petrokimia.docx

8
10508036 Tegar Nurwahyu Wijaya Industri Petrokimia, Keamanan dan Potensinya Pada 2 April 2011 kami kedatangan tamu dari PT Chandra Asri yaitu ibu Feri Herlina. Beliau sebagai manajer Quality Assurance (QA) menjelaskan profil singkat PT Chandra Asri Petrochemical (CAP) dan PT Styrindo Mono Indonesia (SMI) dan bagaimana QA bekerja untuk mengelola mutu suatu perusahaan. CAP dan SMI adalah perusahaan yang bergerak di bidang petrokimia. Industri petrokimia bergerak dalam pengolahan fraksi hasil pengolahan minyak bumi menjadi berbagai macam produk. Produk yang dihasilkan dapat berupa produk jadi (siap pakai) atau produk bahan baku yang akan diolah kembali. Industri petrokimia berbeda dengan industri perminyakan. Industri perminyakan mengolah minyak mentah menjadi berbagai fraksi minyak bumi. Pengolahan ini memanfaatkan perbedaan titik didih fraksi-fraksi minyak bumi. Industri perminyakan mengerjakan proses sebelum proses yang dilakukan industri petrokimia. Dengan kata lain, industri petrokimia memproses bahan-bahan hasil industri perminyakan. Hasil pengolahan atau fraksinasi minyak bumi bermacam-macam, diantaranya fraksi gas bumi, kerosin, gasolin, dan aspal. Selain fraksi hidrokarbon rantai lurus, hasil fraksinasi minyak bumi berupa hidrokarbon aromatik seperti benzena, naftalen, dan antrasen.

Upload: ardy-anto-supardi

Post on 14-Apr-2016

7 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Petrokimia.docx

10508036 Tegar Nurwahyu Wijaya

Industri Petrokimia, Keamanan dan Potensinya

Pada 2 April 2011 kami kedatangan tamu dari PT Chandra Asri yaitu ibu Feri Herlina. Beliau

sebagai manajer Quality Assurance (QA) menjelaskan profil singkat PT Chandra Asri

Petrochemical (CAP) dan PT Styrindo Mono Indonesia (SMI) dan bagaimana QA bekerja untuk

mengelola mutu suatu perusahaan.

CAP dan SMI adalah perusahaan yang bergerak di bidang petrokimia. Industri petrokimia

bergerak dalam pengolahan fraksi hasil pengolahan minyak bumi menjadi berbagai macam

produk. Produk yang dihasilkan dapat berupa produk jadi (siap pakai) atau produk bahan baku

yang akan diolah kembali. Industri petrokimia berbeda dengan industri perminyakan. Industri

perminyakan mengolah minyak mentah menjadi berbagai fraksi minyak bumi. Pengolahan ini

memanfaatkan perbedaan titik didih fraksi-fraksi minyak bumi. Industri perminyakan

mengerjakan proses sebelum proses yang dilakukan industri petrokimia. Dengan kata lain,

industri petrokimia memproses bahan-bahan hasil industri perminyakan.

Hasil pengolahan atau fraksinasi minyak bumi bermacam-macam, diantaranya fraksi gas

bumi, kerosin, gasolin, dan aspal. Selain fraksi hidrokarbon rantai lurus, hasil fraksinasi minyak

bumi berupa hidrokarbon aromatik seperti benzena, naftalen, dan antrasen.

CAP mengolah fraksi naftalen menjadi berbagai produk yang disalurkan kepada industri-

industri lain. Produk yang dihasilkan kemudian diproses oleh industri lain yang merupakan klien

CAP menjadi barang jadi. Produk CAP diantaranya etilen, propilen, py gas, dan C4 (berbagai

fraksi minyak bumi beratom karbon empat). CAP memproses naftalen dengan perengkahan

(cracking). Hasil cracking beragam dan dipisahkan dengan cara mirip dengan fraksinasi minyak

bumi, yaitu distilasi. Zat-zat yang tidak ikut bereaks diperoleh kembali dan dapat digunakan

pada proses berikutnya sehingga meminimalkan jumlah limbah yang dihasilkan.

Etilen yang dihasilkan kemudian diproses lebih lanjut menjadi asam asetat, etilbenzena,

EDC, EO, VCM, PVC, monomer stiren, polistiren, polietilen, dan EG. Propilen diolah menjadi

asam akrilat dan polipropilen. C4 diolah menjadi butadiena, polibutena, 1-butena, dan

Page 2: Petrokimia.docx

10508036 Tegar Nurwahyu Wijaya

metatesis. C4 juga dijadikan bahan baku berbagai proyek: proyek BTX dan proyek aromatik

penuh (fully aromatic project). Produk-produk ini disalurkan kepada industri-industri lainnya

yang akan mengolah produk-produk di atas menjadi produk-produk lanjutan yang dapat

dipergunakan langsung oleh masyarakat. Khusus asam asetat, CAP mengolahnya langsung

menjadi VAM, etil asetat, dan PVA.

SMI mengolah stiren dari CAP menjadi berbagai produk yang digunakan langsung oleh

masyarakat. Contoh produk tersebut adalah steroform. Selain itu SMI juga mengolah etilen

yang dihasilkan CAP.

Etilen yang dihasilkan CAP didistribusikan melalui jaringan pipa bawah tanah. Lokasi industri

yang menjadi klien CAP berada pada jarak yang tidak jauh dari CAP, yaitu di Cilegon. Selain

menggunakan jaringan pipa, distribusi produk juga dilakukan menggunakan truk tangki.

Secara geografis, wilayah perindustrian Cilegon berada pada sebuah tanjung dan

berbatasan langsung dengan laut. Di wilayah ini terdapat puluhan industri kimia. Industri-

industri ini terletak sepanjang garis pantai semenanjung. Setiap hari, aliran bahan kimia di

daerah ini sangat besar dan sebagian besar merupakan zat yang mudah terbakar (etilen,

propilen, dan kebanyakan hidrokarbon mudah terbakar). Karena itu, diperlukan manajemen

mutu yang dapat menjamin kelancaran kegiatan industri di daerah tersebut. Penjaminan mutu

ini dapat berupa sertifikat standar internasional.

CAP dan SMI telah mendapatkan berbagai macam sertifikat manajemen mutu internasional

yaitu ISO 9001, ISO 14001, OSHAS 18001, dan SMK3. Sertifikat-sertifikat ini menandakan bahwa

CAP dan SMI telah memenuhi standar internasional maupun nasional dalam sistem manajemen

mutu mereka. ISO 9001 menjamin kualitas proses produksi dan pelayanan konsumen. ISO

14001 menjamin suatu industri melakukan usaha pelestarian lingkungan dengan baik berkaitan

dengan kegiatan produksi mereka. SMK3 dan OHSAS 18001 menekankan pada keamanan

kondisi kerja dan keselamatan pekerja.

ISO 9001 berorientasi pada peningkatan kualitas barang atau jasa yang ditawarkan kepada

konsumen. Peningkatan kualitas ini harus berorientasi pada konsumen, prinsip-prinsip

Page 3: Petrokimia.docx

10508036 Tegar Nurwahyu Wijaya

kepemimpinan, keterlibatan masyarakat, pendekatan proses, pendekatan sistem dan

pengelolaan, perbaikan terus menerus, pendekatan faktual terhadap pengambilan keputusan,

dan hubungan yang saling menguntungkan dengan rekan kerja.

ISO 14001 mengatur pelestarian lingkungan oleh industri. Hal-hal yang diatur meliputi batas

maksimal suhu air laut setelah digunakan sebagai pendingin dan pengolahan limbah sebelum

dibuang. ISO 14001 menjamin kontribusi industri dalam pelestarian lingkungan.

OSHAS 18001 dan SMK3 mengatur keamanan dan keselamatan kerja (K3) dari para pekerja.

Sistem manajemen mutu ini menjamin hak-hak pekerja untuk memperoleh rasa aman dan

nyaman dalam bekerja dan mencegah eksploitasi pekerja secara berlebihan.

Secara umum, kriteria dari semua standar manajemen mutu di atas berawal dari teori PDCA

(Plan Do Check Action). Plan artinya merencanakan, yaitu membuat langkah-langkah yang akan

dilakukan dalam produksi. Perencanaan mencakup visi dan misi, analisis SWOT, dan pembuatan

rancangan langkah-langkah yang akan dilakukan. Perencanaan adalah bagian awal dari sistem

manajemen mutu yang sangat penting karena perencanaan yang baik akan sangat

memudahkan pelaksanaan kegiatan industri. Perencanaan yang baik dapat menghemat biaya,

memberikan arahan yang jelas dalam bertindak, dan meningkatkan kecepatan kerja. Setelah

perencanaan dilakukan dengan baik, tiba saatnya melakukan apa yang telah direncanakan (Do).

Dalam menjalankan sebuah rencana diperlukan disiplin dan pengendalian diri yang baik.

Seringkali kita harus memaksakan diri kita sendiri untuk mematuhi rencana yang telah

ditetapkan. Pelaksanaan rencana sebisa mungkin harus sesuai dengan timeline yang telah

ditetapkan sehingga rencana dapat direalisasikan tepat waktu. Meskipun demikian, seringkali

terjadi kondisi-kondisi yang menuntut kita bertindak tidak sesuai dengan rencana awal. Ketika

hal ini terjadi dilakukan pengecekan (Check) terhadap keberjalanan rencana yang telah dibuat.

Dalam tahap ini kita melakukan evaluasi apakah ada kekurangan dalam perencanaan yang telah

dibuat dan bagaimana menyikapinya. Pengecekan dapat dianggap sebagai perencanaan ulang

terhadap langkah-langkah yang telah ditetapkan sebelumnya terhadap kondisi-kondisi tertentu.

Pengecekan perlu karena sebaik apapun perencanaan, manusia bukan makhluk yang

mengetahui segalanya. Hampir dapat dipastikan akan terdapat hambatan-hambatan yang

Page 4: Petrokimia.docx

10508036 Tegar Nurwahyu Wijaya

mencegah realisasi rencana dengan sempurna. Setelah pengecekan selesai dilakukan, saatnya

merealisasikan rencana yang telah diperbaiki tersebut (Action). Action adalah tanggapan atau

tindakan kita terhadap suatu kondisi yang berbeda dari perencanaan ulang kita. Teori PDCA

sebenarnya menekankan pada perencanaan dan kedisiplinan dalam menjalankan rencana

disertai dengan fleksibilitas dalam menghadapi kondisi yang tidak direncanakan. Sistem

manajemen mutu yang telah distandarisasi (memenuhi kriteria standar baik nasional maupun

internasional) mengacu pada teori PDCA ini karena standar yang ditetapkan dibuat mengacu

pada teori ini. Dengan perencanaan dan pelaksanaannya yang baik disertai dengan tindakan

evaluasi terhadap berbagai kondisi ketidakidealan, diharapakan dapat tercipta pengelolaan

yang berkualitas dari suatu industri.

Dalam sistem manajemen mutu yang telah distandarisasi, pendokumentasian sangat

penting terutama yang berkaitan dengan langkah kerja dan keamanan. Pendokumentasian

artinya adanya suatu catatan tertulis tentang langkah-langkah dalam suatu pekerjaan. Hal ini

penting agar karyawan baru dalam suatu industri dapat belajar dengan cepat dan kemudian

bekerja sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Dengan demikian kualitas produksi

suatu industri dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan. Pendokumentasian perlu juga

dilakukan pada proses atau pekerjaan yang telah dilakukan. Hal ini penting untuk melacak balik

(traceback) jika terjadi suatu kecelakaan atau masalah dalam bekerja. Misalnya terjadi

kerusakan alat atau kerusakan hasil produksi. Dengan melihat waktu produksi atau waktu

terjadinya kecelakaan, dapat dilihat siapa saja yang bekerja ketika itu dan dapat dicari dengan

mudah penyebabnya. Pendokumentasian ini membantu pelaksanaan check dan action.

Sistem manajemen mutu yang sekarang digunakan sebagai standar internasional berasal

dari negara-negara Eropa. Hal ini disebabkan standar ini diciptakan sebagai syarat agar barang-

barang yang diekspor ke Eropa memenuhi standar yang diinginkan oleh masyarakat Eropa.

Menurut saya pribadi, standar ini dibuat sesuai dengan kebutuhan masyarakat Eropa.

Indonesia, sebagai negara yang besar, mempunyai potensi sebagai negara rujukan sistem

manajemen mutu. Penduduk dan kondisi geografi Indonesia sangat beragam sehingga dapat

menjadi model penerapan dan penyusunan sistem manajemen mutu. Saya membayangkan

Page 5: Petrokimia.docx

10508036 Tegar Nurwahyu Wijaya

bahwa Indonesia dapat menerbitkan sistem manajemen mutu untuk industri petrokimia yang

terletak di lepas pantai. Atau Indonesia dapat memberikan contoh desain kompleks

perindustrian yang terpadu di sepanjang pantai karena garis pantai Indonesia paling panjang di

dunia. Saya merasa suatu saat nanti Indonesia harus mampu membuat standar seperti yang

diterbitkan oleh negara-negara Eropa. Saya melihat bahwa keberadaan standar tersebut sedikit

banyak menghambat perkembangan industri ataupun ilmu pengetahuan di Indonesia. Kreasi

anak bangsa yang tidak sesuai dengan standar internasional bisa saja menjadi tidak diakui

walaupun manfaat dan kreasinya yang inovatif dan luar biasa.

Sebagai negara maritim yang luas, Indonesia berpotensi mengembangkan industri

petrokimia yang bukan berasal dari pengolahan minyak bumi. Penelitian belakangan ini

menunjukkan bahwa alga dapat menghasilkan minyak dalam jumlah yang lebih besar

dibandingkan dengan produksi perkebunan kelapa sawit untuk volume yang sama. Dengan luas

perairan laut yang luas, Indonesia mempunyai media dan wahana yang sangat luas pula untuk

budidaya alga laut. Alga dibudidayakan di lautan, kemudian minyak yang dihasilkan dipanen.

Hasil panenan ini dapat menjadi bahan baku industri petrokimia. Sumber minyak dari alga lebih

menjanjikan karena dapat diperbaharui. Masalah yang dihadapi saat ini adalah bagaimana

memproduksi minyak dari alga dalam skala industri. Sampai saat ini produksi alga baru sebatas

skala laboratorium. Hal ini lah yang menyebabkan hingga saat ini, belum ada industri yang

memanfaatkan alga untuk menghasilkan minyak skala industri. Maka tidak heran jika industri

petrokimia berbasis minyak alga ini juga belum dapat berkembang.

Dalam bayangan saya jika industri alga ini berkembang, saya akan melihat perkebunan alga

di sepanjang garis pantai indonesia. Jika dapat dikembangkan, Indonesia dapat menjadi

produsen utama minyak puluhan tahun ke depan jika produksi minyak negara-negara timur

tengah sudah habis.