamati warna, bau, kejernihan, homogenitas, dan pemisahan fase
(Lawrence and Ress, 2000). Nanoemulsi yang stabil ditandai dengan tidak
terjadinya pemisahan fase, jernih, homogen, dan tidak berbau tengik.
2. Uji tipe nanoemulsi
Tipe nanoemulsi yang terbentuk dapat diketahui dengan melakukan
pengenceran atau dilution test. Prinsip uji ini ialah dengan mengencerkan
sistem yang terbentuk dengan fase minyak atau fase airnya. Terdapat tiga tipe
emulsi yakni tipe emulsi minyak dalam air (M/A), tipe emulsi air dalam
minyak (A/M), dan tipe emulsi ganda (M/A/M dan A/M/A). Nanoemulsi
memiliki tipe M/A apabila sistem terlarut dalam fase airnya, sedangkan tipe
A/M apabila sistem terlarut dalam fase minyaknya. Metode pengujian lainnya
ialah dengan uji konduktivitas di mana air sebagai medium dispers memiliki
konduktivitas yang lebih besar dibandingkan minyak, sehingga akan dapat
menghantarkan arus listrik. Metode pewarnaan juga dapat digunakan untuk
mengetahui tipe nanoemulsi. Prinsip metode ini ialah dengan menggunakan
pewarna larut air dan pewarna larut minyak untuk melihat kelarutan pewarna
tersebut dalam medium dispers (Troy, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
3. Uji pH
Sediaan nanoemulsi yang ditujukan untuk pemakaian secara topikal
harus didesain agar tidak menimbulkan iritasi. Oleh karena itu, pH sediaan
harus berada pada pH 4-6 yang merupakan pH kulit (Ali and Yosipovitch,
2013).
4. Uji persen transmitan
Pengujian persen transmitan dilakukan untuk mengukur kejernihan
nanoemulsi yang terbentuk. Pengukuran persen transmitan merupakan salah
satu faktor penting dalam melihat sifat fisik nanoemulsi yang terbentuk.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 650 nm dan menggunakan aquadest sebagai blanko. Jika
hasil persen transmitan sampel mendekati persen transmitan aquadest yakni
100%, maka sampel tersebut memiliki kejernihan atau transparansi yang mirip
dengan air (Thakkar, Nangesh, Parmar, and Patel, 2011).
5. Uji turbiditas
Pengujian turbiditas dilakukan untuk mengukur kekeruhan nanoemulsi
yang terbentuk. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer
UV-Vis pada panjang gelombang 502 nm dan menggunakan aquadest sebagai
blanko. Nanoemulsi memiliki penampakan jernih apabila nilai turbiditas
kurang dari 1% (Cho, Kim, Bae, and Mok, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
6. Uji viskositas
Viskositas menunjukkan sifat dari cairan untuk mengalir. Makin
kental suatu cairan maka semakin besar kekuatan yang diperlukan agar cairan
dapat mengalir. Besarnya viskositas dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti
suhu, ukuran molekul, konsentrasi larutan, serta gaya tarik antar molekul
(Martin and Cammarata, 2008).
7. Uji ukuran droplet
Pengujian ukuran droplet dilakukan untuk mengetahui apakah droplet
yang terbentuk memenuhi kriteria droplet pada nanoemulsi yaitu < 100 nm.
Pengujian ukuran droplet menggunakan PSA (Particle Size Analyzer) dengan
tipe dynamic light scattering. Prinsip dasar alat ini adalah sampel akan
ditembak dengan sinar laser dan akan terjadi penghamburan cahaya.
Penghamburan cahaya tersebut akan dideteksi pada sudut tertentu secara cepat.
Hasil pengukuran droplet dinyatakan sebagai diameter dari droplet yang
terdapat pada medium dispers (Volker, 2009).
E. Stabilitas Fisik Nanoemulsi
Nanoemulsi dengan stabilitas fisik yang baik cenderung mempunyai
waktu paruh yang panjang dan dapat bertahan dalam jangka panjang (Patel et al.,
2013). Stabilitas nanoemulsi dapat dilihat melalui tidak terjadinya perubahan
tampilan, bau, warna, serta sifat fisik lainnya. Beberapa bentuk dari
ketidakstabilan emulsi diantaranya ialah flokulasi, creaming, sedimentasi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
coalescence, Ostwald Ripening, serta terjadinya inversi fase seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2 (McClements and Rao, 2011).
Gambar 2. Bentuk ketidakstabilan nanoemulsi (McClements and Rao, 2011)
Flokulasi adalah peristiwa terbentuknya agregasi globul pada posisi yang
tidak beraturan dalam nanoemulsi. Flokulasi dapat terjadi ketika gaya tolak
menolak antar droplet lemah (Tadros, 2013). Creaming ditandai dengan
memisahnya sistem nanoemulsi menjadi dua lapisan di mana droplet akan
bergerak ke permukaan karena densitasnya yang lebih kecil dari medium dispers,
sedangkan sedimentasi adalah pergerakan droplet ke dasar karena densitasnya
yang lebih besar dari medium dispers (Tadros, 2013). Coalescence dan Ostwald
Ripening ialah pemisahan fase dalam emulsi yang bersifat irreversible yang
terjadi akibat bergabungnya droplet berukuran kecil dan membentuk droplet
dengan ukuran yang lebih besar (Tadros, 2013). Inversi fase ialah peristiwa
berubahnya tipe emulsi dari M/A menjadi A/M atau sebaliknya. Inversi fase dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
terjadi karena perubahan suhu atau karena perubahan komposisi formula (Tadros,
Izquierdo, Esquena, and Solans, 2004).
Pengujian stabilitas fisik nanoemulsi dapat dilakukan dengan pengujian
sentrifugasi dan freeze-thaw cycle seperti yang diungkapkan oleh Darole, Hedge,
and Nair, 2008).
a. Uji sentrifugasi : uji ini dilakukan dengan melakukan sentrifugasi pada
kecepatan 3750 rpm selama lima jam untuk mengamati kemungkinan
terjadinya ketidakstabilan yang disebabkan oleh gaya gravitasi. Sentrifugasi
selama lima jam akan setara dengan efek gravitasi yang ditimbulkan selama
satu tahun (Lachman, Lieberman, and Kanig, 1994). Selain itu, uji ini
diperlukan untuk mengetahui efek guncangan pada saat produk akan
didistribusikan. Bila sampel nanoemulsi tidak mengalami perubahan atau
pemisahan fase, maka sediaan dinyatakan lolos dan dilanjutkan dengan uji
freeze-thaw cycle.
b. Uji freeze-thaw cycle : uji ini dilakukan dengan menyimpan nanoemulsi pada
suhu rendah yakni -10°C dan pada suhu ruangan berkisar pada 30°C/75% RH
dengan lama penyimpanan pada masing-masing suhu tidak lebih dari 24 jam
selama 3 siklus (Huynh-Ba, 2008). Uji ini bertujuan untuk menginduksi
ketidakstabilan karena kondisi penyimpanan yang ekstrim. Uji ini dilakukan
untuk mengamati perubahan dalam stabilitas seperti pemisahan fase, inversi,
agregasi, creaming, coalescence maupun Ostwald ripening dari sediaan
nanoemulsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
F. Pemerian Bahan
1. Virgin coconut oil
Virgin coconut oil (VCO) merupakan minyak yang diperoleh dari
daging buah kelapa, diolah secara mekanis tanpa mengalami proses pemanasan
sehingga tidak mengakibatkan perubahan pada sifat alami minyak (Marina,
Man, Nazimah, and Amin, 2009). VCO merupakan fase minyak yang sering
digunakan dalam pembuatan nanoemulsi. VCO termasuk dalam long-chain
triglycerides (LCT) karena mengandung rantai karbon lebih dari 12. Selain
LCT, terdapat dua klasifikasi lain dari triglycerides yaitu short-chain
triglycerides yang mengandung rantai karbon kurang dari 6 dan medium-chain
triglycerides yang mengandung rantai karbon 6-12 (Williams III, Watts, and
Miller, 2012).
VCO yang berkualitas baik bersifat tidak berwarna, jernih, bebas
endapan, memiliki aroma seperti kelapa, serta tidak memiliki bau tengik dan
rasa yang masam (Gediya, 2011). Kandungan dalam VCO dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan asam lemak dalam VCO
Asam lemak Konsentrasi (%)
Asam laurat (C12) 45,1
Asam miristat (C14) 16,8 – 21,0
Asam palmitat (C16) 7,5 – 10,2
Asam oleat (C18:1) 5,0 – 10,0
Asam kaprat (C10) 5,0 – 8,0
Asam kaprilat (C8) 4,6 – 10,0
Asam stearat (C18:0) 2,0 – 4,0
Asam linoleat (C18:2) 1,0 – 2,5
Asam kaproat (C6) 0,7
Asam linolenat (C18:3) 0,2 (Gediya, 2011)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Penggunaan VCO untuk sediaan topikal memiliki beberapa kelebihan
diantaranya ialah mempunyai sifat daya sebar pada kulit yang baik, tidak
menghambat respirasi kulit, serta mempunyai sifat emolien yang baik. Namun,
kekurangan dari VCO ialah sifatnya yang tidak tahan terhadap pemanasan
(Rowe et al., 2009).
