bab ii tinjauan pustaka 2.1 bank 2.1.1 pengertian bank bank

33
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank berasal dari kata dalam bahasa Italia yaitu banco yang artinya bangku. Bangku inilah yang digunakan oleh banker untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah. Kemudian istilah bangku tersebut secara resmi dan populer menjadi bank. Bank termasuk perusahaan industri jasa karena produknya hanya memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat. Menurut Undang – undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang telah diubah dengan Undang-undang No.10 Tahun 1998 : “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Sedangkan pengertian bank menurut Kasmir (2012 : 12) secara sederhana adalah sebagai berikut : “Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya”. Pada dasarnya bank merupakan suatu lembaga keuangan yang memiliki fungsi sebagai mediator atau perantara bagi peredaran lalulintas uang yaitu dalam bentuk simpanan dan kemudian mengelola dana tersebut dengan jalan meminjamkannya kepada masyarakat yang memerlukan dana. 2.1.2 Kegiatan Usaha Perbankan Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga keuangan, kegiatan bank sehari-hari tidak akan terlepas dari bidang keuangan. Dalam melaksanakan

Upload: phamduong

Post on 12-Jan-2017

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bank

2.1.1 Pengertian Bank

Bank berasal dari kata dalam bahasa Italia yaitu banco yang artinya

bangku. Bangku inilah yang digunakan oleh banker untuk melayani kegiatan

operasionalnya kepada para nasabah. Kemudian istilah bangku tersebut secara

resmi dan populer menjadi bank. Bank termasuk perusahaan industri jasa karena

produknya hanya memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat.

Menurut Undang – undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

yang telah diubah dengan Undang-undang No.10 Tahun 1998 :

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Sedangkan pengertian bank menurut Kasmir (2012 : 12) secara

sederhana adalah sebagai berikut :

“Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya”.

Pada dasarnya bank merupakan suatu lembaga keuangan yang memiliki

fungsi sebagai mediator atau perantara bagi peredaran lalulintas uang yaitu dalam

bentuk simpanan dan kemudian mengelola dana tersebut dengan jalan

meminjamkannya kepada masyarakat yang memerlukan dana.

2.1.2 Kegiatan Usaha Perbankan

Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga keuangan, kegiatan bank

sehari-hari tidak akan terlepas dari bidang keuangan. Dalam melaksanakan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

16

kegiatannya, setiap bank berbeda seperti antara kegiatan bank umum dengan

kegiatan bank perkreditan rakyat. Berikut kegiatan-kegiatan usaha perbankan

yang ada di Indonesia terutama kegiatan bank umum, seperti yang dikutip dari

Kasmir (2012 : 37) adalah sebagai berikut :

1. Menghimpun dana dari masyarakat (funding) dalam bentuk :

a. Simpanan giro (demand deposit) yang merupakan simpanan pada

bank di mana penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan

menggunakan cek atau bilyet giro.

b. Simpanan tabungan (saving deposit), yaitu simpanan pada bank

yang penarikannya dapat dilakukan sesuai perjanjian antara bank

dengan nasabah dan penarikannya dengan menggunakan slip

penarikan, buku tabungan, kartu ATM, atau sarana penarikan

lainnya.

c. Simpanan deposito (time deposit) merupakan simpanan pada bank

yang penarikannya sesuai jangka waktu (jatuh tempo) dan dapat

ditarik dengan bilyet deposito atau sertifikat deposito.

2. Menyalurkan dana ke masyarakat (lending) dalam bentuk kredit

seperti :

a. Kredit investasi adalah kredit yang diberikan kepada para investor

untuk investasi yang penggunaannya jangka panjang.

b. Kredit modal kerja merupakan kredit yang diberikan untuk

membiayai kegiatan suatu usaha dan biasanya bersifat jangka

pendek guna memperlancar transaksi perdagangan.

c. Kredit perdagangan adalah kredit yang diberikan kepada para

pedagang, baik agen-agen maupun pengecer.

d. Kredit konsumtif merupakan kredit yang digunakan untuk

dikonsumsi atau dipakai untuk keperluan pribadi.

e. Kredit produktif adalah kredit yang digunakan untuk

menghasilkan barang atau jasa.

3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (services) antara lain :

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

17

a. Menerima setoran-setoran seperti pembayaran pajak, pembayaran

telepon, pembayaran air, pembayaran listrik, pembayaran uang

kuliah.

b. Melayani pembayaran-pembayaran seperti gaji / pensiun /

honorarium, pembayaran dividen, pembayaran kupon,

pembayaran bonus / hadiah.

c. Di dalam pasar modal, perbankan dapat menjadi penjamin emisi

(underwriter), penanggung (guarantor), wali amanat (trustee),

perantara perdagangan efek (pialang/broker), pedagang efek

(dealer), dan perusahaan pengelola dana (investment company).

d. Transfer (kiriman uang) merupakan jasa kiriman uang antar bank

yang sama maupun bank yang berbeda. Pengiriman uang dapat

dilakukan untuk dalam kota, luar kota, maupun luar negeri.

e. Inkaso (collection) merupakan jasa penagihan warkat antarbank

yang berasal dari luar kota berupa cek, bilyet giro, atau surat-surat

berharga lainnya yang baik berasal dari warkat bank dalam negeri

maupun luar negeri.

f. Kliring (clearing) merupakan jasa penarikan warkat (cek atau

BG) yang berasal dari dalam satu kota, termasuk transfer dalam

kota antarbank.

g. Safe Deposit Box merupakan jasa penyimpanan dokumen, berupa

surat-surat atau benda berharga. Safe Deposit Box lebih dikenal

dengan nama Safe Loket.

h. Bank card merupakan jasa penerbitan kartu-kartu kredit yang

dapat digunakan dalam berbagai transaksi dan penarikan uang

tunai di ATM (Anjungan Tunai Mandiri) setiap hari.

i. Bank notes (valas) merupakan kegiatan jual beli mata uang asing.

j. Bank garansi merupakan jaminan yang diberikan kepada nasabah

dalam pembiayaan proyek tertentu.

k. Referensi Bank adalah surat referensi yang dikeluarkan oleh bank.

l. Bank Draft merupakan wesel yang diterbitkan oleh bank.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

18

m. Letter of Credit (L/C) merupakan jasa yang diberikan dalam

rangka mendukung kegiatan atau transaksi ekspor impor.

n. Cek wisata (travellers cheque) merupakan cek perjalanan yang

biasa digunakan oleh para turis dan dibelanjakan di berbagai

tempat perbelanjaan.

o. Dan berbagai jasa lainnya.

