“pertanggungjawaban pidana bank terhadapfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripi...

136
Skripsi “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAP TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN DEBT COLLECTOR DALAM PENAGIHAN KREDIT BERMASALAH” (Studi Kasus Terhadap Putusan Nomor 1201/Pid. B/2011/PN. Jkt. Sel.) Oleh: Kukuh Wijatmoko E1A007073 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2012

Upload: ngokhanh

Post on 08-Sep-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

Skripsi

“PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAP

TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN DEBT COLLECTOR DALAM

PENAGIHAN KREDIT BERMASALAH”

(Studi Kasus Terhadap Putusan Nomor 1201/Pid. B/2011/PN. Jkt. Sel.)

Oleh:

Kukuh Wijatmoko

E1A007073

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2012

Page 2: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

ii

Skripsi

“PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAP

TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN DEBT COLLECTOR DALAM

PENAGIHAN KREDIT BERMASALAH”

(Studi Kasus Terhadap Putusan Nomor 1201/Pid. B/2011/PN. Jkt. Sel.)

Oleh:

Kukuh Wijatmoko

E1A007073

Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2012

Page 3: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

iii

PENGESAHAN ISI DAN FORMAT SKRIPSI

Judul : PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK

TERHADAP TINDAK PIDANA YANG

DILAKUKAN DEBT COLLECTOR DALAM

PENAGIHAN KREDIT BERMASALAH (Studi

Kasus Terhadap Putusan Nomor

1201/Pid.B/2011/PN. Jkt. Sel.)

Pelaksana Penelitian :

Nama : Kukuh Wijatmoko

NIM : EIA007073

SKS : 2007

Fakultas : Hukum

Program Studi : Ilmu Hukum.

Bagian : Hukum Pidana

Isi dan Format Telah Disetujui :

Purwokerto, 25 Oktober 2012

Pembimbing I Pembimbing II Penguji

Dr. Noor Aziz Said, S.H, M.S. Sunaryo, S.H, M.Hum. Dr. Setya Wahyudi, S.H., M.H.NIP. 19540426 198003 1 004 NIP. 19531224 198601 1 001 NIP. 19610527 1987021 001

MengetahuiDekan Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman

Hj. Rochani Urip Salami, S.H, M.S.NIP. 130817755

Page 4: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

iv

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya :

Nama : Kukuh Wijatmoko

NIM : E1A007073

Angkatan : 2007

Judul Skripsi : PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK

TERHADAP TINDAK PIDANA YANG

DILAKUKAN DEBT COLLECTOR DALAM

PENAGIHAN KREDIT BERMASALAH (Studi

Kasus Terhadap Putusan Nomor 1201/Pid.B/2011/PN.

Jkt. Sel.)

Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini adalah betul-betul hasil karya saya

sendiri dan tidak menjiplak hasil karya orang lain maupun dibuatkan oleh orang

lain.

Dan apabila ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran sebagaimana tersebut

diatas, maka saya bersedia dikenai sanksi apapun dari Fakultas.

Purwokerto, 25 Oktober 2012Hormat Saya,

Kukuh WijatmokoNIM. E1A007073

Page 5: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

v

MottoHidup ini indah, semua pasti berlalu.

Page 6: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

vi

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji serta syukur ke Hadirat Illahi Robbi yang telah

melimpahkan rahmat serta hidayahNya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA

BANK TERHADAP TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN DEBT

COLLECTOR DALAM PENAGIHAN KREDIT BERMASALAH” (Studi Kasus

Terhadap Putusan Nomor 1201/Pid. B/2011/PN. Jkt. Sel.).

Maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu

persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum. Satu hal yang tidak mungkin

luput dalam proses belajar itu dan penulis sadari adalah keterbatasan yang ada

pada diri penulis. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun dari semua pihak.

Dalam penyusunan skripsi ini, seperti yang telah disebutkan sebelumnya

yaitu adanya keterbatasan penulis baik dalam hal kemampuan maupun

pengetahuan sehingga penyusunan skripi ini tidak mungkin berakhir tanpa adanya

peran, bantuan, dan sumbangan pemikiran dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis

mengucapkan terima kasih banyak kepada :

1. Rochani Urip Salami, S.H., M.S., Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Jenderal Soedirman.

2. Dr. Noor Aziz Said, S.H, M.S dan Bapak Sunaryo, S.H, M.Hum Selaku dosen

pembimbing skripsi yang telah berkenan memberikan bimbingan, petunjuk,

dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Setya Wahyudi S.H., M.H selaku dosen penguji skripsi.

4. Sanyoto, S.H.,M.Hum., selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan petunjuk, arahan dan motivasi selama penulis menempuh

pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman.

5. Staf pengajar, Staf Bagian Pendidikan, Staf Bagian Kemahasiswaan, dan Staf

Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman.

Page 7: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

vii

6. Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, yang telah memberikan saya izin

untuk memperoleh putusan pengadilan yang berkaitan dengan skripsi ini.

7. Seluruh Civitas Academica di Fakultas Hukum Universitas Jenderal

Soedirman yang telah menciptakan suasan yang kondusif sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Kepada guru-guruku dari Taman Kanak-kanak sampai Sekolah Menengah

Atas yang telah membimbing dan mendidik penulis dalam proses belajar di

awal-awal dengan penuh kesabaran.

9. Untuk teman-temanku yang tidak bisa disebutkan satu persatu, aku bersyukur

telah menjalani kehidupan kampus bersama-sama, saling bertukar pikiran,

pengalaman, dan bantuan ketika menghadapi kesulitan. HIDUP ITU INDAH

KAWAN!!!

10. Dan..Terakhir, sekedar ucapan terima kasih masih jauh dari cukup atas segala

upaya kedua orangtuaku dalam mendukung tercapainya hasil yang kuraih saat

ini. AKAN KUBUAT BANGGA, ITULAH JANJIKU!!!

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat

memberikan sumbangsih kepada khasanah ilmu pengetahuan mengenai

pertanggungjawaban pidana korporasi khususnya dalam bidang perbankan.

Purwokerto, 25 Oktober 2012

Penulis

Page 8: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

viii

ABSTRAK

Dalam dunia perbankan, bank diperbolehkan menjalankan berbagai jenis kegiatan

usaha. Salah satunya adalah jasa pemberian kartu kredit. Jika dalam praktiknya

nasabah tidak membayar tagihan dan bunga dalam waktu tertentu, bank

diperbolehkan menggunakan jasa penagih hutang dalam melakukan penagihan

hutang. Bank Indonesia sebenarnya tidak melarang adanya penggunaan jasa

penagih hutang tetapi penggunaan jasa ini harus sesuai dengan ketentuan yang

telah diatur oleh Bank Indonesia sebagaimana yang terdapat dalam PBI No.

11/11/PBI/2009 dan SEBI 11/10/DASP tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat

Pembayaran dengan Menggunakan Kartu. Kasus meninggalnya salah seorang

nasabah Citibank yang memiliki tunggakan hutang kartu kredit akibat tindakan

penagih hutang menunjukkan masih adanya tindakan yang melanggar hukum oleh

penagih hutang yang melakukan penagihan hutang. Oleh karena itu, berdasarkan

pelanggaran yang terjadi dalam penagihan tersebut maka baik penagih hutang,

direksi/pejabat Citibank dan Citibank itu sendiri sebagai badan hukum dapat

dimintai pertanggungjawaban secara hukum. Di dalam Putusan Nomor 1201/Pid.

B/2011/PN. Jkt. Sel. tiga orang penagih hutang dikenai sanksi pidana masing-

masing 1 tahun penjara, karena melanggar Pasal 335 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1

Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Kemudian menurut pemeriksaan yang

dilakukan Bank Indonesia, Citibank terbukti melakukan beberapa kesalahan yang

menunjukkan bahwa Citibank tidak mematuhi peraturan yang disusun oleh Bank

Indonesia terkait dengan penggunaan jasa penagih hutang sehingga Citibank

dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia.

Kata kunci :

Kartu kredit, penagih hutang, Citibank, pertanggungjawaban

Page 9: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

ix

ABSTRACT

In the banking world, bank is allowed to run various kind of business. One of the

businesses that they do is provision of credit card services. When the customer

couldn’t pay the bill and interest given in certain period of time, the bank is

allowed to use the service of a third party as debt collector. Bank Indonesia

(Central Bank of Indonesia) doesn’t prohibit the use of debt collector services, but

the use of their services must follow the regulation as stated in PBI No.

11/11/PBI/2009 and SEBI 11/10/DASP about the Implementation of Medium of

Exchange Activities with The Use of Cards. The death case of one Citibank

customer, who had delinquent credit card debt, caused by the action of the debt

collector showed that there is still violation of the debt collector laws. Based on

the violation that happened during the collections, the debt collector, the Citibank

directors, as well as the Citibank itself as corporation can held into account by

the law. In the decision number 1201/Pid. B/2011/PN. Jkt. Sel. three of the debt

collectors are sentenced of one year prison because of the violation of article

number 335 jo., Article 55 paragraph (1) Book of Criminal Law. According to the

investigation by the Central Bank of Indonesia (BI), Citibank is proven to have

some violation of the law that they are not following the regulation that’s been

made by the Central Bank of Indonesia (BI) related to the use of the third party

service of debt collector so that the Central Bank of Indonesia (BI) impose a

sanction towards Citibank.

Key Words :

Credit cards, debt collector, Citibank, accountability

Page 10: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………....

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………..

HALAMAN PERNYATAAN……………………………………….

HALAMAN MOTTO………………………………………………...

KATA PENGANTAR……………………………………………….

ABSTRAK…………………………………………………………..

ABSTRACT………………………………………………………….

DAFTAR ISI………………………………………………………..

BAB I. PENDAHULUAN………………………………………….

A. LATAR BELAKANG……………………………………

B. PERUMUSAN MASALAH…………………………….

C. TUJUAN PENELITIAN………………………………..

D. KEGUNAAN PENELITIAN……………………………

BAB.II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………

A. Pengertian Bank dan Dasar Hukumnya….………………..

1. Pengertian Bank……………………………………….

2. Pengertian Kredit Bermasalah….……………………..

3. Pengertian Debt Collector…………………………….

4. Hubungan antara Bank dan Debt Collector………….

B. Pertanggungjawaban Pidana……………………………….

1. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana……….………

..……i

...…iii

...…iv

…….v

……vi

.…viii

……ix

……x

……1

……1

…….7

…….7

...…..8

..…...9

.....…9

..…...9

…...20

.…. 22

...…23

...…26

..…26

Page 11: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

xi

2. Teori Pertanggungjawaban Pidana.…………….………

3. Hubungan Pertanggungjawaban antara Bank dan Debt

Collector……….….........................................................

BAB III METODE PENELITIAN……..…………………………….

A. Metode Pendekatan……….……………………….……….

B. Spesifikasi Penelitian……………………………………….

C. Lokasi Penelitian……………………………………….…..

D. Teknik Pengumpulan Data………………………………....

E. Sumber Data………..……………………………………...

F. Teknik Pengumpulan Data………...………………….…...

G. Teknik Penyajian Data…………………………….……….

H. Metode Analisis Data………...…………………………….

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………….…..

A. Hubungan Hukum antara Pihak Bank dan Debt

Collector…………………………….……………………...

1. Alasan Bank Menggunakan Jasa Debt Collector……….

2. Pengaturan Bank Indonesia Mengenai Debt Collector

dalam Sistem Perbankan……………………………….

3. Hubungan Hukum antara Citibank dan Debt Collector.

B. Pertanggungjawaban Bank Apabila Debt Collector yang

Diperintah Melakukan Tindak Pidana……………………...

1. Kronologis Meninggalnya Irzen Okta………………….

2. Tinjauan Umum Citibank Indonesia……………………

…...32

...…35

...…45

...…45

. .…45

...…46

...…46

...…46

…...47

...…47

…...48

…...49

…...49

…...49

...…54

...…63

.......60

…...69

…...69

.….69

Page 12: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

xii

3. Tanggung Jawab dan Kewajiban Pengurus Perseroan

Terbatas (Bank)…………………………………………

4. Pelanggaran-Pelanggaran yang Dilakukan Citibank…...

5. Sanksi yang dapat dikenakan

5.1. Terhadap direksi Citibank………………………….

5.2. Terhadap badan hukum Citibank…………………..

BAB V PENUTUP……………………………………………………

A. Simpulan……………………………………………………

B. Saran………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA

.…..71

..….93

..….98

..….98

….112

….115

….115

….116

Page 13: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam dunia usaha yang selalu bergerak dinamis, pelaku usaha selalu

mencari terobosan-terobosan baru dalam mengembangkan usahanya. Hal ini

semakin terasa di era global saat ini dimana ekspansi dunia bisnis telah menembus

batas ruang, waktu dan teritorial suatu negara.

Terobosan yang dilakukan oleh pelaku bisnis dalam pengembangan usaha

telah melahirkan berbagai bentuk format bisnis. Munculnya berbagai bentuk

bisnis tersebut tentu membawa suatu konsekuensi logis terhadap dunia hukum,

diperlukan pranata hukum yang memadai untuk mengatur suatu bisnis di suatu

negara, demi terciptanya kepastian dan perlindungan hukum bagi para pihak yang

terlibat dalam bisnis ini.

Dewasa ini dalam masyarakat sering terdengar adanya kasus penagihan

hutang terhadap debitur oleh kreditur dengan memakai penagih hutang (debt

collector) dalam menagih hutang dengan cara dan memakai kekerasan.

Penunggak yang tidak mampu melunasi tagihannya, penagih hutang (debt

collector) yang diperintah oleh bank terhadap kredit yang bermasalah akan

mengambil sejumlah barang baik bergerak maupun tidak bergerak sebagai

jaminan. Apabila penunggak telah melunasinya, maka jaminan itu akan

dikembalikan, Namun bila tidak dilunasi tentu saja barang itu akan lenyap. Selain

itu juga tidak jarang penagih hutang (debt collector) melakukannya dengan

menggunakan ancaman dan kekerasan.

Page 14: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

2

Perbuatan debt collector yang dapat dikategorikan tindak pidana (jika

telah memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang ada dalam KUHP), seperti

diantaranya :

1. jika penagih hutang (debt collector) tersebut melakukan pengrusakan

terhadap barang-barang milik nasabah, Pasal 406 KUHP);

2. Jika penagih hutang (debt collector) tersebut menggunakan kata-kata

kasar dan dilakukan di depan umum, maka ia bisa dipidana dengan pasal

penghinaan, yaitu pasal 310 KUHP;

3. Selain itu, bisa juga digunakan pasal 335 ayat (1) KUHP tentang

perbuatan tidak menyenangkan.

Maraknya jasa debt collector ini diakui atau tidak sebenarnya tidak dapat

dipisahkan dari trend suka berhutang dari sebagian masyarakat. Hal ini turut

dipengaruhi oleh gencarnya iklan produk baru dari para produsen dan juga

kemudahan untuk memilikinya melalui fasilitas kredit yang ditawarkan penjual

(retailer) yang bekerjasama dengan bank atau lembaga keuangan lainnya. Iming-

iming discount, bebas uang muka dan bunga cicilan yang ringan seringkali

berhasil memikat hati calon konsumen untuk membeli terlepas apakah mereka

benar-benar membutuhkannya atau sekadar untuk memuaskan hasrat berbelanja

belaka.

Konsumen yang tidak bisa membedakan antara kebutuhan (need) dan

keinginan (want) seringkali terjebak dengan tuntutan untuk membeli produk-

produk baru dan larut dalam pola hidup hedonisme dan konsumerisme alias

mengikuti ‘trend pasar’. Celakanya, karena uang di tangan tidak mencukupi,

mereka pun memilih berhutang atau mengajukan fasilitas kartu kredit. Memiliki

Page 15: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

3

kartu kredit lambat laun dipandang sebagai prestise atau gengsi. Selanjutnya,

memiliki hutang tidak lagi dianggap aib, malah menjadi gaya hidup sebagian

masyarakat modern. Tentu saja, ini merupakan sebuah gaya hidup yang menjebak

dan dapat menjerat pelakunya sendiri.

Di Indonesia, menurut data Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI),

hingga akhir 2010 jumlah kartu kredit yang beredar sebanyak 13,8 juta yang

dimiliki oleh 6,5 juta nasabah. Artinya, rata-rata setiap nasabah memiliki 2 kartu

kredit. Jumlah ini baru terbatas bagi pemilik kartu kredit saja, sedangkan yang

berhutang tanpa menggunakan kartu kredit, seperti berhutang untuk pembelian

rumah, kendaraan, perabot rumah tangga dan lain-lain, tentu jumlahnya lebih

banyak lagi.1

Pada hakikatnya pemberian kredit didasarkan atas kepercayaan, yang

berarti bahwa pemberian kredit adalah pemberian kepercayaan oleh Bank sebagai

pemberi kredit kepada penerima kredit, dimana prestasi yang diberikan benar-

benar sudah diyakini akan dapat dibayar kembali oleh penerima kredit sesuai

dengan syarat yang telah disetujui bersama.2

Gejala kredit bermasalah adalah :

a. Adanya penyimpangan dari ketentuan dan syarat-syarat perjanjian

kredit/perjanjian pinjaman biasa dilakukan oleh kreditur atau debitur;

b. Adanya penurunan kondisi keuangan debitur yang kelihatan dari

keterlambatan pembayarannya;

c. Adanya perbuatan dari debitur yang mulai kurang kooperatif dengan mulai

menunggak dan membayar tidak tepat waktu;

1 Sumber: http: islamedia.web.id | pkesinteraktif.com diakses tanggal 13 Maret 20122 Thomas, Suyatno, Al. Dasar-dasar Perkreditan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 1999,hlm. 44

Page 16: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

4

d. Adanya penyampaian data atau informasi dan laporan yang tidak benar

atau sama sekali tidak ada laporannya;

e. Adanya penurunan nilai dan kualitas serta kuantitas asset dan agunan yang

telah ditentukan dalam perjanjian;

f. Adanya pergantian pengurusan tanpa persetujuan kreditur baik jabatan,

pemegang saham maupun posisi-posisi yang penting;

g. Adanya penjualan pribadi atau keluarga yang dibawa kedalam perusahaan

atau permasalahan diantara pengurus;

h. Adanya gugatan dari dalam perusahaan sendiri atau dari luar perusahaan;

i. Adanya permasalahan tenaga kerja atau perburuhan yang mengganggu

kestabilan perusahaan.3

Pemberian kredit yang tertuang dalam suatu perjanjian tidak dapat

dilepaskan dari prinsip kepercayaan, yang sering menjadi sumber malapetaka bagi

kreditur sehubungan dengan kredit. Berbagai unsur seperti suku bunga,

Jaminan/Agunan, perjanjian kredit dalam perundang-undangan/peraturan perlu

mendapatkan perhatian, karena dalam kenyataannya kurang memuaskan untuk

menyelesaikan permasalahan kredit.

Selain itu, dalam pemberian kredit usaha, pihak bank juga mensyaratkan

adanya penjaminan. Sebagai penjaminan yang utama adalah nilai dan kelayakan

usaha yang akan dibiayai dengan kredit yang dimohonkan. Apabila nilai dan

kelayakan usaha bank kurang menjamin pengembalian kredit maka bank

mensyaratkan harus menjamin pengembalian kredit yang berupa jaminan

kebendaan.4

Sehubungan hukum hutang piutang uang pada saat jatuh tempo, ternyata

pihak debitur masih belum dapat melunasi hutangnya. Pihak kreditur dalam

3 Irman Tb, Anatomi Kejahatan Perbankan, Penerbit AYYCCS Group, Jakarta 2006, hlm. 1474 Arisson Hendry, Perbankan Syariah Perspektif Praktisi, Muamalat Institute, Jakarta, 1999, hlm.67

Page 17: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

5

melakukan penagihan piutangnya tersebut, kemudian sering menggunakan cara-

cara kekerasan dan paksaan dengan maksud agar debitur menjadi takut atau malu

dan bersedia menyerahkan barang miliknya kepada kreditur sebagai pembayaran

hutangnya.

Masyarakat sebagai nasabah tidak pernah tahu hubungan kerja antara bank

dan perusahaan debt collector yang mereka pekerjakan apakah itu hubungan

pengalihan hutang atau hubungan pemberian kuasa. Salah satu alasan mengapa

pihak bank meminta jasa debt collector adalah tingginya biaya berperkara. Biaya

berperkara ini meliputi biaya pengacara, biaya transportasi dan biaya calo perkara.

Kasus-kasus yang ada menunjukkan betapa mendesaknya kebutuhan untuk

memperkuat landasan hukum yang terkait dengan perlindungan nasabah di bidang

keuangan atau perbankan. Sudah saatnya Indonesia memiliki Undang-undang

yang mengatur mengenai penagihan hutang termasuk hutang kartu kredit. Tujuan

utamanya adalah untuk melindungi nasabah pemegang kartu kredit dari perbuatan

sewenang-wenang. Ini diperlukan mengingat UU No 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen yang ada saat ini tidak mengatur sama sekali mengenai

kegiatan penagihan hutang tersebut.

Memang sudah ada peraturan perundang-undangan yang memungkinkan

pihak bank untuk menggunakan jasa pihak ketiga untuk menagih hutang. Hal

tersebut diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 11/11/PBI/2009 tentang

Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (PBI) jo

Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/10/DASP Perihal Penyelenggaraan Kegiatan

Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu tanggal 13 April 2009 (SE BI).

Dalam PBI dan SE BI ini dalam Bab VII huruf D angka 4, diatur bahwa:

Page 18: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

6

a. Penagihan oleh pihak lain tersebut hanya dapat dilakukan jika kualitastagihan Kartu Kredit dimaksud telah termasuk dalam kategorikolektibilitas diragukan atau macet berdasarkan kriteria kolektibilitassesuai ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kolektibilitas;

b. Penerbit harus menjamin bahwa penagihan oleh pihak lain tersebut, selainharus dilakukan dengan memperhatikan ketentuan pada huruf a, juga harusdilakukan dengan cara-cara yang tidak melanggar hukum; dan

c. Dalam perjanjian kerjasama antara Penerbit dan pihak lain untukmelakukan penagihan transaksi Kartu Kredit tersebut harus memuatklausula tentang tanggungjawab Penerbit terhadap segala akibat hukumyang timbul akibat dari kerjasama dengan pihak lain tersebut.

Namun dalam praktiknya aturan tersebut belum ada batasan dan aturan

pelaksana yang jelas tentang tata cara penagihan oleh seorang debt collector. Saat

ini yang ada hanya sebatas pada aturan bank masing-masing. Tetapi yang terjadi

di lapangan, mereka itu (debt collector) melakukan hal-hal di luar kesepakatan

antara bank dan agen. Beberapa tindakan debt collector bahkan sudah mengarah

pada tindakan pidana. Misalnya, seperti yang terjadi pada Selasa 29 Maret 2011

Seorang nasabah Citibank yang bernama Irzen Okta, ditemukan tewas ketika

mendatangi kantor Citibank untuk melunasi tagihan kartu kreditnya yang

membengkak.

Kasus tewasnya nasabah Citibank pengguna kartu kredit tersebut

meresahkan masyarakat. Hal yang terutama meresahkan masyarakat adalah

perilaku debt collector yang menjurus pada tindakan kriminal tersebut sehingga

atas kasus tersebut kemudian diadakan penyelidikan yang pada akhirnya

memunculkan kesalahan-kesalahan Citibank. Berdasarkan penyelidikan yang

dilakukan, Citibank terbukti bersalah. Citibank terbukti melakukan pelanggaran

adanya ketentuan intern bank, lemahnya penerapan manajemen resiko pada

standard of procedure (SOP), serta pengendalian intern bank yang salah, di mana

hal ini diatur dalam Bank Indonesia tentang penerapan manajemen resiko.

Page 19: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

7

Dari uraian di atas, maka dapat dibuat suatu karya tulis dalam bentuk

skripsi dengan judul “Pertanggungjawaban Pidana Bank Terhadap Tindak

Pidana Yang Dilakukan Debt collector Dalam Penagihan Kredit

Bermasalah”

B. Perumusan Masalah :

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan dalam latar belakang

permasalahan, maka dikemukakan permasalahan-permasalahan sebagai berikut

1. Bagaimana hubungan hukum antara pihak bank dan debt collector dalam

Putusan Nomor 1201/Pid. B/2011/PN. Jkt. Sel.?

2. Apakah pihak bank dapat dipertanggungjawabkan apabila debt collector

yang diperintah melakukan tindak pidana dalam Putusan Nomor 1201/Pid.

B/2011/PN. Jkt. Sel.?

C. Tujuan penelitian

Penelitian skripsi ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui status hubungan hukum antara pihak bank dan debt collector,

sehingga bagi nasabah yang merasa dirugikan dalam penagihan hutang

dapat dengan mudah kepada siapa dia harus meminta pertanggungjawaban

atau ganti rugi.

2. Mengetahui apakah pihak bank dapat dikenai tanggung jawab pidana

apabila debt collector yang diperintah olehnya terbukti melakukan tindak

pidana.

Page 20: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

8

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

Adapun manfaat penelitian skripsi yang akan dilakukan adalah:

a. Untuk memperluas pengetahuan dan menambah referensi mengenai

peraturan perundang-undangan teori-teori yang memungkinkan

mempidanakan pihak bank, apabila debt collector yang diperintahnya

untuk menagih hutang ternyata melakukan tindak pidana.

b. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan terhadap

kajian – kajian di bidang hukum pidana.

2. Secara Praktis

a. Untuk menerapkan pengetahuan secara praktis agar masyarakat

mengetahui bagaimana proses penagihan debt collector terhadap debitur

yang kreditnya bermasalah.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan – bahan

pertimbangan bagi instansi yang berwenang dalam membentuk peraturan

yang dapat melindungi nasabah terhadap tindakan sewenang-wenang

pihak bank atau debt collector dalam melaksanakan penagihan.