2. Medium-chain triglycerides oil
Gambar 3. Struktur medium-chain triglycerides (Rowe et al., 2009)
Medium-chain triglycerides (MCT) oil (Gambar 3) merupakan
minyak trigliserida yang mengandung asam kaprilat (65-75%) dan asam kaprat
(25-35%). MCT oil diperoleh dari hasil pemurnian minyak kelapa atau minyak
kelapa sawit melalui proses esterifikasi gliserol (Alamsyah, 2005). Asam
lemak dalam MCT oil lebih pendek daripada asam lemak pada long-chain
triglycerides sehingga MCT oil mempunyai sifat fisik yang lebih polar
sehingga lebih mudah larut dalam air (Alamsyah, 2005).
MCT oil banyak digunakan dalam produk makanan, obat, maupun
kosmetik karena sifatnya yang aman dan tidak menimbulkan iritasi (Traul,
Driedger, Ingle, and Nakhasi, 2000). MCT oil pada umumnya digunakan
sebagai pelarut dalam sediaan emulsi, mikroemulsi, maupun nanoemulsi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
dapat melarutkan obat atau senyawa yang memiliki kelarutan rendah dalam air
(Rowe et al., 2009). Kelebihan utama MCT oil adalah stabilitas oksidatifnya
yang tinggi sehingga tidak menimbulkan ketengikan dan tahan terhadap
pemanasan (Alamsyah, 2005).
3. Tween 80
Gambar 4. Struktur Tween 80 (Rowe et al., 2009)
Polyoxyethylene 20 sorbitan monooleat atau Tween 80 (Gambar 4)
merupakan surfaktan non-ionik yang bersifat hidrofilik dengan HLB sebesar
15. Tween 80 tergolong dalam surfaktan non-ionik karena tidak memiliki
muatan saat berada dalam air. Hal ini dikarenakan adanya gugus hidrofilik
pada strukturnya yang menyebabkan terbentuknya ikatan hidrogen dengan air
(Myers, 2006).
Tween 80 memiliki rumus molekul C64H124O26 dengan berat molekul
1310 dan pemerian berupa cairan kuning, memiliki bau khas, memberikan
sensasi hangat pada kulit, serta berasa pahit (Rowe et al., 2009). Tween 80
larut dalam etanol dan air, namun tidak larut dalam minyak mineral dan
minyak nabati. Tween 80 memiliki toksisitas yang rendah dengan LD50 pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
tikus sebesar 25 gram/KgBB sehingga sering digunakan untuk penggunaan oral
maupun parenteral. Penelitian yang dilakukan oleh Salim, Basri, Rahman,
Abdullah, Basri, and Salleh (2011) menunjukkan bahwa penggunaan Tween 80
pada konsentrasi 20 hingga 40% bobot formula dapat membentuk nanoemulsi
tipe M/A dengan ukuran droplet < 100 nm.
4. PEG 400
Gambar 5. Struktur PEG 400 (Rowe et al., 2009)
Polyoxyethylene glycol 400 atau PEG 400 (Gambar 5) memiliki bobot
jenis 1,110 sampai 1,140 dengan pemerian berupa cairan kental jernih, tidak
berwarna, praktis tidak berbau, dan sedikit higroskopis. PEG 400 larut dalam
air, aseton, alkohol, benzen, serta gliserin. PEG 400 memiliki nilai HLB
sebesar 13,1 dengan densitas 1,14 gram/cm3 (Rowe et al., 2009).
PEG 400 merupakan salah satu jenis bahan pembawa yang sering
digunakan sebagai bahan tambahan dalam formulasi untuk meningkatkan
kelarutan obat (Sinko, 2006). PEG 400 digunakan sebagai kosurfaktan karena
senyawa ini mampu membantu kelarutan zat terlarut dalam medium dispers
dengan meningkatkan fleksibilitas lapisan di sekitar area droplet (Lawrence et
al., 2000). Penelitian yang dilakukan oleh Talegaonkar, Tariq, and Alabood
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
(2011) menunjukkan bahwa PEG 400 yang digunakan sebagai kosurfaktan
dengan konsentrasi 10-20% dapat menghasilkan nanoemulsi yang jernih dan
stabil serta ukuran droplet < 100 nm.
5. Aquadest
Aquadest atau air suling merupakan air yang diperoleh dari hasil
penyulingan. Aquadest memiliki pemerian berupa cairan jernih, tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa (Departemen Kesehatan RI,
1979).
G. Landasan Teori
Minyak biji delima memiliki banyak manfaat salah satunya sebagai
antioksidan (Mackler et al., 2013). Komponen dalam minyak biji delima yang
berperan sebagai antioksidan adalah senyawa phytosterol, tocopherol, dan punicic
acid (Melo, 2012). Minyak biji delima mudah terdekomposisi oleh panas,
kelembaban, cahaya, maupun oksigen. Selain itu sifat minyak biji delima yang
lipofilik membuat pemanfaatan minyak biji delima masih terbatas dalam kemasan
minyak dalam botol. Aplikasi nanoemulsi sangat bermanfaat dalam menjaga
stabilitas dan aktivitas minyak biji delima dalam sediaan (Gupta et al., 2010).
Nanoemulsi merupakan suatu sistem yang terdiri atas minyak dan air
yang distabilkan oleh adanya kombinasi surfaktan dan kosurfaktan (Fulekar,
2010). Ukuran partikel yang sangat kecil (< 100 nm) menyebabkan nanoemulsi
stabil secara kinetika karena dapat mencegah terjadinya flokulasi, sedimentasi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
creaming, ataupun koalesens (Tadros et al., 2004). Pemilihan komponen yang
digunakan sangat berperan dalam pembentukan sediaan nanoemulsi yang
memiliki sifat dan stabilitas fisik yang baik. Surfaktan dalam nanoemulsi berperan
dalam menstabilkan tegangan antarmuka yang terjadi akibat difusi spontan saat
pencampuran dua fase (Schramm, 2000), sedangkan kosurfaktan berperan dalam
meningkatkan kelarutan zat terlarut dengan meningkatkan fleksibilitas lapisan di
sekitar area droplet dan menurunkan energi bebas permukaan sehingga stabilitas
lebih dapat dipertahankan (Azeem et al., 2009). Pada penelitian ini, digunakan
Tween 80 sebagai surfaktan dan PEG 400 sebagai kosurfaktan. Penelitian yang
dilakukan oleh Suciati et al. (2014) menunjukkan bahwa penggunaan surfaktan
Tween 80 dan kosurfaktan PEG 400 dapat membentuk suatu sistem nanoemulsi
dengan ukuran droplet < 100 nm dan memiliki stabilitas yang baik.
Selain surfaktan dan kosurfaktan, komponen lain yang juga berperan
dalam menjaga stabilitas nanoemulsi ialah fase minyak. Fase minyak yang
digunakan dalam formulasi nanoemulsi berperan sebagai pembawa zat aktif yang
bersifat hidrofobik (Chen et al., 2011). Pada penelitian ini digunakan dua fase
minyak yang berbeda dengan tujuan untuk melihat pengaruh fase minyak terhadap
sifat dan stabilitas fisik nanoemulsi yang terbentuk. Fase minyak yang digunakan
ialah virgin coconut oil (VCO) dan medium-chain triglycerides (MCT) oil. VCO
merupakan jenis minyak long-chain triglycerides karena sekitar 48% kandungan
dalam VCO terdiri dari asam laurat (C12) yang merupakan asam lemak rantai
panjang (Marina et al., 2009). MCT oil merupakan minyak hasil pemurnian VCO
yang diperoleh dengan metode fraksinasi. Asam lemak dalam MCT oil lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
pendek daripada asam lemak pada long-chain triglycerides sehingga MCT oil
mempunyai sifat fisik yang lebih polar sehingga lebih mudah larut dalam air
(Alamsyah, 2005). Semakin polar fase minyak yang digunakan dalam pembuatan
nanoemulsi, maka ukuran droplet yang terbentuk akan jauh lebih besar (Jaworska
et al., 2014).
H. Hipotesis Penelitian
Variasi fase minyak virgin coconut oil dan medium-chain triglycerides
oil berpengaruh terhadap stabilitas fisik sediaan nanoemulsi minyak biji delima
dengan kombinasi surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan PEG 400.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai pengaruh variasi fase minyak virgin coconut oil dan
medium-chain triglycerides oil terhadap stabilitas fisik sediaan nanoemulsi
minyak biji delima dengan kombinasi surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan PEG
400 termasuk jenis penelitian eksperimental murni.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas. Variabel bebas pada penelitian ini adalah variase fase
minyak yang digunakan yaitu virgin coconut oil dan medium-chain
triglycerides oil.
b. Variabel tergantung. Variabel tergantung pada penelitian ini adalah
stabilitas fisik sediaan nanoemulsi minyak biji delima yang meliputi
organoleptis, tipe nanoemulsi, pH, ukuran droplet, turbiditas, viskositas,
serta persen transmitan.
c. Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali pada
penelitian ini adalah lama dan kecepatan pengadukan pada saat
pembuatan, kondisi pengujian seperti panjang gelombang pada
spektrofotometer, kecepatan pada viskometer serta sentrifugator, suhu dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
kelembaban pada saat freeze-thaw cycle, serta jumlah minyak biji delima,
Tween 80, PEG 400, dan aquadest yang digunakan dalam formula.
d. Variabel pengacau tidak terkendali. Variabel pengacau tidak terkendali
pada penelitian ini adalah suhu dan kelembaban ruangan saat pembuatan
dan pengujian nanoemulsi.
