pityasis_versikolor

38
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi jamur kulit cukup banyak di temukan di Indonesia, yang merupakan negara tropis beriklim panas dan lembab, apalagi bila higiene juga kurang sempurna. Penyakit jamur kulit atau dermatomikosis adalah penyakit pada kulit, kuku, rambut, dan mukosa yang disebabkan infeksi jamur. Pada umumnya golongan penyakit ini dibagi atas infeksi superfisial, infeksi kutan, dan infeksi subkutan. Infeksi superfisial yang paling sering ditemukan adalah pityriasis versikolor. Yang termasuk dengan infeksi kutan adalah dermatofitosis dan kandidosis kutis. Infeksi subkutan yang kadang-kadang ditemukan adalahsporotrikosis, fikomikosis subkutan, aktinomikosis, dan kromomikosis. Diantara penyakit jamur superfisial yang sering dijumpai di Indonesia salah satunyaadalah pityriasis versikolor. Pada penyakit kulit karena infeksi jamur superfisial, seseorang terkena penyakit tersebut oleh karena kontak langsung dengan benda-benda yang sudah terkontaminasioleh jamur atau kontak langsung dengan penderita. Infeksi jamur yang non dermatofitosis salahsatunya pityriasis versikolor yang disebabkan oleh jamur malassezia. Penyakit ini sangat menarik oleh karena keluhannya bergantung pada tingkat ekonomi daripada 1

Upload: ritno-ryadi

Post on 14-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Kulit Kelamin

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi jamur kulit cukup banyak di temukan di Indonesia, yang merupakan

negara tropis beriklim panas dan lembab, apalagi bila higiene juga kurang sempurna.

Penyakit jamur kulit atau dermatomikosis adalah penyakit pada kulit, kuku, rambut,

dan mukosa yang disebabkan infeksi jamur. Pada umumnya golongan penyakit ini

dibagi atas infeksi superfisial, infeksi kutan, dan infeksi subkutan. Infeksi superfisial

yang paling sering ditemukan adalah pityriasis versikolor. Yang termasuk dengan

infeksi kutan adalah dermatofitosis dan kandidosis kutis. Infeksi subkutan yang

kadang-kadang ditemukan adalahsporotrikosis, fikomikosis subkutan, aktinomikosis,

dan kromomikosis. Diantara penyakit jamur superfisial yang sering dijumpai di

Indonesia salah satunyaadalah pityriasis versikolor. Pada penyakit kulit karena infeksi

jamur superfisial, seseorang terkena penyakit tersebut oleh karena kontak langsung

dengan benda-benda yang sudah terkontaminasioleh jamur atau kontak langsung

dengan penderita. Infeksi jamur yang non dermatofitosis salahsatunya pityriasis

versikolor yang disebabkan oleh jamur malassezia. Penyakit ini sangat menarik oleh

karena keluhannya bergantung pada tingkat ekonomi daripada kehidupan penderita.

Bila penderita adalah orang dengan golongan ekonomi lemah (misalnya: tukang

becak, pembanturumah tangga) penyakit ini tidak dihiraukan. Tetapi pada penderita

dengan ekonomi menengahkeatas yang mengutamakan penampilan maka penyakit ini

adalah penyakit yang sangat bermasalah (Nasution, 2005).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Melakukan pendekatan kedokteran keluarga terhadap pasien pityriasis

versikolor dan keluarganya di Kecamatan Abeli Kota Kendari 11-12 Desember

2014.

2. Tujuan Khusus

Mengetahui karakteristik (fungsi keluarga, bentuk keluarga, dan siklus

keluarga) keluarga pasien pityriasis versikolor.

1

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah

kesehatan pada pasien pityriasis versikolor dan keluarganya.

Mendapatkan pemecahan masalah kesehatan pasien pityriasis versikolor

dan keluarganya

C. Manfaat

1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan penulis tentang kedokteran keluarga, serta

penatalaksanaan pityriasis versikolor dengan pendekatan kedokteran keluarga.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan agar setiap memberikan

penatalaksanaan kepada pasien pityriasis versikolor dilakukan secara holistik dan

komprehensif serta mempertimbangkan aspek keluarga dalam proses

penyembuhan

3. Bagi Pasien dan Keluarga

Memberikan informasi kepada pasien dan keluargamya bahwa keluarga juga

memiliki peranan yang cukup penting dalam kesembuhan pasien

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan oleh

Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit kronis yang ditandai oleh

bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang badan

dan kadang- kadang terlihat di ketiak, sela paha,tungkai atas, leher, muka dan kulit

kepala. Nama lainnya adalah tinea versikolor atau panu (Budimulja, 2006).

Pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan oleh

Malasezia furfur dan pityrosporum orbiculare. Infeksi ini bersifat menahun, ringan,

dan biasanya tanpa peradangan. Pityriasis versikolor ini mengenai muka, leher, badan,

lengan atas, ketiak, paha, dan lipatan paha (Budimulja, 2006).

