katekese kontekstual kesetaraan martabat pria … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria...

191

Click here to load reader

Upload: dodieu

Post on 17-Apr-2019

278 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

[i]

KATEKESE KONTEKSTUAL

KESETARAAN MARTABAT PRIA DAN WANITA

SEBAGAI UPAYA UNTUK MENANGGAPI KETIDAKADILAN GENDER

DI STASI ST. ANTONIO MARIA CLARET

TOMOK SAMOSIR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Kristina E. Panjaitan

(121124063)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya dedikasikan bagi seluruh perempuan, terkhusus perempuan/boru

Batak Toba, Program Studi PAK (Romo dan para dosen), kedua orang tuaku

(Oloan Panjaitan dan Lenti Tambunan), kakek dan nenekku, Abangku (Sarihot

Panjaitan), kakak-kakakku (Risto Theresia Panjaitan, Santa Maria Panjaitan, dan

Kristia Panjaitan), adik-adikku (Irshan Panjaitan, Dohardo Panjaitan, Ronauli

Panjaitan, dan Tulus Panjaitan), para ponakan tersayang dan seluruh keluarga

yang selalu mendukungku,

Para donaturku yang dermawan (Rm. Sumarno, SJ, Rm. Van Opzeland, dan Rm.

Rukiyanto, SJ), parabataiku tersayang (Andreas Sigit Kurniawan dan Henricus

Ermawan), sahabat-sahabat angkatan 2012, serta semua orang yang mendukung

dalam penyusunan skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

v

MOTTO

Berdamai Dengan Seluruh Diri Menjadi Dasar Perdamaian Dengan Sesama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

viii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN

MARTABAT PRIA DAN WANITA SEBAGAI UPAYA UNTUK

MENANGGAPI KETIDAKADILAN GENDER DI STASI ST. ANTONIO

MARIA CLARET TOMOK SAMOSIR”.Judul ini dipilih berdasarkan

keprihatinan penulis terhadap ketidakadilan gender yang masih terjadi di Stasi St.

Antonio Maria Claret Tomok Samosir. Pada kenyataannya perempuan Batak

masih hidup dalam tekanan budaya patriakhi. Keputusan para leluhur yang

menetapkan anak laki-laki sebagai pewaris garis keturunan, mengakibatkan

berbagai bentuk ketidakadilan bagi perempuan Batak. Gereja mempunyai

tanggungjawab untuk mendidik iman umat terutama tentang kesetaraan martabat

pria dan wanita di hadapan Allah. Namun sampai saat ini umat masih lebih

cenderung menghidupi aturan adat Batak dari pada nilai-nilai iman tentang

kesetaraan martabat pria dan wanita. Bertolak dari keadaan ini penulis tergerak

untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pastor paroki untuk melaksanakan

katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya

menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam kehidupan umat.

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah menjawab pertanyaan sejauh

mana ketidakadilan gender masih terjadi di Stasi St. Antonio Maria Claret Tomok

Samosir dan apakah katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita

relevan untuk menanggapi permasalahan tersebut. Untuk menjawab persoalan

tersebut penulis menggunakan studi pustaka dan penelitian. Studi pustaka

dilaksanakan dengan mempelajari berbagai sumber yakni Kitab Suci, Dokumen

Gereja, serta pandangan dari beberapa ahli yang berkaitan dengan katekese

kontekstual dan kesetaraan martabat pria dan wanita. Sedangkan penelitian yang

digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif. Untuk memperoleh data guna

keperluan penelitian penulis melakukan wawancara terhadap 10 responden.

Hasil akhir menunjukkan bahwa ketidakadilan gender masih terjadi di

Stasi St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir. Ditetapkannya laki-laki sebagai

pewaris garis keturunan membuat setiap keluarga harus memiliki anak laki-laki

agar keturunannya tidak dianggap mati. Hal ini membuat anak laki-laki lebih

diprioritaskan dalam berbagai hal dan para ibu mendapat tekanan untuk

melahirkan anak laki-laki, anak perempuan tidak berhak mendapatkan warisan

keluarganya, peranan perempuan dibatasi dalam acara adat dan mengemban tugas

rumah tangga yang lebih besar daripada laki-laki. Untuk menindaklanjuti hasil

penelitian ini, penulis mengusulkan program pelaksanaan katekese kontekstual

dalam bentuk pendalaman iman sebagai upaya untuk menanggapi ketidakadilan

gender yang masih terjadi di Stasi St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir.

Lewat program ini diharapkan pemahaman dan penghayatan umat tentang

kesetaraan martabat pria dan wanita semakin berkembang serta memiliki

semangat untuk menjadi pelopor memperjuangkan keadilan gender dalam

semangat Yesus Kristus melalui kesaksian hidup sehari-hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

ix

ABSTRACK

The title of thesis is “ A CONTEXTUAL CATECHESIS OF DGNITY

EQUALITY OF MAN AND WOMEN AS AN EFFORTS TO ADDRESS TO

GENDER INEQUALITY IN THE COMMUNITY OF ST. ANTONIO MARY

CLARET TOMOK SAMOSIR ".This title was cosend based on the authors'

concerns about gender inequalities that still occur at Stasi St. Antonio Mary Claret

Tomok Samosir. In fact, Batak women are still living under the pressure of

patriarchal culture. The decision of the ancestors who assigns the boy as the heir

to brings about, various forms of injustice for Batak women. The Church has the

responsibility to educate the faith of the people, especially about the equality of

the dignity between man and women before God. however now the people are still

more likely to abide the Batak customary than by the values of faith about the

equality of dignity between man and women. Due to this situation the author was

moved to contribute thoughts to the parish priest to carry out the contextual

catechism equality between man and women dignity as an effort to address

gender inequality that still occurs in the life of the people.

The key issue of the thesis is the extent of gender inequality still occurs in

St. Antony Mary Claret Tomok Samosir and need of the contextual catechetical

efforts that need to be done to overcome the problem. To address these problems,

the autor empleys literature study and research. The literature study is done by

studying various sources such as the Bible, Church Documents, and experts

opinions relating to catechesim contextual and equality dignity between man and

women. The type of empirical used by the autor is the qualitative research. To

obtain the data for, autor did interview with 10 respondents.

The final results show that the gender inequality still occurs in

community St. Antony Mary Claret Tomok Samosir. Gender inequality, among

others; The declaration of the boy as the heir leads to the belief that each family

must have the son, so that the lineage is not considered to be extinct, the women

are charged with the more responsibility, the greater priority is put to the boys in

many respects, the mothers are under pressure to be able to give birth to the boys

for the continuation of family offspring, and the women is not accounted for in the

in their division, and her role is limited to the customary events . To follow up the

results of this study, the author propose a program of the contextual catechesim in

the form of deepening of faith as an address gender inequalities that still occur in

comunity St. Antony Mary Claret Tomok Samosir. Through this program it is

expected to understand and appreciate the people about the equality between man

and women dignity growing and have the spirit to be the pioneer of fighting for

gender equality in the spirit of Jesus Christ through the testimony in the daily life.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul KATEKESE

KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA DAN WANITA

SEBAGAI UPAYA UNTUK MENANGGAPI KETIDAKADILAN GENDER

DI STASI ST. ANTONIO MARIA CLARET TOMOK SAMOSIR.

Skripsi ini disusun berdasarkan keprihatinan penulis terhadap

ketidakadilan yang dialami oleh perempuan di Stasi St. Antonio Maria Claret

Tomok Samosir sebagai akibat dari budaya patriakhi. Keputusan adat Batak yang

menetapkan anak laki-laki sebagai pewaris garis keturunan mengakibatkan

berbagai bentuk ketidakadilan bagi perempuan Batak. Oleh sebab itu, penyusunan

skripsi ini dimaksudkan untuk memberi sumbangan pemikiran bagi Gereja lewat

paroki St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir untuk mengupayakan katekese

kontekstual sebagai upaya untuk menanggapi ketidakadilan gender yang terjadi.

Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara

langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini penulis dengan hati

penuh syukur mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Drs. F. X. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed sebagai dosen pembimbing

utama yang selalu memberikan perhatian, meluangkan waktu dan dengan

penuh kesabaran membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd. selaku dosen penguji II sekaligus dosen

pembimbing akademik yang telah bersedia membimbing dan memberi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

xi

perhatian selama menempuh perkuliahan, membaca, menguji, memberikan

kritik dan saran bagi penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini.

3. Dr. B. A Rukiyanto, SJ selaku Kaprodi Program Studi Pendidikan Agama

Katolik sekaligus selaku dosen penguji III yang telah bersedia membaca,

menguji, memberikan kritik dan masukan, serta dalam menyelesaikan skripsi

ini.

4. Seluruh staf dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

yang telah mendidik, dan membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan

studi di Program Studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma

dengan baik.

5. Pastor paroki St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir yang memberikan izin

bagi saya untuk melaksanakan penelitian dan umat yang telah bersedia

menjadi responden penelitian saya, memberikan berbagai informasi yang saya

perlukan dengan meluangkan waktu yang cukup lama untuk menceritakan

pengalaman hidup menggumuli budaya patriakhi Batak dan iman Katolik

tentang kesetaraan martabat pria dan wanita.

6. Risto Theresia yang bersedia membantu saya dalam melaksanakan penelitian

ini untuk mencari umat yang memenuhi syarat dalam penelitian ini.

7. Orang tua, abang, kakak, adik, ponakan, Rm. Sumarno SJ, Rm. Van Opzeland

SJ, Rm. Rukiyanto, SJ, Andreas Sigit Kurniawan, Henricus Ermawan,

Yayasan PTPM Yogyakarta, dan para suster SFD yang ikut memberikan

dukungan, perhatian, dan doa selama saya menempuh perkuliahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

xii

8. Teman-teman mahasiswa terkhusus angkatan 2012 yang selalu memberi

warna, semangat, motivasi, dorongan dan bantuan bagi penulis selama

mengikuti proses perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

9. Seluruh warga kampus Program Studi Pendidikan Agama Katolik yang telah

menemani, memberi semangat serta dukungan doa hingga dari awal

perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang dengan tulus

ikhlas memberi masukan dan dorongan hingga penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan dan

keterbatasan. Oleh karena itu, penulis terbuka terhadap segala saran dan kritik

yang bersifat membangun demi perbaikan dan pemanfaatan skripsi ini. Akhir

kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, 29 Agustus 2017

Penulis,

Kristina E. Panjaitan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv

MOTTO ............................................................................................................ v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................................................... vii

ABSTRAK ....................................................................................................... viii

ABSTRACT....................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ..................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xvii

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 7

C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 8

D. Manfaat Penulisan .......................................................................... 8

F. Sistematika Penulisan ..................................................................... 9

BAB II. KATEKESE KONTEKSTUAL DAN KESETARAAN

MARTBAT PRIA DAN WANITA ...............................................

11

A. Katekese Kontekstual ..................................................................... 13

1. Hakikat dan Tujuan Katekese .…………................................ 13

a. Hakikat Katekese ................................................................. 14

b. Tujuan Katekese ………….................................................. 15

2. Sejarah Singkat Perkembangan Katekese Menuju Katekese

Kontekstual .............................................................................

17

a. Tahap kerygmatik (Nijmegen 1959 dan Eichstatt 196 ....... 18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

xiv

b. Tahap Antropologis (Bangkok 1962, Kaigondo 1964 dan

Manila 1967.........................................................................

18

c. Tahap Politis (Medelin 1968) ............................................ 20

3. Katekese Kontekstual ............................................................. 21

a. Pengertian Katekese Kontekstual dan Latar

Belakangnya .....................................................................

21

b. Hakikat danTujuan Katekese Kontekstual ......................... 23

c. Katekese Kontekstual di Indonesia .................................... 25

d. Katekese Kontekstual dalam Katekese Umat dan Analisis

Sosial ..................................................................................

26

e. Corak Teologi Katekese Kontekstual ................................ 26

4. Katekese Kontekstual Membangun Komunitas Basis Yang

Berdaya Transformatif ...........................................................

32

a. Komunitas Gereja Perdana Yang Berdaya

Transformatif …………………………………………….

33

b. Peranan Komunitas Dalam Katekese ................................ 34

c. Komunitas Basis Gereja Yang Berdaya Transformatif ..... 35

5. Langkah-Langkah Pokok Pelaksanaan Katekese

Kontekstual …………………………………………………

36

B. Kesetaraan Gender ......................................................................... 38

1. Pengertian Kesetaraan Gender ................................................ 38

2. Ideologi Gender ...................................................................... 40

a. Teori Nature ....................................................................... 40

b. Teori Nurture ...................................................................... 41

3. Latar Belakang Terjadinya Ketidakadilan Gender ................. 42

4. Teologi Gender ..................................................................... 44

a. Latar Belakang Munculnya Teologi Gender .................... 45

b. Tujuan dan Harapan Teologi Feminis .............................. 46

c. Metode Teologi Feminis ................................................... 49

1) Menganalisis Situasi ................................................... 49

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

xv

2) Menganalisis Tradisi Gereja ....................................... 52

3) Menganalisis Kitab Suci Untuk Menemukan Makna

Bagi Pembebasan Kaum Perempuan ...........................

54

C. Katekese Kontekstual Memperjuangkan Kesetaraan Gender

Dalam Konteks Budaya Batak ......................................................

58

1. Perjuangan Kesetaraan Martabat Pria dan Wanita ................ 58

a. PerjuanganYesus Mewujudkan Kesetaraan Gender ......... 58

b. Usaha Gereja Mewujudkan Kesetaraan Gender ............... 59

2. Katekese Kontekstual Kesetaraan Gender Dalam Konteks

Budaya Batak ........................................................................

61

BAB III. KETIDAKADILAN GENDER DI STASI ST. ANTONIO

MARIA CLARET TOMOK SAMOSIR .....................................

63

A. Gambaran Umum Kehidupan Umat Di Stasi St. Antonio Maria

Claret Tomok Samosir ..................................................................

64

B. Ketidakadilan Gender Di Stasi St. Antonio Maria Claret Tomok

Samosir .........................................................................................

68

1. Penyebab Ketidakadilan Gender Di Stasi St. Antonio Maria

Claret Tomok ..........................................................................

68

2. Akibat Ketidakadilan Gender Di Stasi St. Antonio Maria

Claret Tomok ........................................................................

69

3. Harapan Umat Agar Gereja Mengupayakan Pendidikan

Iman Tentang Kesetaran Martabat Pria dan Wanita .............

72

C. Penelitian Tentang Ketidakadilan Gender Di Stasi St. Antonio

Maria Claret Tomok Samosir .......................................................

74

1. Rencana Penelitian .............................................................. 74

a. Latar belakang Penelitian ................................................ 74

b. Tujuan penelitian ............................................................. 75

c. Definisi konseptual .......................................................... 76

d. Jenis penelitian ................................................................ 76

e. Desain penelitian ............................................................. 76

f. Responden ....................................................................... 77

g. Instrumen pengumpulan data .......................................... 78

h. Tempat dan waktu penelitian .......................................... 79

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

xvi

i. Variabel penelitian .......................................................... 79

j. Kisi-kisi penelitian .......................................................... 80

2. Laporan Hasil Penelitian ..................................................... 81

a. Identitas Responden ........................................................ 82

b. Bentuk Ketidakadilan Gender Yang Dialami Perempuan

Di Stasi St. Antonio Maria Claret Tomok .......................

83

1) Pembagian Tanggungjawab Yang Tidak Adil Bagi

Perempuan ................................................................

83

2) Anak Laki-laki Lebih Diprioritaskan daripada Anak

Perempuan .................................................................

86

3) Perempuan Tidak Dilbatkan dalam Pengambilan

Keputusan Adat .........................................................

89

c. Laki-laki Sebagai Penentu Garis Keturunan Menjadi

Penyebab Ketidakadilan Gender .....................................

91

d. Dampak Ketidakadilan Gender Bagi Perempuan Di Stasi

St. Antonio Maria Claret Tomok .....................................

94

1) Dampak Psikologis: Perempuan Mengalami

Ketakutan Apabila Tidak Mampu Melahirkan

Pewaris Keturunan Bagi Suaminya ...........................

94

2) Kehidupan Perkawinan Kurang Harmonis Tanpa

Anak Laki-laki ...........................................................

96

3) Dampak Ekonomi: Perempuan Didiskriminasi

Dalam Pembagian Warisan Keluarga ........................

99

e. Harapan Umat Agar Gereja Mengupayakan Pendidikan

Iman Tentang Kesetaraan Martabat Pria dan Wanita …...

103

3. Pembahasan Hasil Penelitian................................................. 105

a. Bentuk Ketidakadilan Gender Yang Dialami Perempuan

Di Stasi St. Antonio Maria Claret Tomok .......................

106

1) Tanggungjawab Perempuan Dalam Keluarga Lebih

Besar Daripada Laki-laki ...........................................

107

2) Anak Laki-laki Lebih Diprioritaskan Daripada Anak

Perempuan .................................................................

110

3) Perempuan Tidak Dilibatkan Dalam Pengambilan

Keputusan Adat .........................................................

112

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

xvii

b. Laki-laki Sebagai Penentu Garis Keturunan Menjadi

Penyebab Ketidakadilan Gender .....................................

114

c. Dampak Ketidakadilan Gender Bagi Perempuan Di Stasi

St. Antonio Maria Claret Tomok .....................................

115

d. Harapan Umat Agar Gereja Mengupayakan Pendidikan

Iman Tentang Kesetaraan Martabat Pria dan Wanita ......

120

4. Kesimpulan Penelitian ......................................................... 122

BAB IV. UPAYA MENANGGAPI KETIDAKADILAN GENDER

DENGAN MELAKSANAKAN KATEKESE KONTEKSTUAL

KESETARAAN MARTABAT PRIA DAN WANITA ...............

125

A. Pemikiran Dasar Program ............................................................. 125

B. Usulan Program Katekese Kontekstual Dalam Bentuk

Pendalaman Iman Tentang Kesetaraan Gender ............................

129

1. Tema Umum ........................................................................ 129

2. Sub Tema ............................................................................. 129

3. Tujuan .................................................................................. 131

4. PenjelasanTema ................................................................... 131

5. Peserta .................................................................................. 131

6. Tempat dan Waktu .............................................................. 131

7. Gambaran Pelaksanaan Program ......................................... 132

8. Matriks ................................................................................. 133

C. Persiapan Pelaksanaan Katekese Kontekstual .............................. 136

1. Identitas Pendalaman Iman Paroki ...................................... 136

2. Pemikiran Dasar .................................................................. 136

3. PengembanganLangkah-Langkah ....................................... 138

a. Pembukaan ...................................................................... 138

b. Langkah I ......................................................................... 139

c. Langkah II ....................................................................... 140

d. Langkah III ...................................................................... 141

e. Langkah IV ...................................................................... 143

f. Langkah V ....................................................................... 145

g. Penutup ............................................................................ 146

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

xviii

BAB V. PENUTUP .................................................................................... 147

A. Kesimpulan ................................................................................... 147

B. Saran .............................................................................................. 148

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 151

LAMPIRAN ................................................................................................... (1)

Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ................................................ (1)

Lampiran 2: Panduan Wawancara .............................................. (2)

Lampiran 3: Identitas Responden Penelitian .............................. (3)

Lampiran 4: Transkip Wawancara ............................................... (4)

Lampiran 5: Bahan Contoh Satuan Pendalaman Iman ............... (15)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

xix

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikut Alkitab

Deuterokanonika © LAI 1976. (Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian

Baru dalam terjemahan baru, yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab

Indonesia, ditambah dengan Kitab-kitab Deuterokanonika yang

diselenggarakan oleh Lembaga Biblika Indonesia. Terjemahan diterima dan

diakui oleh Konferensi Wali Gereja Indonesia). Jakarta: LAI, 2009.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

KGK : Katekismus Gereja Katolik, uraian tentang ajaran iman dan

moral Gereja Katolik, 22 Juni 1992.

KHK : Kitab Hukum Kanonik, susunan atau kodifikasi peraturan

kanonik dalam Gereja Katolik, 25 Januari 1983.

FC : Familiaris Consortio, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes

Paulus II kepada para uskup, imam-imam dan umat beriman

seluruh Gereja Katolik tentang peranan keluarga Kristen dalam

dunia modern, 22 November 1981.

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes

Paulus II kepada para uskup, klerus dan segenap umat tentang

katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

xx

C. Singkatan Lain

Art : Artikel

OFM.Cap : Ordo Fatrum Minores Capucino

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

PAK : Pendidikan Agama Katolik

KBG : Komunitas Basis Gereja

PALPSKT : Pertemuan Antar Lembaga Pendidikan Sarjana Kateketik dan

Teologi

Komkat : Komisi Kateketik

PRODI : Program Studi

R : Responden

USD : Universitas Sanata Dharma

Stat : Statistik

APP : Aksi Puasa Pembangunan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

[1]

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Misi Katolik di Tanah Batak adalah mengupayakan penginjilan

penyebaran benih-benih iman Katolik. Misi ini mulai berlangsung sejak

misionaris pertama Pastor Sybrandus Van Rossum, OFM.Cap masuk ke jantung

Tanah Batak yakni Balige pada tanggal 5 Desember 1934. Perkembangan misi

ditandai dengan beberapa Stasi yang didirikan hingga terbentuknya Keuskupan

Agung Medan. Stasi St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir didirikan pada

tahun 2006 sebagai hasil pemekaran dari Stasi Pangurururan

(http://archdioceseofmedan.or.id).

Jauh sebelum kedatangan para missionaris OFM.Cap ke Tanah Tomok

Samosir, masyarakat sudah memiliki tatanan kehidupan yang dimulai oleh para

leluhur mereka. Gultom (2010: 50) dalam bukunya "Agama Malim di Tanah

Batak" mengungkapkan bahwa salah satu tatanan budaya yang sudah melekat

dalam budaya Batak adalah sistem kekerabatan yang bersifat patrilineal yakni

garis keturunan atau marga yang ditentukan oleh laki-laki. Marga adalah salah

satu identitas orang Batak yang sekaligus merupakan sendi utama dalam sistem

kekerabatannya, sedangkan perempuan disebut sebagai pencipta hubungan

kebesanan akibat sebuah perkawinan. Hal ini tentu mempengaruhi kedudukan

anak perempuan yang dianggap tidak memiliki pengaruh yang berarti dalam

melanjutkan eksistensi budaya Batak. Maka jika sebuah keluarga tidak memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

2

anak laki-laki, marganya atau keturunannya dianggap mati dan tidak akan

dituliskan dalam generasi berikutnya.

Keputusan para leluhur yang menciptakan sistem kekerabatan yang

demikian masih terus berlangsung sampai saat ini, meskipun banyak pihak yang

menilai bahwa sistem tersebut mengakibatkan ketidakadilan bagi perempuan.

Murniati (2004: 89) mengungkapkan bahwa dalam tradisi Batak seorang istri yang

tidak melahirkan anak laki-laki, membuat suaminya diperbolehkan menikah lagi

untuk mendapatkan anak laki-laki. Hal yang sama diungkapkan oleh Gultom

(2010: 52) yang mengatakan bahwa budaya Batak menganut perkawinan yang

monogam, kalaupun ada yang beristri dua (mardua-dua) kemungkinan besar

karena alasan tidak mendapatkan anak laki-laki dari istri pertama. Hal ini dengan

jelas memberikan gambaran bagi kita betapa istimewanya anak laki-laki dalam

budaya Batak hingga tidak mempedulikan nasib perempuan terutama kaum ibu

yang tidak melahirkan anak laki-laki. Hal ini sekaligus menodai hakikat luhur dari

sebuah perkawinan suci.

Keistimewaan anak laki-laki dalam budaya Batak juga terlihat dalam

kehidupan sehari-hari. Banyak laki-laki yang berkumpul di kedai tuak sambil

bermain catur atau kartu. Mereka menjadi kepala keluarga yang bertanggung

jawab mencari nafkah dan biasanya sangat anti dengan pekerjaan rumah. Urusan

rumah menjadi tanggungjawab penuh dari perempuan. Namun dalam pesta adat,

laki-laki mendapatkan tempat dan penghormatan yang istimewa dibandingkan

perempuan (Murniati, 2004: 89). Dalam setiap upacara adat, para laki-laki yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

3

berhak berkumpul, berdiskusi untuk membuat keputusan apapun. Sementara itu

para perempuan biasanya hanya sebagai pendengar dan pelaksana.

Selain itu, dalam pembagian warisan keluarga perempuan tidak berhak

menerima apa-apa dari orangtuanya. Alasannya karena perempuan akan menjadi

milik pihak laki-laki. Maka jika sebuah keluarga tidak memiliki anak laki-laki,

warisan keluarga akan diserahkan kepada saudara laki-laki dari pihak suami

(Siahaan, 1964: 130). Secara psikologis, perempuan seringkali merasa kurang

dihargai terutama kaum ibu yang tidak melahirkan anak laki-laki. Mereka

biasanya mendapat tekanan karena dianggap kurang terberkati dan biasanya akan

diadakan upacara mohon berkat kepada pihak keluarga perempuan untuk

mendapatkan anak laki-laki (Siahaan, 1964: 49).

Sebenarnya praktek ketidakadilan gender ini merupakan penyimpangan

dari nilai-nilai budaya Batak. Pada hakikatnya budaya Batak sangat menghomati

perempuan (boru). Hal ini tersirat dalam falsafah orang Batak yaitu Dalihan Na

Tolu (tungku 3 sudut) yang berbunyi: Somba marhula-hula (hormat pada keluarga

pihak istri), elek marboru (sayang pada pihak suami), dan manat mardongan tubu

(hati-hati dengan saudara kandung). Dalihan Na Tolu ini mengungkapkan

hubungan yang dinamis antara ketiga pihak yang merupakan bagian dari keluarga

besar setiap keluarga. Semua pihak akan merasakan setiap posisi yang ada, ada

saatnya menjadi Hula-hula, ada saatnya juga menjadi Boru dan Dongan Tubu

(Gultom, 2010: 59). Dalam prinsip Dalihan Na Tolu ini Hula-hula (keluarga dari

pihak istri) justru mendapat tempat yang terhormat dalam adat sementara pihak

Boru (keluarga dari pihak suami) mendapat tempat sebagai pihak yang harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

4

disayangi. Jadi permasalahan pokok ketidakadilan gender terletak pada budaya

patriakhi yang dihidupi secara harafiah tanpa mengindahkan prinsip hidup orang

Batak yang diwariskan oleh para leluhur. Hal inilah yang perlu dimurnikan oleh

Gereja lewat karya katekese yang mengintegrasikan nilai-nilai Injil dalam nilai-

nilai luhur budaya Batak.

Ketidakadilan gender yang bersumber dari penyimpangan nilai-nilai

budaya ini masih berlangsung sampai saat ini. Hal yang sama juga terjadi pada

umat Katolik yang tinggal di Stasi St Antonio Maria Claret Tomok Samosir.

Penulis menilai bahwa Gereja di Tomok kurang memberi perhatian pada

permasalahan ini sehingga belum mampu membawa perubahan mendasar bagi

umat tentang kesetaraan martabat pria dan wanita sesuai ajaran Gereja. Dalam

Kitab Suci sangat jelas disampaikan bahwa pria dan wanita memiliki martabat

yang sederajat. Pria dan wanita memiliki kedudukan yang sepadan dan saling

melengkapi (Kej 2:7,18-25). Hal ini menunjukkan bahwa pria dan wanita

memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah. Pria dan wanita diciptakan

untuk saling melengkapi, bekerja sama dan saling menghormati satu sama lain

dalam melaksanakan tanggungjawabnya sebagai mitra Allah dalam melestarikan

ciptaan Allah di dunia. Pria dan wanita mendapat berkat yang sama dari Allah

untuk melanjutkan keturunan. Maka sangat jelas bahwa garis keturunan tidak

hanya ditentukan oleh pihak laki-laki. Keturunan hanya bisa terjadi karena

kerjasama antara pria dan wanita yang saling melengkapi.

Gereja dalam Katekismus Gereja Katolik mengungkapkan secara jelas

bahwa pria dan wanita meskipun memiliki perbedaan dalam bentuk dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

5

kepribadiannya, memiliki martabat yang sama yakni satu citra dengan Allah

penciptanya.

Pria dan wanita diciptakan, artinya dikehendaki Allah dalam persamaan

yang sempurna di satu pihak sebagai pribadi manusia dan di lain pihak

dalam kepriaan dan kewanitaannya. "kepriaan" dan "kewanitaan" adalah

sesuatu yang baik dan dikehendaki oleh Allah: keduanya, pria dan wanita

memiliki martabat yang tidak dapat hilang, yang diberi kepada mereka

langsung oleh Allah penciptanya. Keduanya pria dan wanita, bermartabat

sama menurut citra Allah. Dalam kepriaan dan kewanitaannya mereka

mencerminkan kebijaksanaan dan kebaikan pencipta (KWI, 1995: 369).

Dokumen ini menegaskan bahwa tidak dapat dipungkiri adanya perbedaan

antara pria dan wanita dalam segi bentuk fisik, peranan dan kepribadiannya.

Perbedaan itu memberikan kekhasan pada masing-masing baik pria dan wanita

karena demikian Allah menghendaki. Pria dan wanita memiliki jenis kelamin

yang berbeda dan dengan fungsi yang tidak bisa saling menggantikan namun

saling melengkapi. Pria diciptakan untuk memberikan benih kehidupan dan

perempuan menerima, mengandung dan melahirkannya. Namun satu hal yang

tidak boleh berbeda antara pria dan wanita adalah martabat mereka sebagai citra

Allah. Inilah inti ajaran Gereja tentang kesetaraan martabat pria dan wanita yang

harus diwartakan Gereja kepada umatnya terutama bagi orang Batak yang masih

kokoh pada budaya patriarkhi.

Salah satu tugas Gereja adalah mewartakan kerajaan Allah kepada dunia.

Kerajaan Allah sebagaimana yang dilakukan oleh Yesus selama hidupNya dengan

memberikan kebahagiaan bagi semua orang, menerima semua orang tanpa

membeda-bedakan satu sama lain. Oleh karena itu Gereja harus mampu

mewujudkan Kerajaan Allah itu dalam konteks budaya patriakhi untuk

mewujudkan kesetaraan martabat pria dan wanita di stasi St. Antonio Maria Claret

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

6

Tomok. Penulis mengusulkan katekese kontekstual sebagai usaha Gereja untuk

menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi di stasi St. Antonio Maria

Claret Tomok.

Katekese kontekstual merupakan pendidikan iman yang bertolak dari

lingkungan dan kenyataan sosial di mana peserta katekese (umat) dan katekis

menggumuli imannya setiap waktu. Konteks juga diartikan sebagai ruang dan

waktu di mana realitas dan persoalan sosial bergerak, berubah, dan berkembang.

Katekese kontekstual ini juga relevan dengan situasi di Indonesia, hal ini terlihat

dari PKKI VII yang dilaksanakan di Malang tahun 2004 yang memilih tema "

Katekese Umat dan Kelompok Basis Gerejani" (Lalu, 2012: 45).

Lewat katekese kontekstual, Gereja di Stasi Tomok diharapkan mampu

membawa perubahan dalam penghayatan kesetaraan martabat pria dan wanita

sesuai dengan kehendak Allah yang terwujud dalam nilai-nilai ajaran iman dan

nilai-nilai luhur budaya Batak. Untuk itu Gereja perlu secara sistematis

melaksanakan pendampingan iman lewat katekese kontekstual tentang kesetaraan

martabat pria dan wanita. Hal inilah yang membuat penulis memilih judul skripsi

yakni "Katekese Kontekstual Kesetaraan Martabat Pria Dan Wanita Sebagai

Upaya Untuk Menanggapi Ketidakadilan Gender Di Stasi St. Antonio Maria

Claret Tomok Samosir” untuk dikaji dan didalami.

Penulis juga sangat yakin bahwa katekese tentang kesetaraan martabat pria

dan wanita harus dimulai dari keluarga karena keluarga menjadi dasar pendidikan

iman dan karakter yang utama dan terutama. Dalam keluarga Batak biasanya

anak-anak sudah memahami dan mengalami bahwa ada perbedaan tugas dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

7

tanggungjawab antara anak laki-laki dan perempuan yang diberikan oleh orangtua

kepada mereka. Mereka juga mengalami bagaiamna perbedaan perlakuan

orangtua kepada mereka. Anak perempuan diajarkan untuk lebih menghormati

anak laki-laki walaupun usianya jauh lebih muda. Olehkarena itu perlu

pendampingan bagi keluarga-keluarga tentang kesetaraan martabat pria dan

wanita. Dengan demikian penghayatan yang benar tentang kesetaraan martabat

pria dan wanita akan bertumbuh dan berkembang dalam keluarga yang memiliki

ikatan cinta yang kuat dan kekuatan itulah yang diharapkan mampu membawa

perubahan bagi masyarakat yang lebih luas.

Skripsi ini diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi stasi dan

paroki untuk membuat kebijakan dalam bidang katekese tentang kesetaraan

martabat pria dan wanita di Stasi St. Antonio Maria Claret Tomok sesuai dengan

konteks budaya yang mereka hidupi. Sumbangan yang akan ditawarkan oleh

penulis adalah perencanaan program katekese kontekstual tentang kesetaraan

martabat pria dan wanita dalam bentuk pendalaman iman yang dilaksanakan

sebanyak 3 kali.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu katekese kontekstual dan kesetaraan martabat pria dan wanita?

2. Sejauh mana ketidakadilan gender masih menjadi keprihatinan di Stasi St.

Antonio Maria Claret Tomok Samosir dan bagaimana bentuk ketidakadilan

gender yang masih terjadi di Stasi St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

8

3. Apakah katekese kontekstual tentang kesetaraan martabat pria dan wanita

relevan dengan permasalahan ketidakadilan gender di Stasi St. Antonio Maria

Claret Tomok Samosir dan usaha apa yang harus dilakukan untuk menanggapi

masalah ketidakadilan gender di Stasi St. Antonio Maria Claret Tomok

Samosir?

C. Tujuan Penulisan

1. Memberikan penjelasan ilmiah tentang katekese kontekstual dan kesetaraan

martabat pria dan wanita.

2. Memberikan gambaran sejauh mana ketidakadilan gender masih menjadi

keprihatinan di Stasi St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir dan bagaimana

bentuk ketidakadilan gender yang masih terjadi di Stasi St. Antonio Maria

Claret Tomok Samosir.

3. Memberikan penjelasan bagaimana katekese kontekstual tentang kesetaraan

martabat pria dan wanita relevan dengan permasalahan ketidakadilan gender di

Stasi St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir serta sumbangan pemikiran

sebagai solusi atau upaya untuk menanggapi masalah ketidakadilan gender di

Stasi St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir serta usulan program sebagai

upaya yang harus dilakukan untuk menanggapi masalah ketidakadilan gender

di Stasi St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir.

D. Manfaat Penulisan

1. Membantu stasi untuk mengetahui permasalahan ketidakadilan gender yang

terjadi dalam kehidupan sehari-hari sekaligus memberikan masukan/usulan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

9

serta cara pelaksanaan katekese kontekstual untuk mengatasi permasalahan

tersebut.

2. Bagi penulis penelitian ini menjadi kesempatan untuk memberikan sumbangan

nyata dari hasil perkuliahan mendalami katekese dalam konteks budayanya

sebagai orang Batak demi perubahan pandangan dan sikap umat terhadap

kesetaraan martabat pria dan wanita dalam kehidupan sehari-hari.

3. Membantu Stasi/Gereja untuk mengevaluasi sejauh mana Gereja telah ikut

ambil bagian dalam melakukan tranformasi sosial yakni mengubah pandangan

dan budaya umat yang bertentangan dengan ajaran Gereja tentang kesetaraan

martabat pria dan wanita di Stasi St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir

Samosir

E. Sistematika Penulisan

Bab I akan menjabarkan pendahuluan yang berisikan gambaran umum

ketidakadilan gender dalam budaya patriakhi Batak dan perkembangan katekese

di Stasi St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir. Penulisan ini terdiri dari latar

belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat

penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II berisi pembahasan berkaitan dengan katekese, katekese kontekstual,

kesetaraan gender, latar belakang munculnya ketidakadilan gender, dan katekese

kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita dalam konteks budaya patrakhi

Batak berdasarkan Kitab Suci, dokumen Gereja, dan pandangan para ahli.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

10

Sedangkan dalam Bab III ini berisikan gambaran umum kehidupan

beriman umat di Stasi St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir, rencana

penelitian, laporan dan pembahasan sejauh mana ketidakdilan gender masih

terjadi di Stasi St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir melalui proses

wawancara yang mendalam (deep interview).

Dalam Bab IV ini penulis akan menyampaikan usulan atau sumbangan

pemikiran dalam bidang pendampingan iman, matriks, dan contoh persiapan

pendampingan iman dengan tema-tema tentang kesetaraan martabat pria dan

wanita. Program ini diusulkan kepada paroki dilanjutkan sebagai upaya

mengusahakan dan mengembangkan katekese kontekstual kesetaraan martabat

pria dan wanita di Stasi St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir.

Bab V menguraikan kesimpulan dan saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

11

BAB II

KATEKESE KONTEKSTUAL DAN KESETARAAN

MARTABAT PRIA DAN WANITA

Di bagian bab I penulis sudah memaparkan bahwa latar belakang penulisan

judul skripsi ini bersumber dari keprihatinan akan ketidakadilan yang dialami oleh

perempuan Batak sebagai akibat dari budaya patriakhi yang sudah lama dihidupi

umat dan sudah mereka yakini sebagai warisan leluhur. Penulis meyakini bahwa

sudah menjadi tugas Gereja untuk ikut ambil bagian dalam mengusahakan suatu

solusi yang mampu menjawab permasalahan tersebut yakni dengan melaksanakan

katekese kontekstual tentang kesetaraan martabat pria dan wanita. Maka di bab II

ini, penulis memaparkan kajian pustaka yang mengungkapkan berbagai pendapat

para ahli, Dokumen Gereja, dan Kitab Suci untuk menguatkan pendapat penulis

bahwa katekese kontekstual merupakan salah satu cara yang tepat untuk

menjawab permasalahan umat sekaligus memperluas wawasan tentang katekese

kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita dalam konteks budaya Batak.

Penulis membagi bab ini menjadi 3 bagian pokok yang masing-masing

memiliki sub-sub pokok yang diulas secara jelas. Bagian pertama membahas

tentang katekese kontekstual. Bagian ini mengulas mengenai katekese, katekese

kontekstual dan katekese kontekstual yang membangun komunitas basis Gereja

yang berdaya tranformatif. Penulis memaparkan secara jelas mulai dari hakikat

dan tujuan katekese, sejarah perkembangan katekese, latar belakang munculnya

katekese kontekstual, hakikat dan tujuan katekese kontekstual, teologi katekese

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

12

kontekstual, langkah-langkah pokok katekese kontekstual dan pembentukan KBG

yang berdaya transformatif.

Bagian kedua menguraikan apa yang dimaksud dengan kesetaraan gender,

ketidakadilan gender, seks, ideologi gender, dan teologi gender. Penjelasan ini

sangat penting untuk memahami permasalahan gender mulai dari dulu sampai

sekarang. Hal ini dikuatkan dengan pemaparan ideologi gender yang sudah

berkembang cukup lama dalam masyarakat dunia. Ideologi gender mengalami

bias makna sehingga mengakibatkan banyak ketidakadilan bagi kaum perempuan.

Di bagian ini juga dijelaskan pandangan teologi tentang perempuan. Teologi

gender membantu kita untuk melihat Allah yang juga hadir sebagai perempuan

dalam karya penyelamatanNya. Bagian ini menjadi kritik terhadap bias ideologi

gender dan teologi yang selama ini kurang berpihak pada kaum perempuan.

Sementara bagian ketiga merupakan sintesis dari bagian pertama dan kedua.

Di bagian ini penulis mengkaji bagaimana katekese kontekstual memperjuangkan

kesetaraan martabat pria dan wanita dalam konteks budaya patriakhi Batak.

Perjuangan Yesus dan Gereja untuk mengusahakan terwujudnya keadilan bagi

perempuan, menjadi landasan bagi katekese untuk menjadikan budaya patiakhi

sebagai konteks dalam berkatekese. Dalam budaya patriakhi di tanah Batak,

hampir

semua keputusan adat ditentukan oleh pihak laki-laki dan kurang memperhatikan

keadilan bagi perempuan. Alasan ini menjadi bagian penting agar Gereja setempat

mengusahakan solusi yakni dengan pelaksanaan katekese kontekstual tentang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

13

kesetaraan martabat pria dan wanita dengan menggabungkan nilai luhur yang

terkandung dalam Dalihan Na Tolu dan nilai-nilai Kristiani.

A. Katekese Kontekstual

1. Hakikat dan Tujuan Katekese

a. Hakikat Katekese

Katekese berasal dari bahasa Yunani yaitu "Katechein” dari kata "kat"

yang berarti pergi atau meluas, dan kata “echo” yang artinya menggemakan atau

menyuarakan. Jadi katekese berarti menggemakan atau menyuarakan keluar.

Dalam pemahaman yang agak kuno, katekese diartikan sebagai sarana

pembentukan hidup jemaat Kristen, yang selanjutnya dimaknai sebagai usaha

pendidikan hidup beragama dan pemupukan penghayatan iman

(www.imankatolik.or.id). Hal ini menunjukkan bahwa katekese selain

mengajarkan ajaran Gereja, juga membantu umat menghayati imannya dalam

kehidupan sehari-hari.

Telambanua (1999: 4) menguraikan pengertian katekese berdasarkan Kitab

Suci yang diartikan sebagai usaha membuat bergema, menyebabkan sesuatu

bergaung. Dalam Kitab Suci ditemukan istilah katekese sebagai berikut: Luk 1:4

(diajarkan); Kis 18:25 (pengajaran dalam jalan Tuhan); Kis 21:21 (mengajar); Rm

2:18 (diajar); I Kor 14:19 (mengajar); Gal 6:6 (pengajaran). Dalam konteks ini,

katekese dimengerti sebagai pengajaran, pendalaman dan pendidikan iman agar

seorang Kristen semakin dewasa dalam iman. Jadi katekese biasanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

14

diperuntukkan bagi orang sudah dibaptis agar dibimbing menuju kedewasaan

iman.

St Yohanes Paulus II memahami pengertian katekese sebagai pengajaran

atau pembinaan iman yang ditujukan kepada anak-anak, kaum muda, dan orang

dewasa menuju kesatuan kepenuhan hidup dengan Yesus Kristus. Katekese

sebagai pendidikan iman yang diwartakan adalah Yesus Kristus. Sementara Kitab

Suci dan ajaran Gereja menjadi sumber utama dalam berkatekese (CT, art 18).

Pengertian ini menunjukkan bahwa katekese harus mencakup seluruh umat baik

muda maupun tua agar semakin memahami dan menghayati imannya akan Yesus

Kristus.

Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia (PKKI) merumuskan

dengan jelas istilah katekese umat sebagai berikut:

Katekese umat diartikan sebagai komunikasi iman atau bertukar

pengalaman iman antar anggota jemaat atau kelompok. Melalui kesaksian

para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-

masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna. Dalam katekese

umat tekanan terutama diletakkan pada penghayatan iman, meskipun

pengetahuan tidak dilupakan dan mengandaikan perencanaan (Lalu, 2012:

12).

PKKI memaknai katekese sebagai komunikasi iman. Hal ini bersumber

dari

budaya Indonesia yang akrab dengan tradisi bermusyawarah. Dalam hidup

beriman, umat juga diharapkan mampu saling berbagi pengalaman iman untuk

saling memperkaya dan meneguhkan. Pemahaman ini menunjukkan bahwa

katekese semakin memperhatikan konteks budaya yang kemudian diintegrasikan

dalam Tradisi hidup beriman Kristiani. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

15

bahwa katekese merupakan pembinaan iman anak-anak, kaum muda dan orang

dewasa untuk saling bertukar pengalaman iman dan direfleksikan dalam terang

Kitab Suci dan Ajaran Gereja sebagai sumber katekese yang di dalamnya terjadi

interaksi yang disebut komunikasi iman.

b. Tujuan Katekese

Tujuan dari katekese adalah mengembangkan kehidupan umat beriman

Kristiani. Yohanes Paulus II merumuskan tujuan katekese sebagai berikut:

Berkat bantuan Allah mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh dan

hari ke hari memekarkan menuju kepenuhannya serta makin memantapkan

peri hidup Kristen umat beriman, muda maupun tua. Kenyataan itu berarti:

merangsang pada taraf pengetahuan maupun penghayatan, pertumbuhan

benih iman yang ditaburkan oleh Roh Kudus melalui pewartaan awal dan

dikurniakan sccara efektif melalui baptis (CT, art 20a).

Catechesi Tradendae menjelaskan bahwa tujuan katekese adalah untuk

mendewasakan iman mulai dari tahap awal. Oleh karena itu katekese bertujuan

untuk mengajarkan sekaligus mendewasakan iman umat. Hasil Pertemuan

Kateketik Antar Keuskupan Se-Indonesia II (Lalu, 2012: 13) memahami katekese

sebagai komunikasi iman atau bertukar pengalaman iman yang mempunyai tujuan

sebagai berikut;

Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman kita sehari-

hari.

Menuju pertobatan (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari

kehadiranNya dalam kenyataan hidup sehari-hari.

Semakin sempurna dalam beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan

hidup Kristiani semakin dikukuhkan sehingga mampu memberikan kesaksian

tentang Kristus dalam hidup bermasyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

16

Tujuan katekese dapat juga dipahami lewat ulasan Telambanua tentang

tugas utama katekese yakni untuk memberitakan Sabda Allah, mewartakan

Kristus, mendidik untuk beriman, dan mengembangkan Gereja.

Katekese memberitakan Sabda Allah dan mewartakan Kristus. Katekese

bertugas untuk menghadirkan Sabda Allah agar manusia secara pribadi

bertemu dengan Yesus Kristus. Oleh karena itu, katekese harus bersifat

kristosentris, jantung hati katekese adalah Yesus Kristus (Telambanua, 1999:

9). Hal ini menunjukkan bahwa katekese harus mampu membantu umat untuk

bertemu secara pribadi dengan Yesus Kristus lewat sabda Allah yang

diwartakan. Perjumpaan inilah yang memberi daya hidup bagi umat untuk

semakin serupa dengan Yesus Kristus dalam menjalani kehidupannya.

Katekese mendidik untuk beriman. Katekese berperan untuk menyemangati,

membantu dan meneguhkan jemaat supaya semakin beriman. Iman yang

hidup senantiasa membutuhkan pengembangan yang berproses. Oleh karena

itu, dalam berkatekese ada komponen yang perlu ditekankan yaitu aspek

kognitif, afektif dan operatif (Telambanua, 1999: 10). Hal ini menunjukkan

bahwa katekese juga membutuhkan kerjasama dengan berbagai ilmu yang

mampu mengembangkan iman umat secara utuh. Iman tidak lagi berhenti

sebatas pengetahuan, tetapi juga penghayatan yang kemudian tenwujud dalam

tindakan nyata.

Katekese mengembangkan Gereja Usaha untuk mengukuhkan persaudaraan

dan mengobarkan semangat Gereja merupakan tugas utama katekese. Sebagai

tindakan gerejawi (bagian utuh pastoral) katekese mempunyai tujuan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

17

mengembangkan Gereja. Pengembangan Gereja dilakukan melalui liturgs,

pewartaan, pelayanan gereja lainnya. Pengembangan Gereja merupakan

tanggungjawab seluruh umat (Telambanua, 1999: 10). Iman umat yang

semakin berkembang menjadi awal dan pondasi bagi perkembangan Gereja

baik sebagai lembaga maupun persaudaran umat beriman.

2. Sejarah Singkat Perkembangan Katekese Menuju Katekese Kontekstual.

Sesuai perkembangan zaman, umat tidak lagi hanya membutuhkan

pengajaran, tetapi lebih pada cara bagaimana menghayati iman dalam konteks

hidup mereka sehari-hari. Pada zaman sekarang, masalah iman menjadi semakin

kompleks sesuai dengan dinamika perkembangan kehidupan yang berkembang

pesat. Maka katekesepun membutuhkan pembaharuan yang mampu menjawab

kebutuhan umat dalam menghayati imannya. Salah satu pembaharuan katekese

adalah semakin digalakkannya katekese kontekstual. Katekese kontekstual

muncul dari perjalanan panjang katekese yang mengalami perkembangan dari

waktu ke waktu seseuai dengan perkembangan zaman. Secara spesifik kita dapat

melihat perkembangan katekese sekitar pertengahan abad XX sebagai cikal bakal

munculnya katekese kontekstual.

Heryatno dalam Rukiyanto (2012: 117), mengulas kembali pemikiran

Erdozain yang mengungkapkan bahwa sekitar sepuluh tahun yang lalu yang lalu

antara tahun 1959-1968, para ahli kateketik menyelenggarakan pertemuan yang

disebut dengan 6 pekan studi kateketik internasional yakni; Njmegan 1959,

Eichtatt 19, Bangkok 1962, Katigondo 1964, Manila 1967, dan Medelin 1968.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

18

Oleh Erdozain, hasil pertemuan 6 pekan studi kateketik intemasional ini dibagi

dalam tiga kelompok.

a. Tahap kerygmatik (Nijmegen 1959 dan Eichstatt 1960)

Perkembangan katekese kerygmatik dipelopori oleh Josef Jungman yang

berpendapat bahwa katekese berada di tengah-tengah hidup Gereja. Berdasarkan

pengertian ini, Romo Heryatno dalam “Pewartaan di Zaman Global” mengatakan

bahwa tugas katekese yang utama adalah mewartakan kepada umat kabar gembira

tentang karya keselamatan Allah dalam pewahyuan diri Yesus Kristus (Rukiyanto,

2012: 117). Hal ini menunjukkan kekhasan katekese tahap kerygmatik yang

bersifat Kristosentris dan sekaligus menunjukkan bahwa katekese ini lebih

menekankan isi, meskipun tetap memperhatikan metode penyampaian.

Secara garis besar katekese tahap kerygmatik ini lebih bertujuan sebagai

pewartaan warta gembira Yesus Kristus agar secara personal maupun komunal

umat semakin mengenal, mencintai, dan mengikuti Yesus Kristus. Katekese tahap

ini pada zamannya mendapat tanggapan yang positif dan mempunyai pengaruh

yang besar dalam hidup Gereja. Namun sesuai perkembangan zaman katekese ini

mengalami kemunduran dan orang mulai membicarakan tentang katekese

antropologis.

b. Tahap Antropologis (Bangkok 1962, Kaigondo 1964, dan Manila 1967)

Dalam "Sejarah Katekese" yang diedit oleh Rukiyanto (2012: 119),

Heryatno mengemukakan tanggapan Erdozain yang menilai bahwa katekese tahap

kerygmatik terlalu bersifat teologis bahkan Eropasentris. Kritik ini memberi

wawasan baru bahwa konteks katekese tidak lagi hanya terbatas pada kebiasaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

19

orang-orang Eropa dalam merayakan iman mereka, melainkan juga harus

disesuaikan dengan konteks di negara-negara lain dimana Injil diwartakan.

Menurut Erdozain, kritik terhadap katekese kerygmatik juga datang dari para

missionaris dan tokoh-tokoh umat setempat yang bekerja di negara-negara Benua

Asia dan Afrika. Ia berpendapat bahwa sabda Allah tidak cukup hanya diwartakan

tetapi harus dinterpretasikan sesuai kebudayaan dan nilai-nilai hidup setempat

sampai pada tahap inkarnasi dan menjadi daya penggerak hidup umat setempat.

Pada tahap ini, para ahli kateketik sudah mulai mempertimbangkan situasi

kehidupan peserta katekese yang pada masa itu mengalami banyak pergolakan

sosial.

Lebih lanjut dalam "Katekese Kontekstual" Heryatno mengulas kembali

pemikiran Erdozain yang menegaskan betapa penting bagi katekese untuk

memperhatikan kehidupan peserta tanpa mengurangi sisi kristosentris katekese itu

sendiri (Rukiyanto, 2012: 119).

Katekese mengusahakan supaya di satu pihak setia kepada iman Katolik

artinya setia kepada wahyu Allah (Yesus Kristus) dan di lain pihak setia

kepada manusia……..Agar relevan dengan kehidupan peserta, katekese

dengan sungguh-sungguh memberi tempat kepada kebutuhan,

permasalahan, dan dimensi historis hidup peserta.

Berdasarkan ulasan di atas, katekese tahap antropologis tidak bertujuan

untuk menghilangkan peranan katekese tahap kerygmatik tetapi justru

menegaskan bahwa katekese antropologis merupakan perkembangan dari katekese

kerygmatik. Hal senada dikemukakan oleh Erdozain yang mengatakan bahwa

katekese tahap kerygmatik menegaskan pentingnya back to basic yaitu Kitab Suci,

liturgi, dan teologi. Sedangkan katekese antropologis menekankan pentingnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

20

memperhatikan kehidupan peserta yang selalu mengalami perkembangan dan

perubahan sesuai zamannya.

c. Tahap Politis (Medelin 1968)

Dalam Rukiyanto (2012: 120), Heryatno mengulas kembali pemikiran

Erdozain yang menyimpulkan bahwa katekese tahap politis muncul sebagai

perkembangan katekese tahap kerygmatik dan antropologis. Kritik terhadap

katekese tahap antropologis muncul seturut perkembangan kehidupan peserta

yang semakin kompleks. Permasalahan umat bukan lagi sebatas kebudayaan

manusia itu sendıri melainkan masalah sosial politik yang menyangkut struktur

dan keadaan masyarakat itu sendiri. Menarik untuk diulas bahwa katekese

kemudian semakin membuka diri terhadap situasi masyarakat yang lebih luas dan

tidak terbatas pada kehidupan internal Gereja. Para ahli katekese mulai berani

mengemukakan pendapatnya yang kemudian akan membawa katekese ke arah

pembaharuan sesuai dengan situasi zaman dan kehidupan umat.

Ketiga tahap katekese yang dihasilkan dari pekan studi kateketik

intenasional ini memberi gambaran bagaimana perjalanan katekese dari zaman ke

zaman. Sebenarnya tidak dapat dipilih salah satu dari ketiga tahap tersebut yang

dapat dikategorikan sebagai tahap katekese yang paling tepat karena ketiganya

relevan sesuai pada zamannya masing-masing. Ketiga tahap ini juga saling

melengkapi dan dapat menjadi acuan katekese yang semakin ideal dengan

menggabungkan unsur-unsur yang ada dalam setiap tahap katekese tersebut.

Ulasan dari ketiga tahap katekese ini menjadi landasan penting untuk melihat

bagaimana pembaharuan katekese yang semakin menyesuaikan diri dengan situasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

21

umat dalam zamannya. Hal ini sekaligus membantu kita untuk memahami

bagaimana latar belakang munculnya katekese kontekstual.

3. Katekese Kontekstual

a. Pengertian Katekese Kontekstual dan Latar Belakangnya

Pengertian konteks merujuk pada makna ruang yang menyangkut

keseharian hidup manusia. Armada Riyanto (2004: 5) mengatakan bahwa ruang

yang dimaksud bukan sebatas fisik atau geografis melainkan latar pengalaman

hidup sehari-hari. Ruang lingkup kehidupan manusia sangatlah luas dan

menyangkut berbagai bidang kehidupan yang secara sederhana dapat dibagi dalam

bidang sosial, ekonomi, religius, politik, dan budaya. Berkaitan dengan konteks,

Heryatno dalam (Rukiyanto, 2012: 132) mengatakan bahwa konteks merupakan

lingkungan hidup dan kenyataan sosial dimana umat dan katekis tinggal dan

hidup, menggulati serta menghayati imannya setiap hari.

Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa ruang lingkup hidup tersebut

bersifat dinamis dimana kemanusiaan dan sejarahnya berkembang. Konteks yang

dimaksud mencakup realitas, persoalan hidup, harapan, impian, kebutuhan, dan

pandangan hidup atau nilai hidup yang hendak diperjuangkan. Pengalaman hidup

umat mengalami perubahan dan perkembangan sesuai situasi tempat dan

kehidupan masyarakatnya. Segala penderitaan, perjuangan, dan harapan umat

menjadi bagian dari perjuangan Gereja yang dengan berbagai cara mengusahakan

agar Kerajaan Allah terwujud dalam kehidupan umat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

22

Beny Mite (2009: 19) mengatakan bahwa istilah kontekstual mulai

terdengar setelah adanya pergeseran penting dalam berteologi sekitar tahun 1980.

Ketika itu teologi dipahami sebagai refleksi orang Kristiani terhadap Injil sesuai

dengan situasi kehidupan yang mereka alami. Sebelumnya teologi lebih berpusat

pada karya keselamatan dalam diri Yesus Kristus sebagai Putera Allah.

Pergeseran ini memunculkan berbagai istilah seperti kontekstualisasi,

pempribumian, dan inkulturasi. Istilah-istilah ini sebenarnya memiliki makna

yang hampir sama yakni memberi tekanan pada situasi atau keadaan umat

setempat. Dengan kata lain metode katekese yang sebelumnya berkembang di

Eropa, tidak bisa begitu saja diterapkan bagi umat di benua lain melainkan

disesuaikan dengan kehidupan umat setempat baik dalam aspek budaya, ekonomi,

sosial, dan politik.

Gerit Singgih (2000: 18) dalam bukunya “Berteologi Dalam Konteks”

memberi penjelasan tentang inkulturasi dan kontekstualisasi. Ia mengungkapkan

bahwa inkulturasi memiliki tujuan pempribumian liturgi Gereja yang pasti

berhubungan dengan budaya daerah setempat/tradisional. Sementara

kontekstualisasi memiliki makna lebih luas yakni kebudayaan yang dinamis.

Kebudayaan dinamis ini mencakup budaya tradisional dan budaya modern. Lebih

lanjut dijelaskan bahwa kontekstualisasi bukan pemaksaan dari satu budaya ke

budaya lainnya, melainkan menggarami dan menerangi budaya dengan Injil.

Kontekstualisasi menciptakan transformasi dalam memaknai budaya sebagai

sarana pengudusan dari Allah sehingga budaya diresapi dan dihidupi oleh iman

akan Allah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

23

Kemudian di negara-negara berkembang, teologi kontekstual semakin

sering digunakan sebagai upaya untuk berkatekese dengan cara yang baru.

Sebagaimana yang sudah dipaparkan dalam hasil pembahasan studi kateketik

international sebelumnya, corak katekese yang berciri kontekstual ini merupakan

perkembangan dari katekese yang sebelumnya sangat kental dengan budaya

Eropa. Hal ini merujuk pada permasalahan sosial yang dialami oleh negara-negara

berkembang sangat berbeda dengan yang dialami oleh negara-negara Eropa. Maka

sangatlah tepat untuk membaharui katekese yang sesuai dengan kebutuhan umat

setempat.

b. Hakikat dan Tujuan Katekese Kontekstual

Perkembangan katekese di Indonesia memang semakin mengarah pada

katekese yang memberikan perhatian pada situasi umat dalam masyarakat bahkan

dunia. Namun sampai saat ini katekese kontekstual masih kurang terlaksana dalam

praktek katekese, yang berkembang di Indonesia adalah katekese umat. Beny Mite

(2009: 21) mengungkapkan bahwa katekese kontekstual pernah dipakai oleh

Adisusanto untuk menjelaskan pandangannya tentang katekese sosial dan oleh

Banawiratma untuk menjelaskan teologi dan katekese yang harus fungsional bagi

umat setempat.

Beny Mite (2009: 21) mengulas kembali pemikiran Banawiratma yang

mengungkapkan bahwa teologi dan katekese dapat berfungsi bagi umat setempat

jika berangkat dari konteks masyarakat setempat. Istilah katekese kontekstual

yang digunakan oleh Banawiratma tidak terbatas pada bidang katekese saja tetapi

juga terkait dengan bidang-bidang ilmu lainnya. Hal ini sejalan dengan pemikiran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

24

Manfred Habur (2016: 39) dalam makalah lokakarya nasional ilmu kateketik yang

mengemukakan sifat kateketik sebagai ilmu interdisipliner. “Kompleksitas

persoalan katekese sebagai praksis pendidikan iman menjadi perhatian banyak

disiplin ilmu. Katekese praktisnya berkaitan dengan Sabda Allah, Gereja, dan

manusia dalam konteks psikologis-sosial-kultural tertentu”. Pemikiran kedua

penulis ini secara jelas mengungkapkan bahwa katekese kontekstual menjadi cara

baru berkatekese yang lebih relevan dengan situasi umat dalam dunia yang

berkembang. Katekese tidak lagi hanya mendalami Kitab Suci dan ajaran Gereja

tentang iman akan Kristus tetapi sekaligus memberi ruang dan perhatian pada

situasi umat dalam seluruh aspek kehidupan mereka.

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, dapat dipahami

bahwa katekese kontekstual merupakan katekese yang sungguh masuk dan

meresap ke dalam lingkungan dan kenyataan sosial hidup umat. Dalam katekese

kontekstual, pengalaman hidup umat menjadi materi pokok yang tidak dapat

dipisahkan dari isi katekese yakni Yesus Kristus. Keduanya menjadi sarana bagi

umat untuk berefleksi dan menimba inspirasi. Hal ini sesuai dengan ulasan

Heryatno dalam (Rukiyanto, 2012: 132) yang menjelaskan bahwa katekese

kontekstual membantu umat untuk menghayati dan memperkembangkan imannya

dalam kenyataan sosial yang sungguh mereka gulati, membangun hidup umat

secara internal tetapi juga akan mendorong umat untuk secara aktif mengambil

bagian di dalam pembangunan hidup bersama yang berkaitan dengan penegakan

keadilan, pemecahan masalah penyakit masyarakat, pemeliharaan lingkungan

hidup, dan kepedulian kepada yang kecil, lemah, miskin, dan tersingkir.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

25

c. Katekese Kontekstual di Indonesia

Leonard Supama (2012: 11) mengatakan bahwa di Indonesia, katekese

kontekstual mulai dibahas pada PKKI VI. Tema yang dibahas pada saat itu adalah

membina iman umat yang terlibat di tengah-tengah masyarakat. Namun

sebelumnya pada PKKI II telah dirumuskan katetese umat sebagai arah katekese

di Indonesia. Gagasan muncul dari hasil sharing pengalaman para peserta PKKI

dari berbagai daerah. Mereka menyadari bahwa perlu menemukan model katekese

yang sesuai dengan situasi hidup umat di daerah mereka masing-masing. Hal ini

sejalan dengan visi Gereja Asia yang mulai menyadari bahwa konteks hidup

mereka berbeda dengan konteks Eropa yang selama ini menjadi tolak ukur Gereja.

Gereja Asia mulai mengusahakan supaya Gereja bertumbuh dalam konteks

masyarakat setempat, menyadarkan pentingnya bentuk katekese oleh umat, dari

umat, dan untuk umat. Perubahan ini searah dengan perubahan pandangan umat

beriman terhadap Gereja, dari hierarki instutisional menjadi Gereja sebagai umat

Allah

Tema PKKI IV yang menekankan bahwa pembinaan iman yang terlibat

dalam masyarakat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi katekese Indonesia.

Katekese yang mampu membina iman umat untuk semakin terlibat dalam

masyarakat luas tentu menjadi harapan yang sesuai dengan visi Kerajaan Allah

yang harus diwartakan ke seluruh penjuru dunia. Ini menjadi kesempatan bagi

Gereja untuk mewartakan Injil seluas-luasnya, menjangkau seluruh pengalaman

manusia dalam pengalaman hidup bermasyarakat. Namun hal ini juga menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

26

tantangan bagi katekese untuk mampu menyesuaikan diri dengan dinamika

kehidupan bermasyarakat tanpa kehilangan makna atau inti katekese.

Dalam hasil angket dari Pertemuan Antar Lembaga Pendidikan Sarjana

Kateketik dan Teologi (PALPSKAT) dalam buku “Upaya Pengembangan

Katekese Indonesia” Hardiwiryono menyimpulkan bahwa salah satu visi seputar

katekese adalah mengembangkan katekese kontekstual dengan menemukan pola

katekese yang bertitik tolak pada analisis sosial. Beliau juga mengatakan bahwa

katekese kontekstual akan membuka peluang kerjasama katekese dengan berbagai

bidang ilmu lain seperti teologi, sosiologi, liturgi, antropologi, komunikasi dan

psikologi (Komkat 1997: 17). Bidang ilmu yang membantu katekese memahami

dan mendalami situasi sekaligus membantu katekese untuk menemukan metode

yang relevan. Salah satu metode katekese yang relevan dengan katekese

kontekstual adalah analisis sosial. Ansos diharapkan mampu membantu katekese

untuk menemukan dan menganalisa situasi permasalahan sosial yang dialami

umat.

d. Katekese Kontekstual dalam Katekese Umat dan Analisis Sosial

Katekese umat merupakan komunikasi iman antar seluruh peserta katekese

sebagai sesama dalam seiman yang memiliki derajat yang sama, mereka saling

bersaksi tentang iman mereka (Lalu, 2007: 92). Lewat komunikasi iman ini,

peserta katekese semakin terbuka mengungkapkan pengalaman imannya dalam

kehidupan sehari-hari, saling meneguhkan, dan bersama-sama merefleksikan

pengalaman hidup mereka dalam terang Injil. Prinsip katekese umat dari umat,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

27

oleh umat, dan untuk umat mengungkapkan kedudukan mereka yang sederejat,

saling belajar dan saling memperkaya dalam iman.

Sebenarnya dalam katekese umat sudah ada unsur katekese kontekstual.

Dalam katekese umat, pengalaman hidup umat menjadi bahan bahan kateksese

yang diolah, direfleksikan dalam terang Injil. Namun dalam katekese kontekstual

pengalaman umat ini didalami atau dianalisis secara ilmiah kemudian

direfleksikan dalam terang Injil. Maka dalam katekese kontekstual, metode

analisis sosial sangat dibutuhkan dalam mengolah bahan katekese. Hal ini

dijelaskan dalam (Leonard Supama, 2012: 63) tentang panduan katekis voluntir

berkatekese umat.

Analisis sosial merupakan salah satu upaya agar katekese umat bisa

menjawab kebutuhan umat akan suatu perubahan cara pandang,

munculnya sebuah transformasi, dan munculnya pemikiran-pemikiran

untuk memecahkan persoalan. Analisis sosial adalah suatu usaha untuk

mempelajari struktur sosial yang ada, mendalami institusi ekonomi,

politik,agama, budaya, dan keluarga, sehingga kita tahu sejauh mana dan

bagaimana institusi-institusi itu menyebabkan ketidakadilan sosial.

Katekese umat dengan analisis sosial membantu para katekis dan umat

untuk menemukan, memahami, mendalami dan merefleksikan pengalaman hidup

sesuai dengan konteks yang ada. Analisis sosial bukan hanya berfokus pada

pengalaman hidup menggereja, tetapi juga pengalaman dalam konteks

masyarakat, negara, bahkan dunia. Inilah yang kemudian secara eksplisit disebut

dengan katekese kontekstual.

e. Corak Teologi Katekese Kontekstual

Dalam pelaksanaan katekese kontekstual, penting untuk diperhatikan agar

konteks pengalaman manusia tidak mendominasi hingga kurang memberi tempat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

28

pada Kitab Suci dan Tradisi Gereja sebagai isi katekese. Maka untuk menjaga

keseimbangan antara pengalaman manusia dengan Sabda Allah ini, perlu

dipahami hubungan antara katekese dan teologi. Manfred Habur (2016: 33) dalam

“Identitas Ilmu Kateketik Sekarang ini” mengatakan bahwa katekese sebagai ilmu

kateketik merupakan teologi praktis. “Refleksi atas praksis pendidikan iman

tetaplah diletakkan dalam perspektif teologis. Artinya prinsip epistemologis

pengetahuannya tidak hanya didasarkan pada pengalaman inderawi, akal budi, dan

intuisi rohani, melainkan juga pada wahyu Allah”.

Katekese kontekstual dengan segala caranya membantu umat untuk

mengembangkan imannya menuju kedewasaan iman sesuai konteks kehidupan

yang mereka alami. Namun Manferd Habur menegaskan bahwa kedudukan

katekese sebagai teologi praktis harus tetap menyadari bahwa iman bukan melulu

usaha dari manusia, melainkan anugerah atau inisiatif Allah untuk menyelamatkan

umatNya. Hal ini menjadi pedoman bagi katekese kontekstual agar dalam

pelaksanaannya tetap menjadikan Sabda Allah sebagai sumber kekuatan untuk

memaknai pengalaman manusia tanpa mengabaikan konteks hidup umat.

Keseimbangan antara pengetahuan iman (Kitab Suci dan Tradisi Gereja)

dengan keterampilan meneruskan pengetahuan iman tersebut dalam proses

komunikasi iman, menjadi ciri khas katekese yang membedakannya dari ilmu lain

termasuk teologi (Manfred Habur, 2016: 24). Maka meskipun katekese lahir dari

Rahim teologi dan bekerja sama dengan ilmu-ilmu lainnya, katekese tetap

memiliki identitas yang otonom. Katekese tidak hanya berpusat pada teori akan

iman tetapi sekaligus mengusahakan penerapannya dalam kehidupan umat yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

29

nyata. Oleh karena itu dalam katekese kontekstual perlu dijelaskan bagaimana

peran teologi dalam membantu umat memaknai pengalaman hidupnya dalam

terang Injil.

Heryatno mengulas kembali pemikiran Bosch dalam “Katekese

Kontekstual” yang diedit oleh Rukiyanto (2012: 123) dengan memaparkan

beberapa corak teologi kontekstual. Sesuai dengan perubahan pandangan tentang

Gereja dari Gereja yang hierakhi menuju Gereja sebagai umat Allah, secara tidak

langsung mengubah corak teologi dalam berkatekese. Teologi dalam Gereja

Hierarkis memandang Kitab Suci dan tradisi penafsirannya sebagai sumber iman

yang tidak bisa diubah dan berada diatas kebudayaan (Beny Mite 2009: 20). Maka

corak teloginya lebih menekankan sisi doktrin Gereja dengan pengajaran terkesan

kaku dan kurang memberi perhatian pada pengalaman umat.

Corak teologi dalam katekese kontekstual sesuai dengan pandangan

Konsili Vatikan II tentang Gereja sebagai umat Allah yang menekankan makna

Gereja sebagai persaudaraan yang disatukan oleh Allah yang penuh kasih.

Perubahan pandangan ini memberi perubahan juga bagi katekese baik isi, metode,

dan tujuan katekese. Katekese tidak lagi hanya bersifat Kristosentris tetapi

sekaligus bersifat umatsentris. Corak teologi katekese kontekstual ini menekankan

umat sebagai tujuan karya keselamatan Allah, terutama mereka yang menderita.

1) Teologi kontekstual berasal dari bawah yaitu dari umat, khususnya mereka

miskin dan menderita. Pemikiran ini mengingatkan kita akan hakikat

inkarnasi, bagaimana Allah hadir, menjadi manusia dan hidup bersama

manusia dalam seluruh dinamika kehidupan di dunia. Yesus yang selama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

30

hidupnya mewartakan kerajaan Allah dengan memilih untuk hadir bersama

umat, menyampaikannya ajaranNya dengan perumpaan yang sesuai dengan

situasi umatNya, dan melakukan pembaharuan bersama-sama dengan

umatNya. Maka dalam katekese kontekstual partisipasi aktif dari seluruh umat

sangat diharapkan. Materi, tujuan, dan proses katekese berlangsung dari umat,

oleh umat dan untuk umat. Katekis harus menyadari peranannya sebagai

fasilitator yang membantu umat untuk menemukan, memahami, dan

memperoleh makna kehadiran Allah dalam seluruh dinamika katekese.

2) Memiliki tekanan pada praksis yaitu perjuangan pembebasan yang utuh bagi

orang-orang yang menderita. Berita gembira Kerajaan Allah yang

memaklumkan keselamatan mencakup sebuah pesan pembebasan. Karya

keselamatan yang diwartakan Allah adalah kebebasan umat manusia dari

belenggu dosa. Dosa dalam berbagai bentuknya telah memisahkan manusia

dari Allah dan menciptakan banyak penderitaan. Maka katekese tanpa

perjuangan kebebasan manusia sebagai anak-anak Allah adalah sia-sia.

Katekese kontekstual harus sungguh mampu memahami situasi-situasi yang

menekan kehidupan umat, menemukan solusi dan berusaha

memperjuangkannya semaksimal mungkin.

3) Menekankan pentingnya komitmen untuk memperjuangkan perbaikan nasib

orang-orang yang menderita. Komitmen merupakan bagian dari semangat

kemuridan. Kesetiaan mengikuti dan melaksanakan kehendak Allah

membutuhkan proses yang panjang dan tidak mudah. Dalam katekese

seringkali niat yang telah dirumuskan ataupun yang sudah diusahakan, hilang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

31

dan tidak terlaksana secara tuntas. Maka sangat perlu ditegaskan bahwa dalam

katekese kontekstual umat juga dibentuk menjadi pribadi yang memiliki

komitmen yang kuat sebagai murid Kristus.

4) Pelaksanaannya di tengah-tengah umat yang mengalami penderitaan dan

bersama-sama dengan mereka. Hal ini dapat kita pahami dengan mengingat

kembali bagaimana Allah melaksanakan karya kesalamatanNya. Karya

keselamatan Allah terlaksana dengan kerjasama yang baik antara Allah dan

manusia. Allah hadir dan tinggal bersama-sama dengan manusia, terutama

mereka yang menderita. Maka katekese kontekstual juga harus terlaksana di

tengah-tengah umat yang membutuhkan pembebasan. Umat bersama katekis

menjadi pelaksana katekese yang aktif.

5) Kenyataan ketertindasan orang miskin dan perjuangan bersama mereka

merupakan sumber dan tempat utama untuk berteologi. Dalam kenyataan ini,

katekese membantu umat untuk mengalami Allah yang hadir dan aktif

berkarya untuk membebaskan umat dari penderitaan. Allah yang dipahami dan

diimani adalah Allah yang peduli terhadap penderitaan umat sekaligus Allah

yang menyertai segala perjuangan mereka. Intinya teologi katekese kontektual

ini memampukan umat untuk memahami dan menghadirkan Allah yang

dirindukan oleh umat sesuai situasi yang mereka alami (Rukiyanto, 2012:

123).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

32

4. Katekese Kontekstual Membangun Komunitas Basis Yang Berdaya

Transfomatif

Tindakan-tindakan untuk mewujudkan Kerajaan Allah jelas terlihat dari

keberpihakan Yesus pada kaum terindas, sikap penuh pengampunan bagi kaurm

berdosa, kritikNya pada hukum Taurat yang menekan masyarakat, perlawanan

yang dilakukan untuk memperbaiki sistem kekuasaan yang tidak jujur dan tidak

adil, dan memperbaharui pemahaman-pemahaman masyarakat terhadap isu-isu

sosial yang terjadi pada zamannya. Tugas ini kemudian dilanjutkan oleh Gereja

lewat para murid Nya yang membentuk satu kesatuan dalam Gereja untuk

mewartakan Kerajaan Allah dengan menjadi terang, garam dan ragi bagi seluruh

umat manusia Kerajaan Allah yang dimaklumkan Yesus terjadi dalam kerangka

harapan orang-orang Yahudi akan penguasa yang adil, yang memperjuangkan

keselamatan/kesejahteraan bagi semua orang. Kerajaan Allah diharapkan sebagai

pembebasan dari kuasa yang tidak adil, pembebasan kaum tertindas, kesejahteraan

bagi kaum miskin, pengampunan orang berdosa dan merupakan penegakan

keadilan Allah dalam dunia.

Tindakan-tindakan untuk mewujudkan Kerajaan Allah jelas terlihat dari

keberpihakan Yesus pada kaum tertindas, sikap penuh pengampunan bagi kaum

berdosa, kritikNya pada hukum Taurat yang menekan masyarakat, perlawanan

yang dilakukan untuk memperbaiki sistem kekuasaan yang tidak jujur dan tidak

adil, dan memperbaharui pemahaman-pemahaman masyarakat terhadap isu-isu

sosial yang terjadi pada zamannya. Tugas ini kemudian dilanjutkan oleh Gereja

lewat para muridNya yang membentuk satu kesatuan dalam Gereja untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

33

mewartakan Kerajaan Allah dengan menjadi terang, garam dan ragi bagi seluruh

umat manusia.

Hal senada dijelaskan oleh Heryatno (2015: 11) dalam makalah tentang

peta katekese dengan mengulas kembali pemikiran Jack L. Seymor mengenai

berbagai sudut pandang pendekatan katekese. Beliau mengatakan bahwa tujuan

katekese adalah mengusahakan reformasi dan transformasi sosial di tengah-tengah

hidup jemaat dan masyarakat demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah.

Pewartaan iman melalui katekese harus berdampak pada sikap dan perilaku umat.

Katekese harus bisa mengubah cara berfikir umar berhadapan dengan aneka

persoalan yang dihadapinya, membantu terjadinya transformasi yang lebih luas

dan menemukan jalan keluar melalui katekese, melalui katekese umat

diberdayakan untuk menjadi promotor terwujudnya Kerajaan Allah.

a. Komunitas Gereja Perdana Yang Berdaya Transformatif.

Sejak awal masa pewartaanNya, Yesus selalu melibatkan banyak orang

dalam karyaNya. Ia sungguh memahami bahwa Kerajaan Allah hanya akan

terlaksana dengan membangun kerja sama dengan banyak pihak. Komunitas para

murid menjadi komunitas inti dalam mewartakan Kerajaan Allah. Dalam kisah

para Rasul, diceritakan perjalanan dan perjuangan para murid untuk mewartakan

Kerajaan Allah dengan berpegang pada teladan Sang Guru. Para murid selain

mendidik iman secara personal, mereka juga selalu membentuk komunitas/jemaat

dimanapun mereka berada.

Pada akhimya kita dapat melihat bahwa kekuatan komunitas para murid

menjadi tonggak utama dalam pembentukan Gereja hingga pada saat ini. Berbagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

34

bangsa dan kebudayaan yang sebelumnya menolak Kristus, akhirnya percaya dan

menerima Yesus sebagai putra Allah serta ajaran iman yang diwartakanNya.

Transformasi sosial terjadi bukan hanya dalam masyarakat Yahudi, Yunani

ataupun Romawi tetapi meluas sampai ke penjuru dunia. Berbagai budaya dan

tatanan masyarakat yang sebelumnya bertentangan dengan nilai-nilai Kerajaan

Allah mengalami pemurnian dan pembaharuan berkat pewartaan Gereja Kristus.

b. Peranan Komunitas Dalam Katekese

Dalam katekese, komunitas menjadi unsur penting untuk mengembangkan

iman umat. Komunitas menjadi tempat dan sarana bagi umat untuk menghayati,

mengembangkan dan memperkaya imannya. Heryatno (2015: 5 ) mengulas

kembali pemikiran Jack L Seymor dalam makalah "katekese umať" yang

mengungkapkan bahwa komunitas memiliki fungsi ganda yakni mengembangkan

iman personal dan komunal.

Komunitas dapat menjadi titik temu antara kebutuhan hidup yang

bersifat personal (private life) dengan kenyataan hidup yang bersifat

publik (public life). Oleh karena itu terbentuknya kelompok-kelompok

kecil jemaat beriman (bdk. Dengan Komunitas basis Gerejawi atau

KBG) dapat bermanfaat sebagai strategi yang tepat untuk pembangunan

bidup jemaat beriman.