2. Definisi operasional
a. Minyak biji delima. Minyak biji delima berasal dari biji tanaman delima
(Punica granatum L.) yang diperoleh melalui ekstraksi cold pressing.
b. Nanoemulsi. Nanoemulsi ialah suatu sistem penghantaran obat dengan
rata-rata ukuran droplet < 100 nm yang terdiri dari fase minyak dan fase
air yang distabilkan oleh kombinasi surfaktan dan kosurfaktan.
c. Surfaktan. Surfaktan ialah molekul yang terdiri atas gugus hidrofilik dan
hidrofobik yang dapat menyatukan campuran antara air dan minyak.
Dalam penelitian ini digunakan Tween 80 sebagai surfaktan dengan
konsentrasi sebesar 16% w/w.
d. Kosurfaktan. Kosurfaktan berperan dalam membantu surfaktan
meningkatkan kelarutan zat terlarut dalam medium dispers dengan
meningkatkan fleksibilitas lapisan di sekitar area droplet. Dalam
penelitian ini digunakan PEG 400 sebagai kosurfaktan dengan konsentrasi
sebesar 8% w/w.
e. Sifat fisik. Sifat fisik merupakan parameter yang digunakan untuk
mengetahui kualitas sediaan nanoemulsi secara fisik yang meliputi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
organoleptis, tipe nanoemulsi, pH, ukuran droplet, turbiditas, viskositas,
serta persen transmitan. Sifat fisik yang baik pada nanoemulsi ditandai
dengan penampakan yang jernih, tidak terjadinya pemisahan fase,
memiliki tipe nanoemulsi M/A, memiliki pH pada rentang pH kulit yakni
4 – 6, ukuran droplet < 100 nm, turbiditas dibawah 1%, serta persen
transmitan yang mendekati 100%.
f. Stabilitas fisik. Stabilitas fisik adalah parameter yang digunakan untuk
mengetahui tingkat kestabilan sediaan nanoemulsi dengan
membandingkan hasil evaluasi sifat fisik nanoemulsi sebelum dan
sesudah melewati uji sentrifugasi dan tiga siklus dalam uji freeze-thaw.
Stabilitas fisik baik apabila sesudah uji stabilitas nanoemulsi memiliki
penampakan yang jernih, tidak mengalami pemisahan fase, memiliki tipe
nanoemulsi M/A, memiliki pH pada rentang pH kulit yakni 4 – 6, ukuran
droplet < 100 nm, turbiditas dibawah 1%, serta persen transmitan yang
mendekati 100%.
C. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak biji delima
(PT. Eteris Nusantara), virgin coconut oil (VCO) (Kualitas Teknis, PT. Tekun
Jaya), medium-chain triglycerides (MCT) oil, Tween 80 (Kualitas Farmasetik, PT.
Brataco Chemika), PEG 400 (Kualitas Farmasetik, PT. Brataco Chemika) dan
aquadest.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
D. Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas
(Pyrex), botol kaca, homogenizer (Ultra-Turrax), sonicator (Elmasonic S10H),
sentrifugator (Hettich-Eba 8S), magnetic stirrer, hotplate stirrer (Heidolph
MR2002), neraca analitik (OHAUS), pH meter (SI Analytic), viskometer Merlin
VR, particle size analyzer tipe dynamic light scattering (Horiba SZ-100),
spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu 1240), freezer (Samsung), dan climatic
chamber (Memmert).
E. Tata Cara Penelitian
1. Formulasi nanoemulsi minyak biji delima
a. Formula nanoemulsi.
Formula acuan yang digunakan dalam pembuatan nanoemulsi
minyak biji delima dapat dilihat pada Tabel II.
Tabel II. Formula acuan nanoemulsi
Bahan Fungsi Formula (% w/w)
Virgin coconut oil Fase minyak 3
Tween 80 Surfaktan 16
PEG 400 Kosurfaktan 8
Aquadest Fase air 73
(Suciati et al., 2014)
Berdasarkan formula pada Tabel II dilakukan modifikasi sehingga
dihasilkan dua formula yang memiliki perbedaan pada fase minyak yang
digunakan, serta dilakukan penambahan zat aktif minyak biji delima.
Formula modifikasi yang dihasilkan tertera pada Tabel III.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Tabel III. Formula nanoemulsi minyak biji delima
Bahan Fungsi Formula A
(% w/w)
Formula B
(% w/w)
Minyak biji delima Zat aktif 0,0277 0,0277
Virgin coconut oil Fase minyak
3 -
Medium-chain triglyceride - 3
Tween 80 Surfaktan 16 16
PEG 400 Kosurfaktan 8 8
Aquadest Fase air 73 73
b. Pembuatan nanoemulsi.
Pembuatan nanoemulsi dimulai dengan menimbang semua bahan
sesuai dengan formula yang telah dimodifikasi pada Tabel III. Tween 80,
PEG 400, minyak biji delima, serta fase minyak yang digunakan yaitu
VCO dan MCT oil dimasukkan ke dalam beaker gelas dan dicampur
dengan menggunakan magnetic stirrer selama 10 menit dengan kecepatan
1000 rpm. Setelah 10 menit, aquadest ditambahkan sedikit demi sedikit
dan kecepatan pengadukan ditingkatkan menjadi 1250 rpm selama 10
menit. Seluruh bahan yang telah tercampur kemudian dihomogenkan
dengan menggunakan homogenizer selama 2 menit dan dilanjutkan
dengan sonikasi selama 40 menit sambil sesekali diaduk.
2. Evaluasi sifat fisik nanoemulsi minyak biji delima
a. Uji organoleptis. Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati warna,
kejernihan, homogenitas, dan pemisahan fase dari sediaan nanoemulsi
setelah 24 jam setelah pembuatan.
b. Uji pH. Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH
meter. Sebelum digunakan, elektroda dikalibrasi atau diverifikasi dengan
menggunakan larutan standar dapar pH 4 dan 7. Proses kalibrasi selesai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
apabila nilai pH yang tertera pada layar telah sesuai dengan nilai pH
standar dapar dan stabil. Setelah itu, elektroda dicelupkan ke dalam
sediaan. Nilai pH sediaan akan tertera pada layar. Pengukuran pH
dilakukan pada suhu ruangan.
c. Uji tipe nanoemulsi. Pengujian tipe nanoemulsi dilakukan dengan metode
dilusi atau pengenceran. Uji ini dilakukan dengan melarutkan sampel ke
dalam fase air (1:100) dan fase minyak (1:100). Jika sampel larut
sempurna dalam aquadest, maka tipe nanoemulsi tergolong dalam tipe
minyak dalam air (M/A), sedangkan jika sampel larut sempurna dalam
fase minyak, maka tipe nanoemulsi tergolong dalam tipe air dalam
minyak (A/M).
d. Uji persen transmitan. Sampel sebanyak 1 mL dilarutkan dalam labu takar
100 mL dengan menggunakan aquadest. Larutan diukur persen
transmitan pada panjang gelombang 650 nm menggunakan
spektrofotometer UV-Vis. Aquadest digunakan sebagai blanko saat
pengujian.
e. Uji turbiditas. Turbiditas ditentukan dengan mengukur absorbansi sampel
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 502
nm. Turbiditas dihitung dengan persamaan: turbiditas (%) x lebar kuvet
(cm) = 2,303 x absorbansi (Fletcher and Suhling, 1998).
f. Viskositas. Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan
viskometer Merlin VR. Sebanyak 14 mL sampel dimasukkan ke dalam
cup dan dipasang pada solvent trap yang telah tersedia. Viskometer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Merlin VR diatur dengan kecepatan 200 rpm, tiga kali putaran, selama 30
detik. Viskositas nanoemulsi dapat diketahui dengan mengamati hasil
analisis yang ditampilkan oleh komputer melalui software MICRA.
g. Uji ukuran droplet. Ukuran droplet diukur dengan menggunakan particle
size analyzer dengan tipe dynamic light scattering. Sebanyak 10 mL
sampel diambil dan dimasukkan ke dalam kuvet. Kuvet harus terlebih
dahulu dibersihkan sehingga tidak mempengaruhi hasil analisis. Kuvet
yang telah diisi dengan sampel kemudian dimasukkan ke dalam sampel
holder dan dilakukan analisis oleh instrumen.
3. Evaluasi stabilitas fisik nanoemulsi minyak biji delima
a. Uji sentrigugasi. Sampel di sentrifugasi dengan kecepatan 3750 rpm
selama lima jam. Nanoemulsi yang telah melewati uji sentrifugasi
kemudian diamati terjadinya pemisahan fase. Apabila tidak mengalami
pemisahan fase, maka nanoemulsi yang terbentuk stabil.
b. Freeze-thaw cycle. Masing-masing formula nanoemulsi disimpan pada
suhu -10°C dan 30°C/75%RH selama 24 jam sebanyak 3 siklus.
Nanoemulsi yang telah melewati freeze-thaw cycle diamati organoleptis,
terjadinya pemisahan fase, pH, persen transmitan, turbiditas, viskositas,
serta ukuran droplet.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
F. Analisis Data
Data hasil sifat fisik yang diperoleh pada penelitian ini terlebih dahulu
diuji normalitasnya menggunakan uji Shapiro-Wilk. Bila menunjukkan data yang
terdistribusi normal, pengujian dilanjutkan dengan uji Student-t untuk melihat
signifikansi pada sampel dengan fase minyak yang berbeda. Namun, apabila hasil
uji Shapiro-Wilk menunjukkan data yang tidak terdistribusi normal, maka
dilakukan uji Wilcoxon. Data analisis dengan Student-t dan Wilcoxon berbeda
signifikan jika nilai p-value ≤ 0,05.
