pertemuan 11.doc

19
PERTEMUAN 11 KOLOID Apakah kamu suka memperhatikan ketika sinar matahari menerobos jendela? Tampak debu beterbangan dan jejak sinar matahari pun dapat kamu lihat dengan jelas. Ketika langit siang hari tertutup awan, apa kamu melihat sinar menerobos bagian awan yang berlubang? Fenomena seperti itu sering dimanfaatkan oleh agen Moulder dan Sculley dalam film X-file untuk mengamati tempat-tempat yang gelap dengan kilatan cahaya. Semua hal ini berhubungan dengan salah satu sifat yang dimiliki partikel koloid yaitu efek Tyndall. Apa itu efek Tyndall dan apa pula yang dimaksud dengan koloid ? Mari kita pelajari bersama-sama. Koloid atau dispersi koloid adalah bentuk materi yang memiliki sifat di antara larutan dan campuran atau suspensi. Bidang ini pertama kali dikenalkan oleh Thomas Graham. Larutan adalah campuran antara dua materi atau lebih, dimana bagian sifatnya serbasama, contoh larutan gula dalam air. Gula ketika dilarutkan ke dalam air Gambar 15.1. Larutan gula akan tampak bening. Hal itu karena zat terlarut dalam larutan dapat membentuk ion atau molekul kecil. Zat tersebut membentuk larutan homogen dengan pelarut dan memiliki sifat tidak mudah mengendap pada sampai berapa lama pun hal itu terjadi karena gaya gravitasi jauh lebih kecil jika dibandingkan energi kinetik molekul dalam larutan

Upload: ariska-jaya-permana

Post on 22-Dec-2015

282 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

PERTEMUAN 11

KOLOID

Apakah kamu suka memperhatikan ketika sinar matahari menerobos jendela? Tampak debu beterbangan dan jejak sinar matahari pun dapat kamu lihat dengan jelas. Ketika langit siang hari tertutup awan, apa kamu melihat sinar menerobos bagian awan yang berlubang? Fenomena seperti itu sering dimanfaatkan oleh agen Moulder dan Sculley dalam film X-file untuk mengamati tempat-tempat yang gelap dengan

kilatan cahaya. Semua hal ini berhubungan dengan salah satu sifat yang dimiliki partikel koloid yaitu efek Tyndall. Apa itu efek Tyndall dan apa pula yang dimaksud dengan koloid ? Mari kita pelajari bersama-sama.

Koloid atau dispersi koloid adalah bentuk materi yang memiliki sifat di antara larutan

dan campuran atau suspensi. Bidang ini pertama kali dikenalkan oleh Thomas Graham.

Larutan adalah campuran antara dua materi atau lebih, dimana bagian sifatnya serbasama,

contoh larutan gula dalam air. Gula ketika dilarutkan ke dalam air

Gambar 15.1. Larutan gula

akan tampak bening. Hal itu karena zat terlarut dalam larutan dapat

membentuk ion atau molekul kecil. Zat tersebut membentuk larutan

homogen dengan pelarut dan memiliki sifat tidak mudah

mengendap pada sampai berapa lama pun hal itu terjadi karena

gaya gravitasi jauh lebih kecil jika dibandingkan energi kinetik

molekul dalam larutan

Gambar 15.2

Pengendapan

Ketika ukuran partikel zat terlarut lebih besar, maka

mengendap ke bawah karena gaya gravitasi lebih

berpengaruh dibandingkan dengan energi kinetik pada

larutan. Dalam keadaan ini, kita tidak lagi memiliki larutan

yang homogen, tetapi lebih cenderung merupakan campuran

heterogen atau suspensi.

Koloid dapat berupa gas, cairan atau pun padatan. Dalam kehidupan sehari-hari kita

sering menemukan zat yang memiliki sifat berbentuk campuran homogen namun tidak

bening, atau keruh, seperti berbagai jenis minuman, susu atau pylox.

Gambar 15.3. Berbagai contoh koloid

A. Macam-macam Sistem Koloid

Dalam campuran homogen seperti larutan, ion atau molekul terlarut stabil dan

tidak mengendap karena molekul dan ion tersebut tersebar didalam pelarut. Begitu pula

dengan koloid, partikel koloid mengalami hamburan dan tersebar dalam suatu medium

sehingga dihasilkan dispersi (sebaran) koloid atau biasa disebut sistem koloid. Selai,

mayones, tinta cina, susu dan kabut merupakan contoh sistem koloid, dalam sistem

tersebut partikel koloid tersebar (terdispersi) dalam suatu partikel lain yang jumlahnya

lebih banyak dan disebut medium pendispersi.

Berdasarkan jenis fasa pendispersi, yaitu zat yang memiliki jumlah lebih banyak

dan fasa zat yang terdispersi koloid terbagi menjadi delapan macam. Berikut jenis

koloid berikut contohnya :

Tabel 8.1. Jenis-jenis koloid

Fasa medium pendispersi

Fasazat terdispersi

NamaKoloid

Contoh

Gas

Cair Aerosol Kabut

Padat Aerosol padat Asap

Cair

Gas Busa Buih Krim

Cair Emulsi Susu

Padat Sol Cat

Padat

Gas Busa Padat Marshmallow

Cair Emulsi Padat Mentega

Padat Sol Padat Gelas Ruby

B. Sifat-sifat Koloid

Koloid memiliki sifat antara larutan homogen dan campuran heterogen. Ini

dikarenakan partikel koloid cukup kecil sehingga tumbukan acak yang terjadi dalam

larutan, masih bisa menahan pengaruh gaya gravitasi yang akan menariknya keluar

dari larutan dan mengendap, tetapi partikel tersebut tidak benar-benar larut dalam

larutan. Larutan koloid ini dapat terdeteksi dengan memperhatikan efek

penghamburan cahaya yang terjadi. Penghamburan menunjukkan bahwa dispersi

koloid di sepanjang larutan terdiri dari partikel-partikel berukuran besar. Walaupun

cukup kecil untuk tidak mengendap keberadaannya menunjukkan lebih mendekati

sifat campuran heterogen.

Setiap partikel memiliki energi kinetik, sehingga akan selalu bergerak. Begitu

pula dengan partikel-partikel koloid, partikel tersebut akan bergerak, akan saling

bertumbukkan sehingga menimbulkan sifat tertentu secara optik dan elektrik.

Sifat optik merupakan sifat dari suatu zat berkaitan dengan kemampuan

interaksinya dengan gelombang cahaya. Sifat ini dimiliki oleh koloid karena cahaya

tampak memiliki panjang gelombang antara ~400nm hingga ~750nm akan

berinteraksi dengan partikel koloid yang memiliki ukuran sekitar 400nm sampai

750nm. Interaksi ini akan menghamburkan cahaya sehingga bagian yang terkena

cahaya tampak keruh.

Gambar 15.4. Gelombang cahaya yang terhentikan oleh partikel ukuran tertentu

Beberapa zat memiliki ukuran molekul besar tapi masih terlalu kecil untuk

mengendap. Sehingga memiliki sifat partikel berukuran besar namun membentuk

larutan homogen. tersebut disebut sebagai dispersi koloid atau koloid saja. Sedangkan

sifat elektrik adalah sifat dari suatu zat yang berkaitan dengan partikel bermuatan atau

listrik. Sifat elektrik koloid muncul karena koloid dapat membawa muatan listrik.

Adsorpsi muatan pada koloid pun menimbulkan elektrik yang lain pada koloid.

a. Efek Tyndall

Gejala pemantulan dan pembauran cahaya oleh partikel sistem koloid disebut

efek Tyndall. Gejala ini pertama kali ditemukan oleh Michael Faraday kemudian

diselidiki lebih lanjut oleh John Tyndall (1820 – 1893), seorang ahli Fisika bangsa

Inggris. Efek Tyndall dapat digunakan untuk membedakan larutan sejati dari koloid.

Untuk memahami efek Tyndall, perhatikan gambar berikut.

Tampak atas Tampak bawahGambar 15.5. efek Tyndall

Gelas sebelah kiri berisi larutan koloid dan sebelah kanan berisi larutan sejati. Dari

gambar terlihat berkas cahaya yang melewati larutan koloid terlihat nyata, sedangkan

pada larutan sejati tidak terlihat. Terlihatnya berkas cahaya tersebut disebabkan berkas

cahaya yang mengenai partikel koloid akan dihamburkan oleh partikel tersebut.

Efek Tyndall juga terjadi pada pancaran matahari ke bumi. Pada waktu siang hari

yang cerah, maka langit akan berwarna biru. Hal ini terjadi karena sinar matahari

melewati partikel-partikel koloid di udara. Hanya komponen sinar matahari dengan

panjang gelombang kecil (energi besar) yang dipantulkan, sinar yang dapat dipantulkan

tersebut adalah sinar biru, nila. Hal ini terjadi akibat posisi matahari berada pada posisi

jauh dari horizon.

b. Gerak Brown

Gerak Brown adalah gerak lurus partikel-partikel koloid yang arahnya tidak

menentu yang disebabkan oleh tumbukan dari molekul-molekul medium pendispersi

dengan partikel-partikel koloid. Perhatikan gambar berikut!

Gambar 15.6. Tumbukan antar partikel dalam disperse

Gerak Brown bisa berlangsung terus karena gaya yang bekerja pada partikel itu

dihasilkan terus menerus oleh tumbukan partikel dengan partikel dan partikel dengan

molekul medium pendispersi. Hal ini menyebabkan berkurangnya efek gaya gravitasi

bumi terhadap partikel fasa dispersi. Oleh karena gaya gravitasi tidak dapat mengatasi

seluruh gaya yang timbul pada tumbukan partikel yang menyebabkan gaya Brown itu,

maka partikel koloid tidak dapat mengendap. Gerakan partikel koloid yang tidak menentu

arahnya ini pertama kali ditemukan oleh seorang sarjana Biologi bernama Robert Brown

(1773-1859).

C. Adsorpsi

Adsorpsi adalah peristiwa di mana suatu zat menempel pada permukaan zat lain,

seperti ion H+ dan OH- dari medium pendispersi. Untuk berlangsungnya adsorpsi,

minimum harus ada dua macam zat, yaitu zat yang tertarik disebut adsorbat, dan zat yang

menarik disebut adsorban. Apabila terjadi penyerapan ion pada permukaan partikel

koloid maka partikel koloid dapat bermuatan listrik yang muatannya ditentukan oleh

muatan ion-ion yang mengelilinginya.

Contoh: Koloid Fe(OH)3 dalam air menyerap ion hidrogen (ion H+) sehingga

partikel bermuatan positif, sedangkan koloid As2S3 menyerap ion hidroksida (ion OH-)

sehingga partikel bermuatan negatif.

Gambar 15.7. Absorbsi pada permukaan koloid

D. Elektroforesis

Peristiwa elektroforesis adalah peristiwa mengalirnya partikel-partikel koloid

menuju elektroda, bergeraknya partikel koloid ke dalam satu elektroda

menunjukkan bahwa partikel-partikel koloid bermuatan listrik. Gejala ini dapat

diamati dengan menggunakan alat sel elektroforesis.

Gambar 15.8. sel elektroforesis

Dispersi koloid dimasukkan ke dalam tabung U kemudian dicelupkan

elektroda pada mulut tabung. Apabila kawat dihubungkan dengan sumber arus

listrik searah dan arus listrik mengalir lewat elektroda positif dan negatif maka

partikel koloid akan bergerak ke salah satu elektroda.

Partikel dispersi koloid yang bermuatan negatif akan bergerak menuju

elektroda bermuatan negatif. Dengan menggunakan sel elektroforesis dapat

ditentukan muatan dari partikel koloid.

Elektroforesis dapat dipakai untuk memisahkan protein-protein dalam larutan.

Muatan pada protein berbeda-beda, tergantung pH. Dengan membuat pH larutan

tertentu (misalnya dalam larutan penyangga), pemisahan molekul-molekul protein

yang berlainan jenis terjadi.

E. Koagulasi

Koagulasi adalah penggumpalan koloid yang disebabkan oleh penambahan

elektrolit atau terjadinya perubahan fisik melalui cara mekanik.

a. Koagulasi dengan penambahan zat kimia/elektrolit

Ion yang efektif untuk menggumpalkan koloid ialah ion yang muatannya

berlawanan dengan muatan koloid. Contoh: Koloid Fe(OH)3 yang bermuatan

positif dicampur dengan koloid As2S3 yang bermuatan negatif. Sol emas yang

bermuatan negatif dapat dikoagulasikan dengan NaCl, CaCl2, atau AlCl3, yang

mengandung ion positif. Teknik koagulasi ini sangat berguna terutama untuk

mengumpalkan karet dalam lateks dengan cara menambahkan asam cuka.

Apakah kamu pernah berjalan-jalan di sekitar muara sungai, jika pernah

mungkin kamu pernah melihat daratan kecil di tengah muara tersebut. Daratan

kecil tersebut sering dinamai sebagai delta. Delta terbentuk dari pengendapan

partikel koloid, karena partikel koloid yang bermuatan mengalami reaksi

dengan muatan lawannya ketika partikel tersebut terbawa oleh air sungai dan

bertemu dengan air laut yang kaya dengan elektrolit. Hal itu terjadi karena

keberadaan ion pasangannya menyebabkan partikel koloid berkumpul bersama

akibat menghilangkannya tolakan muatan antar partikel.

b. Koagulasi mekanik

Koagulasi dengan cara mekanik dapat dilakukan dengan pemanasan,

pendinginan atau pengadukan. Contoh saat telur direbus, atau saat pembuatan

agar-agar dan lem

Telur yang berbentuk cairan kental menggumpal ketika terkena panas, hal

ini dikarenakan pemanasan atau penambahan elektrolit dapat menyebabkan

partikel koloid berkumpul bersama atau terkoagulasi. Panas meningkatkan

energi kinetik dan kecepatan tumbukan antar molekul pada partikel koloid.

Partikel tersebut memiliki kecenderungan untuk berkumpul bersama, sehingga

terbentuk gumpalan yang semakin membesar.

Proses koagulasi koloid dapat dimanfaatkan untuk proses penjernihan air. Air

sungai yang mengandung partikel koloid lumpur halus yang bermuatan negatif

dicampur dengan koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif sehingga terjadi koagulasi

dan mengendap. Disamping itu ion Al3+ yang terdapat dalam medium koloid

Al(OH)3 secara langsung menetralkan muatan koloid Lumpur. Setelah itu air

dipisahkan dari endapan dengan cara disaring. Koloid Al(OH)3 diperoleh dari

hidrolisis Al3+ dari aluminium sulfat atau tawas aluminium.

E. Kestabilan koloid

Koloid karbon dalam air sangat stabil, koloid tersebut bahkan tidak

mengalami perubahan hingga kira-kira 30 tahun. Dalam hampir semua koloid gas

dan koloid cairan, partikel-partikel zat terdispersi memiliki kerapatan yang lebih

tinggi dibanding dengan medium pendispersinya. Penyebab partikel-partikel ini

untuk tidak mengendap atau berkumpul menjadi ukuran yang lebih besar adalah

adanya pengadsorsian oleh suatu lapisan ion. Partikel yang menyerap ion yang

sama muatannya akan terstabilkan karena adanya tolak menolak antar muatan

sejenis. Cara lain untuk menstabilkan suatu partikel adalah dengan

mengadsorpsikan lapisan molekul. Zat-zat yang teradsorpsi seperti sabun adalah

koloid juga. Koloid yang bertindak sebagai bahan penstabil disebut koloid

pelindung. Koloid pelindung sangat efektif untuk menstabilkan koloid cair-cair

atau emulsi. Susu merupakan emulsi dari lemak dalam air, dan terstabilkan

karena adanya kasein, sejenis protein. Contoh pensatbil koloid lainnya adalah

gelatin, yang sering disgunakan untuk pembuatan es krim.

Kestabilan koloid ditentukan oleh daya tarik-menarik antar partikel fase

terdispersi dan medium pendispersinya. Berdasarkan kestabilannya koloid

digolongkan kedalam koloid liofil dan liofob.

Sol liofil adalah sol yang fase terdispersinya mempunyai kemampuan

menarik medium pendispersi. Contoh, gelatin dalam air dan putih telur dalam air.

Sol liofob adalah sol yang fase terdispersinya tidak menarik medium pendispersi.

Contoh, As2S3 dalam air, garam sulfida dalam air, dan belerang dalam air.

Perbedaan sol liofil dengan sol liofob dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8.2 Perbedaan sol liofil dan sol liofob

Sol Liofil Sol Liofob Reversibel Stabil Gerak Brown kurang jelas Efek Tyndall lemah Sukar diendapkan dengan

penambahan elektrolit Kebanyakan dapat dibuat

gel Partikel terdispersi dapat

menyerap molekul Penyusunnya senyawa

organik, Contoh: protein

Tidak reversibel Kurang stabil Gerak Brown sangat jelas Efek Tyndall kuat Mudah diendapkan dengan

penambahan elektrolit Hanya beberapa yang dapat

dibuat gel Partikel terdispersi

menyerap ion Penyusunnya senyawa

anorganik .Contoh: As2S3

C. Pembuatan Koloid

Pada prinsipnya pembuatan koloid adalah mengubah partikel-partikel berukuran

ion, atom, atau molekul menjadi partikel-partikel koloid. Atau mengubah partikel besar

menjadi koloid. Untuk memperoleh suatu sistem koloid dapat dilakukan dengan cara

kondensasi, dispersi, dan cara gabungan.

1. Cara Kondensasi

Cara kondensasi yaitu dengan mengubah partikel-partikel yang lebih kecil

menjadi partikel yang lebih besar yaitu partikel koloid. Hal yang harus diperhatikan

pada pengerjaan cara kondensasi adalah menjaga ukuran partikel koloid, karena

partikel yang terlalu besar akan mengendap. Untuk menghindari penggumpalan

selama kondensasi berlangsung maka selama kondensasi dimulai, larutan sudah harus

lewat jenuh dan bibit-bibit kondensasi harus sudah terbentuk. Bibit kondensasi ini

sangat diperlukan bagi pembentukan partikel.

Partikel sistem koloid yang dihasilkan umumnya bergantung pada tingkatan

lewat jenuh yang diperoleh, jumlah bibit kondensasi yang menjadi pusat proses

kondensasi dan kecepatan perpindahan partikel berukuran kecil ke arah bibit

kondensat. Untuk memperoleh ukuran partikel koloid yang sama maka pada saat

permulaan kondensasi, bibit kondensat harus sudah terbentuk.

Cara kondensasi dapat dilakukan dengan reaksi hidrolisis, reaksi oksidasi, reaksi

reduksi, kesetimbangan ion, dan mengubah pelarut.

a. Reaksi hidrolisis

Cara reaksi hidrolisis dapat dipakai untuk membuat koloid basa logam

seperti Al, Fe, dan Cr, karena basa logam tersebut berbentuk koloid. Contoh pada

pembuatan sol Fe(OH)3. FeCl3 ditambahkan kedalam ke dalam air panas.

Pengadukan larutan tersebut akan membentuk sol Fe(OH)3 yang berwarna coklat.

Sol Fe(OH)3 yang terbentuk dapat tahan lama dan partikelnya bermuatan positif

karena mengadsorpsi ion H+.

b. Reaksi oksidasi

Pembuatan sol dengan cara oksidasi, misalnya pembuatan sol belerang. Sol

belerang dapat dibuat dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2.Pada

reaksi di atas SO2 dioksidasi menjadi S.

c. Reaksi reduksi

Sol dari logam dari Pt, Ag, dan Au dapat dibuat dengan cara mereaksikan

larutan logam dengan zat pereduksi misalnya FeSO4 dan formaldehida.

Contoh: 2AuCl3 + 3SnCl2 3SnCl4 + 2Au

Pada reaksi tersebut ion A3+ direduksi menjadi Au (logam). Au padat adalah

partikel fase dispersi yang terbentuk dan menyusun sol emas. Warna sol emas

yang terbentuk bisa bermacam-macam tergantung kepada besarnya partikel Au,

umumnya berwarna biru sampai merah delima.

d. Kesetimbangan ion

Cara pembuatan koloid ini biasa digunakan pada pembuatan sol AgCl, yaitu

dengan cara penambahan larutan HCl yang sangat encer pada larutan AgNO3.

Cara ini juga digunakan pada pembuatan sol As2S3 dengan cara penambahan

oksida arsen (As2O3 )pada larutan H2S encer. Sol As2O3 berwarna kuning,

bermuatan negatif, dan termasuk liofob.

e. Mengubah pelarut

Cara kondensasi ini dilakukan untuk menurunkan kelarutan suatu zat terlarut

Contoh belerang larut dalam etanol tapi tidak larut dalam air

Bila larutan jenuh belerang dalam etanol dituangkan dalam air, maka akan

terbentuk sol belerang. Hal ini terjadi akibat menurunnya kelarutan belerang di

dalam campuran tersebut. Pembentukkan koloid dengan cara ini dapat pula

terjadi pada saat air ditambahkan dalam larutan indikator fenolftalein dengan

pelarut etanol dan membentuk larutan koloid seperti susu.

2. Cara Dispersi

Pembuatan koloid dengan cara dispersi yaitu dengan memecah molekul besar

menjadi molekul-molekul lebih kecil yang sesuai dengan ukuran partikel koloid.

Cara dispersi dapat dilakukan dengan cara mekanik seperti pemecahan dan

penggilingan.

a. Cara mekanik

Dengan cara mekanik, partikel kasar dipecah sampai halus. Dalam laboratorium

kimia pemecahan partikel ini dilakukan dengan menggunakan lumping dan alu

kecil, sedangkan dalam industri digunakan mesin penggiling koloid. Zat yang

sudah halus dimasukkan ke dalam cairan sampai terbentuk suatu sistem koloid.

Contoh dalam pembuatan tahu daru kacang kedelai yang digiling supaya dapat

membentuk koloid.

b. Cara peptasi

Cara ini dilakukan dengan menambahkan ion sejenis pada suatu endapan,

sehingga endapannya terpecah menjadi partikel-partikel koloid. Cara ini biasa

digunakan untuk membuat sol liofil. Contoh: Endapan AgI dapat dipeptasi

dengan menambahkan larutan elektrolit dari ion sejenis, misalnya kalium iodida

(KI) atau perak nitrat (AgNO3)

3. Cara Gabungan

Koloid dapat pula dibuat dengan cara gabungan, yaitu gabungan dari cara

dispersi dan kondensasi. Cara gabungan dikenal juga dengan cara busur bredig.

Pada cara busur bredig arus listrik bertegangan tinggi dialirkan melalui elektroda

logam yang tecelup dalam air. Kedua ujung elektroda dibuat hampir bersentuhan

sehingga dapat terjadi loncatan elektron antar kedua elektroda. Loncatan elektron

yang terjadi akan memanaskan logam hingga menguap. Uap logam kemudian

mengalami kondensasi dan membentuk sol dengan medium pendispersi air.

Gambar 15.9. Busur Bredig

Pembuatan koloid dengan cara ini biasa digunakan untuk membuat sol

logam. Logam yang dapat membentuk sol dengan cara ini adalah platina, emas dan

perak.

15.4. Penggunaan Koloid

Dalam kehidupan sehari-hari banyak kegunaan koloid baik langsung maupun

tidak langsung. Beberapa kegunaan koloid adalah sebagai berikut:

1. Industri kosmetika

Bahan kosmetika seperti foundation, finishing cream, dan deodorant berbentuk

koloid dan umumnya sebagai emulsi.

2. Industri tekstil

Pada proses pencelupan bahan (untuk pewarnaan) yang kurang baik daya serapnya

terhadap zat warna dapat menggunakan zat warna koloid karena memiliki daya

serap yang tinggi sehingga dapat melekat pada tekstil.

3. Industri sabun dan deterjen

Sabun dan deterjen merupakan emulgator untuk membentuk emulsi antara kotoran

(minyak) dengan air.

4. Kelestarian lingkungan

Untuk mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh pabrik-pabrik, digunakan

suatu alat yang disebut cotrell. Alat ini berfungsi untuk menyerap partikel-partikel

koloid yang terdapat dalam gas buangan yang keluar dari cerobong asap pabrik.

Sifat adsorpsi pada koloid ini menyebabkan koloid banyak digunakan dalam

berbagai macam industri, misalnya sebagai berikut:

a.Industri gula, untuk proses pemutihan gula pasir.

Gula pasir yang masih kotor (berwarna coklat) dilarutkan dalam air panas, lalu

dialirkan melalui sistem koloid yang berupa tanah diatomik (mineral harus berpori)

dan arang tulang. Kotoran pada gula akan diadsorpsi oleh tanah diatomik dan arang

tulang sehingga gula menjadi bersih.

b. Industri tekstil, pada proses pewarnaan.

Serat yang akan diwarnai dicampur dengan garam Al2(SO4)3, lalu dicelupkan ke

dalam larutan zat warna. Koloid Al(OH)3 yang terbentuk karena hidrolisis

Al2(SO4)3, akan mengadsorpsi zat warna

c. Industri air minum, pada proses penjernihan air.

Air yang keruh dapat dijernihkan dengan menambahkan tawas atau K2SO4.

Al2(SO4)3. Koloid Al(OH)3 yang terbentuk akan mengadsorpsi, menggumpalkan,

dan mengendapkan kotoran-kotoran dalam air.

Sifat elektroforesis koloid digunakan dalam industri lateks, untuk melapisi logam-

logam dengan lateks koloid (karet), atau mengecatkan anti karat pada badan mobil.

Partikel-partikel lateks yang bermuatan, cat dan sebagainya tertarik dan menempel pada

logam akibat logam diberi muatan listrik yang berlawanan dengan muatan lateks koloid.

Tugas mandiri

1. Sebutkan macam-macam sistem koloid berdasarkan perbedaan fasa

pendispersi dan terdispersinya ! Beri contoh !

2. Coba kamu jelaskan apa yang dimaksud dengan istilah :

a. efek tyndall

b. gerak Brown

c. koagulasi

d. liofil dan liofob

3. Apa perbedaan pembuatan koloid dengan cara kondensasi dan cara disrpersi?

Jelaskan dan beri contoh !

4. Jelaskan cara pembuatan :

a. sol belerang

b. sol Fe(OH)3

c. sol emas

5. Sebutkan kegunaan koloid dalam berkaiatan dengan masalah kesehatan,

lingkungan, proses penjernihan air minum, industri tekstil dan kosmetik ?