pi bab 7
DESCRIPTION
ggnddffdbTRANSCRIPT
[Type the document title]
BAB 7 PEREKONOMIAN INDONESIA
INDUSTRIALISASI DI INDONESIA
SEKTOR PERTANIAN DAN AGROBISNIS
AGROINDUSTRI
STRATEGI INDUSTRIALISASI
SEKTOR NON MIGAS
Peningkatan Produksi Pertanian
Upaya Pemerintah untuk meningkatkan produktivitas pertanian agar dapat menghasilkan produksi yang maksimum sesuai dengan sumber daya yang tersedia
Intensifikasi Pertanian Teknologi
Sektor Industri Pertanian
Selama krisis terbukti bahwa sektor pertanian masih mampu memiliki laju pertumbuhan yang positif, walaupun dalam persentase yang kecil. Sedangkan sektor industri manufaktur mengalami laju pertumbuhan yang negatif di atas satu digit.
Alasan Sektor Pertanian Tumbuh Kuat di Indonesia
1. Sektor pertanian yang kuat, berarti ketahanan pangan terjamin. Hal ini merupakan salah satu prasyarat penting agar proses industrialisasi pada khususnya dan pembangunan ekonomi pada umumnya bisa berlangsung dengan baik.
2. Dari sisi permintaan agregat, pembangunan sektor pertanian yang kuat membuat tingkat pendapatan riil perkapita di sektor tersebut tinggi.
3. Dari sisi penawaran, sektor pertanian merupakan salah sumber input bagi sektor industri manufaktur yang mana Indonesia memiliki keunggulan komparatif. Dalam perkataan lain, lewat keterkaitan produksi, pertumbuhan produktivitas atau output di sektor pertanian bisa menjadi sumber pertumbuhan output di sektor industri manufaktur
Faktor yang Mempengaruhi Produksi Pertanian
Faktor Genetis (jenis tanaman, varietas)
Faktor Gangguan (hama, penyakit, gulma)
Faktor Iklim (suhu, kelembaban, curah hujan, angin, dll)
Faktor Essensiil (air, sinar matahari, unsur hara)
Agribisnis Sebagai Suatu Sistem
Sistem Agribisnis :
Rangkaian kegiatan dari beberapa subsistem yg saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain
Sub-sistem Agribisnis :
Sub-sistem Faktor Input Pertanian (Input Factor Sub-system) = pengadaan semprotan
Sub-sistem Produksi Pertanian (Production Sub-system) = budidaya pertanian/usaha tani
Sub-sistem pengolahan hasil pertanian (Processing Sub-system) = agroindustri hasil pertanian
Sub-sistem Pemasaran (Marketing Sub-system) faktor produksi, hasil produksi dan hasil olahan
Sub-sistem Kelembagaan Penunjang (Supporting Institution Sub-system) = subsistem jasa (service sub-system)
On-farm Activities (Usaha Tani) : Budidaya Pertanian
Off-farm Activities (Luar Usaha Tani) :
Pengadaan sarana produksi
Agroindustri pengolahan
Pemasaran dan jasa-jasa penunjang
Peran Agribisnis di Era Pembangunan
Memberikan sumbangan nyata sistem agribisnis bagi perekonomian Indonesia dalam bentuk :
1) Hasil produksi pertanian
2) Pasar
3) Faktor produksi
4) Kesempatan kerja
Diharapkan transformasi struktur agribisnis, dari on-farm activities menjadi off-farm activities
Transformasi ekonomi dari basis pertanian ke ekonomi basis industri menempatkan Indonesia menjadi negara bercorak agribisnis (agro-base Industri : industri minyak sawit, industri kayu lapis, crumb rubber dan sejenisnya)
Agribisnis : Kegiatan Produksi Berbasis Sumberdaya
Era Perekonomian Global : Komoditas andalan berdaya saing tinggi
Masa Mendatang : Produksi berbasis sumberdaya (Resource Base) berpeluang besar dibanding technological base maupun capital base
Kegiatan produksi berbasis sumberdaya terbesar adalah kegiatan agribisnis pd sub-sistem budidaya dan pengolahannya (agroindustri)
Agribisnis Penghasil Produk Strategis Bagi Rakyat
a. Kegiatan agribisnis strategis bagi rakyat utk memenuhi kebutuhan pangan, pakaian & perumahan
b. Produk agribisnis sulit disubstitusi oleh produk lain
c. Bila tergantung produk impor agribisnis negara lain : negara rapuh !
Kegiatan Agribisnis Berkaitan dengan Beberapa Isu Pokok
Masalah lingkungan hidup
Peningkatan dan pemerataan pendapatan
Kesempatan kerja
Pengembangan Sistem Agribisnis
Pengembangan sistem agribisnis menjadi tuntutan logis dalam perkembangan keadaan perekonomian
Perkembangan permintaan terhadap produk pertanian tidak hanya dalam jumlah, tapi juga dalam hal :
Beberapa Pengertian Agribisnis
Pengertian Fungsional
Rangkaian fungsi-fungsi kegiatan untuk memenuhi kegiatan manusia. Sistem agribisnis mencakup 3 aspek utama :
1. Aspek Pengolahan Usaha (produksi) Pertanian : Pangan, Hortikultura, Perkebunan, Peternakan, Perikanan
2. Aspek Produk Penunjang Kegiatan, Pra-pasca Panen : Industri enghasil pupuk, Bibit unggul, dll
3. Aspek Sarana Penunjang : Perbankan, Pemasaran, Penyuluhan, Penelitian
Pengertian Struktural
i. Kumpulan unit usaha atau basis yang melaksanakan fungsi-fungsi dari masing-masing sub-sistem
ii. Tidak hanya mencakup bisnis pertanian yang besar, tetapi skala kecil dan lemah (pertanian rakyat)
Argoindustri
Kegiatan lintas disiplin memanfaatkan sumberdaya alam (pertanian) untuk industri
Merupakan revolusi nilai tambah produk revolusi hijau
Lanjutan dari revolusi hijau yang tidak hanya memasarkan bahan mentah,dalam skala terbatas agroindustri perkebunan, misalnya : Tebu, Gula, Molase, Spiritus, Kertas
Perkebunan kelapa sawit masih menghasilkan bahan setengah jadi : Crude Palm Oil (CPO), Palm Kernel Oil (PKO)
Persyaratan Industrialisasi
a. Industri yang berkembang sesuai dengan pola sumber daya yang dimiliki bangsa itu
b. Tidak dapat terus menerus mengandalkan tersedianya sumber alam yang melimpah dan upah buruh yang murah
c. Di dukung oleh iklim usaha yang mantap dan terpelihara
d. Tersedia pangan yang cukup bagi angkatan kerja di sektor industri
e. Di iringi dengan pembangunan sarana dan prasarana yang menunjang tahap-tahap industrialisasi
f. Merumuskan kebijakan yang diarahkan untuk mendorong agar sistem dan lembaga-lembaga pasar berkembang dan dapat bekerja lebih efisien
Industrialisasi Indonesia
Proses industrialisasi yang telah berjalan sejak tahun 1960 baru terjadi pada tahapan transformasi dari pertanian ke industri dan belum dapat menopang dan menciptakan struktur ekonomi yang kuat, terutama dalam mengakomodasi transisi infrastruktur dan tenaga kerja.
Industrialisasi di Indonesia tidak terlepas dari tahapan liberalisasi yang dilakukan di sektor perdagangan,keuangan, dan pasar modal serta tahapan kebijakan pemerintah dalam melindungi infant industry domestik.
Seiring dengan proses liberalisasi tersebut, pembiayaan kredit perbankan kepada sektor swasta di periode pra krisis terus menunjukkan peningkatan yang pada gilirannya mendongkrak pertumbuhan sektor industri.
Dampak kebijakan pemerintah dan keterbukaan terhadap perdagangan dan penanaman modal internasional, selain membuat peranan industri semakin signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, juga menciptakan masalah yang bersifat struktural, misalnya ketergantungan tinggi pada teknologi impor dan utang luar negeri.
Krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1997/1998 sangat berpengaruh pada kelangsungan pertumbuhan sektor industri. Perbankan menjadi lebih berhati-hati dalam penyaluran kredit. Lokasi persebaran industri Nasional berikut :
Keterbatasan Industri (UKM)
Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang memiliki potensi tinggi dalam penyerapan tenaga kerja ternyata masih memiliki berbagai keterbatasan yang masih belum dapat diatasi dengan tuntas sampai saat ini. Permasalahan utama yang dihadapi oleh UKM adalah sulitnya mendapatkan akses permodalan, keterbatasan sumber daya manusia yang siap, kurang dalam kemampuan manajemen dan bisnis, serta terbatasnya kemampuan akses informasi untuk membaca peluang pasar serta mensiasati perubahan pasar yang cepat.
Strategi Industrialisasi
Strategi Outward-Looking
Perdagangan bebas dan kebijakan ekspansi ekspor
Kebijakan ekonomi tipe terbuka
Kebijakan pintu terbuka terhadap bantuan luar negeri ke sektor Pemerintah
Kebijkan pintu terbuka terhadap PMA
Kebijakan pintu terbuka terhadap imigrasi
Strategi Inward-Looking
Kebijakan proteksionis dan substitusi impor
Kebijakan ekonomi dalam negeri tipe tertutup
Ketergantungan pada tabungan falam negeri dan swasembada sumber daya
Hambatan terhadap PMA
Hambatan terhadap imigrasi (M. Kuncoro, 2007:112)
Jenis Industri Manufaktur di Indonesia
1. Industri Padat Karya, dengan ciri-ciri : Penyerapan tenga kerja tinggi, berorientasi ekspor, sebagian besar dimiliki swasta dan tingkat konsentrasi yang rendah.
2. Industri Padat Modal dan Tenaga Terampil, dengan ciri-ciri : Berorientasi pasar domestik, sebagian besar kendali ada di Pemerintah atau PMA dan tingkat konsentrasi yang tinggi.
3. Industri Padat Sumber Daya Alam, dengan ciri-ciri : Orientasi ekspor yang tinggi, sebagian besar kepemilikan di tangan swasta dan tingkat konsentrasi yang rendah.
4. Industri Padat Teknologi, dengan ciri-ciri : Semakin berorientasi ekspor, kepemilikan ada di tangan asing dan swasta, kandungan impor dan tingkat konsentrasi yang tinggi.
Visi Pembangunan Industri Nasional
Visi pembangunan industri Nasional dalam jangka panjang adalah membawa Indonesia untuk menjadi sebuah negara industri tangguh di dunia dengan visi yaitu pada tahun 2024 Indonesia menjadi Negara Industri Maju Baru.
Misi Sektor Industri
Menjadi wahana pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat
Menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi Nasional
Menjadi pengganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi masyarakat
Menjadi wahana untuk memajukan kemampuan teknologi Nasional
Menjadi wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan wawasan budaya masyarakat
Menjadi salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan penciptaan rasa aman masyarakat.
Karakteristik Industri Non Migas Nasional
Sensitif terhadap Gejolak Nilai Tukar
i. Sensitivitas sektor industri terhadap gejolak nilai tukar terjadi terutama pada sejumlah perusahaan yang berorientasi pasar domestik tetapi memiliki kandungan bahan baku impor yang tinggi.
ii. Beberapa komoditi nonmigas utama, seperti industri kertas dan barang cetakan; industri logam dasar, besi dan baja; serta industri alat angkutan, mesin dan peralatannya, memiliki kandungan bahan baku (BB) impor yang cukup signifikan dengan orientasi pasar lebih banyak ditujukan untuk domestik.
Sensitif Terhadap Gejolak Eksternal
Daya Saing Sektor Industri Non Migas Rendah
Karakteristik Industri Non Migas Nasional
Tingkat Investasi di Sektor Industri Nonmigas Relatif Rendah
A. Kebutuhan untuk melakukan investasi cukup tinggi sebagimana tercermin pada besarnya keinginan responden untuk melakukan upgrading teknologi dan penggantian mesin.
B. Kondisi permesinan yang telah usang tersebut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tidak optimalnya penggunaan kapasitas produksi.
C. Namun kebutuhan untuk melakukan investasi tersebut tidak dapat sepenuhnya direalisasikan karena terkendala oleh iklim investasi yang tidak kondusif akibat, antara lain :
Ekonomi biaya tinggi didorong oleh adanya pungutan yang tidak resmi
Permasalahan infrastruktur
Permasalahan TK (Produktivitas Rendah)
Created and Design by : Rivaldo Rizka Pratama | Manajemen 2B
6