persiapan pengelasan diliat

33
Persiapan Pengelasan A. Persiapan Sebelum pengelasan di mulai, perlu di lakukan persiapan-persiapan yang masak agar menghasilkan pengelasan yang sempurna. Guna persiapan tersebut perlu diingat beberapa factor dasar persiapan, yakni: - Faktor manusia - Faktor prosedur dan cara krja - Faktor bahan/material - Faktor peralatan - Faktor alam dan lingkungan - Faktor maksud dan tujuan - Faktor resiko dan atau akibat - Faktor hasil perhitungan dan ukuran 1. Faktor manusia Jika membicarakan factor manusia, maka dalam hal ini yag di maksud adalah manusia sebagai perancang, pelaksana,pengawas,pemeriksa dan atau penguji. Untuk merencanakan suatu pekerjaan las diperlukan pengetahuan mekanis, ilmu bahan/metalurgi, fisika teknik dan K3 dalam pengelasan dan konstruksi. Dalam merencakan pekerjaan pengelasan harus diketahui terlebih dahulu untk apa suatu konstruksi di buat.bagaimana cara membuatnya , bagaimna cra penggunaan peralatan/konstruksi tersbut, hal-hal apa yng mngkin terjadi pada konstruksi tersebut. Dari smua itu dapat dipilih suatu prosedur yang tepat. Manusi asebagai pelaksana pengelasan paling tidak harus memenuhi beberapa persyaratan seperti: - sehat jasmani - keterampilan mngelas - berpengalaman dalam pngerjaan konstruksi - mengetahui sedikit ilmu bahan dalam pngelsan - mngetahui K3 dalam pengelasan.

Upload: syariefdarussalam25

Post on 13-Sep-2015

84 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

k3

TRANSCRIPT

Persiapan Pengelasan

A. PersiapanSebelum pengelasan di mulai, perlu di lakukan persiapan-persiapan yang masak agar menghasilkan pengelasan yang sempurna.Guna persiapan tersebut perlu diingat beberapa factor dasar persiapan, yakni:

- Faktor manusia - Faktor prosedur dan cara krja- Faktor bahan/material- Faktor peralatan- Faktor alam dan lingkungan- Faktor maksud dan tujuan- Faktor resiko dan atau akibat- Faktor hasil perhitungan dan ukuran

1. Faktor manusia

Jika membicarakan factor manusia, maka dalam hal ini yag di maksud adalah manusia sebagai perancang, pelaksana,pengawas,pemeriksa dan atau penguji. Untuk merencanakan suatu pekerjaan las diperlukan pengetahuan mekanis, ilmu bahan/metalurgi, fisika teknik dan K3 dalam pengelasan dan konstruksi.Dalam merencakan pekerjaan pengelasan harus diketahui terlebih dahulu untk apa suatu konstruksi di buat.bagaimana cara membuatnya , bagaimna cra penggunaan peralatan/konstruksi tersbut, hal-hal apa yng mngkin terjadi pada konstruksi tersebut.Dari smua itu dapat dipilih suatu prosedur yang tepat. Manusi asebagai pelaksana pengelasan paling tidak harus memenuhi beberapa persyaratan seperti:

- sehat jasmani- keterampilan mngelas- berpengalaman dalam pngerjaan konstruksi- mengetahui sedikit ilmu bahan dalam pngelsan- mngetahui K3 dalam pengelasan.- Dan yang terakhir, lulus dan berijazah dalam prakulifikasi yang dilaksanakan pihak-pihak yang berwenang dalam hal ini.

Sebagai pemeriksa di tuntut pngetahuan teoritis dalam pngelasan disamping pngetahuan di bidang konstruksi mekanik, keselamatan krja, metalurgi,karat, dan keterampilan dalam bidang inspeksi ,uji tanpa (non destructive test) dll. Hasil pemeriksaan dan saran-saran pemeriksa sngat menentukan mutu lasa yang sekaligus mutu suatu konstruksi, jadi fungsi seorang pemeriksa tak kalah pentingnya dengan pihak pelaksana pengelasan, juga menentukan mutu, kerapian dan ketepatan pengelasan.

2. Faktor prosedur dan cara kerja

Bahan-bahan apa saja yang akan dilas, apakah sama apakah berbeda, apakah konstruksi di maksudkan untuk menahan beban, tekanan, bocoran, getaran, gesekan/ erosi, tenaga-tenaga mekanis sperti daya,punter,tekuk,tarik dan sebgainya, berbagai pengaruh fisik, dingin, basah serangan karat dan sebgainya.

Dari ha-hal tersebut di atas dapat di tentukan kemudian:- Prosedur pengelasan yang tepat- Cara pengelasan yang benar, efisien dan selamat- Ukuran dan bahan pokok atau tambahan yang memnuhu syarata dan ekonomis

Selanjutnya setelah prosedur pengelasan telah tersusun, maka cara-cara kerja pengelasan yang benar juga harus disiapkan pengelasan jika ditinjau dari cara pengerjaannya dapat di bagi sebagai berikut:- Pengelasan datar (flat welding)- Pengelasan horizonta (horizontal welding)- Pengelasan vertical (vertical welding)- Pengelasan diatas kepala(overhead)- 3. FAKTOR BAHAN/MATERIAL

Jenis,cara perlatan dan bentuk serta ukuran-ukuran yang di perlukan dalam pengelasan dan tindakan-tindakan apa yang di perlukan sebelum dan sesudahnya (misalnya; preheating/pemenasan pendahuluan dan post heating/pembuangan tegangan), sangat tergantung dari jenis bahan yang akan dilas.

Pemilihan bahan jug aharus sesuai dengan bahan dasar (parent material) untuk mencegah hal-hal yang idak di inginkan seperti strest cracking (retak tegangan, crystal growth (pertumbuhan kristal) dan sebgainya.Sebgai contoh sebagai berikut:Untuk bahan ASTM A 335 grade P 5 (2 10% Cr Mo) di sambung dengan bahan yang sama, akan di pakai las busur nyala listrik terlindung (SMAW= shielded metal arc welding).Filler metakl atau bahan oenambah akan dipakai elektroda F 4 (ASME no. SFA 5.1 & 55 SFA 5.4 jumlah paduan nominal 6% atau kurang simbul AWS= AXX 15, EXX 16, EXX 18).