2.1.3 Bentuk Hukum Bank

Bentuk hukum diperlukan dalam mendirikan suatu jenis usaha. Dengan

adanya suatu bentuk hukum tertentu, maka akan mempermudah bagi para pendiri

untuk merumuskan maksud dan tujuan dalam kegiatan usaha yang dilakukan

secara jelas, sehingga pengaturan bentuk hukum bank diatur dalam Pasal 21

Undang-undang No.7 Tahun 1992 yang telah diubah dengan Undang-undang

No.10 Tahun 1998 adalah sebagai berikut :

1) Bentuk badan hukum Bank Umum dapat berupa salah satu dari alternatif

di bawah ini :

a. Perseroan Terbatas (PT),

b. Koperasi atau,

c. Perusahaan Daerah (PD).

2) Sedangkan bentuk badan hukum Bank Perkreditan Rakyat dapat berupa

salah satu dari :

a. Perusahaan Daerah (PD),

b. Koperasi,

c. Perseroan Terbatas (PT),

d. Bentuk lain yang ditetapkan oleh pemerintah.

2.2 Klasifikasi Bank

Berikut merupakan klasifikasi atau pengelompokan bank seperti yang

dikutip dari Budisantoso dan Triandaru (2008 : 84) :

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

19

2.2.1 Menurut Kegiatan Usahanya

a. Bank Umum

Bank umum didefinisikan oleh Undang-undang No.10 Tahun 1998

sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau

berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam

lalulintas pembayaran. Kegiatan-kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh

bank umum secara lengkapnya adalah :

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa

giro, deposito berjangka, sertifikat deposit, tabungan dan/atau bentuk

lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.

2. Memberikan kredit.

3. Menerbitkan surat pengakuan utang.

4. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk

kepentingan dan atas perintah nasabahnya, seperti :

Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang

masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam

perdagangan surat-surat dimaksud.

Surat pengakuan utang dan kertas dagang lainnya yang masa

berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan

surat-surat dimaksud.

Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah.

Sertifikat bank Indonesia

Obligasi

Surat dagang berjangka waktu sampai dengan satu tahun.

Instrument surat berharga lain yang berjangka waktu sampai

dengan satu tahun.

5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk

kepentingan nasabah (transfer).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

20

6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan

dana kepada pihak lain, baik dengan menggunakan surat, sarana

telekomunikasi, maupun dengan wesel tunjuk, cek, atau sarana

lainnya.

7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan

perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.

8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga

(safe deposit box)

9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain

berdasarkan suatu kontrak.

10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya

dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.

Di samping kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh bank umum

di atas, terdapat juga kegiatan yang merupakan larangan bagi bank umum

adalah sebagai berikut :

1. Melakukan penyertaan modal kecuali pada bank atau perusahaan lain

di bidang keuangan serta kecuali penyertaan modal sementara untuk

mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan

berdasarkan prinsip syariah.

2. Melakukan usaha perasuransian.

3. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana diuraikan di

atas.

b. Bank Perkreditan Rakyat

Bank perkreditan rakyat didefinisikan oleh Undang-Undang No.10

Tahun 1998 sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan–kegiatan usaha

yang dapat dilakukan oleh bank perkreditan rakyat secara lengkap adalah :

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

21

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa

deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu.

2. Memberikan kredit.

3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip

syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

4. Menempatkan dananya dalam bentuk sertifikat bank Indonesia (SBI),

deposito berjangka, dan/atau tabungan pada bank lain.

Di samping kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh BPR di atas,

terdapat juga beberapa kegiatan yang merupakan larangan bagi BPR adalah

sebagai berikut :

1. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas

pembayaran.

2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.

3. Melakukan penyertaan modal.

4. Melakukan usaha pengasuransian.

5. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud di

atas.

Berdasarkan kegiatan-kegiatan usaha dan larangan-larangan di atas, maka

secara umum BPR mempunyai kegiatan usaha yang lebih terbatas dibandingkan

bank umum. Bank umum dapat menghimpun dana dalam bentuk simpanan dari

masyarakat berupa giro, tabungan dan deposito, sedangkan BPR tidak boleh

menghimpun dana dalam bentuk giro dan juga tidak boleh ikut serta dalam

lalulintas pembayaran. Bank umum dapat melakukan kegiatan usaha dalam valuta

asing, sedangkan BPR tidak diperbolehkan. Bank umum dapat melakukan

penyertaan modal pada lembaga keuangan dan untuk mengatasi kredit macet,

sedangkan BPR sama sekali tidak boleh melakukan penyertaan modal. Dalam hal

melakukan usaha pengasuransian, BPR dan Bank Umum sama-sama tidak

diperbolehkan.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

22

2.2.2 Menurut Pendirian Dan Kepemilikan

Undang-undang No.10 Tahun 1998 dan surat keputusan direktur BI

Nomor 32/33/KEP/DIR Tanggal 12 mei 1999 tentang Bank Umum menetapkan

ketentuan-ketentuan tentang pendirian dan kepemilikan bank seperti diuraikan

dibawah ini :

a. Bank umum

1) Pendirian

Bank umum hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan

izin direksi Bank Indonesia oleh :

Warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia, atau

Warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia dengan

Warga Negara Asing dan atau badan hukum asing secara

kemitraan.

Modal disetor untuk mendirikan bank ditetapkan sekurang-kurangnya

sebesar Rp 3.000.000.000.000 (tiga trilliun rupiah). Modal disetor bagi bank

yang berbadan hukum koperasi adalah simpanan pokok, simpanan wajib, dan

hibah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang perkoperasian.

Sedangkan modal disetor yang berasal dari warga negara asing dan/atau badan

hukum asing sebagaimana dimaksud di atas setinggi-tingginya sebesar 99%

(sembilan puluh sembilan perseratus) dari modal disetor bank. Pemberian izin

kepada bank umum dilakukan dalam dua tahap. Persetujuan prinsip, yaitu

persetujuan untuk melakukan persiapan pendirian bank, dan kemudian izin

usaha, yaitu izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan usaha setelah

persiapan selesai dilakukan.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

23

2) Kepemilikan

Kepemilikan bank oleh badan hukum Indonesia setinggi-tingginya sebesar

modal sendiri bersih badan hukum yang bersangkutan. Modal sendiri bersih

merupakan :

Penjumlahan dari modal disetor, cadangan dan laba, dikurangi

penyertaan dan kerugian, bagi badan hukum Perseroan Terbatas /

Perusahaan Daerah ; atau

Penjumlahan dari simpanan pokok, simpanan wajib, hibah, modal

penyertaan, dana cadangan, dan sisa hasil usaha, dikurangi

penyertaan dan kerugian, bagi badan hukum koperasi.

Sumber dana yang digunakan dalam rangka kepemilikan bank dilarang :

berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk

apapun dari bank dan/atau pihak lain di Indonesia.

Berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang.

Yang dapat menjadi pemilik bank adalah pihak-pihak yang :

Tidak termasuk dalam daftar orang tercela di bidang perbankan

sesuai dengan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Menurut penilaian Bank Indonesia yang bersangkutan memiliki

integritas yang baik.

Perubahan komposisi kepemilikan yang tidak mengakibatkan penggantian

dan/atau penambahan pemilik bank, wajib dilaporkan oleh direksi bank kepada

Bank Indonesia selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah perubahan

dilakukan.

b. Bank Perkreditan Rakyat

BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga negara Indonesia, badan

hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia, pemerintah

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

24

daerah, atau dapat dimiliki bersama di antara ketiganya. Bank umum dan BPR

yang bentuk badan hukumnya Perseroan Terbatas sangat dimungkinkan untuk

mengalami perubahan kepemilikan. Perubahan kepemilikan ini terutama karena

bank umum dan BPR yang bentuk hukumnya Perseroan Terbatas dapat

menerbitkan saham, meskipun hanya saham atas nama. Khusus untuk bank umum

dapat menjual sahamnya melalui emisi saham di bursa efek. Saham yang harus

diterbitkan berupa saham atas nama agar Bank Indonesia tetap dapat memonitor

perubahan kepemilikan bank. Meskipun kepemilikan sangat mungkin terjadi

dengan cara jual beli saham di bursa efek, tetapi mengingat sahamnya atas nama

maka perubahan tersebut dapat terus dipantau oleh Bank Indonesia untuk tujuan

pengawasan dan pembinaan.

2.2.3 Menurut Bentuk Badan Usaha

Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan wajib terlebih dahulu memperoleh usaha

sebagai bank umum atau bank perkreditan rakyat dari pimpinan Bank Indonesia,

kecuali apabila kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dimaksud diatur

dengan undang-undang tersendiri. Untuk memperoleh izin usaha sebagai bank

umum atau Bank Perkreditan Rakyat, suatu lembaga keuangan wajib memenuhi

persyaratan mengenai :

a. Susunan organisasi dan permodalan

b. Permodalan

c. Kepemilikan

d. Keahlian di bidang perbankan

e. Kelayakan rencana kerja

Badan hukum suatu bank dapat berupa :

a. Perseroan terbatas

b. Koperasi, atau

c. Perusahaan daerah.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

25

Sedangkan badan hukum Bank Perkreditan Rakyat dapat berupa :

a. Perusahaan daerah

b. Koperasi

c. Perseroan terbatas

d. Bentuk lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Disamping itu mengingat pada saat diterapkannya UU Nomor 7 Tahun

1992 banyak terdapat lembaga-lembaga keuangan terutama di pedesaan yang

mempunyai kegiatan seperti Bank Perkreditan Rakyat, maka lembaga-lembaga

keuangan tersebut diberikan status sebagai BPR yang tata caranya ditetapkan

dengan peraturan pemerintah. Lembaga-lembaga keuangan tersebut antara lain :

Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari,

Lembaga Perkreditan Desa, Badan Kredit Desa, Badan Kredit Kecamatan, Kredit

Usaha Rakyat Kecil, Lembaga Perkreditan Kecamatan, dan Bank Karya Produksi

Desa.

2.2.4 Menurut Target Pasar

Sebagian bank memfokuskan pelayanan dan transaksinya pada jenis-jenis

nasabah tertentu. Dengan begitu diharapkan bank-bank tersebut dapat lebih

menguasai karakteristik nasabahnya sehingga kegiatan usahanya dapat

dilaksanakan dengan lebih efisien dan menghasilkan tingkat keuntungan yang

lebih tinggi. Kegiatannya dapat lebih efisien antara lain karena :

Pelayanan, jasa-jasa, dan iklan yang diberikan oleh bank lebih

sesuai dengan karakteristik nasabah.

Proporsi kredit bermasalah lebih sedikit.

Manajemen dan karyawan lebih terbiasa dan berpengalaman

berinteraksi dengan nasabahnya.

Secara umum, jenis bank atas dasar target pasarnya dapat digolongkan

menjadi tiga :

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

26

a. Retail Bank

Bank jenis ini memfokuskan pelayanan dan transaksi kepada

nasabah-nasabah retail. Pengertian retail di sini adalah nasabah-nasabah

individual, perusahaan, dan lembaga lain yang skalanya kecil. Meskipun

pengertian dari kata “kecil” atau “ritel” (retail) adalah relatif, namun

biasanya apabila ditinjau dari jasa kredit yang diberikan, nasabah debitor

yang dilayani adalah yang memerlukan fasilitas kredit tidak lebih besar

daripada Rp 20 milliar. Angka tersebut bukan merupakan angka yang

standar atau baku, tapi setidaknya dapat memberikan gambaran tentang

kelompok nasabah yang dilayani oleh bank jenis ini.

b. Corporate Bank

Bank jenis ini memfokuskan pelayanan dan transaksi kepada

nasabah-nasabah yang berskala besar. Mengingat nasabah yang berskala

besar ini biasanya berbentuk suatu korporasi, maka bank kelompok ini

disebut corporate bank. Meskipun namanya adalah bank korporat

(corporate bank) tidak berarti seluruh nasabahnya berbentuk suatu

perusahaan. Pelayanan dan transaksi yang diberikan kepada suatu

perusahaan seringkali membawa konsekuensi berupa pelayanan yang harus

diberikan juga kepada karyawan, direksi, dan komisaris dari perusahaan

tersebut secara individual. Pelayanan yang diberikan secara perorangan di

sini diarahkan untuk menjalin kerja sama yang lebih baik dengan nasabah-

nasabah korporasi.

c. Retail-Corporate Bank

Di samping kedua jenis bank di atas, terdapat juga bank yang tidak

memfokuskan pada kedua pilihan jenis nasabah di atas. Bank jenis ini tidak

hanya memberikan pelayanannya kepada nasabah retail tetapi juga kepada

nasabah korporasi. Penyebab munculnya bank jenis ini tidak seragam. Ada

bank yang sejak awal sudah menentukan untuk menjadi bank yang melayani

baik nasabah retail maupun korporasi. Bank jenis ini memandang bahwa

potensi baik pasar ritel dan korporasi harus dimanfaatkan untuk

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

27

mengoptimalkan keuntungan, meskipun terdapat kemungkinan penurunan

efisiensi.

Ada juga bank yang semula memfokuskan pada nasabah korporasi,

tapi kemudian juga memberikan pelayanan kepada nasabah ritel atau

sebaliknya karena berbagai alasan. Hal tersebut bisa terjadi karena

manajemen memandang telah terjadi perubahan kondisi pasar atau karena

terjadi penggantian manajemen sehingga terjadi perubahan strategi

pemasaran. Hal tersebut juga bisa terjadi karena adanya program pemerintah

yang menghendaki agar bank-bank tertentu melaksanakan program

pemerintah tersebut.

2.3 Pengertian Bank Syariah

Ide dasar sistem perbankan syariah dapat dikemukakan secara sederhana.

Bank syariah tidak membebankan bunga, melainkan mengajak partisipasi dalam

bidang usaha yang didanai. Para deposan juga sama-sama mendapat bagian dari

keuntungan bank sesuai dengan rasio yang telah ditetapkan sebelumnya. Sistem

tersebut berbeda dengan bank konvensional yang pada intinya meminjam dana

dengan membayar bunga kepada peminjam dana.

Perbankan syariah adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan

berdasarkan syariah (hukum) Islam. Menurut Undang-undang Perbankan syariah

No.21 Tahun 2008 (pasal 1 angka 7) yang dikutip dari Burhanuddin (2010 : 29)

dinyatakan bahwa :

“Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip

syariah disebut bank syariah, dan menurut jenisnya terdiri atas

Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah”.

Sedangkan pengertian bank syariah menurut Sudarsono (2012 : 29)

adalah sebagai berikut :

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

28

“Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalulintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah”.

Perbankan syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan

kesejahteraan rakyat. Dalam mencapai tujuan tersebut, perbankan syariah tetap

berpegang pada prinsip syariah secara menyeluruh (kaffah) dan konsisten

(istiqamah). Perbankan syariah sebagai salah satu sistem perbankan nasional pasti

memerlukan berbagai sarana pendukung agar dapat memberikan kontribusi yang

maksimum bagi pengembangan ekonomi nasional. Salah satu sarana pendukung

yang penting adalah berlakunya peraturan yang memadai dan sesuai dengan

karakteristiknya. Peraturan tersebut yang paling utama dituangkan dalam undang-

undang perbankan syariah dan peraturan-peraturan lain yang ada di bawahnya

2.3.1 Pengaturan Hukum Bank Syariah

Hukum perbankan merupakan sekumpulan peraturan hukum yang

mengatur kegiatan lembaga keuangan bank yang meliputi segala aspek dilihat dari

segi esensi, eksistensinya, serta hubungannya dengan bidang kehidupan lain.

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia merupakan suatu

perwujudan dari kebutuhan masyarakat yang menghendaki suatu sistem

perbankan yang mampu menyediakan jasa keuangan yang sehat, juga memenuhi

prinsip-prinsip syariah. Perkembangan sistem keuangan berdasarkan prinsip

syariah sebenarnya telah dimulai sebelum pemerintah secara formal meletakkan

dasar-dasar hukum operasionalnya. Namun demikian agar fungsi perbankan dapat

berjalan optimal, tetap diperlukan payung hukum yang berlaku secara formal.

Untuk menjalankan hukum syariah (dalam konteks perbankan),

keberadaan undang-undang dasar sangat penting terutama berfungsi sebagai

landasan konstitusi yang bersifat mengikat. Sebelum dikeluarkannya undang-

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

29

undang yang mengatur tentang kegiatan perbankan syariah, sebenarnya penerapan

syariah Islam dalam tata hukum positif di Indonesia telah mempunyai landasan

yang kuat.

Berikut merupakan peraturan perundang-undangan tentang perbankan

syariah yaitu Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 yang dikutip dari

Burhanuddin (2010 : 39) secara lengkap adalah :

Pemberlakuan undang-undang ini dimaksudkan khusus untuk menjadi

payung hukum yang mengatur kegiatan usaha perbankan syariah. Sebagai payung

hukum, dalam undang-undang ini juga memuat masalah kepatuhan syariah

(syariah compliance) yang kewenangannya berada pada Dewan Syariah Nasional

– Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) melalui Dewan Pengawas Syariah (DPS)

yang ditempatkan pada masing-masing bank syariah dan unit usaha syariah

(UUS). Untuk menindaklanjuti implementasi fatwa yang dikeluarkan MUI ke

dalam Peraturan Bank Indonesia, di dalam internal Bank Indonesia dibentuk

komite perbankan syariah, yang keanggotaannya terdiri atas perwakilan dari bank

Indonesia, departemen agama, dan unsur masyarakat yang komposisinya

berimbang.

2.3.2 Landasan Syariah

Dalam hukum bisnis syariah, untuk menentukan halal-haram suatu

transaksi harus mengacu pada ketentuan hukum syariat yang bersumber pada al-

Quran dan al-Hadits. Menurut ketentuan syariat, sistem bunga bank (interest)

adalah sama dengan riba yang haram hukumnya.

Seperti yang tercantum dalam beberapa ayat al-Quran mengenai sistem

riba (bunga) yang artinya adalah sebagai berikut :

1. QS. Ar-Rum [30] : 39

“ Dan suatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia menambah pada

harta manusia, maka riba tidak akan menambah pada sisi Allah. Dan apa

yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

30

keridhoan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang

melipatgandakan pahalanya”.

2. QS. Al-Baqarah [2] : 275

“ Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri

melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran tekanan

penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu disebabkan mereka

berkata : sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah

menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.

3. QS. Al-Baqarah [4] : 130

“ Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan riba dengan

berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu

mendapat keuntungan”.

4. QS. An-Nisa [4] : 146

“ Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka

dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan

cara yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir di antara

mereka itu siksa yang pedih”.

5. QS. Al-Baqarah [2] : 278

“ Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu kepada Allah dan

tinggalkanlah sisa riba itu jika memang kamu orang yang beriman”.

Serupa dengan kutipan arti dari kelima ayat al-Quran di atas, al-Hadits

pun menyatakan pendapat yang sama terkait diharamkannya riba (bunga) seperti

HR. Muslim berikut :

“ Jabir berkata bahwa Rasulullah SAW melaknat orang yang memakan riba,

pemberinya, penulisnya, dan saksi-saksinya. Kemudian beliau bersabda,

bahwa mereka semua adalah sama”.

Dengan melihat dari beberapa pengertian ayat al-Quran dan al-Hadits di

atas, sudah terlihat jelas bahwa prinsip utama operasional bank yang berdasarkan

prinsip syariah adalah hukum islam. Kegiatan operasional bank harus

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

31

memperhatikan perintah dan larangan dalam al-Quran dan Sunnah Rasul

Muhammad SAW. Larangan terutama berkaitan dengan kegiatan bank yang dapat

diklasifikasikan sebagai riba. Perbedaan utama antara kegiatan bank berdasarkan

prinsip syariah dengan bank konvensional pada dasarnya terletak pada sistem

pemberian imbalan dari jasa atau dana. Dalam menjalankan kegiatan

operasionalnya, bank berdasarkan prinsip syariah tidak menggunakan sistem

bunga dalam menentukan imbalan atas dana yang digunakan atau dititipkan oleh

suatu pihak. Penentuan imbalan terhadap dana yang dipinjamkan maupun dana

yang disimpan di bank berdasarkan pada prinsip bagi hasil sesuai dengan hukum

islam.

2.3.3 Kegiatan Usaha Bank Syariah

Perbankan syariah berperan sebagai lembaga intermediasi keuangan

(Financial Intermediary Institution) antara dua pihak, yaitu pihak yang kelebihan

dana dan pihak yang kekurangan dana. Oleh karena itu, untuk menjalankan fungsi

intermediasi tersebut, lembaga syariah akan melaksanakan berbagai bentuk

kegiatan usaha seperti yang dikutip dari Burhanuddin (2010 : 57) adalah sebagai

berikut :

1. Penghimpunan Dana

Penghimpunan dana dalam perbankan syariah dapat diwujudkan baik

dalam bentuk simpanan maupun investasi. Penghimpunan dana dalam bentuk

simpanan wujudnya berupa giro, tabungan, atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak

bertentangan dengan prinsip syariah (Pasal 19 ayat 1 huruf a). Sedangkan

penghimpunan dana dalam bentuk investasi wujudnya berupa deposito, tabungan,

atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah

atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah (pasal 19 ayat 1

huruf b).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

32

a. Giro

Salah satu bentuk produk yang ditawarkan kepada masyarakat untuk

penghimpunan dana dari bank syariah adalah giro. Menurut fatwa Dewan

Syariah Nasional No. 01/DSN-MUI/IV/2000, Giro yang dibenarkan secara

syariah, yaitu giro yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadiah.

(1) Giro Wadiah adalah simpanan dana yang bersifat titipan yang

penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek,

bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan

pemindahbukuan, dan terhadap titipan tersebut tidak dipersyaratkan

imbalan kecuali dalam bentuk pemberian sukarela (‘athaya).

(2) Giro mudharabah adalah simpanan dana yang bersifat investasi yang

penarikannya dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan dengan

menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya,

atau dengan pemindahbukuan, dan terhadap investasi tersebut

diberikan bagi hasil sesuai nisbah yang telah disepakati dimuka.

Meskipun ada dua produk berupa giro wadiah dan giro mudharabah,

namun dalam praktiknya prinsip wadiah yang paling banyak dipakai,

mengingat motivasi utama nasabah memilih produk giro adalah untuk

kemudahan lalulintas pembayaran bukan untuk mendapatkan keuntungan. Di

samping itu apabila prinsip mudharabah yang dipakai, maka penarikan

sewaktu-waktu akan sulit dilaksanakan mengingat sifat dari akad mudharabah

yang memerlukan jangka waktu untuk menentukan untung dan rugi.

b. Tabungan

Menurut fatwa DSN-MUI No 02/DSN-MUI/IV/2000, tabungan yang

dibenarkan menurut prinsip syariah adalah tabungan wadiah dan mudharabah.

(1) Tabungan wadiah, yaitu simpanan dana nasabah pada bank, yang

bersifat titipan dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

33

terhadap titipan tersebut bank tidak dipersyaratkan untuk memberikan

imbalan kecuali dalam bentuk pemberian bonus secara sukarela.

(2) Tabungan mudharabah, yaitu simpanan dana nasabah pada bank yang

bersifat investasi dan penarikannya tidak dapat dilakukan setiap saat

dan terhadap investasi tersebut diberikan bagi hasil sesuai nisbah yang

telah disepakati di muka.

c. Deposito

Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional No. 03/DSN-MUI/IV/2000

menetapkan bahwa deposito yang dibenarkan secara syariah yaitu deposito

yang berdasarkan prinsip mudharabah. Deposito adalah simpanan yang

penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan

perjanjian antara nasabah penyimpan dengan bank. Deposito merupakan

produk bank yang memang ditujukan untuk kepentingan investasi dalam

bentuk surat-surat berharga, sehingga dalam perbankan syariah akan memakai

prinsip mudharabah.

Berdasarkan pada penjelasan di atas, maka dapat kita ketahui bahwa

dalam perbankan syariah mengenai penghimpunan dana dari masyarakat

secara langsung menggunakan tiga instrument yaitu giro (demand deposit),

tabungan (saving deposit), dan deposito (time deposit). Berbeda dengan bank

konvensional yang menggunakan bunga sebagai kontraprestasi bagi nasabah,

maka dalam bank syariah menggunakan dua prinsip perjanjian dalam islam

yang di dalamnya tidak mengandung unsur riba, maisyir, gharar, yaitu prinsip

titipan (wadiah) dan prinsip bagi hasil (mudharabah).

2. Penyaluran Dana

Bank sebagai lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary

institution) selain melakukan kegiatan penghimpunan dana, juga menyalurkan

kembali kepada masyarakat melalui pembiayaan. Dalam perbankan konvensional,

pembiayaan diwujudkan dalam bentuk kredit yang berbasis pada bunga (interest

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

34

based). Sedangkan menurut undang-undang, pembiayaan dalam perbankan

syariah diwujudkan dalam bentuk :

- Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah

- Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli

dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik

- Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan

istishna’.

- Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh.

- Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi

multijasa (pasal 1 angka 25).

a. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil

Menyalurkan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (profit

sharing) adalah mendasarkan pada akad mudharabah dan akad

musyarakah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip

syariah.

(1) Pembiayaan mudharabah, adalah penyediaan dana oleh bank untuk

modal usaha berdasarkan persetujuan atau kesepakatan dengan

nasabah sebagai pihak yang diwajibkan untuk melakukan setelmen

atas investasi dimaksud sesuai ketentuan akad. Bank bertindak sebagai

shahibul maal yang menyediakan dana secara penuh, dan nasabah

bertindak sebagai mudharib yang mengelola dana dalam kegiatan

usaha.

(2) Pembiayaan musyarakah, adalah penyediaan dana oleh bank untuk

memenuhi sebagian modal suatu usaha tertentu berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan dengan nasabah sebagai pihak yang

harus melakukan setelmen atas investasi sesuai ketentuan akad. Bank

dan nasabah masing-masing bertindak sebagai mitra usaha dengan

bersama-sama menyediakan dana dan/atau barang untuk membiayai

suatu kegiatan usaha tertentu. Nasabah bertindak sebagai pengelola

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

35

usaha dan bank sebagai mitra usaha dapat ikut serta dalam pengelolaan

usaha sesuai dengan tugas dan wewenang yang disepakati.

b. Pembiayaan dengan Prinsip Ijarah atau Ijarah Muntahiya Bittamlik

Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak

bergerak kepada nasabah berdasarkan akad ijarah dan/atau sewa beli

dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau akad lain yang tidak

bertentangan dengan prinsip syariah.

(1) Pembiayaan ijarah, adalah penyediaan dana atau tagihan yang berupa

transaksi sewa dalam bentuk akad ijarah dengan opsi perpindahan hak

kepemilikan dengan akad ijarah muntahiyah bittamlik (IMBT)

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan nasabah

pembiayaan sebagai pihak yang diwajibkan untuk melunasi utang /

kewajiban sewa sesuai akad.

(2) Pembiayaan ijarah muntahiyah bittamlik merupakan pembiayaan sewa

beli berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan

nasabah pembiayaan sebagai pihak yang diwajibkan melunasi hutang /

kewajiban sewa beli sesuai akad.

c. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli

(1) Pembiayaan murabahah, adalah penyediaan dana atau tagihan oleh

bank syariah untuk transaksi jual beli barang sebesar harga pokok

ditambah margin/keuntungan berdasarkan kesepakatan dengan nasabah

yang harus membayar sesuai akad. Pengertian harga (tsaman) dalam

jual beli adalah suatu jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak,

baik sama dengan nilai (qimah) benda yang menjadi objek jual beli,

lebih tinggi maupun lebih rendah. Sedangkan yang dimaksud harga

dalam jual beli murabahah adalah harga beli dan biaya yang

diperlukan ditambah dengan keuntungan sesuai dengan hasil

kesepakatan.

(2) Pembiayaan salam adalah penyediaan dana atau tagihan untuk

transaksi jual beli barang melalui pesanan (kepada nasabah produsen)

yang dibayar dimuka secara tunai oleh bank berdasarkan persetujuan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

36

atau kesepakatan dengan nasabah pembiayaan yang harus melunasi

utang atau kewajibannya sesuai dengan akad.

(3) Pembiayaan istishna, adalah penyediaan dana atau tagihan untuk

transaksi jual beli melalui pesanan pembuatan barang (kepada nasabah

produsen), yang dibayar oleh bank berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan dengan nasabah pembiayaan yang harus melunasi utang /

kewajibannya sesuai dengan akad.

d. Pembiayaan dengan Prinsip Pinjam Meminjam (Utang Piutang)

Dalam perbankan syariah, mempunyai berbagai macam akad yang

dapat digunakan untuk menjalankan fungsi penyaluran dana. Salah satu

bentuk akad yang menjadi ciri perbankan syariah adalah adanya produk

hukum berupa pinjaman (qardh). Pembiayaan qardh adalah penyediaan

dana atau tagihan / piutang sebagai pinjaman kebaikan kepada nasabah

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah dengan

nasabah pembiayaan sebagai pihak yang harus melunasi utang atau

kewajibannya sesuai ketentuan akad.

3. Pelayanan Jasa Perbankan

Untuk mendukung transaksi keuangan, selain dilakukan melalui

penghimpunan dan penyaluran dana, kegiatan usaha perbankan juga dapat

dilakukan melalui penyediaan jasa pelayanan. Penyediaan jasa pelayanan

bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi nasabah dalam memenuhi

kebutuhan keuangan melalui transaksi perbankan. Dari penyediaan jasa tersebut,

perbankan dapat melakukan diversifikasi portofolio aset bank melalui penerapan

berbagai kombinasi akad-akad syariah (Islamic financial engineering), seperti

berikut :

a. Letter of Credit (LC) Import / Ekspor Syariah

Perbankan syariah menawarkan produk jasa berupa Letter of Credit

(LC) ekspor/impor untuk pembayaran dalam transaksi internasional.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

37

Letter of Credit (LC) impor syariah adalah surat pernyataan akan

membayar kepada eksportir yang diterbitkan oleh bank syariah atas

permintaan importir dengan pemenuhan persyaratan tertentu sesuai

dengan prinsip syariah. Dalam transaksi ini, bank syariah dapat

bertindak sebagai wakil dan penjamin importir dalam melakukan

pembayaran (akad wakalah bil ujrah dan kafalah).

Letter of Credit ekspor syariah, adalah surat pernyataan akan

membayar kepada eksportir yang diterbitkan oleh bank untuk

memfasilitasi perdagangan ekspor dengan pemenuhan persyaratan

tertentu sesuai dengan prinsip syariah. L/C ekspor syariah dalam

pelaksanaannya menggunakan akad wakalah bil ujrah, qardh,

mudharabah, musyarakah, dan alba’i.

b. Syariah Charge Card

Berdasarkan ketentuan (Pasal 36 huruf m) Peraturan Bank

Indonesia No.6/24/PBI/2004, Syariah Charge Card merupakan bagian

dari produk jasa perbankan syariah. Pengertian Syariah Charge Card

adalah alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat timbul dari

suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan dan atau untuk

melakukan penarikan tunai di mana kewajiban pembayaran pemegang

kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh penerbit, dan pemegang kartu

berkewajiban melakukan pelunasan kewajiban pembayaran tersebut secara

sekaligus pada waktu yang telah ditetapkan.

c. Bank Garansi Syariah

Bank Garansi Syariah adalah jaminan yang diberikan oleh bank

syariah kepada pihak ke tiga sebagai pengganti atas kewajiban nasabah

bank selaku pihak yang dijamin. Bank Garansi diberikan dalam jangka

waktu tertentu terhadap objek penjaminan yang jelas spesifikasi, jumlah

dan nilainya. Kontrak (akad) jaminan memuat kesepakatan antara pihak

dilengkapi dengan persaksian pihak penerima jaminan. Apabila pihak ke

dua tidak dapat memenuhi kewajibannya, bank syariah mengeksekusi

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

38

garansi dengan melakukan pembayaran dalam skema akad lain (misalnya

qardh) yang menyertai akad kafalah.

d. Transfer dan Inkaso

Transfer dan Inkaso merupakan jasa yang diberikan bank syariah

mewakili nasabah dalam pemindahan dana dari rekening nasabah

(transfer) atau melakukan penagihan untuk untung rekening nasabah

(inkaso), dan atas jasa yang diberikan bank dapat memperoleh imbalan

(ujrah). Risiko dari transaksi transfer dan inkaso yang menggunakan akad

wakalah adalah risiko operasional yang terkait dengan human error atau

fraud, serta kerusakan/kegagalan pada hardware, software, maupun

jaringan telekomunikasi. Di samping itu bank perlu memperhatikan

ketentuan kehati-hatian terkait dengan upaya mengantisipasi tindak pidana

pencucian uang menggunakan fasilitas transfer.

e. Pertukaran Valuta Asing

Dalam rangka memberikan jasa pelayanan kepada nasabah, valuta

syariah dapat menjalankan kegiatan usaha jual beli valuta asing

berdasarkan akad sharf. Penukaran valuta asing merupakan jasa yang

diberikan bank untuk membeli atau menjual valuta asing yang sama

(single currency) maupun berbeda (multi currency), sesuai dengan

permintaan nasabah. Melalui jual beli valuta asing (money changer),

perbankan dapat memperluas jaringan dan atau memperoleh loyalitas

nasabah, di samping mendapatkan margin keuntungan dari selisih kurs

hasil penukaran mata uang yang berbeda.

2.4 Laporan Keuangan

2.4.1 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan hal penting karena memberikan input

(informasi) yang bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Banyak pihak yang

berkaitan dengan laporan keuangan, mulai dari investor atau calon investor, pihak

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

39

pemberi dana atau calon pemberi dana, sampai pada manajemen perusahaan itu

sendiri. Laporan keuangan diharapkan memberi informasi mengenai profitabilitas,

risiko, dan timing dari aliran kas yang dihasilkan perusahaan. Informasi tersebut

akan mempengaruhi pihak-pihak yang berkepentingan, dan pada giliran

selanjutnya akan mempengaruhi nilai perusahaan.

Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara

keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang

sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga

menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu periode. Keuntungan dari

membaca laporan ini pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada

serta mempertahankan kekuatan yang dimilikinya (Kasmir, 2012 : 280).

Ada tiga jenis laporan keuangan yang sering digunakan yaitu neraca,

laporan laba-rugi, dan laporan arus kas. Seperti yang dijelaskan oleh Hanafi

(2012 : 27) berikut ini :

a. Neraca

Neraca keuangan perusahaan mencoba meringkas kekayaan yang

dimiliki oleh perusahaan pada waktu tertentu. Dengan demikian, neraca

keuangan merupakan ‘snapshot’ gambaran kekayaan perusahaan pada saat

tertentu. Karena fokus pada hal tertentu, maka neraca keuangan biasanya

dinyatakan neraca per tanggal tertentu.

Neraca dibagi ke dalam dua bagian yaitu sisi kiri yang menyajikan aset

yang dimiliki oleh perusahaan, dan sisi kanan yang menyajikan sumber dana

yang dipakai untuk memperoleh aset tersebut. Neraca disusun berdasarkan

persamaan aset = kewajiban + modal saham. Sisi kiri meringkaskan kekayaan

yang dimiliki perusahaan sementara sisi kanan meringkaskan sumber dana

yang dipakai untuk membeli aset tersebut.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

40

b. Laporan Laba – Rugi

Laporan laba-rugi meringkaskan aktivitas perusahaan selama periode

tertentu. Laporan laba-rugi sering dianggap sebagai laporan paling penting

dalam laporan tahunan. Kegiatan yang dilaporkan meliputi kegiatan rutin

(operasi bisnis), dan juga kegiatan yang tidak rutin, seperti penjualan aset

tertentu, penghentian lini bisnis tertentu, perubahan metode akuntansi, dan

sebagainya.

Laporan keuangan laba-rugi diharapkan bisa memberikan informasi yang

berkaitan dengan tingkat keuntungan, risiko, fleksibilitas keuangan, dan

kemampuan operasional perusahaan.

c. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas meringkas aliran kas masuk dan keluar perusahaan

untuk jangka waktu tertentu. Laporan kas diperlukan karena dalam beberapa

situasi, laporan laba-rugi tidak cukup akurat menggambarkan kondisi

keuangan perusahaan. Laporan arus kas memiliki dua tujuan : (1)

Memberikan informasi mengenai penerimaan dan pembayaran kas

perusahaan selama periode tertentu, dan (2) Memberikan informasi mengenai

efek kas dari kegiatan investasi, pendanaan, dan operasi perusahaan selama

periode tertentu.

Pada intinya, laporan arus kas ingin melihat aliran dana yaitu berapa besar

kas masuk, sumber-sumbernya, berapa kas keluar, dan kemana kas tersebut

keluar. Karena itu, item-item dalam laporan arus kas dikelompokkan ke dalam

tiga bagian besar yaitu : 1) aliran kas dari kegiatan operasional, 2) aliran kas dari

kegiatan investasi, 3) aliran kas dari kegiatan pendanaan.

2.4.2 Laporan Keuangan Syariah

Dalam perbankan syariah, tujuan penyajian laporan keuangan sama

halnya dengan laporan keuangan pada umumnya yaitu untuk menyediakan

informasi, menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

41

suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sebagian besar pemakai dalam

pengambilan keputusan ekonomi. Yang membedakan laporan keuangan syariah

dengan laporan keuangan pada umumnya adalah bentuk atau jenis laporan

keuangannya. Seperti yang dijelaskan oleh Nurhayati dan Wasilah (2011 : 95)

tentang laporan keuangan entitas syariah yang terdiri atas :

1. Posisi keuangan entitas syariah, disajikan sebagai neraca.

Laporan ini menyajikan informasi tentang sumber daya yang

dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas, dan solvabilitas

serta kemampuan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan.

Laporan ini berguna untuk memprediksi kemampuan

perusahaan di masa yang akan datang.

2. Informasi kinerja entitas syariah, disajikan dalam laporan laba

rugi. Laporan ini diperlukan untuk menilai perubahan potensial

sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa

depan.

3. Informasi perubahan posisi keuangan entitas syariah, yang dapat

disusun berdasarkan definisi dana seperti seluruh sumber daya

keuangan, modal kerja, aset likuid atau kas. Kerangka ini tidak

mendefinisikan dana secara spesifik. Akan tetapi, melalui

laporan ini dapat diketahui aktivitas investasi, pendanaan, dan

operasi selama periode pelaporan.

4. Informasi lain, seperti laporan penjelasan tentang pemenuhan

fungsi sosial entitas syariah. Merupakan informasi yang tidak

diatur secara khusus tetapi relevan bagi pengambilan keputusan

sebagian besar pengguna laporan keuangan.

5. Catatan dan skedul tambahan, merupakan penampung dari

informasi tambahan yang relevan termasuk pengungkapan

tentang risiko dan ketidakpastian yang mempengaruhi entitas.

Informasi tentang segmen industri dan geografi serta pengaruh

perubahan harga terhadap entitas juga dapat disajikan.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

42

2.5 Tinjauan Teori Profitabilitas, DPK, NPF, dan Tingkat Bagi Hasil

2.5.1 Pengertian Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan, dalam hal ini

perbankan, untuk menghasilkan laba. Profitabilitas biasanya diukur menggunakan

rasio perbandingan. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal

saham tertentu. Ada tiga rasio yang sering digunakan, yaitu profit margin, Return

on Asset (ROA), dan Return on Equity (ROE).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan rasio ROA sebagai pengukur

profitabilitas perusahaan. Hal tersebut dikarenakan bahwa dalam penentuan

tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian

besarnya Return On Asset, dan tidak memasukkan unsur Return On Equity. Hal

tersebut karena Bank Indonesia sebagai Pembina dan pengawas perbankan, lebih

mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang

dananya sebagian besar dari dana simpanan masyarakat (dana pihak ketiga).

Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu

(Hanafi, 2012 : 42). Dengan kata lain, Return on Asset (ROA) merupakan ukuran

kinerja keuangan dan dijadikan sebagai variabel dependen karena ROA digunakan

untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan

dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.

Menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001,

rasio ROA dapat diukur dengan perbandingan antara laba sebelum pajak terhadap

total aset (total aktiva). Seperti yang dituangkan dalam rumus berikut :

=

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

43

Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan aset,

yang berarti semakin baik, artinya semakin besar ROA menunjukkan kinerja

keuangan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin

besar.

2.5.2 Pengertian Dana Pihak Ketiga

Dana masyarakat (Dana Pihak Ketiga) adalah dana-dana yang berasal

dari masyarakat, baik perorangan maupun badan usaha, yang diperoleh bank

dengan menggunakan berbagai instrumen produk simpanan yang dimiliki oleh

bank seperti giro (demand deposits), deposito (time deposits), dan tabungan

(saving).

Sumber dana yang berasal dari masyarakat luas ini merupakan sumber

dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan

bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Pencarian dana dari

sumber ini relatif paling mudah jika dibandingkan dengan sumber lainnya dan

pencarian dana dari sumber dana ini paling dominan, asal dapat memberikan

bunga dan fasilitas menarik lainnya. Sumber dana yang didapat bank melalui

simpanan giro merupakan dana murah bagi bank, karena bunga atau balas jasa

yang dibayar paling murah jika dibandingkan dengan simpanan tabungan dan

simpanan deposito. Sedangkan simpanan tabungan dan simpanan deposito disebut

dana mahal, hal tersebut disebabkan bunga yang dibayar kepada pemegangnya

relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan jasa giro (Kasmir, 2012 : 59).

2.5.3 Pengertian Non Performing Finance

Non Performing Finance (NPF) adalah kredit bermasalah yang terdiri dari

kredit yang berklasifikasi kurang lancar, diragukan, dan macet. Termin NPF

diperuntukkan bagi bank syariah. Rasio ini menunjukkan bahwa kemampuan

manajemen bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang diberikan oleh

bank sehingga semakin tinggi rasio ini maka semakin buruk kualitas pembiayaan

bank tersebut. Hal ini dikarenakan pembiayaan merupakan sektor terbesar dalam

menyumbang pendapatan bank.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

44

NPF adalah tingkat pengembalian kredit yang diberikan deposan kepada

bank, dengan kata lain NPF merupakan tingkat kredit macet pada bank tersebut.

NPF dapat diketahui dengan cara menghitung Pembiayaan Non Lancar terhadap

Total Pembiayaan. Seperti yang dituangkan dalam rumus berikut :

= Apabila semakin rendah NPF maka bank tersebut akan semakin naik

keuntungannya, sebaliknya bila tingkat NPF tinggi, bank tersebut akan mengalami

kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet.

2.5.4 Pengertian Bagi Hasil

Bagi keuntungan atau bagi hasil merupakan ciri utama bagi lembaga

keuangan tanpa bunga atau biasa disebut bank syariah. Dinamakan lembaga

keuangan bagi hasil, karena lembaga ini memperoleh keuntungan dari apa yang

dihasilkan dari upayanya mengelola dana pihak ketiga.

Menurut Silvanita (2009 : 35) mengenai prinsip bagi hasil yang

menyatakan bahwa :

“Bagi hasil adalah suatu perkongsian antara dua pihak atau lebih

dalam suatu kegiatan usaha / proyek di mana masing-masing pihak

berhak atas segala keuntungan dan bertanggung jawab atas segala

kerugian yang terjadi”.

Sistem bagi hasil merupakan sistem dimana dilakukannya perjanjian atau

ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam kegiatan usaha

diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan didapat antara

kedua belah pihak atau lebih.

Produk pembiayaan bank syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil

terdiri dari al-musyarakah dan al-mudharabah. Seperti yang dijelaskan oleh

Sudarsono (2012 : 76) berikut ini :

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

45

a. Al-musyarakah, adalah kerjasama antara kedua pihak atau lebih untuk

suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi

dana dengan keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai

dengan kesepakatan.

Musyarakah terdiri dari dua jenis, yaitu musyarakah pemilikan dan

musyarakah akad (kontrak). Musyarakah pemilikan tercipta karena

warisan wasiat atau kondisi lainnya yang berakibat pemilikan satu aset

oleh dua orang atau lebih. Sedangkan musyarakah akad tercipta dengan

kesepakatan di mana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari

mereka memberikan modal musyarakah dan berbagi keuntungan dan

kerugian.

b. Al-mudharabah, adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak di mana

pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan

pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah

dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan

apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan

akibat dari kelalaian si pengelola.

2.6 Pengaruh DPK, NPF, dan Tingkat Bagi Hasil terhadap Profitabilitas

Perbankan Syariah

2.6.1 Pengaruh DPK terhadap Profitabilitas

Dana pihak ketiga merupakan tulang punggung dari kegiatan operasional

bank. DPK merupakan simpanan yang didapat dari nasabah melalui giro,

tabungan, dan deposito. Dana tersebut kemudian disalurkan oleh bank dalam

bentuk pembiayaan, baik pembiayaan dengan akad bagi hasil (mudharabah dan

musyarakah), jual beli (murabahah) atau akad lainnya. Dari pembiayaan-

pembiayaan tersebut, nantinya akan menghasilkan revenue bagi hasil untuk

nasabah dan juga untuk bank yang tentunya akan mempengaruhi besar kecilnya

profitabilitas bank.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

46

Hal tersebut didukung oleh pernyataan Kasmir (2012 : 60) bahwa sumber

dana pihak ketiga merupakan sumber dana terpenting bagi operasional bank

karena selain mudah dalam mencarinya, juga tersedia banyak di masyarakat, dan

persyaratan untuk mencarinya pun tidak sulit.

2.6.2 Pengaruh NPF terhadap Profitabilitas

Sebagai indikator yang menunjukkan kerugian akibat risiko kredit adalah

tercermin dari besarnya NPF. NPF adalah rasio antara pembiayaan yang

bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah.

Berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia kategori yang

termasuk dalam NPF adalah pembiayaan kurang lancar, diragukan, dan macet.

NPF mencerminkan risiko pembiayaan, semakin tinggi rasio ini,

menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk. Pengelolaan

pembiayaan sangat diperlukan oleh bank, mengingat fungsi pembiayaan sebagai

penyumbang pendapatan terbesar bagi bank syariah. Tingkat kesehatan

pembiayaan (NPF) ikut mempengaruhi pencapaian laba bank. Bertambahnya NPF

akan mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari

pembiayaan yang diberikan sehingga mempengaruhi perolehan laba dan

berpengaruh buruk pada profitabilitas bank.

2.6.3 Pengaruh Tingkat Bagi Hasil terhadap Profitabilitas

Bagi hasil atau profit sharing dapat diartikan sebagai sebuah bentuk

kerjasama antara pihak investor dengan pihak pengelola dana. Istilahnya dalam

perbankan syariah adalah shahibul maal dan pihak mudharib, yang nantinya

diadakan pembagian hasil berdasarkan presentase jatah bagi hasil sesuai dengan

kesepakatan kedua belah pihak.

Bank selaku mudharib harus dapat mengelola dana yang dipercayakan

kepadanya dengan hati-hati dan memperoleh penghasilan yang maksimal. Dalam

mengelola dana ini, bank memiliki empat jenis pendapatan yaitu pendapatan bagi

hasil, margin keuntungan (mark up harga beli), imbalan jasa pelayanan, sewa

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank

47

tempat penyimpanan harta, dan pengembalian biaya administrasi. Pada

pendapatan bagi hasil, besar kecilnya pendapatan bergantung pada pilihan yang

tepat dari jenis usaha yang dibiayai. Memberikan porsi bagi hasil yang besar

kepada mudharib akan memotivasi mudharib untuk lebih giat berusaha, begitupun

sebaliknya. Maka pembagian keuntungan yang dipandang adil adalah 50 : 50

(Perwataatmadja dan Tanjung, 2011 : 76).