pkl billy

46
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG MENGAMATI DAN MEMPELAJARI ASPEK TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI DAN BUDIDAYA TANAMAN TEBU DI PT PG RAJAWALI II UNIT PG JATITUJUH, MAJALENGKA, JAWA BARAT PG Rajawali II RNI Group PG Jatitujuh Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Praktek Kerja Lapang Disusun Oleh : Billy Abadinur 240110110109 JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN

Upload: ahmad-ghazali-rahmadani

Post on 05-Feb-2016

25 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

laporan

TRANSCRIPT

Page 1: PKL billy

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

MENGAMATI DAN MEMPELAJARI ASPEK TEKNOLOGI PROSES

PRODUKSI DAN BUDIDAYA TANAMAN TEBU DI PT PG RAJAWALI

II UNIT PG JATITUJUH, MAJALENGKA, JAWA BARAT

PG Rajawali II RNI Group PG Jatitujuh

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan

Mata Kuliah Praktek Kerja Lapang

Disusun Oleh :

Billy Abadinur

240110110109

JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2015

Page 2: PKL billy

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

Nama Mahasiswa : Billy Abadinur

NPM : 240110110109

Program Studi : Teknik Pertanian

Tempat Praktek : PT. Rajawali II Unit PG Jatitujuh

Tanggal Praktek : 01 Juli 2014 – 1 Agustus 2014

Judul Laporan : Mengamati dan Mempelajari Aspek Teknologi Proses

Produksi dan Budidaya Tanaman Tebu Di PT PG

RAJAWALI II UNIT PG JATITUJUH

Disetujui untuk diajukan sebagai laporan praktek kerja lapang

Jatinangor, November 2014

Menyetujui,

Dosen Pembimbing PKL

Dr. Dwi Rustam Kendarto, Ssi., MT.

NIP. 19691029 200112 1 001

Pembimbing Instansi PKL

Nurhasan, S.Si

NIP. 19780530 101101 1 002

Mengetahui,

Koordinator PKL TMIP

Asri Widyasanti, STP., M.Eng

NIP. 19830725 200604 1 001

Page 3: PKL billy

LEMBAR PENILAIAN PRAKTEK KERJA LAPANG

Page 4: PKL billy

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur ke hadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat dan

karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktik Lapangan dan

menyelesaikan laporan dari Praktik Lapangan. Penyusunan laporan ini tidak hanya semata

untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Praktik Lapangan saja namun sebagai salah satu

dokumentasi ilmiah yang dilakukan penulis selama 25 hari berada di lokasi Praktik

Lapangan. Selain itu laporan ini dibuat juga untuk para pembaca yang memerlukan

informasi mengenai lokasi tempat Praktik Lapangan yang mudah – mudahan bisa

membantu dan menambah wawasan para pembaca. Kegiatan Praktik Lapangan

dilaksanakan di PT. Rajawali II Unit PG Jatitujuh, Majalengka, Jawa Barat, yang dimulai

tanggal 5 Januari sampai 2 Februari 2015.

Melalui laporan praktek kerja lapang ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima

kasih yang sebesar – besarnya atas segala dukungan dan bantuan nya kepada :

1. Ibu Asri Widyasanti sebagai dosen koordinator mata kuliah Praktek Kerja Lapang

(PKL) yang telah memberikan arahan kepada penulis mulai dari perencanaan,

pencarian tempat PKL hingga penyusunan laporan PKL.

2. Bapak Dwi Rustam sebagai dosen pembimbing mata kuliah Praktek Kerja Lapang

yang telah memberikan bimbingan dan nasihat – nasihat yang bermanfaat bagi

penulis.

3. Bapak Ade sebagai bagian HRD PT. Rajawali II Unit PG Jatitujuh yang telah

memberikan dukungan pada kami selama PKL.

4. Bapak Donny sebagai pembimbing pengenalan PT. Rajawali II Unit PG Jatitujuh

5. Bapak H. Jukri sebagai sebagai pembimbing lapangan PKL yang telah memberikan

bimbingan, arahan serta ilmu kepada penulis saat berada di lapangan.

6. Bapak H. Saptari sebagai pembimbing lapangan kedua yang telah memberikan

bimbingan, arahan serta ilmu kepada penulis saat berada di lapangan.

7. Ibu, Ayah, dan kakak kandung penulis yang senantiasa selalu memberikan doa,

dorongan serta kasih sayangnya kepada penulis sehingga penulis mampu

menyelesaikan laporan PKL ini.

8. Rifki dan Mumtaz yang sama-sama melaksanakan PKL di PT. Rajawali II Unit PG

Jatitujuh atas bantuan dan kerjasamanya.

9. Semua pihak yang sudah membantu dan tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Page 5: PKL billy

Semoga Allah SWT berkenan membalas segala perbuatan baik dari pihak – pihak

yang sudah membantu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat kekurangan.

Oleh karena itu, perlu adanya kritik dan saran yang membangun bagi penulis. Semoga

laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi penulis sendiri.

Bandung, Februari 2015

Penulis

Page 6: PKL billy

DAFTAR ISI

Page 7: PKL billy

DAFTAR TABEL

Page 8: PKL billy

DAFTAR GAMBAR

Page 9: PKL billy

DAFTAR LAMPIRAN

Page 10: PKL billy

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok yang penting dalam kehidupan manusia.

Dalam menghadapi perdagangan bebas semua industri dituntut meningkatkan efisiensi untuk

memiliki daya saing internasional yang kuat dan mampu bertahan termasuk industri gula. Industri

gula yang menempati posisi penting dalam sistem perekonomian nasional harus dapat

dipertahankan. Namun pemerintah Indonesia masih mengimpor gula dari Negara lain yang

disebabkan tidak terpenuhinya pasokan gula di Indonesia. Tercatat produksi gula nasional

saat ini hanya 2,3 juta ton. Di sisi lain, konsumsi gula nasional mencapai 5,01 juta ton.

