pkl billy
DESCRIPTION
laporanTRANSCRIPT
![Page 1: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG
MENGAMATI DAN MEMPELAJARI ASPEK TEKNOLOGI PROSES
PRODUKSI DAN BUDIDAYA TANAMAN TEBU DI PT PG RAJAWALI
II UNIT PG JATITUJUH, MAJALENGKA, JAWA BARAT
PG Rajawali II RNI Group PG Jatitujuh
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan
Mata Kuliah Praktek Kerja Lapang
Disusun Oleh :
Billy Abadinur
240110110109
JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
![Page 2: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/2.jpg)
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG
Nama Mahasiswa : Billy Abadinur
NPM : 240110110109
Program Studi : Teknik Pertanian
Tempat Praktek : PT. Rajawali II Unit PG Jatitujuh
Tanggal Praktek : 01 Juli 2014 – 1 Agustus 2014
Judul Laporan : Mengamati dan Mempelajari Aspek Teknologi Proses
Produksi dan Budidaya Tanaman Tebu Di PT PG
RAJAWALI II UNIT PG JATITUJUH
Disetujui untuk diajukan sebagai laporan praktek kerja lapang
Jatinangor, November 2014
Menyetujui,
Dosen Pembimbing PKL
Dr. Dwi Rustam Kendarto, Ssi., MT.
NIP. 19691029 200112 1 001
Pembimbing Instansi PKL
Nurhasan, S.Si
NIP. 19780530 101101 1 002
Mengetahui,
Koordinator PKL TMIP
Asri Widyasanti, STP., M.Eng
NIP. 19830725 200604 1 001
![Page 3: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/3.jpg)
LEMBAR PENILAIAN PRAKTEK KERJA LAPANG
![Page 4: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/4.jpg)
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur ke hadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat dan
karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktik Lapangan dan
menyelesaikan laporan dari Praktik Lapangan. Penyusunan laporan ini tidak hanya semata
untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Praktik Lapangan saja namun sebagai salah satu
dokumentasi ilmiah yang dilakukan penulis selama 25 hari berada di lokasi Praktik
Lapangan. Selain itu laporan ini dibuat juga untuk para pembaca yang memerlukan
informasi mengenai lokasi tempat Praktik Lapangan yang mudah – mudahan bisa
membantu dan menambah wawasan para pembaca. Kegiatan Praktik Lapangan
dilaksanakan di PT. Rajawali II Unit PG Jatitujuh, Majalengka, Jawa Barat, yang dimulai
tanggal 5 Januari sampai 2 Februari 2015.
Melalui laporan praktek kerja lapang ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima
kasih yang sebesar – besarnya atas segala dukungan dan bantuan nya kepada :
1. Ibu Asri Widyasanti sebagai dosen koordinator mata kuliah Praktek Kerja Lapang
(PKL) yang telah memberikan arahan kepada penulis mulai dari perencanaan,
pencarian tempat PKL hingga penyusunan laporan PKL.
2. Bapak Dwi Rustam sebagai dosen pembimbing mata kuliah Praktek Kerja Lapang
yang telah memberikan bimbingan dan nasihat – nasihat yang bermanfaat bagi
penulis.
3. Bapak Ade sebagai bagian HRD PT. Rajawali II Unit PG Jatitujuh yang telah
memberikan dukungan pada kami selama PKL.
4. Bapak Donny sebagai pembimbing pengenalan PT. Rajawali II Unit PG Jatitujuh
5. Bapak H. Jukri sebagai sebagai pembimbing lapangan PKL yang telah memberikan
bimbingan, arahan serta ilmu kepada penulis saat berada di lapangan.
6. Bapak H. Saptari sebagai pembimbing lapangan kedua yang telah memberikan
bimbingan, arahan serta ilmu kepada penulis saat berada di lapangan.
7. Ibu, Ayah, dan kakak kandung penulis yang senantiasa selalu memberikan doa,
dorongan serta kasih sayangnya kepada penulis sehingga penulis mampu
menyelesaikan laporan PKL ini.
8. Rifki dan Mumtaz yang sama-sama melaksanakan PKL di PT. Rajawali II Unit PG
Jatitujuh atas bantuan dan kerjasamanya.
9. Semua pihak yang sudah membantu dan tidak mungkin disebutkan satu persatu.
![Page 5: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/5.jpg)
Semoga Allah SWT berkenan membalas segala perbuatan baik dari pihak – pihak
yang sudah membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, perlu adanya kritik dan saran yang membangun bagi penulis. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi penulis sendiri.
Bandung, Februari 2015
Penulis
![Page 6: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/6.jpg)
DAFTAR ISI
![Page 7: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/7.jpg)
DAFTAR TABEL
![Page 8: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/8.jpg)
DAFTAR GAMBAR
![Page 9: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/9.jpg)
DAFTAR LAMPIRAN
![Page 10: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/10.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok yang penting dalam kehidupan manusia.
Dalam menghadapi perdagangan bebas semua industri dituntut meningkatkan efisiensi untuk
memiliki daya saing internasional yang kuat dan mampu bertahan termasuk industri gula. Industri
gula yang menempati posisi penting dalam sistem perekonomian nasional harus dapat
dipertahankan. Namun pemerintah Indonesia masih mengimpor gula dari Negara lain yang
disebabkan tidak terpenuhinya pasokan gula di Indonesia. Tercatat produksi gula nasional
saat ini hanya 2,3 juta ton. Di sisi lain, konsumsi gula nasional mencapai 5,01 juta ton.
Maka Indonesia sampai saat ini masih mencatat defisit gula hingga 2,7 juta ton.
Praktik lapangan dilaksanakan pada perusahaan atau instansi yang relevan
dengan bidang teknologi industry pertanian seperti PT. PG RAJAWALI II UNIT
JATITUJUH merupakan salah satu perusahaan yang mengaplikasikan teknologi
pengolahan produk agroindustri, sehingga dianggap sangat sesuai dengan
pengetahuan yang telah didapat pada saat kuliah di Teknik Manajemen Industri
Pertanian. Topik praktik lapangan tentang aspek teknologi proses produksi dan
budidaya ini dipilih berdasarkan pertimbangan berbagai aspek. Aspek teknologi
yang digunakan mencakup teknik penanganan dan budidaya tebu yang lebih baik
untuk lingkungan dan aspek manajemen lingkungan industri ini mencakup
pengaturan penanganan limbah hasil produksi hingga pengaturan atau standar yang
diberlakukan oleh perusahaan dalam rangka menjaga stabilitas produksi dengan
lingkungan sekitar industri.
Penerapan PG Jatitujuh dalam hal teknologi dalam industri gula dapat dijadikan
sebagai suatu tambahan wawasan, pengetahuan, pengalaman, serta informasi dalam bidang
teknologi dan budidaya. Proses budidaya ini perlu diperhatikan juga agar dapat meningkatkan
produktifitas dan menghasilkan tebu yang berkualitas dan memiliki nilai rendemen yang tinggi.
1.2 Maksud Praktek Kerja Lapang
Maksud dari dilaksanakannya Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah diharapkan
penyusun dapat mempelajari dan mengetahui bagaimana aspek teknologi dan proses
![Page 11: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/11.jpg)
budidaya tebu dan penyusun diharapkan mempunyai gambaran mendalam mengenai
dunia kerja serta dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh dalam
perkuliahan di dunia kerja.
1.3 Tujuan Praktek Kerja Lapang
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dilaksanakannya PKL ini yaitu sebagai berikut :
1. Memperoleh pengalaman bekerja pada institusi yang dituju yang berkaitan
dengan bidang teknik pertanian.
2. Membandingkan kajian teoritis dengan praktek-praktek nyata dilapangan.
3. Mengidentifikasi masalah dan belajar menganalisis untuk mendapatkan
suatu penyelesaian dari masalah tersebut.
4. Mengkaji, mempelajari dan menganalisis proses budidaya tebu yang efektif dan
produktif.
5. Mengkaji, mempelajari dan menganalisis teknologi dan proses pengolahan dan
pemanfaatan tebu.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui berbagai aktivitas dan kegiatan yang dilakukan dalam industri
pertanian, khususnya melakukan pengamatan dan mempelajari kinerja mesin
traktor saat melakukan pengolahan lahan tebu di PT PG Rajawali II Jati Tujuh.
2. Mempelajari kegiatan dari mulai pemilihan lahan yang akan diolah, pemilihan
traktor dan implemen yang akan di gunakan untuk pengolahan lahan tebu.
3. Mempelajari persiapan lahan, penanaman, pemberian pupuk dan sebagainya di
lahan tebu.
1. 4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Praktek Kerja Lapang
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang dilakukan dari tanggal 05 Januari 2015 sampai
dengan 02 Februari 2015, bertempat di PT. Rajawali II Unit PG Jatitujuh, Majalengka,
Jawa Barat.
1.5 Deskripsi Kegiatan Praktek Kerja Lapang
![Page 12: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/12.jpg)
Praktek Kerja Lapang ini dilakukan dengan memfokuskan pada pengamatan
langsung di lapangan bagaimana teknologi pemberian irigasi pada room control serta
mengamati budidaya tebu setiap hari beserta mekanisasi tebu.
1.6 Metode Penulisan
Metode yang digunakan pada penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Metode Observasi
Langkah awal pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) untuk mengetahui secara
langsung kondisi kegiatan dan sarana-sarana pendukung kegiatan industri di PT.
Rajawali II Unit PG Jatitujuh.
2. Metode wawancara
Administrator, untuk mengetahui struktur organisasi perusahaan, tingkat
produksi, dan arah pengembangan perusahaan.
Mekanik dari bagian mekanisasi, untuk mendapatkan informasi bagian mesin
yang digunakan dalm proses budidaya tebu.
Operator mesin, untuk mengetahui lebih jauh cara pengoperasian dan cara kerja
mesin di lapanganan.
3. Pengambilan Data
Dilakukan sesuai dengan judul yang dikehendaki untuk mengetahui profil
perusahaan bersangkutan.
4. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan sebagai data pelengkap dan pembanding, referensi dan
literatur yang berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan. Selain itu untuk
memperoleh pembuktian dan alasan-alasan ilmiah dalam melakukan analisis
terhadap berbagai macam permasalahan yang dihadapi di lapanganan.
![Page 13: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/13.jpg)
BAB II
TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN TEBU
2.1 Jenis Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati dan mempelajari langsung di lapangan
bagaimana budidaya saat melakukan pengolahan lahan tebu sehingga menghasilkan media
tanam yang baik untuk pertumbuhan tanaman tebu. Adapun bentuk kegiatan yang
dilakukan selama PKL adalah
1. Mengamati lingkungan perusahaan secara menyeluruh khususnya dibagian
mekanisasi.
2. Melakukan pengamatan dan mempelajari langsung kinerja traktor dan implement
pada pengolahan tanah primer, pengolahan tanah sekunder, pembuatan kair,
pembuatan got, penanaman, pemberian irigasi pemeliharaan tanaman, dan
perawatan alat berat.
