plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk filepada pengobatan kemoterapi geriatri...
TRANSCRIPT
PENGGUNAAN ANTIHIPERURISEMIA PADA PENGOBATAN
KEMOTERAPI GERIATRI BERDASARKAN LAJU FILTRASI
GLOMERULUS MENGGUNAKAN FORMULA MODIFICATION OF
DIET IN RENAL DISEASE (MDRD) DAN COCKCROFT-GAULT (CG)
DI RSUP DR. SARDJITO TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Fransisca Dian Permanasari
NIM : 088114086
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PENGGUNAAN ANTIHIPERURISEMIA PADA PENGOBATANKEMOTERAPI GERIATRI BERDASARKAN LAJU FILTRASI
GLOMERULUS MENGGUNAKAN FORMULA MODIFICATION OFDIET IN RENAL DISEASE (MDRD) DAN COCKCROFT-GAULT (CG)
DI RSUP DR. SARDJITO TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Fransisca Dian Permanasari
NIM : 088114086
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas segala berkat
serta pencurahan rahmat-Nya
Bapak, Ibu, dan Kakak-kakakku tercinta
Teman-teman dan almamaterku
Seluruh umat di jagad raya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat dan kasih karunia yang telah diberikanNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Penggunaan Antihiperurisemia
pada Pengobatan Kemoterapi Geriatri Berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus
Menggunakan Formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) dan
Cockcroft-Gault (CG) di RSUP Dr. Sardjito Tahun 2010” dengan baik sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Fakultas
Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan serta dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung
baik berupa moral, materiil maupun spiritual. Oleh sebab itu, penulis menghaturkan
banyak terima kasih kepada :
1. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Sardjito Yogyakarta.
2. Seluruh apoteker, praktisi laboratorium, dan petugas rekam medis di Rumah
Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah membantu selama
proses pengambilan data.
3. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas
Sanata Dharma yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini,
dan telah memberikan dukungan selama penyusunan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
4. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang dengan
sabar membimbing dan memberikan arahan, saran, kritikan serta dukungan
kepada penulis selama proses penelitian dan penulisan skripsi.
5. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. dan dr. Fenty, M. Kes., Sp. PK. selaku penguji
yang memberikan saran dan kritikan serta dukungan kepada penulis dalam
proses menyempurnakan naskah skripsi.
6. Herman Joseph Roedatin dan MI Sunarti WS, bapak dan ibuku tersayang atas
begitu banyak kasih sayang, doa, dukungan, semangat, pengertian serta
seluruh bantuan dan pengorbanan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik.
7. Kedua kakakku tersayang, Mas Yudhi dan Mas Yoyok yang telah memberikan
doa, semangat, dan dukungan hingga terselesaikannya skripsi.
8. Martinus Wahyu Dyan Purnomo yang selalu memberikan motivasi, doa,
dorongan, serta bantuan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
9. Teman-teman kelompok payung, yaitu Ratih, Linda, Jefta, Yuli, Ika, Memey,
dan Ayu yang telah saling menguatkan, memberikan semangat dan bantuan
kepada peneliti serta bersama-sama menjalani suka dan duka selama
menjalankan penelitian ini.
10. Sahabat-sahabatku Ratih, Vita, Intan, Novia, Ani, Siska, Nindi, Wawan, Mbak
Yoc, Ipong, dan masih banyak lagi yang telah memberikan semangat dan
banyak bantuan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
11. Teman-teman kelas B 2008, FKK A 2008, terima kasih atas kebersamaannya
dan pengalaman yang tak terlupakan dan luar biasa selama menjalani kuliah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
dan praktikum serta dorongan semangat yang telah diberikan kepada peneliti
selama penyusunan skripsi ini.
12. Teman-teman kos di pondok biru 202B, Tika, Winas, Evi, Sisca, dan Mba
Nana yang telah memberikan dorongan, dukungan, masukan, dan bantuan
kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini.
13. Teman-teman KKN XLII Kelompok 21, Indro, Heny, Dessy, Desi, Ayen,
Denny, Lanny, dan Carol yang telah memberikan perhatian, semangat, dan
warna baru dalam hidup peneliti dalam menyelesaikan naskah.
14. Teman-teman dari angkatan 2006-2011 yang penulis kenal yang telah
memberikan perhatian dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan
naskah.
15. Dan seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu disini, baik
secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu
terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dalam kehidupan ini.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar skripsi ini
dapat menjadi lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi yang membutuhkan.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.........................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...............................
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.............................
PRAKATA........................................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA..........................................
DAFTAR ISI.....................................................................................
DAFTAR TABEL……………………………….............................
DAFTAR GAMBAR.........................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................
INTISARI..........................................................................................
ABSTRACT........................................................................................
BAB I PENGANTAR.......................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................
1. Permasalahan..........................................................................
2. Keaslian penelitian..................................................................
3. Manfaat penelitian..................................................................
B. Tujuan Penelitian..........................................................................
1. Tujuan Umum.........................................................................
ii
iii
iv
v
vi
vii
x
xi
xiv
xv
xvii
xix
xx
1
1
4
5
7
7
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
2. Tujuan Khusus........................................................................
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA……………………….............
A. Kanker dan Kemoterapi pada Kanker...........................................
B. Anatomi dan Fisiologi Ginjal Normal…………………………..
C. Geriatri………………………………..........................................
D. Perubahan Sistem Ginjal pada Geriatri.........................................
E. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)………........................................
F. Modification of Diet in Renal Disease (MDRD)………………...
G. Cockcroft-Gault (CG)…………………………………………...
H. Hiperurisemia dan Antihiperurisemia pada Kemoterapi………...
I. Penyesuaian Dosis pada Geriatri………………………………...
J. Landasan Teori…………………………………………………..
K. Keterangan Empiris.......................................................................
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................
A. Jenis dan Rancangan Penelitian....................................................
B. Variabel Penelitian………………………………………………
C. Definisi Operasional.....................................................................
D. Bahan atau Materi Penelitian........................................................
E. Alat atau Instrumen yang Digunakan............................................
F. Tata Cara Penelitian......................................................................
1. Analisis Situasi........................................................................
2. Pengambilan Data...................................................................
3. Tata Cara Analisis Hasil.........................................................
8
9
9
12
15
15
16
19
20
20
25
27
28
30
30
30
31
32
32
32
32
33
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
G. Kelemahan Penelitian…………………………………………...
1. Kesulitan Penelitian…………………………………………
2. Keterbatasan Penelitian……………………………………..
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................
A. Profil Pasien Berdasarkan Nilai Laju Filtrasi Glomerulus............
B. Derajat Penurunan Fungsi Ginjal Berdasarkan LFG....................
C. Penyesuaian Dosis Obat Antihiperurisemia Berdasarkan LFG....
D. Obat-obatan yang Menginduksi Hiperurisemia............................
E. Jenis Kanker yang Menginduksi Terjadinya Hiperurisemia pada
Pengobatan Kemoterapi................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................
A. Kesimpulan...................................................................................
B. Saran.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................
LAMPIRAN........................................................................................
BIOGRAFI PENULIS........................................................................
34
34
34
35
37
38
45
54
57
60
60
61
62
69
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Nilai rata-rata LFG Berdasarkan Pertambahan Usia…………
Tabel II. Tahap Chronic Kidney Disease (CKD) Berdasarkan LFG….
Tabel III. Regimen Dosis Obat Antihiperurisemia untuk Geriatri
menurut Drug Information Handbook…………………….
Tabel IV. Regimen Dosis Obat Antihiperurisemia untuk Geriatri
menurut McAuley (www.globalrph.com)…………………..
Tabel V. Profil Pasien Kemoterapi Geriatri di RSUP Dr. Sardjito
tahun 2010 Berdasarkan Umur…...………………………...
Tabel VI. Persentase Nilai LFG Kasus Peresepan pada Pasien
Kemoterapi Geriatri Berdasarkan Formula MDRD dan CG
yang Menggunakan Obat Antihiperurisemia di RSUP Dr.
Sardjito tahun 2010………………...……………………….
Tabel VII. Penyesuaian Regimen Dosis Pemberian Allopurinol
sebagai Obat Antihiperurisemia Berdasarkan LFG yang
dihitung dengan Formula CG………………………………
Tabel VIII. Penyesuaian Regimen Dosis Pemberian Allopurinol
sebagai Obat Antihiperurisemia Berdasarkan LFG yang
dihitung dengan Formula MDRD…………………………
Tabel IX. Obat-obatan yang Menginduksi Hiperurisemia pada
Pengobatan Kemoterapi Geriatri…………………………..
17
18
24
25
38
42
51
52
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Fungsional Nefron.................................................
Gambar 2. Letak Glomerulus Pada Ginjal.............................................
Gambar 3. Metabolisme Purin...............................................................
Gambar 4. Persentase Tahapan Terjadinya Chronic Kidney Disease
(CKD) menurut nilai LFG Pasien Kemoterapi Geriatri
dengan Pengobatan Antihiperurisemia berdasarkan
Formula MDRD di RSUP Dr. Sardjito tahun
2010....................................................................................
Gambar 5. Persentase Tahapan Terjadinya Chronic Kidney Disease
(CKD) menurut nilai LFG Pasien Kemoterapi Geriatri
dengan Pengobatan Antihiperurisemia berdasarkan
Formula CG di RSUP Dr. Sardjito tahun
2010....................................................................................
Gambar 6. Persentase Kasus Peresepan pada Pasien Kemoterapi
Geriatri yang memerlukan Penyesuaian Dosis dalam
Pengobatan Antihiperurisemia yang Mengalami
Penurunan Nilai LFG <80ml/min/1,73 m2 apabila
dihitung dengan Formula CG dan MDRD di RSUP
Dr.Sardjito tahun 2010.......................................................
Gambar 7. Kesesuaian Dosis Penggunaan Antihiperurisemia pada
Pasien Kemoterapi Geriatri Berdasarkan LFG dengan
13
14
21
39
41
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Formula CG di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010..................
Gambar 8. Kesesuaian Dosis Penggunaan Antihiperurisemia pada
Pasien Kemoterapi Geriatri Berdasarkan LFG dengan
Formula MDRD di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010...........
Gambar 9. Persentase Diagnosis Utama Pasien Kemoterapi Geriatri
di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010.......................................
49
50
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Kasus Penggunaan Antihiperurisemia beserta Dosis,
Frekuensi, Usia, Jenis Kelamin, Tinggi Badan, Berat
Badan, dan Pemeriksaan Serum Kreatinin yang
digambarkan sebagai Profil nilai LFG Berdasar Formula
CG dan MDRD di RSUP DR. Sardjito tahun
2010..............................................................................
Lampiran 2. Uji Persebaran Data dan Uji Mann-Whitney Secara
Statistik.........................................................................
Lampiran 3. Data Kasus Penggunaan Antihiperurisemia beserta Usia,
Jenis Kelamin, Kreatinin Serum dan Kesesuaian
Dosisnya berdasar LFG dengan Formula CG di RSUP
DR. Sardjito tahun 2010.....................................................
Lampiran 4. Data Kasus Penggunaan Antihiperurisemia beserta Usia,
Jenis Kelamin, Kreatinin Serum dan Kesesuaian
Dosisnya berdasar LFG dengan Formula MDRD di
RSUP DR. Sardjito tahun 2010..........................................
Lampiran 5. Data Profil Umur Pasien Geriatri Penggunaan
Antihiperurisemia...............................................................
Lampiran 6. Data Derajat Penurunan Fungsi Ginjal Berdasarkan
LFG..................................................................................
Lampiran 7. Perbandingan antara Allopurinol, Probenesid, dan
69
71
75
78
81
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Sulfinpirazon sebagai Uric Acid Lowering
Treatments………………………......................................
Lampiran 8. Data Kasus Penggunaan Antihiperurisemia Pada Pasien
Kemoterapi Geriatri beserta Usia, Jenis Kelamin, Tinggi
Badan, Berat Badan, Kadar Kreatinin Serum, Kadar
Asam Urat, dan obat-obatan yang menyebabkan
penggunaan Antihiperurisemia…………………………...
Lampiran 9. Data Kasus Penggunaan Antihiperurisemia beserta Usia,
Jenis Kelamin, Tinggi Badan, Berat Badan, Kadar
Kreatinin Serum, Dosis, dan Urutan dari Frekuensi
Terendah hingga Tertinggi.................................................
Lampiran 10. Kwitansi Pembayaran Biaya Pengambilan Data di RSUP
Dr. Sardjito.........................................................................
Lampiran 11. Kwitansi Pembayaran Biaya Penelitian di RSUP Dr.
Sardjito................................................................................
Lampiran 12. Permohonan Ijin Penelitian di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta..........................................................................
Lampiran 13. Surat Ijin Pengambilan Data Rekam Medis di RSUP Dr.
Sardjito................................................................................
Lampiran 14. Pernyataan Peneliti di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.....
82
83
90
92
92
93
95
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
INTISARI
Kemoterapi sitostatika yang bertujuan membunuh atau memperlambatpertumbuhan sel kanker mempunyai salah satu efek samping yaitu terjadinyahiperurisemia. Penurunan fungsi ginjal pada pasien geriatri dapat dilihat dari nilaiLFG. Ketepatan penyesuaian dosis diperlukan agar pengobatan kemoterapisitostatika dapat mengurangi resiko hiperurisemia dan tidak meningkatkan resikopenurunan fungsi ginjal yang signifikan. Penelitian ini bertujuan untukmengevaluasi peresepan obat antihiperurisemia pada pasien kemoterapi geriatriberdasarkan LFG yang dihitung dengan formula Modification of Diet in RenalDisease dan Cockcroft-Gault di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif evaluatif yangbersifat retrospektif. Data yang diperoleh melalui rekam medis RSUP Dr. Sardjitotahun 2010 meliputi nomor rekam medis, tanggal periksa, umur, berat badan,tinggi badan, jenis kelamin, nilai serum kreatinin, serta dosis dan frekuensipenggunaan antihiperurisemia. Pengolahan data dilakukan secara analisisdeskriptif.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa kasus peresepan pada pasienkemoterapi geriatri di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010 memiliki persentase nilaiLFG terbesar pada tahap III, pada 25 kasus penggunaan antihiperurisemia sebesar22 kasus mengalami penurunan fungsi ginjal dimana 16 kasus memerlukanpenyesuaian dosis antihiperurisemia dengan formula MDRD sedangkan denganformula CG terdapat 25 kasus dimana 17 kasus memerlukan penyesuaian dosisantihiperurisemia. Hasil ini merekomendasikan perlu adanya perhatian khususdalam pengobatan antihiperurisemia pada pasien kemoterapi geriatri denganpenurunan fungsi ginjal.
Kata kunci : Sitostatika, Geriatri, LFG, MDRD, CG, Antihiperurisemia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
ABSTRACT
Cytotoxic drug is used to kill or slow the growth of cancer cells have oneof it’s side effect, the occurrence of hyperuricemia. In geriatric patients there aredecreasing in kidney function that can be seen from the GFR value. Doseadjustments accuracy is required in order the treatment of cytotoxic drug canreduce the risk of hyperuricemia and does not increase the risk of a significantdecreasing in kidney function. This study aims to evaluate antihyperuricemiaprescribing in chemotherapy geriatric patients based on GFR which is calculatedby the Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) and Cockcroft-Gault (CG)formulas in RSUP Dr. Sardjito in 2010.
This is an observational descriptive evaluative study with retrospectivedesign. Data is obtained from the medical records department of RSUP Dr.Sardjito in 2010 including medical record number, check up date, age, bodyweight, height, sex, serum creatinine, as well as dose and frequency of theantihyperuricemia usage. The data was processed by descriptive analysis.
The result describes that most geriatric in RSUP Dr. Sardjito in 2010 haveGFR value on stage III, from total 25 antihyperuricemia usage cases, according toMDRD formula there are 22 cases decreasing in kidney function where 16 ofthem require dose adjustment of antihyperuricemia drugs whereas according toCG formula all cases decreasing in kidney function where 17 of them require doseadjustment of antihyperuricemia drugs. This result recommends the requirementof intensive attention in the treatment of antihyperuricemia drugs in chemotherapygeriatric patients with decreased kidney function.
Key words : Cytotoxic, Geriatric, GFR, MDRD, CG, Antihyperuricemia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan epidemiologi yang
ditandai dengan beralihnya penyebab kematian utama yang semula adalah
penyakit menular bergeser ke penyakit yang tidak menular (non communicable
disease) termasuk di antaranya adalah kanker. Di negara maju yang telah berhasil
membasmi penyakit infeksi, penyakit kanker merupakan penyebab kematian
nomor dua setelah penyakit kardiovaskuler (Katzung, 2004).
Kanker merupakan penyakit sel yang ditandai dengan adanya pergeseran
mekanisme kontrol yang menentukan proliferasi dan diferensiasi sel (Katzung,
2004). Menurut penelitian yang dilakukan pada dasawarsa terakhir ini, kanker
disebabkan oleh terganggunya siklus sel akibat mutasi dari gen-gen yang
mengatur pertumbuhan (Tjay dan Raharja, 2010).
Berbagai penanganan kanker, antara lain pembedahan, penyinaran,
kemoterapi, hormon terapi, imunoterapi, dan hipertermi dilakukan untuk
mencapai penyembuhan apabila dilakukan sedini mungkin dan bila belum terjadi
metastasis. Salah satu penanganan kanker yang dapat menyembuhkan sejumlah
kecil jenis kanker adalah kemoterapi dengan sitostatika. Kemoterapi sitostatika
merupakan proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan kimia yang
bertujuan membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel kanker (Ugroseno,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
2006). Pengobatan kanker saat ini hanya memberikan terapi paliatif, yakni
meringankan gejala tanpa menyembuhkan penyakit (Tjay dan Raharja, 2010).
Hal memberatkan terhadap semua sitostatika adalah sifatnya yang toksis
dan efek sampingnya yang hebat (Tjay dan Rahardja, 2010). Efek samping yang
hampir selalu dijumpai adalah gejala gastrointestinal dan supresi sumsum tulang
(leukopenia, trombositopenia, dan anemia). Efek samping yang muncul pada
jangka panjang antara lain toksisitas pada hepar dan ginjal. Untuk menghindari
efek samping intolerable, sebaiknya dosis obat dihitung secara cermat (Herdata,
2008).
Efek samping lain akibat penggunaan sitostatika adalah hiperurisemia
(Goodman dan Gilman, 2008). Hiperurisemia merupakan keadaan di mana terjadi
peningkatan kadar asam urat serum di atas normal. Pada manusia, asam urat
merupakan produk akhir degradasi purin (Sukandar, Andrajati, Sigit, Adnyana,
Setiadi, dan Kusnandar, 2008). Pada pengobatan sitostatika, hiperurisemia terjadi
karena pembentukan urat yang berlebihan setelah perombakan masal protein inti
(Tjay dan Raharja, 2010). Untuk mengatasi keadaan tersebut dibutuhkan agen
antihiperurisemia. Allopurinol, sebagai salah satu obat suportif pada terapi
sitostatika merupakan penghambat xantin-oksidase yang kuat yang mempengaruhi
perubahan hipoxantin menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat (Goodman
dan Gilman, 2008).
Sebuah penelitian di Amerika menyebutkan bahwa pengobatan sitostatika-
hiperurisemia dapat menyebabkan peningkatan risiko penurunan fungsi ginjal
bahkan hingga terjadi gagal ginjal akut pada pasien geriatri. Hal tersebut terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
karena adanya penggunaan allopurinol yang mengakibatkan terakumulasinya
xantin yang akhirnya dapat mengkristal dan mengendap di tubulus ginjal (Bosly et
al., 2003).
Kreatinin serum merupakan salah satu parameter fungsi ginjal. Akan
tetapi, nilai kreatinin serum tidak dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit
ginjal pada tahap ringan hingga moderat (Johnson, 2005). Nilai kreatinin serum
juga tidak sensitif apabila diterapkan pada pasien geriatri. Hal ini karena produksi
kreatinin serum tergantung dari massa otot total, sedangkan pada geriatri telah
terjadi penurunan massa otot. Oleh karena itu pada pasien geriatri terdapat
kemungkinan tidak terdeteksinya penurunan fungsi ginjal. Pada pasien geriatri
juga mengalami penurunan massa nefron disertai timbulnya sklerosis (Roderick,
2007).
Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) merupakan parameter terbaik yang
digunakan untuk mengukur fungsi ginjal dan mengetahui seberapa parah
penurunan fungsi ginjal (Dipiro et al., 2008). Metode Modification of Diet in
Renal Disease (MDRD) dan Cockcroft-Gault (CG) merupakan formula yang
paling banyak digunakan dalam memperkirakan fungsi ginjal dalam estimasi nilai
LFG, yang dipengaruhi oleh usia dan indeks massa tubuh (BMI) (Verhave, 2005).
Diketahui adanya perbedaan hasil antara formula MDRD dan CG ketika
diterapkan pada geriatri sehingga diperlukan evaluasi formula MDRD dan CG
untuk memperkirakan fungsi ginjal geriatri (Pedone, Corsonello & Incalzi, 2006).
Pasien kemoterapi geriatri perlu diberikan pengobatan yang tepat
termasuk diantaranya penyesuaian dosis agar nantinya pengobatan sitostatika ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
dapat mengurangi hiperurisemia dan tidak meningkatkan risiko penurunan fungsi
ginjal yang signifikan. Dalam hal ini hendaknya farmasis bertanggung jawab
membantu pasien geriatri dalam menyesuaikan dosis obat yang dikonsumsi terkait
dengan kondisi ginjalnya yang telah mengalami penurunan LFG.
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul
“Analisis Laju Filtrasi Glomerulus pada Pengobatan Kemoterapi dan
Penatalaksanaan Kasus Kelainan Hematologi serta Penggunaan Antiemetika
Pasien Kanker RSUP Dr. Sardjito Tahun 2010”. Adapun pemilihan RSUP Dr.
Sardjito karena rumah sakit ini mempunyai Unit Tulip yang merupakan unit
terpadu untuk pelayanan pasien kanker (Menkes, 2011). Besar harapan penulis
agar penelitian ini dapat memberikan gambaran secara jelas dan menyeluruh
mengenai apakah terjadi ketidaksesuaian pengobatan antihiperurisemia pada
pasien kemoterapi geriatri dengan kondisi telah mengalami penurunan LFG,
karena ketidaksesuaian pengobatan ini dapat menyebabkan terjadinya penurunan
fungsi ginjal sampai gagal ginjal akut.
1. Permasalahan
a. Bagaimana profil nilai LFG penggunaan antihiperurisemia pada
pengobatan kemoterapi geriatri di RSUP Dr. Sardjito menggunakan
formula MDRD dan CG pada tahun 2010?
b. Berapa persentase kasus peresepan pada pasien geriatri yang mengalami
penurunan LFG serta memerlukan penyesuaian dosis dalam penggunaan
obat antihiperurisemia dalam kemoterapi kanker berdasarkan formula
MDRD dan CG di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2010?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
c. Bagaimana penyesuaian dosis obat antihiperurisemia yang dilakukan
dalam pengobatan kemoterapi kanker geriatri yang mengalami penurunan
LFG berdasarkan formula MDRD dan CG di RSUP Dr. Sardjito pada
tahun 2010?
2. Keaslian penelitian
Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penggunaan
antihiperurisemia pada pengobatan kemoterapi terhadap penurunan laju filtrasi
glomerulus yang pernah dilakukan, antara lain:
a. Rascaburicase (Recombinant Urate Oxidase) for The Management of
Hyperuricemia In Patients With Cancer, dengan hasil penggunaan
rascaburicase pada sampel pasien anak dan dewasa terbukti menurunkan
tingkat asam urat dan dapat mencegah tumor lysis syndrome selama
tingkat asam urat pada kemoterapi berkurang (Bosly et al., 2003).
b. Influence of co-morbidity on renal function assessment by Cockcroft-Gault
calculation in lung cancer and mesothelioma patients receiving platinum-
based chemotherapy, dengan hasil Creatinine clearance (CrCl) yang
dihitung dengan metode Cockcroft-Gault (CG) adalah akurat pada pasien
kanker paru (Hubner, 2011).
c. Accuracy of GFR estimation by the Cockcroft and Gault, MDRD, and
Wright equations in Oncology patients with renal impairment, meneliti 62
pasien kanker yang memiliki LFG ≤ 60 ml/menit di sebuah pusat kanker
regional. 29 pasien diobati platinum monodentat, penggunaan formula
Cockcroft Gault, MDRD, dan Wright untuk melihat estimasi fungsi ginjal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
yang penting untuk panduan kemoterapi. Menyatakan bahwa formula
MDRD merupakan formula yang paling akurat pada pasien kanker dengan
gagal ginjal, terutama dalam perawatan menggunakan platinum
monodentat (Clive, Faluyi, Hayward & Masinghe, 2011).
d. Drug Dosing and Renal Toxicity in the Elderly Patient, menyatakan
bahwa penggunaan metode Cockcroft-Gault adalah pendekatan yang
paling aman dan paling efektif untuk penyesuaian dosis pada pasien
geriatri dengan gangguan ginjal (Olyaei dan Bennett, 2009).
e. Gout and Hyperuricemia, dengan hasil beberapa penurunan fungsi ginjal
sekunder terhadap hiperurisemia terjadi pada sekitar 10% dari individu
dengan leukemia dan limfoma yang telah menjalani kemoterapi intensif
dan radiasi dan Intravena Rascaburicase yang merupakan recombinant
urate oxidase dapat digunakan untuk mencegah hiperurisemia selama
sindrom lisis tumor (Larocque, 2009).
f. Use of Allopurinol in Preventing Hyperuricemia in Leukemia and
Lymphoma, dengan hasil Allopurinol merupakan agen yang efektif dan
berguna untuk menurunkan bahaya asam urat nefropati pada pasien
dengan leukemia dan limfoma pada sel yang mengalami lisis secara cepat
(Krakoff, 2006).
g. Analisa Drug Related Problems Pada Pasien Hiperurisemia di Bangsal
Rawat Inap dan Rawat Jalan Penyakit Dalam RSUP DR. M. Djamil
Padang, dengan hasil adanya DRP kategori ketidakpatuhan pasien, efek
samping, dan interaksi obat pada poliklinik khusus penyakit dalam serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
adanya DRP kategori obat tanpa indikasi, kelebihan dosis obat, efek
samping, dan interaksi obat pada bangsal rawat inap penyakit dalam
(Anjelin, Arifin, Raveinal, Darwin, 2011).
Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis, penelitian mengenai
“Penggunaan Antihiperurisemia Pada Pengobatan Kemoterapi Geriatri
Berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus Menggunakan Formula Modification of
Diet in Renal Disease (MDRD) dan Cockcroft-Gault (CG)” belum pernah
dilakukan.
3. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi
mengenai analisis laju filtrasi glomerulus penggunaan antihiperurisemia pada
pengobatan kemoterapi geriatri menggunakan formula MDRD dan CG dalam
pengambilan keputusan oleh farmasis dan tenaga kesehatan lain dalam
mempraktikkan pelayanan kesehatan sehingga dapat mencegah terjadinya
pengobatan antihiperurisemia yang tidak sesuai.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui laju filtrasi glomerulus penggunaan antihiperurisemia
pada pengobatan kemoterapi geriatri di RSUP Dr. Sardjito menggunakan
formula MDRD dan CG pada tahun 2010.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui profil nilai LFG penggunaan antihiperurisemia pada
pengobatan kemoterapi geriatri di RSUP Dr. Sardjito menggunakan
formula MDRD dan CG pada tahun 2010.
b. Mengetahui persentase kasus peresepan pada pasien geriatri yang
mengalami penurunan LFG serta memerlukan penyesuaian dosis dalam
penggunaan obat antihiperurisemia dalam kemoterapi kanker berdasarkan
formula MDRD dan CG di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun
2010.
c. Mengetahui penyesuaian dosis obat antihiperurisemia yang dilakukan
dalam pengobatan kemoterapi kanker geriatri yang mengalami penurunan
LFG berdasarkan formula MDRD dan CG di RSUP Dr. Sardjito pada
tahun 2010.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Kanker dan Kemoterapi pada Kanker
Kanker merupakan suatu penyakit sel dengan ciri gangguan atau
kegagalan mekanisme pengatur multiplikasi dan fungsi homeostasis lainnya pada
organisme multiseluler (Ganiswarna, 2003).
Kemoterapi kanker merupakan terapi kanker dengan obat sitostatika.
Sitostatika adalah zat yang dapat memperlambat atau menghentikan pembelahan
sel ganas (Tjay dan Rahardja, 2010).
Terapi dengan obat sitostatika berdasarkan pada eliminasi sel-sel tumor
dengan sesedikit mungkin efek yang merugikan tehadap jaringan normal. Sel
kanker tumbuh potensial lebih cepat daripada jaringan normal. Karena itu zat- zat
penghambat pertumbuhan dapat memperlambat progresi proses penyakit, tetapi
untuk penyembuhan sesungguhnya diperlukan sel tumor yang paling akhir harus
juga terbunuh ( Smets, Pinedo, dan Van de Velde, 1999).
Terapi sitostatika hanya dapat dikatakan berhasil baik apabila dosis yang
digunakan dapat mematikan sel tumor yang ganas dan tidak terlalu mengganggu
sel normal yang berproliferasi. Pengawasan yang ketat diperlukan sebelum,
selama, dan setelah pengobatan dengan sitostatika untuk melihat efek samping
dari dosis terapi yang diberikan kepada pasien (Ganiswarna, 2003).
Sitostatika menurut asal dan mekanisme kerjanya dibagi beberapa
golongan :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
1. Anti Metabolit, yang termasuk golongan ini adalah sitosin-arabinosid, 5-
fluorourasil, 6-merkaptopurin, dan metotrexat. Golongan ini berhubungan erat
dengan unsur bangun asam nukleat sehingga dapat ikut serta dalam sistem
transport dan proses metabolit sampai strukturnya berbeda memblokade
proses selanjutnya.
2. Zat Pengalkil, meliputi sejumlah derivat nitrogen mustard seperti melfalan,
klorambusil dan cyclophoshamid. Mereka mempunyai satu atau dua alkil yang
reaktif yang merubah ekspresi nukleotida DNA. Cross-link yang terjadi
menyebabkan RNA polimerase tidak dapat memotong rantai double helix
DNA.
3. Antibiotik, golongan anti tumor antibiotik umumnya obat yang dihasilkan oleh
suatu mikroorganisme, yang umumnya bersifat sel non spesifik, terutama
berguna untuk tumor yang tumbuh lambat. Mekanisme kerja terutama dengan
jalan menghambat sintesa DNA dan RNA. Yang termasuk golongan ini antara
lain aktinomisin-d, mitomisin, doksorubisin, mithramisin, daunorubisin,
epirubisin, bleomisin, mitosantron, dan idarubisin.
4. Mitotic Spindle
Golongan obat ini berikatan dengan protein mikrotubuler sehingga
menyebabkan disolusi struktur mitotic spindle pada fase mitosis, antara lain
paklitaksel, dosetaksel, vinblastin, vinorelin, vinkristin, dan vindesin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
5. Topoisomerase Inhibitor
Obat ini mengganggu fungsi koenzim topoisomerase sehingga menghambat
proses transkripsi dan replikasi, diantaranya irinotekan, topotekan, dan
etoposit.
6. Cytoprotective agents
Macam-macamnya antara lain amifostin dan dekrazosan.
7. Lain-lain, seperti L-asparaginase, okreotide, estramustine, anagrelide,
lavamisol, hexamethylmelamine, dan suramin.
(Tjay dan Raharja, 2010).
Obat-obatan dalam kemoterapi diberikan selama beberapa hari dan
diseling dengan istirahat beberapa minggu untuk memberikan kesempatan bagi
jaringan normal untuk tumbuh kembali. Demikian ada satu jarak waktu di antara
siklus kemoterapi untuk restorasi jaringan normal (Tjay dan Raharja, 2010).
Kombinasi dari tiga atau lebih sitostatika sering digunakan, pada
umumnya obat dengan mekanisme dan titik kerja pada siklus pertumbuhan sel
tumor yang berlainan. Hal ini menyebabkan daya kerja kombinasi sitostatika
saling dipotensiasi dan terjadinya resistensi dihindari atau diperlambat. Begitu
pula dosis masing-masing dapat dikurangi dan efek toksis total dapat
diminimalisir (Tjay dan Raharja, 2010).
Indikasi pemberian kemoterapi adalah untuk :
a. Menyembuhkan kanker, hanya beberapa jenis kanker yang dapat disembuhkan
dengan kemoterapi : limfoblastik leukemia, Burkit limfoma, dan Wilm tumor
pada anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
b. Memperpanjang hidup dan remisi, ditujukan pada kanker yang kemosensitif
walaupun penyakit berjalan progresif.
c. Memperpanjang interval bebas kanker, walaupun kanker tampak masih lokal
setelah operasi atau radioterapi.
d. Menghentikan progresifitas kanker, yang ditunjukkan secara subyektif
maupun obyektif, tumor dapat diterapi sitostatika asalkan kemungkinan
berhasilnya 25% atau lebih.
e. Mengecilkan volume tumor, baik prabedah maupun pra-radioterapi
f. Terapi paliatif, ditujukan pada kanker stadium lanjut atau kanker yamg
lokasinya pada tempat-tempat yang tidak cocok untuk radiasi, misalnya :
instalasi sitostatika, intrapleural, injeksi intramural.
g. Menghilangkan gejala paraneoplasma
(Sukardja, 2000).
B. Anatomi dan Fisiologi Ginjal Normal
Ginjal manusia berjumlah 2 buah, terletak di pinggang sedikit lebih
bawah dari tulang rusuk bagian belakang dengan panjang sekitar 7 cm dan tebal
sekitar 3 cm yang terbungkus dalam kapsul terbuka ke bawah. Daerah antara
ginjal dan kapsul terdapat lemak yang berfungsi membantu melindungi ginjal dari
goncangan (Wibowo, 2005).
Ginjal memiliki satuan unit fungsional yaitu nefron, kurang lebih
terdapat 1.000.000 nefron dalam setiap ginjal. Setiap nefron terdiri dari berkas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kapiler (glomerulus atau badan Malpighi), tubulus proksimal, tubulus distal, dan
tubulus kolektivus (Wibowo, 2005).
Fungsi ginjal secara normal antara lain adalah sebagai berikut :
a. Menyaring dan membuang sampah metabolisme dari darah (seperti urea,
kreatinin, dan asam urat) serta zat kimia asing,
b. Menjaga keseimbangan
keseimbangan pH (kadar asam) dan garam, ion (Na
magnesium, fosfat, dan lain
c. Memproduksi dan memodifikasi hormon, seperti : erythropoietin untuk
sintesis darah, vitamin D
dan renin untuk pengaturan tekanan darah (Rodgers, 2009).
1. Glomerulus
a) Filtrasi glomerulus
kapiler (glomerulus atau badan Malpighi), tubulus proksimal, tubulus distal, dan
tubulus kolektivus (Wibowo, 2005).
Gambar 1. Struktur Fungsional Nefron(Dipiro,
Fungsi ginjal secara normal antara lain adalah sebagai berikut :
Menyaring dan membuang sampah metabolisme dari darah (seperti urea,
kreatinin, dan asam urat) serta zat kimia asing,
Menjaga keseimbangan kimia dalam tubuh (homeostasis), termasuk menjaga
keseimbangan pH (kadar asam) dan garam, ion (Na+, K+, Cl-, HCO
magnesium, fosfat, dan lain-lain)
Memproduksi dan memodifikasi hormon, seperti : erythropoietin untuk
sintesis darah, vitamin D untuk pengaturan kalsium, angiotensin, vasopressin,
dan renin untuk pengaturan tekanan darah (Rodgers, 2009).
Filtrasi glomerulus
13
kapiler (glomerulus atau badan Malpighi), tubulus proksimal, tubulus distal, dan
(Dipiro, et al., 2008).
Fungsi ginjal secara normal antara lain adalah sebagai berikut :
Menyaring dan membuang sampah metabolisme dari darah (seperti urea,
kimia dalam tubuh (homeostasis), termasuk menjaga
, HCO3+, kalsium,
Memproduksi dan memodifikasi hormon, seperti : erythropoietin untuk
untuk pengaturan kalsium, angiotensin, vasopressin,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Pori membran glomerulus akan menghalangi masuknya partikel dengan
ukuran lebih dari 7 nanometer contohnya protein plasma (Setiadi, 2007).
b) Laju filtrasi glomerulus (LFG)
Laju filtrasi glomerulus merupakan jumlah filtrat yang terbentuk setiap
menit dalam semua nefron pada kedua ginjal. Tekanan dalam kapiler
glomerulus akan menyebabkan filtrasi cairan melalui membran kapiler ke
dalam kapsul bowman (Setiadi, 2007).
Gambar 2. Letak Glomerulus pada Ginjal
(Rodgers, 2009).
2. Tubulus
Dalam tubulus terjadi reabsorbsi dan sekresi secara selektif oleh epitel
tubulus, kemudian cairan yang dihasilkan akan memasuki pelvis ginjal dan
dieskresikan sebagai urin. Mekanisme dasar absorbsi dan sekresi dalam
tubulus adalah transport aktif melalui dinding tubulus dan transport pasif
(Setiadi, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
C. Geriatri
Pembagian terhadap populasi berdasarkan usia meliputi tiga tingkatan
(menurut WHO), yaitu :
a) Lansia (elderly) dengan kisaran umur 60-75 tahun,
b) Tua (old) dengan kisaran umur 75-90 tahun,
c) Sangat tua (very old) dengan kisaran umur > dari 90 tahun
(Walker and Edward, 2003).
Pasien geriatri (elderly) merupakan pasien dengan karakteristik khusus
karena terjadinya penurunan massa dan fungsi sel, jaringan, serta organ. Hal ini
menimbulkan perlu adanya perubahan gaya hidup, perbaikan kesehatan, serta
pemantauan pengobatan baik dari segi dosis maupun efek samping yang mungkin
ditimbulkan (David, 2010).
Kimble, et al. (2008) menyatakan bahwa geriatri juga telah mengalami
perubahan dalam hal farmakokinetik dan farmakodinamik obat. Perubahan
farmakokinetik yang terjadi karena adanya penurunan kemampuan absorbsi yang
disebabkan oleh perubahan dari saluran gastrointestinal, perubahan distribusi
terkait dengan penurunan cardiac output dan ikatan protein-obat, perubahan
metabolisme karena penurunan fungsi hati dan atau ginjal, serta penurunan laju
ekskresi karena terjadinya penurunan fungsi ginjal.
D. Perubahan Sistem Ginjal pada Geriatri
Seiring dengan pertambahan usia akan terjadi pengurangan ukuran, massa,
dan luas daerah efektif untuk filtrasi pada organ ginjal. Manusia setelah berumur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
50 tahun ke atas akan mengalami penurunan jumlah nefron secara progresif
sampai 1.000.000 serta hampir 35% nefron ginjal akan mengalami sklerosis
(Olyaei and Bennett, 2009). Kondisi ginjal pada geriatri juga akan diperparah
dengan penyakit yang umumnya diderita oleh para geriatri, antara lain hipertensi,
diabetes, dan atau hiperlipidemia (Rockwood, 2010).
Pada studi kasus dari McLean dan Le Couteur tentang panjang, luas, dan
kemampuan untuk berkembang dari ginjal, mereka menemukan bahwa panjang
ginjal berkurang 0,5 cm per dekade setelah mencapai usia 50 tahun. Dengan
bertambahnya usia, banyak jaringan yang hilang dari korteks ginjal, glomerulus,
dan tubulus. Jumlah total glomerulus berkurang 30%-40% pada usia 80 tahun, dan
permukaan glomerulus berkurang secara progresif setelah 40 tahun dan yang
terpenting adalah terjadi penambahan jumlah jaringan sklerotik. Meskipun kurang
dari 1% glomerulus sklerotik pada usia muda, persentase ini akan meningkat 10-
30% pada usia 80 tahun (McLean dan Couteur, 2004).
Pasien berusia 60 tahun ke atas akan mengalami penyempitan pembuluh
darah yang menyuplai darah ke organ ginjal. Umumnya penyempitan yang terjadi
akan terlambat deteksinya. Kadangkala beberapa pembuluh darah akan tersumbat
sehingga menimbulnya terjadinya hipertensi, penyakit ginjal progresif, ataupun
keduanya (Cohen, 2005).
E. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)
Laju filtrasi glomerulus (LFG) adalah jumlah darah yang terfiltrasi melalui
glomerulus dalam tiap menit dan seringkali digunakan sebagai indeks terbaik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
dalam pengukuran fungsi ginjal pada orang sehat maupun sakit. Nilai LFG
tergantung dari jenis kelamin, umur, dan luas permukaan tubuh. Nilai LFG pada
individu dewasa mendekati 120-130 mL/min/1,73 m2 dan akan menurun seiring
dengan meningkatnya usia. Penurunan LFG merupakan tanda awal dari gagal
ginjal, oleh karena itu nilai LFG digunakan untuk mendiagnosa dan menentukan
kriteria dari penyakit ginjal kronis (Patel, 2009).
Tabel I. Nilai rata-rata LFG Berdasarkan Pertambahan Usia
Umur
(tahun)
Rata-rata perkiraan nilai LFG
(ml/min/1,73m2)
20-29 116
30-39 107
40-49 99
50-59 93
60-69 85
70+ 75
(National Kidney Foundation, 2010).
Menurut National Kidney Foundation, nilai LFG pada individu normal
yaitu 90-120 ml/min/1,73m2 dan akan menurun seiring dengan peningkatan usia
(Patel, 2009).
Regulasi aliran darah dan kecepatan filtrasi glomerulus secara umum
diatur melalui resistensi vaskular dan secara khusus dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu faktor autoregulasi (respon miogenik dan tubulo-glomerular
feedback), faktor neural yang terkait dengan aktivitas saraf simpatis, dan faktor
hormonal. Sistem renin angiotensin, prostaglandin, dan kinin merupakan hormon
yang berperan besar dalam hemodinamika dan filtrasi pada ginjal (Auckermann,
2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Tabel II. Tahap Chronic Kidney Disease (CKD) Berdasarkan LFGTahap Chronic Kidney Disease (CKD) Berdasarkan LFG
Tahap
LFGdengan luaspermukaan
tubuh 1,73m2
Deskripsi Manajemen
I 90+ Fungsi renal normal(tetapi urinalisis dan strukturabnormal atau faktor genetikmengindikasikan penyakitginjal)
Observasi danmengkontroltekanan darah
II 60-89 Fungsi renal sedikit menurun(CKD tahap II tidak dapatdidiagnosa dari LFG saja tapijuga membutuhkan urinalisisdan struktur abnormal ataufaktor genetikmengindikasikan penyakitginjal)
Observasi danmengkontroltekanan darah danrisikokardiovaskular
IIIa 45-59 Fungsi renal menurun dalamtahap moderat, dengan atautanpa tanda kerusakan ginjallainnya
Observasi danmengkontroltekanan darah danrisikokardiovaskular
IIIb 30-44 Fungsi renal menurun dalamtahap moderat, dengan atautanpa tanda kerusakan ginjallainnya
Observasi danmengkontroltekanan darah danrisikokardiovaskular
IV 15-29 Penurunan fungsi renal yangberat
Memikirkanrencana untukmengatasi gagalginjal tahap akhir
V <15 Gagal ginjal tahap akhir Transplantasi ataudialysis
(Knott, 2010).
Klirens tubuh total merupakan parameter untuk menetapkan dosis obat
yang tepat. Klirens kreatinin paling banyak digunakan sebagai pengukur LFG.
Poduksi kreatinin bervariasi menurut umur, berat badan, dan jenis kelamin. Ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
beberapa metode untuk memperkirakan aturan dosis yang tepat untuk seorang
penderita dengan kerusakan ginjal (Shargel, 2005).
Metode Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) dan Cockcroft-
Gault (CG) merupakan formula yang paling banyak di gunakan dalam
memperkirakan fungsi ginjal dalam estimasi nilai LFG (Verhave, 2005).
F. Modification of Diet in Renal Disease (MDRD)
Formula MDRD kurang tepat bila digunakan untuk estimasi nilai LFG
pada pasien yang berumur kurang dari 18 tahun dan atau obesitas, oleh karena itu
formula ini digunakan untuk mengestimasi nilai LFG pada usia 18 tahun ke atas
(Levey, Coresh, Greene, Stevens, Zhang, Hendriksen, et al., 2006). National
Kidney Foundation Kidney Disease Outcome Quality Initiative (NKF KDOQI)
merekomendasikan persamaan tes klirens kreatinin (TKK) yang menggunakan
kadar kreatinin serum pada orang dewasa dengan Modification of Diet in Renal
Disease (MDRD) Study atau studi MDRD yang memperhitungkan faktor usia,
jenis kelamin dan ras. Persamaannya adalah sebagai berikut :
LFG (ml/min/1,73 m2) = 186 x (Scr)-1.154 x (Age)-0.203 x (0.742 jika wanita) x
(1.212 bila African American) (SI units)
Keterangan :LFG = Laju Filtrasi GlomerulusSCr = Kreatinin serum (mg/dl)
(K/DOQI, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
G. Cockcroft – Gault (CG)
Nilai LFG dapat diperkirakan dengan menggunakan data kadar kreatinin
serum pada orang dewasa yaitu dengan persamaan Cockcroft-Gault, sesuai
rekomendasi National Kidney Foundation KDOQI persamaannya sebagai berikut
Cockcroft-Gault (CG) =
Keterangan :BB = berat badanSCr = kreatinin serum (mg/dl)
(K/DOQI, 2002).
H. Hiperurisemia dan Antihiperurisemia pada Kemoterapi
Antagonis purin merupakan salah satu kelompok kemoterapi pada
golongan antimetabolit. Salah satu contohnya adalah Merkaptopurin yang
utamanya digunakan dalam terapi pemeliharaan leukemia limfositik akut. Ada
perbedaan pada dosis awal penggunaan, dosis setelah terjadi perbaikan
hematologis dan klinis, dan dosis jika efek-efek yang diinginkan tidak tercapai
(Goodman dan Gilman, 2008).
Hiperurisemia dapat terjadi selama pengobatan menggunakan
merkaptopurin, akumulasi asam urat menunjukkan adanya penghancuran sel-sel
dengan pelepasan purin-purin yang dioksidasi oleh xantin oksidase, juga
penghambatan pengubahan asam inosinat menjadi prekursor asam-asam nukleat.
Keadaan inilah yang menjadi indikasi penggunaan alopurinol (Goodman dan
Gilman, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Keterangan :
AICAR = aminoimi
PRPP = phosphoribosyl
SAICAR = succinylaminoimidazolecarbosuccinate.
(1) adenylosuccinase;
(2) cytosolic 5’ nucleotidase;
(3) adenylosuccinate synthetase;
(4) AMP deaminase;
(5) adenosine deaminase;
(6) adenosine kinase;
(7) hypoxanthine-guanine
(8) adenine phosphoribosyltransferase.
Penggunaan o
cyclosporine, ethambutol
theophylline, vincristine
Gambar 3. Metabolisme Purin
aminoimidazolecarb
phosphoribosyl pyrophosphate; S-Ado, succinyladenosine;
succinylaminoimidazolecarbosuccinate.
nylosuccinase;
nucleotidase;
(3) adenylosuccinate synthetase;
deaminase;
inase;
guanine phosphoribosyltransferase;
(8) adenine phosphoribosyltransferase.
Penggunaan obat-obatan seperti alkohol, bumetanide
ethambutol, hydrochlorothiazide, isotretinoin, levodopa
vincristine, amiloride, chorthalidone, cyclophosphamide
21
Ado, succinyladenosine;
(Dedelis, 2007).
bumetanide, cisplatin,
levodopa, pentamide,
cyclophosphamide, ethacrynic
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
acid, furosemid, indapamide, ketoconazole, metolazone, phencyclidine, salisilat,
dan diuretik thiazid juga dapat mengakibatkan terjadinya hiperurisemia
(McAuley, 2003).
Obat-obatan di atas adalah obat yang paling sering menginduksi
hiperurisemia. Pada banyak kasus, diuretika merupakan obat yang paling sering
ditemukan sebagai penyebab terjadinya hiperurisemia. Umumnya kadar asam urat
akan kembali normal setelah penggunaan obat yang menyebabkan penurunan
fungsi ginjal dihentikan (McAuley, 2003).
Allopurinol berguna untuk mengatasi kondisi hiperurisemia karena dapat
menurunkan kadar asam urat. Allopurinol utamanya berguna untuk pengobatan
hiperurisemia sekunder akibat penyakit polisitemia vera, metaplasia pieloid,
leukemia, limfoma, psoriasis, hiperurisemia akibat obat, dan radiasi. Mekanisme
kerjanya adalah menghambat xantin oksidase, enzim yang mengubah hipoxantin
menjadi xantin dan selanjutnya menjadi asam urat. Melalui mekanisme umpan
balik alopurinol menghambat sintesis purin yang merupakan prekursor xantin.
Karena alopurinol menghambat oksidasi merkaptopurin maka dosis
merkaptopurin harus dikurangi 25-35% dari dosis lazimnya (Ganiswarna, 2003).
Pengobatan dengan allopurinol yang merupakan urate lowering agent
golongan xanthine oxidase inhibitor merupakan terapi pilihan pertama yang
diperlukan pada terapi jangka panjang hiperurisemia sehingga pengobatan dengan
allopurinol tidak digunakan dalam pengobatan hiperurisemia asimptomatik.
Menurut Strength of Recommendation Taxonomy (SORT) : Key Practise
Recommendation, allopurinol yang merupakan terapi lini pertama untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
menurunkan tingkat urat ini termasuk dalam Evidence Rating A (terbukti
konsisten, kualitas baik, dan berorientasi kepada pasien) (Larocque, 2009). Jenis
obat yang lain seperti febuxostat, yang merupakan non-purine xanthine oxidase
inhibitor yang cukup poten dan pegylated recombinant uricase, masih
dikembangkan (Hidayat, 2009).
Jenis urate lowering agent yang kedua adalah golongan uricosuric agent,
bekerja dengan cara menghambat reabsorbsi urat di tubulus renalis. Obat yang
sering dipakai adalah probenesid dan sulfinpirazon. Urikosurik merupakan terapi
lini kedua untuk individu yang tidak dapat menggunakan allopurinol. Urikosurik
dikontraindikasikan untuk individu yang mempunyai riwayat nefrolitiasis dan
tidak efektif pada individu dengan nilai klirens kreatinin<50 ml/menit. Untuk
mendapatkan keuntungan yang maksimal dari terapi urikosurik, individu terkait
sebaiknya mengkomsumsi minimal 2 liter cairan per hari dan tidak mempunyai
riwayat urolitiasis atau mempunyai tingkat keasaman yang tinggi (pH urin<6)
(Larocque, 2009).
Pemakaian obat urikosurik lebih diindikasikan pada keadaan dengan
ekskresi asam urat di urin <800 mg perhari, dan dengan fungsi ginjal yang masih
baik (klirens kreatinin >80 ml/menit). Resiko batu ginjal semakin besar pada
kadar asam urat di urin yang tinggi. Pada beberapa kasus yang sulit dikendalikan
dengan obat tunggal, kombinasi uricosuric agent dan xanthine oxidase inhibitor
dapat dibenarkan (Hidayat, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Tabel III. Regimen Dosis Obat Antihiperurisemia Untuk Geriatri Menurut DrugInformation Handbook
Antihiperurisemia Dosis pasien normal
Dosis pemeliharaan pasien
gangguan ginjal
CrCl
(ml/min)Dosis (mg)
Allopurinol Oral :100 mg/hari,
ditingkatkan sampaitingkat asam uratyang diinginkan
tercapai.
Dosis lebih dari 300mg harus diberikan
secara terbagi.
140 400 / hari
120 350 / hari
100 300 / hari
80 250 / hari
60 200 / hari
40 150 / hari
20 100 / hari
10 100 setiap 2 hari
0 100 setiap 3 hari
*Tabel ini berdasarkan standard dosis pemeliharaan 300 mg allopurinol per hariuntuk pasien dengan CrCl 100 ml/min.
Probenesid Oral :Hiperurisemia
dengan gout : 250 mg2x1 untuk 1 minggu;meningkat menjadi250-500 mg/hari;dapat meningkat
menjadi500mg/bulan,
jika diperlukan,maksimum 2-3 g/hari
(dosis mungkinmeningkat 500 mgsetiap 6 bulan jikakonsentrasi serum
urat terkendali)
<30 Hindari Penggunaan
(Lacy, Armstrong, Goldman, and Lance, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Tabel IV. Regimen Dosis Obat Antihiperurisemia Untuk Geriatri MenurutMcAuley (www.globalrph.com)
AntihiperurisemiaDosis pasien normal
dan gout
Dosis pemeliharaan pasien
gangguan ginjal
CrCl
(ml/min)Dosis (mg)
Allopurinol Oral : 100 mg/hari,
ditingkatkan sampai
tingkat asam urat yang
diinginkan
>80 Dosis biasa
60-80 200-250 mg sehari
40-60 150-200 mg sehari
20-40 100-150 mg sehari
10-20 100 mg sehari
<10 100 mg setiap 1-2
hari
Pasien gout :
biasa (ringan):
200-300 mg/hari.
sedang-berat:
400-600 mg/hari.
dosis maksimum per
hari: 800 mg
Atau :
>50 Tidak ada perubahan
20-50 100-300 sehari
10-20 100-200 sehari
<10 100 setiap 1-2 hari
Sulfinpirazon Pasien gout: 100-200mg
ditingkatkan hingga 400
mg (Dosis maksimum
per hari: 800 mg).
Monitor konsentrasi
asam urat.
Turunkan hingga 200
mg/hari sebagai dosis
pemeliharaan.
>50
<50
Tidak ada perubahan
Hindari penggunaan
(McAuley,2011).
I. Penyesuaian Dosis pada Geriatri
Perubahan respon pasien geriatri disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor
pertama adalah penurunan fungsi ginjal (filtrasi glomerulus dan sekresi tubuli)
yang merupakan faktor farmakokinetik terpenting. Penurunan glomerulus sekitar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
30% pada usia 65 tahun. Perubahan farmakokinetik lainnya adalah penurunan
kapasitas metabolisme beberapa obat, berkurangnya kadar albumin plasma
(sehingga dapat meningkatkan kadar obat bebas) pengurangan berat badan dari
cairan tubuh, serta penambahan lemak tubuh (sehingga dapat mengubah distribusi
obat) dan berkurangnya absorbsi aktif. Hasil dari semua perubahan ini adalah
kadar obat yang lebih tinggi dan bertahan lebih lama dalam darah dan jaringan.
Waktu paruh obat dapat meningkat sampai 50%.
Faktor kedua yang menyebabkan perubahan respon pasien geriatri adalah
perubahan faktor farmakodinamik, yaitu peningkatan sensitivitas reseptor,
terutama reseptor di otak (terhadap obat-obat bekerja sentral) dan penurunan
mekanisme homeostatik kardiovaskuler.
Adanya berbagai penyakit pada usia lanjut, yang menyebabkan pasien
mendapatkan banyak obat sehingga meningkatkan adanya interaksi obat juga
merupakan faktor yang menyebabkan perubahan respon pasien geriatri
(Katzung, 2004).
Prinsip penggunaan obat pada pasien geriatri harus memperhatikan hal
berikut yaitu :
1. Memberikan obat hanya yang benar-benar diperlukan. Artinya hanya apabila
ada indikasi yang tepat.
2. Memilih obat yang memberikan rasio manfaat-resiko paling menguntungkan
bagi penderita usia lanjut dan tidak berinteraksi dengan obat lain atau penyakit
lain pada pasien yang bersangkutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
3. Memulai pengobatan dengan dosis separuh lebih sedikit dari dosis yang
biasanya diberikan kepada pasien dewasa muda.
4. Menyesuaikan dosis obat berdasarkan respon klinik pasien dan apabila perlu
dengan memonitor kadar obat dalam plasma pasien. Dosis penunjang yang
tepat pada umumnya lebih rendah daripada dosis untuk penderita dewasa
muda.
5. Memberikan regimen dosis yang paling sederhana (idealnya 1x sehari) dan
sediaan obat yang mudah ditelan untuk memelihara kepatuhan pasien.
6. Memeriksa secara berkala semua obat yang digunakan oleh pasien dan
menghentikan pemakaian obat yangtidak diperlukan lagi.
(ISFI, 2009).
J. Landasan Teori
Kemoterapi sitostatika merupakan proses pengobatan dengan
menggunakan obat-obatan kimia yang bertujuan membunuh atau memperlambat
pertumbuhan sel kanker. Salah satu efek samping dari pengobatan ini adalah
terjadinya hiperurisemia. Selain itu pada pasien kemoterapi geriatri juga terjadi
penurunan fungsi ginjal yang dapat dilihat dari penurunan nilai LFG. Pasien
kemoterapi geriatri perlu diberikan pengobatan yang tepat termasuk diantaranya
penyesuaian dosis obat antihiperurisemia agar nantinya pengobatan kemoterapi
sitostatika ini dapat mengurangi resiko hiperurisemia dan tidak meningkatkan
resiko penurunan fungsi ginjal yang signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Parameter terbaik untuk mengukur kualitas fungsi ginjal adalah dengan
pengukuran LFG. Nilai LFG dapat digunakan dalam mendeterminasi kecepatan
eliminasi dari kreatinin dan mengetahui seberapa parah penurunan fungsi ginjal.
Pengukuran LFG dapat dilakukan dengan dua formula sesuai rekomendasi
National Kidney Foundation Kidney Disease Outcome Quality Initiative (NKF
KDOQI) yaitu metode Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) yang
memperhitungkan faktor usia, jenis kelamin, ras dan metode Cockcroft- Gault
(CG) yang memperhitungkan faktor usia, jenis kelamin dan berat badan.
Persamaan formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) :
LFG MDRD (ml/min/1,73 m2) = 186 x (Scr)-1.154 x (Age)-0.203 x (0.742 jika wanita)
x (1.212 bila African-American) (SI units)
Persamaan formula Cockcroft-Gault (CG):
CG =
Dari dua formula tersebut nantinya dapat dievaluasi formula mana yang
memberikan hasil terbaik terkait dengan regimen dosis penggunaan
antihiperurisemia pada pengobatan kemoterapi geriatri. Penyesuaian regimen
dosis antihiperurisemia dilakukan berdasarkan penurunan nilai LFG yang dihitung
dengan formula MDRD dan CG.
K. Keterangan Empiris
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran serta evaluasi
peresepan obat antihiperurisemia pada pengobatan kemoterapi geriatri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
berdasarkan nilai LFG yang dihitung dengan formula Modification of Diet in
Renal Disease (MDRD) dan Cockcroft – Gault (CG).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai Penggunaan Antihiperurisemia pada Pengobatan
Kemoterapi Geriatri Berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus Menggunakan
Formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) dan Cockcroft-Gault
(CG) di RSUP Dr. Sardjito Tahun 2010 merupakan jenis penelitian observasional
deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif.
Penelitian observasional merupakan penelitian dengan menggunakan
teknik pendekatan guna mendapatkan data primer dengan cara langsung
mengamati objek datanya (Jogiyanto, 2008). Rancangan penelitian deskriptif
evaluatif karena tujuan penelitian yaitu memberikan gambaran dan evaluasi
mengenai penggunaan antihiperurisemia pada pengobatan kemoterapi geriatri
berdasarkan LFG menurut formula MDRD dan CG (Notoatmodjo, 2002).
Penelitian ini bersifat retrospektif karena data yang digunakan dalam
penelitian ini diambil dengan melakukan penelusuran dokumen terdahulu, yaitu
pada lembar rekam medis pasien di RSUP Dr.Sardjito tahun 2010.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel utama
a. Variabel bebas : nilai LFG yang dihitung dengan menggunakan formula
MDRD dan CG.
b. Variabel tergantung : regimen dosis antihiperurisemia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
2. Variabel Terkendali
a. Umur
3. Variabel Tak Terkendali
a. Berat Badan
b. Kreatinin Serum
c. Jenis Kelamin
C. Definisi Operasional
1. Pasien adalah pasien kemoterapi yang berusia lebih dari 60 tahun yang
menerima terapi antihiperurisemia serta mengalami penurunan LFG di mana
pada rekam medis tercantum data laboratorium kreatinin serum yang bila
dihitung dengan formula MDRD dan CG memiliki nilai LFG kurang dari 80
ml/menit/1,73 m2. Satu pasien dapat menyumbang satu atau lebih dari satu
kasus peresepan.
2. Karakteristik pasien geriatri yang memerlukan penyesuaian regimen dosis
adalah pasien yang menjalani kemoterapi sitostatika dan terdiagnosis
mengalami penurunan LFG serta belum mencapai tahap gagal ginjal pada saat
pasien menerima pengobatan antihiperurisemia di RSUP Dr. Sardjito tahun
2010.
3. Nilai LFG dihitung dengan formula MDRD dan CG. Formula MDRD dalam
menghitung LFG adalah sebagai berikut:
LFG (ml/min per 1,73 m2) = 186 x (Scr)-1,154 x (umur)-0.203 x (0,742 jika
wanita) x (1,212 bila African-American) (SI units)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Sedangkan untuk formula CG dalam menghitung LFG adalah sebagai berikut :
CG =
LFG (ml/min/1,73m2) = eGFR = estimasi LFG, untuk setiap formula SCr
dalam μmol/L; usia dalam tahun; berat badan dalam kg.
D. Bahan atau Materi Penelitian
Bahan penelitian ini adalah data lengkap pasien pada lembar rekam medis
pasien kemoterapi geriatri yang telah menjalani pemeriksaan laboratorium nilai
kreatinin serum di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010, dengan kriteria eksklusi
diagnosa gagal ginjal akut maupun kronis dan pasien dengan nilai kreatinin serum
lebih dari 5 mg/dL. Adapun lokasi penelitian yaitu RSUP Dr.Sardjito yang
beralamat di Jalan Kesehatan 01 Sekip Yogyakarta 587333.
E. Alat atau Instrumen yang Digunakan
1. Lembar pengambilan data
2. Alat hitung
F. Tata Cara Penelitian
1. Analisis situasi
Analisis situasi dengan melakukan perijinan dan observasi lokasi di
RSUP Dr. Sardjito. Alasan pemilihan tersebut karena rumah sakit ini memiliki
klinik pelayanan kanker terpadu Tulip. Perijinan dilakukan dengan
memberikan surat pengantar dari Universitas Sanata Dharma kepada pusat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
pengembangan pendidikan dan penelitian RSUP Dr. Sardjito. Observasi
dilakukan dengan melihat jumlah pasien kemoterapi geriatri yang menjalani
kemoterapi tahun 2010 dan data laboratorium mengenai serum kreatinin serta
penggunaan obat antihiperurisemia, yang diperoleh dari laboratorium dan
instalasi catatan medik di RSUP Dr. Sardjito pada bulan Januari 2010 hingga
bulan Desember 2010.
2. Pengambilan data
Data pasien yang diperoleh dari lembar rekam medis dipilih sesuai
dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh penulis.
Data yang diambil meliputi nomor rekam medis, tanggal periksa, data
kreatinin serum, umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, dan dosis
serta frekuensi obat yang diperoleh yaitu obat antihiperurisemia.
3. Tata Cara Analisis Hasil
Data kualitatif yang diperoleh dibahas dalam bentuk uraian dan secara
deskriptif dalam bentuk tabel dan gambar diagram. Adapun data pasien akan
dikelompokkan terlebih dahulu sebagai berikut :
a. Pengelompokan nilai LFG pasien kemoterapi geriatri berdasarkan formula
MDRD dan CG yang menggunakan obat antihiperurisemia di RSUP Dr.
Sardjito tahun 2010. Kemudian dilakukan uji normalitas untuk melihat
persebaran data dari nilai LFG berdasarkan formula MDRD dan CG.
Setelah mengetahui bahwa persebaran data di antara kedua formula ini
tidak normal digunakan uji statistik Mann-Whitney untuk mengetahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
apakah ada perbedaan berbeda bermakna pada nilai LFG antara formula
MDRD dan CG.
b. Pengelompokan pasien kemoterapi geriatri yang mengalami penurunan
fungsi ginjal dengan nilai LFG kurang dari 80 ml/menit per 1,73 m2
berdasarkan formula MDRD dan CG yang memperoleh obat
antihiperurisemia.
c. Pengelompokan pasien kemoterapi geriatri dengan penurunan fungsi ginjal
yang memerlukan penyesuaian regimen dosis dalam pemberian obat
antihiperurisemia berdasarkan nilai LFG menurut formula MDRD dan CG
di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010.
d. Penyesuaian regimen dosis dan evaluasi untuk pasien kemoterapi geriatri
yang menerima obat antihiperurisemia serta mengalami penurunan nilai
LFG kurang dari 80 ml/menit per 1,73 m2 apabila dihitung berdasarkan
formula MDRD dan CG di RSUP Dr.Sardjito tahun 2010.
G. Kelemahan Penelitian
1. Kesulitan penelitian
Terdapat beberapa pemeriksaan yang tidak diikuti dengan pencatatan data
berat badan dan tinggi badan, sehingga untuk data tersebut digunakan data
pada pemeriksaan sebelumnya untuk setiap nomor rekam medis yang sama.
2. Keterbatasan penelitian
Data yang disajikan terbatas hanya untuk diagnosis sepuluh penyakit
kanker teratas di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi penggunaan
obat antihiperurisemia pada pasien kemoterapi geriatri berdasarkan Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG) menurut formula Modification of Diet in Renal Disease
(MDRD) dan Cockcroft Gault (CG) di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Pada
penelitian ini disertakan mengenai profil pasien terkait LFG di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta pada tahun 2010.
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil data sekunder berupa data
rekam medis di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Pemilihan RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta sebagai lokasi penelitian ini karena merupakan rumah sakit rujukan
tipe A dan merupakan rumah sakit pendidikan penelitian yang mempunyai
pelayanan spesialis kanker terpadu. Subyek penelitian adalah semua pasien yang
berusia lebih dari 60 tahun yang telah menjalani pemeriksaan laboratorium nilai
kreatinin serum dan memperoleh peresepan antihiperurisemia di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta pada tahun 2010. Karakteristik pasien kemoterapi geriatri
yang memerlukan penyesuaian regimen dosis adalah pasien yang menjalani
kemoterapi dan mendapatkan pengobatan antihiperurisemia yang bila dihitung
dengan formula MDRD dan CG memiliki nilai LFG <80 ml/min/1,73 m2.
Populasi pasien geriatri yang mendapat pemeriksaan kreatinin serum
adalah sebanyak 123 pasien dan terdapat 145 kasus peresepan dimana 26 dari
kasus peresepan tersebut menerima terapi antihiperurisemia. Data yang diperoleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dari lembar rekam medis dipilih sesuai dengan kriteria inklusi yang telah
ditetapkan dan didapatkan 25 kasus peresepan. Kasus peresepan yang sesuai
dengan kriteria inklusi didapatkan dari data rekam medis 8 pasien. Data yang
diambil meliputi nomor rekam medis, tanggal periksa, data kreatinin serum, usia,
jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, dosis serta frekuensi obat
antihiperurisemia. Pada 25 kasus peresepan yang diperoleh dilakukan evaluasi
menurut formula CG dan MDRD untuk menentukan nilai LFG kemudian
dilakukan evaluasi terkait kesesuaian dosis obat antihiperurisemia.
Pada penelitian ini, LFG digunakan untuk mengukur tingkat kerusakan
ginjal pasien serta sebagai dasar penyesuaian dosis antihiperurisemia pada pasien
kemoterapi geriatri. Filtrasi glomerulus merupakan proses penyaringan yang
terjadi di glomerulus, yang menghalangi masuknya partikel dengan ukuran lebih
dari 7 nanometer contohnya protein plasma. LFG adalah suatu parameter fungsi
ginjal yang menggambarkan efisiensi ginjal dalam menyaring kotoran atau zat
limbah yang ada dalam darah. Nilai yang didapat dari perhitungan LFG berupa
volume total dari cairan yang terfiltrasi oleh glomerulus per satuan waktu.
Menurut rekomendasi National Kidney Foundation, ada dua formula
yang dapat digunakan untuk mengukur nilai LFG pada pasien geriatri yaitu
formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) dan Cockcroft Gault
(CG). Formula MDRD memperhitungkan faktor usia, jenis kelamin, ras
sedangkan formula CG memperhitungkan faktor usia, jenis kelamin, dan berat
badan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
A. Profil Pasien Berdasarkan Nilai Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)
Penurunan fungsi ginjal sering terjadi pada pasien geriatri. Terjadinya
penurunan fungsi ginjal seringkali tidak terdiagnosa karena adanya screening
yang tidak adekuat. Pada pengambilan data dicatat data pasien terkait umur, jenis
kelamin, tinggi badan, berat badan, kreatinin serum, dan suku bangsa agar dapat
dihitung nilai LFG menurut formula MDRD dan CG. Nilai Laju Filtrasi
Glomerulus bervariasi tergantung dari usia, jenis kelamin, ras, berat badan, dan
nilai serum kreatinin. Pada penelitian ini, profil pasien kemoterapi geriatri yang
diamati meliputi umur dan derajat penurunan fungsi ginjal berdasarkan LFG.
Pada orang dewasa atau di atas 18 tahun digunakan formula MDRD dan
CG untuk menghitung eLFG (K/DOQI, 2002). Interval kepercayaan yang dimiliki
oleh estimasi LFG (eLFG) yaitu sebesar 90% sebagai estimasi untuk melihat
fungsi ginjal, namun perlu diperhatikan pada pasien anak-anak dan elderly karena
akan dipengaruhi oleh massa otot, asupan nutrisi serta ukuran tubuh (The Renal
Association Founded, 2002). Usia merupakan faktor yang diperhitungkan dalam
perhitungan LFG menggunakan formula MDRD dan CG. Nilai normal LFG pada
usia dewasa muda ±120-130 ml/min/1,73 m2 sedangkan pada individu normal
adalah 90-120 ml/min/1,73 m2 dan akan menurun seiring dengan pertambahan
usia (NKF, 2010). Dalam formula MDRD, usia dari pasien merupakan faktor
pengali dan dipangkat -2,03 sedangkan pada formula CG usia merupakan faktor
pengurang dari konstanta sebesar 140. Proses penuaan menyebabkan
berkurangnya jumlah nefron 10% tiap 10 tahun (Guyton & Hall, 2006). Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
akan mempengaruhi nilai LFG dari pasien kemoterapi geriatri dan mempengaruhi
kerja ginjal.
Pembagian pasien kemoterapi geriatri yang mendapatkan pengobatan
antihiperurisemia berdasarkan umurnya disajikan pada tabel V.
Tabel V.Profil Pasien Kemoterapi Geriatri di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010Berdasarkan Umur
Umur Jumlah Persentase (%)Elderly (60-75 tahun) 8 100Old (76-90 tahun) 0 0Very old (>90 tahun) 0 0Total 8 100
Dari tabel V dapat dilihat bahwa didapati semua pasien kemoterapi geriatri
yang memperoleh pengobatan antihiperurisemia terdapat pada golongan umur
elderly (60-75 tahun). Jumlah pasien elderly sebanyak 8 pasien dan dari jumlah
tersebut terdapat 25 kasus peresepan. Menurut Dinas Kesehatan Provinsi DIY
(2008), didapati bahwa persentase kelompok umur usia lanjut di provinsi DIY
sebesar 10,2% dan merupakan yang tertinggi di Indonesia.
B. Derajat Penurunan Fungsi Ginjal Berdasarkan LFG
Profil penurunan fungsi ginjal dari pasien kemoterapi geriatri yang
mendapatkan pengobatan antihiperurisemia dikelompokkan berdasarkan nilai
LFG. Nilai normal LFG pada usia dewasa ±120-130 ml/min/1,73 m2 dan akan
menurun seiring bertambahnya usia. Penurunan nilai LFG di bawah <60 ml/
min/1,73 m2 akan menjadi onset dari penurunan fungsi ginjal dan meningkatkan
prevalensi CKD serta penyakit kardiovaskular (Steven, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4. Persentasemenurut nilai LFG
Antihiperurisemia berdasarkan Formula
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUP Dr.Sardjito tahun 2010
seperti terlihat pada gambar 4
CKD menurut nilai LFG pasien kemoterapi geriatri berdasarkan formula
Pada gambar 4 menunjukkan bahwa 40%
pada rentang 45-59
penurunan fungsi ginjal dalam tahap moderat, dengan atau tanpa tanda kerusakan
ginjal lainnya, sehingga dilakukan
tekanan darah untuk mencegah risiko kardiovaskul
4 sebanyak 12% kasus peresepan
nilai tersebut normal untuk pasien sehat. Pada tahap lainnya yaitu tahap IIIB
sebanyak 8% dan tahap IV
sebanyak 16%.
8%
. Persentase Tahapan terjadinya Chronic Kidney Diseasemenurut nilai LFG Pasien Kemoterapi Geriatri dengan Pengobatan
Antihiperurisemia berdasarkan Formula MDRD di RSUP Dr.Sardjito Tahun 2010
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUP Dr.Sardjito tahun 2010
seperti terlihat pada gambar 4 yang menggambarkan persentase tahapan terjadinya
menurut nilai LFG pasien kemoterapi geriatri berdasarkan formula
menunjukkan bahwa 40% kasus peresepan memiliki nilai LFG
59 ml/min/1,73 m2 yaitu pada tahap IIIA di mana terjadi
fungsi ginjal dalam tahap moderat, dengan atau tanpa tanda kerusakan
ginjal lainnya, sehingga dilakukan action plan berupa observasi dan kontrol
tekanan darah untuk mencegah risiko kardiovaskular (Knott, 2010).
kasus peresepan mempunyai nilai LFG ≥ 90 ml/min/1,73 m
nilai tersebut normal untuk pasien sehat. Pada tahap lainnya yaitu tahap IIIB
sebanyak 8% dan tahap IV dimana terjadi penurunan LFG berat terdapat
12%
24%
40%
8%
16%
0%
Tahap I
Tahap II
Tahap IIIA
Tahap IIIB
Tahap IV
Tahap V
39
Chronic Kidney Disease (CKD)Pasien Kemoterapi Geriatri dengan Pengobatan
di RSUP Dr.Sardjito Tahun 2010
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUP Dr.Sardjito tahun 2010
yang menggambarkan persentase tahapan terjadinya
menurut nilai LFG pasien kemoterapi geriatri berdasarkan formula MDRD.
memiliki nilai LFG
A di mana terjadi
fungsi ginjal dalam tahap moderat, dengan atau tanpa tanda kerusakan
berupa observasi dan kontrol
ar (Knott, 2010). Pada gambar
ml/min/1,73 m2,
nilai tersebut normal untuk pasien sehat. Pada tahap lainnya yaitu tahap IIIB
dimana terjadi penurunan LFG berat terdapat
Tahap I
Tahap II
Tahap IIIA
Tahap IIIB
Tahap IV
Tahap V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Pada tahap II dimana terjadi sedikit penurunan fungsi renal terdapat 24%
kasus peresepan, besarnya persentase kasus peresepan pada pasien di tahap ini
merupakan keadaaan fisiologis yang umum terjadi dan ditemui pada pasien
geriatri. Pada tahap ini dikatakan normal apabila tanpa adanya kerusakan ginjal,
jika dilakukan pemeriksaan rutin ≥3 bulan dengan hasil yang sama artinya adanya
tanda penyakit ginjal tahap awal. Oleh karena itu action plan pada pasien dengan
tahap II ini berupa perkiraan peningkatan kerusakan (NKF, 2010). Rockwood
(2010) menyatakan bahwa pada populasi geriatri umumnya terjadi penurunan
struktur dan fungsi ginjal seiring pertambahan usia dimana pada usia 75 tahun ke
atas 15-20% berat ginjal berkurang dibanding saat berusia 25 tahun.
Pernyataan bahwa persamaan MDRD cenderung tidak menggambarkan
fungsi normal atau mendekati normal sehingga terjadi perbedaan estimasi
kreatinin di laboratorium yang signifikan telah dinyatakan oleh The Renal
Association Founded (2002).
Berdasarkan data yang diperoleh NHANES III, setidaknya 25% populasi
geriatri Australia di atas 70 tahun mempunyai nilai LFG di bawah 60 ml/min/1,73
m2. Sepertiga dari populasi tersebut tidak mengetahui tentang dampak penurunan
LFG terhadap ginjal secara fungsional maupun struktural (Levey et al., 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 5. Persentase Tahapan terjadinyamenurut nilai LFG Pasien Kemoterapi Geriatri dengan Pengobatan
Antihiperurisemia berdasarkan Formula
Gambar 5 menunjukkan
LFG pasien kemoterapi geriatri berdasarkan formula
fungsi ginjal yang paling banyak diderita pasien kemoterapi geriatri adalah pada
tahap IIIB yaitu sebesar 44%
IIIA yaitu sebanyak 24%
terdapat sebanyak 8%, pada tahap V terdapat sebanyak 4%. Pasien pada tahap V
adalah pasien dengan gagal ginjal
ginjal (jika telah terjadi uremia)
. Persentase Tahapan terjadinya Chronic Kidney Diseasemenurut nilai LFG Pasien Kemoterapi Geriatri dengan Pengobatan
Antihiperurisemia berdasarkan Formula CG di RSUP Dr.Sardjito Tahun 2010
menunjukkan persentase tahapan terjadinya CKD
LFG pasien kemoterapi geriatri berdasarkan formula CG, tingkat penurunan
fungsi ginjal yang paling banyak diderita pasien kemoterapi geriatri adalah pada
yaitu sebesar 44% kasus, kemudian terbanyak kedua adalah pada tahap
IIIA yaitu sebanyak 24% kasus. Pada tahap IV terdapat 20%
terdapat sebanyak 8%, pada tahap V terdapat sebanyak 4%. Pasien pada tahap V
adalah pasien dengan gagal ginjal dan memerlukan action plan berupa terapi ganti
ginjal (jika telah terjadi uremia) (NKF, 2010).
0%
8%
24%
44%
20%
4%
Tahap I
Tahap II
Tahap IIIA
Tahap IIIB
Tahap IV
Tahap V
41
Chronic Kidney Disease (CKD)menurut nilai LFG Pasien Kemoterapi Geriatri dengan Pengobatan
di RSUP Dr.Sardjito Tahun 2010
CKD menurut nilai
, tingkat penurunan
fungsi ginjal yang paling banyak diderita pasien kemoterapi geriatri adalah pada
kemudian terbanyak kedua adalah pada tahap
kasus. Pada tahap IV terdapat 20%, pada tahap II
terdapat sebanyak 8%, pada tahap V terdapat sebanyak 4%. Pasien pada tahap V
berupa terapi ganti
Tahap I
Tahap II
Tahap IIIA
Tahap IIIB
Tahap IV
Tahap V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Tabel VI. Persentase Nilai LFG Kasus Peresepan pada Pasien Kemoterapi GeriatriBerdasarkan Formula MDRD dan CG yang Menggunakan Obat Antihiperurisemia
di RSUP Dr.Sardjito tahun 2010
Degree ofimpairment
LFG( ml/min/1.73 m2)
n (%)Formula
CGFormulaMDRD
Tahap I >90 0 (0%) 3 (12%)Tahap II 60-89 2 (8%) 6 (24%)Tahap IIIA 45-59 6 (24%) 10 (40%)Tahap IIIB 30-44 11 (44%) 2 (8%)Tahap IV 15-29 5 (20%) 4 (16%)Tahap V <15 1 (4%) 0 (0%)Total 25 (100%) 25 (100%)
Tabel VI menunjukkan bahwa sebagian besar kasus peresepan pada pasien
kemoterapi geriatri berada pada tahap III, baik pada tahap IIIA maupun IIIB,
berdasarkan perhitungan nilai LFG dengan formula CG dan MDRD. Berdasarkan
perhitungan nilai LFG dengan formula CG sebagian besar kasus peresepan pada
pasien kemoterapi geriatri berada pada tahap IIIB, IV, dan II sedangkan
berdasarkan perhitungan dengan metode MDRD sebagian besar berada pada tahap
IIIA, II, dan IV. Penelitian Smith, Lichtman, Bracken, Shlipak, Philips, dan Paul
(2006) menemukan hasil yaitu terdapat 29% dari 80098 sampel mengalami
penurunan fungsi ginjal tahap III (30-59 ml/min/1,73 m2) hingga tahap IV (15-29
ml/min/1,73 m2) di Amerika Serikat. Pasien dengan tahap III membutuhkan
action plan berupa evaluasi dan penanganan komplikasi dan untuk pasien dengan
tahap IV membutuhkan action plan berupa persiapan untuk terapi ganti ginjal
(NKF, 2010).
National Kidney Disease Education Program menganjurkan agar
laboratorium melaporkan nilai LFG di samping kadar kreatinin serum.
Rekomendasi ini diharapkan agar penyakit ginjal dapat dideteksi lebih dini di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
samping juga untuk perhitungan dosis obat yang sesuai dengan fungsi ginjal
pasien (NKF KDOQI, 2000).
Pada penelitian ini dilakukan analisis statistik untuk mengetahui ada atau
tidaknya perbedaan berbeda bermakna di antara formula MDRD dan CG. Peneliti
melakukan uji normalitas dan uji statistik. Pengolahan data penelitian dilakukan
secara deskriptif. Jumlah data digunakan sebagai dasar pemilihan analisis
normalitas. Data dalam penelitian ini berjumlah 25 kasus, oleh karena itu analisis
normalitas yang digunakan adalah analisis Shapiro-Wilk dengan kriteria distribusi
normal jika signifikansi (p)>0,05. Normalitas data juga dapat dilihat melalui
histogram. Histogram yang simetris dan tidak condong ke kiri ataupun condong
ke kanan menunjukkan data yang normal (Dahlan, 2009).
Hasil distribusi data dapat dilihat pada nilai signifikansi (p) = 0,324 untuk
nilai LFG berdasarkan formula CG, yang berarti distribusi normal. Histogram
yang diperoleh dari hasil penelitian terlampir pada lampiran 2. Histogram nilai
LFG berdasarkan formula CG bersifat simetris. Hasil distribusi data untuk nilai
LFG berdasarkan formula CG ini sesuai dengan kriteria normal distribusi gambar
dan nilai signifikansi atau nilai p. Hal yang perlu diperhatikan adalah distribusi
yang normal utamanya terlihat pada nilai p>0,05.
Hasil analisis data statistik menunjukkan bahwa distribusi data nilai LFG
berdasarkan formula MDRD tidak normal dengan nilai p=0,017. Data dengan
distribusi tidak normal dapat dilihat pada nilai median nilai minimum dan nilai
maksimum (Dahlan, 2009). Nilai median untuk nilai LFG berdasarkan formula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
MDRD adalah 56 ml/min/1,73 m2 dengan nilai minimum 16 ml/min/1,73 m2 dan
nilai maksimum 130 ml/min/1,73 m2.
Histogram nilai LFG berdasarkan formula MDRD tidak normal karena
cenderung miring ke kiri. Nilai LFG terendah adalah 16 ml/min/1,73 m2 yang
termasuk pada klasifikasi CKD tahap IV serta nilai LFG tertinggi adalah 130
ml/min/1,73 m2 yang termasuk dalam klasifikasi CKD tahap I (NKF, 2010).
Hasil distribusi data adalah normal untuk kelompok nilai LFG berdasarkan
formula CG dengan p=0,324 dan tidak normal untuk kelompok nilai LFG
berdasarkan formula MDRD dengan nilai p=0,017. Hasil analisis ini menjadi
dasar penggunaan analisis Mann-Whitney untuk membandingkan antara nilai LFG
berdasarkan formula CG dan MDRD. Analisis Mann-Whitney digunakan untuk
analisis membandingkan dua kelompok tidak berpasangan dan apabila distribusi
salah satu variabel tidak normal (Dahlan, 2009).
Perbedaan bermakna pada Mann-Whitney ditunjukkan dengan nilai
signifikansi atau p<0,05. Hasil yang didapatkan dari perhitungan data adalah
p=0,005 yang berarti terdapat perbedaan bermakna pada nilai LFG yang dihitung
dengan formula CG dan MDRD. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Fenty (2010) bahwa terdapat adanya perbedaan
yang bermakna rerata nilai klirens pada pasien geriatri yang dihitung berdasarkan
formula CG dan MDRD. Perbedaan yang bermakna antara kedua formula inilah
yang akan menimbulkan permasalahan di dalam praktek para klinisi untuk
menentukan formula mana yang lebih baik digunakan dalam praktek sehari-hari
bagi pasien kemoterapi geriatri dengan penurunan fungsi ginjal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
C. Penyesuaian Dosis Obat Antihiperurisemia Berdasarkan LFG
Antihiperurisemia merupakan terapi yang diberikan untuk mengatasi
peningkatan kadar asam urat dalam darah. Semua pasien kemoterapi geriatri di
RSUP DR. Sardjito tahun 2010 yang mendapatkan terapi antihiperurisemia
menggunakan obat yang sama yaitu allopurinol. Pengobatan dengan allopurinol
yang merupakan urate lowering agent golongan xanthine oxidase inhibitor
merupakan terapi lini pertama yang diperlukan pada terapi jangka panjang
hiperurisemia (Larocque,2009).
Allopurinol bekerja dengan menghambat xantin oksidase, enzim yang
mengubah hipoxantin menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat yang
merupakan produk akhir metabolisme purin pada manusia. Allopurinol
dimetabolisme di hati dan mempunyai waktu paruh 1 hingga 3 jam, tetapi
oxypurinol yang merupakan metabolit aktif dari allopurinol dan diekskresikan di
urin mempunyai waktu paruh yang lebih panjang yaitu 12 hingga 17 jam.
Oxypurinol juga bekerja sebagai inhibor xantin oksidase. Berdasarkan profil
farmakokinetika tersebut maka allopurinol biasanya diberikan sekali sehari dan
dosis yang dibutuhkan untuk menurunkan tingkat asam urat sebaiknya lebih
rendah pada pasien dengan nilai LFG yang rendah (Zawawy dan Mandell, 2010).
Obat ini mempunyai efek samping terutama reaksi alergi kulit, nyeri kepala serta
kerusakan hati dan ginjal juga pernah dilaporkan (Tjay dan Raharja, 2010).
Penyesuaian dosis allopurinol perlu dilakukan karena allopurinol dalam
bentuk utuh dikeluarkan melalui ginjal sebanyak 12% dan bentuk metabolit aktif
oxypurinol dikeluarkan sebanyak 76% melalui ginjal (DIH, 2008). Allopurinol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
merupakan salah satu obat yang banyak digunakan oleh pasien geriatri dalam
urate lowering theraphy.
Salah satu efek samping allopurinol adalah toksisitasnya pada ginjal yang
terkait dengan adanya gangguan metabolisme pirimidin. Pada sebuah penelitian
pada tikus yang menguji hubungan antara efek toksik allopurinol dan metabolisme
pirimidin ditemukan bahwa induksi allopurinol meningkatkan level plasma
transaminase pada tikus yang tersensitisasi dinitrofluorobenzene (DNFB) tidak
terpengaruh oleh uridin. Selain itu pada tikus normal yang diberikan allopurinol
pada dosis tinggi menunjukkan kelainan pada metabolisme pirimidin bersamaan
dengan toksisitas ginjal yang dapat diperbaiki dengan uridin. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pada dasarnya allopurinol dapat menyebabkan kelainan
metabolisme pirimidin yang dapat menyebabkan tokisisitas pada ginjal (Horiuchi,
2000).
Efek samping allopurinol banyak ditemukan pada pasien dengan
penurunan fungsi ginjal. Pembentukan kristaluria dan batu ditemukan bersama
dengan peningkatan Blood Urea Nitrogen (BUN). Terjadinya interstitial nefritis
akut karena hipersensitivitas dan granulomatosa nefritis juga telah dilaporkan.
Studi pada pasien dengan terapi allopurinol yang menginduksi terjadinya
kristaluria dan nefrolitiasis menunjukkan kalkuli urat yang disebabkan oleh
allopurinol beserta metabolitnya yaitu oxypurinol (Drugs.com, 2011). Alasan
tersebut menjelaskan perlunya penyesuaian dosis allopurinol terutama pada pasien
dengan penurunan fungsi ginjal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Gambar 6. Persentase Kasus Peresepan pada Pasien Kemoterapi Geriatri yangmemerlukan Penyesuaian Dosis dalam Pengobatan Antihiperurisemia yang
Mengalami Penurunan Nilai LFG <80ml/min/1,73 m2 apabila dihitung denganFormula CG dan MDRD di RSUP Dr.Sardjito tahun 2010
Dari gambar 6 diketahui dari 25 kasus peresepan pengobatan kemoterapi
geriatri yang menggunakan antihiperurisemia seluruhnya (100%) memerlukan
penyesuaian dosis jika dianalisis menggunakan formula CG. Sedangkan jika
dianalisis dengan formula MDRD terdapat 22 kasus peresepan (88%) yang
memerlukan penyesuaian dosis. Pasien kemoterapi geriatri yang memerlukan
penyesuaian dosis utamanya adalah pasien dengan penurunan LFG hingga kurang
dari 60 ml/min/1,73 m2 apabila dihitung dengan Formula CG dan MDRD. Pada
penelitian ini semua pasien kemoterapi geriatri menggunakan obat
antihiperurisemia yaitu allopurinol. Menurut Drug Information Handbook,
penyesuaian dosis untuk pengobatan allopurinol pada pasien geriatri dilakukan
apabila nilai LFG kurang dari 80 ml/min/1,73 m2 (DIH, 2008).
100%
0%
88%
12%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Perlu penyesuaian dosis Tidak perlu penyesuaian dosis
CG MDRD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Pada pasien geriatri terjadi penurunan fungsi ginjal (filtrasi glomerulus
dan sekresi tubuli). Penurunan glomerulus sekitar 30% pada usia 65 tahun.
Perubahan farmakokinetik lainnya adalah penurunan kapasitas metabolisme
beberapa obat, berkurangnya kadar albumin plasma (sehingga dapat
meningkatkan kadar obat bebas) pengurangan berat badan dari cairan tubuh, serta
penambahan lemak tubuh (sehingga dapat mengubah distribusi obat) dan
berkurangnya absorbsi aktif. Hasil dari semua perubahan ini adalah kadar obat
yang lebih tinggi dan bertahan lebih lama dalam darah dan jaringan. Waktu paruh
obat dapat meningkat sampai 50% (Katzung, 2004). Terkait dengan waktu paruh
yang panjang dari allopurinol dan metabolit aktifnya yaitu oxypurinol maka
penyesuaian dosis diperlukan untuk mencegah timbulnya kerusakan ginjal yang
lebih parah pada pasien kemoterapi geriatri dengan nilai LFG yang rendah.
Obat-obatan yang diekskresikan lewat ginjal yang diberikan kepada pasien
geriatri harus melalui tahap penyesuaian dosis terlebih dahulu, dengan indikasi
yang tepat dan dimonitoring kreatinin serumnya. Penyesuaian dosis pada pasien
dengan LFG yang telah mengalami penurunan perlu dilakukan karena penurunan
nilai LFG di bawah laju aliran darah ginjal akan meningkatkan fraksi filtrasi
(hiperfiltrasi). Kompensasinya berupa peningkatan tekanan pada glomeruli.
Tekanan berlebih ini akan memicu terjadinya glomerulosclerosis (Rooke, 2008).
Nilai LFG yang didapatkan dari formula MDRD dan CG dijadikan
pedoman untuk penyesuaian dosis pengobatan antihiperurisemia pada pasien
kemoterapi geriatri di RSUP Dr. Sardjito. Penyesuaian dosis antihiperurisemia
yaitu allopurinol dilakukan pada pasien dengan nilai kreatinin klirens di bawah 80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
ml/menit. Guideline yang digunakan sebagai dasar penyesuaian dosis allopurinol
adalah dari GlobalRPh.com (McAuley, 2011) yang merupakan situs kesehatan
tersertifikasi dan disusun oleh McAuley, seorang clinical pharmacist.
Penyesuaian dosis yang dilakukan kepada pasien kemoterapi geriatri yang
mendapatkan pengobatan antihiperurisemia di RSUP Dr. Sardjito dilakukan
berdasarkan nilai LFG yang kemudian disesuaikan dengan dosis obat yang sudah
ditentukan dari guideline berdasarkan nilai LFG masing-masing pasien.
Penyesuaian yang dilakukan dapat berupa pengurangan atau penambahan dosis
pasien berdasarkan nilai LFG yang dimiliki.
Gambar 7. Kesesuaian Dosis Penggunaan Antihiperurisemia pada PasienKemoterapi Geriatri Berdasarkan LFG dengan Formula CG di RSUP Dr. Sardjito
tahun 2010
Gambar 7 menunjukkan kesesuaian dosis antihiperurisemia berdasarkan
formula CG. Seluruh kasus peresepan memerlukan penyesuaian dosis obat
antihiperurisemia, dari keseluruhan kasus peresepan terdapat 17 kasus (68%) yang
mendapatkan pengobatan obat antihiperurisemia yang tidak sesuai dengan
68%
32%
Tidak Sesuai dosisSesuai dosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
guideline dan 8 kasus (32%) mendapatkan pengobatan yang sesuai dosis dengan
guideline.
Gambar 8. Kesesuaian Dosis Penggunaan Antihiperurisemia pada PasienKemoterapi Geriatri Berdasarkan LFG dengan Formula MDRD di RSUP Dr.
Sardjito tahun 2010
Gambar 8 menunjukkan kesesuaian dosis antihiperurisemia berdasarkan
LFG dengan formula MDRD. Terdapat 3 kasus peresepan (12%) yang tidak
memerlukan penyesuaian dosis antihiperurisemia, 6 kasus (24%) yang sudah
mendapatkan dosis yang sesuai dengan guideline, dan 16 kasus (64%)
mendapatkan dosis yang tidak sesuai dengan guideline.
Obat antihiperurisemia pada kelompok pasien yang memerlukan
penyesuaian dosis hendaknya dosisnya disesuaikan dengan nilai LFG masing-
masing pasien. Penelitian Kuo, Tsai, Tiao, Liu, Lee, dan Yang (2010) juga
menyatakan bahwa pasien dengan nilai LFG pada tahap CKD III, IV, dan V
mempunyai risiko peningkatan menjadi penyakit ginjal tahap akhir dengan
multivariable-adjusted odd ratio sebesar 1,56, 95% Cl (1,32-1,85).
64%
24%
12%
Tidak Sesuai dosis Sesuai dosis Tidak Perlu Penyesuaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Pada hasil penelitian diperoleh 25 kasus peresepan (100%) yang apabila
dihitung dengan formula CG seluruhnya membutuhkan penyesuaian dosis, hal ini
terkait dengan dosis maksimum yang memerlukan penyesuaian regimen dosis.
Penyesuaian dosis dapat dilakukan dengan penambahan maupun pengurangan
dosis antihiperurisemia. Terdapat 17 kasus (68%) yang dosisnya tidak sesuai
dengan guideline dimana 8 kasus (32%) membutuhkan penambahan dosis dan 9
kasus (36%) membutuhkan pengurangan dosis antihiperurisemia. Evaluasi kasus
peresepan yang memerlukan penyesuaian regimen dosis adalah sebagai berikut :
Tabel VII. Penyesuaian Regimen Dosis Pemberian Allopurinol sebagai Obat Antihiperurisemiaberdasarkan LFG yang dihitung dengan Formula CG
No.NilaiLFG
Dosis(mg)
Frekuensi Penyesuaian Dosis KD Keterangan
1 24 100 1x1 100-150 mg/hari S2 47 100 1x1 150-200 mg/hari TS Dosis kurang3 41 100 1x1 150-200 mg/hari TS Dosis kurang4 45 300 1x1 150-200 mg/hari TS Dosis berlebih5 55 300 1x1 150-200 mg/hari TS Dosis berlebih6 70 300 1x1 200-250mg/hari TS Dosis berlebih7 73 300 1x1 200-250 mg/hari TS Dosis berlebih8 11 300 1x1 100 mg/hari TS Dosis berlebih9 15 300 1x1 100 mg/hari TS Dosis berlebih10 17 300 1x1 100 mg/hari TS Dosis berlebih11 34 100 1x1 100-150 mg/hari S12 40 100 1x1 150-200 mg/hari TS Dosis kurang13 42 100 1x1 150-200 mg/hari TS Dosis kurang14 42 100 1x1 150-200 mg/hari TS Dosis kurang15 41 100 1x1 150-200 mg/hari TS Dosis kurang16 29 100 2x1 100-150 mg/hari TS Dosis berlebih17 39 100 2x1 100-150 mg/hari TS Dosis berlebih18 40 100 2x1 150-200 mg/hari S19 43 100 2x1 150-200 mg/hari S20 46 100 1x1 150-200 mg/hari TS Dosis kurang21 34 100 1x1 100-150 mg/hari S22 34 100 1x1 100-150 mg/hari S23 46 100 1x1 150-200 mg/hari TS Dosis kurang24 20 100 1x1 100-150 mg/hari S25 57 200 1x1 150-200 mg/hari S
Keterangan :LFG = Laju Filtrasi GlomerulusKD = Kesesuaian DosisS = dosis sesuaiTS = dosis tidak sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Pada hasil penelitian diperoleh 25 kasus peresepan (100%) yang apabila
dihitung dengan formula MDRD terdapat 3 kasus (12%) yang tidak memerlukan
penyesuaian dosis antihiperurisemia, 16 kasus (64%) mendapatkan pengobatan
antihiperurisemia yang tidak sesuai dosis dengan guideline dan 6 kasus (24%)
mendapatkan pengobatan antihiperurisemia yang sudah sesuai dosis dengan
guideline. Sebanyak 16 kasus (64%) yang dosisnya tidak sesuai dengan guideline
terdiri dari 11 kasus (44%) membutuhkan penambahan dosis dan 5 kasus (20%)
membutuhkan pengurangan dosis antihiperurisemia Evaluasi kasus peresepan
yang memerlukan penyesuaian regimen dosis adalah sebagai berikut :
Tabel VIII. Penyesuaian Regimen Dosis Pemberian Pemberian Allopurinol sebagai ObatAntihiperurisemia berdasarkan LFG yang dihitung dengan Formula MDRD
No.NilaiLFG
Dosis(mg)
Frekuensi Penyesuaian Dosis KD Keterangan
1 32 100 1x1 100-150 mg/hari S2 68 100 1x1 200-250 mg/hari TS Dosis kurang3 68 100 1x1 200-250 mg/hari TS Dosis kurang4 74 300 1x1 200-250 mg/hari TS Dosis berlebih5 93 300 1x1 S Tidak perlu penyesuaian6 125 300 1x1 S Tidak perlu penyesuaian7 130 300 1x1 S Tidak perlu penyesuaian8 16 300 1x1 100 mg/hari TS Dosis berlebih9 21 300 1x1 100-150 mg/hari TS Dosis berlebih10 25 300 1x1 100-150 mg/hari TS Dosis berlebih11 46 100 1x1 150-200 mg/hari TS Dosis kurang12 54 100 1x1 150-200 mg/hari TS Dosis kurang13 58 100 1x1 150-200 mg/hari TS Dosis kurang14 57 100 1x1 150-200 mg/hari TS Dosis kurang15 56 100 1x1 150-200 mg/hari TS Dosis kurang16 37 100 2x1 100-150 mg/hari TS Dosis berlebih17 52 100 2x1 150-200 mg/hari S18 54 100 2x1 150-200 mg/hari S19 59 100 2x1 150-200 mg/hari S20 67 100 1x1 200-250 mg/hari TS Dosis kurang21 46 100 1x1 150-200 mg/hari TS Dosis kurang22 46 100 1x1 150-200 mg/hari TS Dosis kurang23 67 100 1x1 200-250 mg/hari TS Dosis kurang24 29 100 1x1 100-150 mg/hari S25 64 200 1x1 200-250 mg/hari S
Keterangan :LFG = Laju Filtrasi GlomerulusKD = Kesesuaian DosisS = dosis sesuaiTS = dosis tidak sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Penyesuaian regimen dosis untuk allopurinol sebaiknya juga mengarah
pada frekuensi pemberian obat. Berdasarkan profil farmakokinetika allopurinol
yang mempunyai waktu paruh yang panjang dari metabolit aktifnya maka
allopurinol sebaiknya diberikan sekali sehari (Zawawy dan Mandell, 2010). Pada
penelitian ini terdapat 4 kasus peresepan yang frekuensi pemberian obatnya lebih
dari sekali sehari. Pada 4 kasus peresepan tersebut diketahui bahwa frekuensi
pemberian allopurinol diberikan 2x sehari. Penyesuaian pengaturan frekuensi
pemberian allopurinol diperlukan agar tidak semakin memperparah penurunan
fungsi ginjal pasien.
Hasil penelitian Hubner (2011) menyatakan bahwa penyesuaian dosis
berdasarkan estimasi nilai LFG menggunakan formula CG akurat dan aman untuk
pasien kanker paru yang mengalami penurunan fungsi ginjal. Hasil yang sama dan
lebih spesifik pada pengobatan dengan allopurinol ditunjukkan pada penelitian
Ruiz et al (2005) yaitu penyesuaian dosis allopurinol sebaiknya dilakukan
berdasarkan kreatinin klirens atau estimasi LFG menggunakan formula CG. Hal
tersebut dikarenakan formula CG cukup sensitif untuk mendeteksi penurunan
fungsi ginjal pasien sehingga risiko adanya overdosis pengobatan dengan
allopurinol dapat dicegah. Penggunaan formula CG untuk melakukan penyesuaian
dosis allopurinol khususnya bagi pasien kemoterapi geriatri yang mengalami
penurunan fungsi ginjal direkomendasikan oleh penelitian ini. Dengan adanya
rekomendasi ini diharapkan permasalahan yang timbul dalam penentuan
penggunaan formula untuk menghitung nilai LFG dan penyesuaian dosis
allopurinol dapat teratasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
D. Obat-obatan yang Menginduksi Hiperurisemia
Pengobatan kemoterapi pada pasien geriatri selain menggunakan
sitostatika juga menggunakan diuretika. Pada penelitian ini ditemukan penyebab
naiknya kadar asam urat dalam darah pada pasien kemoterapi geriatri yaitu akibat
penggunaan sitostatika dan diuretika. Sitostatika yang menyebabkan terjadinya
hiperurisemia dalam penelitian ini antara lain cyclophospamide (agen
pengalkilasi, kelompok chloroethylamine), cisplatin (agen pengalkilasi, kelompok
heavy metal), dan vincristin (mitotic spindle inhibitor, kelompok alkaloid vinka).
Obat diuretika yang digunakan dan menyebabkan hiperurisemia yaitu furosemid
dan hidrochlortiazide.
Tabel IX. Obat-obatan yang Menginduksi Hiperurisemia pada PengobatanKemoterapi Geriatri di RSUP Dr.Sardjito tahun 2010
Obat yang Menginduksi Hiperurisemia padaSetiap Kasus Pengobatan
Jumlah
Furosemid 2Cyclophospamide 1Cisplatin 8Hidrochlortiazide + Cyclophospamide +Vincristin
9
Cisplatin + Hidrochlortiazide 5Total 25
Pada penelitian terhadap pasien kemoterapi geriatri yang mendapatkan
pengobatan antihiperurisemia ditemukan kasus penggunaan furosemid sebanyak 2
kasus, penggunaan cyclophospamide sebanyak 1 kasus, penggunaan cisplatin
sebanyak 8 kasus, penggunaan kombinasi antara hidrochlortiazide,
cyclophospamide, dan vincristin sebanyak 9 kasus, dan penggunaan kombinasi
antara cisplatin dan hidrochlortiazide sebanyak 5 kasus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Furosemid merupakan diuretika yang termasuk dalam golongan loop
diuretik. Mekanisme kerja furosemid yaitu menghambat kotranspor Na+/K+/Cl-
dari membran lumen pada pars ascenden ansa henle sehingga reabsorpsi
Na+/K+/Cl- menurun. Penggunaan obat ini dapat menurunkan tingkat ekskresi
asam urat sehingga menyebabkan terjadinya efek samping hiperurisemia
(Drugs.com, 2011).
Penggunaan diuretika golongan thiazid juga dapat menyebabkan
terjadinya hiperurisemia. Hidrochlortiazid merupakan diuretika golongan thiazid
yang digunakan pada kasus peresepan penelitian ini. Mekanisme kerjanya adalah
bekerja pada tubulus distal untuk menurunkan reabsorpsi Na+ dengan
menghambat kotransporter Na+/Cl- pada membran lumen. Seperti furosemid,
hidrochlortiazid juga menurunkan tingkat ekskresi asam urat yang menyebabkan
terjadinya hiperurisemia (Drugs.com, 2011).
Hiperurisemia adalah kondisi yang umum terjadi pada pasien yang diobati
dengan diuretik loop atau thiazide dan mungkin selama periode waktu tertentu
dapat menyebabkan terjadinya artritis gout. Mekanisme retensi urat oleh ginjal
terjadi secara tidak langsung. Tubulus proksimal adalah tempat kerja utama dari
penanganan urat, baik reabsorpsi maupun sekresi terjadi di segmen ini, dengan
efek bersih terjadinya reabsorpsi sebagian besar urat yang tersaring. Diuretik
menurunkan ekskresi asam urat dengan meningkatkan reabsorpsi urat bersih, hal
ini dapat terjadi baik dengan meningkatkan reabsorpsi maupun menurunkan
sekresi. Terlepas dari mekanisme, pengurangan volume plasma memainkan peran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
penting pada respon ini. Pengurangan volume plasma mengakibatkan filtrasi
melalui glomerulus berkurang dan absorbsi oleh tubulus meningkat (Rose, 2007).
Hiperurisemia akibat retensi asam urat dapat terjadi pada semua diuretika,
kecuali amilorida. Amilorida bertitik kerja di bagian ujung tubulus distal dengan
menghambat penukaran ion Na+ dengan ion K+ dan H-. Hasilnya ialah
bertambahnya ekskresi Na+ (bersama Cl+karbonat), sedangkan pengeluaran
kalium berkurang. Berbeda dengan diuretika yang lain, obat ini tidak menekan
sekresi urat, melainkan menstimulasi sekresei asam urat sehingga mencegah
terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah (Tjay dan Raharja, 2010).
Hal tersebut melatarbelakangi bahwa penggunaan amilorida tidak menyebabkan
kondisi hiperurisemia sehingga obat tersebut aman digunakan pada pasien
kemoterapi geriatri yang membutuhkan pengobatan dengan diuretika.
Pada penelitian ini sitostatika yang menyebabkan hiperurisemia adalah
penggunaan cisplatin, cyclophospamide, dan vinkristin. Cisplatin dan
cyclophospamide termasuk dalam golongan agen pengalkil yang mempunyai
mekanisme kerja dengan menghambat sintesis DNA dan RNA, rantai-rantai DNA
di dalam inti sel saling dihubungkan dengan cross link sehingga pergandaan DNA
terganggu dan pembelahan sel dirintangi. (Tjay dan Raharja, 2010). Sedangkan
vinkristin termasuk dalam golongan mitotic spindle inhibitor, kelompok alkaloid
vinka yang mempunyai mekanisme kerja melibatkan depolimerisasi mikrotubulus
yang merupakan bagian penting dari sitoskeleton dan gelendong mitosis. Obat ini
mengikat terutama ke mikroprotein tubular tubulin dalam bentuk dimerik;
kompleks obat-tubulin bergabung ke ujung pembentuk mikrotubulus untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
menghentikan perangkaian, dan kemudian terjadi depolimerisasi mikrotubulus.
Hal ini menyebabkan penghentian mitosis pada saat metafase, terputusnya
gelendong mitosis, dan gangguan segregasi kromosom (Katzung, 2004). Pada
ketiga sitostatika tersebut terjadinya hiperurisemia disebabkan karena pemecahan
purin yang merupakan nukleoprotein. Metabolit purin tersebut diangkut ke hati
kemudian mengalami oksidasi menjadi asam urat. Kelebihan asam urat dibuang
melalui ginjal dan usus. Apabila sudah terjadi penurunan fungsi pada ginjal maka
sisa asam urat yang ada sulit untuk diekskresikan, akibatnya terjadi peningkatan
kadar asam urat dalam darah (Ganiswarna, 2003).
E. Jenis Kanker yang Menginduksi Terjadinya Hiperurisemia pada
Pengobatan Kemoterapi
Berbagai komplikasi terhadap pengobatan kemoterapi dapat terjadi, satu
diantaranya adalah Tumor Lysis Syndrom (TLS). TLS merupakan komplikasi yang
umum terjadi, sindrom ini ditandai dengan kelainan metabolit dan elektrolit
misalnya hiperurisemia (Seiter et al, 2011). Menurut penelitian Pession et al
(2008) TLS bisa terjadi secara spontan setelah 2 hingga 3 hari pemberian
kemoterapi dan biasanya terjadi pada jenis kanker yang tingkat proliferasinya
tinggi misalnya Lymphoma dan Leukemia. Selain kedua jenis kanker darah
tersebut, TLS juga dapat terjadi pada solid cancer setelah dilakukan pengobatan
kemoterapi. Jenis solid cancer yang diderita oleh pasien geriatri dan
memungkinkan terjadinya komplikasi berupa TLS setelah pengobatan kemoterapi,
antara lain kanker payudara, kanker paru, kanker usus, kanker rektum, kanker
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pada sel ginjal, kanker naso
dan kanker ovarium (Seiter
Patofisiologi terjadinya
melepaskan asam nukleat, kemudian terjadi metabolisme asam nukleat purin
(adenosine dan guanine) yang berlangsung di hati, dimana purin terdegradasi
menjadi xantin dan kemudian menjadi asam urat oleh adanya enzim xantin
oksidase. Terjadinya hiperurisemia ini dapat m
asam urat pada tubulus kolektivus ginjal dan pembuluh medular yang kemudian
dapat berkembang menjadi gagal ginjal akut (Pession
Gambar 9. Persentase Diagnosis Utama Pasien Kemoterapi Geriatri di RSUP Dr.
Gambar 9 menunjukkan persentase diagnosis utama pada pasien
kemoterapi geriatri di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010. Persentase terbesar terdapat
pada diagnosis berupa kanker nasofaring
sama sebesar 12,5% pada kanker p
12,5%
37,5 %
pada sel ginjal, kanker nasofaring, dan kanker orofaring, kanker hepatoselular,
dan kanker ovarium (Seiter et al, 2011).
Patofisiologi terjadinya TLS diperantarai oleh pecahnya sel tumor yang
asam nukleat, kemudian terjadi metabolisme asam nukleat purin
(adenosine dan guanine) yang berlangsung di hati, dimana purin terdegradasi
menjadi xantin dan kemudian menjadi asam urat oleh adanya enzim xantin
oksidase. Terjadinya hiperurisemia ini dapat menginduksi terjadinya kristalisasi
asam urat pada tubulus kolektivus ginjal dan pembuluh medular yang kemudian
dapat berkembang menjadi gagal ginjal akut (Pession et al, 2008).
Gambar 9. Persentase Diagnosis Utama Pasien Kemoterapi Geriatri di RSUP Dr.Sardjito tahun 2010
Gambar 9 menunjukkan persentase diagnosis utama pada pasien
di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010. Persentase terbesar terdapat
pada diagnosis berupa kanker nasofaring yaitu (37,5%) diikuti persentase yang
,5% pada kanker payudara, kanker usus, kanker rek
12,5%
12,5%
12,5%
12,5%12,5%
Adenocarcinoma rectum
Ca-Mammae
Ca-Collon
Ca-Oropharinx
Non Hodgkin Lymphoma
Ca-Nasopharinx
58
er hepatoselular,
diperantarai oleh pecahnya sel tumor yang
asam nukleat, kemudian terjadi metabolisme asam nukleat purin
(adenosine dan guanine) yang berlangsung di hati, dimana purin terdegradasi
menjadi xantin dan kemudian menjadi asam urat oleh adanya enzim xantin
enginduksi terjadinya kristalisasi
asam urat pada tubulus kolektivus ginjal dan pembuluh medular yang kemudian
, 2008).
Gambar 9. Persentase Diagnosis Utama Pasien Kemoterapi Geriatri di RSUP Dr.
Gambar 9 menunjukkan persentase diagnosis utama pada pasien
di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010. Persentase terbesar terdapat
diikuti persentase yang
ayudara, kanker usus, kanker rektum, kanker
Adenocarcinoma rectum
Mammae
Collon
Oropharinx
Non Hodgkin Lymphoma
Nasopharinx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
orofaring, dan lymphoma. Semua jenis kanker tersebut merupakan jenis kanker
yang mempunyai tingkat proliferasi yang tinggi sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Seiter et al (2011). Hal tersebut berisiko pada kejadian TLS yang
dapat menginduksi terjadinya hiperurisemia pada pasien kanker pasca kemoterapi.
Kejadian TLS yang berisiko pada kejadian hiperurisemia dapat terjadi secara tiba-
tiba, cepat, dan dampaknya fatal oleh karena itu penggunaan terapi preventif
dengan antihiperurisemia seperti allopurinol dan rascaburicase direkomendasikan
oleh penelitian Seiter (2011) dan Pession (2008) tujuannya adalah untuk
mencegah peningkatan sintesis asam urat dengan cara menghambat enzim xantin
oksidase.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Profil nilai LFG penggunaan antihiperurisemia pada pengobatan kemoterapi
geriatri di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010 berdasarkan formula MDRD dan CG.
Pada formula MDRD 3 kasus (12%) berada pada tahap I, 6 kasus (24%) pada
tahap II, 10 kasus (40%) pada tahap IIIA, 2 kasus (8%) pada tahap IIIB, 4 kasus
(16%) pada tahap IV, dan tidak terdapat kasus (0%) di tahap V.
Pada formula CG tidak terdapat kasus (0%) pada tahap I, 2 kasus (8%) pada tahap
II, 6 kasus (24%) pada tahap IIIA, 11 kasus (44%) pada tahap IIIB, 5 kasus (20%)
pada tahap IV, dan 1 kasus (4%) di tahap V.
2. Persentase kasus peresepan pada pasien geriatri yang mengalami penurunan LFG
<80 ml/min/1,73 m2 serta memerlukan penyesuaian dosis dalam penggunaan obat
antihiperurisemia pada pengobatan kemoterapi kanker di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta pada tahun 2010 sebesar 88% berdasarkan formula MDRD dan 100%
berdasarkan formula CG.
3. Dari total 25 kasus peresepan terdapat 16 kasus tidak sesuai dosis (11 kasus
memerlukan penambahan dosis dan 5 kasus memerlukan pengurangan dosis), 6
kasus dosisnya sesuai, dan 3 kasus tidak memerlukan penyesuaian dosis
berdasarkan nilai LFG menurut formula MDRD di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
pada tahun 2010. Sedangkan menurut formula CG terdapat 17 kasus tidak sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
dosis (8 kasus memerlukan penambahan dosis dan 9 kasus memerlukan
pengurangan dosis) dan 8 kasus dosisnya sudah sesuai.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang bersifat prospektif dan multicenter
pada beberapa rumah sakit rujukan untuk pasien kanker untuk mengetahui
perkembangan nilai LFG pada pasien kemoterapi geriatri sehingga ada
pemeliharaan ketepatan penyesuaian dosis yang diberikan pada terapi dan dapat
mengantisipasi kehadiran CKD.
2. Persentase terbesar nilai LFG pasien kemoterapi geriatri berada pada tahap III
dimana terjadi penurunan fungsi ginjal moderat sehingga perlu adanya observasi,
kontrol tekanan darah, dan risiko kardiovaskular serta evaluasi dan penanganan
komplikasi agar tidak memperparah kondisi penurunan fungsi ginjal pasien.
3. Penyesuaian regimen dosis allopurinol berdasarkan nilai LFG yang dihitung
dengan formula CG merupakan pilihan yang dianjurkan khususnya bagi pasien
kemoterapi geriatri yang mengalami penurunan fungsi ginjal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
DAFTAR PUSTAKA
Anjelin R., Arifin H., Raveinal, dan Darwin D., 2011, Analisa Drug RelatedProblems Pada Pasien Hiperurisemia di Bangsal Rawat Inap dan RawatJalan Penyakit Dalam RSUP DR. M. Djamil Padang, Skripsi,Universitas Andalas Padang.
Auckermann, U., 2002, Pretty Darned Quick Physiology, BC Decker Inc, Ontario,pp. 241-247.
Bosly, A., Sonet, A., Pinkerton, C. R., McCowage, G., Bron, D., Sanz, M. A., andBerg, H. V., 2003, Rasburicase (recombinant urate oxidase) for themanagement of hyperuricemia in patients with cancer,http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/cncr.11612/full, diaksestanggal 5 Maret 2011.
Clive, S., Faluyi, OO., Hayward, RL., and Masinghe, SP., 2011, Accuracy of GFRestimation by the Cockroft and Gault, MDRD, and Wright equations inOncology patients with renal impairment,http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21286862, diakses tanggal 20November 2011.
Cohen, H. J., 2005, American Geriatric Society,http://www.healthinaging.org/agingintheknow/chapters_ch_trial.asp?ch=54#top, diakses tanggal 10 November 2011.
Dahlan, M. S., 2009, Statistik Untuk Kedokteran Kesehatan, edisi 4, SalembaMedika, Jakarta.
David, C. D., 2010, Aging Changes in Organs-tissue-cell,http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/004012.htm, diaksestanggal 20 Oktober 2011.
Dedelis, S., 2007, Genetic and developmental anomalies, Genetic metabolicdiseases, Purine metabolism, http://www.humpath.com/?purine-metabolism, diakses tanggal 17 Desember 2011.
Dinas Kesehatan Propinsi DIY, 2008, Profil Kesehatan Propinsi D.I. YogyakartaTahun 2008, Dinas Kesehatan Propinsi DIY, Yogyakarta, pp. 11-12.
Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., and Posey,L. M., 2008, Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach, 7th
edition, McGrawHill, New York, pp. 714-729.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Drugs.com, 2011, Side Effects by Body System - for Healthcare Professionals,http://www.drugs.com/sfx/allopurinol-side-effects.html, diakses tanggal20 Desember 2011.
Drugs.com, 2011, Furosemide Disease Interactions,http://www.drugs.com/disease-interactions/furosemide.html, diaksestanggal 28 Desember 2011.
Elliyanti, A., 2007, Kesesuaian Nilai Laju Filtrasi Glomerulus Antara MetodeCockroft –Gault Dengan Metode In-vitro,http://repository.unand.ac.id/3576/1/Aisyah_Eliyanti.pdf, diaksestanggal 6 Maret 2011.
Fenty, 2010, Laju Filtrasi Glomerulus Pada Lansia Berdasarkan Tes KlirensKreatinin Dengan Formula Cockroft-Gault, Cockroft-GaultStandardisasi, dan Modification Of Diet In Renal Disease,http://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Penelitian/vol13no2mei2010/2010%20Mei_06%20Fenty.pdf, diakses tanggal 4Januari 2011.
Ganiswarna S., 2003, Farmakologi dan Terapi, edisi 4, UI Press, Jakarta, pp. 221,692.
Goodman dan Gilman, 2008, Dasar Farmakologi Terapi, edisi terjemahan 10volume 2, EGC, Jakarta, pp.1386.
Guyton dan Hall, 2006, Fisiologi Kedokteran, edisi terjemahan 11, Penerbit BukuKedokteranEGC, Jakarta, pp. 327.
Herdata, 2008, Cara Kerja Sitostatika dan Efek Sampingngnya,http://ebookfkunsyiah.wordpress.com/2008/09/04/cara-kerja-sitostatika-dan-efek-sampingnya/, di akses tanggal 5 Maret 2011
Hidayat, R., 2009, Gout dan Hiperurisemia, http://www.dexa-medica.com/images/gout_dan_hiperurisemia.pdf, diakses tanggal 10April 2011.
Horiuchi, H., 2000, Allopurinol induces renal toxicity by impairing pyrimidinemetabolism in mice,http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0024320500005324,diakses tanggal 10 Desember 2011.
Hubner, RA., 2011, Influence of co-morbidity on renal function assessment byCockcroft-Gault calculation in lung cancer and mesothelioma patientsreceiving platinum-based chemotherapy,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
http://www.lungcancerjournal.info/article/S0169-5002(11)00049-3/abstract, diakses tanggal 20 November 2011.
Ibrahim, H., Mondress, M., Tello, A., Fan, Y., Koopmeiners, J., and Thomas, W.,2005, An Alternative Formula to the Cockcroft-Gault and theModification of Diet in Renal Diseases Formulas in Predicting GFR inIndividuals with Type 1 Diabetes, http://jasn.asnjournals.org/content/16/4/1051.full.pdf, diakses tanggal 5 Maret 2011.
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, 2009, Penggunaan obat pada Pasien UsiaLanjut dalam Informasi Spesialit Obat Indonesia, edisi 44, PT. ISFIPenerbitan, Jakarta Barat, pp. 587.
Jogiyanto, 2008, Metodologi Penelitian Sistem Informasi, Penerbit Andi,Yogyakarta, pp. 89-90.
Johnson, D. W., 2005, Automated Reporting of LFG, Australian FamilyPsysician, 34(11), 926.
K/DOQI, 2002, Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease:Evaluation, Classification, And Stratification, Evaluation Of LaboratoryMeasurements For Clinical Assessment Of Kidney Disease,http://www.kidney.org/professionals/kdoqi/guidelines_ckd/p5_lab_g4.htm, diakses tanggal 9 Desember 2011.
Katzung, B. G., 2004, Basic and Clinical Pharmacology, 9th ed., Mc Graw-Hill,U.S., pp. 809-812.
Kimble, M. A. K., Young, L. Y., Alldredge, B. K., Corelli, R. L., Guglielmo, B.J., Kradjan, W. A., and William, B. R., 2008, Applied Therapeutics TheClinican Use of Drugs, Ninth Edition, Lippincott William & Wilkins,Philadelphia, 99-1 – 99-4.
Knott, L., 2010, Asssesing Renal Function, http://www.patient.co.uk/ doctor/Assessing-Renal-Function.htm, diakses tanggal 10 Maret 2011.
Krakoff, I.W., 2006, Use of Allopurinol in Preventing Hyperuricemia in Leukemiaand Lymphoma, http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/10970142(196611)19:11%3C1489::AID-CNCR2820191105%3E3.0.CO;2-F/abstract, diakses tanggal 10 November 2011.
Kuo, H., Tsai, S., Tiao, M., Liu, Y., Lee, I., and Yang, C., 2010, Allopurinol Useand The Risk for Progression of Chronic Kidney Disease,Pharmacoepidemiology and Drug Safety, 19(7), 745-751.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Lacy, C. F., Amstrong, L. L., Goldman, M. P., and Lance, L. L., 2008, DrugInformation Handbook, 17th ed., Lexi-Comp, U.S., pp.63-65
Larocque, PL., 2009, Gout and Hyperuricemia,http://www.aafp.org/online/etc/medialib/aafp_org/documents/cme/selfstudy/bulletins/gout-hyperuricemia.Par.0001.File.tmp/Gout.pdf, diaksestanggal 10 November 2011
Levey, A. S., Coresh, J., Greene, T., Stevens, L.A., Zhang, Y., Hendriksen, S.,Kusek, J. W., and Lente, F. V., 2006, Using Standardized SerumCreatinine Values in the Modification of Diet in Renal Disease StudyEquation for Estimating Glomerular Filtration Rate,http://www.annals.org/content/145/4/247.full, Ann Intern Med, 145:247–254, diakses tanggal 9 Desember 2011.
McAuley, 2003, Drug-induced hyperuricemia (common agents),http://globalrph.com/uricacid.htm, diakses tanggal 27 Desember 2011.
McAuley, 2011, Allopurinol - Zyloprim ® - Renal dosing,http://globalrph.com/allopurinol_renal.htm, diakses tanggal 10Desember 2011.
McLean, A. J. and Couteur, D. G., 2004, Aging Biology and Geriatric ClinicalPharmacology,http://pharmrev.aspetjournals.org/content/56/2/163.full.pdf+html,diakses tanggal 10Desember 2011.
Menkes, 2011, Layanan RSUP Dr. Sardjito, http://sardjitohospital.co.id/index.php?action=generic_content.main&id_gc=2, diakses tanggal 10 Maret2011.
National Kidney Foundation, 2010, Frequently Asked Questions About GFREstimates,http://www.kidney.org/professionals/kls/pdf/KBA_FAQs_AboutGFR.pdf, diakses tanggal 10 Desember 2011.
National Kidney Foundation Kidney Disease Outcome Quality Initiative (NKFKDOQI) Guidelines, 2000, Estimation of GFR, www.kdoqi.org, diaksestanggal 10 Desember 2010.
Notoatmodjo, S., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta,pp. 35-37.
Olyaei, A. J. and Bennett, W. M., 2009, Drug Dosing and Renal Toxicity in theElderly Patient, American Society of Nephrology, Chapter 9, 1-3.,http://www.asn-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
online.org/education_and_meetings/distancelearning/curricula/geriatrics/Chapter9.pdf, diakses tanggal 10 Maret 2011.
Patel, P., 2009, Glomerular Filtration Rate, http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/007305.htm, diakses tanggal 5 Maret 2011.
Pedone, C., Corsonello, A., and Incalzi RA., 2006, Estimating renal function inolder people : a comparison of three formulas,http://ageing.oxfordjournals.org/content/35/2/121.full.pdf+html, diaksestanggal 10 November 2010.
Pession, A., Melchionda, F., Castellini, C., 2008, Pitfalls, prevention, andtreatment of hyperuricemia during tumor lysis syndrome in the era ofrasburicase (recombinant urate oxidase),http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2727789/, diaksestanggal 14 januari 2012.
Rockwood, K., 2010, Aging Kidney, Medicine Encyclopedia, http://medicine.jrank.org/pages/947/Kidney-Aging.html, diakses tanggal 11 November2010.
Roderick, 2007, Detecting chronic kidney disease in older people;what are theimplications?,http://ageing.oxfordjournals.org/content/37/2/179.full.pdf+html, diaksestanggal 5 Maret 2011.
Rodgers, P.G., 2009, Glomerular Disease Primer : The Normal Kidney,http://www2.niddk.nih.gov/NIDDKLabs/Glomerular_Disease_Primer/KidneyDisease.htm diakses tanggal 20 Maret 2011.
Rooke A., Charles H., McLeskey, J.G., and Reves, 2008, GeriatricAnesthesiology, Springer Science Bussiness Media, USA, pp.101.
Rose, B.D., 2007, Diuretic-induced hyperuricemia and gout,http://www.uptodate.com/contents/diuretic-induced-hyperuricemia-and-gout#H3, diakses tanggal 1 Januari 2012.
Ruiz, P., Hernand, I., Villar, I., dan Nolla, J.M., 2005, Correction of Allopurinolshould be based on clearance of creatinine, but not plasma creatininelevels : another insight to allopurinol-related toxicity,http://journals.lww.com/jclinrheum/Abstract/2005/06000/Correction_of_Allopurinol_Dosing_Should_Be_Based.2.aspx, diakses tanggal 10Januari 2011.
Setiadi, 2007, Anatomi dan Fisiologi Manusia, Graha Ilmu, Yogyakarta, pp. 121-126.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Seiter, K.P., Sarlis, M.N., and Kim, E.S., 2011, Management of hyperuricemia inadults with or at risk of tumor lysis syndrome,http://www.communityoncology.net/articles/print-friendly/management-of-hyperuricemia-in-adults-with-or-at-risk-of-tumor-lysis-syndrome/5f8ff0011e.html?tx_ttnews[sViewPointer]=3, diakses tanggal14 Januari 2012.
Shargel, L., 2005, Applied Biopharmaceutics and Pharmacokinetics, 4th ed.,McGraw-Hill, New York, pp. 531-532.
Smets LA, Pinedo RM, Van De Velde CJH, 1999, Prinsip-Prinsip Kemoterapidalam Onkologi, edisi 5, Panitia Kanker RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta,pp.217.
Smith, G., Lichtman, J., Bracken, M., Shlipak, M., Phillips, C., Paul, B., et al,2006, Renal Impairment and Outcomes in Heart Failure: SystematicReview and Meta-Analysis, Journal of the American College ofCardiology, 47, 1987-1996.
Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., Adnyana, K., Setiadi, A.P., danKusnandar, 2008, ISO Farmakoterapi, ISFI, Jakarta, pp.646.
Sukardja, IDG., 2000, Onkologi Klinik, Airlangga University Press, Surabaya.
The Renal Association Founded, 2002, About eGFR, Confidence intervals,http://www.renal.org/whatwedo/InformationResources/CKDeGUIDE/AbouteGFR.aspx, diakses tanggal 27 Desember 2011.
Tjay, H.T., dan Rahardja K., 2010, Obat-obat Penting Khasiat Penggunaan danEfek-efek Sampingnya, Edisi 6, Gramedia, Jakarta, pp.208,214, 522,525.
Ugroseno, 2006, Kemoterapi Sitostatika, Pengobatan Untuk Melawan Kanker,http://www.infokanker.com/community.php?fkid=1&ic=4, diaksestanggal 1 Maret 2011.
Verhave, 2005, Estimation of Renal Function in Subjects with Normal SerumCreatinin Levels: Influence of Age and Body Mass Index, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16112041.htm, diakses tanggal 4 Maret2011
Walker, R., and Edwards, C., 2003, Clinical Pharmacy and Therapeutics, 3rd ed.,Churchill Livingstone, Philadhelphia, pp. 65.
Wibowo, 2005, Anatomi Tubuh Manusia, Gramedia, Jakarta, pp. 98.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Zawawy, H dan Mandell, B., 2010, Managing gout: How is it different inpatients with chronic kidney disease?,http://www.goodsamim.com/resprog/internalmedicine/Academic%20Half%20Day/Articles%202011-2012/919.full.pdf, diakses tanggal 16Desember 2011.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Lampiran 1. Data Kasus Penggunaan Antihiperurisemia beserta Dosis, Frekuensi, Usia, Jenis Kelamin, Tinggi Badan, Berat Badan,dan Pemeriksaan Serum Kreatinin yang digambarkan sebagai Profil nilai LFG Berdasar Formula CG dan MDRD di RSUP DR.
Sardjito tahun 2010
No. No. RMUsia
(tahun)
JK(P/L)
TB(cm)
BB(kg)
SCr(mg/dl)
NamaAntihiperurisemia
Dosis(mg)
FrekuensiGFR CG
(ml/min/1.73m2)
GFR MDRD(ml/min/1.73
m2)
AsamUrat
(mg/dL)1 01.14.90.69 72 L 165 55 2.16 Allopurinol 100 1x1 24 32
2 01.48.01.00 60 P 139 45 0.90 Allopurinol 100 1x1 47 68 8.0
3 01.50.26.73 61 P 166 40 0.90 Allopurinol 100 1x1 41 68 7.4
4 01.50.26.73 61 P 166 40 0.83 Allopurinol 300 1x1 45 74 8.5
5 01.50.26.73 61 P 166 40 0.68 Allopurinol 300 1x1 55 93 5.8
6 01.50.26.73 61 P 166 40 0.53 Allopurinol 300 1x1 70 125 2.8
7 01.50.26.73 61 P 166 40 0.51 Allopurinol 300 1x1 73 130 2.8
8 01.46.96.08 69 L 160 47 4.08 Allopurinol 300 1x1 11 16 13.7
9 01.46.96.08 69 L 160 47 3.15 Allopurinol 300 1x1 15 21 7.2
10 01.46.96.08 69 L 160 47 2.68 Allopurinol 300 1x1 17 25 4.1
11 01.45.86.81 68 L 156 55 1.61 Allopurinol 100 1x1 34 46 8.1
12 01.45.86.81 68 L 156 55 1.39 Allopurinol 100 1x1 40 54 7.0
13 01.45.86.81 68 L 156 55 1.31 Allopurinol 100 1x1 42 58 7.3
14 01.45.86.81 68 L 156 55 1.32 Allopurinol 100 1x1 42 57 5.8
15 01.45.86.81 68 L 156 55 1.35 Allopurinol 100 1x1 41 56 7.4
16 01.45.86.81 68 L 156 56 1.95 Allopurinol 100 2x1 29 37 10.3
17 01.45.86.81 68 L 156 56 1.43 Allopurinol 100 2x1 39 52 6.8
18 01.45.86.81 68 L 156 56 1.40 Allopurinol 100 2x1 40 54 4.9
19 01.45.86.81 68 L 156 56 1.31 Allopurinol 100 2x1 43 58 4.6
20 01.21.26.19 61 L 154 50 1.18 Allopurinol 100 1x1 46 67 5.6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
21 01.21.26.19 61 L 154 50 1.62 Allopurinol 100 1x1 34 46 7.4
22 01.21.26.19 61 L 154 50 1.62 Allopurinol 100 1x1 34 46 7.4
23 01.21.26.19 61 L 154 50 1.18 Allopurinol 100 1x1 46 67 5.6
24 01.45.53.99 61 L 160 45 2.43 Allopurinol 100 1x1 20 29 3.7
25 01.36.27.46 61 L 173 64 1.23 Allopurinol 200 1x1 57 64 6.2
Keterangan :No. RM = Nomor Rekam MedisJK = Jenis KelaminL = Laki-lakiP = PerempuanTB = Tinggi BadanBB = Berat BadanSCr = Kreatinin SerumGFR = Laju Filtrasi GlomerulusCG = Cockcroft-GaultMDRD = Modification of Diet in Renal Disease
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Lampiran 2. Uji Persebaran Data dan Uji Mann-Whitney Secara Statistik
Uji NormalitasDescriptives
Formula Statistic Std. Error
CG Mean 39.40 3.039
95%ConfidenceInterval forMean
Lower Bound 33.13
Upper Bound 45.67
5% Trimmed Mean 39.10
Median 41.00
Variance 230.833
Std. Deviation 15.193
Minimum 11
Maximum 73
Range 62
Interquartile Range 14
Skewness .205 .464
Kurtosis .386 .902
MDRD Mean 57.72 5.513
95%ConfidenceInterval forMean
Lower Bound 46.34
Upper Bound 69.10
5% Trimmed Mean 56.02
Median 56.00
Variance 759.793
Std. Deviation 27.564
Minimum 16
Maximum 130
Range 114
Interquartile Range 26
Skewness 1.130 .464
Kurtosis 1.851 .902
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Formula Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
CG .148 25 .161 .955 25 .324
MDRD .195 25 .016 .898 25 .017
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Mann-Whitney
Ranks
factor N Mean Rank Sum of Ranks
formula CG 25 19.72 493.00
MDRD 25 31.28 782.00
Total 50
Test Statisticsa
formula
Mann-Whitney U 168.000
Wilcoxon W 493.000
Z -2.806
Asymp. Sig. (2-tailed) .005
a. Grouping Variable: factor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Histogram nilai LFG berdasarkan formula CG
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Histogram nilai LFG berdasarkan formula MDRD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Lampiran 3. Data Kasus Penggunaan Antihiperurisemia beserta Usia, Jenis Kelamin, Kreatinin Serum dan Kesesuaian Dosisnya berdasar LFGdengan Formula CG di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010
No. No. RMUsia
(tahun)JK
(P/L)SCr
(mg/dL)
GFR CG(ml/min/1.73
m2)
NamaAntihiperurisemia
Dosis(mg)
FrekuensiKesesuaian
Dosis
PenyesuaianDosis yang
TidakSesuai
Keterangan
1 01.14.90.69 72 L 2.16 24 Allopurinol 100 1x1 S 100-150mg/hari
2 01.48.01.00 60 P 0.90 47 Allopurinol 100 1x1 TS 150-200mg/hari
Dosiskurang
3 01.50.26.73 61 P 0.90 41 Allopurinol 100 1x1 TS 150-200mg/hari
Dosiskurang
4 01.50.26.73 61 P 0.83 45 Allopurinol 300 1x1 TS 150-200mg/hari
Dosisberlebih
5 01.50.26.73 61 P 0.68 55 Allopurinol 300 1x1 TS 150-200mg/hari
Dosisberlebih
6 01.50.26.73 61 P 0.53 70 Allopurinol 300 1x1 TS 200-250mg/hari
Dosisberlebih
7 01.50.26.73 61 P 0.51 73 Allopurinol 300 1x1 TS 200-250mg/hari
Dosisberlebih
8 01.46.96.08 69 L 4.08 11 Allopurinol 300 1x1 TS 100mg/hari
Dosisberlebih
9 01.46.96.08 69 L 3.15 15 Allopurinol 300 1x1 TS 100mg/hari
Dosisberlebih
10 01.46.96.08 69 L 2.68 17 Allopurinol 300 1x1 TS 100mg/hari
Dosisberlebih
11 01.45.86.81 68 L 1.61 34 Allopurinol 100 1x1 S 100-150mg/hari
12 01.45.86.81 68 L 1.39 40 Allopurinol 100 1x1 TS 150-200mg/hari
Dosiskurang
13 01.45.86.81 68 L 1.31 42 Allopurinol 100 1x1 TS 150-200mg/hari
Dosiskurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
14 01.45.86.81 68 L 1.32 42 Allopurinol 100 1x1 TS 150-200mg/hari
Dosiskurang
15 01.45.86.81 68 L 1.35 41 Allopurinol 100 1x1 TS 150-200mg/hari
Dosiskurang
16 01.45.86.81 68 L 1.95 29 Allopurinol 100 2x1 TS 100-150mg/hari
Dosisberlebih
17 01.45.86.81 68 L 1.43 39 Allopurinol 100 2x1 TS 100-150mg/hari
Dosisberlebih
18 01.45.86.81 68 L 1.40 40 Allopurinol 100 2x1 S 150-200mg/hari
19 01.45.86.81 68 L 1.31 47 Allopurinol 100 2x1 S 150-200mg/hari
20 01.21.26.19 61 L 1.18 46 Allopurinol 100 1x1 TS 150-200mg/hari
Dosiskurang
21 01.21.26.19 61 L 1.62 34 Allopurinol 100 1x1 S 100-150mg/hari
22 01.21.26.19 61 L 1.62 34 Allopurinol 100 1x1 S 100-150mg/hari
23 01.21.26.19 61 L 1.18 46 Allopurinol 100 1x1 TS 150-200mg/hari
Dosiskurang
24 01.45.53.99 61 L 2.43 20 Allopurinol 100 1x1 S 100-150mg/hari
25 01.45.53.99 61 L 1.23 57 Allopurinol 200 1x1 S 150-200mg/hari
Keterangan :No.RM = Nomor Rekam MedisJK = Jenis KelaminL = Laki-lakiP = PerempuanSCr = Kreatinin Serum
GFR = Laju Filtrasi GlomerulusCG = Cockcroft-GaultS = Dosis Obat SesuaiTS = Dosis Obat Tidak Sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Kesesuaian Dosis Antihiperurisemia Berdasar LFG dengan Formula CG
Kesesuaian Dosis Jumlah Persentase (%)Tidak Memerlukan Penyesuaian 0 0%Tidak Sesuai dosis 17 68%Sesuai dosis 8 32%Total sampel 25 100 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Lampiran 4. Data Kasus Penggunaan Antihiperurisemia beserta Usia, Jenis Kelamin, Kreatinin Serum dan Kesesuaian Dosisnya berdasar LFGdengan Formula MDRD di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010
No. No. RMUsia
(tahun)JK
(P/L)SCr
(mg/dL)
GFRMDRD
(ml/min/1.73m2)
NamaAntihiperurisemia
Dosis(mg)
FrekuensiKesesuaian
Dosis
PenyesuaianDosis yang
TidakSesuai
Keterangan
1 01.14.90.69 72 L 2.16 32 Allopurinol 100 1x1 S 100-150mg/hari
2 01.48.01.00 60 P 0.90 68 Allopurinol 100 1x1 TS 200-250mg/hari
Dosiskurang
3 01.50.26.73 61 P 0.90 68 Allopurinol 100 1x1 TS 200-250mg/hari
Dosiskurang
4 01.50.26.73 61 P 0.83 74 Allopurinol 300 1x1 TS 200-250mg/hari
Dosisberlebih
5 01.50.26.73 61 P 0.68 93 Allopurinol 300 1x1 S Tidak perlupenyesuaian
6 01.50.26.73 61 P 0.53 125 Allopurinol 300 1x1 S Tidak perlupenyesuaian
7 01.50.26.73 61 P 0.51 130 Allopurinol 300 1x1 S Tidak perlupenyesuaian
8 01.46.96.08 69 L 4.08 16 Allopurinol 300 1x1 TS 100mg/hari
Dosisberlebih
9 01.46.96.08 69 L 3.15 21 Allopurinol 300 1x1 TS 100-150mg/hari
Dosisberlebih
10 01.46.96.08 69 L 2.68 25 Allopurinol 300 1x1 TS 100-150mg/hari
Dosisberlebih
11 01.45.86.81 68 L 1.61 46 Allopurinol 100 1x1 TS 150-200mg/hari
Dosiskurang
12 01.45.86.81 68 L 1.39 54 Allopurinol 100 1x1 TS 150-200mg/hari
Dosiskurang
13 01.45.86.81 68 L 1.31 58 Allopurinol 100 1x1 TS 150-200mg/hari
Dosiskurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
14 01.45.86.81 68 L 1.32 57 Allopurinol 100 1x1 TS 150-200mg/hari
Dosiskurang
15 01.45.86.81 68 L 1.35 56 Allopurinol 100 1x1 TS 150-200mg/hari
Dosiskurang
16 01.45.86.81 68 L 1.95 37 Allopurinol 100 2x1 TS 100-150mg/hari
Dosisberlebih
17 01.45.86.81 68 L 1.43 52 Allopurinol 100 2x1 S 150-200mg/hari
18 01.45.86.81 68 L 1.40 54 Allopurinol 100 2x1 S 150-200mg/hari
19 01.45.86.81 68 L 1.31 59 Allopurinol 100 2x1 S 150-200mg/hari
20 01.21.26.19 61 L 1.18 67 Allopurinol 100 1x1 TS 200-250mg/hari
Dosiskurang
21 01.21.26.19 61 L 1.62 46 Allopurinol 100 1x1 TS 150-200mg/hari
Dosiskurang
22 01.21.26.19 61 L 1.62 46 Allopurinol 100 1x1 TS 150-200mg/hari
Dosiskurang
23 01.21.26.19 61 L 1.18 67 Allopurinol 100 1x1 TS 200-250mg/hari
Dosiskurang
24 01.45.53.99 61 L 2.43 29 Allopurinol 100 1x1 S 100-150mg/hari
25 01.36.27.46 61 L 1.23 64 Allopurinol 200 1X1 S 200-250mg/hari
Keterangan :No. RM = Nomor Rekam MedisJK = Jenis KelaminL = Laki-lakiP = PerempuanSCr = Kreatinin Serum
GFR = Laju Filtrasi GlomerulusMDRD = Modification of Diet in Renal DiseaseS = Dosis Obat SesuaiTS = Dosis Obat Tidak Sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Kesesuaian Dosis Antihiperurisemia Berdasar LFG dengan Formula MDRD
Kesesuaian Dosis Jumlah Persentase (%)Tidak memerlukan penyesuaian 3 12%Tidak Sesuai dosis 16 64 %Sesuai dosis 6 24 %Total sampel 25 100 %
Regimen Dosis Obat Antihiperurisemia Untuk Geriatri Menurut Drug Information Handbook dan McAuley (www.globalrph.com)
Dosis pemeliharaan pasien gangguan ginjalCrCl
(ml/min)Dosis (mg)
>80 Dosis biasa (300 mg sehari)60-80 200-250 mg sehari40-60 150-200 mg sehari20-40 100-150 mg sehari10-20 100 mg sehari<10 100 mg setiap 1-2 hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Lampiran 5. Data Profil Umur Pasien Geriatri Penggunaan AntihiperurisemiaUmur Jumlah Pasien Persentase
Pasien(%)Elderly (60-75 tahun) 8 100Old (76-90 tahun) 0 0Very old (>90 tahun) 0 0Total 8 100
Lampiran 6. Data Derajat Penurunan Fungsi Ginjal Berdasarkan LFGDegree of
impairmentLFG ( ml/min/1.73
m2)Jumlah Persentase (%)
FormulaCG
FormulaMDRD
FormulaCG
FormulaMDRD
Stage 1 >90 0 3 0 12Stage 2 60-89 2 6 8 24Stage 3A 45-59 6 10 24 40Stage 3B 30-44 11 2 44 8Stage 4 15-29 5 4 20 16Stage 5 <15 1 0 4 0Total 25 25 100 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 7. Perbandingan antara Allopurinol, Probenesid, dan SulfinpirazonPerbandingan antara Allopurinol, Probenesid, dan Sulfinpirazonsebagai Uric Acid Lowering Treatments
82
Perbandingan antara Allopurinol, Probenesid, dan Sulfinpirazon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lampiran 8. Data Kasus Penggunaan Antihiperurisemia Pada Pasien Kemoterapi Geriatri beserta Diagnosis, Usia, Jenis Kelamin, Tinggi Badan, BeratBadan, Kadar Kreatinin Serum, Kadar Asam Urat, dan Obat-obatan yang menyebabkan penggunaan Antihiperurisemia
NoNo.
KasusNo. RM
DiagnosisUtama
TanggalPemeriksaan
Umur(tahun)
JK(L/P)
TB(cm)
BB(kg)
SCr(mg/dl)
As.Urat(mg/dl)
Obat
1. 01.14.90.69Adeno
CarcinomaRectum
12/08/2010 72 L 165 55 2,16
1.16-
20/08/201072 L 165 55
1. Furosemid2. Aspar k3. Lansoprazol4. Ultralet5. Diazepam 5 mg6. Allopurinol*7. Narfoz8. Ondansentron 4mg/AMP/ 2jam9. Primperan 1A/8jam
2. 01.48.01.00 Ca.mammae 12/7/2010 60 P 139 45 1,08 7,2
1.Dexamethason 4 Amp/iv 30 menitsblm kemoterapi,2. Setrovel 5 mg inj/iv 30 mnt sblmkemoterapi,3.Doxorubisin 76,8 mg bolus dgndialirkan NaCl 0,9%,4.Cyclofosfamide 768 mg dlm NaCl0,9% 100cc drip 30 mnt
02/09/2010 60 P 139 45 1 7,5
1. inj. Ondansentron 4 mg/24 jam2. Captopril 12,5 g 3X1,3. Aspar k 3X14.NaCl 0,9% 100cc gugur siklus 21 hari,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
6 siklus
2. 25/09/2010 60 P 139 45 0,9 8
1.Allopurinol 1X100*2.Ranitidin 2X13.Captopril 3X12,5 mg4. Ondansentron IA,5.nj. NaCl 0,9%,
3 01.50.26.73 Ca. colon 61 P 166 40 0,72 3,4
1. Diet TKTP2. Cisplatin 100 mg/m2 (hari 1) = 138 mg3. 5 FU 1000 mg/m2 (hari 1-5) = 1380mg
3. 3/12’10 61 P 166 40 0,9 7,4(bawa pulang):1. Kapsul garam 3 x 500 mg2. Allupurinol 1 x 100 mg*
4. 20/12’10 61 P 166 40 0,83 8,51.Allupurinol 1 x 300 mg*2.Aspark 3 x 1
5. 21/12’10 61 P 166 40 0,83 8,5
1. Diet TKTP + EPT via NGT2. Infuse NaCl 0,9% 20 tpm3. Allupurinol 1 x 300 mg*4. Parasetamol forte 3 x 1Regimen: Cisplatin 100 mg/m2 hari 1 5FU 1000 mg/m2 hari 1-5
6. 22/12’10 61 P 166 40 0,68 5,8 1. Allupurinol 1 x 300 mg*23/12’10 61 P 166 40 1. KSR 3 x 1
7. 27/12’10 61 P 166 40 0,51 2,8 1. Allupurinol 1 x 300 mg*
4. 01.46.96.08 Ca.oropharinx27/04/2010
69 L 160 47 1,39 71. Diet TKTP+EPT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
2. Inf NaCl 0,9 % 16 tpm
3. Trans PRC smp HB >10
28/04/2010 69 L 160 47 1. Captopril 3x12,5 mg
30/4/2010 1,47 6,5
1. Cisplatin 14 mg/m2 hari ke 12. 5 FU 144 mg/m2 hari ke 1-5
3. Amlodipin 1x100 g
4. Simvastatin 1x10 g
5. Captopril 3x25 mg
6. PCT 25 mg 1-0-0
1/5/2010 69 L 160 471. Her 1-0-02. Bisoprolol 1x2,5 mg
8. 11/5/2010 69 L 160 47 4,08 13,71. Allopurinol 1x300 j*2. E.V ekslulasi3. Valsortan 1x1
9. 12/5/2010 69 L 160 47 3,15 7,2 1. Allopurinol 1x300 j*
13/5/2010 2,69 4,81. Inj panso 1A/ 12jam2. Sucralfat syrup 3dd cth II
10. 14/5/2010 69 L 160 47 2,68 4,11. valsartan 1x162. allopurinol 1x300*
5. 01.45.86.81Non HodgkinLymphoma
14/2/2010 68 L 156 56
1. Captopril 2x12,5 mg2. HCT
3. Siklofosfamid 400mg/m2
4. Vincristin 1,4 mg/m2
5. Prednison 100mg/hari
25/2/2010 68 L 156 561,51 6,5 1. Diltiazem 3x30 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
15/3/201068 L 156 56
1.Leukokin 1 Amp/24 jam
18-23/3/201068 L 156 56
2. Ciprofloxacin 2x500mg
3. Dexametason 4 Ampul/24 jam
4. Ondansetron 1 Amp/24 jam
11.13/4/201014/4/2010
68 L 156 56 1,61 8,11.Allopurinol 1x100mg*
16/4/2010 68 L 156 56 1,42 7,2 1.HCT17/4/2010 68 L 156 56 1.Lisinopril 1x10 mg
19/4/2010 68 L 156 56
1.Amlodipin 1x5mg
2.Simvastatin 1x20 mg
3.Neurodex 1x1 tablet
12.6/5/2010
s/d12/5/2010
68 L 156 56 1,39 71.Allopurinol 1x100mg*
13.26/5/2010
s/d31/5/2010
68 L 156 56 1,31 7,31. Allopurinol 1x100mg*2. Noperten 1x10 mg
14.1/6/20102/6/2010
68 L 156 56 1,32 5,81.Allopurinol 1x100mg*
15. 4/6/2010 68 L 156 56 1,35 7,4 1.Allopurinol 1x100mg*
16.25/6/201026/6/2010
68 L 156 56 1,95 10,31.Allopurinol 2x100mg*
17. 29/6/2010 68 L 156 56 1,43 6,81.Allopurinol 2x100mg*
18.1/7/2010
s/d68 L 156 56 1,4 4,9
1.Allopurinol 2x100mg*2. HCT 1x 1 tablet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
3/7/201019. 5/7/2010 68 L 156 56 1,31 4,6 1.Allopurinol 2x100mg*
6 01.21.26.19Ca.
Nasopharinx12/4’10 61 L 154 50
1. Diet TKTP2. Infuse NaCl 0,9%Regimen: Paclitaxel 175 mg/m2(hari I) Cisplatin 100 mg/m2(hari I)Rencana 6 seri, interval 21 hari
15/4’10 61 L 154 50 1,15 5,8 HCT ½ -0-0PCT ½ -0-0
17/4’10 61 L 154 50 1,1 5,9
1. Dexamethasone inj 20 mg/iv2. Setrovel 1 amp/iv3. Pantozol 1 vial iv pelan4. Diphenhidramine 2 cc im5. ½ jam kemudian Paclitaxel 255,5 mg
dalam intralit 500 cc drip iv 3 jamdengan system PVC-free
6. NaCl 0,9% 1 liter (2 plabot) + 20mmol KCl + 2 g MgSO4 dalam 2 jamKet: tiap NaCl 0,9% 500 cc + 7,5 cc
KCl + 2,5 cc MgSO4/dalam 1 jam
7. Cisplatin 146 mg dalam NaCl 0,9%500 cc/ dalam 60 menit
8. NaCl 0,9% 3 liter (6 plabot) + 80mmol KCl + 8 g MgSO4 dalam 22jam
Ket: tiap NaCl 0,9% 500 cc + 10 cc KCl+ 5 cc MgSO4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
19/4’10 61 L 154 50 5,6Tramadol 2 x1 mg
20. 11/5’10 61 L 154 50 1,18 5,6
1. Captopril tab 3 x 12,5 mg2. Allupurinol 1 x 100 mg*3. Paclitaxel 175 mg/m2
4. Cisplatin 100 mg/m2
5. Rehidrasi6. Ranitidine 2 x 1
21. 12/5’10 61 L 154 50 1,62 7,4 1. Allupurinol 1 x 100 mg*22. 14/5’10 61 L 154 50 1,62 7,4 Allupurinol 100 mg/24 jam*23. 15/5’10 61 L 154 50 1,18 5,6 1. Allupurinol 100 mg/24 jam*
7. 01.45.53.99Ca.
Nasopharinx20/4’10 61 L 160 45 1,57 6,9
1. Diet TKTP2. Infuse NaCl 0,9% 20 tpmRegimen: Cisplatin 100 mg/m2
5 FU1000 mg/m2
3. Leukogen 1 A/24 jam4. HCT 25 mg 1 x 1
Transfuse PRC ≥ Hb = 10
21/4’10 61 L 160 451. Ciprofloxasin 2 x 750 mg2. Lisinopril 1 x 10 mg
24. 29/4’10 61 L 160 45 2,431. Allupurinol 1 x 100 mg*
KSR 1 x 1
8. 25. 01.36.27.46Ca.
Nasopharinx61 L 173 64 1.23 6.2
Allopurinol 1x200 mg*KCl 3x1, Inf NaCl, Lasix 1A/12 jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Keterangan :No. RM = Nomor Rekam MedisJK = Jenis KelaminL = Laki-lakiP = PerempuanTB = Tinggi BadanBB = Berat BadanAs. Urat = Kadar Asam Urat
*Obat antihiperurisemia yang digunakan pada pengobatankemoterapi geriatri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lampiran 9. Data Kasus Penggunaan Antihiperurisemia beserta Usia, Jenis Kelamin, Tinggi Badan, Berat Badan, Kadar KreatininSerum, Dosis, dan urutan dari Frekuensi Terendah hingga Tertinggi
No. No. RMUsia
(tahun)
JK(P/L)
TB(cm)
BB(kg)
SCr(mg/dl)
Nama AntihiperurisemiaDosis(mg)
Frekuensi
1 01.14.90.69 72 L 165 55 2.16 Allopurinol 100 1x1
2 01.48.01.00 60 P 139 45 0.90 Allopurinol 100 1x1
3 01.50.26.73 61 P 166 40 0.90 Allopurinol 100 1x1
4 01.50.26.73 61 P 166 40 0.83 Allopurinol 300 1x1
5 01.50.26.73 61 P 166 40 0.68 Allopurinol 300 1x1
6 01.50.26.73 61 P 166 40 0.53 Allopurinol 300 1x1
7 01.50.26.73 61 P 166 40 0.51 Allopurinol 300 1x1
8 01.46.96.08 69 L 160 47 4.08 Allopurinol 300 1x1
9 01.46.96.08 69 L 160 47 3.15 Allopurinol 300 1x1
10 01.46.96.08 69 L 160 47 2.68 Allopurinol 300 1x1
11 01.45.86.81 68 L 156 55 1.61 Allopurinol 100 1x1
12 01.45.86.81 68 L 156 55 1.39 Allopurinol 100 1x1
13 01.45.86.81 68 L 156 55 1.31 Allopurinol 100 1x1
14 01.45.86.81 68 L 156 55 1.32 Allopurinol 100 1x1
15 01.45.86.81 68 L 156 55 1.35 Allopurinol 100 1x1
16 01.21.26.19 61 L 154 50 1.18 Allopurinol 100 1x1
17 01.21.26.19 61 L 154 50 1.62 Allopurinol 100 1x1
18 01.21.26.19 61 L 154 50 1.62 Allopurinol 100 1x1
19 01.21.26.19 61 L 154 50 1.18 Allopurinol 100 1x1
20 01.45.53.99 61 L 160 45 2.43 Allopurinol 100 1x1
21 01.36.27.46 61 L 173 64 1.23 Allopurinol 200 1x1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
22 01.45.86.81 68 L 156 56 1.95 Allopurinol 100 2x1
23 01.45.86.81 68 L 156 56 1.43 Allopurinol 100 2x1
24 01.45.86.81 68 L 156 56 1.40 Allopurinol 100 2x1
25 01.45.86.81 68 L 156 56 1.31 Allopurinol 100 2x1
Keterangan :No. RM = Nomor Rekam MedisJK = Jenis KelaminL = Laki-lakiP = PerempuanTB = Tinggi BadanBB = Berat BadanSCr = Kreatinin Serum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 10. Kwitansi Pembayaran Biaya Pengambilan Data di RSUP Dr.
Lampiran 11. Kwitansi Pembayaran
. Kwitansi Pembayaran Biaya Pengambilan Data di RSUP Dr.Sardjito
Kwitansi Pembayaran Biaya Penelitian di RSUP Dr. Sardjito
92
. Kwitansi Pembayaran Biaya Pengambilan Data di RSUP Dr.
Biaya Penelitian di RSUP Dr. Sardjito
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 12.Permohonan IjPermohonan Ijin Penelitian di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
93
in Penelitian di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 13. Surat IjinSurat Ijin Pengambilan Data Rekam Medis di RSUP Dr. SardjitoYogyakarta
95
di RSUP Dr. Sardjito
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 14. PernyataanPernyataan Peneliti di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
96
Peneliti di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
BIOGRAFI PENULIS
Fransisca Dian Permanasari, penulis skripsi berjudulPenggunaan Antihiperurisemia pada PengobatanKemoterapi Geriatri Berdasarkan Laju FiltrasiGlomerulus Menggunakan Formula Modification of Dietin Renal Disease (MDRD) dan Cockcroft-Gault (CG) diRSUP Dr. Sardjito Tahun 2010, lahir di Magelang padatanggal 5 Februari 1990, merupakan putri bungsu daripasangan Herman Joseph Roedatin dan MI SunartiWahyuningsih Setiari.
Awal pendidikan ditempuh di TK MarsudiriniSanta Theresia (1994-1996). Selanjutnya penulismenempuh pendidikannya di SD Marsudirini Mater Dei(1996-2002), SMP Negeri 1 Muntilan (2002-2005), serta
masa SMA ditempuh di SMA Negeri I Muntilan (2005-2008). Lulus daripendidikan di tingkat SMA, penulis melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi diFakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (2008-2012). Selamamenempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata DharmaYogyakarta, penulis pernah mengikuti berbagai kegiatan kepanitiaan yaitu panitiaTitrasi tahun 2009 sebagai Sie Bandzen, panitia pelaksana dalam acara BaktiSosial Aksi Puasa Pembangunan Pengabdian Masyarakat tahun 2009 yangdiselenggarakan oleh BEMF, panitia Pelepasan Wisuda Fakultas Farmasi tahun2010 sebagai Koordinator Seksi Humas, selain itu penulis juga pernah mengikutiberbagai seminar seperti Seminar Nasional “Pemberdayaan Pasien Dalam SelfManagement Diabetes Mellitus untuk Meningkatkan Kualitas Hidup”, Seminar“Herbal Medicine”, dan berbagai kegiatan lain yang masih berada dalam lingkupFakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI