pkm desy

27
AKTIVITAS IMUNOSTIMULAN FRAKSI ETIL ASETAT HERBA KUCING- KUCINGAN (Acalypha indica L. ) DALAM MENINGKATKAN IMUNOGLOBULIN BIDANG KEGIATAN : PKM PENELITIAN Diusulkan oleh: Desi Animar 0704017042 Nur Azizah 080417042 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

Upload: intanputriinsyiroh

Post on 22-Nov-2015

71 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

AKTIVITAS IMUNOSTIMULAN FRAKSI ETIL ASETAT HERBA KUCING-KUCINGAN (Acalypha indica L. ) DALAM MENINGKATKAN IMUNOGLOBULIN

BIDANG KEGIATAN :PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh:Desi Animar 0704017042Nur Azizah 080417042

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKAJAKARTA2011

LEMBAR PENGESAHAN1. Judul Kegiatan : AKTIVITAS IMUNOSTIMULAN FRAKSI ETIL ASETAT HERBA KUCING-KUCINGAN (Acalypha indica L. ) DALAM MENINGKATKAN IMUNOGLOBULIN

2. Bidang Kegiatan : PKM-P3. Bidang Ilmu : Kesehatan4. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : Desi Animarb. NIM : 0704017042c. Jurusan : Farmasid. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamkae. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Kayu Tinggi RT 012/RW 06 NO.12 Gang Asem Cakung Timur Jakarta Timur.No.Telp : 021-46826867f. Alamat email : [email protected]. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 2 orang6. Dosen Pendampinga. Nama Lengkap dan Gelar : Drs.Priyo Wahyudi.M.Sib. NIDN : 0304037102c. Alamat Rumah dan No Telp./HP : Jl. Media massa no 9 RT 012/RW01 Cipinang muara Jakarta Timur7. Biaya Kegiatan Total : a. Dikti : Rp 7.000.000,-b. Sumber Lain : Rp 2.800.000,-8. Jangka Waktu Pelaksanaan : 5 Bulan

Jakarta, 5 Oktober 2011Menyetujui,Pembimbing Unit Kegiatan Mahasiswa Ketua Pelaksanaan

(Drs. H. Priyanto,M.Biomed.,Apt.) (Desi Animar)NIP.D.08.0682 NIM.0704017042Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Dosen Pendamping

(Dr.H.Gunawan S,M.Hum) (Drs.H. Priyo Wahyudi.M.Si) NIDON.03.2007.6203 NIDN :0304037102AKTIVITAS IMUNOSTIMULAN FRAKSI ETIL ASETAT HERBA KUCING-KUCINGAN (Acalypha indica L. ) DALAM MENINGKATKAN IMUNOGLOBULINLATAR BELAKANG MASALAHTumbuhan obat sangat penting dalam menunjang kesehatan penduduk di negara negara berkembang seperti Indonesia yang 80% lebih penduduknya masih mengandalkan pada pengobatan tradisional(1). Indonesia merupakan negara megabiodiversity terbesar ke 2 di dunia setelah Brazil yang hutannya menyimpan 90% tumbuhan obat di Asia, hal tersebut sangat mendukung untuk pengembangan obat-obat herbal(2).Salah satu tumbuhan obat yang memiliki potensi untuk diteliti dan dikembangkan adalah herba kucing-kucingan (Acalypha indica. L). Herba kucing-kucingan termasuk tumbuhan obat yang merupakan keluarga jarak-jarakan dan termasuk dalam famili Euphorbiaceae(3). Semua bagian tanaman herba kucing-kucingan (buah, daun, akar) secara empiris dimanfaatkan sebagai peluruh kencing, pengencer dahak, penyakit kulit, pencahar, antiemetik, antelmentik dan antiradang(4). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak air dari herba kucing-kucingan juga memiliki aktivitas sebagai antibakteri, antifungal, dan penyembuh luka(5) serta memiliki khasiat sebagai imunomodulator(6,7,8,9). Imunomodulator adalah bahan yang dapat mempengaruhi efek dari kekebalan tubuh dengan memperbaiki fungsi sistem kekebalan tubuh yang terganggu atau menekan fungsi sistem kekebalan yang berlebih(10) Sistem kekebalan tubuh terbagi atas sistem imun spesifik dan non spesifik. Sistem imun spesifik dan non spesifik berinteraksi dalam menghadapi infeksi. Sistem imun nonspesifik bekerja dengan cepat dan sering diperlukan untuk merangsang sistem imun spesifik. Sel dendritik yang memakan antigen bermigrasi kekelenjar getah bening dan mempresentasikan antigen yang dimakannya ke sel T. Sel T yang diaktifkan bermigrasi ke tempat infeksi dan memberikan bantuan kepada sel NK ( Natural Killer ) dan makrofag(11).Sistem kekebalan tubuh sangat bermanfaat bagi pencegahan penyakit. Secara alamiah tubuh sudah memiliki kekebalan berbagai infektor luar, oleh sebab itu tubuh juga mampu mengembangkan sistem kekebalan buatan/adaptif(12). Kemampuan tanggapan imun ini dapat ditingkatkan dengan senyawa yang bersifat imunomodulator baik berupa obat sintetik maupun obat bahan alam.Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya telah dilakukan uji ekstrak etanol 70% herba kucing-kucingan (Acalypha indica. L) secara in vitro pada konsentrasi 0,0001 % sampai 0,1 % dapat meningkatkan aktivitas dan kapasitas makrofag(6). Uji fraksi n-heksan, etil asetat dan etanol dari ekstrak etanol 70 % herba kucing kucingan (Acalypha indica. L) pada konsentrasi 10 % fraksi etil asetat, mempunyai nilai aktivitas dan kapasitas yang tinggi(7) . Uji ekstrak etanol 70% secara in vivo pada dosis 6,2149 mg/ 20 gram BB dapat meningkatkan aktivitas makrofag dan kapasitas fagositosis dengan parameter kliren karbon(8) dan pada dosis 3,1075 mg/20 gram BB memiliki aktivitas imunomodulator terhadap respon antibodi antitetanus setelah diimunisasi dengan toksoid tetanus(9). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap aktivitas imunomodulator secara spesifik menggunakan fraksi etil asetat herba kucing-kucingan (Acalypha indica. L) pada mencit yang telah diinduksi sel darah merah domba (SDMD) 1% . Sel darah merah domba sebagai antigen yang merangsang pembentukan antibodi spesifik(13). Uji aktivitas imunostimulan ini menggunakan pembanding vitamin A karena berdasarkan penelitian terdapat hubungan antara vitamin A dengan imunitas spesifik (14)

