upaya pembinaan iman melalui katekese dalam rangka

157
UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN PARA SISWA KELAS III SEMINARI MENENGAH ST. PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN BARAT MEMASUKI JENJANG SEMINARI TINGGI S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Martinus NIM: 011124022 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

Upload: others

Post on 07-Dec-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE

DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN PARA SISWA KELAS III

SEMINARI MENENGAH ST. PAULUS NYARUMKOP

KALIMANTAN BARAT

MEMASUKI JENJANG SEMINARI TINGGI

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Martinus

NIM: 011124022

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2007

Page 2: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

ii

S K R I P S I

UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE

DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN PARA SISWA KELAS III

SEMINARI MENENGAH ST. PAULUS NYARUMKOP

KALIMANTAN BARAT

MEMASUKI JENJANG SEMINARI TINGGI

Oleh:

Martinus

NIM: 011124022

Telah disetujui oleh:

Pembimbing,

Drs. H.J. Suhardiyanto SJ. tanggal, 2 November 2007

Page 3: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

iii

S K R I P S I

UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE

DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN PARA SISWA KELAS III

SEMINARI MENENGAH ST. PAULUS NYARUMKOP

KALIMANTAN BARAT

MEMASUKI JENJANG SEMINARI TINGGI

Dipersiapkan dan ditulis oleh

Martinus

NIM: 011124022

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

pada tanggal, 19 November 2007

dan dinyatakan memenuhi syarat

SUSUNAN PANITIA PENGUJI

Nama Tanda Tangan

Ketua : Drs. F.X. Heryatno W.W., S.J., M.Ed. ……………………

Sekretaris : F.X. Dapiyanta, SFK., M.Pd. ……………………

Anggota : 1. Drs. H.J. Suhardiyanto SJ. ……………………

2. Drs. F.X. Heryatno W.W., S.J., M.Ed. ……………………

3. Dra. Yulia Supriyati, M. Pd. ……………………

Yogyakarta, 19 November 2007

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

Dekan,

Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D.

Page 4: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

SMU dan Asrama Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop

Kalimantan Barat

Page 5: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

v

MOTTO

“Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang

kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah

sumber damai sejahtera akan menyertai kamu”

(Flp 4: 9)

Page 6: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut dalam kutipan

dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 2 November 2007

Penulis,

Martinus

Page 7: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

vii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN PARA SISWA KELAS III SEMINARI MENENGAH ST. PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN BARAT MEMASUKI JENJANG SEMINARI TINGGI”. Judul ini dipilih berpangkal dari keprihatinan penulis berkaitan dengan pelaksanaan pembinaan yang diupayakan dan selama ini dilaksanakan di Asrama Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop. Di satu pihak pembinaan ini sangat diperlukan para siswa seminari, di sisi lain pembinaan yang diupayakan selama ini dilaksanakan tidak berjalan dengan semestinya karena tenaga pembinanya hanya 2 pastor dan 1 awam. Dua pastor ini selain menjadi pembina di asrama seminari, juga membantu di paroki, sehingga waktunya kurang untuk mendampingi, mengkoordinasi, dan melaksanakan pembinaan di asrama, sehingga pembinaan di asrama seminari hanya merupakan kegiatan yang pokoknya asal berjalan saja, sehingga tujuan dari pembinaan yang senantiasa dicita-citakan kurang tercapai. Nyatanya minat para siswa kelas III seminari untuk melanjutkan ke jenjang seminari tinggi sangat kurang. Menurut pengalaman penulis yang pernah masuk mengenyam pendidikan di seminari itu dan informasi dari beberapa lulusan seminari, dari sekitar 50 siswa kelas III seminari, yang berani melanjutkan ke jenjang seminari tinggi hanya sekitar 5-6 siswa saja.

Persoalan mendasar skripsi ini adalah bagaimana pihak Asrama Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop mengusahakan pembinaan bagi para siswa seminari khususnya kelas III dalam mempersiapkan diri memasuki jenjang seminari tinggi? Bagaimana keadaan pembinaan yang diselenggarakan bagi para siswa seminari khususnya kelas III dalam mengolah hidup rohaninya? Katekese yang bagaimana kiranya bisa mendukung pembinaan iman para siswa seminari khususnya kelas III dalam mempersiapkan diri memasuki jenjang seminari tinggi? Untuk mengetahui praksis pembinaan iman siswa seminari di Asrama Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop, maka diadakan penelitian melalui pengumpulan data di lapangan dengan menyebarkan kuesioner kepada para siswa kelas III Seminari. Dari hasil penelitian terungkap, pembinaan iman di asrama seminari kurang menarik, kurang terorganisir, dan kurang menggunakan media/sarana pendukung. Bertolak dari hasil penelitian, penulis melakukan studi pustaka tentang pengertian tentang katekese, arti pembinaan, dan katekese sebagai pembinaan iman, dan penulis menawarkan usulan program pembinaan yang kiranya dapat berguna dan membantu para pembina seminari dalam mendampingi dan memberi pembinaan kepada para siswa dalam mempersiapkan diri memasuki jenjang seminari tinggi.

Melalui katekese, usaha pembinaan para siswa seminari diharapkan dapat lebih membantu para siswa seminari dalam mempersiapkan diri secara matang dan mantap mengambil keputusan untuk memasuki jenjang seminari tinggi. Untuk keperluan itu penulis menawarkan program katekese, sekaligus dengan penjabarannya.

Page 8: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

viii

ABSTRACT

The title of thesis to obtain dokterandus degree is “STRIVE THE CONSTRUCTION BELIEVE CATECHISM IN ORDER TO DRAWING UP ALL STUDENT OF MIDDLE CLASS III SEMINARY ST. PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN WEST ENTER THE HIGH SEMINARY LADDER”. The title is based on my concern on education applied in Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop. Education is needed for seminaries but in other hand, the education doesn’t run well because of fewer teachers. There are only two priests and one lay people. Two priests be teachers and also serve the parish. The consequent appear: they are less time to serve in the minor seminary so the aim of the education can’t be obtain completely. This conclusion can be drawn from the fact that many of students will not continue their study in the major seminary. There are only 5-6 of 50 who want to continue their study in the major seminary.

The problem is how to give the best education for the minor seminary student’s especially 3. grade entering major seminary? What kind of proper formation will be given for the minor seminary student’s especially 3. grade on the spritual practices? What kind catecheses can support the education of minor seminary studen’s especially 3 grade entering major seminary? The writer tries to research minor seminary St. Paulus Nyarumkop’s education and gathers the data by questioner that given to the students of minor seminary. From the research, the writer knows that the education didn’t organize well, didn’t appealing the students, and less facilitation. Based on the research, the writer tries to learn literally about catechism, education, and catechism as faith’s education, and the writer tries to give education’s programs taht can be used for the teacher in guiding their students.

The writer hopes that catechism helps the students in their preparation to make their decision to enter the major seminary. For this interest, the writer offers catechism’s program and 3 applying examples.

Page 9: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih-Nya yang

melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “UPAYA

PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

MEMPERSIAPKAN PARA SISWA KELAS III SEMINARI MENENGAH ST.

PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN BARAT MEMASUKI JENJANG

SEMINARI TINGGI”.

Skripsi ini ditulis berdasarkan keprihatinan penulis terhadap situasi pembinaan

iman siswa Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop khususnya siswa kelas III

yang sebentar lagi akan menyelesaikan studi mereka di seminari menengah.

Pembinaan yang diupayakan oleh pembina seminari ini masih kurang menjawab dan

membantu para siswa seminari khususnya siswa kelas III dalam rangka

mempersiapkan diri guna menjawab panggilan mereka untuk memasuki jenjang

seminari tinggi, hal tersebut dikarenakan 2 pastor pembina ini selain menjadi

pembina di asrama seminari, juga membantu di Paroki St. Maria Nyarumkop,

sehingga kurang mendampingi, mengkoordinasi dan melaksanakan pembinaan di

Asrama Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop. Waktu mereka lebih banyak

digunakan di paroki, yaitu turne ke kampung-kampung. Para siswa seminari

sebenarnya perlu dipersiapkan secara sungguh-sungguh, khususnya siswa kelas III

sehingga mereka mampu dan berani mengambil keputusan pribadi secara mantap,

dewasa, dan bijaksana, untuk melanjutkan ke jenjang seminari tinggi atau pun tidak.

Page 10: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

x

Skripsi ini dapat tersusun berkat dukungan dan bantuan pelbagai pihak, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penulis dengan hati yang tulus

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. H.J. Suhardiyanto SJ. selaku dosen pembimbing utama yang dengan

kerelaan dan kesabaran telah mendampingi, membimbing, memberikan masukan

berupa sumbangan pemikiran, mengarahkan dan memotivasi penulis dalam

proses penyelesaian skripsi ini.

2. Drs. F.X. Heryatno W.W., SJ., M. Ed. selaku dosen penguji yang senantiasa

memberi semangat dan kegembiraan dan meluangkan waktu untuk mempelajari

dan memberikan masukan berkaitan isi skripsi ini.

3. Dra. Yulia Supriyati, M. Pd., selaku dosen penguji sekaligus dosen pembimbing

akademik yang telah bersedia membimbing, mendampingi, dan memotivasi

penulis selama studi sampai dengan penyelesaian skripsi ini.

4. Segenap staf, dosen, dan karyawan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan

Pendidikan Agama Katolik, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, yang memberi

dukungan dan membantu penulis selama studi sampai selesainya penulisan

skripsi ini.

5. Pimpinan, Pastor Paroki, Bapak/Ibu Guru, dan Pembina Asrama Seminari

Menengah St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat yang telah memberikan

tempat dan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian. Juga atas

dukungan yang sangat berharga bagi penulis.

Page 11: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

xi

6. Para siswa seminari khususnya siswa kelas III yang memberi dukungan kepada

penulis dengan mengisi kuesioner yang disebarkan.

7. Ayahku Yosef Kingkeng, ibuku Lusiana Lambang, abang Simon, abang Anton,

kakak Mariana, adik Marsius, adik Yosefina Tuti dan sanak saudara yang

tercinta, yang selalu menyemangati dan membiayai penulis selama studi di

IPPAK.

8. Istriku Agustina dan anakku Deananda yang menjadi sumber motivasi dan

semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi.

9. Febriyanto, Yusminardi, Emanuel Paulus Metubun, Heriyanto Ai dan Agung

yang menyemangati dan memotivasi untuk menyelesaikan skripsi.

10. Keluarga besar istriku yang selalu menyemangati dan membiayai penulis untuk

menyelesaikan skripsi.

11. Rekan-rekan mahasiswa, angkatan 2001 dan 2002 yang telah meneguhkan,

memberi dukungan untuk menyelesaikan skripsi.

12. Akhirnya, penulis berterima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat

disebutkan satu per satu yang telah memberi bantuan dan dukungan dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman

dalam penyusunan skripsi ini, sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari rekan-rekan pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya, semoga

skripsi ini dapat memberikan banyak manfaat bagi semua pihak yang

berkepentingan, terlebih khusus untuk pihak Asrama Seminari Menengah St. Paulus

Page 12: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

xii

Nyarumkop Kalimantan Barat dalam rangka mempersiapkan para siswa seminari

menengah untuk memasuki jenjang seminari tinggi.

Yogyakarta, 2 November 2007

Penulis,

Martinus

Page 13: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv

MOTTO ........................................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi

ABSTRAK ....................................................................................................... vii

ABSTRACT..................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix

DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xviii

BAB I. PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan........................................................................................ 4

D. Manfaat Penulisan...................................................................................... 5

E. Metode Penulisan....................................................................................... 5

F. Sistematika Penulisan ................................................................................ 6

BAB II. PEMAHAMAN TENTANG KATEKESE SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PEMBINAAN IMAN SISWA SEMINARI MENENGAH ........................................................... 8

A. Gambaran Umum Katekese ....................................................................... 9

1. Arti Katekese........................................................................................ 9

Page 14: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

xiv

2. Tujuan Katekese................................................................................... 10

3. Ciri-ciri Katekese ................................................................................. 12

4. Isi Katekese ......................................................................................... 13

5. Kekhasan Katekese .............................................................................. 14

6. Model-model Katekese ........................................................................ 15

a. Model pengalaman hidup............................................................... 16

b. Model biblis ................................................................................... 18

c. Model campuran; biblis dan pengalaman hidup ............................ 20

d. Model SCP (Shared Christian Praxis)........................................... 22

B. Pembinaan pada Umumnya ....................................................................... 31

1. Pengertian Pembinaan.......................................................................... 32

2. Tujuan Pembinaan................................................................................ 33

a. Manusia pada umumnya ................................................................ 33

b. Manusia kristiani pada umumnya .................................................. 34

c. Manusia kristiani sebagai calon imam ........................................... 34

3. Manfaat Pembinaan.............................................................................. 35

4. Bentuk Pembinaan ............................................................................... 36

a. Latihan doa..................................................................................... 36

b. Rekoleksi........................................................................................ 36

c. Retret .............................................................................................. 37

d. Live in............................................................................................. 38

C. Katekese sebagai Pembinaan Iman ............................................................ 38

1. Arti Pembinaan Iman ........................................................................... 38

Page 15: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

xv

2. Pembinaan Iman dalam Rangka Mempersiapkan Diri Memasuki Jenjang Seminari Tinggi ..................................................................... 40

a. Pengertian Seminari ....................................................................... 40

b. Jenjang Seminari ............................................................................ 40

3. Peran Katekese dalam Rangka Mempersiapkan Diri Siswa Seminari Menengah Memasuki Jenjang Seminari Tinggi................................ 44 a. Mengembangkan hidup beriman kristiani siswa sebagai

Calon Imam.................................................................................... 44

b. Mendorong siswa seminari mengambil keputusan pribadi secara dewasa untuk memasuki jenjang Seminari Tinggi......................... 47

BAB III. PEMBINAAN IMAN SISWA KELAS III SEMINARI MENENGAH ST. PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN BARAT ............................................................................................. 50

A. Gambaran Umum Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop................. 50

1. Letak Geografis Persekolahan Katolik Nyarumkop ............................ 50

2. Latar Belakang Siswa Seminari St. Paulus Nyarumkop ...................... 51

3. Tenaga Pembina Seminari.................................................................... 51

4. Jadual Kegiatan Harian dan Kegiatan Tahunan................................... 52

a. Jadual kegiatan harian siswa seminari ........................................... 52

b. Jadual kegiatan tahunan di seminari ............................................. 53

B. Penelitian Pembinaan Iman Siswa Kelas III Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat .................................................. 54

1. Tujuan Penelitian ................................................................................. 54

2. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 54

3. Metode Penelitian ................................................................................ 54

4. Instrumen Penelitian ............................................................................ 55

Page 16: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

xvi

5. Responden Penelitian........................................................................... 56

6. Variabel Penelitian ............................................................................... 56

7. Hasil Penelitian .................................................................................... 57

a. Identitas responden ........................................................................ 58

b. Upaya pembinaan iman untuk siswa seminari ............................... 59

c. Bentuk-bentuk pembinaan iman .................................................... 60

d. Pandangan mengenai katekese....................................................... 62

e. Usulan dan saran terhadap katekese............................................... 63

8. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................... 64

a. Identitas responden ........................................................................ 64

b. Upaya pembinaan iman untuk siswa seminari ............................... 65

c. Bentuk-bentuk pembinaan iman .................................................... 66

d. Pandangan mengenai katekese....................................................... 67

e. Usulan dan saran terhadap katekese............................................... 68

9. Rangkuman Hasil Penelitian ................................................................ 68

BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE DALAM RANGKA

MEMPERSIAPKAN PARA SISWA KELAS III SEMINARI MENENGAH ST. PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN BARAT MEMASUKI JENJANG SEMINARI TINGGI ................. 71

A. Usulan Program Katekese dalam Pembinaan Iman Siswa Kelas III Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat .............. 71 1. Pengertian Program.............................................................................. 71

2. Pemikiran dasar.................................................................................... 72

a. Latar Belakang ............................................................................... 72

Page 17: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

xvii

b. Tujuan ............................................................................................ 73

c. Alasan Pemilihan Tema ................................................................. 74

d. Tema dan Tujuan Tema ................................................................. 75

3. Usulan Program Pembinaan Iman bagi Siswa Kelas III Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop........................................................ 77

B. Contoh Satuan Persiapan Pembinaan Iman Siswa Kelas III Seminari

Menengah St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat ................................ 82 1. Contoh Persiapan I ............................................................................... 83

2. Contoh Persiapan II.............................................................................. 94

3. Contoh Persiapan III ............................................................................ 108

BAB V. PENUTUP.......................................................................................... 120

A. Kesimpulan ................................................................................................ 120

B. Saran........................................................................................................... 123

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 124

LAMPIRAN..................................................................................................... (1)

Lampiran 1: Denah Persekolahan Katolik Nyarumkop ................................... (2)

Lampiran 2: Jadual Harian ............................................................................... (3)

Lampiran 3: Jadual Kegiatan Tahunan ............................................................ (6)

Lampiran 4: Surat Permohonan Penelitian ...................................................... (7)

Lampiran 5: Kuesioner..................................................................................... (8)

Lampiran 6: Riwayat Hidup Santa Faustina .................................................... (11)

Lampiran 7: Sepintas Melihat Kekurangan dan Kelebihan ............................. (12)

Page 18: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

xviii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Lembaga

Alkitab Indonesia. (2001). Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Percetakan

Lembaga Alkitab Indonesia, hlm 6.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

CT: Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II

tentang Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979.

DV: Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang

Wahyu Ilahi, 18 November 1965.

EN: Evangelii Nuntiandi, Ensiklil Paus Paulus VI tentang Pewartaan

Injil dalam Dunia Modern, 8 Desember 1975.

KHK: Kitab Hukum Kanonik, (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh

Paus Yohanes Paulus II, tanggal 25 Januari 1983.

OT: Optatam Totius, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Pembinaan

Imam, 28 Oktober 1965.

C. Singkatan Tarekat/Kongregasi Religius

Singkatan tarekat/kongregasi religius mengikuti Komisi Liturgi KWI.

(2003). Penanggalan Liturgi 2004: Tahun C/II. Yogyakarta: Kanisius, hlm 4-

6.

Page 19: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

xix

D. Singkatan Lain

Art : Artikel

Bdk : Bandingkan

Dll : Dan lain-lain

Ed : Editor

IPPAK : Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan

Agama Katolik

Komkat : Komisi Kateketik

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

PAK : Pendidikan Agama Katolik

PERUM : Perguruan Untuk Masyarakat

PPL : Praktek Pengalaman Lapangan

PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia

SCP : Shared Christian Praxis

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMU : Sekolah Menengah Umum

St : Santo

TOR : Tahun Orientasi Rohani

USD : Universitas Sanata Dharma

Page 20: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seminari menengah merupakan tempat kaum muda memperdalam panggilan

hidup yang dimiliki untuk mengikuti Yesus Kristus dalam tugas pengembalaan

umat Allah. Di Indonesia ada banyak sekolah seminari menengah yang memang

dibangun untuk memupuk benih-benih panggilan kaum muda kristiani, dan salah

satunya di daerah Nyarumkop Kalimantan barat. Seminari menengah St. Paulus

Nyarumkop Kalimantan Barat secara umum sama dengan seminari menengah

yang ada di kepulauan Indonesia, yaitu mendidik dan membina serta

mempersiapkan para siswa seminari sedemikian rupa dalam rangka memasuki

jenjang seminari tinggi. Menjalani hidup dan panggilannya melalui pendidikan

dan pembinanan yang diberikan. Dokumen Konsili Vatikan II menyatakan

bahwa:

Di seminari-seminari menengah yang didirikan untuk memupuk tunas-tunas panggilan, para seminaris hendaknya melalui pembinaan hidup rohani yang khas, terutama dengan bimbingan rohani yang cocok, disiapkan untuk mengikuti Kristus Penebus dengan semangat rela berkorban dan hati yang jernih (OT, art. 3).

Ini menunjukkan perlu usaha dari pihak sekolah dan asrama seminari

menengah mengusahakan dan mengupayakan pembinaan-pembinaan bagi para

siswanya mengolah hidup rohani dan benih-benih panggilannya.

Para siswa yang masuk di Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop ini

memiliki benih-benih panggilan yang baru tumbuh dalam diri mereka. Dan

Page 21: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

2

mereka yang masuk Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop dengan harapan,

benih panggilan yang baru tumbuh bisa semakin berkembang dan semakin kuat.

Untuk itu pihak keluarga siswa, pihak sekolah, dan pihak asrama seminari perlu

bekerjasama. Pihak sekolah seminari mempersiapkan para siswa dari segi

pengetahuan atau intelektual. Sedangkan pihak asramanya lebih pada pengolahan

kepribadian yaitu hidup rohani para siswanya. Penulis ingin mengembangkan

pembinaan yang diberikan di asrama bagi para siswa seminari khususnya bagi

para siswa kelas III. Berdasarkan pengalaman penulis sendiri dan cerita dari para

siswa seminari yang baru menyelesaikan studi di Seminari Menengah St. Paulus

Nyarumkop, pembinaan yang diberikan di asrama seminari adalah sebagai

berikut:

1. Doa rutin bagi para siswa yaitu doa pagi dan malam

2. Retret 1 tahun sekali

3. Pengakuan Dosa 1 tahun 2 kali

4. Pendalaman Kitab suci setiap hari Rabu

5. Perayaan Ekaristi

6. Turne ke kampung-kampung setiap hari minggu (khusus kelas III)

Bentuk-bentuk pembinaan di atas memang berjalan, tetapi para siswa

seminari mengikutinya hanya sebatas rutinitas bukan dilaksanakan dengan gairah

yang tinggi apalagi dengan peraturan yang ketat. Penulis melihat, pembinaan yang

ada masih kurang atau rasanya tidak cukup dalam mempersiapkan para siswa

khususnya kelas III seminari untuk memasuki jenjang seminari tinggi. Apalagi

kegiatan-kegiatan di atas terutama pendalaman Kitab Suci tidak ada yang menjadi

Page 22: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

3

fasilitatornya sehingga dalam proses pelaksanaannya tidak terarah. Sedangkan

pembina seminari kurang terlibat dalam pendalaman Kitab Suci, pada hal untuk

mempersiapkan para siswa khususnya kelas III perlu pembinaan yang

berkesinambungan. Fakta yang ada, pembinaan yang diberikan hanya sebatas bisa

terlaksana saja. Menjadi pertanyaan, mengapa dari sekitar 50 orang siswa kelas

III seminari menengah, yang berani melanjutkan ke jenjang seminari tinggi hanya

1-6 siswa saja. Hal ini yang menjadi bahan permenungan penulis dan menarik

perhatian penulis untuk mencari akar masalah para siswa kelas III seminari tidak

tertarik untuk melanjutkan ke jenjang seminari tinggi. Benih-benih panggilan

yang dimiliki para siswa pada saat mereka mulai memberanikan diri memasuki

seminari menengah menjadi pudar dan hilang ketika mereka menjalankan hidup

di dalam komunitas asrama seminari. Kiranya yang menjadi akar masalahnya

adalah kurang memadainya pembinaan yang diberikan.

Berkaitan dengan pembinaan para siswa seminari khususnya kelas III

seminari menengah, penulis berpikir bahwa para siswa seminari khususnya kelas

III perlu juga mengalamai katekese untuk meningkatkan hidup rohani mereka

dalam mempersiapkan diri untuk melanjutkan ke jenjang seminari tinggi. Dengan

katekese para siswa diberi kesempatan mengungkapkan pengalaman hidup

rohaninya selama menjalani hidup di komunitas asrama dengan segala bentuk

pembinaan yang diberikan, dengan segala peraturan, serta penerapan hidup

disiplin bagi mereka. Lewat pengkomunikasian pengalaman hidup mereka dalam

menjalankan hidup di asrama, maka pembina dapat memberi bimbingan khusus

Page 23: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

4

bagi mereka (siswa kelas III) dalam mempersiapkan diri untuk memasuki jenjang

seminari tinggi.

Berangkat dari permasalahan dimuka, penulis ingin memberi sumbangan

pemikiran dan memaparkannya dalam bentuk karya tulis dengan judul “UPAYA

PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE BAGI SISWA KELAS III

SEMINARI MENENGAH ST. PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN

BARAT DALAM MEMPERSIAPKAN DIRI MEMASUKI JENJANG

SEMINARI TINGGI” harapannya agar dengan menggunakan katekese dapat

dilakukan pembinaan bagi siswa-siswa seminari khususnya yang kelas III yang

akan menyelesaikan pendidikan di seminari menengah dan akan memasuki

jenjang seminari tinggi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pihak asrama seminari menengah mengusahakan pembinaan bagi

para siswa seminari khususnya kelas III dalam mempersiapkan diri memasuki

jenjang seminari tinggi?

2. Bagaimana keadaan pembinaan yang diselengarakan dalam rangka membantu

para siswa seminari khususnya kelas III dalam mengolah hidup rohaninya?

3. Katekese yang bagaimana bisa mendukung pembinaan bagi para siswa

seminari khususnya kelas III dalam mempersiapkan diri memasuki jenjang

seminari tinggi secara memadai?

Page 24: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

5

C. Tujuan Penulisan

1. Memaparkan usaha asrama seminari menengah dalam mengusahakan

pembinaan bagi para siswa seminari khususnya siswa kelas III.

2. Memaparkan keadaan pembinaan yang dilaksanakan bagi para siswa seminari

khususnya kelas III.

3. Memaparkan katekese yang bisa mendukung pembinaan bagi para siswa

seminari khususnya kelas III secara memadai.

4. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Sarjana Strata Satu (S1) Prodi IPPAK-

USD, Yogyakarta.

D. Manfaat Penulisan

1. Mendapat informasi tentang pembinaan bagi siswa seminari khususnya kelas

III oleh pihak asrama seminari.

2. Mengetahui keadaan pembinaan yang diupayakan oleh pihak seminari bagi

siswa seminari khususnya kelas III.

3. Mampu menemukan katekese yang bisa mendukung pembinaan bagi siswa

seminari khususnya kelas III.

[

E. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah metode deskriptif

analisis, dimana dalam penulisan skripsi ini penulis mengumpulkan data-data

melalui penyebaran kuesioner di Asrama Seminari Menengah St. Paulus

Nyarumkop Kalimantan Barat, kemudian penulis menganalisis data-data itu

dengan buku-buku serta dokumen yang ada.

Page 25: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

6

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, sistematika penulisannya sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan pendahuluan yang meliputi: latar belakang,

perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode

penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : PEMAHAMAN TENTANG KATEKESE SEBAGAI SALAH

SATU BENTUK PEMBINAAN IMAN SISWA KELAS III

SEMINARI MENENGAH ST. PAULUS NYARUMKOP

KALIMANTAN BARAT

Bab ini membahas gambaran umum katekese, gambaran umum

pembinaan, dan katekese sebagai pembinaan iman bagi siswa

kelas III Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop Kalimantan

Barat

BAB III : PRAKSIS PEMBINAAN IMAN SISWA KELAS III SEMINARI

MENENGAH ST. PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN

BARAT

Bab ini akan menguraikan gambaran singkat Asrama Seminari

Menengah St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat, penelitian

tentang praxis pembinaan iman siswa kelas III di Seminari

Menengah Nyarumkop Kalimantan Barat, dan pembahasan

penelitian

Page 26: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

7

BAB IV : USULAN PROGRAM KATEKESE DALAM RANGKA

MEMPERSIAPKAN PARA SISWA KELAS III SEMINARI ST.

PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN BARAT

MEMASUKI JENJANG SEMINARI TINGGI

Bab ini akan menguraikan dasar pemikiran program, tema dan

dasar pemikirannya, contoh program, dan penjabaran program

pembinaan iman melalui katekese bagi siswa kelas III Seminari

Menengah St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat.

BAB V : PENUTUP

Kesimpulan

Penutup

Page 27: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

BAB II

PEMAHAMAN TENTANG KATEKESE

SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PEMBINAAN IMAN

SISWA SEMINARI MENENGAH

Pada bagian ini penulis akan menguraikan gambaran umum katekese yang

meliputi arti katekese, tujuan katekese, ciri-ciri katekese, isi katekese, kekhasan

katekese, dan model-model katekese. Kemudian bagian kedua dibahas tentang

gambaran umum pembinaan yang meliputi arti kata pembinaan dan tujuan

pembinaan. Dan pada bagian ketiga, penulis akan membahas katekese sebagai

pembinaan iman siswa seminari menengah. Bagian ini terdiri dari arti pembinaan

iman dan pembinaan iman dalam rangka mempersiapkan para siswa memasuki

jenjang Seminari Tinggi.

A. Gambaran Umum Katekese

Katekese mengalami perkembangan sesuai dengan situasi dan keadaan

umat. Ini tentu dikarenakan umat kristiani sebagai subyek katekese tidak dapat

dipisahkan dari lingkungan tempat mereka tinggal yang mengalami perubahan

terus menerus.

1. Arti Katekese

Kata katekese berasal dari bahasa atau kata Yunani “katechein” bentukan

dari kata “kat” yang artinya pergi atau meluas, dan “echo’ yang memiliki arti

menggemakan atau menyuarakan keluar (Telaumbanua, 1999: 4). Kata katechein

Page 28: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

9

sebagai bentukan kata berarti menggemakan atau menyuarakan keluar. Katechein

ini digunakan oleh Gereja dan umat kristiani dalam menyampaikan pewartaan

Tuhan dan mengkomunikasikan harta kekayaan imannya dalam hidup konkrit.

Kata katekese juga dapat ditemukan dalam Luk 1: 4 (diajarkan); Kis 18: 25

(Pengajaran dalam jalan Tuhan); Kis 21: 21 (mengajar); Roma 2: 18 (diajarkan); 1

Kor 14:19 (mengajar); dan Gal 6: 6 (Pengajaran). Dalam konteks ini, katekese

dimengerti sebagai pengajaran, pendalaman, dan pendidikan iman agar seorang

Kristen semakin dewasa dalam iman.

Paus Yohanes Paulus II dalam dokumen Catechesi Traedendae, memberi

arti katekese sebagai:

Pembinaan iman anak-anak, kaum muda dan orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dan dengan maksud menghantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (CT, art. 18)

Rumusan yang tersebut di atas ingin menyatakan bahwa katekese itu adalah

pembinaan iman untuk semua orang beriman kristiani tanpa memandang

perbedaan di antara mereka, karena kegiatan katekese bertujuan menyampaikan

ajaran Kristen secara terus menerus kepada semua umat beriman kristiani tidak

memandang usia mereka dengan harapan mereka yang mengikuti kegiatan

katekese dapat mencapai kedewasaan iman.

Katekese diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman

(penghayatan iman) antara anggota jemaat, dengan harapan melalui kesaksian

iman mereka saling membantu sedemikian rupa sehingga iman mereka masing-

masing diteguhkan dan diwujudkan dalam hidup sehari-hari. Melihat hal tersebut

katekese adalah usaha dari Gereja untuk menolong umat, agar semakin

Page 29: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

10

memahami, menghayati dan mengembangkan serta mewujudkan imannya dalam

tindakan konkrit sehari-hari. Usaha Gereja ini menginginkan umat membangun

diri menuju kematangan iman sebagai orang kristiani (Komkat KWI, 1995: 14).

2. Tujuan Katekese

Dalam buku katekese umat dan evangelisasi baru (Komkat KWI, 1995: 14),

tujuan katekese adalah:

• Supaya dalam terang injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman hidup sehari-hari.

• Pertobatan (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari.

• Hidup beriman semakin sempurna, berharap, dan mengamalkan cinta kasih dan hidup kristiani semakin dikukuhkan.

• Semakin bersatu dalam Kristus, semakin menjemaah, semakin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengkokohkan Gereja semesta.

• Mampu dan sanggup memberikan kesaksian tentang Kristus dalam hidup di tenggah masyarakat.

Rumusan tujuan katekese di atas ingin menunjukkan bagaimana mereka

yang mengalami katekese diharapkan semakin menghayati imannya dan

melakukan pertobatan, serta sanggup menjadi saksi Kristus bagi sesamanya.

Paus Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostolik Catechesi Traedendae

menguraikan tujuan khas kaatekese yakni:……mengembangkan iman yang mulai

tumbuh, dan dari hari kehari memekarkan menuju kepenuhannya serta makin

memantapkan perihidup Kristen umat beriman, muda maupun tua” (CT, art. 20).

Pemaparan katekese itu ditujukan kepada mereka yang baru tumbuh imannya.

Dari itu diharapkan katekese dapat membantu umat dalam mengembangkan

imannya menuju kepenuhan hidup.

Page 30: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

11

Katekese juga bertujuan mendampingi umat untuk memperdalam imannya,

dan mampu memberi kesaksian imannya tersebut bagi semua orang. Tujuan

katekese dirumuskan dalam Sinode Para Uskup di Roma tahun 1977 yaitu:

“membawa jemaat maupun anggota perorangan kepada kematangan iman,

memupuk hidup mendalam tentang Allah dan rencana keselamatan-Nya, dan

membantu orang memahami rencana Allah dalam hidupnya (Hardawiryana, 1978:

14)”. Sementara itu menurut Amalorpavadas (1972: 8), tujuan katekese adalah

membangun, memelihara dan memperkembangkan iman, sambil membaharui,

memperdalam dan membuatnya semakin bersifat pribadi dan berbuah dalam

tindakan. Katekese diharapkan membantu umat beriman dalam

memperkembangkan imannya terus menerus dan diharapkan umat beriman

berbuah pada tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

3. Ciri-ciri Katekese

Katekese merupakan salah satu cara pewartaan Gereja dalam bentuk

pelayanan sabda. Sebagai bentuk pelayanan sabda, katekese mempunyai ciri-ciri

tersendiri yang bisa dibedakan dengan pelayanan sabda yang lain. Dalam Anjuran

Apostolik, Catechesi Traedendae tertulis:

• Katekese harus bersifat sistematis, bukan hasil improvisasi, melainkan sungguh berencana untuk mencapai tujuan tertentu;

• Katekese harus mengkaji hal-hal pokok, tanpa berpretensi mau menangani segala soal yang diperdebatkan atau mau berubah menjadi teologi atau eksegese ilmiah;

• Tetapi katekese harus cukup lengkap juga, tidak membatasi diri pada pewartaan awal misteri Kristen seperti dalam “kerygma”;

• Katekese harus merupakan inisiasi Kristen integral, terbuka bagi semua faktor hidup Kristen lainnya. (CT, art. 21).

Page 31: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

12

Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa katekese merupakan kegiatan atau

proses yang membutuhkan persiapan matang, karena katekese sendiri memiliki

tujuan, oleh karena itu perlu sungguh dipersiapkan dengan langkah-langkah yang

jelas guna mencapai tujuan yang direncanakan.

Katekese bukanlah hal yang mengarah pada persoalan teologis yang sering

diperdebatkan. Katekese lebih mengarah pada penghayatan iman umat. Selain itu

katekese ini tidak hanya berbicara seputar pewartaan akan Yesus Kristus, katekese

perlu juga mengangkat persoalan hidup yang dihadapi oleh umat dengan harapan

iman umat semakin nampak dalam tindakannya sehari-hari.

Dalam buku Membangun Gereja Indonesia 2 (Siauwarjaya, 1987: 42),

dirumuskan, bahwa fungsi katekese tidak pertama-tama menyuguhkan sederetan

pengajaran, melainkan menolong peserta untuk meneguhkan dan menghayati

iman, mengembangkan dan menghayati nilai-nilai hidup, menolong peserta agar

membaharui diri serta seluruh jemaat beriman. Ciri tersebut di atas menegaskan

bahwa katekese bukanlah sekedar penyajian pengajaran, melainkan suatu kegiatan

yang melibatkan semua peserta untuk saling berkomunikasi, saling meneguhkan

iman, memperbaharui iman dan memperkaya iman masing-masing peserta.

4. Isi Katekese

Salah satu cara pelayanan sabda bagi umat beriman adalah katekese. Yang

dibicarakan dalam katekese ini adalah seluruh ajaran, tindakan, dan pribadi Yesus

Kristus. Singkatnya isi katekese adalah hidup Yesus Kristus.

Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostolik Catechesi Traedendae

merumuskan isi katekese yakni:

Page 32: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

13

yang harus disampaikan di dalam katekese adalah ajaran, tindakan dan pribadi Yesus, bukan gagasan pribadi. Dengan kata lain isi pokok katekese adalah seluruh misteri hidup Yesus Kristus, dari seluruh karya dan sabda-Nya sampai peristiwa wafat dan kebangkitan-Nya (CT, art. 6).

Rumusan ini tentu ingin menunjukkan bagaimana misteri hidup Yesus

menjadi sumber katekese dan pusat katekese. Hidup Yesus Kristus sendiri

merupakan pemakluman tentang Allah yang mengasihi manusia. Hal itu ingin

menunjukkan bahwa isi katekese ini merupakan pewartaan kabar gembira bagi

mereka yang mengalami kaatekese.

Hubber (1981: 19) merumuskan, bahwa isi katekese umat adalah Yesus

Kristus sendiri. Kita berkumpul untuk bersaksi tentang iman kita akan Yesus

Kristus, pengantara kita menanggapi Sabda Allah. Berbicara mengenai katekese

pasti berbicara akan Yesus Kristus. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang

berkumpul untuk berkatekese akan mengkomunikasikan pengalamannya akan

Yesus Kristus (Komkat KWI, 1995: 14). Dalam katekese, umat bersaksi tentang

pengalaman iman mereka akan Yesus Kristus, pengantara Allah yang bersabda

kepada manusia dan pengantara manusia dalam menanggapi Sabda Allah. Yesus

Kristus ini tampil sebagai pola hidup manusia dalam Kitab Suci, khususnya dalam

Perjanjian Baru, yang mendasari penghayatan iman Gereja sepanjang Tradisinya.

5. Kekhasan Katekese

Katekese sebagai salah satu cara dalam pelayanan sabda tentu memiliki

kekhasan tersendiri yang memang mampu membedakan dengan kegiatan

pelayanan sabda lainnya. Oleh karena itu ciri khas katekese adalah komunisasi

iman atau tukar pengalaman hidup beriman di mana umat sendirilah yang menjadi

Page 33: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

14

sumber pengalamannya, dalam hidup pribadi, keluarga, pekerjaan, maupun dalam

hidup bersama dalam masyarakat sekitarnya.

Dalam katekese, masing-masing orang dan seluruh umat mendalami dan

mengalami kembali kehidupan mereka dan mendengarkan Sabda Tuhan,

sehubungan dengan pengalaman yang paling mendasar dari Yesus dan Gereja.

Katekese ini membantu jemaat untuk menerima dan membaca hidupnya dalam

terang pengalaman iman yang mendasar dalam Yesus Kristus.

Di dalam diktat PPL PAK Paroki dirumuskan kekhasan katekese yaitu:

membangkitkan dan memperluas pengalaman iman, memperdalam pengalaman

iman, mengkomunikasikan pengalaman iman, mengungkapkan pengalaman iman

(Sumarno, 2002: 6).Rumusan ini menunjukkan bahwa dalam konteks katekese,

pengalaman iman adalah kunci pembacaan dan interpretasi dari kehidupannya,

yang mencakup refleksi dan semua sarana yang digunakan untuk menganalisa

serta memperdalam pengalaman hidupnya. Akan tetapi pengalaman akan Yesus

Kristus menjadi pengalaman yang benar-benar aktual, karena tidak ada katekese

yang benar-benar terjadi tanpa adanya suatu pengalaman kristiani yang autentik

(murni dan dapat dipercaya) dari pada diterima dan ditafsirkan serta

dikomunikasikan.

Jelaslah bahwa katekese ini adalah bentuk pelayanan pastoral Sabda Tuhan

guna kematangan iman pribadi dan bersama dalam kesatuan dan persaudaraan.

{{{

Page 34: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

15

6. Model-model Katekese

Dalam kegiatan katekese, ada banyak macam model katekese yang

ditawarkan. Model-model katekese yang ditawarkan ini lebih bersifat konstruktif

teoritis, skematis dan abstrak yang menawarkan suatu cara konseptual dan alat

untuk memahami serta menelusuri tindakan konkrit manusia dalam hidupnya

sehari-hari.

Model-model katekese yang ditawarkan ini merupakan bentuk konsep

kegiatan yang utuh yang mempunyai latar belakang pemikiran tertentu dengan

menggunakan metode tertentu. Dan berikut ini penulis akan menyajikan empat

model katekese yakni: model pengalaman hidup, model biblis, model campuran

(biblis dan pengalaman hidup, dan model SCP (Shared Christian Praxis). [

a. Model pengalaman hidup

Katekese model pengalaman hidup adalah model katekese yang bertitik

tolak dari pengalaman hidup umat yang mereka alami dalam hidup mereka sehari-

hari baik itu dalam keluarga, pekerjaan, maupun dalam hidup bermasyarakat.

Katekese model pengalaman hidup ini, ingin membantu umat untuk mengalami,

memahami, sekaligus merasakan kehadiran Allah dalam hidup mereka, sehingga

mereka sanggup merasakan dan menanggapi kehendak Allah dalam serentetan

peristiwa atau pengalaman iman yang mereka alami dalam segala kegiatan atau

aktivitas sehari-hari dengan kacamata iman atau terang iman. Untuk membantu

umat memahami, merasakan kehadiran Allah, dan mampu untuk tampil menjadi

saksi Allah bagi sesama. Guna membantu mereka mencapai semua itu, katekese

model pengalaman hidup memiliki langkah-langkah sebagai berikut: introduksi,

Page 35: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

16

penyajian pengalaman hidup, rangkuman pendalaman pengalaman hidup,

pembacaan Kitab Suci atau Tradisi Gereja, pendalaman teks Kitab Suci atau

Tradisi, rangkuman pendalaman teks Kitab Suci atau Tradisi, penerapan dalam

hidup konkrit, dan penutup (Sumarno, 2002: 12).

Proses pelaksanaan katekese model pengalaman hidup ini langkah awalnya

diambil dari peristiwa konkrit dicocokkan dengan tema pertemuan yang sedang

diangkat. Peristiwa yang diangkat bisa pengalaman hidup masing-masing peserta,

bisa juga mengambil seluruh peristiwa dari koran atau surat kabar, bisa dengan

cerita rakyat, dan bisa mengangkat kisah tayangan dari CD, dll. Kemudian

pengalaman itu diungkapkan dalam kelompok kecil bila pesertanya banyak, dan

dalam kelompok besar bila pesertanya sedikit. Pembagian kelompok ini

tergantung dari jumlah peserta yang datang. Alangkah baik bila peserta dibagi

dalam kelompok kecil untuk memudahkan peserta mengungkapkan pengalaman

mereka tanpa ada rasa malu, selain itu memudahkan mereka untuk merasakan

suasana terbuka dari masing-masing peserta. Dalam pendalaman pengalaman

hidup mengajak peserta mengaktualisasikan pengalaman yang diangkat dengan

situasi hidup mereka yang konkrit. Dan tugas fasilitator adalah mendampingi,

menuntun, dan merangkum semua hasil sharing peserta katekese.

Langkah selanjutnya adalah menemukan kehendak Tuhan pada setiap

pengalaman hidup peserta katekese. Dengan kata lain pengalaman hidup peserta

dikonfrontasikan dengan pengalaman Kitab Suci. Masing-masing peserta diberi

kesempatan untuk merefleksikan teks Kitab Suci yang dibagikan atau dibacakan,

dengan menjawab pertanyaan yang sudah dipersiapkan oleh fasilitator. Fasilitator

Page 36: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

17

berusaha membantu para peserta untuk mencari dan mengungkapkan makna atau

inti pesan Kitab Suci yang berhubungan dengan tema yang diangkat. Fasilitator

sendiri sudah mempersiapkan kemungkinan jawaban peserta katekese. Maka tugas

fasilitator ini membantu mengarahkan peserta katekese dalam merenungkan isi

Kitab Suci, selain itu mampu menciptakan suasana terbuka agar peserta merasa

tidak takut untuk mengungkapkan tafsiran atas isi Kitab Suci sesuai dengan

versinya masing-masing. Fasilitator memberi masukan atau peneguhan dari

masing-masing hasil tafsiran peserta katekese berdasarkan sumber-sumber yang

dipakai dan diolah sesuai dengan tema dan tujuan yang akan dicapai. Setelah

menghubungkan pengalaman hidup peserta katekese dan pengalaman Kitab Suci,

fasilitator menarik kesimpulan dari proses katekese dan memberi kesimpulan. Dan

fasilitator mengajak peserta katekese bersama-sama merenungkan semua proses

kegiatan katekese, kemudian membangun niat secara pribadi maupun bersama

untuk tindakan konkrit selanjutnya.

Pelaksanaan katekese model pengalaman hidup ini membantu umat untuk

mengalami kehadiran Allah serta mampu menanggapi kehendak Allah dalam

setiap langkah hidup mereka sehari-hari. Mereka dihantarkan agar berani menjadi

saksi iman bagi sesamanya. Untuk itu fasilitator perlu mampu menciptakan

suasana yang penuh kekeluargaan dan sikap terbuka sehingga mereka merasakan

kedekatan dengan yang lain sebagai satu keluarga, akhirnya mereka tidak sungkan

lagi untuk membagikan pengalaman mereka. Selain dengan sikap kekeluargaan

dan sikap terbuka mereka dapat merasakan kehadiran Allah serta menemukan

kehendak Allah dalam diri sesamanya. Harapannya mereka dapat berkembang

Page 37: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

18

dalam iman dan mampu mengkomunikasikan imannya dalam hidup

konkrit/tindakan yang nyata.

b. Model biblis

Katekese model biblis merupakan katekese yang bertitik tolak dari Kitab

Suci yang di pilih fasilitator pada saat melaksanakan pertemuan katekese. Dalam

pelaksanaan katekese dengan model biblis ini mengajak peserta katekese untuk

merenungkan Sabda Tuhan, setelah itu mendalaminya secara pribadi maupun

kelompok, kemudian mengajak peserta katekese untuk mewujudkannya dalam

tindakan yang konkrit dalam hidup di tengah keluarga dan masyarakat. Dapat

dikatakan bahwa katekese model biblis ini melibatkan peserta dengan

merenungkan Sabda Allah untuk semakin mengalami kehadiran Allah dalam

hidupnya.

Dalam diktat PPL PAK Paroki terdapat langkah-langkah penyelenggaraan

katekese model biblis yaitu pembukaan, pembacaan teks Kitab Suci, pendalaman

teks Kitab Suci, pendalaman pengalaman hidup, penerapan dalam hidup peserta,

dan penutup (Sumarno, 2002: 12).

Proses pelaksanaan katekese model biblis ini, pertama-tama fasilitator

mengajak peserta katekese untuk mendengarkan Sabda Allah dari teks Kitab Suci

yang sudah di pilih sesuai dengan tema yang di angkat, kemudian fasilitator

memberi kesempatan kepada masing-masing peserta katekese membacakan

kembali teks Kitab Suci secara pribadi (membaca dalam hati), baru kemudian

fasilitator mengajak peserta katekese mendalami teks Kitab Suci dalam kelompok

kecil atau kelompok besar dengan panduan pertanyaan yang sudah dipersiapkan

Page 38: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

19

oleh fasilitator. Dalam mendalami teks Kitab Suci mereka di bantu dengan

panduan beberapa pertanyaan yang sudah dipersiapkan oleh fasilitator. Peserta

katekese mengungkapkan pesan inti dari teks Kitab Suci yang baru di dengar dan

direnungkan. Selanjutnya peserta katekese diajak untuk menangkap pesan inti itu.

Fasilitator membuat rangkuman dari apa yang sudah ditemukan oleh para peserta

katekese, menghubungkannya dengan apa yang sudah dipersiapkannya dengan

menggunakan sumber-sumber lain, sehingga peserta katekese semakin diperkaya

dengan informasi baru kaitannya dengan pengetahuan iman.

Setelah peserta mendalami teks Kitab Suci, fasilitator mengajak peserta

katekese untuk menghubungkan pesan inti teks Kitab Suci yang baru dibicarakan

bersama dengan pengalaman hidup peserta katekese. Fasilitator berusaha

menuntun peserta katekese untuk mengolah pengalaman hidup yang mereka alami

didalam keluarga, pekerjaan, dan kehidupan di tengah masyarakat sesuai dengan

pesan inti teks Kitab Suci yang telah mereka bicarakan. Setelah merefleksikan

teks Kitab Suci dan menghubungkan dengan pengalaman hidup, peserta katekese

diajak membuat niat-niat secara pribadi maupun bersama untuk diwujudkan dalam

hidup ditengah keluarga, masyarakat, dan Gereja.

c. Model campuran; biblis dan pengalaman hidup

Berbicara mengenai katekese model campuran, model katekese ini

merupakan gabungan dari katekese model pengalaman hidup dengan model biblis

atau tradisi, karena katekese model campuran ini bertitik tolak dari pengalaman

hidup peserta katekese sekaligus pengalaman Kitab Suci atau Tradisi.

Page 39: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

20

Dalam diktat kuliah PPL PAK Paroki terdapat langkah-langkah katekese

model campuran yakni:

Pembukaan, pembacaan teks Kitab Suci atau Tradisi, penyajian pengalaman hidup, pendalaman pengalaman hidup dan teks Kitab Suci atau Tradisi, penerapan meditative, evaluasi singkat jalannya pertemuan katekese, dan penutup (Sumarno, 2002: 13).

Langkah-langkah di atas bertujuan membantu menghubungkan sebuah

pengalaman hidup peserta dengan pengalaman Kitab Suci atau Tradisi.

Proses pelaksanaan katekese model campuran menurut diktat PPL PAK

Paroki dapat digambarkan dalam bagan berikut:

Dari bagan di atas, proses pelaksanaan katekese model campuran, langkah

pertamanya adalah menyajikan teks Kitab Suci atau Tradisi yang sudah

dipersiapkan oleh fasilitator, akan tetapi fasilitator bisa melibatkan peserta

Pembukaan

Pembacaan teks KS/Tradisi

Penyajian Pengalaman hidup

Pendalaman pengalaman hidup dan Kitab Suci/ Tradisi • Mengungkapkan hal yang mengesankan dalam penyajian pengalaman

hidup • Mencoba mencari pesan pokok dari penyajian pengalaman hidup • Menemukan tema dan pesan pokok dari penyajian pengalaman hidup • Merefleksikan dan menganalisa pesan pokok penyajian pengalaman hidup

untuk hidup sehari-hari dan mengkonfrontasikannya dengan teks Kitab Suci/Tradisi

• Rangkuman dari fasilitator sekaligus ajakan membuat niat (Sumarno, 2002: 13)

Page 40: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

21

katekese dalam menyajikan atau membacakan teks Kitab Suci atau Tradisi itu.

Setelah mendengarkan isi teks Kitab Suci, fasilitator mengajak peserta katekese

untuk hening sejenak merenungkan kembali isi teks Kitab Suci atau Tradisi yang

baru mereka dengarkan, kemudian itu baru masuk pada penyajian pengalaman

hidup. Dalam penyajian pengalaman hidup, fasilitator bisa menggunakan media

atau sarana pendukung seperti cerita rakyat, cerita bergambar, vcd, tape recorder,

kaset, dll. Setelah mendengarkan isi teks Kitab Suci atau Tradisi dan penyajian

pengalaman hidup, fasilitator mengajak peserta katekese mendalami pengalaman

hidup sesuai dengan apa yang telah disajikan bertolak dari isi teks Kitab Suci atau

Tradisi di atas. Dalam mendalami pengalaman hidup bertitik-tolak dari Kitab Suci

atau Tradisi, fasilitator mengajak peserta katekese membentuk kelompok kecil

bila pesertanya banyak, akan tetapi bila peserta sedikit tidak perlu dibagi dalam

kelompok kecil. Dalam kelompok kecil ataupun kelompok besar peserta katekese

saling mengungkapkan kesan-kesan pribadi mereka terhadap pengalaman hidup

yang disajikan, kemudian secara obyektif mencari apa yang sebetulnya terjadi

dalam dalam penyajian pengalaman hidup tadi. Selain itu peserta katekese juga

diajak menemukan sendiri tema dam pesan pokok dari penyajian pengalaman

hidup yang di sampaikan. Kelanjutannya fasilitator mengajak peserta katekese

untuk merenungkan pesan itu bagi hidupnya sehari-hari dalam terang teks Kitab

Suci atau Tradisi yang telah didalami secara bersama-sama. Peran fasilitator

adalah merangkum refleksi pengalaman peserta katekese sehubungan dengan

tema yang dihasilkan bersama. Dan bila mungkin mengajak peserta katekese

Page 41: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

22

memikirkan tindakan konkrit, atau paling tidak sampai pada sebuah niat pribadi

maupun bersama.

Langkah selanjutnya, fasilitator mengajak peserta katekese masuk suasana

refleksi dengan tuntunan beberapa pertanyaan yang sudah dipersiapkan. Dengan

itu fasilitator merangsang peserta katekese menarik pelajaran-pelajaran konkrit

bagi hidup mereka sehari-hari sesuai dengan penyajian pengalaman hidup dan

penyajian teks Kitab Suci atau Tradisi (Sumarno, 2002: 13).

d. Model SCP (Shared Christian Praxis)

Katekese model SCP merupakan salah satu bentuk katekese yang tidak asing

lagi bagi umat kristiani. Katekese model SCP ini pertama kali diperkenalkan oleh

seorang tokoh atau ahli katekese yang bernama Thomas H. Groome. Beliau

memperkenalkan katekese model SCP ini dengan memperkembangkan

perkembangan pendidikan. Katekese model SCP lebih menekankan proses

berkatekese yang bersifat dialogal dan partisifatif yang mampu mendorong peserta

katekese berdasarkan konfrontasi antara tradisi visi hidup peserta katekese dengan

tradisi dan visi kristiani, sehingga peserta katekese baik secara pribadi maupun

bersama berani mengambil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan

Allah. Katekese model SCP ini bermula dari pengalaman hidup peserta katekese

yang mereka refleksikan secara kritis kemudian pengalaman hidup mereka

tersebut dikonfrontasikan dengan pengalaman iman dan visi kristiani guna

tumbuh sikap dan kesadaran baru yang mampu memotivasi ke arah keterlibatan

baru.

Page 42: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

23

1) Pengertian S-C-P

a) Shared

Kata Shared berasal dari kata bahasa Inggris to share yang mempunyai arti

berbagi, dan dalam hal ini membagi pengalaman kepada orang lain atau biasa di

sebut sharing pengalaman (Mangunhardjana, 1985: 108). Dalam diktat PPL Pak

Paroki, sharing berarti berbagi rasa, pengalaman, pengetahuan, serta saling

mendengarkan pengalaman orang lain, (Sumarno, 2002: 16). Sharing biasa

digunakan dalam pertemuan katekese yang menekankan dialog-partisipatif antar

peserta katekese dengan suasana kebersamaan, persaudaraan, dan keterlibatan.

Dalam sharing, setiap peserta katekese mengambil bagian atau terlibat aktif dalam

mensharingkan pengalaman hidupnya dan juga bersedia mendengarkan sharing

dari orang lain.

Dalam sharing, peserta katekese harus memiliki sikap rendah hati mau

menerima dan memberi pengalaman pribadi yang saling meneguhkan. Bahkan

sebenarnya dalam sharing, yang seharusnya terjadi bukan hanya dialog antar

peserta katekese saja, akan tetapi dialog para peserta katekese dengan Tuhan.

b) Christian

Istilah Christian dalam SCP artinya kristiani yang maksudnya

mengusahakan harta kekayaan iman tradisi kristiani dan visinya sepanjang sejarah

dapat terjangkau dan relevan bagi kehidupan umat. Setiap manusia mempunyai

pengalaman dan sejarah masing-masing, manusia mempunyai tradisinya sendiri

dalam menghayati dan menjalani hidupnya atas dasar keyakinan imannya. Tradisi

kristiani ingin mengungkapkan realitas iman umat yang hidup dan sungguh-

Page 43: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

24

sungguh dihidupi. Singkatnya tradisi kristiani ingin mengungkapkan tanggapan

manusia terhadap pewahyuan diri Allah yang terlaksana dalam hidup mereka.

Tradisi kristiani tidak bisa lepas dari visi kristiani. Visi kristiani bukan sekedar

suatu pengetahuan tertentu saja, tetapi suatu kenyataan konkrit dari isi tradisi yang

menjadi jawaban hidup orang beriman terhadap apa yang ditawarkan dalam

pengalaman iman kristiani dan janji Allah yang terungkap dalam tradisi atau

pengalaman iman kristiani. Dalam diktat PPL PAK Paroki, visi kristiani peserta

katekese merupakan kritik atas praxis perbuatannya yang menjadi ukuran

keberimanan manusia yang senantiasa terbuka akan masa depan, (Sumarno, 2002:

16).

c) Praxis

Kata praxis dalam pengertian katekese model SCP bukan hanya suatu

praktek saja, akan tetapi praxis disini lebih pada tindakan sebagai buah refleksi

dan tindakan. Praxis yang mengacu pada sebuah tindakan meliputi seluruh

keterlibatan dan apa yang perlu dilakukan manusia di dalam dunia. Tindakan

manusia itu mempunyai tujuan guna perubahan hidup manusia itu sendiri yang

mencakupi kesatuan antara praktek dan teori yang membentuk suatu kreativitas

manusia dan antara reflesi kritis dan kesadaran historis yang mengarahkan

manusia pada keterlibatan baru (Groome, 1997: 2). Dapat dikatakan praxis di sini

sebagai ungkapan pribadi manusia kaitannya dengan ungkapan emosional,

intelektual, dan spiritual. Ungkapan itu sesuai dengan apa yang peserta katekese

miliki, rasakan, dan alami.

Page 44: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

25

Praxis memiliki tiga unsur yang saling berkaitan yaitu aktivitas, refleksi, dan

kreativitas. Ketiga unsur tersebut berguna untuk membangkitkan perkembangan

imajinasi peserta, meneguhkan kehendak peserta, dan mendorong peserta pada

praxis baru yang mampu dipertanggungjawabkan. Dalam diktat kuliah PPL PAK

Paroki tertulis arti ketiga unsur diatas:

• Aktivitas yang meliputi kegiatan mental dan fisik, kesadaran, tindakan personal dan sosial, hidup pribadi dan bersama yang merupakan suatu medan masa kini guna perwujudan diri manusia.

• Refleksi yang lebih menekankan refleksi kritis terhadap tindakan histories secara pribadi dan manusia pada umumnya dalam masa lampau terhadap tindakan dan kehidupan bersama serta terhadap tradisi dan visi iman kristiani sepanjang sejarah.

• Kreativitas yang merupakan perpaduan antara aktivitas dan refleksi dengan menekankan sifat trasenden manusia dalam dinamika menuju ke masa depan untuk sebuah tindakan yang baru (Sumarno, 2002: 14; bdk. Groome, 1997: 2).

2) Langkah-langkah S-C-P

Katekese model SCP (Shared Christian Praxis) memiliki langkah-langkah

yang berurutan dan terus mengalir. Thomas Groome mengemukakan lima langkah

pokok yang didahului dengan langkah 0 sebagai berikut:

a) Langkah Nol: Pemusatan Aktivitas

Langkah ini bertujuan mendorong peserta (subyek utama) katekese untuk

menemukan topik pertemuan yang bertolak dari konkrit mereka yang nantinya

menjadi tema dasar pertemuan. Untuk menemukan salah satu topik dasar

pertemuan, fasilitator bisa menggunakan beberapa sarana-sarana pendukung

seperti simbol, cerita, poster, video, kaset suara, film, dsb. Dengan menggunakan

beberapa sarana pendukung, tema dasar pertemuan sungguh-sungguh

mencerminkan pokok-pokok hidup, keprihatinan, permasalahan, dan kebutuhan

Page 45: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

26

peserta. Tema dasar yang dipilih hendaknya sungguh-sungguh mampu mendorong

peserta untuk terlibat aktif dan menekankan partisipasi dan dialog sepanjang

pertemuan katekese, akan tetapi tidak bertentangan dengan iman kristiani,

(Sumarno, 2002: 17).

Fasilitator harus bisa menciptakan lingkungan dan suasana yang mendukung

(kondusif) serta mencari atau mengusahakan sarana-sarana pendukung yang dapat

menunjang guna menemukan salah satu aspek yang cocok menjadi topik dasar

pertemuan katekese.

b) Langkah Pertama: Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual

Langkah ini mendorong peserta katekese untuk mengungkapkan

pengalaman faktual yang mereka alami dan mengkomunikasikan kepada peserta

yang lain. Pengungkapan pengalaman tersebut bisa pengalaman pribadi peserta,

permasalahan yang terjadi dalam masyarakat, dan bisa gabungan keduanya yang

cocok dengan tema yang dihasilkan bersama (Sumarno, 2002: 18; bdk. Groome,

1997: 5).

Langkah ini di awali dengan tuntunan pertanyaan untuk membantu peserta

mengungkapkan pengalaman hidup mereka sesuai dengan topik dasar. Pertanyaan

yang di buat harus jelas, terarah, dan tidak menyinggung perasaan peserta

katekese. Peserta katekese membagikan pengalaman hidupnya sesuai dengan

pengalaman yang sungguh-sungguh terjadi atau dialami dan tidak boleh di

tanggapi sebagai suatu laporan. Dalam sharing-dialog ini, peserta katekese boleh

diam, karena diam pun merupakan salah satu cara berdialog, dan diam tidak sama

Page 46: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

27

dengan terlibat. Peserta katekese dapat mengungkapkan pengalamannya melalui

puisi, nyanyian, tarian, gambar, lambang, simbol, dsb (Sumarno, 2002: 18).

Fasilitator dalam langkah ini perlu menciptakan suasana pertemuan yang

penuh kekeluargaan, kegembiraan, dan mendukung peserta katekese membagikan

pengalamannya. Dan fasilitator di sini harus bersikap ramah, sabar, bersahabat,

peka pada keadaan dan permasalahan yang di hadapi peserta katekese, dsb

(Sumarno, 2002: 18).

c) Langkah Kedua: Refleksi Kritis Atas Sharing Pengalaman Hidup Faktual

Langkah ini menghantar peserta pada kesadaran kritis akan pengalaman

hidup dan tindakannya. Refleksi kritis pada langkah ini ingin membantu peserta

katekese merefleksikan secara kritis pengalaman konkrit yang mereka

komunikasikan dengan memperdalam, mempertajam, dan mengolah pengalaman

mereka yang menekankan segi pemahaman (alasan, minat), kenangan (sumber-

sumber historis), imajinasi (konsekuensi yang diharapkan dan dibayangkan),

(Sumarno, 2002: 18; bdk. Groome, 1997: 5-6). Selain itu langkah ini membantu

peserta agar bertitik tolak dari pengalaman hidupnya sampai pada tingkat

kesadaran terdalam, mengolah dan menemukan makna baru yang mendorong

mereka menuju praxis baru.

Fasilitator pada langkah ini harus dapat menciptakan pertemuan yang

pesertanya saling menghormati dan mendukung setiap gagasan serta sumbang

saran peserta katekese yang lain, mendorong peserta katekese untuk mengadakan

dialog dan penegasan bersama yang bertujuan memperdalam, menguji

Page 47: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

28

pemahaman, kenangan, dan imajinasi peserta katekese. Fasilitator harus bisa

mengkondisikan peserta katekese untuk ambil bagian mengkomunikasikan

imannya dengan menghindari kesan memaksa. Untuk memudahkan peserta

katekese terlibat aktif dalam megkomunikasikan imannya, fasilitator perlu

membuat pertanyaan yang menggali dan tidak menginterogasi atau menganggu

harga diri peserta atau apa yang sedang dirahasiakan peserta katekese (Sumarno,

2002: 19).

d) Langkah Ketiga: Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih

Terjangkau

Langkah ini mengusahakan dan mengkomunikasikan agar nilai-nilai tradisi

dan visi kristiani dapat terjangkau dan dapat lebih menggema untuk kehidupan

peserta katekese yang konteks dan latar belakang kebudayaannya berlainan.

Tradisi kristiani mengungkapkan tanggapan iman umat kristiani sepanjang sejarah

pewahyuan Ilahi. Tradisi ini terungkap dalam Kitab Suci, dogma, pengajaran

Gereja, liturgi, spritualitas, devosi, seni dalam Gereja, kepemimpinan, dan

kehidupan umat beriman. Sementara itu visi kristiani mengungkapkan janji dan

tanggung jawab yang berasal dari tradisi kristiani yang bertujuan mendorong atau

memotivasi umat beriman guna berpartisipasi dalam menegakkan nilai-nilai

Kerajaan Allah di tengah-tengah hidup manusia. Tradisi dan visi kristiani

mengungkapkan pewahyuan diri dan kehendak Allah sampai pada hidup dan

karya Yesus dan mengungkapkan tanggapan manusia atas pewahyuan Allah,

(Sumarno, 2002: 19; bdk. Groome, 1997: 6).

Page 48: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

29

Kewajiban fasilitator adalah membuat persiapan yang matang dengan belajar

sendiri, menghormati tradisi dan visi kristiani sebagai sumber yang otentik dan

normatif untuk bisa memberi penafsiran yang sejalan dengannya dan

mengikutsertakan kesaksian imannya sendiri. Fasilitator mengusahakan media

pendukung seperti audio visual atau media murah untuk menghantar peserta

katekese pada kesadaran, sehingga fasilitator tidak kelihatan mendikte dan

bersikap seperti seorang guru (Sumarno, 2002: 19).

e) Langkah Keempat: Interpretasi/Tafsir Dialektis Antara Tradisi dan Visi

Peserta

Langkah ini berdasarkan nilai tradisi dan visi kristiani mengajak peserta

katekese untuk menemukan hal-hal baru yang hendak diperkemangkan oleh

masing-masing peserta katekese. Di satu pihak peserta katekese mengintegrasikan

nilai-nilai hidup mereka ke dalam tradisi dan visi kristiani. Di lain pihak

mempersonalisasikan dan memperkaya dinamika tradisi dan visi kristiani menjadi

milik mereka sendiri (Sumarno, 2002: 20; bdk. Groome, 1997: 7).

Peserta katekese pada langkah ini mendialogkan pengolahan mereka pada

langkah pertama dan kedua dengan isi pokok langkah ketiga. Peserta katekese

diberi kesempatan untuk mendialogkan perasaan, sikap, persepsi, dan menilai

mengenai nilai tradisi dan visi kristiani berdasarkan hidup konkrit mereka serta

memberi penegasan yang menyatakan kebenaraan, nilai, dan kesadaran yang

diyakini (Sumarno, 2002: 20).

Fasilitator pada langkah ini menghormati kebebasan dan hasil penegasan

peserta katekese dengan meyakinkan peserta katekese, bahwa mereka mampu

Page 49: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

30

mempertemukan nilai pengalaman hidup dan visi mereka dengan nilai tradisi dan

visi kristiani. Fasilitator perlu mendorong dan mengkondisikan peserta katekese

untuk merubah sikap dari pendengar pasif guna menjadi pihak yang aktif

(Sumarno, 2002: 20).

f) Langkah Kelima: Keterlibatan Baru Demi Makin Terwujudnya Kerajaan

Allah di Dunia Ini

Langkah kelima ini mau menghantar peserta katekese untuk mengambil

keputusan dalam meningkatkan penghayatan imannya. Langkah ini perlu sampai

pada pemahaman, kesadaran, niat-niat dan tindakan baru yang membantu

perkembangan iman mereka sehingga mereka melakukan pertobatan terus

menerus. Langkah ini juga perlu sampai pada suatu keputusan praxis yang

merupakan tanggapan peserta katekese terhadap pewahyuan Allah yang terus

berlangsung dalam sejarah kehidupan manusia, berkembang bersamaan dengan

tradisi Gereja sepanjang sejarah dan visi kristiani. Keputusan praxis di atas

maksudnya keputusan yang mudah dilaksanakan dan menyemangati mereka

untuk setia melaksanakannya. Keputusan yang di ambil dapat beranekaragam

tingkat dan bentuknya. Keputusan itu dapat dikategorikan kedalam empat

kelompok yaitu:

• Bentuknya: aspek kognitif (pemahaman), afektif (perasaan), dan tingkah laku

• Sifatnya: personal dan interpersonal • Subyeknya: aktivitas pribadi dan tindakan bersama • Arahnya: intrn (kepentingan kelompok), ekstern (kepentingan di luar

kelompok) (Sumarno, 2002: 20).

Page 50: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

31

Peran fasilitator pada langkah ini ialah mengusahakan agar peserta katekese

sampai kepada keputusan pribadi dan bersama. Fasilitator juga harus merangkum

hasil dari langkah pertama sampai langkah keempat, guna membantu peserta

katekese mengambil keputusan. Dengan demikian fasilitator perlu dan bisa

mengetengahkan sikap optimis yang realistis kepada peserta katekese untuk masa

depan yang lebih baik dengan keyakinan bahwa Allah senantiasa hadir dalam

situasi apapun (Sumarno, 2002: 20).

B. Pembinaan pada Umumnya

Pembinaan bagi siswa seminari menengah perlu disesuaikan dengan profil

lulusan seminari menengah yang bersangkutan. Profil yang penulis maksud adalah

kualifikasi pribadi yang perlu dicapai siswa seminari yang lulus dari seminari

menengah dan siap memasuki jenjang seminari tinggi. Profil ini menyangkut:

sikap-sikap pokok yang perlu dimiliki, pengetahuan yang dimiliki, dan

keterampilan yang perlu dikuasai. Berkaitan dengan sikap-sikap, yaitu yang

menyangkut Spritualitas Kristiani atau sikap siswa seminari sebagai orang

beriman kristiani, baik secara umum, maupun secara khusus, sebagai yang di

panggil atau tertarik menjadi imam.

1. Pengertian Pembinaan

Kata pembinaan dimengerti dari terjemahan kata Inggris yaitu training yang

artinya latihan, pendidikan, dan pembinaan. Pembinaan ini tidak bisa lepas dari

pendidikan karena keduanya sama-sama hubungannya dalam pengembangan

pribadi manusia. Akan tetapi ada perbedaan yang mendasar antara pembinaan dan

Page 51: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

32

pendidikan. Pembinaan lebih menekankan segi pengembangan sikap, kemampuan

sikap (skill), dan kecakapan. Sedangkan pendidikan lebih menekankan

pengembangan manusia dari segi pengetahuan dan ilmu (Mangunharjana, 1986:

7).

Mangunharjana memberi arti pembinaan sebagai suatu proses belajar dengan

melepaskan hal-hal yang sudah dimiliki dan mempelajari hal-hal baru yang belum

dimiliki, dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya, untuk membetulkan

dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuan

hidup yang sedang di jalani, (1986: 12). Rumusan arti pembinaan diatas

menunjukkan bahwa orang yang mengikuti pembinaan tidak sekedar dibantu

untuk mempelajari pengetahuan. Akan tetapi orang dilatih guna mengenal

kemampuannya dan mengembangkannya dan dapat memanfaatkannya secara

penuh dalam hidupnya secara lebih efektif. Sedangkan menurut Suhardi dalam

Spektrum no. 1 th XXIII, pembinaan merupakan proses pendampingan terus

menerus dan berkesinambungan bagi para peserta bina (1995: 32).

2. Tujuan Pembinaan

Yang menjadi tujuan dari pembinaan adalah membantu orang yang

mengikuti pembinaan, untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan

kecakapan yang sudah ada serta mendapatkan kecakapan dan pengetahuan baru

untuk mencapai tujuan hidup yang sedang dijalani secara lebih efisien dan efektif

dari sebelumnya, (Suhardiyanto, 1993: 6; bdk. Mangunhardjana, 1986: 12).

Sedangkan menurut Spektrum, tujuan pembinaan adalah agar peserta bina/ siswa

seminari menengah dapat mewujudkan profil lulusan seminari, sebagai arah dan

Page 52: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

33

sasaran dalam hidup sehari-hari (1995: 32). Sehubungan dengan ini, arah yang

mau di capai:

a. Manusia pada umumnya

Pembinaan yang diberikan bagi para siswa seminari sebagai manusia pada

umumnya bertujuan agar para siswa dapat lebih mengenal diri yang meliputi

kekuatan dan kelemahannya sebagai manusia biasa. Dengan mengenal dan

menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya. Dengan begitu diharapkan tumbuh

semangat untuk mengembangkan diri sehingga mereka berkembang dalam daya

cipta, bakat, dan keterampilan. Selain itu, sebagai makhluk sosial para siswa perlu

menyadari posisi diri mereka dalam hidup bersama agar mampu bergaul yang

saling mengembangkan di dalam persaudaraan (Yohanes Paulus II, 1992: 131-

132).

Para siswa perlu mensyukuri kemampuannya sebagai anugerah dari Tuhan

dan menunjukkan terima kasihnya dengan berusaha mengembangkan bakat itu

dengan cara mengembangkan diri menjadi orang yang berinisiatif, kreatif, jujur,

bertanggung jawab, dan tekun demi pengabdian dan pelayanan bagi sesama.

b. Manusia kristiani pada umumnya

Pembinaan bagi siswa seminari sebagai manusia kristiani pada umumnya

bertujuan membantu siswa seminari memiliki iman pribadi yang otentik dan

terbuka pada Sabda Allah. Iman pribadi yang otentik yang di maksud adalah siswa

seminari memiliki iman yang asli untuk percaya dan menyerahkan diri kepada

Allah lewat Yesus Kristus (Yohanes Paulus II, 1992: 133). Selain itu para siswa

Page 53: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

34

mampu menjadikan Yesus Kristus sebagai pola hidup mereka, sehingga mereka

semakin terbuka dan ingin bersatu dengan Yesus Kristus, semakin menyadari

konsekuensi dalam mengikuti Yesus Kristus, dan semakin memiliki sikap yang

penuh tanggung jawab dan keberanian berkorban. Yang di maksud dengan

terbuka pada Sabda Allah adalah mampu mengolah hidupnya sebagai orang

beriman dengan menghayati semangat persaudaraan dan menghayati panggilan

hidupnya atas dasar Sabda Allah yang dapat di ketahui dalam Kitab Suci.

c. Manusia kristiani sebagai Calon Imam

Pembinaan yang diupayakan bagi siswa seminari dalam menanggapi

panggilan sekaligus sebagai calon imam bertujuan membantu siswa seminari guna

mampu menyerahkan diri dalam kebebasan menanggapi panggilan Tuhan,

bersedia mendengarkan dan menjawab tuntutan panggilan Tuhan atas dirinya

dengan menyerahkan diri pada kehendak Tuhan dan siap menyediakan diri

menjadi sarana pelayanan bagi orang lain. Menyerahkan diri kepada Tuhan yang

dimaksud adalah menyerahkan diri secara pribadi. Untuk itu para siswa seminari

perlu mengandalkan rahmat dari Tuhan dalam melaksanakan perutusan-Nya

dengan melayani Gereja-Nya.

3. Manfaat Pembinaan

Yang di maksud dengan manfaat pembinaan adalah peserta yang mengikuti

pembinaan mampu menangkap sekaligus memahami apa yang mereka terima, dan

kemudian mereka mampu mempraktikkan semua ilmu yang diterima dalam hidup

sehari-hari. Melalui proses pembinaan peserta dapat di bantu mengetahui dan

Page 54: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

35

menyadari potensi-potensi diri mereka masing-masing. Potensi-potensi itu

selanjutnya di olah dalam menemukan nilai-nilai kehidupan yang mendalam

(Kristianto. SFK, 2005: 5-6). Peserta juga dibantu untuk menyadari keadaan diri

dan kehidupannya. Pihak seminari membantu peserta guna menolong dia kembali

kepada dirinya sendiri dalam rangka perkembangan hidupnya. Setelah menyadari

keadaan diri, peserta dibantu untuk memikirkan dan menganalisis keadaan

hidupnya baik segi positif maupun negatifnya. Baik dari segi kelebihan maupun

kekurangannya. Mencoba menggali dan menyadari kelebihan dan kekurangan

dalam dirinya lewat refleksi akan membantu terjadinya proses perkembangan

seseorang. Dengan mengadakan analisis terhadap situasi atau pengalaman hidup,

peserta akan terbuka terhadap kritik dan saran dari orang lain, yang berarti juga

terbuka untuk mengembangkan dirinya lebih lanjut (Mangunhardjana, 1986:13).

4. Bentuk Pembinaan

Dalam membantu siswa seminari mencapai sikap yang perlu mereka miliki,

maka diupayakan bentuk-bentuk pembinaan (metode pencapaian). Di bawah ini

penulis akan menguraikan bentuk-bentuk pembinaan (metode pencapaian) bagi

pembinaan siswa seminari menengah dalam mencapai profil yang perlu dimiliki.

a. Latihan doa

Doa adalah komunikasi manusia dengan Allah. Di dalam kamus teologi, doa

diartikan berseru, menyembah, memuliakan, bersyukur, mengungkapkan

kesedihan, dan mohon berkat kepada Allah (O’Collins, dkk, 1996: 56). Orang

melakukan doa dengan berdialog atau berkomunikai dengan Allah secara total dan

Page 55: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

36

melibatkan seluruh jiwanya. Tentu untuk melakukan dialog atau berkomunikasi

dengan Allah dibutuhkan banyak latihan. Mendengar kata latihan, pasti muncul

dalam bayangan setiap orang, suatu ranagkaian usaha atau kegiatan yang

dilakukan secara sistematis dan teratur guna mencapai suatu hasil tertentu

(Mangunharjana, 1985: 9). Demikian juga perihal doa, orang perlu melakukan

latihan-latihan doa seperti kontemplasi, merenungkan teks Kitab Suci, dan refleksi

pribadi. Dengan banyaknya latihan doa orang akan semakin dekat dengan Allah

yang juga akan memberi kedamaian hati.

b. Rekoleksi

Re (kembali) dan koleksi (mengumpulkan) berarti rekoleksi itu adalah

mengumpulkan pengalaman-pengalaman masa lalu yang mengandung makna

untuk mengembangkan diri seseorang. Melaksanakan rekoleksi tidak jauh berbeda

dengan retret yaitu mengajak peserta meninjau kembali karya Allah atas

hidupnya dan menuntun peserta guna memberi tanggapan atas karya Allah

(Mangunhardjana, 1985: 18). Bertitik tolak dari arti rekoleksi di atas, bahan

rekoleksi di ambil dari pengalaman hidup yang sudah di jalani sebelumnya.

Kemudian dari berbagai pengalaman yang sudah di jalani perlu di olah, agar

pengalaman hidup itu lebih bermakna demi perkembangan hidup beriman orang

itu sendiri.

c. Retret

Retret adalah suatu latihan rohani untuk memperteguh iman akan Allah.

Kata retret berasal dari kata prancis ia retraite yang memiliki arti pengunduran

diri, menyendiri, menyepi, menjauhkan diri dari kesibukan sehari-hari, dan

Page 56: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

37

meninggalkan dunia ramai (Mangunhardjana, 1985: 7). Dengan kata lain

mengikuti retret berarti melepaskan diri dari suasana ramai dan mengasingkan

diri ketempat sunyi guna merenungkan seluruh pengalaman manusiawinya,

mengolah pengalaman itu untuk menemukan makna hidup dan karya Allah atas

dirinya, sehingga mampu menanggapi dan menjawab cinta Allah dan bimbingan

Allah atas dirinya (Mangunhardjana, 1985: 11). Selain itu melalui retret dan

dengan pertolongan Allah peserta retret berusaha melatih kepekaannya untuk

merasakan karya cinta kasih Allah, guna makin mengenal karya cinta kasih dan

bimbingan Allah serta berani memberi tanggapan terhadap karya cinta kasih

Allah.

Dalam buku Membimbing rekoleksi diuraikan bentuk-bentuk retret

diantaranya: retret dikotbahkan artinya retret yang diberikan kepada orang dewasa

yang jumlahnya cukup besar dan bahan-bahannya diuraikan panjang lebar dan

disampaikan secara bersama-sama kepada seluruh peserta, retret setengah

terbimbing artinya retret yang bahannya disampaikan cukup terurai kepada peserta

retret secara bersama-sama, retret terbimbing penuh artinya bahan retret diberikan

secara ringkas, terkadang cukup pembahasan teks Kitab Suci secara bersama-

sama, dan retret terbimbing pribadi artinya bahan retret terkecuali bahan renungan

pertama ditentukan berdasarkan perkembangan retret dan kemudian diberikan

pembimbing retret dalam bentuk bimbingan pribadi (Mangunhardjana, 1985: 7-9).

d. Live in

“Live in” merupakan kegiatan yang dilaksanakan di tengah dan bersama

masyarakat untuk menggali, mengalami atau terlibat langsung, dan merasakan

Page 57: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

38

seluruh pengalaman hidup masyarakat (terutama yang menyangkut pengalaman

iman mereka). Hendaknya mereka yang melaksanakan “live in” dengan sepenuh

hati menjalankan hidup bersama-sama mereka, baik dalam suka maupun duka,

sehingga kehadiran mereka mampu membawa kegembiraan dan memancarkan

sinar kasih Allah bagi keluarga tempat mereka tinggal.

C. Katekese sebagai Pembinaan Iman

1. Arti Pembinaan Iman

Sebelum dibahas arti pembinaan iman, terlebih dahulu perlu dilihat

pengertian dari iman itu sendiri. Iman merupakan tanggapan manusia terhadap

pewahyuan dan sapaan dari Allah. Konsili Vatikan II mengungkapkan:

Kepada Allah yang menyampaikan wahyu, manusia wajib menyatakan ketaatan iman. Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan kepatuhan akal budi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan, dan dengan suka rela menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikaruniakan oleh-Nya (DV,art. 5).

Dengan demikian tanggapan manusia harus dinyatakan dengan

mempersembahakan kepatuhan akal budi. Walau iman menuntut kepatuhan total,

tapi iman yang ada mengandaikan kebebasan penuh dari pihak manusia karena

Allah menyapa manusia untuk masuk ke dalam persahabatan dengan diri-Nya.

Dengan imannya manusia membiarkan Allah memasuki hidupnya, dan

dengan imannya, manusia menyerahkan diri kepada Allah yang menyampaikan

rencana kehendak-Nya kepada manusia. Dengan iman pula, manusia secara

personal dan bebas untuk menanggapi diri Allah yang menjumpainya secara

Page 58: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

39

personal juga. Maka iman bukanlah suatu pengetahuan belaka, melainkan sebuah

hubungan atau relasi pribadi antara manusia dengan Allah, yang mewahyukan

diri-Nya dan menyelamatkan.

Dari pengertian iman di atas, maka arti dari pembinaan iman seminari adalah

upaya membantu siswa seminari untuk berpedoman pada Sabda Allah (dalam

cahaya Injil) menemukan arti hidup yang sesungguhnya dalam situasinya yang

konkrit. Membantu siswa seminari menyadari kenyataan, bahwa Allah

memanggilnya dan sedang melaksanakan karya penyelamatan dalam hidup sehari-

hari dan membantu siswa seminari menjawab panggilan Allah tersebut dalam dan

melalui realitas hidup para siswa seminari (Hardawiryana, 1977: 29). Selain itu

pembinaan iman adalah membantu mendampingi peserta bina untuk menanggapi

sapaan dan pewahyuan dari Allah, sehingga mereka mampu menyerahkan dirinya

secara total pada Allah dan kehendak-Nya dengan menyediakan diri menjadi

perpanjangan tangan Allah untuk karya-Nya di dunia dengan menemukan arti

hidupnya dan menyadari kenyataan bahwa Allah memanggilnya dan menjawab

panggilan Allah melalui realitas hidupnya.

2. Pembinaan Iman dalam Rangka Mempersiapkan Diri Memasuki Jenjang

Seminari Tinggi

a. Pengertian seminari

Seminari merupakan lembaga khusus untuk pendidikan para calon imam. Di

dalam seminari dipersiapkan mereka yang merasa terpanggil untuk melanjutkan

Misi Yesus dan Para Rasul untuk mewartakan Kerajaan Allah kepada semua

Page 59: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

40

orang. Di dalam seminari mereka dididik dan didampingi oleh pembina dengan

bekerjasama dengan orang tua sehingga menjadi manusia kristiani yang dewasa

yang mengikuti Yesus Kristus ke arah imamat dalam Gereja sebagai umat Allah

dalam dalam konteks Indonesia. Kata seminari berasal dari kata Latin Seminarium

yang berarti tempat pembibitan, tempat persemaian benih-benih. Maka, seminari

adalah sebuah tempat (sebuah sekolah yang digabung dengan asrama, tempat

belajar dan tempat tinggal) di mana benih-benih panggilan imam yang terdapat

dalam diri anak-anak muda, disemaikan secara khusus untuk jangka waktu

tertentu dengan tata cara hidup dan pelajaran yang memiliki kekhasan dari sekolah

pada umumnya (Ponoman, 2005: 1).

b. Jenjang seminari

Untuk menjadi seorang imam, seminaris perlu melewati beberapa jenjang

pendidikan dan pembinaan sebagai bekal dan persiapan hidup mereka menuju

kepribadian seseorang imam yang akan mengabdikan dirinya kepada Allah.

Adapun jenjang-jenjang seminari adalah:

1) Seminari menengah

Seminari awal bagi para seminari sebelum masuk seminari menengah adalah

keluarga. Keluarga dapat menjadi tempat persemaian awal untuk menanam

benih panggilan dalam diri seminaris. Keluarga harus mengenalkan Allah pada

anak-anaknya dan membina anaknya guna tertarik oleh panggilan Tuhan,

sehingga rahmat dan panggilan yang Tuhan tanamkan kedalam hati mereka mulai

mendapat tanggapan, pemupukan dan pemurnian sebagaimana mestinya sebelum

mereka masuk seminari.

Page 60: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

41

Seminari menengah yang ada di Indonesia didirikan untuk membina para

siswa yang baru menyelesaikan studi di bangku SMP. Seminari menengah adalah

sebuah seminari yang melayani mereka yang merasa terpanggil dan ingin

mengembangkan panggilan itu, yang akhirnya berani mengambil keputusan untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang seminari tinggi untuk menjadi imam.

Di dalam komunitas seminari menengah, para seminaris mendapat berbagai

bentuk pembinaan yang sudah ditetapkan oleh pihak seminari guna

mengembangkan panggilan yang dimiliki para siswa seminari. Melalui berbagai

bentuk pembinaan yang diupayakan diharapkan para siswa seminari benar-benar

mampu untuk menghayati panggilan Tuhan atas hidupnya, kemudian memiliki

semangat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang seminari tinggi. Tentu

keputusan para siswa seminari untuk melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang

seminari tinggi tidak boleh menjadi paksaan dari pihak lain, akan tetapi semuanya

harus atas keputusan pribadi.

2) Tahap tahun rohani

Seminari tahun orientasi rohani (TOR) adalah sebuah tempat pembinaan

khusus benih-benih panggilan bagi mereka yang telah menyelesaikan studinya di

seminari menengah, dan yang memilih menjadi imam. Selama satu tahun mereka

mengalami pembinaan khusus di bidang kepribadian dan kerohanian sekaligus

untuk lebih mengenal dan menghayati seluk beluk seorang imam (Ponomban,

2005: 1). Tahun orientasi rohani (TOR) para seminari diberi kesempatan untuk

menguji diri dan dalam motivasi panggilan, hidup rohani, ketangguhan pribadi,

Page 61: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

42

serta mengembangkan minat, keterampilan dasar pastoral dan cinta kasih

kegembalaan secara konkrit. Aspek ini terwujud lewat acara bergaul, bekerja

sama dengan orang lain, mengalami kegembiraan dan kesulitan di bidang pastoral.

Melalui tempaan ini, para seminaris diharapkan sanggup mengolah pengalaman,

menemukan gambaran konkrit perihal tugas-tugas kegembalaan, serta dapat

merumuskan konsep-konsep pastoral yang baru dalam praktek dan refleksi

kehidupan (Wilfrid, 2003: 16).

Di seminari tahun orientasi rohani (TOR), para seminaris dibantu

memperkuat dan mengembangkan kepribadian dan kerohanian yang telah mereka

peroleh di seminari menengah, agar mereka dapat dengan bebas mengambil

keputusan untuk menjadi imam, dan juga menyadari bahwa panggilan menjadi

imam semata-mata adalah karunia dari Allah (Komisi Seminari KWI, 1989: 42).

Untuk itu pada tahap tahun orientasi rohani (TOR), setiap kegiatan para

seminaris perlu dievaluasi untuk mengkaji perkembangan seminaris tanpa

terkerkecuali. Evaluasi perlu diperkaya dengan rekoleksi, hal ini penting supaya

para seminaris dapat senantiasa maju langkah demi langkah dalam tugas dan

hidup panggilannya. Pada masa tahun orientasi rohani (TOR), para seminaris

perlu banyak belajar dalam bekerja sama dengan rekan sejawat serta perlu

kedewasaan dalam berhadapan dengan orang lain terutama dengan kawan lain

jenis, (Wilfrid, 2003: 16).

3) Tahap seminari tinggi/sekolah tinggi filsafat teologi

Seminari tinggi adalah jenjang pembinaan terakhir dari para calon imam

sesudah mereka selesai mengikuti seminari tahun orientasi rohani (TOR).

Page 62: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

43

Biasanya pendidikan yang di tempuh di sini, 6 tahun kuliah ditambah 1 tahun

praktek tahun orientasi pastoral. Selama mengikuti pendidikan di seminari tinggi,

para seminaris dikembangkan segi kepemimpinan rohani mereka yang meliputi

aspek kenabian, karya penyucian, dan pengembalaan, membantu mereka lebih

termotivasi untuk melayani umat. Menjalani tahun orientasi pastoral selama 1

tahun (dua semester) maksudnya adalah belajar mengenal orang-orang dan

mengalami masalah-masalahnya serta kesulitan-kesulitan di medan pastoralnya

untuk lebih mengenal tugas panggilannya dan pengabdiannya dalam Gereja yakni

untuk melayani umat. Hukum Gereja (kanon 1032§2), memberikan kemungkinan

bagi mereka yang mau atau bersedia menjadi imam sesudah mengikuti pendidikan

akademis yang memadai dan tidak mengikuti pembinaan di seminari menengah.

Uskup dapat memberikan dispensasi -sesudah penyelidikan yang matang- untuk

mengikuti pendidikan filsafat dan teologi saja, bahkan juga untuk tidak tinggal di

seminari sebagaimana lazimnya (KHK, 1991: 297).

3. Peran Katekese dalam Rangka mempersiapkan Diri Siswa Seminari

Menengah Memasuki Jenjang Seminari Tinggi

a. Mengembangkan hidup beriman kristiani siswa sebagai Calon Imam

Iman adalah penyerahan diri manusia secara total dan bebas kepada

kehendak Allah yang mewahyukan diri-Nya dalam Yesus Kristus. Penyerahan diri

manusia secara total dan bebas melibatkan seluruh akal budi dan kehendak

sepenuhnya kepada Allah (KWI 1996: 128). Dari pengertian tersebut, nampak

bahwa iman harus selalu dibina oleh manusia, memang manusia dapat beriman

Page 63: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

44

karena bantuan Roh Kudus (Kis 6: 14; bdk. 2 Kor 3: 16-18) tetapi manusia juga

perlu aktif mengupayakan agar imannya semakin berkembang.

Iman yang dimiliki bukanlah hal mati yang hanya diterima dan dipahami

satu kali saja oleh manusia. Iman adalah suatu proses yang dinamis, maka perlu

adanya pembinaan, sehingga sesuai dengan tradisi dan dapat bertahan dalam

perubahan zaman, dan dapat membantu seseorang dalam menanggapi zaman.

Katekese adalah salah satu bentuk pewartaan Gereja yang memakai

komunikasi iman atau tukar pengalaman iman sebagai salah satu media untuk

mengembangkan iman manusia. Bila manusia memiliki iman tanpa dipraktekkan

atau diwujudkan dalam hidup sehari-hari, maka iman yang ada tidak akan

tumbuhdan berkembang, seperti iman yang tidak disertai dengan perbuatan, maka

iman itu hakekatnya adalah mati (Yak 2: 17). Dengan demikian tujuan katekese

sebagai pembinaan iman siswa seminari adalah membantu gerak pertobatan bagi

siswa seminari sebagai sikap dasar yang selalu mempersatukan dan membantu

konsolidasi sikap-sikap iman kristiani melalui tiga komponen perkembangan yaitu

pertama, komponen kognitif yaitu pendalaman pengertian dan keyakinan iman

siswa seminari, yang perlu guna membantu tercapainya kematangan sikap iman

melalui kemampuan untuk menilai dan memotivasi. Kedua, komponen afektif

yaitu konsolidasi pengambilan bagian dalam afeksi yang dituntut oleh kehidupan

beriman siswa seminari dengan pengintegrasian emosi-emosi dan perasaan-

perasaan yang terkait. Ketiga, komponen perilaku yaitu perolehan bentuk-bentuk

sikap dan kegiatan yang sesuai dengan tindakan siswa seminari sebagai orang

Page 64: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

45

kristiani. Membina dan membimbing dinamika perkembangan iman siswa

seminari menuju kematangan eksistensi kristiani (Adisusanto, 2000c: 10)

Karena katekese akan dipakai sebagai sarana pembinaan iman siswa

seminari, maka fungsi katekese dalam pembinaan iman siswa seminari adalah

untuk mengembangkan hidup beriman mereka, dalam menghayati hidup bersama

di komunitas seminari serta menghayati panggilannya. Selain itu, agar mereka

terbantu mengolah pengalaman hidupnya sehari-hari, sehingga mampu melakukan

pertobatan (metanoia) terus menerus. Katekese perlu juga bisa membantu siswa

seminari memiliki pengetahuan yang bertambah dan mendalam tentang misteri

Yesus Kristus:

“……dalam seluruh proses evangelisasi tujuan katekese ialah menjadi tahap pengajaran dan pendewasaan, artinya: masa orang Kristen, sesudah dalam iman menerima pribadi Yesus sebagai satu-satunya Allah, dan sesudah menyerahkan diri utuh-utuh kepada-Nya melalui pertobatan hati yang jujur, berusaha makin mengenal Yesus, yang menjadi tumpuan kepercayaan: mengerti ‘misteri’-Nya, Kerajaan Allah yang diwartakan oleh-Nya, tuntutan-tuntutan maupun janji-janji yang tercantum dalam amanat Injil-Nya, dan jalan yang telah digariskan-Nya bagi siapapun yang ingin mengikuti-Nya” (Adisusanto 2000: 11).

Dalam hidup beriman kristiani, manusia menerima Yesus sebagai Allah.

Dengan pengakuan akan Yesus sebagai Allah, manusia secara mengimani dan

menyerahkan diri kepada-Nya dengan selalu berusaha semakin dekat dengan Dia.

Agar lebih mengenal Yesus, terlebih dahulu diperlukan rahmat Ilahi dan

pertolongan Roh Kudus, karena Dialah yang menyerahkan dan mengarahkan hati

mereka kepada Allah. Gereja sendiri selalu memperhatikan hidup beriman umat

termasuk hidup beriman siswa seminari. Iman yang mereka miliki bersifat bebas,

Page 65: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

46

tidak seorang pun di paksa melawan kemauan sendiri untuk beriman. Dalam

dokumen Gereja tertulis:

“Maka Gereja berusaha untuk memperdalam, memperkokoh, memupuk, dan membuat semakin matang iman mereka yang telah di sebut kaum beriman atau orang-orang yang percaya, agar supaya mereka menjadi semakin lebih beriman lagi” (EN 54).

Sangat jelas bahwa Gereja bertanggung jawab akan perkembangan iman

umat berimannya apalagi siswa seminari sebagai calon imam. Sebagai calon

imam, siswa seminari perlu di batu mengembangkan hidup beriman mereka guna

menempuh perjalanan panggilan, yang menuju kepada penyerahan diri seutuhnya

kepada Yesus dan Gereja dalam imamat untuk di utus menjadi gembala dan

pewarta. Selain itu para perlu membuka diri terhadap bimbingan rohani, karena

dengan kerelaan membuka diri menjadikannya yakin dan mampu mengenal

panggilan Allah yakni panggilan untuk makin berkembang menjadi putera Allah,

sehingga makin menyadari dan sanggup menjawab panggilan yakni menjadi imam

atau gembala.

b. Mendorong siswa seminari mengambil keputusan pribadi secara dewasa untuk

memasuki jenjang Seminari Tinggi

Siswa seminari adalah kaum muda yang merasa tertarik menjadi imam,

untuk itu mereka membutuhkan pengukuhan dan pengarahan dalam memantapkan

diri untuk menanggapi panggilan hidupnya. Perlulah mereka dibantu dalam

memelihara bibit-bibit panggilan yang sedang tumbuh dalam hati mereka,

sehingga bibit-bibit panggilan itu dapat tumbuh dan berkembang. Gereja sendiri

perlu senantiasa memelihara bibit-bibit panggilan yang ditaburkan di dalam hati

Page 66: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

47

kaum muda yang salah satunya melalui lembaga seminari menengah (Spektrum,

1995: 31).

Katekese adalah salah satu sarana untuk mewartakan Kabar Gembira, oleh

karena itu tujuan katekese berdasarkan PKKI II adalah:

• Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita sehari-hari

• Dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari

• Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup kristiani kita

• Pula kita makin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengkokohkan Gereja semesta

• Sehingga kita sanggup memberikan kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat (Setyakarjana, 1997: 72; bdk. Huber, 1981: 22-23).

Berangkat dari tujuan katekese, katekese diharapkan membantu siswa

seminari untuk semakin sadar dan semakin menghayati akan penyertaan Tuhan

dalam pengalaman hidup sehari-hari. Katekese sebagai pembinaan iman siswa

seminari menempatkan pengalaman religius atau pengalaman rohani yakni

pengalaman yang berhubungan langsung dan bersifat pribadi dengan Allah (

O’Collins, dkk, 1996: 243). Pengalaman religius atau pengalaman rohani yang

diolah siswa seminari yaitu pengalaman di mana siswa seminari merasakan

kehadiran dan penyertaan Tuhan dalam karya dan kehidupannya sehari-hari.

Pengalaman hidup itulah yang perlu diolah dalam katekese. Melalui katekese

siswa seminari diajak mengalami dan menyadari bahwa mereka masuk seminari

bukan semata-mata keinginan mereka sendiri, melainkan Tuhanlah yang

memanggil mereka.

Page 67: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

48

Dengan katekese diharapkan iman siswa seminari semakin mendalam,

mantap dan mereka mampu bertanggung jawab atas imannya sendiri. Dalam

memelihara bibit-bibit panggilan yang sedang tumbuh dalam hati para siswa, agar

semakin tumbuh dan berkembang, pentinglah dilakukan sebuah pembinaan. Salah

satu bentuk pembinaan pembinaan ke arah ini adalah katekese, karena katekese

memiliki keunggulan-keunggulan sebagai berikut:

• Katekese bersifat sistematis, terencana untuk mencapai tujuan

• Katekese dapat membangkitkan dan memperluas pengalaman iman

• Katekese dapat memperdalam pengalaman iman seseorang dengan

mengkomunikasikan pengalaman imannya dan mendapat masukan dari

pengalaman iman orang lain.

Diharapkan katekese dapat membantu para siwa mengolah imannya sampai

kepada keputusan pribadi (tindakan konkrit). Melalui katekese siswa akan dibantu

memperkembangkan benih-benih panggilan yang mereka miliki, yang akhirnya

bersamaan dengan perkembangan benih-benih panggilan itu, mereka mampu

mengambil sebuah keputusan secara dewasa, seperti murid-murid yang rela

meninggalkan semuanya (pekerjaan dan keluarganya) untuk mengikuti Yesus

(Mark 1: 16-20). Para murid mengambil keputusan untuk mengikuti Yesus tanpa

syarat. Sikap para murid itu bisa dijadikan teladan bagi para siswa seminari dalam

mengembangkan bibit-bibit panggilan yang sedang tumbuh dalam diri mereka.

Para seminaris juga perlu belajar dan meneladani Bunda Maria yang bersedia

mengandung dan melahirkan Yesus Kristus walau pun saat itu kondisinya tidak

semua semua serba jelas. Dengan sikap rendah hati Bunda Maria berkata

Page 68: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

49

“Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; terjadilah padaku seturut kehendak-Mu itu”

(Luk 1:38). Sikap seperti inilah yang perlu ada pada para calon imam, sehingga

mereka sendiri berani berkata seperti yang disanggupkan oleh Bunda Maria.

Katekese ini akan dijadikan media bagi pengembangan bibit-bibit panggilan

para seminaris sehingga mereka terdorong dan berani mengambil keputusan

secara pribadi untuk melanjutkan pendidikan ke jengang seminari tinggi, karena

bukan pembina seminari, imam, keluarga, dan teman-temannya yang menentukan

pilihan hidupnya melainkan dirinya sendiri yang menentukan pilihan atas

bimbingan Roh Kudus, dalam menjawab sapaan Allah, yang memanggilnya untuk

mengikuti Dia sebagai imam atau gembala yang meneguhkan iman umat dan yang

mewartakan Sabda Tuhan.

Page 69: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

BAB III

PEMBINAAN IMAN SISWA KELAS III SEMINARI MENENGAH

ST. PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN BARAT

A. Gambaran Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop

1. Letak Geografis Persekolahan Katolik Nyarumkop

Seminari menengah St. Paulus didirikan di sebuah desa yang tidak terlalu

jauh dari kota Singkawang. Desa itu adalah desa Nyarunkop, oleh karena di sebut

Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop. Seminari menengah ini dinaungi

sebuah yayasan yang bernama PERUM yaitu Perguruan untuk Masyarakat.

Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop juga berada di lingkup Persekolahan

Katolik Nyarumkop yang mana Persekolahan Katolik Nyarumkop mencakupi

beberapa sekolah katolik dan asrama-asrama.

Asrama disediakan untuk para siswa-siswi yang berasal dari daerah-daerah

yang jauh, karena yang belajar di persekolahan katolik Nyarumkop bukan berasal

dari daerah sekitar Nyarumkop saja, akan tetapi kebanyakan berasal dari berbagai

daerah di Kalimantan Barat. Kebanyakan siswa-siswi yang menuntut ilmu di

Persekolahan Katolik Nyarumkop atas dorongan orang tua mereka yang pernah

mengikuti pendidikan di Nyarumkop dan semenjak Persekolahan Katolik

Nyarumkop berdiri, persekolahan ini dapat meraih prestasi yang sangat

membanggakan dan mengharumkan, sehingga Persekolahan Katolik Nyarumkop

memiliki nama besar dalam blantika pendidikan di Kalimantan Barat.

Kompleks Persekolahan Katolik Nyarumkop terletak persis di bawah

gunung Poteng, keadaan alamnya masih alami dan jauh dari keramaian, sehingga

Page 70: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

51

sangat mendukung para siswa yang belajar di sana, keadaannya terasa tenang dan

nyaman untuk menikmati proses belajar mengajar [Lamp. 1: (2)].

2. Situasi Siswa Seminari St. Paulus Nyarumkop

Siswa yang masuk ke Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop berasal

dari berbagai daerah yang ada di Kalimantan Barat sebagai berikut: Kapuas Hulu,

Sintang, Ketapang, Pontianak, Sanggau Kapuas, Landak, Sambas, dan

Bengkayang. Mereka datang dari berbagai daerah dengan maksud dan tujuan

mengembangkan bibit-bibit panggilan untuk menjadi pastor/imam, namun ada

juga yang karena dorongan dari pihak keluarga.

Dalam menjalani kehidupan di seminari, tentu para siswa membutuhkan

waktu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan atau komunitas seminari, juga

dengan teman-teman yang masuk seminari, karena mereka yang masuk ke

seminari berasal dari latar belakang keluarga, daerah, dan pribadi yang berbeda-

beda, sehingga beberapa siswa yang rencana awalnya masuk seminari untuk

mengembangkan bibit-bibit panggilan hidupnya untuk menjadi imam namun

setelah melalui penyesuaian dalam komunitas seminari, merasa kurang mampu

menyesuaikan diri, sehingga dia akhirnya mengambil inisiatif untuk pindah atau

keluar dari komunitas seminari.

3. Tenaga Pembina Seminari

Tenaga pembina di Asrama Seminari St. Paulus Nyarumkop ada 3 orang

yaitu 2 orang pastor dan 1 orang tenaga awam. Tugas mereka adalah mengawas

dan mendampingi para siswa seminari, akan tepapi 2 pastor yang bertugas sebagai

pembina di seminari, juga merangkap tugasnya di paroki Nyarumkop. Waktu 2

Page 71: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

52

pastor ini habis untuk mengadakan kunjungan ke kampung-kampung di wilayah

paroki Nyarumkop, sehingga waktu mereka untuk mendampingi para siswa sangat

kurang. Singkatnya semua kegiatan-kegiatan termasuk pembinaan bagi para siswa

seminari berjalan hanya di dampingi oleh 1 tenaga awam, akan tetapi waktunya

juga habis bersama keluarganya di rumah.

Kegiatan-kegiatan dan pembinaan bagi siswa seminari berjalan apa adanya.

Para siswa karena tidak adanya pembina yang mengawasi atau mendampingi

dengan semaunya, melaksanakan kegiatan-kegiatan terjadual dan mengikuti

pembinaan yang ada atau sama sekali tidak melaksanakan kegiatan yang terjadual

tersebut.

4. Jadual Kegiatan-kegiatan dan Pembinaan

Pembina seminari sudah membuat jadual kegiatan harian dan pembinaan

untuk para siswa. Para siswa wajib melaksanakan juga mengikuti kegiatan harian

dan pembinaan yang sudah diupayakan pembina untuk mereka.

a. Jadual kegiatan harian siswa di asrama seminari

Jadual harian merupakan pengaturan kegiatan-kegiatan harian para siswa

seminari. Jadual Harian memperlihatkan gambaran rangkaian kegiatan yang

dijalankan oleh para siswa seminari setiap harinya. Jadual ini menjadi sangat

penting bagi terwujudnya penyelenggaraan hidup bersama dalam komunitas

seminari. Melalui jadual, para siswa seminari secara tidak langsung dibantu,

diarahkan dan didampingi ke arah tercapainya perkembangan kepribadian, yang

mana melalui kegiatan-kegiatan tersebut mereka diharapkan dapat menghargai

Page 72: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

53

waktu. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang sudah diatur dalam jadual para siswa

kurang di kontrol oleh pembina [Lam. 2: (3)].

b. Program pembinaan di asrama seminari

Dalam memperkembangkan hidup beriman dan panggilan para siswa

seminari, pembina membuat program pembinaan. Program pembinaan ini dibuat

agar pembinaan untuk siswa tidak menganggu kegiatan belajar mengajar mereka

di sekolah. Program pembinaan ini, dilaksanakan 1 tahun 1 kali saja. Pelaksanaan

pembinaan, pembina seminari bekerja dengan tim Komkat Keuskupan Agung

Pontianak. Tim Komkatlah yang mengolah tema, tujuan tema, judul pertemuan,

tujuan pertemuan, materi, metode, sarana, dan sumber bahan, bagi pembinaan

tahunan siswa seminari. Adapun bentuk-bentuk pembinaan yang ada dalam

program pembinaan bagi siswa seminari adalah: retret dan rekoleksi [Lamp. 3: (6

)].

Para siswa seminari juga dilatih keterampilan dalam melayani umat, maka

pada saat kelas III para siswa melakukan turne ke kampung-kampung untuk

melayani umat untuk memimpin ibadat sabda. Dalam kegiatan kunjungan atau

turne, pembina seminari bekerja sama dengan pihak paroki. Dalam melakukan

kunjungan atau turne, para siswa seminari berangkat hari Sabtu sore dan Minggu

sore baru pulang ke seminari, jadi para siswa harus menginap di rumah umat

setiap kali mereka melakukan kunjungan atau turne [Lamp. 3:(6)].

Page 73: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

54

B. Penelitian Pembinaan Iman bagi Siswa Kelas III Seminari Menengah St.

Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat

Untuk mengungkapkan situasi pembinaan iman di Seminari Menengah St.

Paulus Nyarumkop diadakan penelitian.

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah untuk memaparkan:

a. Usaha asrama Seminari Menengah Nyarumkop dalam mengusahakan

pembinaan iman bagi siswa seminari khususnya siswa kelas III

b. Bentuk-bentuk pembinaan iman yang dilaksanakan bagi para siswa seminari

menengah Nyarumkop khususnya siswa kelas III

c. Masukan untuk katekese yang bisa mendukung pembinaan iman siswa

seminari menengah Nyarumkop khususnya siswa kelas III secara memadai

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Bertolak dari judul skripsi yang sedang dibahas, maka penelitian akan

dilaksanakan di Asrama Seminari Menengah St, Paulus Nyarumkop Kalimantan

Barat. Penelitian dilaksanakan pertengahan bulan Januari 2007. Hal ini

dikarenakan siswa seminari menengah sudah masuk sekolah setelah liburan Natal.

Selain itu pada pertengahan bulan Januari 2007 penulis punya waktu untuk

mengadakan penelitian.

3. Metode Penelitian

Metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah metode survai

untuk mengumpulkan banyak data dan informasi secara meluas. Menurut

Page 74: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

55

Suharsimi Arikunto (1998: 91-92), survai merupakan cara mengumpulkan data

dari sejumlah unit atau individu dalam waktu atau jangka waktu bersamaan.

Survai tidak hanya untuk mengetahui status gejala yang terjadi, akan tetapi juga

untuk menemukan kesamaan status dan membandingkannya dengan apa yang

sudah dipilih atau ditentukan. Survai dilakukan untuk penyelidikan dengan gerak

kearah meluas dan merata, karena mampu membenarkan keadaan sample yang

diselidiki.

4. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian penulis menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan

data. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaaan tertulis yang digunakan untuk

mengetahui informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau

hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 1998: 140). Selain itu penggunaan

kuesioner sebagai metode penelitian, karena metode kuesioner mampu

mengungkapkan persoalan cukup mendalam (Sutrisno Hadi, 1974: 185). Metode

kuesioner dibagi menjadi dua jenis yaitu kuesioner terbuka dan kuesioner tetutup.

Kuesioner terbuka adalah memberikan kesempatan kepada responden untuk

menjawab pertanyaan yang diajukan dengan kalimatnya sendiri. Sedangkan

kuesioner tertutup adalah kuesioner yang daftar pertanyaannya yang diajukan

kepada responden sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal

memilih (Suharsimi Arikunto 1998: 141). Melihat kedua kusioner di atas maka

dalam penelitian penulis menggunakan kedua jenis kuesioner yaitu kuesioner

terbuka dan tertutup, di mana penulis memuat daftar pertanyaan berupa pilihan

Page 75: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

56

(responden tinggal memilih jawaban) dan isian singkat. Penyebaran kuesioner itu

sendiri akan ditujukan bagi siswa kelas III seminari menengah.

5. Responden Penelitian

Jumlah keseluruhan siswa seminari menengah adalah 160 siswa. Dan

pengambilan sampelnya dilakukan dengan purposive sample atau sampel

bertujuan. Purposive sampel atau sampel bertujuan adalah pengambilan subyek

penelitian bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas

adanya tujuan tertentu, (Suharsimi, 1998: 127). Dari keseluruhan jumlah siswa

seminari menengah, penulis hanya mengambil 49 responden dari 160 siswa yaitu

seluruh siswa kelas III untuk dijadikan responden penelitian.. Alasan penulis

memilih kelas III untuk dijadikan responden penelitian karena penulis melihat

siswa kelas III akan menyelesaikan pendidikannya di seminari menengah dan

akan menentukan pilihan mereka untuk melanjutkan pendidikan atas pilihan

pribadinya.

6. Variabel Penelitian

Variabel merupakan segala sesuatu atau hal-hal yang menjadi obeyek

penelitian (Suharsimi Arikunto, 1998: 12). Menurut Sutrisno Hadi (1974: 224),

variabel merupakan suatu gejala atau peristiwa yang bervariasi menurut jenis dan

tingkatnya. Gejala itulah yang menjadi obyek penelitian. Dengan demikian

variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian. Untuk itu variabel yang akan diungkapkan dalam penelitian

Page 76: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

57

berhubungan dengan pola pembinaan iman bagi siswa seminari menengah

khususnya kelas III yaitu:

a. Identitas responden

b. Upaya pembinaan iman untuk siswa seminari

c. Bentuk-bentuk pembinaan iman

d. Pandangan mengenai pelaksanaan katekese

Tabel 1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang akan diungkapkan tertera dalam table berikut:

No Variabel No Soal Jumlah

1 Identitas responden 1 s/d 4 4

2 Upaya pembinaan untuk bagi siswa seminari 5 s/d 8 4

3 Bentuk-bentuk pembinaan iman 9 s/d 15 7

4 Pandangan mengenai pelaksanaan katekese 16 s/d 20 5

Jumlah 20

7. Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan dibahas laporan hasil penelitian yang dilaksanakan di

seminari menengah St. Paulus Nyarumkop. Jumlah kuesioner yang penulis

sebarkan adalah 50 kuesioner, dari jumlah tersebut 49 orang mengembalikan

kuesioner atau 98% dari kuesioner yang disebarkan. Laporan penelitian disajikan

sesuai menurut urutan variabel penelitian yang tertera dalam Tabel. 1 yang terdiri

dari: identitas responden, upaya pembinaan iman bagi siswa seminari, bentuk-

bentuk pembinaan iman, dan pandangan mengenai pelaksanaan katekese.

Page 77: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

58

a. Identitas responden

Pada tabel dibawah ini dipaparkan identitas responden penelitian yang

meliputi nama, umur, asal daerah, motivasi masuk seminari, yang terungkap

dalam tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Identitas Responden (N=49)

No soal

Pernyataan Alternatif jawaban Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5) 3

Asal daerah / kabupaten

a. Kapuas Hulu b. Sintang c. Ketapang d. Sambas e. Pontianak f. Landak g. Bengkayang h. Sanggau

8 4 3 11 2 8 9 4

16,3 8,16 6,12 22,4 4,08 16,3 18,3 8,16

4

Motivasi masuk seminari

a. Ingin menjadi pastor/imam b. Memupuk panggilan c. Kehendak orang tua

5 41 3

10,2 83,6 6,12

Dalam Tabel 2 dapat dilihat bahwa siswa yang masuk ke Seminari

Menengah St. Paulus Nyarumkop berasal dari berbagai daerah, kabupaten, dan

keuskupan. Dari 49 responden, responden yang paling banyak masuk ke Seminari

Menengah St. Paulus Nyarumkop berasal dari Sambas (22,4%), dan responden

yang paling sedikit masuk ke seminari ini adalah dari Pontianak (4,08%). Dan

banyak responden masuk ke Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop dengan

motivasi ingin memupuk panggilan (83,6%).

Page 78: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

59

b. Upaya pembinaan iman siswa seminari

Pada bagian ini penulis akan memaparkan hasil penelitian dari variabel

upaya pembinaan iman untuk siswa seminari, yang terungkap dalam tabel 3

sebagai berikut:

Tabel 3. Upaya pembinaan iman untuk siswa seminari (N=49)

No soal

pernyataan Jawaban alternatif Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5) 5

Pihak seminari sudah mengupayakan pembinaan yang efektif

a. Sudah diupayakan b. Belum diupayakan c. Tidak tahu d. Lain-lain

39 2 0 8

79,5 4,08 0 16,3

6

Pembinaan iman yang diupayakan dilaksanakan

a. Dilaksanakan pagi dan

malam hari b. Dilaksanakan

seminggu 3 kali c. Dilaksanakan

seminggu sekali d. Lain-lain

10 9 21 9

20,4 18,3 42,8 18,3

7

Sikap terhadap pembinaan iman yang sudah ada

a. Mengikuti pembinaan

iman yang diupayakan pihak seminari karena sebagai calon imam

b. Melaksanakan pembinaan iman tergantung kesadaran hati

c. Melaksanakan pembinaan terpaksa karena peraturan yang ada

d. Lain-lain

28 11 10 0

57,1 22,4 20,4 0

Page 79: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

60

(1) (2) (3) (4) (5) 8

Perasaan terhadap pembinaan iman yang diupayakan

a. Senang b. Biasa-biasa saja c. Bingung d. Tidak tahu

35 6 0 8

71,4 12,2 0 16,3

Hasil penelitian tentang upaya pembinaan iman bagi siswa seminari yang

tertera pada Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 49 responden, banyak responden

menyatakan bahwa pihak seminari sudah mengupayakan pembinaan yang efektif

(79,5%). Dan sedikit responden yang menyatakan bahwa pembinaan iman bagi

siswa seminari belum diupayakan (4,08%). 21 responden mengatakan bahwa

pembinaan iman dilaksanakan seminggu 1 kali (42,8%). 28 responden

menyatakan mereka mengikuti pembinaan iman yang diupayakan karena merasa

diri sebagai calon imam ( 57,1%). Banyak responden merasa senang terhadap

pembinaan yang diupayakan oleh pihak seminari (71,4%),dan sedikit responden

memiliki perasaan biasa-biasa saja (12,2%).

c. Bentuk-bentuk pembinaan iman

Bagian ini penulis akan menguraikan hasil penelitian dari variabel tentang

bentuk-bentuk pembinaan yang diupayakan bagi pembinaan iman siswa seminari,

yang terungkap dalam tabel 4.

Tabel 4. Bentuk-bentuk pembinaan (N=49)

No Soal

Pernyataan Jawaban alternatif Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5) 9

Bentuk pembinaan iman yang diupayakan pihak

a. Retret b. Rekoleksi

25 15

51,0230,6

Page 80: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

61

(1) (2) (3) (4) (5) Seminari c. Katekese/pembinaan

iman d. Lain-lain

9 0

18,3 0

10

Bentuk pembinaan yang sering dilaksanakan

a. Retret b. Rekoleksi c. Katekese/pembinaan

iman d. Lain-lain

5 17 27 0

10,2 34,6 55,1 0

11

Pembinaan iman yang sering diikuti

a. Selalu mengikuti b. Sering mengikuti c. Kadang-kadang

mengikuti d. Tidak pernah

mengikuti

41 7 1 0

83,6 14,2 2,04 0

12

Pembinaan iman membantu memperkembangkan hidup rohani

a. Sangat membantu b. Membantu c. Tidak membantu d. Tidak tahu

20 15 4 10

40,8 30,6 8,16 20,4

13

Pernah mengalami kesulitan dalam mengikuti bentuk pembinaan iman

a. Pernah b. Kadang-kadang c. Tidak pernah d. Tidak tahu

29 8 5 7

59,1 16,3 10,2 14,2

14

Kesulitan macam apa yang dialami dalam mengikuti bentuk pembinaan yang diupayakan.

a. Pembinaan iman tidak

terorganisir b. Pembinaan iman

terlalu monoton c. Masalah pribadi d. Lain-lain

39 5 5 0

79,5 10,2 10,2 0

15

Usaha untuk mengatasi kesulitan yang ada

a. Ya sudah b. Tidak, c. Masih dalam rencana d. Tidak tahu

45 0 5 0

91,8 0 10,2 0

Page 81: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

62

Tabel 4. menunjukkan bahwa dari 49 responden, 25 responden mengatakan

bahwa bentuk pembinaan adalah retret (51,02%), akan tetapi banyak responden

mengatakan bentuk pembinaan iman yang sering dilaksanakan adalah

katekese/pembinaan iman (55,1%) dan sedikit responden mengatakan retret

(10,2%). Banyak responden yang selalu mengikuti pembinaan iman (83,6%), dan

1 responden mengatakan kadang-kadang mengikuti (2,04%). 20 responden merasa

pembinaan sangat membantu memperkembangkan hidup rohani (40,8%), dan

sedikit responden yang mengatakan tidak membantu (8,16%). Cukup banyak juga

responden pernah mengalami kesulitan dalam mengikuti pembinaan iman (59,1%)

Dan yang mengatakan kesulitan mengikuti pembinaan iman karena pembinaan

imannya tidak terorganisir ( 79,5%). Dari kesulitan yang dialami masing-masing,

banyak responden sudah berusaha untuk mengatasinya (91,8%).

d. Pandangan mengenai katekese

Pada bagian ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian tentang

pandangan mengenai katekese yang terungkap dalam tabel 5 berikut:

Tabel 5. Pandangan mengenai katekese (N=49)

No soal

Pernyataan Alternatif jawaban jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5) 16

Di Seminari Nyarumkop dilaksanakan katekese

a. Dilaksanakan secara rutin

setiap seminggu sekali b. Kadang-kadang

dilaksanakan c. Tidak pernah

dilaksanakan d. Lain-lain

28 21 0 0

57,1 42,8 0 0

Page 82: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

63

(1) (2) (3) (4) (5) 17

Mengikuti kegiatan katekese

a. Selalu mengikuti b. Kadang-kadang

mengikuti c. Tidak d. Lain-lain

33 16 0 0

67,332,6 0 0

18

Peranaan terhadap pelaksanaan katekese

a. Senang sekali b. Biasa-biasa saja c. Bingung d. Tidak tahu

42 7 0 0

85,714,20 0

19

Katekese membantu memperkembangkan hidup rohani

a. Sangat membantu b. Bingung c. Tidak membantu d. Tidak tahu

47 2 0 0

95,94,080 0

Tabel 5. menunjukkan bahwa dari 49 responden, 28 responden mengatakan

kegiatan katekese dilaksanakan secara rutin seminggu sekali (57,1%), dan 21

responden mengatakan kegiatan katekese kadang-kadang dilaksanakan (42,8%).

33 responden selalu mengikuti kegiatan katekese (67,3%), dan 16 responden

kadang-kadang mengikuti kegiatan katekese yang dilaksanakan (32,6%). 42

responden merasa senang sekali dengan kegiatan katekese (85,7%), dan 7

responden merasa biasa-biasa saja dengan kegiatan katekese (14,2%). 47

responden merasa kegiatan katekese sangat membantu perkembangan hidup rihani

(95,9%), dan 2 responden merasa bingung (4,08%).

e. Usulan dan saran terhadap pelaksanaan katekese

Bagian ini akan menguraikan hasil penelitian yakni harapan atau usulan

terhadp pelaksanaan katekese yang terungkap dalam tabel 6.

Page 83: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

64

Tabel 6. Usulan/saran (N=49)

No soal

Pernyataan Alternatif jawaban Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5) 20

Usulan dan saran terhadap katekese

a. Pertemuan katekese

harus menarik b. Pertemuan katekese

harus di pemandu oleh pembina

c. Pertemuan katekese perlu menggunakan media pendukung

12 16 10

24,4 32,6 20,4

Tabel 6 menunjukkan bahwa, dari 49 responden yang mengusulkan bahwa

pertemuan katekese harus di buat menarik (24,4%), pertemuan katekese harus di

pandu oleh pembina (32,6%), dan pertemuan harus menggunakan media

pendukung (20,4%).

8. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang meliputi identitas responden, upaya

pembinaan iman bagi siswa seminari, bentuk-bentuk pembinaan, pandangan

mengenai katekese, harapan atau usulan terhadap pelaksanaan katekese, maka

diadakan pembahasan tentang hasil penelitian guna mengetahui fakta yang terjadi

mengenai pembinaan di seminari. Pembahasan hasil penelitian adalah sebagai

berikut:

a. Identitas responden

Tabel. 2 menyatakan bahwa responden penelitian berasal dari beberapa

daerah, keuskupan, dan kabupaten di Kalimantan Barat. Dari hasil penelitian

responden yang palin banyak masuk ke seminari adalah dari Sambas (22,4%), dan

Page 84: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

65

yang paling sedikit dari Pontianak (4,08%). Sementara dari Bengkayang (18,3%),

Kapuas Hulu (16,3%), Sintang (8,16%), Landak (16,3%), Sanggau Kapuas

(8,16%), dan dari Ketapang (6,12%). Dapat dilihat dan dibandingkan dengan

kabupaten lain, responden yang paling sedikit masuk ke seminari adalah dari

Kabupaten Pontianak (4,08%), dan kemungkinan minimnya minat siswa dari

Kabupaten Pontianak untuk masuk ke seminari, karena di Pontianak banyak

sekolah-sekolah Katolik dan sekolah Negeri. Responden masuk ke seminari

dengan alasan yang berbeda, tetapi kebanyakan responden masuk ke seminari

untuk memupuk panggilan (83,6%), dan ada juga responden yang masuk ke

seminari atas keinginan atau dorongan dari orang tua (6,12%). Banyaknya

responden yang masuk ke seminari untuk memupuk panggilan dan kemungkinan

mereka sungguh-sungguh memiliki harapan yang mulia untuk menjadi imam atau

gembala.

b. Upaya pembinaan iman siswa seminari

Berdasarkan Tabel. 3, banyak responden mengatakan bahwa pihak seminari

sudah mengupayakan pembinaan iman (79,5%), dan sedikit yang mengatakan

pembinaan iman itu belum diupayakan (4,08%). Melihat sedikitnya responden

yang megatakan pembinaan iman belum diupayakan, kemungkinan mereka tidak

pernah mengikuti pembinaan iman yang dilaksanakan. Cukup banyak responden

mengatakan pembinaan iman dilaksanakan seminggu 1 kali (42,8%), dan ada

beberapa responden yang menjawab lain-lain (18,3%), dan kemungkinan

beberapa responden yang menjawab lain-lain dikarenakan kurang mengikuti

pembinaan iman. Dari 49 responden, banyak responden yang berkomentar bahwa

Page 85: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

66

mengikuti pembinaan iman karena merasa diri sebagai calon imam (57,1%), akan

tetapi tidak sedikit responden yang mengikuti pembinaan iman karena peraturan

yang ada(20,4%). Responden yang mengikuti pembinaan karena peraturan,

dimungkinkan mereka ini mengikutinya karena ada perasaan takut di hukum atau

diberi sanksi oleh pembina.

Banyak juga responden merasa senang dengan pembinaan iman yang

diupayakan (71,4%), tetapi ada beberapa responden yang memiliki sikap biasa-

biasa saja (12,2%). Responden yang memiliki sikap biasa-biasa saja

dimungkinkan mereka kurang sunguh-sungguh mengikuti pembinaan iman yang

diupayakan dan dilaksanakan.

c. Bentuk-bentuk pembinaan iman

Berdasarkan Tabel. 4, banyak responden mengatakan bentuk pembinaan

yang diupayakan oleh pihak seminari adalah retret (51,2%), yang mengatakan

rekoleksi (30,6%), dan sedikit responden yang mengatakan katekese/pembinaan

iman (18,3%), tetapi banyak responden yang menjawab bentuk pembinaan yang

sering dilaksanakan adalah katekese/pembinaan iman (55,1%), rekoleksi (36,4%),

dan sebaliknya yang menjawab retret malah sedikit (10,2%), hal tersebut

dimungkinkan bahwa pembinaan iman dalam bentuk retret kurang dilaksanakan.

Dari Tabel. 4, banyak responden yang menjawab selalu mengikuti

pembinaan iman yang dilaksanakan (83,6%), dan ada beberapa responden yang

menjawab kadang-kadang mengikuti (2,04%), dan kemungkinan beberapa

responden ini memang kurang suka dengan pembinaan iman yang dilaksanakan.

Dari pembinaan yang ikuti, banyak responden mengatakan pembinaan iman yang

Page 86: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

67

diikuti sangat membantu perkembangan hidup rohani (40,8%), tetapi ada juga

responden yang mengatakan pembinaan iman tidak membantu (8,16%), ini

mungkin disebabkan mereka kurang sungguh dalam mengikuti pembinaan iman

yang dilaksanakan.. Dalam mengikuti pembinaan iman, banyak juga responden

yang mengatakan pernah mengalami kesulitan (59,1%), ada sedikit responden

yang mengatakan tidak pernah mengalami kesulitan dalam mengikuti pembinaan

iman (10,2%). Banyaknya responden yang mengatakan pernah mengalami

kesulitan dikarenakan pembinaan iman tidak terorganisir (79,5%), akan tetapi

banyak responden yang sudah berusaha mengatasinya (91,8%), walau ada

beberapa responden yang masih dalam rencana saja (10,2%).

d. Pandangan mengenai katekese

Berdasarkan Tabel. 5, cukup banyak responden yang mengatakan

pelaksanaan katekese/pembinaan iman dilaksanakan secara rutin seminggu 1 kali

pertemuan (57,1%), dan cukup banyak pula responden yang mengatakan

katekese/pembinaan iman kadang-kadang dilaksanakan (42,8%). Berkaitan

dengan pelaksanaan katekese diatas kemungkinan jawaban responden yang

mengatakan pelaksanaannya rutin dilaksanakan seminggu 1 kali dan kadang-

kadang dilaksanakan, kedua-duanya ada benarnya, karena dilihat dari jumlahnya,

responden yang menjawab kedua-duanya tidak jauh beda. Banyak responden yang

menjawab selalu mengikuti katekese/pembinaan iman yang dilaksanakan (67,3%),

sehingga banyak responden merasa senang sekali dengan pelaksanaan

katekese/pembinaan iman (85,7%), tetapi ada beberapa responden merasa biasa-

biasa saja dengan pelaksanaan katekese/pembinaan iman (14,2%). Banyaknya

Page 87: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

68

responden yang menjawab senang dengan pelaksanaan katekese/pembinaan iman

karena banyak responden menjawab kalau mereka merasa katekese/pembinaan

iman sangat membantu memperkembangkan hidup rohani mereka(95,9%), walau

ada beberapa responden yang masih bingung (4,08%).

e. Usulan dan saran

Tabel 6 menunjukkan bahwa, dari 49 responden yang mengusulkan bahwa

pertemuan katekese harus menarik (24,4%), pertemuan katekese harus di pandu

oleh pembina (32,6%), dan pertemuan harus menggunakan media pendukung

(20,4%). Melihat hal itu, maka harapan responden penelitian adalah bagai mana

pertemuan katekese yang dilaksanakan harus di buat semenarik mungkin oleh

pembina atau fasilitator dengan menggunakan media-media pendukung agar

proses katekese mampu membawa mereka pada komunikasi iman yang saling

meneguhkan satu dengan yang lain.

9. Rangkuman Hasil Penelitian

Tabel. 2 menyatakan bahwa responden berasal dari berbagai daerah,

kabupaten, keuskupan, akan tetapi responden yang paling banyak berasal dari

kabupaten Sambas (22,4%), Kapuas Hulu (16,3%), kabupaten Sintang (8,16%),

kabupaten Ketapang (6,12%), kabupaten Landak (16,3%), kabupaten

Bengkayang (18,3%), dan kabupaten Sanggau Kapuas (8,16%), dan responden

yang paling sedikit berasal dari kabupaten Pontianak (4,08%). Dan banyak

responden masuk seminari untuk memupuk panggilan (83,6%), motivasi ingin

menjadi pastor/iman (10,2%), dan sedikit responden masuk seminari atas

Page 88: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

69

kehendak orang tua (6,12%). Dari hasil penelitian menurut Tabel. 3, untuk

memperkembangkan bibit-bibit para seminaris, pihak seminari sudah

mengupayakan pembinaan iman (79,5%). Pembinaan yang diupayakan

dilaksanakan seminggu 1 kali pertemuan (42,8%), dan merasa senang dengan

pembinaan yang diupayakan (71,4%), sehingga banyak mereka mengikuti

pembinaan yang diupayakan oleh pihak seminari karena merasa diri sebagai calon

imam (57,1%).

Dari hasil penelitian menurut Tabel. 4, dikatakan bahwa bentuk pembinaan

yang diupayakan oleh pihak seminari adalah retret (51,2%), mengatakan rekoleksi

(30,6%), dan katekese/pembinaan iman (18,3%). Akan tetapi banyak responden

mengatakan bentuk pembinaan yang sering dilaksanakan adalah

katekese/pembinaan iman (55,1%), walaupun ada sebagian responden mengatakan

rekoleksi (36,4%), dan retret (10,2%). Dari pelaksanaan bentuk pembinaan, yang

selalu mengikuti pembinaan iman (83,6%), dan sering mengikuti (14,2%).

Dengan selalu mengikuti pembinaan, banyak dari mereka mengatakan pembinaan

iman sangat membantu perkembangan hidup rohani (40,8%), walau pun

demikian ada responden yang menyatakan bahwa pembinaan iman tidak

membantu (8,16%). Dalam melakukan pembinaan iman ada responden

mengatakan pernah mengalami kesulitan (59,1%), dan ada juga kadang-kadang

mengalami kesulitan (16,3%). Akan tetapi ada responden yang menyatakan yang

tidak pernah mengalami kesulitan dalam melakukan pembinaan iman (10,2%).

Dari hasil penelitian dapat dikatakan responden mengalami kesulitan dikarenakan

pembinaan iman tidak terorganisir (79,5%), ada juga dikarenakan pembinaan

Page 89: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

70

iman terlalu monoton (10,2%), dan ada masalah pribadi (10,2%). Akan tetapi

banyak responden yang sudah berusaha mengatasinya (91,8%), walaupun ada

responden yang menyatakan bahwa masih dalam rencana untuk mengatasi

kesulitan itu (10,2%).

Dalam Tabel. 5 menunjukkan bahwa sebagian responden menyatakan

pelaksanaan katekese/pembinaan iman dilaksanakan secara rutin seminggu 1 kali

pertemuan (57,1%), walau banyak juga responden yang berkomentar bahwa

katekese/pembinaan iman kadang-kadang dilaksanakan (42,8%). Banyak

responden yang menyatakan bahwa mereka selalu mengikuti kegiatan

katekese/pembinaan iman yang dilaksanakan (67,3%), dan ada juga responden

yang mengatakan kadang-kadang mengikuti katekese/pembinaan iman (32,6%).

Dan dalam pelaksanaan katekese/pembinaan iman, banyak responden yang

mengayatakan perasaan senang (85,7%), akan tetapi ada juga responden yang

bersikap biasa-biasa saja dengan pelaksanaan katekese/pembinaan iman (14,2%).

Dari hasil penelitian banyak responden beranggapan bahwa katekese/pembinaan

iman sangat membantu memperkembangkan hidup rohani (95,9%), dan ada juga

yang masih bingung apakah katekese/pembinaan iman itu membantu

memperkembangkan hidup rohani (4,08%).

Dari Tabel. 6 menyatakan demi kelanjutan pembinaan iman bagi siswa

seminari menengah responden yang mengusulkan bahwa pertemuan katekese di

masa yang akan datang harus di buat menarik (24,4%), juga pertemuan katekese

harus di pandu oleh pembina seminari (32,6%), dan ada juga responden yang

mengusulkan pertemuan harus menggunakan media pendukung (20,4%).

Page 90: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

BAB IV

USULAN PROGRAM KATEKESE DALAM RANGKA

MEMPERSIAPKAN PARA SISWA KELAS III SEMINARI MENENGAH

ST. PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN BARAT

A. Usulan Program Katekese Dalam Pembinaan Iman Siswa Kelas III

Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop

Bertolak dari hasil penelitian yang dilaksanakan di Seminari Menengah St.

Paulus Nyarumkop dan melihat permasalahan dan beberapa usulan dari responden

yang diteliti, maka penulis mengusulkan program pembinaan yang sekiranya

bermanfaat bagi pembinaan iman di Seminari Menengah Nyarumkop sekaligus

menjawab permasalahan-permasalahan yang diungkapkan oleh responden.

Program pembinaan iman ini sebatas usulan berdasarkan hasil penilitian,

dalam arti program ini belum praktekkan dilapangan. Program pembinaan iman

ini akan menjadi tujuan kegiatan, yang didalamnya terdapat tema, tujuan tema,

judul pertemuan, tujuan pertemuan, materi, metode, sarana, sumber bahan, dan

satuan persiapan pembinaan berkatekese.

1. Pengertian Program

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia program diartikan sebagai suatu

rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha yang akan dijalankan,

(Poerwadarminto, 1961:771). Dari istilah program menurut kamus besar diatas

menunjukkan sejumlah tawaran kegiatan termasuk pendampingan dan pembinaan.

Page 91: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

72

Program adalah prosedur yang dijadikan landasan untuk menentukan isi dan

urutan acara yang dilaksanakan (Mangunharjana, 1986: 16). Untuk itu program

dapat diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang disusun guna mencapai

tujuan yang didalamnya terdapat tema, tujuan tema, judul pertemuan, tujuan

pertemuan, materi, metode, sarana dan sumber bahan. Pengertian ini

mengandaikan bahwa penyusunan program dilakukan secara sistematis dan

berkesinambungan untuk membantu mengembangkan peserta yan dibina.

Program ini tersusun secara matang guna mempermudah proses pelaksanaan

program itu sendiri bagi mereka yang akan dibina. Hubungan program ini dengan

skrispsi ini penulis mengartikan bahwa program adalah sebuah rancangan atau

usulan kegiatan yang tersusun secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga

harapannya dapat membantu pembinaan iman bagi siswa seminari menengah St

Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat.

2. Pemikiran Dasar

a. Latar Belakang

Sering kali pendampingan dan pembinaan yang disiapkan tidak sesuai

dengan permasalahan yang di alami oleh peserta bina. Sehingga pendampingan

dan pembinaan yang diadakan bagi mereka tidak menjawab apa yang menjadi

kebutuhan peserta bina. Hal itu terjadi karena pendamping atau pembina kurang

tanggap dengan situasi yang ada. Selain itu pendamping atau pembina

mengadakan pendampingan dan pembinaan kurang memperhatikan perumusan

program pendampingan sehingga proses pendampingan dan pembinaan tidak

Page 92: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

73

mencapai apa yang menjadi target atau tujuan. Perumusan program pembinaan

katekese bagi para siswa Seminari Menengah St Paulus Nyarumkop sebagai

tindak lanjut dan bentuk konkrit dari pelaksanaan hasil penelitian yang

dilaksanakan di Asrama Seminari Menengah ini. Perumusan program katekese ini

merupakan rencana kegiatan pembinaan berkatekese bagi siswa seminari, agar

kegiatan berkatekesenya memiliki arah dan tujuan yang jelas.

Program katekese bagi siswa seminari ini, dirumuskan dalam rangka

menjawab kebutuhan para siswa seminari dalam rangka mengembangkan iman

dan menjawab panggilan Allah atas dirinya. Usulan program katekese ini

menggunakan metode Shared Christian praxis (SCP) karena melalui metode

Shared Christian Praxis (SCP) diharapkan peserta dapat dan mampu

mengungkapkan, menggali, dan menafsirkan pengalaman hidup mereka sendiri

hubungannya dengan perjalanan panggilan mereka selama tinggal di komunitas

seminari.

b. Tujuan

Suatu kegiatan pendampingan atau pembinaan akan berjalan dengan baik

atau mengenai sasaran apa bila pendampingan dan pembinaan memiliki

perencanaan secara matang juga memiliki tujuan yang jelas. Maka tujuan

penyusunan program adalah untuk memperjelas arah dan tujuan yang ingin

dicapai dalam suatu kegiatan pendampingan dan pembinaan yang dilaksanakan.

Dengan adanya program kegiatan, pendamping atau pembina dapat

Page 93: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

74

mempersiapkan arah pendampingan dan pembinaan dengan baik serta dapat

mengantisipasi kemungkinan hambatan-hambatan yang muncul.

Tujuan penyusunan program katekese dalam skripsi ini adalah membantu

pendamping dan pembina Asrama Seminari Menengah St Paulus Nyarumkop

dalam mengembangkan iman para siswa seminari. Dengan perencanaan ini

program katekese diharapkan dapat berjalan dengan baik dan lancar sehingga

benar-benar membantu para siswa seminari untuk semakin bertumbuh dan

berkembang imannya guna menjawab panggilan Allah atas dirinya

c. Alasan Pemilihan Tema

Banyaknya siswa seminari yang masuk seminari menengah setiap tahun,

akan tetapi yang berani melanjutkan ke jenjang seminari tinggi hanya beberapa

siswa saja (1-5) saja. Hal ini tentu dikarenakan mereka belum berani mengambil

keputusan yang mantap untuk melanjutkan ke jenjang seminari tinggi. Gereja dan

umat yang ada di Kalimantan barat mengharapkan para siswa yang masuk

seminari nantinya benar-benar menjadi Imam atau Pastor, yang bisa mengabdikan

diri melayani Gereja dan umat yang ada di Kalimantan Barat. Hal ini dikarenakan

tenaga imam dan pastor yang ada di Kalimantan Barat sangat kurang.

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis adakan di Asrama Seminari

Menengah St. Paulus Nyarumkop, pihak asrama seminari sudah mengupayakan

pembinaan iman bagi siswa Seminari Nyarumkop dalam mengembangkan bibit-

bibit panggilannya. Akan tetapi pembinaan iman yang diupayakan kurang

diorganisir oleh pendamping dan pembina sehingga menyebabkan pembinaan

Page 94: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

75

iman yang ada terasa monoton. Berangkat dari keprihatinan-keprihantian tersebut,

para siswa menaruh harapan yang besar terhadap pembinaan yang akan datang

supaya proses pembinaannya diolah dan diorganisir dengan baik. Selain itu

harapan para siswa seminari adalah agar pembinaan iman katekese yang akan

dilaksanakan dapat membantu mereka mengembangkan bibit-bibit panggilan

mereka dan mampu menentukan pilihan hidup mereka untuk menjadi imam.

Dalam upaya mengembangkan bibit-bibit panggilan, para siswa seminari

membutuhkan pembinaan iman yang bisa menjawab kebutuhan mereka dalam

menentukan pilihan yaitu menjawab panggilan Allah atas dirinya atau tidak.

Melalui katekese dengan model Shared Christian Praxis (SCP), para siswa

diharapkan dapat menggali pengalaman imannya di dalam komunitas seminari

baik hubungannya dengan sesama siswa seminari, pembina dan pendamping dan

hubungannya dengan Tuhan serta membantu mereka menentukan panggilan hidup

masing-masing sesuai dengan dorongan hati mereka.

d. Tema dan Tujuan Tema

Berdasarkan uraian di atas, tema program pembinaan iman yang diusulkan

adalah:

Tema : Memantapkan panggilan Allah atas hidupku

Tujuan : Bersama pendamping, peserta dapat menghayati dan

mengembangkan panggilan Allah atas dirinya, sehingga

mampu menanggapi panggilan Allah secara mantap

Page 95: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

76

Berangkat dari tema di atas, maka penulis menjabarkan usulan tema di atas

dalam tiga sub tema yang memiliki penekanan tersendiri. Keempat sub tema itu

adalah:

Sub Tema I : Hidup Rohani sebagai usaha menjalin dan menjaga hubungan

pribadi dengan Allah

Tujuan : Bersama-sama pendamping peserta menyadari bahwa

pelaksanaan hidup rohani sangat perlu dalam hidup sehari-hari,

sehingga mampu menjalin hubungan secara personal baik

dengan Allah maupun dengan sesama

Sub Tema II : Kepribadian

Tujuan : Bersama pendamping peserta dapat mensyukuri hidup adalah

anugerah Tuhan dan termotivasi memperkembangkan diri

sebagai wujud jawaban atas panggilan Tuhan.

Sub Tema III: Sosialitas

Tujuan : Bersama pendamping peserta belajar hidup bersama dalam

komunitas, sehingga mampu menjalin hubungan dengan teman-

teman sekomunitas dalam rangka menjaga dan

memperkembangkan panggilannya sebagai calon imam.

Sub Tema IV: Panggilan

Tujuan : Bersama pendamping peserta menyadari bahwa seminari tempat

pendidikan calon imam; bukan sekedar asrama siswa SMU,

sehingga peserta lebih berusaha memupuk panggilannya sebagai

calon imam yang meneladan Maria.

Page 96: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

77

3. Usulan Program Pembinaan Iman Bagi Siswa Kelas III Seminari St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat

Tema : Memantapkan panggilan Allah atas hidupku

Tujuan : Bersama pendamping, peserta dapat menghayati dan mengembangkan panggilan Allah atas dirinya, sehingga semakin

mampu menanggapi panggilan Allah secara mantap

No. Tema Tujuan tema Judul pertemuan Tujuan pertemuan Uraian materi Metode Sarana Sumber bahan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Hidup Rohani

sebagai usaha menjalin dan menjaga hubungan pribadi dengan Allah

Bersama-sama pendamping peserta menyadari bahwa pelaksanaan hidup rohani sangat perlu dalam hidup sehari-hari, sehingga mampu menjalin hubungan secara personal baik dengan Allah maupun dengan sesama

a. Bangunan hidup rohaniku

b. Berelasi

dengan Tuhan dan sesama

Membantu peserta untuk mampu melihat relasinya dengan Allah dalam upaya memupuk relasinya dengan sesama. Membantu peserta untuk mampu menjalin relasi dengan Allah dan sesama

- Kebutuhan dasar manusia adalah berelasi

- Arti sebuah relasi - Kedekatan relasi

anatara Allah dan manusia serta antara manusia dengan sesamanya

- Berkomunikasi - Mendengarkan - Rekonsiliasi

- Ceramah - Diskusi

kelompok - Bermainan - bernyanyi - Ceramah - Diskusi

kelompok - Bermainan - bernyanyi

- Kertas flep - Spidol - Balpoin - Tape

recorder - Kaset - Teks Lagu - Kertas flep - Spidol - Balpoin - Tape

recorder - Kaset

- Rogers, Carl Ransom.1987. Antara Engkau dan Aku., Jakarta: Gramedia. (149-158).

- Viscoott, David, MD,1992..Mendewaskan Hubungan antar Pribadi., Yogyakarta: Kanisius. (17-42)

- Bartruff.

B.D.2003. Menjadi Pribadi yang Dikehendaki Tuhan. Jakarta Gunung Mulia. (9-18).

Page 97: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

78

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) - Nichols.

Michael.1997. The Lost Art of Listening (Bagaimana Seni Menedengarkan Bisa Memeperbaiki dan Meningkatkan Hubungan-hubungan Anda). Jakarta: Gramedia. (83-146).

2 Kepribadian Bersama

pendamping peserta dapat mensyukuri hidup adalah anugerah Tuhan dan termotivasi memperkembangkan diri sebagai wujud jawaban atas panggilan Tuhan.

b. Hidupku adalah anugerah dari Allah

c. Mengemban

gkan talentaku

Membantu peserta untuk mampu mensyukuri anugerah yang diberikan Allah atas hidupnya, sehingga semakin bersemangat menanggapi panggilan Tuhan sebagai tanda syukur dan terimakasihnya kepada Tuhan. Membantu peserta menemukan dan menerima segala kekurangan dan kelebihannya di

- Arti hidup - Allah sumber

kehidupan. - Allah yang

memberi kehidupan.

- Syukur atas hidup yang diberikan Allah.

- Pemahaman diri - Kekurangan dan

kelebihan yang aku miliki

- Kekurangan dan

- Informasi - Penugasan - Refleksi

pribadi - Sharing - Nonton - Informasi - Diskusi

kelompok - Refleksi

- Kibab Suci - Kertas flep - Spidol - Balpoin - Tape

recorder - Kaset - Teks Lagu - Kibab Suci - Pertanyaan

panduan refleksi

- Kertas flep

- A. Heuken, dkk 1989. tantangan membina kepribadian. Jakarta: Obor (12-17).

- F. Mardi Prasetyo. 2001. Yogyakarta: Kanisius. (117-120).

- Bartruff, B.D.

2003. Menjadi Pribadi yang dikehendaki Tuhan. Jakarta:

Page 98: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

79

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) hadapan Tuhan

sehingga mampu memperkembangkan kelebihan-kelebihan yang ada dalam diri mereka untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan dewasa dalam menjawab panggilan Tuhan

kelebihan ku menurut orang lain.

- Gambaran diri yang ku dambakan

- Niat baru menuju pribadi yang dicita-citakan.

pribadi - Bernyanyi

- Spidol - Tape

recorder - Kaset

instrument - Teks Lagu - VDC&TV

Gunung Mulia. (69-105).

- Bergant, Dianne & Karris, Robert. J. (Ed.). (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius

- Film “A Giff of Hope”

- Mangunharjana,A.M.SJ.1981. Membimbing Rekoleksi. Yogyakarta: Kanisius. (55)

- Matius 25: 14-30.

3 Sosialitas Bersama pendamping, membina hidup bersama dalam komunitas, sehingga mampu menjalin hubungan dengan teman-teman sekomunitas dalam rangka menjaga dan memperkembangkan

a. Menerima perbedaan

Membantu peserta agar semakin menghayati arti hidup bersama orang lain sehingga mampu menerima dan mencintai orang lain walaupun berbeda demi keakraban antar mereka sebagai bekal kelak melayani berbagai macam orang sebagai pastor/gembala.

- Aku dan dia adalah ciptaan Tuhan

- Menjadi saudara bagi sesama

- Mengenal keunikan masing-masing pribadi.

- Menjalin berhubungan

- Bersama-sama tumbuh dalam persaudaraan.

- Nonton - Informasi - Refleksi - Diskusi

kelompok - Refleksi

pribadi - Bernyanyi

- Kibab Suci - TV&VCD - Tape

recorder - Kaset

instrument - Teks Lagu - Film

“Tindak Kekerasan”

- 1 Kor. 12: 12-31.

- Bergant, Dianne & Karris, Robert. J. (Ed.) 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius.

- Kejadian 1: 1-31, 2: 1-25, 3: 1-24.

- Signis Regio

Page 99: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

80

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) panggilannya

sebagai calon imam.

b. Siap

mengampuni sebagai prasyarat mampu melakukan rekonsiliasi demi pelestarian persaudaraan

Agar peserta mampu mengampuni sesamanya untuk keharmonisan hubungan persahabatan dan persaudaraan.

- Menjadi diri yang

sesungguhnya. - Hati yang

mendengarkan dan yang mengampuni.

- Membuka diri untuk mengampuni.

- Ceramah - Refleksi - Diskusi

kelompok - Bermainan - bernyanyi

- Kibab Suci - Kertas flep - Spidol - Balpoin - Teks Lagu

Jawa & Bali. 2006. Pencerahan Hidup Bersama 3 Uskup.

- Alek Lanur.

1983. Menemukan diri. Yogyakarta:Kanisius.

- Haring. Bernhard. 2004. Doa Napas Hidupku. Jakarta: Obor. (55-74).

- Markus 12: 28-34.

- Roger. Carl Ransom. 1987. Antara Engkau dan Aku. Jakarta: Gramedia. (133).

4 Panggilan Bersama pendamping peserta menyadari bahwa seminari tempat pendidikan calon imam; bukan sekedar asrama

a. Aku di Panggil oleh Tuhan.

Agar peserta semakin menyadari dan memahami bahwa mereka masuk ke seminari menengah benar-benar berasal dari Tuhan, sehingga mereka perlu lebih bersungguh-sungguh

- Arti panggilan secara umum.

- Arti panggilan secara khusus.

- Pemahaman tentang panggilanku berasal dari Allah.

- Kapan Allah

- Informasi - Refleksi - Sharing - Bernyanyi

- Kibab Suci - Madah

Bhakti - Teks cerita

“Riwayat Hidup St. Paustina.

- Gitar

- LBi. 1981. Tafsir Perjanjian Baru 3 Injil Matius. Yogyakarta: Kanisius.

- Matius 4: 18-22. - Paguyuban

Devosi

Page 100: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

81

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (8) siswa SMU,

sehingga peserta lebih berusaha memupuk panggilannya sebagai calon imam yang meneladan Maria

b. Maria

teladan bagi panggilanku.

dalam menanggapinya Agar peserta menyadari dan mengenali Bunda Maria sebagai teladan seminaris dalam menjawab panggilan Tuhan

memanggil saya? - Mengapa Allah

memanggil saya? - Allah memanggil

saya untuk apa? - Keikhlasan hati

Maria - Ketegasan Maria

dalam mengambil keputusan Tuhan.

- Bagaimana dengan sikapku dalam menjawab panggilan Tuhan?

- Informasi - Refleksi - Diskusi

kelompok - Bermainan - bernyanyi

- Kibab Suci - Kertas flep - Spidol - Balpoin - Teks Lagu

Kerahiman Ilahi. 2003. Merayakan Pesta Kerahiman Ilahi. Semarang: Paguyuban Kerahiman. (63-64).

- Bergant, Dianne

& Karris, Robert. J. (Ed.) 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius.

- Lukas 1:26-38. - Kahlil

Gibran.1999. Yesus Sang Anak Manusia. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Page 101: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

82

B. Contoh Persiapan Pembinaan Iman Siswa Kelas III Seminari Menengah

St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat

Program pembinaan iman siswa seminari khususnya kelas III yang

diusulkan dalam skripsi ini ada 8 tema pertemuan. Masing-masing tema di setiap

pertemuan dan pokok-pokok pembahasan saling berkesinambungan. Program

pembinaan iman yang usulkan ini sepenuhnya penulis serahkan kepada pihak

pembina Asrama Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop. Pihak pembina

asrama tinggal menyusun persiapan acara pertemuan dengan kreativitasnya

sendiri berkaitan dengan materi, metode, dan sarana pendukung yang bisa

mencapai tujuan yang diharapkan. Seletah 8 tema pertemuan yang diusulkan

penulis selesai dilaksanakan, maka pembina perlu merumuskan dan membuat

program pembinaan iman kembali. Dengan demikian pembinaan iman yang

diberikan di asrama seminari dapat berjalan terus menerus dan berkesinambungan.

Program yang diusulkan dilaksanakan dalam bentuk rekoleksi tetapi

langkah-langkahnya mengacu pada katekese model Shared Christian Praxis

(SCP). Penulis menawarkan program pembinaan iman tersebut di atas

dilaksanakan setiap 2 (dua) minggu sekali dan pembinaan iman tersebut

dilaksanakan pada hari minggu, karena pada hari minggu para siswa seminari

tidak ada kegiatan. Akan tetapi dalam hal ini pelaksanaan pembinaan iman dapat

juga disesuaikan dengan kesepakatan antara pendamping/pembina dan peserta

(siswa kelas III seminari). Sehingga pelaksanaan pembinaan iman itu sendiri tidak

menganggu waktu belajar atau kegiatan para siswa seminari.

Page 102: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

83

Dalam skripsi ini penulis menawarkan 3 (tiga) contoh persiapan pembinaan

iman yang penulis pilih dari 8 tema pertemuan dalam program di atas. Tiga

contoh persiapan pembinaan iman ini dapat dijadikan sebagai gambaran atau

contoh bagi pihak pembina Asrama Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop

dalam membuat atau menyusun persiapan pembinaan iman bagi para siswa

seminari. Ketiga contoh persiapan pembinaan iman itu, sudah penulis siapkan

sedemikian rupa sehingga pihak pembina asrama dapat langsung

melaksanakannya. Apabila pihak asrama meminta penulis untuk melaksanakan

program dan persiapan yang diusulkan, maka penulis akan mengajak teman-teman

lulusan IPPAK-USD yaitu Ridan dan Febriyanto bekerja sama dengan tim

Komkat Keuskupan Agung Pontianak. Ketiga contoh persiapan pembinaan yang

penulis buat adalah sebagai berikut ini:

1. Contoh Persiapan I

a. Identitas

1) Pelaksana : Pembina seminari

2) Tema : Aku di panggil oleh Tuhan.

3) Tujuan : Agar peserta semakin menyadari dan memahami

bahwa mereka masuk ke seminari menengah benar-

benar berasal dari Tuhan, sehingga mereka perlu

lebih bersungguh-sungguh dalam menanggapinya.

4) Peserta : Siswa kelas III seminari

5) Tempat : Wisma Emaus Nyarumkop

Page 103: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

84

6) Hari/tgl : Minggu/menyusul

7) Waktu : 09.00-15.00

8) Metode : Tanya jawab, Informasi, Refleksi pribadi, Sharing.

9) Sarana :

• Tape dan kaset instrument

• Teks Cerita dan lagu

• Gitar

• Teks Injil Lukas 4: 18-22

10) Sumber bahan :

• Paguyuban Devosi Kerahiman Ilahi. 2003.

Merayakan Pesta Kerahiman Ilahi. Semarang:

Paguyuban Kerahiman.

• LBI. 1981. Tafsir Perjanjian Baru 3 Injil

Matius. Yogyakarta: Kanisius.

• Matius 4: 18-22

11) Bentuk kegiatan : Rekoleksi (dengan langkah SCP)

12) Jadual kegiatan :

No Waktu Acara Penanggung Jawab

(1) (2) (3) (4) 1

09.00-09.20

• Pengantar • Menyanyi • Doa Pembukaan

Tim

2

09.20-10.20

Langkah I&II: Kapan Tuhan memanggilku dan apa jawabanku atas panggilan itu?

Tim

Page 104: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

85

(1) (2) (3) (4) 3

10.20-10.30

Minum&snack

-

4

10.30-11.30

Lagkah III: Panggilan Meurut Kitab Suci

Tim

5

11.30-12.30

Langkah IV: Apa yang harus ku buat dalam memperkembang panggilan hidupku?

Tim

6

12.30-13.15

Makan Siang

-

7

13.15-13.45

Langkah V: Membuat rencana pribadi agar semakin mantap menjawab panggilan Tuhan

Tim

8

13.45-15.00

Perayaan Ekaristi

Tim&Pastor

9 15.00…… Pulang Keasrama………………

b. Pemikiran dasar

Di jaman modern sekarang ini banyak sekali tawaran yang mengundang

manusia untuk memilih dan menentukan pilihan hidupnya misalnya pilihan hidup

untuk berkeluarga dan hidup membiara. Manusia memilih dan menentukan

pilihan hidupnya didasarkan rasa tertarik, rasa prihatin, dan melihat manfaat dari

pilihannya tersebut. Pilihan hidup akan berdayaguna bagi manusia bila sebelum

meentukan pilihan manusia perlu memahami alasan, arti, tujuan, manfaat, serta

konsekuensi dari pilihan yang akan di pilihnya.

Injil Matius 4: 18-22 menggambarkan bagaimana para murid menentukan

pilihan guna menanggapi panggilan Yesus sekaligus berani menanggung

Page 105: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

86

konsekuensinya yaitu mau meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Yesus.

Wujud konkrit atas pilihan para murid adalah meninggalkan apa yang selama ini

menjadi jaminan hidupnya, dan mempercayakan diri kepada Yesus. Yesus

menjadi andalan dan jaminan atas pilihan hidupnya. Melalui kisah panggilan para

murid, Yesus mengajak manusia untuk berani menentukan pilihan untuk

mengikuti Dia, sekaligus bersedia menanggung konsekuensinya.

Para siswa masuk ke seminari menengah, karena merasa Tuhanlah yang

mengundang atau memanggil. Mereka masuk ke seminari menengah guna

mengembangkan bibit-bibit panggilan yang Tuhan tanamkan dalam diri mereka.

Tuhan yang memanggil, mengundang atau mengajak manusia sebagai pihak yang

dipanggil untuk menanggapi undangan-Nya, dan sebagai pihak yang dipanggil,

manusia bisa menerima atau menolak tawaran itu. Melalui rekoleksi pada hari ini,

diharapkan mereka semakin menyadari arti dan konsekuensi dari panggilan

Tuhan, dan terbantu untuk semakin mantap menentukan pilihan serta mampu

menanggapi panggilan itu secara sungguh-sungguh.

c. Pengembangan langkah

1) Pembukaan (09.00-09.20)

a) Pengantar

Rekan-rekan siswa seminari yang terkasih, selamat datang dan selamat

bertemu kembali dalam acara rekoleksi hari ini dengan tema rekoleksi “Aku di

Panggil oleh Tuhan”. Adapun tema rekoleksi hari ini, kita bersama-sama diajak

melihat kembali perjalanan panggilan kita untuk menjadi imam yang dibina di

seminari menengah hampir 3 tahun ini. Tentu kita sama-sama berharap setelah

Page 106: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

87

mengikuti rekoleksi ini, kita semakin mantap dalam menjawab panggilan Tuhan

untuk menjadi imam/gembala.

b) Lagu dari MB no 456: Panggilan Tuhan

c) Doa Pembukaan

Allah Bapa yang Mahakasih, kami bersyukur kepada-Mu atas rahmat

panggilan yang Engkau tanamkan dalam diri kami masing-masing untuk

mengikuti Engkau. Tuhan, bimbinglah kami dalam rekoleksi hari ini agar kami

mampu membuka diri untuk melihat perjalanan panggilan kami selama ini.

Hadirlah dan pimpinlah kami masing-masing dengan Roh Kudus-Mu. Demi

Kristus, Tuhan dan Pengantara kami, yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang

masa. Amin

2) Langkah I & II: Kapan Allah memanggilku dan apa jawabanku atas

panggilan itu? (09.20-10.20)

Rekan-rekan siswa seminari marilah kita saling mendengarkan dan berbagi

pengalaman hidup sehari-hari dalam usaha menanggapi dan memupuk panggilan

Tuhan dalam hidup kita. Allahlah yang berinisiatif memanggil kita masuk ke

seminari menengah untuk Dia jadikan penjala manusia. Untuk menjawab

panggilan Allah, memang ada konsekuensinya yaitu kita harus meninggalkan

kampung halaman, rumah, teman-teman, dan keluarga kita. Untuk lebih

mendalami arti dan konsekuensi dari panggilan, marilah kita bersama-sama

mendalami cerita “ Riwayat Hidup Santa Faustina”.[Lamp.6 (11 )].

a) Penyajian cerita “ Riwayat Hidup Santa Faustina”

Page 107: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

88

b) Mendalami cerita “Riwayat Hidup Santa Faustina” dalam kelompok (masing-

masing 5 orang) dengan panduan pertanyaan berikut:

• Kapan Tuhan memanggil Helena?

• Berapa kali Helena di panggil oleh Tuhan untuk masuk biara?

• Waktu Tuhan memanggil Helena untuk pertama kalinya, apa yang dibuat

oleh Helena? Apa penyebabnya?

• Sikap apa yang diambil Helena waktu Yesus memanggilnya untuk yang

kedua kalinya?

• Kapan Tuhan memanggil saya untuk masuk ke seminari menengah?

• Apa yang telah saya buat dalam rangka memperkembangkan panggilanku?

Coba sharingkan pengalaman panggilanmu?

• Nilai-nilai apa yang dapat diambil dan dikembangkan lewat cerita tadi,

dalam rangka memperkembangankan panggilan kita?

c) Pleno

d) Intisari cerita

Santa Faustina dilahirkan pada tanggal 25 Agustus 1905 di Glogowiec,

dekat kota Lodz di polandia. Nama asli Santa Paustina adalah Helena, dan dia

anak ke tiga dari 10 bersaudara. Pada usia muda, ia mengalami banyak peristiwa

spiritual yang unik dan banyak menghabiskan waktunya untuk berdevosi dan

berdoa. Pada saat dia berusia 7 tahun, ia mendapat panggilan Tuhan untuk hidup

religius tetapi orang tuanya tidak mau mendengar Helena masuk biara. Dan

Helena patuh kepada keluarganya, sehingga pada usia 14 tahun Helena berhenti

Page 108: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

89

sekolah dan bekerja membantu orang tuanya, karena keluarganya miskin. Helena

bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

Helena berusaha untuk tidak menghiraukan panggilan membiaranya. Akan

tetapi pada saat ia beusia 19 tahun, di saat berdansa dalam suatu pesta di halaman

belakang Katedral, ia mendapat penampakan dari Yesus. Yesus berkata kepada

Helena:

“Berapa lama Aku harus menunggumu…. Dan berapa lama kau membiarkan

Aku menderita….”

Setelah penampakan, Helena segera masuk ke Katedral, dan bertanya “

Tuhan Yesus, katakanalah apa yang harus kubuat?” dan Yesus menjawab:

“Pergilah ke Warszawa sekarang juga. Di sana, masuklah ke biara”. Dan Helena

bergegas pergi ke Warszawa dan akhirnya diterima di biara para Suster Bunda

Berbelas Kasih (Our Lady of Mercy). Di sana Helena diterima menjadi postulan

pada tanggal 1 Agustus 1925. Selanjutnya Helena masuk novisiat di biara dekat

Krakow dan diberi nama Maria Faustina.

e) Penegasan

• Panggilan untuk menjadi suster, bruder, dan pastor adalah inisiatif dari

Tuhan.

• Tuhan yang memanggil kita, dan sebagai pihak yang di panggil kita bisa

menerima dan menolak panggilan itu.

• Menerima panggilan Tuhan untuk bekerja diladang-Nya mengandung

konsekuensi yaitu kita harus meninggalkan kampung halaman, rumah,

keluarga, teman-teman, dll.

Page 109: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

90

• Suster Maria Faustina juga meninggalkan segalanya dalam menjawab

panggilan Tuhan untuk masuk ke biara.

• Tindakan dan perbuatan Suster Maria Faustina, dapat dijadikan teladan

dalam menjawab panggilan Tuhan.

• Tuhan yang punya rencana atas hidup kita, dan kita di panggil untuk

melaksanakannya.

3) Langkah III Panggilan Menurut Kitab Suci (10.30-11.30)

a) Salah satu peserta diminta untuk membacakan teks injil Matius 4: 18-22

b) Peserta diajak mendalami teks injil Matius 4: 18-22 dalam kelompok masing-

masing 5 orang, dengan panduan pertanyaan berikut:

• Apa yang mau disampaikan dalam perikop tadi?

• Untuk apa Yesus memanggil para murid?

• Sikap apa yang ditunjukkan para murid dalam menjawab pangilan Tuhan?

• Apa makna yang dapat kita petik dalam perikop tadi?

c) Pleno

Masing-masing wakil dari kelompok melaporkan hasil kerja kelompoknya.

d) Rangkuman

Panggilan merupakan inisiatif Tuhan. Dari perikop di atas dapat kita rasakan

bahwa Yesus mengambil prakarsa, Ia berinisiatif dan mengambil tindakan

pertama. Secara penuh Yesus menyapa dan mengundang orang-orang yang

dipilih-Nya untuk meninggalkan segalanya untuk mengikuti Dia.

Panggilan menuntut suatu jawaban. Dari perikop tadi, kita lihat orang-orang yang

dipanggil Yesus memberikan jawaban dan memberi tanggapan yang positif.

Page 110: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

91

Jawaban atau tanggapan itu dinyatakan dalam tindakan mereka yaitu SEGERA

meninggalkan jalanya, perahunya bahkan ayahnya untuk mengikuti Yesus. Ini

merupakan konsekuensi atas pilihan mengikuti Yesus yaitu berani meninggalkan

sesuatu/kelekatan perahu dan jalanya bagi seorang nelayan merupakan alat yang

vital untuk mencari nafkah, yang merupakan jaminan hidupnya sekaligus

gantungan harapan masa depannya. Semuanya ditinggalkan dan beralih kepada

Yesus. Hidup mereka dipercayakan pada kuasa Yesus, dan harapan mereka tertuju

kepada Yesus.

Kata SEGERA dapat kita temukan selama 2 kali yaitu ayat 20 dan ayat 22. Kata

SEGERA menunjukkan bahwa menjawab panggilan Tuhan tidak dapat ditunda-

tunda, perlu dibangun sikap siap sedia, hati terbuka, dan kerelaan untuk berkorban

untuk meninggalkan segala sesuatu. Ketegasan dan keberanian menanggung

konsekuensi atas pilihan menjadi tuntutan pengikut Yesus yang sejati. Tuntutan

menjadi pengikut Yesus yaitu kesiapan, kesediaan untuk menjadi penjala manusia

perlu dihidupi dan diselaraskan dengan kehendak Tuhan.

4) Langkah IV: Apa yang harus ku buat dalam memperkembang panggilan

hidupku? (11.30-12.30)

a) Pengantar

Rekan-rekan siswa seminari, dari awal pertemuan, kita sudah menemukan

arti panggilan dan konsekuensi dalam menjawab panggilan Tuhan. Kita juga

sudah melihat bagaimana sikap Suster Maria Faustina dan sikap para murid dalam

menjawab panggilan Tuhan. Sebagai orang yang di panggil Tuhan, kita pun perlu

memiliki sikap seorang pengikut yang sejati, seperti yang diteladan oleh Suster

Page 111: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

92

Maria Faustina dan para murid, yaitu terbuka dan berani meninggalkan segala

sesuatu untuk mengikuti Yesus untuk ambil bagian dalam karya penyelamatan.

Pertemuan rekoleksi hari ini merupakan saat penuh rahmat, karena kita dibantu

untuk menyadari dan membaharui diri membangun sikap, memupuk semangat

panggilan guna menyediakan diri untuk menjawab panggilan Tuhan.

b) Refleksi

Sebagai bahan refleksi agar kita semakin menghayati arti dan konsekuensi

menjawab panggilan Tuhan, untuk semakin mantap mengambil keputusan, kita

akan merenung secara pribadi dengan panduan pertanyaan berikut:

• Melalui rekoleksi hari ini, sejauh mana saya merasa terbantu dan

termotivasi dalam menjawab panggilan Tuhan?

• Sikap mana saja yang perlu saya perjuangkan agar semakin mantap

menjawab panggilan Tuhan?

c) Beberapa peserta diminta untuk membagikan hasil permenungannya.

d) Rangkuman

Rekan-rekan siswa seminari, melalui rekoleksi ini tentu kita sama-sama

merasa dibantu untuk menjwab panggilan Tuhan. Kita menyadari bahwa

menjawab panggilan Tuhan membutuhkan sikap rela meninggalkan segala sesuatu

dan siap sedia melaksanakan kehendak Tuhan. Maka perlulah kita meneladani

sikap Suster Maria Faustina dan para murid yang mempercayakan hidupnya hanya

kepada Tuhan, dan menyediakan diri untuk dipakai oleh Tuhan, agar kita semakin

mantap menjawab panggilan Tuhan.

Page 112: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

93

5) Langkah V: Membuat rencana pribadi agar mantap menjwab panggilan

Tuhan (13.15-13.45)

a) Pengantar

Rekan-rekan siswa seminari, kita telah bersama-sama menggali dan

mendalami pengalaman baik pengalaman dari cerita tentang Riwayat Hidup Santa

Faustina maupun pengalaman kita sendiri seputar usaha yang dilakukan untuk

memperkembangkan dan menjawab panggilan Tuhan. Pengalaman-pengalaman

itu kita pertemukan dengan pengalaman Kitab Suci tentang Yesus yang

memanggil murid-murid yang pertama. Melalui pengalaman-pengalaman itu kita

diteguhkan sekaligus mendapat gagasan baru, semangat dan harapan baru,

sehingga kita semakin berani dan mantap dalam menjawab panggilan Tuhan.

b) Refleksi pribadi dan Membuat rencana

Rekan-rekan setelah mengikuti rekoleksi ini, marilah kita memikirkan

rencana yang akan kita buat agar semakin mantap dan semakin berani menjawab

panggilan Tuhan

Dalam suasana hening, peserta diberi kesempatan berefleksi secara pribadi

dan membuat rencana pribadi, dengan panduan pertanyaan berikut:

• Apa saja yang akan saya lakukan agar semakin mantap menjawab

panggilan Tuhan?

• Hal-hal apa yang perlu saya perhatikan dalam mewujukan rencana

tersebut?

Page 113: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

94

Rencana itu ditulis, kemudian diberinama dipersembahkan kepada Tuhan,

lewat Perayaan Ekaristi. Setelah Perayaan Ekaristi, rencana tersebut

dibagikan kembali untuk diwujudkan.

6) Penutup: Perayaan Ekaristi (13.45-15.00)

Rekoleksi ditutup dengan Perayaan Ekaristi

2. Persiapan II

a. Identitas

1) Pelaksana : Pembina Seminari

2) Tema : Mengembangkan Talentaku 3) Tujuan : Membantu peserta menemukan dan menerima

segala kekurangan dan kelebihannya di hadapan

Tuhan sehingga mampu memperkembangkan

kelebihan-kelebihan yang ada dalam diri mereka

untuk menjadi peribadi yang bertanggung jawab

dan dewasa dalam menjawab panggilan Tuhan

4) Peserta : Siswa kelas III Seminari Menengah St. Paulus

Nyarumkop Kalimantan Barat

5) Tempat : Wisma Emaus

6) Hari/tgl : Hari Minggu/ (Menyusul)

7) Waktu : 09.00-15.00

8) Metode : Nonton, informasi, penugasan, refleksi pribadi,

sharing, bernyanyi.

Page 114: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

95

9) Sarana :

• VCD

• TV

• Kertas Flep & spidol

• Tape recorder & kaset instrument

10) Sumber bahan :

• Bartruff, B. D. 2003. Menjadi Pribadi yang

Dikehendaki Tuhan. Jakarta: Gunung Mulia

• Bergant, Dianne & Karris, Robert. J. (Ed.).

(2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru,

Yogyakarta: Kanisius

• Film “A Gift of Hope”

• Karya Kepausan Indonesia, 2003. Hatiku

Penuh Nynyin. Jakarta.

• Mangunharjana, 1981. Membimbing

Rekoleksi. Kanisius: Yogyakarta

• Matius 25: 14-30

11) Bentuk kegiatan : Rekoleksi

12) Jadual kegiatan :

No Waktu Acara Penanggung Jawab

(1) (2) (3) (4) 1

09.00-09.20

• Pengantar • Doa Pembukaan • Menyanyi

Tim

Page 115: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

96

(1) (2) (3) (4) 2

09.20-10.20

Langkah I&II: Menggali Identitas Diri

Tim

3

10.20-10.30

Minum&snack

-

4

10.30-11.30

Langkah III: Gambaran Hidup Menurut Kitab Suci

Tim

5

11.30-12.30

Langkah IV: Apa yang Kuperbuat dengan Kekurangan dan Kelebihan yang Ada?

T im

6

12.30- 13.15

Makan Siang

-

7

13.15-13.45

Langkah V: Membuat rencana pribadi untuk pengembangan diri

Tim

8

13.45-15.00

Penutup: Misa

Tim&Pastor

9

15.00……

Pulang Keasrama………………

b. Pemikiran Dasar

Orang muda sebagai orang yang sedang berkembang merupakan generasi

dan calon tulang punggung Gereja. Sesuai dengan usia mereka kelak, orang muda

ini diharapkan menjadi penerus pewartaan Yesus bagi seluruh umat beriman.

Perkembangan jaman saat ini banyak menawarkan kenikmatan, kemegahan hidup

yang membuat kaum muda mudah kehilangan identitas dirinya. Mereka kurang

Page 116: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

97

menyadari segala kekurangan dan kelebihan yang ada dalam diri mereka sehingga

sebagai akibatnya, mereka mudah terperangkap dalam nafsu egois yang membuat

dirinya lupa akan orang disekeliling mereka.

Hal di atas memberi gambaran bahwa pihak asrama seminari perlu

memperhatikan siswa Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop dalam

mengolah diri guna menemukan segala kekurangan dan kelebihan. Harapannya,

dengan menemukan kekurangan dan kelebihan yang ada mereka dapat dibantu

memupuk bibit-bibit panggilan yang tertanam di dalam diri mereka. Para siswa

perlu mempelajari lebih banyak tentang dirinya sendiri, karena mereka bergumul

dengan kekurangan dan kelebihannya. Mereka perlu dibantu untuk mengamati

batinnya sendiri guna mempelajari lebih banyak tentang kekurangannya,

sehingga kekurangannya disadari dan terdorong untuk mengatasi serta keluar dari

kekurangannya itu. Para siswa juga perlu menyadari bahwa kelebihan yang

mereka miliki adalah anugerah dari Tuhan dan kelebihan itu perlu dikembangkan

demi perkembangan hidup dan panggilan mereka.

Menjawab panggilan Allah bagi para siswa seminari memang tidak mudah.

Karena itu, bagi mereka perlu ada upaya pembinaan terus menerus, agar mereka

semakin menemukan arti hidup mereka agar terbantu dalam mengambil keputusan

secara dewasa dan penuh tanggung jawab menjawab panggilan Tuhan.

Dalam Matius 25: 14-30, mengisahkan tentang hamba pertama dan kedua

yang mau mengembangkan talenta yang dipercayakan kepadanya, hamba yang

ketiga tidak mau mengembangkan talentanya karena merasa TAKUT. Tuhan

menyerahkan kepda masing-masing pribadi untuk berusaha mengembangkan

Page 117: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

98

talenta-talenta yang Dia berikan. Melalui rekoleksi ini para siswa seminari diajak

untuk menyadari kekurangan dan kelebihan yang mereka miliki, sehingga

kekurangannya disadari kemudian terdorong untuk mengatasi kekurangan tersebut

dan kelebihannya semakin dikembangkan seperti hamba pertama dan hamba

kedua.

c. Pengembangan Langkah

1) Pembukaan

a) Pengantar

Rekan-rekan siswa seminari selamat datang di Wisma Emaus ini untuk

kegiatan rekoleksi hari ini. Tentu kita sama-sama berharap agar setelah mengikuti

kegiatan rekoleksi ini, hidup kita benar-benar berkembang. Apalagi kita sebagai

siswa seminari yakni sebagai calon imam, merasakan pentingnya kegiatan ini,

karena lewat kegiatan ini kita akan melihat kekurangan dan kelebihan yang kita

miliki. Harapannya dengan menemukan kekurangan dan kelebihan yang kita

miliki. Kekurangan yang kita miliki, perlu disadari agar kita berani membuka diri

dan mengatasi kekurangan itu. Sedangkan kelebihan yang ada perlu kita

kembangkan demi pemjawab sapaan Tuhan yang memanggil kita untuk bekerja

diladangnya.

b) Lagu Pembukaan: Bertemu Dalam Kasih-Nya

Bertemu dalam kasih-Nya Berkumpul dalam anugerah-Nya Mari bersuka cita semua Di dalam nama Tuhan Reff.

Page 118: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

99

Oh saudaraku dan kau saudariku Tuhan cinta dan mengasihimu Mari bersuka cita semua Di dalam nama Tuhan

c) Doa Pembukaan

Ya Allah Bapa yang maha baik, kami mengucap syukur dan terima kasih

atas rahmat kasih yang selalu Engkau curahkan kepada kami setiap waktu, atas

segala yang kami miliki dengan segala kekurangan dan kelebihan kami masing-

masing. Kami juga bersyukur, karena Engkau telah mengumpulkan kami, siswa

kelas III seminari sebagai anak-anakMu yang terkasih untuk bersama-sama

membina diri dengan menyadari kekurangan dan kelebihan kami. Berilah kami

kekuatan agar kami mampu mengatasi kekurangan yang kami miliki, dan selalu

memperkembangkan kelebihan kami punyai. Maka kami mohon curahkanlah Roh

KudusMu atas kami selama mengikuti rekoleksi ini, sehingga semuanya dapat

berjalan dengan lancar seturut kehendakMu. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara

kami yang hidup dan bersatu dengan Dikau dan Roh Kudus, kini dan sepanjang

masa. Amin

2) Langkah: I&II: Menggali Identitas Diri (09.20-10.20)

a) Pengantar

Rekan-rekan siswa seminari, perlu kita ketahui bahwa setiap kita memiliki

kekurangan dan kelebihan tersendiri. Kekurangan yang dimiliki dapat

menyebabkan kita tersandung atau terjerumus didalamnya. Kekurangan yang kita

punyai berupa ketimpangan fisik atau kekurangan kepribadian, yang dapat

membatasi dan merintangi perkembangan hidup kita. Pertanyaan kita, bagaimana

Page 119: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

100

kita keluar dari kekurangan yang kita miliki?. Di balik kekurangan kita, kita juga

mempunyai kelebihan. Kelebihan yang kita miliki adalah anugerah Tuhan yang

diberikan kepada kita, dan sepatutnyalah kita kembangkan. Untuk itu marilah kita

melihat sejenak film “A Gift of Hope”, perjuangan tokoh Tony Melendez dalm

film tersebut dapat memberikan inspirasi kepada kita untuk berjuangan dalam

menghadapai tantangan maupun hambatan dalam hidup kita.

b) Penyajian dan pemutaran film “A Gift of Hope”

• Pendalaman cerita

Film tadi mengisahkan tentang apa?

Apa yang mengesankan dari film ini bagi anda?

Bayangkan anda saat ini cacat seperti Toni Melendez dalam film diatas,

apa kiranya yang akan anda lakukan?

Nilai-nilai apakah yang dapat kita ambil dan kembangkan dalam hidup

kita berdasarkan film tadi?

• Intisari cerita

Film ini mengisahkan tentang Toni Melendez yang menderita cacat sejak

lahir. Ia tidak memiliki tangan seperti layaknya manusia normal. Ia terlahir cacat

dikarenakan pada saat dalam kandungan, ibunya meminum obat penghilang rasa

nyeri. Ia lahir di sebuah Negara di Amerika Latin yakni Nikaragua. Beberapa

tahun kemudian ia hijrah ke Amerika Serikat yakni los Angeles tepatnya di daerah

Chino.

Walau pun kodisi fisiknya cacat, syukurlah bahwa keluarganya tetap

mencintainya. Keluarganya memperlakukan Tony sama dengan anggota keluarga

Page 120: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

101

lain yang normal. Perhatian dan kasih sayang yang diberikan keluarganya

membuahkan kepercayaan diri yang besar pada Tony. Ia tidak minder sehingga

mampu bergaul dengan taman-temannya. Ia memiliki bakat yang menonjol yaitu

kemampuan memainkan alat musik gitar dan bernyanyi. Bermula dari keisengan

mengamen di tepi pantai, ia bersama dengan sahabatnya meneruskan untuk

mengamen di tempat-tempat lain. Ia pun sering mengikuti kegiatan koor di gereja,

sehingga lambat laun ia semakin dikenal di daerahnya.

Hal yang tak pernah ia impikan sebelumnya adalah tampil menyanyi

dihadapan Sri Paus yang pada saat itu melakukan kunjungan pastoral ke

negaranya. Ia mewakili kaum muda Amerika Serikat mempersembahkan lagu

sebagai sebuah persembahan bagi Sri Paus. Adegan yang tak terlupakan adalah

ketika Sri Paus turun mendekatinya dan memeluk serta menciumnya. Pengalaman

yang sangat berkesan itu memberikan pegaruh besar dalam hidupnya. Pesan Sri

Paus kepada dirinya agar terus mewartakan kabar gembra melalui kemampuannya

itu selalu mendorong Tony untuk terus menerus bersaksi tentang anugerah yang

diberikan Tuhan. Iapun dapat bersaksi keliling dunia, ke Negara-negara di luar

Amerika Serikat.

Hidupnya yang mengalir menunjukkan anugerah besar yang diberikan

Tuhan. Peristiwa yang ia sebut sebagai sebuah keajaiban adalah ketika seseorang

mau menerima dirinya sebagai seorang suami. Ia sangat bersyukur dan berterima

kasih. Keinginan untuk mendapatan seorang anak tak kunjung terwujud, ia pun

berinisiatif mengadopsi seorang anak dari panti asuhan asal negaranya. Ia

Page 121: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

102

menyebut sebagai keajaiban yang kedua. Semakin lengkaplah kebahagiaan Tony

ditengah istri dan anak tercinanya. Semua berkat anugrah Tuhan yang Maha Baik.

• Nilai-nilai yang perlu ditekankan

Dukungan orang lain (sesama) memberikan kekuatan untuk hidup.

Keterbukaan apa yang dialami menjadikan kekuatan.

Apa yang diberikan Allah adalah cukup dan baik..

Dimilikinya harapan yang besar, akan mampu memberikan harapan

kepada mereka yang tak berpengharapan

Mau memperkembangkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki

Orang yang penuh harapan adalah orang yang mampu menjawab secara

kreatif panggilannya.

3) Langkah: III. Gambaran hidup Menurut Kitab Suci (10.30-11.00)

a) Bacaan Kitab Suci Matius 25: 14-30

b) Pendalaman Kitab Suci dalam kelompok (masing-masing kelompok 5 orang)

Pertanyaan Panduan:

Apakah anda termasuk hamba yang diberi kepercayaan mengelola 5

talenta atau 2 talenta atau 1 talenta? Mengapa?

Jika anda menjadi hamba yang dipercaya mempertanggungjawabkan

talenta yang sudah diberikan itu, apakah anda sudah siap?

Jika anda menjadi hamba dalam perikop diatas, bagaimana anda telah

mengembangkan talenta-talenta yang dipercayakan kepada anda?

Bagaimana anda akan mengembangkan lebih jauh talenta-talenta yang

anda miliki?

Page 122: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

103

c) Pleno

(Masing-masing kelompok melaporkan hasil kerja kelompoknya)

d) Rangkuman

Film “A Gift of Hope” mengisahkan bagaimana Toni Melendez yang

cacat, akan tetapi karena diterima keluarganya, walau cacat tetapi Toni tidak

minder. Dibalik cacatnya Toni memiliki kelebihan yang sangat menonjol. Toni

menyadari kelebihannya sebagai anugerah dari Allah, maka kelebihan itu

dikembangkannya dan didukung oleh keluarganya dan bermanfaat bagi orang

lain.

Setiap manusia pasti mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-

masing. Saat menyadari kelemahannya, diharapkan mereka mampu untuk bangkit

mengatasi kelemahan-kelemahan dirinya, karena dari kelemahannya itu akan

menjadi hambatan bagi perkembangan hidupnya. Dalam upaya mengatasi

hambatan atau kesulitan hidup, ada kalanya mereka berjuang sendiri karena

merasa dirinya mampu. Namun, sebenarnya mereka membutuhkan orang lain

sebagai pendorong dan penyemangat. Kehadiran orang lain sangat perlu agar

mereka dapat semakin tumbuh dan berkembang guna menyongsong masa depan

mereka. Di sisi lain sikap terbuka terhadap pertolongan dan cinta Tuhan perlu

ditanamkan.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering tidak menyadari kekurangan-

kekurangan dalam diri kita. Padahal sebagai manusia tentu hidup kita memiliki

segala kekurangan dan kelebihan. Kelebihan-kelebihan inilah yang perlu kita

Page 123: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

104

sadari dan kita kembangkan sehingga dapat untuk menetralisir kekurangan-

kekurangan kita sehingga secara keseluruhan kita tidak menjadi rendah diri.

Dalam Matius 25: 14-30, dikisahkan tentang seorang tuan yang memangil

hamba-hambanya dan memberi kepada mereka sejumlah talenta untuk

dikembangkan dan digunakan. Akan tetapi hamba yang ketiga itu penakut pada

resiko bila mengembangkan talenta yang dipercayakan Tuan kepadanya (ayat 25),

dan Tuan yang telah memberi sejumlah talenta itu bertindak tegas terhadap hamba

penakut yang tidak mengembangkan dan menggunakan talentanya dengan baik.

Apa yang dikehendaki Tuhan kepada kita lewat perumpamaan tentang talenta?.

Tuhan menghendaki kita agar mau mengembangkan kelebihan yang dimiliki

termasuk bakat-bakat yang diberikan-Nya dengan usaha yang sungguh-sungguh

untuk perkembangan diri. Janganlah meniru tindakan hamba yang ketiga yang

TAKUT untuk mengembangkan talenta yang diberikan kepadanya. Dalam

mengembangkan talenta yang Tuhan berikan, kita perlu menyadari perasaan

TAKUT. Kita harus berani menghadapi resiko untuk mengembangkan talenta-

talenta yang kita miliki, sehingga dapat dimanfaatkan dalam rangka

memperkembangkan panggilan hidup kita.

4) Langkah: IV. Apa yang Kuperbuat dengan Kelebihan dan Kekurangan

yang Ada? (13.15-13.45)

a) Pengantar

Rekan-rekan siswa seminari yang terkasih, marilah kita bersama-sama

sejenak melihat diri kita sendiri. Tentu banyak kekurangan dan kelebihan yang

kita miliki, akan tetapi kita tidak tahu harus berbuat apa dengan kekurangan dan

Page 124: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

105

kelebihan itu. Dalam kesempatan ini, marilah kita melihat diri kita dengan

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada. Telitilah, jawablah perlahan-lahan,

jangan sampai terlewati, dan jawablah sesuai dengan apa yang anda alami.

• Pertanyaan Panduan Refleksi Pribadi

Dalam menjawab pertanyaan refleksi, peserta duduk membuat lingkaran besar.

Masing-masing peserta diberi 3 lembar refleksi pribadi Lembar 1, untuk menemukan kekurangan dan kelebihan diri sendiri Lembar 2 untuk memberi penilaian teman di sebelah kiri Lembar 3 untuk memberi penilaian teman di sebelah kanan

Berilah tanda (─) untuk kekurangan yang anda miliki dan tanda (┼) untuk

kelebihan yang anda punyai.

….berani tampil di muka ….penuh semangat/energik ….penuh pemikiran ….selalu tabah ….tenang mempertimbangkan ….menerima tanggung jawab ….usaha tepat waktunya ….rajin tekun ….dapat dipercaya/diandalkan ….bekerja dengan cermat/teratur ….rapi, serius ….penuh perhatian ….optimis ….periang ….percaya diri ….bisa berdikari ….terbuka dan jujur ….rendah hati ….mau diajak bekerja sama ….mau berdialog, mengalah ….berterus terang ….menerima kritik dengan senang ….mendengar perkataan orang lain ….mengakui salah dengan rendah hati ….menghargai pendapat orang lain ….tahu diri ….tenang menerima segalanya

….penakut ….lamban bekerja ….penuh perasaan emosional ….mudah berubah/ragu-ragu ….marah dan bergolak dalam batin ….menjauhi tanggung jawab ….selalu terlambat ….malas, mudah putus asa ….tidak dapat dipercaya ….tidak teratur dalam bekerja ….sembrono ….masa bodoh, acuh tak acuh ….pesimis ….cemberut ….kurang percaya diri ….tergantung pada orang lain ….tertutup, tidak jujur ….sombong ….kerap memberontak, jual mahal ….fanatik/ngotot ….tidak berterus terang ….marah bila dikritik ….berbicara tentang diri sendiri ….menutupi kesalahan ….mendesak kemauan sendiri ….tidak tahu batas ….mudah tersinggung

Page 125: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

106

….bersikap toleran ….aktif, kreatif, dan giat ….mendalam ….peka ….adil ….penuh harapan ….tenang sabar

….cari menang sendiri ….pasif, loyo ….dangkal ….tidak peka ….pilih-pilih ….mudah patah semangat ….ambisi, tak sabaran

[

• Penegasan

Entah besar entah kecil setiap orang tentu memiliki kelebihan dan

kelemahan

Kelebihan yang dimiliki perlu dikembangkan semaksimal mungkin, agar

diri kita semakin berkembang.

Tujuan kita memperkembangkan kelebihan yang kita punyai, bukan untuk

popularitas, akan tetapi untuk mengembangkan anugerah-anugerah Tuhan

agar mampu menjadi alat Tuhan untuk ikut serta dalam karya

penyelamatan-Nya.

Kelebihan-kelebihan yang kita miliki adalah sebuah anugerah dari Tuhan

yang patut kita syukuri dan dikembangkan.

[ 5). Langkah V. Membangun Niat (13.15-13.45)

a) Lagu: “Betapa Hatiku”

Betapa hatiku berterima kasih Yesus Kau mengasihiku, Kau memilikiku Hanya ini Tuhan persembahanku Segenap hidupku, jiwa dan ragaku S’bab tak kumiliki harta kekayaan Yang cukup berarti ‘tuk kupersembahkan Reff

Hanya ini Tuhan permohonanku Terimalah Tuhan persembahanku Pakailah hidupku sebagai alatMu

Page 126: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

107

Seumur hidupku

b) Refleksi Pribadi (tanpa bimbingan)

Setelah melihat kelemahan dan kelebihannya, peserta diberi kesempatan

untuk membuat rencana pengembangan diri secara pribadi, dengan panduan

pertanyaan berikut:

• Apa yang akan saya buat setelah rekoleksi ini?

• Apa yang akan saya buat dengan kelemahan-kelemahan yang saya miliki?

• Apa yang akan saya lakukan dengan kelebihan-kelebihan yang saya

miliki?

• Kapan saya akan mulai melakukan perbaikan ini?

c) Menulis rencana (secara pribadi)

(peserta membuat rencana diiringi dengan musik instrument)

Peserta diajak untuk menulis rencana masing-masing tentang apa yang akan

mereka lakukan dengan kekurangan dan kelebihan yang di miliki setelah rekoleksi

ini, kemudian niat-niat yang sudah ditulis di beri nama dan dipersembahkan

kepada Tuhan pada persembahan dalam Perayaan Ekaristi. Setelah Perayaan

Ekaristi selesai, rencana masing-masing dibagikan kembali.

6). Penutup: Perayaan Ekaristi (13.45-15.00)

Perayaan Ekaristi sebagai puncak dari rekoleksi.

Page 127: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

108

3. Contoh persiapan III

a. Identitas

1) Pelaksana : Pembina Seminari

2) Tema : Menerima Perbedaan

3) Tujuan : Membantu peserta agar semakin menghayati arti

hidup bersama orang lain sehingga mampu

menerima dan mencintai orang lain walaupun

berbeda demi keakraban antar mereka sebagai

bekal kelak melayani berbagai macam orang

sebagai pastor atau gembala.

4) Peserta : Siswa kelas III seminari

5) Tempat : Wisma Emaus Nyarumkop

6) Hari/tanggal : Minggu/menyusul

7) Waktu : 09.00-15.00

8) Metode : Nonton, informasi, diskusi kelompok, refleksi

pribadi

9) Sarana :

• VCD

• TV

• Tape & kaset instrument

• Teks 1 Korintus 12: 12-31

• Teks lagu “Cintailah Sesama” dan Tuhan

jadikan daku pembawa damai

Page 128: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

109

• VCD “Tindak Kekerasan” Oleh Mgr. Petrus

Canisius Mandagi, MSC.

10) Sumber bahan :

• 1 Korintus 12: 12-31

• Kejadian 1: 1-31, 2: 1-25, 3: 1-24

• Signis Regio Jawa dan Bali. 2006. Pencerahan

Hidup Bersama 3 Uskup.

• Bergant, Dianne & Karris, Robert. J. (Ed.).

(2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru,

Yogyakarta: Kanisius

11) Bentuk kegiatan : Rekoleksi

12) Jadual kegiatan :

No Waktu Acara Penanggung Jawab

(1) (2) (3) (4) 1

09.00-09.20

• Pengantar • Menyanyi • Doa Pembukaan

Tim

2

09.20-10.20

Langkah I&II: Mendalami pengalaman peserta.

Tim

3

10.20-10.30

Minum&snack

-

4

10.30-11.30

Langkah III: Perbedaan menurut Kitab Suci

Tim

Page 129: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

110

(1) (2) (3) (4) 5

11.30-12.30

Langkah IV: Apa yang harus kulakukan dengan perbedaan yang ada?

Tim

6

12.30-13.15

Makan Siang

-

7

13.15-13.45

Langkah V: Membuat rencana pribadi dan bersama demi hidup bersama yang harmonis

Tim

8

13.45-15.00

Misa Penutup

Tim&Pastor

9

15.00……

Pulang Keasrama………………

-

b. Pemikiran dasar

Dalam kitab Kejadian, dapat dipercaya bahwa yang menghendaki dan

menciptakan segala mahluk hidup di bumi ini adalah Allah, dan pada saat semua

ini tercipta Allah melihat itu baik adanya. Bahkan Allah mencipta manusia Adam

dan Hawa sebagai wakil laki-laki dan perempuan yang setara dan serupa dengan

gambaran-Nya sendiri. Allah berharap manusia yang diciptakan-Nya dapat

menguasai, memanfaatkan, memilihara dan menjaga serta melestarikan segala

yang telah diadakan-Nya, baik yang ada di darat, di laut dan di udara. Allah tidak

menunjuk salah seorang manusia yaitu Adam atau Hawa, tapi Allah

menyerahkan-Nya kepada semua manusia. Keadaan kehidupan di taman “Eden”

saat itu sangat harmonis, masing-masing hidup dengan bebas sesuai dengan

kodratnya, namun akibat ulah manusia yang ingin menyamai Allah membuat

mereka jatuh dalam dosa dan hidup menderita, karena masing-masing saling

Page 130: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

111

menyalahkan. Adam menyalahkan Hawa, Hawa menyalahkan ular dan terjadilah

kehancuran dalam hidup bersama, karena rasa saling percaya, setia, bersaudara

tidak ada lagi. Manusia lupa bahwa dirinya dan semua mahluk hidup yang lain

Allahlah yang menciptakannya (Kej 1: 1-31, 2: 1-25, 3: 1-24).

Sebenarnya manusia sadar atau tidak sadar di dalam lubuk hati yang

terdalam terus menerus mencari dan berusaha membangun hidup yang harmonis,

tetapi juga terus menerus digoda untuk menghancurkan hidup harmonis yang

diciptakan. Setiap orang entah suku, agama, budaya, miskin, kaya, berpendidikan

atau tidak, perempuan atau laki-laki, anak dan seterusnya mempunyai kehendak

baik, pasti mencita-citakan hidup yang damai, tentram, penuh persaudaraan,

kompak, bersatu, saling mengasihi, saling memaafkan dalam bumi yang satu dan

milik semua orang ini.

Para siswa seminari yang tinggal di asrama seminari memiliki perbedaan

daerah, watak, sifat, status, dan lain-lain. Mereka pasti mencari, merindukan dan

selalu berusaha untuk menerima perbedaan yang ada, apalagi mereka sebagaii

calon imam/gembala yang nantinya harus melayani umat dan hidup bersama

dengan umat, maka mereka perlu dipersiapkan untuk menghargai dan menerima

perbedaan demi keakraban mulai dari sekarang.

Melalui teks 1 Korintus 12: 12-31, para siswa seminari ditantang dan diajak

untuk menerima perbedaaan yang ada. Teks 1 Korintus 12: 12-31, mengambarkan

Gereja diibaratkan tubuh. Tubuh dikatakan sebagai tubuh apabila ada kaki, ada

mata, ada tangan, ada telinga, dst. Dan warga Gereja merupakan anggota-anggota

tubuh tersebut, karena sebagai murid Yesus mereka ini adalah anggota-anggota

Page 131: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

112

tubuh dan Yesus sendiri sebagai Roh dan Kepala dari tubuh itu sendiri. Semoga

teks 1 Korintus 12: 12-31 dapat memotivasi para siswa seminari mengharagi dan

menerima perbedaan-perbedaan di komunitas tempat tinggal mereka sebagai

warga Gereja.

c. Pengembangan langkah

1) Pembukaan (09.00-09.20)

a) Pengantar

Rekan-rekan yang terkasih, kami mengucapkan selamat datang dan selamat

berjumpa kembali di tempat ini. Hari ini, kita akan mengadakan rekoleksi dengan

tema “Menerima Perbedaan”. Kita yang hadir ditempat ini tentu berasal dari

berbagai daerah yang memiliki sifat dan watak yang berbeda. Kita sudah

mengalami kebersamaan di asrama seminari hampir 3 tahun, namun kita sendiri

mungkin belum sepenuhnya mampu untuk menerima perbedaan diantara kita.

Harapan kita bersama, melalui rekoleksi hari ini, kita terbantu untuk menerima

perbedaan di antara kita guna semakin akrab satu dengan yang lain,dan sebagai

bekal kelak kalau kita sudah menjadi pastor/gembala yang akan melayani banyak

orang.

b) Lagu: Cintailah Sesama

Gemuruh ombak menderu Berlomba menuju pantai Bagaikan dua insan yang bercinta

Semenjak alam tercipta Mereka saling mencinta Indahnya betapa indah ala mini Oooo…..Reff

Page 132: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

113

Kami sudah diciptakan Untuk saling mengasihi Sadarlah, sadarlah hai kau manusia Reff

Reff: Cintailah sesamamu Seperti dirimu sendiri Bersama-sama kami nikmati Apa yang dikaruniakan-Nya

c) Doa pembukaan

Allah Bapa yang penuh kasih, tiada henti-hentinya kami mengucap syukur

kepada-Mu atas perlindungan dan penyertaan-Mu kepada kami, sehingga kami

bisa berkumpul bersama-sama ditempat ini. Bapa pada saat ini kami berkumpul di

tempat ini untuk mengadakan rekoleksi dengan tema rekoleksi “Menerima

Perbedaan”. Kami bersyukur karena kami Kau ciptakan berbeda satu dengan yang

lain. Perbedaan kami membuat dunia ini penuh dengan warna-warni. Warna ini

menjadi indah atau tidak tergantung kami yang menciptakannya. Bantulah ya

Bapa, agar kami mampu menghargai perbedaaan diantara kami, sehingga semakin

hari kami mampu hidup berdampingan, saling menghargai, saling menghormati.

Semua ini kami mohon dan serahkan kepada-Mu ya Bapa dengan perantaraan

Putra-Mu terkasih Tuhan kami Yesus Kristus. Amin.

2) Langhah I&II: Mendalami Pengalaman Peserta (09.20-10.20)

Rekan-rekan yang terkasih, dalam pertemuan hari ini, pertama-tama kita

akan mencoba melihat perbedaan-perbedaan yang ada dan telah kita alami di

dalam asrama hampir 3 tahun, dan sejauh mana kita sudah mengusahakan

penyesuaian serta penempatan diri di tengah perbedaan-perbedaan itu. Untuk

Page 133: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

114

mengawali pertemuan kita, kita sama-sama menonton, menyimak, dan

mendengarkan pemutaran film “ Tindak Kekerasan” berikut ini.

Pemutaran film “Tindak Kekerasan” oleh Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC

Pendalaman film “Tindak Kekerasan”

• Apa yang mengesankan dari film “Tindak Kekerasan” tadi bagi anda?

• Apa yang diserukan oleh Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC dalam film

tadi?

• Bagaimana tindakan anda dengan apa yang disampaikan oleh Mgr. Petrus

Canisius Mandagi MSC dalam film tadi?

• Nilai apa yang dapat ditemukan dalam film tadi sehingga dapat bermanfaat

bagi hidup anda dalam hidup bersama?

Intisari cerita

Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC, mengatakan bahwa akhir-akhir ini

adanya bom bunuh diri yang menunjukkan tindak kekerasan. Keadaan Indonesia

sangat memprihatinkan dimana di tengah kehidupan masyarakat kekerasan dan

balas dendam mewarnai kehidupan manusia. Yang menjadi pertanyaan adalah

apakah kekerasan harus dilawan dengan kekerasan?, apakah kekerasan dilawan

dengan balas dendam?. Sebagai pengikut Yesus Kristus, kita harus menjadikan

gaya Yesus Kristus menjadi gaya kita, watak Yesus Kristus menjadi watak kita,

sifat Yesus Kristus menjadi sifat kita. Dalam injil dikisahkan Yesus Kristus

banyak mengalami masalah relasi dengan kaum manusia terutama kaum Farisi

dan Ahli Taurat. Kekerasan yang dijalankan oleh kaum Farisi dan Ahli Taurat

lebih berat lagi yaitu Yesus Kristus dipaku di kayu salib. Akan tetapi Yesus tidak

Page 134: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

115

mendendam, malah Yesus menjawab kekerasan dengan pengampunan (lih. Matius

23: 34). Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC, mengajak kita umtuk mengikuti

teladan yang diberikan oleh Yesus yaitu untuk menjawab kekerasan bukan dengan

kekerasan dan balas dendam, tetapi dengan memaafkan dan mengampuni. Mgr.

Petrus Canisius Mandagi MSC, juga mengajak kita belajar dari perkataan Paus

Paulus Yohanes II, yaitu: kekerasan itu untung jangka pendek tetapi rugi jangka

panjang, dan sebaliknya pengampunan rugi jangka pendek tetapi untung jangka

panjang. Seruan Paus Paulus Yohanes II, mengajak kita untuk meninggalkan

gengsi, dan selalu merendahkan hati dan bersikap mengampuni. Dengan

memaafkan dan mengampuni kita akan mendapat banyak teman. Tetapi kalau kita

menjalankan kekerasan maka kita akan menciptakan musuh-musuh baru di dalam

kehidupan kita.

Nilai-nilai yang ditekankan

• Sebagai pengikut Yesus Kristus, kita harus menjadikan gaya Yesus Kristus

menjadi gaya kita, watak Yesus Kristus menjadi watak kita, sifat Yesus

Kristus menjadi sifat kita.

• Menjawab kekerasan bukan dengan kekerasan dan balas dendam, tetapi

dengan memaafkan dan mengampuni.

• Kekerasan itu untung jangka pendek tetapi rugi jangka panjang, dan

sebaliknya pengampunan rugi jangka pendek tetapi untung jangka

panjang.

• Hidup harus meninggalkan gengsi, dan selalu merendahkan hati dan

bersikap mengampuni.

Page 135: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

116

• Dengan mengampuni kita akan mendapat banyak teman atau sahabat.

3) Langkah III: Mengolah Pengalaman Kitab Suci (10.30-11.30)

a) Salah satu peserta dimohon bantuannya membacakan teks 1 Korintus 12: 12-

31.

b) Pendalaman teks 1 Korintus 12: 12-31 (dalam kelompok, masing-masing

kelompok 5 orang).

Pertanyaan panduan

• Apa yang mau disampaikan dalam perikop tersebut?

• Makna-makna apa yang dapat dipetik dari perikop tersebut?

• Sikap apa yang ingin ditanamkan bagi kita dari isi perikop tersebut?

c) Pleno

Wakil dari masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi kelompok.

d) Rangkuman

Tubuh mengambarkan keanekaragaman dari banyak anggota, seperti setiap

anggota pada kerja sama dari anggota-anggota yang lain supaya berfungsi sebagai

bagian dari tubuh. Melalui baptis kaum beriman mengambil bagian dalam Kristus

dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Melalui Ekaristi, kaum beriman

digabungkan satu dengan yang lain dalam tubuh-Nya. Sakaramen ini memberi

kekuatan kepada kita untuk menerima dan menghargai perbedaan.

Tubuh tidak disamakan dengan salah satu anggota, tetapi membutuhkan

banyak anggota yang saling bekerja sama. Masing-masing kaum beriman adalah

anggota dari tubuh Kristus; tubuh kaum berian juga di sebut kenisah Roh Kudus

Page 136: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

117

(lih. 1 Kor 6: 19). Tubuh mengumpulkan para anggota dan semua menjadi satu.

Semua bagian anggota secara hakiki menyumbang anggotanya untuk

pembangunan tubuh. Perbedaan dari anggota yang satu tidak dapat menjadi yang

lain, juga yang satu tidak dapat meggantikan peranan yang lain. Jika satu anggota

menderita, semua anggota yang lain menderita, dan secara naluriah mendukung

anggota yang menderita. Begitu juga, jika sebuah anggota mendapat kehormatan,

semua anggota yang lain lebih bersemangat karena mengambil bagian dalam

kehormatan itu. Dalam anggota janganlah ada persaingan, karena seriap orang

mempunyai karunia, dan memang karunia yang diterima masing-masing anggota

tidak sama, akan tetapi masing-masing anggota perlu menjaga keharmonisan

dalam satu tubuh yaitu tubuh Kristus.

1) Langkah IV: Apa yang harus kulakukan dengan perbedaan yang ada

(11.30-12.30)

a) Menyanyi lagu “Tuhan jadikan daku pembawa damai”

Reff Tuhan jadikanlah daku pembawa damai Kan kunyanyikan lagu penawar badai Tuhan jadikanlah daku penabur benih Kan kudamaikan silang selisih Bila ada kulihat lawan bermusuh Kan ku satukan dalam ikatan nan teguh Bila ada ku dengar salah di tutur Kan ku sampaikan segala kata ku yang jujur Dan bahagialah daku selamanya. Reff Bila ada ku rasa duka di dada Kan kubawakan kisah dan lagu gembira Bila ada ku raba gelap dan hitam Kan ku pancarkan cahaya-Mu di tengah malam Dan bahagialah daku selamanya. Reff

Page 137: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

118

b) Pengantar

Rekan-rekan dari awal kita sudah diajak untuk melihat perbedaan-perbedaan

disekitar kita. Dalam slide tadi, kita juga telah melihat dan mendengar apa yang

menjadi seruan Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC, yakni kita harus meneladani

Yesus Kristus. Kita juga perlu mendalami maksud dan makna dari perkataan Paus

Yohanes Paulus II yaitu kekerasan itu untung jangka pendek tetapi rugi jangka

panjang, dan sebaliknya pengampunan rugi jangka pendek tetapi untung jangka

panjang. Pesan Paus Yohanes ini lah yang akan kita terapkan dalam hidup kita

yaitu agar kita menghargai perbedaan-perbedaan untuk menghindari konflik,

karena dengan menghargai perbedaan-perbedaan membuat kita memiliki banyak

teman atau sahabat. Dalam kesempatan ini, marilah kita melihat perjalanan hidup

kita di asrama seminari, bagaimana sikap kita dalam hidup di tengah teman-teman

yang tentu berasal dari daerah yang berbeda, watak, sifat, pribadi yang berbeda.

c) Refleksi pribadi

• Apakah selama ini saya tidak memilih-milih dalam berteman?

• Mengapa saya pilih-pilih dalam berteman?

• Sikap mana yang saya perjuangkan agar saya dapat menerima perbedaan

yang ada?

• Hikmah apa yang bisa saya petik dari VCD “Tindak Kekerasan” dan

perikop tadi?

d) Penegasan

• Dalam hidup bersama, sikap saling menghargai itu sangat perlu dijaga.

• Tidak boleh mememilh-milih dalam berteman atau bersahabat.

Page 138: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

119

• Selalu bersikap rendah hati, mau terbuka dan mampu memaafkan sesama

yang berbuat salah.

• Meneladani Yesus Sang Maha Mengampuni dalam hidup bersama.

5) Langkah V: membuat rencana pribadi dan bersama demi hidup bersama

yang harmonis (13.15-13.45)

a) Pengantar

Setelah selesai menggali pengalaman lewat pemutaran VCD “Tindak

Kekerasan” dan persan perikop 1 Korintus 12: 12-31, peserta diajak untuk

menulis rencana masing-masing tentang apa yang akan mereka lakukan setelah

rekoleksi ini yang berkaitan dengan hubungan diantara mereka selama hidup

diasrama seminari dan hubungan mereka dengan orang lain, kemudian rencana

masing yang sudah ditulis, diberi nama dan dipersembahkan kepada Tuhan, dalam

Perayaan Ekaristi. Setelah Perayaan Ekaristi selesai, rencana dibagikan kembali

kepada peserta.

b) Pertanyaan panduan rencana pribadi

• Apa yang akan saya buat pulang dari rekoleksi hari ini?

• Apa saja yang saya perjuangkan setelah pulang dari rekoleksi ini dalam

mengatasi perbedaan yang ada?

6) Penutup: Misa/Perayaan Ekaristi (13.45-15.00)

Acara rekoleksi di tutup dengan Perayaan Ekaristi.

Page 139: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

BAB V

PENUTUP

Sebagai akhir skripsi ini, penulis hendak mengungkapkan pokok-pokok

yang perlu diperhatikan, ditegaskan kembali, dipikirkan, dan dikembangkan

berhubungan dengan pembinaan iman siswa Seminari Menengah St. Paulus

Nyarumkop oleh pihak seminari dalam memperkembangkan bibit-bibit panggilan

yang dimiliki para siswa seminari.

Sesuai dengan kenyataan yang dialami oleh para siswa yang masuk di

Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop, dimana mereka masuk ke Seminari

Menengah St. Paulus Nyarumkop untuk memperkembangkan bibit-bibit

panggilan yang mereka miliki, akan tetapi sayang setelah melalui proses

pendidikan dan pembinaan di seminari menengah ini, banyak dari mereka malah

kurang tertarik untuk melanjutkan ke jenjang seminari tinggi. Sehubungan dengan

ini dalam skripsi ini, penulis mengusulkan saran-saran sehubungan dengan

pembinaan iman di Asrama Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop, sehingga

pembina di Asrama Seminari St. Paulus Nyarumkop dapat membantu siswa

seminari sebagai subyek bina. Penulis siap bila pihak seminari mengajak

kerjasama di bidang pembinaan iman bagi para siswa seminari.

A. Kesimpulan

Dalam membantu mengembangkan bibit-bibit panggilan para siswa

seminari sehingga mereka berani dan mantap mengambil keputusan untuk

melanjutkan ke jenjang seminari tinggi, pihak seminari sudah mengupayakan

berbagai bentuk pembinaan iman. Akan tetapi sayang pembinaan iman yang

Page 140: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

121

diupayakan kurang terorganisir dikarenakan tenaga pembina di Asrama Seminari

Menengah St. Paulus amat kurang, hanya 2 pastor dan 1 awam. Selain bertugas

sebagai pembina di seminari, 2 pastor ini juga membantu di paroki, dan waktu

mereka lebih banyak digunakan untuk turne ke kampung-kampung guna melayani

umat. Dengan demikian waktu mereka untuk melaksanakan pembinaan di asrama

seminari sangat kurang, sehingga pembinaan iman tidak berjalan dengan

semestinya dan kurang menjawab kebutuhan para siswa seminari dalam

memperkembangkan bibit-bibit panggilannya.

Pembinaan iman yang ada kurang terkoordinasi, sehingga tidak berjalan

dengan semestinya, padahal pembinaan iman mempunyai peranan penting

dalam kehidupan umat termasuk para siswa seminari. Pembinaan iman dapat

membantu para siswa seminari semakin menghayati panggilan Tuhan atas

hidupnya dan menghayati hidup bersama dengan teman-teman di komunitas

asrama seminari untuk saling menghargai, bekerjasama, dan mendukung demi

perkembangan iman dan panggilan. Pembinaan iman tidak boleh asal terlaksana

saja. Pembinaan iman itu harus memiliki tujuan yang jelas, maka pembina

seminari maupun siswa seminari perlu mengetahui apa yang menjadi tujuan dan

manfaat pembinaan iman yang dilaksanakan. Dengan memahami tujuan dan

manfaat pembinaan iman yang dilaksanakan, kedua belah pihak akan terbantu

untuk terlibat aktif dalam melaksanakan dan mengikuti proses pembinaan iman.

Peran pembina dalam pembinaan iman sangatlah penting. Pembina di

Asrama Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop perlu mengetahui

permasalahan yang sedang dialami para siswa seminari. Dengan mengetahui

Page 141: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

122

permasalahan yang dihadapi, pembina perlu mengusahakan materi, metode, dan

sarana sesuai dengan situasi para siswa. Untuk itu pembina perlu tanggap terhadap

kebutuhan para siswa, sehingga pembinaan iman yang diupayakan dapat

terlaksana dan mencapai tujuannya.

Siswa seminari sebagai subyek bina perlu sungguh-sunguh diperhatikan,

diarahkan, dan diberi pembinaan terus menerus, agar bibit-bibit panggilan yang

ingin mereka kembangkan di seminari menengah mampu berkembang, sehingga

mereka berani dan mampu memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang seminari

tinggi tanpa ada paksaan dari pembina, orang tua, dan orang lain, tetapi bisa

menjadikan keputusannya untuk menjadi imam itu benar-benar merupakan

kehendak sendiri atas dorongan Roh Kudus.

Dalam skripsi ini, penulis menawarkan pembinaan iman di Seminari

Menengah St. Paulus Nyarumkop melalui katekese. Penulis memilih katekese

karena proses katekese dapat menggali permasalahan yang dialami para siswa

melalui sharing dan dialog di antara mereka. Sharing dan dialog dapat membantu

mereka untuk saling meneguhkan satu dengan yang lain. Peran pembina adalah

mengarahkan serta memberi peneguhan agar mereka semakin berkembang baik

iman maupun panggilannya.

Dalam skripsi ini penulis membuat dan sekaligus menawarkan usulan

program katekese untuk membantu pembina seminari dalam rangka mengarahkan

dan memperkembangkan iman dan panggilan para siswa seminari untuk menjadi

imam. Semoga program katekese yang dibuat ini dapat membantu karya

pembinaan iman di Asrama Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop.

Page 142: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

123

B. Saran

Agar proses pembinaan iman bagi siswa seminari dalam rangka

mempersiapkan mereka memasuki jenjang seminari tinggi agar bias berjalan

dengan lebih baik, maka penulis mengusulkan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Pihak Pembina Asrama Seminari

Pembina seminari perlu lebih memperhatikan kebutuhan para siswa

seminari dan perlu memfokuskan lebih banyak waktunya untuk mengkoodinasi

dan melaksanakan pembinaan iman yang diupayakan. Pembina seminari perlu

memperhatikan tema, tujuan, materi, dan sarana pendukung dalam pembinaan

iman. Tema pembinaannya perlu juga disesuaikan dengan masalah yang sedang

dihadapi para siswa seminari.

2. Bagi Pihak Sekolah (Tempat para siswa seminari belajar)

Pembinaan di sekolah bertujuan tercapainya tingkat intelektualitas yang

memadai sebagai persiapan diri guna melanjutkan studi di Perguruan Tinggi atau

Seminari Tinggi. Maka pihak sekolah perlu membentuk wawasan intelektual para

siswa dengan memberikan aneka ilmu pengetahuan. Pihak sekolah perlu

menciptakan suasana krasan, suasana keterbukaan, keadilan, kejujuran, dan

kemandirian, agar para siswa mampu untuk bersikap kritis terhadap pendapatnya

sendiri maupun pendapat guru dan pembimbing. Pihak sekolah perlu juga

menyediakan sarana pendukung seperti perpustakaan, buku-buku pelajaran yang

lengkap, laboratorium, komputer, dan sarana lainnya yang mendukung kelancaran

pengajaran.

Page 143: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

DAFTAR PUSTAKA

Adisusanto, FX. SJ. (2000). Katekese Sebagai Pendidikan Iman. (Seri Puskat No.

370). Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat. ________________. (2000c). Katekese Sebagai Pendidikan Iman. (Seri Puskat

No. 372). Yogyakarta: LPKP PUSKAT. Amalorpavadas, D.S (1982). Katekese Sebagai Tugas Pastoral Gereja. (Seri

Puskat No. 11). Yogyakarta: Pusat Kateketik. Bartruff, B. D. 2003. Menjadi Pribadi yang Dikehendaki Tuhan. Jakarta: Gunung

Mulia. Bergant, Dianne CSA., & Karris Robert J., OFM. (Ed). (2002). Tafsir Alkitab

Perjanjian Baru. (A.S. Hadiwiyata, Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius. (Buku asli diterbitkan tahun, 1989).

Groome, Thomas H. (1997). Shared Christian Praxis: Suatu Model Berkatekese, (Drs. FX. Heryatno W.W. SJ., M. Ed., Penyadur). (Seri Puskat No. 356). Yogyakarta: LPKP PUSKAT. (Buku asli diterbitkan tahun 1991).

Hardawiryana, R. Dr. SJ. (1977). Pelaksana Pelayanan. Spektrum, No.1. Jakarta: Bagian Dokumentasi dan Penerangan MAWI.

____________________. (1978). Sinode Para Uskup di Roma 1977. Tentang Katekese. (Seri Pradnyawidya 1). Yogyakarta: Pradnyawidya.

Komisi Kateketik KWI. (1995). Katekese Umat dan Evangelisasi Baru. Yogyakarta: Kanisius.

Komisi Liturgi KWI. (2003). Penanggalan Liturgi 2004: Tahun C/II. Yogyakarta: Kanisius.

Komisi Seminari KWI. (1989). Pedoman Dasar Pembinaan Imam Di Indonesia. Spektrum. No.1. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Pererangan KWI.

Konferensi Waligereja Indonesia. (1996a). Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius

__________________________. (1996b). Pedoman Gereja Katolik Indonesia. Bogor: SMK Grafika Mardi Yuana.

Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Obor (Dokumen asli diterbitkan tahun 1965).

Kristianto, Yosef. SFK. (2005). Teori Pendidikan Agama Katolik Pendidikan Menengah. Diktat Mata Kuliah Teori PAK-PM Semester V, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

LBI. (1981). Tafsir Perjanjian Baru.3, Injil Matius. Yogyakarta: Kanisius. Lembaga Alkitab Indonesia. Alkitab Deuterokanonika. (2001). Jakarta:

Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia. Mangunharjana, A. (1985). Membimbing Rekoleksi. Yogyakarta: Kanisius _______________. (1986). Pembinaan: Arti dan Metodenya. Yogyakarta:

Kanisius.

Page 144: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

125

_______________. (1986b). Pendampingan Kaum Muda Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kanisius

O’Collins, Gerald SJ. & Farrugia, Edwar G. SJ. (1996). Kamus Teologi (I. Suharyo, Pr., Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius. (Buku asli diterbitkan tahun 1991).

Paguyuban Devosi Kerahiman Ilahi. (2003). Merayakan Pesta Kerahiman Ilahi. Semarang: Paguyuban Kerahiman.

Paulus VI. (1993). Evangelii Nuntiandi (Tentang Karya Pewartaan Injil dalam Zaman Modern). (Hadiwikarta, J. Pr, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1975).

Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia II. (1981). Rumus Katekese Umat yang Dihasilkan PKKI II. Dalam Th. Huber (Ed.). Katekese Umat: Hasil Pertemuan antar Keuskupan se-Indonesia II (hh. 15-23). Yogyakarta: Kanisius.

Ponomban, Terry. http://www.yesaya.indocel.ned/id.html. accessed on august 28, 2007.

Poerwadarminta, W. J. (1961). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Setyakarjana, J. S. (1997). Arah Katekese di Indonesia. Yogyakarta: Pusat Kateketik.

Siauwarjaya, Afra. (1987). Membangun Gereja Indonesia 2. Yogyakarta: Kanisius.

Suhardiyanto, H.J., SJ. (1993). Kateketik Bimbingan I. Naskah untuk Studi Kateketik 10. Yogyakarta: LPKP PUSKAT.

Suhardi, Alfon S. OFM. (Ed). (1995). Pedoman Dasar Pembinaan Calon Imam Bagian Seminari Menengah. Spektrum, No.1. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.

Suharsimi Arikunto.(1998). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Sumarno Ds., M.(2003). Praktek Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama

Katolik Paroki. Diktat Mata Kuliah PPL PAK Paroki Semester VII, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Sutrisno Hadi, M. A. Prof. Drs.(1974). Metodologi Research I. Yogyakarta: Fakultas Psychologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Tangdilintin, Philip, Drs. (1984). Pembinaan Generasi Muda Visi dan Latihan. Jakarta: Obor.

Telaumbanua, Marinus. DR. OFM.Cap. (1999). Ilmu Kateketik: Hakikat, Metode, dan Peserta Gerejawi. Jakarta: Obor.

Wilfrid. (2003). Evaluasi TOP-er Kapusin. DUTA, 194, 16. Yohanes Paulus II. (1991). Codex Iuris Canonici. (V. Kartosiswoyo. Pr. dkk.

Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1983).

_______________. (1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.

Page 145: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

126

_______________. (1992). Pastores Dabo Vodis (Gembala-gembala akan ku angkat bagimu). (R. Hardawiryana, Penerjemah). Bogor: SMT Mardi Yuana.

Page 146: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

LAMPIRAN

Page 147: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

(2)

Lampiran: 1

Page 148: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

(3)

Lampiran: 2

Jadual Harian Asrama Seminari

Hari Waktu Kegiatan (1) (2) (3)

04.00-04.30 Bangun, rapikan tempat tidur, mandi 04.30-05.15 Study/belajar (wajib) 05.15-06.15 Doa pagi dan misa di kapel 06.15-06.45 Sarapan pagi dan berangkat ke sekolah 13.15-13.45 Ambil nasi dan makan siang 13.45-15.00 Istirahat (wajib) 15.00-16.00 Kerja bakti di asrama (ruangan dan kebun) 16.00-17.15 Olah raga 17.15-18.00 Mandi 18.00-18.45 Makan Malam 18.45-20.00 Study/belajar 20.00-20.15 Doa malam di kapel 20.15-21.00 Nonton bersama/Nyantai

Senin

21.00-04.00 Tidur 04.00-04.30 Bangun, rapikan tempat tidur, mandi 04.30-05.15 Study/ belajar (wajib) 05.15-06.15 Doa pagi dan misa di kapel 06.15-06.45 Sarapan pagi dan berangkat ke sekolah 13.15-13.45 Ambil nasi dan makan siang 13.45-15.00 Istirahat 15.00-16.00 Belajar 16.00-17.15 Santai dan olah raga 17.15-18.00 Mandi 18.00-18.45 Makan malam 18.45-20.00 Belajar 20.00-20.15 Doa malam di kapel 20.15-21.00 Nonton bareng dan santai 21.00-04.00 Tidur

Selasa

04.00-04.30 Bangun, rapikan tempat tidur, mandi 04.30-05.15 Belajar 05.15-06.15 Doa pagi dan pendalaman Kitab Suci/katekese 06.15-06.45 Sarapan dan berangkat ke sekolah 13.15-13.45 Makan siang 13.45-15.00 Istirahat /tidur siang 15.00-16.00 Belajar 16.00-17.15 Santai dan olah raga 17.15-18.00 Mandi 18.00-18.45 Makan malam

Rabu 18.45-20.00 Misa bersama (SMP,SMK, dan SMA Seminari)

Page 149: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

(4)

20.15-21.00 Santai dan nonton bersama

21.00-04.00 Tidur 04.00-04.30 Bangun, rapikan tempat tidur, mandi 04.30-05.15 Belajar 05.15-06.15 Doa pagi dan misa di kapel 06.15-06.45 Sarapan pagi dan berangkat ke sekolah 13.15-13.45 Makan siang 13.45-15.00 Istirahat/tidur siang 15.00-16.00 Kerja bakti bersih-bersih asrama 16.00-17.15 Santai dan olah raga 17.15-18.00 Mandi 18.00-18.45 Makan malam 18.45-20.00 Belajar 20.00-20.15 Doa malam di kapel 20.15-21.00 Santai dan nonton bersama

Kamis

21.00-04.00 tidur 04.00-04.30 Bangun, rapikan tempat tidur, dan mandi 04.30-05.15 Belajar 05.15-06.15 Doa pagi dan misa di kapel 06.15-06.45 Sarapan pagi dan berangkat ke sekolah 13.15-13.45 Makan siang 13.45-15.00 Istirahat siang 15.00-16.00 Studi /belajar 16.00-17.15 Santai dan olah raga bersama 17.15-18.00 Mandi/mencuci 18.00-18.45 Makan malam 18.45-20.00 Belajar 20.00-20.15 Doa malam bersama di kapel 20.15-21.00 Santai dan nonton bersama

Jumat

21.00-04.00 Istirahat/tidur malam 04.00-04.30 Bangun, rapikan tempat tidur, mandi 04.30-05.15 Belajar 05.15-06.15 Doa pagi dan misa di kapel 06.15-06.45 Sarapan pagi dan berangkat ke sekolah 13.15-13.45 Makan siang 13.45-15.00 Istirahat siang 15.00-16.00 Belajar 16.00-17.15 Santai dan olah raga 17.15-18.00 Mandi/Mencuci 18.00-18.45 Makan malam 18.45-20.00 Belajar malam 20.00-20.15 Doa malam bersama di kapel 20.15-21.30 Santai dan nonton bersama

Sabtu

21.30-05.00 Istirahat /tidur

Page 150: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

(5)

05.00-05.45 Bangun, rapikan tempat tidur, mandi 05.45-06.00 Doa pagi bersama di kapel 06.15-07.15 Misa bersama (SMP, SMK, SMA) di gereja 07.30-08.15 Sarapan pagi 08.15-09.30 belajar 09.30-12.00 Santai, nonton, dan jalan-jalan 12.00-12.30 Makan siang 12.30-15.00 Istirahat, santai, nonton, dll 15.00-16.00 Bersih-bersih asrama 16.00-17.30 Olah raga/santai 17.30-18.00 Mandi 18.00-18.45 Makan malam 18.45-20.00 Belajar 20.00-20.15 Doa malam bersama di kapel 20.15-21.00 Santai dan nonton

Minggu

21.00-04.00 Tidur

Page 151: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

(6)

Lampiran: 3

Program Kegiatan Tahunan No Kegiatan Keterangan (1) (2) (3) 1 Retret • Dilaksanakan 1 tahun sekali

• Pelaksanaannya setiap bulan Juni dan tanggal pelaksanaannya tidak tetap

2 Rekoleksi • Dilaksanakan 1 tahun sekali • Pelaksanaannya setiap bulan Februari dan tanggal

pelaksanaannya tidak tetap. 3 Turne kampung-

kampung • Pelaksanaan turne khusus untuk kelas III • Turne dilaksanakan di wilayah Paroki St. Maria

Nyarumkop • Para siswa kelas III berangkat turne Sabtu siang dari

asrama seminari dan Minggu sore harus sudah kembali ke asrama

• Pelaksanaan turne setiap setiap tahunnya pada bulan Februari dan Maret.

4 Pengakuan dosa • Pengakuan dosa dilaksanakan 2 tahun sekali • Pelaksanaannya menjelang hari raya Paska dan Natal • Wajib untuk semua siswa seminari

Page 152: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

(7)

Lampiran: 4

Hal: Permohonan ijin penelitian

Kepada Yth: Pembina Asrama Seminari

Pastor Frans Yosnianto, OFM. Cap.

Di tempat

Dengan Hormat

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Martinus

NIM : 011124022

Dengan ini memohon persetujuan untuk mengadakan penelitian di asrama

seminari, dalam rangka mengumpulkan bahan untuk penulisan skripsi saya di

PRODI IPPAK – USD Yogyakarta. Adapun obyek penelitian adalah para siswa

kelas III seminari yang tinggal di asrama seminari, sehubungan dengan bentuk

dan pelaksanaan pembinaan di asrama seminari dalam rangka mempersiapkan

para siswa khususnya siswa kelas III untuk memasuki jenjang seminari tinggi.

Demikianlah surat permohonan saya, atas terkabulnya permohonan ini dan

kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Nyarumkop, 17 Januari 2007

Menyetujui Hormat saya,

Pembina Asrama Seminari Peneliti,

Pastor Frans Yosnianto, OFM. Cap Martinus

Page 153: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

(8)

Lampiran: 5

Daftar pertanyaan seputar pembinaan iman siswa seminari menengah khususnya siswa kelas III

Mohon dijawab sesuai dengan kenyataan yang ada! Identitas Responden 1. Nama anda……… 2. Usia anda……….. 3. Asal daerah 4. Motivasi masuk seminari Berilah tanda silang (X) pada jawaban sesuai dengan kenyataan yang ada! Upaya Pembinaan Iman Bagi Siswa Seminari 5. Menurut pendapat anda apakah pihak seminari sudah mengupayakan

pembinaan iman yang efektif? (tulislah jawaban anda pada pilihan d bila jawaban a, b, c tidak ada yang sesuai!) a. Sudah diupayakan b. Belum diupayakan c. Tidak tahu d. …………..

6. Sejauh mana pembinaan iman yang diupayakan dilaksanakan? (tulislah jawaban anda pada pilihan d bila jawaban a, b, c tidak ada yang sesuai!) a. Dilaksanakan setiap pagi hari dan malam hari b. Dilaksanakan seminggu 3 (tiga) kali c. Dilaksanakan seminggu 1 (satu) kali d. ………….

7. Bagaimana sikap anda terhadap pembinaan iman yang sudah ada? (tulislah jawaban anda pada pilihan d bila jawaban a, b, c tidak ada yang sesuai!) a. Mengikuti pembinaan iman tergantung kesadaran diri b. Melaksanakan pembinaan iman dengan terpaksa karena peraturan yang

ada c. Melaksanakan pembinaan iman tergantung kesadaran diri d. ………….

8. Perasaan anda terhadap pembinaan iman yang diupayakan bagi anda? a. Senang b. Biasa-biasa saja c. Binggung d. Tidak tahu

Berilah tanda silang (X) dibawah ini sesuai dengan kenyataan yang ada! Bentuk-bentuk Pembinaan Iman 9. Bentuk pembinaan iman macam apa yang diupayakan pihak seminari bagi

anda? (tulislah jawaban anda pada pilihan d bila jawaban a, b, c tidak ada yang sesuai!) a. Retret b. Rekoleksi

Page 154: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

(9)

c. Katekese/pembinaan iman d. ………….

10. Bentuk pembinaan iman macam apa yang sering dilaksanakan? (tulislah jawaban anda pada pilihan d bila jawaban a, b, c tidak ada yang sesuai!) a. Retret b. Rekoleksi c. Katekese/pembinaan iman d. …………..

11. apakah bentuk pembinaan iman yang dilaksanakan sering anda ikuti? a. Selalu mengikuti b. Sering mengikuti c. Kadang-kadang mengikuti d. Tidak pernah mengikuti

12. Sering terlibat dan mengikuti bentuk pembinaan iman dalam membantu memperkembangkan hidup rohani anda? a. Sangat membantu b. Membantu c. Tidak membantu d. Tidak tahu

13. Pernahkah anda mengalami kesulitan dalam mengikuti bentuk pembinaan iman yang diupayakan? a. Pernah b. Kadang-kadang c. Tidak pernah d. Tidak tahu

14. Sesuai jawaban No. 13, kesulitan macam apa yang anda alami dalam mengikuti pembinaan yang sudah diupayakan? (tulislah jawaban anda pada pilihan d bila jawaban a, b, c tidak ada yang sesuai!) a. Pembinaan imannya tidak terorganisir b. Pembinaan iman terlalu monoton c. Masalah pribadi d. …………..

15. Apakah anda berusaha untuk mengatasi kesulitan yang ada? a. Ya, sudah berusaha, caranya……… b. Tidak, alasannya…….. c. Masih dalam rencana, yaitu………. d. Tidak tahu, alasannya……….

Berilah tanda silang (X) dibawah ini sesuai dengan kenyataan yang ada! Pandangan Mengenai Katekese 16. Apakah di Seminari Menengah Nyarumkop dilaksanakan katekese

(pembinaan iman)? (tulislah jawaban anda pada pilihan d bila jawaban a, b, c tidak ada yang sesuai!) a. Dilaksanakan secara rutin setiap……sekali b. Kadang-kadang dilaksanakan c. Tidak pernah dilaksanakan

Page 155: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

(10)

d. …………. 17. Apakah anda mengikuti kegiatan katekese (pembinaan iman)? (tulislah jawaban

anda pada pilihan d bila jawaban a, b, c tidak ada yang sesuai!) a. Selalu mengikuti b. Kadang-kadang mengikuti c. Tidak pernah mengikuti d. ……………

18. Bagaimana perasaan anda terhadap pelaksanaan katekese (pembinaan iman)? a. Senang sekali b. Biasa-biasa saja c. Binggung d. Tidak tahu

19. Apakah katekese (pembinaan iman) membantu memperkembangkan hidup rohani anda? a. Sangat membantu, alasannya…….. b. Binggung, alasannya…….. c. Tidak membantu, alasannya…….. d. Tidak tahu, alasannya………..

20. Apakah ada usul dan saran anda terhadap pelaksanaan katekese (pembinaan iman) agar dapat memperkembangkan hidup rohani atau panggilan anda untuk menjadi imam? (tuliskan usul dan saran anda pada titik dibawah ini!)

……………………………………………………………………

Page 156: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

(11)

Lampiran: 6

Riwayat Hidup Santa Faustina, Rasul Kerahiman Ilahi

Santa Faustina dilahirkan dengan nama Helena Kowalska pada tanggal 25

Agustus 1905 di desa kecil, Glogowiec, dekat kota Lodz di Polandia, sebagai anak ketiga dari 10 bersaudara. Walaupun keluarganya miskin, Helena mempunyai jiwa yang kaya. Sebagai gadis muda, ia mengalami banyak peristiwa spritualitas yang unik dan menghabiskan banyak waktunya dengan berdevosi dan berdoa. Pada awal Buku Catatan Harian (BCH)-nya, Helena menulis bahwa saat ia berusia 7 tahun, ia mendapat panggilan dari Tuhan untuk hidup religius.

Pada usia 14 tahun, Helena berhenti bersekolah dan terpaksa bekerja untuk membantu keluarganya. Orang tuanya tidak mau mendengar Helena ingin masuk biara. Patuh kepada orang tuanya, Helena bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

Helena berusaha dengan sebaik-baiknya untuk hidup biasa dan tidak menghiraukan panggilan membiaranya. Suatu hari di usia 19 tahun, saat berdansa dalam suatu pesta di halaman belakang Katedral, ia mendapatkan penampakan dari Yesus. Yesus berkata kepada Helena:

“Berapa lama Aku harus menunggumu…dan berapa lama kau membiarkan aku menderita…” Mendapat penampakan itu, Helena segera masuk ke Katedral, dan bertanya:

“Tuhan Yesus, katakanlah apa yang harus kuperbuat?” Yesus menjawab:

“Pergilah ke Warszama sekarang juga. Di sana, masuklah ke biara.” Menanggapi panggilan Tuhan, Helena pergi ke Warszama dan akhirnya

diterima di biara para Suster Bunda Berbelas Kasih (Our Lady of Mercy), sebuah komunitas yang membantu wanita muda mengatasi masalah-masalah mereka. di sana Helena diterima menjadi biarawati postulat pada tanggal 1 Agustus 1925. kemudian Helena masuk novisiat di biara dekat Krakow dan diberi nama Maria Faustina.

Dalam tahun-tahun berikutnya, Sr. Faustina mengalami banyak pengalaman mistik. Semuanya dicatat dalam BCH dengan judul “Kerahiman Ilahi Dalam Jiwaku” (Divine Mercy in My Soul). Catatannya langsung, tanpa koreksi apapun. Karena hanya bersekolah tiga tahun, Sr. Faustina diserahi tugas-tugas biara yang sederhana, seperti berkebun, memasak, dan menjaga pintu dibelbagai biara di Krakow, Plock dan Vilnius. Walaupun hidup dan tugasnya sangat sederhana dan membosankan, ia menjalaninya dengan luar biasa. Helena beberapa minggu setelah masuk kehidupan biara, ia terkena TBC dan

menderita akibat penyakit ini. Untuk yang lama, superior dan teman-temannya tidak menyadari gangguan TBC yang menyerang Sr. Faustina. Keadannya bertambah parah, tetapi Sr. Faustina tetap mau menyelesaikan tugas-tu

Page 157: UPAYA PEMBINAAN IMAN MELALUI KATEKESE DALAM RANGKA

(12)

Lampiran: 7

SEPINTAS MELIHAT KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

Berilah tanda (-) sesuai dengan kelebihan dan kekurangan yang anda miliki! ….berani tampil di muka ….penuh semangat/energik ….penuh pemikiran ….selalu tabah ….tenang mempertimbangkan ….menerima tanggung jawab ….usaha tepat waktunya ….rajin tekun ….dapat dipercaya/diandalkan ….bekerja dengan cermat/teratur ….rapi, serius ….penuh perhatian ….optimis ….periang ….percaya diri ….bisa berdikari ….terbuka dan jujur ….rendah hati ….mau diajak bekerja sama ….mau berdialog, mengalah ….berterus terang ….menerima kritik dengan senang ….mendengar perkataan orang lain ….mengakui salah dengan rendah hati ….menghargai pendapat orang lain ….tahu diri ….tenang menerima segalanya ….bersikap toleran ….aktif, kreatif, dan giat ….mendalam ….peka ….adil ….penuh harapan ….tenang sabar

….pengecut ….lamban bekerja ….penuh perasaan emosional ….mudah berubah/ragu-ragu ….marah dan bergolak dalam batin ….menjauhi tanggung jawab ….selalu terlambat ….malas, mudah putus asa ….tidak dapat dipercaya ….tidak teratur dalam bekerja ….sembrono ….masa bodoh, acuh tak acuh ….pesimis ….cemberut ….kurang percaya diri ….tergantung pada orang lain ….tertutup, tidak jujur ….sombong ….kerap memberontak, jual mahal ….fanatik/ngotot ….tidak berterus terang ….marah bila dikritik ….berbicara tentang diri sendiri ….menutupi kesalahan ….mendesak kemauan sendiri ….tidak tahu batas ….mudah tersinggung ….cari menang sendiri ….pasif, loyo ….dangkal ….tidak peka ….pilih-pilih ….mudah patah semangat ….ambisi, tak sabaran