Data hasil stabilitas fisik sebelum dan sesudah melewati uji stabilitas
terlebih dahulu diuji normalitasnya menggunakan uji Shapiro-Wilk. Bila
menunjukkan data yang terdistribusi normal, pengujian dilanjutkan dengan uji
Student-t untuk melihat signifikansi pada sampel dengan fase minyak yang sama.
Namun, apabila hasil uji Shapiro-Wilk menunjukkan data yang tidak terdistribusi
normal, maka dilakukan uji Wilcoxon. Pengolahan statistik dilakukan dengan
software R 3.2.2 dengan taraf kepercayaan 95%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakterisasi Minyak Biji Delima
Minyak biji delima yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dengan
menggunakan ekstraksi cold pressing sehingga dapat dihasilkan minyak dengan
kualitas yang baik dan kandungan yang tetap terjaga. Karakterisasi minyak biji
delima dilakukan dengan membandingkan kandungan asam lemak yang tercantum
pada certificate of analysis (CoA) minyak biji delima yang digunakan pada
penelitian ini (Lampiran 1) dengan hasil karakteristik kandungan asam lemak
pada minyak biji delima yang telah dilakukan oleh Melo et al. (2014). Hasil
karakterisasi disajikan pada Tabel IV.
Tabel IV. Hasil karakterisasi minyak biji delima
Kandungan asam lemak Melo et al. (2014) (%) CoA (%)
punicic acid (C18:3) 71,5±17,9 77,5
linoleic acid (C18:2) 10,8±6,9 6,2
oleic acid (C18:1) 9,0±5,6 6,0
palmitic acid (C16:0) 5,7±4,1 2,9
stearic acid (C18:0) 2,1±3,1 2,8
B. Formulasi Nanoemulsi Minyak Biji Delima
Formulasi nanoemulsi minyak biji delima pada penelitian ini
menggunakan dua fase minyak yang berbeda dengan tujuan untuk melihat
pengaruh dari fase minyak yang digunakan terhadap stabilitas fisik nanoemulsi
yang terbentuk. Fase minyak yang digunakan dalam penelitian ini ialah virgin
coconut oil (VCO) dan medium-chain triglycerides (MCT) oil. Surfaktan dan
kosurfaktan yang digunakan pada kedua formulasi ialah Tween 80 dan PEG 400.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Pembuatan nanoemulsi minyak biji delima diawali dengan melakukan
pengadukan secara konstan campuran antara minyak biji delima, fase minyak,
surfaktan, serta kosurfaktan dengan menggunakan magnetic stirrer selama 10
menit pada kecepatan 1000 rpm. Selanjutnya campuran ditambahkan fase air dan
kecepatan pengadukan ditingkatkan menjadi 1250 rpm selama 10 menit.
Pengadukan dengan menggunakan magnetic stirrer termasuk dalam metode
pembuatan nanoemulsi secara spontan di mana energi yang dibutuhkan rendah
sehingga ukuran droplet yang dihasilkan kurang seragam. Pembuatan nanoemulsi
secara spontan memiliki kekurangan salah satunya ialah membutuhkan surfaktan
dengan jumlah yang lebih banyak untuk menghasilkan sediaan dengan ukuran
droplet < 100 nm. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan kombinasi
pembuatan nanoemulsi minyak biji delima dengan metode emulsifikasi energi
tinggi menggunakan homogenizer dan sonikator. Metode pembuatan nanoemulsi
minyak biji delima diperoleh melalui orientasi yang telah dilakukan sebelumnya
dengan melakukan optimasi waktu dan kecepatan pada saat pengadukan dengan
magnetic stirrer, homogenizer, dan sonikator.
C. Evaluasi Sifat Fisik Nanoemulsi Minyak Biji Delima
Sediaan nanoemulsi dikatakan baik dan stabil apabila memiliki
penampakan jernih, tidak terjadi pemisahan fase, memiliki tipe nanoemulsi M/A,
nilai pH berada dalam rentang pH kulit yakni 4 - 6, persen transmitan mendekati
100%, turbiditas kurang dari 1%, viskositas rendah, serta ukuran droplet < 100
nm. Oleh karena itu, dilakukan evaluasi sifat fisik yang meliputi pemeriksaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
organoleptis dan pH, tipe nanoemulsi, persen transmitan, turbiditas, viskositas,
serta ukuran droplet.
1. Pengujian organoleptis dan pH
Pengujian organoleptis yang diamati meliputi warna, bau, kejernihan,
homogenitas, dan pemisahan fase sediaan nanoemulsi. Hasil pengujian
organoleptis dan pH dari dua formula sediaan nanoemulsi minyak biji delima
dapat dilihat pada Tabel V.
Tabel V. Data organoleptis dan pH nanoemulsi minyak biji delima
Formula A Formula B
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Pemisahan
fase
Tidak
memisah
Tidak
memisah
Bau Khas Khas
Homogenitas Homogen Homogen
pH 5,94±0,01 5,99±0,008
Keterangan: Formula A= Formula dengan VCO
Formula B= Formula dengan MCT oil
Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan formula A dan formula
B menghasilkan sediaan nanoemulsi yang berwarna kuning jernih, bau khas,
homogen secara fisik, dan tidak terjadi pemisahan. Nilai pH sediaan berada
dalam kisaran pH kulit yakni antara 4 – 6 (Ali and Yosipovitch, 2013),
sehingga dapat meminimalkan resiko iritasi. Variasi fase minyak yang
digunakan dalam formula A dan formula B tidak memberikan perbedaan
karakteristik pada pH sediaan nanoemulsi minyak biji delima. Data analisis
statistik pH pada kedua formula nanoemulsi menunjukkan bahwa variasi fase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
minyak tidak memberikan perbedaan yang signifikan dengan p-value sebesar
0,0765.
2. Pengujian tipe nanoemulsi
Pengujian tipe nanoemulsi dilakukan untuk mengetahui tipe
nanoemulsi yang terbentuk. Perhitungan secara teoritis pada formula A dan
formula B mempunyai nilai HLB sebesar 14,37 (Lampiran 2) yang membentuk
emulsi dengan tipe M/A. Berdasarkan hasil pengujian, tipe emulsi sediaan
nanoemulsi minyak biji delima baik yang diformulasikan dengan fase minyak
VCO dan MCT oil ialah tipe emulsi M/A.
3. Pengujian persen transmitan
Persen transmitan diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-
Vis dengan aquadest sebagai blanko pada panjang gelombang 650 nm.
Pengukuran persen transmitan menunjukkan tingkat kejernihan sediaan
nanoemulsi yang terbentuk. Hasil pemeriksaan persen transmitan masing-
masing formula dapat dilihat pada Tabel VI.
Tabel VI. Data hasil uji sifat fisik nanoemulsi minyak biji delima
Berdasarkan Tabel VI, variasi fase minyak yang digunakan pada
kedua formula yang dibuat tidak memberikan perbedaan yang signifikan
Formula A Formula B p-value
pH 5,94±0,01 5,99±0,008 0,0765
Transmitan (%) 99,83±0,15 99,67±0,05 0,1642
Turbiditas (%) 0,108±0,02 0,157±0,02 0,0494
Viskositas (dPa.s) 0,058±0,001 0,046±0,02 0,4247
Ukuran droplet (nm) 109,56±73,52 222,32±127,74 -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
dengan p-value sebesar 0,1642. Hal ini dapat menunjukkan bahwa semua
sediaan yang dihasilkan memiliki karakteristik jernih karena memiliki nilai
persen transmitan mendekati 100%.
4. Pengujian turbiditas
Turbiditas diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
dengan aquadest sebagai blanko pada panjang gelombang 502 nm. Pengukuran
turbiditas menunjukkan tingkat kekeruhan sediaan nanoemulsi yang terbentuk.
Hasil pengujian turbiditas masing-masing formula dapat dilihat pada Tabel VI.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ariviani, Raharjo,
Anggrahini, and Naruki (2015), pengukuran turbiditas dapat digunakan untuk
memperoleh informasi mengenai sifat fisik sediaan nanoemulsi. Turbiditas
dengan nilai di bawah 1% menunjukkan bahwa nanoemulsi yang terbentuk
memiliki penampakan yang jernih dan ukuran droplet yang kecil. Berdasarkan
hasil analisis secara statistik yang dilakukan pada kedua formula nanoemulsi
minyak biji delima, variasi fase minyak yang digunakan memberikan
perbedaan hasil secara signifikan dengan nilai p-value ≤ 0,05. Turbiditas yang
dihasilkan dengan fase minyak VCO lebih rendah dibandingkan dengan
turbiditas yang dihasilkan dengan fase minyak MCT oil, hal ini menandakan
bahwa ukuran droplet yang dihasilkan oleh fase minyak VCO lebih kecil
dibandingkan dengan ukuran droplet yang dihasilkan oleh MCT oil sehingga
tingkat kekeruhan formula dengan fase minyak VCO lebih rendah meskipun
keduanya sama-sama memiliki penampakan fisik yang jernih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
5. Pengujian viskositas
Viskositas ialah tahanan suatu cairan untuk dapat mengalir. Semakin
tinggi viskositas suatu sediaan, maka semakin besar pula tahanannya.
Pengukuran viskositas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
viskometer Rheosys. Hasil pengukuran viskositas masing-masing formula
dapat dilihat pada Tabel VI. Berdasarkan hasil pengukuran viskositas yang
dilakukan pada kedua formula nanoemulsi minyak biji delima, adanya variasi
fase minyak yang digunakan tidak memberikan perbedaan yang signifikan,
dengan nilai p-value sebesar 0,4247.