PERUMUSAN MASALAHBerdasarkan uraian diatas, maka masalah yang di cari pemecahannya adalah : Apakah fraksi etil asetat herba kucing-kucingan (Acalypha indica. L) dapat mempunyai aktivitas imunostimulator pada mencit yang diinduksi SDMD 1 % berdasarkan peningkatan imunoglobulin ?

TUJUAN Umum

Membuktikan aktivitas imunomodulator fraksi etil asetat herba kucing-kucingan (Acalypha indica. L) pada mencit yang diinduksi SDMD 1 % berdasarkan peningkatan imunoglobulin.

KhususMengetahui aktivitas imunostimulator fraksi etil asetat herba kucing kucingan terhadap imunitas adaptif yang spesifik.

LUARAN YANG DIHARAPKAN

Luaran berupa artikel tentang aktivitas imunostimulator fraksi etil asetat herba kucing-kucingan (Acalypha indica. L) pada mencit yang diinduksi SDMD 1 % berdasarkan peningkatan immunoglobulin yang dapat di terima oleh jurnal ilmiah terakreditasi.selain itu mendapatkan formula kombinasi yang lebih efektif dibandingkan masing-masing unsur penyusunnya.

KEGUNAAN Dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai manfaat (Acalypha indica. L) Selain itu, diharapkan penelitian ini akan mendorong penelitian lain yang memanfaatkan bahan alam dan trace elemen sebagai imunomodulator yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh..

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Herba kucing-kucingan (Acalypha indica L.) TaksonomiKingdom : PlantaeDivisi : SpermatophytaSub divisi : AngiospermaeKelas : DicotyledonaeBangsa : EuphorbialesSuku : EuphorbiaceaeMarga : AcalyphaSpesies : Acalypha indica L.

Nama daerahNamanama daerah bagi herba kucing-kucingan tersebut antara lain; Sumatera : Cekamas ( Melayu ). Jawa : lelatang, kucing-kucingan ,rumput kekosongan (Sunda), Rumput bolong-bolong (Jawa) (4). Malaysia : Kucing galak(15). Jerman : Brenkraut. Portugis , Brazil : Alcalifa. Spanyol : Hierba de cancer, ricinela. Lainnya : Indian Acalpha/Chenile Plant. (3)Deskripsi

Kucing- kucingan tergolong tanaman herba merupakan gulma dengan tinggi 1,5 m,Batangnya tegak, massif, bulat, berambut, halus hijau. Daunnya tunggal, tersebar, bentuk belah ketupat, ujung runcing, pangkal membulat, tipis, bergerigi, pertulangan menyirip, pajang 3-4 cm, hijau. Bunganya majemuk, bentuk bulir, berkelamin satu, diketiak daun dan ujung cabang, bulir betina lebih pendek, lebih tegak dan lebih jorong dari pada bulir jantan, daun pelindung menjari, terbagi dalam 5-15 taju yang sempit, bunga jantan duduk dalam gelendong sepanjang sumbu bulir, bakal buah beruang tiga, berambut, tangkai putih silindris, putih kehijauan atau merah pucat, mahkota bulat telur, merah, bertajuk, berambut merah. Buahnya kotak, bulat hitam. Bijinya bulat panjang, coklat, dan akarnya tunggang, putih kotorKandungan kimia

Daun, batang dan akar Acalypha indica L mengandung saponin dan tanin. Batangnya juga mengandung flavonoid dan daunnya mengandung minyak atsiri, kardenolida dan quebiakitol(4). Selain itu Acalypha indica L. Juga mengandung alkaloid acalypus dan acalyphine(5).

Manfaat tanaman

Rasa pahit, sifatnya sejuk, astringen. Daun Acalypha indica L berkhasiat untuk pencahar obat sakit mata. Selain itu herba ini digunakan sebagai antelmentik, ekspektoran, hipnotik, dan emetik, penelitian lainnya menunjukkan herba ini berkasiat sebagai antipiretik, antibakteri, antifungal(4) dan imunomodulator dengan dosis 6,2149 mg/ 20 g BB meningkatkan aktivitas makrofag dan pada 3,1075 mg/ 20 g BB memiliki aktivitas terhadap respon antibodi antitetanus setelah diimunisasi dengan toksoid tetanus(8,9). Ekologi dan penyebaran(4)

Kucing-kucingan merupakan gulma yang sangat umum ditemukan tumbuh liar di pinggir jalan, lapangan rumput, maupun lereng gunung,. kucing kucingan dapat diperbanyak dengan biji. Daerah penyebaran Afrika : Madagaskar, Ethiopia, Somalia, Kenya, Tanzania, Uganda, Zaire, Malawi, Mozambique. Asia : Taiwan, India, Myanmar,Pakistan, Sri lanka, Thailand, Indonesia, Malaysia, Papua New Guinea, Filipina..Preparasi Sediaan

Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair yang diperoleh dengan cara mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut di uapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995). Secara umum cara penyarian dapat di bedakan menjadi 4 cara, yaitu maserasi, perkolasi,infundasi dan penyarian berkesinambungan (sokletasi) (Anonim, sediaan galenik, 1986)MaserasiMaserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan.

Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.

Infundasi

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98C) selama waktu tertentu (15-20 menit).

Soxhletasi

Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru, umumnya dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

Fraksinasi

Fraksinasi adalah suatu proses pemisahan senyawa senyawa berdasarkan tingkat kepolaran. Jumlah dan senyawa yang dapat dipisahkan menjadi fraksi berbeda beda tergantung pada jenis tumbuhan (18) . Dalam hal ini senyawa yang diperlukan dipisahkan dari senyawa lain yang tidak akan digunakan, sehingga fraksi yang diperoleh mengandung senyawa yang lebih selektif

Antigen dan antibodi

Antigen

Antigen adalah bahan yang berinteraksi dengan produk respons imun yang dirangsang oleh imunogen spesifik seperti antibodi. Antigen lengkap adalah antigen yang menginduksi baik respon imun maupun bereaksi dengan produknya. Yang disebut antigen inkomplit atau hapten, tidak dapat dengan sendiri menginduksi respons imun, tetapi dapat bereaksi dengan produknya seperti antibodi. Hapten dapat dijadikan imunogen melalui ikatan dengan molekul besar yang disebut molekul atau protein pembawa(20). Antibodi

Bila darah dibiarkan membeku akan meninggalkan serum yang mengandung berbagai bahan larut tanpa sel bahan tersebut mengandung molekul antibodi yang digolongkan dalam protein yang disebut globulin dan sekarang dikenal sebagai imunoglobulin. Dua cirinya yang penting adalah spesifitas dan aktivitas biologik. Imunoglobulin (Ig) dibentuk oleh sel plasma yang berasal dari proliferasi sel B yang terjadi setelah kontak dengan antigen antibodi yang terbentuk secara spesifik akan mengikat antigen baru lainnya yang sejenis(19). Bila antigen pertama kali masuk kedalam tubuh, terjadilah respon imun primer yang ditandai dengan munculnya Ig M beberapa hari setelah pemaparan. Saat antara pemaparan antigen dan munculnya Ig M disebut lag phase. Kadar Ig M mencapai puncaknya setelah kira kira 7 hari. Enam sampai tujuh hari setelah pemaparan, dalam serum mulai dapat dideteksi Ig G, sedangkan Ig M mulai berkurang dan umumnya hanya sedikit yang dapat dideteksi 4-5 minggu setelah pemaparan(20).

Sel darah merah domba

Eritrosit dalam bahasa yunani eritro yang berarti darah dan sit yang berarti sel. Pembentukan sel sel darah merah pada hewan dewasa secara normal terjadi di dalam sumsum tulang merah. Akan tetapi pada fetus, sel darah merah juga dihasilkan oleh hati dan limpa(21). Sel darah merah domba diperoleh dari darah domba. Eritrosit pada domba memiliki diameter 4,8 m untuk pengangkutan oksigen. Sel ini berbentuk cakram bikonkaf dengan pinggiran sirkuler. Lama hidup eritrosit domba dewasa 146 12,9 hari diukur dengan metode serologi dan 137 hari diukur dengan metode radioaktif(22). Pemberian suspensi SDMD (Sel darah merah domba) 1% pada mencit adalah untuk merangsang pembentukan antibodi spesifik. SDMD 1% mempunyai sifat antigenik yang tinggi dan tidak patogen. Antigen SDMD tersebut dapat merangsang respon imun(13). Pada suatu sistem pengujian akan menggunakan suatu serum yang pertama-tama akan dipanaskan secara inkubasi untuk menginaktif komplemen-komplemen yang tidak dibutuhkan dan penyerapan oleh sel darah merah domba yang digunakan sehingga dapat menghindari kemungkinan reaksi silang, anti dari antibodi sel darah merah domba, yang dikenal dengan Frossman antibodi yang dapat berinteraksi secara langsung pada permukaan kontak. Ikatan antara antigen dan antibodi yang spesifik terjadi maka tidak akan menyebabkan sel darah merah menjadi lisis. (23)

Vitamin A

Vitamin dan beberapa mineral penting untuk metabolisme. Vitamin merupakan senyawa organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil untuk mempertahankan kesehatan dan seringkali bekerja sebagai kofaktor untuk enzim metabolisme(25). Vitamin A dan metabolitnya dapat meningkatkan kekebalan tubuh dengan cara mempotensiasi respon antibodi terhadap antigen T cell-dependent, meningkatkan respon proliferasi limfosit terhadap antigen, menghambat apoptosis, dan mengembalikan integritas dan fungsi permukaan mukosa. Vitamin A dan retinoid terkait bisa memiliki aplikasi potensial dalam terapi untuk beberapa penyakit menular(26).

Radial Imunodifusi Tunggal

Radial imunodifusi merupakan modifikasi dari teknik difusi gel agar, digunakan untuk mengukur jumlah imunoglobulin, komponen - komponen komplemen dan lain-lain. Metode yang ditemukan oleh Mancini ini biasa disebut juga Single Radial Immuno Diffusion (SRID), cara ini digunakan untuk mengukur antigen secara kuantitatif. Antibodi yang akan diperiksa ditempatkan dalam sumur agar yang mengandung antigen. Gambaran cincin presipitasi yang terjadi sesuai dengan kadar antibodi. Sebaliknya antigen dapat diukur dengan menggunakan agar yang mengandung antibodi (30).Pada radial imunodifusi antiserum spesifik ditambahkan pada gel agar sebelum agar dituangkan ke dalam cawan, sehingga antibodi didistribusikan ke seluruh medium. Antigen diletakkan ke dalam sumur agar(31). Antigen berdifusi dari sumur ke arah luar, dalam agar yang mengandung antibodi yang telah diencerkan, mula-mula dalam konsentrasi yang tinggi terbentuk kompleks yang larut, antigen berdifusi lebih jauh dan konsentrasi menurun sampai tercapai titik dimana zat yang direaksikan mendekati proporsi optimal dan terbentuk cincin presipitasi. Konsentrasi antigen yang tinggi menghasilkan diameter cincin yang lebih besar (28) seperti terlihat pada gambar 1

Gambar 1: radial imunodifusi tunggal

METODE PENELITIANAlat

Alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabung maserasi, kertas saring, timbangan, neraca analitik, kandang hewan uji, rotary evaporator, alat suntik, cawan petri, sentrifuge, erlemeyer, becker glass, jangka sorong, mikro pipet, tabung darah, dan alat-alat gelas lain

Bahan penelitian

Bahan uji

Bahan bahan lain meliputi : simplisia herba kucing kucingan (Acalypta indica L.) yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Rempah Obat (BALITRO) Bogor, sel darah merah domba (SDMD) yang diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi Universitas Indonesia.

Bahan kimia

Bahan kimia yang digunakan antara lain : etanol 70%, etil asetat, n-Heksan, aquadest steril, Vitamin A, larutan Phospate buffered saline (PBS) steril, agarosa.

Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah mencit putih galur swiss webster berat badan 20 g.

Prosedur penelitian

Rancangan penelitian

Penelitian bersifat eksperimental, menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), digunakan karena unit unit eksperimental dilakukan pada kandang kandang mencit. Penelitian menggunakan 25 ekor mencit jantan dengan 5 kelompok uji dengan masing masing kelompok perlakuan terdiri dari 5 ekor hewan uji. Untuk menentukan jumlah hewan uji dari tiap kelompok berdasarkan rumus Federer yaitu (t-1) (n-1) > 15, t adalah jumlah uji dan n adalah jumlah hewan uji tiap kelompok uji tersebut.

Determinasi tanaman

Tanaman herba kucing kucingan (Acalypha indica L.) yang diperoleh dari BALITRO Bogor sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan determinasi untuk mengidentifikasi jenis dan memastikan kebenaran simplisia. Determinasi dilakukan di Herbarium Bogoriense, Balitbang Botani Puslitbang Biologi LIPI-Bogor.

Penentuan dosis

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, ekstrak herba kucing kucingan pada dosis 3,1075 mg/ 20 gram BB memiliki aktivitas imunomodulator stimulasi kuat, sehingga diharapkan fraksi ekstrak dapat meningkatkan respon antibodi ( imunoglobulin ) serum pada mencit yang telah diinduksi SDMD 1%.Untuk mengetahui dosis efektif dalam meningkatkan kadar imunoglobulin dibuat tiga variasi dosis yang berbeda yaitu ;1) Dosis I : 1,0358 mg / 20 g BB X 1/3 = 0,3453 mg / 20 gram BB2) Dosis II : 1,0358 mg / 20 g BB X 1 = 1,0358 mg /20 gram BB3) Dosis III : 1,0358 mg / 20 g BB X 3 = 3,1075 mg / 20 gram BB

Pembanding

Sebagai control pembanding (control positif) menggunakan vitamin A. Dosis pemakaian Vitamin A pada mencit coba, yaitu sebesar 250 IU/ g BB. Dosis yang dipakai dalam penelitian ini sama dengan dosis vitamin A yang dipakai oleh para peneliti lain. Dosis ini setara dengan dosis vitamin A yang dianjurkan bagi manusia(14). Vitamin A yang digunakan berasal dari PT Ethica (Avithin) tiap ml berisi retinil palmitat 100.000 IU.BB mencit = 20 g/BBVolume yang diambil:250 IU/ g BB X 20 g BB X 10 ml = 0,5 ml 100.000 IUPelarut yang digunakan adalah minyak nabati yaitu minyak zaitun (Oleum olivae) dan diberikan sesuai berat badan mencit. Jadi untuk berat badan mencit 20 g maka diberikan minyak nabati sebanyak 0,5 ml(14)

Pembuatan ekstrak dan fraksi uji

Serbuk halus simplisia ditimbang sebanyak 2 kg dimaserasi dengan cara menuangkan etanol 70 % ke dalam sampel sampai seluruh sampel terendam dan pelarut dilebihkan setinggi lebih kurang 2 cm di atas permukaan serbuk simplisia. Tabung yang berisi rendaman tersebut ditutup dan dibiarkan selama 3 hari. Selama perendaman, dilakukan pengadukan beberapa kali agar senyawa senyawa yang terdapat pada simplisia dapat lebih larut. Kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring dan ampasnya direndam kembali sehingga filtrat hampir tidak berwarna. Selain itu utuk memastikan bahwa senyawa senyawa yang ada dalam simplisia tersari seluruhnya maka dilakukan penapisan fitokimia terhadap ampasnya. Maserat yang diperoleh kemudian diuapkan dengan penguap putar ( rotary vacum evaporator ) pada suhu 50oC, sampai pelarut tidak tersisa lagi dan didapat ekstrak setengah kental.Setelah diperoleh ekstrak setengah kental dari herba kucing kucingan dilakukan fraksinasi ekstrak herba kucing kucingan, menggunakan beberapa pelarut yang berbeda dengan perbandingan 1 : 1 dalam corong pisah, kemudian dihomogenkan dengan cara dikocok selama 15 menit. Didiamkan beberapa menit sampai terbentuk lapisan n-heksan dan etanol 70 %. Fraksi n-heksan yang terbentuk kemudian dipisahkan dengan membuka kran corong pisah sampai lapisan n-heksan habis. Untuk memperoleh hasil maksimal proses pemisahan fraksi dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan. Hasil fraksi n-heksan dipekatkan dengan rotary vacum evaporator sehingga diperoleh fraksi kental n-heksan, kemudian pisahan dari fraksi n-heksan dilakukan lagi fraksinasi dengan perlakuan yang sama menggunakan pelarut etil asetat. Setelah lapisan terpisah dengan baik kemudian alirkan fraksi etanol-air pada lapisan bawahnya. Lakukan tiga kali pengulangan sampai fraksi n-heksan bening.Fraksi etanol-air selanjutnya dimasukkan ke dalam corong pisah lalu tambahkan aquadest dan etil asetat (1:1) kemudian kocok lalu diamkan hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan atas adalah fraksi etil asetat dan lapisan bawahnya merupakan fraksi etanol-air. Fraksi etil asetat yang diperoleh dipekatkan dengan rotary vacum evaporator pada suhu 500C hingga diperoleh fraksi etil asetat kental

Penyiapan suspensi sel darah merah domba 1 %

Darah domba diperoleh dari laboratorium mikrobiologi FKUI. Darah segar yang telah diberi antikoagulan disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm untuk memisahkan plasma dari sel darah merah. Setelah didapat 2 lapisan, lapisan atas yang berupa plasma dibuang dengan menggunakan pipet Pasteur. Lapisan bawah, yaitu endapan SDMD ditambah larutan PBS sebanyak tiga kali volume SDMD yang tersisa. Agar SDMD tersuspensi secara homogen, maka tabung di bolak-balik perlahan-lahan sampai beberapa kali, kemudian disentrifugasi kembali. Pencucian ini dilakukan beberapa kali sampai didapat lapisan atas yang benar-benar jernih dan tidak berwarna.lapisan atas ini dibuang, sehingga di dapat lapisan bawah yang merupakan suspensi SDMD 100%. Sebanyak 0,5 ml SDMD 100 % dimasukkan ke dalam gelas ukur ditambahkan PBS sampai 1 ml sehingga menjadi suspensi SDMD 50 %. Diambil 1 ml dari suspensi 50 % kemudian ditambahkan PBS sampai 50 ml sehingga didapatkan suspensi SDMD 1 %.Persiapan medium Medium yang digunakan untuk penelitian yaitu agarosa 2 % . 2 gram agarosa dilarutkan dalam 100 ml PBS, aduk perlahan- lahan, dipanaskan di atas waterbath 56oC aduk sampai homogen ,setelah tercampur rata didinginkan 4oC(32).

Pengelompokan Hewan Uji Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan rancangan acak kelompok, dua puluh lima ekor mencit putih jantan dengan berat badan 20-30 gram dibagi secara acak menjadi 5 kelompok perlakuan ;1. Kelompok I : Kelompok mencit yang diberi peroral minyak zaitun (Oleum Olivae) 1ml selama 14 hari (kontrol negatif/ K I)2. Kelompok II : Kelompok mencit yang diinjeksi vitamin A dosis 250 IU/ g BB ( kontrol positif / K II )3. Kelompok III : Kelompok mencit yang diberi peroral fraksi uji dosis 0,3453 mg/ 20 g BB selama 14 hari. 4. Kelompok IV : Kelompok mencit yang diberi peroral fraksi uji dosis 1,0358 mg/ 20 g BB selama 14 hari.5. Kelompok V : Kelompok mencit yang diberi peroral fraksi uji dosis 3,1075 mg / 20 g BB selama 14 hari

Perlakuan hewan percobaan

Percobaan terdiri atas dua tahap, yaitu adaptasi dan tahap perlakuan. Pada tahap adaptasi di lakukan selama 2 minggu. Pada masa adaptasi mencit diberi makanan standar dan air minum ad libitum agar diketahui konsumsi makanan harian sebagai acuan pemberian periode ini di tentukan jumlah pakan minimum agar mencit tetap sehat namun tidak mengalami kenaikan berat badan yang berarti. Periode perlakuan dilaksanakan setelah hewan uji di kelompokkan di bagi menjadi 5 kelompok (masing-masing 5). Kelompok I kontrol negatif yaitu kelompok mencit yang diberi peroral minyak zaitun (Oleum Olivae) 1ml selama 14 hari .Kelompok II kontrol positif, yaitu kelompok mencit yang diinjeksi vitamin A dosis 250 IU/ g BB. Kelompok III kelompok uji I yaitu kelompok mencit yang diberi peroral fraksi uji dosis 0,3453 mg/ 20 g BB selama 14 hari. Kelompok IV kelompok uji II yaitu kelompok mencit yang diberi peroral fraksi uji dosis 1,0358 mg/ 20 g BB selama 14 hari. Kelompok V kelompok uji III yaitu kelompok mencit yang diberi peroral fraksi uji dosis 3,1075 mg / 20 g BB selama 14 hariSetelah dikelompokkan, masing masing mencit diambil darah lewat vena ekor untuk menetapkan kadar imunoglobulin awal , kemudian diinduksi dengan SDMD 1 % sebanyak 1 ml, satu jam sebelum bahan uji diberikan, lalu dilakukan pengambilan darah ulang setelah empat belas hari perlakuan

Pemisahan serum Setelah empat belas hari perlakuan diambil darah dari hewan uji secara kapitasi. Pemisahan serum darah dilakukan dengan sentrifugasi pada 3000 rpm selama 10 menit(32). Serum yang terbentuk langsung diukur kadar imunoglobulinnya atau disimpan pada suhu -20OC hingga dipakai untuk penelitian

Pengukuran kadar immunoglobulin

Pembuatan kurva standar

Menggunakan serum standar anti IgG, sebanyak 5 l serum diletakkan ke dalam cawan petri kemudian ditambahkan agarosa hingga terbentuk gel agarosa, buat sumuran pada lempeng gel agarosa diameter 2-3 mm, kemudian diteteskan sebanyak 5 l SDMD 1 % ke dalam sumuran, diinkubasi dalam lemari pendingin selama 48 jam. Cincin presipitasi yang terbentuk diukur diameternya (mm) dengan menggunakan jangka sorong. Kurva standar dibuat dengan menghubungkan konsentrasi serum standar dengan diameter cincin presipitasi

Pengujian serum uji

Sebanyak 5 l serum uji fraksi, dituangkan ke dalam cawan petri, ditambahkan agarosa diatas serum uji, sehingga terbentuk lempeng gel agarosa, buat sumuran 2-3 mm pada gel agarosa, kemudian diteteskan sebanyak 5 l SDMD 1 %. Diinkubasi dalam lemari pendingin selama 48 jam cincin presipitasi yang terbentuk diukur diameternya menggunakan jangka sorong. Kadar imunoglobulin (mg/dl) dapat langsung dibaca pada kurva standar berdasarkan hasil pengukuran diameter cincin presipitasi masing masing serum.

JADWAL KEGIATAN

Tempat

Penelitian dilakukan di Laboratorium Pengembangan Teknologi Agroindustri dan Biofarmasi (LAPTIAB) BPPT, Puspiptek Serpong dan Laboratorium Farmakologi Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA, Jakarta Timur,

Waktu

NoUraian KegiatanBulan IBulan IIBulan IIIBulan IV

1234123412341234

1Telaah PustakaXXXXXXXXXXXXXXX

2ProposalXXXXXX

3PenelitianXXXXXXXXXXXXXX

4Penulisan LaporanXXXXXXXXXXXXXXXX

Keterangan :X : Ada Kegiatan

NAMA DAN BIODATA KETUA SERTA ANGGOTA KELOMPOK

Ketua Pelaksana Kegiatan

Nama Lengkap: Desi AnimarJenis Kelamin: PerempuanNIM: 0704017042Fakultas/Jurusan: MIPA/FarmasiPerguruan Tinggi: Universitas Muhammadiyah Prof.DR.HAMKAWaktu Untuk Kegiatan: 12 Jam / minggu

Anggota Pelaksana Kegiatan

Nama Lengkap: Nur AzizahJenis Kelamin: PerempuanNIM: 0804017042Fakultas/Jurusan: MIPA/FarmasiPerguruan Tinggi: Universitas Muhammadiyah Prof.DR.HAMKAWaktu Untuk Kegiatan: 8 Jam / minggu

Nama Lengkap: Jenis Kelamin: NIM: Fakultas/Jurusan: MIPA/FarmasiPerguruan Tinggi: Universitas Muhammadiyah Prof.DR.HAMKAWaktu Untuk Kegiatan: 8 Jam / minggu

NAMA DAN BIODATA DOSEN PENDAMPING

Biodata Dosen PendampingNama Lengkap: Drs.Priyo Wahyudi,M.siJenis Kelamin: Laki-LakiNIDN: 0304037102Golongan Pangkat: -Jabatan Fungsional: LektorJabatan Struktural: -Fakultas/ Jurusan: MIPA/FarmasiPerguruan Tinggi: Universitas Muhammadiyah Prof.DR.HAMKABidang Keahlian: Imunologi,Mikrobiologi & Bioteknologi Waktu Untuk Kegiatan: 4 Jam / minggu

RANCANGAN BIAYA

Bahan

Herba kucing-kucingan2 kg @ Rp150.000/kgRp. 300.000 Darah Merah Domba40 ml @2500/mlRp. 100.000Vitamin A10 kapsul @ 5000/pcsRp. 50.000Agarosa100 gRp.K2HPO4100 g @5000/gRp. 500.000Minyak zaitun300ml Rp. 35.000Alkohol 70%20 literRp. 550.000N-Heksan5 liter @ 21.000/literRp. 105.000Etil Asetat5 liter @ 27.000/literRp. 135.000Mencit25 ekor @ 15.000/ekorRp. 375.000Serum Standar2 ml @ 1.250.000/mlRP.2.500.000Pakan mencit50 kgRp. 500.000

Alat

Spuit 1 cc100 pcsRp. 250.000Kapas 250gr 10 pcsRp. 50.000Handscoon 1 boxRp. 80.000Cawan Petri 25 pcsRp. 375.000Toples 3 buahRp. 60.000Disposible Masker 3 lusin

Biaya Lainnya

LaboratoriumRp.600.000Determinasi SimplisiaRp.100.000Laporan dan PresentasiRp.400.000TransportasiRp.350.000

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Daftar Riwayat Hidup

Ketua kelompok Nama: Desi AnimarTempat Tanggal Lahir: Jakarta, 28 Desember 1981Alamat: Jl. Kayu Tinggi Rt 012/06 no 12 Cakung Timur Jak-TimNo Telp/HP: 021-46826867Pendidikan:1. SD Negeri 10 Petang Cakung Barat (1988-1994)2. SMP Negeri 168 Jakarta Timur (1994-1997)3. SMU Negeri 36 Jakarta Timur (1997-2000)4. DIII Farmasi Poltekkes Jakarta II Departemen Kesehatan Jakarta Pusat (2002-2005)5. FARMASI Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka (2008-sekarang)

Ketua kelompok

(Desi Animar)NIM:0704017042Anggota Kelompok Nama: Nur AzizahTempat Tanggal Lahir: Jakarta, 20 Oktober 1984Alamat: Jl. Malaka IV B no. 14 rt 10 rw 6 rorotan cilincing Jakarta UtaraNo Telp/HP: 081384201798Pendidikan:1. SD Islam Nurul Huda Cakung Barat (1991-1997)2. SMP Umdaturrasikhien Jakarta Timur (1997-2000)3. SMU Negeri 89 Jakarta Timur (2000-2003)4. Akfar Bhumi Husada Jakarta Pusat (2004-2007)5. FARMASI Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka (2008-sekarang)

Anggota kelompok

(Nur Azizah)NIM:0804017042

Nama: Tempat Tanggal Lahir: Alamat: No Telp/HP: Pendidikan:1. SD Negeri 10 Petang Cakung Barat (1988-1994)2. SMP Negeri 168 Jakarta Timur (1994-1997)3. SMU Negeri 36 Jakarta Timur (1997-2000)4. DIII Farmasi Poltekkes Jakarta II Departemen Kesehatan Jakarta Pusat (2002-2005)5. FARMASI Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka (2008-sekarang)

Anggota kelompok

()

Dosen Pendamping Nama: Drs.Priyo Wahyudi, M.siTempat Tanggal Lahir: Purwokerto, 4 Maret 1971Alamat: Jl. Media massa no 9 RT 012/RW 01 Cipinang Muara Jakarta TimurNo Telp/HP: Riwayat Pendidikan:1. S1 : Biologi Unsoed2. S2 : Biologi UI

Riwayat Pekerjaan:Karya Ilmiah (Buku):

1. Priyo Wahyudi, Harsoyo, Untung Suwahyono, Aris Mumpuni & Dwi Wahyuningsih. Pengaruh Pemaparan Sinar Gamma Isotop Cobalt-60 Dosis 0,25 - 1 kGy terhadap Daya Antagonistik Trichoderma harzianum pada Fusarium oxysporum. Berkala Penelitian HAYATI. Vol.10 No.2 Juni 2005. ISSN 0852-6834 Terakreditasi. Hal: 143 - 151. PBI Cabang Jawa Timur2. Priyo Wahyudi, Zaenal Abidin Retno Lestari. 2006. Teknik Isolasi Protoplasma Kapang Trichaderma ssp. Mengganakan Enzime Lisis. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. Vol 4 Nomer 1 April 2006. ISSN 1693 - 1831. Terakreditasi Hal 19 24.3. Priyo Wahyudi. Teknologi DNA Rekombinan untuk Menghasillkan Protein Rekombinan Pendeteksi Toksoplasmosis. FAKTA Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Eksakta. Vol.3 No. 1 Agustus 2006. ISSN 1412-0224. Hal: 1 - 5. FMIPA UHAMKA Jakarta4. Priyo Wahyudi. Aktivitas Larvasida Ekstrak Metanol Bunga Piretrum (Chrysanthemum cinerariifolium (Trev.) Vis.) terhadap Aedes aegypti. Jurnal Al Azhar Indonesia. Vol. VI No. 1 Maret 2007. ISSN 1412-8659. Hal. 23 - 305. Priyo Wahyudi. Immobilisasi Propagul Aktif Kapang Trichoderma harzianum dalam Formulasi Salep sebagai Produk Biofungisida. Jurnal Al Azhar Indonesia. Vol. VI No. 2 Juni 2007. ISSN 1412-8659. Hal. 28 - 326. Dalia Sukmawati, Priyo Wahyudi & Supandi. Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol 70% Inokulum Ragi Tempe dari Berbagai Daerah di Indonesia. FAKTA Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Eksakta. Vol.3 No. 4 Agustus 2007. ISSN 1412-0224. Hal: 171 - 175. FMIPA UHAMKA Jakarta7. Priyo Wahyudi. Flokulasi pada Mikroorganisme dan Penerapannya pada Bioteknologi. FAKTA Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Eksakta. Vol.3 No.5 Desember 2007. ISSN 1412-0224. Hal: 185 -188. FMIPA UHAMKA Jakarta8. Nurmeilis, Priyo Wahyudi & Shartykasary. Uji Toksisitas Ekstrak Etanol, Fraksi Heksan, Fraksi Etil Asetat dan Fraksi Butanol Biji Bintaro (Cerbera manghans) dengan Metode BSLT. FAKTA Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Eksakta. Vol.3 No.5 Desember 2007. ISSN 1412-0224. Hal: 195 - 198. FMIPA UHAMKA Jakarta9. Priyo Wahyudi. Pengaruh Irradiasi Sinar Gamma Isotop Cobalt-60 Dosis 1 - 5 kGy terhadap Pertumbuhan dan Aktivitas Enzim Kitinase dari Kapang Trichoderma harzianum . Jurnal Al Azhar Indonesia. Vol. VI No. 4 Desember 2007. ISSN 1412-8659. Hal. 16 2210. Shirly Kumala, Erlita Agustina & Priyo Wahyudi. Uji Aktivitas Antimikroba Metabolit Sekunder Kapang Endofit Tanaman Trengguli (Cassia fistula L.). Jurnal Bahan Alam Indonesia. Vol. 6 No. 2 Januari 2007. ISSN 1412-2855 Terakreditasi. Perhimpunan Peneliti Bahan Obat Alami (Perhipba). 46 - 48 .11. Shirly Kumala, Dwi Hapsari & Priyo Wahyudi. Isolasi Mikroba Endofit Ranting Tumbuhan Trengguli (Cassia fistula L.) dan Aktivitas Enzim Xilanase. Jurnal Bahan Alam Indonesia, Vol. 6 No. 4 Januari 2008. ISSN 1412-2855. Perhimpunan Peneliti Bahan Obat Alami (Perhipba). ISSN 1412-2855 Terakreditasi. 139 - 144.12. Priyo Wahyudi, Elvira Fidellia & Lena Andriyani. Aktivitas Larvasida Ekstrak Metanol Biji Nimba (Azadirachta indica A. Juss) terhadap Nyamuk Aedes aegypti dan Culex quinquefasciatus. Jurnal Bahan Alam Indonesia. Vol.6 No. 5, Juli 2008. ISSN 1412-2855. Perhimpunan Peneliti Bahan Obat Alami (Perhipba). Hal. 176 17913. Priyo Wahyudi & Ira Djanegara. Pemakaian Sel Hela dalam Uji Sitotoksisitas Fraksi Kloroform dan Ethanol Kulit Batang Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa). Jurnal Al Azhar Indonesia.Vol. VII No. 1 Maret 2008. ISSN 1412-8659. 18-2314. Priyo Wahyudi. Uji toksisitas Ekstrak Etanol, Fraksi n-Heksan, Fraksi Etilasetat dan fraksi air Daun Mindi (Melia azedarach L.) Terhadap Larva salina leach. Jurnal Al Azhar Indonesia Vol VII No. 1 Maret 2008. ISSN 1412-8659. 917 15. Priyo Wahyudi. Interaksi Trichoderma harzianum dan Mikoriza Vesikula Arbuskula Glomus manihotis pada Rhizosfer dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Tanaman. Jurnal Al Azhar Indonesia Vol VII No.2 Juni 2008. ISSN 1412-8659. 58 6616. Priyo Wahyudi & Agus Supriyono. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kapang Laut terhadap Staphylococcus aureus. FAKTA Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Eksakta. Vol.3 No. 6. April 2008. ISSN 1412-0224. Hal: 227 - 234. FMIPA UHAMKA Jakarta17. Dalia Sukmawati & Priyo Wahyudi. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform di Lingkungan Pasca Banjir di Kelurahan Bukit Duri, Jakarta Selatan. FAKTA Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Eksakta. Vol.3 No. 6. April 2008. ISSN 1412-0224. Hal: 245 - 251. FMIPA UHAMKA Jakarta18. Priyo Wahyudi & Ira Djanegara. Uji Sitoksisitas Ekstrakcara In Vitro ethanol 70% Herba Ceplukan (Physalis angulata Linn.) terhadap Sel WiDr Se. Jurnal Al Azhar Indonesia. Vol VII No. 4 Desember 2008. ISSN 1412-8659. 160 168

Dosen Pendamping

(Drs.Priyo Wahyudi, M.si) NIDN:0304037102