Page 21: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bank dan Dasar Hukumnya

1. Pengertian Bank

Istilah bank berasal dari bahasa Italia ‘banca’ yang berarti tempat

penukaran uang.5 Secara umum pengertian bank adalah lembaga

intermediasi keuangan yang umumnya didirikan dengan kewenangan

untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan menerbitkan

promes atau yang lebih dikenal sebagai banknote.

Bank sebagai lembaga kepercayaaan, adalah mempunyai maksud

dan tujuan, serta dasar dan sifat utama dari Lembaga Perbankan. Dalam

Undang–Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (selanjutnya

disebut Undang-Undang Perbankan) Pasal (1) angka 2 berbunyi :

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakatdalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakatdalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangkameningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”

Bank dalam kaitan dengan tugas dan fungsi utamanya dapat

didefinisikan sebagai suatu badan yang selain tugas utamanya

menghimpun uang dari pihak ketiga, bank adalah juga suatu badan yang

berkedudukan sebagai perantara untuk menyalurkan penawaran dan

permintaan kredit pada waktu yang ditentukan.6 Bank dalam kerangka

5 Sumber : http:wikipedia.org, diakses tanggal 18 April 20126 Thomas Suyatno, Kelembagaan Bank, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum , 1994, hlm. 23.

Page 22: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

10

operasional yang lebih luas selain berkedudukan sebagai “agent of

development” dalam kaitannya dengan kredit yang diberikan bank juga

bertindak sebagai “agent of trust” dalam kaitannya dengan pelayanan atau

jasa-jasa yang diberikan oleh bank baik kepada perorangan ataupun badan

hukum.

Bank dalam kaitan dengan fungsinya sebagai penghimpun dana

dan penyalur kredit juga mempunyai fungsi lainnya yaitu sebagai berikut:7

a. Mengumpulkan dana yang sementara menganggur untuk

dipinjamkan pada pihak lain, atau membeli surat-surat berharga

(finacial investment).

b. Mempermudah didalam lalu-lintas pembayaraan uang.

c. Menjamin keamanan uang masyarakat yang sementara tidak

digunakan, misalnya menghindari resiko hilang, kebakaran dan

lain-lain.

d. Menciptakan kredit (created money deposit), yaitu dengan cara

menciptakan deposito yang sewaktu-waktu dapat diuangkan

(demand deposit) dari kelebihan cadangannya (excess reserves).

Dari banyaknya uraian tersebut dapat dimengerti bahwa fungsi

Bank dalam sistem hukum perbankan di Indonesia sebagai perantara

(intermediary) bagi masyarakat yang surplus dana dan masyarakat yang

kekurangan dana. Penghimpunan dana masyarakat yang dilakukan oleh

bank berdasarkan pasal tersebut dinamakan “simpanan”, sedangkan

penyalurannya kembali dari bank kepada masyarakat dinamakan “kredit”.

7 Iswardono, Uang dan bank, edisi ke-4 cetakan pertama, Yogyakarta, BPFE, 1999. hlm. 62.

Page 23: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

11

Bank merupakan subjek hukum yang berbentuk badan hukum.

Secara harfiah korporasi [corporate (Belanda), corporation (Inggris),

corporation (Jerman) berasal dari kata “corporation” dalam bahasa latin

yang berasal dari kata “corpus” (Indonesia=badan)] yang berarti badan

atau membadankan. Dengan demikian berarti “corporatio” itu berasal dari

hasil membadankan. Badan yang dijadikan orang, badan yang diperoleh

dengan perbuatan manusia sebagai lawan terhadap manusia yang terjadi

menurut alam.8

Yan Pramada Puspa dalam Muladi dan Priyatno, menyatakan,

bahwa yang dimaksud dengan korporasi atau badan hukum adalahsuatu perseroan yang merupakan badan hukum; korporasi atauperseroan di sini yang dimaksud adalah suatu perkumpulan atauorganisasi yang oleh hukum diperlakukan seperti seorang manusia(persona) ialah sebagai pengemban (atau pemilik) hak dan kewajibanmemiliki hak menggugat dan digugat di muka pengadilan. Contohbadan hukum itu adalah PT (Perseroan Terbatas), N.V. (NamlozeVennootschap), dan Yayasan (Stichting), bahkan negarapun jugamerupakan badan hukum.9

Sartjipto Raharjo mendefinisikan korporasi sebagai suatu badan

ciptaan hukum. Badan hukum yang diciptakannya itu terdiri dari “corpus”,

yaitu struktur fisiknya dan kedalamnya hukum memasukan unsur

“animus” yang membuat badan hukum itu mempunyai kepribadian. Oleh

karena badan hukum itu merupakan ciptaan hukum, kecuali penciptaanya,

kematiannya pun juga ditentukan oleh hukum.10

8 Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hlm. 139 Muladi dan Dwidja Prayitno, Peratnggungjawaban Korporasi Dalam Hukum Pidana, SekolahTinggi Hukum Bandung, 1991, hlm. 1410 Mahrus Ali, Op. Cit., hlm. 14-15.

Page 24: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

12

Dalam Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang No 10 Tahun 1998

tentang Perbankan, menyatakan bahwa, bentuk badan hukum suatu bank

umum dapat berupa :

1. Perseroan Terbatas;

2. Koperasi;

3. Perusahaan Daerah.

Dari ketiga bentuk badan hukum dari suatu bank tersebut dapat

disimpulkan bahwa bank umum wajib berbentuk sebagai badan hukum.

Oleh karena itu, tunduk dan berlaku doktrin-doktrin hukum badan hukum.

Doktrin hukum mengemukakan adanya 4 (empat) unsur suatu

badan hukum dianggap sebagai badan hukum, yaitu sebagai berikut:11

a. Harus ada kekayaan terpisah, lepas dari kekayaan anggotanya;

b. Mempunyai tujuan tertentu;

c. Adanya kepentingan yang diakui dan dilindungi oleh hukum;

d. Adanya organisasi yang terartur.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai perantara keuangan

(financial intermediary), yaitu usaha menghimpun dan menyalurkan dana

tersebut, bank harus menjalin kerjasama dengan berbagai pihak. Pihak-

pihak yang bekerjasama dengan bank tersebut disebut sebagai nasabah.

Bank harus bisa menjaga kepercayaan masyarakat, karena bank

merupakan suatu lembaga yang sangat bergantung kepada kepercayaan

dari masyarakat, terutama nasabahnya dalam menjalankan kegiatan

usahanya dengan baik.

11 Thy Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan Di Indonesia,Bogor:Ghalia Indonesia, 2006, hlm. 30.

Page 25: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

13

Dengan telah dipahami bank sebagai subjek hukum yang berbentuk

badan hukum. Mempunyai hak dan kewajiban, dan dapat digugat dan

menggugat di muka pengadilan, hal ini memberi hak menggugat atau

menuntut bagi masyarakat terutama debitur jika merasa dirugikan dalam

menerima pelayanan dari bank.

2. Pengertian Kredit Bermasalah

Pengertian Kredit

Kata “kredit” berasal dari bahasa Romawi “credere” yang berarti

percaya atau “credo” atau “creditum” yang berarti saya percaya.12

Black’s Law Dictionary memberi pengertian bahwa kredit adalah :

“The ability of a businessman to borrow money, or obtain goods on

time, in concequence of the favourable opinion held by the particular

lender, as to his solvency and reliability”

Artinya :

Kemampuan seorang pelaku usaha untuk meminjamkan uang, atau

memperolah barang-barang secara tepat waktu, sebagai akibat dari

argumentasi yang tepat dari pemberi pinjaman, seperti halnya keandalan

dan kemampuan membayarnya.

Definisi kredit menurut Pasal 1 angka 11 Undang-undang Nomor 10

Tahun 1998 berbunyi:

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakandengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihakpeminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentudengan pemberian bunga”

12 Johannes Ibrahim, Kartu Kredit – Dilematis Antara Kontrak & Kejahatan, Bandung: PT.Refika Aditama, 2006, hlm. 7

Page 26: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

14

Menurut OP. Simonangkir dalam H. Budi Untung, kredit adalah

pemberian prestasi (misalnya uang, barang) dengan balas prestasi

(kontraprestasi) yang akan terjadi pada waktu yang akan datang.

Kehidupan ekonomi modern adalah prestasi uang, yang dengan demikian

transaksi kredit menyangkut uang sebagai alat kredit. Kredit berfungsi

kooperatif antara si pemberi kredit dan si penerima kredit atau antara

kreditur dengan debitur. Mereka menarik keuntungan dan saling

menanggung resiko. Singkatnya, kredit dalam arti luas didasarkan atas

komponen kepercayaan, resiko, dan pertukaran ekonomi di masa-masa

mendatang.13

Dalam arti yang lebih luas kredit diartikan sebagai kepercayaan.

Begitu pula dalam makna latin berarti “credere” artinya percaya.

Maksudnya percaya bagi si pemberi kredit adalah ia percaya kepada si

penerima kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan

sesuai dengan perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit menyatakan

kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayarnya sesuai

jangka waktu.14

Dalam perkembangannya kata kredit berubah makna menjadi

pinjaman. Memang diakui bahwa pinjaman yang diberikan oleh pihak

kreditur kepada debitur dilandasi kepercayaan, bahwa pada suatu waktu

tertentu pinjaman tersebut dikembalikan ditambah imbalan jasa tertentu.

13 H. Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia , Yogyakarta: Andi Offset, 2000, hlm. 1-214 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi, Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada, Tahun 2001, hlm. 104-105.

Page 27: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

15

Kredit berarti suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada

pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu

yang akan datang disertai dengan suatu kontra prestasi. Pada hakekatnya

pemberian kredit didasarkan atas kepercayaan, yang berarti bahwa

pemberian kredit adalah pemberian kepercayaan oleh Bank sebagai

pemberi kredit, dimana prestasi yang diberikan benar-benar sudah diyakini

akan dapat dibayar kembali oleh penerima kredit sesuai dengan syarat

yang telah disetujui bersama.15

Agar pemberian kredit dapat dilaksanakan secara konsisten dan

berdasarkan asas-asas perkreditan yang sehat, maka diperlukan suatu

kebijakan perkreditan yang tertulis. Berkenaan dengan hal tersebut, Bank

Indonesia telah menetapkan ketentuan mengenai kewajiban bank umum

untuk memiliki dan melaksanakan kebijakan perkreditan bank berdasarkan

pedoman penyusunan kebijakan perkreditan bank dalam SK Dir BI

No.27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1995.

Berdasarkan SK Dir BI tersebut, Bank Umum wajib memiliki

kebijakan perkreditan bank secara tertulis yang disetujui oleh dewan

komisaris bank dengan sekurang-kurangnya memuat dan mengatur hal-hal

pokok sebagai berikut :

1. Prinsip kehati-hatian dalam perkreditan;

2. Organisasi dan manajemen perkreditan;

3. Kebijakan persetujuan kredit;

4. Pengawasan kredit;

15 Thomas Suyatno, Dasar-dasar Perkreditan, Op., Cit., hlm. 44

Page 28: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

16

5. Penyelesaian kredit bermasalah.

Kebijakan perkreditan bank dimaksud wajib disampaikan kepada

Bank Indonesia. Dalam pelaksanaan pemberian kredit dan pengelolaan

perkreditan bank wajib mematuhi kebijakan perkreditan bank yang telah

disusun secara konsekuen dan konsisten.

Menurut Munir Fuady, unsur-unsur perjanjian kredit adalah

sebagai berikut :16

1. Adanya kesepakatan atau perjanjian antara pihak kreditur dengandebitur yang disebut dengan perjanjian kredit.

2. Adanya para pihak yaitu pihak kreditur sebagai pihak yangmemberikan pinjaman, seperti bank, dan pihak debitur yangmerupakan pihak yang membutuhkan uang pinjaman/barang ataujasa.

3. Adanya unsur kepercayaan dari kreditur bahwa pihak debitur maudan mampu membayar/ mencicil kreditnya.

4. Adanya kesanggupan dan janji membayar hutang dari pihakdebitur.

5. Adanya pemberian sejumlah uang/barang/jasa oleh pihak krediturkepada pihak debitur.

6. Adanya pembayaran kembali sejumlah uang/barang atau jasa olehpihak debitur kepada kreditur, disertai dengan pemberianimbalan/bunga atau pembagian keuntungan.

7. Adanya perbedaan waktu antara pemberian kredit oleh krediturdengan pengembalian kredit dari debitur.

8. Adanya resiko tertentu yang diakibatkan karena adanya perbedaanwaktu tadi. Semakin jauh tenggang waktu pengembalian, semakinbesar pula resiko tidak terlaksananya pembayaran kembali suatukredit.

Surat permintaan/permohonan kredit tersebut harus mencantumkan

tentang alasan mengajukan permohonn kredit, jumlah kredit yang

diperlukan, kesanggupan untuk membayar kembali hutangnya sesuai

dengan rencana yang ditetapkam, jaminan yang disediakan dari

16 Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kontemporer, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996, hlm. 6-7

Page 29: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

17

keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu. Walaupun semua

keterangan telah dipenuhi, akan tetapi hal itu masih dianggap kurang

lengkap, sehingga pihak bank biasanya menyediakan formulir permohonan

kredit yang harus diisi oleh pihak yang membutuhkan kredit. Biasanya

daftar isian ini memuat hal-hal yang menyangkut tentang kondisi si

pemohon, untuk dijadikan bahan pertimbangan oleh bank, umumnya

daftar isian tersebut memuat pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: status

hukum si pemohon kredit, kedudukan dan kekuasaan si pemohon kredit,

apabila ia mewakili badan hukum, bergerak dalam bidang usaha apa,

berapa omset penjualan, berapa jangka waktu kredit yang direncanakan

dan bagaimana bentuk dan nilai pengikatan jaminan

Bentuk perjanjian kredit perbankan dalam praktiknya telah

disediakan oleh pihak bank sedangkan debitur hanya mempelajari dan

memahaminya dengan baik. Perjanjian yang demikian itu biasa disebut

dengan perjanjian baku (standart contract), dimana debitur hanya dalam

posisi menerima atau menolak tanpa ada kemungkinan untuk tawar

menawar.17

Berdasarkan rumusan pengertian di atas tampak bahwa perjanjian

baku sudah dipersiapkan terlebih dahulu oleh salah satu pihak yang

umumnya mempunyai kedudukan ekonomi lebih tinggi/kuat (pelaku

usaha, dalam hal ini bank sebagai kreditur) dibandingkan pihak lain

(konsumen sebagai debitur).

17 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia Edisi Revisi, Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group, 2008, hlm. 72

Page 30: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

18

Secara singkat dapat dikatakan bahwa perjanjian baku mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut :18

1. Perjanjian dibuat secara sepihak oleh produsen yang posisinya

relatif lebih kuat dari konsumen. Apabila dalam suatu perjanjian

kedudukan para pihak tidak seimbang, maka pihak yang memiliki

posisi kuat biasanya menggunakan kesempatan tersebut untuk

menentukan klausula-klausula tertentu dalam perjanjian baku,

sehingga perjanjian yang seharusnya dibuat atau dirancang oleh

para pihak yang terlibat dalam perjanjian, tidak ditemukan lagi

dalam perjanjian baku, karena format dan isi perjanjian dirancang

oleh pihak yang kedudukannya lebih kuat yaitu produsen/pelaku

usaha.

2. Konsumen sama sekali tidak dilibatkan dalam menentukan isi

perjanjian. Dalam hal ini, pelaku usaha cenderung berdalih pada

kurang mengertinya konsumen akan permasalahan hukum atau

tidak semua konsumen memahami inti-inti dari perjanjian.

3. Dibuat dalam bentuk tertulis dan masal

Perjanjian disini ialah naskah perjanjian keseluruhan dan dokumen

bukti perjanjian yang memuat syarat-syarat baku, kata-kata atau

kalimat pernyataan kehendak yang termuat dalam syarat-syarat

baku dibuat secara tertulis berupa akta otentik atau akta dibawah

tangan. Format dari pada perjanjian baku mengenai model,

rumusan dan ukurannya sudah ditentukan dibakukan, sehingga

18 Sudaryatmo, Hukum dan Advokasi Konsumen, Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti, 1999, hlm. 93

Page 31: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

19

tidak dapat diganti, diubah atau dibuat dengan cara lain karena

sudah dicetak. Model perjanjian dapat berupa blangko naskah

perjanjian, atau dokumen bukti perjanjian yang memuat syarat-

syarat baku.

4. Konsumen terpaksa menerima isi perjanjian karena didorong oleh

kebutuhan Karena adanya kebutuhan yang mendorong untuk

memiliki/memperoleh suatu barang dan jasa maka konsumen mau

atau tidak harus menerima seluruh dari isi perjanjian yang

ditawarkan oleh pelaku usaha.

Digunakannya perjanjian baku dalam dunia bisnis oleh para pelaku

usaha dimaksudkan agar lebih praktis dan efisien. Dalam penerapannya

landasan yang dipakai adalah asas kebebasan berkontrak, dimana

konsumen diberi kebebasan untuk menyepakati isi dari perjanjian yang

telah dibakukan oleh pelaku usaha tersebut. Namun, dengan digunakannya

perjanjian baku dalam dunia bisnis membatasi daya kerja dari asas

kebebasan berkontrak. Sehingga bagi konsumen kebebasan yang tertinggal

adalah pilihan antara menerima atau menolak (take it or leave it) isi atau

syarat-syarat perjanjian baku yang disodorkan oleh pelaku usaha terbukti

dengan tidak adanya kesempatan bagi konsumen untuk mengadakan

perubahan atas isi atau syarat-syarat pada perjanjian baku tersebut.

Perjanjian kredit memiliki beberapa fungsi diantaranya, yaitu:19

19 H.R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti), 2005,hlm. 183.

Page 32: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

20

1. Berfungsi sebagai perjanjian-perjanjian pokok, artinya perjanjian

kredit merupakan sesuatu yang menentukan batal atau tidaknya

perjanjian lain yang mengikutinya.

2. Berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan hak dan

kewajiban diantara kreditor dan debitor

3. Berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring.

Pengertian Kredit Bermasalah

Kredit bermasalah tidak dapat dipersamakan begitu saja dengan

kredit macet. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kolektibilitas macet

atau kredit yang memiliki kolektibilitas diragukan yang mempunyai

potensi macet, sedangkan kredit macet adalah kredit yang terdapat

tunggakan pokok dan/bunga yang telah melampaui 270 hari.

Penggolongan kualitas kredit berdasarkan Pasal 4 Surat Keputusan

Direktur Bank Indonesia Nomor 30/267/KEP/DIR tanggal 27 Februari

1998, yaitu sebagai berikut:20

1). Lancar (pass) yaitu apabila memenuhi kriteria :a. pembayaran angsuran pokok dan/ atau bunga tepat; danb. memiliki mutasi rekening yang aktif; atauc. bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash

collateral)2). Dalam perhatian khusus (special mention) yaitu apabila memenuhikriteria:

a) terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga yang belummelampaui 90 hari; atau

b) kadang-kadang terjadi cerukan; atauc) mutasi rekening relatif rendah; ataud) jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan;

ataue) didukung oleh pinjaman baru.

20 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000,hlm. 428-429.

Page 33: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

21

3). Kurang Lancar (substandard) yaitu apabila memenuhi kriteria:a) terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga yang telah

melampaui 90 hari; ataub) sering terjadi cerukan; atauc) frekuensi mutasi rekening relatif rendah; ataud) terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari

90 hari; ataue) terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur; atau

dokumen yang lemah.4). Diragukan (doubtful) yaitu apabila memenuhi kriteria :

a) terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga yang telahmelampaui 180 hari; atau

b) terjadi cerukan yang bersifat permanen; atauc) terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; ataud) terjadi kapitalisasi bunga; ataue) dokumentasi hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit

maupun pengikatan jaminan.5). Kredit Macet

a) terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telahmelampaui 270 hari; atau

b) kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau dari segihukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan padanilai wajar.

Kredit bermasalah dalam ilmu keuangan dan akuntansi keuangan adalah

bagian dari piutang yang tidak dapat lagi ditagih, biasanya berupa piutang

dagang atau pinjaman.21

Sebagian besar kredit bermasalah tidak muncul secara tiba-tiba.

Hal ini disebabkan karena pada dasarnya kasus kredit bermasalah

merupakan suatu proses, yang diibaratkan api dalam sekam. Banyak gejala

tidak menguntungkan yang menjurus kepada kasus kredit bermasalah,

sebenarnya telah bermunculan jauh sebelum kasus itu sendiri timbul di

permukaan. Bilamana gejala tersebut dapat dideteksi dengan tepat dan

ditangani secara professional sedini mungkin, ada harapan kredit yang

bersangkutan dapat ditolong. Sebaliknya bilamana api yang membara

21 Sumber : http: Wikipedia.org diakses tanggal 15 Maret 2012

Page 34: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

22

dalam sekam itu tidak dideteksi atau dibiarkan saja, transaksi kredit akan

berakhir dengan bencana, terutama bagi pihak kreditur. Gejala-gejala yang

muncul sebagai tanda akan terjadinya kredit bermasalah adalah:22

a. Penyimpangan dari berbagai ketentuan dalam perjanjian kredit,

b. Penurunan kondisi keuangan perusahaan,

c. Frekuensi pergantian pimpinan dan tenaga inti,

d. Penyajian bahan masukan secara tidak benar,

e. Menurunnya sikap kooperatif debitur,

d. Penurunan nilai jaminan yang disediakan,

f. Problem keuangan atau pribadi.

Pemberian kredit yang tertuang dalam suatu perjanjian tidak dapat

dilepaskan dari prinsip kepercayaan, yang sering menjadi sumber

malapetaka bagi kreditur sehubungan dengan kredit. Berbagai unsur

seperti suku bunga, Jaminan/Agunan perjanjian kredit dalam perundang-

undangan/peraturan perlu mendapatkan perhatian, karena dalam

kenyataannya kurang memuaskan untuk menyelesaikan permasalahan

kredit.23

3. Pengertian Debt Collector

Pengertian Debt collector

Istilah debt collector berasal dari bahasa Inggris, yang jika

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yaitu debt artinya hutang,

22 Siswanto Sutojo, The Management of Commercial Bank, Jakarta: Damar Mulia Pustaka, 2007,hlm. 17323 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, hlm.92

Page 35: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

23

collector artinya pemungut, pemeriksa, penagih, pengumpul.24 Jadi, debt

collector merupakan kumpulan orang/sekumpulan orang yang menjual

jasa untuk menagih hutang seseorang atau lembaga yang menyewa jasa

mereka.

Debt collector adalah pihak ketiga yang menghubungkan antara

kreditur dan debitur dalam hal penagihan kredit, Penagihan tersebut hanya

dapat dilakukan apabila kualitas tagihan kartu kredit dimaksud telah

termasuk dalam kategori kolektibilitas diragukan atau macet berdasarkan

kolektibilitas yang digunakan oleh industri kartu kredit di Indonesia.

Pemahaman istilah debt collector dan penagih hutang tidak

terdapat perbedaan yang signifikan. Sehingga setiap orang atau kelompok

orang yang mendapat perintah dari orang lain untuk menagih hutang dapat

disebur debt collector atau penagih hutang

4. Hubungan Antara Bank dan Debt Collector

Sampai saat ini belum ada peraturan yang secara khusus mengatur

tentang penggunaan jasa debt collector oleh bank. Namun penggunaan

jasa debt collector dimungkinkan oleh pihak bank untuk menagih hutang

terhadap pihak lain. Hal tersebut diatur dalam PBI No. 11/11/PBI/2009

tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan

Menggunakan Kartu (PBI) jo. SE BI No. 11/10/DASP Perihal

Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu

tanggal 13 April 2009 (SE BI). Dalam SE BI ini pada halaman 38-39 Bab

VII huruf D angka 4, diatur bahwa:

24 Rudy Haryono dan Mahmud Mahyong MA., Kamus Lengkap INGGRIS-INDONESIAINDONESIA-INGGRIS, Surabaya: Cipta Media

Page 36: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

24

a. Penagihan oleh pihak lain tersebut hanya dapat dilakukan jikakualitas tagihan Kartu Kredit dimaksud telah termasuk dalamkategori kolektibilitas diragukan atau macet berdasarkan kriteriakolektibilitas sesuai ketentuan Bank Indonesia yang mengaturmengenai kolektibilitas;

b. Penerbit harus menjamin bahwa penagihan oleh pihak laintersebut, selain harus dilakukan dengan memperhatikan ketentuanpada huruf a, juga harus dilakukan dengan cara-cara yang tidakmelanggar hukum; dan

c. Dalam perjanjian kerjasama antara Penerbit dan pihak lain untukmelakukan penagihan transaksi Kartu Kredit tersebut harusmemuat klausula tentang tanggungjawab Penerbit terhadap segalaakibat hukum yang timbul akibat dari kerjasama dengan pihak laintersebut.

Setidaknya ada 3 (tiga) pedoman yang disampaikan dalam Surat

Edaran BI tersebut. Pertama, dalam hal penerbit (bank) menggunakan jasa

pihak lain dalam melakukan penagihan kredit bermasalah, maka

penagihan oleh pihak lain tersebut hanya dapat dilakukan jika kualitas

tagihan kredit dimaksud telah termasuk dalam kategori kolektibilitas

diragukan atau macet berdasarkan kriteria kolektibilitas sesuai ketentuan

Bank Indonesia yang mengatur mengenai kolektibilitas kartu kredit.

Kedua, bank penerbit harus menjamin bahwa penagihan oleh pihak lain

juga harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak melanggar hukum.

Ketiga, dalam perjanjian kerjasama antara penerbit dan pihak lain untuk

melakukan penagihan kredit bermasalah tersebut, harus memuat klausula

tentang tanggungjawab penerbit terhadap segala akibat hukum yang timbul

akibat dari kerjasama dengan pihak lain tersebut.

Dalam hubungan ketenagakerjaan, salah satu perjanjian yang

mungkin ada adalah perjanjian kerja. Perjanjian kerja tersebut umumnya

memuat kesepakatan antara pekerja dengan perusahaan, yang dalam hal ini

Page 37: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

25

sering diwakili oleh manajemen atau direksi perusahaan. FX Djumialdy,

menyebutkan bahwa agar dapat disebut perjanjian kerja harus dipenuhi 3

unsur yaitu: 1. Ada orang diperintah orang lain, 2. Penunaian kerja, 3.

Adanya upah.25

Perjanjian kerja yang dibuat antara pekerja dengan perusahaan ini

kemudian menjadikan adanya hubungan kerja antara keduanya. Di dalam

Undang-Undang No. 13 tahun 2003 didefiniskan bahwa Perjanjian kerja

adalah “Perjanjian antara pekerja dengan pengusaha/pemberi kerja yang

memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak”.26

Menurut praktisi hukum, Aulia Dasril mengatakan, “hubungan

pihak perbankan dengan perusahaan outsourching debt collector tidak

pernah jelas”.27 Menurutnya hubungan antara bank dengan debt collector

bisa hubungan pengalihan hutang piutang atau hubungan pemberian kuasa.

Perjanjian pengalihan hutang piutang (Cessie) diatur dalam Pasal

613-624 KUH Perdata. Dalam pasal 613 ayat (1) KUH Perdata

disebutkan:

Penyerahan akan piutang-piutang atas nama dan kebendaan takbertubuh lainnya, dilakukan dengan jalan membuat sebuah akta otentikatau dibawah tangan, dengan mana hak-hak atas kebendaan itudilimpahkan kepada orang lain.

Dari ketentuan tersebut dapat dimengerti bahwa terjadinya

pergantian kreditur lama kepada kreditur baru. Penyerahan seperti

demikian menurut ayat (2) Pasal yang sama tidak merubah kewajibannya,

25 Syarief Basir, “PERJANJIAN KERJA MENURUT UNDANG UNDANG NO. 13 TAHUN2003” , NEWSLETTER, Edisi : XII/Desember/ 2009, hlm. 126 Ibid27 Sumber : http: Ryandotuwiadan.blogspot.com/2011/05/analisis-penggunaan-debt-collector.html,diakses tanggal 20 April 2012

Page 38: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

26

tetapi debitur memiliki hak untuk mengetahui bahwa telah terjadi

pengalihan piutang oleh kreditur.

Sedangkan yang dimaksud perjanjian pemberian kuasa diatur

dalam Pasal 1792-1819 KUH Perdata. Pasal 1792 KUH Perdata berbunyi :

Pemberian kuasa adalah suatu perjanjian dengan mana seorangmemberikan kekuasaan kepada seorang lain, yang menerimanya, untukatas namanya menyelenggarakan suatu urusan.

Dalam Pasal 1807 KUH Perdata mengatur salah satu kewajiban si

pemberi kuasa, bunyi Pasal tersebut sebagai berikut:

(1) Si pemberi kuasa diwajibkan memenuhi perikatan-perikatan yamgdiperbuat oleh si kuasa menurut kekuasaan yang ia telah berikankepadanya.

(2) Ia tidak terikat pada apa yang telah diperbuat selebihnya daripadaitu, selain sekedar ia telah menyetujuinya secara tegas atau secaradiam-diam

Dari ketentuan pasal tersebut dapat dipahami bahwa, jika memang

perjanjian yang dilakukan antara bank dengan debt collector berbentuk

pemberian kuasa. Maka hak dan tanggung jawab kedua pihak terdapat

dalam isi perjanjiannya. Sejauh mana tanggung jawab bank jika si

penerima kuasa melakukan tugas penagihan dengan melanggar hukum.

B. Pertanggungjawaban Pidana

1. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ”tanggung jawab” adalah

keadaan wajib menanggung segala sesuatu (kalau terjadi apa-apa, boleh

dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya). Pidana adalah

kejahatan (tentang pembunuhan, perampokan, dsb).28

28 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, 1991, hlm. 1006

Page 39: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

27

Hal pertama yang perlu diketahui mengenai pertanggungjawaban

pidana adalah bahwa pertanggungjawaban pidana hanya dapat terjadi jika

sebelumnya seseorang telah melakukan tindakan pidana. Moeljatno

mengatakan, orang tidak mungkin dipertanggungjawabkan (dijatuhi

pidana) kalau tidak melakukan perbuatan pidana.29 Dengan demikian,

pertanggungjawaban pidana pertama-tama tergantung pada dilakukannya

tindak pidana.

Pertanggungjawaban atau yang di kenal dengan konsep “liability”

dalam segi falsafah hukum, seorang filosof besar abad ke 20, Roscoe

Pound menyatakan bahwa : I…Use simple word “liability” for the

situation whereby one may exact legally and other is legally subjeced to

the exaction.”30 Pertangungjawaban pidana diartikan Pound adalah sebagai

suatu kewajiban untuk membayar pembalasan yang akan di terima pelaku

dari seseorang yang telah dirugikan,31 menurutnya juga bahwa

pertanggungjawaban yang dilakukan tersebut tidak hanya menyangkut

masalah hukum semata akan tetapi menyangkut pula masalah nilai-nilai

moral ataupun kesusilaan yang ada dalam suatu masyarakat.

Pertanggungjawaban pidana dalam bahasa asing disebut sebagai

“toereken-baarheid,” “criminal reponsibilty,” “criminal liability,”

pertanggungjawaban pidana disini dimaksudkan untuk menentukan apakah

29 Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 1993, hlm. 15530 Roscoe Pound. “ introduction to the phlisophy of law” dalam Romli Atmasasmita,Perbandingan Hukum Pidana.Cet.II, Bandung: Mandar Maju, 2000, hlm.6531 Loc., Cit.,

Page 40: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

28

seseorang tersebut dapat dipertanggungjawabkan atau tidak terhadap

tindakan yang dilakukannya itu.32

Dalam konsep KUHP tahun 1982-1983, pada Pasal 27 menyatakan

bahwa pertanggungjawaban pidana adalah diteruskannya celaan yang

objektif ada pada tindak pidana berdasarkan hukum yang berlaku, secara

objektif kepada pembuat yang memenuhi syarat-syarat undang-undang

untuk dapat dikenai pidana karena perbuatanya.33

Menurut Roeslan Saleh, dalam pengertian perbuatan pidana, tidak

termasuk pertanggungjawaban. Perbuatan pidana menurut beliau

mengatakan, orang yang melakukan perbuatan pidana dan memang

mempunyai kesalahan merupakan dasar adanya pertanggungjawaban

pidana. Asas yang tidak tertulis mengatakan, “tidak dipidana jika tidak ada

kesalahan,” merupakan dasar dari pada dipidananya si pembuat.34

Seseorang melakukan kesalahan, menurut Prodjohamidjojo, jika

pada waktu melakukan delik, dilihat dari segi masyarakat patut dicela.35

Dengan demikan, menurutnya seseorang mendapatkan pidana tergantung

pada dua hal, yaitu (1) harus ada perbuatan yang bertentangan dengan

hukum, atau dengan kata lain, harus ada unsur melawan hukum, jadi harus

ada unsur Obejektif, dan (2) terhadap pelakunya ada unsur kesalahan

dalam bentuk kesengajaan dan atau kealpaan, sehingga perbuatan yang

32 S.R Sianturi .Asas-asas Hukum Pidana Indonesia dan Penerapanya, Cet IV, Jakarta: AlumniAhaem-Peteheam,1996, hlm. 24533 Djoko Prakoso .Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Edisi Pertama , Yogyakarta: Liberty,1987, hlm. 7534 Ibid.35 Prodjohamidjojo, Martiman, Memahami dasar-dasar hukum Pidana Indoesia, Jakarta :PT.Pradnya Paramita, 1997, hlm. 31

Page 41: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

29

melawan hukum tersebut dapat di pertanggungjawabkan kepadanya. Jadi

ada unsur subjektif.

Pertanggungjawaban pidana ditentukan berdasar pada kesalahan

pembuat (liability based on fault), dan bukan hanya dengan dipenuhinya

seluruh unsur suatu tindak pidana. Dengan demikian, kesalahan

ditempatkan sebagai faktor penentu pertanggungjawaban pidana dan tidak

hanya dipandang sekedar unsur mental dalam tindak pidana.36

Konsepsi yang menempatkan kesalahan sebagai faktor penentu

pertanggungjawaban pidana, juga dapat ditemukan dalam common law

sistem, berlaku maksim latin yaitu octus non est reus, nisi mens sit rea.

Suatu kelakukan tidak dapat dikatakan sebagai suatu kejahatan tanpa

kehendak jahat, pada satu sisi doktrin ini menyebabkan adanya mens rea

merupakan suatu keharusan dalam tindak pidana. Pada sisi lain, hal ini

menegaskan bahwa untuk dapat mempertanggungjawabkan seseorang

karena melakukan tindak pidana, sangat ditentukan oleh adanya mens rea

pada diri orang tersebut.

Dengan demikian, mens rea yang dalam hal ini disinonimkan

dengan quilty of mind atau vicious will, merupakan hal yang menentukan

pertanggungjawaban pembuat pidana. Dilihat dari sisi ini, penggunaan

doktrin mens rea dalam common law system, pada hakikatnya sejalan

dengan penerapan asas tiada pidana tanpa kesalahan dalam civil law

system.

36 Chairul huda, Dari Tiada Pidana Tanpa kesalahan Menuju Kepada Tiada pertanggungjawabanPidana Tanpa Kesalahan, Jakarta: Prenada Media, 2006, hlm. 4

Page 42: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

30

Berpangkal tolak pada asas ‘tiada pidana tanpa kesalahan’,

Moeljatno mengemukakan suatu pandangan yang dalam hukum pidana

Indonesia dikenal dengan ajaran ‘dualistis’, pada pokoknya ajaran ini

memisahkan tindak pidana dan pertanggungjawaban pidana. Tindak

pidana ini hanya menyangkut persoalan “perbuatan” sedangkan masalah

apakah orang yang melakukannya kemudian dipertanggungjawabkan,

adalah persoalan lain.37

Dalam banyak kejadian, tindak pidana dapat terjadi sekalipun

dilihat dari batin terdakwa sama sekali tidak patut dicelakan terhadapnya.

Dengan kata lain, walaupun telah melakukan tindak pidana, tetapi

pembuatnya tidak diliputi kesalahan dan karenanya tidak dapat

dipertanggungjawabkan. Melakukan suatu tindak pidana, tidak selalu

berarti pembuatnya bersalah atas hal itu.38 Untuk dapat

mempertanggungjawabkan seseorang dalam hukum pidana diperlukan

syarat-syarat untuk dapat mengenakan pidana terhadapnya, karena

melakukan tindak pidana tersebut. Dengan demikian, selain telah

melakukan tindak pidana, pertanggungjawaban pidana hanya dapat

dituntut ketika tindak pidana dilakukan dengan kesalahan.

Dipisahkannya tindak pidana dan pertanggungjawaban pidana

menyebabkan kesalahan dikeluarkan dari unsur tindak pidana dan

ditempatkan sebagai faktor yang menentukan dalam pertanggungjawaban

pidana. Namun demikian, bagaimana konsepsi ini diterapkan dalam

praktik hukum perlu pengkajian lebih lanjut.

37 Ibid., hlm. 538 Ibid., hlm. 6

Page 43: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

31

Simons mengatakan bahwa kesalahan adalah keadaan psychis

orang yang melakukan perbuatan dan hubungannya dengan perbuatan

yang dilakukan, yang sedemikian rupa sehingga orang itu dapat dicela

karena perbuatan tadi.39 Jadi yang harus diperhatikan adalah :

a. Keadaan batin dari orang yang melakukan perbuatan itu.

b. Hubungan antara keadaan batin itu dengan perbuatan yang

dilakukan.

Dua hal inilah yang harus diperhatikan, dimana diantara keduanya terjalin

erat satu dengan yang lainnya, yang kemudian dinamakan kesalahan. Hal

yang merupakan kesatuan yang tak dapat dipisah-pisahkan.

Mr. Roeslan Saleh mengatakan bahwa orang yang mampu

bertanggungjawab itu harus memenuhi tiga syarat, yaitu:40

a. Dapat menginsyafi makna yang senyatanya dari perbuatannya.

b. Dapat menginsyafi bahwa perbuatannya itu tidak dapat dipandang

patut dalam pergaulan masyarakat.

c. Mampu untuk menentukan niat atau kehendaknya dalam

melakukan perbuatan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk

menentukan adanya kemampuan bertanggung jawab, ada dua faktor yang

harus dipenuhi yaitu faktor akal dan faktor kehendak. Akal yaitu dapat

membeda-bedakan antara perbuatan yang diperbolehkan dan yang tidak

diperbolehkan. Orang yang akalnya tidak sehat tidak dapat diharapkan

39 Prof.Mr.Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana Dan Pertanggungjawaban Pidana , Jakarta: AksaraBaru,.1983, hlm. 7840 Ibid., hlm. 80

Page 44: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

32

menentukan kehendaknya sesuai dengan yang dikehendaki oleh hukum,

sedangkan orang yang akalnya sehat dapat diharapkan menentukan

kehendaknya sesuai dengan yang dikehendaki oleh hukum. Kehendak

yaitu dapat menyesuaikan tingkah lakunya dengan keinsyafan atas mana

diperbolehkan dan mana yang tidak.

2. Teori Pertanggungjawaban Pidana

Pertanggungjawaban pidana memiliki hubungan yang erat dengan

penentuan subjek hukum pidana. Istilah subjek hukum sendiri memiliki

arti yang luas dan tidak terbatas pada orang (naturlijk persoon) saja.

Karena masih ada subjek hukum lain yang menurut hukum dapat memiliki

hak dan kewajiban, sehingga dapat melakukan perbuatan-perbuatan

hukum, seperti halnya orang, mempunyai kekayaan sendiri, dan dengan

perantara dapat digugat dan menggugat di muka sidang pengadilan. Subjek

hukum yang dimaksud adalah badan hukum (recht persoon), artinya

orang-orang yang diciptakan oleh hukum.

Konsep pertanggungjawaban dalam hukum pidana mengalami

perkembangan sejak diakuinya korporasi sebagai subjek hukum pidana di

samping manusia.41 Manakala korporasi sebagai subjek hukum, maka

konsep pertanggungjawaban pidana pun harus ‘diciptakan’ agar korporasi

dapat dijatuhi pidana ketika korporasi melakukan tindak pidana.

Secara teoritis ada tiga teori atau sistem pertanggungjawaban

pidana pada subjek hukum korporasi, yaitu:42

41 Mahrus Ali, Op., Cit, hlm. 16042 Ibid, hlm. 160-168

Page 45: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

33

1) Teori Identifcation

Di negara-negara Anglo Saxon seperti di Inggris dikenal konsep

direct corporate criminal responsibility atau

pertanggungajawaban korporasi secara penuh. Menurut doktrin

ini, korporasi dapat melakukan sejumlah delik secara langsung

melalui orang-orang yang sangat berhubungan erat dengan

korporasi dan dipandang sebagai korporasi itu sendiri. Dalam

keadaan demikian, mereka tidak sebagai pengganti dan oleh

karena itu, pertanggungjawaban korporasi tidak bersifat

pertanggungjawaban pribadi. Teori ini dikenal dengan nama

teori identifikasi.

2) Teori Strict Liability

Dalam teori ini pertanggungjawaban pidana yang dilakukan oleh

subjek hukum tidak mensyaratkan adanya kesalahan pada diri

pelaku terhadap satu atau lebih perbuatan (actus reus). Strict

liability merupakan pertanggungjawaban tanpa kesalahan

(liability without fault), yang dalam hal ini si pelaku tindak

pidana sudah dapat dipidana jika telah melakukan perbuatan

yang dilarang dalam rumusan undang-undang , tanpa perlu

melihat lebih jauh sikap batin si pelaku.

3) Teori Vicarious Liability

Selain teori pertanggungjawaban pidana di atas, dikenal pula

teori vicarious liability, yaitu the legal responsibility of one

person for wrongful acts and another as for example, when the

Page 46: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

34

acts are down within scope of employment (suatu konsep

pertanggungjawaban seseorang atas kesalahan yang dilakukan

yang masih berada dalam lingkup pekerjaannya).

Teori vicarious liability diartikan oleh Henry Black

sebagai indirect legal responsibility, the liability of an employer

for the acts of of an employee, of a principle for torts and

contract of an agent (pertanggungjawaban pengganti adalah

pertanggungjawaban hukum secara tidak langsung,

pertanggungjawaban majikan atas tindakan dari pekerja; atau

pertanggungjawaban prinsipal terhadap tindakan agen dalam

suatu kontrak).

Dalam teori vicarious liability terdapat dua syarat penting

yang harus terpenuhi mengenai perbuatan salah yang dilakukan

orang lain berdasarkan teori ini, yaitu :

a) Harus terdapat suatu hubungan, seperti hubugan

pekerjaan antara majikan dengan pekerja.

b) Perbuatan pidana yang dilakukan oleh pekerja tersebut

harus berkaitan atau masih dalam ruang lingkup

pekerjaannya.

Pembebanan pertanggungjawaban pidana kepada atasan

(direktur) atas dasar pertanggungjawaban pengganti (vicarious

liability) dimaksudkan untuk mencegah atau paling tidak

meminimalisir tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi

melalui pengurusnya. Hal ini karena korporasi memainkan

Page 47: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

35

peranan penting dalam segala aspek kehidupan, dan tidak jarang

menimbulkan terjadinya kejahatan-kejahatan yang

menimbulkan korban dan kerugian sangat besar bagi

masyarakat.

3. Hubungan Pertanggungjawaban Antara Bank dan Debt collector

Di dalam Pasal 21 ayat (1) Undang-undang nomor 10 Tahun

1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan ditentukan bentuk hukum suatu bank sebagai

berikut: a. Perseroan terbatas, b. koperasi, atau c. Perusahaan

daerah. Berdasarkan ketentuan tersebut, korporasi dalam hal ini bank

merupakan subjek hukum dalam bentuk recht person yang memiliki

hak dan kewajiban seperti orang atau naturlijk person dalam

melakukan hubungan-hubungan hukum.

Pengurus Perseroan Terbatas (dalam hal ini bank) dalam

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

dikenal dengan nama Direksi (selanjutnya akan digunakan sebutan

Direksi). Berdasarkan Pasal 1 ayat (5) Undang-undang tersebut,

Direksi adalah organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung

jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan,

sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan,

baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan

anggaran dasar.

Menurut teori Organ dari Otto von Gierke sebagaimana yang

dikutip oleh Syuiling (1948),

Page 48: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

36

Direksi adalah organ atau alat perlengkapan badan hukum.Seperti halnya manusia mempunyai organ-organ, sepertitangan, kaki, mata, telinga dan seterusnya dan karena setiapgerakan organ-organ itu dikehendaki atau diperintahkan olehotak manusia, maka setiap gerakan atau aktifitas Direksi badanhukum dikehendaki atau diperintah oleh badan hukum sendiri,sehingga Direksi adalah personifikasi dari badan hukum itusendiri.43

Bertitik tolak dari pendapat ahli tersebut di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa direksi bank itu bertindak mewakili bank sebagai

badan hukum.

Telah dipahami sekarang bahwa bank merupakan subjek

hukum seperti manusia, sehingga jika melakukan tindak pidana dapat

dikenai pertanggungjawaban pidana. Sekalipun kesalahan telah

diterima sebagai unsur yang menentukan pertanggungjawaban

pembuat tindak pidana, tetapi bagaimana memaknai kesalahan masih

terjadi silang pendapat di kalangan para ahli. Pemahaman yang

berbeda mengenai makna kesalahan, dapat menyebabkan perbedaan

dalam penerapannya. Dengan kata lain, pengertian tentang kesalahan

dengan sendirinya menentukan ruang lingkup pertanggungjawaban

pembuat tindak pidana44

Dalam memberi makna tentang kesalahan, pada teori kesalahan

normatif, pertanggungjawaban pidana korporasi dilakukan atas dasar

kesalahan. Hanya saja isi kesalahan tersebut berbeda dengan subjek

hukum manusia. Dasar dari penetapan dapat dipersalahkannya badan

43 Nindyo Pramono, “TANGGUNG JAWAB DAN KEWAJIBAN PENGURUS PT (BANK)MENURUT UU NO. 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS”, BULETINHUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN, Volume 5 Nomor 3, Desember 2007,hlm.1544 Chairul huda, Dari Tiada…,Op.Cit., hlm. 71

Page 49: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

37

hukum ialah tidak dipenuhinya dengan baik fungsi kemasyarakatan

yang dimiliki badan hukum. Hukum mengharapkan kepada korporasi

untuk menjalankan fungsi kemasyarakatan dengan baik, sehingga

sejauh mungkin dapat menghindari terjadinya tindak pidana. Terhadap

korporasi penilaian adanya kesalahan ditentukan oleh bagaimana

korporasi memenuhi fungsi kemasyrakatannya, sehingga ‘dapat dicela’

ketika suatu tindak pidana terjadi karenanya.45

Bank sebagai subjek hukum, tentunya dapat melakukan

perbuatan-perbuatan hukum dengan pihak lain ketika memang jasa-

jasa yang dilakukan oleh pihak lain tersebut dapat membantu

menyelesaikan masalah-masalah dalam usaha perbankan. Menurut

praktisi hukum, Aulia Dasril mengatakan, “hubungan pihak

perbankan dengan perusahaan outsourching debt collector bisa

hubungan pengalihan hutang piutang atau hubungan pemberian

kuasa”.

1. Perjanjian Pengalihan Hutang Piutang (Cessie)

Diatur dalam Pasal 613-624 KUH Perdata. Dalam pasal 613 ayat

(1) KUH Perdata disebutkan :

Penyerahan akan piutang-piutang atas nama den kebendaan takbertubuh lainnya, dilakukan dengan jalan membuat sebuah aktaotentik atau dibawah tangan, dengan mana hak-hak ataskebendaan itu dilimpahkan kepada orang lain.

Dengan tegas, Pasal 613 KUHPerdata menyebutkan bahwa

piutang yang diatur di dalam pasal 613 KUHPerdata adalah

piutang atau tagihan atas nama. Dalam tagihan atas nama, debitur

45 Ibid. hlm. 85-86

Page 50: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

38

mengetahui dengan pasti siapa krediturnya. Salah satu ciri khas

yang dimiliki oleh suatu tagihan atas nama adalah bahwa tagihan

atas nama tidak memiliki wujud. Jikalaupun dibuatkan suatu surat

hutang, maka surat hutang hanya berlaku sebagai alat bukti saja.

Hal ini dikarenakan adanya surat hutang dalam bentuk apapun

bukan merupakan sesuatu yang penting dari suatu tagihan atas

nama. Dengan demikian, jika tagihan atas nama dituangkan dalam

bentuk surat hutang, maka penyerahan secara fisik surat hutang itu

belum mengalihkan hak tagih yang dibuktikan dengan surat yang

bersangkutan. Untuk mengalihkan tagihan atas nama, dibutuhkan

akta penyerahan tagihan atas nama yang dalam doktrin dan

yurisprudensi disebut sebagai akta cessie. Pada cessie, hak milik

beralih dan dengan dibuatnya akta cessie, levering telah selesai.46

Piutang yang dimaksud di dalam Pasal 613 KUHPerdata

adalah hak tagih yang timbul dari adanya hubungan hukum pinjam

meminjam uang antara pihak yang meminjamkan (si berpiutang)

dengan pihak yang meminjam (si berhutang) atau dari suatu

kegiatan penyaluran fasilitas kredit antara Bank selaku kreditur

dengan debiturnya. Piutang atau hak tagih yang timbul dari

hubungan hukum pinjam-meminjam uang atau dari kegiatan

penyaluran kredit bank tersebut dapat dialihkan kepada pihak tiga,

dengan cara cessie.

46 J. Satrio, Cessie, Subrogatie, Novatie, Kompensatie & Percampuran Hutang, Bandung: Alumni,1999, hlm. 47

Page 51: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

39

Istilah cessie tidak terdapat di dalam undang-undang yang

berlaku di Indonesia. Di Indonesia, cessie hanya dikenal dari

doktrin-doktrin hukum dan juga yurisprudensi. Dalam bukunya

yang berjudul Studi Notariat dan Serba-serbi Praktek Notaris, Tan

Thong Kie memberikan terjemahan mengenai beberapa pendapat

dan/atau pandangan dari ahli hukum mengenai definisi cessie.47

Salah satu definisi Cessie yang dikenal di dalam ilmu

hukum adalah definisi yang dikemukakan oleh Vollmar. Definisi

Cessie tersebut diterjemahkan oleh Tan Thong Kie sebagai suatu

istilah yang lazim dipakai untuk penyerahan suatu piutang.48

Selain Vollmar, ahli hukum lainnya, Schermer, juga

memberikan definisi mengenai cessie. Pendapat Schermer

mengenai Cessie kemudian diterjemahkan oleh Tan Thong Kie

sebagai berikut:

“Cessie adalah penyerahan suatu piutang atas nama yang

dilakukan oleh kreditur yang masih hidup kepada orang lain;

dengan penyerahan itu, orang yang disebut terakhir ini

menjadi kreditur seorang debitur yang dibebani dengan

piutang tersebut.”49

Di Indonesia, definisi Cessie salah satunya dikemukakan

oleh Subekti. Menurut pendapat Subekti, Cessie adalah:

47 Tan Thong Kie, Studi Notariat dan Serba-Serbi Praktek Notaris, cet.I, (Jakarta; Ichtiar BaruVan Hoeve), 2007, hlm. 688.48 Loc., Cit.49 Loc., Cit.

Page 52: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

40

“Suatu cara pemindahan piutang atas nama dimana piutang

itu dijual oleh kreditur lama kepada orang yang nantinya

menjadi kreditur baru, namun hubungan hukum hutang

piutang tersebut tidak hapus sedetikpun, tetapi dalam

keseluruhannya dipindahkan kepada kreditur baru”50

Dari ketentuan tersebut dapat dimengerti bahwa terjadinya

pergantian kreditur lama kepada kreditur baru. Penyerahan seperti

demikian menurut Pasal 613 ayat (2) KUHPerdata tidak merubah

kewajibannya, tetapi memiliki hak untuk mengetahui bahwa telah

terjadi pengalihan piutang oleh kreditur.

2. Perjanjian Pemberian Kuasa

Diatur dalam Pasal 1792-1819 KUH Perdata. Pasal 1792 KUH

Perdata disebutkan :

Pemberian kuasa adalah suatu perjanjian dengan mana seorangmemberikan kekuasaan kepada seorang lain, yangmenerimanya, untuk atas namanya menyelenggarakan suatuurusan.

Yang dimaksud dengan menyelenggarakan suatu urusan

adalah melakukan suatu perbuatan hukum, yaitu tindakan subjek

hukum yang dapat menimbulkan suatu akibat hukum yang

dikehendaki oleh pelaku.

Ada 2 pihak di dalam perjanjian pemberian kuasa, yaitu :

a. Pihak yang memberi kuasa yang biasa disebut pemberi

kuasa.

50 Subekti, Hukum Perjanjian, cet. 17, (Jakarta : Intermasa), 1998, hlm. 71.

Page 53: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

41

b. Pihak yang menerima kuasa yang biasa disebut kuasa/juru

kuasa/penerima kuasa.

Unsur yang membedakan antara pemberian kuasa dengan

zaakwarneming adalah bahwa untuk mewakili urusan orang lain

diharuskan seseorang itu berbuat dengan sukarela (kesediaan

menolong tanpa imbalan) tanpa mendapat perintah untuk itu,

sedangkan pemberian kuasa sebaliknya, yaitu disyaratkan adanya

suatu perintah.

Si juru kuasa melakukan perbuatan hukum tersebut atas namaatau mewakili pemeri kuasa, artinya bahwa apa yangdilakukan oleh si kuasa adalah atas tanggungan si pemberikuasa dan segala hak dan kewajiban yang timbul dariperbuatan yang dilakukan si kuasa menjadi hak dan kewajibanorang yang memberi kuasa.51

Dalam Pasal 1807 KUH Perdata mengatur salah satu

kewajiban si pemberi kuasa, bunyi Pasal tersebut sebagai berikut:

(1) Si pemberi kuasa diwajibkan memenuhi perikatan-perikatanyamg diperbuat oleh si kuasa menurut kekuasaan yang iatelah berikan kepadanya.

(2) Ia tidak terikat pada apa yang telah diperbuat selebihnyadaripada itu, selain sekedar ia telah menyetujuinya secarategas atau secara diam-diam

Dari ketentuan pasal tersebut dapat dipahami bahwa, jika

memang perjanjian yang dilakukan antara bank dengan debt

collector berbentuk pemberian kuasa. Maka hak dan tanggung

jawab kedua pihak terdapat dalam isi perjanjiannya. Sejauh mana

tanggung jawab bank jika si penerima kuasa melakukan tugas

penagihan dengan melanggar hukum.

51 R. Subekti, Aneka Perjanjian, Cetakan Ke-7, (Bandung : Alumni), 1985, hlm.113.

Page 54: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

42

3. Perjanjian Pemberian Kerja

Pengertian mengenai perjanjian kerja dalam Pasal 1601 a.

KUHPerdata menggunakan istilah perjanjian perburuhan,

Perjanjian perburuhan menurut pasal tersebut ialah perjanjian

dengan mana pihak yang satu, si buruh, mengikatkan dirinya untuk

di bawah perintah pihak yang lain si majikan, untuk sesuatu waktu

tertentu, melakukan pekerjaan dengan menerima upah.

Sedangkan definisi perjanjian kerja berdasarkan Pasal 1

angka 14 Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan didefiniskan bahwa Perjanjian kerja adalah

perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi

kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para

pihak. Kemudian di dalam Pasal 52 Undang-undang tersebut

menentukan hal-hal dasar yang harus ada dalam perjanjian kerja,

Pasal tersebut berbunyi :

(1) Perjanjian kerja dibuat atas dasar :

a. Kesepakatan kedua belah pihak;

b. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatanhukum;

c. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan

d. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan denganketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Jika dalam perjanjian kerja yang dibuat antara pengusaha

dan pekerja bertentangan dengan ketentuan ayat (1) huruf a dan b

maka perjanjian dapat dibatalkan [Pasal 52 ayat (2)]. Kemudian

apabila ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 huruf

Page 55: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

43

c dan d tidak terpenuhi maka perjanjian kerjanya batal demi hukum

[Pasal 52 ayat (3)].

Perjanjian kerja yang dibuat antara pekerja dengan

perusahaan ini kemudian menjadikan adanya hubungan kerja

antara keduanya, dimana ada hak dan kewajiban yang harus

dilaksanakan oleh masing-masing pihak.

Suatu perjanjian kerja tentu saja dapat meliputi berbagai

jenis pekerjaan, sepanjang pekerjaan tersebut memang diperlukan

oleh pemberi kerja. Sedangkan ditinjau dari jangka waktu

perjanjian kerja, pemberi kerja dapat saja membuat perjanjian kerja

untuk suatu jangka waktu yang ditetapkan lebih awal atau tidak.

Namun demikian, dalam rangka memberi kepastian hukum kepada

pekerja dan pemberi kerja, perjanjian kerja yang dikaitkan dengan

jangka waktunya dibagi menjadi 2 jenis perjanjian kerja. Kedua

jenis perjanjian kerja yang diperbolehkan oleh Undang-undang

tersebut adalah perjanjian kerja untuk waktu tertentu (PKWT), dan

perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu (PKWTT).

Jika dikaitkan dengan hubungan bank dengan debt

collector, maka jenis perjanjian kerjanya adalah perjanjian kerja

untuk waktu tertentu (PKWT). Sehingga jangka waktu

perlindungan kepada pekerja terbatas pada waktu tertentu tersebut.

Jadi menurut jenis dan sifat pekerjaan untuk waktu tertentu terbatas

pada situasi-situasi tertentu saja, seperti yang disebutkan dalam

Page 56: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

44

Pasal 59 ayat (1) Undang-undang Ketenagakerjaan tersebut

berbunyi :

Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untukpekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatanpekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu :

a. pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementarasifatnya;

b. pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalamwaktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga)tahun;

c. pekerjaan yang bersifat musiman; atau

d. pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru,kegiatanbaru, atau produk tambahan yang masih dalampercobaan atau penjajakan

Berdasarkan SE BI No. 11/10/DASP Perihal

Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan

Kartu ditentukan secara jelas, meskipun bank menyerahkan

pelaksanaan penagihan kredit kepada pihak ketiga atau debt

collector, perlu dimuat dalam perjanjian kerjasamanya klausul

tentang tanggungjawab penerbit (bank).52 Dalam melakukan

penagihan, bank pemberi kredit menggunakan pihak ketiga (debt

collector) sebagai pelaksana penagihan. Dengan kata lain bank

penerbit menyetujui, mendukung, dan bertanggung jawab atas

perbuatan debt collector.

52Sumber : http://hukumonline.com /bi-usulkan-uu-khusus-debt-collector, diakses tanggal 21April 2012

Page 57: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

45

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Pendekatan

Metode Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Yuridis Normatif, yaitu pendekatan yang menggunakan konsep legisme

positivistis. Konsep ini memandang hukum adalah identik dengan norma-

norma yang tertulis yang dibuat atau diundangkan oleh lembaga atau pejabat

yang berwenang dan konsep melihat hukum sebagai sistem normatif yang

mandiri, bersifat tertutup dan terlepas dari kehidupan masyarakat yang

nyata.53

B. Spesifikasi Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif,

penelitian normatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data-

data sekunder dan bahan-bahan yang berhubungan dengan penelitian yang

diperoleh dari berbagai sumber dengan melakukan pengumpulan data-data

tertulis54, yang berhubungan dengan pertanggungjawaban pidana bank

terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh debt collector, ketika menjalankan

tugas/pekerjaan penagihan kredit bermasalah.

53 Rony Hanitijo Sumitro. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta:1990. hlm.13-14

54 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Pers, 2006, hlm. 21.

Page 58: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

46

C. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian di lakukan di Perpustakaan Fakultas Hukum

UNSOED, Pusat Informasi Ilmiah UNSOED, dan instansi / lembaga terkait

seperti: Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, bank BCA cab. Purwokerto, bank

Danamon cab. Purwokerto.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara :

1. Wawancara

2. Observasi ( pengamatan )

3. Buku-buku literatur

4. Peraturan Perundang-Undangan

5. Dokumen-dokumen lain yang relevan

E. Sumber Data

Dalam penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu :

1. Data Primer

Data Primer atau data dasar yang diperoleh langsung dari masyarakat,

dalam hal ini yang berkaitan dan relevan dengan penelitian.55

Dalam hal ini yang dimaksud masyarakat adalah pihak bank, debt

collector dan masyarakat (debitur).

55 Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, hlm.12

Page 59: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

47

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka, data

sekunder mencakup bahan hukum primer (norma, peraturan dasar,

perundang-undangan dan lain-lain), bahan hukum sekunder yaitu

penjelasan bahan hukum primer, bahan hukum tertier yakni bahan hukum

yang memberikan penjelasan maupun petunjuk terhadap bahan hukum

primer maupun bahan sekunder.56

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Studi lapangan yaitu pengumpulan data dengan melakukan penelitian

langsung ke lokasi yang ditentukan, melalui teknik pengumpulan data

sebagai berikut : interview , yaitu dengan cara mewawancarai langsung

dengan narasumber.

2. Studi kepustakaan, yaitu suatu cara untuk memperoleh keterangan atau

informasi mengenai data yang dibutuhkan yang ada kaitannya dengan

masalah yang sedang diteliti melalui penelaahan dari berbagai sumber

tertulis, seperti buku – buku, jurnal, majalah dan Koran.

G. Teknik Penyajian Data

Data yang akan diperoleh akan disajikan dalam bentuk uraian yang

disusun secara sistematis dan rasional sebagai satu kesatuan yang utuh.

56 Ibid, hlm.12-13

Page 60: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

48

H. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh di analisis dengan model analisis normatif

kualitatif, yaitu dengan menjabarkan dan menafsirkan data-data berdasarkan

norma, teori-teori serta doktrin-doktrin hukum guna menjawab permasalahan

yang diajukan.

Page 61: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hubungan Hukum Antara Pihak Bank Dan Debt Collector

1. Alasan Bank Menggunakan Jasa debt collector

Maraknya penggunaan jasa debt collector oleh bank,

mengindikasikan bahwa jasa ini cukup efektif dan efisien dalam

menjalankan tugas penagihan piutang bank. Sebab jika tidak, mustahil

bank akan menggunakannya. Dengan menyewa jasa penagih hutang, Bank

tak perlu repot-repot untuk membentuk unit sendiri yang khusus untuk

mengamat-ngamati dan membujuk para debitur bermasalah membayar

tunggakannya, selain karena tak cukup tenaga, juga karena keterbatasan

dana mengingat bahwa bank harus secara hati-hati dalam menggunakan

dana para nasabahnya sesuai dengan prinsip fiduciari. Prinsip fiduciari

adalah tugas yang dijalankan oleh direktur dengan penuh rasa tanggung

jawab dan dengan itikad baik untuk kepentingan (benefit) orang atau pihak

lain (perseroan).57

Alasan lain adalah adanya watak yang buruk dari pemilik kartu.

Watak (character) pemilik kartu yang buruk tentu menimbulkan kesulitan

bagi bank. Seperti yang kita ketahui, banyak masyarakat di Indonesia

hingga saat ini masih belum memiliki kesadaran untuk membayar hutang

yang dimilikinya. Terkadang manusia memiliki sifat mempertahankan

barang yang sebenarnya bukan miliknya. Ketika uang yang dipinjam telah

57 I.G. Rai Widjaja, Hukum Perusahaan, Jakarta: Mega Poin, 2002, hlm. 222.

Page 62: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

50

berada di tangannya, ia merasa bahwa uang yang dipinjamnya tersebut

merupakan uang miliknya sendiri. Ketika akhirnya ia memiliki uang,

seringkali orang merasa tidak mau mengeluarkannya untuk membayar

hutang. Hal ini menunjukkan belum dimilikinya kesadaran masyarakat

untuk membayar hutang termasuk untuk membayar hutang kartu kredit.

Belum dimilikinya kesadaran oleh masyarakat Indonesia untuk membayar

hutang berujung pada kurangnya rasa percaya yang dimiliki Bank.

Fenomena masyarakat Indonesia yang kurang memiliki kesadaran

untuk membayar hutang juga menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia

masih tidak taat hukum. Hukum yang ada di Indonesia tidak berjalan

dengan benar sehingga memunculkan adanya penggunaan jasa debt

collector dalam sistem penagihan hutang kartu kredit. Menurut

Abdurrahman, ada suatu asumsi yang menyatakan bahwa semakin tinggi

tingkat kesadaran hukum seseorang, maka akan semakin tinggi ketaatan

dan kepatuhannya terhadap hukum dan sebaliknya, semakin rendah tingkat

kesadaran hukum seseorang, maka akan semakin kurang pula ketaatan dan

kepatuhannya terhadap hukum.58

Di Indonesia, dapat kita lihat bahwa masih banyak masyarakat

yang tidak taat hukum. Dalam penggunaan jasa debt collector ini, adanya

penunggakan hutang kartu kredit yang dilakukan oleh para nasabah

pemilik kartu sebenarnya memperlihatkan bahwa tidak adanya ketaatan

hukum. Dalam perjanjian antara bank penerbit dengan nasabah pemilik

kartu tentu terdapat pengaturan mengenai batas waktu pembayaran kartu

58 Mulyana W. Kusumah, Beberapa Perkembangan dan Masalah dalam Sosiologi Hukum,(Bandung: Alumni, 1981), hlm. 43.

Page 63: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

51

kredit. Pemilik kartu yang menunggak tentu telah melewati batas waktu

yang diperjanjikan sebagaimana yang terdapat dalam perjanjian yang

berlaku bagaikan hukum diantara kedua belah pihak. Oleh karena itu,

pihak bank akhirnya membutuhkan jasa debt collector untuk menagih

tunggakaan hutang para pemilik kartu.

Francis Fukuyama dalam buku karyanya Trust: The Social

Virtues And The Creation Of Prosperity menjabarkan mengenai aspek

kepercayaan dalam masyarakat. Menurut Francis Fukuyama,

kepercayaan merupakan produk dari komunitas-komunitas yang telah ada

sebelumnya yang memiliki norma-norma atau nilai-nilai moral bersama.

Ada beberapa elemen–elemen utama yang terkait dengan isu kepercayaan

(trust), yakni kebijakan sosial dan Modal sosial.59 Dijelaskan juga oleh

Fukuyama, kepercayaan adalah harapan yang tumbuh didalam sebuah

masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan

kerjasama berdasarkan norma–norma yang dianut bersama-sama.

Kepercayaan sosial merupakan penerapan terhadap pemahaman ini, bahwa

dalam masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi, aturan-aturan

sosial cenderung bersifat positif, hubungan-hubungan juga bersifat

kerjasama.

Menurutnya masyarakat berdasarkan tingkat kepercayaan yang

dimilikinya dibagi menjadi 2, yaitu:

1) High Trust Society (Masyarakat dengan tingkat kepercayaan yang

tinggi)

59 Francis Fukuyama, Trust: The Social Virtues And The Creation of Prosperity, (HamishHamilton: London, 1995), hlm.10.

Page 64: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

52

Masyarakat dengan kepercayaan yang tinggi akan menciptakan

jaringan yang baik. Masyarakat akan menjadi lebih mampu berinovasi

secara organisasional, karena tingkat kepercayaan yang tinggi akan

memungkinkan munculnya berbagai macam hubungan sosial.60

Sebuah masyarakat tingkat kepercayaan yang tinggi dapat mengatur

tempat kerjanya secara lebih fleksibel dan berorientasi pada kelompok,

dengan tanggung jawab yang lebih didelegasikan ke tingkat yang lebih

rendah dari organisasi.61

2) Low Trust Society (Masyarakat dengan tingkat kepercayaan yang

rendah)

Masyarakat dengan tingkat kepercayaan yang rendah mungkin

tidak akan pernah dapat mengambil keuntungan dari efisiensi yang

ditawarkan teknologi informasi karena tidak adanya rasa saling

percaya diantaranya. Masyarakat yang tidak percaya satu sama lain

akan berakhir hanya bekerja sama di bawah sistem aturan formal dan

peraturan yang harus dibuat terlebih dahulu dan memerlukan

penegakkan, bahkan dengan cara yang koersif. Penegakan secara

koersif ini memerlukan bantuan dari aparat hukum, yang melayani

sebagai pengganti tidak adanya kepercayaan diantara masyarakat.62

Kepercayaan masyarakat rendah, sehingga harus dipagari dengan

serangkaian aturan birokrasi.63

60 Ibid., hlm.27.61 Ibid., hlm.34.62 Ibid., hlm.27.63 Ibid., hlm.34.

Page 65: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

53

Apabila melihat penjabaran tentang teori kepercayaan dari

Francis Fukuyama tersebut, maka masyarakat di Indonesia dapat

digolongkan ke dalam Low Trust Society (Masyarakat dengan tingkat

kepercayaan yang rendah). Diantara sesama masyarakat Indonesia

terdapat tingkat kepercayaan yang rendah sehingga penerbit kartu

(Bank) menggunakan jasa debt collector dalam menagih hutang

tunggakan kartu kredit nasabah. Pihak bank tidak percaya bahwa para

pemilik kartu yang berhutang akan membayar hutangnya secara

sukarela dan dalam tenggat waktu yang telah diperjanjikan sebelumnya

tanpa perlu adanya penagihan dari bank. Oleh karena itu, pihak bank

menggunakan jasa debt collector dalam melakukan penagihan hutang

pemilik kartu.

Semakin banyak kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank, maka

semakin banyak kesempatan yang akan timbul yang memungkinkan

seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan perbuatan melawan

hukum terhadap dunia perbankan. Semakin luas kesempatan yang muncul,

juga akan berbanding lurus dengan semakin banyaknya jenis dan ruang

lingkup tindak pidana di bidang perbankan berdasarkan peraturan yang

dilanggar, yaitu yang diatur umum dalam undang-undang perbankan dan

yang diatur khusus dalam perundang-undangan di luar Undang-Undang

Perbankan.

Page 66: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

54

2. Pengaturan Bank Indonesia Mengenai Debt Collector dalam Sistem

Perbankan

Bank Indonesia pada dasarnya memperbolehkan adanya

penggunaan jasa debt collector oleh bank dalam menagih hutang. Hal ini

dapat dilihat dari tidak adanya larangan secara tegas mengenai

penggunaan pihak ketiga dalam penagihan hutang dalam peraturan-

peraturan yang dikeluarkan Bank Indonesia. Dalam peraturan-peraturan

yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, tidak pernah terdapat peraturan

yang melarang penggunaan pihak ketiga (debt collector), oleh karena itu

dapat disimpulkan bahwa penggunaan jasa pihak ketiga dalam penagihan

hutang diperbolehkan oleh Bank Indonesia. Meskipun diperbolehkan,

Bank Indonesia tetap memberikan pengaturan mengenai penggunaan jasa

pihak ketiga ini dalam penagihan tunggakan hutang kartu kredit.

Penggunaan jasa debt collector dalam penagihan hutang kartu kredit

sebelumnya diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 11/11/PBI/2009

tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan

Menggunakan Kartu. dan SEBI No. 11/10/DASP Perihal Penyelenggaraan

Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu tanggal 13 April

2009.

Dalam PBI No. 11/11/PBI 2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan

Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu terdapat pengaturan

mengenai penggunaan jasa pihak lain/pihak ketiga (debt collector) dalam

penagihan hutang kartu kredit. Pengaturan tersebut terdapat dalam Pasal

16 Ayat (5) dan Pasal 21 Ayat (1) PBI ini.

Page 67: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

55

Pasal 16 Ayat (5) berbunyi bahwa, “Penerbit Kartu Kredit wajib

menjamin bahwa penagihan atas transaksi Kartu Kredit, baik yang

dilakukan oleh Penerbit Kartu Kredit sendiri atau menggunakan jasa pihak

lain, dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dengan Surat

Edaran Bank Indonesia. Pasal 21 Ayat (1) berbunyi bahwa “Dalam hal

penerbit melakukan kerja sama dengan pihak-pihak di luar pihak lain

sebagaimana diatur dalam Pasal 13, maka Penerbit bertanggung jawab atas

kerja sama tersebut. Dimana dalam Penjelasan Pasal ini disebutkan bahwa

Yang dimaksud dengan “pihak-pihak di luar pihak lain” dalam ayat ini

misalnya perusahaan jasa pengiriman dokumen, agen pemasaran (sales

agent) atau jasa penagihan debt collector).64

Lebih jauh, pengaturan mengenai debt collector terdapat dalam

Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) yaitu dalam SEBI No. 11/10/DASP.

Dalam SEBI No. 11/10/DASP itu terdapat pengaturan mengenai

Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu

(APMK) yang mengatur tata cara, syarat serta segala sesuatu menyangkut

lembaga penerbit kartu kredit serta hubungannya dengan pihak kedua

maupun ketiga. Dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.11/10/DASP

Perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan

Kartu pada halaman 38-39 Bab VII huruf D angka 4, diatur bahwa:

a. Penagihan oleh pihak lain tersebut hanya dapat dilakukan jikakualitas tagihan Kartu Kredit dimaksud telah termasuk dalamkategori kolektibilitas diragukan atau macet berdasarkan kriteriakolektibilitas sesuai ketentuan Bank Indonesia yang mengaturmengenai kolektibilitas;

64 Penjelasan Pasal 21 Ayat (1) PBI No. 11/11/PBI 2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan AlatPembayaran dengan Menggunakan Kartu

Page 68: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

56

b. Penerbit harus menjamin bahwa penagihan oleh pihak laintersebut, selain harus dilakukan dengan memperhatikan ketentuanpada huruf a, juga harus dilakukan dengan cara-cara yang tidakmelanggar hukum; dan

c. Dalam perjanjian kerjasama antara Penerbit dan pihak lain untukmelakukan penagihan transaksi Kartu Kredit tersebut harusmemuat klausula tentang tanggungjawab Penerbit terhadap segalaakibat hukum yang timbul akibat dari kerjasama dengan pihak laintersebut.

Pada Jumat, 6 Januari 2011, dibuatlah Peraturan Bank Indonesia

(PBI) Nomor 14/2/PBI/2012 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat

Pembayaran dengan Menggunakan Kartu Kredit yang merupakan

penyempurnaan atas PBI serupa pada tahun 2009. Penyempurnaan

tersebut diperlukan dalam rangka mendorong pertumbuhan yang lebih

sehat dalam transaksi pembayaran dengan menggunakan kartu dan

menekan seminimal mungkin keluhan dari para pengguna jasa APMK.

Dalam penggunaan kartu kredit, upaya penyempurnaan itu diperlukan

karena pengaturan mengenai manajemen resiko kredit yang harus diacu

oleh penerbit dalam pemberian kartu kredit dipandang masih bersifat

umum, sehingga masih terdapat praktek pemberian kartu kredit yang

dilakukan dengan kurang tepat sasaran. Sementara itu pula praktik di

industri kartu kredit masih terdapat ketidakseragaman dan

ketidakterbukaan dalam menetapkan penghitungan seperti komponen

bunga, denda dan biaya, sehingga dalam beberapa tahun terakhir telah

menimbulkan banyaknya keluhan dan pengaduan dari para pemegang

kartu kredit. Keluhan dari para pengguna kartu kredit juga muncul karena

masih adanya praktik penagihan utang kartu kredit yang tidak dilakukan

dengan sebagaimana mestinya. Sebagai alat pembayaran yang dananya

Page 69: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

57

bersumber dari kredit atau pembiayaan, Bank Indonesia memandang perlu

untuk mengatur lebih tegas atas persyaratan dalam perolehan kartu kredit

dan batas maksimum suku bunga yang wajar yang dapat dikenakan kepada

pengguna kartu kredit. Persyaratan batas minimum usia dan batas

minimum pendapatan bagi calon pemegang kartu kredit diperlukan agar

pemegang kartu kredit bijak dalam menggunakan kartu sesuai dengan

kemampuan bayarnya. Disamping itu, dalam rangka peningkatan

kenyamanan dalam penggunaan.65

Pokok-pokok pengaturan dalam perubahan PBI APMK itu meliputi:66

a) Pengaturan batas maksimum suku bunga kartu kredit, yangbesarnya ditetapkan BI dengan Surat Edaran BI.

b) Pengaturan persyaratan dalam pemberian fasilitas kartu kredit,seperti batas minimum usia, batas minimum pendapatan, batasmaksimum plafon dan maksimum jumlah penerbit yang dapatmemberikan fasilitas kartu kredit yang secara rinci akan diaturdalam Surat Edaran Bank Indonesia.

c) Pengaturan prinsip kehati-hatian dan perlindungan konsumenseperti penyeragaman pola perhitungan bunga kartu kredit,pengenaan biaya dan denda, serta kewajiban penyampaianinformasi kepada pemegang kartu.

d) Pengaturan kerjasama dengan pihak lain dengan mengacu padaPBI tentang alih daya (outsourcing) terutama yang terkait denganpenagihan utang kartu kredit.

e) Pengaturan peningkatan keamanan transaksi alat pembayaranberupa kewajiban implementasi transaction alert kepada pemegangkartu kredit.

f) Kewajiban penyediaan sistem yang dapat saling dikoneksikan.

g) Penegasan kewenangan BI dalam perizinan dan pengenaan sanksidalam penyelenggaraan APMK.

65 Penjelasan PBI 14/2/PBI/2012, TLN 5275.66 Sumber: http: hukumonline.com, diakses pada 6 Maret 2012.

Page 70: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

58

Pengaturan mengenai debt collector dalam PBI 14/2/PBI/2012 ini

dapat kita lihat dalam Pasal 17B Ayat (2) dan Ayat (3). Pasal 17B PBI ini

mengatur mengenai penagihan kartu kredit. Pasal 17 B Ayat (2) dan Ayat

(3) ini berbunyi:

(2) Penerbit Kartu Kredit wajib menjamin bahwa penagihan utangKartu Kredit, baik yang dilakukan oleh Penerbit Kartu Kreditsendiri atau menggunakan penyedia jasa penagihan, dilakukansesuai dengan ketentuan Bank Indonesia serta peraturanperundang-undangan yang berlaku.

(3) Dalam hal penagihan utang Kartu Kredit menggunakan jasa pihaklain sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Penerbit wajibmenjamin bahwa:

a. kualitas pelaksanaan penagihannya sama dengan jika dilakukansendiri oleh Penerbit;

b. pelaksanaan penagihan utang Kartu Kredit hanya untuk utangKartu Kredit dengan kualitas tertentu.

Apabila bank menggunakan jasa pihak lain (termasuk

menggunakan jasa debt collector) untuk melakukan penagihan hutang

kartu kredit, maka bank harus sesuai dengan ketentuan dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Selain itu, bank/penerbit wajib

menjamin bahwa penagihan yang dilakukan oleh pihak lain tersebut

kualitas pelaksanaan penagihannya sama dengan jika dilakukan sendiri

oleh penerbit dan pelaksanaan penagihan utang kartu kredit hanya untuk

utang kartu kredit dengan kualitas tertentu. Kualitas tertentu dalam

penagihan utang kartu kredit ini terkait dengan kolektibilitas kredit yang

hingga saat ini belum diatur secara lebih rinci.

Ketentuan dalam PBI ini yang mengatur mengenai penagihan

tunggakan hutang oleh debt collector juga terdapat dalam Pasal 21 Ayat

(1) PBI ini. Ketentuan Pasal 21 Ayat (1) berbunyi sebagai berikut:

Page 71: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

59

(1) Dalam hal Penerbit melakukan kerja sama dengan pihak lain yangmenyediakan jasa penunjang dalam penyelenggaraan APMK, makaPenerbit wajib:

a. memenuhi ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenaiprinsip kehati-hatian bagi Bank yang melakukan penyerahansebagian pelaksanaan pekerjaan kepada pihak lain;

b. melaporkan rencana dan realisasi kerjasama dengan pihak lainyang menyediakan jasa penunjang dalam penyelenggaraan APMKkepada Bank Indonesia; dan

c. mensyaratkan kepada pihak lain yang menyediakan jasa penunjangdalam penyelenggaraan APMK untuk menjaga kerahasiaan datadan informasi.

Sebagaimana yang disebutkan dalam Penjelasan Pasal 21 Ayat (1),

bahwa yang dimaksud dengan pihak lain yang menyediakan jasa

penunjang dalam penyelenggaraan APMK, seperti perusahaan jasa

pengiriman dokumen, agen pemasaran (sales agent) atau jasa penagihan

(debt collection). Kerjasama penerbit dengan pihak lain tersebut

diperlakukan sebagai penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan dari

penerbit kepada pihak lain yang dikenal sebagai kegiatan alih daya

(outsourcing). Kewajiban penerbit untuk mematuhi ketentuan Bank

Indonesia mengenai prinsip kehati-hatian bagi bank umum yang

melakukan penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada pihak lain,

berlaku bagi penerbit yang berasal dari bank dan yang berasal dari

lembaga selain bank. Dalam cakupan laporan rencana dan realisasi

kerjasama dengan pihak lain, termasuk informasi mengenai alih daya yang

bermasalah.

Apabila dibandingkan, kedua PBI yang mengatur mengenai alat

pembayaran menggunakan kartu tersebut memperbolehkan adanya

penggunaan debt collector dalam melakukan penagihan hutang kartu

Page 72: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

60

kredit karena tidak terdapat pelarangan secara tegas didalamnya. Tetapi,

dapat dilihat bahwa pengaturan mengenai penggunaan debt collector

dalam penagihan tunggakan hutang kartu kredit dalam PBI No.

14/02/PBI/2012 lebih jelas dan lengkap apabila dibandingkan dengan

pengaturan yang terdapat dalam PBI No. 11/11/PBI/2009. PBI No.

14/2/PBI/2012 mengatur secara lebih terperinci mengeni penagihan hutang

dengan menggunakan debt collector. Surat Edaran Bank Indonesia yang

mengatur mengenai tata cara penagihan utang dan kualitas utang kartu

kredit yang penagihannya dapat dialihkan Kartu Kredit sebagaimana

dimaksud pada Pasal 17B Ayat (4) PBI ini hingga saat ini belum dibentuk

karena PBI ini masih baru diterbitkan.

3. Hubungan Hukum Antara Citibank dan Penagih Hutang (Debt

Collector)

Dalam hukum perdata, dikenal adanya asas kebebasan berkontrak.

Yang dimaksud dengan kebebasan berkontrak adalah adanya kebebasan

yang seluas-luasnya yang oleh undang-undang diberikan kepada

masyarakat untuk mengadakan perjanjian tentang apa saja, asalkan tidak

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kepatutan dan

ketertiban umum (Pasal 1338 KUH Perdata).

Kebebasan berkontrak adalah asas yang esensial, baik bagi

individu dalam mengembangkan diri baik di dalam kehidupan pribadi

maupun kehidupan sosial kemasyarakatan, sehingga beberapa pakar

Page 73: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

61

menegaskan kebebasan berkontrak merupakan bagian dari hak asasi

manusia yang dihormati.67

Dalam Pasal 1313 KUHPerdata disebutkan bahwa suatu perjanjian

adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan

dirirnya terhadap satu orang atau lebih. Pengertian perjanjian seperti

tersebut di atas terlihat secara mendalam, akan terlihat bahwa pengertian

tersebut ternyata mempunyai arti yang sangat luas dan umum sekali

sifatnya, selain itu juga tanpa menyebutkan untuk tujuan apa perjanjian

tersebut dibuat. Maka agar tidak terlalu luas baik pengertian maupun isi

dari suatu perjanjian, maka diperlukan syarat sah perjanjian, seperti yang

diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu: sepakat, cakap, hal tertentu

dan kausa yang halal.

Dengan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa baik orang

maupun sekelompok orang dapat melakukan perjanjian dengan pihak lain.

Begitu juga bank dalam hal ini pihak Citibank yang telah melakukan

perjanjian dengan beberapa penagih hutang (debt collector) yang mana

digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah kredit bermasalah. Dan

untuk mengetahui bentuk perjanjian antara Citibank dengan penagih

hutang dapat dilihat pada uraian di bawah ini:

Berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor

1201/Pid.B/2011/PN. Jkt Sel. yang memutus bersalah para terdakwa yang

menyebabkan meninggalnya Irzen Okta pada tanggal 29 Maret 2011 di

kantor Citibank. Dalam putusan tersebut menyatakan bahwa terdakwa I

67 Johanes Ibrahim, Pengimpasan Pinjaman (Kompensasi) dan Asas Kebebasan Berkontrak dalamPerjanjian Kredit Bank, Penerbit CV Utomo, 2003, hlm. 40.

Page 74: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

62

Arief Lukman, terdakwa II Henry Waslinton dan terdakwa III Donald

Harris Baskara telah melakukan tindak pidana sebagaimana yang diatur

dalam Pasal 335 ayat (1) jo. Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP dengan

menjatuhkan pidana penjara masing-masing selama 1 tahun.

Dari Putusan Pengadilan Jakarta Selatan tersebut dapat diketahui

hubungan hukum antara pihak bank (Citibank) dan pengusaha jasa

penagih hutang atau debt collector. Hakim dalam putusan Pengadilan

Negeri Jakarta Selatan Nomor 1201/Pid.B/2011/PN. Jkt. Sel. menetapkan

barang bukti yang diantaranya :68

- Surat Tugas PT. Taketama Star Mandiri tanggal 26 Januari 2011

dari Parlin Sitorus kepada Henry Waslinton; Surat Tugas PT.

Taketama Star Mandiri tanggal 15 Maret 2011 dari Parlin Sitorus

kepada Donald Harris Baskara; Surat Perjanjian Kontrak PT.

Taketama Star Mandiri dengan Collector tanggal 15 Desember

2010 antara Parlin Sitorus dengan Donald Harris Baskara; Surat

Tugas PT. Jasindo Global Solusi tanggal 26 Januari 2011 dari

Parlin Sitorus kepada Humizar Silalahi; Surat Perjanjian Kontrak

PT. Jasindo Global Solusi dengan Collector tanggal 18

November 2009 antara Saroha Leo Aritonang dengan Henry

Waslinton; Sampel Kwitansi kosong Citibank; Akta Pendirian

PT. Taketama No. 01 tanggal 2 Juni 2010; satu buah buku log

warna merah (rekapitulasi pemasukan customer kartu kredit);

satu bua MOU PT. Taketama Star dengan Citibank; satu buah

68 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 1201/Pid.B/2011/PN. Jkt. Sel. hlm. 4

Page 75: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

63

MOU PT. Panimasyara Prima dengan Citibank; satu lembar surat

kuasa dari Citibank kepada PT. Taketama Star; satu bundel

perjanjian kerja waktu tertentu (karyawan kontrak) No.

01.1678/PKWT/I-24/V/2009, yang terdiri dari 12 halaman atas

nama Arief Lukman; satu bundel perjanjian kerja waktu tertentu

(karyawan permanen) No. 0365/PPKT/FMP/V/2006 yang terdiri

dari 12 halaman; satu bundel perjanjian kerja waktu tertentu

(karyawan permanen) No. 0365/PPKT/FMP/V/2006, yang terdiri

dari 12 halaman, Tetap terlampir dalam berkas perkara ;-----

Berdasarkan barang bukti surat tersebut, dapat diketahui hubungan

hukum antara Citibank dengan pengusaha-pengusaha jasa penagih hutang,

yaitu :

1. Adanya MoU (Memorandum of Understanding) antara Citibank

dengan PT. Taketama Star dan PT. Panimasyara Prima.

Tujuan diadakannya MoU antara Citibank dengan penagih hutang

adalah supaya mempermudah pihak penagih hutang dalam melaksanakan

tugasnya menagih debitur yang memiliki kredit bermasalah. Pihak penagih

hutang diberi keleluasaan menggunakan fasilitas-fasilitas kantor Citibank,

seperti misalnya penggunaan ruang cleo yang digunakan oleh para

terdakwa dalam menginterogasi atau mengintimidasi Irzen Okta dalam

rangka tugas penagihan.

Ruang Cleo adalah salah satu dari 2 (dua) ruangan lainnya yang

khusus digunakan untuk melakukan interogasi/intimidasi kepada para

debitur yang menunggak pembayaran kartu kredit Citibank, dengan tujuan

Page 76: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

64

agar setiap debitur melakukan pembayaran kartu kreditnya, hal ini

dikarenakan adanya target yang ditetapkan mitra jasa penagihan Citibank

yaitu PT. Taketama Star Mandiri (Taketama) dan PT. Fanimasyara Prima

(Fanimas) kepada para pegawainya dan apabila tercapai target yang

ditetapkan maka akan diberikan bonus diluar gaji.69

2. Adanya pemberian kuasa dari Citibank kepada PT. Taketama Star dan

PT. Panimasyara Prima.

Diatur dalam Pasal 1792-1819 KUH Perdata. Pasal 1792 KUH

Perdata disebutkan :

Pemberian kuasa adalah suatu perjanjian dengan mana seorangmemberikan kekuasaan kepada seorang lain, yang menerimanya, untukatas namanya menyelenggarakan suatu urusan.

Yang dimaksud dengan menyelenggarakan suatu urusan adalah

melakukan suatu perbuatan hukum, yaitu tindakan subjek hukum yang

dapat menimbulkan suatu akibat hukum yang dikehendaki oleh pelaku.

Dalam Pasal 1313 KUHPerdata ditentukan harus ada 2 pihak dalam suatu

perjanjian, dan para pihak itu boleh sesorang maupun beberapa orang.

Adapun pihak-pihak yang dimaksud dalam kasus ini yaitu :

Ada 2 pihak di dalam perjanjian pemberian kuasa, yaitu :

a. Pihak yang memberi kuasa yang biasa disebut pemberi kuasa, yaitu

pihak Citibank

b. Pihak yang menerima kuasa yang biasa disebut kuasa/juru

kuasa/penerima kuasa, yaitu para debt collector.

69 Ibid., hlm. 6

Page 77: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

65

Perjanjian yang dibuat antara pihak Citibank dan debt collector

harus memenuhi syarat sah perjanjian Pasal 1320 KUHPerdata:

1. Harus ada kesepakatan

Untuk mengikatnya suatu perjanjian diantara para pihak harus ada

kata sepakat. Dalam hal ini Citibank memberikan suatu kuasa

untuk melakukan penagihan hutang debitur kepada debt collector,

di lain pihak debt collector bersedia menjalankan kuasa dengan

mendapatkan upah.

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

Pada saat penyusunan kontrak, para pihak khususnya manusia

secara hukum telah dewasa atau cakap berbuat atau belum dewasa

tetapi ada walinya. Di dalam KUHPerdata yang disebut pihak yang

tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian adalah orang-orang

yang belum dewasa dan mereka yang berada dibawah

pengampunan.

3. Suatu hal tertentu

Secara yuridis suatu perjanjian harus mengenai hal tertentu yang

telah disetujui. Suatu hal tertentu disini adalah objek perjanjian dan

isi perjanjian. Setiap perjanjian harus memiliki objek tertentu,

jelas, dan tegas. Dalam perjanjian penilaian, maka objek yang akan

dinilai haruslah jelas dan ada, sehingga tidak mengira-ngira.

Adanya pemberian kuasa penagihan dari pihak Citibank kepada

debt collector merupakan maksud dari syarat yang ketiga ini.

Page 78: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

66

4. Sebab yang halal

Setiap perjanjian yang dibuat para pihak tidak boleh bertentangan

dengan undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan. Pihak

Citibank memiliki hak tagih atas tunggakan kredit nasabahnya dan

kemudian memberikan kuasa kepada debt collector untuk

melakukan penagihan. Asalkan apa yang diinginkan oleh Citibank

sesuai dengan hak yang dimilikinya hal ini sah-sah saja.

Setelah semua syarat sah perjanjian terpenuhi, maka perjanjian

dalam hal ini antara Citibank dengan debt collector mengikat

kedua belah pihak layaknya undang-undang, seperti yang diatur

dalam Pasal 1338 KUHPerdata.

Jadi berdasarkan kasus yang saya teliti, maka yang menjadi si

pemberi kuasa di sini adalah pihak Citibank, sedangkan para pengusaha

penagih hutang sebagai penerima kuasa. Hal ini penting mengingat kepada

siapakah pembebanan tanggung jawab jika terjadi pelanggaran hukum

baik pidana maupun perdata.

Unsur yang membedakan antara pemberian kuasa dengan

zaakwarneming adalah bahwa untuk mewakili urusan orang lain

diharuskan seseorang itu berbuat dengan sukarela (kesediaan menolong

tanpa imbalan) tanpa mendapat perintah untuk itu, sedangkan pemberian

kuasa sebaliknya, yaitu disyaratkan adanya suatu perintah.

Si juru kuasa melakukan perbuatan hukum tersebut atas nama ataumewakili pemeri kuasa, artinya bahwa apa yang dilakukan oleh sikuasa adalah atas tanggungan si pemberi kuasa dan segala hak dan

Page 79: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

67

kewajiban yang timbul dari perbuatan yang dilakukan si kuasamenjadi hak dan kewajiban orang yang memberi kuasa.70

Dalam Pasal 1807 KUH Perdata mengatur salah satu kewajiban si

pemberi kuasa, bunyi Pasal tersebut sebagai berikut:

(1) Si pemberi kuasa diwajibkan memenuhi perikatan-perikatan yamgdiperbuat oleh si kuasa menurut kekuasaan yang ia telah berikankepadanya.

(2) Ia tidak terikat pada apa yang telah diperbuat selebihnya daripadaitu, selain sekedar ia telah menyetujuinya secara tegas atau secaradiam-diam.

3. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)

Suatu perjanjian kerja tentu saja dapat meliputi berbagai jenis

pekerjaan, sepanjang pekerjaan tersebut memang diperlukan oleh pemberi

kerja. Sedangkan ditinjau dari jangka waktu perjanjian kerja, pemberi

kerja dapat saja membuat perjanjian kerja untuk suatu jangka waktu yang

ditetapkan lebih awal atau tidak. Namun demikian, dalam rangka memberi

kepastian hukum kepada pekerja dan pemberi kerja, perjanjian kerja yang

dikaitkan dengan jangka waktunya dibagi menjadi 2 jenis perjanjian kerja.

Kedua jenis perjanjian kerja yang diperbolehkan oleh Undang-undang

tersebut adalah perjanjian kerja untuk waktu tertentu (PKWT), dan

perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu (PKWTT).

Jika dikaitkan dengan hubungan bank dengan debt collector, maka

jenis perjanjian kerjanya adalah perjanjian kerja untuk waktu tertentu

(PKWT). Sehingga jangka waktu perlindungan kepada pekerja terbatas

pada waktu tertentu tersebut. Jadi menurut jenis dan sifat pekerjaan untuk

waktu tertentu terbatas pada situasi-situasi tertentu saja, seperti yang

70 R. Subekti, Aneka Perjanjian…, Op., Cit., hlm. 113.

Page 80: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

68

disebutkan dalam Pasal 59 ayat (1) Undang-undang Ketenagakerjaan

tersebut berbunyi :

Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untukpekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatanpekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu :

a. pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;

b. pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yangtidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun;

c. pekerjaan yang bersifat musiman; atau

d. pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatanbaru,atau produk tambahan yang masih dalam percobaan ataupenjajakan.

Telah dipahami sekarang hubungan hukum antara pihak Citibank

dengan penagih hutang. Memang terjadinya hubungan hukum dikarenakan

oleh suatu perjanjian yang menimbulkan perikatan. Dalam hukum

perjanjian dikenal asas kebebasan berkontrak, dimana para pihak diberi

kebebasan membuat suatu persetujuan yang diinginkan. Namun di dalam

perjanjian kerjasama antara penerbit dan pihak lain untuk melakukan

penagihan transaksi kartu kredit harus memuat klausula tentang

tanggungjawab penerbit terhadap segala akibat hukum yang timbul akibat

dari kerjasama dengan pihak lain, hal ini sebagaimana yang terdapat dalam

Surat Edaran BI No.11/10/DASP Perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat

Pembayaran dengan Menggunakan Kartu dalam halaman 38-39.

Page 81: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

69

B. Pertanggungjawaban Bank Apabila Debt Collector yang Diperintah

Melakukan Tindak Pidana

1. Kronologis Meninggalnya Irzen Okta

Pada Selasa 29 Maret 2011 Seorang nasabah Citibank ditemukan

tewas ketika mendatangi kantor Citibank untuk melunasi tagihan kartu

kreditnya yang membengkak. Tagihan kartu kredit adalah sebesar Rp 48

juta, namun pihak bank menyatakan tagihan kartu kreditnya mencapai Rp

100 juta. Korban datang bermaksud menanyakan jumlah tagihan kartu

kreditnya yang membengkak tersebut. Korban kemudian dibawa ke dalam

satu ruangan dan ditanya-tanyai oleh 3 orang. Usai bertemu 3 orang

tersebut, korban kemudian tewas di depan kantor tersebut. Hasil visum

yang dimiliki polisi menunjukkan tidak ada tanda pukulan benda keras

pada korban. Debt collector menginterogasi dengan menendang kursi dan

memukul tangan korban. Pada korban ditemukan luka di hidung dan

korban juga mengalami pecah di pembuluh darah di kepala. Hal itu

mengakibatkan memar di batang otak dan ada luka lecet di tengah

hidung.71

2. Tinjauan Umum Citibank Indonesia

Citibank N.A., Indonesia (“Citi Indonesia”) merupakan cabang dari

Citibank N.A. yang merupakan anak perusahaan tidak langsung dari

Citigroup Inc. (“Citi”) dan memiliki pusat usaha di New York, USA.72

Sehingga Citibank yang ada sekarang ini merupakan Kantor Cabang Bank

71 Sumber: http://economy.okezone.com/read/2011/04/04/320/442340/kasus-debtcollector-bi-telusuri-keterangan-citibank, diakses pada 5 April 2012.72 LAPORAN TATA KELOLA PERUSAHAAN CORPORATE GOVERNANCE REPORT,CITIBANK N.A., INDONESIA 31 Desember 2011, hlm. 18

Page 82: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

70

Asing (KCBA) yang pendiriannya dilakukan berdasarkan SK Direksi

Bank Indonesia No. 32/37/KEP/DIR tahun 1999 tentang Pendirian Kantor

Cabang Bank Asing di Indonesia khususnya pada Pasal 2 ayat (1) dan

Pasal 3 SK Direksi tersebut, dimana Kantor Cabang Bank Asing dapat

dimiliki 100% (seratus persen) oleh pihak asing dan bentuk hukumnya

mengikuti bentuk kantor pusat bank asing.73 Secara hukum, Kantor

Cabang hanyalah mengikuti kebijakan dari Kantor Pusat. Kantor cabang

dapat melakukan perbuatan hukum yang tertera dalam Surat Kuasa (power

of attorney) dari kantor pusatnya. Sehingga sifat dari Kantor Cabang

tersebut tidak mandiri, seperti halnya jika bentuknya adalah Anak

Perusahaan yang notabene berbentuk Perseroan Terbatas.74

Di dalam Pasal 16 ayat (2) Undang-undang nomor 10 tahun 1998

tentang Perbankan, untuk memperoleh izin usaha Bank Umum dan Bank

Perkreditan Rakyat, wajib dipenuhi persyaratan sekurang-kurangnya

tentang:

a. Susunan organisasi dan kepengurusan;

b. Permodalan;

c. Kepemilikan;

d. Keahlian di bidang Perbankan;

e. Kelayakan rencana kerja.

Kemudian dalan Pasal 20 ayat (1) Undang-undang tersebut

menyatakan : Pembukaan Kantor Cabang, kantor cabang pembantu, dan

kantor perwakilan dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri,

73 Sumber: http: http://irmadevita.com/tag/cabang-bank-asing, diakses tanggal 30 Juni 201274 Ibid.

Page 83: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

71

hanya dapat dilakukan dengan izin Pimpinan Bank Indonesia. Dengan

dipenuhinya syarat-syarat tersebut diharapkan dapat mempermudah bagi

Bank Indonesia dalam melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap

perilaku bank yang ada di bawahnya.

Selain dapat digunakan untuk melakukan pengaturan dan

pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia, juga dapat digunakan

untuk mempertanggungjawabkan secara pidana pihak bank atau

perusahaan jika dalam melaksanakan kegiatan usahanya melakukan tindak

pidana. Karena konsep pertanggungjawaban dalam hukum pidana

mengalami perkembangan sejak diakuinya korporasi sebagai subjek

hukum pidana di samping manusia.75 Manakala korporasi sebagai subjek

hukum, maka konsep pertanggungjawaban pidana pun harus ‘diciptakan’

agar korporasi (dalam hal ini bank) dapat dijatuhi pidana ketika korporasi

melakukan tindak pidana.

3. Tanggung Jawab dan Kewajiban Pengurus Perseroan Terbatas

(Bank)

Agar direksi sebagai organ perseroan yang mengurus perseroan

sehari-hari dapat mencapai prestasi terbesar untuk kepentingan Perseroan,

maka ia harus diberi kewenangan-kewenangan tertentu untuk mencapai

hasil yang optimal dalam mengurus perseroan. Dari kewenangan yang

diberikan, ia perlu diberi tanggung jawab untuk mengurus perseroan. Hal

ini berarti dalam membicarakan kewenangan direksi, diperlukan

pemahaman tentang tanggung jawabnya.

75 Mahrus Ali, Op., Cit., hlm. 160

Page 84: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

72

Tanggung jawab adalah kewajiban seseorang individu (baca:

direksi) untuk melaksanakan aktifitas yang ditugaskan kepadanya sebaik

mungkin, sesuai dengan kemampuannya. Tanggung jawab dapat

berlangsung terus atau dapat berhenti apabila tugas tertentu yang

dibebankan kepadanya telah selesai dilaksanakan. Dalam Perseroan

biasanya antara wewenang dan tanggung jawab seorang Direksi harus

mempunyai tingkatan yang sama. Dengan demikian, wewenang seorang

direksi memberikan kepadanya kekuasaan untuk membuat serta

menjalankan keputusan-keputusan yang berhubungan dengan bidang

tugasnya yang telah ditetapkan dan tanggung jawab dalam bidang

tugasnya tersebut menimbulkan kewajiban baginya untuk melaksanakan

tugas–tugas tersebut dengan jalan menggunakan wewenang yang ada

untuk mencapai tujuan perseroan.76

Jadi, dalam perseroan, tanggung jawab direksi timbul, apabila

direksi yang memiliki wewenang atau direksi yang menerima kewajiban

untuk melaksanakan pengurusan perseroan, mulai menggunakan

wewenangnya tersebut. Agar wewenang atau kewajiban direksi tersebut

dilaksanakan untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan

tujuan perseroan, maka idealnya wewenang itu dapat dilaksanakan sesuai

dengan tanggung jawabnya dan sebaliknya tanggung jawab harus

diberikan sesuai dengan wewenang yang ada.

Di dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas, Pasal 92 ayat (1) dan (2) berbunyi:

76 Nindyo Pramono, Op., Cit., hlm. 20

Page 85: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

73

(1) Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentinganPerseroan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.

(2) Direksi berwenang menjalankan pengurusan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kebijakan yang dipandangtepat, dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang inidan/atau anggaran dasar.

Kemudian dalam Pasal 97 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4) dan

ayat (5) Undang-undang yang sama berbunyi :

(1) Direksi bertanggungjawab atas pengurusan Perseroan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 92 ayat (1).

(2) Pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajibdilaksanakan setian anggota direksi dengan itikad baik dan penuhtanggungjawab.

(3) Setiap anggota direksi bertanggungjawab penuh secara pribadi ataskerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalaimenjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimanadimaksud pada ayat (2).

(4) Dalam hal direksi terdiri atas 2 (dua) anggota direksi atau lebih,tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlakusecara tanggung renteng bagi setiap anggota direksi.

(5) Anggota direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugiansebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila dapat membuktikan:

a. Kerugian tersebut bukan karena kerugian atau kelalainnya;

b. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dankehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksuddan tujuan Perseroan;

c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsungmaupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yangmengakibatkan kerugian; dan

d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atauberlanjutnya kerugian tersebut.

Selanjutnya menurut Pasal 97 ayat (6), atas nama Perseroan,

Pemegang Saham yang mewakili paling sedikit 1/10 bagian dari jumlah

seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan gugatan melalui

Pengadilan Negeri terhadap anggota direksi yang karena kesalahan atau

kelalaiannya menimbulkan kerugian perseroan.

Page 86: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

74

Terkait dengan permasalahan yang saya teliti yaitu, kasus

meninggalnya Irzen Okta, nasabah kartu kredit Citibank. Pada waktu itu

yang menjadi pimpinan atau Citi Country Officer (CCO) Citibank untuk

Indonesia adalah Shariq Mukhtar. Kemudian diganti oleh pihak Citibank,

dan sementara posisinya digantikan oleh Tigor M Siahaan yang

sebelumnnya menjabat sebagai Country Business Manager Citibank

Indonesia.77 Sebelumnya Bank Indonesia melakukan Fit and Proper Test

atas Shariq Mukhtar pada minggu kedua bulan Mei 2011. Shariq

dilakukan tes ulang bersama sejumlah direksi Citibank lainnya yaitu

Senior Country Operating Officer, Retail Banking Head, Head of

Collection, dan Branch Manager KCP Landmark Citibank.78

Dengan pengaturan yang telah dilakukan oleh Bank Indonesia,

terkait dengan vonis yang telah dijatuhkan dalam Putusan Pengadilan

Negeri Jakarta Selatan Nomor 1201/Pid.B/2011/PN. Jkt Sel. yang

memutus bersalah para terdakwa yang menyebabkan meninggalnya Irzen

Okta pada tanggal 29 Maret 2011 di kantor Citibank. Dijatuhkan kepada 3

(tiga) penagih hutang (debt collector) yaitu terbukti melanggar ketentuan

Pasal 335 ayat (1) jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dengan menjatuhkan

pidana penjara masing-masing selama 1 tahun. Tentunya direksi yang

memerintahkan atau melakukan perjanjian kerja sama dengan debt

collector dapat dimintai pertanggungjawaban secara pidana.

77 Sumber: http: http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/11/06/09/lmii9g-ccocitibank-indonesia-diganti diakses tanggal 30 Juni 201278 Ibid.

Page 87: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

75

Menurut praktisi hukum Luhut M Pangaribuan di surat kabar

KOMPAS, Sabtu 2 April 2011, pihak bank tetap bertanggungjawab penuh

dalam kasus meninggalnya Irzen Okta, karena:79

1. Bank harus mengawasi kinerja pihak ketiga yang resmi bekerja

sama dengan bank dalam hal penagihan hutang;

2. Tewasnya korban berada di ruang kantor bank yang bersangkutan,

yang otomatis berada di otoritas Citibank

3. Ketiga tersangka, yaitu Arief Lukman, Donald Harris, dan Henry

Waslinton yang merupakan pegawai outsource dengan penugasan

penagihan utang, dijerat pasal berlapis, yaitu Pasal 351 KUHP

tentang penganiayaan dengan ancaman 2,8 tahun; Pasal 170

tentang pengeroyokan dengan ancaman 5,5 tahun; dan Pasal 335

KUHP tentang perbuatan tidak menyenangkan dengan ancaman

satu tahun penjara.

Sebagai suatu badan hukum, Perseroan Terbatas dianggap seolah-

olah sebagai suatu person atau subjek hukum tersendiri (artificial person)

yang mandiri sehingga mempunyai hak untuk menjadi pemegang hak dan

kewajibannya. Sedangkan direksi adalah organ perseroan yang

bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan artinya bahwa secara

fiduciary harus melaksanakan standar of care. Fiduciary duty adalah tugas

yang dijalankan oleh direktur dengan penuh rasa tanggung jawab dan

79Sumber:http://megapolitan.kompas.com/read/2011/04/02/05493637/Citibank.Harus.Bertanggung.Jawab diakses tanggal 30 Juni 2012

Page 88: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

76

dengan itikad baik untuk kepentingan (benefit) orang atau pihak lain

(perseroan).80

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi

Berbicara tentang pertanggungjawaban pidana korporasi, tidak

dapat dilepaskan dengan tindak pidana. Walaupun dalam pengertian tindak

pidana tidak termasuk masalah pertanggungjawaban. Tindak pidana hanya

menunjukkan kepada dilarangnya suatu perbuatan81.

Pandangan di atas sejalan dengan pendapat tentang tindak pidana

yang dikemukakan oleh Moelyatno, yang membedakan dengan tegas

“dapat dipidananya perbuatan” (de strafbaarheid van het feit atau het

verboden zjir van het feit) dan “dapat dipidananya orang” (strafbaarheid

van den persoon), dan sejalan dengan itu beliau memisahkan antara

pengertian “perbuatan pidana” (criminal act) dan “pertanggungan jawab

pidana” (criminal responsibility atau criminal liability).82 Oleh karena hal

tersebut dipisahkan, maka pengertian perbuatan pidana tidak meliputi

pertanggungjawaban pidana. Pandangan ini disebut pandangan dualistis

mengenai perbuatan pidana. Pandangan ini merupakan penyimpangan dari

pandangan yang monistis antara lain yang dikemukakan oleh Simons yang

merumuskan “strafbaar feit” adalah : “een strafbaar gestelde,

onrechtmatige met schuld verband staande handeling van een

toerekeningsvatbaar persoon”. Jadi unsur-unsur strafbaar feit adalah :

80 I.G. Rai Widjaja, Op., Cit., hlm. 22281 Dwidja Priyatno, Kebijakan Legislasi Tentang Sistem Pertanggungjawaban Pidana KorporasiDi Indonesia, Bandung: CV Utomo, 2004, hlm. 30.82 Moelyatno, Seperti dikutip oleh Sudarto, Dalam Sudarto, Hukum Pidana I, Cetakan ke II,Semarang: Yayasan Sudarto, 1990, hlm. 40.

Page 89: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

77

1) Perbuatan manusia (positif atau negatif; berbuat atau tidak

berbuat atau membiarkan);

2) Diancam dengan pidana (strafbaar gesteld);

3) Melawan hukum (onrechtmatig);

4) Dilakukan dengan kesalahan (met schuld in verband staand);

5) Oleh orang yang mampu bertanggung jawab

(toerekeningsvatbaar persoon).

Simons mencampur unsur objektif (perbuatan) dan unsur subjektif

(pembuat). Yang disebut sebagai unsur objektif ialah :83

a. Perbuatan orang ;

b. Akibat yang kelihatan dari perbuatan itu;

c. Mungkin ada keadaan tertentu yang menyertai perbuatan

itu seperti dalam Pasal 281 KUHP sifat “openbaar” atau “di

muka umum”.

Segi subjektif dari strafbaar feit :

a. Orang yang mampu bertanggung jawab ;

b. Adanya kesalahan (dolus atau culpa).

Kesalahan ini dapat berhubungan dengan akibat dari perbuatan

atau dengan keadaan-keadaan mana perbuatan itu dilakukan.

Sudarto berpendapat bahwa untuk menentukan adanya pidana,

kedua pendirian itu tidak mempunyai perbedaan prinsipiil. Soalnya ialah

apabila orang menganut pendirian yang satu hendaknya memegang

pendirian itu secara konsekuen, agar supaya tidak ada kekacauan

83 Ibid. hlm. 41

Page 90: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

78

pengertian (begripsverwarring). Jadi dalam mempergunakan istilah

“tindak pidana ” haruslah pasti bagi orang lain apakah yang dimaksudkan

ialah menurut pandangan monistis ataukah yang dualistis. Bagi yang

berpandangan monistis seseorang yang melakukan tindak pidana sudah

dapat dipidana, sedangkan bagi yang berpandangan dualistis sama sekali

belum mencukupi syarat untuk dipidana karena harus disertai syarat

pertanggungan jawab pidana yang harus ada pada orang yang berbuat.84

Berdasarkan uraian di atas bahwa dipidananya seseorang tidaklah

cukup apabila perbuatan seseorang telah memenuhi unsur delik dalam

undang-undang, tetapi masih ada syarat lain yang harus dipenuhi yaitu

bahwa orang yang melakukan perbuatan itu harus mempunyai kesalahan

atau bersalah.

Karena asas utama dalam pertanggungjawaban pidana adalah

kesalahan, maka timbul permasalahan baru dengan diterimanya korporasi

sebagai subjek hukum pidana. Tetapi bagaimana mempertimbangkan

tentang pertanggungjawaban pidananya?. Dapatkah dibayangkan pada

korporasi terdapat unsur kesalahan (baik kesengajaan atau dolus atau

kealpaan atau culpa)?. Dalam keadaan pelaku adalah manusia, maka

kesalahan ini dikaitkan dengan celaan (verwijtbaarheid; blameworthiness)

dan karena itu berhubungan dengan mentalitas atau psyche pelaku.

Bagaimana halnya dengan pelaku yang bukan manusia, yang dalam hal ini

adalah korporasi ?.

84 Ibid. hlm. 45

Page 91: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

79

Pengaturan korporasi sebagai subjek hukum pidana selanjutnya

diperdebatkan kemampuannya dalam bertanggungjawab terhadap

kejahatan yang diperbuatnya. Korporasi yang pada awalnya hanya menjadi

subjek hukum dalam hukum perdata kini juga dibahas dan dirancang

sebagai subjek hukum dalam hukum pidana. Beberapa sarjana menyatakan

korporasi tidak dapat dijadikan subjek hukum pidana dengan alasan

sebagai berikut:85

1. Menyangkut masalah kejahatan, sebenarnya kesengajaan dan

kesalahan hanya terdapat pada persona alamiah;

2. Bahwa yang merupakan tingkah laku materill, yang merupakan

syarat dapat dipidananya beberapa macam tindak pidana, hanya

dapat dilaksanakan persona alamiah (mencuri barang, menganiaya

orang, perkosaan dan sebagainya);

3. Bahwa pidana dan tindak pidana yang berupa merampas kebebasan

orang tidak dapat dikenakan pada korporasi;

4. Bahwa tuntutan dan pemidanaan terhadap korporasi dengan

sendirinya mungkin menimpa pada orang yang tidak bersalah;

5. Bahwa dalam praktik tidak mudah untuk menentukan norma-

norma atas dasar apa yang dapat diputuskan, apakah pengurus saja

atau korporasi itu sendiri atau kedua-duanya harus dituntut dan

dipidana.

Sedangkan yang setuju menempatkan korporasi sebagai subjek

hukum pidana menyatakan:

85 H.Setiyono, Kejahatan Korporasi, Malang : Bayumedia, 2003, hlm. 10.

Page 92: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

80

1. Pemidanaan pengurus saja ternyata tidak cukup untuk mengadakan

represi terhadap delik-delik yang dilakukan oleh atau dengan suatu

korporasi. Karenanya perlu pula kemungkinan pemidanaan

korporasi, korporasi dan pengurus, atau pengurus saja;

2. Mengingat didalam kehidupan sosial-ekonomi, korporasi semakin

memainkan peranan yang penting pula;

3. Hukum pidana harus mempunyai fungsi di dalam masyarakat,

yaitu melindungi masyarakat dan menegakkan norma-norma dan

ketentuan-ketentuan yang ada dalam masyrakat. Jika hukum pidana

hanya diberlakukan pada manusia saja maka tujuan itu tidak

efektif;

4. Dipidananya korporasi dengan ancaman pemidanaan adalah salah

satu upaya untuk menghindari tindakan pemidanaan terhadap para

pegawai itu sendiri.

Terlepas dari segala pro dan kontra terhadap pengaturan

pertanggungjawaban korporasi sebagai subjek hukum pidana, sehubungan

dengan korporasi yang telah dijatuhi pidana, ternyata dalam praktik belum

ada putusan pengadilan atau yurisprudensinya. Mengenai kedudukan

badan hukum/korporasi sebagai subjek hukum pidana, telah terdapat suatu

suatu putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tertanggal 1 Maret

1969, Nomor 136/Kr/1966 dalam perkara antara PT Kosmo dan PT Sinar

Sahara, yang menyatakan, “suatu badan hukum tidak dapat disita. Hal ini

Page 93: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

81

menjelaskan bahwa PT Kosmo dan PT Sinar Sahara bukan benda, karena

hanya barang/bendalah yang dapat disita, melainkan subjek hukum.86

Adanya putusan MA tersebut berarti ada pengakuan yuridis bahwa

korporasi sebagai subjek hukum pidana namun tidak hanya sebatas

pengakuan yuridis sebab pengertian subjek tindak pidana dibedakan antara

yang melakukan tindak pidana (pembuat) dan yang bertanggungjawab.

Dalam kenyataan diketahui bahwa korporasi berbuat dan bertindak

melalui manusia (yang dapat pengurus maupun orang lain). Jadi

pertanyaan yang pertama adalah, bagaimana konstruksi hukumnya bahwa

perbuatan pengurus (atau orang lain) dapat dinyatakan sebagai sebagai

perbuatan korporasi yang melawan hukum (menurut hukum pidana). Dan

pertanyaan kedua adalah bagaimana konstruksi hukumnya bahwa pelaku

korporasi dapat dinyatakan mempunyai kesalahan dan karena itu

dipertanggungjawabkan menurut hukum pidana. Pertanyaan ini menjadi

lebih sulit apabila difahami bahwa hukum pidana Indonesia mempunyai

asas yang sangat mendasar yaitu : bahwa “tidak dapat diberikan pidana

apabila tidak ada kesalahan” (dalam arti celaan)

Menurut pendapat diatas bagaimana caranya untuk memastikan

korporasi menuruti undang-undang?. Dapatkah penempatan

pertanggungjawaban itu diberikan kepada korporasi itu sendiri atau juga

dijatuhkan kepada direktur dan manajer dari korporasi tersebut?

86 Muladi,dan Dwidja Priyatno, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi. Sekolah TinggiBandung, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, hlm. 49.

Page 94: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

82

Perubahan dan perkembangan kedudukan korporasi sebagai subjek

hukum pidana, mengalami perkembangan secara bertahap. Pada umumnya

secara garis besar dapat dibedakan dalam tiga tahap, yaitu:

1. Tahap Pertama

Tahap ini ditandai dengan usaha-usaha agar sifat delik yang

dilakukan korporasi dibatasi pada perorangan (natuurlijk persoon).

Sehingga apabila suatu tindak pidana terjadi dalam lingkungan korporasi,

maka tindak pidana tersebut dianggap dilakukan oleh pengurus korporasi

tersebut.87

Tahap ini merupakan dasar bagi Pasal 59 KUHP yang isinya:

“Dalam hal-hal dimana karena pelanggaran ditentukan pidana terhadap

pengurus, anggota badan pengurus, atau komisaris, maka pengurus,

anggota badan pengurus, atau komisaris yang ternyata tidak ikut campur

melakukan pelanggaran tidak dipidana”. Dari rumusan tersebut, maka para

penyusun kitab undang-undang hukum pidana dipengaruhi oleh asas

societas delinquere non potest, yaitu badan hukum tidak dapat melakukan

tindak pidana.

Pengurus pada tahap ini tidak memenuhi kewajiban yang

sebenarnya merupakan kewajiban korporasi dapat dinyatakan

bertanggungjawab. Kesulitan yang timbul dalam Pasal 59 KUHP ini

adalah apabila hal pemilik atau pengusahanya adalah korporasi, sedangkan

tidak ada pengaturan bahwa pengurusnya bertanggungjawab, maka

87 Muladi dan Dwija Priyatno, op cit, hlm 52.

Page 95: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

83

bagaimana memutuskan tentang pembuat dan pertanggungjawabannya?.88

Kesulitan ini dapat diatasi dengan perkembangan kedudukan dalam tahap

kedua.

2. Tahap Kedua

Tahap kedua ini ditandai dengan pengakuan yang timbul sesudah

Perang Dunia I dalam perumusan undang-undang bahwa suatu tindak

pidana, dapat dilakukan oleh perserikatan atau badan usaha (korporasi).

Tanggung jawab untuk itu juga menjadi beban dari pengurus badan hukum

tersebut.

Tanggung jawab pada tahap ini perlahan-lahan beralih dari anggota

pengurus kepada mereka yang memerintahkan, atau dengan larangan

melakukan apabila melalaikan memimpin secara sesungguhnya. Tahap ini

menyebabkan korporasi dapat menjadi pembuat delik, akan tetapi yang

dipertanggungjawabkan adalah para anggota pengurus, asal dinyatakan

dengan tegas dalam peraturan itu. Walaupun pertanggungjawaban pidana

secara langsung dari korporasi masih belum muncul.89

Penentuan kapan pengurus dapat dapat diminta

pertanggungjawabannya terdapat dalam Rancangan KUHP Tahun 2000

Pasal 47 yang menyatakan: “pertanggungjawaban pidana pengurus

korporasi dibatasi sepanjang pengurus mempunyai kedudukan fungsional

dalam struktur organisasi korporasi.”90

88 Ibid., hlm 53-5489 Ibid.90 Ibid., hlm. 55.

Page 96: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

84

3. Tahap Ketiga

Tahap ketiga ini merupakan permulaan adanya tanggung jawab

yang langsung dari korporasi yang dimulai pada waktu dan sesudah

Perang Dunia II. Pada tahap ini dibuka kemungkinan untuk menuntut

korporasi dan meminta pertanggungjawabannya menurut hukum pidana.

Alasan lain adalah karena misalnya dalam delik-delik ekonomi dan fiskal

keuntungan yang diperoleh korporasi atau kerugian yang diderita

masyarakat dapat demikian besarnya sehingga tidak akan mungkin

seimbang bilamana pidana hanya dijatuhkan kepada pengurus korporasi

saja. Alasan yang diajukan bahwa dengan memidana para pengurus tidak

atau belum ada jaminan bahwa korporasi tidak akan mengulangi delik

tersebut. Pemidanaan korporasi dengan jenis dan beratnya yang sesuai

dengan sifat korporasi itu, diharapkan dapat memaksa korporasi untuk

menaati peraturan bersangkutan.91

Peraturan perundang-undangan yang menempatkan korporasi

sebagai subjek hukum dan secara langsung dapat dipertanggungjawabkan

secara pidana adalah Undang-Undang Drt. No. 7 Tahun 1955 Tentang

Pengusutan, Penuntutan dan Peradilan Tindak Pidana Ekonomi, Pasal 15

ayat (1) menyatakan :

Jika suatu tindak pidana ekonomi dilakukan oleh atau atas nama suatubadan hukum, suatu perseroan, suatu perserikatan orang yang lainnyaatau suatu yayasan, maka tuntutan pidana dilakukan dan hukumanpidana serta tindakan tata tertib dijatuhkan, baik terhadap badanhukum, perseroan, perserikatan atau yayasan itu, baik terhadap merekayang memberi perintah melakukan tindak pidana ekonomi itu atau

91 Ibid., hlm. 56.

Page 97: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

85

yang bertindak sebagai pemimpin dalam perbuatan atau kelalaian itu,maupun terhadap kedua-duanya.

Perumusan diatas menyatakan bahwa yang dapat melakukan

maupun yang bisa dipertanggungjawabkan adalah orang dan/atau

perserikatan/korporasi itu sendiri. Tahap ketiga ini menyebabkan peraturan

perundang-undangan di Indonesia yang mencantumkan tanggungjawab

langsung dari korporasi masih terbatas dalam perundang-undangan khusus

diluar KUHP.

Peraturan perundang-undangan yang menyatakan korporasi

sebagai subjek tindak pidana, tetapi yang dapat dipertanggungjawabkan

hanya pengurus, antara lain :

1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1951 Tentang Kerja

2. Undang-Undang No. 2 Tahun 1951 Tentang Kecelakaan

3. Undang-Undang No. 3 Tahun 1951 Tentang Pengawasan

Perburuhan

4. Undang-Undang No. 12 Tahun 1951 Tentang Senjata Api

5. Undang-Undang No. 83 Tahun 1958 Tentang Penerbangan

Yang menyatakan korporasi sebagai subjek tindak pidana, dan

dapat dipertanggungjawabkan antara lain :

1. Undang-Undang Drt No.7 Tahun 1955 (undang-undang Tindak

Pidana Ekonomi);

2. Undang-Undang No. 6 Tahun 1984 (Pos)

3. Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 (Psikotropika)

4. Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 (Tindak Pidana Korupsi);

Page 98: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

86

5. Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 (Tindak Pidana Pencucian

Uang)

6. Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 (Perindustrian)

7. Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 (Pasar Modal)

8. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 (Lingkungan Hidup)

9. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

10. Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 (Perlindungan Konsumen)

Kemudian dalam Pasal 15 ayat (2) Undang-undang Drt No.7

Tahun 1955 menyatakan :

Suatu tindak pidana ekonomi dilakukan juga oleh atau atas nama suatubadan hukum, suatu perseroan, suatu perserikatan orang atau suatuyayasan, jika tindak itu dilakukan oleh orang-orang yang, baikberdasar hubungan kerja maupun berdasar hubungan lain, bertindakdalam lingkungan badan hukum, perseroan, perserikatan atau yayasanitu, tak perduli apakah orang-orang itu masing-masing tersendirimelakukan tindak pidana ekonomi itu atau pada mereka bersama adaanasir-anasir tindak pidana tersebut.

Dari isi rumusan ayat (2) di atas, dapat dipahami bahwa meskipun

orang yang melakukan tindak pidana bukan merupakan anggota/pengurus

dari korporasi yang bersangkutan, tetapi korporasi tetap dapat dikatakan

sebagai pelaku tindak pidana ekonomi. Hal ini didasarkan atas adanya

hubungan hukum antara korporasi dan orang yang disuruh melakukan

kegiatan dalam lingkup usahanya. Dan tentunya hubungan hukum yang

dilakukan oleh korporasi dilakukan atau diwakili oleh direksi/pengurus

yang berdasarkan AD/ART korporasi diberi kewenangan untuk itu.

Page 99: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

87

Diterimanya korporasi sebagai subjek hukum pidana juga

memerlukan kajian yang mendalam terhadap kesalahan meliputi

kesengajaan dan kealpaan, dan alasan penghapus pidana pada korporasi

yaitu, sebagai berikut:

1. Kesengajaan dan Kealpaan Pada Korporasi

Sangat sulit untuk menentukan unsur kesalahan dalam tindak

pidana korporasi dan mempertahankan asas tiada pidana tanpa kesalahan

(Green Straf Zonder Schuld) khususnya masalah kesengajaan dan

kealpaan korporasi.

Menurut Remmelik, bahwa pengetahuan bersama dari sebagian

besar anggota direksi dapat dianggap sebagai kesengajaan badan hukum

itu, apabila mungkin sebagai kesengajaan bersyarat dan bahwa kesalahan

ringan dari setiap orang yang bertindak untuk korporasi itu, apabila

dikumpulkan akan dapat merupakan kesalahan besar dari korporasi itu

sendiri.92

Sulitnya mengetahui dan menentukan kapan suatu korporasi

melakukan kesengajaanan atau kelalaian menyebabkan asas tiada pidana

tanpa kesalahan tidak dapat berlaku mutlak terhadap korporasi.

2. Alasan Penghapus Pidana Korporasi

Seperti halnya subjek hukum alamiah (natuurlijk persoon), badan

hukum/korporasi juga memiliki alasan penghapusan pidana sebagai

konsekuensi diterimanya asas kesalahan pada korporasi. Korporasi sebagai

subjek hukum pidana pada dasarnya dapat menunjuk alasan-alasan

92 Ibid., hlm. 126

Page 100: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

88

penghapusan pidana kecuali yang berkaitan dengan keadaan kejiwaan

tertentu (Pasal 44 KUHP).

Sesuai dengan sifat kemandirian (persoonlijk) alasan-alasan

penghapus pidana harus dicari pada korporasi itu sendiri. Mungkin sekali

terjadi pada diri seseorang terdapat alasan penghapus pidana tetapi tidak

demikian halnya pada korporasi.93 Muladi dan Dwija Priyatno dalam

bukunya mencontohkan:

“seorang supir truk terpaksa bersedia untuk mengangkut narkotikakarena jiwa keluarganya terancam. Sementara itu perusahaanpengangkut tempat sopir itu bekerja, atas dasar pertimbanganuntuk memperoleh keuntungan, telah membiarkan/mengizinkanmengakut narkotika tersebut. Padahal perusahaan tersebutsesungguhnya mampu untuk mencegah perbuatan pengangkutannarkotika tanpa perlu mengorbankan kepentingan sopir sebagaipegawainya.”

Kesimpulan yang dapat ditarik bahwa dalam menentukan ada atau

tidak adanya alasan penghapusan pidana pada korporasi tak selalu dapat

dicari secara terpisah antara perorangan dan korporasi. Dalam beberapa

hal mungkin terjadi suatu korporasi ternyata telah mengambil alih keadaan

dalam diri perorangan.94 Terhadap alasan pembenar dan pemaaf terdapat

dalam Konsep Rancangan KUHP Tahun 2000 Pasal 49 yang menyatakan:

“ alasan pemaaf atau pembenar yang dapat diajukan oleh pembuat yang

bertindak untuk dan atas nama korporasi, dapat diajukan oleh korporasi

sepanjang alasan tersebut langsung berhubungan dengan perbuatan yang

didakwakan pada korporasi.”

93 Ibid., hlm. 13194 Ibid., hlm. 132

Page 101: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

89

Pertanggungjawaban (Accountability) atas tindakan direksi dapat

diketahui dari apakah tindakan yang dilakukannya berdasarkan wewenang

(authority), termasuk di dalamnya didasarkan pada prinsip fiduciary duty

atau tidak, dan tindakan tersebut didukung oleh keadaan yang seimbang

antara tugas dan kewajiban dengan kemampuan melaksanakan tugas dan

kemampuan (capability) atau tidak.

Menurut Moeljatno, adanya kemampuan bertanggung jawab harus

memenuhi syarat :95

1. Kemampuan untuk membeda-bedakan antara perbuatan yang baik

dan yang buruk, yang sesuai dengan hukum dan yang melawan

hukum.

2. Kemampuan untuk menentukan kehendaknya menurut keinsyafan

tentang baik dan buruknya perbuatan tadi.

Sebagai ujung tombak dalam pengurusan Perseroan, direksi

bertanggung jawab penuh untuk mewakili perseroan baik di dalam atau di

luar pengadilan. Akibat hukum terhadap adanya tindak pidana yang

melibatkan suatu perseroan yang dikelolanya maka direksi dapat dikenai

sanksi, baik sanksi pidana, sanksi administratif, maupun sanksi perdata.

Pidana dan Pemidanaan Terhadap Korporasi

Pemidanaan merupakan salah satu sarana untuk menanggulangi

masalah-masalah sosial dalam mencapai tujuan, yaitu kesejahteraan

masyarakat. Penggunaan sanksi yang berupa pidana terhadap kejahatan

korporasi yang penuh motif ekonomi harus dipertimbangkan benar

95 Moeljatno, Asas-asas Hukum Perdata, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, hlm. 165.

Page 102: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

90

urgensinya. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu untuk

mempertimbangkan peringatan Sudarto, bahwa sanksi pidana akan

menemui kegagalan dan mendatangkan kecemasan belaka. Terlalu banyak

menggunakan ancaman pidana dapat mengakibatkan devaluasi dari

undang-undang pidana.96

Sehubungan dengan sanksi pidana ini, Jeremy Bentham

menyatakan bahwa pidana hendaknya jangan digunakan apabila

groundless, needless, unprofitable, dan ineffective.97 Packer menyatakan

bahwa pidana itu menjadi penjamin yang utama apabila digunakan secara

cermat, hati-hati dan secara manusiawi. Akan tetapi sebaliknya menjadi

pengancam yang membahayakan apabila digunakan secara

Indiscriminately dan coercively. Oleh karena itu Packer menegaskan

bahwa syarat-syarat penggunaan sanksi pidana secara optimal harus

mencakup hal-hal sebagai berikut :

1. Perbuatan yang dilarang tersebut menurut pandangan sebagian

besar anggota masyarakat secara menyolok dianggap

membahayakan masyarakat dan tidak dibenarkan oleh apa saja

yang oleh masyarakat dianggap penting.

2. Penerapan sanksi pidana terhadap perbuatan tersebut konsisten

dengan tujuan-tujuan pemidanaan.

3. Pemberantasan terhadap perbuatan tersebut tidak akan

menghalangi atau merintangi perilaku masyarakat yang diinginkan.

96 H Setiyono, op cit, hlm. 116-117.97 Ibid. hlm. 117.

Page 103: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

91

4. Perilaku tersebut dapat dihadapi melalui cara yang tidak berat

sebelah dan tidak bersifat diskriminatif.

5. Pengaturan melalui proses hukum pidana tidak akan memberikan

kesan memperberat baik secara kualitatif maupun secara

kuantitatif.

6. Tidak ada pilihan-pilihan yang beralasan daripada sanksi pidana

tersebut guna menghadapi perilaku tersebut.98

Dari pendapat tersebut di atas jelas bahwa pidana hendaknya

digunakan apabila memang benar-benar mendasar dan dibutuhkan. Dan

pidana itu akan bermanfaat bila digunakan dalam keadaan yang tepat.

Apabila penggunaan pidana tersebut tidak benar akan membahayakan atau

akan menjadi pengancam yang utama. Sebaliknya akan menjadi penjamin

yang utama apabila digunakan secara cermat, hati-hati, dan secara

manusiawi.

Dalam teori, korporasi dapat melakukan tindak pidana apa saja,

tetapi ada pembatasannya. Tindak pidana-tindak pidana yang tidak bisa

dilakukan korporasi adalah tindak pidana (a) yang satu-satunya ancaman

pidananya hanya bisa dikenakan kepada orang biasa, dan (b) yang hanya

bisa dilakukan oleh orang biasa, misalnya bigami, perkosaan.

Mengingat KUHP menganut sistem dua jalur (double track system)

dalam pemidanaan, dalam arti di samping pidana dapat juga diterapkan

dalam pertanggungjawaban korporasi sebagai pelaku tindak pidana. Sesuai

dengan motif-motif kejahatan korporasi, sanksi yang bersifat ekonomis

98 Ibid.

Page 104: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

92

dan administratif tampaknya lebih sesuai diterapkan dalam

pertanggungjawaban korporasi sebagai pelaku tindak pidana. Sanksi-

sanksi yang demikian tercantum dalam Pasal 7 ayat (1) mengenai

hukuman tambahan dan Pasal 8 mengenai tindakan tata tertib yang diatur

dalam undang-undang Drt. nomor 7 Tahun 1955 tentang Pengusutan,

Penuntutan dan Peradilan Tindak Pidana Ekonomi. Dengan demikian, di

samping pidana denda, korporasi dapat pula dijatuhi:99

(a) Pidana tambahan

- penutupan seluruhnya atau sebagian perusahaan;

- perampasan barang tidak tetap, baik yang berwujud maupun

tidak berwujud;

- pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau

penghapusan seluruh atau sebagian keuntungan tertentu;

- pengumuman putusan hakim.

(b) Tindakan tata tertib, seperti:

- penempatan perusahaan di bawah pengampuan atau

pengawasan;

- kewajiban membayar uang jaminan;

- kewajiban membayar sejumlah uang sebagai pencabutan

keuntungan.

Tentang hal ini, Suprapto menyatakan bahwa hukuman yang

dapat dikenakan pada perusahaan (korporasi) adalah (a) penutupan seluruh

atau sebagian perusahaan si terhukum untuk waktu tertentu, (b)

99 Ibid., hlm. 119

Page 105: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

93

pencabutan seluruh atau sebagian fasilitas tertentu yang telah atau dapat

diperoleh dari pemerintah oleh perusahaan selama waktu tertentu, dan (c)

penempatan perusahaan di bawah pengampuan selama waktu tertentu.100

Sanksi yang bersifat ekonomis dan administratif ini juga terdapat

dalam undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dalam undang-undang Nomor

20 Tahun 2000. Pasal 18 ayat (1) berbunyi :

Selain pidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, sebagai pidana tambahan adalah (a)perampasan barang bergerak yang berwujud atau tidak berwujud ataubarang tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh daritindak pidana korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana dimanatindak pidana korupsi dilakukan, begitu pula dari barang yangmenggantikan barang-barang tersebut, (b) pembayaran uang penggantiyang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan harta benda yangdiperoleh dari tindak pidana korupsi, (c) penutupan seluruh atausebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun, (d)pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusanseluruh atau sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapatdiberikan oleh pemerintah kepada terpidana.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pidana

penjara dan pidana mati tidak dapat dijatuhkan pada korporasi. Sanksi

yang dapat dijatuhkan pada korporasi adalah (a) pidana denda, (b) pidana

tambahan, (c) tindakan tata tertib, (d) tindakan administratif, (e) sanksi

perdata atau ganti kerugian.101

4. Pelanggaran-Pelanggaran Yang Dilakukan Citibank

Kasus ini terjadi pada bulan Maret 2011, oleh karena itu Peraturan

Bank Indonesia yang dijadikan sebagai dasar hukum adalah PBI No.

11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran

100 Ibid.101 Ibid., hlm. 120-121.

Page 106: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

94

dengan Menggunakan Kartu. dan SEBI No. 11/10/DASP Perihal

Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu

yang saat kejadian berlangsung masih berlaku. Citibank dinyatakan

terbukti bersalah melanggar Peraturan Bank Indonesia No 11/11/2009

tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan

Menggunakan Kartu dimana pelanggaran tersebut terkait dengan

mekanisme penagihan utang melalui debt collector. Dalam kasus tersebut,

Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh Citibank yaitu:102

a. Adanya perjanjian kerja sama dengan pihak penagih yang didalamnya

dinyatakan bahwa segala tanggung jawab akhir ada di pihak penagih

padahal, dalam Peraturan Bank Indonesia diatur bahwa segala akibat

hukum yang timbul dalam penagihan harus menjadi tanggung jawab

bank.

Dalam perjanjian kerjasama antara Penerbit dan pihak lain untuk

melakukan penagihan transaksi kartu kredit harus memuat klausula

tentang tanggungjawab penerbit terhadap segala akibat hukum yang

timbul akibat dari kerjasama dengan pihak lain tersebut, hal ini

sebagaimana yang terdapat dalam Surat Edaran BI No.11/10/DASP

Perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan

Menggunakan Kartu dalam halaman 38-39. Oleh karena itu, Citibank

telah jelas melanggar ketentuan Bank Indonesia ini dimana klausula

yang seharusnya tercantum adalah tanggung jawab berada di tangan

Penerbit Kartu Kredit atas segala akibat hukum yang timbul, tetapi

102 Sumber: http://hukumonline.com/berita/baca/lt4dc023cc64610/sanksi-citibankditentukan-rdg-bi, diakses pada 29 Juni 2012.

Page 107: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

95

dalam perjanjian antara Citibank dengan pihak ketiga, klausula yang

ada adalah bahwa tanggung jawab berada di tangan Penagih.

b. Citibank dianggap menyalahi skema penagihan hutang terkait

kolektibilitas atau tingkat penunggakan utang dari nasabah kartu

kredit.

Tingkat kesehatan bank merupakan hal terpenting yang harus

diusahakan oleh manajemen bank, selanjutnya pengelola bank

diharuskan memantau keadaan kualitas aktiva produktif yang

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatannya.

Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif didasarkan pada tingkat

kolektibilitas aktiva produktif sampai sejauh ini hanya terbatas pada

kredit yang diberikan. Ukuran utamanya adalah ketepatan pembayaran

kembali pokok bunga serta kemampuan debitur baik ditinjau dari

usaha maupun nilai agunan kredit yang bersangkutan. Berdasarkan

Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/267/KEP/DIR,

tanggal 27 Februari 1998 tentang kualitas aktiva produktif dan

pembentukan cadangan, ditetapkan 5 golongan kolektibilitas kredit,

yaitu; Lancar (pass), Perhatian Khusus (Special Mention), Kurang

Lancar (Sub Standard), Diragukan (doubtful), dan Macet (loss)

Dalam Surat Edaran BI No.11/10/DASP Perihal Penyelenggaraan

Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu, dalam

halaman 38-39 disebutkan bahwa dalam hal Penerbit menggunakan

jasa pihak lain dalam melakukan penagihan transaksi Kartu Kredit,

maka penagihan oleh pihak lain tersebut hanya dapat dilakukan jika

Page 108: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

96

kualitas tagihan kartu kredit dimaksud telah termasuk dalam kategori

kolektibilitas diragukan (doubtful) atau macet berdasarkan kriteria

kolektibilitas sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur

mengenai kolektibilitas. Dalam kasus ini, Citibank sudah mengalihkan

penagihan kepada pihak ketiga mulai kolektibilitas dua (dalam

perhatian khusus). Berdasarkan hal ini, maka jelas terlihat bahwa

Citibank telah melakukan pelanggaran ketentuan Bank Indonesia.

c. Citibank juga dianggap lemah dalam sistem pengawasan penagihan

serta penanganan keluhan nasabah.

Setiap bank seharusnya melakukan pengawasan internal mengenai

segala kegiatan yang berlangsung di dalamnya termasuk pengawasan

mengenai penagihan. Bank Indonesia menganggap bahwa dalam kasus

ini, Citibank lemah dalam mengawasi penagihan sehingga kasus ini

dapat terjadi.

Dalam pelaksanaan kegiatan usaha perbankan seringkali hak-hak

nasabah tidak dapat terlaksana dengan baik sehingga menimbulkan

friksi antara nasabah dengan bank yang ditunjukkan dengan

munculnya pengaduan103 (keluhan) nasabah. Pengaduan nasabah ini

apabila tidak diselesaikan dengan baik oleh bank berpotensi menjadi

perselisihan atau sengketa yang pada akhirnya akan dapat merugikan

nasabah dan atau bank. Pengaturan mengenai penyelesaian pengaduan

103 Pengaduan adalah ungkapan ketidakpuasan Nasabah yang disebabkan oleh adanya potensikerugian financial pada Nasabah yang diduga karena kesalahan atau kelalaian Bank, BankIndonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/7/PBI/2009 Tentang Penyelesaian PengaduanNasabah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 17, Pasal 1 Ayat (4).

Page 109: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

97

nasabah ini terdapat dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/7/2005

Tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah.

Berdasarkan Pasal 2 Ayat (1) Peraturan Bank Indonesia ini, Bank

wajib menyelesaikan setiap pengaduan yang diajukan nasabah atau

perwakilan nasabah. Apabila bank melanggar ketentuan yang berkaitan

dengan pengaduan nasabah, maka bank akan mendapatkan sanksi baik

sanksi administratif (yang dapat diperhitungkan dengan komponen

penilaian tingkat kesehatan Bank), maupun sanksi denda. Citibank

dianggap lambat merespon lemahnya penanganan keluhan nasabah

yang banyak keberatan atas sikap para debt collector sehingga tidak

ada perubahan dalam perilaku penagih utang sehingga kasus ini

akhirnya dapat terjadi.

Berdasarkan penjabaran tersebut, maka dapat dilihat bahwa

terdapat 3 pelanggaran yang dilakukan oleh Citibank dalam kasus

meninggalnya nasabah pemilik kartu kredit tersebut. Oleh karena itu,

dapat disimpulkan bahwa Citibank tidak mematuhi peraturan yang

telah ditetapkan oleh Bank Indonesia sehubungan dengan sistem

pembayaran menggunakan kartu yang ada dalam penggunaan jasa

pihak ketiga (debt collector) dalam penagihan hutang kartu kredit yang

saat itu berlaku yaitu PBI No. 11/11/PBI/2009 tentang

Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan

Kartu. Dan SEBI No. 11/10/DASP Perihal Penyelenggaraan Kegiatan

Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu.

Page 110: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

98

5. Sanksi yang dapat dikenakan

5. 1. Sanksi Pidana Yang Dapat Dikenakan Kepada Direksi Citibank

a. Berdasar Kitab Undang-undang Hukum Pidana

Pertanggungjawaban pidana tidaklah mungkin terjadi tanpa

sebelumnya seseorang melakukan tindak pidana. Dengan demikian

pertanggungjawaban pidana selalu tertuju pada pembuat tindak pidana

tersebut. Dalam hal ini ‘pembuat’ tidak dapat dipersamakan dengan

‘pelaku materiil’. Pertanggungjawaban pidana tidak hanya ditujukan

kepada pelaku materil (pleger) tetapi juga pembuat (dader). Oleh

karena itu, apakah pertanggungjawaban pidana itu ditujukan terhadap

orang yang melakukan tindak pidana (pelaku) atau orang lain yang ada

kaitan dengannya (pembuat selain pelaku), merupakan masalah

penetapan suatu tindak pidana (kriminalisasi) dan bukan persoalan

pertanggungjawaban pidana.104

Dalam hal ini penulis mengikuti pandangan yang menyatakan

penyertaan (deelneming) sebagai strafausdehnungsgrund, yaitu dasar

yang memperluas dapat dipidananya orang yang tersangkut dalam

terwujudnya delik. Para peserta delik melanggar kaidah-kaidah hukum

pidana yang telah diperluas itu, masing-masing pada waktu dan tempat

ketika mereka berbuat atau tidak berbuat sesuatu.105

Untuk mempertanggungjawabkan secara pidana, direksi suatu

Perseroan, dikenal teori vicarious liability, yaitu the legal

responsibility of one person for wrongful acts and another as for

104 Chairul huda, Op,. Cit., hlm. 39105 Ibid., hlm. 40

Page 111: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

99

example, when the acts are down within scope of employment (suatu

konsep pertanggungjawaban seseorang atas kesalahan yang dilakukan

yang masih berada dalam lingkup pekerjaannya).106 Konsep vicarious

liability bukan merupakan konsep asli hukum pidana, konsep ini

diadopsi dari hukum hukum lain dalam common law system. Dalam

common law system teori tentang pertanggungjawaban pidana

umumnya identik dengan teori pertanggungjawaban perdata. Namun

demikian, ketika konsep ini menjadi bagian dari hukum pidana, maka

melihatnya harus dengan perspektif hukum pidana itu sendiri. Dalam

hal ini vicarious liability dilihat dari teori pemisahan tindak pidana dan

pertanggungjawaban pidana.107

Menurut Ashworth vicarious liability dapat terjadi jika

terdapat dua keadaan. Pertama, apabila terdapat pendelegasian. Where

a statute imposes liability on the owner, licencee or keeper of premises

or other property, the courts will make that person vicariously liable

for conduct of anyone to whom management of premises hass been

delegated. Dengan demikian, pemilik, pengurus atau orang pemberi

perintah bertanggungjawab atas perbuatan bawahan yang bekerja

untuknya atau sebatas pada perintahnya.108 Leigh mengatakan, “the

offence is essentialy that of the servant, liability for being ascribed to

the master”. Tindak pidana yang dilakukan oleh bawahan pada intinya

menjadi tanggungjawab atasannya. Dalam hal tindak pidana korporasi

106 Barda Nawawi Arif, Op., Cit., hlm. 33107 Chairul huda, Op. Cit., hlm. 41-42108 Ibid. hlm. 42

Page 112: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

100

maka pertanggungjawaban dapat terjadi baik terhadap individu

(pemilik, pengurus atas pemberi perintah) maupun terhadap korporasi

itu sendiri.109

Kedua, dalam hal penafsiran atas perbuatannya, yaitu vicarious

liability diterapkan “so long assistant is acting as agent rather than as

a private individual”. Dengan demikian, sekalipun tidak ada

pendelegasian, tetapi penafsiran atas fakta perbuatannya menunjukan

bahwa pelaku berbuat bukan dalam kapasitas pribadinya.110

Teori vicarious liability diartikan oleh Henry Black sebagai

indirect legal responsibility, the liability of an employer for the acts of

of an employee, of a principle for torts and contract of an agent

(pertanggungjawaban pengganti adalah pertanggungjawaban hukum

secara tidak langsung, pertanggungjawaban majikan atas tindakan dari

pekerja; atau pertanggungjawaban prinsipal terhadap tindakan agen

dalam suatu kontrak).111

Pertanggungjawaban pidana yang umumnya hanya dapat

terjadi jika pada diri pembuat terdapat kesalahan, dengan vicarious

liability mendapat perkecualian. Apabila diikuti konstruksi ini, maka

dalam vicarious liability seseorang dipandang bertanggungjawab atas

kesalahan orang lain. Jadi terdapat perkecualian dari asas ‘tiada pidana

109 Loc., Cit.110 Loc., Cit111 Mahrus Ali, Op., Cit., hlm. 168

Page 113: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

101

tanpa kesalahan’. Penjelasan Pasal 32 Rancangan KUHP secara

eksplisit menjelaskan perkecualian ini.112

Dalam teori vicarious liability terdapat dua syarat penting

terpenuhi untuk dapat menerapakan suatu perbuatan berdasarkan teori

ini, yaitu :113

a) Harus terdapat suatu hubungan, seperti hubugan pekerjaan antara

majikan dengan pekerja.

b) Perbuatan pidana yang dilakukan oleh pekerja tersebut harus

berkaitan atau masih dalam ruang lingkup pekerjaannya.

Pembebanan pertanggungjawaban pidana kepada atasan

(direktur) atas dasar pertanggungjawaban pengganti (vicarious

liability) dimaksudkan untuk mencegah atau paling tidak

meminimalisir tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi melalui

pengurusnya. Hal ini karena korporasi memainkan peranan penting

dalam segala aspek kehidupan, dan tidak jarang menimbulkan

terjadinya kejahatan-kejahatan yang menimbulkan korban dan

kerugian sangat besar bagi masyarakat114

Teori di atas jika dihubungkan dengan pelanggaran-

pelanggaran yang dilakukan oleh Citibank maka terdapat kesesuaian,

yaitu:

112 Chairul huda, Op. Cit., hlm. 43113 Mahrus Ali, Op., Cit., hlm. 169-170.114 Ibid.

Page 114: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

102

a. Bahwa antara pihak Citibank dengan penagih hutang atau debt

collector terjalin hubungan hukum, yaitu hubungan pemberian

kuasa atas suatu tagihan dan pemberian kerja waktu tertentu.

b. Bahwa meninggalnya Irzen Okta merupakan akibat perilaku

penagih hutang yang melakukan intimidasi, ancaman dalam

rangka melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh pihak

Citibank.

Terkait kasus meninggalnya Irzen Okta, dalam persidangan

Jaksa Penuntut Umum menuntut para terdakwa dengan dakwaan

Pilihan (alternatif), yaitu:115

1) Para terdakwa didakwa melakukan tindak pidana sebagaimana

diatur dan diancam pidana dalam Pasal 333 ayat (3) KUHP jo.

Pasal 55 ayat (1) KUHP; Subsider : Para terdakwa didakwa

melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dan diancam pidana

dalam Pasal 333 ayat (1) KUHP jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP;

atau

2) Para Terdakwa didakwa melakukan tindak pidana sebagaimana

diatur dan diancam pidana dalam Pasal 351 ayat (3) KUHP jo.

Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP; atau

3) Para terdakwa didakwa melakukan tindak pidana sebagaimana

diatur dan diancam pidana dalam Pasal 335 ayat (1) ke-1 KUHP jo.

Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

115 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Op., Cit., hlm. 51

Page 115: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

103

Dari beberapa dakwaan yang tersebut di atas, Majelis Hakim

menjatuhkan pidana satu (1) tahun penjara kepada ketiga penagih

hutang (debt collector), melakukan tindak pidana “melakukan

perbuatan secara melawan hukum memaksa orang lain supaya

melakukan, tidak melakukan atau membiarkan sesuatu, dengan

memakai kekerasan, suatu perbuatan lain maupun perlakuan yang tak

menyenangkan, atau dengan memakai ancaman kekerasan, suatu

perbuatan lain maupun perlakuan yang tak menyenangkan, baik

terhadap orang itu sendiri maupun orang lain” sebagaimana diatur

dan diancam pidana dalam Pasal 335 ayat (1) KUHP jo. Pasal 55 ayat

(1) KUHP.

Di dalam pertimbangan Majelis Hakim, berdasarkan fakta-

fakta yang diperoleh dalam persidangan, Majelis Hakim berkeyakinan

penyebab utama kematian Irzen Okta adalah:116

Menimbang, bahwa walaupun dari fakta-fakta yang terungkap di

persidangan tidak terungkap bahwa adanya pemaksaan secara fisik,

namun oleh karena keadaan subjektif dari korban IRZEN OKTA

yang temperamental karena yang bersangkutan penderita

Hypertensi, keadaan atau situasi yang diciptakan oleh para

terdakwa telah memaksa yang bersangkutan meluap-luap emosinya

sehingga mencapai titik kulminasi klimaks yang berakibat fatal

yakni korban pingsan, hingga akhirnya meninggal dunia akibat

terjadinya pendarahan di otak sebagaimana ternyata dari visum et

116 Ibid. hlm. 56-57

Page 116: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

104

repertum No. 309/SK V/III/2011 tertanggal 4 April 2011, yang

dibuat dan ditandatangani oleh dr. Ade Firmansyah Sugiarto,

SpF, dengan kesimpulan: Pada mayat laki-laki berusia antara

empat puluh lima sampai lima puluh tahun yang bergolongan

darah A ini ditemukan perdarahan di bawah selaput keras otak

dan selaput lunak otak, bekuan darah di bilik otak, memar

jaringan otak kecil, resapan darah pada otak dan pecahnya

pembuluh darah di bagian bawah batang otak. Sebab pasti

kematian adalah akibat penyakit pecahnya pembuluh darah di

bagian bawah batang otak yang menimbulkan pendarahan di

dalam bilik otak hingga menyumbat saluran cairan otak dan

menekan batang otak hingga terjadi mati lemas (asfiksia). Luka

lecet yang terdapat pada hidung korban akibat kekerasan tumpul

yang tidak menyebabkan kematian;--------------------------------------

Sekiranya dengan adanya putusan Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan di atas, yang menyatakan bersalah 3 (tiga) orang

penagih hutang (debt collector), karena melanggar Pasal 335 ayat

(1) KUHP jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Menurut penulis dapat

juga diperluas pertanggungjawaban pidananya. Karena dalam hal

ini penulis mengikuti pandangan yang menyatakan penyertaan

(deelneming) sebagai strafausdehnungsgrund, yaitu dasar yang

memperluas dapat dipidananya orang yang tersangkut dalam

terwujudnya delik. Tersangkut dalam hal ini yaitu direksi Citibank

Page 117: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

105

atau pegawai/pejabat Citibank yang memberikan perintah kepada

para terdakwa.

Pembagian penyertaan menurut KUHP terdapat dalam

Pasal 55 KUHP, tetapi dalam kesempatan ini penulis hanya akan

menganalisisnya terkait masalah yang diteliti pada Pasal 55 ayat

(1) ke-1 saja.

Bunyi Pasal 55 ayat (1) ke-1 sebagai berikut :

(1) Dipidana sebagai pembuat (dader) sesuatu perbuatan pidana:

ke-1. Mereka yang melakukan, yang menyuruh lakukan danyang turut serta melakukan perbuatan pidana;

Mengenai pengertian pembuat (dader), ada dua pandangan :117

a. Pandangan yang luas (extensief) :

- Pembuat ialah tiap orang yang menimbulkan akibat yang

memenuhi rumusan delik;

- Dengan demikian mereka yang disebut dalam pasal 55 di

atas adalah pembuat.

b. Pandangan yang sempit

- Pembuat hanyalah orang yang melakukan sendiri perbuatan

yang sesuai dengan rumusan delik; jadi hanya pembuat

materiil saja.

Pembagian penyertaan menurut bunyi Pasal 55 ayat (1) ke-1

KUHP, yang dikualifikasikan sebagai pembuat (dader) terdiri

dari:118

117 Barda Nawawi Arief, Sari Kuliah Hukum Pidana II, Semarang: Badan Penyedia Bahan KuliahFakultas Hukum Universitas Diponegoro, 1993, hlm. 28118 Ibid. hlm. 29-34

Page 118: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

106

1) Pelaku (Pleger)

a. Pelaku (pleger) ialah orang yang melakukan sendiri

perbuatan yang memenuhi rumusan delik.

b. Dalam praktik sukar menentukannya, terutama dalam

hal pembuat undang-undang tidak menentukan secara

pasti siapa yang menjadi pembuat.

2) Orang yang menyuruh lakukan (doenpleger)

a. Doenpleger ialah orang yang melakukan perbuatan

dengan perantara orang lain, sedang perantara ini hanya

diumpamakan sebagai alat.

Dengan demikian :

i. Pada doenpleger (menyuruh lakukan) ada dua

pihak:

- Pembuat langsung (onmiddelijke dader; auctor

physicus; manus mistral);

- Pembuat tidak langsung (middelijke dader;

doenpleger; auctor intellectualis/moralis; manus

domina)

ii. Pada doenpleger terdapat unsur-unsur sebagai

berikut:

- Alat yang dipakai adalah manusia;

- Alat yang dipakai itu ‘berbuat’ (bukan alat yang

mati);

Page 119: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

107

- Alat yang dipakai itu ‘tidak dapat

dipertanggungjawabkan’, seperti diantaranya yang

ditentukan dalam Pasal 44, Pasal 48, dan Pasal 51

ayat (2) KUHP.

3) Yang turut serta (medepleger)

a. Pengertian:

i. Undang-undang tidak memberikan definisi

ii. Menurut MvT :

- Orang yang turut serta melakukan (medepleger)

ialah orang yang dengan sengaja turut berbuat

atau turut mengerjakan terjadinya sesuatu.

iii. Menurut Pompe, “turut mengerjakan terjadinya

sesuatu tindak pidana” itu ada tiga kemungkinan :

- Mereka masing-masing memenuhi semua unsur

dalam rumusan delik

Misal: dua orang dengan bekerja sama

melakukan pencurian di sebuah gudang beras.

- Salah sesorang memenuhi semua unsur delik,

sedang yang lain tidak.

Misal: dua orang pencopet (A dan B) saling

bekerja sama, A yang menabrak orang yang

menjadi sasaran, sedang B yang mengambil

dompet orang itu.

Page 120: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

108

- Tidak seorangpun memenuhi unsur-unsur delik

seluruhnya, tetapi mereka bersama-sama

mewujudkan delik itu.

Misal: dalam pencurian dengan merusak (Pasal

363 ayat (1) ke-5 salah seorang melakukan

penggangsiran, sedang kawannya masuk rumah

dan mengambil barang-barang yang kemudian

diterimakan kepada kawannya yang

menggangsir tadi.

Menurut penulis, tindakan yang dilakukan oleh direksi atau

pegawai/pejabat yang memberikan perintah penagihan terhadap Irzen

Okta dapat diminta pertanggungjawaban secara pidana. Direksi

tersebut dapat dikualifikasikan sebagai ‘doenpleger’ atau orang yang

menyuruh lakukan dalam pengertian penyertaan dalam hukum pidana.

Meskipun apa yang diperintahkan oleh direksi tersebut awalnya tidak

untuk menyebabkan matinya Irzen Okta. Namun yang terbukti di

dalam persidangan adalah ketiga penagih hutang (debt collector)

terbukti melanggar Pasal 335 ayat (1) KUHP tentang perbuatan tidak

menyenangkan jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

b. Berdasar Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang

Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan

Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Pokok-

Pokok Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Page 121: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

109

Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Merumuskan suatu jenis

tindak pidana yang salah satunya terdapat dalam: Pasal 49 ayat (2)

huruf b:

Anggota dewan komisaris, direksi, atau pegawai bank yang dengansegaja tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untukmemastikan ketaatan bank terhadap ketentuan dalan undang-undang ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnyayang berlaku bagi bank, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dan paling lama 8 (delapan) tahun sertadenda sekurang-kurangnya Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliarrupiah) dan paling banyak Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliarrupiah).

Menurut pendapat penulis, pihak-pihak yang disebutkan di

dalam Pasal di atas, apabila dapat dibuktikan telah tidak melaksanakan

langkah-langkah yang diperlukan terkait penagihan yang dilakukan

oleh penagih hutang yang dilakukan di kantor Citibank. Dimana dari

upaya penagihan tersebut menyebabkan nasabah kartu kreditnya

meninggal dunia. Maka perbuatan direksi atau pejabat/pegawai

Citibank yang memiliki kewenangan di bidang kartu kredit dapat

dipidana menurut rumusan Pasal 49 ayat (2) huruf b di atas.

Alasan direksi atau pegawai/pejabat Citibank dapat dipidana

Karena :

1. Bahwa antara pihak Citibank dengan penagih hutang atau debt

collector terjalin hubungan hukum, yaitu hubungan pemberian

kuasa atas suatu tagihan dan pemberian kerja waktu tertentu.

2. Bahwa meninggalnya Irzen Okta merupakan akibat langsung

perilaku penagih hutang yang melakukan intimidasi, ancaman

Page 122: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

110

dalam rangka melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh

pihak Citibank.

3. Bahwa dalam PBI No. 11/11/PBI/2009 tentang

Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan

Menggunakan Kartu. dan SEBI No. 11/10/DASP Perihal

Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan

Menggunakan Kartu tanggal 13 April 2009. Dalam peraturan

tersebut dalam hal bank melakukan perjanjian kerjasama antara

penerbit dan pihak lain (penagih hutang) untuk melakukan

penagihan transaksi kartu kredit tersebut harus memuat

klausula tentang tanggungjawab penerbit terhadap segala akibat

hukum yang timbul akibat dari kerjasama dengan pihak lain

tersebut.

4. Bahwa penulis mengikuti pandangan yang luas (extensief)

mengenai pengertian pembuat (dader) dalam rumusan Pasal 55

KUHP. Sehingga siapa yang dapat dikatakan pembuat ialah

setiap orang yang menimbukan akibat yang memenuhi

rumusan delik. Direksi atau pegawai/pejabat Citibank yang

memerintahkan dapat dikatakan sebagai doenpleger (pembuat

tidak langsung).

5. Bahwa berdasarkan teori vicarious liability crime dapat

mengikuti konstruksi penyertaan. Antara orang yang

melakukan tindak pidana (pelaku materiil) yaitu penagih

hutang dengan doenpleger mempunyai hubungan tertentu.

Page 123: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

111

Dimintakan pertanggungjawaban orang yang menyuruh karena

dia adalah sebagai atasan/penyuruh yang mengakibatkan

timbulnya tindak pidana. Dengan demikian terdapat persamaan

antara vicarious liability dengan tindak pidana menyuruh

lakukan dalam penyertaan. Perbedaannya jika dalam

penyertaan dipersyaratkan adanya kesengajaan (kesalahan)

pada peserta, dalam vicarious liability justru hal ini tampaknya

dikecualikan. Namun demikian, bukan berarti

pertanggungjawaban pembuat vicarious liability crime tidak

berdasar kesalahan. Fletcher mengatakan, vicarious liability

sebagai “from of liability relates to complicity as strict liability

relates to principle of culpability”.119 Dengan demikian

pertanggungjawaban pidana terhadap vicarious liability terjadi

dalam bentuk strict liability. Penyuruh tetap bertanggungjawab

atas perbuatan orang yang disuruh yang merupakan tindak

pidana, sekalipun perbuatan itu di luar pengetahuannya.

Dalam perkembangan kasusnya, pada tanggal 4 April 2011

Penyidik Kepolisian Resor Metropolitan Jakarta Selatan menetapkan

“leader collection” Citibank sebagai tersangka terkait kasus

meninggalnya Irzen Okta120. Menurut saya apa yang telah dilakukan

oleh penyidik sudah sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan doktrin.

119 Chairul Huda, Op., Cit., hlm. 44-45120 Sumber:http://megapolitan.kompas.com/read/2011/04/04/08265135/Leader.Collection.Citibank.Tersangka,diakses tanggal 29 Juli 2012

Page 124: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

112

5. 2. Sanksi yang dapat dikenakan kepada Citibank

Bank Indonesia memiliki kewenangan mengatur dan

mengawasi kegiatan usaha bank-bank yang ada di Indonesia,

sebagaimana disebutkan dalam Pasal 24 Undang-undang Nomor 23

Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, menyatakan:

Dalam rangka melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalamPasal 8 huruf c, Bank Indonesia menetapkan peraturan,memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatanusaha tertentu dari Bank, melaksanakan pengawasan Bank, danmengenakan sanksi terhadap Bank sesuai dengan ketentuanperundang-undangan.

Dalam hal ini Citibank telah dikenai sanksi administratif.

Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok

Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor

10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1992 tentang Perbankan, dalam Pasal 29 ayat (2), ayat (3), ayat

(4), dan ayat (5) disebutkan:

(2) Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai denganketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen,likuiditas, rentabiltas, solvabilitas, dan aspek lain yangberhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukankegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

(3) Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkanprinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bankwajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dankepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepadabank.

(4) Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakaninformasi mengenai kemungkinan timbulnya resiko kerugiansehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melaluibank.

(5) Ketentuan yang wajib dipenuhi oleh bank sebagaimanadimaksud dalam ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) ditetapkan olehBank Indonesia.

Page 125: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

113

Pemberian fasilitas kartu kredit merupakan salah satu jenis

usaha bank yang pengaturannya terdapat dalam PBI No.

11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran

dengan Menggunakan Kartu. dan SEBI No. 11/10/DASP Perihal

Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan

Kartu tanggal 13 April 2009. Dimana telah disebutkan di atas pihak

Citibank telah melakukan beberapa pelanggaran, yaitu:

a. Adanya perjanjian kerja sama dengan pihak penagih yang

didalamnya dinyatakan bahwa segala tanggung jawab akhir ada

di pihak penagih padahal, di Peraturan Bank Indonesia diatur

bahwa segala permasalahan dalam penagihan harus menjadi

tanggung jawab bank;

b. Citibank juga dianggap menyalahi skema penarikan utang

terkait kolektibilitas atau tingkat penunggakan utang dari

nasabah kartu kredit;

c. Citibank juga dianggap lemah dalam sistem pengawasan

penagihan serta penanganan keluhan nasabah.

Dari pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan pihak Citibank

mengakibatkan nasabah kartu kreditnya meninggal ketika dilakukan

penagihan oleh pihak ketiga, yaitu penagih hutang (debt collector).

Berdasarkan hal-hal di atas Bank Indonesia mempunyai

penilaian terkait kasus meninggalnya nasabah Citibank. Citibank

dinilai telah salah dalam sistem penyelenggaraan kartu kredit yang

juga diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) mengenai Alat

Page 126: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

114

Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK). Pada 6 Mei 2011

Bank Indonesia telah memutuskan memberikan sanksi administratif

terhadap Citibank, yaitu:121

a. Larangan menerima atau akuisisi nasabah baru layanan prioritas

(Citigold) selama satu tahun.

b. Larangan penerbitan kartu kredit kepada nasabah baru selama dua

tahun, dan

c. Larangan penggunaan jasa penagih kartu kredit oleh pihak ketiga

selama dua tahun.

Selain ketiga sanksi yang telah disebutkan sebelumnya, Bank

Indonesia juga akan menginstruksikan Citibank untuk memberhentikan

pejabat di bawah eksekutif langsung. Bank Indonesia juga akan

melakukan fit and proper test terhadap pejabat eksekutif dan

manajemen bank yang terkait. Bank Indonesia juga menginstruksikan

Citibank untuk menonaktifkan pejabat eksekutif bank yang terlibat

kasus layanan prioritas (Citigold) dan kartu kredit sampai dengan

selesainya fit and proper test oleh Bank Indoesia. Selain itu, Bank

Indonesia juga menginstruksikan Citibank untuk memberhentikan

pegawai di bawah pejabat eksekutif yang terlibat langsung kasus

layanan prioritas dan kartu kredit.122

121 Sumber: http :hukumonline.com/berita/baca/lt4dc3c61383002/bi-jatuhkan-tiga-sanksi-untuk-citibank diakses pada 29Juni 2012122 Ibid.

Page 127: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

115

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Proses penulisan skripsi ini akhirnya berujung pada suatu

kesimpulan yang merupakan bentuk ringkasan dari penelitian yang telah

dilakukan. Dengan tetap berpegang pada permasalahan yang telah

dirumuskan serta hasil dan pembahasan yang dapat dipaparkan di depan,

maka pada bab ini penulis akan menyajikan inti sari dari penelitian ini

sebagai sebuah kesimpulan, yaitu sebagai berikut :

1. Bank sebagai subjek hukum yang dapat melakukan hubungan hukum

dengan pihak lain. Yang mana hubungan hukum tersebut bertujuan

untuk memperlancar kegiatan usaha bank. Dalam hal bank meminta

atau menyuruh pihak ketiga untuk melaksanakan penagihan suatu

tagihan kartu kredit, maka dalam perjanjian kerjasama antara bank dan

penagih hutang (debt collector), harus memuat klausula tentang

tanggungjawab bank terhadap segala akibat hukum.

2. Jika dalam pelaksanaan tugasnya, penagih hutang (debt collector)

melakukan tindak pidana. Maka direksi/pegawai/pejabat yang

berhubungan langsung dengan tugas penagihan kredit bermasalah

dapat dikenai tanggungjawab pidana. Terhadap badan hukum Citibank

hanya dapat dikenai sanksi administratif dari Bank Indonesia.

Page 128: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

116

B. Saran

Saran yang saya berikan lebih condong untuk masyarakat yang

sering atau akan malakukan pinjaman kepada bank dalam bentuk apapun,

agar lebih berhati-hati, mengingat pada masa sekarang banyak bank-bank

yang kurang melaksanakan prinsip kehati-hatian dalam melakukan

kegiatan usahanya. Salah satunya dengan mudahnya memberikan fasilitas

kredit, dengan bunga ringan, tanpa agunan dan lain sebagainya.

Page 129: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

117

DAFTAR PUSTAKA

Literatur:

Ali, Mahrus, 2011, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika.

Atmasasmita, Romli, 2000, Perbandingan Hukum Pidana, Cet.II, Bandung:Mandar Maju.

Fuady, Munir, 1996, Hukum Perkreditan Kontemporer, Bandung: Citra AdityaBakti.

Fukuyama, Francis, 1995, Trust: The Social Virtues And The Creation ofProsperity, Hamish Hamilton: London.

Hanitijio, R. Soemitro. 1986. Metode Penelitian Hukum.Jakarta: UI-Press.

__________________. 1990. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri.Jakarta: Ghali.

Hendry, Arisson. 1999. Perbankan Syariah Perspektif Praktisi. Jakarta: MuamalatInstitute.

Huda, Chairul, 2006, Dari Tiada Pidana Tanpa kesalahan Menuju Kepada Tiadapertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan, Jakarta: Prenada Media.

Iswardono, 1999, Uang dan bank, Edisi ke-4 cetakan pertama, Yogyakarta:BPFE.

J. Satrio, 1999, Cessie, Subrogatie, Novatie, Kompensatie & PercampuranHutang, Bandung: Alumni

Johannes, Ibrahim, 2004, Kartu Kredit-Dilematis Antara Kontrak & Kejahatan.Bandung: PT. Refika Aditama.

Kasmir, 2001, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.

Kie, Tan Thong, 2007, Studi Notariat dan Serba-Serbi Praktek Notaris, cet.I,Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve

Page 130: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

118

Koentjoroningrat. 1986. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:Gramedia.

Kusumah, W. Mulyana, 1981, Beberapa Perkembangan dan Masalah dalamSosiologi Hukum, Bandung: Alumni

Moeljatno, 1993, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta.

Muladi, Dwidja Priyatno, 2010, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi. SekolahTinggi Bandung, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

Nawawi Arif, Barda, 1993, Sari Kuliah Hukum Pidana II, Semarang: BadanPenyedia Bahan Kuliah Fakultas Hukum Diponegoro.

Prakoso, Djoko, 1987, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia . Edisi Pertama,Yogyakarta : Liberty Yogyakarta.

Prodjohamidjojo, Martiman, 1997, Memahami dasar-dasar hukum PidanaIndoesia, Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Saleh, Roeslan, 1983, Perbuatan Pidana Dan Pertanggungjawaban Pidana,Jakarta: Aksara Baru.

Setiyono, 2003, Kejahatan Korporasi, Malang: Bayumedia.

Sianturi, S.R., 1996, .Asas-asas Hukum Pidana Indonesia dan Penerapanya, CetIV, Jakarta: Alumni Ahaem-Peteheam.

Soekanto, Soerjono. 1982. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: PenerbitUniversitas Indonesia.

Soekanto, Soerjono, & Sri Mamudji. 2007. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Subekti, 1985, Aneka Perjanjian, Bandung: Alumni.

______, 1998, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa.

Sudarto, 1990, Hukum Pidana I, Cetakan ke II, Semarang: Yayasan Sudarto.

Sutojo, Siswanto. 2007. The Management of Commercial Bank. Jakarta: DamarMulia Pustaka.

Page 131: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

119

Suyatno, Thomas. 1999. Dasar-dasar Perkreditan. Jakarta: PT. Gramedia PustakaUtama.

______________,1994, Kelembagaan Bank. Jakarta: PT. Gramedia PustakaUmum

Tb, Irman, 2006, Anatomi Kejahatan Perbankan, Jakarta: AYYCCS Group.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1988, KamusBesar Bahasa Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan danKebudayaan Republik Indonesia.

Untung, H. Budi, 2000, Kredit Perbankan di Indonesia, Yogyakarta: Andi Offset.

Widjaja, I. G. Rai, 2002, Hukum Perusahaan, Jakarta: Mega Poin.

Peraturan perundang-undangan :

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Drt. Nomor 7 Tahun 1955 tentang Pengusutan, Penuntutan, dan

Peradilan Tindak Pidana Ekonomi

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia Nomor 30/267/KEP/DIR tanggal 27

Februari 1998

Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No.27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret

1995.

Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/7/PBI/2009 tentang Penyelesaian Pengaduan

Nasabah

PBI No. 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran

dengan Menggunakan Kartu.

SE BI No. 11/10/DASP Perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran

dengan Menggunakan Kartu.

Page 132: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

120

PBI No. 14/2/PBI/2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor

11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan

Menggunakan Kartu.

Sumber-Sumber lain:1. Sumber dari Internet:

http:///www.hukumonline.comhttp://Ryandotuwia dan.blogspot.comhttp://www.wikipedia.orghttp://kompas.comhttp://www.republika.co.idhttp://okezone.comhttp://irmadevita.comhttp: islamedia.web.id

2. Buletin, majalah, dokumen-dokumen lain:

Syarief Basir,“PERJANJIAN KERJA MENURUT UNDANG UNDANG NO. 13TAHUN 2003”, NEWSLETTER, Edisi : XII/Desember/ 2009.

Nindyo Pramono, “TANGGUNG JAWAB DAN KEWAJIBAN PENGURUS PT(BANK) MENURUT UU NO. 40 TAHUN 2007 TENTANGPERSEROAN TERBATAS”, BULETIN HUKUM PERBANKAN DANKEBANKSENTRALAN, Volume 5 Nomor 3, Desember 2007.

LAPORAN TATA KELOLA PERUSAHAAN CORPORATE GOVERNANCEREPORT, CITIBANK N.A., INDONESIA 31 Desember 2011,

Page 133: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

DAFTAR PUSTAKA

Literatur:

Ali, Mahrus, 2011, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika.

Atmasasmita, Romli, 2000, Perbandingan Hukum Pidana, Cet.II, Bandung:Mandar Maju.

Fuady, Munir, 1996, Hukum Perkreditan Kontemporer, Bandung: Citra AdityaBakti.

Fukuyama, Francis, 1995, Trust: The Social Virtues And The Creation ofProsperity, Hamish Hamilton: London.

Hanitijio, R. Soemitro. 1986. Metode Penelitian Hukum.Jakarta: UI-Press.

__________________. 1990. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri.Jakarta: Ghali.

Hendry, Arisson. 1999. Perbankan Syariah Perspektif Praktisi. Jakarta: MuamalatInstitute.

Huda, Chairul, 2006, Dari Tiada Pidana Tanpa kesalahan Menuju Kepada Tiadapertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan, Jakarta: Prenada Media.

Iswardono, 1999, Uang dan bank, Edisi ke-4 cetakan pertama, Yogyakarta:BPFE.

J. Satrio, 1999, Cessie, Subrogatie, Novatie, Kompensatie & PercampuranHutang, Bandung: Alumni

Johannes, Ibrahim, 2004, Kartu Kredit-Dilematis Antara Kontrak & Kejahatan.Bandung: PT. Refika Aditama.

Kasmir, 2001, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.

Kie, Tan Thong, 2007, Studi Notariat dan Serba-Serbi Praktek Notaris, cet.I,Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve

Page 134: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

Koentjoroningrat. 1986. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:Gramedia.

Kusumah, W. Mulyana, 1981, Beberapa Perkembangan dan Masalah dalamSosiologi Hukum, Bandung: Alumni

Moeljatno, 1993, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta.

Muladi, Dwidja Priyatno, 2010, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi. SekolahTinggi Bandung, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

Nawawi Arif, Barda, 1993, Sari Kuliah Hukum Pidana II, Semarang: BadanPenyedia Bahan Kuliah Fakultas Hukum Diponegoro.

Prakoso, Djoko, 1987, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia . Edisi Pertama,Yogyakarta : Liberty Yogyakarta.

Prodjohamidjojo, Martiman, 1997, Memahami dasar-dasar hukum PidanaIndoesia, Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Saleh, Roeslan, 1983, Perbuatan Pidana Dan Pertanggungjawaban Pidana,Jakarta: Aksara Baru.

Setiyono, 2003, Kejahatan Korporasi, Malang: Bayumedia.

Sianturi, S.R., 1996, .Asas-asas Hukum Pidana Indonesia dan Penerapanya, CetIV, Jakarta: Alumni Ahaem-Peteheam.

Soekanto, Soerjono. 1982. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: PenerbitUniversitas Indonesia.

Soekanto, Soerjono, & Sri Mamudji. 2007. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Subekti, 1985, Aneka Perjanjian, Bandung: Alumni.

______, 1998, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa.

Sudarto, 1990, Hukum Pidana I, Cetakan ke II, Semarang: Yayasan Sudarto, ,

Sutojo, Siswanto. 2007. The Management of Commercial Bank. Jakarta: DamarMulia Pustaka.

Page 135: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

Suyatno, Thomas. 1999. Dasar-dasar Perkreditan. Jakarta: PT. Gramedia PustakaUtama.

______________,1994, Kelembagaan Bank. Jakarta: PT. Gramedia PustakaUmum

Tb, Irman, 2006, Anatomi Kejahatan Perbankan, Jakarta: AYYCCS Group.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1988, KamusBesar Bahasa Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan danKebudayaan Republik Indonesia.

Untung, H. Budi, 2000, Kredit Perbankan di Indonesia, Yogyakarta: Andi Offset.

Widjaja, I. G. Rai, 2002, Hukum Perusahaan, Jakarta: Mega Poin.

Peraturan perundang-undangan :

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Drt. Nomor 7 Tahun 1955 tentang Pengusutan, Penuntutan, dan

Peradilan Tindak Pidana Ekonomi

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia Nomor 30/267/KEP/DIR tanggal 27

Februari 1998

Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No.27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret

1995.

Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/7/PBI/2009 tentang Penyelesaian Pengaduan

Nasabah

PBI No. 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran

dengan Menggunakan Kartu.

SE BI No. 11/10/DASP Perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran

dengan Menggunakan Kartu.

Page 136: “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BANK TERHADAPfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Skripi Kukuh... · dijatuhi sanksi oleh Bank Indonesia. Kata kunci : Kartu kredit, penagih

PBI No. 14/2/PBI/2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor

11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan

Menggunakan Kartu.

Sumber-Sumber lain:1. Sumber dari Internet:

http:///www.hukumonline.comhttp://Ryandotuwia dan.blogspot.comhttp://www.wikipedia.orghttp://kompas.comhttp://www.republika.co.idhttp://okezone.comhttp://irmadevita.comhttp: islamedia.web.id

2. Buletin, majalah, dokumen-dokumen lain:

Syarief Basir,“PERJANJIAN KERJA MENURUT UNDANG UNDANG NO. 13TAHUN 2003”, NEWSLETTER, Edisi : XII/Desember/ 2009.

Nindyo Pramono, “TANGGUNG JAWAB DAN KEWAJIBAN PENGURUS PT(BANK) MENURUT UU NO. 40 TAHUN 2007 TENTANGPERSEROAN TERBATAS”, BULETIN HUKUM PERBANKAN DANKEBANKSENTRALAN, Volume 5 Nomor 3, Desember 2007.

LAPORAN TATA KELOLA PERUSAHAAN CORPORATE GOVERNANCEREPORT, CITIBANK N.A., INDONESIA 31 Desember 2011,