ali hasan al

24
1 Ali Hasan Al-Halabi, Sekarang ini? Dr. M Faiq Sulaifi Sesungguhnya sekarang telah terjadi perubahan dalam diri Syaikh Ali Hasan Al-Halabi yang dulu bersama para salafiyyin. Penulis dulu sangat mengagumi beliau. Ketika awal- awal penulis mengenal manhaj salaf, penulis banyak membaca dan mengambil isi kitab ‘ILMU USHULIL BIDA’ tulisannya. Tetapi akhir-akhir ini ia berubah manhajnya dari yang semula salafi. Ini karena kedekatannya dengan Jum’iyyah Ihya’ut Turats dan pembelaannya kepada Adnan Ar’ur, Al-Maghrawi, Abul Hasan Al-Ma’ribi dan tokoh-tokoh terfitnah lainnya yang telah diperingatkan dan ditahdzir oleh Al-Allamah Asy-Syaikh Rabi’. Ini juga sekaligus menjadi bantahan terhadap Abu Salma, seorang fanatikus dan fans berat Ali Hasan Al-Halabi dalam blog gilanya: http://abusalma.wordpress.com/2009/02/18/pujian-syaikh-al-albani-terhadap-muridnya- syaikh-ali-al-halabi/ Penulis akan memaparkan sedikit penyimpangan Al-Halabi dengan bantuan keterangan Fadlilatusy Syaikh Ahmad bin Umar Bazmool serta Fadlilatusy Syaikh Ubaid bin Abdullah bin Sulaiman Al-Jabiri dengan sedikit perubahan dari penulis agar bantahan lebih fokus pada penyimpangannya. Di antara pemikiran Ali Hasan Al-Halabi yang menyimpang adalah: Tidak perlunya Imtihan (menguji kecintaan seseorang terhadap Ahlus Sunnah) kepada Seseorang yang Dikenal Konsisten dengan As-Sunnah Al-Halabi menyatakan dalam bukunya “Manhajus Salafish Shalih” –sebagaimana yang dikutip oleh Syaikh Ahmad Bazmool-: ﺎﻟﺴ ﻞﱡ ﻣ - ﺩﺍﻉ - ﺎﻟ ﻤﺎ ﻋﺎﻟ- ﺳﺎ ﻮﻥ ﻭﻥ - ﻴﻬ - ؟ !)) ﺍﻧﺘﻬﻰ“Apa setiap orang yang menyibukkan dirinya dengan As-Sunnah –atau da’i kepadanya- baik itu seorang alim atau penuntut ilmu- yang bukan pemimpin di dalam

Upload: dr-faiq

Post on 18-Jun-2015

279 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Ini adalah tulisan tentang penyimpangan Ali Hasan Al-Halabi dan bantahan bagi turotsiyyin yang fanatik kepadanya.

TRANSCRIPT

Page 1: Ali Hasan Al

1

Ali Hasan Al-Halabi, Sekarang ini?

Dr. M Faiq Sulaifi

Sesungguhnya sekarang telah terjadi perubahan dalam diri Syaikh Ali Hasan Al-Halabi yang dulu bersama para salafiyyin. Penulis dulu sangat mengagumi beliau. Ketika awal-awal penulis mengenal manhaj salaf, penulis banyak membaca dan mengambil isi kitab ‘ILMU USHULIL BIDA’ tulisannya.

Tetapi akhir-akhir ini ia berubah manhajnya dari yang semula salafi. Ini karena kedekatannya dengan Jum’iyyah Ihya’ut Turats dan pembelaannya kepada Adnan Ar’ur, Al-Maghrawi, Abul Hasan Al-Ma’ribi dan tokoh-tokoh terfitnah lainnya yang telah diperingatkan dan ditahdzir oleh Al-Allamah Asy-Syaikh Rabi’.

Ini juga sekaligus menjadi bantahan terhadap Abu Salma, seorang fanatikus dan fans berat Ali Hasan Al-Halabi dalam blog gilanya: http://abusalma.wordpress.com/2009/02/18/pujian-syaikh-al-albani-terhadap-muridnya-syaikh-ali-al-halabi/

Penulis akan memaparkan sedikit penyimpangan Al-Halabi dengan bantuan keterangan Fadlilatusy Syaikh Ahmad bin Umar Bazmool serta Fadlilatusy Syaikh Ubaid bin Abdullah bin Sulaiman Al-Jabiri dengan sedikit perubahan dari penulis agar bantahan lebih fokus pada penyimpangannya.

Di antara pemikiran Ali Hasan Al-Halabi yang menyimpang adalah:

Tidak perlunya Imtihan (menguji kecintaan seseorangterhadap Ahlus Sunnah) kepada Seseorang yang Dikenal

Konsisten dengan As-Sunnah

Al-Halabi menyatakan dalam bukunya “Manhajus Salafish Shalih” –sebagaimana yang dikutip oleh Syaikh Ahmad Bazmool-:

ةنل بالستغشل كل ما-ههداع إلي لم - أوع بطال ما أوأسا - عالر كوني أن ونا-ديه؟ - فبه نتحمي!))

انتهى

“Apa setiap orang yang menyibukkan dirinya dengan As-Sunnah –atau da’ikepadanya- baik itu seorang alim atau penuntut ilmu- yang bukan pemimpin di dalam

Page 2: Ali Hasan Al

2

As-Sunnah- perlu diuji (tentang kecintaannya kepada ulama As-Sunnah)?” (Al-Kasyfu wal Bayan li Mukhalafati Al-Halabi li Manhajis Salafi fi Mas’alatil Imtihan: 6).

Jawaban:

Asy-Syaikh Ahmad Bazmool berkata:

.وذلك يؤكد أنه ال يرى االمتحان مبثل هؤالء العلماء، وأنه يقصدهم يف هذه احلملة الشعواء

واحلق أنه ال يطعن فيهم وخيالف منهجهم إال مبتدع ضال، فهم يف زماهنم ميثلون أيوب السختياني ومالكا

هج أيوب ومالك واألوزاعي واألوزاعي يف زماهنم؛ ألهنم على منهجهم، والذي حيبهم إمنا حيبهم ألهنم على من

.وغريهم من أئمة السنة

والذي يبغض علماء السنة يف هذا الزمان إمنا يبغضهم لتمسكهم مبنهج السلف، وكفى بذلك دليال على ابتداع

.وضالل من يبغضهم

“Ini (ucapan Al-Halabi) menguatkan bahwa ia tidak menganggap perlu untuk menguji kecintaan seseorang kepada para ulama As-Sunnah. Dan ia memaksudkan mereka dalam permasalahan yang terpisah-pisah.

Dan yang benar adalah bahwa tidaklah mencela ulama-ulama As-Sunnah dan menyelisihi manhaj mereka kecuali Ahli bid’ah yang sesat. Mereka di jamannya seperti Ayyub As-Sakhtiyani, Malik dan Al-Auza’I di jaman mereka karena para ulama tersebut di atas manhaj mereka. Dan orang yang mencintai mereka adalah karena mereka di atas manhaj Imam Ayyub, Imam Malik, Imam Al-Auza’I dan yang lainnya dari kalangan ulama As-Sunnah.

Dan orang yang membenci ulama As-Sunnah di jaman ini (seperti Syaikh Rabi’, Syaikh Muhammad Al-Madkhali dan lain-lain, pen) hanyalah karena ulama-ulama itu berpegang pada manhaj salaf. Cukuplah ini menjadi bukti atas bid’ah dan sesatnya orang yang membenci mereka (seperti: Adnan Ar’ur, Al-Maghrawi dan sebagainya, pen).” (Al-Kasyfu wal Bayan li Mukhalafati Al-Halabi li Manhajis Salafi fi Mas’alatil Imtihan: 6).

Al-Imam Al-Barbahari berkata:

Page 3: Ali Hasan Al

3

وإذا ا شاء إن سنة صاحب أنه فاعلم حضري بن وأسيد مالك بن وأنس هريرة أبا حيب الرجل رأيت وإذا

مغول بن ومالك والشعيب األودي ادريس بن ا وعبد عبيد بن ويونس عون وابن أيوبا حيب الرجل رأيت

واألوزاعي أنس بن الكوم سلمة بن ومحاد زيد بن ومحاد جرير بن ووهب معاذ بن ومعاذ زريغ بن ويزيد

وأمحد املنهال بن واحلجاج حنبل بن أمحد حيب الرجل رأيت وإذا سنة صاحب أنه فاعلم قدامة بن وزائدة

سنة صاحب أنه فاعلم قوهلم وقال خبري وذكرهم نصر بن

“Jika engkau mencintai Abu Hurairah, Anas bin Malik, Usaid bin Hudlair maka ketahuilah bahwa ia adalah Ahlus Sunnah, insya Allah. Dan jika melihat seseorang mencintai Ayyub (As-Sakhtiyani), Ibnu Aun, Yunus bin Ubaid, Abdullah bin Idris Al-Audi, Asy-Sya’bi, Malik bin Mighwal, Yazid bin Zurai’, Mu’adz bin Mu’adz, Wahb bin Jarir, Hammad bin Zaid, Hammad bin Salamah, Malik bin Anas, Al-Auza’I, dan Zaidah bin Qudamah maka ketahuilah bahwa ia adalah Ahlus Sunnah. Dan jika engkau melihat seseorang mencintai Ahmad bin Hanbal, Hajjaj bin Minhal, Ahmad bin Nashr, menyebutkan mereka dengan kebaikan dan berpendapat dengan pendapat mereka maka ketahuilah bahwa ia adalah Ahlus Sunnah.” (Syarhus Sunnah: 52-53).

Membedakan antara Aqidah dan Manhaj

Al-Halabi berkata –sebagaimana penukilan Syaikh Ahmad Bazmool dari bukunya Manhajus Salafish Shalih-:

: بعد اإلشارة إىل وجود االختالف السين املذكور يف ضبط الفرق بني العقيدة واملنهج وخالصة القول :"

املنهج سياج العقيدة وحصنها املنيع، فلو حصل أن أحدا كان ذا عقيدة سلفية يف نفسه ولكنه منحرف يف

ويؤثر فيه حبيث منهجه حزبيا كان أم غريه، فإن الشيء األقوى فيه منهجا أو عقيدة هو الذي سيسطر عليه،

.ال يستمر كما يقال يف حالة انعدام الوزن اليت يعيشها

.فإما أن يؤثر منهجه على عقيدته فيؤول مبتدعا مكشوفا

Page 4: Ali Hasan Al

4

.وإما أن تؤثر عقيدته على منهجه فيصبح سلفيا معروفا

.وإن األخرية ألحب إلينا من األوىل ولذلك ندعو وجند ونصرب ونتصرب

“Dan kesimpulan ucapan setelah isyarat pada adanya perbedaan sunni tersebut dalam batasan pembedaan antara Aqidah dan Manhaj:Manhaj adalah pagar dari aqidah dan bentengnya yang kuat. Seandainya terjadi bahwa seseorang yang memiliki aqidah salafiyah dalam dirinya tetapi manhajnya menyimpang kepada hizbiyah atau selainnya maka perkara yang paling kuat di antara Manhaj ataukah Aqidah itulah yang akan menentukan atasnya dan berpengaruh atasnya dengan syarat tidak terus menerus seperti yang dikatakan pada keadaan tidak adanya timbangan yang mana ia hidup atasnya.Adakalanya Manhajnya mempengaruhi Aqidahnya sehingga ia menjadi Ahlul bid’ah yang tersingkap.Adakalanya Aqidahnya mempengaruhi Manhajnya sehingga ia menjadi Salafi yang dikenal.Dan yang terakhir ini lebih aku pilih dari yang pertama. Oleh karena itu kami selalu berdo’a, bersungguh-sungguh, bersabar dan memaksakan bersabar.” (Shiyanatus Salafi min Waswasati wa Talbisati Ali Al-Halabi (Halaqah I): 2).

Jawaban:

Sebelum membantah Al-Halabi, Penulis perlu menjelaskan pengertian manhaj secara bahasa yaitu jalan yang terang. (Al-Mu’jamul Wasith: 2/957).

Asy-Syaikh Ahmad Bazmool berkata:

:أقول ويل معه وقفات

يعترب احلليب أن القاعدة يف سلفية الرجل هي العقيدة أما املنهج فيمكن أن يغتفر منهجه إذا : الوقفة األوىل

ن أن يكون الرجل سلفيا يف العقيدة مع احنرافه يف املنهج بشرط أن تكون عقيدته هي فيمك .سلمت عقيدته

...اخل وهذا باطل من القول وبيانه يف الوقفة الثانية .املسيطرة

“Aku katakan –aku dengannya memiliki catatan yang perlu dibahas-:Catatan pertama: Al-Halabi menganggap bahwa kaidah tentang ke-salafi-an seseorang adalah terletak pada aqidahnya. Adapun manhaj (jalan atau metodologi) maka masih mungkin seseorang untuk dimaafkan jika aqidahnya masih selamat. Maka masih mungkin seseorang itu salafi dalam masalah aqidah dengan penyimpangannya dalam masalah manhaj dengan syarat aqidahnya itu lebih dominan. Ini adalah ucapan yang batil dan penjelasannya pada catatan kedua…..dst.”(Shiyanatus Salafi min Waswasati wa Talbisati Ali Al-Halabi (Halaqah I): 3).

Page 5: Ali Hasan Al

5

Penulis menyatakan bahwa seolah-olah Al-Halabi berkata bahwa orang-orang yang manhajnya telah menyimpang seperti Al-Ma’ribi, Al-Maghrawi dsb adalah masih salafi karena aqidahnya masih salafi.Kemudian Syaikh Ahmad Bazmool menukilkan perbedaan pendapat para ulama apakah istilah manhaj dengan aqidah itu sama ataukah berbeda. Menurut Al-Allamah Asy-Syaikh Ibnu Baz dan lainnya manhaj dan aqidah adalah sama. Menurut Al-Allamah Asy-Syaikh Al-Albani dan lainnya manhaj berbeda dengan aqidah. Sedangkan menurut Syaikh Shalih Fauzan manhaj lebih luas dari pada aqidah. Manhaj itu meliputi aqidah, suluk, akhlaq, muamalah dan setiap aspek kehidupan. Setiap langkah yang ditempuh oleh seorang muslim disebut manhaj. Sedangkan aqidah yang dimaksud adalah pokok-pokok keimanan, makna syahadatain dan konsekuensinya. (Shiyanatus Salafi min Waswasati wa Talbisati Ali Al-Halabi (Halaqah I): 3).Oleh karena itu orang yang tidak menempuh jalan atau manhaj Salafus Shalih akan diancam neraka. Allah berfirman:

نمق واقشول يسالر نم دعا بم نيتب ى لهداله تبعيو ربيل غيس نينمؤالم لها نولى متو هلنصو منهج تاءسو

مصريا

“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan (manhaj) yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-Nisa’: 115).Allah juga memerintahkan kita mengikuti manhaj orang yang bertaubat kepada-Nya. Allah berfirman:

اتبعبيل وس نم أناب إلي

“Dan ikutilah jalan (manhaj) orang yang kembali kepada-Ku.” (QS. Luqman: 15).Ayat di atas memberikan pelajaran bahwa meskipun seseorang beraqidah salafi tetapi manhajnya bukan salafi maka dia tetap mendapat ancaman neraka jahannam.

Menyetujui Adanya Sifat ‘Ghutsa’ pada Sebagian Sahabat Nabi

Ghutsa’ artinya buih, yaitu buihnya banjir. Al-Halabi mengikuti bid’ahnya Abul Hasan Al-Ma’ribi yang menyatakan bahwa di kalangan sahabat Nabi ada sahabat yang kualitasnya seperti buih.Asy-Syaikh Ahmad Bazmool membawakan rekaman dialog Al-Halabi dengan seorang penanya dalam tulisan beliau Mauqif Ali Al-Halabi min Man Yuthliqu Kalimah Ghutsa’ ala Ash-habin Nabi halaman: 2-4. Penulis akan membawakan potongan terakhir dari dialog tersebut:

Page 6: Ali Hasan Al

6

!تعترب سب أم ال ؟) غثاء ( ؛ بس فيه سؤال بسيط ؛ إنو كلمة -! شيخنا -أنا فاهم :السائل

احلليب: كذا( ال ؛ ما تعترب سب) .

. . .خطأ لفظي . . .هذه

. ( !!! )و أما السب ؛ فهو الشتم و التحقري

!؟!!! ) غثاء ( إيش معنى كلمة : ين إيش معناها ؛ يع :السائل

احلليب: يبالن أال ترى أن- المو الس الةيل: (( قال -عليه الص؟أنتم غثاء ؛ و لكن كغثاء الس!

!؟ -يا شيخنا -؛ و الدليل ) ( !طيب :السائل

هل مسعت احلديث ؟ :احلليب!

!إيه ؛ مسعناه :السائل

هذا هو:احلليب.

لكن هذا ال نستعمله حنن.

( .جناب الصحابة عظيم) كذا ( هذا ال نستعمله ؛ ألنو

ال - لكن؛ لو ورد على لسان واحد؛ فال نقول له -متأو:

حابةأنت تسبالص!!!

.معزوفة باردة، ووافدة، و بعيدة عن احلق والصواب -يعين -هذه

- !يا شيخ -شكرا :السائل .

الم عليكم :احلليبالس.

((شكرا :السائل

Page 7: Ali Hasan Al

7

Penanya: “Saya faham wahai Syaikh, di dalamnya ada pertanyaan luas. Apakah kata “buih” itu dianggap sebagai caci maki (kepada sahabat) atau tidak?”Al-Halabi: “Tidak, tidak dianggap caci maki…. Ini adalah…. Kesalahan pengucapan.. Adapun caci makian maka itu pelecehan dan merendahkan (sahabat Nabi, pen)..”Penanya: “Terus maknanya apa? Yakni makna kata: “buih”?!!!Al-Halabi: “Tahukah kamu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Kalian adalah buih, tetapi seperti buih aliran banjir?!!”Penanya: “Bagus, Dalilnya, wahai Syaikh?”Al-Halabi: “Kamu sudah dengar haditsnya?”Penanya: “Ya, kami sudah mendengarnya.”Al-Halabi: “Ya seperti itu. Tetapi kami tidak menggunakan kata itu karena menggunakan kata tersebut pada sahabat Nabi adalah sesuatu yang besar. Akan tetapi jika terucap pada mulut seseorang –dengan maksud menta’wil- maka kami tidak menyatakan padanya bahwa ia telah mencaci maki sahabat Nabi. Ini –yakni- telah ditinggalkan, sudah dingin, yang baru datang, dan yang jauh dari al-haq dan kebenaran.”Penanya: “Terima kasih wahai Syaikh!!”Al-Halabi: “As-salamu alaikum”Penanya: “Terima kasih.”

Jawaban:

As-Syaikh Ahmad Bazmool berkata:

احلليب يرى أن كلمة غثاء اليت أطلقها بعض الناس على أصحاب رسول ا صلى ا عليه وسلم ليست سبا

ويستدل على رأيه حبديث ثوبان عن النيب صلى .ويدافع عمن يطلقها عليهم ويطعن فيمن يعتربها سبا!!!

ا: "عليه وسلم أنه قال اهتعى الأكلة إىل قصاعكما تد كمليى عاعتد أن مالأم كوشل "يفقال قائ : نمو

ا من صدور عدوكم بل أنتم يومئذ كثري، ولكنكم غثاء كغثاء السيل، ولينزعن ":قلة نحن يومئذ ؟ قال

نهالو يف قلوبكم ا فنقذليو ،كمنة مابهل "الم؟ قال: فقال قائ نهوما الو، ول اللهسا ":يا رنيالد بح

توة المياهكرو

“Menurut Al-Halabi, kata “buih” yang diucapkan oleh manusia kepada para sahabat Nabi tidak termasuk cacimakian!!! Dan membela orang yang mengucapkannya kepada para sahabat dan mencela orang yang menganggapnya sebagai kata cacimakian. Ia berdalil atas pendapat (bid’ahnya, pen) dengan hadits Tsauban dari Nabi bahwa beliau bersabda: “Hampir-hampir umat-umat akan mengeroyok kalian sebagaimana penyantap hidangan mengeroyok hidangannya.” Seseorang bertanya: “Karena kami jumlahnya sedikit ketika itu?” Beliau berkata: “Bahkan kalian jumlahnya banyak ketika itu tetapi kalian adalah buih seperti buihnya banjir. Dan Allah akan mencabut rasa takut terhadap kalian dari hati musuh-musuh kalian. Allah akan melempar

Page 8: Ali Hasan Al

8

penyakit “wahan” pada hati-hati kalian.” Seseorang bertanya: “Apa itu wahan, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Yaitu cinta dunia dan benci kematian.” (HR. Abu Dawud: 3745, Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah: 7/336, Ahmad: 21363 (45/378), Isnadnya Ahmad di-jayyid-kan oleh Al-Haitsami dalam Al-Majma’: 7/563, dan di-shahih-kan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah hadits: 958).(Mauqif Ali Al-Halabi min Man Yuthliqu Kalimah Ghutsa’ ala Ash-habin Nabihalaman: 5).Syaikh Ahmad Bazmool menerangkan bahwa bantahan atas cara pendalilan dari Al-Halabi ada beberapa point:Pertama: terjadinya keadaan “Hampir-hampir umat-umat akan mengeroyok kalian sebagaimana penyantap hidangan mengeroyok hidangannya.” Hanyalah terjadi pada masa-masa terakhir bukan pada masa sahabat Nabi , dan sangat jauh dari masa sahabat. Bukan pula terjadi pada masa dinasti Umayyah dan bukan pula pada masa dinasti Abbasiyah. Pada masa dinasti Umayyah dan Abbasiyah justru terjadi futuhat (penaklukan dan perluasan) negeri-negeri menjadi wilayah islam….kemudian beliau menjelaskan panjang lebar….dst. Awal terjadinya keadaan ini adalah: jatuhnya Andalus (Spanyol) ke tangan orang-orang kafir, kemudian jatuhnya dinasti Utsmaniyah dimana wilayahnya dipecah-pecah. Negeri Syam dicaplok Inggris dan Perancis, semenanjung Hindia dicaplok Inggris, Indonesia dicaplok Belanda dsb…Dari ucapan sahabat: “Karena kami jumlahnya sedikit ketika itu?”, kemudian sabda Nabi: “Bahkan kalian jumlahnya banyak..dari sini muncul sifat “buih” pada umat ini karena perpecahan menjadi banyak firqah yang kebanyakan karena munculnya bid’ah rofidloh, tajahhum (jahmiyyah), tasawwuf ghuluw,…dst.Dari sabda Nabi : “Dan Allah akan mencabut rasa takut terhadap kalian dari hati musuh-musuh kalian” dan sabda: “Allah akan melempar penyakit “wahan” pada hati-hati kalian.” Sifat ini hanya muncul di akhir ummat ini. Adapun pada masa sahabat maka hati musuh islam dipenuhi rasa takut kepada para sahabat sebagai bukti dari sabda Nabi : “Aku ditolong dengan rasa gentar pada hati musuh-musuhku selama perjalanan 1 bulan.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Jabir )…dstDari sabda Nabi : “Yaitu cinta dunia dan benci kematian.” Penyakit ini hanyalah muncul pada umat terakhir. Apakah menurut Al-Halabi Rasullullah menujukan sifat ini kepada para sahabat beliau yang mendapat tazkiyah dari Allah dan Rasul-Nya, yang ikut berjihad bersama beliau untuk meninggikan kalimat Allah…? Dan sudah biasa dari sifat Al-Halabi ia akan menyatakan bahwa Ini adalah…. Kesalahan pengucapan…Kedua: hadits di atas adalah sejenis dengan hadits:

: قلنا ."ا يف جحر ضب لاتبعتموهملتتبعن سنن الذين من قبلكم شبرا بشبر وذراعا بذراع حتى لو دخلو"

فمن ":يا رسول الله، آليهود والنصارى ؟ قال

“Sungguh, kalian akan mengikuti ajaran orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sehingga ketika mereka terperosok ke dalam liang biawak kalian pun akan mengikuti mereka.” Kami berkata: “Wahai Rasulullah. Apakah mereka itu Yahudi dan Nashara?” Beliau menjawab: “Siapa lagi (kalau bukan mereka).” (HR. Muslim: 4822, Ahmad: 11372 (23/417) dari Abu Sa’id Al-Khudri).

Page 9: Ali Hasan Al

9

Apakah Al-Halabi –dengan hadits ini- akan menyatakan bahwa para sahabat Nabi akan mengikuti ajaran-ajaran Yahudi dan Nashara???Ketiga: hadits di atas juga sejenis dengan hadits:

" لط اس ادالجه كتمترع وربالز يتمضرقر والب أذناب ذتمأخو ةينبالع تمعايحتى إذا تب هزعنا لا يذل كمليع

كمينوا إىل دجعتر

“Jika kalian berjual beli dengan ‘inah’ (sejenis riba), memegang ekor lembu, ridla dengan pertanian dan meninggalkan jihad maka akan menguasakan pada kalian kehinaan dan tidak mencabutnya sampai kalian kembali lagi pada agama kalian.”(HR. Abu Dawud: 3003, di dalam isnadnya ada pembicaraan sedangkan isnadnya Ahmad perawinya tsiqat dan di-shahih-kan oleh Ibnul Qaththan. Bulughul Maram hadits: 841).Keempat: kata “kalian” pada hadits di atas tidak boleh ditujukan kepada para sahabat dan juga tabiin dan pengikut mereka karena sabda Nabi :

ملونهي ينالذ ثم ملونهي ينالذ ثم ملونهي ينالذ ي ثمنقر كمريخ إن

“Sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah generasiku (sahabat) kemudian generasi setelahnya (tabiin) kemudian generasi setelahnya (tabi’ut tabiin).” (HR. Muslim: 4603, Ahmad: 18994 (40/314)).Kemudian Syaikh Ahmad Bazmool menjelaskan keutamaan para sahabat Nabi secara panjang lebar…..dst.Kelima: dan yang menunjukkan batilnya ucapan Al-Halabi adalah riwayat Al-Hasan bahwa A’idz bin Amr (salah seorang sahabat Nabi ) memasuki rumah Ubaidullah bin Ziyad dan berkata:

إن شر الرعاء الحطمة فإياك أن تكون ":أي بني إني مسعت رسول الله صلى ا عليه وسلم يقول

وهل كانت هلم :اجلس فإنما أنت من نخالة أصحاب محمد صلى ا عليه وسلم فقال: فقال له ."منهم

انت النخالة بعدهم ويف غيرهمنخالة إمنا ك

“Wahai anakku aku telah mendengar Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya sejelek-jelek penggembala (pemimpin umat) adalah orang yang suka berbuat zhalim kepada rakyatnya. Dan hendaknya engkau tidak termasuk dari mereka.” Maka Ubaidullah berkata: “Duduklah kamu karena kamu hanyalah termasuk sisa ayakan para sahabat Rasulullah .” Maka A’idz berkata: “Apakah para sahabat itu ada yang menjadi sisa ayakan tepung? Sisa ayakan itu hanyalah pada setelah mereka dan selain mereka.”(HR. Muslim: 3411, Ahmad: 19719 (42/100)).Demikian ringkasan penjelasan Syaikh Ahmad Bazmool. (Mauqif Ali Al-Halabi min Man Yuthliqu Kalimah Ghutsa’ ala Ash-habin Nabi halaman: 5-9).

Page 10: Ali Hasan Al

10

Ilmu Al-Jarhu wat Ta’dil tidak terdapat dalam Al-Quran dan As-Sunnah

Dalam sebuah Tanya jawab di rumah Asy-Syaikh Ubaid Al-Jabiri di Amir Madinah tanggal 29 Sya’ban 1429 H. Salah seorang ikhwah yang bernama Abu Abdirrahman Ra’id bin Abdul Jabbar Al-Mahdawi mengajukan pertanyaan:

الة والسالم على رسول ا، وعلى آله وصحبه ومن اتبع هداه، أما بسم ا الرمحن الرحيم، احلمد ، والص

:بعد

فأود شيخنا الفاضل أن أعرض عليكم بعض النقول من كالم علي حسن احلليب اليت جاءت يف بعض

:التسجيالت املنتشرة، حيث يقول

موجود يف أدلة الكتاب وال إن علم اجلرح والتعديل أصال وجد للمصلحة، علم اجلرح والتعديل ال هو: "1س

فما رأيكم هبذا الكالم "هو علم مصلحة يف أدلة السنة، هو علم ناشئ؛ نشأ حلفظ الكتاب والسنة، إذا

حفظكم ا؟

Setelah basmalah, tahmid, dan shalawat: “Saya ingin mengajukan pertanyaan kepada Anda –wahai Syaikh yang mulia- terkait kutipan dari ucapan Ali Hasan Al-Halabi dalam rekaman-rekaman yang beredar, ia menyatakan:“Sesungguhnya ilmu al-jarhu wat ta’dil secara asal hanya didapatkan untuk sebuah maslahat. Ilmu al-jarhu wat ta’dil secara asal tidak ditemukan dalam dalil-dalil Al-Kitab dan dalil-dalil As-Sunnah. Ia adalah ilmu yang muncul, muncul untuk menjaga Al-Kitab dan As-Sunnah. Sehingga ia adalah ilmu maslahat. Bagaimana menurut Antum dengan ucapan ini –semoga Allah menjaga anda-?”Syaikh Ubaid Al-Jabiri berkata:

احلمد رب العاملني، والعاقبة للمتقني، وال عدوان إال على الظاملني، وأشهد أن ال إله إال ا وحده ال

شريك له؛ امللك احلق املبني، وأشهد أن حممدا عبده ورسوله؛ سيد ولد آدم أمجعني، صلى ا عليه وعلى

:أما بعد. مر األيام والليال، والشهور والسنني آله وصحبه الطيبني الطاهرين، وسلم تسليما كثريا على

:واجلواب عليه من عدة أوجه.فإن هذا القول منشأه فيما يظهر يل الفلسفة، والروغان، والقياس العقلي

Page 11: Ali Hasan Al

11

أن علم اجلرح والتعديل قد دل عليه الكتاب والسنة واإلمجاع؛ فمن الكتاب الكريم قوله :الوجه األول

اآلية، فهذه اآلية نص صريح يف قبول خرب ..." لذين آمنوا إن جاءكم فاسق بنبأ فتبينوا يا أيها ا:"تعاىل

الواحد العدل، ووجه ذلك أنه سبحانه وتعاىل؛ أمر بالتثبت والتبين حينما يأتي اخلرب من قبل الفاسق، ومفهوم

ثبت يف نقل األخبار، ووجه هو من عرف بالصدق واألمانة والت: ذلك؛ أن العدل ال يتثبت من خربه، والعدل

:الداللة من هذه اآلية؛ يف تقسيم الناس إىل قسمني

من جيب قبول : من جيب التثبت والتبين يف خربه؛ وهذا هو الفاسق الذي عرف فسقه، واآلخر:أحدمها

كى؛ خربه؛ ألنه قد عرفت عدالته، فإذا أول القسمني جمروح؛ وهلذا كان خربه ساقطا، والثاني معدل مز

.وهلذا كان خربه مقبوال

، فلما دخل "إيذنوا له بئس أخو العشرية: "وأما من السنة املستفيضة عن النيب ـ صلى ا عليه وسلم ـ فقوله

قلت يف الرجل ما ! يا رسول ا: عليه الرجل هش له وبش، وأالن له الكالم، فلما خرجوا من عنده قالوا

، "من ودعه الناس اتقاء فحشه: إن شر الناس من تركه الناس أو قال:"القلت، وصنعت معه ما صنعت ق

:وجه الداللة يف مجلتني من هذا احلديث

.بئس اخو العشرية، فهذا ذم لذلكم الرجل باتفاق أهل الشرع واللغة: إحدامها يف قوله

:نيإن شر الناس إىل آخره، فهذا تنبيه إىل شيئ: واجلملة الثانية يف قوله

أن رسول ا ـ صلى ا عليه وسلم ـ كان ما صنعه مع الرجل من لني الكالم واهلشاشة :أحدمها

والبشاشة له هو من قبيل املداراة، واملداراة سياسة شرعية واجبة يف موضعها، والثاني مؤكد ملا سبق من

.لذلكم الرجل -وسلم صلى ا عليه -أن الرجل مذموم ممقوت، صاحب فحش، وهذا جرح آخر منه

Page 12: Ali Hasan Al

12

فهو حديث فاطمة بنت قيس ـ رضي ا عنها ـ ؛ أهنا جاءت إىل رسول ا ـ صلى :وأما احلديث الثاني

عليه وسلم ـ، فقالت يا رسول ا أبا جهم ومعاوية خطباني، فقال: ا فصعلوك ال مال له، : أما معاوية:"إن

احلديث، فالشاهد منه أن رسول ا ـ صلى ا عليه "..تقهفكان ال يضع العصا عن عا: وأما أبو جهم

وسلم ـ تكلم يف ذينكم الصحابيني ـ رضي ا عنهما ـ مبا جيعل تلكم املرأة ال تقبل بأحد منهما؛ ألن الرسول ـ

ا مستقرا صلى ا عليه وسلم ـ عاب كل منهما بعيب ال تطمئن له املرأة املخطوبة، فاملرأة تريد رجال غني

: عندها، فمعاوية فقري، وأبو جهم كثري الرتحال، وعنه كنى بقوله ال يضع العصا عن عاتقه؛ وقيل يف معناها

.كثري الضرب، فهو ضراب للنساء، وسواء كان ذا أو ذاك؛ فإن النساء ال حتب من هذا وصفه

، فأهل العلم قدميا وحديثا يرجعون إىل فيدركه من نظر يف كتب اجلرح والتعديل اليت ال حتصى:وأما اإلمجاع

هذه الكتب، وينظرون فيمن تكلموا فيه؛ أهو مزكى عندهم معدل فيقبلون خربه، أو هو جمروح عندهم

مذموم فريدون خربه، وما أظن أخانا الشيخ عليا جيهل هذا؛ ولكن أحيانا ينطبع على لسان الرجل قواعد

.خبط، فيضيع السامع معها وحيارفلسفية، فيعرب بعبارات فيها خبط و

."ناشئ للمصلحة"الوجه الثاني يف قوله

أية مصلحة هذه؟ هل هي مصلحة نفعية دنيوية شخصية، أو هي مصلحة شرعية؟ :وحنن نقول

إن علم : اجلواب هو الثاني، هو ملصلحة حفظ دين ا من العبث واخللط واخلبط والدس، ومن هنا نقول

:لى ضربنياجلرح والتعديل ع

متعلق برواة األخبار ونقلتها عن رسول ا ـ صلى ا عليه وسلم ـ، وموضوعه سلسلة اإلسناد :أحدمها

من مصنف الكتاب احلديثي إىل رسول ا ـ صلى ا عليه وسلم ـ، فهذا قد فرغ من أصوله وقواعده

.تضعيفا، جرحا وتعديالودوهنا األئمة؛ فما علينا إال أن نسري على قواعدهم تصحيحا و

Page 13: Ali Hasan Al

13

يتعلق بأهل املقاالت والسلوك، يتعلق بأحوال الناس، فهذا العلم باق ببقاء هذه السنة حتى يرث ا :الثاني

األرض ومن عليها، وأعين بالسنة سنة رسول ا ـ صلى ا عليه وسلم ـ، والناس مضطرون إىل هذا العلم

فمن استشار يف جوار رجل أو مداينته أو غري ذلك من : وعلى سبيل املثال حتى فيما بينهم من املعامالت،

التعامل؛ فإنه يرجع إىل أهل اخلربة به، فإن أثنوا عليه خريا اطمأن، وإن أثنوا عليه شرا انشمر عنه وابتعد

نة لو أن رجال خطب إىل آخر موليته، فإن كان هذا الرجل املخطوب منه صاحب فط: منه، ومثال آخر

إذا أتاكم من ترضون دينه وخلقه : "وكياسة وقبل ذلك نصحا ملوليته؛ فإنه يتذكر قوله صلى ا عليه وسلم

.صحيح مبجموع طرق" فزوجوه، إن مل تفعلوا تكن فتنة يف األرض وفساد عريض

حاله، فإذا فبناء على هذا فإنه يسأل عنه الناس، يسأل جريانه، ومعارفه وزمالئه يف العمل حتى يقف على

انتهى به السؤال إىل أنه مرضي الدين واخللق؛ زوجه، وإن انتهى به السؤال إىل غري ذلك؛ فإنه ال يقبل به

زوجا ملوليته، ومن هنا يعلم أن من زوج موليته رجال ثم بان بعد أنه غري كفء هلا؛ ألنه إما غري مرضي

اها مل يسأل عنه؛ فإنه ملوم ويتحمل التبعة جراء ما جيري الدين أو غري مرضي اخللق، وكان قبل تزوجيه إي

على موليته من ظلم وخبس وتعد.

وهات السؤال الثاني، نعم

Setelah tahmid, shalawat dan syahadat beliau berkata: Ucapan ini –menurut keterangan yang jelas bagiku- muncul berasal dari filsafat, penyimpangan dan analogi (qiyas) aqli. Jawaban bagi syubhat ini ada beberapa segi:Pertama: ilmu Al-Jarhu wat Ta’dil memiliki landasan dari Al-Quran, As-Sunnah dan ijma’. Dalil dari Al-Kitab adalah firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti.” (QS. Al-Hujurat: 6). Ayat ini merupakan nash yang jelas tentang diterimanya khabar ahad (perorangan) yang adil. Arah pendalilannya adalah bahwa Allah memerintahkan kita untuk tatsabbut (kroscek) dan tabayyun (meneliti) jika datang berita dari orang fasiq.Mafhum dari ayat ini adalah tidak perlunya tatsabbut pada orang adil. Orang adil adalah orang yang dikenal dengan kejujurannya, amanahnya dan tatsabbutnya dalam mengutip berita. Dari arah pendalilan ayat ini, manusia dibagi 2: pertama adalah orang yang beritanya wajib ditatsabbuti dan ditabayyuni, ini adalah orang fasiq yang dikenal

Page 14: Ali Hasan Al

14

fasiqnya. Kedua adalah orang yang wajib diterima beritanya karena keadilannya sudah dikenal. Maka yang pertama adalah orang yang majruh (dicela) sehingga beritanya gugur, yang kedua adalah orang yang sudah ditazkiyah dan dianggap adil sehingga beritanya diterima.

Adapun dalil dari As-Sunnah yang terkenal adalah ucapan Rasulullah : “Ijinkan ia masuk. Ia sejelek-jelek saudara kerabat.” Ketika orang itu masuk maka Rasulullah melembutkan ucapan kepadanya. Ketika mereka sudah keluar (pulang) para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah engkau berkata demikian dan demikian dan berbuat demikian dan demikian?” Maka beliau berkata: “Sejelek-jelek orang adalah orang yang ditinggalkan orang lain karena takut kejelekannya.“ (HR. Al-Bukhari: 5572, Abu Dawud: 4160). Arah pendalilan dari hadits di atas ada pada 2 kalimat: Yang pertamaadalah kalimat “Ia sejelek-jelek saudara kerabat.” Ini adalah celaaan (jarh) terhadap orang itu sesuai kesepakan ahli syariat dan ahli bahasa. Yang kedua adalah kalimat “Sejelek-jelek orang adalah orang yang ditinggalkan orang lain karena takut kejelekannya.“ Di dalamnya ada 2 peringatan: sikap Rasulullah yang lembut dan bermanis muka terhadap orang itu termasuk dari taktik. Taktik itu termasuk siyasah syar’iah jika diletakkan pada tempatnya. Yang kedua menguatkan celaan pada orang itu. Dan ini adalah celaan yang lain dari beliau.Hadits kedua adalah dari Fathimah binti Qais ketika ia datang kepada Rasulullah dan berkata: “Wahai Rasulullah, aku dilamar oleh Mu’awiyah dan Abu Jahm.” Maka Rasulullah berkata: “Adapun Mu’awiyah maka ia miskin tidak memiliki harta. Dan adapun Abu Jahm maka ia tidak pernah meletakkan tongkat pada pundaknya.” (HR. Muslim: 2709, Abu Dawud: 1944, At-Tirmidzi: 1053, An-Nasa’i: 3193). Kemudian Syaikh Ubaid menjelaskan jarh (celaan) yang dilakukan oleh Nabi kepada kedua sahabat tersebut…………dst.”

Adapun ijma’ maka dapat ditemui oleh orang-orang yang mempelajari kitab-kitab Al-Jarhu wat Ta’dil yang tak terhitung jumlahnya. Para ulama dari jaman dahulu sampai sekarang merujuk kepada kitab-kitab itu dan mempelajari orang-orang yang sedang diperbincangkan….. Saya tidak menyangka Saudaraku Ali (Al-Halabi) bodoh terhadap permasalahan ini. Akan tetapi kadang-kadang mulut seseorang sudah terbiasa dengan kaidah filsafat sehingga ia mengungkapkan sesuatu dengan ungkapan yang gugur (rendah). Sehingga pendengar tersia-sia dan bingung terhadap ungkapan itu.”

Kemudian Syaikh Ubaid menjelaskan bahwa Ilmu Al-Jarhu wat Ta’dil ada 2 macam: Pertama yang berhubungan dengan para perawi hadits dan pembawanya. Maka

kaidah-kaidah dan pokok-pokoknya telah selesai dan dibukukan oleh para ulama. Kita (di jaman ini) tinggal mengikuti manhaj dan kaidah mereka dalam men-shahih-kan, men-dlaif-kan, men-jarh dan men-tazkiyah mereka.

Kedua yang berhubungan dengan tokoh-tokoh yang memiliki pendapat dan perilaku tertentu, berhubungan dengan keadaan manusia. Maka ilmu ini akan terus ada dengan adanya As-Sunnah itu sendiri. Yang saya maksud dengan As-Sunnah adalah sunnah Rasulullah . Manusia sangat membutuhkan ilmu ini

Page 15: Ali Hasan Al

15

sampai dalam masalah mu’amalah sekali pun. Kemudian Syaikh Ubaid mencontohkan penerapan ilmu ini dalam pernikahan… dst.

(Sahab.net dengan judul artikel: Majmu’ah As’ilah haula Ba’dli Qawaid Ali Al-Halabi Al-Jadidah Al-Fasidah fil Jarhi wat Ta’dil, tanggal 2008-09-17, 12:42 AM).

Menjadikan Manhaj Muwazanah dalam Al-Jarh wat Ta’dil

Maksud muwazanah adalah jika kita memperingatkan kesalahan-kesalahan tokoh bid’ah maka hendaknya disebutkan pula kebaikan-kebaikannya.Setelah menukil ucapan Al-Allamah Abdul Aziz bin Baz, Al-Halabi –sebagaimana yang dinukil oleh Syaikh Ahmad Bazmool- menyatakan

“Ini adalah 3 masalah yang dapat diambil dari ucapan Ustadz kami Asy-Syaikh Ibnu Baz:1. Bolehnya menyebutkan kebaikan orang yang dibantah –sesuai kebutuhan-.

Page 16: Ali Hasan Al

16

2. Tidak adanya kewajiban dan kemestian menyebutkan kebaikan mereka3. Menganggap baik penyebutan kebaikan orang yang dibantah –jika ia

diharapkan bisa rujuk kepada al-haqAku (Al-Halabi) berkata:Ada lagi point keempat –dari bab lain- yaitu:

4. Yang wajib bagi seseorang yang ingin menegakkan (penilaian) yang sempurna kepada seseorang tertentu –sesuai kebutuhan- adalah menyebutkan kesalahan dan kebaikannya

Semoga Allah merahmati Al-Imam Al-Hafizh Adz-Dzahabi –beliau adalah termasuk ahli istiqra’ yang sempurna- ketika beliau berkata dalam ‘Siyar A’lamin Nubala’ (20/46):“Kami memohonkan kepada Allah maaf dan ampunan untuk ahlut tauhid dan membebaskan kepada Allah hawa nafsu dan bid’ah-bid’ah. Kami mencintai As-Sunnah dan ahlinya, mencintai seorang alim atas sifat Ittiba’nya (kepada As-Sunnah) dan sifat-sifat lainnya yang terpuji. Dan kami tidak mencintai perbuatan bid’ahnya karena ta’wil yang luas (permasalahan ijtihad, pen). Yang dianggap adalah banyaknya kebaikan.”Selesai ucapan Al-Halabi. (Shiyanatus Salafi min Waswasati wa Talbisati Ali Al-Halabi (Halaqah IV): 56-57).

Jawaban:

Syaikh Ahmad Bazmool memberikan pertanyaan penting untuk Al-Halabi:1. Mengapa ia mendatangkan manhaj muwazanah dalam bukunya ini (Manhajus

Salaf..)? Mengapa Al-Halabi membawakan dalam keadaan tergesa-gesa?2. Mengapa Al-Halabi hanya membawakan ucapan Syaikh Ibnu Baz dan

melupakan ucapan ulama yang lain apalagi gurunya sendiri yaitu Al-Allamah Al-Albani yang membantah manhaj muwazanah dalam 1 majelis selama 8 kali dan menyatakannya sebagai bid’ah yang sesat?

Di sini Al-Halabi mengadakan tadlis (penipuan) dan talbis (mencampur aduk) bahwa seolah-olah kesimpulan para ulama itu membolehkan manhaj muwazanah. (Shiyanatus Salafi min Waswasati wa Talbisati Ali Al-Halabi (Halaqah IV): 56-57).

Asy-Syaikh Shalih Fauzan menyatakan:

وغضب ا لعنه من{: قوله يف وذلك عليه، املردود عيوب ذكر على دليل الثانية اآلية يف: الرابعة املسألة

هليل ععجو مهنم ةدرالق ازيرالخنو دبعو الطاغوت كأولئ ركانا شأضل مو نع اءوبيل سذكر ففيه} الس

.اخلصومة يف ويفحم يختزى حتى عليه املردود عائبم

.باملوازنات يسمونه ما وهو عليه املردود حماسن ذكر ينبغي إنه: يقول من على رد اآلية يف: اخلامسة املسألة

Page 17: Ali Hasan Al

17

هذه يف ذكر ا أن: الرد ووجه وغريهم، املبتدعة من الضالني واألشخاص الضالة الطوائف حماسن وذكر

.احملاسن من شيئا هلم يذكر ومل عايبهم،م اآلية

املبتدعة حماسن ذكر أو واخلرافات البدع عن السكوت منها يراد اليت املقالة هذه على صريح رد اآلية ففي

.للحق واملخالفني

“Masalah yang keempat: di dalam ayat yang kedua terdapat dalil atas penyebutan aib-aib orang yang dibantah. Yaitu firman-Nya: “Yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?". Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.” (QS. Al-Maidah: 60). Di dalamnya disebutkan aib-aib orang yang dibantah sampai ia malu dan bungkam ketika didebat.Masalah kelima: dalam ayat tadi terdapat bantahan kepada orang menyatakan bolehnya menyebutkan kebaikan orang (ahli bid’ah) yang dibantah yang mereka sebut dengan manhaj muwazanah dan menyebutkan kebaikan kelompok-kelompok sesat dan tokoh-tokoh sesat di kalangan ahli bid’ah dan lainnya. Arah bantahannya adalah bahwa Allah menyebutkan pada ayat ini hanya aib-aib mereka tanpa menyebutkan kebaikan mereka sama sekali. Maka dalam ayat ini terdapat bantahan yang jelas terhadap pendapat yang dimaksudkan untuk berdiam diri (tidak membantah) dari kebid’ahan-kebid’ahan dan khurafat atau menyebutkan kebaikan ahli bid’ah dan orang-orang yang menyelisihi Al-Haq.” (I’anatul Mustafid bi Syarhi Kitabit Tauhid: 1/330).

Al-Allamah Al-Faqih Ibnu Utsaimin berkata:

ا لقول واملساوئ؛ احملاسن يذكر أن فالواجب هو، حيث من الشخص يقوم أن يريد كان إذا اإلنسان إن

تعدلوا ألا على قوم شنآن يجرمنكم وال بالقسط شهداء لهل قوامني كونوا آمنوا الذين أيها يا{ : وتعاىل تبارك

يذكرون الرجل، حياة عن يتكلمون عندما العلماء كان وهلذا] 8:املائدة[} للتقوى أقرب هو اعدلوا

.ومثالبه حماسنه،

ذكرت إذا أنك -السؤال يف سمعتم فيما- ذكرنا لما نه؛محاس تذكر فال عليه الرد معرض يف كنت إذا أما

هذا جانبا، األخطاء ويرتك احملاسن من عنده مبا اإلنسان يعجب ورمبا عليه، الرد جانب ضعف املحاسن

ومساوئهم الناس حماسن ذكر يف الطريق هو

Page 18: Ali Hasan Al

18

“Sesungguhnya manusia jika ingin menegakkan jatidiri seseorang tentang asal-usulnya. Maka wajib menyebutkan kebaikan dan kejelekannya karena firman Allah : “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. “ (QS. Al-Maidah: 8). Oleh karena itu ketika para ulama membahas biografi seseorang, mereka menyebutkan kebaikan dan keburukannya.Adapun jika kamu dalam proses membantahnya maka jangan kamu sebutkan kebaikannya. Karena –sebagaimana pertanyaan yang kalian dengar- bahwa jika kamu menyebutkan kebaikan-kebaikannya maka akan melemahkan sisi bantahannya. Dan terkadang seseorang kagum dengan kebaikannya lalu melupakan sisi kesalahan-kesalahannya. Ini adalah jalan (manhaj) dalam menyebutkan kebaikan dan keburukan seseorang.” (Liqa’ul Babil Maftuh: 23/127).

Asy-Syaikh Shalih bin Muhammad Al-Luhaidan anggota Lajnah Haiah Kibaril Ulama Arab Saudi ketika ditanya: “Apa termasuk manhaj Ahlus Sunnah wal Jamaah di dalam mentahdzir ahli bid’ah dan kesesatan harus menyebutkan kebaikan-kebaikan dan pujian kepada mereka dengan alasan obyektif dan keadilan?”Beliau menjawab:

!ال حسنة ألحدهم ؟,لية وأئمة الشرك وهل كانت قريش فى اجلاه:

!هل جاء فى القران ذكر حسنة من حسناهتم ؟

!هل جاء فى السنة ذكر مكرمة من مكارمهم ؟

ومع ذلك مل تذكر ,وحيفظون اجلوار ,كان العرب فى اجلاهلية يكرمون الضيف ,وكانوا يكرمون الضيف

فضائل من عصى ا جل وعال

.احملاسن واملساوئ وإمنا مسألة حتذير من خطر ليست املسألة مسألة تعداد

فلينظر إىل أقوال األئمة كأمحد ابن حنبل وحييى بن معني وعلى بن املديين ,وإذا أراد اإلنسان أن ينظر

.وشعبة

وجواد فى بذل ,ولكنه كريم األخالق :هل قال .كذاب :هل كان أحدهم إذا سئل عن شخص جمروح وقال

!فى الليل ؟كثري التهجد ,املال

Page 19: Ali Hasan Al

19

؟ إال ملاذا يطلب ..ولكن فيه ..ولكن فيه : هل كانوا يقولون . أخذته الغفلة : أو قالوا . وإذا قالوا خمتلط

!! وكان فيه ؟..وكان فيه .. ولكنه كان فيه : إذا حذر شخص أن يقال ,من الناس فى هذا الزمن

والتنفري من ضياعها ,حتقيق املصلحة وجيهل أسباب ,هذه دعايات من جيهل قواعد اجلرح والتعديل

“Apakah para dedengkot kesyirikan di kalangan Quraisy tidak memiliki kebaikan? Terus apakah ada ayat Al-Quran yang menerangkan satu saja dari kebaikan-kebaikan mereka? Apakah juga ada dalam As-Sunnah penyebutan satu saja dari kemuliaan-kemuliaan mereka? Padahal mereka itu adalah orang-orang yang memuliakan tamu. Orang-orang Arab pada masa jahiliyah sangat memuliakan tamu, menjaga hubungan baik dengan tetangga. Dalam keadaan demikian pun tidak diceritakan sama sekali (dalam Al-Quran dan As-Sunnah) tentang keutamaan orang yang berbuat maksiat kepada Allah.Kalaulah seseorang ingin meneliti, maka hendaknya ia meneliti ucapan para imam seperti Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Ma’in, Ali bin Al-Madini, Syu’bah dll.Apakah salah seorang dari para imam itu jika ditanya tentang keadaan seseorang yang majruh (dicela) dan beliau berkata: “(Orang ini) kadzdzab (pendusta).” Apakah kemudian beliau berkata: “Akan tetapi ia mulia akhlaqnya, dermawan dalam hartanya, banyak tahajjud di malam hari?”Jika mereka berkata: “(Orang ini) bercampur aduk hafalannya.” Atau berkata: “Ia terkena lupa.” Terus apakah mereka menyatakan: “Tetapi ia ….(memiliki kebaikan) , tapi ia….(memiliki keutamaan)??” Lalu kenapa tetap saja dicari di antara manusia di jaman ini yang berpendapat jika seseorang ditahdzir maka harus disebutkan pula: “Tetapi ia demikian ….tetapi ia demikian…(disebutkan kebaikan-kebaikannya)??”Ini adalah seruan-seruan orang yang bodoh terhadap kaidah Al-Jarh wat Ta’dil, dan bodoh terhadap sebab-sebab pencapaian maslahat dan sebab-sebab untuk menghidari hilangnya maslahat.” (dari kaset Salamatul Manhaj Dalilul Falah)

Menjadikan Perbedaan Manhaj seperti Perbedaan Ijtihad

Ali Hasan menyatakan dalam bukunya Manhaj As-Salafish Shalih cet.2 halaman 24-25:

الدالئل واحلجج والرباهني والبينات واليت ال تواجه اكثرها اال بالتهويش - هذا–ولئن أقمت يف كتابي

قد يكون سببا لالعذار وطريقة لالعذار -يف اطار أهل العلم وأهل السنة -فان اقل من ذلك–والتشويش

وإن وجه له شيئا قال من أعنف لا: أنه قال - رمحة ا عليه–كما ورد عن االمام املبجل أمحد بن حنبل

اهالفنخ

Page 20: Ali Hasan Al

20

:وهي كلمة علمية منهجية عالية

!-بالتنكري -هكذا–) من قال شيئا: ( -رمحه ا–فتأملوا قوله

!-بالتنكري -أيضا–) له وجه: (- رمحه ا–وتأملوا قوله

)!!وان خالفناه: (- رمحه ا–وتأملوا قوله

بفعائل من لنا خيالفون وألحوالنا يرتبصون وألخطائنا -نظريا وعمليا–حفظكم ا -كله–ذلك وقارنوا

!-بل به يصدعون ويصرحون–يرتصدون ولدالئلنا يهدمون والسقاطنا يهدفون

!هذه؟ -رمحه ا –من كلمته اهلادية السديدة –وأفاعلهم -غفر ا هلم–فأين هؤالء

“Jika aku tegakkan di dalam kitabku –ini- dengan dalil-dalil, hujjah, keterangan dan bukti-bukti dan perkara yang kebanyakannya tidak diarahkan kecuali dengan campur aduk dan perselisihan (pendapat, pen) –maka paling sedikitnya adalah- dalam lingkup ahlul ilmi dan ahlus sunnah- menjadi sebab untuk memberikan udzur (kepadaku) dan jalan memberikan udzur (dalam perselisihan) sebagaimana keterangan yang datang dari Al-Imam Ahmad –semoga rahmat Allah atasnya- yang berkata: “Aku tidak akan bersikap keras terhadap orang yang berpendapat sesuatu yang memiliki arah (dari dalil) meskipun kami menyelisihinya.”

Ini adalah kata-kata ilmiah manhajiyah yang luhur:

Maka perhatikan ucapan beliau “orang yang berpendapat sesuatu” seperti ini dalam bentuk nakirah (umum)!!

Perhatikanlah ucapan beliau “yang memiliki arah (dari dalil)” juga dalam bentuk nakirah (umum)!!

Perhatikan pula ucapan beliau “meskipun kami menyelisihinya”!!

Bandingkan ini semua –semoga Allah menjaga kalian- dalam penelitian dan amalan-dengan kelakuan orang-orang yang menyelesihi kami, mengintai keadaan kami, selalu mencari-cari kesalahan kami, mematahkan dalil-dalil kami dan memiliki tujuan menjatuhkan kami –bahkan menggembar-gemborkan dan membenturkan dengannya(yaitu Syaikh Ahmad Bazmool, Syaikh Ubaid dan para salafiyyin yang membantah pemikirannya, pen).

Page 21: Ali Hasan Al

21

Maka dimana mereka –semoga Allah mengampuni mereka- dan perbuatan mereka dibanding dengan kata-kata beliau (Imam Ahmad) yang membawa kebenaran dan petunjuk ini?”

Jawaban:

Ada beberapa point:

Al-Halabi telah berbuat zhalim karena meletakkan kata-kata Al-Imam Ahmad tidak pada tempatnya. Ucapan Al-Imam Ahmad di atas adalah dalam konteks ikhtilaf (perbedaan) ijtihadi. Al-Allamah Ibnu Muflih telah menukil ucapan ini:

سادالس (م أكلور لحزلى الجع حالأص )ح (وهنع إن ملع يهالن هتارالخلال اخ هرغيقال ، و :

هليعو تقراس لهقو ، خفاءيل للالد ، هنعلا و يدعي عم ةالكثر ، هنعل وتأويل ، مقو يهطلقا فم

، عليه نص مسح وتوقيت ، الطمأنينة تركه بخلاف ، الأثر فيه اختلف يماف مثله ويتوجه ، روايتان

اهنعمو ا كلامنخيش ، ذكرة واعملا ج يدعل يتأوطلقا مم ، هذكرا وخنيا شهجي وف "اءالم نم

اءالم "وأن نص دمأح لافهقال ، خ دملا: أح فنأع نئا قال ميش له هجو إنو اهالفنخ

“Pembatal thaharah kecil (wudlu) yang keenam adalah memakan daging untamenurut pendapat yang paling shahih dari Al-Imam Ahmad dengan menyelisihi 3 imam madzhab lainnya. Dan (masih dari Imam Ahmad) memakan daging unta akan membatalkan jika pelakunya mengetahui larangannya, pendapat ini dipilih oleh Al-Khallal dan lainnya. Dan Al-Khallal menyatakan bahwa atas demikianlah pendapat Ahmad karena samarnya dalil (atas pelakunya, pen). Dan diriwayatkan dari Ahmad bahwa seseorang tidak perlu mengulangi wudlu orang yang lupa dalam waktu lama begitu juga orang yang menta’wil hadits (memakan daging unta). Kemudian Ibnu Muflih menyebutkan perselisihan para ulama madzhab Hanbali… Imam Ahmad berkata: “Aku tidak akan bersikap keras terhadap orang yang berpendapat sesuatu yang memiliki arah (dari dalil) meskipun kami menyelisihinya.” (Al-Furu’: 1/172). Bahkan Imam Ahmad menyatakan:

يقنت من أعنف لا

Page 22: Ali Hasan Al

22

“Aku tidak akan bersikap keras terhadap orang yang ber-qunut shubuh (dengan do’a witir).” (Al-Furu’: 2/323)

Sedangkan Al-Halabi meletakkan ucapan Al-Imam Ahmad di atas pada ikhtilaf manhaji atau ikhtilaf tadlod.

Ditanyakan pula kepada Al-Halabi apakah para salafiyyin terutama Syaikh Ahmad Bazmool dan Syaikh Ubaid bersikap keras kepadanya karena ia berqunut shubuh, ataukah karena ia tidak mengulangi wudlu karena memakan daging unta, ataukah karena ia turun sujud mendahulukan tangan sedangkan kebanyakan ulama Saudi mendahulukan lutut?

Ditanyakan kepada Al-Halabi apakah pernyataan muwazanah dalam al-jarhu wat ta’dil, pernyataan adanya sahabat Nabi yang seperti ‘buih’, pernyataan tidak adanya dalil atas ilmu al-jarh wat ta’dil dan sebagainya termasuk ikhtilaf ijtihad dan bukan ikhtilaf manhaj?

Bandingkan ucapan Al-Halabi yang menganggap penisbatan ‘buih’ kepada sahabat Nabi sebagai kesalahan pengucapan dengan ucapan Al-Imam Ahmad:

اإلسالم على فاهتمه بسوء وسلم وآله عليه ا صلى ا رسول أصحاب يذكر اأحد رأيت إذا

“Jika kamu melihat seseorang menyebut sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dengan keburukan maka curigailah keislamannya.” (Aujazul Khithab fi Bayan Mauqifisy Syi’ah minal Ash-hab: 86). Dan Al-Imam Ahmad tidak menyatakan: “Aku tidak akan bersikap keras terhadap orang yang berpendapat sesuatu yang memiliki arah (dari dalil) meskipun kami menyelisihinya.”

Bandingkan ucapan Al-Halabi yang menganggap ilmu al-jarhu wat ta’dil tidak memiliki dalil dengan ucapan Al-Imam Ahmad -kepada Abu Turab An-Nakhsyabi yang menganggap al-jarhu wat ta’dil sebagai ghibah-:

.غيبة هذا ليس نصيحة، هذا! وحيك

“Celaka engkau, ini adalah nasehat, bukan ghibah!” (Al-Ba’itsul Hatsits fi Ikhtishar Ulumil Hadits: 36). Dan juga ucapan Al-Imam Ahmad kepada Abu Turab:

الباطل من الصحيح يعرف كان أين من والتعديل اجلرح ولوال

“Dan seandainya tidak ada ilmu al-jarhu wat ta’dil maka darimana dapat diketahui hadits shahih dari yang batil?” (Talbis Iblis: 298). Dan beliau tidak

Page 23: Ali Hasan Al

23

menyatakan: “Aku tidak akan bersikap keras terhadap orang yang berpendapat sesuatu yang memiliki arah (dari dalil) meskipun kami menyelisihinya.”

Penutup

Sesungguhnya sangat banyak penyimpangan-penyimpangan Al-Halabi. Yang penulis paparkan di atas adalah contoh saja bukan pembatasan.

Jika kita gunakan kaidah:

حاجلرو مقدلى ميل عدالتع إن ردنا صيبم نم ارفع ابهببأس

“Jarh (celaan) didahulukan atas ta’dil (pujian) jika keluar secara terperinci dariseorang yang mengerti sebab-sebabnya.”

Maka celaan dari Syaikh Ahmad Bazmool dan Syaikh Ubaid Al-Jabiri kepada Ali Hasan Al-Halabi adalah bersifat terperinci dan harus didahulukan daripada pujian para ulama –seperti Al-Allamah Al-Albani- kepadanya. Sehingga status Al-Halabi sekarang adalah tercela.

Tulisan di atas adalah juga sebagai pelajaran berharga bagi kita semua (terutama penulis) bahwa setinggi apapun ilmu ad-dien yang dimiliki seseorang maka tidak menjamin pemiliknya maksum dan tidak tersesat dari jalan yang lurus.

Tulisan di atas penulis kumpulkan karena penulis juga takut akan fitnah kesesatan yang menimpa penulis. Di antara sebab istiqamah seseorang adalah ia bersedia membantah sebuah kesesatan -sesuai keilmuannya- dalam rangka menolong agama Allah . Allah berfirman:

أقدامكم ويثبت ينصركم الله تنصروا إن آمنوا الذين أيها يا

“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (sehingga istiqamah).” (QS. Muhammad: 7).

Akhirnya semoga Allah menjadikan kita semua istiqamah. Amien.

Babat: 8 Rabiul Awwal 1431 H

Page 24: Ali Hasan Al

24