2.2 Alat dan Bahan Kegiatan
Alat yang digunakan dalam kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Rajawali
II Unit PG Jatitujuh adalah sebagai berikut :
1. Topi
2. Alat Tulis
3. Kalkulator
4. Kamera
5. Laptop
Sedangkan bahan yang digunakan dalam kegiatan Praktek Kerja Lapang di
Rajawali II Unit PG Jatitujuh adalah traktor dan implement.
2.3 Tahapan Kegiatan
Tanaman tebu pertama atau yang disebut dengan plant cane merupakan budidaya
tebu dengan cara menanami lahan dengan bibit tebu baru yang berasal dari Kebun Bibit
Dasar (KBD) sehingga sebelum proses penanaman membutuhkan penyiapan lahan dan
pengolahan tanah terlebih dahulu agar tanah memiliki kondisi yang baik dan siap untuk
![Page 14: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/14.jpg)
ditanami tebu. Bibit tebu yang dipakai PG Jatitujuh berasal dari bibit yang dikembangkan
di R & D. Bibit yang dikembangkan di R & D tidak hanya memenuhi kebutuhan PG
Jatitujuh saja tetapi seluruh PG yang berada di bawah PT. Rajawali.
Umumnya pengeluaran biaya tanaman tebu pertama lebih besar dari tebu ratoon
karena memerlukan beberapa kegiatan ekstra dibandingkan dengan tebu ratoon atau ratoon
cane. Secara singkat urutan budidaya tanaman tebu pertama dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Alur Budidaya Tanaman Tebu Pertama
a. Persiapan Lahan
Persiapan lahan adalah kegiatan untuk membersihkan lahan dari serasah dan sisa-
sisa panen tebu sebelumnya yang masih berada di lahan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
mempersiapkan lahan agar pada saat mulai pengolahan dan penanaman lahan sudah bersih
dan siap dipakai. Pada PG Jatitujuh kegiatan persiapan lahan dilakukan dengan cara
membakar sisa-sisa panen tebu dan serasah tebu di atas lahan. Pembakaran ini dilakukan
dengan cara manual melalui pekerja-pekerja lapanganan pabrik. Untuk Proses pembakaran
umumnya dilakukan pada saat sore atau malam hari. Hal ini menghindari terjadinya
perambatan api ke lahan sebelah karena angin, namun tidak menutup kemungkinan juga
pembakaran dilakukan pada siang hari. Proses pembakaran lahan dilakukan setelah 3-4
hari pemanenan. Hal ini ditujukan agar serasah dan sisa-sisa panen tebu sudah kering
terkena matahari agar mudah terbakar. Kegiatan pembakaran lahan ini biasanya dilakukan
oleh tiga orang pekerja untuk satu petak dan memakan waktu dari pukul 3 sore sampai api
mati sepenuhnya. Setelah itu dilakukan perbaikan lahan berupa leveling dengan tujuan
agar lahan menjadi relatif datar sehingga menjadi lebih mudah dalam drainase. Proses
leveling dilakukan menggunakan bulldozer D50E dengan kekuatan 110 hp. Kemudian
![Page 15: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/15.jpg)
kegiatan slanjutnya adalah pemberian dolomite. Tujuan pemberian dolomite ini adalah
untuk menytabilkan pH tanah sehingga akar tanaman mudah menyerap unsur hara yang
terkandung dalam tanah. Adapun kegiatan pembakaran lahan dan pemberian dolomite
dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.
Gambar 2. Kegiatan pembakaran lahan
Gambar 3. Pemberian Dolomite pada Lahan
Pada PG Jatitujuh kegiatan persiapan lahan dilakukan pada musim kemarau karena
untuk memudahkan terjadinya pembakaran lahan dan juga karena lahan dalam kondisi
kering lebih mudah untuk dibakar dibandingkan dengan lahan yang basah.
b. Pengolahan Tanah Primer
Pengolahan tanah merupakan kegiatan manipulasi tanah secara mekanis untuk
tujuan tertentu, terutama untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Tujuan umum dari
pengolahan tanah adalah menciptakan kondisi tanah yang paling sesuai untuk
pertumbuhan tanaman. Sementara tujuan khusus dari pengolahan tanah adalah
menciptakan struktur tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman dan mengendalikan
gulma dan tumbuhan penggagu. Pengolahan tanah dibagi menjadi dua kegiatan yaitu
pengolahan tanah primer dan pengolahan tanah kedua. Pengolahan tanah primer
![Page 16: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/16.jpg)
merupakan pengolahan tanah pertama yang dilakukan terhadap lahan. Tujuan pengolahan
tanah primer adalah mengurangi kekuatan tanah, menutup vegetasi permukaan, dan
mengatur agregat tanah. Pada PG Jatitujuh pengolahan tanah primer terbagi lagi menjadi
dua kegiatan yaitu pembajakan 1 dan pembajakan 2.
Pembajakan 1 dilakukan dengan tujuan untuk memotong, membalikan, dan
menggemburkan tanah. Pada PG Jatitujuh kegiatan pembajakan 1 dilakukan dengan
menggunakan implement bajak piring dan bajak singkal, namun bajak singkal sudah tidak
digunakan lagi sejak tiga tahun terakhir. Hal ini dikarenakan biaya operasi dan
pemeliharaan bajak singkal lebih mahal dibanding bajak piring. PG Jatitujuh lebih sering
menggunakan bajak piring untuk kegiatan pembajakan 1 ini. Selain bajak piring PG
Jatitujuh memilki ripper yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembajakan 1. Pola
kerja dari pembajakan 1 adalah traktor membajak tanah dengan kemiringan 45o dari alur
yang ada.
Pembajakan 2 dilakukan setelah pembajakan 1 selesai. Pembajakan 2 bertujuan
untuk lebih menghancurkan bongkahan – bongkahan hasil dari pekerjaan pembajakan 1.