Pityriasis versikolor adalah infeksi jamur supervisial yang ditandai dengan

adanya makula dikulit, skuama halus disertai rasa gatal (Siregar, 2004)

B. Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Malasezia furfur. Malassezia furfur

(dahulu dikenal sebagai Pityrosporum orbiculare, Pityrosporum ovale) merupakan

jamur lipofilik yang normalnya hidup di keratin kulit dan folikel rambut manusia saat

masa pubertas dan di luar masa itu. Sebagai organisme yang lipofilik, Malassezia

furfur memerlukan lemak (lipid) untuk pertumbuhan in vitro dan in vivo. Secara in

vitro, asam amino asparagin menstimulasi pertumbuhan organisme, sedangkan asam

amino lainnya, glisin, menginduksi (menyebabkan) pembentukan hifa. Pada dua riset

yang terpisah, tampak bahwa secara in vivo, kadar asam amino meningkat pada kulit

pasien yang tidak terkena panu. Jamur ini juga ditemukan di kulit yang sehat, namun

baru akan memberikan gejala bila tumbuh berlebihan. Beberapa faktor dapat

meningkatkan angka terjadinya pityriasis versikolor, diantaranya adalah turunnya

kekebalan tubuh, faktor temperatur, kelembaban udara, hormonal dan keringat

(Budimulja, 2006).

3

C. Faktor Predisposisi

Suhu yang tinggi, kulit berminyak, hiperhidrosis, faktor herediter, pengobatan

dengan glukokortikoid, dan defisiensi imun. Pemakaian minyak seperti minyak kelapa

merupakan predisposisi terjadinya Pityriasis versikolor pada anak-anak (Wolf, 2007).

Faktor predisposisi lain adalah (Brannon, 2004):

1. Pengangkatan glandula adrenal

2. Penyakit Cushing

3. Kehamilan

4. Malnutrisi

5. Luka bakar

6. Terapi steroid

7. Supresi sistem imun

8. Kontrasepsi oral

9. Suhu Panas

10. Kelembapan

D. Epidemiologi

Pityriasis versikolor lebih sering terjadi di daerah tropis dan mempunyai

kelembaban tinggi. Walaupun kelainan kulit lebih terlihat pada orang berkulit gelap,

namun angka kejadian pityriasis versikolor sama di semua ras. Beberapa penelitian

mengemukakan angka kejadian pada pria dan wanita dalam jumlah yang seimbang.

Di Amerika Serikat, penyakit ini banyak ditemukan pada usia 15-24 tahun, dimana

kelenjar sebasea (kelenjar minyak) lebih aktif bekerja. Angka kejadian sebelum

pubertas atau setelah usia 65 tahun jarang ditemukan (Budimulja, 2006).

Pityriasis versikolor terdistribusi ke seluruh dunia, tetapi pada daerah tropis

dan daerah subtropis. Didaerah tropis insiden dilaporkan sebanyak 40%, sedangkan

pada daerah yang lebih dingin angka insiden lebih rendah, sekitar 3% pasien

mengunjungi dermatologis. Di Inggris, insiden dilaporkan sekitar 0,5% sampai 1%

diantara penyakit kulit. Pityriasis versikolor kebanyakan menyerang orang muda.

Grup umur yang terkena 25-30 tahun pada pria dan 20-25 pada wanita (Budimulja,

2006).

4

E. Manifestasi Klinis

Biasanya tidak ada keluhan (asimtomatis), tetapi dapat dijumpai gatal pada

keluhan pasien. Pasien yang menderita Pityriasisversikolor biasanya mengeluhkan

bercak pigmentasi dengan alasan kosmetik. Predileksi pityriasis vesikolor yaitu pada

tubuh bagian atas, lengan atas, leher, abdomen, aksila, inguinal, paha,

genitalia (Burkhart and Lorie, 2010).Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas sampai

difus dengan ukuran lesi dapat milier, lentikuler, numuler sampai plakat. Ada dua

bentuk yang sering dijumpai (Jhonson and Suurmond, 2007):

1. Bentuk makuler: berupa bercak yang agak lebar, dengan squama halus diatasnya,

dan tepi tidak meninggi.

2. Bentuk folikuler: seperti tetesan air, sering timbul disekitar rambut.

Gambar 1. Pityriasis versicolor menunjukkan lesi hiperpigmentasi dalam lesi

Kaukasia (kiri atas) dan hipopigmentasi dalam Aborijin Australia (kanan

atas dan bawah).

F. Patogenesis

Pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan timbulnya ptyriasis

versicolor ialah Pityrosporum orbiculare yang berbentuk bulat atau Pityrosporum

ovale yang berbentuk oval. Malassezia furfur merupakan fase spora dan miselium.

Malassezia berubah dari bentuk blastospore ke bentuk mycelial. Hal ini dipengaruhi

oleh faktor predisposisi. Malassezia memiliki enzim oksidasi yang dapat merubah

5

asam lemak pada lipid yang terdapat pada permukaan kulit menjadi asam

dikarboksilat. Asam dikarboksilik ini menghambat tyrosinase pada melanosit

epidermis dan dapat mengakibatkan hipomelanosit (Jhonson and Suurmond, 2007).

Tirosinase adalah enzim yang memiliki peranan penting dalam pembentukan melanin.

Malassezia Furfur dapat menginfeksi pada individu yang sehat sebagaimana ia dapat

menginfeksi individu dengan immunocompromised, misalnya pada pasien kanker atau

AIDS (Hawranek, 2002).

G. Penegakan Diagnosis

1. Anamnesis

Penderita biasanya mengeluhkan gatal ringan, yang merupakan alasan

berobat. Penderita pada umumnya hanya mengeluhkan adanya bercak/macula

berwarna putih (hipopigmentasi) atau kecoklatan (hiperpigmentasi) dengan rasa

gatal yang akan muncul saat berkeringat (Radiono, 2001)

2. Pemeriksaan fisik

Kelainan kulit di temukan di badan terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-

warni, bentuk tidak teratur sampai teratur, batas jelas sampai difus. Sering

didapatkan lesi bentuk folikular atau lebih besar, atau bentuk nummular yang

meluas membentuk plakat. Kadang-kadang dijumpai bentuk campuran, yaitu

folikular dengan nummular, folikular dengan plakat ataupun folikular atau

nummular dengan plakat (Madani A, 2000)

3. Pemeriksaan langsung dengan KOH 20%

Pemeriksaan ini memperlihatkan kelompok sel ragi bulat berdinding tebal

dengan miselium kasar, sering terputus-putus (pendek-pendek), yang akan lebih

mudah dilihat dengan penambahan zat warna tinta parker blue-black atau biru

laktofenol. Gambaran ragi dan miselium tersebut sering dilukiskan sebagai “meat

ball and spageti” .

Bahan-bahan kerokan kulit diambil dengan cara mengerok bagian kulit yang

mengalami lesi. Sebelumnya kulit dibersihkan dengan kapas alcohol 70%, lalu

dikerok dengan skapel steril dan jatuhnya ditampung dalam lempeng-lempeng

steril. Sebagian dari bahan tersebut diperiksa langsung dengan KOH 20% yang di

beri tinta parker biru hitam, dipanaskan sebentar, ditutup dengan gelas penutup

6

dan diperiksa di bawah mikroskop. Bila penyebabnya memang jamur, maka akan

terlihat garis yang memiliki indeks bias lain dari sekitarnya dan jarak-jarak

tertentu dipisahkan oleh sekat-sekat atau seperti butir-butir yang bersambung

seperti kalung. Pada ptyriasis versicolor hifa tampak pendek-pendek, bercabang,

terpotong-potong, lurus atau bengkok dengan spora yang berkelompok.

4. Pemeriksaan dengan sinar wood

Pemeriksaan dengan sinar wood, dapat memberikan perubahan warna seluruh

daerah lesi sehingga batas lesi lebih mudah dilihat. Daerah yang terkena infeksi

akan memperlihatkan flouresensi warna kuning keemasan sampai orange.

H. Pengobatan

Pengobatan pityriasis versicolor dapat diterapi secara topical maupun sistemik.

Tingginya angka kekambuhan merupakan masalah, dimana mencapai 60% pada tahun

pertama dan 80% setelah tahun kedua. Oleh sebab itu diperlukan terapi profilaksis

untuk mencegah rekurensi :

1. Pengobatan topical

2. Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan konsisten. Obat yang

dapat digunakan ialah :

a. Selenium sulfide 1,8% dalam bentuk shampoo 2-3 kali seminggu. Obat

digosokan pada lesi dan didiamkan selama 15-30 menit sebelum mandi.

b. Salisil spiritus 10 %

c. Turunan azol, misalnya : mikonazol, klotrimazol, isokanazol dan ekonazol

dalam bentuk topical

d. Sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%

e. Larutan natrium tiosulfas 25%, dioleskan 2 kali sehari sehabis mandi selama

2 minggu (Djuanda, 2013)

3. Pengobatan sistemik

Pengobatan sistemik diberikan pada kasus pityriasis versicolor yang luas atau jika

pemakaian obat topical tidak berhasil. Obat yang dapat diberikan adalah :

a. Ketokonazol

Dosis : 200 mg perhari selama 10 hari

b. Flukonazol

7

Dosis : dosis tunggal 150-300 mg setiap minggu

c. Itraconazol

Dosis : 100 mg perhari selama 2 minggu (Madani A, 2000)

4. Terapi hipopigmentasi

a. Liquor carbonas detergent 5%, salep pagi/malam

b. Krim kortikosteroid menengah pagi dan malam

c. Jemur matahari kurang lebih 10 menit antara jam 10.00 – 15.00

I. Prognosis

Prognosisnya baik dalam hal kesembuhan (Radiono, 2001) bila pengobatan

dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten. Pengobatan harus di teruskan 2 minggu

setelah fluoresensi negatif dengan pemeriksaan lampu wood dan sediaan langsung

negatif(Djuanda, 2013).

8

BAB III

KUNJUNGAN RUMAH

A. Tinjauan Kasus

Tanggal kunjungan: 11 Desember 2014

Alamat : Kelurahan Puday, Kecamatan Abeli, Kota Kendari

B. Data Identitas Keluarga Pasien

1. Biodata

Nama Penderita : Tn. Abd. Rasyid

Umur : 56 Tahun

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Wiraswasta

Suku : Bugis

Agama : Islam

Nama Istri : Tn. St. Habesia

Umur : 60 Tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT (Ibu Rumah Tangga)

Suku : Bugis

Agama : Islam

2. Karakteristik Demografi Keluarga

Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga yang tinggal dalam 1 rumah

No

.

Nama

anggota

Umur

L/P

Hubunga

n

keluarga

Pendidikan

/ pekerjaanImunisasi

Keadaa

n fisik

1.

Tn.

Abd.

Rasyid

L/56tahun KKSMP/

Wiraswasta - Sakit

2.Ny.

Habesia

P/

60TahunIstri SMA/ IRT - Sehat

9

Keterangan :

: Laki-Laki : Penderita

: Perempuan : Tinggal serumah

: Menikah

: Meninggal

3.Tn. Abu

Daud

L/23

tahunAnak

S1/ Tenaga

HonorereLengkap Sehat

4.

Nn. Ari

Anita

Sari

P/

23Tahun

Keponaka

n

D3/ Tenaga

HonorerLengkap Sehat

C. Genogram keluarga

D. Anamnesis

1. Keluhan Utama

Bercak-bercak keputihan pada punggung sebelah kanan terasa gatal, yang terasa

gatal sejak 6 bulan lalu.

10

2. Riwayat Penyakit Sekarang.

Pada awalnya, bercak-bercak keputihan ini cuma sedikit pada punggung kanan

pasien dan sebesar biji jagung saja. Namun, makin lama bercak keputihan ini makin

bertambah banyak dan menyebar hampir ke seluruh punggung kanan pasien. Bercak

keputihan ini juga bervariasi ukurannya di mana ada yang sebesar biji jagung sampai

lebih besar dari uang logam . Pasien mengeluh sering berasa gatal pada punggungnya

terutama pada saat waktu siang ketika di tengah hari dan berkeringat. Karena sering

gatal, pasien sering menggaruk sekitar punggung kananya, dan lama kelamaan

bercak putih semakin bertambah banyak. Tidak ada keluhan nyeri pada punggung

dan rasa tebal atau mati rasa. Pasien tidak berobat ke mana-mana, karena dikiranya

cuma gatal biasadan pasien memberikan daun-daun sebagai obat. Namun setelah

lama, bercak putih makin banyak dan juga gatal, pasien akhirnya berobat ke

puskesmas. Pasien bekerja sehari sebagai buruh bangunan dan sering berkeringat.

Pasien merokok dan tidak minum alkohol. Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat-

obatan dalam jangka waktu yang lama.

3. Riwayat Penyakit Dahulu.

Pasien tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya. Pasien juga menyangkal

mempunyai penyakit darah tinggi dan penyakit gula serta adanya allergi.

4. Riwayat Penyakit Keluarga.

Di keluarga tidak ada yang menderita hal seperti pasien. Namun, istri memiliki

riwayat darah tinggi,dan penyakit gula. Riwayat penyakit anggota keluarga lain tidak

ada.

5. Riwayat Gizi

Penderita sehari-hari makan sebanyak 3 kali sehari, dengan nasi, sayur dan lauk

pauk. Seperti ikan, telur,tahu dan tempe.

6. Riwayat Kebersihan Diri

Pasien mandi 2 kali sehari yaitu, pagi dan sore hari. Selain itu, pasien jarang

sekali melakukan cuci tangan baik sebelum kerja setelah dan saat dirumah, kecuali

pada saat ingin makan.

11

7. Riwayat Psiko Sosio Ekonomi

Penderita adalah seorang wiraswasta (buruh bangunan), tinggal serumah dengan

seorang istri dan satu orang anak dan keponakanya, Penghasilan keluarga tidak

menentu antara 1.000.000-1.500.000. Hubungan Pasien dengan istri pasien baik dan

Hubungan pasien dengan tetangga berlangsung baik.

8. Riwayat penyakit di lingkungan

Saat pasien bekerja sebagai buruh bangunan, memakai pakaian kerja yang mana

pakaian tersebut dicuci 1 x dalam seminggu dan kadang pakaian tersebut di pakai

teman kerjanya.

E. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Kompos Mentis

c. Tanda Vital :

- Tekanan darah: 120/80 mmHg

- Nadi : 82 kali/menit

- Respirasi : 20 kali/menit

- Suhu : Afebris

d. Status Generalisata

- Kepala : Normosefalus

- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

- Hidung : Tidak tampak sekret

- Telinga : Kedua telinga tidak tampak sekret

- Leher : Tidak tampak pembesaran KGB regional, kelenjar

tiroid tidak tampak membesar.

- Thorax

- Paru :

Inspeksi : dada simetris kira=kanan, retraksi intercosta (-)

Palpasi : Vocal premitus normal kiri = kanan

Perkusi : sonor kiri=kanan

Auskultasi : BP : Bronkovesikuler BT : Rh-/- Wh : -/-

12

- Jantung : Bunyi jantung I -II reguler dan tidak terdengar gallop

maupun murmur

- Abdomen : Tampak datar ikut gerak napas, bising usus terdengar

normal

- Hepar-lien : Tidak teraba membesar

- Ekstremitas : Pada kedua ekstremitas tidak tampak edema dan akral

hangat

- Pemeriksaan Kelenjar limfe

Leher; Kanan : Normal Kiri : Normal

Axilla Kanan : Normal Kiri : Normal

Inguinal Kanan : Normal Kiri : Normal

Groin Kanan : Normal Kiri : Normal

- Kulit :

o Distribusi : regional

o Ad regio : Infrascapularis dan Lumbalis

o Lesi : Bentuk lesi tidak teratur dengan batas tegas, tepi tidak

timbul dan tidak aktif, ukuran variatif di mana yang terbesar

ukuran plakat dan terkecil ukuran lentikular.

o Efloresensi : makula hipopigmentasi.

- Tinggi badan : 165cm

- Berat badan : 60 Kg

- Status gizi : IMT 22,05 kg/m2

F. Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 20 %

- Lampu wood

G. Alasan Diperlukan Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan kerokan kulit fengan KOH 20 %

Bila penyebabnya memang jamur, maka akan terlihat garis yang memiliki

indeks bias lain dari sekitarnya dan jarak-jarak tertentu dipisahkan oleh

sekat-sekat atau seperti butir-butir yang bersambung seperti kalung. Pada

13

ptyriasis versicolor hifa tampak pendek-pendek, bercabang, terpotong-

potong, lurus atau bengkok dengan spora yang berkelompok.

- Pemeriksaan dengan sinar wood, dapat memberikan perubahan warna

seluruh daerah lesi sehingga batas lesi lebih mudah dilihat. Daerah yang

terkena infeksi akan memperlihatkan flouresensi warna kuning keemasan

sampai orange.

H. Hasil Laboratorium

- Tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumI. Diagnosa Kerja:

- Pitiriasis Versikolor

- Kode : ICPC II: S76Skin infection other

- Kode : ICD X: B36.0Pityriasis versicolor

J. Diagnosis Banding :

Pitiriasis alba

Vitiligo

Morbus Hansen

K. Penyelesaian masalah yang dihadapi pasien

Mengingat pasien ini memiliki kebiasaan mandi hanya 2 kali sehari, sehingga

menyarankan untuk mandi 3 kali sehari dan menggunakan sabun serta handuk tidak

bergantian tetapi pribadi. Selain itu, pasien juga memiliki kebiasaan memakai pakaian

kerja secara bergantian dengan teman kerjanya sehingga menyarankan agar pakaian

tersebut milik sendiri/tidak saling tukar menukar pakaian kerja dan kebiasaan

keluarga mencuci pakaian kerja sekali seminggu, sebaiknya menyarankan setiap 2

kali seminggu.

L. Pasien ini perlu dirujuk

Sebagian besar kasus tidak memerlukan rujukan

M. Penjelasan yang diberi pada pasien dan keluarganya tentang penyakit

yang di derita

Adapun penjelasan yang diberikan kepada pasein dan keluarganya tentang

penyakit yang diderita yaitu menjelaskan tentang pitiriasis versikolor, menyangkut

penyebab dan factor penyebaran, komplikasi dan penatalaksanaanya serta edukasi.

Misalnya menjelaskan bahwa pitiriasis versikolor adalah penyakit infeksi pada

14

superfisial kulit dan berlangsung kronis yang disebabkan oleh jamur Malassezia

furfur. Penyakit ini biasanya tidak memberikan keluhan subyektif, namun tampak

adanya bercak halus berwarna putih sampai coklat hitam pada kulit yang terinfeksi.

Penyakit ini tinggi pada daerah tropis yang bersuhu hangat dan lembab, selain itu juga

dapat berpindah melalui pakaian atau diusahakan agar pakaian tidak lembab dan tidak

berbagi dengan orang lain untuk penggunaan barang pribadi. Edukasi pasien dan

keluarga bahwa pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan konsisten,

karena angka kekambuhan tinggi (± 50% pasien). Infeksi jamur dapat dibunuh dengan

cepat tetapi membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mengembalikan pigmentasi ke

normal.

N. Penjelasan yang disampaikan tentang peranan pasien dan keluarganya

dalam proses penyembuhan penyakit yang diderita

- Edukasi pasien dan keluarga bahwa pengobatan harus dilakukan secara

menyeluruh, tekun dan konsisten, karena angka kekambuhan tinggi (± 50%

pasien)

- Selain itu, peran keluarga sangat penting untuk mengingatkan agar pasien

menjaga pola hidup bersih dan sehat (PHBS), dikarenakan penyakit ini tinggi

pada daerah tropis yang bersuhu hangat dan lembab, selain itu juga dapat

berpindah melalui pakaian atau diusahakan agar pakaian tidak lembab dan tidak

berbagi dengan orang lain untuk penggunaan barang pribadi.

O. Penyuluhan yang dilakukan pada pasien dan keluarganya

Penyuluhan yang diberikan kepada pasien dan keluarganya yaitu berupa

penjelasan tentang pitiriasis versikolor, penyebab, kapan harus memeriksakan

diri ke dokter dan kiat-kiat yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya

pitiriasis versikolor serta pengobatannya.

