tugas pendidikan kesetaraan

29
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa yang telah melimpahkan rahmat dan ridhonya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pendidikan Kesetaraan” Makalah ini berisikan tentang “Pendidikan Kesetaraan Kejar Paket A, B, dan C“ dengan makalah ini diharapkan para pembaca dapat mengerti tentang pendidikan Kesetaraan yang menjadi sebuah alternatif pendidikan formal. Dalam penyusunan makalah ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun sesempurna apapun kami tetap mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang membangun demi kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi semua pihak/pembaca. Bandung, 9-Januari-2013 Penulis 1

Upload: nandas55

Post on 22-May-2015

5.611 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas pendidikan kesetaraan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa yang telah melimpahkan rahmat dan

ridhonya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pendidikan

Kesetaraan” Makalah ini berisikan tentang “Pendidikan Kesetaraan Kejar Paket A, B, dan C“

dengan makalah ini diharapkan para pembaca dapat mengerti tentang pendidikan Kesetaraan

yang menjadi sebuah alternatif pendidikan formal.

Dalam penyusunan makalah ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun

sesempurna apapun kami tetap mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang

membangun demi kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi semua pihak/pembaca.

Bandung, 9-Januari-2013

Penulis

1

Page 2: Tugas pendidikan kesetaraan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………......……………1

DAFTAR ISI.………………………………………………………………………………....2

BAB I PENDAHULUAN…................……………………………………………………....3

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5

A. Pengertian Pendidikan Kesetaraan…………………………………………………...........5

B. Fungsi dan Tujuan....………………………………………………………………….....…6

C. Sasaran Pendidikan Kesetaraan…………………………………………....……………….6

D. Acuan Standart Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan .........…………………………..7

E. Karakteristik Pendidikan LuarSekolah …………………………….........………………..11

F. Metode Pembelajaran……….……………………………………………………………..13

G. Strategi Pembelajaran….....……………………………………………………………….15

BAB III KESIMPULAN……………....................………………………………………… 19

DAFTAR PUSTAKA………..………………………………………………………………20

2

Page 3: Tugas pendidikan kesetaraan

BAB I

PENDAHULUAN

Menurut UU No. 20 tahun 2003, tentang Sisdiknas, dinyatakan bahwa pendidikan

nasional diselenggarakan melalui tiga jalur, yaitu: pendidikan formal, nonformal, dan

informal. Melalui jalur pendidikan nonformal, pemerintah melalui Dirjen Pendidikan Luar

Sekolah (PLS), yang kini berubah nama menjadi Dirjen Pendidikan Nonformal dan Informal

(PNFI) menyelenggarakan berbagai program yang salah satu diantaranya adalah Pendidikan

Kesetaraan, yang terdiri atas (1) Program Paket A setara SD, (2) Program Paket B setara

SMP, dan (3) Program Paket C setara SMA.

Pendidikan kesetaraan merupakan salah satu contoh yang saat ini banyak dikenal oleh

masyarakat sebagai program PLS yang berperan sebagai alternatif pengganti pendidikan

formal adalah Kelompok Belajar (Kejar) Paket A sebagai pengganti SD/MI, Paket B sebagai

pengganti SMP/MTS, dan Paket C sebagai pengganti Pendidikan Sekolah Menengah Atas.

Lulusan Kejar Paket C sama dengan lulusan SLTA dan diterima untuk mengikuti Seleksi

Masu Perguruan Tinggi. Fungsi PLS sebagai pengganti pendidikan formal disebut sebagai

substitusi yang diimplementasikan menjadi bentuk program kesetaraan (Elih Sudiapermana

dalam Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2004)

Pendidikan kesetaraan dalam PLS sampai saat ini masih setingkat pendidikan dasar

dan menengah, yaitu tingkat SD/MI, SMP/M.Ts, dan SMA/MA. Kelompok Belajar yang

disingkat Kejar yang berarti pula mengejar (karena ketinggalan) melaksanakan pembelajaran

dengan cara yang fleksibel (Oong Komar, 2004 : 219) sebagai berikut :

(a) Belajar sendiri dengan memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya sendiri.

(b) Saling belajar antara warga belajar yang belum mengetahuan dengan yang sudah

mengetahui.

(c) Belajar bersama dengan tutor.

(d) Kursus bidang pengetahuan dan ketrampilan.

(e) Magang dengan cara ikut belajar, bekerja dan berusaha dibidang tertentu kepada orang

yang sudah mahir dibidangnya.

3

Page 4: Tugas pendidikan kesetaraan

Kelompok belajar paket A, B, dan C adalah kelompok belajar sebagai bentuk layanan

pendidikan umum oleh PLS. Kelompok belajar tersebut sudah cukup berkembang di

masyarakat sebagai bentuk layanan pendidikan kesetaraan. Program PLS adalah kegiatan

pendidikan yang diselenggarakan oleh satuan PLS. Program PLS dapat diselenggarakan oleh

perorangan, maupun kelompok, dapat pula diselenggarakan oleh instansi pemerintah maupun

masyarakat atau swasta.Setara artinya sederajat yakni sama derajatnya; kesetaraan berarti

kesederajatan yakni kesamaan derajatnya. Pendidikan kesetaraan adalah program PLS yang

sederajat dengan program Pendidikan Sekolah. Program PLS dalam bidang pendidikan

kesetaraan adalah program pendidikan umum Kejar Paket A yang setara dengan SD/MI,

Kejar Paket B yang setara dengan SMP/MTs, dan Kejar Paket C yang setara dengan

SMA/MA.

Pendidikan kesetaraan yang diselenggarakan oleh PLS sampai saat ini masih belum

memenuhi makna hakiki dari pendidikan kesetaraan. Hal ini dapat diketahui dari pengakuan

masyarakat dan pemerintah terhadap lulusan Kelompok Belajar Paket A, B, dan C.

Masyarakat masih menganggap bahwa Kejar Paket A, B, dan C adalah pendidikan kelas dua,

yakni kelas dibawah pendidikan formal/ sekolah. Kejar Paket tersebut adalah pendidikan

yang tidak bermutu dan ijazahnya tidak dapat dipergunakan untuk meneruskan studi dan atau

untuk mencari pekerjaan. Tidak jarang kita jumpai pendapat dari para petugas pemerintahan

yang menganggap bahwa Kejar Paket tersebut merupakan pendidikan yang murahan dan

tidak memiliki kualitas yang memadai.

Pada hakikatnya Pendidikan Kesetaraan mengandung makna bahwa lulusannya

adalah sederajat atau sama derajatnya. Artinya lulusan Kejar Paket memiliki kesamaan

derajat dengan lulusan pendidikan sekolah. Lulusan Kejar Paket A sama derajatnya dengan

lulusan SD/MI, lulusan Kejar Paket B sama derajatnya dengan lulusan SMP/MTs, dan

lulusan Kejar Paket C sama derajatnya dengan lulusan SMA/MA. Berarti lulusan Kejar Paket

A dapat diterima melanjutkan pendidikan di SMP/MTs.

Begitu pula Kejar Paket B dan C dapat diterima melanjutkan pendidikan di SMA/MA

dan di Perguruan Tinggi. Sebaliknya lulusan SD/MI dapat diterima pada program Kejar Paket

B. Disamping itu para peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dapat pula

berpindah sesuai dengan kesetaraanya. Misalnya peserta didik pada Kejar Paket A seharusnya

dapat berpindah ke SD/MI, peserta didik Kejar Paket B dapat berpindah ke SMP/MTs, dan

peserta didik Kejar Paket C dapat berpindah ke SMA/MA.

4

Page 5: Tugas pendidikan kesetaraan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Kesetaraan

Pendidikan Kesetaraan merupakan pendidikan nonformal yang mencakup program

Paket A setara SD/MI, Paket B setara SMP/MTs, dan Paket C setara SMA/MA dengan

penekanan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional serta pengembangan

sikap dan kepribadian profesional peserta didik.

Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan

formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh

Pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (UU

No 20/2003 Sisdiknas Pasal 26 Ayat (6).

Setiap peserta didik yang lulus ujian kesetaraan Paket A, Paket B atau PaketC

mempunyai hak eligibilitas yang sama dan setara dengan pemegang ijazah SD/MI,

SMP/MTs, dan SMA/MA untuk dapat mendaftar pada satuan pendidikan yang lebih tinggi.

Status kelulusan Paket C mempunyai hak eligibilitas yang sama dengan lulusan pendidikan

formal dalam memasuki lapangan kerja.

1. Program Paket A.

Program Paket A adalah program pendidikan dasar pada jalur pendidikan nonformal

setara SD/MI bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan memilih

pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan. Pemegang ijazah Program Paket A

memiliki hak eligibilitas yang sama dengan pemegang ijazah SD/MI.

2. Program Paket B

Program Paket B adalah program pendidikan dasar pada jalur pendidikan nonformal

setara SMP/MTs bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan

memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan dasar. Pemegang ijazah Program

Paket B memiliki hak eligibilitas yang sama dengan pemegang ijazah SMP/MTs.

3. Program Paket C

5

Page 6: Tugas pendidikan kesetaraan

Program Paket C adalah program pendidikan menengah pada jalur pendidikan nonformal

setara SMA/MA bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan

memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan menengah. Pemegang ijazah

Program Paket C memiliki hak eligibilitas yang sama dengan pemegang ijazah SMA/MA.

B. Fungsi dan Tujuan

Pendidikan Kesetaraan berfungsi mengembangkan potensi diri peserta didik dengan

penekanan pada penguasaan pengetahuan akademik dan keterampilan fungsional dan

pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Tujuan pendidikan kesetaraan adalah

untuk:

1. Menjamin penyelesaian pendidikan dasar yang bermutu bagi anak yang kurang beruntung:

putus sekolah, putus lanjut, tidak pernah sekolah, minoritas etnik, dan anak yang bermukim

di desa terbelakang, miskin, bermasalah secara sosial, terpencil atau sulit dicapai karena letak

geografi s dan atau keterbatasan transportasi dalam rangka memberi kontribusi terhadap

peningkatan APM dan APK pendidikan dasar minimal 2% – 5% dalam mempercepat

susksesnya wajar sembilan tahun;

2. Menjamin pemenuhan kebutuhan belajar bagi semua warga masyarakat usia produktif

melalui akses yang adil pada program-program belajar dan kecakapan hidup;

3. Memberikan kontribusi terhadap peningkatan rata-rata lama pendidikan bagi masyarakat

Indonesia minimal 9 tahun sehingga mampu meningkatkan Human Development Index

(HDI) dan upaya menghapus ketidakadilan gender dalam pendidikan dasar dan menengah;

4. Memberikan peluang kepada warga masyarakat yang ingin menuntaskan pendidikan setara

SD/MI dan SMP/MTs atau yang sederajat dengan mutu yang baik;

5. Melayani peserta didik yang memerlukan pendidikan akademik dan kecakapan hidup

secara fleksibel untuk mengaktualisasikan diri sekaligus meningkatkan mutu kehidupannya.

C. Sasaran Pendidikan Kesetaraan

Program pendidikan kesetaraan memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan

pendidikan formal (SD, SMP, dan SMA), selain waktu dan tempatnya yang fleksibel,

6

Page 7: Tugas pendidikan kesetaraan

program pendidikan kesetaraan memiliki sasaran yang berbeda dengan pendidikan formal.

Secara umum, sasaran dari program-program pendidikan nonformal adalah :

1. Penduduk tiga tahun di atas usia SD/MI ( 13-15) Paket A dan tiga tahun di atas usia

SMP/MTS ( 16 -18 ) Paket B

2. Penduduk usia sekolah yang tergabung dengan komunitas e-lerning,sekolahrumah,sekolah

alternatif,komunitas berfotensi khusus seperti pemusik,atlet,pelukis dll

3. Penduduk usia sekolah yang terkendala masuk jalur formal karena :

a. Ekonomi terbatas

b. Waktu terbatas

c. Geografis ( etnik minoritas,suku terasing)

d. Keyakinan seperti Ponpes

e. Bermasalah,(sosial,hukum)

4. Penduduk usia 15-44 yang belum tuntas wajar Dikas 9 tahun

5. Penduduk usia SMA/MA berminat mengikuti program Paket C

6. Penduduk di atas usia 18 tahun yang berminat mengikuti Program Paket C karena berbagai

alasan.

D. Acuan Standar Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan

Standar Penyelenggaraan pendidikan kesetaraan ( PP No.19 TH.2005 ) meliputi :

1. Standar Isi

Standar isi mencakup kerangka dasar dan struktur kurikulum , beban belajar, dan kalender

pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan kesetaraan pada satuan pendidikan nonformal

Kurikulum kesetaraan lebih memuat konsep terapan,tematik,dan berorientasi kecakapan

hidup.

2. Standar Proses Pembelajaran

7

Page 8: Tugas pendidikan kesetaraan

Sesuai dengan Permendiknas No. 3 tahun 2008 tentang Standar Proses, bahwa pembelajaran

pendidikan kesetaraan meliputi; perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil

pembelajaran serta pengawasan program pembelajaran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam proses pembelajaran pendidikan kesetaraan adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran harus memperhatikan beberapa prinsip antara lain:

a. memperhatikan perbedaan individual peserta didik,

b. fokus pada pencapaian kompetensi,

c. mendorong partisipasi aktif peserta didik,

d. mengembangkan budaya membaca dan menulis, serta

e. menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.

2. Beban belajar peserta didik Program Paket A, dan Paket B dinyatakan dalam SKK yang

menunjukkan bobot kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti

program pembelajaran. 1 SKK setara dengan 1 jam pembelajaran tatap muka atau 2 jam

pembelajaran tutorial atau 3 jam pembelajaran mandiri. Ketentuan SKK adalah bahwa :

a. merupakan ukuran kegiatan pembelajaran yang pelaksanaannya fleksibel.

b. SKK dapat digunakan untuk alih kredit kompetensi yang diperoleh dari jalur

pendidikan formal, informal, kursus, keahlian, dan pengalaman yang relevan.

c. Program Paket A Tingkatan 1/Awal (Setara Kelas I – III) mempunyai beban 102 SKK

setara dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan minimal 17 SKK per semester.

d. Program Paket A Tingkatan 2/Dasar (Setara Kelas IV – VI) mempunyai beban 102

SKK setara dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan minimal 17 SKK per semester.

e. Program Paket B Tingkatan 3/Terampil 1 (Setara Kelas VII – VIII) mempunyai beban

68 SKK setara dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan minimal 17 SKK per

semester.

f. Program Paket B Tingkatan 4/Terampil 2 (Setara Kelas IX) mempunyai beban 34 SKK

setara dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan minimal 17 SKK per semester.

8

Page 9: Tugas pendidikan kesetaraan

g. Program Paket C (IPA/IPS) Tingkatan 5/Mahir 1 (Setara Kelas X) mempunyai beban

40 SKK setara dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan minimal 20 SKK per

semester.

h. Program Paket C (IPA/IPS) Tingkatan 6/Mahir 2 (Setara Kelas XI – XII) mempunyai

beban 82 SKK setara dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan minimal 21 SKK per

semester.

3. Setiap peserta didik wajib mengikuti kegiatan pembelajaran baik dalam bentuk tatap muka,

tutorial, maupun mandiri sesuai dengan jumlah SKK yang tercantum dalam Standar Isi

Program Paket A, dan Paket B. Pengaturan kegiatan pembelajaran tersebut adalah tatap muka

minimal 20%, tutorial minimal 30%, dan mandiri maksimal 50%.

4. Jumlah maksimal peserta didik per kelompok atau rombongan belajar adalah:

a. Program Paket A setara SD/MI per kelompok : 20 peserta didik

b. Program Paket B setara SMP/MTs per kelompok : 25 peserta didik.

3. Standar Kompetensi Lulusan

SKL Pendidikan Kesetaraan sama dengan SKL pendidikan formal akan tetapi memiliki

kekhasan sendiri meliputi :

a. Paket A lulusannya memiliki keterampilan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup

b. Paket B ,memenuhi tuntutan dunia kerja

c. Paket C, memiliki keterampilan berwirausaha.

3.1. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Ketentuan tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah sebagai berikut :

a. Pendidik untuk pendidikan kesetaraan program Paket A dan Paket B adalah Tutor atau

Pamong Belajar dan Narasumber Teknis untuk pembelajaran keterampilan.

9

Page 10: Tugas pendidikan kesetaraan

b. Tenaga Kependidikan sekurang-kurangnya meliputi tenaga pengelola atau penyelenggara

pendidikan kesetaraan dan tenaga administrasi, serta dibantu dengan tenaga perpustakaan dan

tenaga laboran jika diperlukan.

Pendidik pada pendidikan kesetaraan harus memiliki kompetensi pedagogik dan

andragogik karena mereka akan melakukan proses pembelajaran bagi peserta didik yang pada

umumnya sudah dewasa. Selain itu juga harus menunjukkan kecakapan personal untuk

memberikan contoh prilaku, teladan, akhlak mulia, sabar dan ikhlas.

Memiliki kompetensi profesional dalam arti menguasai materi pembelajaran secara

fasih. Serta memiliki kompetensi sosial untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara aktif

dalam pergaulan sehari-hari. Kualifi kasi akademik tutor pendidikan kesetaraan yang

diharapkan adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan minimal D-IV atau S1 dan yang sederajat. Namun untuk daerah yang tidak

memiliki SDM yang sesuai, tutor Paket A dan Paket B minimal D2.

2. Outsourcing dari guru formal dapat dilakukan yakni guru SD/MI untuk program Paket A,

guru SMP/MTs untuk Paket B.

3. Tokoh masyarakat, Kyai, ustadz dan pemuka masyarakat lainnya dengan kompetensi yang

sesuai dapat dijadikan tutor pendidikan kesetaraan.

4. Nara Sumber Teknis (NST) dengan kualifi kasi dan kompetensi yang sesuai untuk

melakukan pembelajaran keterampilan kecakapan hidup (life skill)

5. Standar Sarana dan Prasarana

Proses belajar mengajar pendidikan kesetaraan dapat dilakukan di berbagai lokasi yang

memiliki standar Standar sarana pendukung meliputi :lahan dan bangunan,buku tek

pelajaran,buku perpustakaan,alat peraga,media pembelajaran.

3.2. Standar Pengelolaan

Standar pengelolaan pendidikan kesetaraan merupakan standar minimal meliputi:

perencanaan program,penyusunan KTSP,kegiatan pembelajaran,pengelolaan sarana

prasarana,penilaian hasil belajar dan pengawasan.Pengelolaan pendidikan

menerapkan ,manajemen berbasis satuan pendidikan dengan ciri;

kemandirian,kemitraan,partisipasi, keterbukaan dan akuntabilitas.

10

Page 11: Tugas pendidikan kesetaraan

3.3. Standar Pembiayaan

Pembiayaan pendidikan kesetaraan terdiri atas :

1. Biaya inverstasi

2. Biaya oprasional

3. Biaya personal

4. Standar Penilaian pendidikan

Standar penilaian pendidikan meliputi:

1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik

2. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan

3. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah

E. Karakteristik Pendidikan Luar Sekolah

Untuk memahami pendidikan luar sekolah, diperlukan pemahaman terhadap ciri-ciri yang

dimiliki oleh pendidikan luar sekolah. Agar mudah mengetahui ciri PLS, maka berikut ini

disajikan ciri umum PLS :

1. Peserta didiknya heterogen.

Dalam PLS terdapat peserta didik yang disebut dengan warga belajar (WB) dengan

nama yang bervariasi, misalnya: warga belajar, audience, trainee, peserta pelatihan, dan

sebagainya. Dari segi umur mereka heterogen; artinya dcalam program PLS umur mereka

berbeda-beda tapi dapat bersatu bersama mengikuti suatu program PLS yang sama. Misalnya

dalam satu kelas program pelatihan komputer, pesertanya (WB) nya dapat bervariasi usianya,

anak usia 15 tahun, usia 20 atau usia berapa saja dapat berkumpul dalam satu kelas mengikuti

program pelatihan komputer.

2. Pendidik PLS tidak harus berpendidikan tinggi.

Pendidik PLS tersebut tutor, instruktur, pelatih, fasilitator, dan sebagainya tidak harus

memiliki jenjang pendidikan formal yang tinggi. Syarat pendidik yang dipersyaratakan

11

Page 12: Tugas pendidikan kesetaraan

adalah memiliki keahlikan tertentu yang dapat ditularkan kepada peserta didik, dan bersedia

berperan sebagai pendidik PLS. Tutor atau instruktur dalam PLS dalam PLS dapat

diperankan oleh teman sebaya dari WB yang berasal dari masyarakat setempat, dengan syarat

memiliki kemampuan dan kesediaan.

3. Tempat belajar fleksibel.

Tempat belajar PLS tidak harus menetap dalam ruangan khusus. Kegiatan PLS dapat

dilangsungkan di sembarang tempat asalkan sesuai dengan kondisi peserta didik dan

memenuhi persyaratan kesehatan, misalnya di rumah penduduk, di balai desa, di musholla, di

ruang kelas, dan sebagainya. Bahkan tempat belajar PLS dapat berpindah-pindah secara

bergilir di rumah WB sesuai dengan kehendak peserta didik.

4. Bahan ajar/ materi pelajaran sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lebih bersifat

praktis.

PLS memberikan layanan pendidikan dengan materi ajar sesuai dengan kebutuhan warga

belajar, baik berupa pengetahuan maupun ketrampilan. Pengetahuan dan ketrampilan yang

disajikan oleh program PLS selalu dikaitkan dengan kebutuhan praktis warga masyarakat.

5. Waktu pendidikan berjangka pendek.

Program PLS bersifat jangka pendek, karena warga masyarakat menghendaki segera

memanfaatkan hasilnya. Dengan waktu yang tidak lama, misalnya 3 sampai 4 bulan atau

bahkan 1 sampai 2 bulan suatu program PLS dapat diselesaikan. Misalnya pelatihan

pembukuan sederhana bagi para pedagang kaki lima. Mungkin program semacam ini cukup

dilaksanakan dalam waktu 1 bulan pedagang kaki lima sebagai peserta pelatihan sudah dapat

memanfaatkan hasil pelatihan yang diikutinya.

6. Hasil belajar bersifat fungsional.

Program PLS memberikan hasil pendidikan berupa pengetahuan atau ketrampilan

yang fungsional. Maksudnya warga belajar yang mengikuti program PLS akan memperoleh

hasil pendidikan berupa pengetahuan atau ketrampilan yang bermanfaat langsung bagi

kehidupan sehari-hari. Pengetahuan atau ketrampilan yang didapat warga belajar dari keikut

sertaannya dalam program PLS dapat dimanfaatkan langsung untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya.

12

Page 13: Tugas pendidikan kesetaraan

7. Program belajar tidak harus berjenjang.

Program PLS dapat dilaksanakan secara berjenjang dapat pula tidak berjenjang. Maksudnya

ada program PLS yang bersifat berjenjang atau bertingkat, misalnya kursus bahasa inggris

tingkat dasar, tingkat menengah dan tingkat tinggi. Disamping itu ada pula program PLS

yang bersifat tidak berjenjang, misalnya pelatihan pembuatan kue bagi ibu-ibu rumah tangga.

8. Kegiatan belajar sedikit teori banyak praktek.

Program PLS umumnya banyak dilaksanakan dalam bentuk praktek atau latihan ketrampilan.

Karenyanya kegiatan warga belajar lebih banyak belajar atau belajar ketrampilan dan sedikit

belajar teori. Namun demikian tidak menutup kemungkinan belajar teori lebih dan praktek

sedikit atau bahkan tanpa praktek, karena memang tujuan dari program yang dilaksanakan

bersifat informatif teoritik.

9. Kurikulum fleksibel.

Kurikulum dalam PLS tidak harus baku atau tetap, tetapi bersifat luwes dan dapat berubah

sesuai dengan kesepakatan warga belajar. Misalnya jadwal dan materi ajar yang semula

sudah ditetapkan, ternyata dalam perjalanan warga belajar menghendaki perubahan; maka

perubahan dapat dilaksanakan.

10. Sistem pendidikan tidak harus formal/resmi.

Sistem pendidikan terutama sistem pembelajaran dalam PLS tidak harus menggunakan sistem

disiplin ketat, tetapi disiplin longgar. Namun tetap memperhatikan kualitas dan hasil

pembelajaran yang diharapkan. Misalnya warga belajar tidak harus menggunakan pakaian

seragam.

F. Metode Pembelajaran

Sebagai bagaian dari Ilmu pendidikan PLS juga menggunakan metode pembelajaran

sebagaimana metode yang di gunakan oleh pendidikan. Metode Pembelajaran atau dahulu

sering di sebut metode mengajar dalam pendidikan pada umumnya di gunakan oleh guru di

pendidikan sekolah. Dengan beberapa modifikasi, metode pembelajaran PLS dapat di pilih

dari beberapa metode berikut ini :

13

Page 14: Tugas pendidikan kesetaraan

1. Ceramah Tanya Jawab.

Metode ceramah sering di gunakan di sekolah formal, dengan di selingi satu sampai

tiga kali pertanyaan dari guru,atau bahkan tanpa pertanyaan atau tidak diselingi tanya jawab.

Untuk progam PLS cerama model pendidikan sekolah seperti itu kurang tepat. Yang tepat

adalah sedikit cerama dan banyak tanya jawab.

Artinya cerama dapat di pergunakan untuk memulai dan pada awal pembelajaran;

kemudian di teruskan dengan tanya jawab. Instruktur / tutor memberikan kesempatan kepada

peserta untuk mengajukan pertanyaan, dan di teruskan dengan pertanyaan dari instruktur

/tutor kepada peserta. Tanya jawab lebih menarik jika di kembakan kepada seluruh peserta.

Maksudnya adalah pertanyaan dari peserta dimintakan jawaban kepada peserta yang lain. Jika

ternyata peserta lain tidak ada yang bersedia menjawab atau ada jawaban peserta tetapi salah,

maka instruktur /tutor meneruskan jawaban yang benar.

2. Presentasi Multi Media.

Metode presentasi biasanya disebut sebagai teknik presentasi. Penggunaan presentasi yang

baik untuk PLS hendaknya dilaksanakan dengan menggunakan media sama halnya dengan

penyajian materi dengan metode ceramah.

3. Diskusi.

Metode diskusi dapat dipilih sebagai metode dalam pembelajaran PLS, jika peserta (WB)

memiliki kesiapan untuk berdiskusi. Tidak tepat memaksakan menggunakan diskusi untuk

pembelajaran anak-anak atau remaja yang tidak memiliki kemampuan dan kesiapan untuk

berdiskusi. Disamping itu diskusi hanya tepat untuk pembelajran orang dewasa yang sedang

mengkaji materi pengetahuan dan niali atau sikap. Diskusi cocok digunakan dalam

pembelajaran yang peserta (WB) nya tidak terlalu banyak. Diskusi tidak tepat untuk

pembelajaran yang peserta (WB) nya banyak (kelas besar). Diskusi tidak tepat untuk

pembelajaran dalam bidang psikomotorik atau ketrampilan.

4. Demonstrasi/Peragaan.

Metode demonstrasi lebih tepat digunakan untuk menyajikan materi pembelajaran yang

berkaitan dengan perilaku dan atau pemahaman suatu proses. Penggunaan metode

demonstrasi memerlukan keahlian instruktur/tutor.

14

Page 15: Tugas pendidikan kesetaraan

5. Permainan/ Game.

Metode permainan seringkali dianggap tidak tepat untuk pembelajaran. Karena

permainan dianggap bermain yang tidak memiliki unsur belajar. Namun pendapat yang

demikian itu, saat ini sudah mulai bergeser dan berganti dengan pendapat bahwa belajar yang

efektif adalah belajar yang menyenangkan, tidak mustahil dengan menggunakan metode

permainan.

Metode permainan memang lebih tepat untuk pembelajaran PLS bagi anak-anak,

terutama pada Kelompok Bermain (KB) atau Play Group dan atau Tempat Penitipan Anak

(TPA). Karena memang dunia anak adalah dunia bermain. Bahkan kebutuhan anak-anak

adalh bermain. Oleh karena itulah metode pembelajaran bagi anak lebih tepat dengan metode

bermain. Namun demikian tidak menutup kemungkinan metode bermain digunakan untuk

pembelajaran bagi pemuda dan orang dewasa. Dengan alasan bahwa bermain sebenarnya

bukan hanya dibutuhkan oleh anak-anak. Pemuda dan orang dewasapun memerlukan bermain

terutama untuk rekreasi.

6. Simulasi.

Simulasi adalah peniruan kehidupan nyata dalam skala kecil. Simulasi sebagai metode

pembelajaran meliputi metode role playing (bermain peran). Ciri khas simulasi adalah

mencontoh atau meniru kehidupan riel, dengan berpura-pura. Contoh sederhana simulasi

adalah penugasan kepada anak-anak Kelompok Bermain untuk berpakaian seperti orang

dewasa yang disenanginya pada saat Karnaval Peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI.

Misalnya berpakaian seperti dokter, seperti tentara, dan sebagainya.

G. Strategi Pembelajaran

Beberapa istilah yang berkaitan dengan strategi adalah metode dan pendekatan. Metode

adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Pendekatan (approach)

adalah titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Sedangkan strategi

adalah perencanaan untuk mencapai sesuatu. Strategi sering diartikan sebagai a plan of

operation achieving something sedangkan metode adalah a way in achieving something. Pada

umumnya dalam pembelajaran dikenal ada dua pendekatan yaitu:

15

Page 16: Tugas pendidikan kesetaraan

1. Teacher centered approach yaitu pendekatan yang berpusat pada guru yang kemudian

menurunkan strategi pembelajaran deduktif dan pembelajaran ekspositori.

2. Student centered approach yaitu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa

yang kemudian menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi

pembelajaran induktif.

Strategi pembelajaran termasuk untuk pendidikan luar sekolah secara umum dapat

diklasifikasikan berdasarkan beberapa segi sebagai berikut :

1. Dari segi peranan pendidik dan peserta didik.

Dari segi peranan pendidik dan pesrta didik strategi pembelajaran dapat dibedakan menjadi

dua yaitu :

a. Teacher oriented merupakan strategi pembelajaran yang berfokus pada pendidik (guru)

maksudnya ditentukan oleh pendidik/guru.

b. Student oriented merupakan strategi pembelajaran yang berfokus pada peserta didik

(siswa/warga belajar) maksudnya seluruh aktivitas pembelajaran diarahkan untuk

kepentingan peserta didik (siswa/warga belajar).

2. Dari segi sistem pembelajaran

Dari segi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu :

a. Content oriented yaitu strategi pembelajaran yang berorientasi pada materi

pelajaran/ajar/bahan ajar/pembelajaran, maksudnya adalah pelaksanaan pembelajaran selalu

berpedoman pada isi atau materi pelajaran/bahan ajar yang sudah ditentukan sebelumnya.

b. Process oriented yaitu pembelajaran yang berorientasi pada proses pembelajaran

maksudnya seluruh aktivitas pembelajaran ditekankan pada proses pembelajaran bukan pada

yang lain.

c. Effect oriented yaitu strategi pembelajaran yang berorientasi pada tujuan

pembelajaran maksudnya adalah seluruh aktivitas pembelajaran selalu berpedoman pada

tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan sebelumnya.

d. Out put oriented yaitu strategi pembelajaran yang berorientasi pada hasil yang akan

dicapai dalam pembelajaran maksudnya adalah seluruh aktivitas pembelajaran baik oleh

16

Page 17: Tugas pendidikan kesetaraan

peserta didik maupun oleh pendidik selalu diarahkan pada pencapaian target atau tujuan yang

sudah ditetapkan dengan mengabaikan proses, tujuan maupun yang lainnya.

3. Dari segi cara penyajian dan cara pengolahan materi pembelajaran.

Dari segi ini strategi pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Strategi pembelajaran deduktif adalah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan

mempelajari konsep-konsep terlebih dahulu untuk kemudian dicari kesimpulannya.

Materi/bahan pelajaran dikaji secara abstrak terlebih dahulu kemudian secara perlahan-lahan

menuju kepada hal-hal yang konkrit.

b. Strategi pembelajaran induktif adalah pengkajian dimulai dari materi yang bersifat

konkrit. Strategi ini sering disebut dengan strategi pembelajaran dari khusus ke umum.Lebih

khusus Wina Sanjaya (2008) mengelompokkan jenis-jenis strategi pembelajaran menjadi dua

jenis strategi utama yaitu :

1. Strategi penyampaian penemuan atau exposition-discovery learning

2. Strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembealajaran individual atau group

individual learning. Secara terinci jenis-jenis strategi pembelajaran tersebut diuraikan sebagai

berikut :

a.) Strategi eksposition

Adalah strategi pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik (gurua atau istruktur) dengan

menyajikan materi/bahan ajar dalam bentuk bahan jadi kepada peserta didik (siswa atau

warga belajar) dan peserta didik dituntut untuk menguasai materi/bahan tersebut. Peserta

didik tinggal menerima apa adanya materi/bahan dari pendidik.

b.) Strategi expository

Adalah strategi pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik (guru atau instruktur) dengan

cara menyampaikan informasi kepada peserta didik (siswa atau warga belajar) dan peserta

didik tinggal menerima semua informasi dari pendidik tanpa harus mempersoalkan atau

mencarinya.

c.) Strategi direct istruction

17

Page 18: Tugas pendidikan kesetaraan

Adalah strategi pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik (guru atau instruktur) dengan

cara memberikan materi ajar/bahan ajar secara langsung kepada peserta didik (siswa atau

warga belajar) dan peserta didik dituntut untuk menguasaianya secara penuh.

d.) Strategi discovery

Adalah strategi pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik (guru atau instruktur)

dengan cara menugaskan kepda peserta didik (siswa atau warga belajar) untuk mencarii dan

menemukan materi/bahan ajar dengan berbagai aktivitas belajar. Misalnya mengkaji bahan

pustaka mengadakan observasi terhadap objek tertentu dan sejenisnya. Pendidik (guru atau

istruktur berperan sebagai fasilitator atau mediator yang melaksanakan pembimbingan

terhadap aktivitas belajar peserta didik. Stategi discovery ini disebut pula sebagai indirect

atau strategi pembelajaran tidak langsung.

BAB III

18

Page 19: Tugas pendidikan kesetaraan

KESIMPULAN

Pendidikan Kesetaraan merupakan pendidikan nonformal yang mencakup program

Paket A setara SD/MI, Paket B setara SMP/MTs, dan Paket C setara SMA/MA dengan

penekanan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional serta pengembangan

sikap dan kepribadian profesional peserta didik.

Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan

formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh

Pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (UU

No 20/2003 Sisdiknas Pasal 26 Ayat (6).

Seperti paparan materi makalah yang saya buat tentang tujuan menyelenggarakan

pendidikan kesetaraan, sama halnya dengan hasil wawancara yang telah saya lakukan yaitu

Memberikan peluang serta memfasilitasi para warga masyarakat yang ingin menuntaskan

pendidikan setara SD/MI dan SMP/MTs atau yang sederajat dengan mutu yang baik. Yang

penyelenggaraanya mengacu pada standart kompetensi yang telah dibuat oleh Diknas.

Proses pembelajaran serta bahan materi yang disediakan oleh fasilitator disesuaikan

dengan kebutuhan serta situasi dan kondisi mereka sebagai warga belajar sehingga antara

tutor maupun penyelenggara dengan warga belajar harus ada kesepakatan yang disepakati

oleh kedua belah pihak dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran.

Menyelenggarakan pendidikan kesetaraan merupakan tugas mulia dalam upaya ikut

mencerdaskan bangsa. Agar hasilnya maksimal, penyelanggaraannya tidak boleh asal-asalan,

tetapi harus benar-benar profesional. Tugas semua kalangan yang berkompeten dengan

program pendidikan kesetaraan untuk membenahi dan menyempurnakan penyelenggaraan

pendidikan kesetaraan di lapangan.

Jika pendidikan kesetaraan dilaksanakan secara profesional, memiliki nilai lebih

dibandingkan dengan pendidikan formal, lulusannya dapat hidup mandiri, apalagi mampu

menciptakan lapangan kerja, insya allah lulusan pendidikan kesetaraan tidak akan lagi

dipandang sebelah mata.

DAFTAR PUSTAKA

19

Page 20: Tugas pendidikan kesetaraan

http://pkbm.blogdetik.com/kebijakan pemerintah dalam pengembangan pendidikan

kesetaraan/http://pkbm.blogdetik.com/ kebijakan pemerintah dalam pengembangan

pendidikan ksetaraan/sekolah kesetaraan pendidikan kesetaraan

http://skbprobolinggo.web.id/?p=175Direkidikan kesetaraan. Pembelajaran pendidikan

kesetaraan paketA dan paketB.2010 AhmadZein,H,2011,Konsep Dasar Pendidikan Luar

Sekolah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember.

20