pertemuan ke 2 sifat koligatif larutan, koloid, dan...

27
1 PERTEMUAN KE 2 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN, KOLOID, DAN PENGANTAR ASAM BASA Tujuan Pembelajaran: Mahasiswa mampu menjelaskan sifat koligatif larutan (penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmosis), koloid, asam-basa, pengionan air, skala pH, dan jenis asam- basa kuat

Upload: others

Post on 16-Feb-2020

69 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERTEMUAN KE 2 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN, KOLOID, DAN ...kuliah.itera.ac.id/pluginfile.php/42603/mod_resource/content/1/Modul 2 - Sifat... · 1.5 Penggunaan Sifat Koligatif untuk Menentukan

1

PERTEMUAN KE 2

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN, KOLOID,

DAN PENGANTAR ASAM BASA

Tujuan Pembelajaran:

Mahasiswa mampu menjelaskan sifat koligatif larutan (penurunan

tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan

osmosis), koloid, asam-basa, pengionan air, skala pH, dan jenis asam-

basa kuat

Page 2: PERTEMUAN KE 2 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN, KOLOID, DAN ...kuliah.itera.ac.id/pluginfile.php/42603/mod_resource/content/1/Modul 2 - Sifat... · 1.5 Penggunaan Sifat Koligatif untuk Menentukan

2

1. Sifat-sifat Koligatif

Beberapa sifat penting larutan bergantung pada jumlah relatif partikel zat telarut

dalam larutan dan tidak bergantung pada jenis partikel zat terlarut. Sifat-sifat seperti

ini disebut sifat koligatif (colligative properties). Sifat koligatif mencakup penurunan

tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmosis.

1.1 Penurunan Tekanan Uap

Jika zat terlarut bersifat tidak mudah menguap (non-volatile, artinya tidak memiliki

tekanan uap yang dapat diukur), tekanan uap dari larutan selalu lebih kecil daripada

pelarut murninya. Hubungan antara tekanan uap larutan dan tekanan uap pelarut

bergantung pada konsentrasi zat terlarut dalam larutan, dirumuskan melalui hukum

Raoult (kimiawan Perancis, Francois Raoult). Hukum Raoult menyatakan bahwa

tekanan larutan (p1), adalah tekanan uap pelarut murni (p1°) dikalikan fraksi mol

pelarut dalam larutan (x1), seperti berikut:

𝑝1 = 𝑥1𝑝10

Dalam larutan yang mengandung hanya satu zat terlarut yang sulit menguap (atau

berwujud padat), x1 = 1 – x2, dimana x2 adalah fraksi mol zat terlarut, dengan

demikian dapat dituliskan sebagai persamaan berikut:

𝑝1 = (1 − 𝑥2)𝑝10

𝑝10 − 𝑝1 = ∆𝑝 = 𝑥2𝑝1

0

Penurunan tekanan uap (∆p) berbanding lurus terhadap konsentrasi zat terlarut

(diukur dalam fraksi mol).

Mengapa tekanan uap larutan lebih rendah daripada tekanan uap pelarut

murninya?

Page 3: PERTEMUAN KE 2 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN, KOLOID, DAN ...kuliah.itera.ac.id/pluginfile.php/42603/mod_resource/content/1/Modul 2 - Sifat... · 1.5 Penggunaan Sifat Koligatif untuk Menentukan

3

Salah satu penyebab terjadinya yaitu meningkatnya ketidakteraturan, yang menurut

Hukum II Termodinamika, menunjukkan semakin besarnya kecenderungan

berlangsungnya suatu proses. Penguapan meningkatkan ketidakteraturan suatu sistem

karena molekul dalam fasa uap lebih tidak teratur dibanding molekul dalam fasa

cairan. Larutan lebih tidak teratur dibandingkan pelarut murni, maka selisih

ketidakteraturan antara larutan dan uap lebih kecil dibandingkan antara pelarut murni

dan uap. Dengan demikian, molekul pelarut lebih kecil kecenderungannya untuk

meninggalkan larutan dibandingkan meninggalkan pelarut murni menjadi uap, dan

tekanan uap larutan lebih kecil dibandingkan tekanan uap pelarut.

Jika kedua komponen larutan mudah menguap (volatile, artinya memiliki telanan

uap yang dapat diukur), maka tekanan uap larutan adalah jumah dari tekanan parsial

masing-masing komponen. Hukum Raoult berlaku dalam kasus ini sebagai berikut:

𝑝𝐴 = 𝑥𝐴𝑝𝐴0

𝑝𝐵 = 𝑥𝐵𝑝𝐵0

pA dan pB adalah tekanan parsial larutan untuk komponen A dan B; 𝑝𝐴0 dan 𝑝𝐵

0 ialah

tekanan uap zat murni; dan 𝑥𝐴 dan 𝑥 ialah fraksi molnya masing-masing. Tekanan

total (𝑝𝑇) ditentukan berdasarkan hukum Dalton pada persamaan berikut:

𝑝𝑇 = 𝑝𝐴 + 𝑝𝐵

Dalam larutan benzena dan toluena (keduanya memiliki struktur yang mirip dan

memiliki gaya antarmolekul yang mirip pula), tekanan uap setiap komponen

mematuhi hukum Raoult. Jika fraksi mol benzena adalah 𝑥𝑏𝑒𝑛𝑧𝑒𝑛𝑎 maka fraksi mol

toluena adalah 1-𝑥𝑏𝑒𝑛𝑧𝑒𝑛𝑎. Larutan benzena-toluena merupakan salah satu dari sedikit

contoh larutan ideal (ideal solution), yaitu setiap larutan yang mematuhi hukum

Roult, dengan kalor pelarutannya (∆Hsolv) bernilai nol.

Page 4: PERTEMUAN KE 2 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN, KOLOID, DAN ...kuliah.itera.ac.id/pluginfile.php/42603/mod_resource/content/1/Modul 2 - Sifat... · 1.5 Penggunaan Sifat Koligatif untuk Menentukan

4

Latihan 1.

1. Tekanan uap larutan glukosa ialah 17,01 mmHg pada 20 °C, sedangkan tekanan

uap air murni ialah 17,25 mmHg pada suhu yang sama. Hitunglah kemolalan

larutan.