P. Upaya pencegahan yang disampaikan pada pasien dan

keluarganya( pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan

tertier)

1. Pencegahan primer

Health promotion : Penyuluhan tentang pitiriasis versikolor

Specific protection:

15

o Edukasi pasien tentang penyakit pitiriasis versikolor meliputi penderita

harus rutin membersihkan diri berupa mandi 3x sehari atau sehabis

kerja dan menggunakan sabun dan handuk sendiri tanpa bergantian

oleh keluarga yang lain. Selain itu, menghindari pemberian dedaunan

dan bahan lain yang dapat menimbulkan infeksi. Menganjurkan

menggunakan obat secara rutin dan 1 minggu berikutnya

memeriksakan kemajuan terapi kepuskesmas.

o Edukasi kepada keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan

lingkungannya, pola mandi 3 kali sehari dan mencuci tangan baik

sebelum atau sesudah makan, baik sebelum dan sehabis kerja serta

sebelum tidur. Membiasakan menggunkana sabun secara sendiri atau

menganti sabun batangan dengan sabun cair. Selain itu, menganjurkan

untuk mencuci pakai 2-3 kali dalam seminggu dan tidak berganti-ganti

pakaian baik keluarga maupun teman kerja pasien. Serta makan

makanan sehat dan seimbang.

2. Pencegahan sekunder

- Early diagnosis dan prompt treatment: Pengobatan harus dilakukan secara

menyeluruh, tekun dan konsisten. Obat yang dapat digunakan (tersedia di

puskesmas) ialah :

o Pengobatan sistemik diberikan pada lesi yang lebih luas obat yang dapat

diberikan adalah :

a. Ketokonazol

Dosis : 200 mg perhari selama 10 hari; atau

b. Flukonazol

Dosis : dosis tunggal 150-300 mg setiap minggu; atau

c. Itraconazol

Dosis : 100 mg perhari selama 2 minggu

o Pengobatan topical untuk lesi yang tidak luas berupa :

a. Selenium sulfide 1,8% dalam bentuk shampoo 2-3 kali seminggu.

Obat digosokan pada lesi dan didiamkan selama 15-30 menit

sebelum mandi.

b. Salisil spiritus 10 %

16

c. Turunan azol, misalnya : mikonazol, klotrimazol, isokanazol dan

ekonazol dalam bentuk topical

d. Sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%., Larutan natrium

tiosulfas 25%, dioleskan 2 kali sehari sehabis mandi selama 2

minggu

o Terapi hipopigmentasi

a. Liquor carbonas detergent 5%, salep pagi/malam

b. Krim kortikosteroid menengah pagi dan malam

Jemur matahari kurang lebih 10 menit antara jam 10.00 – 15.00

3. Pencegahan tersier

- Disability limitation : Menjalankan pola hidup bersih dan sehat, Memotivasi

untuk rutin menggunakan obat secara teratur, dan Waspadai penularan

penyakit pada seluruh anggota keluarga segera menjaga kebersihan diri atau

menerapkan PHBS (pola hidup bersih dan sehat)

- Rehabilitation : Gunakan obat secara teratur, manggunakan sabun mandi

sendiri atau sabun cair serta handuk sendiri, serta pakaian kerja di cuci 3 kali

dalam seminggu dan tidak berganti pakaian dengan keluarga atau teman kerja

- Mandi 3 kali sehari atau setelah kerja dan membisakan cuci tangan

Q. Prognosis

- Quo ad vitam : ad bonam

- Quo ad functionam : ad bonam

- Quo ad sanationam : dubia ad bonam

- Quo ad cosmeticum : ad bonam

R. Kegiatan Yang Dilakukan Saat Kunjungan Rumah

Melakukan kunjungan rumah, memantau kondisi pasien, melakukan diagnosis

holistik, melakukan pengobatan dan tindakan holistik :

1 Perjalanan penyakit saat ini :

Pasien dengan keluhan beriupa bercak-bercak keputihan pada punggung

sebelah kanan terasa gatal, yang terasa gatal sejak 6 bulan lalu. Pada

17

awalnya, bercak-bercak keputihan ini cuma sedikit pada punggung kanan

pasien dan sebesar biji jagung saja. Namun, makin lama bercak keputihan

ini makin bertambah banyak dan menyebar hampir ke seluruh punggung

kanan pasien. Bercak keputihan ini juga bervariasi ukurannya di mana ada

yang sebesar biji jagung sampai lebih besar dari uang logam . Pasien

mengeluh sering berasa gatal pada punggungnya terutama pada saat waktu

siang ketika di tengah hari dan berkeringat. Karena sering gatal, pasien

sering menggaruk sekitar punggung kananya, dan lama kelamaan bercak

putih semakin bertambah banyak. Tidak ada keluhan nyeri pada punggung

dan rasa tebal atau mati rasa. Pasien tidak berobat ke mana-mana, karena

dikiranya cuma gatal biasadan pasien memberikan daun-daun sebagai obat.