6. Pengujian ukuran droplet
Pengujian ukuran droplet dilakukan untuk melihat apakah sediaan
nanoemulsi yang dihasilkan mempunyai ukuran droplet yang memenuhi
kriteria ukuran droplet nanoemulsi yaitu < 100 nm. Pengukuran ukuran droplet
dilakukan dengan particle size analyzer (PSA) Horiba SZ-100. Prinsip kerja
alat ini adalah adanya hamburan cahaya yang terjadi akibat penembakan sinar
laser mengenai partikel dalam sampel. Cahaya yang dihamburkan tersebut akan
dibaca oleh detektor foton pada sudut tertentu secara cepat sehingga dapat
menentukan ukuran partikel (Volker, 2009).
Pengujian dilakukan hanya terhadap formula A2 dan B2 dengan
asumsi bahwa kedua formula lain dengan variasi minyak yang sama memiliki
ukuran droplet yang kurang lebih sama. Hasil pengujian ukuran droplet dapat
dilihat pada Tabel VI. Pada penelitian ini, sediaan nanoemulsi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
diformulasikan diharapkan mempunyai ukuran droplet yang kurang dari 100
nm. Namun berdasarkan hasil pemeriksaan, ukuran droplet yang dihasilkan
masih berada di atas 100 nm. Hal ini dapat disebabkan oleh perbandingan
antara surfaktan dan kosurfaktan yang digunakan belum cukup optimal untuk
menghasilkan sediaan nanoemulsi dengan ukuran droplet kurang dari 100 nm.
Indeks polidispersitas mengindikasikan keseragaman ukuran droplet
pada sediaan. Semakin rendah nilai indeks polidispersitas, maka semakin tinggi
keseragaman ukuran droplet pada sediaan (Chhabra, Chuttani, Mishra, and
Pathak, 2011). Formula A dengan fase minyak VCO memiliki indeks
polidispersitas sebesar 0,508, sedangkan formula B dengan fase minyak MCT
oil memiliki indeks polidispersitas sebesar 0,392. Hal ini menunjukkan bahwa
formula dengan fase minyak MCT oil menghasilkan ukuran droplet yang lebih
seragam.
D. Stabilitas Fisik Nanoemulsi Minyak Biji Delima
Sediaan nanoemulsi yang stabil ialah sediaan yang memenuhi parameter
sifat fisik yang ditentukan dan dapat mempertahankan sifat fisiknya selama masa
penyimpanan.
1. Sentrifugasi
Pengujian sentrifugasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
pemisahan fase yang mungkin terjadi akibat gaya gravitasi. Hasil pengujian
dapat dilihat pada Tabel VII.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Tabel VII. Data pemisahan fase nanoemulsi sebelum dan sesudah sentrifugasi
Berdasarkan Tabel VII, semua sediaan nanoemulsi yang melewati uji
sentrifugasi tidak mengalami pemisahan fase. Hal ini menunjukkan bahwa
sediaan nanoemulsi yang terbentuk stabil secara fisik.
2. Freeze-thaw cycle
a. Stabilitas organoleptis dan pH nanoemulsi minyak biji delima.
Pengujian organoleptis dan pH sediaan nanoemulsi setelah freeze-
thaw cycle bertujuan untuk melihat adanya perubahan penampilan yang
dikarenakan perubahan suhu yang ekstrim selama proses uji. Hasil
pengamatan uji stabilitas freeze-thaw terhadap organoleptis dan pH sediaan
masing-masing formula disajikan dalam Tabel VIII.
Tabel VIII. Data organoleptis dan pH nanoemulsi minyak biji delima sebelum
dan sesudah freeze-thaw cycle
Formula A Formula B
Sebelum uji Sesudah uji Sebelum uji Sesudah uji
Warna Kuning Kuning Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih Jernih Jernih
Pemisahan fase Tidak
memisah
Tidak
memisah
Tidak
memisah
Tidak
memisah
Bau Khas Khas Khas Khas
Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen
pH 5,94±0,01 5,79±0,14 5,99±0,008 5,95±0,1
p-value 0,2163 0,5
Hasil pengujian organoleptis dan pH setelah freeze-thaw cycle
menunjukkan bahwa kedua sediaan nanoemulsi yang terbentuk stabil
setelah melewati tiga siklus. Penampilan fisik sediaan tidak menunjukkan
Sebelum uji Sesudah uji
Formula A Tidak memisah Tidak memisah
Formula B Tidak memisah Tidak memisah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
adanya perubahan warna ataupun pemisahan fase. Perhitungan secara
statistik menunjukkan bahwa pada kedua formula, pH sebelum dan sesudah
uji freeze-thaw cycle tidak berbeda signifikan dengan nilai p-value > 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa baik formula dengan fase minyak VCO
maupun MCT oil dapat menghasilkan sediaan nanoemulsi dengan
organoleptis dan pH yang stabil.
b. Stabilitas persen transmitan nanoemulsi minyak biji delima
Pengujian persen transmitan setelah freeze-thaw cycle bertujuan
untuk melihat perubahan nilai persen transmitan setelah tiga siklus
pengujian. Hasil pengukuran persen transmitan pada kedua formula
sebelum dan sesudah freeze-thaw cycle disajikan dalam Tabel IX dan
Tabel X.
Tabel IX. Data stabilitas fisik nanoemulsi minyak biji delima formula A sebelum
dan sesudah freeze-thaw cycle
Formula A p-value
Sebelum uji Sesudah uji
Transmitan (%) 99,83±0,15 99,8±0,1 0,67
Turbiditas (%) 0,108±0,02 0,11±0,03 0,37
Viskositas (dPa.s) 0,058±0,001 0,0257±0,006 0,01
Ukuran droplet (nm) 109,56±73,52 153,34±145,37 -
Indeks polidispersitas 0,508 0,617 -
Tabel X. Data stabilitas fisik nanoemulsi minyak biji delima formula B sebelum
dan sesudah freeze-thaw cycle
Formula B p-value
Sebelum uji Sesudah uji
Transmitan (%) 99,67±0,05 99,7±0,05 0,37
Turbiditas (%) 0,157±0,02 0,22±0,02 0,005
Viskositas (dPa.s) 0,046±0,02 0,0255±0,008 0,22
Ukuran droplet (nm) 222,32±127,74 183,89±81,68 -
Indeks polidispersitas 0,392 0,574 -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Berdasarkan hasil pengujian persen transmitan, dapat disimpulkan
bahwa baik formula dengan fase minyak VCO dan MCT oil stabil setelah
tiga siklus freeze-thaw. Analisis secara statistik pada kedua formula
menunjukkan persen transmitan sebelum dan sesudah freeze-thaw cycle
tidak berbeda signifikan dengan nilai p-value sebesar 0,67.
c. Stabilitas turbiditas nanoemulsi minyak biji delima
Pengukuran turbiditas bertujuan untuk melihat tingkat kekeruhan
sediaan setelah melewati tiga siklus pada freeze-thaw cycle. Hasil
pengujian turbiditas pada masing-masing formula sebelum dan sesudah
freeze-thaw cycle disajikan pada Tabel IX dan Tabel X.
Berdasarkan hasil pengukuran, pada formula A dengan fase
minyak VCO menunjukkan kestabilan turbiditas setelah melewati tiga
siklus freeze-thaw cycle dilihat dari tidak adanya perbedaan yang signifikan
secara statistik dengan nilai p-value sebesar 0,37. Namun hal yang berbeda
terjadi pada formula B yang menggunakan MCT oil di mana terjadi
perbedaan signifikan secara statistik dengan nilai p-value ≤ 0,05. Hal ini
dapat diakibatkan karena telah terjadi Ostwald ripening sehingga ukuran
droplet menjadi lebih besar dan turbiditas meningkat. Kandungan asam
kaprilat dan asam kaprat dalam MCT oil mengakibatkan Ostwald ripening
lebih cepat terjadi pada MCT oil dibandingkan dengan VCO. Kedua asam
lemak rantai pendek tersebut mengakibatkan MCT oil mempunyai polaritas
yang tinggi sehingga lebih mudah larut dalam air. Faktor lain yang
mengakibatkan formula B cenderung lebih keruh ialah perubahan suhu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
yang ekstrim selama freeze-thaw cycle. Pada suhu freeze gugus hidrofil
pada bagian kepala surfaktan akan membeku dan pada saat thaw gugus
tersebut akan kembali seperti semula untuk menangkap dan melingkupi
fase minyak kembali. Namun dalam proses ini, tidak semua droplet akan
tertangkap sempurna oleh surfaktan dan membentuk droplet dengan ukuran
yang serupa. Terdapat droplet yang akan saling menggabungkan diri dan
membentuk droplet dengan ukuran yang lebih besar dan menyebabkan
peningkatan kekeruhan pada sediaan nanoemulsi.
d. Stabilitas viskositas nanoemulsi minyak biji delima
Perubahan viskositas setelah proses freeze-thaw dapat
menunjukkan adanya ketidakstabilan dalam sediaan nanoemulsi. Hasil
pengukuran viskositas pada kedua formula sebelum dan sesudah freeze-
thaw cycle disajikan pada Tabel IX dan Tabel X.
Analisis secara statistik pada formula A menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan pada viskositas nanoemulsi minyak biji delima,
sedangkan pada formula B tidak memberikan perbedaan yang signifikan.
Viskositas nanoemulsi pada formula A mengalami penurunan setelah
melewati tiga siklus freeze-thaw karena adanya pembesaran ukuran partikel
yang akan menurunkan interaksi antar droplet dan tahanan sediaan
sehingga viskositas menurun (Fletcher and Suhling, 1998).
e. Stabilitas ukuran droplet nanoemulsi minyak biji delima
Parameter ukuran droplet penting untuk diketahui karena
kestabilan suatu sistem nanoemulsi dapat dilihat dari perubahan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
terjadi pada ukuran droplet sebelum dan sesudah freeze-thaw cycle. Hasil
pengukuran ukuran droplet pada kedua formula sebelum dan sesudah
melewati tiga siklus freeze-thaw disajikan pada tabel Tabel IX dan Tabel X.
Perubahan ukuran droplet pada formula A dan formula B setelah
melewati freeze-thaw cycle dapat menandakan telah terjadinya Ostwald
ripening yang tidak hanya mengakibatkan perbesaran ukuran droplet
namun juga mengacaukan distribusi ukuran droplet sehingga ukuran
droplet yang terbentuk tidak seragam. Ketidakseragaman ukuran droplet
pada kedua formula dapat dilihat berdasarkan pengukuran nilai indeks
polidispersitas pada Tabel IX dan Tabel X. Pada formula A dan B terjadi
kenaikan nilai indeks polidispersitas setelah melewati uji stabilitas yang
dapat menggambarkan bahwa ukuran droplet yang dihasilkan semakin
tidak seragam.
Berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat bahwa ukuran droplet
yang dihasilkan dengan menggunakan VCO sebagai fase minyak
cenderung lebih kecil bila dibandingkan dengan menggunakan MCT oil
sebagai fase minyak. Hal ini dipengaruhi oleh kelarutan fase minyak yang
digunakan dalam medium dispers (Segalowicz and Leser, 2010). VCO
merupakan minyak yang mengandung long chain triglyceride berupa asam
laurat yang memiliki polaritas yang lebih rendah dibandingkan dengan
MCT oil. Semakin polar suatu fase minyak maka semakin mudah
kelarutannya dalam air. Akibatnya fase minyak yang membawa zat aktif
tersebut akan lebih mudah berinteraksi satu sama lain dan saling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
menggabungkan diri. Hal ini mengakibatkan semakin luas permukaan zat
aktif yang harus dilingkupi oleh surfaktan dan kosurfaktan untuk
menurunkan tegangan permukaan sedangkan kemampuan emulsifier untuk
menstabilkan pembentukan droplet menjadi lebih terbatas dan droplet akan
cenderung untuk mengalami Ostwald ripening dan membentuk droplet
dengan ukuran yang lebih besar.
E. Diskusi
Sifat fisik nanoemulsi minyak biji delima formula A dengan fase minyak
VCO dan formula B dengan fase minyak MCT oil memiliki persen transmitan
mendekati 100% yang menunjukkan bahwa sediaan memiliki penampakan yang
jernih. Hal ini didukung dengan nilai turbiditas kurang dari 1% yang
menunjukkan bahwa nanoemulsi yang terbentuk jernih dan memiliki ukuran
droplet yang kecil. Ukuran droplet pada formula A lebih kecil dibandingkan pada
formula B sehingga viskositas formula A lebih besar dibandingkan formula B. Hal
ini disebabkan karena semakin kecil ukuran droplet maka viskositas cairan akan
semakin tinggi. Bila kedua formula dibandingkan secara statistik terdapat
perbedaan signifikan pada parameter turbiditas. Turbiditas yang dihasilkan oleh
formula A lebih kecil bila dibandingkan dengan turbiditas yang dihasilkan oleh
formula B karena ukuran droplet yang dihasilkan pada formula A lebih kecil
dibandingkan formula B. Formula B dengan fase minyak MCT oil menghasilkan
ukuran droplet yang lebih besar karena sifatnya yang lebih polar sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
memudahkan droplet untuk bergerak dalam medium dispers dan saling
menggabungkan diri.
Stabilitas fisik nanoemulsi minyak biji delima formula A setelah
melewati freeze-thaw cycle menunjukkan adanya perbedaan signifikan pada
parameter viskositas di mana terjadi penurunan viskositas setelah melewati uji
stabilitas karena ukuran droplet yang membesar. Sedangkan pada parameter pH,
turbiditas, dan persen transmitan tidak terdapat perbedaan signifikan secara
statistik. Pada formula B, perbedaan signifikan terjadi pada parameter turbiditas di
mana terjadi kenaikan nilai turbiditas yang menandakan naiknya tingkat
kekeruhan nanoemulsi karena adanya pembesaran ukuran droplet.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Variasi fase minyak VCO dan MCT oil memberikan pengaruh terhadap
stabilitas fisik nanoemulsi minyak biji delima. Parameter viskositas pada
nanoemulsi dengan VCO sebagai fase minyak dan parameter turbiditas pada
nanoemulsi dengan MCT oil sebagai fase minyak menunjukkan adanya
ketidakstabilan. Parameter organoleptis, pH, persen transmitan, dan turbiditas
pada fase minyak VCO dan parameter organoleptis, pH, persen transmitan, dan
viskositas pada fase minyak MCT oil menunjukkan stabilitas yang baik. Ukuran
droplet dengan fase minyak VCO lebih kecil dibandingkan dengan nanoemulsi
yang dihasilkan dengan fase minyak MCT oil, sehingga stabilitas fisik nanoemulsi
dengan fase minyak VCO lebih baik dibandingkan nanoemulsi dengan fase
minyak MCT oil.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait optimasi konsentrasi surfaktan
Tween 80 dan kosurfaktan PEG 400 untuk dapat menghasilkan nanoemulsi
minyak biji delima dengan ukuran droplet yang kecil dan memiliki stabilitas
fisik yang baik.
2. Perlu dilakukan uji iritasi pada sediaan nanoemulsi minyak biji delima.
3. Perlu dilakukan pengukuran nilai IC50 pada sediaan nanoemulsi minyak biji
delima.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, A.N., 2005, Virgin Coconut Oil : Minyak Penakluk Aneka Penyakit,
Agro Media Pustaka, Jakarta, hal.36-39.
Ali, S.M., and Yosipovitch, G., 2013, Skin pH: From Basic Science to Basic Skin
Care, Acta Derm Venereol, 93(1): 261.
Ariviani, S., Raharjo, S., Anggrahini, S., and Naruki, S., 2015, Formulasi dan
Stabilitas Mikroemulsi O/W dengan Metode Emulsifikasi Spontan
Menggunakan VCO dan Minyak Sawit Sebagai Fase Minyak: Pengaruh
Rasio Surfaktan-Minyak, Agritech, 35(1): 27-34.
Azeem, A., Rizwan, M., Ahmad, F.J., Iqbal, Z., Khar, R.K., Aqil, M., et al., 2009,
Nanoemulsion Components Screening and Selection : a Technical Note,
AAPS PharmSciTech, 10(1):69-76.
Bouchemal, K., Briancon, S., Perrier, E., and Fessi, H., 2004, Nano-emulsion
Formulation Using Spontaneous Emulsification: Solvent, Oil, and
Surfactant Optimisation, International Journal of Pharmaceutics,
280(2004):241-251.
Chen, H., Khemtong, C., Yang, X., Chang, X., and Gao, J., 2011, Nanonization
Strategies for Poorly Water Soluble Drugs, Drug Discovery Today, 16(7-
8): 354-360.
Chhabra, G.K., Chuttani, K., Mishra, A.K., and Pathak, K., 2011, Design and
Development of Nanoemulsion Drug Delivery System of Amlodipine
Besilate for Improvement of Oral Bioavailability, Drug Development and
Industrial Pharmacy, 37(8):907-916.
Cho, Y.H., Kim, S., Bae. E.K., and Mok, C.K., 2008, Formulation of a
Cosurfactant-Free O/W Microemulsion Using Nonionic Surfactant
Mixtures, Int J Food Science, 73(1): 115.
Darole, P.S., Hegde, D.D., and Nair, H.A., 2008, Formulation and Evaluation of
Microemulsion Based Delivery System for Amphotericin B,
AAPSPharmSciTech, 9(1):123-124.
Debnath, S., Satayanarayana, and Kumar, G.V., 2011, Nanoemulsion – A Method
to Improve The Solubility of Lipophilic Drugs, Pharmanest, 2(2-3):72-
83.
Delmas, T., Piraux, H., Couffin, A.C., Texier, I., Vinet, F., Poulin, P., Cates,
M.E., and Bibette, J., 2011, How To Prepare and Stabilize Very Small
Nanoemulsions, Langmuir, 27(5): 1683-1692.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III,
Jakarta, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Republik
Indonesia.
Fletcher, P.D.I., and Suhling, K., 1998, Interaction Between Weakly Charged Oil-
in-Water Microemulsion Droplets, Langmuir, 14(15): 4065-4069.
Fulekar, M.H., 2010, Nanotechnology: Importance and Applications, I.K
International Publishing House Pvt.Ltd., New Delhi, p.1.
Gediya, S.K., 2011, Herbal Plants: Used as a Cosmetics, Journal Nature Product
Plants Resources, India.
Gupta, P.K., Pandit, J.K., Kumar, A., Swaroop, P., and Gupta, S., 2010,
Pharmaceutical Nanotechnology Novel Nanoemulsion: High
Emulsification Preparation, Evaluation, and Application, The Pharma
Research, 3: 117-138.
Huynh-Ba, K., 2008, Handbook of Stability Testing in Pharmaceutical
Development, Springer, New York, pp. 34, 359, 365-366.
Jaworska, M., Sikora, E., and Ogonowski, J., 2014, The Influence of Glicerides
Oil Phase on O/W Nanoemulsion Formation by PIC Method, Per. Pol.
