persiapan pre, intra dan post operative pada.pptx
DESCRIPTION
kedokteranTRANSCRIPT
Persiapan Pre, Intra dan Post Operative pada Wanita yang akan
Dilakukan TonsilektomiGrandy Talanila
102012432
Skenario
Seorang perempuan datang ke bagian pendaftaran rawat inap RS dengan membawa surat permintaan rawat dari dokter spesialis THT. Dari surat tersebut, diketahui dokter tersebut akan melakukan tindakan tonsilektomi dan merujuk ke bagian anastesi untuk penanganan operasi tonsilektomi esok hari.
Rencana anestesi
Medikasi preanestesi
Jenis anestesi
Jika dilakukan anestesi umum, perhatikan manajemen jalan napas (airway), pemberian obat induksi, rumatan dan pelemas otot. Jika anestesi yang diberikan anestesi regional, perhatikan teknik dan zat anestesi yang digunakan.
Monitoring intraoperasi
Perhatikan kebutuhan cairan, tanda vital, bising usus dan kesadaran pasien.
Monitoring pasca operasi
Meliputi pengendalian nyeri dan pengawasan hemodinamik.
Pre operatif
Tujuan:
1. Untuk skirining dan mempersiapkan pasien dengan penyakit komorbid.
2. Untuk meninjau resiko anestesi dan tindakan bedah dan menurunkan resiko tersebut.
3. Untuk mengidentifikasi pasien yang mungkin membutuhkan teknik anestesi yang spesial atau perawatan postoperative
4. Untuk edukasi pasien dan keluarga tentang anestesi dan peran anestesiologis
5. Untuk inform consent
6. Untuk fasilitasi waktu perawatan dan menghindari pembatalan pada hari operasi.
7. Untuk motivasi pasien untuk berhenti merokok, mengurangi berat badan pada overweight/obese, dan hal preventif lainnya.
Pre operatif
Anamnesis:
1. Identitas pasien (nama, umur, alamat, pekerjaan, berat badan, tinggi badan)
2. Riwayat penyakit atau sedang diderita yang mungkin dapat menjadi penyulit
3. Riwayat obat-obat yang sedang atau telah digunakan dan mungkin menimbulkan interaksi
4. Riwayat alergi terhadap obat-obatan tertentu terutama obat anestesi pada pasien maupun keluarganya.
5. Riwayat kebiasaan pasien, seperti merokok, minum alkohol atau mengonsumsi narkotika. Perlu ditanyakan juga makanan dan minuman yang terakhir dimakan pasien karena dapat mempengaruhi waktu pengosongan lambung.1,2
Pre operatif
Pemeriksaan fisik:
1. Ttv, keadaan umum, kesadaran
2. Jalan nafas bagian atas : apa ada kesulitan seperti jalan nafas mudah tersumbat, pasien ompong atau memakai gigi palsu atau mempunyai rahang yang kecil yang akan mempersulit laringoskopi. Apakah ada gangguan membuka mulut atau kekakuan leher, apakah pembengkakan abnormal pada leher yang menekan dorong saluran nafas bagian atas.
Pemeriksaan penunjang: Hb dan pada pasien anestesi umum. pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal, serum elektrolit, dan faal hemostasis. Dapat dilakukan pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) dan radiologi jika dibutuhkan.
Pre operatif
KELOMPOK KETERANGAN
ASA 1 Pasien dalam keadaan sehat yang memerlukan operasi
ASA 2 Pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik karena
penyakit bedah maupun penyakit lainnya. Tidak ada keterbatasan
fungsional.
ASA 3 Pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik sedang hingga berat
yang menyebabkan keterbatasan fungsi
ASA 4 Pasien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam hidup dan
menyebabkan ketidak mampuan fungsi
ASA 5 Pasien yang tidak dapat bertahan hidup dalam 24 jam dengan atau
tanpa operasi
ASA 6 Pasien mati otak yang organ tubuhnya dapat diambil untuk donor
Penentuan kondisi pasien menurut ASA
America Society of Anesthesiologist Physical Status Classification.
Persiapan pada hari operasi
Pengosongan saluran pencernaan: untuk mencegah regurgitasi ke saluran napas. Dewasa 6-9 jam anak anak dan bayi 3-4 jam.
Benda benda seperti gigi palsu, bulu mata palsu, cincin, gelang, dan makeup seperti kuteks harus ditanggalkan agar tidak mengganggu monitoring selama operasi.
Kandung kemih harus kosong.
Masuk kamar operasi dengan pakaian khusus, dan diberi label, terutama bayi.
Medikasi preanastesi
Mempermudah induksi
Mengurangi jumlah obat yang digunakan
Menenangkan pasien sebelum operasi
Menekan reflex
Medikasi preanestesi
Analgesik narkotik: morfin, petidin
1. Memudahkan induksi, mengurangi kebutuhan obat, analgesi pra dan pasca bedah.
2. Dapat diantagonisir dengan naloxone
Barbiturat:
1. Sedasi, efek depresi respirasi minimal, depresi sirkulasi minimal, efektif diberikan peroral
2. Tidak ada efek analgesic, disorientasi pada pasien yang kesakitan, tidak ada antagonisnya.
Hipnotik sedative: diazepam
1. Menghilangkan rasa cemas, depresi napas, mual muntah, antagonisnya flumazenil
2. Pada orang tertentu dapa mengakibatkan sedasi berkepanjangan
Neuroleptic: doperidol
1. Efek anti emetic yang kuat, karena menekan pusat muntah di medulla, efek alpha adrenergic antagonis, sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah perifer
Antikolinergik: atropine Efek kompetitif inhibitor muskarinik dan asetilkolin, mencegah hipersekresi kelenjar ludah dan bronkus
Stadium anestesi umum menurut guedel
Stadium 1: mulai pemberian anestesi sampai penurunan kesadaran, tindakan ringan seperti pencabutan gigi dan biopsy dapat dilakukan pada stadium ini
Stadium 2: hilangnya kesadaran dan reflex bulu mata. Pasien tereksitasi dangerakan yang tidak menurut kehendak. Tonus otot naik, inkontinensia urin, muntah midriasis. Merupakan stadium berbahaya karena dapat menyebabkan kematian
Stadium 3: napas mulai teratur sampai napas spontan menghilang. Dibagi menjadi 4 plana:
1. Pernapasan teratur, spontan, gerakan mata involunter, dada seimbang, reflex faring tidak ada, tonus otot mulai menurun
2. Pernapasan teratur, bola mata tidak bergerak, terfiksasi di tengah, reflex laring hilang, dapat dilakukan intubasi.
3. Otot intercostal mulai paralisis, lakrimasi tidak ada, pupil midriasis, reflex laring dan peritoneum tidak ada. Relaksasi otot hamper sempurna
4. Pernapasan tidak teratur karena otot intercostal paralisis sempurna. Pupil sangat midriasis, reflex cahaya hilang, relaksasi oto lurik sempurna.
Stadium 4: paralisis medulla oblongata. Melemahnya pernapasan perut, tekanandarah tidak dapat diukur, denyut jantung berhenti,
Induksi
Usaha untuk membawa pasien dari kondisi sadar ke ke kondisi pembedahan (guedel 3), dan melewati stadium 2 sesingkat mungkin.
Induksi dapat diberikan secara inhalasi atau intravena.
Inhalasi :
1. Dapat diberikan secara terkontrol, dan cepat karena dikeluarkan lewat paru.
2. Yang sering digunakan adalah N2O, halotan, enfluran, isoflurane, desfluran
Intravena:
1. Induksi anestesi, induksi dan pemeliharaan bedah singkat, suplementasi hypnosis,
2. Harus larut dalam air, tidak iritasi jaringan, mula kerja cepat, lama kerja pendek, cepat menghasilkan efek hypnosis dan analgesia, cepat dielminasi tubuh, dan tidak terlalu mendepresi system kardiovaskuler.
3. Biasanya digunakan propofol.
Rumatan anestesi
Menjaga kedalaman anestesi dengan cara mengatur kadar obat dalam tubuh pasien.
Dapat dilakukan secara inhalasi, intravena atau gabungan
Monitoring intraoperasi
Anestesi umum: menimbulkan anastesia atau narkosa, keadaan depresi umum dari berbagai saraf yang bersifat reversible, dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan
Anestesi regional: menghambat hantaran saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari suatu bagian tubuh diblokir untuk sementara (reversiblenekerja dengan menghambat channel natrium, dan kalium.
Anestesi umum
Keuntungan Mengurangi kesadaran pasien dan recall
intraoperatif
Memungkinkan relaksasi otot yang tepat untuk jangka waktu yang lama
Memfasilitasi kendali penuh dari saluran napas, pernapasan, dan sirkulasi
Dapat digunakan dalam kasus-kasus kepekaan terhadap agen anestesi elat
Dapat diberikan tanpa memindahkan pasien dari posisi telentang
Dapat disesuaikan dengan mudah untuk prosedur durasi tak terduga atau luasnya
Dapat diberikan dengan cepat
Kerugian Membutuhkan meningkatnya kompleksitas
perawatan dan biaya yang terkait
Membutuhkan beberapa derajat persiapan pasien pra operasi
Dapat menyebabkan fluktuasi fisiologis yang memerlukan intervensi aktif
Terkait dengan komplikasi yang kurang serius seperti mual atau muntah, sakit tenggorokan, sakit kepala, menggigil, dan kembali tertunda untuk fungsi mental yang normal
Terkait dengan hipertermia ganas, yang jarang, mewarisi kondisi otot di mana paparan beberapa (tetapi tidak semua) anestesi umum agen mengakibatkan kenaikan suhu akut dan berpotensi mematikan, hiperkarbia, asidosis dan hiperkalemia
Anestesi lokal
Keuntungan Alat minim dan teknik sederhana
sehingga biaya lebih murah.
Relatif aman untuk pasien yg tidak puasa (operasi emergency,lambung penuh) karena penderita sadar sehingga resiko aspirasi berkurang
Tidak ada komplikasi jalan nafas dan respirasi.
Tidak ada polusi kamar operasi oleh gas anestesi.
Perawatan post operasi lebih ringan/ murah
Kehilangan darah sedikit
Kerugian Membutuhkan kerjasama
penderita
Sulit diterapkan pada anak-anak
Tidak semua ahli bedah menyukai anestesi regional
Maintenance cairan
Defisit cairan dan kebutuhan maintenance selama operasi dapat dihitung dengan rumus di bawah ini (misal, pasien telah dipuasakan 8 jam):
Defisit cairan = 1,5 ml/kgBB/jam
= 1,5 x 50 x 8
= 600 ml
Maintenance = 1,5 ml/kgBB x 1 jam
= 1,5 ml x 50
= 75 ml
Maintenance cairan
Cairan diberikan ½ dalam 1 jam pertama, ¼ dalam 1 jam kedua, ¼ dalam 1 jam ketiga, sisanya diberikan cairan maintenance.1 Jadi pada kasus ini diberikan:
Jam 1: ½ x 600 ml + 75 ml = 375 ml
Jam 2: ¼ x 600 ml + 75 ml = 225 ml
Jam 3: ¼ x 600 ml + 75 ml = 225 ml
Jam 4 dan seterusnya: 75 ml
Monitoring intra operasi
Status hemodinamik: denyut nadi, kualitas denyut.
Jalan napas: pola, suara, frekuensi napas.
Catat heart rate setiap 10 menit.
EKG: diagnosis gangguan irama jantung, dilakukan pemeriksaan sebelum operasi.
Saturasi O2: analisa gas darah, co oximetry ( gold standard)
POST OPERATIF
MAINTANANCE : (Recovery Room)
Pemeriksaan TD, RR ) 5/15 menit (Status stabil)
Pulse Oxymetri dimonitoring hingga pasien sadar (oksigen 30-40% - cegah hipoksemia )
Analisis Gas Darah
Pemeriksaan suhu
- Sebelum dipindahkan ke ruangan rawat pasien harus sesuai dengan kriteria pasca operasi (skor Aldrate)
- Kriteria : warna kulit, kesadaran, sirkulasi, pernapasan, dan aktivitas motorik
Total nilai 10; <9 pasien discharge ke recovery/ ruang operasi
Monitoring pasca operasi
Warna Merah muda 2
Pucat 1
Sianotik 0
Pernapa
san
Dapat bernapas dalam dan batuk 2
Dangkal namun pertukaran udara
adekuat
1
Apnea atau obstruksi 0
Sirkulasi Tekanan darah menyimpang <20%
dari normal
2
Tekanan darah menyimpang 20-50%
dari normal
1
Tekanan darah menyimpang >50%
dari normal
0
Kesadar
an
Sadar, siaga, dan orientasi 2
Bangun namun cepat kembali tidur 1
Tidak berespons 0
Aktivitas Seluruh ekstremitas dapat digearakan 2
Dua ekstremitas dapat digerakan 1
Tidak bergerak 0
Total nilai 10; <9 pasien discharge ke recovery/ ruang operasi
Monitoring pasca operasi
Cek keadaan luka bekas operasi, tanda infeksi, demam, nyeri. Tutup dengan kasa steril selama 24 jam, diperiksa 2 kali sehari.
Cek urin dan feses pasien, retensi dapat terjadi pada pemberian opioid. Kalau 6-8 jam tidak terdapat urin, lakukan pemasangan kateter.
Post operatif
Pemeriksaan tekanan darah, frekuensi nadi, dan frekuensi pernapasan dilakukan paling tidak setiap 5 menit dalam 15 menit pertama atau hingga stabil, setelah itu dilakukan setiap 15 menit. Pulse oximetry dimonitor hingga pasien sadar kembali. Pemeriksaan suhu juga dilakukan. Seluruh pasien yang sedang dalam pemulihan dari anestesi umum harus mendapat oksigen 30-40% selama pemulihan karena dapat terjadi hipoksemia sementara
Pain management
Drug Concentration Size of Bolus Lockout interval
(min)
Continuous Infusion
Agonist
Morphine (1 mg/mL)
Adult 0.5–2.5 mg 5-10 -
Pediatric 0.01-0.03 mg/kg 5-10 0.01-0.03 mg/kg/hr
Fentanyl (0.01 mg/mL)
Adult 10-20 µg 4-10 -
Pediatric 0.5-1 µg/kg 5-10 0.5-1 µg/kg/hr
Hydromorphone (0.1 mg/mL)
Adult 0.05-0.25 mg 5-10 -
Pediatric 0.003-0.005 mg/kg 5-10 0.003-0.005 mg/kg/hr
Alfentanil (0.1 mg/mL) 0.1-0.2 mg 5-8 -
Methadone (1 mg/mL) 0.5-2.5 mg 8-20 -
Meperidine (10 mg/mL) 5-25 mg 5-10 -
Oxymorphone (0.25 mg/mL) 0.2-0.4 mg 8-10 -
Sulfentanil (0.002 mg/mL) 2-5 µg 4-10 -
Agonist-Antagonist -
Buprenorphine (0.3 mg/mL) 0.03-0.1 mg 8-20 -
Nalbuphine (1 mg/mL) 1-5 mg 5-15 -
Pentazocine (10 mg/mL) 5-30 mg 5-15 -
kesimpulan
Anestesi secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Obat yang digunakan dalam menimbulkan anesthesia disebut sebagai anestetik, dan kelompok ini dibedakan dalam anestetik umum dan anestetik lokal.