Namun setelah lama, bercak putih makin banyak dan juga gatal, pasien

akhirnya berobat ke puskesmas. Pasien bekerja sehari sebagai buruh

bangunan dan sering berkeringat. Pasien merokok dan tidak minum alkohol.

Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan dalam jangka waktu yang

lama.

Sekarang pasien masih menjalani pengobatan dan pasien rutin menggunakan

Obat dengan pengawas oleh istri dan anak pasien sendiri. Pasien mengatakan

setelah menjalani pengobatan selama hampir 3 hari.

2 Riwayat penyakit keluarga :

Tidak Ada

3 Riwayat penyakit dahulu.

Tidak Ada

S. Bentuk Keluarga : Keluarga Besar tipe matrilineal

T. Fungsi Keluarga

Fungsi Biologis : Merupakan extended family, yang memiliki fungsi

memenuhi kebutuhan gizi keluarga dan memelihara dan merawat anggota

keluarga.

Fungsi Psikologis : Hubungan keluarga terjalin akrab dan harmonis dengan

kemampuan menyelesaikan masalah secara musyawarah

18

Fungsi Sosial : Mengikuti kegiatan masyarakat dan komunikasi cukup baik,

menyalahkan lingkungan sebagai penyebab sakit yang diderita

Fungsi Ekonomi dan pemenuhan kebutuhan : penghasilan keluarga sekitar

Rp.1.000.000,00 - 1.500.000/ bulan. Penderita sehari-harinya makan sebanyak

3x, dengan nasi, sayur dan lauk pauk seperti telur, tahu, tempe.

U. Diagnosis holistik

4 Aspek personal

Pasien datang berobat dengan harapan kelainan kulit yang diderita dapat

berkurang dengan bantuan dokter di puskesmas.

5 Aspek risiko internal

Faktor internal yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien yaitu:

Kebersihan diri (Higienetas)

6 Aspek psikososial keluarga

Hubungan antar anggota keluarga baik. Semua masalah yang ada selalu

dibicarakan dengan baik-baik dan keputusan diambil berdasarkan hasil

musyawarah atau kesepakatan bersama Faktor eksternal yang mempengaruhi

masalah kesehatan pasien yaitu faktor lingkungan

V. Diagnosis sosial, ekonomi,pencarian pelayanan kesehatan dan perilaku

6. SOSIAL - Hubungan keluarga dengan tetangga atau orang sekitar

baik, saling membantu jika ada kesulitan

- Tidak ada masalah baik di rumah, tempat kerja maupun di

masyarakat.

- Pendidikan tertinggi pada keluarga tersebut yaitu Sarjana

- Istri Penderita sebagai IRT. Hubungan dengan keluarga

baik.

- Penderita tinggal di kawasan perumahan yang padat

penduduk, jarak antar rumah sedang

7. Ekonomi Sumber penghasilan dalam keluarga dari penderita dan suami

yang bekerja sebagai wiraswasta (buruh bangunan) dengan

penghasilan perbulan kurang lebih Rp. 1.000.000 – 1.500.000

19

perbulan. Kebutuhan keluarga cukup terpenuhi.

8. Penggunaan

pelayanan

kesehatan

Jika salah satu keluarga pasien sakit maka pasien lebih sering

ke puskesmas dari pada rumah sakit atau tempat praktek

dokter.

9. Perilaku

yang tidak

menunjang

kesehatan.

Tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan atau

bekerja serta pakaian kerja hanya di cuci 1 kali dalam

seminggu dan sering berganti-ganti pakaian

W. Data sarana pelayanan kesehatan dan lingkungankehidupan keluarga

Tabel : Faktor pelayanan kesehatan

Faktor Keterangan

Kesimpulan tentang

faktor pelayanan

kesehatan

Sarana pelayanan kesehatan

yang digunakan oleh

keluarga

Puskesmas Memuaskan

Cara mencapai sarana

pelayanan kesehatan tsb

Naik motor Memuaskan

Tarif pelayanan kesehatan

yang dirasakan

(sangat mahal,mahal, terjangkau,

murah, gratis)

Terjangkau

Kualitas pelayanan

kesehatan yang dirasakan

(sangat baik, baik, biasa, kurang

baik, buruk)

Baik

X. Lingkungan tempat tinggal.

Kepemilikan rumah :

Daerah perumahan :

Pribadi

Padat, cukup bersih, halaman luas,

rumah rapih dan bersih.

20

Karakteristik rumah dan lingkungan

Luas rumah : panjang ... X lebar ..... 12 x 8 meter

Bertingkat / tidak Tidak bertingkat

Jumlah penghuni rumah : .... orang 4 orang

Luas halaman rumah : 6 x meter

Kondisi halaman : kumuh, sedang, bersih. Sedang

Lantai rumah dari ; tanah/semen/keramik/lain-lain Keramik

Dinding rumah dari : tembok/papan/kombinasi Tembok

Kondisi dalam rumah : kotor, sedang, bersih. Bersih

Y. INTERVENSI PADA KELUARGA

Hari / Tanggal INTERVENSI YANG DILAKUKAN DAN RENCANA TINDAK

LANJUT.

Kunjungan

pertama,

Kamis / 11

Desember 2014

a. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang cara penularan,

pemberantasan, penyakit kulit yaitu pitiriasis versikolor

b. pentingnya keteraturan dalam berobat sehingga os menjadi cepat

sembuh

c. menganjurkan mandi 3 kali sehari dan mencuci pakaian 3-4 kali

seminggu, serta tidak berganti-gantian menggunakan handuk,

pakaian dan sabun, serta makan-makanan yang bergizi, olahraga dan

istirahat yang teratur

d. Menganjurkan untuk membuka jendela sehingga rumah pasien

mendapat pancaran sinar matahari yang cukup serta menjemur

tempat tidur 2 kali seminggu

e. Memberikan semangat dan dukungan emosional kepada pasien.

Tindak lanjut,

Jumat/ 12

Desmber 2014

Follow up pasien tentang edukasi dan intervensi yang telah diberikan

Hasilnya : pasien dan keluarganya megerti tentang edukasi yang

diberikan berupa penegrtian, penyebab, langkah pencegahan dan

pengobatan pitiriasis versikolor. Selain itu, adanya keinginan untuk

21

menjaga pola hidup bersih dan sehat(PHBS) serta tekun dan telaten

dalam pengobatan

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan oleh

Malasezia furfur dan pityrosporum orbiculare. Penyakit jamur kulit ini adalah

penyakit kronis yang ditandai oleh bercak putih sampai coklat yang bersisik, makula

dikulit, skuama halus disertai rasa gatal. Faktor predisposisi penyakit ini adalah suhu

yang tinggi, kulit berminyak, hiperhidrosis, faktor herediter, pengobatan dengan

glukokortikoid, defisiensi imun, pengangkatan glandula adrenal, penyakit Cushing,

kehamilan, malnutrisi, luka bakar, terapi steroid, dan penggunaan kontrasepsi oral.

Selain pengobatan medikamentosa, pasien juga harus melakukan pola hidup bersih

dan sehat berupa mandi teratur tiga kali sehari atau sehabis kerja, menggunakan

handuk dan pakaian sendiri serta mencuci pakaian minimal tiga kali dalam seminggu,

makan makanan sehat dan bergizi serta dukungan keluarga dan lingkungan yang baik

untuk mendukung kesembuhan pasien.

B. Saran

1. Saran kepada pasien dan keluarga:

b. Menjaga kebersihan diri serta lingkungan

c. Menerapkan pola hidup bersih dan sehat

d. Selalu memberikan dukungan kepada pasien

e. Cegah penularan penyakit dalam keluarga

2. Saran kepada petugas kesehatan

a. Perlu di adakan pendataan lanjutan pada pasien dengan kelainan kulit

lainnya.

b. Perlu melakukan penyuluhan tentang PHBS kepada keluarga pasien

penderita kusta dan juga masyarakat banyak

22

c. Rutin melakukan pemeriksaan dan pengawasan bila ada pasien dengan

kelainan kulit.

DAFTAR PUSTAKA

Brannon, H. 2004. Tinea Versicolor. Diambil dari www.about.com/Dermatology.

diakses tanggal 24 September 2013Budimulja, Unandar. 2006. Ilmu Penyakit

Kulit dan Kelamin. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Burkhart, Craig G. and Lorie G. 2010. Tinea Versicolor.

http://emedicine.medscape.com/article/1091575. Diakses tanggal 24 September

2013.

Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. ilmu penyakit kulit dan kelamin. 3rd ed. Jakarta :

balai penerbit FKUI: 2013

Hawranek, Thomas. 2002. Cutaneous Mycology. In Fungal Allergy and

Pathogenicity. Basel: S. Karger AG.

Johnson. R.A, Suurmond. D . 2007. Fitzpatrick’s, The Color Atlas and Synopsis of

Clinical Dermatology, fifth edition. E-book : The McGraw-Hill Companies.

Madani A. infeksi jamur kulit. In : Harahap M, editor. Ilmu penyakit kulit. Jakarta :

hipokrates; 2000

Nasution, M.A. 2005.Mikologi dan Mikologi kedokteran, Beberapa

PandanganDermatologis, Pidato jabatan pengukuhan guru besar tetap USU.

Medan.

23

Radiono S. pityriasis versicolor. In :Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi

SL, Dwihastuti P, Widaty S, editors. Dermatomikosis superfisialis : pedoman

untuk dokter dan mahasiswa kedokteran. Jakarta : balai penerbit FK UI; 2001

Siregar. 2004. Saripati Penyakit Kulit, Ed.2 .Jakarta : EGC

Wolff. K, Johnson. R.A, Suurmond. D . 2007. Fitzpatrick’s, The Color Atlas and

Synopsis of Clinical Dermatology, fifth edition. E-book : The McGraw-Hill

Companies.

24

Lampiran 1 . Foto Lesi pada kulit pasien

Gambar 1. Lesi pada punggung pasien

25

Gambar 2. Rumah Pasien

Gambar 3. Ruang tengah rumah pasien

Gambar 4. Dapur rumah pasien

26