laporan pengelasan

66
PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI PRAKTIKUM PENGELASAN LAPORAN Oleh Muh. Mey Ade Ansyori NIM 091910101047 PROGRAM STRATA 1 JURUSAN TEKNIK MESIN 32

Upload: mei-ade

Post on 04-Jul-2015

11.934 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: laporan pengelasan

PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI

PRAKTIKUM PENGELASAN

LAPORAN

Oleh

Muh Mey Ade Ansyori

NIM 091910101047

PROGRAM STRATA 1 JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS JEMBER

2011

32

LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTIKUM PENGELASAN

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JEMBER

Nama Muh Mey Ade Ansyori

NIM 091910101047

Telah Diperiksa dan Disetujui

Dosen Pembimbing

Salahuddin JunusST MTNIP 19750502 2001121 001

Asisten

Donak CarneollaNIM 070910101017

Ka Lab pengelasan

Salahuddin Junus STMTNIP 19750502 2001121 001

33

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena limpahan

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

Praktek Pengelasan dengan menggunakan las busur listrik dan las asetilin

Laporan Praktek Pengelasan dengan menggunakan las busur listrik dan las

asetilin ini disusun guna melengakapi tugas mata kuliah Praktikum Proses

Produksi di Universitas Jember

Laporan ini berisikan tentang dasar-dasar teori dari las busur listrik dan las

asetilin serta penjelasan tentang diagram CCT dan diagram TTT Laporan ini juga

berisikan tentang analisis dari hasil proses pengelasan

Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari banyak kekurangan dan

kekeliruan yang taerjadi serta penulis menyadari laporan ini jauh dari sempurna

karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki Penulis banyak

mendapatkan dukungan dan bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai

pihak

Atas segala bantuan bimbingan dan motivasi serta kritik dan saran dari

semua pihak penulis hanya dapat menyerahkan kepada Allah SWT semoga Allah

SWT membalas kebaikannya dan mudah-mudahan laporan ini bermanfaat

Jember April 2011

Penulis

34

BAB 1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Perkembangan zaman yang disertai oleh perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi (IPTEK) yang pesat dewasa ini menciptakan era globalisasi dan

keterbukaan yang menuntut setiap individu untuk ikut serta didalamnya sehingga

sumber daya manusia harus menguasai IPTEK serta mampu mengaplikasikannya

dalam setiap kehidupan

Pengelasan merupakan bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan

peningkatan industri karena memegang peranan utama dalam rekayasa dan

reparasi produksi logam Hampir tidak mungkin pembangunan suatu pabrik tanpa

melibatkan unsur pengelasan

Pada era industrialisasi dewasa ini teknik pengelasan telah banyak

dipergunakan secara luas pada penyambungan batang-batang pada konstruksi

bangunan baja dan konstruksi mesin Luasnya pengguanaan teknologi ini

disebabkan karena bangunan dan mesin yang dibuat dengan teknik

penyambungan menjadi ringan dan lebih sederhana dalam proses pembuatanya

Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam bidang konstruksi sangat luas

meliputi perkapalan jembatan rangka baja pipa saluran dan lain sebagainya

Di samping itu proses las dapat juga dipergunakan untuk reparasi misalnya

untuk mengisi lubang-lubang pada coran membuat lapisan keras pada perkakas

mempertebal bagian-bagian yang sudah aus dan lain-lain Pengelasan bukan

tujuan utama dari konstruksi tetapi merupakan sarana untuk mencapai pembuatan

yang lebih baik Karena itu rancangan las harus betul-betul memperhatikan

kesesuaian antara sifat-sifat las yaitu kekuatan dari sambungan dan

memperhatikan sambungan yang akan dilas sehingga hasil dari pengelasan sesuai

dengan yang diharapkan Dalam memilih proses pengelasan harus dititik beratkan

pada proses yang paling sesuai untuk tiap-tiap sambungan las yang ada pada

konstruksi Dalam hal ini dasarnya adalah efisiensi yang tinggi biaya yang murah

penghematan tenaga dan penghematan energi sejauh mungkin

35

Mutu dari hasil pengelasan di samping tergantung dari pengerjaan lasnya

sendiri dan juga sangat tergantung dari persiapan sebelum pelaksanaan

pengelasan karena pengelasan adalah proses penyambungan antara dua bagian

logam atau lebih dengan menggunakan energi panas Pada penelitian ini

pengelasan yang digunakan las listrik dan asetilin Hal ini sangat erat

hubungannya dengan arus listrik ketangguhan cacat las serta retak yang pada

umumnya mempunyai pengaruh yang fatal terhadap keamanan dari konstruksi

yang dilas

Untuk dapat mengetahui pengaruh hasil pengelasan las listrik dan asitilin

pada pelat baja terhadap uji kekerasan struktur mikro dan uji tarik dari

pengelasan maka perlu dilakukan pengujian terhadap benda uji hasil dari

pengelasan

12 Tujuan

1 Mahsiswa dapat menyalakan busur dan pengelasan alur dengan

menggunakan las busur listrik dan las asetilin

2 Mahasiswa dapat membuat sambungan I dengan menggunakan las busur

listrik dan las asetilin

3 Mahasiswa dapat membuat sambungan tumpang dengan las busur listrik

dan las asetilin

4 Mahasiswa dapat membuat sambungan sudut luar dengan menggunakan

las busur listrik dan las asetilin

5 Mahasiswa dapat melakukan analisis terhadap hasil dari proses pengelasan

13 Manfaat

1 Mahasiswa mampu mengaplikasikan dasar teori pengelasan yang

didapatkan dari mata kuliah teknik pengelasan

2 Mahasiswa mampu melakukan proses pengelasan dengan las asetilin

maupun las busur listrik

3 Mahasiswa mampu menyalakan busur dan membuat alur serta membuat

berbagai sambungan meliputi sambungan I sambungan tumpang dan

sambungan sudut luar dengn menggunakan las busur listrik dan las asetilin

36

4 Mampu menganalisis hasil lasan secara teoritis sesuai dengan apa yang

telah didapat pada mata kuliah teknik pengelasan

14 Rumusan Masalah

1 Jelaskan tentang teori las busur listrik

2 Jelaskan tentang teori las asetilin

3 Jelaskan apa yang dimaksud dengan diagram CCT dan diagram TTT

37

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Dasar Teori Las Busur Listrik

211 Pengertian SMAW

Mengelas secara umum adalah suatu cara menyambung logam dengan

menggunakan panas tenaga panas pada proses pengelasan diperlukan untuk

memanaskan bahan lasan sampai caurleleh sehingga bahan las tersambung

dengan atau tanpa kawat las sebagai bahan pengisi

Pengelasan busur listrik adalah cara pengelasan menggunakan busur listrik

atau percikan bunga api listrik akibat hubungan singkat antara dua kutub listrik

yang teionisasi dengan udara melalui penghantar batang elektroda yang sekaligus

dapat digunakan pula sebagai bahan tambah atau bahan pengisi dalam pengelasan

Seperti yang terlihat dalam gambar di bawah ini

Gambar 1 Las busur listrik

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Ada beberapa macam proses las busur listrik berdasarkan elektroda yang

digunakannya antara lain

1 Las busur dengan elektroda karbon misalnya

a Las busur dengan elektroda karbon tunggal

b Las busur dengan elektroda karbon ganda

2 Las busur dengan elektroda logam misalnya

a Las busur dengan elektroda berselaput SMAW

b Las TIG (Tungsten Inert Gas)GTAW

c Las MIGGMAW

38

d Las Submerged

Laporan ini secara khusus akan membahas Las busur listik dengan

elektroda berselaput terbungkus atau SMAW (Shielded Metal Arc Welding)

Proses las busur ini menggunakan elektroda berselaput sebagai bahan tambah

busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda dan bahan dasar akan

mencairkan ujung elektroda dan sebagian bahan dasar selaput elektroda yang

turut terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung

elektroda kawah las busur listrik dan daerah las sekitar busur listrik terhadap

pengaruh udara luar Di bawah ini gambar las busur dengan elektroda berselaput

Bungkus selaput (coating electrode) yang berfungsi sebagai fluks akan

terbakar pada waktu proses berlangsung dan gas yang terjadi akan melindungi

proses terhadap pangaruh udara luar Cairan pembungkus akan terapung dan

membeku pada permukaan las yang disebut slag yang kemudian dapat

dibersihkan dengan mudah

Gambar 2 Las busur listrik dengan elektroda berselaput

(Sumber httplaslistrikblogspotcom200906html)

212 Mesin Las Listrik

Persyaratan dari proses SMAW adalah persediaan yang kontinyu pada

electric current (arus listrik) dengan jumlah ampere dan voltage yang cukup baik

kestabilan api las (Arc) akan tetap terjaga

39

Gambar 3 Skema proses SMAW

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Dimana electric power (tenaga listrik) yang diperoleh dari welding

machine menurut jenis arus yang dikeluarkannya terdapat 3 (tiga) jenis machine

yaitu

a Mesin dengan arus searah (DC)

Pada mesin arus searah (DC) dilengkapi dengan komponen yang merubah

sifat arus bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC) yaitu generator karena arus

listrik yang dipakai disini bukan berasal dari baterei melainkan daru generator

listrik

Gambar 3 mesin las dengan arus searah

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

b Mesin dengan arus bolak balik (AC)

Mesin arus bolak balik tidak perlu dilengkapi dengan generator tetapi

cukup dengan transformator Karakteristik electric efficiencynya 80-85

40

Gambar 4 Mesin las dengan arus bolak-balik

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

c Mesin dengan kombinasi arus yaitu searah dan bolak balik

Untuk mesin kombinasi AC dan DC dilengkapi dengan transformator dan

rectifier dimana rectifier ini mempunyai fungsi untuk meratakan arus

Gambar 5 Mesin las kombinasi arus searah dan bolak-balik

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

213 Parameter Pengelasan

Panjang busur (Arc Length) yang dianggap baik lebih kurang sama dengan

elektrode yang dipakai Untuk besarnya tegangan yang dipakai setiap posisi

pengelasan tidak sama Misalnya elektrode 3 mm ndash 6 mm mempunyai tegangan

41

20 ndash 30 volt pada posisi datar dan tegangan ini akan dikurangi antara 2 ndash 5 volt

pada posisi diatas kepala Kestabilan tegangan ini sangat menentukan mutu

pengelasan dan kestabilan juga dapat didengar melalui suara selama pengelasan

Besarnya arus juga mempengaruhi pengelasan dimana besarnya arus

listrik pada pengelasan tergantung dari bahan dan ukuran lasan geometri

sambungan pengelasan macam elektrode dan inti elektrode Untuk pengelasan

pada daerah las yang mempunyai daya serap kapasitas panas yang tinggi

diperlukan arus listrik yang besar dan mungkin juga diperlukan tambahan panas

Sedang untuk pengelasan baja paduan yang daerah HAZ-nya dapat mengeras

dengan mudah akibat pendinginan yang terlalu cepat maka untuk menahan

pendinginan ini diberikan masukan panas yang tinggi yaitu dengan arus

pengelasan yang besar Pengelasan logam paduan agar untuk menghindari

terbakarnya unsur-unsur paduan sebaiknya digunakan arus las yang sekecil

mungkin Juga pada pengelasan yang kemungkinan dapat terjadi retak panas

misalnya pada pengelasan baja tahan karat austenitik maka penggunaan panas

diusahakan sekecil mungkin sehingga arus pengelasan harus kecil

Kecepatan pengelasan tergantung dari bahan induk jenis elektrode inti

elektrode geometri sambungan ketelitian sambungan agar dapat mengelas lebih

cepat diperlukan arus yang lebih tinggi

Polaritas listrik mempengaruhi hasil dari busur listrik Sifat busur listrik

pada arus searah (DC) akan lebih stabil daripada arus bolak-balik (AC) Terdapat

dua jenis polaritas yaitu polaritas lurus dimana benda kerja positif dan elektrode

negatip (DCEN) Polaritas balik adalah sebaliknya Karakteristik dari polaritas

balik yaitu pemindahan logam terjadi dengan cara penyemburan maka polaritas

ini mepunyai hasil pengelasan yang lebih dalam dibanding dengan polaritas

lurus (DCEN) Dari keterangan diatas dapat disimpulkan seperti pada tabel dan

gambar dibawah ini

42

Gambar 6 Karakteristik pengelasan

(Sumber wwwmigasindonesiacom)

Tabel 1 Karakteristik pengelasan

(Sumber wwwmigasindonesiacom)

214 Teknik Pengelasan

Ada dua cara penyalaan busur las yaitu

a Cara goresan

Caranya yaitu dengan menggoreskan ujung elektroda pada permukaan

benda kerja las kemudian elektroda diangkat sampai ada jarak sebesar diameter

elektroda antara ujung elektroda dan permukaan benda kerja sehingga terbentuk

nyala busur yang stabil

43

b Cara sentuhan

Caranya yaitu ujung elektroda disentuhkan ke permukaan benda kerja

sehingga menimbulkan busur las kemudian diangkat sampai jarak sebesar

diameter elektroda

Setelah terjadi penyalaan maka selanjutnya dilakukan penarikan

Penarikan dilakukan dengan menjaga kekonstanan lebar rigi las sebesar

2xdiameter elektroda Dengan sudut elektroda terhadap sumbu mendatar adalah

70-80ordm Posisi pengelasan dalam las busur ada 4 yaitu

Dibawah Tangan

Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang paling mudah

dilakukan Oleh sebab itu untuk menyelesaikan setiap pekerjaan pengelasan

sedapat meungkin di usahakan pada posisi dibawah tangan Kemiringan elektroda

10 derajat ndash 20 derajat terhadap garis vertical kearah jalan elektroda dan 70

derajat-80 derajat terhadap benda kerja

Tegak (vertical)

Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas

atau ke bawah Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena

bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan

kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15 derajat terhadapvertikal dan 70 derajat-

85 derajat terhadap benda kerja

Datar (horizontal)

Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana

kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal

Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5 derajat ndash 10 derajat terhadap

garis vertical dan 70 derajat ndash 80 derajat kearah benda kerja

Di atas kepala

Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair banyak

berjatuhan dapat mengenai juru las oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang

serba lengkap Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas

juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5 derajat ndash 20 derajat terhadap garis

vertical dan 75 derajat-85 derajat terhadap benda kerja

44

Posisi datar (1G)

Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zigzag dan

setengah bulan Untuk jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua

sisi tetapi dapat juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja Type posisi datar

(1G) didalam pelaksanaannya sangat mudah Dapat diapplikasikan pada material

pipa dengan jalan pipa diputar

Posisi horizontal (2G)

Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal yaitu pipa pada

posisi tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa

Kesukaran pengelasan posisi horizontal adalah karena beratnya sendiri maka

cairan las akan selalu kebawah Adapun posisi sudut elektrode pengelasan pipa

2G yaitu 90ordm Panjang busur di usahakan sependek mungkin yaitu frac12 kali diameter

elektrode las Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan gerakan melingkar

dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua sisi kampuh agar tidak

terjadi cacat

Pengelasan Vertikal (3G)

Pengelasan posisi 3G dilakukan pada material plate Posisi 3G ini

dilaksanakan pada plate dan elektrode vertikal Kesulitan pengelasan ini hampir

sama dengan posisi 2G akibat gaya gravitasi cairan elektrode las akan selalu

kebawah

Posisis horizontal pipa (5G)

Pengelasan naik

Posisi pengelasan 5G pipa diletakkan pada posisi horizontal tetap dan

pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut Supaya hasil pengelasan baik

maka diperlukan las kancing (tack weld) pada posisi jam 5-8-11 dan 2 Mulai

pengelasan pada jam 530 ke jam 1200 melalui jam 6 dan kemudian dilanjutkan

dengan posisi jam 530 ke jam 1200 melalui jam 3

Pengelaan turun

Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran minyak serta gas

bumi Alasan penggunaan las turun lebih menguntungkan dikarenakan lebih cepat

dan lebih ekonomis

45

22 Dasar Teori Las Asetilin

221 Pengertian Las Oksi Asetilin

Las Oksi asetilin adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan

pencampuran 2 jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas

Dalam proses las gas ini gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen

(O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel gas) Gas bahan bakar yang paling

popular dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah gas Asetilen (dari

kata ldquoacetylenerdquo dan memiliki rumus kimia C2H2) Gas ini memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan gas bahan bakar lain Kelebihan yang dimiliki gas

Asetilen antara lain menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gas

bahan bakar lainya baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen

222 Bahan Bakar Gas

a Asetilin ( C2H2 )

Asetilena (Nama sistematis etuna) adalah suatu hidrokarbon yang

tergolong kepada alkuna dengan rumus C2H2 Asetilena merupakan alkuna yang

paling sederhana karena hanya terdiri dari dua atom karbon dan dua atom

hidrogen Pada asetilena kedua karbon terikat melalui ikatan rangkap tiga dan

masing-masing atom karbon memiliki hibridisasi orbital sp untuk ikatan sigma

Hal ini menyebabkan keempat atom pada asetilena terletak pada satu garis lurus

dengan sudut C-C-H sebesar 180deg

b Propan

Propana adalah senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang berwujud gas

dalam keadaan normal tapi dapat dikompresi menjadi cairan yang mudah

dipindahkan dalam kontainer yang tidak mahal Senyawa ini diturunkan dari

produk petroleum lain pada pemrosesan minyak bumi atau gas alam Propana

umumnya digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin barbeque (pemanggang)

dan di rumah-rumah

46

223 Peralatan Las Oksi Asetilin

a Tabung Gas

Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi

bertekanan Umumnya tabung gas dibuat dari Baja tetapi sekarang ini sudah

banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium Tabung gas

tersedia dalam bentuk beragam mulai berukuran kecil hingga besar Ukuran

tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas

dan juga jenis gas yang ditampung Untuk membedakan tabung gas apakah

didalamnya berisi gas Oksigen Asetilen atau gas lainya dapat dilihat dari kode

warna yang ada pada tabung itu

Gambar 7 Tabung oksigen

(Sumber wwwperkakaskucom)

b Katup Tabung

Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup

Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung Pada tabung gas Oksigen

katup biasanya dibuat dari material Kuningan sedangkan untuk tabung gas

Asetilen katup ini terbuat dari material Baja

c Regulator

Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan dipasang pada

katub tabung dengan tujuan untuk mengurangi atau menurunkan tekann hingga

mencapai tekana kerja torch Regulator ini juga berperan untuk mempertahankan

besarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau pemotongan Bahkan jika

tekanan dalam tabung menurun tekana kerja harus dipertahankan tetap oleh

regulator Pada regulator terdapat bagian-bagian seperti saluran masuk katup

47

pengaturan tekan kerja katup pengaman alat pengukuran tekanan tabung alat

pengukuran tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas menuju selang

Gambar 9 Regulator

(Sumber wwwperkakaskucom)

d Selang gas

Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan

selang gas Untuk memenuhi persyaratan keamanan selang harus mampu

menahan tekan kerja dan tidak mudah bocor Dalam pemakaiannya selang

dibedakan berdasarkan jenis gas yang dialirkan Untuk memudahkan bagimana

membedakan selang Oksigen dan selang Asetilen mak cukup memperhatikan

kode warna pada selang Berikut ini diperlihatkan table yang berisi informasi

tentang perbedaan warna untuk membedakan jenis gas yang mengalir dalam

selang

Gambar 10 Selang gas

(Sumber wwwperkakaskucom)

48

e Torch

Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch

tercampur didalamnya dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api Dari

keterangan diatas toch memiliki dua fungsi yaitu

Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan bakar

Sebagai paembentuk nyala api di ujung nosle

Gambar 11 Torch

(Sumber wwwperkakaskucom)

224 Proses Pengelasan Oksi Asetilin

a Menentukan nyala api

Nyala api Karburasi

Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di

antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna

biru Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut

antara yang berwarna keputih-putihan yang panjangnya ditentukan oleh jumlah

kelebihan asetilen Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam

cair Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel nikel berbagai

jenis baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous

Gambar 12 Nyala api karburasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

49

Nyala api Netral

Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu

Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar

yang berwarna biru bening Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara

Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyala

kerucut

Gambar 13 Nyala api netral

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

Nyala api oksidasi

Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan

nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah

menjadi ungu Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau

dekarburisasi pada logam cair Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan

dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan

untuk pengelasan lainnya

Gambar 14 Nyala api oksidasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

b Teknik Pengelasan

Posisi pengelasan di bawah tangan

Posisi pengelasan datar ( horizontal )

Posisi pengelasan tegak ( vertical )

Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )

Pengelasan arah ke kiri ( maju )

50

Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan

ke kiri dengan membentuk sudut 60deg dan kawat las 30deg terhadap benda kerja

sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan Cara ini

banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan

posisi yang sulit saat mengelas

Pengelasan arah ke kanan ( mundur )

Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke

kiri Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya

45 mm ke atas

23 Diagram CCT dan Diagram TTT

231 Diagram CCT

Gambar Diagram CCT

(Sumber

51

Diagram transformasi semacam ini dinamakan diagram transformasi

pendinginan kontinyu atau diagram CCT (Continuous Cooling Transformation)

Bentuknya agak berbeda dibandingkan dengan diagram IT lihat gambar di atas

kurva transformasi tergeser sedikit ke kanan bawah dan pada baja karbon tidak

terdapat daerah transformasi austenitbainit Ini disebabkan karana kurva awal

transformasi austenit-bainit terhalang oleh kurva transformasi austenit-perlit

Tetapi dari gambar di atas yang menggambarkan kurva transformasi

pendinginan kontinyu (garis tebal) yang disuperimpose pada diagram IT (garis

tipis) baja karbon eutectoid tampak bahwa dengan pendinginan kontinyu lebih

mudah diperoleh martensit karena kurva transformasi ber-geser ke kanan

Misalnya pada kurva pendinginan dengan laju 250 oFs untuk kurva transformasi

pendinginan kontinyu akan merupakan laju pendinginan kritis akan menghasilkan

100 tetapi pada kurva transformasi isothermal masih akan menghasilkan sedikit

perlit sebelum menjadi martensit

Pada proses laku panas biasanya pendinginan dilakukan dengan

pendinginankontinyu sehingga biasanya diagram CCT lebih banyak digunakan

Sedangkan diagram IT digunakan untuk proses laku panas tertentu yang dilakukan

dengan pendingina isothermal

232 Diagram TTT

TTT Diagram merupakan salah satu jenis dari diagram material yang bisa

digunakan untuk memprediksi hasil akhir dari suatu transformasi TTT diagram

lebih sederhana daripada FeC diagram

Banyak ahli metalurgi berpendapat bahwa waktu dan temperatur

transformasi austenite mempunyai pengaruh yang besar terhadap produk hasil

transformasi dan properties baja Karena austenit tidak stabil di bawah temperatur

kritis bawah sangat penting untuk diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan

untuk austenit selesai bertransformasi dan bertransformasi menjadi apa pada

akhirnya austenite tersebut pada temperatur konstan dibawah temperatur kritis

bawah Proses transformasi tersebut dinamakan Transformation Temperature

Time (TTT)

52

Kalau baja diaustenitkan kemudian dicelup dingin pada temperatur di

bawah titik transformasi dan dibiarkan untuk sementara waktu austenit berada

dalam keadaan metastabil dan setelah waktu inkubasi tertentu terjadi

transformasi Dengan merubah-rubah keadaan di atas transformasi dibiarkan pada

temperatur tetap maka diagram transformasi waktu temperatur Seperti

ditunjukkan dalam Gambar 4 proses dimana struktur martensit didapat dengan

pencelupan dingin tiba-tiba setelah dibiarkan berada sebagai austenit yang

metastabil proses ini disebut austenit (ausforming)

Martensit yang dibuat dengan olah austenit dibandingkan dengan

martensit yang didapat dengan proses biasa mempunyai struktur mikro yang

halus cacat kisinya yang sangat banyak dan kekuatan yang sangat tinggi Jadi

kalau baja di temper akan didapat kekuatan keliatan dan keuletan yang tidak bisa

dicapai oleh proses pengerasan dan penemperan baja yang biasa Untuk

mendapatkan sifat-sifat yang sangat baik perlu pemilihan baja yaitu yang

mempunyai waktu permulaan transformasi yang lebih lama dari perlit dan bainit

suau daerah austenit metastabil di dalam S dan yang akan menjadi fasa martensit

karena pencelupan dingin

Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar

karbon dalam baja Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 083 yang

ditahan suhunya dititik tertentu akan menghasilkan struktur perlit dan ferit Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu tapi masih disisi sebelah atas garis horizontal

maka akan mendapatkan struktur mikro bainit (lebih keras dari perlit) Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal maka akan mendapat

struktur martensit (sangat keras dan getas) Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh

tingginya suhu pemanasan lamanya pemanasan dan semakin lama pemanasannya

akan timbul butiran yang lebih besar Semakin cepat pendinginan akan

menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil

53

Gambar Diagram TTT

(Sumber

Gambar diatas menunjukan suatu transformasi dari baja etektoida yang

mempunyai dekomposisi normal austenit sebagai berikut

Bila baja tersebut kita dinginkan cepat sampai dibawah A1 dan dibiarkan

beberapa saat (plusmn 30 detik pada 1250oF) sedemikian rupa jatuh pada daerah

dimana perlit baru sebagian terjadi kemudian dilanjutkan segera dengan quench

maka akan terjadi struktur perlit dan martensit sebagian Martensit ini adalah hasil

transformasi isotermis sebagian austenit pada suhu diatas tadi Lamanya baja

berada pada suhu dibawah A1 akan menentukan banyaknya pembentukan perlit

atau bainit dan menentukan jumlah austenit sisa yang membentuk martensit

setelah quench Dengan kata lain perkataan proses pembentukan perlitbainit pada

suhu tersebut terhenti pada saat quenching

Garis sebelah kiri menunjukkan saat setelah berapa lama dimulai

transformasi dan garis sebelah kanannya adalah akhir transformasi (100) pada

tiap-tiap suhu Dilihat dari bentuk kurva maka untuk suhu diatas 1000degF makin

rendah suhu pembentukkan phase (perlit) lebih cepat dan dibawah 1000degF sampai

dengan plusmn500degF makin rendah suhu makin lama untuk pembentukkan phase

(disisni terjadi struktur bainite)

54

Dengan demikian pembentukan martensit bisa terjadi dengan pendinginan

cepat dari setiap suhu tertentu bilamana waktu lama pada suhu-suhu tersebut

berada disebelah kiri garis kurva kanan Paling cepat terjadinya transformasi ke

phase perlitbainit adalah pada suhu sekitar 1000degF (merupakan ldquonoserdquodari

kurva)

Makin pendek lamanya baja tersebut dibiarkan pada suhu tertentu makin

besar jumlah austenit dan makin besar pula jumlah martensit yang terbentuk

setelah quenching Dari diagram cenderung tidaklah mungkin memperoleh

martensit dengan membiarkan baja tersebut pada suhu tertentu (konstan) untuk

waktu yang sangat lama

24 Macam Cacat Pada Daerah Lasan

241 Klasifikasi Retak Las

Daerah lasan yang terjadi akibat proses pelumeran atau pencairan menurut

(Wiryosumarto dan Okumura2000) dibagi tiga bagian yaitu daerah terpengaruh

panas atau HAZ (Heat Affected Zone) yaitu logam yang bersebelahan dengan

logam las Logam las yaitu bagian dari logam yang pada waktu pengelasan

mencair dan membeku dan logam induk yang tidak terpengaruhi yaitu bagian

logam dasar yang tidak terkena panas atau suhu pemanasan tidak menyebabkan

perubahan sifat danstruktur logam induk

Retak pada hasil pengelasan juga disebabkab oleh faktor-faktor perubahan

metalurgi setelah logam mengalami pemanasan Selain itu juga Retak pada hasil

pengelasan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perencanaan pemilihan bahan

dan proses pengelasan

Dua kelompok retak las adalah kelompok retak dingin dan kelompok retak

panas Retak dingin adalah retak daerah las yang terjadi pada suhu dibawah suhu

transformasi Martensit kurang lebih pada suhu 300ordmC sedangkan retak panas

adalah retak pada daerah las yang terjadi pada suhu diatas 500degC

Retak dingin dapat terjadi tidak hanya pada daerah HAZ tetapi juga pada logam

las Retak dingin pada daerah terpengaruh panas adalah retak bawah manik las

55

retak akar dan retak kaki Sedangkan retak dingin pada logam las biasanya adalah

retak memanjang dan retak melintang

Retak panas dibagi dalam dua kelas yaitu retak karena pembebasan

tegangan pada HAZ yang terjadi pada suhu antara 550degC-700degC dan retak yang

terjadi pada suhu diatas 900degC yang terjadi pada saat pembekuan logam las

Retak panas yang sering terjadi pada logam las karena pembekuan biasanya

berbentuk retak kawah dan retak memanjang Pada pengelasan baja austenit retak

panas biasanya terjadi pada daerah HAZ dan logam las Retak las karena

pembebasan tegangan pada umumnya terjadi pada kaki daerah HAZ

Jenis Retak las dan penyebabnya

1 Retak Dingin pada Daerah Pengaruh Panas (HAZ)

Retak dingin pada daerah HAZ biasanya terjadi beberapa menit sampai

dengan 48 jam sesudah pengelasan Karena itu retak ini disebut juga retak lambat

Penyebab retak ini adalah Struktur dari daerah HAZ difusi hidrogen didaerah las

dan tegangan sisa

Struktur dari daerah HAZ ditentukan oleh komposisi kimia logam induk

dan kecepatan pendinginan daerah las Retak dingin didaerah HAZ pada

pengelasan baja biasanya terjadi pada daerah martensit Karena kadar unsur

paduan yang mempertinggi sifat mampu keras baja diusahakan serendah mungkin

2 Retak Lamel

Pada konstruksi kerangka yang besar seperti bangunan laut biasanya

digunakan pelat tebal sehingga pada daerah las terjadi tegangan yang besar

Karena tegangan ini kadang terjadi retak bertumpuk yang menjalar sepanjang

butiran bukan logam yang ada didalam baja Retak semacam ini disebut retak

lamel Butiran MnS atau MnSiO dengan bentuk butiran kubus biasanya lebih peka

terhadap retak lamel dari pada butiran berbentuk bulat Karena hal tersebut maka

pada baja tahan retak kadar belerang diusahakan serendah-rendahnya

3 Retak Lintang pada Logam Las

Retak dingin disamping terjadi pada daerah HAZ juga dapat terjadi pada

logam las Retak ini terjadi dengan arah tegak lurus atau melintang terhadap garis

las Retak lintang dapat terjadi pada pengelasan busur terendam atau pada busur

56

listrik dengan elektroda terbungkus dan juga pada pengelasan yang menggunakan

logam las dengan kekuatan lebih dari 75 kgmm

Retak lintang sama halnya dengan retak dingin terjadi karena adanya

hidrogen difusi yang keluar dari fluks atau pembungkus elektroda Pada

permukaan manik las hidrogen difusi yang dikandung dapat dilepaskan dengan

mudah bila dibandingkan dengan hydrogen yang ada dibagian dalam Karena itu

biasanya retak lintang terdapat pada tengah-tengah tebal lasan tanpa menembus

permukaan

Dengan demikian cara pencegahan retak lintang adalah dengan cara

menurunkan kadar hidrogen difusi disamping pengeringan dan penyimpanan

yang baik dari bahan-bahan las agar tidak terkena uap air Pemanasan mula dan

pemanasan lanjutan juga sangat membantu didalam pelepasan dan pembebasan

hidrogen difusi

4 Retak pada Daerah Las Karena Proses Pembebasan Tegangan

Retak yang terjadi karena perlakuan-perlakuan panas sesudah pengelasan

adalah retak karena proses anil pembebasan tegangan yang biasanya dilakukan

pada suhu 500degC sampai 700degC Tempat terjadinya retak anil ini adalah pada

batas-batas butir terutama butir kasar pada daerah pengaruh panas

Bila dilihat dari bahan maka baja dengan kekuatan 80 kgmm dan baja

paduan rendah Cr-Mo-V adalah baj yang sangat peka terhadap retak karena

pembebasan tegangan Pengaruh komposisi kimia pada kepekaan retak tersebut

dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Menurut Nakamura Achiki dan Okabayashi

ΔG = (Cr) + 33 (Mn) + 81(V) ndash 2

Menurut Ito dan Nakanishi

P = (Cr) + (Cu) + 2 (Mo) + 10(V) +7(Ne) + 5(Ti)

Dari kedua rumus tersebut bila ΔG atau P mempunyai harga positif maka

terjadi keretakan Bila baja mengandung karbon kurang dari 01 atau krom lebih

dari 15 kepekaannya terhadap retak karena pembebasan tegangan menjadi

57

rendah sehingga persamaan tersebut tidak berlaku Hubungan antara P dengan

retak yang terjadi adalah semakin besar harga P semakin meningkat retak beas

tegangannya

5 Retak Panas

Retak panas biasanya terjadi pada waktu logam las mendingin setelah

pembekuan selesai Retak ini terjadi karena adanya tegangan yang timbul karena

penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun pada suhu sedikit dibawah

suhu pembekuan Dengan demikian retak ini akan terjadi pad batas butir karena

pada tempat tersebut terbentuk senyawa dengan titik cair rendah Karena itu unsur

seperti Si Ni dan P akan mempertinggi kepekaan baja terhadap retak jenis ini

Untuk menghindari retak panas adalah dengan menurunkan kadar Sid an

Ni serendah mungkin dan menghilangkan kandungan S dan P Untuk baja tahan

karat austenit cara menghindarinya adalah dengan mengusahakan agar S sampai

10 dari ferit terdapat dalam struktur austenit

242 Penembusan Kurang Baik

Selain retak cacat las yang juga sering terjadi adalah penembusan las

yang kurang dan jelek Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat yang

timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh karena

penembusan yang kurang Karena kurang penembusan inilah maka

penyambungan tidak sempurna Penyebab dari penembusan yang kurang ini

antara lain

Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi

Arus terlalu rendah

Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil

Benda kerja terlalu kotor

Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik

Busur las yang terlalu panjang

58

Gambar Penembusan las yang kurang

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

243 Pengerukan Under cut

Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan

under cut pada benda kerja Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau

konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan

konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan Sebabsebab

pengerukan las antara lain

Arus yang terlalu tinggi

Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula

Busur nyala yang terlalu panjang

Ukuran elektroda yang salah

Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat

Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur

Gambar Cacat pengerukanunder cut

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

244 Keropos

59

Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan

Keropos ini bila didiamkan lama kelamaan akan menebar yang diikuti dengan

perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena

korosi tadi Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang

ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga Penyebab keropos ini

yakni

Busur pendek

Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Kurang waktu pengisian

Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja

Kesalahan memilih jenis elektroda

Gambar Cacat keropos

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

245 Penggerutan Benda Kerja

Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila

didinginkan Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang maka

setelah dingin terjadilah pelengkungan atau melenting atau deformasi

Gambar perubahan bentuk benda kerja

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

60

Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)

maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser bahkan sampai kedua

sisi tersebut dapat berimpit

Gambar perubahan bentuk pada kampuh

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Penyebab pengerutan adalah

Pengisian pengelasan kurang

Pengkleman salah

Pemanasan yang berlebihan

Kesalahan persiapan kampuh

Pemanasan tidak merata

Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik

Salah urutan pengelasan

25 Perlengkapan Keselamatan Kerja

251 Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan

mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit

maupun mata Sinar Ias yang sangat terangkuat itu tidak boleh dilihat dangan

mata langsung sampai jarak 16 meter Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus

yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut Ukuran kaca

Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan

61

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 2: laporan pengelasan

LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTIKUM PENGELASAN

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JEMBER

Nama Muh Mey Ade Ansyori

NIM 091910101047

Telah Diperiksa dan Disetujui

Dosen Pembimbing

Salahuddin JunusST MTNIP 19750502 2001121 001

Asisten

Donak CarneollaNIM 070910101017

Ka Lab pengelasan

Salahuddin Junus STMTNIP 19750502 2001121 001

33

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena limpahan

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

Praktek Pengelasan dengan menggunakan las busur listrik dan las asetilin

Laporan Praktek Pengelasan dengan menggunakan las busur listrik dan las

asetilin ini disusun guna melengakapi tugas mata kuliah Praktikum Proses

Produksi di Universitas Jember

Laporan ini berisikan tentang dasar-dasar teori dari las busur listrik dan las

asetilin serta penjelasan tentang diagram CCT dan diagram TTT Laporan ini juga

berisikan tentang analisis dari hasil proses pengelasan

Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari banyak kekurangan dan

kekeliruan yang taerjadi serta penulis menyadari laporan ini jauh dari sempurna

karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki Penulis banyak

mendapatkan dukungan dan bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai

pihak

Atas segala bantuan bimbingan dan motivasi serta kritik dan saran dari

semua pihak penulis hanya dapat menyerahkan kepada Allah SWT semoga Allah

SWT membalas kebaikannya dan mudah-mudahan laporan ini bermanfaat

Jember April 2011

Penulis

34

BAB 1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Perkembangan zaman yang disertai oleh perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi (IPTEK) yang pesat dewasa ini menciptakan era globalisasi dan

keterbukaan yang menuntut setiap individu untuk ikut serta didalamnya sehingga

sumber daya manusia harus menguasai IPTEK serta mampu mengaplikasikannya

dalam setiap kehidupan

Pengelasan merupakan bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan

peningkatan industri karena memegang peranan utama dalam rekayasa dan

reparasi produksi logam Hampir tidak mungkin pembangunan suatu pabrik tanpa

melibatkan unsur pengelasan

Pada era industrialisasi dewasa ini teknik pengelasan telah banyak

dipergunakan secara luas pada penyambungan batang-batang pada konstruksi

bangunan baja dan konstruksi mesin Luasnya pengguanaan teknologi ini

disebabkan karena bangunan dan mesin yang dibuat dengan teknik

penyambungan menjadi ringan dan lebih sederhana dalam proses pembuatanya

Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam bidang konstruksi sangat luas

meliputi perkapalan jembatan rangka baja pipa saluran dan lain sebagainya

Di samping itu proses las dapat juga dipergunakan untuk reparasi misalnya

untuk mengisi lubang-lubang pada coran membuat lapisan keras pada perkakas

mempertebal bagian-bagian yang sudah aus dan lain-lain Pengelasan bukan

tujuan utama dari konstruksi tetapi merupakan sarana untuk mencapai pembuatan

yang lebih baik Karena itu rancangan las harus betul-betul memperhatikan

kesesuaian antara sifat-sifat las yaitu kekuatan dari sambungan dan

memperhatikan sambungan yang akan dilas sehingga hasil dari pengelasan sesuai

dengan yang diharapkan Dalam memilih proses pengelasan harus dititik beratkan

pada proses yang paling sesuai untuk tiap-tiap sambungan las yang ada pada

konstruksi Dalam hal ini dasarnya adalah efisiensi yang tinggi biaya yang murah

penghematan tenaga dan penghematan energi sejauh mungkin

35

Mutu dari hasil pengelasan di samping tergantung dari pengerjaan lasnya

sendiri dan juga sangat tergantung dari persiapan sebelum pelaksanaan

pengelasan karena pengelasan adalah proses penyambungan antara dua bagian

logam atau lebih dengan menggunakan energi panas Pada penelitian ini

pengelasan yang digunakan las listrik dan asetilin Hal ini sangat erat

hubungannya dengan arus listrik ketangguhan cacat las serta retak yang pada

umumnya mempunyai pengaruh yang fatal terhadap keamanan dari konstruksi

yang dilas

Untuk dapat mengetahui pengaruh hasil pengelasan las listrik dan asitilin

pada pelat baja terhadap uji kekerasan struktur mikro dan uji tarik dari

pengelasan maka perlu dilakukan pengujian terhadap benda uji hasil dari

pengelasan

12 Tujuan

1 Mahsiswa dapat menyalakan busur dan pengelasan alur dengan

menggunakan las busur listrik dan las asetilin

2 Mahasiswa dapat membuat sambungan I dengan menggunakan las busur

listrik dan las asetilin

3 Mahasiswa dapat membuat sambungan tumpang dengan las busur listrik

dan las asetilin

4 Mahasiswa dapat membuat sambungan sudut luar dengan menggunakan

las busur listrik dan las asetilin

5 Mahasiswa dapat melakukan analisis terhadap hasil dari proses pengelasan

13 Manfaat

1 Mahasiswa mampu mengaplikasikan dasar teori pengelasan yang

didapatkan dari mata kuliah teknik pengelasan

2 Mahasiswa mampu melakukan proses pengelasan dengan las asetilin

maupun las busur listrik

3 Mahasiswa mampu menyalakan busur dan membuat alur serta membuat

berbagai sambungan meliputi sambungan I sambungan tumpang dan

sambungan sudut luar dengn menggunakan las busur listrik dan las asetilin

36

4 Mampu menganalisis hasil lasan secara teoritis sesuai dengan apa yang

telah didapat pada mata kuliah teknik pengelasan

14 Rumusan Masalah

1 Jelaskan tentang teori las busur listrik

2 Jelaskan tentang teori las asetilin

3 Jelaskan apa yang dimaksud dengan diagram CCT dan diagram TTT

37

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Dasar Teori Las Busur Listrik

211 Pengertian SMAW

Mengelas secara umum adalah suatu cara menyambung logam dengan

menggunakan panas tenaga panas pada proses pengelasan diperlukan untuk

memanaskan bahan lasan sampai caurleleh sehingga bahan las tersambung

dengan atau tanpa kawat las sebagai bahan pengisi

Pengelasan busur listrik adalah cara pengelasan menggunakan busur listrik

atau percikan bunga api listrik akibat hubungan singkat antara dua kutub listrik

yang teionisasi dengan udara melalui penghantar batang elektroda yang sekaligus

dapat digunakan pula sebagai bahan tambah atau bahan pengisi dalam pengelasan

Seperti yang terlihat dalam gambar di bawah ini

Gambar 1 Las busur listrik

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Ada beberapa macam proses las busur listrik berdasarkan elektroda yang

digunakannya antara lain

1 Las busur dengan elektroda karbon misalnya

a Las busur dengan elektroda karbon tunggal

b Las busur dengan elektroda karbon ganda

2 Las busur dengan elektroda logam misalnya

a Las busur dengan elektroda berselaput SMAW

b Las TIG (Tungsten Inert Gas)GTAW

c Las MIGGMAW

38

d Las Submerged

Laporan ini secara khusus akan membahas Las busur listik dengan

elektroda berselaput terbungkus atau SMAW (Shielded Metal Arc Welding)

Proses las busur ini menggunakan elektroda berselaput sebagai bahan tambah

busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda dan bahan dasar akan

mencairkan ujung elektroda dan sebagian bahan dasar selaput elektroda yang

turut terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung

elektroda kawah las busur listrik dan daerah las sekitar busur listrik terhadap

pengaruh udara luar Di bawah ini gambar las busur dengan elektroda berselaput

Bungkus selaput (coating electrode) yang berfungsi sebagai fluks akan

terbakar pada waktu proses berlangsung dan gas yang terjadi akan melindungi

proses terhadap pangaruh udara luar Cairan pembungkus akan terapung dan

membeku pada permukaan las yang disebut slag yang kemudian dapat

dibersihkan dengan mudah

Gambar 2 Las busur listrik dengan elektroda berselaput

(Sumber httplaslistrikblogspotcom200906html)

212 Mesin Las Listrik

Persyaratan dari proses SMAW adalah persediaan yang kontinyu pada

electric current (arus listrik) dengan jumlah ampere dan voltage yang cukup baik

kestabilan api las (Arc) akan tetap terjaga

39

Gambar 3 Skema proses SMAW

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Dimana electric power (tenaga listrik) yang diperoleh dari welding

machine menurut jenis arus yang dikeluarkannya terdapat 3 (tiga) jenis machine

yaitu

a Mesin dengan arus searah (DC)

Pada mesin arus searah (DC) dilengkapi dengan komponen yang merubah

sifat arus bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC) yaitu generator karena arus

listrik yang dipakai disini bukan berasal dari baterei melainkan daru generator

listrik

Gambar 3 mesin las dengan arus searah

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

b Mesin dengan arus bolak balik (AC)

Mesin arus bolak balik tidak perlu dilengkapi dengan generator tetapi

cukup dengan transformator Karakteristik electric efficiencynya 80-85

40

Gambar 4 Mesin las dengan arus bolak-balik

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

c Mesin dengan kombinasi arus yaitu searah dan bolak balik

Untuk mesin kombinasi AC dan DC dilengkapi dengan transformator dan

rectifier dimana rectifier ini mempunyai fungsi untuk meratakan arus

Gambar 5 Mesin las kombinasi arus searah dan bolak-balik

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

213 Parameter Pengelasan

Panjang busur (Arc Length) yang dianggap baik lebih kurang sama dengan

elektrode yang dipakai Untuk besarnya tegangan yang dipakai setiap posisi

pengelasan tidak sama Misalnya elektrode 3 mm ndash 6 mm mempunyai tegangan

41

20 ndash 30 volt pada posisi datar dan tegangan ini akan dikurangi antara 2 ndash 5 volt

pada posisi diatas kepala Kestabilan tegangan ini sangat menentukan mutu

pengelasan dan kestabilan juga dapat didengar melalui suara selama pengelasan

Besarnya arus juga mempengaruhi pengelasan dimana besarnya arus

listrik pada pengelasan tergantung dari bahan dan ukuran lasan geometri

sambungan pengelasan macam elektrode dan inti elektrode Untuk pengelasan

pada daerah las yang mempunyai daya serap kapasitas panas yang tinggi

diperlukan arus listrik yang besar dan mungkin juga diperlukan tambahan panas

Sedang untuk pengelasan baja paduan yang daerah HAZ-nya dapat mengeras

dengan mudah akibat pendinginan yang terlalu cepat maka untuk menahan

pendinginan ini diberikan masukan panas yang tinggi yaitu dengan arus

pengelasan yang besar Pengelasan logam paduan agar untuk menghindari

terbakarnya unsur-unsur paduan sebaiknya digunakan arus las yang sekecil

mungkin Juga pada pengelasan yang kemungkinan dapat terjadi retak panas

misalnya pada pengelasan baja tahan karat austenitik maka penggunaan panas

diusahakan sekecil mungkin sehingga arus pengelasan harus kecil

Kecepatan pengelasan tergantung dari bahan induk jenis elektrode inti

elektrode geometri sambungan ketelitian sambungan agar dapat mengelas lebih

cepat diperlukan arus yang lebih tinggi

Polaritas listrik mempengaruhi hasil dari busur listrik Sifat busur listrik

pada arus searah (DC) akan lebih stabil daripada arus bolak-balik (AC) Terdapat

dua jenis polaritas yaitu polaritas lurus dimana benda kerja positif dan elektrode

negatip (DCEN) Polaritas balik adalah sebaliknya Karakteristik dari polaritas

balik yaitu pemindahan logam terjadi dengan cara penyemburan maka polaritas

ini mepunyai hasil pengelasan yang lebih dalam dibanding dengan polaritas

lurus (DCEN) Dari keterangan diatas dapat disimpulkan seperti pada tabel dan

gambar dibawah ini

42

Gambar 6 Karakteristik pengelasan

(Sumber wwwmigasindonesiacom)

Tabel 1 Karakteristik pengelasan

(Sumber wwwmigasindonesiacom)

214 Teknik Pengelasan

Ada dua cara penyalaan busur las yaitu

a Cara goresan

Caranya yaitu dengan menggoreskan ujung elektroda pada permukaan

benda kerja las kemudian elektroda diangkat sampai ada jarak sebesar diameter

elektroda antara ujung elektroda dan permukaan benda kerja sehingga terbentuk

nyala busur yang stabil

43

b Cara sentuhan

Caranya yaitu ujung elektroda disentuhkan ke permukaan benda kerja

sehingga menimbulkan busur las kemudian diangkat sampai jarak sebesar

diameter elektroda

Setelah terjadi penyalaan maka selanjutnya dilakukan penarikan

Penarikan dilakukan dengan menjaga kekonstanan lebar rigi las sebesar

2xdiameter elektroda Dengan sudut elektroda terhadap sumbu mendatar adalah

70-80ordm Posisi pengelasan dalam las busur ada 4 yaitu

Dibawah Tangan

Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang paling mudah

dilakukan Oleh sebab itu untuk menyelesaikan setiap pekerjaan pengelasan

sedapat meungkin di usahakan pada posisi dibawah tangan Kemiringan elektroda

10 derajat ndash 20 derajat terhadap garis vertical kearah jalan elektroda dan 70

derajat-80 derajat terhadap benda kerja

Tegak (vertical)

Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas

atau ke bawah Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena

bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan

kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15 derajat terhadapvertikal dan 70 derajat-

85 derajat terhadap benda kerja

Datar (horizontal)

Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana

kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal

Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5 derajat ndash 10 derajat terhadap

garis vertical dan 70 derajat ndash 80 derajat kearah benda kerja

Di atas kepala

Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair banyak

berjatuhan dapat mengenai juru las oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang

serba lengkap Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas

juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5 derajat ndash 20 derajat terhadap garis

vertical dan 75 derajat-85 derajat terhadap benda kerja

44

Posisi datar (1G)

Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zigzag dan

setengah bulan Untuk jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua

sisi tetapi dapat juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja Type posisi datar

(1G) didalam pelaksanaannya sangat mudah Dapat diapplikasikan pada material

pipa dengan jalan pipa diputar

Posisi horizontal (2G)

Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal yaitu pipa pada

posisi tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa

Kesukaran pengelasan posisi horizontal adalah karena beratnya sendiri maka

cairan las akan selalu kebawah Adapun posisi sudut elektrode pengelasan pipa

2G yaitu 90ordm Panjang busur di usahakan sependek mungkin yaitu frac12 kali diameter

elektrode las Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan gerakan melingkar

dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua sisi kampuh agar tidak

terjadi cacat

Pengelasan Vertikal (3G)

Pengelasan posisi 3G dilakukan pada material plate Posisi 3G ini

dilaksanakan pada plate dan elektrode vertikal Kesulitan pengelasan ini hampir

sama dengan posisi 2G akibat gaya gravitasi cairan elektrode las akan selalu

kebawah

Posisis horizontal pipa (5G)

Pengelasan naik

Posisi pengelasan 5G pipa diletakkan pada posisi horizontal tetap dan

pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut Supaya hasil pengelasan baik

maka diperlukan las kancing (tack weld) pada posisi jam 5-8-11 dan 2 Mulai

pengelasan pada jam 530 ke jam 1200 melalui jam 6 dan kemudian dilanjutkan

dengan posisi jam 530 ke jam 1200 melalui jam 3

Pengelaan turun

Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran minyak serta gas

bumi Alasan penggunaan las turun lebih menguntungkan dikarenakan lebih cepat

dan lebih ekonomis

45

22 Dasar Teori Las Asetilin

221 Pengertian Las Oksi Asetilin

Las Oksi asetilin adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan

pencampuran 2 jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas

Dalam proses las gas ini gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen

(O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel gas) Gas bahan bakar yang paling

popular dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah gas Asetilen (dari

kata ldquoacetylenerdquo dan memiliki rumus kimia C2H2) Gas ini memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan gas bahan bakar lain Kelebihan yang dimiliki gas

Asetilen antara lain menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gas

bahan bakar lainya baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen

222 Bahan Bakar Gas

a Asetilin ( C2H2 )

Asetilena (Nama sistematis etuna) adalah suatu hidrokarbon yang

tergolong kepada alkuna dengan rumus C2H2 Asetilena merupakan alkuna yang

paling sederhana karena hanya terdiri dari dua atom karbon dan dua atom

hidrogen Pada asetilena kedua karbon terikat melalui ikatan rangkap tiga dan

masing-masing atom karbon memiliki hibridisasi orbital sp untuk ikatan sigma

Hal ini menyebabkan keempat atom pada asetilena terletak pada satu garis lurus

dengan sudut C-C-H sebesar 180deg

b Propan

Propana adalah senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang berwujud gas

dalam keadaan normal tapi dapat dikompresi menjadi cairan yang mudah

dipindahkan dalam kontainer yang tidak mahal Senyawa ini diturunkan dari

produk petroleum lain pada pemrosesan minyak bumi atau gas alam Propana

umumnya digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin barbeque (pemanggang)

dan di rumah-rumah

46

223 Peralatan Las Oksi Asetilin

a Tabung Gas

Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi

bertekanan Umumnya tabung gas dibuat dari Baja tetapi sekarang ini sudah

banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium Tabung gas

tersedia dalam bentuk beragam mulai berukuran kecil hingga besar Ukuran

tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas

dan juga jenis gas yang ditampung Untuk membedakan tabung gas apakah

didalamnya berisi gas Oksigen Asetilen atau gas lainya dapat dilihat dari kode

warna yang ada pada tabung itu

Gambar 7 Tabung oksigen

(Sumber wwwperkakaskucom)

b Katup Tabung

Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup

Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung Pada tabung gas Oksigen

katup biasanya dibuat dari material Kuningan sedangkan untuk tabung gas

Asetilen katup ini terbuat dari material Baja

c Regulator

Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan dipasang pada

katub tabung dengan tujuan untuk mengurangi atau menurunkan tekann hingga

mencapai tekana kerja torch Regulator ini juga berperan untuk mempertahankan

besarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau pemotongan Bahkan jika

tekanan dalam tabung menurun tekana kerja harus dipertahankan tetap oleh

regulator Pada regulator terdapat bagian-bagian seperti saluran masuk katup

47

pengaturan tekan kerja katup pengaman alat pengukuran tekanan tabung alat

pengukuran tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas menuju selang

Gambar 9 Regulator

(Sumber wwwperkakaskucom)

d Selang gas

Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan

selang gas Untuk memenuhi persyaratan keamanan selang harus mampu

menahan tekan kerja dan tidak mudah bocor Dalam pemakaiannya selang

dibedakan berdasarkan jenis gas yang dialirkan Untuk memudahkan bagimana

membedakan selang Oksigen dan selang Asetilen mak cukup memperhatikan

kode warna pada selang Berikut ini diperlihatkan table yang berisi informasi

tentang perbedaan warna untuk membedakan jenis gas yang mengalir dalam

selang

Gambar 10 Selang gas

(Sumber wwwperkakaskucom)

48

e Torch

Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch

tercampur didalamnya dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api Dari

keterangan diatas toch memiliki dua fungsi yaitu

Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan bakar

Sebagai paembentuk nyala api di ujung nosle

Gambar 11 Torch

(Sumber wwwperkakaskucom)

224 Proses Pengelasan Oksi Asetilin

a Menentukan nyala api

Nyala api Karburasi

Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di

antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna

biru Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut

antara yang berwarna keputih-putihan yang panjangnya ditentukan oleh jumlah

kelebihan asetilen Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam

cair Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel nikel berbagai

jenis baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous

Gambar 12 Nyala api karburasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

49

Nyala api Netral

Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu

Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar

yang berwarna biru bening Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara

Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyala

kerucut

Gambar 13 Nyala api netral

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

Nyala api oksidasi

Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan

nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah

menjadi ungu Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau

dekarburisasi pada logam cair Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan

dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan

untuk pengelasan lainnya

Gambar 14 Nyala api oksidasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

b Teknik Pengelasan

Posisi pengelasan di bawah tangan

Posisi pengelasan datar ( horizontal )

Posisi pengelasan tegak ( vertical )

Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )

Pengelasan arah ke kiri ( maju )

50

Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan

ke kiri dengan membentuk sudut 60deg dan kawat las 30deg terhadap benda kerja

sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan Cara ini

banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan

posisi yang sulit saat mengelas

Pengelasan arah ke kanan ( mundur )

Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke

kiri Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya

45 mm ke atas

23 Diagram CCT dan Diagram TTT

231 Diagram CCT

Gambar Diagram CCT

(Sumber

51

Diagram transformasi semacam ini dinamakan diagram transformasi

pendinginan kontinyu atau diagram CCT (Continuous Cooling Transformation)

Bentuknya agak berbeda dibandingkan dengan diagram IT lihat gambar di atas

kurva transformasi tergeser sedikit ke kanan bawah dan pada baja karbon tidak

terdapat daerah transformasi austenitbainit Ini disebabkan karana kurva awal

transformasi austenit-bainit terhalang oleh kurva transformasi austenit-perlit

Tetapi dari gambar di atas yang menggambarkan kurva transformasi

pendinginan kontinyu (garis tebal) yang disuperimpose pada diagram IT (garis

tipis) baja karbon eutectoid tampak bahwa dengan pendinginan kontinyu lebih

mudah diperoleh martensit karena kurva transformasi ber-geser ke kanan

Misalnya pada kurva pendinginan dengan laju 250 oFs untuk kurva transformasi

pendinginan kontinyu akan merupakan laju pendinginan kritis akan menghasilkan

100 tetapi pada kurva transformasi isothermal masih akan menghasilkan sedikit

perlit sebelum menjadi martensit

Pada proses laku panas biasanya pendinginan dilakukan dengan

pendinginankontinyu sehingga biasanya diagram CCT lebih banyak digunakan

Sedangkan diagram IT digunakan untuk proses laku panas tertentu yang dilakukan

dengan pendingina isothermal

232 Diagram TTT

TTT Diagram merupakan salah satu jenis dari diagram material yang bisa

digunakan untuk memprediksi hasil akhir dari suatu transformasi TTT diagram

lebih sederhana daripada FeC diagram

Banyak ahli metalurgi berpendapat bahwa waktu dan temperatur

transformasi austenite mempunyai pengaruh yang besar terhadap produk hasil

transformasi dan properties baja Karena austenit tidak stabil di bawah temperatur

kritis bawah sangat penting untuk diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan

untuk austenit selesai bertransformasi dan bertransformasi menjadi apa pada

akhirnya austenite tersebut pada temperatur konstan dibawah temperatur kritis

bawah Proses transformasi tersebut dinamakan Transformation Temperature

Time (TTT)

52

Kalau baja diaustenitkan kemudian dicelup dingin pada temperatur di

bawah titik transformasi dan dibiarkan untuk sementara waktu austenit berada

dalam keadaan metastabil dan setelah waktu inkubasi tertentu terjadi

transformasi Dengan merubah-rubah keadaan di atas transformasi dibiarkan pada

temperatur tetap maka diagram transformasi waktu temperatur Seperti

ditunjukkan dalam Gambar 4 proses dimana struktur martensit didapat dengan

pencelupan dingin tiba-tiba setelah dibiarkan berada sebagai austenit yang

metastabil proses ini disebut austenit (ausforming)

Martensit yang dibuat dengan olah austenit dibandingkan dengan

martensit yang didapat dengan proses biasa mempunyai struktur mikro yang

halus cacat kisinya yang sangat banyak dan kekuatan yang sangat tinggi Jadi

kalau baja di temper akan didapat kekuatan keliatan dan keuletan yang tidak bisa

dicapai oleh proses pengerasan dan penemperan baja yang biasa Untuk

mendapatkan sifat-sifat yang sangat baik perlu pemilihan baja yaitu yang

mempunyai waktu permulaan transformasi yang lebih lama dari perlit dan bainit

suau daerah austenit metastabil di dalam S dan yang akan menjadi fasa martensit

karena pencelupan dingin

Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar

karbon dalam baja Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 083 yang

ditahan suhunya dititik tertentu akan menghasilkan struktur perlit dan ferit Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu tapi masih disisi sebelah atas garis horizontal

maka akan mendapatkan struktur mikro bainit (lebih keras dari perlit) Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal maka akan mendapat

struktur martensit (sangat keras dan getas) Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh

tingginya suhu pemanasan lamanya pemanasan dan semakin lama pemanasannya

akan timbul butiran yang lebih besar Semakin cepat pendinginan akan

menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil

53

Gambar Diagram TTT

(Sumber

Gambar diatas menunjukan suatu transformasi dari baja etektoida yang

mempunyai dekomposisi normal austenit sebagai berikut

Bila baja tersebut kita dinginkan cepat sampai dibawah A1 dan dibiarkan

beberapa saat (plusmn 30 detik pada 1250oF) sedemikian rupa jatuh pada daerah

dimana perlit baru sebagian terjadi kemudian dilanjutkan segera dengan quench

maka akan terjadi struktur perlit dan martensit sebagian Martensit ini adalah hasil

transformasi isotermis sebagian austenit pada suhu diatas tadi Lamanya baja

berada pada suhu dibawah A1 akan menentukan banyaknya pembentukan perlit

atau bainit dan menentukan jumlah austenit sisa yang membentuk martensit

setelah quench Dengan kata lain perkataan proses pembentukan perlitbainit pada

suhu tersebut terhenti pada saat quenching

Garis sebelah kiri menunjukkan saat setelah berapa lama dimulai

transformasi dan garis sebelah kanannya adalah akhir transformasi (100) pada

tiap-tiap suhu Dilihat dari bentuk kurva maka untuk suhu diatas 1000degF makin

rendah suhu pembentukkan phase (perlit) lebih cepat dan dibawah 1000degF sampai

dengan plusmn500degF makin rendah suhu makin lama untuk pembentukkan phase

(disisni terjadi struktur bainite)

54

Dengan demikian pembentukan martensit bisa terjadi dengan pendinginan

cepat dari setiap suhu tertentu bilamana waktu lama pada suhu-suhu tersebut

berada disebelah kiri garis kurva kanan Paling cepat terjadinya transformasi ke

phase perlitbainit adalah pada suhu sekitar 1000degF (merupakan ldquonoserdquodari

kurva)

Makin pendek lamanya baja tersebut dibiarkan pada suhu tertentu makin

besar jumlah austenit dan makin besar pula jumlah martensit yang terbentuk

setelah quenching Dari diagram cenderung tidaklah mungkin memperoleh

martensit dengan membiarkan baja tersebut pada suhu tertentu (konstan) untuk

waktu yang sangat lama

24 Macam Cacat Pada Daerah Lasan

241 Klasifikasi Retak Las

Daerah lasan yang terjadi akibat proses pelumeran atau pencairan menurut

(Wiryosumarto dan Okumura2000) dibagi tiga bagian yaitu daerah terpengaruh

panas atau HAZ (Heat Affected Zone) yaitu logam yang bersebelahan dengan

logam las Logam las yaitu bagian dari logam yang pada waktu pengelasan

mencair dan membeku dan logam induk yang tidak terpengaruhi yaitu bagian

logam dasar yang tidak terkena panas atau suhu pemanasan tidak menyebabkan

perubahan sifat danstruktur logam induk

Retak pada hasil pengelasan juga disebabkab oleh faktor-faktor perubahan

metalurgi setelah logam mengalami pemanasan Selain itu juga Retak pada hasil

pengelasan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perencanaan pemilihan bahan

dan proses pengelasan

Dua kelompok retak las adalah kelompok retak dingin dan kelompok retak

panas Retak dingin adalah retak daerah las yang terjadi pada suhu dibawah suhu

transformasi Martensit kurang lebih pada suhu 300ordmC sedangkan retak panas

adalah retak pada daerah las yang terjadi pada suhu diatas 500degC

Retak dingin dapat terjadi tidak hanya pada daerah HAZ tetapi juga pada logam

las Retak dingin pada daerah terpengaruh panas adalah retak bawah manik las

55

retak akar dan retak kaki Sedangkan retak dingin pada logam las biasanya adalah

retak memanjang dan retak melintang

Retak panas dibagi dalam dua kelas yaitu retak karena pembebasan

tegangan pada HAZ yang terjadi pada suhu antara 550degC-700degC dan retak yang

terjadi pada suhu diatas 900degC yang terjadi pada saat pembekuan logam las

Retak panas yang sering terjadi pada logam las karena pembekuan biasanya

berbentuk retak kawah dan retak memanjang Pada pengelasan baja austenit retak

panas biasanya terjadi pada daerah HAZ dan logam las Retak las karena

pembebasan tegangan pada umumnya terjadi pada kaki daerah HAZ

Jenis Retak las dan penyebabnya

1 Retak Dingin pada Daerah Pengaruh Panas (HAZ)

Retak dingin pada daerah HAZ biasanya terjadi beberapa menit sampai

dengan 48 jam sesudah pengelasan Karena itu retak ini disebut juga retak lambat

Penyebab retak ini adalah Struktur dari daerah HAZ difusi hidrogen didaerah las

dan tegangan sisa

Struktur dari daerah HAZ ditentukan oleh komposisi kimia logam induk

dan kecepatan pendinginan daerah las Retak dingin didaerah HAZ pada

pengelasan baja biasanya terjadi pada daerah martensit Karena kadar unsur

paduan yang mempertinggi sifat mampu keras baja diusahakan serendah mungkin

2 Retak Lamel

Pada konstruksi kerangka yang besar seperti bangunan laut biasanya

digunakan pelat tebal sehingga pada daerah las terjadi tegangan yang besar

Karena tegangan ini kadang terjadi retak bertumpuk yang menjalar sepanjang

butiran bukan logam yang ada didalam baja Retak semacam ini disebut retak

lamel Butiran MnS atau MnSiO dengan bentuk butiran kubus biasanya lebih peka

terhadap retak lamel dari pada butiran berbentuk bulat Karena hal tersebut maka

pada baja tahan retak kadar belerang diusahakan serendah-rendahnya

3 Retak Lintang pada Logam Las

Retak dingin disamping terjadi pada daerah HAZ juga dapat terjadi pada

logam las Retak ini terjadi dengan arah tegak lurus atau melintang terhadap garis

las Retak lintang dapat terjadi pada pengelasan busur terendam atau pada busur

56

listrik dengan elektroda terbungkus dan juga pada pengelasan yang menggunakan

logam las dengan kekuatan lebih dari 75 kgmm

Retak lintang sama halnya dengan retak dingin terjadi karena adanya

hidrogen difusi yang keluar dari fluks atau pembungkus elektroda Pada

permukaan manik las hidrogen difusi yang dikandung dapat dilepaskan dengan

mudah bila dibandingkan dengan hydrogen yang ada dibagian dalam Karena itu

biasanya retak lintang terdapat pada tengah-tengah tebal lasan tanpa menembus

permukaan

Dengan demikian cara pencegahan retak lintang adalah dengan cara

menurunkan kadar hidrogen difusi disamping pengeringan dan penyimpanan

yang baik dari bahan-bahan las agar tidak terkena uap air Pemanasan mula dan

pemanasan lanjutan juga sangat membantu didalam pelepasan dan pembebasan

hidrogen difusi

4 Retak pada Daerah Las Karena Proses Pembebasan Tegangan

Retak yang terjadi karena perlakuan-perlakuan panas sesudah pengelasan

adalah retak karena proses anil pembebasan tegangan yang biasanya dilakukan

pada suhu 500degC sampai 700degC Tempat terjadinya retak anil ini adalah pada

batas-batas butir terutama butir kasar pada daerah pengaruh panas

Bila dilihat dari bahan maka baja dengan kekuatan 80 kgmm dan baja

paduan rendah Cr-Mo-V adalah baj yang sangat peka terhadap retak karena

pembebasan tegangan Pengaruh komposisi kimia pada kepekaan retak tersebut

dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Menurut Nakamura Achiki dan Okabayashi

ΔG = (Cr) + 33 (Mn) + 81(V) ndash 2

Menurut Ito dan Nakanishi

P = (Cr) + (Cu) + 2 (Mo) + 10(V) +7(Ne) + 5(Ti)

Dari kedua rumus tersebut bila ΔG atau P mempunyai harga positif maka

terjadi keretakan Bila baja mengandung karbon kurang dari 01 atau krom lebih

dari 15 kepekaannya terhadap retak karena pembebasan tegangan menjadi

57

rendah sehingga persamaan tersebut tidak berlaku Hubungan antara P dengan

retak yang terjadi adalah semakin besar harga P semakin meningkat retak beas

tegangannya

5 Retak Panas

Retak panas biasanya terjadi pada waktu logam las mendingin setelah

pembekuan selesai Retak ini terjadi karena adanya tegangan yang timbul karena

penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun pada suhu sedikit dibawah

suhu pembekuan Dengan demikian retak ini akan terjadi pad batas butir karena

pada tempat tersebut terbentuk senyawa dengan titik cair rendah Karena itu unsur

seperti Si Ni dan P akan mempertinggi kepekaan baja terhadap retak jenis ini

Untuk menghindari retak panas adalah dengan menurunkan kadar Sid an

Ni serendah mungkin dan menghilangkan kandungan S dan P Untuk baja tahan

karat austenit cara menghindarinya adalah dengan mengusahakan agar S sampai

10 dari ferit terdapat dalam struktur austenit

242 Penembusan Kurang Baik

Selain retak cacat las yang juga sering terjadi adalah penembusan las

yang kurang dan jelek Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat yang

timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh karena

penembusan yang kurang Karena kurang penembusan inilah maka

penyambungan tidak sempurna Penyebab dari penembusan yang kurang ini

antara lain

Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi

Arus terlalu rendah

Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil

Benda kerja terlalu kotor

Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik

Busur las yang terlalu panjang

58

Gambar Penembusan las yang kurang

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

243 Pengerukan Under cut

Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan

under cut pada benda kerja Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau

konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan

konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan Sebabsebab

pengerukan las antara lain

Arus yang terlalu tinggi

Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula

Busur nyala yang terlalu panjang

Ukuran elektroda yang salah

Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat

Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur

Gambar Cacat pengerukanunder cut

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

244 Keropos

59

Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan

Keropos ini bila didiamkan lama kelamaan akan menebar yang diikuti dengan

perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena

korosi tadi Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang

ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga Penyebab keropos ini

yakni

Busur pendek

Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Kurang waktu pengisian

Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja

Kesalahan memilih jenis elektroda

Gambar Cacat keropos

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

245 Penggerutan Benda Kerja

Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila

didinginkan Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang maka

setelah dingin terjadilah pelengkungan atau melenting atau deformasi

Gambar perubahan bentuk benda kerja

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

60

Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)

maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser bahkan sampai kedua

sisi tersebut dapat berimpit

Gambar perubahan bentuk pada kampuh

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Penyebab pengerutan adalah

Pengisian pengelasan kurang

Pengkleman salah

Pemanasan yang berlebihan

Kesalahan persiapan kampuh

Pemanasan tidak merata

Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik

Salah urutan pengelasan

25 Perlengkapan Keselamatan Kerja

251 Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan

mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit

maupun mata Sinar Ias yang sangat terangkuat itu tidak boleh dilihat dangan

mata langsung sampai jarak 16 meter Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus

yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut Ukuran kaca

Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan

61

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 3: laporan pengelasan

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena limpahan

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

Praktek Pengelasan dengan menggunakan las busur listrik dan las asetilin

Laporan Praktek Pengelasan dengan menggunakan las busur listrik dan las

asetilin ini disusun guna melengakapi tugas mata kuliah Praktikum Proses

Produksi di Universitas Jember

Laporan ini berisikan tentang dasar-dasar teori dari las busur listrik dan las

asetilin serta penjelasan tentang diagram CCT dan diagram TTT Laporan ini juga

berisikan tentang analisis dari hasil proses pengelasan

Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari banyak kekurangan dan

kekeliruan yang taerjadi serta penulis menyadari laporan ini jauh dari sempurna

karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki Penulis banyak

mendapatkan dukungan dan bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai

pihak

Atas segala bantuan bimbingan dan motivasi serta kritik dan saran dari

semua pihak penulis hanya dapat menyerahkan kepada Allah SWT semoga Allah

SWT membalas kebaikannya dan mudah-mudahan laporan ini bermanfaat

Jember April 2011

Penulis

34

BAB 1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Perkembangan zaman yang disertai oleh perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi (IPTEK) yang pesat dewasa ini menciptakan era globalisasi dan

keterbukaan yang menuntut setiap individu untuk ikut serta didalamnya sehingga

sumber daya manusia harus menguasai IPTEK serta mampu mengaplikasikannya

dalam setiap kehidupan

Pengelasan merupakan bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan

peningkatan industri karena memegang peranan utama dalam rekayasa dan

reparasi produksi logam Hampir tidak mungkin pembangunan suatu pabrik tanpa

melibatkan unsur pengelasan

Pada era industrialisasi dewasa ini teknik pengelasan telah banyak

dipergunakan secara luas pada penyambungan batang-batang pada konstruksi

bangunan baja dan konstruksi mesin Luasnya pengguanaan teknologi ini

disebabkan karena bangunan dan mesin yang dibuat dengan teknik

penyambungan menjadi ringan dan lebih sederhana dalam proses pembuatanya

Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam bidang konstruksi sangat luas

meliputi perkapalan jembatan rangka baja pipa saluran dan lain sebagainya

Di samping itu proses las dapat juga dipergunakan untuk reparasi misalnya

untuk mengisi lubang-lubang pada coran membuat lapisan keras pada perkakas

mempertebal bagian-bagian yang sudah aus dan lain-lain Pengelasan bukan

tujuan utama dari konstruksi tetapi merupakan sarana untuk mencapai pembuatan

yang lebih baik Karena itu rancangan las harus betul-betul memperhatikan

kesesuaian antara sifat-sifat las yaitu kekuatan dari sambungan dan

memperhatikan sambungan yang akan dilas sehingga hasil dari pengelasan sesuai

dengan yang diharapkan Dalam memilih proses pengelasan harus dititik beratkan

pada proses yang paling sesuai untuk tiap-tiap sambungan las yang ada pada

konstruksi Dalam hal ini dasarnya adalah efisiensi yang tinggi biaya yang murah

penghematan tenaga dan penghematan energi sejauh mungkin

35

Mutu dari hasil pengelasan di samping tergantung dari pengerjaan lasnya

sendiri dan juga sangat tergantung dari persiapan sebelum pelaksanaan

pengelasan karena pengelasan adalah proses penyambungan antara dua bagian

logam atau lebih dengan menggunakan energi panas Pada penelitian ini

pengelasan yang digunakan las listrik dan asetilin Hal ini sangat erat

hubungannya dengan arus listrik ketangguhan cacat las serta retak yang pada

umumnya mempunyai pengaruh yang fatal terhadap keamanan dari konstruksi

yang dilas

Untuk dapat mengetahui pengaruh hasil pengelasan las listrik dan asitilin

pada pelat baja terhadap uji kekerasan struktur mikro dan uji tarik dari

pengelasan maka perlu dilakukan pengujian terhadap benda uji hasil dari

pengelasan

12 Tujuan

1 Mahsiswa dapat menyalakan busur dan pengelasan alur dengan

menggunakan las busur listrik dan las asetilin

2 Mahasiswa dapat membuat sambungan I dengan menggunakan las busur

listrik dan las asetilin

3 Mahasiswa dapat membuat sambungan tumpang dengan las busur listrik

dan las asetilin

4 Mahasiswa dapat membuat sambungan sudut luar dengan menggunakan

las busur listrik dan las asetilin

5 Mahasiswa dapat melakukan analisis terhadap hasil dari proses pengelasan

13 Manfaat

1 Mahasiswa mampu mengaplikasikan dasar teori pengelasan yang

didapatkan dari mata kuliah teknik pengelasan

2 Mahasiswa mampu melakukan proses pengelasan dengan las asetilin

maupun las busur listrik

3 Mahasiswa mampu menyalakan busur dan membuat alur serta membuat

berbagai sambungan meliputi sambungan I sambungan tumpang dan

sambungan sudut luar dengn menggunakan las busur listrik dan las asetilin

36

4 Mampu menganalisis hasil lasan secara teoritis sesuai dengan apa yang

telah didapat pada mata kuliah teknik pengelasan

14 Rumusan Masalah

1 Jelaskan tentang teori las busur listrik

2 Jelaskan tentang teori las asetilin

3 Jelaskan apa yang dimaksud dengan diagram CCT dan diagram TTT

37

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Dasar Teori Las Busur Listrik

211 Pengertian SMAW

Mengelas secara umum adalah suatu cara menyambung logam dengan

menggunakan panas tenaga panas pada proses pengelasan diperlukan untuk

memanaskan bahan lasan sampai caurleleh sehingga bahan las tersambung

dengan atau tanpa kawat las sebagai bahan pengisi

Pengelasan busur listrik adalah cara pengelasan menggunakan busur listrik

atau percikan bunga api listrik akibat hubungan singkat antara dua kutub listrik

yang teionisasi dengan udara melalui penghantar batang elektroda yang sekaligus

dapat digunakan pula sebagai bahan tambah atau bahan pengisi dalam pengelasan

Seperti yang terlihat dalam gambar di bawah ini

Gambar 1 Las busur listrik

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Ada beberapa macam proses las busur listrik berdasarkan elektroda yang

digunakannya antara lain

1 Las busur dengan elektroda karbon misalnya

a Las busur dengan elektroda karbon tunggal

b Las busur dengan elektroda karbon ganda

2 Las busur dengan elektroda logam misalnya

a Las busur dengan elektroda berselaput SMAW

b Las TIG (Tungsten Inert Gas)GTAW

c Las MIGGMAW

38

d Las Submerged

Laporan ini secara khusus akan membahas Las busur listik dengan

elektroda berselaput terbungkus atau SMAW (Shielded Metal Arc Welding)

Proses las busur ini menggunakan elektroda berselaput sebagai bahan tambah

busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda dan bahan dasar akan

mencairkan ujung elektroda dan sebagian bahan dasar selaput elektroda yang

turut terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung

elektroda kawah las busur listrik dan daerah las sekitar busur listrik terhadap

pengaruh udara luar Di bawah ini gambar las busur dengan elektroda berselaput

Bungkus selaput (coating electrode) yang berfungsi sebagai fluks akan

terbakar pada waktu proses berlangsung dan gas yang terjadi akan melindungi

proses terhadap pangaruh udara luar Cairan pembungkus akan terapung dan

membeku pada permukaan las yang disebut slag yang kemudian dapat

dibersihkan dengan mudah

Gambar 2 Las busur listrik dengan elektroda berselaput

(Sumber httplaslistrikblogspotcom200906html)

212 Mesin Las Listrik

Persyaratan dari proses SMAW adalah persediaan yang kontinyu pada

electric current (arus listrik) dengan jumlah ampere dan voltage yang cukup baik

kestabilan api las (Arc) akan tetap terjaga

39

Gambar 3 Skema proses SMAW

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Dimana electric power (tenaga listrik) yang diperoleh dari welding

machine menurut jenis arus yang dikeluarkannya terdapat 3 (tiga) jenis machine

yaitu

a Mesin dengan arus searah (DC)

Pada mesin arus searah (DC) dilengkapi dengan komponen yang merubah

sifat arus bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC) yaitu generator karena arus

listrik yang dipakai disini bukan berasal dari baterei melainkan daru generator

listrik

Gambar 3 mesin las dengan arus searah

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

b Mesin dengan arus bolak balik (AC)

Mesin arus bolak balik tidak perlu dilengkapi dengan generator tetapi

cukup dengan transformator Karakteristik electric efficiencynya 80-85

40

Gambar 4 Mesin las dengan arus bolak-balik

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

c Mesin dengan kombinasi arus yaitu searah dan bolak balik

Untuk mesin kombinasi AC dan DC dilengkapi dengan transformator dan

rectifier dimana rectifier ini mempunyai fungsi untuk meratakan arus

Gambar 5 Mesin las kombinasi arus searah dan bolak-balik

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

213 Parameter Pengelasan

Panjang busur (Arc Length) yang dianggap baik lebih kurang sama dengan

elektrode yang dipakai Untuk besarnya tegangan yang dipakai setiap posisi

pengelasan tidak sama Misalnya elektrode 3 mm ndash 6 mm mempunyai tegangan

41

20 ndash 30 volt pada posisi datar dan tegangan ini akan dikurangi antara 2 ndash 5 volt

pada posisi diatas kepala Kestabilan tegangan ini sangat menentukan mutu

pengelasan dan kestabilan juga dapat didengar melalui suara selama pengelasan

Besarnya arus juga mempengaruhi pengelasan dimana besarnya arus

listrik pada pengelasan tergantung dari bahan dan ukuran lasan geometri

sambungan pengelasan macam elektrode dan inti elektrode Untuk pengelasan

pada daerah las yang mempunyai daya serap kapasitas panas yang tinggi

diperlukan arus listrik yang besar dan mungkin juga diperlukan tambahan panas

Sedang untuk pengelasan baja paduan yang daerah HAZ-nya dapat mengeras

dengan mudah akibat pendinginan yang terlalu cepat maka untuk menahan

pendinginan ini diberikan masukan panas yang tinggi yaitu dengan arus

pengelasan yang besar Pengelasan logam paduan agar untuk menghindari

terbakarnya unsur-unsur paduan sebaiknya digunakan arus las yang sekecil

mungkin Juga pada pengelasan yang kemungkinan dapat terjadi retak panas

misalnya pada pengelasan baja tahan karat austenitik maka penggunaan panas

diusahakan sekecil mungkin sehingga arus pengelasan harus kecil

Kecepatan pengelasan tergantung dari bahan induk jenis elektrode inti

elektrode geometri sambungan ketelitian sambungan agar dapat mengelas lebih

cepat diperlukan arus yang lebih tinggi

Polaritas listrik mempengaruhi hasil dari busur listrik Sifat busur listrik

pada arus searah (DC) akan lebih stabil daripada arus bolak-balik (AC) Terdapat

dua jenis polaritas yaitu polaritas lurus dimana benda kerja positif dan elektrode

negatip (DCEN) Polaritas balik adalah sebaliknya Karakteristik dari polaritas

balik yaitu pemindahan logam terjadi dengan cara penyemburan maka polaritas

ini mepunyai hasil pengelasan yang lebih dalam dibanding dengan polaritas

lurus (DCEN) Dari keterangan diatas dapat disimpulkan seperti pada tabel dan

gambar dibawah ini

42

Gambar 6 Karakteristik pengelasan

(Sumber wwwmigasindonesiacom)

Tabel 1 Karakteristik pengelasan

(Sumber wwwmigasindonesiacom)

214 Teknik Pengelasan

Ada dua cara penyalaan busur las yaitu

a Cara goresan

Caranya yaitu dengan menggoreskan ujung elektroda pada permukaan

benda kerja las kemudian elektroda diangkat sampai ada jarak sebesar diameter

elektroda antara ujung elektroda dan permukaan benda kerja sehingga terbentuk

nyala busur yang stabil

43

b Cara sentuhan

Caranya yaitu ujung elektroda disentuhkan ke permukaan benda kerja

sehingga menimbulkan busur las kemudian diangkat sampai jarak sebesar

diameter elektroda

Setelah terjadi penyalaan maka selanjutnya dilakukan penarikan

Penarikan dilakukan dengan menjaga kekonstanan lebar rigi las sebesar

2xdiameter elektroda Dengan sudut elektroda terhadap sumbu mendatar adalah

70-80ordm Posisi pengelasan dalam las busur ada 4 yaitu

Dibawah Tangan

Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang paling mudah

dilakukan Oleh sebab itu untuk menyelesaikan setiap pekerjaan pengelasan

sedapat meungkin di usahakan pada posisi dibawah tangan Kemiringan elektroda

10 derajat ndash 20 derajat terhadap garis vertical kearah jalan elektroda dan 70

derajat-80 derajat terhadap benda kerja

Tegak (vertical)

Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas

atau ke bawah Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena

bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan

kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15 derajat terhadapvertikal dan 70 derajat-

85 derajat terhadap benda kerja

Datar (horizontal)

Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana

kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal

Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5 derajat ndash 10 derajat terhadap

garis vertical dan 70 derajat ndash 80 derajat kearah benda kerja

Di atas kepala

Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair banyak

berjatuhan dapat mengenai juru las oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang

serba lengkap Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas

juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5 derajat ndash 20 derajat terhadap garis

vertical dan 75 derajat-85 derajat terhadap benda kerja

44

Posisi datar (1G)

Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zigzag dan

setengah bulan Untuk jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua

sisi tetapi dapat juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja Type posisi datar

(1G) didalam pelaksanaannya sangat mudah Dapat diapplikasikan pada material

pipa dengan jalan pipa diputar

Posisi horizontal (2G)

Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal yaitu pipa pada

posisi tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa

Kesukaran pengelasan posisi horizontal adalah karena beratnya sendiri maka

cairan las akan selalu kebawah Adapun posisi sudut elektrode pengelasan pipa

2G yaitu 90ordm Panjang busur di usahakan sependek mungkin yaitu frac12 kali diameter

elektrode las Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan gerakan melingkar

dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua sisi kampuh agar tidak

terjadi cacat

Pengelasan Vertikal (3G)

Pengelasan posisi 3G dilakukan pada material plate Posisi 3G ini

dilaksanakan pada plate dan elektrode vertikal Kesulitan pengelasan ini hampir

sama dengan posisi 2G akibat gaya gravitasi cairan elektrode las akan selalu

kebawah

Posisis horizontal pipa (5G)

Pengelasan naik

Posisi pengelasan 5G pipa diletakkan pada posisi horizontal tetap dan

pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut Supaya hasil pengelasan baik

maka diperlukan las kancing (tack weld) pada posisi jam 5-8-11 dan 2 Mulai

pengelasan pada jam 530 ke jam 1200 melalui jam 6 dan kemudian dilanjutkan

dengan posisi jam 530 ke jam 1200 melalui jam 3

Pengelaan turun

Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran minyak serta gas

bumi Alasan penggunaan las turun lebih menguntungkan dikarenakan lebih cepat

dan lebih ekonomis

45

22 Dasar Teori Las Asetilin

221 Pengertian Las Oksi Asetilin

Las Oksi asetilin adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan

pencampuran 2 jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas

Dalam proses las gas ini gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen

(O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel gas) Gas bahan bakar yang paling

popular dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah gas Asetilen (dari

kata ldquoacetylenerdquo dan memiliki rumus kimia C2H2) Gas ini memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan gas bahan bakar lain Kelebihan yang dimiliki gas

Asetilen antara lain menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gas

bahan bakar lainya baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen

222 Bahan Bakar Gas

a Asetilin ( C2H2 )

Asetilena (Nama sistematis etuna) adalah suatu hidrokarbon yang

tergolong kepada alkuna dengan rumus C2H2 Asetilena merupakan alkuna yang

paling sederhana karena hanya terdiri dari dua atom karbon dan dua atom

hidrogen Pada asetilena kedua karbon terikat melalui ikatan rangkap tiga dan

masing-masing atom karbon memiliki hibridisasi orbital sp untuk ikatan sigma

Hal ini menyebabkan keempat atom pada asetilena terletak pada satu garis lurus

dengan sudut C-C-H sebesar 180deg

b Propan

Propana adalah senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang berwujud gas

dalam keadaan normal tapi dapat dikompresi menjadi cairan yang mudah

dipindahkan dalam kontainer yang tidak mahal Senyawa ini diturunkan dari

produk petroleum lain pada pemrosesan minyak bumi atau gas alam Propana

umumnya digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin barbeque (pemanggang)

dan di rumah-rumah

46

223 Peralatan Las Oksi Asetilin

a Tabung Gas

Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi

bertekanan Umumnya tabung gas dibuat dari Baja tetapi sekarang ini sudah

banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium Tabung gas

tersedia dalam bentuk beragam mulai berukuran kecil hingga besar Ukuran

tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas

dan juga jenis gas yang ditampung Untuk membedakan tabung gas apakah

didalamnya berisi gas Oksigen Asetilen atau gas lainya dapat dilihat dari kode

warna yang ada pada tabung itu

Gambar 7 Tabung oksigen

(Sumber wwwperkakaskucom)

b Katup Tabung

Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup

Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung Pada tabung gas Oksigen

katup biasanya dibuat dari material Kuningan sedangkan untuk tabung gas

Asetilen katup ini terbuat dari material Baja

c Regulator

Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan dipasang pada

katub tabung dengan tujuan untuk mengurangi atau menurunkan tekann hingga

mencapai tekana kerja torch Regulator ini juga berperan untuk mempertahankan

besarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau pemotongan Bahkan jika

tekanan dalam tabung menurun tekana kerja harus dipertahankan tetap oleh

regulator Pada regulator terdapat bagian-bagian seperti saluran masuk katup

47

pengaturan tekan kerja katup pengaman alat pengukuran tekanan tabung alat

pengukuran tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas menuju selang

Gambar 9 Regulator

(Sumber wwwperkakaskucom)

d Selang gas

Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan

selang gas Untuk memenuhi persyaratan keamanan selang harus mampu

menahan tekan kerja dan tidak mudah bocor Dalam pemakaiannya selang

dibedakan berdasarkan jenis gas yang dialirkan Untuk memudahkan bagimana

membedakan selang Oksigen dan selang Asetilen mak cukup memperhatikan

kode warna pada selang Berikut ini diperlihatkan table yang berisi informasi

tentang perbedaan warna untuk membedakan jenis gas yang mengalir dalam

selang

Gambar 10 Selang gas

(Sumber wwwperkakaskucom)

48

e Torch

Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch

tercampur didalamnya dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api Dari

keterangan diatas toch memiliki dua fungsi yaitu

Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan bakar

Sebagai paembentuk nyala api di ujung nosle

Gambar 11 Torch

(Sumber wwwperkakaskucom)

224 Proses Pengelasan Oksi Asetilin

a Menentukan nyala api

Nyala api Karburasi

Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di

antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna

biru Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut

antara yang berwarna keputih-putihan yang panjangnya ditentukan oleh jumlah

kelebihan asetilen Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam

cair Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel nikel berbagai

jenis baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous

Gambar 12 Nyala api karburasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

49

Nyala api Netral

Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu

Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar

yang berwarna biru bening Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara

Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyala

kerucut

Gambar 13 Nyala api netral

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

Nyala api oksidasi

Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan

nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah

menjadi ungu Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau

dekarburisasi pada logam cair Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan

dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan

untuk pengelasan lainnya

Gambar 14 Nyala api oksidasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

b Teknik Pengelasan

Posisi pengelasan di bawah tangan

Posisi pengelasan datar ( horizontal )

Posisi pengelasan tegak ( vertical )

Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )

Pengelasan arah ke kiri ( maju )

50

Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan

ke kiri dengan membentuk sudut 60deg dan kawat las 30deg terhadap benda kerja

sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan Cara ini

banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan

posisi yang sulit saat mengelas

Pengelasan arah ke kanan ( mundur )

Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke

kiri Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya

45 mm ke atas

23 Diagram CCT dan Diagram TTT

231 Diagram CCT

Gambar Diagram CCT

(Sumber

51

Diagram transformasi semacam ini dinamakan diagram transformasi

pendinginan kontinyu atau diagram CCT (Continuous Cooling Transformation)

Bentuknya agak berbeda dibandingkan dengan diagram IT lihat gambar di atas

kurva transformasi tergeser sedikit ke kanan bawah dan pada baja karbon tidak

terdapat daerah transformasi austenitbainit Ini disebabkan karana kurva awal

transformasi austenit-bainit terhalang oleh kurva transformasi austenit-perlit

Tetapi dari gambar di atas yang menggambarkan kurva transformasi

pendinginan kontinyu (garis tebal) yang disuperimpose pada diagram IT (garis

tipis) baja karbon eutectoid tampak bahwa dengan pendinginan kontinyu lebih

mudah diperoleh martensit karena kurva transformasi ber-geser ke kanan

Misalnya pada kurva pendinginan dengan laju 250 oFs untuk kurva transformasi

pendinginan kontinyu akan merupakan laju pendinginan kritis akan menghasilkan

100 tetapi pada kurva transformasi isothermal masih akan menghasilkan sedikit

perlit sebelum menjadi martensit

Pada proses laku panas biasanya pendinginan dilakukan dengan

pendinginankontinyu sehingga biasanya diagram CCT lebih banyak digunakan

Sedangkan diagram IT digunakan untuk proses laku panas tertentu yang dilakukan

dengan pendingina isothermal

232 Diagram TTT

TTT Diagram merupakan salah satu jenis dari diagram material yang bisa

digunakan untuk memprediksi hasil akhir dari suatu transformasi TTT diagram

lebih sederhana daripada FeC diagram

Banyak ahli metalurgi berpendapat bahwa waktu dan temperatur

transformasi austenite mempunyai pengaruh yang besar terhadap produk hasil

transformasi dan properties baja Karena austenit tidak stabil di bawah temperatur

kritis bawah sangat penting untuk diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan

untuk austenit selesai bertransformasi dan bertransformasi menjadi apa pada

akhirnya austenite tersebut pada temperatur konstan dibawah temperatur kritis

bawah Proses transformasi tersebut dinamakan Transformation Temperature

Time (TTT)

52

Kalau baja diaustenitkan kemudian dicelup dingin pada temperatur di

bawah titik transformasi dan dibiarkan untuk sementara waktu austenit berada

dalam keadaan metastabil dan setelah waktu inkubasi tertentu terjadi

transformasi Dengan merubah-rubah keadaan di atas transformasi dibiarkan pada

temperatur tetap maka diagram transformasi waktu temperatur Seperti

ditunjukkan dalam Gambar 4 proses dimana struktur martensit didapat dengan

pencelupan dingin tiba-tiba setelah dibiarkan berada sebagai austenit yang

metastabil proses ini disebut austenit (ausforming)

Martensit yang dibuat dengan olah austenit dibandingkan dengan

martensit yang didapat dengan proses biasa mempunyai struktur mikro yang

halus cacat kisinya yang sangat banyak dan kekuatan yang sangat tinggi Jadi

kalau baja di temper akan didapat kekuatan keliatan dan keuletan yang tidak bisa

dicapai oleh proses pengerasan dan penemperan baja yang biasa Untuk

mendapatkan sifat-sifat yang sangat baik perlu pemilihan baja yaitu yang

mempunyai waktu permulaan transformasi yang lebih lama dari perlit dan bainit

suau daerah austenit metastabil di dalam S dan yang akan menjadi fasa martensit

karena pencelupan dingin

Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar

karbon dalam baja Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 083 yang

ditahan suhunya dititik tertentu akan menghasilkan struktur perlit dan ferit Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu tapi masih disisi sebelah atas garis horizontal

maka akan mendapatkan struktur mikro bainit (lebih keras dari perlit) Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal maka akan mendapat

struktur martensit (sangat keras dan getas) Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh

tingginya suhu pemanasan lamanya pemanasan dan semakin lama pemanasannya

akan timbul butiran yang lebih besar Semakin cepat pendinginan akan

menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil

53

Gambar Diagram TTT

(Sumber

Gambar diatas menunjukan suatu transformasi dari baja etektoida yang

mempunyai dekomposisi normal austenit sebagai berikut

Bila baja tersebut kita dinginkan cepat sampai dibawah A1 dan dibiarkan

beberapa saat (plusmn 30 detik pada 1250oF) sedemikian rupa jatuh pada daerah

dimana perlit baru sebagian terjadi kemudian dilanjutkan segera dengan quench

maka akan terjadi struktur perlit dan martensit sebagian Martensit ini adalah hasil

transformasi isotermis sebagian austenit pada suhu diatas tadi Lamanya baja

berada pada suhu dibawah A1 akan menentukan banyaknya pembentukan perlit

atau bainit dan menentukan jumlah austenit sisa yang membentuk martensit

setelah quench Dengan kata lain perkataan proses pembentukan perlitbainit pada

suhu tersebut terhenti pada saat quenching

Garis sebelah kiri menunjukkan saat setelah berapa lama dimulai

transformasi dan garis sebelah kanannya adalah akhir transformasi (100) pada

tiap-tiap suhu Dilihat dari bentuk kurva maka untuk suhu diatas 1000degF makin

rendah suhu pembentukkan phase (perlit) lebih cepat dan dibawah 1000degF sampai

dengan plusmn500degF makin rendah suhu makin lama untuk pembentukkan phase

(disisni terjadi struktur bainite)

54

Dengan demikian pembentukan martensit bisa terjadi dengan pendinginan

cepat dari setiap suhu tertentu bilamana waktu lama pada suhu-suhu tersebut

berada disebelah kiri garis kurva kanan Paling cepat terjadinya transformasi ke

phase perlitbainit adalah pada suhu sekitar 1000degF (merupakan ldquonoserdquodari

kurva)

Makin pendek lamanya baja tersebut dibiarkan pada suhu tertentu makin

besar jumlah austenit dan makin besar pula jumlah martensit yang terbentuk

setelah quenching Dari diagram cenderung tidaklah mungkin memperoleh

martensit dengan membiarkan baja tersebut pada suhu tertentu (konstan) untuk

waktu yang sangat lama

24 Macam Cacat Pada Daerah Lasan

241 Klasifikasi Retak Las

Daerah lasan yang terjadi akibat proses pelumeran atau pencairan menurut

(Wiryosumarto dan Okumura2000) dibagi tiga bagian yaitu daerah terpengaruh

panas atau HAZ (Heat Affected Zone) yaitu logam yang bersebelahan dengan

logam las Logam las yaitu bagian dari logam yang pada waktu pengelasan

mencair dan membeku dan logam induk yang tidak terpengaruhi yaitu bagian

logam dasar yang tidak terkena panas atau suhu pemanasan tidak menyebabkan

perubahan sifat danstruktur logam induk

Retak pada hasil pengelasan juga disebabkab oleh faktor-faktor perubahan

metalurgi setelah logam mengalami pemanasan Selain itu juga Retak pada hasil

pengelasan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perencanaan pemilihan bahan

dan proses pengelasan

Dua kelompok retak las adalah kelompok retak dingin dan kelompok retak

panas Retak dingin adalah retak daerah las yang terjadi pada suhu dibawah suhu

transformasi Martensit kurang lebih pada suhu 300ordmC sedangkan retak panas

adalah retak pada daerah las yang terjadi pada suhu diatas 500degC

Retak dingin dapat terjadi tidak hanya pada daerah HAZ tetapi juga pada logam

las Retak dingin pada daerah terpengaruh panas adalah retak bawah manik las

55

retak akar dan retak kaki Sedangkan retak dingin pada logam las biasanya adalah

retak memanjang dan retak melintang

Retak panas dibagi dalam dua kelas yaitu retak karena pembebasan

tegangan pada HAZ yang terjadi pada suhu antara 550degC-700degC dan retak yang

terjadi pada suhu diatas 900degC yang terjadi pada saat pembekuan logam las

Retak panas yang sering terjadi pada logam las karena pembekuan biasanya

berbentuk retak kawah dan retak memanjang Pada pengelasan baja austenit retak

panas biasanya terjadi pada daerah HAZ dan logam las Retak las karena

pembebasan tegangan pada umumnya terjadi pada kaki daerah HAZ

Jenis Retak las dan penyebabnya

1 Retak Dingin pada Daerah Pengaruh Panas (HAZ)

Retak dingin pada daerah HAZ biasanya terjadi beberapa menit sampai

dengan 48 jam sesudah pengelasan Karena itu retak ini disebut juga retak lambat

Penyebab retak ini adalah Struktur dari daerah HAZ difusi hidrogen didaerah las

dan tegangan sisa

Struktur dari daerah HAZ ditentukan oleh komposisi kimia logam induk

dan kecepatan pendinginan daerah las Retak dingin didaerah HAZ pada

pengelasan baja biasanya terjadi pada daerah martensit Karena kadar unsur

paduan yang mempertinggi sifat mampu keras baja diusahakan serendah mungkin

2 Retak Lamel

Pada konstruksi kerangka yang besar seperti bangunan laut biasanya

digunakan pelat tebal sehingga pada daerah las terjadi tegangan yang besar

Karena tegangan ini kadang terjadi retak bertumpuk yang menjalar sepanjang

butiran bukan logam yang ada didalam baja Retak semacam ini disebut retak

lamel Butiran MnS atau MnSiO dengan bentuk butiran kubus biasanya lebih peka

terhadap retak lamel dari pada butiran berbentuk bulat Karena hal tersebut maka

pada baja tahan retak kadar belerang diusahakan serendah-rendahnya

3 Retak Lintang pada Logam Las

Retak dingin disamping terjadi pada daerah HAZ juga dapat terjadi pada

logam las Retak ini terjadi dengan arah tegak lurus atau melintang terhadap garis

las Retak lintang dapat terjadi pada pengelasan busur terendam atau pada busur

56

listrik dengan elektroda terbungkus dan juga pada pengelasan yang menggunakan

logam las dengan kekuatan lebih dari 75 kgmm

Retak lintang sama halnya dengan retak dingin terjadi karena adanya

hidrogen difusi yang keluar dari fluks atau pembungkus elektroda Pada

permukaan manik las hidrogen difusi yang dikandung dapat dilepaskan dengan

mudah bila dibandingkan dengan hydrogen yang ada dibagian dalam Karena itu

biasanya retak lintang terdapat pada tengah-tengah tebal lasan tanpa menembus

permukaan

Dengan demikian cara pencegahan retak lintang adalah dengan cara

menurunkan kadar hidrogen difusi disamping pengeringan dan penyimpanan

yang baik dari bahan-bahan las agar tidak terkena uap air Pemanasan mula dan

pemanasan lanjutan juga sangat membantu didalam pelepasan dan pembebasan

hidrogen difusi

4 Retak pada Daerah Las Karena Proses Pembebasan Tegangan

Retak yang terjadi karena perlakuan-perlakuan panas sesudah pengelasan

adalah retak karena proses anil pembebasan tegangan yang biasanya dilakukan

pada suhu 500degC sampai 700degC Tempat terjadinya retak anil ini adalah pada

batas-batas butir terutama butir kasar pada daerah pengaruh panas

Bila dilihat dari bahan maka baja dengan kekuatan 80 kgmm dan baja

paduan rendah Cr-Mo-V adalah baj yang sangat peka terhadap retak karena

pembebasan tegangan Pengaruh komposisi kimia pada kepekaan retak tersebut

dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Menurut Nakamura Achiki dan Okabayashi

ΔG = (Cr) + 33 (Mn) + 81(V) ndash 2

Menurut Ito dan Nakanishi

P = (Cr) + (Cu) + 2 (Mo) + 10(V) +7(Ne) + 5(Ti)

Dari kedua rumus tersebut bila ΔG atau P mempunyai harga positif maka

terjadi keretakan Bila baja mengandung karbon kurang dari 01 atau krom lebih

dari 15 kepekaannya terhadap retak karena pembebasan tegangan menjadi

57

rendah sehingga persamaan tersebut tidak berlaku Hubungan antara P dengan

retak yang terjadi adalah semakin besar harga P semakin meningkat retak beas

tegangannya

5 Retak Panas

Retak panas biasanya terjadi pada waktu logam las mendingin setelah

pembekuan selesai Retak ini terjadi karena adanya tegangan yang timbul karena

penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun pada suhu sedikit dibawah

suhu pembekuan Dengan demikian retak ini akan terjadi pad batas butir karena

pada tempat tersebut terbentuk senyawa dengan titik cair rendah Karena itu unsur

seperti Si Ni dan P akan mempertinggi kepekaan baja terhadap retak jenis ini

Untuk menghindari retak panas adalah dengan menurunkan kadar Sid an

Ni serendah mungkin dan menghilangkan kandungan S dan P Untuk baja tahan

karat austenit cara menghindarinya adalah dengan mengusahakan agar S sampai

10 dari ferit terdapat dalam struktur austenit

242 Penembusan Kurang Baik

Selain retak cacat las yang juga sering terjadi adalah penembusan las

yang kurang dan jelek Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat yang

timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh karena

penembusan yang kurang Karena kurang penembusan inilah maka

penyambungan tidak sempurna Penyebab dari penembusan yang kurang ini

antara lain

Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi

Arus terlalu rendah

Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil

Benda kerja terlalu kotor

Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik

Busur las yang terlalu panjang

58

Gambar Penembusan las yang kurang

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

243 Pengerukan Under cut

Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan

under cut pada benda kerja Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau

konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan

konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan Sebabsebab

pengerukan las antara lain

Arus yang terlalu tinggi

Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula

Busur nyala yang terlalu panjang

Ukuran elektroda yang salah

Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat

Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur

Gambar Cacat pengerukanunder cut

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

244 Keropos

59

Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan

Keropos ini bila didiamkan lama kelamaan akan menebar yang diikuti dengan

perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena

korosi tadi Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang

ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga Penyebab keropos ini

yakni

Busur pendek

Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Kurang waktu pengisian

Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja

Kesalahan memilih jenis elektroda

Gambar Cacat keropos

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

245 Penggerutan Benda Kerja

Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila

didinginkan Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang maka

setelah dingin terjadilah pelengkungan atau melenting atau deformasi

Gambar perubahan bentuk benda kerja

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

60

Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)

maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser bahkan sampai kedua

sisi tersebut dapat berimpit

Gambar perubahan bentuk pada kampuh

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Penyebab pengerutan adalah

Pengisian pengelasan kurang

Pengkleman salah

Pemanasan yang berlebihan

Kesalahan persiapan kampuh

Pemanasan tidak merata

Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik

Salah urutan pengelasan

25 Perlengkapan Keselamatan Kerja

251 Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan

mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit

maupun mata Sinar Ias yang sangat terangkuat itu tidak boleh dilihat dangan

mata langsung sampai jarak 16 meter Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus

yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut Ukuran kaca

Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan

61

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 4: laporan pengelasan

BAB 1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Perkembangan zaman yang disertai oleh perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi (IPTEK) yang pesat dewasa ini menciptakan era globalisasi dan

keterbukaan yang menuntut setiap individu untuk ikut serta didalamnya sehingga

sumber daya manusia harus menguasai IPTEK serta mampu mengaplikasikannya

dalam setiap kehidupan

Pengelasan merupakan bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan

peningkatan industri karena memegang peranan utama dalam rekayasa dan

reparasi produksi logam Hampir tidak mungkin pembangunan suatu pabrik tanpa

melibatkan unsur pengelasan

Pada era industrialisasi dewasa ini teknik pengelasan telah banyak

dipergunakan secara luas pada penyambungan batang-batang pada konstruksi

bangunan baja dan konstruksi mesin Luasnya pengguanaan teknologi ini

disebabkan karena bangunan dan mesin yang dibuat dengan teknik

penyambungan menjadi ringan dan lebih sederhana dalam proses pembuatanya

Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam bidang konstruksi sangat luas

meliputi perkapalan jembatan rangka baja pipa saluran dan lain sebagainya

Di samping itu proses las dapat juga dipergunakan untuk reparasi misalnya

untuk mengisi lubang-lubang pada coran membuat lapisan keras pada perkakas

mempertebal bagian-bagian yang sudah aus dan lain-lain Pengelasan bukan

tujuan utama dari konstruksi tetapi merupakan sarana untuk mencapai pembuatan

yang lebih baik Karena itu rancangan las harus betul-betul memperhatikan

kesesuaian antara sifat-sifat las yaitu kekuatan dari sambungan dan

memperhatikan sambungan yang akan dilas sehingga hasil dari pengelasan sesuai

dengan yang diharapkan Dalam memilih proses pengelasan harus dititik beratkan

pada proses yang paling sesuai untuk tiap-tiap sambungan las yang ada pada

konstruksi Dalam hal ini dasarnya adalah efisiensi yang tinggi biaya yang murah

penghematan tenaga dan penghematan energi sejauh mungkin

35

Mutu dari hasil pengelasan di samping tergantung dari pengerjaan lasnya

sendiri dan juga sangat tergantung dari persiapan sebelum pelaksanaan

pengelasan karena pengelasan adalah proses penyambungan antara dua bagian

logam atau lebih dengan menggunakan energi panas Pada penelitian ini

pengelasan yang digunakan las listrik dan asetilin Hal ini sangat erat

hubungannya dengan arus listrik ketangguhan cacat las serta retak yang pada

umumnya mempunyai pengaruh yang fatal terhadap keamanan dari konstruksi

yang dilas

Untuk dapat mengetahui pengaruh hasil pengelasan las listrik dan asitilin

pada pelat baja terhadap uji kekerasan struktur mikro dan uji tarik dari

pengelasan maka perlu dilakukan pengujian terhadap benda uji hasil dari

pengelasan

12 Tujuan

1 Mahsiswa dapat menyalakan busur dan pengelasan alur dengan

menggunakan las busur listrik dan las asetilin

2 Mahasiswa dapat membuat sambungan I dengan menggunakan las busur

listrik dan las asetilin

3 Mahasiswa dapat membuat sambungan tumpang dengan las busur listrik

dan las asetilin

4 Mahasiswa dapat membuat sambungan sudut luar dengan menggunakan

las busur listrik dan las asetilin

5 Mahasiswa dapat melakukan analisis terhadap hasil dari proses pengelasan

13 Manfaat

1 Mahasiswa mampu mengaplikasikan dasar teori pengelasan yang

didapatkan dari mata kuliah teknik pengelasan

2 Mahasiswa mampu melakukan proses pengelasan dengan las asetilin

maupun las busur listrik

3 Mahasiswa mampu menyalakan busur dan membuat alur serta membuat

berbagai sambungan meliputi sambungan I sambungan tumpang dan

sambungan sudut luar dengn menggunakan las busur listrik dan las asetilin

36

4 Mampu menganalisis hasil lasan secara teoritis sesuai dengan apa yang

telah didapat pada mata kuliah teknik pengelasan

14 Rumusan Masalah

1 Jelaskan tentang teori las busur listrik

2 Jelaskan tentang teori las asetilin

3 Jelaskan apa yang dimaksud dengan diagram CCT dan diagram TTT

37

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Dasar Teori Las Busur Listrik

211 Pengertian SMAW

Mengelas secara umum adalah suatu cara menyambung logam dengan

menggunakan panas tenaga panas pada proses pengelasan diperlukan untuk

memanaskan bahan lasan sampai caurleleh sehingga bahan las tersambung

dengan atau tanpa kawat las sebagai bahan pengisi

Pengelasan busur listrik adalah cara pengelasan menggunakan busur listrik

atau percikan bunga api listrik akibat hubungan singkat antara dua kutub listrik

yang teionisasi dengan udara melalui penghantar batang elektroda yang sekaligus

dapat digunakan pula sebagai bahan tambah atau bahan pengisi dalam pengelasan

Seperti yang terlihat dalam gambar di bawah ini

Gambar 1 Las busur listrik

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Ada beberapa macam proses las busur listrik berdasarkan elektroda yang

digunakannya antara lain

1 Las busur dengan elektroda karbon misalnya

a Las busur dengan elektroda karbon tunggal

b Las busur dengan elektroda karbon ganda

2 Las busur dengan elektroda logam misalnya

a Las busur dengan elektroda berselaput SMAW

b Las TIG (Tungsten Inert Gas)GTAW

c Las MIGGMAW

38

d Las Submerged

Laporan ini secara khusus akan membahas Las busur listik dengan

elektroda berselaput terbungkus atau SMAW (Shielded Metal Arc Welding)

Proses las busur ini menggunakan elektroda berselaput sebagai bahan tambah

busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda dan bahan dasar akan

mencairkan ujung elektroda dan sebagian bahan dasar selaput elektroda yang

turut terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung

elektroda kawah las busur listrik dan daerah las sekitar busur listrik terhadap

pengaruh udara luar Di bawah ini gambar las busur dengan elektroda berselaput

Bungkus selaput (coating electrode) yang berfungsi sebagai fluks akan

terbakar pada waktu proses berlangsung dan gas yang terjadi akan melindungi

proses terhadap pangaruh udara luar Cairan pembungkus akan terapung dan

membeku pada permukaan las yang disebut slag yang kemudian dapat

dibersihkan dengan mudah

Gambar 2 Las busur listrik dengan elektroda berselaput

(Sumber httplaslistrikblogspotcom200906html)

212 Mesin Las Listrik

Persyaratan dari proses SMAW adalah persediaan yang kontinyu pada

electric current (arus listrik) dengan jumlah ampere dan voltage yang cukup baik

kestabilan api las (Arc) akan tetap terjaga

39

Gambar 3 Skema proses SMAW

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Dimana electric power (tenaga listrik) yang diperoleh dari welding

machine menurut jenis arus yang dikeluarkannya terdapat 3 (tiga) jenis machine

yaitu

a Mesin dengan arus searah (DC)

Pada mesin arus searah (DC) dilengkapi dengan komponen yang merubah

sifat arus bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC) yaitu generator karena arus

listrik yang dipakai disini bukan berasal dari baterei melainkan daru generator

listrik

Gambar 3 mesin las dengan arus searah

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

b Mesin dengan arus bolak balik (AC)

Mesin arus bolak balik tidak perlu dilengkapi dengan generator tetapi

cukup dengan transformator Karakteristik electric efficiencynya 80-85

40

Gambar 4 Mesin las dengan arus bolak-balik

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

c Mesin dengan kombinasi arus yaitu searah dan bolak balik

Untuk mesin kombinasi AC dan DC dilengkapi dengan transformator dan

rectifier dimana rectifier ini mempunyai fungsi untuk meratakan arus

Gambar 5 Mesin las kombinasi arus searah dan bolak-balik

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

213 Parameter Pengelasan

Panjang busur (Arc Length) yang dianggap baik lebih kurang sama dengan

elektrode yang dipakai Untuk besarnya tegangan yang dipakai setiap posisi

pengelasan tidak sama Misalnya elektrode 3 mm ndash 6 mm mempunyai tegangan

41

20 ndash 30 volt pada posisi datar dan tegangan ini akan dikurangi antara 2 ndash 5 volt

pada posisi diatas kepala Kestabilan tegangan ini sangat menentukan mutu

pengelasan dan kestabilan juga dapat didengar melalui suara selama pengelasan

Besarnya arus juga mempengaruhi pengelasan dimana besarnya arus

listrik pada pengelasan tergantung dari bahan dan ukuran lasan geometri

sambungan pengelasan macam elektrode dan inti elektrode Untuk pengelasan

pada daerah las yang mempunyai daya serap kapasitas panas yang tinggi

diperlukan arus listrik yang besar dan mungkin juga diperlukan tambahan panas

Sedang untuk pengelasan baja paduan yang daerah HAZ-nya dapat mengeras

dengan mudah akibat pendinginan yang terlalu cepat maka untuk menahan

pendinginan ini diberikan masukan panas yang tinggi yaitu dengan arus

pengelasan yang besar Pengelasan logam paduan agar untuk menghindari

terbakarnya unsur-unsur paduan sebaiknya digunakan arus las yang sekecil

mungkin Juga pada pengelasan yang kemungkinan dapat terjadi retak panas

misalnya pada pengelasan baja tahan karat austenitik maka penggunaan panas

diusahakan sekecil mungkin sehingga arus pengelasan harus kecil

Kecepatan pengelasan tergantung dari bahan induk jenis elektrode inti

elektrode geometri sambungan ketelitian sambungan agar dapat mengelas lebih

cepat diperlukan arus yang lebih tinggi

Polaritas listrik mempengaruhi hasil dari busur listrik Sifat busur listrik

pada arus searah (DC) akan lebih stabil daripada arus bolak-balik (AC) Terdapat

dua jenis polaritas yaitu polaritas lurus dimana benda kerja positif dan elektrode

negatip (DCEN) Polaritas balik adalah sebaliknya Karakteristik dari polaritas

balik yaitu pemindahan logam terjadi dengan cara penyemburan maka polaritas

ini mepunyai hasil pengelasan yang lebih dalam dibanding dengan polaritas

lurus (DCEN) Dari keterangan diatas dapat disimpulkan seperti pada tabel dan

gambar dibawah ini

42

Gambar 6 Karakteristik pengelasan

(Sumber wwwmigasindonesiacom)

Tabel 1 Karakteristik pengelasan

(Sumber wwwmigasindonesiacom)

214 Teknik Pengelasan

Ada dua cara penyalaan busur las yaitu

a Cara goresan

Caranya yaitu dengan menggoreskan ujung elektroda pada permukaan

benda kerja las kemudian elektroda diangkat sampai ada jarak sebesar diameter

elektroda antara ujung elektroda dan permukaan benda kerja sehingga terbentuk

nyala busur yang stabil

43

b Cara sentuhan

Caranya yaitu ujung elektroda disentuhkan ke permukaan benda kerja

sehingga menimbulkan busur las kemudian diangkat sampai jarak sebesar

diameter elektroda

Setelah terjadi penyalaan maka selanjutnya dilakukan penarikan

Penarikan dilakukan dengan menjaga kekonstanan lebar rigi las sebesar

2xdiameter elektroda Dengan sudut elektroda terhadap sumbu mendatar adalah

70-80ordm Posisi pengelasan dalam las busur ada 4 yaitu

Dibawah Tangan

Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang paling mudah

dilakukan Oleh sebab itu untuk menyelesaikan setiap pekerjaan pengelasan

sedapat meungkin di usahakan pada posisi dibawah tangan Kemiringan elektroda

10 derajat ndash 20 derajat terhadap garis vertical kearah jalan elektroda dan 70

derajat-80 derajat terhadap benda kerja

Tegak (vertical)

Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas

atau ke bawah Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena

bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan

kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15 derajat terhadapvertikal dan 70 derajat-

85 derajat terhadap benda kerja

Datar (horizontal)

Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana

kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal

Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5 derajat ndash 10 derajat terhadap

garis vertical dan 70 derajat ndash 80 derajat kearah benda kerja

Di atas kepala

Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair banyak

berjatuhan dapat mengenai juru las oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang

serba lengkap Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas

juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5 derajat ndash 20 derajat terhadap garis

vertical dan 75 derajat-85 derajat terhadap benda kerja

44

Posisi datar (1G)

Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zigzag dan

setengah bulan Untuk jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua

sisi tetapi dapat juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja Type posisi datar

(1G) didalam pelaksanaannya sangat mudah Dapat diapplikasikan pada material

pipa dengan jalan pipa diputar

Posisi horizontal (2G)

Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal yaitu pipa pada

posisi tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa

Kesukaran pengelasan posisi horizontal adalah karena beratnya sendiri maka

cairan las akan selalu kebawah Adapun posisi sudut elektrode pengelasan pipa

2G yaitu 90ordm Panjang busur di usahakan sependek mungkin yaitu frac12 kali diameter

elektrode las Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan gerakan melingkar

dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua sisi kampuh agar tidak

terjadi cacat

Pengelasan Vertikal (3G)

Pengelasan posisi 3G dilakukan pada material plate Posisi 3G ini

dilaksanakan pada plate dan elektrode vertikal Kesulitan pengelasan ini hampir

sama dengan posisi 2G akibat gaya gravitasi cairan elektrode las akan selalu

kebawah

Posisis horizontal pipa (5G)

Pengelasan naik

Posisi pengelasan 5G pipa diletakkan pada posisi horizontal tetap dan

pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut Supaya hasil pengelasan baik

maka diperlukan las kancing (tack weld) pada posisi jam 5-8-11 dan 2 Mulai

pengelasan pada jam 530 ke jam 1200 melalui jam 6 dan kemudian dilanjutkan

dengan posisi jam 530 ke jam 1200 melalui jam 3

Pengelaan turun

Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran minyak serta gas

bumi Alasan penggunaan las turun lebih menguntungkan dikarenakan lebih cepat

dan lebih ekonomis

45

22 Dasar Teori Las Asetilin

221 Pengertian Las Oksi Asetilin

Las Oksi asetilin adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan

pencampuran 2 jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas

Dalam proses las gas ini gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen

(O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel gas) Gas bahan bakar yang paling

popular dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah gas Asetilen (dari

kata ldquoacetylenerdquo dan memiliki rumus kimia C2H2) Gas ini memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan gas bahan bakar lain Kelebihan yang dimiliki gas

Asetilen antara lain menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gas

bahan bakar lainya baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen

222 Bahan Bakar Gas

a Asetilin ( C2H2 )

Asetilena (Nama sistematis etuna) adalah suatu hidrokarbon yang

tergolong kepada alkuna dengan rumus C2H2 Asetilena merupakan alkuna yang

paling sederhana karena hanya terdiri dari dua atom karbon dan dua atom

hidrogen Pada asetilena kedua karbon terikat melalui ikatan rangkap tiga dan

masing-masing atom karbon memiliki hibridisasi orbital sp untuk ikatan sigma

Hal ini menyebabkan keempat atom pada asetilena terletak pada satu garis lurus

dengan sudut C-C-H sebesar 180deg

b Propan

Propana adalah senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang berwujud gas

dalam keadaan normal tapi dapat dikompresi menjadi cairan yang mudah

dipindahkan dalam kontainer yang tidak mahal Senyawa ini diturunkan dari

produk petroleum lain pada pemrosesan minyak bumi atau gas alam Propana

umumnya digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin barbeque (pemanggang)

dan di rumah-rumah

46

223 Peralatan Las Oksi Asetilin

a Tabung Gas

Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi

bertekanan Umumnya tabung gas dibuat dari Baja tetapi sekarang ini sudah

banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium Tabung gas

tersedia dalam bentuk beragam mulai berukuran kecil hingga besar Ukuran

tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas

dan juga jenis gas yang ditampung Untuk membedakan tabung gas apakah

didalamnya berisi gas Oksigen Asetilen atau gas lainya dapat dilihat dari kode

warna yang ada pada tabung itu

Gambar 7 Tabung oksigen

(Sumber wwwperkakaskucom)

b Katup Tabung

Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup

Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung Pada tabung gas Oksigen

katup biasanya dibuat dari material Kuningan sedangkan untuk tabung gas

Asetilen katup ini terbuat dari material Baja

c Regulator

Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan dipasang pada

katub tabung dengan tujuan untuk mengurangi atau menurunkan tekann hingga

mencapai tekana kerja torch Regulator ini juga berperan untuk mempertahankan

besarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau pemotongan Bahkan jika

tekanan dalam tabung menurun tekana kerja harus dipertahankan tetap oleh

regulator Pada regulator terdapat bagian-bagian seperti saluran masuk katup

47

pengaturan tekan kerja katup pengaman alat pengukuran tekanan tabung alat

pengukuran tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas menuju selang

Gambar 9 Regulator

(Sumber wwwperkakaskucom)

d Selang gas

Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan

selang gas Untuk memenuhi persyaratan keamanan selang harus mampu

menahan tekan kerja dan tidak mudah bocor Dalam pemakaiannya selang

dibedakan berdasarkan jenis gas yang dialirkan Untuk memudahkan bagimana

membedakan selang Oksigen dan selang Asetilen mak cukup memperhatikan

kode warna pada selang Berikut ini diperlihatkan table yang berisi informasi

tentang perbedaan warna untuk membedakan jenis gas yang mengalir dalam

selang

Gambar 10 Selang gas

(Sumber wwwperkakaskucom)

48

e Torch

Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch

tercampur didalamnya dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api Dari

keterangan diatas toch memiliki dua fungsi yaitu

Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan bakar

Sebagai paembentuk nyala api di ujung nosle

Gambar 11 Torch

(Sumber wwwperkakaskucom)

224 Proses Pengelasan Oksi Asetilin

a Menentukan nyala api

Nyala api Karburasi

Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di

antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna

biru Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut

antara yang berwarna keputih-putihan yang panjangnya ditentukan oleh jumlah

kelebihan asetilen Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam

cair Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel nikel berbagai

jenis baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous

Gambar 12 Nyala api karburasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

49

Nyala api Netral

Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu

Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar

yang berwarna biru bening Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara

Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyala

kerucut

Gambar 13 Nyala api netral

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

Nyala api oksidasi

Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan

nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah

menjadi ungu Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau

dekarburisasi pada logam cair Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan

dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan

untuk pengelasan lainnya

Gambar 14 Nyala api oksidasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

b Teknik Pengelasan

Posisi pengelasan di bawah tangan

Posisi pengelasan datar ( horizontal )

Posisi pengelasan tegak ( vertical )

Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )

Pengelasan arah ke kiri ( maju )

50

Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan

ke kiri dengan membentuk sudut 60deg dan kawat las 30deg terhadap benda kerja

sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan Cara ini

banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan

posisi yang sulit saat mengelas

Pengelasan arah ke kanan ( mundur )

Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke

kiri Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya

45 mm ke atas

23 Diagram CCT dan Diagram TTT

231 Diagram CCT

Gambar Diagram CCT

(Sumber

51

Diagram transformasi semacam ini dinamakan diagram transformasi

pendinginan kontinyu atau diagram CCT (Continuous Cooling Transformation)

Bentuknya agak berbeda dibandingkan dengan diagram IT lihat gambar di atas

kurva transformasi tergeser sedikit ke kanan bawah dan pada baja karbon tidak

terdapat daerah transformasi austenitbainit Ini disebabkan karana kurva awal

transformasi austenit-bainit terhalang oleh kurva transformasi austenit-perlit

Tetapi dari gambar di atas yang menggambarkan kurva transformasi

pendinginan kontinyu (garis tebal) yang disuperimpose pada diagram IT (garis

tipis) baja karbon eutectoid tampak bahwa dengan pendinginan kontinyu lebih

mudah diperoleh martensit karena kurva transformasi ber-geser ke kanan

Misalnya pada kurva pendinginan dengan laju 250 oFs untuk kurva transformasi

pendinginan kontinyu akan merupakan laju pendinginan kritis akan menghasilkan

100 tetapi pada kurva transformasi isothermal masih akan menghasilkan sedikit

perlit sebelum menjadi martensit

Pada proses laku panas biasanya pendinginan dilakukan dengan

pendinginankontinyu sehingga biasanya diagram CCT lebih banyak digunakan

Sedangkan diagram IT digunakan untuk proses laku panas tertentu yang dilakukan

dengan pendingina isothermal

232 Diagram TTT

TTT Diagram merupakan salah satu jenis dari diagram material yang bisa

digunakan untuk memprediksi hasil akhir dari suatu transformasi TTT diagram

lebih sederhana daripada FeC diagram

Banyak ahli metalurgi berpendapat bahwa waktu dan temperatur

transformasi austenite mempunyai pengaruh yang besar terhadap produk hasil

transformasi dan properties baja Karena austenit tidak stabil di bawah temperatur

kritis bawah sangat penting untuk diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan

untuk austenit selesai bertransformasi dan bertransformasi menjadi apa pada

akhirnya austenite tersebut pada temperatur konstan dibawah temperatur kritis

bawah Proses transformasi tersebut dinamakan Transformation Temperature

Time (TTT)

52

Kalau baja diaustenitkan kemudian dicelup dingin pada temperatur di

bawah titik transformasi dan dibiarkan untuk sementara waktu austenit berada

dalam keadaan metastabil dan setelah waktu inkubasi tertentu terjadi

transformasi Dengan merubah-rubah keadaan di atas transformasi dibiarkan pada

temperatur tetap maka diagram transformasi waktu temperatur Seperti

ditunjukkan dalam Gambar 4 proses dimana struktur martensit didapat dengan

pencelupan dingin tiba-tiba setelah dibiarkan berada sebagai austenit yang

metastabil proses ini disebut austenit (ausforming)

Martensit yang dibuat dengan olah austenit dibandingkan dengan

martensit yang didapat dengan proses biasa mempunyai struktur mikro yang

halus cacat kisinya yang sangat banyak dan kekuatan yang sangat tinggi Jadi

kalau baja di temper akan didapat kekuatan keliatan dan keuletan yang tidak bisa

dicapai oleh proses pengerasan dan penemperan baja yang biasa Untuk

mendapatkan sifat-sifat yang sangat baik perlu pemilihan baja yaitu yang

mempunyai waktu permulaan transformasi yang lebih lama dari perlit dan bainit

suau daerah austenit metastabil di dalam S dan yang akan menjadi fasa martensit

karena pencelupan dingin

Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar

karbon dalam baja Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 083 yang

ditahan suhunya dititik tertentu akan menghasilkan struktur perlit dan ferit Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu tapi masih disisi sebelah atas garis horizontal

maka akan mendapatkan struktur mikro bainit (lebih keras dari perlit) Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal maka akan mendapat

struktur martensit (sangat keras dan getas) Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh

tingginya suhu pemanasan lamanya pemanasan dan semakin lama pemanasannya

akan timbul butiran yang lebih besar Semakin cepat pendinginan akan

menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil

53

Gambar Diagram TTT

(Sumber

Gambar diatas menunjukan suatu transformasi dari baja etektoida yang

mempunyai dekomposisi normal austenit sebagai berikut

Bila baja tersebut kita dinginkan cepat sampai dibawah A1 dan dibiarkan

beberapa saat (plusmn 30 detik pada 1250oF) sedemikian rupa jatuh pada daerah

dimana perlit baru sebagian terjadi kemudian dilanjutkan segera dengan quench

maka akan terjadi struktur perlit dan martensit sebagian Martensit ini adalah hasil

transformasi isotermis sebagian austenit pada suhu diatas tadi Lamanya baja

berada pada suhu dibawah A1 akan menentukan banyaknya pembentukan perlit

atau bainit dan menentukan jumlah austenit sisa yang membentuk martensit

setelah quench Dengan kata lain perkataan proses pembentukan perlitbainit pada

suhu tersebut terhenti pada saat quenching

Garis sebelah kiri menunjukkan saat setelah berapa lama dimulai

transformasi dan garis sebelah kanannya adalah akhir transformasi (100) pada

tiap-tiap suhu Dilihat dari bentuk kurva maka untuk suhu diatas 1000degF makin

rendah suhu pembentukkan phase (perlit) lebih cepat dan dibawah 1000degF sampai

dengan plusmn500degF makin rendah suhu makin lama untuk pembentukkan phase

(disisni terjadi struktur bainite)

54

Dengan demikian pembentukan martensit bisa terjadi dengan pendinginan

cepat dari setiap suhu tertentu bilamana waktu lama pada suhu-suhu tersebut

berada disebelah kiri garis kurva kanan Paling cepat terjadinya transformasi ke

phase perlitbainit adalah pada suhu sekitar 1000degF (merupakan ldquonoserdquodari

kurva)

Makin pendek lamanya baja tersebut dibiarkan pada suhu tertentu makin

besar jumlah austenit dan makin besar pula jumlah martensit yang terbentuk

setelah quenching Dari diagram cenderung tidaklah mungkin memperoleh

martensit dengan membiarkan baja tersebut pada suhu tertentu (konstan) untuk

waktu yang sangat lama

24 Macam Cacat Pada Daerah Lasan

241 Klasifikasi Retak Las

Daerah lasan yang terjadi akibat proses pelumeran atau pencairan menurut

(Wiryosumarto dan Okumura2000) dibagi tiga bagian yaitu daerah terpengaruh

panas atau HAZ (Heat Affected Zone) yaitu logam yang bersebelahan dengan

logam las Logam las yaitu bagian dari logam yang pada waktu pengelasan

mencair dan membeku dan logam induk yang tidak terpengaruhi yaitu bagian

logam dasar yang tidak terkena panas atau suhu pemanasan tidak menyebabkan

perubahan sifat danstruktur logam induk

Retak pada hasil pengelasan juga disebabkab oleh faktor-faktor perubahan

metalurgi setelah logam mengalami pemanasan Selain itu juga Retak pada hasil

pengelasan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perencanaan pemilihan bahan

dan proses pengelasan

Dua kelompok retak las adalah kelompok retak dingin dan kelompok retak

panas Retak dingin adalah retak daerah las yang terjadi pada suhu dibawah suhu

transformasi Martensit kurang lebih pada suhu 300ordmC sedangkan retak panas

adalah retak pada daerah las yang terjadi pada suhu diatas 500degC

Retak dingin dapat terjadi tidak hanya pada daerah HAZ tetapi juga pada logam

las Retak dingin pada daerah terpengaruh panas adalah retak bawah manik las

55

retak akar dan retak kaki Sedangkan retak dingin pada logam las biasanya adalah

retak memanjang dan retak melintang

Retak panas dibagi dalam dua kelas yaitu retak karena pembebasan

tegangan pada HAZ yang terjadi pada suhu antara 550degC-700degC dan retak yang

terjadi pada suhu diatas 900degC yang terjadi pada saat pembekuan logam las

Retak panas yang sering terjadi pada logam las karena pembekuan biasanya

berbentuk retak kawah dan retak memanjang Pada pengelasan baja austenit retak

panas biasanya terjadi pada daerah HAZ dan logam las Retak las karena

pembebasan tegangan pada umumnya terjadi pada kaki daerah HAZ

Jenis Retak las dan penyebabnya

1 Retak Dingin pada Daerah Pengaruh Panas (HAZ)

Retak dingin pada daerah HAZ biasanya terjadi beberapa menit sampai

dengan 48 jam sesudah pengelasan Karena itu retak ini disebut juga retak lambat

Penyebab retak ini adalah Struktur dari daerah HAZ difusi hidrogen didaerah las

dan tegangan sisa

Struktur dari daerah HAZ ditentukan oleh komposisi kimia logam induk

dan kecepatan pendinginan daerah las Retak dingin didaerah HAZ pada

pengelasan baja biasanya terjadi pada daerah martensit Karena kadar unsur

paduan yang mempertinggi sifat mampu keras baja diusahakan serendah mungkin

2 Retak Lamel

Pada konstruksi kerangka yang besar seperti bangunan laut biasanya

digunakan pelat tebal sehingga pada daerah las terjadi tegangan yang besar

Karena tegangan ini kadang terjadi retak bertumpuk yang menjalar sepanjang

butiran bukan logam yang ada didalam baja Retak semacam ini disebut retak

lamel Butiran MnS atau MnSiO dengan bentuk butiran kubus biasanya lebih peka

terhadap retak lamel dari pada butiran berbentuk bulat Karena hal tersebut maka

pada baja tahan retak kadar belerang diusahakan serendah-rendahnya

3 Retak Lintang pada Logam Las

Retak dingin disamping terjadi pada daerah HAZ juga dapat terjadi pada

logam las Retak ini terjadi dengan arah tegak lurus atau melintang terhadap garis

las Retak lintang dapat terjadi pada pengelasan busur terendam atau pada busur

56

listrik dengan elektroda terbungkus dan juga pada pengelasan yang menggunakan

logam las dengan kekuatan lebih dari 75 kgmm

Retak lintang sama halnya dengan retak dingin terjadi karena adanya

hidrogen difusi yang keluar dari fluks atau pembungkus elektroda Pada

permukaan manik las hidrogen difusi yang dikandung dapat dilepaskan dengan

mudah bila dibandingkan dengan hydrogen yang ada dibagian dalam Karena itu

biasanya retak lintang terdapat pada tengah-tengah tebal lasan tanpa menembus

permukaan

Dengan demikian cara pencegahan retak lintang adalah dengan cara

menurunkan kadar hidrogen difusi disamping pengeringan dan penyimpanan

yang baik dari bahan-bahan las agar tidak terkena uap air Pemanasan mula dan

pemanasan lanjutan juga sangat membantu didalam pelepasan dan pembebasan

hidrogen difusi

4 Retak pada Daerah Las Karena Proses Pembebasan Tegangan

Retak yang terjadi karena perlakuan-perlakuan panas sesudah pengelasan

adalah retak karena proses anil pembebasan tegangan yang biasanya dilakukan

pada suhu 500degC sampai 700degC Tempat terjadinya retak anil ini adalah pada

batas-batas butir terutama butir kasar pada daerah pengaruh panas

Bila dilihat dari bahan maka baja dengan kekuatan 80 kgmm dan baja

paduan rendah Cr-Mo-V adalah baj yang sangat peka terhadap retak karena

pembebasan tegangan Pengaruh komposisi kimia pada kepekaan retak tersebut

dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Menurut Nakamura Achiki dan Okabayashi

ΔG = (Cr) + 33 (Mn) + 81(V) ndash 2

Menurut Ito dan Nakanishi

P = (Cr) + (Cu) + 2 (Mo) + 10(V) +7(Ne) + 5(Ti)

Dari kedua rumus tersebut bila ΔG atau P mempunyai harga positif maka

terjadi keretakan Bila baja mengandung karbon kurang dari 01 atau krom lebih

dari 15 kepekaannya terhadap retak karena pembebasan tegangan menjadi

57

rendah sehingga persamaan tersebut tidak berlaku Hubungan antara P dengan

retak yang terjadi adalah semakin besar harga P semakin meningkat retak beas

tegangannya

5 Retak Panas

Retak panas biasanya terjadi pada waktu logam las mendingin setelah

pembekuan selesai Retak ini terjadi karena adanya tegangan yang timbul karena

penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun pada suhu sedikit dibawah

suhu pembekuan Dengan demikian retak ini akan terjadi pad batas butir karena

pada tempat tersebut terbentuk senyawa dengan titik cair rendah Karena itu unsur

seperti Si Ni dan P akan mempertinggi kepekaan baja terhadap retak jenis ini

Untuk menghindari retak panas adalah dengan menurunkan kadar Sid an

Ni serendah mungkin dan menghilangkan kandungan S dan P Untuk baja tahan

karat austenit cara menghindarinya adalah dengan mengusahakan agar S sampai

10 dari ferit terdapat dalam struktur austenit

242 Penembusan Kurang Baik

Selain retak cacat las yang juga sering terjadi adalah penembusan las

yang kurang dan jelek Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat yang

timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh karena

penembusan yang kurang Karena kurang penembusan inilah maka

penyambungan tidak sempurna Penyebab dari penembusan yang kurang ini

antara lain

Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi

Arus terlalu rendah

Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil

Benda kerja terlalu kotor

Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik

Busur las yang terlalu panjang

58

Gambar Penembusan las yang kurang

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

243 Pengerukan Under cut

Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan

under cut pada benda kerja Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau

konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan

konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan Sebabsebab

pengerukan las antara lain

Arus yang terlalu tinggi

Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula

Busur nyala yang terlalu panjang

Ukuran elektroda yang salah

Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat

Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur

Gambar Cacat pengerukanunder cut

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

244 Keropos

59

Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan

Keropos ini bila didiamkan lama kelamaan akan menebar yang diikuti dengan

perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena

korosi tadi Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang

ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga Penyebab keropos ini

yakni

Busur pendek

Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Kurang waktu pengisian

Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja

Kesalahan memilih jenis elektroda

Gambar Cacat keropos

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

245 Penggerutan Benda Kerja

Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila

didinginkan Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang maka

setelah dingin terjadilah pelengkungan atau melenting atau deformasi

Gambar perubahan bentuk benda kerja

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

60

Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)

maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser bahkan sampai kedua

sisi tersebut dapat berimpit

Gambar perubahan bentuk pada kampuh

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Penyebab pengerutan adalah

Pengisian pengelasan kurang

Pengkleman salah

Pemanasan yang berlebihan

Kesalahan persiapan kampuh

Pemanasan tidak merata

Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik

Salah urutan pengelasan

25 Perlengkapan Keselamatan Kerja

251 Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan

mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit

maupun mata Sinar Ias yang sangat terangkuat itu tidak boleh dilihat dangan

mata langsung sampai jarak 16 meter Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus

yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut Ukuran kaca

Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan

61

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 5: laporan pengelasan

Mutu dari hasil pengelasan di samping tergantung dari pengerjaan lasnya

sendiri dan juga sangat tergantung dari persiapan sebelum pelaksanaan

pengelasan karena pengelasan adalah proses penyambungan antara dua bagian

logam atau lebih dengan menggunakan energi panas Pada penelitian ini

pengelasan yang digunakan las listrik dan asetilin Hal ini sangat erat

hubungannya dengan arus listrik ketangguhan cacat las serta retak yang pada

umumnya mempunyai pengaruh yang fatal terhadap keamanan dari konstruksi

yang dilas

Untuk dapat mengetahui pengaruh hasil pengelasan las listrik dan asitilin

pada pelat baja terhadap uji kekerasan struktur mikro dan uji tarik dari

pengelasan maka perlu dilakukan pengujian terhadap benda uji hasil dari

pengelasan

12 Tujuan

1 Mahsiswa dapat menyalakan busur dan pengelasan alur dengan

menggunakan las busur listrik dan las asetilin

2 Mahasiswa dapat membuat sambungan I dengan menggunakan las busur

listrik dan las asetilin

3 Mahasiswa dapat membuat sambungan tumpang dengan las busur listrik

dan las asetilin

4 Mahasiswa dapat membuat sambungan sudut luar dengan menggunakan

las busur listrik dan las asetilin

5 Mahasiswa dapat melakukan analisis terhadap hasil dari proses pengelasan

13 Manfaat

1 Mahasiswa mampu mengaplikasikan dasar teori pengelasan yang

didapatkan dari mata kuliah teknik pengelasan

2 Mahasiswa mampu melakukan proses pengelasan dengan las asetilin

maupun las busur listrik

3 Mahasiswa mampu menyalakan busur dan membuat alur serta membuat

berbagai sambungan meliputi sambungan I sambungan tumpang dan

sambungan sudut luar dengn menggunakan las busur listrik dan las asetilin

36

4 Mampu menganalisis hasil lasan secara teoritis sesuai dengan apa yang

telah didapat pada mata kuliah teknik pengelasan

14 Rumusan Masalah

1 Jelaskan tentang teori las busur listrik

2 Jelaskan tentang teori las asetilin

3 Jelaskan apa yang dimaksud dengan diagram CCT dan diagram TTT

37

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Dasar Teori Las Busur Listrik

211 Pengertian SMAW

Mengelas secara umum adalah suatu cara menyambung logam dengan

menggunakan panas tenaga panas pada proses pengelasan diperlukan untuk

memanaskan bahan lasan sampai caurleleh sehingga bahan las tersambung

dengan atau tanpa kawat las sebagai bahan pengisi

Pengelasan busur listrik adalah cara pengelasan menggunakan busur listrik

atau percikan bunga api listrik akibat hubungan singkat antara dua kutub listrik

yang teionisasi dengan udara melalui penghantar batang elektroda yang sekaligus

dapat digunakan pula sebagai bahan tambah atau bahan pengisi dalam pengelasan

Seperti yang terlihat dalam gambar di bawah ini

Gambar 1 Las busur listrik

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Ada beberapa macam proses las busur listrik berdasarkan elektroda yang

digunakannya antara lain

1 Las busur dengan elektroda karbon misalnya

a Las busur dengan elektroda karbon tunggal

b Las busur dengan elektroda karbon ganda

2 Las busur dengan elektroda logam misalnya

a Las busur dengan elektroda berselaput SMAW

b Las TIG (Tungsten Inert Gas)GTAW

c Las MIGGMAW

38

d Las Submerged

Laporan ini secara khusus akan membahas Las busur listik dengan

elektroda berselaput terbungkus atau SMAW (Shielded Metal Arc Welding)

Proses las busur ini menggunakan elektroda berselaput sebagai bahan tambah

busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda dan bahan dasar akan

mencairkan ujung elektroda dan sebagian bahan dasar selaput elektroda yang

turut terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung

elektroda kawah las busur listrik dan daerah las sekitar busur listrik terhadap

pengaruh udara luar Di bawah ini gambar las busur dengan elektroda berselaput

Bungkus selaput (coating electrode) yang berfungsi sebagai fluks akan

terbakar pada waktu proses berlangsung dan gas yang terjadi akan melindungi

proses terhadap pangaruh udara luar Cairan pembungkus akan terapung dan

membeku pada permukaan las yang disebut slag yang kemudian dapat

dibersihkan dengan mudah

Gambar 2 Las busur listrik dengan elektroda berselaput

(Sumber httplaslistrikblogspotcom200906html)

212 Mesin Las Listrik

Persyaratan dari proses SMAW adalah persediaan yang kontinyu pada

electric current (arus listrik) dengan jumlah ampere dan voltage yang cukup baik

kestabilan api las (Arc) akan tetap terjaga

39

Gambar 3 Skema proses SMAW

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Dimana electric power (tenaga listrik) yang diperoleh dari welding

machine menurut jenis arus yang dikeluarkannya terdapat 3 (tiga) jenis machine

yaitu

a Mesin dengan arus searah (DC)

Pada mesin arus searah (DC) dilengkapi dengan komponen yang merubah

sifat arus bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC) yaitu generator karena arus

listrik yang dipakai disini bukan berasal dari baterei melainkan daru generator

listrik

Gambar 3 mesin las dengan arus searah

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

b Mesin dengan arus bolak balik (AC)

Mesin arus bolak balik tidak perlu dilengkapi dengan generator tetapi

cukup dengan transformator Karakteristik electric efficiencynya 80-85

40

Gambar 4 Mesin las dengan arus bolak-balik

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

c Mesin dengan kombinasi arus yaitu searah dan bolak balik

Untuk mesin kombinasi AC dan DC dilengkapi dengan transformator dan

rectifier dimana rectifier ini mempunyai fungsi untuk meratakan arus

Gambar 5 Mesin las kombinasi arus searah dan bolak-balik

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

213 Parameter Pengelasan

Panjang busur (Arc Length) yang dianggap baik lebih kurang sama dengan

elektrode yang dipakai Untuk besarnya tegangan yang dipakai setiap posisi

pengelasan tidak sama Misalnya elektrode 3 mm ndash 6 mm mempunyai tegangan

41

20 ndash 30 volt pada posisi datar dan tegangan ini akan dikurangi antara 2 ndash 5 volt

pada posisi diatas kepala Kestabilan tegangan ini sangat menentukan mutu

pengelasan dan kestabilan juga dapat didengar melalui suara selama pengelasan

Besarnya arus juga mempengaruhi pengelasan dimana besarnya arus

listrik pada pengelasan tergantung dari bahan dan ukuran lasan geometri

sambungan pengelasan macam elektrode dan inti elektrode Untuk pengelasan

pada daerah las yang mempunyai daya serap kapasitas panas yang tinggi

diperlukan arus listrik yang besar dan mungkin juga diperlukan tambahan panas

Sedang untuk pengelasan baja paduan yang daerah HAZ-nya dapat mengeras

dengan mudah akibat pendinginan yang terlalu cepat maka untuk menahan

pendinginan ini diberikan masukan panas yang tinggi yaitu dengan arus

pengelasan yang besar Pengelasan logam paduan agar untuk menghindari

terbakarnya unsur-unsur paduan sebaiknya digunakan arus las yang sekecil

mungkin Juga pada pengelasan yang kemungkinan dapat terjadi retak panas

misalnya pada pengelasan baja tahan karat austenitik maka penggunaan panas

diusahakan sekecil mungkin sehingga arus pengelasan harus kecil

Kecepatan pengelasan tergantung dari bahan induk jenis elektrode inti

elektrode geometri sambungan ketelitian sambungan agar dapat mengelas lebih

cepat diperlukan arus yang lebih tinggi

Polaritas listrik mempengaruhi hasil dari busur listrik Sifat busur listrik

pada arus searah (DC) akan lebih stabil daripada arus bolak-balik (AC) Terdapat

dua jenis polaritas yaitu polaritas lurus dimana benda kerja positif dan elektrode

negatip (DCEN) Polaritas balik adalah sebaliknya Karakteristik dari polaritas

balik yaitu pemindahan logam terjadi dengan cara penyemburan maka polaritas

ini mepunyai hasil pengelasan yang lebih dalam dibanding dengan polaritas

lurus (DCEN) Dari keterangan diatas dapat disimpulkan seperti pada tabel dan

gambar dibawah ini

42

Gambar 6 Karakteristik pengelasan

(Sumber wwwmigasindonesiacom)

Tabel 1 Karakteristik pengelasan

(Sumber wwwmigasindonesiacom)

214 Teknik Pengelasan

Ada dua cara penyalaan busur las yaitu

a Cara goresan

Caranya yaitu dengan menggoreskan ujung elektroda pada permukaan

benda kerja las kemudian elektroda diangkat sampai ada jarak sebesar diameter

elektroda antara ujung elektroda dan permukaan benda kerja sehingga terbentuk

nyala busur yang stabil

43

b Cara sentuhan

Caranya yaitu ujung elektroda disentuhkan ke permukaan benda kerja

sehingga menimbulkan busur las kemudian diangkat sampai jarak sebesar

diameter elektroda

Setelah terjadi penyalaan maka selanjutnya dilakukan penarikan

Penarikan dilakukan dengan menjaga kekonstanan lebar rigi las sebesar

2xdiameter elektroda Dengan sudut elektroda terhadap sumbu mendatar adalah

70-80ordm Posisi pengelasan dalam las busur ada 4 yaitu

Dibawah Tangan

Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang paling mudah

dilakukan Oleh sebab itu untuk menyelesaikan setiap pekerjaan pengelasan

sedapat meungkin di usahakan pada posisi dibawah tangan Kemiringan elektroda

10 derajat ndash 20 derajat terhadap garis vertical kearah jalan elektroda dan 70

derajat-80 derajat terhadap benda kerja

Tegak (vertical)

Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas

atau ke bawah Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena

bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan

kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15 derajat terhadapvertikal dan 70 derajat-

85 derajat terhadap benda kerja

Datar (horizontal)

Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana

kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal

Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5 derajat ndash 10 derajat terhadap

garis vertical dan 70 derajat ndash 80 derajat kearah benda kerja

Di atas kepala

Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair banyak

berjatuhan dapat mengenai juru las oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang

serba lengkap Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas

juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5 derajat ndash 20 derajat terhadap garis

vertical dan 75 derajat-85 derajat terhadap benda kerja

44

Posisi datar (1G)

Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zigzag dan

setengah bulan Untuk jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua

sisi tetapi dapat juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja Type posisi datar

(1G) didalam pelaksanaannya sangat mudah Dapat diapplikasikan pada material

pipa dengan jalan pipa diputar

Posisi horizontal (2G)

Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal yaitu pipa pada

posisi tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa

Kesukaran pengelasan posisi horizontal adalah karena beratnya sendiri maka

cairan las akan selalu kebawah Adapun posisi sudut elektrode pengelasan pipa

2G yaitu 90ordm Panjang busur di usahakan sependek mungkin yaitu frac12 kali diameter

elektrode las Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan gerakan melingkar

dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua sisi kampuh agar tidak

terjadi cacat

Pengelasan Vertikal (3G)

Pengelasan posisi 3G dilakukan pada material plate Posisi 3G ini

dilaksanakan pada plate dan elektrode vertikal Kesulitan pengelasan ini hampir

sama dengan posisi 2G akibat gaya gravitasi cairan elektrode las akan selalu

kebawah

Posisis horizontal pipa (5G)

Pengelasan naik

Posisi pengelasan 5G pipa diletakkan pada posisi horizontal tetap dan

pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut Supaya hasil pengelasan baik

maka diperlukan las kancing (tack weld) pada posisi jam 5-8-11 dan 2 Mulai

pengelasan pada jam 530 ke jam 1200 melalui jam 6 dan kemudian dilanjutkan

dengan posisi jam 530 ke jam 1200 melalui jam 3

Pengelaan turun

Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran minyak serta gas

bumi Alasan penggunaan las turun lebih menguntungkan dikarenakan lebih cepat

dan lebih ekonomis

45

22 Dasar Teori Las Asetilin

221 Pengertian Las Oksi Asetilin

Las Oksi asetilin adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan

pencampuran 2 jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas

Dalam proses las gas ini gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen

(O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel gas) Gas bahan bakar yang paling

popular dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah gas Asetilen (dari

kata ldquoacetylenerdquo dan memiliki rumus kimia C2H2) Gas ini memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan gas bahan bakar lain Kelebihan yang dimiliki gas

Asetilen antara lain menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gas

bahan bakar lainya baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen

222 Bahan Bakar Gas

a Asetilin ( C2H2 )

Asetilena (Nama sistematis etuna) adalah suatu hidrokarbon yang

tergolong kepada alkuna dengan rumus C2H2 Asetilena merupakan alkuna yang

paling sederhana karena hanya terdiri dari dua atom karbon dan dua atom

hidrogen Pada asetilena kedua karbon terikat melalui ikatan rangkap tiga dan

masing-masing atom karbon memiliki hibridisasi orbital sp untuk ikatan sigma

Hal ini menyebabkan keempat atom pada asetilena terletak pada satu garis lurus

dengan sudut C-C-H sebesar 180deg

b Propan

Propana adalah senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang berwujud gas

dalam keadaan normal tapi dapat dikompresi menjadi cairan yang mudah

dipindahkan dalam kontainer yang tidak mahal Senyawa ini diturunkan dari

produk petroleum lain pada pemrosesan minyak bumi atau gas alam Propana

umumnya digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin barbeque (pemanggang)

dan di rumah-rumah

46

223 Peralatan Las Oksi Asetilin

a Tabung Gas

Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi

bertekanan Umumnya tabung gas dibuat dari Baja tetapi sekarang ini sudah

banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium Tabung gas

tersedia dalam bentuk beragam mulai berukuran kecil hingga besar Ukuran

tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas

dan juga jenis gas yang ditampung Untuk membedakan tabung gas apakah

didalamnya berisi gas Oksigen Asetilen atau gas lainya dapat dilihat dari kode

warna yang ada pada tabung itu

Gambar 7 Tabung oksigen

(Sumber wwwperkakaskucom)

b Katup Tabung

Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup

Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung Pada tabung gas Oksigen

katup biasanya dibuat dari material Kuningan sedangkan untuk tabung gas

Asetilen katup ini terbuat dari material Baja

c Regulator

Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan dipasang pada

katub tabung dengan tujuan untuk mengurangi atau menurunkan tekann hingga

mencapai tekana kerja torch Regulator ini juga berperan untuk mempertahankan

besarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau pemotongan Bahkan jika

tekanan dalam tabung menurun tekana kerja harus dipertahankan tetap oleh

regulator Pada regulator terdapat bagian-bagian seperti saluran masuk katup

47

pengaturan tekan kerja katup pengaman alat pengukuran tekanan tabung alat

pengukuran tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas menuju selang

Gambar 9 Regulator

(Sumber wwwperkakaskucom)

d Selang gas

Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan

selang gas Untuk memenuhi persyaratan keamanan selang harus mampu

menahan tekan kerja dan tidak mudah bocor Dalam pemakaiannya selang

dibedakan berdasarkan jenis gas yang dialirkan Untuk memudahkan bagimana

membedakan selang Oksigen dan selang Asetilen mak cukup memperhatikan

kode warna pada selang Berikut ini diperlihatkan table yang berisi informasi

tentang perbedaan warna untuk membedakan jenis gas yang mengalir dalam

selang

Gambar 10 Selang gas

(Sumber wwwperkakaskucom)

48

e Torch

Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch

tercampur didalamnya dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api Dari

keterangan diatas toch memiliki dua fungsi yaitu

Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan bakar

Sebagai paembentuk nyala api di ujung nosle

Gambar 11 Torch

(Sumber wwwperkakaskucom)

224 Proses Pengelasan Oksi Asetilin

a Menentukan nyala api

Nyala api Karburasi

Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di

antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna

biru Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut

antara yang berwarna keputih-putihan yang panjangnya ditentukan oleh jumlah

kelebihan asetilen Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam

cair Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel nikel berbagai

jenis baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous

Gambar 12 Nyala api karburasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

49

Nyala api Netral

Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu

Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar

yang berwarna biru bening Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara

Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyala

kerucut

Gambar 13 Nyala api netral

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

Nyala api oksidasi

Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan

nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah

menjadi ungu Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau

dekarburisasi pada logam cair Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan

dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan

untuk pengelasan lainnya

Gambar 14 Nyala api oksidasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

b Teknik Pengelasan

Posisi pengelasan di bawah tangan

Posisi pengelasan datar ( horizontal )

Posisi pengelasan tegak ( vertical )

Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )

Pengelasan arah ke kiri ( maju )

50

Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan

ke kiri dengan membentuk sudut 60deg dan kawat las 30deg terhadap benda kerja

sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan Cara ini

banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan

posisi yang sulit saat mengelas

Pengelasan arah ke kanan ( mundur )

Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke

kiri Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya

45 mm ke atas

23 Diagram CCT dan Diagram TTT

231 Diagram CCT

Gambar Diagram CCT

(Sumber

51

Diagram transformasi semacam ini dinamakan diagram transformasi

pendinginan kontinyu atau diagram CCT (Continuous Cooling Transformation)

Bentuknya agak berbeda dibandingkan dengan diagram IT lihat gambar di atas

kurva transformasi tergeser sedikit ke kanan bawah dan pada baja karbon tidak

terdapat daerah transformasi austenitbainit Ini disebabkan karana kurva awal

transformasi austenit-bainit terhalang oleh kurva transformasi austenit-perlit

Tetapi dari gambar di atas yang menggambarkan kurva transformasi

pendinginan kontinyu (garis tebal) yang disuperimpose pada diagram IT (garis

tipis) baja karbon eutectoid tampak bahwa dengan pendinginan kontinyu lebih

mudah diperoleh martensit karena kurva transformasi ber-geser ke kanan

Misalnya pada kurva pendinginan dengan laju 250 oFs untuk kurva transformasi

pendinginan kontinyu akan merupakan laju pendinginan kritis akan menghasilkan

100 tetapi pada kurva transformasi isothermal masih akan menghasilkan sedikit

perlit sebelum menjadi martensit

Pada proses laku panas biasanya pendinginan dilakukan dengan

pendinginankontinyu sehingga biasanya diagram CCT lebih banyak digunakan

Sedangkan diagram IT digunakan untuk proses laku panas tertentu yang dilakukan

dengan pendingina isothermal

232 Diagram TTT

TTT Diagram merupakan salah satu jenis dari diagram material yang bisa

digunakan untuk memprediksi hasil akhir dari suatu transformasi TTT diagram

lebih sederhana daripada FeC diagram

Banyak ahli metalurgi berpendapat bahwa waktu dan temperatur

transformasi austenite mempunyai pengaruh yang besar terhadap produk hasil

transformasi dan properties baja Karena austenit tidak stabil di bawah temperatur

kritis bawah sangat penting untuk diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan

untuk austenit selesai bertransformasi dan bertransformasi menjadi apa pada

akhirnya austenite tersebut pada temperatur konstan dibawah temperatur kritis

bawah Proses transformasi tersebut dinamakan Transformation Temperature

Time (TTT)

52

Kalau baja diaustenitkan kemudian dicelup dingin pada temperatur di

bawah titik transformasi dan dibiarkan untuk sementara waktu austenit berada

dalam keadaan metastabil dan setelah waktu inkubasi tertentu terjadi

transformasi Dengan merubah-rubah keadaan di atas transformasi dibiarkan pada

temperatur tetap maka diagram transformasi waktu temperatur Seperti

ditunjukkan dalam Gambar 4 proses dimana struktur martensit didapat dengan

pencelupan dingin tiba-tiba setelah dibiarkan berada sebagai austenit yang

metastabil proses ini disebut austenit (ausforming)

Martensit yang dibuat dengan olah austenit dibandingkan dengan

martensit yang didapat dengan proses biasa mempunyai struktur mikro yang

halus cacat kisinya yang sangat banyak dan kekuatan yang sangat tinggi Jadi

kalau baja di temper akan didapat kekuatan keliatan dan keuletan yang tidak bisa

dicapai oleh proses pengerasan dan penemperan baja yang biasa Untuk

mendapatkan sifat-sifat yang sangat baik perlu pemilihan baja yaitu yang

mempunyai waktu permulaan transformasi yang lebih lama dari perlit dan bainit

suau daerah austenit metastabil di dalam S dan yang akan menjadi fasa martensit

karena pencelupan dingin

Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar

karbon dalam baja Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 083 yang

ditahan suhunya dititik tertentu akan menghasilkan struktur perlit dan ferit Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu tapi masih disisi sebelah atas garis horizontal

maka akan mendapatkan struktur mikro bainit (lebih keras dari perlit) Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal maka akan mendapat

struktur martensit (sangat keras dan getas) Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh

tingginya suhu pemanasan lamanya pemanasan dan semakin lama pemanasannya

akan timbul butiran yang lebih besar Semakin cepat pendinginan akan

menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil

53

Gambar Diagram TTT

(Sumber

Gambar diatas menunjukan suatu transformasi dari baja etektoida yang

mempunyai dekomposisi normal austenit sebagai berikut

Bila baja tersebut kita dinginkan cepat sampai dibawah A1 dan dibiarkan

beberapa saat (plusmn 30 detik pada 1250oF) sedemikian rupa jatuh pada daerah

dimana perlit baru sebagian terjadi kemudian dilanjutkan segera dengan quench

maka akan terjadi struktur perlit dan martensit sebagian Martensit ini adalah hasil

transformasi isotermis sebagian austenit pada suhu diatas tadi Lamanya baja

berada pada suhu dibawah A1 akan menentukan banyaknya pembentukan perlit

atau bainit dan menentukan jumlah austenit sisa yang membentuk martensit

setelah quench Dengan kata lain perkataan proses pembentukan perlitbainit pada

suhu tersebut terhenti pada saat quenching

Garis sebelah kiri menunjukkan saat setelah berapa lama dimulai

transformasi dan garis sebelah kanannya adalah akhir transformasi (100) pada

tiap-tiap suhu Dilihat dari bentuk kurva maka untuk suhu diatas 1000degF makin

rendah suhu pembentukkan phase (perlit) lebih cepat dan dibawah 1000degF sampai

dengan plusmn500degF makin rendah suhu makin lama untuk pembentukkan phase

(disisni terjadi struktur bainite)

54

Dengan demikian pembentukan martensit bisa terjadi dengan pendinginan

cepat dari setiap suhu tertentu bilamana waktu lama pada suhu-suhu tersebut

berada disebelah kiri garis kurva kanan Paling cepat terjadinya transformasi ke

phase perlitbainit adalah pada suhu sekitar 1000degF (merupakan ldquonoserdquodari

kurva)

Makin pendek lamanya baja tersebut dibiarkan pada suhu tertentu makin

besar jumlah austenit dan makin besar pula jumlah martensit yang terbentuk

setelah quenching Dari diagram cenderung tidaklah mungkin memperoleh

martensit dengan membiarkan baja tersebut pada suhu tertentu (konstan) untuk

waktu yang sangat lama

24 Macam Cacat Pada Daerah Lasan

241 Klasifikasi Retak Las

Daerah lasan yang terjadi akibat proses pelumeran atau pencairan menurut

(Wiryosumarto dan Okumura2000) dibagi tiga bagian yaitu daerah terpengaruh

panas atau HAZ (Heat Affected Zone) yaitu logam yang bersebelahan dengan

logam las Logam las yaitu bagian dari logam yang pada waktu pengelasan

mencair dan membeku dan logam induk yang tidak terpengaruhi yaitu bagian

logam dasar yang tidak terkena panas atau suhu pemanasan tidak menyebabkan

perubahan sifat danstruktur logam induk

Retak pada hasil pengelasan juga disebabkab oleh faktor-faktor perubahan

metalurgi setelah logam mengalami pemanasan Selain itu juga Retak pada hasil

pengelasan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perencanaan pemilihan bahan

dan proses pengelasan

Dua kelompok retak las adalah kelompok retak dingin dan kelompok retak

panas Retak dingin adalah retak daerah las yang terjadi pada suhu dibawah suhu

transformasi Martensit kurang lebih pada suhu 300ordmC sedangkan retak panas

adalah retak pada daerah las yang terjadi pada suhu diatas 500degC

Retak dingin dapat terjadi tidak hanya pada daerah HAZ tetapi juga pada logam

las Retak dingin pada daerah terpengaruh panas adalah retak bawah manik las

55

retak akar dan retak kaki Sedangkan retak dingin pada logam las biasanya adalah

retak memanjang dan retak melintang

Retak panas dibagi dalam dua kelas yaitu retak karena pembebasan

tegangan pada HAZ yang terjadi pada suhu antara 550degC-700degC dan retak yang

terjadi pada suhu diatas 900degC yang terjadi pada saat pembekuan logam las

Retak panas yang sering terjadi pada logam las karena pembekuan biasanya

berbentuk retak kawah dan retak memanjang Pada pengelasan baja austenit retak

panas biasanya terjadi pada daerah HAZ dan logam las Retak las karena

pembebasan tegangan pada umumnya terjadi pada kaki daerah HAZ

Jenis Retak las dan penyebabnya

1 Retak Dingin pada Daerah Pengaruh Panas (HAZ)

Retak dingin pada daerah HAZ biasanya terjadi beberapa menit sampai

dengan 48 jam sesudah pengelasan Karena itu retak ini disebut juga retak lambat

Penyebab retak ini adalah Struktur dari daerah HAZ difusi hidrogen didaerah las

dan tegangan sisa

Struktur dari daerah HAZ ditentukan oleh komposisi kimia logam induk

dan kecepatan pendinginan daerah las Retak dingin didaerah HAZ pada

pengelasan baja biasanya terjadi pada daerah martensit Karena kadar unsur

paduan yang mempertinggi sifat mampu keras baja diusahakan serendah mungkin

2 Retak Lamel

Pada konstruksi kerangka yang besar seperti bangunan laut biasanya

digunakan pelat tebal sehingga pada daerah las terjadi tegangan yang besar

Karena tegangan ini kadang terjadi retak bertumpuk yang menjalar sepanjang

butiran bukan logam yang ada didalam baja Retak semacam ini disebut retak

lamel Butiran MnS atau MnSiO dengan bentuk butiran kubus biasanya lebih peka

terhadap retak lamel dari pada butiran berbentuk bulat Karena hal tersebut maka

pada baja tahan retak kadar belerang diusahakan serendah-rendahnya

3 Retak Lintang pada Logam Las

Retak dingin disamping terjadi pada daerah HAZ juga dapat terjadi pada

logam las Retak ini terjadi dengan arah tegak lurus atau melintang terhadap garis

las Retak lintang dapat terjadi pada pengelasan busur terendam atau pada busur

56

listrik dengan elektroda terbungkus dan juga pada pengelasan yang menggunakan

logam las dengan kekuatan lebih dari 75 kgmm

Retak lintang sama halnya dengan retak dingin terjadi karena adanya

hidrogen difusi yang keluar dari fluks atau pembungkus elektroda Pada

permukaan manik las hidrogen difusi yang dikandung dapat dilepaskan dengan

mudah bila dibandingkan dengan hydrogen yang ada dibagian dalam Karena itu

biasanya retak lintang terdapat pada tengah-tengah tebal lasan tanpa menembus

permukaan

Dengan demikian cara pencegahan retak lintang adalah dengan cara

menurunkan kadar hidrogen difusi disamping pengeringan dan penyimpanan

yang baik dari bahan-bahan las agar tidak terkena uap air Pemanasan mula dan

pemanasan lanjutan juga sangat membantu didalam pelepasan dan pembebasan

hidrogen difusi

4 Retak pada Daerah Las Karena Proses Pembebasan Tegangan

Retak yang terjadi karena perlakuan-perlakuan panas sesudah pengelasan

adalah retak karena proses anil pembebasan tegangan yang biasanya dilakukan

pada suhu 500degC sampai 700degC Tempat terjadinya retak anil ini adalah pada

batas-batas butir terutama butir kasar pada daerah pengaruh panas

Bila dilihat dari bahan maka baja dengan kekuatan 80 kgmm dan baja

paduan rendah Cr-Mo-V adalah baj yang sangat peka terhadap retak karena

pembebasan tegangan Pengaruh komposisi kimia pada kepekaan retak tersebut

dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Menurut Nakamura Achiki dan Okabayashi

ΔG = (Cr) + 33 (Mn) + 81(V) ndash 2

Menurut Ito dan Nakanishi

P = (Cr) + (Cu) + 2 (Mo) + 10(V) +7(Ne) + 5(Ti)

Dari kedua rumus tersebut bila ΔG atau P mempunyai harga positif maka

terjadi keretakan Bila baja mengandung karbon kurang dari 01 atau krom lebih

dari 15 kepekaannya terhadap retak karena pembebasan tegangan menjadi

57

rendah sehingga persamaan tersebut tidak berlaku Hubungan antara P dengan

retak yang terjadi adalah semakin besar harga P semakin meningkat retak beas

tegangannya

5 Retak Panas

Retak panas biasanya terjadi pada waktu logam las mendingin setelah

pembekuan selesai Retak ini terjadi karena adanya tegangan yang timbul karena

penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun pada suhu sedikit dibawah

suhu pembekuan Dengan demikian retak ini akan terjadi pad batas butir karena

pada tempat tersebut terbentuk senyawa dengan titik cair rendah Karena itu unsur

seperti Si Ni dan P akan mempertinggi kepekaan baja terhadap retak jenis ini

Untuk menghindari retak panas adalah dengan menurunkan kadar Sid an

Ni serendah mungkin dan menghilangkan kandungan S dan P Untuk baja tahan

karat austenit cara menghindarinya adalah dengan mengusahakan agar S sampai

10 dari ferit terdapat dalam struktur austenit

242 Penembusan Kurang Baik

Selain retak cacat las yang juga sering terjadi adalah penembusan las

yang kurang dan jelek Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat yang

timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh karena

penembusan yang kurang Karena kurang penembusan inilah maka

penyambungan tidak sempurna Penyebab dari penembusan yang kurang ini

antara lain

Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi

Arus terlalu rendah

Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil

Benda kerja terlalu kotor

Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik

Busur las yang terlalu panjang

58

Gambar Penembusan las yang kurang

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

243 Pengerukan Under cut

Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan

under cut pada benda kerja Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau

konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan

konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan Sebabsebab

pengerukan las antara lain

Arus yang terlalu tinggi

Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula

Busur nyala yang terlalu panjang

Ukuran elektroda yang salah

Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat

Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur

Gambar Cacat pengerukanunder cut

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

244 Keropos

59

Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan

Keropos ini bila didiamkan lama kelamaan akan menebar yang diikuti dengan

perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena

korosi tadi Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang

ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga Penyebab keropos ini

yakni

Busur pendek

Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Kurang waktu pengisian

Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja

Kesalahan memilih jenis elektroda

Gambar Cacat keropos

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

245 Penggerutan Benda Kerja

Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila

didinginkan Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang maka

setelah dingin terjadilah pelengkungan atau melenting atau deformasi

Gambar perubahan bentuk benda kerja

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

60

Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)

maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser bahkan sampai kedua

sisi tersebut dapat berimpit

Gambar perubahan bentuk pada kampuh

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Penyebab pengerutan adalah

Pengisian pengelasan kurang

Pengkleman salah

Pemanasan yang berlebihan

Kesalahan persiapan kampuh

Pemanasan tidak merata

Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik

Salah urutan pengelasan

25 Perlengkapan Keselamatan Kerja

251 Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan

mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit

maupun mata Sinar Ias yang sangat terangkuat itu tidak boleh dilihat dangan

mata langsung sampai jarak 16 meter Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus

yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut Ukuran kaca

Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan

61

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 6: laporan pengelasan

4 Mampu menganalisis hasil lasan secara teoritis sesuai dengan apa yang

telah didapat pada mata kuliah teknik pengelasan

14 Rumusan Masalah

1 Jelaskan tentang teori las busur listrik

2 Jelaskan tentang teori las asetilin

3 Jelaskan apa yang dimaksud dengan diagram CCT dan diagram TTT

37

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Dasar Teori Las Busur Listrik

211 Pengertian SMAW

Mengelas secara umum adalah suatu cara menyambung logam dengan

menggunakan panas tenaga panas pada proses pengelasan diperlukan untuk

memanaskan bahan lasan sampai caurleleh sehingga bahan las tersambung

dengan atau tanpa kawat las sebagai bahan pengisi

Pengelasan busur listrik adalah cara pengelasan menggunakan busur listrik

atau percikan bunga api listrik akibat hubungan singkat antara dua kutub listrik

yang teionisasi dengan udara melalui penghantar batang elektroda yang sekaligus

dapat digunakan pula sebagai bahan tambah atau bahan pengisi dalam pengelasan

Seperti yang terlihat dalam gambar di bawah ini

Gambar 1 Las busur listrik

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Ada beberapa macam proses las busur listrik berdasarkan elektroda yang

digunakannya antara lain

1 Las busur dengan elektroda karbon misalnya

a Las busur dengan elektroda karbon tunggal

b Las busur dengan elektroda karbon ganda

2 Las busur dengan elektroda logam misalnya

a Las busur dengan elektroda berselaput SMAW

b Las TIG (Tungsten Inert Gas)GTAW

c Las MIGGMAW

38

d Las Submerged

Laporan ini secara khusus akan membahas Las busur listik dengan

elektroda berselaput terbungkus atau SMAW (Shielded Metal Arc Welding)

Proses las busur ini menggunakan elektroda berselaput sebagai bahan tambah

busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda dan bahan dasar akan

mencairkan ujung elektroda dan sebagian bahan dasar selaput elektroda yang

turut terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung

elektroda kawah las busur listrik dan daerah las sekitar busur listrik terhadap

pengaruh udara luar Di bawah ini gambar las busur dengan elektroda berselaput

Bungkus selaput (coating electrode) yang berfungsi sebagai fluks akan

terbakar pada waktu proses berlangsung dan gas yang terjadi akan melindungi

proses terhadap pangaruh udara luar Cairan pembungkus akan terapung dan

membeku pada permukaan las yang disebut slag yang kemudian dapat

dibersihkan dengan mudah

Gambar 2 Las busur listrik dengan elektroda berselaput

(Sumber httplaslistrikblogspotcom200906html)

212 Mesin Las Listrik

Persyaratan dari proses SMAW adalah persediaan yang kontinyu pada

electric current (arus listrik) dengan jumlah ampere dan voltage yang cukup baik

kestabilan api las (Arc) akan tetap terjaga

39

Gambar 3 Skema proses SMAW

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Dimana electric power (tenaga listrik) yang diperoleh dari welding

machine menurut jenis arus yang dikeluarkannya terdapat 3 (tiga) jenis machine

yaitu

a Mesin dengan arus searah (DC)

Pada mesin arus searah (DC) dilengkapi dengan komponen yang merubah

sifat arus bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC) yaitu generator karena arus

listrik yang dipakai disini bukan berasal dari baterei melainkan daru generator

listrik

Gambar 3 mesin las dengan arus searah

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

b Mesin dengan arus bolak balik (AC)

Mesin arus bolak balik tidak perlu dilengkapi dengan generator tetapi

cukup dengan transformator Karakteristik electric efficiencynya 80-85

40

Gambar 4 Mesin las dengan arus bolak-balik

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

c Mesin dengan kombinasi arus yaitu searah dan bolak balik

Untuk mesin kombinasi AC dan DC dilengkapi dengan transformator dan

rectifier dimana rectifier ini mempunyai fungsi untuk meratakan arus

Gambar 5 Mesin las kombinasi arus searah dan bolak-balik

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

213 Parameter Pengelasan

Panjang busur (Arc Length) yang dianggap baik lebih kurang sama dengan

elektrode yang dipakai Untuk besarnya tegangan yang dipakai setiap posisi

pengelasan tidak sama Misalnya elektrode 3 mm ndash 6 mm mempunyai tegangan

41

20 ndash 30 volt pada posisi datar dan tegangan ini akan dikurangi antara 2 ndash 5 volt

pada posisi diatas kepala Kestabilan tegangan ini sangat menentukan mutu

pengelasan dan kestabilan juga dapat didengar melalui suara selama pengelasan

Besarnya arus juga mempengaruhi pengelasan dimana besarnya arus

listrik pada pengelasan tergantung dari bahan dan ukuran lasan geometri

sambungan pengelasan macam elektrode dan inti elektrode Untuk pengelasan

pada daerah las yang mempunyai daya serap kapasitas panas yang tinggi

diperlukan arus listrik yang besar dan mungkin juga diperlukan tambahan panas

Sedang untuk pengelasan baja paduan yang daerah HAZ-nya dapat mengeras

dengan mudah akibat pendinginan yang terlalu cepat maka untuk menahan

pendinginan ini diberikan masukan panas yang tinggi yaitu dengan arus

pengelasan yang besar Pengelasan logam paduan agar untuk menghindari

terbakarnya unsur-unsur paduan sebaiknya digunakan arus las yang sekecil

mungkin Juga pada pengelasan yang kemungkinan dapat terjadi retak panas

misalnya pada pengelasan baja tahan karat austenitik maka penggunaan panas

diusahakan sekecil mungkin sehingga arus pengelasan harus kecil

Kecepatan pengelasan tergantung dari bahan induk jenis elektrode inti

elektrode geometri sambungan ketelitian sambungan agar dapat mengelas lebih

cepat diperlukan arus yang lebih tinggi

Polaritas listrik mempengaruhi hasil dari busur listrik Sifat busur listrik

pada arus searah (DC) akan lebih stabil daripada arus bolak-balik (AC) Terdapat

dua jenis polaritas yaitu polaritas lurus dimana benda kerja positif dan elektrode

negatip (DCEN) Polaritas balik adalah sebaliknya Karakteristik dari polaritas

balik yaitu pemindahan logam terjadi dengan cara penyemburan maka polaritas

ini mepunyai hasil pengelasan yang lebih dalam dibanding dengan polaritas

lurus (DCEN) Dari keterangan diatas dapat disimpulkan seperti pada tabel dan

gambar dibawah ini

42

Gambar 6 Karakteristik pengelasan

(Sumber wwwmigasindonesiacom)

Tabel 1 Karakteristik pengelasan

(Sumber wwwmigasindonesiacom)

214 Teknik Pengelasan

Ada dua cara penyalaan busur las yaitu

a Cara goresan

Caranya yaitu dengan menggoreskan ujung elektroda pada permukaan

benda kerja las kemudian elektroda diangkat sampai ada jarak sebesar diameter

elektroda antara ujung elektroda dan permukaan benda kerja sehingga terbentuk

nyala busur yang stabil

43

b Cara sentuhan

Caranya yaitu ujung elektroda disentuhkan ke permukaan benda kerja

sehingga menimbulkan busur las kemudian diangkat sampai jarak sebesar

diameter elektroda

Setelah terjadi penyalaan maka selanjutnya dilakukan penarikan

Penarikan dilakukan dengan menjaga kekonstanan lebar rigi las sebesar

2xdiameter elektroda Dengan sudut elektroda terhadap sumbu mendatar adalah

70-80ordm Posisi pengelasan dalam las busur ada 4 yaitu

Dibawah Tangan

Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang paling mudah

dilakukan Oleh sebab itu untuk menyelesaikan setiap pekerjaan pengelasan

sedapat meungkin di usahakan pada posisi dibawah tangan Kemiringan elektroda

10 derajat ndash 20 derajat terhadap garis vertical kearah jalan elektroda dan 70

derajat-80 derajat terhadap benda kerja

Tegak (vertical)

Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas

atau ke bawah Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena

bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan

kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15 derajat terhadapvertikal dan 70 derajat-

85 derajat terhadap benda kerja

Datar (horizontal)

Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana

kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal

Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5 derajat ndash 10 derajat terhadap

garis vertical dan 70 derajat ndash 80 derajat kearah benda kerja

Di atas kepala

Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair banyak

berjatuhan dapat mengenai juru las oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang

serba lengkap Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas

juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5 derajat ndash 20 derajat terhadap garis

vertical dan 75 derajat-85 derajat terhadap benda kerja

44

Posisi datar (1G)

Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zigzag dan

setengah bulan Untuk jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua

sisi tetapi dapat juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja Type posisi datar

(1G) didalam pelaksanaannya sangat mudah Dapat diapplikasikan pada material

pipa dengan jalan pipa diputar

Posisi horizontal (2G)

Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal yaitu pipa pada

posisi tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa

Kesukaran pengelasan posisi horizontal adalah karena beratnya sendiri maka

cairan las akan selalu kebawah Adapun posisi sudut elektrode pengelasan pipa

2G yaitu 90ordm Panjang busur di usahakan sependek mungkin yaitu frac12 kali diameter

elektrode las Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan gerakan melingkar

dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua sisi kampuh agar tidak

terjadi cacat

Pengelasan Vertikal (3G)

Pengelasan posisi 3G dilakukan pada material plate Posisi 3G ini

dilaksanakan pada plate dan elektrode vertikal Kesulitan pengelasan ini hampir

sama dengan posisi 2G akibat gaya gravitasi cairan elektrode las akan selalu

kebawah

Posisis horizontal pipa (5G)

Pengelasan naik

Posisi pengelasan 5G pipa diletakkan pada posisi horizontal tetap dan

pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut Supaya hasil pengelasan baik

maka diperlukan las kancing (tack weld) pada posisi jam 5-8-11 dan 2 Mulai

pengelasan pada jam 530 ke jam 1200 melalui jam 6 dan kemudian dilanjutkan

dengan posisi jam 530 ke jam 1200 melalui jam 3

Pengelaan turun

Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran minyak serta gas

bumi Alasan penggunaan las turun lebih menguntungkan dikarenakan lebih cepat

dan lebih ekonomis

45

22 Dasar Teori Las Asetilin

221 Pengertian Las Oksi Asetilin

Las Oksi asetilin adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan

pencampuran 2 jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas

Dalam proses las gas ini gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen

(O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel gas) Gas bahan bakar yang paling

popular dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah gas Asetilen (dari

kata ldquoacetylenerdquo dan memiliki rumus kimia C2H2) Gas ini memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan gas bahan bakar lain Kelebihan yang dimiliki gas

Asetilen antara lain menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gas

bahan bakar lainya baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen

222 Bahan Bakar Gas

a Asetilin ( C2H2 )

Asetilena (Nama sistematis etuna) adalah suatu hidrokarbon yang

tergolong kepada alkuna dengan rumus C2H2 Asetilena merupakan alkuna yang

paling sederhana karena hanya terdiri dari dua atom karbon dan dua atom

hidrogen Pada asetilena kedua karbon terikat melalui ikatan rangkap tiga dan

masing-masing atom karbon memiliki hibridisasi orbital sp untuk ikatan sigma

Hal ini menyebabkan keempat atom pada asetilena terletak pada satu garis lurus

dengan sudut C-C-H sebesar 180deg

b Propan

Propana adalah senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang berwujud gas

dalam keadaan normal tapi dapat dikompresi menjadi cairan yang mudah

dipindahkan dalam kontainer yang tidak mahal Senyawa ini diturunkan dari

produk petroleum lain pada pemrosesan minyak bumi atau gas alam Propana

umumnya digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin barbeque (pemanggang)

dan di rumah-rumah

46

223 Peralatan Las Oksi Asetilin

a Tabung Gas

Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi

bertekanan Umumnya tabung gas dibuat dari Baja tetapi sekarang ini sudah

banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium Tabung gas

tersedia dalam bentuk beragam mulai berukuran kecil hingga besar Ukuran

tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas

dan juga jenis gas yang ditampung Untuk membedakan tabung gas apakah

didalamnya berisi gas Oksigen Asetilen atau gas lainya dapat dilihat dari kode

warna yang ada pada tabung itu

Gambar 7 Tabung oksigen

(Sumber wwwperkakaskucom)

b Katup Tabung

Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup

Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung Pada tabung gas Oksigen

katup biasanya dibuat dari material Kuningan sedangkan untuk tabung gas

Asetilen katup ini terbuat dari material Baja

c Regulator

Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan dipasang pada

katub tabung dengan tujuan untuk mengurangi atau menurunkan tekann hingga

mencapai tekana kerja torch Regulator ini juga berperan untuk mempertahankan

besarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau pemotongan Bahkan jika

tekanan dalam tabung menurun tekana kerja harus dipertahankan tetap oleh

regulator Pada regulator terdapat bagian-bagian seperti saluran masuk katup

47

pengaturan tekan kerja katup pengaman alat pengukuran tekanan tabung alat

pengukuran tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas menuju selang

Gambar 9 Regulator

(Sumber wwwperkakaskucom)

d Selang gas

Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan

selang gas Untuk memenuhi persyaratan keamanan selang harus mampu

menahan tekan kerja dan tidak mudah bocor Dalam pemakaiannya selang

dibedakan berdasarkan jenis gas yang dialirkan Untuk memudahkan bagimana

membedakan selang Oksigen dan selang Asetilen mak cukup memperhatikan

kode warna pada selang Berikut ini diperlihatkan table yang berisi informasi

tentang perbedaan warna untuk membedakan jenis gas yang mengalir dalam

selang

Gambar 10 Selang gas

(Sumber wwwperkakaskucom)

48

e Torch

Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch

tercampur didalamnya dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api Dari

keterangan diatas toch memiliki dua fungsi yaitu

Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan bakar

Sebagai paembentuk nyala api di ujung nosle

Gambar 11 Torch

(Sumber wwwperkakaskucom)

224 Proses Pengelasan Oksi Asetilin

a Menentukan nyala api

Nyala api Karburasi

Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di

antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna

biru Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut

antara yang berwarna keputih-putihan yang panjangnya ditentukan oleh jumlah

kelebihan asetilen Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam

cair Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel nikel berbagai

jenis baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous

Gambar 12 Nyala api karburasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

49

Nyala api Netral

Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu

Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar

yang berwarna biru bening Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara

Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyala

kerucut

Gambar 13 Nyala api netral

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

Nyala api oksidasi

Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan

nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah

menjadi ungu Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau

dekarburisasi pada logam cair Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan

dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan

untuk pengelasan lainnya

Gambar 14 Nyala api oksidasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

b Teknik Pengelasan

Posisi pengelasan di bawah tangan

Posisi pengelasan datar ( horizontal )

Posisi pengelasan tegak ( vertical )

Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )

Pengelasan arah ke kiri ( maju )

50

Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan

ke kiri dengan membentuk sudut 60deg dan kawat las 30deg terhadap benda kerja

sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan Cara ini

banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan

posisi yang sulit saat mengelas

Pengelasan arah ke kanan ( mundur )

Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke

kiri Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya

45 mm ke atas

23 Diagram CCT dan Diagram TTT

231 Diagram CCT

Gambar Diagram CCT

(Sumber

51

Diagram transformasi semacam ini dinamakan diagram transformasi

pendinginan kontinyu atau diagram CCT (Continuous Cooling Transformation)

Bentuknya agak berbeda dibandingkan dengan diagram IT lihat gambar di atas

kurva transformasi tergeser sedikit ke kanan bawah dan pada baja karbon tidak

terdapat daerah transformasi austenitbainit Ini disebabkan karana kurva awal

transformasi austenit-bainit terhalang oleh kurva transformasi austenit-perlit

Tetapi dari gambar di atas yang menggambarkan kurva transformasi

pendinginan kontinyu (garis tebal) yang disuperimpose pada diagram IT (garis

tipis) baja karbon eutectoid tampak bahwa dengan pendinginan kontinyu lebih

mudah diperoleh martensit karena kurva transformasi ber-geser ke kanan

Misalnya pada kurva pendinginan dengan laju 250 oFs untuk kurva transformasi

pendinginan kontinyu akan merupakan laju pendinginan kritis akan menghasilkan

100 tetapi pada kurva transformasi isothermal masih akan menghasilkan sedikit

perlit sebelum menjadi martensit

Pada proses laku panas biasanya pendinginan dilakukan dengan

pendinginankontinyu sehingga biasanya diagram CCT lebih banyak digunakan

Sedangkan diagram IT digunakan untuk proses laku panas tertentu yang dilakukan

dengan pendingina isothermal

232 Diagram TTT

TTT Diagram merupakan salah satu jenis dari diagram material yang bisa

digunakan untuk memprediksi hasil akhir dari suatu transformasi TTT diagram

lebih sederhana daripada FeC diagram

Banyak ahli metalurgi berpendapat bahwa waktu dan temperatur

transformasi austenite mempunyai pengaruh yang besar terhadap produk hasil

transformasi dan properties baja Karena austenit tidak stabil di bawah temperatur

kritis bawah sangat penting untuk diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan

untuk austenit selesai bertransformasi dan bertransformasi menjadi apa pada

akhirnya austenite tersebut pada temperatur konstan dibawah temperatur kritis

bawah Proses transformasi tersebut dinamakan Transformation Temperature

Time (TTT)

52

Kalau baja diaustenitkan kemudian dicelup dingin pada temperatur di

bawah titik transformasi dan dibiarkan untuk sementara waktu austenit berada

dalam keadaan metastabil dan setelah waktu inkubasi tertentu terjadi

transformasi Dengan merubah-rubah keadaan di atas transformasi dibiarkan pada

temperatur tetap maka diagram transformasi waktu temperatur Seperti

ditunjukkan dalam Gambar 4 proses dimana struktur martensit didapat dengan

pencelupan dingin tiba-tiba setelah dibiarkan berada sebagai austenit yang

metastabil proses ini disebut austenit (ausforming)

Martensit yang dibuat dengan olah austenit dibandingkan dengan

martensit yang didapat dengan proses biasa mempunyai struktur mikro yang

halus cacat kisinya yang sangat banyak dan kekuatan yang sangat tinggi Jadi

kalau baja di temper akan didapat kekuatan keliatan dan keuletan yang tidak bisa

dicapai oleh proses pengerasan dan penemperan baja yang biasa Untuk

mendapatkan sifat-sifat yang sangat baik perlu pemilihan baja yaitu yang

mempunyai waktu permulaan transformasi yang lebih lama dari perlit dan bainit

suau daerah austenit metastabil di dalam S dan yang akan menjadi fasa martensit

karena pencelupan dingin

Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar

karbon dalam baja Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 083 yang

ditahan suhunya dititik tertentu akan menghasilkan struktur perlit dan ferit Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu tapi masih disisi sebelah atas garis horizontal

maka akan mendapatkan struktur mikro bainit (lebih keras dari perlit) Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal maka akan mendapat

struktur martensit (sangat keras dan getas) Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh

tingginya suhu pemanasan lamanya pemanasan dan semakin lama pemanasannya

akan timbul butiran yang lebih besar Semakin cepat pendinginan akan

menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil

53

Gambar Diagram TTT

(Sumber

Gambar diatas menunjukan suatu transformasi dari baja etektoida yang

mempunyai dekomposisi normal austenit sebagai berikut

Bila baja tersebut kita dinginkan cepat sampai dibawah A1 dan dibiarkan

beberapa saat (plusmn 30 detik pada 1250oF) sedemikian rupa jatuh pada daerah

dimana perlit baru sebagian terjadi kemudian dilanjutkan segera dengan quench

maka akan terjadi struktur perlit dan martensit sebagian Martensit ini adalah hasil

transformasi isotermis sebagian austenit pada suhu diatas tadi Lamanya baja

berada pada suhu dibawah A1 akan menentukan banyaknya pembentukan perlit

atau bainit dan menentukan jumlah austenit sisa yang membentuk martensit

setelah quench Dengan kata lain perkataan proses pembentukan perlitbainit pada

suhu tersebut terhenti pada saat quenching

Garis sebelah kiri menunjukkan saat setelah berapa lama dimulai

transformasi dan garis sebelah kanannya adalah akhir transformasi (100) pada

tiap-tiap suhu Dilihat dari bentuk kurva maka untuk suhu diatas 1000degF makin

rendah suhu pembentukkan phase (perlit) lebih cepat dan dibawah 1000degF sampai

dengan plusmn500degF makin rendah suhu makin lama untuk pembentukkan phase

(disisni terjadi struktur bainite)

54

Dengan demikian pembentukan martensit bisa terjadi dengan pendinginan

cepat dari setiap suhu tertentu bilamana waktu lama pada suhu-suhu tersebut

berada disebelah kiri garis kurva kanan Paling cepat terjadinya transformasi ke

phase perlitbainit adalah pada suhu sekitar 1000degF (merupakan ldquonoserdquodari

kurva)

Makin pendek lamanya baja tersebut dibiarkan pada suhu tertentu makin

besar jumlah austenit dan makin besar pula jumlah martensit yang terbentuk

setelah quenching Dari diagram cenderung tidaklah mungkin memperoleh

martensit dengan membiarkan baja tersebut pada suhu tertentu (konstan) untuk

waktu yang sangat lama

24 Macam Cacat Pada Daerah Lasan

241 Klasifikasi Retak Las

Daerah lasan yang terjadi akibat proses pelumeran atau pencairan menurut

(Wiryosumarto dan Okumura2000) dibagi tiga bagian yaitu daerah terpengaruh

panas atau HAZ (Heat Affected Zone) yaitu logam yang bersebelahan dengan

logam las Logam las yaitu bagian dari logam yang pada waktu pengelasan

mencair dan membeku dan logam induk yang tidak terpengaruhi yaitu bagian

logam dasar yang tidak terkena panas atau suhu pemanasan tidak menyebabkan

perubahan sifat danstruktur logam induk

Retak pada hasil pengelasan juga disebabkab oleh faktor-faktor perubahan

metalurgi setelah logam mengalami pemanasan Selain itu juga Retak pada hasil

pengelasan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perencanaan pemilihan bahan

dan proses pengelasan

Dua kelompok retak las adalah kelompok retak dingin dan kelompok retak

panas Retak dingin adalah retak daerah las yang terjadi pada suhu dibawah suhu

transformasi Martensit kurang lebih pada suhu 300ordmC sedangkan retak panas

adalah retak pada daerah las yang terjadi pada suhu diatas 500degC

Retak dingin dapat terjadi tidak hanya pada daerah HAZ tetapi juga pada logam

las Retak dingin pada daerah terpengaruh panas adalah retak bawah manik las

55

retak akar dan retak kaki Sedangkan retak dingin pada logam las biasanya adalah

retak memanjang dan retak melintang

Retak panas dibagi dalam dua kelas yaitu retak karena pembebasan

tegangan pada HAZ yang terjadi pada suhu antara 550degC-700degC dan retak yang

terjadi pada suhu diatas 900degC yang terjadi pada saat pembekuan logam las

Retak panas yang sering terjadi pada logam las karena pembekuan biasanya

berbentuk retak kawah dan retak memanjang Pada pengelasan baja austenit retak

panas biasanya terjadi pada daerah HAZ dan logam las Retak las karena

pembebasan tegangan pada umumnya terjadi pada kaki daerah HAZ

Jenis Retak las dan penyebabnya

1 Retak Dingin pada Daerah Pengaruh Panas (HAZ)

Retak dingin pada daerah HAZ biasanya terjadi beberapa menit sampai

dengan 48 jam sesudah pengelasan Karena itu retak ini disebut juga retak lambat

Penyebab retak ini adalah Struktur dari daerah HAZ difusi hidrogen didaerah las

dan tegangan sisa

Struktur dari daerah HAZ ditentukan oleh komposisi kimia logam induk

dan kecepatan pendinginan daerah las Retak dingin didaerah HAZ pada

pengelasan baja biasanya terjadi pada daerah martensit Karena kadar unsur

paduan yang mempertinggi sifat mampu keras baja diusahakan serendah mungkin

2 Retak Lamel

Pada konstruksi kerangka yang besar seperti bangunan laut biasanya

digunakan pelat tebal sehingga pada daerah las terjadi tegangan yang besar

Karena tegangan ini kadang terjadi retak bertumpuk yang menjalar sepanjang

butiran bukan logam yang ada didalam baja Retak semacam ini disebut retak

lamel Butiran MnS atau MnSiO dengan bentuk butiran kubus biasanya lebih peka

terhadap retak lamel dari pada butiran berbentuk bulat Karena hal tersebut maka

pada baja tahan retak kadar belerang diusahakan serendah-rendahnya

3 Retak Lintang pada Logam Las

Retak dingin disamping terjadi pada daerah HAZ juga dapat terjadi pada

logam las Retak ini terjadi dengan arah tegak lurus atau melintang terhadap garis

las Retak lintang dapat terjadi pada pengelasan busur terendam atau pada busur

56

listrik dengan elektroda terbungkus dan juga pada pengelasan yang menggunakan

logam las dengan kekuatan lebih dari 75 kgmm

Retak lintang sama halnya dengan retak dingin terjadi karena adanya

hidrogen difusi yang keluar dari fluks atau pembungkus elektroda Pada

permukaan manik las hidrogen difusi yang dikandung dapat dilepaskan dengan

mudah bila dibandingkan dengan hydrogen yang ada dibagian dalam Karena itu

biasanya retak lintang terdapat pada tengah-tengah tebal lasan tanpa menembus

permukaan

Dengan demikian cara pencegahan retak lintang adalah dengan cara

menurunkan kadar hidrogen difusi disamping pengeringan dan penyimpanan

yang baik dari bahan-bahan las agar tidak terkena uap air Pemanasan mula dan

pemanasan lanjutan juga sangat membantu didalam pelepasan dan pembebasan

hidrogen difusi

4 Retak pada Daerah Las Karena Proses Pembebasan Tegangan

Retak yang terjadi karena perlakuan-perlakuan panas sesudah pengelasan

adalah retak karena proses anil pembebasan tegangan yang biasanya dilakukan

pada suhu 500degC sampai 700degC Tempat terjadinya retak anil ini adalah pada

batas-batas butir terutama butir kasar pada daerah pengaruh panas

Bila dilihat dari bahan maka baja dengan kekuatan 80 kgmm dan baja

paduan rendah Cr-Mo-V adalah baj yang sangat peka terhadap retak karena

pembebasan tegangan Pengaruh komposisi kimia pada kepekaan retak tersebut

dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Menurut Nakamura Achiki dan Okabayashi

ΔG = (Cr) + 33 (Mn) + 81(V) ndash 2

Menurut Ito dan Nakanishi

P = (Cr) + (Cu) + 2 (Mo) + 10(V) +7(Ne) + 5(Ti)

Dari kedua rumus tersebut bila ΔG atau P mempunyai harga positif maka

terjadi keretakan Bila baja mengandung karbon kurang dari 01 atau krom lebih

dari 15 kepekaannya terhadap retak karena pembebasan tegangan menjadi

57

rendah sehingga persamaan tersebut tidak berlaku Hubungan antara P dengan

retak yang terjadi adalah semakin besar harga P semakin meningkat retak beas

tegangannya

5 Retak Panas

Retak panas biasanya terjadi pada waktu logam las mendingin setelah

pembekuan selesai Retak ini terjadi karena adanya tegangan yang timbul karena

penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun pada suhu sedikit dibawah

suhu pembekuan Dengan demikian retak ini akan terjadi pad batas butir karena

pada tempat tersebut terbentuk senyawa dengan titik cair rendah Karena itu unsur

seperti Si Ni dan P akan mempertinggi kepekaan baja terhadap retak jenis ini

Untuk menghindari retak panas adalah dengan menurunkan kadar Sid an

Ni serendah mungkin dan menghilangkan kandungan S dan P Untuk baja tahan

karat austenit cara menghindarinya adalah dengan mengusahakan agar S sampai

10 dari ferit terdapat dalam struktur austenit

242 Penembusan Kurang Baik

Selain retak cacat las yang juga sering terjadi adalah penembusan las

yang kurang dan jelek Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat yang

timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh karena

penembusan yang kurang Karena kurang penembusan inilah maka

penyambungan tidak sempurna Penyebab dari penembusan yang kurang ini

antara lain

Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi

Arus terlalu rendah

Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil

Benda kerja terlalu kotor

Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik

Busur las yang terlalu panjang

58

Gambar Penembusan las yang kurang

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

243 Pengerukan Under cut

Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan

under cut pada benda kerja Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau

konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan

konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan Sebabsebab

pengerukan las antara lain

Arus yang terlalu tinggi

Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula

Busur nyala yang terlalu panjang

Ukuran elektroda yang salah

Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat

Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur

Gambar Cacat pengerukanunder cut

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

244 Keropos

59

Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan

Keropos ini bila didiamkan lama kelamaan akan menebar yang diikuti dengan

perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena

korosi tadi Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang

ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga Penyebab keropos ini

yakni

Busur pendek

Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Kurang waktu pengisian

Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja

Kesalahan memilih jenis elektroda

Gambar Cacat keropos

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

245 Penggerutan Benda Kerja

Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila

didinginkan Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang maka

setelah dingin terjadilah pelengkungan atau melenting atau deformasi

Gambar perubahan bentuk benda kerja

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

60

Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)

maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser bahkan sampai kedua

sisi tersebut dapat berimpit

Gambar perubahan bentuk pada kampuh

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Penyebab pengerutan adalah

Pengisian pengelasan kurang

Pengkleman salah

Pemanasan yang berlebihan

Kesalahan persiapan kampuh

Pemanasan tidak merata

Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik

Salah urutan pengelasan

25 Perlengkapan Keselamatan Kerja

251 Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan

mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit

maupun mata Sinar Ias yang sangat terangkuat itu tidak boleh dilihat dangan

mata langsung sampai jarak 16 meter Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus

yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut Ukuran kaca

Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan

61

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 7: laporan pengelasan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Dasar Teori Las Busur Listrik

211 Pengertian SMAW

Mengelas secara umum adalah suatu cara menyambung logam dengan

menggunakan panas tenaga panas pada proses pengelasan diperlukan untuk

memanaskan bahan lasan sampai caurleleh sehingga bahan las tersambung

dengan atau tanpa kawat las sebagai bahan pengisi

Pengelasan busur listrik adalah cara pengelasan menggunakan busur listrik

atau percikan bunga api listrik akibat hubungan singkat antara dua kutub listrik

yang teionisasi dengan udara melalui penghantar batang elektroda yang sekaligus

dapat digunakan pula sebagai bahan tambah atau bahan pengisi dalam pengelasan

Seperti yang terlihat dalam gambar di bawah ini

Gambar 1 Las busur listrik

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Ada beberapa macam proses las busur listrik berdasarkan elektroda yang

digunakannya antara lain

1 Las busur dengan elektroda karbon misalnya

a Las busur dengan elektroda karbon tunggal

b Las busur dengan elektroda karbon ganda

2 Las busur dengan elektroda logam misalnya

a Las busur dengan elektroda berselaput SMAW

b Las TIG (Tungsten Inert Gas)GTAW

c Las MIGGMAW

38

d Las Submerged

Laporan ini secara khusus akan membahas Las busur listik dengan

elektroda berselaput terbungkus atau SMAW (Shielded Metal Arc Welding)

Proses las busur ini menggunakan elektroda berselaput sebagai bahan tambah

busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda dan bahan dasar akan

mencairkan ujung elektroda dan sebagian bahan dasar selaput elektroda yang

turut terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung

elektroda kawah las busur listrik dan daerah las sekitar busur listrik terhadap

pengaruh udara luar Di bawah ini gambar las busur dengan elektroda berselaput

Bungkus selaput (coating electrode) yang berfungsi sebagai fluks akan

terbakar pada waktu proses berlangsung dan gas yang terjadi akan melindungi

proses terhadap pangaruh udara luar Cairan pembungkus akan terapung dan

membeku pada permukaan las yang disebut slag yang kemudian dapat

dibersihkan dengan mudah

Gambar 2 Las busur listrik dengan elektroda berselaput

(Sumber httplaslistrikblogspotcom200906html)

212 Mesin Las Listrik

Persyaratan dari proses SMAW adalah persediaan yang kontinyu pada

electric current (arus listrik) dengan jumlah ampere dan voltage yang cukup baik

kestabilan api las (Arc) akan tetap terjaga

39

Gambar 3 Skema proses SMAW

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Dimana electric power (tenaga listrik) yang diperoleh dari welding

machine menurut jenis arus yang dikeluarkannya terdapat 3 (tiga) jenis machine

yaitu

a Mesin dengan arus searah (DC)

Pada mesin arus searah (DC) dilengkapi dengan komponen yang merubah

sifat arus bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC) yaitu generator karena arus

listrik yang dipakai disini bukan berasal dari baterei melainkan daru generator

listrik

Gambar 3 mesin las dengan arus searah

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

b Mesin dengan arus bolak balik (AC)

Mesin arus bolak balik tidak perlu dilengkapi dengan generator tetapi

cukup dengan transformator Karakteristik electric efficiencynya 80-85

40

Gambar 4 Mesin las dengan arus bolak-balik

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

c Mesin dengan kombinasi arus yaitu searah dan bolak balik

Untuk mesin kombinasi AC dan DC dilengkapi dengan transformator dan

rectifier dimana rectifier ini mempunyai fungsi untuk meratakan arus

Gambar 5 Mesin las kombinasi arus searah dan bolak-balik

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

213 Parameter Pengelasan

Panjang busur (Arc Length) yang dianggap baik lebih kurang sama dengan

elektrode yang dipakai Untuk besarnya tegangan yang dipakai setiap posisi

pengelasan tidak sama Misalnya elektrode 3 mm ndash 6 mm mempunyai tegangan

41

20 ndash 30 volt pada posisi datar dan tegangan ini akan dikurangi antara 2 ndash 5 volt

pada posisi diatas kepala Kestabilan tegangan ini sangat menentukan mutu

pengelasan dan kestabilan juga dapat didengar melalui suara selama pengelasan

Besarnya arus juga mempengaruhi pengelasan dimana besarnya arus

listrik pada pengelasan tergantung dari bahan dan ukuran lasan geometri

sambungan pengelasan macam elektrode dan inti elektrode Untuk pengelasan

pada daerah las yang mempunyai daya serap kapasitas panas yang tinggi

diperlukan arus listrik yang besar dan mungkin juga diperlukan tambahan panas

Sedang untuk pengelasan baja paduan yang daerah HAZ-nya dapat mengeras

dengan mudah akibat pendinginan yang terlalu cepat maka untuk menahan

pendinginan ini diberikan masukan panas yang tinggi yaitu dengan arus

pengelasan yang besar Pengelasan logam paduan agar untuk menghindari

terbakarnya unsur-unsur paduan sebaiknya digunakan arus las yang sekecil

mungkin Juga pada pengelasan yang kemungkinan dapat terjadi retak panas

misalnya pada pengelasan baja tahan karat austenitik maka penggunaan panas

diusahakan sekecil mungkin sehingga arus pengelasan harus kecil

Kecepatan pengelasan tergantung dari bahan induk jenis elektrode inti

elektrode geometri sambungan ketelitian sambungan agar dapat mengelas lebih

cepat diperlukan arus yang lebih tinggi

Polaritas listrik mempengaruhi hasil dari busur listrik Sifat busur listrik

pada arus searah (DC) akan lebih stabil daripada arus bolak-balik (AC) Terdapat

dua jenis polaritas yaitu polaritas lurus dimana benda kerja positif dan elektrode

negatip (DCEN) Polaritas balik adalah sebaliknya Karakteristik dari polaritas

balik yaitu pemindahan logam terjadi dengan cara penyemburan maka polaritas

ini mepunyai hasil pengelasan yang lebih dalam dibanding dengan polaritas

lurus (DCEN) Dari keterangan diatas dapat disimpulkan seperti pada tabel dan

gambar dibawah ini

42

Gambar 6 Karakteristik pengelasan

(Sumber wwwmigasindonesiacom)

Tabel 1 Karakteristik pengelasan

(Sumber wwwmigasindonesiacom)

214 Teknik Pengelasan

Ada dua cara penyalaan busur las yaitu

a Cara goresan

Caranya yaitu dengan menggoreskan ujung elektroda pada permukaan

benda kerja las kemudian elektroda diangkat sampai ada jarak sebesar diameter

elektroda antara ujung elektroda dan permukaan benda kerja sehingga terbentuk

nyala busur yang stabil

43

b Cara sentuhan

Caranya yaitu ujung elektroda disentuhkan ke permukaan benda kerja

sehingga menimbulkan busur las kemudian diangkat sampai jarak sebesar

diameter elektroda

Setelah terjadi penyalaan maka selanjutnya dilakukan penarikan

Penarikan dilakukan dengan menjaga kekonstanan lebar rigi las sebesar

2xdiameter elektroda Dengan sudut elektroda terhadap sumbu mendatar adalah

70-80ordm Posisi pengelasan dalam las busur ada 4 yaitu

Dibawah Tangan

Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang paling mudah

dilakukan Oleh sebab itu untuk menyelesaikan setiap pekerjaan pengelasan

sedapat meungkin di usahakan pada posisi dibawah tangan Kemiringan elektroda

10 derajat ndash 20 derajat terhadap garis vertical kearah jalan elektroda dan 70

derajat-80 derajat terhadap benda kerja

Tegak (vertical)

Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas

atau ke bawah Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena

bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan

kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15 derajat terhadapvertikal dan 70 derajat-

85 derajat terhadap benda kerja

Datar (horizontal)

Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana

kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal

Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5 derajat ndash 10 derajat terhadap

garis vertical dan 70 derajat ndash 80 derajat kearah benda kerja

Di atas kepala

Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair banyak

berjatuhan dapat mengenai juru las oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang

serba lengkap Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas

juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5 derajat ndash 20 derajat terhadap garis

vertical dan 75 derajat-85 derajat terhadap benda kerja

44

Posisi datar (1G)

Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zigzag dan

setengah bulan Untuk jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua

sisi tetapi dapat juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja Type posisi datar

(1G) didalam pelaksanaannya sangat mudah Dapat diapplikasikan pada material

pipa dengan jalan pipa diputar

Posisi horizontal (2G)

Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal yaitu pipa pada

posisi tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa

Kesukaran pengelasan posisi horizontal adalah karena beratnya sendiri maka

cairan las akan selalu kebawah Adapun posisi sudut elektrode pengelasan pipa

2G yaitu 90ordm Panjang busur di usahakan sependek mungkin yaitu frac12 kali diameter

elektrode las Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan gerakan melingkar

dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua sisi kampuh agar tidak

terjadi cacat

Pengelasan Vertikal (3G)

Pengelasan posisi 3G dilakukan pada material plate Posisi 3G ini

dilaksanakan pada plate dan elektrode vertikal Kesulitan pengelasan ini hampir

sama dengan posisi 2G akibat gaya gravitasi cairan elektrode las akan selalu

kebawah

Posisis horizontal pipa (5G)

Pengelasan naik

Posisi pengelasan 5G pipa diletakkan pada posisi horizontal tetap dan

pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut Supaya hasil pengelasan baik

maka diperlukan las kancing (tack weld) pada posisi jam 5-8-11 dan 2 Mulai

pengelasan pada jam 530 ke jam 1200 melalui jam 6 dan kemudian dilanjutkan

dengan posisi jam 530 ke jam 1200 melalui jam 3

Pengelaan turun

Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran minyak serta gas

bumi Alasan penggunaan las turun lebih menguntungkan dikarenakan lebih cepat

dan lebih ekonomis

45

22 Dasar Teori Las Asetilin

221 Pengertian Las Oksi Asetilin

Las Oksi asetilin adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan

pencampuran 2 jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas

Dalam proses las gas ini gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen

(O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel gas) Gas bahan bakar yang paling

popular dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah gas Asetilen (dari

kata ldquoacetylenerdquo dan memiliki rumus kimia C2H2) Gas ini memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan gas bahan bakar lain Kelebihan yang dimiliki gas

Asetilen antara lain menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gas

bahan bakar lainya baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen

222 Bahan Bakar Gas

a Asetilin ( C2H2 )

Asetilena (Nama sistematis etuna) adalah suatu hidrokarbon yang

tergolong kepada alkuna dengan rumus C2H2 Asetilena merupakan alkuna yang

paling sederhana karena hanya terdiri dari dua atom karbon dan dua atom

hidrogen Pada asetilena kedua karbon terikat melalui ikatan rangkap tiga dan

masing-masing atom karbon memiliki hibridisasi orbital sp untuk ikatan sigma

Hal ini menyebabkan keempat atom pada asetilena terletak pada satu garis lurus

dengan sudut C-C-H sebesar 180deg

b Propan

Propana adalah senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang berwujud gas

dalam keadaan normal tapi dapat dikompresi menjadi cairan yang mudah

dipindahkan dalam kontainer yang tidak mahal Senyawa ini diturunkan dari

produk petroleum lain pada pemrosesan minyak bumi atau gas alam Propana

umumnya digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin barbeque (pemanggang)

dan di rumah-rumah

46

223 Peralatan Las Oksi Asetilin

a Tabung Gas

Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi

bertekanan Umumnya tabung gas dibuat dari Baja tetapi sekarang ini sudah

banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium Tabung gas

tersedia dalam bentuk beragam mulai berukuran kecil hingga besar Ukuran

tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas

dan juga jenis gas yang ditampung Untuk membedakan tabung gas apakah

didalamnya berisi gas Oksigen Asetilen atau gas lainya dapat dilihat dari kode

warna yang ada pada tabung itu

Gambar 7 Tabung oksigen

(Sumber wwwperkakaskucom)

b Katup Tabung

Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup

Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung Pada tabung gas Oksigen

katup biasanya dibuat dari material Kuningan sedangkan untuk tabung gas

Asetilen katup ini terbuat dari material Baja

c Regulator

Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan dipasang pada

katub tabung dengan tujuan untuk mengurangi atau menurunkan tekann hingga

mencapai tekana kerja torch Regulator ini juga berperan untuk mempertahankan

besarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau pemotongan Bahkan jika

tekanan dalam tabung menurun tekana kerja harus dipertahankan tetap oleh

regulator Pada regulator terdapat bagian-bagian seperti saluran masuk katup

47

pengaturan tekan kerja katup pengaman alat pengukuran tekanan tabung alat

pengukuran tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas menuju selang

Gambar 9 Regulator

(Sumber wwwperkakaskucom)

d Selang gas

Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan

selang gas Untuk memenuhi persyaratan keamanan selang harus mampu

menahan tekan kerja dan tidak mudah bocor Dalam pemakaiannya selang

dibedakan berdasarkan jenis gas yang dialirkan Untuk memudahkan bagimana

membedakan selang Oksigen dan selang Asetilen mak cukup memperhatikan

kode warna pada selang Berikut ini diperlihatkan table yang berisi informasi

tentang perbedaan warna untuk membedakan jenis gas yang mengalir dalam

selang

Gambar 10 Selang gas

(Sumber wwwperkakaskucom)

48

e Torch

Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch

tercampur didalamnya dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api Dari

keterangan diatas toch memiliki dua fungsi yaitu

Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan bakar

Sebagai paembentuk nyala api di ujung nosle

Gambar 11 Torch

(Sumber wwwperkakaskucom)

224 Proses Pengelasan Oksi Asetilin

a Menentukan nyala api

Nyala api Karburasi

Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di

antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna

biru Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut

antara yang berwarna keputih-putihan yang panjangnya ditentukan oleh jumlah

kelebihan asetilen Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam

cair Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel nikel berbagai

jenis baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous

Gambar 12 Nyala api karburasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

49

Nyala api Netral

Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu

Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar

yang berwarna biru bening Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara

Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyala

kerucut

Gambar 13 Nyala api netral

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

Nyala api oksidasi

Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan

nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah

menjadi ungu Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau

dekarburisasi pada logam cair Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan

dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan

untuk pengelasan lainnya

Gambar 14 Nyala api oksidasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

b Teknik Pengelasan

Posisi pengelasan di bawah tangan

Posisi pengelasan datar ( horizontal )

Posisi pengelasan tegak ( vertical )

Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )

Pengelasan arah ke kiri ( maju )

50

Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan

ke kiri dengan membentuk sudut 60deg dan kawat las 30deg terhadap benda kerja

sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan Cara ini

banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan

posisi yang sulit saat mengelas

Pengelasan arah ke kanan ( mundur )

Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke

kiri Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya

45 mm ke atas

23 Diagram CCT dan Diagram TTT

231 Diagram CCT

Gambar Diagram CCT

(Sumber

51

Diagram transformasi semacam ini dinamakan diagram transformasi

pendinginan kontinyu atau diagram CCT (Continuous Cooling Transformation)

Bentuknya agak berbeda dibandingkan dengan diagram IT lihat gambar di atas

kurva transformasi tergeser sedikit ke kanan bawah dan pada baja karbon tidak

terdapat daerah transformasi austenitbainit Ini disebabkan karana kurva awal

transformasi austenit-bainit terhalang oleh kurva transformasi austenit-perlit

Tetapi dari gambar di atas yang menggambarkan kurva transformasi

pendinginan kontinyu (garis tebal) yang disuperimpose pada diagram IT (garis

tipis) baja karbon eutectoid tampak bahwa dengan pendinginan kontinyu lebih

mudah diperoleh martensit karena kurva transformasi ber-geser ke kanan

Misalnya pada kurva pendinginan dengan laju 250 oFs untuk kurva transformasi

pendinginan kontinyu akan merupakan laju pendinginan kritis akan menghasilkan

100 tetapi pada kurva transformasi isothermal masih akan menghasilkan sedikit

perlit sebelum menjadi martensit

Pada proses laku panas biasanya pendinginan dilakukan dengan

pendinginankontinyu sehingga biasanya diagram CCT lebih banyak digunakan

Sedangkan diagram IT digunakan untuk proses laku panas tertentu yang dilakukan

dengan pendingina isothermal

232 Diagram TTT

TTT Diagram merupakan salah satu jenis dari diagram material yang bisa

digunakan untuk memprediksi hasil akhir dari suatu transformasi TTT diagram

lebih sederhana daripada FeC diagram

Banyak ahli metalurgi berpendapat bahwa waktu dan temperatur

transformasi austenite mempunyai pengaruh yang besar terhadap produk hasil

transformasi dan properties baja Karena austenit tidak stabil di bawah temperatur

kritis bawah sangat penting untuk diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan

untuk austenit selesai bertransformasi dan bertransformasi menjadi apa pada

akhirnya austenite tersebut pada temperatur konstan dibawah temperatur kritis

bawah Proses transformasi tersebut dinamakan Transformation Temperature

Time (TTT)

52

Kalau baja diaustenitkan kemudian dicelup dingin pada temperatur di

bawah titik transformasi dan dibiarkan untuk sementara waktu austenit berada

dalam keadaan metastabil dan setelah waktu inkubasi tertentu terjadi

transformasi Dengan merubah-rubah keadaan di atas transformasi dibiarkan pada

temperatur tetap maka diagram transformasi waktu temperatur Seperti

ditunjukkan dalam Gambar 4 proses dimana struktur martensit didapat dengan

pencelupan dingin tiba-tiba setelah dibiarkan berada sebagai austenit yang

metastabil proses ini disebut austenit (ausforming)

Martensit yang dibuat dengan olah austenit dibandingkan dengan

martensit yang didapat dengan proses biasa mempunyai struktur mikro yang

halus cacat kisinya yang sangat banyak dan kekuatan yang sangat tinggi Jadi

kalau baja di temper akan didapat kekuatan keliatan dan keuletan yang tidak bisa

dicapai oleh proses pengerasan dan penemperan baja yang biasa Untuk

mendapatkan sifat-sifat yang sangat baik perlu pemilihan baja yaitu yang

mempunyai waktu permulaan transformasi yang lebih lama dari perlit dan bainit

suau daerah austenit metastabil di dalam S dan yang akan menjadi fasa martensit

karena pencelupan dingin

Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar

karbon dalam baja Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 083 yang

ditahan suhunya dititik tertentu akan menghasilkan struktur perlit dan ferit Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu tapi masih disisi sebelah atas garis horizontal

maka akan mendapatkan struktur mikro bainit (lebih keras dari perlit) Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal maka akan mendapat

struktur martensit (sangat keras dan getas) Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh

tingginya suhu pemanasan lamanya pemanasan dan semakin lama pemanasannya

akan timbul butiran yang lebih besar Semakin cepat pendinginan akan

menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil

53

Gambar Diagram TTT

(Sumber

Gambar diatas menunjukan suatu transformasi dari baja etektoida yang

mempunyai dekomposisi normal austenit sebagai berikut

Bila baja tersebut kita dinginkan cepat sampai dibawah A1 dan dibiarkan

beberapa saat (plusmn 30 detik pada 1250oF) sedemikian rupa jatuh pada daerah

dimana perlit baru sebagian terjadi kemudian dilanjutkan segera dengan quench

maka akan terjadi struktur perlit dan martensit sebagian Martensit ini adalah hasil

transformasi isotermis sebagian austenit pada suhu diatas tadi Lamanya baja

berada pada suhu dibawah A1 akan menentukan banyaknya pembentukan perlit

atau bainit dan menentukan jumlah austenit sisa yang membentuk martensit

setelah quench Dengan kata lain perkataan proses pembentukan perlitbainit pada

suhu tersebut terhenti pada saat quenching

Garis sebelah kiri menunjukkan saat setelah berapa lama dimulai

transformasi dan garis sebelah kanannya adalah akhir transformasi (100) pada

tiap-tiap suhu Dilihat dari bentuk kurva maka untuk suhu diatas 1000degF makin

rendah suhu pembentukkan phase (perlit) lebih cepat dan dibawah 1000degF sampai

dengan plusmn500degF makin rendah suhu makin lama untuk pembentukkan phase

(disisni terjadi struktur bainite)

54

Dengan demikian pembentukan martensit bisa terjadi dengan pendinginan

cepat dari setiap suhu tertentu bilamana waktu lama pada suhu-suhu tersebut

berada disebelah kiri garis kurva kanan Paling cepat terjadinya transformasi ke

phase perlitbainit adalah pada suhu sekitar 1000degF (merupakan ldquonoserdquodari

kurva)

Makin pendek lamanya baja tersebut dibiarkan pada suhu tertentu makin

besar jumlah austenit dan makin besar pula jumlah martensit yang terbentuk

setelah quenching Dari diagram cenderung tidaklah mungkin memperoleh

martensit dengan membiarkan baja tersebut pada suhu tertentu (konstan) untuk

waktu yang sangat lama

24 Macam Cacat Pada Daerah Lasan

241 Klasifikasi Retak Las

Daerah lasan yang terjadi akibat proses pelumeran atau pencairan menurut

(Wiryosumarto dan Okumura2000) dibagi tiga bagian yaitu daerah terpengaruh

panas atau HAZ (Heat Affected Zone) yaitu logam yang bersebelahan dengan

logam las Logam las yaitu bagian dari logam yang pada waktu pengelasan

mencair dan membeku dan logam induk yang tidak terpengaruhi yaitu bagian

logam dasar yang tidak terkena panas atau suhu pemanasan tidak menyebabkan

perubahan sifat danstruktur logam induk

Retak pada hasil pengelasan juga disebabkab oleh faktor-faktor perubahan

metalurgi setelah logam mengalami pemanasan Selain itu juga Retak pada hasil

pengelasan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perencanaan pemilihan bahan

dan proses pengelasan

Dua kelompok retak las adalah kelompok retak dingin dan kelompok retak

panas Retak dingin adalah retak daerah las yang terjadi pada suhu dibawah suhu

transformasi Martensit kurang lebih pada suhu 300ordmC sedangkan retak panas

adalah retak pada daerah las yang terjadi pada suhu diatas 500degC

Retak dingin dapat terjadi tidak hanya pada daerah HAZ tetapi juga pada logam

las Retak dingin pada daerah terpengaruh panas adalah retak bawah manik las

55

retak akar dan retak kaki Sedangkan retak dingin pada logam las biasanya adalah

retak memanjang dan retak melintang

Retak panas dibagi dalam dua kelas yaitu retak karena pembebasan

tegangan pada HAZ yang terjadi pada suhu antara 550degC-700degC dan retak yang

terjadi pada suhu diatas 900degC yang terjadi pada saat pembekuan logam las

Retak panas yang sering terjadi pada logam las karena pembekuan biasanya

berbentuk retak kawah dan retak memanjang Pada pengelasan baja austenit retak

panas biasanya terjadi pada daerah HAZ dan logam las Retak las karena

pembebasan tegangan pada umumnya terjadi pada kaki daerah HAZ

Jenis Retak las dan penyebabnya

1 Retak Dingin pada Daerah Pengaruh Panas (HAZ)

Retak dingin pada daerah HAZ biasanya terjadi beberapa menit sampai

dengan 48 jam sesudah pengelasan Karena itu retak ini disebut juga retak lambat

Penyebab retak ini adalah Struktur dari daerah HAZ difusi hidrogen didaerah las

dan tegangan sisa

Struktur dari daerah HAZ ditentukan oleh komposisi kimia logam induk

dan kecepatan pendinginan daerah las Retak dingin didaerah HAZ pada

pengelasan baja biasanya terjadi pada daerah martensit Karena kadar unsur

paduan yang mempertinggi sifat mampu keras baja diusahakan serendah mungkin

2 Retak Lamel

Pada konstruksi kerangka yang besar seperti bangunan laut biasanya

digunakan pelat tebal sehingga pada daerah las terjadi tegangan yang besar

Karena tegangan ini kadang terjadi retak bertumpuk yang menjalar sepanjang

butiran bukan logam yang ada didalam baja Retak semacam ini disebut retak

lamel Butiran MnS atau MnSiO dengan bentuk butiran kubus biasanya lebih peka

terhadap retak lamel dari pada butiran berbentuk bulat Karena hal tersebut maka

pada baja tahan retak kadar belerang diusahakan serendah-rendahnya

3 Retak Lintang pada Logam Las

Retak dingin disamping terjadi pada daerah HAZ juga dapat terjadi pada

logam las Retak ini terjadi dengan arah tegak lurus atau melintang terhadap garis

las Retak lintang dapat terjadi pada pengelasan busur terendam atau pada busur

56

listrik dengan elektroda terbungkus dan juga pada pengelasan yang menggunakan

logam las dengan kekuatan lebih dari 75 kgmm

Retak lintang sama halnya dengan retak dingin terjadi karena adanya

hidrogen difusi yang keluar dari fluks atau pembungkus elektroda Pada

permukaan manik las hidrogen difusi yang dikandung dapat dilepaskan dengan

mudah bila dibandingkan dengan hydrogen yang ada dibagian dalam Karena itu

biasanya retak lintang terdapat pada tengah-tengah tebal lasan tanpa menembus

permukaan

Dengan demikian cara pencegahan retak lintang adalah dengan cara

menurunkan kadar hidrogen difusi disamping pengeringan dan penyimpanan

yang baik dari bahan-bahan las agar tidak terkena uap air Pemanasan mula dan

pemanasan lanjutan juga sangat membantu didalam pelepasan dan pembebasan

hidrogen difusi

4 Retak pada Daerah Las Karena Proses Pembebasan Tegangan

Retak yang terjadi karena perlakuan-perlakuan panas sesudah pengelasan

adalah retak karena proses anil pembebasan tegangan yang biasanya dilakukan

pada suhu 500degC sampai 700degC Tempat terjadinya retak anil ini adalah pada

batas-batas butir terutama butir kasar pada daerah pengaruh panas

Bila dilihat dari bahan maka baja dengan kekuatan 80 kgmm dan baja

paduan rendah Cr-Mo-V adalah baj yang sangat peka terhadap retak karena

pembebasan tegangan Pengaruh komposisi kimia pada kepekaan retak tersebut

dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Menurut Nakamura Achiki dan Okabayashi

ΔG = (Cr) + 33 (Mn) + 81(V) ndash 2

Menurut Ito dan Nakanishi

P = (Cr) + (Cu) + 2 (Mo) + 10(V) +7(Ne) + 5(Ti)

Dari kedua rumus tersebut bila ΔG atau P mempunyai harga positif maka

terjadi keretakan Bila baja mengandung karbon kurang dari 01 atau krom lebih

dari 15 kepekaannya terhadap retak karena pembebasan tegangan menjadi

57

rendah sehingga persamaan tersebut tidak berlaku Hubungan antara P dengan

retak yang terjadi adalah semakin besar harga P semakin meningkat retak beas

tegangannya

5 Retak Panas

Retak panas biasanya terjadi pada waktu logam las mendingin setelah

pembekuan selesai Retak ini terjadi karena adanya tegangan yang timbul karena

penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun pada suhu sedikit dibawah

suhu pembekuan Dengan demikian retak ini akan terjadi pad batas butir karena

pada tempat tersebut terbentuk senyawa dengan titik cair rendah Karena itu unsur

seperti Si Ni dan P akan mempertinggi kepekaan baja terhadap retak jenis ini

Untuk menghindari retak panas adalah dengan menurunkan kadar Sid an

Ni serendah mungkin dan menghilangkan kandungan S dan P Untuk baja tahan

karat austenit cara menghindarinya adalah dengan mengusahakan agar S sampai

10 dari ferit terdapat dalam struktur austenit

242 Penembusan Kurang Baik

Selain retak cacat las yang juga sering terjadi adalah penembusan las

yang kurang dan jelek Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat yang

timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh karena

penembusan yang kurang Karena kurang penembusan inilah maka

penyambungan tidak sempurna Penyebab dari penembusan yang kurang ini

antara lain

Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi

Arus terlalu rendah

Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil

Benda kerja terlalu kotor

Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik

Busur las yang terlalu panjang

58

Gambar Penembusan las yang kurang

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

243 Pengerukan Under cut

Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan

under cut pada benda kerja Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau

konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan

konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan Sebabsebab

pengerukan las antara lain

Arus yang terlalu tinggi

Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula

Busur nyala yang terlalu panjang

Ukuran elektroda yang salah

Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat

Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur

Gambar Cacat pengerukanunder cut

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

244 Keropos

59

Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan

Keropos ini bila didiamkan lama kelamaan akan menebar yang diikuti dengan

perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena

korosi tadi Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang

ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga Penyebab keropos ini

yakni

Busur pendek

Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Kurang waktu pengisian

Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja

Kesalahan memilih jenis elektroda

Gambar Cacat keropos

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

245 Penggerutan Benda Kerja

Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila

didinginkan Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang maka

setelah dingin terjadilah pelengkungan atau melenting atau deformasi

Gambar perubahan bentuk benda kerja

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

60

Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)

maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser bahkan sampai kedua

sisi tersebut dapat berimpit

Gambar perubahan bentuk pada kampuh

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Penyebab pengerutan adalah

Pengisian pengelasan kurang

Pengkleman salah

Pemanasan yang berlebihan

Kesalahan persiapan kampuh

Pemanasan tidak merata

Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik

Salah urutan pengelasan

25 Perlengkapan Keselamatan Kerja

251 Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan

mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit

maupun mata Sinar Ias yang sangat terangkuat itu tidak boleh dilihat dangan

mata langsung sampai jarak 16 meter Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus

yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut Ukuran kaca

Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan

61

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 8: laporan pengelasan

d Las Submerged

Laporan ini secara khusus akan membahas Las busur listik dengan

elektroda berselaput terbungkus atau SMAW (Shielded Metal Arc Welding)

Proses las busur ini menggunakan elektroda berselaput sebagai bahan tambah

busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda dan bahan dasar akan

mencairkan ujung elektroda dan sebagian bahan dasar selaput elektroda yang

turut terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung

elektroda kawah las busur listrik dan daerah las sekitar busur listrik terhadap

pengaruh udara luar Di bawah ini gambar las busur dengan elektroda berselaput

Bungkus selaput (coating electrode) yang berfungsi sebagai fluks akan

terbakar pada waktu proses berlangsung dan gas yang terjadi akan melindungi

proses terhadap pangaruh udara luar Cairan pembungkus akan terapung dan

membeku pada permukaan las yang disebut slag yang kemudian dapat

dibersihkan dengan mudah

Gambar 2 Las busur listrik dengan elektroda berselaput

(Sumber httplaslistrikblogspotcom200906html)

212 Mesin Las Listrik

Persyaratan dari proses SMAW adalah persediaan yang kontinyu pada

electric current (arus listrik) dengan jumlah ampere dan voltage yang cukup baik

kestabilan api las (Arc) akan tetap terjaga

39

Gambar 3 Skema proses SMAW

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Dimana electric power (tenaga listrik) yang diperoleh dari welding

machine menurut jenis arus yang dikeluarkannya terdapat 3 (tiga) jenis machine

yaitu

a Mesin dengan arus searah (DC)

Pada mesin arus searah (DC) dilengkapi dengan komponen yang merubah

sifat arus bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC) yaitu generator karena arus

listrik yang dipakai disini bukan berasal dari baterei melainkan daru generator

listrik

Gambar 3 mesin las dengan arus searah

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

b Mesin dengan arus bolak balik (AC)

Mesin arus bolak balik tidak perlu dilengkapi dengan generator tetapi

cukup dengan transformator Karakteristik electric efficiencynya 80-85

40

Gambar 4 Mesin las dengan arus bolak-balik

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

c Mesin dengan kombinasi arus yaitu searah dan bolak balik

Untuk mesin kombinasi AC dan DC dilengkapi dengan transformator dan

rectifier dimana rectifier ini mempunyai fungsi untuk meratakan arus

Gambar 5 Mesin las kombinasi arus searah dan bolak-balik

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

213 Parameter Pengelasan

Panjang busur (Arc Length) yang dianggap baik lebih kurang sama dengan

elektrode yang dipakai Untuk besarnya tegangan yang dipakai setiap posisi

pengelasan tidak sama Misalnya elektrode 3 mm ndash 6 mm mempunyai tegangan

41

20 ndash 30 volt pada posisi datar dan tegangan ini akan dikurangi antara 2 ndash 5 volt

pada posisi diatas kepala Kestabilan tegangan ini sangat menentukan mutu

pengelasan dan kestabilan juga dapat didengar melalui suara selama pengelasan

Besarnya arus juga mempengaruhi pengelasan dimana besarnya arus

listrik pada pengelasan tergantung dari bahan dan ukuran lasan geometri

sambungan pengelasan macam elektrode dan inti elektrode Untuk pengelasan

pada daerah las yang mempunyai daya serap kapasitas panas yang tinggi

diperlukan arus listrik yang besar dan mungkin juga diperlukan tambahan panas

Sedang untuk pengelasan baja paduan yang daerah HAZ-nya dapat mengeras

dengan mudah akibat pendinginan yang terlalu cepat maka untuk menahan

pendinginan ini diberikan masukan panas yang tinggi yaitu dengan arus

pengelasan yang besar Pengelasan logam paduan agar untuk menghindari

terbakarnya unsur-unsur paduan sebaiknya digunakan arus las yang sekecil

mungkin Juga pada pengelasan yang kemungkinan dapat terjadi retak panas

misalnya pada pengelasan baja tahan karat austenitik maka penggunaan panas

diusahakan sekecil mungkin sehingga arus pengelasan harus kecil

Kecepatan pengelasan tergantung dari bahan induk jenis elektrode inti

elektrode geometri sambungan ketelitian sambungan agar dapat mengelas lebih

cepat diperlukan arus yang lebih tinggi

Polaritas listrik mempengaruhi hasil dari busur listrik Sifat busur listrik

pada arus searah (DC) akan lebih stabil daripada arus bolak-balik (AC) Terdapat

dua jenis polaritas yaitu polaritas lurus dimana benda kerja positif dan elektrode

negatip (DCEN) Polaritas balik adalah sebaliknya Karakteristik dari polaritas

balik yaitu pemindahan logam terjadi dengan cara penyemburan maka polaritas

ini mepunyai hasil pengelasan yang lebih dalam dibanding dengan polaritas

lurus (DCEN) Dari keterangan diatas dapat disimpulkan seperti pada tabel dan

gambar dibawah ini

42

Gambar 6 Karakteristik pengelasan

(Sumber wwwmigasindonesiacom)

Tabel 1 Karakteristik pengelasan

(Sumber wwwmigasindonesiacom)

214 Teknik Pengelasan

Ada dua cara penyalaan busur las yaitu

a Cara goresan

Caranya yaitu dengan menggoreskan ujung elektroda pada permukaan

benda kerja las kemudian elektroda diangkat sampai ada jarak sebesar diameter

elektroda antara ujung elektroda dan permukaan benda kerja sehingga terbentuk

nyala busur yang stabil

43

b Cara sentuhan

Caranya yaitu ujung elektroda disentuhkan ke permukaan benda kerja

sehingga menimbulkan busur las kemudian diangkat sampai jarak sebesar

diameter elektroda

Setelah terjadi penyalaan maka selanjutnya dilakukan penarikan

Penarikan dilakukan dengan menjaga kekonstanan lebar rigi las sebesar

2xdiameter elektroda Dengan sudut elektroda terhadap sumbu mendatar adalah

70-80ordm Posisi pengelasan dalam las busur ada 4 yaitu

Dibawah Tangan

Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang paling mudah

dilakukan Oleh sebab itu untuk menyelesaikan setiap pekerjaan pengelasan

sedapat meungkin di usahakan pada posisi dibawah tangan Kemiringan elektroda

10 derajat ndash 20 derajat terhadap garis vertical kearah jalan elektroda dan 70

derajat-80 derajat terhadap benda kerja

Tegak (vertical)

Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas

atau ke bawah Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena

bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan

kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15 derajat terhadapvertikal dan 70 derajat-

85 derajat terhadap benda kerja

Datar (horizontal)

Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana

kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal

Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5 derajat ndash 10 derajat terhadap

garis vertical dan 70 derajat ndash 80 derajat kearah benda kerja

Di atas kepala

Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair banyak

berjatuhan dapat mengenai juru las oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang

serba lengkap Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas

juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5 derajat ndash 20 derajat terhadap garis

vertical dan 75 derajat-85 derajat terhadap benda kerja

44

Posisi datar (1G)

Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zigzag dan

setengah bulan Untuk jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua

sisi tetapi dapat juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja Type posisi datar

(1G) didalam pelaksanaannya sangat mudah Dapat diapplikasikan pada material

pipa dengan jalan pipa diputar

Posisi horizontal (2G)

Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal yaitu pipa pada

posisi tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa

Kesukaran pengelasan posisi horizontal adalah karena beratnya sendiri maka

cairan las akan selalu kebawah Adapun posisi sudut elektrode pengelasan pipa

2G yaitu 90ordm Panjang busur di usahakan sependek mungkin yaitu frac12 kali diameter

elektrode las Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan gerakan melingkar

dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua sisi kampuh agar tidak

terjadi cacat

Pengelasan Vertikal (3G)

Pengelasan posisi 3G dilakukan pada material plate Posisi 3G ini

dilaksanakan pada plate dan elektrode vertikal Kesulitan pengelasan ini hampir

sama dengan posisi 2G akibat gaya gravitasi cairan elektrode las akan selalu

kebawah

Posisis horizontal pipa (5G)

Pengelasan naik

Posisi pengelasan 5G pipa diletakkan pada posisi horizontal tetap dan

pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut Supaya hasil pengelasan baik

maka diperlukan las kancing (tack weld) pada posisi jam 5-8-11 dan 2 Mulai

pengelasan pada jam 530 ke jam 1200 melalui jam 6 dan kemudian dilanjutkan

dengan posisi jam 530 ke jam 1200 melalui jam 3

Pengelaan turun

Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran minyak serta gas

bumi Alasan penggunaan las turun lebih menguntungkan dikarenakan lebih cepat

dan lebih ekonomis

45

22 Dasar Teori Las Asetilin

221 Pengertian Las Oksi Asetilin

Las Oksi asetilin adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan

pencampuran 2 jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas

Dalam proses las gas ini gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen

(O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel gas) Gas bahan bakar yang paling

popular dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah gas Asetilen (dari

kata ldquoacetylenerdquo dan memiliki rumus kimia C2H2) Gas ini memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan gas bahan bakar lain Kelebihan yang dimiliki gas

Asetilen antara lain menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gas

bahan bakar lainya baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen

222 Bahan Bakar Gas

a Asetilin ( C2H2 )

Asetilena (Nama sistematis etuna) adalah suatu hidrokarbon yang

tergolong kepada alkuna dengan rumus C2H2 Asetilena merupakan alkuna yang

paling sederhana karena hanya terdiri dari dua atom karbon dan dua atom

hidrogen Pada asetilena kedua karbon terikat melalui ikatan rangkap tiga dan

masing-masing atom karbon memiliki hibridisasi orbital sp untuk ikatan sigma

Hal ini menyebabkan keempat atom pada asetilena terletak pada satu garis lurus

dengan sudut C-C-H sebesar 180deg

b Propan

Propana adalah senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang berwujud gas

dalam keadaan normal tapi dapat dikompresi menjadi cairan yang mudah

dipindahkan dalam kontainer yang tidak mahal Senyawa ini diturunkan dari

produk petroleum lain pada pemrosesan minyak bumi atau gas alam Propana

umumnya digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin barbeque (pemanggang)

dan di rumah-rumah

46

223 Peralatan Las Oksi Asetilin

a Tabung Gas

Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi

bertekanan Umumnya tabung gas dibuat dari Baja tetapi sekarang ini sudah

banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium Tabung gas

tersedia dalam bentuk beragam mulai berukuran kecil hingga besar Ukuran

tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas

dan juga jenis gas yang ditampung Untuk membedakan tabung gas apakah

didalamnya berisi gas Oksigen Asetilen atau gas lainya dapat dilihat dari kode

warna yang ada pada tabung itu

Gambar 7 Tabung oksigen

(Sumber wwwperkakaskucom)

b Katup Tabung

Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup

Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung Pada tabung gas Oksigen

katup biasanya dibuat dari material Kuningan sedangkan untuk tabung gas

Asetilen katup ini terbuat dari material Baja

c Regulator

Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan dipasang pada

katub tabung dengan tujuan untuk mengurangi atau menurunkan tekann hingga

mencapai tekana kerja torch Regulator ini juga berperan untuk mempertahankan

besarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau pemotongan Bahkan jika

tekanan dalam tabung menurun tekana kerja harus dipertahankan tetap oleh

regulator Pada regulator terdapat bagian-bagian seperti saluran masuk katup

47

pengaturan tekan kerja katup pengaman alat pengukuran tekanan tabung alat

pengukuran tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas menuju selang

Gambar 9 Regulator

(Sumber wwwperkakaskucom)

d Selang gas

Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan

selang gas Untuk memenuhi persyaratan keamanan selang harus mampu

menahan tekan kerja dan tidak mudah bocor Dalam pemakaiannya selang

dibedakan berdasarkan jenis gas yang dialirkan Untuk memudahkan bagimana

membedakan selang Oksigen dan selang Asetilen mak cukup memperhatikan

kode warna pada selang Berikut ini diperlihatkan table yang berisi informasi

tentang perbedaan warna untuk membedakan jenis gas yang mengalir dalam

selang

Gambar 10 Selang gas

(Sumber wwwperkakaskucom)

48

e Torch

Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch

tercampur didalamnya dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api Dari

keterangan diatas toch memiliki dua fungsi yaitu

Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan bakar

Sebagai paembentuk nyala api di ujung nosle

Gambar 11 Torch

(Sumber wwwperkakaskucom)

224 Proses Pengelasan Oksi Asetilin

a Menentukan nyala api

Nyala api Karburasi

Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di

antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna

biru Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut

antara yang berwarna keputih-putihan yang panjangnya ditentukan oleh jumlah

kelebihan asetilen Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam

cair Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel nikel berbagai

jenis baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous

Gambar 12 Nyala api karburasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

49

Nyala api Netral

Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu

Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar

yang berwarna biru bening Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara

Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyala

kerucut

Gambar 13 Nyala api netral

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

Nyala api oksidasi

Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan

nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah

menjadi ungu Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau

dekarburisasi pada logam cair Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan

dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan

untuk pengelasan lainnya

Gambar 14 Nyala api oksidasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

b Teknik Pengelasan

Posisi pengelasan di bawah tangan

Posisi pengelasan datar ( horizontal )

Posisi pengelasan tegak ( vertical )

Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )

Pengelasan arah ke kiri ( maju )

50

Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan

ke kiri dengan membentuk sudut 60deg dan kawat las 30deg terhadap benda kerja

sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan Cara ini

banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan

posisi yang sulit saat mengelas

Pengelasan arah ke kanan ( mundur )

Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke

kiri Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya

45 mm ke atas

23 Diagram CCT dan Diagram TTT

231 Diagram CCT

Gambar Diagram CCT

(Sumber

51

Diagram transformasi semacam ini dinamakan diagram transformasi

pendinginan kontinyu atau diagram CCT (Continuous Cooling Transformation)

Bentuknya agak berbeda dibandingkan dengan diagram IT lihat gambar di atas

kurva transformasi tergeser sedikit ke kanan bawah dan pada baja karbon tidak

terdapat daerah transformasi austenitbainit Ini disebabkan karana kurva awal

transformasi austenit-bainit terhalang oleh kurva transformasi austenit-perlit

Tetapi dari gambar di atas yang menggambarkan kurva transformasi

pendinginan kontinyu (garis tebal) yang disuperimpose pada diagram IT (garis

tipis) baja karbon eutectoid tampak bahwa dengan pendinginan kontinyu lebih

mudah diperoleh martensit karena kurva transformasi ber-geser ke kanan

Misalnya pada kurva pendinginan dengan laju 250 oFs untuk kurva transformasi

pendinginan kontinyu akan merupakan laju pendinginan kritis akan menghasilkan

100 tetapi pada kurva transformasi isothermal masih akan menghasilkan sedikit

perlit sebelum menjadi martensit

Pada proses laku panas biasanya pendinginan dilakukan dengan

pendinginankontinyu sehingga biasanya diagram CCT lebih banyak digunakan

Sedangkan diagram IT digunakan untuk proses laku panas tertentu yang dilakukan

dengan pendingina isothermal

232 Diagram TTT

TTT Diagram merupakan salah satu jenis dari diagram material yang bisa

digunakan untuk memprediksi hasil akhir dari suatu transformasi TTT diagram

lebih sederhana daripada FeC diagram

Banyak ahli metalurgi berpendapat bahwa waktu dan temperatur

transformasi austenite mempunyai pengaruh yang besar terhadap produk hasil

transformasi dan properties baja Karena austenit tidak stabil di bawah temperatur

kritis bawah sangat penting untuk diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan

untuk austenit selesai bertransformasi dan bertransformasi menjadi apa pada

akhirnya austenite tersebut pada temperatur konstan dibawah temperatur kritis

bawah Proses transformasi tersebut dinamakan Transformation Temperature

Time (TTT)

52

Kalau baja diaustenitkan kemudian dicelup dingin pada temperatur di

bawah titik transformasi dan dibiarkan untuk sementara waktu austenit berada

dalam keadaan metastabil dan setelah waktu inkubasi tertentu terjadi

transformasi Dengan merubah-rubah keadaan di atas transformasi dibiarkan pada

temperatur tetap maka diagram transformasi waktu temperatur Seperti

ditunjukkan dalam Gambar 4 proses dimana struktur martensit didapat dengan

pencelupan dingin tiba-tiba setelah dibiarkan berada sebagai austenit yang

metastabil proses ini disebut austenit (ausforming)

Martensit yang dibuat dengan olah austenit dibandingkan dengan

martensit yang didapat dengan proses biasa mempunyai struktur mikro yang

halus cacat kisinya yang sangat banyak dan kekuatan yang sangat tinggi Jadi

kalau baja di temper akan didapat kekuatan keliatan dan keuletan yang tidak bisa

dicapai oleh proses pengerasan dan penemperan baja yang biasa Untuk

mendapatkan sifat-sifat yang sangat baik perlu pemilihan baja yaitu yang

mempunyai waktu permulaan transformasi yang lebih lama dari perlit dan bainit

suau daerah austenit metastabil di dalam S dan yang akan menjadi fasa martensit

karena pencelupan dingin

Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar

karbon dalam baja Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 083 yang

ditahan suhunya dititik tertentu akan menghasilkan struktur perlit dan ferit Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu tapi masih disisi sebelah atas garis horizontal

maka akan mendapatkan struktur mikro bainit (lebih keras dari perlit) Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal maka akan mendapat

struktur martensit (sangat keras dan getas) Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh

tingginya suhu pemanasan lamanya pemanasan dan semakin lama pemanasannya

akan timbul butiran yang lebih besar Semakin cepat pendinginan akan

menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil

53

Gambar Diagram TTT

(Sumber

Gambar diatas menunjukan suatu transformasi dari baja etektoida yang

mempunyai dekomposisi normal austenit sebagai berikut

Bila baja tersebut kita dinginkan cepat sampai dibawah A1 dan dibiarkan

beberapa saat (plusmn 30 detik pada 1250oF) sedemikian rupa jatuh pada daerah

dimana perlit baru sebagian terjadi kemudian dilanjutkan segera dengan quench

maka akan terjadi struktur perlit dan martensit sebagian Martensit ini adalah hasil

transformasi isotermis sebagian austenit pada suhu diatas tadi Lamanya baja

berada pada suhu dibawah A1 akan menentukan banyaknya pembentukan perlit

atau bainit dan menentukan jumlah austenit sisa yang membentuk martensit

setelah quench Dengan kata lain perkataan proses pembentukan perlitbainit pada

suhu tersebut terhenti pada saat quenching

Garis sebelah kiri menunjukkan saat setelah berapa lama dimulai

transformasi dan garis sebelah kanannya adalah akhir transformasi (100) pada

tiap-tiap suhu Dilihat dari bentuk kurva maka untuk suhu diatas 1000degF makin

rendah suhu pembentukkan phase (perlit) lebih cepat dan dibawah 1000degF sampai

dengan plusmn500degF makin rendah suhu makin lama untuk pembentukkan phase

(disisni terjadi struktur bainite)

54

Dengan demikian pembentukan martensit bisa terjadi dengan pendinginan

cepat dari setiap suhu tertentu bilamana waktu lama pada suhu-suhu tersebut

berada disebelah kiri garis kurva kanan Paling cepat terjadinya transformasi ke

phase perlitbainit adalah pada suhu sekitar 1000degF (merupakan ldquonoserdquodari

kurva)

Makin pendek lamanya baja tersebut dibiarkan pada suhu tertentu makin

besar jumlah austenit dan makin besar pula jumlah martensit yang terbentuk

setelah quenching Dari diagram cenderung tidaklah mungkin memperoleh

martensit dengan membiarkan baja tersebut pada suhu tertentu (konstan) untuk

waktu yang sangat lama

24 Macam Cacat Pada Daerah Lasan

241 Klasifikasi Retak Las

Daerah lasan yang terjadi akibat proses pelumeran atau pencairan menurut

(Wiryosumarto dan Okumura2000) dibagi tiga bagian yaitu daerah terpengaruh

panas atau HAZ (Heat Affected Zone) yaitu logam yang bersebelahan dengan

logam las Logam las yaitu bagian dari logam yang pada waktu pengelasan

mencair dan membeku dan logam induk yang tidak terpengaruhi yaitu bagian

logam dasar yang tidak terkena panas atau suhu pemanasan tidak menyebabkan

perubahan sifat danstruktur logam induk

Retak pada hasil pengelasan juga disebabkab oleh faktor-faktor perubahan

metalurgi setelah logam mengalami pemanasan Selain itu juga Retak pada hasil

pengelasan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perencanaan pemilihan bahan

dan proses pengelasan

Dua kelompok retak las adalah kelompok retak dingin dan kelompok retak

panas Retak dingin adalah retak daerah las yang terjadi pada suhu dibawah suhu

transformasi Martensit kurang lebih pada suhu 300ordmC sedangkan retak panas

adalah retak pada daerah las yang terjadi pada suhu diatas 500degC

Retak dingin dapat terjadi tidak hanya pada daerah HAZ tetapi juga pada logam

las Retak dingin pada daerah terpengaruh panas adalah retak bawah manik las

55

retak akar dan retak kaki Sedangkan retak dingin pada logam las biasanya adalah

retak memanjang dan retak melintang

Retak panas dibagi dalam dua kelas yaitu retak karena pembebasan

tegangan pada HAZ yang terjadi pada suhu antara 550degC-700degC dan retak yang

terjadi pada suhu diatas 900degC yang terjadi pada saat pembekuan logam las

Retak panas yang sering terjadi pada logam las karena pembekuan biasanya

berbentuk retak kawah dan retak memanjang Pada pengelasan baja austenit retak

panas biasanya terjadi pada daerah HAZ dan logam las Retak las karena

pembebasan tegangan pada umumnya terjadi pada kaki daerah HAZ

Jenis Retak las dan penyebabnya

1 Retak Dingin pada Daerah Pengaruh Panas (HAZ)

Retak dingin pada daerah HAZ biasanya terjadi beberapa menit sampai

dengan 48 jam sesudah pengelasan Karena itu retak ini disebut juga retak lambat

Penyebab retak ini adalah Struktur dari daerah HAZ difusi hidrogen didaerah las

dan tegangan sisa

Struktur dari daerah HAZ ditentukan oleh komposisi kimia logam induk

dan kecepatan pendinginan daerah las Retak dingin didaerah HAZ pada

pengelasan baja biasanya terjadi pada daerah martensit Karena kadar unsur

paduan yang mempertinggi sifat mampu keras baja diusahakan serendah mungkin

2 Retak Lamel

Pada konstruksi kerangka yang besar seperti bangunan laut biasanya

digunakan pelat tebal sehingga pada daerah las terjadi tegangan yang besar

Karena tegangan ini kadang terjadi retak bertumpuk yang menjalar sepanjang

butiran bukan logam yang ada didalam baja Retak semacam ini disebut retak

lamel Butiran MnS atau MnSiO dengan bentuk butiran kubus biasanya lebih peka

terhadap retak lamel dari pada butiran berbentuk bulat Karena hal tersebut maka

pada baja tahan retak kadar belerang diusahakan serendah-rendahnya

3 Retak Lintang pada Logam Las

Retak dingin disamping terjadi pada daerah HAZ juga dapat terjadi pada

logam las Retak ini terjadi dengan arah tegak lurus atau melintang terhadap garis

las Retak lintang dapat terjadi pada pengelasan busur terendam atau pada busur

56

listrik dengan elektroda terbungkus dan juga pada pengelasan yang menggunakan

logam las dengan kekuatan lebih dari 75 kgmm

Retak lintang sama halnya dengan retak dingin terjadi karena adanya

hidrogen difusi yang keluar dari fluks atau pembungkus elektroda Pada

permukaan manik las hidrogen difusi yang dikandung dapat dilepaskan dengan

mudah bila dibandingkan dengan hydrogen yang ada dibagian dalam Karena itu

biasanya retak lintang terdapat pada tengah-tengah tebal lasan tanpa menembus

permukaan

Dengan demikian cara pencegahan retak lintang adalah dengan cara

menurunkan kadar hidrogen difusi disamping pengeringan dan penyimpanan

yang baik dari bahan-bahan las agar tidak terkena uap air Pemanasan mula dan

pemanasan lanjutan juga sangat membantu didalam pelepasan dan pembebasan

hidrogen difusi

4 Retak pada Daerah Las Karena Proses Pembebasan Tegangan

Retak yang terjadi karena perlakuan-perlakuan panas sesudah pengelasan

adalah retak karena proses anil pembebasan tegangan yang biasanya dilakukan

pada suhu 500degC sampai 700degC Tempat terjadinya retak anil ini adalah pada

batas-batas butir terutama butir kasar pada daerah pengaruh panas

Bila dilihat dari bahan maka baja dengan kekuatan 80 kgmm dan baja

paduan rendah Cr-Mo-V adalah baj yang sangat peka terhadap retak karena

pembebasan tegangan Pengaruh komposisi kimia pada kepekaan retak tersebut

dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Menurut Nakamura Achiki dan Okabayashi

ΔG = (Cr) + 33 (Mn) + 81(V) ndash 2

Menurut Ito dan Nakanishi

P = (Cr) + (Cu) + 2 (Mo) + 10(V) +7(Ne) + 5(Ti)

Dari kedua rumus tersebut bila ΔG atau P mempunyai harga positif maka

terjadi keretakan Bila baja mengandung karbon kurang dari 01 atau krom lebih

dari 15 kepekaannya terhadap retak karena pembebasan tegangan menjadi

57

rendah sehingga persamaan tersebut tidak berlaku Hubungan antara P dengan

retak yang terjadi adalah semakin besar harga P semakin meningkat retak beas

tegangannya

5 Retak Panas

Retak panas biasanya terjadi pada waktu logam las mendingin setelah

pembekuan selesai Retak ini terjadi karena adanya tegangan yang timbul karena

penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun pada suhu sedikit dibawah

suhu pembekuan Dengan demikian retak ini akan terjadi pad batas butir karena

pada tempat tersebut terbentuk senyawa dengan titik cair rendah Karena itu unsur

seperti Si Ni dan P akan mempertinggi kepekaan baja terhadap retak jenis ini

Untuk menghindari retak panas adalah dengan menurunkan kadar Sid an

Ni serendah mungkin dan menghilangkan kandungan S dan P Untuk baja tahan

karat austenit cara menghindarinya adalah dengan mengusahakan agar S sampai

10 dari ferit terdapat dalam struktur austenit

242 Penembusan Kurang Baik

Selain retak cacat las yang juga sering terjadi adalah penembusan las

yang kurang dan jelek Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat yang

timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh karena

penembusan yang kurang Karena kurang penembusan inilah maka

penyambungan tidak sempurna Penyebab dari penembusan yang kurang ini

antara lain

Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi

Arus terlalu rendah

Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil

Benda kerja terlalu kotor

Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik

Busur las yang terlalu panjang

58

Gambar Penembusan las yang kurang

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

243 Pengerukan Under cut

Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan

under cut pada benda kerja Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau

konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan

konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan Sebabsebab

pengerukan las antara lain

Arus yang terlalu tinggi

Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula

Busur nyala yang terlalu panjang

Ukuran elektroda yang salah

Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat

Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur

Gambar Cacat pengerukanunder cut

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

244 Keropos

59

Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan

Keropos ini bila didiamkan lama kelamaan akan menebar yang diikuti dengan

perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena

korosi tadi Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang

ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga Penyebab keropos ini

yakni

Busur pendek

Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Kurang waktu pengisian

Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja

Kesalahan memilih jenis elektroda

Gambar Cacat keropos

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

245 Penggerutan Benda Kerja

Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila

didinginkan Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang maka

setelah dingin terjadilah pelengkungan atau melenting atau deformasi

Gambar perubahan bentuk benda kerja

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

60

Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)

maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser bahkan sampai kedua

sisi tersebut dapat berimpit

Gambar perubahan bentuk pada kampuh

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Penyebab pengerutan adalah

Pengisian pengelasan kurang

Pengkleman salah

Pemanasan yang berlebihan

Kesalahan persiapan kampuh

Pemanasan tidak merata

Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik

Salah urutan pengelasan

25 Perlengkapan Keselamatan Kerja

251 Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan

mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit

maupun mata Sinar Ias yang sangat terangkuat itu tidak boleh dilihat dangan

mata langsung sampai jarak 16 meter Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus

yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut Ukuran kaca

Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan

61

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 9: laporan pengelasan

Gambar 3 Skema proses SMAW

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Dimana electric power (tenaga listrik) yang diperoleh dari welding

machine menurut jenis arus yang dikeluarkannya terdapat 3 (tiga) jenis machine

yaitu

a Mesin dengan arus searah (DC)

Pada mesin arus searah (DC) dilengkapi dengan komponen yang merubah

sifat arus bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC) yaitu generator karena arus

listrik yang dipakai disini bukan berasal dari baterei melainkan daru generator

listrik

Gambar 3 mesin las dengan arus searah

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

b Mesin dengan arus bolak balik (AC)

Mesin arus bolak balik tidak perlu dilengkapi dengan generator tetapi

cukup dengan transformator Karakteristik electric efficiencynya 80-85

40

Gambar 4 Mesin las dengan arus bolak-balik

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

c Mesin dengan kombinasi arus yaitu searah dan bolak balik

Untuk mesin kombinasi AC dan DC dilengkapi dengan transformator dan

rectifier dimana rectifier ini mempunyai fungsi untuk meratakan arus

Gambar 5 Mesin las kombinasi arus searah dan bolak-balik

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

213 Parameter Pengelasan

Panjang busur (Arc Length) yang dianggap baik lebih kurang sama dengan

elektrode yang dipakai Untuk besarnya tegangan yang dipakai setiap posisi

pengelasan tidak sama Misalnya elektrode 3 mm ndash 6 mm mempunyai tegangan

41

20 ndash 30 volt pada posisi datar dan tegangan ini akan dikurangi antara 2 ndash 5 volt

pada posisi diatas kepala Kestabilan tegangan ini sangat menentukan mutu

pengelasan dan kestabilan juga dapat didengar melalui suara selama pengelasan

Besarnya arus juga mempengaruhi pengelasan dimana besarnya arus

listrik pada pengelasan tergantung dari bahan dan ukuran lasan geometri

sambungan pengelasan macam elektrode dan inti elektrode Untuk pengelasan

pada daerah las yang mempunyai daya serap kapasitas panas yang tinggi

diperlukan arus listrik yang besar dan mungkin juga diperlukan tambahan panas

Sedang untuk pengelasan baja paduan yang daerah HAZ-nya dapat mengeras

dengan mudah akibat pendinginan yang terlalu cepat maka untuk menahan

pendinginan ini diberikan masukan panas yang tinggi yaitu dengan arus

pengelasan yang besar Pengelasan logam paduan agar untuk menghindari

terbakarnya unsur-unsur paduan sebaiknya digunakan arus las yang sekecil

mungkin Juga pada pengelasan yang kemungkinan dapat terjadi retak panas

misalnya pada pengelasan baja tahan karat austenitik maka penggunaan panas

diusahakan sekecil mungkin sehingga arus pengelasan harus kecil

Kecepatan pengelasan tergantung dari bahan induk jenis elektrode inti

elektrode geometri sambungan ketelitian sambungan agar dapat mengelas lebih

cepat diperlukan arus yang lebih tinggi

Polaritas listrik mempengaruhi hasil dari busur listrik Sifat busur listrik

pada arus searah (DC) akan lebih stabil daripada arus bolak-balik (AC) Terdapat

dua jenis polaritas yaitu polaritas lurus dimana benda kerja positif dan elektrode

negatip (DCEN) Polaritas balik adalah sebaliknya Karakteristik dari polaritas

balik yaitu pemindahan logam terjadi dengan cara penyemburan maka polaritas

ini mepunyai hasil pengelasan yang lebih dalam dibanding dengan polaritas

lurus (DCEN) Dari keterangan diatas dapat disimpulkan seperti pada tabel dan

gambar dibawah ini

42

Gambar 6 Karakteristik pengelasan

(Sumber wwwmigasindonesiacom)

Tabel 1 Karakteristik pengelasan

(Sumber wwwmigasindonesiacom)

214 Teknik Pengelasan

Ada dua cara penyalaan busur las yaitu

a Cara goresan

Caranya yaitu dengan menggoreskan ujung elektroda pada permukaan

benda kerja las kemudian elektroda diangkat sampai ada jarak sebesar diameter

elektroda antara ujung elektroda dan permukaan benda kerja sehingga terbentuk

nyala busur yang stabil

43

b Cara sentuhan

Caranya yaitu ujung elektroda disentuhkan ke permukaan benda kerja

sehingga menimbulkan busur las kemudian diangkat sampai jarak sebesar

diameter elektroda

Setelah terjadi penyalaan maka selanjutnya dilakukan penarikan

Penarikan dilakukan dengan menjaga kekonstanan lebar rigi las sebesar

2xdiameter elektroda Dengan sudut elektroda terhadap sumbu mendatar adalah

70-80ordm Posisi pengelasan dalam las busur ada 4 yaitu

Dibawah Tangan

Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang paling mudah

dilakukan Oleh sebab itu untuk menyelesaikan setiap pekerjaan pengelasan

sedapat meungkin di usahakan pada posisi dibawah tangan Kemiringan elektroda

10 derajat ndash 20 derajat terhadap garis vertical kearah jalan elektroda dan 70

derajat-80 derajat terhadap benda kerja

Tegak (vertical)

Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas

atau ke bawah Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena

bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan

kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15 derajat terhadapvertikal dan 70 derajat-

85 derajat terhadap benda kerja

Datar (horizontal)

Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana

kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal

Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5 derajat ndash 10 derajat terhadap

garis vertical dan 70 derajat ndash 80 derajat kearah benda kerja

Di atas kepala

Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair banyak

berjatuhan dapat mengenai juru las oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang

serba lengkap Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas

juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5 derajat ndash 20 derajat terhadap garis

vertical dan 75 derajat-85 derajat terhadap benda kerja

44

Posisi datar (1G)

Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zigzag dan

setengah bulan Untuk jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua

sisi tetapi dapat juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja Type posisi datar

(1G) didalam pelaksanaannya sangat mudah Dapat diapplikasikan pada material

pipa dengan jalan pipa diputar

Posisi horizontal (2G)

Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal yaitu pipa pada

posisi tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa

Kesukaran pengelasan posisi horizontal adalah karena beratnya sendiri maka

cairan las akan selalu kebawah Adapun posisi sudut elektrode pengelasan pipa

2G yaitu 90ordm Panjang busur di usahakan sependek mungkin yaitu frac12 kali diameter

elektrode las Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan gerakan melingkar

dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua sisi kampuh agar tidak

terjadi cacat

Pengelasan Vertikal (3G)

Pengelasan posisi 3G dilakukan pada material plate Posisi 3G ini

dilaksanakan pada plate dan elektrode vertikal Kesulitan pengelasan ini hampir

sama dengan posisi 2G akibat gaya gravitasi cairan elektrode las akan selalu

kebawah

Posisis horizontal pipa (5G)

Pengelasan naik

Posisi pengelasan 5G pipa diletakkan pada posisi horizontal tetap dan

pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut Supaya hasil pengelasan baik

maka diperlukan las kancing (tack weld) pada posisi jam 5-8-11 dan 2 Mulai

pengelasan pada jam 530 ke jam 1200 melalui jam 6 dan kemudian dilanjutkan

dengan posisi jam 530 ke jam 1200 melalui jam 3

Pengelaan turun

Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran minyak serta gas

bumi Alasan penggunaan las turun lebih menguntungkan dikarenakan lebih cepat

dan lebih ekonomis

45

22 Dasar Teori Las Asetilin

221 Pengertian Las Oksi Asetilin

Las Oksi asetilin adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan

pencampuran 2 jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas

Dalam proses las gas ini gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen

(O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel gas) Gas bahan bakar yang paling

popular dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah gas Asetilen (dari

kata ldquoacetylenerdquo dan memiliki rumus kimia C2H2) Gas ini memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan gas bahan bakar lain Kelebihan yang dimiliki gas

Asetilen antara lain menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gas

bahan bakar lainya baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen

222 Bahan Bakar Gas

a Asetilin ( C2H2 )

Asetilena (Nama sistematis etuna) adalah suatu hidrokarbon yang

tergolong kepada alkuna dengan rumus C2H2 Asetilena merupakan alkuna yang

paling sederhana karena hanya terdiri dari dua atom karbon dan dua atom

hidrogen Pada asetilena kedua karbon terikat melalui ikatan rangkap tiga dan

masing-masing atom karbon memiliki hibridisasi orbital sp untuk ikatan sigma

Hal ini menyebabkan keempat atom pada asetilena terletak pada satu garis lurus

dengan sudut C-C-H sebesar 180deg

b Propan

Propana adalah senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang berwujud gas

dalam keadaan normal tapi dapat dikompresi menjadi cairan yang mudah

dipindahkan dalam kontainer yang tidak mahal Senyawa ini diturunkan dari

produk petroleum lain pada pemrosesan minyak bumi atau gas alam Propana

umumnya digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin barbeque (pemanggang)

dan di rumah-rumah

46

223 Peralatan Las Oksi Asetilin

a Tabung Gas

Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi

bertekanan Umumnya tabung gas dibuat dari Baja tetapi sekarang ini sudah

banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium Tabung gas

tersedia dalam bentuk beragam mulai berukuran kecil hingga besar Ukuran

tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas

dan juga jenis gas yang ditampung Untuk membedakan tabung gas apakah

didalamnya berisi gas Oksigen Asetilen atau gas lainya dapat dilihat dari kode

warna yang ada pada tabung itu

Gambar 7 Tabung oksigen

(Sumber wwwperkakaskucom)

b Katup Tabung

Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup

Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung Pada tabung gas Oksigen

katup biasanya dibuat dari material Kuningan sedangkan untuk tabung gas

Asetilen katup ini terbuat dari material Baja

c Regulator

Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan dipasang pada

katub tabung dengan tujuan untuk mengurangi atau menurunkan tekann hingga

mencapai tekana kerja torch Regulator ini juga berperan untuk mempertahankan

besarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau pemotongan Bahkan jika

tekanan dalam tabung menurun tekana kerja harus dipertahankan tetap oleh

regulator Pada regulator terdapat bagian-bagian seperti saluran masuk katup

47

pengaturan tekan kerja katup pengaman alat pengukuran tekanan tabung alat

pengukuran tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas menuju selang

Gambar 9 Regulator

(Sumber wwwperkakaskucom)

d Selang gas

Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan

selang gas Untuk memenuhi persyaratan keamanan selang harus mampu

menahan tekan kerja dan tidak mudah bocor Dalam pemakaiannya selang

dibedakan berdasarkan jenis gas yang dialirkan Untuk memudahkan bagimana

membedakan selang Oksigen dan selang Asetilen mak cukup memperhatikan

kode warna pada selang Berikut ini diperlihatkan table yang berisi informasi

tentang perbedaan warna untuk membedakan jenis gas yang mengalir dalam

selang

Gambar 10 Selang gas

(Sumber wwwperkakaskucom)

48

e Torch

Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch

tercampur didalamnya dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api Dari

keterangan diatas toch memiliki dua fungsi yaitu

Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan bakar

Sebagai paembentuk nyala api di ujung nosle

Gambar 11 Torch

(Sumber wwwperkakaskucom)

224 Proses Pengelasan Oksi Asetilin

a Menentukan nyala api

Nyala api Karburasi

Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di

antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna

biru Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut

antara yang berwarna keputih-putihan yang panjangnya ditentukan oleh jumlah

kelebihan asetilen Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam

cair Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel nikel berbagai

jenis baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous

Gambar 12 Nyala api karburasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

49

Nyala api Netral

Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu

Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar

yang berwarna biru bening Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara

Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyala

kerucut

Gambar 13 Nyala api netral

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

Nyala api oksidasi

Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan

nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah

menjadi ungu Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau

dekarburisasi pada logam cair Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan

dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan

untuk pengelasan lainnya

Gambar 14 Nyala api oksidasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

b Teknik Pengelasan

Posisi pengelasan di bawah tangan

Posisi pengelasan datar ( horizontal )

Posisi pengelasan tegak ( vertical )

Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )

Pengelasan arah ke kiri ( maju )

50

Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan

ke kiri dengan membentuk sudut 60deg dan kawat las 30deg terhadap benda kerja

sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan Cara ini

banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan

posisi yang sulit saat mengelas

Pengelasan arah ke kanan ( mundur )

Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke

kiri Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya

45 mm ke atas

23 Diagram CCT dan Diagram TTT

231 Diagram CCT

Gambar Diagram CCT

(Sumber

51

Diagram transformasi semacam ini dinamakan diagram transformasi

pendinginan kontinyu atau diagram CCT (Continuous Cooling Transformation)

Bentuknya agak berbeda dibandingkan dengan diagram IT lihat gambar di atas

kurva transformasi tergeser sedikit ke kanan bawah dan pada baja karbon tidak

terdapat daerah transformasi austenitbainit Ini disebabkan karana kurva awal

transformasi austenit-bainit terhalang oleh kurva transformasi austenit-perlit

Tetapi dari gambar di atas yang menggambarkan kurva transformasi

pendinginan kontinyu (garis tebal) yang disuperimpose pada diagram IT (garis

tipis) baja karbon eutectoid tampak bahwa dengan pendinginan kontinyu lebih

mudah diperoleh martensit karena kurva transformasi ber-geser ke kanan

Misalnya pada kurva pendinginan dengan laju 250 oFs untuk kurva transformasi

pendinginan kontinyu akan merupakan laju pendinginan kritis akan menghasilkan

100 tetapi pada kurva transformasi isothermal masih akan menghasilkan sedikit

perlit sebelum menjadi martensit

Pada proses laku panas biasanya pendinginan dilakukan dengan

pendinginankontinyu sehingga biasanya diagram CCT lebih banyak digunakan

Sedangkan diagram IT digunakan untuk proses laku panas tertentu yang dilakukan

dengan pendingina isothermal

232 Diagram TTT

TTT Diagram merupakan salah satu jenis dari diagram material yang bisa

digunakan untuk memprediksi hasil akhir dari suatu transformasi TTT diagram

lebih sederhana daripada FeC diagram

Banyak ahli metalurgi berpendapat bahwa waktu dan temperatur

transformasi austenite mempunyai pengaruh yang besar terhadap produk hasil

transformasi dan properties baja Karena austenit tidak stabil di bawah temperatur

kritis bawah sangat penting untuk diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan

untuk austenit selesai bertransformasi dan bertransformasi menjadi apa pada

akhirnya austenite tersebut pada temperatur konstan dibawah temperatur kritis

bawah Proses transformasi tersebut dinamakan Transformation Temperature

Time (TTT)

52

Kalau baja diaustenitkan kemudian dicelup dingin pada temperatur di

bawah titik transformasi dan dibiarkan untuk sementara waktu austenit berada

dalam keadaan metastabil dan setelah waktu inkubasi tertentu terjadi

transformasi Dengan merubah-rubah keadaan di atas transformasi dibiarkan pada

temperatur tetap maka diagram transformasi waktu temperatur Seperti

ditunjukkan dalam Gambar 4 proses dimana struktur martensit didapat dengan

pencelupan dingin tiba-tiba setelah dibiarkan berada sebagai austenit yang

metastabil proses ini disebut austenit (ausforming)

Martensit yang dibuat dengan olah austenit dibandingkan dengan

martensit yang didapat dengan proses biasa mempunyai struktur mikro yang

halus cacat kisinya yang sangat banyak dan kekuatan yang sangat tinggi Jadi

kalau baja di temper akan didapat kekuatan keliatan dan keuletan yang tidak bisa

dicapai oleh proses pengerasan dan penemperan baja yang biasa Untuk

mendapatkan sifat-sifat yang sangat baik perlu pemilihan baja yaitu yang

mempunyai waktu permulaan transformasi yang lebih lama dari perlit dan bainit

suau daerah austenit metastabil di dalam S dan yang akan menjadi fasa martensit

karena pencelupan dingin

Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar

karbon dalam baja Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 083 yang

ditahan suhunya dititik tertentu akan menghasilkan struktur perlit dan ferit Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu tapi masih disisi sebelah atas garis horizontal

maka akan mendapatkan struktur mikro bainit (lebih keras dari perlit) Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal maka akan mendapat

struktur martensit (sangat keras dan getas) Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh

tingginya suhu pemanasan lamanya pemanasan dan semakin lama pemanasannya

akan timbul butiran yang lebih besar Semakin cepat pendinginan akan

menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil

53

Gambar Diagram TTT

(Sumber

Gambar diatas menunjukan suatu transformasi dari baja etektoida yang

mempunyai dekomposisi normal austenit sebagai berikut

Bila baja tersebut kita dinginkan cepat sampai dibawah A1 dan dibiarkan

beberapa saat (plusmn 30 detik pada 1250oF) sedemikian rupa jatuh pada daerah

dimana perlit baru sebagian terjadi kemudian dilanjutkan segera dengan quench

maka akan terjadi struktur perlit dan martensit sebagian Martensit ini adalah hasil

transformasi isotermis sebagian austenit pada suhu diatas tadi Lamanya baja

berada pada suhu dibawah A1 akan menentukan banyaknya pembentukan perlit

atau bainit dan menentukan jumlah austenit sisa yang membentuk martensit

setelah quench Dengan kata lain perkataan proses pembentukan perlitbainit pada

suhu tersebut terhenti pada saat quenching

Garis sebelah kiri menunjukkan saat setelah berapa lama dimulai

transformasi dan garis sebelah kanannya adalah akhir transformasi (100) pada

tiap-tiap suhu Dilihat dari bentuk kurva maka untuk suhu diatas 1000degF makin

rendah suhu pembentukkan phase (perlit) lebih cepat dan dibawah 1000degF sampai

dengan plusmn500degF makin rendah suhu makin lama untuk pembentukkan phase

(disisni terjadi struktur bainite)

54

Dengan demikian pembentukan martensit bisa terjadi dengan pendinginan

cepat dari setiap suhu tertentu bilamana waktu lama pada suhu-suhu tersebut

berada disebelah kiri garis kurva kanan Paling cepat terjadinya transformasi ke

phase perlitbainit adalah pada suhu sekitar 1000degF (merupakan ldquonoserdquodari

kurva)

Makin pendek lamanya baja tersebut dibiarkan pada suhu tertentu makin

besar jumlah austenit dan makin besar pula jumlah martensit yang terbentuk

setelah quenching Dari diagram cenderung tidaklah mungkin memperoleh

martensit dengan membiarkan baja tersebut pada suhu tertentu (konstan) untuk

waktu yang sangat lama

24 Macam Cacat Pada Daerah Lasan

241 Klasifikasi Retak Las

Daerah lasan yang terjadi akibat proses pelumeran atau pencairan menurut

(Wiryosumarto dan Okumura2000) dibagi tiga bagian yaitu daerah terpengaruh

panas atau HAZ (Heat Affected Zone) yaitu logam yang bersebelahan dengan

logam las Logam las yaitu bagian dari logam yang pada waktu pengelasan

mencair dan membeku dan logam induk yang tidak terpengaruhi yaitu bagian

logam dasar yang tidak terkena panas atau suhu pemanasan tidak menyebabkan

perubahan sifat danstruktur logam induk

Retak pada hasil pengelasan juga disebabkab oleh faktor-faktor perubahan

metalurgi setelah logam mengalami pemanasan Selain itu juga Retak pada hasil

pengelasan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perencanaan pemilihan bahan

dan proses pengelasan

Dua kelompok retak las adalah kelompok retak dingin dan kelompok retak

panas Retak dingin adalah retak daerah las yang terjadi pada suhu dibawah suhu

transformasi Martensit kurang lebih pada suhu 300ordmC sedangkan retak panas

adalah retak pada daerah las yang terjadi pada suhu diatas 500degC

Retak dingin dapat terjadi tidak hanya pada daerah HAZ tetapi juga pada logam

las Retak dingin pada daerah terpengaruh panas adalah retak bawah manik las

55

retak akar dan retak kaki Sedangkan retak dingin pada logam las biasanya adalah

retak memanjang dan retak melintang

Retak panas dibagi dalam dua kelas yaitu retak karena pembebasan

tegangan pada HAZ yang terjadi pada suhu antara 550degC-700degC dan retak yang

terjadi pada suhu diatas 900degC yang terjadi pada saat pembekuan logam las

Retak panas yang sering terjadi pada logam las karena pembekuan biasanya

berbentuk retak kawah dan retak memanjang Pada pengelasan baja austenit retak

panas biasanya terjadi pada daerah HAZ dan logam las Retak las karena

pembebasan tegangan pada umumnya terjadi pada kaki daerah HAZ

Jenis Retak las dan penyebabnya

1 Retak Dingin pada Daerah Pengaruh Panas (HAZ)

Retak dingin pada daerah HAZ biasanya terjadi beberapa menit sampai

dengan 48 jam sesudah pengelasan Karena itu retak ini disebut juga retak lambat

Penyebab retak ini adalah Struktur dari daerah HAZ difusi hidrogen didaerah las

dan tegangan sisa

Struktur dari daerah HAZ ditentukan oleh komposisi kimia logam induk

dan kecepatan pendinginan daerah las Retak dingin didaerah HAZ pada

pengelasan baja biasanya terjadi pada daerah martensit Karena kadar unsur

paduan yang mempertinggi sifat mampu keras baja diusahakan serendah mungkin

2 Retak Lamel

Pada konstruksi kerangka yang besar seperti bangunan laut biasanya

digunakan pelat tebal sehingga pada daerah las terjadi tegangan yang besar

Karena tegangan ini kadang terjadi retak bertumpuk yang menjalar sepanjang

butiran bukan logam yang ada didalam baja Retak semacam ini disebut retak

lamel Butiran MnS atau MnSiO dengan bentuk butiran kubus biasanya lebih peka

terhadap retak lamel dari pada butiran berbentuk bulat Karena hal tersebut maka

pada baja tahan retak kadar belerang diusahakan serendah-rendahnya

3 Retak Lintang pada Logam Las

Retak dingin disamping terjadi pada daerah HAZ juga dapat terjadi pada

logam las Retak ini terjadi dengan arah tegak lurus atau melintang terhadap garis

las Retak lintang dapat terjadi pada pengelasan busur terendam atau pada busur

56

listrik dengan elektroda terbungkus dan juga pada pengelasan yang menggunakan

logam las dengan kekuatan lebih dari 75 kgmm

Retak lintang sama halnya dengan retak dingin terjadi karena adanya

hidrogen difusi yang keluar dari fluks atau pembungkus elektroda Pada

permukaan manik las hidrogen difusi yang dikandung dapat dilepaskan dengan

mudah bila dibandingkan dengan hydrogen yang ada dibagian dalam Karena itu

biasanya retak lintang terdapat pada tengah-tengah tebal lasan tanpa menembus

permukaan

Dengan demikian cara pencegahan retak lintang adalah dengan cara

menurunkan kadar hidrogen difusi disamping pengeringan dan penyimpanan

yang baik dari bahan-bahan las agar tidak terkena uap air Pemanasan mula dan

pemanasan lanjutan juga sangat membantu didalam pelepasan dan pembebasan

hidrogen difusi

4 Retak pada Daerah Las Karena Proses Pembebasan Tegangan

Retak yang terjadi karena perlakuan-perlakuan panas sesudah pengelasan

adalah retak karena proses anil pembebasan tegangan yang biasanya dilakukan

pada suhu 500degC sampai 700degC Tempat terjadinya retak anil ini adalah pada

batas-batas butir terutama butir kasar pada daerah pengaruh panas

Bila dilihat dari bahan maka baja dengan kekuatan 80 kgmm dan baja

paduan rendah Cr-Mo-V adalah baj yang sangat peka terhadap retak karena

pembebasan tegangan Pengaruh komposisi kimia pada kepekaan retak tersebut

dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Menurut Nakamura Achiki dan Okabayashi

ΔG = (Cr) + 33 (Mn) + 81(V) ndash 2

Menurut Ito dan Nakanishi

P = (Cr) + (Cu) + 2 (Mo) + 10(V) +7(Ne) + 5(Ti)

Dari kedua rumus tersebut bila ΔG atau P mempunyai harga positif maka

terjadi keretakan Bila baja mengandung karbon kurang dari 01 atau krom lebih

dari 15 kepekaannya terhadap retak karena pembebasan tegangan menjadi

57

rendah sehingga persamaan tersebut tidak berlaku Hubungan antara P dengan

retak yang terjadi adalah semakin besar harga P semakin meningkat retak beas

tegangannya

5 Retak Panas

Retak panas biasanya terjadi pada waktu logam las mendingin setelah

pembekuan selesai Retak ini terjadi karena adanya tegangan yang timbul karena

penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun pada suhu sedikit dibawah

suhu pembekuan Dengan demikian retak ini akan terjadi pad batas butir karena

pada tempat tersebut terbentuk senyawa dengan titik cair rendah Karena itu unsur

seperti Si Ni dan P akan mempertinggi kepekaan baja terhadap retak jenis ini

Untuk menghindari retak panas adalah dengan menurunkan kadar Sid an

Ni serendah mungkin dan menghilangkan kandungan S dan P Untuk baja tahan

karat austenit cara menghindarinya adalah dengan mengusahakan agar S sampai

10 dari ferit terdapat dalam struktur austenit

242 Penembusan Kurang Baik

Selain retak cacat las yang juga sering terjadi adalah penembusan las

yang kurang dan jelek Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat yang

timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh karena

penembusan yang kurang Karena kurang penembusan inilah maka

penyambungan tidak sempurna Penyebab dari penembusan yang kurang ini

antara lain

Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi

Arus terlalu rendah

Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil

Benda kerja terlalu kotor

Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik

Busur las yang terlalu panjang

58

Gambar Penembusan las yang kurang

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

243 Pengerukan Under cut

Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan

under cut pada benda kerja Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau

konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan

konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan Sebabsebab

pengerukan las antara lain

Arus yang terlalu tinggi

Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula

Busur nyala yang terlalu panjang

Ukuran elektroda yang salah

Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat

Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur

Gambar Cacat pengerukanunder cut

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

244 Keropos

59

Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan

Keropos ini bila didiamkan lama kelamaan akan menebar yang diikuti dengan

perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena

korosi tadi Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang

ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga Penyebab keropos ini

yakni

Busur pendek

Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Kurang waktu pengisian

Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja

Kesalahan memilih jenis elektroda

Gambar Cacat keropos

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

245 Penggerutan Benda Kerja

Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila

didinginkan Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang maka

setelah dingin terjadilah pelengkungan atau melenting atau deformasi

Gambar perubahan bentuk benda kerja

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

60

Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)

maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser bahkan sampai kedua

sisi tersebut dapat berimpit

Gambar perubahan bentuk pada kampuh

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Penyebab pengerutan adalah

Pengisian pengelasan kurang

Pengkleman salah

Pemanasan yang berlebihan

Kesalahan persiapan kampuh

Pemanasan tidak merata

Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik

Salah urutan pengelasan

25 Perlengkapan Keselamatan Kerja

251 Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan

mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit

maupun mata Sinar Ias yang sangat terangkuat itu tidak boleh dilihat dangan

mata langsung sampai jarak 16 meter Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus

yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut Ukuran kaca

Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan

61

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 10: laporan pengelasan

Gambar 4 Mesin las dengan arus bolak-balik

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

c Mesin dengan kombinasi arus yaitu searah dan bolak balik

Untuk mesin kombinasi AC dan DC dilengkapi dengan transformator dan

rectifier dimana rectifier ini mempunyai fungsi untuk meratakan arus

Gambar 5 Mesin las kombinasi arus searah dan bolak-balik

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

213 Parameter Pengelasan

Panjang busur (Arc Length) yang dianggap baik lebih kurang sama dengan

elektrode yang dipakai Untuk besarnya tegangan yang dipakai setiap posisi

pengelasan tidak sama Misalnya elektrode 3 mm ndash 6 mm mempunyai tegangan

41

20 ndash 30 volt pada posisi datar dan tegangan ini akan dikurangi antara 2 ndash 5 volt

pada posisi diatas kepala Kestabilan tegangan ini sangat menentukan mutu

pengelasan dan kestabilan juga dapat didengar melalui suara selama pengelasan

Besarnya arus juga mempengaruhi pengelasan dimana besarnya arus

listrik pada pengelasan tergantung dari bahan dan ukuran lasan geometri

sambungan pengelasan macam elektrode dan inti elektrode Untuk pengelasan

pada daerah las yang mempunyai daya serap kapasitas panas yang tinggi

diperlukan arus listrik yang besar dan mungkin juga diperlukan tambahan panas

Sedang untuk pengelasan baja paduan yang daerah HAZ-nya dapat mengeras

dengan mudah akibat pendinginan yang terlalu cepat maka untuk menahan

pendinginan ini diberikan masukan panas yang tinggi yaitu dengan arus

pengelasan yang besar Pengelasan logam paduan agar untuk menghindari

terbakarnya unsur-unsur paduan sebaiknya digunakan arus las yang sekecil

mungkin Juga pada pengelasan yang kemungkinan dapat terjadi retak panas

misalnya pada pengelasan baja tahan karat austenitik maka penggunaan panas

diusahakan sekecil mungkin sehingga arus pengelasan harus kecil

Kecepatan pengelasan tergantung dari bahan induk jenis elektrode inti

elektrode geometri sambungan ketelitian sambungan agar dapat mengelas lebih

cepat diperlukan arus yang lebih tinggi

Polaritas listrik mempengaruhi hasil dari busur listrik Sifat busur listrik

pada arus searah (DC) akan lebih stabil daripada arus bolak-balik (AC) Terdapat

dua jenis polaritas yaitu polaritas lurus dimana benda kerja positif dan elektrode

negatip (DCEN) Polaritas balik adalah sebaliknya Karakteristik dari polaritas

balik yaitu pemindahan logam terjadi dengan cara penyemburan maka polaritas

ini mepunyai hasil pengelasan yang lebih dalam dibanding dengan polaritas

lurus (DCEN) Dari keterangan diatas dapat disimpulkan seperti pada tabel dan

gambar dibawah ini

42

Gambar 6 Karakteristik pengelasan

(Sumber wwwmigasindonesiacom)

Tabel 1 Karakteristik pengelasan

(Sumber wwwmigasindonesiacom)

214 Teknik Pengelasan

Ada dua cara penyalaan busur las yaitu

a Cara goresan

Caranya yaitu dengan menggoreskan ujung elektroda pada permukaan

benda kerja las kemudian elektroda diangkat sampai ada jarak sebesar diameter

elektroda antara ujung elektroda dan permukaan benda kerja sehingga terbentuk

nyala busur yang stabil

43

b Cara sentuhan

Caranya yaitu ujung elektroda disentuhkan ke permukaan benda kerja

sehingga menimbulkan busur las kemudian diangkat sampai jarak sebesar

diameter elektroda

Setelah terjadi penyalaan maka selanjutnya dilakukan penarikan

Penarikan dilakukan dengan menjaga kekonstanan lebar rigi las sebesar

2xdiameter elektroda Dengan sudut elektroda terhadap sumbu mendatar adalah

70-80ordm Posisi pengelasan dalam las busur ada 4 yaitu

Dibawah Tangan

Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang paling mudah

dilakukan Oleh sebab itu untuk menyelesaikan setiap pekerjaan pengelasan

sedapat meungkin di usahakan pada posisi dibawah tangan Kemiringan elektroda

10 derajat ndash 20 derajat terhadap garis vertical kearah jalan elektroda dan 70

derajat-80 derajat terhadap benda kerja

Tegak (vertical)

Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas

atau ke bawah Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena

bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan

kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15 derajat terhadapvertikal dan 70 derajat-

85 derajat terhadap benda kerja

Datar (horizontal)

Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana

kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal

Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5 derajat ndash 10 derajat terhadap

garis vertical dan 70 derajat ndash 80 derajat kearah benda kerja

Di atas kepala

Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair banyak

berjatuhan dapat mengenai juru las oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang

serba lengkap Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas

juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5 derajat ndash 20 derajat terhadap garis

vertical dan 75 derajat-85 derajat terhadap benda kerja

44

Posisi datar (1G)

Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zigzag dan

setengah bulan Untuk jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua

sisi tetapi dapat juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja Type posisi datar

(1G) didalam pelaksanaannya sangat mudah Dapat diapplikasikan pada material

pipa dengan jalan pipa diputar

Posisi horizontal (2G)

Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal yaitu pipa pada

posisi tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa

Kesukaran pengelasan posisi horizontal adalah karena beratnya sendiri maka

cairan las akan selalu kebawah Adapun posisi sudut elektrode pengelasan pipa

2G yaitu 90ordm Panjang busur di usahakan sependek mungkin yaitu frac12 kali diameter

elektrode las Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan gerakan melingkar

dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua sisi kampuh agar tidak

terjadi cacat

Pengelasan Vertikal (3G)

Pengelasan posisi 3G dilakukan pada material plate Posisi 3G ini

dilaksanakan pada plate dan elektrode vertikal Kesulitan pengelasan ini hampir

sama dengan posisi 2G akibat gaya gravitasi cairan elektrode las akan selalu

kebawah

Posisis horizontal pipa (5G)

Pengelasan naik

Posisi pengelasan 5G pipa diletakkan pada posisi horizontal tetap dan

pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut Supaya hasil pengelasan baik

maka diperlukan las kancing (tack weld) pada posisi jam 5-8-11 dan 2 Mulai

pengelasan pada jam 530 ke jam 1200 melalui jam 6 dan kemudian dilanjutkan

dengan posisi jam 530 ke jam 1200 melalui jam 3

Pengelaan turun

Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran minyak serta gas

bumi Alasan penggunaan las turun lebih menguntungkan dikarenakan lebih cepat

dan lebih ekonomis

45

22 Dasar Teori Las Asetilin

221 Pengertian Las Oksi Asetilin

Las Oksi asetilin adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan

pencampuran 2 jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas

Dalam proses las gas ini gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen

(O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel gas) Gas bahan bakar yang paling

popular dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah gas Asetilen (dari

kata ldquoacetylenerdquo dan memiliki rumus kimia C2H2) Gas ini memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan gas bahan bakar lain Kelebihan yang dimiliki gas

Asetilen antara lain menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gas

bahan bakar lainya baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen

222 Bahan Bakar Gas

a Asetilin ( C2H2 )

Asetilena (Nama sistematis etuna) adalah suatu hidrokarbon yang

tergolong kepada alkuna dengan rumus C2H2 Asetilena merupakan alkuna yang

paling sederhana karena hanya terdiri dari dua atom karbon dan dua atom

hidrogen Pada asetilena kedua karbon terikat melalui ikatan rangkap tiga dan

masing-masing atom karbon memiliki hibridisasi orbital sp untuk ikatan sigma

Hal ini menyebabkan keempat atom pada asetilena terletak pada satu garis lurus

dengan sudut C-C-H sebesar 180deg

b Propan

Propana adalah senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang berwujud gas

dalam keadaan normal tapi dapat dikompresi menjadi cairan yang mudah

dipindahkan dalam kontainer yang tidak mahal Senyawa ini diturunkan dari

produk petroleum lain pada pemrosesan minyak bumi atau gas alam Propana

umumnya digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin barbeque (pemanggang)

dan di rumah-rumah

46

223 Peralatan Las Oksi Asetilin

a Tabung Gas

Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi

bertekanan Umumnya tabung gas dibuat dari Baja tetapi sekarang ini sudah

banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium Tabung gas

tersedia dalam bentuk beragam mulai berukuran kecil hingga besar Ukuran

tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas

dan juga jenis gas yang ditampung Untuk membedakan tabung gas apakah

didalamnya berisi gas Oksigen Asetilen atau gas lainya dapat dilihat dari kode

warna yang ada pada tabung itu

Gambar 7 Tabung oksigen

(Sumber wwwperkakaskucom)

b Katup Tabung

Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup

Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung Pada tabung gas Oksigen

katup biasanya dibuat dari material Kuningan sedangkan untuk tabung gas

Asetilen katup ini terbuat dari material Baja

c Regulator

Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan dipasang pada

katub tabung dengan tujuan untuk mengurangi atau menurunkan tekann hingga

mencapai tekana kerja torch Regulator ini juga berperan untuk mempertahankan

besarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau pemotongan Bahkan jika

tekanan dalam tabung menurun tekana kerja harus dipertahankan tetap oleh

regulator Pada regulator terdapat bagian-bagian seperti saluran masuk katup

47

pengaturan tekan kerja katup pengaman alat pengukuran tekanan tabung alat

pengukuran tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas menuju selang

Gambar 9 Regulator

(Sumber wwwperkakaskucom)

d Selang gas

Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan

selang gas Untuk memenuhi persyaratan keamanan selang harus mampu

menahan tekan kerja dan tidak mudah bocor Dalam pemakaiannya selang

dibedakan berdasarkan jenis gas yang dialirkan Untuk memudahkan bagimana

membedakan selang Oksigen dan selang Asetilen mak cukup memperhatikan

kode warna pada selang Berikut ini diperlihatkan table yang berisi informasi

tentang perbedaan warna untuk membedakan jenis gas yang mengalir dalam

selang

Gambar 10 Selang gas

(Sumber wwwperkakaskucom)

48

e Torch

Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch

tercampur didalamnya dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api Dari

keterangan diatas toch memiliki dua fungsi yaitu

Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan bakar

Sebagai paembentuk nyala api di ujung nosle

Gambar 11 Torch

(Sumber wwwperkakaskucom)

224 Proses Pengelasan Oksi Asetilin

a Menentukan nyala api

Nyala api Karburasi

Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di

antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna

biru Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut

antara yang berwarna keputih-putihan yang panjangnya ditentukan oleh jumlah

kelebihan asetilen Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam

cair Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel nikel berbagai

jenis baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous

Gambar 12 Nyala api karburasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

49

Nyala api Netral

Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu

Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar

yang berwarna biru bening Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara

Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyala

kerucut

Gambar 13 Nyala api netral

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

Nyala api oksidasi

Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan

nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah

menjadi ungu Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau

dekarburisasi pada logam cair Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan

dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan

untuk pengelasan lainnya

Gambar 14 Nyala api oksidasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

b Teknik Pengelasan

Posisi pengelasan di bawah tangan

Posisi pengelasan datar ( horizontal )

Posisi pengelasan tegak ( vertical )

Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )

Pengelasan arah ke kiri ( maju )

50

Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan

ke kiri dengan membentuk sudut 60deg dan kawat las 30deg terhadap benda kerja

sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan Cara ini

banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan

posisi yang sulit saat mengelas

Pengelasan arah ke kanan ( mundur )

Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke

kiri Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya

45 mm ke atas

23 Diagram CCT dan Diagram TTT

231 Diagram CCT

Gambar Diagram CCT

(Sumber

51

Diagram transformasi semacam ini dinamakan diagram transformasi

pendinginan kontinyu atau diagram CCT (Continuous Cooling Transformation)

Bentuknya agak berbeda dibandingkan dengan diagram IT lihat gambar di atas

kurva transformasi tergeser sedikit ke kanan bawah dan pada baja karbon tidak

terdapat daerah transformasi austenitbainit Ini disebabkan karana kurva awal

transformasi austenit-bainit terhalang oleh kurva transformasi austenit-perlit

Tetapi dari gambar di atas yang menggambarkan kurva transformasi

pendinginan kontinyu (garis tebal) yang disuperimpose pada diagram IT (garis

tipis) baja karbon eutectoid tampak bahwa dengan pendinginan kontinyu lebih

mudah diperoleh martensit karena kurva transformasi ber-geser ke kanan

Misalnya pada kurva pendinginan dengan laju 250 oFs untuk kurva transformasi

pendinginan kontinyu akan merupakan laju pendinginan kritis akan menghasilkan

100 tetapi pada kurva transformasi isothermal masih akan menghasilkan sedikit

perlit sebelum menjadi martensit

Pada proses laku panas biasanya pendinginan dilakukan dengan

pendinginankontinyu sehingga biasanya diagram CCT lebih banyak digunakan

Sedangkan diagram IT digunakan untuk proses laku panas tertentu yang dilakukan

dengan pendingina isothermal

232 Diagram TTT

TTT Diagram merupakan salah satu jenis dari diagram material yang bisa

digunakan untuk memprediksi hasil akhir dari suatu transformasi TTT diagram

lebih sederhana daripada FeC diagram

Banyak ahli metalurgi berpendapat bahwa waktu dan temperatur

transformasi austenite mempunyai pengaruh yang besar terhadap produk hasil

transformasi dan properties baja Karena austenit tidak stabil di bawah temperatur

kritis bawah sangat penting untuk diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan

untuk austenit selesai bertransformasi dan bertransformasi menjadi apa pada

akhirnya austenite tersebut pada temperatur konstan dibawah temperatur kritis

bawah Proses transformasi tersebut dinamakan Transformation Temperature

Time (TTT)

52

Kalau baja diaustenitkan kemudian dicelup dingin pada temperatur di

bawah titik transformasi dan dibiarkan untuk sementara waktu austenit berada

dalam keadaan metastabil dan setelah waktu inkubasi tertentu terjadi

transformasi Dengan merubah-rubah keadaan di atas transformasi dibiarkan pada

temperatur tetap maka diagram transformasi waktu temperatur Seperti

ditunjukkan dalam Gambar 4 proses dimana struktur martensit didapat dengan

pencelupan dingin tiba-tiba setelah dibiarkan berada sebagai austenit yang

metastabil proses ini disebut austenit (ausforming)

Martensit yang dibuat dengan olah austenit dibandingkan dengan

martensit yang didapat dengan proses biasa mempunyai struktur mikro yang

halus cacat kisinya yang sangat banyak dan kekuatan yang sangat tinggi Jadi

kalau baja di temper akan didapat kekuatan keliatan dan keuletan yang tidak bisa

dicapai oleh proses pengerasan dan penemperan baja yang biasa Untuk

mendapatkan sifat-sifat yang sangat baik perlu pemilihan baja yaitu yang

mempunyai waktu permulaan transformasi yang lebih lama dari perlit dan bainit

suau daerah austenit metastabil di dalam S dan yang akan menjadi fasa martensit

karena pencelupan dingin

Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar

karbon dalam baja Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 083 yang

ditahan suhunya dititik tertentu akan menghasilkan struktur perlit dan ferit Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu tapi masih disisi sebelah atas garis horizontal

maka akan mendapatkan struktur mikro bainit (lebih keras dari perlit) Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal maka akan mendapat

struktur martensit (sangat keras dan getas) Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh

tingginya suhu pemanasan lamanya pemanasan dan semakin lama pemanasannya

akan timbul butiran yang lebih besar Semakin cepat pendinginan akan

menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil

53

Gambar Diagram TTT

(Sumber

Gambar diatas menunjukan suatu transformasi dari baja etektoida yang

mempunyai dekomposisi normal austenit sebagai berikut

Bila baja tersebut kita dinginkan cepat sampai dibawah A1 dan dibiarkan

beberapa saat (plusmn 30 detik pada 1250oF) sedemikian rupa jatuh pada daerah

dimana perlit baru sebagian terjadi kemudian dilanjutkan segera dengan quench

maka akan terjadi struktur perlit dan martensit sebagian Martensit ini adalah hasil

transformasi isotermis sebagian austenit pada suhu diatas tadi Lamanya baja

berada pada suhu dibawah A1 akan menentukan banyaknya pembentukan perlit

atau bainit dan menentukan jumlah austenit sisa yang membentuk martensit

setelah quench Dengan kata lain perkataan proses pembentukan perlitbainit pada

suhu tersebut terhenti pada saat quenching

Garis sebelah kiri menunjukkan saat setelah berapa lama dimulai

transformasi dan garis sebelah kanannya adalah akhir transformasi (100) pada

tiap-tiap suhu Dilihat dari bentuk kurva maka untuk suhu diatas 1000degF makin

rendah suhu pembentukkan phase (perlit) lebih cepat dan dibawah 1000degF sampai

dengan plusmn500degF makin rendah suhu makin lama untuk pembentukkan phase

(disisni terjadi struktur bainite)

54

Dengan demikian pembentukan martensit bisa terjadi dengan pendinginan

cepat dari setiap suhu tertentu bilamana waktu lama pada suhu-suhu tersebut

berada disebelah kiri garis kurva kanan Paling cepat terjadinya transformasi ke

phase perlitbainit adalah pada suhu sekitar 1000degF (merupakan ldquonoserdquodari

kurva)

Makin pendek lamanya baja tersebut dibiarkan pada suhu tertentu makin

besar jumlah austenit dan makin besar pula jumlah martensit yang terbentuk

setelah quenching Dari diagram cenderung tidaklah mungkin memperoleh

martensit dengan membiarkan baja tersebut pada suhu tertentu (konstan) untuk

waktu yang sangat lama

24 Macam Cacat Pada Daerah Lasan

241 Klasifikasi Retak Las

Daerah lasan yang terjadi akibat proses pelumeran atau pencairan menurut

(Wiryosumarto dan Okumura2000) dibagi tiga bagian yaitu daerah terpengaruh

panas atau HAZ (Heat Affected Zone) yaitu logam yang bersebelahan dengan

logam las Logam las yaitu bagian dari logam yang pada waktu pengelasan

mencair dan membeku dan logam induk yang tidak terpengaruhi yaitu bagian

logam dasar yang tidak terkena panas atau suhu pemanasan tidak menyebabkan

perubahan sifat danstruktur logam induk

Retak pada hasil pengelasan juga disebabkab oleh faktor-faktor perubahan

metalurgi setelah logam mengalami pemanasan Selain itu juga Retak pada hasil

pengelasan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perencanaan pemilihan bahan

dan proses pengelasan

Dua kelompok retak las adalah kelompok retak dingin dan kelompok retak

panas Retak dingin adalah retak daerah las yang terjadi pada suhu dibawah suhu

transformasi Martensit kurang lebih pada suhu 300ordmC sedangkan retak panas

adalah retak pada daerah las yang terjadi pada suhu diatas 500degC

Retak dingin dapat terjadi tidak hanya pada daerah HAZ tetapi juga pada logam

las Retak dingin pada daerah terpengaruh panas adalah retak bawah manik las

55

retak akar dan retak kaki Sedangkan retak dingin pada logam las biasanya adalah

retak memanjang dan retak melintang

Retak panas dibagi dalam dua kelas yaitu retak karena pembebasan

tegangan pada HAZ yang terjadi pada suhu antara 550degC-700degC dan retak yang

terjadi pada suhu diatas 900degC yang terjadi pada saat pembekuan logam las

Retak panas yang sering terjadi pada logam las karena pembekuan biasanya

berbentuk retak kawah dan retak memanjang Pada pengelasan baja austenit retak

panas biasanya terjadi pada daerah HAZ dan logam las Retak las karena

pembebasan tegangan pada umumnya terjadi pada kaki daerah HAZ

Jenis Retak las dan penyebabnya

1 Retak Dingin pada Daerah Pengaruh Panas (HAZ)

Retak dingin pada daerah HAZ biasanya terjadi beberapa menit sampai

dengan 48 jam sesudah pengelasan Karena itu retak ini disebut juga retak lambat

Penyebab retak ini adalah Struktur dari daerah HAZ difusi hidrogen didaerah las

dan tegangan sisa

Struktur dari daerah HAZ ditentukan oleh komposisi kimia logam induk

dan kecepatan pendinginan daerah las Retak dingin didaerah HAZ pada

pengelasan baja biasanya terjadi pada daerah martensit Karena kadar unsur

paduan yang mempertinggi sifat mampu keras baja diusahakan serendah mungkin

2 Retak Lamel

Pada konstruksi kerangka yang besar seperti bangunan laut biasanya

digunakan pelat tebal sehingga pada daerah las terjadi tegangan yang besar

Karena tegangan ini kadang terjadi retak bertumpuk yang menjalar sepanjang

butiran bukan logam yang ada didalam baja Retak semacam ini disebut retak

lamel Butiran MnS atau MnSiO dengan bentuk butiran kubus biasanya lebih peka

terhadap retak lamel dari pada butiran berbentuk bulat Karena hal tersebut maka

pada baja tahan retak kadar belerang diusahakan serendah-rendahnya

3 Retak Lintang pada Logam Las

Retak dingin disamping terjadi pada daerah HAZ juga dapat terjadi pada

logam las Retak ini terjadi dengan arah tegak lurus atau melintang terhadap garis

las Retak lintang dapat terjadi pada pengelasan busur terendam atau pada busur

56

listrik dengan elektroda terbungkus dan juga pada pengelasan yang menggunakan

logam las dengan kekuatan lebih dari 75 kgmm

Retak lintang sama halnya dengan retak dingin terjadi karena adanya

hidrogen difusi yang keluar dari fluks atau pembungkus elektroda Pada

permukaan manik las hidrogen difusi yang dikandung dapat dilepaskan dengan

mudah bila dibandingkan dengan hydrogen yang ada dibagian dalam Karena itu

biasanya retak lintang terdapat pada tengah-tengah tebal lasan tanpa menembus

permukaan

Dengan demikian cara pencegahan retak lintang adalah dengan cara

menurunkan kadar hidrogen difusi disamping pengeringan dan penyimpanan

yang baik dari bahan-bahan las agar tidak terkena uap air Pemanasan mula dan

pemanasan lanjutan juga sangat membantu didalam pelepasan dan pembebasan

hidrogen difusi

4 Retak pada Daerah Las Karena Proses Pembebasan Tegangan

Retak yang terjadi karena perlakuan-perlakuan panas sesudah pengelasan

adalah retak karena proses anil pembebasan tegangan yang biasanya dilakukan

pada suhu 500degC sampai 700degC Tempat terjadinya retak anil ini adalah pada

batas-batas butir terutama butir kasar pada daerah pengaruh panas

Bila dilihat dari bahan maka baja dengan kekuatan 80 kgmm dan baja

paduan rendah Cr-Mo-V adalah baj yang sangat peka terhadap retak karena

pembebasan tegangan Pengaruh komposisi kimia pada kepekaan retak tersebut

dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Menurut Nakamura Achiki dan Okabayashi

ΔG = (Cr) + 33 (Mn) + 81(V) ndash 2

Menurut Ito dan Nakanishi

P = (Cr) + (Cu) + 2 (Mo) + 10(V) +7(Ne) + 5(Ti)

Dari kedua rumus tersebut bila ΔG atau P mempunyai harga positif maka

terjadi keretakan Bila baja mengandung karbon kurang dari 01 atau krom lebih

dari 15 kepekaannya terhadap retak karena pembebasan tegangan menjadi

57

rendah sehingga persamaan tersebut tidak berlaku Hubungan antara P dengan

retak yang terjadi adalah semakin besar harga P semakin meningkat retak beas

tegangannya

5 Retak Panas

Retak panas biasanya terjadi pada waktu logam las mendingin setelah

pembekuan selesai Retak ini terjadi karena adanya tegangan yang timbul karena

penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun pada suhu sedikit dibawah

suhu pembekuan Dengan demikian retak ini akan terjadi pad batas butir karena

pada tempat tersebut terbentuk senyawa dengan titik cair rendah Karena itu unsur

seperti Si Ni dan P akan mempertinggi kepekaan baja terhadap retak jenis ini

Untuk menghindari retak panas adalah dengan menurunkan kadar Sid an

Ni serendah mungkin dan menghilangkan kandungan S dan P Untuk baja tahan

karat austenit cara menghindarinya adalah dengan mengusahakan agar S sampai

10 dari ferit terdapat dalam struktur austenit

242 Penembusan Kurang Baik

Selain retak cacat las yang juga sering terjadi adalah penembusan las

yang kurang dan jelek Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat yang

timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh karena

penembusan yang kurang Karena kurang penembusan inilah maka

penyambungan tidak sempurna Penyebab dari penembusan yang kurang ini

antara lain

Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi

Arus terlalu rendah

Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil

Benda kerja terlalu kotor

Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik

Busur las yang terlalu panjang

58

Gambar Penembusan las yang kurang

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

243 Pengerukan Under cut

Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan

under cut pada benda kerja Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau

konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan

konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan Sebabsebab

pengerukan las antara lain

Arus yang terlalu tinggi

Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula

Busur nyala yang terlalu panjang

Ukuran elektroda yang salah

Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat

Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur

Gambar Cacat pengerukanunder cut

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

244 Keropos

59

Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan

Keropos ini bila didiamkan lama kelamaan akan menebar yang diikuti dengan

perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena

korosi tadi Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang

ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga Penyebab keropos ini

yakni

Busur pendek

Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Kurang waktu pengisian

Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja

Kesalahan memilih jenis elektroda

Gambar Cacat keropos

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

245 Penggerutan Benda Kerja

Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila

didinginkan Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang maka

setelah dingin terjadilah pelengkungan atau melenting atau deformasi

Gambar perubahan bentuk benda kerja

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

60

Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)

maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser bahkan sampai kedua

sisi tersebut dapat berimpit

Gambar perubahan bentuk pada kampuh

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Penyebab pengerutan adalah

Pengisian pengelasan kurang

Pengkleman salah

Pemanasan yang berlebihan

Kesalahan persiapan kampuh

Pemanasan tidak merata

Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik

Salah urutan pengelasan

25 Perlengkapan Keselamatan Kerja

251 Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan

mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit

maupun mata Sinar Ias yang sangat terangkuat itu tidak boleh dilihat dangan

mata langsung sampai jarak 16 meter Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus

yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut Ukuran kaca

Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan

61

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 11: laporan pengelasan

20 ndash 30 volt pada posisi datar dan tegangan ini akan dikurangi antara 2 ndash 5 volt

pada posisi diatas kepala Kestabilan tegangan ini sangat menentukan mutu

pengelasan dan kestabilan juga dapat didengar melalui suara selama pengelasan

Besarnya arus juga mempengaruhi pengelasan dimana besarnya arus

listrik pada pengelasan tergantung dari bahan dan ukuran lasan geometri

sambungan pengelasan macam elektrode dan inti elektrode Untuk pengelasan

pada daerah las yang mempunyai daya serap kapasitas panas yang tinggi

diperlukan arus listrik yang besar dan mungkin juga diperlukan tambahan panas

Sedang untuk pengelasan baja paduan yang daerah HAZ-nya dapat mengeras

dengan mudah akibat pendinginan yang terlalu cepat maka untuk menahan

pendinginan ini diberikan masukan panas yang tinggi yaitu dengan arus

pengelasan yang besar Pengelasan logam paduan agar untuk menghindari

terbakarnya unsur-unsur paduan sebaiknya digunakan arus las yang sekecil

mungkin Juga pada pengelasan yang kemungkinan dapat terjadi retak panas

misalnya pada pengelasan baja tahan karat austenitik maka penggunaan panas

diusahakan sekecil mungkin sehingga arus pengelasan harus kecil

Kecepatan pengelasan tergantung dari bahan induk jenis elektrode inti

elektrode geometri sambungan ketelitian sambungan agar dapat mengelas lebih

cepat diperlukan arus yang lebih tinggi

Polaritas listrik mempengaruhi hasil dari busur listrik Sifat busur listrik

pada arus searah (DC) akan lebih stabil daripada arus bolak-balik (AC) Terdapat

dua jenis polaritas yaitu polaritas lurus dimana benda kerja positif dan elektrode

negatip (DCEN) Polaritas balik adalah sebaliknya Karakteristik dari polaritas

balik yaitu pemindahan logam terjadi dengan cara penyemburan maka polaritas

ini mepunyai hasil pengelasan yang lebih dalam dibanding dengan polaritas

lurus (DCEN) Dari keterangan diatas dapat disimpulkan seperti pada tabel dan

gambar dibawah ini

42

Gambar 6 Karakteristik pengelasan

(Sumber wwwmigasindonesiacom)

Tabel 1 Karakteristik pengelasan

(Sumber wwwmigasindonesiacom)

214 Teknik Pengelasan

Ada dua cara penyalaan busur las yaitu

a Cara goresan

Caranya yaitu dengan menggoreskan ujung elektroda pada permukaan

benda kerja las kemudian elektroda diangkat sampai ada jarak sebesar diameter

elektroda antara ujung elektroda dan permukaan benda kerja sehingga terbentuk

nyala busur yang stabil

43

b Cara sentuhan

Caranya yaitu ujung elektroda disentuhkan ke permukaan benda kerja

sehingga menimbulkan busur las kemudian diangkat sampai jarak sebesar

diameter elektroda

Setelah terjadi penyalaan maka selanjutnya dilakukan penarikan

Penarikan dilakukan dengan menjaga kekonstanan lebar rigi las sebesar

2xdiameter elektroda Dengan sudut elektroda terhadap sumbu mendatar adalah

70-80ordm Posisi pengelasan dalam las busur ada 4 yaitu

Dibawah Tangan

Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang paling mudah

dilakukan Oleh sebab itu untuk menyelesaikan setiap pekerjaan pengelasan

sedapat meungkin di usahakan pada posisi dibawah tangan Kemiringan elektroda

10 derajat ndash 20 derajat terhadap garis vertical kearah jalan elektroda dan 70

derajat-80 derajat terhadap benda kerja

Tegak (vertical)

Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas

atau ke bawah Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena

bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan

kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15 derajat terhadapvertikal dan 70 derajat-

85 derajat terhadap benda kerja

Datar (horizontal)

Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana

kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal

Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5 derajat ndash 10 derajat terhadap

garis vertical dan 70 derajat ndash 80 derajat kearah benda kerja

Di atas kepala

Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair banyak

berjatuhan dapat mengenai juru las oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang

serba lengkap Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas

juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5 derajat ndash 20 derajat terhadap garis

vertical dan 75 derajat-85 derajat terhadap benda kerja

44

Posisi datar (1G)

Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zigzag dan

setengah bulan Untuk jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua

sisi tetapi dapat juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja Type posisi datar

(1G) didalam pelaksanaannya sangat mudah Dapat diapplikasikan pada material

pipa dengan jalan pipa diputar

Posisi horizontal (2G)

Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal yaitu pipa pada

posisi tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa

Kesukaran pengelasan posisi horizontal adalah karena beratnya sendiri maka

cairan las akan selalu kebawah Adapun posisi sudut elektrode pengelasan pipa

2G yaitu 90ordm Panjang busur di usahakan sependek mungkin yaitu frac12 kali diameter

elektrode las Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan gerakan melingkar

dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua sisi kampuh agar tidak

terjadi cacat

Pengelasan Vertikal (3G)

Pengelasan posisi 3G dilakukan pada material plate Posisi 3G ini

dilaksanakan pada plate dan elektrode vertikal Kesulitan pengelasan ini hampir

sama dengan posisi 2G akibat gaya gravitasi cairan elektrode las akan selalu

kebawah

Posisis horizontal pipa (5G)

Pengelasan naik

Posisi pengelasan 5G pipa diletakkan pada posisi horizontal tetap dan

pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut Supaya hasil pengelasan baik

maka diperlukan las kancing (tack weld) pada posisi jam 5-8-11 dan 2 Mulai

pengelasan pada jam 530 ke jam 1200 melalui jam 6 dan kemudian dilanjutkan

dengan posisi jam 530 ke jam 1200 melalui jam 3

Pengelaan turun

Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran minyak serta gas

bumi Alasan penggunaan las turun lebih menguntungkan dikarenakan lebih cepat

dan lebih ekonomis

45

22 Dasar Teori Las Asetilin

221 Pengertian Las Oksi Asetilin

Las Oksi asetilin adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan

pencampuran 2 jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas

Dalam proses las gas ini gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen

(O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel gas) Gas bahan bakar yang paling

popular dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah gas Asetilen (dari

kata ldquoacetylenerdquo dan memiliki rumus kimia C2H2) Gas ini memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan gas bahan bakar lain Kelebihan yang dimiliki gas

Asetilen antara lain menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gas

bahan bakar lainya baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen

222 Bahan Bakar Gas

a Asetilin ( C2H2 )

Asetilena (Nama sistematis etuna) adalah suatu hidrokarbon yang

tergolong kepada alkuna dengan rumus C2H2 Asetilena merupakan alkuna yang

paling sederhana karena hanya terdiri dari dua atom karbon dan dua atom

hidrogen Pada asetilena kedua karbon terikat melalui ikatan rangkap tiga dan

masing-masing atom karbon memiliki hibridisasi orbital sp untuk ikatan sigma

Hal ini menyebabkan keempat atom pada asetilena terletak pada satu garis lurus

dengan sudut C-C-H sebesar 180deg

b Propan

Propana adalah senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang berwujud gas

dalam keadaan normal tapi dapat dikompresi menjadi cairan yang mudah

dipindahkan dalam kontainer yang tidak mahal Senyawa ini diturunkan dari

produk petroleum lain pada pemrosesan minyak bumi atau gas alam Propana

umumnya digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin barbeque (pemanggang)

dan di rumah-rumah

46

223 Peralatan Las Oksi Asetilin

a Tabung Gas

Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi

bertekanan Umumnya tabung gas dibuat dari Baja tetapi sekarang ini sudah

banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium Tabung gas

tersedia dalam bentuk beragam mulai berukuran kecil hingga besar Ukuran

tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas

dan juga jenis gas yang ditampung Untuk membedakan tabung gas apakah

didalamnya berisi gas Oksigen Asetilen atau gas lainya dapat dilihat dari kode

warna yang ada pada tabung itu

Gambar 7 Tabung oksigen

(Sumber wwwperkakaskucom)

b Katup Tabung

Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup

Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung Pada tabung gas Oksigen

katup biasanya dibuat dari material Kuningan sedangkan untuk tabung gas

Asetilen katup ini terbuat dari material Baja

c Regulator

Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan dipasang pada

katub tabung dengan tujuan untuk mengurangi atau menurunkan tekann hingga

mencapai tekana kerja torch Regulator ini juga berperan untuk mempertahankan

besarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau pemotongan Bahkan jika

tekanan dalam tabung menurun tekana kerja harus dipertahankan tetap oleh

regulator Pada regulator terdapat bagian-bagian seperti saluran masuk katup

47

pengaturan tekan kerja katup pengaman alat pengukuran tekanan tabung alat

pengukuran tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas menuju selang

Gambar 9 Regulator

(Sumber wwwperkakaskucom)

d Selang gas

Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan

selang gas Untuk memenuhi persyaratan keamanan selang harus mampu

menahan tekan kerja dan tidak mudah bocor Dalam pemakaiannya selang

dibedakan berdasarkan jenis gas yang dialirkan Untuk memudahkan bagimana

membedakan selang Oksigen dan selang Asetilen mak cukup memperhatikan

kode warna pada selang Berikut ini diperlihatkan table yang berisi informasi

tentang perbedaan warna untuk membedakan jenis gas yang mengalir dalam

selang

Gambar 10 Selang gas

(Sumber wwwperkakaskucom)

48

e Torch

Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch

tercampur didalamnya dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api Dari

keterangan diatas toch memiliki dua fungsi yaitu

Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan bakar

Sebagai paembentuk nyala api di ujung nosle

Gambar 11 Torch

(Sumber wwwperkakaskucom)

224 Proses Pengelasan Oksi Asetilin

a Menentukan nyala api

Nyala api Karburasi

Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di

antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna

biru Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut

antara yang berwarna keputih-putihan yang panjangnya ditentukan oleh jumlah

kelebihan asetilen Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam

cair Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel nikel berbagai

jenis baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous

Gambar 12 Nyala api karburasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

49

Nyala api Netral

Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu

Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar

yang berwarna biru bening Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara

Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyala

kerucut

Gambar 13 Nyala api netral

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

Nyala api oksidasi

Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan

nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah

menjadi ungu Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau

dekarburisasi pada logam cair Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan

dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan

untuk pengelasan lainnya

Gambar 14 Nyala api oksidasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

b Teknik Pengelasan

Posisi pengelasan di bawah tangan

Posisi pengelasan datar ( horizontal )

Posisi pengelasan tegak ( vertical )

Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )

Pengelasan arah ke kiri ( maju )

50

Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan

ke kiri dengan membentuk sudut 60deg dan kawat las 30deg terhadap benda kerja

sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan Cara ini

banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan

posisi yang sulit saat mengelas

Pengelasan arah ke kanan ( mundur )

Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke

kiri Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya

45 mm ke atas

23 Diagram CCT dan Diagram TTT

231 Diagram CCT

Gambar Diagram CCT

(Sumber

51

Diagram transformasi semacam ini dinamakan diagram transformasi

pendinginan kontinyu atau diagram CCT (Continuous Cooling Transformation)

Bentuknya agak berbeda dibandingkan dengan diagram IT lihat gambar di atas

kurva transformasi tergeser sedikit ke kanan bawah dan pada baja karbon tidak

terdapat daerah transformasi austenitbainit Ini disebabkan karana kurva awal

transformasi austenit-bainit terhalang oleh kurva transformasi austenit-perlit

Tetapi dari gambar di atas yang menggambarkan kurva transformasi

pendinginan kontinyu (garis tebal) yang disuperimpose pada diagram IT (garis

tipis) baja karbon eutectoid tampak bahwa dengan pendinginan kontinyu lebih

mudah diperoleh martensit karena kurva transformasi ber-geser ke kanan

Misalnya pada kurva pendinginan dengan laju 250 oFs untuk kurva transformasi

pendinginan kontinyu akan merupakan laju pendinginan kritis akan menghasilkan

100 tetapi pada kurva transformasi isothermal masih akan menghasilkan sedikit

perlit sebelum menjadi martensit

Pada proses laku panas biasanya pendinginan dilakukan dengan

pendinginankontinyu sehingga biasanya diagram CCT lebih banyak digunakan

Sedangkan diagram IT digunakan untuk proses laku panas tertentu yang dilakukan

dengan pendingina isothermal

232 Diagram TTT

TTT Diagram merupakan salah satu jenis dari diagram material yang bisa

digunakan untuk memprediksi hasil akhir dari suatu transformasi TTT diagram

lebih sederhana daripada FeC diagram

Banyak ahli metalurgi berpendapat bahwa waktu dan temperatur

transformasi austenite mempunyai pengaruh yang besar terhadap produk hasil

transformasi dan properties baja Karena austenit tidak stabil di bawah temperatur

kritis bawah sangat penting untuk diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan

untuk austenit selesai bertransformasi dan bertransformasi menjadi apa pada

akhirnya austenite tersebut pada temperatur konstan dibawah temperatur kritis

bawah Proses transformasi tersebut dinamakan Transformation Temperature

Time (TTT)

52

Kalau baja diaustenitkan kemudian dicelup dingin pada temperatur di

bawah titik transformasi dan dibiarkan untuk sementara waktu austenit berada

dalam keadaan metastabil dan setelah waktu inkubasi tertentu terjadi

transformasi Dengan merubah-rubah keadaan di atas transformasi dibiarkan pada

temperatur tetap maka diagram transformasi waktu temperatur Seperti

ditunjukkan dalam Gambar 4 proses dimana struktur martensit didapat dengan

pencelupan dingin tiba-tiba setelah dibiarkan berada sebagai austenit yang

metastabil proses ini disebut austenit (ausforming)

Martensit yang dibuat dengan olah austenit dibandingkan dengan

martensit yang didapat dengan proses biasa mempunyai struktur mikro yang

halus cacat kisinya yang sangat banyak dan kekuatan yang sangat tinggi Jadi

kalau baja di temper akan didapat kekuatan keliatan dan keuletan yang tidak bisa

dicapai oleh proses pengerasan dan penemperan baja yang biasa Untuk

mendapatkan sifat-sifat yang sangat baik perlu pemilihan baja yaitu yang

mempunyai waktu permulaan transformasi yang lebih lama dari perlit dan bainit

suau daerah austenit metastabil di dalam S dan yang akan menjadi fasa martensit

karena pencelupan dingin

Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar

karbon dalam baja Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 083 yang

ditahan suhunya dititik tertentu akan menghasilkan struktur perlit dan ferit Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu tapi masih disisi sebelah atas garis horizontal

maka akan mendapatkan struktur mikro bainit (lebih keras dari perlit) Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal maka akan mendapat

struktur martensit (sangat keras dan getas) Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh

tingginya suhu pemanasan lamanya pemanasan dan semakin lama pemanasannya

akan timbul butiran yang lebih besar Semakin cepat pendinginan akan

menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil

53

Gambar Diagram TTT

(Sumber

Gambar diatas menunjukan suatu transformasi dari baja etektoida yang

mempunyai dekomposisi normal austenit sebagai berikut

Bila baja tersebut kita dinginkan cepat sampai dibawah A1 dan dibiarkan

beberapa saat (plusmn 30 detik pada 1250oF) sedemikian rupa jatuh pada daerah

dimana perlit baru sebagian terjadi kemudian dilanjutkan segera dengan quench

maka akan terjadi struktur perlit dan martensit sebagian Martensit ini adalah hasil

transformasi isotermis sebagian austenit pada suhu diatas tadi Lamanya baja

berada pada suhu dibawah A1 akan menentukan banyaknya pembentukan perlit

atau bainit dan menentukan jumlah austenit sisa yang membentuk martensit

setelah quench Dengan kata lain perkataan proses pembentukan perlitbainit pada

suhu tersebut terhenti pada saat quenching

Garis sebelah kiri menunjukkan saat setelah berapa lama dimulai

transformasi dan garis sebelah kanannya adalah akhir transformasi (100) pada

tiap-tiap suhu Dilihat dari bentuk kurva maka untuk suhu diatas 1000degF makin

rendah suhu pembentukkan phase (perlit) lebih cepat dan dibawah 1000degF sampai

dengan plusmn500degF makin rendah suhu makin lama untuk pembentukkan phase

(disisni terjadi struktur bainite)

54

Dengan demikian pembentukan martensit bisa terjadi dengan pendinginan

cepat dari setiap suhu tertentu bilamana waktu lama pada suhu-suhu tersebut

berada disebelah kiri garis kurva kanan Paling cepat terjadinya transformasi ke

phase perlitbainit adalah pada suhu sekitar 1000degF (merupakan ldquonoserdquodari

kurva)

Makin pendek lamanya baja tersebut dibiarkan pada suhu tertentu makin

besar jumlah austenit dan makin besar pula jumlah martensit yang terbentuk

setelah quenching Dari diagram cenderung tidaklah mungkin memperoleh

martensit dengan membiarkan baja tersebut pada suhu tertentu (konstan) untuk

waktu yang sangat lama

24 Macam Cacat Pada Daerah Lasan

241 Klasifikasi Retak Las

Daerah lasan yang terjadi akibat proses pelumeran atau pencairan menurut

(Wiryosumarto dan Okumura2000) dibagi tiga bagian yaitu daerah terpengaruh

panas atau HAZ (Heat Affected Zone) yaitu logam yang bersebelahan dengan

logam las Logam las yaitu bagian dari logam yang pada waktu pengelasan

mencair dan membeku dan logam induk yang tidak terpengaruhi yaitu bagian

logam dasar yang tidak terkena panas atau suhu pemanasan tidak menyebabkan

perubahan sifat danstruktur logam induk

Retak pada hasil pengelasan juga disebabkab oleh faktor-faktor perubahan

metalurgi setelah logam mengalami pemanasan Selain itu juga Retak pada hasil

pengelasan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perencanaan pemilihan bahan

dan proses pengelasan

Dua kelompok retak las adalah kelompok retak dingin dan kelompok retak

panas Retak dingin adalah retak daerah las yang terjadi pada suhu dibawah suhu

transformasi Martensit kurang lebih pada suhu 300ordmC sedangkan retak panas

adalah retak pada daerah las yang terjadi pada suhu diatas 500degC

Retak dingin dapat terjadi tidak hanya pada daerah HAZ tetapi juga pada logam

las Retak dingin pada daerah terpengaruh panas adalah retak bawah manik las

55

retak akar dan retak kaki Sedangkan retak dingin pada logam las biasanya adalah

retak memanjang dan retak melintang

Retak panas dibagi dalam dua kelas yaitu retak karena pembebasan

tegangan pada HAZ yang terjadi pada suhu antara 550degC-700degC dan retak yang

terjadi pada suhu diatas 900degC yang terjadi pada saat pembekuan logam las

Retak panas yang sering terjadi pada logam las karena pembekuan biasanya

berbentuk retak kawah dan retak memanjang Pada pengelasan baja austenit retak

panas biasanya terjadi pada daerah HAZ dan logam las Retak las karena

pembebasan tegangan pada umumnya terjadi pada kaki daerah HAZ

Jenis Retak las dan penyebabnya

1 Retak Dingin pada Daerah Pengaruh Panas (HAZ)

Retak dingin pada daerah HAZ biasanya terjadi beberapa menit sampai

dengan 48 jam sesudah pengelasan Karena itu retak ini disebut juga retak lambat

Penyebab retak ini adalah Struktur dari daerah HAZ difusi hidrogen didaerah las

dan tegangan sisa

Struktur dari daerah HAZ ditentukan oleh komposisi kimia logam induk

dan kecepatan pendinginan daerah las Retak dingin didaerah HAZ pada

pengelasan baja biasanya terjadi pada daerah martensit Karena kadar unsur

paduan yang mempertinggi sifat mampu keras baja diusahakan serendah mungkin

2 Retak Lamel

Pada konstruksi kerangka yang besar seperti bangunan laut biasanya

digunakan pelat tebal sehingga pada daerah las terjadi tegangan yang besar

Karena tegangan ini kadang terjadi retak bertumpuk yang menjalar sepanjang

butiran bukan logam yang ada didalam baja Retak semacam ini disebut retak

lamel Butiran MnS atau MnSiO dengan bentuk butiran kubus biasanya lebih peka

terhadap retak lamel dari pada butiran berbentuk bulat Karena hal tersebut maka

pada baja tahan retak kadar belerang diusahakan serendah-rendahnya

3 Retak Lintang pada Logam Las

Retak dingin disamping terjadi pada daerah HAZ juga dapat terjadi pada

logam las Retak ini terjadi dengan arah tegak lurus atau melintang terhadap garis

las Retak lintang dapat terjadi pada pengelasan busur terendam atau pada busur

56

listrik dengan elektroda terbungkus dan juga pada pengelasan yang menggunakan

logam las dengan kekuatan lebih dari 75 kgmm

Retak lintang sama halnya dengan retak dingin terjadi karena adanya

hidrogen difusi yang keluar dari fluks atau pembungkus elektroda Pada

permukaan manik las hidrogen difusi yang dikandung dapat dilepaskan dengan

mudah bila dibandingkan dengan hydrogen yang ada dibagian dalam Karena itu

biasanya retak lintang terdapat pada tengah-tengah tebal lasan tanpa menembus

permukaan

Dengan demikian cara pencegahan retak lintang adalah dengan cara

menurunkan kadar hidrogen difusi disamping pengeringan dan penyimpanan

yang baik dari bahan-bahan las agar tidak terkena uap air Pemanasan mula dan

pemanasan lanjutan juga sangat membantu didalam pelepasan dan pembebasan

hidrogen difusi

4 Retak pada Daerah Las Karena Proses Pembebasan Tegangan

Retak yang terjadi karena perlakuan-perlakuan panas sesudah pengelasan

adalah retak karena proses anil pembebasan tegangan yang biasanya dilakukan

pada suhu 500degC sampai 700degC Tempat terjadinya retak anil ini adalah pada

batas-batas butir terutama butir kasar pada daerah pengaruh panas

Bila dilihat dari bahan maka baja dengan kekuatan 80 kgmm dan baja

paduan rendah Cr-Mo-V adalah baj yang sangat peka terhadap retak karena

pembebasan tegangan Pengaruh komposisi kimia pada kepekaan retak tersebut

dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Menurut Nakamura Achiki dan Okabayashi

ΔG = (Cr) + 33 (Mn) + 81(V) ndash 2

Menurut Ito dan Nakanishi

P = (Cr) + (Cu) + 2 (Mo) + 10(V) +7(Ne) + 5(Ti)

Dari kedua rumus tersebut bila ΔG atau P mempunyai harga positif maka

terjadi keretakan Bila baja mengandung karbon kurang dari 01 atau krom lebih

dari 15 kepekaannya terhadap retak karena pembebasan tegangan menjadi

57

rendah sehingga persamaan tersebut tidak berlaku Hubungan antara P dengan

retak yang terjadi adalah semakin besar harga P semakin meningkat retak beas

tegangannya

5 Retak Panas

Retak panas biasanya terjadi pada waktu logam las mendingin setelah

pembekuan selesai Retak ini terjadi karena adanya tegangan yang timbul karena

penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun pada suhu sedikit dibawah

suhu pembekuan Dengan demikian retak ini akan terjadi pad batas butir karena

pada tempat tersebut terbentuk senyawa dengan titik cair rendah Karena itu unsur

seperti Si Ni dan P akan mempertinggi kepekaan baja terhadap retak jenis ini

Untuk menghindari retak panas adalah dengan menurunkan kadar Sid an

Ni serendah mungkin dan menghilangkan kandungan S dan P Untuk baja tahan

karat austenit cara menghindarinya adalah dengan mengusahakan agar S sampai

10 dari ferit terdapat dalam struktur austenit

242 Penembusan Kurang Baik

Selain retak cacat las yang juga sering terjadi adalah penembusan las

yang kurang dan jelek Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat yang

timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh karena

penembusan yang kurang Karena kurang penembusan inilah maka

penyambungan tidak sempurna Penyebab dari penembusan yang kurang ini

antara lain

Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi

Arus terlalu rendah

Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil

Benda kerja terlalu kotor

Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik

Busur las yang terlalu panjang

58

Gambar Penembusan las yang kurang

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

243 Pengerukan Under cut

Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan

under cut pada benda kerja Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau

konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan

konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan Sebabsebab

pengerukan las antara lain

Arus yang terlalu tinggi

Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula

Busur nyala yang terlalu panjang

Ukuran elektroda yang salah

Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat

Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur

Gambar Cacat pengerukanunder cut

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

244 Keropos

59

Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan

Keropos ini bila didiamkan lama kelamaan akan menebar yang diikuti dengan

perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena

korosi tadi Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang

ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga Penyebab keropos ini

yakni

Busur pendek

Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Kurang waktu pengisian

Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja

Kesalahan memilih jenis elektroda

Gambar Cacat keropos

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

245 Penggerutan Benda Kerja

Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila

didinginkan Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang maka

setelah dingin terjadilah pelengkungan atau melenting atau deformasi

Gambar perubahan bentuk benda kerja

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

60

Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)

maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser bahkan sampai kedua

sisi tersebut dapat berimpit

Gambar perubahan bentuk pada kampuh

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Penyebab pengerutan adalah

Pengisian pengelasan kurang

Pengkleman salah

Pemanasan yang berlebihan

Kesalahan persiapan kampuh

Pemanasan tidak merata

Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik

Salah urutan pengelasan

25 Perlengkapan Keselamatan Kerja

251 Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan

mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit

maupun mata Sinar Ias yang sangat terangkuat itu tidak boleh dilihat dangan

mata langsung sampai jarak 16 meter Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus

yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut Ukuran kaca

Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan

61

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 12: laporan pengelasan

Gambar 6 Karakteristik pengelasan

(Sumber wwwmigasindonesiacom)

Tabel 1 Karakteristik pengelasan

(Sumber wwwmigasindonesiacom)

214 Teknik Pengelasan

Ada dua cara penyalaan busur las yaitu

a Cara goresan

Caranya yaitu dengan menggoreskan ujung elektroda pada permukaan

benda kerja las kemudian elektroda diangkat sampai ada jarak sebesar diameter

elektroda antara ujung elektroda dan permukaan benda kerja sehingga terbentuk

nyala busur yang stabil

43

b Cara sentuhan

Caranya yaitu ujung elektroda disentuhkan ke permukaan benda kerja

sehingga menimbulkan busur las kemudian diangkat sampai jarak sebesar

diameter elektroda

Setelah terjadi penyalaan maka selanjutnya dilakukan penarikan

Penarikan dilakukan dengan menjaga kekonstanan lebar rigi las sebesar

2xdiameter elektroda Dengan sudut elektroda terhadap sumbu mendatar adalah

70-80ordm Posisi pengelasan dalam las busur ada 4 yaitu

Dibawah Tangan

Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang paling mudah

dilakukan Oleh sebab itu untuk menyelesaikan setiap pekerjaan pengelasan

sedapat meungkin di usahakan pada posisi dibawah tangan Kemiringan elektroda

10 derajat ndash 20 derajat terhadap garis vertical kearah jalan elektroda dan 70

derajat-80 derajat terhadap benda kerja

Tegak (vertical)

Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas

atau ke bawah Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena

bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan

kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15 derajat terhadapvertikal dan 70 derajat-

85 derajat terhadap benda kerja

Datar (horizontal)

Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana

kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal

Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5 derajat ndash 10 derajat terhadap

garis vertical dan 70 derajat ndash 80 derajat kearah benda kerja

Di atas kepala

Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair banyak

berjatuhan dapat mengenai juru las oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang

serba lengkap Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas

juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5 derajat ndash 20 derajat terhadap garis

vertical dan 75 derajat-85 derajat terhadap benda kerja

44

Posisi datar (1G)

Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zigzag dan

setengah bulan Untuk jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua

sisi tetapi dapat juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja Type posisi datar

(1G) didalam pelaksanaannya sangat mudah Dapat diapplikasikan pada material

pipa dengan jalan pipa diputar

Posisi horizontal (2G)

Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal yaitu pipa pada

posisi tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa

Kesukaran pengelasan posisi horizontal adalah karena beratnya sendiri maka

cairan las akan selalu kebawah Adapun posisi sudut elektrode pengelasan pipa

2G yaitu 90ordm Panjang busur di usahakan sependek mungkin yaitu frac12 kali diameter

elektrode las Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan gerakan melingkar

dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua sisi kampuh agar tidak

terjadi cacat

Pengelasan Vertikal (3G)

Pengelasan posisi 3G dilakukan pada material plate Posisi 3G ini

dilaksanakan pada plate dan elektrode vertikal Kesulitan pengelasan ini hampir

sama dengan posisi 2G akibat gaya gravitasi cairan elektrode las akan selalu

kebawah

Posisis horizontal pipa (5G)

Pengelasan naik

Posisi pengelasan 5G pipa diletakkan pada posisi horizontal tetap dan

pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut Supaya hasil pengelasan baik

maka diperlukan las kancing (tack weld) pada posisi jam 5-8-11 dan 2 Mulai

pengelasan pada jam 530 ke jam 1200 melalui jam 6 dan kemudian dilanjutkan

dengan posisi jam 530 ke jam 1200 melalui jam 3

Pengelaan turun

Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran minyak serta gas

bumi Alasan penggunaan las turun lebih menguntungkan dikarenakan lebih cepat

dan lebih ekonomis

45

22 Dasar Teori Las Asetilin

221 Pengertian Las Oksi Asetilin

Las Oksi asetilin adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan

pencampuran 2 jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas

Dalam proses las gas ini gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen

(O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel gas) Gas bahan bakar yang paling

popular dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah gas Asetilen (dari

kata ldquoacetylenerdquo dan memiliki rumus kimia C2H2) Gas ini memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan gas bahan bakar lain Kelebihan yang dimiliki gas

Asetilen antara lain menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gas

bahan bakar lainya baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen

222 Bahan Bakar Gas

a Asetilin ( C2H2 )

Asetilena (Nama sistematis etuna) adalah suatu hidrokarbon yang

tergolong kepada alkuna dengan rumus C2H2 Asetilena merupakan alkuna yang

paling sederhana karena hanya terdiri dari dua atom karbon dan dua atom

hidrogen Pada asetilena kedua karbon terikat melalui ikatan rangkap tiga dan

masing-masing atom karbon memiliki hibridisasi orbital sp untuk ikatan sigma

Hal ini menyebabkan keempat atom pada asetilena terletak pada satu garis lurus

dengan sudut C-C-H sebesar 180deg

b Propan

Propana adalah senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang berwujud gas

dalam keadaan normal tapi dapat dikompresi menjadi cairan yang mudah

dipindahkan dalam kontainer yang tidak mahal Senyawa ini diturunkan dari

produk petroleum lain pada pemrosesan minyak bumi atau gas alam Propana

umumnya digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin barbeque (pemanggang)

dan di rumah-rumah

46

223 Peralatan Las Oksi Asetilin

a Tabung Gas

Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi

bertekanan Umumnya tabung gas dibuat dari Baja tetapi sekarang ini sudah

banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium Tabung gas

tersedia dalam bentuk beragam mulai berukuran kecil hingga besar Ukuran

tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas

dan juga jenis gas yang ditampung Untuk membedakan tabung gas apakah

didalamnya berisi gas Oksigen Asetilen atau gas lainya dapat dilihat dari kode

warna yang ada pada tabung itu

Gambar 7 Tabung oksigen

(Sumber wwwperkakaskucom)

b Katup Tabung

Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup

Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung Pada tabung gas Oksigen

katup biasanya dibuat dari material Kuningan sedangkan untuk tabung gas

Asetilen katup ini terbuat dari material Baja

c Regulator

Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan dipasang pada

katub tabung dengan tujuan untuk mengurangi atau menurunkan tekann hingga

mencapai tekana kerja torch Regulator ini juga berperan untuk mempertahankan

besarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau pemotongan Bahkan jika

tekanan dalam tabung menurun tekana kerja harus dipertahankan tetap oleh

regulator Pada regulator terdapat bagian-bagian seperti saluran masuk katup

47

pengaturan tekan kerja katup pengaman alat pengukuran tekanan tabung alat

pengukuran tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas menuju selang

Gambar 9 Regulator

(Sumber wwwperkakaskucom)

d Selang gas

Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan

selang gas Untuk memenuhi persyaratan keamanan selang harus mampu

menahan tekan kerja dan tidak mudah bocor Dalam pemakaiannya selang

dibedakan berdasarkan jenis gas yang dialirkan Untuk memudahkan bagimana

membedakan selang Oksigen dan selang Asetilen mak cukup memperhatikan

kode warna pada selang Berikut ini diperlihatkan table yang berisi informasi

tentang perbedaan warna untuk membedakan jenis gas yang mengalir dalam

selang

Gambar 10 Selang gas

(Sumber wwwperkakaskucom)

48

e Torch

Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch

tercampur didalamnya dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api Dari

keterangan diatas toch memiliki dua fungsi yaitu

Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan bakar

Sebagai paembentuk nyala api di ujung nosle

Gambar 11 Torch

(Sumber wwwperkakaskucom)

224 Proses Pengelasan Oksi Asetilin

a Menentukan nyala api

Nyala api Karburasi

Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di

antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna

biru Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut

antara yang berwarna keputih-putihan yang panjangnya ditentukan oleh jumlah

kelebihan asetilen Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam

cair Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel nikel berbagai

jenis baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous

Gambar 12 Nyala api karburasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

49

Nyala api Netral

Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu

Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar

yang berwarna biru bening Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara

Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyala

kerucut

Gambar 13 Nyala api netral

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

Nyala api oksidasi

Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan

nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah

menjadi ungu Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau

dekarburisasi pada logam cair Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan

dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan

untuk pengelasan lainnya

Gambar 14 Nyala api oksidasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

b Teknik Pengelasan

Posisi pengelasan di bawah tangan

Posisi pengelasan datar ( horizontal )

Posisi pengelasan tegak ( vertical )

Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )

Pengelasan arah ke kiri ( maju )

50

Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan

ke kiri dengan membentuk sudut 60deg dan kawat las 30deg terhadap benda kerja

sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan Cara ini

banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan

posisi yang sulit saat mengelas

Pengelasan arah ke kanan ( mundur )

Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke

kiri Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya

45 mm ke atas

23 Diagram CCT dan Diagram TTT

231 Diagram CCT

Gambar Diagram CCT

(Sumber

51

Diagram transformasi semacam ini dinamakan diagram transformasi

pendinginan kontinyu atau diagram CCT (Continuous Cooling Transformation)

Bentuknya agak berbeda dibandingkan dengan diagram IT lihat gambar di atas

kurva transformasi tergeser sedikit ke kanan bawah dan pada baja karbon tidak

terdapat daerah transformasi austenitbainit Ini disebabkan karana kurva awal

transformasi austenit-bainit terhalang oleh kurva transformasi austenit-perlit

Tetapi dari gambar di atas yang menggambarkan kurva transformasi

pendinginan kontinyu (garis tebal) yang disuperimpose pada diagram IT (garis

tipis) baja karbon eutectoid tampak bahwa dengan pendinginan kontinyu lebih

mudah diperoleh martensit karena kurva transformasi ber-geser ke kanan

Misalnya pada kurva pendinginan dengan laju 250 oFs untuk kurva transformasi

pendinginan kontinyu akan merupakan laju pendinginan kritis akan menghasilkan

100 tetapi pada kurva transformasi isothermal masih akan menghasilkan sedikit

perlit sebelum menjadi martensit

Pada proses laku panas biasanya pendinginan dilakukan dengan

pendinginankontinyu sehingga biasanya diagram CCT lebih banyak digunakan

Sedangkan diagram IT digunakan untuk proses laku panas tertentu yang dilakukan

dengan pendingina isothermal

232 Diagram TTT

TTT Diagram merupakan salah satu jenis dari diagram material yang bisa

digunakan untuk memprediksi hasil akhir dari suatu transformasi TTT diagram

lebih sederhana daripada FeC diagram

Banyak ahli metalurgi berpendapat bahwa waktu dan temperatur

transformasi austenite mempunyai pengaruh yang besar terhadap produk hasil

transformasi dan properties baja Karena austenit tidak stabil di bawah temperatur

kritis bawah sangat penting untuk diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan

untuk austenit selesai bertransformasi dan bertransformasi menjadi apa pada

akhirnya austenite tersebut pada temperatur konstan dibawah temperatur kritis

bawah Proses transformasi tersebut dinamakan Transformation Temperature

Time (TTT)

52

Kalau baja diaustenitkan kemudian dicelup dingin pada temperatur di

bawah titik transformasi dan dibiarkan untuk sementara waktu austenit berada

dalam keadaan metastabil dan setelah waktu inkubasi tertentu terjadi

transformasi Dengan merubah-rubah keadaan di atas transformasi dibiarkan pada

temperatur tetap maka diagram transformasi waktu temperatur Seperti

ditunjukkan dalam Gambar 4 proses dimana struktur martensit didapat dengan

pencelupan dingin tiba-tiba setelah dibiarkan berada sebagai austenit yang

metastabil proses ini disebut austenit (ausforming)

Martensit yang dibuat dengan olah austenit dibandingkan dengan

martensit yang didapat dengan proses biasa mempunyai struktur mikro yang

halus cacat kisinya yang sangat banyak dan kekuatan yang sangat tinggi Jadi

kalau baja di temper akan didapat kekuatan keliatan dan keuletan yang tidak bisa

dicapai oleh proses pengerasan dan penemperan baja yang biasa Untuk

mendapatkan sifat-sifat yang sangat baik perlu pemilihan baja yaitu yang

mempunyai waktu permulaan transformasi yang lebih lama dari perlit dan bainit

suau daerah austenit metastabil di dalam S dan yang akan menjadi fasa martensit

karena pencelupan dingin

Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar

karbon dalam baja Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 083 yang

ditahan suhunya dititik tertentu akan menghasilkan struktur perlit dan ferit Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu tapi masih disisi sebelah atas garis horizontal

maka akan mendapatkan struktur mikro bainit (lebih keras dari perlit) Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal maka akan mendapat

struktur martensit (sangat keras dan getas) Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh

tingginya suhu pemanasan lamanya pemanasan dan semakin lama pemanasannya

akan timbul butiran yang lebih besar Semakin cepat pendinginan akan

menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil

53

Gambar Diagram TTT

(Sumber

Gambar diatas menunjukan suatu transformasi dari baja etektoida yang

mempunyai dekomposisi normal austenit sebagai berikut

Bila baja tersebut kita dinginkan cepat sampai dibawah A1 dan dibiarkan

beberapa saat (plusmn 30 detik pada 1250oF) sedemikian rupa jatuh pada daerah

dimana perlit baru sebagian terjadi kemudian dilanjutkan segera dengan quench

maka akan terjadi struktur perlit dan martensit sebagian Martensit ini adalah hasil

transformasi isotermis sebagian austenit pada suhu diatas tadi Lamanya baja

berada pada suhu dibawah A1 akan menentukan banyaknya pembentukan perlit

atau bainit dan menentukan jumlah austenit sisa yang membentuk martensit

setelah quench Dengan kata lain perkataan proses pembentukan perlitbainit pada

suhu tersebut terhenti pada saat quenching

Garis sebelah kiri menunjukkan saat setelah berapa lama dimulai

transformasi dan garis sebelah kanannya adalah akhir transformasi (100) pada

tiap-tiap suhu Dilihat dari bentuk kurva maka untuk suhu diatas 1000degF makin

rendah suhu pembentukkan phase (perlit) lebih cepat dan dibawah 1000degF sampai

dengan plusmn500degF makin rendah suhu makin lama untuk pembentukkan phase

(disisni terjadi struktur bainite)

54

Dengan demikian pembentukan martensit bisa terjadi dengan pendinginan

cepat dari setiap suhu tertentu bilamana waktu lama pada suhu-suhu tersebut

berada disebelah kiri garis kurva kanan Paling cepat terjadinya transformasi ke

phase perlitbainit adalah pada suhu sekitar 1000degF (merupakan ldquonoserdquodari

kurva)

Makin pendek lamanya baja tersebut dibiarkan pada suhu tertentu makin

besar jumlah austenit dan makin besar pula jumlah martensit yang terbentuk

setelah quenching Dari diagram cenderung tidaklah mungkin memperoleh

martensit dengan membiarkan baja tersebut pada suhu tertentu (konstan) untuk

waktu yang sangat lama

24 Macam Cacat Pada Daerah Lasan

241 Klasifikasi Retak Las

Daerah lasan yang terjadi akibat proses pelumeran atau pencairan menurut

(Wiryosumarto dan Okumura2000) dibagi tiga bagian yaitu daerah terpengaruh

panas atau HAZ (Heat Affected Zone) yaitu logam yang bersebelahan dengan

logam las Logam las yaitu bagian dari logam yang pada waktu pengelasan

mencair dan membeku dan logam induk yang tidak terpengaruhi yaitu bagian

logam dasar yang tidak terkena panas atau suhu pemanasan tidak menyebabkan

perubahan sifat danstruktur logam induk

Retak pada hasil pengelasan juga disebabkab oleh faktor-faktor perubahan

metalurgi setelah logam mengalami pemanasan Selain itu juga Retak pada hasil

pengelasan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perencanaan pemilihan bahan

dan proses pengelasan

Dua kelompok retak las adalah kelompok retak dingin dan kelompok retak

panas Retak dingin adalah retak daerah las yang terjadi pada suhu dibawah suhu

transformasi Martensit kurang lebih pada suhu 300ordmC sedangkan retak panas

adalah retak pada daerah las yang terjadi pada suhu diatas 500degC

Retak dingin dapat terjadi tidak hanya pada daerah HAZ tetapi juga pada logam

las Retak dingin pada daerah terpengaruh panas adalah retak bawah manik las

55

retak akar dan retak kaki Sedangkan retak dingin pada logam las biasanya adalah

retak memanjang dan retak melintang

Retak panas dibagi dalam dua kelas yaitu retak karena pembebasan

tegangan pada HAZ yang terjadi pada suhu antara 550degC-700degC dan retak yang

terjadi pada suhu diatas 900degC yang terjadi pada saat pembekuan logam las

Retak panas yang sering terjadi pada logam las karena pembekuan biasanya

berbentuk retak kawah dan retak memanjang Pada pengelasan baja austenit retak

panas biasanya terjadi pada daerah HAZ dan logam las Retak las karena

pembebasan tegangan pada umumnya terjadi pada kaki daerah HAZ

Jenis Retak las dan penyebabnya

1 Retak Dingin pada Daerah Pengaruh Panas (HAZ)

Retak dingin pada daerah HAZ biasanya terjadi beberapa menit sampai

dengan 48 jam sesudah pengelasan Karena itu retak ini disebut juga retak lambat

Penyebab retak ini adalah Struktur dari daerah HAZ difusi hidrogen didaerah las

dan tegangan sisa

Struktur dari daerah HAZ ditentukan oleh komposisi kimia logam induk

dan kecepatan pendinginan daerah las Retak dingin didaerah HAZ pada

pengelasan baja biasanya terjadi pada daerah martensit Karena kadar unsur

paduan yang mempertinggi sifat mampu keras baja diusahakan serendah mungkin

2 Retak Lamel

Pada konstruksi kerangka yang besar seperti bangunan laut biasanya

digunakan pelat tebal sehingga pada daerah las terjadi tegangan yang besar

Karena tegangan ini kadang terjadi retak bertumpuk yang menjalar sepanjang

butiran bukan logam yang ada didalam baja Retak semacam ini disebut retak

lamel Butiran MnS atau MnSiO dengan bentuk butiran kubus biasanya lebih peka

terhadap retak lamel dari pada butiran berbentuk bulat Karena hal tersebut maka

pada baja tahan retak kadar belerang diusahakan serendah-rendahnya

3 Retak Lintang pada Logam Las

Retak dingin disamping terjadi pada daerah HAZ juga dapat terjadi pada

logam las Retak ini terjadi dengan arah tegak lurus atau melintang terhadap garis

las Retak lintang dapat terjadi pada pengelasan busur terendam atau pada busur

56

listrik dengan elektroda terbungkus dan juga pada pengelasan yang menggunakan

logam las dengan kekuatan lebih dari 75 kgmm

Retak lintang sama halnya dengan retak dingin terjadi karena adanya

hidrogen difusi yang keluar dari fluks atau pembungkus elektroda Pada

permukaan manik las hidrogen difusi yang dikandung dapat dilepaskan dengan

mudah bila dibandingkan dengan hydrogen yang ada dibagian dalam Karena itu

biasanya retak lintang terdapat pada tengah-tengah tebal lasan tanpa menembus

permukaan

Dengan demikian cara pencegahan retak lintang adalah dengan cara

menurunkan kadar hidrogen difusi disamping pengeringan dan penyimpanan

yang baik dari bahan-bahan las agar tidak terkena uap air Pemanasan mula dan

pemanasan lanjutan juga sangat membantu didalam pelepasan dan pembebasan

hidrogen difusi

4 Retak pada Daerah Las Karena Proses Pembebasan Tegangan

Retak yang terjadi karena perlakuan-perlakuan panas sesudah pengelasan

adalah retak karena proses anil pembebasan tegangan yang biasanya dilakukan

pada suhu 500degC sampai 700degC Tempat terjadinya retak anil ini adalah pada

batas-batas butir terutama butir kasar pada daerah pengaruh panas

Bila dilihat dari bahan maka baja dengan kekuatan 80 kgmm dan baja

paduan rendah Cr-Mo-V adalah baj yang sangat peka terhadap retak karena

pembebasan tegangan Pengaruh komposisi kimia pada kepekaan retak tersebut

dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Menurut Nakamura Achiki dan Okabayashi

ΔG = (Cr) + 33 (Mn) + 81(V) ndash 2

Menurut Ito dan Nakanishi

P = (Cr) + (Cu) + 2 (Mo) + 10(V) +7(Ne) + 5(Ti)

Dari kedua rumus tersebut bila ΔG atau P mempunyai harga positif maka

terjadi keretakan Bila baja mengandung karbon kurang dari 01 atau krom lebih

dari 15 kepekaannya terhadap retak karena pembebasan tegangan menjadi

57

rendah sehingga persamaan tersebut tidak berlaku Hubungan antara P dengan

retak yang terjadi adalah semakin besar harga P semakin meningkat retak beas

tegangannya

5 Retak Panas

Retak panas biasanya terjadi pada waktu logam las mendingin setelah

pembekuan selesai Retak ini terjadi karena adanya tegangan yang timbul karena

penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun pada suhu sedikit dibawah

suhu pembekuan Dengan demikian retak ini akan terjadi pad batas butir karena

pada tempat tersebut terbentuk senyawa dengan titik cair rendah Karena itu unsur

seperti Si Ni dan P akan mempertinggi kepekaan baja terhadap retak jenis ini

Untuk menghindari retak panas adalah dengan menurunkan kadar Sid an

Ni serendah mungkin dan menghilangkan kandungan S dan P Untuk baja tahan

karat austenit cara menghindarinya adalah dengan mengusahakan agar S sampai

10 dari ferit terdapat dalam struktur austenit

242 Penembusan Kurang Baik

Selain retak cacat las yang juga sering terjadi adalah penembusan las

yang kurang dan jelek Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat yang

timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh karena

penembusan yang kurang Karena kurang penembusan inilah maka

penyambungan tidak sempurna Penyebab dari penembusan yang kurang ini

antara lain

Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi

Arus terlalu rendah

Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil

Benda kerja terlalu kotor

Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik

Busur las yang terlalu panjang

58

Gambar Penembusan las yang kurang

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

243 Pengerukan Under cut

Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan

under cut pada benda kerja Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau

konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan

konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan Sebabsebab

pengerukan las antara lain

Arus yang terlalu tinggi

Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula

Busur nyala yang terlalu panjang

Ukuran elektroda yang salah

Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat

Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur

Gambar Cacat pengerukanunder cut

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

244 Keropos

59

Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan

Keropos ini bila didiamkan lama kelamaan akan menebar yang diikuti dengan

perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena

korosi tadi Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang

ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga Penyebab keropos ini

yakni

Busur pendek

Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Kurang waktu pengisian

Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja

Kesalahan memilih jenis elektroda

Gambar Cacat keropos

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

245 Penggerutan Benda Kerja

Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila

didinginkan Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang maka

setelah dingin terjadilah pelengkungan atau melenting atau deformasi

Gambar perubahan bentuk benda kerja

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

60

Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)

maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser bahkan sampai kedua

sisi tersebut dapat berimpit

Gambar perubahan bentuk pada kampuh

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Penyebab pengerutan adalah

Pengisian pengelasan kurang

Pengkleman salah

Pemanasan yang berlebihan

Kesalahan persiapan kampuh

Pemanasan tidak merata

Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik

Salah urutan pengelasan

25 Perlengkapan Keselamatan Kerja

251 Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan

mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit

maupun mata Sinar Ias yang sangat terangkuat itu tidak boleh dilihat dangan

mata langsung sampai jarak 16 meter Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus

yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut Ukuran kaca

Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan

61

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 13: laporan pengelasan

b Cara sentuhan

Caranya yaitu ujung elektroda disentuhkan ke permukaan benda kerja

sehingga menimbulkan busur las kemudian diangkat sampai jarak sebesar

diameter elektroda

Setelah terjadi penyalaan maka selanjutnya dilakukan penarikan

Penarikan dilakukan dengan menjaga kekonstanan lebar rigi las sebesar

2xdiameter elektroda Dengan sudut elektroda terhadap sumbu mendatar adalah

70-80ordm Posisi pengelasan dalam las busur ada 4 yaitu

Dibawah Tangan

Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang paling mudah

dilakukan Oleh sebab itu untuk menyelesaikan setiap pekerjaan pengelasan

sedapat meungkin di usahakan pada posisi dibawah tangan Kemiringan elektroda

10 derajat ndash 20 derajat terhadap garis vertical kearah jalan elektroda dan 70

derajat-80 derajat terhadap benda kerja

Tegak (vertical)

Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas

atau ke bawah Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena

bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan

kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15 derajat terhadapvertikal dan 70 derajat-

85 derajat terhadap benda kerja

Datar (horizontal)

Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana

kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal

Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5 derajat ndash 10 derajat terhadap

garis vertical dan 70 derajat ndash 80 derajat kearah benda kerja

Di atas kepala

Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair banyak

berjatuhan dapat mengenai juru las oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang

serba lengkap Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas

juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5 derajat ndash 20 derajat terhadap garis

vertical dan 75 derajat-85 derajat terhadap benda kerja

44

Posisi datar (1G)

Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zigzag dan

setengah bulan Untuk jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua

sisi tetapi dapat juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja Type posisi datar

(1G) didalam pelaksanaannya sangat mudah Dapat diapplikasikan pada material

pipa dengan jalan pipa diputar

Posisi horizontal (2G)

Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal yaitu pipa pada

posisi tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa

Kesukaran pengelasan posisi horizontal adalah karena beratnya sendiri maka

cairan las akan selalu kebawah Adapun posisi sudut elektrode pengelasan pipa

2G yaitu 90ordm Panjang busur di usahakan sependek mungkin yaitu frac12 kali diameter

elektrode las Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan gerakan melingkar

dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua sisi kampuh agar tidak

terjadi cacat

Pengelasan Vertikal (3G)

Pengelasan posisi 3G dilakukan pada material plate Posisi 3G ini

dilaksanakan pada plate dan elektrode vertikal Kesulitan pengelasan ini hampir

sama dengan posisi 2G akibat gaya gravitasi cairan elektrode las akan selalu

kebawah

Posisis horizontal pipa (5G)

Pengelasan naik

Posisi pengelasan 5G pipa diletakkan pada posisi horizontal tetap dan

pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut Supaya hasil pengelasan baik

maka diperlukan las kancing (tack weld) pada posisi jam 5-8-11 dan 2 Mulai

pengelasan pada jam 530 ke jam 1200 melalui jam 6 dan kemudian dilanjutkan

dengan posisi jam 530 ke jam 1200 melalui jam 3

Pengelaan turun

Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran minyak serta gas

bumi Alasan penggunaan las turun lebih menguntungkan dikarenakan lebih cepat

dan lebih ekonomis

45

22 Dasar Teori Las Asetilin

221 Pengertian Las Oksi Asetilin

Las Oksi asetilin adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan

pencampuran 2 jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas

Dalam proses las gas ini gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen

(O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel gas) Gas bahan bakar yang paling

popular dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah gas Asetilen (dari

kata ldquoacetylenerdquo dan memiliki rumus kimia C2H2) Gas ini memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan gas bahan bakar lain Kelebihan yang dimiliki gas

Asetilen antara lain menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gas

bahan bakar lainya baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen

222 Bahan Bakar Gas

a Asetilin ( C2H2 )

Asetilena (Nama sistematis etuna) adalah suatu hidrokarbon yang

tergolong kepada alkuna dengan rumus C2H2 Asetilena merupakan alkuna yang

paling sederhana karena hanya terdiri dari dua atom karbon dan dua atom

hidrogen Pada asetilena kedua karbon terikat melalui ikatan rangkap tiga dan

masing-masing atom karbon memiliki hibridisasi orbital sp untuk ikatan sigma

Hal ini menyebabkan keempat atom pada asetilena terletak pada satu garis lurus

dengan sudut C-C-H sebesar 180deg

b Propan

Propana adalah senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang berwujud gas

dalam keadaan normal tapi dapat dikompresi menjadi cairan yang mudah

dipindahkan dalam kontainer yang tidak mahal Senyawa ini diturunkan dari

produk petroleum lain pada pemrosesan minyak bumi atau gas alam Propana

umumnya digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin barbeque (pemanggang)

dan di rumah-rumah

46

223 Peralatan Las Oksi Asetilin

a Tabung Gas

Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi

bertekanan Umumnya tabung gas dibuat dari Baja tetapi sekarang ini sudah

banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium Tabung gas

tersedia dalam bentuk beragam mulai berukuran kecil hingga besar Ukuran

tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas

dan juga jenis gas yang ditampung Untuk membedakan tabung gas apakah

didalamnya berisi gas Oksigen Asetilen atau gas lainya dapat dilihat dari kode

warna yang ada pada tabung itu

Gambar 7 Tabung oksigen

(Sumber wwwperkakaskucom)

b Katup Tabung

Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup

Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung Pada tabung gas Oksigen

katup biasanya dibuat dari material Kuningan sedangkan untuk tabung gas

Asetilen katup ini terbuat dari material Baja

c Regulator

Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan dipasang pada

katub tabung dengan tujuan untuk mengurangi atau menurunkan tekann hingga

mencapai tekana kerja torch Regulator ini juga berperan untuk mempertahankan

besarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau pemotongan Bahkan jika

tekanan dalam tabung menurun tekana kerja harus dipertahankan tetap oleh

regulator Pada regulator terdapat bagian-bagian seperti saluran masuk katup

47

pengaturan tekan kerja katup pengaman alat pengukuran tekanan tabung alat

pengukuran tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas menuju selang

Gambar 9 Regulator

(Sumber wwwperkakaskucom)

d Selang gas

Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan

selang gas Untuk memenuhi persyaratan keamanan selang harus mampu

menahan tekan kerja dan tidak mudah bocor Dalam pemakaiannya selang

dibedakan berdasarkan jenis gas yang dialirkan Untuk memudahkan bagimana

membedakan selang Oksigen dan selang Asetilen mak cukup memperhatikan

kode warna pada selang Berikut ini diperlihatkan table yang berisi informasi

tentang perbedaan warna untuk membedakan jenis gas yang mengalir dalam

selang

Gambar 10 Selang gas

(Sumber wwwperkakaskucom)

48

e Torch

Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch

tercampur didalamnya dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api Dari

keterangan diatas toch memiliki dua fungsi yaitu

Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan bakar

Sebagai paembentuk nyala api di ujung nosle

Gambar 11 Torch

(Sumber wwwperkakaskucom)

224 Proses Pengelasan Oksi Asetilin

a Menentukan nyala api

Nyala api Karburasi

Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di

antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna

biru Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut

antara yang berwarna keputih-putihan yang panjangnya ditentukan oleh jumlah

kelebihan asetilen Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam

cair Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel nikel berbagai

jenis baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous

Gambar 12 Nyala api karburasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

49

Nyala api Netral

Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu

Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar

yang berwarna biru bening Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara

Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyala

kerucut

Gambar 13 Nyala api netral

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

Nyala api oksidasi

Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan

nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah

menjadi ungu Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau

dekarburisasi pada logam cair Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan

dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan

untuk pengelasan lainnya

Gambar 14 Nyala api oksidasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

b Teknik Pengelasan

Posisi pengelasan di bawah tangan

Posisi pengelasan datar ( horizontal )

Posisi pengelasan tegak ( vertical )

Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )

Pengelasan arah ke kiri ( maju )

50

Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan

ke kiri dengan membentuk sudut 60deg dan kawat las 30deg terhadap benda kerja

sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan Cara ini

banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan

posisi yang sulit saat mengelas

Pengelasan arah ke kanan ( mundur )

Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke

kiri Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya

45 mm ke atas

23 Diagram CCT dan Diagram TTT

231 Diagram CCT

Gambar Diagram CCT

(Sumber

51

Diagram transformasi semacam ini dinamakan diagram transformasi

pendinginan kontinyu atau diagram CCT (Continuous Cooling Transformation)

Bentuknya agak berbeda dibandingkan dengan diagram IT lihat gambar di atas

kurva transformasi tergeser sedikit ke kanan bawah dan pada baja karbon tidak

terdapat daerah transformasi austenitbainit Ini disebabkan karana kurva awal

transformasi austenit-bainit terhalang oleh kurva transformasi austenit-perlit

Tetapi dari gambar di atas yang menggambarkan kurva transformasi

pendinginan kontinyu (garis tebal) yang disuperimpose pada diagram IT (garis

tipis) baja karbon eutectoid tampak bahwa dengan pendinginan kontinyu lebih

mudah diperoleh martensit karena kurva transformasi ber-geser ke kanan

Misalnya pada kurva pendinginan dengan laju 250 oFs untuk kurva transformasi

pendinginan kontinyu akan merupakan laju pendinginan kritis akan menghasilkan

100 tetapi pada kurva transformasi isothermal masih akan menghasilkan sedikit

perlit sebelum menjadi martensit

Pada proses laku panas biasanya pendinginan dilakukan dengan

pendinginankontinyu sehingga biasanya diagram CCT lebih banyak digunakan

Sedangkan diagram IT digunakan untuk proses laku panas tertentu yang dilakukan

dengan pendingina isothermal

232 Diagram TTT

TTT Diagram merupakan salah satu jenis dari diagram material yang bisa

digunakan untuk memprediksi hasil akhir dari suatu transformasi TTT diagram

lebih sederhana daripada FeC diagram

Banyak ahli metalurgi berpendapat bahwa waktu dan temperatur

transformasi austenite mempunyai pengaruh yang besar terhadap produk hasil

transformasi dan properties baja Karena austenit tidak stabil di bawah temperatur

kritis bawah sangat penting untuk diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan

untuk austenit selesai bertransformasi dan bertransformasi menjadi apa pada

akhirnya austenite tersebut pada temperatur konstan dibawah temperatur kritis

bawah Proses transformasi tersebut dinamakan Transformation Temperature

Time (TTT)

52

Kalau baja diaustenitkan kemudian dicelup dingin pada temperatur di

bawah titik transformasi dan dibiarkan untuk sementara waktu austenit berada

dalam keadaan metastabil dan setelah waktu inkubasi tertentu terjadi

transformasi Dengan merubah-rubah keadaan di atas transformasi dibiarkan pada

temperatur tetap maka diagram transformasi waktu temperatur Seperti

ditunjukkan dalam Gambar 4 proses dimana struktur martensit didapat dengan

pencelupan dingin tiba-tiba setelah dibiarkan berada sebagai austenit yang

metastabil proses ini disebut austenit (ausforming)

Martensit yang dibuat dengan olah austenit dibandingkan dengan

martensit yang didapat dengan proses biasa mempunyai struktur mikro yang

halus cacat kisinya yang sangat banyak dan kekuatan yang sangat tinggi Jadi

kalau baja di temper akan didapat kekuatan keliatan dan keuletan yang tidak bisa

dicapai oleh proses pengerasan dan penemperan baja yang biasa Untuk

mendapatkan sifat-sifat yang sangat baik perlu pemilihan baja yaitu yang

mempunyai waktu permulaan transformasi yang lebih lama dari perlit dan bainit

suau daerah austenit metastabil di dalam S dan yang akan menjadi fasa martensit

karena pencelupan dingin

Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar

karbon dalam baja Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 083 yang

ditahan suhunya dititik tertentu akan menghasilkan struktur perlit dan ferit Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu tapi masih disisi sebelah atas garis horizontal

maka akan mendapatkan struktur mikro bainit (lebih keras dari perlit) Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal maka akan mendapat

struktur martensit (sangat keras dan getas) Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh

tingginya suhu pemanasan lamanya pemanasan dan semakin lama pemanasannya

akan timbul butiran yang lebih besar Semakin cepat pendinginan akan

menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil

53

Gambar Diagram TTT

(Sumber

Gambar diatas menunjukan suatu transformasi dari baja etektoida yang

mempunyai dekomposisi normal austenit sebagai berikut

Bila baja tersebut kita dinginkan cepat sampai dibawah A1 dan dibiarkan

beberapa saat (plusmn 30 detik pada 1250oF) sedemikian rupa jatuh pada daerah

dimana perlit baru sebagian terjadi kemudian dilanjutkan segera dengan quench

maka akan terjadi struktur perlit dan martensit sebagian Martensit ini adalah hasil

transformasi isotermis sebagian austenit pada suhu diatas tadi Lamanya baja

berada pada suhu dibawah A1 akan menentukan banyaknya pembentukan perlit

atau bainit dan menentukan jumlah austenit sisa yang membentuk martensit

setelah quench Dengan kata lain perkataan proses pembentukan perlitbainit pada

suhu tersebut terhenti pada saat quenching

Garis sebelah kiri menunjukkan saat setelah berapa lama dimulai

transformasi dan garis sebelah kanannya adalah akhir transformasi (100) pada

tiap-tiap suhu Dilihat dari bentuk kurva maka untuk suhu diatas 1000degF makin

rendah suhu pembentukkan phase (perlit) lebih cepat dan dibawah 1000degF sampai

dengan plusmn500degF makin rendah suhu makin lama untuk pembentukkan phase

(disisni terjadi struktur bainite)

54

Dengan demikian pembentukan martensit bisa terjadi dengan pendinginan

cepat dari setiap suhu tertentu bilamana waktu lama pada suhu-suhu tersebut

berada disebelah kiri garis kurva kanan Paling cepat terjadinya transformasi ke

phase perlitbainit adalah pada suhu sekitar 1000degF (merupakan ldquonoserdquodari

kurva)

Makin pendek lamanya baja tersebut dibiarkan pada suhu tertentu makin

besar jumlah austenit dan makin besar pula jumlah martensit yang terbentuk

setelah quenching Dari diagram cenderung tidaklah mungkin memperoleh

martensit dengan membiarkan baja tersebut pada suhu tertentu (konstan) untuk

waktu yang sangat lama

24 Macam Cacat Pada Daerah Lasan

241 Klasifikasi Retak Las

Daerah lasan yang terjadi akibat proses pelumeran atau pencairan menurut

(Wiryosumarto dan Okumura2000) dibagi tiga bagian yaitu daerah terpengaruh

panas atau HAZ (Heat Affected Zone) yaitu logam yang bersebelahan dengan

logam las Logam las yaitu bagian dari logam yang pada waktu pengelasan

mencair dan membeku dan logam induk yang tidak terpengaruhi yaitu bagian

logam dasar yang tidak terkena panas atau suhu pemanasan tidak menyebabkan

perubahan sifat danstruktur logam induk

Retak pada hasil pengelasan juga disebabkab oleh faktor-faktor perubahan

metalurgi setelah logam mengalami pemanasan Selain itu juga Retak pada hasil

pengelasan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perencanaan pemilihan bahan

dan proses pengelasan

Dua kelompok retak las adalah kelompok retak dingin dan kelompok retak

panas Retak dingin adalah retak daerah las yang terjadi pada suhu dibawah suhu

transformasi Martensit kurang lebih pada suhu 300ordmC sedangkan retak panas

adalah retak pada daerah las yang terjadi pada suhu diatas 500degC

Retak dingin dapat terjadi tidak hanya pada daerah HAZ tetapi juga pada logam

las Retak dingin pada daerah terpengaruh panas adalah retak bawah manik las

55

retak akar dan retak kaki Sedangkan retak dingin pada logam las biasanya adalah

retak memanjang dan retak melintang

Retak panas dibagi dalam dua kelas yaitu retak karena pembebasan

tegangan pada HAZ yang terjadi pada suhu antara 550degC-700degC dan retak yang

terjadi pada suhu diatas 900degC yang terjadi pada saat pembekuan logam las

Retak panas yang sering terjadi pada logam las karena pembekuan biasanya

berbentuk retak kawah dan retak memanjang Pada pengelasan baja austenit retak

panas biasanya terjadi pada daerah HAZ dan logam las Retak las karena

pembebasan tegangan pada umumnya terjadi pada kaki daerah HAZ

Jenis Retak las dan penyebabnya

1 Retak Dingin pada Daerah Pengaruh Panas (HAZ)

Retak dingin pada daerah HAZ biasanya terjadi beberapa menit sampai

dengan 48 jam sesudah pengelasan Karena itu retak ini disebut juga retak lambat

Penyebab retak ini adalah Struktur dari daerah HAZ difusi hidrogen didaerah las

dan tegangan sisa

Struktur dari daerah HAZ ditentukan oleh komposisi kimia logam induk

dan kecepatan pendinginan daerah las Retak dingin didaerah HAZ pada

pengelasan baja biasanya terjadi pada daerah martensit Karena kadar unsur

paduan yang mempertinggi sifat mampu keras baja diusahakan serendah mungkin

2 Retak Lamel

Pada konstruksi kerangka yang besar seperti bangunan laut biasanya

digunakan pelat tebal sehingga pada daerah las terjadi tegangan yang besar

Karena tegangan ini kadang terjadi retak bertumpuk yang menjalar sepanjang

butiran bukan logam yang ada didalam baja Retak semacam ini disebut retak

lamel Butiran MnS atau MnSiO dengan bentuk butiran kubus biasanya lebih peka

terhadap retak lamel dari pada butiran berbentuk bulat Karena hal tersebut maka

pada baja tahan retak kadar belerang diusahakan serendah-rendahnya

3 Retak Lintang pada Logam Las

Retak dingin disamping terjadi pada daerah HAZ juga dapat terjadi pada

logam las Retak ini terjadi dengan arah tegak lurus atau melintang terhadap garis

las Retak lintang dapat terjadi pada pengelasan busur terendam atau pada busur

56

listrik dengan elektroda terbungkus dan juga pada pengelasan yang menggunakan

logam las dengan kekuatan lebih dari 75 kgmm

Retak lintang sama halnya dengan retak dingin terjadi karena adanya

hidrogen difusi yang keluar dari fluks atau pembungkus elektroda Pada

permukaan manik las hidrogen difusi yang dikandung dapat dilepaskan dengan

mudah bila dibandingkan dengan hydrogen yang ada dibagian dalam Karena itu

biasanya retak lintang terdapat pada tengah-tengah tebal lasan tanpa menembus

permukaan

Dengan demikian cara pencegahan retak lintang adalah dengan cara

menurunkan kadar hidrogen difusi disamping pengeringan dan penyimpanan

yang baik dari bahan-bahan las agar tidak terkena uap air Pemanasan mula dan

pemanasan lanjutan juga sangat membantu didalam pelepasan dan pembebasan

hidrogen difusi

4 Retak pada Daerah Las Karena Proses Pembebasan Tegangan

Retak yang terjadi karena perlakuan-perlakuan panas sesudah pengelasan

adalah retak karena proses anil pembebasan tegangan yang biasanya dilakukan

pada suhu 500degC sampai 700degC Tempat terjadinya retak anil ini adalah pada

batas-batas butir terutama butir kasar pada daerah pengaruh panas

Bila dilihat dari bahan maka baja dengan kekuatan 80 kgmm dan baja

paduan rendah Cr-Mo-V adalah baj yang sangat peka terhadap retak karena

pembebasan tegangan Pengaruh komposisi kimia pada kepekaan retak tersebut

dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Menurut Nakamura Achiki dan Okabayashi

ΔG = (Cr) + 33 (Mn) + 81(V) ndash 2

Menurut Ito dan Nakanishi

P = (Cr) + (Cu) + 2 (Mo) + 10(V) +7(Ne) + 5(Ti)

Dari kedua rumus tersebut bila ΔG atau P mempunyai harga positif maka

terjadi keretakan Bila baja mengandung karbon kurang dari 01 atau krom lebih

dari 15 kepekaannya terhadap retak karena pembebasan tegangan menjadi

57

rendah sehingga persamaan tersebut tidak berlaku Hubungan antara P dengan

retak yang terjadi adalah semakin besar harga P semakin meningkat retak beas

tegangannya

5 Retak Panas

Retak panas biasanya terjadi pada waktu logam las mendingin setelah

pembekuan selesai Retak ini terjadi karena adanya tegangan yang timbul karena

penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun pada suhu sedikit dibawah

suhu pembekuan Dengan demikian retak ini akan terjadi pad batas butir karena

pada tempat tersebut terbentuk senyawa dengan titik cair rendah Karena itu unsur

seperti Si Ni dan P akan mempertinggi kepekaan baja terhadap retak jenis ini

Untuk menghindari retak panas adalah dengan menurunkan kadar Sid an

Ni serendah mungkin dan menghilangkan kandungan S dan P Untuk baja tahan

karat austenit cara menghindarinya adalah dengan mengusahakan agar S sampai

10 dari ferit terdapat dalam struktur austenit

242 Penembusan Kurang Baik

Selain retak cacat las yang juga sering terjadi adalah penembusan las

yang kurang dan jelek Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat yang

timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh karena

penembusan yang kurang Karena kurang penembusan inilah maka

penyambungan tidak sempurna Penyebab dari penembusan yang kurang ini

antara lain

Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi

Arus terlalu rendah

Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil

Benda kerja terlalu kotor

Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik

Busur las yang terlalu panjang

58

Gambar Penembusan las yang kurang

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

243 Pengerukan Under cut

Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan

under cut pada benda kerja Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau

konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan

konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan Sebabsebab

pengerukan las antara lain

Arus yang terlalu tinggi

Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula

Busur nyala yang terlalu panjang

Ukuran elektroda yang salah

Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat

Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur

Gambar Cacat pengerukanunder cut

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

244 Keropos

59

Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan

Keropos ini bila didiamkan lama kelamaan akan menebar yang diikuti dengan

perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena

korosi tadi Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang

ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga Penyebab keropos ini

yakni

Busur pendek

Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Kurang waktu pengisian

Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja

Kesalahan memilih jenis elektroda

Gambar Cacat keropos

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

245 Penggerutan Benda Kerja

Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila

didinginkan Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang maka

setelah dingin terjadilah pelengkungan atau melenting atau deformasi

Gambar perubahan bentuk benda kerja

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

60

Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)

maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser bahkan sampai kedua

sisi tersebut dapat berimpit

Gambar perubahan bentuk pada kampuh

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Penyebab pengerutan adalah

Pengisian pengelasan kurang

Pengkleman salah

Pemanasan yang berlebihan

Kesalahan persiapan kampuh

Pemanasan tidak merata

Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik

Salah urutan pengelasan

25 Perlengkapan Keselamatan Kerja

251 Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan

mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit

maupun mata Sinar Ias yang sangat terangkuat itu tidak boleh dilihat dangan

mata langsung sampai jarak 16 meter Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus

yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut Ukuran kaca

Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan

61

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 14: laporan pengelasan

Posisi datar (1G)

Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zigzag dan

setengah bulan Untuk jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua

sisi tetapi dapat juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja Type posisi datar

(1G) didalam pelaksanaannya sangat mudah Dapat diapplikasikan pada material

pipa dengan jalan pipa diputar

Posisi horizontal (2G)

Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal yaitu pipa pada

posisi tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa

Kesukaran pengelasan posisi horizontal adalah karena beratnya sendiri maka

cairan las akan selalu kebawah Adapun posisi sudut elektrode pengelasan pipa

2G yaitu 90ordm Panjang busur di usahakan sependek mungkin yaitu frac12 kali diameter

elektrode las Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan gerakan melingkar

dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua sisi kampuh agar tidak

terjadi cacat

Pengelasan Vertikal (3G)

Pengelasan posisi 3G dilakukan pada material plate Posisi 3G ini

dilaksanakan pada plate dan elektrode vertikal Kesulitan pengelasan ini hampir

sama dengan posisi 2G akibat gaya gravitasi cairan elektrode las akan selalu

kebawah

Posisis horizontal pipa (5G)

Pengelasan naik

Posisi pengelasan 5G pipa diletakkan pada posisi horizontal tetap dan

pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut Supaya hasil pengelasan baik

maka diperlukan las kancing (tack weld) pada posisi jam 5-8-11 dan 2 Mulai

pengelasan pada jam 530 ke jam 1200 melalui jam 6 dan kemudian dilanjutkan

dengan posisi jam 530 ke jam 1200 melalui jam 3

Pengelaan turun

Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran minyak serta gas

bumi Alasan penggunaan las turun lebih menguntungkan dikarenakan lebih cepat

dan lebih ekonomis

45

22 Dasar Teori Las Asetilin

221 Pengertian Las Oksi Asetilin

Las Oksi asetilin adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan

pencampuran 2 jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas

Dalam proses las gas ini gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen

(O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel gas) Gas bahan bakar yang paling

popular dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah gas Asetilen (dari

kata ldquoacetylenerdquo dan memiliki rumus kimia C2H2) Gas ini memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan gas bahan bakar lain Kelebihan yang dimiliki gas

Asetilen antara lain menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gas

bahan bakar lainya baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen

222 Bahan Bakar Gas

a Asetilin ( C2H2 )

Asetilena (Nama sistematis etuna) adalah suatu hidrokarbon yang

tergolong kepada alkuna dengan rumus C2H2 Asetilena merupakan alkuna yang

paling sederhana karena hanya terdiri dari dua atom karbon dan dua atom

hidrogen Pada asetilena kedua karbon terikat melalui ikatan rangkap tiga dan

masing-masing atom karbon memiliki hibridisasi orbital sp untuk ikatan sigma

Hal ini menyebabkan keempat atom pada asetilena terletak pada satu garis lurus

dengan sudut C-C-H sebesar 180deg

b Propan

Propana adalah senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang berwujud gas

dalam keadaan normal tapi dapat dikompresi menjadi cairan yang mudah

dipindahkan dalam kontainer yang tidak mahal Senyawa ini diturunkan dari

produk petroleum lain pada pemrosesan minyak bumi atau gas alam Propana

umumnya digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin barbeque (pemanggang)

dan di rumah-rumah

46

223 Peralatan Las Oksi Asetilin

a Tabung Gas

Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi

bertekanan Umumnya tabung gas dibuat dari Baja tetapi sekarang ini sudah

banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium Tabung gas

tersedia dalam bentuk beragam mulai berukuran kecil hingga besar Ukuran

tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas

dan juga jenis gas yang ditampung Untuk membedakan tabung gas apakah

didalamnya berisi gas Oksigen Asetilen atau gas lainya dapat dilihat dari kode

warna yang ada pada tabung itu

Gambar 7 Tabung oksigen

(Sumber wwwperkakaskucom)

b Katup Tabung

Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup

Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung Pada tabung gas Oksigen

katup biasanya dibuat dari material Kuningan sedangkan untuk tabung gas

Asetilen katup ini terbuat dari material Baja

c Regulator

Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan dipasang pada

katub tabung dengan tujuan untuk mengurangi atau menurunkan tekann hingga

mencapai tekana kerja torch Regulator ini juga berperan untuk mempertahankan

besarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau pemotongan Bahkan jika

tekanan dalam tabung menurun tekana kerja harus dipertahankan tetap oleh

regulator Pada regulator terdapat bagian-bagian seperti saluran masuk katup

47

pengaturan tekan kerja katup pengaman alat pengukuran tekanan tabung alat

pengukuran tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas menuju selang

Gambar 9 Regulator

(Sumber wwwperkakaskucom)

d Selang gas

Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan

selang gas Untuk memenuhi persyaratan keamanan selang harus mampu

menahan tekan kerja dan tidak mudah bocor Dalam pemakaiannya selang

dibedakan berdasarkan jenis gas yang dialirkan Untuk memudahkan bagimana

membedakan selang Oksigen dan selang Asetilen mak cukup memperhatikan

kode warna pada selang Berikut ini diperlihatkan table yang berisi informasi

tentang perbedaan warna untuk membedakan jenis gas yang mengalir dalam

selang

Gambar 10 Selang gas

(Sumber wwwperkakaskucom)

48

e Torch

Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch

tercampur didalamnya dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api Dari

keterangan diatas toch memiliki dua fungsi yaitu

Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan bakar

Sebagai paembentuk nyala api di ujung nosle

Gambar 11 Torch

(Sumber wwwperkakaskucom)

224 Proses Pengelasan Oksi Asetilin

a Menentukan nyala api

Nyala api Karburasi

Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di

antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna

biru Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut

antara yang berwarna keputih-putihan yang panjangnya ditentukan oleh jumlah

kelebihan asetilen Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam

cair Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel nikel berbagai

jenis baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous

Gambar 12 Nyala api karburasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

49

Nyala api Netral

Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu

Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar

yang berwarna biru bening Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara

Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyala

kerucut

Gambar 13 Nyala api netral

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

Nyala api oksidasi

Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan

nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah

menjadi ungu Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau

dekarburisasi pada logam cair Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan

dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan

untuk pengelasan lainnya

Gambar 14 Nyala api oksidasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

b Teknik Pengelasan

Posisi pengelasan di bawah tangan

Posisi pengelasan datar ( horizontal )

Posisi pengelasan tegak ( vertical )

Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )

Pengelasan arah ke kiri ( maju )

50

Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan

ke kiri dengan membentuk sudut 60deg dan kawat las 30deg terhadap benda kerja

sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan Cara ini

banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan

posisi yang sulit saat mengelas

Pengelasan arah ke kanan ( mundur )

Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke

kiri Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya

45 mm ke atas

23 Diagram CCT dan Diagram TTT

231 Diagram CCT

Gambar Diagram CCT

(Sumber

51

Diagram transformasi semacam ini dinamakan diagram transformasi

pendinginan kontinyu atau diagram CCT (Continuous Cooling Transformation)

Bentuknya agak berbeda dibandingkan dengan diagram IT lihat gambar di atas

kurva transformasi tergeser sedikit ke kanan bawah dan pada baja karbon tidak

terdapat daerah transformasi austenitbainit Ini disebabkan karana kurva awal

transformasi austenit-bainit terhalang oleh kurva transformasi austenit-perlit

Tetapi dari gambar di atas yang menggambarkan kurva transformasi

pendinginan kontinyu (garis tebal) yang disuperimpose pada diagram IT (garis

tipis) baja karbon eutectoid tampak bahwa dengan pendinginan kontinyu lebih

mudah diperoleh martensit karena kurva transformasi ber-geser ke kanan

Misalnya pada kurva pendinginan dengan laju 250 oFs untuk kurva transformasi

pendinginan kontinyu akan merupakan laju pendinginan kritis akan menghasilkan

100 tetapi pada kurva transformasi isothermal masih akan menghasilkan sedikit

perlit sebelum menjadi martensit

Pada proses laku panas biasanya pendinginan dilakukan dengan

pendinginankontinyu sehingga biasanya diagram CCT lebih banyak digunakan

Sedangkan diagram IT digunakan untuk proses laku panas tertentu yang dilakukan

dengan pendingina isothermal

232 Diagram TTT

TTT Diagram merupakan salah satu jenis dari diagram material yang bisa

digunakan untuk memprediksi hasil akhir dari suatu transformasi TTT diagram

lebih sederhana daripada FeC diagram

Banyak ahli metalurgi berpendapat bahwa waktu dan temperatur

transformasi austenite mempunyai pengaruh yang besar terhadap produk hasil

transformasi dan properties baja Karena austenit tidak stabil di bawah temperatur

kritis bawah sangat penting untuk diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan

untuk austenit selesai bertransformasi dan bertransformasi menjadi apa pada

akhirnya austenite tersebut pada temperatur konstan dibawah temperatur kritis

bawah Proses transformasi tersebut dinamakan Transformation Temperature

Time (TTT)

52

Kalau baja diaustenitkan kemudian dicelup dingin pada temperatur di

bawah titik transformasi dan dibiarkan untuk sementara waktu austenit berada

dalam keadaan metastabil dan setelah waktu inkubasi tertentu terjadi

transformasi Dengan merubah-rubah keadaan di atas transformasi dibiarkan pada

temperatur tetap maka diagram transformasi waktu temperatur Seperti

ditunjukkan dalam Gambar 4 proses dimana struktur martensit didapat dengan

pencelupan dingin tiba-tiba setelah dibiarkan berada sebagai austenit yang

metastabil proses ini disebut austenit (ausforming)

Martensit yang dibuat dengan olah austenit dibandingkan dengan

martensit yang didapat dengan proses biasa mempunyai struktur mikro yang

halus cacat kisinya yang sangat banyak dan kekuatan yang sangat tinggi Jadi

kalau baja di temper akan didapat kekuatan keliatan dan keuletan yang tidak bisa

dicapai oleh proses pengerasan dan penemperan baja yang biasa Untuk

mendapatkan sifat-sifat yang sangat baik perlu pemilihan baja yaitu yang

mempunyai waktu permulaan transformasi yang lebih lama dari perlit dan bainit

suau daerah austenit metastabil di dalam S dan yang akan menjadi fasa martensit

karena pencelupan dingin

Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar

karbon dalam baja Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 083 yang

ditahan suhunya dititik tertentu akan menghasilkan struktur perlit dan ferit Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu tapi masih disisi sebelah atas garis horizontal

maka akan mendapatkan struktur mikro bainit (lebih keras dari perlit) Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal maka akan mendapat

struktur martensit (sangat keras dan getas) Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh

tingginya suhu pemanasan lamanya pemanasan dan semakin lama pemanasannya

akan timbul butiran yang lebih besar Semakin cepat pendinginan akan

menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil

53

Gambar Diagram TTT

(Sumber

Gambar diatas menunjukan suatu transformasi dari baja etektoida yang

mempunyai dekomposisi normal austenit sebagai berikut

Bila baja tersebut kita dinginkan cepat sampai dibawah A1 dan dibiarkan

beberapa saat (plusmn 30 detik pada 1250oF) sedemikian rupa jatuh pada daerah

dimana perlit baru sebagian terjadi kemudian dilanjutkan segera dengan quench

maka akan terjadi struktur perlit dan martensit sebagian Martensit ini adalah hasil

transformasi isotermis sebagian austenit pada suhu diatas tadi Lamanya baja

berada pada suhu dibawah A1 akan menentukan banyaknya pembentukan perlit

atau bainit dan menentukan jumlah austenit sisa yang membentuk martensit

setelah quench Dengan kata lain perkataan proses pembentukan perlitbainit pada

suhu tersebut terhenti pada saat quenching

Garis sebelah kiri menunjukkan saat setelah berapa lama dimulai

transformasi dan garis sebelah kanannya adalah akhir transformasi (100) pada

tiap-tiap suhu Dilihat dari bentuk kurva maka untuk suhu diatas 1000degF makin

rendah suhu pembentukkan phase (perlit) lebih cepat dan dibawah 1000degF sampai

dengan plusmn500degF makin rendah suhu makin lama untuk pembentukkan phase

(disisni terjadi struktur bainite)

54

Dengan demikian pembentukan martensit bisa terjadi dengan pendinginan

cepat dari setiap suhu tertentu bilamana waktu lama pada suhu-suhu tersebut

berada disebelah kiri garis kurva kanan Paling cepat terjadinya transformasi ke

phase perlitbainit adalah pada suhu sekitar 1000degF (merupakan ldquonoserdquodari

kurva)

Makin pendek lamanya baja tersebut dibiarkan pada suhu tertentu makin

besar jumlah austenit dan makin besar pula jumlah martensit yang terbentuk

setelah quenching Dari diagram cenderung tidaklah mungkin memperoleh

martensit dengan membiarkan baja tersebut pada suhu tertentu (konstan) untuk

waktu yang sangat lama

24 Macam Cacat Pada Daerah Lasan

241 Klasifikasi Retak Las

Daerah lasan yang terjadi akibat proses pelumeran atau pencairan menurut

(Wiryosumarto dan Okumura2000) dibagi tiga bagian yaitu daerah terpengaruh

panas atau HAZ (Heat Affected Zone) yaitu logam yang bersebelahan dengan

logam las Logam las yaitu bagian dari logam yang pada waktu pengelasan

mencair dan membeku dan logam induk yang tidak terpengaruhi yaitu bagian

logam dasar yang tidak terkena panas atau suhu pemanasan tidak menyebabkan

perubahan sifat danstruktur logam induk

Retak pada hasil pengelasan juga disebabkab oleh faktor-faktor perubahan

metalurgi setelah logam mengalami pemanasan Selain itu juga Retak pada hasil

pengelasan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perencanaan pemilihan bahan

dan proses pengelasan

Dua kelompok retak las adalah kelompok retak dingin dan kelompok retak

panas Retak dingin adalah retak daerah las yang terjadi pada suhu dibawah suhu

transformasi Martensit kurang lebih pada suhu 300ordmC sedangkan retak panas

adalah retak pada daerah las yang terjadi pada suhu diatas 500degC

Retak dingin dapat terjadi tidak hanya pada daerah HAZ tetapi juga pada logam

las Retak dingin pada daerah terpengaruh panas adalah retak bawah manik las

55

retak akar dan retak kaki Sedangkan retak dingin pada logam las biasanya adalah

retak memanjang dan retak melintang

Retak panas dibagi dalam dua kelas yaitu retak karena pembebasan

tegangan pada HAZ yang terjadi pada suhu antara 550degC-700degC dan retak yang

terjadi pada suhu diatas 900degC yang terjadi pada saat pembekuan logam las

Retak panas yang sering terjadi pada logam las karena pembekuan biasanya

berbentuk retak kawah dan retak memanjang Pada pengelasan baja austenit retak

panas biasanya terjadi pada daerah HAZ dan logam las Retak las karena

pembebasan tegangan pada umumnya terjadi pada kaki daerah HAZ

Jenis Retak las dan penyebabnya

1 Retak Dingin pada Daerah Pengaruh Panas (HAZ)

Retak dingin pada daerah HAZ biasanya terjadi beberapa menit sampai

dengan 48 jam sesudah pengelasan Karena itu retak ini disebut juga retak lambat

Penyebab retak ini adalah Struktur dari daerah HAZ difusi hidrogen didaerah las

dan tegangan sisa

Struktur dari daerah HAZ ditentukan oleh komposisi kimia logam induk

dan kecepatan pendinginan daerah las Retak dingin didaerah HAZ pada

pengelasan baja biasanya terjadi pada daerah martensit Karena kadar unsur

paduan yang mempertinggi sifat mampu keras baja diusahakan serendah mungkin

2 Retak Lamel

Pada konstruksi kerangka yang besar seperti bangunan laut biasanya

digunakan pelat tebal sehingga pada daerah las terjadi tegangan yang besar

Karena tegangan ini kadang terjadi retak bertumpuk yang menjalar sepanjang

butiran bukan logam yang ada didalam baja Retak semacam ini disebut retak

lamel Butiran MnS atau MnSiO dengan bentuk butiran kubus biasanya lebih peka

terhadap retak lamel dari pada butiran berbentuk bulat Karena hal tersebut maka

pada baja tahan retak kadar belerang diusahakan serendah-rendahnya

3 Retak Lintang pada Logam Las

Retak dingin disamping terjadi pada daerah HAZ juga dapat terjadi pada

logam las Retak ini terjadi dengan arah tegak lurus atau melintang terhadap garis

las Retak lintang dapat terjadi pada pengelasan busur terendam atau pada busur

56

listrik dengan elektroda terbungkus dan juga pada pengelasan yang menggunakan

logam las dengan kekuatan lebih dari 75 kgmm

Retak lintang sama halnya dengan retak dingin terjadi karena adanya

hidrogen difusi yang keluar dari fluks atau pembungkus elektroda Pada

permukaan manik las hidrogen difusi yang dikandung dapat dilepaskan dengan

mudah bila dibandingkan dengan hydrogen yang ada dibagian dalam Karena itu

biasanya retak lintang terdapat pada tengah-tengah tebal lasan tanpa menembus

permukaan

Dengan demikian cara pencegahan retak lintang adalah dengan cara

menurunkan kadar hidrogen difusi disamping pengeringan dan penyimpanan

yang baik dari bahan-bahan las agar tidak terkena uap air Pemanasan mula dan

pemanasan lanjutan juga sangat membantu didalam pelepasan dan pembebasan

hidrogen difusi

4 Retak pada Daerah Las Karena Proses Pembebasan Tegangan

Retak yang terjadi karena perlakuan-perlakuan panas sesudah pengelasan

adalah retak karena proses anil pembebasan tegangan yang biasanya dilakukan

pada suhu 500degC sampai 700degC Tempat terjadinya retak anil ini adalah pada

batas-batas butir terutama butir kasar pada daerah pengaruh panas

Bila dilihat dari bahan maka baja dengan kekuatan 80 kgmm dan baja

paduan rendah Cr-Mo-V adalah baj yang sangat peka terhadap retak karena

pembebasan tegangan Pengaruh komposisi kimia pada kepekaan retak tersebut

dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Menurut Nakamura Achiki dan Okabayashi

ΔG = (Cr) + 33 (Mn) + 81(V) ndash 2

Menurut Ito dan Nakanishi

P = (Cr) + (Cu) + 2 (Mo) + 10(V) +7(Ne) + 5(Ti)

Dari kedua rumus tersebut bila ΔG atau P mempunyai harga positif maka

terjadi keretakan Bila baja mengandung karbon kurang dari 01 atau krom lebih

dari 15 kepekaannya terhadap retak karena pembebasan tegangan menjadi

57

rendah sehingga persamaan tersebut tidak berlaku Hubungan antara P dengan

retak yang terjadi adalah semakin besar harga P semakin meningkat retak beas

tegangannya

5 Retak Panas

Retak panas biasanya terjadi pada waktu logam las mendingin setelah

pembekuan selesai Retak ini terjadi karena adanya tegangan yang timbul karena

penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun pada suhu sedikit dibawah

suhu pembekuan Dengan demikian retak ini akan terjadi pad batas butir karena

pada tempat tersebut terbentuk senyawa dengan titik cair rendah Karena itu unsur

seperti Si Ni dan P akan mempertinggi kepekaan baja terhadap retak jenis ini

Untuk menghindari retak panas adalah dengan menurunkan kadar Sid an

Ni serendah mungkin dan menghilangkan kandungan S dan P Untuk baja tahan

karat austenit cara menghindarinya adalah dengan mengusahakan agar S sampai

10 dari ferit terdapat dalam struktur austenit

242 Penembusan Kurang Baik

Selain retak cacat las yang juga sering terjadi adalah penembusan las

yang kurang dan jelek Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat yang

timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh karena

penembusan yang kurang Karena kurang penembusan inilah maka

penyambungan tidak sempurna Penyebab dari penembusan yang kurang ini

antara lain

Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi

Arus terlalu rendah

Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil

Benda kerja terlalu kotor

Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik

Busur las yang terlalu panjang

58

Gambar Penembusan las yang kurang

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

243 Pengerukan Under cut

Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan

under cut pada benda kerja Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau

konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan

konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan Sebabsebab

pengerukan las antara lain

Arus yang terlalu tinggi

Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula

Busur nyala yang terlalu panjang

Ukuran elektroda yang salah

Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat

Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur

Gambar Cacat pengerukanunder cut

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

244 Keropos

59

Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan

Keropos ini bila didiamkan lama kelamaan akan menebar yang diikuti dengan

perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena

korosi tadi Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang

ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga Penyebab keropos ini

yakni

Busur pendek

Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Kurang waktu pengisian

Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja

Kesalahan memilih jenis elektroda

Gambar Cacat keropos

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

245 Penggerutan Benda Kerja

Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila

didinginkan Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang maka

setelah dingin terjadilah pelengkungan atau melenting atau deformasi

Gambar perubahan bentuk benda kerja

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

60

Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)

maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser bahkan sampai kedua

sisi tersebut dapat berimpit

Gambar perubahan bentuk pada kampuh

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Penyebab pengerutan adalah

Pengisian pengelasan kurang

Pengkleman salah

Pemanasan yang berlebihan

Kesalahan persiapan kampuh

Pemanasan tidak merata

Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik

Salah urutan pengelasan

25 Perlengkapan Keselamatan Kerja

251 Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan

mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit

maupun mata Sinar Ias yang sangat terangkuat itu tidak boleh dilihat dangan

mata langsung sampai jarak 16 meter Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus

yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut Ukuran kaca

Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan

61

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 15: laporan pengelasan

22 Dasar Teori Las Asetilin

221 Pengertian Las Oksi Asetilin

Las Oksi asetilin adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan

pencampuran 2 jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas

Dalam proses las gas ini gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen

(O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel gas) Gas bahan bakar yang paling

popular dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah gas Asetilen (dari

kata ldquoacetylenerdquo dan memiliki rumus kimia C2H2) Gas ini memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan gas bahan bakar lain Kelebihan yang dimiliki gas

Asetilen antara lain menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gas

bahan bakar lainya baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen

222 Bahan Bakar Gas

a Asetilin ( C2H2 )

Asetilena (Nama sistematis etuna) adalah suatu hidrokarbon yang

tergolong kepada alkuna dengan rumus C2H2 Asetilena merupakan alkuna yang

paling sederhana karena hanya terdiri dari dua atom karbon dan dua atom

hidrogen Pada asetilena kedua karbon terikat melalui ikatan rangkap tiga dan

masing-masing atom karbon memiliki hibridisasi orbital sp untuk ikatan sigma

Hal ini menyebabkan keempat atom pada asetilena terletak pada satu garis lurus

dengan sudut C-C-H sebesar 180deg

b Propan

Propana adalah senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang berwujud gas

dalam keadaan normal tapi dapat dikompresi menjadi cairan yang mudah

dipindahkan dalam kontainer yang tidak mahal Senyawa ini diturunkan dari

produk petroleum lain pada pemrosesan minyak bumi atau gas alam Propana

umumnya digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin barbeque (pemanggang)

dan di rumah-rumah

46

223 Peralatan Las Oksi Asetilin

a Tabung Gas

Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi

bertekanan Umumnya tabung gas dibuat dari Baja tetapi sekarang ini sudah

banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium Tabung gas

tersedia dalam bentuk beragam mulai berukuran kecil hingga besar Ukuran

tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas

dan juga jenis gas yang ditampung Untuk membedakan tabung gas apakah

didalamnya berisi gas Oksigen Asetilen atau gas lainya dapat dilihat dari kode

warna yang ada pada tabung itu

Gambar 7 Tabung oksigen

(Sumber wwwperkakaskucom)

b Katup Tabung

Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup

Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung Pada tabung gas Oksigen

katup biasanya dibuat dari material Kuningan sedangkan untuk tabung gas

Asetilen katup ini terbuat dari material Baja

c Regulator

Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan dipasang pada

katub tabung dengan tujuan untuk mengurangi atau menurunkan tekann hingga

mencapai tekana kerja torch Regulator ini juga berperan untuk mempertahankan

besarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau pemotongan Bahkan jika

tekanan dalam tabung menurun tekana kerja harus dipertahankan tetap oleh

regulator Pada regulator terdapat bagian-bagian seperti saluran masuk katup

47

pengaturan tekan kerja katup pengaman alat pengukuran tekanan tabung alat

pengukuran tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas menuju selang

Gambar 9 Regulator

(Sumber wwwperkakaskucom)

d Selang gas

Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan

selang gas Untuk memenuhi persyaratan keamanan selang harus mampu

menahan tekan kerja dan tidak mudah bocor Dalam pemakaiannya selang

dibedakan berdasarkan jenis gas yang dialirkan Untuk memudahkan bagimana

membedakan selang Oksigen dan selang Asetilen mak cukup memperhatikan

kode warna pada selang Berikut ini diperlihatkan table yang berisi informasi

tentang perbedaan warna untuk membedakan jenis gas yang mengalir dalam

selang

Gambar 10 Selang gas

(Sumber wwwperkakaskucom)

48

e Torch

Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch

tercampur didalamnya dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api Dari

keterangan diatas toch memiliki dua fungsi yaitu

Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan bakar

Sebagai paembentuk nyala api di ujung nosle

Gambar 11 Torch

(Sumber wwwperkakaskucom)

224 Proses Pengelasan Oksi Asetilin

a Menentukan nyala api

Nyala api Karburasi

Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di

antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna

biru Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut

antara yang berwarna keputih-putihan yang panjangnya ditentukan oleh jumlah

kelebihan asetilen Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam

cair Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel nikel berbagai

jenis baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous

Gambar 12 Nyala api karburasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

49

Nyala api Netral

Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu

Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar

yang berwarna biru bening Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara

Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyala

kerucut

Gambar 13 Nyala api netral

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

Nyala api oksidasi

Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan

nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah

menjadi ungu Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau

dekarburisasi pada logam cair Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan

dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan

untuk pengelasan lainnya

Gambar 14 Nyala api oksidasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

b Teknik Pengelasan

Posisi pengelasan di bawah tangan

Posisi pengelasan datar ( horizontal )

Posisi pengelasan tegak ( vertical )

Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )

Pengelasan arah ke kiri ( maju )

50

Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan

ke kiri dengan membentuk sudut 60deg dan kawat las 30deg terhadap benda kerja

sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan Cara ini

banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan

posisi yang sulit saat mengelas

Pengelasan arah ke kanan ( mundur )

Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke

kiri Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya

45 mm ke atas

23 Diagram CCT dan Diagram TTT

231 Diagram CCT

Gambar Diagram CCT

(Sumber

51

Diagram transformasi semacam ini dinamakan diagram transformasi

pendinginan kontinyu atau diagram CCT (Continuous Cooling Transformation)

Bentuknya agak berbeda dibandingkan dengan diagram IT lihat gambar di atas

kurva transformasi tergeser sedikit ke kanan bawah dan pada baja karbon tidak

terdapat daerah transformasi austenitbainit Ini disebabkan karana kurva awal

transformasi austenit-bainit terhalang oleh kurva transformasi austenit-perlit

Tetapi dari gambar di atas yang menggambarkan kurva transformasi

pendinginan kontinyu (garis tebal) yang disuperimpose pada diagram IT (garis

tipis) baja karbon eutectoid tampak bahwa dengan pendinginan kontinyu lebih

mudah diperoleh martensit karena kurva transformasi ber-geser ke kanan

Misalnya pada kurva pendinginan dengan laju 250 oFs untuk kurva transformasi

pendinginan kontinyu akan merupakan laju pendinginan kritis akan menghasilkan

100 tetapi pada kurva transformasi isothermal masih akan menghasilkan sedikit

perlit sebelum menjadi martensit

Pada proses laku panas biasanya pendinginan dilakukan dengan

pendinginankontinyu sehingga biasanya diagram CCT lebih banyak digunakan

Sedangkan diagram IT digunakan untuk proses laku panas tertentu yang dilakukan

dengan pendingina isothermal

232 Diagram TTT

TTT Diagram merupakan salah satu jenis dari diagram material yang bisa

digunakan untuk memprediksi hasil akhir dari suatu transformasi TTT diagram

lebih sederhana daripada FeC diagram

Banyak ahli metalurgi berpendapat bahwa waktu dan temperatur

transformasi austenite mempunyai pengaruh yang besar terhadap produk hasil

transformasi dan properties baja Karena austenit tidak stabil di bawah temperatur

kritis bawah sangat penting untuk diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan

untuk austenit selesai bertransformasi dan bertransformasi menjadi apa pada

akhirnya austenite tersebut pada temperatur konstan dibawah temperatur kritis

bawah Proses transformasi tersebut dinamakan Transformation Temperature

Time (TTT)

52

Kalau baja diaustenitkan kemudian dicelup dingin pada temperatur di

bawah titik transformasi dan dibiarkan untuk sementara waktu austenit berada

dalam keadaan metastabil dan setelah waktu inkubasi tertentu terjadi

transformasi Dengan merubah-rubah keadaan di atas transformasi dibiarkan pada

temperatur tetap maka diagram transformasi waktu temperatur Seperti

ditunjukkan dalam Gambar 4 proses dimana struktur martensit didapat dengan

pencelupan dingin tiba-tiba setelah dibiarkan berada sebagai austenit yang

metastabil proses ini disebut austenit (ausforming)

Martensit yang dibuat dengan olah austenit dibandingkan dengan

martensit yang didapat dengan proses biasa mempunyai struktur mikro yang

halus cacat kisinya yang sangat banyak dan kekuatan yang sangat tinggi Jadi

kalau baja di temper akan didapat kekuatan keliatan dan keuletan yang tidak bisa

dicapai oleh proses pengerasan dan penemperan baja yang biasa Untuk

mendapatkan sifat-sifat yang sangat baik perlu pemilihan baja yaitu yang

mempunyai waktu permulaan transformasi yang lebih lama dari perlit dan bainit

suau daerah austenit metastabil di dalam S dan yang akan menjadi fasa martensit

karena pencelupan dingin

Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar

karbon dalam baja Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 083 yang

ditahan suhunya dititik tertentu akan menghasilkan struktur perlit dan ferit Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu tapi masih disisi sebelah atas garis horizontal

maka akan mendapatkan struktur mikro bainit (lebih keras dari perlit) Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal maka akan mendapat

struktur martensit (sangat keras dan getas) Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh

tingginya suhu pemanasan lamanya pemanasan dan semakin lama pemanasannya

akan timbul butiran yang lebih besar Semakin cepat pendinginan akan

menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil

53

Gambar Diagram TTT

(Sumber

Gambar diatas menunjukan suatu transformasi dari baja etektoida yang

mempunyai dekomposisi normal austenit sebagai berikut

Bila baja tersebut kita dinginkan cepat sampai dibawah A1 dan dibiarkan

beberapa saat (plusmn 30 detik pada 1250oF) sedemikian rupa jatuh pada daerah

dimana perlit baru sebagian terjadi kemudian dilanjutkan segera dengan quench

maka akan terjadi struktur perlit dan martensit sebagian Martensit ini adalah hasil

transformasi isotermis sebagian austenit pada suhu diatas tadi Lamanya baja

berada pada suhu dibawah A1 akan menentukan banyaknya pembentukan perlit

atau bainit dan menentukan jumlah austenit sisa yang membentuk martensit

setelah quench Dengan kata lain perkataan proses pembentukan perlitbainit pada

suhu tersebut terhenti pada saat quenching

Garis sebelah kiri menunjukkan saat setelah berapa lama dimulai

transformasi dan garis sebelah kanannya adalah akhir transformasi (100) pada

tiap-tiap suhu Dilihat dari bentuk kurva maka untuk suhu diatas 1000degF makin

rendah suhu pembentukkan phase (perlit) lebih cepat dan dibawah 1000degF sampai

dengan plusmn500degF makin rendah suhu makin lama untuk pembentukkan phase

(disisni terjadi struktur bainite)

54

Dengan demikian pembentukan martensit bisa terjadi dengan pendinginan

cepat dari setiap suhu tertentu bilamana waktu lama pada suhu-suhu tersebut

berada disebelah kiri garis kurva kanan Paling cepat terjadinya transformasi ke

phase perlitbainit adalah pada suhu sekitar 1000degF (merupakan ldquonoserdquodari

kurva)

Makin pendek lamanya baja tersebut dibiarkan pada suhu tertentu makin

besar jumlah austenit dan makin besar pula jumlah martensit yang terbentuk

setelah quenching Dari diagram cenderung tidaklah mungkin memperoleh

martensit dengan membiarkan baja tersebut pada suhu tertentu (konstan) untuk

waktu yang sangat lama

24 Macam Cacat Pada Daerah Lasan

241 Klasifikasi Retak Las

Daerah lasan yang terjadi akibat proses pelumeran atau pencairan menurut

(Wiryosumarto dan Okumura2000) dibagi tiga bagian yaitu daerah terpengaruh

panas atau HAZ (Heat Affected Zone) yaitu logam yang bersebelahan dengan

logam las Logam las yaitu bagian dari logam yang pada waktu pengelasan

mencair dan membeku dan logam induk yang tidak terpengaruhi yaitu bagian

logam dasar yang tidak terkena panas atau suhu pemanasan tidak menyebabkan

perubahan sifat danstruktur logam induk

Retak pada hasil pengelasan juga disebabkab oleh faktor-faktor perubahan

metalurgi setelah logam mengalami pemanasan Selain itu juga Retak pada hasil

pengelasan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perencanaan pemilihan bahan

dan proses pengelasan

Dua kelompok retak las adalah kelompok retak dingin dan kelompok retak

panas Retak dingin adalah retak daerah las yang terjadi pada suhu dibawah suhu

transformasi Martensit kurang lebih pada suhu 300ordmC sedangkan retak panas

adalah retak pada daerah las yang terjadi pada suhu diatas 500degC

Retak dingin dapat terjadi tidak hanya pada daerah HAZ tetapi juga pada logam

las Retak dingin pada daerah terpengaruh panas adalah retak bawah manik las

55

retak akar dan retak kaki Sedangkan retak dingin pada logam las biasanya adalah

retak memanjang dan retak melintang

Retak panas dibagi dalam dua kelas yaitu retak karena pembebasan

tegangan pada HAZ yang terjadi pada suhu antara 550degC-700degC dan retak yang

terjadi pada suhu diatas 900degC yang terjadi pada saat pembekuan logam las

Retak panas yang sering terjadi pada logam las karena pembekuan biasanya

berbentuk retak kawah dan retak memanjang Pada pengelasan baja austenit retak

panas biasanya terjadi pada daerah HAZ dan logam las Retak las karena

pembebasan tegangan pada umumnya terjadi pada kaki daerah HAZ

Jenis Retak las dan penyebabnya

1 Retak Dingin pada Daerah Pengaruh Panas (HAZ)

Retak dingin pada daerah HAZ biasanya terjadi beberapa menit sampai

dengan 48 jam sesudah pengelasan Karena itu retak ini disebut juga retak lambat

Penyebab retak ini adalah Struktur dari daerah HAZ difusi hidrogen didaerah las

dan tegangan sisa

Struktur dari daerah HAZ ditentukan oleh komposisi kimia logam induk

dan kecepatan pendinginan daerah las Retak dingin didaerah HAZ pada

pengelasan baja biasanya terjadi pada daerah martensit Karena kadar unsur

paduan yang mempertinggi sifat mampu keras baja diusahakan serendah mungkin

2 Retak Lamel

Pada konstruksi kerangka yang besar seperti bangunan laut biasanya

digunakan pelat tebal sehingga pada daerah las terjadi tegangan yang besar

Karena tegangan ini kadang terjadi retak bertumpuk yang menjalar sepanjang

butiran bukan logam yang ada didalam baja Retak semacam ini disebut retak

lamel Butiran MnS atau MnSiO dengan bentuk butiran kubus biasanya lebih peka

terhadap retak lamel dari pada butiran berbentuk bulat Karena hal tersebut maka

pada baja tahan retak kadar belerang diusahakan serendah-rendahnya

3 Retak Lintang pada Logam Las

Retak dingin disamping terjadi pada daerah HAZ juga dapat terjadi pada

logam las Retak ini terjadi dengan arah tegak lurus atau melintang terhadap garis

las Retak lintang dapat terjadi pada pengelasan busur terendam atau pada busur

56

listrik dengan elektroda terbungkus dan juga pada pengelasan yang menggunakan

logam las dengan kekuatan lebih dari 75 kgmm

Retak lintang sama halnya dengan retak dingin terjadi karena adanya

hidrogen difusi yang keluar dari fluks atau pembungkus elektroda Pada

permukaan manik las hidrogen difusi yang dikandung dapat dilepaskan dengan

mudah bila dibandingkan dengan hydrogen yang ada dibagian dalam Karena itu

biasanya retak lintang terdapat pada tengah-tengah tebal lasan tanpa menembus

permukaan

Dengan demikian cara pencegahan retak lintang adalah dengan cara

menurunkan kadar hidrogen difusi disamping pengeringan dan penyimpanan

yang baik dari bahan-bahan las agar tidak terkena uap air Pemanasan mula dan

pemanasan lanjutan juga sangat membantu didalam pelepasan dan pembebasan

hidrogen difusi

4 Retak pada Daerah Las Karena Proses Pembebasan Tegangan

Retak yang terjadi karena perlakuan-perlakuan panas sesudah pengelasan

adalah retak karena proses anil pembebasan tegangan yang biasanya dilakukan

pada suhu 500degC sampai 700degC Tempat terjadinya retak anil ini adalah pada

batas-batas butir terutama butir kasar pada daerah pengaruh panas

Bila dilihat dari bahan maka baja dengan kekuatan 80 kgmm dan baja

paduan rendah Cr-Mo-V adalah baj yang sangat peka terhadap retak karena

pembebasan tegangan Pengaruh komposisi kimia pada kepekaan retak tersebut

dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Menurut Nakamura Achiki dan Okabayashi

ΔG = (Cr) + 33 (Mn) + 81(V) ndash 2

Menurut Ito dan Nakanishi

P = (Cr) + (Cu) + 2 (Mo) + 10(V) +7(Ne) + 5(Ti)

Dari kedua rumus tersebut bila ΔG atau P mempunyai harga positif maka

terjadi keretakan Bila baja mengandung karbon kurang dari 01 atau krom lebih

dari 15 kepekaannya terhadap retak karena pembebasan tegangan menjadi

57

rendah sehingga persamaan tersebut tidak berlaku Hubungan antara P dengan

retak yang terjadi adalah semakin besar harga P semakin meningkat retak beas

tegangannya

5 Retak Panas

Retak panas biasanya terjadi pada waktu logam las mendingin setelah

pembekuan selesai Retak ini terjadi karena adanya tegangan yang timbul karena

penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun pada suhu sedikit dibawah

suhu pembekuan Dengan demikian retak ini akan terjadi pad batas butir karena

pada tempat tersebut terbentuk senyawa dengan titik cair rendah Karena itu unsur

seperti Si Ni dan P akan mempertinggi kepekaan baja terhadap retak jenis ini

Untuk menghindari retak panas adalah dengan menurunkan kadar Sid an

Ni serendah mungkin dan menghilangkan kandungan S dan P Untuk baja tahan

karat austenit cara menghindarinya adalah dengan mengusahakan agar S sampai

10 dari ferit terdapat dalam struktur austenit

242 Penembusan Kurang Baik

Selain retak cacat las yang juga sering terjadi adalah penembusan las

yang kurang dan jelek Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat yang

timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh karena

penembusan yang kurang Karena kurang penembusan inilah maka

penyambungan tidak sempurna Penyebab dari penembusan yang kurang ini

antara lain

Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi

Arus terlalu rendah

Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil

Benda kerja terlalu kotor

Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik

Busur las yang terlalu panjang

58

Gambar Penembusan las yang kurang

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

243 Pengerukan Under cut

Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan

under cut pada benda kerja Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau

konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan

konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan Sebabsebab

pengerukan las antara lain

Arus yang terlalu tinggi

Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula

Busur nyala yang terlalu panjang

Ukuran elektroda yang salah

Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat

Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur

Gambar Cacat pengerukanunder cut

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

244 Keropos

59

Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan

Keropos ini bila didiamkan lama kelamaan akan menebar yang diikuti dengan

perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena

korosi tadi Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang

ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga Penyebab keropos ini

yakni

Busur pendek

Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Kurang waktu pengisian

Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja

Kesalahan memilih jenis elektroda

Gambar Cacat keropos

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

245 Penggerutan Benda Kerja

Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila

didinginkan Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang maka

setelah dingin terjadilah pelengkungan atau melenting atau deformasi

Gambar perubahan bentuk benda kerja

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

60

Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)

maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser bahkan sampai kedua

sisi tersebut dapat berimpit

Gambar perubahan bentuk pada kampuh

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Penyebab pengerutan adalah

Pengisian pengelasan kurang

Pengkleman salah

Pemanasan yang berlebihan

Kesalahan persiapan kampuh

Pemanasan tidak merata

Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik

Salah urutan pengelasan

25 Perlengkapan Keselamatan Kerja

251 Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan

mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit

maupun mata Sinar Ias yang sangat terangkuat itu tidak boleh dilihat dangan

mata langsung sampai jarak 16 meter Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus

yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut Ukuran kaca

Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan

61

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 16: laporan pengelasan

223 Peralatan Las Oksi Asetilin

a Tabung Gas

Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi

bertekanan Umumnya tabung gas dibuat dari Baja tetapi sekarang ini sudah

banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium Tabung gas

tersedia dalam bentuk beragam mulai berukuran kecil hingga besar Ukuran

tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas

dan juga jenis gas yang ditampung Untuk membedakan tabung gas apakah

didalamnya berisi gas Oksigen Asetilen atau gas lainya dapat dilihat dari kode

warna yang ada pada tabung itu

Gambar 7 Tabung oksigen

(Sumber wwwperkakaskucom)

b Katup Tabung

Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup

Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung Pada tabung gas Oksigen

katup biasanya dibuat dari material Kuningan sedangkan untuk tabung gas

Asetilen katup ini terbuat dari material Baja

c Regulator

Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan dipasang pada

katub tabung dengan tujuan untuk mengurangi atau menurunkan tekann hingga

mencapai tekana kerja torch Regulator ini juga berperan untuk mempertahankan

besarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau pemotongan Bahkan jika

tekanan dalam tabung menurun tekana kerja harus dipertahankan tetap oleh

regulator Pada regulator terdapat bagian-bagian seperti saluran masuk katup

47

pengaturan tekan kerja katup pengaman alat pengukuran tekanan tabung alat

pengukuran tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas menuju selang

Gambar 9 Regulator

(Sumber wwwperkakaskucom)

d Selang gas

Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan

selang gas Untuk memenuhi persyaratan keamanan selang harus mampu

menahan tekan kerja dan tidak mudah bocor Dalam pemakaiannya selang

dibedakan berdasarkan jenis gas yang dialirkan Untuk memudahkan bagimana

membedakan selang Oksigen dan selang Asetilen mak cukup memperhatikan

kode warna pada selang Berikut ini diperlihatkan table yang berisi informasi

tentang perbedaan warna untuk membedakan jenis gas yang mengalir dalam

selang

Gambar 10 Selang gas

(Sumber wwwperkakaskucom)

48

e Torch

Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch

tercampur didalamnya dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api Dari

keterangan diatas toch memiliki dua fungsi yaitu

Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan bakar

Sebagai paembentuk nyala api di ujung nosle

Gambar 11 Torch

(Sumber wwwperkakaskucom)

224 Proses Pengelasan Oksi Asetilin

a Menentukan nyala api

Nyala api Karburasi

Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di

antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna

biru Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut

antara yang berwarna keputih-putihan yang panjangnya ditentukan oleh jumlah

kelebihan asetilen Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam

cair Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel nikel berbagai

jenis baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous

Gambar 12 Nyala api karburasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

49

Nyala api Netral

Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu

Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar

yang berwarna biru bening Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara

Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyala

kerucut

Gambar 13 Nyala api netral

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

Nyala api oksidasi

Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan

nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah

menjadi ungu Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau

dekarburisasi pada logam cair Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan

dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan

untuk pengelasan lainnya

Gambar 14 Nyala api oksidasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

b Teknik Pengelasan

Posisi pengelasan di bawah tangan

Posisi pengelasan datar ( horizontal )

Posisi pengelasan tegak ( vertical )

Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )

Pengelasan arah ke kiri ( maju )

50

Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan

ke kiri dengan membentuk sudut 60deg dan kawat las 30deg terhadap benda kerja

sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan Cara ini

banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan

posisi yang sulit saat mengelas

Pengelasan arah ke kanan ( mundur )

Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke

kiri Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya

45 mm ke atas

23 Diagram CCT dan Diagram TTT

231 Diagram CCT

Gambar Diagram CCT

(Sumber

51

Diagram transformasi semacam ini dinamakan diagram transformasi

pendinginan kontinyu atau diagram CCT (Continuous Cooling Transformation)

Bentuknya agak berbeda dibandingkan dengan diagram IT lihat gambar di atas

kurva transformasi tergeser sedikit ke kanan bawah dan pada baja karbon tidak

terdapat daerah transformasi austenitbainit Ini disebabkan karana kurva awal

transformasi austenit-bainit terhalang oleh kurva transformasi austenit-perlit

Tetapi dari gambar di atas yang menggambarkan kurva transformasi

pendinginan kontinyu (garis tebal) yang disuperimpose pada diagram IT (garis

tipis) baja karbon eutectoid tampak bahwa dengan pendinginan kontinyu lebih

mudah diperoleh martensit karena kurva transformasi ber-geser ke kanan

Misalnya pada kurva pendinginan dengan laju 250 oFs untuk kurva transformasi

pendinginan kontinyu akan merupakan laju pendinginan kritis akan menghasilkan

100 tetapi pada kurva transformasi isothermal masih akan menghasilkan sedikit

perlit sebelum menjadi martensit

Pada proses laku panas biasanya pendinginan dilakukan dengan

pendinginankontinyu sehingga biasanya diagram CCT lebih banyak digunakan

Sedangkan diagram IT digunakan untuk proses laku panas tertentu yang dilakukan

dengan pendingina isothermal

232 Diagram TTT

TTT Diagram merupakan salah satu jenis dari diagram material yang bisa

digunakan untuk memprediksi hasil akhir dari suatu transformasi TTT diagram

lebih sederhana daripada FeC diagram

Banyak ahli metalurgi berpendapat bahwa waktu dan temperatur

transformasi austenite mempunyai pengaruh yang besar terhadap produk hasil

transformasi dan properties baja Karena austenit tidak stabil di bawah temperatur

kritis bawah sangat penting untuk diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan

untuk austenit selesai bertransformasi dan bertransformasi menjadi apa pada

akhirnya austenite tersebut pada temperatur konstan dibawah temperatur kritis

bawah Proses transformasi tersebut dinamakan Transformation Temperature

Time (TTT)

52

Kalau baja diaustenitkan kemudian dicelup dingin pada temperatur di

bawah titik transformasi dan dibiarkan untuk sementara waktu austenit berada

dalam keadaan metastabil dan setelah waktu inkubasi tertentu terjadi

transformasi Dengan merubah-rubah keadaan di atas transformasi dibiarkan pada

temperatur tetap maka diagram transformasi waktu temperatur Seperti

ditunjukkan dalam Gambar 4 proses dimana struktur martensit didapat dengan

pencelupan dingin tiba-tiba setelah dibiarkan berada sebagai austenit yang

metastabil proses ini disebut austenit (ausforming)

Martensit yang dibuat dengan olah austenit dibandingkan dengan

martensit yang didapat dengan proses biasa mempunyai struktur mikro yang

halus cacat kisinya yang sangat banyak dan kekuatan yang sangat tinggi Jadi

kalau baja di temper akan didapat kekuatan keliatan dan keuletan yang tidak bisa

dicapai oleh proses pengerasan dan penemperan baja yang biasa Untuk

mendapatkan sifat-sifat yang sangat baik perlu pemilihan baja yaitu yang

mempunyai waktu permulaan transformasi yang lebih lama dari perlit dan bainit

suau daerah austenit metastabil di dalam S dan yang akan menjadi fasa martensit

karena pencelupan dingin

Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar

karbon dalam baja Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 083 yang

ditahan suhunya dititik tertentu akan menghasilkan struktur perlit dan ferit Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu tapi masih disisi sebelah atas garis horizontal

maka akan mendapatkan struktur mikro bainit (lebih keras dari perlit) Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal maka akan mendapat

struktur martensit (sangat keras dan getas) Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh

tingginya suhu pemanasan lamanya pemanasan dan semakin lama pemanasannya

akan timbul butiran yang lebih besar Semakin cepat pendinginan akan

menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil

53

Gambar Diagram TTT

(Sumber

Gambar diatas menunjukan suatu transformasi dari baja etektoida yang

mempunyai dekomposisi normal austenit sebagai berikut

Bila baja tersebut kita dinginkan cepat sampai dibawah A1 dan dibiarkan

beberapa saat (plusmn 30 detik pada 1250oF) sedemikian rupa jatuh pada daerah

dimana perlit baru sebagian terjadi kemudian dilanjutkan segera dengan quench

maka akan terjadi struktur perlit dan martensit sebagian Martensit ini adalah hasil

transformasi isotermis sebagian austenit pada suhu diatas tadi Lamanya baja

berada pada suhu dibawah A1 akan menentukan banyaknya pembentukan perlit

atau bainit dan menentukan jumlah austenit sisa yang membentuk martensit

setelah quench Dengan kata lain perkataan proses pembentukan perlitbainit pada

suhu tersebut terhenti pada saat quenching

Garis sebelah kiri menunjukkan saat setelah berapa lama dimulai

transformasi dan garis sebelah kanannya adalah akhir transformasi (100) pada

tiap-tiap suhu Dilihat dari bentuk kurva maka untuk suhu diatas 1000degF makin

rendah suhu pembentukkan phase (perlit) lebih cepat dan dibawah 1000degF sampai

dengan plusmn500degF makin rendah suhu makin lama untuk pembentukkan phase

(disisni terjadi struktur bainite)

54

Dengan demikian pembentukan martensit bisa terjadi dengan pendinginan

cepat dari setiap suhu tertentu bilamana waktu lama pada suhu-suhu tersebut

berada disebelah kiri garis kurva kanan Paling cepat terjadinya transformasi ke

phase perlitbainit adalah pada suhu sekitar 1000degF (merupakan ldquonoserdquodari

kurva)

Makin pendek lamanya baja tersebut dibiarkan pada suhu tertentu makin

besar jumlah austenit dan makin besar pula jumlah martensit yang terbentuk

setelah quenching Dari diagram cenderung tidaklah mungkin memperoleh

martensit dengan membiarkan baja tersebut pada suhu tertentu (konstan) untuk

waktu yang sangat lama

24 Macam Cacat Pada Daerah Lasan

241 Klasifikasi Retak Las

Daerah lasan yang terjadi akibat proses pelumeran atau pencairan menurut

(Wiryosumarto dan Okumura2000) dibagi tiga bagian yaitu daerah terpengaruh

panas atau HAZ (Heat Affected Zone) yaitu logam yang bersebelahan dengan

logam las Logam las yaitu bagian dari logam yang pada waktu pengelasan

mencair dan membeku dan logam induk yang tidak terpengaruhi yaitu bagian

logam dasar yang tidak terkena panas atau suhu pemanasan tidak menyebabkan

perubahan sifat danstruktur logam induk

Retak pada hasil pengelasan juga disebabkab oleh faktor-faktor perubahan

metalurgi setelah logam mengalami pemanasan Selain itu juga Retak pada hasil

pengelasan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perencanaan pemilihan bahan

dan proses pengelasan

Dua kelompok retak las adalah kelompok retak dingin dan kelompok retak

panas Retak dingin adalah retak daerah las yang terjadi pada suhu dibawah suhu

transformasi Martensit kurang lebih pada suhu 300ordmC sedangkan retak panas

adalah retak pada daerah las yang terjadi pada suhu diatas 500degC

Retak dingin dapat terjadi tidak hanya pada daerah HAZ tetapi juga pada logam

las Retak dingin pada daerah terpengaruh panas adalah retak bawah manik las

55

retak akar dan retak kaki Sedangkan retak dingin pada logam las biasanya adalah

retak memanjang dan retak melintang

Retak panas dibagi dalam dua kelas yaitu retak karena pembebasan

tegangan pada HAZ yang terjadi pada suhu antara 550degC-700degC dan retak yang

terjadi pada suhu diatas 900degC yang terjadi pada saat pembekuan logam las

Retak panas yang sering terjadi pada logam las karena pembekuan biasanya

berbentuk retak kawah dan retak memanjang Pada pengelasan baja austenit retak

panas biasanya terjadi pada daerah HAZ dan logam las Retak las karena

pembebasan tegangan pada umumnya terjadi pada kaki daerah HAZ

Jenis Retak las dan penyebabnya

1 Retak Dingin pada Daerah Pengaruh Panas (HAZ)

Retak dingin pada daerah HAZ biasanya terjadi beberapa menit sampai

dengan 48 jam sesudah pengelasan Karena itu retak ini disebut juga retak lambat

Penyebab retak ini adalah Struktur dari daerah HAZ difusi hidrogen didaerah las

dan tegangan sisa

Struktur dari daerah HAZ ditentukan oleh komposisi kimia logam induk

dan kecepatan pendinginan daerah las Retak dingin didaerah HAZ pada

pengelasan baja biasanya terjadi pada daerah martensit Karena kadar unsur

paduan yang mempertinggi sifat mampu keras baja diusahakan serendah mungkin

2 Retak Lamel

Pada konstruksi kerangka yang besar seperti bangunan laut biasanya

digunakan pelat tebal sehingga pada daerah las terjadi tegangan yang besar

Karena tegangan ini kadang terjadi retak bertumpuk yang menjalar sepanjang

butiran bukan logam yang ada didalam baja Retak semacam ini disebut retak

lamel Butiran MnS atau MnSiO dengan bentuk butiran kubus biasanya lebih peka

terhadap retak lamel dari pada butiran berbentuk bulat Karena hal tersebut maka

pada baja tahan retak kadar belerang diusahakan serendah-rendahnya

3 Retak Lintang pada Logam Las

Retak dingin disamping terjadi pada daerah HAZ juga dapat terjadi pada

logam las Retak ini terjadi dengan arah tegak lurus atau melintang terhadap garis

las Retak lintang dapat terjadi pada pengelasan busur terendam atau pada busur

56

listrik dengan elektroda terbungkus dan juga pada pengelasan yang menggunakan

logam las dengan kekuatan lebih dari 75 kgmm

Retak lintang sama halnya dengan retak dingin terjadi karena adanya

hidrogen difusi yang keluar dari fluks atau pembungkus elektroda Pada

permukaan manik las hidrogen difusi yang dikandung dapat dilepaskan dengan

mudah bila dibandingkan dengan hydrogen yang ada dibagian dalam Karena itu

biasanya retak lintang terdapat pada tengah-tengah tebal lasan tanpa menembus

permukaan

Dengan demikian cara pencegahan retak lintang adalah dengan cara

menurunkan kadar hidrogen difusi disamping pengeringan dan penyimpanan

yang baik dari bahan-bahan las agar tidak terkena uap air Pemanasan mula dan

pemanasan lanjutan juga sangat membantu didalam pelepasan dan pembebasan

hidrogen difusi

4 Retak pada Daerah Las Karena Proses Pembebasan Tegangan

Retak yang terjadi karena perlakuan-perlakuan panas sesudah pengelasan

adalah retak karena proses anil pembebasan tegangan yang biasanya dilakukan

pada suhu 500degC sampai 700degC Tempat terjadinya retak anil ini adalah pada

batas-batas butir terutama butir kasar pada daerah pengaruh panas

Bila dilihat dari bahan maka baja dengan kekuatan 80 kgmm dan baja

paduan rendah Cr-Mo-V adalah baj yang sangat peka terhadap retak karena

pembebasan tegangan Pengaruh komposisi kimia pada kepekaan retak tersebut

dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Menurut Nakamura Achiki dan Okabayashi

ΔG = (Cr) + 33 (Mn) + 81(V) ndash 2

Menurut Ito dan Nakanishi

P = (Cr) + (Cu) + 2 (Mo) + 10(V) +7(Ne) + 5(Ti)

Dari kedua rumus tersebut bila ΔG atau P mempunyai harga positif maka

terjadi keretakan Bila baja mengandung karbon kurang dari 01 atau krom lebih

dari 15 kepekaannya terhadap retak karena pembebasan tegangan menjadi

57

rendah sehingga persamaan tersebut tidak berlaku Hubungan antara P dengan

retak yang terjadi adalah semakin besar harga P semakin meningkat retak beas

tegangannya

5 Retak Panas

Retak panas biasanya terjadi pada waktu logam las mendingin setelah

pembekuan selesai Retak ini terjadi karena adanya tegangan yang timbul karena

penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun pada suhu sedikit dibawah

suhu pembekuan Dengan demikian retak ini akan terjadi pad batas butir karena

pada tempat tersebut terbentuk senyawa dengan titik cair rendah Karena itu unsur

seperti Si Ni dan P akan mempertinggi kepekaan baja terhadap retak jenis ini

Untuk menghindari retak panas adalah dengan menurunkan kadar Sid an

Ni serendah mungkin dan menghilangkan kandungan S dan P Untuk baja tahan

karat austenit cara menghindarinya adalah dengan mengusahakan agar S sampai

10 dari ferit terdapat dalam struktur austenit

242 Penembusan Kurang Baik

Selain retak cacat las yang juga sering terjadi adalah penembusan las

yang kurang dan jelek Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat yang

timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh karena

penembusan yang kurang Karena kurang penembusan inilah maka

penyambungan tidak sempurna Penyebab dari penembusan yang kurang ini

antara lain

Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi

Arus terlalu rendah

Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil

Benda kerja terlalu kotor

Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik

Busur las yang terlalu panjang

58

Gambar Penembusan las yang kurang

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

243 Pengerukan Under cut

Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan

under cut pada benda kerja Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau

konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan

konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan Sebabsebab

pengerukan las antara lain

Arus yang terlalu tinggi

Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula

Busur nyala yang terlalu panjang

Ukuran elektroda yang salah

Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat

Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur

Gambar Cacat pengerukanunder cut

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

244 Keropos

59

Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan

Keropos ini bila didiamkan lama kelamaan akan menebar yang diikuti dengan

perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena

korosi tadi Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang

ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga Penyebab keropos ini

yakni

Busur pendek

Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Kurang waktu pengisian

Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja

Kesalahan memilih jenis elektroda

Gambar Cacat keropos

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

245 Penggerutan Benda Kerja

Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila

didinginkan Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang maka

setelah dingin terjadilah pelengkungan atau melenting atau deformasi

Gambar perubahan bentuk benda kerja

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

60

Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)

maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser bahkan sampai kedua

sisi tersebut dapat berimpit

Gambar perubahan bentuk pada kampuh

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Penyebab pengerutan adalah

Pengisian pengelasan kurang

Pengkleman salah

Pemanasan yang berlebihan

Kesalahan persiapan kampuh

Pemanasan tidak merata

Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik

Salah urutan pengelasan

25 Perlengkapan Keselamatan Kerja

251 Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan

mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit

maupun mata Sinar Ias yang sangat terangkuat itu tidak boleh dilihat dangan

mata langsung sampai jarak 16 meter Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus

yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut Ukuran kaca

Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan

61

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 17: laporan pengelasan

pengaturan tekan kerja katup pengaman alat pengukuran tekanan tabung alat

pengukuran tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas menuju selang

Gambar 9 Regulator

(Sumber wwwperkakaskucom)

d Selang gas

Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan

selang gas Untuk memenuhi persyaratan keamanan selang harus mampu

menahan tekan kerja dan tidak mudah bocor Dalam pemakaiannya selang

dibedakan berdasarkan jenis gas yang dialirkan Untuk memudahkan bagimana

membedakan selang Oksigen dan selang Asetilen mak cukup memperhatikan

kode warna pada selang Berikut ini diperlihatkan table yang berisi informasi

tentang perbedaan warna untuk membedakan jenis gas yang mengalir dalam

selang

Gambar 10 Selang gas

(Sumber wwwperkakaskucom)

48

e Torch

Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch

tercampur didalamnya dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api Dari

keterangan diatas toch memiliki dua fungsi yaitu

Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan bakar

Sebagai paembentuk nyala api di ujung nosle

Gambar 11 Torch

(Sumber wwwperkakaskucom)

224 Proses Pengelasan Oksi Asetilin

a Menentukan nyala api

Nyala api Karburasi

Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di

antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna

biru Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut

antara yang berwarna keputih-putihan yang panjangnya ditentukan oleh jumlah

kelebihan asetilen Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam

cair Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel nikel berbagai

jenis baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous

Gambar 12 Nyala api karburasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

49

Nyala api Netral

Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu

Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar

yang berwarna biru bening Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara

Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyala

kerucut

Gambar 13 Nyala api netral

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

Nyala api oksidasi

Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan

nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah

menjadi ungu Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau

dekarburisasi pada logam cair Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan

dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan

untuk pengelasan lainnya

Gambar 14 Nyala api oksidasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

b Teknik Pengelasan

Posisi pengelasan di bawah tangan

Posisi pengelasan datar ( horizontal )

Posisi pengelasan tegak ( vertical )

Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )

Pengelasan arah ke kiri ( maju )

50

Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan

ke kiri dengan membentuk sudut 60deg dan kawat las 30deg terhadap benda kerja

sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan Cara ini

banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan

posisi yang sulit saat mengelas

Pengelasan arah ke kanan ( mundur )

Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke

kiri Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya

45 mm ke atas

23 Diagram CCT dan Diagram TTT

231 Diagram CCT

Gambar Diagram CCT

(Sumber

51

Diagram transformasi semacam ini dinamakan diagram transformasi

pendinginan kontinyu atau diagram CCT (Continuous Cooling Transformation)

Bentuknya agak berbeda dibandingkan dengan diagram IT lihat gambar di atas

kurva transformasi tergeser sedikit ke kanan bawah dan pada baja karbon tidak

terdapat daerah transformasi austenitbainit Ini disebabkan karana kurva awal

transformasi austenit-bainit terhalang oleh kurva transformasi austenit-perlit

Tetapi dari gambar di atas yang menggambarkan kurva transformasi

pendinginan kontinyu (garis tebal) yang disuperimpose pada diagram IT (garis

tipis) baja karbon eutectoid tampak bahwa dengan pendinginan kontinyu lebih

mudah diperoleh martensit karena kurva transformasi ber-geser ke kanan

Misalnya pada kurva pendinginan dengan laju 250 oFs untuk kurva transformasi

pendinginan kontinyu akan merupakan laju pendinginan kritis akan menghasilkan

100 tetapi pada kurva transformasi isothermal masih akan menghasilkan sedikit

perlit sebelum menjadi martensit

Pada proses laku panas biasanya pendinginan dilakukan dengan

pendinginankontinyu sehingga biasanya diagram CCT lebih banyak digunakan

Sedangkan diagram IT digunakan untuk proses laku panas tertentu yang dilakukan

dengan pendingina isothermal

232 Diagram TTT

TTT Diagram merupakan salah satu jenis dari diagram material yang bisa

digunakan untuk memprediksi hasil akhir dari suatu transformasi TTT diagram

lebih sederhana daripada FeC diagram

Banyak ahli metalurgi berpendapat bahwa waktu dan temperatur

transformasi austenite mempunyai pengaruh yang besar terhadap produk hasil

transformasi dan properties baja Karena austenit tidak stabil di bawah temperatur

kritis bawah sangat penting untuk diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan

untuk austenit selesai bertransformasi dan bertransformasi menjadi apa pada

akhirnya austenite tersebut pada temperatur konstan dibawah temperatur kritis

bawah Proses transformasi tersebut dinamakan Transformation Temperature

Time (TTT)

52

Kalau baja diaustenitkan kemudian dicelup dingin pada temperatur di

bawah titik transformasi dan dibiarkan untuk sementara waktu austenit berada

dalam keadaan metastabil dan setelah waktu inkubasi tertentu terjadi

transformasi Dengan merubah-rubah keadaan di atas transformasi dibiarkan pada

temperatur tetap maka diagram transformasi waktu temperatur Seperti

ditunjukkan dalam Gambar 4 proses dimana struktur martensit didapat dengan

pencelupan dingin tiba-tiba setelah dibiarkan berada sebagai austenit yang

metastabil proses ini disebut austenit (ausforming)

Martensit yang dibuat dengan olah austenit dibandingkan dengan

martensit yang didapat dengan proses biasa mempunyai struktur mikro yang

halus cacat kisinya yang sangat banyak dan kekuatan yang sangat tinggi Jadi

kalau baja di temper akan didapat kekuatan keliatan dan keuletan yang tidak bisa

dicapai oleh proses pengerasan dan penemperan baja yang biasa Untuk

mendapatkan sifat-sifat yang sangat baik perlu pemilihan baja yaitu yang

mempunyai waktu permulaan transformasi yang lebih lama dari perlit dan bainit

suau daerah austenit metastabil di dalam S dan yang akan menjadi fasa martensit

karena pencelupan dingin

Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar

karbon dalam baja Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 083 yang

ditahan suhunya dititik tertentu akan menghasilkan struktur perlit dan ferit Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu tapi masih disisi sebelah atas garis horizontal

maka akan mendapatkan struktur mikro bainit (lebih keras dari perlit) Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal maka akan mendapat

struktur martensit (sangat keras dan getas) Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh

tingginya suhu pemanasan lamanya pemanasan dan semakin lama pemanasannya

akan timbul butiran yang lebih besar Semakin cepat pendinginan akan

menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil

53

Gambar Diagram TTT

(Sumber

Gambar diatas menunjukan suatu transformasi dari baja etektoida yang

mempunyai dekomposisi normal austenit sebagai berikut

Bila baja tersebut kita dinginkan cepat sampai dibawah A1 dan dibiarkan

beberapa saat (plusmn 30 detik pada 1250oF) sedemikian rupa jatuh pada daerah

dimana perlit baru sebagian terjadi kemudian dilanjutkan segera dengan quench

maka akan terjadi struktur perlit dan martensit sebagian Martensit ini adalah hasil

transformasi isotermis sebagian austenit pada suhu diatas tadi Lamanya baja

berada pada suhu dibawah A1 akan menentukan banyaknya pembentukan perlit

atau bainit dan menentukan jumlah austenit sisa yang membentuk martensit

setelah quench Dengan kata lain perkataan proses pembentukan perlitbainit pada

suhu tersebut terhenti pada saat quenching

Garis sebelah kiri menunjukkan saat setelah berapa lama dimulai

transformasi dan garis sebelah kanannya adalah akhir transformasi (100) pada

tiap-tiap suhu Dilihat dari bentuk kurva maka untuk suhu diatas 1000degF makin

rendah suhu pembentukkan phase (perlit) lebih cepat dan dibawah 1000degF sampai

dengan plusmn500degF makin rendah suhu makin lama untuk pembentukkan phase

(disisni terjadi struktur bainite)

54

Dengan demikian pembentukan martensit bisa terjadi dengan pendinginan

cepat dari setiap suhu tertentu bilamana waktu lama pada suhu-suhu tersebut

berada disebelah kiri garis kurva kanan Paling cepat terjadinya transformasi ke

phase perlitbainit adalah pada suhu sekitar 1000degF (merupakan ldquonoserdquodari

kurva)

Makin pendek lamanya baja tersebut dibiarkan pada suhu tertentu makin

besar jumlah austenit dan makin besar pula jumlah martensit yang terbentuk

setelah quenching Dari diagram cenderung tidaklah mungkin memperoleh

martensit dengan membiarkan baja tersebut pada suhu tertentu (konstan) untuk

waktu yang sangat lama

24 Macam Cacat Pada Daerah Lasan

241 Klasifikasi Retak Las

Daerah lasan yang terjadi akibat proses pelumeran atau pencairan menurut

(Wiryosumarto dan Okumura2000) dibagi tiga bagian yaitu daerah terpengaruh

panas atau HAZ (Heat Affected Zone) yaitu logam yang bersebelahan dengan

logam las Logam las yaitu bagian dari logam yang pada waktu pengelasan

mencair dan membeku dan logam induk yang tidak terpengaruhi yaitu bagian

logam dasar yang tidak terkena panas atau suhu pemanasan tidak menyebabkan

perubahan sifat danstruktur logam induk

Retak pada hasil pengelasan juga disebabkab oleh faktor-faktor perubahan

metalurgi setelah logam mengalami pemanasan Selain itu juga Retak pada hasil

pengelasan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perencanaan pemilihan bahan

dan proses pengelasan

Dua kelompok retak las adalah kelompok retak dingin dan kelompok retak

panas Retak dingin adalah retak daerah las yang terjadi pada suhu dibawah suhu

transformasi Martensit kurang lebih pada suhu 300ordmC sedangkan retak panas

adalah retak pada daerah las yang terjadi pada suhu diatas 500degC

Retak dingin dapat terjadi tidak hanya pada daerah HAZ tetapi juga pada logam

las Retak dingin pada daerah terpengaruh panas adalah retak bawah manik las

55

retak akar dan retak kaki Sedangkan retak dingin pada logam las biasanya adalah

retak memanjang dan retak melintang

Retak panas dibagi dalam dua kelas yaitu retak karena pembebasan

tegangan pada HAZ yang terjadi pada suhu antara 550degC-700degC dan retak yang

terjadi pada suhu diatas 900degC yang terjadi pada saat pembekuan logam las

Retak panas yang sering terjadi pada logam las karena pembekuan biasanya

berbentuk retak kawah dan retak memanjang Pada pengelasan baja austenit retak

panas biasanya terjadi pada daerah HAZ dan logam las Retak las karena

pembebasan tegangan pada umumnya terjadi pada kaki daerah HAZ

Jenis Retak las dan penyebabnya

1 Retak Dingin pada Daerah Pengaruh Panas (HAZ)

Retak dingin pada daerah HAZ biasanya terjadi beberapa menit sampai

dengan 48 jam sesudah pengelasan Karena itu retak ini disebut juga retak lambat

Penyebab retak ini adalah Struktur dari daerah HAZ difusi hidrogen didaerah las

dan tegangan sisa

Struktur dari daerah HAZ ditentukan oleh komposisi kimia logam induk

dan kecepatan pendinginan daerah las Retak dingin didaerah HAZ pada

pengelasan baja biasanya terjadi pada daerah martensit Karena kadar unsur

paduan yang mempertinggi sifat mampu keras baja diusahakan serendah mungkin

2 Retak Lamel

Pada konstruksi kerangka yang besar seperti bangunan laut biasanya

digunakan pelat tebal sehingga pada daerah las terjadi tegangan yang besar

Karena tegangan ini kadang terjadi retak bertumpuk yang menjalar sepanjang

butiran bukan logam yang ada didalam baja Retak semacam ini disebut retak

lamel Butiran MnS atau MnSiO dengan bentuk butiran kubus biasanya lebih peka

terhadap retak lamel dari pada butiran berbentuk bulat Karena hal tersebut maka

pada baja tahan retak kadar belerang diusahakan serendah-rendahnya

3 Retak Lintang pada Logam Las

Retak dingin disamping terjadi pada daerah HAZ juga dapat terjadi pada

logam las Retak ini terjadi dengan arah tegak lurus atau melintang terhadap garis

las Retak lintang dapat terjadi pada pengelasan busur terendam atau pada busur

56

listrik dengan elektroda terbungkus dan juga pada pengelasan yang menggunakan

logam las dengan kekuatan lebih dari 75 kgmm

Retak lintang sama halnya dengan retak dingin terjadi karena adanya

hidrogen difusi yang keluar dari fluks atau pembungkus elektroda Pada

permukaan manik las hidrogen difusi yang dikandung dapat dilepaskan dengan

mudah bila dibandingkan dengan hydrogen yang ada dibagian dalam Karena itu

biasanya retak lintang terdapat pada tengah-tengah tebal lasan tanpa menembus

permukaan

Dengan demikian cara pencegahan retak lintang adalah dengan cara

menurunkan kadar hidrogen difusi disamping pengeringan dan penyimpanan

yang baik dari bahan-bahan las agar tidak terkena uap air Pemanasan mula dan

pemanasan lanjutan juga sangat membantu didalam pelepasan dan pembebasan

hidrogen difusi

4 Retak pada Daerah Las Karena Proses Pembebasan Tegangan

Retak yang terjadi karena perlakuan-perlakuan panas sesudah pengelasan

adalah retak karena proses anil pembebasan tegangan yang biasanya dilakukan

pada suhu 500degC sampai 700degC Tempat terjadinya retak anil ini adalah pada

batas-batas butir terutama butir kasar pada daerah pengaruh panas

Bila dilihat dari bahan maka baja dengan kekuatan 80 kgmm dan baja

paduan rendah Cr-Mo-V adalah baj yang sangat peka terhadap retak karena

pembebasan tegangan Pengaruh komposisi kimia pada kepekaan retak tersebut

dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Menurut Nakamura Achiki dan Okabayashi

ΔG = (Cr) + 33 (Mn) + 81(V) ndash 2

Menurut Ito dan Nakanishi

P = (Cr) + (Cu) + 2 (Mo) + 10(V) +7(Ne) + 5(Ti)

Dari kedua rumus tersebut bila ΔG atau P mempunyai harga positif maka

terjadi keretakan Bila baja mengandung karbon kurang dari 01 atau krom lebih

dari 15 kepekaannya terhadap retak karena pembebasan tegangan menjadi

57

rendah sehingga persamaan tersebut tidak berlaku Hubungan antara P dengan

retak yang terjadi adalah semakin besar harga P semakin meningkat retak beas

tegangannya

5 Retak Panas

Retak panas biasanya terjadi pada waktu logam las mendingin setelah

pembekuan selesai Retak ini terjadi karena adanya tegangan yang timbul karena

penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun pada suhu sedikit dibawah

suhu pembekuan Dengan demikian retak ini akan terjadi pad batas butir karena

pada tempat tersebut terbentuk senyawa dengan titik cair rendah Karena itu unsur

seperti Si Ni dan P akan mempertinggi kepekaan baja terhadap retak jenis ini

Untuk menghindari retak panas adalah dengan menurunkan kadar Sid an

Ni serendah mungkin dan menghilangkan kandungan S dan P Untuk baja tahan

karat austenit cara menghindarinya adalah dengan mengusahakan agar S sampai

10 dari ferit terdapat dalam struktur austenit

242 Penembusan Kurang Baik

Selain retak cacat las yang juga sering terjadi adalah penembusan las

yang kurang dan jelek Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat yang

timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh karena

penembusan yang kurang Karena kurang penembusan inilah maka

penyambungan tidak sempurna Penyebab dari penembusan yang kurang ini

antara lain

Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi

Arus terlalu rendah

Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil

Benda kerja terlalu kotor

Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik

Busur las yang terlalu panjang

58

Gambar Penembusan las yang kurang

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

243 Pengerukan Under cut

Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan

under cut pada benda kerja Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau

konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan

konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan Sebabsebab

pengerukan las antara lain

Arus yang terlalu tinggi

Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula

Busur nyala yang terlalu panjang

Ukuran elektroda yang salah

Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat

Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur

Gambar Cacat pengerukanunder cut

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

244 Keropos

59

Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan

Keropos ini bila didiamkan lama kelamaan akan menebar yang diikuti dengan

perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena

korosi tadi Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang

ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga Penyebab keropos ini

yakni

Busur pendek

Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Kurang waktu pengisian

Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja

Kesalahan memilih jenis elektroda

Gambar Cacat keropos

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

245 Penggerutan Benda Kerja

Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila

didinginkan Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang maka

setelah dingin terjadilah pelengkungan atau melenting atau deformasi

Gambar perubahan bentuk benda kerja

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

60

Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)

maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser bahkan sampai kedua

sisi tersebut dapat berimpit

Gambar perubahan bentuk pada kampuh

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Penyebab pengerutan adalah

Pengisian pengelasan kurang

Pengkleman salah

Pemanasan yang berlebihan

Kesalahan persiapan kampuh

Pemanasan tidak merata

Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik

Salah urutan pengelasan

25 Perlengkapan Keselamatan Kerja

251 Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan

mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit

maupun mata Sinar Ias yang sangat terangkuat itu tidak boleh dilihat dangan

mata langsung sampai jarak 16 meter Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus

yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut Ukuran kaca

Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan

61

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 18: laporan pengelasan

e Torch

Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch

tercampur didalamnya dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api Dari

keterangan diatas toch memiliki dua fungsi yaitu

Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan bakar

Sebagai paembentuk nyala api di ujung nosle

Gambar 11 Torch

(Sumber wwwperkakaskucom)

224 Proses Pengelasan Oksi Asetilin

a Menentukan nyala api

Nyala api Karburasi

Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di

antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna

biru Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut

antara yang berwarna keputih-putihan yang panjangnya ditentukan oleh jumlah

kelebihan asetilen Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam

cair Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel nikel berbagai

jenis baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous

Gambar 12 Nyala api karburasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

49

Nyala api Netral

Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu

Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar

yang berwarna biru bening Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara

Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyala

kerucut

Gambar 13 Nyala api netral

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

Nyala api oksidasi

Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan

nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah

menjadi ungu Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau

dekarburisasi pada logam cair Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan

dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan

untuk pengelasan lainnya

Gambar 14 Nyala api oksidasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

b Teknik Pengelasan

Posisi pengelasan di bawah tangan

Posisi pengelasan datar ( horizontal )

Posisi pengelasan tegak ( vertical )

Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )

Pengelasan arah ke kiri ( maju )

50

Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan

ke kiri dengan membentuk sudut 60deg dan kawat las 30deg terhadap benda kerja

sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan Cara ini

banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan

posisi yang sulit saat mengelas

Pengelasan arah ke kanan ( mundur )

Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke

kiri Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya

45 mm ke atas

23 Diagram CCT dan Diagram TTT

231 Diagram CCT

Gambar Diagram CCT

(Sumber

51

Diagram transformasi semacam ini dinamakan diagram transformasi

pendinginan kontinyu atau diagram CCT (Continuous Cooling Transformation)

Bentuknya agak berbeda dibandingkan dengan diagram IT lihat gambar di atas

kurva transformasi tergeser sedikit ke kanan bawah dan pada baja karbon tidak

terdapat daerah transformasi austenitbainit Ini disebabkan karana kurva awal

transformasi austenit-bainit terhalang oleh kurva transformasi austenit-perlit

Tetapi dari gambar di atas yang menggambarkan kurva transformasi

pendinginan kontinyu (garis tebal) yang disuperimpose pada diagram IT (garis

tipis) baja karbon eutectoid tampak bahwa dengan pendinginan kontinyu lebih

mudah diperoleh martensit karena kurva transformasi ber-geser ke kanan

Misalnya pada kurva pendinginan dengan laju 250 oFs untuk kurva transformasi

pendinginan kontinyu akan merupakan laju pendinginan kritis akan menghasilkan

100 tetapi pada kurva transformasi isothermal masih akan menghasilkan sedikit

perlit sebelum menjadi martensit

Pada proses laku panas biasanya pendinginan dilakukan dengan

pendinginankontinyu sehingga biasanya diagram CCT lebih banyak digunakan

Sedangkan diagram IT digunakan untuk proses laku panas tertentu yang dilakukan

dengan pendingina isothermal

232 Diagram TTT

TTT Diagram merupakan salah satu jenis dari diagram material yang bisa

digunakan untuk memprediksi hasil akhir dari suatu transformasi TTT diagram

lebih sederhana daripada FeC diagram

Banyak ahli metalurgi berpendapat bahwa waktu dan temperatur

transformasi austenite mempunyai pengaruh yang besar terhadap produk hasil

transformasi dan properties baja Karena austenit tidak stabil di bawah temperatur

kritis bawah sangat penting untuk diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan

untuk austenit selesai bertransformasi dan bertransformasi menjadi apa pada

akhirnya austenite tersebut pada temperatur konstan dibawah temperatur kritis

bawah Proses transformasi tersebut dinamakan Transformation Temperature

Time (TTT)

52

Kalau baja diaustenitkan kemudian dicelup dingin pada temperatur di

bawah titik transformasi dan dibiarkan untuk sementara waktu austenit berada

dalam keadaan metastabil dan setelah waktu inkubasi tertentu terjadi

transformasi Dengan merubah-rubah keadaan di atas transformasi dibiarkan pada

temperatur tetap maka diagram transformasi waktu temperatur Seperti

ditunjukkan dalam Gambar 4 proses dimana struktur martensit didapat dengan

pencelupan dingin tiba-tiba setelah dibiarkan berada sebagai austenit yang

metastabil proses ini disebut austenit (ausforming)

Martensit yang dibuat dengan olah austenit dibandingkan dengan

martensit yang didapat dengan proses biasa mempunyai struktur mikro yang

halus cacat kisinya yang sangat banyak dan kekuatan yang sangat tinggi Jadi

kalau baja di temper akan didapat kekuatan keliatan dan keuletan yang tidak bisa

dicapai oleh proses pengerasan dan penemperan baja yang biasa Untuk

mendapatkan sifat-sifat yang sangat baik perlu pemilihan baja yaitu yang

mempunyai waktu permulaan transformasi yang lebih lama dari perlit dan bainit

suau daerah austenit metastabil di dalam S dan yang akan menjadi fasa martensit

karena pencelupan dingin

Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar

karbon dalam baja Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 083 yang

ditahan suhunya dititik tertentu akan menghasilkan struktur perlit dan ferit Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu tapi masih disisi sebelah atas garis horizontal

maka akan mendapatkan struktur mikro bainit (lebih keras dari perlit) Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal maka akan mendapat

struktur martensit (sangat keras dan getas) Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh

tingginya suhu pemanasan lamanya pemanasan dan semakin lama pemanasannya

akan timbul butiran yang lebih besar Semakin cepat pendinginan akan

menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil

53

Gambar Diagram TTT

(Sumber

Gambar diatas menunjukan suatu transformasi dari baja etektoida yang

mempunyai dekomposisi normal austenit sebagai berikut

Bila baja tersebut kita dinginkan cepat sampai dibawah A1 dan dibiarkan

beberapa saat (plusmn 30 detik pada 1250oF) sedemikian rupa jatuh pada daerah

dimana perlit baru sebagian terjadi kemudian dilanjutkan segera dengan quench

maka akan terjadi struktur perlit dan martensit sebagian Martensit ini adalah hasil

transformasi isotermis sebagian austenit pada suhu diatas tadi Lamanya baja

berada pada suhu dibawah A1 akan menentukan banyaknya pembentukan perlit

atau bainit dan menentukan jumlah austenit sisa yang membentuk martensit

setelah quench Dengan kata lain perkataan proses pembentukan perlitbainit pada

suhu tersebut terhenti pada saat quenching

Garis sebelah kiri menunjukkan saat setelah berapa lama dimulai

transformasi dan garis sebelah kanannya adalah akhir transformasi (100) pada

tiap-tiap suhu Dilihat dari bentuk kurva maka untuk suhu diatas 1000degF makin

rendah suhu pembentukkan phase (perlit) lebih cepat dan dibawah 1000degF sampai

dengan plusmn500degF makin rendah suhu makin lama untuk pembentukkan phase

(disisni terjadi struktur bainite)

54

Dengan demikian pembentukan martensit bisa terjadi dengan pendinginan

cepat dari setiap suhu tertentu bilamana waktu lama pada suhu-suhu tersebut

berada disebelah kiri garis kurva kanan Paling cepat terjadinya transformasi ke

phase perlitbainit adalah pada suhu sekitar 1000degF (merupakan ldquonoserdquodari

kurva)

Makin pendek lamanya baja tersebut dibiarkan pada suhu tertentu makin

besar jumlah austenit dan makin besar pula jumlah martensit yang terbentuk

setelah quenching Dari diagram cenderung tidaklah mungkin memperoleh

martensit dengan membiarkan baja tersebut pada suhu tertentu (konstan) untuk

waktu yang sangat lama

24 Macam Cacat Pada Daerah Lasan

241 Klasifikasi Retak Las

Daerah lasan yang terjadi akibat proses pelumeran atau pencairan menurut

(Wiryosumarto dan Okumura2000) dibagi tiga bagian yaitu daerah terpengaruh

panas atau HAZ (Heat Affected Zone) yaitu logam yang bersebelahan dengan

logam las Logam las yaitu bagian dari logam yang pada waktu pengelasan

mencair dan membeku dan logam induk yang tidak terpengaruhi yaitu bagian

logam dasar yang tidak terkena panas atau suhu pemanasan tidak menyebabkan

perubahan sifat danstruktur logam induk

Retak pada hasil pengelasan juga disebabkab oleh faktor-faktor perubahan

metalurgi setelah logam mengalami pemanasan Selain itu juga Retak pada hasil

pengelasan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perencanaan pemilihan bahan

dan proses pengelasan

Dua kelompok retak las adalah kelompok retak dingin dan kelompok retak

panas Retak dingin adalah retak daerah las yang terjadi pada suhu dibawah suhu

transformasi Martensit kurang lebih pada suhu 300ordmC sedangkan retak panas

adalah retak pada daerah las yang terjadi pada suhu diatas 500degC

Retak dingin dapat terjadi tidak hanya pada daerah HAZ tetapi juga pada logam

las Retak dingin pada daerah terpengaruh panas adalah retak bawah manik las

55

retak akar dan retak kaki Sedangkan retak dingin pada logam las biasanya adalah

retak memanjang dan retak melintang

Retak panas dibagi dalam dua kelas yaitu retak karena pembebasan

tegangan pada HAZ yang terjadi pada suhu antara 550degC-700degC dan retak yang

terjadi pada suhu diatas 900degC yang terjadi pada saat pembekuan logam las

Retak panas yang sering terjadi pada logam las karena pembekuan biasanya

berbentuk retak kawah dan retak memanjang Pada pengelasan baja austenit retak

panas biasanya terjadi pada daerah HAZ dan logam las Retak las karena

pembebasan tegangan pada umumnya terjadi pada kaki daerah HAZ

Jenis Retak las dan penyebabnya

1 Retak Dingin pada Daerah Pengaruh Panas (HAZ)

Retak dingin pada daerah HAZ biasanya terjadi beberapa menit sampai

dengan 48 jam sesudah pengelasan Karena itu retak ini disebut juga retak lambat

Penyebab retak ini adalah Struktur dari daerah HAZ difusi hidrogen didaerah las

dan tegangan sisa

Struktur dari daerah HAZ ditentukan oleh komposisi kimia logam induk

dan kecepatan pendinginan daerah las Retak dingin didaerah HAZ pada

pengelasan baja biasanya terjadi pada daerah martensit Karena kadar unsur

paduan yang mempertinggi sifat mampu keras baja diusahakan serendah mungkin

2 Retak Lamel

Pada konstruksi kerangka yang besar seperti bangunan laut biasanya

digunakan pelat tebal sehingga pada daerah las terjadi tegangan yang besar

Karena tegangan ini kadang terjadi retak bertumpuk yang menjalar sepanjang

butiran bukan logam yang ada didalam baja Retak semacam ini disebut retak

lamel Butiran MnS atau MnSiO dengan bentuk butiran kubus biasanya lebih peka

terhadap retak lamel dari pada butiran berbentuk bulat Karena hal tersebut maka

pada baja tahan retak kadar belerang diusahakan serendah-rendahnya

3 Retak Lintang pada Logam Las

Retak dingin disamping terjadi pada daerah HAZ juga dapat terjadi pada

logam las Retak ini terjadi dengan arah tegak lurus atau melintang terhadap garis

las Retak lintang dapat terjadi pada pengelasan busur terendam atau pada busur

56

listrik dengan elektroda terbungkus dan juga pada pengelasan yang menggunakan

logam las dengan kekuatan lebih dari 75 kgmm

Retak lintang sama halnya dengan retak dingin terjadi karena adanya

hidrogen difusi yang keluar dari fluks atau pembungkus elektroda Pada

permukaan manik las hidrogen difusi yang dikandung dapat dilepaskan dengan

mudah bila dibandingkan dengan hydrogen yang ada dibagian dalam Karena itu

biasanya retak lintang terdapat pada tengah-tengah tebal lasan tanpa menembus

permukaan

Dengan demikian cara pencegahan retak lintang adalah dengan cara

menurunkan kadar hidrogen difusi disamping pengeringan dan penyimpanan

yang baik dari bahan-bahan las agar tidak terkena uap air Pemanasan mula dan

pemanasan lanjutan juga sangat membantu didalam pelepasan dan pembebasan

hidrogen difusi

4 Retak pada Daerah Las Karena Proses Pembebasan Tegangan

Retak yang terjadi karena perlakuan-perlakuan panas sesudah pengelasan

adalah retak karena proses anil pembebasan tegangan yang biasanya dilakukan

pada suhu 500degC sampai 700degC Tempat terjadinya retak anil ini adalah pada

batas-batas butir terutama butir kasar pada daerah pengaruh panas

Bila dilihat dari bahan maka baja dengan kekuatan 80 kgmm dan baja

paduan rendah Cr-Mo-V adalah baj yang sangat peka terhadap retak karena

pembebasan tegangan Pengaruh komposisi kimia pada kepekaan retak tersebut

dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Menurut Nakamura Achiki dan Okabayashi

ΔG = (Cr) + 33 (Mn) + 81(V) ndash 2

Menurut Ito dan Nakanishi

P = (Cr) + (Cu) + 2 (Mo) + 10(V) +7(Ne) + 5(Ti)

Dari kedua rumus tersebut bila ΔG atau P mempunyai harga positif maka

terjadi keretakan Bila baja mengandung karbon kurang dari 01 atau krom lebih

dari 15 kepekaannya terhadap retak karena pembebasan tegangan menjadi

57

rendah sehingga persamaan tersebut tidak berlaku Hubungan antara P dengan

retak yang terjadi adalah semakin besar harga P semakin meningkat retak beas

tegangannya

5 Retak Panas

Retak panas biasanya terjadi pada waktu logam las mendingin setelah

pembekuan selesai Retak ini terjadi karena adanya tegangan yang timbul karena

penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun pada suhu sedikit dibawah

suhu pembekuan Dengan demikian retak ini akan terjadi pad batas butir karena

pada tempat tersebut terbentuk senyawa dengan titik cair rendah Karena itu unsur

seperti Si Ni dan P akan mempertinggi kepekaan baja terhadap retak jenis ini

Untuk menghindari retak panas adalah dengan menurunkan kadar Sid an

Ni serendah mungkin dan menghilangkan kandungan S dan P Untuk baja tahan

karat austenit cara menghindarinya adalah dengan mengusahakan agar S sampai

10 dari ferit terdapat dalam struktur austenit

242 Penembusan Kurang Baik

Selain retak cacat las yang juga sering terjadi adalah penembusan las

yang kurang dan jelek Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat yang

timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh karena

penembusan yang kurang Karena kurang penembusan inilah maka

penyambungan tidak sempurna Penyebab dari penembusan yang kurang ini

antara lain

Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi

Arus terlalu rendah

Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil

Benda kerja terlalu kotor

Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik

Busur las yang terlalu panjang

58

Gambar Penembusan las yang kurang

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

243 Pengerukan Under cut

Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan

under cut pada benda kerja Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau

konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan

konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan Sebabsebab

pengerukan las antara lain

Arus yang terlalu tinggi

Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula

Busur nyala yang terlalu panjang

Ukuran elektroda yang salah

Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat

Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur

Gambar Cacat pengerukanunder cut

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

244 Keropos

59

Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan

Keropos ini bila didiamkan lama kelamaan akan menebar yang diikuti dengan

perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena

korosi tadi Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang

ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga Penyebab keropos ini

yakni

Busur pendek

Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Kurang waktu pengisian

Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja

Kesalahan memilih jenis elektroda

Gambar Cacat keropos

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

245 Penggerutan Benda Kerja

Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila

didinginkan Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang maka

setelah dingin terjadilah pelengkungan atau melenting atau deformasi

Gambar perubahan bentuk benda kerja

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

60

Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)

maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser bahkan sampai kedua

sisi tersebut dapat berimpit

Gambar perubahan bentuk pada kampuh

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Penyebab pengerutan adalah

Pengisian pengelasan kurang

Pengkleman salah

Pemanasan yang berlebihan

Kesalahan persiapan kampuh

Pemanasan tidak merata

Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik

Salah urutan pengelasan

25 Perlengkapan Keselamatan Kerja

251 Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan

mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit

maupun mata Sinar Ias yang sangat terangkuat itu tidak boleh dilihat dangan

mata langsung sampai jarak 16 meter Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus

yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut Ukuran kaca

Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan

61

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 19: laporan pengelasan

Nyala api Netral

Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu

Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar

yang berwarna biru bening Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara

Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyala

kerucut

Gambar 13 Nyala api netral

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

Nyala api oksidasi

Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan

nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah

menjadi ungu Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau

dekarburisasi pada logam cair Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan

dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan

untuk pengelasan lainnya

Gambar 14 Nyala api oksidasi

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

b Teknik Pengelasan

Posisi pengelasan di bawah tangan

Posisi pengelasan datar ( horizontal )

Posisi pengelasan tegak ( vertical )

Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )

Pengelasan arah ke kiri ( maju )

50

Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan

ke kiri dengan membentuk sudut 60deg dan kawat las 30deg terhadap benda kerja

sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan Cara ini

banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan

posisi yang sulit saat mengelas

Pengelasan arah ke kanan ( mundur )

Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke

kiri Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya

45 mm ke atas

23 Diagram CCT dan Diagram TTT

231 Diagram CCT

Gambar Diagram CCT

(Sumber

51

Diagram transformasi semacam ini dinamakan diagram transformasi

pendinginan kontinyu atau diagram CCT (Continuous Cooling Transformation)

Bentuknya agak berbeda dibandingkan dengan diagram IT lihat gambar di atas

kurva transformasi tergeser sedikit ke kanan bawah dan pada baja karbon tidak

terdapat daerah transformasi austenitbainit Ini disebabkan karana kurva awal

transformasi austenit-bainit terhalang oleh kurva transformasi austenit-perlit

Tetapi dari gambar di atas yang menggambarkan kurva transformasi

pendinginan kontinyu (garis tebal) yang disuperimpose pada diagram IT (garis

tipis) baja karbon eutectoid tampak bahwa dengan pendinginan kontinyu lebih

mudah diperoleh martensit karena kurva transformasi ber-geser ke kanan

Misalnya pada kurva pendinginan dengan laju 250 oFs untuk kurva transformasi

pendinginan kontinyu akan merupakan laju pendinginan kritis akan menghasilkan

100 tetapi pada kurva transformasi isothermal masih akan menghasilkan sedikit

perlit sebelum menjadi martensit

Pada proses laku panas biasanya pendinginan dilakukan dengan

pendinginankontinyu sehingga biasanya diagram CCT lebih banyak digunakan

Sedangkan diagram IT digunakan untuk proses laku panas tertentu yang dilakukan

dengan pendingina isothermal

232 Diagram TTT

TTT Diagram merupakan salah satu jenis dari diagram material yang bisa

digunakan untuk memprediksi hasil akhir dari suatu transformasi TTT diagram

lebih sederhana daripada FeC diagram

Banyak ahli metalurgi berpendapat bahwa waktu dan temperatur

transformasi austenite mempunyai pengaruh yang besar terhadap produk hasil

transformasi dan properties baja Karena austenit tidak stabil di bawah temperatur

kritis bawah sangat penting untuk diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan

untuk austenit selesai bertransformasi dan bertransformasi menjadi apa pada

akhirnya austenite tersebut pada temperatur konstan dibawah temperatur kritis

bawah Proses transformasi tersebut dinamakan Transformation Temperature

Time (TTT)

52

Kalau baja diaustenitkan kemudian dicelup dingin pada temperatur di

bawah titik transformasi dan dibiarkan untuk sementara waktu austenit berada

dalam keadaan metastabil dan setelah waktu inkubasi tertentu terjadi

transformasi Dengan merubah-rubah keadaan di atas transformasi dibiarkan pada

temperatur tetap maka diagram transformasi waktu temperatur Seperti

ditunjukkan dalam Gambar 4 proses dimana struktur martensit didapat dengan

pencelupan dingin tiba-tiba setelah dibiarkan berada sebagai austenit yang

metastabil proses ini disebut austenit (ausforming)

Martensit yang dibuat dengan olah austenit dibandingkan dengan

martensit yang didapat dengan proses biasa mempunyai struktur mikro yang

halus cacat kisinya yang sangat banyak dan kekuatan yang sangat tinggi Jadi

kalau baja di temper akan didapat kekuatan keliatan dan keuletan yang tidak bisa

dicapai oleh proses pengerasan dan penemperan baja yang biasa Untuk

mendapatkan sifat-sifat yang sangat baik perlu pemilihan baja yaitu yang

mempunyai waktu permulaan transformasi yang lebih lama dari perlit dan bainit

suau daerah austenit metastabil di dalam S dan yang akan menjadi fasa martensit

karena pencelupan dingin

Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar

karbon dalam baja Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 083 yang

ditahan suhunya dititik tertentu akan menghasilkan struktur perlit dan ferit Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu tapi masih disisi sebelah atas garis horizontal

maka akan mendapatkan struktur mikro bainit (lebih keras dari perlit) Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal maka akan mendapat

struktur martensit (sangat keras dan getas) Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh

tingginya suhu pemanasan lamanya pemanasan dan semakin lama pemanasannya

akan timbul butiran yang lebih besar Semakin cepat pendinginan akan

menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil

53

Gambar Diagram TTT

(Sumber

Gambar diatas menunjukan suatu transformasi dari baja etektoida yang

mempunyai dekomposisi normal austenit sebagai berikut

Bila baja tersebut kita dinginkan cepat sampai dibawah A1 dan dibiarkan

beberapa saat (plusmn 30 detik pada 1250oF) sedemikian rupa jatuh pada daerah

dimana perlit baru sebagian terjadi kemudian dilanjutkan segera dengan quench

maka akan terjadi struktur perlit dan martensit sebagian Martensit ini adalah hasil

transformasi isotermis sebagian austenit pada suhu diatas tadi Lamanya baja

berada pada suhu dibawah A1 akan menentukan banyaknya pembentukan perlit

atau bainit dan menentukan jumlah austenit sisa yang membentuk martensit

setelah quench Dengan kata lain perkataan proses pembentukan perlitbainit pada

suhu tersebut terhenti pada saat quenching

Garis sebelah kiri menunjukkan saat setelah berapa lama dimulai

transformasi dan garis sebelah kanannya adalah akhir transformasi (100) pada

tiap-tiap suhu Dilihat dari bentuk kurva maka untuk suhu diatas 1000degF makin

rendah suhu pembentukkan phase (perlit) lebih cepat dan dibawah 1000degF sampai

dengan plusmn500degF makin rendah suhu makin lama untuk pembentukkan phase

(disisni terjadi struktur bainite)

54

Dengan demikian pembentukan martensit bisa terjadi dengan pendinginan

cepat dari setiap suhu tertentu bilamana waktu lama pada suhu-suhu tersebut

berada disebelah kiri garis kurva kanan Paling cepat terjadinya transformasi ke

phase perlitbainit adalah pada suhu sekitar 1000degF (merupakan ldquonoserdquodari

kurva)

Makin pendek lamanya baja tersebut dibiarkan pada suhu tertentu makin

besar jumlah austenit dan makin besar pula jumlah martensit yang terbentuk

setelah quenching Dari diagram cenderung tidaklah mungkin memperoleh

martensit dengan membiarkan baja tersebut pada suhu tertentu (konstan) untuk

waktu yang sangat lama

24 Macam Cacat Pada Daerah Lasan

241 Klasifikasi Retak Las

Daerah lasan yang terjadi akibat proses pelumeran atau pencairan menurut

(Wiryosumarto dan Okumura2000) dibagi tiga bagian yaitu daerah terpengaruh

panas atau HAZ (Heat Affected Zone) yaitu logam yang bersebelahan dengan

logam las Logam las yaitu bagian dari logam yang pada waktu pengelasan

mencair dan membeku dan logam induk yang tidak terpengaruhi yaitu bagian

logam dasar yang tidak terkena panas atau suhu pemanasan tidak menyebabkan

perubahan sifat danstruktur logam induk

Retak pada hasil pengelasan juga disebabkab oleh faktor-faktor perubahan

metalurgi setelah logam mengalami pemanasan Selain itu juga Retak pada hasil

pengelasan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perencanaan pemilihan bahan

dan proses pengelasan

Dua kelompok retak las adalah kelompok retak dingin dan kelompok retak

panas Retak dingin adalah retak daerah las yang terjadi pada suhu dibawah suhu

transformasi Martensit kurang lebih pada suhu 300ordmC sedangkan retak panas

adalah retak pada daerah las yang terjadi pada suhu diatas 500degC

Retak dingin dapat terjadi tidak hanya pada daerah HAZ tetapi juga pada logam

las Retak dingin pada daerah terpengaruh panas adalah retak bawah manik las

55

retak akar dan retak kaki Sedangkan retak dingin pada logam las biasanya adalah

retak memanjang dan retak melintang

Retak panas dibagi dalam dua kelas yaitu retak karena pembebasan

tegangan pada HAZ yang terjadi pada suhu antara 550degC-700degC dan retak yang

terjadi pada suhu diatas 900degC yang terjadi pada saat pembekuan logam las

Retak panas yang sering terjadi pada logam las karena pembekuan biasanya

berbentuk retak kawah dan retak memanjang Pada pengelasan baja austenit retak

panas biasanya terjadi pada daerah HAZ dan logam las Retak las karena

pembebasan tegangan pada umumnya terjadi pada kaki daerah HAZ

Jenis Retak las dan penyebabnya

1 Retak Dingin pada Daerah Pengaruh Panas (HAZ)

Retak dingin pada daerah HAZ biasanya terjadi beberapa menit sampai

dengan 48 jam sesudah pengelasan Karena itu retak ini disebut juga retak lambat

Penyebab retak ini adalah Struktur dari daerah HAZ difusi hidrogen didaerah las

dan tegangan sisa

Struktur dari daerah HAZ ditentukan oleh komposisi kimia logam induk

dan kecepatan pendinginan daerah las Retak dingin didaerah HAZ pada

pengelasan baja biasanya terjadi pada daerah martensit Karena kadar unsur

paduan yang mempertinggi sifat mampu keras baja diusahakan serendah mungkin

2 Retak Lamel

Pada konstruksi kerangka yang besar seperti bangunan laut biasanya

digunakan pelat tebal sehingga pada daerah las terjadi tegangan yang besar

Karena tegangan ini kadang terjadi retak bertumpuk yang menjalar sepanjang

butiran bukan logam yang ada didalam baja Retak semacam ini disebut retak

lamel Butiran MnS atau MnSiO dengan bentuk butiran kubus biasanya lebih peka

terhadap retak lamel dari pada butiran berbentuk bulat Karena hal tersebut maka

pada baja tahan retak kadar belerang diusahakan serendah-rendahnya

3 Retak Lintang pada Logam Las

Retak dingin disamping terjadi pada daerah HAZ juga dapat terjadi pada

logam las Retak ini terjadi dengan arah tegak lurus atau melintang terhadap garis

las Retak lintang dapat terjadi pada pengelasan busur terendam atau pada busur

56

listrik dengan elektroda terbungkus dan juga pada pengelasan yang menggunakan

logam las dengan kekuatan lebih dari 75 kgmm

Retak lintang sama halnya dengan retak dingin terjadi karena adanya

hidrogen difusi yang keluar dari fluks atau pembungkus elektroda Pada

permukaan manik las hidrogen difusi yang dikandung dapat dilepaskan dengan

mudah bila dibandingkan dengan hydrogen yang ada dibagian dalam Karena itu

biasanya retak lintang terdapat pada tengah-tengah tebal lasan tanpa menembus

permukaan

Dengan demikian cara pencegahan retak lintang adalah dengan cara

menurunkan kadar hidrogen difusi disamping pengeringan dan penyimpanan

yang baik dari bahan-bahan las agar tidak terkena uap air Pemanasan mula dan

pemanasan lanjutan juga sangat membantu didalam pelepasan dan pembebasan

hidrogen difusi

4 Retak pada Daerah Las Karena Proses Pembebasan Tegangan

Retak yang terjadi karena perlakuan-perlakuan panas sesudah pengelasan

adalah retak karena proses anil pembebasan tegangan yang biasanya dilakukan

pada suhu 500degC sampai 700degC Tempat terjadinya retak anil ini adalah pada

batas-batas butir terutama butir kasar pada daerah pengaruh panas

Bila dilihat dari bahan maka baja dengan kekuatan 80 kgmm dan baja

paduan rendah Cr-Mo-V adalah baj yang sangat peka terhadap retak karena

pembebasan tegangan Pengaruh komposisi kimia pada kepekaan retak tersebut

dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Menurut Nakamura Achiki dan Okabayashi

ΔG = (Cr) + 33 (Mn) + 81(V) ndash 2

Menurut Ito dan Nakanishi

P = (Cr) + (Cu) + 2 (Mo) + 10(V) +7(Ne) + 5(Ti)

Dari kedua rumus tersebut bila ΔG atau P mempunyai harga positif maka

terjadi keretakan Bila baja mengandung karbon kurang dari 01 atau krom lebih

dari 15 kepekaannya terhadap retak karena pembebasan tegangan menjadi

57

rendah sehingga persamaan tersebut tidak berlaku Hubungan antara P dengan

retak yang terjadi adalah semakin besar harga P semakin meningkat retak beas

tegangannya

5 Retak Panas

Retak panas biasanya terjadi pada waktu logam las mendingin setelah

pembekuan selesai Retak ini terjadi karena adanya tegangan yang timbul karena

penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun pada suhu sedikit dibawah

suhu pembekuan Dengan demikian retak ini akan terjadi pad batas butir karena

pada tempat tersebut terbentuk senyawa dengan titik cair rendah Karena itu unsur

seperti Si Ni dan P akan mempertinggi kepekaan baja terhadap retak jenis ini

Untuk menghindari retak panas adalah dengan menurunkan kadar Sid an

Ni serendah mungkin dan menghilangkan kandungan S dan P Untuk baja tahan

karat austenit cara menghindarinya adalah dengan mengusahakan agar S sampai

10 dari ferit terdapat dalam struktur austenit

242 Penembusan Kurang Baik

Selain retak cacat las yang juga sering terjadi adalah penembusan las

yang kurang dan jelek Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat yang

timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh karena

penembusan yang kurang Karena kurang penembusan inilah maka

penyambungan tidak sempurna Penyebab dari penembusan yang kurang ini

antara lain

Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi

Arus terlalu rendah

Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil

Benda kerja terlalu kotor

Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik

Busur las yang terlalu panjang

58

Gambar Penembusan las yang kurang

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

243 Pengerukan Under cut

Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan

under cut pada benda kerja Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau

konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan

konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan Sebabsebab

pengerukan las antara lain

Arus yang terlalu tinggi

Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula

Busur nyala yang terlalu panjang

Ukuran elektroda yang salah

Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat

Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur

Gambar Cacat pengerukanunder cut

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

244 Keropos

59

Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan

Keropos ini bila didiamkan lama kelamaan akan menebar yang diikuti dengan

perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena

korosi tadi Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang

ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga Penyebab keropos ini

yakni

Busur pendek

Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Kurang waktu pengisian

Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja

Kesalahan memilih jenis elektroda

Gambar Cacat keropos

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

245 Penggerutan Benda Kerja

Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila

didinginkan Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang maka

setelah dingin terjadilah pelengkungan atau melenting atau deformasi

Gambar perubahan bentuk benda kerja

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

60

Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)

maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser bahkan sampai kedua

sisi tersebut dapat berimpit

Gambar perubahan bentuk pada kampuh

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Penyebab pengerutan adalah

Pengisian pengelasan kurang

Pengkleman salah

Pemanasan yang berlebihan

Kesalahan persiapan kampuh

Pemanasan tidak merata

Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik

Salah urutan pengelasan

25 Perlengkapan Keselamatan Kerja

251 Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan

mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit

maupun mata Sinar Ias yang sangat terangkuat itu tidak boleh dilihat dangan

mata langsung sampai jarak 16 meter Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus

yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut Ukuran kaca

Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan

61

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 20: laporan pengelasan

Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan

ke kiri dengan membentuk sudut 60deg dan kawat las 30deg terhadap benda kerja

sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan Cara ini

banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan

posisi yang sulit saat mengelas

Pengelasan arah ke kanan ( mundur )

Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke

kiri Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya

45 mm ke atas

23 Diagram CCT dan Diagram TTT

231 Diagram CCT

Gambar Diagram CCT

(Sumber

51

Diagram transformasi semacam ini dinamakan diagram transformasi

pendinginan kontinyu atau diagram CCT (Continuous Cooling Transformation)

Bentuknya agak berbeda dibandingkan dengan diagram IT lihat gambar di atas

kurva transformasi tergeser sedikit ke kanan bawah dan pada baja karbon tidak

terdapat daerah transformasi austenitbainit Ini disebabkan karana kurva awal

transformasi austenit-bainit terhalang oleh kurva transformasi austenit-perlit

Tetapi dari gambar di atas yang menggambarkan kurva transformasi

pendinginan kontinyu (garis tebal) yang disuperimpose pada diagram IT (garis

tipis) baja karbon eutectoid tampak bahwa dengan pendinginan kontinyu lebih

mudah diperoleh martensit karena kurva transformasi ber-geser ke kanan

Misalnya pada kurva pendinginan dengan laju 250 oFs untuk kurva transformasi

pendinginan kontinyu akan merupakan laju pendinginan kritis akan menghasilkan

100 tetapi pada kurva transformasi isothermal masih akan menghasilkan sedikit

perlit sebelum menjadi martensit

Pada proses laku panas biasanya pendinginan dilakukan dengan

pendinginankontinyu sehingga biasanya diagram CCT lebih banyak digunakan

Sedangkan diagram IT digunakan untuk proses laku panas tertentu yang dilakukan

dengan pendingina isothermal

232 Diagram TTT

TTT Diagram merupakan salah satu jenis dari diagram material yang bisa

digunakan untuk memprediksi hasil akhir dari suatu transformasi TTT diagram

lebih sederhana daripada FeC diagram

Banyak ahli metalurgi berpendapat bahwa waktu dan temperatur

transformasi austenite mempunyai pengaruh yang besar terhadap produk hasil

transformasi dan properties baja Karena austenit tidak stabil di bawah temperatur

kritis bawah sangat penting untuk diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan

untuk austenit selesai bertransformasi dan bertransformasi menjadi apa pada

akhirnya austenite tersebut pada temperatur konstan dibawah temperatur kritis

bawah Proses transformasi tersebut dinamakan Transformation Temperature

Time (TTT)

52

Kalau baja diaustenitkan kemudian dicelup dingin pada temperatur di

bawah titik transformasi dan dibiarkan untuk sementara waktu austenit berada

dalam keadaan metastabil dan setelah waktu inkubasi tertentu terjadi

transformasi Dengan merubah-rubah keadaan di atas transformasi dibiarkan pada

temperatur tetap maka diagram transformasi waktu temperatur Seperti

ditunjukkan dalam Gambar 4 proses dimana struktur martensit didapat dengan

pencelupan dingin tiba-tiba setelah dibiarkan berada sebagai austenit yang

metastabil proses ini disebut austenit (ausforming)

Martensit yang dibuat dengan olah austenit dibandingkan dengan

martensit yang didapat dengan proses biasa mempunyai struktur mikro yang

halus cacat kisinya yang sangat banyak dan kekuatan yang sangat tinggi Jadi

kalau baja di temper akan didapat kekuatan keliatan dan keuletan yang tidak bisa

dicapai oleh proses pengerasan dan penemperan baja yang biasa Untuk

mendapatkan sifat-sifat yang sangat baik perlu pemilihan baja yaitu yang

mempunyai waktu permulaan transformasi yang lebih lama dari perlit dan bainit

suau daerah austenit metastabil di dalam S dan yang akan menjadi fasa martensit

karena pencelupan dingin

Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar

karbon dalam baja Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 083 yang

ditahan suhunya dititik tertentu akan menghasilkan struktur perlit dan ferit Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu tapi masih disisi sebelah atas garis horizontal

maka akan mendapatkan struktur mikro bainit (lebih keras dari perlit) Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal maka akan mendapat

struktur martensit (sangat keras dan getas) Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh

tingginya suhu pemanasan lamanya pemanasan dan semakin lama pemanasannya

akan timbul butiran yang lebih besar Semakin cepat pendinginan akan

menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil

53

Gambar Diagram TTT

(Sumber

Gambar diatas menunjukan suatu transformasi dari baja etektoida yang

mempunyai dekomposisi normal austenit sebagai berikut

Bila baja tersebut kita dinginkan cepat sampai dibawah A1 dan dibiarkan

beberapa saat (plusmn 30 detik pada 1250oF) sedemikian rupa jatuh pada daerah

dimana perlit baru sebagian terjadi kemudian dilanjutkan segera dengan quench

maka akan terjadi struktur perlit dan martensit sebagian Martensit ini adalah hasil

transformasi isotermis sebagian austenit pada suhu diatas tadi Lamanya baja

berada pada suhu dibawah A1 akan menentukan banyaknya pembentukan perlit

atau bainit dan menentukan jumlah austenit sisa yang membentuk martensit

setelah quench Dengan kata lain perkataan proses pembentukan perlitbainit pada

suhu tersebut terhenti pada saat quenching

Garis sebelah kiri menunjukkan saat setelah berapa lama dimulai

transformasi dan garis sebelah kanannya adalah akhir transformasi (100) pada

tiap-tiap suhu Dilihat dari bentuk kurva maka untuk suhu diatas 1000degF makin

rendah suhu pembentukkan phase (perlit) lebih cepat dan dibawah 1000degF sampai

dengan plusmn500degF makin rendah suhu makin lama untuk pembentukkan phase

(disisni terjadi struktur bainite)

54

Dengan demikian pembentukan martensit bisa terjadi dengan pendinginan

cepat dari setiap suhu tertentu bilamana waktu lama pada suhu-suhu tersebut

berada disebelah kiri garis kurva kanan Paling cepat terjadinya transformasi ke

phase perlitbainit adalah pada suhu sekitar 1000degF (merupakan ldquonoserdquodari

kurva)

Makin pendek lamanya baja tersebut dibiarkan pada suhu tertentu makin

besar jumlah austenit dan makin besar pula jumlah martensit yang terbentuk

setelah quenching Dari diagram cenderung tidaklah mungkin memperoleh

martensit dengan membiarkan baja tersebut pada suhu tertentu (konstan) untuk

waktu yang sangat lama

24 Macam Cacat Pada Daerah Lasan

241 Klasifikasi Retak Las

Daerah lasan yang terjadi akibat proses pelumeran atau pencairan menurut

(Wiryosumarto dan Okumura2000) dibagi tiga bagian yaitu daerah terpengaruh

panas atau HAZ (Heat Affected Zone) yaitu logam yang bersebelahan dengan

logam las Logam las yaitu bagian dari logam yang pada waktu pengelasan

mencair dan membeku dan logam induk yang tidak terpengaruhi yaitu bagian

logam dasar yang tidak terkena panas atau suhu pemanasan tidak menyebabkan

perubahan sifat danstruktur logam induk

Retak pada hasil pengelasan juga disebabkab oleh faktor-faktor perubahan

metalurgi setelah logam mengalami pemanasan Selain itu juga Retak pada hasil

pengelasan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perencanaan pemilihan bahan

dan proses pengelasan

Dua kelompok retak las adalah kelompok retak dingin dan kelompok retak

panas Retak dingin adalah retak daerah las yang terjadi pada suhu dibawah suhu

transformasi Martensit kurang lebih pada suhu 300ordmC sedangkan retak panas

adalah retak pada daerah las yang terjadi pada suhu diatas 500degC

Retak dingin dapat terjadi tidak hanya pada daerah HAZ tetapi juga pada logam

las Retak dingin pada daerah terpengaruh panas adalah retak bawah manik las

55

retak akar dan retak kaki Sedangkan retak dingin pada logam las biasanya adalah

retak memanjang dan retak melintang

Retak panas dibagi dalam dua kelas yaitu retak karena pembebasan

tegangan pada HAZ yang terjadi pada suhu antara 550degC-700degC dan retak yang

terjadi pada suhu diatas 900degC yang terjadi pada saat pembekuan logam las

Retak panas yang sering terjadi pada logam las karena pembekuan biasanya

berbentuk retak kawah dan retak memanjang Pada pengelasan baja austenit retak

panas biasanya terjadi pada daerah HAZ dan logam las Retak las karena

pembebasan tegangan pada umumnya terjadi pada kaki daerah HAZ

Jenis Retak las dan penyebabnya

1 Retak Dingin pada Daerah Pengaruh Panas (HAZ)

Retak dingin pada daerah HAZ biasanya terjadi beberapa menit sampai

dengan 48 jam sesudah pengelasan Karena itu retak ini disebut juga retak lambat

Penyebab retak ini adalah Struktur dari daerah HAZ difusi hidrogen didaerah las

dan tegangan sisa

Struktur dari daerah HAZ ditentukan oleh komposisi kimia logam induk

dan kecepatan pendinginan daerah las Retak dingin didaerah HAZ pada

pengelasan baja biasanya terjadi pada daerah martensit Karena kadar unsur

paduan yang mempertinggi sifat mampu keras baja diusahakan serendah mungkin

2 Retak Lamel

Pada konstruksi kerangka yang besar seperti bangunan laut biasanya

digunakan pelat tebal sehingga pada daerah las terjadi tegangan yang besar

Karena tegangan ini kadang terjadi retak bertumpuk yang menjalar sepanjang

butiran bukan logam yang ada didalam baja Retak semacam ini disebut retak

lamel Butiran MnS atau MnSiO dengan bentuk butiran kubus biasanya lebih peka

terhadap retak lamel dari pada butiran berbentuk bulat Karena hal tersebut maka

pada baja tahan retak kadar belerang diusahakan serendah-rendahnya

3 Retak Lintang pada Logam Las

Retak dingin disamping terjadi pada daerah HAZ juga dapat terjadi pada

logam las Retak ini terjadi dengan arah tegak lurus atau melintang terhadap garis

las Retak lintang dapat terjadi pada pengelasan busur terendam atau pada busur

56

listrik dengan elektroda terbungkus dan juga pada pengelasan yang menggunakan

logam las dengan kekuatan lebih dari 75 kgmm

Retak lintang sama halnya dengan retak dingin terjadi karena adanya

hidrogen difusi yang keluar dari fluks atau pembungkus elektroda Pada

permukaan manik las hidrogen difusi yang dikandung dapat dilepaskan dengan

mudah bila dibandingkan dengan hydrogen yang ada dibagian dalam Karena itu

biasanya retak lintang terdapat pada tengah-tengah tebal lasan tanpa menembus

permukaan

Dengan demikian cara pencegahan retak lintang adalah dengan cara

menurunkan kadar hidrogen difusi disamping pengeringan dan penyimpanan

yang baik dari bahan-bahan las agar tidak terkena uap air Pemanasan mula dan

pemanasan lanjutan juga sangat membantu didalam pelepasan dan pembebasan

hidrogen difusi

4 Retak pada Daerah Las Karena Proses Pembebasan Tegangan

Retak yang terjadi karena perlakuan-perlakuan panas sesudah pengelasan

adalah retak karena proses anil pembebasan tegangan yang biasanya dilakukan

pada suhu 500degC sampai 700degC Tempat terjadinya retak anil ini adalah pada

batas-batas butir terutama butir kasar pada daerah pengaruh panas

Bila dilihat dari bahan maka baja dengan kekuatan 80 kgmm dan baja

paduan rendah Cr-Mo-V adalah baj yang sangat peka terhadap retak karena

pembebasan tegangan Pengaruh komposisi kimia pada kepekaan retak tersebut

dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Menurut Nakamura Achiki dan Okabayashi

ΔG = (Cr) + 33 (Mn) + 81(V) ndash 2

Menurut Ito dan Nakanishi

P = (Cr) + (Cu) + 2 (Mo) + 10(V) +7(Ne) + 5(Ti)

Dari kedua rumus tersebut bila ΔG atau P mempunyai harga positif maka

terjadi keretakan Bila baja mengandung karbon kurang dari 01 atau krom lebih

dari 15 kepekaannya terhadap retak karena pembebasan tegangan menjadi

57

rendah sehingga persamaan tersebut tidak berlaku Hubungan antara P dengan

retak yang terjadi adalah semakin besar harga P semakin meningkat retak beas

tegangannya

5 Retak Panas

Retak panas biasanya terjadi pada waktu logam las mendingin setelah

pembekuan selesai Retak ini terjadi karena adanya tegangan yang timbul karena

penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun pada suhu sedikit dibawah

suhu pembekuan Dengan demikian retak ini akan terjadi pad batas butir karena

pada tempat tersebut terbentuk senyawa dengan titik cair rendah Karena itu unsur

seperti Si Ni dan P akan mempertinggi kepekaan baja terhadap retak jenis ini

Untuk menghindari retak panas adalah dengan menurunkan kadar Sid an

Ni serendah mungkin dan menghilangkan kandungan S dan P Untuk baja tahan

karat austenit cara menghindarinya adalah dengan mengusahakan agar S sampai

10 dari ferit terdapat dalam struktur austenit

242 Penembusan Kurang Baik

Selain retak cacat las yang juga sering terjadi adalah penembusan las

yang kurang dan jelek Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat yang

timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh karena

penembusan yang kurang Karena kurang penembusan inilah maka

penyambungan tidak sempurna Penyebab dari penembusan yang kurang ini

antara lain

Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi

Arus terlalu rendah

Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil

Benda kerja terlalu kotor

Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik

Busur las yang terlalu panjang

58

Gambar Penembusan las yang kurang

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

243 Pengerukan Under cut

Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan

under cut pada benda kerja Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau

konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan

konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan Sebabsebab

pengerukan las antara lain

Arus yang terlalu tinggi

Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula

Busur nyala yang terlalu panjang

Ukuran elektroda yang salah

Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat

Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur

Gambar Cacat pengerukanunder cut

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

244 Keropos

59

Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan

Keropos ini bila didiamkan lama kelamaan akan menebar yang diikuti dengan

perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena

korosi tadi Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang

ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga Penyebab keropos ini

yakni

Busur pendek

Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Kurang waktu pengisian

Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja

Kesalahan memilih jenis elektroda

Gambar Cacat keropos

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

245 Penggerutan Benda Kerja

Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila

didinginkan Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang maka

setelah dingin terjadilah pelengkungan atau melenting atau deformasi

Gambar perubahan bentuk benda kerja

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

60

Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)

maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser bahkan sampai kedua

sisi tersebut dapat berimpit

Gambar perubahan bentuk pada kampuh

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Penyebab pengerutan adalah

Pengisian pengelasan kurang

Pengkleman salah

Pemanasan yang berlebihan

Kesalahan persiapan kampuh

Pemanasan tidak merata

Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik

Salah urutan pengelasan

25 Perlengkapan Keselamatan Kerja

251 Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan

mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit

maupun mata Sinar Ias yang sangat terangkuat itu tidak boleh dilihat dangan

mata langsung sampai jarak 16 meter Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus

yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut Ukuran kaca

Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan

61

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 21: laporan pengelasan

Diagram transformasi semacam ini dinamakan diagram transformasi

pendinginan kontinyu atau diagram CCT (Continuous Cooling Transformation)

Bentuknya agak berbeda dibandingkan dengan diagram IT lihat gambar di atas

kurva transformasi tergeser sedikit ke kanan bawah dan pada baja karbon tidak

terdapat daerah transformasi austenitbainit Ini disebabkan karana kurva awal

transformasi austenit-bainit terhalang oleh kurva transformasi austenit-perlit

Tetapi dari gambar di atas yang menggambarkan kurva transformasi

pendinginan kontinyu (garis tebal) yang disuperimpose pada diagram IT (garis

tipis) baja karbon eutectoid tampak bahwa dengan pendinginan kontinyu lebih

mudah diperoleh martensit karena kurva transformasi ber-geser ke kanan

Misalnya pada kurva pendinginan dengan laju 250 oFs untuk kurva transformasi

pendinginan kontinyu akan merupakan laju pendinginan kritis akan menghasilkan

100 tetapi pada kurva transformasi isothermal masih akan menghasilkan sedikit

perlit sebelum menjadi martensit

Pada proses laku panas biasanya pendinginan dilakukan dengan

pendinginankontinyu sehingga biasanya diagram CCT lebih banyak digunakan

Sedangkan diagram IT digunakan untuk proses laku panas tertentu yang dilakukan

dengan pendingina isothermal

232 Diagram TTT

TTT Diagram merupakan salah satu jenis dari diagram material yang bisa

digunakan untuk memprediksi hasil akhir dari suatu transformasi TTT diagram

lebih sederhana daripada FeC diagram

Banyak ahli metalurgi berpendapat bahwa waktu dan temperatur

transformasi austenite mempunyai pengaruh yang besar terhadap produk hasil

transformasi dan properties baja Karena austenit tidak stabil di bawah temperatur

kritis bawah sangat penting untuk diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan

untuk austenit selesai bertransformasi dan bertransformasi menjadi apa pada

akhirnya austenite tersebut pada temperatur konstan dibawah temperatur kritis

bawah Proses transformasi tersebut dinamakan Transformation Temperature

Time (TTT)

52

Kalau baja diaustenitkan kemudian dicelup dingin pada temperatur di

bawah titik transformasi dan dibiarkan untuk sementara waktu austenit berada

dalam keadaan metastabil dan setelah waktu inkubasi tertentu terjadi

transformasi Dengan merubah-rubah keadaan di atas transformasi dibiarkan pada

temperatur tetap maka diagram transformasi waktu temperatur Seperti

ditunjukkan dalam Gambar 4 proses dimana struktur martensit didapat dengan

pencelupan dingin tiba-tiba setelah dibiarkan berada sebagai austenit yang

metastabil proses ini disebut austenit (ausforming)

Martensit yang dibuat dengan olah austenit dibandingkan dengan

martensit yang didapat dengan proses biasa mempunyai struktur mikro yang

halus cacat kisinya yang sangat banyak dan kekuatan yang sangat tinggi Jadi

kalau baja di temper akan didapat kekuatan keliatan dan keuletan yang tidak bisa

dicapai oleh proses pengerasan dan penemperan baja yang biasa Untuk

mendapatkan sifat-sifat yang sangat baik perlu pemilihan baja yaitu yang

mempunyai waktu permulaan transformasi yang lebih lama dari perlit dan bainit

suau daerah austenit metastabil di dalam S dan yang akan menjadi fasa martensit

karena pencelupan dingin

Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar

karbon dalam baja Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 083 yang

ditahan suhunya dititik tertentu akan menghasilkan struktur perlit dan ferit Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu tapi masih disisi sebelah atas garis horizontal

maka akan mendapatkan struktur mikro bainit (lebih keras dari perlit) Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal maka akan mendapat

struktur martensit (sangat keras dan getas) Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh

tingginya suhu pemanasan lamanya pemanasan dan semakin lama pemanasannya

akan timbul butiran yang lebih besar Semakin cepat pendinginan akan

menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil

53

Gambar Diagram TTT

(Sumber

Gambar diatas menunjukan suatu transformasi dari baja etektoida yang

mempunyai dekomposisi normal austenit sebagai berikut

Bila baja tersebut kita dinginkan cepat sampai dibawah A1 dan dibiarkan

beberapa saat (plusmn 30 detik pada 1250oF) sedemikian rupa jatuh pada daerah

dimana perlit baru sebagian terjadi kemudian dilanjutkan segera dengan quench

maka akan terjadi struktur perlit dan martensit sebagian Martensit ini adalah hasil

transformasi isotermis sebagian austenit pada suhu diatas tadi Lamanya baja

berada pada suhu dibawah A1 akan menentukan banyaknya pembentukan perlit

atau bainit dan menentukan jumlah austenit sisa yang membentuk martensit

setelah quench Dengan kata lain perkataan proses pembentukan perlitbainit pada

suhu tersebut terhenti pada saat quenching

Garis sebelah kiri menunjukkan saat setelah berapa lama dimulai

transformasi dan garis sebelah kanannya adalah akhir transformasi (100) pada

tiap-tiap suhu Dilihat dari bentuk kurva maka untuk suhu diatas 1000degF makin

rendah suhu pembentukkan phase (perlit) lebih cepat dan dibawah 1000degF sampai

dengan plusmn500degF makin rendah suhu makin lama untuk pembentukkan phase

(disisni terjadi struktur bainite)

54

Dengan demikian pembentukan martensit bisa terjadi dengan pendinginan

cepat dari setiap suhu tertentu bilamana waktu lama pada suhu-suhu tersebut

berada disebelah kiri garis kurva kanan Paling cepat terjadinya transformasi ke

phase perlitbainit adalah pada suhu sekitar 1000degF (merupakan ldquonoserdquodari

kurva)

Makin pendek lamanya baja tersebut dibiarkan pada suhu tertentu makin

besar jumlah austenit dan makin besar pula jumlah martensit yang terbentuk

setelah quenching Dari diagram cenderung tidaklah mungkin memperoleh

martensit dengan membiarkan baja tersebut pada suhu tertentu (konstan) untuk

waktu yang sangat lama

24 Macam Cacat Pada Daerah Lasan

241 Klasifikasi Retak Las

Daerah lasan yang terjadi akibat proses pelumeran atau pencairan menurut

(Wiryosumarto dan Okumura2000) dibagi tiga bagian yaitu daerah terpengaruh

panas atau HAZ (Heat Affected Zone) yaitu logam yang bersebelahan dengan

logam las Logam las yaitu bagian dari logam yang pada waktu pengelasan

mencair dan membeku dan logam induk yang tidak terpengaruhi yaitu bagian

logam dasar yang tidak terkena panas atau suhu pemanasan tidak menyebabkan

perubahan sifat danstruktur logam induk

Retak pada hasil pengelasan juga disebabkab oleh faktor-faktor perubahan

metalurgi setelah logam mengalami pemanasan Selain itu juga Retak pada hasil

pengelasan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perencanaan pemilihan bahan

dan proses pengelasan

Dua kelompok retak las adalah kelompok retak dingin dan kelompok retak

panas Retak dingin adalah retak daerah las yang terjadi pada suhu dibawah suhu

transformasi Martensit kurang lebih pada suhu 300ordmC sedangkan retak panas

adalah retak pada daerah las yang terjadi pada suhu diatas 500degC

Retak dingin dapat terjadi tidak hanya pada daerah HAZ tetapi juga pada logam

las Retak dingin pada daerah terpengaruh panas adalah retak bawah manik las

55

retak akar dan retak kaki Sedangkan retak dingin pada logam las biasanya adalah

retak memanjang dan retak melintang

Retak panas dibagi dalam dua kelas yaitu retak karena pembebasan

tegangan pada HAZ yang terjadi pada suhu antara 550degC-700degC dan retak yang

terjadi pada suhu diatas 900degC yang terjadi pada saat pembekuan logam las

Retak panas yang sering terjadi pada logam las karena pembekuan biasanya

berbentuk retak kawah dan retak memanjang Pada pengelasan baja austenit retak

panas biasanya terjadi pada daerah HAZ dan logam las Retak las karena

pembebasan tegangan pada umumnya terjadi pada kaki daerah HAZ

Jenis Retak las dan penyebabnya

1 Retak Dingin pada Daerah Pengaruh Panas (HAZ)

Retak dingin pada daerah HAZ biasanya terjadi beberapa menit sampai

dengan 48 jam sesudah pengelasan Karena itu retak ini disebut juga retak lambat

Penyebab retak ini adalah Struktur dari daerah HAZ difusi hidrogen didaerah las

dan tegangan sisa

Struktur dari daerah HAZ ditentukan oleh komposisi kimia logam induk

dan kecepatan pendinginan daerah las Retak dingin didaerah HAZ pada

pengelasan baja biasanya terjadi pada daerah martensit Karena kadar unsur

paduan yang mempertinggi sifat mampu keras baja diusahakan serendah mungkin

2 Retak Lamel

Pada konstruksi kerangka yang besar seperti bangunan laut biasanya

digunakan pelat tebal sehingga pada daerah las terjadi tegangan yang besar

Karena tegangan ini kadang terjadi retak bertumpuk yang menjalar sepanjang

butiran bukan logam yang ada didalam baja Retak semacam ini disebut retak

lamel Butiran MnS atau MnSiO dengan bentuk butiran kubus biasanya lebih peka

terhadap retak lamel dari pada butiran berbentuk bulat Karena hal tersebut maka

pada baja tahan retak kadar belerang diusahakan serendah-rendahnya

3 Retak Lintang pada Logam Las

Retak dingin disamping terjadi pada daerah HAZ juga dapat terjadi pada

logam las Retak ini terjadi dengan arah tegak lurus atau melintang terhadap garis

las Retak lintang dapat terjadi pada pengelasan busur terendam atau pada busur

56

listrik dengan elektroda terbungkus dan juga pada pengelasan yang menggunakan

logam las dengan kekuatan lebih dari 75 kgmm

Retak lintang sama halnya dengan retak dingin terjadi karena adanya

hidrogen difusi yang keluar dari fluks atau pembungkus elektroda Pada

permukaan manik las hidrogen difusi yang dikandung dapat dilepaskan dengan

mudah bila dibandingkan dengan hydrogen yang ada dibagian dalam Karena itu

biasanya retak lintang terdapat pada tengah-tengah tebal lasan tanpa menembus

permukaan

Dengan demikian cara pencegahan retak lintang adalah dengan cara

menurunkan kadar hidrogen difusi disamping pengeringan dan penyimpanan

yang baik dari bahan-bahan las agar tidak terkena uap air Pemanasan mula dan

pemanasan lanjutan juga sangat membantu didalam pelepasan dan pembebasan

hidrogen difusi

4 Retak pada Daerah Las Karena Proses Pembebasan Tegangan

Retak yang terjadi karena perlakuan-perlakuan panas sesudah pengelasan

adalah retak karena proses anil pembebasan tegangan yang biasanya dilakukan

pada suhu 500degC sampai 700degC Tempat terjadinya retak anil ini adalah pada

batas-batas butir terutama butir kasar pada daerah pengaruh panas

Bila dilihat dari bahan maka baja dengan kekuatan 80 kgmm dan baja

paduan rendah Cr-Mo-V adalah baj yang sangat peka terhadap retak karena

pembebasan tegangan Pengaruh komposisi kimia pada kepekaan retak tersebut

dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Menurut Nakamura Achiki dan Okabayashi

ΔG = (Cr) + 33 (Mn) + 81(V) ndash 2

Menurut Ito dan Nakanishi

P = (Cr) + (Cu) + 2 (Mo) + 10(V) +7(Ne) + 5(Ti)

Dari kedua rumus tersebut bila ΔG atau P mempunyai harga positif maka

terjadi keretakan Bila baja mengandung karbon kurang dari 01 atau krom lebih

dari 15 kepekaannya terhadap retak karena pembebasan tegangan menjadi

57

rendah sehingga persamaan tersebut tidak berlaku Hubungan antara P dengan

retak yang terjadi adalah semakin besar harga P semakin meningkat retak beas

tegangannya

5 Retak Panas

Retak panas biasanya terjadi pada waktu logam las mendingin setelah

pembekuan selesai Retak ini terjadi karena adanya tegangan yang timbul karena

penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun pada suhu sedikit dibawah

suhu pembekuan Dengan demikian retak ini akan terjadi pad batas butir karena

pada tempat tersebut terbentuk senyawa dengan titik cair rendah Karena itu unsur

seperti Si Ni dan P akan mempertinggi kepekaan baja terhadap retak jenis ini

Untuk menghindari retak panas adalah dengan menurunkan kadar Sid an

Ni serendah mungkin dan menghilangkan kandungan S dan P Untuk baja tahan

karat austenit cara menghindarinya adalah dengan mengusahakan agar S sampai

10 dari ferit terdapat dalam struktur austenit

242 Penembusan Kurang Baik

Selain retak cacat las yang juga sering terjadi adalah penembusan las

yang kurang dan jelek Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat yang

timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh karena

penembusan yang kurang Karena kurang penembusan inilah maka

penyambungan tidak sempurna Penyebab dari penembusan yang kurang ini

antara lain

Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi

Arus terlalu rendah

Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil

Benda kerja terlalu kotor

Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik

Busur las yang terlalu panjang

58

Gambar Penembusan las yang kurang

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

243 Pengerukan Under cut

Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan

under cut pada benda kerja Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau

konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan

konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan Sebabsebab

pengerukan las antara lain

Arus yang terlalu tinggi

Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula

Busur nyala yang terlalu panjang

Ukuran elektroda yang salah

Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat

Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur

Gambar Cacat pengerukanunder cut

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

244 Keropos

59

Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan

Keropos ini bila didiamkan lama kelamaan akan menebar yang diikuti dengan

perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena

korosi tadi Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang

ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga Penyebab keropos ini

yakni

Busur pendek

Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Kurang waktu pengisian

Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja

Kesalahan memilih jenis elektroda

Gambar Cacat keropos

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

245 Penggerutan Benda Kerja

Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila

didinginkan Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang maka

setelah dingin terjadilah pelengkungan atau melenting atau deformasi

Gambar perubahan bentuk benda kerja

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

60

Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)

maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser bahkan sampai kedua

sisi tersebut dapat berimpit

Gambar perubahan bentuk pada kampuh

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Penyebab pengerutan adalah

Pengisian pengelasan kurang

Pengkleman salah

Pemanasan yang berlebihan

Kesalahan persiapan kampuh

Pemanasan tidak merata

Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik

Salah urutan pengelasan

25 Perlengkapan Keselamatan Kerja

251 Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan

mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit

maupun mata Sinar Ias yang sangat terangkuat itu tidak boleh dilihat dangan

mata langsung sampai jarak 16 meter Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus

yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut Ukuran kaca

Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan

61

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 22: laporan pengelasan

Kalau baja diaustenitkan kemudian dicelup dingin pada temperatur di

bawah titik transformasi dan dibiarkan untuk sementara waktu austenit berada

dalam keadaan metastabil dan setelah waktu inkubasi tertentu terjadi

transformasi Dengan merubah-rubah keadaan di atas transformasi dibiarkan pada

temperatur tetap maka diagram transformasi waktu temperatur Seperti

ditunjukkan dalam Gambar 4 proses dimana struktur martensit didapat dengan

pencelupan dingin tiba-tiba setelah dibiarkan berada sebagai austenit yang

metastabil proses ini disebut austenit (ausforming)

Martensit yang dibuat dengan olah austenit dibandingkan dengan

martensit yang didapat dengan proses biasa mempunyai struktur mikro yang

halus cacat kisinya yang sangat banyak dan kekuatan yang sangat tinggi Jadi

kalau baja di temper akan didapat kekuatan keliatan dan keuletan yang tidak bisa

dicapai oleh proses pengerasan dan penemperan baja yang biasa Untuk

mendapatkan sifat-sifat yang sangat baik perlu pemilihan baja yaitu yang

mempunyai waktu permulaan transformasi yang lebih lama dari perlit dan bainit

suau daerah austenit metastabil di dalam S dan yang akan menjadi fasa martensit

karena pencelupan dingin

Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar

karbon dalam baja Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 083 yang

ditahan suhunya dititik tertentu akan menghasilkan struktur perlit dan ferit Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu tapi masih disisi sebelah atas garis horizontal

maka akan mendapatkan struktur mikro bainit (lebih keras dari perlit) Bila

ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal maka akan mendapat

struktur martensit (sangat keras dan getas) Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh

tingginya suhu pemanasan lamanya pemanasan dan semakin lama pemanasannya

akan timbul butiran yang lebih besar Semakin cepat pendinginan akan

menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil

53

Gambar Diagram TTT

(Sumber

Gambar diatas menunjukan suatu transformasi dari baja etektoida yang

mempunyai dekomposisi normal austenit sebagai berikut

Bila baja tersebut kita dinginkan cepat sampai dibawah A1 dan dibiarkan

beberapa saat (plusmn 30 detik pada 1250oF) sedemikian rupa jatuh pada daerah

dimana perlit baru sebagian terjadi kemudian dilanjutkan segera dengan quench

maka akan terjadi struktur perlit dan martensit sebagian Martensit ini adalah hasil

transformasi isotermis sebagian austenit pada suhu diatas tadi Lamanya baja

berada pada suhu dibawah A1 akan menentukan banyaknya pembentukan perlit

atau bainit dan menentukan jumlah austenit sisa yang membentuk martensit

setelah quench Dengan kata lain perkataan proses pembentukan perlitbainit pada

suhu tersebut terhenti pada saat quenching

Garis sebelah kiri menunjukkan saat setelah berapa lama dimulai

transformasi dan garis sebelah kanannya adalah akhir transformasi (100) pada

tiap-tiap suhu Dilihat dari bentuk kurva maka untuk suhu diatas 1000degF makin

rendah suhu pembentukkan phase (perlit) lebih cepat dan dibawah 1000degF sampai

dengan plusmn500degF makin rendah suhu makin lama untuk pembentukkan phase

(disisni terjadi struktur bainite)

54

Dengan demikian pembentukan martensit bisa terjadi dengan pendinginan

cepat dari setiap suhu tertentu bilamana waktu lama pada suhu-suhu tersebut

berada disebelah kiri garis kurva kanan Paling cepat terjadinya transformasi ke

phase perlitbainit adalah pada suhu sekitar 1000degF (merupakan ldquonoserdquodari

kurva)

Makin pendek lamanya baja tersebut dibiarkan pada suhu tertentu makin

besar jumlah austenit dan makin besar pula jumlah martensit yang terbentuk

setelah quenching Dari diagram cenderung tidaklah mungkin memperoleh

martensit dengan membiarkan baja tersebut pada suhu tertentu (konstan) untuk

waktu yang sangat lama

24 Macam Cacat Pada Daerah Lasan

241 Klasifikasi Retak Las

Daerah lasan yang terjadi akibat proses pelumeran atau pencairan menurut

(Wiryosumarto dan Okumura2000) dibagi tiga bagian yaitu daerah terpengaruh

panas atau HAZ (Heat Affected Zone) yaitu logam yang bersebelahan dengan

logam las Logam las yaitu bagian dari logam yang pada waktu pengelasan

mencair dan membeku dan logam induk yang tidak terpengaruhi yaitu bagian

logam dasar yang tidak terkena panas atau suhu pemanasan tidak menyebabkan

perubahan sifat danstruktur logam induk

Retak pada hasil pengelasan juga disebabkab oleh faktor-faktor perubahan

metalurgi setelah logam mengalami pemanasan Selain itu juga Retak pada hasil

pengelasan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perencanaan pemilihan bahan

dan proses pengelasan

Dua kelompok retak las adalah kelompok retak dingin dan kelompok retak

panas Retak dingin adalah retak daerah las yang terjadi pada suhu dibawah suhu

transformasi Martensit kurang lebih pada suhu 300ordmC sedangkan retak panas

adalah retak pada daerah las yang terjadi pada suhu diatas 500degC

Retak dingin dapat terjadi tidak hanya pada daerah HAZ tetapi juga pada logam

las Retak dingin pada daerah terpengaruh panas adalah retak bawah manik las

55

retak akar dan retak kaki Sedangkan retak dingin pada logam las biasanya adalah

retak memanjang dan retak melintang

Retak panas dibagi dalam dua kelas yaitu retak karena pembebasan

tegangan pada HAZ yang terjadi pada suhu antara 550degC-700degC dan retak yang

terjadi pada suhu diatas 900degC yang terjadi pada saat pembekuan logam las

Retak panas yang sering terjadi pada logam las karena pembekuan biasanya

berbentuk retak kawah dan retak memanjang Pada pengelasan baja austenit retak

panas biasanya terjadi pada daerah HAZ dan logam las Retak las karena

pembebasan tegangan pada umumnya terjadi pada kaki daerah HAZ

Jenis Retak las dan penyebabnya

1 Retak Dingin pada Daerah Pengaruh Panas (HAZ)

Retak dingin pada daerah HAZ biasanya terjadi beberapa menit sampai

dengan 48 jam sesudah pengelasan Karena itu retak ini disebut juga retak lambat

Penyebab retak ini adalah Struktur dari daerah HAZ difusi hidrogen didaerah las

dan tegangan sisa

Struktur dari daerah HAZ ditentukan oleh komposisi kimia logam induk

dan kecepatan pendinginan daerah las Retak dingin didaerah HAZ pada

pengelasan baja biasanya terjadi pada daerah martensit Karena kadar unsur

paduan yang mempertinggi sifat mampu keras baja diusahakan serendah mungkin

2 Retak Lamel

Pada konstruksi kerangka yang besar seperti bangunan laut biasanya

digunakan pelat tebal sehingga pada daerah las terjadi tegangan yang besar

Karena tegangan ini kadang terjadi retak bertumpuk yang menjalar sepanjang

butiran bukan logam yang ada didalam baja Retak semacam ini disebut retak

lamel Butiran MnS atau MnSiO dengan bentuk butiran kubus biasanya lebih peka

terhadap retak lamel dari pada butiran berbentuk bulat Karena hal tersebut maka

pada baja tahan retak kadar belerang diusahakan serendah-rendahnya

3 Retak Lintang pada Logam Las

Retak dingin disamping terjadi pada daerah HAZ juga dapat terjadi pada

logam las Retak ini terjadi dengan arah tegak lurus atau melintang terhadap garis

las Retak lintang dapat terjadi pada pengelasan busur terendam atau pada busur

56

listrik dengan elektroda terbungkus dan juga pada pengelasan yang menggunakan

logam las dengan kekuatan lebih dari 75 kgmm

Retak lintang sama halnya dengan retak dingin terjadi karena adanya

hidrogen difusi yang keluar dari fluks atau pembungkus elektroda Pada

permukaan manik las hidrogen difusi yang dikandung dapat dilepaskan dengan

mudah bila dibandingkan dengan hydrogen yang ada dibagian dalam Karena itu

biasanya retak lintang terdapat pada tengah-tengah tebal lasan tanpa menembus

permukaan

Dengan demikian cara pencegahan retak lintang adalah dengan cara

menurunkan kadar hidrogen difusi disamping pengeringan dan penyimpanan

yang baik dari bahan-bahan las agar tidak terkena uap air Pemanasan mula dan

pemanasan lanjutan juga sangat membantu didalam pelepasan dan pembebasan

hidrogen difusi

4 Retak pada Daerah Las Karena Proses Pembebasan Tegangan

Retak yang terjadi karena perlakuan-perlakuan panas sesudah pengelasan

adalah retak karena proses anil pembebasan tegangan yang biasanya dilakukan

pada suhu 500degC sampai 700degC Tempat terjadinya retak anil ini adalah pada

batas-batas butir terutama butir kasar pada daerah pengaruh panas

Bila dilihat dari bahan maka baja dengan kekuatan 80 kgmm dan baja

paduan rendah Cr-Mo-V adalah baj yang sangat peka terhadap retak karena

pembebasan tegangan Pengaruh komposisi kimia pada kepekaan retak tersebut

dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Menurut Nakamura Achiki dan Okabayashi

ΔG = (Cr) + 33 (Mn) + 81(V) ndash 2

Menurut Ito dan Nakanishi

P = (Cr) + (Cu) + 2 (Mo) + 10(V) +7(Ne) + 5(Ti)

Dari kedua rumus tersebut bila ΔG atau P mempunyai harga positif maka

terjadi keretakan Bila baja mengandung karbon kurang dari 01 atau krom lebih

dari 15 kepekaannya terhadap retak karena pembebasan tegangan menjadi

57

rendah sehingga persamaan tersebut tidak berlaku Hubungan antara P dengan

retak yang terjadi adalah semakin besar harga P semakin meningkat retak beas

tegangannya

5 Retak Panas

Retak panas biasanya terjadi pada waktu logam las mendingin setelah

pembekuan selesai Retak ini terjadi karena adanya tegangan yang timbul karena

penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun pada suhu sedikit dibawah

suhu pembekuan Dengan demikian retak ini akan terjadi pad batas butir karena

pada tempat tersebut terbentuk senyawa dengan titik cair rendah Karena itu unsur

seperti Si Ni dan P akan mempertinggi kepekaan baja terhadap retak jenis ini

Untuk menghindari retak panas adalah dengan menurunkan kadar Sid an

Ni serendah mungkin dan menghilangkan kandungan S dan P Untuk baja tahan

karat austenit cara menghindarinya adalah dengan mengusahakan agar S sampai

10 dari ferit terdapat dalam struktur austenit

242 Penembusan Kurang Baik

Selain retak cacat las yang juga sering terjadi adalah penembusan las

yang kurang dan jelek Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat yang

timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh karena

penembusan yang kurang Karena kurang penembusan inilah maka

penyambungan tidak sempurna Penyebab dari penembusan yang kurang ini

antara lain

Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi

Arus terlalu rendah

Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil

Benda kerja terlalu kotor

Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik

Busur las yang terlalu panjang

58

Gambar Penembusan las yang kurang

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

243 Pengerukan Under cut

Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan

under cut pada benda kerja Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau

konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan

konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan Sebabsebab

pengerukan las antara lain

Arus yang terlalu tinggi

Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula

Busur nyala yang terlalu panjang

Ukuran elektroda yang salah

Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat

Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur

Gambar Cacat pengerukanunder cut

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

244 Keropos

59

Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan

Keropos ini bila didiamkan lama kelamaan akan menebar yang diikuti dengan

perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena

korosi tadi Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang

ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga Penyebab keropos ini

yakni

Busur pendek

Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Kurang waktu pengisian

Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja

Kesalahan memilih jenis elektroda

Gambar Cacat keropos

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

245 Penggerutan Benda Kerja

Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila

didinginkan Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang maka

setelah dingin terjadilah pelengkungan atau melenting atau deformasi

Gambar perubahan bentuk benda kerja

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

60

Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)

maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser bahkan sampai kedua

sisi tersebut dapat berimpit

Gambar perubahan bentuk pada kampuh

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Penyebab pengerutan adalah

Pengisian pengelasan kurang

Pengkleman salah

Pemanasan yang berlebihan

Kesalahan persiapan kampuh

Pemanasan tidak merata

Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik

Salah urutan pengelasan

25 Perlengkapan Keselamatan Kerja

251 Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan

mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit

maupun mata Sinar Ias yang sangat terangkuat itu tidak boleh dilihat dangan

mata langsung sampai jarak 16 meter Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus

yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut Ukuran kaca

Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan

61

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 23: laporan pengelasan

Gambar Diagram TTT

(Sumber

Gambar diatas menunjukan suatu transformasi dari baja etektoida yang

mempunyai dekomposisi normal austenit sebagai berikut

Bila baja tersebut kita dinginkan cepat sampai dibawah A1 dan dibiarkan

beberapa saat (plusmn 30 detik pada 1250oF) sedemikian rupa jatuh pada daerah

dimana perlit baru sebagian terjadi kemudian dilanjutkan segera dengan quench

maka akan terjadi struktur perlit dan martensit sebagian Martensit ini adalah hasil

transformasi isotermis sebagian austenit pada suhu diatas tadi Lamanya baja

berada pada suhu dibawah A1 akan menentukan banyaknya pembentukan perlit

atau bainit dan menentukan jumlah austenit sisa yang membentuk martensit

setelah quench Dengan kata lain perkataan proses pembentukan perlitbainit pada

suhu tersebut terhenti pada saat quenching

Garis sebelah kiri menunjukkan saat setelah berapa lama dimulai

transformasi dan garis sebelah kanannya adalah akhir transformasi (100) pada

tiap-tiap suhu Dilihat dari bentuk kurva maka untuk suhu diatas 1000degF makin

rendah suhu pembentukkan phase (perlit) lebih cepat dan dibawah 1000degF sampai

dengan plusmn500degF makin rendah suhu makin lama untuk pembentukkan phase

(disisni terjadi struktur bainite)

54

Dengan demikian pembentukan martensit bisa terjadi dengan pendinginan

cepat dari setiap suhu tertentu bilamana waktu lama pada suhu-suhu tersebut

berada disebelah kiri garis kurva kanan Paling cepat terjadinya transformasi ke

phase perlitbainit adalah pada suhu sekitar 1000degF (merupakan ldquonoserdquodari

kurva)

Makin pendek lamanya baja tersebut dibiarkan pada suhu tertentu makin

besar jumlah austenit dan makin besar pula jumlah martensit yang terbentuk

setelah quenching Dari diagram cenderung tidaklah mungkin memperoleh

martensit dengan membiarkan baja tersebut pada suhu tertentu (konstan) untuk

waktu yang sangat lama

24 Macam Cacat Pada Daerah Lasan

241 Klasifikasi Retak Las

Daerah lasan yang terjadi akibat proses pelumeran atau pencairan menurut

(Wiryosumarto dan Okumura2000) dibagi tiga bagian yaitu daerah terpengaruh

panas atau HAZ (Heat Affected Zone) yaitu logam yang bersebelahan dengan

logam las Logam las yaitu bagian dari logam yang pada waktu pengelasan

mencair dan membeku dan logam induk yang tidak terpengaruhi yaitu bagian

logam dasar yang tidak terkena panas atau suhu pemanasan tidak menyebabkan

perubahan sifat danstruktur logam induk

Retak pada hasil pengelasan juga disebabkab oleh faktor-faktor perubahan

metalurgi setelah logam mengalami pemanasan Selain itu juga Retak pada hasil

pengelasan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perencanaan pemilihan bahan

dan proses pengelasan

Dua kelompok retak las adalah kelompok retak dingin dan kelompok retak

panas Retak dingin adalah retak daerah las yang terjadi pada suhu dibawah suhu

transformasi Martensit kurang lebih pada suhu 300ordmC sedangkan retak panas

adalah retak pada daerah las yang terjadi pada suhu diatas 500degC

Retak dingin dapat terjadi tidak hanya pada daerah HAZ tetapi juga pada logam

las Retak dingin pada daerah terpengaruh panas adalah retak bawah manik las

55

retak akar dan retak kaki Sedangkan retak dingin pada logam las biasanya adalah

retak memanjang dan retak melintang

Retak panas dibagi dalam dua kelas yaitu retak karena pembebasan

tegangan pada HAZ yang terjadi pada suhu antara 550degC-700degC dan retak yang

terjadi pada suhu diatas 900degC yang terjadi pada saat pembekuan logam las

Retak panas yang sering terjadi pada logam las karena pembekuan biasanya

berbentuk retak kawah dan retak memanjang Pada pengelasan baja austenit retak

panas biasanya terjadi pada daerah HAZ dan logam las Retak las karena

pembebasan tegangan pada umumnya terjadi pada kaki daerah HAZ

Jenis Retak las dan penyebabnya

1 Retak Dingin pada Daerah Pengaruh Panas (HAZ)

Retak dingin pada daerah HAZ biasanya terjadi beberapa menit sampai

dengan 48 jam sesudah pengelasan Karena itu retak ini disebut juga retak lambat

Penyebab retak ini adalah Struktur dari daerah HAZ difusi hidrogen didaerah las

dan tegangan sisa

Struktur dari daerah HAZ ditentukan oleh komposisi kimia logam induk

dan kecepatan pendinginan daerah las Retak dingin didaerah HAZ pada

pengelasan baja biasanya terjadi pada daerah martensit Karena kadar unsur

paduan yang mempertinggi sifat mampu keras baja diusahakan serendah mungkin

2 Retak Lamel

Pada konstruksi kerangka yang besar seperti bangunan laut biasanya

digunakan pelat tebal sehingga pada daerah las terjadi tegangan yang besar

Karena tegangan ini kadang terjadi retak bertumpuk yang menjalar sepanjang

butiran bukan logam yang ada didalam baja Retak semacam ini disebut retak

lamel Butiran MnS atau MnSiO dengan bentuk butiran kubus biasanya lebih peka

terhadap retak lamel dari pada butiran berbentuk bulat Karena hal tersebut maka

pada baja tahan retak kadar belerang diusahakan serendah-rendahnya

3 Retak Lintang pada Logam Las

Retak dingin disamping terjadi pada daerah HAZ juga dapat terjadi pada

logam las Retak ini terjadi dengan arah tegak lurus atau melintang terhadap garis

las Retak lintang dapat terjadi pada pengelasan busur terendam atau pada busur

56

listrik dengan elektroda terbungkus dan juga pada pengelasan yang menggunakan

logam las dengan kekuatan lebih dari 75 kgmm

Retak lintang sama halnya dengan retak dingin terjadi karena adanya

hidrogen difusi yang keluar dari fluks atau pembungkus elektroda Pada

permukaan manik las hidrogen difusi yang dikandung dapat dilepaskan dengan

mudah bila dibandingkan dengan hydrogen yang ada dibagian dalam Karena itu

biasanya retak lintang terdapat pada tengah-tengah tebal lasan tanpa menembus

permukaan

Dengan demikian cara pencegahan retak lintang adalah dengan cara

menurunkan kadar hidrogen difusi disamping pengeringan dan penyimpanan

yang baik dari bahan-bahan las agar tidak terkena uap air Pemanasan mula dan

pemanasan lanjutan juga sangat membantu didalam pelepasan dan pembebasan

hidrogen difusi

4 Retak pada Daerah Las Karena Proses Pembebasan Tegangan

Retak yang terjadi karena perlakuan-perlakuan panas sesudah pengelasan

adalah retak karena proses anil pembebasan tegangan yang biasanya dilakukan

pada suhu 500degC sampai 700degC Tempat terjadinya retak anil ini adalah pada

batas-batas butir terutama butir kasar pada daerah pengaruh panas

Bila dilihat dari bahan maka baja dengan kekuatan 80 kgmm dan baja

paduan rendah Cr-Mo-V adalah baj yang sangat peka terhadap retak karena

pembebasan tegangan Pengaruh komposisi kimia pada kepekaan retak tersebut

dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Menurut Nakamura Achiki dan Okabayashi

ΔG = (Cr) + 33 (Mn) + 81(V) ndash 2

Menurut Ito dan Nakanishi

P = (Cr) + (Cu) + 2 (Mo) + 10(V) +7(Ne) + 5(Ti)

Dari kedua rumus tersebut bila ΔG atau P mempunyai harga positif maka

terjadi keretakan Bila baja mengandung karbon kurang dari 01 atau krom lebih

dari 15 kepekaannya terhadap retak karena pembebasan tegangan menjadi

57

rendah sehingga persamaan tersebut tidak berlaku Hubungan antara P dengan

retak yang terjadi adalah semakin besar harga P semakin meningkat retak beas

tegangannya

5 Retak Panas

Retak panas biasanya terjadi pada waktu logam las mendingin setelah

pembekuan selesai Retak ini terjadi karena adanya tegangan yang timbul karena

penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun pada suhu sedikit dibawah

suhu pembekuan Dengan demikian retak ini akan terjadi pad batas butir karena

pada tempat tersebut terbentuk senyawa dengan titik cair rendah Karena itu unsur

seperti Si Ni dan P akan mempertinggi kepekaan baja terhadap retak jenis ini

Untuk menghindari retak panas adalah dengan menurunkan kadar Sid an

Ni serendah mungkin dan menghilangkan kandungan S dan P Untuk baja tahan

karat austenit cara menghindarinya adalah dengan mengusahakan agar S sampai

10 dari ferit terdapat dalam struktur austenit

242 Penembusan Kurang Baik

Selain retak cacat las yang juga sering terjadi adalah penembusan las

yang kurang dan jelek Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat yang

timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh karena

penembusan yang kurang Karena kurang penembusan inilah maka

penyambungan tidak sempurna Penyebab dari penembusan yang kurang ini

antara lain

Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi

Arus terlalu rendah

Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil

Benda kerja terlalu kotor

Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik

Busur las yang terlalu panjang

58

Gambar Penembusan las yang kurang

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

243 Pengerukan Under cut

Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan

under cut pada benda kerja Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau

konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan

konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan Sebabsebab

pengerukan las antara lain

Arus yang terlalu tinggi

Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula

Busur nyala yang terlalu panjang

Ukuran elektroda yang salah

Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat

Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur

Gambar Cacat pengerukanunder cut

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

244 Keropos

59

Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan

Keropos ini bila didiamkan lama kelamaan akan menebar yang diikuti dengan

perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena

korosi tadi Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang

ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga Penyebab keropos ini

yakni

Busur pendek

Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Kurang waktu pengisian

Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja

Kesalahan memilih jenis elektroda

Gambar Cacat keropos

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

245 Penggerutan Benda Kerja

Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila

didinginkan Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang maka

setelah dingin terjadilah pelengkungan atau melenting atau deformasi

Gambar perubahan bentuk benda kerja

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

60

Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)

maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser bahkan sampai kedua

sisi tersebut dapat berimpit

Gambar perubahan bentuk pada kampuh

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Penyebab pengerutan adalah

Pengisian pengelasan kurang

Pengkleman salah

Pemanasan yang berlebihan

Kesalahan persiapan kampuh

Pemanasan tidak merata

Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik

Salah urutan pengelasan

25 Perlengkapan Keselamatan Kerja

251 Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan

mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit

maupun mata Sinar Ias yang sangat terangkuat itu tidak boleh dilihat dangan

mata langsung sampai jarak 16 meter Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus

yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut Ukuran kaca

Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan

61

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 24: laporan pengelasan

Dengan demikian pembentukan martensit bisa terjadi dengan pendinginan

cepat dari setiap suhu tertentu bilamana waktu lama pada suhu-suhu tersebut

berada disebelah kiri garis kurva kanan Paling cepat terjadinya transformasi ke

phase perlitbainit adalah pada suhu sekitar 1000degF (merupakan ldquonoserdquodari

kurva)

Makin pendek lamanya baja tersebut dibiarkan pada suhu tertentu makin

besar jumlah austenit dan makin besar pula jumlah martensit yang terbentuk

setelah quenching Dari diagram cenderung tidaklah mungkin memperoleh

martensit dengan membiarkan baja tersebut pada suhu tertentu (konstan) untuk

waktu yang sangat lama

24 Macam Cacat Pada Daerah Lasan

241 Klasifikasi Retak Las

Daerah lasan yang terjadi akibat proses pelumeran atau pencairan menurut

(Wiryosumarto dan Okumura2000) dibagi tiga bagian yaitu daerah terpengaruh

panas atau HAZ (Heat Affected Zone) yaitu logam yang bersebelahan dengan

logam las Logam las yaitu bagian dari logam yang pada waktu pengelasan

mencair dan membeku dan logam induk yang tidak terpengaruhi yaitu bagian

logam dasar yang tidak terkena panas atau suhu pemanasan tidak menyebabkan

perubahan sifat danstruktur logam induk

Retak pada hasil pengelasan juga disebabkab oleh faktor-faktor perubahan

metalurgi setelah logam mengalami pemanasan Selain itu juga Retak pada hasil

pengelasan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perencanaan pemilihan bahan

dan proses pengelasan

Dua kelompok retak las adalah kelompok retak dingin dan kelompok retak

panas Retak dingin adalah retak daerah las yang terjadi pada suhu dibawah suhu

transformasi Martensit kurang lebih pada suhu 300ordmC sedangkan retak panas

adalah retak pada daerah las yang terjadi pada suhu diatas 500degC

Retak dingin dapat terjadi tidak hanya pada daerah HAZ tetapi juga pada logam

las Retak dingin pada daerah terpengaruh panas adalah retak bawah manik las

55

retak akar dan retak kaki Sedangkan retak dingin pada logam las biasanya adalah

retak memanjang dan retak melintang

Retak panas dibagi dalam dua kelas yaitu retak karena pembebasan

tegangan pada HAZ yang terjadi pada suhu antara 550degC-700degC dan retak yang

terjadi pada suhu diatas 900degC yang terjadi pada saat pembekuan logam las

Retak panas yang sering terjadi pada logam las karena pembekuan biasanya

berbentuk retak kawah dan retak memanjang Pada pengelasan baja austenit retak

panas biasanya terjadi pada daerah HAZ dan logam las Retak las karena

pembebasan tegangan pada umumnya terjadi pada kaki daerah HAZ

Jenis Retak las dan penyebabnya

1 Retak Dingin pada Daerah Pengaruh Panas (HAZ)

Retak dingin pada daerah HAZ biasanya terjadi beberapa menit sampai

dengan 48 jam sesudah pengelasan Karena itu retak ini disebut juga retak lambat

Penyebab retak ini adalah Struktur dari daerah HAZ difusi hidrogen didaerah las

dan tegangan sisa

Struktur dari daerah HAZ ditentukan oleh komposisi kimia logam induk

dan kecepatan pendinginan daerah las Retak dingin didaerah HAZ pada

pengelasan baja biasanya terjadi pada daerah martensit Karena kadar unsur

paduan yang mempertinggi sifat mampu keras baja diusahakan serendah mungkin

2 Retak Lamel

Pada konstruksi kerangka yang besar seperti bangunan laut biasanya

digunakan pelat tebal sehingga pada daerah las terjadi tegangan yang besar

Karena tegangan ini kadang terjadi retak bertumpuk yang menjalar sepanjang

butiran bukan logam yang ada didalam baja Retak semacam ini disebut retak

lamel Butiran MnS atau MnSiO dengan bentuk butiran kubus biasanya lebih peka

terhadap retak lamel dari pada butiran berbentuk bulat Karena hal tersebut maka

pada baja tahan retak kadar belerang diusahakan serendah-rendahnya

3 Retak Lintang pada Logam Las

Retak dingin disamping terjadi pada daerah HAZ juga dapat terjadi pada

logam las Retak ini terjadi dengan arah tegak lurus atau melintang terhadap garis

las Retak lintang dapat terjadi pada pengelasan busur terendam atau pada busur

56

listrik dengan elektroda terbungkus dan juga pada pengelasan yang menggunakan

logam las dengan kekuatan lebih dari 75 kgmm

Retak lintang sama halnya dengan retak dingin terjadi karena adanya

hidrogen difusi yang keluar dari fluks atau pembungkus elektroda Pada

permukaan manik las hidrogen difusi yang dikandung dapat dilepaskan dengan

mudah bila dibandingkan dengan hydrogen yang ada dibagian dalam Karena itu

biasanya retak lintang terdapat pada tengah-tengah tebal lasan tanpa menembus

permukaan

Dengan demikian cara pencegahan retak lintang adalah dengan cara

menurunkan kadar hidrogen difusi disamping pengeringan dan penyimpanan

yang baik dari bahan-bahan las agar tidak terkena uap air Pemanasan mula dan

pemanasan lanjutan juga sangat membantu didalam pelepasan dan pembebasan

hidrogen difusi

4 Retak pada Daerah Las Karena Proses Pembebasan Tegangan

Retak yang terjadi karena perlakuan-perlakuan panas sesudah pengelasan

adalah retak karena proses anil pembebasan tegangan yang biasanya dilakukan

pada suhu 500degC sampai 700degC Tempat terjadinya retak anil ini adalah pada

batas-batas butir terutama butir kasar pada daerah pengaruh panas

Bila dilihat dari bahan maka baja dengan kekuatan 80 kgmm dan baja

paduan rendah Cr-Mo-V adalah baj yang sangat peka terhadap retak karena

pembebasan tegangan Pengaruh komposisi kimia pada kepekaan retak tersebut

dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Menurut Nakamura Achiki dan Okabayashi

ΔG = (Cr) + 33 (Mn) + 81(V) ndash 2

Menurut Ito dan Nakanishi

P = (Cr) + (Cu) + 2 (Mo) + 10(V) +7(Ne) + 5(Ti)

Dari kedua rumus tersebut bila ΔG atau P mempunyai harga positif maka

terjadi keretakan Bila baja mengandung karbon kurang dari 01 atau krom lebih

dari 15 kepekaannya terhadap retak karena pembebasan tegangan menjadi

57

rendah sehingga persamaan tersebut tidak berlaku Hubungan antara P dengan

retak yang terjadi adalah semakin besar harga P semakin meningkat retak beas

tegangannya

5 Retak Panas

Retak panas biasanya terjadi pada waktu logam las mendingin setelah

pembekuan selesai Retak ini terjadi karena adanya tegangan yang timbul karena

penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun pada suhu sedikit dibawah

suhu pembekuan Dengan demikian retak ini akan terjadi pad batas butir karena

pada tempat tersebut terbentuk senyawa dengan titik cair rendah Karena itu unsur

seperti Si Ni dan P akan mempertinggi kepekaan baja terhadap retak jenis ini

Untuk menghindari retak panas adalah dengan menurunkan kadar Sid an

Ni serendah mungkin dan menghilangkan kandungan S dan P Untuk baja tahan

karat austenit cara menghindarinya adalah dengan mengusahakan agar S sampai

10 dari ferit terdapat dalam struktur austenit

242 Penembusan Kurang Baik

Selain retak cacat las yang juga sering terjadi adalah penembusan las

yang kurang dan jelek Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat yang

timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh karena

penembusan yang kurang Karena kurang penembusan inilah maka

penyambungan tidak sempurna Penyebab dari penembusan yang kurang ini

antara lain

Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi

Arus terlalu rendah

Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil

Benda kerja terlalu kotor

Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik

Busur las yang terlalu panjang

58

Gambar Penembusan las yang kurang

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

243 Pengerukan Under cut

Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan

under cut pada benda kerja Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau

konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan

konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan Sebabsebab

pengerukan las antara lain

Arus yang terlalu tinggi

Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula

Busur nyala yang terlalu panjang

Ukuran elektroda yang salah

Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat

Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur

Gambar Cacat pengerukanunder cut

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

244 Keropos

59

Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan

Keropos ini bila didiamkan lama kelamaan akan menebar yang diikuti dengan

perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena

korosi tadi Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang

ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga Penyebab keropos ini

yakni

Busur pendek

Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Kurang waktu pengisian

Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja

Kesalahan memilih jenis elektroda

Gambar Cacat keropos

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

245 Penggerutan Benda Kerja

Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila

didinginkan Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang maka

setelah dingin terjadilah pelengkungan atau melenting atau deformasi

Gambar perubahan bentuk benda kerja

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

60

Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)

maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser bahkan sampai kedua

sisi tersebut dapat berimpit

Gambar perubahan bentuk pada kampuh

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Penyebab pengerutan adalah

Pengisian pengelasan kurang

Pengkleman salah

Pemanasan yang berlebihan

Kesalahan persiapan kampuh

Pemanasan tidak merata

Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik

Salah urutan pengelasan

25 Perlengkapan Keselamatan Kerja

251 Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan

mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit

maupun mata Sinar Ias yang sangat terangkuat itu tidak boleh dilihat dangan

mata langsung sampai jarak 16 meter Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus

yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut Ukuran kaca

Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan

61

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 25: laporan pengelasan

retak akar dan retak kaki Sedangkan retak dingin pada logam las biasanya adalah

retak memanjang dan retak melintang

Retak panas dibagi dalam dua kelas yaitu retak karena pembebasan

tegangan pada HAZ yang terjadi pada suhu antara 550degC-700degC dan retak yang

terjadi pada suhu diatas 900degC yang terjadi pada saat pembekuan logam las

Retak panas yang sering terjadi pada logam las karena pembekuan biasanya

berbentuk retak kawah dan retak memanjang Pada pengelasan baja austenit retak

panas biasanya terjadi pada daerah HAZ dan logam las Retak las karena

pembebasan tegangan pada umumnya terjadi pada kaki daerah HAZ

Jenis Retak las dan penyebabnya

1 Retak Dingin pada Daerah Pengaruh Panas (HAZ)

Retak dingin pada daerah HAZ biasanya terjadi beberapa menit sampai

dengan 48 jam sesudah pengelasan Karena itu retak ini disebut juga retak lambat

Penyebab retak ini adalah Struktur dari daerah HAZ difusi hidrogen didaerah las

dan tegangan sisa

Struktur dari daerah HAZ ditentukan oleh komposisi kimia logam induk

dan kecepatan pendinginan daerah las Retak dingin didaerah HAZ pada

pengelasan baja biasanya terjadi pada daerah martensit Karena kadar unsur

paduan yang mempertinggi sifat mampu keras baja diusahakan serendah mungkin

2 Retak Lamel

Pada konstruksi kerangka yang besar seperti bangunan laut biasanya

digunakan pelat tebal sehingga pada daerah las terjadi tegangan yang besar

Karena tegangan ini kadang terjadi retak bertumpuk yang menjalar sepanjang

butiran bukan logam yang ada didalam baja Retak semacam ini disebut retak

lamel Butiran MnS atau MnSiO dengan bentuk butiran kubus biasanya lebih peka

terhadap retak lamel dari pada butiran berbentuk bulat Karena hal tersebut maka

pada baja tahan retak kadar belerang diusahakan serendah-rendahnya

3 Retak Lintang pada Logam Las

Retak dingin disamping terjadi pada daerah HAZ juga dapat terjadi pada

logam las Retak ini terjadi dengan arah tegak lurus atau melintang terhadap garis

las Retak lintang dapat terjadi pada pengelasan busur terendam atau pada busur

56

listrik dengan elektroda terbungkus dan juga pada pengelasan yang menggunakan

logam las dengan kekuatan lebih dari 75 kgmm

Retak lintang sama halnya dengan retak dingin terjadi karena adanya

hidrogen difusi yang keluar dari fluks atau pembungkus elektroda Pada

permukaan manik las hidrogen difusi yang dikandung dapat dilepaskan dengan

mudah bila dibandingkan dengan hydrogen yang ada dibagian dalam Karena itu

biasanya retak lintang terdapat pada tengah-tengah tebal lasan tanpa menembus

permukaan

Dengan demikian cara pencegahan retak lintang adalah dengan cara

menurunkan kadar hidrogen difusi disamping pengeringan dan penyimpanan

yang baik dari bahan-bahan las agar tidak terkena uap air Pemanasan mula dan

pemanasan lanjutan juga sangat membantu didalam pelepasan dan pembebasan

hidrogen difusi

4 Retak pada Daerah Las Karena Proses Pembebasan Tegangan

Retak yang terjadi karena perlakuan-perlakuan panas sesudah pengelasan

adalah retak karena proses anil pembebasan tegangan yang biasanya dilakukan

pada suhu 500degC sampai 700degC Tempat terjadinya retak anil ini adalah pada

batas-batas butir terutama butir kasar pada daerah pengaruh panas

Bila dilihat dari bahan maka baja dengan kekuatan 80 kgmm dan baja

paduan rendah Cr-Mo-V adalah baj yang sangat peka terhadap retak karena

pembebasan tegangan Pengaruh komposisi kimia pada kepekaan retak tersebut

dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Menurut Nakamura Achiki dan Okabayashi

ΔG = (Cr) + 33 (Mn) + 81(V) ndash 2

Menurut Ito dan Nakanishi

P = (Cr) + (Cu) + 2 (Mo) + 10(V) +7(Ne) + 5(Ti)

Dari kedua rumus tersebut bila ΔG atau P mempunyai harga positif maka

terjadi keretakan Bila baja mengandung karbon kurang dari 01 atau krom lebih

dari 15 kepekaannya terhadap retak karena pembebasan tegangan menjadi

57

rendah sehingga persamaan tersebut tidak berlaku Hubungan antara P dengan

retak yang terjadi adalah semakin besar harga P semakin meningkat retak beas

tegangannya

5 Retak Panas

Retak panas biasanya terjadi pada waktu logam las mendingin setelah

pembekuan selesai Retak ini terjadi karena adanya tegangan yang timbul karena

penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun pada suhu sedikit dibawah

suhu pembekuan Dengan demikian retak ini akan terjadi pad batas butir karena

pada tempat tersebut terbentuk senyawa dengan titik cair rendah Karena itu unsur

seperti Si Ni dan P akan mempertinggi kepekaan baja terhadap retak jenis ini

Untuk menghindari retak panas adalah dengan menurunkan kadar Sid an

Ni serendah mungkin dan menghilangkan kandungan S dan P Untuk baja tahan

karat austenit cara menghindarinya adalah dengan mengusahakan agar S sampai

10 dari ferit terdapat dalam struktur austenit

242 Penembusan Kurang Baik

Selain retak cacat las yang juga sering terjadi adalah penembusan las

yang kurang dan jelek Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat yang

timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh karena

penembusan yang kurang Karena kurang penembusan inilah maka

penyambungan tidak sempurna Penyebab dari penembusan yang kurang ini

antara lain

Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi

Arus terlalu rendah

Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil

Benda kerja terlalu kotor

Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik

Busur las yang terlalu panjang

58

Gambar Penembusan las yang kurang

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

243 Pengerukan Under cut

Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan

under cut pada benda kerja Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau

konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan

konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan Sebabsebab

pengerukan las antara lain

Arus yang terlalu tinggi

Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula

Busur nyala yang terlalu panjang

Ukuran elektroda yang salah

Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat

Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur

Gambar Cacat pengerukanunder cut

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

244 Keropos

59

Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan

Keropos ini bila didiamkan lama kelamaan akan menebar yang diikuti dengan

perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena

korosi tadi Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang

ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga Penyebab keropos ini

yakni

Busur pendek

Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Kurang waktu pengisian

Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja

Kesalahan memilih jenis elektroda

Gambar Cacat keropos

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

245 Penggerutan Benda Kerja

Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila

didinginkan Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang maka

setelah dingin terjadilah pelengkungan atau melenting atau deformasi

Gambar perubahan bentuk benda kerja

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

60

Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)

maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser bahkan sampai kedua

sisi tersebut dapat berimpit

Gambar perubahan bentuk pada kampuh

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Penyebab pengerutan adalah

Pengisian pengelasan kurang

Pengkleman salah

Pemanasan yang berlebihan

Kesalahan persiapan kampuh

Pemanasan tidak merata

Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik

Salah urutan pengelasan

25 Perlengkapan Keselamatan Kerja

251 Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan

mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit

maupun mata Sinar Ias yang sangat terangkuat itu tidak boleh dilihat dangan

mata langsung sampai jarak 16 meter Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus

yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut Ukuran kaca

Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan

61

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 26: laporan pengelasan

listrik dengan elektroda terbungkus dan juga pada pengelasan yang menggunakan

logam las dengan kekuatan lebih dari 75 kgmm

Retak lintang sama halnya dengan retak dingin terjadi karena adanya

hidrogen difusi yang keluar dari fluks atau pembungkus elektroda Pada

permukaan manik las hidrogen difusi yang dikandung dapat dilepaskan dengan

mudah bila dibandingkan dengan hydrogen yang ada dibagian dalam Karena itu

biasanya retak lintang terdapat pada tengah-tengah tebal lasan tanpa menembus

permukaan

Dengan demikian cara pencegahan retak lintang adalah dengan cara

menurunkan kadar hidrogen difusi disamping pengeringan dan penyimpanan

yang baik dari bahan-bahan las agar tidak terkena uap air Pemanasan mula dan

pemanasan lanjutan juga sangat membantu didalam pelepasan dan pembebasan

hidrogen difusi

4 Retak pada Daerah Las Karena Proses Pembebasan Tegangan

Retak yang terjadi karena perlakuan-perlakuan panas sesudah pengelasan

adalah retak karena proses anil pembebasan tegangan yang biasanya dilakukan

pada suhu 500degC sampai 700degC Tempat terjadinya retak anil ini adalah pada

batas-batas butir terutama butir kasar pada daerah pengaruh panas

Bila dilihat dari bahan maka baja dengan kekuatan 80 kgmm dan baja

paduan rendah Cr-Mo-V adalah baj yang sangat peka terhadap retak karena

pembebasan tegangan Pengaruh komposisi kimia pada kepekaan retak tersebut

dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Menurut Nakamura Achiki dan Okabayashi

ΔG = (Cr) + 33 (Mn) + 81(V) ndash 2

Menurut Ito dan Nakanishi

P = (Cr) + (Cu) + 2 (Mo) + 10(V) +7(Ne) + 5(Ti)

Dari kedua rumus tersebut bila ΔG atau P mempunyai harga positif maka

terjadi keretakan Bila baja mengandung karbon kurang dari 01 atau krom lebih

dari 15 kepekaannya terhadap retak karena pembebasan tegangan menjadi

57

rendah sehingga persamaan tersebut tidak berlaku Hubungan antara P dengan

retak yang terjadi adalah semakin besar harga P semakin meningkat retak beas

tegangannya

5 Retak Panas

Retak panas biasanya terjadi pada waktu logam las mendingin setelah

pembekuan selesai Retak ini terjadi karena adanya tegangan yang timbul karena

penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun pada suhu sedikit dibawah

suhu pembekuan Dengan demikian retak ini akan terjadi pad batas butir karena

pada tempat tersebut terbentuk senyawa dengan titik cair rendah Karena itu unsur

seperti Si Ni dan P akan mempertinggi kepekaan baja terhadap retak jenis ini

Untuk menghindari retak panas adalah dengan menurunkan kadar Sid an

Ni serendah mungkin dan menghilangkan kandungan S dan P Untuk baja tahan

karat austenit cara menghindarinya adalah dengan mengusahakan agar S sampai

10 dari ferit terdapat dalam struktur austenit

242 Penembusan Kurang Baik

Selain retak cacat las yang juga sering terjadi adalah penembusan las

yang kurang dan jelek Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat yang

timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh karena

penembusan yang kurang Karena kurang penembusan inilah maka

penyambungan tidak sempurna Penyebab dari penembusan yang kurang ini

antara lain

Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi

Arus terlalu rendah

Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil

Benda kerja terlalu kotor

Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik

Busur las yang terlalu panjang

58

Gambar Penembusan las yang kurang

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

243 Pengerukan Under cut

Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan

under cut pada benda kerja Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau

konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan

konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan Sebabsebab

pengerukan las antara lain

Arus yang terlalu tinggi

Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula

Busur nyala yang terlalu panjang

Ukuran elektroda yang salah

Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat

Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur

Gambar Cacat pengerukanunder cut

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

244 Keropos

59

Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan

Keropos ini bila didiamkan lama kelamaan akan menebar yang diikuti dengan

perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena

korosi tadi Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang

ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga Penyebab keropos ini

yakni

Busur pendek

Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Kurang waktu pengisian

Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja

Kesalahan memilih jenis elektroda

Gambar Cacat keropos

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

245 Penggerutan Benda Kerja

Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila

didinginkan Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang maka

setelah dingin terjadilah pelengkungan atau melenting atau deformasi

Gambar perubahan bentuk benda kerja

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

60

Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)

maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser bahkan sampai kedua

sisi tersebut dapat berimpit

Gambar perubahan bentuk pada kampuh

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Penyebab pengerutan adalah

Pengisian pengelasan kurang

Pengkleman salah

Pemanasan yang berlebihan

Kesalahan persiapan kampuh

Pemanasan tidak merata

Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik

Salah urutan pengelasan

25 Perlengkapan Keselamatan Kerja

251 Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan

mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit

maupun mata Sinar Ias yang sangat terangkuat itu tidak boleh dilihat dangan

mata langsung sampai jarak 16 meter Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus

yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut Ukuran kaca

Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan

61

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 27: laporan pengelasan

rendah sehingga persamaan tersebut tidak berlaku Hubungan antara P dengan

retak yang terjadi adalah semakin besar harga P semakin meningkat retak beas

tegangannya

5 Retak Panas

Retak panas biasanya terjadi pada waktu logam las mendingin setelah

pembekuan selesai Retak ini terjadi karena adanya tegangan yang timbul karena

penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun pada suhu sedikit dibawah

suhu pembekuan Dengan demikian retak ini akan terjadi pad batas butir karena

pada tempat tersebut terbentuk senyawa dengan titik cair rendah Karena itu unsur

seperti Si Ni dan P akan mempertinggi kepekaan baja terhadap retak jenis ini

Untuk menghindari retak panas adalah dengan menurunkan kadar Sid an

Ni serendah mungkin dan menghilangkan kandungan S dan P Untuk baja tahan

karat austenit cara menghindarinya adalah dengan mengusahakan agar S sampai

10 dari ferit terdapat dalam struktur austenit

242 Penembusan Kurang Baik

Selain retak cacat las yang juga sering terjadi adalah penembusan las

yang kurang dan jelek Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat yang

timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh karena

penembusan yang kurang Karena kurang penembusan inilah maka

penyambungan tidak sempurna Penyebab dari penembusan yang kurang ini

antara lain

Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi

Arus terlalu rendah

Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil

Benda kerja terlalu kotor

Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik

Busur las yang terlalu panjang

58

Gambar Penembusan las yang kurang

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

243 Pengerukan Under cut

Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan

under cut pada benda kerja Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau

konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan

konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan Sebabsebab

pengerukan las antara lain

Arus yang terlalu tinggi

Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula

Busur nyala yang terlalu panjang

Ukuran elektroda yang salah

Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat

Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur

Gambar Cacat pengerukanunder cut

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

244 Keropos

59

Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan

Keropos ini bila didiamkan lama kelamaan akan menebar yang diikuti dengan

perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena

korosi tadi Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang

ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga Penyebab keropos ini

yakni

Busur pendek

Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Kurang waktu pengisian

Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja

Kesalahan memilih jenis elektroda

Gambar Cacat keropos

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

245 Penggerutan Benda Kerja

Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila

didinginkan Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang maka

setelah dingin terjadilah pelengkungan atau melenting atau deformasi

Gambar perubahan bentuk benda kerja

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

60

Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)

maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser bahkan sampai kedua

sisi tersebut dapat berimpit

Gambar perubahan bentuk pada kampuh

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Penyebab pengerutan adalah

Pengisian pengelasan kurang

Pengkleman salah

Pemanasan yang berlebihan

Kesalahan persiapan kampuh

Pemanasan tidak merata

Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik

Salah urutan pengelasan

25 Perlengkapan Keselamatan Kerja

251 Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan

mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit

maupun mata Sinar Ias yang sangat terangkuat itu tidak boleh dilihat dangan

mata langsung sampai jarak 16 meter Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus

yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut Ukuran kaca

Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan

61

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 28: laporan pengelasan

Gambar Penembusan las yang kurang

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

243 Pengerukan Under cut

Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan

under cut pada benda kerja Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau

konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan

konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan Sebabsebab

pengerukan las antara lain

Arus yang terlalu tinggi

Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula

Busur nyala yang terlalu panjang

Ukuran elektroda yang salah

Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat

Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur

Gambar Cacat pengerukanunder cut

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

244 Keropos

59

Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan

Keropos ini bila didiamkan lama kelamaan akan menebar yang diikuti dengan

perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena

korosi tadi Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang

ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga Penyebab keropos ini

yakni

Busur pendek

Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Kurang waktu pengisian

Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja

Kesalahan memilih jenis elektroda

Gambar Cacat keropos

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

245 Penggerutan Benda Kerja

Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila

didinginkan Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang maka

setelah dingin terjadilah pelengkungan atau melenting atau deformasi

Gambar perubahan bentuk benda kerja

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

60

Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)

maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser bahkan sampai kedua

sisi tersebut dapat berimpit

Gambar perubahan bentuk pada kampuh

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Penyebab pengerutan adalah

Pengisian pengelasan kurang

Pengkleman salah

Pemanasan yang berlebihan

Kesalahan persiapan kampuh

Pemanasan tidak merata

Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik

Salah urutan pengelasan

25 Perlengkapan Keselamatan Kerja

251 Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan

mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit

maupun mata Sinar Ias yang sangat terangkuat itu tidak boleh dilihat dangan

mata langsung sampai jarak 16 meter Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus

yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut Ukuran kaca

Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan

61

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 29: laporan pengelasan

Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan

Keropos ini bila didiamkan lama kelamaan akan menebar yang diikuti dengan

perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena

korosi tadi Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang

ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga Penyebab keropos ini

yakni

Busur pendek

Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

Kurang waktu pengisian

Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja

Kesalahan memilih jenis elektroda

Gambar Cacat keropos

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

245 Penggerutan Benda Kerja

Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila

didinginkan Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang maka

setelah dingin terjadilah pelengkungan atau melenting atau deformasi

Gambar perubahan bentuk benda kerja

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

60

Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)

maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser bahkan sampai kedua

sisi tersebut dapat berimpit

Gambar perubahan bentuk pada kampuh

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Penyebab pengerutan adalah

Pengisian pengelasan kurang

Pengkleman salah

Pemanasan yang berlebihan

Kesalahan persiapan kampuh

Pemanasan tidak merata

Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik

Salah urutan pengelasan

25 Perlengkapan Keselamatan Kerja

251 Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan

mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit

maupun mata Sinar Ias yang sangat terangkuat itu tidak boleh dilihat dangan

mata langsung sampai jarak 16 meter Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus

yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut Ukuran kaca

Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan

61

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 30: laporan pengelasan

Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)

maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser bahkan sampai kedua

sisi tersebut dapat berimpit

Gambar perubahan bentuk pada kampuh

(Sumber wwwmigas-indonesiacom)

Penyebab pengerutan adalah

Pengisian pengelasan kurang

Pengkleman salah

Pemanasan yang berlebihan

Kesalahan persiapan kampuh

Pemanasan tidak merata

Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik

Salah urutan pengelasan

25 Perlengkapan Keselamatan Kerja

251 Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan

mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit

maupun mata Sinar Ias yang sangat terangkuat itu tidak boleh dilihat dangan

mata langsung sampai jarak 16 meter Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus

yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut Ukuran kaca

Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan

61

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 31: laporan pengelasan

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut

1 No 6 dipakai untuk Ias titik

2 No 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper

3 No 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper

4 No 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper

5 No 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper

6 No 14 untuk pangelasan diatas 400 amper

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun

dalam dilapisi dengan kaca putih

Gambar Helm las

(Sumber wwwperkakaskucom)

252 Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan

memegang pemegang elektroda Pada waktu mengelas harus selalu di pakai

sepasang sarung tangan

62

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 32: laporan pengelasan

Gambar Sarung tangan las

(Sumber wwwperkakaskucom)

253 Baju LasApron

Baju lasApron dibuat dari kulit atau dari asbes Baju las yang lengkap

dapat melindungi badan dan sebagian kaki Bila mengelas pada posisi diatas

kepala harus memakai baju las yang lengkap Pada pengelasan posisi lainnya

dapat dipakai apron

63

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 33: laporan pengelasan

254 Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api Bila

tidak ada sepatu las sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Gambar Sepatu las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

255 Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahanapi Kamar las penting agar orang yang

ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las

Untuk mengeluarkan gas sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim

ventilasi Didalam kamar las ditempatkan meja Ias Meja las harus bersih dari

bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya

kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api

Gambar Kamar las

(Sumber httparcweldingampgasweldingblogspotcom200906html)

64

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 34: laporan pengelasan

256 Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik maka

gunakanlah masker las agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun

Gambar Maskel las

(Sumber wwwperkakaskucom)

65

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 35: laporan pengelasan

BAB 3 METODOLOGI

31 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)

311 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

312 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

313 Langkah Kerja

a Menyalakan busur

1 Memakai alat-alat keselamatan kerja

2 menyiapkan mesin las dan setel arus sesuai dengan diameter elektroda

3 Menyiapkan alat Bantu seperti sikat las palu las dan tang penjepit

4 Tempatkan benda kerja diatas meja las dan klem kabel masa sebaik

mungkin Pasang elektroda pada tang las dan siap melakukan pengelasan

5 Menyalakan busur

Faktor pengelasan adalah temperature (arus listrik) dan panjang busur

(voltage) untuk menaikan temperature ini pada awal pengelasan

elektroda dihubungkan singkat lebih dahulu dengan cara menyentuhkan

elektroda pad benda kerja dan selanjutnya dengan cepat ditarik kembali

dan dijaga agar panjang busur listriknya normal Cara penyentuhan ini

ada dua cara yaitu

Jobbing startin (diketukkan)

Elektroda dipasang secara tegak lurus dan diketukkan

disentuhkan naik turun hingga terjadi busur listrik (gambar 11)

66

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 36: laporan pengelasan

Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan

Matching starting (digoreskan)

Elektroda dipegang secara menyudut dan ujung elektroda

digoreskan pada permukaan benda saja sehingga terjadi busur

listrik (gambar 2)

Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan

b Melakukan Pengelasan

1 Pada waktu melakukan pengelasan saya usahakan busur listrik terbentuk

dengan jarak 1 x Oslash elektroda

2 Sudut elektroda saya buat menyudut 5˚ - 10˚ kearah gerak pengelasan

3 mengusahakan kubangan las dibuat melebar sampai 15 ndash 2 kali Oslash

elektroda

c Menyambung pada Jalur Las

67

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 37: laporan pengelasan

1

2

1 Jika terjadi las terputus maka dilakukan penyambungan penyambungan

kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3)

Gambar Cara penyambungan alur

2 Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las

berhenti

3 Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan

jalur sebelumnya

d Mematikan Busur Listrik

Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara

1 Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar

2 Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas

dengan cara mengayunkan ke kiri atas

e Menggerakkan elektroda

Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1 2

dan 3 seperti gambar 4

68

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 38: laporan pengelasan

Gambar gerakan elektroda

1 Merupakan gerakan feeding kebawah bila terlalu rapat elektroda akan

melekat pada benda kerja sehingga pengelasan akan terhenti tetapi jika

terlalu lambat maka arus terputus

2 Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang

sehingga penetrasi kurang Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu

tebal Sehingga kawat las boros kekuatan dan kecepatan las kurang dan

juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja

3 Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar Gerakan ini ada

beberapa macam

Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai

Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint

Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint

Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar

69

a b c d

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 39: laporan pengelasan

Gambar Macam-macam gerakan alur las

32 Penyalaan Busur dan Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

321 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 palu las

4 Penggaris

5 sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

322 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

323 Langkah kerja

a Menyalakan pembakar atau nyala api

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing

5 ndash 7 psi

3 Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm

4 Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral

5 Pegang pembakar pada posisi 60˚ ndash 70˚ terhadap permukaan benda kerja

6 Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi

7 Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah

8 Jarak inti nyala plusmn 2 ndash 3 mm diatas benda kerja

9 Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis

10 Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat

b Cara Pengelasan

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan

pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch

logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri

70

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 40: laporan pengelasan

dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas

panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan

ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis

dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar

dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan

sebagau berikut

d= S2

Dimana d = diameter kawat

S = tebal pelat yang di las

Gambar Cara pengelasan asetilen

c Membuat alur las

1 Pegang pembakar terhadap posisi 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash

40˚ terhadap benda kerja

2 Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah

las

3 Setelah las cukup besar masukkan ujung kawat las pada tepi kawah

hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar

4 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju

5 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya

71

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 41: laporan pengelasan

3 mm

33 Penyambungan I (Pengelasan Listrik)

331 Alat

7 Mesin electric arc welding

8 Sarung tangan

9 Palu las

10 Topeng las

11 Apron

12 Sikat baja

332 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

333 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm

4 Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi

elektroda 80˚ terhadap arah gerakan pengelasan

5 Bersihkan benda kerja

72

Gambar Posisi benda kerja pada sanbungan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 42: laporan pengelasan

34 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

341 Alat

1 Gas Oksigon (O2)

2 Gas asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 Tang penjepit

7 Korek api

8 Kacamata las

342 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

343 Langkah kerja

a Membuat sambungan I

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚ ndash 70˚ dan kawat pada posisi 30˚ ndash 40˚ terhadap

benda kerja

3 Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah

4 Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya

hingga turut mencair

5 Angkat kawat las atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju

6 Masukkan dan angkat lagi begitu seterusnya hingga terbentuk alur

sambungan

73

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 43: laporan pengelasan

Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I

35 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Listrik)

351 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

352 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

353 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Tempatkan benda kerja diatas meja

3 Buat las catat pada kedua ujungnya

4 Sudut elektroda 70˚ ndash 80˚ arah memanjang las dan 90˚ arah melintag

las

5 Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan

6 Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama

7 Bersihkan benda kerja

74

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 44: laporan pengelasan

Gambar Teknik pengelasan tumpang

36 Penyambungan Tumpang (Pengelasan Asetilen)

361 Alat

9 Gas Oksigen (O2)

10 Gas Asetilen (C2H2)

11 palu las

12 Penggaris

13 sikat baja

14 tang penjepit

15 korek api

16 kaca mata las

362 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

363 Langkah kerja

a Membuat sambungan tumpang

Pakailah alat-alat keselamatan kerja

1 Buat las catat pada kedua ujungnya

2 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

3 Arahkan nyala api pada akar sambungan

4 Panaskan las catat hingga mencair

5 Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair

6 Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah

7 Bersihkan benda kerja

75

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 45: laporan pengelasan

Gambar Mengelas sambungan tumpang

37 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Listrik)

371 Alat

1 Mesin electric arc welding

2 Sarung tangan

3 Palu las

4 Topeng las

5 Apron

6 Sikat baja

76

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 46: laporan pengelasan

372 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 25 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Elektroda Oslash 26 AWS E 6013

373 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan mesin las dan setel besarnya arus

3 Bersihkan benda kerja

4 Sambungkan kedua pelat seperti pada gambar

5 Lakukan las catat pada tiga tempat

6 Bersihkan terak

7 Lakukan pengelasan pertama tanpa ayunan dengan posisi elektroda 70˚

terhadap bidang horizontal

8 Bersihkan terak

9 Lakukan pengelasan kedua dengan ayunan elektroda Posisi elektroda

sama dengan diatas

10 Bersihkan terak

11 Dinginkan benda kerja perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 47: laporan pengelasan

38 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

381 Alat

1 Gas Oksigen (O2)

2 Gas Asetilen (C2H2)

3 Palu las

4 Penggaris

5 Sikat baja

6 tang penjepit

7 korek api

8 kaca mata las

382 Bahan

1 Pelat baja karbon ukuran 05 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar

2 Kawat las dengan Oslash 25 ndash 3 mm

383 Langkah kerja

a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis

1 Pakailah alat-alat keselamatan kerja

2 Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan

asetilen masing-masing 5 ndash 7 psi

3 Atur kedua benda kerja seperti pada gambar dan buat las catat pada

ujung-ujungnya pada kedudukan 90˚ terhadap yang lain

4 Posisi pembakar 60˚- 70˚ terhadap sambungan sedangkan posisi kawat

las 30˚ - 40˚ terhadap bidang horizontal

5 Lakukan pengelasan masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat

ikut mencair

6 Bersihkan terak

7 Dinginkan perlahan-lahan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
Page 48: laporan pengelasan

Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

  • PROGRAM STRATA 1
  • BAB 3 METODOLOGI
  • a Menyalakan busur
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara diketokkan
  • Gambar Penyalaan busur dengan cara digoreskan
  • b Melakukan Pengelasan
  • c Menyambung pada Jalur Las
  • Gambar Cara penyambungan alur
  • d Mematikan Busur Listrik
  • e Menggerakkan elektroda
  • Gambar Macam-macam gerakan alur las
  • a Menyalakan pembakar atau nyala api
  • b Cara Pengelasan
  • Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dilakukan dengan pemilihan cara pengelasan yang tepat baik menyangkut ukuran torch logam pengisi cara gerakan dari torch dan pengaturan nyala Torch terdiri dari bermacam-macam ukuran makin tebal logam dan konduktivitas panas makin besar torch yang digunakan Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam yaitu backhand dan forehand Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam yang tebalnya lebih besar dari 5 mm dipakai backhand Ukuran kawat las dipilih dengan perhitingan sebagau berikut
  • Gambar Cara pengelasan asetilen
  • c Membuat alur las
  • a Membuat sambungan I
  • a Membuat sambungan I
  • Gambar Posisi benda kerja pada sambungan I
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Teknik pengelasan tumpang
  • a Membuat sambungan tumpang
  • Gambar Mengelas sambungan tumpang
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis
  • Gambar Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis
  • a Membuat sambungan sudut luar pelat tipis