Maka Indonesia sampai saat ini masih mencatat defisit gula hingga 2,7 juta ton.

Praktik lapangan dilaksanakan pada perusahaan atau instansi yang relevan

dengan bidang teknologi industry pertanian seperti PT. PG RAJAWALI II UNIT

JATITUJUH merupakan salah satu perusahaan yang mengaplikasikan teknologi

pengolahan produk agroindustri, sehingga dianggap sangat sesuai dengan

pengetahuan yang telah didapat pada saat kuliah di Teknik Manajemen Industri

Pertanian. Topik praktik lapangan tentang aspek teknologi proses produksi dan

budidaya ini dipilih berdasarkan pertimbangan berbagai aspek. Aspek teknologi

yang digunakan mencakup teknik penanganan dan budidaya tebu yang lebih baik

untuk lingkungan dan aspek manajemen lingkungan industri ini mencakup

pengaturan penanganan limbah hasil produksi hingga pengaturan atau standar yang

diberlakukan oleh perusahaan dalam rangka menjaga stabilitas produksi dengan

lingkungan sekitar industri.

Penerapan PG Jatitujuh dalam hal teknologi dalam industri gula dapat dijadikan

sebagai suatu tambahan wawasan, pengetahuan, pengalaman, serta informasi dalam bidang

teknologi dan budidaya. Proses budidaya ini perlu diperhatikan juga agar dapat meningkatkan

produktifitas dan menghasilkan tebu yang berkualitas dan memiliki nilai rendemen yang tinggi.

1.2 Maksud Praktek Kerja Lapang

Maksud dari dilaksanakannya Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah diharapkan

penyusun dapat mempelajari dan mengetahui bagaimana aspek teknologi dan proses

Page 11: PKL billy

budidaya tebu dan penyusun diharapkan mempunyai gambaran mendalam mengenai

dunia kerja serta dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh dalam

perkuliahan di dunia kerja.

1.3 Tujuan Praktek Kerja Lapang

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dilaksanakannya PKL ini yaitu sebagai berikut :

1. Memperoleh pengalaman bekerja pada institusi yang dituju yang berkaitan

dengan bidang teknik pertanian.

2. Membandingkan kajian teoritis dengan praktek-praktek nyata dilapangan.

3. Mengidentifikasi masalah dan belajar menganalisis untuk mendapatkan

suatu penyelesaian dari masalah tersebut.

4. Mengkaji, mempelajari dan menganalisis proses budidaya tebu yang efektif dan

produktif.

5. Mengkaji, mempelajari dan menganalisis teknologi dan proses pengolahan dan

pemanfaatan tebu.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui berbagai aktivitas dan kegiatan yang dilakukan dalam industri

pertanian, khususnya melakukan pengamatan dan mempelajari kinerja mesin

traktor saat melakukan pengolahan lahan tebu di PT PG Rajawali II Jati Tujuh.

2. Mempelajari kegiatan dari mulai pemilihan lahan yang akan diolah, pemilihan

traktor dan implemen yang akan di gunakan untuk pengolahan lahan tebu.

3. Mempelajari persiapan lahan, penanaman, pemberian pupuk dan sebagainya di

lahan tebu.

1. 4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Praktek Kerja Lapang

Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang dilakukan dari tanggal 05 Januari 2015 sampai

dengan 02 Februari 2015, bertempat di PT. Rajawali II Unit PG Jatitujuh, Majalengka,

Jawa Barat.

1.5 Deskripsi Kegiatan Praktek Kerja Lapang

Page 12: PKL billy

Praktek Kerja Lapang ini dilakukan dengan memfokuskan pada pengamatan

langsung di lapangan bagaimana teknologi pemberian irigasi pada room control serta

mengamati budidaya tebu setiap hari beserta mekanisasi tebu.

1.6 Metode Penulisan

Metode yang digunakan pada penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut:

1. Metode Observasi

Langkah awal pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) untuk mengetahui secara

langsung kondisi kegiatan dan sarana-sarana pendukung kegiatan industri di PT.

Rajawali II Unit PG Jatitujuh.

2. Metode wawancara

Administrator, untuk mengetahui struktur organisasi perusahaan, tingkat

produksi, dan arah pengembangan perusahaan.

Mekanik dari bagian mekanisasi, untuk mendapatkan informasi bagian mesin

yang digunakan dalm proses budidaya tebu.

Operator mesin, untuk mengetahui lebih jauh cara pengoperasian dan cara kerja

mesin di lapanganan.

3. Pengambilan Data

Dilakukan sesuai dengan judul yang dikehendaki untuk mengetahui profil

perusahaan bersangkutan.

4. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan sebagai data pelengkap dan pembanding, referensi dan

literatur yang berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan. Selain itu untuk

memperoleh pembuktian dan alasan-alasan ilmiah dalam melakukan analisis

terhadap berbagai macam permasalahan yang dihadapi di lapanganan.

Page 13: PKL billy

BAB II

TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN TEBU

2.1 Jenis Kegiatan

Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati dan mempelajari langsung di lapangan

bagaimana budidaya saat melakukan pengolahan lahan tebu sehingga menghasilkan media

tanam yang baik untuk pertumbuhan tanaman tebu. Adapun bentuk kegiatan yang

dilakukan selama PKL adalah

1. Mengamati lingkungan perusahaan secara menyeluruh khususnya dibagian

mekanisasi.