Lewat komunitas beriman umat semakin semakin menyadari kesatuan

sebagai umat Allah, saling berbagi, meneguhkan, dan bekerja sama dalam

mewujudkan Kerajaan Allah. Selain itu lewat berbagai pengalaman dalam

komunias umat beriman setiap pribadi semakin mampu memaknai dan

menghayati imannya. Pengalaman dicintai diterima dan diakui dalam komunitas

memberi peneguhan iman akan cinta kasih Allah yang sungguh hadir dalam

kehidupan sehan-hari. Komunitas beriman yang ideal adalah komunitas Gereja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

35

perdana, dimana mereka berkumpul, berdoa, merenungkan Kitab Suci dan

melakukan perjamuan bersama sebagai saudara. Namun dalam perjalanan sejarah

Gereja, komunitas yang demikian mulai hilang seiring dengan berkembangnya

Gereja yang lebih bersifat intutisional/hierarkis.

c. Komunitas Basis Gereja Yang Berdaya Transformatif

Sekian lamanya Gereja terkunkung dalam mekanisme yang ketat dan

kaku, muncullah sebuah gerakan kaum awam unuk membentuk sebuah

Komunitas yang menghidupkan kembali semangat persaudaraan, dan keakraban

Gereja perdana. Komunitas inilah yang kemudian disebut dengan kumunitas basis

Gereja (KBG). Keberadaan KBG semakin dikukuhkan oleh Gereja karena arah

dan tujuannya yang sejalan dengan pandangan Konsili Vatikan I yang

memandang Gereja sebagai umat

Allah yang sedang berziarah, yang mengharapkan partisipasi aktif dari setiap

anggotanya untuk mewartakan Kerajaon Allah (Seran, 2007 :62).

Kegiatan KBG dapat dibagi dalam 2 bagian yakni kegiatan yang bersifat

intermal dan eksternal. Kegiatan internal dilakukan dengan berkumpul dan berdoa

bersama secara rutin, merenungkan Kitab Suci, sharing pengalaman iman, dan

kegiatan-kegiatan liturgis. Kegiatan eksternal merupakan kegiatan yang

melibatkan setiap pribadi maupun kelompok untuk terlibat dalam mewartakan

Kerajan Allah di tengah-tengah masyarakat baik dalam bidang ekonomi, sosial,

politik, dan budaya. Lewat KBG ini, umat secara rutin melaksanakan pendalaman

pengalaman kehidupan sehari-hari yang diolah dan direnungkan dalam terang

Injil. Nilai-nilai yang ditemukan dalam pendalaman iman diwujudkan melalui

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

36

kehidupan sehari-hari sesuai dengan tugas dan peranan mereka baik dalam

keluarga maupun masyarakat luas.

5. Langkah-Langkah Pokok Pelaksanaan Katekese Kontekstual

Sebelum melaksanakan katekese kontekstual, ada beberapa pokok yang

perlu diperhatikan dan dilakukan agar katekese kontekstual sungguh-sungguh

mampu menjawab kebutuhan umat. Dalam penjelasan ini, penulis mengulas

kembali pemikiran Heryatno dalam buku “Pewartaan di Era Global” yang diedit

oleh Rukiyanto (2012: 135). Dalam buku ini, Heryatno banyak mengulas kembali

pemikiran Antone dan Groome tentang katekese kontekstual dan katekese total

serta pemikiran Paus Yohanes Paulus II tentang pembaharuan katekese. Beberapa

langkah-langkah pokok dalam pelaksanaan katekese kontekstual adalah sebagai

berikut:

1) Memahami dan mengunalisis konteks. Konteks yang dimaksud bukan sebatas

letak geografis totupi ruang sosial buday yang dinamis, tempat dimana umat

hidup, berproses menghayati imannya dalam kehidupan sehari-hari.

2) Setelah menganalisis konteks kehidupan umat secara menyeluruh, katekis

beserta umat merumuskan tujuan katekese yang hendak dicapai. Tujuan

katekese harus sesuai dengan konteks kehidupan umat, hal ini menyangkut

permasalahan yang mereka hadapi serta harapan umat dan katekis atas situasi

yang mereka alami.

3) Katekese kontekstual bersifat kristosentris sekaligus umat sentris. Maka

materi katekese mencakup misteri hidup dan cinta kasih Yesus Kristus dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

37

pengalaman hidup umat secara menyeluruh. Dalam proses katekese, umat

difasilitasi untuk memahami dan mendalami misteri hidup Yesus Kristus

sebagai anak Allah yang menderita, sengsara, wafat dan bangkit mulia demi

memperjuangkan Kerajaan Allah serta menyadari kehadiranNya yang

menyertai seluruh perjalanan hidup umat (CT art 5).

4) Metode yang digunakan dalam katekese kontekstual harus relevan dengan

tujuan yang hendak dicapai. Maka apapun metode yang digunakan

orientasinya adalah tujuan katekese yang mampu menjawab kebutuhan umat.

Sangat disarankan agar metode katekese bervariasi sehingga tidak

menimbulkan kesan membosankan bagi umat.

5) Katekese kontekstual membutuhkan kerja dengan berbagai bidang ilmu. Oleh

karena itu dalam pelaksanaannya, katekese kontekstual membutuhkan

partisipasi seluruh umat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Dengan

memaksimalkan seluruh potensi yang dimiliki umat baik dalam di paroki

maupun di lingkungan serta pihak/orang lain yang berkompeten, selain

mampu memaksimalkan pencapain tujuan, juga mampu membangun

persatuan umat, kemandirian, keterbukaan, dan persaudaraan sejati.

6) Pembaharuan yang dimaksud adalah pembaharuan yang menyeluruh baik visi,

tema, bahasa, maupun metode katekese. Pembaharuan ini selain

menghilangkan kesan membosankan, juga sesuai dengan sifat katekese yang

dinamis sesuai konteks zaman dan pengalaman hidup umat. Namun

pembaharuan yang dimaksud bukan asal-asalan ataupun improvisasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

38

melainkan dengan perencanaan yang matang, selaras dan mampu menjawab

kebutuhan umat (CT art 17).

B. Kesetaraan Gender

1. Pengertian Kesetaraan Gender

Dalam memahami kajian kesetaraan gender, seseorang harus mengetahui

terlebih dahulu perbedaan antara gender dengan seks karena seringkali orang

menyamakan pengertian seks dengan gender. Saparinah Sadli (2010: 22)

mengatakan bahwa seks (jenis kelamin) menyangkut hitungan kromoson, pola

genetik, dan struktur genetial yang berkaitan dengan tubuh laki-laki dan

perempuan, dimana laki- laki memproduksikan sperma, sementara perempuan

menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu unnuk menstruasi, hamil dan

menyusui. Seks banyak berkonsentrasi pada aspek biologıs yang meliputi

perbedaan komposisi kimia, hormon, anatomi fisik, reproduksi dan karakteristik

biologis lainnya.

Perbedaan antara laki-laki dan perempuan sangat jelas ditinjau dari segi

fisiknya. Perbedaan fisik ini sekaligus menyebabkan perbedaan perilaku antara

pria dan wanita, namun demikian tidak semua perbedaan fisik antara lakai-laki

dan perempuan lantas mengakibatkan perilaku atau tindakan yang berbeda. Laki-

laki dan perempuan dapat melakukan pekerjaan yang sama dengan menggunakan

salah satu bagian tubuh mereka seperti mencangkul. Dalam karakteristik biologis,

mereka juga dapat melakukan hal yang sama baik laki-laki maupun perempuan

seperti kegiatan menari. Meskipun kegiatan menari identik dengan perempuan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

39

namun alat reproduksi serta fungsinya tidak bisa dipertukarkan antara laki-laki

dan perempuan. Inilah yang menjadi kodrat antara laki-laki dan perempuan yang

tidak bisa diubah. Hal ini menunjukkan bahwa ada bagian atau unsur biologis dan

fungsi biologis laki-laki dan perempuan tidak dapat dipertukarkan di antara

keduanya.

Sedangkan gender merupakan konsep sosial. "Istilah feminitas dan

maskulinitas dalam gender berkaitan dengan sejumlah karakteristik psikologis dan

perilaku yang kompleks yang telah dipelajari sescorang melalui pengalaman

sosialnya" (Saparinah Sadli, 2010: 23). Jadi perbedaan perilaku antara laki - laki

dengan perempuan selain disebabkan oleh faktor biologis juga faktor proses sosial

dan kultural. Oleh sebab itu gender dapat berubah-ubah dari tempat ke tempat,

waktu ke waktu, bahkan antar kelas sosial ekonomi dalam masyarakat.

Jenis kelamin tidak dapat diubah antara laki-laki dan perempuan karena

merupakan status yang melekat atau bawaan sedangkan gender merupakan status

yang diperoleh manusia dari proses interaksinya dalam masyarakat. Gender tidak

bersifat biologis, melainkan dikontruksikan secara sosial. Karena gender tidak

dibawa sejak lahir, melainkan dipelajari melalui sosialisasi, oleh sebab itu gender

dapat berubah, direkayasa, dan diperbaiki. Inilah perbedaan mendasar antara

gender dan seks yang harus dipahami dalam membangun pandangan dan sikap

yang benar dalam permasalahan ketidakadilan gender yang sampai saat ini masih

terjadi bahkan terus berkembang.

Kesetaraan gender memiliki kaitan dengan keadilan gender. Keadilan

gender merupakan suatu proses dan perlakuan adil terhadap laki - laki dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

40

perempuan sesuai dengan identitasnya sebagai laki-laki dan perempuan.

Terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya

diskriminasi baik terhadap laki-laki maupun perempuan, setiap orang dihargai dan

diterima sesuai dengan identitasnya sebagai laki-laki dan perempuan.

2. Ideologi Gender

Dalam memahami ideologi gender, ada 2 teori yang dapat membantu kita

untuk memahaminya secara lebih jelas.

a. Teori Nature

Teori ini beranggapan bahwa perbedaan psikologis antara pria dan wanita

disebabkan perbedaan biologis saja (Saparinah Sadli, 2010: 41). Teori ini dapat

dipahami maksudnya jika kita melihat kembali bagaimana proses atau dinamika

manusia dalam membangun peradabannya termasuk bagaimana manusia membagi

peranan pria dan wanita dalam mempertahankan hidup mereka. Manusia sejak

zaman purba belajar membuat aturan main pembagian kerja menurut jenis

kelamin atau aspek biologis (Murniati, 2004: 79). Logikanya sederhana, fisik laki-

laki yang kuat dianggap lebih mampu melindungi keluarga dan kelompoknya dari

bahaya. Sementara perempuan ikut membantu dengan mengurus keluarga,

makanan dan obat-obatan. Menarik bahwa meskipun jenis pekerjaan mereka

berbeda tetapi tujuannya satu yakni untuk mempertahankan kelangsungan hidup.

Zaman ini bisa disebut sebagai budaya matriakhi karena perempuan menjadi

pengambil sekaligus pelaksana dalam urusan keluarga dan keturunan karena pada

saat itu laki-laki hidup berpindah-pindah dan berburu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

41

b. Teori Nurture

Teori ini memiliki pandangan bahwa perbedan psikologis antara pria dan

wanita disebabkan oleh proses belajar dari lingkungan yang ada. Sebenamya

teori ini merupakan kelanjutan dari teori pertama yang mengalami perubahan

sesuai dengan situasi zaman (Saparinah Sadli, 2010: 41). Perubahan dari zaman

nomaden ke zaman peternakan membuat laki-laki lebih berminat beternak karena

lebih menguntungkan. Kelimpahan harta menuntut adanya ahli waris. Maka sejak

itu laki-laki mencari ahli warisnya dari garis keturunannya. Saat inilah budaya

matriakhi mengalami perubahan menuju budaya patriakhi. Perjalanan budaya

patriakhi semakin diperkuat oleh sistem masyarakat feodal, kapitalis hingga ke

militerisme. Sejak saat itu, laki-laki memiliki kuasa untuk memperoleh harta,

mengambil keputusan, dan menentukan ahli warisnya. Dalam masyarakat

semakin berkembang pandangan bahwa norma manusia dianggap benar apabila

dipandang dari sudut laki-laki. Hal ini semakin berkembang dan meluas dalam

seluruh aspek kehidupan, sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, dan agama.

Dalam hidup bermasyarakat, unsur biologis (nature) dan sosiologis

(nuture) saling mempengaruhi. Awalnya kehidupan manusia dibentuk menurut

teori nature, kemudian melalui kebudayaan nurture, kehidupan manusia

dikembangkan, direkayasa, dipaksa, dicegah atau bahkan diberlakukan secara

berlawanan (kontradiksi) dengan dasar alamiah tadi. Manusia lahir-dibuatkan

identitas oleh orangtua mereka. Melalui proses belajar mereka membedakan laki-

laki dan perempuan. Manusia tidak hanya memandang aspek biologisnya lagi,

tetapi juga dikaitkan dengan fungsi dasarnya dan kesesuaian dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

42

pekerjaannya. Dari proses belajar inilah muncul teori gender yang kemudian

dijadikan landasan berfikir dan falsafah hidup sehingga menjadi ideologi

(Murniati, 2004: 4). Ideologi ini kemudian semakin diperkokoh oleh ajaran agama

dan budaya yang dianut masyarakat sehingga dianggap benar bahkan diajarkan

secara turun-temurun.

Kedua teori ini sebenarnya saling melengkapi dan tidak bisa dipisahkan

dalam membangun pemahaman mengenai gender, meskipun sering

dipertentangkan. Saparinah Sadli (2010: 27) lewat skala Donelson

mengungkapkan bahwa gender merupakan pembagian berdasarkan biologis

termasuk karakteristik yang terkandung di dalamnya yang dianggap khas

perempuan dan laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa baik laki-laki maupun

perempuan memiliki sifat maskulin dan feminim yang seimbang. Idealnya laki-

laki dan perempuan memperoleh kesempatan yang sama untuk mengembangkan

dirinya sesuai dengan identitas sebagai laki-laki dan perempuan. Ideologi gender

inilah yang sulit diterima oleh masyarakat sekarang ini bahkan dianggap keliru.

Sterotip yang sudah dibangun masyarakat membuat aturan main apa dan

bagaimana baiknya sikap, perkataan, perilaku bahkan peranan laki-laki dan

perempuan. Bias ideologi gender inilah yang berkembang sampai saat ini dan

secara turun-temurun dikonstruksikan oleh budaya manusia.

3. Latar Belakang Terjadinya Ketidakadilan Gender

Bias ideologi gender yang berkembang sampai saat ini melahirkan

berbagai ketidakadilan gender. Semakin lama peranan laki-laki dianggap lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

43

dominan daripada perempuan. Hal ini terlihat lewat banyaknya budaya yang

menjadikan laki-laki sebagai pewaris keturunan atau disebut dengan budaya

patriakhi. Berkembangnya budaya patriakhi membuat peranan kaum perempuan

semakin kurang dihargai dalam melanjutkan keturunan. Jackson Stevi (1998: 35)

yang mengulas pemikiran Mary O’Brien mengatakan bahwa laki-laki mengambil

alih hasil kerja reproduksi perempuan menjadi milik mereka dengan cara

menjadikan anak biologis mereka sebagai pewaris keturunannya. Sebagai laki-laki

mereka lebih memilih anak laki-laki sebagai pewaris keturunan sesuai dengan

budaya patriakhi yang sudah berkembang. Bias ideologi gender berkembang

menjadi keinginan untuk saling menguasai dan dalam hal ini kaum perempuan

menjadi pihak yang lebih lemah dan dikuasai.

Mary O’Brien dalam “teori-teori feminis kontemporer” juga menjelaskan

bahwa budaya patriakhi muncul seiring berkembangnya ilmu pengetahuan tentang

kesuburan. Laki-laki semakin menyadari bahwa mereka mengalami keterasingan

dari benih keturunannya. Maka muncullah keinginan laki-laki untuk mengusai

kerja reproduksi perempuan dengan menjadikan anak biologisnya sebagai pewaris

(Jackson Stevi 1998: 35). Sebagai laki-laki yang tumbuh dalam pandangan

patriakhi, anak laki-laki lebih diprioritaskan sebagai pewaris keluarga. Pandangan

ini terus berkembang dan terstruktur dalam kehidupan bermasyarakat sampai saat

ini.

Dalam pembagian tanggungjawab keluarga perempuan juga seringkali

menjadi kaum yang lemah dan dikuasai oleh laki-laki. Jackson Stevi (1998: 29)

mengulas kembali pemikiran Delphy yang mengatakan bahwa pekerjaan rumah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

44

tangga muncul dari relasi sosial yang bersifat patriakhi. Dalam keluarga, laki-laki

secara sistematis mengeksploitasi dan mengambil keuntungan dari pekerjaan

perempuan sebagai ibu rumah tangga. Laki-laki memposisikan diri sebagai kepala

rumah tangga yang harus dilayani oleh perempuan. Laki-laki yang berperan

sebagai pencari nafkah juga dipandang sebagai alasan agar perempuan tergantung

pada penghasilan laki-laki. Perempuan yang ikut bekerja mencari nafkah pada

kenyataannya juga harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Mary Maynard dalam “teori-teori feminis kontemporer” dengan mengulas

pemikiran MacKinnon mengatakan bahwa laki-laki membentuk dunia dengan

sudut pandang mereka, termasuk dunia sosial. Hal ini kemudian menjadi

kebenaran yang terstruktur dan tertata (Jackson Stevi, 1998: 426). Dengan

demikian posisi laki-laki dalam bidang sosial lebih istimewa daripada perempuan.

Dominasi laki-laki dalam bidang sosial terjadi bukan karena perempuan kalah dari

segi kualitas tetapi egoisme laki-laki yang tidak mau memahami dari sudut

pandang perempuan. Kaum perempuan tetap menjadi kaum yang dikuasai dan

kalah.

3. Teologi Gender

Setiap agama mengajarkan nilai-nilai kebaikan yang secara spesifik

mengarah pada cinta kasih kepada Allah, sesama manusia dan seluruh alam

ciptaan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa agama juga seringkali menjadi

sumber perpecahan, ketidakadilan, dan kebencian. Berbicara mengenai kesetaraan

martabat pria dan wanita, pada dasamya setiap agama memiliki prinsip yang sama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

45

yakni manusia baik laki-laki maupun perempuan memiliki martabat yang samn di

hadapan Allah. Namun dalam hal gender, ajaran dan ujaran agama juga memiliki

potensi dominan terhadap pembiasan ideologi gender yang memberi ruang

terjndinya ketidakadilan gender (Murniati, 2004: 3). Lebih lanjut Mumiati

menjelaskan bahwa ketidakadilan gender bukan bersumber dan prinsip agama,

melainkan karena proses perkembangan agama itu sendiri yang didominasi oleh

budaya patriakhi. Teologi perempuan mengkritisinya dari sudut pembelokan

antara yang Ilahi dan yang berangkat dari kebiasaan manusia.

a. Latar Belakang Munculnya Teologi Gender

Teologi perempuan merupakan terjemahan dari feminist theology yang

berkembang di negara-negara barat dan dipelopori oleh kaum perempuan.

Gerakan ini muncul dari kesadaran akan ketidakadilan yang dialami oleh kaum

perempuan. Mereka menyadari bahwa diskriminasi antara laki-laki dan

perempuan akan berlangsung turun-temurun tanpa disadari oleh umat manusia

(Murniati 2004: 11). Hal ini terjadi karena ketidakadilan gender sudah menyatu

dalam ajaran agama dan dianggap benar. Untuk memahami bagaimana prosesnya,

kita perlu melihat kembali bagaimana perjalanan ideologi gender yang dibentuk

oleh manusia mengkristal dalam perjalanan iman Kristinni.

Menurut Tradisi, Kitab Suci dan ilmu ketuhanan dikerjakan, ditulis dan

dipelajari oleh laki-laki. Maka tidak aneh jika yang tertulis dan yang dipelajari itu

sebagain besar berasal dari sudut pandang laki-laki (Jhonson, 2003: 120). Proses

perumusan teologi oleh laki-laki inilah yang menjadi sebab munculnya

ketidakadilan, khususnya terhadap perempuan. Kondisi inilah yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

46

membangkitkan semangat para perempuan di Barat untuk membuat analisis

teologi dari sudut pandang perempuan. Kebangkitan para pemikir perempuan ini

pada awalnya mendapatkan banyak tantangan baik dari kalangan masyarakat

maupun kalangan Gereja yang pada saat itu mendominasi konstruksi sosial dan

Gereja (Murniati, 2004: 12). Sekarang teologi perempuan telah mendapat

tanggapan positif dari banyak kalangan yang sedang giat memperjuangkan

kesetaraan martabat pria dan wanita.

b. Tujuan dan Harapan Teologi Feminis

Dalam Gereja ada banyak teologi gender atau yang lebih dikenal dengan

teologi feminis. Namun pada umumnya dibagi dalam dua golongan yakni teologi

feminis revolusioner dan reformis. Aliran revolusioner terdiri dari para

perempuan- perempuan yang memutuskan untuk meninggalkan Gereja yang

didominasi oleh laki- laki. Sementara aliran reformis meskipun memiliki pendapat

yang sama dengan aliran revolusioner, mereka tetap berada dalam kesatuan

Gereja. Mereka memiliki harapan positif bahwa Tradisi Gereja yang kurang

berpihak pada kaum perempuan masih bisa diperbaiki. Kelompok ini memilih

untuk tetap tinggal dalam Gereja dengan semangat untuk memperbaharui

pandangan Gereja terhadap perempuan (Jhonson, 2003: 120). Secara eksplisit,

Jhonson (2003: 122) mengulas tentang pedoman teologi feminis reformis.

Langit dan bumi baru menjadi pedoman di sini; tidak ada kelompok yang

mendominasi dan tidak ada kelompok yang didominasi, disubordinasi,

tetapi bahwa setiap orang dengan haknya sendiri-sendiri ikut berpartisipasi

menurut bakatnya, tanpa stereotip-stereotip tertentu, sungguh-sungguh

saling memberi dan saling menerima. Tidak dibayangkan bahwa setiap

orang harus sama, tetapi bahwa keunikan masing-masing harus sama-sama

dihormati dalam komunitas hidup bersaudara-saudari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

47

Dari kutipan di atas sangat jelas ditunjukkan bahwa perbedaan antara pria

dan wanita memang nyata dan merupakan keunikan yang berasal dari Sang

Pencipta. Namun perbedaan itu bukan menjadi alasan untuk saling mendominasi.

Perbedaan sekaligus keunikan antara pria dan wanita merupakan sebuah kekayaan

yang saling melengkapi dalam mewujudkan kehidupan yang lebih baik,

kehidupan masyarakat manusia baru berdasarkan nilai-nilai Kerajaan Allah.

Perjuangan mereka bukan semata-mata untuk kepentingan kaum mereka atau

diskriminasi sebaliknya, tetapi sebagai usaha untuk memurnikan kembali ajaran

iman Gereja tentang martabat pria dan wanita sesuai kehendak Allah. Dalam

tulisan ini, penulis hanya mendalami teologi feminis reformis untuk menguatkan

pandangan penulis bahwa Gereja searah dengan pandangan Allah yang

mengąjarkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki martabat yang sama di

hadapan Allah, meskipun Tradisi Gereja didominasi oleh laki- laki.

Dalam Kitab Suci sudah diungkapkan bahwa laki-laki dan perempuan

merupakan citra Allah (Kej 2:18). Hal ini menunjukkan bahwa Allah memberikan

kemampuan yang sama kepada laki-laki sesuai dengan kekhasan mereka sebagai

laki-laki dan perempuan. Hal yang sama juga tertulis dalam Kitab Suci yang

mengatakan bahwa manusia laki-laki dan perempuan sepadan (Kej 2:20).

Perbedaan yang dimiliki laki-laki dan perempuan menjadi sarana untuk

menciptakan keturunan baru. Maka pandangan yang mengatakan bahwa hanya

laki-laki yang layak menjadi pewaris garis keturunan, merupakan tindakan yang

tidak sesuai dengan firman Allah. Keinginan mendapatkan anak sebagai pewaris

keturunan seringkali menjadi permasalahan dalam keluarga. Oleh karena itu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

48

Gereja secara jelas mengatakan bahwa tujuan utama perkawinan bukanlah

keturunan, tetapi kesejahteraan suami istri (KHK 1055).

Gereja juga mengungkapkan bahwa suami harus menunjukkan cinta kasih

kepada istri dan anak sebagaimana Kristus mencintai umatNya. Suami harus

menyadari peranannya yang sangat penting dalam keluarga dan tidak hanya

membebani pekerjaan rumah tangga kepada istri. Keseimbangan peranan tugas

suami dan istri dalam keluarga menjadi sarana untuk saling melengkapi dan

mempersatukan mereka dalam cinta kasih (FC art 25). Ini menjadi harapan dan

tujuan teologi feminis yang mendamaikan hubungan laki-laki dan perempuan

yang rusak oleh keinginan untuk saling mengusai.

Harapan dan tujuan para pejuang keadilan gender sejalan dengan cita-cita

Kartini mewakili perempuan Indonesia. Surat Kartini kepada Nona E.H.

Zeehandelar (Sulastri Sutrisno, 1979: 2) mengungkapkan harapan akan

kebebasan, kemerdekaan, dan keberanian berdiri sendiri dalam konteks dominasi

kaum laki-laki terhadap perempuan semasa ia hidup. Harapan yang sama

diungkapkan oleh Elisabeth Jhonson yang mengharapkan terciptanya bumi baru

dimana setiap orang baik laki-laki maupun perempuan diakui, diterima dan bebas

berpartisipasi tanpa ada kelompok yang mendominasi dan disubordinasi (Jhonson,

2003: 120).

Gereja juga memiliki visi untuk mendamaikan hubungan laki-laki dan

perempuan yang rusak oleh keinginan untuk saling mengusai. Gereja lewat surat

kongregasi ajaran iman kepada para uskup Gereja Katolik tentang kerja sama pria

dan perempuan dalam Gereja dan dunia mengatakan bahwa laki-laki dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

49

perempuan memiliki martabat yang sama sebagai citra Allah. Mereka harus

bekerja sama dalam membangun Gereja dan dunia. Hubungan yang rusak antara

laki-laki dan perempuan dalam budaya patriakhi harus dipulihkan dengan

membangun relasi cinta kasih bukan pembalasan dan saling mempersalahkan

(Paus Paulus Yohanes II No 70 2004, art 8).

c. Metode Teologi Feminis

Dalam perjuangan mencapai tujuannya, teologi feminis mengadopsi

metode teologi pembebasan yang terdiri dari 3 langkah yaitu, menganalisis situasi

ketidakadilan gender dalam masyarakat, menganalisis tradisi yang ikut ambil

bagian menciptakan ketidakadilan gender, dan mencari solusi yang membebaskan.

Metode ini identik dengan metode katekese kontekstual, terutama pada tahap

analisis situasi dan usaha menemukan solusi untuk menjawab permasalahan yang

ditemukan. Berikut ini akan dipaparkan metode teologi feminis reformis

berdasarkan buku Elisabeth A. Jhonson: Consider Jesus, Waves of Reneval in

Christology yang diterjemahkan oleh Jhonson SJ.

1) Menganalisis Situasi

Hasil analisis para teolog feminis menemukan bahwa seksisme sudah

merasuk dalam kehidupan manusia. Seksisme memandang bahwa pada

hakikatnya perempuan memiliki kedudukan yang lebih rendah sebagai manusia

dibanding dengan laki-laki. Pandangan ini disertai dengan berbagai tindakan yang

berusaha membatasi kebebasan kaum perempuan (Jhonson, 2003: 123).

Pandangan ini menjadikan bentuk fisik/lahiriah sebagai ukuran yang menentukan

martabat seseorang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

50

Laki-laki sebagai pihak yang merasa diri sebagai manusia yang paling

sempurna tidak bisa menerima perbedaan bentuk fisik yang dimiliki oleh

perempuan. Bentuk fisik perempuan yang berbeda, membuat kaum pria

memandang dan memperlakukan perempuan secara berbeda dari dirinya. Jelaslah

bahwa hal ini menyebabkan perlakuan yang tidak adil bagi perempuan karena

dalam berbagai hal mereka dibatasi bahkan ditindas. Jhonson memaparkan

kembali pemikiran Elisabeth Jhonson yang mengatakan bahwa seksisme tersebut

menampilkan diri dengan dua acara dalam kehidupan bermasyarakat (Jhonson,

2003: 12).

a) Seksisme Lewat Struktur Kekuasaan Dalam Masyarakat

Strukur ini disebut dengan patriarki yang berasal dari bahasa Latin yaitu

pater yang artinya ayah atau bapak keluarga (Jhonson, 2003: 123). Dalam budaya

patriakhi, kekuasaan sepenuhnya ada di tangan laki-laki, perempuan sama sekali

tidak diperhitungkan. Kekuasaan laki-laki mencakup semua bidang kehidupan

mulai dari bidang sosial, ekonomi, agama, bahkan dalam keluarga. Perempuan

masih dipandang sebagai makhluk yang kurang sempurna tanpa peranan laki-laki

dalam hidupnya. Dalam hal ini nasib kaum perempuan ditentukan oleh laki-laki.

Jika laki-laki memberi peluang, ada kemungkinan perempuan mampu

memperoleh kebebasannya dalam mengembangkan diri. Cerita yang sering kita

dengar saat ini adalah bahwa banyak perempuan/ibu yang harus mendapatkan

persetujuan suami untuk dapat berkarya dalam bidang yang dianggap dapat

mempengaruhi kodrat perempuan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

51

b) Seksisme Dalam Pola Pikir Laki-laki

Seksisme menampilkan diri dalam pola-pola berfikir laki-laki dan

menjadikannya sebagai ukuran untuk semua orang. Pola berfikir seperti ini

disebut androsentrisme, berasal dari kata Yunani yakni andros yang artinya laki-

laki dewasa. Pandangan bahwa laki-laki adalah manusia sejati sementara

perempuan dianggap sebagai pelengkap sudah dibangun dan menjadi pola berfikir

(Jhonson 2003: 124). Pandangan ini semakin diperkokoh oleh beberapa tokoh

besar dunia dan para Bapa Gereja yang terkenal. Mengikuti pemikiran Aristoteles

dan Thomas Aquinas yang mengatakan bahwa perempuan adalah laki-laki yang

salah lahir. Sementara St.Tertualis lebih keji lagi memandang perempuan sebagai

penggoda, Hawa yang mendapat kutukan seks dari Allah dan menjadikannya

sumber dosa yang merusak citra Allah. Pandangan ini dilanjutkan oleh Agustinus

yang mengatakan bahwa perempuan tidak memiliki citra Allah tanpa disatukan

dengan laki-laki

Kedua cara yang menampilkan seksisme ini baik dengan struktur-struktur

patriarkalnya maupun pemikiran androsentiknya sama-sama menciptakan

ketidakadilan bagi perempuan. Perempuan menjadi korban dominasi laki-laki

dalam berbagai aspek kehidupan. Tokoh-tokoh yang berpandangan negatif

terhadap perempuan adalah tokoh-tokoh yang dihormati dan diakui oleh dunia dan

Gereja. Maka sudah bisa dipastikan bahwa dunia cenderung akan terbentuk

dengan pemikiran-pemikiran yang demikian dan upaya untuk mengubahnya

menjadi perjuangan yang panjang dan mendapat banyak tantangan terutama dari

kaum laki-laki. Inilah situasi kongkret yang tejradi saat ini, bagaimana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

52

ketidakadilan yang dialami oleh perempuan menjadi permasalahan yang

mendunia, terbentuk dan berkembang secara kokoh dalam setiap generasi baik

dalam pola pikir maupun dalam tatanan masyarakat.

2. Menganalisis Tradisi Gereja

a) Tradisi Yahudi dan Kitab Suci

Perjalanan sejarah keselamatan yang diimani oleh Gereja, tidak bisa

dipisahkan dari sejarah Bangsa Israel yang menganut agama Yahudi. Dalam

agama Yahudi, laki-laki mempunyai posisi yang lebih dominan dibandingkan

dengan perempuan. Dominasi ini menciptakan ketidakadilan gender. Ketika suatu

perbuatan itu dilakukan oleh laki-laki, maka dianggap sebagai suatu kebenaran.

Disebutkan bahwa Allah menciptakan manusia dari bumi. Manusia yang pertama

kali diciptakan adalah Adam. Kemudian dari tulang rusuk Adam diciptakanlah

Hawa. Kemudian disebutkan bahwa Adam jatuh ke dalam dosa karena Hawa.

Teks ini memunculkan pandangan bahwa perempuan adalah manusia kedua dan

dipandang sebagai sumber dosa.

Dalam perkembangan selanjutnya peranan perempuan mulai dibatasi.

Budaya Yahudi tidak banyak memberikan peluang kepada perempuan untuk

berkiprah. Ada sejumlah tokoh perempuan yang muncul dalam sejarah Israel,

tetapi peran mereka sangat terbatas. Di antara mereka ada Miryam, saudara

perempuan nabi Musa. Miryam juga dipakai Allah sebagai nabiah. la dan Harun

menegur Musa saat Musa kawin lagi dengan perempuan Kush. Meskipun Miryam

dan Harun bersama-sama mengajukan protes namun Miryamlah yang mendapat

hukuman. Terjadi semacam diskriminasi hukum antara laki-laki dan perempuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

53

(Bil: 12). Diskriminasi itu juga terjadi dalam perkawinan Yaudi. Dalam budaya

Israel seorang suami bisa mengambil istri lebih dari satu orang (polygamy). Tetapi

seorang istri tidak diperkenankan untuk mengambil suami lebih dari satu orang

(poliyandry). Pada saat seorang perempuan melahirkan anak juga terjadi

diskriminasi. Jika perempuan melahirkan anak laki-laki ia dianggap najis selama

empat puluh hari. Sedangkan jika yang lahir adalah anak perempuan, maka ibu

anak itu dianggap najis selama delapan puluh hari (Imamat: 12).

b). Tradısi Gereja

Gereja yang sejak awal hidup dalam budaya Yahudi mengambil teks- teks

tersebut sebagai dasar pandangan hubungan (relasi) antara laki-laki dengan

perempuan. Hubungan ini dipandang hanya berdasarkan jenis kelamin saja. Posısi

subordinat (posisi yang rendah) perempuan seperti inilah yang menjadi dasar

pandangan awal Gereja mengenai perempuan. Dalam Tradisi Kristiani, hampir

semua teologinya dirumuskan berdasarkan cara pandang dan cara berfikir laki-laki

(Jhonson, 2003: 120). Kita percaya bahwa para Bapa Gereja telah mendapat

wahyu untuk menumuskannya sama seperti wahyu yang diterima oleh Para Rasul.

Namun yang menjadi permasalahannya adalah bahwa Para Bapa Gereja dan Para

Rasul hidup dan dibentuk oleh budaya patriakhi. Hal ini sangat memungkinkan

bahwa mereka cenderung merumuskan dan menafsirkan ajaran iman dari sudut

pandang mereka. Salah satu ajaran iman yang perlu dianalisis adalah Kristologi.

Dalam ajaran Gereja, Kristologi merupakan ajaran yang sangat penting

dan menjadi dasar dari setiap ajaran Gereja. Namun ada penilaian yang

mengatakan bahwa justru Kristologi menjadi sumber yang digunakan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

54

menindas perempuan. Persoalannya terletak pada cara menafsirkan jenis kelamin

Yesus sebagai laki-laki (Jhonson, 2003: 128). Sejarah mencatat bahwa kelaki-

lakian Yesus tidak bisa disangkal, namun hal itu bukan untuk menyatakan bahwa

Allah adalah laki-laki atau upaya terbaik untuk menggambarkan Allah dengan

gambaran laki-laki. Hal ini tentu berbeda bila teologinya ditulis oleh perempuan.

Teologi feminis bukan untuk menuntut agar Allah digambarkan juga sebagai

perempuan, namun usaha agar wahyu Allah ditafsirkan secara benar tanpa

memihak salah satu jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan yang pada

akhirnya menciptakan ketidakadilan gender.

3. Menganalisis Kitab Suci Untuk Menemukan Makna Bagi Pembebasan Kaum

Perempuan

Kitab Suci yang menjadi sumber iman Gereja, menuliskan berbagai kisah

yang menunjukkan bahwa Allah adalah laki-laki. Namun jika diteliti secara detail

dan ditafsirkan secara benar, banyak perikop Kitab Suci dan tradisi Gereja yang

menunjukkan bahwa Allah digambarkan dengan gambaran perempuan. Perikop-

perikop ini dapat diangkat, dianalisis darn direfleksikan kembali untuk

mengungkapkan bahwa Allah berpihak secara adil baik kepada laki-laki maupun

perempuan. Laki-laki dan perempuan memiliki martabat yang sama di hadapan

Allah, keduanya menggambarkan citra Allah yang tidak kelihatan.

Kerajaan Allah yang diwartakan atau yang diperjuangkan Yesus adalah

terwujudnya keadilan dan damai sejahtera untuk semua orang (Jhonson, 2003:

133). Yesus tidak memihak kelompok tertentu, visi pemerintahanNya adalah

terbentuknya masyarakat atau komunitas yang di dalamnya setiap orang merasa

diterima dan dihargai. Dalam pelayananNya Yesus memang terlihat sangat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

55

frontal menunjukkan kasihNya bagi kaum tersingkir dari struktur-struktur

masyarakat, termasuk para perempuan (bdk Yoh 8: 2-11). Yesus bahkan

mengatakan bahwa perempuan tuna susila akan masuk ke dalam surga

mendahului kaum Farisi. Hal ini diungkapkan Yesus bukan untuk

membalikkan diskriminasi, tetapi untuk mendobrak pola diskriminasi yang

sudah mengakar dalam budaya Yahudi dan menciptakan pola relasi yang baru

yakni sebagai saudara-saudari dalam Kerajaan Allah.

Gambaran Allah sebagai laki-laki merupakan tafsiran yang keliru dari kisah

Kejadian bab 1. Dalam perikop tersebut dikatakan bahwa Allah menciptakan

manusia laki-laki dan manusia perempuan sesuai dengan gambar dan rupa

Allah. Laki-laki memang manusia pertama yang diciptakan, namun Allah

melihat bahwa laki-laki merasa kesepian, walaupun sudah diberikan segala

ciptaan lain sebagai temannya. Maka Allah menciptakan seorang penolong

yang sepadan yakni manusia perempuan dari tulang rusuk laki-laki. Seringkali

dalam menafsirkan perikop ini, fokusnya adalah kata penolong bukan kata

sepadan. Kata sepadan sudah jelas memberi arti bahwa perempuan bukan

sekedar pelengkap atau penolong laki-laki, tetapi sekaligus setara, sepadan, dan

semartabat dengannya.

Yesus memanggil para perempuan menjadi bagian dari pelayananNya,

menjadi murid Nya yang setia. Para perempuan menemani Yesus mulai dari

Galilea sampai ke Yerusalem (Jhonson, 2003: 135). Mereka bahkan menjadi

saksi yang setia dalam inti iman Kristiani yakni dalarm kisah sengsara, wafat,

dan kebangkitan Yesus. Saat para Rasul takut dan meninggalkan Yesus,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

56

beberapa perempuan justru setia berdiri di kaki salib, ikut menguburkan Yesus,

bahkan menjadi saksi pertama kebangkitan Yesus. Petrus mewakili kaum laki-

laki menunjukkan pandangannya kepada kaum perempuan, kesaksian

perempuan diragukan hingga Petrus dan Yohanes harus memeriksa ke makam

Yesus. Tidak bisa dipungkiri bahwa kesaksian Kitab Suci yang menunjukkan

selama hidupNya di dunia sampai pada kebangkitanNya, Yesus telah

memanggil dan memasukkan para perempuan ke dalam komunitasnya bukan

sebagai bawahan laki-laki tetapi sebagai saudara-saudari seiman di dalam

namaNya.

Peristiwa penyaliban Yesus merupakan kritik dashyat terhadap patriakhi

(Jhonson, 2003: 136). Dengan tergantung di kayu salib, Yesus mencurahkan

daya kuasaNya dalam cinta kasih dengan mengorbankan diriNya demi

keselamatan semua orang. Tindakan ini menunjukkan kritik terhadap dominasi

kekuasaan laki-laki. Teologi feminis memandang salib sebagai penghampaan

patriakhi. Pilihan mati tergantung di kayu salib sebenarnya bukan

mencerminkan sikap laki-laki, namun Yesus justru melakukannya unruk

menunjukkan bahwa kekuasaanNya bukan semata kekuatan fisik, melainkan

kekuatan cinta. Sekali lagi, hal ini bukan untuk membalikkan diskriminasi

tetapi merupakan bagian dari perjuangan Yesus untuk mengubah pola relasi

yang menindas kaum lemah termasuk perempuan.

Dalam pengajaranNya Yesus menggambarkan Kerajaan Allah bukan hanya

dari sudut pandang laki-laki, melainkan juga dari sudut pandang perempuan.

Yesus menggambarkan pemerintahan Allah seperti ragi yang diremas-remas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

57

oleh perempuan dan mencampurkannya ke dalam adonan hingga mengembang.