2. Tekanan uap etanol (C2H5OH) dan 1-propanol (C3H7OH) pada 35 °C masing-

masing ialah 100 mmHg dan 37,6 mmHg. Asumsikan larutan berperilaku ideal

dan hitunglah tekanan parsial etanol dan 1-propanol pada 35 °C di atas larutan

etanol dalam 1-propanol, dengan fraksi mol etanol adalah 0,300.

1.2 Kenaikan Titik Didih

Adanya keberadaan zat terlarut yang tidak mudah menguap menurunkan tekanan uap

larutan, maka dapat mempengaruhi kenaikan titik didih larutan. Titik didih larutan

ialah suhu pada keadaan tekanan uap larutan sama dengan tekanan udara luar.

Gambar 1.2.1 menunjukkan diagram fasa air dan perubahan yang terjadi dalam

larutan berpelarut air.

Gambar 1.2.1 Diagram fasa yang menggambarkan kenaikan titik didih (boiling

point) dan penurunan titik beku (freezing point) larutan berpelarut air.

Page 5: PERTEMUAN KE 2 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN, KOLOID, DAN ...kuliah.itera.ac.id/pluginfile.php/42603/mod_resource/content/1/Modul 2 - Sifat... · 1.5 Penggunaan Sifat Koligatif untuk Menentukan

5

Pada suhu berapapun, tekanan uap larutan dengan zat terlarut padat lebih rendah

daripada tekanan uap pelarut murninya, maka kurva cairan-uap untuk larutan akan

terletak di bawah kurva tekanan uap pelarut murninya. Akibatnya, kurva larutan

(garis putus-putus) memotong garis horizontal yang bertanda p = 1 atm pada suhu

yang lebih tinggi daripada titik didih normal pelarut murni. Analisis Gambar 1.2.1

menunjukkan bahwa titik didih larutan lebih tinggi daripada titik didih air. Kenaikan

titik didih, ∆𝑇𝑏, didefinisikan sebagai:

∆𝑇𝑏 = 𝑇𝑏 − 𝑇𝑏0

di mana 𝑇𝑏 adalah titik didih larutan dan 𝑇𝑏0 adalah titik didih pelarut murni. Karena

∆𝑇𝑏 berbanding lurus dengan penurunan tekanan uap, maka berbanding lurus juga

dengan kemolalan larutan, sebagai berikut:

∆𝑇𝑏 ~ 𝐶𝑚

∆𝑇𝑏 = 𝐾𝑏𝐶𝑚

di mana 𝐶𝑚 adalah kemolalan larutan dan 𝐾𝑏 adalah tetapan kenaikan titik didih

molal. Satuan 𝐾𝑏 adalah °C/m. Tabel 1.2.1 di bawah menunjukkan beberapa tetapan

kenaikan titik didih molal dan tetapan penurunan titik beku molal cairan yang umum.

Tabel 1.2.1 Beberapa tetapan kenaikan titik didih molal dan tetapan penurunan titik

beku molal.

Page 6: PERTEMUAN KE 2 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN, KOLOID, DAN ...kuliah.itera.ac.id/pluginfile.php/42603/mod_resource/content/1/Modul 2 - Sifat... · 1.5 Penggunaan Sifat Koligatif untuk Menentukan

6

1.3 Penurunan Titik Beku

Es di jalanan atau trotoar yang beku akan meleleh bila ditaburi garam seperti NaCl

atau CaCl2. Cara pelelehan semacam ini berhasil karena garam dapat menurunkan

titik beku air. Gambar 1.2.1 menunjukkan bahwa penurunan tekanan uap larutan

menggeser kurva padatan-cairan ke arah kiri. Akibatnya, garis ini memotong garis

mendatar pada suhu yang lebih rendah daripada titik beku air. Penurunan titik

beku, ∆𝑇𝑓, didefinisikan sebagai:

∆𝑇𝑓 = 𝑇𝑓0 − 𝑇𝑓

di mana 𝑇𝑓0 adalah titik beku pelarut murni dan 𝑇𝑓 adalah titik beku larutan. ∆𝑇𝑓

berbanding lurus dengan kemolalan larutan, sebagai berikut:

∆𝑇𝑓 ~ 𝐶𝑚

∆𝑇𝑓 = 𝐾𝑓𝐶𝑚

di mana 𝐶𝑚 adalah kemolalan zat terlarut dan 𝐾𝑓 adalah tetapan penurunan titik beku

molal (Tabel 1.2.1). Satuan 𝐾𝑓 adalah °C/m.

Pembekuan melibatkan perubahan dari keadaan tidak teratur ke keadaan teratur.

Khusus untuk perubahan wujud, agar proses itu terjadi, energi harus diambil dari

sistem. Karena larutan lebih tidak teratur dibandingkan pelarut, maka lebih banyak

energi yang harus diambil darinya untuk menciptakan keteraturan dibandingkan

pelarut murni. Jadi, larutan memiliki titik beku lebih rendah dibandingkan pelarut.

Latihan 2.

Hitunglah titik didih dan titik beku larutan yang mengandung 478 g etilena glikol

(CH2(OH)CH2(OH)) dalam 3202 g air.

Page 7: PERTEMUAN KE 2 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN, KOLOID, DAN ...kuliah.itera.ac.id/pluginfile.php/42603/mod_resource/content/1/Modul 2 - Sifat... · 1.5 Penggunaan Sifat Koligatif untuk Menentukan

7

1.4 Tekanan Osmosis

Banyak proses kimia dan biologi bergantung pada aliran molekul pelarut secara

selektif melewati membran berpori dari larutan encer ke larutan yang lebih pekat.

Gambar 1.4.1 menggambarkankan fenomena tekanan osmosis. Wadah kiri berisi

pelarut murni, wadah kanan berisi larutan.

Gambar 1.4.1 Tekanan osmosis. (a) Permukaan pelarut murni (kiri) dan permukaan

larutan (kanan) pada keadaan awal. (b) Permukaan pelarut murni

(kiri) dan permukaan larutan (kanan) setelah proses osmosis terjadi.

Kedua wadah dipisahkan oleh membran semipermiabel (semipermeable membrane),

yang memungkinkan molekul pelarut melewatinya tetapi menghalangi lewatnya

molekul zat terlarut. Pada awalnya, permukaan air di kedua tabung sama tingginya

(Gambar 1.4.1a). Setelah beberapa saat, permukaan di bagian kanan mulai naik, dan

berlanjut sampai mencapai kesetimbangan. Gerakan neto molekul pelarut melewati

membran semipermeabel dari pelarut murni atau larutan encer ke larutan yang lebih

pekat disebut osmosis. Tekanan osmosis (osmotic pressure/𝝅) suatu larutan adalah

tekanan yang diperlukan untuk menghentikan atau mencegah proses osmosis. Seperti

diperlihatkan pada Gambar 1.4.1b tekanan osmosis dapat diukur langsung dari

selisih permukaan-permukaan cairan pada keadaan akhir.

Apa yang menyebabkan air bergerak secara spontan dari kiri ke kanan? Bandingkan

tekanan uap air murni dan tekanan uap air dari larutan (Gambar 1.4.2). Karena

tekanan uap air murni lebih tinggi, maka terdapat transfer neto air dari wadah kiri ke

Page 8: PERTEMUAN KE 2 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN, KOLOID, DAN ...kuliah.itera.ac.id/pluginfile.php/42603/mod_resource/content/1/Modul 2 - Sifat... · 1.5 Penggunaan Sifat Koligatif untuk Menentukan

8

kanan. Pada waktunya, transfer tersebut akan berlanjut sampai selesai. Gaya serupa

menyebabkan air bergerak ke dalam larutan selama osmosis.

Tekanan osmosis larutan dinyatakan sebagai:

𝜋 = 𝐶𝑀𝑅𝑇

di mana 𝐶𝑀 adalah kemolaran larutan, R adalah tetapan gas (0,0821 L atm/K mol),

dan T adalah suhu mutlak (K). Tekanan osmosis, 𝜋, dinyatakan dalam atmosfer.

Gambar 1.4.2 (a) Tekanan uap yang tidak sama di dalam wadah menyebabkan

transfer neto air dari gelas kimia kiri (yang berisi air murni) ke gelas

kimia kanan (yang berisi larutan). (b) Pada kesetimbangan, semua air

di gelas kimia kiri telah ditransfer ke gelas kimia kanan. Gaya dorong

untuk transfer pelarut ini analog dengan gejala osmosis yang

ditunjukkan pada Gambar 1.4.1.

Dari pembahasan di atas, bisa kita perhatikan bahwa kenaikan titik didih, penurunan

titik beku, dan tekanan osmosis berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Jika

kedua larutan mempunyai konsentrasi yang sama, berarti tekanan osmosisnya sama,

maka kedua larutan disebut isotonik. Jika kedua larutan memiliki tekanan osmosis

yang tidak sama, maka larutan yang lebih pekat disebut hipertonik dan larutan yang

lebih encer disebut hipotonik.

Page 9: PERTEMUAN KE 2 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN, KOLOID, DAN ...kuliah.itera.ac.id/pluginfile.php/42603/mod_resource/content/1/Modul 2 - Sifat... · 1.5 Penggunaan Sifat Koligatif untuk Menentukan

9

Gambar 1.4.2 Sebuah sel dalam (a) larutan isotonik, (b) larutan hipotonik, dan (c)

larutan hipertonik.

Fenomena tekanan osmosis dapat kita amati dalam mempelajari kadar sel darah

merah, yang terlindungi dari lingkungan eksternal oleh membran semipermeabel.

Biokimiawan menggunakan suatu teknik yang dinamakan hemolisis. Sel darah merah

di letakkan dalam larutan hipotonik. Karena larutan hipotonik kurang pekat

dibandingkan larutan di dalam sel, maka air bergerak ke dalam sel seperti pada

Gambar 1.4.3. Sel akan mengembang dan akhirnya pecah, membebaskan

hemoglobin dan molekul lain.

Gambar 1.4.3 Dari kiri ke kanan sel darah merah berada dalam: larutan isotonik,

larutan hipotonik, dan larutan hipertonik.

Latihan 3.

Apa artinya bila kita mengatakan bahwa tekanan osmosis suatu sampel air laut adalah

25 atm pada suhu tertentu.

Page 10: PERTEMUAN KE 2 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN, KOLOID, DAN ...kuliah.itera.ac.id/pluginfile.php/42603/mod_resource/content/1/Modul 2 - Sifat... · 1.5 Penggunaan Sifat Koligatif untuk Menentukan

10

1.5 Penggunaan Sifat Koligatif untuk Menentukan Massa Molar

Sifat koligatif larutan nonelektrolit dapat digunakan untuk menentukan massa molar

zat terlarut. Secara teoritis, semua dari keempat sifat koligatif dapat digunakan untuk

menentukan massa molar. Namun pada praktiknya, hanya penurunan titik beku dan

tekanan osmosis yang digunakan sebab keduanya menunjukkan perubahan yang

mencolok.

1. Sebanyak 9,66 g sampel senyawa dengan rumus empiris C5H4 dilarutkan dalam

284 g benzena. Titik beku larutan ialah 1,37 °C di bawah titik beku benzena

murni. Berapa massa molar dan rumus senyawa molekul tersebut?

Penjelasan dan Penyelesaian

Penyelesaian soal ini memerlukan tiga tahap. Pertama, perlu menghitung kemolaran

larutan dari titik bekunya. Kemudian, jumlah mol senyawa dalam 9,66 g. Akhirnya,

dengan membandingkan massa molar hasil percobaan dengan massa molar dari

rumus empiris diperoleh rumus molekulnya,

𝐶𝑚 = ∆𝑇𝑓

𝐾𝑓=

1,37 0C

5,12 0C/m= 0,267 m

Karena ada 0,267 mol zat terlarut dalam 1 kg pelarut, jumlah mol zat terlarut dalam

284 g benzena, atau 0,284 kg benzena ialah:

0,267 mol

1 kg pelarut 𝑥 0,284 kg pelarut = 0,0758 mol

Akhirnya kita menghitung massa molar zat terlarut:

9,66 g

0,0758 mol= 127,44 g/mol = 127 g/mol

Karena massa rumus C5H4 adalah 64 g dan massa molarnya adalah 127 g/mol, maka

rumus molekulnya adalah C10H8 atau naftalena.

Page 11: PERTEMUAN KE 2 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN, KOLOID, DAN ...kuliah.itera.ac.id/pluginfile.php/42603/mod_resource/content/1/Modul 2 - Sifat... · 1.5 Penggunaan Sifat Koligatif untuk Menentukan

11

2. Suatu larutan dibuat dengan melarutkan 44,1 g hemoglobin (Hb) dalam air

secukupnya sampai volume 1 L. Jika tekanan oasmotik larutan ternyata 12,6

mmHg pada 25 °C, hitung massa molar hemoglobin.

Penjelasan dan Penyelesaian

Informasi yang diberikan memungkinkan untuk menghitung kemolaran larutan.

Karena volume larutan adalah 1L, maka dapat dihitung massa molar dari jumlah mol

dan massa Hb.

Mula-mula menghitung kemolaran larutan:

𝜋 = 𝐶𝑀𝑅𝑇

𝐶𝑀 = 𝜋

𝑅𝑇=

12,6 mmHg 𝑥 1 atm

760 mmHg

0,0821L atmK mol 𝑥 298 𝐾

= 6,78 x 10-4 M

Volume larutan ialah 1 L, sehingga larutan ini harus mengandung 6,78 x 10-4 mol

Hb. Maka, massa molar Hb adalah sebagai berikut:

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟 𝐻𝑏 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐻𝑏

𝑚𝑜𝑙 𝐻𝑏=

44,1 g

6,78 𝑥 10−4 mol = 6,5 x 104 g/mol

Latihan 4.

1. Larutan dari 0,85 g senyawa organik dalam 100 g benzena mempunyai titik

beku 5,16 °C. Berapa kemolalan larutan dan massa molar zat terlarut tersebut?

2. Sebanyak 202 mL larutan benzena mengandung 2,47 g polimer organik yang

memiliki tekanan osmosis 8,63 mmHg pada 21 °C. Hitunglah massa molar

polimer tersebut.

Page 12: PERTEMUAN KE 2 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN, KOLOID, DAN ...kuliah.itera.ac.id/pluginfile.php/42603/mod_resource/content/1/Modul 2 - Sifat... · 1.5 Penggunaan Sifat Koligatif untuk Menentukan

12

1.6 Sifat Koligatif Elektrolit

Sifat koligatif elektrolit menggunakan pendekatan yang sedikit berbeda dengan yang

digunakan untuk sifat koligatif nonelektrolit. Alasannya adalah karena larutan

elektrolit terurai menjadi ion-ion dalam larutan, dan dengan demikian satu satuan

senyawa elektrolit terpisah menjadi dua atau lebih partikel jika dilarutkan.

Contohnya, tiap satuan NaCl terurai menjadi dua ion, Na+ dan Cl-. Jadi, sifat koligatif

0,1 m NaCl akan dua kali lebih besar dibandingkan 0,1 m larutan yang mengandung

nonelektrolit, seperti sukrosa.

NaCl (s) Na+ (aq) + Cl (aq)

faktor van’t Hoff (i) untuk NaCl adalah 2 jika NaCl terdisosiasi sempurna (100%).

MgCl3 (s) Mg2+ (aq) + 2Cl- (aq)

faktor van’t Hoff (i) untuk MgCl2 adalah 3 jika MgCl2 terdisosiasi sempurna (100%).

Pengaruh elektrolit ini terhadap sifat koligatif dapat pula dinyatakan lewat konsep

faktor van’t Hoff (i):

∆𝑇𝑏 = 𝐶𝑚 𝑡 𝑥 𝐾𝑏

∆𝑇𝑓 = 𝐶𝑚 𝑡 𝑥 𝐾𝑓

𝜋 = 𝐶𝑀𝑡𝑅𝑇

𝐶𝑚 𝑡 adalah kemolalan total dari komponen larutan (pereaksi dan hasil reaksi)

𝐶𝑀 𝑡 adalah kemoralan total dari komponen larutan (pereaksi dan hasil reaksi)

Variabel i adalah faktor van’t Hoff, yang didefinisikan sebagai berikut:

𝑖 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑟𝑎𝑖𝑎𝑛

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑟𝑢𝑚𝑢𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑙𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛

Page 13: PERTEMUAN KE 2 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN, KOLOID, DAN ...kuliah.itera.ac.id/pluginfile.php/42603/mod_resource/content/1/Modul 2 - Sifat... · 1.5 Penggunaan Sifat Koligatif untuk Menentukan

13

Jadi, i harus bernilai 1 untuk semua nonelektrolit. Untuk elektrolit kuat seperti NaCl

dan KNO3, i seharusnya 2, dan untuk larutan elektrolit kuat lainnya seperti Na2SO4

dan MgCl2, i seharusnya 3. Pada kenyataanya, sifat koligatif larutan elektrolit

biasanya lebih kecil daripada yang diperhitungkan karena pada konsentrasi yang lebih

tinggi, gaya elektrostatik berpengaruh, sehingga kation dan anion saling tarik-

menarik. Satu kation dan satu anion yang terikat oleh gaya elektrostatik dinamakan

pasangan ion (ion pair). Pembentukan satu pasangan ion menurunkan jumlah partikel

dalam larutan sebanyak satu, mengakibatkan berkurangnya sifat koligatif (Gambar

1.6.1).

Gambar 1.6.1 (a) Ion bebas, (b) Pasangan ion dalam larutan. Pasangan ion seperti ini

tidak membawa muatan bersih sehingga tidak dapat menghantarkan

listrik dalam larutan.

Tabel di bawah ini menunjukkan nilai i yang diukur secara percobaan (measured) dan

nilai yang dihitung dengan asumsi pengukuran sempurna (calculated).

Latihan 5.

Penurunan titik beku dari larutan 0,1 m MgSO4 ialah 0,225 °C. Hitunglah vaktor

van’t Hoff MgSO4 pada konsentrasi tersebut.

Page 14: PERTEMUAN KE 2 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN, KOLOID, DAN ...kuliah.itera.ac.id/pluginfile.php/42603/mod_resource/content/1/Modul 2 - Sifat... · 1.5 Penggunaan Sifat Koligatif untuk Menentukan

14

TUGAS 1

Selamat mengerjakan.

1. Jelaskan mengapa cairan yang digunakan dalam injeksi intravena harus

mempunyai tekanan osmosis yang kira-kira sama dengan tekanan osmosis pada

darah.

2. Tekanan uap etanol pada 20 °C ialah 44 mmHg, dan tekanan uap metanol pada

suhu yang sama adalah 94 mmHg, suatu campuran dibuat dari 30 g metanol dan

45 g etanol (dan dapat diasumsikan berperilaku larutan ideal). (a) Hitunglah

tekanan uap metanol dan etanol di atas larutan ini pada 20 °C, (b) Hitunglah fraksi

mol metanol dan etanol dalam uap di atas larutan ini pada 20 °C.

3. Feromon ialah senyawa tang dikeluarkan oleh bayak spesies serangga betina untuk

menarik serangga jantan. Salah satu senyawa feromon mengandung 80,78% C,

13,56% H, dan 5,66% O. suatu larutan yang mengandung 1,00 g feromon dalam

8,5 g benzena membeku pada 3,37 °C. Bbagaimana rumus molekul dan massa

molar senyawa tersebut? (titik beku normal benzena murni adalah 5,50 °C)

4. Berapa liter antibeku etilenaglikol [CH2(OH)CH2(OH)] yang perlu Anda

tambahkan ke dalam radiator mobil yang berisi 6,50 L air jika suhu musim dingin

terendah di daerah Anda adalah -20 °C? Hitung titik didih campuran air-etilena

glikol ini. Kerapatan etilena glikol ialah 1,11 g/mL.

5. Lisozim ialah enzim yang memecah dinding sel bakteri. Sampel lisozim yang

diekstraksi dari putih telor ayam memiliki massa molar 13,930 g. Sebanyak 0,100

g enzim ini dilarutkan dalam 150 g air pada 25 °C. Hitung penurunan tekanan uap,

kenaikan titik didih, dan tekanan osmosis larutan ini (Tekanan uap air pada 25 °C

ialah 23,76 mmHg)

6. Susunlah larutan berikut berdasarkan urutan menurunnya titik beku: (a) 0,10 m

Na3PO4, (b) 0,35 m NaCl, (c) 0,20 m MgCl2, (d) 0,15 m C6H12O6.

Page 15: PERTEMUAN KE 2 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN, KOLOID, DAN ...kuliah.itera.ac.id/pluginfile.php/42603/mod_resource/content/1/Modul 2 - Sifat... · 1.5 Penggunaan Sifat Koligatif untuk Menentukan

15

2. KOLOID

Pada pembahasan sebelumnya, mengenai campuran larutan homogen. Apa yang akan

terjadi jika kita menambahkan segenggam pasir ke dalam gelas kimia yang berisi air

dan mengaduknya? Pertama-tama partikel pasir akan tersuspensi tetapi secara

perlahan akan mengendap di bagian bawah gelas kimia. Hal tersebut merupakan

contoh dari campuran heterogen. Di antara kedua keadaan disebut keadaan

intermediet atau suspensi koloid, atau biasa dikenal dengan koloid (colloid). Koloid

adalah suatu bentuk campuran heterogen (dua fasa) antara dua atau lebih dimana

partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi) tersebar secara merata

dalam zat lain (medium pendispersi). Ukuran partikel koloid lebih besar dari ukuran

zat terlarut normalnya, atau berkisar dari 1 nm sampai dengan 103 nm. Koloid tidak

memiliki kehomogenan seperti larutan pada umumnya. Baik fase terdispersi

(dispersed phase) dan medium pendispersi (dispersing medium), keduanya bisa

berwujud gas, cairan, dan padat, dengan kombinasi pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Berbagai tipe koloid.

Salah satu cara membedakan koloid dengan larutan adalah melalui efek Tyndall. Pada

dispersi koloid, partikel-partikel koloid cukup besar sehingga dapat memantulkan dan

menghamburkan sinar ke sekelilingnya yang dikenal dengan efek Tyndall. Sedangkan

larutan sejati tidak memberikan efek Tyndall.

Page 16: PERTEMUAN KE 2 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN, KOLOID, DAN ...kuliah.itera.ac.id/pluginfile.php/42603/mod_resource/content/1/Modul 2 - Sifat... · 1.5 Penggunaan Sifat Koligatif untuk Menentukan

16

Koloid terdapat dalam ukuran molekul yang sangat besar berupa polimer, contohnya

adalah protein. sedangkan koloid berukuran kecil memiliki kecenderungan untuk

bergabung membentuk suatu klaster, contohnya adalah minyak.

Koloid Hidrofilik dan Hidrofobik

Koloid terbagi menjadi dua kategori, yaitu: hidrofilik (suka air) dan hidrofobik (takut

air). Koloid hidrofilik biasanya larutan yang mengandung ukuran molekul yang

sangat besar seperti protein. Dalam larutan, protein biasanya melipat dengan cara

tertentu dan menghasilkan bagian hidrofilik dari molekul yang terkespos ke luar/air,

sehingga dapat berinteraksi secara bebas dengan air melalui pembentukan gaya ion-

dipol atau ikatan hidrogen (Gambar 2.1).

Gambar 2.1 Gugus hidrofilik di permukaan molekul protein.

Koloid hidrofobik biasanya tidak stabil dalam air, partikel molekul akan berkumpul

bersama, seperti tetesan minyak jika bersatu dalam air. Koloid hidrofobik dapat

distabilkan, dengan adsorpsi ion-ion sehingga dapat berinterkasi dengan air, dan

dapat menstabilkan koloid. Gaya tolak-menolak elektrostatik (repulsion) di antara

partikel dapat mencegah mereka berkumpul bersama (Gambar 2.2).

Gambar 2.2 Stabilisasi koloid hidrofobik

Page 17: PERTEMUAN KE 2 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN, KOLOID, DAN ...kuliah.itera.ac.id/pluginfile.php/42603/mod_resource/content/1/Modul 2 - Sifat... · 1.5 Penggunaan Sifat Koligatif untuk Menentukan

17

Cara lain agar koloid hidrofobik dapat distabilkan adalah dengan menambahkan

gugus hidrofilik di permukaan koloid, yang digunakan dalam sabun. Molekul sabun

terdiri dari bagian kepala yang bersifat hidrofilik (hydrophilic head) dan natrium

stearat sebagai ekor nonpolar (hydrophobic tail). Hydrophobic tail dapat melarut

dengan molekul minyak di tubuh. Sehingga ketika molekul sabun sudah cukup

melarutkan minyak, maka sistem ini akan menjadi larut dalam air karena adanya

hydrophilic head di bagian luar molekul sabun. Mekanisme tersebut menjelaskan

bagaimana molekul minyak dapat dihilangkan dengan sabun.

Page 18: PERTEMUAN KE 2 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN, KOLOID, DAN ...kuliah.itera.ac.id/pluginfile.php/42603/mod_resource/content/1/Modul 2 - Sifat... · 1.5 Penggunaan Sifat Koligatif untuk Menentukan

18

3. Asam Basa

Pada pembahasan sebelumnya, diketahui bahwa asam adalah senyawa yang jika

dilarutkan dalam air melepaskan ion H+, sedangkan basa adalah senyawa yang

menghasilkan ion OH- ketika dilarutkan dalam air. Penjelasan tersebut berdasarkan

penggolongan asam-basa menurut Arrhenius.

3.1 Asam dan Basa Bronsted-Lowry

Asam Bronsted-Lowry sebagai zat yang mampu memberikan proton, dan basa

Bronsted-Lowry sebagai zat yang mampu menerima proton. Pasangan asam-basa

konjugasi, didefinisikan sebagai suatu asam atau basa konjugasinya atau suatu basa

dan asam konjugasinya. Basa konjugasi dari suatu asam Bronsted-Lowry ialah spesi

yang tersisa ketika suatu proton pindah dari asam tersebut. Sebaliknya, suatu asam

konjugasi dihasilkan dari penambahan sebuah proton pada basa Bronsted-Lowry.

Setiap asam Bronsted-Lowry memiliki satu basa konjugasi, dan setiap basa Bronsted-

Lowry memiliki satu asam konjugasi. Sebagai contoh, ion C2H3O2- adalah basa

konjugasi dari asam asetat (HC2H3O2) dan sebaliknya asam asetat (HC2H3O2) adalah

asam konjugasi dari ion C2H3O2-. Sebagai contoh lain, H3O

+ adalah asam konjugasi

dari basa H2O. Pengionan asam asetat dapat dinyatakan sebagai berikut:

HC2H3O2 dan C2H3O2- merupakan pasangan asam-basa konjugasi, dan H2O dan H3O

+

merupakan pasangan asam-basa konjugasi yang lain. Definisi Bronsted-Lowry juga

memungkinkan menggolongkan amonia sebagai basa karena kemampuannya

menerima proton:

Page 19: PERTEMUAN KE 2 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN, KOLOID, DAN ...kuliah.itera.ac.id/pluginfile.php/42603/mod_resource/content/1/Modul 2 - Sifat... · 1.5 Penggunaan Sifat Koligatif untuk Menentukan

19

Dalam hal ini, NH4+ ialah asam konjugasi dari basa NH3 dan OH- adalah basa

konjugasi dari asam H2O. Perhatikan bahwa atom dalam basa Bronsted-Lowry yang

menerima ion H+ harus memiliki sepasang elektron bebas (non-ikatan).

Kasus lain yaitu NaOH, yang dapat dikatakan bukan basa Bronsted-Lowry karena

tidak dapat menerima proton. Namun, NaOH ialah elektrolit kuat yang terionisasi

sempurna dalam larutan. Ion OH- hasil pengionan memang merupakan basa

Bronsted-Lowry karena ion ini dapat menerima proton:

H3O+ (aq) + OH- (aq) 2H2O (l)

Jadi, bila menyebut NaOH atau hidroksida logam lainnya sebagai basa, sebenarnya

mengacu pada spesi OH- yang berasal dari hidroksida.

Ion hidronium (H3O+) merupakan suatu proton yang terhidrasi di dalam air. Dalam

kenyataannya, proton ini mungkin saja berasosiasi dengan lebih dari satu molekul

H2O dan mempunyai rumus yang lebih rumit seperti H5O2+ atau H9O4

+. Akan tetapi,

kita akan selalu menggunakan ion hidronium untuk menyatakan proton terhidrasi,

karena spesi inilah yang paling banyak terbentuk. Agar penulisannya lebih sederhana

kita akan menggunakan H+ bila membahas konsentrasi ion hidrogen. Ingatlah selalu

bahwa lambang H+ sebetulnya mewakili struktur terhidrasi H3O+ sehingga keduanya

merupakan spesi yang sama dalam larutan.

3.2 Asam dan Basa Lewis

Asam menurut Lewis adalah spesi penerima pasangan elektron (akseptor), sedangkan

basa adalah spesi pemberi pasangan elektron (donor). Penekanan asam-basa

berdasarkan Lewis pada pasangan elektron yang berkaitan dengan struktur dan ikatan.

Sebagai contoh, senyawa BF3 berperan sebagai asam dan NH3 berperan sebagai basa.

NH3 memberikan pasangan elektron kepada BF3 sehingga membentuk ikatan

kovalen koordinasi di antara keduanya.

Page 20: PERTEMUAN KE 2 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN, KOLOID, DAN ...kuliah.itera.ac.id/pluginfile.php/42603/mod_resource/content/1/Modul 2 - Sifat... · 1.5 Penggunaan Sifat Koligatif untuk Menentukan

20

Latihan 6.

1. Tentukan pasangan asam-basa konjugasi untuk reaksi:

2. Di antara pasangan berikut, mana yang merupakan pasangan asam-basa

konjugasi:

a. HNO2, NO2- b. H2CO3, CO3

2- c. CH3NH3+, CH3NH2

3.3 Sifat Asam-Basa dari Air

Air merupakan pelarut yang unik. Salah satu sifat khasnya ialah kemampuannya

untuk bertindak baik sebagai asam maupun sebagai basa. Air berfungsi sebagai basa

dalam reaksi dengan asam seperti HCl dan HNO3, dan air berfungsi sebagai asam

dalam reaksi dengan basa seperti NH3. Air merupakan elektrolit yang sangat lemah

dan merupakan pengantar listrik yang buruk meskipun hanya sedikit terionisasi:

Reaksi di atas dinamakan dengan pengionan air, dengan reaksi komplit sebagai

berikut:

Pasangan asam-basa konjugasinya ialah (1) H2O (asam) dan OH- (basa) dan (2) H3O+

(asam) dan H2O (basa).

Page 21: PERTEMUAN KE 2 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN, KOLOID, DAN ...kuliah.itera.ac.id/pluginfile.php/42603/mod_resource/content/1/Modul 2 - Sifat... · 1.5 Penggunaan Sifat Koligatif untuk Menentukan

21

3.4 Hasil Kali Ion dari Air

Dalam mempelajari reaksi asam-basa dalam larutan berpelarut air, kuantitas yang

penting adalah konsentrasi ion hidrogen. Dengan menyatakan proton sebagai H3O+

atau H+, kita dapat menuliskan tetapan kesetimbangan untuk pengionan air sebagai

berikut:

𝐾𝑐 =[𝐻3𝑂+][𝑂𝐻−]

[𝐻2𝑂]

atau

𝐾𝑐 =[𝐻+][𝑂𝐻−]

[𝐻2𝑂]

karena fraksi molekul air yang terionisasi sangat kecil, konsentrasi air, yaitu [H2O],

hampir tidak berubah, dengan demikian:

Kc [H2O] = Kw = [H+][OH-]

Tetapan kesetimbangan Kw dinamakan tetapan hasilkali ion, yakni hasilkali antara

konsentrasi molar ion H+ dan ion OH- pada suhu tertentu.

Dalam air murni pada 25 °C, konsentrasi ion H+ sama dengan konsentrasi ion OH-

dan diketahui sebesar [H+] = 1,0 x 10-7 M dan [OH-] = 1,0 x 10-7 M. Jadi, pada 25 °C:

Kw = [H+][OH-] = 1,0 x 10-7 x 1,0 x 10-7 = 1,0 x 10-14

Apabila ion [H+] = [OH-], larutan berpelarut air netral. Dalam larutan asam,

kelebihan ion H+ atau [H+] > [OH-]. Dalam larutan basa ada kelebihan ion hidroksida

sehingga [H+] < [OH-]. Dalam praktiknya, kita dapat mengubah konsentrasi ion H+

atau OH- dalam larutan, tetapi kita tidak dapat mengubahnya sendiri. Jika kita

Page 22: PERTEMUAN KE 2 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN, KOLOID, DAN ...kuliah.itera.ac.id/pluginfile.php/42603/mod_resource/content/1/Modul 2 - Sifat... · 1.5 Penggunaan Sifat Koligatif untuk Menentukan

22

menyesuaikan larutan supaya [H+] = 1,0 x 10-6 M, konsentrasi OH- harus berubah

menjadi:

Latihan 7.

Hitunglah konsentrasi ion OH- dalam larutan HCl yang konsentrasi ionnya 1,3 M.

3.5 pH ― Ukuran Keasaman

Karena konsentrasi ion H+ dan OH- dalam larutan sering kali sangat kecil dan sulit

diukur, maka biokimiawan Denmark Soren Sorensen pada tahun 1909 mengajukan

cara pengukuran yang lebih praktis yang disebut dengan pH. pH suatu larutan

didefinisikan sebagai logaritma negatif dari konsentrasi ion hidrogen (dalam mol per

liter):

pH = -log [H3O+] atau pH = -log [H+]

Karena pH pada dasarnya hanyalah suatu cara untuk menyatakan konsentrasi ion

hidrogen, larutan asam dan larutan basa pada 25 °C dapat diidentifikasi berdasarkan

nilai pH-nya, seperti berikut:

Larutan asam: [H+] > 1,0 x 10-7, pH < 7,00

Larutan basa: [H+] < 1,0 x 10-7, pH > 7,00

Larutan netral: [H+] = 1,0 x 10-7, pH = 7,00

pH meningkat dengan menurunnya [H+].

Dalam laboratorium, pH larutan dapat diukur dengan pH meter (Gambar 3.4.1).

Tabel 3.4.1 memuat pH dari sejumlah cairan dan gas yang lazim.

Page 23: PERTEMUAN KE 2 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN, KOLOID, DAN ...kuliah.itera.ac.id/pluginfile.php/42603/mod_resource/content/1/Modul 2 - Sifat... · 1.5 Penggunaan Sifat Koligatif untuk Menentukan

23

Gambar 3.4.1 pH meter digunakan untuk menentukan pH larutan di laboratorium.

Tabel 3.4.1 memuat pH sejumlah cairan dan gas yang lazim

Sampel Nilai pH

Cairan getah lambung 1,0-2,0

Jus Liman 2,4

Cuka 3,0

Jus grapefruit 3,2

Jus orange 3,5

Urine 4,8 - 7,5

Ludah 6,4 - 6,9

Susu 6,5

Air murni 7,0

Darah 7,35 - 7,45

Air mata 7,4

Skala pOH yang analog dengan skala pH dapat dibuat dengan menggunakan

logaritma negatif dari konsentrasi ion hidroksida. Jadi, kita mendefinisikan pOH

sebagai:

pOH = -log [OH-]

[H+][OH-] = Kw = 1,0 x 10-14

-(log [H+] + log [OH-]) = -log (1,0 x 10-14)

-log [H+] - log [OH-] = 14,00

pH + pOH = 14,00

Page 24: PERTEMUAN KE 2 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN, KOLOID, DAN ...kuliah.itera.ac.id/pluginfile.php/42603/mod_resource/content/1/Modul 2 - Sifat... · 1.5 Penggunaan Sifat Koligatif untuk Menentukan

24

Latihan 8.

1. Asam nitrat (HNO3) digunakan dalam proses pembuatan pupuk, zat pewarna,

obat-obatan, dan bahan peledak. Hitunglah pH dari suatu larutan HNO3 yang

mempunyai konsentrasi ion hidrogen 0,76 M.

2. pH sejenis jus orange adalah 3,33. Hitunglah konsentrasi ion H+.

3. Konsentrasi ion OH- dalam sampel darah ialah 2,5 x 10-7 M. Berapa pH darah?

3.6 Kekuatan Asam dan Basa

Asam kuat ialah elektrolit kuat, yang dianggap terionisasi sempurna dalam air.

Kebanyakan asam kuat adalah asam anorganik: asam klorida (HCl), asam nitrat

(HNO3), asam perklorat (HClO4), dan asam sulfat (H2SO4):

Perhatikan bahwa H2SO4 merupakan asam diprotik, tetapi yang diperhatikan

hanyalah tahapan pertama ionisasi. Pada kesetimbangan, molekul asam kuat

teionisasi semua.

Kebanyakan asam terioniasasi hanya sedikit dalam air. Asam seperti ini digolongkan

ke dalam asam lemah. Pada kesetimbangan, larutan berpelarut air dari asam lemah

mengandung campuran antara molekul asam yang tidak terionisasi, ion H3O+, dan

basa konjugasi. Contoh asam lemah antara lain: asam hidrofluoriat (HF) dan ion

amonium (NH4+). Kekuatan asam lemah sangat beragam karena beragamnya derajat

ionisasi. Terbatasnya ionisasi asam lemah berkaitan dengan tetapan kesetimbangan

ionisasi.

Page 25: PERTEMUAN KE 2 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN, KOLOID, DAN ...kuliah.itera.ac.id/pluginfile.php/42603/mod_resource/content/1/Modul 2 - Sifat... · 1.5 Penggunaan Sifat Koligatif untuk Menentukan

25

Basa kuat ialah semua elektrolit kuat yang terionisasi sempurna dalam air, yang

mencakup hidroksida dari logam alkali dan logam alkali tanah tertentu, seperti:

NaOH, KOH, dan Ba(OH)2.

Basa lemah, sama seperti asam lemah, adalah elektrolit lemah. Amonia ialah basa

lemah, yang sangat sedikit terionisasi dalam air.

Beberapa hal yang perlu diketahui:

a. Jika asamnya kuat, basa konjugasinya sangat lemah.

b. H3O+ adalah asam terkuat yang terdapat dalam larutan berpelarut air. Asam-

asam yang lebih kuat daripada H3O+ bereaksi dengan air menghasilkan H3O

+

dan basa konjugasinya. Jadi, HCl yang merupakan asam yang lebih kuat

daripada H3O+, bereaksi dengan air secara sempurna membentuk H3O

+ dan Cl-.

Asam-asam yang lebih lemah daripada H3O+ bereaksi dengan air jauh lebih

sedikit, menghasilkan H3O+ dan basa konjugasinya. Sebagai contoh,

kesetimbangan berikut ini cenderung bergeser ke sebelah kiri:

c. Ion OH- adalah basa terkuat yang terdapat dalam larutan berpelarut air. Basa

yang lebih kuat daripada OH- bereaksi dengan air menghasilkan OH- dan asam

konjugasinya. Sebagai contoh, ion oksida (O2-) ialah basa yang lebih kuat

daripada OH-, sehingga ion ini bereaksi sempurna dengan air sebagai berikut:

Page 26: PERTEMUAN KE 2 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN, KOLOID, DAN ...kuliah.itera.ac.id/pluginfile.php/42603/mod_resource/content/1/Modul 2 - Sifat... · 1.5 Penggunaan Sifat Koligatif untuk Menentukan

26

Dengan alasan ini ion oksida tidak ada dalam larutan berpelarut air.

Gambar 3.5.1 memuat daftar dari beberapa pasangan asam-basa konjugasi dalam

urutannya berdasarkan kekuatannya.

Latihan 9.

1. Hitunglah pH dari larutan: (a) Larutan HCl 1,0 x 10-3 M, (b) larutan Ba(OH)2

0,02 M, (c) larutan Ba(OH)2 1,8 x 10-2 M.

TUGAS 2

Selamat mengerjakan.

1. Identifikasi pasangan asam-basa konjugasi dalam setiap reaksi ini.

Page 27: PERTEMUAN KE 2 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN, KOLOID, DAN ...kuliah.itera.ac.id/pluginfile.php/42603/mod_resource/content/1/Modul 2 - Sifat... · 1.5 Penggunaan Sifat Koligatif untuk Menentukan

27

2. Berikan asam konjugasi dari setiap basa berikut: (a) HS-, (b) HCO3-, (c) HPO4

2-,

(d) HSO4-, (e) NO2

-, (f) SO32-.

3. Berikan basa konjugasi dari setiap asam berikut: (a) CH2ClCOOH, (b) HIO4,

(c) H3PO4, (d) HSO4-, (e) HCOOH, (f) HClO.

4. Hitunglah konsentrasi ion hidrogen dalam mol per liter untuk setiap larutan

berikut: (a) larutan yang pH-nya 5,20, (b) larutan yang pH-nya 16,00, (c)

larutan yang konsentrasi hidroksidanya 3,7 x 10-9 M.

5. Hitunglah pH setiap larutan berikut: (a) 0,001 M HCl, (b) 0,76 M KOH, (c) 2,8

x 10-4 M Ba(OH)2, (d) 5,2 x 10-4 M HNO3.

6. Suatu larutan dibuat dengan melarutkan 18,4 g HCl dalam 662 mL air.

Hitunglah pH larutan (Anggap bahwa volume larutannya juga 662 mL)

7. Golongkan setiap spesi berikut ke dalam asam kuat atau asam lemah: (a) HNO3,

(b) HF, (c) H2SO4, (d) HSO4-, (e) H2CO3, (f) HCO3

-, (g) HCl, (H) HCN.