2. Melakukan pengamatan dan mempelajari langsung kinerja traktor dan implement

pada pengolahan tanah primer, pengolahan tanah sekunder, pembuatan kair,

pembuatan got, penanaman, pemberian irigasi pemeliharaan tanaman, dan

perawatan alat berat.

2.2 Alat dan Bahan Kegiatan

Alat yang digunakan dalam kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Rajawali

II Unit PG Jatitujuh adalah sebagai berikut :

1. Topi

2. Alat Tulis

3. Kalkulator

4. Kamera

5. Laptop

Sedangkan bahan yang digunakan dalam kegiatan Praktek Kerja Lapang di

Rajawali II Unit PG Jatitujuh adalah traktor dan implement.

2.3 Tahapan Kegiatan

Tanaman tebu pertama atau yang disebut dengan plant cane merupakan budidaya

tebu dengan cara menanami lahan dengan bibit tebu baru yang berasal dari Kebun Bibit

Dasar (KBD) sehingga sebelum proses penanaman membutuhkan penyiapan lahan dan

pengolahan tanah terlebih dahulu agar tanah memiliki kondisi yang baik dan siap untuk

Page 14: PKL billy

ditanami tebu. Bibit tebu yang dipakai PG Jatitujuh berasal dari bibit yang dikembangkan

di R & D. Bibit yang dikembangkan di R & D tidak hanya memenuhi kebutuhan PG

Jatitujuh saja tetapi seluruh PG yang berada di bawah PT. Rajawali.

Umumnya pengeluaran biaya tanaman tebu pertama lebih besar dari tebu ratoon

karena memerlukan beberapa kegiatan ekstra dibandingkan dengan tebu ratoon atau ratoon

cane. Secara singkat urutan budidaya tanaman tebu pertama dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Alur Budidaya Tanaman Tebu Pertama

a. Persiapan Lahan

Persiapan lahan adalah kegiatan untuk membersihkan lahan dari serasah dan sisa-

sisa panen tebu sebelumnya yang masih berada di lahan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk

mempersiapkan lahan agar pada saat mulai pengolahan dan penanaman lahan sudah bersih

dan siap dipakai. Pada PG Jatitujuh kegiatan persiapan lahan dilakukan dengan cara

membakar sisa-sisa panen tebu dan serasah tebu di atas lahan. Pembakaran ini dilakukan

dengan cara manual melalui pekerja-pekerja lapanganan pabrik. Untuk Proses pembakaran

umumnya dilakukan pada saat sore atau malam hari. Hal ini menghindari terjadinya

perambatan api ke lahan sebelah karena angin, namun tidak menutup kemungkinan juga

pembakaran dilakukan pada siang hari. Proses pembakaran lahan dilakukan setelah 3-4

hari pemanenan. Hal ini ditujukan agar serasah dan sisa-sisa panen tebu sudah kering

terkena matahari agar mudah terbakar. Kegiatan pembakaran lahan ini biasanya dilakukan

oleh tiga orang pekerja untuk satu petak dan memakan waktu dari pukul 3 sore sampai api

mati sepenuhnya. Setelah itu dilakukan perbaikan lahan berupa leveling dengan tujuan

agar lahan menjadi relatif datar sehingga menjadi lebih mudah dalam drainase. Proses

leveling dilakukan menggunakan bulldozer D50E dengan kekuatan 110 hp. Kemudian

Page 15: PKL billy

kegiatan slanjutnya adalah pemberian dolomite. Tujuan pemberian dolomite ini adalah

untuk menytabilkan pH tanah sehingga akar tanaman mudah menyerap unsur hara yang

terkandung dalam tanah. Adapun kegiatan pembakaran lahan dan pemberian dolomite

dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Gambar 2. Kegiatan pembakaran lahan

Gambar 3. Pemberian Dolomite pada Lahan

Pada PG Jatitujuh kegiatan persiapan lahan dilakukan pada musim kemarau karena

untuk memudahkan terjadinya pembakaran lahan dan juga karena lahan dalam kondisi

kering lebih mudah untuk dibakar dibandingkan dengan lahan yang basah.

b. Pengolahan Tanah Primer

Pengolahan tanah merupakan kegiatan manipulasi tanah secara mekanis untuk

tujuan tertentu, terutama untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Tujuan umum dari

pengolahan tanah adalah menciptakan kondisi tanah yang paling sesuai untuk

pertumbuhan tanaman. Sementara tujuan khusus dari pengolahan tanah adalah

menciptakan struktur tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman dan mengendalikan

gulma dan tumbuhan penggagu. Pengolahan tanah dibagi menjadi dua kegiatan yaitu

pengolahan tanah primer dan pengolahan tanah kedua. Pengolahan tanah primer

Page 16: PKL billy

merupakan pengolahan tanah pertama yang dilakukan terhadap lahan. Tujuan pengolahan

tanah primer adalah mengurangi kekuatan tanah, menutup vegetasi permukaan, dan

mengatur agregat tanah. Pada PG Jatitujuh pengolahan tanah primer terbagi lagi menjadi

dua kegiatan yaitu pembajakan 1 dan pembajakan 2.

Pembajakan 1 dilakukan dengan tujuan untuk memotong, membalikan, dan

menggemburkan tanah. Pada PG Jatitujuh kegiatan pembajakan 1 dilakukan dengan

menggunakan implement bajak piring dan bajak singkal, namun bajak singkal sudah tidak

digunakan lagi sejak tiga tahun terakhir. Hal ini dikarenakan biaya operasi dan

pemeliharaan bajak singkal lebih mahal dibanding bajak piring. PG Jatitujuh lebih sering

menggunakan bajak piring untuk kegiatan pembajakan 1 ini. Selain bajak piring PG

Jatitujuh memilki ripper yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembajakan 1. Pola

kerja dari pembajakan 1 adalah traktor membajak tanah dengan kemiringan 45o dari alur

yang ada.