Gambaran Allah sebagai perempuan pembuat roti sangat jelas menunjukkan

bahwa perempuan juga menjadi bagian dari pewartaan Kerajaan Allah. Allah

dapat bertindak sebagai laki-laki sekaligus juga sebagai perempuan. Gambaran

Allah yang bersukacita atas pertobatan salah satu umatNya. Selain

digambarkan sebagai Bapa Yang Baik, Allah juga digambarkan sebagai

perempun yang mencari mata uang yang hilang. Perempuan itu lalu memanggil

tetangganya untuk bersukacita bersama karena telah menemukan kembali mata

uangnya yang hilang. Amanat yang sama disampaikan oleh kedua

perumpamaan tersebut, meskipun dengan menggunakan gambaran pekerjaan

yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Keduanya sama-sama

menunjukkan cinta kasih Allah yang tidak terbatas yang akan selalu mencari

dan menemukan umatNya yang hilang. Dalam peristiwa kebangkitan,

dikatakan bahwa Roh Allah yang memenuhi Yesus dicurahkan kepada semua

orang yang percaya kepadaNya. Hal ini dibuktikan lewat upacara baptis bukan

sunat sebagai bentuk inisiasi ke dalam jemaatNya. Setelah dibaptis, mereka

bernyanyi, "Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada

hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu

semua adalah satu di dalam Kristus Yesus" (Gal 3:28). Madah baptisan yang

dinyanyikan oleh jemaat perdana merupakan upaya mewujudkan pola relasi

yang diperjuangkan oleh Yesus baik antar suku, ras, golongan, atau bahkan

jenis kelamin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

58

Jemaat Kristiani perdana menggunakan tokoh Sophia untuk

mempersonifikasikan Allah sebagai perempuan terhadap dunia. Sophia atau

kebijaksanaan merupakan tokoh dalam Kitab Suci yang betindak adil,

menciptakan, menebus, melindungi kaum tertindas mengajarkan misteri-misteri

hidup dan memberikan hidup.

C. Katekese Kontekstual Memperjuangkan Kesetaraan Gender Dalam

Konteks Budaya Batak

1. Perjuangan Kesetaraan Martabat Pria dan Wanita

a. Perjuangan Yesus Mewujudkan Kesetaraan Gender

Pada masa hidup Yesus, diskriminasi dan dominasi laki-laki atas

perempuan masih tetap berlangsung. Ketika Yesus mulai melaksanakan tugas-

Nya, la bersikap menentang diskriminasi dan dominasi itu. Suatu ketika

pemimpin-pemimpin agama Yahudi menangkap seorang perempuan yang

kedapatan berzinah lalu dibawa kepada Yesus. Mereka minta supaya perempuan

ini dihukum rajam sesuai aturan Yahudi, tetapi Yesus tidak peduli terhadap

permintaan mereka. Pasalnya, mereka menangkap perempuan itu tapi tidak

menangkap laki-laki yang tidur dengan dia. Yesus berkata kepada mereka:

"Barangsiapa yang tidak berdosa hendaknya ia yang pertama kali merajam

perempuan ini". Tidak ada yang berani melakukannya. Akhimya Yesus menyuruh

perempuan itu pulang dengan nasihat supaya tidak berbuat dosa lagi (Yoh 8: 2-

11).

Dalam pelayanan-Nya, Yesus banyak menaruh perhatian kepada orang-

orang yang dianggap sebagai sampah masyarakat. Salah satu di antaranya adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

59

Maria dari Magdala. Yesus menyembuhkan Maria dari ikatan roh jahat.

Kemudian Maria dan beberapa perempuan lain mengiring Yesus dalam

pelayanan-Nya (Luk 24: 10). Lagi-lagi Yesus membela perempuan ketika

sejumlah orang Farisi datang kepada-Nya dan bertanya, Apakah seorang suami

bisa menceraikan istrinya dengan alasan apa saja? Yesus menjawab mereka kata-

Nya: “sejak semula perkawinan hanya teradi antara seorang laki-laki dan seorang

perempuan (Adam-Hawa).

Perceraian hanya bisa terjadi jika salah satu di antaranya berbuat zinah”.

Lalu orang-orang itu bertanya lagi: "Kalau begitu mengapa Musa mengijinkan

seorang suami membuat surat cerai (talak)"? Lalu Yesus menjawab: “karena

ketegaran hatimulah Musa melakukan hal itu teapi seharusnya tidak demikian”

(Mat 19.1-12). Karena komitment-Nya memperjuangkan kesetaraan martabat

perempuan dan laki-laki, maka pada saat Yesus mati di salib, banyak perempuan

ada bersama-sama dengan Dia, mengunjungi kubur-Nya, dan menjadi saksi

kebangkitanNya.

b. Usaha Gereja Mewujudkan Kesetaraan Gender

Permasalahan ketidakadilan gender merupakan masalah yang terjadi

hampir di semua negara. Di Indonesia, ketidakadilan gender ditandai dengan

berbagai tindakan kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan. Hartaningsih

dalam Kompas (2010: 20) “Supaya Perempuan Tidak (terus) Terbisukan Lagi"

bahwa ketimpangan relasi kuasa antara laki-laki dan perempuan membuat hampir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

60

semua laporan tindak kekerasan, kemiskinan, dan seluruh dampaknya berwajah

perempuan.

Inilah gambaran hubungan laki-laki dan perempuan di Indonesia hingga

saat ini. perempuan dipandang dan diperlakukan sebagai makhluk lemah yang

dapat dikuasai oleh kaum laki-laki. Relasi kuasa ini masih terjadi hingga saat ini,

masih banyak perempuan yang terpaksa tunduk pada laki-laki dan tidak sedikit

yang menjadi korban kekerasan. Berbagai usahapun sudah dilakukan untuk

mewujudkan kesetaraan gender bahkan setiap tahun peringatan hari Kartini selalu

dimanfaatkan sebagai sarana untuk membangun kesadaran gender. Usaha yang

dilakukan sulit membuahkan hasil karena hampir seluruh budaya daerah di

Indonesia menganut budaya patriakhi.

Gereja sudah banyak mengusahakan terwujudnya kesetaraan martabat pria

dan wanita. Salah satu usaha Gereja adalah ajaran iman yang menafsirkan kembali

kisah penciptaan pria dan wanita. Dalam kisah tersebut disebutkan bahwa pria dan

wanita merupakan citra Allah yang memiliki kedudukan yang sama meskipun

memiliki perbedaan baik fisik maupun psikologinya. Gereja kemudian

mengusahakan agar ajaran iman ini dipahami dan dihayati oleh umat secara benar.

Namun usaha Gereja ini seringkali tidak berani menembus budaya daerah yang

sejak dahulu sudah menganut budaya patriakhi. Inilah yang menjadi tugas Gereja

untuk selanjutnya yakni menjiwai budaya patriakhi dengan terang Injil demi

terwujudnya Kerajaan Allah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

61

2. Katekese Kontekstual Tentang Kesetarnan Gender Dalam Konteks

Budaya Batak

Dari semua penjelasan yang diutarakan di atas, sangat jelas kita temukan

bahwa patriakhi dalam budaya Batak selain bertentangan dengan HAM juga

sangat melukai ajaran Iman Katolik tentang kesetaraan martabat pria dan wanita

sebagai citra Allah sekaligus melukai martabat luhur perkawinan Katolik. Dalam

Kitab Suci maupun dalam ajaran iman Katolik dijelaskan bahwa pria dan wanita

memiliki martabat yang sama di hadapan Allah yakni sebagai citra Allah.

Salah satu tugas Gereja adalah mengusahakan agar martabat setiap orang

diterima, diakui dan dihargai. Komkat KWI (2000: 19) mengungkapkan hal ini

sebagai salah satu petunjuk dalam melaksanakan katekese. "Gereja dalam

analisisnya tentang tanah dunia, sungguh-sungguh menyadari segala sesuatu yang

mencederai martabat pribadi manusia...... yang menjadi perhatian Gereja ialah

perkembangan utuh pribadi manusia dan segenap bangsa.” Maka sudah

seharusnya Gereja memberi perhatian pada ketidakadilan gender dalam budaya

Batak karena perempuan Batak juga manusia yang memiliki martabat setara

dengan laki-laki.

Oleh karena itu sudah seharusnya katekese kontekstual menjadikan budaya

patriakhi dalam budaya Batak sebagi konteks, katekese tidak boleh menutup mata

pada konteks budaya patriakhi yang sudah berakar dalam urat nadi kehidupan

umat setempat. Orang Batak meskipun sudah menjadi Katolik banyak yang masih

terjebak dalam penghayatan budaya yang bertentangan dengan ajaran iman. Tugas

Gereja adalah memurnikan iman umat tanpa menghilangkan nilai-nilai luhur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

62

dalam budaya tradisional mereka. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan

dalam Direktorium Kateketik Umum.

Persoalan yang timbul sekarang bukannya bagaimana memelihara

kebiasaan-kebiasaan tradisional, melainkan juga bagaimana mewartakan

injil secara baru dan mengena, mengajak mereka bertobat kembali serta

memberikan mereka suatu pembinaan yang lebih mendalam dan

pendidikan lebih dewasa dalam iman, tanpa meremehkan iman murni

masyarakat. Kenyataannya semangat agama umat membuka peluang atau

merupakan titik awal untuk memaklumkan injil untuk memurnikan iman

dan secara tepat memberikan tempat kepada unsur-unsur baik (art 6: 22).

Hal ini menegaskan bahwa katekese selain menghormati kebiasaan atau

keputusan adat Batak, juga harus memiliki sikap yang tegas terhadap pelanggaran

kemanusiaan lewat adat. Inilah yang menjadi tugas katekese yakni mengusahakan

cara baru berkatekese yang mampu memurnikan iman umat tanpa harus

kehilangan jati diri budayanya. Maka katekese kontekstual jelas bukan bertujuan

untuk menghilangkan budaya Batak terutama mengenai kelanjutan keturunan

yang ditentukan oleh marga dari pihak laki-laki.

Katekese tidak perlu mengubah sistem yang ada karena akan merusak

tatanan masyarakat Batak yang sudah terbentuk sejak dulu. Dalam konteks budaya

patriakhi katekese diharapkan mampu memberikan pendidikan iman yang

semakin dewasa untuk memahami dan merefleksikan sistem budaya patriakhi

dalam terang Injil. Yang perlu dibangun dan dikembangkan adalah cara pandang

yang baru sesuai ajaran iman yang kemudian membentuk sikap hidup yang

mengarah pada penghayatan kesetaraan martabat pria dan wanita dalam

kehidupan sehari-hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

63

BAB III

KETIDAKADILAN GENDER DI STASI ST. ANTONIO MARIA

CLARET TOMOK SAMOSIR

Dalam bab dua telah diuraikan kajian pustaka mengenai katekese

kontekstual dan kesetaraan gender berdasarkan Kitab Suci, Dokumen Gereja,

pendapat para ahli dan sumber lainnya. Pada bab tiga ini penulis membahas

mengenai ketidakadilan gender dalam keluarga-keluarga di Stasi Tomok paroki

St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir. Bab tiga ini merupakan jawaban

permasalahan kedua yakni untuk mengetahui sejauh mana ketidakadilan gender

dalam keluarga-keluarga di Stasi Tomok paroki St. Antonio Maria Claret Tomok

Samosir masih menjadi keprihatinan Gereja.

Untuk mendapatkan gambaran ketidakadilan gender dalam keluarga-

keluarga di Stasi Tomok paroki St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir, penulis

menyusun bab ini dalam tiga bagian. Bagian yang pertama mengemukakan

gambaran umum keluarga-keluarga di Stasi Tomok paroki St. Antonio Maria

Claret Tomok Samosir. Bagian kedua mengemukakan tentang ketidakadilan

gender dalam keluarga-keluarga di Stasi Tomok paroki St. Antonio Maria Claret

Tomok Samosir. Sedangkan bagian ketiga membahas penelitian tentang

ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam keluarga-keluarga di Stasi Tomok

paroki St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir. Bagian ini terdiri dari rencana

penelitian, laporan dan pembahasan hasil penelitian, serta kesimpulan penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

64

A. Gambaran Umum Kehidupan Umat Di Stasi St. Antonio Maria Claret

Tomok Samosir

Wawancara dengan pastor paroki mengungkapkan bahwa Stasi St.

Antonio Maria Claret merupakan stasi induk dari Paroki St. Antonio Maria Claret

Tomok Samosir yang berdiri sejak 29 Oktober 2006. Sebelumnya bergabung

dengan Paroki Parapat, Pangururan, dan Palipi. Paroki ini berada di Jl. Horas

No.33 Tomok Samosir. Jumlah umat di paroki ini adalah 6.377 jiwa (Stat. 2016)

yang terdiri dari 18 stasi. Stasi St. Antonio Maria Claret adalah stasi induk dengan

jumlah umat 152 keluarga. Paroki ini digembalakan oleh 2 Pastor dari ordo

Claretian. Kedua imam ini berasal dari suku Flores.

Secara geografis stasi ini terletak di kawasan wisata budaya Tomok dan

Tuktuk. Hal ini membuat kawasan ini ramai dikunjungi baik oleh turis domestik

maupun internasional. Selain keindahan alam Danau Toba, keunikan budaya

Batak menjadi salah satu daya tarik para wisatawan yang datang berkunjung ke

daerah ini. Oleh karena itu, ada anjuran dari pemerintah dan para ketua adat untuk

tetap melestarikan budaya Batak. Hal ini bisa dilihat dengan berbagai upaya

pelestarian cagar budaya dan pelaksanaan upacara adat dalam berbagai bentuk

perayaan seperti upacara perkawinan, pemberkatan rumah, pengangkatan tulang

belulang leluhur, pembangunan tugu peringatan bagi para leluhur, ziarah ke

makam leluhur, dan masih banyak upacara lainnya.

Berdasarkan sejarah sebelum hadirnya agama Kristen dan Katolik di

Tanah Batak, Suku Batak menganut kepercayaan Parmalim. Kepercayaan ini

merupakan bagian dari budaya Batak. Budaya Batak dengan segala aturan dan

filosofinya menjadi daya penggerak dan pemersatu bagi orang Batak. Hal ini juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

65

berlaku bagi umat di stasi ini sebagai bagian dari masyarakat. Kehidupan sosial

umat di tempat ini sebenarnya sudah cukup terbuka luas. Pekerjaan mereka yang

pada umumnya sebagai pedagang, membuka interaksi dengan orang luar. Namun

supaya turis tetap tertarik untuk datang, masyarakat setempat harus mampu

melestarikan budaya Batak yang sesungguhnya.

Melestarikan budaya Batak yang sesungguhnya artinya menghidupi tradisi

adat dengan benar. Hal ini akan terwujud dalam upacara adat yang sangat banyak.

Setiap upacara adat akan mengikat semua masyarakat setempat karena hubungan

marga. Hubungan marga ini hanya bisa dilanjutkan oleh keturunan laki-laki. Maka

keberadaan anak laki-laki sebagai pewaris keturunan serta berbagai bentuk

ketidakadilan yang akan diakibatkan, akan tetap berlangsung selama orang Batak

menghidupi tradisinya.

Hal ini juga yang dialami oleh umat stasi St. Antonio Maria Claret.

Sebagai bagian dari masyarakat, mereka juga sangat terikat pada tradisi adat.

Maka dalam konteks hidup beriman, umat lebih banyak dipengaruhi oleh nilai-

nilai yang terkandung dalam budaya Batak. Ajaran iman Katolik memang sudah

lama diterima dan dihidupi oleh umat. Namun berdasarkan pengamatan kehidupan

sehari-hari, umat masih lebih banyak terlibat aktif dalam urusan adat daripada

keagamaan. Urusan adat sudah meresapi kehidupan umat mulai dari kelompok

terkecil maupun kelompok yang lebih besar. Umat lebih banyak mengurusi

masalah adat daripada mengikuti kegiatan Gereja yang pada umumnya hanya

dilaksanakan pada hari-hari besar saja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

66

Kenyataan ini menunjukkan bahwa eksistensi adat jauh lebih meresap

dalam seluruh sendi-sendi kehidupan umat. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti

dan wawancara dengan umat, peneliti menemukan bahwa bidang diakonia di stasi

St. Antonio Maria Claret masih terbatas pada pelayanan dalam lingkup Gereja.

Pada umumnya keterlibatan umat masih sebatas pelayanan dalam bidang liturgi,

contohnya menjadi lektor, petugas koor, petugas pendalaman iman, dan berbagai

kegiatan liturgi lainnya. Keterlibatan umat dalam bidang sosial di luar Gereja

masih sangat kurang. Keterlibatan umat dalam bidang sosial masih sebatas

memberikan dukungan lewat APP yang dianjurkan oleh Gereja. Keterlibatan

sosial umat biasanya lebih sering terjadi dalam lingkup adat.

Dalam bidang kerygma, stasi ini lebih sering terlibat dalam pendalaman

iman yang diselenggarakan oleh paroki. Namun pendalaman iman ini hanya pada

masa adven dan pra paskah saja. Pewartaan yang didapatkan umat sangat

tergantung pada kotbah Pastor pada saat perayaan Ekaristi. Mereka mengatakan

bahwa kotbah atau renungan yang diperoleh pada saat perayaan Ekaristi banyak

memberi kekuatan dan peneguhan iman. Begitu juga dalam bidang liturgi yang

lebih sering dirayakan pada hari-hari besar Gereja dan setiap hari minggu. Umat

tidak terlalu akrab dengan bentuk-bentuk devosi, mereka lebih fokus pada

perayaan Ekaristi.

Persekutuan umat di stasi ini terjalin dengan baik, hal ini dipengaruhi oleh

sistem kekerabatan budaya Batak yang mereka hidupi. Mereka saling mengenal

satu sama lain dan relasi di antara mereka cukup dekat. Selain di acara Gereja,

umat sering berjumpa dan bekerja sama dalam acara adat. Hal inilah yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

67

menyebabkan hubungan persaudaraan umat semakin akrab. Kehidupan umat di

stasi ini dipengaruhi oleh dua prinsip hidup yakni ajaran iman Katolik dan aturan

budaya Batak. Keduanya menjadi landasan yang menggerakkan kehidupan umat

baik dalam kehidupan menggereja, masyarakat dan keluarga. Berdasarkan

pengamatan akan keempat bidang ini, dapat dilihat bahwa semangat keidupan

menggereja masih kalah dengan antusiasme umat dalam upacara adat. Dalam

upacara adat, umat bersedia mengeluarkan biaya yang besar dan memberikan

waktu yang cukup banyak. Namun dalam kegiatan hidup menggereja, umat sangat

perhitungan soal materi dan waktu. Hal diungkapkan oleh Pastor paroki di stasi

ini.

Konteks ini jelas akan sangat mempengaruhi penghayatan iman umat di

stasi ini. Di satu sisi umat yang ingin sepenuhnya hidup sebagai orang Katolik

akan terbentur dengan aturan ada yang betentangan dengan nilai-nilai iman

Katolik. Umat juga tidak bisa lepas dari adat karena akan mengalami kesulitan

dalam hubungan sosial yang lebih banyak terjalin melalui upacara adat. Di sisi

lain bagi umat yang yang ingin menghayati budaya Batak, juga mengalami

kesulitan jika tidak terlibat dalam kegiatan keagamaan. Selain soal nilai iman

yang dianggap benar, agama juga menjadi sarana untuk mendapatkan pelayanan

publik. Idealnya, kedua nilai ini baik dari agama maupun budaya seharusnya

menemukan jalan damai yang kita sebut dengan inkulturasi. Namun sampai saat

ini Gereja belum mengusahakan cara yang mampu membantu umat untuk menjadi

Katolik militan tanpa kehilangan jati diri sebagai orang Batak. Inilah yang masih

merupakan perjuangan umat dan Gereja di stasi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

68

B. Ketidakadilan Gender Di Stasi St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir

1. Penyebab Ketidakadilan Gender Di Stasi St. Antonio Maria Claret Tomok

Gultom (2010: 50) mengungkapkan bahwa salah satu tatanan budaya

yang sudah melekat dalam budaya Batak adalah sistem kekerabatan yang bersifat

patrinealis yakni garis keturunan atau marga yang ditentukan oleh laki-laki. Marga

adalah salah satu identitas orang Batak yang sekaligus merupakan sendi utama

dalam sistem kekerabatannya, sedangkan perempuan disebut sebagai pencipta

hubungan kebesanan akibat sebuah perkawinan.

Sebenarnya bila dikaji lebih dalam, pengertian ini menunjukkan peran

yang seimbang antara laki-laki dan perempuan dalam melanjutkan sistem marga

orang Batak. Namun dalam praktek kehidupan adat, hanya laki-laki yang

dipandang sebagai penerus marga dalam setiap keluarga. Hal ini tentu

mempengaruhi kedudukan anak perempuan yang dianggap tidak memiliki

pengaruh yang berarti dalam melanjutkan eksistensi budaya Batak. Maka jika

sebuah keluarga tidak memiliki anak laki-laki, marganya atau keturunannya

dianggap mati dan tidak akan dituliskan dalam generasi berikutnya.

Maka dapat disimpulkan bahwa penyebab ketidakadilan gender yang

terjadi dalam keluarga-keluarga Batak adalah budaya patriakhi yang ditafsirkan

dan dihidupi secara dangkal. Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya

sesungguhnya budaya patriakhi yang dianut oleh orang Batak memiliki makna

kesetaraan martabat pria dan wanita. Pria dan wanita memiliki peranan yang sama

pentingnya dalam melanjutkan marga. Hal ini tersirat dalam Dalihan Na Tolu

yang menggambarkan kedudukan yang setara antara pihak suami dan istri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

69

(Depdikbud 1978: 69). Namun kurangnya pemahaman umat akan makna yang

tersimpan dalam sistem kekerabatan budaya Batak membuat umat cenderung

terfokus pada peranan laki-laki dalam melanjutkan marganya. Hal ini sekaligus

menyebabkan sering terjadinya ketidakadilan yang dialami oleh perempuan Batak.

Tujuan utama perkawinan dalam budaya Batak seperti yang dijelaskan

oleh Depertemen Pendidikan dan Kedudayaan adalah melanjutkan keturunan yang

hanya ditentukan oleh anak laki-laki baik sebagai penentu sistem kekerabatan juga

sebagai pewaris harta (1978: 67). Dalam hal ini hakikat sakramen perkawinan

seakan tidak memiliki daya apa-apa dibandingkan dengan keinginan untuk

memperoleh anak laki-laki dengan cara apapun bahkan poligami. Maka meskipun

sifat perkawinan dalam budaya Batak adalah monogam, perceraian diizinkan

melalui musyawarah adat. Alasan agar sahnya sebuah perceraian dalam budaya

Batak pada umumnya ada 3 alasan yaitu: perempuan mandul, keluarga tidak

mendapatkan anak laki-laki, dan pihak istri berzinah (Depdikbud, 1978: 66).

Semua alasan perceraian tersebut dilihat hanya dari pihak perempuan. Dalam hal

ini perempuan menjadi satu-satunya korban budaya patriakhi Batak Toba.

2. Akibat Ketidakadilan Gender Di Stasi St. Antonio Maria Claret Tomok

Pendeta Paulin Sirait (2010: 11-34) dalam majalah Narhasem menjelaskan

secara detail bagaimana sistem kekerabatan orang Batak yang bertumpu pada laki-

laki sebagai penerus keturunan menyebabkan banyak ketidakadilan bagi

perempuan. Ketidakadilan gender dalam budaya Batak mengakibatkan perempuan

atau istri yang tidak melahirkan anak laki-laki mengalami tekanan psikologis,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

70

kehidupan berkeluarga menjadi terganggu dan pembagian warisan yang tidak

menguntungkan bagi anak perempuan.

Murniati (2004: 89) mengungkapkan bahwa dalam tradisi Batak seorang

istri yang tidak melahirkan anak laki-laki membuat suaminya diperbolehkan

menikah lagi untuk mendapatkan anak laki-laki. Hal yang sama diungkapkan oleh

Gultom (2010: 52) yang mengatakan bahwa budaya Batak menganut perkawinan

yang monogam, kalaupun ada yang beristri dua (mardua-dua) kemungkinan besar

karena alasan tidak mendapatkan anak laki-laki dari istri pertama.

Selain itu, dalam pembagian warisan keluarga, perempuan tidak berhak

menerima apa-apa dari orangtuanya. Alasannya karena perempuan akan menjadi

milik pihak laki-laki. Maka jika sebuah keluarga tidak memiliki anak laki-laki,

warisan keluarga akan diserahkan kepada saudara laki-laki dari pihak suami

(Siahaan, 1964: 130). Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan secara lebih detail

mengurutkan hukum waris adat Batak sebagai berikut: Anak turunan laki-laki dari

pewaris, bapak dari pewaris, saudara laki-laki dari pewaris, nenek laki-laki dari

pewaris, saudara laki-laki bapaknya pewaris, Ripe atau semarga, dan orang

sekampung (1978: 67). Dari hukum waris ini kita bisa melihat bahwa pihak

perempuan tidak mendapat bagian apa-apa dari warisan orangtuanya, jika tidak

memiliki anak laki-laki. Sekarang ini sudah ada orangtua yang mau memberikan

hartanya kepada anak perempuan, namun tetap harus persetujuan anak laki-laki

dan biasanya dianggap sebagai hibah.

Selain diskriminasi secara ekonomis, secara psikologis perempuan

terutama kaum ibu yang tidak melahirkan anak laki-laki seringkali merasa kurang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

71

dihargai. Mereka biasanya mendapat tekanan karena dianggap kurang terberkati.

Sebutan “tidak gabe” (tidak terberkati) biasanya diberikan kepada keluarga yang

tidak memperoleh anak laki-laki. Biasanya akan diadakan upacara doa mohon

berkat untuk pihak keluarga perempuan agar mendapatkan anak laki-laki

(Siahaan, 1964: 49). Semakin miris karena seorang ibu yang tidak melahirkan

anak laki-laki dikaitkan pada hubungan dengan Tuhan. Penyebab utama selalu

mengarah pada kekurangan perempuan. Hal ini jelas memberikan tekanan yang

cukup berat bagi seorang ibu yang tidak melahirkan anak laki-laki. Ia akan

menjadi lebih cemas memikirkan masa depannya jika tidak kunjung mendapatkan

anak laki-laki. Sudah menjadi kebiasaan bahwa ia akan dipersalahkan oleh pihak

keluarga suami yang merasa garis keturunannya akan terancam punah.

Sementara dalam hal perkawinan, sistem patriakhi dapat mengakibatkan

pelanggaran akan hakikat dan tujuan luhur dari perkawinan suci Katolik. Dalam

KHK dijelaskan bahwa perkawinan Katolik bersifat monogam dan tidak

terceraikan (1141). Namun demi kepentingan kelanjutan marga, budaya Batak

memberi izin kepada laki-laki untuk menceraikan isterinya dan menikah lagi.

Semua akibat dari budaya patriakhi dalam budaya Batak ini adalah kenyataan

yang dihadapi oleh umat terutama kaum perempuan. Permasalahan ini seolah

menjadi bagian dari budaya yang dihidupi umat meskipun bertentangan dengan

ajaran iman. Umat bahkan belum sepenuhnya menyadari permasalahan ini, atau

bagi yang sudah menyadari tidak memiliki kemampuan untuk memperbaikinya

karena sudah menjadi bagian dari sitem budaya leluhur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

72

3. Harapan Umat Agar Gereja Mengupayakan Pendidikan Iman Tentang

Kesetaraan Martabat Pria Dan Wanita

Dalam konteks budaya patriakhi Batak, kesetaraan gender memiliki

landasan nilai-nilai luhur dari para leluhur dan nilai-nilai Kristiani yang dianut

oleh masyarakat. Ibrahm Gultom (2010: 59) mengatakan bahwa Pada hakikatnya

budaya Batak sangat menghormati perempuan (boru), hal ini terwujud dalam

falsafah orang Batak yaitu Dalihan Natolu (tungku 3 sudut) yang berbunyi:

Somba marhula-hula (hormat pada keluarga pihak istri), elek marboru (sayang

pada pihak suami), dan manat mardongan tubu (hati-hati dengan saudara

kandung). Dalihan Natolu ini mengungkapkan hubungan yang dinamis antara

ketiga pihak yang merupakan bagian dari keluarga besar setiap keluarga. Setiap

pihak akan merasakan setiap posisi yang ada, ada saatnya menjadi Hula-hula, ada

saatnya juga menjadi Boru dan Dongan Tubu. Dalam prinsip Dalihan Natolu ini,

Hula-hula (keluarga dari pihak istri) justru mendapat tempat yang terhormat

dalam adat dan pihak Boru (keluarga dari pihak suami) mendapat tempat sebagai

pihak yang harus diIangi.

Muhammad Hilmi dalam tulisannya di Kompas yang berjudul “Pesan

Persaudaraan Dalihan Na Tolu” mengungkapkan bahwa prinsip Dalihan Na Tolu

menunjukkan tiga kedudukan fungsional sebagai konstruksi sosial yang menjadi

dasar hidup bersama dan mengajarkan kesetaraan bukan hanya antara laki-laki

dan perempuan tetapi antar umat manusia. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa

orang Batak yang tidak menghidupi prinsip Dalihan Na Tolu akan kehilangan

kehormatannya (2013: 3). Maka kesetaraan martabat laki-laki dan perempuan

dalam budaya Batak terkandung dalam prinsip orang Batak itu sendiri. Kesetaraan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

73

ini dapat tercapai jika orang Batak menghayati prinsipnya dengan sungguh-

sungguh tanpa tanpa syarat.

Sebagai orang Batak yang sudah Kristiani, sangat jelas bahwa kedua nilai

yang terkandung dalam agama dan budaya menjadi daya hidup yang

menggerakkan seluruh kehidupan umat di Paroki Tomok ini. Maka kesetaraan

gender yang hendak diwujudkan adalah menyatukan antara nilai-nilai yang

terkandung dalam budaya Batak dan nilai-nilai Kristiani tentang kesetaraan

martabat pria dan wanita.

Seperti yang sudah dipaparkan dalam teologi gender, kesetaraan gender

yang hendak dicapai adalah bahwa baik pria dan wanita merupakan citra Allah

yang memiliki martabat yang sama di hadapan Allah. Nilai ini dapat diwujudkan

dalam tindakan nyata lewat prinsip Dalihan Natolu yang mewarnai seluruh

kehidupan baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Inilah yang menjadi

harapan umat dalam konteks budaya patriakhi yang banyak mengakibatkan

ketidakadilan bagi kaum perempuan. Umat mendambakan kehidupan yang saling

menghargai antara laki-laki dan perempuan. Umat tidak mengharapkan adanya

perubahan dalam sistem kekerabatan orang Batak, tetapi dibutuhkan kekuatan

iman, kedalaman spritualitas akan makna kesetaraan martabat laki-laki dan

perempuan sesuai nilai-nilai luhur budaya dan iman Katolik yang mereka hidupi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

74

C. Penelitian Tentang Ketidakadilan Gender Di Stasi Tomok paroki St.

Antonio Maria Claret Tomok Samosir

1. Rencana Penelitian

a. Latar Belakang Penelitian

Gultom dalam bukunya “Agama Malim di Tanah Batak” mengungkapkan

bahwa salah satu tatanan budaya yang sudah melekat dalam budaya Batak adalah

sistem kekerabatan yang bersifat patrinealis yakni garis keturunan yang ditentukan

oleh laki-laki. Keputusan para leluhur yang menciptakan sistem kekerabatan yang

demikian masih terus berlangsung sampai saat ini, meskipun banyak pihak yang

menilai bahwa sistem tersebut melahirkan banyak tindakan ketidakadilan bagi

perempuan.

Permasalahan ketidakadilan gender yang terjadi di suku Batak, memang

dimulai dari keputusan adat dan dipraktekkan dalam tatanan masyarakat yang

lebih luas. Namun praktek itu semakin bertumbuh dan berakar dalam keluarga.

Ketidakadilan martabat pria dan wanita terjadi di antara ayah dengan ibu, dan

antara anak laki-laki dengan anak perempuan. Meskipun beriman Katolik, namun

kecil kemungkinan keluarga-keluarga di paroki ini memahami dan menyadari

bahwa ketidakadilan gender terjadi di tengah-tengah keluarga mereka. Hal ini bisa

diterima karena sistem budaya Batak cenderung memelihara praktek tersebut dan

minimnya tindakan Pastoral dari Gereja untuk membantu umat mengubah

pandangan dan sikap yang mengarah pada ketidakadilan gender.

Maka penelitian terhadap ketidakadilan gender dalam keluarga-keluarga di

stasi Tomok paroki St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir merupakan suatu

bentuk keprihatinan penulis terhadap permasalahan ketidakadilan gender yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

75

terjadi serta usaha untuk membuktikan bahwa ketidakdialan gender tersebut masih

terjadi dan membutuhkan perhatian dari pihak Gereja.

b. Tujuan Penelitian

Kesetaraan gender yang hendak diwujudkan adalah menyatukan antara

nilai-nilai yang terkandung dalam budaya Batak dan nilai-nilai Kristiani tentang

kesetaraan martabat pria dan wanita. Namun sistem garis keturunan yang hanya

ditentukan oleh anak laki-laki mengakibatkan ketidakadilan gender dalam

keluarga-keluarga stasi Tomok paroki St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir.

Dalam hal ini perempuan seringkali menjadi korban ketidakadilan. Ketidakadilan

ini sudah berlangsung sejak lama dan dianggap sebagai bagian dari budaya.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

4. Memperoleh data sejauh mana ketidakadilan gender masih terjadi dalam

kehidupan berkeluarga di stasi Tomok paroki St. Antonio Maria Claret

Tomok Samosir.

5. Memperoleh data mengenai faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya

ketidakadilan gender di stasi Tomok paroki St. Antonio Maria Claret

Tomok Samosir.

6. Memperoleh data mengenai dampak ketidakadilan gender di Stasi Tomok

paroki St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir.

7. Memperoleh data mengenai harapan umat untuk mewujudkan keadilan

gender di Stasi Tomok paroki St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

76

c. Definisi Operasional

Ketidakadilan gender di stasi Tomok merupakan situasi dimana terjadi

pandangan dan perlakuan yang tidak adil antara laki-laki dan perempuan yang

disebabkan oleh budaya patriakhi. Budaya patriakhi Batak adalah sistem garis

keturunan yang hanya ditentukan oleh anak laki-laki. Hal ini membuat perempuan

mengalami banyak tekanan dan penderitaan baik secara sosial, materi, dan

psikologis.

d. Jenis Penelitan

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami subjek

secara menyeluruh, tentang persepsi, perilaku, motivasi, dan tindakannya. Jenis

penelitian ini diolah dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa

pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memamfaatkan berbagai

metode alamiah. Metode alamiah yang dimaksud adalah metode yang mampu

mengumpulkan data di lapangan secara objektif sesuai kenyataan yang ada

(Moleong, 2012: 6). Dalam penelitian ini, konteks khusus yang diteliti adalah

ketidakadilan gender yang dialami oleh umat stasi Tomok dalam kehidupan

sehari-hari.

e. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah desain ex post facto.

Penelitian dengan desain ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan

untuk meneliti suatu peristiwa yang telah terjadi dan kemudian melihat ke

belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang menimbulkan kejadian tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

77

(Sugiyono, 2013: 50). Desain ini menunjuk kepada perlakuan yang telah terjadi

sebelumnya, sehingga peneliti tidak perlu memberikan perlakuan lagi, peneliti

hanya melihat efeknya. Dalam penelitian ini masalah yang diteliti adalah

ketidakadilan gender dalam budaya Batak di stasi St. Antonio Maria Claret

Tomok, Samosir.

f. Responden

Responden adalah subjek atau orang yang menjadi sumber data penelitian

yang mewakili populasi (sampel). Salah satu syarat sampel adalah harus bersifat

representatif, artinya bisa mewakili populasi. Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah purposive sampling yakni mengambil sampel sumber data

dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013: 300). Dalam penelitian ini,

pertimbangan peneliti adalah sejauh mana sumber data memahami kesetaraan

gender dan pengalaman umat. Dari hasil wawancara dengan sekretariat paroki,

peneliti memperoleh data jumlah umat stasi St. Antonio Maria Claret adalah 155

keluarga.

Peneliti hanya memilih beberapa di antara mereka untuk diwawancara.

Pemilihan responden dilakukan dengan cara meminta bantuan Pastor paroki yang

dianggap mengenal umatnya secara baik. Menurut Pastor paroki semua responden

ini dikenal memiliki pandangan yang maju dan aktif dalam hidup menggereja.

Selain itu, semua responden dipilih berdasarkan berbagai pengalaman yang

beragam tentang keturunan atau anak yang mereka miliki. Hal ini penting untuk

menggali dan membandingkan pengalaman antara keluarga yang hanya memiliki

anak laki-laki atau anak perempuan, dan keluarga yang memiliki kedua-duanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

78

Maka responden penelitian ini adalah 3 mewakili perempuan yang hanya

memiliki anak perempuan. 1 mewakili perempuan yang hanya mewakili anak

laki-laki dan 1 mewakili perempuan yang memiliki anak laki-laki dan perempuan.

2 mewakili laki-laki yang hanya memiliki anak perempuan. 1 mewakili laki-laki

yang hanya memiliki anak laki-laki dan 2 mewakili laki-laki yang memiliki anak

laki-laki dan perempuan. Dengan demikian jumlah responden dari penelitian ini

adalah 10 orang. Kesepuluh responden ini sudah dapat mewakili pengalaman

umat akan ketidakadilan yang terjadi dalam keluarga.

g. Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, berbagai

sumber dan berbagai cara. Apabila dilihat dari setting-nya, data dalam penelitian

ini dapat dikumpulkan pada setting alamiah misalnya di tempat tinggal (rumah)

responden. Dalam penelitian ini, instrument pengumpulan data yang digunakan

adalah wawancara tersruktur. Sugiyono (2013: 193) mengemukakan kembali

pemikiran Esterberg tentang wawancara terstruktur. Wawancara ini hanya

digunakan apabila peneliti telah memahami dengan pasti tentang informasi apa

yang hendak diperoleh. Oleh karena itu, peneliti sudah menyiapkan instrumen

penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis lengkap dengan alternatif

jawabannya. Dalam wawancara terstruktur, pengumpulan data dapat

menggunakan beberapa pewawancara yang sudah dilatih sebelumnya.

Maka dalam penelitian ini, peneliti akan mewawancarai responden secara

langsung dengan menggunakan media hanphone, hasil wawancara direkam dan

tulis. Peneliti juga melatih orang lain untuk membantu peneliti menemui

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

79

responden dan menyampaikan tujuan dilakukan wawancara. Rekan peneliti ini

sebelumnya sudah dilatih dan diajari tentang tujuan penelitian yang hendak

dicapai. Hal ini akan sangat mempermudah peneliti untuk memperoleh data yang

diperlukan. Rekan peneliti ini akan diminta memperhatikan situasi atau ekspresi

responden saat diwawancara, hasilnya dipertimbangakan dan disesuaikan dengan

perkataan responden.

h. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di stasi Tomok paroki St. Antonio Maria Claret

Tomok, pada bulan Januari - Februari 2017.

i. Variabel Penelitian

4. Bentuk ketidakadilan gender yang terjadi dalam kehidupan berkeluarga di

Stasi Tomok paroki St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir Samosir.

5. Faktor penyebab ketidakadilan gender di Stasi Tomok paroki St. Antonio

Maria Claret Tomok Samosir Samosir.

6. Dampak ketidakadilan gender di Stasi Tomok paroki St. Antonio Maria

Claret Tomok Samosir Samosir.