Chem. Eng., 58(1): 43-48.
Jurenka, J.M.T., 2008, Therapeutic Applications of Pomegranate (Punica
granatum L.): A Review, Alternative Medicine Review, 13(2):128-129.
Khoddami, A., Man, Y.B.C., and Roberts, T.H., 2014, Physco-chemical
Properties and Fatty Acid Profile of Seed Oil from Pomegranate (Punica
granatum L.) Extracted by Cold Pressing, Eur. J. Lipid Sci. Technol.,
116(5):553-562.
Lachman, L., Lieberman, H.A., and Kanig, J.L., 1994, Teori dan Praktek Farmasi
Industri, Edisi III, UI Press, Jakarta, hal. 643-716.
Lawrence, M.J., and Ress, G.D., 2000, Microemulsion-based Media as Novel
Drug Delivery Systems, Adv. Drug Delivery Rev., 45(1): 89-121.
Lima, G.P.P., and Vianello, F., 2013, Food Quality, Safety, and Technology,
Springer, New York, p.4.
Mackler, A.M., Heber, D., and Cooper, E.L., 2013, Pomegranate: Its Health and
Biomedical Potential, Evidence-Based Complementary and Alternative
Medicine, 1(2013):1-2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Marina, A.M., Man, Y.B.C., Nazimah, S.A.H., and Amin, I., 2009, Chemical
Properties of Virgin Coconut Oil, J Am Oil Chem Soc, 86(1): 301-307.
Martin, F., Swarbrick, J., and Cammarata, J., 2008, Farmasi Fisik : Dasar-Dasar
Farmasi Fisik Dalam Ilmu Farmasetika, Edisi Ketiga, Jilid 2, UI Press,
Jakarta, hal. 724, 725.
McClements, D.J., and Rao, J.J., 2011, Food-Grade Microemulsions and
Nanoemulsions: Role of Oil Phase Composition on Formation and
Stability, Food Hydrocolloids, 29(2012): 326-334.
Melo, I.L.M., 2012, Evaluation of the Effects of Pomegranate Seed Oil (Punica
granatum L.) on Tissue Lipid Profile and its Influence on Biochemical
Parameters in Oxidative Processes of Rats, Pharmaceutical Science
Faculty of San Paolo, San Paolo.
Melo, I.L.P., Carvalho, E.B.T., and Filho, J.M., 2014, Pomegranate Seed Oil
(Punica Granatum L.): A Source of Punicic Acid (Conjugated α-
Linolenic Acid), J Hum Nutr Food Sci, 2(1): 1024.
Myers, D., 2006, Surfactant Science and Technology, Third Edition, John Wiley
and Sons, Inc., New Jersey, pp. 28-30.
Nielloud, F., and Marti, G., 2000, Pharmaceutical Emulsions and Suspensions,
Marcel Dekker Inc, New York, pp. 1-13.
Pardo, G.D., McClements, D.J., 2014, Nutraceutical Delivery Systems:
Resveratrol Encapsulation in Grape Seed Oil Nanoemulsions Formed by
Spontaneous Emulsification, Food Chemistry, 167(2015): 205-212.
Patel, H.C., Parmar, G., Seth, A.K., Patel, J.D., and Patel, S.R., 2013, Formulation
and Evaluation of O/W Nanoemulsion of Ketoconazole, Pharma Science
Monitor, 4(4):338-351.
Qian, C., and McClements, D.J., 2011, Formation of Nanoemulsions Stabilized by
Model Food-Grade Emulsifiers Using High-Pressure Homogenization :
Factors Affecting Particle Size, Food Hyrocolloids, 25(2011): 1000-
1008.
Qusti, S.Y., Khatwa, A.N.A., and Lahwa, M.A.B., 2010, Screening Of
Antioxidant Activity And Phenolic Content Of Selected Food Items
Cited In The Holy Quran, EJBS, 2(1): 40-51.
Resende, K.X., Correa, M.A., Oliveira, A.G., and Scarpa, M.V., 2008, Effect of
Cosurfactant on the Supramolecular Structure and Physicochemical
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Properties of Non-Ionic Biocompatible Microemulsions, Brazilian
Journal of Pharmaceutical Science, 44(1): 35-42.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Quinn, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical
Excipients Sixth Edition, Pharmaceutical Press, London, pp.549-553,
675-678, 766-770.
Salager, J.L., 2002, Surfactant Types and Uses, Laboratorio FIRP, Venezuela,
pp.28-34.
Salim, N., Basri, M., Rahman, M.B.A., Abdullah, D.K., Basri, H., and Salleh,
A.B., 2011, Phase Behavior, Formation and Characterization of Palm-
Based Esters Nanoemulsion Formulation Containing Ibuprofen, J
Nanomedicine Nanotechnology, 2(4): 113-117.
Schramm, L.L., 2000, Surfactants: Fundamentals and Applications in the
Petroleum Industry, Cambridge University Press, United Kingdom, pp.
9-10.
Segalowicz, L., and Leser, M.E., 2010, Delivery System for Liquid Food
Products, Current Opinion in Colloid and Interface Science, 15: 61-72.
Silvia, A.P.C., Nunes, B.R., Oliveira, M.C., Koester, L.S., Mayogra, P., Bassani,
V.L., et al., 2009, Development of Topical Nanoemulsions Containing
the Isoflavone Genistein, Pharmazie, 64:32-35.
Sinko, J.S., (Eds), 2006, Martin’s Physical Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences : Physical Chemical and Biopharmaceutical Principles in The
Pharmaceutical Sciences, Lippincott William and Wilkins, USA.
Soni, G.C., Prajapati, S.S.K., and Chaudhri, N., 2014, Self Nanoemulsion:
Advance Form Of Drug Delivery System, World Journal of Pharmacy
and Pharmaceutical Sciences, 3(10): 410-436.
Suciati, T., Aliyandi, A., and Satrialdi, 2014, Development of Transdermal
Nanoemulsion Formulation for Simultaneous Delivery of Protein
Vaccine and Artin-M Adjuvant, International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Science, 6(6):536-541.
Tadros, T.F., 2013, Emulsion Formation, Stability, and Rheology, Wiley-VCH
Verlag GmbH & Co, Germany, pp. 3-4.
Tadros, T.F., Izquierdo, P., Esquena, J., and Solans, C., 2004, Formation and
Stability of Nanoemulsions, Advances in Colloid and Interface Science,
109(2004): 303-318.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Telegonkar, S., Tariq, M., and Alabood, R.M., 2011, Design and Development of
O/W Nanoemulsion for the Transdermal Delivery of Ondansetron,
Bulletin of Pharmaceutical Research, 1(3):18-30.
Thakkar, H., Nangesh, J., Parmar, M., and Patel, D., 2011, Formulation and
Characterization of Lipid-Based Drug Delivery System of Raloxifene
Microemulsion and Self-Microemulsifying Drug Delivery System, J
Pharm Bioallied Sci, 3(3): 442-448.
Traul, K.A., Driedger, A., Ingle, D.L., and Nakhasi, D., 1999, Review of the
Toxicologic Properties of Medium-Chain Triglycerides, Food and
Chemical Toxicology, 38(2000): 79-98.
Troy, D.B., 2006, Remington : The Science and Practice of Pharmacy, Lippincott
Williams & Wilkins, Philadelphia, p.326.
Volker, A., 2009, Dynamic Light Scattering: Measuring the Particle Size
Distribution,
http://www.1sinstruments.ch/technology/dynamiclightscatteringdls/,
diakeses tanggal 18 November 2015.
Williams III, R.O., Watts, A.B., and Miller, D.A., 2012, Formulating Poorly
Water Soluble Drugs, Springer, New York, p.182.
Wooster, T.J., Golding, M., and Sanguansri, P., 2008, Impact of Oil Type on
Nanoemulsion Formation and Ostwald Ripening Stability, Langmuir,
24(22): 12758-12765.
Yoganandam, P., Kumar, S., Neyanila, S.K., and Gopal, V., 2013, Antioxidant
and Tyrosinase Inhibitory Activity of Aqueous Extract and Oil of Seeds
of Punica granatum L., Internasional Journal of Science and Nature,
4(3):508-511.