Pembajakan 2 dilakukan setelah pembajakan 1 selesai. Pembajakan 2 bertujuan

untuk lebih menghancurkan bongkahan – bongkahan hasil dari pekerjaan pembajakan 1.

Pola kerja dari pembajakan 2 adalah traktor membajak tanah tegak lurus dari hasil olahan

pembajakan 1. Hal ini ditujukan agar proses penghancuran bongkahan – bongkahan tanah

lebih sempurna. Alat yang digunakan dalam kegiatan ini sama dengan alat yang digunakan

pada pembajakan 1 yaitu bajak piring dan ripper. Kegiatan pembajakan 2 dilakukan 2-4

hari setelah pembajakan 1 selesai. Pembajakan 2 juga menggunakan bajak pirng dalam

pengerjaannya. Untuk kegiatan pembajakan 1 dan 2 dilakukan dengan menggunakan

traktor pertanian bertenaga 150 hp. Kondisi tanah setelah pembajakan dapat dilihat pada

Gambar 4.

Gambar 4. Kondisi tanah setelah pengolahan tanah primer

c. Pengolahan Tanah II / Sekunder

Pengolahan sekubder dilakukan setelah kegiatan pengolahan tanah primer selesai.

Pengolahan sekunder lebih dikenal dengan nama penggaruan. Tujuan kegiatan ini adalah

Page 17: PKL billy

menghaluskan bongkahan tanah hasil pengolahan tanah primer sehingga menghasilkan

kondisi tanah yang lebih baik dan lebih halus. Pada PG Jatitujuh kegiatan ini dilakukan

dengan giant harrow untuk menghaluskan tekstur tanah. Kegiatan ini dilakukan 2-4 hari

setelah pengolahan tanah primer. Alat yang digunakan untuk pengolahan tanah II di PG

Jatitujuh adalah garu piring yang berjenis tandem. Ada dua macam implement garu yang

dimiliki pabrik yaitu garu piring yang memiliki piring jenis scalloped disc dan garu piring

yang memiliki garu berjenis scalloped disc dan circular disc. Kegiatan penggaruan dapat

dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Pengolahan tanah II

d. Fertilizer Aplicator (FA) Kair

Pembuatan alur dan pemupukan atau FA Kair adalah kegiatan pembuatan guludan

tanah atau juring yang merupakan tempat alur penanaman tebu dan pemberian pupuk pada

alur tanaman. Kegiatan ini dilakukan 1-2 hari setelah penggaruan atau pengolahan tanah II

selesai. Alat yang digunakan pada kegiatan ini berupa implement yang memiliki tyne dan

sayap untuk membuat guludan yang memiliki jarak PKP (Puncak Ke Puncak) sekitar 135

cm dengan kedalaman 20-25 cm. Alat ini sudah dimodifikasi sehingga memiliki 2 hopper

diatasnya untuk menaruh pupuk. Masing-masing hopper memilki volume total 1.5 ku

maka total pupuk yang dibawa implement ini sekitar 3 ku. Implemen ini dioperasikan

dengan cara ditarik oleh traktor roda empat yang memiliki daya 80-150 hp.

e. Pembuatan Got

Pembuatan got pada lahan tebu dilakukan untuk memperlancar aliran air dari air irigasi

yang berlebihan atau memperlancar drainase sehingga air tidak menggenang dan

menyebabkan tanaman tebu rusak dan busuk. Di PG Jatitujuh terdapat empat jenis got

yaitu got malang, got mujur, got keliling, dan got eksternal.

Got malang berguna untuk menampung air dari buangan air irigasi dan mengalirkan air

yang berlebih ke got mujur atau got keliling. Pembuatan got malang menggunakan alat

Page 18: PKL billy

kair mata satu. Jarak antar got sekitar 25-40 m daengan kedalaman 20-30 cm. Got malang

dibuat tegak lurus dengan alur tanaman.

Got mujur berguna untuk mengurangi genangan air di tengah kebun dan mengalirkan

air yang berlebih ke got keliling. Got mujur dibuat dengan alat motor grader. Jarak antar

got sekitar 40-50 m dan kedalaman sekitar 30-35 cm. Got mujur dibuat searah dengan alur

tanaman.

Got keliling berguna untuk menampung air yang berlebih dari got mujur dan got

malang yang dibuat mengelilingi petakan lahan. Got keliling dibuat berbentuk “V” apabila

dipotong melintang. Kedalaman got keliling sekitar 30-40 cm dan dibuat dengan motor

grader.

Got eksternal berguna untuk penghubung antara sumber air dengan kebun. Got

eksternal dibuat lebih dalam dan besar dibandingkan dengan got lainnya. Got eksternal

dibuat dengan ekscavator. Pembuatan got malang dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Pembuatan got malang

f. Penanaman

Kegiatan penanaman bibit tebu dilakukan secara manual. Kegiatan ini meliputi dua

tahapan, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Tahap persiapan dimulai dari

pengambilan bibit dari KBD (Kebutuhan Bibit Dasar) yang sesuai dengan kebutuhan.

Pengambilan bibit ini dilakukan maksimal satu hari sebelum penanaman. Setelah itu bibit

yang sudah diambil dari KBD di klentek dari pelepah daunnya dan diseleksi untuk

mendapatkan bibit sehat, muda, segar, dan murni. Lalu setelah itu bibit dipotong-potong

menjadi 3-4 ruas.