Pola kerja dari pembajakan 2 adalah traktor membajak tanah tegak lurus dari hasil olahan
pembajakan 1. Hal ini ditujukan agar proses penghancuran bongkahan – bongkahan tanah
lebih sempurna. Alat yang digunakan dalam kegiatan ini sama dengan alat yang digunakan
pada pembajakan 1 yaitu bajak piring dan ripper. Kegiatan pembajakan 2 dilakukan 2-4
hari setelah pembajakan 1 selesai. Pembajakan 2 juga menggunakan bajak pirng dalam
pengerjaannya. Untuk kegiatan pembajakan 1 dan 2 dilakukan dengan menggunakan
traktor pertanian bertenaga 150 hp. Kondisi tanah setelah pembajakan dapat dilihat pada
Gambar 4.
Gambar 4. Kondisi tanah setelah pengolahan tanah primer
c. Pengolahan Tanah II / Sekunder
Pengolahan sekubder dilakukan setelah kegiatan pengolahan tanah primer selesai.
Pengolahan sekunder lebih dikenal dengan nama penggaruan. Tujuan kegiatan ini adalah
![Page 17: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/17.jpg)
menghaluskan bongkahan tanah hasil pengolahan tanah primer sehingga menghasilkan
kondisi tanah yang lebih baik dan lebih halus. Pada PG Jatitujuh kegiatan ini dilakukan
dengan giant harrow untuk menghaluskan tekstur tanah. Kegiatan ini dilakukan 2-4 hari
setelah pengolahan tanah primer. Alat yang digunakan untuk pengolahan tanah II di PG
Jatitujuh adalah garu piring yang berjenis tandem. Ada dua macam implement garu yang
dimiliki pabrik yaitu garu piring yang memiliki piring jenis scalloped disc dan garu piring
yang memiliki garu berjenis scalloped disc dan circular disc. Kegiatan penggaruan dapat
dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Pengolahan tanah II
d. Fertilizer Aplicator (FA) Kair
Pembuatan alur dan pemupukan atau FA Kair adalah kegiatan pembuatan guludan
tanah atau juring yang merupakan tempat alur penanaman tebu dan pemberian pupuk pada
alur tanaman. Kegiatan ini dilakukan 1-2 hari setelah penggaruan atau pengolahan tanah II
selesai. Alat yang digunakan pada kegiatan ini berupa implement yang memiliki tyne dan
sayap untuk membuat guludan yang memiliki jarak PKP (Puncak Ke Puncak) sekitar 135
cm dengan kedalaman 20-25 cm. Alat ini sudah dimodifikasi sehingga memiliki 2 hopper
diatasnya untuk menaruh pupuk. Masing-masing hopper memilki volume total 1.5 ku
maka total pupuk yang dibawa implement ini sekitar 3 ku. Implemen ini dioperasikan
dengan cara ditarik oleh traktor roda empat yang memiliki daya 80-150 hp.
e. Pembuatan Got
Pembuatan got pada lahan tebu dilakukan untuk memperlancar aliran air dari air irigasi
yang berlebihan atau memperlancar drainase sehingga air tidak menggenang dan
menyebabkan tanaman tebu rusak dan busuk. Di PG Jatitujuh terdapat empat jenis got
yaitu got malang, got mujur, got keliling, dan got eksternal.
Got malang berguna untuk menampung air dari buangan air irigasi dan mengalirkan air
yang berlebih ke got mujur atau got keliling. Pembuatan got malang menggunakan alat
![Page 18: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/18.jpg)
kair mata satu. Jarak antar got sekitar 25-40 m daengan kedalaman 20-30 cm. Got malang
dibuat tegak lurus dengan alur tanaman.
Got mujur berguna untuk mengurangi genangan air di tengah kebun dan mengalirkan
air yang berlebih ke got keliling. Got mujur dibuat dengan alat motor grader. Jarak antar
got sekitar 40-50 m dan kedalaman sekitar 30-35 cm. Got mujur dibuat searah dengan alur
tanaman.
Got keliling berguna untuk menampung air yang berlebih dari got mujur dan got
malang yang dibuat mengelilingi petakan lahan. Got keliling dibuat berbentuk “V” apabila
dipotong melintang. Kedalaman got keliling sekitar 30-40 cm dan dibuat dengan motor
grader.
Got eksternal berguna untuk penghubung antara sumber air dengan kebun. Got
eksternal dibuat lebih dalam dan besar dibandingkan dengan got lainnya. Got eksternal
dibuat dengan ekscavator. Pembuatan got malang dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Pembuatan got malang
f. Penanaman
Kegiatan penanaman bibit tebu dilakukan secara manual. Kegiatan ini meliputi dua
tahapan, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Tahap persiapan dimulai dari
pengambilan bibit dari KBD (Kebutuhan Bibit Dasar) yang sesuai dengan kebutuhan.
Pengambilan bibit ini dilakukan maksimal satu hari sebelum penanaman. Setelah itu bibit
yang sudah diambil dari KBD di klentek dari pelepah daunnya dan diseleksi untuk
mendapatkan bibit sehat, muda, segar, dan murni. Lalu setelah itu bibit dipotong-potong
menjadi 3-4 ruas.
Tahap pelaksanaan dimulai dengan peletakkan bibit pada kairan dengn meletakkan
bibit ganda pada kairan atau alur yang sudah dibuat. Setelah itu bibit ditimbun dengan
tanah hingga tertutup rapat setebal 5-10 cm. Bibit tebu yang ditanam di PG Jatitujuh
![Page 19: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/19.jpg)
terdapat 10 bibit varian. Hal ini dimaksudkan untuk mengadaptasi tanaman tebu dengan
kondisi lahan, hama, dan cuaca. Kegiatan penanaman dapat dilihat pada Gambar 7,
Gambar 8, Gambar 9 dan
Gambar 10.