7. Harapan umat untuk menghayati kesetaraan martabat laki-laki dan

perempuan di Stasi Tomok paroki St. Antonio Maria Claret Tomok

Samosir Samosir.

j. Kisi-kisi Penelitian

Tabel 1

Kisi-Kisi Instrument Penelitian

No Variabel Aspek Indikator Jumlah

Soal

Nomor

Soal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

80

1 Bentuk

ketidakadilan

gender

- Tanggungja

wab dalam

keluarga

- Prioritas

anak

- Perempuan

dalam adat

- Mengungkapkan

bagaimana

pembagian

tanggungjawab

dalam rumah

tangga

- Mengungkapkan

bagaimana

prioritas

keluarga

terhadap anak

laki-laki dan

perempuan

- Mengungkapkan

bagaimana

keterlibatan

perempuan

dalam adat

4 1 - 4

2 Faktor

penyebab

ketidakadilan

gender

- Budaya - Menjelaskan

penyebab

ketidakadilan

gender dalam

budaya Batak

1 5 - 6

3 Dampak

ketidakadilan

gender

- Psikologis

- Kehidupan

perkawinan

- Pembagian

warisan

- Mengungkapkan

dampak

psikologis

ketidakadilan

gender

- Mengungkapkan

dampak

ketidakadilan

gender bagi

kehidupan

perkawinan

- Mengungkapkan

bagiamana

pembagian

warisan dalam

keluarga

3 7 - 9

4 Harapan umat - Pastoral - Mengungkapkan 1 10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

81

untuk

menghayati

iman akan

kesetaraan

martabat pria

dan wanita

harapan akan

terwujudnya

keadilan gender

2. Laporan Penelitian

Pada bagian ini penulis akan memaparkan hasil penelitian mengenai

ketidakadilan gender yang masih menjadi keprihatinan dalam budaya Batak di

stasi St. Maria Claret Tomok Samosir. Pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan metode wawancara terstruktur yang melibatkan 10 responden.

Metode ini dipilih karena melalui metode ini penulis dapat memperoleh data

sesuai dengan harapan peneliti lewat pertanyaan yang telah disiapkan.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 16 Januari sampai tanggal 28

Februari 2017. Dalam melaksanakan wawancara, penulis menyampaikan 10

pertanyaan pokok. Pertanyaan yang disampaikan mengenai ketidakadilan gender

yang masih terjadi di stasi St. Maria Claret Tomok Samosir, penyebabnya, akibat

serta harapan umat dalam mewujudkan kesetaraan gender. Penulis akan

memaparkan hasil wawancara berdasarkan aspek variabel penelitian dan

membahasnya menurut variabel masing-masing aspek. Untuk memudahkan

penulis dalam menyampaikan hasil wawancara, maka penulis memberikan kode

pada setiap responden dengan nama R.

a. Identitas Responden

Table 2

Identitas Responden

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

82

N = 10 orang

No Nama Jenis

Kelamin

Jumlah dan Jenis

Kelamin Anak

Kode

1 Ibu Siagian Perempuan 4 perempuan R1

2 Ibu Panjaitan Perempuan 2 perempuan R2

3 Ibu Tamba Perempuan 4 perempuan R3

4 Ibu Situmorang Perempuan 5 laki-laki R4

5 Ibu Silalahi Perempuan 4 perempuan

3 laki-laki

R5

6 Bapak Sidabutar Laki-laki 2 perempuan R6

7 Bapak Panjaitan Laki-laki 4 perempuan R7

8 Bapak Sihombing Laki-laki 3 laki-laki R8

9 Bapak Silalahi Laki-laki 2 perempuan

2 laki-laki

R9

10 Bapak Sidabutar Laki-laki 3 anak perempuan

1 anak laki-laki

R10

NB: Peneliti tidak menggunakan nama asli dari responden karena menurut adat

Batak hal itu dianggap tidak sopan. Maka yang dipakai adalah marga dari

setiap responden.

b. Bentuk Ketidakadilan Gender Yang Dialami Perempuan Di St. Antonio

Maria Claret Tomok

Bentuk ketidakadilan gender yang terjadi di stasi St. Antonio Maria Claret

Tomok berupa tanggungjawab dalam keluarga yang pada umumnya dibebankan

kepada perempuan, anak laki-laki menjadi prioritas utama dalam berbagai hal dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

83

dalam bidang sosial peranan perempuan sangat dibatasi, perempuan belum dapat

terlibat dalam mengambil keputusan adat.

1) Pembagian Tanggungjawab Yang Tidak Adil Bagi Perempuan.

Tanggungjawab dalam rumah tangga sebaiknya menjadi kerjasama antara

suami dan istri. Keduanya memiliki peranan yang saling melengkapi satu sama

lain. Berdasarkan hasil penelitian semua responden mengatakan bahwa pembagian

tanggungjawab dalam rumah tangga sama seperti pada umumnya yakni suami

mencari nafkah dan istri mengurus pekerjaan rumah dan merawat anak-anak. R1

mengatakan bahwa ia sepenuhnya bertanggungjawab dalam urusan rumah tangga

dan tidak ikut membantu suaminya bekerja mencari nafkah. Sementara R2

mengatakan bahwa dia juga ikut membantu suami bekerja mencari nafkah

[Lampiran 4: (4)].

Hal senada diungkapkan oleh R3 yang bekerja sebagai guru sama seperti

suaminya. R4 yang bekerja sebagai petani bekerja sama bersama suaminya untuk

mencari nafkah. Hal serupa diungkapkan oleh R5 yang juga ikut membantu

suaminya mencari nafkah dengan berjualan [Lampiran 4 :(4)]. Sementara R6, R7,

R8 dan R9 mengatakan bahwa tanggungjawab mereka adalah mencari nafkah dan

urusan pekerjaan rumah dan anak-anak menjadi tanggungjawab istri [Lampiran 4:

(4)]. Berbeda dengan R10 yang mengatakan bahwa istrinya juga ikut membantu

dia bekerja mencari nafkah dengan berjualan [Lampiran 4: (5)].

Selain pembagian tanggungjawab dalam rumah tangga, peneliti juga

menanyakan bagaimana pendapat responden jika suami ikut membantu pekerjaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

84

istri mengurus pekerjaan rumah tangga dan seberapa sering suami ikut membantu

pekerjaan istri. Berdasarkan hasil wawancara, semua responden mengatakan

bahwa sangat wajar dan baik jika suami ikut membantu pekerjaan istri. Perbedaan

tanggapan responden ada pada seberapa sering suami ikut membantu istri lewat

tindakan yang nyata dan alasan yang mereka ungkapkan. R1 mengatakan bahwa

dulu suaminya sangat rajin membantu pekerjaan rumah tangga meskipun tidak

mau terbuka di depan umum karena sering diejek oleh teman-temannya. R1 juga

menambahkan bahwa sangat wajar suami ikut membantu pekerjaan istri di rumah

karena hal itu merupakan tanggungjawab bersama [Lampiran 4: (4)].

Hal senada diungkapkan oleh R2 yang mengatakan bahwa sudah

seharusnya suami ikut membantu istri karena dia juga ikut membantu suami

mencari nafkah. Dia juga mengatakan bahwa suaminya sering ikut membantunya

tetapi harus diminta, padahal dia sendiri tanpa diminta suamipun ia ikut bekerja

menacari nafkah. Sementara R3 mengatakan bahwa suaminya sering menolak jika

diminta untuk ikut membantunya dengan alasan kelelahan bekerja mencari

nafkah. Berbeda dengan R4 yang mengatakan bahwa suaminya masih tetap setia

membantunya mengurus pekerjaan rumah tangga karena sejak awal mereka sudah

sepakat untuk saling membantu [Lampiran 4: (4)].

R5 mengatakan bahwa sangat wajar jika suami mau membantu pekerjaan

rumah tangga istrinya, namun dia mengatakan masih mampu mengerjakan

semuanya sendiri dan lebih memilih mengajari anak-anak agar mampu

mengerjakan pekerjaan rumah tangga. R6 mengatakan bahwa ia merasa tidak

masalah jika ikut membantu pekerjaan istri di rumah, namun seharusnya istri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

85

mampu mengerjakan semua pekerjaan rumah karena tugas utama suami adalah

mencari nafkah. Hal serupa disampaikan oleh R7 yang mengatakan bahwa wajar

jika suami ikut membantu pekerjaan rumah tangga, namun dia menggarisbawahi

agar hal itu tidak terlalu sering karena dapat menurunkan harga diri si suami di

hadapan teman-temannya [Lampiran 4: (4)]. Sementara R8 mengungkapkan

bahwa dia merasa nyaman ikut membantu pekerjaan istri di rumah, tetapi tetap

ada batasnya karena hal itu sudah menjadi tugas seorang istri. Ia juga mengatakan

bahwa biasanya ia ikut mengerjakan pekerjaan di rumah saat istrinya sedang sakit

[Lampiran 4: (5)].

R9 mengatakan bahwa ia sangat jarang membantu pekerjaan rumah tangga

karena menurut dia istri dan anak-anaknya mampu mengerjakan semuanya. R10

juga mengatakan hal yang sama bahwa meskipun menurutnya sangat wajar jika

seoarang suami membantu pekerjaan istri di rumah tetapi ia sangat jarang

melakukannya karena merasa sudah sangat sibuk bekerja di luar. Ia juga lebih

memilih menghabiskan waktu luangnya di kedai sebagai refresing agar besoknya

semangat lagi untuk mencari nafkah [Lampiran 4: (5)].

2) Anak laki-laki lebih diprioritaskan daripada anak perempuan

Dalam budaya Batak, anak laki-laki biasanya menjadi prioritas utama

keluarga dalam berbagai hal. Alasannya sangat sederhana yakni orang Batak ingin

memberikan segala yang terbaik bagi pewaris keturunannya agar berkembang

dengan baik. Sementara perempuan biasanya menjadi proritas berikutnya karena

akan menjadi bagian penerus dari keluarga pihak suaminya kelak. Peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

86

memberikan pertanyaan dengan meminta responden untuk memilih apakah lebih

baik hanya memiliki anak laki-laki atau perempuan. Demikian halnya dengan

pendidikan anak, responden diminta untuk memilih salah satu yang diprioritaskan

antara anak laki-laki atau perempuan.

Berdasarkan hasil penelitian semua responden sepakat mengatakan bahwa

anak laki-laki dan perempuan sama berharganya. Namun ketika diminta untuk

memilih salah satu saja, mereka pada umumnya memilih anak laki-laki. R1

mengatakan bahwa anak laki-laki dan perempuan sama berharganya dan ingin

memiliki keduanya. Namun jika harus memilih salah satu saja, ia lebih memilih

anak laki-laki supaya tidak mendapat tekanan dari keluarga suaminya. Dalam hal

pendidikan ia akan memilih anak yang mau dan mampu untuk sekolah baik itu

anak laki-laki maupun perempuan [Lampiran 4: (5)]. Hal senada diungkapkan

oleh R2 yang mengatakan bahwa ia sulit untuk memilih salah satu antara anak

laki-laki atau perempuan karena yang terbaik adalah memiliki keduanya. Namun

jika harus memilih, ia lebih memilih anak laki-laki demi menghindari tekanan dari

keluarga besarnya. Ia juga mengatakan bahwa labih aman memiliki anak laki-laki

daripada anak perempuan. Dalam hal pendidikan ia akan memilih yang mau serius

sekolah agar biaya pendidikan yang dikeluarkan tidak sia-sia [Lampiran 4: (5)].

R3 mempertegas bahwa seharusnya tidak ada perbedaan antara anak laki-

laki dan perempuan karena semuanya merupakan anugerah dari Tuhan. Ia tidak

mau memilih antara anak laki-laki dan perempuan, kalau boleh dua-duanya.

Dalam hal pendidikan jika harus memilih maka Ia akan memilih anak yang serius

untuk sekolah saja biarpun itu anak perempuan karena menurut dia sekarang ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

87

justru anak perempuan lebih berbakti kepada orangtuanya daripada anak laki-laki

[Lampiran 4: (5)]. R4 juga mengungkapkan hal yang sama, ia mengatakan bahwa

sebenarnya semua anak harus menjadi yang utama tanpa dibeda-bedakan tetapi

karena adat Batak lebih mengutamakan anak laki-laki, membuat orang sering

lebih memilih anak laki-laki, padahal anak perempuan jauh lebih peduli terhadap

orangtuanya. Kalau harus memilih salah satu anak untuk disekolahkan, maka ia

lebih memilih anak yang memang mau sekolah dan bertanggungjawab karena

kalau anak tidak serius sekolah itu sama saja menghancurkan kerja keras keluarga

[Lampiran 4: (5)].

Sementara R5 mengatakan bahwa mengenai pendidikan anak, semuanya

tergantung pada kemampuan dan kemauan anak itu sendiri. Ia juga mengatakan

bahwa baik anak laki-laki maupun perempuan diberi kesempatan yang sama.

Anak yang lebih semangat dan setia mengikuti nasehat orangtuanya dengan

sendirinya akan berhasil [Lampiran 4: (6)]. Berbeda dengan R6 yang mengatakan

bahwa semua anak sama pentingnya, tetapi kalau harus memilih antara anak laki-

laki dan perempuan, ia lebih memilih anak laki-laki karena dapat melanjutkan

keturunan atau marganya. Dalam hal pendidikan, seandainya harus memilih salah

satu untuk disekolahkan ia lebih memilih anak laki-laki karena kelak anak laki-

laki yang akan menggantikan tugasnya [Lampiran 4: (6)].

R7 semakin mempertegas pendapat R6 dengan menjelaskan bahwa dari

segi adat anak laki-laki menjadi yang paling utama karena dapat

memperkembangkan keturunan marganya. Namun dalam ajaran iman, semuanya

sama berharganya. Masalahnya kalau tidak ada anak laki-laki, keturunan atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

88

marganya akan mati. Dalam hal pendidikan anak, jika hanya satu saja yang bisa

disekolahkan, maka ia lebih memilih anak laki-laki karena kalau anak perempuan

sesukses apapun itu dia akan menjadi bagian dari keluarga atau marga suaminya

[Lampiran 4: (6)]. Hal senada diungkapkan oleh R8 yang mengungkapkan

bagaimna ia dipuji oleh masyarakat setempatnya meskipun hanya memiliki anak

laki-laki dan diibaratkan dapat membentuk satu kampung baru. Ia juga

mengatakan bahwa istilah itu sudah menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih

penting daripada anak perempuan. Kalau hanya memiliki anak perempuan, kelak

akan menjadi milik marga suaminya. Mengenai pendidikan ia mengatakan bahwa

sebenarnya semua harusnya disekolahkan semampunya, tetapi kalau harus

memilih maka ia lebih memilih anak laki-laki karena anak perempuan kelak akan

menjadi milik keluarga suaminya.

R9 mengatakan bahwa sebenarnya anak laki-laki dan perempuan sama

pentingnya, tetapi jika harus memilih ia lebih memilih anak laki-laki supaya

keturunannya tidak mati. Ia juga mengatakan bahwa meskipun tidak memiliki

anak perempuan, kelak anak laki-laki akan membawa menantu yang biasanya

dijadikan seperti anak perempuannya. Jika hanya satu yang bisa disekolahkan, ia

lebih memilih anak laki-laki saja supaya nanti dia bisa membanggakan marganya

[Lampiran 4: (6)]. Hal senada diungkapkan oleh R10 yang mengatakan bahwa

anak laki-laki dan perempuan baginya sama berharganya dan semuanya diberi

kesempatan untuk berhasil, tetapi memang anak laki-laki lebih diutamakan karena

nantinya menjadi pengganti orangtuanya yang mengatur segala urusamn keluarga.

Ia juga mengatakan bahwa hal itulah yang membuat anak laki-laki lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

89

diutamakan diusahakan lebih pintar, berpendidikan dan berkecukupan.

Selanjutanya ia mengatakan bahwa mengenai pendidikan, semua anak berhak

mendapatkan yang terbaik tetapi jika hanya satu yang bisa disekolahkan, maka ia

lebih memilih anak laki-laki karena kalau anak perempuan akan lebih banyak

membantu keluarga suaminya [Lampiran 4: (6)].

3) Perempuan tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan adat

Dalam urusan adat, perempuan Batak masih terbatas pada pelaksana hasil

keputusan adat. Laki-laki mengambil peran sebagai penentu keputusan dalam

musyawarah yang biasanya hanya dihadiri oleh kaum laki-laki. Jika ada

perempuan yang ikut hadir dalam rapat adat, biasanya mereka hanya sebagai

pendengar dan mempersiapkan makanan.

Berdasarkan hasil penelitian, R1 mengatakan bahwa dalam urusan adat

masih sangat sulit diterima kalau perempuan tampil sebagai pembicara atau ikut

mengambil keputusan rapat. Menurutnya hal itu sudah menjadi tradisi dan ia

pribadi tidak mempermasalahkannya [Lampiran 4: (6)]. Hal yang sama

diungkapkan oleh R2 yang mengatakan bahwa peranan perempuan dalam adat

masih sebatas sebagai pendengar dan pelayan, karena perempuan dianggap kurang

mengusai pengetahuan tentang adat. Namun ia juga mengungkapkan

keinginannnya mendapatkan kesempatan untuk belajar adat seperti laki-laki. R3

mengungkapkan hal serupa dengan mengatakan bahwa sudah sejak dulu laki-laki

yang menjadi ketua, pembicara dan pengambil keputusan dalam rapat adat. Para

perempuan biasanya hanya menerima dan melaksanakan hasil pembicaran

mereka. Pemikiran perempuan dianggap kurang mampu padahal Ia merasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

90

mampu untuk itu. Ia bahkan mengatakan bahwa perempuan Batak jauh lebih

mudah terlibat dalam urusan politik daripada urusan adat [Lampiran 4: (7)].

Sementara R5 mengatakan bahwa urusan adat memang sudah menjadi

tugas para laki-laki, tetapi perempuan juga bisa ikut membantu. Namun biasanya

yang menjadi penentu adalah kaum laki-laki. Ia sendiri merasa kurang mampu

jika harus terlibat dalam urusan adat. Ia bahkan menyerahkan sepenuhnya tugas

itu kepada laki-laki. R6 mengatakan bahwa dalam urusan adat, perempuan

memang tidak memiliki tugas yang penting. Biasanya mereka bertugas

menyiapkan makanan atau minuman. Hal itu sudah dimulai sejak zaman para

leluhur dulu. R7 bahkan mengatakan bahwa ia merasa aneh jika perempuan

menjadi ketua ataupun sebagai pembicara dalam adat padahal masih banyak laki-

laki yang jauh lebih memahami adat Batak [Lampiran 4: (7)].

R8 menegaskan lagi dengan mengatakan bahwa dari zaman leluhur sudah

ditentukan yang mengurus adat itu laki-laki sementara para perempuan

menyiapakan makanan dan minuman. Ia juga mengatakan bahwa sulit untuk

mengubah aturan itu karena itu sama saja melawan nasehat para leluhur. Hal

senada diungkapkan oleh R9 yang mengatakan bahwa memang banyak

perempuan yang memiliki kemampuan untuk memahami adat dan mampu

berbicara dalam acara adat, tetapi selama masih ada laki-laki maka itu akan tetap

menjadi tugas laki-laki. R10 juga mengatakan bahwa perempuan bisa ikut dalam

rapat adat, mereka juga bisa memberikan masukan tetapi yang memutuskan tetap

laki-laki karena pemikiran perempuan masih belum bisa memahami adat dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

91

baik, mereka takut kalau keterlibatan perempuan justru mengakibatkan kesalahan

[Lampiran 4: (7)].

c. Laki-laki sebagai penentu garis keturunan menjadi penyebab

Ketidakadilan Gender

Penyebab ketidakadilan gender dalam budaya Batak bersumber dari

keputusan adat yang menjadikan laki-laki sebagai pewaris keturunan. Hanya anak

laki-laki yang berhak melanjutkan garis keturunan keluarganya berdasarkan

marga atau fam dari ayah. Sistem ini sudah berlangsung secara turun-temurun dan

diyakini sebagai warisan leluhur yang harus diteruskan.

Berdasarkan hasil penelitian, R1 mengatakan bahwa yang menjadi

penyebab ketidakadilan bagi perempuan Batak adalah karena dari dulu laki-laki

sudah ditentukan menjadi penerus keturanan atau marga orangtuanya. Maka

semua keluarga seharusnya memiliki anak laki-laki. Ia sebagai ibu yang tidak

melahirkan anak laki-laki merasa dianggap kurang terberkati, ada juga yang

menuduhnya kurang berusaha. Ia sendiri ingin sekali memiliki anak laki-laki dan

sudah berusaha semampunya, namun ia menyakini bahwa Tuhan belum

memberikannya kesemapatan untuk memiliki anak laki-laki [Lampiran 4: (7)]. R2

juga mengatakan bahwa aturan adat Batak yang memilih anak laki-laki sebagai

pewaris keturunan. Ia bahkan mengandaikan jika perempuan juga dapat menjadi

pewaris keturunan, pasti perempuan akan sama berharganya dengan anak laki-

laki. Ia menambahkan bahwa sebagai ibu yang belum mendapatkan anak laki-laki,

masyarakat menilainya sebagai perempuan yang beruntung atau tidak gabe

[Lampiran 4: (8)].

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

92

R3 mengatakan hal yang sama bahwa aturan adatlah yang

menyebabkannya ketidakadilan bagi perempuan di tanah Batak.. Sudah dari

zaman nenek moyang diputuskan bahwa hanya anak laki-laki yang berhak

meneruskan marga keluarganya. Hal inilah yang membuat anak laki-laki dianggap

paling berharga daripada anak perempuan. Ia juga mengungkapkan bagaimana

masyarakat memandang keluarganya sebagai keluarga yang tidak gabe, tetapi ia

tidak peduli soal itu yang penting baginya adalah kesuksesan anak-anaknya

meskipun itu hanya anak perempuan. Hal senada diungkapkan oleh R4 yang

mengatakan bahwa karena anak laki-laki yang menjadi pewaris marga ayahnya,

maka biasanya kalau ada ibu yang belum mendapatkan anak laki-laki memang

dianggap kurang gabe dan sering dilakukan usaha dengan meminta doa kepada

para leluhur atau orangtua mereka [Lampiran 4: (8)].

R5 juga menegaskan bahwa karena laki-laki menjadi pewaris keturunan

atau marga ayahnya, maka setiap keluarga harus memiliki anak laki-laki supaya

keturunannya tetap berlanjut. Ia juga mengatakan bahwa dalam masyarakat Batak

sudah menjadi tradisi kalau ibu yang belum mendapatkan anak laki-laki dianggap

kurang sempurna karena tidak mampu memberikan penerus marga suaminya. Hal

senada diungkapkan oleh R6 yang mengatakan bahwa kalau tidak ada anak laki-

laki dalam keluarganya maka keturunannya tidak akan berlanjut. Inilah yang

kemudian membuat setiap keluarga lebih mengutamakan anak laki-laki daripada

anak perempuan [Lampiran 4: (8)].

R7 menjelaskan lebih lanjut bahwa sejak zaman nenek moyang sudah

diputuskan bahwa laki-laki menjadi pewaris keturunan atau marga. Maka supaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

93

garis keturunanya tidak mati, ia harus memiliki anak laki-laki. Hal inilah ang

membuat anak laki-laki itu dianggap paling penting daripada anak perempuan

sampai sekarang. Ia juga mengatakan bahwa kalau ada ibu yang belum

melahirkan anak laki-laki biasanya disebut tidak gabe karena kalau sudah gabe

berarti sudah memiliki anak laki-laki dan perempuan. R8 mengungkapkan hal

yang sama, ia mengatakan bahwa anak laki-laki itu memang lebih berharga karena

dapat melanjutkan keturunan sementara perempuan akan menjadi bagian dari

kelurga atau marga yang lain. Ia juga mengatakan bahwa perempuan Batak yang

belum melahirkan anak laki-laki biasanya disebut belum gabe, karena belum

memberikan pewaris keturunan bagi keluarganya [Lampiran 4: (8)].

Hal yang sama diungkapkan oleh R9 yang mengatakan bahwa anak laki-

laki adalah pewaris keturunan keluarganya dan menjadi tanda kehormatan bagi

keluarga. Setiap keluarga atau marga pasti tidak mau kalau garis keturunannya

terputus, maka selalu diusahakan agar memiliki anak laki-laki. Ia juga

mengatakan bahwa bagi istri yang belum melahirkan anak laki-laki biasanya akan

dilakukan berbagai upaya atau acara adat untuk memohonkan diberi anak laki-laki

karena kalau belum ada anak laki-laki, keluarga tersebut kurang memiliki

kehormatan secara adat [Lampiran 4: (8)].

Sementara R10 meskipun mengatakan bahwa anak laki-laki dan

perempuan sama berharganya, tetapi ia tetap jujur mengungkapkan kenyataan

yang sebenarnya bahwa anak laki-laki dianggap lebih penting daripada anak

perempuan karena menjadi pewaris garis keturunan dari marga ayahnya. Ia juga

mengatakan bahwa hal itu merupakan tuntutan adat yang harus dijalankan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

94

Perempuan Batak kalau tidak melahirkan anak laki-laki biasanya dianggap belum

gabe karena nanti keluarga atau marga sumainya akan mati [Lampiran 4: (9)].

d. Dampak ketidakadilan gender bagi perempuan di stasi St. Antonio Maria

Claret Tomok Samosir

Ketidakadilan gender yang terjadi dalam budaya patriakhi yang dianut

oleh orang Batak menyebabkan banyak permasalahan ketidakadilan yang dialami

oleh perempuan atau kaum ibu baik secara psikologis, kehidupan perkawinan dan

kehidupan ekonomi.

1) Dampak psikologis: Perempuan takut tidak mampu memberi pewaris

keturunan suaminya

Berdasarkan penelitian, R1 menceritakan bahwa pada saat ia mengandung

anak ketiga dan keempat, ia mengalami ketakutan. Ia takut kalau anak yang

sedang ia kandung masih perempuan, keluarga suaminya akan

mempersalahkannya karena tidak bisa melanjutkan garis keturunan mereka.

Demikian juga dengan R2 yang mengalami ketakutan yang sama. Ia mengalami

ketakutan karena seharusnya tidak melahirkan lagi seturut anjuran dokter, tetapi ia

takut mendapat tekanan dari keluarga, akhirnya ia memilih untuk hamil lagi demi

mendapatkan anak laki-laki. Sementara itu R3 mengungkapkan bahwa ia merasa

ada yang kurang dalam hidupnya. Ia sudah berusaha mensyukuri apa yang

diberikan Tuhan tetapi tanpa anak laki-laki sepertinya ada yang masih kurang

dalam keluarganya [Lampiran 4: (9)].

Hal yang berbeda diungkapkan oleh R4 yang mengatakan bahwa ia tidak

mengalami tekanan karena sudah memiliki anak laki-laki, namun ia tetap ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

95

kerinduan untuk memiliki anak perempuan. Ketika ditanya apa yang menjadi

ketakutannya seandainya ia belum memiliki anak laki-laki? Ia mengatakan bahwa

yang ia takutkan adalah ketidakpuasaan dari keluarga keluarga besar pihak suami

karena belum mendapatkan pewaris keturunan. Hal senada diungkapkan oleh R5

yang juga tidak mendapatkan tekanan dari keluarga karena sudah memiliki anak

laki-laki dan perempuan. Ia juga mengatakan bahwa ia tidak pernah mendapat

tekanan perasaan apa-apa seperti yang dialami oleh teman-teman yang tidak

memiliki anak laki-laki [Lampiran 4: (9)].

R6 sebagai laki-lakipun mengalami tekanan yang sama. Ia mengatakan

bahwa ada perasaan tertekan karena belum mendapatkan anak laki-laki. Ia merasa

sedih dan agak malu jika ditanya oleh keluarga besar. Kadang keluarga juga

mengatakan bahwa itu tidak masalah tetapi menurutnya itu hanya sebagai

ungkapan penghiburan saja. Pengalaman R6 sama dengan yang diungkapkan oleh

R7 yang juga merasa kurang sempurna dan ada rasa takut kalau nanti marganya

akan mati karena belum mendapatkan anak laki-laki. Hal senada juga

diungkapkan oleh R8 yang mengatakan bahwa ia merasa ada yang kurang dalam

hidupnya karena belum memiliki anak laki-laki apalagi saat acara adat.

Sementara R9 mengatakan bahwa meskipun sudah memiliki anak laki-laki

tetapi ia tetap memiliki kerinduan untuk memiliki anak perempuan. Namun karena

tidak menjadi masalah yang besar, ia tidak terlalu memikirkannya [Lampiran

4:(9)]. R10 justru mengungkapkan hal yang berbeda, ia tidak pernah mengalami

tekanan karena sudah memiliki anak laki-laki dan perempuan. Ia merasa

keluarganya sudah sempurna. Seandainya belum memiliki anak laki-laki, ia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

96

mengatakan bahwa ketakutannya adalah soal penerus marganya saja [Lampiran 4:

(10)].

2) Kehidupan perkawinan kurang harmonis tanpa anak laki-laki

Semua responden mengatakan bahwa jika tidak memiliki anak laki-laki,

keluarga akan mendapat tekanan dari keluarga besar. Hal ini sering

mempengaruhi kehidupan perkawinan. Berdasarkan penelitian, R1 menceritakan

bahwa pihak keluarga menyuruh suaminya untuk menikah lagi demi mendapatkan

anak laki-laki dan akhirnya ia dan keempat putrinya ditinggalkan oleh suaminya.

Ia dengan tegas mengatakan bahwa ia tidak setuju jika seorang suami menikah

lagi demi mencari anak laki-laki. Alasannya adalah karena dalam agama Katolik

perkawinan itu hanya sekali seumur hidup. Ia mengatakan bahwa kasus yang ia

alami memang sudah tidak banyak lagi terjadi, tetapi tetap masih ada beberapa

yang mengalaminya [Lampiran 4: (10)].

R2 juga mengungkapkan bagaimana aa merasakan tuntutan keluarga besar

agar melahirkan anak laki-laki. Hal itu sering menjadi sumber masalah dalam

keluarganya. Ia sering merasa kesal karena menurutnya ini bukan hanya

kesalahannya. Kalau suami disuruh menikah lagi, ia sangat tidak setuju karena hal

itu seharusnya menjadi tanggungjawab berdua bukan hanya istri saja. Ia juga

mengatakan bahwa kejadian seperti itu sudah jarang terjadi karena tidak banyak

keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki. Hal senada diungkapkan oleh R3

yang mengatakan bahwa ia merasa ada yang kurang dalam keluarganya. Ia juga

sering dibicarakan dalam keluarga, ia merasa kurang bahagia sebagai istri.

Kadang ia juga merasa gagal memberi keturunan laki-laki pada keluarga besarnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

97

Ia juga mengatakan bahwa ia sangat tidak setuju kalau ada suami yang memilih

menikah lagi karean ingin mencari anak laki-laki. Alasannya karena mereka sudah

beragama bukan seperti zaman dulu lagi yang hanya hidup menurut adat saja.

Kasus seperti itu memang sampai saat ini masih terjadi tetapi tidak sebanyak

zaman dulu [Lampiran 4: (10)].

Berbeda dengan R4 yang justru merasa tenang dalam keluarga meskipun

hanya memiliki anak laki-laki. Ia sering dipuji juga karena memiliki anak laki-laki

yang lumayan banyak. Ia hanya sedikit mengalami kewalahan mengurus

pekerjaan rumah karena semua anaknya adalah laki-laki. Ia berpendapat bahwa

kalau ada suami yang menikah lagi baik itu pilihannya sendiri ataupun dipaksa, itu

tetap saja tidak benar karena anak perempuan dan laki-laki sama berharganya.

Kehidupan rumah tangga R5 jauh lebih baik lagi. Ia mengatakan bahwa

kehidupan keluarganya berjalan dengan baik, soal keturunan mereka merasa

sudah sempurna karena memiliki anak laki-laki dan anak perempuan. Ia juga

mengungkapkan pendapatnya jika ada suami yang menikah lagi hanya untuk

mendapatkan anak laki-laki. Menurutnya hal itu sangat tidak adil bagi perempuan,

apalagi di zaman sekarang ini. Ia juga memberikan alasannya berdasarkan nilai

agama Katolik yang melarang melarang pernikahan dua kali. Kasus seperti itu

memang sudah jarang terjadi, kecuali di daerah pedalaman dimana pengetahuan

masyarakat masih kurang luas [Lampiran 4: (10)].

R6 sebagai suami yang belum mendapatkan anak laki-laki mengatakan

bahwa ia tidak pernah berfikir untuk menikah lagi. Ia masih berpegang pada

ajaran agama Katolik yang melarang perkawinan dua kali. Ia mengakui bahwa ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

98

kerinduan untuk memiliki anak laki-laki, tetapi ia tetap menyerahkan diri pada

kehendak Tuhan. R7 melanjutkan pendapat R6 dengan mengatakan bahwa

pernikahan kedua demi mendapatkan anak laki-laki bukan perkara mudah karena

harus membayar adat lagi dan itu lumayan mahal. Ia mengaku bingung apabila

ditanya apakah hal itu boleh atau tidak karena agama melarang tetapi dalam adat,

orang yang tidak memiliki anak laki-laki juga mengalami kesulitan. Namun sejauh

ini ia mengaku bahwa keluarganya baik-baik saja, meskipun kerinduan untuk

memiliki anak laki-laki itu masih tetap ada [Lampiran 4: (10)].

R8 mengaku sulit memberikan pendapat terhadap suami yang memilih

menikah lagi untuk memiliki anak laki-laki. Ia mengatakan bahwa hal itu memang

dilarang oleh agama, tetapi ia juga merasa kasihan pada keluarga yang tidak

memiliki penerus marganya. Ia merasa jauh lebih lebih baik hanya memiliki anak

laki-laki, meskipun tetap menginginkan anak perempuan supaya keluarganya

semakin sempurna. Sedangkan R9 dengan tegas mengatakan tidak setju kalau ada

suami yang menikah lagi demi mendapatkan anak laki-laki karena hal itu bukan

hanya kekurangan istri tetapi bisa juga suami yang bermasalah. Namun ia juga

mengatakan bahwa hal itu tidak mudah bagi mereka yang tidak memiliki anak

laki-laki karena dalam adat mereka dipandang kurang terhormat

[Lampiran 4: (11)].

R10 lebih lanjut menjelaskan bahwa meskipun sudah beragama, tetapi adat

juga harus dipenuhi. Perempuan yang tidak memiliki saudara laki-lakipun

biasanya kurang terhormat karena kelak anak-anaknya tidak memiliki Tulang

(paman), padahal peran Tulang sangat penting dalam adat Batak. Ia memang tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

99

mengalami tekanan apapun dalam keluarga soal anak laki-laki tetapi melihat dan

mendengar pengalaman teman yang belum mendapatkan anak laki-laki, ia bisa

memahami bagaimana tekanan yang mereka alami [Lampiran 4: (11)].

3) Dampak ekonomi atau materi: Perempuan didiskriminasi dalam pembagian

warisan keluarga

Dalam budaya Batak, pembagian warisan biasanya hanya untuk anak laki-

laki. Kalaupun ada keluarga anak perempuan yang mendapatkan warisan dari

keluarga, itu dianggap sebagai hibah dan biasanya jumlah sangat jauh berbeda

dari warisan yang diperoleh anak laki-laki.

Berdasarkan penelitan R1 mengatakan bahwa dalam pembagian harta

biasanya yang diutamakan adalah anak laki-laki. Ia menceritakan bahwa sampai

saat ini, keluarga suaminya belum memberikan apa-apa sebagai bagian dari

keempat putrinya. Ia juga mengatakan bahwa suaminya sudah menikah lagi demi

mencari anak laki-laki dan jika istri kedua melahirkan anak laki-laki, maka

sebagaian besar harta suaminya akan diberikan kepada anak laki-lakinya

meskipun dari istri kedua. Kemungkinan anaknya akan mendapat bagian yang

sangat kecil jumlahnya. Menurutnya hal ini sangat tidak adil, tetapi itulah adat. Ia

mengatakan bahwa lebih baik bekerja serius agar dapat menyekolahkan anak-

anaknya sampai sukses daripada mengharapkan warisan suaminya [Lampiran 4:

(11)].

Hal senada diungkapkan oleh R2 yang mengatakan bahwa sesuai adat

Batak, dalam pembagian warisan biasanya anak laki-laki mendapat bagaian yang

lebih. Sementara anak perempuan hanya mendapat sebagaian kecil saja.

Menurutnya bisa jadi sebagian warisan mereka akan diberikan kepada saudara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

100

dari suaminya karena mereka belum memiliki anak laki-laki. Ia menilai bahwa hal

itu memang tidak adil karena anak perempuan juga berhak mendapatkan harta

orangtuanya. Maka untuk mengatasinya mereka akan berusaha menyekolahkan

anak-anak mereka setinggi mungkin supaya memiliki bekal di masa depan.

Namun ia juga mengakui bahwa sampai saat ini mereka masih terus berusaha agar

mendapatkan anak laki-laki [Lampiran 4: (11)].

R3 juga mengatakan hal yang sama bahwa sesuai adat, anak laki-laki akan

mendapatkan bagian yang lebih besar dibandingkan anak perempuan. Menurutnya

hal ini jelas tidak adil apalagi bagi orang seperti dia yang tidak memiliki anak

laki-laki. Ia menceritakan bahwa dulu masih berlaku aturan bahwa kalau sebuah

keluarga tidak memiliki anak laki-laki maka seluruh hartanya diambil oleh

saudara suami. Tetapi baginya itu tidak berlaku lagi karena ia dan keluargalah

yang bekerja untuk mengumpulkan harta. Ia berniat akan tetap memperjuangkan

agar keempat putrinya yang menjadi pewaris seluruh harta keluarganya

[Lampiran 4: (11)].

R4 menjelaskan bahwa warisan keluarga akan dibagi rata di antara semua

anak-anaknya yang semuanya laki-laki. Tetapi hal itu akan berbeda lagi kalau ia

memiliki anak perempuan. Dalam pembagian harta warisan, biasanya anak

perempuan mendapat jauh lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan bagian

anak laki-laki. Menurutnya hal ini kurang adil bagi perempuan karena justru anak

perempuan yang lebih rajin membantu orangtuanya. Tetapi ia mengatakan bahwa

hal itu sudah ketentuan adat yang sulit untuk diubah [Lampiran 4: (12)].

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

101

Penjelasan pembagian warisan ini dipaparkan oleh R5 dengan lebih rinci.

Ia menjelaskan cara pembagiannya sebagai berikut. Semua warisan keluarganya

akan dibagi dibagi 4. Setiap anak laki-laki mendapat satu bagian, sementara satu

bagian lagi dibagi oleh keempat anak perempuan. Aturan ini menurutnya masih

termasuk aturan baru. Dulu perempuan malah tidak mendapatkan apa-apa. Soal

adil atau tidak, ia mengatakan bahwa semua tergantung nasib anak perempuan.

Kalau dia mendapatkan suami yang punya banyak warisan, maka tidak jadi

masalah. Tetapi kalau suaminya juga tidak memiliki warisan, maka hidupnya akan

sulit. Ia mengatakan bahwa hal inilah yang membuat orangtua zaman sekarang

sudah mulai memberikan hartanya bagi anak perempuan meskipun tetap lebih

kecil dari bagian anak laki-laki [Lampiran 4: (12)].

Sementara R6 mengatakan bahwa sesuai adat, pembagian warisan

keluarga hanya untuk anak laki-laki. Anak perempuan tidak berhak atas warisan

orangtuanya kecuali atas izin saudara laki-laki, itupun dianggap sebagai hibah

bukan hak atas warisan. Jika tidak ada anak laki-laki, maka seluruh warisan akan

diambil oleh saudara laki-laki dari ayahnya. Menurutnya hal ini kurang adil bagi

anak perempuan karena seharusnya mereka juga mendapat hak yang sama. Ia

sendiri tidak rela kalau hartanya diambil oleh saudara-saudaranya. Oleh karena itu

mengungkapkan akan mengusahakan agar warisannya diberikan kepada anak-

anaknya. Namun ia tetap mengakui bahwa ia merasa takut kalau saudara-

saudaranya akan mengambil alih hartanya ketika ia sudah meninggal dunia karena

ia tidak memiliki anak laki-laki [Lampiran 4: (12)].

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

102

R7 juga menjelaskan bahwa pembagian harta biasanya hanya diantara

anak laki-laki. Lalu atas kesepakatan antara anak laki-laki, biasanya mereka

memberikan sebagaian kecil bagi saudarinya secara sukarela tanpa ada ketentuan

berapa jumlahnya. Tetapi tidak memiliki anak laki-laki, biasanya hartanya akan

diambil alih saudaranya. Menurutnya hal itu tidak adil karena dia bekerja keras

justru untuk masa depan anak-anaknya. Maka ia bertekad akan memberikan

seluruh hartanya kepada anak-anaknya sebelum ia meninggal kelak supaya tidak

diambil alih oleh saudara-saudaranya [Lampiran 4: (12)].