Tahap pelaksanaan dimulai dengan peletakkan bibit pada kairan dengn meletakkan

bibit ganda pada kairan atau alur yang sudah dibuat. Setelah itu bibit ditimbun dengan

tanah hingga tertutup rapat setebal 5-10 cm. Bibit tebu yang ditanam di PG Jatitujuh

Page 19: PKL billy

terdapat 10 bibit varian. Hal ini dimaksudkan untuk mengadaptasi tanaman tebu dengan

kondisi lahan, hama, dan cuaca. Kegiatan penanaman dapat dilihat pada Gambar 7,

Gambar 8, Gambar 9 dan

Gambar 10.

Page 20: PKL billy
Page 21: PKL billy

Gambar 7. Persiapan bibit

Page 22: PKL billy

Gambar 8. Penanaman bibit

Gambar 9. Penutupan bibit

Gambar 10. Bibit yang sudah ditanam

g. Penyiraman

Setelah bibit ditanam kegiatan selanjutnya adalah penyiraman. Untuk tebu plant

cane dilakukan dua kali penyiraman, yaitu pada saat penanaman dan pemeliharaan.

Kegiatan penyiraman juga terbagi menjadi dua yaitu persiapan dan pelaksanaan. Persiapan

penyiraman meliputi penyediaan pompa kebun, pipa, dan sarana lain yang dilaksanakan

pada saat akan mulai tanam. Pompa kebun akan ditarik oleh traktor traksi dari bengkel

mekanisasi, begitu juga dengan pipa-pipa penyiraman. Pompa dan pipa kebun harus siap

pakai paling lambat sehari sebelum penyiraman.

Page 23: PKL billy

Pelaksanaan penyiraman dilakukan dengan cara irigasi permukaan dimana yang

diairi adalah permukaan alur dengan menggunakan pipa suling. Penggunaan pipa suling

ditujukan agar hasil penyiraman merata pada lahan. Pipa suling terdiri dari pipa yang

dilubangi menjadi 4-5 lubang dan dari setiap lubang tersebut akan mengeluarkan air yang

akan mengairi alur. Proses kegiatan ini dilakukan oleh dua orang pekerja. Kebutuhan air

penyiraman dapat diambil dari lebung – lebung terdekat ataupun rawa – rawa terdekat.

Kebuthan untuk air sendiri mencapai sekitar 1100 m3/ha. Kapasitas penyiraman di PG

Jatitujuh sendiri masih tergolong rendah yaitu sekitar 0.033 ha/jam.

h. Pemeliharaan Tanaman

Setelah dilakukan penyiraman tanaman kegiatan selanjutnya adalah pemeliharaan

tanaman. Pemeliharaan tanaman dimaksudkan untuk memelihara tanaman agar tumbuh

dan berkembang sesuai dengan yang diinginkan dan tidak mengalami kegagalan pada saat

pertumbuhan. Pemeliharaan tanaman pada plant cane meliputi penyemprotan I,

penyulaman, penyiraman II, penyiangan I, turun tanah I, pemupukan II, turun tanah II,

pengurasan got I/II, penyiangan II, Herbisida II, dan kletek.

Penyemprotan / herbisida

Herbisida dilakukan untuk membunuh gulma yang akan menggangu tanaman tebu.

Herbisida dilakukan dengan sprayer dengan cara di semprot. Herbisida I dilakukan pada

saat kondisi gulma sudah sampa 3-4 daun. Jenis dan dosis herbisida yang diberikan ke

tanaman sesuai rekomendasi dari bagianriset dan pengembangan. Herbisida I dilakukan

pada saat umur tanaman 2-3 minggu. Herbisida II dilakukan pada saat tanaman sudah

memiliki ruas dan aplikasinya menggunakan handsprayer. Dosis dan jenis herbisida II juga

ditentukan oleh bagian riset dan pengembangan. Kegiatan ini dilaksanakan oleh ± 4-7

orang dan satu orang mandor untuk pengawasan. Pengecekan kualitas hasil penyemprotan

dilakukan oleh sinder yang bersangkutan.

Penyulaman

Kegiatan ini dilakukan apabila perkecambahan kurang dari 8 tunas per meter,

berdasarkan hasil pengecekan oleh tim pemantau perkecambahan. Kegiatan ini dilakukan

pada saat umur tanaman 1.5-2 bulan. Penyulaman dilakukan dengan cara stek dan dengan

varietas tebu yang sama.

Page 24: PKL billy

Penyiangan

Penyiangan merupakan kegiatan pembasmian gulma secara manual yaitu dengan

cara mencangkul gulma-gulma yang tumbuh di sekitar tanamn tebu. Tujuan dari kegiatan

ini adalah menyingkirkan gulma yang berada di sekitar tanaman tebu sehingga tanaman

tebu tidak bersaing dalam pengambilan unsur hara dalam tanah.

Turun Tanah

Turun tanah dilakukan sebanyak dua kali. Turun tanah I dilakukan setelah lahan

sudah bebas dari gulma. Turun tanah I dilakukan pada saat tanaman berumur 1.5-2 bulan.

Turun tanah I bertujuan untuk memperkuat pertumbuhan akar tanaman. Turun tanah I

dilakukan dengan alat furrower. Turun tanah II meliputi kegiatan pemasukan tanah bekas

FA ke dalam dapuran tebu sehingga berbentuk guludan kecil yang rapat. Turun tanah II

dilakukan secara manual pada saat tanaman berumur 2.5-3 bulan.

Chisseling

Kegiatan chiseling dimaksudkan untuk memotong akar – akar yang sudah tua agar

akar – akar muda bisa tumbuh kembali. Alat yang digunakan untuk kegiatan ini adalah

chissel dengan kedalaman 15-20 cm. Selain itu kegiatan ini bertujuan juga untuk

mempermudah pekerjaan pemupukan II.