Untuk pipa diameter 6 dengan ketebalan 0,342 dipakai multiple-plass atau pengelasan alur berganda, posisi pengelasan 2 G (posisi horizontal)( backing strip) cincin tumpu tidak perlu.Pemanasan pendahuluan 350FPemanasan antar alur las (inter pass) Pemanasan akhir (post eld haet treatment) = 350F. 1.325 hingga 1.375F selama 2 jam dan di dinginkan menjadi 1.100F dengan derajat penurunan panas 250F/jam, dibungkus dengan bahan isolasi dan setelah 1.100F di biarkan secra perlahan-lahan mendingin di dalam selimut isolasi tersebut.

Data-data tersbut di atas harus dijelaskan di dalam welding procedure yang telah tersusun.

4. FACTOR PERALATAN

A. alat baku

- Mesin las listrik atau mesin las autogen (OAW= oxycatelen welding) yang meliputi botol gas (acetylene/propan), botol zat asam.- Sumber tenaga listrik AC/DC- Kabel las atau selang gas dan angin untul OAW- Tangkai las dan kelam las

B. alat keselamatan tukang las- Helmet untuk las dengan kacamata hitam paling kecil No.9 hingga 11- Sarung tangan las- Selongsong kaki las- Aprok/jaket las- Baju kerja dengan lengan panjang dan kerah leher yang dapat di tutup.

C. Alat Bantu Tukang Las

- Chipping hammer- Sikat metal (carbon steal, brass, stainless steel- Pahat runcing - Hammer- Kapur tahan panas

D. alat keselamatan umum

- Botol pemadam kebakaran- Dinding pelindung nyala- Untuk daerah yang mengandung gas yang mudah terbakar/meledak perlu di sediakan pula gas detector dan alat pemadam kebakaran yang lebih besar.

E. Alat-alt PPPK, terutama untuk perawatan luka bakar dan mata

F. Alat-alat ukur

- Pengukur panjang- Pengukur level- Pengukur ampere- Kapur pengukur panas (tempil stick)

5. FAKTOR ALAM/LINGKUNGANPersiapan-persiapan tertentu perlu dilaksanakan sebelum pengelasan di tempat-tempat dengan keadaan alam tertentu dengan menyelamatkan hasil pengelasan tersebut.Misalnya : untuk tempat-tempat diaman sering jatuh hujan dan kelembaban yang tinggi , perlu dibuatkan system pengeringan bagi elektroda low hydrogen (didalam ruang/kamar pemanas da didalam dapur pengeringan).

6. FAKTOR MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan suatu pengelasan harus jelas guna menentukan persiapan-persiapan apa yang di perlukan.Misalnya persiapan pengelasan fixed rodf tank (tangki atap tetap) berbeda dengan persiapan-persiaapan pengelasan floating roof tank (tangki atap terapung), Karen apada tangki atap terpung dituntut derajat kebundaran yang tinggi pada dinding silindrisnya supaya atap yang terapung tersebut tidak tersangkut dan macet sewaktu bergerak naik turun.

Persyaratan pengelasan pada bejana bertekanan rendah akan lebih rendah jika dibandign dengan pengelasan dengan bejana bertekanan tinggi (reactor, ketel uap dan lain-lain)Untuk pengelasan pada pipa uap panas lanjut dengan panas di atas 400C dan tekanan di atas 60 kg/cm2, dan bahannya terbuat dari 1 Cr Mo, maka di perlukan persiapan-persiapan khusus untuk post weld heat treatment (pembuangan sisa ketegangan di dalam metal). Tujuan persiapan tersebut untuk mendapatkan hasil pengelasan yang benar.tepat (kuat, rapi, bersih dan tidak mengakibatkan keretakan sewaktu mendingin).

Dan masih banyak conto-contoh lain, disini factor dan maksud dan jtujuan mennentukan persiapan pengelasan.

7. FAKTOR RESIKO DAN AKIBAT

Akibat suatu pengelasan jika tidak di perhitungkan sebelumnya kadang-kadang mengakibatkan bahaya-bahaya yang tidak didinginkan seperti, misalnya kebakaran, peledakan, keretakan dan lain-lain. Sebagai contoh:

Pengelasan untuk membuat suatu hot tapping atau cabang dari suatu system pipa minyakatau gas yang sedang hidup (in operation). Harus benar-benar dipersiapkan dengan segala perhitungan tentang apa akibatnya.

Pengelasan suatu bagian konstruksi yang menerima beban berat dan benturan-benturan harus benar-benar dipersiapkan, misalnya dengan ,memakai elektooda yang terbaik dan stress reliefing.

Itulah sebanya di dalam welding specification selalu dicantumakan klausula tentang quality control dan cara-cara pengujian.Hal ini di maksudkan memperkecil resiko sebgaai-akibat dari penegelasan.

Juga stiffeners, strongback, clamps dan tack welding atau las kunci dimaksudkan untuk memperkecil atau bahkan menghapuskan pergerakan-pergerakan metal setelah dilas yang dapat mengakibatkan stress (tegangan), kemiringan, pembengkokan, offset/miss align, penggelembungan (buckling) dan lain-lain.Perlunya welding procedure dan welder qualification adalah juga untuk memperkecil terbuatnya kesalahan yang dapat menimbulkan resiko yang tidak di inginkan.Jadi factor resiko dan akibat menentukan pula hal-hal yang perlu di persiapkan sbelum pengelasan.

8. FAKTOR HASIL PERHITUNGAN DAN UKURAN

Hasil perhitungan menentukan ukuran dan jenis bahan apa yang tepat untuk dipergunakan. Ukuran dan jenis bahan menentukan prosedur pengelasan dan jenis las apa yang tepat. Prosedur pengelasan yang menentukan jenis las tertentu,memerlukan pula sarana penunjangnya.

Dengan kata lain akhirnya semuanya menentukan persiapan-persiapan yang diperlukan. Misalnya:

Hasil perhitungan menentukan bahwa diperlukan plat mild steel dengan ketebalan 2, maka untuk pengelasannya diperlukan prekeating dan slow cooling yang semuanya memerlukan persiapan-persiapan khusus seperti obor-obor pemanas, atau dapat pula dipakai elemen pemanas dengan memakai tenaga listrik.

Perhitungan menentukan untuk suatu jenis proses perlu memakai baja paduan sperti misalnya bahan 5% Mo. Sehingga pengelasannya diperluakn pula peralatan preheating dan postweld heat treatment (pemenasan pendahuluan dan perlakuan panas usai las).

Demikianlah bahwa hasil perhitungan dan ukuran menentukan persiapan-persiapan tertentu sebelum pengelasan.

PROSEDUR DAN TEKNIK DALAM PENGELASAN Prosedur pengelasan adalah suatu perencanaan untuk pelaksanaan pengelasan yang meliputi cara pembuatan kontruksi las yang sesuai dengan rencana dan spesifikasinya dengan menentukan semua hal yang diperlukan dalam pelaksanaan tersebut. Karena itu mereka yang menentukan prosedur pengelasan harus mempunyai pengetahuan dalam teknologi las, dapat menggunakan pengetahuan tersebut dan mengerti tentang efisiensi dan ekonomi dari aktivitas produksi. Untuk setiap pelaksanaan pekerjaan harus dibuat prosedur tersendiri secara terperinci termasuk menentukan alat yang diperlukan yang sesuai dengan rencana pembuatan dan kwalitas produksi. Dibawah ini akan diterangkan cara-cara dasar dalam membuat prosedur pengelasan untuk krontuksi baja pada umumnya.Dalam memilih proses pengelasan harus dititik beratkan pada proses yang paling sesuai untuk tiap tiap sambungan las yang ada pada kontruksi. Dalam hal ini tentu dasarnya efisiensi yang tinggi, biaya murah, penghematan tenaga penghematan energi sejauh mungkin. Proses pengelasan yang dipilih harus sudah ditentukan dalam tahap perencanaan kontruksi. Dalam pemilihan ini sebaiknya dibicarakan diantara tiga pihak yaitu pihak berencana, pihak pelaksana dan pihak peneliti dilaboratorium dengantitik berat pada pelaksana. Dalam penentuan ini dengan sendirinya harus dipertimbangkan juga alat yang akan digunakan, latihan bagi pekerja bia diperlkan, persetujuan dari pihak keselamaatan kerja, penentuan cara peeriksaan dan lain sebagainya.Bila proses pengelasan telah dirtentukan untuk tiap tiap sambungan maka tahap nerikutnya adalah menentukan syarat syarat pengelasan, urutan pangelasan dan persiapan pengelasan, baru setelah itu harus ditenhtukan cara cara menghilangkan deformasi dan laku panas yang diperlukan.

Persiapan pengelasanMutu dari hasil pengelasan tergantung dari pengerjaan las nya itu sendiri juga sangat tergantung dari persiapanya sebelum pelaksaanan pengelasan, Karena itu persiapan pengelasan harus mendapatkan perhatian dan pengawasan yang sama dengan pelaksanaan pengelasan, Persiapan umum dalam pengelasan meliputi penyediaan bahan, pemilihan mesin las, penunjukan juru las, penentuan alat perakit dan beberapa hal lainya lagi.Dalam menentukan alat alat, disamping menentukan lasnya itu sendiri hal yang juga tdak kalah pentingnya adalah penentuan alat perait atau alat bantu. Alat perakit ini adalah alat alat khusus yang dapat memegang dengan kuat bagian bagian yang akan dilas sehingga hasil pengelasan mempunyai bentuk yang tepat. Jadi pemilihan alat bantu yang tepat akan menentukan ketelitian bentuk akhir dan akan mengurangi waktu pengelasan. Alat perakit dalam pengelasan dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok yang memegang bagian-bagian yang akan dilas pada tempatnya sehingga memudahkan pengelasan dan yang kedua adalah pemegang yang dapat menahan perubahan dari bentuk konstruksiPersiapan bagian yang akan dilas Persiapan sisi lasSetelah penentuan proses pengelasan maka geometri sambungan harus ditentukan dengan memperhatikan tigkatan teknik dari begian pembuatan, sifat keampuan pengerjaan nya dan kemungkinan penghematan yang akhirnya tertuju pada bentuk alur. Posisi pengelasan dan alat pemegangPosisi pengelasan yang terbaik dilihat dari sudut kwalitas sambungan dan efisiensi pengelasan adalah pasisi datar, Karena itu dalam manentukan urutan perakitan, landasan perakitan alat perakit harus mengusahakan sejauh mungkin menggunakan posisi datar. Las ikat dan perakitanDalam penyetelan ini sering sekali bagian bagian harus dihubungkan satu sama lain dengan lasan pendek-pendek pada tempat tempat tertentu yang dinamakan las ikat Pemeriksaan dan perbaikan alurBentuk dan ukuran alur turut menentukan mutu lasan, karena itu pemeriksaan terhadap ketelitian bentuk dan ukuran nya harus juga dilakukan pada saat sebelum pengelasan. Pembersihan alurKotoran-kotoran seperti karat, terak, minyak, air dan lain sebagainya bila tercampur dengan logam las dapat menimbulkan cacat las seperti retak, lubang halus dan lain sebagainya yang dapat mambahayakan kontruksi, karena itu kotoran-kotoran itu harus dibersihkan sebelum pelaksanaan pengelasan. Pembersihanya yaitu dengan cara mekanik atau cara kimia

PROSEDUR DAN TEKNIK PENGELASAN PROSEDUR DAN TEKNIK PENGELASANProsedur pengelasan adalah suatu perencanaan untuk pelaksanaan pengelasan yangmeliputi cara pembuatan kontruksi las yang sesuai dengan rencana dan spesifikasinya dengan menentukan semua hal yang diperlukan dalam pelaksanaan tersebut. Karena itu mereka yang menentukan prosedur pengelasan harus mempunyai pengetahuan dalam teknologi las, dapat menggunakan pengetahuan tersebut dan mengerti tentang efesiensi dan ekonomi dari aktivitas produksi. Untuk setiap pelaksanaan pekerjaan harus dibuat prosedur tersendiri secara terperinci termasuk menentukan alat yang diperlukan yang sesuai dengan rencana pembuatan dan kualitas produksi. Perencanaan Prosedur PengelasanProsedur pengelasan akan memberikan hasil yang baik bila sebelumnya telah dibuatRencana tentang jadwal pembuatan, proses pembuatan, alat-alat yang diperlukan, bahan-bahan, urutan pelaksanaan, persiapan pengelasan, perlakuan setelah pengelasan, pengaturan pekerjaan dan lain-lainnya. Dalam memilih proses pengelasan harus dititik beratkan pada proses yang paling sesuaiuntuk tiap-tiap sambungan las yang aada pada konstruksi. Dalam hal ini tentu dasarnya adalah efesiensi yang tinggi, biaya yang murah, penghematan tenaga dan penghematan energi sejauh mungkin. Proses pengelasan yang dipilih harus sudah ditentukan dalam tahap perencanaan kontruksi. Dalam pemilihan ini sebaiknya dibicarakan diantara tiga yaitu pihak perencana, pihak pelaksana, dan pihak peniliti dilaboratorium dengan titik berat pada pelaksan. Dalam penentuan ini dengan sendirinya harus dipertimbangkan juga alat yang digunakan. Persiapan Pengelasan Hal-hal umum Mutu dari hasil pengelasan disamping tergantung dari pengerjaan lasnya sendiri jugasangat tergantung dari persiapanya sebelum pelaksanaan pengelasan. Karena itu persiapan pengelasan harus mendapatkan perhatian dan pengawasan yang sama dengan pelaksanaan pengelasan. Persiapan umum dalam pengelasan meliputi penyedian bahan, pemilihan mesin las, penunjukan juru las, penentuan alat perakit dan beberapa hal lainnya lagi. Dalam konstruksi baja umum proses las yang digunakan biasanya adalah las busur listrik dengan elektroda terbungkus, las busur listrik dengan pelindung gas CO2 dan las busur listrik terendam. Proses yang pertama paling banyak dan sangat umum dipakai tetapi kecepatan pengelasanya dan daya tembusnya lebih rendah bila dibandingkan dengan kedua proses yang lainya. Las busur listrik dengan pelindung gas CO2 mempunyai kecepatan dan daya tembus yang lebih tinggi tetapi memerlukan pelindung angin, komponenyang lebih banyak dan pengaturan gas. Pada las busur listrik terendam kecepatan dan daya tembus yang lebih tinggi lagi. Tetapi hanya dapat digunakan pada las datar saja dan lebih sesua untuk pelat tebal dari pada pelat tipis. Jelas disini bahwa masing-masing proses pengelasan mempunyai untung ruginya sendiri yang harus dipertimbangkan masak-masak dalam menentukan proses pengelasan yang akan digunakan.Dalam menentukan alat-alat, disamping menentukan mesin lasnya sendiri, hal yang Juga tidak kalah pentingnya adalah penentuan alat perakit atau alt antu. Alat perakit ini adalah alat-alat khusus yang memegang dengan kuat bagian-bagian yang akan dilas sehingga hasil pengelasan mempunyai bentuk yang tepat, jadi pemilihan alat Bantu yang tepat akan menentukan ketelitian bentuk akhir dan akan mengurangi waktu pengelasan. (1) Persiapan Sisi Las Setelah pentuan proses pengelasan. Maka geometri sambungan harus ditentukan denganmemperhatikan tingkatan teknikdari bagian pembuatan, sifat kemampuan dan pengerjaanya dan kemungkinan penghematan yang akhirnya tertuju pada bentuk alur pada umumnya untuk pengelasan pelat dengan tebal sampai dengan 6mm digunakan alur persegi, untuk pelat dengan tebal 6mm sampai 20mm digunakan alur V tunggal dan yang lebih tebal dengan alur V ganda atau U tunggal atau ganda dan lain sebagainya.(2) Posisi Pengelasan Dan Alat Pemegangpengelasan yang terbaik ilihat dari sudut kualitas sambungan dan efesiensi pengelasanadalah posisi datar. Karena itu dalam menentukan urutan perakitan,harus mengusahakan sejauh mungkin mengunakan posisi datar yaitu:a) memungkinkan pelaksanaan pengelasan posisi datar sebanyak-banyaknya. b) menahan dan menghalang I perubahan bentuk yang terjadi karena pengelasan atau memberikan perubahan bentuk mulauntuk mendapatkan kecepatan bentuk yang lebih tinggi.c) memperbaiki efesiensi dengan memudahkan pelaksanaan pengelasan atau memungkinkan pengelasan otomatik dalam produksi besar-besaran.(3) Las Ikat Dan Perakitan Bagian-bagian yang telah dipersiapkan kemudian distel untuk dirakit. DalamPenyetelan Ini Seringkali bagian-bagian harus dihubungkan satu sam lain, dengan lasan pendek-pendek pada tempat-tempat yang dinamakan las ikat. Karena sifatnya sementara maka sering sekali las ikat ini dilakasanakan dengan sembarangan sehingga terjadi retak-retak dan ronga halus yang akhirnya akan menurunkan mutu lasan. Karena las ikat juga mempengaruhi kualitas maka dianjurkan agar las ikat juga harus dilaksanakan dengan baik dan oleh juru las yang mempunyai kualifikasi yang sama dengan juru las yang akan melaksanakan seluruh pengelasan. Kalau hal ini tidak dapat dipenuhi maka sebaiknya tempat-tempat yang nantinya tidak di las. Las ikat juga biasanya menggunakan elektroda yang sama jenisnya dengan elektroda untuk pengelasan yang sebenarnya.(4) Pemriksaan Dan Perbaikan AlurBentuk dan alur turut menentukan mutu lasan, karena itu pemeriksaan terhadapKetelitian bentuk ukuranya juga harus dilakukan pada saat sebelum pengelasan, dalam hal ini yang penting adalah besarnya celah akar, yang harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Kalau celah akar lebih besar dari pada spesifikasi maka harus diadakan perbaikan seperlunya. Cara perbaikannya tergantung dari pada celah dan jenis sambunganya. (5) Pembersihan Alur kotoran-kotoran sperti karat, terak, minyak dan gemuk, debu, air dan lain sebagainyabila bercampur dengan logam. Las dapat menimbulkan cacat las seperti retak, lubang halus dan lain sebagainya yang dapat membahayakan kontruksi. Karena itu kotoran kotoran tersebut harus dibersihkan sebelum pelaksanaan pengelasan yang sebelumnya juga harus dibersihkan juga sebaik-baiknya. Cara pembersihan kotoran tersebut ada dua macam yaitu cara mekanik dengan menggunakan sikat kawat baja, penyemprotan pasir dan lain sebaginya, disamping itu juga cara penyemprotan dengan apipada daerah yang akan dilas dengan tujuan menguapkan api,membakar minyak dan gemuk, menghembus terak dan merupakan pemanasan mula.

prosedur teknik pengelasan PROSEDUR DAN TEKNIK PENGELASANProsedur pengelasan adalah suatu perencanaan untuk melaksanakan pengelasan yang meliputi cara pembuatan kontruksi las yang sesuai dengan rencana dan spesifikasinya dengan menentukan semua hal yang diperlukan dalam pelaksanaan tersebut. Karena itu mereka yang menentukan prosedur pengelasan harus mempunyai pengetahuan tentang teknolgi las, dapat menggunakan pengetahuan tersebut dan mengerti tentang efisiensi dan ekonomi dari aktivitas produksi. Untuk setiap pelaksanaan pekerjaan harus dibuat prosedur tersendiri secara terperinci termasuk menentukan alat yang diperlukan yang sesuai dengan rencana pembuatan dan kwalitas produksi. Di bawah ini akan direrangkan cara cara dasar dalam membuat prosedur pengelasan untuk kontruksi baja pada umumnya.A. Perencanaan Prosedur PengelasanProsedur pengelasan akan memberikan hasil yang baik bila sebelumnya telah dibuat rencana tentang jadwal pembuatan, persiapan pengelasan, perlakuan setelah pengelasan, pengaturan pekerjaan dll. Berdasarkan rencana kontruksi biasanya dibuat penjadwalan secara menyeluruh dengan mempelajari urutan perakitan, banyaknya pekerjaan las yang diperluakan, kapasitas dari alat alat yang ada , kerja yang diperlukan dsb.Dalam memilih proses pengelasan harus dititk beratkan pada proses yang paling sesuai untuk tiap- tiap sambungan las yang ada pada kontruksi. Dalam hal ini tentu dasarnya adalah efisiensi yang tinggi, biaya yang murah, penghematan tenaga dan penghematan energi sejauh mungkin. Proses pengelasan yang di pilih harus sudah ditentukan dalam tahap perencanaan kontruksi. Bila proses pengelasan telah ditentukan untuk tiap-tiap sambungan, maka tahap berikutnya adalah menentukan syarat-syarat pengelasan, urutan pengelasan dan persiapan pengelasan. Baru setelah itu harus di tentukan cara-cara menghilangkan deformasi dan laku panas yang diperlukan.B. Pengelasan1. Hal-hal umumMutu dari hasil pengelasan disamping tergantung dari pengerjaan las nya sendiri juga sangat tergantung dari persiapannya sebelum melaksanakan pengelasan. karena itu persiapan pengelasan harus mendapatkan perhatian dan pengawasan yang sama dengan pelaksanaan pengelasan. Persiapan umum dalam pengelasan meliputi penyediaan bahan, pemilihan mesin las, penunjukan juru las, penentuan alat perakit dan beberapa hal lain nya lagi.Juru las yang ditunjuk harus mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kwalifikasi yang sesuai dengan proses-proses pengelasan yang telah dipilih. disamping keterampilan yang baik juga perlu diperhatikan tabiat dari juru las yang akan dipilih.Dalam menentukan alat-alat, disamping menentukan mesin las nya sendiri, hal yang juga tidak kalah pentungnya adalah penentuan alat perakit / alat bantu. Alat perakit ini adalah alat-alat khusus yang dapat memegang dengan kuat bagian-bagian yang akan di las sehingga hasil pengelasan mempunyai membentuk yang tepat. Jadi pemilihan alat bantu yang tepat akan menentukan ketelitian bentuk akhir dan akan mengurangi waktu pengeelasan.2. Persiapan Bagian Yang Akan Dilasa. Persiapan sisi lasSetelah penentuan proses pengelasan, maka geometri sambungan harus ditentukan dengan memperhatikan dengan tingkatan teknik dari bagian pembuatan, sifat kemampuan pengerjaannya dan kemungkinan penghematan yang akgirnya tertuju pada bentuk alur. Pada umumnya untuk pengelasan pelat dengan tebal sampai 6 mm digunakan alur persegi, untuk pelat dengan tebal antara 6 mm sampai 20 mm digunakan alur V tunggal dan yang lebih tebal lagi dengan alur V ganda atau U tunggal atau ganda dsb.Pembuatan alur-alur ini dapat dilakukan secara termal dengan alat pemotong gas atau dingin dengan mesin. Suatu contoh syarat-syarat pemotongan dengan gas dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.b. Posisi pengelasan dan alat pemegangPosisi pengelasan yang terbaik dilihat dari sudut kwalitas sambungan dan efisiensi pengelasan adalah posisi datar. Karena itu dalam menentukan urutan perakitan, landasan perakitan dan alat perakit harus mengusahakan sejauh mungkin menggunakan posisi datar.

Tujuan menggunakan alat perakit atau alat bantu adalah :1. Memungkinkan pelaksanaan pengelsan posisi datar sebanyak-banyaknya2. Menehan dan menghalangi perubahan bentuk mula untuk mendapatkan ketepatan bentuk yang lebih tinggi.3. Memperbaiki efisiensi dengan memudahkan dengan pelaksanaan pengelasan atau memungkinkan pengelasan otomatik dalam hal produksi besar-besaranAlat perakit yang memenuhi tujuan pertama adalah alat -alat pemutar, kedua adalah alat- penjepit, ketiga adalah alat- alat penyetel. Dengan alat-alat perakit tidak diperlukan lagi penendaan dan penggunaan las ikat pada bagian- bagian yang akan dilas. Karena itu alat perakit merupakan alat yang penting dalam tahap perakitan mula.c. Las ikat dan perakitanBagian bagian yang telah dipersiapkan kemudian distel untuk dirakit. Dalam penyetelan harus diusahakan agar setelah selesai pelaksanaan las ikat jarak antara bagian bagian yang akan dilas terutama celah akarnya tidak berubah.Dalam perakitan hal yang paling penting adalah urutanya, yang memungkinkan agar semua pengelasan dapat dilakukan dengan perubahan bentuk dan tegangan sisa yang sekecil- kecilnya. Dalam menentukan urutan ini pada dasarnya sambungan las tumpul yang mempunyai penyusutan yang besar didahulukan dan kemudian baru las sudut. Pada kontruksi yang besar biasanya pengelasan dimulai dari bagian tangah kontruksi menuju kesisi secara simetris. Pelaksaan dengan urutan ini akan dapat mengurangi deformasi.d. Pemeriksaan dan perbaikan alurBentuk dan ukuran alur turut menentukan mutu lasan, karena itu pemeriksaaan terhadad ketelitian bentuk dan ukurannya harus juga dilakukan pada saat sebelum pengelasan. Dalam hal ini yang penting adalah calah akar, yang harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Kalau celah akar lebih besar dari pada spesifikasi maka harus diadakan perbaikan seperlunya. Cara perbaikanya tergantung dari pada besarnya celah dan jenis sambungannya.

e. Pembersihan alurAda dua macam cara dalam pembersihan kotoran, yaitu cara mekanik dengan menggunakan sikat kawat baja, penyemprotan pasir dsb dan cara kimia seperti penggunaan aseton, soda api dll. Di samping itu digunakan jugacara penyemprotan dengan api pada daerah yang akan dilas dan sekitarnya dengan tujuan menguapkan air, membakar minyak dan gemuk, menghembus terak dan karat dan merupakan pemanasan mula. Dalam hal ini akan sangat membantu bila permukaan atau sisi yang akan dilas, segera setelah alurnya dibuat ditutup dengan lapisan penahan karat yang tidak mengganggu kwalitas lasan.C. perlakuan akhir dalam pengelasan1. Perbaikan Cacat.Setelah selesai pengelasan, hasil lasan harus diperiksa sesuai denagan cara- cara pemeriksaan yang telah ditentukan misalnya dengan radiografi, ultrasonik dll. Bila ternyata ada cacat yang melebihi batas spesifikasi maka perbaikan cacat harus dilakukan. Pengelasan perbaikan biasanya memerlukan kondisi dan prosedur yang lebih teliti, sebeb kalau tidak akan menyebabkan cacat yang lebih parah pada lasan sekitarnya. Berhubungan dengan ini maka las perbaikan hanya dilakukan bila hal tersebut benar- benar akan memperbaiki hasil lasan, sehingga cacat las yang tidak membahayakan biasanya tidak diperbaiki.2. Pembebasan Tegangan Dan Perbaikan Perubahan BentukSetelah selesai pengelasan biasanya terjadi tegangan sisa yang dapat menimbulkan perubahan bentuk. Karena hal ini pada hasil pengelasan tertentu perlu adanya proses pelepasan tegangan, misalnya pada bejana yang digunakan pada suhu rendah atau pada hasil las yang nantinya dilanjutkan dengan pemesinan.D. Manajemen Dalam Pengelasan Juru las yang terampil dan alat las yang baik saja belum menjamin hasil las yang bermutu tinggi, apabila sarana lainya tidak dipenuhi. Manajemen pengelasan dalam hal ini harus mengatur beberapa sarana penting yang dapat mempengaruhi hasil lasan seperti pelaksanaa yang aman, pemeriksaan mutu dan pemeriksaan proses. Dibawah ini akan diterangkan dengan singkat pengaturan yang berhubungan dengan hal-hal tersebut.

1. Pengamanan pelaksanaanAgar pengelaasan dapat dilakukan dengan aman, alat-alat pengamanan harus lengkap dengan juru las harus mengerti dan dapat serta mau menggunakan alat pengaman tersebut. Dalam hal ini hal-hal yang penting adalah :a. Pemakain baju kerja yang sesuai dengan aman.b. Pemakain pelindung yang baik.c. Pada pengelasan di tempat yang tinggi harus menggunakan alat pengaman agar tidak jatuh.d. Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dan ledakan.e. Dll2. Pengawasan mutuUntuk mendapatkan mutu yang baik perlu adanya pengawasan pada alat-alat yang digunakan, bahan las yang dipilih, pelaksanaan dan ketrampilana. Pengawasan peralatanDengan menggunakan alat-alat yang sempurna akan diperoleh mutu lasan yang baik dan efisiensi kerja yang tinggi, karena itu diperlukan sistem manajemen yang dapat menentukan cara-cara pemilihan alat, pembelian alat, peminjaman alat kepada pekerja dan cara memperbaiki alat yang rusak.b. Pengawasan bahan lasPengaturan pembelian bahan las yang baik dalam jenis maupun dalam jumlah harus menjamin agar selalu terdapat jumlah persediaan seperti yang telah ditentukan dan yang sesuai dengan jadwal pelaksanaan. Lingkungan tempat penyimpanan bahan las yang harus baik sehingga tidak terjadi penyerapan uap yang akan menurunkan mutu hasil lasan.

c. Pengawasan pengelasan Apabila proses pengelasan telah ditentukan, maka perlu untuk mengadakan pengawasan agar prosedur pengelasan diikuti sepenuhnya. Untuk mempermudah pengawasan dan menghindari kesalahan perlu dibuat petunjuk kerja yang terperinci yang meliputi kondisi pengelasan, penggunaan alat, pemakaian bahan, prosedur pengerjaan dan cara-cara mengadakan perbaikan bila terjadi cacat.d. Pengawasan ketrampilanUntuk mendapatkan juru las yang terampil perlu diadakan latihan dan pendidikan. Tiap-tiap juru las harus mempunyai kwalifikasi berdasrkan peraturan yang ditentukan oleh badan yang berwenag dalam bidang kontruksi yang sesuai dan menguasai pengetahuan tentang pengelasan.e. Pengawasan prosesPengawasan terhadap proses ditunjukan untuk mempertinggi produktivitas, yang berarti hasil yang baik dengan cepat dan murah. Pengawasan proses meliputi pengawasan pengaturan tempat, pengaturan pekerja, pengaturan bahan dan alat dll.

A. Persiapan1. Surat PengantarProses kegiatan ini dilakukan di Bengkel Las Rizky Skaja, Jl. Terubuk Paus No.17 Pekanbaru. Proses penelitian dilakukan selama kurang lebih 2 hari pada tanggal 8 dan 9 Februari 2013. Penelitian tersebut secara informal yang diawali dengan permohonan izin pengambilan data dari pengelas yang bekerja.

2. Menyiapkan Alat, Sarana dan Ruangan a. Alat yang disiapkan: Kabel Las, Pemegang Elektroda, Palu Las, Sikat Kawat, Klem Massa, dan Tang (penjepit) b. Bahan yang diperlukan: selulosa, kalsium karbonat (Ca C03), titanium dioksida (rutil), kaolin, kalium oksida mangan, oksida besi, serbuk besi, besi silikon, besi mangan dan sebagainya dengan persentase yang berbeda-beda, untuk tiap jenis elektroda. 3. Persiapan Sebelum Pengelasan (a) Gambar-gambar pengelasan, perintah-perintah pengelasan dan lain-lain. Sebagai langkah pertama dari perencanaan pelaksanaan pengelasan,sangatlah diperlukan untuk memeriksa gambar-gambar pengelasan dan menuliskan perintah-perintah pengelasan secara seksama.Jika terdapat beberapa pertanyaan, hal tersebut harus didiskusikan diantara pihak-pihak yang terkait, untuk menegaskan bahwa setiap operasional pengelasan dapat dilakukan tanpa masalah. Kualifikasi dan ketrampilan dari para insinyur dan teknisi juga harus diperiksa.

(b). Metode pengelasan, perlengkapan las dan perlengkapan terkait, serta perlengkapan-perlengkapan pelindung. Perlu untuk memeriksa catu daya dan catatan pemeliharaan dari perlengkapan pengelasan dan perlengkapan lainnya, catatan perlengkapan terkait seperti pemanas dan pemindah posisi, dan pijakan serta kondisi tempat kerja untuk memastikan bahwa operasional pengelasan dapat dilakukan dengan aman. Perlu untuk memeriksa metode-metode kontrol dan (c). Kontrol terhadap baja dan material pengelasan, serta pencegahan terhadap penyerapan kelembaban. Penanganan baja dan elektrode las, seperti kesesuaian elektrode las terhadap bajanya. Elektrode terbungkus dan fluks memerlukan pemeriksaan secara hati-hati dan teliti atas penanganan, pengeringan dan kondisi penyimpanan, untuk mencegah penyerapan kelembaban. Elektrode terbungkus harus dikeringkan didalam kondisi-kondisi berikut ini sebelum digunakan.Elektrode jenis hidrogen rendah300 ~ 4000 C1 sampai 2 jam

Elektrode selain jenis hidrogen rendah80 ~ 1500 C30 menti sampai 1 jam

Elektrode terbungkus harus digunakan dalam waktu tertentu setelah pengeringan. Jika elektrode yang telah dikeringkan dibiarkan lama berada di udara terbuka, elektrode tersebut harus dikeringkan kembali sebelum digunakan.

(d). Kondisi pengelasan Perlu untuk memeriksa las ikat dan kondisi-kondisi penyambungan benda kerja, seperti posisi pengelasan, pemanasan awal dan kondisi pasca pemanasan, arus las, metode penggunaan elektrode, kecepatan pengelasan, urut-urutan pengelasan, suhu antar lajur pengelasan, jumlah lapisan rigi-rigi las dan lain-lain, untuk melihat jika hal-hal tersebut telah sesuai.

(e). Geometri kampuh Perlu untuk memeriksa bentuk sambungan dan geometri kampuh las, dan memeriksa bahwa permukaan kampuh bersih, bebas minyak, lemak, kotoran dan kelembaban.

C. Proses Pengelasan - Potong besi yang akan disambung sesuai dengan keinginan dengan menggunakan alat pemotong khusus. - Isi elektroda diletakkan diantara besi yang akan di las. Penyambungan dilakukan dengan bantuan panas mesin Las dan pendingin dilakukan dengan penyiraman air. - Kemudian untuk penghalusan besi dilakukan dengan pengamplasan.

BAB IVMANAJEMEN RISIKO A. Persiapan1. Ruang Lingkup Management RisikoManagement risiko dilakukan di Bengkel Las Rizky Skaja di Jl. Terubuk Paus No.17 yang rintisannya dimulai sejak 2010.2. Personil Yang Terlibat1) Personil inti/ yang dinilai risikonya: Pengelas bengkel Las Rizky Skaja sejumlah 4 orang2) Personil lain yang terlibat dalam kegiatan pengelasan: Kepala Bengkel Las Rizky Skaja Seluruh pekerja Bengkel Las Rizky Skaja3) Standar penentuan Kriteria RisikoPenentuan Risiko diambil berdasarkan persentasi angka kejadian ataupun angka prediksi kejadian frekuensi tertinggi yang sering terjadi serta tingkat keparahan kejadian melalui analisa management risiko.4) Mekanisme PelaporanLaporan diberikan kepada Bengkel Las Rizky Skaja.5) Dokument yang terkaita. Hasil wawancara dengan kepala dan pekerja Bengkel Las Rizky Skaja.b. Dokumentasi foto.c. Literature/ referensi serta hasil penelitian.

B. Identifikasi BahayaDilakukan melalui inspeksi, monitoring, wawancara, dan konsultasi dengan kepala Bengkel Las dan para pekerjanya. Secara umum kegiatan pengelasan di Bengkel Las Rizky Skaja sudah menggunakan SOP tetapi hanya seadanya sehingga tidak melindungi bagian tubuh secara menyeluruh. Pelindung yang digunakan hanya pakaian sehari-hari seperti kacamat dan baju kaos tipis, tidak mengikuti alat-alat pelindung kesehatan dan keselamatan kerja di bidang pengelasanC. Analisa Risiko1. Daftar kemungkinan dan konsekuensi dari bahaya pengelasan baik untuk therapist maupun pasien.Jenis BahayaRisikoKonsekuensi

Faktor FisikSuhu Panas

Pencahayaan yang tajamRadiasi

RadiasiTangan dan Kaki terbakar terkena percikan apiMemerah hingga buta

Faktor ErgonomikMembungkuk terlalu lama sewaktu proses pengelasanLordosis

Tulang membengkok kea rah depan

Faktor PsikososialJam kerja yang lama/ istirahat kurang.KelelahanLemah, pusing hingga pingsan

Alat Perlindungan DiriPengelas tidak memakai Masker yang memadaiPakaian khusus pengelasan (Apron) tidak memadaiKecelakaan

KecelakaanSerbuk besi bisa mengenai mataTubuh kurang terlindung dari alat-alat pengelasan (Luka dan terbakar)

Faktor KimiawiHasil sisa-sisa gas sewaktu pengelasanUdara banyak mengandung gas beracunBatuk-batuk, Pusing, sesak napas hingga pingsan

2. Bentuk analisa semikualitatif

Tingkat KeparahanKemungkinan Terjadi

Jarang Terjadi

(1)Kurang mungkin terjadi (2)Mungkin terjadi (3)Sangat Mungkin terjadi (4)Hampir Pasti terjadi(5)

(1)Tidak ada pengaruh

(2)Pengaruh sangat ringan Jam kerja yang lama/ istirahat kurang. (2)Pencahayaan yang tajam(6)

(3)Pengaruh ringan Suhu panas(6) Membungkuk terlalu lama pada saat pengelasan (12)

(4)Pengaruh seriusPengelas tidak memakai masker yang memadai (16)Pakaian khusus pengelasan (Apron) tidak memadai (20)

(5)Pengaruh fatal Hasil sisa-sisa gas sewaktu pengelasan (25)

A. Evaluasi RisikoDari tabel analisa semikualitatif ditentukan prioritas risiko sebagai berikut:NO.HAZARDSKORTAFSIRAN

1.Hasil sisa-sisa gas sewaktu pengelasan25 Hampir pasti terjadi Pengaruh fatal

2.Pakaian khusus pengelasan (Apron) tidak memadai20 Sangat mungkin terjadi Pengaruh serius

3.Pengelas tidak memakai masker yang memadai16 Sangat mungkin terjadi Pengaruh serius

4.Membungkuk terlalu lama pada saat pengelasan

12 Sangat mungkin terjadi Pengaruh ringan

5.Suhu panas 6 Mungkin terjadi Pengaruh ringan

6.Pencahayaan yang tajam6 Mungkin terjadi Pengaruh sangat ringan

7.Jam kerja yang lama/ istirahat kurang.

2 Jarang terjadi Pengaruh sangat ringan

B. Pengendalian RisikoNO.HAZARDPENGENDALIAN

1.Hasil sisa-sisa gas sewaktu pengelasan Harus memakai helm khusus las yang sesuai standar SOP.

2.Pakaian khusus pengelasan (Apron) tidak memadai Pengelas wajib memakai pakaian las (apron) yang telah ada sesuai dengan SOP.

3.Pengelas tidak memakai masker yang memadai Pengelas wajib memakai masker khusus las yang sesuai dengan standar SOP

4.Membungkuk terlalu lama pada saat pengelasan

Adanya waktu pergantian dalam bekerja

5.Suhu panas Usahakan jangan terlalu dekat dengan objek yang dikerjakan Memakai pakaian standarisasi

6.Pencahayaan yang tajam Wajib memakai kacamata khusus las yang sesuai dengan standar SOP

7.Jam kerja yang lama/ istirahat kurang.

Dalam bekerja ada jeda istirahat sehingga pekerja tidak bosan dan merasa stress.

BAB VPENUTUPA. Kesimpulan1. Las adalah suatu proses penyambungan plat atau logam menjadi satuakibat panas dengan atau tanpa tekanan.

2. Pengelasan di Bengkel Las Rizky Skaja belum melakukan SOP secara lengkap hanya pakaian atau barang-barang apa adanya yang dapat melindungi diri mereka secara tidak menyeluruh

3Setelah diadakan penelitian, penulis mendapatkan 7 (tujuh) tingkat risiko dari kegiatan pengelasan. Dengan analisa semi kualitatif, didapatkan skor tertinggi 25 dari maksimum 25 yaitu dari faktor Kimiawi (Hasil sisa-sisa gas sewaktu pengelasan) yang disebabkan oleh dengan tafsiran probabilitasnya hampir pasti terjadi dan pengaruhnya fatal. Kemudian skor minimal adalah 2 dari faktor psikososial (Jam kerja yang lama/ istirahat kurang) khususnya dari sisi manajemen waktu pengelasan yang panjang sementara waktu istirahat yang relatif kurang.

4. Pekerjaan pengelasan harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak menyepelekan risiko sekecil apapun

B. Saran-Saran

1. Alat Keselamatan Kerja seperti masker dan kacamata pelindung serta baju kerja harus sesuai dengan ketentuan alat kerja pengelasan harus menjai perhatian penting karena ini menyangkut dengan keselamatan kerja untuk menghindari kecelakaan.2. Pengelola Bengkel Las seharusnya memberikan keselamatan kerja dengan mengikutsertakan pekerjanya untuk ikut dalam program asuramsi ketenagakerjaan, berhubung bekerja di bengkel las risikonya sangat tinggi.3. Pengelola seharusnya memberikan waktu jeda untuk bekerja agar menghindari risiko fisik terhadap pekerja