plagiat merupakan tindakan tidak terpujirepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_full.pdfpenulis...

178
i SUMBANGAN KATEKESE UMAT BAGI PRODIAKON MELALUI MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS DI PAROKI ROH KUDUS KEBONARUM, KLATEN, JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Winda Puspita Sari NIM: 071124014 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 12-Nov-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

i

SUMBANGAN KATEKESE UMAT BAGI PRODIAKON

MELALUI MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS

DI PAROKI ROH KUDUS KEBONARUM, KLATEN, JAWA TENGAH

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Winda Puspita Sari

NIM: 071124014

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2012

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

semua orang yang telah membantuku

dalam belajar dan penyelesaian skripsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

v

MOTTO

“Tetapi Ia berkata: ‘ Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah

dan yang memeliharanya’.”

(Luk 11:28)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat

karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan

daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 31 Juli 2012

Penulis

Winda Puspita Sari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta:

Nama : Winda Puspita Sari

NIM : 071124014

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul SUMBANGAN

KATEKESE UMAT BAGI PRODIAKON MELALUI MODEL SHARED

CHRISTIAN PRAXIS DI PAROKI ROH KUDUS KEBONARUM, KLATEN,

JAWA TENGAH beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya

memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan

royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta, 31 Juli 2012

Yang menyatakan,

Winda Puspita Sari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

viii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul SUMBANGAN KATEKESE UMAT BAGIPRODIAKON MELALUI MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS DI PAROKIROH KUDUS KEBONARUM, KLATEN, JAWA TENGAH. Judul ini dipilihberdasarkan kenyataan yang terjadi di Paroki Roh Kudus Kebonarum mengenaimasalah Katekese Umat. Kesadaran umat untuk mengikuti Katekese Umat mulaimenurun dan umat kurang terlibat aktif dalam proses katekese. Paroki Roh KudusKebonarum adalah salah satu dari sekian Paroki yang masih mengusahakan agarKatekese Umat selalu dekat dengan hidup umat. Dalam mendampingi katekese, selainkatekis dan guru agama, prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum juga ikut terlibatdalam memberikan pendampingan katekese bagi umat. Keprihatinan yang dihadapioleh Paroki Roh Kudus Kebonarum merupakan salah satu tantangan bagi penulis untukmencari solusi atas masalah tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakanpada prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum, diperoleh hasil bahwa metode yangdigunakan masih bersifat pengajaran atau dogmatis, dan pendampingan tentangkatekese masih terbatas, serta umat kurang terlibat selama proses berkatekese.

Katekese Umat yang sesungguhnya adalah katekese yang mengajak umat untukbertindak sebagai subyek dan bukan sebagai obyek. Peserta Katekese Umat tidak lagisebagai pendengar, dan pendamping katekese bertindak sebagai pengarah ataufasilitator. Komunikasi yang terjalin antara pendamping dan peserta adalah komunikasitimbal balik. Pendamping dalam proses katekese berperan untuk mengarahkan umatagar pembicaraan tetap terarah dan sesuai dengan tema. Hubungan yang terjadi antarapendamping dan peserta adalah hubungan yang sederajat. Katekese Umat terusmengalami perkembangan dan pokok pembicaraan yang dilaksanakan di tengah umatdiharapkan relevan dengan hidup umat. Shared Christian Praxis merupakan salah satumodel Katekese Umat yang dapat digunakan oleh pendamping katekese untukmembantu umat dalam mengungkapkan dan mendalami pengalaman hidupnya dandikonfrontasikan dengan Tradisi dan Visi Kristiani sehingga menjadi pengalaman imandan terarah pada suatu usaha tindakan konkret. Peran prodiakon dalam Katekese Umatmodel Shared Christian Praxis adalah mengarahkan umat agar dapat melihatpengalaman hidupnya menjadi pengalaman iman. Prodiakon mengajak umat untukmengungkapkan pengalaman hidupnya, merefleksikan pengalaman hidupnya lalumengkonfrontasikan pengalamannya dengan Tradisi dan Visi kristiani dan membawaumat untuk sampai pada suatu tindakan konkret yang akan diusahakan secara pribadidan bersama-sama.

Dengan penulisan skripsi ini, penulis hendak memberikan sumbanganpemikiran untuk perkembangan proses Katekese Umat di Paroki Roh KudusKebonarum. Penulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxissebagai salah satu model yang dapat digunakan oleh prodiakon dalam prosesberkatekese di tengah umat. Usulan program ini dilaksanakan dalam bentuk pelatihanyang berlangsung dengan suatu weekend. Pelatihan ini diharapkan dapat membantuprodiakon Paroki dalam proses katekese yang lebih baik dan dapat membantu umatdalam berkomunikasi antar mereka dan dengan Tuhan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

ix

ABSTRACT

This thesis is titled THE CONTRIBUTION OF PEOPLECATECHESES FOR THE PARISH ARCHDEACONS TO ENHANCECATECHESE ACTIVITIES THROUGH A MODEL OF SHARED CHRISTIANPRAXIS IN THE PARISH OF ROH KUDUS KEBONARUM, KLATEN, JAWATENGAH. It was chosen based on the fact that happens in Roh Kudus KebonarumParish about the participation of the Catholics to join catechese activities. TheCatholics’ awareness in joining the activities is decreasing time by time, causing themto be passively involved in the process of catecheses. The Roh Kudus KebonarumParish is one of those parishes which exert themselves in order to make peoplecatecheses close to the parishioners’ life. In conducting catecheses, beside catechistsand religion teachers, the archdeacons of Roh Kudus Kebonarum Parish are alsoinvolved in conducting catecheses to the people. The concern that is faced by the Parishis one of the writer’s challenges to seek out the solution of that problem. Based on aresearch conducted to the archdeacons of the Parish, the data collected shows that themethod used there is dogmatic, and the methods used in the process of catecheses thereis limited, also the Catholics are passively involved in the whole process of catecheses.

The real people catecheses is a look of catecheses which invites the people toact as a subject and not as an object of catecheses itself. In this catecheses participantsare no longer listeners, and a catechist should act as a guide or facilitators.Communication between the catechist and participants is a two-ways type ofcommunication. In the process of catecheses, an assistant’s responsibility is to guide theparticipants in order to make the conversation stays on the right track. The assistant andthe participants should build a same level of relationship. If so happens this will is keepgrowing time by time, and hopefully, the theme is relevant to the Christians’ daily life.Shared Christian Praxis is one of people catecheses models which can be used bycatechists assistant to help the Catholics in expressing and exploring their lifeexperiences and confronting them with the Christian Tradition and Vision, so it willbecome a experience of faith and be led to a concrete action. The archdeacons’ role inthis Shared Christian Praxis model is to guide the participants to be able to see their lifeexperiences as experiences of faith. They invite them to share their life experiences,reflect them and then confront them with Christian Tradition and Vision and to guidethem to plan in a concrete action which will be enacted individually or together withother people.This thesis is to present ideas for the development of people catecheses process in RohKudus Kebonarum Parish. The writer proposes a program of people catecheses usingShared Christian Praxis model as one of models that can be used by the parisharcdeacons in conducting catechetical activities in cat echism process. This programproposal is conducted in the form of training which is done in a weekend. Hopefully,this training can help the archdeacons of the parish to conduct a better catecheseprocess and can help the parishioners in communicating with God.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang setia menuntun pikiran, hati dan

hidup penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul SUMBANGAN

KATEKESE UMAT BAGI PRODIAKON MELALUI MODEL SHARED

CHRISTIAN PRAXIS DI PAROKI ROH KUDUS KEBONARUM, KLATEN,

JAWA TENGAH.

Skripsi ini berawal dari keprihatinan penulis yang ada di Paroki Roh Kudus

Kebonarum, mengenai masalah katekese. Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum

menjalankan tugas sebagai pelayan sabda dengan memberikan pendampingan katekese

kepada umat. Katekese yang hidup di tengah-tengah umat tidak lagi mengalami

kemajuan. Umat jarang mengikuti katekese disebabkan oleh kesibukan umat ataupun

proses katekese yang kurang dinamis. Keprihatinan tersebut membawa penulis untuk

mencari, meneliti, dan memberikan sumbangan yang berguna bagi umat dan prodiakon.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada:

1. Rm. Drs. M. Sumarno Ds, S.J., M.A., selaku dosen Pembimbing Skripsi, yang telah

memberikan banyak waktu, perhatian dan mendukung seluruh perjalanan penulis

untuk menyelesaikan skripsi di Prodi IPPAK.

2. Bapak Drs. Y.a.C.H. Mardirahardjo, selaku dosen Penguji sekaligus Dosen

Pembimbing Akademik, yang telah memberikan banyak perhatian dan mendukung

seluruh perjalanan penulis belajar di Prodi IPPAK.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

xi

3. Ibu Dra. Yulia Supriyati, M.Pd., selaku dosen penguji, yang telah berkenan

mendampingi penulis dalam penelitian serta memberikan semangat untuk

menyelesaikan skripsi ini.

4. Rm. Drs. H.J. Suhardiyanto, S.J. selaku Kaprodi IPPAK Universitas Sanata

Dharma yang senantiasa memberikan dukungan dalam seluruh proses belajar di

IPPAK.

5. Segenap Bapak, Ibu, Romo dosen dan seluruh staf karyawan prodi IPPAK

Universitas Sanata Dharma yang secara tidak langsung selalu memberikan

dorongan kepada penulis.

6. Rm. Al. Priyambono, Pr., (alm.), yang mengijinkan penulis untuk mengadakan

penelitian di Paroki Roh Kudus Kebonarum.

7. Rm. V. Kirjito, Pr., selaku Romo Kepala Paroki, yang memberikan dukungan dan

nasehat bagi penulis.

8. Rm. Ig. Nandi Winarto, Pr., yang berkenan mendampingi penulis dalam

menyelesaikan skripsi dan bersedia mendengarkan kesulitan penulis dalam

penelitian.

9. Bapak/Ibu Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum yang telah mengijinkan

penulis untuk mengadakan penelitian dan mendukung penulis dengan memberikan

data-data yang diperlukan selama penelitian.

10. Keluarga tercinta Bapak Mudjiono dan adik Natalia Merry Dellani, yang selalu

mendoakan dan memberikan dorongan untuk penulis dalam menyelesaikan kuliah.

11. Ibu Fransiska Sriyantiningrum (alm.) yang dengan kasih setianya selalu

memberikan inspirasi penulis untuk selalu menjadi orang yang lebih baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

xii

12. Keluarga besar Bapak Suharjo yang selalu memberikan dukungan berupa doa,

materi, dan nasehat selama penulis belajar di Prodi IPPAK.

13. Teman-teman angkatan 2007, “katekis bersemangat magis”, yang senantiasa

memberikan semangat dan dukungan kepada penulis selama belajar di IPPAK dan

saat menyelesaikan skripsi.

14. Teman-teman “tempo doeloe” yang selalu setia menemani penulis selama

menempuh studi di IPPAK.

15. Teman-teman Orang Muda Katolik dan Pendamping Pendamping Iman Anak dan

Remaja Paroki Roh Kudus Kebonarum yang selalu mendukung, memberikan

perhatian dan semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi.

16. Patricius Daru Nakula yang selalu mendukung penulis dan yang selalu memberikan

dukungan selama menempuh studi di IPPAK.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu

penulis terbuka akan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi

ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, 31 Juli 2012

Penulis

Winda Puspita Sari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv

MOTTO ...................................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI........................................ vii

ABSTRAK................................................................................................... viii

ABSTRACT ................................................................................................. xi

KATA PENGANTAR ................................................................................ x

DAFTAR ISI .............................................................................................. xiii

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ xix

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah......................................................................... 5

C. Pembatasan Masalah........................................................................ 5

D. Tujuan Penulisan ............................................................................. 5

E. Manfaat Penulisan ........................................................................... 6

F. Metode Penulisan............................................................................. 6

G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 7

BAB II. GAMBARAN KATEKESE UMAT YANG DILAKSANAKANOLEH PRODIAKON DI PAROKI ROH KUDUSKEBONARUM, KLATEN, JAWA TENGAH............................. 8

A. Gambaran Situasi Umum Prodiakon di Paroki Roh KudusKebonarum, Klaten, Jawa Tengah ................................................... 9

1. Situasi Umat Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, JawaTengah......................................................................................... 9

2. Situasi Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten,Jawa Tengah................................................................................ 10

B. Sumbangan Katekese Umat Bagi Prodiakon di Paroki RohKudus Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah ....................................... 11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

xiv

1. Persiapan Penelitian .................................................................... 11

a. Latar Belakang Penelitian .................................................... 11

b. Rumusan Permasalahan Penelitian ...................................... 11

c. Tujuan Penelitian ................................................................. 12

d. Manfaat Penelitian ............................................................... 12

e. Metode Penelitian ................................................................ 12

f. Waktu dan tempat penelitian................................................ 13

g. Responden Penelitian........................................................... 13

h. Instrumen Penelitian ............................................................ 14

i. Variabel Penelitian............................................................... 14

2. Laporan Hasil Penelitian ............................................................. 15

a. Identitas Responden .............................................................. 15

b. Gambaran Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum .......... 16

c. Pengetahuan Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarumtentang Katekese Umat ......................................................... 19

d. Gambaran Katekese Umat yang Dilaksanakan olehProdiakon .............................................................................. 22

e. Dukungan dan Kesulitan Prodiakon saat MelaksanakanKatekese Umat ...................................................................... 25

f. Manfaat Katekese Umat bagi Prodiakon............................... 26

g. Manfaat Katekese Umat bagi Umat ...................................... 27

h. Model Katekese Umat yang Relevan dengan HidupUmat bagi Prodiakon............................................................. 28

i. Harapan dan Usulan yang Dibutuhkan oleh Prodiakondalam Katekese Umat selanjutnya ........................................ 29

3. Hasil Wawancara ........................................................................ 30

a. Wawancara dengan Prodiakon............................................. 30

b. Wawancara dengan Sekretaris Prodiakon............................ 32

4. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 33

a. Identitas Responden .............................................................. 33

b. Gambaran Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum .......... 34

c. Pengetahuan Prodiakon Paroki Roh Kudus KebonarumTentang Katekese Umat ........................................................ 35

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

xv

d. Gambaran Katekese Umat yang Dilaksanakan olehProdiakon .............................................................................. 37

e. Dukungan dan Kesulitan Prodiakon saat MelaksanakanKatekese Umat ...................................................................... 38

f. Manfaat Katekese Umat bagi Prodiakon............................... 39

g. Manfaat Katekese Umat bagi Umat ...................................... 39

h. Model Katekese Umat yang Relevan dengan HidupUmat bagi Prodiakon............................................................. 40

i. Harapan dan Usulan yang Dibutuhkan oleh Prodiakondalam Katekese Umat selanjutnya ........................................ 40

5. Rangkuman Hasil Penelitian ....................................................... 41

BAB III. KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIANPRAXIS BAGI PRODIAKON .................................................... 43

A. Katekese Umat Model Shared Christian Praxis (SCP)................... 44

1. Katekese Umat ............................................................................ 45

c. Sejarah Singkat Perkembangan Katekese Umatdalam PKKI........................................................................... 45

d. Pengertian Katekese Umat .................................................... 48

e. Pola dan Isi Katekese Umat .................................................. 50

f. Peserta Katekese Umat.......................................................... 51

g. Pendamping Katekese Umat ................................................. 52

h. Suasana Katekese Umat ........................................................ 55

i. Tujuan Katekese Umat .......................................................... 56

j. Keunggulan Katekese Umat.................................................. 57

2. Shared Christian Praxis (SCP) sebagai salah satuModel Katekese Umat................................................................. 58

a. Pengertian Shared Christian Praxis (SCP) ........................... 59

b. Langkah-langkah Proses Shared Christian Praxis(SCP) ..................................................................................... 64

B. Prodiakon Paroki ............................................................................. 73

1. Sejarah Prodiakon Paroki ............................................................ 74

2. Tugas Prodiakon Paroki .............................................................. 75

3. Syarat Prodiakon Paroki.............................................................. 77

a. Memiliki Nama Baik sebagai Pribadi dan Keluarga............. 78

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

xvi

b. Diterima oleh Umat Setempat ............................................... 79

c. Memiliki Penampilan Layak ................................................. 79

4. Spiritualitas Prodiakon ................................................................ 80

a. Tugas pelayanan Prodiakon sebagai Panggilan Hidup ......... 80

b. Prodiakon Ambil Bagian dalam Karya PengudusanUmat oleh Allah .................................................................... 81

c. Prodiakon Menjalani Tugas Pelayanan sebagaiPersembahan Hidup .............................................................. 82

d. Prodiakon Menghidupi Semangat Doa yangMendalam dan Teratur .......................................................... 82

e. Prodiakon Rajin Mengikuti Perayaan EkaristiMendengarkan Sabda Allah dan Berdevosi .......................... 83

f. Prodiakon dapat Hidup Berbagi dan Peduli .......................... 84

g. Prodiakon Memiliki Semangat untuk Belajar terus .............. 85

C. Shared Christian Praxis sebagai Model Katekese Umatuntuk membantu Prodiakon dalam Berkatekese.............................. 85

1. Peran Prodiakon dalam Langkah 0 (Awal) ................................. 86

2. Peran Prodiakon dalam Langkah I (Pertama) ............................. 86

3. Peran Prodiakon dalam Langkah II (Kedua)............................... 87

4. Peran Prodiakon dalam Langkah III (Ketiga) ............................. 87

5. Peran Prodiakon dalam Langkah IV (Keempat) ......................... 88

6. Peran Prodiakon dalam Langkah V (Kelima) ............................. 89

BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE UMAT MODELSHARED CHRISTIAN PRAXIS BAGI PRODIAKONPAROKI ROH KUDUS KEBONARUM................................... 90

A. Latar Belakang Penyusunan Program Katekese UmatModel Shared Christian Praxis (SCP) Bagi ProdiakonParoki Roh Kudus Kebonarum........................................................ 90

B. Alasan Pemilihan Tema dan Tujuan................................................ 91

C. Penjabaran Program Pendampingan Prodiakon Paroki RohKudus Kebonarum ............................................................................. 92

D. Petunjuk Pelaksanaan Program........................................................ 95

E. Uraian Pokok-pokok Materi untuk Pembinaan KatekeseUmat Model Shared Christian Praxis (SCP) bagiProdiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum ...................................... 95

1. Identitas ....................................................................................... 95

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

xvii

a. Tema...................................................................................... 95

b. Tujuan ................................................................................... 95

c. Peserta ................................................................................... 96

d. Penanggungjawab ................................................................. 96

e. Tempat................................................................................... 96

f. Hari/tanggal........................................................................... 96

g. Waktu .................................................................................... 96

h. Metode................................................................................... 96

i. Sarana .................................................................................... 96

j. Sumber bahan........................................................................ 96

k. Jadwal kegiatan ..................................................................... 97

2. Pemikiran Dasar .......................................................................... 98

3. Langkah-langkah Pengembangan ............................................... 98

a. Pertemuan I ........................................................................... 98

b. Pertemuan II .......................................................................... 100

c. Pertemuan III......................................................................... 104

d. Pertemuan IV ........................................................................ 111

e. Pertemuan V.......................................................................... 122

f. Pertemuan VI ........................................................................ 124

g. Pertemuan VII ....................................................................... 128

BAB V. PENUTUP ..................................................................................... 130

A. Kesimpulan ...................................................................................... 130

B. Saran ................................................................................................ 132

1. Bagi Paroki.................................................................................. 132

2. Bagi Prodiakon............................................................................ 133

3. Bagi Seksi Pewartaan .................................................................. 133

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 134

LAMPIRAN ................................................................................................ 136

Lampiran 1: Daftar Nama Lingkungan ................................................... (1)

Lampiran 2: Data Umat Paroki Roh Kudus Kebonarum ........................ (2)

Lampiran 3: Data Umat Paroki Roh Kudus Kebonarum berdasarkanJenis Kelamin ..................................................................... (3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

xviii

Lampiran 4: Data Umat Paroki Roh Kudus Kebonarum yangTerlibat Aktif dalam Kegiatan Menggereja ....................... (4)

Lampiran 5: Daftar Nama Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum.... (5)

Lampiran 6: Kuesioner Penelitian untuk Prodiakon ............................... (6)

Lampiran 7: Pedoman Wawancara I dengan prodiakon Paroki RohKudus Kebonarum ............................................................. (14)

Lampiran 8: Hasil Wawancara I dengan prodiakon Paroki Roh KudusKebonarum......................................................................... (15)

Lampiran 9: Pedoman Wawancara II dengan prodiakon Paroki RohKudus Kebonarum ............................................................. (18)

Lampiran 10: Hasil Wawancara II dengan prodiakon Paroki RohKudus Kebonarum ............................................................ (19)

Lampiran 11: Teks Lagu Pembukaan ..................................................... (21)

Lampiran 12: Teks Kitab Suci ................................................................ (22)

Lampiran 13: Teks Lagu Penutup ........................................................... (23)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

xix

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini diambil dari Kitab Suci

Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada

Umat Katolik Indonesia oleh Ditijen Bimas Katolik Departemen Agama Republik

Indonesia dalam rangka PELITA 1V). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

AA : Apostolicam Actuocitatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang

Kerasulan Awam, 7 Desember 1965.

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Yohanes Paulus II

kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang

katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

DCG : Directorium Catechisticum Generale, Direktorium Kateketik

Umum yang dikeluarkan oleh Kongregasi Suci para Klerus, 11

April 1971.

EN : Evangelii Nuntiandi, Imbauan Apostolik Paulus VI tentang karya

pewartaan Injil dalam jaman modern, 8 Desember 1975.

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh

Paus Yohanes Paulus II pada 25 Januari 1983.

C. Singkatan Lain

Ansos : Analisis Sosial

Art : Artikel

Bdk : Bandingkan

Hal : Halaman

IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Kan : Kanon

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

xx

KAS : Keuskupan Agung Semarang

KBG : Komunitas Basis Gerejani

Komlit : Komisi Liturgi

KU : Katekese Umat

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

LCD : Liquid Crystal Display

SCP : Shared Christian Praxis

S.d : Sampai dengan

PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia

Rm : Romo

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam tugas perutusan, “Gereja melanjutkan dan mengambil bagian dalam

tritugas Yesus Kristus, yakni tugas nabi, tugas imami, dan tugas rajawi” (KWI, 1996:

382). Di dalam menjalankan tugas kerasulan, kaum awam diharapkan dapat terlibat

dalam tritugas Yesus. “Bahkan situasi sekarang ini jelas memerlukan kerasulan mereka

yang lebih intensif dan lebih luas” (AA, art. 1). Situasi global dunia dan situasi umat

mengharuskan peran serta kaum awam untuk terlibat dalam tugas pelayanan Gereja.

Harapan tersebut menandakan bahwa tugas kerasulan tidak hanya menjadi kewajiban

bagi kaum berjubah (imam, biarawan/biarawati). Kaum awam saat ini sangat berperan

dalam tugas nabi sebagai pewarta Kerajaan Allah di tengah-tengah umat. “Ini

merupakan suatu tugas dan perutusan, yang semakin lebih mendesak karena perubahan-

perubahan yang meluas dan mendalam di dalam masyarakat zaman sekarang ini” (EN,

art. 14).

Katekese merupakan bentuk pelayanan sabda yang sering digunakan dan

didapatkan baik di Lingkungan, Wilayah maupun Paroki. Di dalam tugas pelayanan

sabda, katekese merupakan salah satu pokok pewartaan Injil. Katekese menjadi tonggak

utama meluasnya Gereja di tengah dunia ini. Katekese muncul dan hidup di tengah-

tengah umat. Katekese sesungguhnya adalah dari umat, oleh umat dan untuk umat.

Katekese ini sering disebut sebagai Katekese Umat yang juga menjadi proses yang

terus berkelanjutan dalam PKKI (Pertemuan Kateketik Keuskupan se-Indonesia). Hal

ini juga menjadi kelanjutan dari gambaran Gereja masa kini yang diantaranya adalah

Gereja sebagai Umat Allah. Umat Allah dipanggil dan dipilih untuk Tuhan dan dunia

(Lalu, 2007: 50). Katekese Umat diwujudkan secara konkret dalam persekutuan umat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

2

yang berbeda status sosial, budaya, fungsi, tetapi sama dalam martabatnya (Lalu, 2007:

52). Dalam Katekese Umat, semua umat yang menjadi peserta katekese adalah

sederajat. Dalam proses katekese, tidak ada peserta yang diunggulkan ataupun yang

direndahkan.

Katekese Umat menjadi kerinduan umat untuk menjawab kehausan iman,

sekaligus salah satu wadah dimana umat dapat saling mengkomunikasikan

pengalamannya dalam terang Injil dengan saudara seiman sehingga umat saling

meneguhkan satu sama lain dan diperkaya oleh kesaksian iman. Katekese Umat

merupakan komunikasi iman. Komunikasi iman dalam katekese mampu melibatkan

peserta dalam proses katekese. Dalam hal ini, katekese menawarkan beberapa model

yang dapat digunakan untuk berkatekese bersama dengan umat. Model yang

ditawarkan antara lain katekese model biblis, katekese pengalaman hidup, katekese

campuran (biblis dan pengalaman hidup), katekese ANSOS dan masih banyak model

katekese yang dapat digunakan dalam proses berkatekese. Katekese model pengalaman

hidup yang menekankan pada pengalaman hidup umat merupakan salah satu katekese

yang mengajak umat untuk ikut terlibat aktif sebagai subyek dalam proses katekese.

Katekese model pengalaman hidup adalah pendekatan yang paling relevan dengan

hidup umat sehari-hari. Pengalaman hidup yang diungkapkan oleh umat dapat semakin

meneguhkan satu sama lain. Katekese yang bertolak dari pengalaman hidup umat,

tentunya mengangkat keprihatinan umat dalam hidup sehari-hari. Dengan mengalami

sesuatu secara pribadi atau dengan turut mengalami apa yang dialami orang lain,

manusia mampu sampai pada tingkat pertemuan yang menentukan dengan Yang Ilahi,

bahkan dengan sadar terpikat pada-Nya secara pribadi (Telaumbanua, 1999: 129).

Katekese model pengalaman hidup memberikan salah satu alternatif untuk

berkatekese, yaitu Shared Christian Praxis yang dapat disingkat menjadi SCP. Shared

Christian Praxis menekankan proses berkatekese yang bersifat dialogal dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

3

partisipasif. Proses ini mendorong peserta untuk mengkonfrontasikan antara “tradisi”

dan “visi” hidup mereka dengan “Tradisi” dan “Visi” kristiani, agar baik secara pribadi

maupun bersama, mampu mengadakan penegasan dan mengambil keputusan demi

terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia yang terlibat dalam

dunia (Sumarno Ds, 2009b: 14). Dan akhirnya proses katekese model Shared Christian

Praxis yang juga menekankan pendalaman pengalaman hidup mampu membawa umat

untuk semakin menyadari perjumpaan dengan Allah.

Demi mewujudkan katekese yang mampu membawa umat pada yang Ilahi,

maka para pelayan sabda diharapkan dapat menjawab panggilan Allah tersebut dalam

perkataan dan hidup pelayan sabda sebagai salah seorang yang menjadi teladan bagi

umat. “Itu berarti bahwa seorang pelayan sabda dituntut dekat dengan Dia yang

diwartakannya; nasib Yang diwartakannya akan menjadi nasibnya; penderitaan menjadi

bagian hidupnya; ia diutus dan ‘diserahkan’ kepada umat yang mendengar

pewartaannya dan harus memiliki komitmen utuh kepada umat” (KWI, 1996: 390).

Tugas pelayan sabda tentunya ditujukan bagi semua orang yang karena-Nya terpanggil

untuk menjadi pewarta Kerajaan Allah di tengah-tengah umat. Dahulu, tugas pelayan

sabda khususnya katekese menjadi tugas dari golongan khusus seperti golongan imam

dan biarawan/biarawati. Seiring perkembangan Gereja dalam tugas perutusannya,

Gereja juga memberi kesempatan kepada mereka para kaum awam, khususnya katekis

untuk bersama-sama menjalankan tugas pelayanan sabda dengan para pendahulu. Di

tengah arus zaman saat ini, tidak cukuplah jika yang bergerak dalam tugas pelayanan

sabda hanyalah para katekis lalu para golongan imam ataupun biarawan/biarawati maka

prodiakon yang selaku asisten imam dalam bidang liturgi, juga dipanggil untuk

mewartakan Kerajaan Allah. Walaupun masih banyak yang menganggap bahwa

seorang prodiakon hanya sebagai asisten imam, tetapi peran prodiakon di dalam

menghidupi umat dengan Sabda Allah juga sangat penting. Prodiakon sebagai salah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

4

satu yang menjadi fasilitator dalam proses katekese, juga diharapkan dapat memahami

makna, tujuan dan proses yang sesuai dengan konteks hidup umat peserta katekese.

Paroki Roh Kudus Kebonarum merupakan salah satu paroki yang mengajak

prodiakon untuk terlibat dalam tugas pewartaan Gereja. Di samping sebagai asisten

imam, prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum juga memberikan katekese, seperti

pendalaman iman di Lingkungan, memandu bulan Kitab Suci Nasional, dan masih

banyak kegiatan katekese yang mengajak prodiakon untuk ikut terlibat. Dengan melihat

kenyataan yang ada, prodiakon belum mampu untuk membawa proses katekese yang

ideal, dimana komunikasi iman yang diharapkan belum terjadi. Dibandingkan dengan

umat, prodiakon lebih banyak mengambil peran dalam proses katekese. Sehingga

katekese yang dicita-citakan seperti katekese oleh umat, dari umat dan untuk umat

belum dapat terlaksana dengan baik. Dalam tugas pewartaannya, seringkali prodiakon

hanya bersifat pengajaran atau dogmatis saja. Padahal dalam proses katekese yang

seharusnya terjadi adalah, adanya komunikasi iman antara fasilitator dengan umat, lalu

umat dengan umat. Dalam hal ini, katekese model Shared Christian Praxis

menawarkan suatu bentuk katekese yang menekankan pada komunikasi iman.

Komunikasi iman dalam model Shared Christian Praxis dapat dilihat dari adanya

proses tukar pengalaman hidup yang dilihat dalam terang iman.

Dari keprihatinan diatas, penulis mencoba untuk memberikan sumbangan yang

sekiranya dapat bermanfaat bagi prodiakon di dalam melaksanakan katekese sehingga

proses katekese dapat menjadi lebih hidup dan bermakna bagi umat serta bagi

prodiakon pribadi. Dari skripsi Sumbangan Katekese Umat bagi Prodiakon melalui

Model Shared Christian Praxis di Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa

Tengah, para prodiakon diharapkan dapat terinspirasi untuk melaksanakan katekese

seperti apa yang dituju oleh Katekese Umat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

5

B. Identifikasi Masalah

1. Keprihatinan-keprihatinan apa yang ditemui oleh prodiakon Paroki Roh Kudus

Kebonarum saat berkatekese di tengah umat?

2. Apa yang menjadi tugas prodiakon dalam Katekese Umat model Shared Christian

Praxis?

3. Usaha-usaha apa yang akan dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan dan

ketrampilan prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum dalam Katekese Umat?

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang yang dapat dikaji, maka penulis

membatasi penulisan skripsi ini pada Sumbangan Katekese Umat bagi Prodiakon

melalui Model Shared Christian Praxis di Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa

Tengah.

D. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui keprihatinan-keprihatinan prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum

saat berkatekese di tengah umat.

2. Mengetahui tugas prodiakon dalam Katekese Umat model Shared Christian

Praxis.

3. Mengetahui usaha-usaha yang akan dilaksanakan untuk meningkatkan

pengetahuan dan ketrampilan prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum dalam

Katekese Umat.

4. Memenuhi salah satu syarat kelulusan S1 Program Studi Ilmu Pendidikan

Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

6

E. Manfaat Penulisan

1. Bagi Prodiakon:

Memberikan masukan bagi prodiakon bahwa Katekese Umat model Shared

Christian Praxis dapat digunakan sebagai salah satu alternatif di dalam tugas pelayanan

sabda.

2. Bagi Paroki:

Mengetahui proses Katekese Umat yang sudah berjalan di Paroki Roh Kudus

Kebonarum serta memberikan sumbangan bentuk Katekese Umat model Shared

Christian Praxis bagi tugas pelayanan prodiakon di dalam Gereja.

3. Bagi Penulis:

Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang seberapa besar

sumbangan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu alternatif

dalam tugas pelayanan sabda prodiakon di Paroki Roh Kudus Kebonarum.

F. Metode Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis

berdasarkan studi dan analisis pustaka. Penulisan skripsi ini dilengkapi dengan

penelitian kualitatif yang diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan serta diisi oleh

prodiakon untuk memperoleh gambaran mengenai proses Katekese Umat yang

dilaksanakan oleh prodiakon di Paroki Roh Kudus Kebonarum. Penulis juga

melaksanakan wawancara kepada beberapa prodiakon untuk memperoleh gambaran

tentang tugas prodiakon secara umum dan tugas prodiakon dalam katekese umat secara

lebih lengkap.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

7

G. Sistematika Penulisan

Penulis mengambil judul “Sumbangan Katekese Umat Bagi Prodiakon Melalui

Model Shared Christian Praxis di Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa

Tengah”, dan dibagi dalam lima bab, sebagai berikut:

Bab I adalah pendahuluan. Bab ini menyajikan latar belakang penulisan skripsi,

rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan bagi prodiakon, paroki,

serta penulis dan sistematika penulisan.

Bab II memaparkan gambaran Katekese Umat yang dilaksanakan oleh

prodiakon di Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah. Bab II berisikan

gambaran situasi umum umat dan prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum dan

penelitian serta hasil penelitian sumbangan Katekese Umat bagi prodiakon di Paroki

Roh Kudus Kebonarum. Hasil penelitian dirangkum menjadi satu dalam rangkuman

hasil penelitian.

Bab III menguraikan Katekese Umat model Shared Christian Praxis bagi

prodiakon. Katekese Umat dijelaskan dalam pengertian Katekese Umat hingga

keunggulan Katekese Umat dan salah satu model Katekese Umat, yaitu Shared

Christian Praxis. Dalam bab III ini juga diuraikan mengenai prodiakon paroki dan

peran prodiakon dalam Katekese Umat model Shared Christian Praxis.

Bab IV adalah usulan program Katekese Umat model Shared Christian Praxis

(SCP) bagi Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum. Usulan program yang diberikan

oleh penulis dimaksudkan untuk Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum demi

meningkatkan ketrampilan berkatekese.

Penulisan tahap akhir adalah bab V berisi kesimpulan dari penelitian, kajian

teori, dengan hasil refleksi penulis berikut saran-saran penulis bagi Paroki, prodiakon

dan seksi pewartaan demi perkembangan katekese di Paroki Roh Kudus Kebonarum.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

8

BAB II

GAMBARAN KATEKESE UMAT

YANG DILAKSANAKAN OLEH PRODIAKON

DI PAROKI ROH KUDUS KEBONARUM, KLATEN, JAWA TENGAH

Katekese merupakan salah satu pokok penting dalam melaksanakan tugas

pewartaan. Katekese menjadi salah satu metode bagi para pewarta untuk mewartakan

Kerajaan Allah di tengah-tengah umat. Perkembangan zaman membawa Gereja untuk

mengikuti perkembangan, khususnya perkembangan Gereja yang ada di Indonesia.

Katekese yang terus-menerus berkembang berawal dari keprihatinan yang timbul, baik

dalam proses katekese yang berlangsung, peserta katekese, bahan katekese maupun

pendamping katekese. Perkembangan katekese kini semakin relevan bagi umat di

tengah situasi perkembangan zaman globalisasi. Katekese Umat merupakan jawaban

atas segala keprihatinan yang ada. Katekese Umat merupakan salah satu arah dalam

katekese yang ada di Indonesia.

Katekese Umat membantu pendamping memberikan katekese di tengah umat.

Katekese Umat merupakan katekese oleh umat, dari umat dan untuk umat ini mengajak

umat untuk bersama-sama menciptakan katekese yang sesuai dengan situasi umat.

Umat diajak untuk mensharingkan pengalamannya lalu bersama-sama dengan umat

yang lain mengolah pengalaman tersebut dalam terang iman.

Dalam hal ini, katekese merupakan pokok penting di dalam pewartaan di Paroki

Roh Kudus Kebonarum. Prodiakon juga mengambil peran yang penting dalam tugas

pewartaan Paroki Roh Kudus Kebonarum. Dalam Katekese Umat, pendamping atau

yang biasa disebut pemudah dan pengarah (fasilitator) diharapkan memiliki

ketrampilan khusus dalam berkatekese di tengah umat. Dengan ketrampilan yang

dimiliki, pendamping dapat memberikan katekese yang benar-benar nyata kepada umat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

9

A. Gambaran Situasi Umum Prodiakon di Paroki Roh Kudus Kebonarum,

Klaten, Jawa Tengah

1. Situasi Umat Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah

Paroki Roh Kudus Kebonarum diresmikan pada tanggal 2 September 1998 oleh

Bapak Uskup Agung Semarang Mgr. I. Suharyo dengan nama pelindung Roh Kudus.

Bertepatan dengan hari peresmian, dilaksanakan penerimaan Sakramen Krisma untuk

282 umat serta pelantikan Pengurus Dewan Paroki Roh Kudus Kebonarum dan

penetapan Rm. L. Prasetya Pr sebagai Pastor Paroki yang pertama. Jumlah umat

Katolik saat itu adalah 4.148 jiwa dengan 20 Lingkungan.

Paroki Roh Kudus Kebonarum merupakan pemekaran dari Paroki Maria

Assumpta Klaten. Pada tahun 1949-1954, Wilayah Kebonarum dibagi menjadi dua

bagian dengan lima desa. Bagian timur merupakan Kebonarum I dengan desa

Wanteyan dan Nglinggi, bagian barat adalah Kebonarum II dengan desa Nglarang,

Basin dan Pluneng. Tahun 1955-1981, Wilayah Kebonarum dibagi menjadi lima

lingkungan yakni Lingkungan Nglarang, Basin, Pluneng, Nglinggi, Wanteyan. Tahun

1981, Kebonarum resmi menjadi Stasi dengan 7 lingkungan. Sejak tahun 1998-2012,

Paroki Roh Kudus Kebonarum telah memiliki 25 lingkungan dengan dua stasi

{Lampiran 1: (1)}. Romo yang bertugas di Paroki Roh Kudus Kebonarum saat ini

adalah Rm. V. Kirjito, Pr., dan Rm. Ig. Nandi Winarto, Pr.

Jumlah kepala keluarga berdasarkan hasil sensus umat pada tahun 2012 di

Paroki Roh Kudus Kebonarum sebanyak 1.216 KK dengan jumlah umat 4.264 orang

{Lampiran 2: (2)}. Jumlah umat laki-laki di Paroki Roh Kudus Kebonarum sebanyak

1881 orang dan perempuan 1835 orang {Lampiran 3: (3)}. Data umat yang terlibat

dalam kepengurusan Paroki, sebagai berikut: umat yang menjadi anggota dewan Paroki

sejumlah 46 orang, pengurus tim kerja 24 orang, pengurus Lingkungan 484 orang,

pengurus kategorial 18 orang , dan pengurus ormas katolik 8 orang {Lampiran 4: (4)}.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

10

2. Situasi Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah

Menurut wawancara dengan prodiakon, diketahui bahwa prodiakon Paroki

Roh Kudus Kebonarum sudah ada sejak Paroki Roh Kudus Kebonarum masih menjadi

stasi dan menjadi bagian dari Paroki Maria Assumpta Klaten. Keberadaan prodiakon

Paroki Roh Kudus Kebonarum dikarenakan kebutuhan rohani umat yang meningkat,

sedangkan Pastor yang ditugaskan kurang dapat memenuhi kebutuhan umat. Beberapa

dari prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum sudah menjabat sebagai prodiakon sejak

menjadi satu dengan Paroki Maria Assumpta Klaten.

Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum periode 2010 s.d 2012 berjumlah 58

orang: 57 laki-laki dan 1 perempuan. Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum

merupakan prodiakon yang ditugaskan untuk masing-masing Lingkungan. Dalam

setiap Lingkungan, rata-rata mengirim 1-3 orang prodiakon {Lampiran 5: (5)-(6)}. Dari

58 prodiakon, ada beberapa yang tidak dapat menjalankan tugas dengan baik karena

sakit dan pindah tempat tinggal. Prodiakon yang sakit, di-non aktifkan dahulu

sementara. Sedangkan prodiakon yang pindah tempat tinggal, tidak menjalankan tugas

sebagaimana mestinya. Dari 58 prodiakon, terdaftar 40 prodiakon yang aktif dalam

mengikuti kegiatan {Lampiran 10: (19)-(20)}.

Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum membentuk kepengurusan untuk

mengorganisir segala kegiatan yang dilaksanakan oleh prodiakon Paroki. Setiap hari

Minggu pertama, pengurus mengadakan pertemuan rutin untuk membicarakan

pertemuan prodiakon Paroki pada hari Minggu kedua. Setiap Minggu kelima, pengurus

dan beberapa anggota prodiakon juga menghadiri pertemuan Kevikepan yang

diselenggarakan di Kevikepan Surakarta. Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum

membuat program kerja baru dengan melakukan kunjungan Lingkungan di luar

Lingkungannya sendiri. Prodiakon yang berasal dari salah satu Lingkungan,

berkunjung ke Lingkungan lain untuk untuk memberikan homili saat doa Lingkungan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

11

Usaha ini dirasa berhasil untuk menghilangkan kejenuhan umat untuk mengikuti doa

Lingkungan {Lampiran 10: (19)-(20)}.

B. Sumbangan Katekese Umat Bagi Prodiakon di Paroki Roh Kudus

Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah

1. Persiapan Penelitian

a. Latar belakang penelitian

Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum membantu dalam tugas katekese. Hal

ini dikarenakan tenaga katekis yang ada di Paroki Roh Kudus Kebonarum sangatlah

minim. Maka dari itu, sosok seorang prodiakon sangat penting di mata umat sebagai

seorang pelayan sabda. Prodiakon diharapkan dapat terus-menerus menimba

pengetahuan tentang katekese dan mengasah ketrampilan memproses katekese.

Penulis melihat keprihatinan yang ada di Paroki Roh Kudus Kebonarum adalah

bahwa minat umat untuk mengikuti proses katekese mulai menurun, diantaranya:

katekis yang kurang terampil, kesibukan umat, ataupun kejenuhan umat dalam

mengikuti proses.

Penulis melaksanakan penelitian ini untuk melihat peranan prodiakon Paroki Roh

Kudus Kebonarum dalam tugas katekese. Penulis juga akan mencoba menemukan

model katekese yang cocok untuk digunakan di tengah umat bagi prodiakon.

b. Rumusan permasalahan penelitian

1) Bagaimana gambaran prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa

Tengah?

2) Bagaimana pengetahuan prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa

Tengah tentang Katekese Umat?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

12

3) Model Katekese Umat seperti apa yang dilaksanakan oleh prodiakon di dalam

memberi katekese bagi umat Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah?

4) Hal-hal apa yang dibutuhkan oleh prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum,

Klaten, Jawa Tengah dalam melaksanakan Katekese Umat selanjutnya?

c. Tujuan penelitian

1) Mengetahui gambaran prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum.

2) Mengetahui pengetahuan prodiakon tentang Katekese Umat.

3) Mengetahui sejauh mana prodiakon memanfaatkan Katekese Umat untuk

melaksanakan tugas berkatekese di tengah umat.

4) Mengetahui hal-hal yang dibutuhkan oleh prodiakon dalam proses Katekese Umat

selanjutnya.

d. Manfaat penelitian

1) Penulis mendapatkan gambaran prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum.

2) Penulis dapat mengetahui pengetahuan prodiakon tentang Katekese Umat.

3) Penulis dapat mengetahui sejauh mana prodiakon memanfaatkan Katekese Umat

untuk melaksanakan tugas berkatekese di tengah umat.

4) Penulis dapat mengetahui hal-hal yang dibutuhkan oleh prodiakon dalam proses

Katekese Umat selanjutnya.

e. Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan gejala,

kejadian, peristiwa yang terjadi sekarang (Jamal Ma’mur Asmani, 2011: 40). Dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

13

penelitian deskriptif, penulis dapat melihat gejala atau peritiwa yang sedang terjadi

tanpa memberikan perlakuan (Jamal Ma’mur Asmani, 2011: 40).

Penelitian yang dilaksanakan oleh penulis adalah dengan menyebarkan

kuesioner dan wawancara kepada beberapa responden untuk melengkapi data yang

dibutuhkan oleh penulis. Penulis juga mengamati kegiatan yang dilaksanakan oleh

responden, sehingga penulis melihat secara langsung metode yang digunakan selama

proses katekese.

f. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada minggu kedua pada bulan Juli 2011 di Aula

Paroki Roh Kudus Kebonarum dengan menyebarkan kuesioner. Pada bulan September

2011, penulis melaksanakan wawancara dengan tiga responden. Wawancara dilakukan

penulis untuk melengkapi data penelitian dengan datang ke rumah responden.

Wawancara penulis dengan responden untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang sering

dilaksanakan oleh prodiakon di Lingkungan maupun di Paroki. Alasan penulis memilih

Paroki Roh Kudus Kebonarum adalah karena penulis merupakan umat Paroki Roh

Kudus Kebonarum sehingga memudahkan penulis dalam mencari data yang dibutuhkan

untuk penelitian.

g. Responden penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah prodiakon Paroki Roh Kudus

Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Penulis menggunakan teknik ini karena penulis memiliki pertimbangan tertentu dalam

menetapkan jumlah sampel. Teknik ini digunakan apabila peneliti punya pertimbangan

tertentu dalam menetapkan sampel sesuai dengan tujuan penelitiannya (Nana Sudjana,

2004: 96). Populasi yang ada berjumlah 58 prodiakon, tetapi penulis hanya mengambil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

14

sampel 40 prodiakon saja dengan pertimbangan bahwa dari 58 prodiakon Paroki Roh

Kudus Kebonarum, hanya sekitar 40 prodiakon yang aktif mengikuti kegiatan. Dari 40

lembar kuesioner yang tersebar, hanya 25 kuesioner yang dikumpulkan kepada penulis.

h. Instrumen penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner tertutup dan wawancara.

Kuesioner merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis untuk dijawab oleh responden

(Jamal Ma’mur Asmani, 2011: 123). Kuesioner yang digunakan oleh penulis adalah

kuesioner tertutup yang berisi pertanyaan dengan alternatif jawaban. Kuesioner tertutup

tidak memberi peluang kepada responden untuk memberikan jawaban lain, responden

cukup memilih salah satu alternatif jawaban {Lampiran 6: (6)-(13)}.

Wawancara dilakukan penulis dengan melakukan kontak langsung dengan

responden, sehingga dapat mengungkap data secara lebih bebas dan mendalam (Nana

Sudjana, 2004: 102).

i. Variabel penelitian

Tabel 1. Variabel Penelitian

No. Variabel Aspek yang diungkap Item Soal1). Prodiakon Paroki Roh Kudus

KebonarumGambaran prodiakonParoki roh KudusKebonarum

1 ,2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,9, 10

2). Katekese Umat ProdiakonParoki Roh Kudus Kebonarum

Pengetahuan prodiakonParoki Roh KudusKebonarum tentangKatekese Umat

11, 12, 13, 14, 15,16, 17, 18, 19, 20,21, 22, 23, 24

Gambaran KatekeseUmat yang dilaksanakanoleh prodiakon

25, 26, 27, 28, 29,30, 31, 32, 33

Dukungan dan kesulitanprodiakon saatmelaksanakan prosesKatekese Umat

34, 35, 36, 37, 38

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

15

Manfaat Katekese Umatbagi prodiakon

39, 40, 41

Manfaat Katekese Umatbagi umat

42, 43, 44

3). Model Katekese Umat yangdiharapkan oleh prodiakon

Model Katekese Umatyang relevan denganhidup umat bagiprodiakon

45, 46

Harapan dan usulan yangdibutuhkan untukKatekese Umat bagiprodiakon selanjutnya

47, 48, 49, 50

2. Laporan Hasil Penelitian

a. Identitas responden

Tabel 2: Identitas Responden (N=25)

No.Item

Pernyataan Jumlah (%)

(1) (2) (3) (4)2). Usia:

a). 20-30 tahunb). 30-40 tahunc). 40-50 tahund). >50 tahun

25

117

8%20%44%28%

3). Jenis Kelamin:a). Laki-lakib). Perempuan

241

96%4%

4). Lamanya menjabat:a). 1 tahunb). 2 tahunc). 3 tahund). > 3 tahun

006

19

0%0%

24%76%

5). Pendidikan terakhir:a). SMPb). SMA/SMKc). Diplomad). Sarjana

31345

12%52%16%20%

6). Pekerjaan:a). PNSb). Pegawai Swastac). Wiraswastad). Lain-lain

472

12

16%28%8%

48%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

16

Dari tabel diatas dapat diamati bahwa untuk item no. 1 tidak dapat disebutkan

karena berbentuk nama responden. Dari 25 responden yang diteliti oleh penulis rata-

rata yang berusia 40-50 tahun sebanyak 11 responden (44%), sedangkan untuk yang

berusia diatas 50 tahun sebanyak 7 responden (28%) dan yang selebihnya berusia

antara 20-30 tahun. Jenis kelamin responden sebagian besar adalah laki-laki dengan

jumlah 24 responden (96%) dan perempuan 1 responden (4%). Sebanyak 19 responden

(76%) menjabat sebagai prodiakon rata-rata lebih dari tiga tahun. Pendidikan terakhir

13 responden (52%) adalah rata-rata SMA/SMK. Pekerjaan responden beraneka ragam,

sehingga rata-rata responden memilih lain-lain dengan jumlah 12 responden (48%).

b. Gambaran Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum

Tabel 3: Gambaran Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum (N=25)

No.Item

Pernyataan Jumlah (%)

(1) (2) (3) (4)1). Saya mulai terpanggil menjadi prodiakon sejak ….

a). Saat sebelum menjadi prodiakonb). Saat dilantik menjadi prodiakonc). Saat mendapatkan sesuatu yang berkesan sewaktu

bertugasd). Saat mendapatkan peristiwa yang tidak mengenakkan

sewaktu bertugas

3211

0

12%84%4%

0%

2). Pembekalan yang diterima sebelum menjadi prodiakonadalah ….a). Pembekalan ketrampilan dan pengetahuan untuk calon

prodiakonb). Pembekalan tentang liturgi untuk calon prodiakonc). Pembekalan katekese di tengah umat bagi calon

prodiakond). Pembekalan ketrampilan, pengetahuan dan liturgi bagi

calon prodiakon

4

102

9

16%

40%8%

36%

3). Selama saya bertugas, Paroki memberikan pendampinganrutin setiap ….a). Rata-rata satu bulan sekalib). Rata-rata dua bulan sekali

200

80%0%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

17

(1) (2) (3) (4)(c). Jika ada kepentingan perihal khusus untuk tugas

prodiakon(d).Belum pernah

5

0

20%

0%

4). Prodiakon Paroki melaksanakan pertemuan rutin setiap …a). Dua kali dalam satu bulanb). Satu bulan sekalic). Dua bulan sekalid). Jika ada kepentingan yang berhubungan dengan

prodiakon saja

02500

0%100%

0%0%

5). Jika ada pertemuan rutin prodiakon, saya ….a). Selalu mengikuti pertemuan rutinb). Kerap kali datang pertemuan rutinc). Kadang-kadang mengikuti, karena ada kegiatan yang

lebih pentingd). Datang pertemuan jika ada keperluan saja

1483

0

56%32%12%

0%

6). Hal yang dapat lebih memupuk iman dan menghayati imandalam hidup sehari-hari adalah ….a). Rajin mengikuti Perayaan Ekaristi setiap hari Minggub). Selalu membaca dan merenungkan Kitab Suci setiap

haric). Mempunyai hidup doa yang kuat setiap harid). Menghidupi aneka devosi yang disediakan Gereja

76

84

28%24%

32%16%

7). Ketrampilan yang lebih dibutuhkan dalam menjalankantugas sebagai prodiakon adalah ….a). Tata gerak liturgib). Tata urutan ibadatc). Penggunaan Kitab Sucid). Cara membaca doa yang baik

151000

60%40%0%0%

8). Jika ada kegiatan di Gereja, maka yang saya lakukanadalah ….a). Tidak mau tahu karena ada urusan yang lebih pentingb). Meng-handle seluruh kegiatan yang adac). Membantu kegiatan teman yang disenangi sajad). Membantu kegiatan teman yang membutuhkan

000

25

0%0%0%

100%

9). Tugas-tugas yang paling sering dilakukan selain membantuRomo membagikan komuni dalam Perayaan Ekaristiadalah … .a). Memimpin ibadatb). Memimpin katekesec). Mengirim komuni pada orang sakit atau orang yang

sudah tuad). Memberikan pengajaran bagi calon penerima

sakaramen

10104

1

40%40%16%

4%

10). Jika saya sudah diberi tugas untuk memimpin Ibadat di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

18

(1) (2) (3) (4)

sebuah Lingkungan, tetapi hujan sangat deras dan petirmenyambar- nyambar, maka yang saya lakukan adalah ….a). Mencari ganti teman prodiakon yang lainb). Tidak jadi datang dengan alasan takut sakitc). Tetap datang dengan berbagai resikod). Berpura-pura lupa dengan janji yang telah dibuat

30

220

12%0%

88%0%

Berdasarkan tabel di atas, jumlah responden yang terpanggil untuk menjadi

prodiakon pada saat dilantik berjumlah 21 responden (84%). Pembekalan yang diterima

oleh responden sebelum menjadi prodiakon adalah pembekalan tentang liturgi.

Responden yang memilih pembekalan tentang liturgi adalah 10 responden (40%).

Sebanyak 20 responden (80%) memilih setiap satu bulan sekali Paroki memberikan

pendampingan bagi responden. Sejumlah 25 responden (100%) memilih bahwa

pertemuan prodiakon dilaksanakan setiap satu bulan sekali. Sedangkan, responden yang

selalu mengikuti pertemuan rutin prodiakon sebanyak 12 responden (56%).

Untuk dapat memupuk iman dan menghayati iman dalam hidup sehari-hari bagi

prodiakon adalah mempunyai hidup doa yang kuat. Sejumlah 8 responden (32%)

memilih untuk mempunyai hidup doa yang kuat untuk memupuk dan menghayati iman.

Ketrampilan yang paling dibutuhkan oleh 15 responden (60%) dalam menjalankan

tugas prodiakon adalah ketrampilan tata gerak liturgi. Keseluruhan responden (100%)

memilih untuk dapat membantu teman yang membutuhkan bantuan dalam

melaksanakan kegiatan Gereja. Tugas-tugas yang paling sering dilaksanakan oleh

responden selain membantu Romo membagikan komuni adalah memimpin ibadat dan

memimpin katekese dengan masing-masing jumlah pemilih 10 responden (40%).

Sebanyak 22 responden (88%) memilih untuk tetap datang untuk memimpin ibadat

dengan berbagai resiko walaupun hujan sangat deras dan petir menyambar-nyambar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

19

c. Pengetahuan Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum tentang Katekese

Umat

Tabel 4: Pengetahuan Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum

Tentang Katekese Umat (N=25)

No.Item

Pernyataan Jumlah (%)

(1) (2) (3) (4)11). Arti Katekese Umat adalah … .

a). Komunikasi imanb). Berdoa dari buku doac). Pendalaman Kitab Sucid). Ibadat

2040

84%0%

16%0%

12). Yang menjadi tekanan dalam Katekese Umat sebagaisalah satu model berkatekese adalah ….a). Pendamping katekeseb). Hidup Umatc). Masyarakat sekitard). Hidup Gereja

61045

24%40%16%20%

13). Arah yang dapat ditunjukkan dalam proses KatekeseUmat adalah … .a). Pendamping Umatb). Umat Pendampingc). Umat Umatd). Umat Umat Pendamping

720

16

28%8%0%

64%

14). Tindakan yang dapat menujukkan bahwa seseorangtelah mengalami pertobatan berkat Katekese Umatadalah .. .a). Umat semakin kritis dalam mengurusi masalah

orang lainb). Umat sibuk mengurusi umat di Lingkungan sajac). Umat semakin aktif dalam kegiatan di

Lingkungan, Gereja dan masyarakatd). Memberi kolekte dalam jumlah besar

0

025

0

0%

0%100%

0%

15). Maksud adanya tema/bahan dalam Katekese Umatadalah …a). Pertemuan katekese semakin menarikb). Mengena dengan hidup umatc). Pembicaraan semakin terarah dan jelasd). Menarik umat agar semakin semangat

43

153

16%12%60%12%

16). Dalam berkatekese Umat, bahan yang seringdigunakan adalah ….a). Umat 9 36%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

20

(1) (2) (3) (4)b). Masyarakat setempatc). Pendamping katekesed). Pemuka umat

925

36%8%

20%

17). Salah satu tanda bahwa peserta Katekese Umatmampu berdialog dalam suasana terbuka adalah ….a). Acuh tak acuhb). Saling mendengarkanc). Mengantuk dan pura-pura tidurd). Mengobrol dengan teman di sebelahnya

02500

0%100%

0%0%

18). Salah satu contoh bahwa pendamping katekese dapatmenghayati contoh Kristus “Aku di tengah-tengahmu sebagai pelayan” adalah ….a). Susah hati dan terpaksa karena sudah dimintab). Melayani hanya kepada umat yang bersikap baik

sajac). Menumbuhkan suasana yang komunikatif dan

selalu memberi semangatd). Memberikan masukan yang berlebihan

00

24

1

0%0%

96%

4%

19). Tugas seorang pendamping katekese dalam KatekeseUmat adalah ….a). Pengarahb). Pemudah (fasilitator)c). Penceramahd). Pendidik

11860

44%32%24%0%

20). Peran peserta dalam Katekese Umat adalah ….a). Pelayan pendampingb). Subyekc). Obyekd). Sasaran utama

21643

8%64%16%12%

21). Ketrampilan yang dibutuhkan oleh seorangpendamping Katekese Umat adalah ….a). Ketrampilan berkomunikasi yang baikb). Ketrampilan berefleksic). Ketrampilan berkhotbahd). Ketrampilan memimpin Ibadat

81232

32%48%12%8%

22). Jika umat tidak punya waktu dan tempat untukmelaksanakan katekese, maka yang dilakukan olehpendamping Katekese Umat adalah ….a). Menunggu sampai ada waktu dan tempat yang

ditentukan oleh umat sendirib). Saat yang tepat untuk beristirahat dari tugas

sebagai pendamping katekesec). Mencari waktu dan tempat yang cocok dengan

umat

12

0

13

48%

0%

52%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

21

(1) (2) (3) (4)d). Bersikap tidak mau tahu dengan urusan umat 0 0%

23). Keunggulan Katekese Umat adalah ….a). Menumbuhkan rasa percaya diri, kepribadian dan

martabat seseorangb). Adanya dialog antar umat dan pendampingc). Umat untuk semakin kritis dalam mengkritik

kesalahan seseorangd). Membantu umat untuk tampil menjadi yang

terbaik

13

80

4

52%

32%0%

16%

24). Proses Katekese Umat dapat berjalan dengan baik,ditandai dengan ….a). Umat sangat aktif mengungkapkan pengalaman

imannya sehingga terkadang pendamping merasakebingungan untuk mengarahkan

b). Umat sangat pasif dan pendamping sangat aktifc). Hanya ada beberapa umat saja yang aktif, dan

umat yang lain hanya pendengar sajad). Pendamping dapat memberi arah pada proses

sharing, dan umat juga aktif dan kritis dalammengungkapkan pengalaman imannya

5

37

10

20%

12%28%

40%

Dari tabel 4 diatas, dapat ditunjukkan bahwa jumlah responden yang memilih

komunikasi iman merupakan arti Katekese Umat sebanyak 21 responden (84%).

Sebanyak 10 responden (40%) memilih hidup umat yang menjadi tekanan dalam proses

Katekese Umat. Responden yang memilih arah yang dapat ditunjukkan dalam proses

Katekese Umat adalah umat dengan umat dan umat dengan pendamping sebanyak 16

responden (64%). Seluruh responden (100%) berpendapat bahwa tindakan yang

menunjukkan pertobatan berkat Katekese Umat adalah umat semakin aktif dalam

kegiatan di Lingkungan, Gereja dan masyarakat.

Bagi 15 responden (60%) adanya tema/bahan dalam katekese umat membantu

pembicaraan semakin terarah dan jelas. Bahan yang sering digunakan oleh responden

saat berkatekese adalah umat dan masyarakat setempat, dengan jumlah responden

untuk masing-masing jawaban adalah 9 responden (36%). Keseluruhan responden

memilih bahwa hal-hal yang dapat ditunjukkan jika peserta Katekese Umat dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

22

berdialog dengan suasana yang terbuka adalah saling mendengarkan. Dari 24 reponden

(96%) memilih bahwa, pendamping katekese yang dapat menghayati contoh Kristus

“Aku di tengah-tengahmu sebagai pelayan” adalah dapat menumbuhkan suasana yang

komunikatif dan selalu memberi semangat. Sebanyak 11 responden menjawab bahwa

tugas seorang pendamping katekese adalah sebagai pengarah.

Peran peserta dalam Katekese Umat sebagai subyek, responden yang memilih

jawaban tersebut sebanyak 16 responden (64%). Dalam pelaksanaan katekese, 13

responden (52%) setuju untuk mencari waktu dan tempat yang cocok untuk umat.

Keunggulan Katekese Umat adalah untuk menumbuhkan rasa percaya diri, kepribadian

dan martabat seseorang dan responden yang memilih jawaban tersebut sebanyak 13

responden (52%). Tanda yang dapat ditunjukkan oleh 10 responden (40%) bahwa

proses katekese berjalan dengan baik adalah pendamping dapat memberi arah pada

proses sharing, dan umat juga aktif dan kritis dalam mengungkapkan pengalaman

imannya

d. Gambaran Katekese Umat yang dilaksanakan oleh prodiakon

Tabel 5: Gambaran Katekese Umat yang Dilaksanakan oleh Prodiakon (N=25)

No.Item

Pernyataan Jumlah (%)

(1) (2) (3) (4)25). Saya melaksanakan kegiatan Katekese Umat di

Lingkungan setiap ….a). Satu minggu sekalib). Dua minggu sekalic). Satu bulan sekalid). Pada saat khusus saja

1020

13

40%8%0%

52%

26). Saat memimpin proses Katekese Umat, waktu yangdigunakan adalah ….a). < 60 menitb). 60-90 menitc). 90-120 menitd). > 120 menit

121300

48%52%0%0%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

23

(1) (2) (3) (4)27). Metode yang sering digunakan untuk berkatekese di

tengah umat adalah ….a). Sharing pengalamanb). Permainanc). Menonton video pendekd). Ceramah

701

17

28%0%4%

68%

28). Sarana yang sering digunakan dalam melaksanakanKatekese Umat adalah ….a). Sarana ciptaan sendirib). Benda-benda yang ada di sekitarc). Kitab Sucid). Film

02

230

0%8%

92%0%

29). Sumber bahan yang digunakan dalam melaksanakanKatekese Umat adalah ….a). Buku renungan harianb). Kitab Sucic). Ajaran Gerejad). Buku renungan harian, Kitab Suci dan Ajaran

Gereja digunakan bersama-sama

41515

16%60%4%

20%

30). Ketrampilan yang paling dimiliki saat memberikanKatekese Umat di tengah umat adalah ….a). Terampil menggunakan media untuk proses

katekeseb). Terampil menemukan tradisi nilai-nilai kristiani

dalam Kitab Suci, ajaran Gereja dan tradisilainnya

c). Terampil mengajak umat untuk mengungkapkandiri

d). Terampil berkomunikasi

2

15

7

1

8%

60%

28%

4%

31). Suasana yang terlihat saat memimpin proses katekeseadalah ….a). Komunikatif dan saling mendengarkanb). Masih terasa agak kering karena umat pasifc). Suasana terasa tegangd). Suasana terkesan santai

91015

36%40%4%

20%

32). Sikap peserta dalam proses jalannya katekeseadalah ….a). Mengantukb). Ngobrol sendiric). Mendengarkand). Umat pasif

3985

12%36%32%20%

33). Langkah-langkah Katekese Umat yang biasadilaksanakan adalah …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

24

(1) (2) (3) (4)a. Pembukaan, pembacaan Kitab Suci, renungan,

doa umat dan penutupb. Pembukaan, pembacaan Kitab Suci, pengalaman

hidup peserta, renungan, doa umat dan penutupc. Pembukaan, pengalaman hidup peserta,

mendalami Kitab Suci, menerapkan dalam situasikonkret hidup peserta, mengusahakan aksikonkret, doa umat dan penutup

d. Pembukaan, bacaan Kitab Suci, doa-doa daribuku, doa umat dan penutup

8

10

5

2

32%

40%

20%

8%

Dari tabel 5 diatas, dapat diamati bahwa jumlah responden yang hanya

melaksanakan kegiatan Katekese Umat hanya pada saat khusus saja, sebanyak 13 orang

(52%). Sejumlah 13 responden (52%), memimpin katekese selama 60-90 menit,

sedangkan untuk 12 responden, memimpin katekese selama kurang dari 60 menit.

Metode yang sering digunakan oleh responden dalam berkatekese adalah metode

ceramah dengan jumlah responden 17 orang (68%). Sebanyak 23 responden (92%)

menggunakan sarana Kitab Suci dalam melaksanakan Katekese Umat. Kitab Suci juga

digunakan oleh 15 responden (60%) sebagai sumber bahan dalam berkatekese.

Ketrampilan yang paling dimiliki oleh 15 responden (60%) saat memberikan

Katekese umat adalah terampil menemukan Tradisi nilai-nilai kristiani dalam Kitab

Suci, ajaran Gereja dan tradisi lainnya. Saat melaksanakan Katekese Umat, 10

responden (40%) merasakan suasana yang masih terasa agak kering dikarenakan umat

masih pasif. Responden yang memilih bahwa sikap peserta selama proses jalannya

Katekese Umat adalah mengobrol sendiri dengan teman yang ada di sebelahnya,

sebanyak 9 responden (36%). Sikap peserta yang demikian, menghambat jalannya

proses Katekese Umat. Langkah-langkah Katekese Umat yang sering dilaksanakan oleh

sejumlah 10 responden (40%) adalah langkah pembukaan, pembacaan Kitab Suci,

pengalaman hidup peserta, renungan, doa umat dan penutup. Responden menggunakan

langkah-langkah Katekese Umat demikian setiap melaksanakan Katekese Umat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

25

e. Dukungan dan kesulitan prodiakon saat melaksanakan Katekese Umat

Tabel 6: Dukungan dan Kesulitan Prodiakon

Saat Melaksanakan Katekese Umat (N=25)

No.Item

Pernyataan Jumlah (%)

(1) (2) (3) (4)34). Faktor pendukung yang dirasakan sehingga proses

Katekese Umat dapat berjalan dengan baik adalah ….a). Umat sangat aktif, dan dapat saling mendengar

lalu menghargai satu sama lainb). Adanya dukungan petugas hierarki yang adac). Sarana, bahan maupun metode sudah

dipersiapkan dengan baik dan fasilitas yang adapun memadai

d). Adanya pendampingan maupun pertemuan rutinbaik yang diadakan oleh pihak Paroki maupunoleh pendamping sendiri

17

06

2

68%

0%24%

8%

35). Dukungan yang diterima selama ini sehingga proseskatekese dapat berjalan dengan baik adalah ….a). Menyediakan sarana untuk pembinaan imanb). Memberikan pendampingan dan perhatianc). Menyediakan kontribusi dalam pelaksanaand). Tidak memberikan dukungan apapun

41416

16%56%4%

24%

36). Kesulitan yang dihadapi saat melaksanakan prosesKatekese Umat adalah ….a). Merumuskan tema Katekese Umatb). Menentukan langkah-langkah/ proses Katekese

Umatc). Mengajak umat untuk mengungkapkan

pengalaman imannyad). Mencari bahan dan sarana untuk berkatekese

67

10

2

24%28%

40%

8%

37). Cara yang digunakan untuk mengatasi kesulitanterebut adalah ….a). Mencari buku referensib). Belajar lebih banyak tentang Katekese Umatc). Membiarkan saja dan bersikap cuekd). Memarahi umat karena tidak mau aktif dalam

proses jalannya katekese

61900

24%76%0%0%

38). Faktor penghambat yang sering dialami dalam prosesperencanaan pelaksanaan Katekese Umat adalah ….a). Kurang mengetahui Katekese Umat dan kurang

terampil menjalankan Katekese Umatb). Masih ada petugas hierarki yang kurang

memahami dan bersimpati pada Katekese Umat

7

4

28%

16%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

26

(1) (2) (3) (4)c). Umat tidak mengalami perkembangand). Kurang mendapat pendampingan masalah

Katekese Umat

95

36%20%

Menurut tabel di atas, dapat dilihat bahwa faktor pendukung yang dirasakan

oleh 17 responden (68%) sehingga proses Katekese Umat dapat berjalan dengan baik

adalah umat sangat aktif, dan dapat saling mendengar lalu menghargai satu sama lain.

Sebanyak 14 responden (56%) berpendapat bahwa Paroki sudah memberikan

pendampingan dan perhatian pada responden dalam melaksanakan Katekese Umat.

Kesulitan yang dihadapi oleh 10 responden (40%) dalam melaksanakan Katekese Umat

adalah mengajak umat untuk mengungkapkan pengalaman imannya. Cara yang

digunakan oleh 19 responden (76%) untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi adalah

belajar lebih banyak tentang Katekese Umat. Faktor penghambat yang sering dialami

oleh 9 responden (36%) dalam proses perencanaan pelaksanaan Katekese Umat adalah

umat tidak mengalami perkembangan.

f. Manfaat Katekese Umat bagi prodiakon

Tabel 7: Manfaat Katekese Umat Bagi Prodiakon (N=25)

No.Item

Pernyataan Jumlah (%)

(1) (2) (3) (4)39). Pengetahuan yang paling saya dapatkan dalam

Katekese Umat ini adalah pengetahuanmenyangkut ….a). metodeb). pesertac). konteksd). isi

8278

32%8%

28%32%

40). Perkembangan spiritualitas yang dirasakan sebagaiseorang pendamping katekese adalah ….a). Sangat bersemangatb). Semangatc). Kurang bersemangatd). Tidak bersemangat

42100

16%84%0%0%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

27

(1) (2) (3) (4)41). Ketrampilan yang semakin menjadi ciri khas

prodiakon adalah ….a). Berkomunikasi dengan umatb). Mampu berefleksi dari pengalaman hidup sehari-

haric). Terampil dalam menemukan nilai-nilai kristiani

dalam Kitab Suci, Ajaran Gereja dan TradisiKristiani lainnya

d). Lebih terampil dalam menggunakan saran

910

6

0

36%40%

24%

0%

Tabel 7 menunjukkan bahwa pengetahuan yang paling didapatkan oleh 32

responden (32%) dalam Katekese Umat adalah pengetahuan menyangkut metode dan

pengetahuan menyangkut isi. Perkembangan spiritualitas dari 21 responden (84%)

sebagai seorang pendamping katekese adalah semangat. Mampu berefleksi dari

pengalaman hidup sehari-hari merupakan ketrampilan yang semakin menjadi ciri khas

responden sebanyak 10 responden (40%) setelah melaksanakan Katekese Umat.

g. Manfaat Katekese Umat bagi umat

Tabel 8: Manfaat Katekese Umat Bagi Umat (N=25)

No.Item

Pernyataan Jumlah (%)

(1) (2) (3) (4)42). Partisipasi umat setelah mengikuti Katekese Umat

adalah …a). Umat semakin terbuka dalam mengungkapkan

pengalaman imannyab). Umat selalu aktif dalam mengambil keputusanc). Umat semakin kreatif dalam berkatekesed). Umat semakin kritis dalam melihat situasi

9

745

36%

28%16%20%

43). Kerukunan antar umat setelah mengikuti KatekeseUmat adalah …a). Masalah yang ada di antara umat dapat

terselesaikan dengan baikb). Umat dapat lebih memahami dan menghargai

umat lainnyac). Umat dapat lebih peka dalam membaca situasi

yang sedang dialami umat laind). Kerukunan antar umat belum begitu baik

6

12

7

0

24%

48%

28%

0%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

28

(1) (2) (3) (4)44). Keaktifan umat terhadap kegiatan yang ada di Gereja

setelah mengikuti Katekese Umat adalah …a). Sangat rajinb). Rajinc). Kurang rajind). Tidak rajin

41650

16%64%20%0%

Dari tabel 8 diatas menunjukkan bahwa, sebanyak 9 responden (36%)

berpendapat bahwa setelah mengikuti Katekese Umat, umat semakin terbuka dalam

mengungkapkan pengalaman imannya. Umat juga terlihat dapat memahami dan

menghargai umat lainnya sehingga kerukunan antar umat dapat terjaga dengan jumlah

responden yang memilih jawaban tersebut adalah 12 responden (48%). Responden

yang memilih bahwa umat rajin dalam mengikuti kegiatan yang ada di Gereja setelah

Katekese Umat sebanyak 16 responden (64%).

h. Model Katekese Umat yang relevan dengan hidup umat bagi prodiakon

Tabel 9: Model Katekese Umat yang Relevan

dengan Hidup Umat Bagi Prodiakon (N=25)

No.Item

Pernyataan Jumlah (%)

(1) (2) (3) (4)45). Menurut saya, yang menjadi titik tolak pada

Katekese Umat sehingga nantinya relevan denganhidup umat adalah ….a). Hidup beriman umatb). Kitab Sucic). Masyarakatd). Hidup Orang Suci

18421

72%16%8%4%

46). Model Katekese Umat yang cocok dengan umatadalah ….a). Sharing pengalamanb). Mendalami Kitab Sucic). Menghapalkan doa-doa yang ada di bukud). Selalu berefleksi dari pengalaman pribadi

21400

84%16%0%0%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

29

Menurut tabel 9 diatas, dapat ditunjukkan bahwa 18 responden (72%) memilih

hidup beriman umat yang menjadi titik tolak katekese umat sehingga relevan dengan

hidup umat. Sebanyak 21 responden (84%) memilih model sharing pengalaman yang

sangat cocok untuk umat.

i. Harapan dan usulan yang dibutuhkan oleh prodiakon dalam Katekese Umat

selanjutnya

Tabel 10: Harapan dan Usulan yang Dibutuhkan oleh Prodiakon

dalam Katekese Umat Selanjutnya (N=25)

No.Item

Pernyataan Jumlah (%)

(1) (2) (3) (4)47). Harapan untuk penyelenggaraan Katekese Umat

selanjutnya adalah …a). Umat dapat terlibat aktif dalam kegiatan katekeseb). Adanya pertemuan katekese yang berkelanjutanc). Umat berani mengungkapkan dirinya saat

pelaksanaan Katekese Umatd). Umat semakin mendalami dan menghayati

imannya

1139

2

44%12%36%

8%

48). Harapan dari pihak Paroki untuk penyelenggaraanproses Katekese Umat selanjutnya adalah ….a). Adanya pelatihan katekese untuk prodiakon

setidak-tidaknya dua kali dalam setahunb). Paroki memberikan perhatian dan dukungan

kepada prodiakon di dalam melaksanakan tugaskatekese

c). Adanya pertemuan rutin prodiakon untukmembicarakan masalah katekese

d). Memberikan bantuan sarana yang dibutuhkanoleh prodiakon dalam pelaksanaan berkatekese

8

13

4

0

32%

52%

16%

0%

49). Usulan yang dapat diberikan untuk proses KatekeseUmat selanjutnya adalah ….a). Adanya pembinaan bagi pendamping katekese,

khususnya bagi prodiakon yang berkelanjutanb). Paroki maupun Lingkungan menyediakan sarana

yang dapat digunakan dalam proses KatekeseUmat.

c). Paroki dan umat dapat memberi perhatian yangkhusus untuk pelaksanaan Katekese Umat di

8

2

12

32%

8%

48%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

30

(1) (2) (3) (4)Lingkungan, sehingga kesadaran umat akankatekese dapat semakin meningkat

d). Adanya pertemuan rutin untuk pendampingkatekese, dalam hal pembuatan program jangkapendek maupun jangka panjang dan dilanjutkanevaluasi proses Katekese Umat yang sudahberjalan

3 12%

50). Tema atau pokok-pokok yang diharapkan oleh umatuntuk Katekese Umat adalah ….a). Lingkungan Hidupb). Hidup Bermasyarakatc). Hidup Menggerejad). Keadilan dan Perdamaian

68

110

24%32%44%0%

Dari tabel 10 diatas, ditunjukkan bahwa 11 responden (44%) berharap agar

penyelenggaraan katekese yang selanjutnya, umat dapat terlibat aktif dalam kegiatan

katekese umat. Harapan responden dari pihak Paroki untuk penyelenggaraan katekese

selanjutnya adalah Paroki dapat memberikan perhatian dan dukungan di dalam

melaksanakan tugas katekese dengan jumlah pemilih sebanyak 13 responden (52%).

Responden mengusulkan agar Paroki dan umat dapat memberi perhatian yang khusus

untuk pelaksanaan Katekese Umat di Lingkungan, sehingga kesadaran umat akan

katekese dapat semakin meningkat dengan jumlah pemilih 12 responden (48%). Tema

atau pokok-pokok yang diharapkan oleh 11 responden (44%) dalam Katekese Umat

selanjutnya adalah hidup menggereja.

3. Hasil Wawancara

a. Wawancara dengan prodiakon

Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga responden {Lampiran 8: (15)-(17)},

dapat diketahui bahwa responden sudah menjabat sebagai prodiakon selama dua tahun,

bahkan lebih dari tiga tahun. Responden terpilih menjadi prodiakon karena dipilih oleh

umat yang ada di lingkungan. Tugas-tugas yang sudah dilaksanakan oleh responden

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

31

selama menjadi prodiakon adalah membantu Romo membagikan komuni saat Perayaan

Ekaristi, memimpin ibadat di lingkungan, memimpin katekese dan mengirim komuni

untuk orang sakit.

Saat melaksanakan katekese, responden menggunakan model Katekese Umat

karena dirasa cocok dengan jika digunakan di tengah umat yang cenderung pasif dan

kurang terlibat dalam proses katekese. Menurut responden, Katekese Umat adalah

katekese yang berawal dari pengalaman hidup umat dan katekese yang ditujukan untuk

umat. Proses Katekese Umat yang sudah dilaksanakan oleh prodiakon, belum seperti

yang diharapkan oleh responden. Umat masih enggan jika harus mengungkapkan

pengalaman hidupnya kepada umat lain yang hadir dalam proses katekese. Langkah-

langkah Katekese Umat yang sering digunakan oleh responden berawal dari lagu

pembukaan, pengantar, doa pembuka, bacaan Kitab Suci, renungan, doa-doa dari buku

doa, doa penutup dan lagu penutup.

Menurut responden, peranan responden dalam proses Katekese Umat adalah

sebagai pemimpin Katekese Umat atau pendamping Katekese Umat. Tanggapan umat

terhadap Katekese Umat yang dipimpin oleh responden adalah kurang antusias, biasa

saja dan umat masih pasif. Dalam proses Katekese Umat, responden mengajak umat

untuk menonton film dan menceritakannya kembali lalu diminta untuk melihat

relevansinya dengan hidup sehari-hari. Cara tersebut digunakan oleh responden untuk

mengajak umat agar berani mengungkapkan pengalaman hidupnya. Metode ceramah

dan metode sharing pengalaman adalah metode yang sering digunakan oleh responden

saat melaksanakan Katekese Umat, sedangkan sarana yang sering digunakan adalah

Kitab Suci, film dan renungan harian. Tema dan bahan yang digunakan oleh responden,

dirumuskan sesuai dengan bacaan hari pelaksanaan Katekese Umat dan dengan melihat

kondisi umat. Waktu yang digunakan oleh responden untuk memimpin Katekekese

Umat adalah antara 60-90 menit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

32

Bagi responden, ketrampilan yang seharusnya dimiliki oleh pendamping

Katekese Umat adalah ketranpilan berkhotbah atau terampil memberikan renungan dan

terampil saat berkomunikasi dengan umat. Metode sharing pengalaman adalah metode

yang dirasa cocok bagi responden saat memberikan Katekese Umat di tengah umat.

Dalam proses Katekese Umat, kendala yang sering dialami oleh responden adalah umat

masih pasif dan kurangnya sarana dalam memberikan Katekese Umat. Cara yang

digunakan oleh responden untuk menghadapi kendala-kendala tersebut adalah dengan

terus belajar tentang Katekese Umat, memohon pertolongan dari teman prodiakon yang

lain, dan mencari bahan untuk katekese dengan lebih banyak lagi.

Pihak umat dan Paroki sangat mendukung responden selama proses Katekese

Umat, sehingga proses Katekese Umat dapat berjalan dengan lancar. Manfaat Katekese

Umat bagi responden, antara lain: semakin mematangkan pribadi sebagai pelayan umat,

dapat lebih kreatif lagi dalam memberikan katekese dan semakin sadar akan kebutuhan

rohani umat. Setelah mengikuti Katekese Umat umat masih terlihat biasa saja dan ada

pula umat yang semangat mengikuti kegiatan menggereja. Harapan responden dalam

proses Katekese Umat selanjutnya adalah Katekese Umat dapat semakin lebih baik,

umat dapat terlibat aktif dalam proses katekese, dan semakin banyak umat yang sadar

akan kebutuhan rohaninya. Usulan yang diberikan untuk proses Katekese Umat

selanjutnya adalah adanya pendampingan dari Paroki mengenai masalah katekese dan

membuat panduan jangka pendek untuk prodiakon.

b. Wawancara dengan sekretaris prodiakon

Menurut hasil wawancara dengan sekretaris prodiakon {Lampiran 10: (19)-

(20)}, jumlah prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum adalah 58 orang. Namun, ada

beberapa prodiakon yang sedang sakit, sehingga tidak dapat menjalankan tugasnya

dengan baik da nada pula prodiakon yang pindah tempat tinggal dan tidak dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

33

menjalankan tugasnya lagi. Prodiakon mengadakan pertemuan rutin setiap satu bulan

sekali pada hari Minggu kedua, sedangkan pengurus prodiakon mengadakan pertemuan

rutin setiap hari Minggu pertama. Pada saat pertemuan rutin, prodiakon yang hadir

sekitar 30-40 orang. Agenda pertemuan untuk setiap hari Minggu kedua dibahas oleh

pengurus prodiakon pada pertemuan rutin setiap hari Minggu pertama.

Tugas-tugas yang sering dilaksanakan oleh prodiakon Paroki Roh Kudus

Kebonarum adalah membantu Romo membagikan komuni saat Perayaan Ekaristi,

mengirim komuni untuk orang sakit dan memimpin katekese di lingkungan. Kegiatan

rutin yang sering dilaksanakan oleh prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum adalah

rekoleksi prodiakon. Kesulitan yang dihadapi oleh prodiakon selama menjalankan

tugasnya adalah saat menyampaikan homili atau renungan pada saat memberikan

katekese maupun ibadat dan tidak semua prodiakon ikut terlibat aktif dalam kegiatan

Gereja. Harapan responden untuk mendukung tugas-tugas prodiakon selanjutnya adalah

prodiakon seharusnya membuat kurikulum tentang katekese serta mengharapkan

dukungan dari pihak Paroki dan umat.

4. Pembahasan Hasil Penelitian

a. Identitas responden

Tabel 2 menunjukkan bahwa usia dari 25 responden yang sudah diambil

datanya berkisar antara 40-50 tahun (44%). Usia 40-50 tahun merupakan usia yang

masih produktif, sehingga dalam menjalankan tugas sebagai seorang prodiakon tidak

mengalami kesulitan baik jasmani dan rohani. Dalam usia sekian, responden juga sudah

berkeluarga serta memiliki nama baik dalam keluarga dan sebagai tokoh dalam

masyarakat. Jenis kelamin responden adalah laki-laki (96%) dan perempuan (4%).

Rata-rata responden menjabat sebagai prodiakon sudah lebih 3 tahun (76%). Hal ini

dikarenakan, ada beberapa respoden yang memang sudah lebih dari satu periode dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

34

ada beberapa prodiakon yang sudah menjabat sejak Paroki Roh Kudus Kebonarum

masih menjadi stasi dari Gereja Maria Assumpta Klaten.

Responden rata-rata menempuh hingga pendidikan terakhir hingga SMA/SMK

(52%). Dengan pendidikan yang ditempuh oleh responden, rata-rata responden bekerja

sebagai petani dan pedagang. Responden memilih lain-lain (48%) dalam memilih jenis

pekerjaan, karena memang tidak semua jenis pilihan pekerjaan terdapat pada pilihan

jawaban.

b. Gambaran Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum

Pada tabel 3, menyatakan bahwa responden mulai terpanggil menjadi prodiakon

saat dilantik menjadi prodiakon (84%). Pada awalnya, sebelum dilantik menjadi

prodiakon, beberapa responden merasa terpaksa karena ditunjuk oleh umat untuk

perwakilan tiap Lingkungan. Responden mulai merasa terpanggil untuk menjadi

pelayan yang dipanggil oleh Allah untuk melayani umat-Nya karena adanya pelatihan

serta bimbingan yang diadakan dari pihak Paroki dan Keuskupan. Pembekalan yang

diterima oleh responden sebelum menjadi prodiakon adalah pembekalan tentang liturgi

(40%). Pembekalan tentang liturgi bagi responden sangatlah penting untuk

menjalankan tugas membantu Romo membagikan komuni.

Pendampingan dari Paroki yang diterima oleh responden selama menjadi

prodiakon kurang lebih satu bulan sekali (80%). Prodiakon juga melaksanakan

pertemuan rutin satu bulan sekali (100%) tiap minggu kedua. Dalam setiap pertemuan

rutin, prodiakon mempunyai agenda yang sudah ditentukan oleh pengurus. Pengurus

mengdakan pertemuan rutin setiap hari Minggu pertama. Prodiakon yang hadir dalam

setiap pertemuan rutin antara 30-40 orang. Hal ini dapat terlihat dari sejumlah

responden yang diteliti, 48% responden mengaku selalu mengikuti pertemuan rutin

prodiakon.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

35

Menjalankan tugas sebagai pelayan umat Allah perlu memupuk iman dan

menghayatinya dalam hidup sehari-hari. Responden memilih mempunyai hidup doa

yang kuat setiap hari untuk memupuk iman dan menghayatinya dalam hidup sehari-hari

(72%). Sedangkan, untuk ketrampilan yang paling dibutuhkan oleh responden dalam

menjalankan tugasnya adalah ketrampilan tata gerak liturgi (60%). Hal ini

menunjukkan bahwa, walaupun responden sudah terbiasa melaksanakan tugas-tugas

liturgi, tetapi prodiakon masih perlu ketrampilan tata gerak liturgi. Tugas pelayanan

responden memang lebih banyak dalam bidang liturgi.

Tugas yang sering dilakukan oleh responden selain membantu Romo

membagikan komuni dalam Perayaan Ekaristi adalah memimpin ibadat (40%) dan

memimpin katekese (40%). Responden seringkali diminta oleh umat untuk memimpin

ibadat pada saat-saat khusus, misalkan saja, memimpin ibadat kematian, syukuran, dll.

Memimpin katekese saat doa Lingkungan juga sering dilakukan oleh responden.

Biasanya responden akan memberikan renungan setelah bacaan Kitab Suci, tidak jarang

responden harus memimpin dari awal hingga akhir doa dikarenakan tidak ada petugas

untuk memimpin doa Lingkungan. Berkaitan dengan tugas yang dipercayakan oleh

responden, responden memilih untuk tetap datang dengan berbagai resiko (88%) dan

menepati janjinya, jika ia sudah berjanji untuk memimpin ibadat di sebuah Lingkungan.

Dari hasil jumlah responden yang memilih, dapat dilihat bahwa responden memiliki

rasa tanggung jawab yang besar atas tugas yang telah dipercayakan padanya. Prodiakon

Paroki Roh Kudus Kebonarum harus mengabdikan dirinya untuk melayani.

c. Pengetahuan Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum tentang Katekese

Umat

Tabel 4 menunjukkan pengetahuan responden tentang katekese umat.

Responden menjawab Katekese Umat diartikan sebagai komunikasi iman (84%).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

36

Dalam proses Katekese Umat, hidup umat yang menjadi tekanan (40%), sehingga

katekese umat yang dicita-citakan dapat terwujud. Arah yang dapat ditunjukkan dalam

proses Katekese Umat adalah umat dengan umat dan umat dengan pendamping (64%).

Arah tersebut menunjukkan adanya dialog multi arah antara pendamping katekese umat

dengan umat. berkat katekese umat pula, seseorang akan mengalami pertobatan yang

ditunjukkan dengan umat semakin aktif dalam kegiatan di Lingkungan, Gereja dan

masyarakat (100%). Tindakan nyata tersebut dapat dirasakan langsung oleh orang lain

dan dari diri kita sendiri.

Bahan yang sering digunakan saat berkatekese umat oleh responden adalah

pengalaman hidup umat (36%) dan masyarakat setempat (36%). Hal ini sesuai dengan

katekese umat yang artinya katekese dari umat, oleh umat dan untuk umat. Peserta

Katekese Umat dapat berdialog dengan suasana yang terbuka adalah saling

mendengarkan (100%).

Pendamping katekese yang dapat menghayati contoh Kristus “Aku di tengah-

tengahmu sebagai pelayan” adalah dapat menumbuhkan suasana yang komunikatif dan

selalu memberi semangat (96%). Tugas seorang pendamping katekese adalah sebgaai

pengarah (44%). Peran peserta dalam Katekese Umat sebagai subyek (48%).

Responden yang juga sebagai pendamping katekese setuju untuk mencari waktu dan

temapat yang cocok untuk umat jika umat tidak mempunyai waktu dan tempat untuk

melaksanakan Katekese Umat (52%).

Responden memilih keunggulan Katekese Umat adalah untuk menumbuhkan

rasa percaya diri, kepribadian dan martabat seseorang (52%). Pendamping dapat

memberi arah pada proses sharing, dan umat juga aktif dan kritis dalam

mengungkapkan pengalaman imannya merupakan tanda bahwa proses katekese dapat

berjalan dengan baik (40%).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

37

d. Gambaran Katekese Umat yang dilaksanakan oleh prodiakon

Tabel 5 adalah gambaran Katekese Umat yang dilaksanakan oleh responden.

Responden melaksanakan kegiatan Katekese Umat di Lingkungan hanya pada saat

khusus saja (52%). Katekese Umat dilaksanakan prodiakon jika prodiakon diminta

untuk memimpin doa Lingkungan atau memberikan renungan oleh umat. Lamanya

responden memimpin proses Katekese Umat adalah sekitar 60-90 menit (52%). Waktu

yang digunakan oleh responden untuk melaksanakan Katekese Umat sudah sangat baik,

karena jika lebih dari 90 menit, maka proses katekese berlangsung tidak efektif.

Metode yang sering digunakan oleh responden dalam memberikan Katekese

Umat adalah metode ceramah (68%). Metode ceramah masih menjadi metode yang

dianggap baik oleh responden, karena memang responden belum mendapatkan metode

yang cocok untuk responden maupun umat. Umat cenderung lebih senang

mendengarkan daripada harus mengungkapkan pengalamannya. Sedangkan sarana

yang sering digunakan oleh responden dalam pelaksanaan adalah Kitab Suci (92%).

Kitab Suci selalu menjadi pegangan responden dalam memberikan katekese, sehingga

sumber bahan utama juga diambil dari Kitab Suci (60%).

Saat berkatekese, ketrampilan yang paling dimiliki oleh responden adalah

terampil menemukan tradisi nilai-nilai kristiani dalam Kitab Suci, ajaran Gereja dan

tradisi lainnya (60%). Menjalankan tugas sebagai pelayan umat sekaligus membimbing

umat, responden merasa sangat perlu memahami Kitab Suci dengan benar. Memahami

Kitab Suci dengan baik dapat membantu responden menjelaskan isi Kitab Suci yang

sesuai dengan konteks umat. Suasana pelaksanaan katekese yang berlangsung

cenderung masih terasa agak kering karena umat masih pasif (40%). Metode yang

digunakan oleh responden juga ikut mempengaruhi suasana yang terjadi dalam proses

pelaksanaan katekese. Umat hanya menjadi pendengar dan responden juga kurang

terampil mengajak umat untuk mengungkapkan pengalaman imannya sehingga sikap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

38

peserta dalam proses cenderung mengobrol dengan umat yang ada di sebelahnya

(36%). Langkah-langkah yang biasa dilaksanakan oleh responden dalam katekese

adalah pembukaan, pembacaan Kitab Suci, pengalaman hidup peserta, renungan, doa

umat dan doa penutup (40%). Langkah-langkah tersebut selalu digunakan oleh

responden dalam pelaksanaan katekese.

e. Dukungan dan kesulitan prodiakon saat melaksanakan Katekese Umat

Faktor pendukung yang dirasakan oleh responden dalam pelaksanan Katekese

Umat dapat dilihat dari hasil data yang diambil pada tabel 6. Faktor pendukung yang

dirasakan oleh responden sehingga proses pelaksanaan Katekese Umat dapat berjalan

dengan baik adalah umat sangat aktif, dapat saling mendengar dan menghargai satu

sama lain (68%). Partisipasi umat dalam pelaksanaan sangat mendukung pelaksanaan

katekese oleh responden. Jika umat sangat pasif, maka responden juga kebingungan

karena tidak ada yang menanggapi. Selain umat, demi kelancaran pelaksanaan

katekese, Paroki juga dapat memberikan sumbangan yang besar bagi responden. Paroki

memberikan pendampingan dan perhatian untuk responden selama melaksanakan

Katekese Umat (56%). Hal ini terbukti bahwa Paroki masih memberikan

pendampingan paling tidak dalam satu bulan sekali untuk para guru agama dan katekis

untuk membicarakan masalah katekese.

Selain dukungan yang dirasakan maupun diterima oleh responden baik langsung

maupun tidak langsung, responden juga mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.

Responden merasa kesulitan jika mengajak umat untuk mengungkapkan pengalaman

imannya (40%). Umat masih enggan untuk mengungkapkan pengalamannya dengan

umat lain yang hadir dalam proses Katekese Umat. Dalam menghadapi kesulitan

tersebut, responden mencari cara untuk belajar lebih banyak tentang Katekese Umat.

Dengan demikian, responden dapat lebih banyak mengenal isi Katekese Umat yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

39

sebenarnya, sehingga nantinya Katekese Umat yang dilaksanakan relevan dengan hidup

umat. Dalam pelaksanaan, responden juga menemukan faktor-faktor yang menghambat

responden dalam proses perencanaan pelaksanaan Katekese Umat. Penghambat yang

dihadapi oleh responden adalah umat tidak mengalami perkembangan. Kondisi umat

sebelum maupun setelah melaksanakan Katekese Umat, tidak menunjukkan

perkembangan yang membahagiakan. Responden cenderung merasa kesulitan untuk

mengajak umat rajin mengikuti Katekese Umat. Kendala ini didorong oleh beberapa hal

yang menyangkut hidup pribadi umat, misalkan saja kesibukan umat, malas, ataupun

memiliki masalah dengan umat yang lain.

f. Manfaat Katekese Umat bagi prodiakon

Tabel 7 merupakan hasil data yang diambil dari responden tentang manfaat

Katekese Umat bagi responden. Katekese Umat memberikan manfaat bagi prodiakon

dengan bertambahnya pengetahuan prodiakon menyangkut metode (32%) dan

pengetahuan menyangkut isi (32%). Dengan Katekese Umat, spiritualitas responden

sebagai pendamping katekese semakin semangat (84%) dalam mendampingi umat

walaupun dengan berbagai tantangan yang dihadapi oleh prodiakon. Melalui Katekese

Umat ketrampilan yang dimiliki oleh responden juga semakin menjadi ciri khas

prodiakon. Responden mampu berefleksi dari pengalaman hidup sehari-hari (40%).

Tidak hanya sekedar pengalaman hidup yang biasa, tetapi menjadi pengalaman iman

bagi responden.

g. Manfaat Katekese Umat bagi umat

Selain manfaat yang dirasakan oleh responden, Katekese Umat juga

memberikan manfaat bagi umat. Manfaat Katekese Umat bagi umat dapat dilihat pada

tabel 8. Manfaat yang dirasakan umat adalah umat semakin terbuka dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

40

mengungkapkan pengalaman imannya (36%). Umat yang semakin terbuka, juga

mampu menerima orang lain dengan terbuka, sehingga kerukunan antar umat dapat

terjaga. Umat dapat lebih memhami dan bagi menghargai umat lainnya (48%), terlebih

mereka yang sedang mengungkapkan pengalaman imannya. Dengan Katekese Umat,

umat rajin dalam mengikuti kegiatan Gereja, karena Katekese Umat membantu untuk

dapat menyadari dirinya sebagai anggota Gereja yang seharusnya turut dalam

pembangunan Gereja.

h. Model Katekese Umat yang relevan dengan hidup umat bagi prodiakon

Tabel 9 menunjukkan model Katekese Umat yang relevan dengan hidup umat

responden. Menurut responden, yang menjadi titik tolak Katekese Umat sehingga

nantinya relevan dengan hidup umat adalah hidup beriman umat (72%). Titik tolak

katekese umat sesuai dengan model katekese umat dengan sharing pengalaman (84%).

Sharing pengalaman membantu umat untuk dapat saling mengenal dan menghargai satu

sama lain, sehingga responden merasa bahwa sharing pengalaman sangat cocok jika

digunakan dalam berkatekese di tengah umat.

i. Harapan dan usulan yang dibutuhkan oleh prodiakon dalam Katekese Umat

selanjutnya

Pada tabel 10, ditunjukkan harapan-harapan serta usulan responden untuk

perkembangan katekese umat selanjutnya. Harapan responden untuk penyelenggaraan

katekese umat selanjutnya adalah umat dapat terlibat aktif dalam kegiatan katekese

(44%). Umat kurang menyadari pentingnya katekese umat dalam hidup sehari-hari,

sehingga umat cenderung tidak terlibat aktif dalam kegiatan katekese. sedangkan yang

diharapkan responden dari pihak Paroki adalah Paroki dapat memberikan perhatian dan

dukungan kepada prodiakon di dalam melaksanakan tugas katekese di tengah umat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

41

(52%). Dukungan dan perhatian Paroki sangat dibutuhkan oleh responden dalam

menjalankan tugas sebagai pendamping katekese.

Responden mengusulkan agar Paroki dan umat dapat member perhatian yang

khusus untuk pelaksanaan katekese umat di Lingkungan, sehingga kesadaran umat akan

katekese dapat semakin meningkat (48%). Responden juga mengusulkan tema atau

pokok-pokok yang diharapkan oleh umat untuk katekese umat selanjutnya adalah hidup

menggereja (44%).

4. Rangkuman Hasil Penelitian

Berdasarkan dari hasil penelitian, maka penulis mencoba untuk merangkumnya

dalam satu bagian utuh. Tugas-tugas prodiakon saat ini, tidak hanya terbatas untuk

membantu Pastor membagikan komuni pada saat Perayaan Ekaristi ataupun memimpin

ibadat. Salah satu tugas prodiakon adalah tugas pewartaan melalui katekese. Prodiakon

Paroki Roh Kudus Kebonarum merupakan salah satu dari sekian prodiakon yang

melaksanakan tugas katekese. Dalam melaksanakan tugas katekese umat, prodiakon

sudah melaksanakan yang terbaik untuk umat. Dalam pelaksanaan katekese umat

prodiakon masih mengalami kesulitan. Pengetahuan yang dimiliki oleh prodiakon

tentang katekese umat, juga masih sangat terbatas, misalkan saja tentang metode

berkatekese, pemilihan bahan katekese, penggunaan sarana katekese bahkan cara

penyampaian isi katekese kepada umat. Prodiakon masih menggunakan metode

ceramah dalam pelaksanaan, sehingga katekese umat belum mengenai sasaran. Sasaran

katekese umat yang sebenarnya adalah katekese umat berasal dari umat sendiri, diolah

bersama umat dan hasil dari katekese umat juga untuk umat sendiri. Metode yang

digunakan oleh prodiakon juga mempengaruhi suasana katekese umat yang sedang

berlangsung. Menurut prodiakon, umat masih sangat pasif karena umat belum bisa

mensharingkan pengalaman hidupnya kepada umat yang hadir dalam katekese umat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

42

Umat hanya menjadi obyek bagi pendamping. Sikap umat yang tampak dalam proses

katekese adalah umat mengobrol dengan teman yang ada di sebelahnya ataupun

mengantuk hingga ketiduran saat proses katekese umat berlangsung. Prodiakon

mengharapkan partisipasi umat dalam katekese dan pendampingan masalah katekese

dari pihak Paroki. Responden berharap agar dapat diberikan bekal yang baru mengenai

masalah Katekese Umat. Hal ini dimaksudkan agar dengan model katekese yang baru,

umat dapat tertarik mengikuti proses Katekese Umat selanjutnya.

Dukungan yang diterima oleh prodiakon dari pihak Paroki sudah sangat cukup,

namun hambatan yang dialami oleh responden sangatlah menantang. Responden harus

menghadapi umat yang tidak mengalami perkembangan. Umat jarang mengikuti proses

katekese dan kurang aktif dalam mengikuti kegiatan gereja. Dalam pelaksanaan

Katekese Umat selanjutnya, responden sangat mengharapkan dukungan dari umat dan

dari pihak Paroki.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

43

BAB III

KATEKESE UMAT

MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS

BAGI PRODIAKON

Gereja mempunyai tugas pokok dalam tugas pewartaan. Pewartaan dalam

lingkup Gereja meliputi katekese, pelajaran agama, pewartaan dalam bentuk media

cetak, elektronika maupun lewat media massa, dll. Katekese merupakan usaha dari

Gereja untuk memperkembangkan hidup iman umat dalam hidup sehari-hari. Adapun

unsur-unsur katekese adalah pewartaan, pengajaran, pendidikan, pendalaman,

pembinaan, pengukuhan serta pendewasaan, maka perlu menggunakan metode dalam

ragam bentuk agar mengena dan berbuah nyata dalam diri umat (Telaumbanua, 1999:

5). Katekese sebagai bagian dari pewartaan membutuhkan pembaharuan secara terus-

menerus agar sesuai dengan kebutuhan dan situasi umat (CT, art. 18). Salah satu bentuk

katekese yang sesuai dengan kebutuhan dan situasi umat adalah Katekese Umat.

Katekese Umat dapat berlangsung dengan menggunakan model analisis sosial, model

biblis, model pengalaman hidup, model campuran (model biblis dan pengalaman

hidup), model Shared Christian Praxis.

Dalam mewujudkan tritugas Yesus, Gereja perlu melihat sumbangan kaum

awam dalam Gereja. Partisipasi dari kaum awam tentunya juga melihat kebutuhan

Gereja. Penghargaan untuk kaum awam dapat dilihat dari partisipasi kaum awam dalam

tugas Gereja, misalnya saja tugas sebagai lektor, penyanyi, memberikan permandian,

melakukan pelayanan sabda dan membagikan komuni suci (Prasetya, 2007: 38). Kaum

awam yang terlibat dalam tugas liturgi dan peribadatan Gereja, diandaikan bahwa

sudah menyadari panggilannya dan tugas perutusannya sebagai bagian dari anggota

Gereja Katolik. Dalam menjalankan tugas Gereja, kaum awam juga diharapkan agar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

44

dapat melakukannya dengan sepenuh hati, sehingga dapat membantu umat yang berada

di sekitarnya untuk dapat merasakan kehadiran Allah (Prasetya, 2007: 28).

Prodiakon merupakan salah satu wujud partisipasi kaum awam untuk memenuhi

kebutuhan Gereja. Prodiakon yang diartikan sebagai seseorang yang melaksanakan

tugas seperti diakon tertahbis, sudah sepantasnya jika melaksanakan tugas seperti

diakon tertahbis (Prasetya, 2007: 39). Salah satu peran prodiakon sebagai pelayan

sabda adalah memberikan katekese di tengah umat. Dalam memberikan katekese di

tengah umat, prodiakon diharapkan memiliki ketrampilan dalam berkomunikasi dan

berefleksi tanpa mengesampingkan pengetahuan yang dimiliki prodiakon.

Prodiakon sebagai pelayan sabda, juga membantu tugas pewartaan Gereja.

Dalam tugas pewartaan Gereja, selain katekis lingkungan, wilayah maupun paroki,

prodiakon memiliki peranan sebagai pemimpin katekese di tengah umat, khususnya

Katekese Umat. Katekese Umat yang dirasa relevan dengan hidup umat adalah

katekese model Shared Christian Praxis. Pengenalan SCP bagi prodiakon diharapkan

dapat memberi warna tersendiri bagi prodiakon dan bagi umat sebagai peserta katekese.

A. Katekese Umat Model Shared Christian Praxis (SCP)

Perkembangan katekese di Indonesia ditandai dengan adanya Katekese Umat

yang diselenggarakan oleh Komisi Kateketik Indonesia yang dihadiri oleh utusan dari

seluruh keuskupan di Indonesia. Katekese Umat adalah katekese hasil Pertemuan

Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia (PKKI) yang pertama. Katekese Umat pertama

kali digagas pada saat Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia pada tahun

1977 bertempat di Wisma Samadi, Sindanglaya, Jawa Barat. Katekese Umat adalah

katekese yang melibatkan seluruh umat ‘katekese oleh umat, dari umat dan untuk umat’

dalam proses katekese ditandai dengan komunikasi iman antar peserta (Lalu, 2007: 9-

10).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

45

Katekese mengalami perkembangan dan pembaharuan secara terus-menerus,

termasuk pengembangan model-model Katekese Umat. Shared Christian Praxis

merupakan salah satu model yang dapat digunakan dalam berkatekese. Shared

Christian Praxis merupakan model katekese yang aktual dengan hidup umat dan juga

mempunyai dasar teologis yang kuat. Shared Christian Praxis menekankan peran

keberadaan umat sebagai subyek (Groome, 1997: 1). Istilah Shared Christian Praxis

memang tidak begitu banyak dikenal umat, tetapi beberapa pendamping katekese

menggunakan model ini untuk berkatekese di tengah umat.

Shared Christian Praxis merupakan model katekese yang menekankan pada

situasi konkret umat. Shared Christian Praxis sangat relevan jika digunakan

berkatekese di tengah umat. Kitab Hukum Kanonik kanon 769 menyebutkan bahwa:

“Hendaknya ajaran kristiani disajikan dengan cara yang cocok dengan keadaan para

pendengar dan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan zaman”.

1. Katekese Umat

Katekese Umat dicetuskan saat Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-

Indonesia yang pertama. PKKI I ini berlangsung dari tanggal 10-17 Juli 1977 di

Sindanglaya, Jawa Barat. PKKI dilaksanakan setiap empat tahun sekali. Sampai saat

ini, PKKI sudah berlangsung sembilan kali. Setiap pertemuan PKKI senantiasa

mengangkat Katekese Umat sebagai tema pembicaraan (Lalu, 2007: 9). Perkembangan

Katekese Umat akan lebih dipahami dalam sejarah singkat PKKI I sampai PKKI IX.

a. Sejarah singkat perkembangan Katekese Umat dalam PKKI

Tema PKKI I adalah ‘menentukan arah katekese di Indonesia’. Tema ini

berawal dari keprihatinan peserta yang melihat bahwa proses katekese masih sangat

tergantung pada kaum hierarki dan petugas-petugas pastoral. Umat tidak mempunyai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

46

peranan yang penting di dalam proses katekese, selain sebagai pendengar saja (Lalu,

2007: 9). Berawal dari keprihatinan peserta tersebut, para peserta mulai yakin bahwa

perlu dicari suatu arah maupun pola baru dalam katekese. Muncullah suatu gagasan

tentang bentuk katekese yang melibatkan seluruh umat ‘katekese oleh umat, dari umat,

dan untuk umat’ melalui diskusi-diskusi dan ceramah Rm. R. Hardawiryana, SJ yang

berjudul ‘Katekese dan Teologi’. Gagasan Katekese Umat harus menjadi arah dan pola

dari katekese di Indonesia (Lalu, 2007: 10).

Pelaksanaan PKKI II berlangsung di Klender pada tahun 1980 untuk mencari

kejelasan tentang gagasan Katekese Umat yang dicetuskan dalam PKKI I. PKKI II

menghasilkan rumusan Katekese Umat yang terdiri dalam enam pokok. Pokok-pokok

dalam Katekese Umat tersebut berawal dari kesulitan yang dihadapi baik oleh umat

maupun pembina saat berkatekese umat. Pokok-pokok tersebut adalah pengertian

Katekese Umat, pola Katekese Umat, peran peserta Katekese Umat, peran pembina

Katekese Umat, suasana Katekese Umat dan tujuan Katekese Umat. Dari hasil pokok-

pokok tersebut, kunci keberhasilan Katekese Umat terletak pada fasilitator (pembina

Katekese Umat) (Telaumbanua, 1999: 11).

PKKI III membicarakan pokok tentang ‘pembinaan pembina Katekese Umat’

yang diadakan pada tahun 1984 di Pacet, Mojokerto. Tema PKKI III tersebut

merupakan hasil perkembangan PKKI II yang memperjelas rumusan Katekese Umat

dan kunci keberhasilan katekese sebagian terletak pada diri pembina Katekese Umat.

Hal-hal yang dirumuskan dalam PKKI III meliputi, arti dan makna pembina Katekese

Umat, pembinaan ketrampilan pembina Katekese Umat dan unsur-unsur pokok dalam

pembinaan pembina Katekese Umat. Hasil PKKI III, diharapkan dapat membawa hal

yang positif bagi perkembangan pembina Katekese Umat (Lalu, 2007: 15-19).

PKKI IV berlangsung pada bulan Oktober tahun 1988 di Denpasar, Bali,

mengusung tema ‘iman yang terlibat dalam masyarakat’. Pokok pembahasan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

47

PKKI IV adalah mengevaluasi Katekese Umat yang terus mengalami perkembangan

baik yang dirasakan oleh peserta katekese maupun pembina. PKKI IV juga

merumuskan pokok-pokok mengenai arti iman yang terlibat dalam masyarakat,

Katekese Umat yang dicita-citakan, dan Katekese Umat dengan analisis sosial (Lalu,

2007: 21-25).

PKKI V yang berlangsung dari tanggal 22-30 September 1992 di Wisma

Kinasih, Caringin, Bogor mengangkat kebali tema PKKI IV ‘membina iman yang

terlibat dalam masyarakat’. Kehidupan iman umat perlu dihayati dan dimengerti

sebagai iman yang memasyarakat dalam lingkup hidup konkret. Metode yang

digunakan agar dapat membina iman yang terlibat dalam masyarakat adalah metode

analisis sosial. Diharapkan, dengan metode analisis sosial dapat melihat suatu masalah

secara lebih dalam dan membantu umat mewujudkan imannya dalam hidup

bermasyarakat (Lalu, 2007: 27).

PKKI VI mengambil tema ‘menggalakkan karya katekese di Indonesia’. Sub

tema dalam PKKI VI ini adalah katekese yang membangun jemaat dengan orientasi

Kerajaan Allah, Kitab Suci dalam Katekese Umat Ansos, peranan media dalam

pewartaan, spiritualitas dan tugas para pewarta. Kerangka sub tema tersebut didalami

oleh peserta yang sudah dibagi dalam beberapa kelompok dan didampingi oleh para

pakar (Lalu, 2007: 35).

PKKI VII mengusung tema ‘Katekese Umat dan kelompok basis gerejani’.

PKKI VI mengharapkan bahwa dengan adanya Katekese Umat dapat menunjang

adanya Komunitas Basis Gerejani (KBG) ditandai dengan saling menghargai secara

lebih mendalam dan umat semakin menyadari pentingnya hidup dalam komunitas.

Setelah itu, Katekese Umat dapat menghantar umat yang masuk dalam KBG agar

semakin berkembang bersama-sama dengan visi dan misinya serta memiliki

spiritualitas yang sama. Tema yang diangkat dalam PKKI VII, kemudian dievaluasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

48

kembali dalam PKKI VIII untuk melihat sumbangan yang dapat diberikan Katekese

Umat demi pertumbuhan dan perkembangan Komunitas Basis Gerejani (Lalu, 2007:

45-59). PKKI IX berlangsung pada tanggal 17-23 Juni tahun 2008, di Tomohon,

Manado. PKKI IX mengusung tema ‘katekese dalam masyarakat yang tertekan’.

Tema-tema yang diangkat dalam PKKI I sampai dengan PKKI IX senantiasa

mengangkat Katekese Umat sebagai tema pokok dalam pertemuan. Walaupun seiring

dengan perkembangan, Katekese Umat dilihat dari berbagai hal. Tentunya, tema-tema

tersebut semakin memperkaya Katekese Umat yang hidup di dalam lingkungan umat.

Rumusan Katekese Umat dapat lebih dipahami melalui pengertian Katekese

Umat, pola dan isi Katekese Umat, peserta Katekese Umat, pendamping Katekese

Umat, suasana Katekese Umat, tujuan Katekese Umat dan keunggulan Katekese Umat.

b. Pengertian Katekese Umat

PKKI II yang diadakan pada tahun 1980, dimaksudkan untuk memantapkan

hasil Katekese Umat dalam PKKI I yang masih mengalami kesimpangsiuran dalam

prakteknya. Katekese Umat dapat diartikan sebagai komunikasi iman umat atau tukar

pengalaman iman antaranggota jemaat (Telaumbanua, 2007: 11). Melalui hasil PKKI

II, Huber (1981: 15) merumuskan pengertian Katekese Umat sebagai berikut:

KATEKESE UMAT diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalamaniman (penghayatan iman) antara anggota jemaat/kelompok. Melalui kesaksianpara peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masingditeguhkan dan dihayati secara makin sempurna. Dalam Katekese Umat tekananterutama diletakkan penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan.Katekese Umat mengandaikan ada perencanaan.

Komunikasi iman atau tukar pengalaman (penghayatan iman) antara anggota

jemaat/kelompok yang dimaksudkan adalah bukan saja komunikasi antara pembimbing

dengan umat. Komunikasi iman dalam Katekese Umat merupakan komunikasi antar

peserta sendiri lalu peserta dengan pendamping. Komunikasi iman yang diharapkan

dalam Katekese Umat, tentunya juga mengingat arah katekese sekarang adalah demi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

49

pembangunan jemaat agar semakin berani dan kritis dalam mengungkapkan diri

(Huber, 1981: 18; bdk. Lalu, 2007: 90). Katekese yang hanya bersifat pengajaran

belaka di mana umat hanya sebagai pendengar dan dianggap tidak tahu tentang apa-apa

tidak lagi mendapat perhatian di tengah umat (Telaumbanua, 1999: 86).

Pengalaman iman umat (penghayatan iman) dasar dalam berkatekese umat,

mempunyai makna yang begitu dalam. Setiap pengalaman yang dimiliki, baik secara

langsung maupun tidak langsung adalah pengalaman yang dilihat dalam terang iman.

Lewat pengalaman iman tersebut, umat semakin diteguhkan dan diperkaya satu sama

lain. Hal ini jelas terlihat bahwa yang ditukarkan ialah penghayatan iman dan bukan

pengetahuan tentang rumusan iman. Rumusan-rumusan iman memang menunjang

penghayatan iman umat, tetapi peserta diharapkan dapat mengenal penghayatan sendiri

dalam rumusan resmi Gereja (Lalu, 2007: 90).

Dengan mengatakan bahwa “Katekese Umat mengandaikan adanya

perencanaan”, rumusan ini membatasi pengertian Katekese Umat. Sesuai yang

dikatakan dalam Catechesi Tradendae art. 21, bahwa: “Katekese harus bersifat

sistematis, bukan hasil improvisasi, melainkan sungguh berencana untuk mencapai

tujuan tertentu”. Bidang pembinaan iman pastoral sangatlah beragam dan luas sekali.

Katekese Umat adalah salah satu bidang dalam usaha pastoral Gereja. Kendatipun

Katekese Umat merupakan salah satu bidang pembinaan iman saja, tentunya Katekese

Umat juga dipengaruhi dan mempengaruhi kegiatan pastoral lain (Lalu, 2007: 90).

Usaha pastoral Gereja yang dalam hal ini adalah katekese, merupakan salah satu

pembinaan Gereja untuk umat dan selalu berkelanjutan serta selalu ada gerakan

pembaharuan. Melihat usaha Gereja yang sedemikian, maka dapat dilihat bahwa dalam

setiap gerakan Gereja dalam hal katekese ada suatu kegiatan “perencanaan”. Rencana

untuk dapat melakukan yang terbaik dan memberikan yang terbaik untuk umat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

50

Katekese yang terencana, akan dapat sangat membantu bagi yang memberi katekese

maupun yang menerima katekese.

c. Pola dan isi Katekese Umat

Katekese Umat memiliki pola dan isi yang berpusat pada Yesus Kristus. Yesus

Kristus merupakan Sabda Allah yang menjelma menjadi manusia, yang merupakan

puncak dari seluruh tindakan Allah di dunia dan merupakan pusat pewartaan kabar

gembira Injil dalam rangka sejarah keselamatan. Dengan demikian, katekese harus

berpusat pada Kristus (DCG, art. 40). Huber (1981: 15) menulis sebagai berikut:

Dalam Katekese Umat kita bersaksi tentang iman kita akan Yesus Kristus,pengantara Allah yang bersabda kepada kita dan pengantara kita menanggapisabda Allah. Yesus Kristus tampil sebagai pola hidup kita dalam Kitab Suci,khususnya dalam Perjanjian Baru, yang mendasari penghayatan iman Gereja disepanjang Tradisinya.

Maksud bahwa katekese memiliki pola Kristosentris diartikan bahwa ajaran

yang disampaikan bukanlah ajaran dari pendamping katekese maupun ajaran orang lain

melainkan ajaran Yesus Kristus yang hadir dalam Sabda Allah. Katekese mengajarkan

kebenaran-kebenaran yang diajarkan oleh Yesus sendiri. Segala tindakan dan hal-hal

yang ada dalam diri Yesus adalah kebenaran. Dalam katekese, Kristus adalah Sabda

yang menjelma dan Putera Allah (CT, art. 6).

Yesus Kristus menjadi pokok katekese yang selalu menjadi tujuan akhir dan

penentu dalam proses katekese. Katekese Umat merupakan katekese yang berawal dari

pengalaman sehari-hari umat, namun tetap dilihat dalam rangka karya penyelamatan

Yesus untuk menuju pada Allah sendiri. “Bukan sembarang tukar pengalaman tetapi

usaha tekun yang ditandai Kristus baik mengenai isi maupun mengenai cara. Dalam

Kristus kita berjumpa dengan Allah dan melalui Dia-lah pula Allah mendatangi kita”

(Huber, 1981: 19; bdk. Lalu, 2007: 91).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

51

Isi dalam Katekese Umat yang juga tidak dapat diabaikan adalah penghayatan

iman. Penghayatan iman umat diukur dan berpedoman pada Kitab Suci, tetapi bukan

berarti bahwa tiap bentuk penghayatan iman tertampung secara harafiah dalam Kitab

Suci, demikian juga dengan Katekese Umat yang berpedoman dan dinilai oleh Kitab

Suci, tetapi bukan berarti bahwa Kitab Suci menjadi bahan satu-satunya dalam

melaksanakan Katekese Umat (Huber, 1981: 19).

Tukar penghayatan iman akan gagal dan menjengkelkan, apabila umat tidak

dapat saling mendengarkan, tidak saling menampung dan menghargai satu sama lain

dalam mendalami tema katekese. Pembicaraan yang terjadi antar umat akan

menyebabkan ketidaksinambungan arah Katekese Umat (Huber, 1981: 19).

d. Peserta Katekese Umat

Katekese Umat adalah katekese oleh umat, dari umat dan untuk umat. Rumusan

tersebut menegaskan bahwa peserta Katekese Umat bukanlah suatu golongan maupun

status tertentu melainkan seluruh umat Allah. Huber (1981: 15) menuliskan bahwa:

Yang berkatekese ialah Umat, artinya semua orang beriman, yang secara pribadimemilih Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih memahami Kristus;Kristus menjadi pola hidup pribadi, pun pula pola kehidupan kelompok; jadiseluruh umat baik yang berkumpul dalam kelompok-kelompok basis maupun disekolah atau perguruan tinggi. Penekanan pada seluruh umat justru merupakansalah satu unsur yang memberi arah pada Katekese sekarang. Penekananperanan umat pada katekese ini sesuai dengan peranan umat pada pengertianGereja itu sendiri.

Gereja sadar bahwa Katekese Umat tidak ditujukan pada sebagian umat saja,

tetapi seluruh umat yang terpanggil untuk mendalami imannya terus-menerus. Semua

orang beriman yang secara pribadi memilih Kristus dan secara bebas berkumpul dalam

Kristus berhak mengikuti dan mendapatkan Katekese Umat. Umat yang secara pribadi

memilih Kristus adalah umat yang dipersatukan dalam sakramen permandian maupun

para katekumen (Huber, 1981: 20; bdk. Lalu, 2007: 92).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

52

Pelaksanaan Katekese Umat tidak menuntut pengelompokan umat yang, tetapi

setiap kesempatan umat berkumpul dapat melaksanakan. Mereka yang berada dalam

lingkup keluarga, sekolah, perguruan tinggi maupun dalam kelompok basis tertentu.

Katekese Umat. Dalam Catechesi Tradendae art. 44 menyebutkan bahwa katekese

selalu memberikan perhatian bagi mereka yang masih belum mengenal Kristen, yang

menjauh dari Kristen, maupun bagi mereka yang belum pernah mengalami pembinaan

iman. Katekese Umat tidak menuntut bahwa Katekese Umat hanya bisa dilaksanakan

lingkup Gereja saja. Katekese Umat merupakan katekese yang ditujukan kepada

seluruh umat. “Oleh karena itu katekese diperuntukkan bagi kaum dewasa segala umur,

termasuk mereka yang lanjut usia, yang selayaknya beroleh perhatian yang khusus

mengingat pengalaman serta masalah-masalah mereka, - tidak kurang dari pada bagi

anak-anak, kaum remaja, dan angkatan muda” (CT, art. 45).

e. Pendamping Katekese Umat

Pendamping Katekese Umat juga memiliki peranan yang penting dalam proses

pelaksanaan Katekese Umat. Dalam pelaksanaannya, kunci keberhasilan Katekese

Umat sebagian terletak pada pendamping Katekese Umat. Peran pendamping dalam

Katekese Umat diharapkan dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi peserta

katekese, sehingga peserta katekese dapat mengungkapkan dirinya dengan terbuka.

Rumusan Katekese Umat dalam PKKI II (Huber, 1981: 15-16) menyebutkan bahwa:

Dalam katekese yang menjemaat ini Pemimpin Katekese bertindak terutamasebagai pengarah dan pemudah (fasilitator). Ia adalah pelayan yang siapmenciptakan suasana yang komunikatif. Ia membangkitkan gairah supaya parapeserta berani berbicara terbuka. Katekese Umat menerima banyak jalurkomunikasi dalam berkatekese. Tugas mengajar yang dipercayakan kepadahierarki menjamin agar seluruh kekayaan iman berkembang dengan lurus

Rumusan tersebut menjelaskan bahwa peran pendamping dalam Katekese Umat

sebagai pengarah dan pemudah (fasilitator) bagi umat. Seorang pendamping Katekese

Umat selalu menghayati contoh Kristus di dalam tugas pelayanannya, ‘Aku di tengah-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

53

tengahmu sebagai pelayan’ (Luk 22:27). Pendamping yang menghayati Kristus dalam

tugas perutusannya, adalah pendamping yang baik bagi umatnya. Pendamping mampu

mengarahkan pembicaraan umat dalam proses katekese agar tidak menghindarkan diri

dari salib dengan menghibur diri dengan pembicaraan yang dangkal. Pendamping

hendaknya senantiasa melayani peserta yang mengalami kesulitan dengan selalu

memberikan semangat, memuji usaha, meredakan ketegangan maupun menjaga

perasaan peserta agar tidak merasa terhina. Pendamping membangun suasana saling

mendengarkan dan saling menghargai satu sama lain tanpa pandang bulu (Lalu, 2007:

95). Suasana yang dibangun oleh pendamping tersebut membantu peserta semakin

komunikatif dan terbuka, sehingga umat dapat mengungkapkan dirinya tanpa merasa

ketakutan dan merasa tidak dihargai (Huber, 1981: 21; bdk. Lalu, 2007: 94).

Pendamping juga perlu memberikan masukan yang diperlukan oleh kelompok untuk

memenuhi kebutuhan rohani maupun keberlangsungan Katekese Umat. Peran

pendamping tidak hanya terhenti pada saat proses pertemuan katekese saja, tetapi

pendamping juga harus pandai mengatur waktu dan tempat untuk pertemuan katekese

selanjutnya jika kelompok tidak melakukannya (Huber, 1981: 21-22; bdk. Lalu, 2007:

95).

Pendamping Katekese Umat diharapkan memiliki pengetahuan dan ketrampilan

dalam berkatekese. Dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki, bukan berarti

bahwa pendamping Katekese Umat merasa lebih tinggi dibandingkan umat yang

didampingi. “Pemimpin Katekese Umat tidak membawa diri sebagai pembesar, yang

mengindoktrinasikan bawahannya; pun pula dia tidak mau memberi kesan, seakan-akan

dia yang pandai menyampaikan pengetahuan/pandangan kepada para peserta yang

bodoh” (Lalu, 2007: 94).

Selain itu, dengan kemampuan yang lebih, pendamping Katekese Umat dapat

membantu umat yang sedang merasa kesulitan dalam menjalani hidup. Dengan sikap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

54

pendamping yang seperti ini, maka hubungan yang terjalin antara pendamping dan

peserta katekese dapat terjalin hubungan yang erat dan hangat.

Melihat pandangan diatas, tentunya sangat diharapkan bahwa pendamping

katekese sudah mempunyai bekal kemampuan/ketrampilan dalam memberikan

katekese kepada umat. Lalu (2007: 96) menuliskan bahwa sebagai pendamping

Katekese Umat diharapkan memiliki kemampuan/ketrampilan berkomunikasi dan

berefleksi.

1) Kemampuan/ketrampilan dalam berkomunikasi

Komunikasi merupakan salah satu pokok penting dalam pewartaan katekese di

tengah umat. Komunikasi yang terjadi dalam Katekese Umat adalah komunikasi antara

orang-orang dengan pengalaman tertentu pada situasi tertentu yang dilatarbelakangi

kebudayaan tertentu. Kemampuan/ketrampilan dalam berkomunikasi yang diharapkan

dari sosok seorang pendamping Katekese Umat, adalah sebagai berikut (Lalu, 2007:

96):

Mampu berelasi dengan umat sehingga dapat mengajak umat untuk berkumpul,

mensharingkan pengalaman imannya lalu bersama-sama dengan pendamping

mampu merumuskan suatu tindakan nyata sebagai suatu sikap pertobatan.

Mampu mengungkapkan diri di tengah umat agar dapat menjadi panutan umat

yang lain. Selain pendamping terampil dalam berbicara, pendamping diharapkan

juga dapat mendengarkan. Dengan mendengarkan, umat akan merasa dihargai dan

diterima oleh pendampingnya.

Mampu menciptakan suasana yang komunikatif sehingga memudahkan peserta

untuk dapat mengungkapkan dirinya dan mengajak peserta untuk dapat

mendengarkan peserta lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

55

2) Kemampuan/ketrampilan berefleksi

Komunikasi antara pendamping dan peserta bukan hanya diartikan sebagai

komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik semata, melainkan komunikasi

iman. Komunikasi iman bukanlah hanya sekedar informasi belaka, melainkan suatu

kesaksian iman baik dari peserta maupun dari pendamping. Itu berarti bahwa

pendamping Katekese Umat adalah seorang yang menyadari dan mampu memberi

kesaksian tentang pengalaman imannya. Komunikasi iman menuju pada kehadiran

Kristus yang dialami dan dihayati oleh umat Kristiani dimana-mana sejak jaman para

rasul sesuai dengan pola atau isi Katekese Umat (Lalu, 2007: 96).

f. Suasana Katekese Umat

Suasana Katekese Umat dapat dibangun sesuai yang diharapkan dalam rumusan

Katekese Umat dalam PKKI II dengan relasi yang dibangun antara pendamping

maupun peserta. Suasana Katekese Umat dalam PKKI II (Huber, 1981: 16) dirumuskan

sebagai berikut: “Katekese Umat merupakan komunikasi iman dari peserta sebagai

sesama dalam iman yang sederajat, yang saling bersaksi tentang iman mereka. Peserta

berdialog dalam suasana terbuka, ditandai sikap saling menghargai dan saling

mendengarkan. Proses terencana ini berjalan terus-menerus.”

Hubungan yang terjalin antar peserta dalam pertemuan Katekese Umat adalah

hubungan setia kawan, yang secara bersama dengan pendamping berjalan menuju

Kepenuhan Kristus. Setiap peserta memiliki sumbangannya untuk mengungkapkan

pengalaman imannya dan mendengarkan pengalaman iman peserta lain. Para peserta

memiliki peran yang sama dalam Katekese Umat, ditandai dengan suasana yang

sederajat (Lalu, 2007: 93-94). Peserta Katekese Umat bersama-sama berkumpul dalam

pertemuan untuk memahami Kristus dalam hidup sehari-hari tanpa ada paksaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

56

Suasana yang terjalin adalah suasana bebas, tanpa takut dan merasa dicurigai saat

mengungkapkan pengalaman imannya (Lalu, 2007: 93).

Katekese Umat mengusahakan suasana tobat dalam setiap pertemuan. Suasana

tobat dalam pertemuan katekese ini berlawanan dengan sikap-sikap yang selalu

memegahkan diri saat pertemuan katekese dengan kedudukan atau gengsi yang dimiliki

oleh peserta. Meremehkan peserta lain dalam proses Katekese Umat bertentangan

dengan suasana katekese umat yang sederajat dan saling menghargai dalam rumusan

Katekese Umat PKKI II. “Hal ini sesuai dengan cita-cita Paulus: ‘Dalam hal ini tidak

lagi diadakan perbedaan antara orang Yahudi, antara hamba dan orang bebas, antara

laki-laki dan perempuan. Saudara semuanya satu karena Yesus Kristus’. (Gal 3:28)”

(Huber, 1981: 22; bdk. Lalu, 2007: 94).

g. Tujuan Katekese Umat

Adanya Katekese Umat yang berkembang dari jaman ke jaman, tentunya

memiliki tujuan yang ingin dicapai. PKKI II (Huber, 1981: 16) menegaskan bahwa

tujuan Katekese Umat ialah:

supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita sehari-hari;

dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadarikehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari;

dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkancinta kasih dan makin dikukuhkan hidup kristiani kita;

pula kita makin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegasmewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta;

sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kitadi tengah masyarakat.

Kelima rumusan tujuan Katekese Umat tersebut menyoroti tujuan Katekese

Umat dari sudut yang berbeda. Ketiga tujuan pertama lebih memperhatikan peserta

sendiri, sedangkan kedua tujuan terakhir menegaskan tujuan sebagai Gereja dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

57

berpuncak pada hidup peserta dalam bermasyarakat (Huber, 1981: 23; bdk. Lalu, 2007:

97).

Tujuan Katekese Umat yang utama adalah membantu peserta untuk semakin

sadar, semakin mendalam/utuh. Katekese Umat membantu peserta untuk menempatkan

pengalaman religius kembali ke dalam hidup konkret, sehingga membawa peserta pada

proses pemanusiaan kristiani. Tobat (metanoia) dalam Katekese Umat adalah

mengusahakan kehadiran Allah di tengah-tengah umat, sehingga umat mengalami dan

menyadari bahwa seluruh pengalaman hidup di dunia ditebus oleh Kristus dan dipakai

oleh Roh Kudus untuk mengantar umat pada Allah Bapa (Huber, 1981: 23; bdk. Lalu,

2007: 97).

Tujuan Katekese Umat ini sejalan dengan tujuan khas katekese yang tertulis

dalam Catechesi Tradendae art. 20, “berkat bantuan Allah mengembangkan iman yang

baru mulai tumbuh, dan hari ke hari memekarkan menuju kepenuhannya serta makin

memantapkan perihidup Kristen umat beriman, muda maupun tua”. Apapun yang

menjadi tujuan dalam Katekese Umat, selalu bertolak demi pengembangan hidup umat

dalam Gereja dan dalam lingkungan masyarakat. Tujuan Katekese Umat adalah

merupakan titik yang semestinya dicapai dalam proses Katekese Umat. Di dalam

mewujudkan tujuan yang akan dicapai oleh Katekese Umat, maka perlunya keterlibatan

antara umat, fasilitator dan para pejabat Gereja.

h. Keunggulan Katekese Umat

Katekese Umat memiliki beberapa keunggulan, yang juga merupakan suatu

tanda bahwa Katekese Umat mendapat tempat di hati pendamping dan umat. Katekese

Umat ialah katekese dari umat, oleh umat, dan untuk umat. Umat menjadi subyek

dalam berkatekese dengan aktif berpikir, aktif berbicara, aktif mengambil keputusan.

Katekese umat mampu menumbuhkan rasa percaya diri, kepribadian dan martabat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

58

peserta katekese. Katekese Umat membawa anggota umatnya menjadi semakin kritis

dan otonom (Lalu, 2007: 103).

Katekese Umat selalu berbicara tentang hidup konkret dalam terang Injil. Hal

ini menyadarkan umat pada kehadiran Allah dalam hidup mereka. Katekese Umat

senantiasa mengajak peserta secara konkret dan aktual menyadari bahwa Allah hadir

dan berkarya dalam hidup nyata mereka (Lalu, 2007: 103).

Katekese Umat berkomunikasi tentang hidup nyata dalam terang iman dan

terjadi komunikasi iman itu. Katekese Umat sering pula disebut sebagai komunikasi

iman. Semakin umat berkomunikasi iman, umat akan semakin menjadi communio,

semakin menjadi Gereja (Lalu, 2007: 103).

Dalam Katekese Umat, peserta berbicara dan berkomunikasi tentang hidup

nyata. Adanya komunikasi iman tentang hidup konkret membawa Katekese Umat dan

Gereja menjadi sungguh kontekstual dan terbuka. Dalam Katekese Umat, Gereja ber-

communio dengan dunia. Orientasi Katekese Umat adalah Kerajaan Allah, dan tidak

terbatas pada Gereja saja (Lalu, 2007: 103).

2. Shared Christian Praxis (SCP) sebagai Salah Satu Model Katekese Umat

Shared Christian Praxis bermula dari kebutuhan para katekis untuk menemukan

suatu pendekatan berkatekese yang handal dan efektif, artinya suatu pendekatan yang

mempunyai dasar teologis yang kuat, menggunakan model pendidikan yang

“progressif”, dan memiliki keprihatinan pelayanan pastoral yang aktual (Groome,

1997:1).

Shared Christian Praxis merupakan salah satu proses katekese yang bersifat

dialogal dan partisipatif dimana pengalaman iman umat yang menjadi tekanan dalam

proses katekese ini. Shared Christian Praxis merupakan konfrontasi antara “tradisi”

dan “visi” hidup mereka dengan “Tradisi” dan “Visi” kristiani sehingga dengan adanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

59

SCP umat mampu mengambil penegasan dan mengambil keputusan demi terwujudnya

nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia (Groome, 1997:1).

Model Shared Christian Praxis bermula dari pengalaman hidup peserta yang

selanjutnya direfleksi secara kritis supaya diketemukan maknanya yang kemudian

dikonfrontasikan dengan pengalaman hidup iman dan Visi kristiani supaya muncul

pemahaman, sikap dan kesadaran baru yang memberi motivasi pada keterlibatan baru

pula. Dengan kata lain sejak awal orientasi pendekatan ini adalah praksis; maka

pendekatan ini juga disebut sebagai model praksis (Groome, 1997:1).

a. Pengertian Shared Christian Praxis (SCP)

Definisi Shared Christian Praxis dapat digambarkan sebagai suatu pedagogi

yang partisipatif dan dialogis di mana orang-orang berefleksi secara kritis terhadap

pengalaman hidup mereka sendiri pada suatu waktu dan tempat dan terhadap realitas

sosiokultural mereka, mempunyai akses bersama ke dalam Visi Kristen, dan secara

pribadi mengambil maknanya dalam komunitas dengan tujuan kreatif untuk

memperbarui praksis iman Kristen menuju pemerintahan Allah bagi seluruh ciptaan.

Shared Christian Praxis menekankan proses katekese yang bersifat dialogal dan

partisipatif dengan maksud agar mendorong peserta, berdasarkan konfrontasi antara

“tradisi” dan “visi” hidup mereka dengan “Tradisi” dan “Visi” kristiani, agar baik

secara pribadi maupun bersama, mampu mengadakan penegasan dan mengambil

keputusan demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia

yang terlibat dalam dunia (Sumarno Ds, 2009b: 14). Shared Christian Praxis

mempunyai tiga komponen pokok maupun istilah–istilah kunci yang ada dalam

langkah-langkah Shared Christian Praxis. Komponen pokok yang dimaksud, antara

lain: sharing, Christian, Praxis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

60

1). Sharing

Istilah sharing ini menunjukkan komunikasi yang timbal balik yang

menekankan hubungan kemitraan yang saling melengkapi, partisipasi aktif dan dialog

dalam diri seseorang dengan orang lain dan dengan Tuhan dan dengan Visi iman

Kristen. Sharing adalah mengungkapkan rasa, pengalaman, pengetahuan serta saling

mendengarkan pengalaman orang lain. Pengalaman yang diungkapkan adalah

pengalaman yang apa adanya dan merupakan suatu kebenaran. Pengalaman yang

diungkapkan didasari dengan sikap keterbukaan dan kejujuran serta kerendahan hati

saat mengungkapkan pengalamannya. Dialog dimulai oleh peserta dalam suasana

penuh persaudaraan dan kasih (Sumarno Ds, 2009b: 16). Seperti yang diungkapkan

oleh Groome (1997: 4) menegaskan bahwa:

Aspek dialog dimulai dari refleksi dan pengolahan pengalaman pribadi yangselanjutnya akan menjadi pokok penegasan bersama. Di dalam proses itudiandaikan adanya kejujuran, keterbukaan, kepekaan, dan penghormatan. Di sinitampak pentingnya mendengar tidak hanya dengan telinga tetapi dengan hati:mendnegar dengan penuh simpati. Segi dialog mengandung unsur peneguhan,penegasan, dan hasrat untuk maju bersama. Lebih dari itu, dialog jugamenggarisbawahi hubungan dialektis antara praksis faktual para peserta dengannilai dan semangat kristiani.

Sharing antara pendamping dan peserta katekese ataupun peserta katekese

dengan peserta katekese yang lainnya merupakan hubungan yang bersifat dialogis.

Dialog mempunyai dua unsur penting, yakni: membicarakan dan mendengarkan.

Dialog bukan berarti bahwa peserta bicara terus-menerus dalam suatu pertemuan

katekese tetapi juga memberikan kesempatan pada peserta lain untuk berbicara. Pada

model katekese ini, pendamping dan peserta katekese dapat menjadi narasumber

(Sumarno Ds, 2009b: 16).

2). Christian

Katekese dengan model Shared Christian Praxis mencoba untuk mengusahakan

agar kekayaan kristiani sepanjang sejarah dapat semakin terjangkau dan relevan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

61

hidup umat pada zaman sekarang. Kekayaan iman Gereja sepanjang sejarah yang

semakin dekat dengan umat diharapkan dapat berkembang menjadi pengalaman iman

jemaat. “Kekayaan iman yang ditekankan dalam model ini meliputi dua unsur pokok

yaitu pengalaman hidup iman kristiani sepanjang sejarah (tradisi) dan visinya”

(Groome, 1997: 2).

Tradisi kristiani merupakan tanggapan manusia terhadap perwahyuan diri Allah

yang terlaksana di tengah kehidupan manusia yang hidup dan sungguh dihidupi. Tradisi

bukan hanya berupa tradisi pengajaran Gereja tetapi juga meliputi Kitab Suci,

spiritualitas, refleksi teologis, sakramen, liturgi, dan lain-lain (Groome, 1997: 3).

Tradisi (dengan huruf besar T) dalam Gereja bukan hanya sejarah naratif atauadat istiadat ritual masa lampau saja, tetapi seluruh pengalaman iman umatdalam bentuk apapun yang sudah terungkap dan yang sudah dibakukan olehGereja dalam rangka menanggapi perwahyuan Allah di dunia ini. Orang tidakbisa begitu saja menciptakan Tradisi sendiri. Bahkan dalam Gereja tidak semuatradisi yang ada diterima sebagai tradisi (Sumarno Ds, 2009b: 17).

Sedangkan visi kristiani merupakan tuntutan yang terkandung dalam tradisi.

Visi kristiani yang paling hakiki adalah terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah dalam

sehi kehidupan manusia. Visi kristiani menunjuk pada proses perjalanan kehidupan

umat kristiani yang berkesinambungan dan bersifat dinamis dan mengundang penilaian,

penegasan, pilihan dan keputusan (Groome, 1997: 2).

Tadisi dan visi kristiani tidak dapat dipisahkan satu sama lain, sebab visi

kristiani bujan sekedar pengetahuan saja. Visi kristiani adalah suatu kenyataan hadirnya

bentuk konkret dari Tradisi. Hal ini merupakan jawaban bagi orang beriman atas

pengalaman iman kristiani dan terhadap janji Allah yang terungkap dalam pengalaman

dan Tradisi kristiani. “Visi merupakan manifestasi konkrit dari jawaban manusia

terhadap janji Allah yang terwujudkan dalam sejarah atau Tradisi” (Sumarno Ds,

2009b: 17).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

62

3). Praxis

Praxis dalam pengertian model katekese bukanlah hanya suatu “praktek”

(lawan dari “teori”) saja, tetapi suatu tindakan yang sudah direfleksikan. Praxis

mengacu pada tindakan manusia yang mempunyai tujuan untuk perubahan hidup yang

meliputi kesatuan antara praktek dan teori (yang membentuk suatu kreatifitas), antara

refleksi kritis dan kesadaran historis (mengarah pada keterlibatan baru). Praxis ini

merupakan ungkapan pribadi yang meliputi ungkapan fisik, emosional, intelektual,

spiritual dari hidup kita. Tindakan ini meliputi sesuatu yang kumiliki, kurasakan dan

kualami. Praxis mempunyai tiga unsur pembentuk yang saling berkaitan, yaitu aktifitas,

refleksi dan kreatifitas (Sumarno Ds, 2009b: 15).

a). Aktivitas

Aktivitas menunjuk pada kegiatan masa kini yang sedang dilakukan oleh

peserta dan melihat dirinya sebagai subyek dari kegiatan yang sedang dilakukan baik

untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. “Aktivitas meliputi kegiatan mental dan

fisik, kesadaran, tindakan personal dan sosial, hidup pribadi dan kegiatan publik yang

semuanya merupakan medan untuk perwujudan diri manusia sebagai subyek. Karena

bersifat historis, aktivitas hidup manusia perlu ditempatkan di dalam konteks waktu dan

tempat” (Groome, 1997: 2).

b). Refleksi

Komponen refleksi menekankan refleksi kritis terhadap tindakan historis masa

lampau personal dan sosial, terhadap praksis pribadi dan kehidupan masyarakat, serta

terhadap tradisi dan visi iman kristiani sepanjang sejarah. “Refleksi kritis merupakan

suatu kegiatan manusia yang meliputi tiga unsur: akal budi kritis dalam mengevaluasi

masa sekarang, ingatan kritis dalam menyingkap masa lalu dalam masa sekarang, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

63

imaginasi kreatif untuk menghadapi masa depan dalam masa sekarang” (Sumarno Ds,

2009b: 15).

Akal budi yang kritis dalam mengevaluasi masa sekarang adalah untuk mengerti

apa yang “nyata” dalam masa kini, sehingga manusia tidak hanya bersikap pasif dalam

menyikapi apa yang sudah terjadi (Sumarno Ds, 2009b: 15).

Ingatan kritis dalam menyingkap masa lalu dalam masa sekarang adalah dengan

menggunakan daya ingatan untuk mengaktifkan masa lampau dengan mengingat-ingat

apa yang terjadi dalam tindakan dan memberi arti tindakan itu secara pribadi dan sosial

(Sumarno Ds, 2009b: 15).

Imaginasi kreatif untuk menghadapi masa depan dalam masa sekarang

digunakan untuk menatap masa depan berdasarkan pengalaman masa lampau. Harapan-

harapan itu berdasarkan ungkapan atas dasar yang nyata dari masa lampau.

c). Kreatifitas

Komponen ini merupakan perpaduan antara komponen aktifitas dan refleksi.

Komponen ini menekankan dinamika praksis di masa depan yang terus berkembang

sehingga melahirkan praksis baru (Groome, 1997: 2). Praksis baru ini adalah sesuatu

hal yang akan dilakukan di masa depan setelah melihat aktifitas dan merefleksikannya,

sehingga tercipta sesuatu hal baru. Hal yang baru tersebut tentunya membawa pada

arah yang lebih baik dan berguna bagi dirinya sendiri dan orang lain.

b. Langkah-langkah proses Shared Christian Praxis (SCP)

Shared Christian Praxis meliputi lima langkah yang berurutan, dimulai dengan

langkah 0 (nol) sebagai pemusatan aktivitas (Sumarno Ds, 2009b: 18). Lima langkah

yang saling berurutan dapat mengalami tumpang tindih, terulang kembali, atau langkah

yang satu tergabungkan dengan langkah yang lainnya (Groome, 1997: 5). “Yang paling

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

64

pokok adalah bahwa semua langkah mengalir dalam suatu kesatuan yang menyeluruh

dan bukan langkah-langkah yang terlepas (Sumarno Ds, 2009b: 23).

1). Langkah 0 (Awal): Pemusatan aktivitas

Pemusatan aktivitas pada langkah awal ini bertujuan untuk mengajak dan

mendorong umat untuk menentukan topik pertemuan yang bertolak dari pengalaman

konkret peserta dalam hidup sehari-hari. Tahap ini ingin mengajak peserta untuk dapat

melihat pengalaman yang dialami oleh peserta sendiri ataupun dari keadaan yang ada

dalam masyarakat. Topik pertemuan tersebut selanjutnya akan menjadi tema dasar

dalam pertemuan Shared Christian Praxis. Tema yang diangkat dalam pertemuan

merupakan cerminan dari keprihatinan, permasalahan dan kebutuhan peserta. Tema

yang digunakan dalam pertemuan hendaknya sungguh-sungguh mendorong peserta

untuk terlibat aktif dalam pertemuan dan peserta bukan lagi sebagai obyek melainkan

subyek. Pemilihan tema dasar sebaiknya konsisten dengan model Shared Christian

Praxis yang selalu menekankan partisipasi dan dialog serta tidak bertentangan dengan

iman kristiani. Tema yang dipilih hendaknya juga disadari sebagai tema bersama (tema

semua peserta) (Sumarno Ds, 2009b: 18).

Kekhasan dalam langkah ke-nol ini adalah adanya persiapan bagi prodiakon

untuk menyiapkan tema pertemuan katekese selanjutnya. Sarana penunjang yang dapat

digunakan pendamping untuk membantu peserta dalam menemukan tema dasar adalah

simbol, keyakinan, cerita, bahasa foto, poster, video, kaset suara, film telenovela

maupun sarana-sarana lainnya yang menunjang. Adanya sarana, tentunya dapat

membantu peserta untuk mengungkapkan keprihatinan, permasalahan dan kebutuhan

peserta yang selanjutnya akan menjadi tema dasar pertemuan (Sumarno Ds, 2009b: 18).

Peran pendamping dalam langkah 0 (pemusatan aktivitas), adalah memilih

sarana yang tepat bagi peserta dan membantu peserta dalam merumuskan tema dasar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

65

pertemuan yang tepat bagi peserta (sesuai dengan situasi konkret peserta). Selain itu,

pendamping diharapkan dapat menciptakan lingkungan psikososial dan fisik yang

mendukung jalannya proses katekese. Lingkungan psikososial yang mendukung

ditandai dengan hubungan antar peserta dalam suasana penuh dialog dan kebersamaan.

Dengan adanya suasana tersebut dapat merangsang peserta untuk berpartisipasi secara

aktif dan kreatif (Groome, 1997: 10). “Suasana yang penuh persahabatan,

kekeluargaan, dan saling percaya akan mengakibatkan peserta merasa at-home, merasa

dimengerti, diterima, dan dihargai” (Groome, 1997: 10). Sedangkan untuk lingkungan

fisik yang mendukung perlu memperhatikan keadaan ruangan, misalnya saja cukup

terang, nyaman, rapi dan bersih. Bahkan, tempat untuk duduk pun juga diatur

sedemikian agar tidak ada yang saling membelakangi sehingga suasana lebih terbuka

dan dapat saling melihat satu sama lain (Groome, 1997: 10).

Sedangkan peran peserta dalam langkah ini adalah berani untuk

mengungkapkan keprihatinan, masalah maupun kebutuhan peserta dalam pertemuan.

Keprihatinan yang diungkapkan oleh peserta dapat dibantu dengan sarana yang

digunakan oleh pendamping. Keprihatinan yang diungkapkan dapat dialami oleh

peserta katekese sendiri, atau keprihatinan yang ada di sekitar peserta (masyarakat

sekitar). Dalam langkah ini, peserta diharapkan dapat merumuskan tema yang sesuai

dengan keprihatinan yang telah diungkapkan dibantu dengan pendamping. Tema yang

dirumuskan tidak oleh satu orang peserta saja, melainkan oleh semua peserta yang

hadir.

2). Langkah I (Pertama): Pengungkapan pengalaman hidup faktual (Mengungkap

pengalaman hidup peserta)

Langkah pertama bertujuan membantu peserta untuk dapat mengungkapkan

pengalaman hidup faktual (fakta) kepada pendamping maupun kepada peserta lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

66

Pengalaman hidup yang diungkapkan sesuai dengan pengalaman yang dimiliki oleh

peserta sendiri maupun pengalaman orang lain atau keadaan masyarakatnya (Sumarno

Ds, 2009b: 19). Tentunya, pengalaman yang diungkapkan peserta sesuai dengan tema

yang dirumuskan dalam pertemuan katekese. Peserta yang sadar mengungkapkan

pengalaman hidupnya, menandakan bahwa peserta tersebut menyadari bahwa dirinya

sebagai subyek dalam proses berkatekese (Groome, 1997: 10).

Kekhasan dalam langkah pertama adalah adanya sharing antar peserta diawali

dengan kesadaran peran peserta sebagai subyek dalam proses berkatekese. Setiap

peserta berhak mengungkapkan pengalaman hidupnya tanpa ada unsur paksaan,

sehingga peserta berhak mengatur dan merencanakan hidupnya sendiri sesuai dengan

kepentingan, minat dan kemampuan peserta. Dalam mengungkapkan pengalaman

hidupnya, peserta dibantu oleh pendamping dengan menggunakan sarana yang sudah

disiapkan oleh pendamping.

Peran dan tanggung jawab pembimbing dalam langkah I adalah berperan

sebagai fasilitator dengan menciptakan suasana yang terbuka dan hangat sehingga umat

semakin nyaman dalam mengungkapkan pengalaman pribadinya. Suasana yang hangat

dan terbuka dapat didukung dengan sikap pembimbing yang ramah dan bersahabat.

Selain itu, pendamping tidak perlu memaksa peserta untuk mengungkapkan

pengalamannya dan meyakinkan peserta bahwa pengalaman peserta sangat berharga

dalam keseluruhan proses katekese. Berikutnya, pembimbing dapat merumuskan

pertanyaan yang jelas, terarah, tidak menyinggung harga diri seseorang, sesuai dengan

latar belakang peserta dan bersifat terbuka dan obyektif (Sumarno Ds, 2009b: 19).

Pertanyaan yang jelas membantu peserta mengungkapkan pengalaman yang dimiliki

dan sesuai dengan rumusan tema pertemuan. Pembimbing juga dapat memberikan

pertanyaan yang dapat memancing peserta yang pasif dalam mengungkapkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

67

penglamannya, seperti halnya: dimana, kapan, apa, yang mana, dsb (Sumarno Ds,

2009b: 29).

Peran peserta dalam langkah pertama ini adalah mengungkapkan pengalaman

yang dimilikinya dapat dalam bentuk ceritera, puisi, tarian, nyanyian, drama pendek,

lambang, dll (Groome, 1997: 5). Bentuk apapun yang dikemukakan oleh peserta, yang

terpenting adalah dapat dimengerti oleh peserta yang lain (Sumarno Ds, 2009b: 19).

Saat salah seorang peserta sedang mengungkapkan pengalaman hidupnya, peserta yang

lain diharapkan dapat menghargai dan mendengarkan dengan baik.

3). Langkah II (Kedua): Refleksi kritis atas sharing pengalaman hidup faktual

(Mendalami pengalaman hidup peserta)

Tujuan dari langkah kedua ini merupakan tindak lanjut atas pengalaman faktual

yang diungkapkan oleh peserta di langkah pertama. Katekese membantu peserta atas

pengalaman hidupnya supaya sampai pada tingkat yang terdalam dengan mengolah,

menemukan maknanya dan mendorong mereka untuk melangkah pada praksis baru

(Groome, 1997: 14). Langkah kedua ini mengungkapkan pengalaman-pengalaman

peserta dengan lebih luas, maka membutuhkan bantuan dari ilmu-ilmu politik, hokum,

sosiologi, ekonomi, anthropologi, sejarah, dll (Tabita Kartika Christiani, 2008: 7).

Kekhasan dalam langkah kedua ini adalah refleksi peserta yang lebih dalam atas

pengalaman yang diungkapkan dalam langkah pertama. Pada langkah kedua ini, perlu

meningkatkan kesadaran peserta yang kritis dan kreatif. Untuk membantu refleksi

peserta, maka diperlukan pemahaman yang kritis dan kreatif, kenangan yang analitis

dan sosial dan imajinasi kreatif dan sosial.

Pemahaman yang kritis dan kreatif merupakan pemahaman yang bersifat

personal terhadap tindakan dan pertimbangannya sendiri (Sumarno Ds, 2009b: 20).

Pemahaman tersebut juga membangkitkan kesadaran peserta sebagai subyek yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

68

dipengaruhi dan dibentuk oleh faktor-faktor sosial yang ada di masyarakat. Peserta

dimampukan untuk melakukan analisa sosial dengan memahami dan menganalisa

keadaan masyarakat. Analisa sosial mendorong peserta untuk aktif dalam relasi antar

peserta dan memberanikan mereka untuk terlibat aktif dalam membangun struktur

sosial yang ada di masyarakat, untuk menuju kehidupan yang lebih baik lagi (Groome,

1997: 17).

Kenangan yang kritis dan kreatif, membantu seseorang untuk melihat kembali

kehidupannya, melihat sejarah hidupnya. Kenangan yang kritis dan kreatif ini

membantu peserta untuk menyembuhkan dan membebaskan luka-luka pribadi sehingga

menjadi sumber kekuatan yang baru. Kekuatan baru yang didapat oleh peserta ini tanpa

mengesampingkan kondisi sosial yang ada di masyarakat. Di dalam segi ini, dapat

mendatangkan keberanian bagi peserta untuk melawan ketidakadilan dan penindasan

yang terjadi atas dirinya ataupun orang di sekitarnya. Kenangan yang kritis dan kreatif

membantu peserta untuk mengatasi masalah-masalah tersebut (Groome, 1997: 18).

Imajinasi yang sosial dan kreatif membantu peserta untuk semakin menyadari

segala konsekuensi, kemungkinan akan praksis faktual yang bersifat personal maupun

sosial. Imajinasi ini akan meningkatkan kesadaran peserta untuk semakin meneguhkan

identitas pribadi, mengokohkan harapan di masa depan dan membantu untuk

menemukan visi dari pengalaman hidup kita.

Pendamping katekese bertanggungjawab untuk menciptakan suasana pertemuan

dengan menghormati dan mendukung setiap gagasan serta saran dari peserta katekese.

Pendamping mampu mengajak peserta untuk untuk secara kritis merefleksikan

pengalaman hidupnya. Pendamping dapat merumuskan pertanyaan pendalaman

pengalaman, seperti: mengapa, bagaimana, dll. Pertanyaan pendamping hendaknya

tidak menginterogasi dan mengganggu harga diri peserta katekese serta tidak memaksa

peserta untuk berbicara. Yang terutama adalah pendamping dapat menyadari kondisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

69

peserta, termasuk kepada mereka yang tidak biasa melakukan refleksi kritis terhadap

pengalaman hidupnya (Sumarno Ds, 2009b: 20).

Peserta diharapkan dapat melihat pengalaman hidupnya secara kritis dengan

menganalisa dengan sistem sosial yang sudah dibentuk dalam masyarakat. Peserta

dapat membayangkan segala konsekuensi/akibat ataupun kemungkinan yang terjadi

atas tindakan yang telah dilakukan. Dengan adanya kesadaran akan konsekuensi/akibat

tersebut diharapkan dapat membuka kesadaran keterlibatan dan solidaritas sosial

peserta katekese (Sumarno Ds, 2009b: 20).

4). Langkah III (Ketiga): Mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani lebih

terjangkau (Menggali pengalaman iman kristiani)

Tujuan dalam langkah ketiga ini adalah mengkomunikasikan nilai-nilai Tradisi

dan Visi kristiani agar lebih terjangkau dan mengena dalam bidup peserta yang

mempunyai latar belakang kebudanyaan yang berbeda. Tradisi dan Visi kristiani

terungkap dalam bentuk Kitab Suci, dogma, pengajaran Gereja, liturgi, spiritualitas,

devosi, seni dalam Gereja, kepemimpinan dan kehidupan jemaat beriman. Tradisi dan

Visi kristiani dapat menjadi relevan jika ditafsirkan sesuai dengan pengalaman peserta.

Kekhasan dalam langkah ketiga ini adalah menafsirkan Tradisi dan Visi

kristiani yang dikomunikasikan dengan pengalaman iman peserta. Tradisi dan Visi

kristiani yang sudah ada, bukan berarti disampaikan secara mentah oleh pendamping

kepada umat. pendamping harus mengetahui cara yang tepat agar terjangkau dengan

hidup umat. Menafsirkan Tradisi dan Visi kristiani bermaksud untuk menyampaikan

pesan inti dari Tradisi dan Visi kristiani kepada umat, sehingga umat semakin

mengenal Tradisi dan Visi kristiani dalam hidup konkret.

Pendamping menarik kesimpulan dari langkah pertama dan kedua yang bisa

dihubungkan dengan tema pertemuan katekese dari Kitab Suci atau Tradisi Gereja yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

70

dipilih. Pendalaman yang dilakukan oleh pendamping dapat dilakukan dengan

pertanyaan atau ceramah dialogal (Sumarno Ds, 2009b: 29). Metode yang digunakan

oleh pendamping sebaiknya tepat. Metode yang dapat digunakan adalah dengan metode

kuliah, diskusi kelompok maupun memanfaatkan media audio visual (Sumarno Ds,

2009b: 21). Pendamping dituntut memiliki latar belakang yang cukup agar bisa

menafsirkan Tradisi dan Visi kristiani. Pendamping diharapkan memiliki persiapan

sebelumnya untuk mencoba menafsirkan Tradisi dan Visi kristiani sesuai dengan tema

katekese dan hidup umat. Pendamping melakukan persiapan sebelumnya, agar Tradisi

dan Visi kristiani dapat lebih terjangkau dengan hidup umat. Jikalau pendamping

merasa kurang mampu, diharapkan pendamping dapat mengundang dan meminta

sesorang yang cukup kompeten agar dapat berperan dalam langkah ini. Pendamping

perlu menafsirkan Tradisi dan Visi kristiani yang sesuai dengan hidup umat dan tema

yang diangkat dalam pertemuan katekese tersebut (Groome, 1997: 27).

Peran peserta dalam langkah ketiga ini lebih sedikit jika dibandingkan dengan

peran pendamping. Peserta tetap bersikap setia mendengarkan dan menghargai

pendamping yang mencoba menafsirkan Tradisi dan Visi kristiani agar sesuai dengan

hidup konkret peserta. Peserta dapat menyerap tafsiran Tradisi dan Visi kristiani dan

mencoba dikonfrontasikan dengan pengalaman hidup yang dialami. Dalam langkah ini,

tidak menutup kemungkinan bahwa peserta juga memberikan pengetahuannya tentang

Tradisi dan Visi kristiani yang sedang ditafsirkan oleh pendamping.

5). Langkah IV (Keempat): Interpretasi/tafsir dialektis antara Tradisi dan Visi

Kristiani dengan tradisi dan visi peserta (Menerapkan iman kristiani dalam situasi

peserta konkrit)

Tujuan langkah keempat ini adalah mengajak peserta berdasarkan nilai Tradisi

dan Visi kristiani, menemukan nilai-nilai hidup yang hendak digarisbawahi, lalu sikap-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

71

sikap yang hendak dihilangkan dan memperkembangkan nilai-nilai baru (Groome,

1997: 48). Pokok-pokok yang ditemukan dalam langkah pertama dan kedua

dikonfrontasikan dengan Tradisi dan Visi kristiani. Dari proses tersebut, peserta

diharapkan dapat menemukan kesadaran maupun sikap-sikap baru yang hendak

diwujudkan dalam langkah keempat (Groome, 1997: 7).

Kekhasan langkah keempat ini adalah memiliki keyakinan bahwa peserta

memiliki potensi yang alamiah untuk memahami hubungan yang terjalin antara

pengalaman hidup peserta dengan Tradisi dan Visi kristiani. Pengalaman hidup peserta

yang dikonfrontasikan dengan Tradisi dan Visi kristiani menjadi pengalaman iman.

Pengalaman hidup peserta dalam langkah keempat ini bukan lagi pengalaman hidup

yang biasa-biasa saja, tetapi merupakan pengalaman iman yang diyakini oleh peserta

bahwa rahmat Allah selalu berkarya dalam kehidupan umat-Nya.

Peranan pendamping dalam tahap ini adalah menghormati kebebasan peserta

dan hasil penegasan peserta, termasuk mereka yang menolak tafsiran pembimbing.

Pendamping juga mampu meyakinkan peserta bahwa mereka mampu menemukan nilai

pengalaman hidup mereka dengan nilai Tradisi dan Visi kristiani. Lalu, pendamping

selalu mendorong peserta agar tidak hanya menjadi peserta yang pasif tetapi menjadi

peserta yang aktif. Dengan peran pendamping yang demikian, pendamping juga dengan

senang hati selalu menanggapi pendapat dan pemikiran peserta (Sumarno Ds, 2009b:

21).

Peserta diajak untuk meneguhkan, mempertanyakan, memperkembangkan dan

menyempurnakan pokok-pokok langkah pertama dan kedua. Peserta diajak untuk

mengungkapkan perasaan, sikap, intuisi, persepsi, evaluasi, dan penegasannya yang

menyatakan kebenaran nilai, serta kesadaran yang diyakini (Sumarno Ds, 2009b: 21).

Peserta dapat mempergunakan tulisan, penjelasan, simbol atau ekspresi yang artistik.

Kesadaran dan sikap-sikap baru yang ditemukan oleh peserta hendaknya dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

72

membawa semangat yang baru bagi peserta dalam mewujudkan nilai-nilai Kerajaan

Allah. Dalam tahap ini, pendamping perlu menghindari adanya pendapat peserta yang

paling benar ataupun pendamping merasa bahwa yang paling benar.

6). Langkah V (Kelima): Keterlibatan baru demi makin terwujudnya Kerajaan Allah di

dunia ini (Mengusahakan suatu aksi konkrit)

Pada langkah kelima ini bertujuan untuk mengajak peserta sampai pada

keputusan praktis yang sehubungan dengan pengalaman konkret. Sebisa mungkin

keputusan yang diambil oleh peserta merupakan suatu rencana yang konkret. Peserta

katekese didorong untuk mengusahakan keterlibatannya dengan metanoia (pertobatan

pribadi dan sosial) yang berlangsung secara terus-menerus (Sumarno Ds, 2009b: 21).

Keputusan yang diambil dapat beraneka ragam bentuk dan sifat, subyek dan arahnya.

Dari segi bentuk ada yang menekankan segi kognitif, ada pula yang menekankan segi

perasaan, bahkan ada yang menekankan pada segi tingkah laku. Sedangkan dari

sifatnya bisa menyangkut tingkat personal, interpersonal atau sosial politis. Subyeknya

dapat bersifat pribadi atau tindakan bersama (seluruh peserta). Keputusan dapat

mengarah pada intern untuk kepentingan kelompok atau ekstern untuk kepentingan di

luar kelompok (Sumarno Ds, 2009b: 22).

Kekhasan pada langkah kelima ini adalah usaha konkret yang merupakan niat

bersama yang dirumuskan oleh peserta bersama-sama dengan pendamping. Usaha

konkret akan diwujudkan bersama-sama oleh peserta dan pendamping. Usaha konkret

tersebut adalah wujud nyata dari pembaharuan hidup peserta dan pendamping.

Pertobatan (metanoia) tampak dalam langkah kelima ini dengan adanya usaha konkret

dari peserta.

Pembimbing memiliki peranan untuk merumuskan pertanyaan yang sederhana

tetapi dapat membantu peserta katekese mencapai niat konkret. Pembimbing selalu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

73

menekankan sikap optimis yang realistis kepada peserta sehingga mereka dapat

membuat keputusan yang konkret secara pribadi dan bersama-sama. Di akhir,

pembimbing dapat merangkum dari hasil keseluruhan proses dan sebagai penutup,

peserta diajak untuk merayakan liturgi secara sederhana untuk mendoakan keputusan

(Sumarno Ds, 2009b: 21).

Peserta bersama-sama pendamping mewujudkan usaha konkret yang diputuskan

bersama-sama agar tercapainya metanoia yang diharapkan terjadi dalam proses

katekese. Keputusan peserta hendaknya merupakan kesinambungan dari langkah

pertama hingga langkah keempat. Dengan demikian, peserta dapat semakin menghayati

keputusan atau niat konkret yang akan dilaksanakan secara pribadi maupun bersama-

sama.

B. Prodiakon Paroki

Prodiakon adalah petugas ibadat yang membantu Pastor Paroki melayani

penerimaan komuni umat dan memimpin ibadat di Paroki (Martasudjita, 2010: 9).

Prodiakon diartikan sebagai petugas liturgi yang melaksanakan beberapa tugas diakon,

antara lain membantu imam dalam Perayaan Ekaristi (menyiapkan bahan persembahan

dan melayani komuni) (Sugiyana, 2006: 30). Nilai luhur yang harus disadari oleh

seorang prodiakon adalah mengambil bagian dalam karya penyelamatan Allah dengan

menghadirkan Kristus di dalam sabda, komuni dan pelayanan yang murah hati

(Sugiyana, 2006: 31). Prodiakon adalah orang pilihan umat yang kemudian diangkat

oleh uskup atau orang lain yang diberi mandat oleh uskup untuk masa bakti tertentu

(umumnya selama 3 tahun) dan lingkup tugasnya di Paroki (Sugiyana, 2006: 39).

Istilah prodiakon biasa digunakan di beberapa Keuskupan, misalnya saja

Keuskupan Agung Semarang, Keuskupan Agung Jakarta dan Keuskupan Bandung.

Berbeda dengan Keuskupan Purwokerto maupun Keuskupan Surabaya, biasa menyebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

74

istilah prodiakon dengan Asisten Imam atau Asisten Pastoral (Martasudjita, 2010: 9-

10).

1. Sejarah Prodiakon Paroki

Istilah prodiakon khususnya digunakan pertama kali di Keuskupan Agung

Semarang pada tahun 1985 oleh Mgr. J. Darmaatmadja, SJ (Uskup Agung Semarang)

(Martasudjita, 2010: 10). Sejarah prodiakon berawal dari situasi dan keadaan Gereja

KAS (Keuskupan Agung Semarang) tahun 1966 ketika umat beriman Katolik

mengalami pertambahan yang sangat signifikan. Pertambahan ini disebabkan karena

banyak warga negara Indonesia yang memilih agama Katolik agar tidak dianggap

komunis oleh Gerakan 30 September.

Mengingat jumlah umat Katolik bertambah banyak sedangkan jumlah imam

kurang memadai, maka banyak umat kurang terlayani sebagaimana mestinya. Hal ini

mengakibatkan penggembalaan dan pelayanan umat Katolik tidak dapat dilakukan

secara optimal ataupun secara maksimal. Imam mengalami kesulitan dalam melayani

umat, khususnya dalam membagikan komuni. Berdasarkan situasi seperti ini, Kardinal

Darmajuwana, Pr (Uskup Agung KAS saat itu) menyampaikan permohonan ke Vatikan

untuk menunjuk kaum awam yang dinilai pantas untuk membantu tugas Imam,

khususnya dalam membagikan komuni. Vatikan memberikan izin selama jangka waktu

satu tahun. Kaum awam yang ditunjuk ini diberi nama diakon awam. Tugas pokok

diakon awam adalah membantu imam untuk membagikan komuni. Kehadiran diakon

awam dirasa sangat membantu kehidupan umat Katolik dalam kegiatan liturgi dan

peribadatan (Prasetya, 2007: 32-33). Meskipun demikian, ada beberapa masalah yang

muncul terutama karena umat tidak merasa puas kalau menerima komuni dari diakon

awam. Sebutan diakon awam ini juga merupakan sebutan yang aneh dan kontradiktif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

75

Istilah diakon biasanya digunakan untuk seseorang yang telah ditahbiskan dan masuk

ke dalam kelompok klerus atau hierarki (Martasudjita, 2010: 11).

Pada tahun 1983, Mgr. Alexander Djajasiswaja, Pr (Vikaris Kapitularis KAS

saat itu) mengganti istilah diakon awam menjadi diakon paroki. Diakon paroki ini

menunjuk bahwa diakon paroki bukanlah diakon tertahbis, karena diakon paroki

melakukan tugasnya hanya sementara dan tempat tertentu. Tugas pokok diakon Paroki

kurang lebih sama dengan diakon awam. Sedangkan tugas-tugas lain seperti memimpin

Ibadat Sabda, memimpin upacara perkawinan, memberkati pertunangan dan

memberkati rumah merupakan tugas yang diberikan Pastor Paroki (Prasetya, 2007: 35).

Barulah pada tahun 1985, istilah prodiakon paroki dipopulerkan oleh Mgr.

Julius Darmaatmadja, SJ melalui Pastor I. Wignyasumarta, MSF (Sekretaris KAS)

(Prasetya, 2007: 35). Setidaknya istilah prodiakon ini tidak menimbulkan problematik

seperti istilah diakon awam maupun diakon paroki. Penggunaan kata pro memang

sudah lazim dalam tata organisasi maupun pelayanan Gereja. Hingga saat ini, istilah

prodiakon paroki dapat diterima cukup luas di berbagai wilayah Gereja di Indonesia

(Martasudjita, 2010: 11).

2. Tugas Prodiakon Paroki

Prodiakon adalah kaum awam yang turut serta dalam tugas pelayanan sabda.

Prodiakon hanya dapat melakukan tugas-tugasnya sejauh menyangkut pelayanan umat

beriman Katolik di Paroki tempat ia ditugaskan, dan sejauh masih berdomisili di Paroki

tersebut dengan jangka waktu tertentu (Prasetya, 2007: 38).

Tugas-tugas prodiakon paroki telah ditentukan sesuai dengan Surat Keputusan

Uskup atau surat tugas prodiakon. Secara umum, tugas prodiakon adalah membagikan

komuni suci dan melaksanakan tugas yang diberikan oleh pastor paroki (Martasudjita,

2010: 22). Tugas-tugas prodiakon paroki yang ditentukan oleh KAS berkaitan erat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

76

dengan reksa pastoral dan dilaksanakan dalam koordinasi dengan pastor paroki

(Prasetya, 2007: 40). Prodiakon diharapkan tidak bertindak semaunya sendiri dan tetap

menjaga komunikasi dengan pastor paroki serta memperhatikan perkembangan yang

ada di paroki (Prasetya, 2007: 40).

Tugas resmi prodiakon adalah membantu imam untuk membagikan komuni

Suci. Prodiakon dapat memberikan komuni saat dalam Perayaan Ekaristi maupun di

luar Perayaan Ekaristi, entah dalam suatu Ibadat Sabda, Perayaan Sabda Hari Minggu,

atau mengirm komuni kepada orang sakit dan di penjara (Martasudjita, 2010: 21).

Peranan prodiakon untuk mengirim komuni kepada orang sakit maupun orang yang ada

dalam penjara sangatlah berarti untuk mewujudkan pelayanan dalam Gereja (Sugiyana,

2006: 34). Ada baiknya jika sebelum menerima komuni, prodiakon mengajak umat

(orang yang sedang sakit maupun di dalam penjara) untuk berdoa atau ibadat singkat

untuk menyiapkan diri menyambut kehadiran Kristus (Sugiyana, 2006: 34).

Sedangkan untuk tugas yang diberikan oleh Pastor Paroki secara langsung

kepada prodiakon, misalnya memimpin Ibadat Sabda, memberikan homili, memimpin

upacara pemakaman, serta memimpin doa di lingkungan (untuk berbagai ujud atau

keperluan di lingkungan). Prodiakon yang bertugas untuk memimpin ibadat sabda,

hendaknya mempersiapkan diri terlebih dahulu, agar jalannya ibadat sabda dapat

berjalan lancar. Prodiakon dapat mempersiapkan doa, bacaan, renungan/homili, tata

ibadat. Saat sedang melaksanakan tugas, sebaiknya prodiakon mengenakan pakaian

liturgis (alba/singel/jubah dan samir) (Sugiyana, 2006: 34). Bacaan maupun

renungan/homili yang disiapkan hendaknya sesuai dengan penanggalan liturgi, ujub

doa yang ada di lingkungan/wilayah/paroki, maupun dengan situasi dan kondisi umat

(Sugiyana, 2006: 35). Renungan/homili yang sudah disiapkan sebelumnya atau tidak

spontan akan jauh lebih baik dan isinya lebih berbobot (Sugiyana, 2006: 35). Saat

menyampaikan homili, prodiakon diharapkannya menyampaikannya dengan jelas dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

77

bahasa yang mudah dimengerti (Sugiyana, 2006: 35). Tidak semua prodiakon

mempunyai kesempatan untuk memberikan homili, khususnya dalam Perayaan Ekaristi

hari Minggu. Kemungkinan ada yang menilai bahwa tidak semua prodiakon mampu

berhomili dengan baik. Diharapkan prodiakon dan Pastor Paroki dapat membuat

kesepakatan akan tugas-tugas agar tidak terjadi salah paham antar keduanya, seperti

halnya, ketika prodiakon ingin mengirim komuni untuk orang sakit sehingga Pastor

Paroki dapat menilai orang sakit tersebut pantas atau tidak untuk menerima komuni

(Prasetya, 2007: 41-42). Prodiakon tidak bisa mengambil keputusan sendiri tanpa

terlebih dahulu berkomunikasi dengan Pastor Paroki dengan memperhatikan kebijakan

pastoral paroki dan dinamika kehidupan paroki (Prasetya, 2007: 40).

3. Syarat Prodiakon Paroki

Bertugas sebagai seorang prodiakon adalah sebuah panggilan, yakni panggilan

dari Tuhan. Prodiakon menanggapi panggilan dari Tuhan dengan melaksanakan tugas

pelayanan kepada umat (Martasudjita, 2010: 19). Tuhan memanggil prodiakon dengan

cara yang manusiawi. Prodiakon dipilih oleh umat dari ribuan umat, kemudian

diusulkan Pastor Paroki kepada Uskup dan akhirnya diangkat oleh Uskup

(Martasudjita, 2010: 19). Tidak semua kaum awam dapat menjadi prodiakon. Menjadi

seorang prodiakon tentunya juga diberlakukan syarat-syarat yang menunjang kualitas

prodiakon. Hidup yang berkualitas bagi prodiakon tentunya sangat menunjang tugasnya

dalam melaksanakan pelayanan di tengah umat. Harapan bagi prodiakon tersebut,

tentunya tidak membatasi kaum awam untuk terlibat dalam karya penyelamatan Allah. .

Prodiakon diharapkan mampu menjadi teladan bagi umat, karena prodiakon

selalu tampil sebagai pemimpin dalam aneka kegiatan, khususnya dalam kegiatan

liturgi dan peribadatan (Prasetya, 2007: 44). Prodiakon memberikan homili dan

ternyata homili tersebut tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi pada dirinya atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

78

kepada keluarganya. Homili yang disampaikan oleh prodiakon bisa diputar balikkan

oleh umat karena hidup prodiakon dan keluarga tidak sesuai dengan isi homili

(Prasetya, 2007: 45). Demi menjamin kualitas hidup prodiakon, ditentukan tiga syarat

pokok utama yang harus dipenuhi oleh siapa pun jika ingin menjadi prodiakon, antara

lain: memiliki nama baik sebagai pribadi dan keluarganya, diterima oleh umat

setempat, memiliki penampilan layak.

a. Memiliki nama baik sebagai pribadi dan keluarga

Seorang prodiakon harus memiliki nama baik dalam perilaku, hidup iman (iman

yang matang), dan hidup moralnya. Nama baik ini tidak berlaku bagi dirinya sendiri,

tetapi juga berlaku bagi seluruh anggota keluarganya (Prasetya, 2007: 46). Jikalau

prodiakon tersebut adalah seorang bapak, maka ia harus menjadi bapak yang baik bagi

keluarganya, jika ia seorang ibu maka ia juga harus menjadi ibu yang baik bagi suami

dan anak-anaknya. Dan jikalau prodiakon tersebut belum berkeluarga, maka ia harus

menjaga perilakunya dan hidup imannya dalam hidup sehari-hari (Martasudjita, 2010:

19). Jika kehidupan keluarganya ada kesulitan dan menjadi batu sandungan bagi

umatnya, maka ia diharapkan mempunyai sikap rendah hati dengan mengundurkan diri

atau sekurang-kurangnya nonaktif terlebih dahulu. Pastor Paroki dan pemuka umat

dapat memberikan saran tersebut untuk prodiakon (Martasudjita, 2010: 19).

b. Diterima oleh umat setempat

Prodiakon paroki haruslah pribadi yang dapat diterima oleh umat setempat atau

lingkungan tempat ia tinggal dan oleh masyarakat sekitar (Prasetya, 2007: 47).

Keberadaan prodiakon tidak dijauhi atau ditolak oleh umat, tetapi keberadaan

prodiakon dapat membawa hal yang positif bagi umat, seperti halnya: menyatukan

umat, menyemangati umat, memotivasi umat (Prasetya, 2007: 47).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

79

Ada kemungkinan bahwa seseorang yang memiliki nama baik, tetapi tidak

diterima oleh umat untuk menjadi prodiakon. “Diterima oleh umat menunjuk makna

macam-macam.” Umat memiliki kriteria masing-masing untuk memilih pemimpinnya.

Ada yang memilih karena mempunyai dedikasi dan intelegensi yang tinggi. Ada pula

orang yang diterima karena memiliki watak dan kepribadian yang dianggap baik.

Apapun kriteria yang dimiliki oleh umat, yang terpenting adalah mereka dapat memilih

calon prodiakon yang dapat memimpin mereka dan semakin mendekatkan hubungan

umat dengan Allah (Martasudjita, 2010: 20).

Oleh karena itu, pemilihan prodiakon harus dilakukan oleh seluruh umat di

lingkungan calon prodiakon. Umatlah yang lebih mengerti dan memahami keberadaan

jati diri calon prodiakon. Hendaknya, pemilihan prodiakon tidak ditunjuk langsung oleh

katua lingkungan ataupun oleh Pastor Paroki (Prasetya, 2007: 48).

c. Memiliki penampilan layak

Prodiakon yang berpenampilan layak juga sangat mendukung tugas prodiakon

di tengah umat. Penampilan yang layak bagi prodiakon, menyangkut hal fisik maupun

intelektual. Secara fisik, prodiakon diharapkan masih dapat berjalan dengan baik,

berbicara dengan jelas, masih dapat mendengar dengan baik, dapat melihat dengan

jelas, dan masih dalam keadaan sehat sehingga tidak kesulitan untuk melayani umat

(Prasetya, 2007: 48).

Sedangkan dari segi intelektual, prodiakon mampu menangkap aneka

pembicaraan orang lain dengan baik dan senantiasa memiliki ide-ide cemerlang demi

pengembangan hidup iman umat (Prasetya, 2007: 48). Penampilan yang layak bagi

prodiakon baik dari segi fisik maupun intelektual mendukung tugas prodiakon seperti,

kemampuan memimpin doa dengan baik, membacakan Sabda Allah dengan baik dan

jelas dan dapat berhomili dengan baik (Martasudjita, 2010: 20).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

80

4. Spiritualitas prodiakon

Spiritualitas merupakan bentuk kehidupan rohani yang dituntun oleh Roh

Kudus sendiri. Tuntunan Roh Kudus senantiasa menuntun prodiakon untuk selalu

berkembang dalam iman, harapan dan kasih. Spritualitas hidup prodiakon diperlukan

dalam menjalani panggilan hidup sebagai seorang prodiakon yang kerap menjadi

sorotan bagi umat (Martasudjita, 2010: 27). Umat selalu menilai bahwa seorang

prodiakon memiliki kualitas hidup iman maupun moral yang baik. Prodiakon yang

memiliki cacat hidup akan membuat umat cepat bereaksi negatif. Prodiakon diharapkan

dapat menjaga nama baik keluarga, menjaga perilaku agar tidak menjadi batu

sandungan bagi tugas pelayanannya dan memiliki tanggung jawab atas tugas panggilan

yang sudah diberikan Tuhan atasnya. Prodiakon yang senantiasa mengembangkan

spiritualitasnya adalah prodiakon yang mampu menjadi teladan bagi umatnya.

Spritualitas prodiakon tidak hanya berpusat pada diri sendiri saja, tetapi menunjuk pada

hubungan dengan Allah, sesama dan pribadi (Sugiyana, 2006: 42).

a. Tugas pelayanan prodiakon sebagai panggilan hidup

Spiritualitas prodiakon yang terutama adalah menyadari bahwa dirinya

merupakan orang pilihan Allah yang dipanggil untul melaksanakan tugas pelayanan di

tengah umat. Panggilan hidup prodiakon merupakan panggilan yang suci karena berasal

dari Allah sendiri yang dipercayakan oleh uskup atas nama Gereja. Dalam Gereja,

Tuhan mengadakan aneka pelayanan demi kesejahteraan seluruh Gereja. Gereja

mengenal pelayan tertahbis dan pelayan tidak tertahbis (kaum awam). Mereka

mengambil bagian dalam karya imamat Yesus, walaupun dengan bentuk dan cara yang

berbeda. Imam dan diakon tertahbis menggunakan caranya sendiri dalam melayani

umat, sedangkan prodiakon juga menggunakan caranya sendiri dalam melaksanakan

tugas pelayanan Gereja (Martasudjita, 2010: 28).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

81

Prodiakon yang dipanggil Tuhan sebagai pelayan umat Allah tentunya tidak

diperoleh dari suara atau surat keputusan dari surga. Calon prodiakon diusulkan oleh

umat beriman sendiri lalu diajukan kepada uskup melalui pastor paroki. Uskup

mewakili Tuhan melantik calon prodiakon yang sudah bersedia, lalu menetapkan

mereka menjadi prodiakon dalam keputusan resmi (Martasudjita, 2010: 28).

“Kesadaran bahwa menjadi prodiakon adalah sebuah panggilan hidup

mengantar kita akan keyakinan bahwa Tuhan yang memanggil, Dia pula yang akan

menyertai dan membantu kita agar kita dapat melaksanakan tugas pelayanan ini dengan

baik dan lancar” (Martasudjita, 2010: 29).

b. Prodiakon ambil bagian dalam karya pengudusan umat oleh Allah

Pengudusan bagi umat hanya dapat dilakukan oleh Allah sendiri. Melalui Tuhan

Yesus Kristus, Allah menguduskan, menyucikan dan menebus dosa-dosa manusia.

Tindakan menguduskan adalah tindakan Allah dan bukan tindakan manusia, seorang

pastor ataupun prodiakon. Dalam tugas pelayanannya, prodiakon paroki hanya ambil

bagian dalam karya pengudusan umat oleh Allah. Prodiakon Paroki tidak dipanggil

untuk merencanakan dan melaksanakan sesuatu yang menurut pandangannya baik,

tetapi prodiakon melaksanakan tugas yang menurut rencana dan pandangan Allah baik.

Seorang prodiakon tidak mempunyai ukuran bahwa seorang prodiakon yang sudah

berpengalaman ataupun yang selalu memberi komuni pada orang sakit dikatakan

seorang prodiakon yang sukses atau berhasil. Prodiakon yang baik hendaknya tetap

memandang bahwa ia hanya mengambil bagian dalam karya Tuhan. Homili yang bagus

dan disukai oleh umat merupakan keberhasilan Tuhan, sedangkan prodiakon hanya

menjadi alat bagi Tuhan. Jika yang terjadi malah sebaliknya, maka semuanya harus

dikembalikan ke tangan Tuhan (Martasudjita, 2010: 29).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

82

c. Prodiakon menjalani tugas pelayanan sebagai persembahan hidup

Dalam melaksanakan tugas pelayanan, seorang prodiakon banyak melakukan

pengorbanan bagi umatnya. Prodiakon banyak berkorban waktu dan tenaga untuk

melayani umat. Prodiakon harus siap siaga jika ada umat yang membutuhkan

bantuannya, misalnya saja, memimpin ibadat, mengirim komuni kepada umat yang

sedang sakit. Seorang prodiakon juga harus siap membantu di kapel dan gereja. Tidak

dapat berkumpul bersama keluarganya setiap saat juga dialami oleh prodiakon. Inilah

prodiakon paroki yang merupakan rasul awam, yang bagi Gereja juga disebut sebagai

“pahlawan tanpa tanda jasa”. Prodiakon Paroki hanyalah salah satu dari panggilan rasul

awam Gereja. Tetapi prodiakon paroki mempunyai tempat dan peran yang khusus

dalam pembangunan jemaat. Pelayanan yang dilakukan oleh prodiakon paroki

merupakan persembahan hidup prodiakon bagi Allah yang berkenan memanggilnya

(Martasudjita, 2010: 30-31). Pelayanan yang dilakukan oleh prodiakon,

dipersembahkan demi kemuliaan Allah dan demi masa depan Gereja di masa datang.

d. Prodiakon menghidupi semangat doa yang mendalam dan teratur

Semangat doa yang mendalam dan teratur hendaknya selalu dihidupi oleh

prodiakon agar semakin menyadari tugas pelayanannya sebagai sebuah panggilan.

Seorang prodiakon haruslah banyak berdoa dengan mendalam dan teratur. Prodiakon

harus menyempatkan waktu khusus baginya untuk berdoa secara teratur. Prodiakon

dapat mengajak keluarganya untuk berdoa bersama-sama, baik doa bersama atau

pribadi. Seorang prodiakon yang saleh, akan mempengaruhi kehidupan rohani

keluarganya. Hidup doa akan terbentuk jika dialami dan dilakukan secara teratur.

Berdoa yang baik jika dilaksanakan secara teratur, entah sedang mood atau tidak. Doa

yang mendalam dan teratur yang dilaksanakan oleh prodiakon sebelum kegiatan dapat

membantu prodiakon untuk mempersembahkan seluruh kegiatan kepada Tuhan sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

83

Doa yang dilaksanakan setelah kegiatan membantu prodiakon untuk mensyukuri segala

rahmat yang telah diterima dan memohon bantuan Tuhan untuk melindungi dan

menjaga prodiakon pada kegiatan berikutnya (Martasudjita, 2010: 31-32).

e. Prodiakon rajin mengikuti Perayaan Ekaristi mendengarkan Sabda Allah

dan berdevosi

Figur seorang prodiakon yang diharapkan memiliki semangat doa yang

mendalam dan teratur juga dituntut untuk giat mengikuti Perayaan Ekaristi. Perayaan

Ekaristi merupakan sumber dan puncak hidup seluruh umat kristiani. Prodiakon yang

baik mengikuti Perayaan Ekaristi bukan karena ia sedang bertugas untuk menerimakan

komuni. Prodiakon mengikuti Perayaan Ekaristi sebagai sumber dan puncak hidup

pelayanannya. Perayaan Ekaristi memberikan kekuatan bagi prodiakon dalam

melaksanakan tugas pelayanannya bagi umat. Hidup seorang prodiakon sebagai kaum

awam dalam hidup berkeluarga maupun dalam bermasyarakat dapat semakin kuat

dengan mengikuti Perayaan Ekaristi. Prodiakon diharapkan mengikuti Perayaan

Ekaristi sesering mungkin (Martasudjita, 2010: 32-33).

Selain Perayaan Ekaristi, prodiakon juga perlu rajin membaca Kitab Suci.

Prodiakon membaca Kitab Suci hendaknya sesuai dengan penanggalan liturgi. Dengan

rajin membaca Kitab Suci, prodiakon dapat mengikuti dan mencecap Sabda Allah.

Sabda Allah dapat menjadi inspirasi dan penuntun langkah prodiakon dalam hidup

sehari-hari. Kebiasaan membaca Kitab Suci sangat membantu kualitas renungan atau

homili prodiakon (Martasudjita, 2010: 33).

Kehidupan rohani akan semakin tumbuh dengan kuat jika prodiakon memiliki

doa devosi yang teratur dan dijalani dengan gembira. Sesuai pengalaman tradisi rohani,

doa devosi sangat membantu menyuburkan hidup rohani. Prodiakon dapat memilih

sendiri kehidupan devosi yang sesuai hatinya. Bentuk devosi apapun jika dijalani

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

84

dengan sehat dan gembira akan memberi dampak positif dalam hidup rohani dan

menghasilkan buah bagi prodiakon (Martasudjita, 2010: 34).

f. Prodiakon dapat hidup berbagi dan peduli

Prodiakon memiliki dimensi untuk hidup berbagi kepada yang lain.

“Penghayatan hidup yang Perayaan Ekaristis akan berbuah pada kehidupan yang

berbagi sebab Perayaan Ekaristi adalah misteri hidup Allah yang dibagikan”

(Martasudjita, 2010: 34). Kristus Tuhan telah memberikan nyawanya untuk menebus

dosa manusia yang terlaksana dalam peristiwa wafat dan kebangkitan-Nya. Wafat dan

kebangkitan Yesus Kristus dikenang dalam peristiwa Misteri Paskah. Ikut serta dalam

Misteri Paskah berarti juga turut serta dalam semangat berbagi hidup dari Tuhan

Yesus. Hal inilah yang sangat penting untuk kita hayati dan wartakan, bahwa orang

yang giat mengikuti Perayaan Ekaristi semestinya juga suka berbagi kepada sesama

(Martasudjita, 2010: 34).

Prodiakon yang baik adalah prodiakon yang suka berbagi kepada yang miskin

dan lemah, sakit dan lanjut usia. Godaan besar bagi prodiakon adalah pilih kasih dalam

pelayanan. Kemurahan hati yang dimiliki oleh prodiakon harus dikembangkan.

Terutama perhatian prodiakon kepada yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir dan

difabel, sebab Tuhan sangat memperhatikan orang-orang kecil dan lemah tersebut

(Martasudjita, 2010: 35).

g. Prodiakon memiliki semangat untuk belajar terus

Prodiakon yang memiliki semangat belajar terus-menerus adalah prodiakon

yang menyadari bahwa dia masih terus berproses untuk selalu menjadi yang lebih baik.

Prodiakon yang merasa sudah tahu akan segalanya adalah prodiakon yang tidak mau

menyerap hal-hal baru yang ada di sekitar. Gereja juga mewajibkan pastor dan pelayan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

85

liturgi untuk terus belajar dan dibina, terlebih masalah liturgi. Prodiakon dapat belajar

secara pribadi maupun bersama-sama dengan prodiakon yang lain. Prodiakon dapat

menentukan pertemuan dan sharing bersama, belajar bersama tentang hal-hal yang

baru. Prodiakon dapat belajar untuk mengulas bacaan Kitab Suci, dokumen-dokumen

Gereja lainnya maupun dari pengalaman iman prodiakon sendiri (Martasudjita, 2010:

36).

C. Shared Christian Praxis sebagai Model Katekese Umat untuk Membantu

Prodiakon dalam Berkatekese

Shared Christian Praxis sebagai salah satu model berkatekese, yang dapat

membantu prodiakon dalam menjalankan tugas berkatekese di tengah umat. Prodiakon

dapat membawa suasana yang baru bagi dirinya sendiri sehingga tidak merasa

kejenuhan dalam melaksanakan tugas pelayanan dan juga bagi orang lain yang ada di

sekitar. Tuntutan tugas dan tanggung jawab prodiakon yang semakin banyak, terutama

dalam hal berkatekese, sering mengalami kemacetan dalam berkreatifitas. Katekese

dengan model Shared Christian Praxis memberikan solusi dalam berkatekese agar

katekese yang dilakukan menekankan pada dialog, multi arah dan menumbuhkan

partisipasi umat dalam katekese.

1. Peran Prodiakon dalam Langkah 0 (Awal)

Langkah 0 adalah pemusatan aktivitas dengan mengajak dan mendorong umat

untuk menentukan topik pertemuan yang bertolak dari pengalaman konkret peserta

dalam hidup sehari-hari dan akan menjadi tema dasar dalam pertemuan Shared

Christian Praxis selanjutnya. Prodiakon diharapkan dapat mengajak umat untuk

mengungkapkan keprihatinan, permasalahan dan kebutuhan umat. dalam mengajak

umat mengungkapkan dirinya, prodiakon dapat menggunakan sarana simbol, cerita,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

86

bahasa foto, poster, video, kaset suara, film telenovela maupun sarana-sarana lainnya

yang menunjang. Dari keprihatinan tersebut, prodiakon menentukan tema untuk

pertemuan katekese selanjutnya (Sumarno Ds, 2009b: 18).