Pemupukan II

Pemupukan II dilakukan pada saat tanaman tebu berumur 2-2.5 bulan dengan

rekomendasi dosis dari riset dan pengembangan. Kegiatan ini dilakukan menggunakan

implemen FA dengan wing dengan kedalaman penempatan pupuk 15-20 cm. Penggunaan

implemen dengan wing ini dimaksudkan agar penutupan pupuk menjadi lebih rapat.

Kuras Got

Pengurasan got dilakukan untuk memperlancar aliran air pada saat musim hujan

tiba. Pengurasan got keliling dan mujur menggunakan alat motor grader sedangkan

pengurasan got malang menggunakan kair mata satu. Kegiatan ini dilakukan sebelum

musim hujan tiba.

Pengkletekan

Page 25: PKL billy

Pengkletekan adalah kegiatan membuang daun-daun kering pada tanaman tebu

yang sudah tumbuh tinggi. Tujuan dari pengkletekan adalah mengurangi perkembangan

hama penyakit, mengurangi kemungkinan tebu terbakar akibat daun kering yang tersangat

matahari, menciptakan sirkulasi udara yang baik di bagian bawah tanaman dan

memudahkan kegiatan penebangan atau menjaga mutu tebangan. Kegiatan ini dilakukan

secara manual oleh tenaga kerja manusia. Pengkletekan dilakukan minimal 10 ruas dari

bawah tanaman dengan syarat dapuran bersih dari klaras-klaras tebu.

2.4 Tanaman Tebu Ratoon

Tebu Ratoon (Ratoon Cane) adalah budidaya tanaman tebu dengan cara tidak

menanam lahan dengan bibit tebu baru, melainkan memanfaatkan tunas yang tumbuh dari

tunggak pada lahan setelah tebu dipanen. Pada umumnya tebu ratoon bisa digunakan

setelah tiga kali pertumbuhan atau empat kali masa tanam, namun pada kenyataannya

apabila tebu ratoon masih bagus kualitasnya, penggunaan 5 kali masa tanam juga masih

dimungkinkan. Serta apabila tebu pada masa tanam pertama sudah memberikan hasil yang

buruk bisa langsung dibongkar dan diganti dengan plant cane. Pada budidaya tebu Ratoon

Cane tidak membutuhkan proses pengolahan tanah sehingga mengurangi pengeluaran

biaya budidaya tebu. Proses budidaya tebu ratoon meliputi keprasan, penggemburan tanah,

pemupukan, subsoiling, dan pemeliharaan tanaman. Secara singkat alur budidaya tanaman

tebu ratoon dapat dilihat pada Gambar 11.

Page 26: PKL billy

Gambar 11. Alur budidaya tebu ratoon

a. Keprasan

Pengeprasan adalah kegiatan meratakan tunas tebu yang masih tidak rata pada saat

pemanenan. Kegiatan ini didahului oleh pembakaran lahan yang dimaksudkan untuk

membakar serasah dan sisa-sisa panen tebu sebelumnya. Pengeprasan dilakukan untuk

menyeragamkan pertumbuhan tanaman tebu ratoon dan dilakukan dengan manual

menggunakan cangkul paling lambat tiga hari setelah kegiatan penebangan. Kegiatan ini

memerlukan 6 orang pekerja dalam satu petak dengan jam kerja dari pukul 07.00 sampai

17.00. Tenaga – tenaga kerja kepras dicari oleh mandor lahan dan pembagian upah per

hektar dari pabrik dengan sistem borongan. Adapun kegiatan pengeprasan dapat dilihat

pada Gambar 12.

Gambar 12. Kegiatan Pengeprasan

b. Penggemburan Tanah

Page 27: PKL billy

Penggemburan tanah atau chiseling dilakukan untuk menggemburkan tanah sekitar

tanaman dan memotong akar lama yang berada di tanah. Kegiatan ini dilakukan 1-3 hari

setelah pengeprasan dengan kedalaman 15-20 cm menggunakan alat yang dinamakan

chisel yang memiliki tyne untuk memotong akar. Chissel ditarik dengan traktor yang

memiliki daya 110-150 hp. Kegiatan ini juga bisa berfungsi untuk mengurangi serasah-

serasah tebu yang tidak ikut terbakar. Kegiatan Chisseling dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Kegiatan chisseling

c. Pemupukan

Pemupukan pada tanaman ratoon dilakukan menggunakan alat FA Ratoon yang

ditarik oleh traktor 110-150 hp. Pada FA Ratoon terdapat dua hopper yang masing-masing

memiliki volume 1.5 ku. Proses pemupukan dimulai dengan pencampuran pupuk yang

dibawa ke lahan menggunakan truk pupuk. Setelah pupuk tercampur, pupuk dimasukkan

ke dalam hopper dan operator bergerak ke lahan untuk mengerjakan proses pemupukan.

Terdapat dua operator pada kegiatan ini yaitu operator traktor dan operator pembuka katup

yang ada pada hopper agar pupuk bisa jatuh ke lahan. Pupuk yang jatuh ke lahan akan

masuk sedalam 10-15 cm di tanah. Kegiatan ini dilakukan 1 minggu setelah pengeprasan.

Kegiatan pemupukan mekanis dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Kegiatan FA Ratoon

d. Subsoiling/Ripper

Page 28: PKL billy

Subsoiling dilakukan untuk memecah lapisan tanah yang kedap air sehingga bisa

memperlancar aliran air pada saat irigasi. Subsoiling dilakukan menggunakan implement

subsoiler dengan kedalaman olah 30 cm dan ditarik oleh traktor yang memiliki daya 150

hp.

e. Pengurasan Got

Pengurasan got dilakukan dengan tujuan untuk memperdalam got yang ada agar

memperlancar aliran air pada saat musim hujan tiba. Pengurasan got dilakukan sebelum

musim hujan dan menggunakan alat yang sama dengan pengurasan got pada tanaman plant

cane.

f. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman tebu ratoon dilakukan agar menjaga tanaman tetap tumbuh

dan berkembang sesuai yang diinginkan. Pemeliharaan tanaman pada ratoon cane secara

umum sama dengan plant cane yakni meliputi kegiatan penyulaman, penyiangan I,

pengurasan got II, penyiangan II, herbisida, dan kletek.

BAB III

PENUTUP

Proses dan kegiatan budidaya tebu di PG Jatitujuh sudah dimulai dari tahun 70-an.

Sekitar tahun 1978 proses gilingan sudah dimulai di PG Jatitujuh, sehingga bisa dikatakan

PG Jatitujuh sudah sangat berpengalaman dalam kegiatan budidaya tebu dan proses

produksi gula serta manajemen pabrik didalamnya. Dengan pengalamannya tersebut PG

Jatitujuh mampu memproduksi gula dengan mapan dan kontinyu. Ditambah lagi produksi

dan rendemen gula pada PG Jatitujuh masih bisa dibilang paling tinggi dibanding unit lain

yang berada dibawah manajemen PT PG Rajawali II. Keberhasilan PG Jatitujuh tidak

Page 29: PKL billy

terlepas dari peran para karyawan yang ada di dalamnya. Karyawan PG Jatitujuh berasal

dari berbagai daerah yang mencapai jumlah 10114 karyawan termasuk karyawan tetap,

musiman, dan borong. Karyawan-karyawan PG Jatitujuh berasal dari Indramayu,

Majalengka, Cirebon, dan banyak yang dari luar Majalengka untuk tenaga borongannya.

Karyawan borongan memiliki jumlah paling banyak di PG Jatitujuh karena berasal dari

berbagai macam daerah termasuk luar Majalengka. Karyawan borongan akan banyak

berdatangan apabila musim tebang tiba.

Sebagian besar proses budidaya tanaman tebu di PG Jatitujuh menggunakan sistem

mekanis yaitu dengan alsintan yang tersedia di bagian mekanisasi, sehingga kegiatan

proses budidaya dapat dilakukan secara efektif. Kebanyakan alsintan di PG Jatitujuh sudah

berumur tua maka perawatan yang intensif dan perbaikan-perbaikan di bengkel sering

dilakukan untuk menjaga performa dan kinerja dari alsintan tersebut. Proses budidaya di

PG Jatitujuh tidak semua dikerjakan dengan sistem mekanis, hal ini dikarenakan pihak

pabrik masih sangat menghargai tenaga-tenaga manusia yang berada di sekitar pabrik.

Selain itu juga adalah mengenai biaya operasi yang tinggi apabila menggunakan full

mekanis.

Kegiatan yang masih menggunakan tenaga manusia atau manual adalah

penanaman, penebangan, dan pengeprasan. Penanaman masih dilakukan secara manual

dengan cara menaruh bibit tebu di atas alur lalu menutupnya dengan cangkul. Kegiatan ini

memakan waktu yang lama karena bergantung pada jumlah tenaga kerja yang

melaksanakan penanaman dan jam kerja penanaman. Penebangan juga dilakukan secara

manual dengan tenaga tebang manusia yang menggunakan arit yang sangat tajam. Alasan

mengapa pabrik tidak menggunakan chopper harvester untuk penebangan adalah karena

akan banyak tenaga kerja yang menganggur karena perannya tergantikan oleh mesin, serta

pertimbangan biaya yang lebih besar menggunakan mesin dibanding manusia.

Kendala – kendala yang dialami pada aplikasi traktor dan implement dalam proses

budidaya tebu yang utama adalah kendala cuaca. Ketika saya berada dilokasi PKL yang

kebetulan sedang mengalami musim hujan yang bisa menghalangi alat mekanisasi masuk

ke lahan. Hal ini dikarenakan apabila mesin pertanian dipaksakan masuk ke lahan basah

maka akan terjadi banyak slip dan kinerja tidak optimum sehingga akan mengalami

kerugian. Selain itu apabila pihak pabrik menunggu kondisi lahan untuk kering maka

proses budidaya akan mengalami kemunduran waktu sehingga proses-proses berikutnya

akan mundur juga. Hal ini diperlukan inovasi penerapan alsintan yang cocok dan

beradaptasi dengan kondisi lahan di PG Jatitujuh. Seperti penggantian ban yang memang

Page 30: PKL billy

khusus untuk lahan basah atau becek. Dengan adanya pergantian ban resiko slip berlebihan

akan bisa dihindari dan proses budidaya akan berjalan normal.

Proses dan kinerja alsintan di PG Jatitujuh sangat banyak. Dari mulai pengolahan

tanah, pemupukan, dan pemeliharaan menggunakan alsintan yang tersedia di pabrik.

Masing - masing proses tersebut memiliki kinerja yang berbeda dilapanganan. Dari hasil

pengamatan proses pengolahan tanah primer memiliki efisiensi lapangan cukup rendah

dikarenakan waktu tidak bekerja alat cukup lama, diantaranya digunakan operator untuk

beristirahat, memasang pelindung pakaian dari sinar matahari ditengah - tengah pekerjaan.

pengolahan tanah. Sedangkan untuk pengolahan tanah sekunder atau penggaruan

didapatkan efisiensi yang sangat baik. Hal ini jauh berbeda dengan pengolahan tanah

primer. Perbedaan efisiensi yang jauh ini disebabkan oleh tidak adanya waktu belok bagi

proses penggaruan dan traktor yang digunakan pada proses penggaruan adalah traktor yang

memiliki kabin operator cukup nyaman yang memiliki pendingin udara didalamnya

sehingga operator tidak perlu beristirahat lama dan memasang alat pelindung sinar

matahari.

Pabrik gula Jatitujuh juga memiliki sistem penggolongan tingkat operator di mana

ada tiga tingkatan operator yang didasarkan oleh pengalaman, keahlian, resiko kerja, jenis

dan harga unit dan implemen. Operator tingkat I adalah operator yang paling tinggi

tingkatannya. Adapun keahlian operator tingkat I dapat menjalankan wheel tractor,

bulldozer D50, buldozzer D60, bulldozer D85, harvester, motor grader, big excavator,

excavator kair, harrow, FA kair, FA Ratoon, grabe loader, ditcher, dan secara umum dapat

menjalankan semua unit mekanisasi yang ada di PG Jatitujuh. Keahlian peringkat II adalah

dapat menjalankan grabe loader, wheel tractor, kair, chissel, ditcher, ditcher, subsoiler,

rotashlaher, subsoiler ratoon dan PC, trailer bukaka, trailer Nippon, trailer gandeng, dan

tarikan. Sedangkan keahlian pada operator tingkat III adalah dapat menjalankan angkutan

pupuk, angkutan pompa kebun, angkutan bibit, angkutan material, angkutan tenaga kerja,

dan angkutan tangki air. Sebagian besar fungsi bagian – bagian alsintan di PG Jatitujuh

tidak dalam kondisi yang optimal. Hal ini ditandai dengan terlihatnya kursi operator yang

rusak, kap traktor yang sudah rusak, dan beberapa sistem kendali traktor dan alat berat

yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Hal ini dikarenakan oleh unsur alsintan yang

sudah tua, suku cadang yang tidak diganti ataupun memang tidak ada suku cadang dan

lainnya.

Dari hasil wawancara saya dengan salah seorang karyawan mekanisasi dalam hal

perbaikan dan perawatan alsintan di PG Jatitujuh dilakukan secara merata dan sama

Page 31: PKL billy

perlakuannya, yaitu terdapat perawatan setelah 250 jam kerja, 500 jam kerja, 750 jam

kerja, dan 1000 jam kerja. Kendala dalam hal perbaikan dan perawatan adalah seringkali

kehabisannya stok barang yang rusak dan harus diganti. Hal ini menyebabkan

keterlambatan perbaikan sehingga mesin tidak dapat dipakai dan diistirahatkan lebih lama.

Selain itu juga sistem perbaikan di PG Jatitujuh sudah tertinggal dengan electrical sistem.

Mesin – mesin yang memerlukan perbaikan dengan electrical sistem adalah mesin – mesin

yang baru dibeli seperti tractor New Holland dan John Deere yang dibeli di tahun – tahun

belakangan ini. Perbaikan electrical sistem menggunakan full elektronik sistem yang

mengakibatkan perbaikan mengeluarkan biaya yang besar.

Dari hasil pengamatan dan pembelajaran selama PKL disimpulkan bahwa sebagian

besar kegiatan budidaya tanaman tebu di PG Jatitujuh sudah menggunakan mekanisasi

walaupun ada beberapa yang masih menggunakan manual seperti penanaman, penyiangan,

dan penebangan. Lalu kinerja mesin budidaya tebu di PG Jatitujuh sudah baik namun

masih belum optimal. Seperti pada pengolahan tanah primer yang masih memiliki efisiensi

rendah. Hal ini dikarenakan keadaan mesin yang memang sudah tua, belum adanya SOP

untuk operator dalam hal pemakaian alsintan, serta kurangnya sumber air untuk kebutuhan

irigasi. Serta pekerja – pekerja di bengkel mekanisasi atau mekanik masih tergolong

mampu untuk mengatasi permasalahan alsintan di PG Jatitujuh. Hanya saja mekanik di PG

Jatitujuh tertinggal dalam hal electrical system untuk memperbaiki traktor-traktor keluaran

baru yang menggunakan system computer.

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, H., 2001. Budidaya Tebu Populasi Tinggi (Hight Density Planting) untuk

Meningkatkan Produktivitas. Buletin Ilmiah INS Rasjid, A. dan Atik Suryani,

1993. Kajian Jarak Juringan (PKP) Tebu Lahan Sawah Alluvial di Pasuruan.

Pros.Pertemuan Teknis Tahunan I/1993. P3GI Pasuruan. pp :1-8

Page 32: PKL billy

Muttaqin Zaenal.2011.Produksi Gula Nasional Masih Defisit. http://www.indonesiafinan

cetoday.com/read /2897/Produksi-Gula-Nasional-Masih-Defisit.[20 Maret 2015].

Soemartono, 1988. Sistem Pertanaman (Cropping System) pada Lahan Tadah Hujan dan Lahan

BerpengairanIntegrated Land Development Training ProgramFaculty of Technology,

Gadjah Mada University. Yogyakarta.TIPER 8(2):52-60.

Srivastava AK, Goering CE, Rohrbach RP. 1993. Engineering Principles of Agricultural

Machines. Sixth Edition. American Society of Agricultural Engineers.

Wibowo B, Soemarno, dan Sudarto, 2003, Studi karakteristik tanah dalam evaluasi kesesuaian

lahan tebu di areal perkebunan tebu Gondang Legi Kabupaten Malang, Agrivita,

Publikasi Jurnal, Fakultas Pertanian, UNBRA,Vol. 23 No 2Juni 2002 – September 2002