Bagi R8 soal pembagian harta warisan, ia tinggal mengikuti aturan adat

yang sudah ada. Semua hartanya akan dibagi rata kepada ketiga anaknya yang

semuanya laki-laki. Kelak ketika sudah dewasa, ketiga anaknya akan berunding

dan membagi semuanya secara adil. Kalau ada anak perempuan, biasanya hanya

diberi sedikit saja karena kelak dia akan mengikuti suaminya. Oleh karena itu

keluarga tidak perlu khawatir akan kehidupan anak perempuan. Ia menilai bahwa

aturan pembagian warisan tersebut sudah adil dan wajar karena kalau anak

perempuan mendapatkan warisan yang sama dengan anak laki-laki, maka itu

hanya akan memperkaya keluarga suaminya bukan keluarganya

[Lampiran 4: (12)].

Sementara R9 mengatakan bahwa pembagian warisan menurut adat Batak,

memang terdengar kurang adil karena anak perempuan kurang diperhitungkan.

Namun hal itu sudah dipikirkan baik-baik oleh para leluhur. Ia mengatakan bahwa

setiap laki-laki orang Batak akan mendapatkan warisan dari keluarganya dan

setiap anak perempuan Batak akan mengikuti suaminya. Maka ia menilai hal itu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

103

sudah adil, apalagi dalam adat Batak semua biaya pernikahan ditanggung oleh

laki-laki bahkan harus “membeli” perempuan dengan harga yang biasanya tidak

murah [Lampiran 4: (12)]. R10 juga mengungkapkan hal yang sama. Ia akan

membagi hartanya menjadi dua bagian besar. Satu bagian untuk anak laki-laki dan

satu bagian lagi dibagi oleh ketiga anak perempuannya. Menurut dia hal ini sudah

adil karena anak perempuan akan pergi mengikuti suaminya sementara anak laki-

laki akan mengurus semua keturunannya. Ia juga mengatakan bahwa

tanggungjawab anak laki-laki itu jauh lebih besar daripada anak perempuan

[Lampiran 4: (13)].

e. Harapan Umat Agar Gereja Mengupayakan Pendidikan Iman Tentang

Kesetaraan Martabat Pria Dan Wanita

Berdasarkan hasil penelitian semua responden mengungkapkan bahwa

perkembangan zaman dan ajaran iman Gereja sudah mulai memberikan dampak

positif bagi budaya patriakhi Batak. Mereka semua mengharapkan agar Gereja

semakin giat memberikan pengajaran iman tentang kesetaraan martabat pria dan

wanita bagi seluruh umat.

Berdasarkan penelitian, R1 mengaku sulit untuk mengungkapkan

harapannya karena urusan adat sulit untuk diperbaiki apalagi untuk diubah. Ia

lebih menaruh harapannya pada Gereja. Ia mengatakan bahwa Pastor perlu secara

terus-menerus menyampaikan kepada umat bahwa anak laki-laki dan perempuan

itu sama berharganya di mata Tuhan. Hal serupa diungkapkan oleh R2 yang

mengatakan bahwa Pastor harus lebih sering berkotbah untuk mengatakan kepada

umat tentang kesetaraan martabat laki-laki dan perempuan di hadapan Tuhan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

104

tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah. Harapan R3 juga lebih pada peranan

pihak gereja atau Pastor agar semakin sering berkotbah tentang adat Batak. Dalam

Kitab Suci sudah jelas dituliskan bahwa perempuan dan laki-laki sama di hadapan

Allah atau setara. Ia mengatakan bahwa hal inilah yang seharusnya disampaikan

oleh Pastor kepada umatnya dan biasanya kalau Pastor yang mengatakan, umat

mudah percaya [Lampiran 4: (13)].

R4 mengatakan bahwa mengubah adat, adalah pekerjaan yang sangat sulit

dilakukan karena sudah sejak dulu aturan adat kita ini dibuat dan terus

berkembang sampai saat ini. Menurutnya yang perlu diubah adalah pemikiran

masyarakat saja supaya lebih maju karena di zaman sekarang anak perempuan

juga sudah bisa menjadi pemimpin. R5 juga meletakkan harapannya pada

kemajuan zaman. Ia mengatakan bahwa banyaknya wisatawan yang datang

membawa pemikiran yang semakin maju. Hal yang baik dari adat kita tetaplah

dilanjutkan, tetapi kalau hal yang kurang baik biarlah ditiggalkan begitu saja. Ia

yakin, jika daerah mereka semakin maju, maka aturan adat yang dinilai kurang

baik akan dilupakan orang [Lampiran 4: (13)].

R6 berharap semoga imannya tetap teguh meskipun belum mendapatkan

anak laki-laki. Ia juga terkadang takut tergoda untuk berbuat menikah lahi hanya

karena ia ingin mendapatkan anak laki-laki. Harapan R7 sangat sederhana. Ia

memang masih berharap diberikan Tuhan anak laki-laki dalam keluarganya.

Tetapi kalaupun tidak ia berharap semoga keluarganya tetap bahagia. Sementara

R8 mengatakan bahwa bagaimanapun juga anak laki-laki akan tetap menjadi

penerus garis keturunan dalam adat Batak dan itu tidak mungkin bisa diubah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

105

Maka ia hanya berharap agar iman Katolik semakin diperdalam dan dihayati oleh

umat agar tetap menghargai semua anak baik laki-laki maupun perempuan

[Lampiran 4: (13)].

Harapan yang sama diungkapkan oleh R9. Ia berharap semoga iman umat

di stasinya semakin kuat, sehingga apapun tuntutan adat, iman tidak akan goyah.

Ia sangat mengharapkan agar Pastor memberikan pendampingan bagi keluarga

yang tidak memiliki anak laki-laki agar terhindar dari keinginan yang

bertentangan dengan iman seperti menikah dua kali. R10 juga berharap agar

Gereja bersikap tegas menentang aturan adat yang mengizinkan pernikahan kedua

demi mendapatkan anak laki-laki karena itu hanya akan memberikan penderitaan

kepada para perempuan terutama istri yang tidak melahirkan anak laki-laki

[Lampiran 4: (14)] .

3. Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bagian ini penulis akan membahas dan mendiskripsikan secara

kualitatif ketidakadilan gender di stasi St. Maria Claret Tomok Samosir. Deskripsi

ini dibagi menjadi 5 bagian yakni identitas responden, ketidakadilan gender di

stasi St.Antonio Maria Claret, penyebab dan akibat ketidakadilan gender serta

harapan umat akan kesetaraan gender di stasi St. Antonio Maria Claret Paroki

Tomok Samosir.

Berdasarkan data yang diperoleh, kesepuluh responden ini berasal dari

stasi St. Maria Claret Paroki Tomok Samosir, Sumatera Utara. Semua responden

termasuk suku asli Batak Toba yang sudah lama menjadi Katolik. Jadi dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

106

kehidupan sehari-hari mereka hidup sebagai orang Batak Katolik. Semangat hidup

mereka dijiwai oleh dua sumber yang mereka yakini dan hidupi yakni warisan

budaya dan ajaran iman Katolik. Kesepuluh responden terdiri dari 5

perempuan/ibu dan 5 laki-laki/suami. Dari kelima kaum ibu ini, ada 3 ibu yang

hanya memiliki anak perempuan, 1 ibu memiliki hanya anak laki-laki dan 1 ibu

yang memiliki anak laki-laki dan perempuan. Sementara ke 5 laki-laki terdiri dari

2 ayah yang hanya memiliki anak perempuan, 1 ayah memiliki hanya anak laki-

laki dan 2 ayah yang memiliki anak laki-laki dan perempuan.

a. Bentuk Ketidakadilan Gender Yang Dialami Perempuan Di St. Antonio

Maria Claret Tomok

Ketidakadilan gender yang terjadi dalam budaya patriakhi Batak, sudah

berlangsung sejak zaman para leluhur. Sistem kekerabatan marga menjadi sebuah

pondasi yang mengikat hubungan persaudaran semua orang Batak. Sistem ini

diyakini sebagai warisan para leluhur yang mempersatukan semua orang Batak di

seluruh dunia. Sistem kekerabatan marga ini hanya bisa dilanjutkan oleh anak

laki-laki (Gultom, 2010: 50). Maka sudah dapat dipastikan bahwa anak laki-laki

menjadi penentu keberlangsungan budaya Batak. Hal ini sekaligus menyebabkan

ketidakadilan bagi perempuan Batak. Peranan wanita dianggap kurang penting

dalam melanjutkan eksistensi budaya Batak.

Seiring perjalanan waktu dan perkembangan zaman, mulai muncul

kesadaran akan adanya ketidakadilan gender dalam budaya Batak. Banyak orang

mulai melihat dan menyadari berbagai macam praktek ketidakadilan bagi

perempuan yang sudah dianggap biasa dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

107

contoh ketidakadilan gender yang terjadi di stasi St. Maria Claret Tomok ini

antara lain:

1) Tanggungjawab Perempuan Dalam Keluarga Lebih Besar Daripada Laki-laki.

Tanggungjawab dalam rumah tangga merupakan kerjasama antara suami

dan istri. Keduanya memiliki peranan yang saling melengkapi satu sama lain.

Berdasarkan hasil penelitian, semua responden mengatakan bahwa pembagian

tanggungjawab dalam rumah tangga sesuai dengan kebiasaan umum dalam sebuah

keluarga yakni suami bekerja mencari nafkah sementara istri mengurus pekerjaan

rumah dan merawat anak-anak. Mereka pada umumnya juga setuju bahwa

keterlibatan suami dalam membantu pekerjaan rumah tangga merupakan hal yang

wajar. Namun ada beberapa hal yang menunjukkan adanya ketidakadilan bagi

perempuan.

Responden perempuan pada umumnya mengungkapkan keterlibatan

mereka membantu suami mencari nafkah sekaligus mengurus rumah tangga (R2,

R3, R4, dan R5). Hanya R1 yang sepenuhnya mengurus rumah tangga dan tidak

ikut mencari nafkah. Sementara responden laki-laki hanya R10 yang

mengungkapkan keterlibatan istrinya dalam mencari nafkah dan kerjasama

mereka dalam mengurus pekerjaan rumah tangga. R6, R7 [Lampiran 4: (4)], R8,

dan R9 [Lampiran 4: (5)], mengatakan bahwa mereka hanya bertanggungjawab

mencari nafkah.

Semua responden setuju bahwa keterlibatan suami membantu pekerjaan

rumah tangga merupakan hal yang wajar. Namun berdasarkan hasil wawancara,

sebagian besar suami jarang ikut membantu pekerjaan rumah tangga. Suami ikut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

108

membantu jika mereka meminta dengan alasan yang jelas misalnya saat mereka

sakit atau sangat sibuk [Lampiran 4: (4,5)].

Sebagaian besar responden laki-laki mengatakan bahwa pekerjaan rumah

tangga sewajarnya dikerjakan oleh istri karena itu merupakan tanggungjawab

seorang istri. Memang tidak menjadi masalah jika suami ikut membantu pekerjaan

istri, tetapi jika terlalu sering juga tidak baik. Mereka mengatakan bahwa harga

diri suami akan turun jika terlalu sering mengerjakan pekerjaan perempuan dan

mereka tidak mau dicap sebagai suami yang takut istri. Mereka mengatakan

bahwa tugas utama mereka adalah mencari nafkah dan mengurus adat

[Lampiran 4: (4,5)].

Penelitian ini menunjukkan bahwa tanggungjawab dalam rumah tangga

sudah ada pembagian tugas antara suami dan istri. Perempuan atau istri lebih

banyak berperan dalam urusan pekerjaan rumah tangga, sementara suami

bertanggungjawab dalam mencari nafkah. Sebagaian perempuan melakukan tugas

ganda yakni mengurus pekerjaan rumah tangga dan ikut mencari nafkah.

Sementara laki-laki atau suami biasanya fokus pada pekerjaan mencari nafkah dan

sangat jarang ikut membantu pekerjaan rumah tangga. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kebiasaan ini masih terjadi dalam kehidupan umat.

Ada perbedaan pandangan antara laki-laki dan perempuan tentang

tanggungjawab dalam rumah tangga. Pihak perempuan memiliki pandangan

bahwa pekerjaan rumah tangga adalah tanggungjawab bersama antara suami dan

istri, meskipun perempuan merasa mampu untuk melakukan semua itu tetapi

mereka tetap mengharapkan agar suami ikut memberikan perhatian. Sementara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

109

pihak suami memandang bahwa pekerjaan rumah tangga sewajarnya menjadi

tanggungjawab perempuan, kecuali ada alasan mendasar yang mengharuskan

suami ikut membantu.

Stevi Jackson dan Jackie Jones (1998: 29) mengulas kembali pemikiran

Delphy yang mengatakan bahwa pekerjaan rumah tangga muncul dari relasi sosial

yang bersifat patriakhi. Dalam keluarga, laki-laki secara sistematis

mengeksploitasi dan mengambil keuntungan dari pekerjaan perempuan sebagai

ibu rumah tangga. Laki-laki memposisikan diri sebagai kepala rumah tangga yang

harus dilayani oleh perempuan. Laki-laki yang berperan sebagai pencari nafkah

juga dipandang sebagai alasan agar perempuan tergantung pada penghasilan laki-

laki. Perempuan yang ikut bekerja mencari nafkah pada kenyataannya juga harus

mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Gereja mengungkapkan bahwa suami harus menunjukkan cinta kasih

kepada istri dan anak sebagaimana Kristus mencintai umatNya. Suami harus

menyadari peranannya yang sangat penting dalam keluarga dan tidak hanya

membebani pekerjaan rumah tangga kepada istri. Keseimbangan peranan tugas

suami dan istri dalam keluarga menjadi sarana untuk saling melengkapi dan

mempersatukan mereka dalam cinta kasih (FC 25). Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa pembagian tanggung jawab dalam rumah tangga di stasi St.

Maria Claret Samosir merupakan tindakan ketidakadilan bagi perempuan Batak

dan masih terjadi hingga sekarang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

110

2) Anak laki-laki lebih diprioritaskan daripada anak perempuan

Dalam budaya Batak, anak laki-laki biasanya mendapatkan prioritas utama

keluarga dalam berbagai hal. Alasannya sangat sederhana, orang Batak ingin

memberikan segala yang terbaik bagi pewaris keturunannya agar berkembang

dengan baik. Sementara perempuan biasanya menjadi prioritas berikutnya karena

akan menjadi bagian penerus dari keluarga pihak suaminya kelak.

Berdasarkan hasil penelitian pada umumnya responden perempuan yakni

R1, R2, R3, R4, dan R5 mengatakan bahwa bagi mereka anak laki-laki dan

perempuan sama dan mereka tidak membeda-bedakannya perlakuan terhadap

anak-anak mereka. Mereka bahkan mengatakan tidak bisa memilih antara anak

laki-laki dan perempuan [Lampiran 4: (5,6)]. Sementara R6, R7, R8, R9, dan R10

mengatakan sulit untuk memilih antara anak lai-laki dan perempuan

[Lampiran 4: (6)]. Namun hampir semua responden mengatakan akan memilih

anak laki jika harus memilih salah satu. Ada perbedaan alasan lebih memilih anak

laki-laki daripada anak perempuan di antara responden. Pada umumnya alasan

responden perempuan adalah untuk menghindari tekanan dari keluarga besar yang

menginginkan pewaris keturanan mereka. Sementara responden laki-laki pada

umumnya karena ingin meneruskan garis keturunannya dan menambah

kehormatan keluarga.

Dalam hal pendidikan, terdapat perbedaan siapa yang akan diutamakan

oleh suami dan istri. Pada umumnya responden perempuan akan memilih anak

yang mau, mampu, serius dan bertanggungjawab. Alasannya adalah supaya biaya

pendidikan yang dikeluarkan tidak sia-sia. Sementara responden laki-laki pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

111

umumnya memilih anak laki-laki karena sebagai pewaris keturunan. Pihak suami

ingin memberikan jaminan bahwa anak laki-laki memiliki kemampuan yang dapat

diandalkan untuk menggantikan tugas dan tanggungjawabnya dalam keluarga.

Perbedaan jawaban antara perempuan dan laki-laki menunjukkan adanya protes

dari pihak perempuan yang tidak setuju kalau anak laki-laki menjadi prioritas

utama dalam keluarga [Lampiran 4: (5,6)].

Perempuan sebagai istri memposisikan diri mereka sebagai perempuan

yang ingin dipandang sama dengan laki-laki. Hal ini menunjukkan adanya

keinginan dari pihak perempuan untuk diperlakukan sama dengan laki-laki.

Meskipun keinginan itu mereka tujukan untuk anak-anak mereka terutama yang

perempuan, namun hal itu sekaligus mewakili harapan mereka sebagai perempuan

yang ingin dihargai.

Stevi Jackson yang mengulas pemikiran Mary O’Brien (1998: 35)

mengatakan bahwa laki-laki mengambil alih hasil kerja reproduksi perempuan

menjadi milik mereka dengan cara menjadikan anak biologis mereka sebagai

pewaris keturunannya. Sebagai laki-laki mereka lebih memilih anak laki-laki

sebagai pewaris keturunan sesuai dengan budaya patriakhi yang sudah

berkembang. Hal ini menunjukkan dominasi laki-laki terhadap perempuan. Dalam

budaya Batak, anak laki-laki menjadi penerus garis keturunan karena dianggap

lebih memiliki kemampuan yang unggul dalam banyak hal. Laki-laki lebih

dipercaya mampu mengurus semua warisan keluarga dan mengurus upacara adat.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi

prioritas utama dalam sebuah keluarga adalah anak laki-laki. Memang setiap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

112

keluarga ingin mendapatkan anak laki-laki dan dan anak perempuan, tetapi anak

laki-laki tetap menjadi prioritas utama agar dapat melanjutkan garis keturunan.

Hal ini jelas merupakan tindakan ketidakadilan bagi perempuan karena dalam

Kitab Suci jelas dikatakan bahwa manusia dicipatakan secitra dengan Allah dan

memiliki martabat yang sama di hadapanNya (Kej 2:18). Oleh karena itu anak

laki-laki dan perempuan sama-sama menjadi prioritas dalam keluarga. Namun di

stasi St. Maria Claret Sianindo ini, ketidakadilan ini masih terjadi hingga

sekarang.

3) Perempuan tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan adat

Berdasarkan hasil penelitian, hampir semua responden perempuan (R1,

R2, R3, dan R5) mengatakan bahwa yang menjadi ketua, pembicara, dan

pengambil keputusan dalam adat hanya kaum laki-laki saja. Tugas perempuan

hanya sebagai pelaksana hasil keputusan adat saja dan sangat kecil kemungkinan

mereka bisa terlibat dalam rapat adat. Bahkan mereka sudah bisa menerima hal itu

dan tidak tertarik untuk ikut terlibat [Lampiran 4: (6,7)]. Sementara R4

mengatakan bahwa sebenarnya ia merasa mampu untuk terlibat dalam rapat adat,

namun hal itu masih sangat sulit diterima di masyarakat terutama dari pihak laki-

laki. Ia juga mengatakan bahwa lebih mudah bagi perempuan Batak untuk terlibat

dalam bidang politik daripada di bidang adat [Lampiran 4: (7)].

Responden laki-laki (R6, R7, R8, R9, dan R10) sepakat mengatakan

bahwa sampai saat ini hanya laki-laki yang terlibat dalam rapat adat. Perempuan

bisa hadir dalam rapat sebagai pedengar dan mempersiapkan keperluan rapat,

tetapi mereka masih dianggap kurang mampu untuk memutuskan hasil rapat adat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

113

Hal itu sudah menjadi tradisi sejak zaman para leluhur, hanya kaum laki-laki yang

dilibatkan dalam rapat adat dan hal itu masih terus berlangsung sampai saat ini

[Lampiran 4: (7)].

Mary Maynard dalam “teori-teori feminis kontemporer” dengan mengulas

pemikiran MacKinnon (1998: 426) mengatakan bahwa laki-laki membentuk dunia

dengan sudut pandang mereka, termasuk dunia sosial. Hal ini kemudian menjadi

kebenaran yang terstruktur dan tertata. Dengan demikian posisi laki-laki dalam

bidang sosial lebih istimewa daripada perempuan. Dalam urusan adat, perempuan

Batak masih terbatas pada pelaksana hasil keputusan adat. Laki-laki mengambil

peran sebagai penentu keputusan dalam musyawarah yang biasanya hanya

dihadiri oleh kaum laki-laki. Jika ada perempuan yang ikut hadir dalam rapat adat,

biasanya mereka hanya sebagai pendengar dan mempersiapkan makanan.

Membatasi peranan perempuan dalam bidang sosial ini merupakan

tindakan ketidakadilan. Alasan bahwa laki-laki dianggap lebih kompeten daripada

perempuan adalah perspektif yang diciptakan oleh laki-laki. Perempuan dianggap

sebagai objek pengetahuan yang dibangun dari sudut pandang laki-laki itu sendiri.

Sementara dalam Kitab Suci sudah diungkapkan bahwa laki-laki dan perempuan

merupakan citra Allah (Kej 2:18). Hal ini menunjukkan bahwa Allah memberikan

kemampuan yang sama kepada laki-laki sesuai dengan kekhasan mereka sebagai

laki-laki dan perempuan.

Kekhasan cara berfikir dan bertindak antara laki-laki dan perempuan

bertujuan untuk saling memperkaya. Artinya tidak ada yang dianggap lebih

rendah atau tidak pantas berperan dalam bidang sosial. Laki-laki dan perempuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

114

memiliki kesempatan yang sama. Berdasarkan hasil penelitian, ketidakadilan

dalam bidang sosial masih dialami oleh perempuan hingga sekarang.

b. Laki-laki sebagai penentu garis keturunan menjadi penyebab

ketidakadilan gender

Mary O’Brien dalam “teori-teori feminis kontemporer” menjelaskan

bahwa budaya patriakhi muncul seiring berkembangnya ilmu pengetahuan tentang

kesuburan. Laki-laki semakin menyadari bahwa mereka mengalami keterasingan

dari benih keturunannya. Maka muncullah keinginan laki-laki untuk mengusai

kerja reproduksi perempuan dengan menjadikan anak biologisnya sebagai pewaris

(1998: 35). Sebagai laki-laki yang tumbuh dalam pandangan patriakhi, anak laki-

laki lebih diprioritaskan sebagai pewaris keluarga. Pandangan ini terus

berkembang dan terstruktur dalam kehidupan bermasyarakat, termasuk budaya.

Budaya Batak juga menganut pandangan ini dan menjadikannya sebagai sistem

yang mengatur keberlangsungan suku Batak (Gultom 2010: 50).

Dalam Kitab Suci sangat jelas diungkapkan bahwa manusia laki-laki dan

perempuan sepadan (Kej 2:20). Perbedaan yang dimiliki laki-laki dan perempuan

menjadi sarana untuk menciptakan keturunan baru. Maka pandangan yang

mengatakan bahwa hanya laki-laki yang layak menjadi pewaris garis keturunan,

merupakan tindakan ketidakadilan bagi perempuan.

Berdasarkan hasil penelitian, ke 10 responden mengungkapkan bahwa

penyebab ketidakadilan yang dialami oleh perempuan dari zaman dulu sampai

saat ini adalah budaya patriakhi yang menjadikan laki-laki sebagai penerus garis

keturunan keluarga. Oleh karena itu setiap keluarga berusaha untuk mendapatkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

115

anak laki-laki agar silsilah keluarganya tidak mati. Hanya anak laki-laki yang

berhak melanjutkan garis keturunan keluarganya berdasarkan marga atau fam dari

ayah. Sistem yang berlangsung secara turun-temurun diyakini sebagai warisan

leluhur yang harus diteruskan dan masih berlangsung hingga sekarang [Lampiran

4: (7,8,9)].

c. Dampak ketidakadilan gender bagi perempuan di stasi St. Antonio Maria

Claret Tomok Samosir

Ketidakadilan gender yang terjadi dalam budaya patriakhi yang dianut

oleh orang Batak menyebabkan banyak permasalahan yang dialami oleh

perempuan. Dampak psikologis yang dialami perempuan adanya rasa takut dan

perasaan kurang sempurna karena tidak mampu memberi pewaris keturunan

suaminya. Kehidupan perkawinan juga menjadi kurang harmonis tanpa anak laki-

laki dan secara ekonomi atau materi perempuan didiskriminasi lewat pembagian

warisan keluarga yang tidak adil.

Sistem patriakhi budaya Batak yang menjadikan anak laki-laki sebagai

pewaris garis keturunan secara tidak langsung menomorduakan keberadaan anak

perempuan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Gereja mengakui

kesetaraan martabat laki-laki dan perempuan. Perbedaan antara laki-laki dan

perempuan dimaksudkan untuk dapat saling menyempurnakan.

Berdasarkan penelitian R1, R2, dan R3 sebagai ibu yang tidak melahirkan

anak laki-laki mengalami berbagai tekanan baik dari pihak keluarga maupun dari

masyarakat. Mereka merasa dipersalahkan karena tidak bisa memberikan pewaris

keturunan keluarga. Ada rasa takut jika pihak keluarga suami menuntut untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

116

melahirkan anak laki-laki . R3 mengatakan bahwa meskipun ia tidak melahirkan

anak laki-laki tetapi ia tetap merasa bersyukur. Namun dia akhirnya mengakui

bahwa ada perasaan kurang sempurna karena belum mendapatkan anak laki-laki

[Lampiran 4: (9)]. R4 mengatakan bahwa dia tidak mengalami tekanan dari

keluarga meskipun tidak memiliki anak perempuan. Walaupun sebenarnya di

hatinya ada kerinduan untuk mendapatkan anak perempuan, namun karena tidak

mendapatkan tekanan dari pihak keluarga, ia merasa lebih tenang [Lampiran

4:(9)]. R5 mengatakan bahwa ia sangat bersyukur karena memiliki anak laki-laki

dan perempuan sesuai dengan harapan keluarga [Lampiran 4: (9)].

R6, R7, dan R8 mengatakan bahwa ada perasaan tertekan karena belum

mendapatkan anak laki-laki apalagi pada saat acara adat. Dalam acara adat,

biasanya keluarga besar sering menanyakan jumlah anak dan jenis kelamin anak.

Mereka juga mengatakan bahwa ada rasa cemas karena silsilah keluarganya akan

terputus [Lampiran 4: (9)]. R9 mengatakan bahwa tetap ada keinginan untuk

memiliki anak perempuan supaya keluarganya semakin sempurna, namun dengan

adanya anak laki-laki, dia sudah sangat bersyukur. Ia juga mengungkapkan rasa

bangga karena keturunannya akan semakin berkembang [Lampiran 4: (9)]. R10

mengatakan bahwa ia sangat bersyukur karena telah memiliki anak laki-laki dan

perempuan. Ia merasa keluarganya sudah sempurna dan keturunannya akan tetap

berkembang [Lampiran 4: (10)].

Penelitian ini menunjukkan bahwa ada tekanan psikologis seperti rasa

takut, malu, cemas, dan sedih bagi suami dan istri yang belum mendapatkan anak

laki-laki. Perempuan menjadi pihak yang paling mendapat tekanan. Pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

117

umumnya responden mengatakan bahwa perempuan yang tidak melahirkan anak

laki-laki dipandang sebagai orang yang kurang terberkati (tidak gabe). Pandangan

ini juga berlaku untuk keluarga besarnya yang dinilai kurang terhormat karena

tidak memiliki pewaris keturunan. Siahaan (1964: 49) mengatakan bahwa hal ini

merupakan tekanan yang berat bagi perempuan dan keluarganya. Perempuan

biasanya akan menjadi pihak yang dipersalahkan.

Hal ini jelas tidak adil bagi perempuan karena dalam hal reproduksi laki-

laki dan perempuan saling bekerja sama. Suami dan istri memiliki peran yang

sama dalam menghasilkan keturunan. Namun berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan, tekanan psikologis ini masih dialami oleh keluarga yang tidak

mendapatkan anak laki-laki dan istri mendapat tekanan yang lebih besar.

Dalam hal kehidupan perkawinan, sistem patriakhi mempengaruhi

keharmonisan keluarga. Berdasarkan hasil penelitian, semua responden

mengatakan bahwa jika tidak memiliki anak laki-laki, keluarga akan mendapat

tekanan dari keluarga besar. Hal ini sering mempengaruhi kehidupan perkawinan.

Biasanya suami istri akan saling mempersalahkan. R1 mengatakan bahwa akibat

yang dialami adalah pihak keluarga laki-laki menyuruh suaminya untuk menikah

lagi karena belum mendapatkan anak laki-laki. Akhirnya suaminya menikah lagi

demi mendapatkan anak laki-laki. R2 dan R3 mengatakan bahwa tuntutan dari

pihak keluarga besar untuk mendapatkan pewaris keturunan membuat kehidupan

perkawinan kurang bahagia [Lampiran 4: (10)].

Mereka sering merasa kesal karena yang dipersalahkan hanya istri padahal

menurut mereka hal itu harusnya menjadi tanggungjawab suami dan istri. R4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

118

mengatakan bahwa kehidupan perkawinannya tidak terganggu karena keluarga

sudah merasa bahagia memiliki anak laki-laki sebagai penerus keturunan. R5

mengatakan bahwa kehidupan perkawinannya berjalan dengan lancar karena

sudah memiliki keturunan yang sempurna yakni anak laki-laki dan perempuan.

R6, R7 [Lampiran 4: (10)], dan R8 [Lampiran 4: (11)] mengatakan bahwa

meskipun tidak ada keinginan untuk menikah lagi demi mendapatkan anak laki-

laki, tetapi seringkali ada rasa ketidakpuasan terhadap istri yang tidak melahirkan

anak laki-laki.

Besarnya keinginan untuk mendapatkan anak laki-laki membuat mereka

sering mempersalahkan istri. R9 dan R10 mengatakan bahwa kehidupan

perkawinannya berjalan dengan baik. Mereka tidak mendapatkan tekanan dari

keluarga besar dan masyarakat sekitar karena mereka justru dipandang terhormat

[Lampiran 4: (11)]. Hasil penelitian ini jelas menunjukkan bahwa kehidupan

perkawinan suami istri menjadi kurang harmonis kalau tidak mendapatkan anak

laki-laki. Kasus perceraian dengan alasan tidak mendapatkan anak laki-laki

memang sudah berkurang, namun menurut beberapa responden kasus demikian

masih ada terutama di daerah yang lebih terpencil. Gereja secara jelas mengatakan

bahwa tujuan utama perkawinan bukanlah keturunan, tetapi kesejahteraan suami

istri (KHK 1055). Maka berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

budaya patriakhi mengakibatkan ketidakdilan bagi perempuan yang memberikan

dampak negatif bagi kehidupan perkawinan di stasi St. Antonio Maria Claret

Tomok Samosir dan masih terjadi hingga saat ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

119

Dalam hal pembagian warisan, perempuan masih mengalami

ketidakadilan. Pembagian warisan sesuai dengan aturan adat Batak menetapkan

bahwa yang berhak mendapatkan warisan adalah anak laki-laki. Anak perempuan

tidak memperoleh hak atas warisan keluarganya. Alasannya karena anak

perempuan akan menjadi bagian dari keluarga suaminya. Maka untuk menjaga

agar warisan keluarga tidak jatuh ke marga lain, dibuatlah aturan anak laki-laki

sebagai pewaris harta keluarganya. Maka kalaupun ada keluarga anak perempuan

yang mendapatkan warisan dari keluarga, itu dianggap sebagai hibah dan biasanya

jumlah sangat jauh berbeda dari warisan yang diperoleh anak laki-laki (Siahaan,

1964: 130).

Berdasarkan hasil penelitian, aturan pembagian warisan tersebut masih

terjadi di stasi St. Maria Claret Tomok Samosir. R1 mengatakan bahwa sampai

saat ini ia dan keempat anak perempuannya belum mendapatkan warisan dari

pihak suami. R2 dan R3 mengatakan bahwa mereka masih sangat mengharapkan

akan melahirkan anak laki-laki supaya warisan suami tidak dibagi lagi dengan

saudara-saudaranya [Lampiran 4: (11)]. R4 mengatakan bahwa karena tidak

memiliki anak perempuan maka semua hartanya akan dibagi rata kepada anak-

anaknya [Lampiran 4: (12)]. Sementara R5 [Lampiran 4: (12)], dan R10

[Lampiran 4: (13)] mengatakan akan membagi warisan keluarga sesuai kebiasaan

adat Batak. R6, R7, dan R8 mengatakan bahwa meskipun hanya memiliki anak

perempuan, mereka akan memberikan seluruh warisan keluarga kepada anak-anak

mereka, meskipun meeka yakin akan mendapatkan protes dari pihak keluarga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

120

suami. R9 mengatakan bahwa semua warisannya seutuhnya akan dibagikan

kepada semua anak-anaknya dengan jumlah yang adil [Lampiran 4: (12)].

Anak laki-laki mendapatkan jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan

dengan anak perempuan. Pembagian warisanpun harus atas persetujuan semua

anak laki-laki, sementara perempuan hanya menerima apa yang diberikan oleh

saudara laki-lakinya. Memang beberapa keluarga yang hanya memiliki anak

perempuan (R6, R7, dan R8) mempunyai niat untuk membagi semua warisan

keluarga bagi anak-anaknya, namun mereka masih yakin akan mendapatkan

perlawanan dari pihak keluarga suami sebagai pewaris setelah anak laki-laki.

Dalam budaya patriakhi, kekuasaan sepenuhnya ada di tangan laki-laki dan

mencakup semua bidang, termasuk bidang ekonomi. Hal ini menyebabkan

ketidakadilan bagi perempuan untuk memperoleh hak yang sama dengan laki-laki

(Jhonson 2003: 123). Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa

pembagian warisan keluarga di stasi St. Maria Claret tidak adil bagi anak

perempuan dan masih terjadi sampai sekarang.

d. Harapan Umat Agar Gereja Mengupayakan Pendidikan Iman Tentang

Kesetaraan Martabat Pria Dan Wanita

Surat Kartini kepada Nona E.H. Zeehandelar (Sulastri Sutrisno, 1979: 2)

mengungkapkan harapan akan kebebasan, kemerdekaan, dan keberanian berdiri

sendiri dalam konteks dominasi kaum laki-laki terhadap perempuan semasa ia

hidup. Harapan yang sama diungkapkan oleh Elisabeth Jhonson yang

mengharapkan terciptanya bumi baru dimana setiap orang baik laki-laki maupun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

121

perempuan diakui, diterima dan bebas berpartisipasi tanpa ada kelompok yang

mendominasi dan disubordinasi (Jhonson, 2003: 120).

Gereja lewat surat kongregasi ajaran iman kepada para uskup Gereja

Katolik tentang kerja sama pria dan perempuan dalam Gereja dan dunia

mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki martabat yang sama sebagai

citra Allah. Mereka harus bekerja sama dalam membangun Gereja dan dunia.

Hubungan yang rusak antara laki-laki dan perempuan dalam budaya patriakhi

harus dipulihkan dengan membangun relasi cinta kasih bukan pembalasan dan

saling mempersalahkan (Seri Dokumen Gereja No 70 2004, art 8). Berdasarkan

ulasan surat Kartini, pandangan kaum feminis, dan dokumen Gereja, harapan

umat di stasi St. Maria Claret Tomok Samosir merupakan harapan yang sangat

real dan mewakili harapan para perempuan di dunia. Mereka mengharapkan agar

Gereja semakin giat memberikan pendidikan iman tentang kesetaraan martabat

pria dan wanita bagi seluruh umat. Harapan ini lebih ditegaskan oleh responden

perempuan daripada responden laki-laki [Lampiran 4: (12)].

Pada umumnya responden menyadari bahwa tidak mudah mengubah

aturan adat yang sudah diyakini dan dihidupi oleh umat secara turun-temurun. Hal

ini lebih ditegaskan oleh responden laki-laki yang mengatakan bahwa mengubah

adat harus berurusan dengan tokoh-tokoh adat dan masyarakat Batak. Mereka

menilai hal itu terlalu sulit untuk dilakukan. Sementara responden perempuan

pada umumnya mengatakan bahwa dibutuhkan perubahan aturan adat yang lebih

adil kepada kaum perempuan meskipun sebagian dari mereka merasa bahwa hal

itu sulit dilakukan. Pada akhirnya semua responden mengharapkan usaha dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

122

Gereja untuk melakukan pendidikan iman tentang kesetaraan gender dalam

berbagai bentuk kegiatan yang relevan. Hal ini mereka yakini mampu membantu

umat untuk memahami dan menghayati makna kesetaraan martabat laki-laki dan

perempuan secara benar dan kongkret. Dengan demikian umat lebih siap dan

mampu menghadapi berbagai godaan dan tantangan dari adat yang tidak sesuai

dengan nilai-nilai iman Kristiani terutama tentang kesetaraan martabat laki-laki

dan perempuan.

e. Kesimpulan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, ketidakdilan gender masih di stasi St.

Antonio Maria Claret Tomok Samosir. Hal ini dapat dilihat dari pembagian

tanggung jawab rumah tangga yang tidak adil bagi perempuan. Perempuan

mendapat tanggungjawab yang lebih besar daripada laki-laki. Perempuan bertugas

mengurusi pekerjaan rumah, merawat anak, dan ikut membantu suami mencari

nafkah. Sementara suami bertugas mencari nafkah dan mengurus keperluan adat.

Dalam berbagai hal anak laki-laki lebih diprioritaskan daripada anak perempuan

terutama menyangkut pendidikan anak. Hampir semua rersponden memilih lebih

mengutakamakan pendidikan anak laki-laki agar mampu menjadi pewaris

keturunan yang terpandang dan sukses. Sementara anak perempuan

dinomorduakan karena dianggap hanya akan menguntungkan pihak suaminya.

Demikian juga dalam urusan adat, perempuan tidak dilibatkan dalam pengambilan

keputusan adat karena dianggap kurang mampu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

123

Ketidakadilan bagi perempuan ini disebabkan oleh keputusan adat yang

menetapkan anak laki-laki sebagai penentu garis keturunan atau marga dari

keluarganya. Marga yang menjadi pengatur sistem kekerabatan dalam adat Batak

sekaligus menunjukkan eksistensi suku Batak. Oleh karena itu setiap keluarga

sangat mengharapkan mendapatkan anak laki-laki agar marga keluarganya tidak

mati. Keputusan adat ini menimbulkan rasa takut bagi keluarga yang tidak

mendapatkan anak laki-laki khususnya bagi kaum ibu. Para ibu merasa takut

karena tanggapan dari keluarga besar dan masyarakat yang bernada diskriminatif

dengan menyebut mereka sebagai perempuan yang tidak gabe. Hal ini juga

membuat hubungan perkawinan yang kurang harmonis karena ada perasaan

kurang sempurna sebagai keluarga jika tidak mendapatkan anak laki-laki.

Dalam pembagian warisan keluarga kaum perempuan mendapat perlakuan

diskriminatif. Warisan keluarga dibagi hanya diantara anak laki-laki, perempuan

mendapat sebagian kecil yang diberikan atas persetujuan anak laki-laki dan

biasanya dianggap sebagai kemurahan hati keluarga. Berdasarkan hasil penelitian,

ada perbedaan jawaban antara responden laki-laki dan perempuan. Responden

perempuan lebih banyak mengungkapkan berbagai bentuk ketidakadilan yang

mereka alami. Mereka dengan penuh emosi menceritakan perjuangan sebagai

perempuan Batak yang sudah terbiasa dinomordukan meskipun lebih banyak

berkorban untuk keluarga.