Prodiakon diharapkan dapat menciptakan suasana yang akrab dengan dialog

antar umat. Suasana yang demikian dapat membantu peserta untuk santai dan rileks

dengan umat yang lain, sehingga tidak lagi merasa canggung satu sama lain. Jika

memungkinkan, prodiakon juga dapat membantu umat dalam menyiapkan tempat untuk

berkatekese. Tempat yang nyaman, rapi dan bersih dapat mendukung suasana katekese

lebih kondusif lagi. Dengan persiapan yang matang akan membantu melaksanakan

katekese dengan lebih optimal (Groome, 1997: 10).

2. Peran Prodiakon dalam Langkah I (Pertama)

Langkah pertama membantu peserta untuk dapat mengungkapkan pengalaman

hidup faktual (fakta) yang dimiliki oleh peserta sendiri maupun pengalaman orang lain

atau keadaan masyarakatnya (Sumarno Ds, 2009b: 19). Peran prodiakon selaku

pendamping dalam langkah ini adalah membantu umat yang ingin mengungkapkan

pengalamannya. Ada kecenderungan bahwa peserta masih malu dan ragu untuk

mengungkapkan, maka prodiakon diharapkan dapat membangun kepercayaan diri

peserta dengan menciptakan suasana yang ramah dan tidak tegang. Prodiakon tidak

berhak untuk memaksa umat agar mengungkapkan pengalaman imannya. Prodiakon

hanya cukup meyakinkan umat bahwa pengalaman yang dimiliki umat sangatlah

berharga.

Mengajak umat untuk mengungkapkan pengalamannya, bukanlah hal yang

mudah. Dalam hal ini, prodiakon dapat merumuskan pertanyaan yang jelas dan terarah

sehingga umat dapat memahami dengan jelas. Prodiakon dapat bertanya dengan: apa,

dimana, kapan, dsb. Pengalaman umat yang sudah diungkapkan, selanjutnya dirangkum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

87

oleh perodiakon sesuai dengan tema dan tujuan pertemuan untuk menghantar pada

langkah berikutnya (Sumarno Ds, 2009b: 29).

3. Peran Prodiakon dalam Langkah II (Kedua)

Langkah Kedua merupakan tindak lanjut atas pengalaman yang sudah

dirangkum oleh prodiakon. Langkah ini mengajak umat untuk kembali mengolah

pengalamannya lebih dalam lagi sehingga menemukan maknanya. Prodiakon mengajak

umat untuk merefleksikan pengalaman yang sudah terlebih dahulu dirangkum. Umat

diharapkan menghormati dan mendukung setiap gagasan serta saran dari umat yang

lain. Untuk merangsang umat untuk merefleksikan pengalamannya, prodiakon dapat

bertanya, seperti: mengapa, bagaimana, dll. Pertanyaan prodiakon hendaknya tidak

menginterogasi dan mengganggu harga diri umat. Prodiakon haruslah menyadari bahwa

tidak semua umat dapat merefleksikan secara kritis pengalamannya, sehingga

prodiakon maupun umat dapat saling menghargai satu sama lain (Sumarno Ds, 2009b:

20).

4. Peran Prodiakon dalam Langkah III (Ketiga)

Dalam langkah ketiga ini, prodiakon mengkomunikasikan nilai-nilai Tradisi dan

Visi kristiani agar lebih terjangkau dan mengena dalam bidup umat. Prodiakon dapat

menggunakan Kitab Suci, dogma, pengajaran Gereja, liturgi, spiritualitas, devosi, seni

dalam Gereja, kepemimpinan dan kehidupan jemaat beriman. Tradisi dan Visi kristiani

dapat lebih terjangkau dengan hidup umat, jika ditafsirkan sesuai dengan pengalaman

umat. Dalam menafsirkan Tradisi dan Visi kristiani, prodiakon dapat melakukannya

dengan ceramah atau memberikan pertanyaan dialogal kepada umat. Pendamping dapat

menggunakan sarana yang dapat membantu, misalnya saja sarana audio visual

(Sumarno Ds, 2009b: 21).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

88

Peran pendamping dalam langkah ini akan lebih banyak jika dibandingkan

dengan peran peserta. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa umat juga

memberikan pengetahuannya tentang Tradisi dan Visi kristiani yang sedang ditafsirkan

oleh prodiakon .

5. Peran Prodiakon dalam Langkah IV (Keempat)

Setelah langkah ketiga, prodiakon mengajak umat berdasarkan nilai Tradisi dan

Visi kristiani, menemukan nilai-nilai hidup yang hendak digarisbawahi, lalu sikap-

sikap yang hendak dihilangkan dan memperkembangkan nilai-nilai baru. Dari langkah

tersebut, peserta diharapkan dapat menemukan kesadaran maupun sikap-sikap baru

yang hendak diwujudkan dalam langkah keempat (Groome, 1997: 7).

Dalam langkah keempat ini, prodiakon tetap menghormati kebebasan umat dan

hasil penegasan umat, termasuk mereka yang menolak tafsiran prodiakon. Prodiakon

juga mampu meyakinkan umat bahwa mereka mampu menemukan nilai pengalaman

hidup mereka dengan nilai Tradisi dan Visi kristiani. Pendamping tetap mengajak umat

yang masih pasif dalam langkah ini untuk dapat turut serta memikirkan hal-hal konkrit

yang hendak diwujudkan demi pembaharuan hidup. Proses dalam langkah keempat ini

merupakan pengantar untuk masuk ke langkah berikutnya, yaitu mengusahakan aksi

konkrit (Sumarno Ds, 2009b: 21).

6. Peran Prodiakon dalam Langkah V (Kelima)

Proses dalam langkah kelima adalah mengajak umat untuk sampai pada

keputusan praktis yang sehubungan dengan pengalaman konkret. Sebisa mungkin

keputusan yang diambil oleh umat merupakan suatu rencana yang konkret. Prodiakon

mengajak umat untuk mengusahakan keterlibatannya dalam metanoia yang berlangsung

terus-menerus. Rencana konkret yang dibuat oleh umat dapat dari segi bentuk yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

89

berbeda. Ada umat yang menekankan segi kognitif, ada pula yang menekankan segi

perasaan, bahkan ada yang menekankan pada segi tingkah laku. Sedangkan dari

sifatnya bisa menyangkut tingkat personal, interpersonal atau sosial politis. Rencana

konkret yang dibuat dapat menyangkut kepentingan pribadi maupun kepentingan

kelompok atau bahkan di luar kelompok katekese. Akhirnya, prodiakon merangkum

dari seluruh proses kegiatan dan mengajak umat untuk mendoakan rencana tersebut

dengan perayaan liturgi yang sederhana yang sudah disiapkan oleh prodiakon

.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

90

BAB IV

USULAN PROGRAM KATEKESE UMAT

MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP)

BAGI PRODIAKON PAROKI ROH KUDUS KEBONARUM

A. Latar Belakang Penyusunan Program Katekese Umat Model Shared Christian

Praxis (SCP) Bagi Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum

Seorang prodiakon yang berkualitas dapat dilihat dari segi pengetahuan,

kepribadian, hubungannya dengan Allah dan sesama ciptaan Tuhan. Pengetahuan

prodiakon tidak hanya terbatas bidang liturgi saja, tetapi juga pada bidang katekese.

Ketrampilan berkatekese dapat diasah melalui latihan berkatekese dan mau belajar hal-

hal yang baru.

Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum pada umumnya menggunakan metode

ceramah. Prodiakon menyadari bahwa metode ceramah membuat umat kurang

bersemangat dalam mengikuti proses katekese. Namun, umat sering takut dan

menghindar untuk mengungkapkan pengalaman hidupnya. Sharing pengalaman

sebetulnya sangat membantu umat dan pendamping untuk memperkembangkan iman.

Umat semakin terbantu untuk belajar dari pengalaman hidup umat lain sehingga

suasana katekese menjadi semakin hangat.

Penulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis (SCP).

Katekese SCP menekankan dialog dan partisipasi umat dengan mengolah pengalaman

hidup menjadi pengalaman iman sehingga umat dibawa ke metanoia (pertobatan).

Usulan program ini seharusnya dilaksanakan secara terus menerus agar katekese dapat

membuahkan hasil yang maksimal bagi perkembangan umat dan membantu prodiakon

menjalankan tugasnya.

B. Alasan Pemilihan Tema dan Tujuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

91

Tema yang dipilih untuk program yang diusulkan oleh penulis berdasarkan pada

keprihatinan prodiakon tentang proses katekese yang terjadi di tengah umat. Prodiakon

merasa kesulitan dalam menentukan metode yang bisa melibatkan umat dan

menghidupkan suasana katekese. Untuk menjawab keprihatinan tersebut, penulis

mengusulkan tema dan tujuan, sebagai berikut:

Tema : Pelatihan Katekese Umat Model Shared Christian Praxis (SCP) bagi

Prodiakon

Tujuan : Bersama-sama pendamping, prodiakon dapat memahami metode dan

materi Katekese Umat Model Shared Christian Praxis (SCP)

sehingga mampu mempersiapkan dan memandu pertemuan Katekese

Umat secara kreatif di tengah umat.

Penulis memilih tema dan tujuan tersebut untuk memberikan pengetahuan

secara teori dan praktek tentang Katekese Umat Model Shared Christian Praxis (SCP)

bagi prodiakon. Penulis memberikan pelatihan kepada prodiakon tentang Katekese

Umat, dan pengertian beserta langkah-langkah SCP. Katekese Umat model Shared

Christian Praxis, mengajak umat untuk mengungkapkan pengalaman hidupnya.

Sharing pengalaman prodiakon dalam proses katekese, agar katekese yang terjadi di

tengah umat semakin nyata dirasakan oleh umat berkat pengalaman hidup umat itu

sendiri dan pengalaman hidup umat yang lain.

Katekese Umat model Shared Christian Praxis diharapkan dapat dicerna oleh

prodiakon dengan baik dan dipraktekkan di tengah umat. Sehingga, prodiakon Paroki

Roh Kudus Kebonarum dapat kreatif dalam memberikan katekese di tengah umat dan

tidak hanya menggunakan satu metode saja. Model SCP ini diharapkan dapat

merangsang umat untuk semakin rajin mengikuti proses katekese.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

92

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

93

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

94

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

95

D. Petunjuk Pelaksanaan Program

Program pelatihan prodiakon ini akan dilaksanakan selama weekend, karena

lebih intensif dan pendampingan dapat berjalan penuh tanpa harus diselingi hari

ataupun kegiatan. Hal ini dimaksudkan agar prodiakon dapat tetap fokus dalam

pendampingan katekese.

Dalam program, prodiakon diajak untuk mengungkapkan pengalamannya

selama melaksanahakan Katekese Umat. Prodiakon dapat belajar dari pengalaman-

pengalaman tersebut sebelum mendapatkan materi yang baru tentang katekese.

Prodiakon dapat belajar dari proses sebelumnya dan memperbaiki hal-hal yang masih

kurang dalam proses katekese. Setelah Katekese Umat diberikan, prodiakon akan

belajar mengenai Katekese Umat model Shared Christian Praxis Pendampingan ini

tidak hanya tentang teori, tetapi juga memberikan praktek SCP secara langsung,

sehingga prodiakon lebih memahami SCP dengan baik.

Penulis juga mengajak prodiakon untuk membuat persiapan jangka pendek

dalam kelompok yang sudah ditentukan. Persiapan jangka pendek adalah membuat

persiapan SCP selama beberapa pertemuan katekese, sehingga dapat digunakan oleh

prodiakon saat memberikan katekese di tengah umat.

E. Uraian Pokok-pokok Materi untuk Pembinaan Katekese Umat Model Shared

Christian Praxis (SCP) bagi Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum

1. Identitas

a. Tema : Pelatihan Katekese Umat Model Shared Christian Praxis

(SCP) bagi Prodiakon.

b. Tujuan : Bersama-sama pendamping, prodiakon dapat memahami

metode dan materi Katekese Umat Model Shared Christian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

96

Praxis (SCP) sehingga mampu mempersiapkan dan memandu

pertemuan Katekese Umat secara kreatif di tengah umat.

c. Peserta : Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum

d. Penanggung jawab: Koordinator Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum

e. Tempat : Wisma Maya Kaliurang

f. Hari/tanggal : 6-7 Oktober 2012

g. Waktu : Sabtu 15.00 WIB-Minggu 15.30 WIB

h. Metode : sharing, informasi, tanya jawab, diskusi,

i. Sarana : laptop, LCD, kertas HVS, hand out, Kitab Suci, lembar

pertanyaan sharing, lilin, salib, ballpoint.

j. Sumber bahan :

Sumarno Ds, M. (2009b). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan

Agama Katolik Paroki. Diktat Mata Kuliah Mahasiswa Semester VI Program

Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Hal: 1-39

Huber, TH. (1981). Katekese Umat. Yogyakarta: Kanisius. Hal: 7-23.

Lalu, Yosef. (2007). Katekese Umat. Jakarta: Komisi Kateketik KWI. Hal: 9-

19, 83-104.

Komisi Liturgi Konferensi Waligereja Indonesia. (2012). Penanggalan Liturgi

2012 Tahun B /II. Yogyakarta: Kanisius.

Hadiwiyata, A. S. (2008). Tafsir Injil Yohanes. Yogyakarta: Kanisius. Hal:

148-150.

Purwa Hadiwardoyo, dkk. (2010). Renungan Harian. Yogyakarta: Sumber

Mulya. Hal: 27.

Yoh 6:44-51.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

97

Skripsi ini, hal: 42-70

k. Jadwal kegiatan :

Waktu KegiatanHari pertama

15.00-15.30 Peserta tiba di lokasi Daftar ulang Minum dan snack

15.30-16.00 Pengantar Doa pembuka

16.00-17.00 Sesi I: Sharing pengalaman prodiakon saat melaksanakan KatekeseUmat

17.00-19.00 Sesi II: Katekese Umat

19.00-19.45 Makan malam

19.45-21.30 Sesi III: Katekese Umat Model Shared Christian Praxis

21.30-22.00 Ibadat malam (Completorium)

Hari kedua06.30-07.00 Ibadat pagi (Laudes)

p07.00-07.45 Makan pagi

07.45-09.15 Sesi IV: Praktek Shared Christian Praxis dan tanggapan praktekShared Christian Praxis

09.15-10.00 Sesi V: Cara mempersiapkan katekese

10.00-10.30 Minum dan snack

10.30-12.00 Sesi VI: Membuat persiapan Shared Christian Praxis (dalamkelompok)

12.00-13.00 Sesi VII: Presentasi persiapan Shared Christian Praxis

13.00-14.00 Perayaan Ekaristi

14.00-14.45 Makan siang

14.45-15.30 Evaluasi umum kegiatan pendampingan prodiakon

15.30-selesai Pulang2. Pemikiran Dasar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

98

Prodiakon adalah orang-orang yang sangat diharapkan oleh Gereja dalam

membantu berbagai karya kerasulan Gereja khususnya dalam bidang pewartaan juga

kegiatan-kegiatan gerejani lainnya. Mereka bekerja untuk melayani kebutuhan umat

baik ditingkat Paroki, Stasi, ataupun Lingkungan. Pada kenyataan banyak prodiakon

hanya bermodal ingin melayani, namun mereka tidak memiliki pengetahuan dan

ketrampilan yang cukup.

Melihat keprihatinaan tersebut Gereja harus memberi bekal yang secukupnya

kepada para prodiakon agar semakin mampu dan trampil dalam pelayanannya

khususnya dalam memandu pendalaman iman atau Katekese Umat. Menyadari

kebutuhan dan kekurangan tersebut, para prodiakon sungguh berusaha untuk belajar

bersama agar mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam dan kreatif sehinggga

semakin berani untuk mendampingi umatnya.

Para pendamping Katekese Umat diyakini memiliki peranan penting bagi

perkembangan dan kedewasaan iman umat. Mereka juga sering terlibat sebagai

pemandu katekese ketika ada pendalaman kitab suci pada bulan September atau sebagai

fasilitator saat pendalaman iman pada masa-masa khusus dalam Gereja seperti masa

adven dan prapaskah. Diharapkan melalui kegiatan ini kegiatan pendampingan ini para

prodiakon memiliki bekal pengetahuan dan ketrampilan dalam berkatekese di tengah

umat, sehingga pewartaan sabda Allah dapat menjadi wadah yang efektif dan berdaya

guna bagi pendewasaan iman umat.

3. Langkah-langkah Pengembangan

a. Pertemuan I

1). Judul pertemuan :Sharing pengalaman prodiakon saat melaksanakan

Katekese Umat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

99

2). Tujuan pertemuan :Bersama-sama pendamping, prodiakon dapat

mengungkapkan pengalamannya saat melaksanakan

Katekese Umat, sehingga dapat belajar melalui

pengalaman sesama prodiakon.

3). Proses pendampingan

a). Pembuka

Bapak/Ibu yang terkasih dalam Yesus Kristus, selamat sore berkah dalem.

Sebagai seorang prodiakon yang terlibat aktif dalan tugas-tugas Gereja, tentunya kita

juga perlu memiliki pengetahuan yang cukup. Pengetahuan yang dimiliki oleh

prodiakon dapat sangat membantu dalam melaksanakan tugas prodiakon. Salah satunya

adalah pengetahuan tentang katekese.

Selama dua hari ini, kita akan bersama-sama mengolah pengalaman serta

pengetahuan tentang katekese. Marilah bersama-sama kita mengungkapkan

pengalaman kita saat melaksanakan Katekese Umat.

b). Pokok-pokok uraian materi

Prodiakon yang hadir dibagi dalam kelompok, kurang lebih 4-5 orang dalam

tiap kelompok. Prodiakon diminta untuk sharing dalam kelompok dengan tuntunan

pertanyaan sharing, sebagai berikut:

(1). Pengalaman mengesankan seperti apa yang pernah dirasakan oleh Bapak/Ibu

selama melaksanakan Katekese Umat?

(2). Kesulitan-kesulitan apa yang Bapak/Ibu temukan selama melaksanakan Katekese

Umat?

(3). Langkah-langkah apa yang sering Bapak/Ibu gunakan dalam proses Katekese

Umat?

(4). Manfaat apa yang Bapak/Ibu dapat setelah melaksanakan Katekese Umat?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

100

(5). Hal-hal apa yang perlu diperbaiki dalam proses Katekese Umat agar nantinya

menjadi lebih baik?

c). Rangkuman

Bapak/Ibu prodiakon, baru saja bersama-sama mengungkapkan pengalaman kita

pada saat melaksanakan Katekese Umat di tengah umat. Bapak/Ibu mengungkapkan

pengalaman yang mengesankan, kesulitan-kesulitan yang dihadapi, langkah-langkah

yang digunakan, manfaat yang didapat serta hal-hal yang perlu diperbaiki dalam proses

Katekese Umat. Dengan pengalaman yang telah kita dengar dan yang kita ungkapkan

bersama, semoga semakin membantu kita untuk menjadi pewarta sabda yang lebih baik

lagi.

b. Pertemuan II

1). Judul pertemuan : Katekese Umat

2). Tujuan pertemuan : Bersama-sama pendamping, prodiakon dapat semakin

Katekese Umat sehingga prodiakon semakin

mengetahui hal-hal yang harus diperbaiki agar

Katekese Umat yang dipandu kelak bisa berjalan baik

3). Proses pendampingan

a). Pembuka

Bapak/Ibu selama dua jam kedepan, kita akan bersama-sama melihat kembali

tentang Katekese Umat. Katekese Umat dapat membantu Bapak/Ibu dalam tugas

pelayanan di tengah umat. Katekese Umat sebenarnya selalu kita laksanakan di tengah-

tengah umat saat kita melaksanakan katekese. hanya saja, kita kurang memahami

pengertian serta tujuan dari Katekese Umat. Maka dari itu, bersama-sama kita akan

mempelajari tentang Katekese Umat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

101

b). Pokok-pokok uraian materi

(1). Pengertian katekese

Katekese dalam sepanjang sejarah Gereja selalu mengalami perkembangan terus

menerus sesuai dengan tuntutan jaman dan Gereja. Anjuran apostolik Paus Yohanes

Paulus II dalam Chatechesi Tradendae art. 18 merumuskan katekese sebagai

pendidikan dalam iman terhadap anak-anak, orang muda dan orang dewasa. Katekese

Umat merupakan sebuah proses pendidikan iman, komunikasi iman atau pengalaman

iman (penghayatan iman) atau pewartaan sabda Allah yang diselenggarakan bersama

umat beriman. Saling mengkomunikasikan dan memperdalam iman sebagai upaya

membangun kedewasaan dan penghayatan iman agar mampu mewujudkan dalam

tindakan nyata dengan menjadi saksi iman di tengah-tengah Gereja dan masyarakat.

Mengajarkan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam hidup dan tindakan sehari-hari. Katekese

umat itu melibatkan seluruh umat dan dapat dilihat dari bentuk “Katekese dari umat,

oleh umat dan untuk umat.”

(2). Pola dan isi Katekese Umat

Katekese Umat memiliki pola dan isi yang berpusat pada Yesus Kristus. Yesus

Kristus merupakan Sabda Allah yang menjelma menjadi manusia, yang merupakan

puncak dari seluruh tindakan Allah di dunia dan merupakan pusat pewartaan kabar

gembira Injil dalam rangka sejarah keselamatan. Dalam katekese, kita bersaksi tentang

iman kita akan Yesus Kristus, pengantara Allah yang bersabda kepada kita dan

pengantara kita dalam menanggapi sabda Allah. Yesus Kristus tampil sebagai pola

hidup kita dalam kitab suci, khususnya dalam Perjanjian Baru, yang mendasari

penghayatan iman Gereja sepanjang tradisi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

102

(3). Peserta Katekese Umat

Katekese Umat adalah katekese oleh umat, dari umat dan untuk umat. Yang

berkatekese adalah umat, artinya semua orang beriman yang secara pribadi memilih

Yesus Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih memahami Yesus Kristus. Jadi,

seluruh umat baik yang berkumpul dalam kelompok-kelompok basis, maupun di

sekolah atau perguruan tinggi. Penekanan bagi seluruh umat ini justru merupakan salah

satu unsur yang memberi arah pada katekese saat ini.

(4). Pendamping Katekese Umat

Pendamping Katekese Umat juga memiliki peranan yang penting dalam proses

pelaksanaan Katekese Umat. Dalam pelaksanaannya, kunci keberhasilan Katekese

Umat sebagian terletak pada pendamping Katekese Umat. Peran pendamping dalam

Katekese Umat diharapkan dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi

pesertakatekese, sehingga peserta katekese dapat mengungkapkan dirinya dengan

terbuka. Dalam katekese yang menjemaat ini Pemimpin Katekese bertindak terutama

sebagai pengarah dan pemudah (fasilitator). Ia adalah pelayan yang siap menciptakan

suasana yang komunikatif. Ia membangkitkan gairah supaya para peserta berani

berbicara terbuka. Katekese Umat menerima banyak jalur komunikasi dalam

berkatekese. Tugas mengajar yang dipercayakan kepada hierarki menjamin agar

seluruh kekayaan iman berkembang dengan lurus.

(5). Suasana Katekese Umat

Katekese Umat merupakan komunikasi iman dari peserta sebagai sesama dalam

iman yang sederajat, yang saling bersaksi tentang iman mereka. Peserta berdialog

dalam suasana terbuka, ditandai sikap saling menghargai dan saling mendengarkan.

Proses terencana ini berjalan terus-menerus. Hubungan yang terjalin antar peserta

dalam pertemuan Katekese Umat adalah hubungan setia kawan, yang secara bersama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

103

dengan pendamping berjalan menuju Kepenuhan Kristus. Setiap peserta memiliki

sumbangannya untuk mengungkapkan pengalaman imannya dan mendengarkan

pengalaman iman peserta lain. Para peserta memiliki peran yang sama dalam Katekese

Umat, ditandai dengan suasana yang sederajat. Suasana yang terjalin adalah suasana

bebas, tanpa takut dan merasa dicurigai saat mengungkapkan pengalaman imannya.

(6). Tujuan Katekese dalam PKKI II

Supaya dalam terang injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman

kita sehari-hari

Dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-

Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari.

Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan

cinta kasih dan semakin dikukuhkan hidup kristiani kita.

Kita semakin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas

mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta.

Sehingga kita sanggup memberikan kesaksian tentang Kristus dalam hidup

kita di tengah dunia.

(7). Keunggulan Katekese Umat

Katekese Umat memiliki beberapa keunggulan, yang juga merupakan suatu

tBapak/Ibu bahwa Katekese Umat mendapat tempat di hati pendamping dan umat.

Katekese Umat ialah katekese dari umat, oleh umat, dan untuk umat. Umat menjadi

subyek dalam berkatekese dengan aktif berpikir, aktif berbicara, aktif mengambil

keputusan. Katekese umat mampu menumbuhkan rasa percaya diri, kepribadian dan

martabat peserta katekese. Katekese Umat membawa anggota umatnya menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

104

semakin kritis dan otonom. Katekese Umat selalu berbicara tentang hidup konkret

dalam terang Injil. Katekese Umat berkomunikasi tentang hidup nyata dalam terang

iman dan terjadi komunikasi iman itu. Orientasi Katekese Umat adalah Kerajaan Allah,

dan tidak terbatas pada Gereja saja.

c). Rangkuman

Bapak/Ibu prodiakon, demikian beberapa hal tentang Katekese Umat yang perlu

diketahui sehubungan dengan pelayanan kita sebagai pemandu katekese. Kita yakin

bahwa umat sangat membutuhkan kehadiran kita secara khusus untuk mendampingi

mereka dalam berkatekese. Pengetahuan kita tentang Katekese Umat akan sangat

membantu kita dalam menghadapi umat. Semoga pertemuan ini bermanfaat bagi kita

semua dalam mewujudkan panggilan kita sebagai pewarta sabda Tuhan.

c. Pertemuan III

1). Judul pertemuan : Katekese Umat Model Shared Christian Praxis (SCP)

2). Tujuan pertemuan : Bersama-sama pendamping, prodiakon dapat semakin

Katekese Umat model Shared Christian Praxis,

sehingga prodiakon mampu menerapkannya di tengah

umat.

3). Proses pendampingan

a). Pembuka

Setelah kita mencoba mengingat kembali tentang Katekese Umat, kita akan

mengenal salah satu model Katekese Umat yang dapat kita gunakan saat melaksanakan

Katekese Umat, yaitu Katekese Umat model Shared Christian Praxis (SCP). SCP

sangat cocok digunakan oleh pendamping katekese, karena disesuaikan dengan kondisi

umat yang dihadapi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

105

b). Pokok-pokok uraian materi

(1). Pengertian Katekese Umat model Shared Christian Praxis (SCP)

(a). Arti Shared Christian Praxis (SCP)

Shared Christian Praxis atau biasa disingkat SCP merupakan suatu alternatif

Katekese Umat Model Pengalaman Hidup. Model ini menekankan proses berkatekese

yang bersifat dialogal dan partisipatif yang bermaksud mendorong peserta, berdasarkan

konfrontasi antara “tradisi” dan “visi” hidup mereka dengan “Tradisi” dan “Visi”

kristiani, agar baik secara pribadi maupun bersama, mampu mengadakan penegasan

dan mengambil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah didalam

kehidupan manusia yang terlibat dalam dunia. Model katekese ini bermula dari

pengalaman hidup peserta, yang direfleksi secara kritis dan dikonfrontasikan dengan

pengalaman iman dan visi kristiani supaya muncul sikap dan kesadaran baru yang

memberi motivasi pada keterlibatan baru. Maka, sejak awal orientasi pendekatan ini

pada “praxis” peserta.

(b). Tiga komponen pokok dalam SCP

Sharing: Komunikasi yang timbal balik (dialog) antara peserta dan

pendamping.

Christian: Mencoba mengusahakan supaya kekayaan iman kristiani sepanjang

sejarah dan visinya makin terjangkau, dekat dan relevan untuk kehidupan

peserta pada zaman sekarang.

Praxis: suatu tindakan yang sudah direfleksikan. Praxis mempuyai tiga unsur

pembentuk yang saling berkaitan, yakni aktivitas, refleksi, kreativitas.

(2). Penjelasan langkah-langkah SCP

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

106

(a). Langkah I (pertama): Pengungkapan pengalaman hidup faktual (Mengungkap

pengalaman hidup peserta)

Langkah ini bertujuan untuk mengajak peserta mengungkapkan pengalaman

hidup dan keterlibatan mereka. Tentunya, pengalaman yang diungkapkan peserta sesuai

dengan tema yang dirumuskan dalam pertemuan katekese.

Kekhasan dalam langkah pertama adalah adanya sharing antar peserta diawali

dengan kesadaran peran peserta sebagai subyek dalam proses berkatekese. Setiap

peserta berhak mengungkapkan pengalaman hidupnya tanpa ada unsur paksaan,

sehingga peserta berhak mengatur dan merencanakan hidupnya sendiri sesuai dengan

kepentingan, minat dan kemampuan peserta.

Peran dan tanggung jawab pembimbing dalam langkah I adalah berperan

sebagai fasilitator dengan menciptakan suasana yang terbuka dan hangat sehingga umat

semakin nyaman dalam mengungkapkan pengalaman pribadinya.

Dalam proses pengungkapan itu, peserta dapat menggunakan sarana dalam

bentuk ceritera, puisi, tarian, nyanyian, drama pendek atau lambing. Peserta dapat

menggunakan perasaan mereka, mejelaskan nilai, sikap kepercayaan, dan keyakinan

yang melatarbelakanginya. Dengan cara itu diharapkan peserta menjadi sadar dan

bersikap kritis pada pengalaman hidupnya sendiri. Di samping pengalaman pribadi,

peserta dapat juga mengungkapkan pengalaman orang lain atau keadaan

masyarakatnya.

(b). Langkah II (kedua): Refleksi kritis atas sharing pengalaman hidup faktual

(Mendalami pengalaman hidup peserta)

Langkah kedua ini bertujuan untuk merefleksikan kembali pengalaman yang

telah diungkapkan pada langkah pertama. Pada langkah kedua ini, peserta didorong

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

107

untuk lebih aktif, kritis dan kreatif dalam memahami serta mengolah keterlibatan hidup

mereka sendiri maupun masyarakatnya.

Dalam refleksi kritis ini, peserta diajak menggunakan sarana baik analisa sosial

maupun analisa kultural. Segi pemahaman, pengenangan, serta imajinasi akan berguna

sekali apabila dimanfaatkan. Dengan refleksi kritis pada pengalaman konkret peserta

diharapkan sampai pada nilai dan visinya yang pada langkah keempat akan

dikonfrontasikan dengan pengalaman iman Gereja sepanjang sejarah (Tradisi) dan Visi

Kristiani.

Pendamping katekese bertanggung jawab untuk menciptakan suasana

pertemuan dengan menghormati dan mendukung setiap gagasan serta saran dari peserta

katekese. Pendamping mampu mengajak peserta untuk untuk secara kritis

merefleksikan pengalaman hidupnya. Pendamping dapat merumuskan pertanyaan

pendalaman pengalaman, seperti: mengapa, bagaimana, dll.

Peserta diharapkan dapat melihat pengalaman hidupnya secara kritis dengan

menganalisa dengan sistem sosial yang sudah dibentuk dalam masyarakat. Peserta

dapat membayangkan segala konsekuensi/akibat ataupun kemungkinan yang terjadi

atas tindakan yang telah dilakukan.

(c). Langkah III (ketiga): Mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani lebih

terjangkau (Menggali pengalaman iman kristiani)

Tujuan dalam langkah ketiga ini adalah mengkomunikasikan nilai-nilai Tradisi

dan Visi kristiani agar lebih terjangkau dan mengena dalam bidup peserta yang

mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda. Tradisi dan Visi kristiani

terungkap dalam bentuk Kitab Suci, dogma, pengajaran Gereja, liturgi, spiritualitas,

devosi, seni dalam Gereja, kepemimpinan dan kehidupan jemaat beriman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

108

Pokok dari langkah ini adalah mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani

menjadi lebih terjangkau, lebih dekat dan relevan bagi peserta pada zaman sekarang.

Peranan seorang pendamping di sini diharapkan dapat membuka jalan selebar-

lebarmnya, menghilangkan segala macam hambatan sehingga semua peserta mempuyai

peluang besar untuk menmukan nilai-nilai dari Tradisi dan Visi Kristiani.

Pendamping menarik kesimpulan dari langkah pertama dan kedua yang bisa

dihubungkan dengan tema pertemuan katekese dari Kitab Suci atau Tradisi Gereja yang

dipilih. Pendalaman yang dilakukan oleh pendamping dapat dilakukan dengan

pertanyaan atau ceramah dialogal. Metode yang digunakan oleh pendamping sebaiknya

tepat.

Pada langkah ini, peran peserta lebih sedikit dibandingkan dengan peran

pendamping. Peserta tetap setia mendengarkan dan menghargai pendamping yang

mencoba menafsirkan Tradisi dan visi kristiani agar sesuai dengan hidup konkret

peserta.

(d). Langkah IV (keempat): Interpretasi/tafsir dialektis antara Tradisi dan Visi Kristiani

dengan tradisi dan visi Peserta (Menerapkan iman kristiani dalam situasi peserta

konkrit)

Tujuan langkah keempat ini adalah mengajak peserta berdasarkan nilai Tradisi

dan Visi kristiani, menemukan nilai-nilai hidup yang hendak digarisbawahi, lalu sikap-

sikap yang hendak dihilangkan dan memperkembangkan nilai-nilai baru.

Kekhasan langkah keempat ini adalah memiliki keyakinan bahwa peserta

memiliki potensi yang alamiah untuk memahami hubungan yang terjalin antara

pengalaman hidup peserta dengan Tradisi dan Visi kristiani. Pengalaman hidup peserta

yang dikonfrontasikan dengan Tradisi dan visi kristiani menjadi pengalaman iman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

109

Peranan pendamping dalam tahap ini adalah menghormati kebebasan peserta

dan hasil penegasan peserta, termasuk mereka yang menolak tafsiran pembimbing.

Pendamping juga mampu meyakinkan peserta bahwa mereka mampu menemukan nilai

pengalaman hidup mereka dengan nilai Tradisi dan Visi kristiani.

Langkah ini mengajak peserta supaya dapat meneguhkan, mempertanyakan,

memperkembangkan dan menyempurnakan pokok-pokok penting yang telah ditemukan

pada langkah pertama dan kedua. Pokok-pokok penting itu dikonfrontasikan dengan

hasil interpretasi Tradisi dan Visi Kristiani dari langkah ketiga. Dari proses konfrontasi

itu diharapkan peserta dapat secara aktif menemukan kesadaran atau sikap-sikap baru

yang hendak diwujudkan.

(e). Langkah V (kelima): Keterlibatan baru demi makin terwujudnya Kerajaan Allah di

dunia ini (Mengusahakan suatu aksi konkrit)

Pada langkah kelima ini bertujuan untuk mengajak peserta sampai pada

keputusan praktis yang sehubungan dengan pengalaman konkret. Sebisa mungkin

keputusan yang diambil oleh peserta merupakan suatu rencana yang konkret. Peserta

katekese didorong untuk mengusahakan keterlibatannya dengan metanoia (pertobatan

pribadi dan sosial) yang berlangsung secara terus-menerus.

Kekhasan pada langkah kelima ini adalah usaha konkret yang merupakan niat

bersama yang dirumuskan oleh peserta bersama-sama dengan pendamping. Usaha

konkret akan diwujudkan bersama-sama oleh peserta dan pendamping.

Pembimbing memiliki peranan untuk merumuskan pertanyaan yang sederhana

tetapi dapat membantu peserta katekese mencapai niat konkret. Pembimbing selalu

menekankan sikap optimis yang realistis kepada peserta sehingga mereka dapat

membuat keputusan yang konkret secara pribadi dan bersama-sama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

110

Peserta bersama-sama pendamping mewujudkan usaha konkret yang diputuskan

bersama-sama agar tercapainya metanoia yang diharapkan terjadi dalam proses

katekese. Keputusan peserta hendaknya merupakan kesinambungan dari langkah

pertama hingga langkah keempat.

(f). Penutup

Bagian penutup ini dimulai dengan doa-doa spontan hasil buah katekese dan

bisa pula doa-doa umat lainnya secara bebas. Bilamana perlu katekis atau pendamping

mengakhiri katekese dengan dengan doa penutup yang merangkum keseluruhan tema

dan tujuan katekese. Kemudian diakhiri dengan suatu doa bersama dan atau nyanyian

yang sesuai dengan tema.

c). Rangkuman

Katekese yang berpusat pada umat, diharapkan dapat mengembangkan iman

umat dan membahrui hidup umat dalam hidup sehari-hari.

Setelah ini, kita akan bersama-sama melihat salah satu contoh bentuk

pelaksanaan Katekese Umat dengan Model Pengalaman Hidup. Semoga contoh ini

semakin membantu kita untuk mengerti dan memahami cara mempersiapkan Katekese

Umat Model Pengalaman Hidup bagi umat.

d. Pertemuan IV

1). Judul pertemuan : Praktek Shared Christian Praxis (SCP)

2). Tujuan pertemuan : Bersama-sama pendamping, prodiakon dapat melihat

secara langsung pelaksanaan Katekese Umat model

Shared Christian Praxis (SCP)

3). Proses pendampingan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

111

a). Pembuka

Bapak/Ibu prodiakon yang terkasih dalam Kristus, kita akan bersama-sama

melihat secara langsung Katekese Umat model SCP, agar kita dapat mengetahui

kelemahan maupun kelebihan SCP jika kita gunakan di tengah umat.

b). Contoh praktek Shared Christian Praxis (SCP)

(1). Tema : Menghayati Kehadiran Kristus dalam Ekaristi

(2). Tujuan :Bersama-sama pendamping, prodiakon semakin

menghayati kehadiran Kristus di dalam Ekaristi,

sehingga prodiakon semakin rajin pergi ke Gereja untuk

menyambut Ekaristi..

(3). Pembukaan

(1). Pengantar

Bapak/Ibu yang terkasih dalam Kristus, sebagai umat Katolik dan mengemban

tugas sebagai prodiakon, tentulah kita sering mengikuti Perayaan Ekaristi dan

membantu Romo membagikan komuni. Tetapi, seringkali kita tidak mengikuti

perayaan Ekaristi dengan sepenuh hati, karena kita masih memandang bahwa

mengikuti perayaan Ekaristi merupakan suatu kewajiban bagi umat Katolik dan bukan

suatu kebutuhan iman. Kita sebagai umat Katolik diharapkan pantas secara rohani

untuk menyambut Tubuh Kristus dalam perayaan Ekaristi. Hal ini dikarenakan bahwa

umat Katolik percaya bahwa Yesus nyata hadir dalam rupa roti dan anggur yang kita

santap dalam Perayaan Ekaristi.

Seperti yang diungkapkan dalam Injil Yohanes 6:44-51, disana Yesus bersabda

bahwa Dialah Roti Hidup dan barangsiapa yang percaya pada-Nya akan diberikan

hidup kekal. Manusia akan mendapatkan hidup untuk selama-lamanya dan tidak akan

pernah mati karena percaya pada Kristus bahwa hanya Dialah pemberi hidup. Jika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

112

dilihat keadaan umat Katolik saat ini, umat masih kurang dapat memaknai hosti suci

sebagai lambang kehadiran Kristus di dalam Ekaristi khususnya memaknai Tubuh

Kristus sebagai jaminan untuk hidup kekal. Hidup kekal yang dijanjikan adalah hidup

spiritual yang tidak akan pernah mengalami kematian. Hal ini dikarenakan, kurangnya

iman kepercayaan umat kepada Yesus Kristus sehingga umat juga tidak siap untuk

menyambut Tubuh Kristus.

Maka, dengan mendalami perikop ini, kita dapat semakin disadarkan kehadiran

Tuhan Yesus Kristus di dalam Tubuh Kristus sehingga kita semakin menghayati bahwa

memang benar Yesus memberikan hidup yang kekal bagi umat-Nya. Dan dari

pertemuan kali ini, kita juga semakin disadarkan agar kita terus mempertahankan iman

kepercayaan kepada Yesus Kristus dengan rajin mengikuti Ekaristi sehingga pantas

untuk menyambut Tubuh Kristus.

(2). Lagu pembukaan : Madah Bakti, No: 295, ”Kristus Kurban Cinta-Nya” {Lampiran

11: (21)}

(3). Doa pembukaan

Allah Bapa yang maha pengasih, kami bersyukur dan berterima kasih atas

rahmat dan berkat yang telah Engkau berikan kepada kami sampai saat ini. Secara

khusus, kami juga mengucapkan banyak terima kasih karena pada saat ini kami masih

Engkau perkenankan untuk menerima rahmat kasih dari-Mu sampai saat ini. Ya Allah

Bapa yang maha baik, ampunilah kami yang sering melupakan Engkau dengan tidak

rajin mengikuti perayaan Ekaristi. Sehingga kami kurang dapat memaknai kehadiran

Kristus, Putra-Mu yang Terkasih, dalam Ekaristi. Bantulah kami Ya Bapa, agar kami

selalu rajin ke Gereja sehingga kami semakin pantas untuk menyambut Tubuh Kristus

dalam Ekaristi. Sebab, rahmat yang kami dapat dari-Mu, itu semua untuk mendukung

tugas-tugas kami melayani umat-Mu. Terangilah Ya Bapa seluruh rangkaian proses

pendalaman iman yang akan kami laksanakan pada hari ini agar dapat berjalan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

113

baik. Bantulah kami agar kami dapat semakin percaya kepada Yesus agar kami dapat

beroleh hidup kekal bersama-sama dengan Dikau dan Yesus Putera-Mu yang terkasih.

Doa ini kami sampaikan melalui Tuhan dan pengantara kami. Amin.

(4). Langkah I: Pengungkapan pengalaman hidup faktual (Mengungkap pengalaman

hidup peserta)

(a). Pendamping mengajak peserta untuk mengungkapkan pengalaman hidupnya saat

menyambut Tubuh Kristus di dalam Perayaan Ekaristi dengan tuntunan beberapa

pertanyaan:

Perasaan apa yang dialami oleh Bapak/Ibu prodiakon setelah menerima

kehadiran Kristus dalam Komuni?

(b). Suatu contoh arah rangkuman

Saat kita menerima hosti suci dalam perayaan Ekaristi Yesus hadir di dalam diri

kita dan bersemayam disana. Yesus nyata hadir dalam hosti suci yang kita sambut.

Yesus hidup dalam diri kita dan selalu menaungi kita dalam hidup sehari-hari. Kita

sangat menghormati kehadiran Kristus dalam Perayaan Ekaristi yang berwujud Hosti

Suci. Perasaan yang dialami Bapak/Ibu dapat bermacam-macam atau bahkan mungkin

ada Bapak/Ibu ada yang tidak merasakan perbedaan itu karena merasa biasa-biasa saja.

Perasaan senang, bangga, atau bahkan takut dapat timbul saat menerima Hosti yang

Bapak/Ibu terima saat mengikuti Ekaristi. Perasaan bangga juga timbul karena

Bapak/Ibu merasa bahwa Bapak/Ibu merasa sudah pantas untuk menyambut Tubuh

Kristus. Perasaan takut yang juga mungkin Bapak/Ibu rasakan, itu karena Bapak/Ibu

belum siap untuk menerima Yesus dalam diri Bapak/Ibu dan takut jika setelah

menerima hosti, Bapak/Ibu akan berbuat yang tidak pantas di mata Yesus. Masih

banyak lagi perasaan yang dapat kita rasakan setelah menerima Hosti Suci. Sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

114

prodiakon, perasaan yang kita rasakan saat akan menerimakan Tubuh Kristus pastinya

juga berbeda-beda.

(5). Langkah II: Refleksi kritis atas sharing pengalaman hidup faktual (Mendalami

pengalaman hidup peserta)

(a). Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalamannya dengan dibantu

pertanyaan sebagai berikut:

Bagaimana Bapak/Ibu menghayati Kristus yang hadir dalam Perayaan

Ekaristi?

(b). Dari jawaban yang telah diungkapkan oleh peserta, pendamping memberikan

arahan rangkuman singkat, misalnya:

Menghayati kehadiran Kristus saat kita menyambut Tubuh Kristus, tentunya

memiliki pengalaman iman yang berbeda-beda. Pengalaman yang berbeda membawa

kita untuk memiliki cara yang berbeda dalam menghayati Kristus. Kristus yang hadir

dalam diri kita masing-masing, pastinya juga bekerja dengan cara yang masing-masing

pula. Kehadiran Kristus serta rahmat yang kita dapatkan setelah menerima Tubuh

Kristus semakin membantu kita untuk terus menghayati Kristus dalam hidup sehari-

hari. Penghayatan kita akan Kristus tidak hanya berhenti saat kita menyantap Tubuh

Kristus dalam Perayaan Ekaristi. Kristus yang hadir selalu tinggal dalam diri kita dan

menyertai kita dalam perjalanan hidup sehari-hari. Perjalanan hidup sebagai seorang

awam biasa dan perjalanan hidup sebagai seorang prodiakon. Jika Tuhan sudah bekerja

atas diri kita, maka yang ada hanyalah kebaikan.

(6). Langkah III: Mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani lebih terjangkau

(Menggali pengalaman iman kristiani)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

115

(a). Peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikop langsung dari Kitab Suci

seara bergantian, Injil Yohanes 6:44-51 atau dari fotocopy yang dibagikan

{Lampiran 12: (22)}.

(b). Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi

merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan dibantu beberapa

pertanyaan, sebagai berikut:

Ayat-ayat manakah yang menunjukkan kehadiran Yesus dalam perikope

tersebut? Mengapa?

Apa makna kehadiran Kristus dari perikope tersebut?

(c). Pendamping memberikan tafsir dari Injil Yoh 6:44-51 dan menghubungkannya

dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan, misalnya,

sebagai berikut:

Ayat 48 menuliskan bahwa Yesus adalah roti hidup, dimana dalam ayat ini

merupakan tema sentral tentang roti kehidupan. Dan sebelum ayat 48 juga disebutkan

bahwa Yesus juga akan memberikan hidup kekal bagi mereka yang percaya kepada

Yesus sebagai sumber kehidupan bagi manusia. Dengan kata lain, Yesus mengenalkan

diri-Nya sebagai roti hidup yang disambut oleh umat-Nya, tetapi hal tersebut tidaklah

cukup jikalau umat-Nya tidak percaya kepada Yesus sebagai seseorang yang diutus

oleh Bapa-Nya untuk turun ke dunia. Dan kehidupan kekal yang digambarkan oleh

Yesus dalam bacaan, menampilkan realitas masa kini yang juga disebutkan dalam ayat

51. Pada ayat 49-50, Yesus menggambarkan keunggulan roti hidup yang jika disantap

oleh orang yang percaya kepada-Nya akan diberikan hidup kekal selama-lamanya.

Dimana keunggulan roti hidup dalam Kristus dibandingkan dengan roti manna yang

diberikan kepada umat Israel. Disini roti manna mendukung hidup fisik, tetapi tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

116

dapat menghalangi kematian sedangkan roti yang adalah Kristus dapat mendukung

hidup spiritual bahkan menghalangi kematian. Dalam ayat ini Nenek Moyang yang

disebutkan oleh Yesus adalah Nenek Moyang pada zaman sebelum Yesus juga

mengalami kematian fisik. Sedangkan yang makan roti dari surga tidak akan mati yang

dalam hal ini adalah kematian spiritual. Dan Yohanes juga tidak menyangkal bahwa

orang beriman juga akan mengalami kematian fisik.

Bacaan Injil pertemuan hari ini memperlihatkan kepada kita siapa Yesus

sebenarnya. Yesus adalah Roti hidup yang selalu kita sambut setiap mengikuti perayaan

Ekaristi. Roti Hidup itu adalah Yesus sendiri, Yesus yang hadir dalam rupa hosti suci

dalam perayaan Ekaristi. Dan seperti yang disebutkan pada ayat 47 bahwa barangsiapa

percaya kepada-Nya maka akan mendapatkan hidup kekal. Maka kita sebagai umat

beriman yang percaya kepada Kristus, seharusnya kita percaya kepada-Nya bahwa Dia

benar-benar hadir dalam rupa hosti suci. Sehingga kita dapat memaknai hosti suci yang

kita santap sebagai kehadiran Kristus. Maka, kita dapat menyambut Tubuh Kristus

secara pantas dan mampu menerima Yesus sebagai utusan dari Allah dan penjamin

kehidupan kekal.

(7). Langkah IV: Interpretasi/tafsir dialektis antara Tradisi dan Visi Kristiani dengan

tradisi dan visi Peserta (Menerapkan iman kristiani dalam situasi peserta konkrit)

(a). Pengantar

Dalam pembicaraan-pembicaraan tadi kita sudah menemukan suatu peneguhan

iman dari Kitab Suci yang telah kita baca bersama-sama. Dalam pesan Kitab Suci yang

telah kita dalami bersama, Yesus adalah roti hidup yang akan selalu hadir bagi umat-

Nya. Dan Yesus hadir dalam roti hidup yang selalu kita sambut setiap mengikuti

perayaaan Ekaristi. Yesus akan selalu menjamin kehidupan kekal bagi umat-Nya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

117

Hendaknya kita semua selalu percaya akan apa yang telah disabdakan oleh

Yesus Kristus yang selalu menyertai kita para umat-Nya. Dengan menerima hosti suci

saja, tentunya hal itu belumlah cukup. Sebab kita harus percaya bahwa Yesus benar-

benar hadir dalam rupa roti dan anggur dan percaya akan hidup kekal yang Yesus

janjikan.

Maka, hendaknya, kita sebagai prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum dapat

menghayati hosti suci sebagai tanda kehadiran Kristus karena masih banyak umat yang

kurang dapat menghayati kehadiran Kristus yang nyata dalam rupa Tubuh Kristus.

(b). Sebagai bahan refleksi agar kita dapat semakin menghayati Kehadiran Kristus

dalam Tubuh Kristus, marilah secara bersama-sama kita mencoba merenungkan

pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

Sejauh mana Bapak/Ibu rajin pergi ke gereja Paroki Roh Kudus Kebonarum

untuk menyambut kehadiran Kristus?

(c). Peserta diberi waktu untuk renungan secara pribadi dengan panduan pertanyaan di

atas. Kemudian peserta diberi kesempatan secukupnya untuk mengungkapkan

hasil-hasil renungan pribadinya itu. Akhirnya, sebagai bahan renungan dalam

langkah ini pendamping dapat memberikan arah rangkuman singkat sesuai dengan

hasil-hasil renungan pribadi mereka, misalnya, sebagai berikut:

(d). Suatu contoh arah rangkuman penerapan pada situasi peserta:

Seringkali kita merasa kurang siap dan belum pantas untuk menyambut Tubuh

Kristus yang kita terima dalam perayaan Ekaristi dan tidak menyadari makna penting

yang terkandung dalam Tubuh Kristus yang kita sambut. Sebagai umat kristiani, kita

sering menganggap bahwa mengikuti perayaan ekaristi merupakan suatu kewajiban dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

118

bukan merupakan suatu kebutuhan rohani. Dan ada pula umat yang tidak rajin

mengikuti perayaan Ekaristi lalu merasa pantas untuk menyambut Tubuh Kristus.

Maka, makna yang terkandung dalam perayaan Ekaristi khususnya penerimaan Tubuh

Kristus menjadi hambar dan tidak bermakna bagi perkembangan iman Katolik. Hal itu

merupakan suatu kesalahan besar, karena sebenarnya Yesus selalu hadir secara nyata

lewat Hosti Suci yang kita sambut. Dan dalam bacaan Injil dapat kita lihat bersama-

sama bahwa lewat kehadiran-Nya, Yesus menjanjikan hidup kekal seperti yang telah

diimpi-impikan setiap umat.

Hosti suci yang selalu kita maknai dapat kita murnikan kembali sebagai

kehadiran Kristus dan bukan hanya sekedar ingin dipandang sebagai umat kristiani atau

takut jika tidak menyambut akan disebut sebagai orang berdosa atau sebagai jimat.

Tetapi, kita dapat menerima Kristus dengan jiwa yang pantas, sebagai seseorang yang

rindu akan kehadiran Tuhan. Jiwa yang siap akan selalu memaknai kehadiran Tuhan

sebagai rahmat yang diberikan Allah kepada kita, dimana rahmat itu adalah Yesus

sendiri yang akhirnya akan menuntun kita pada jalan kemenangan Kristus.

Dengan adanya pertemuan kali ini dan perenungan bacaan Injil Yohanes pada

hari ini dapat sungguh-sungguh membantu kita sebagai prodiakon Paroki Roh Kudus

Kebonarum memaknai kehadiran Kristus dalam rupa roti dan anggur yang selalu kita

sambut dalam perayaan Ekaristi dan kita semakin rajin pergi ke gereja. Kita juga dapat

melihat diri kita sebagai prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum, apakah diri kita

sudah pantas menyambut Tubuh Kristus setiap kita mengikuti Perayaan Ekaristi. Kita

sebagai pelayan umat, hendaknya kita sendiri juga dapat menghayati kehadiran Kristus

dalam hidup kita sehari-hari.

(8). Langkah V: Keterlibatan baru demi makin terwujudnya Kerajaan Allah di dunia

ini (Mengusahakan suatu aksi konkrit)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

119

(a). Pengantar

Para Bapak/Ibu yang terkasih dalam Yesus Kristus. Kita telah bersama-sama

mengungkapkan pengalaman kita masing-masing dalam menyambut kehadiran Kristus

saat Perayaan Ekaristi, lalu mencoba untuk merefleksikan pengalaman kita saat

menyambut Kristus dalam rupa Hosti Suci yang kita santap saat Perayaan Ekaristi. Kita

juga mencoba menafsirkan kehadiran Kristus dalam Injil Yohanes, agar apa yang kita

semakin sadar akan kehadiran Kristus dalam diri kita masing-masing. Pengalaman

hidup kita tidak hanya pengalaman hidup yang biasa, tetapi menjadi pengalaman iman

yang akan kita wujudkan dalam suatu usaha konkret Bapak/Ibu saat ini.

Maka, kita sebagai prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum yang beriman

kepada Yesus Kristus baiklah jika kita kembali memaknai kehadiran Kristus dalam

rupa Tubuh Kristus sehingga nanti akhirnya kita selalu merasakan kehadiran Kristus

setiap saat karena Yesus selalu bersemayam dalam diri kita. Kita akan bersama-sama

mewujudkan iman kristinani kita dalam suatu usaha tindakan konkret yang akan kita

usahakan secara pribadi dan bersama-sama.

(b). Memikirkan niat-niat dan bentuk keterlibatan kita yang baru (pribadi, kelompok

atau bersama) untuk semakin memaknai Tubuh Kristus sebagai lambang

Kehadiran Kristus. Berikut ini adalah petanyaan penuntun untuk membantu peserta

membuat niat- niat:

Niat apa yang hendak kita lakukan agar sebagai prodiakon dapat semakin rajin

mengikuti Perayaan Ekaristi sehingga dapat menghayati kehadiran Kristus?

(c). Selanjutnya peserta diberi dalam suasana hening memikirkan sendiri-sendiri

tentang niat-niat pribadi/bersama yang akan dilakukan. Niat-niat pribadi dapat

diungkapkan (berdua/bertiga dalam kelompok kecil entah dalam pleno) untuk

saling meneguhkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

120

(d). Kemudian, pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan

mendiskusikan bersama guna menentukan niat bersama konkrit, yang dapat segera

diwujudkan, agar mereka semakin memaknai Tubuh Kristus sebagai tanda

kehadiran Kristus.

(9). Penutup

(a). Setelah selesai merumuskan niat pribadi dan bersama, kemudian bisa menyanyikan

bersama Lagu ”Tuhan Kau Satukan Kami” (Madah Bakti, No: 298) {Lampiran

13: (23)}.

(b). Kesempatan hening sejenak untuk meresapkan isi lagu tersebut. Sementara itu,

lilin dan salib dapat diletakkan di tengah umat untuk kemudian dinyalakan.

(c). Kesempatan Doa Umat spontan yang diawali oleh pendamping dengan

menghubungkan doa umat . Setelah itu doa umat disusul secara spontan oleh para

peserta yang lain. Akhir doa umat ditutup dengan doa penutup dari pendamping

yang merangkum keseluruhan langkah dalam SCP ini dalam kelima langkah ini,

misalnya, sebagai berikut.

(d). Doa Penutup:

Yesus Kristus, Pemberi Hidup Kekal. Terima kasih karena Engkau selalu setia

untuk membimbing kami agar semakin menumbuhkan iman kami. Engkau hadir di

tengah-tengah kami dan menuntun kami selama proses katekese ini. Kami dapat

mengungkapkan pengalaman saat bertemu dengan-Mu dalam rupa hosti suci yang kami

santap saat Perayaan Ekaristi. Kristus sumber hidup kekal, kami juga dapat semakin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

121

menghayati kehadiran-Mu dalam Injil Yohanes yang telah kami dengar bersama-sama.

Sehingga, kami dapat semakin menghormati dan menghayati kehadiran-Mu dalam rupa

roti dan anggur yang dapat kami sambut setiap mengikuti perayaan Ekaristi. Dan

bantulah niat-niat kami dalam menghayati roti hidup dalam perayaan Ekaristi dengan

semakin rajin mengikuti Perayaan Ekaristi. Seringnya kami merindukan kedatangan-

Mu di tengah-tengah kami, tetapi kami sendiri tidak menyadari bahwa sebenarnya

Engkau selalu hadir dalam diri kami lewat Tubuh Kristus yang kami santap. Ya Tuhan,

berkatilah segala niat dan tindakan yang akan kami lakukan baik secara pribadi maupun

bersama-sama. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara Kami. Amin

c). Rangkuman dan evaluasi

Bapak/Ibu prodiakon, bersama-sama kita telah melaksanakan katekese SCP.

Contoh tersebut memberikan gambaran kepada Bapak/Ibu tentang bagaimana proses

SCP yang dilakukan di tengah umat. Setelah melihat proses SCP, marilah kita mencoba

untuk mengevaluasi kelebihan dan kelemahan SCP jika kita gunakan di tengah umat,

dengan panduan pertanyaan sebagai berikut:

(1). Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu setelah mengikuti praktek contoh SCP?

(2). Menurut Bapak/Ibu, apa kelebihan SCP jika digunakan di tengah umat?

(3). Menurut Bapak/Ibu, apa kekurangan SCP jika digunakan di tengah umat?

(4). Hal-hal apa yang perlu diperbaiki dalam proses SCP, sehingga nantinya dapat

lebih baik lagi jika digunakan di tengah umat?

e. Pertemuan V

1). Judul pertemuan : Cara mempersiapkan katekese

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

122

2). Tujuan pertemuan : Bersama-sama pendamping, prodiakon dapat

mengetahui cara mempersiapkan katekese di tengah

umat.

3). Proses pendampingan

a). Pembuka

Bapak/Ibu prodiakon, setelah kita melihat secara langsung proses katekese SCP,

akan menjadi lebih baik lagi jika kita belajar untuk mempersiapkan katekese untuk

jangka pendek. Hal ini diperlukan agar kita dapat melaksanakan katekese dengan lebih

baik lagi dan memahami hal-hal yang perlu disiapkan saat akan memberi katekese.

b). Pokok-pokok uraian materi

Proses katekese yang berjalan dengan lancar dan baik, tentunya telah

dipersiapkan dengan baik pula. Maka, agar proses katekese yang dilaksanakan dapat

berjalan dengan baik, kita perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Pemilihan tema sebaiknya ditentukan bersama dengan umat/peserta katekese.

Jika tema sudah didapat, maka pendamping katekese mulai menyiapkan

katekese.

Mencari dan mengolah tema dalam Tradisi dan Kitab Suci.

Mencari dan mengolah tema dalam pengalaman hidup. Hal ini dapat terbantu

dengan membaca cerita dalam majalah, Koran, televisi, dll, yang sehubungan

dengan tema tersebut.

Tujuan dapat dirumuskan sesuai dengan tema yang akan digunakan.

Memikirkan sarana, metode yang akan digunakan dalam katekese, dan kepada

siapa katekese akan diberikan serta berapa lamanya waktu yang akan

digunakan.

Setelah itu, mulailah merumuskan katekese secara rinci, sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

123

Menyusun urutan pengembangan langkah-langkah secara gasris besar. Pada

bagian Tradisi atau Kitab Suci, hendaknya lebih diperhatikan dalam

menggunakan komentar para ahli. Pertanyaan pendalaman yang digunakan

hendaknya dipersiapkan dengan bahasa sederhana, jelas, mudah dijawab, dan

bukan pertanyaan tertutup. Pertanyaan yang akan dipakai seharusnya juga

sesuai dengan tema katekese.

Katekese yang sudah disiapkan sebaiknya direnungkan terlebih dahulu untuk

diri sendiri. Sebelumnya, kita dapat memperagakan di depan orang lain

ataupun di depan kaca agar lebih percaya diri.

Setelah selesai pelaksanaan katekese, perlu dilakukan evaluasi secara pribadi

ataupun bersama orang lain yang hadir dalam proses katekese tersebut.

Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, maka katekis bisa menentukan tema dan

tujuan untuk pertemuan katekese selanjutnya.

c). Rangkuman

Pada sesi ini, kita telah bersama-sama belajar bagaimana mempersiapkan

katekese di tengah umat, agar ke depannya lebih lancar dan baik lagi. Bapak/Ibu

prodiakon, agar kita juga semakin lebih baik lagi dalam memandu katekese, kita akan

membuat persiapan katekese dalam jangka pendek. Persiapan tersebut dapat kita

gunakan dalam memandu katekese di tengah umat.

f. Pertemuan VI

1). Judul pertemuan : Membuat persiapan Shared Christian Praxis (dalam

kelompok)

2). Tujuan pertemuan : Bersama-sama pendamping, prodiakon dibagi dalam

kelompok dan membuat persiapan Shared Christian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

124

Praxis (SCP), sehingga dapat dipraktekkan secara

langsung saat memberikan katekese.

3). Proses pendampingan

a). Pembuka

Bapak/Ibu, setelah tadi kita belajar cara mempersiapkan katekese, marilah kita

bersama-sama membuat persiapan SCP di dalam kelompok. Persiapan tersebut

nantinya dapat kita gunakan saat berkatekese di tengah umat.

b). Pokok-pokok uraian materi

(1). Identitas

Pelaksana :

Tema :

Tujuan :

Peserta :

Tempat :

Hari / Tanggal :

Waktu :

Model : Shared Christian Praxis

Metode :

Sarana :

Sumber Bahan :

(2). Pemikiran Dasar

Pada bagian pemikiran dasar berisi latar belakang pemilihan tema dan

permasalahan situasi konkrit peserta (aspek sosiologis-faktual), tanggapan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

125

Tradisi atau Kitab Suci (aspek biblis-ideal), dan tanggapan dalam katekese yang

bersangkutan (aspek kateketis-aktual).

(3). Pengembangan langkah-langkah

(a). Pendahuluan

Bisa dimulai dengan doa, kata pengantar, lagu pembuka yang sesuai dengan

tema yang akan diangkat dalam proses katekese.

(b). Langkah I: Mengungkap pengalaman hidup peserta

Mengungkapkan pengalaman hidup peserta dapat menggunakan sarana, seperti:

teks cerita, teks cergam, film singkat, tayangan slide show, dll. (sarana harus

disesuaikan dengan tema). Setelah itu, peserta diajak untuk mendalami isi dari sarana

(misalnya: Cergam) dengan beberapa pertanyaan panduan, misalnya:

Kesulitan-kesulitan apa yang dialami dari cergam.

Penceritaan pengalaman yang sesuai dengan cerita dalam cergam.

Hambatan yang dialami peserta dalam menuju suatu hal yang baik sesuai

dengan cergam.

Pendamping dapat memberikan arah rangkuman langkah I dan pengantar untuk

masuk langkah II.

(c). Langkah II: Mendalami pengalaman hidup peserta

Merumuskan pertanyaan pendalaman, seperti: mengapa, bagaimana, dsb.

Pendamping merangkum arah refleksi ini baik bagi masa lampau, sekarang maupun

masa depan. Pendamping mencari hubungan dengan langkah III untuk masuk pada

Tradisi dan Visi kristiani.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

126

(d). Langkah III: Menggali pengalaman iman kristiani

Pendamping menarik kesimpulan pada langkah I dan II dan yang bisa

menghubungkan dengan tema dari Kitab Suci atau Tradisi Gereja yang dipilih.

Menafsirkan Kitab Suci dan Tradsi Gereja harus sesuai dengan tema dan tujuan.

Pendalaman bisa dilakukan dengan pertanyaan atau bisa dengan ceramah dialogal.

Pendamping menarik pesan inti dari Kitab Suci atau Tradisi sehubungan dengan tema

dan tujuan.

(e). Langkah IV: Menerapkan iman kristiani dalam situasi peserta konkrit.

Pada langkah keempat, pendamping menarik pesan yang relevansi dengan

situasi peserta. Dalam langkah ini, pendamping merangsang peserta untuk sanggup dan

mampu untuk mewujudkan pesan ini dalam relevansi peserta yang akan dirumuskan

dalam langkah kelima dan diwujudkan secara pribadi dan bersama-sama.

(f). Langkah V: Mengusahakan suatu aksi konkrit.

Pendamping merangkum perjalanan katekese dari langkah I hingga langkah IV.

Pendamping mengajak peserta untuk menentukan langkah konkrit yang bisa

diwujudkan oleh masing-masing peserta dan secara bersama-sama sebagai

pembaharuan batin.

(g). Penutup

Setelah selesai merumuskan niat-niat pribadi dan bersama, kemudian

pendamping memberi kesempatan kepada peserta untuk mengungkapkan doa-doa

permohonan secara spontan dalam kesempatan doa permohonan umat (sebaiknya

disesuaikan dengan tema). Pertemuan bisa ditutup dengan lagu penutup.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

127

c). Rangkuman

Bersama-sama kita telah membuat persiapan SCP yang bisa kita gunakan di

tengah umat. Tetapi, sebelum persiapan ini bisa kita laksanakan di tengah umat, setiap

kelompok dipersilahkan untuk mempresentasikan hasil kelompoknya dalam langkah

selanjutnya.

g. Pertemuan VII

1). Judul pertemuan : Presentasi persiapan Shared Christian Praxis (dalam

kelompok)

2). Tujuan pertemuan : Bersama-sama pendamping, prodiakon menyampaikan

hasil kelompok agar prodiakon mendapatkan masukan

untuk pelaksanaan SCP.

3). Proses pendampingan

a). Pembuka

Bapak/Ibu marilah kita mempresentasikan persiapan SCP kelompok masing-

masing. Agar kita juga dapat memberikan masukan untuk persiapan SCP yang sudah

kita kerjakan bersama-sama. Persiapan yang sudah kita buat bersama-sama ini,

nantinya akan kita jadikan satu dan dapat digunakan oleh masing-masing untuk

pelaksanaan Katekese Umat di Lingkungan.

b). Pokok-pokok uraian materi

Setiap kelompok mempresentasikan hasil kelompoknya masing-masing.

Pendamping dan kelompok yang lain mendengarkan dan memberikan tanggapan agar

proses SCP nantinya lebih baik lagi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

128

c). Rangkuman

Baiklah Bapak/Ibu, materi pelatihan kita untuk dua hari ini sudah selesai.

Semoga apa yang telah saya berikan ini dapat menambah pengetahuan Bapak/Ibu

sekalian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

130

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Katekese Umat yang terus diupayakan telah memberikan sumbangan yang besar

bagi perkembangan Gereja. Upaya yang dilakukan tentunya demi perkembangan iman

umat untuk menuju pada Kerajaan Allah. Katekese Umat, yang terus-menerus

berkembang di setiap Gereja, memiliki tantangan dan keprihatinan masing-masing.

Tantangan dan keprihatinan yang dihadapi tidak dijadikan sebagai penghambat

melainkan sebagai pemicu bagi Gereja untuk menemukan model maupun metode yang

relevan untuk perkembangan Gereja.

Perkembangan katekese di Paroki Roh Kudus Kebonarum memiliki

keprihatinan yang dirasakan oleh prodiakon. Umat yang hadir dalam proses katekese

hanya sedikit dan jarang sekali ada kaum muda yang mengikuti katekese. Dari

sejumlah umat di lingkungan, hanya sekitar 30% umat yang ada untuk hadir mengikuti

proses katekese. Umat yang tidak hadir, beralasan mempunyai kesibukan pekerjaan,

malas karena bosan, ada acara TV yang lebih menarik, dll.

Proses Katekese Umat yang terjadi di Paroki Roh Kudus terasa sangat kering

dan kurang hidup. Umat kurang mendapat tempat dalam proses Katekese Umat.

Partisipasi umat dalam proses katekese hanya sebagai pendengar. Tentunya, hal ini

bertolak belakang dengan apa yang dicita-citakan Gereja dalam Katekese Umat. Peran

pendamping dalam Katekese Umat hanya sebagai pengarah/fasilitator, sedangkan peran

peserta dalam Katekese Umat sebagai subyek dalam katekese.

Melalui hasil penelitian, banyak hal yang perlu dievaluasi dari proses katekese

yang terjadi di Paroki Roh Kudus Kebonarum. Dalam proses penulisan, penulis melihat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

131

beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diperbaiki dalam proses katekese di Paroki

Roh Kudus Kebonarum. Metode maupun model yang digunakan oleh prodiakon untuk

memimpin katekese masih sangat terbatas. Prodiakon masih menggunakan metode

ceramah untuk memberikan katekese di tengah umat. Metode ceramah yang digunakan

kurang dapat mengajak peran serta umat dalam katekese. Dalam proses katekese, umat

sangat diharapkan untuk berpartisipasi dalam proses dan tidak hanya menjadi

pendengar saja. Begitu juga sebaliknya, pemimpin katekese diharapkan tidak bertindak

seakan-akan sebagai pusat dalam proses katekese. Katekese Umat yang seharusnya

terjadi selalu berawal dari keprihatinan umat sendiri, sehingga katekese selalu relevan

dengan hidup umat yang dihadapi.

Katekese Umat merupakan katekese yang bertolak dari pengalaman hidup umat.

Peserta dalam Katekese Umat diterima dan dihormati sebagai subyek. Katekese akan

lebih dipahami dalam komunikasi iman yang terjadi antar peserta dengan pendamping

dan bukan hanya sekedar tukar-menukar pengalaman biasa. Arah Katekese Umat

bermula dari pengalaman yang kemudian direfleksikan dalam terang iman dan

diusahakan agar sampai pada tindakan konkrit yang lebih baik. Melalui Katekese Umat,

diharapkan umat dapat semakin menghayati imannya dalam hidup sehari-hari dan

mengenali karya Allah yang bekerja di dalamnya. Setiap umat sangat membutuhkan

katekese dalam perkembangan imannya untuk menuju pada kepenuhan Kristus.

Katekese Umat dapat membantu umat dalam menanggapi persoalan hidup yang sedang

dialami.

Menjawab persoalan hidup yang sedang dialami oleh umat, Katekese Umat

memberikan salah satu model katekese yang bertolak dari pengalaman hidup, yaitu

Katekese Umat model Shared Christian Praxis (SCP). SCP mengajak umat untuk tidak

hanya menjadi pendengar tetapi juga ikut menentukan tema serta tujuan yang akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

132

dicapai dalam proses katekese yang akan dilaksanakan. Pengalaman hidup umat akan

direfleksikan lebih dalam dan dikonfrontasikan dalam Tradisi dan Visi Kristiani,

sehingga tidak lagi menjadi pengalaman hidup umat yang biasa tetapi menjadi

pengalaman iman.

Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum seharusnya mampu melihat

keprihatinan yang terjadi dan berani melakukan inovasi demi perkembangan katekese

yang lebih baik lagi. Dalam penulisan skripsi ini, penulis memberikan usulan program

pelatihan Katekese Umat model Shared Christian Praxis untuk prodiakon dengan

harapan dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan prodiakon. Katekese Umat

model Shared Christian Praxis mengajak umat untuk ikut ambil bagian dalam proses

katekese. Umat diharapkan dapat mengungkapkan pengalaman hidupnya yang sesuai

dnegan tema yang diangkat dalam proses katekese. Pengalaman hidup umat kemudian

direfleksikan dan dikonfrontasikan dengan Sabda Allah, sehingga tidak lagi menjadi

pengalaman yang biasa tetapi menjadi pengalaman iman. Tidak hanya berhenti pada

pengalaman iman saja, peserta juga diajak untuk membuat niat konkret yang dapat

diwujudkan secara pribadi dan bersama.

B. Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pengamatan penulis di Paroki Roh

Kudus Kebonarum perihal kegiatan katekese, penulis menemukan beberapa saran yang

baik jika diperhatikan.

1. Bagi Paroki

Paroki diharapkan dapat memberikan pendampingan atau pelatihan khusus

tentang katekese bagi prodiakon. Pendampingan atau pelatihan dapat dilakukan setiap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

133

dua kali dalam setahun. Pendampingan/pelatihan yang diberikan diharapkan dapat

menambah pengetahuan dan ketrampilan prodiakon dalam melaksanakan tugas

pelayanannya. Hendaknya Paroki juga mengadakan evaluasi rutin untuk membahas

masalah-masalah yang ditemukan selama pelaksanaan katekese sehingga dapat

menemukan jalan keluarnya.

2. Bagi Prodiakon

Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum diharapkan selalu terbuka untuk

menerima hal-hal baru yang dapat meningkatkan tugas pelayanan di tengah umat.

Prodiakon yang selalu terbuka dengan hal-hal baru, khususnya tentang katekese, dapat

menunjang pengetahuan dan ketrampilan prodiakon dalam berkatekese. Prodiakon

diharapkan selalu peka dengan kebutuhan dan keprihatinan yang dihadapi oleh umat.

Hal ini perlu diperhatikan karena katekese yang sesungguhnya adalah katekese yang

berpusat pada hidup umat. Dengan kemampuan yang dimiliki prodiakon tersebut, maka

proses katekese tidak lagi kering dan dapat semakin memperkembangkan iman umat.

3. Bagi Seksi Pewartaan

Seksi pewartaan diharapkan memiliki peta katekese yang jelas, sehingga dapat

membantu prodiakon dalam tugas pewartaannya. Dalam pertemuan rutin seksi

pewartaan, ada baiknya jika mengundang prodiakon untuk turut serta dalam pertemuan.

Pertemuan yang dimaksud khususnya dalam penyusunan agenda proses katekese.

Seksi pewartaan diharapkan juga dapat menyusun panduan untuk berkatekese di

tengah umat. Panduan tersebut dapat digunakan oleh masing-masing prodiakon atau

katekis lingkungan. Panduan tersebut juga bisa dijadikan arsip bagi seksi pewartaan,

sehingga suatu saat dapat digunakan kembali.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

134

DAFTAR PUSTAKA

Groome, Thomas H. (1997). Shared Christian Praxis: Suatu Model Berkatekese. (F.X.Heryatno Wono Wulung, Penyadur). Yogyakarta: Lembaga PengembanganKateketik Puskat (Buku asli diterbitkan pada 1991).

Hadiwiyata, A. S. (2008). Tafsir Injil Yohanes. Yogyakarta: Kanisius.Huber, TH. (1981). Katekese Umat. Yogyakarta: Kanisius.Jamal Ma’mur Asmani. (2011). Tuntunan Lengkap: Metodologi Praktis Penelitian

Pendidikan. Yogyakarta: DIVA Press.Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonis). (2006). (V. Kartosiswoyo Pr. dkk.,

Penerjemah). Jakarta: Obor (Buku asli diundangkan oleh Paus Yohanes PaulusII pada 1983).

Komisi Liturgi Konferensi Waligereja Indonesia. (2012). Penanggalan Liturgi 2012Tahun B /II. Yogyakarta: Kanisius.

Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi.Jakarta: OBOR.

Kongregasi Suci untuk para Klerus. (1991). Direktorium Kateketik Umum. (ThomWignyata & Lukas Lege, Penerjemah). Ende: Nusa Indah. (Dokumen asliditerbitkan tahun 1971)

Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana,Penerjemah). Jakarta: Obor (Dokumen asli diterbitkan tahun 1996).

Lalu, Yosef. (2007). Katekese Umat. Jakarta: Komisi Kateketik KWI.Martasudjita, Emanuel. (2010). Kompendium tentang Prodiakon. Yogyakarta:

Kanisius.Nana Sudjana, dkk. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru

Algensindo.Paroki Roh Kudus Kebonarum. (2008). Tuntun Ing Hyang Roh Suci: Umat Katolik

Kebonarum Ngudi Dadi Berkah. Manual yang diterbitkan pada September 2008dalam rangka Lustrum II 2004-2008.

Prasetya, L. (2007). Prodiakon Itu Awam, Lho! Yogyakarta: Kanisius.Purwa Hadiwardoyo, dkk. (2010). Renungan Harian. Yogyakarta: Sumber Mulya.Rausch, Thomas P. (2001). Katolisisme: Teologi bagi Kaum Awam. Yogyakarta:

Kanisius.Sugiyana, F.X. (2006). Prodiakon: Rasul Awam dalam Gereja. Yogyakarta: Yayasan

Pustaka Nusatama.Sumarno Ds, M. (2009a). Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki. Diktat Mata

Kuliah Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk Mahasiswa SemesterIV, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

_____________. (2009b). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama KatolikParoki. Diktat Mata Kuliah Mahasiswa Semester VI Program Studi IlmuPendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan danIlmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Tabita Kartika Christiani. (2008). Shared Christian Praxis dalam Konteks Indonesia.Makalah disampaikan dalam Pengayaan Diri Dosen Program Studi IlmuPendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

135

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang diselenggarakan pada 18-19Juni 2008.

Telaumbanua, Marinus. (1999). Ilmu Kateketik. Jakarta: OBOR.Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawirjana, Penerjemah).

Jakarta: Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 1979)._____________. (2011). Evangelii Nuntiandi. (J. Hadiwikarta, Penerjemah). Jakarta:

Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan pada 1979).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

136

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

(1)

Lampiran 1: Daftar Nama Lingkungan

1. Lingkungan Albertus Malangjiwan2. Lingkungan Aloysius Karangduren3. Lingkungan Andreas Mlaran4. Lingkungan Barnabas Nglarang5. Lingkungan Bartolomeus Nglinggi6. Lingkungan Fransiskus Xaverius Wanteyan7. Lingkungan Gregorius Jati8. Lingkungan Ignatius Nglarang9. Lingkungan Yakobus Alfeus Tempel10. Lingkungan Laurentius Gatak11. Lingkungan Maria Kauman12. Lingkungan Paulus Menden13. Lingkungan Petrus Banyuaeng14. Lingkungan Philipus Pluneng15. Lingkungan Thomas Pokoh16. Lingkungan Yakobus Ketonggo17. Lingkungan Yohanes Maria Vianney Karangnangka18. Lingkungan Yohanes Ngrundul19. Lingkungan Yusup Basin20. Lingkungan Lukas Gedongan21. Lingkungan Markus Kembang22. Lingkungan Mateus Somokaton23. Lingkungan Simon Zelot Kembang Bener24. Lingkungan Stephanus Bunder25. Lingkungan Yudas Tadeus Surowono

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

(2)

Lampiran 2: Data Umat Paroki Roh Kudus Kebonarum

No. LingkunganKK dan Umat

Jumlah KK Jumlah Umat1. Albertus Malangjiwan 26 972. Aloysius Karangduren 64 2243. Andreas Mlaran 62 2174. Barnabas Nglarang 74 2465. Bartolomeus Nglinggi 55 1726. Fransiskus Xaverius Wanteyan 66 2477. Gregorius Jati 29 1028. Ignatius Nglarang 62 2009. Yakobus Alfeus Tempel 59 23510. Laurentius Gatak 27 9411. Maria Kauman 36 14512. Paulus Menden 40 16113. Petrus Banyuaeng 48 16714. Philipus Pluneng 50 17715. Thomas Pokoh 22 8716. Yakobus Ketonggo 46 14517. Yohanes Maria Vianney Karangnangka 37 12418. Yohanes Ngrundul 37 12819. Yusup Basin 23 6420. Lukas Gedongan 0 021. Markus Kembang 40 13022. Mateus Somokaton 65 21723. Simon Zelot Kembang Bener 75 25524. Stephanus Bunder 66 25925. Yudas Tadeus Surowono 107 371

Total keseluruhan 1,216 4,264

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

(3)

Lampiran 3: Data Umat Paroki Roh Kudus Kebonarum berdasarkan JenisKelamin

No. LingkunganJenis Kelamin

Laki-laki Perempuan1. Albertus Malangjiwan 35 472. Aloysius Karangduren 108 923. Andreas Mlaran 100 1054. Barnabas Nglarang 134 995. Bartolomeus Nglinggi 76 776. Fransiskus Xaverius Wanteyan 109 1167. Gregorius Jati 39 468. Ignatius Nglarang 94 899. Yakobus Alfeus Tempel 94 9610. Laurentius Gatak 43 3711. Maria Kauman 52 6512. Paulus Menden 63 6013. Petrus Banyuaeng 82 7614. Philipus Pluneng 84 6515. Thomas Pokoh 39 3516. Yakobus Ketonggo 58 5917. Yohanes Maria Vianney Karangnangka 55 5718. Yohanes Ngrundul 61 5719. Yusup Basin 24 2820. Lukas Gedongan 0 021. Markus Kembang 62 6522. Mateus Somokaton 96 6723. Simon Zelot Kembang Bener 111 11124. Stephanus Bunder 118 10125. Yudas Tadeus Surowono 144 165

Total keseluruhan 1,881 1,835

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

(4)

Lampiran 4: Data Umat Paroki Roh Kudus Kebonarum yang Terlibat Aktif

dalam Kehidupan Menggereja

No. Lingkungan 1 2 3 4 5

1. Albertus Malangjiwan 1 0 18 0 02. Aloysius Karangduren 1 4 24 0 03. Andreas Mlaran 6 1 12 0 04. Barnabas Nglarang 3 3 33 0 05. Bartolomeus Nglinggi 1 0 30 2 16. Fransiskus Xaverius Wanteyan 0 0 18 0 07. Gregorius Jati 4 2 3 0 18. Ignatius Nglarang 5 2 27 6 19. Yakobus Alfeus Tempel 1 2 24 0 010. Laurentius Gatak 4 0 15 0 011. Maria Kauman 4 0 24 1 012. Paulus Menden 0 0 16 0 013. Petrus Banyuaeng 2 3 20 0 014. Philipus Pluneng 2 1 3 1 115. Thomas Pokoh 1 1 12 1 016. Yakobus Ketonggo 0 0 27 0 017. Yohanes Maria Vianney Karangnangka 0 0 18 0 018. Yohanes Ngrundul 1 1 19 0 019. Yusup Basin 2 0 7 2 020. Lukas Gedongan 0 0 0 0 021. Markus Kembang 5 0 17 0 322. Mateus Somokaton 0 0 50 0 023. Simon Zelot Kembang Bener 0 2 19 5 024. Stephanus Bunder 2 0 28 0 025. Yudas Tadeus Surowono 1 2 20 0 1

Total keseluruhan 46 24 484 18

Keterangan:1 = Anggota Dewan Paroki2 = Pengurus Tim Kerja3 = Pengurus Lingkungan4 = Pengurus Kategorial5 = Pengurus Ormas Katolik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

(5)

Lampiran 5: Daftar Nama Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum

No. Nama Lingkungan1. Stephanus Tukirno Albertus Malangjiwan2. Yustinus Suraji Albertus Malangjiwan3. F.X Tuwarno Aloysius Karangduren4. Agustinus Ngadino Aloysius Karangduren5. Petrus Lahmin Aloysius Karangduren6. Antonius Ponimin Andreas Mlaran7. Stefanus Sujiono Andreas Mlaran8 F.X. Darmono Barnabas Nglarang9 Athanasius Wagiman Barnabas Nglarang10 Agustinus Sandiyono Barnabas Nglarang11 Petrus Sunaryo Bartolomeus Nglinggi12 Yosep Roliman Bartolomeus Nglinggi13 Agustinus Poniman Fransiskus Xaverius Wanteyan14 F.X. Sarono Fransiskus Xaverius Wanteyan15 Laurentius Basir Fransiskus Xaverius Wanteyan16 Albertus Sumarsono Gregorius Jati17 Yakobus Rustanto Gregorius Jati18 Fa. Sudiman Ignatius Nglarang19 Plasidus Rustam Ignatius Nglarang20 Fr.Ass. Tri Wibowo Yakobus Alfeus Tempel21 Romanus Sutarno Yakobus Alfeus Tempel22 Petrus Purwanto Yakobus Alfeus Tempel23 Petrus Daryono Laurentius Gatak24 Leonardus Ngadino Maria Kauman25 Paulus Teguh Pujiantoro Maria Kauman26 Valentinus Sudarji Paulus Menden27 Fredericus Subandi Paulus Menden28 F.X. Sujadi Kusmanto Petrus Banyuaeng29 Leo Agung Sutrisno Petrus Banyuaeng30 Pius V Joko Pranoto Petrus Banyuaeng31 Antc. Edhi Subroto Philipus Pluneng32 Yohanes Ngadino Philipus Pluneng33 Plasidus Kasiman Thomas Pokoh34 Stephanus Sugiman Yakobus Ketonggo35 Yosapat Tugiman Yakobus Ketonggo36 Albertus Agus Martopo Yohanes Maria Vianney Karangnangka37 F.X. Sunarjo Yohanes Maria Vianney Karangnangka38 F.B. Rujiyo Yohanes Maria Vianney Karangnangka39 Albertus Victor Sumardi Yohanes Ngrundul40 Cornelius Maryono Yohanes Ngrundul41 Susana Maria Yuni Kumaryati Yusup Basin42 Ag. Kundarto Wahyono Lukas Gedongan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

(6)

43 Stephanus Ngatijo Lukas Gedongan44 Y. Warsono Pinuji Markus Kembang45 F.X. Sri Widada Markus Kembang46 Ignatius Marinugroho Markus Kembang47 PD. Kunto Eko Saputro Mateus Somokaton48 Ant. Th. Parwata Mateus Somokaton49 Yohanes Hari Subroto Mateus Somokaton50 Yohanes Ngatinu Sarwotiyono Simon Zelot Kembang Bener51 PD. Slamet Purwarsono Simon Zelot Kembang Bener52 Antonius Wagimin Simon Zelot Kembang Bener53 Antonius Sunarno Stephanus Bunder54 Alph. Rujuk Hariyanto Stephanus Bunder55 Damianus Kirdi Stephanus Bunder56 Yohanes Wagino Yudas Tadeus Surowono57 Antonius Senugroho Yudas Tadeus Surowon58 P. Biyanto Yudas Tadeus Surowon

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

(7)

Lampiran 6: Kuesioner Penelitian untuk Prodiakon

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANJURUSAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKANKEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

I. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONERA. Melalui instrumen ini Anda diminta untuk memberikan pandangan Anda tentang

Katekese Umat yang digunakan dalam proses berkatekese bagi prodiakon ParokiRoh Kudus Kebonarum.

B. Silahkan Anda adalah mengisi dan memilih salah satu kemungkinan jawaban yangtelah disediakan yang menurut pendapat Anda paling tepat dengan melingkaripilihan jawaban.

C. Selamat mengerjakan dan terimakasih atas kerjasamanya.

II. IDENTITAS RESPONDENA. Nama Lengkap : ………………………………….B. Usia :

1. 20-30 tahun 2. 30-40 tahun 3. 40-50 tahun 4. >50 tahunC. Jenis Kelamin :

1. Laki-laki 2. PerempuanD. Lamanya menjabat :

1. 1 tahun 2. 2 tahun 3. 3 tahun 4. > 3 tahunE. Pendidikan terakhir :

1. SMP 2. SMA/SMK 3. Diploma 4. SarjanaF. Pekerjaan :

1. PNS 2. Pegawai Swasta 3. Wiraswasta 4. Lain-lain

III. SOAL KUESIONER

A. Gambaran Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum1. Kapan Anda mulai terpanggil untuk menjadi prodiakon?

a. Saat sebelum menjadi prodiakonb. Saat dilantik menjadi prodiakonc. Saat mendapatkan sesuatu yang berkesan sewaktu bertugasd. Saat mendapatkan peristiwa yang tidak mengenakkan sewaktu bertugas

2. Pembekalan apa saja yang Anda terima sebelum menjadi prodiakon?a. Pembekalan ketrampilan dan pengetahuan untuk calon prodiakonb. Pembekalan tentang liturgi untuk calon prodiakonc. Pembekalan katekese di tengah umat bagi calon prodiakond. Pembekalan ketrampilan, pengetahuan dan liturgi bagi calon prodiakon

3. Selama Anda bertugas, berapa kali Paroki memberikan pendampingan rutin?a. Rata-rata satu bulan sekalib. Rata-rata dua bulan sekalic. Jika ada kepentingan perihal khusus untuk tugas prodiakon

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

(8)

d. Belum pernah4. Kapan prodiakon Paroki melaksanakan pertemuan rutin?

a. Dua kali dalam satu bulanb. Satu bulan sekalic. Dua bulan sekalid. Jika ada kepentingan yang berhubungan dengan prodiakon saja

5. Sejauh mana Anda mengikuti pertemuan rutin prodiakon?a. Selalu mengikuti pertemuan rutinb. Kerap kali datang pertemuan rutinc. Kadang-kadang mengikuti, karena ada kegiatan yang lebih pentingd. Datang pertemuan jika ada keperluan saja

6. Menurut Anda, apa yang dapat lebih memupuk iman dan menghayati iman dalamhidup sehari-hari?a. Rajin mengikuti Perayaan Ekaristi setiap hari Minggub. Selalu membaca dan merenungkan Kitab Suci setiap haric. Mempunyai hidup doa yang kuat setiap harid. Menghidupi aneka devosi yang disediakan Gereja

7. Ketrampilan apa yang lebih Anda butuhkan dalam menjalankan tugas prodiakon?a. Tata gerak liturgib. Tata urutan ibadatc. Penggunaan Kitab Sucid. Cara membaca doa yang baik

8. Bagaimana cara Anda dalam melaksanakan kegiatan yang ada di Gereja?a. Tidak mau tahu karena ada urusan yang lebih pentingb. Meng-handle seluruh kegiatan yang adac. Membantu kegiatan teman yang disenangi sajad. Membantu kegiatan teman yang membutuhkan

9. Tugas-tugas apa yang paling sering Anda lakukan selain membantu Romomembagikan komuni dalam Perayaan Ekaristi?a. Memimpin ibadatb. Memimpin katekesec. Mengirim komuni pada orang sakit atau orang yang sudah tuad. Memberikan pengajaran bagi calon penerima sakaramen

10. Apa yang akan Anda lakukan jika Anda sudah diberi tugas untuk memimpin Ibadatdi sebuah Lingkungan, tetapi hujan sangat deras dan petir menyambar-nyambar?a. Mencari ganti teman prodiakon yang lainb. Tidak jadi datang dengan alasan takut sakitc. Tetap datang dengan berbagai resikod. Berpura-pura lupa dengan janji yang telah dibuat

B. Pengetahuan Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum Tentang KatekeseUmat

11. Menurut Anda, apa arti katekese umat?a. Komunikasi imanb. Berdoa dari buku doac. Pendalaman Kitab Sucid. Ibadat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

(9)

12. Apa yang menjadi tekanan dalam katekese umat sebagai salah satu modelberkatekese?a. Pendamping katekeseb. Hidup Umatc. Masyarakat sekitard. Hidup Gereja

13. Bagaimana arah yang dapat ditunjukkan dalam proses katekese umat?a. Pendamping Umatb. Umat Pendampingc. Umat Umatd. Umat Umat Pendamping

14. Tindakan apa yang dapat menujukkan bahwa seseorang telah mengalamipertobatan berkat katekese umat?a. Umat semakin kritis dalam mengurusi masalah orang lainb. Umat sibuk mengurusi umat di Lingkungan sajac. Umat semakin aktif dalam kegiatan di Lingkungan, Gereja dan masyarakatd. Memberi kolekte dalam jumlah besar

15. Apa maksud adanya tema/bahan dalam katekese umat?a. Pertemuan katekese semakin menarikb. Mengena dengan hidup umatc. Pembicaraan semakin terarah dan jelasd. Menarik umat agar semakin semangat

16. Apa yang sering Anda gunakan untuk menjadi bahan dalam berkatekese umat?a. Umatb. Masyarakat setempatc. Pendamping katekesed. Pemuka umat

17. Apa yang menandai bahwa peserta katekese umat mampu berdialog dalam suasanaterbuka?a. Acuh tak acuhb. Saling mendengarkanc. Mengantuk dan pura-pura tidurd. Mengobrol dengan teman di sebelahnya

18. Bagaimana pendamping katekese dapat menghayati contoh Kristus “Aku ditengah-tengahmu sebagai pelayan”?a. Susah hati dan terpaksa karena sudah dimintab. Melayani hanya kepada umat yang bersikap baik sajac. Menumbuhkan suasana yang komunikatif dan selalu memberi semangatd. Memberikan masukan yang berlebihan

19. Apa tugas seorang pendamping katekese dalam katekese umat?a. Pengarahb. Pemudah (fasilitator)c. Penceramahd. Pendidik

20. Apa peran peserta dalam katekese umat?a. Pelayan pendampingb. Subyekc. Obyekd. Sasaran utama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

(10)

21. Ketrampilan apa yang dibutuhkan oleh seorang pendamping katekese umat?a. Ketrampilan berkomunikasi yang baikb. Ketrampilan berefleksic. Ketrampilan berkhotbahd. Ketrampilan memimpin Ibadat

22. Apa yang dilakukan oleh pendamping katekese umat saat umat tidak punya waktudan tempat untuk melaksanakan katekese?a. Menunggu sampai ada waktu dan tempat yang ditentukan oleh umat sendirib. Saat yang tepat untuk beristirahat dari tugas sebagai pendamping katekesec. Mencari waktu dan tempat yang cocok dengan umatd. Bersikap tidak mau tahu dengan urusan umat

23. Apa keunggulan katekese umat?a. Menumbuhkan rasa percaya diri, kepribadian dan martabat seseorangb. Adanya dialog antar umat dan pendampingc. Umat untuk semakin kritis dalam mengkritik kesalahan seseorangd. Membantu umat untuk tampil menjadi yang terbaik

24. Apa yang menandakan bahwa proses katekese umat dapat berjalan dengan baik?a. Umat sangat aktif mengungkapkan pengalaman imannya sehingga terkadang

pendamping merasa kebingungan untuk mengarahkanb. Umat sangat pasif dan pendamping sangat aktifc. Hanya ada beberapa umat saja yang aktif, dan umat yang lain hanya pendengar

sajad. Pendamping dapat memberi arah pada proses sharing, dan umat juga aktif dan

kritis dalam mengungkapkan pengalaman imannya

C. Gambaran Katekese Umat yang Dilaksanakan oleh Prodiakon25. Berapa kali Anda melaksanakan kegiatan katekese umat di Lingkungan?

a. Satu minggu sekalib. Dua minggu sekalic. Satu bulan sekalid. Pada saat khusus saja

26. Berapa lama Anda memimpin proses katekese umat?a. <60 menitb. 60-90 menitc. 90-120 menitd. > 120 menit

27. Metode apa yang sering Anda gunakan untuk berkatekese di tengah umat ?a. Sharing pengalamanb. Permainanc. Menonton video pendekd. Ceramah

28. Sarana apa saja yang sering Anda gunakan dalam melaksanakan katekese umat?a. Sarana ciptaan sendirib. Benda-benda yang ada di sekitarc. Kitab Sucid. Film

29. Sumber bahan apa yang Anda gunakan dalam melaksanakan katekese umat?a. Buku renungan harianb. Kitab Suci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

(11)

c. Ajaran Gerejad. Buku renungan harian, Kitab Suci dan Ajaran Gereja digunakan bersama-sama

30. Ketrampilan apa yang paling anda miliki saat memberikan katekese umat di tengahumat?a. Terampil menggunakan media untuk proses katekeseb. Terampil menemukan tradisi nilai-nilai kristiani dalam Kitab Suci, ajaran

Gereja dan tradisi lainnyac. Terampil mengajak umat untuk mengungkapkan dirid. Terampil berkomunikasi

31. Bagaimana suasana yang terlihat saat Anda memimpin proses katekese?a. Komunikatif dan saling mendengarkanb. Masih terasa agak kering karena umat pasifc. Suasana terasa tegangd. Suasana terkesan santai

32. Bagaimana sikap peserta dalam proses jalannya katekese?a. Mengantukb. Ngobrol sendiric. Mendengarkand. Umat pasif

33. Bagaimana langkah-langkah katekese umat yang biasa anda laksanakan?a. Pembukaan, pembacaan Kitab Suci, renungan, doa umat dan penutupb. Pembukaan, pembacaan Kitab Suci, pengalaman hidup peserta, renungan, doa

umat dan penutupc. Pembukaan, pengalaman hidup peserta, mendalami Kitab Suci, menerapkan

dalam situasi konkret hidup peserta, mengusahakan aksi konkret, doa umat danpenutup

d. Pembukaan, bacaan Kitab Suci, doa-doa dari buku, doa umat dan penutup

D. Dukungan dan Kesulitan Prodiakon Saat Melaksanakan Katekese Umat34. Faktor pendukung apa yang dapat Anda rasakan sehingga proses katekese umat

dapat berjalan dengan baik?a. Umat sangat aktif, dan dapat saling mendengar lalu menghargai satu sama lainb. Adanya dukungan petugas hierarki yang adac. Sarana, bahan maupun metode sudah dipersiapkan dengan baik dan fasilitas

yang ada pun memadaid. Adanya pendampingan maupun pertemuan rutin baik yang diadakan oleh pihak

Paroki maupun oleh pendamping sendiri35. Dukungan apa yang Anda terima selama ini sehingga proses katekese dapat

berjalan dengan baik?a. Menyediakan sarana untuk pembinaan imanb. Memberikan pendampingan dan perhatianc. Menyediakan kontribusi dalam pelaksanaand. Tidak memberikan dukungan apapun

36. Kesulitan apa yang Anda hadapi saat melaksanakan proses katekese umat?a. Merumuskan tema katekese umatb. Menentukan langkah-langkah/ proses katekese umatc. Mengajak umat untuk mengungkapkan pengalaman imannyad. Mencari bahan dan sarana untuk berkatekese

37. Bagaimana cara Anda untuk mengatasi kesulitan terebut?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

(12)

a. Mencari buku referensib. Belajar lebih banyak tentang katekese umatc. Membiarkan saja dan bersikap cuekd. Memarahi umat karena tidak mau aktif dalam proses jalannya katekese

38. Faktor penghambat apa yang sering Anda alami dalam proses perencanaanpelaksanaan katekese umat?a. Kurang mengetahui katekese umat dan kurang terampil menjalankan katekese

umatb. Masih ada petugas hierarki yang kurang memahami dan bersimpati pada

katekese umatc. Umat tidak mengalami perkembangand. Kurang mendapat pendampingan masalah katekese umat

E. Manfaat Katekese Umat Bagi Prodiakon39. Pengetahuan apa saja yang paling Anda dapatkan dalam katekese umat ini?

a. Pengetahuan menyangkut metodeb. Pengetahuan menyangkut pesertac. Pengetahuan menyangkut konteksd. Pengetahuan menyangkut isi

40. Bagaimana perkembangan spiritualitas Anda sebagai seorang pendampingkatekese?a. Sangat bersemangatb. Semangatc. Kurang bersemangatd. Tidak bersemangat

41. Ketrampilan apa yang semakin menjadi ciri khas prodiakon?a. Berkomunikasi dengan umatb. Mampu berefleksi dari pengalaman hidup sehari-haric. Terampil dalam menemukan nilai-nilai kristiani dalam Kitab Suci, Ajaran

Gereja dan Tradisi Kristiani lainnyad. Lebih terampil dalam menggunakan sarana

F. Manfaat Katekese Umat Bagi Umat42. Bagaimana partisipasi umat setelah mengikuti katekese umat?

a. Umat semakin terbuka dalam mengungkapkan pengalaman imannyab. Umat selalu aktif dalam mengambil keputusanc. Umat semakin kreatif dalam berkatekesed. Umat semakin kritis dalam melihat situasi

43. Bagaimana kerukunan antar umat setelah mengikuti katekese umat?a. Masalah yang ada di antara umat dapat terselesaikan dengan baikb. Umat dapat lebih memahami dan menghargai umat lainnyac. Umat dapat lebih peka dalam membaca situasi yang sedang dialami umat laind. Kerukunan antar umat belum begitu baik

44. Bagaimana keaktifan umat terhadap kegiatan yang ada di Gereja setelah mengikutikatekese umat?a. Sangat rajinb. Rajinc. Kurang rajind. Tidak rajin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

(13)

G. Model Katekese Umat yang Relevan dengan Hidup Umat bagi Prodiakon45. Menurut Anda, apa yang menjadi titik tolak pada katekese umat sehingga nantinya

relevan dengan hidup umat?a. Hidup beriman umatb. Kitab Sucic. Masyarakatd. Hidup Orang Suci

46. Model katekese umat seperti apa yang cocok dengan umat?a. Sharing pengalamanb. Mendalami Kitab Sucic. Menghapalkan doa-doa yang ada di bukud. Selalu berefleksi dari pengalaman pribadi

H. Harapan dan Usulan yang Dibutuhkan oleh Prodiakon dalam Katekese UmatSelanjutnya

47. Apa harapan Anda untuk penyelenggaraan katekese umat selanjutnya?a. Umat dapat terlibat aktif dalam kegiatan katekeseb. Adanya pertemuan katekese yang berkelanjutanc. Umat berani mengungkapkan dirinya saat pelaksanaan katekese umatd. Umat semakin mendalami dan menghayati imannya

48. Apa yang Anda harapkan dari pihak Paroki untuk penyelenggaraan proses katekeseselanjutnya?a. Adanya pelatihan katekese untuk prodiakon setidak-tidaknya dua kali dalam

setahunb. Paroki memberikan perhatian dan dukungan kepada prodiakon di dalam

melaksanakan tugas katekesec. Adanya pertemuan rutin prodiakon untuk membicarakan masalah katekesed. Memberikan bantuan sarana yang dibutuhkan oleh prodiakon dalam

pelaksanaan berkatekese49. Usulan apa yang dapat Anda berikan untuk proses katekese umat selanjutnya?

a. Adanya pembinaan bagi pendamping katekese, khususnya bagi prodiakon yangberkelanjutan

b. Paroki maupun Lingkungan menyediakan sarana yang dapat digunakan dalamproses katekese umat

c. Paroki dan umat dapat memberi perhatian yang khusus untuk pelaksanaankatekese umat di Lingkungan, sehingga kesadaran umat akan katekese dapatsemakin meningkat

d. Adanya pertemuan rutin untuk pendamping katekese, dalam hal pembuatanprogram jangka pendek maupun jangka panjang dan dilanjutkan evaluasiproses katekese umat yang sudah berjalan

50. Tema atau pokok-pokok apa yang diharapkan oleh umat untuk katekese umat?a. Lingkungan Hidupb. Hidup Bermasyarakatc. Hidup Menggerejad. Keadilan dan Perdamaian

----Terima Kasih Atas Kerjasamanya--------Tuhan Memberkati----

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

(14)

Lampiran 7: Pedoman Wawancara I dengan Prodiakon Paroki Roh KudusKebonarum

1. Sejak kapan Anda menjadi prodiakon?2. Bagaimana Anda bisa terpilih menjadi seorang prodiakon?3. Selama Anda bertugas menjadi prodiakon, tugas-tugas apa saja yang sudah Anda

laksanakan?4. Apakah sebagai seorang prodiakon, Anda juga melaksanakan Katekese Umat?

Mengapa?5. Menurut Anda, apa itu Katekese Umat?6. Bagaimana proses Katekese Umat yang sudah berjalan sejauh ini? Apakah berjalan

sesuai yang diinginkan?7. Bagaimana langkah-langkah Katekese Umat Anda laksanakan?8. Apa peranan Anda dalam proses Katekese Umat?9. Bagaimana tanggapan umat terhadap proses katekese umat yang Anda pimpin?10. Bagaimana Anda mengajak umat untuk berani mengungkapkan diri di dalam

Katekese Umat?11. Metode apa yang sering Anda gunakan untuk membuat Katekese Umat lebih

menarik?12. Sarana apa yang sering Anda gunakan dalam proses Katekese Umat?13. Bagaimana cara Anda dalam merumuskan tema maupun bahan yang akan

digunakan dalam Katekese Umat?14. Ketrampilan apa yang seharusnya dimiliki oleh seorang pendamping Katekese

Umat?15. Berapa lama waktu yang Anda gunakan untuk memimpin katekese?16. Menurut Anda, apa yang menjadi titik tolak Katekese Umat sehingga Katekese

Umat cocok jika digunakan di tengah-tengah umat?17. Menurut Anda, metode apa yang cocok digunakan dalam proses Katekese Umat di

tengah umat?18. Apa kendala yang sering Anda alami dalam proses Katekese Umat?19. Bagaimana cara Anda untuk mengatasi kendala yang Anda temui dalam

melaksanakan Katekese Umat?20. Dukungan apa yang anda terima sehingga proses Katekese Umat dapat berjalan?21. Apa manfaat Katekese Umat bagi Anda sebagai seorang prodiakon?22. Dampak positif apa yang terlihat setelah umat mengalami Katekese Umat?23. Apa yang menjadi harapan Anda dalam proses katekese selanjutnya?24. Usulan apa yang dapat Anda berikan untuk Katekese Umat selanjutnya?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

(15)

Lampiran 8: Hasil Wawancara I dengan Prodiakon Paroki Roh KudusKebonarum

A. Hasil wawancara I

1. Responden : 3 prodiakon

2. Waktu : 19 September-22 September 2011

3. Tempat : Di rumah responden

B. Pokok-pokok pertanyaan dan rangkuman jawaban

1. Sejak kapan Anda menjadi prodiakon? Selama dua tahun. Sudah lebih dari tiga tahun (2 periode menjabat menjadi prodiakon).

2. Bagaimana Anda bisa terpilih menjadi seorang prodiakon? Dipilih oleh umat di Lingkungan

3. Selama Anda bertugas menjadi prodiakon, tugas-tugas apa saja yang sudah Andalaksanakan? Memimpin ibadat ujub di Lingkungan Memimpin ibadat kematian, dll. Memimpin katekese di lingkungan Menerimakan komuni saat Perayaan Ekaristi Mengirim komuni untuk orang sakit

4. Apakah sebagai seorang prodiakon, Anda juga melaksanakan Katekese Umat?Mengapa? Iya, tetapi tidak setiap pertemuan katekese. Umat masih sangat pasif dan

kurang terlibat dalam proses katekese. Model Katekese Umat dirasa cocok jikadigunakan di tengah umat.

5. Menurut Anda, apa itu Katekese Umat? Katekese yang berangkat dari pengalaman hidup umat. Katekese yang ditujukan untuk umat.

6. Bagaimana proses Katekese Umat yang sudah berjalan sejauh ini? Apakah berjalansesuai yang diinginkan? Proses Katekese Umat yang sudah berjalan, belum seperti yang diharapkan

oleh prodiakon. Umat masih takut jika harus mengungkapkan pengalamanhidupnya.

7. Bagaimana langkah-langkah Katekese Umat Anda laksanakan? Lagu pembukaan, pengantar, doa pembukaan, bacaan Kitab Suci, renungan,

doa-doa dari buku, doa penutup, lagu penutup.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

(16)

8. Apa peranan Anda dalam proses Katekese Umat? Pemimpin Katekese Umat Pendamping Katekese Umat

9. Bagaimana tanggapan umat terhadap proses Katekese Umat yang Anda pimpin? Kurang antusias Biasa saja Umat masih pasif

10. Bagaimana Anda mengajak umat untuk berani mengungkapkan diri di dalamKatekese Umat? Mengajak umat untuk menonton film dan menceritakannya kembali. Umat juga

diminta untuk melihat relevansinya dengan hidup sehari-hari. Meminta atau menunjuk beberapa orang untuk mengungkapkan pengalaman

hidupnya yang sesuai dengan tema

11. Metode apa yang sering Anda gunakan untuk membuat Katekese Umat lebihmenarik? Metode ceramah Metode sharing pengalaman

12. Sarana apa yang sering Anda gunakan dalam proses Katekese Umat? Kitab Suci Film Buku renungan harian

13. Bagaimana cara Anda dalam merumuskan tema maupun bahan yang akandigunakan dalam Katekese Umat? Tema dirumuskan sesuai dengan bacaan hari pelaksanaan katekese. Melihat kondisi umat

14. Ketrampilan apa yang seharusnya dimiliki oleh seorang pendamping KatekeseUmat? Ketrampilan berkhotbah atau terampil memberikan renungan. Ketrampilan dalam berkomunikasi dengan umat

15. Berapa lama waktu yang Anda gunakan untuk memimpin katekese? Kurang dari 60 menit 60-90 menit

16. Menurut Anda, apa yang menjadi titik tolak Katekese Umat sehingga KatekeseUmat cocok jika digunakan di tengah-tengah umat? Yang menjadi titik tolak Katekese Umat adalah pengalaman hidup umat

sendiri. Kitab Suci

17. Menurut Anda, metode apa yang cocok digunakan dalam proses Katekese Umat ditengah umat? Metode sharing pengalaman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

(17)

Metode ceramah

18. Apa kendala yang sering Anda alami dalam proses Katekese Umat? Umat pasif Kurangnya sarana dalam memberikan katekese

19. Bagaimana cara Anda untuk mengatasi kendala yang Anda temui dalammelaksanakan Katekese Umat? Terus belajar tentang Katekese Umat Memohon pertolongan dari teman prodiakon yang lain Mencari bahan untuk katekese lebih banyak lagi

20. Dukungan apa yang anda terima sehingga proses Katekese Umat dapat berjalan? Dukungan dari umat, karena sudah membantu hal-hal yang dibutuhkan oleh

prodiakon dalam melaksanakan tugas katekese Dukungan dari Paroki yang sudah memberikan pendampingan, tetapi masih

belum cukup

21. Apa manfaat Katekese Umat bagi Anda sebagai seorang prodiakon? Semakin mematangkan pribadi saya sebagai pelayan umat Dapat lebih kreatif lagi dalam memberikan katekese Semakin sadar akan kebutuhan rohani umat

22. Dampak positif apa yang terlihat setelah umat mengalami Katekese Umat? Belum terlihat Biasa saja Semangat mengikuti kegiatan menggereja

23. Apa yang menjadi harapan Anda dalam proses katekese selanjutnya? Katekese yang selanjutnya dapat lebih baik lagi Umat dapat terlibat aktif dalam proses katekese Semakin banyak umat yang sadar akan kebutuhan imannya

24. Usulan apa yang dapat Anda berikan untuk Katekese Umat selanjutnya? Adanya pendampingan dari Paroki mengenai masalah katekese Membuat panduan jangka pendek untuk prodiakon

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

(18)

Lampiran 9 : Pedoman Wawancara II dengan Sekretaris Prodiakon Paroki RohKudus Kebonarum

1. Berapa jumlah prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum?

2. Berapa kali prodiakon mengadakan pertemuan rutin? Kira-kira berapa orang yang

datang saat pertemuan?

3. Tugas-tugas apa yang sering dilaksanakan oleh prodiakon Paroki Roh Kudus

Kebonarum?

4. Kegiatan-kegiatan apa yang rutin dilaksanakan oleh prodiakon Paroki Roh Kudus

Kebonarum?

5. Kesulitan macam apa yang dihadapi oleh prodiakon Paroki Roh Kudus

Kebonarum selama menjalankan tugasnya?

6. Apa yang menjadi harapan prodiakon untuk mendukung tugas prodiakon

selanjutnya?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

(19)

Lampiran 10: Hasil Wawancara II dengan Sekretaris Prodiakon Paroki RohKudus Kebonarum

A. Hasil wawancara II

1. Responden : Bapak Rustanto

2. Waktu : 5 Oktober 2011

3. Tempat : Di rumah responden

B. Pokok-pokok pertanyaan dan rangkuman jawaban

1. Berapa jumlah prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum?

Jumlah prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum adalah 58 orang. Ada

beberapa prodiakon yang sedang sakit, sehingga tidak dapat menjalankan

tugasnya untuk sementara. Selain itu, ada prodiakon yang pindah tempat

tinggal, maka tidak dapat menjalankan tugasnya lagi. Prodiakon Paroki Roh

Kudus Kebonarum merupakan prodiakon yang dipilih oleh umat di lingkungan

masing-masing (1-3 prodiakon).

2. Berapa kali prodiakon mengadakan pertemuan rutin? Kira-kira berapa orang yang

datang saat pertemuan?

Pengurus mengadakan pertemuan rutin setiap satu bulan sekali pada hari

Minggu pertama, sedangkan pertemuan pengurus dan anggota diadakan

setiap satu bulan sekali pada hari Minggu kedua.

Agenda kegiatan untuk pertemuan pada hari Minggu kedua sudah ditentukan

pada saat pertemuan pengurus pada hari Minggu pertama.

Setiap hari Minggu kelima, pengurus menghadiri pertemuan yang diadakan

oleh Kevikepan bertempat di Kevikepan Surakarta.

Pada saat pertemuan rutin, prodiakon yang datang sekitar 30-40 orang.

3. Tugas-tugas apa yang sering dilaksanakan oleh prodiakon Paroki Roh Kudus

Kebonarum?

Membantu Romo membagikan komuni saat Perayaan Ekaristi

Mengirim komuni untuk orang sakit

Memimpin katekese di lingkungan

dll.

4. Kegiatan-kegiatan apa yang rutin dilaksanakan oleh prodiakon Paroki Roh Kudus

Kebonarum?

Kegiatan rutin yang sering diadakan oleh prodiakon adalah rekoleksi

prodiakon. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkembangkan iman yang

dimiliki oleh masing-masing prodiakon.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

(20)

Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum membuat program kerja baru

dengan melakukan kunjungan prodiakon. Prodiakon dari salah satu

Lingkungan berkunjung ke Lingkungan lain untuk memberikan katekese.

Kegiatan ini dilaksanakan agar umat tidak jenuh mengikuti katekese.

5. Kesulitan macam apa yang dihadapi oleh prodiakon Paroki Roh Kudus

Kebonarum selama menjalankan tugasnya?

Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum masih merasa kesulitan dalam

menyampaikan homili atau renungan pada saat memberikan katekese/ibadat.

Tidak semua prodiakon ikut terlibat aktif dalam kegiatan gereja. Banyak

prodiakon yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Ada beberapa

prodiakon yang tidak datang saat ditugaskan untuk membantu Romo

membagikan komuni.

6. Apa yang menjadi harapan prodiakon untuk mendukung tugas prodiakon

selanjutnya?

Prodiakon seharusnya membuat kurikulum untuk katekese, sehingga prodiakon

semakin terampil menjalankan tugasnya berkatekese.

Adanya dukungan dari Paroki dan umat untuk kelancaran tugas prodiakon.

Para Romo di Paroki hendaknya memberikan pendampingan dan perhatian

khusus kepada prodiakon. Pendampingan dan perhatian ini akan sangat

berguna untuk kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh prodiakon.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

(21)

Lampiran 11: Teks Lagu Pembukaan

”Kristus Kurban Cinta-Nya” (Madah Bakti, No: 295)

Kristus kurban cinta-NyaJadi santapan jiwaRoti KehidupanYesus MahakuasaBantulah kami jugaJadi kurban cinta-Nya, jadi kurban cintanya

Kita para undanganMenyambut Kristus TuhanYang jadi hidanganYesus kepala GrejaMempersatukan kitaDalam Cinta mesra, dalam cinta mesra

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

(22)

Lampiran 12: Teks Kitab Suci

Yoh 6:44-51

44 Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik olehBapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.45 Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dansetiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datangkepada-Ku.46 Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yangdatang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa.47 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidupyang kekal.48 Akulah roti hidup.49 Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati.50 Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akanmati.51 Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, iaakan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akanKuberikan untuk hidup dunia."

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_Full.pdfPenulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang

(23)

Lampiran 13: Teks Lagu Penutup

”Tuhan Kau Satukan Kami” (Madah Bakti, No: 298)

Reff : Tuhan Kau satukan kamiDi dalam pesta iniDengan makan roti ini kau jadi saudara kami

Pesta Kau selenggarakanKau sebarkan undanganYang serta dalam perjamuan akan hidup kekalBagai yang engkau janjikan pada para rasul-MuDan kami percaya dengan tulus hatiDikau tak ingkar janji

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI