pengelasan smaw

21
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pemotongan merupakan proses yang paling penting dalam teknologi produkasi yang menggunakan bahan baku logam. Karena dalam produksinya tidak mungkin dapat memproduksi dengan panjang yang tak terbatas atau dengan tingkat kerumitan tertentu. Maka dari itu dibutuhkan proses penyambungan dan salah satunya adalah proses pengelasan. Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam dengan menggunakan kalor dengan atau tanpa pengaruh tekanan. Menyatunya dua logam ini juga disebabkan oleh ikatan dan gaya tarik menarik antar atom nya. Pada waktu sekarang ini Teknik Las Terak dipergunakan secara luas dalam penyambungan barang-barang pada konstruksi bangunan baja dan konstruksi mesin. Di dalam dunia industri, banyak sekali macam pengelasan yang sering digunakan salah satunya adalah proses pengelasan busur listrik dengan menggunakan bahan fluks sebagai elektroda. Dalam las elektroda terbungkus bahan fluks memegang peranan penting karena bahan fluks berfungsi sebagai sumber terak, pengatur penggunaan, sebagai sumber unsur paduan, dan pemantap busur. Selain bahan fluks, las elektroda terbungkus juga menggunakan listrik arus AC (bolak-balik) dan Arus DC (arus searah), tetapi yang sering dipakai yaitu listrik arus AC (Bolak-Balik), sedangkan arus DC (Arus Searah) hanya digunakan untuk pelat-pelat yang amat tipis. Penggunaan teknik las tersebut secara luas dalam penyambungan batang pada konstruksi bangunan baja dan konstruksi mesin. Luasnya pengunaan teknologi ini disebabkan karena bangunan dan mesin yang dibuat dengan mempergunakan teknik penyambungan ini menjadi lebih ringan dan proses pembuatannya juga lebih sederhana, sehingga biaya keseluruhannya menjadi lebih murah. 1

Upload: rizal-ahmad-mubarok

Post on 05-Aug-2015

472 views

Category:

Documents


35 download

DESCRIPTION

Proses pengelasan menggunakan SMAW

TRANSCRIPT

Page 1: Pengelasan SMAW

1

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Proses pemotongan merupakan proses yang paling penting dalam

teknologi produkasi yang menggunakan bahan baku logam. Karena dalam

produksinya tidak mungkin dapat memproduksi dengan panjang yang tak terbatas

atau dengan tingkat kerumitan tertentu. Maka dari itu dibutuhkan proses

penyambungan dan salah satunya adalah proses pengelasan.

Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam dengan

menggunakan kalor dengan atau tanpa pengaruh tekanan. Menyatunya dua logam

ini juga disebabkan oleh ikatan dan gaya tarik menarik antar atom nya.

Pada waktu sekarang ini Teknik Las Terak dipergunakan secara luas

dalam penyambungan barang-barang pada konstruksi bangunan baja dan

konstruksi mesin. Di dalam dunia industri, banyak sekali macam pengelasan yang

sering digunakan salah satunya adalah proses pengelasan busur listrik dengan

menggunakan bahan fluks sebagai elektroda. Dalam las elektroda terbungkus

bahan fluks memegang peranan penting karena bahan fluks berfungsi sebagai

sumber terak, pengatur penggunaan, sebagai sumber unsur paduan, dan pemantap

busur. Selain bahan fluks, las elektroda terbungkus juga menggunakan listrik arus

AC (bolak-balik) dan Arus DC (arus searah), tetapi yang sering dipakai yaitu

listrik arus AC (Bolak-Balik), sedangkan arus DC (Arus Searah) hanya digunakan

untuk pelat-pelat yang amat tipis.

Penggunaan teknik las tersebut secara luas dalam penyambungan batang

pada konstruksi bangunan baja dan konstruksi mesin. Luasnya pengunaan

teknologi ini disebabkan karena bangunan dan mesin yang dibuat dengan

mempergunakan teknik penyambungan ini menjadi lebih ringan dan proses

pembuatannya juga lebih sederhana, sehingga biaya keseluruhannya menjadi lebih

murah.

1

Page 2: Pengelasan SMAW

2

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Cara mengelas yang sering digunakan dalam praktek dan termasuk

klasifikasi las busur listrik antara lain las elektroda terbungkus, las busur dengan

pelindung gas dan las busur dengan pelindung tanpa gas.

Salah satunya yang lazim digunakan dalam pengelasan yaitu

mempergunakan SMAW (shielded metal arc welding), las busur nyala listrik

terlindung, adalah pengelasan dengan mempergunakan busur nyala listrik sebagai

sumber panas pencair logam. Jenis las ini yang paling lazim dipakai di mana-

mana untuk hampir semua keperluan pengelasan.

1.2. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan pengelasan yang dilakukan praktikan ini

ialah, untuk menentukan koefisien pencairan dan koefisien penambahan metal las

pada produk lasan setelah dilakukan proses pengelasan SMAW (Shield Metal Arc

Welding).

1.3. Batasan Masalah

Pada praktikum pengelasan SMAW, dilakukan pengerjaan las dengan

menggunakan metode las busur lustrik, khususnya las elektroda terbungkus atau

SMAW (Shielded Metal Arc Welding). Sumber tegangan yang digunakan pada

mesin las sebesar 220 Volt dengan pengaturan arus yang berbeda yaitu 70

Ampere, 80 Ampere, dan 90 Ampere, lalu dalam proses pengelasan ini akan

dihitung laju lelehan elektroda derhadap perubahan arusnya tersebut.

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari enam bab. BAB I

menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan percobaan, batasan masalah,

sistematika penulisan. BAB II menjelaskan mengenai tinjauan pustaka yang berisi

mengenai teori singkat dari percobaan yang dilakukan oleh praktikan. BAB III

menjelaskan mengenai metode penelitian yang praktikan lakukan. BAB IV

menjelaskan mengenai data percobaan juga menjelaskan mengenai pembahasan

Page 3: Pengelasan SMAW

3

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

yang praktikan paparkan secara keseluruhan dengan sebaik-baiknya dan bab V

menjelaskan mengenai kesimpulan dari percobaan. Selain itu juga di akhir laporan

terdapat lampiran yang memuat contoh perhitungan, jawaban pertanyaan dan

tugas serta terdapat juga blangko percobaaan.

Page 4: Pengelasan SMAW

4

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pengelasan

Las (weld) adalah suatu cara untuk menyambung benda padat dengan jalan

mencairkannya melalui pemanasan, atau dengan kata lain, las adalah sambungan

setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas. Dalam

proses penyambungan ini ada kalanya disertai dengan tekanan dan material

tambahan (filler material). Untuk berhasilnya penyambungan, diperlukan

beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yakni :

1. Benda padat tersebut dapat cair/lebur oleh panas.

2. Antara benda-benda padat yang akan disambung harus memiliki kesesuain

sifat lasnya sehingga tidak melemahkan atau menggagalkan sambungan

tersebut.

3. Cara-cara penyambungan sesuai dengan sifat benda padat dan tujuan

penyambungannya.

4. Melakukan proses preparasi terhadap logam yang akan dilas.

Secara umum, pengelasan dapat dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan

cara kerjanya, yaitu:

1. Fusion welding

Fusion welding memiliki prinsip dasar mencairkan permukaan sambungan

dengan menggunakan busur las atau semburan api las. Contoh: las gas,

listrik terak, listrik gas, las busur plasma, las elektron.

2. Las tekan

Penyambugan yang dilakukan dengan cara memanaskan permukaan benda

kerja yang kemudian ditekan satu sama lainnya. Contoh: las resistan

listrik, las tekan gas, tempa, las ultrasonik, las induksi, dsb.

4

Page 5: Pengelasan SMAW

5

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

3. Pematrian

Proses penyambungan yang mirip dengan perekatan menggunakan lem,

tetapi untuk hal ini digunakan paduan logam lain yang dicairkan. Logam

paduan inilah yang digunakan sebagai perekat. Sehingga logam atau bahan

induk tidak ikut mencair. Biasanya yang berfungsi sebagai logam perekat

adalah jenis logam yang memiliki titik lebur rendah. Misal: timah. Contoh

pematrian: pembrasingan dan penyolderan

Bila dilihat dari cara kerja dan sumber energy, maka pengelasan (welding)

memiliki bermacam - macam variasi cara pengerjaan terhadap benda kerja,

tergantung dari kebutuhan pengguna dan pemanfaat las ini. [Harsono

Wiryosumarto, 2000]

2.2 Pengelasan Busur Listrik

Pada saat sekarang ini banyak sekali pengelasan yang mempergunakan

SMAW (shielded metal arc welding), las busur nyala listrik terlindung, adalah

pengelasan dengan mempergunakan busur nyala listrik sebagai sumber panas

pencair logam. Jenis las ini yang paling lazim dipakai di mana-mana untuk hampir

semua keperluan pengelasan.

Gambar 1. Prinsip Kerja Perpindahan Logam

Untuk keselamatan kerja, maka biasanya tegangan yang dipakai hanya 23-45

volt saja, sedangkan untuk pencairan pengelasan dipakai arus listrik hinga 500

ampere. Secara umum berkisar antara 80-200 Am. Untuk mencegah oksidasi

Page 6: Pengelasan SMAW

6

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

(reaksi dengan zat asam O2), bahan penambah las (elektroda) dilindungi dengan

selapis zat pelindung (fluks atau slag) yang sewaktu pengelasan ikut mencair.

Karena berat jenisnya lebih ringan dari bahan metal yang dicairkan, maka

cairan fluks tersebut mengapung di atas cairan metal tersebut, sekaligus

mengisolasi metal tersebut untuk beroksidasi dengan udara luar dan sewaktu

mendingin/membeku, fluks tersebut juga ikut membeku dan tetap melindungi

metal dari reaksi oksidasi.

2.2 SMAW (Shield Metal Arc Welding)

SMAW merupakan suatu teknik pengelasan dengan menggunakan arus

listrik berbentuk busur arus dan elektroda terbungkus. Tipe-tipe lain dari

pengelasan dengan busur arus listrik adalah submerged arc welding SAW, gas

metal arc welding GMAW-MIG, gas tungsten arc welding G dan plasma arc.

Dalam pengelasan SMAW ini terjadi gas penyelimut ketika elektroda

tersbungkus mencair sehingga dalam proses ini tidak diperlukan tekanan gas inert

untuk mengusir oksigen atau udara yang dapat menyebabkan korosi atau

gelembung-gelembung di dalam hasil las-lasan. Proses pengelasan terjadi karena

arus listrik yang mengalir di antara elektroda dan bahan las membentuk panas

sehingga dapat mencapai 3000 oC sehingga membuat elektroda dan bahan yang

akan dilas mencair.

Gambar 2. Las busur dengan elektroda terbungkus

Berdasarkan jenis arusnya, pengelasan ini dibagi atas arus AC dan DC, di

mana arus DC dibedakan atas straight polarity atau polaritas langsung dan reverse

polarity atau polaritas terbalik. Sedang mesin lasnya terbagi atas dua jenis yaitu

Page 7: Pengelasan SMAW

7

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

constant current atau arus tetap dan constant voltage atau tegangan tetap, di mana

pada setiap pengelasan busur arus listrik jika terjadi busur yang membesar akan

menurunkan arus dan menaikkan tegangan serta pada busur yang memendek akan

meningkatkan arus dan menurunkan tegangan.

Proses pemindahan logam elektroda terjadi pada saat ujung elektroda

mencair dan membentuk butir-butir yang terbawa oleh arus busur listrik yang

terjadi. Bila digunakan arus listrik yang besar maka butiran logam cair yang

terbawa menjadi halus seperti pada gambar 2 berikut ini.

Gambar 3. Pemindahan Logam Cair

Di dalam pengelasan ini hal yang penting adalah bahan fluks dalam jenis

listrik yang digunakan. Pola pemindahan logam cair seperti diterangkan pada

gambar 3 sangat mempengaruhi sifat mampu las dari logam. Secara umum dapat

dikatakan bahwa logam mempunyai sifat mampu las tinggi bila pemindahan

terjadi dengan butiran yang halus. Sedangkan pola pemindahan cairan dipengaruhi

oleh besar kecilnya arus seperti diterangkan di atas dan juga oleh komposisi dari

fluks yang digunakan. Selama proses pengelasan bahan fluks yang digunakan

untuk membungkus elektroda mencair dan membentuk terak yang kemudian

menutupi logam cair yang terkumpul di tempat sambungan dan bekerja sebagai

penghalang oksidasi.

Adapun untuk mendapatkan hasil pengelasan yang baik, maka harus

memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Menggunakan elektroda yang tepat.

Page 8: Pengelasan SMAW

8

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

2. Jenis arus yang digunakan tepat.

3. Jenis polaritas yang tepat untuk arus DC.

4. Hindari gerakan pengelasan kiri kanan selama mengelas.

5. Bentuk busur arus yang pendek, lakukan pengelasan secara mantap

dan teratur

2.3 Parameter Keberhasilan Pengelasan

Dalam melakukan pengerjaan las terhadap suatu logam, terdapat beberapa

kriteria yang menentukan kesuksesan logam tersebut, agar nantinya dapat

dihasilkan produk las yang sempurna.

1. Posisi Elektroda

Pada pengelasan dengan elektroda terbungkus yang biasanya

dengan mesin las konvensional maka posisi elektroda terhadap

benda kerja berdasarkan eksperimen dan pengalaman yang paling

baik hasilnya adalah yang sebagai berikut :

a. Posisi elektroda bersudut 70o -80

o dengan arah memanjang

las dan bersudut 90o arah melintang las.

b. Melatih gerakan-gerakan tangan dengan arah. Memutar arah

kanan maupun kiri dengan diameter yang relatif kecil.

c. Elektroda pada ujungnya akan mencair secara kontinyu

sehingga perlu digerakkan searah dengan sumbunya secara

kontinyu pula.

2. Pengaruh kecepatan elektroda.

Kecepatan menggerakkan elektroda harus stabil, sehingga

menghasilkan rigi-rigi las yang rata dan halus.

3. Nyala Busur Listrik

Busur listrik yang terjadi akan menghasilkan panas yang cukup

besar sehingga logam yang dilas akan mencair dengan cepat pada

bagian yang terkena busur listrik.

Page 9: Pengelasan SMAW

9

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir Percobaan

Percobaan ini secara umum digambarkan dalam bentuk diagram alir

sehingga memudahkan pelaksanaan percobaan yang dilakukan seperti gambar 3.

Gambar 4. Diagram Alir Percobaan

Persiapan Pelat dan elektroda

Penimbangan

Setting mesin las SMAW dengan Arus 70, 80

dan 90A pada Tegangan 220V

Pengelasan SMAW

Menentukan THAZ dan tcooling menggunakan

thermocouple

Hasil lasan

Data Pengamatan

Pembahasan Literatur

Kesimpulan

Pencatatan

waktu las

9

Page 10: Pengelasan SMAW

10

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat yang digunakan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu di

antaranya:

1. Mesin Las listrik SMAW.

2. Penyangga material las.

3. Timbangan.

4. Helm/Kaca mata las.

5. Sarung tangan.

6. Penggaris dan Spidol.

7. Stopwatch.

8. Jangka Sorong.

9. Tang Penjepit.

10. Palu/Martil.

3.2.2 Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu di antaranya:

1. Pelat besi dengan ukuran 15x10x0,3 (cm).

2. Elektroda Las.

3.3 Prosedur Percobaan

1. Menyiapkan pelat dan elektroda.

2. Menimbang pelat dan elektroda.

3. Men-setting mesin las SMAW (arus 70, 80 dan 90 A dan tegangan

220V)

4. Menggunakan safety factor untuk K3 (sarung tangan, helm).

5. Melakukan pengelasan sesuai garis pada pelat, lamanya pengelasan

dihitung.

6. Setelah pengelasan selesai, termokopel ditempelkan pada daerah ujung

hasil lasan dan catat waktunya sampai mencapai temperatur 100oC.

7. Menimbang pelat hasil lasan dan elektroda sisa.

8. Data hasil percobaan didapat.

Page 11: Pengelasan SMAW

11

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

BAB IV

HASILDAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data percobaan

yang ditunjukkan dalam tabel 1.

Tabel 1. Data Hasil Percobaan

Pelat I

(Amp)

V

(Volt)

S

(cm/det)

Heat Input

Q (J/cm) THAZ

tcooling

(det)

I 70 220 0,34 45294,1 120oC 34,06

II 80 220 0,29 60689,6 196oC 106

III 90 220 0,32 61875 175oC 70

Tabel 2. Data perubahan berat pelat dan elektroda las

Pelat GHo

(g)

GH1

(g)

GΔH

(g)

αp

( g/A det )

GP0

(g)

GP1

(g)

GP

(g)

αp

( g/A det )

I 575,3 578,7 3,4 0,00149 17,1 13,3 3,8 0,00167

II 578,7 580,3 1,6 0,000805 13,3 9,5 3,8 0,00191

III 580,3 584,6 4,3 0,00232 9,5 3,4 6,1 0,00329

Tabel 3. Data las SMAW

Pelat I

(Ampere)

V

(Volt)

L

(cm)

t

(detik)

S

(cm/det)

W

(cm)

Laju lelehan

elektroda (g/det )

I 80 220 9,2 16,11 0,571 0,875 0,236

II 95 220 9,4 20,91 0,450 0,1 0,182

III 115 220 6 28,42 0,211 0,145 0,215

11

Page 12: Pengelasan SMAW

12

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

4.2 Pembahasan

Berdasarkan data pada sub bab hasil percobaan, maka dapat digambarkan

grafik dalam gambar 5.

Gambar 5. Grafik Hubungan Arus Listrik terhadap Koefisien Pencairan

Elektroda dan Penambahan Metal Las

Dapat terlihat bahwa besarnya koefisien pencairan elektroda yang di las

berbeda setiap arus yang diberikan pada proses pengelasan. Semakin besar arus

yang diberikan maka semakin meningkat juga koefisien pencairannya. Hal ini

dikarenakan panas yang timbul akibat penggunaan energi listrik bertambah,

sehingga perpindahan elektroda cair pada proses pengelasan akan semakin

meningkat. Namun pada arus 90 A didapatkan penurunan pada grafik dikarenakan

pengerjaan pengelasan yang cepat dan jarak lasan yang pendek sehingga

didapatkan koefisien pencairan elaktroda yang jumlahnya kecil.

Kecepatan pengelasan dapat mempengaruhi hasil dari daerah permukaan

lasan tersebut. Posisi pengelasan pun sangat mempengaruhi penetrasi pengelasan

untuk hasil lasan yang baik. Karena jika terlalu lama berada pada posisi tertentu

maka logam yang meleleh akan semakin banyak. Dan jika terlalu cepat maka

panas yang dihasilkan akan kurang untuk melelehkan permukaan benda kerja

0

0.0005

0.001

0.0015

0.002

0.0025

0.003

0 20 40 60 80 100

Koefisien Pencairan

Koefisien Penambahan Metal Las

Arus Listrik (A)

αp

(g/A

det

)

Page 13: Pengelasan SMAW

13

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum yng telah penulis lakukan dapat di tarik kesimpulan

bahwa:

1. Bila elektroda telah timbul percikan, maka mulai mengelas dengan

perlahan, namun ingat bahwa elektroda akan habis, maka posisi las

haruslah semakin dekat dengan benda kerja yang akan dilas.

2. Jarak antara elektroda dan bend alas, tidak boleh terlalu dekat atau pun

terlalu jauh. Namun jarak tersebut haruslah konstan demi menjaga

hasil las yang baik.

3. Bila tegangan yang digunakan besar maka percikan busur dan logam

pengisinya lebih halus, serta hasil lasannya logamnya lebih

mengkilap.

4. Bila dalam penelasan terlalu cepat maka logam pengisinya dari

elektroda akan sedikit, dan bila terlalu lambat maka logam pengisinya

akan banyak dan hasil lasannya akan lebar, serta pengaruh panas dari

pengelasan pada logam dampaknya akan makin besar.

4.2 Saran

Saran bagi praktikan lainnya sebaiknya sebelum memulai praktik

pengelasan SMAW gunakanlah perlengkapan safety seperti helm pelindung atau

kacamata, sarung tangan dan pengaman lainnya agar selama praktikum

meminimalisir terjadinya kecelakaan. Lakukan percobaan penyalaan pada benda

yang tidak terpakai untuk pengelasan dengan teknik goresan kemudian stabilkan jarak

busur terhadap benda dan lakukan pukulan-pukulan kecil pada hasil las, agar teraknya

menghilang, dan lakukan agak lama agar tegangan sisanya hilang.

13

Page 14: Pengelasan SMAW

14

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiryosumarto, Harsono. Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: PT

Pradnya Paramita. 2000

2. http://las-listrik.blogspot.com/2009/03/pengelasan-smaw.html

3. http://pengelasan.blogspot.com

14

Page 15: Pengelasan SMAW

15

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

LAMPIRAN

15

Page 16: Pengelasan SMAW

16

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Lampiran 1. Contoh Perhitungan

1. Perhitungan nilai GH

Rumus : GH1 - GH0

1) Plat I = 629 – 626 = 3 gram

2) Plat II = 636 – 629 = 7 gram

3) Plat III = 639 – 636 = 3 gram

2. Perhitungan nilai GP

Rumus : GP0- GP1

1) Plat I = 17,5 – 13,5 = 4 gram

2) Plat II = 13,5 – 7,5 = 6 gram

3) Plat III = 7,5 – 2 = 5,5 gram

3. Perhitungan nilai αH

Rumus :

1) Plat I =

= 0,0018 g/A detik

2) Plat II =

= 0,0028 g/A detik

3) Plat III =

= 0,0013 g/A detik

4. Perhitungan nilai αP

Rumus :

1) Plat I =

= 0,0025 g/A detik

2) Plat II =

= 0,0024 g/A detik

3) Plat III =

= 0,0023 g/A detik

5. Perhitungan nilai S

Rumus :

1) Plat I =

= 0,34 cm/detik

2) Plat II =

= 0,29 cm/detik

3) Plat III =

= 0,32 cm/detik

Page 17: Pengelasan SMAW

17

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

6. Perhitungan laju lelehan elektroda

Rumus :

1) Plat I =

= 0,172 g/detik

2) Plat II =

= 0,194 g/detik

3) Plat III =

= 0,21 g/detik

7. Menentukan Cooling Rate

Rumus : cooling rate =

1) Plat I

Cooling rate =

= 3,47

oC/detik

2) Plat II

Cooling rate =

= 1,85

oC/detik

3) Plat III

Cooling rate =

= 2,5

oC/detik

8. Menentukan Heat Input (Q)

Rumus : Q =

1) Plat I

Q =

= 45294,1 J/cm

2) Plat II

Q =

= 60689,6 J/cm

3) Plat III

Q =

= 61875 J/cm

Page 18: Pengelasan SMAW

18

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Lampiran 2, Jawaban Pertanyaan dan Tugas

1. Jelaskan perbedaan antara las elektroda terumpan (consumable electrode)

dengan las elekroda tak terumpan (unconsumable electrode)!

Jawab:

Elektroda tak terumpan menggunakan batang wolfram sebagai elektroda yang

dapat menghasilkan busur listrik tanpa ikut mencair, sedangkan kelompok

elektroda terumpan, sebagai elektrodanya digunakan kawat las.

2. Sebutkan dan jelaskan karakteristik dari fluks yang baik !

Jawab :

Karakteristik fluks yang baik, yaitu:

1) Kemampuan terhadap pembentukan terak.

2) Kemampuan sebagai pemantap busur listrik.

3) Kemampuannya sebagai oksidator ataupun sebagai deoksidator.

4) Kemampuannya sebagai pembentuk gas.

5) Kemampuan sebagai penambah unsur-unsur paduan.

3. Sebutkan jenis-jenis elektroda las berdasarkan jenis fluks yang

membungkusnya serta bagaimana karakteristiknya masing-masing ?

Jawab :

1) Jenis Oksida Titan : Jenis ini juga disebut rutil atau titania dan berisi

banyak TiO2 di dalamnya. Busur yang dihasilkan oleh elektroda yang

dibungkus dengan fluks jenis ini tidak terlalu kuat, penetrasi atau

penembusan cairan logamnya dangkal dan menghasilkan manik las yang

halus. Karena itu jenis ini baik sekali untuk pengelasan pelat-pelat baja

tipis atau untuk pengelasan terakhir pada pengelasan pelat tebal.

2) Jenis Titania Kapur : Jenis ini di samping berisi rutil juga mengandung

kapur. Di samping sifat-sifat seperti yang dimiliki oleh jenis oksida titan,

jenis ini mempunyai keunggulan lain yaitu kemampuannya menghasilkan

sifat mekanik yang baik.

3) Jenis Ilmenit : Jenis ini terletak di antara jenis oksidasi titan dan jenis

oksidasi besi. Bahan fluksnya yang utama adalah ilmenit atau FeTiO3.

Busur yang dihasilkan agak kuat dan memberikan penetrasi yang cukup

Page 19: Pengelasan SMAW

19

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

dalam. Derajat kecairan dari terak yang terbentuk cukup tinggi. Dengan

sifat tersebut jenis ini dapat menghasilkan sambungan yang mempunyai

sifat mekanik yang tinggi. Karena sifat-sifatnya yang dapat mencakup

penggunaan yang luas, maka elektroda yang dibungkus dengan fluks jenis

ini dianggap sebagai elektroda serba guna.

4) Jenis Hidrogen Rendah : Jenis ini kadang-kadang disebut juga dengan

nama jenis kapur, karena bahan utama yang dipergunakan adalah kapur

dan fluorat. Jenis ini menghasilkan sambungan dengan kadar hidrogen

rendah, sehingga ketangguhannya sangat memuaskan. Hal-hal yang

kurang menguntungkan adalah busur listriknya yang kurang mantap.

Sehingga butiran-butiran cairan yang dihasilkan agak besar bila

dibandingkan dengan jenis-jenis yang lain.

5) Jenis Selulosa : Jenis ini berisi kira-kira 30% zat organik yang dapat

menghasilkan gas dengan volume besar yang kemudian melindungi

logam cair. Busurnya kuat dan penembusannya dalam.

6) Jenis Oksida Besi : Bahan pokok untuk jenis ini adalah oksida Besi.

Busur yang dihasilkan terpusatkan dan penetrasinya dalam, karena itu

jenis ini baik untuk pengelasan sudut horizontal.

7) Jenis Serbuk Besi-Oksida : Bahan utama dari fluks ini meliputi antara 15

sampai 50% adalah silikat dan serbuk besi.

8) Jenis Serbuk Besi-Titania : Jenis ini menimbulkan busur yang sedang dan

menghasilkan manik las yang halus. Elektroda dengan fluks ini sangat

baik untuk pengelasan sudut horizontal satu lapis.

4. Sebutkan gaya-gaya apa saja yang mempengaruhi metal drop saat proses

pengelasan berlangsung ?

Jawab :

Gaya-gaya yang mempengaruhi metal drop dapat berupa horizontal, vertikal,

under water, ataupun up-head.

5. Apa yang dimaksud dengan weldability dan bagaimana kriterianya?

Page 20: Pengelasan SMAW

20

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Jawab :

Weldability adalah kemampuan logam akan suatu pengelasan, dapat atau

tidaknya suatu logam untuk disambungkan.

Kriteria logam tersebut yaitu dapat menghantarkan panas dan listrik yang

baik sehingga logam tersebut baik untuk dilakukan proses las. Jika

weldability logam buruk, maka akan dihasilkan cacat las pada logam yang

dilas.

6. Apa pengaruh dengan penggunaan jenis fluks basa dengan fluks asam

terhadap proses pengelasan?

Jawab :

Jika setelah proses pengelasan terjadi perbedaan derajat keasaman pada

logam lasan maka hasil lasan tersebut akan mengalami

ketidaksempurnaan/cacat. Karena itu, kondisi keadaannya harus di

sesuaikan dengan bahan fluks yang digunakan, yaitu basa ataupun asam.

Page 21: Pengelasan SMAW

21

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Lampiran 3. Gambar Alat dan Bahan

Gambar 6. Mesin Las SMAW Gambar 7. Jangka Sorong

Gambar 8. Helm Las dan Sarung Tangan Gambar 9. Neraca Teknis

Gambar 10. Thermocouple