Mereka juga lebih banyak mengungkapkan harapan akan adanya usaha

dari Gereja untuk membantu perempuan mendapat perlakukan yang adil baik

dalam keluarga maupun dalam masyakat. Sementara responden laki-laki pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

124

umumnya memberikan jawaban yang singkat. Mereka berpendapat bahwa aturan

adat tentang garis keturunan sudah tepat dan tetap harus dilanjutkan demi

kelanjutan budaya Batak. Perbedaan jawaban antara responden laki-laki dan

perempuan juga memberi kesimpulan bahwa ketidakadilan gender masih terjadi di

stasi St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

125

BAB IV

UPAYA MENANGGAPI KETIDAKADILAN GENDER

DENGAN KATEKESE KONTEKSTUAL UNTUK MEWUJUDKAN

KESETARAAN MARTABAT PRIA DAN WANITA

Pada bab III telah dibahas mengenai gambaran bagaimana ketidakadilan

gender masih terjadi di stasi St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah di bab III, penulis menemukan

bahwa ketidakadilan gender masih terjadi di stasi ini sampai saat ini. Sebagai

tindak lanjut dari hasil penelitian pada bab III penulis menyampaikan usulan

program sebagai upaya untuk menanggapi ketidakadilan gender yang masih

terjadi di Stasi St. Maria Claret Paroki Tomok ini dengan melaksanakan katekese

kontekstual dalam bentuk pendalaman iman tentang kesetaraan martabat pria dan

wanita.

Bab IV ini merupakan tindak lanjut terhadap hasil yang telah dilakukan.

Penulis mengusulkan program pelaksanaan katekese kontekstual tentang

kesetaraan martabat pria dan wanita dalam bentuk pendalaman iman umat. Bab ini

terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama menjelaskan pemikiran dasar program,

bagian kedua berupa usulan program beserta matriksnya dan bagian ketiga adalah

contoh persiapan pelaksanaan katekese kontekstual dalam bentuk pendalaman

iman umat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

126

A. Pemikiran Dasar Program

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidakadilan gender masih menjadi

keprihatinan umat stasi St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir. Budaya

patriakhi yang dihidupi umat sudah diyakini sebagai bagian dari warisan adat para

leluhur. Garis keturunan yang ditentukan oleh anak laki-laki memberikan dampak

ketidakadilan bagi para perempuan Batak. Meskipun sudah lama menjadi Katolik,

namun pengaruh ajaran iman tentang kesetaraan martabat pria dan wanita belum

memberikan dampak positif terhadap praktek ketidakadilan gender dalam

kehidupan umat.

Sebagai orang Batak, umat di stasi ini sangat menghormati apa yang menjadi

keputusan adat. Berdasarkan hasil penelitian, mereka memahami bahwa laki-laki

dan perempuan memiliki martabat yang sama, tetapi budaya menuntut mereka

untuk lebih mengutamakan anak laki-laki daripada anak perempuan. Sebenarnya

dalam adat para leluhur diajarkan adanya kesetaraan martabat pria dan wanita. Hal

ini tersirat pada prinsip hidup orang Batak yakni Dalihan Na Tolu. Namun dalam

perjalanan waktu nilai kesetaraan itu mulai menyimpang seturut tuntutan adat

yang menjadikan laki-laki sebagai satu-satunya pewaris garis keturunan setiap

keluarga dan marga.

Permasalahan ini muncul karena sistem kekerabatan umat di stasi ini berpusat

pada marga. Marga ini hanya ditentukan oleh anak laki-laki. Maka dalam seluruh

program adat, peranan laki-laki menjadi lebih penting daripada perempuan.

Hampir seluruh kehidupan umat di stasi ini diatur dalam tatanan adat. Sementara

program kerohanian hanya terbatas pada perayaan Ekaristi pada hari minggu dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

127

hari raya, perayaan sakramen lainnya, dan pendalaman iman pada masa khusus

seperti pendalaman APP, advent, dan Bulan Kitab Suci Nasional. Hal ini

membuat umat lebih terbiasa dalam program adat daripada program hidup

menggereja. Kurangnya pendidikan iman umat tentang kesetaraan martabat laki-

laki dan perempuan membuat pemahaman dan penghayatan hanya sebatas

tuntutan adat saja.

Keputusan adat tentang garis keturunan hanya ditentukan oleh anak laki-laki

membutuhkan usaha tranformasi yang tidak singkat. Seluruh sistem dalam budaya

Batak sudah menjadi prinsip hidup setiap orang Batak yang sudah dihidupi sejak

zaman para leluhur. Sistem itu juga yang mengikat setiap orang Batak menjadi

satu keluarga besar yang disebut dengan Bangso Batak (Bangsa Batak). Usaha

mendidik iman umat tentang kesetaraan martabat pria dan wanita dibutuhkan

secara perlahan dan berkelanjutan untuk membuka kesadaran umat akan

ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam kehidupan mereka serta

menggerakkan umat untuk terlibat secara aktif dalam mengubah pandangan

masyarakat Batak yang tidak adil bagi perempuan.

Maka yang perlu dilakukan oleh Gereja untuk mengatasi masalah tersebut

adalah melaksanakan katekese kontekstual tentang kesetaraan martabat pria dan

wanita sesuai dengan konteks kehidupan umat. Katekese kontekstual merupakan

katekese yang sungguh masuk dan meresap ke dalam lingkungan dan kenyataan

sosial hidup umat. Dalam katekese kontekstual, pengalaman hidup umat menjadi

materi pokok yang tidak dapat dipisahkan dari isi katekese yakni Yesus Kristus.

Keduanya menjadi sarana bagi umat untuk berefleksi dan menimba inspirasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

128

Katekese kontekstual membantu umat untuk menghayati dan memperkembangkan

imannya dalam kenyataan sosial yang sungguh mereka gulati, membangun hidup

umat secara internal tetapi juga akan mendorong umat untuk secara aktif

mengambil bagian di dalam pembangunan hidup bersama yang berkaitan dengan

penegakan keadilan, pemecahan masalah penyakit masyarakat, pemeliharaan

lingkungan hidup, dan kepedulian kepada yang kecil, lemah, miskin, dan

tersingkir.

Katekese kontekstual sebaiknya dilakukan secara berkelanjutan agar iman

mereka semakin matang. Yang perlu dibangun dan dikembangkan adalah cara

pandang yang baru sesuai ajaran iman yang kemudian membentuk sikap hidup

yang mengarah pada penghayatan kesetaraan martabat pria dan wanita dalam

kehidupan sehari-hari. Melalui katekese ini umat diharapkan juga mampu

menggali semangat kesetaraan martabat pria dan wanita dalam nilai-nilai budaya

Batak yang kemudian diintegrasikan dengan ajaran iman Katolik. Oleh karena itu

sebagai langkah awal, perlu dilakukan katekese kontekstual dalam bentuk

pendalaman iman tentang kesetaraan martabat pria dan wanita bagi umat. Program

ini dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan.

Lewat program ini umat disadarkan bahwa ketidakadilan gender merupakan

permasalahan yang harus segera diatasi karena bertentangan dengan ajaran iman

Katolik. Umat juga diajak untuk menggali semangat Yesus Kristus dalam

memperjuangkan kesetaraan martabat pria dan wanita sesuai dengan firman Allah

yang tertulis dalam Kitab Suci dan Dokumen Gereja. Setelah mengikuti program

pendalaman iman tentang kesetaraan martabat laki-laki dan perempuan, umat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

129

diharapkan tergerak untuk ikut melaksanakan dan mengembangkan katekese

kontekstual tentang kesetaraan martabat pria dan wanita secara berkelanjutan baik

dalam lingkup stasi maupun paroki.

B. Usulan Program Katekese Kontekstual Dalam Bentuk Pendalaman Iman

Tentang Kesetaraan Gender

Dalam merancang usulan program, penulis menyusun langkah-langkah

yang perlu dipersiapkan dalam pendalaman iman umat. Hal ini guna

mempermudah dan memperlancar pelaksanaan pendalaman iman umat untuk

menanggapi ketidakadilan gender di stasi St. Antonio Maria Claret Tomok

Samosir.

1. Tema Umum: Menggali dan memaknai kesetaraan martabat pria dan wanita

dalam Kitab Suci dan Dokumen Gereja serta mengusahakan tindakan nyata untuk

menghidupinya dalam semangat Yesus Kristus.

2. Sub tema:

a. Menjadi murid Yesus yang berani memperjuangkan kesetaraan martabat pria

dan wanita di tengah budaya patriakhi: Tema ini mengajak umat sebagai murid

Kristus yang berani memperjuangkan kesetaraan martabat pria dan wanita di

tengah budaya patriakhi. Perempuan juga memiliki kemampuan untuk memahami

dan mewartakan ajaran Yesus. Yesus menunjukkan kasih menembus batas-batas

yang dibangun masyarakat yang mendiskriminasiksn perempuan dengan cara

memberi kesempatan kepada perempuan Samaria untuk mengungkapkan

pendapatnya. Lewat tema ini Yesus mengajak kita untuk mampu mengasihi satu

sama lain antara laki-laki dan perempuan dan berani memberi peran atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

130

menghargai pemikiran perempuan sebagai bentuk kasih yang nyata dalam

kehidupan sehari-hari.

b. Laki-laki dan perempuan dipanggil untuk saling melengkapi satu sama lain

untuk menciptakan keluarga yang sejahtera: Dalam keluarga orang Batak,

pembagian tanggungjawab keluarga cenderung kurang adil bagi kaum perempuan.

Tema ini mendalami pandangan Gereja lewat dokumen Familiaris Consortio art:

25 yang menegaskan bahwa suami dan istri merupakan rekan yang sepadan dalam

mengemban tanggungjawab keluarga. Peranan dan tugas mereka bisa saja berbeda

namun tetap harus adil sesuai kemampuan masing-masing. Hubungan kerja sama

antara istri dan suami diharapkan sampai pada relasi persahabatan yang penuh

kasih sebagaimana cinta kasih Kristus kepada GerejaNya. Dengan demikian

keluarga yang dibangun menjadi keluarga yang yang sejahtera.

c. Memaknai dan menghayati kerja Sama lak-laki dan perempuan dalam

memenuhi panggilan menjadi mitra Allah untuk melanjutkan CiptaanNya:

Kelanjutan keturunan dikaji dari segi apapun menjadi tugas dan kerja sama antara

laki-laki dan perempuan. Hal ini kurang dipahami dan dimaknai oleh keluarga

yang lebih mengikuti aturan adat Batak yang memutuskan bahwa hanya anak laki-

laki yang menjadi pewaris garis keturunan. Dalam Kitab Suci Kej 1: 26-31

dikatakan bahwa laki-laki dan perempuan mendapat berkat yang sama dari Allah

untuk memelihara dan melanjutkan keturunan. Laki-laki dan perempuan

diciptakan secitra dengan Allah yang artinya menjadi wakil Allah dalam

meneruskan kehidupan. Allah juga mengatakan bahwa mereka memiliki martabat

yang sama dan menjadi rekan yang sepadan sesuai dengan tugas dan fungsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

131

mereka sebagai laki-laki dan perempuan. Inilah yang harus dipahami dan dihayati

oleh umat dalam pembagian tanggungjawab dalam keluarga.

3. Tujuan: Umat mampu menyadari ketidakadilan gender yang masih terjadi

dalam kehidupan mereka, merefleksikannya dalam terang Kitab Suci, Dokumen

Gereja dan Injil hingga menemukan semangat untuk menjadi pelopor dalam

memperjuangkan dan menghidupi kesetaraan martabat pria dan wanita dalam

kehidupan sehari-hari sebagai murid Kristus.

4. Penjelasan tema: Tema ini sangat relevan dengan situasi umat yang masih

mengalami ketidakadilan terhadap perempuan. Umat di stasi ini lebih

mengutamakan tradisi adat daripada kehidupan iman. Dalam berbagai bidang

kehidupan, nilai budaya lebih sering dimunculkan dan dijadikan sebagai

penggerak kehidupan umat. Lewat pendalaman iman dengan tema “Menggali dan

memaknai Kesetaraan Martabat Pria Dan Wanita Dalam Kitab Suci Serta

Mengusahakan Tindakan Nyata Untuk Menghidupinya Dalam Semangat Yesus

Kristus” umat diajak untuk meneladani semangat Yesus Kristus dalam

memperjuangkan dan menghidupi kesetaraan martabat pria dan wanita dalam

kehidupan sehari-hari.

5. Peserta: Umat Stasi St. Antonio Maria Claret beserta pengurus paroki.

6. Tempat dan Waktu:

a. Tempat: Wisma Paroki St. Antonio Maria Claret Tomok, Samosir

b. Waktu: November 2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

132

7. Gambaran Pelaksanaan Program

Pendalaman iman akan dilaksanakan 3 kali selama bulan November 2017

dengan sub tema yang telah dipaparkan sebelumnya. Pendalaman iman

dilaksanakan setiap hari Sabtu pukul 19.00-21.00 WIB. Hal ini sesuai dengan

kebiasaan umat yang memiliki waktu lebih longgar pada hari Sabtu. Pendalaman

iman dilaksanakan di aula dan dihadiri oleh pastor paroki agar dapat menilai

sejauh mana program ini sesuai dengan kebutuhan umat dan dapat dilanjutkan

atau dikembangkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

133

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

134

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

135

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

136

C. PERSIAPAN PELAKSANAAN KATEKESE KONTEKSTUAL

1. Identitas Pendalaman Iman Paroki

Pelaksana : Kristina E. Panjaitan

No. Mhs : 121124063

Tema : Menjadi murid Yesus yang berani memperjuangkan kesetaraan

martabat pria dan wanita di tengah budaya patriakhi

Tujuan : Peserta berani mengubah pandangan masyarakat yang tidak adil

bagi kaum perempuan dan terdorong untuk meneladan sikap Yesus dalam

kehidupan mereka sehari-hari.

Peserta : Umat Stasi St. Antonio Maria Claret beserta pengurus paroki.

Tempat : Aula Stasi St. Antonio Maria Claret

Hari/Tgl : Sabtu, 4 November 2017

Waktu : 19.00 – 21.00 WIB

Model : Shared Christian Praxis

Metode : Sharing, refleksi pribadi, informasi, dan tanya Jawab

Sarana : Video, teks lagu, teks/Kitab Suci Perjanjian Baru, lilin dan salib

Sumber : Yoh 4: 5 – 42, internet, pengalaman umat, dan tafsir Kitab Suci

Injil Yohanes

Evaluator : Romo Paroki

2. Pemikiran Dasar

Mengasihi adalah ajaran yang sudah sering kita dengar baik dari ajaran

agama kita maupun budaya kita sebagai orang Batak. Dalam kehidupan sehari-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

137

hari kasih kita sebagai seorang manusia memiliki banyak batasan-batasan baik

yang kita buat sendiri maupun oleh budaya kita sebagai orang Batak. Dalam

hidup berkeluarga kita juga sering membeda-bedakan dalam mengasihi antara

sesama anggota keluarga. Sudah menjadi rahasia umum bahwa dalam keluarga

Batak anak laki-laki menjadi prioritas dalam berbagai hal. Sudah menjadi

kebiasaan dalam budaya kita bahwa pemikiran perempuan kurang diterima,

mereka dinilai kurang mampu terlibat penuh dalam mengambil keputusan. Tanpa

disadari budaya kita membatasi kita dalam mengasihi sesama secara utuh.

Dalam kisah percakapan Yesus dengan perempuan Samaria, kita dapat

melihat bagaimana kasih Yesus menembus batas-batas yang dibangun oleh

masyarakat. Dalam tradisi Yahudi, perempuan mendapat tempat yang lebih

rendah daripada kaum laki-laki. Perempuan dalam kisah ini adalah perempuan

yang dikucilkan dalam masyarakat.Yesus dengan begitu karab bercerita dengan

perempuan tersebut tanpa mempedulikan stigma yang diberikan masyarakat

kepadanya. Menarik bahwa Yesus menyampaikan pengajaran kepada perempuan

dan dipahami dengan baik. Yesus sama sekali tidak merendahkan pemikiran

perempuan tersebut. Perempuan itu akhirnya mampu menemukan bahwa Yesus

adalah Mesias. Pewartaan perempuan itupun diterima oleh orang sekampungnya.

Hal ini merupakan peristiwa yang langka karena dalam tradisi Yahudi pemikiran

dan pewartaan perempuan sulit diterima dalam masyarakat. Hal itu juga terlihat

dari reaksi para murid Yesus yang heran melihat Yesus bercakap-cakap dengan

peremuan Samaria.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

138

Yesus mau menunjukkan bahwa perempuan sama berharga di

hadapanNya. Perempuan juga memiliki kemampuan untuk memahami dan

mewartakan ajaran Yesus. Yesus telah menunjukkan kasih yang menembus

batas-batas yang dibangun masyarakat yang mendiskriminasiksn perempuan. Hal

inilah yang hendak disampaikan Yesus kepada kita semua. Lewat kisah ini Yesus

mengajak kita untuk mampu mengasihi satu sama lain antara laki-laki dan

perempuan. Lewat teladan Yesus ini kita diundang untuk berani memberi peran

atau menghargai pemikiran perempuan sebagai bentuk kasih yang nyata dalam

kehidupan sehari-hari.

3. Pengembangan Langkah-Langkah

a. Pembukaan

1) Pengantar : Selamat malam dan selamat jumpa bagi kita semua yang dikasihi

Kristus. Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, pada kesempatan yang

baik ini kita akan mendalami dan merenungkan bersama bagiamana kita

mengasihi dan menghargai sesama kita, apakah masih ada batasan tertentu

yang kita bangun diantara kita? Dalam pendalaman iman ini kita akan belajar

bagaimana mengasihi sesama seperti yang dilakukan oleh Yesus sendiri.

Maka marilah kita mempersiapkan hati kita untuk mengikuti pendalam iman

ini dengan penuh hikmat.

2) Lagu Pembukaan : “Hari Ini Kurasa Bahagia” [lampiran 5:(15 )].

3) Doa Pembuka :Allah Bapa yang maha kasih, kami bersyukur atas segala

rahmatMu yang kami terima dalam kehidupan kami hingga saat ini. Tuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

139

kami bersyukur juga karena Engkau telah menciptakan manusia dengan

sempurna baik sebagai perempuan maupun laki-laki dan Engkau

mengajarkan kami untuk saling menghormati, mengasihi satu sama lain.

Namun seringkali kami saling menuntut untuk lebih dihargai baik sebagai

perempuan maupun laki-laki. Pada kesempatan ini ya Tuhan kami hendak

belajar bagaimana mengasihi yang benar antara laki-laki dan perempuan

lewat ksah percakapn Yesus dengan perempuan Samaria. Kami mohon

curahkanlah rahmatMu agar selama pendalaman iman ini kami dapat

membuka hati dan pikiran kami untuk menerima sabdaMu. Doa ini kami

haturkan ke hadapanMu dengan perantaraan Kristus Tuhan dan penyelamat

kami. Amin.

b. Langkah I: Mengungkapkan pengalaman hidup peserta

1) Pendamping mengajak peserta untuk menyaksikan video“Kartini” [Lampiran

5: (15 )].

2) Pendamping memberikan pertanyaan kepada umat untuk dijawab secara

pribadi

Apa saja ketidakadilan yang dialami oleh Kartini dalam video tersebut?

Ceritakanlah!

Apakah ketidakadilan yang dialami oleh Kartini masih terjadi di lingkungan

hidup kita? Mengapa?

3) Peserta diberi kesempatan untuk mensharingkan tanggapan mereka atas

pertanyaan diatas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

140

4) Arah rangkuman

Dalam video tersebut diceritakan bahwa Kartini mewakili perempuan

Jawa mengalami berbagai ketidakadilan terutama untuk mengeyam pendidikan

seperti kaum laki-laki pada zamannya.Kartini dilarang mengeyam pendidikan

agar kelak tidak dapat menjadi seorang pemimpin atau perempuan yang berkarir

dalam masyarakat.Dalam kehidupan sehari-hari terutama bagi kita orang Batak,

ketidakadilan yang dialami oleh Kartini masih sering terjadi.Perempuan

dinomorduakan dalam hal pendidikan agar tidak melebihi anak laki-

laki.perempuan di daerah kita juga msih sulit diterima sebagai pemimpin dalam

masyarakat terutama dalam urusan adat.

c. Langkah II : Mendalami pengalaman hidup peserta

1) Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman berkaitan dengan

cerita di atas dengan dibantu pertanyaan sebagai berikut :

Bagaimana Kartini memperjuangkan keadilan bagi perempuan Jawa?

Menurut pengalaman anda apakah kisah yang dialami oleh Kartini masih

terjadi dalam kehidupan sehari-hari? Ceritakanlah!

2) Arah rangkuman

Kartini memulai perjuangannya dari dirinya sendiri.Ia mempelajari banyak

hal dan berbagi ilmu dengan orang lain. Ia membangkitkan kesadaran kaum

perempuan untuk tidak hanya patuh pada aturan adat yang mengekang kebebasan

kaum perempuan. Ia juga berusaha menyampaikan pemikirannya kepada kaum

laki-laki agar memberi kesempatan bagi kaum perempuan untuk mengeyam

pendidikan sama seperti kaum laki-laki.Dalam kehidupan kita sebagai orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

141

Batak, masih banyak perempuan yang kurang menyadari berbagai ketidakadilan

yang mereka alami dalam keluarga dan masyarakat.Namun ada juga perempuan

yang sudah menyadarinya dan memperjuangkan keadilan bagi dirinya dengan

rajin bersekolah dan hidup mandiri.Demikian juga dari kaum laki-laki, ada yang

tidak menyadari bahwa mereka sering memperlakukan perempuan secara tidak

adil.Namun ada juga yang sudah menyadari dan berusaha menghargai kaum

perempuan dengan memberi kesempatan kepada mereka untuk maju dan

berkembang.

d. Langkah III : Menggali pengalaman iman Kristiani

1) Pendamping meminta salah satu peserta untuk membacakan perikop Kitab

Suci Yohanes Yoh 4: 5 – 42 atau dari teks fotocopy yang dibagikan [Lampiran

5: (15)].

2) Peserta diberi kesempatan untuk hening secara pribadi merenungkan dan

menanggapi Kitab Suci dengan dibantu pertanyaan sebagai berikut :

Menurut anda, mengapa Yesus mau berbincang-bincang dengan perempuan

yang sudah dikucilkan dalam masyarakatnya? Jelaskanlah!

Berbicara apa bacaan Kitab Suci tersebut kepada anda sebagai perempuan

maupun laki-laki yang hidup dalam kebiasaan sebagai orang Batak?

3) Peserta diajak untuk secara pribadi menemukan sendiri pesan inti perikop

sehubungan dengan 2 (dua) pertanyaan di atas.

4) Pendamping memberikan tafsiran dari bacaan Kitab Suci Yoh 4: 5 – 42 dan

menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema

dan tujuan :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

142

Dalam Yoh 4: 5 – 42 dikisahkan saat Yesus bertemu dan berbincang-

bincang dengan perempuan Samaria yang sedang mengambil air di sumur.

Sebenarnya Yesus sudah mengetahui latar belakang kehidupan perempuan itu.

Perempuan Samaria itu dianggap sebagai perempuan berdosa oleh

masyarakatnya karena melakukan perzinahan. Dalam budaya Yahudi maupun

Samaria, perempuan memiliki kedudukan yang lebih rendah dan dianggap lemah.

Oleh karena itu perempuan yang cenderung dipersalahkan dalam berbagai kasus.

Seperti perempuan Samaria yang tinggal dengan laki-laki yang bukan suaminya.

Seharusnya laki-laki itu juga disebutkan sebagai orang yang berzinah, tetapi hal

itu tidak terjadi karena perempuanlah yang dianggap telah menggoda laki-laki

untuk berbuat dosa.

Pemikiran perempuan juga kurang diterima dalam masyarakat.Maka

sangta sulit bagi perempuan di zaman Yesus untuk terlibat dalam kehidupan

masyarakat yang lebih luas. Namun sesuatu yang berbeda dilakukan oleh Yesus

kepada perempuan Samaria itu. Yesus mau meminta tolong kepadanya dan

kemudian berbincang-bincang tentang iman akan sang Mesias. Pembicaraan

tentang Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan Allah bukan hal yang mudah

untuk dipahami. Para murid bahkan sering tidak mengerti apa maksud dari

pengajaran Yesus. Namun perempuan Samaria itu mengerti dan percaya, bahkan

pewartaannya diterima oleh orang sekampungnya.

Sikap Yesus ini menunjukkan bahwa perempuan juga memiliki

kemampuan berfikir yang sama seperti kaum laki-laki. Yesus memberi

kesempatan kepada perempuan Samaria untuk mengungkapkan pikiran dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

143

perasaannya. Yesus sekaligus menegur para murid yang merasa heran karena

melihatNya berbincang-bincang dengan perempuan yang dianggap kurang baik

dalam masyarakat. Inilah makna kasih yang hendak diajarkan Yesus kepada para

muridNya untuk menghargai keberadaan kaum perempuan, menghargai peranan

perempuan dan memberikan kesempatan kepada kaum perempuan untuk

mengembangkan dirinya agar lebih berguna bagi banyak orang. Yesus

mendobrak kebiasaan adat di zamannya yang mendiskriminasikan perempuan.

Yesus menunjukkan kasih Allah yang sama besarnya terhadap laki-laki dan

perempuan. Ia juga ingin para murid melakukan hal yang sama dan mengubah

pandangan serta perlakukan mereka yang kurang adil bagi kaum perempuan.

e. Langkah IV : Menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta konkrit

1) Pengantar

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, dalam video Kartini yang

telah kita saksikan tadi kita melihat bagiama ketidakadilan yang dialami oleh

Kartini dan perempuan Jawa pada zamannya. Mereka sebagai perempuan

dianggap lemah dan harus tunduk pada kaum laki-laki dan aturan adat bahkan

mereka dilarang bersekolah agar tidak bisa menyamai atau melebihi peranan

laki-laki. Namun hal itu membuat Kartini semakin tergerak untuk berjuang

mencerdaskan kaum perempuan agar tidak tergantung pada kaum laki-laki.

Yesus dalam Injil tadi juga menunjukkan dukunganNya terhadap kaum

perempuan dengan meberi kesempatan bagi perempuan Samaria untuk

mengungkapkan pikiran dan perasaannya hingga mampu memahami dan

mewartakan iman akan Yesus sang Mesias.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

144

Sikap Yesus ini jelas tidak sesuai dengan adat mereka pada masa itu tetapi

Ia mau menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang

sama di hadapan Allah. Yesus menunjukkan bahwa perempuan juga memiliki

hak untuk menjadi pewarta iman. Kita sebagai orang Batak yang hidup dalam

aturan adat yang lebih mengutamakan anak laki-laki diajak untuk merenungkan

bagaimana kita hidup sebagai laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sehari-

hari.

2) Pendamping memberikan pertanyaan untuk direnungkan secara pribadi

Beranikah anda seperti Yesus mendobrak pandangan budaya kita yang

menomorduakan anak perempuan dengan memberikan kesempatan yang

sama kepada mereka untuk berkembang sama seperti anak laki-laki?

Mengapa?

3) Arah rangkuman

Sebagai seorang Katolik, kita memang sudah memahami bahwa Allah

menciptakan laki-laki dan perempuan dengan martabat yang sama. Namun kita

yang hidup dalam budaya Batak yang garis keturunan kita ditentukan oleh anak

laki-laki membuat kita cenderung memperlakukan anak laki-laki lebih istimewa

daripada anak perempuan. Sebagai laki-laki jelas tidak mudah bagi kita untuk

mengikuti sikap Yesus yang memberi kesempatan yang sama kepada perempuan

untuk berkembang seperti anak laki-laki dan sebagai perempuan kitapun

terkadang sudah memilih untuk mengikuti kebiasaan adat dan kurang tergerak

untuk memperkembangkan diri. Namun lewat pendalaman iman ini kita diajak

untuk mengikuti teladan Yesus untuk memahami bahwa laki-laki dan perempuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

145

memiliki martabat yang sama dan memberi kesempatan yang sama juga untuk

berkembang sesuai kemampuan masing-masing untuk melayani Allah dan

sesama.

f. Langkah V : Mengusahakan aksi konkrit

1) Pengantar

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, dalam video Kartini kita

telah melihat bagaimana ketidakadilan yang dialami oleh perempuan Jawa

perjuangan mereka untuk hidup setara dengan kaum laki-laki.Kita juga telah

menemukan pengalaman ketidakadilan yang dialami oleh perempuan dalam suku

kita dan bagaimana Injil berbicara tentang situasi kita.Yesus menunjukkan kasih

yang benar kepada kaum perempuan dengan memberi kesempatan kepada

mereka untuk berkembang seperti laki-laki dalam kehidupannya. Itulah kasih

yang sejati yang ditunjukkan Yesus kepada kita bahwa kita semua baik laki-laki

maupun perempuan memiliki martabat yang sama di hadapan Allah. Maka

sekarang marilah kita memikirkan niat atau usaha apa yang akan kita lakukan

agar tidak terjadi lagi kesenjangan gender dalam kehidupan kita sehari-hari.

2) Memikirkan aksi nyata sebagai bentuk kesaksian kita agar semakin mengenal

Yesus dan menjadi muridnya yang memperlakukan semua orang dengan kasih

yang sama meskipunharus menentang budaya yang tidak adil.

Berikut ini adalah pertanyaan penuntun untuk membantu peserta membuat niat-

niat:

Usaha apa yang hendak anda lakukan untuk mewujudkan bahwa laki-laki dan

perempuan memiliki martabat yang sama dalam kehidupan sehari-hari?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

146

3) Pendamping memberikan waktu hening kepada peserta untuk memikirkan

sendiri-sendiri tentang aksi kongkrit pribadi/bersama yang akan dilakukan,

kemudian dituliskan dalam potongan kertas yang telah disediakan.

4) Pendamping memberikan kesempatan bagi peserta untuk mensharingkan aksi

nyata yang tellah dirumuskan secara pribadi.

5) Pendamping mengajak peserta untuk mendiskusikan aksi nyata yang telah

dirumuskan secara bersama dan akan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

g. Penutup

1) Kesempatan untuk hening sejenak untuk meresapkan semua rangkaian

pendalaman iman. Sementara itu lilin dan salib diletakkan ditengah - tengah

peserta untuk dinyalakan.

2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan doa umat

secara spontan, diawali oleh pendamping dan kemudian disusul oleh peserta.

Akhir doa umat ditutup dengan doa Bapa Kami.

3) Doa penutup: Doa spontan dari salah satu peserta

4) Lagu penutup: “Cintailah Sesamamu” [Lampiran 5: (17 )].

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

147

BAB V

PENUTUP

Bab ini terdiri dari dua bagian, bagian pertama merupakan kesimpulan

dari rumusan permasalahan yang telah dikemukakan pada bab I. Bagian kedua

menyampaikan saran untuk beberapa pihak yang terkait dalam menanggapi

ketidakadilan gender yang terjadi di stasi St. Antonio Maria Claret Tomok

Samosir.

A. Kesimpulan

Pada hakikatnya laki-laki dan perempuan diciptakan secitra dengan Allah dan

memiliki martabat yang sama di hadapan Allah. Hal ini juga yang diimani dan

diajarkan oleh Gereja Katolik kepada umatNya. Namun pada kenyataannya masih

banyak budaya yang menganggap laki-laki lebih istimewa, salah satunya budaya

Batak Toba yang menganut paham patriakhi yang menetapkan anak laki-laki

sebagai penentu garis keturunan atau marga dari keluarganya. Oleh karena itu

setiap keluarga sangat mengharapkan mendapatkan anak laki-laki agar marga

keluarganya tidak mati. Hal ini mengakibatkan berbagai bentuk ketidakadilan

gender bagi perempuan di stasi St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir

Berdasarkan hasil penelitian, pembagian tanggungjawab rumah tangga

tidak adil bagi perempuan. Tanggung jawab dalam rumah tangga pada umumnya

lebih dibebankan pada perempuan. Para orangtua lebih mengutakamakan

pendidikan anak laki-laki agar mampu menjadi pewaris keturunan yang

terpandang dan sukses, dan dalam urusan adat perempuan tidak dilibatkan dalam

pengambilan keputusan adat karena dianggap kurang mampu. Para ibu juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

148

merasa takut dianggap tidak gabe jika belum melahirkan anak laki-laki. Hal ini

membuat hubungan perkawinan kurang harmonis karena ada perasaan tidak

sempurna sebagai keluarga tanpa anak laki-laki. Demikian juga dalam pembagian

warisan keluarga yang dibagi hanya untuk anak laki-laki. Perempuan hanya

mendapat sebagian kecil yang diberikan atas persetujuan anak laki-laki dan

biasanya dianggap sebagai kemurahan hati keluarga. Ketidakadilan gender ini

lebih banyak dikemukakan oleh responden perempuan daripada laki-laki. Hal ini

semakin mempertegas bahwa ketidakadilan gender masih terjadi sampai sekarang

di stasi St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir.

Usaha katekese kontekstual yang perlu dilakukan lewat berbagai kegiatan

harus relevan dengan situasi umat salah satunya adalah lewat pendalaman iman.

Yang perlu dibangun dan dikembangkan adalah cara pandang yang baru sesuai

ajaran iman yang kemudian membentuk sikap hidup yang mengarah pada

penghayatan kesetaraan martabat pria dan wanita dalam kehidupan sehari-hari.

Pendalaman iman tentang kesetaraan martabat laki-laki dan perempuan

diharapkan mampu membangkitkan semangat umat untuk terlibat aktif

mengusahakan aksi nyata yang membawa perubahan bagi budaya Batak yang

semakin adil bagi kaum perempuan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, penulis menyampaikan

beberapa saran kepada pihak yang terkait sebagai upaya menanggapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

149

ketidakadilan gender yang terjadi di stasi St. Antonio Maria Claret Tomok

Samosir.

Bagi Paroki St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir, supaya memberi

perhatian terhadap ketidakadilan gender yang sudah dianggap umat sebagai

bagian dari warisan leluhur. Paroki lewat para pastornya sebaiknya berusaha

membuka kesadaran umat akan ketidakadilan gender yang masih terjadi

dengan melakukan berbagai kegiatan atau program pendidikan iman yang

relevan dengan situasi dan kebutuhan umat baik itu lewat kotbah, bimbingan

keluarga, seminar, rekoleksi, retret dan pendalaman iman. Sebaiknya pastor

paroki terlebih dahulu membina para pengurus paroki dan lingkungan agar

program yang dimaksud dapat terlaksa secara serempak dan berkelanjutan di

semua stasi.

Sebagai tindakan lebih lanjut, paroki sebaiknya membina dan

menggerakkan para pelopor yang memiliki kemapuan dan kemauan untuk

mengupayakan kesetaraan martabat pria dan wanita dalam konteks budaya

patriakhi Batak. Program ini dapat dikembangkan menjadi lintas paroki

sehingga menjadi komunitas yang lebih luas dan diharapakan lebih efektif

membina umat dan masyarakat dalam memperjuangkan kesetaraan martabat

pria dan wanita.

1. Bagi stasi St. Antonio Maria Claret Tomok Samosir, sebaiknya terbuka untuk

menerima dan melaksanakan program yang dibuat oleh pastor paroki karena

tanpa partisipasi umat semua yang direncanakan akan sia-sia. Ketua stasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

150

diharapkan lebih giat mengajak umat untuk ikut serta dalam seluruh program

yang telah dirumuskan oleh pastor dan pengurus paroki.

2. Bagi tokoh-tokoh umat di stasi dan paroki St. Antonio Maria Claret, sebaiknya

lebih sering berkumpul untuk memaknai nilai-nilai budaya Batak tentang

kesetaraan martabat laki-laki dan perempuan serta berusaha merefleksikannya

dalam terang Injil. Mereka juga sebaiknya lebih dahulu memberi teladan dan

kemudian menggerakkan umat untuk terbuka melaksanakan program paroki

mengenai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

kehidupan sehari-hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

151

DAFTAR PUSTAKA

1. Dokumen

Komkat KWI. (2000). Petunjuk Umum Katekese. Jakarta: KWI.

Kongregasi Suci Untuk Para Klerus. (1991). Direktorium Kateketik Umum. Ende.

Nusa Indah.

Lembaga Alkitab Indonesia. (2009). Kitab Suci Alkitab Deuterokanonika. Jakarta:

LAI, 2009.

Yohanes Paulus II. (1994). Familiaris Consortio. (R. Hardawiryana, Penerjemah).

Yogyakarta: Kanisius (Dokumen asli diterbitkan tahun 1981).

______________ (1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawiryana,Penerjemah).

Jakarta: Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 1979).

_______________ (2004). Kerja Sama Pria dan Perempuan dalam Gereja dan

Dunia. Jakarta: Dokpen KWI.

KWI. (1995). Katekismus Gereja Katolik. Indonesia: Keuskupan Agung Ende.

2. Buku

Beny Mite, Matheus. (2009). Model Katekese Kontekstual. Yogyakarta: Kanisius.

Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1978). Adat dan Upacara Perkawinan

Daerah Sumatera Utara. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Gerit Singgih, Emanuel. (2000). Berteologi Dalam Konteks. Yogyakarta:

Kanisius.

Gultom, Ibrahim. (2010). Agama Malim di Tanah Batak. Jakarta: Bumi Aksara.

Jhonson, A. Elisabeth (2003). Kristologi Di Mata Kaum Feminis. (Hartono, SJ,

Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius

Heryatno W.W, FX. “Katekese Kontekstual” dalam Rukiyanto. (2012).

Pewartaan Di Era Global. Yogyakarta: Kanisius.

_________________ “Sejarah Katekese” dalam Rukiyanto. (2012). Pewartaan

Di Era Global. Yogyakarta: Kanisius.

Jackson Stevi, dkk. (1998). Teori-Teori Feminis Kontemporer. Yogyakarta:

Jalasutra.

Komisi Kateketik KWI. (1989). Menuju katekese Kontekstual Tahun 2000. Bogor:

Mardi Yuana.

__________________ (1997). Upaya Pengembangan Katekese Di Indonesia.

Yogyakarta: Kanisius.

Lalu, Yosef. ( 2012). Katekese Umat. Yogyakarta: Kanisius.

Leonard Supama, Markus. (2012) Panduan Katekis Volunter Berkatekese Umat.

Yogyakarta: Kanisius.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

152

Moleong, Lexy J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Murniati, Nunuk. A. (2004). Getar Gender. Magelang: Indonesiatera.

Papo, Jakob. (1987). Memahami Katekese. Ende: Nusa Indah.

Armada Riyanto, FX. (2004). Membangun Gereja Dari Konteks. Malang: Dioma.

Saparinah Sadli. (2010). Berbeda tetapi Setara, Yogyakarta: Kanisius.

Seran, Yanuarius. (2007). Pengembangan Komunitas Basis. Yogyakarta: Yayasan

Pustaka Nusatama.

Siahaan, N. (1964). Sejarah Kebudayaan Batak, Medan: C.V Napitupulu & Sons.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sulastri Sutrisno. (1979). Surat-Surat Kartini. Jakarta: Bala Pustaka.

Telambanua, Marinus. (1999). Ilmu Kateketik. Jakarta: OBOR.

3. Artikel

Hartaningsih, dkk. (2010). “Supaya Perempuan Tidak (terus) Terbisukan Lagi"

Kompas (Diterbitkan pada 15 Mei, halaman 20).

HeryatnoWW, FX. (2015). Katekese Kontekstual. Diktat Mata Kuliah Pendidikan

Agama Katolik III Untuk Mahasiswa Semester VII, Program Studi

Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

_______________ (2015b). Peta Katekese. Diktat Mata Kuliah Pendidikan

Agama Katolik III Untuk Mahasiswa Semester VII, Program Studi

Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

_______________ (2015c). Katekese Umat. Diktat Mata Kuliah Pendidikan

Agama Katolik III Untuk Mahasiswa Semester VII, Program Studi

Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Muhammad Hilmi. (2013). “Pesan Persaudaraan Dalihan Na Tolu”. Kompas

(Diterbitkan pada 2 Januari, halaman 3).

Manfred Habur, Agustinus. (2016). Makalah “Identitas Ilmu Kateketik Sekarang

Ini”.

4. Internet

http://buletin-narhasem.blogspot.co.id/2009/01/perempuan-dalam-adat-

batak.html?m=1 (Diakses pada Senin, 12 April 2017, 19.00 WIB).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

153

http://archdioceseofmedan.or.id/index.php?option=com_content&view=frontpage

&Itemid=159 (Diakses pada Senin, 12 April 2017, 20.00 WIB).

http://www.imankatolik.or.id/pengertian-dasar-dan-prinsip-katekese.html

(Diakses pada Rabu, 17 Mei 2017, 10.00 WIB).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

( 1 )

Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

( 2 )

Lampiran 2: Panduan Wawancara :

1. Menurut anda wajarkah jika seorang suami atau laki-laki ikut membantu

pekerjaan rumah? Mengapa? Seberapa sering hal itu terjadi?

2. Jika harus memilih, mana yang anda pilih memiliki hanya anak perempuan

atau hanya anak laki-laki? Mengapa?

3. Jika keluarga anda hanya mampu menyekolahkan satu anak saja, siapakah

yang anda utamakan? Anak laki-laki atau anak perempuan? Mengapa?

4. Setujukah anda jika ada laki-laki yang menikah lagi demi mendapatkan

anak laki-laki?Mengapa? Seberapa banyak hal itu terjadi sejauh yang anda

ketahui?

5. Bagaimana pembagian tanggungjawab dalam rumah tangga antara suami

dan istri? Mengapa demikian?

6. Menurut anda wajarkan seorang perempuan menjadi ketua dan pembicara

dalam upacara adat? Mengapa? Pernahkah hal itu terjadi?

7. Apa yang paling anda takutkan jika tidak memiliki anak laki-laki?

Mengapa?

8. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap seorang ibu yang tidak

melahirkan anak laki-laki? Mengapa demikian?

9. Bagaimana pembagian warisan antara anak laki-laki dan perempuan sesuai

adat Batak? Menurut anda apakah itu sudah adil?

10. Perubahan apa yang anda harapkan agar terwujud kesetaraan martabat

laki-laki dan perempuan dalam budaya Batak?Mengapa?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

( 3 )

Lampiran: 3 Identitas Responden

Identitas Responden

N = 10 orang

No Nama Jenis

Kelamin

Jumlah dan Jenis

Kelamin Anak

Kode

1 Ibu Siagian Perempuan 4 perempuan R1

2 Ibu Panjaitan Perempuan 2 perempuan R2

3 Ibu Tamba Perempuan 4 perempuan R3

4 Ibu Situmorang Perempuan 5 laki-laki R4

5 Ibu Silalahi Perempuan 4 perempuan

3 laki-laki

R5

6 Bapak Sidabutar Laki-laki 2 perempuan R6

7 Bapak Panjaitan Laki-laki 4 perempuan R7

8 Bapak Sihombing Laki-laki 3 laki-laki R8

9 Bapak Silalahi Laki-laki 2 perempuan

2 laki-laki

R9

10 Bapak Sidabutar Laki-laki 3 anak perempuan

1 anak laki-laki

R10

NB: Peneliti tidak menggunakan nama asli dari responden karena menurut adat

Batak hal itu dianggap tidak sopan. Maka yang dipakai adalah marga dari

setiap responden.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

( 4 )

Lampiran 4: Transkip Wawancara

a. Bentuk ketidakadilan gender yang terjadi

1) Tanggungjawab rumah tangga

R1: Pembagian tugas antara saya dan suami adalah seperti pada

umumnya saja, saya mengurus pekerjaan rumah tangga dan merawat

anak-anak sementara suami bekerja di luar mencari nafkah. Sebenarnya

sangat wajar kalau suami ikut membantu pekerjaan istri karena keluarga

adalah tanggungjawab bersama. Suami saya dulu sangat rajin membantu

pekerjaan rumah tangga, tetapi ia tidak mau terus terang dihadapan

orang-orang karena biasanya akan diejek.

R2: Pembagian pekerjaan seperti biasanyalah, kalau suami bekerja

mencari uang dan saya mengurus rumah dan anak-anak. Tetapi saya juga

sering ikut membantu suami mencari uang dengan berjualan. Suami

memang sudah seharusnya ikut membantu pekerjaan istri karena istri

juga sering ikut membantu suami mencari nafkah. Suami saya sering

membantu pekerjaan di rumah tangga tetapi harus saya minta, padahal

kalau istri tanpa dimintapun tetap ikut mencari nafkah untuk

keluarganya.

R3:Karena saya dan suami bekerja sebagai guru maka kami berdua

sama-sama mencari nafkah, namun saya tetap mengurus semua urusan

rumah tangga. Menurut saya sangat baik jika suami ikut membantu

pekerjaan istri di rumah, namun suami saya seringkali menolak jika

dimintai tolong. Alasannya karena suami saya sudah lelah bekerja di luar

rumah.

R4:Saya dan suami bekerja sebagai petani, kami bekerja sama mencari

nafkah. Dalam keluarga, saya memang sudah sepakat dengan suami

kalau pekerjaan rumah tangga itu harus dikerjakan bersama. Sampai saat

ini suami masih setia membantu pekerjaan saya sebagai ibu rumah

tangga.

R5:Suami saya bekerja mencari nafkah, tetapi sayapun ikut membantu

menanbah penghasilan dengan berjualan. Namun walupun saya

berjualan, saya tetap mampu mengurus semua pekerjaan rumah. Suami

memang sangat wajar jika ikut membantu pekerjaan istri yang begitu

banyak. Namun saya merasa masih mampu mengerjakan semuanya, saya

lebih baik mengajari anak-anak saya untuk ikut membantu pekerjaan

rumah daripada meminta suami saya.

R6:Pekerjaan rumah tangga sudah seharusnya menjadi tanggungjawab

istri dan saya sebagai suami bertanggungjawab mencari uang. Tidak ada

masalah jika suami ikut membantu pekerjaan istri, tetapi seorang istri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

( 5 )

harusnya sudah bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah karena tugas

utama seorang suami adalah mencari nafkah.

R7: Ya..kalau urusan pekerjaan di rumah sudah jelas menjadi tugas istri,

yang jelas saya juga bertanggungjawab mencari uang. Wajar saja jika

seorang suami ikut membantu pekerjaan istri, tetapi jangan terlalu sering

karena itu dapat menurunkan harga diri suami di mata teman-temannya.

R8:Yang jelas istri saya mengurus semua pekerjaan rumah dan anak-

anak sementara saya bekerja mencari uang. Saya merasa nyaman saja

ikut membantu pekerjaan istri tetapi tetap ada batasnya karena itu adalah

tugas utama seorang istri. Biasanya saya membantu istri jika ia sedang

sakit saja.

R9:Saya sebagai suami bertanggaungjawab memenuhi kebutuhan

keluarga terutama masalah uang, sedangkan istri saya mengurus semua

pekerjaan rumah dan mendidik anak-anak. Saya sangat jarang membantu

pekerjaan istri di rumah karena banyak anak yang bisa ia mintai tolong.

Istri saya juga sudah terbiasa mengerjakan semua pekerjaan rumah tanpa

bantuan saya.

R10:Urusan uang dan adat itu menjadi tanggungjawab saya, sementara

istri mengurus pekerjaan rumah tangga dan menjaga anak-anak. Istri

saya juga ikut membantu mencari uang dengan berjualan. Menurut saya

sangat wajar jika seorang suami ikut membantu pekerjaan istri, namun

saya sangat jarang melakukannya karena sudah sangat sibuk mencari

nafkah. Waktu luang lebih baik saya pakai untuk refresing di kedai

supaya besoknya tetap semangat bekerja lagi.

2) Prioritas antara anak laki-laki dan perempuan

R1: Bagi saya baik anak perempuan maupun anak laki-laki sama

berharganya. Saya ingin memiliki dua-duanya, tetapi kalau harus

memilih saya rasa memiliki anak laki-laki jauh lebih tenang karena tidak

mendapat tekanan dari pihak keluarga suami. Kalau soal sekolah, ya

semua harus disekolahkan dengan baik dank arena anak saya hanya

perempuan maka saya akan memilih anaka perempuan. Namun jika

seandainya saya memiliki anak laki-laki dan perempuan, maka saya akan

memilih siapa yang mau dan mampu otaknya untuk sekolah lebih tinggi.

R2: Bagi saya anak laki-laki dan anak perempuan sama berharganya dan

sangat sulit untuk memilih salah satu diantaranya. Sebaiknya memang

memiliki dua-duanya, tetapi demi menghindari tekanan dari keluarga

besar, memang lebih aman jika lebih memilih anak laki-laki daripada

perempuan. Seandainya saya memiliki anak laki-laki dan perempuan,

dan biaya pendidikan hanya untuk satu orang maka saya akan memilih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

( 6 )

anak yang mau sekolah saja karena kalau tidak serius sekolah percuma

semua biayanya.

R3:Harusnya tidak ada perbedaan mana yang lebih diutamakan antara

anak laki-laki dan perempuan karena semuanya merupakan anugerah

Tuhan. Saya tidak mau memilih antara anak laki-laki dan perempuan,

kalau boleh dua-duanya. Jika seandainya saya memiliki anak laki-laki

dan perempuan dan hanya bisa menyekolahkan satu orang, maka saya

akan memilih anak yang serius untuk sekolah saja biarpun itu anak

perempuan karena sekarang ini justru anak perempuan lebih berbakti

kepada orangtuanya daripada anak laki-laki.

R4: Sebenarnya semua anak harus menjadi yang utama tanpa dibeda-

bedakan tetapi karena adat kita lebih mengutamakan anak laki-laki,

membuat orang sering lebih memilih anak laki-laki padahal anak

perempuan jauh lebih saying terhadap orangtuanya. Kalau harus memilih

salah satu anak untuk disekolahkan, maka saya lebih memilih anak yang

memang mau sekolah dan bertanggungjawab karena kita sudah susah

mencari uang kalau anak tidak serius sekolahnya kan bisa hancur

keluarga.

R5: Bagi saya semuanya tergantung pada kemampuan dan kemauan

anak itu sendiri. Baik laki-laki maupun perempuan diberi kesempatan,

nanti dilihat siapa yang lebih semangat dan setia mengikuti nasehat

orangtuanya. Begitu juga dalam hal pendidikan.

R6: Semua anak sama pentingnya, tetapi kalau harus memilih antara

anak laki-laki dan perempuan, saya lebih memilih anak laki-laki karena

dapat melanjutkan keturunan atau marga saya. Seandainya harus

memilih salah satu untuk disekolahkan tinggi, ya saya lebih memilih

anak laki-laki karena nati dialah yang menggantikan tugas saya kalau

saya sudah tiada.

R7: Dari segi adat anak laki-laki jelaslah menjadi yang paling utama

karena dapat memperkembangakan keturunan dari marga saya, tetapi

dalam ajaran iman, semuanya sama berharganya. Masalahnya kalau

tidak ada anak laki-laki, keturunan atau marga saya akan mati. Jika

hanya satu saja yang bisa disekolahkan, maka saya lebih memilih anak

laki-laki karena kalau anak perempuan sesukses apapun itu dia akan

menjadi bagian dari keluarga atau marga suaminya.

R8: Ibaratnya saya yang hanya memiliki anak laki-laki, tetap dipuji

orang dan dikatakan dapat membentuk satu kampong baru. Istilah itu

sudah menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih penting daripada anak

perempuan. Kalau hanya memiliki anak perempuan, itu nanti menjadi

miliki marga suaminya. Soal sekolah sebenarnya semua harusnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

( 7 )

disekolahkan semampunya, tetapi kalau harus memilih maka saya lebih

memilih anak laki-laki karena kalau perempuan nanti dia menjadi milik

keluarga suaminya.

R9: Sebenarnya anak laki-laki dan perempuan sama pentingnya, tetapi

jika harus memilih..ya saya lebih memilih anak laki-laki supaya

keturunan saya tidak mati. Nanti anak laki-laki saya akan membawa

menantu yang saya anggap jadi anak perempuan saya. Jika hanya satu

yang bisa disekolahkan, ya…saya lebih memilih anak laki-laki saja

supaya nanti dia bisa membanggakan marga saya.

R10: Sama berharganya dan semuanya diberi kesempatan untuk berhasil,

tetapi memang anak laki-laki lebih diutamakan karena nantinya menjadi

pengganti orangtuanya yang mengatur segala urusamn keluarga. Jadi

anak laki-laki diusahakan lebih pintar, berpendidikan dan berkecukupan.

Soal pendidikan semua anak berhak mendapatkan yang terbaik tetapi

jika hanya satu yang bisa disekolahkan, maka lebih baik anak laki-laki

saja karena kalu anak prmpuan nanti kalaupun sudah sukses dia akan

lebih banyak membantu keluarga suaminya.

3) Perempuan dalam adat

R1: Dalam urusan adat masih sangat sulit diterima kalau perempuan

tampil sebagai pembicara atau ikut mengambil keputusan rapat.

Mungkin ini sudah tradisi dan saya pribadi tidak mempermasalahkannya.

R2:Memang peranan perempuan dalam adat masih sebatas sebagai

pendengar dan pelayan, mungkin karena kita perempuan dianggap

kurang mengusai pengetahuan tentang adat. Masalahnya kita juga jarang

mendapatkan kesempatan untuk belajar adat seperti laki-laki.

R3: Sudah sejak dulu kalau laki-laki yang menjadi ketua, pembicara dan

pengambil keputusan dalam rapat adat. Kita yang perempuan biasanya

hanya menerima dan melaksanakan hasil pembicaran mereka.

R4: Ya..memang peranan perempuan dalam upacara aatau rapat adat

masih sebatas pendengar dan pelayan saja. Katanya pemikiran

perempuan dianggap kurang mampu padahal saya merasa mampu untuk

itu. Perempuan batak lebih mudah terlibat dalam urusan politik daripada

urusan adat.

R5: urusan adat memang menjadi tugas para laki-laki, tetapi kita

perempuan juga bisa ikut membantu. Namun biasanya yang menjadi

penentu adalah kaum laki-laki. Saya sendiri merasa kurang mampu jika

harus terlibat dalam urusan adat, biarlah itu menjadi tanggungjawab para

laki-laki.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

( 8 )

R6: Ya…kalau urusan adat, perempuan memang tidak memiliki tugas

yang penting. Biasanya mereka bertugas menyiapkan makanan atau

minuman. Itu sudah dimulai sejak zaman para leluhur dulu.

R7: Ya…anehlah jika perempuan menjadi ketua ataupun sebagai

pembicara dalam adat padahal masih banyak laki-laki yang jauh lebih

memahami adat Batak.

R8: Dari zaman leluhur sudah ditentukan bahwa yang mengurus adat itu

laki-laki sementara para perempuan menyiapakan makanan dan

minuman. Sulit mengubah aturan itu karena itu sama saja kita melawan

nasehat para leluhur kita.

R9: Memang banyak perempuan yang memiliki kemampuan untuk

memahami adat dan mampu berbicara dalam acara adat, tetapi selama

masih ada laki-laki maka itu akan tetap menjadi tugas laki-laki.

R10: Perempuan bisa ikut dalam rapat adat, mereka juga bisa

memberikan masukan tetapi yang memutuskan tetap laki-laki. Itu karena

pemikiran perempuan masih belum bisa memahami adat dengan baik,

nanti malah terjadi kesalahan.

b. Penyebab ketidakadilan gender

R1: Hal itu karena dari dulu sudah ditentukan bahwa yang menjadi penerus

keturanan atau marga adalah anak laki-laki, maka semua keluarga harus

memiliki anak laki-laki. Saya sebagai ibu yang tidak melahirkan anak laki-

laki merasa dianggap kurang terberkati, ada juga yang bilang kalau saya itu

kurang berusaha. Saya sendiri ingin sekali memiliki anak laki-laki dan

sudah berusaha semampu saya, namun mungkin Tuhan belum

memberikannya.

R2: Aturan adat kita yang memilih anak laki-laki sebagai pewaris

keturunan. Coba kalau perempuan juga dapat menjadi pewaris keturunan,

pasti perempuan juga akan sama berharganya dengan anak laki-laki.

Sebagai ibu yang belum mendapatkan anak laki-laki, saya mungkin

dianggap kurang beruntung atu kalau orang kita menyebutnya tidak gabe.

R3: Aturan adatlah yang menyebabkannya. Sudah dari zaman nenek

moyang diputuskan bahwa hanya anak laki-laki yang berhak meneruskan

marga keluarganya. Jadinya anak laki-laki dianggap paling berharga

daripada anak perempuan. Mungkin masyarakat memandang saya ataupun

keluarga saya tidak gabe, tetapi saya tidak peduli soal itu yang penting

semua anak saya nantinya harus sukses.

R4: Karena anak laki-laki itulah yang menjadi pewaris marga ayahnya, jadi

kalau tidak ada anak laki-laki marga keluarga akan mati. Biasanya kalau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

( 9 )

ada ibu yang belum mendapatkan anak laki-laki memang dianggap kurang

gabemaka seringlah dilakukan usaha dengan meminta doa kepad para

leluhur atau orangtua mereka.

R5: Itu karena laki-laki menjadi pewaris keturunan atau marga ayahnya,

maka setiap keluarga harus memiliki anak laki-laki supaya keturunannya

tetap berlanjut. Memang dalam masyarakat kita sudah menjadi tradisi kalau

ibu yang belum mendapatkan anak laki-laki dianggap kurang sempurna

karena nanti marga suaminya bisa berhenti pada keturunan pertama saja.

R6: Ya…karena kalau tidak anak laki-laki maka keturunan saya tidak akan

berlanjut. Inilah yang kemudian membuat setiap keluarga lebih

mengutamakan anak laki-laki daripada anak perempuan. Masyarakat

biasanya memandang seorang ibu yang belum memiliki anak laki-laki

sebagai perempuan yang kurang gabe jadi harus dilakukan berbagai upaya

misalnya dengan upacara adat meminta doa kepada leluhur baik yang sudah

meninggal maupun yang masih hidup.

R7: Karena sejak zaman nenek moyang sudah diputuskan bahwa laki-laki

menjadi pewaris keturunan atau marga. Maka supaya garis keturunan saya

tidak mati, saya harus memiliki anak laki-laki. Jadinya sampai sekarang

anak laki-laki itu dianggap paling penting daripada anak perempuan. Kalau

ada ibu yang belum melahirkn anak laki-laki biasanya disebut tidak

gabekarena kalau sudah gabe berarti sudah memiliki anak laki-laki dan

perempuan.

R8: Sudah aturan adat bahwa anak laki-laki itu memang lebih berharga

karena dapat melanjutkan keturunan sementara perempuan akan menjadi

bagian dari kelurga atau marga yang lain. Perempuan Batak yang belum

melahirkan anak laki-laki biasanya disebut belum gabe, karena belum

memberikan pewaris keturunan bagi keluarganya.

R9: Karena anak laki-laki adalah pewaris keturunan keluarganya dan

menjadi tanda kehormatan bagi keluarga. Setiap keluarga atau marga pasti

tidak mau kalau garis keturunannya terputus, maka selalu diusahakan agar

memiliki anak laki-laki. Kalau istri belum melahirkan anak laki-laki

biasanya dilakukan berbagai upaya atau acara adat untuk memohonkan

diberi anak laki-laki karena kalau belum ada anak laki-laki, keluarga

tersebut kurang memiliki kehormatan secara adat.

R10: Karena anak laki-laki adalah pewaris garis keturunan dari marga

ayahnya, maka memang kalau boleh jujur anak laki-laki dianggap lebih

penting daripada anak perempuan meskipun sebenarnya semua anak

berharga dan penting. Ini semacam tuntutan adat yang harus dijalankan.

Perempuan Batak kalau tidak melahirkan anak laki-laki biasanya dianggap

belum gabe karena nanti keluarga atau marga sumainya akan mati.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

( 10 )

c. Dampak ketidakadilan gender

1) Dampak psikologis

R1: Saat mengandung anak ketiga dan keempat mengalami ketakutan, saya

takut kalau anak saya tetap perempuan dan keluarga suami akan

mempersalahkannya karena tidak bisa melanjutkan garis keturunan

suaminya.

R2: Mengalami ketakutan karena seharusnya tidak melahirkan lagi seturut

anjuran dokter, tetapi karena takut mendapat tekanan dari keluarga, saya

memilih untuk hamil lagi demi mendapatkan anak laki-laki.

R3: Merasa ada yang kurang dalam hidup. Saya sudah berusaha

mensyukuri apa yang diberikan Tuhan tetapi tanpa anak laki-laki sepertinya

ada yang masih kurang dalam keluarga saya.

R4: Tidak mengalami tekanan karena sudah memiliki anak laki-laki, namun

tetap ada kerinduan untuk memiliki anak perempuan. Kalau seandainya

belum memiliki anak laki-laki, yang saya takutkan adalah keluarga besar

pihak suami yang merasa kurang puas karena belum mendapatkan pewaris

keturunan.

R5: Karena memiliki anak laki-laki dan perempuan maka saya tidak pernah

mendapat tekanan perasaan apa-apa seperti yang dialami oelh teman-teman

yang tidak memiliki anak laki-laki.

R6: Ada perasaan tertekan karena belum mendapatkan anak laki-laki. Saya

merasa sedih dan agak malu jika ditanya oleh keluarga besar. Kadang

keluarga juga mengatakan bahwa itu tidak masalah tetapi itu hanya sebagai

ungkapan penghiburan saja.

R7: Ada perasaan kurang sempurna dan rasa takut kalau nanti marga saya

akan mati.

R8: Jelas merasa ada yang kurang dalam hidupku, apalagi saat acara adat.

Saya juga takut kalau nanti marga saya akan mati.

R9: Meskipun sudah memiliki anak laki-laki tetapi saya tetap memiliki

kerinduan untuk memiliki anak perempuan. Namun karena tidak menjadi

masalah yang besar, saya tidak terlalu memikirkannya.

R10: Tidak mengalami tekanan karena sudah memiliki anak laki-laki dan

perempuan. Rasanya keluarga saya sudah sempurna. Seandaianya belum

memiliki anak laki-laki, yang say takutkan hanya soal penerus marga saya

saja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

( 11 )

2) Dampak bagi perkawinan

R1: Pihak keluarga suami saya menyuruh suami saya untuk menikah lagi

demi mendapatkan anak laki-laki dan akhirnya saya dan keempat putri saya

ditinggalkan oleh suami saya. Saya jelas tida setuju jika demi mencari anak

laki-laki, uami bisa menikah lagi karena kita sudah Katolik dan dalam

agama kita perkawinan itu hanya sekali seumur hidup. Memang sudah tidak

banyak lagi yang melakukan hal itu sekarang ini, tetapi tetap masih ada

beberapa yang mengalaminya.

R2: Saya merasa tuntutan keluarga besar agar saya melahirkan anak laki-

laki menjadi sumber masalah dalam keluarga. Saya sering merasa kesal

karena menurut saya ini bukan hanya kesalahan saya. Kalau suami disuruh

menikah lagi, saya sangat tidak setuju karena ini bukan hanya kesalahan

saya saja. Jarang terjadi karena tidak banyak keluarga yang tidak memiliki

anak laki-laki, tetapi masih ada beberapa kasus seperti itu yang terjadi.

R3: Karena merasa ada yang kurang dan sering dibicarakan dalam

keluarga, saya merasa kurang bahagia sebagai istri. Kadang muncul

perasaan gagal memberi keturunan laki-laki.kalau ada suami yang memilih

menikah lagi karean ingin mencari anak laki-laki, saya jelas tidak setuju.

Kita juga sudah beragama bukan seperti zaman dulu lagi. Memang samapai

saat ini masih ada kasus seperti itu tetapi tidak sebanyak zaman dulu.

R4: Saya merasa tenang dalam keluarga karena sering dipuji juga karena

memiliki anak laki-laki yang lumayan banyak. Saya hanya sedikit

mengalami kewalahan mengurus pekerjaan rumah karena semua anak saya

adalah laki-laki. Kalau ada suami yang menikah lagi baik itu pilihannya

sendiri ataupun dipaksa, itu tetap saja tidak benar karena anak perempuan

dan laki-laki sama saja.

R5:Kehidupan keluarga saya berjalan dengan baik, soal keturunan kami

merasa sudah sempurna karena memiliki anak laki-laki dan anak

perempuan. Saya rasa sangat tidak adil jika ada suami yang menikah lagi

hanya untuk mendapatkan anak laki-laki apalagi di zaman sekarang ini. kita

kan sudah beragama dan agama kita melarang pernikahan dua kali.

Sekarang sudah semakin hal itu terjadi, tetapi di daerah pedalaman sana

masih sering terjadi. Hal itu karena pengetahuan masyarakat masih kurang

luas.

R6:Saya tidak pernah berfikir untuk menikah lagi meskipun istri saya

belum melahirkan anak laki-laki karena saya masih berpegang pada ajaran

agama Katolik yang melarang perkawinan dua kali. Memang kerinduan

untuk memiliki anak laki-laki itu pasti ada, tetapi kalau Tuhan belum

berkenan mau gimana lagi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 185: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

( 12 )

R7: Menikah lagi demi mendapatkan anak laki-laki bukan perkara mudah

karena kita harus membayar adat lagi dan itu lumayan mahal. Sebenarnya

kalau ditanya apakah itu boleh atau tidak, saya agak bingung karena agama

melarang tetapi dalam adat kita yang tidak memiliki anak laki-laki juga

mengalami kesulitan. Sejauh ini keluarga saya baik-baik saja, meskipun

kerinduan untuk memiliki anak laki-laki itu masih tetap ada.

R8: Jika ada suami yang memilih menikah lagi untuk memiliki anak laki-

laki, saya sulit memberi pendapat. Hal itu memang dilarang oleh agama

kita, tetapi kasihan juga kalau tidak memiliki penerus marganya. Masih

lebih baik seperti saya yang memiliki anak laki-laki 3 orang meskipun tetap

menginginkan anak perempuan supaya semakin sempura.

R9: Saya memang tidak setuju kalua ada suami yang menikah lagi demi

mendapatkan anak laki-laki karena hal itu bukan hanya kekurangan istri

tetapi bisa juga suami yang bermasalah. Namun yang saya katakana ini

tentu tidak semudah itu bagi mereka yang tidak memiliki anak laki-laki

karena nanti dalam adat mereka kurang terhormat.

R10: Saya memang tidak mengalami tekanan apapun dalam keluarga soal

anak laki-laki yang memang harus ada dalam sebuah keluarga Batak.

Tetapi melihat dan mendengar pengalaman teman yang belum

mendapatkan anak laki-laki, saya bisa memahami bagaimana tekanan yang

mereka alami. Meskipun kita sudah beragama, tetapi adat kita ini juga

harus dipenuhi. Perempuan yang tidak memiliki saudara laki-lakipun

biasanya kurang terhormat karena nanti anak-anaknya tidak memiliki

Tulang(paman).

3) Dampak ekonomi atau materi

R1: Pembagian harta biasanya yang diutamakan adalah anak laki-laki.

sampai saat ini, keluarga suami saya belum memberikan apa-apa sebagai

bagian dari keempat putri saya padahal mereka juga harusnya berhak.

Katanya nanti kalau istri kedua suami saya melahirkan anak laki-laki, maka

harta suami saya sebagaian besar akan diberikan kepada anak laki-lakinya

meskipun dari istri kedua. Kemungkinan anak saya akan mendapat bagian

yang sangat kecil jumlahnya. Menurut saya pribadi ini sangat tidaka adil,

tetapi itulah adat. Saya lebih baik bekerja serius agar dapat menyekolahkan

anak-anak saya sampai sukses daripada mengharapkan warisan suami.

R2: Kalau mengikuti adat Batak, biasanya anak laki-laki mendapat

sebagaian besar harta warisan keluarga, sementara anak perempuan hanya

mendapat sebagaian kecil saja. Kalau seperti keluarga saya yang belum

mendapatkan anak laki-laki, bisa jadi sebagian warisan kami diberikan

kepada saudara dari suami saya. Makanya kami masih terus berusaha agar

mendapatkan anak laki-laki. Ini memang tidak adil karena anak perempuan

juga berhak mendapatkan harta orangtuanya, tetapi untuk mengatasinya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 186: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

( 13 )

kita berusaha menyekolahkan anak-anak setinggi mungkin supaya punya

bekal di masa depan.

R3:Sesuai adat, anak laki-laki akan mendapatkan bagian yang lebih besar

dibandingkan anak perempuan. Bagi saya ini jelas tidak adil apalagi kami

tidak memiliki anak laki-laki. Dulu masih berlaku aturan bahwa kalau

sebuah keluarga tidak memiliki anak laki-laki maka seluruh hartanya

diambil oleh saudara suami. Tetapi bagi saya itu tidak berlaku lagi karena

saya dan kelurga yang bekerja mengumpulkan harta, maka saya akan tetap

memperjuangkan agar keempat putri kami yang menjadi pewaris harta

keluarga kami.

R4: Kalau pembagian warisan keluarga dibagi rata diantara semua anak-

anak saya karena mereka laki-laki semua. Berbeda lagi kalau ada anak

perempuan. Dalam pembagian harta warisan, biasanya anak perempuan

mendapat jauh lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan bagian anak

laki-laki. Bagi saya ini kurang adil bagi perempuannya karena justru anak

perempuan itu yang lebih rajin membantu orangtuanya. Tetapi namanya

juga adat, sulit untuk diubah.

R5: Cara pembagiannya sepertini ini, semua warisan kami dibagi 4. Setiap

anak laki-laki mendapat satu bagian, sementara satu bagian lagi dibagi oleh

keempat anak perempuan kami. Itupun masih termasuk aturan baru, dulu

perempuan malah tidak mendapatkan apa-apa. Kalau dibilang adil atau

tidak, semua tergantung nasib anak perempuan. Kalau dia mendapatkan

suami yang punya banyak warisan, maka tidak jadi masalah. Tetapi kalau

suaminya juga tak punya warisan, maka hidupnya akan sulit. Makanya

sekarang ini banyak orangtua yang sudah mulai memberikan hartanya bagi

anak perempuan meskipun tetap tidak sama jumlahnya dengan anak laki-

laki.

R6: Menurut adat, pembagian warisan keluarga hanya antara anak laki-laki.

Anak perempuan tidak berhak atas warisan orangtuanya kecuali atas izin

saudara laki-laki, itupun dianggap hibah bukan ha katas warisan. Jika tidak

ada anak laki-laki, maka seluruh warisan akan diambil oleh saudara laki-

laki dari ayahnya. Menurut saya ini kurang adil bagi anak perempuan

karena seharusnya mereka juga mendapat hak yang sama. Saya sendiri

tidak rela kalau harta saya diambil oleh saudara-saudara saya, maka saya

akan mengusahakan agar warisan saya diberikan kepada anak-anak saya.

Namun saya tetap takut kalau saya sudah meninggal, saudara-saudara saya

akan mengabil alih harta saya karena saya tidak memiliki anak laki-laki.

R7:Kalau memiliki anak laki-laki dan perempuan, maka pembagian harta

biasanya hanya diantara anak laki-laki. Lalu atas kesepakatan antara anak

laki-laki, biasanya mereka memberikan sebagaian kecil bagi saudarinya

secara sukarela tanpa ada ketentuan berapa jumlahnya. Tetapi kalau seperti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 187: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

( 14 )

saya yang tidak memiliki anak laki-laki, biasanya hrta saya akan diambil

alih saudara saya. Bagi saya itu tidak adil karena saya bekerja keras justru

untuk masa depan anak-anak saya. Maka saya bertekad akan memberika

seluruh harta saya kepada anak-anak saya sebelum saya meninggal kelak

supaya tidak diambil alih oleh saudara-saudara saya.

R8: Soal pembagian harta warisan, kita tinggal mengikuti aturan adat yang

sudah ada. Semua harta saya akan dibagi rata kepada ketiga anak saya

karena anak saya semuanya laki-laki. Nanti mereka bertiga akan berunding

dan membagi semuanya secara adil. Kalau ada anak perempuan, biasanya

hanya diberi sedikit saja karena nanti dia juga akan mengikuti suaminya

jadi tidak perlu khawatir akan kehidupannya. Bagi saya pribadi, aturan

pembagian warisan ini sudah adil dan wajar karena kalau anak perempuan

mendapatkan warisan yang sama dengan anak laki-laki, maka itu hanya

akan memperkaya keluarga suaminya bukan keluarga saya.

R9: Pembagian warisan menurut adat Batak itu memang terdengar kurang

adil karena anak perempuan kurang diperhitungkan, tetapi itu sudah

dipikirkan baik-baik oleh para leluhur kita. Setiap laki-laki orang Batak kan

akan mendapatkan warisan dari keluarganya dan setiap anak perempuan

Batak akan mengikuti suaminya. Maka sebenarnya adil, apalagi dalam adat

Batak semua biasa pernikahan ditanggung oleh laki-laki bahkan harus

“membeli” perempuan dengan harga yang biasanya tidak murah.

R10: Sesuai dengan aturan adat, saya akan membagi harta saya menjadi dua

bagian besar. Satu bagian untuk anak laki-laki dan satu bagian lagi dibagi

oleh ketiga anak perempuan saya. Menurut saya ini adil karena anak

perempuan akan pergi mengikuti suaminya sementara anak laki-laki akan

mengurus semua keturunan saya dan nama saya. Jadi ini adil karena

tanggungjawab anak laki-laki itu jauh lebih besar daripada anak

perempuan.

d. Harapan untuk mewujudkan kesetaraan martabat pria dan wanita

R1: Sulit untuk mengungkapkan harapan dalam situasi seperti ini karena

urusan adat itu sulit untuk diperbaiki apalagi untuk diubah. Mungkin bagi

kita yang sudah beriman Katolik supaya diingatkan oleh pastor secara

terus-menerus bahwa anak laki-laki dan perempuan itu sama berharganya

di mata Tuhan.

R2: Kalau bisa pastor harus lebih sering berkotbah untuk mengatakan

kepada umat bahwa di hadapan Tuhan anak laki-laki dan perempuan itu

sama, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah.

R3: Harapan saya adalah pihak gereja atau pastor semakin sering berkotbah

tentang adat kita ini. Sudah jelas Kitab Suci mengatakan bahwa perempuan

dan laki-laki sama di hadapan Allah, setara. Harusnya pastor juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 188: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

( 15 )

mengatakan demikian kepada umatnya karena biasanya kalau pastor yang

mengatakan, umat mudah percaya.

R4: Kalau mengubah adat, itu sangat sulit dilakukan karena sudah sejak

dahulu kala aturan adat kita ini dibuat dan berkembang sampai saat ini.

Mungkin yang perlu diubah adalah pemikiran kita saja supaya lebih maju.

Sekarang kan anak perempuan juga sudah bisa menjadi pemimpin.

R5: Tempat kita ini kan sudah maju, banyak wisatawan yang dating dan

pemikiran kitapun haruslah ikut maju. Hal yang baik dari adat kita tetaplah

dilanjutkan, tetapi kalau hal yang kurang baik biarlah ditiggalkan begitu

saja. Saya yakin, nanti kalau tempat ini semakin maju, adat yang kurang

baik itu juga akan dilupakan orang.

R6: Harapannya semoga kita tetap kuatlah imannya meskipun belum

mendapatkan anak laki-laki. saya juga terkadang takut tergoda untuk

berbuat hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran iman saya hanya karena

saya ingin mendapatkan anak laki-laki.

R7: Harapannya diberikan Tuhan anak laki-laki dalam keluarga saya.

Tetapi kalaupun tidak diberikan semoga keluarga kita tetap bahagia.

R8: Bagaimanapun anak laki-laki akan tetap menjadi penerus garis

keturunan dalam adat Batak dan itu tidak mungkin bisa diubah. Mungkin

yang bisa dilakukan adalah memperdalam iman Katolik kita saja agar tetap

menghargai semua anak baik laki-laki maupun perempuan.

R9: Harapan saya, semoga iman Katolik di stasi ini semakin kuat, sehingga

apapun tuntutan adat iman tidak goyah. Saya sangat mengharapkan agar

pastor memberikan pendampingan bagi keluarga yang tidak memiliki anak

laki-laki agar terhindar dari keinginan yang bertentangan dengan iman kita

seperti menikah dua kali.

R10: Harapan saya adalah agar Gereja bersikap tegas menentang jika ada

keluarga yang meminta suami untuk menikah lagi demi mendapatkan anak

laki-laki karena itu hanya akan memberikan penderitaan kepada para

perempuan terutama istri yang tidak melahirkan anak laki-laki.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 189: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

( 16 )

Lampiran 5: Bahan Contoh Satuan Pendalaman Iman

Lagu pembuka: “Hari Ini Kurasa Bahagia”

Hari ini kurasa berkumpul bersama saudara seiman

Tuhan Yesus telah satukan kita

Tanpa memandang diantara kita

Bergandengan tangan dalam kasih dalam satu iman

Berjalan dalam terang kasih Tuhan

Kau sahabatku, kau saudaraku

Tiada yang dapat memisahkan kita

Video “Kartini”

Video Kartini bercerita tentang ketidakadilan yang dialami oleh Kartini dan

perempuan Jawa pada masa hidupnya.Kartini dipaksa menikah dengan laki-laki

pilihan orangtuanya dan harus tunduk pada suaminya.Perlahan Kartini mulai

menyadari adanya perlakuan yang tidak adil bagi kaum perempuan.Iapun mulai

mempelajari banyak hal, namun keinginannya untuk sekolah seperti kaum laki-

laki ditentang oleh keluarganya.Mereka takut Kartini semakin pintar dan akhirnya

menyamai kedudukan dan kekuasaan kaum laki-laki. Kartini memang tidak

mampu secara langsung mengubah adat yang sudah mengakar dalam kehidupan

masyarakat tetapi ia tidak pernah berhenti berjuang. Ia tetap belajar secara diam-

diam dan mendidik banyak perempuan disekitarnya. Kartini mengatakan bahwa

tubuhnya bisa saja terikat pada aturan adat tetapi jiwa dan pikirannya harus

mampu terbang bebas.

Teks Kitab Suci Yohanes 4:5-42

4:5 Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat

tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf.

4:6 Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia

duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas.

4:7 Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus

kepadanya: "Berilah Aku minum."

4:8 Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan.

4:9 Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang

Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak

bergaul dengan orang Samaria.)

4:10 Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan

siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah

meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup."

4:11 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan

sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?

4:12 Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan

sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 190: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

( 17 )

anaknya dan ternaknya?"

4:13 Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi,

4:14 tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan

haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan

menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada

hidup yang kekal."

4:15 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku

tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air."

4:16 Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini."

4:17 Kata perempuan itu: "Aku tidak mempunyai suami." Kata Yesus kepadanya:

"Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami,

4:18 sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu,

bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar."

4:19 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa

Engkau seorang nabi.

4:20 Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan,

bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah."

4:21 Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya

akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan

juga di Yerusalem.

4:22 Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang

kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.

4:23 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-

penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa

menghendaki penyembah-penyembah demikian.

4:24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya

dalam roh dan kebenaran."

4:25 Jawab perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang,

yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu

kepada kami."

4:26 Kata Yesus kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan

engkau."

4:27. Pada waktu itu datanglah murid-murid-Nya dan mereka heran, bahwa Ia

sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan. Tetapi tidak seorangpun yang

berkata: "Apa yang Engkau kehendaki? Atau: Apa yang Engkau percakapkan

dengan dia?"

4:28 Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota

dan berkata kepada orang-orang yang di situ:

4:29 "Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu

yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?"

4:30 Maka merekapun pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus.

4:31 Sementara itu murid-murid-Nya mengajak Dia, katanya: "Rabi, makanlah."

4:32 Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Pada-Ku ada makanan yang tidak

kamu kenal."

4:33 Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain: "Adakah orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 191: KATEKESE KONTEKSTUAL KESETARAAN MARTABAT PRIA … · katekese kontekstual kesetaraan martabat pria dan wanita sebagai upaya menanggapi ketidakadilan gender yang masih terjadi dalam

( 18 )

yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?"

4:34 Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia

yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

4:35 Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai?

Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-

ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai.

4:36 Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah

untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita.

4:37 Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang seorang menabur dan yang

lain menuai.

4:38 Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-

orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka."

4:39 Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya

karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi: "Ia mengatakan kepadaku segala

sesuatu yang telah kuperbuat."

4:40 Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta

kepada-Nya, supaya Ia tinggal pada mereka; dan Iapun tinggal di situ dua hari

lamanya.

4:41 Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan-Nya,

4:42 dan mereka berkata kepada perempuan itu: "Kami percaya, tetapi bukan lagi

karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami

tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia."

Lagu penutup: “Cintailah Sesamamu”

Gemuruh ombak menderu, berlomba menuju pantai

Bagaikan dua insan yang mencinta

Semenjak alam tercipta, mereka saling mencinta

Indahnya, betapa indah alam ini

Cintailah sesamamu…

Seperti dirimu sendiri

Bersama-sama kita nikmati

Apa yang dianugerahkannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI