persetujuan dewan perwakilan rakyat dalam pengangkatan...

93
Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah & Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Disusun Oleh Rizky Ramandhika 1111048000074 K O N S E N T R A S I H U K U M K E L E M B A G A A N N E G A R A P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M

Upload: doanmien

Post on 19-Aug-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan

Kepala Kepolisian Republik Indonesia Menurut Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah & Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Disusun Oleh

Rizky Ramandhika

1111048000074

K O N S E N T R A S I H U K U M K E L E M B A G A A N N E G A R A

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H / 2015 M

Page 2: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,
Page 3: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,
Page 4: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah satu

syarat memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti hasil karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima saksi yang

berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 Oktober 2015

Rizky Ramandhika

Page 5: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

iv

ABSTRAK

RIZKY RAMANDHIKA 1111048000074 PERSETUJUAN DEWAN PERWAKILAN

RAKYAT DALAM PENGANGKATAN KEPALA KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA

MENURUT UNDANG-UNDANG NO 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN. Program

Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Kelembagaan negara, Fakultas Syariah dan Hukum,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H/ 2015 M. xi + 79 halaman. Penelitian ini menganalisa

bagaimana persetujuan dewan perwakilan rakyat terhadap pengangkatan Kepala Kepolisian

Republik Indonesia dalam konteks ketatanegaraan Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat baik secara ilmiah yaitu dalam studi ilmu hukum, dan secara praktis

maupun akademis yaitu sebagai masukan bagi penulis maupun pihak-pihak yang memiliki

keinginan untuk menganalisa lebih jauh tentang peran Dewan Perwakilan Rakyat terhadap

pengangkatan pejabat publik. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif, yaitu penelitian yang mengacu pada

norma-norma hukum yang ada dalam perundang-undangan, kepustakaan, pendapat ahli, dan

jurnal. Penulis menganalisa landasan filosofis,sosiologis dan yuridis terbentuknya undang-

undang no 2 tahun 2002 tentang kepolisian kemudian bagaimana persetujan Dewan Perwakilan

Rakyat terhadap Pengangkatan Kepala Kepolisian Republik Indonesia dan apa dampaknya

persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat terhadap Ketatanegaraan Indonesia. Penulis menganalisa

dengan cara mencari sumber-sumber terkait yang berhubungan dengan sistem ketatanegaraan di

Indonesia dengan melihat dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian,

pendapat ahli maupun sumber yang lain. Sistem ketatanegaraan Indonesia menggunakan sistem

presidensil sehingga tidak sesuai apabila DPR ikut menyetujui pengangkatan Kepala Kepolisian

Republik Indonesia. Hasil Penelitian menunjukan bahwa penulis tidak setuju dengan adanya

frasa “atas persetujuan DPR” karena Negara Indonesia menganut sistem presidensil dan juga

Kapolri berada dibawah Presiden dan bertanggung jawab kepada presiden atas nama rakyat.

penulis lebih setuju dengan “atas Pertimbangan” Dewan Perwakilan Rakyat dapat memberikan

catatan-catatan khusus kepada presiden sebagai bentuk pengawasan, dampak dari peran DPR

adalah Pergeseran kekuasaan presiden sebagai kepala Negara dan kepala pemerintahan dalam

sistem presidensil, Presiden bukanlah pemegang otoritas tunggal dalam memilih Kepala

Kepolisian Republik Indonesia, Sistem Presidensil tidak berjalan secara konsisten.

Kata Kunci : Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, Pengangkatan

Kepala Kepolisian , Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002

Pembimbing : Dr, Sodikin SH, MH, MSi

Nur Rohim Yunus, LL.M

Daftar Pustaka : Tahun 1957 Sampai Tahun 2015

Page 6: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah swt yang

maha kasih serta maha penyayang, atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “PERSETUJUAN DEWAN PERWAKILAN

RAKYAT DALAM PENGANGKATAN KEPALA KEPOLISIAN REPUBLIK

INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002

TENTANG KEPOLISIAN”

Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada seluruh nabi yang telah berjasa

mengajarankan umat manusia tentang sifat Welas Asih, Kesabaran, Kejujuran,

Keberanian, Kepasrahan, Kewaspadaan, Kehati-hatian dan semua tentang sifat

kebaikan yang menghantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman penuh

dengan kedamaian dan suka cita

Penulisan skripsi ini dilakukan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini tidak

mungkin diselesaikan dengan baik dan tepat oleh penulis tanpa bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak selama penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Asep Syarifuddin Jahar, MA selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

vi

2. Drs. H. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H, M.H. dan Abu Thamrin, SH, M.H. Ketua

dan Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr, Sodikin S.H, M.H, MSi dan Nur Rohim Yunus LL.M selaku Dosen

Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk

memberikan bimbingan dalam menyusun skripsi ini. Semoga ilmu yang telah

diajarkan dapat bermanfaat bagi penulis dan mendapat balasan yang berlimpah

dari Allah swt.

4. Ismail Hasani, S.H, M.H, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu

membantu penulis dari semester I hingga semester VIII, semoga bapak selalu

mendapat keberkahan.

5. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum khususnya dosen-dosen Ilmu Hukum

yang telah memberikan ilmu-ilmunya selama penulis menjadi mahasiswa Ilmu

Hukum. Semoga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat bagi penulis dan

mendapat balasan yang berlimpah dari Allah SWT.

6. Kedua orang tua tercinta Bapak Fifin Arifin dan Ibu Neneng Supriyatin yang

selalu mencurahkan kasih sayangnya, memberi dukungan baik materil maupun

moril, dan tiada henti mendoakan penulis hingga penulis selesai menyelesaikan

skripsi ini.

7. Kepada Keluarga Besar RELIGI (Rela Tak Di Gaji) Kanjeng, Aki Balong, Bu

Blor, Pak Sana, Bu Raksa, Ki Santang, Loreina, Sulaiman, Papahnonok, Wulan,

Kalinyamat, Muria, Sawo, Nyimas, Ghyby, yang selalu mensupport penulis

dengan berbagai macam petunjuk yang sangat berharga sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan

Page 8: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

vii

8. Kepada Yunita Chairani Damanik kekasih tercinta yang selalu membantu penulis

dan memberikan masukan yang bermanfaat bagi penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikannya dengan cukup baik walaupun sampai harus terlunta-lunta tetapi

penulis tetap semangat, I Love you full…….

9. Teman-teman Ilmu Hukum: Sandi, Kiki, Isam, Tomi, Aryo, Gari, Ridwan,

Nando, Anto, Haidar, Jemi, Tege, Marwan, Ade, Adri, Uyung, Ian, Daboy,

Gilang, Waldan, Masda, Ulama, Riyan, Engkoh, yang tidak bisa disebutkan satu

persatu namanya terima kasih atas kebersamaanya, semangatnya, serta

wawasannya sehingga penulis bisa mencapai tahap ini semoga kita semua bisa

menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa, dan agama. Akhir kata penulis

mengucapkan terima kasih dan maaf yang sebesar-sebesarnya apabila terdapat

kata-kata di dalam penulisan yang kurang berkenan bagi pihak-pihak tertentu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di

Indonesia khususnya bagi penulis.

Jakarta, 5 Oktober 2015

Rizky Ramandhika

Page 9: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

viii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING …….....................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI…………………...…….ii

LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………………...iii

ABSTRAK ………………………….…………………………………………..…. .iv

KATA PENGANTAR …………………………………………………………..….v

DAFTAR ISI ……………………………………………………………................vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………..1

B. Batasan Dan Rumusan Masalah ……….………….................6

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian …………………............... ..7

D. Tinjauan Kajian Terdahulu ………………………………......9

E. Kerangka Konseptual ………………………………............ 10

F. Metode Penelitian …………………………………………..13

G. Sistematika Penulisan …………………………………........16

Page 10: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

ix

BAB II NEGARA HUKUM INDONESIA

A. Teori Negara Hukum…………………………... …….…… 17

B. Sistem Check and Balance…………. …………………….. 21

C. Hak Prerogatif Presden Sebagai Kepala Negara…….............22

D. Lembaga Perwakilan Rakyat …………………….………....26

E. Uji Kepatutan dan Kelayakan…………. ……………….......30

BAB III LEMBAGA KEPOLISIAN DAN DEWAN PERWAKILAN

RAKYAT DALAM SISTEM KETATANEGARAN INDONESIA

A. Lembaga Kepolisian Negara Republik Indonesia………... ...34

1. Sejarah Lembaga Kepolisian Republik Indonesia……....34

2. Kedudukan Lembaga Kepolisian Republik Indonesia…..37

3. Tugas dan Kewenangan Lembaga Kepolisian…………..40

B. Dewan Perwakilan Rakyat.....................................................45

1. Kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat…………………44

2. Susunan Dewan Perwakilan Rakyat……………………45

3. Tugas dan Kewenangan Dewan Perwakilan Rakyat……46

C. Mekanisme Pengangkatan Kepala Kepolisian Republik

Indonesia dalam Peraturan Perundang-undangan ........…… 47

Page 11: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

x

BAB IV PERAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DALAM

PENGANGKATAN KEPALA KEPOLISIAN REPUBLIK

INDONESIA

A. Landasan Filosofis Sosioligis dan Yuridis Terbentuknya

Undang Undang No 2 Tahun 2002…………….................. 51

1. Landasan Filosofis……………………………………….51

2. Landasan Sosiologis……………………………………..52

3. Landasan Yuridis…………………………………….......57

B. Peran Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan

Kepala Kepolisian Republik Indonesia………..................... 58

C. Dampak Adanya Peran Dewan Perwakilan Rakyat dalam

Hal Pengangkatan Kepala Kepolisian Republik

Indonesia…..………………………………………………..70

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan …………………….……………………….. …74

B. Saran ………………………….…………………………….75

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...76

Page 12: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah negara yang memiliki berbagai macam suku

bangsa ras dan budaya yang tersebar di berbagai pulau yang ada di Indonesia.

Kedaulatan yang dianut dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 adalah

kedaulatan rakyat sekaligus kedaulatan hukum.1 Dimana pun suatu negara yang

berkedaulatan hukum salah satu tujuan pokoknya adalah melindungi Hak Asasi

Manusia dan menciptakan kehidupan yang sejahtera bagi warga negara.

Keberadaan suatu negara hukum menjadi prasyarat bagi terselenggaranya Hak

Asasi Manusia dan kehidupan demokratis. Dasar filosofi perlunya perlindungan

hukum terhadap hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-

mata karena ia manusia. Umat manusia memiliki hak asasi bukan karena

diberikan kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif melainkan

semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai manusia.2

Hak asasi manusia adalah hak dasar kodrati setiap orang yang

keberadaannya sejak berada dalam kandungan, dan ada sebagai pemberian.

1 Janedri M Gaffar, Demokrasi konstitusional praktik ketatanegaraan Indonesia setelah

perubahan UUD 1945, (Jakarta: Konstitusi Press, 2012), h.7.

2 Rhona K.M smith, at.al.---, Hukum Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta:PUSHAM UII,

2008), h,11

Page 13: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

2

Tuhan dan karenanya, negara wajib melindunginya. Perlindungan Hak Asasi

Manusia di Indonesia secara yuridis didasarkan pada Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia 1945. Pemberian jaminan hak asasi yang biasa disebut

juga sebagai hak konstitusional. Suatu negara hukum yang lahir dari

konstitusionalisme harus bercirikan :

1) adanya perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia,

2) adanya peradilan yang bebas dan mandiri

3) serta adanya asas legalitas.

Oleh karena itu, hak konstitusional warga negara harus dijamin dalam

konstitusi sebagai bentuk pengakuan Hak Asasi Manusia serta adanya peradilan

yang independen tidak terpengaruh oleh penguasa dan segala tindakan

pemerintahan harus didasarkan atas hukum. Selain itu yang dimaksud dengan

negara hukum ialah negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan

kepada warga negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi terciptanya

kebahagiaan hidup untuk warga negaranya, dan sebagai dasar dari pada keadilan

itu perlu diajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar ia menjadi warga negara

yang baik. Demikian pula peraturan hukum yang sebenarnya hanya ada jika

peraturan hukum itu mencerminkan keadilan bagi pergaulan hidup antar warga

negaranya.3

Menurut Aristoteles yang memerintah dalam negara bukanlah manusia

sebenarnya, melainkan pikiran yang adil, sedangkan penguasa sebenarnya hanya

pemegang hukum dan keseimbangan saja. Kesusilaan yang akan menentukan baik

3 Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia,

(Jakarta:Sinar Bakti,1988) h., 153.

Page 14: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

3

tidaknya suatu peraturan undang-undang dan membuat undang-undang adalah

sebagian dari kecakapan menjalankan pemerintahan negara. Oleh karena itu yang

terpenting adalah mendidik manusia menjadi warga negara yang baik, karena dari

sikap yang adil akan terjamin kebahagiaan hidup warga negaranya.4

Negara Republik Indonesia mengenal adanya lembaga-lembaga eksekutif,

legislatif, dan yudikatif dalam Undang-Undang Dasar 1945 dengan melaksanakan

pembagian kekuasaan (distribution of power) antara lembaga-lembaga negara.

Kekuasaan lembaga-lembaga negara tidaklah diadakan pemisahan yang kaku dan

tajam, tetapi ada koordinasi yang satu dengan yang lainnya. Sebagai negara

demokrasi, pemerintahan Indonesia menerapkan teori trias politika. Trias politika

adalah pembagian kekuasaan pemerintahan menjadi tiga bidang yang memiliki

kedudukan sejajar. Ketiga bidang tersebut yaitu :

1. Legislatif yaitu bertugas membuat undang undang. Bidang legislatif adalah

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

2. Eksekutif yaitu bertugas menerapkan atau melaksanakan undang-undang.

Bidang eksekutif adalah presiden dan wakil presiden beserta menteri-

menteri yang membantunya.

3. Yudikatif yaitu bertugas mempertahankan pelaksanaan undang-undang.

Adapun unsur yudikatif terdiri atas Mahkamah Agung (MA) dan Mahkamah

Konstitusi (MK).

Kekuasaan Legislatif sebagai pembuat undang-undang dalam hal

menjalankan praktik ketatanegaraan, sebagai pembuat hukum di suatu Negara.

4 Ibid., h. 154.

Page 15: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

4

Dalam hal ini Dewan Perwakilan Rakyat adalah suatu struktur legislatif yang

punya kewenangan membentuk undang-undang. Dewan Perwakilan Rakyat terdiri

atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan

umum. Dalam membentuk undang-undang tersebut Dewan Perwakilan Rakyat

harus melakukan pembahasan serta persetujuan bersama Presiden.

Negara Indonesia selain menggunakan konsep trias politica juga mengenal

dengan adanya teori sistem pemerintahan yaitu sistem pemerintahan presidensil

yang termaktub dalam pasal 4 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi

“Presiden memegang kekuasaan pemerintah berdasarkan undang-undang”

bahwa sesungguhnya presiden pemegang kekuasaan tertinggi atas roda

pemerintahan suatu Negara oleh karena itu presiden berhak atas hak

prerogratifnya mengangkat jajaran pemerintahanya tanpa terperngaruh oleh

lembaga lain, dalam hal ini pengangkatan calon Kepala Kepolisian Republik

Indonesia (KAPOLRI). Lembaga kepolisian merupakan lembaga independen

dibawah ranah eksekutif yang bertugas mengawal negara Indonesia dalam

menjaga kestabilan dari segi internal.

Fenomena yang terjadi di masyarakat yaitu dewan perwakilan rakyat ikut

serta dalam menentukan Kepala Kepolisian Republik Indonesia bersama presiden

padahal sistem pemerintahan kita menganut sistem presidensil kewenangan

pengangkatan Kepala Kepolisian Republik Indonesia harusnya utuh berada

ditangan presiden karena presiden memiliki hak prerogratif dalam pengangkatan

Kepala Kepolisian Republik Indonesia. Penulis berkeinginan untuk meniliti lebih

dalam tentang permasalahan ini dengan judul “Persetujuan Dewan Perwakilan

Page 16: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

5

Rakyat Dalam Pengangkatan Kepala Kepolisian Republik Indonesia

Menurut Undang-Undang No 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian ”

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Mengingat begitu luasnya cakupan pada pembahasan ini, maka penulis

membatasi pembahasan yaitu sebatas peranan dan hubungan lembaga Legislatif

dengan lembaga Eksekutif, sejarah singkat lembaga kepolisian di indonesia,

mekanisme pengangkatan Kepala Kepolisian Republik Indonesia serta teori yang

berhubungan dengan Negara hukum.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah

diuraikan di atas, permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah:

a. Apa landasan filosofis,sosiologis dan yuridis terbentuknya Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2002?

b. Bagaimana peran Dewan Perwakilan Rakyat dalam pengangkatan Kepala

Kepolisian Republik Indonesia?

c. Bagaimana dampak intervensi dewan perwakilan rakyat dalam pengangkatan

kepala kepolisian republik Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan permasalahan yang telah dijelaskan, maka tujuan

penulisan penelitian adalah sebagai berikut:

Page 17: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

6

a. Untuk mengetahui apa landasan filosofis, sosiologis dan yuridis

terbentuknya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

b. Untuk mengetahui bagaimana peran dewan perwakilan rakyat dalam

pengangkatan kepala kepolisian republik Indonesia

c. Untuk mengetahui dampak intervensi dewan perwakilan rakyat dalam

pengangkatan kepala kepolisian republik indonesia

2. Manfaat Penelitian

Secara garis besar manfaat penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai

fungsi kekuasaan legislatif serta dapat mengetahui sejauh mana hubungan

lembaga legislatif dengan lembaga eksekutif dalam pengangkatan Kepala

Kepolisian Republik Indonesia dalam suatu praktek ketatanegaraan dan

memperkaya khazanah penelitian ilmiah hukum tata negara yang bermanfaat

bagi setiap bangsa.

b. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini, yaitu:

1) Bagi Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi ilmu hukum

khususnya di bidang kelembagaan negara yang berkaitan dengan Peran

lembaga legislatif dalam menjalankan tugasnya yang nantinya diharapkan

dapat dipergunakan untuk bahan kajian mahasiswa.

2) Bagi Masyarakat Umum

Page 18: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

7

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah tambahan informasi kepada

masyarakat dan diharapkan bisa menjadi bahan acuan bagi peneliti lain yang

ingin melakukan penelitian lebih lanjut dalam hal kewenangan dewan

perwakilan rakyat dalam pengangkatan Kepala Kepolisian Republik

Indonesia.

3) Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Dewan

Perwakilan Rakyat dalam peranya mengangkat Kepala Kepolisian Republik

Indonesia bersama presiden dalam hal ini agar Dewan Perwakilan Rakyat

mempertimbangkan sistem pemerintahan presidensil di Indonesia

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, penulis akan menyertakan

beberapa hasil penelitian terdahulu sebagai perbandingan tinjauan kajian materi

yang akan dibahas sebagai berikut:

Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Alam Saputra yang berjudul

“Pergeseran Kewenangan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan Duta

Besar Republik Indonesia Sebelum dan Sesudah Perubahan Undang-Undang

Dasar Tahun 1945” dalam skripsinya beliau membahas tentang pergeseran

kewenangan pangangkatan Duta dan Konsul Republik Indonesia sebelum dan

sesudah perubahan Undang-Undang Dasar 1945, terlihat pada posisi Presiden

dan Dewan Perwakilan Rakyat dalam Undang-Undang Dasar 1945 menjadi hak

penuh dari Presiden untuk mengangkat Duta dan Konsul. Namun setelah

perubahan Undang-Undang Dasar 1945, sebelum Duta dan Konsul diangkat oleh

Page 19: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

8

presiden, maka harus mendapatkan pertimbangan terlebih dahulu dari Dewan

Perwakilan Rakyat.

Penelitian Skripsi yang dilakukan oleh Lana Rachmalia Octavani pada tahun

2013 yang berjudul “ Pergeseran Kewenangan Lembaga Negara Setelah

Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 (Studi Terhadap Majelis

Permusyawaratan Rakyat)” dalam skripsinya beliau membahas tentang pergeseran

kewenangan lembaga tinggi Negara yakni Majelis Permusyawaratan Rakyat

setelah amandemen Undang-Undang Dasar 1945

Skripsi yang saya lakukan ada perbedaan dengan dua penulis skripsi diatas

karena berbeda obyek penelitian, penulis pertama obyek penelitianya adalah Duta

Konsul sedangkan skripsi penulis obyek penelitianya adalah Kepala Kepolisian

Republik Indonesia, untuk penulis kedua berbeda dengan skripsi penulis karena

beliau berbicara tentang pergeseran kewenangan lembaga Majelis

Permusyawaratan Rakyat sedangkan skripsi penulis berbicara tentang Dewan

Perwakilan Rakyat yang ikut campur dalam hal pengangkatan Kepala Kepolisian

Republik Indonesia.

E. Kerangka Konseptual

Suatu kerangka konseptual merupakan kerangka yang menggambarkan

hubungan anatara konsep-konsep khusus yang ingin diteliti. Suatu konsep bukan

merupakan gejala yang akan diteliti tetapi merupakan abstraksi dari gejala

tersebut. Gejala biasanya dinamakan fakta, sedangkan konsep merupakan uraian

Page 20: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

9

mengenai hubungan-hubungan dalam fakta tersebut5. Penulisan skripsi ini

menggunakan definisi operasional sebagai berikut:

1. Negara Hukum

Negara hukum adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaannya

didasarkan atas hukum. Menurut Arif Sidharta, ciri negara hukum ada lima

yakni: (1) perlindungan terhadap hak asasi manusia, (2) perlakunya asas

kepastian hukum, (3) adanya persamaan didepan hukum (equality before the

law), (4) penerapan asa demokrasi, (5) pemerintah dan pejabat yang amanah

dalam mengemban amanat sebagai pelayan masyarakat6

2. Trias Politica

Trias Politica, yaitu bahwa kekuasaan negara terdiri dari tiga macam

kekuasaan: kekuasaan legislatif (membuat undang-undang), kekuasaan

eksekutif (melaksanakan undang-undang), kekuasaan yudikatif (kekuasaan

mengadili). Trias politica memiliki prinsip normatif bahwa kekuasaan-

kekuasaan ini sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk

mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa. Doktrin ini

pertama kali dikenalkan oleh John Locke (1632-1704) dan Montesquie

(1689-1755) dan ditafsirkan sebagai pemisahan kekuasaan. Ada perbedaan

antara mereka berdua. John Locke memasukkan kekuasaan yudikatif

kedalam kekuasaan eksekutif, sedangkan Montesquuie memandang

kekuasaan pengadilan sebagai kekuasaan yang berdiri sendiri.

5 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), h, 132.

6 B. Arief Sidharta, “Kajian Kefilsafatan tentang Negara Hukum”, dalam Jentera (Jurnal

Hukum), “Rule of Law”, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK), Jakarta, edisi 3 Tahun II,

(November 2004), hal, 124.

Page 21: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

10

Dalam perkembangannya, meskipun ketiga kekuasaan ini sudah

dipisah satu dengan lainnya ada kalanya diperlukan check and balance

(pengawasan dan keseimbangan) diantara mereka, dimana setiap cabang

kekuasaan dapat mengawasi dan mengimbangi cabang kekuasan lainnya

sehingga dalam praktik ketatanegaraan dapat mengurangi masalah-masalah

antar lembaga dan agar setiap lembaga tidak melakukan kesewenang-

wenangan dalam hal menjalankan tugasnya.

3. Sistem Pemerintahan Presidental, parlementer dan referendum

Moh. Mahfud mengemukakan bahwa dalam studi ilmu negara dan

ilmu politik dikenal adanya tiga sistem pemerintahan negara, yaitu

Presidental, Parlementer, dan Referendum.7 :

a. Didalam sistem Presidental dapat dicatat adanya prinsip-prinsip

sebagai berikut : Kepala negara menjadi kepala pemerintahan dan

pemerintah tidak bertanggung jawab kepada parlemen (DPR),

kedudukan pemerintah dan parlemen adalah sejajar. Kemudian

Menteri-menteri diangkat dan bertanggung jawab kepada Presiden,

Eksekutif dan Legislatif sama-sama kuat.

b. Sistem Parlementer, menganut ciri-ciri sebagai berikut : Kepala Negara

tidak berkedudukan sebagai kepala pemerintahan karena ia lebih

bersifat simbol nasional (pemersatu bangsa), pemerintah dilakukan

oleh sebuah kabinet yang dipimpin oleh seorang perdana menteri.

Kabinet bertanggung jawab kepada dan dapat dijatuhkan oleh

7 Moh.Mahfud MD, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, Cet -II (Jakarta,

Rineka Cipta, 2001), h. 90

Page 22: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

11

parlemen melalui mosi, (karena itu) kedudukan eksekutif (kabinet)

lebih rendah dari (dan tergatung pada ) parlemen. Sebagai imbangan

dari lebih lemahnya kabinet ini, maka kabinet dapat meminta kepala

negara untuk membubarkan parlemen (DPR) dengan alasan-alasan

yang sangat kuat karena parlemen dinilai tidak representatif. Tapi jika

demikian yang terjadi maka dalam waktu yang relatif pendek kabinet

harus menyelenggarakan pemilu untuk membentuk parlemen baru.

c. Sistem Referendum. Dalam sistem ini, lembaga eksekutif merupakan

bagian dari lembaga legislatif, jadi Lembaga Eksekutif adalah badan

pekerja dari lembaga legislatif yang dibentuk oleh lembaga legislatif

sebagai pelaksana tugas pemerintah. Kontrol terhadap lembaga

legislatif dalam sistem ini dilakukan langsung oleh rakyat melalui

lembaga referendum. Pembuatan undang-undang di dalam sistem

referendum ini diputuskan langsung oleh seluruh rakyat melalui dua

macam mekanisme, yaitu Referendum ogligator, yaitu referendum

untuk menentukan disetujui atau tidaknya oleh rakyat berlakunya suatu

peraturan atau perundang-undangan baru. Referendum ini disebut

referendum wajib. Referendum fakultatif, yaitu referendum untuk

menentukan apakah suatu peraturan atau undang-undang yang sudah

ada dapat terus diberlakukan ataukah harus dicabut. Referendum ini

merupakan referendum tidak wajib.

Page 23: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

12

F. Metode Penelitian

Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum,

prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum

yang sedang dihadapi.8 Dari penelitian tersebut dapat dijadikan dasar pemikiran

bahwa suatu penelitian diselesaikan untuk dapat menjawab isu-isu penting dan

terhangat yang terjadi di dalam suatu masyarakat khususnya di bidang hukum

dengan menganalisis isu-isu tersebut. Setelah dianalisa maka dilakukan

pemeriksaan secara mendalam terhadap fakta-fakta hukum yang relevan untuk

menjawab permasalahan yang ada.9 Selain itu menurut Soerjono Soekanto

penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa

dan konstruksi di bidang hukum yang dilakukan secara metodologis, sistematis,

dan konsisten, yang bertujuan untuk memperlajari suatu gejala hukum tertentu

dengan cara menganalisanya.10

1. Jenis Penelitian

Jenis metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian kepustakaan (library research), yang bersifat yuridis

normatif, yaitu penelitian yang mengacu pada sejauh mana peran Dewan

Perwakilan Rakyat dalam hal pengangkatan Kepala Kepolsian Republik

Indonesia dan hubungan Dewan Persetujuan Rakyat dengan Presiden dalam

8 Peter mahmud marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta:kencana,2009) h.35.

9 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum , (Jakarta: UI Press, 1982) h.43.

10

Topo Santoso,”Penulisan Proposal Penelitian Hukum Normatif”:Pelatihan Penelitian

Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia” 25 April 2005 Depok.

Page 24: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

13

hal Pengangkatan Kepala Kepolisian Republik Indonesia dan mekanisme

pengangkatan Kepala Kepolisian Republik Indonesia

2. Pendekatan Masalah

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum normatif ini

menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach),

pendekatan sejarah (historical approach), pendekatan analisis dan

konseptual hukum (conceptual approach).11

Pendekatan perundang-

undangan dilakukan dengan meneliti berbagai peraturan hukum yang

menjadi fokus dalam penelitian. Dalam hal ini pendekatan perundang-

undangan beranjak pada peraturan yang berkaitan dengan peran Dewan

Perwakilan Rakyat, hubungan dewan perwakilan rakyat dengan presiden

dalam hal pengangkatan Kepala Kepolisian Republik Indonesia serta

mekanisme pengangkatannya.

Pendekatan sejarah dilakukan untuk mengetahui asal ataupun sebab

lahirnya Lembaga Legislatif dan Lembaga Kepolisian Pendekatan analisis

dan konseptual hukum dilakukan dengan cara menelaah pandangan para ahli

hukum tata negara yang berkaitan dengan Lembaga Legislatif, Lembaga

Eksekutif dan Lembaga Kepolisian dan menghubungkan dengan pendekatan

undang-undang dan pendekatan sejarah.

3. Bahan Hukum

Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga jenis, yaitu:

a. Bahan Hukum Primer

11

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, cet.VI(Surabaya: Kencana, 2010), h.126

Page 25: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

14

Badan Hukum Primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1) Undang-Undang Dasar 1945

2) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

b.Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri

dari buku-buku yang berhubungan dengan trias politika, Negara hukum,

lembaga eksekutif, lembaga legislatif, Lembaga kepolisian dan buku-buku

Hukum Tata Negara, skripsi, tesis dan disertasi tentang hukum tata negara

yang berkaitan dengan peran lembaga legislatif, hubungan lembaga

legislatif dengan lembaga eksekutif dalam hal pengangkatan Kepala

Kepolisian Republik Indonesia

c. Bahan Non Hukum

Adalah bahan yang menunjang petunjuk maupun penjelasan

bermakna terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus

hukum, Ensiklopedia dan Kamus Besar Bahasa Indonesia dan lain

sebagainya.

4. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Adapun bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder maupun bahan hukum non-hukum diuraikan dan dihubungkan

sedemikian rupa, sehingga ditampilkan dalam penulisan yang lebih

sistematis untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Cara

mengolahnya dengan mengumpulkan data-data yang diperoleh dari

Page 26: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

15

pendekatan yang dilakukan oleh penulis yakni pendekatan perundang-

undangan dan sejarah, kemudian dihubungkan dengan pendapat para ahli

hukum.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun sesuai dengan buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Terbitan

Tahun 2012, yang terbagi dalam lima Bab. Pada setiap bab terdiri dari sub bab

yang digunakan untuk memperjelas ruang lingkup dan inti permasalahan yang

diteliti.

Adapun urutan dan tata letak masing-masing bab serta inti permasalahan

adalah sebagai berikut:

BAB I :Merupakan pendahulu yang bermuatkan: Latar Belakang Masalah,

Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan

Review/ Kajian Terdahulu, Kerangka Konseptual, Metode Penelitian dan

Sistematika Penulisan.

BAB II :Merupakan bab pembahasan tentang landasan teori seperti teori Negara

hukum, sistem check and balance, hak prerogratif dan presiden sebagai

kepala Negara dan teori perwakilan rakyat

BAB III :Merupakan bab pembahasan tentang mekanisme pengangkatan Kepala

Kepolisian Republik Indonesia, sejarah lembaga kepolisian, kedudukan

lembaga kepolisian dalam praktek ketatanegaraan, mekanisme

pengangkatan Kepala Kepolisian Republik Indonesia dalam perundang-

undangan

Page 27: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

16

BAB IV :Merupakan bab yang akan membahas tentang landasan filosofis,

sosiologis dan yuridis Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang

Kepolisian, peran dewan perwakilan rakyat dalam hal pengangkatan

Kepala Kepolisian Republik Indonesia, dampak adanya peran dewan

perwakilan rakyat dalam hal pengangkatan calon Kepala Kepolisian

Republik Indonesia

BAB V :Merupakan Bab Penutup, dalam bab ini akan menjelaskan Tentang

kesimpulan dan saran. Pada kesimpulan akan diuraikan secara ringkas

menganai jawaban dari permasalahan inti yang sebagaimana telah

diuraikan pada bab pendahuluan. Saran berisi masukan-masukan dari

penulis terkait dengan pembahasan.

Page 28: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

20

Page 29: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

83

83

Page 30: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

85

85

Perpres No 17 Tahun 2011 pasal 16 ayat 1

Unsur Filosofis, berisi landasan kewenangan suatu instansi/ lembaga dalam

menyusun peraturan (masalah sosial yang ingin diselesaikan dengan peraturan);

Unsur Sosiologis, berisi fakta yang ingin diatur (penyebab utama masalah sosial);

Unsur Yuridis, memuat pernyataan tentang pentingnya pengaturan (solusi atas

permasalahan).

Page 31: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

17

BAB II

NEGARA HUKUM INDONESIA

A. Teori Negara Hukum

Konsep negara hukum merupakan salah satu objek studi yang selalu aktual

untuk dapat dikaji lebih dalam. Pengertian negara hukum terus berkembang

mengikuti sejarah perkembangan umat manusia. Oleh karena itu, dalam rangka

memahami secara tepat dan benar konsep negara hukum, perlu diketahui terlebih

dahulu gambaran sejarah perkembangan pemikiran politik dan hukum yang

mendorong lahir dan berkembangnya konsepsi negara hukum.1

Awal mula gagasan hukum sudah berkembang sejak 1800 SM.2 Akar terjauh

mengenai perkembangan awal pemikiran negara hukum adalah pada masa Yunani

Kuno yang dikemukakan oleh Plato, ketika memperkenalkan konsep nomoi.3

Menurut Plato penyelenggaraan negara yang baik harus didasarkan pada hukum

yang baik, yaitu negara yang berkonstitusi dan berkedaulatan hukum.4 Terdapat

tiga unsur pemerintahan yang berkonstitusi, yaitu suatu pemerintahan yang

dilaksanakan:

1 Jazim Hamidi, dkk. Teori Hukum Tata Negara, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h

143

2 J.J. Von Schmid, Pemikiran Tentang Negara dan Hukum, (Jakarta: Pembangunan,

1988), h.7

3 Ridwan H.R., Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: PT Raja Gravindo, 2007), h.3

4 Jazim Hamidi, Teori Hukum Tata Negara, h.143

Page 32: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

18

1) Untuk kepentingan umum

2) Menurut hukum berdasarkan ketentuan-ketentuan umum, bukan hukum

yang dibuat secara sewenang-wenang yang mengesampingkan konvensi dan

konstitusi.

3) Atas kehendak raykat, bukan karena paksaan atau tekanan yang

dilaksanakan oleh pemerintahan despotik.

Pada perkembangannya, Immanuel Kant memberikan gambaran tentang

negara hukum Liberal, yaitu negara hukum dalam arti sempit yang menempatkan

fungsi recht pada staat, sehingga negara berfungsi sebagai penjaga malam.

Artinya, tugas-tugas negara hanya menjaga hak-hak rakyat, jangan diganggu atau

dilanggar, mengenai kemakmuran rakyat tidak boleh ada campur tangan

pemerintah yang sewenang-wenang.

Dalam konsep negara hukum selanjutnya muncul istilah rechtsstaat yang

banyak dianut di negara-negara Eropa Kontinental yang bertumpu pada sistem

civil law. Konsep rechtsstaat ini dikemukakan oleh Frederick Julius Stahl5 yang

menyatakan bahwa dalam negara hukum terdapat beberapa unsur utama secara

formal, yaitu sebagai berikut:

1) Pengakuan dan perlindungan Hak Asasi Manusia

2) Penyelenggara negara harus berdasarkan teori Trias Politika

3) Pemerintah menjalankan tugasnya berdasarkan Undang-Undang

4) Adanya pengadilan administrasi jika pemerintah melanggar Hak Asasi

Manusia dalam menjalankan tugasnya.

5 Moh. Mahmud.M.D, Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia, (Yogyakarta: Gama

Media, 1999), h.127 h

Page 33: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

19

Berbeda dengan Eropa Kontinental, negara-negara Anglo-Saxon

menyebutnya sebagai the rule of law yang dipelopori oleh A. V. Dicey. Menurut

Dicey konsep the rule of law menekankan pada tiga tolak ukur yang meliputi6

supremasi hukum ( supremacy of law), persamaan di hadapan hukum (equality

before the law), dan konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan (the

constitution based on individual rights). Rechtsstaat banyak dianut negara-negara

Eropa Kontinental yang bertumpu pada sistem civil law, sedangkan the rule of law

banyak dikembangkan di negara-negara dengan tradisi Anglo-Saxon yang

bertumpu pada sistem common law. perbedaan dua konsep tersebut adalah pada

konsep civil law lebih menitikberatkan pada administrasi, sedangkan pada konsep

common law menitikberatkan pada yudisial.

Istilah negara hukum dalam berbagai literatur tidak bermakna tunggal, tetapi

dimaknai berbeda dalam waktu dan tempat yang berbeda sangat tergantung pada

ideologi dan sistem politik suatu negara. Setiap tindakan penguasa ataupun

raykatnya harus berdasarkan pada hukum dan sekaligus dicantumkan tujuan

negara hukum, yaitu menjamin hak-hak asasi rakyat. Menurut Tahir Azhari7

dalam penelitiannya sampai kesimpulan bahwa istilah negara hukum adalah suatu

genus begrip yang terdiri atas lima konsep, sebagai berikut:

1) Konsep negara hukum menurut AL Quran dan sunah yang diistilahkannya

dengan nomokrasi Islam

6 Titik Triwulan Tutik, Eksistensi, Kedudukan dan Wewenang Komisi Yudisial Sebagai

Lembaga Negara dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Pasca Amandemen UUD

1945,(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h.30

7 M. Tahir Azhary, Negara Hukum: Suatu Studi Tentang Prinsip-Prinsipnya Dilihat dari

Segi Hukum Islam, Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini, cet.III

(Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2007), h.83-84

Page 34: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

20

2) Konsep rechtstaat

3) Konsep rule of law

4) Konsep socialist legality

5) Konsep negara hukum Pancasila

Konsep rule of law merupakan pengembangan semata dari konsep

rechtsstaat. Sementara itu, antara konsep rule of law dengan socialist legality

mengalami pengembangan sejarah dan ideologi yang berbeda di mana rechtsstaat

dan rule of law berkembang negara Inggris, Eropa Kontinental, dan Amerika

Serikat, sedangkan socialist legality berkembang di negara-negara komunis dan

sosialis seperti Rusia, Korea utara, China. Namun sebenarnya, ketiga konsep

tersebut lahir dari akar yang sama yaitu manusia sebagai titik fokus yang

menempatkan rasionalisme, humanisme, dan sekularisme sebagai nilai dasar yang

menjadi sumber nilai.

Pada sisi yang lain konsep nomokrasi Islam dan konsep negara hukum

Pancasila menempatkan nilai-nilai yang sudah terumuskan sebagai nilai standar

atau ukuran nilai.8 Konsep nomokrasi Islam mendasarkan pada nilai-nilai yang

terkandung pada Al Quran dan sunah, sedangkan konsep negara hukum Pancasila

menjadikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai standar atau

ukuran nilai, sehingga kedua konsep ini memiliki kesamaan yang berpadu pada

perlakuan adanya nilai standar yang sudah terumuskan dalam naskah tertulis.

Selain itu, kedua konsep ini menempatkan Tuhan, manusia, agama dan negara

dalam hubungan yang tidak dapat dipisahkan.

8 Jazim Hamidi, dkk. Teori hukum tata Negara. h.145

Page 35: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

21

B. Sistem Check and Balance

Sistem check and balance pertama kali dimunculkan oleh Montesquieu pada

abad pertengahan atau yang sering dikenal dengan abad pencerahan. Gagasan ini

lahir sebagai hasil dari ajaran klasik tentang pemisahan kekuasaan dan pertama

kali diadopsi kedalam konstitusi oleh negara Amerika Serikat. Negara yang

menganut demokrasi terkenal dengan ajaran trias politika yaitu pembagian

kekuasaan didasarkan pada tiga cabang kekuasaan yaitu eksekutif, legislatif, dan

yudikatif. Sebagai akibat pembagian kekuasaan kenegaraan ini munculah

lembaga-lembaga kenegaraan yang masing-masing diserahi dalam melakukan

bidang kekuasannya.9 Masing-masing lembaga tersebut harus mempunyai

kekuasaan yang terpisah dan mampu berjalan sendiri tanpa saling mempengaruhi

dan terpengaruh, serta tidak saling mencampuri satu sama lain, baik mengenai

tugas maupun mengenai perlengkapan yang melakukannya.

Selanjutnya, bahwa di dalam ajaran trias politica itu terdapat suasana “check

and balances” dimana didalam hubungan antar lembaga negara tersebut saling

menguji karena masing-masing lembaga tidak boleh melampaui batas kekuasaan

yang sudah ditentukan atau masing lembaga tidak mau dicampuri kekuasaannya

sehingga antar lembaga-lembaga itu terdapat suatu perimbangan kekuasaan.10

Ketiga lembaga negara tersebut harus berjalan sesuai mekanisme check and

balances, saling mengontrol/mengawasi dan menyeimbangkan.

9 Mr. Kuntjoro Purbopranoto, Sedikit Tentang Sistem Pemerintahan Demokrasi, cet.III

(Jakarta-bandung: PT Eresco ,1960) , h. 29.

10

Moh. Kusnardi dan Bintan R Saragih, Susunan Pembagian Kekuasaan Menurut

Undang-Undang Dasar 1945,(Jakarta:PT Gramedia,1989) h.31

Page 36: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

22

Dalam konstitusi Indonesia, fungsi kontrol Legislatif terhadap Eksekutif

meliputi persetujuan terhadap kekuasaan Presiden untuk menyatakan perang,

membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain; review terhadap

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (perpu) yang dibuat oleh

Presiden, pembahasan Rancangan Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara

(RAPBN) bersama Presiden. Selain fungsi kontrol tersebut, DPR juga dapat

mengajukan usul kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) untuk

memberhentikan Presiden karena melakukan pengkhianatan terhadap negara,

korupsi penyuapan, tindak pidana berat lainnya, perbuatan tercela atapun bila

terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden.

C. Hak Prerogratif Presiden Sebagai Kepala Negara

Prerogatif (bahasa Latin: praerogatio, -onis (femininum); bahasa Inggris:

prerogative; bahasa Jerman: das Vorrecht; "hak istimewa") dalam bidang hukum

adalah hak khusus atau istimewa yang diberikan kepada pemerintah atau penguasa

suatu negara dan diberikan kepada seorang atau sekelompok orang, yang terpisah

dari hak-hak masyarakat menurut hukum yang berlaku. Hal ini merupakan aspek

umum dari hukum feodal atau kerajaan. Kata "prerogatif" dalam bahasa Latin

diartikan hak lebih tinggi (diberi preferensi) dalam makna hukumnya.11

Hak prerogatif Presiden yaitu hak istimewa yang dimiliki oleh Presiden

untuk melakukan sesuatu tanpa meminta persetujuan lembaga lain.12

Hal ini

11

Prerogratif dari Wikipedia eniklopedia bebas diakses pada tanggal 16-06-2015 pukul

13.05 WIB https://id.wikipedia.org/wiki/Prerogatif

12

Moh. Mahfud MD, Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, (Yogyakarta:PT Gama Media,

1999), h,256

Page 37: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

23

bertujuan agar fungsi dan peran pemerintahan direntang sedemikian luas sehingga

dapat melakukan tindakan-tindakan yang dapat membangun kesejahteraan

masyarakat.

Bentuk kekuasaan Presiden berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, dapat

dikelompokkan sebagai berikut :

a) Kekuasaan Kepala Negara

Kekuasaan Presiden sebagai kepala negara hanyalah kekuasaan

administratif, simbolis dan terbatas yang merupakan suatu kekuasaan

disamping kekuasaan utamanya sebagai kepala pemerintahan. Kekuasaan

Presiden sebagai kepala negara diatur dalam Undang Undang Dasar 1945

Pasal 10 sampai 15. Kekuasaan Presiden sebagai kepala negara di masa

mendatang selayaknya diartikan sebagai kekuasaan yang tidak lepas dari

kontrol lembaga lain13

.Kekuasaan Kepala Pemerintahan.

b) Kekuasaan Presiden sebagai kepala pemerintahan di Indonesia diatur dalam

Undang Undang Dasar 1945 Pasal 4 ayat (1). Kekuasaan pemerintahan sama

dengan kekuasaan eksekutif dalam konsep pemisahan kekuasaan yang

membatasi kekuasaan pemerintahan secara sempit, pada pelaksanaan

peraturan hukum yang ditetapkan lembaga legislatif. Kekuasaan eksekutif

diartikan sebagai kekuasaan pelaksanaan pemerintahan sehari-hari

berdasarkan pada konstitusi dan peraturan perundang-undangan.

Pelaksanaannya, kekuasaan ini tetap besar dan mendapat pengawasan dari

13

Titik triwulan tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen

UUD 1945, (Jakarta:PT Kencana, 2011). h, 206

Page 38: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

24

badan legislatif atau badan lain yang ditunjuk oleh konstitusi untuk

menjalankan fungsi pengawasan. Pada Undang Undang Dasar 1945, fungsi

pengawasan pemerintahan sehari-hari dilaksanakan oleh Dewan Perwakilan

Rakyat.

c) Kekuasaan Legislatif

Undang Undang Dasar 1945 menetapkan fungsi legislatif dijalankan oleh

Presiden bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat. Presiden adalah

“partner” Dewan Perwakilan Rakyat dalam menjalankan fungsi legislatif.

Oleh karena itu sistem check and balance mendesak untuk diterapkan

dengan mekanisme yang jelas. Bila ada pertentangan antara Presiden dan

Dewan Perwakilan Rakyat dalam hal persetujuan suatu undang-undang,

maka Presiden harus menyatakan secara terbuka dan menggunakan hak

vetonya. Dengan demikian, di akhir masa jabatannya masing-masing

lembaga dapat diminta pertanggung jawabannya baik di sidang umum

maupun dalam pemilihan umum.14

Kekuasaan Presiden Republik Indonesia dinyatakan secara eksplisit

sebanyak 24 bentuk dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan peraturan perundang-

undangan Indonesia. Berdasarkan mekanisme pelaksanaannya, bentuk kekuasaan

tersebut dikategorikan sebagai berikut :

a. Kekuasaan Presiden Yang Mandiri, Kekuasaan yang tidak diatur mekanisme

pelaksanaannya secara jelas, tertutup atau yang memberikan kekuasaan yang

sangat besar kepada Presiden. Yang termasuk kekuasaan ini adalah :

14

Ibid. h.205

Page 39: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

25

1) Kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan

Udara dan (Kepolisian Negara Republik Indonesia )

2) Kekuasaan menyatakan keadaan bahaya

3) Kekuasaan mengangkat duta dan konsul

4) Kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar 1945.

5) Kekuasaan mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri.

6) Kekuasaan mengesahkan atau tidak mengesahkan Rancangan Undang-

Undang inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat.

7) Kekuasaan mengangkat dan memberhentikan Jaksa Agung Republik

Indonesia.

8) Kekuasaan mengangkat Panglima Angkatan Bersenjata Republik

Indonesia (Panglima Tentara Nasional Indonesia dan Kepala Kepolisian

Republik Indonesia)

9) Kekuasaan mengangkat Lembaga Pemerintah Non Kementrian (LPNK)

b. Kekuasaan Presiden Dengan Persetujuan DPR yang termasuk dalam

kekuasaan ini adalah :

1) Kekuasaan menyatakan perang dan membuat perdamaian

2) Kekuasaan membuat perjanjian dengan negara lain

3) Kekuasaan membentuk undang-undang

4) Kekuasaan menetapkan Peraturan Pengganti Undang-undang

5) Kekuasaan menetapkan APBN Sebelum melaksanakan kekuasaan

tersebut, Presiden memerlukan persetujuan DPR terlebih dahulu.

Sebagai contoh, jika DPR menganggap penting suatu perjanjian, maka

Page 40: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

26

harus mendapat persetujuan DPR. Jika perjanjian dianggap kurang

penting oleh DPR dan secara teknis tidak efisien bila harus mendapat

persetujuannya terlebih dahulu, dapat dilakukan dengan persetujuan

Presiden. Hal ini dilakukan untuk menghindari terulangnya tersisihnya

peran wakil rakyat dalam peranannya menentukan arah kebijakan politik

negara.

D. Lembaga Perwakilan Rakyat

Teori Perwakilan

Pada dasarnya, teori perwakilan amat erat hubungannya dengan prinsip

kedaulatan rakyat dan demokrasi. Dalam zaman modern kekuasaan rakyat tidak

lagi dilaksanakan secara langsung, tetapi disalurkan melalui lembaga perwakilan

sebagai realisasi sistem demokrasi tidak langsung. Ada tiga hal yang perlu

diperhatikan ketika pengkajian difokuskan pada masalah perwakilan ini, pertama

menyangkut pengertian pihak yang diwakili, kedua berkenaan dengan pihak yang

mewakili, dan ketiga berkaitan dengan bagaimana hubungan serta

kedudukannya.15

Heinz Eulau dan John Whalke mengadakan klasifikasi

perwakilan ini ke dalam tiga pusat perhatian, dijadikan sebagai sudut kajian yang

mengharuskan adanya “wakil”, yaitu:

1) adanya partai,

2) adanya kelompok, dan

3) adanya daerah yang diwakili.

15

Eddy Purnama, Lembaga Perwakilan Rakyat, (medan: Syiah Kuala University Press

2008), h. 41

Page 41: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

27

Klasifikasi yang demikian, maka akan melahirkan tiga jenis perwakilan,

yaitu perwakilan politik (political representative), perwakilan fungsional

(functional representative) dan perwakilan daerah (regional representative).16

Menurut Leon Duguit, dasar adanya jalinan hubungan antara pemilih (rakyat)

dengan wakilnya adalah keinginan untuk berkelompok, yang disebut solidaritas

social, sebagai dasar lahirnya hukum obyektif untuk membentuk lembaga

perwakilan.17

Menyangkut dengan hakikat hubungan wakil dengan yang diwakili

ada dua teori yang amat terkenal di samping teori-teori lain, yaitu Teori Mandat

dan Teori Kebebasan.

Kedua teori tersebut merupakan hasil perkembangan pemikiran yang

bersifat saling melengkapi terhadap teori sebelumnya. Menurut Teori Mandat

memandang bahwa para wakil menempati kursi di lembaga perwakilan atas dasar

mandat dari rakyat, yang dinamakan mandataris. Teori yang berkembang oleh J.J.

Rousseau dan Pation ini lahir pada waktu saat revolusi dan dalam perjalananya

terpecah menjadi 3 (tiga) macam.18

: yaitu

a. Teori Mandat Imperatif

Teori ini mengatakan bahwa hubungan antara wakil dengan orang yang

diwakili itu terbatas pada instruksi yang disampaikan oleh orang-orang yang

mewakilinya. Wakil tidak diperbolehkan bertindak melampui mandat yang

telah diberikan dengan konsekuensi bahwa jika hal itu dilakukan oleh wakil,

16

ibid, h 41

17

Bintan r saragih, Lembaga perwakilan dan pemilihan umum di Indonesia, (Jakarta:gaya

media pratama, 1988), h, 84-85

18

Eddy purnama, lembaga perwakilan rakyat. h. 44

Page 42: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

28

maka hal demikian tidak berada pada hubungan yang benar antara wakil dan

orang yang memberikan perwakilannya. Untuk adanya suatu jaminan yuridis

bagi rakyat agar para wakil tidak bertindak menyimpang dari keinginannya,

maka lembaga recall merupakan benteng dipergunakan untuk menjaga pola

hubungan imperatif ini. Lembaga recall ini dimaksudkan untuk dapat

menarik kembali si wakil bila terbukti aktivitasnya tidak sesuai dengan

keinginan rakyat yang diwakilinya. Konsep ini sepertinya tidak efisien dan

dapat menghambat peranan lembaga perwakilan, karena para wakil setiap

saat jika ingin bertindak harus terlebih dahulu menunggu intruksi dari pihak

yang diwakilinya.

b. Teori Mandat Bebas

Teori ini mengatakan bahwa para wakil yang duduk di dalam lembaga

perwakilan tidak terikat dengan para pemilih, karena setiap wakil yang

dipilih dan duduk disana adalah orang-orang yang telah dipercaya dan

memiliki kesadaran hukum masyarakat yang diwakilinya. Oleh karena itu,

para wakil tidak terikat dengan instruksi-instruksi dari para pemilihnya dan

tidak dapat ditarik kembali oleh mereka. Dalam konsepsi seperti ini terlihat

bahwa antara si wakil dengan yang diwakili tidak terdapat hubungan secara

hukum, dalam hal ini si wakil hanya dibebani tanggung jawab politik semata

yang memberi konsekuensi bila aktivitas si wakil tidak dapat memuaskan

pihak yang diwakili, maka para wakil tersebut tidak mempunyai peluang

untuk dipilih kembali, Ajaran Mandat Bebas ini selanjutnya berkembang

lagi dalam bentuknya lain yaitu

Page 43: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

29

c. Teori Mandat Representatif

Teori ini mengatakan bahwa para wakil dianggap bergabung dalam lembaga

perwakilan, dimana yang diwakili memilih dan memberikan mandat pada

lembaga perwakilan. Sehingga sang wakil sebagai individu tidak ada

hubungan dengan pemilihnya apalagi untuk minta pertanggungjawabannya,

yang bertanggung jawab justru adalah lembaga perwakilan kepada rakyat

pemilihnya.

Perkembangan teori mandat yang demikian melahirkan rasa yang kurang

puas bagi para pemikir lainnya, karena dianggap teori tersebut belum memiliki

landasan yang kuat tentang kebebasan hukum dari lembaga perwakilan rakyat,

ketiga teori diatas merupakan penjelasan awal bagaimana teori perwakilan rakyat

terbentuk dan telah banyak disempurnakan oleh ilmuwan lain yang kemudian

lahir kembali teori baru yang dinamakan dengan teori organ yang dipelopori oleh

Von Gierke kebangsaan jerman.

d. Teori Organ

Ajaran ini melihat bahwa Negara merupakan suatu organisasi yang memiliki

alat-alat perlengkapan dengan fungsi sendiri-sendiri dan saling

ketergantungan.

Lembaga perwakilan rakyat sebagai salah satu alat perlengkapan dimaksud

bebas berfungsi sesuai dengan kewenangan yang diatur dalam konstitusi atau

Undang-Undang Dasar, karena itu setelah rakyat memilih wakil-wakilnya untuk

menempati lembaga perwakilan, mereka tidak perlu lagi mencampuri kewenangan

Page 44: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

30

lembaga perwakilan tersebut. Menurut pandangan Gilbert Abcarian19

ada empat

macam karakter hubungan antara wakil dengan yang diwakili. Apabila si wakil

bertindak bebas menurut pertimbangan sendiri tanpa instruksi dari yang diwakili

maka si wakil berada dalam karakter “trustee” (wali). Tetapi jika si wakil

melaksanakan tugas melalui intruksi dari yang diwakili, maka karakternya di sini

adalah sebagai “Delegate” (utusan). Si wakil menurut karakter “politico” bila dia

mengemban kedua karakter di atas (kadang sebagai wali kadang sebagai utusan).

Namun bila si wakil bertindak sesuai dengan program induk organisasinya maka

dalam hal ini dia dianggap sebagai “partisan”.

Dewan Perwakilan Rakyat di Indonesia sebagai lembaga yang mewakili

masyarakat menganut teori organ karena setiap kewenangangya diatur oleh

undang-undang karena itu masyarakat dianggap tidak perlu mencampuri urusan

dewan perwakilan rakyat oleh sebab itu media cetak, media televisi sebagai salah

satu bentuk pengawasan masyarakat terhadap kinerja anggota Dewan Perwakilan

Rakyat.

E. Uji Kepatutan dan Kelayakan ( fit and proper test )

Lembaga Perwakilan Rakyat mempunyai peranan yang sangat penting

menentukan dalam penyelenggaraan negara untuk mencapai cita-cita perjuangan

bangsa mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana tercantum

dalam Undang-Undang Dasar 1945. Seiring dengan perkembangan zaman,

Hukum Tata Negara di Indonesia mulai perlahan lahan menguatkan basis aparatur

di pemerintahan, dalam hal penguatan apratur Negara yang merupakan semangat

19

Ibid h. 46-47

Page 45: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

31

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 Tentang

Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan

Nepotisme. Didalamnya terdapat asas-asas umum pemerintahan yang baik yaitu

harus memiliki:20

a. Asas kepastian hukum yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan

landasan peraturan perundang-undangan, kepatuhan, dan keadilan dalam

setiap kebijakan penyelenggaraan negara.

b. Asas tertib penyelenggara Negara yaitu menjadi landasan keteraturan,

keserasian, keseimbangan dalam pengabdian penyelenggaraan negara.

c. Asas kepentingan umum yaitu asas yang mendahulukan kesejahteraan

umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan kolektif.

d. Asas keterbukaan yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat

untuk memperolah informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif

tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan

atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.

e. Asas proposionalitas yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara

hak dan kewajiban Penyelenggara Negara.

f. Asas profesionalitas yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang

berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

g. Asas akuntabilitas yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan

hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negera harus dapat

20

Undang- Undang no 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan

Bebas dari Kolusi,Korupsi dan Nepotisme

Page 46: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

32

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang

kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

h. Indonesia mengenal mekanisme uji kepatutan dan kelayakan yang dilakukan

oleh suatu lembaga dalam rangka menyeleksi calon pimpinan suatu lembaga

tersebut, dalam fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat selaku

lembaga legislatif adalah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan

Undang-Undang Dasar 1945, Undang-undang dan peraturan pelaksanaannya

yang kemudian berkaitan dengan proses seleksi pejabat publik yang di kenal

dengan istilah Fit and Proper Test, Secara substantif, Pada fungsi

pengawasan, DPR-RI melakukan fit and proper test melalui rapat kerja,

rapat dengar pendapat dan rapat dengar pendapat umum. Banyak

permasalahan yang berkembang dalam pelaksanaan fungsi pengawasan.21

Fit and Proper Test di pemerintahan sudah digunakan sejak pemerintahan

orde baru namun hanya pembaharuan istilah dan baru di atur dalam Keputusan

Dewan Pewakilan Rakyat Republik Indonesia No. 08/DPR RI/I/2005 2006

tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia pasal 154 yang

berbunyi :

1. Apabila suatu peraturan perundang-undangan menentukan agar Dewan

Pewakilan Rakyat melakukan/menganjurkan atau memberikan persetujuan

atas calon untuk mengisi suatu jabatan, rapat paripurna menugaskan kepada

21

Kep. DPR RI No. 08/DPR RI/I/2005 2006 Tentang Tata Tertib DPR RI

Page 47: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

33

Badan Musyawarah untuk menjadwalkan dan menugaskan pembahasan

kepada komisi terkait.

2. Tata cara pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh

komisi yang bersangkutan meliputi :

a. Penelitian administrasi

b. Penyampaian visi dan misi

c. Uji kelayakan (Fit and Proper Test)

d. Penentuan urutan calon

Tuntutan Undang-undang untuk memberikan predikat good governance

kepada Negara dengan amanat Undang-undang No. 28 tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Kolusi Korupsi Nepotisme

yang dibebankan kepada Dewan Perwakilan Rakyat yang diatur dalam Undang-

undang no. 22 tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan, maka untuk

memaksimalkan sebuah cita-cita tersebut, dibutuhkan para pejabat publik yang

memiliki tingkat profesionalitas yang tinggi yang mana seorang pejabat publik

harus diuji sebelum menjalankan tugasnya yaitu dengan Fit and Proper Test yang

sesuai dengan penjelasan UU No. 28 Tahun 1999 pasal 4 yang berbunyi “ Untuk

mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi

dan nepotisme, dalam undang-undang ini ditetapkan asas-asas umum, asas

keterbukaan, asas proporsional, asas profesionalitas, dan asas akuntabilitas.”22

22

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang

bersih dan bebas dari Kolusi,Korupsi dan Nepotisme

Page 48: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

34

BAB III

LEMBAGA KEPOLISIAN DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

A. Lembaga Kepolisian Negara Republik Indonesia

(1) Sejarah Lembaga Kepolisian Republik Indonesia

Pada zaman Kerajaan Majapahit patih Gajah Mada membentuk pasukan

pengamanan yang disebut dengan Bhayangkara yang bertugas melindungi raja

dan kerajaan.1 Pada masa kolonial Belanda awalnya kepolisian hanya terdiri dari

orang kulit putih saja. Sehingga pada masa pemerintahan Deandels, kepolisian

pada waktu itu terbagi menjadi dua yaitu kepolisian bersenjata yang diisi oleh

orang-orang Belanda dan kepolisian pamong praja yang diisi oleh orang pribumi

dan tidak diperbolehkan memegang senjata. Selain kedua bentuk tersebut,

dibentuk pula satuan bernama gewarpende politie yang kemudian berubah

menjadi veld politie merupakan bagian dari unit pemadam pemberontakan pada

waktu itu.

Sejarah pembentukan pasukan keamanan diawali oleh pembentukan

pasukan-pasukan jaga yang diambil dari orang-orang pribumi untuk menjaga aset

dan kekayaan orang-orang Eropa di Hindia Belanda pada waktu itu. Pada tahun

1867 sejumlah warga Eropa di kota Semarang, merekrut 78 orang pribumi untuk

1 Markus gunawan dkk, Buku pintar calon anggota dan anggota Polri. (Jakarta:visimedia

2009) h. 5.

Page 49: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

35

menjaga keamanan mereka.2 Wewenang operasional kepolisian ada pada residen

yang dibantu asisten residen. Rechts politie dipertanggungjawabkan pada

procureur generaal (jaksa agung). Pada masa Hindia Belanda terdapat bermacam-

macam bentuk kepolisian, seperti veld politie (polisi lapangan), stands politie

(polisi kota), cultur politie (polisi pertanian), bestuurs politie (polisi pamong

praja), dan lain-lain.

Sejalan dengan administrasi negara waktu itu, pada kepolisian juga

diterapkan pembedaan jabatan bagi bangsa Belanda dan pribumi. Pada dasarnya

pribumi tidak diperkenankan menjabat hood agent (bintara), inspekteur van

politie, dan commisaris van politie. Untuk pribumi selama menjadi agen polisi

diciptakan jabatan seperti mantri polisi, asisten wedana, dan wedana polisi, orang

pribumi tidak diberikan jabatan yang tinggi dikarenakan pada waktu itu belanda

waspada rakyat indonesia melakukan perlawanan balik untuk mengusir belanda.

Kepolisian modern Hindia Belanda yang dibentuk antara tahun 1897-1920 adalah

merupakan cikal bakal dari terbentuknya Kepolisian Negara Republik Indonesia

saat ini.3 Pada waktu sebelum kemerdekaan Indonesia pada waktu Soekarno dan

Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17

Agustus 1945. Secara resmi kepolisian menjadi kepolisian Indonesia yang

merdeka. Lahir tumbuh dan berkembangnya kepolisian indonesia tidak lepas dari

sejarah perjuangan kemerdekaan republik indonesia sejak proklamasi..

2 Marieke blombergen, Polisi Zaman Hindia Belanda dari kepedulian dan ketakutan.

(Jakarta:kompas 2011) h. 27

3 ibid. h.65

Page 50: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

36

Sejarah perjalanan Kepolisian Republik Indonesia khususnya yang

berkenaan dengan kedudukan struktural organisasi kepolisian, beberapa kali

mengalami perubahan.4 Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 19 agustus 1945

menetapkan bahwa polisi dimasukan kedalam lingkungan Departemen Dalam

Negeri. Pada tanggal 22 agustus 1945, dideklarasikan kelahiran Polisi Nasional

Indonesia. Pada tanggal 1 oktober 1945, pemerintah mengeluarkan maklumat

pemerintah yang ditandatangani oleh Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehakiman

dan Jaksa Agung, yang menyatakan bahwa semua kantor Kejaksaan masuk ke

dalam lingkungan Departemen Kehakiman, sedangkan semua kantor badan

Kepolisian masuk ke dalam lingkungan Departemen Dalam Negeri.5

Dalam rangka melakukan pembenahan organisasi kepolisian, dua bulan

kemudian Presiden Soekarno menunjuk Raden Said Soekanto sebagai kepala

polisi pertama. Setelah beberapa waktu berjalan kedudukan kepolisian yang

berada dibawah Departemen Dalam Negeri dirasakan menyulitkan peran

Kepolisian. Maka diterbitkanlah PP nomor 11/SD tahun 1946 pada tanggal 1 juli

1946, yang mengeluarkan djawatan Kepolisian Negara dari Departemen Dalam

Negeri dan menjadikannya sebagai institusi yang mandiri, berdiri sendiri langsung

4 Bibit S.rianto, Reformasi Polri Suatu Pemikiran ke Arah Kemandirian Dalam Rangka

Menegakkan Supremasi Hukum, (Jakarta:ghalia,1999),h.29.

5 Mabes Polri, Derap Langkah Polri di Tengah Dinamika Bangsa,(jakarta:Mabes

Polri,2008), h.81.

Page 51: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

37

dibawah perdana menteri.6 Pada tanggal ini pula ditetapkanya hari kelahiran Polri

(Hari Bhayangkara).

Perkembangan selanjutnya Kepolisian kemudian disatukan dengan Tentara

Nasional Indonesia (TNI) melalui Undang-Undang No 13 tahun 1961 yang berisi

“Polri berada dibawah Departemen Pertahanan dan Keamanan. Kepolisian yang

sebelumnya berada di bawah Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI)

maka melalui Inpres Nomor 2 tahun 1999 kemudian lahir pula Tap MPR nomor

VI dan VII tahun 2002 tentang peran Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian

Republik Indonesia ditetapkanlah pemisahan Kepolisian Republik Indonesia

(POLRI) dari tubuh Tentara Nasional Indonsia (TNI). Pemisahan tersebut

dipertegas dengan diubahnya undang-undang nomor 27 tahun 1997 menjadi

undang-undang nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia. Pada masa kabinet presidensial, pada tanggal 4 Februari 1948

dikeluarkan Tap Pemerintah No. 1/1948 yang menetapkan bahwa Kepolisian

Republik indonesia dipimpin langsung oleh presiden/wakil presiden dalam

kedudukan sebagai perdana menteri/wakil perdana menteri.

(2) Kedudukan Lembaga Kepolisian Republik Indonesia

Berpijak pada teori pembagian kekuasaan dan sistem pemerintahan

presidensil, fungsi pemerintahan diselenggarakan oleh lembaga eksekutif yang

dipimpin oleh Presiden, sehingga Presiden bertanggungjawab atas

penyelenggaraan pemerintahan. Oleh karena itu mengkaji tentang kedudukan

6 Ibid. h.83.

Page 52: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

38

kepolisian yang didasarkan pada fungsi utamanya, tidak dapat dipisahkan dengan

fungsi utama pemerintah yang dipimpin oleh Presiden.

Setiap lembaga Negara harus menjalankan wewenangnya berdasarkan

undang-undang dalam arti materiil, hal tersebut sebagai konsekuensi logis dari

negara hukum, supremasi hukum dan pemerintahan yang menganut sistem

presidensial yang harus menempatkan semua lembaga kenegaraan berada di

bawah Undang-Undang Dasar 1945, seperti dikemukakan oleh Soewoto

Mulyosudarmo, bahwa konsekuensi dari sistem presidensil, yaitu sebagai sistem

yang menempatkan semua lembaga kenegaraan berada di bawah Undang-Undang

Dasar 1945.7 Selain itu dalam sistem pemerintahan presidensial, Presiden

bertanggungjawab atas penyelenggaraan keamanan, ketenteraman dan ketertiban

umum.

Pada teori ketatanegaraan, bagi negara yang menganut sistem pemerintahan

presidensial negara dipimpin oleh seorang Presiden dalam jabatannya selaku

kepala negara dan kepala pemerintahan dikaitkan dengan makna kepolisian

sebagai “alat negara” sebagaimana disebutkan dalam pasal 30 ayat (4) Undang-

Undang Dasar 1945, berarti kepolisian dalam menjalankan wewenangnya berada

di bawah Presiden selaku Kepala Negara. Disisi lain fungsi kepolisian yang

mengemban salah satu “fungsi pemerintahan” mengandung makna bahwa

pemerintahan yang diselenggarakan oleh Presiden selaku pemegang kekuasaan

pemerintahan (eksekutif) mendelegasikan sebagian kekuasaannya kepada lembaga

7 Soewoto Mutyosudarmo, “Pembaharuan Ketatanegaraan Melalui Perubahan Konstitusi”

:Prosiding workshop:Assosiasi Pengajar HTN dan HAN Jawa Timur dan In-Trans,

(Malang,2004), h. 7

Page 53: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

39

kepolisian, terutama tugas dan wewenang di bidang keamanan dan ketertiban.

Sebagaimana dikatakan oleh Bagir Manan, bahwa “Presiden adalah pimpinan

tertinggi penyelenggaraan administrasi Negara”. Penyelenggaraan administrasi

negara meliputi lingkup tugas dan wewenang yang sangat luas, yaitu setiap bentuk

perbuatan atau kegiatan administrasi yang dikelompokkan ke dalam:

1) Tugas dan wewenang administrasi di bidang keamanan dan ketertiban

umum.

2) Tugas dan wewenang menyelenggarakan tata usaha pemerintahan mulai dari

surat menyurat sampai kepada dokumentasi dan lain lain.

3) Tugas dan wewenang administrasi negara di bidang pelayanan.

4) Tugas dan wewenang administrasi negara di bidang penyelenggaraan

kesejahteraan umum.8

Kedudukan lembaga kepolisian tidak diatur secara jelas dan tegas dalam

Undang-Undang Dasar 1945, lain halnya dengan Angkatan Darat, Angkatan Laut

dan Angkatan Udara yang diatur secara tegas dalam pasal 10 Undang-Undang-

Dasar 1945, yakni “Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan

Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara” . Akan tetapi ketentuan dalam pasal

30 ayat (5) Undang-Undang Dasar 1945 mensyaratkan adanya tindak lanjut

pembentukan undang-undang yang mengatur tentang susunan dan kedudukan,

hubungan kewenangan Polri dalam menjalankan tugasnya. Sehingga konsekuensi

logis dari ketentuan pasal 30 ayat (5) Undang-Undang Dasar 1945 terbentuklah

8 Bagir Manan, Lembaga Kepresidenan, (Yogyakarta:GamaMedia-Pusat Studi Hukum

Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia,1999), h, 122-123

Page 54: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

40

Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian, dimana didalam Undang-

undang dimaksud lembaga kepolisian diposisikan dibawah Presiden dan

bertanggungjawab kepada Presiden. Disamping itu adanya beberapa instrumen

hukum yang sebelum lahirnya Undang undang No. 2 Tahun 2002 telah mengatur

tentang kedudukan lembaga kepolisian di bawah Presiden, seperti Peraturan

Presiden No. 89 Tahun 2000 dan Ketetapan MPR RI No. VII/MPR/2000 tentang

Peran TNI dan Polri.

B. Tugas dan Kewenangan Lembaga Kepolisian

Tugas pokok kepolisian dimaknai sebagai fungsi utama lembaga kepolisian

yang merupakan salah satu fungsi pemerintahan. Istilah pemerintah disini

mengandung arti sebagai organ/badan/alat perlengkapan negara yang diserahi

pemerintahan, yang salah satu tugas dan wewenangnya adalah memelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat serta menyelenggarakan kepentingan umum

(public servent), sehingga fungsi pemerintahan adalah fungsi dari lembaga

pemerintah yang dijalankan untuk mendukung tujuan negara, karena pemerintah

dalam arti sempit merupakan salah satu unsur dari sistem ketatanegaraan.

Dijalankan tertuju pada terwujudnya keamanan dan ketertiban masyarakat.

Tugas kepolisian dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu tugas represif dan

tugas preventif (Pencegahan). Tugas represif ini adalah mirip dengan tugas

kekuasaan executive, yaitu menjalankan peraturan atau perintah dari yang

berkuasa apabila telah terjadi peristiwa pelanggaran hukum. Sedangkan tugas

preventif dari kepolisian ialah menjaga dan mengawasi agar peraturan hukum

tidak dilanggar oleh siapapun. Tugas utama dari kepolisian adalah memelihara

Page 55: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

41

keamanan di dalam negeri. Dengan ini nampak perbedaan dari tugas Tentara

Nasional Indonesia yang terutama menjaga pertahanan Negara yang pada

hakikatnya menunjuk pada kemungkinan ada serangan dari luar negeri. Sementara

itu, dalam Undang-Undang Kepolisian Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002

pasal 13 dijelaskan bahwasannya tugas pokok kepolisian adalah:

a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

b. menegakkan hukum; dan

c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat

Selanjutnya pada pasal 14 dijelaskan bahwasanya dalam melaksanakan

tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian Negara Republik

Indonesia bertugas :9

a. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap

kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;

b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban,

dan kelancaran lalu lintas di jalan;

c. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran

hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan

peraturan perundang-undangan;

d. turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

e. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

f. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap

kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk

pengamanan swakarsa;

g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana

sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan

lainnya. Mengenai ketentuan-ketentuan penyelidikan dan penyidikan ini,

lebih jelasnya telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana (KUHP) yang diantaranya menguraikan pengertian penyidikan,

penyelidikan, penyidik dan penyelidik serta tugas dan wewenangnya.

h. menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,

laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas

kepolisian;

9 Undang-Undang No 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian

Page 56: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

42

i. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan

hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan

bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;

j. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani

oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;

k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya

dalam lingkup tugas kepolisian; serta melaksanakan tugas lain sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

l. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Apabila dikaji dari cara memperoleh wewenang, kewenangan kepolisian

diperoleh secara atributif, artinya wewenang tersebut bersumber pada undang-

undang, yakni Undang-Undang Dasar 1945, Undang-undang No. 2 Tahun 2002

dan Peraturan Perundang-undangan lainnya. Philipus M.Hadjon membagi cara

memperoleh kewenangan atas dua cara yaitu:10

1. Atribusi

2. Delegasi

Atribusi merupakan wewenang untuk membuat keputusan (besluit) yang

langsung bersumber kepada undang-undang dalam arti materiil. Atribusi juga

dikatakan sebagai suatu cara normal untuk memperoleh wewenang pemerintahan.

Delegasi diartikan sebagai penyerahan wewenang untuk membuat besluit oleh

pejabat pemerintahan (pejabat Tata Usaha Negara) kepada pihak lain tersebut.

Dengan kata penyerahan, ini berarti adanya perpindahan tanggung jawab dan yang

memberi delegasi (delegans) kepada yang menerima delegasi (delegetaris). Pasal

15 Undang-Undang Kepolisian Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002

menyatakan bahwasannya Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana

10

Philipus M. Hadjon, “Tentang Wewenang Pemerintahan (Bestuurbevoegdheid), Pro

Justitia Tahun XVI Nomor I (Januari 1998) , h.90.

Page 57: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

43

dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 Kepolisian Negara Republik Indonesia secara

umum berwenang:11

a) menerima laporan dan/atau pengaduan;

b) membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat

mengganggu ketertiban umum;

c) mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;

d) mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam

persatuan dan kesatuan bangsa;

e) mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif

kepolisian;

f) melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian

dalam rangka pencegahan;

g) melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;

h) mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang;

i) mencari keterangan dan barang bukti;

j) menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;

k) mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam

rangka pelayanan masyarakat;

l) memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan

pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat;

m) menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.

Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-

undangan lainnya berwenang :

a) memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan

masyarakat lainnya;

b) menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor;

c) memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor;

d) menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;

e) memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak,

dan senjata tajam;

f) memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan

usaha di bidang jasa pengamanan;

g) memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan

petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian;

h) melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan

memberantas kejahatan internasional;

i) melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang

berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait;

j) mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian

internasional;

11 Undang-Undang No 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian

Page 58: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

44

k) melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas

kepolisian.

Beberapa peraturan perundang-undangan, yakni pasal 30 ayat (4) Undang-

Undang Dasar 1945, pasal 6 ayat (1) Ketetapan MPR RI No.VII/MPR/2000, dan

pasal 5 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2002, bahwa Kepolisian Negara Republik

Indonesia sebagai alat negara yang menjalankan salah satu fungsi pemerintahan

terutama dibidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat melalui

pemberian perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat serta

penegakan hukum. Konsekuensi dari menjalankan salah satu fungsi pemerintahan

tersebut.

C. Dewan Perwakilan Rakyat

1. Kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat

Bunyi pasal 68 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menyatakan bahwa “Dewan Perwakilan

Rakyat merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai

lembaga Negara”12

. Lembaga negara terkadang disebut dengan istilah lembaga

pemerintahan, lembaga pemerintahan nondepartemen. Ada yang dibentuk

berdasarkan atau karena diberi kekuasaan oleh Undang-Undang Dasar, ada pula

yang dibentuk dan mendapatkan kekuasaannya dari Undang-Undang, bahkan ada

pula yang hanya dibentuk berdasarkan Keputusan presiden. Hierarki atau

12

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Page 59: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

45

kedudukannya tentu saja bergantung pada derajat pengaturannya menurut

peraturan perundang-undangan yang berlaku.13

Sedangkan Dewan Perwakilan

Rakyat sendiri merupakan lembaga yang kewenangannya diberikan oleh Undang-

Undang Dasar.

2. Susunan Dewan Perwakilan Rakyat

Pada pasal 67 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengatakan bahwa “DPR terdiri atas

anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan

umum”. Untuk menjalankan fungsi dan tugasnya, DPR memiliki beberapa unit

kerja yang biasa disebut dengan “alat kelengkapan”. Alat-alat kelengkapan DPR

tersebut ada yang bersifat tetap dan sementara. Yang dimaksud dengan alat

kelengkapan tetap adalah unit kerja yang terus menerus ada selama masa kerja

DPR berlangsung, yakni selama lima tahun. Keanggotaannya juga tidak berubah

dari awal sampai akhir, kecuali ada pemberhentian.

Sedangkan alat kelengkapan yang bersifat sementara hanya dibentuk untuk

kebutuhan dan tujuan tertentu dalam jangka waktu tertentu pula. Begitu juga

dengan keanggotaannya, yang dapat digantikan tanpa ada pengaturan mengenai

masa keanggotaannya. Salah satu alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap

adalah Badan Legislasi yang tertuang dalam Pasal 99, Pasal 100, Pasal 101, dan

Pasal 102 UU No. 27 Tahun 2009. Adapun alat kelengkapan DPR yang bersifat

tetap, salah satunya, ialah panitia khusus, yang juga diatur dalam Undang-Undang

13

Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,

(Jakarta:Sinar Grafika,2010) h. 37

Page 60: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

46

No. 27 Tahun 2009, pada Pasal 136, Pasal 137, Pasal 138, Pasal 139, dan Pasal

140

3. Tugas dan Kewenangan Dewan Perwakilan Rakyat

Ketentuan yang terkait dengan tugas dan wewenang Dewan Pewakilan

Rakyat menurut Undang-Undang Dasar 1945, yaitu sebagai berikut:

Pasal 20

(1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-

undang.

(2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan dan

Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.

(3) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama,

rancangan undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam

persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.

(4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui

bersama untuk menjadi undang-undang.

(5) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama

tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari

semenjak rancangan undang-undang tersebut-disetujui, rancangan

undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib

diundangkan.

Pasal 20A

(1) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran,

dan fungsi pengawasan.

(2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-

pasal lain Undang-Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat

mempunyai hak interplasi14

, hak angket15

, dan hak menyatakan

pendapat.16

14

Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada Pemerintah

mengenai kebijakan Pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 15

Hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu

undang-undang dan/atau kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan

berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diduga

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. 16

Hak menyatakan pendapat adalah hak DPR untuk menyatakan pendapat atas:

Kebijakan Pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air atau di dunia

internasional; Tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket; Dugaan bahwa Presiden

dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran hukum baik berupa pengkhianatan terhadap

negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, maupun perbuatan tercela, dan/atau

Page 61: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

47

(3) Selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-Undang Dasar ini,

setiap anggota Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan

pertanyaan,17

menyampaikan usul dan pendapat18

, serta hak imunitas.19

(4) Ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan Perwakilan Rakyat dan hak

anggota Dewan Perwakilan Rakyat diatur dalam undang-undang.

Pasal 21

(1) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul rancangan

undang-undang.

Pasal 22

(1) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak

menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang.

(2) Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan

Rakyat dalam persidangan yang berikut.

(3) Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus

dicabut.

D. Mekanisme Pengangkatan Kepala Kepolisian Republik Indonesia dalam

Peraturan Perundang-undangan

Sampai saat ini belum ada satupun keputusan presiden yang mengatur

mengenai tata cara pengangkatan kepala kepolisian republik indonesia , yang

adanya hanyalah peraturan presiden no. 52 tahun 2010 yang hanya mencantumkan

pengangkatan dan pemberhentian kapolri dilakukan oleh Presiden, sebenarnya

Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil

Presiden. 17

Hak mengajukan pertanyaan adalah hak anggota DPR untuk menyampaikan pertanyaan

baik secara lisan maupun tertulis kepada pemerintah bertalian dengan tugas dan wewenang DPR. 18

Hak menyampaikan usul dan pendapat adalah hak anggota DPR untuk menyampaikan

usul dan pendapat secara leluasa baik kepada pemerintah maupun kepada DPR sendiri sehingga

ada jaminan kemandirian sesuai dengan panggilan hati nurani serta kredibilitasnya. Oleh karena

itu, setiap anggota DPR tidak dapat diarahkan oleh siapapun di dalam proses pengambilan

keputusan. Namun, tata cara penyampaian usul dan pendapat dimaksud tetap memperhatikan tata

karma, etika, moral, sopan santun, dan kepatutan sebagai wakil rakyat. 19

Hak imunitas adalah kekebalan hukum dimana setiap anggota DPR tidak dapat dituntut

di hadapan dan di luar pengadilan karena pernyataan, pertanyaan/pendapat yang dikemukakan

secara lisan ataupun tertulis dalam rapat-rapat DPR, sepanjang tidak bertentangan dengan

Peraturan Tata Tertib dan kode etik.

Page 62: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

48

pengangkatan Kepala Kepolisian Republik Indonesia disingkat (KAPOLRI)

terdapat didalam undang-undang no 2 tahun 2002 yang terdapat didalam pasal 11

yang berisi20

:

(1) Kapolri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan

Dewan Perwakilan Rakyat.

(2) Usul pengangkatan dan pemberhentian Kapolri diajukan oleh Presiden

kepada Dewan Perwakilan Rakyat disertai dengan alasannya.

(3) Persetujuan atau penolakan Dewan Perwakilan Rakyat terhadap usul

Presiden sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus diberikan dalam

jangka waktu paling lambat 20 (dua puluh) hari terhitung sejak tanggal

surat Presiden diterima oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

(4) Dalam hal Dewan Perwakilan Rakyat tidak memberikan jawaban dalam

waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), calon yang diajukan oleh

Presiden dianggap disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

(5) Dalam keadaan mendesak, Presiden dapat memberhentikan sementara

Kapolri dan mengangkat pelaksana tugas Kapolri dan selanjutnya

dimintakan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

(6) Calon Kapolri adalah Perwira Tinggi Kepolisian Negara Republik

Indonesia yang masih aktif dengan memperhatikan jenjang kepangkatan

dan karier.

(7) Tata cara pengusulan atas pengangkatan dan pemberhentian Kapolri

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), dan (6) diatur lebih lanjut

dengan Keputusan Presiden.

(8) Ketentuan mengenai pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan

selain yang dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan

Keputusan Kapolri.

Keterlibatan Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) dalam pengusulan

calon Kepala kepolisian republik indonesia oleh Presiden memang secara tegas

diatur dalam pasal 38 ayat 1 huruf (b) UU No.2 Tahun 2002 tentang kepolisian

yang mana Kompolnas bertugas memberikan pertimbangan kepada presiden

dalam pengangkatan dan pemberhentian Kepala kepolisian republik indonesia.

Lembaga Kompolnas dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden No.17 Tahun 2011

tentang Kompolnas. Susunan keanggotan Kompolnas dari unsur pemerintah tiga

20

Undang-undang no 2 tahun 2002 Tentang Kepolisian

Page 63: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

49

orang, pakar kepolisian tiga orang dan tokoh masyarakat tiga orang. Berdasarkan

pasal 16 ayat 1 Peraturan Presiden No.17 Tahun 2011, Ketua dan Wakil Ketua

Kompolnas dipilih dan ditetapkan presiden.21

Kompolnas merupakan lembaga

struktural dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kompolnas dapat memberikan

evaluasi terhadap kinerja Kapolri dalam rangka pemberhentian. Tentunya

Kompolnas merupakan penasehat presiden terhadap kinerja seorang Kapolri

apakah mau diusulkan atau diberhentikan.

Komjen (purn) Oegroseno pernah menjelaskan, mekanisme pencalonan

kepala kepolisian republik indonesia seharusnya melalui sidang Dewan Kebijakan

Pangkat dan Karier Tertinggi Polri. Dalam sidang tersebut, seorang Kepala

kepolisian republik Indonesia yang masih menjabat bisa ikut mengusulkan nama-

nama calon yang dianggap memenuhi syarat sebagai Kepala kepolisian. Syarat

kelayakan untuk menjadi Kepala kepolisian republik Indonesia juga sangat

dipertimbangkan. Setelah Dewan memutuskan, sebut nama calon kepala

kepolisian akan diserahkan kepada Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas),

untuk mendapat pertimbangan. Setelah itu, Kompolnas akan menyerahkan nama

tersebut kepada Presiden.22

Seorang calon Kepala kepolisian republik indonesia tidak dapat berasal dari

eksternal lembaga kepolisian dan dari kader partai politik tertentu. Karena

berdasarkan pasal 11 ayat 6 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang

21

Perpres no 17 tahun 2011 Tentang Komisi Kepolisian Nasional 22

Ogroseno:Sejarah Pengangkatan Kapolri diubah diakses pada tanggal rabu 29-07-2015

pada pukul 14:43 WIB dari

http://nasional.kompas.com/read/2015/02/03/17014131/Oegroseno.Sejarah.Pengangkatan.Kapolri.

Diubah

Page 64: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

50

kepolisian bahwa “calon Kepala kepolisian republik indonesia adalah perwira

tinggi kepolisian aktif dengan memerhatikan jenjang pangkat dan karir”23

. Sebab

itu, jabatan seorang Kepala kepolisian bebas dari unsur pihak ekternal kepolisian.

23

Undang-undang nomor 2 tahun 2002 Tentang Kepolisian

Page 65: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

51

BAB IV

PERAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DALAM PENGANGKATAN

KEPALA KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA

A. Landasan Filosofis Sosiologis dan Yuridis Terbentuknya Undang Undang No

2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian

1. Landasan Filosofis

Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai salah satu lembaga

penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintahan dalam melaksanakan tugas dan

fungsi nya juga harus berdasarkan legitimasi hukum yang berlaku. Dimana fungsi

utama dari polisi adalah menegakkan hukum dan melayani kepentingan

masyarakat umum. Sehingga dapat dikatakan bahwa tugas polisi adalah

melakukan pencegahan terhadap kejahatan dan memberikan perlindungan kepada

masyarakat.1

Sebagaimana kebanyakan negara-negara di dunia, Negara Indonesia juga

tidak luput dari terpaan krisis moneter dan ekonomi yang bersifat global dan yang

kemudian berkembang menjadi krisis politik, sosial-budaya, dan hukum. Dalam

rangka mengatasi krisis dimaksud, Indonesia melaksanakan reformasi

paradigmatik secara total menuju masyarakat madani yang menjunjung tinggi,

antara lain, berlangsungnya proses demokratisasi dengan baik dan benar,2 yaitu

dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002

1 Mahmud Mulyadi, Kepolisian dalam sistem peradilan pidana, (Medan:USU press,

2009,h 40

2 Tim Pokja, Reformasi Menuju Polri yang Profesional, (Jakarta:polri,1999)

Page 66: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

52

Keseluruhan kebijakan yang tertuang didalam Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2002 telah berjalan selama tiga belas tahun yang secara yuridis formil telah

membawa pengaruh yang besar terhadap eksistensi polisi terhadap sistem

ketatanegaraan di Indonesia, dan menjadi kenyataan landasan filosofis

dibentuknya undang-undang no 2 tahun 2002 Tentang Kepolisian atas dasar

bahwa keamanan dalam negeri merupakan syarat utama pendukung terwujudnya

masyarakat madani yang adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2. Landasan Sosiologis

Kepolisian adalah suatu institusi yang memiliki ciri universal yang dapat

ditelusuri dari sejarah lahirnya polisi, baik secara fungsi atau organ. Pada

dasarnya polisi lahir bersama rakyat untuk menjaga sistem kepatuhan

(konformitas) anggota masyarakat terhadap kesepakatan antar warga masyarakat

itu sendiri terhadap kemungkinan adanya tabrakan kepentingan, penyimpangan

perilaku dan perilaku kriminal dari warga masyarakat. Ketika masyarakat sepakat

untuk hidup didalam suatu negara, pada saat itulah polisi dibentuk sebagai

lembaga formal yang disepakati untuk bertindak sebagai pelindung dan penjaga

ketertiban dan keamanan masyarakat atau yang disebut sebagai fungsi

“sicherheitspolitizei”.3

Kehadiran polisi sebagai organisasi sipil yang dipersenjatai oleh pemerintah

agar dapat memberikan efek pematuhan (enforcing effect) kepada masyarakat.

Seperti yang dikemukakan oleh Satjipto Rahardjo bahwa “perilaku polisi adalah

3 Bibit Samad Rianto, Pemikiran Menuju POLRI yang Professional, Mandiri, Berwibawa,

dan dicintai Rakyat , (Jakarta :PTIK Press dan Restu AGUNG,2006) ,h 36

Page 67: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

53

wajah hukum sehari-hari”. Disadari bahwa polisi merupakan ujung tembok

penegakan hukum, yang berarti polisilah yang secara langsung berhadapan

dengan masyarakat, dan khususnya, pelanggar hukum dalam usaha menegakan

hukum. Polisi sipil memiliki 3 kriteria yaitu cepat tanggap, keterbukaan dan

akuntabilitas. Kriteria tersebut menuntut sikap dan perilaku yang berlandasakan

nilai-nilai inti tertentu yang dirumuskan sebagai integritas pribadi (integrity),

kewajaran/adil (fairness), rasa hormat (respect), kejujuran (honesty), keberanian/

keteguhan hati (courage) dan welas asih (compassion).4

Dengan demikian, bagaimana perilaku polisi dengan cara-cara kotor dan

korup, maka secara otomatis masyarakatpun memandang hukum sebagai sesuatu

yang kotor dan korup, juga andaikan pemolisian dikerjakan dengan baik, maka

wajah hukum akan dipandang baik. Karena itu, pandangan masyarakat tentang

polisi akan membawa implikasi pada pandangan mereka terhadap hukum.5

Berbeda dengan Tentara Nasional Indonesia dengan Tugas militernya yaitu

untuk mengamankan negara dari ancaman musuh. Dalam pelaksanaan tugasnya

militer dapat menghancurkan dan membunuh musuh dengan kekerasan, dan demi

komando dapat melanggar Hak Asasi Manusia (HAM), sebaliknya aparat

kepolisian bertugas mengamankan masyarakat agar tercipta ketertiban dan rasa

aman serta menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.6 Tugas pokok kepolisian

4 Chairuddin Ismail, Polisi Sipil dan Paradigma Polri, Cet I ,(Jakarta:P.T. Merlyn

Press,2009), h. 33

5 Satjipto Rahardjo, Polisi Sipil Dalam Perubahan Sosial di Indonesia, (jakarta:Kompas,

2002)

6 Awlloedin Djamin, Sejarah Perkembangan Kepolisian Di Indonesia di Zaman Kuno

Sampai Sekarang, (Jakarta:yayasan Brata Bhakti Polri,2007) h.470.

Page 68: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

54

merupakan tugas-tugas yang harus dikerjakan atau dijalankan oleh lembaga

kepolisian, dengan demikian tugas lembaga yang dijalankan oleh anggota

kepolisian dapat dimaknai sebagai bentuk atau jenis dari pekerjaan khusus. Jenis

pekerjaan tersebut menjadi tugas dan wewenang kepolisian yang harus dijalankan

dengan pengetahuan intelektual, keahlian atau kemahiran yang diperoleh melalui

pendidikan atau training, dijalankan secara bertanggung jawab dengan keahlianya,

dan berlandaskan moral dan etika.7

Setiap masyarakat selalu mendambakan kehidupan yang damai dan tentram

oleh karenanya masyarakat pun harus taat dan patuh terhadap polisi karena polisi

merupakan salah satu pilar yang penting dalam suatu negara. Polisi adalah hukum

yang hidup. Melalui polisi ini janji janji dan tujuan tujuan untuk mengamankan

dan melindungi masyarakat menjadi kenyataan.8 Keinginan masyarakat untuk

hidup dengan aman dan tentram sudah menjadi suatu tugas pemerintah untuk

mewujudkan melalui lembaga kepolisian. Secara sosiologis terbentuknya Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian didasarkan bahwa pemeliharaan

keamanan dalam negeri melalui upaya penyelenggaraan fungsi kepolisian yang

meliputi:9

1) Pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat

Keamanan serta ketertiban masyarakat merupakan fondasi awal dalam

roda pemerintahan yang berdaulat, karena dengan tertib serta amannya suatu

masyarakat maka pemerintah pun dapat menjalankan roda pemerintahanya

7 Sadjijono, Etika profesi hukum, Cet I , (Jakarta:Laksbang Mediatama,2008), h.35

8 DPM. Sitompul, Hukum kepolisian Indonesia, (Bandung:Tarsito,1985) h 133

9 Undang-Undang nomor 2 tahun 2002 Tentang Kepolisian

Page 69: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

55

dengan baik. Sebagai contoh apabila masyarakat ataupun mahasiswa ingin

berdemonstrasi maka lembaga kepolisian pun menurunkan personilnya

untuk dapat menjaga keamanan dalam hal yang tidak diinginkan seperti

kerusuhan,kerusakan fasilitas umum dan lain-lain. Selain itu polisi juga

bertugas menjaga ketertiban lalu lintas untuk para pengendara mobil dan

motor,

2) Penegakan hukum

Keadilan dalam hal penegakan hokum merupakan syarat pendukung

keamanan dan ketertiban masyarakat, karena apabila penegakan hukum

berjalan dengan baik maka keamanan serta ketertiban pun dapat terjaga.

Dalam masyarakat luas banyak kejahatan kriminal seperti pembunuhan,

pencopetan, penculikan dan lain-lain. Oleh karenanya lembaga Kepolisian

sebagai salah satu lembaga yang bertugas dalam hal penegakan hukum harus

dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Berkaitan dengan

penegak hukum guna menunjang penegakan hukum yang berkeadilan, B. M.

Taverne, seorang pakar hukum negeri Belanda, yang terkenal dengan kata-

katanya yang berbunyi, “geef me goede rechter, goede rechter

commissarissen, goede officieren van justitieen, goede politie ambtenaren,

en ik zal met een slecht wetboek van strafprosesrecht het goede beruken”

artinya “berikan aku hakim, jaksa, polisi dan advokat yang baik, maka aku

akan berantas kejahatan meskipun tanpa secarik undang-undang pun”.

Dengan perkataan lain, “berikan padaku hakim,polisi dan jaksa yang baik,

maka dengan hukum yang buruk sekalipun saya bisa mendatangkan

Page 70: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

56

keadilan.10

Sebagai contoh lembaga Kepolisian tidak boleh tebang pilih atas

setiap kasus kriminal yang terjadi dimasyarakat, Polisi harus bertindak tegas

dan adil serta harus profesional dalam menjalankan tugasnya. Artinya,

bagaimana pun lengkapnya suatu rumusan undang-undang, tanpa didukung

oleh aparatur penegak hukum yang baik, memiliki moralitas dan integritas

yang tinggi, maka hasilnya akan buruk.11

3) Perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dilakukan

oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia

Suatu pemerintahan yang baik lembaga kepolisiannya yang bertugas

dalam hal perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Polisi harus memiliki etika yang baik, etika adalah tidak bertingkah laku

semata-mata menuruti nafsu semata tetapi melakukan perbuatan dengan

bertujuan dan bercita – cita yang mulia.12

Agar masyarakat mendapatkan

kemudahan dalam setiap menjalankan aktivitasnya, dengan menjunjung

tinggi nilai Hak Asasi Manusia maka kepolisian dalam hal memberikan

perlindungan, pengayoman serta pelayanan tidak boleh melanggar hukum

dan etika di masyarakat. Sebagai contoh lembaga Kepolisian tidak boleh

menerima suap dalam hal pembuatan Surat Ijin Mengemudi (SIM) ataupun

pembuatan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK),

10

Satjipto Rahardjo, Membedah Hukum Progresif, (Jakarta:Kompas 2007) hlm. 6

11

Satjipto Rahardjo, Biarkan Hukum Mengalir: Catatan Kritis tentang Pergulatan

Manusia dan Hukum, (Jakarta:Kompas,2007) hlm. 103

12

Wik Djatmika, Etika Kepolisian ( dalam komunitas spesifik Polri ) , Jurnal Studi

Kepolisian, STIK-PTIK, Edisi 075, hal. 18

Page 71: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

57

3. Landasan Yuridis

Politik hukum yang membuat terbentuknya Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2002 tentang Kepolisian sebagai usaha untuk mengembangkan dan

menyempurnakan institusi kepolisian, telah dimulai dari adanya pergerakan pada

masa reformasi yang sifatnya sangat fundamental dalam kehidupan berdemokrasi.

Hal ini mempunyai pengaruh yang besar dalam seluruh aspek kehidupan

berbangsa dan bernegara serta memiliki tujuan untuk kehidupan yang lebih baik.

Pengaruh yang besar terhadap eksistensi kepolisian terlihat dengan adanya

Instruksi Presiden Nomor 2 tahun 1999 tentang Langkah-Langkah Kebijakan

Pemisahan antara Kepolisian dengan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

(ABRI) sekarang telah berganti nama menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI)

kemudian diikuti dengan berbagai macam produk hukum yaitu Keppres nomor 89

tahun 2000 tentang kedudukan Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) yang

menyatakan bahwa kepolisian berkedudukan langsung dibawah presiden,

berikutnya ditegaskan dengan produk politik berupa Tap MPR Nomor

VI/MPR/2000 tentang pemisahan tentara nasional Indonesia dengan kepolisian

republik Indonesia dan Tap MPR Nomor VII/MPR/2000 tentang peran Tentara

Nasional Indonesia dan peran Kepolisian Republik Indonesia.

Secara yuridis pemisahan antara POLRI dengan ABRI, bahwa telah terjadi

perubahan paradigma dalam sistem ketatanegaraan yang menegaskan pemisahan

kelembagaan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik

Indonesia sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing, dengan diubahnya

Undang-Undang Nomor 28 tahun 1997 menjadi undang-undang Nomor 2 tahun

Page 72: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

58

2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 28

Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dianggap sudah tidak

relevan dengan perkembangan zaman, dan perlu diganti untuk disesuaikan dengan

pertumbuhan dan perkembangan hukum serta ketatanegaraan Republik Indonesia.

Begitu banyaknya tugas serta fungsi lembaga Kepolisian maka secara garis

besar tugas lembaga Kepolisian adalah pelayanan kepada masyarakat, karena

tugasnya yang begitu besar maka lembaga Kepolisian pun harus menjadi institusi

yang mandiri, tidak boleh berada dibawah kementerian ataupun lembaga lainya

agar terhindar dari intervensi. Oleh karena itu, penulis tidak setuju apabila ada

wacana bahwa lembaga Kepolisian ingin diubah kedudukanya semula dibawah

presiden lalu diubah menjadi dibawah kementeria

B. Peran Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan Kepala Kepolisian

Republik Indonesia

Peran dewan perwakilan rakyat dalam hal pengangkatan kepala kepolisian

republik Indonesia termaktub didalam undang undang no 2 tahun 2002 tentang

kepolisian pada pasal 11 yang berbunyi “Kapolri diangkat dan diberhentikan oleh

presiden dengan persetujuan dewan perwakilan rakyat”.

Didalam isi ayat tersebut berisi frasa atas persetujuan dewan perwakilan

rakyat, penulis tidak setuju adanya frasa tersebut karena sejauh pengetahuan

penulis bahwa Negara indonesia menganut sistem presidensial yang seharusnya

pengangkatan calon kepala kepolisian republik Indonesia menjadi hak prerogratif

Presiden tanpa pengaruh dewan perwakilan rakyat. Lembaga kepolisian

Page 73: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

59

merupakan lembaga yang berada langsung dibawah presiden dan bertanggung

jawab kepada presiden.

Seperti yang dikemukan oleh Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim bahwa

dalam sistem pemerintahan presidensial, kedudukan eksekutif tidak bergantung

pada badan perwakilan rakyat. Adapun dasar hukum dari kekuasaan eksekutif

dikembalikan kepada pemilihan rakyat.13

Artinya dalam sistem pemerintahan

presidensial kedudukan Presiden tidak dipengaruhi oleh dukungan parlemen atau

badan perwakilan. Sehingga aturan mengenai pengangkatan kepala kepolisian

republik Indonesia cukup presiden saja tanpa melalui persetujuan dewan

perwakilan rakyat.

Aturan mengenai pengangkatan dan pemberhentian Kapolri dan Panglima

TNI telah diujikan ke Mahkamah Konstitusi Dalam sidang Mahkamah Konstitusi

Perkara dengan Nomor 22/PUU-XIII/2015 diajukan oleh denny indrayana dkk,

Heru Widodo selaku kuasa hukum dari pemohon berpendapat,

“Bahwa seharusnya Yang Mulia, konsisten dengan sistem presidensial itu,

Presiden diberikan hak prerogratif untuk mengangkat dan memberhentikan

personil pemerintahannya, tanpa harus mendapatkan persetujuan dari

cabang kekuasaan lainnya, atau dalam uji meteriil ini adalah persetujuan

DPR,” papar Heru, yang menjadi juru bicara kuasa hukum Pemohon. Lebih

lanjut Heru menyatakan bahwa adanya pembatasan terhadap hak

prerogratif Presiden bertentangan dengan sistem presidensial. Jika

terdapat pembatasan, maka harus diatur di dalam UUD 1945. Maka

pembatasan itu hanya dapat dilakukan jika secara tegas diatur di dalam

Undang-Undang Dasar 1945,”14

13

Kusnardi, Moh, Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, hlm 176

14

“Keterlibatan DPR Dalam Pengangkatan dan Pemberhentian Kapolri dan Panglima

TNI Dianggap Membatasi Hak Prerogratif Presiden. Artikel diakses pada tanggal 17-05-2015

pukul 14:00 WIB

http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=web.Berita&id=10585#.VhGdTMiqpHw

Page 74: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

60

Penulis setuju bahwa dalam menjalankan sistem suatu pemerintahan harus

konsisten, karena sistem pemerintahan di Indonesia menganut sistem presidensial

yang tertuang didalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 4 ayat 1 yang berisi15

“Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut

Undang-Undang Dasar” oleh karena itu Presiden selaku pemegang kekuasaan

berhak memilih dan mengangkat jajaran pemerintahanya yaitu menteri, duta

konsul, panglima Tentara Nasional Indonesia, Kepala Kepolsian Republik

Indonesia, tanpa persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

Sehingga seharusnya, istilah “mendapatkan persetujuan DPR” dalam proses

pengisian Kepala Kepolisian Republik Indonesia tidaklah tepat karena Negara

Indonesia menganut sistem presidensiil Berikut tabel perbandingan perekrutan

pejabat negara yang melibatkan DPR:

Perbandingan Wewenang DPR dalam Proses Pengisian Suatu Jabatan

Negara

Jabatan

Wewenang

DPR

Dasar Yuridis

Undang-

Undang

Dasar 1945

Undang-Undang

Hakim

Agung

Memberikan

persetujuan

atau

pemilihan

Pasal 24A

ayat (3)

Pasal 8 ayat (2), (3), dan (4) UU No.

3 Tahun 2009 tentang Perubahan

Kedua Atas UU No. 14 Tahun 1985

tentang Mahkamah Agung,

Pasal 17 huruf p UU No. 27 Tahun

2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan

15

Undang-Undang Dasar 1945

Page 75: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

61

DPRD.

Pasal 13 huruf a UU No. 18 Tahun

2011 tentang Perubahan Atas UU

No. 22 Tahun 2004 tentang Komisi

Yudisial

Hakim

Konstitus

i

Melakukan

pemilihan

Pasal 24C

ayat (3)

Pasal 71 huruf q UU No. 27 Tahun

2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan

DPRD.

Pasal 18 UU No. 8 Tahun 2011

tentang Perubahan Atas UU No. 24

Tahun 2003 tentang Mahkamah

Konstitusi

Anggota

BPK

Melakukan

pemilihan

Pasal 23F

ayat (1)

Pasal 4 UU No. 15 Tahun 2006

tentang Badan Pemeriksa Keuangan

Pasal 71 huruf m UU No. 27 Tahun

2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan

DPRD.

Komisi

Yudisial

Memberikan

persetujuan

Pasal 24B

ayat (3)

Pasal 71 huruf o UU No. 27 Tahun

2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan

DPRD.

Duta

Besar

Memberikan

pertimbangan

Pasal 13 ayat

(2)

Pasal 71 huruf l UU No. 27 Tahun

2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan

DPRD.

Kapolri

Memberikan

persetujuan

Tidak diatur

Pasal 11 ayat (1) UU No. 2 Tahun

2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia

Panglima

TNI

Memberikan

persetujuan

Tidak diatur

Pasal 13 ayat (2) UU No. 34 Tahun

2004 tentang Tentara Nasional

Indonesia

Pasal 41 ayat (1) UU No. 3 Tahun

Page 76: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

62

Gubernur

BI

Memberikan

persetujuan

Tidak diatur 2004 tentang Perubahan Atas UU

No. 23 Tahun 2009 tentang Bank

Indonesia

Anggota

KPU

Melakukan

pemilihan

Tidak diatur

Pasal 15 UU No. 15 Tahun 2011

tentang Penyelenggaraan pemilihan

umum

Pimpinan

KPK

Melakukan

pemilihan

Tidak diatur

Pasal 30 ayat (1) UU No. 30 Tahun

2002 tentang Komisi

Pemberantasan Korupsi

Anggota

Komnas

Ham

Melakukan

pemilihan

Tidak diatur

Pasal 83 UU No. 39 Tahun 1999

tentang Hak Asasi Manusia

Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa ada tiga jenis metode pengisian

jabatan negara oleh DPR berdasarkan wewenang atribusi, yakni yang diberikan

oleh peraturan perundang-undangan. Ketiganya ialah memberikan persetujuan,

melakukan pemilihan, dan memberikan pertimbangan. DPR memberikan

persetujuan untuk pengisian jabatan Anggota Komisi Yudisial, Kapolri, Panglima

TNI, dan Gubernur BI. Sementara itu, pemilihan dilakukan oleh DPR dalam

proses pengisian jabatan Hakim Konstitusi, Anggota BPK, Anggota KPU,

Pimpinan KPK, dan Anggota Komnas HAM. Adapun dalam pengangkatan Duta

Besar, DPR hanya memberikan pertimbangan kepada Presiden.16

Kalaupun membutuhkan peran Dewan Perwakilan Rakyat dalam proses

pengangkatan Kepala Kepolisian Republik Indonesia itu sebaiknya hanya sebatas

16

Muhammad ridwan saleh, “Tinjauan Yuridis Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat

Dalam Proses Pengisian Jabatan Hakim Agung Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945”. (Skripsi S1 Fakultas Hukum,Universitas Hasanuddin Makassar

2014) h.86-88

Page 77: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

63

memberikan pertimbangan saja, karena dalam suatu pemerintahan yang baik

dikenal dengan sistem check and balance. Indonesia menganut sistem presidensial

juga mengenal adanya sistem check and balance karena seyogyanya keterlibatan

lembaga lain dalam bentuk mengawasi itu diperlukan untuk menciptakan roda

pemerintahan yang bersinergi dan dapat menjalankan tugas serta fungsinya lebik

baik. Disisi lain Harjono berpendapat sebagai ahli tata negara yang dihadirkan

Denny Indrayana dkk dalam sidang Mahkamah konstitusi. Menyampaikan

pendapatnya. Menurutnya,17

“Pengangkatan Kapolri dan Panglima TNI merupakan kewenangan

Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan dan kepala negara.

Lebih lanjut Harjono mengatakan bahwa tidak tepat ketika menganggap

keterlibatan DPR dalam pengangkatan Kapolri dan Panglima TNI sebagai

checks and balances. Hal ini dikarenakan checks and balances antara

lembaga negara tempatnya di konstitusi dan menjadi kewenangan MPR,

bukan merupakan kewenangan pembentuk undang-undang”.

Untuk itu, Harjono berpendapat bahwa penunjukan Kapolri dan Panglima

TNI adalah kewenangan tunggal Presiden,

“Sehingga apabila pembentuk undang-undang ingin mengatur keterlibatan

DPR dalam pemilihan Kapolri dan Panglima TNI, maka hak yang dapat

diberikan oleh undang-undang adalah hak untuk memberikan

pertimbangan, Apabila ketentuan undang-undang akan mengatur

keterlibatan DPR dalam pemilihan Kapolri, hak yang dapat diberikan oleh

undang-undang maksimal adalah hak untuk memberikan pertimbangan

saja dan bukan persetujuan,”18

Khususnya dalam bingkai demokrasi yang dijalani bangsa saat ini, sangat

sulit untuk dapat menjalankan sistem presidensial secara murni karena terkait

17

Ahli: DPR Cukup Memberi Pertimbangan Calon Kapolri dan Panglima TNI, artikel

diakses pada tanggal 27-04-2015 pukul 04:56 WIB dari

http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=web.Berita&id=10763#.VhGgG8iqpHw

18

ibid

Page 78: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

64

mental bangsa Indonesia serta pola pikir masyarakat yang begitu majemuk. Disisi

lain pemerintah harus dapat diawasi dalam setiap keputusanya. Saldi Isra selaku

pakar hukum tata negara Universitas Andalas berpendapat dalam keteranganya

sebagai saksi ahli yang dihadirkan oleh Denny Indrayana dkk dalam sidang

Mahkamah Konstitusi,

“…hampir semua proses pengangkatan jabatan publik melibatkan DPR,

seperti proses pengangkatan hakim agung, hakim konstitusi, komisioner

KY-KPK, BPK. Karena itu, dia mengusulkan agar peran DPR cukup

memberikan “pertimbangan” dalam proses pengangkatan Kapolri dan

Panglima yang diusulkan presiden”

Lanjut, beliau berpendapat lagi bahwa

“posisi Kapolri dan Panglima agak berbeda dengan menteri, sehingga

proses pengangkatan Kapolri dan Panglima TNI tetap dibutuhkan

keterlibatan DPR untuk mengecek otoritas presiden. Kalaupun nantinya

persetujuan DPR dihapus sama sekali dikhawatirkan presiden mengajukan

calon Kapolri atau Panglima TNI yang bermasalah dan potensial kedua

lembaga saling menyandera.19

Keterlibatan Dewan Perwakilan Rakyat untuk mengecek otoritas presiden

memang diperlukan, karena negara indonesia menganut sistem check and balance

yaitu saling mengawasi antar lembaga negara. Dalam hal pengangkatan calon

Kepala Kepolisian Republik Indonesia. Senada dengan pendapat dari Saldi Isra

bahwa Dewan Perwakilan Rakyat cukup memberi pertimbangan saja tidak perlu

atas persetujuan, karena didalam pertimbangan tersebut Dewan Perwakilan

Rakyat dapat memberikan catatan-catatan khusus tentang calon yang diusulkan

presiden sehingga menjadi bahan pertimbangan. Apabila anggota Dewan

19

Ahli: Keterlibatan DPR Dibutuhkan Dalam Pengangkatan Kapolri Tetapi, hanya

memberikan pertimbangan, bukan persetujuan., diakses pada tanggal 10-08-2015 pukul 09:00 dari

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt552e73bee0622/ahli--keterlibatan-dpr-dibutuhkan-

dalam-pengangkatan-kapolri

Page 79: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

65

Perwakilan Rakyat melihat ada catatan buruk terhadap calon kepala kepolisian

tersebut maka presiden pun dapat mencari calon lain yang kriteria serta track

record nya lebih baik. Saldi Isra berpendapat lagi bahwa:

“…kalaupun ada catatan-catatan keberatan dari DPR seharusnya dimaknai

ada penolakan. Lalu, presiden bisa mencari dan mengusulkan calon lain

demi mengatasi pola hubungan presiden dan DPR agar lebih baik. “Kalau

‘persetujuan’ kata putusnya ada pada DPR yang sering ‘dibumbui’

kepentingan politik, tetapi kalau ‘pertimbangan’ ini kan ada modal relasi

positif menjaga hubungan kedua lembaga,”20

Harjono berpendapat “:…Terlebih, dalam praktiknya “persetujuan” DPR

dalam proses pengangkatan Kapolri dan Panglima TNI ini rentan

dipolitisasi. Meski begitu, apabila persetujuan diubah menjadi

pertimbangan DPR pun dia sepakat. Sebab, persoalan politik presiden dan

DPR mengenai proses pengangkatan Kapolri dan Panglima TNI belum ada

norma ketatanegaran yang mengaturnya secara jelas”

.

Penulis tidak menampik memang kepentingan politik itu ada, akibatnya

Kekuasaan itu tidak bekerja karena tidak mampu melaksanakan apa yang

dikatakan, merealisasikan apa yang dijanjikan atau mencapai apa yang telah

direncanakan, yang terjadi hanyalah krisis kekuasaan dan dapat terjadi krisis

kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah. Krisis kekuasaan dapat

terjadi karena kekuasaan yang ada tak mampu menunjukan legitimasinya yaitu

kapasitas dalam menjalankan fungsinya sesuai harapan rakyat. Presiden Jokowi

sebagai pemegang kekuasaaan tertinggi negara sejauh pengamatan penulis belum

mampu menunjukan kapasitasnya sebagai kepala negara dalam hal ini

pengangkatan calon kepala kepolisian yang berjalan alot dan sarat akan

kepentingan.

Presiden Jokowi masih mudah terpengaruh oleh tekanan politik, ibarat

“Kekuasaan tanpa kuasa” tentu sebuah ironi. Bagaikan sebuah kata tapi tidak

20

ibid

Page 80: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

66

bermakna atau konsep tanpa realitas. Namun justru “ironi kekuasaan” itu yang

kini dialami yaitu ketika rezim kekuasaan tak mampu menunjukan kekuatanya

dalam memecahkan persoalan yang ada hanya ketidakberdayaanya dalam

menghadapi berbagai macam tekanan: Sosial, politik, ekonomi dan hukum, salah

satu penyebab ironi kekuasaan karena kentalnya pertarungan kepentingan didalam

tubuh pemerintahan itu sendiri dan kemudian terabaikanya lah kepentingan

bangsa yang lebih besar.21

Kekuasaan tidak bekerja ketika ia tidak mampu mengarahkan elemen bangsa

menuju perbaikan atau perubahan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk

mendapatkan apa yang diinginkan untuk mencapai sebuah tujuan secara

singkatnya yaitu kemampuan melakukan perubahan. Kekuasaan juga kemampuan

untuk mengawasi, mengecek, mengendalikan, menciptakan kepatuhan, membuat

ketegasan, serta menciptakan kepatuhan. Nyatanya semua kemampuan tersebut

belum mampu ditunjukan secara maksimal oleh Presiden Jokowi sebagai Kepala

Negara, ”revolusi mental” merupakan sebuah konsep yang dicanangkan oleh

Presiden Jokowi untuk perubahan mental bangsa, sampai saat ini belum mampu

terealisasikan secara nyata untuk perubahan bangsa yang lebih baik, jokowi juga

pernah berjanji bahwa beliau sangat mendukung penegakan Hak Asasi Manusia

dan pemberantasan korupsi.

Beberapa waktu lalu terjadi polemik dalam hal pengangkatan Kepala

Kepolisian Republik Indonesia yaitu pada pencalonan Komjen Budi Gunawan

yang menuai berbagai macam kontroversi, berawal pada tanggal 10 Januari 2015

21

Yasraf amir pilliang, 2015 “kekuasaan tanpa kuasa”. Kompas, 7 september 2015

Page 81: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

67

dari Sembilan nama yang diajukan, Presiden Joko Widodo memilih Budi

Gunawan sebagai kandidat tunggal Kapolri menggantikan Sutarman. Keputusan

Jokowi mengundang kritik karena keterkaitan Budi dengan kasus rekening gendut

pejabat Polri serta pengaruh Megawati Sukarnoputri, karena Budi Gunawan

pernah menjadi ajudan Megawati saat ia menjadi presiden, terlihat keputusan

jokowi tidak lepas dari pengaruh Megawati selaku ketua umum dari partai

pengusungnya, tanggal 13 Januari 2015 Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

mengumumkan Budi Gunawan sebagai tersangka korupsi saat ia menjabat Kepala

Biro Pembinaan Karier Deputi Sumber Daya Manusia Polri periode 2003-2006

dan jabatan lainnya di kepolisian.

Pada tanggal 14 dan 15 Januari 2015 Budi Gunawan dinyatakan lulus uji

kelayakan dan kepatutan oleh Komisi III DPR, Rapat paripurna Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR) menetapkan Komisaris Jenderal Komjen Budi

Gunawan sebagai calon kapolri menggantikan Jenderal Sutarman, Keputusan

sidang paripurna itu didukung oleh delapan fraksi yaitu PDI-P, Golkar, Gerindra,

PKS, PKB, Nasdem, Hanura, dan PPP. Sementara Fraksi Demokrat dan PAN

meminta DPR menunda persetujuan dengan sejumlah pertimbangan, antara lain

adanya penetapan tersangka Budi Gunawan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK), tanggal 19 Januari 2015 Budi Gunawan mendaftarkan gugatan pra

peradilan terkait penetapan tersangka atas dirinya oleh KPK ke Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan. Pada hari yang sama, Presiden Joko Widodo menyatakan

sikapnya terkait konflik ini. Namun pernyataan Jokowi disambut kekecewaan oleh

sebagian publik karena dianggap tidak menyelesaikan masalah.

Page 82: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

68

Penulis sangat menyayangkan atas sikap Presiden Jokowi yang seharusnya

bertindak secara tegas, pada tanggal 25 januari 2015 presiden membentuk tim

sembilan untuk dapat meredakan ketegangan antara KPK dan POLRI, tanggal 28

januari 2015 Tim sembilan mengusulkan kepada Presiden Jokowi untuk mencabut

pencalonan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai Kapolri karena Budi sudah

ditetapkan KPK sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi.

Melantik pejabat negara yang berstatus tersangka merupakan pelanggaran,

jika dibiarkan terjadi, maka yang ada akan terjadi chaos di masyarakat. Walaupun

presiden memiliki hak prerogatif, tetapi hal tersebut memiliki batasan-batasan.

Apabila terjadi Pengangkatan Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri, Presiden

Jokowi akan mencoreng sejarah Indonesia karena pertama kalinya presiden

Indonesia mengangkat seorang tersangka sebagai Kapolri, jika presiden tetap

memaksakan mengangkat Kapolri dengan status tersangka maka diyakini tidak

akan mendapatkan kepercayaan rakyat apalagi Polri juga dituntut untuk secara

aktif menegakan hukum termasuk pemberantasan korupsi,

Selanjutnya menurut ketua tim sembilan, Jimly Asshidiqie kepada nuraki

aziz dari BBC indonesia "Kita harapkan tidak dilantik dan kemudian diajukan

calon baru. Alasannya karena dia telah berstatus tersangka sehingga bukan

hanya rule of law tetapi juga rule of ethics yang harus dijadikan pegangan, "22

Rule of ethics memang sangat diperlukan disamping rule of law karena penilaian

publik itu sangat menentukan, apabila seseorang dinilai sudah buruk oleh

masyarakat maka sebaiknya untuk tidak dipaksakan pelantikanya karena satu dan

22

Wawancara dengan jimly asshidiqie oleh nuraki aziz dari BBC indonesia diakses pada

tanggal 10-08-2015 dari

http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/02/150216_kronologi_bg_kpk

Page 83: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

69

lain hal, jika tetap dipaksakan maka yang ada nantinya masyarakat akan krisis

kepercayaan terhadap pemerintah.

Tim bentukan presiden tersebut memberikan usulannya untuk mendesak

Presiden Jokowi agar segera bertindak agar keadaan negara tidak terombang-

ambing. Terlihat contoh kasus diatas pada situasi tersebut terjadilah kekosongan

pada pucuk pimpinan lembaga Kepolisian padahal seharusnya sebagai lembaga

tinggi Negara dalam tugasnya yang vital jangan sampai ada kekosongan, oleh

sebab itu penulis mengutarakan bahwa pengangkatan calon Kepala Kepolisian

Republik Indonesia “atas persetujuan” Dewan Perwakilan Rakyat dinilai tidak

tepat, lebih baik diganti dengan “atas pertimbangan” agar sistem check and

balance pada fungsinya. Karena sesuai dengan Surah Al-Quran :

Surat an- Nisa ayat 58

يأمركم أن تؤدوا المانات إلى أهلها وإذا حكمتم بين الناس أن تحكموا ب ا إن للا م ن إن للا ال

كان سميا بصيرا ظكم به إن للا ي

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang

berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di

antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya

Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya

Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat”

Didalam surah annisa ayat 58 pun telah dijelaskan bahwa apabila

menetapkan hukum diantara manusia, harus menetapkannya secara adil. Maka

dari itu DPR selaku pembuat undang-undang harus menetapkan aturan secara adil,

disisi lain presiden pun harus bertindak secara adil dengan memperhatikan

manfaat bagi masyarakat serta kemaslahatan khalayak ramai, dalam memutuskan

sesuatu. Lembaga tinggi Negara dalam hal ini lembaga legislatif yaitu DPR dan

lembaga eksekutif yaitu Presiden harus menjalankan amanat rakyat dengan

Page 84: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

70

sebaik-baiknya, Allah berfirman bahwa janganlah menghkianati amanat yang

telah dipercayakan kepadamu (wakil rakyat).

C. Dampak Adanya Peran Dewan Perwakilan Rakyat dalam Hal Pengangkatan

Kepala Kepolisian Republik Indonesia

Peran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam pengangkatan Kepala

Kepolisian Republik Indonesia sebagai lembaga yang mewakili suara rakyat

menurut penulis memiliki dampak negatif apabila Negara ini tetap berpedoman

pada pasal 11 Undang-Undang nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian yang

menyatakan bahwa “Kapolri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan

persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat”

Apabila masih berpedoman pada pasal diatas yaitu pengangkatan Kepala

Kepolisian Republik Indonesia (KAPOLRI) “dengan persetujuan” Dewan

Perwakilan Rakyat maka yang terjadi adalah :

1. Pergeseran kekuasaan presiden sebagai kepala Negara dan kepala

pemerintahan dalam sistem presidensil

Presiden adalah penyelenggara pemerintahan yang bertanggung jawab,

selain berbagai wewenang konstitusional yang bersifat prerogatif dan

biasanya melekat pada jabatan kepala negara (head of state).23

Dalam sistem

presidensil dikenal dengan adanya hak prerogratif presiden yaitu hak yang

dimiliki presiden dalam hal mengangkat jajaran pemerintahanya tanpa

intervensi dari lembaga lain, dalam hal pengangkatan Kepala Kepolisian

Republik Indonesia. Ada pergeseran kekuasaan presiden dalam

menggunakan hak prerogratifnya karena dibatasi oleh Dewan Perwakilan

Rakyat. Presiden Selaku Kepala Negara sulit untuk memutuskan pilihan

23

Bagir Manan, Lembaga Kepresidenan, h. 48-49

Page 85: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

71

karena harus melewati Dewan Perwakilan Rakyat dulu yang banyak

diwarnai kepentingan politik.

Dilihat dari kasus Komjen Budi Gunawan bahwa presiden merasa

kesulitan untuk segera menentukan pilihanya antara mengangkat komjen

budi gunawan atau tidak, secara undang-undang memang harusnya presiden

segera mengangkat komjen budi gunawan karena telah disetujui oleh Dewan

Perwakilan Rakyat, tetapi secara moril presiden akan ditanyakan

integritasnya oleh masyarakat luas karena mengangkat calon kapolri yang

bermasalah dan dapat menjadi masalah yang lebih serius lagi apabila

presiden mengangkat komjen budi gunawan, karena baru dalam sejarah

indonesia presiden mengangkat tersangka korupsi menjadi Kepala

Kepolisian Republik Indonesia, dan ini sangat berdampak bagi roda

pemerintahan presiden Jokowi

2. Presiden bukanlah pemegang otoritas tunggal dalam memilih Kepala

Kepolisian Republik Indonesia

Secara tidak langsung Pembatasan yang dilakukan oleh Dewan

Pewakilan Rakyat dengan ikut memilih Kepala Kepolisian Republik

Indonesia telah mereduksi hak prerogratif Presiden, dengan begitu jelas

bahwa Dewan Perwakilan Rakyat telah melampaui kewenanganya. Karena

presiden berhak memilih dan mengangkat jajaran pemerintahanya berlaku

atas sistem presidensil

3. Sistem Presidensil tidak berjalan secara konsisten

Dipilihnya Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat

serta kedudukan Presiden yang tidak dapat dijatuhkan oleh Majelis

Permusyawaratan Rakyat kecuali seperti diatur dalam pasal 7A Undang-

Undang Dasar 1945, menghilangkan segi-segi parlementer dalam sistem

pemerintahan Indonesia. Seperti yang dikatakan oleh Bagir Manan bahwa:

“….sistem (pemerintahan) Indonesia secara hakiki adalah sistem

presidensiil bukan dimaksudkan sebagai suatu bentuk campuran. Karena

Page 86: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

72

di masa depan Presiden di satu pihak dipilih langsung, dan di pihak lain

tidak bertanggung jawab kepada MPR, maka sistem presidensil menjadi

lebih murni (tidak ada lagi unsur campuran)”

Sistem pemerintahan presidensial dapat dikatakan sebagai subsistem

pemerintahan republik, karena hanya dijalankan dalam negara yang

berbentuk republik salah satu Negara itu adalah Negara Indonesia.24

Ciri-ciri

model sistem presidensial Amerika Serikat yang disebut sebagai

pencerminan sistem pemerintahan presidensial murni, menurut Bagir Manan

bahwa “ Presiden adalah pemegang kekuasaan eksekutif tunggal”.25

Karena

lembaga Kepolisian merupakan bagian dari eksekutif maka presiden selaku

pemegang eksekutif tunggal berhak memilih dan mengangkat Kepala

Kepolisian Republik Indonesia tanpa melalui persetujuan Dewan Perwakilan

Rakyat.

Negara Indonesia sistem pemerintahanya menganut sistem presidensil tetapi

tidak dijalankan secara konsisten. karena hak prerogratif presiden terbatasi oleh

Dewan Perwakilan Rakyat. Menurut penulis Negara Indonesia menganut sistem

yang disebut dengan presidensil tidak murni karena Dewan Perwakilan Rakyat

hampir setiap proses pengangkatan jabatan publik melibatkan peran Dewan

Perwakilan Rakyat. Dewan Perwakilan Rakyat dalam ketatanegaraan menjalankan

fungsi pengawasan terhadap presiden yang terdapat pada pasal 11 uu no 2 tahun

2002 dengan cara ikut menyetujui pengangkatan kapolri, menurut penulis

kewenangan Dewan Perwakilan Rakyat dalam hal pengangkatan Kepala

Kepolisian Republik Indonesia memang telah membatasi hak prerogratif presiden.

24

Ibid h.14-16.

25

Ibid h. 48-49

Page 87: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

73

pembatasan itu ada baiknya dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat untuk

mengawasi presiden sebagai bentuk relasi positif menjalankan sistem check and

balance tetapi cukup dengan memberi pertimbangan saja.

Page 88: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah uraian yang telah dijelaskan pada Bab 1 sampai Bab 4 dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Landasan filosofis terbentuknya uu no 2 tahun 2002 atas dasar bahwa

keamanan dalam negeri merupakan syarat utama pendukung terwujudnya

masyarakat madani yang adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

Landasan sosiologisnya adalah bahwa pemeliharaan keamanan dalam negeri

melalui upaya penyelenggaraan fungsi kepolisian yang meliputi:

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat penegakan hukum,

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dilakukan

oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku alat negara yang dibantu

oleh masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, landasan

yuridis bahwa Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia sudah tidak memadai dan perlu diganti untuk

disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan hukum serta

ketatanegaraan Republik Indonesia.

2. Peran Dewan Perwakilan Rakyat dalam hal pengangkatan Kepala

Kepolisian Republik Indonesia terdapat didalam uu no 2 tahun 2002 tentang

Page 89: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

75

kepolisian yaitu pasal 11 yang berisi bahwa “Kapolri diangkat dan

diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat”.

3. Dampak adanya peran Dewan Perwakilan Rakyat dalam hal pengangkatan

Kepala Kepolisian Republik Indonesia yaitu :

a. Pergeseran kekuasaan presiden sebagai kepala Negara dan kepala

pemerintahan dalam sistem presidensil

b. Presiden bukanlah pemegang otoritas tunggal dalam memilih Kepala

Kepolisian Republik Indonesia

c. Sistem Presidensil tidak berjalan secara konsisten

B. Saran

1. Pelaksanaan sistem presidensial secara konsisten dalam hak prerogratif

presiden itu dapat dilakukan dengan cara merubah isi kewenangan Dewan

Perwakilan Rakyat yang terdapat didalam undang-undang no 2 tahun 2002

tentang kepolisian pasal 11 oleh Mahkamah Konstitusi, yang berisi

kewenangan Dewan Perwakilan Rakyat dari memberikan persetujuan diubah

menjadi memberikan pertimbangan.

2. Presiden selaku kepala Negara harus dapat bertindak tegas agar tidak terjadi

lagi kekosongan pada pucuk pimpinan polri, karena lembaga polri merupakan

salah satu lembaga yang vital peranya dimasyarakat.

3. Presiden harus bertindak cepat dengan memperhatikan suara rakyat agar roda

pemerintahan dapat berjalan sesuai dengan program-program serta janji

pemerintah untuk dapat mensejahterakan masyarakat.

Page 90: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

76

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Blombergen Marieke. Polisi Zaman Hindia Belanda. Dari kepedulian dan

ketakutan. Jakarta: Kompas, 2011.

Djamin Awlloedin. Sejarah Perkembangan Kepolisian Di Indonesia di Zaman

Kuno Sampai Sekarang. Jakarta: Yayasan Brata Bhakti Polri, 2007.

Gunawan Markus, dkk. Buku pintar calon anggota dan anggota Polri.

Jakarta:Visimedia, 2009.

Hamidi Jazim, dkk. Teori Hukum Tata Negara. Jakarta: Salemba Humanika,

2012.

H.R. Ridwan. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: PT Raja Gravindo, 2007.

Ismail Chairuddin, Polisi Sipil dan Paradigma Polri, Jakarta, P.T. Merlyn Press,

Cet.Pertama, 2009.

Kusnardi Moh, dkk. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Sinar Bakti, 1988.

---------------------------. Susunan Pembagian Kekuasaan Menurut Undang-

Undang Dasar 1945. Jakarta:PT Gramedia, 1989.

Mahmud Marzuki Peter. Penelitian Hukum. Surabaya: Kencana, 2010.

Mahfud moh MD. Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, Cetakan

Kedua, Edisi Revisi, Jakarta: Rineka cipta, 2001.

__________. Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi. Yogjakarta:PT Gama Media,

1999.

__________, Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia. Yogjakarta: PT Gama

Media, 1999.

Manan Bagir. Lembaga Kepresidenan. Yogyakarta: GamaMedia-Pusat Studi

Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, 1999.

Mr. R. Tresna. Praperadilan di Indonesia dari abad ke abad. Jakarta: W.

Versluys N.V, 1957.

Poerwadarminta WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Universitas Michigan:

Balai Pustaka, 1961.

Page 91: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

77

Purbopranoto Kuntjoro. Sedikit Tentang Sistem Pemerintahan Demokrasi.

Jakarta-Bandung.PT Eresco, 1978.

Rahardjo Satjipto, Membedah Hukum Progresif, Jakarta: Penerbit Buku Kompas,

2007.

__________, Biarkan Hukum Mengalir: Catatan Kritis tentang Pergulatan

Manusia dan Hukum, Jakarta, Penerbit Buku Kompas, 2007.

R Bintan Saragih. Lembaga perwakilan dan pemilihan umum di Indonesia.

Jakarta:Gaya Media Pratama, 1988.

Rhona K.M Smith, at.al.---, Hukum Hak Asasi Manusia, Yogyakarta:PUSHAM

UII, 2008

Sadjijono, Etika profesi hukum, cet I Jakarta: Laksbang Mediatama, 2008.

Sidharta B Arief. Kajian Kefilsafatan Tentang Negera Hukum. Jurnal Hukum.

Jakarta: Pusat Studi Hukum dan Hak Asasi Manusia, 2008.

Sitompul DPM, Hukum kepolisian Indonesia, Bandung:Tarsito, 1985.

Soekanto Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum Indonesia. Jakarta: UI Press,

1986

S Bibit Rianto. Reformasi Polri Suatu Pemikiran ke Arah Kemandirian Dalam

Rangka Menegakkan Supremasi Hukum. Jakarta: Ghalia, 1999.

Tahir M Azhary. Negara Hukum: Suatu Studi Tentang Prinsip-Prinsipnya

Dilihat dari Segi Hukum Islam, Implementasinya pada Periode Negara

Madinah dan Masa Kini. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2007.

Tutik Triwulan Titik, Eksistensi, Kedudukan dan Wewenang Komisi Yudisial

Sebagai Lembaga Negara dalam Sistem Ketatanegaraan Republik

Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007.

__________. kontruksi hukum tata negara indonesia pasca amandemen UUD

1945. Jakarta:PT Kencana, 2011

Von Schmid S.J. Pemikiran Tentang Negara dan Hukum. Jakarta: Pembangunan,

2004.

Wik Djatmika, Etika Kepolisian ( dalam komunitas spesifik Polri ) , Jurnal Studi

Kepolisian, STIK-PTIK, Edisi 075

Page 92: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

78

JURNAL

Fadlil Ahmad Sumaidi, dkk. Independesi Mahkamah Konstitusi. Jakarta:

Konstitusi Press, 2011.

Gaffar Janedri M. Demokrasi Konstitusional Praktik Ketatanegaraan Indonesia

Setelah Perubahan UUD 1945. Jakarta: Konstitusi Press, 2012.

Mabes Polri. Derap Langkah Polri di Tengah Dinamika Bangsa. Jakarta: Mabes

Polri, 2008.

M. Philipus Hadjon. Tentang Wewenang Pemerintahan (Bestuurbevoegdheid).

Pro Justitia Tahun XVI Nomor I, 1998

Mutyosudarmo Soewoto. Pembaharuan Ketatanegaraan Melalui Perubahan

Konstitusi,Assosiasi Pengajar HTN dan HAN Jawa Timur dan In-Trans,

Malang, 2004.

Purnama Eddy . Lembaga Perwakilan Rakyat. Aceh: Syiah Kuala University

Press, 2008.

Santoso Topo. Makalah Penulisan Proposal Penelitian Hukum Normatif. Depok:

Universitas Indonesia, 2005

Yasraf amir pilliang, “kekuasaan tanpa kuasa”. Kompas, edisi 7 september 2015

SKRIPSI

Ridwan muhammad saleh, “Tinjauan Yuridis Persetujuan Dewan Perwakilan

Rakyat Dalam Proses Pengisian Jabatan Hakim Agung Berdasarkan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”. Skripsi S1 Fakultas

Hukum,Universitas Hasanuddin Makassar, 2013.

WEBSITE

http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=web.Berita&id=10585#.

e6sshGqpHw diunduh pada tanggal 17-05-2015 pukul 14:00 WIB

http://www.tni.mil.id/pages-10-sejarah-tni.html. Diunduh pada hari sabtu tanggal

30 mei 2015 pada pukul 09:50

https://id.wikipedia.org/wiki/Prerogatif dilihat pada selasa 16 juni 2015, pkl 13.05

WIB

Page 93: Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30001/1/RIZKY... · metode penelitian pustaka yang bersifat yuridis normatif,

79

http://nasional.kompas.com/read/2015/02/03/17014131/Oegroseno.Sejarah.Penga

ngkatan.Kapolri.Diubah diakses pada tanggal rabu 29-07-2015 pada pukul 14:43

WIB

http://www.polri.go.id/tentang-sejarah.php diakses pada hari selasa 04-08-2015

pukul 14:27 WIB

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt552e73bee0622/ahli--keterlibatan-dpr-

dibutuhkan-dalam-pengangkatan-kapolri diakses pada tanggal 10-08-2015 pukul

09:00

http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/02/150216_kronologi_bg_k

pk diakses pada tanggal 10-08-2015 pukul 08:20 WIB

http://www.voaindonesia.com/content/sidang-paripurna-dpr-loloskan-budi-

gunawan-sebagai-kapolri/2599217.html diakses pada tanggal 10-08-2015 pukul

08:15 WIB

http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/02/150216_kronologi_bg_k

pk diakses pada tanggal 10-08-2015 pukul 08:20 WIB

PERUNDANG-UNDANGAN

Undang Undang Dasar 1945

Kep. DPR RI No. 08/DPR RI/I/2005 2006 Tentang Tata Tertib DPR RI

Keppres No 70 Tahun 2002 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian

Negara Republik Indonesia

Undang Undang No 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian

Perpres No 17 Tahun 2011 Tentang Komisi Kepolisian Nasional