pertumbuhan jamur merang (volvariella volvacea) pada …

55
PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA MEDIA TANAM JERAMI PADI DAN LIMBAH SEKAM Skripsi diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Aslam Bustamam PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM, BANDA ACEH 2017

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA MEDIA

TANAM JERAMI PADI DAN LIMBAH SEKAM

Skripsi

diajukan untuk melengkapi tugas-tugas

dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Aslam Bustamam

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM, BANDA ACEH

2017

Page 2: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …
Page 3: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …
Page 4: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

ABSTRAK

Bustamam, Aslam. 2017. Pertumbuhan Jamur Merang (Volvariella Volvacea) pada

Media Tanam Jerami Padi dan Limbah Sekam. Skripsi, Jurusan Pendidikan

Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala.

Pembimbing:

(1) Dr. Samingan, M.Si., (2) Iswadi, S.Pd., M.Si.

Kata kunci: Volvariella volvacea, jerami padi, sekam padi, kombinasi jerami dan sekam

Telah dilakukan penelitian tentang Pertumbuhan Jamur Merang (Volvariella

Volvacea) pada Media Tanam Jerami Padi dan Limbah Sekam yang dilakukan dari

bulan Desember 2016 sampai bulan Januari 2017. Penelitian ini bertujuan

mengetahui pengaruh media sekam terhadap pertumbuhan jamur merang dan untuk

mengetahui perbandingan persentase media sekam dan media jerami yang paling

baik untuk pertumbuhan jamur merang. Ruang lingkup penelitian ini meliputi

Mikologi, dan konservasi lingkungan.Analisis data dilakukan dengan ANOVA

(Analysis of Varian) satu arah dan uji lanjut Duncan. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pencampuran kompos limbah sekam sebanyak 75% dengan media jerami

sebanyak 25% merupakan media optimum dan memiliki pertumbuhan jamur merang

terbaik.

Page 5: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wata’ala, yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi dengan judul “Pertumbuhan Jamur Merang (Volvariella

volvacea) Pada Media Tanam Jerami Padi dan Limbah Sekam”. Shalawat

beriring salam senantiasa penulis sampaikan ke pangkuan Baginda Nabi Muhammad

shollallahu ‘alaihi wasallam yang telah menjadi suri tauladan bagi semua insan

manusia disetiap segi kehidupan, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi tugas-tugas dan syarat-syarat

guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, dalam penyelesaiannya penulis

mendapat arahan, bantuan dan bimbingan dari banyak pihak. Oleh karena itu,

melalui kata pengantar ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Ayahanda tercinta Bustamam Husin dan Ibunda tercinta Hamdiah, yang telah

memberikan motivasi dan mendanai dalam segala aspek.

2. Bapak Dr. Samingan, M.Si dan Bapak Iswadi, S.Pd., M.Si selaku dosen

pembimbing pertama dan kedua yang banyak meluangkan waktu, tenaga dan

pikiran guna mengarahkan dan membimbing serta memotivasi penulis sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Bapak Dr. Hasanuddin, M.Si selaku dosen penguji dan Ibu Wardiah, M.Bio.

selaku dosen wali sekaligus dosen penguji yang telah memberi kritik dan saran

bersifat membangun untuk perbaikan skripsi ini.

Page 6: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

ii

4. Guru-guru saya di MIN Baet, Pondok Pesantren Modern Al-Manar dan SMAN

11 Banda Aceh.

5. Kawan-kawanku dari Program Studi Pendidikan Biologi, Program Studi

Pendidikan Kimia, UKM Cendekia Unsyiah dan kawan-kawan lainnya yang

tidak dapat disebut satu-persatu yang telah memotivasi saya dalam

menyelesaikan studi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, sehingga

kritikan dan saran sangat diharapkan dalam penulisan dan perbaikan skripsi ini agar

menghasilkan tulisan yang berkompeten dan berkualitas. Semoga bantuan dan

dorongan yang diberikan mendapat balasan dari Allah tuhan sekalian alam. Akhirnya

penulis berharap semoga skripsi ini membawa manfaat bagi penulis dan pembaca.

Aamiin.

Banda Aceh, Agustus 2017

Penulis

Page 7: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

iv

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

ABSTRAK ...................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian......................................................................... 4

1.5 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 4

1.6 Hipotesis Penelitian ....................................................................... 5

1.7 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 5

1.8 Definisi Istilah ............................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Taksonomi Jamur Merang .................................... 7

2.2 Morfologi Tubuh Buah Jamur Merang ......................................... 7

2.3 Reproduksi Jamur Merang ............................................................ 8

2.4 Manfaat Konsumsi Jamur Merang ................................................ 11

2.5 Media Tanam Jamur Merang ........................................................ 12

2.6 Potensi Sekam dan Jerami Sebagai Media Tanam Jamur Merang 12

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ..................................................... 14

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 16

3.3 Objek Penelitian ............................................................................. 16

3.4 Alat dan Bahan Penelitian .............................................................. 16

3.5 Prosedur Penelitian ......................................................................... 17

a. Pengomposan Jerami ................................................................. 17

b. Pengomposan Sekam Padi ........................................................ 18

c. Pengkombinasian Media ........................................................... 19

d. Penguapan Panas ....................................................................... 20

e. Penanaman Bibit ........................................................................ 20

f. Pemeliharaan .............................................................................. 21

g. Pengendalian Hama ................................................................... 21

h. Pengukuran dan Pengambilan .................................................. 21

3.6 Analisis Data ................................................................................. 24

Page 8: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

v

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ................................................................................... 25

4.2 Pembahasan ......................................................................................... 30

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan .............................................................................................. 34

5.2 Saran .................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 35

LAMPIRAN ......................................................................................................... 36

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 55

Page 9: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Rancangan Penelitian ............................................................................... 14

4.1 Berat Basah Jamur Merang ...................................................................... 25

4.2 Analisis Varian Berat Basah Jamur Merang ............................................ 25

4.3 Hasil Analisis Uji Duncan Berat Basah Jamur Merang ........................... 26

4.4 Jumlah Tubuh Buah Jamur Merang ......................................................... 27

4.5 Analisis Varian Tubuh Buah Jamur Merang ............................................ 27

4.6 Hasil Analisis Uji Duncan Jumlah Tubuh Buah Jamur Merang .............. 28

4.7 Ukuran Diameter Pileus Jamur Merang ................................................... 28

4.8 Analisis Varian Ukuran Diameter Jamur Merang ................................... 29

Page 10: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Kerangka Pemikiran .................................................................................. 4

3.1 Skema Prosedur Penelitian ......................................................................... 23

Page 11: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pengolahan Data Penelitian ...................................................................... 37

2. Dokumentasi Penelitian ............................................................................ 45

3. Surat Keputusan Penunjuk Dosen Pembimbing ....................................... 53

4. Surat Izin Mengadakan Penelitian ............................................................ 54

5. Riwayat Hidup ......................................................................................... 55

Page 12: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring meningkatnya pertumbuhan populasi manusia, maka meningkat pula

kebutuhan pangan yang harus dicukupi. Permintaan pangan nasional dari tahun ke

tahun semakin meningkat. Kesediaan pangan dari hasil pertanian nasional hingga

kini belum mampu memenuhi permintaan dan kebutuhan masyarakat Indonesia,

khususnya di Aceh. Industri pertanian di Aceh memiliki potensi besar untuk

dikembangkan, selain karena cuaca dan iklim yang mendukung, potensi pasar yang

terus berkembang merupakan peluang industri pertanian di Aceh. Khususnya industri

budidaya jamur merang.

Dewasa ini, permintaan jamur merang di Aceh meningkat pesat. Pangan

bergizi tinggi ini sangat diminati masyarakat seiring meningkatnya pengetahuan

masyarakat tentang manfaat budidaya dan khasiat mengkonsumsi jamur merang bagi

kesehatan untuk berbagai tingkatan umur. Menurut Parjimo dan Andoko (2008:5)

jamur merang juga berkhasiat sebagai anti racun, mencegah kurang darah (anemia),

kanker, dan menurunkan tekanan darah tinggi.

Pada umumnya, petani budidaya jamur merang memanfaatkan limbah hasil

pertanian sebagai media tanam seperti jerami dan tandan sawit. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan Ichsan, dkk (2011:174) menunjukkan bahwa media

tanam jerami padi memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil jamur

merang yang lebih baik dari pada media ampas kelapa sawit. Hal ini terlihat

Page 13: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

2

dari berbeda nyatanya panjang buah, diameter badan buah, berat badan dan

jumlah badan buah yang lebih tinggi pada media tersebut.

Limbah jerami tidak hanya digunakan sebagai media tumbuh dalam budidaya

jamur merang saja. Peternak juga memanfaatkan limbah tersebut sebagai pakan

ternak sapi. Mengingat adanya persaingan untuk mendapatkan limbah tersebut, perlu

adanya limbah lain yang dapat dijadikan media tanam jamur merang yang memiliki

kualitas yang sama ataupun lebih baik dan kesediaannya yang melimpah di

lingkungan, salah satunya adalah sekam padi.

Sekam padi adalah limbah pabrik penggilingan padi yang masih jarang

dimanfaatkan. Menurut Wijaya dan Qurnia (2015:28), sekam (tidak dibakar) mudah

mengikat air, tidak mudah lapuk, merupakan sumber kalium (K) dan tidak mudah

menggumpal atau memadat sehingga hifa dapat tumbuh sempurna.

Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa sekam padi sebagai media tanam

memberi pengaruh baik terhadap pertumbuhan jamur merang. Ukoima, dkk (2009:

1060) mengatakan bahwa pertumbuhan diameter pileus jamur merang pada media

tanam sekam memiliki pertumbuhan lebih baik dibandingkan dengan media tanam

tandan kosong kelapa sawit dan beberapa limbah lignoselulosa lain. Sedangkan

limbah jerami merupakan media konvensional yang telah dipercayai dan digunakan

turun-temurun oleh petani demi menghasilkan pertumbuhan jamur merang yang

baik. Melihat kedua media tersebut memiliki potensi yang baik untuk pertumbuhan

jamur merang maka pengkombinasian kedua media tersebut dianggap perlu

dilakukan. Hasil survey lapangan di kawasan Kabupaten Aceh Besar juga

menunjukkan bahwa limbah sekam padi yang dihasilkan sebagai limbah pabrik padi

Page 14: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

3

di kawasan Aceh Besar menumpuk dan tidak dimanfaatkan. Demi mengurangi

jumlah limbah tersebut dan tidak menumpuk, biasanya pihak pabrik penggilingan

padi membakarnya supaya jumlahnya berkurang dan dapat ditumpuk kembali dengan

limbah sekam dari hasil penggilingan padi selanjutnya. Pembakaran limbah tersebut

menghasilkan senyawa berbahaya seperti karbondioksida dan dioksin (senyawa

karsinogen) yang merupakan pemicu terjadinya pencemaran lingkungan dan efek

buruk bagi kesehatan manusia.

Berdasarkan permasalahan diatas, perlu adanya pengkombinasian jerami dan

sekam sebagai media tanam alternatif pengganti jerami 100% dan merupakan

sebagai upaya meminimalisir pembakaran limbah sekam. Selanjutnya, mengenai

perbandingan persentase limbah jerami dan limbah sekam yang paling optimal untuk

pertumbuhan jamur merang akan diteliti dalam penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh media sekam terhadap pertumbuhan jamur

merang?

2. Berapakah perbandingan persentase media sekam dan media jerami yang

paling baik untuk pertumbuhan jamur merang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui pengaruh media sekam terhadap pertumbuhan jamur

merang.

Page 15: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

4

2. Untuk mengetahui perbandingan persentase media sekam dan media jerami

yang paling baik untuk pertumbuhan jamur merang.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai informasi bagi masyarakat petani tentang media tanam alternatif

budidaya jamur merang.

2. Sebagai informasi bagi peneliti jamur merang di masa mendatang tentang

media tanam dalam budidaya jamur merang.

1.5 Kerangka Pemikiran

Pemecahan Masalah

Sekam berpotensi sebagai

media tumbuh jamur merang

sehingga dikombinasikan

dengan jerami.

Rekomendasi :

Pertumbuhan jamur merang pada media tanam kombinasi jerami dan sekam

menghasilkan pertumbuhan terbaik pada persentase sekam 75% dan jerami 25%.

FENOMENA:

Permintaan jamur

merang meningkat

Mulai ada persaingan

untuk mendapatkan

media jerami

Page 16: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

5

1.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah

1. Perbedaan persentase media jerami dan media sekam berpengaruh terhadap

pertumbuhan jamur merang.

2. Perbandingan persentase jerami 25% dan sekam 75% sebagai media tumbuh

memiliki pertumbuhan jamur merang yang paling baik.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi Mikologi, dan konservasi lingkungan.

1.8 Definisi Istilah

Untuk menghindari adanya kesalahpahaman dalam penulisan maka perlu

dirumuskan definisi istilah yaitu:

1. Maksud “pertumbuhan” dalam penelitian ini adalah kemampuan jamur

merang untuk hidup pada media jerami padi dan media sekam padi dengan

parameter pertumbuhan jamur merang meliputi berat basah, diameter pileus

dan jumlah dari jamur merang pada setiap plot penelitian.

2. Jamur merang (Volvariella volvacea) yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan jenis jamur merang putih. Bibit jamur merang putih didatangkan

dari CV. Merdeka Tani, Malang.

3. Media tanam jamur merang dalam penelitian ini adalah limbah jerami dan

limbah sekam.

Page 17: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

6

4. Sekam padi merupakan limbah kulit padi yang banyak dihasilkan dari pabrik-

pabrik penggilingan padi di kawasan Kecamatan Suka Makmur, Kabupaten

Aceh Besar.

5. Berat basah adalah berat mula-mula bahan (jamur merang) setelah dipanen

dan sebelum dikeringkan.

6. Pasteurisasi adalah pemanasan pada suhu tertentu yang memadai untuk

mematikan semua mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit dan

pesaing dalam pertumbuhan merang.

Page 18: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Taksonomi Jamur Merang

Jamur merupakan salah satu makanan pengganti yang dapat dikonsumsi

masyarakat banyak, sebab memiliki kandungan gizi yang nilainya cukup tinggi.

Sebagian jenis jamur yang dibudidayakan adalah jamur yang tergolong jamur

pangan, serta ada juga yang dibudidayakan karena berkhasiat menjadi obat

(Setiyorini, 2014:2). Jamur merang (Volvariella volvacea) merupakan salah satu

komoditas sayuran yang prospektif dan potensial untuk dikomersialkan oleh para

petani dan pengusaha agribisnis Indonesia (Sumiati & Djuariah, 2007:37).

Menurut Agus, dkk (2002:68) klasifikasi ilmiah bagi jamur merang sebagai

berikut.

Kingdom : Fungi

Devisio : Basidiomycota

Class : Homobasidiomycetes

Ordo : Agaricales

Familia : Agaricaceae

Genus : Volvariella

Spesies : Volvariella volvacea

2.2 Morfologi Tubuh Buah Jamur Merang

Jamur merang memiliki morfologi sebagai berikut; tubuh buah jamur merang

yang masih muda berbentuk telur muda, warna cokelat gelap hingga abu-abu, dan

dilindungi selubung. Pada tubuh buah jamur merang dewasa, tudung berbentuk

seperti cawan (volva) berwarna coklat tua keabu-abuan dengan bagian batang

berwarna cokelat muda (Wiardani, 2010: 9).

Page 19: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

8

Tudung mempunyai diameter 5-14 cm dengan bentuk bundar telur yang

kemudian menggenta atau cembung dan pada jamur yang sangat tua kadang-kadang

mendekati rata; permukaan kering, warna coklat sampai coklat keabu-abuan, kadang

bergaris-garis. Bilah rapat-rapat, bebas, lebar, putih ketika masih muda dan menjadi

merah jambu jika spora menjadi dewasa. Tangkai dengan panjang 3-8 cm, diameter

5-9 mm, biasanya menjadi gemuk di bagian dasar, licin, putih, dan kuat. Cadar

umumnya berupa membran, menbentuk volva seperti mangkuk tebal yang terdapat

pada dasar tangkai; volva berwarna putih kekuningan atau coklat kotor, sering kali

bercuping. Jejak spora merah jambu, ukuran spora 7-9 x 5-6 mikron, menjorong dan

licin (Wydia, 2008:9).

2.3 Reproduksi Jamur Merang

Menurut Gandjar dan Sjamsuridzal (2006: 49) Fungi filum Ascomycota dan

Basidiomycota yang bereproduksi secara seksual menghasilkan karpus atau tubuh

buah (fruiting bodies) seksual yang di dalaamnya dihasilkan askus (jamak: asci) atau

basidium (jamak: basidia) yang menghasilkan spora seksual, yaitu masing-masing

askospora atau basidiospora. Ada empat tipe karpus seksual yang diketahui, salah

satu tipenya adalah perithecium yang terdapat pada Ascomycota. Perithecium

berbentuk seperti labu dengan leher panjang yang pada ujungnya mempunyai lubang

atau osteol. Pembentukan perithecium diawali dengan pembentukan suatu

askogonium yang berciri khas, yaitu berbentuk seperti kumparan. Askus-askus

terdapat pada stroma di bagian bawah dalam perithecium yang sudah dewasa. Askus-

askus tersebut ditopang oleh parafisa, yaitu hifa-hifa steril. Pada bagian leher

Page 20: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

9

perthecium sebelah dalam dekat dengan osteol terdapat perifisa yang arahnya justru

menghadap ke bagian dalam dari ronggaa perithecium.

Basidium adalah karpus seksual pada Basidiomycota. Basidiospora terbentuk

pada bagian luar dari basidium, dan duduk pada suatu sterigma, sehingga

berhubungan langsung dengan lingkungan luar. Basidium tersebut terbentuk pada

suatu lapisan miselium yang disebut himenium. Diantara basidia (jamak basidium)

terdapat sejumlah sel yang besar mirip dengan basidium, yaitu sel-sel probasidium

(akan menjadi basidium) dan sel-sel sistidium yang berfungsi menegakkan basidium

sekaligus menjaga kelembapan lingkungan sekitar basidium. Ada dua tipe basidium

yang dikenal, yaitu tipe holobasidium dan tipe fragmobasidium. Holobasidium

adalah basidium bersel satu yang membesar, berbentuk semi bulat dengan bagian

atas agak lebar, dapat berbentuk seperti gada atau garpu. Fragmobasidium adalah

basidium yang mempunyai septaa transversal, umumnya dengan sterigmata yang

panjang. Jumlah sterigmata dapat dua, dapat juga empat.

Pembentukan basidiospora disebut basidiosporogenesis. Umumnya bentuk

basidium pada pada tipe holobasidium seperti gada dan terbentuk pada ujung hifa

yang dikariotik, sedangkan pada heterobasidium dihasilkan teliospora yang terminal

atau interkalar. Suatu septum pada holobasidium memisahkan sel basidium terminal

tersebut dari sel hifa yang lain. Sel terminal ini yang semula sempit dan panjang

kemudian melebaratau membesar. Selama proses pelebaran berlangsung kedua

nukleus mengalami kariogenesis. Nukleus zigot yang terbentuk mengalami meiosis

dengan menghasilkan empat anak nukleus. Sementara itu pada ujung basidium

muncul empat tonjolan yang kemudian memanjang yang disebut sterigmata. Vakuola

Page 21: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

10

yang terdapat pada bagian bawah basidium membesar dan seakan-akan mendorong

masing-masing anak nukleus untuk masuk ke dalam sterigmata. Dengan demikian

basidium yang sempurna mempunyai 4 basidiospora.

Secara singkat reproduksi secara seksual yaitu daur hidup Basidiomycota

dimulai dari pertumbuhan spora basidium. Spora basidium akan tumbuh menjadi

benang hifa yang bersekat dengan satu inti, kemudian hifa membentuk miselium.

Reproduksi seksual dengan cara membentuk basidiospora. Hifa (+) dan hifa (-)

saling mendekat dan dinding selnya larut (plasmogami) sehingga terbentuk hifa

dengan inti dua haploid yang berpasangan (dikariotik). Hifa tersebut kemudian

tumbuh menjadi miselium sekunder (dikariotik). Ujung miselium dikariotik

berkembang menjadi basidium. Dua inti haploid dalam basidium bersatu menjadi 2n

(kariogami). Setelah itu terbentuk empat tonjolan pada ujung basidium (sterigma).

Inti 2n membelah secara meiosis menjadi 4 inti haploid dan bergerak menuju

sterigma membentuk basidiospora. Basidiospora ini kemudian tumbuh menjadi hifa

bersekat (n). Selanjutnya reproduksi aseksual melewati proeses, yaitu spora basidium

(konidium) akan berubaah menjadi benang hifa (bersekat, satu inti) dan kemudian

akan berubah menjadi miselium (Campbell, dkk, 2003: 194).

Lebih lanjut, Suradji (2011:6) juga menjelaskan bahwa kehidupan jamur

merang berawal dari spora (basidiospora) yang kemudian akan berkecambah

membentuk hifa yang berupa benang-benang halus. Hifa ini akan tumbuh ke seuruh

bagianmedia tumbuh. Dari kumpulan hifa atau miselium akan terbentuk gumpalan

kecil seperti simpul benang yang menandakan bahwa tubuh buah jamur merang

mulai terbentuk. Simpul tersebut berbentuk atau lonjong dan dikenal dengan stadia

Page 22: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

11

kepala jarum (pinhead) atau primordia. Simpul ini akan membesar dan disebut stadia

kancing kecil (small button). Selanjutnya stadia kancing kecil akan terus membesar

mencapai stadia kancing (button) dan stadia telur (egg). Pada stadia ini tangkai dan

tudung yang tadinya tertutup selubung universal mulai membesar. Selubung tercabik,

kemudian diikuti stadia perpanjangan (elongation). Cawan (volva) pada stadia ini

terpisah dengan tudung (pileus) karena perpanjangan tangkai (stalk) stadia terakhir

adalah stadia dewasa tubuh buah.

Pada stadia kancing yang telah membesar akan terbentuk bilah. Bilah yang

matrang akan memproduksi basidia dan basidiospora, kemudian tudung membesar.

Pada waktu itu selubung universal yang semula membungkus seluruh tubuh buah

akan tercabik. Tudung akan teranagkat ke atas karena memanjangnya batang,

sedangkan selubung universal yang sobek akan tertinggal di bawah dan disebut

cawan. Tipe perkembangan tubuh buah seperti ini disebut tipe angiocarpic.

Pada tipe perkembangan yang lain, yaitu gymnocarpic, lapisan universal tidak

terbentuk. Sisi dari pembesaran tudung dihubungkan dengan batang oleh selubung

dalam. Pada waktu bilah membesar, selubung dalam tercabik dan melekat melingkari

batang membentuk cincin atau anulus.

2.4 Manfaat Konsumsi Jamur Merang

Menurut Isnawan (2010 : 43) kandungan antibiotik jamur merang berguna

untuk mencegah penyakit anemia, menurunkan darah tinggi, dan mencegah penyakit

kanker. Eritadenin pada jamur merang dikenal sebagai penawar racun. Sebagaimana

jamur kancing, kandungan pati, kalori, dan kolesterol pada jamur merang pun rendah

Page 23: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

12

sehingga bermanfaat untuk obat pelangsing tubuh dan mencegah penyakit jantung.

Kandungan asam folat cukup tiggi yag bermanfaat untuk penyakit anemia. Enzim

tripsin yang dihasilkan dapat membantu dalam proses pencernaan. Selain itu,

senyawa volvatoksin dan flammutoksin jamur merang berkhasiat untuk memperkuat

jantung.

2.5 Media Tanam Jamur Merang

Jamur ini sudah telanjur mendapat sebutan jamur merang walaupun tidak

selalu tumbuh di merang (tangkai padi). Jamur ini sebenarnya juga dapat tumbuh

pada media atau sisa-sisa tanaman yang memiliki sumber selulosa, seperti limbah

pabrik kertas, imbah biji kopi, ampas sagu, sisa kapas dan kulit pala (Achmad, dkk

2011:133). Menurut Fabelico (2012:5) semua bahan yang mengandung lignoselulosa

dapat digunakan sebagai media budidaya jamur merang.

Jerami padi yang akan digunakan sebagai substrat dipilih hanya yang masih

baru dipanen dan disimpan dalam kondisi kering. Jerami yang dibutuhkan berukuran

panjang sekitar 50 cm atau 60 cm). Jerami disatukan dengan posisi yang sama dan

diikat menjadi ikatan dengan diameter sekitar 10 cm, kemudian semua ikatan

dipotong ujungnya. Tujuan agar diperoleh jerami yang panjangnya seragam, yaitu

sepanjang lebar bedeng (Achmad dkk, 2011: 137).

2.6 Potensi Sekam dan Jerami Sebagai Media Tanam Jamur Merang

Menurut Fabelico (2012:5) semua bahan yang mengandung lignoselulosa

dapat digunakan sebagai media budidaya jamur merang V. volvacea. Selanjutnya,

Page 24: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

13

unsur mineral untuk pertumbuhan jamur meliputi unsur makro (K, P, Ca, Mg, dll.)

dan unsur mikro (Zn, Cu, dll.). Unsur fosfor (P) dan kalium (K) diserap dalam

bentuk potasium phosphat. Unsur P berperan dalam penyusunan membran plasma,

molekul organik seperti ATP, dan asam nukleat. Unsur potasium (K) berperan dalam

aktivitas enzim metabolisme karbohidrat dan keseimbangan ionik (Marlina dan

Siregar, 2001:16).

Menurut Wijaya dan Qurnia (2015:28), sekam mentah (tidak dibakar) mudah

mengikat air, tidak mudah lapuk, merupakan sumber kalium (K) dan tidak mudah

menggumpal atau memadat sehingga akar tanaman dapat tumbuh sempurna.

Selanjutnya pada teknik aklimatisasi planlet anthurlum, penggunaan sekam mentah

dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hal ini berdasarkan penelitian Marlina

dan Siregar (2007:40), media arang sekam dan sekam mentah menghasilkan

pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, dan lebar daun)

paling baik pada teknik aklimatisasi planlet anthurlum.

Ukoima, dkk (2009:1060) mengatakan bahwa pertumbuhan diameter pileus

jamur merang pada media tanam sekam memiliki pertumbuhan lebih baik

dibandingkan dengan media tanam tandan kosong kelapa sawit, serbuk kayu dan

tanah kebun. Sedangkan jerami merupakan media konvensional yang dipercayai oleh

petani maupun peneliti baik bagi pertumbuhan jamur merang.

Page 25: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

14

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan fokus penelitian pada

pertumbuhan jamur merang pada masing-masing media tanam, yaitu media tanam

jerami dan sekam padi dengan persentase yang berbeda. Pendekatan penelitian ini

adalah pendekatan kuantitatif.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen, menggunakan

Rancangan Acak Lengkap (RAL) non-faktorial yang terdiri dalam 5 perlakuan, yaitu

1 kelompok perlakuan kontrol, dan 4 kelompok perlakuan dengan variasi persentase

kompos jerami dan kompos sekam padi. Pada penelitian ini perlakuan P0 merupakan

media tanam kompos jerami 100%, perlakuan P1 adalah media tanam kompos sekam

padi 25% + jerami 75%, P2 adalah media tanam kompos jerami 50% + kompos

sekam padi 50%, P3 adalah media tanam kompos jerami 25% + kompos sekam padi

75%, dan P4 adalah media tanam kompos sekam padi 100%. Rancangan penelitian

dirangkum pada Tabel 3.1.

Page 26: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

15

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Perlakuan Ulangan

I II III IV V

P0 P0 I P0 II P0 III P0 IV P0 V

P1 P1 I P1 II P1 III P1 IV P1 V

P2 P2 I P2 II P2 III P2 IV P2 V

P3 P3 I P3 II P3 III P3 IV P3 V

P4 P4 I P4 II P4 III P4 IV P4 V

Keterangan

P0 = media tanam kompos jerami 100%

P1 = media tanam kompos sekam padi 25% + jerami 75%

P2 = media tanam kompos Jerami 50% + kompos sekam padi 50%

P3 = media tanam kompos Jerami 25% + kompos sekam padi 75%

P4 = media tanam kompos sekam padi 100%

Dalam rancangan acak lengkap dapat diketahui ulangan dengan formula

Ferderer:

( )( )

Dimana,

Dari 5 perlakuan diatas, maka jumlah ulangan pada tiap perlakuan adalah

( )( )

( )( )

( )( )

( )

( )

( )

( )

Berdasarkan formula tersebut, penelitian ini terdiri atas 5 perlakuan dan 5 ulangan.

Page 27: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

16

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tempat budidaya jamur merang Thohari

Bioteknologi & Farm di Desa Kaye Adang, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten

Aceh Besar. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu dari Bulan Desember

2016 sampai dengan Januari 2017.

3.3 Objek Penelitian

Objek Penelitian ini adalah jamur merang putih yang ditanam pada berbagai

variasi persentase kompos jerami dan kompos sekam padi.

3.4 Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Alat

1. Peralatan pasteurisasi

2. Terpal 2 unit

3. Sekrop 1 unit

4. Sensor suhu dan kelembaban 2 unit

5. Microkontroller arduino 1 unit

6. Timbangan 1 unit merek Hoa Sen kapasitas 2 kg

7. Kardus 25 unit

8. Bak Celup 1 unit

9. Rumah Jamur dengan panjang 8 m, lebar 4 m, dan tinggi 4 m.

Page 28: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

17

b. Bahan

1. Jerami padi 62,5 Kg

2. Sekam padi 50 Kg

3. Dedak halus 11,25 Kg

4. Kapur 11,25 Kg

5. Air secukupnya

3.5 Prosedur Penelitian

a. Pengomposan Jerami

Untuk membuat media jerami dibutuhkan 62,5 Kg jerami padi, 12,5 Kg

(20%) dedak dan 6,25 Kg (10%) kapur (CaCO3). Langkah-langkah pembuatan media

jerami padi adalah sebagai berikut:

1. Jerami padi direndam hingga merata dalam bak air.

2. Jerami padi yang telah direndam, diangkat sambil ditiriskan kemudian disusun

diatas terpal plastik yang telah disiapkan. Jerami padi disusun secara merata

dengan ketebalan 30 cm.

3. Kapur ditaburkan diatas jerami hingga merata. Penaburan ini dilakukan pada

setiap 30 cm jerami padi yang telah disusun. Proses ini terus dilakukan sampai

kedua bahan tersebut habis tercampur.

4. Bahan-bahan yang telah tercampur kemudian dikomposkan dengan cara disekap

dengan menggunakan terpal plastik. Penyekapan ini dilakukan selama lima hari.

Pada hari kelima, jerami yang telah disekap kemudian dibuka dan dilakukan

Page 29: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

18

pembalikan. Hal ini dimaksudkan agar kematangan komposan yang dihasilkan

sempurna.

5. Jerami yang telah dibalik, kemudian ditaburi dedak pada permukaannya secara

merata, dan kemudian disekap kembali hingga hari kesepuluh.

b. Pengomposan Sekam Padi

Pembuatan media tanam (kompos) sekam padi membutuhkan 50 Kg sekam

padi, 10 Kg (20%) dedak dan 5 Kg (10%) kapur (CaCO3). Langkah-langkah

pembuatan media jerami padi adalah sebagai berikut :

1. Sekam padi direndam terlebih dahulu didalam bak air. Khusus untuk sekam

padi, bak air yang digunakan untuk merendam dilapisi karung goni pada bagian

bawah dan kedua sisinya. Pelapisan ini dimaksudkan agar pada saat

perendaman, sekam padi tidak ikut terbawa air.

2. Sekam padi yang telah direndam diangkat dan ditiriskan agar kandungan air

berkurang.

3. Sekam padi disusun secara merata diatas terpal plastik dengan ketebalan 30 cm.

4. Setiap ketebalan 30 cm, sekam padi ditaburi campuran kapur, urea dan dedak.

5. Setelah proses penaburan kapur dan dedak, selanjutnya adalah penyekapan

dengan terpal plastik. Penyekapan ini dilakukan selama 30 hari, pada hari

kesembilan, terpal penyekap dibukadan kemudian dilakukan penyiraman media

kompos. Penyiraman ini bertujuan agar komposan tidak terlalu kering serta

dapat menjaga kelembaban disaat proses dekomposisi.

Page 30: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

19

c. Pengkombinasian Media

Media jerami dan media sekam dikombinasikan dalam 3 perlakuan dengan

persentase yang bervariasi, sedangkan dua perlakuan lainnya tidak dikombinasikan

karena terdiri dari 100% media jerami dan 100% media sekam. Untuk

mengkombinasikan kedua media tersebut dibutuhkan keterampilan tersendiri

disebabkan oleh struktur jerami dan sekam yang sukar menyatu. Oleh sebab itu

sebelum dicampurkan, limbah media sekam digiling terlebih awal sehingga

berbentuk serbuk. Hal ini dilaksanakan agar kedua media dapat terkombinasikan

dengan baik.

Perlakuan kombinasi terdiri dari 3 (tiga) perlakuan, antara lain sebagai

berikut;

a. Perlakuan ke-1, terdiri dari 5 Kg jerami (100% jerami) tanpa kombinasi.

b. Perlakuan ke-2, terdiri dari 3,75 Kg jerami + 1 Kg sekam (75% jerami dan 25%

sekam).

c. Perlakuan ke-3, terdiri dari 2,5 Kg jerami + 2 Kg sekam (50% jerami dan 50%

sekam).

d. Perlakuan ke-4, terdiri dari 1,25 Kg jerami + 3 Kg sekam (25% jerami dan 75

sekam).

e. Perlakuan ke-5, terdiri dari 4 Kg sekam (100% sekam) tanpa kombinasi.

Perbedaan berat kedua media pada setiap perlakuan tersebut disebabkan

kedua media tersebut memiliki berat yang berbeda dengan volume media yang sama.

Supaya setiap perlakuan memiliki ukuran/luas media yang sama maka setiap plot

diukur dengan volume (tidak diukur dengan berat). Plot setiap perlakuan berbentuk

Page 31: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

20

persegi panjang dengan ukuran panjang 35 cm, lebar 23,5 cm dan tinggi 14 cm.

Volume dari setiap plot adalah 11515 atau 0,011515 .

d. Penguapan Panas

Uap air yang dihasilkan lewat pemanasan pada drum yang berisi air, dialirkan

ke kumbung, melalui pipa besi yang terdapat pada bagian depan drum. Media dan

kumbung dilakukan penguapan panas selama 8 jam dengan suhu 70oC. Setelah

penguapan panas selesai, kumbung dibiarkan selama satu hari hingga suhunya turun

sekitar 30oC sebelum dilakukan penanam bibit. Penguapan panas bertujuan untuk

memusnahkan organisme-organisme atau pesaing-pesaing dalam pertumbuhan jamur

merang.

e. Penanaman Bibit

Penanaman bibit dilakukan sehari setelah pasteurisasi, suhu pada saat

penanaman bibit adalah 300C. Hal ini untuk mencegah tumbuhnyajamur kontaminan.

Percobaan ini menggunakan jenis bibit yang sama, hal ini dimaksudkan untuk

mengetahui jumlah bibit yang tumbuh pada media yang berbeda. Bibit yang

digunakan adalah bibit merek Merdeka Tani, Malang. Pada penelitian ini, setiap

percobaan menggunakan 120 baglog bibit yang ditanam pada satu kumbung.

Sebelum penanaman bibit kumbung dibuka selama 10 menit, hal ini untuk

membuang gas amoniak yang terdapat di dalam kumbung. Kemudian bibit ditanam

dengan rata pada permukaan media. Tahapan selanjutnya adalah menutup kumbung

dengan rapat.

Page 32: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

21

f. Pemeliharaan

Pemeliharaan terdiri dari penyiraman (penyemprotan), pengaturan suhu dan

kelembaban udara dalam kumbung, steam pemeliharaan, serta pengendalian hama

dan penyakit. Penyemprotan kabut air dilakukan pada hari keempat setelah

penanaman bibit dengan menggunkan sprayer. Waktu penyiraman dilakukan pada

pagi hari (pukul 08.00 WIB). Air yang digunakan untuk penyemprotan adalah air

bersih, dan tidak berbau. Penyemprotan dilakukan dengan sangat hati-hati, agar tidak

menimbulkan kerusakan pada media tanam. Setelah penyemprotan selesai jendela

kumbung dibuka selama beberapa saat agar sirkulasi udara berjalan dengan baik dan

ini juga berfungsi untuk pengaturan suhu dan kelembaban udara.

Dalam penelitian ini, suhu dan kelembaban udara diatur dengan membuka

dan menutup pintu dan jendela kumbung dengan berdasarkan pengamatan suhu dan

kelembaban menggunakan sensor suhu dan kelembaban, sensor ini dikontrol oleh

mikrokontroller Arduino dan kemudian ditampilkan di layar LCD.

g. Pengendalian Hama

Pengendalian hama dan penyakit pada penelitian ini dilakukan dengan

menutup rapat kumbung, serta tidak mengijinkan sembarang orang masuk kedalam

kumbung.

h. Pengukuran dan Pengambilan Data

Pengukuran dan pengambilan data dilaksanakan 3 hari setelah penanaman

bibit. Hal tersebut bertujuan untuk memantau kemunculan pin head atau primodial

jamur merang dari masing-masing plot dari berbagai perlakuan dan ulangan.

Selanjutnya, pengukuran pertumbuhan jamur merang dilakukan pada saat jamur

Page 33: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

22

merang berada pada fase telur atau kancing. Teknik panen yang digunakan adalah

teknik tiga jari, sedangkan waktu pemanenan dilakukan pada pagi hari.

Pengukuran parameter penelitian yang digunakan adalah mengukur

pertumbuhan jamur merang. Pengukuran pertumbuhan jamur merang yang akan

diukur dalam penelitian ini adalah diameter pileus jamur merang, berat basah panen

(diukur dalam satuan gram) dan lama waktu muncul pinhead atau primordial (per 24

jam). Pengukuran diameter pileus jamur merang menggunakan jangka sorong adapun

cara mengukurnya adalah secara vertikal. Berat basah jamur merang diukur

menggunakan timbangan bermerek Hoasen dengan kapasitas 2 Kilogram dan gradasi

10 gram, sedangkan jumlah jamur merang ditentukan dengan menghitung jumlah

tubuh buahnya. Pengukuran dilaksanakan setiap hari selama 10 hari masa panen.

Page 34: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

23

Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian

Jerami Sekam

Pengomposan Pengomposan

Dikombinasikan

100% J 25% J

75% S

50% J 50% S

100% S 25% S 75% J

Dimasukkan kedalam kumbung

Penguapan panas

Penanaman bibit

pemeliharaan

Pengambilan data

Page 35: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

24

3.6 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan ANOVA (Analysis of Varian) satu arah

dengan nilai p < 0,05 dianggap signifikan yang dijelaskan oleh Hanafiah (2005: 33),

dengan persamaan berikut:

Y = µ + τ + ϵ

Keterangan:

Y = nilai pengamatan hasil percobaan

µ = nilai rata-rata (mean) harapan

τ = pengaruh faktor perlakuan

ϵ = pengaruh galat (experimental error)

(Hanafiah, 2005: 33)

Untuk menerima atau menolak hipotesis digunakan taraf uji (α 0,05) dengan

ketentuan jika Fhitung ≥ Ftabel, maka diantara tiap perlakuan terdapat perbedaan yang

nyata, maka Ha diterima, sebaliknya jika Fhitung ≤ Ftabel maka Ha tidak diterima.

Selanjutnya, jika terdapat perbedaan yang nyata, maka dilakukan uji lanjutan dengan

ketentuan:

1. Jika KK besar (minimal 10% pada kondisi homogen atau minimal 20% pada

kondisi heterogen), uji lanjutan yang digunakan adalah uji Duncan.

2. Jika KK sedang (antara 5-10% pada kondisi homogeny atau antara 10-20% pada

kondisi heterogen), uji lanjutan yang dipakai adalah uji BNT (Beda Nyata

Terkecil).

3. Jika KK kecil (maksimal 5% pada kondisi homogen atau maksimal pada 10%

kondisi heterogen), uji lanjutan yang dipakai adalah uji BNJ (Beda Nyata Jujur).

Rumus koefisien keragaman (KK) adalah:

KK = √

x 100%

Keterangan :

KK = Koefisien keragaman

KTG = Kuadrat Tengah Galat

ỷ = rata-rata seluruh percobaan

(Hanafiah, 2005: 39-41)

Page 36: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pertumbuhan jamur merang dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya

adalah media tumbuh. Penelitian ini menggunakan media jerami dan sekam dengan

persentase yang berbeda-beda dan pada setiap perlakuan menunjukkan pertumbuhan

jamur merang yang berbeda. Sebelum pembuatan perlakukan, media pertumbuhan

jamur merang terlebih dahulu dikomposkan jerami dan sekam masing-masing

berturut-turut kurang lebih selama 10 dan 30 hari. Kematangan kompos media

ditandai dengan perubahan warna media menjadi lebih pekat dari sebelumnya, selain

itu keberadaan koloni jamur pendegradasi (decomposer) dari kelompok

Actynomycetes yang ditandai dengan hadirnya bintik-bintik putih pada kedua media

tersebut juga merupakan indikasi kematangan kompos media pertumbuhan jamur

merang.

Pertumbuhan jamur merang diukur berdasarkan tiga variabel utama yaitu

berat basah jamur, diameter pileus, dan jumlah jamur yang tumbuh. Variabel

pendukung dalam penelitian ini difokuskan pada pengamatan pinhead jamur merang

yang pertama muncul pada setiap perlakuan.

4.1.1 Berat Basah Jamur Merang

Hasil pengukuran berat basah jamur merang pada setiap perlakuan disajikan

pada Tabel 4.1.

Page 37: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

26

Tabel 4.1 Berat Basah Jamur Merang (gram) / Plot

Perlakuan Berat Basah

Jumlah Rata-rata 1 2 3 4 5

P0 245 185 100 135 245 910 182

P1 235 272 276 220 217 1220 244

P2 384 318 185 268 315 1470 294

P3 330 302 251 320 270 1473 294,6

P4 257 251 280 297 292 1377 275,4

Jumlah Total 6450 1290

Tabel 4.1 menunjukkan jamur merang dapat tumbuh pada media kombinasi

jerami dan sekam. Berdasarkan hasil perhitungan berat basah jamur merang pada

kelima perlakuan yang memiliki bobot terberat yaitu media jamur merang hasil

campuran 75% sekam dan 25% jerami (P3), diikuti perlakuan P2 yang tidak jauh

berbeda dengan perlakuan P3. Kemudian diikuti perlakuan P4, P1 dan P0.

Hasil analisis data menggunakan Analisis Varian (ANAVA) menunjukkan

perbedaan persentase media jerami dan media sekam berpengaruh terhadap

pertumbuhan jamur merang dengan nilai Fhitung ≥ Ftabel pada taraf kepercayaan 95%

(α= 0,05) yaitu 4,65 > 2,87, sehingga dapat dinyatakan perbedaan persentase media

jerami dan sekam berpengaruh terhadap berat basah jamur merang. Rekapitulasi hasil

Analisis Varian disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Analisis Varian Berat Basah Jamur Merang

Sumber

Keragaman

(SK)

Derajat

Bebas

(DB)

Jumlah

Kuadrat

(JK)

Kuadrat

Tengah

(KT)

F Hitung

F Tabel

α=0,05 α=0,01

Perlakuan 4 44551,6 11137,9 4,65** 2,87 4,43

Galat 20 47904,4 2395,22

Total 24 92456

Keterangan: ** berbeda sangat nyata

Page 38: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

27

Berdasarkan Tabel 4.2 bahwa persentase media sekam dan media jerami yang

berbeda-beda berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur merang. Selanjutnya

dilakukan uji lanjut berdasarkan koefisien keragaman (KK) yang diperoleh, yaitu Uji

Duncan pada taraf kepercayaan α=0,05 untuk menganalisis perbedaan antar tiap

perlakuan disajikan dalam Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Hasil Analisis Uji Duncan Berat Basah Jamur Merang

Keterangan:

*: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama

bermakna tidak berbeda nyata antar perlakuannya.

J: media jerami, S: media sekam

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa berat basah jamur merang pada perlakuan P1,

P2, P3 dan P4 tidak berbeda nyata, namun berbeda nyata terhadap P0. Bermakna

bahwa penambahan sekam dengan berbagai persentase sebagai media jamur merang

lebih efektif dan mampu meningkatkan berat basah lebih baik dibandingkan media

jerami 100%.

4.1.2 Jumlah Tubuh Buah Jamur Merang

Hasil pengukuran jumlah tubuh buah jamur merang dipaparkan pada tabel

4.4. Jumlah tubuh buah jamur merang terbanyak terdapat pada perlakuan P3 dengan

jumlah rata-rata sebanyak 29. Kemudian diikuti perlakuan P2, P1, dan P4 berturut-turut

menghasilkan jumlah rata-rata jamur merang pada setiap ulangannya adalah

sebanyak 24, 22, 21. Adapun jumlah jamur terendah diperoleh pada P0 yaitu

Perlakuan Rataan Berat

Basah DMRT0,05

*

P0 (100% J) 182 246,6a

P1 (75% J 25% S) 244 308,6b

P2 (50% J 50% S) 294 363,6bcd

P3 (25% J 75% S) 294,6 365,7bcde

P4 (100% S) 275,4 343,25bc

Page 39: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

28

berjumlah 13 tubuh buah jamur merang. (Lampiran 2). Hasil pengukuran disajikan

pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Jumlah Tubuh Buah Jamur Merang yang Tumbuh pada Setiap Perlakuan

Perlakuan Jumlah Jamur

Jumlah Rata-rata 1 2 3 4 5

P0 24 7 7 11 14 63 13

P1 19 30 22 20 19 110 22

P2 34 24 13 19 28 118 24

P3 29 31 28 27 28 143 29

P4 17 26 24 23 16 106 21

Jumlah Total 540 107,9

Berdasarkan hasil analisis data jumlah jamur merang yang tumbuh

menggunakan Analisis Varian (ANAVA) dihasilkan nilai Fhitung ≥ Ftabel pada taraf

kepercayaan 95% (α=0,05) yakni 5,31 > 2,87, sehingga dapat dinyatakan perbedaan

persentase media jerami dan sekam berpengaruh terhadap jumlah jamur merang.

Rekapitulasi hasil Analisis Varian disajikan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Analisis Varian Jumlah Tubuh Buah Jamur Merang

Sumber

Keragaman

(SK)

Derajat

Bebas

(DB)

Jumlah

Kuadrat

(JK)

Kuadrat

Tengah

(KT)

F Hitung

(Fh)

F Tabel (Ft)

α=0,05 α=0,01

Perlakuan 4 671,6 167,9 5,31* 2,87 4,43

Galat 20 632,4 31,62

Total 24 1304

Keterangan: * berbeda nyata

Berdasarkan koefisien keragaman (KK) yaitu 26% maka dilakukan uji lanjut

Duncan pada taraf kepercayaan 95% (α=0,05) untuk menganalisis perbedaan antar

tiap perlakuan. Data analisis uji Duncan disajikan dalam Tabel 4.6

Page 40: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

29

Tabel 4.6. Hasil Analisis Uji Duncan Jumlah Tubuh Buah Jamur Merang

Keterangan:

*: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama

bermakna tidak berbeda nyata antar perlakuannya.

J: media jerami, S: media sekam.

Pada Tabel 4.6 terlihat bahwa jumlah jamur merang pada perlakuan P1, P2, P3

dan P4 tidak berbeda nyata, namun keempat perlakuan tersebut berbeda nyata

dengan P0.

4.1.3 Diameter Pileus Jamur Merang

Hasil pengukuran dan analisis menunjukkan diameter pileus jamur merang

bervariasi pada setiap perlakuan. Diameter pileus jamur merang terbesar diperoleh

pada perlakuan P1, kemudian diikuti perlakuan P4, P2, P3 dan P0 berturut-turut dengan

diameter 2,79 cm, 2,73 cm, 2,72 cm dan 2,7 cm. (Lampiran 2). Hasil pengukuran

diameter pileus jamur merang disajikan pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Ukuran Diameter Pileus Jamur Merang (cm)

Perlakuan

Diameter Pileus Jumlah Rata-rata

1 2 3 4 5

P0 2,56 3,069 2,41 2,56 2,90 13,506 2,70

P1 2,795 2,87 2,97 2,7 2,74 14,075 2,81

P2 2,38 2,9 2,83 2,71 2,86 13,68 2,73

P3 2,75 2,66 2,474 3,024 2,7 13,61 2,72

P4 2,69 2,78 2,8 3,1 2,58 13,95 2,79

Jumlah Total 68,814 13,76

Perlakuan Jumlah Rata-rata

Jamur merang

DMRT0,05*

P0 (100% J) 13 19a

P1 (75% J 25% S) 22 30bc

P2 (50% J 50% S) 24 32bcd

P3 (25% J 75% S) 29 34bcde

P4 (100% S) 21 28,5b

Page 41: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

30

Berdasarkan hasil analisis varian (ANAVA) diameter pileus jamur merang

dihasilkan nilai Fhitung ≤ Ftabel pada taraf kepercayaan 95% (α=0,05) yaitu 0,127<2,87,

sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan persentase media jerami dan sekam

tidak berbeda nyata terhadap ukuran diameter pileus jamur merang. Rekapitulasi

hasil Analisis Varian diameter pileus jamur merang disajikan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Analisis Varian Ukuran Diameter Jamur Merang

Sumber

Keragaman

(SK)

Derajat

Bebas

(DB)

Jumlah

Kuadrat (JK)

Kuadrat

Tengah

(KT)

F Hitung

(Fh)

F Tabel (Ft)

α=0,05

Perlakuan 4 0,0452 0,0113 0,127ns

2,87

Galat 20 1,782 0,0891

Keterangan: ns: tidak berbeda nyata

4.2 Pembahasan

Pemilihan media tanam merupakan salah satu langkah yang penting dalam

budidaya jamur merang. Penelitian ini menggunakan media tanam dari limbah jerami

dan limbah sekam. Dalam penelitian ini dilaksanakan dua kali pengomposan sebab

terdapat dua macam media tanam yaitu jerami dan sekam. Lama pengomposan kedua

media ini berbeda disebabkan tingkat kelapukan setiap media juga berbeda. Media

dengan tingkat kelapukan tinggi seperti jerami masa pengomposannya lebih singkat

dibandingkan media dengan media dengan tingkat kelapukan rendah seperti limbah

sekam. Pengomposan jerami membutuhkan waktu selama 10 hari, hal ini

berdasarkan Sumiati dan Djuariah (2007:20) bahwa pada hari ke-10 atau ke-12

media jerami sudah menjadi kompos sehingga dapat digunakan sebagai substrat

jamur merang. Setelah jangka waktu tersebut pada jerami dan sekam ditemukan

bintik-bintik putih yaitu koloni jamur pendegradasi (decomposer) kelompok

Actynomycetes. Selanjutnya berdasarkan Ukoima (2009) pengomposan sekam

Page 42: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

31

membutuhkan waktu pengomposan lebih lama yaitu 30 hari dan ditemukan juga

jamur pendegradasi (decomposer). Pengomposan media yang tepat akan

menghasilkan pertumbuhan jamur merang yang baik.

Penelitian ini memiliki 3 (tiga) parameter untuk mengukur pertumbuhan

jamur merang, diantaranya adalah berat basah tubuh buah jamur merang, jumlah

tubuh buah jamur merang dan diameter pileus jamur merang. Hasil penelitian

menunjukkan berat basah jamur merang terbaik berdasarkan nilai rata-rata diperoleh

pada perlakuan P3 dan P2 dengan berat masing-masing 294,6 gram dan 294 gram.

Berat basah terendah diperoleh pada perlakuan P0 dengan berat basahnya 182 gram.

Berat basah jamur merang pada perlakuan dengan persentase media sekam yang

lebih tinggi memiliki hasil yang lebih unggul. Hal tersebut disebabkan oleh

kemampuan media sekam mengikat air lebih banyak ketimbang media jerami

sehingga air yang tersedia dapat diserap lebih banyak dan menghasilkan jamur

merang dengan tingkat berat basah lebih tinggi dari jamur merang yang tumbuh di

media lain. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Wijaya dan Qurnia (2015:28)

mengatakan bahwa sekam (tidak dibakar) mudah mengikat air, tidak mudah lapuk,

merupakan sumber kalium (K) dan tidak mudah menggumpal atau memadat

sehingga akar tanaman dapat tumbuh sempurna. Sama halnya dengan tanaman,

walaupun jamur tidak memiliki akar seperti tumbuhan namun jamur merang

memiliki kumpulan hifa yang disebut miselium yang dapat menyebar lebih mudah.

Selain itu media sekam juga memiliki keunggulan dengan porositas yang baik dan

tidak padat.

Page 43: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

32

Adapun jumlah tubuh buah jamur merang sangat ditentukan oleh penyebaran

dan kepadatan miselium. Berdasarkan hasil penelitian jumlah rata-rata tubuh buah

jamur merang terbanyak diperoleh pada perlakuan P3 yaitu 29 jamur dan diikuti P2

yaitu 24 jamur. Jumlah tubuh buah jamur terendah diperoleh pada perlakuan P0. Hal

tersebut diperkuat dan didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya, diantaranya

yaitu Akinyele dan Adetuyi (2005:1391), yang mengatakan bahwa limbah sekam

berpengaruh baik terhadap penyebaran dan kepadatan miselium. Riduwan, dkk

(2013:78), juga melaporkan bahwa pertumbuhan miselium jamur merang

selanjutnya akan tumbuh menjadi jamur merang. Pernyataan ini didukung dengan

Widiyastuti (2008: 43) memaparkan bahwa, pertumbuhan jamur dimulai dari

perkembangbiakan miselium yang kemudian akan tumbuh ke tahap pertumbuhan

tubuh buah.

Selanjutnya rata-rata ukuran diameter pileus jamur merang tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata, diameter terbesar diperoleh pada perlakuan P1

dan terkecil terdapat pada perlakuan P0 dengan nilai rata-rata 2,815 cm dan 2,70 cm.

Walaupun tidak berbeda nyata, namun pada setiap perlakuan tersebut jelas

menunjukkan bahwa perlakuan menggunakan media jerami 100% memiliki

pertumbuhan diameter pileus terkecil, artinya perlakuan menggunakan media sekam

100% dan perlakuan menggunakan media campuran antara kedua media tersebut

memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan P0. Pernyataan ini diperkuat dengan

penelitian sebelumnya oleh Ukoima dkk (2009: 1060) yang menyatakan bahwa

pertumbuhan diameter pileus jamur merang pada media tanam sekam memiliki

pertumbuhan lebih baik dibandingkan dengan media tanam tandan kosong kelapa

Page 44: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

33

sawit, serbuk kayu dan tanah kebun. Artinya kompos limbah sekam sebagai media

tanam jamur merang berpengaruh baik terhadap pertumbuhannya, sebab bersadarkan

hasil wawancara dengan petani jamur merang penggunaan jerami sebagai media

tanam jamur merang memiliki pertumbuhan lebih baik dibanding media ampas sawit

atau tandan kosong kelapa sawit. Dalam penelitiannya tidak dilakukan pencampuran

media, media yang digunakan adalah 100% media murni yang berasal dari limbah

tandan sawit, serbuk kayu, tanah kebun dan sekam.

Kemudian berdasarkan pengamatan perlakuan yang lebih dahulu muncul

pinhead jamur merang dalam penelitian ini adalah perlakuan P2 dan P3 yaitu pada

hari keempat setelah penaburan atau peletakan bibit. Perlakuan P3 pinhead mulai

terlihat pada pagi hari keempat, selanjutnya perlakuan P4 pinhead mulai terlihat pada

sore hari di hari yang sama sedangkan perlakuan lainnya pinhead serentak muncul

pada hari kelima.

Berdasarkan pengamatan langsung tekstur dan kesegaran jamur merang yang

dipanen dari semua perlakuan dalam kondisi baik dan tidak lembek. Kualitas media

tanam jamur merang merangkum hasil analisis berat basah dan ukuran diameter

pileus jamur merang. Kualitas media tanam jamur merang berturut-turut dari yang

terbaik adalah jamur merang yang tumbuh pada perlakuan P3, P2, P4, P1 dan P0.

Page 45: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

34

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

Simpulan penelitian ini adalah perbedaan persentase media jerami dan media

sekam berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur merang. Pencampuran kompos

limbah sekam sebanyak 75% dengan media jerami sebanyak 25% merupakan

persentase media optimum dan memiliki pertumbuhan jamur merang yang terbaik.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan agar penelitian selanjutnya menjadi lebih baik dan

sempurna, yaitu:

1. Disarankan budidaya jamur merang menggunakan media tumbuh dengan

persentase sekam 75% dan jerami 25%.

2. Sangat diperlukan penelitian lanjutan berkaitan tentang kombinasi media

sekam dengan media ampas tebu, sagu dan media kapas. Sebab berdasarkan

beberapa literatur sebelumnya mengatakan bahwa ketiga media tersebut

merupakan keempat media terbaik bagi pertumbuhan jamur merang.

Page 46: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

35

DAFTAR PUSTAKA

Agus, G.T.K., Dianawati, A., Irawan, E.S. dan Miharja, K. 2002. Budidaya Jamur

Konsumsi. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Akinyele, B.J dan Adetuyi, F.C. 2005. Effect of agrowastes, pH and temperature

variation on the growth of Volvariella volvacea. African Journal of

Biotechnology, 4 (12):1390-1395.

Achmad, M., Arlianti, T., Azmi, C. 2011. Panduan Lengkap Jamur. Jakarta :

Penebar Swadaya

Asegab, M. 2011. Bisnis Pembibitan Jamur Tiram, Jamur Merang dan Jamur

Kuping. Jakarta: PT. Agromedia pustaka.

Campbell NA, Reece JB, Urry LA, Cain ML, Wasserman SA, Minorsky

PV. 2004. Biologi Edisi ke-5. Jakarta. Penerbit Erlangga.

Fabelico, L.F. 2012.The Growth, Development, Yield Performance, and Biological

Efficiency of Volvariella Volvacea and Peleurotus Mushrooms on Various

Lignocellulosic Wastes. Graduate School Journal.1(1)..

andjar , jamsurid al, , Oetari, A. 2006. Mikologi: Dasar dan Terapan.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Hanafiah, K.L. 2015. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Depok: PT.

RajaGrafindo Persada.

Isnawan, H.H. 2010. Jamur Konsumsi Berkhasiat Obat. Yogyakarta: Lily Publisher.

Marlina, N.D., Siregar, A.D., 2001. Budidaya Jamur Tiram Pembibitan,

Pemeliharaan Dan Pengendalian Hama-Penyakit. Yogyakarta: KANISIUS.

Ichsan, C.N., Harun, F., Ariska, N., 2011. Karakteristik pertumbuhan dan hasil jamur

merang (Volvariella Volvacea) pada media tanam dan konsentrasi pupuk

biogreen yang berbeda. J.Floratek, 6:171-180.

Parjimo & Andoko, A., 2007. Budidaya Jamur; Jamur Kuping, Jamur Tiram, dan

Jamur Merang. Ciganjur-Jagakarsa Jakarta Selatan:Agromedia pustaka.

Riduwan, M., Hariyono, D., Nawawi, M. 2013. Pertumbuhan dan Hasil Jamur

Merang (Volvariella volvacea) Pada Berbagai Sistem Penebaran Bibit Dan

Ketebalan Media. Jurnal Produksi Tanaman, 1(1): 70-79.

Page 47: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

36

Suradji, M.S., 2011. Budidaya Jamur Merang. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sumiati, E., Djuariah, D. 2007. Teknologi Budidaya dan Penanganan Pascapanen

Jamur Merang,Volvariella volvacea. Bandung: Balai Penelitian Tanaman

Sayuran.

Setiyorini, U.A., 2014. Pengaruh Penambahan Limbah Ampas Tebu Dan Serabut

Kelapa Terhadap Produktivitas Jamur Merang (Volvariella volvaceae).

Universitas Muhammadiyah Surakarta, 3(5): 2.

Ukoima, H.N., Ogbonnaya, L.O., Arikpo,G.E., Ikpe,F.N. 2009. Cultivation of

Mushroom (Volvariella volvacea) on Various Farm Wastes in Obubra Local

Government of Cross River State, Nigeria. Pakistan Journal of Nutrition, 8

(7): 1059-1061.

Wiardani, I. 2010. Budidaya Jamur Konsumsi. Yogyakarta: Lily Publisher.

Widiyastuti, B. 2008. Budidaya Jamur Kompos: Jamur Merang, Jamur Kancing

(Champignon). Jakarta: Penebar Swadaya.

Wijaya, Qurnia, T. D., 2015. Bertanam 13 Tanaman Buah Di Pekarangan. Bogor:

Penebar Swadaya.

Wydia, A.G. 2008. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya.

Page 48: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

37

Lampiran 1

1. Analisis Data Berat Basah Jamur Merang

Tabel rata-rata berat basah jamur merang pada setiap perlakuan setelah

inokulasi (gram).

Perlakuan Berat Basah(gram) Jumlah Rerata

1 2 3 4 5 (TA) (ȳA)

P0 245 185 100 135 245 910 182

P1 235 272 276 220 217 1220 244

P2 384 318 185 268 315 1470 294

P3 330 302 251 320 270 1473 294,6

P4 257 251 280 297 292 1377 275,4

Jumlah Total 6450 1290

Nilai DB

DBT = (t.r)-1 = (5.5)-1 = 24

DBP = t-1 = 5-1 = 4

DBG = t(r-1) = 5(5-1) = 20

1. FK =

=

= 1664100

2. JKT = (Y1a2 + Y1b

2 + … + Yrt

2) – FK

= (2452 + 185

2 + 100

2 + 135

2 + 245

2 + 235

2 + 272

2 + 276

2 + 220

2 +

2172 + 384

2 + 318

2 + 185

2 + 268

2 + 315

2 + 330

2+ 302

2 + 251

2 +

3202 + 270

2 + 257

2 + 251

2+ 280

2+ 297

2+ 292

2) – 1664100

= 1756556-1664100

= 92456

3. JKP =

– FK

=

– 1562500

=

– 1664100

Page 49: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

38

=44551,6

4. JKG = JKT – JKP

= 194056 – 146151,6

= 47904.4

5. KTP =

=

= 11137,9

6. KTG =

=

= 2395,22

7. Fh =

=

= 4,65

Tabel Analisis varian pengaruh perbedaan persentase media jerami dan sekam

pada setiap perlakuan terhadap berat basah jamur merang

Sumber

Keragaman

(SK)

Derajat

Bebas

(DB)

Jumlah

Kuadrat

(JK)

Kuadrat

Tengah

(KT)

FHitung

FTabel

5 % 1 %

Perlakuan 4 44551,6 11137,9 4,65* 2,87 4,43

Galat 20 47904.4 2395,22

Total 24

Keterangan: * berbeda nyata

Page 50: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

39

Perhitungan Koefisien Keragaman

Koefisien Keragaman (KK) = √

x 100%

ȳ =

=

=

= 258

KK = √

x 100% =

x 100% =

x 100% = 19%, menurut Hanafiah,

(2005: 39-41) dapat dilanjutkan dengan uji duncan (DMRT).

Uji Duncan

DMRT0,05 = R(p,v). √

= √

= √

=21,887

Tabel Hasil perhitungan untuk α = 0,05

Perlakuan 2 3 4 5

Nilai jarak

R(4, 20, 0,05) 2,95 3,10 3,18 3,25

Nilai DMRT 5% 64,567 67,850 69,60 71,133,

Page 51: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

40

Tabel hasil analisis uji Duncan

Keterangan: Setiap angka yang memiliki pangkat dengan huruf yang sama bermakna

bahwa perbedaan di antaranya tidak begitu besar.

2. Analisis data jumlah jamur merang

Tabel rata-rata jumlah jamur merang pada setiap perlakuan setelah inokulasi

Perlakuan Jumlah Jamur Jumlah Rerata

1 2 3 4 5 (TA) (ȳA)

P0 24 7 7 11 14 63 13

P1 19 30 22 20 19 110 22

P2 34 24 13 19 28 118 24

P3 29 31 28 27 28 143 29

P4 17 26 24 23 16 106 21

Jumlah Total 540 108

Nilai DB

DBT = (t.r)-1 = (5.5)-1 = 24

DBP = t-1 = 5-1 = 4

DBG = t(r-1) = 5(5-1) = 20

1. FK =

=

= 11664

2. JKT = (Y1a2 + Y1b

2 + … + Yrt

2) – FK

= (242 + 7

2 + 7

2 + 11

2 + 14

2 +19

2 + 30

2 + 22

2 +20

2 + 19

2 +34

2 + 24

2 +

132 + 19

2 + 28

2 +29

2+ 31

2 + 28

2 + 27

2 + 28

2 + 17

2 + 26

2+ 24

2+

232+ 16

2) – 11664

= 12968-11664

= 1304

3. JKP =

– FK

=

– 11664

Perlakuan Rataan Hasil Duncan

P0 182 246,6a

P1 244 308,6b

P2 294 363,6bcd

P3 294,6 365,7bcde

P4 275,4 343,25bc

Page 52: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

41

=

– 11664

=671,6

4. JKG = JKT – JKP

= 1304 – 671,6

= 632,4

5. KTP =

=

= 167,9

6. KTG =

=

= 31,62

7. Fh =

=

= 5,31

Tabel Analisis varian pengaruh perbedaan persentase media jerami dan sekam

pada setiap perlakuan terhadap jumlah jamur merang

Sumber

Keragaman

(SK)

Derajat

Bebas

(DB)

Jumlah

Kuadrat

(JK)

Kuadrat

Tengah

(KT)

F Hitung

(Fh)

F Tabel (Ft)

5 % 1 %

Perlakuan 4 671,6 167,9 5,31** 2,87 4,43

Galat 20 632,4 31,62

Total 24 1304

Keterangan: ** berbeda sangat nyata

Page 53: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

42

Perhitungan Koefisien Keragaman (KK)

Koefisien Keragaman (KK) = √

x 100%

ȳ =

=

=

= 21,6

KK = √

x 100% =

x 100% =

x 100% = 26%, menurut Hanafiah,

(2005: 39-41) dapat dilanjutkan dengan uji duncan (DMRT).

Uji Duncan

DMRT0,05 = R(p,v). √

= √

= √

= 2,515

Tabel Hasil Perhitungan untuk α = 0,05

Perlakuan 2 3 4 5

Nilai jarak

R(4, 20, 0,05) 2,95 3,10 3,18 3,25

Nilai DMRT 5% 7 8 8 6,2

Tabel hasil analisis uji Duncan

Keterangan: Setiap angka yang memiliki pangkat dengan huruf yang sama bermakna

bahwa perbedaan di antaranya tidak begitu besar.

Perlakuan Rataan Hasil dan Huruf

P0 13 19a

P1 22 30bc

P2 24 32bcd

P3 29 34bcd

P4 21 28b

Page 54: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

43

3. Analisis Data Diameter Jamur Merang

Tabel Rata-Rata Diameter Jamur Merang Pada Setiap Perlakuan Setelah

Inokulasi (cm).

Perlakuan

Diameter Pileus Jumlah Rerata

1 2 3 4 5 (TA) (ȳA)

P0 2,56 3,069 2,41 2,56 2,907 13,506 2,7012

P1 2,795 2,87 2,97 2,7 2,74 14,075 2,815

P2 2,38 2,9 2,83 2,71 2,857 13,677 2,7354

P3 2,75 2,66 2,474 3,024 2,7 13,608 2,7216

P4 2,69 2,78 2,8 3,1 2,578 13,948 2,7896

Jumlah Total 68,814 13,7628

Nilai DB

DBT = (t.r)-1 = (5.5)-1 = 24

DBP = t-1 = 5-1 = 4

DBG = t(r-1) = 5(5-1) = 20

1. FK =

=

= 189,415

2. JKT = (Y1a2 + Y1b

2 + … + Yrt

2) – FK

= (2,562 + 3,0692

+ 2,412 + 2,562

+ 2,9072 + 2,7952

+ 2,872 + 2,972

+ 2,72

+ 2,742 + 2,382

+ 2,92 + 2,832

+ 2,712 + 2,8572

+ 2,752 + 2,662

+ 2,4742

+ 3,0242 + 2,72

+ 2,692 + 2,782

+ 2,82 + 3,12

+ 2,5782) – 189,415

= 191,242-189,415

= 1,827

3. JKP =

– FK

=

– 189,415

=

– 189,415

=0,0452

4. JKG = JKT – JKP

Page 55: PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA …

44

= 1,827– 0,0452

= 1,782

5. KTP =

=

= 0,0113

6. KTG =

=

= 0,0891

7. Fh =

=

= 0,127

Tabel analisis varian pengaruh perbedaan persentase media jerami dan sekam

pada setiap perlakuan terhadap diameter jamur merang

Sumber

Keragaman

(SK)

Derajat

Bebas

(DB)

Jumlah

Kuadrat

(JK)

Kuadrat

Tengah

(KT)

F Hitung

F Tabel

5 %

Perlakuan 4 0,0452 0,0113 0,127ns

2,87

Galat 20 1,782 0,0891

Keterangan: ns: tidak signifikan atau tidak berbeda nyata