![Page 20: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/20.jpg)
![Page 21: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/21.jpg)
Gambar 7. Persiapan bibit
![Page 22: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/22.jpg)
Gambar 8. Penanaman bibit
Gambar 9. Penutupan bibit
Gambar 10. Bibit yang sudah ditanam
g. Penyiraman
Setelah bibit ditanam kegiatan selanjutnya adalah penyiraman. Untuk tebu plant
cane dilakukan dua kali penyiraman, yaitu pada saat penanaman dan pemeliharaan.
Kegiatan penyiraman juga terbagi menjadi dua yaitu persiapan dan pelaksanaan. Persiapan
penyiraman meliputi penyediaan pompa kebun, pipa, dan sarana lain yang dilaksanakan
pada saat akan mulai tanam. Pompa kebun akan ditarik oleh traktor traksi dari bengkel
mekanisasi, begitu juga dengan pipa-pipa penyiraman. Pompa dan pipa kebun harus siap
pakai paling lambat sehari sebelum penyiraman.
![Page 23: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/23.jpg)
Pelaksanaan penyiraman dilakukan dengan cara irigasi permukaan dimana yang
diairi adalah permukaan alur dengan menggunakan pipa suling. Penggunaan pipa suling
ditujukan agar hasil penyiraman merata pada lahan. Pipa suling terdiri dari pipa yang
dilubangi menjadi 4-5 lubang dan dari setiap lubang tersebut akan mengeluarkan air yang
akan mengairi alur. Proses kegiatan ini dilakukan oleh dua orang pekerja. Kebutuhan air
penyiraman dapat diambil dari lebung – lebung terdekat ataupun rawa – rawa terdekat.
Kebuthan untuk air sendiri mencapai sekitar 1100 m3/ha. Kapasitas penyiraman di PG
Jatitujuh sendiri masih tergolong rendah yaitu sekitar 0.033 ha/jam.
h. Pemeliharaan Tanaman
Setelah dilakukan penyiraman tanaman kegiatan selanjutnya adalah pemeliharaan
tanaman. Pemeliharaan tanaman dimaksudkan untuk memelihara tanaman agar tumbuh
dan berkembang sesuai dengan yang diinginkan dan tidak mengalami kegagalan pada saat
pertumbuhan. Pemeliharaan tanaman pada plant cane meliputi penyemprotan I,
penyulaman, penyiraman II, penyiangan I, turun tanah I, pemupukan II, turun tanah II,
pengurasan got I/II, penyiangan II, Herbisida II, dan kletek.
Penyemprotan / herbisida
Herbisida dilakukan untuk membunuh gulma yang akan menggangu tanaman tebu.
Herbisida dilakukan dengan sprayer dengan cara di semprot. Herbisida I dilakukan pada
saat kondisi gulma sudah sampa 3-4 daun. Jenis dan dosis herbisida yang diberikan ke
tanaman sesuai rekomendasi dari bagianriset dan pengembangan. Herbisida I dilakukan
pada saat umur tanaman 2-3 minggu. Herbisida II dilakukan pada saat tanaman sudah
memiliki ruas dan aplikasinya menggunakan handsprayer. Dosis dan jenis herbisida II juga
ditentukan oleh bagian riset dan pengembangan. Kegiatan ini dilaksanakan oleh ± 4-7
orang dan satu orang mandor untuk pengawasan. Pengecekan kualitas hasil penyemprotan
dilakukan oleh sinder yang bersangkutan.
Penyulaman
Kegiatan ini dilakukan apabila perkecambahan kurang dari 8 tunas per meter,
berdasarkan hasil pengecekan oleh tim pemantau perkecambahan. Kegiatan ini dilakukan
pada saat umur tanaman 1.5-2 bulan. Penyulaman dilakukan dengan cara stek dan dengan
varietas tebu yang sama.
![Page 24: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/24.jpg)
Penyiangan
Penyiangan merupakan kegiatan pembasmian gulma secara manual yaitu dengan
cara mencangkul gulma-gulma yang tumbuh di sekitar tanamn tebu. Tujuan dari kegiatan
ini adalah menyingkirkan gulma yang berada di sekitar tanaman tebu sehingga tanaman
tebu tidak bersaing dalam pengambilan unsur hara dalam tanah.
Turun Tanah
Turun tanah dilakukan sebanyak dua kali. Turun tanah I dilakukan setelah lahan
sudah bebas dari gulma. Turun tanah I dilakukan pada saat tanaman berumur 1.5-2 bulan.
Turun tanah I bertujuan untuk memperkuat pertumbuhan akar tanaman. Turun tanah I
dilakukan dengan alat furrower. Turun tanah II meliputi kegiatan pemasukan tanah bekas
FA ke dalam dapuran tebu sehingga berbentuk guludan kecil yang rapat. Turun tanah II
dilakukan secara manual pada saat tanaman berumur 2.5-3 bulan.
Chisseling
Kegiatan chiseling dimaksudkan untuk memotong akar – akar yang sudah tua agar
akar – akar muda bisa tumbuh kembali. Alat yang digunakan untuk kegiatan ini adalah
chissel dengan kedalaman 15-20 cm. Selain itu kegiatan ini bertujuan juga untuk
mempermudah pekerjaan pemupukan II.
Pemupukan II
Pemupukan II dilakukan pada saat tanaman tebu berumur 2-2.5 bulan dengan
rekomendasi dosis dari riset dan pengembangan. Kegiatan ini dilakukan menggunakan
implemen FA dengan wing dengan kedalaman penempatan pupuk 15-20 cm. Penggunaan
implemen dengan wing ini dimaksudkan agar penutupan pupuk menjadi lebih rapat.
Kuras Got
Pengurasan got dilakukan untuk memperlancar aliran air pada saat musim hujan
tiba. Pengurasan got keliling dan mujur menggunakan alat motor grader sedangkan
pengurasan got malang menggunakan kair mata satu. Kegiatan ini dilakukan sebelum
musim hujan tiba.
Pengkletekan
![Page 25: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/25.jpg)
Pengkletekan adalah kegiatan membuang daun-daun kering pada tanaman tebu
yang sudah tumbuh tinggi. Tujuan dari pengkletekan adalah mengurangi perkembangan
hama penyakit, mengurangi kemungkinan tebu terbakar akibat daun kering yang tersangat
matahari, menciptakan sirkulasi udara yang baik di bagian bawah tanaman dan
memudahkan kegiatan penebangan atau menjaga mutu tebangan. Kegiatan ini dilakukan
secara manual oleh tenaga kerja manusia. Pengkletekan dilakukan minimal 10 ruas dari
bawah tanaman dengan syarat dapuran bersih dari klaras-klaras tebu.
2.4 Tanaman Tebu Ratoon
Tebu Ratoon (Ratoon Cane) adalah budidaya tanaman tebu dengan cara tidak
menanam lahan dengan bibit tebu baru, melainkan memanfaatkan tunas yang tumbuh dari
tunggak pada lahan setelah tebu dipanen. Pada umumnya tebu ratoon bisa digunakan
setelah tiga kali pertumbuhan atau empat kali masa tanam, namun pada kenyataannya
apabila tebu ratoon masih bagus kualitasnya, penggunaan 5 kali masa tanam juga masih
dimungkinkan. Serta apabila tebu pada masa tanam pertama sudah memberikan hasil yang
buruk bisa langsung dibongkar dan diganti dengan plant cane. Pada budidaya tebu Ratoon
Cane tidak membutuhkan proses pengolahan tanah sehingga mengurangi pengeluaran
biaya budidaya tebu. Proses budidaya tebu ratoon meliputi keprasan, penggemburan tanah,
pemupukan, subsoiling, dan pemeliharaan tanaman. Secara singkat alur budidaya tanaman
tebu ratoon dapat dilihat pada Gambar 11.
![Page 26: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/26.jpg)
Gambar 11. Alur budidaya tebu ratoon
a. Keprasan
Pengeprasan adalah kegiatan meratakan tunas tebu yang masih tidak rata pada saat
pemanenan. Kegiatan ini didahului oleh pembakaran lahan yang dimaksudkan untuk
membakar serasah dan sisa-sisa panen tebu sebelumnya. Pengeprasan dilakukan untuk
menyeragamkan pertumbuhan tanaman tebu ratoon dan dilakukan dengan manual
menggunakan cangkul paling lambat tiga hari setelah kegiatan penebangan. Kegiatan ini
memerlukan 6 orang pekerja dalam satu petak dengan jam kerja dari pukul 07.00 sampai
17.00. Tenaga – tenaga kerja kepras dicari oleh mandor lahan dan pembagian upah per
hektar dari pabrik dengan sistem borongan. Adapun kegiatan pengeprasan dapat dilihat
pada Gambar 12.
Gambar 12. Kegiatan Pengeprasan
b. Penggemburan Tanah
![Page 27: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/27.jpg)
Penggemburan tanah atau chiseling dilakukan untuk menggemburkan tanah sekitar
tanaman dan memotong akar lama yang berada di tanah. Kegiatan ini dilakukan 1-3 hari
setelah pengeprasan dengan kedalaman 15-20 cm menggunakan alat yang dinamakan
chisel yang memiliki tyne untuk memotong akar. Chissel ditarik dengan traktor yang
memiliki daya 110-150 hp. Kegiatan ini juga bisa berfungsi untuk mengurangi serasah-
serasah tebu yang tidak ikut terbakar. Kegiatan Chisseling dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Kegiatan chisseling
c. Pemupukan
Pemupukan pada tanaman ratoon dilakukan menggunakan alat FA Ratoon yang
ditarik oleh traktor 110-150 hp. Pada FA Ratoon terdapat dua hopper yang masing-masing
memiliki volume 1.5 ku. Proses pemupukan dimulai dengan pencampuran pupuk yang
dibawa ke lahan menggunakan truk pupuk. Setelah pupuk tercampur, pupuk dimasukkan
ke dalam hopper dan operator bergerak ke lahan untuk mengerjakan proses pemupukan.
Terdapat dua operator pada kegiatan ini yaitu operator traktor dan operator pembuka katup
yang ada pada hopper agar pupuk bisa jatuh ke lahan. Pupuk yang jatuh ke lahan akan
masuk sedalam 10-15 cm di tanah. Kegiatan ini dilakukan 1 minggu setelah pengeprasan.
Kegiatan pemupukan mekanis dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Kegiatan FA Ratoon
d. Subsoiling/Ripper
![Page 28: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/28.jpg)
Subsoiling dilakukan untuk memecah lapisan tanah yang kedap air sehingga bisa
memperlancar aliran air pada saat irigasi. Subsoiling dilakukan menggunakan implement
subsoiler dengan kedalaman olah 30 cm dan ditarik oleh traktor yang memiliki daya 150
hp.
e. Pengurasan Got
Pengurasan got dilakukan dengan tujuan untuk memperdalam got yang ada agar
memperlancar aliran air pada saat musim hujan tiba. Pengurasan got dilakukan sebelum
musim hujan dan menggunakan alat yang sama dengan pengurasan got pada tanaman plant
cane.
f. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman tebu ratoon dilakukan agar menjaga tanaman tetap tumbuh
dan berkembang sesuai yang diinginkan. Pemeliharaan tanaman pada ratoon cane secara
umum sama dengan plant cane yakni meliputi kegiatan penyulaman, penyiangan I,
pengurasan got II, penyiangan II, herbisida, dan kletek.
BAB III
PENUTUP
Proses dan kegiatan budidaya tebu di PG Jatitujuh sudah dimulai dari tahun 70-an.
Sekitar tahun 1978 proses gilingan sudah dimulai di PG Jatitujuh, sehingga bisa dikatakan
PG Jatitujuh sudah sangat berpengalaman dalam kegiatan budidaya tebu dan proses
produksi gula serta manajemen pabrik didalamnya. Dengan pengalamannya tersebut PG
Jatitujuh mampu memproduksi gula dengan mapan dan kontinyu. Ditambah lagi produksi
dan rendemen gula pada PG Jatitujuh masih bisa dibilang paling tinggi dibanding unit lain
yang berada dibawah manajemen PT PG Rajawali II. Keberhasilan PG Jatitujuh tidak
![Page 29: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/29.jpg)
terlepas dari peran para karyawan yang ada di dalamnya. Karyawan PG Jatitujuh berasal
dari berbagai daerah yang mencapai jumlah 10114 karyawan termasuk karyawan tetap,
musiman, dan borong. Karyawan-karyawan PG Jatitujuh berasal dari Indramayu,
Majalengka, Cirebon, dan banyak yang dari luar Majalengka untuk tenaga borongannya.
Karyawan borongan memiliki jumlah paling banyak di PG Jatitujuh karena berasal dari
berbagai macam daerah termasuk luar Majalengka. Karyawan borongan akan banyak
berdatangan apabila musim tebang tiba.
Sebagian besar proses budidaya tanaman tebu di PG Jatitujuh menggunakan sistem
mekanis yaitu dengan alsintan yang tersedia di bagian mekanisasi, sehingga kegiatan
proses budidaya dapat dilakukan secara efektif. Kebanyakan alsintan di PG Jatitujuh sudah
berumur tua maka perawatan yang intensif dan perbaikan-perbaikan di bengkel sering
dilakukan untuk menjaga performa dan kinerja dari alsintan tersebut. Proses budidaya di
PG Jatitujuh tidak semua dikerjakan dengan sistem mekanis, hal ini dikarenakan pihak
pabrik masih sangat menghargai tenaga-tenaga manusia yang berada di sekitar pabrik.
Selain itu juga adalah mengenai biaya operasi yang tinggi apabila menggunakan full
mekanis.
Kegiatan yang masih menggunakan tenaga manusia atau manual adalah
penanaman, penebangan, dan pengeprasan. Penanaman masih dilakukan secara manual
dengan cara menaruh bibit tebu di atas alur lalu menutupnya dengan cangkul. Kegiatan ini
memakan waktu yang lama karena bergantung pada jumlah tenaga kerja yang
melaksanakan penanaman dan jam kerja penanaman. Penebangan juga dilakukan secara
manual dengan tenaga tebang manusia yang menggunakan arit yang sangat tajam. Alasan
mengapa pabrik tidak menggunakan chopper harvester untuk penebangan adalah karena
akan banyak tenaga kerja yang menganggur karena perannya tergantikan oleh mesin, serta
pertimbangan biaya yang lebih besar menggunakan mesin dibanding manusia.
Kendala – kendala yang dialami pada aplikasi traktor dan implement dalam proses
budidaya tebu yang utama adalah kendala cuaca. Ketika saya berada dilokasi PKL yang
kebetulan sedang mengalami musim hujan yang bisa menghalangi alat mekanisasi masuk
ke lahan. Hal ini dikarenakan apabila mesin pertanian dipaksakan masuk ke lahan basah
maka akan terjadi banyak slip dan kinerja tidak optimum sehingga akan mengalami
kerugian. Selain itu apabila pihak pabrik menunggu kondisi lahan untuk kering maka
proses budidaya akan mengalami kemunduran waktu sehingga proses-proses berikutnya
akan mundur juga. Hal ini diperlukan inovasi penerapan alsintan yang cocok dan
beradaptasi dengan kondisi lahan di PG Jatitujuh. Seperti penggantian ban yang memang
![Page 30: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/30.jpg)
khusus untuk lahan basah atau becek. Dengan adanya pergantian ban resiko slip berlebihan
akan bisa dihindari dan proses budidaya akan berjalan normal.
Proses dan kinerja alsintan di PG Jatitujuh sangat banyak. Dari mulai pengolahan
tanah, pemupukan, dan pemeliharaan menggunakan alsintan yang tersedia di pabrik.
Masing - masing proses tersebut memiliki kinerja yang berbeda dilapanganan. Dari hasil
pengamatan proses pengolahan tanah primer memiliki efisiensi lapangan cukup rendah
dikarenakan waktu tidak bekerja alat cukup lama, diantaranya digunakan operator untuk
beristirahat, memasang pelindung pakaian dari sinar matahari ditengah - tengah pekerjaan.
pengolahan tanah. Sedangkan untuk pengolahan tanah sekunder atau penggaruan
didapatkan efisiensi yang sangat baik. Hal ini jauh berbeda dengan pengolahan tanah
primer. Perbedaan efisiensi yang jauh ini disebabkan oleh tidak adanya waktu belok bagi
proses penggaruan dan traktor yang digunakan pada proses penggaruan adalah traktor yang
memiliki kabin operator cukup nyaman yang memiliki pendingin udara didalamnya
sehingga operator tidak perlu beristirahat lama dan memasang alat pelindung sinar
matahari.
Pabrik gula Jatitujuh juga memiliki sistem penggolongan tingkat operator di mana
ada tiga tingkatan operator yang didasarkan oleh pengalaman, keahlian, resiko kerja, jenis
dan harga unit dan implemen. Operator tingkat I adalah operator yang paling tinggi
tingkatannya. Adapun keahlian operator tingkat I dapat menjalankan wheel tractor,
bulldozer D50, buldozzer D60, bulldozer D85, harvester, motor grader, big excavator,
excavator kair, harrow, FA kair, FA Ratoon, grabe loader, ditcher, dan secara umum dapat
menjalankan semua unit mekanisasi yang ada di PG Jatitujuh. Keahlian peringkat II adalah
dapat menjalankan grabe loader, wheel tractor, kair, chissel, ditcher, ditcher, subsoiler,
rotashlaher, subsoiler ratoon dan PC, trailer bukaka, trailer Nippon, trailer gandeng, dan
tarikan. Sedangkan keahlian pada operator tingkat III adalah dapat menjalankan angkutan
pupuk, angkutan pompa kebun, angkutan bibit, angkutan material, angkutan tenaga kerja,
dan angkutan tangki air. Sebagian besar fungsi bagian – bagian alsintan di PG Jatitujuh
tidak dalam kondisi yang optimal. Hal ini ditandai dengan terlihatnya kursi operator yang
rusak, kap traktor yang sudah rusak, dan beberapa sistem kendali traktor dan alat berat
yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Hal ini dikarenakan oleh unsur alsintan yang
sudah tua, suku cadang yang tidak diganti ataupun memang tidak ada suku cadang dan
lainnya.
Dari hasil wawancara saya dengan salah seorang karyawan mekanisasi dalam hal
perbaikan dan perawatan alsintan di PG Jatitujuh dilakukan secara merata dan sama
![Page 31: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/31.jpg)
perlakuannya, yaitu terdapat perawatan setelah 250 jam kerja, 500 jam kerja, 750 jam
kerja, dan 1000 jam kerja. Kendala dalam hal perbaikan dan perawatan adalah seringkali
kehabisannya stok barang yang rusak dan harus diganti. Hal ini menyebabkan
keterlambatan perbaikan sehingga mesin tidak dapat dipakai dan diistirahatkan lebih lama.
Selain itu juga sistem perbaikan di PG Jatitujuh sudah tertinggal dengan electrical sistem.
Mesin – mesin yang memerlukan perbaikan dengan electrical sistem adalah mesin – mesin
yang baru dibeli seperti tractor New Holland dan John Deere yang dibeli di tahun – tahun
belakangan ini. Perbaikan electrical sistem menggunakan full elektronik sistem yang
mengakibatkan perbaikan mengeluarkan biaya yang besar.
Dari hasil pengamatan dan pembelajaran selama PKL disimpulkan bahwa sebagian
besar kegiatan budidaya tanaman tebu di PG Jatitujuh sudah menggunakan mekanisasi
walaupun ada beberapa yang masih menggunakan manual seperti penanaman, penyiangan,
dan penebangan. Lalu kinerja mesin budidaya tebu di PG Jatitujuh sudah baik namun
masih belum optimal. Seperti pada pengolahan tanah primer yang masih memiliki efisiensi
rendah. Hal ini dikarenakan keadaan mesin yang memang sudah tua, belum adanya SOP
untuk operator dalam hal pemakaian alsintan, serta kurangnya sumber air untuk kebutuhan
irigasi. Serta pekerja – pekerja di bengkel mekanisasi atau mekanik masih tergolong
mampu untuk mengatasi permasalahan alsintan di PG Jatitujuh. Hanya saja mekanik di PG
Jatitujuh tertinggal dalam hal electrical system untuk memperbaiki traktor-traktor keluaran
baru yang menggunakan system computer.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, H., 2001. Budidaya Tebu Populasi Tinggi (Hight Density Planting) untuk
Meningkatkan Produktivitas. Buletin Ilmiah INS Rasjid, A. dan Atik Suryani,
1993. Kajian Jarak Juringan (PKP) Tebu Lahan Sawah Alluvial di Pasuruan.
Pros.Pertemuan Teknis Tahunan I/1993. P3GI Pasuruan. pp :1-8
![Page 32: PKL billy](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081503/55cf8a8955034654898b7709/html5/thumbnails/32.jpg)
Muttaqin Zaenal.2011.Produksi Gula Nasional Masih Defisit. http://www.indonesiafinan
cetoday.com/read /2897/Produksi-Gula-Nasional-Masih-Defisit.[20 Maret 2015].
Soemartono, 1988. Sistem Pertanaman (Cropping System) pada Lahan Tadah Hujan dan Lahan
BerpengairanIntegrated Land Development Training ProgramFaculty of Technology,
Gadjah Mada University. Yogyakarta.TIPER 8(2):52-60.
Srivastava AK, Goering CE, Rohrbach RP. 1993. Engineering Principles of Agricultural
Machines. Sixth Edition. American Society of Agricultural Engineers.
Wibowo B, Soemarno, dan Sudarto, 2003, Studi karakteristik tanah dalam evaluasi kesesuaian
lahan tebu di areal perkebunan tebu Gondang Legi Kabupaten Malang, Agrivita,
Publikasi Jurnal, Fakultas Pertanian, UNBRA,Vol. 23 No 2Juni 2002 – September 2002