Zhao, Y., Wang, C., Chow, A.H.L., Ren, K., Gong, T., Zhang, Z., and Zheng, Y.,
2009, Self-Nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) for Oral
Delivery of Zedoary Essential Oil: Formulation and Bioavailability
Studies, International Journal of Pharmaceutics, 383(2010):170-177.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Lampiran 1. Certificate of Analysis (CoA) minyak biji delima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Lampiran 2. Perhitungan nilai HLB teoritis
HLB= [𝑡𝑤𝑒𝑒𝑛 80 (𝑔)
𝑡𝑤𝑒𝑒𝑛 80+𝑃𝐸𝐺 400 (𝑔)𝑥 15] + [
𝑃𝐸𝐺 400 (𝑔)
𝑡𝑤𝑒𝑒𝑛 80+𝑃𝐸𝐺 400 (𝑔)𝑥 13,1]
= [16 𝑔
24 𝑔 𝑥 15] + [
8 𝑔
24 𝑔𝑥 13,1]
= 14,37
Lampiran 3. Perhitungan jumlah minyak biji delima dalam formula
nanoemulsi
IC50 minyak biji delima = 0,2775 mg/mL
Jumlah minyak biji delima dalam formula = (0,2775 𝑥 100
1000)
𝑔100 𝑚𝐿⁄
= 0,02775 % w/w
Lampiran 4. Dokumentasi alat yang digunakan dalam formulasi nanoemulsi
minyak biji delima
Timbangan analitik
Hotplate stirrer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Homogenizer
Sonikator
pH meter
Viskometer Rheosys
Spektrofotometer UV-Vis
Particle size analyzer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Lampiran 5. Dokumentasi pengamatan organoleptis nanoemulsi minyak biji
delima
1. Pengamatan setelah 24 jam
Sediaan nanoemulsi minyak biji delima formula A replikasi 1, 2, dan 3 sebelum
freeze-thaw cycle
Sediaan nanoemulsi minyak biji delima formula B replikasi 1, 2, dan 3 sebelum
freeze-thaw cycle
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
2. Pengamatan setelah uji sentrifugasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
3. Pengamatan setelah tiga siklus freeze-thaw
Sediaan nanoemulsi minyak biji delima formula A replikasi 1, 2, dan 3 setelah
freeze-thaw cycle
Sediaan nanoemulsi minyak biji delima formula B replikasi 1, 2, dan 3 setelah
freeze-thaw cycle
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Lampiran 6. Data organoleptis nanoemulsi minyak biji delima
VCO.1 VCO.2 VCO.3 MCT.1 MCT.2 MCT.3
Warna Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih
Pemisahan
Fase
Tidak
memisah
Tidak
memisah
Tidak
memisah
Tidak
memisah
Tidak
memisah
Tidak
memisah
Bau Khas Khas Khas Khas Khas Khas
Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
pH 5,938 5,929 5,955 5,984 5,999 5,999
Mean±sd 5,94±0,01 5,99±0,008
Keterangan :
VCO.1, VCO.2, VCO.3 = replikasi pembuatan nanoemulsi dengan fase minyak VCO
MCT.1, MCT.2, MCT.3 = replikasi pembuatan nanoemulsi dengan fase minyak MCT oil
Lampiran 7. Data persen transmitan dan turbiditas nanoemulsi minyak biji
delima
VCO.1 VCO.2 VCO.3 MCT.1 MCT.2 MCT.3
Transmitan (%) 100 99,8 99,7 99,7 99,6 99,7
Mean±sd 99,83±0,15 99,67±0,05
Turbiditas (%) 0,0944 0,1358 0,0967 0,1612 0,1727 0,1381
Mean±sd 0,108±0,02 0,157±0,02
Lampiran 8. Data viskositas nanoemulsi minyak biji delima
VCO.1 VCO.2 VCO.3 MCT.1 MCT.2 MCT.3
R.1 0,0567 0,0599 0,0596 0,0580 0,0626 0,0600
R.2 0,0569 0,0589 0,0604 0,0566 0,0622 0,0604
R.3 0,0566 0,0588 0,0596 0,0572 0,0567 0,0597
Mean±sd 0,058±0,001 0,046±0,02
Keterangan :
R.1, R.2, R.3 = replikasi pengujian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Lampiran 9. Data organoleptis nanoemulsi minyak biji delima sesudah
freeze-thaw cycle
VCO.1 VCO.2 VCO.3 MCT.1 MCT.2 MCT.3
Warna Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih
Pemisahan
Fase
Tidak
memisah
Tidak
memisah
Tidak
memisah
Tidak
memisah
Tidak
memisah
Tidak
memisah
Bau Khas Khas Khas Khas Khas Khas
Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
pH 5,931 5,783 5,655 5,901 6,067 5,884
Mean±sd 5,79±0,14 5,95±0,1
Lampiran 10. Data persen transmitan dan turbiditas nanoemulsi minyak
biji delima sesudah freeze-thaw cycle
VCO.1 VCO.2 VCO.3 MCT.1 MCT.2 MCT.3
Transmitan (%) 99,90 99,70 99,80 99,70 99,70 99,80
Mean±sd 99,8±0,1 99,7±0,05
Turbiditas (%) 0,0898 0,1473 0,1082 0,2303 0,2349 0,1911
Mean±sd 0,11±0,03 0,22±0,02
Lampiran 11. Data viskositas nanoemulsi minyak biji delima sesudah freeze-
thaw cycle
VCO.1 VCO.2 VCO.3 MCT.1 MCT.2 MCT.3
R.1 0,0248 0,0327 0,0217 0,0186 0,0241 0,0337
R. 2 0,024 0,0318 0,0207 0,0180 0,0247 0,0342
R. 3 0,0243 0,0327 0,0189 0,0174 0,0248 0,0345
Mean±sd 0,0257±0,006 0,0255±0,008
Keterangan :
R.1, R.2, R.3 = replikasi pengujian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Lampiran 12. Hasil pengujian ukuran droplet
1. Sebelum freeze-thaw cycle
a. Nanoemulsi minyak biji delima dengan fase minyak VCO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Keterangan : Perhitungan rerata dan simpangan baku ukuran droplet nanoemulsi
minyak biji delima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
b. Nanoemulsi minyak biji delima dengan fase minyak MCT oil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Keterangan : Perhitungan rerata dan simpangan baku ukuran droplet nanoemulsi minyak
biji delima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
2. Sesudah freeze-thaw cycle
a. Nanoemulsi minyak biji delima dengan fase minyak VCO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Keterangan : Perhitungan rerata dan simpangan baku ukuran droplet nanoemulsi minyak
biji delima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
b. Nanoemulsi minyak biji delima dengan fase minyak MCT oil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Keterangan : Perhitungan rerata dan simpangan baku ukuran droplet nanoemulsi minyak
biji delima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Lampiran 13. Analisis statistik uji normalitas formula A dan B sebelum
freeze-thaw cycle
Keterangan: uji normalitas pada formula A dengan fase minyak VCO menunjukkan data
yang terdistribusi normal untuk parameter pH, persen transmitan,
turbiditas, dan viskositas dengan p-value > 0,05.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Keterangan: uji normalitas pada formula B dengan fase minyak MCT oil menunjukkan
data yang tidak terdistribusi normal untuk parameter pH dan persen
transmitan, sedangkan turbiditas, dan viskositas menunjukkan data yang
terdistribusi normal dengan p-value > 0,05.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Lampiran 14. Analisis statistik uji normalitas formula A dan B sesudah
freeze-thaw
Keterangan: uji normalitas pada formula A dengan fase minyak VCO menunjukkan data
yang terdistribusi normal untuk parameter pH, persen transmitan,
turbiditas, dan viskositas dengan p-value > 0,05.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Keterangan: uji normalitas pada formula B dengan fase minyak MCT oil menunjukkan
data yang tidak terdistribusi normal untuk parameter persen transmitan,
sedangkan menunjukkan data yang terdistribusi normal untuk parameter
pH, turbiditas, dan viskositas dengan p-value > 0,05.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Lampiran 15. Analisis statistik uji T dan Wilcoxon tidak berpasangan
antara formula A dan B
Keterangan: Hasil uji T tidak berpasangan yang dilakukan pada data yang terdistribusi
normal menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan pada parameter
viskositas antara formula A dan B, namun memiliki hasil yang berbeda
signifikan pada parameter turbiditas dimana p-value yang diperoleh ≤ 0,05.
Keterangan: Hasil uji Wilcoxon tidak berpasangan yang dilakukan pada data yang tidak
terdistribusi normal menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan pada
parameter pH dan persen transmitan antara formula A dan B.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Lampiran 16. Analisis statistik uji T dan Wilcoxon berpasangan antara
formula A sebelum dan sesudah freeze-thaw dan formula B
sebelum dan sesudah freeze-thaw
Keterangan: Hasil uji T berpasangan yang dilakukan pada data normal formula A
sebelum dan sesudah freeze-thaw menunjukkan tidak adanya perbedaan
signifikan pada parameter pH, persen transmitan, serta turbiditas namun
memiliki hasil yang berbeda signifikan pada parameter viskositas dimana
p-value yang diperoleh ≤ 0,05.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Keterangan: Hasil uji T dan Wilcoxon berpasangan pada formula B sebelum dan sesudah
freeze-thaw menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan pada
parameter pH, persen transmitan, serta viskositas namun memiliki hasil
yang berbeda signifikan pada parameter turbiditas dimana p-value yang
diperoleh ≤ 0,05.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
BIOGRAFI PENULIS
Stephanie dilahirkan pada tanggal 25 Januari
1995 di Jakarta. Penulis merupakan putri dari pasangan
Rudy Soetanto dan Rosalia Mariani Budi, dan memiliki
satu saudara kandung bernama Reynaldi Setiawan.
Penulis telah menempuh pendidikan di SD Katolik
Gembala Baik Pontianak pada tahun 2000 sampai
dengan 2006, SMP Katolik Gembala Baik Pontianak
pada tahun 2006 sampai dengan 2009, SMA Katolik Gembala Baik Pontianak
pada tahun 2009 sampai dengan 2012, dan melanjutkan kuliah di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2012 sampai dengan
tahun 2015. Selama menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi penulis pernah
mengikuti kepanitiaan World No Tobacco Day yang bekerja sama dengan
Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada sebagai anggota divisi acara, Sekretaris
dalam Komisi Pemilihan Umum Gubernur BEMF dan Ketua DPMF Farmasi,
Sekretaris dalam TITRASI 2014. Selain itu, penulis juga berpartisipasi sebagai
peserta Lomba Produk Mahasiswa Farmasi Indonesia 2015 dan mengikuti
Program Kreativitas Mahasiswa bidang kewirausahaan yang lolos didanai DIKTI
pada tahun 2015 dengan judul “Jelly Belanda (Jelly Daun Jati Belanda) Makanan
Penurun Berat Badan Dan Penunda Lapar”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI