pesantren dan radikalisme kajian khusus pondok...

101
PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok Pesantren Al-Hamid, Jakarta Timur dalam Rangka Mencegah Paham Radikalisme Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Dimas Ramdan Nanto NIM: 11151120000002 Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1441 H/2019 M

Upload: others

Post on 11-Jul-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

PESANTREN DAN RADIKALISME

Kajian Khusus Pondok Pesantren Al-Hamid, Jakarta

Timur dalam Rangka Mencegah Paham Radikalisme

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Dimas Ramdan Nanto

NIM: 11151120000002

Program Studi Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

1441 H/2019 M

Page 2: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

ii

Page 3: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

iii

Page 4: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

iv

Page 5: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

v

ABSTRAK

Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang ada di Indonesia.

Pesantren sebagai sarana pendidikan tentunya memiliki dampak yang signifikan

terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia. Pesantren dicap sebagai tempat

teroris dan berkembangnya bibit-bibit radikalisme. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui bagaimana langkah pesantren Al-Hamid dalam mencegah paham

radikalisme.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan wawancara

dan literasi penelitian sebelumnya. Penelitian ini dilakukan di Pesantren Al-Hamid

Kelurahan Cilangkap, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Agustus 2019 – September 2019. Hasil penelitian ini

meliputi: Pesantren Al-Hamid menolak paham radikal karena dinilai tidak sesuai

dengan tradisi pesantren. Hal ini dilihat dari pengajaran dan tradisi pesantren yang

tidak mengajarkan paham tersebut serta menilai radikalisme adalah sesuatu yang

salah. Pesantren Al-Hamid menolak radikalisme dengan melakukan berbagai langkah

dan tindakan. Terdapat 4 (empat) langkah yang dilakukan pesantren Al-Hamid dalam

mencegah paham radikalisme, yaitu: memaknai jihad melalui kajian, memahami

pancasila sebagai ideologi berbangsa, melihat demokrasi dan pluralisme sebagai

wadah kebersamaan, selektif terhadap rekrutmen tenaga pengajar dan bekerja sama

dengan kementerian agama dalam merumuskan kurikulum.

Kata Kunci: Pesantren Al-Hamid, Radikalisme.

Page 6: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

vi

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur saya haturkan kepada tuhan kita Allah SWT atas segala

nikmat dan karunia-Nya sehingga berkah dan nikmat yang diberikan oleh-Nya bisa

dimaksimalkan untuk kehidupan. Akal yang diberikan kepada manusia digunakan

untuk meningkatkan kualitas kehidupan seseorang guna mencapai pengetahuan yang

diwajibkan bagi mereka yang beriman. Sholawat serta salam tidak lupa di haturkan

kepada nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin dan sekaligus pembawa

kebahagiaan bagi umat Islam dan teladan manusia di muka bumi.

Dinamika kehidupan sangat beragam, banyak tantangan yang dihadapi guna

mencapai suatu tujuan peneliti. Dalam penyelesaian penelitian ini, tentu peneliti tidak

sendiri, banyak pihak yang membantu dalam proses penelitian ini, mulai dari awal

hingga di akhir. Berikut adalah beberapa pihak yang berjasa:

1. Prof. Dr. Amany Lubis M.A, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Ali Munhanif, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(FISIP).

3. Dr. Shobahussurur, selaku dosen pembimbing yang dengan baik dan sabar

meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan masukan dalam setiap membimbing

penulis sampai bisa menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. Iding Rosyidin, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik yang telah

membantu dan memudahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Suryani, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik yang selalu

memberikan pengalaman kompetitif di setiap kelas.

Page 7: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

vii

6. Para dosen tercinta selama penulis menuntut ilmu di FISIP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Terima

kasih telah memberikan ilmu yang sangat progresif dan bermanfaat.

7. Bapak, Ibu, dan Adik saya Diah Rahma Oktavianti sebagai support system

yang mendukung baik dalam proses dan semangat dan berbagi keluh kesah

peneliti sehingga bisa menyelesaikan penelitian ini.

8. Kiai Lukman Hakim, Ust Ibnu Mubarok, Ust Fahmi Abdul Aziz, Ust Nu‘man,

para pimpinan dan pengajar Pesantren Al-Hamid kelurahan Cilangkap,

kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, yang berkenan menjadi objek penelitian

serta memudahkan peneliti dalam mencari data.

9. Daffa, Adel, Lila, Inas, Helma, Reza Hafiz, Acay, Dayat, Faiz, Andy, Adnan,

Siti Arfiah, Nabila sebagai teman-teman yang sedari dulu bersama dalam

suatu kumpulan yang disebut ―redbull tandingan‖.

10. Audy, Sultan, Redi, Desi, Cherlinda, Naswah, dan semua teman-teman yang

tergabung dalam Ilmu Politik A 2015.

11. Eva Anispa sebagai penyemangat dalam penyelesaian penelitian ini, sekaligus

menjadi tutor motivasi saya.

12. Teman-teman Binamuda 02 sebagai wadah saya mengembangkan pola pikir

dan penyemangat dari dekat kepada peneliti.

Page 8: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

viii

13. Kanda-Yunda HMI KOMFISIP Alaskafinier yang telah menjadi kawan

pendobrak kebiasaan-kebiasaan lama, tempat berproses selama kuliah dan

adik-adik.

Penulis berharap Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik atas segala

dukungan dan doa yang disampaikan. Rasa hormat dan terima kasih bagi seluruh

pihak yang telah berkontribusi dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa penulis

sebutkan satu- persatu. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat baik dalam segi akademik

maupun praktis.

Ciputat, 28 Oktober 2019

Dimas Ramdan Nanto

Page 9: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

ix

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ..................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI .................................................................. iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................................................. iv

ABSTRAK .......................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................................. xi

BAB I ................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

A. Pernyataan Masalah ............................................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ............................................................................................. 9

C. Tujuan dan manfaat penelitian ............................................................................. 9

D. Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 10

E. Kerangka Teoritis ................................................................................................. 15

F. Metode Penelitian .................................................................................................. 18

G. Sistematika Penulisan ........................................................................................... 21

BAB II ............................................................................................................................... 23

KERANGKA TEORETIS DAN KONSEPTUAL ........................................................ 23

A. Pengertian Pesantren ............................................................................................ 23

B. Elemen-elemen Pesantren .................................................................................... 25

C. Pola-pola Pesantren .............................................................................................. 28

D. Bentuk-bentuk Pesantren ..................................................................................... 31

E. Teori Radikalisme ................................................................................................. 33

Page 10: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

x

BAB III ............................................................................................................................. 42

PONDOK PESANTREN AL-HAMID DAN SEKILAS MENGENAI

RADIKALISME DALAM DUNIA PENDIDIKAN ........................................................... 42

A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Hamid ............................................. 42

B. Jumlah Santri di Pesantren Al-Hamid ................................................................ 44

C. Kitab-Kitab rujukan Pesantren Al-Hamid ......................................................... 44

D. Pengajaran Sorogan dan Bandongan .................................................................. 44

E. Jenjang Pendidikan di Pesantren Al-Hamid ...................................................... 47

F. Radikalisme dalam lembaga Pendidikan ............................................................ 54

BAB IV .............................................................................................................................. 59

PERAN DAN LANGKAH-LANGKAH PONDOK PESANTREN AL-HAMID

JAKARTA TIMUR DALAM MENCEGAH PAHAM RADIKALISME ....................... 59

A. Perspektif Pesantren Al-Hamid mengenai Radikalisme ................................... 60

B. Langkah-langkah Pesantren Al-Hamid dalam Mencegah Radikalisme .......... 62

1. Memaknai Jihad melalui Kajian khusus ..................................................................... 62

2. Menolak Negara Islam, dan Memahami Pancasila sebagai Ideologi Berbangsa ........ 67

3. Menyikapi Demokrasi dan Pluralisme sebagai Wadah Kebersamaan ........................ 72

4. Selektif terhadap Penerimaan Tenaga Pengajar dan bekerja sama dengan Pemerintah

dalam Merumuskan Kurikulum ...................................................................................... 79

BAB V ............................................................................................................................... 85

PENUTUP ........................................................................................................................ 85

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 85

B. Saran ............................................................................................................................ 86

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 88

Page 11: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I.A Nama pesantren beserta lokasinya yang terindikasi radikal ............................. 2

Tabel II.A Tahapan seseorang menjadi radikal............................................................... 25

Tabel II.C Pola pesantren secara bangunan fisik ............................................................ 39

Tabel II. F Jumlah santri di Pesantren Al-Hamid 2018-2019 ......................................... 45

Tabel III. C Kitab-kitab rujukan pesantren ..................................................................... 45

Tabel III.E.1 Visi dan Misi TK Islam ............................................................................. 49

Tabel III.E.2 Aktivitas Kurikulum TK Islam .................................................................. 49

Tabel III.E.3 Visi dan Misi Madrasah Ibtidaiyah ........................................................... 50

Tabel III.E.4 Aktivitas Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah ................................................ 51

Tabel III.E.5 Visi dan Misi Madrasah Tsanawiyah ........................................................ 52

Tabel III.E.6 Aktivitas Kurikulum Madrasah Tsanawiyah ............................................. 52

Tabel III.E.7 Visi dan Misi Madrasah Aliyah ................................................................. 54

Tabel III.E.8 Aktivitas Kurikulum Madrasah Aliyah ..................................................... 55

Page 12: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Studi ini mengambil tema mengenai peran pesantren dalam mencegah paham

radikalisme. Penelitian ini berfokus kepada strategi pesantren Al-Hamid dalam

mencegah berkembangnya paham radikalisme di kalangan santri serta warga

pesantren. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif melalui observasi dan

wawancara.

Pesantren dalam pandangan masyarakat dikenal sebagai lembaga pendidikan

yang bersifat tradisional yang bertujuan untuk memahami, menghayati, dan

mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Pada awal abad

ke-21, masyarakat mengubah pandangannya terhadap pesantren. Pesantren lebih

berfokus kepada pemikiran, ideologi, dan kelompok sosial serta gerakan-gerakan

yang sangat masif, yang seolah-olah membalikkan kesan pesantren yang memiliki

watak halus, akomodatif, dan adaptif terhadap kebudayaan lokal.1

Pesantren sebagai lembaga pendidikan rentan terjerat oleh paham radikalisme.

Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Waseso pada saat itu, menyebutkan

bahwa terdapat beberapa rumah singgah, tempat beribadah, pondok pesantren, yang

terindikasi dengan paham radikalisme. BIN masih memantau lokasi-lokasi yang

1 Abd. Muin, dkk. Pendidikan Pesantren dan Potensi radikalisme (Jakarta: CV. Prasasti,

2007), hal.v.

Page 13: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

2

terindikasi paham radikalisme tersebut namun mereka belum bisa menjelaskan secara

detail mengenai pesantren yang terpapar radikalisme.2

Tabel I.A menunjukan nama pesantren beserta lokasinya yang terindikasi

radikal

Sumber data diambil dari media online CNNindonesia.com

Tabel di atas menunjukkan beberapa data yang dikemukakan oleh BIN

mengenai pesantren yang terindikasi terpapar paham radikalisme, dan sisanya

terdapat di wilayah Aceh, Solo dan Serang.

Oleh karena gerakan-gerakan radikal yang berbasis agama, sebenarnya

pesantren sebagai lembaga pendidikan lebih fokus dalam pengajaran paham

keagamaan yang memiliki andil dalam mencegah gerakan radikal di masyarakat.

Pesantren memiliki kontribusi besar untuk memberikan pandangan, sikap serta

alternatif untuk mencegah berkembangnya gerakan radikal yang berbasis agama.

Pada kasus terorisme, pesantren dapat mengajarkan pemahaman tentang hablum

2 Kompas.com, dari https://nasional.kompas.com ―BIN: Ada Tempat Ibadah, Pesantren, dan

Rumah Singgah Terpapar Radikalisme‖ diakses pada 4 November 2018.

NAMA PESANTREN LOKASI PESANTREN

Pondok Pesantren Al-Muaddib Cilacap

Pondok Pesantren Al-Ikhlas Lamongan

Pondok Pesantren Nurul Bayan Lombok Utara

Pondok Pesantren Al-Ansar Ambon

Pondok Pesantren Wahdah Islamiyah Makassar

Pondok Pesantren Darul Aman Makassar

Pondok Pesantren Islam Amanah Poso

Pondok Pesantren Missi Islam Pusat Jakarta Utara

Pondok Pesantren Al-Muttaqin Cirebon

Pondok Pesantren Nurul Salam Ciamis

Page 14: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

3

minallah, hablum minannas dan hablum minal ‘alam sebagai upaya antisipasi dari

pesantren kepada para santri, pengajar, dan masyarakat di sekitarnya.3

Perkembangan paham radikalisme di Indonesia sudah ada sejak pasca

kemerdekaan sampai reformasi. Kartosuwirjo dengan Darul Islam (DI)

mengatasnamakan gerakan politik atas dasar agama dan semua justifikasinya. Lalu

Komandan Jihad (KOMJI) pada tahun 1976 melakukan aksi dengan meledakkan

tempat ibadah dan peristiwa bom bali yang dikepalai oleh Nurdin M Top.4

Gerakan-gerakan radikalisme ini sering dikaitkan dengan sebuah lembaga

pendidikan yaitu pesantren. Pesantren yang dulunya merupakan lembaga pendidikan

yang turut memperjuangkan kemerdekaan, sekarang dianggap sebagai organisasi

yang radikal. Hal ini dipicu oleh aktor radikal yang pernah mengenyam pendidikan di

lembaga ini sehingga pesantren sering disudutkan, pesantren dianggap sebagai tempat

pendidikan bagi calon-calon teroris.5

Hal ini juga tidak terlepas dari peran media yang provokatif dalam

menyebarkan berita sehingga banyak masyarakat menilai bahwa pesantren

merupakan lembaga radikalis. Para media dalam menyajikan konten (terutama yang

berkaitan dengan radikalisme dan terorisme), lebih merujuk kepada ―siapa yang

melakukan apa‖ dan bukan ―mengapa dia melakukan apa‖. Konten provokatif

seakan-akan dibuat guna kepentingan rating dan tidak memperhatikan dampaknya

3 Abdul Halim, ―Pendidikan Pesantren dalam Menghadapi Tantangan Radikalisme‖ Jurnal

Agama, Vol. 8 Nomor (1 Maret 2017), hal.165. 4 M. Zaki Mubarak, Geneologi Islam Radikal di Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 2008), hal.23.

5 Nuhrison M. Nuh (ed.), Peranan Pesantren dalam Mengembangkan Budaya Damai,

(Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, 2010), hal.3. 6 Mohammad Kosim, ―Pesantren dan Wacana Radikalisme‖, Jurnal Karsa, Vol. (1 April

Page 15: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

4

terhadap lembaga pesantren. Sebagian besar masyarakat lebih percaya kepada media

daripada akal sehatnya sendiri.

Tuduhan yang menyatakan pesantren sebagai berkembangnya paham radikal

datang dari negara. Negara menegaskan hal tersebut dengan mengawasi keberadaan

pesantren di tengah masyarakat. Hal ini mengacu pada pernyataan melalui Wakil

Presiden Republik Indonesia (RI) Muhammad Jusuf Kalla (JK) pada masa

pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang akan mengawasi

secara ketat kegiatan pesantren yang ada di Indonesia. Menurutnya, aksi terorisme

seperti bom bali tidak menutup kemungkinan bahwa pelakunya adalah alumni dari

pesantren yang ada di Indonesia.6

Isu yang berkembang mengenai hubungan pesantren dengan paham

radikalisme, merujuk pada dua kemungkinan. Pertama, pesantren-pesantren yang

terindikasi paham radikal mengambil kurikulum dari luar tanpa adanya proses

pengkajian yang benar dan dari negara yang menjadi sarang terorisme. Kedua, konsep

pengkajian ayat suci yang lebih mengandalkan pemikiran abstrak tanpa didukung

oleh bantuan guru dan kajian secara akademis, memiliki potensi kesalahpahaman

pada ayat tertentu. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa pemikir Timur Tengah

seperti Sayyid Qutb, Hasan Al-Banna dan yang lainnya.7

Pesantren yang merupakan lembaga pendidikan tentu memiliki peran sebagai

agen perubahan sosial karena pesantren berhubungan langsung dengan masyarakat.

6 Mohammad Kosim, ―Pesantren dan Wacana Radikalisme‖, Jurnal Karsa, Vol. (1 April

2006), hal.843. 7 Nuhrison M. Nuh, (ed.), Peranan Pesantren dalam Mengembangkan Budaya Damai, hal.3.

Page 16: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

5

Pada beberapa waktu lalu, tanggal 12 Oktober 2002 terjadi peristiwa pemboman di

Bali yang menewaskan sekitar 204 orang. Pesantren yang memiliki tradisi

konvensional menjadi sorotan karena dinilai menyimpang dari tradisi keilmuan dan

pengembangan masyarakat. POLRI berhasil menyingkap pelaku aksi teror tersebut

yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

dan Utomo Pamungkas.8

Pemahaman agama dalam kasus terorisme diduga sangat berhubungan dengan

pengalaman para pelakunya ketika mempelajari Islam. Pesantren sebagai wadah

keilmuan Islam menjadi sorotan dari sebagian besar masyarakat setelah pelaku aksi

teror seperti yang terjadi di Bali pada tahun 2002 diketahui pernah belajar di

pesantren. Di daerah Jawa Timur setidaknya terdapat dua pesantren yang menjadi

sorotan, yaitu Pesantren Al-Islam dan Pesantren Muhammadiyah Karangasem. Kedua

pesantren ini letaknya di daerah Lamongan, Jawa Timur. Sorotan terhadap Pesantren

Muhammadiyah Karangasem karena disebabkan terdapat pelaku teror yang pernah

menimba ilmu di sana, yang bernama Ali Imron dan Ali Gufron.9

Pesantren lain yang juga mendapat sorotan adalah pesantren Al-Mukmin,

Ngruki, Solo yang didirikan oleh Sungkar, Abu Bakar Ba‘asyir, Abdullah Baraja,

Yoyo Rosywadi, Abdul Qohar H. Daeng Matase, dan Hasab Basri. Nama di awal,

Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba‘asyir dikaitkan dengan Jamaah Islamiyah (JI)

dan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) yang dibentuk 7 Agustus 2000 yang

8 Abd. Muin, dkk. Pendidikan Pesantren dan Potensi radikalisme, hal.6.

9 Abd. Muin, dkk. Pendidikan Pesantren dan Potensi radikalisme, hal.7.

Page 17: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

6

berurusan dengan kasus terorisme. Abu Bakar Ba‘asyir dalam beberapa waktu lalu

sempat ada wacana untuk dibebaskan namun tidak jadi karena pembebasan bersyarat

yang diajukan tidak bisa dipenuhi yaitu setia pada Pancasila dan lebih memilih setia

terhadap Islam.10

Pada masa pemerintahan Orde Baru, Presiden Soeharto menjadikan pancasila

sebagai satu-satunya asas way of life, yaitu suatu doktrin yang sulit dimengerti dan

diterima, tidak hanya oleh penduduk Pesantren Al-Mukmin Ngruki tetapi juga oleh

sebagian besar umat Islam pada umumnya. Pesantren Al-Mukmin Ngruki merupakan

satu-satunya pesantren yang berani bersuara menentang doktrin tersebut. Doktrin asas

tunggal pancasila dibuat oleh pemerintah dengan alasan untuk menekan penyebaran

ideologi-ideologi yang menyimpang. Oleh karenanya kecurigaan itu terjadi dan

muncul isu yang beredar di luar lingkungan pondok pesantren Al-Mukmin Ngruki,

yang menyatakan bahwa pesantren ini bersifat anti pemerintah, radikal, dan

sebagainya.11

Faktanya tidak semua hal itu benar, semua latar belakang yang seolah-olah

mendiskreditkan pesantren sebagai lembaga pendidikan tidak semuanya benar.

Terdapat pesantren yang secara terang-terangan menolak paham radikalisme. Aksi

terorisme yang mengatasnamakan lembaga pendidikan Islam tersebut hanya menjadi

dalih dari para teroris yang salah dalam mengamalkan ajaran Islam.

10

Abd. Muin, dkk. Pendidikan Pesantren dan Potensi radikalisme, hal.8. 11

Abd. Muin, dkk. Pendidikan Pesantren dan Potensi radikalisme, hal.12.

Page 18: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

7

Azyumardi Azra pernah mengatakan bahwasanya pesantren itu bukan

merupakan wadah teroris. Beliau mengatakan hal tersebut setelah peristiwa 9/11

September sehingga pesantren mendapatkan banyak sorotan dan dinilai menjadi cikal

bakal maraknya kelompok teroris. Isu mengenai alumni dari Timur Tengah (Timteng)

menjadi alasan penyebab pesantren dituduh seperti demikian. Dugaan tersebut tidak

benar karena alumni Timteng sudah ada sejak abad ke-19 mereka datang dari kota

Makkah, Madinah, dan Kairo. Tidak ada satupun yang radikalis, bila memang ada,

pesantren tersebut menganut paham literal yang berujung pada pola pikir yang

radikal.12

Pesantren Ngruki yang dipimpin oleh Abu Bakar Ba‘asyir (orang yang keras

dan terlibat dalam peristiwa pemboman), karena terdapat faktor lain yaitu faktor yang

dimiliki oleh Abu Bakar Ba‘asyir dan koleganya selain dari faktor lingkungan

pesantren. Pesantren Ngruki dalam kesehariannya tidak mengajarkan untuk berbuat

kekerasan bahkan dalam kurikulum pesantren pun tidak ada penanaman kebencian

terhadap orang kafir dan perintah untuk melakukan jihad melalui kekerasan. Faktor

yang memicu seseorang menjadi radikalis tidak hanya karena menjadi alumni dari

pesantren, melainkan beberapa faktor lain yang terjadi ketika dia lulus dari

pesantren.13

Pesantren berperan dalam memperjuangkan bangsa ini. Pesantren muncul

sebagai suatu ajaran dan konsep alternatif dari macetnya norma sosial yang

12

Badrus Soleh, Budaya Damai Komunitas Pesantren, (Jakarta: LP3ES Indonesia, 2007)

hal.151. 13

Badrus Soleh, Budaya Damai Komunitas Pesantren. hal.152.

Page 19: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

8

mengakibatkan moral serta sikap masyarakat menjadi semakin terdegradasi.

Pesantren berfungsi untuk menyebarkan dan menanamkan nilai-nilai Islam sebagai

lemaga pencetak penerus bangsa yang berkarakter religius untuk kemajuan bangsa itu

sendiri. Dengan demikian, anggapan mengenai pesantren sebagai pencetak lembaga

teroris serta penyebar paham radikalisme dan terorisme (seperti sebuah anggapan

yang berkembang pada saat ini) sebenarnya merupakan tindakan yang gegabah dan

berlawanan dengan nilai-nilai dan tradisi sebenarnya yang berkembang di pesantren.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mengetahui peran pesantren

dalam mencegah paham radikalisme di kalangan santri dan warga pesantren. Studi

penelitian ini diambil di Pondok Pesantren Al-Hamid Kelurahan Cilangkap,

Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Pertama, dilihat dari keberagaman suku dan

budaya di Jakarta yang menjadi tempat berbagai suku bercampur di sini. Kedua,

ajaran dari pesantren yang menekankan nilai toleransi dan keberagaman di kalangan

santri.14

Ketiga, pesantren Al-Hamid didirikan oleh K.H. Ahmad Dzazuli Ustman

yang merupakan lulusan dari pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Pesantren

Tebuireng didirikan oleh K.H. Hasyim Asy‘ari sekaligus pendiri organisasi besar

Nahdlatul Ulama (NU) dalam aktivitas keagamaanya mengajarkan nilai-nilai Islam

yang moderat dan gencar memerangi radikalisme. Secara historis, ajaran moderat

mengenai pemahaman Islam tumbuh di lingkungan pesantren Al-Hamid.

14

Youtube.com, dari https://www.youtube.com ―Liputan Metro TV di Pesantren Al-hamid

Cilangkap‖ diakses pada 15 oktober 2019.

Page 20: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

9

Dalam kurikulumnya, pesantren Al-Hamid mengambil konsep penggabungan

antara konsep tradisional (Arab pengon dan kitab kuning) dan modern (kurikulum

nasional). Tujuannya adalah untuk memadukan nilai-nilai tradisional (salafi) yang

sudah turun-temurun dan dapat dipelajari sesuai dengan perkembangan zaman.

Tujuan lainnya juga bisa sebagai antitesis dari pemahaman radikal dan

fundamentalisme agama dengan memadukannya dengan konsep modernitas, dari

skriptual menjadi kajian yang lebih akademis. Maka dari itu peneliti memutuskan

untuk membuat penelitian yang berjudul ―Strategi Pondok Pesantren Al-Hamid

Kelurahan Cilangkap, Kecamatan Cipayung Jakarta Timur dalam Mencegah Paham

Radikalisme‖.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan pertanyaan masalah

sebagai berikut guna menelaah peran pesantren Al-Hamid dalam mencegah

radikalisme:

1. Bagaimana langkah-langkah pesantren Al-Hamid dalam mencegah paham

radikalisme?

C. Tujuan dan manfaat penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah melihat hasil dari

penelitian mengenai peran pesantren Al-Hamid dalam mencegah paham radikalisme.

Hasil penelitian ini bisa dikembangkan dan dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang

terlibat, khususnya dalam upaya mencegah paham radikalisme di pesantren:

Page 21: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

10

1. Untuk menggambarkan langkah-langkah pesantren Al-Hamid dalam

mencegah masuknya radikalisme. Manfaat yang bisa didapatkan dalam

penelitian ini:

1. Manfaat Akademis

Dapat menambah informasi mengenai ruang lingkup pesantren dalam

mencegah radikalisme dan mengetahui tradisi pesantren dalam

mengembangkan kurikulum dan ajarannya.

2. Manfaat bagi Pemerintah dan Masyarakat

Dapat meninjau bagaimana proses radikalisme yang menyasar lembaga-

lembaga pendidikan serta sebagai pendeskripsian bahwa lembaga

pendidikan tidak semuanya terindikasi radikal, justru ada yang moderat.

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini mengacu kepada beberapa literatur yang penulis jadikan sebagai

bahan rujukan dan tinjauan pustaka yang bertujuan untuk menemukan sisi menarik

atau bahkan sisi lain dan kegunaan dari penelitian ini. Beberapa tinjauan pustaka

tersebut di antaranya:

Pertama, karya Thohir, Fauzi dan Jamil.15

Penelitian ini berlatar di kota

Surakarta. Surakarta menjadi pemasok teroris terbanyak di Jawa Barat. Penelitian ini

berfokus mengungkapkan radikalisme dan kontra radikalisme sebagai fenomena

sosial. Pertimbangan utama memilih Surakarta adalah wacana dan praktis tentang

15

Thohir, Fauzi dan Jamil ―Dialektika Radikalisme dan Anti- Radikalisme di Pesantren‖

Jurnal Agama, Volume 23, Nomor 1, (Mei 2015), hal.28-29.

Page 22: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

11

gerakan radikalisme Islam sangat kuat ditujukan pada wilayah ini. Beberapa

organisasi kemasyarakatan ada juga yang berpaham radikal dan secara terang-

terangan menyebarluaskan paham radikalnya di tengah masyarakat.

Masalah utama yang menjadi perhatian peneliti yaitu pada kehidupan dan

tradisi pesantren dalam proses mencegah paham radikalisme. Penelitian ini ingin

melihat bagaimana manajemen pesantren dalam mengelola rumah tangganya dalam

mengelola kurikulum, budaya, dan nilai-nilai yang menolak paham radikalisme. Hasil

temuan dalam penelitian ini adalah warga pesantren secara tegas menolak bahkan

mendukung upaya perlawanan terhadap paham, radikalisme dan menjadi antitesis

dari isu yang beredar di masyarakat mengenai pesantren.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan penjelasan deskriptif

dan mengambil studi kasus. Aspek utama yang dijadikan objek penelitian adalah

elemen pesantren seperti Kiai, Ustaz, santri, dan pimpinan pesantren. Penelitian ini

diambil di pondok pesantren modern Islam As-salaam dan pondok pesantren Al-

Muayyad di Surakarta. Selanjutnya, pesantren merepresentasi modernitas dan

tradisionalisme dengan tujuan mengembangkan daya pikir santri menggunakan teknik

―pembandingan‖ agar tidak terjebak dalam pemahaman konservatif. Teknik

pengumpulan datanya dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam, dan

dokumentasi, dengan teknik analisis data bersifat interaktif.

Page 23: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

12

Kedua, karya Ahmad Asrori.16

Penelitian ini membahas mengenai sejarah dan

proses terbentuknya peristiwa akar radikalisme muncul di Indonesia berkembang

menjadi berbagai macam cabang. Penelitian ini menemukan tiga faktor yang

membuat radikalisme muncul yaitu perkembangan di tingkat global, penyebaran

paham wahabisme, dan kemiskinan. Pengaruh pertama, dalam tatanan global

masyarakat dunia, terutama di negara-negara Timur Tengah yang sedang bergejolak

sehingga ingin menyebarluaskan pemahamannya ke penjuru dunia. Kedua, aliran

wahabisme yang secara sah bahkan dianjurkan mengkafirkan serta memusuhi orang

yang dianggap kafir jika tidak sesuai dengan mereka, dan terakhir kemiskinan.

Kemiskinan adalah kondisi di mana seseorang yang tertutup aksesnya dan bisa secara

mudah dipengaruhi langsung dengan iming-iming ganjaran materi dan kehidupan

yang lebih baik di akhirat.

Latar belakang penelitian ini adalah bagaimana proses masuknya Islam

sebagai agama yang damai, kemudian membentuk berbagai macam cabang aliran dan

terjebak dalam kefanatikan hingga bertindak radikal serta melakukan aksi terorisme.

Kemunculan paham radikalisme di Indonesia mengalami peningkatan sejak peristiwa

bom Bali I di tahun 2002, hingga kemarin di tahun 2018 peristiwa beberapa gereja di

Surabaya dibom oleh oknum yang mengatasnamakan Islam. Dalam penelitian ini

dikemukakan bagaimana seharusnya peran pemerintah yang seharusnya secara aktif

mengawasi gerak-gerik warga yang mengarah ke jalur radikal. Pengawasan terhadap

16

Ahmad Asrori ―Radikalisme di Indonesia: Antara Historisitas dan Antropisitas ―Kalam:

Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, Volume 9, Nomor 2, (Desember 2015), hal.254-257.

Page 24: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

13

media sebagai jalur penyebar informasi juga harus diperketat guna menghindari

masuknya paham radikal yang tersirat dari media. Penelitian ini menggunakan

metode kualitatif dengan melakukan observasi. Proses pengumpulan datanya

dilakukan dengan dokumentasi dan membaca literatur sebelumnya.

Ketiga, karya Zaini Tamin AR.17

Penelitian ini menjelaskan tentang pesantren

dan politik dalam ranah kepemimpinan. Kiai sebagai pemimpin pesantren dapat

menjadi nakhoda yang menentukan arah perkembangan pesantren. Kiai sebagai

kepala pemerintahan dalam lingkup pesantren, memiliki andil yang besar dalam

membentuk kebudayaan pesantren. Hal ini dilandasi oleh hubungan yang teramat

dekat antara Kiai sebagai patron dengan santri serta pengharapan berkah dari santri.

Dalam penelitian ini direfleksikan dalam pribadi K.H. Hasyim Ashari yang tak hanya

di pesantren, bahkan ajaran beliau meluas ke berbagai pelosok komunitas keagamaan

Islam sebagai panutan dan model percontohan. Dalam karyanya, beliau menegaskan

bahwa ilmu kepemimpinan itu penting guna membentuk suatu peradaban yang

progresif juga evolusioner serta mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mencari sumber data melalui

dokumentasi buku-buku karya K.H Hasyim Ashari.

17

Zaini Tamin R ―Pesantren dan Politik (Sinergi Pendidikan Pesantren dalam pandangan K.H

Hasyim Asy‘ari)‖ Jurnal Pendidikan Agama Islam, Volume 3 Nomor 2 (November 2015), hal.324-

345.

Page 25: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

14

Keempat, karya Masrur Ridwan.18

Penelitian ini menjelaskan peran pesantren

dalam memerangi paham radikal yang mengatasnamakan jihad. Jihad hanya dimaknai

sebatas perang melawan orang kafir tanpa memperdulikan batas-batas kemanusiaan.

Pencegahan paham radikal melalui pendidikan agama Islam yang ada di pesantren

untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman santri

tentang agama Islam untuk menciptakan akhlak yang baik dan bertakwa kepada Allah

SWT.

Penelitian ini berfokus pada bentuk usaha dengan menyangkal paham

radikalisme melalui jihad. Bentuk-bentuk jihad itu sendiri dari jihad duniawi

meliputi; harta benda, jihad dengan ilmu pengetahuan, jihad melawan hawa nafsu,

dan jihad dengan jalan dakwah. Konsep jihad tersebut disampaikan melalui ceramah

secara umum, kegiatan diskusi dengan para pengurus, serta melalui kegiatan

pembelajaran. Proses pembelajaran juga dipadukan dengan pemahaman modern

dengan rasionalitas guna mencegah santri mengarah pada tindakan radikal. Penelitian

ini menggunakan metode kualitatif dan objeknya adalah pesantren Al-Luqmaniyyah,

Yogyakarta. Proses pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi, wawancara,

dan pengamatan. Analisis data dilakukan dengan memberikan makna pada data yang

sudah dikumpulkan dan menjadi data mentah, lalu ditarik kesimpulan atas analisis

tersebut.

18

Masrur Ridwan, ―Upaya Pesantren Al-Luqmaniyyah Yogyakarta dalam menanamkan

konsep jihad untuk menyangkal potensi terorisme‖ (Skripsi Program Studi Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Yogyakarta, 2016), hal.125.

Page 26: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

15

Kelima karya Mukodi.19

Penelitian ini mengamati cara pondok pesantren

Tremas yang aktif memerangi radikalisme dengan program deradikalisasi agamanya.

Proses masuknya paham radikalisme di berbagai pesantren di nusantara yang

membuat citra pesantren menjadi tercemar membuat pondok pesantren Tremas

berbenah dan melakukan counter dengan wacana deradikalisasi. Dalam penelitian ini

ditemukan cara pondok pesantren Tremas melakukan upaya deradikalisasi melalui

pembangunan budaya serta nilai-nilai pesantren yang menolak secara tegas paham

radikalisme baik dalam perihal sosial, politik, dan ekonomi.

Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dan metode fenomenologi,

proses pengumpulan datanya dilakukan dengan observasi dan wawancara kepada

pimpinan pondok pesantren yaitu Tremas K.H. Fuad Habib serta menelusuri beberapa

literatur dan sejarah pondok pesantren Tremas dalam upayanya menyangkal paham

radikalisme.

E. Kerangka Teoritis

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori radikalisme dan toleransi

politik. Teori ini cocok untuk menjelaskan permasalahan karena dianggap sesuai dan

dapat menjawab penelitian ini.

1. Teori Radikalisme

Istilah radikalisme berarti suatu ideologi yang menggerakkan seseorang dalam

melakukan suatu aksinya. Radikalisme adalah suatu gerakan konservatif dan

19

Mukodi, ―Peran Pesantren dan Upaya Deradikalisasi Agama‖ Jurnal Pendidikan Islam

Volume 23, Nomor 1, (Mei 2015), hal.90-95.

Page 27: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

16

fundamentalis. Gerakan ini menginginkan perubahan yang pasti dan tanpa

mengindahkan proses diplomasi. Islam sebagai budaya yang damai dan bertolak

belakang dengan paham radikalisme yang ―keras‖ maka tidak mungkin Islam

melatarbelakangi orang-orang radikal. Islam dalam proses penyebaran agamanya pun

tidak dianjurkan melalui jalur kekerasan apalagi memaksa. Gerakan radikal yang

selama ini terjadi adalah bentuk kekecewaan terhadap urusan-urusan publik yang

disebabkan karena tidak terakomodirnya kepentingan suatu pihak.20

Radikalisme merupakan paham yang menghendaki adanya perubahan secara

mendasar hingga ke akar-akarnya. Penganut paham ini menganggap bahwa tindakan

yang mereka lakukan adalah sebuah pembenaran. Hal ini dipicu dari pemahaman

sempit dalam beragama, serta kondisi sosial dalam masyarakat yang penuh dengan

kesenjangan, ketidakadilan, dan penindasan.21

Radikalisme merupakan sebuah gerakan alternatif di mana dalam kehidupan

sosio-politik yang sudah tidak bersahabat. Paham ini mulai berkembang dalam

pemikiran manusia karena kurangnya fondasi tentang pemahaman suatu ajaran

tertentu. Tindakan radikal biasanya dilakukan oleh orang-orang yang terasingkan dan

merasakan ketidakadilan. Protes yang mereka lakukan tidak melalui jalur-jalur

konstitusional melainkan jalur cepat seperti kekerasan.

20

Ismail Hasani dan Bonar Tigor Naipospos, Radikalisme Agama di Jabodetabek & Jawa

Barat: Implikasinya terhadap Jaminan Kebebasan Beragama/Berkeyakinan (Jakarta: Pustaka

Masyarakat Setara, 2010), hal.19. 21

Zuly Qodir, Radikalisme Agama di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hal.

117.

Page 28: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

17

Radikalisme secara bahasa berbeda dengan terorisme. Gerakan radikalisme

yang mengarah pada terorisme salah satunya disebabkan melalui dogma agama yang

dipahami secara tekstual masuk kedalam pemikiran dan menjadi ideologi bagi

terorisme. Ada beberapa contoh surat yang apabila hanya diartikan secara tekstual

akan berakhir dalam gerakan radikal. Di sini penulis hanya mengambil satu surat

yaitu perintah untuk memerangi orang-orang yang tidak beriman:

―Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari

kemudian, mereka yang tidak mengharamkan apa yang telah

diharamkan Allah dan rasul-Nya, dan mereka yang tidak beragama

dengan agama yang benar (agama Allah) yang telah diberikan kitab,

hingga mereka membayar jizyah (pajak) dengan patuh, sedang mereka

dalam keadaan tunduk.‖22

Dari kutipan ayat di atas apabila dilandaskan terhadap pemahaman tekstual,

akan cenderung berakhir pada pola pikir dan gerakan radikal yang mengarah kepada

terorisme. Mengapa demikian, karena seakan-akan agama membenarkan kepada

seluruh umat untuk memerangi orang yang dianggap kafir, tanpa interpretasi lanjut

dan melihat moralitas dari sisi kemanusiaan.23

Akar radikalisme dapat dilihat salah satunya melalui pemahaman tekstual dan

normatif dari pembacanya. Namun, Lewis berpendapat bahwa sumber doktrinal

harus dipahami bukan hanya dari pesan normatif, tetapi juga konteks sejarahnya.

Penekanan pada konteks sejarah yang khusus sangat meyakinkan masyarakat karena

22

(Q.S. at-Taubah: 29). 23 M. Saekan Muchith, ―Radikalisme dalam Dunia Pendidikan‖ Jurnal Pendidikan STAIN

Vol. 10, No. 1, (Februari 2016), hal.171-172.

Page 29: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

18

banyak juga sumber doktrinal lain yang menganjurkan toleransi terhadap umat non-

Muslim misalnya seperti:24

―Sesungguhnya orang-orang Mukmin (kaum Muslim), orang-

orang yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabi‘in, siapa saja

di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari

kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan

mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak pula

bersedih hati‖ (QS. Al- Baqarah [2]: 62)

Penggalan ayat ini dan beberapa ayat lain menunjukkan bahwa Islam bersifat

Inklusif terhadap kaum Yahudi dan Nasrani, dan Ayat-ayat tersebut dapat menjadi

sumber doktrinal dalam toleransi beragama. Toleransi dan intoleransi umat Islam

bersifat historis. Namun demikian, bila sejarah telah menciptakan memori bersama

tentang perasaan yang terancam dan memori tersebut diperkuat kembali oleh

berbagai pengalaman pahit, intoleransi keagamaan kemungkinan akan tetap ada.

Kemudian muncul persepsi bahwa sebuah agama pada dasarnya tidak toleran, yang

dapat menyebabkan konflik antar-agama, seperti Huntington yang percaya bahwa

agama Islam dan Kristen adalah agama yang tidak toleran.25

F. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini meliputi:

1. Jenis Penelitian

24

Saiful Mujani, ―Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik di

Indonesia Pasca-Orde Baru” (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2007), hal.159. 25

Saiful Mujani, ―Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik di

Indonesia Pasca-Orde Baru”, hal.161.

Page 30: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

19

Jenis penelitian menggunakan metode Kualitatif.26

Dalam penelitian ini, ruang

lingkup yang dikaji adalah kehidupan masyarakat pesantren terutama dalam

menyangkal paham radikalisme. Objek penelitian ini adalah pesantren Al-Hamid

Kelurahan Cilangkap, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

Teknik pengambilan data dari penelitian ini menggunakan wawancara

terhadap narasumber dan observasi. Untuk data sekunder, dijelaskan secara deskriptif

dengan mencari literatur dari buku, jurnal, tesis, skripsi, dan media Internet yang

sesuai dengan tema dalam mempermudah untuk membedah dan mengupas penelitian

tersebut.27

Untuk data primer, didapat dari wawancara dengan elemen-elemen

pesantren (Kiai, ustaz, pimpinan pesantren, santri) dalam data mentah, kemudian

dianalisis menjadi data yang sudah diolah.

2. Teknik Pengumpulan Data

A. Wawancara

Wawancara adalah proses tatap muka dengan responden dan jawaban

responden tersebut akan menjadi data mentah. Pewawancara akan bertanya mengenai

topik yang ditentukan kepada narasumber. 28

Wawancara yang dilakukan peneliti

dalam skripsi ini adalah sesi tanya jawab terhadap elemen-elemen pesantren (Kiai,

Ustaz, Santri, Pimpinan Pesantren) Al-Hamid. Pertanyaan berfokus mengenai

26

David Marsh dan Gerry Stoker, Teori dan Metode dalam Ilmu Politik, (Bandung: Nusa

Media, Cet II 2011), hal.240. 27

Lisa Harrison, Metodologi Penelitian Politik, (Jakarta: Kencana, 2009), hal.90. 28

Lisa Harrison, Metodologi Penelitian Politik., hal.104.

Page 31: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

20

langkah dan kiat dari pesantren dalam mencegah paham radikalisme dan toleransi

politik.

B. Dokumentasi

Proses pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan mempelajari dan

memilih yang sesuai dengan tema dari sumber literatur seperti buku, jurnal, internet

dan skripsi, dan sebagainya yang berkaitan dengan objek yang sedang diteliti.

3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif. Teknik ini digunakan untuk mengamati permasalahan secara sistematis

dan akurat mengenai fakta dan sifat objek tertentu. Penelitian deskriptif menyajikan s

gambaran yang terperinci tentang keadaan khusus, setting sosial, atau hubungan.29

Data yang didapat dari berbagai sumber dihubungkan dengan tema penelitian dan

menjelaskan dari tiap-tiap data perbedaannya. Setelah data dideskripsi, peneliti akan

menganalisis dengan tema yang dipakai.

Hasil wawancara dan observasi yang sebelumnya didapatkan masih berupa

data mentah, jadi harus melalui pengujian serta pengeditan. Dalam penelitian

kualitatif, data tetap berupa deskriptif dalam bentuk teks, tidak memakai angka

maupun statistik dalam penjelasannya dan sebagai wadah dalam menganalisa data.

Data mentah dari penelitian ini adalah hasil wawancara dengan elemen pesanten

(Kiai, Ustaz, Santri dan Pimpinan Pesantren) lalu dianalisis menggunakan teori dan

29

Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), hal.27.

Page 32: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

21

hasilnya akan terlihat bagaimana peran pesantren Al-Hamid dalam mencegah paham

radikalisme.

G. Sistematika Penulisan

Dalam rangka penguraian masalah, peneliti mengkategorikan masalah

tersebut menjadi lima bagian, yakni:

Bab I, dalam bab ini dimulai dari pendahuluan yang di dalamnya memaparkan

pernyataan masalah yang diteliti, pertanyaan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, teknik pengumpulan data dengan

menggunakan wawancara dan observasi, serta teknik analisis menggunakan data

deskriptif. Penelitian ini menjelaskan teori dengan judul peran pesantren dalam

mencegah radikalisme. Ruang lingkup penelitian berfokus pada salah satu pesantren

di Jakarta yaitu Pesantren Al-Hamid Kelurahan Cilangkap, Kecamatan Cipayung,

Jakarta Timur.

Bab II, dalam bab ini menjelaskan kerangka teori yang dipakai dalam

penelitian ini. Teori ini digunakan untuk melihat permasalahan agar dapat dianalisis

dan dijadikan bahan penelitian. Teori yang dipakai dalam menjelaskan permasalahan

adalah radikalisme dan toleransi politik.

Bab III, dalam bab ini menjelaskan mengenai profil dari objek penelitian.

Dalam penelitian ini objeknya adalah pesantren Al-Hamid. Di dalamnya terdapat

elemen-elemen pesantren, tradisi pesantren, budaya politik pesantren, hal-hal yang

Page 33: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

22

terkait dengan masalah pencegahan paham Radikal masuk ke Pesantren Al-Hamid

Kelurahan Cilangkap, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

Bab IV, dalam bab ini penulis menganalisis mengenai permasalahan

penelitian. Peneliti memasukan semua data mulai dari faktor-faktor serta pertanyaan

masalah yang kemudian dianalisis dan mendapat jawaban berupa strategi pesantren

Al-Hamid dalam mencegah paham radikalisme.

Bab V dalam bab ini, adalah sebagai akhir dari penelitian, isinya berupa

kesimpulan dari penelitian dan hasil dari penelitian yang sudah dilakukan mengenai

strategi pesantren Al-Hamid dalam mencegah radikalisme. Dalam bab ini juga

terdapat saran dan masukan dari penulis untuk rujukan penelitian.

Page 34: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

23

BAB II

KERANGKA TEORETIS DAN KONSEPTUAL

Berdasarkan pemaparan pada Bab I, terdapat pertanyaan penelitian yang

menjadi rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana langkah pesantren Al-

Hamid dalam mencegah paham radikalisme. Penulis menggunakan teori radikalisme

untuk menjadi pembedah dalam menganalisis dan mendapatkan kesimpulan dari

penelitian ini. Teori radikalisme ideal karena dapat melihat penyebab seseorang

menjadi radikal yang berujung pada tindakan terorisme.

Sebelum masuk kedalam teori radikalisme, penulis terlebih dahulu

menjabarkan mengenai pengertian pesantren, karena objek dalam penelitian ini

adalah lingkungan pesantren.

A. Pengertian Pesantren

kata pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe dan an yang berarti

tempat tinggal santri. Soegarda Poerbakawatja menjelaskan asal katanya santri, yaitu

orang yang belajar agama Islam, sehingga disimpulkan pesantren adalah tempat

berkumpul orang untuk belajar agama Islam. Manfred Ziemek menyebut bahwa asal

etimologi pesantren adalah pesantren yang berarti ―tempat santri‖. Santri atau murid

mendapat pelajaran dari pemimpin pesantren (Kiai) dan oleh para guru (ulama atau

Ustaz). Kurikulum yang dianut meliputi bidang tentang pengetahuan Islam.30

30

Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di

indonesia, (Jakarta, Kencana: 2009), hal.61.

Page 35: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

24

Imam Zarkasyi, secara definitif mengartikan pesantren sebagai lembaga

pendidikan Islam dengan sistem asrama atau pondok, di mana kyai sebagai figur

pusatnya, masjid sebagai pusat kegiatan keagamaan, dan pengajaran agama Islam

dibawah bimbingan kyai dan ustaz yang diikuti santri sebagai kegiatan utamanya.31

Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia dimana kajian

dan kurikulumnya difokuskan dalam pendalaman ilmu agama Islam. Dalam

kegiatannya, pesantren menjadi lembaga pendidikan yang bukan sekedar tempat

menginap santri. Keberadaan pesantren sebagai suatu tatanan sistem mempunyai

unsur yang saling berkaitan. Pesantren sebagai sebuah lembaga memiliki banyak

sumber daya pendidikan guna mencapai tujuan, baik bersifat individu maupun

kelembagaan. Dalam mencapai tujuannya, berlaku ketentuan yang mengatur

hubungan unsur yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, pesantren di

samping menjadi satuan pendidikan yang mengkaji ilmu agama, juga menjadi

organisasi pembelajaran yang membutuhkan pengelolaan sumber daya pendidikan

termasuk sumber daya belajar.32

31

Amir Hamzah Wirosukarto,et.al., KH. Imam Zarkasyi dari Gontor Merintis Pesantren

Modern, (Ponorogo: Gontor Press, 1996), hal.5. 32

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1994), hal. 45.

Page 36: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

25

B. Elemen-elemen Pesantren

Dalam menjalankan kegiatan pesantren, terdapat beberapa stekholder yang

disebut sebagai elemen-elemen pesantren yakni: pondok, masjid, pengajian kitab-

kitab Islam klasik, santri, dan Kiai.33

1. Pondok

Istilah pondok berasal dari bahasa Arab Funduq yang berarti hotel, tempat

bermalam. Istilah pondok diartikan juga sebagai asrama. Dapat diartikan

bahwa pondok berarti tempat tinggal. Sebuah pesantren mesti memiliki

asrama tempat tinggal santri dan Kiai. Dari tempat tersebut, akan terjalin

komunikasi diantara Kiai dan santri. Dalam kehidupan dipondok, santri

belajar untuk mentaati segala peraturan yang sudah ditetapkan dan

dilaksanakan oleh para santri. Ada waktu belajar, shalat, makan, tidur,

mengaji, bahkan ada yang menjaga malam (ronda). Ada beberapa alasan

mengapa pondok menjadi penting, yaitu: Pertama, latar belakang santri yang

berasal dari berbagai daerah menuntut ilmu kepada Kiai yang termashyur

keahliannya. Kedua, pesantren-pesantren terletak di desa-desa di mana tidak

tersedia rumah untuk menampung para santri yang berdatangan dari luar

daerah. Ketiga, ada sikap timbal balik antara hubungan Kiai dan santri yang

dimana santri menjadikan Kiai sebagai orang tuanya sendiri.

33

Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di

indonesia, hal.62-65.

Page 37: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

26

2. Masjid

Masjid secara harfiah adalah tempat sujud karena ditempat ini orang muslim

setidak-tidaknya lima kali dalam sehari melaksanakan shalat. Fungsi masjid

bukan hanya sekedar untuk shalat, bisa untuk sarana pendidikan, kegiatan

masyarakat dan lain-lain. Suatu pesantren mutlak memiliki masjid, sebab di

situlah akan dilangsungkannya proses pendidikan dalam bentuk komunikasi

mengajar belajar santri dan Kiai.

3. Pengajian Kitab-kitab Islam

Kitab-kitab Islam biasa disebut dengan sebutan ―kitab kuning‖. Kitab-kitab

ini ditulis oleh ulama-ulama Islam pada zaman pertengahan. Kecakapan

santri dilihat dari bagaimana dia bisa memahami dan menjelaskan isi dari

kitab-kitab tersebut. Untuk memahami kitab-kitab klasik, seorang santri

dituntut harus menguasai ilmu-ilmu bantu seperti nahu, syaraf, balaghah,

ma‘ani, bayan, dan sebagainya. Kitab-kitab klasik yang diajarkan di

pesantren terbagi menjadi delapan kelompok: Nahu/saraf, fikih, ushul fikih,

hadis, tafsir, tasawuf dan etika, serta cabangnya meliputi tarikh dan

balaghah.

4. Santri

Pengertian santri adalah siswa yang belajar di pesantren, santripun dibagi jadi

dua kelompok yaitu santri mukim dan santri kalong. Pertama, santri mukim

adalah mereka yang berdatangan dari tempat yang jauh yang tidak

memungkinkan untuk tinggal di rumahnya, maka dia mondok di pesantren.

Page 38: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

27

Kedua, santri kalong adalah siswa-siswi yang rumahnya dekat dengan

lingkungan pesantren sehingga dapat pulang kerumahnya dan tidak harus

menginap di pondok. Pada pesantren tradisional, lamanya santri bermukim

ditentukan dari kitab yang dibaca, bukan dari tahun dan kelas. Kitab-kitab

memiliki strata dalam membacanya seperti bersifat dasar hingga kitab-kitab

besar, semakin tinggi kitab-kitab tersebut semakin sulit juga untuk dipahami

isinya.

5. Kiai

Kiai adalah tokoh utama dalam satu pesantren, kehidupan rumah tangga

pesantren ditentukan oleh kebijaksanaan Kiai dalam memimpin suatu pondok

pesantren. Menurut Nurhayati Djamas mengatakan bahwa ―kyai adalah

sebutan untuk tokoh ulama atau tokoh yang memimpin pondok pesantren‖.34

Sebutan kyai sangat populer digunakan di kalangan komunitas santri. Kyai

merupakan elemen sentral dalam kehidupan pesantren, tidak saja karena kyai

yang menjadi penyangga utama kelangsungan sistem pendidikan di

pesantren, tetapi juga karena sosok kyai merupakan cerminan dari nilai yang

hidup di lingkungan komunitas santri. Kedudukan dan pengaruh kyai terletak

pada keutamaan yang dimiliki pribadi kyai, yaitu penguasaan dan kedalaman

ilmu agama, kesalehan yang tercermin dalam sikap dan perilakunya sehari-

hari yang sekaligus mencerminkan nilai-nilai yang hidup dan menjadi ciri

34

Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pasca kemerdekaan (Jakarta:

PT RajaGrafinda Persada, 2008), hal.55.

Page 39: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

28

dari pesantren seperti ikhlas, tawadhu`, dan orientasi kepada kehidupan

ukhrowi untuk mencapai riyadhah. Dalam perkembangannya, gelar Kiai juga

bisa disematkan kepada ulama yang sangat disegani oleh masyarakat tanpa

harus mempunyai pesantren.

C. Pola-pola Pesantren

Pesantren-pesantren di berbagai daerah, dapat dipolakan secara garis besar

kepada dua pola. Pertama secara bangunan fisik, kedua berdasarkan kurikulum.

Berdasarkan bangunan fisik, dapat dilihat dalam tabel berikut:35

Tabel III.C berikut menujukan pola pesantren secara bangunan fisik

POLA 1 Keterangan

Masjid, rumah Kiai.

Pesantren ini bersifat sederhana, dimana

Kiai menggunakan masjid atau

rumahnya sendiri untuk kegiatan belajar

mengajar. Dalam hal ini, santri hanya

datang dari daerah sekitar namun

mereka sudah belajar ilmu agama secara

berkelanjutan. Metode pengajaran:

Wetonan dan Sorongan.

POLA II Keterangan

Masjid, Rumah Kiai, Pondok.

Dalam pola ini pesantren memiliki

pondok atau asrama yang disediakan

bagi para santri yang datang dari daerah.

Metode pengajaran: Wetonan dan

Sorongan.

POLA III Keterangan

Masjid, Rumah Kiai, Pondok,

Madrasah.

Pesantren ini memakai sistem klasikal,

di mana santri yang mondok dapat

pendidikan di madrasah. Ada kalanya

35

Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di

indonesia, hal.65-67.

Page 40: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

29

murid madrasah itu datang dari daerah

sekitar pesantren itu sendiri. Di samping

pengajaran klasikal, wetonan juga

dilakukan oleh Kiai

POLA IV Keterangan

Masjid, Rumah Kiai, Pondok,

Madrasah, Tempat Keterampilan.

Dalam pola ini di samping ada

madrasah sebagai sekolah formal,

pesantren ini memiliki tempat-tempat

keterampilan seperti: peternakan,

pertanian, kerajinan rakyat, toko

koperasi, dan sebagainya.

POLA V Keterangan

Masjid, Rumah Kiai, Pondok,

Madrasah, Tempat Keterampilan,

Universitas, Gedung Pertemuan,

Sarana Olahraga, Sekolah Umum.

Pola ini menujukan pesantren yang

sudah berkembang dan digolongkan

dalam pesantren mandiri. Pesantren

seperti ini memiliki perpustakaan, dapur

umum, ruang makan, kantor

administrasi, toko, rumah penginapan

tamu, dan sebagainya.

Sedangkan pembagian pola pesantren berdasarkan kurikulumnya dapat

dipolakan menjadi 5 pola yakni:

Pola I, materi pelajaran yang dikemukakan di pesantren ini adalah mata

pelajaran agama yang bersumber dari kitab-kitab klasik. Metode penyampaiannya

wetonan dan sorogan, tidak memakai sistem klasikal. Santri dinilai dan diukur

berdasarkan kitab yang mereka baca. Mata pelajaran umum tidak diajarkan dan tidak

mementingkan ijazah sebagai alat pencari kerja. Hal terpenting di sini adalah

pemahaman terhadap kitab-kitab klasik untuk memperdalam ilmu agama Islam.

Pola II, pola ini hampir sama dengan Pola I, hanya perbedaannya terletak

pada proses belajar mengajarnya, di sini diajarkan secara klasikal dan non-klasikal.

Di sini juga diajarkan keterampilan dan pendidikan berorganisasi. Pada tingkat

Page 41: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

30

tertentu diberikan pengajaran mengenai pengetahuan umum. Santri dibagi jenjang

pendidikan mulai dari tingkat ibtidaiyah, tsanawiyah, aliyah. Metode: wetonan,

sorogan, hafalan dan musyawarah.

Pola III, pada pola ini materi pelajaran telah dilengkapi dengan mata

pelajaran umum, dan ditambah pula dengan memberikan aneka macam pendidikan

lainnya, seperti keterampilan, kepramukaan, olahraga, kesenian, dan pendidikan

berorganisasi. Beberapa diantaranya sudah melakukan pengembangan di dalam

masyarakat.

Pola IV, pola ini menitikberatkan pelajaran keterampilan di samping

pelajaran agama. Keterampilan ditujukan untuk bekal kehidupan bagi seorang santri

setelah tamat dari pesantren ini. Keterampilan yang diajarkan berupa peternakan,

pertanian, dan pertukangan.

Pola V, pada pola ini materi yang diajarkan di pesantren adalah sebagai

berikut: pengajaran kitab-kitab klasik, madrasah, keterampilan umum, sekolah umum

(madrasah ibtidaiyah, madrasah tsanawiyah, madrasah aliyah) dengan memadukan

kurikulum nasional, dan perguruan tinggi.

Page 42: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

31

D. Bentuk-bentuk Pesantren

Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan tradisional dalam

perkembangannya dikelompokkan menjadi beberapa bentuk. Dalam

penyelenggaraan sistem pengajaran dan pembinaannya dewasa ini pesantren

digolongkan kepada tiga bentuk:36

1. Pondok Pesantren Tradisional

Pondok pesantren tradisional adalah lembaga pendidikan dan pengajaran

Islam yang pada umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diberikan

dengan cara non klasikal (sorogan) dimana seorang Kiai mengajar santri

berdasarkan kitab yang ditulis dalam bahasa arab oleh ulama besar sejak

abad pertengahan sedangkan santri biasanya tinggal di dalam pondok atau

asrama dalam pesantren. Pesantren model ini masih memegang teguh

penyampaian dengan pola tradisional dalam mengajarkan nilai-nilai

islam, ilmu yang di pelajari-pun sama di seluruh pesantren model ini

yakni kitab yang dikaji dan perbedaannya pada Kiai di setiap pesantren.

2. Pondok Pesantren Tradisional Modern

Pesantren model ini adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama

Islam yang menggabungkan sistem klasikal yang mengarah kepada sistem

atau pola modern dari segi pengajaran dan penyampaiannya. Ciri model

ini adalah peran seorang Kiai tidak mutlak lagi, akan tetapi ada

36

Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di

indonesia, hal.68.

Page 43: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

32

pembagian tugas yang jelas. Sistem pengajarannya di samping

menggunakan cara tradisional (sorogan, bandongan, wetonan) juga

memakai sistem modern (pembagian kelas) dengan melihat tingkat

kemampuan santri. Pesantren ini juga mengadakan pendidikan formal

guna memberikan keseimbangan antara tuntutan duniawi dan ukhrawi.

3. Pondok Pesantren Modern

Pesantren modern adalah pesantren yang menggunakan sistem baru dari

segi pengajarannya. Dalam keseharianya, di sini tidak ada lagi dominasi

Kiai dalam penyampaian materi, melainkan diskusi dan dialog antara

santri dan pembimbing. Penekanan selain dalam ilmu agama, diajarkan

bagaimana di masa depan, santri akan berbaur dan bisa melebur oleh

masyarakat. Pembagian tugas juga lebih ditekankan dengan membentuk

organisasi pelajar yang mengatur segala aktivitas mereka diatur dengan

cara demokrasi, gotong royong, dan dalam suasana ukhuwah yang dalam

kontrol bimbingan pengawas dan pembinanya.

Page 44: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

33

E. Teori Radikalisme

1. Pengertian Radikalisme

Radikalisme berasal dari bahasa Latin radix yang berarti akar. Maksudnya

yakni berpikir secara mendalam terhadap sesuatu sampai ke akar-akarnya. Radikal

adalah percaya atau mengekspresikan keyakinan bahwa harus ada perubahan sosial

atau politik yang besar atau secara ekstrem. Radikalisme merupakan suatu paham

yang menghendaki adanya perubahan dan pergantian terhadap suatu sistem

masyarakat sampai ke akarnya. Radikalisme menginginkan adanya perubahan secara

total terhadap suatu kondisi atau semua aspek kehidupan masyarakat. Kaum radikal

menganggap bahwa rencana-rencana yang digunakan adalah rencana yang paling

ideal. Terkait dengan radikalisme ini, seringkali beralaskan pemahaman sempit

agama yang berujung pada aksi terror bom tumbuh bersama sistem. Sikap ekstrem ini

berkembang biak di tengah- tengah panggung yang mempertontonkan kemiskinan,

kesenjangan sosial, atau ketidakadilan.37

Pengertian radikalisme masih menjadi perdebatan mengenai maknanya yang

berhubungan dengan tindakan terorisme. Istilah radikalisme baru-baru ini di

canangkan oleh presiden Joko Widodo (Jokowi) agar diganti namanya menjadi

manipulator agama. Dikutip dari pernyataannya Jokowi sempat melontarkan wacana

37

Zuly Qodir, Radikalisme Agama di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014),

hal.117.

Page 45: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

34

menggunakan istilah lain untuk mengganti kata radikalisme: "Enggak tahu. Apakah

ada istilah lain yang bisa kita gunakan, misalnya manipulator agama.‖38

Paham radikal tidak tiba-tiba diyakini oleh seseorang, ada beberapa tahap dan

alur yang menyebabkan seseorang terjerumus dalam paham radikal. Tahapan

seseorang menjadi radikal, dikutip dari New York Police Departement, menjelaskan

secara rinci proses seseorang menjadi pelaku radikal.39

Tahapan itu terdiri dari:

Tabel II.A menunjukan tahap-tahap seseorang menjadi radikal

1. Pra-radikalisasi; tahap pertama ini dimulai saat seseorang menjalani

kehidupan sehari-harinya dengan baik sebelum terpapar radikalisme.

2. Identifikasi diri; tahap ini dimulai ketika seseorang mulai mengenal dan

mengidentifikasi dirinya dengan ideologi radikal. Seseorang mulai mengubah

keyakinannya dan mulai mengasosiasikan diri dengan orang-orang lain yang

memiliki ideologi yang secara perlahan sama. Salah satu contohnya adalah

usaha pencarian terhadap identitas agama.

3. Indoktinasi; tahap ini dilihat dari cara seseorang meyakini dan mempercayai

ideologi yang dianut. Pada fase ini, seseorang dapat menganggap benar

38

Tempo.com dari, https://nasional.tempo.com ―Jokowi usul ganti istilah radikalisme jadi

manipulator-agama‖ Diakses pada tanggal 4 November, 2019. 39

Agus SB, DARURAT TERORISME Kebijakan Pencegahan, Perlndungan dan

Deradikalisasi, hal.156-157.

Pra-

radikalisas

i

Identifikasi

diri

Doktrinasi Jihadisasi

Page 46: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

35

ideologi yang dianutnya tanpa mencari kebenaran dan keabsahan dari

pemahaman tersebut.

4. Jihadisasi; tahap yang terakhir ketika seseorang mulai melakukan tindakan

atas apa yang ia yakini. Tindakan dari individu pada tahap ini dapat

melakukan berbagai tindak kekerasan yang dimotivasi oleh inisiatif individu

maupun organisasi yang dianut, dan bentuk tindakannya adalah interpretasi

agama yang sempit, vandalisme, kekerasan komunal, dan residivisme.

Radikalisme juga terbagi menjadi dua bentuk, yaitu dalam bentuk pemikiran

dan tindakan. Radikalisme dalam bentuk pemikiran berfungsi sebagai ide yang

abstrak dan didiskusikan serta mendukung cara apapun (seperti kekerasan) dalam

mencapai tujuannya. Radikalisme dalam bentuk tindakan biasanya sudah masuk

dalam jaringan teroris dan melakukan aksi kekerasan dan anarkis dalam rangka

mencapai tujuannya baik di bidang keagamaan, sosial, politik, dan ekonomi. Pada

tahap ini, radikalisme mulai bersinggungan dan memiliki unsur-unsur teror sehingga

calon pelaku dapat berkembang dan berproses menjadi terorisme.40

Secara sederhana radikalisme adalah pemikiran atau sikap yang ditandai oleh

empat hal yang sekaligus menjadi karakteristiknya, yaitu: pertama, sikap tidak

toleran dan tidak mau menghargai pendapat atau keyakinan orang lain. Kedua, sikap

fanatik, yaitu selalu merasa benar sendiri dan menganggap orang lain salah. Ketiga,

sikap eksklusif, yaitu membedakan diri dari kebiasaan orang kebanyakan. Keempat,

40

Agus SB, DARURAT TERORISME Kebijakan Pencegahan, Perlndungan dan

Deradikalisasi, hal.155

Page 47: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

36

sikap revolusioner, yaitu cenderung menggunakan kekerasan untuk mencapai

tujuan.41

2. Radikalisme dalam Perspektif Barat

Dalam paragraf awal, pembahasan diatas kata radikal berasal dari bahasa latin

yang berarti akar. Hal ini menegaskan bahwa kata radikal memang diproduksi oleh

barat. Tahap-tahap seseorang menjadi radikal pada paragraf diatas merupakan hasil

dari barat. Terminologi radikalisme dalam agama, apabila dihubungkan dengan istilah

dalam bahasa Arab, sampai saat ini belum ditemukan dalam kamus bahasa Arab.

Istilah ini adalah murni produk Barat yang sering dihubungkan dengan

fundamentalisme dalam Islam.

Dalam tradisi Barat istilah fundamentalisme dalam Islam sering ditukar

dengan istilah lain seperti: ―ekstrimisme Islam‖ sebagaimana dilakukan oleh Gilles

Kepel atau ―Islam Radikal‖ menurut Emmanuel Sivan, dan ada juga istilah

―integrisme, ―revivalisme‖, atau ―Islamisme‖ Istilah-istilah tersebut digunakan untuk

menunjukkan gejala ―kebangkitan Islam‖ yang diikuti dengan militansi dan fanatisme

yang terkadang sangat ekstrem.42

Fundamentalisme dalam Islam menandakan bahwa

sebagai umat muslim terhadap ajaran kitab suci Al-Quran agar tidak tersesat dalam

menjalani kehidupan. Terminologi ini digeser menjadi ideologi yang ekstrem dan

menghalalkan kekerasan dalam mencapai tujuan bagi oknum tertentu.

41

Agil asshofie, Radikalisme Gerakan Islam, http://agil

asshofie.blogspot.com/2011/10/radikalisme-gerakan-politik.html, diakses pada 13 September 2019. 42

Junaidi Abdullah, ―Radikalisme Agama: Dekonstruksi Ayat Kekerasan dalam al-Qur‘an‖,

dalam Jurnal Kalam, Vol. 8, No. 2, Desember 2014, hal.3.

Page 48: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

37

Peristiwa-peristiwa terorisme seperti Gerakan perlawanan rakyat Palestina,

Revolusi Islam Iran, Partai FIS Al- Jazair, perilaku anti-AS yang dipertunjukkan

Mu‘ammar Ghadafi ataupun Saddam Hussein, gerakan Islam di Mindanao Selatan,

gerakan masyarakat Muslim Sudan yang anti-AS, meluasnya solidaritas Muslim

Indonesia terhadap saudara-saudara yang tertindas, dan sebagainya adalah fenomena

yang dijadikan media Barat dalam mengampanyekan label radikalisme Islam.43

Dalam perspektif Barat, gerakan Islam sudah menjadi fenomena yang perlu

dicurigai. Terlebih-lebih pasca-hancurnya gedung WTC New York 11 September

2001 yang menurutnya dilakukan oleh kelompok Islam garis keras (Al-Qaeda dan

Taliban), semakin menjadikan terminologi radikalisme Islam lebih meluas yang

berimplikasi pada sikap kecurigaan masyarakat dunia, terutama bangsa Barat dan

Amerika Serikat, terhadap gerakan Islam. Hal yang demikian terjadi karena orang-

orang Eropa Barat dan Amerika Serikat berhasil melibatkan diri dan mewarnai media

sehingga mampu membentuk opini publik.44

Ketergesa-gesaan dalam generalisasi menyebabkan Barat tidak mampu

memandang fenomena historis umat Islam secara objektif. Hal ini tidak berarti

pembenaran terhadap praktik radikalisme yang dilakukan umat beragama, karena

yang demikian bertentangan dengan pesan-pesan moral yang terkandung dalam

agama dan moralitas mana pun. Akan tetapi apa yang perlu dilihat adalah bahwa

43

Asghar Ali Engineer, Islam and Doctrines of Peace and Non-Violence dalam Jurnal

Internasional ―Ihya ‗Ulumuddin‖ IAIN Walisongo, Vol. 3, (Semarang: Walisongo Press, 2001),

hal.121. 44

Emna Laisa, ― Islam dan Radikalisme‖ Islamuna: Jurnal Studi Islam 1 (2014), hal.2.

Page 49: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

38

Islam sebagai agama sangat menjunjung tinggi perdamaian. Hal ini bukan saja ada

dalam teks wahyu dan sunnah tetapi termanifestasi dalam sejarah Islam awal. Islam

secara normatif dan historis (era Nabi) sama sekali tidak pernah mengajarkan praktik

radikalisme sebagaimana terminologi Barat. Islam tidak memiliki keterkaitan dengan

gerakan radikal, bahkan tidak ada pesan moral Islam yang menunjuk kepada ajaran

radikalisme baik dari sisi normatif maupun historis kenabian.

3. Radikalisme dalam Perspektif Islam

Dalam Al-Quran dan Hadis, memang tidak ada perintah dalam berjihad

menggunakan jalur kekerasan. Islam adalah agama yang mengedepankan sikap

perdamaian dan kasih sayang. Pada paragraf diatas, disebutkan bahwa terminologi

radikalisme dibuat oleh barat, namun ada jejak historis dimana radikalisme muncul

dikalangan umat Islam.

Sejarah perilaku kekerasan dalam Islam, umumnya terjadi berkaitan dengan

persoalan politik, yang kemudian berdampak kepada agama sebagai simbol. Hal ini

adalah fakta sejarah yang tidak terbantahkan. Pembunuhan terhadap khalifah

menandai awal radikalisme Islam. Namun, gerakan radikalisme yang sistematis dan

terorganisir baru dimulai setelah terjadinya Perang Shiffin di masa kekuasaan Ali bin

Abi Thalib. Hal ini ditandai dengan munculnya sebuah gerakan teologis radikal yang

disebut dengan ―Khawarij‖.

Khawarij berpedoman kepada kelompok atau aliran kalam yang berasal dari

pengikut Ali bin Abi Thalib yang kemudian keluar dari barisannya, karena

ketidaksetujuannya terhadap keputusan Ali yang menerima arbitrase (tahkim)

Page 50: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

39

ataupun perjanjian damai dengan kelompok pemberontak Mu‘awiyah bin Abi Sufyan

mengenai persengketaan kekuasaan (khilafah). Menurut kelompok Khawarij,

keputusan yang diambil Ali adalah sikap yang salah dan hanya menguntungkan

kelompok pemberontak. Situasi inilah yang melatarbelakangi sebagian barisan tentara

Ali keluar meninggalkan barisannya. Radikalisme Khawarij sebagai pemberontak

telah terbukti dalam sejarah. Tidak hanya di masa Ali, Khawarij meneruskan

perlawananya terhadap kekuasaan Islam resmi, baik di zaman Dinasti Bani Umayyah

maupun Abbasiyah. Oleh karena itu, mereka memilih Imam sendiri dan membentuk

pemerintahan kaum Khawarij.45

Selain Khawarij, ada juga Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Organisasi ini

bersifat radikal dalam hal ide politiknya, namun menekankan cara-cara damai untuk

mencapai tujuannya. Radikalismenya tergambar dari perjuangan HTI yang

menginginkan perubahan politik fundamental melalui penghancuran total Negara-

bangsa sekarang ini, dan menggantinya dengan Negara Islam baru di bawah satu

komando khilafah.46

Islam tidak pernah membenarkan praktik dalam penggunaan kekerasan untuk

menyebarkan agama, paham keagamaan, serta paham politik. Namun memang tidak

bisa dibantah bahwa dalam perjalanan sejarahnya terdapat kelompok-kelompok Islam

tertentu yang menggunakan jalan kekerasan untuk mencapai tujuan politis atau

45

Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran Prof. Dr. H<arun Nasution

(Bandung: Mizan, 1996), hal.124. 46

Karagiannis dan Clark Mc Cauley, ―Hizbut Tahrir al-Islami: Evaluating the Threat Posed

by a Radical Islamic Group that Remannis Non Violence‖ dalam Terrorism and Political Violence, No.

58 (2006), hal.318.

Page 51: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

40

mempertahankan paham keagamaan secara kaku yang dalam bahasa peradaban global

sering disebut sebagai kaum radikalisme Islam.

Ad-dinul Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad adalah agama yang

mengajarkan perdamaian dan keselamatan kehidupan dunia dan Akhirat. Secara

literal, Islam berarti pasrah kepada Tuhan dan kedamaian. Kedamaian dalam Islam

mengacu pada kondisi batin yang ada pada individu orang yang mengamalkan Islam

disebut Muslim, yakni seseorang yang berusaha memahami dan menjalankan

kehendak Tuhan Allah. Namun perjalanan hidup seseorang tidak lepas dengan

permasalahan yang dihadapi. Hal ini berpengaruh terhadap pemahaman dan

pengamalan agama. Yang terkadang menarik dan mendorong pada ujung ekstrimisme

karena menyangkut keyakinan dan nilai-nilai yang ada di dalamnya.

Menurut Yusuf al-Qardhawi, faktor utama munculnya radikalisme dalam

beragama adalah kurangnya pemahaman yang benar dan mendalam atas esensi ajaran

agama Islam itu sendiri dan pemahaman literalistik atas teks-teks agama.47

Seseorang

yang sedang bingung mengenai kehidupan, rentan disusupi oleh pemahaman tekstual

yang berujung pada pemahaman radikal.

Pemahaman radikal yang berujung pada tindakan terorisme merupakan sikap

seseorang muslim yang tidak mendalami dasar keagamaan. Al-Quran telah

memanifestasikan ajarannya melalui rukun Iman dan rukun Islam. Seseorang yang

telah menjadi radikal dan melakukan kekerasan dalam mewujudkan tujuannya benar-

benar sudah keluar dari dasar keagamaan yaitu rukun Islam dan rukun Iman.

47

John L. Esposito, Unholy War: Teror atas Nama Islam (Yogyakarta: Ikon, 2003), hal.30.

Page 52: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

41

Islam tidak mengajarkan paham radikalisme. Islam adalah agama yang

mengajarkan untuk berbuat baik kepada orang lain (nilai-nilai humanis) yang ke-

semua hal tersebut berkaitan dengan konsep keimanan. Dengan kata lain, pelaksanaan

silaturahmi atau berbuat baik kepada sesama manusia merupakan implementasi

konkret dari rasa kecintaan manusia kepada Allah swt. Inilah yang dimaksud bahwa

di dalam Islam di samping memiliki konsep tentang habl min Allah tetapi juga

memiliki konsep tentang habl min al-Naas. radikalisme yang terjadi di kalangan

kaum muslim, terjadi akibat ajaran agama belum dihayati, dipedomani dan

diaktualkan sebagaimana mestinya. Jika ajaran agama telah diyakini serta dijalankan

secara konsisten, maka sudah barang tentu tindakan radikalisme tidak akan pernah

terjadi.

Page 53: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

42

BAB III

PONDOK PESANTREN AL-HAMID DAN SEKILAS MENGENAI

RADIKALISME DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Dalam bab ini, menjelaskan mengenai profil dari objek penelitian. Dalam

penelitian ini objeknya adalah pesantren Al-Hamid terkait dengan masalah

pencegahan paham radikal masuk ke Pesantren Al-Hamid. Dijelaskan dalam bab ini

mengenai sejarah berdirinya pesantren, jumlah santri, kitab-kitab rujukan, pengajaran

sorogan dan bandongan, jenjang pendidikan di pesantren Al-Hamid.

A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Hamid

Pesantren Al-Hamid didirikan atas keinginan seorang ulama kharismatik

yang bernama K.H Ahmad Dzazuli Utsman yang akrab dipanggil ―Gus Miek‖ untuk

memiliki pesantren di Jakarta. H. Hamid adalah seorang pengusaha yang mendengar

keinginan dari Gus Miek segera merealisasikan keinginan orang yang dikaguminya

tersebut atas restu Gus Miek maka dibangunlah pesantren Al-Hamid.48

H. Hamid mendirikan sebuah yayasan yang waktu itu diberi nama ―Yayasan

Mantab Sejahtera‖, yang berkat keuletan dan kegigihan beliau Yayasan Mantab

Sejahtera mampu membebaskan dua lokasi tanah dan mendirikan beberapa bangunan

pokok. Lokasi pertama terletak di Cilangkap dengan luas ± 85.000 M² yang

kemudian menjadi lokasi Pesantren Al Hamid Putra dan yang kedua terletak di

Pondok Ranggon dengan luas tanah ± 45.000 M² yang kemudian menjadi lokasi

48

―Sejarah berdirinya Pesantren Al-Hamid‖ https://alhamid.id/pesantren/ diakses pada 11

September 2019.

Page 54: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

43

Pesantren Al Hamid Putri. Adapun gedung yang berhasil dibangun adalah gedung

asrama putra, gedung asrama putri, gedung madrasah aliyah dan tsanawiyah, gedung

madrasah ibtidaiyah terpadu, gedung TK, gedung untuk koperasi dan klinik, kantin

dan musholla serta fasilitas olahraga seperti lapangan basket, futsal, volley dan

kolam renang dll.49

Di samping mempersiapkan bangunan fisik, H. Hamid juga mempersiapkan

Sumber Daya Manusia dengan mengirimkan putra-putrinya ke beberapa Pondok

Pesantren ternama seperti Pondok Pesantren Tebuireng (Jombang), Pondok

Pesantren Yanbu‘ul Qur‘an Kudus, Pondok Pesantren Takhfidzul Qur‘an Malang

dan mematangkannya di Pondok Pesantren Al Falah Ploso Kec. Mojo Kab. Kediri

sampai putra pertama beliau diangkat menjadi menantu di Pondok Pesantren Al-

Falah tersebut. Kemudian dalam pengelolaan dan perkembangannya pondok

Pesantren Al-Hamid menginduk dan mendapat pengawasan langsung dari para

Pengasuh di Pondok Pesantren Al-Falah Kediri tersebut. Setelah putra dan putri

beliau pulang dari menimba ilmu di pesantren-pesantren tersebut, akhirnya pada

tahun 2002 dibukalah penerimaan santri dan siswa untuk mengikuti kegiatan

pendidikan dari mulai tingkat TK, MI, MTs dan MA AL-Hamid.50

49

―Sejarah berdirinya Pesantren Al-Hamid‖ https://alhamid.id/pesantren/ diakses pada 11

September 2019. 50

―Sejarah berdirinya Pesantren Al-Hamid‖ https://alhamid.id/pesantren/ diakses pada 11

September 2019.

Page 55: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

44

B. Jumlah Santri di Pesantren Al-Hamid

Tabel III. F jumlah santri di Pesantren Al-Hamid 2018-2019

Tahun Pelajaran Jenis Kelamin Jumlah

2018/2019

Laki-Laki Perempuan

1200 728 472

C. Kitab-Kitab rujukan Pesantren Al-Hamid

Tabel III. G kitab-kitab rujukan pesantren No Kategori Kitab Judul Kitab

1 KITAB MU'AMALAH /

TASAWUF

NASHOIHUL IBAD

BIDAYATUL HIDAYAH

TANKIHUL QOUL

USHFURIYYAH

2 KITAB HADIST ARBAIN NAWAWI

BULUGHUL MAROM

MUKHTARUL AHADIST

3 KITAB FIQIH MABADI FIQIH JUZ 1 & 2

SAFINATUS SHOLAH

SAFINATUN NAJA

SULAM TAUFIQ

FATHUL QORIB

HUJJAH AHLUS SUNAH WAL

JAMAAH

4 KITAB AKHLAQ AKHLAQUL BANIN (Santri

Putra)

AKHLAQUL BANAT (Santri

Putri)

TAISIRUL KHOLAQ

AYYUHAL WALAD

WASHOYA

TA'LIM MUTA'ALLIM

5 KITAB TAFSIR TAFSIR JALALAIN

D. Pengajaran Sorogan dan Bandongan

Pondok pesantren pada umumnya memiliki metode sorogan dan bandongan

dalam pengajaran kurikulum. Pesantren Al-Hamid memakai salah satu metode

tersebut dalam pengajaran bagi santri. Metode sorogan adalah cara dimana seorang

Page 56: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

45

santri berhadapan dengan Kiai satu-persatu dan santri membacakan kitab yang akan

dipelajarinya. Kiai membacakan dan menerjemahkannya kalimat demi kalimat;

kemudian menerangkan maksudnya. Santri menyimak bacaan kyai dan

mengulanginya sampai memahaminya. Istilah sorogan berasal dari kata sorog (jawa)

yang berarti menyodorkan kitab ke depan kyai atau asistennya.51

Metode ini

bertujuan bagi para Kiai mengetahui secara signifikan kemampuan individu santri

dan bagi santri menjadikan metode ini sebagai pendekatan yang lebih kepada para

pengasuh karena melakukan kegiatan face to face.

Sedangkan bandongan menurut Zamakhsyari Dhofier, merupakan metode

utama dalam sistem pengajaran di pesantren. Dalam sistem ini, sekelompok murid

(antara 5 sampai dengan 500 murid) mendengarkan seorang guru yang membaca,

menerjemahkan, menerangkan dan sering mengulas buku-buku Islam dalam bahasa

Arab. Setiap murid memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan-catatan

baik arti maupun keterangan tentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit untuk

dipahami. Kelompok kelas dari sistem bandongan ini disebut halaqah yang secara

bahasa diartikan lingkaran murid, atau sekelompok siswa yang belajar di bawah

bimbingan seorang guru.52

Metode sorogan dan bandongan menjadi inti dari pengajaran di pesantren-

pesantren pada umumnya. Pengajaran tidak hanya sebatas pada kedua metode

51

Abuddin Nata, Azyumardi Azra, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-

Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Grasindo. 2001) hal.108. 52

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya

Mengenai Masa Depan Indonesia, Jakarta: LP3ES, cet. 9, hal.54.

Page 57: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

46

tersebut, namun terdapat penambahan kurikulum nasional untuk menjadi

penyeimbang. Pesantren Al-Hamid menerapkan sistem berbeda dari metode

bandongan pada umumnya, dalam metode bandongan, terdapat kekurangannya yaitu

terjadi proses pengajaran yang satu arah sehingga guru lebih aktif dari santri.53

Pesantren Al-Hamid merubah dan mencari solusi dengan membuat dialog antar guru

dan santri sehingga tercipta dialog dan santri tidak monoton dalam menerima ajaran,

namun terjadi interaksi dan komunikasi sehingga meningkatkan kualitas dari

pengajaran.

Selain peningkatan kualitas mengajar, proses dialog antara guru dan santri

dinilai penting agar santri terbuka dalam pemikirannya dan tidak terjebak pada

koridor berfikir yang sempit. Hal in dimaksudkan untuk mencegah santri berfikir

radikal dari sistem amali yang dimana dogma harus diterima dan diserap tanpa boleh

dipertanyakan, sebagaimana disebutkan oleh Ust Fahmi Abdul Aziz:

―…Pengembangan kebebasan berfikir dinilai penting untuk

membentuk santri yang moderat, keterbatasan ilmu dan informasi bagi

masing-masing santri beragam. Hal ini menentukan bagaimana

mereka memaknai ayat-ayat dalam kitab suci terutama, banyak

sekarang ini yang menggunakan ayat-ayat jihad yang harus dikaji

mendalam dan tidak terjebak dalam gerakan yang radikal. Jadi yang

harus dibentuk adalah mindset dari para santri sebelum melangkah

lebih jauh.

Dari hasil diatas, peneliti melihat proses dialog menjadi penting bagi

pengembangan berfikir santri di pesantren Al-Hamid karena untuk melihat potensi

53

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pres,

2002, hal.156.

Page 58: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

47

santri dalam memaknai sesuatu. Selain itu, hal ini juga merupakan strategi dalam

mengurangi pemahaman fundamentalis yang dapat berpotensi kearah radikalisme.

Sebagaimana teori sebelumnya, bahwa kaum fundamentalis menolak

mempertanyakan ayat-ayat suci dan cenderung tertutup dengan pembahasan seputar

pengkritisan terhadap teks.

E. Jenjang Pendidikan di Pesantren Al-Hamid

Pondok pesantren Al-Hamid memiliki sarana pendidikan formal mulai dari

TK Islam, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah.

E1. TK Islam

Taman bermain dan TK Islam Al Hamid adalah lembaga pendidikan pra-

sekolah yang mengutamakan nilai-nilai islami dalam keseharian dan mencetak

lulusan menjadi anak yang santun, mandiri, aktif, kreatif menuju tingkat siap

belajar di Sekolah Dasar.

Tabel III.E.1 menunjukan Visi dan Misi TK Islam

Visi Misi

Unggul

dalam

IMTAQ

dan

IPTEK

Mengembangkan seluruh aspek yang dibutuhkan dan menjadikan anak

yang beriman & bertaqwa kepada Allah SWT. dengan ciri-ciri:

1. Dapat melaksanakan sholat dengan benar

2. Memiliki Akhlaqul Karimah

3. Dapat berfikir logis, kritis, kreatif & inovatif

4. Menanamkan sikap percaya diri dan displin sejak dini

Tabel III.E.2 menunjukan Aktifitas Kurikulum TK Islam

Program

Unggulan

Sarana & Prasarana Ekstrakurikuler Prestasi

Jurnal Pagi Gedung Sekolah

milik sendiri

Melukis Juara 1 Lomba

Kolase tingkat

Page 59: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

48

Gugus

Yanbu‘a Halaman bermain

luas

Menari Juara 1 Mewarnai

tingkat Nasional

Praktek Ibadah Guru yang

berdedikasi dan

berpengalaman lebih

dari 10 tahun

Futsal Juara 1 Melengkapi

Gambar tingkat

Kota Jakarta Timur

Outbound Ruang kelas ber-AC Juara 2 Mewarnai

Becombion

Kunjungan

Edukatif

Perpusatakaan Juara 2 Menyanyi

Bersama se-

Kecamatan

Cipayung

Home Visit Sarana Ibadah Juara 2 Mewarnai

Buku Cerita tingkat

Kota Jakarta Timur

One Day in My

School

Kolam Renang Juara 2 Tari Kreasi

Islam se-Kecamatan

Cipayung

Open House Playground Juara Harapan

Hafalan Do‘a Harian

tingkat Walikota

Moving Class /

Metode BCCT

Juara 2 Lomba

Manasik Haji

tingkat Walikota

Akhirussannah

dan Pentas Seni

Juara 2 Lari Estafet

se-Kecamatan

Cipayung

Juara 3 Lompat

Sampai se-

Jabodetabek

Juara 3 Lomba

Senam se-

Kecamatan

Cipayung

Juara 3 Lomba

Kerja Kelompok se-

Kecamatan

Cipayung

Juara 3 Lomba

Futsal se-Jakarta

Timur dan Bekasi

Page 60: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

49

E.2 Madrasah Ibtidaiyah

Lembaga pendidikan yang telah mempunyai sejarah panjang mengawali

reputasi- nya sendiri dengan lengkap menciptakan tradisi. Tradisi tersebut

meliputi kepercayaan sumber daya yang berkesinambungan dan sistem yang telah

teruji.

Tabel III.E.3 menunjukan Visi dan Misi Madrasah Ibtidaiyah

Visi Misi

Terwujudnya Madrasah

yang mampu bersaing

secara sehat dalam dunia

Global dengan

mengoptimalkan potensi

peserta didik dan

keluhuran budi pekerti.

1. Membentuk generasi yang berilmu amaliah dan

amal ilmiah dengan mengedepankan akhlakul

karimah

2. Mengaplikasikan nilai-nilai agama pada setiap

aspek kehidupan

3. Menjadikan lingkungan Madrasah sebagai sumber

belajar

4. Membangun citra madrasah sebagai mitra

masyarakat yang baik

5. Menumbuhkan generasi muslim yang mampu

berfikir positif, kreatif & kritis dengan

mengembangkan multi intelegensi

6. Menghasilkan lulusan yang mampu bersaing di

kancah global

Tabel III.E.4 menunjukan Aktifitas Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah

Sarana &

Prasarana Ekstrakurikuler Prestasi

Ruang kelas

ber-AC

Multimedia

Marawis

Peringkat Nilai UN Tertinggi ke-1 DKI 2011

Juara 3 Futsal Se-Jabodetabek

Perpustakaan Qosidah Peringkat Nilai UN Tertinggi ke-2 DKI 2012

UKS dan

Klinik Futsal Peringkat Nilai UN Tertinggi ke-1 DKI 2014

Masjid Paskibra Juara 2 Adzan Tingkat Jabodetabek 2015

Lapangan Pramuka Juara 2 Hafalan Juz Amma Tingkat KKMI

Page 61: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

50

Olahraga 2015

Laboraturium

Komputer Pencaksilat

Juara 5 Olimpiade Sains Matematika DKI 2015

Ajang Kreatifitas Siswa MI se-Cipayung

Laboratorium

IPA

Puisi dan

Pidato Juara 1 hafalan surat kategori A

Laboratorium

Bahasa

Bermain

Peran/Drama Juara 2 hafalan surat kategori A & B

Kantin Seni

Islam/menari Juara 3 lomba adzan

Antar Jemput

Siswa Melukis

Juara 3 hafalan surat kategori B Semarak

Mardhotillah

Aula Kaligrafi Juara 2 & Harapan 1 tahfidz Quran

Qiro‘ah Harapan 2 adzan & marawis

Bahasa Arab Karate Championship 2016

Sains Club 2 Medali Emas + 1 Medali Perunggu

Kejuaraan Karate Provinsi Jawa Barat 2017

Karate Medali Perunggu PERSADA 2016\Juara 1

Lomba Kebersihan

Komputer Juara 2 Lomba Ketangkasan Baris Berbaris

Harapan 3 Lomba Sandi Kotak dan Sandi A=N

EXPO Anak Soleh 2015 & 2016

Juara 2 Futsal Se-Jabodetabek 2015

Juara 2 Futsal Se-Jabodetabek 2016

Juara 3 Futsal Se-Jabodetabek 2017

E.3 Madrasah Tsanawiyah

Jenjang pendidikan yang setara dengan sekolah menengah pertama SMP

dalam kurikulum nasional dipadukan dengan pendalaman ilmu agama yang

Page 62: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

51

nantinya menjadi bekal bagi santri dalam menghadapi jenjang pendidikan yang

lebih tinggi agar terjadi keseimbangan antara ilmu agama dan dunia.

Tabel III.E.5 menunjukan Visi dan Misi Madrasah Tsanawiyah

Visi Misi

Membentuk generasi yang

mengedepankan Imtaq dan Iptek dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara.

1. Menanamkan Aqidah Islam

dalam diri siswa untuk

menumbuhkan akhlakul

karimah yang sesuai dengan

ajaran Rosulullah ibadah

dengan baik

2. Mencetak Siswa/Siswi yang

menguasai ilmu pengetahuan

dan teknologi sehingga mampu

bersaing di era globalisasi

Tabel III.E.6 menunjukan Aktifitas Kurikulum Madrasah Tsanawiyah

Sarana & Prasarana Ekstrakurikuler Prestasi

Laboratorium

Komputer

KIR Juara Umum PBB se-Jakarta Timur

Internet Marawis Juara Umum Paskibra Piala Walikota

Jakarta Timur

Laboratorium IPA B. Arab Juara Umum Paskibra is the best

Laboratorium

Bahasa

B. Inggris Juara 1 Cerdas Cermat se-

JABODETABEK

Perpustakaan Pencak Silat Juara 1 Puisi Tingkat MTs di SMA

YASFI

Lapangan Olahraga Futsal Juara 1 Kibar bendera se-

JABODETABEK

Masjid Seni Musik Juara 1 Variasi PBB se-JABODETABEK

Asrama Putra/Putri Tari Juara 1 Puitisasi se-DKI Jakarta

Page 63: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

52

Aula Basket Juara 2 Marawis se-JABODETABEK

Kantin Paskibra Juara 2 Pidato se-JABODETABEK

UKS Pramuka Juara 2 Kaligrafi Loketa SMP MTs se-

JABODETABEK

Koperasi Pidato Juara 2 Cerdas Cermat POSEMA

Qiro‘ah Juara 1 Kelas Komite Pemula 1 – 45 kg

Putri MABES CUP

Kaligrafi Juara 3 Olimpiade Sains PORSEMA

Taekwondo Juara 2 Gebyar Pramuka penggalang

Tingkat Provinsi

E.4 Madrasah Aliyah

Mewujudkan kualitas anak didik yang mampu bersaing di kancah global

maupun internasional dengan kurikulum modern saat ini. Pengajaran dibantu

dengan berbagai penggabungan pengetahuan guna menciptakan siswa yang ingin

melanjutkan atau bekerja melainkan agar siswa mampu berdakwah mengenai

peranannya sebagai anak bangsa.

Tabel III.E.7 menunjukan Visi dan Misi Madrasah Aliyah

Visi Misi

Membina insan yang beriman, bertaqwa

kepada Allah SWT, kreatif, mandiri dan

ber- orientasi masa depan dengan

mengedepankan akhlakul karimah.

Adapun visi madrasah dirumuskan

sebagai berikut:

Untuk mewujudkan visi diatas perlu

diwujudkan atau diciptakan beberapa

layanan agar dapat memenuhi tuntutan

yang dituangkan dalam visi tersebut

dengan keempat indikatornya. Adapun

misi madrasah dirumuskan sebagai

berikut:

Page 64: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

53

1. Unggul dalam bidang akademik

dan non Akademik

1. Menyiapkan lulusan yang

beriman, berakhlakul karimah

dan bertaqwa kepada Allah

SWT

2. Unggul dalam perolehan nilai UN 2. Mencetak lulusan yang bermutu

dan berorientasi pada masa

depan.

3. Unggul dalam komunikasi

berbahasa Inggris / Arab

3. Memberikan pelayan minat,

bakat dan potensi setiap siswa

4. Unggul dalam kedisiplinan 4. Menciptakan budaya sekolah

yang penuh dengan keakraban

dan kekeluargaan yang islami

5. Unggul dalam pengamalan

kehidupan beragama

5. Menyiapkan lulusan yang

beriman, berakhlakul karimah

dan bertaqwa kepada Allah

SWT

6. Unggul dalam kegiatan

keagamaan

6. Mencetak lulusan yang bermutu

dan berorientasi pada masa

depan.

7. Handal dalam kegiatan belajar

mengajar

8. Handal dalam kreasi dan apresiasi

Budaya

Tabel III.E.8 menunjukan Aktifitas Kurikulum Madrasah Aliyah

Sarana dan prasarana Ekstrakulikuler Prestasi

Ruang kelas ber-AC plus

Infocus

Marawis juara Umum Sigma 39 Jakarta

Lab Komputer Bahasa Arab Juara Umum SAFANA 39 Jakarta

Lab IPA Bahasa Inggris Juara 1 Lomba MTQ DKI se-

Jabodetabek

Perpustakaan Pencak Silat Juara 1 Lomba Adzan se-Jabodetabek

Kantin Seni Islam Juara 1 Design Kartu Ucapan se-

Jabodetabek

Aula Futsal Juara 1 MTQ Putri SAFANA 39

Armada AJS Basket Juara 1 Kaligrafi SAFANA 39

Page 65: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

54

Lapangan Olahraga Volley Juara Lomba Cerdas Cermat se-

Jabodetabek

Koperasi Graphic

Design

Juara 1 Lomba MTQ Tingkat Putri se-

DKI

Asrama Putera-Puteri Drama Juara 1 Tenis Meja Putri se-DKI

Masjid Pramuka Juara 2 Lomba Puisi se-Jabodetabek

UKS Paskibra Juara 2 Marawis se-Jabodetabek

Lab Bahasa Pidato Juara 2 Karate Mabes AL

Lab IPS Juara 3 Plenering Tingkat DKI

Studio Musik Juara 3 Resensi Buku Tingkat SLTA

se-DKI

Ruang Multimedia Peringkat 1 Hasil Ujian Nasional

Bidang

Hot Spot Studi Bahasa Inggris se-DKI

F. Radikalisme dalam lembaga Pendidikan

Radikalisme tidak hanya terjadi dalam kalangan masyarakat umum, tetapi

menyerang bidang pendidikan. Radikalisme dalam bidang pendidikan tidak dapat

terhindar dari bentuk-bentuk kekerasan yang menyebabkan tujuan pendidikan gagal

dicapai. Radikalisme dapat muncul dari berbagai elemen pendidikan. Secara umum

bentuk radikalisme dalam pendidikan muncul akibat hubungan antara guru dan

muridnya. Hal ini terjadi karena kurangnya komunikasi dan pemahaman yang

diberikan guru kepada anak didiknya.54

Kemunculan wacana pesantren mengajarkan paham radikalisme diperkuat

oleh pernyataan wakil presiden Jusuf Kalla yang berkeinginan untuk mengambil sidik

jari para santri pondok pesantren secara nasional. Pada sisi lain, wacana yang

berkembang sejak runtuhnya gedung WTC diAmerika tanggal 11 September 2002,

54

M. Saekan Muciht, Pembelajaran Kontekstual (Semarang: Media Group, 2008), hal.76.

Page 66: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

55

kemudian disusul adanya serangkaian teror dengan ledakan bom di Indonesia, seperti

di Bali I dan II, Hotel JW Marriot, di depan Kedutaan Besar Australia, kemudian

diikuti juga dengan pengejaran dan penangkapan para ―pelaku teroris” yang sebagian

dari mereka adalah dari alumni pesantren. Fakta itu memberikan kesan dan dugaan

sebagian orang bahwa dunia pesantren kini telah melahirkan radikalisme kelompok

Islam. Bahkan beberapa pesantren, seperti al-Mukmin Ngruki, Hidayatullah,

Tenggulun dan juga Ma‘had al-Zaitun Indramayu sebagaimana telah tersiar dalam

berbagai media beberapa waktu yang lalu dicurigai sebagai persemaian kelompok

Islam radikal. Kecurigaan tersebut didasarkan adanya berita-berita atau dugaan bahwa

pesantren tersebut telah mengembangkan sistem pendidikan yang khas, memiliki

hidden curriculum dengan ideologi keagamaan yang radikal. Di samping itu bahwa

sebagian dari pesantren tersebut telah melahirkan para alumni yang diduga dan diadili

terlibat dalam gerakan teror bom.

Pesantren sebagai wadah pendidikan di masyarakat kerap menjadi wacana

bagi perkembangan radikalisme bahkan pesantren mendapat dua pandangan yang

berbeda dari sisi agama dan pendidikan. Salah satunya pemahaman yang sesuai dengan

ajaran Kiai/Ustaz (patron klien) yang diartikan sebagai sebuah hal yang harus

dipahami secara mutlak tanpa dicari celahnya. Pesantren Ngruki di Surakarta yang

pernah dipimpin oleh Abu Bakar Ba‘asyir adalah pesantren yang menolak dengan

tegas dan cenderung selektif dari pengaruh-pengaruh luar. Dalam proses

pendidikannya, mereka membatasi pengaruh dari organisasi dan pemerintahan. Ajaran

Page 67: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

56

literal yang dianut di pesantren ialah ukhuwah Islamiyah, yang artinya (persaudaraan

sesama umat Islam).55

Namun yang terjadi, pesantren Ngruki tidak mengajarkan paham radikalisme.

Pembantu Direktur I Ustaz Yahya Abdurrahman ketika ditanya mengenai kurikulum

pesantren yang mengajarkan materi jihad atau radikalisme agama, beliau membantah

hal tersebut. Kurikulum kami selalu diperiksa oleh Kementerian Agama, dan selama

ini dianggap tidak masalah. Ketika ditanya alasan tentang beberapa mantan santri yang

terlibat kasus terorisme, Ustaz Yahya mengatakan kemungkinan pengaruh dari luar

pesantren. "Itu terjadi ketika mereka di luar, setelah lulus, ya mungkin anak muda

mudah terpengaruh. jika mereka berpikir soal itu di sini bisa kita luruskan, tetapi itu

terjadi setelah bertahun- tahun mereka keluar‖.56

Lembaga pendidikan Islam seperti pesantren tidak mengajarkan paham

radikalisme. Terkait pelaku teror yang pernah mengenyam pendidikan di pesantren,

bukan berarti pesantren menjadi kambing hitam, ada faktor lain diluar itu. Namun, ada

beberapa faktor dalam melihat arah karakteristik pengajaran pesantren yang apabila

tidak dijaga, dapat menyebabkan tumbuhnya paham radikalisme. radikalisme Islam

dari lingkungan pesantren tidak dapat dipukul rata (arbitrer), terutama karena dunia

pesantren sangatlah heterogen.

55

Badrus Soleh, BUDAYA DAMAI komunitas pesantren (Jakarta: LP3ES Indonesia, 2007),

hal.147. 56

Ahmad Muson B. ―TRADISI PESANTREN DAN RADIKALISME AGAMA, Tesis IAIN

Surakarta, 2018, hlm.75.

Page 68: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

57

Pertama, latar belakang pengetahuan agama dan paham keagamaan para

pimpinan pesantren antar pesantren satu dengan yang lain berbeda-beda. Dalam realita,

kompetensi, keahlian, paham keagamaan dan orientasi amalan kyai satu dengan yang

lain berbeda-beda. Sebagian kyai cenderung pada pengembangan gerakan pendidikan,

pengembangan, kehidupan agama sejenis tasawuf, sufisme, akhlak atau tarekat yang

menjauh dari kehidupan material, sebagian kyai cenderung pada gerakan pendidikan,

dan pengembangan kehidupan agama yang bersifat sosial dan budaya, yang dekat

dengan kehidupan material. Selain itu juga terdapat sebagian kyai yang cenderung pada

gerakan pendidikan dan pengembangan kehidupan spiritual, dengan orientasi

pemurnian dan proteksi bidang akidah. Kecenderungan yang terakhir ini dekat dengan

gerakan pemikiran Salafiyah yang memiliki kemungkinan tinggi untuk berkembang

menjadi gerakan radikalisme kelompok Islam.

Kedua, sistem pendidikan, termasuk kualitas tenaga pengajar, bahan ajar, dan

literatur pesantren antar satu dengan yang lain berbeda-beda. Dalam kaitan ini, tenaga

pengajar (ustâdz) memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap santri. Hal ini karena

dalam tradisi pesantren penghormatan terhadap guru termasuk bagian yang sangat

penting. Pada sisi lain, guru di pesantren juga dapat dipandang sebagai lektur hidup,

sumber bacaan dan tempat bertanya yang harus diikuti. Belajar di pesantren adalah

belajar dengan guru secara bertahap, bukan dari kitab secara mandiri. Dalam konteks

ini, guru memiliki wewenang memberikan syarh, tafsir atau pemaknaan terhadap kitab-

kitab bahan ajar di pesantren. Belajar tanpa guru di dunia pesantren tidak

Page 69: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

58

direkomendasikan. Bahkan ada kalanya, kitab-kitab bahan ajar tertentu tidak

diperkenankan untuk dibaca sebelum menguasai kitab-kitab bahan ajar tertentu. Karena

itu fungsi lektur dalam pengertian bahan bacaan kitab-kitab bahan ajar atau buku-buku

pelajaran dalam pesantren memiliki pengaruh kuat terhadap santri melalui guru.

Ketiga, lingkungan sosial pesantren, termasuk jaringan sosial dan politik

unsur pesantren (pimpinan, ustadz dan santri) berbeda-beda. Sebagian pesantren

mungkin memiliki jaringan yang sangat luas, bersifat nasional dan bahkan

internasional dan sebagian pesantren lain memiliki jaringan yang terbatas pada tingkat

lokal. Sebagian pesantren mungkin memiliki jaringan sosial dengan para pimpinan

birokrasi atau organisasi gerakan politik kebangsaan sebagian pesantren lain mungkin

memiliki jaringan gerakan keagamaan yang bersifat internasional. Pesantren-pesantren

yang memiliki jaringan dengan gerakan-gerakan perjuangan dan radikalisme kelompok

Islam internasional tentu memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk melahirkan

fundamentalisme.

Keempat, pengalaman perjuangan kehidupan sosial dan politik pimpinan

pesantren. Setiap pimpinan pesantren memiliki pengalaman kehidupan sosial, budaya

dan politik yang berbeda-beda. Sebagian mereka memiliki pengalaman yang mungkin

menyenangkan dan sebagian yang lain memiliki pengalaman pahit, yang menantang.

Pengalaman masa lalu tersebut akan mempengaruhi orientasi dan visi pimpinan

pesantren menjadi pendukung dan penyokong gerakan Islam radikalis.

Page 70: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

59

BAB IV

PERAN DAN LANGKAH-LANGKAH PONDOK PESANTREN AL-HAMID

JAKARTA TIMUR DALAM MENCEGAH PAHAM RADIKALISME

Dalam bab ini penulis menjelaskan dan menghubungkan teori yang penulis

jelaskan pada bab dua yaitu radikalisme dengan hasil penelitian lapangan yang

penulis temukan. Penelitian ini membahas mengenai strategi pesantren Al-Hamid

dalam mencegah masuknya paham radikal di lingkungan pesantren. Data dalam

penelitian ini, diambil melalui proses wawancara kepada elemen-elemen pesantren

(Kiai, pemimpin pesantren, Ustaz, santri). Selain wawancara, di sini peneliti

menggunakan penelitian-penelitian terdahulu untuk menambahkan argumen agar

lebih kuat.

Dalam pembahasannya, peneliti menggunakan isu-isu yang terkait dengan

radikalisme dan dihadapkan dengan dimensi toleransi politik. Toleransi politik dalam

hal ini adalah bagaimana unsur-unsurnya seperti pandangan pesantren terhadap jihad,

pancasila, demokrasi, dan pluralisme melebur ke dalam lingkungan pesantren Al-

Hamid. Hasil dari penelitian ini akan didapat bagaimana langkah-langkah pesantren

Al-Hamid dalam mencegah paham radikalisme.

Page 71: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

60

A. Perspektif Pesantren Al-Hamid mengenai Radikalisme

Radikalisme adalah suatu ideologi yang bertujuan mengubah suatu keadaan

secara cepat dengan kemauannya sendiri. penelitian ini memfokuskan bagaimana

isu-isu mengenai radikalisme dipakai sebagai penjelas dalam melihat isi dari

penelitian ini. Pesantren Al-Hamid membuat beberapa langkah dalam mencegah dan

menyangkal paham radikalisme masuk dengan melihat seberapa besar potensi paham

radikalisme itu masuk dengan melihat perkembangan di lingkungan dan keadaan

Negara Indonesia.

Radikalisme dalam dunia pesantren bukanlah hal yang sering terjadi. Alur

pendirian pesantren dan elemen-elemen pesantren menentukan bagaimana pesantren

ke depannya dapat berkiblat pada suatu aliran tertentu. Kurikulum serta kitab rujukan

pesantren juga tidak terlepas dari pengaruhnya terhadap arah pesantren dalam

menjalani kesehariannya.

Radikalisme memiliki pemahaman yang berbeda dengan prinsip pesantren.

Pesantren Al-Hamid memiliki prinsip Al-Muhafadzah wa al-Akhdzu. Prinsip ini

hampir dipegang oleh seluruh pesantren yang latar belakangnya adalah Nahdlatul

Ulama (NU). Al-Muhafadzah adalah usaha mempertahankan tradisi masa lalunya

yang masih dianggap relevan, sedangkan Al-Akhdzu adalah usaha membuka ruang-

ruang pembahaharuan dalam tubuh NU ketika bersinggungan dengan berbagai hal

apapun yang datang di tengah tangah perjalanannya. Sehingga dengan itu, NU

dikenal dengan kalangan yang tawashut (moderat), tasamuh (toleran), tawazun

(berimbang) dan taadul (berkeadilan): perwujudan sikap al-muhafadazh dan al-

Page 72: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

61

akhdzu yang manafikan dua hal sekaligus: jumud dan liberal. Seperti diceriatakan

oleh Ust Nu‘man:

―… di dalam tradisi NU, terdapat prinsip Al-Muhafadzah wa al-

Akhdzu, di mana prinsip ini pada zaman Imam Syafi‘i. prinsip ini biasa

digunakan untuk memecah suatu masalah yang bersinggungan dan

berpotensi menjadi konflik. Imam Ghazali sebagai salah satu pembaharu

Islam memakai paradigma ini. Beliau kerap kali mengeluarkan fatwah-

fatwah yang sepintas di antara satu kitab dengan kitab selainnya—yang

sama-sama karya beliau—kerap kali terjadi pergeseran. Dalam konteks

paradigm al-Muhafadzah dan al-Akhdzu dapat dilihat pada sikapnya al-

Ghazali ketika mengompromikan fikih dan kalam dengan ilmu manthiq.

Al-Ghazali dalam berfikih tetap mempertahankan (muhafadzah)

madzhab Sayafi‘iyah, namun pola objektifitas memandang suatu

persoalan mengambil (akhdzu) logika berfikir dari Yunani. Itu artinya al-

Ghazali talah mengamalkan paradigma al-muhafadah dan al-akhdzu.

Sehingga dari itu al-Ghazali berhasil melakukan pembahaharuan dalam

dunia Islam.57

Radikalisme dalam hubungannya dengan prinsip Al-Muhafadzah wa al-

Akhdzu dapat dilihat bagaimana pesantren dalam memaknai kalimat dan arti jihad.

Pesantren Al-Hamid menilai jihad akan lebih efektif dengan memerangi kebodohan,

kemiskinan dan ketertinggalan daripada mengangkat senjata dan mendirikan negara

Islam. Tetapi masih ada yang masih merujuk pandangan konservatif, misalnya, pada

saat mereka mendukung perlunya dakwah didukung dengan kekuatan senjata.

Pandangan seperti ini di samping akan memberikan citra negatif juga akan mudah

57

Hasil Wawancara dengan Ust Nu‘man pada hari Rabu, 12 Juni 2019, pukul 14.30 WIB di

Pondok Pesantren Al-Hamid, kelurahan Cilangkap, kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

Page 73: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

62

dijadikan pintu masuk bagi kelompok radikal untuk memprovokasi kekerasan atas

nama agama.58

B. Langkah-langkah Pesantren Al-Hamid dalam Mencegah Radikalisme

Pesantren Al-Hamid melihat bagaimana mencegah radikalisme lewat

beberapa cara. Fokus pesantren Al-Hamid menyikapi isu-isu radikalisme baik dari

luar maupun dalam lingkungan pesantren. Pesantren Al-Hamid memasukan

pandangan, sikap dan tindakan terhadap pencegahan paham radikalisme.

1. Memaknai Jihad melalui Kajian khusus

Jihad dewasa ini sering disalahartikan oleh beberapa orang mengenai makna

jihad yang sesungguhnya. Pesantren Al-Hamid memandang jihad mengenai

perbedaan al-jihad dengan al-Qathl, dua istilah yang digunakan dengan Al-Quran.

Dalam kutipannya oleh Kiai Lukman Hakim:

‗… al-Qathl adalah situasi membunuh atau dibunuh. Al-Qathl

adalah pengertian sempit dan sebagian saja dari pengertian al-jihad yang

berarti sangat luas dan tidak sebatas al-Qathl. Tujuan dari al-jihad adalah

memuliakan kalimat Allah SWT atau I’la’u kalimatullah dimana

harusnya ini adalah agama Allah, sehingga agama Allah itu benar-benar

bermartabat. Dalam Islam hanya ada jihad fi sabilillah yang berarti

dijalan Allah bukan yang lain.59

58

Nurrohman, ―PESANTREN SEBAGAI PENANGKAL RADIKALISME DAN

TERORISME, Studi Terhadap Pandangan Pimpinan Pesantren di Bandung tenta Jihad, Kekerasan

dan Kekuasaan., serta Cara Menyangkal Munculnya Radikalisme dan Terorisme, Jurnal Penelitian

Pendidikan Islam, hal:143. 59

Hasil Wawancara dengan Kiai Lukman Hakim pada hari Rabu, 12 Juni 2019, pukul 15.30

WIB di Pondok Pesantren Al-Hamid, kelurahan Cilangkap, kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

Page 74: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

63

Pandangan Kiai Lukman Hakim terhadap jihad ingin menegaskan bahwa

jihad bukanlah sebuah kata negatif yang dapat merugikan orang banyak. Jihad

dalam praktiknya harus dilihat dan diresapi sebagai cara untuk memuliakan Islam

dan bukan sebaliknya. Jihad yang dapat dilaksanakan adalah yang berdasarkan Al-

Quran dan Hadis sehingga makna jihad akan tersampaikan. Peneliti berpendapat

makna jihad bisa berkonotasi positif dan negatif tergantung bagaimana seseorang

menyikapi fenomena jihad yang sering diputar faktanya untuk kepentingan

seseorang maupun kelompok. Apakah jihad dimaknai hanya berupa fenomena,

ataukah lebih jauh dari itu seperti mencari dan menggali lebih dalam makna jihad

yang sesungguhnya.

Tujuan jihad bukan hanya mengangkat senjata. Menegakkan agama Islam

agar orang-orang muslim sadar dan sadar bahwa islam itu agama yang diridhai

Allah SWT disebut sebagai seorang mujahid. Pengamalan dalam kehidupan

sehari-hari yang membuat ajaran Islam bisa terkenal. Bagaimana umat Islam bisa

mengamalkan Islam kalau tidak mengenal Islam. Untuk itu, seharusnya Islam itu

diperindah oleh perilaku umat muslim sendiri sehingga dinilai oleh pihak luar

sebagai agama yang benar, agama yang cantik.60

Pesantren Al-Hamid menyikapi isu-isu mengenai jihad dengan membela

kebenaran dari makna jihad dan di sisi lain, mengecam keras tindak kekerasan

atas nama jihad. Oknum yang mengatasnamakan jihad atas kekerasan tidak bisa

dibenarkan. Kiai Lukman Hakim menambahkan:

60

Abd. Muin, dkk. Pendidikan Pesantren dan Potensi radikalisme, hlm 164.

Page 75: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

64

―… tindak kekerasan yang mengatasnamakan jihad merupakan

hal yang keliru dan diluar koridor keislaman. Allah SWT menyatakan

dalam Al-Quran ―Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang

memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena

sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui

batas.” Yang menandakan bahwa kita dalam melihat fenomena jihad

tidak boleh asal dan harus mengikuti aturan. Jihad zaman nabi dan

sekarang tidak boleh disamakan. Perang memang berkecamuk saat

zaman nabi dimana agama Islam sedang disebarkan, namun sekarang

Islam sudah tersebar dan bangsa ini tidak dalam kondisi berperang. Maka

dari itu kita wajib menjaga keutuhan dan kedamaian, bukan melakukan

kekerasan atas nama agama yang berpotensi menjadi konflik dan

menjauh dari makna jihad itu sendiri.‖61

Sikap pesantren Al-Hamid mengenai kekerasan yang diutarakan oleh Kiai

Lukman Hakim dengan mengecam aksi kekerasan atas nama jihad karena tidak

sesuai dengan makna jihad itu sendiri dan cenderung merugikan orang lain. Orang

yang melakukan jihad pun belum tentu lebih mulia ketimbang orang yang menjadi

korban dan dirugikan di mata Allah SWT. Peneliti melihat konsep jihad selain

menolak kekerasan, dalam praktiknya harus dilihat waktu dan konteks dalam

melakukan jihad. Perbedaan kondisi saat zaman nabi dan sekarang tentu memiliki

perbedaan yang signifikan dan tentu berdampak terhadap praktiknya. Jihad

digunakan untuk memuliakan kalimatullah sedangkan jihad yang menggunakan

kekerasan hanya merusak dan menodai agama Islam.

61

Hasil Wawancara dengan Kiai Lukman Hakim pada hari Rabu, 12 Juni 2019, pukul 16.00

WIB di Pondok Pesantren Al-Hamid, kelurahan Cilangkap, kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

Page 76: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

65

Jihad memiliki sifat defensif. Artinya jihad adalah suatu pertahanan apabila

Islam diserang dan terancam oleh pihak luar, maka kita harus mempertahankan

agama Islam dengan berjihad.62

Allah SWT bersabda:

Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga)

ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari

memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-

orang yang zalim.63

Dalam ayat tersebut menegaskan apabila musuh sudah tidak menyerang,

maka kita tidak boleh terus-menerus memerangi mereka sehingga semakin jelas

bahwa jihad dalam hal ini diposisikan sebagai upaya pertahanan. Dalam berjihad

pun ada aturannya dan semua tertuang dalam Al-Quran. Namun terlepas dari hal

ini, ada saja orang yang masih mengartikan jihad karena perang semata. Hal ini

dapat dijawab karena dua hal:

Pertama, orang-orang yang menyamakan jihad dengan berperang itu adalah

orang-orang yang mempunyai ruh jihad yang sangat tinggi namun mempunyai

pemahaman yang kurang mengenai hakikat dari jihad itu sendiri. jihad semestinya

dimaknai sebagai sesuatu yang lebih mendasar. Contoh, orang yang melakukan

bom bunuh diri atas nama jihad, tidak bisa disebut dengan mati syahid, karena

62

Abd. Muin, dkk. Pendidikan Pesantren dan Potensi radikalisme, hlm 165. 63

(QS. Al-Baqarah: 193)

Page 77: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

66

tidak didasari atas pemahaman agama yang utuh. Orang yang menjadi pelaku

justru berdosa karena menghilangkan nyawa orang banyak dan si pelaku belum

tentu lebih mulia dimata Allah daripada orang yang menjadi objek pemboman

tersebut. Kedua, kemungkinan orang-orang tersebut sudah terkontaminasi oleh

kepentingan politik. Ada kesan bahwa Islam ini begini dan begitu supaya dapat

disamakan tujuannya dengan si penghasut (demagogi politik).64

Pesantren Al-Hamid memiliki cara agar jihad tidak disalahartikan oleh para

santri sehingga dapat memicu potensi radikalisme yang mengarah kepada

tindakan terorisme. Pertama, melalui cara persuasif. Santri diajarkan oleh Kiai

dan Ustaz mengenai jihad dengan ―jihad terhadap diri sendiri‖. Jihad ini

dimaksudkan agar santri tidak terjebak dalam pusaran kebencian dan melakukan

aksi kekerasan. Penanaman pemahaman mengenai ―merubah diri sendiri sebelum

merubah keadaan‖ diajarkan oleh para Kiai dan Ustaz sebagai tindakan yang lebih

bermartabat.

Bentuk-bentuk dalam jihad ini adalah berjihad melawan hawa nafsu, jihad

melawan kebodohan, jihad dalam menuntut ilmu, jihad dalam menafkahi

keluarga, dll. Hal ini dimaksudkan agar santri lebih memahami konsep jihad

dengan mengajarkan ilmu-ilmu dasar dalam berjihad sehingga nantinya kata jihad

dimaknai dan diamalkan dengan benar dan terhindar dari kekerasan atas nama

jihad. Kedua Pesantren Al-Hamid melakukan kajian terhadap makna jihad secara

akademik dengan melihat isu-isu radikalisme kontemporer. Hal ini dimaksudkan

64

Abd. Muin, dkk. Pendidikan Pesantren dan Potensi radikalisme, hlm 165.

Page 78: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

67

untuk meluruskan bahwa apa yang dilakukan diluar sana mengenai jihad yang

berbau kekerasan adalah oknum tertentu yang tidak merepresentasikan agama

Islam.

Kajian mengenai jihad bertujuan untuk menambah pengetahuan santri akan

interpretasi mengenai ayat-ayat suci yang berhubungan dengan jihad dan perang.

Dasar pengetahuan tiap santri beragam, maka dari itu ruang diskusi dibutuhkan

untuk mengetahui pemahaman santri mengenai jihad serta mencegah santri

memahami jihad yang menghalalkan kekerasan. Ketiga, pesantren Al-Hamid

menerapkan konsepsi jihad dalam ekstrakulikuler ―pencak silat‖. Makna jihad

dalam ekstrakulikuler ini bertujuan sebagai upaya ―pertahanan diri‖ dari musuh

yang ingin menyakiti maupun mengancam kehidupan para santri. Santri dibekali

keahlian khusus untuk tujuan dalam berdakwah mengenai agama Islam, sekaligus

perlindungan terhadap dirinya sendiri.

2. Menolak Negara Islam, dan Memahami Pancasila sebagai Ideologi

Berbangsa

Isu mengenai pancasila menjadi penting untuk dibahas karena berkaitan

dengan lembaga pendidikan seperti pesantren. Pesantren sebagai lembaga

pendidikan Islam berperan dalam menentukan karakter santri untuk membentuk

sebuah ideologi dalam bernegara. Pesantren Al-Hamid memandang isu penegakan

negara Islam sebagai sebuah upaya untuk menggulingkan pemerintah dan

memecah belah bangsa. Ust Fahmi Abdul Aziz menyatakan:

Page 79: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

68

―… orang yang mendengungkan negara Islam (khilafah) adalah

orang yang tidak belajar sejarah bangsa ini. Memang mayoritas perumus

dan pemimpin bangsa ini saat itu adalah orang muslim, tapi perjuangan

merebut kemerdekaan ini atas doa dan perjuangan seluruh bangsa yang

suku, agama, dan rasnya beragam. Ini hanya akal-akalan untuk

menggulingkan pemerintahan dan jika terjadi, prosesnya pun pasti akan

sangat rumit dan penuh penolakan.‖65

Pesantren Al-Hamid menilai negara Islam hanyalah argumentasi yang

dilakukan sebagian orang yang tidak mengerti sejarah berdirinya bangsa

Indonesia. Negara Islam hanya akan membawa konflik antar umat beragama

karena akan mementingkan kepentingan Islam dan mengacuhkan yang lain.

Pesantren Al-Hamid dalam perspektif politik, melihat negara Islam adalah

argumen yang dibawa oleh lawan politik untuk menggulingkan/mendelegitimasi

pemerintahan yang sah.

Peneliti menilai negara Islam sebagai sebuah kebingungan dimana terdapat

beberapa hal. Pertama, bagaimana konsep negara Islam yang sebenarnya. Nabi

muhammad SAW dalam hal pergantian pemimpin tidak menganjurkan dan tidak

mewariskan bagaimana tahapan dan teknis pelaksanaan pergantian pemimpin

menurut Islam. Kedua, penerapan syariat Islam yang menggantikan undang-

undang yang dimana akan bertentangan dengan umat non-Muslim. Ketiga, negara

yang menerapkan konsep negara Islam sampai sekarang (UEA, Brunei

Darussalam, Qatar, dll) dalam sistem perekonomian dan urusan kenegaraan

lainnya, sudah sangat sekuler. Hal ini disebabkan karena pemahaman negara

65

Hasil Wawancara dengan Ust Fahmi Abdul Aziz pada hari Jumat, 14 Juni 2019, pukul

13.00 WIB di Pondok Pesantren Al-Hamid, kelurahan Cilangkap, kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

Page 80: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

69

Islam hanya produk pemikiran manusia yang sifatnya profan-sekuler, dan bukan

sakral-religius.

Pesantren Al-Hamid mengambil sikap dengan menolak konsep negara Islam

dan mendukung pancasila sebagai ideologi bangsa. Indonesia adalah negara yang

menganut ideologi pancasila dan sudah final sebagai pedoman hidup

berkebangsaan. Pancasila sudah mengakomodasi seluruh kepentingan agama-

agama di indonesia yang tertuang dalam sila ke-1 yaitu ‗ketuhanan yang maha

esa‘. Para pengajar dan santri berbeda-beda saat ditanya mengenai negara Islam

dan Syariat Islam, terdapat diskusi sebelum mereka mau mengutarakan

pendapatnya. Namun Kiai Lukman Hakim menyimpulkan:

―… saya dalam ceramah selalu menegaskan, isi adalah yang

terpenting ketimbang simbol. Makna dari suatu peristiwa harus dipahami

secara bijak. Konsep negara dan syariat Islam memang baik, namun

dalam penerapannya yang sulit, syariat Islam memungkinkan karena bisa

dilakukan dalam diri pribadi seorang muslim, namun negara Islam adalah

hal yang mustahil, karena akan bertabrakan dengan UUD 1945 dan

Pancasila sehingga dapat merusak keutuhan kebangsaan dan akan

berdampak luas ketimbang mementingkan embel-embel identitas.66

Pendapat Kiai Lukman Hakim menegaskan konsep negara Islam dan syariat

Islam menurutnya harus dipahami secara substansi ketimbang melihat bendera

yang berkibar. Islam adalah agama rahmatan lil alamin yang merupakan rahmat

bagi seluruh alam. Maka perlu dipertanyakan apakah gerakan-gerakan keagamaan

66

Hasil Wawancara dengan Kiai Lukman Hakim pada hari Rabu, 12 Juni 2019, pukul 16.00

WIB di Pondok Pesantren Al-Hamid, kelurahan Cilangkap, kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

Page 81: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

70

yang membawa nama Islam itu membawa rahmat atau malah sebaliknya, malah

menebarkan bencana dan merusak nilai Islam itu sendiri.

Negara dan Syariat Islam dapat merusak tatanan dan moral berkebangsaan.

Bahkan pancasila yang dibentuk saat masa-masa kemerdekaan, menumbangkan

banyak kebudayaan-kebudayaan lama serta otoritas tradisional yang harus

menyerahkan semuanya kepada negara. Ibaratkan botol anggur lama yang diganti

dengan botol kemasan baru, apakah isi dari anggur lama itu harus dibuang?

Jawabannya tidak karena inti dari ideologi itu adalah bagaimana mengakomodasi

kepentingan-kepentingan menjadi adil.67

Ust Fahmi Abdul Aziz menyatakan:

―… pancasila itu Islami. Bisa kita lihat dari sila yang pertama

yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Disini mencerminkan bagaimana

pancasila melihat posisi umat Islam dan memberikan ruang bagi

terbentuknya prinsip Islam. Sila-sila selanjutnya pun sama, tidak ada

yang bertentangan. Namun dari segi pelaksanaannya itu yang belum

islami, antara lain kita sebagai orang islam yang harus mencerminkan

dan mengamalkannya.68

Pernyataan sikap Ust Fahmi Abdul Aziz menilai bahwa pancasila itu religius

dan merepresentasikan nilai-nilai keislaman. Pancasila dalam setiap butirnya

menegaskan bahwa nilai-nilai Islam ada dan terkandung di dalamnya. Pancasila

dinilai tepat dan tidak perlu diubah karena sudah mengakomodir berbagai

kepentingan termasuk Islam.

67

Yudi Latif, Negara Paripurna: Historitas, Rasionalitas, dak Aktualitas Pancasila, (Jakarta:

PT Gramedia Pustaka, 2015). Hal.353. 68

Hasil Wawancara dengan Ust Fahmi Abdul Aziz pada hari Jumat, 14 Juni 2019, pukul

14.00 WIB di Pondok Pesantren Al-Hamid, kelurahan Cilangkap, kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

Page 82: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

71

Ada beberapa alasan penolakan terhadap negara Islam dan syariat Islam di

Indonesia. Pertama, jika diterapkan sebagai sistem apalagi falsafah bernegara,

tentu akan menimbulkan resistensi bagi warga negara yang bukan menganut

agama Islam. Bila itu terjadi, konsep negara Islam dan syariat Islam hanya

menjadi boomerang dan akan memicu konflik. Kedua, dalam sejarah perjuangan

bangsa ini, bukan hanya orang Islam yang ikut mempertaruhkan nyawa, namun

banyak dari kalangan non-Muslim yang ikut memperjuangkan kemerdekaan

Indonesia dan maka itu tercetus semboyan Bhineka Tunggal Ika ‗berbeda-beda

namun tetap satu jua‘. Maka dari itu kemerdekaan Indonesia bukan hanya milik

orang Islam saja, sehingga konsep negara Islam menjadi tidak tepat untuk

diterapkan.69

Ketiga, bangsa Indonesia seharusnya lebih berkonsentrasi pada persoalan-

persoalan yang lebih mendesak, khususnya masalah pendidikan. Perdebatan

mengenai negara Islam dan syariat Islam adalah perdebatan yang tidak produktif.

Konsentrasi sekarang adalah bagaimana memikirkan masa depan generasi bangsa

melalui media pendidikan. Sistem pendidikan kita masih memiliki banyak

kelemahan, gaji guru yang tidak sesuai, kurikulum yang sering berubah, dan

masalah-masalah pendidikan lain yang tidak pernah selesai. Peran lembaga

pendidikan seperti pesantren mengisi kelemahan dari sistem pendidikan di

Indonesia dengan meningkatkan kualitas santri yang mampu bersaing di kancah

nasional maupun internasional.

69

Abd. Muin, dkk. Pendidikan Pesantren dan Potensi radikalisme, hlm 194.

Page 83: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

72

Pesantren Al-Hamid memiliki beberapa cara untuk mencegah isu Negara dan

Syariat Islam dipahami oleh santri berkembang menjadi hal yang tidak baik dan

berpotensi menjadi radikal. Pertama, melaksanakan penghormatan dalam setiap

hari-hari besar kebangsaan seperti hari kemerdekaan dengan melakukan upacara

bendera dan mengadakan refleksi kebangsaan ―tasyakuran” sebagai rasa syukur

dan doa atas nikmat yang Allah berikan kepada bangsa sekaligus memupuk nilai

nasionalisme. Kedua, mendukung program pemerintah dalam upaya memperkuat

pemahaman kebangsaan seperti berpartisipasi dalam seminar-seminar kebangsaan

salah satunya adalah ―sosialisasi empat pilar MPR RI‖ yang diikuti oleh santri dan

pengajar pesantren Al-Hamid. Ketiga, berperan dalam menjaga stabilitas politik

melalui pengakuan dan penerimaan Pancasila sebagai asas tunggal dalam

organisasi sebagaimana diwakili, setidaknya oleh pondok pesantren dibawah

afiliasi, Nahdhatul Ulama. Pondok pesantren Al-Hamid mengikuti keputusan

Muktamar NU ke-27 di Pondok Pesantren Salafiyah Syassiyyah Sukorejo

Situbondo, 8-12 Desember 1984, Nahdhatul Ulama telah menyatakan

persetujuannya untuk menerima Pancasila sebagai asas tunggal bahkan sebelum

Undang-undang tentang organisasi massa diumumkan pemerintah.

3. Menyikapi Demokrasi dan Pluralisme sebagai Wadah Kebersamaan

Pandangan pesantren Al-Hamid terhadap demokrasi memiliki makna

tersendiri. Demokrasi memang bukan berasal dari Islam tetapi adalah sistem yang

berasal dari Barat. Namun, bukan berarti semata-mata bukan berasal dari Islam

Page 84: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

73

tidak bisa dipakai, pesantren Al-Hamid menghargai bahwa demokrasi adalah

suatu instrumen yang efektif karena melibatkan musyawarah, seperti dikatakan

oleh Ust Ibnu Mubarok:

―… bukan yang berasal dari luar Islam kita tolak, apalagi ini

sudah menjadi sistem pemerintahan di Indonesia. Selama isi tidak

bertentangan dengan syariat, kita boleh mengambil. Dahulu sistem ini

pernah dipakai oleh sahabat nabi pada masa Khulafau Rasyidin dimana

pemimpin dipilih berdasarkan musyawarah. Demokrasi memberikan

ruang partisipasi untuk publik dan sejalan dengan konsep Syuro. Namun

tetap diingat ada hal yang bisa di musyawarahkan dan yang memang

sudah menjadi ketentuan.70

Pesantren Al-Hamid memandang bahwa sistem demokrasi tidak bertentangan

dengan nilai-nilai Islam. Ust Ibnu Mubarok melihat tidak ada hal yang menjadi

urgensi bahwa demokrasi itu bertentangan dengan syariat, bahkan sistemnya

hampir mirip dengan Syuro dimana itu dipakai pada masa Khulafau Rasyidin

dalam menentukan pemimpin. Demokrasi juga mengedepankan proses

musyawarah dalam setiap pengambilan keputusan, tidak semena-mena dalam

bertindak.

Demokrasi memang memiliki instrumen yang mirip dengan Syura. Namun

para pengajar di pesantren Al-Hamid lebih mengutamakan substansi ketimbang

membahas mengenai asal terciptanya sistem tersebut selagi masih sejalan dan

cocok dengan budaya masyarakat Indonesia dan tidak melanggar syariat, maka

70

Hasil Wawancara dengan Ust Ibnu Mubarok pada hari Jumat, 16 Agustus 2019, pukul

13.30 WIB di Pondok Pesantren Al-Hamid, kelurahan Cilangkap, kecamatan Cipayung, Jakarta Timur

Page 85: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

74

tidak ada alasan untuk menolak. Meskipun ada beberapa hal yang tidak boleh di

musyawarahkan seperti kewajiban sholat bagi kaum Muslim.

Peneliti melihat perkembangan demokrasi dewasa ini meski disikapi bijak

oleh lembaga pendidikan khususnya pesantren. Budaya kebebasan memang

menjadi setiap hak namun, jangan sampai menjadi kebablasan. Pesantren sebagai

lembaga pendidikan Islam dinilai menjadi penyaring akan perkembangan

kehidupan demokrasi untuk para santri agar tidak terjebak dalam ideologi

menyimpang seperti radikalisme.

Pesantren Al-Hamid menyikapi demokrasi dengan tetap mendukung dan

memberikan partisipasinya terhadap bangsa. Unsur terpenting dalam demokrasi

adalah partisipasi politik. Sejauh mana keterlibatan masyarakat dalam

memberikan aspirasi untuk proses perkembangan demokrasi di negaranya. Saiful

Mujani memiliki hipotesis bahwa; ―semakin Islami seorang Muslim, cenderung

partisipasinya kecil dalam politik, kecuali jika objek dari partisipasinya bersifat

keislaman”. Studi diatas terbukti tidak benar, dilihat dari temuan empiris, Islam

mendorong para penganutnya untuk aktif dalam politik demokratis. Unsur-unsur

ibadah dan modal sosial Islam memiliki pengaruh terhadap tingkatan partisipasi

politik, karena unsur-unsur tersebut turut mengaitkan kaum Muslim kepada

permasalahan publik.71

71

Saiful Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi dan Partisipasi Politik di

Indonesia Pasca Orde baru. Hal.322.

Page 86: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

75

Pesantren Al-Hamid turut serta memberikan partisipasinya baik masalah

politik dan keagamaan karena mereka sadar pentingnya partisipasi dan aspirasi

yang akan menentukan arah bangsa ke depannya. Partisipasi politik tidak harus

secara langsung terlibat kedalam parlemen, cukup dengan membenahi di sekitar

kita itu sudah membantu pemerintah dalam upaya mensejahterakan rakyat, seperti

dikatakan oleh Ust Fahmi Abdul Aziz:

―… pesantren sebagai lembaga pendidikan memiliki andil bagi

pembentukan kemajuan bangsa ini, yaitu melalui jalur pendidikan.

Bagaimana kita mempersembahkan anak bangsa yang berkualitas

serta religius untuk memimpin bangsa ini. Partisipasi aktif di

lingkungan pesantren kami jalankan selaku warga negara Indonesia,

apabila pemilu kami memilih dan dianjurkan oleh pak kyai. Apabila

pak kyai diminta untuk mengisi seminar bertema persatuan, beliau

selalu siap jika jadwalnya tidak berbenturan. Kami menekankan pula

kepada anak santri untuk memberikan partisipasinya baik secara aktif

maupun pasif. Jadi tidak ada alasan untuk menolak partisipasi.‖72

Dalam upaya penegakan demokrasi, pesantren Al-Hamid menilai akan sulit

apabila kita terjun dalam politik praktis. Pesantren sebagai lembaga pendidikan

lebih memilih untuk memajukan bangsa dengan melihat lingkungan sekitar

dengan berpartisipasi melalui berdakwah.

Isu pluralisme juga tidak kalah penting. Pesantren Al-Hamid memandang

bahwa pluralisme adalah ketentuan Allah SWT untuk menghias kehidupan.

Pluralisme dikaitkan dengan perihal suku, agama, ras dan adat istiadat (SARA)

yang dimana hal itu adalah bagian sensitif dalam kemajemukan dan berpotensi

menjadi konflik apabila tidak dirawat. Pluralisme dalam bahasa sederhananya

72

Hasil Wawancara dengan Ust Fahmi Abdul Aziz pada hari Jumat, 16 Agustus 2019, pukul

15.30 WIB di Pondok Pesantren Al-Hamid, kelurahan Cilangkap, kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

Page 87: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

76

adalah semua yang bersifat horizontal adalah sama dan keberagaman adalah

sesuatu yang menjadi realitas dalam kehidupan. Namun pandangan mengenai

agama tidak bisa disamakan, setiap agama pasti memiliki pembenaran atas

agamanya. Namun terdapat penjelasan lain yang dimana dijelaskan oleh Kiai

Lukman Hakim:

―… keberagaman agama adalah sunatullah, kami mengakui bahwa

terdapat banyak agama. Dalam perihal pluralisme, saya memahami

begitu pula dengan santri terdapat dua hal, pluralisme dan pluralitas.

Pluralisme mengajarkan untuk bersikap sama dengan penyamaan

agama, sedangkan pluralitas adalah realita keberagaman yang tak

terbantahkan, jadi yang bermasalah adalah kata -isme dan -itas,

dimana kami memilih lebih kepada pluralitas, bahwa keberagaman

agama adalah hal yang mutlak.‖73

Kiai Lukman Hakim membagi pengertian dalam pluralisme. Seperti

pernyataan diatas bahwa kata -isme dan -itas dalam kata induk (plural) beda

penerapannya. Pluralisme adalah bagaimana kita memposisikan dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara, agar tidak menjadi konflik. Sedangkan pluralitas adalah

kehidupan beragama secara privat dan harus kita yakini bahwa Islam adalah

agama yang paling benar.

Peneliti melihat bahwa ada pembagian fungsi untuk memisahkan dan

menyikapi bagaimana dalam memandang pluralisme. Hal ini dimaksudkan agar

sentimen pluralisme tidak tergabung menjadi satu karena dapat merusak nilai-nilai

positif dari makna keberagaman itu sendiri. Pluralisme bertujuan baik untuk

73

Hasil Wawancara dengan Kiai Lukman Hakim pada hari Rabu, 21 Agustus 2019, pukul

13.30 WIB di Pondok Pesantren Al-Hamid, kelurahan Cilangkap, kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

Page 88: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

77

masyarakat ditengah keberagaman karena dapat meminimalisir kemungkinan

konflik yang akan terjadi.

Pesantren Al-Hamid menyikapi pluralisme dengan toleransi. Toleransi

diperlukan, namun tetap harus dalam koridor yang benar dan tidak melenceng.

Dalam kaitannya dengan pluralisme, toleransi digunakan untuk meredam potensi

konflik yang menyadarkan bahwa keberadaan agama adalah sunatullah, sehingga

tidak perlu di ganggu, Kiai Lukman Hakim menambahkan:

―… keberagaman agama sudah ada sejak dahulu, bahkan sejak zaman

nabi muhammad. Allah dalam salah satu perintahnya juga

mengajarkan kepada kita untuk tidak mencampuri urusan agama lain,

dikatakan; ―untukmu agamamu dan untukku agamaku”, toleransi

adalah jalan keluarnya, kita memberikan ruang kepada yang lain

untuk mengimani agamanya masing-masing. Allah SWT juga

menganjurkan kita untuk beriman kepada kitab-kitab sebelumnya, jadi

tidak ada alasan kita berseteru dan jika kita menjalani dan memahami

agama kita, persatuan akan tercipta.‖74

Kiai Lukman Hakim menilai bahwa toleransi adalah penengah dari konflik

yang selama ini terjadi. Kemajemukan beragama menjadi positif apabila di artikan

secara bilateral antar agama lain guna menciptakan hubungan yang harmonis.

Keberagaman agama memang sudah ditakdirkan, dan kita tidak bisa mengelak,

untuk itu berikan ruang kepada mereka untuk mengimani apa yang mereka yakini,

dan kita hanya perlu mengimani dan meyakini apa yang agama perintah. Toleransi

juga mengajarkan satu hal dalam keterkaitannya mengenai pluralisme, yaitu

dialog antaragama. Dialog antaragama menjadi topik yang sering diperbincangkan

74

Hasil Wawancara dengan Kiai Lukman Hakim pada hari Rabu, 21 Agustus 2019, pukul

14.00 WIB di Pondok Pesantren Al-Hamid, kelurahan Cilangkap, kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

Page 89: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

78

untuk merawat keutuhan dalam beragama. Selain untuk merawat keutuhan

beragama, hal ini juga bisa berdampak positif bagi pembangunan suatu negara.

Membangun hubungan yang harmonis bagi kaum non-Muslim berdampak positif

salah satunya dari sisi ekonomi.

Pesantren Al-Hamid memiliki beberapa hal yang bisa dijadikan dasar

pencegahan paham radikal yang berkaitan dengan demokrasi dan pluralisme.

Pertama, mengadakan forum dialog tahunan antar umat beragama. Pembahasan

forum lebih kepada memperkuat keutuhan bangsa di tengah kemajemukan dan

tantangan perkembangan zaman. Kedua, mengedepankan sikap toleransi kepada

para santri dalam menyikapi perbedaan dengan membangun kesadaran santri

melalui pengajian dan ceramah untuk tidak mendiskreditkan agama lain pada saat

berdakwah. Ketiga, pesantren Al-Hamid menjaga nilai-nilai moderat dalam Islam

yang di fasilitasi oleh kementerian agama dengan mengumpulkan Ustaz dan Kiai

dari seluruh pesantren se-Indonesia yang bertujuan untuk melihat potensi SDM

santri dan mengintegrasikan kurikulum di pondok pesantren.

Keempat, mengikuti program kementerian agama lainnya yang dapat

menyangkal potensi radikalisme seperti;

1. Pembinaan agama bagi siswa di sekolah-sekolah melalui guru pendidikan

agama untuk mencegah masuknya paham radikalisme.

2. Menjalin hubungan koordinatif dengan Lembaga/Ormas keagamaan

Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu dalam upaya

Page 90: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

79

mencegah paham radikalisme, bermitra dengan Tokoh Agama, Tokoh

Masyarakat dan FKUB dalam Mewujudkan Tri Kerukunan Agama.

3. Melakukan penanggulangan paham Radikalisme dengan edukasi

masyarakat, penyuluhan, bimbingan masyarakat di sekolah, keluarga,

pesantren, majelis taklim, serta sejumlah program seperti dialog,

workshop, dan diklat.

4. Selektif terhadap Penerimaan Tenaga Pengajar dan bekerja sama dengan

Pemerintah dalam Merumuskan Kurikulum

Kurikulum dan pengajar dalam pesantren dinilai sebagai penyumbang dalam

mencetak kualitas santri maupun lingkungan pesantren yang religius. Pesantren

Al-Hamid termasuk dalam pesantren salafi-modern. Kurikulum tradisional (salaf)

dipadukan dengan kurikulum nasional yang bertujuan menambah wawasan lebih

kepada para santri dan agar siap dalam menghadapi tantangan perkembangan

zaman. Pesantren Al-Hamid memandang paham radikalisme berasal dari

kurikulum yang diajarkan. Hal ini ditegaskan dan diubah pemahamannya dalam

keseharian di pesantren Al-Hamid yang dijelaskan oleh Ust. Ibnu Mubarok selaku

pimpinan pesantren yaitu:

―… pesantren Al-Hamid memiliki corak pesantren semi

modern dimana ajaran klasik dipadukan dengan sekolah formal dan

pemahaman agama mengenai ayat-ayat tidak bisa dipahami secara

tekstual dan seolah-olah benar. Kita harus paham sebab-musabab

Page 91: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

80

turunnya wahyu tersebut dan melihat situasi sekarang, apakah bisa

dilakukan dan untuk tidak terburu-buru dalam bertindak.‖75

Ust Ibnu Mubarok dalam pendapatnya ingin memperkaya pemahaman para

santri. Keseimbangan antara ajaran agama dan kurikulum nasional dinilai bisa

meredam potensi radikalisme karena adanya proses dialektis antara ajaran agama

dan nasional. Selain itu, penggabungan ini dinilai bisa menjelaskan fenomena

dalam ayat suci, dan kondisi yang terjadi sekarang ini mengenai peristiwa sosial,

politik, ekonomi dan keagamaan sehingga memperluas pemahaman santri karena

melihat dari sudut pandang keagamaan.

Peneliti menilai penggabungan kurikulum dinilai tepat dan bermanfaat luas.

Ayat suci yang bersifat dogmatis dan amali harus dipahami secara mendalam oleh

para santri dengan berbekal pengetahuan akademik. Proses dialektis akan tercipta

ditambah pesantren Al-hamid memfasilitasi dalam sebuah kajian akademik

mengenai pemahaman jihad. Diharapkan nanti tercipta suatu kondisi dimana

agama tidak mendominasi, tetapi mengisi di setiap celah kehidupan para santri.

Para pengajar dan santri di pesantren Al-Hamid juga sepakat bahwasanya

paham radikal tidak benar, karena mereka diajarkan untuk toleransi terhadap suatu

perbedaan dan melalui dialog sebelum mengambil keputusan. Pengajar dan santri

di sini memiliki hubungan yang dekat karena setiap berapa santri, mereka

memiliki pengasuh untuk mendiskusikan pelajaran, kehidupan sehari-hari dan

75

Hasil Wawancara dengan Ust Ibnu Mubarok pada hari Jumat, 7 Juni 2019, pukul 14.30

WIB di Pondok Pesantren Al-Hamid, kelurahan Cilangkap, kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

Page 92: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

81

bahkan tidak jarang membicarakan urusan pribadi, semua seperti hubungan

keluarga.

Pengajar dalam pesantren Al-Hamid juga dituntut aktif untuk mengetahui

permasalahan yang dialami anak didiknya. Hal ini diharuskan karena selain untuk

membuat ikatan personal, juga mencegah paham-paham radikal masuk. Bisa

dibilang langkah pasti dari pesantren Al-Hamid untuk mencegah paham

radikalisme. Toleransi menjadi senjata utama dalam menyangkal hal ini,

sebagaimana disebutkan oleh salah satu santri yang bernama Ilham:

―… kita dalam berinteraksi biasanya tidak perlu memandang

apa latar belakangnya, kami diajari apabila ingin menolong orang

jangan lihat siapa dia, tapi bantulah dia. Gus dur juga pernah bilang

―jika kau berbuat baik, orang tidak akan bertanya apa agamamu‖ itu

yang selalu ditanamkan di sini sehingga terdapat keharmonisan yang

tercipta di kalangan santri, bahkan kemarin saat idul adha, kami turut

membagikan daging kepada masyarakat sekitar tanpa melihat latar

belakangnya beragama maupun bersuku apa‖76

Para pengajar dituntut untuk menjadi orangtua santri selama santri

mengenyam pendidikan di pesantren Al-hamid. Para santri diajarkan bagaimana

melakukan kebajikan tanpa melihat siapapun mereka. Nilai toleransi yang

diajarkan kepada santri diharapkan berdampak besar bagi mereka kedepannya

karena mereka akan menjadi penerus serta orang yang akan mengarahkan bangsa

ini ke jalan yang lebih baik. Namun para santri tetap diawasi dalam melakukan

setiap kegiatannya agar tidak menyimpang dari apa yang diajarkan.

76

Hasil Wawancara dengan santri bernama Ilham pada hari Jumat, 13 Agustus 2019, pukul

13.30 WIB di Pondok Pesantren Al-Hamid, kelurahan Cilangkap, kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

Page 93: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

82

Pesantren Al-Hamid selektif dalam rekrutmen tenaga pengajar, hal ini

bertujuan agar tidak ada paham radikalisme yang masuk melalui pengajar.

seleksi lebi diutamakan kepada Guru/ ustadz yang mengajar di sekolah formal,

sementara para ustadz yang mengajar di dalam pondok direkrut dari santri senior,

alumni maupun ustadz lulusan dari lembaga pendidikan lain. Ust Ibnu Mubarok

dalam pernyataannya:

―… Latar belakang keagamaan dan pendidikan seorang

guru/ustadz menjadi penting untuk dipertimbangkan dalam rangka

untuk melindungi pemahaman santri dari radikalisme. Jika ditemukan

terdapat seorang ustadz/ guru berpaham radikal/ wahabi/ salafi/

aktifitas diluar pesantren adalah bagian dari PKS, FPI, HTI, MMI dan

sebagainya, maka pihak pesantren dengan tegas akan mengeluarkan

ustadz tersebut dengan alasan berpotensi mempengaruhi para santri.‖77

Kebijakan selektif terhadap tenaga pengajar dinilai efektif untuk memfilter

paham-paham yang masuk kedalam pesantren Al-Hamid. Kiai dan pimpinan

pesantren jadi lebih mudah mengawasi aktifitas pesantren karena sudah

menambahkan upaya pencegahan yang ditularkan juga kepada tenaga pengajar

untuk menolak paham radikalisme.

Pesantren Al-Hamid membuat beberapa cara untuk mencegah pemahaman

radikalisme masuk kedalam dunia pesantren melalui kurikulum dan pengajar di

pesantren Al-hamid. Pertama, memadukan pengajaran tradisional dan kurikulum

nasional. Kedua, memasukan program penguatan pendidikan karakter (PPPK)

yang diadakan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan (kemendikbud)

77

Hasil Wawancara dengan Ust Ibnu Mobarok pada hari Jumat, 1 November 2019, pukul

15.30 WIB di Pondok Pesantren Al-Hamid, kelurahan Cilangkap, kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

Page 94: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

83

dalam kurikulum nasional untuk mencegah degradasi moralitas, etika dan budi

pekerti dikalangan para santri. PPPK ini bisa untuk pencegahan terhadap

pemahaman radikal karena memupuk tinggi rasa kemanusiaan seperti etika dan

moralitas yang berlawanan dengan paham radikal.

Ketiga, mengembangkan ekonomi kreatif dalam lingkungan pesantren

seperti: budidaya tanaman hidroponik untuk tingkat Madrasah Aliyah,

meningkatkan keterampilan lewat ekstrakulikuler desain grafis, kemampuan

bahasa inggris dan arab, mengembangkan ekonomi syariah dengan bekerja sama

melalui bank-bank syariah, dijelaskan oleh Kiai Lukman hakim:

―… pengembangan ekonomi kreatif penting dikembangkan

untuk menjadi modal para santri di masa depan. Pesantren Al-Hamid

mengharapkan santri dapat mandiri karena selain mendalami ilmu

akherat, memperjuangkan kehidupan dunia juga penting, agar terjadi

keseimbangan dalam hidup.‖78

Pesantren Al-Hamid tidak hanya memfokuskan pada kehidupan agama saja,

melainkan kehidupan duniawi. Pesantren Al-Hamid menilai persaingan dalam

dunia luar sudah sangat ketat, maka dari itu diperlukan keahlian lebih dalam

menghadapi tantangan zaman. Peneliti melihat penambahan keterampilan ini

dapat mengurangi santri maupun pengajar dalam terjebak pusaran radikalisme.

Hal ini dilihat dari semakin jauh seseorang memiliki pendidikan maka akan

meningkat derajat baik status sosial maupun ekonomi. Faktor ekonomi yang

78

Hasil Wawancara dengan Kiai Lukman Hakim pada hari Jumat, 25 Oktober 2019, pukul

14.30 WIB di Pondok Pesantren Al-Hamid, kelurahan Cilangkap, kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

Page 95: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

84

menjadi salah satu saluran terorisme bisa berkurang karena peningkatan ekonomi

yang dilakukan pesantren Al-hamid kepada santri.

Page 96: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

85

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang dianalisis mengenai Kajian Khusus Pondok Pesantren

Al-Hamid Jakarta Timur dalam Mencegah Paham Radikalisme, maka dapat

menjawab pertanyaan penelitian bahwa radikalisme tidak dipengaruhi secara mutlak

berasal dari pesantren. Banyak faktor dalam proses seseorang menjadi radikal, tidak

memungkiri proses setelah keluar dari pesantren menjadi alasannya karena banyak

hal yang terjadi. Pesantren dalam tradisinya tidak pernah mengajarkan untuk menjadi

teroris atau mengembangkan paham radikalisme.

Pesantren Al-Hamid dalam melihat permasalahan radikalisme lebih

menekankan kepada tindakan berupa pencegahan. Pesantren Al-Hamid melawan

paham radikalisme dengan; memaknai jihad melalui kajian khusus, menolak negara

Islam dan mendukung pancasila sebagai ideologi bangsa, menyikapi demokrasi dan

pluralitas sebagai wadah kebersamaan, dan selektif terhadap tenaga pengajar serta

kurikulum.

Radikalisme adalah musuh bersama, tidak ada satu agama-pun yang

membenarkan aksi kekerasan atas nama agama. Dialog antara pemeluk agama,

dalam hal ini untuk menjaga hubungan yang harmonis karena pada dasarnya kita

memang diciptakan berbeda dan harus bisa bersama. Hubungan baik dengan agama

lain juga bermanfaat sebagai benteng pertahanan apabila ada yang ingin mengadu-

Page 97: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

86

domba antara agama-agama, nilai-nilai kebersamaan sudah dibangun dan akan sukar

untuk membuat keretakan dan dapat menghindari konflik. Untuk itu nilai toleransi

menjadi hal terpenting sebagai jembatan penghubung antar umat beragama.

Pondok pesantren yang selama ini di asumsikan sebagai pabrik teroris pun

terbantahkan karena apa yang radikalisme yakini dan pesantren yakini sangat jauh

berbeda, selebihnya hanya isu dan rumor yang beredar. Pesantren sebagai lembaga

pendidikan Islam dinilai bisa sebagai alternatif kemajuan pendidikan karena selain

ilmu, akhlak juga tidak kalah penting karena para teroris pada umumnya dalam

keilmuan dan pemahaman agama mereka kuat, namun akhlak mereka buta dan

arogan.

B. Saran

Berdasarkan dari hasil kesimpulan diatas, peneliti melihat kekurangan yang

dapat diperbaiki melalui penelitian-penelitian selanjutnya agar berkelanjutan dan

menjadi literatur akademis. Peneliti memiliki saran-saran untuk dapat digunakan bagi

penelitian selanjutnya, yaitu:

B.1 Akademis

1. Dapat mengetahui bagaimana proses seseorang menjadi radikal,

faktor-faktor mengapa seseorang menjadi radikal, dan mencegah

paham radikal dari sudut pandang pesantren.

2. Hasil analisis dari penelitian ini masih belum sempurna, apabila ingin

melanjutkan penelitian ini, difokuskan pendalaman kepada perbanyak

Page 98: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

87

perbandingan dari yang memiliki potensi radikal dan moderat guna

menambah sisi kuantitatif dari data.

3. penelitian ini hanya berfokus kepada strategi pesantren terhadap

pencegahan paham radikalisme

4. perkaya analisis menggunakan teori-teori baru untuk mendapatkan

hasil yang maksimal.

B.2 Pemerintah

1. Pesantren adalah lembaga pendidikan yang menjadi alternatif untuk

pengembangan pendidikan Indonesia, pemerintah harus hadir guna

mendukung kemajuan pesantren.

2. Pesantren bukan lembaga pendidikan radikal, untuk itu pemerintah

perlu membuka sudut pandang baru dan lebih memperhatikan

mengenai lembaga pendidikan ini sebagai suatu alternatif.

Page 99: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

88

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdullah Masykuri, Pluralisme Agama dan Kerukunan dalam Keragaman

Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2001.

Abdurrahim, Muddathir dalam The Human Rights Tradition in Islam. London:

Praeger, Westport, Connecticut, 2005.

Almond, Gabriel D. dalam Basri seta. Pengantar Ilmu Politik. Yogyakarta: Indie

Book Corner, 2007.

Bonar Tigor Naipospos dan Ismail Hasani. Radikalisme Agama di Jabodetabek &

Jawa Barat: Implikasinya terhadap Jaminan Kebebasan

Beragama/Berkeyakinan. Jakarta: Pustaka Masyarakat Setara, 2010.

Dkk, Abd. Muin. Pendidikan Pesantren dan Potensi radikalisme. Jakarta: CV.

Prasasti, 2007.

Harrison, Lisa. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Kencana, 2009.

Hasani, Ismail dan Bonar Tigor Naipospos. Radikalisme Agama di Jabodetabek

& Jawa Barat: Implikasinya terhadap Jaminan Kebebasan

Beragama/Berkeyakinan. Jakarta: Pustaka Masyarakat Setara, 2010.

Hasyim, Umar. Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai

Dasar menuju Dialoq dan Kerukunan Antar Umat Beragama. Surabaya:

Bina Ilmu, 1979.

Jahroni, dan Jamhari Makruf. Memahami terorisme: Sejarah, Konsep, dan

Model. Tangerang Selatan: Pusat Penkajian Islam dan Masyarakat PPIM,

2016.

L.Smith, Christoper Daniel (editor). Lebih Tajam dari Pedang-Refleksi Agama-

agama Tentang Paradoks Kekerasan. Yogyakarta: Kansius, 2005.

Page 100: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

89

Marsh, David dan Gerry Stoker. Teori dan Metode Dalam Ilmu Politik Bandung.

Nusa Media, Cet II 2011.

Mubarak, M. Zaki. Geneologi Islam Radikal di Indonesia. Jakarta: LP3ES, 2008

Mujani, Saiful. Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi

Politik di Indonesia Pasca-Orde Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka, 2007.

Nuh, Nuhrison M. (ed.). Peranan Pesantren dalam Mengembangkan Budaya

Damai. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, 2010.

Osborn, Kevin. Tolerance. New York, 1993.

Qodir, Zuly. Radikalisme Agama di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2014.

SB, Agus. DARURAT TERORISME Kebijakan Pencegahan, Perlndungan dan

Deradikalisasi, Jakarta: Daulat Press, 2014.

Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial Bandung. PT Refika Aditama, 2010.

Soleh, Badrus. Budaya Damai Komunitas Pesantren. Jakarta: LP3ES Indonesia,

2007.

Warson Munawir, Ahmad. Kamus Arab Indonesia al-Munawir. Yogyakarta:

Balai Pustaka Progresif, t.th.

Kitab Suci

Al-Qur‘an dan terjemahannya. 2008. Departemen Agama RI. Bandung:

Diponegoro.

(Q.S. At-Taubah: 29).

(QS. Al-Baqarah: 193).

Page 101: PESANTREN DAN RADIKALISME Kajian Khusus Pondok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yakni Imam Samudra, Abdul Rauf, Andri Octavia, Ali Gufron, Amrozi, Ali Imron

90

Karya Ilmiah

Ridwan, Masrur. ―Upaya Pesantren Al-Luqmaniyyah Yogyakarta dalam

menanamkan konsep jihad untuk menyangkal potensi terorisme‖ (Skripsi

Program Studi Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Yogyakarta, 2016).

Ahmad Muson B. ―TRADISI PESANTREN DAN RADIKALISME AGAMA‖

(Tesis IAIN Surakarta, 2018).

Jurnal Online

Asrori, Ahmad. ―Radikalisme di Indonesia: Antara Historisitas dan Antropisitas‖

Kalam: Jurnal studi Agama dan Pemikiran Islam, Volume 9, Nomor 2,

(Desember 2015): hal.254-257.

Halim, Abdul. ―Pendidikan Pesantren dalam menghadapi tantangan

Radikalisme‖ Jurnal Pendidikan, Vol. 8 Nomor 1 Maret (2017): hal 165.

Kosim, Mohammad. ―Pesantren dan Wacana Radikalisme‖, Jurnal Karsa, Vol.

IX No. 1 April (2006): h. 843.

Mukodi. ―Peran Pesantren Dan Upaya Deradikalisasi Agama‖ Jurnal

Pendidikan Islam, Volume 23, Nomor 1, (Mei 2015): hal.90-95.

R, Zaini Tamin. ―Pesantren dan Politik (Sinergi Pendidikan Pesantren dalam

pandangan K.H Hasyim Asy‘ari)‖ Jurnal Pendidikan Agama Islam,

Volume 3 Nomor 2 November (2015): hal. 324-345.

Saekan Muchith, M. ―Radikalisme di Dunia Pendidikan‖ Jurnal Pendidikan

STAIN Vol. 10, No. 1, Februari (2016): hal.171-172.

Thohir, Fauzi dan Jamil. ―Dialektika Radikalisme dan Anti-Radikalisme

Pesantren‖ Jurnal Agama, Volume 23, Nomor 1, Mei (2015): h.28-29.

Artikel Internet

CNNindonesia.com, dari https://www.CNNindonesia.com diakses pada 4 November

2018.

Kompas.com, https://nasional.kompas.com diakses pada tanggal 4 November

2018

Youtube.com, dari https://www.youtube.com diakses pada 15 Oktober 2019.