bab 3 rizky

Upload: wingga-aditya-ramadhion

Post on 31-Oct-2015

89 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sadasd

TRANSCRIPT

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    1/35

    BAB III

    PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA

    3.1. Perhitungan Kemiringan dan Kedalaman Sungai

    3.1.1 Kemiringan Dasar Sungai Rerata

    Perhitungan kemiringan dasar sungai rerata perlu dilakukan, karena pada setiap

    penampang sungai mempunyai kemiringan yang berbeda.

    Adapun cara yang dilakukan untuk mencari kemiringan rerata tersebut yaitu :

    Gambar 3.1. Sketsa potongan memanjang sungai

    Rumus yang digunakan dalam perhitungan :

    1. Menghitung beda tinggi

    H = Elevasi (n) Elevasi terendah

    2. Slope = beda tinggi : jarak

    Tabel 3.1 Perhitungan Kemiringan Dasar Sungai Asli

    No Patok Jarak Elevasi Beda tinggi Slope

    1 P1 0,0 107,705 0,00 0,000

    2 P2 29,95 107,296 0,41 0,014

    3 P3 29,99 106,917 0,79 0,026

    4 P4 26,89 106,622 1,08 0,040

    5 P5 33,110 106,260 1,44 0,044

    119,94

    Jumlah 119,94 Rerata Slope 0,025

    L1

    P1

    L3L2

    P3P2 P4

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    2/35

    Jarak : jarak antar patok

    Elevasi : dari gambar

    Beda tinggi : selisih antara patok dengan patok awal/acuan

    Beda tinggi P1 dan P3 =107,705 106,917

    =0,788

    Slope : Beda tinggi dibagi dengan jarak antar patok

    Slope di P3 = 0,788 /29,99

    = 0,026

    3.1.2 Kedalaman Sungai Maksimum

    Debit sungai yang diperhitungkan untuk dimensi bendung adalah Q 25th. Untuk

    menghitung kedalaman sungai maksimum, rumus yang digunakan adalah :

    Q = A . V

    V = 1/n . R2/3 . s0,5

    dimana :

    Q = debit aliran (m3/dt)

    A = luas penampang basah saluran (m3)

    V = kecepatan aliran (m/dt)

    n = angka kekasaranManning

    R = jari-jari hidrolis (m)

    s = kemiringan saluran / slope

    Untuk penentuan lebar bendung diambil lebar rata-rata dari bagian sungai yang

    stabil. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penentuan lebar bendung ini,

    yaitu :

    1. Menentukan besar debit rencana, dalam hal ini dipakai Q50th = 45 m3/dt (ditentukan

    oleh asisten ).

    2. Mencoba-coba tinggi muka air (h) dengan Q50th, sehingga didapat luas penampang

    basah melalui pengukuran secara langsung pada potongan melintang penampang

    sungai per pias.

    3. Penentuan keliling basah (P), dengan mengukur secara langsung pada potongan

    melintang penampang sungai ( disini pada P2).

    4. Penentuan jari-jari hidrolis ( R ), serta kecepatan aliran (V) dan debit (Q).

    5. Setelah nilai h dan Q diketahui, maka dibuat lengkung debitnya. Dari sini akandiketahui nilai h pada Q50th = 45 m

    3/dt, dimana keadaan sungai di sini masih dalam

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    3/35

    keadaan asli. Dengan h yang diketahui tersebut akan kita dapatkan lebar muka air

    sungai (T). Lebar muka air inilah yang akan dijadikan sebagai lebar bendung.

    Hasil perhitungan selanjutnya ditabelkan

    Tabel 32.. Perhitungan Sungai Asli (P1)

    NO` Elevasi H (m) A (m2) P R T D

    (Dr

    Gambar)

    (Elev n- Elev n-

    0,5)

    (Dr

    Gambar)(Dr Gambar) (A/P)

    (Dr

    Gambar)

    0 107.705 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.000

    I 108.205 0.500 6.0027 32.603 0.1841 16.172 0.371

    II 108.705 1000 15.3995 42.8598 0.3593 21.101 0.730

    III 109.205 1.500 27.19475 53.7163 0.5063 26.276 1.035

    IV 109.705 2000 41.9343 66.575 0.6299 32.603 1.286

    V 110.205 2.500 59.8628 80.0547 0.7478 39.195 1.527

    VI 110.705 3000 81.15825 93.951 0.8638 46 1.764

    VII 110.995 3.2900 95.07795 102.1139 0.9311 50 1.902

    Sumber : Hasil perhitungan

    Elevasi : Dari Gambar H = 108,205 107,705

    = 0,5

    A : Dari Gambar P : Dari Gambar R = 6,0027 / 32,603

    = 0,1841 T = Dari Gambar D = 6,0027 / 8,615

    = 0,697

    Tabel 3.3. Perhitungan Sungai Asli (P2)

    No

    Elevasi H (m) A (m2) P R T D

    (Dr

    Gambar)(Elev n- Elev n-1)

    (Dr

    Gambar)(Dr Gambar) (A/P)

    (Dr

    Gambar)

    0 107.296 0.000 0.0000 0.0000 0.0000 0.000 0.000

    I 107.796 0.500 2.2933 15.0170 0.1527 7.350 0.312

    II 108.296 1.000 7.2083 25.7472 0.2800 12.642 0.570

    III 108.796 1.500 15.1819 40.2483 0.3772 19.638 0.773

    IV 109.296 2.000 26.8228 54.9204 0.4884 26.838 0.999

    V 109.796 2.500 41.9675 68.7693 0.6103 33.734 1.244

    VI 110.296 3.000 60.6115 83.6118 0.7249 40.877 1.483

    VII 110.727 3.431 79.6549 96.8627 0.8223 47.416 1.680

    Keterangan:

    Nilai n untuk medium sand = 0,025

    Slope yang digunakan = 0,025

    Jadi untuk Q50 = 45 m3/dt, didapat h = 0,952m

    Dengan h = 3,134 dari gambar didapatkan b = 49,378 m (Berdasarkan gambar 3.11)

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    4/35

    Tabel 3.4 Kondisi Hidrolis Sungai

    No A (m2) V Q Fr Keterangan

    (Dr Gambar) (1/n*R2/3*S1/2) (V*A) Aliran

    0 0 0 0 0 0

    I 6.0027 2.0373 12.22940.919

    9 sub kritis

    II 15.3995 3.1815 48.99421.015

    8super kritis

    III 27.1948 3.9987 108.74381.042

    4super kritis

    IV 41.9343 4.6256 193.97311.044

    3super kritis

    V 59.8628 5.1862 310.45871.047

    2super kritis

    VI 81.1583 5.7098 463.39741.052

    5super kritis

    VII 95.0780 6.0025 570.70261.056

    6

    super kritis

    Hasil Perhitungan

    Contoh perhitungan pada pias I:

    A : Dari Gambar V : 1/n x R 2/3 x S1/2

    : 1/ 0,025 x (0,1841) 2/3 x (0,025)

    : 2,0373 m/dt

    Q : V / A

    : 2,0373 / 6,0027: 12,2294 m3/dt

    Fr :h

    v

    81,9

    : 0,9199 < 1 aliran Subkritis

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    5/35

    Gambar 3.2. Lengkung Debit Sungai Asli

    Dari perhitungan di atas dengan Q =45 m3/dt, diperoleh h = 0,952

    Keterangan tabel :

    1) Daerah piasan pada penampang sungai

    2) Kedalaman sungai

    3) Luasan sungai dengan menghitung pias-pias sungai,dengan cara :

    -.Membagi tiap pias menjadi persegi dan sisanya adalah bagian yang tidak simetris.

    - Tiap satu sentimeter persegi luasannya 1 m2 (untuk skala 1 : 100)

    - Sisa dari pias yang berbentuk asimetri luasannya dihitung dengan menghitung

    banyaknya kotak-kotak kecil dalam kertas grafik tersebut..

    4) Keliling basah (P), pengukuran langsung pada potongan melintang saluran (dengan

    menggunakan benang, lalu diukur panjang benang tersebut )

    5) Jari-jari hidrolis (R), didapat : R = A/P

    6) Kecepatan aliran (V), dipakai rumus Manning :

    V = 1/n . R2/3 . S1/2

    Dimana : n = 0,025 (jenis batuan medium sand)

    S = Slope asli sungai = 0,025

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    6/35

    7) Debit yang lewat, digunakan rumus :

    Q = A x V

    Contoh perhitungan :

    Pada pias 1 m,1. A = 6,0027 m2

    2. P = 32,6030 m

    Nilai A dan P didapat dengan cara mengukur dari gambar

    Maka,

    3. R = A / P

    R = 6,0027 / 32,6030 = 0,18411` m

    4. v = 1/n x R2/3 x S0.5

    v = 1/0,025 x 0,18411 2/3 x 0,0250,5 = 2,04683 m/dt

    5. Q = v x A

    Q = 2,04683 x 6,0027 = 12,28650 m3/dt

    3.2. PenentuanSite Bendung

    Pemilihan Lokasi Bendung

    Gambar 3.4. Lokasi Site Bendung

    Keterangan Gambar :

    Pemilihan lokasi yang tepat untuk dibangunnya sebuah bendung adalah pada bagian

    sungai yang lurus. Dimana pada bagian tersebut tidak terjadi adanya endapan

    maupun gerusan.

    Faktor faktor yang mempengaruhi penetuansite bendung adalah :

    Data Geologi, meliputi :

    1. Kondisi umum permukaan tanah daerah yang bersangkutan

    2. Kondisi geologi lapangan

    3. Kedalaman lapisan keras

    Daerah yang sesuai untuk bendung

    Daerah yang sesuai untuk bendung

    endapan

    endapan

    gerusan

    gerusan

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    7/35

    4. Permeabilitas tanah

    Data Mekanika Tanah, meliputi :

    1. Bahan pondasi

    2. Bahan konstruksi

    3. Sumber bahan timbunan

    4. Parameter tanah yang harus digunakan

    Data Topografi, meliputi :

    1. Peta daerah aliran sungai

    2. Peta situasi untuk letak bangunan utama

    3. Gambar potongan memanjang dan melintang sungai

    Data morfologi, meliputi :

    1. Kandungan sedimen

    2. Distribusi ukuran butiran

    3. Perubahan perubahan yang terjadi pada dasar sungai

    3.3. Desain Saluran Pengelak Sementara

    Saluran pengelak yaitu saluran yang dibuat untuk mengalihkan aliran air

    selama pelaksanaan konstruksi bangunan (bendung). Biasanya terletak di dekat atau

    turap baja. Kapasitas saluran pengelak direncanakan berdasar debit dengan kala ulang

    10 - 20 tahun.

    Gambar 3.4. Desain Saluran Pengelak Sementara

    Turap

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    8/35

    Urutan perencanaan :

    Data yang diperlukan :

    Q10tahun = 5,3 m3/dt ( rencana )

    n = 0,025

    b / h = 3,5 (Tabel De Voss)

    m = 1,5 (Tabel De Voss)

    v = 0,7 m/dt (Tabel De Voss)

    Perhitungan :

    A = (b + mh) h = (3,5h +1,5h)h = 5 h2

    P = b + 2h (m2 + 1)0.5 = 3,5h + 2 h 3.25 = 7,1056 h

    R = A / P = 5 h2 / 7,1056 h = 0,7037 h

    Q = V . A

    5,3 = 0,7 x 5 h2

    h2 = 1,51429

    h = 1,2306 m

    Maka :

    b = 3,5 h = 4,3070 m

    A = 5 h2 = 5 x (1,2306 2)

    = 7,5714 m2

    P = 7,1056 h = 7,1056 x 1,2306

    = 8,7438 m

    R = 7,5714: 8,7438

    = 0,9103

    w = 1/3 x h

    = 1/3 x 1,2306 = 0,4102 m

    H = h + w

    = 1,2306+ 0,4102

    = 1,6408 m

    T = b + 2.m.h

    = 4,3070 + 2.1,5. 1,2306

    = 7,9987 m

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    9/35

    D = A/T

    = 7,5714 / 7,9987= 0,9466 m

    V = 5.032

    1xSxR

    n

    0,7 =5.03

    2

    0,8659025,0

    1xSx

    maka S = 0,00037

    Cek Aliran :

    Dxg

    FrV

    =

    = 9466,081,97,0

    x

    = 0,2297 < 1 aliran sub kritis

    Tabel 3.5 Perhitungan Saluran Pengelak sementara

    Q10(m3/dt) b/h m V(m/dt) n A(m2) h(m) b(m) P(m)

    65,3 3,5 1,5 0,7000 0,0250 7,57141,230

    6

    4,307

    08,7438

    R(m) s T(m) D(m) Fr Aliran

    0,866 0,00037 8,811 7,999 0,230 subkritis

    3.4. Penentuan Elevasi Puncak Mercu Bendung

    Elevasi puncak mercu bendung ditentukan berdasarkan elevasi sawah tertinggi

    yang akan diairi, ditambah dengan total kehilangan tinggi tekan pada bangunan-

    bangunan dan saluran-saluran yang ada pada jaringan tersebut.

    Diketahui :

    Elevasi dasar sungai = + 107,705

    Elevasi sawah tertinggi = + 109,450............................. (ditentukan asisten)

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    10/35

    Maka perhitungan elevasi mercu bendung :

    1. Elevasi sawah tertinggi = + 109,450

    2. Tinggi air di sawah = 0,10

    3. Kehilangan tekanan dari saluran tersier ke sawah = 0,10

    4. Kehilangan tekanan dari saluran tersier ke sekunder = 0,10

    5. Kehilangan tekanan dari saluran primer ke sekunder = 0,10

    6. Kehilangan tekanan akibat kemiringan saluran = 0,15

    7. Kehilangan tekanan pada alat ukur = 0,40

    8. Kehilangan tekanan dari sungai ke saluran primer = 0,20

    9. Persediaan untuk eksploitasi = 0,10

    10. Persediaan untuk lain-lain = 0,25 +

    Elevasi Mercu Bendung = + 110,950

    Tinggi bendung = Elevasi mercu bendung Elevasi dasar sungai

    = 110,950 107,705

    = 3,245 m

    3.5. Penentuan Lebar Efektif Bendung

    Lebar bendung adalah jarak antara pangkal bendung (abutment), sebaiknya

    sama dengan lebar rata-rata sungai pada bagian yang stabil.

    Dalam menentukan lebar bendung, faktor utama yang dapat dipakai adalah

    pertimbangan lebar sungai yang ada. Ketentuan untuk lebar maksimum bendung adalah

    1.2 kali lebar rerata sungai pada ruas yang stabil. Hal ini mempunyai tujuan agar

    setelah bendung dibangun, tidak terlalu banyak mengganggu aliran sungai.

    Lebar efektif bendung (Be) dihubungkan dengan lebar bendung yang

    sebenarnya / lebar mercu bendung (B) dengan persamaan :

    Be = B 2.(n.Kp + Ka). He

    B = b p - tDimana :

    Be = lebar efektif bendung

    B = lebar mercu bendung

    b = lebar bendung (lebar sungai)

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    11/35

    p = lebar pintu penguras

    t = jumlah lebar pilar

    Kp = koefisien kontraksi pilar

    Ka = koefisien kontraksi dinding sampingHe = tinggi tekan total di atas mercu

    n = jumlah pilar

    Data perencanaan lebar bendung :

    Lebar sungai asli = 49,378 m ( dari peta )

    Lebar bendung/sungai (b) = 49,378 x 1,2 = 59,254 m

    Jumlah pilar (n) = 3

    Tebal pilar utama = 2 m

    Tebal pilar penguras = 2 m

    Lebar pintu penguras (p) = 59,254101sungaiLebarx)

    101

    61( x=

    = 5,93 m, menggunakan 3 pintu masing-masing dengan lebar 1,98 m dan

    keduanya dipisahkan oleh 2 buah pilar dengan tebal masing-masing pilar 1 m

    Pilar direncanakan (dari tabel 4.3 KP-02 Bangunan Utama, hal.40)

    Kp = 0.01 (pilar berujung bulat)

    Ka = 0.1 (pangkal tembok bulat dengan tembok hulu pada 90 ke arah aliran

    dengan 0,5 . H1 > F > 0,15 H1 )

    Dengan tiga pintu pembilas yang masing-masing 1,98 m, sehingga lebar

    mercu:

    B = b ( pembilas + pilar ) pilar utama dinding penahan

    = 59,254 (5,93 +2) 2 - (2 x 0,5)

    = 48,33 m

    Lebar efektif bendung :

    Be = B 2.(n.Kp + Ka). He

    = 48,33 2.(2.0,01 + 0,1). He

    = 48,33 0,24 He

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    12/35

    Perhitungan He :

    Cd = 1,28 (asumsi)Rumus :

    Q = Cd. 2/3. (2/3.g)0.5. Be .He1.5

    45,5 = 1,28 . 2/3. (2/3. 9,81)0.5. (48,33 0,24.He). He1.5

    45,5 = 2,1823 (48,33 0,24.He). He1.5

    20,84956 = ( 48,33 0,24.He). He1.5

    Dengan cara coba-coba didapat He = 0,63 m

    Be = 46,08 0,24.(0,63)

    = 45,93 m

    A = Be ( P + He )

    = 45,93 (3,948 + 0,63)

    = 210,268 m2

    V =A

    Q

    =210,268

    5,49

    = 0,24 m2/dt

    Hd = He - (V2 / 2g)

    = 0,63 (0,242 / 2 . 9,81)

    = 0,63 m

    3.6. Perencanaan Mercu Bendung

    3.6.1. Desain Mercu Bendung (Up Stream dan Down Stream)

    Ada 2 tipe bendung yang biasa digunakan di Indonesia, yaitu :

    Tipe Bulat

    Tipe Ogee, ada 4 macam :

    1. Ogee I 3. Ogee III

    2. Ogee II 4. Ogee IV

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    13/35

    Gambar 3.6. Bentuk-bentuk bendung mercu Ogee

    Dalam perencanaan ini digunakan mercu bendung tipe Ogee II

    Data-data teknis yang diketahui :

    Lebar mercu bendung (B) = 48,33 m

    Lebar bendung efektif (Be) = 48,33 m

    Debit rencana (Q) = 45,5 m3/dt

    Elevasi dasar sungai = + 107,705

    Elevasi puncak bendung = + 110,950

    Tinggi bendung (P) = 3,245 m

    Persamaan Bentuk Pelimpah Ogee II

    X1,810 = 1,939 . Hd0.810. Y Y = 1

    X1.836 = 1,939 . (0,63)0.810. Y 1 = 1,439 . X0.810

    Y = 0,784 . X1,810 X0.810 = 0,695

    Y = 1,439 . X0.810 X = 0,647 m

    Y = 0,784 . (1,090) 1.810

    = 0,353 m

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    14/35

    Tabel 3.5. Persamaan Bentuk Pelimpah Ogee II

    X Y

    0,100 0,011

    0,200 0,041

    0,300 0,086

    0,400 0,146

    0,500 0,219

    0,600 0,307

    0,647 0,353

    Untuk Mercu Type Ogee II :

    R1 = 0,21 x Hd Jarak R1 = 0,237 x Hd

    = 0,21 x 0,61 = 0,237 x 0,61

    = 0,1081 m = 0,0813

    R2 = 0,68 x Hd Jarak R2 = 0,139 x Hd

    = 0,68 x 0,61 = 0,139 x 0,61

    = 0,3984 m = 0,1202 m

    3.6.2. Tinggi Muka Air di atas Mercu Bendung Bagian Hulu dan Hilir

    Pengukuran tinggi muka air di atas mercu bendung dilakukan sedikit agak ke

    hulu, yaitu sebelum air berubah bentuk permukaannya mengikuti kelengkungan mercu.

    Besar debit yang melewati bendung :

    Q = Cd. 2/3. (2/3.g)0.5. Be .He1.5

    Dengan :

    Be = lebar efektif bendung

    He = tinggi total energi

    Cd = C0 . C1 . C2

    = koefisien debit

    Koefisien debit (Cd) adalah hasil dari :

    Co : konstanta (= 1,30)

    C1 : fungsi P/Hd dan He/Hd

    C2 : faktor koreksi untuk permukaan hulu

    Langkah-langkah perencanaan Cd :

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    15/35

    1. Asumsi Cd.

    Menghitung Hd

    V =A

    Q=

    ( )HePBeQ

    +

    Hd =g

    VHe

    2

    2

    2. Co = 1.3 (konstanta)

    3. Menghitung P / Hd

    4. Menghitung He / Hd

    5. Mencari C1 (KP 02 Bangunan Utama grafik 4.10 hal.49)

    6. Menghitung P/He

    7. Mencari C2 (KP 02 Bangunan Utama grafik 4.7 hal 45)

    8. Menghitung Cd = Co . C1 . C2

    9. Apabila Cd asumsi = Cd hitung asumsi benar.

    Perhitungan penentuan nilai Cd

    1. Cd = 1,28 He = 0,61 m

    2. Be = 48,17 m

    3. V = 0,24 m/dt Hd = He (V2/2g)

    = 0,61 (0,242

    / 2 . 9,81)

    = 0,61 m

    4. Co = 1,3 (konstanta)

    5. P / Hd = 3,948 / 0,63 = 5,35

    6. He / Hd = 0,63 / 0,63 = 1,005

    7. Dari grafik didapatkan C1 = 0,99

    8. P / He = 3,948 / 0,63 = 5,33

    9. Untuk kemiringan muka hulu bendung 1 : 0,67 dari grafik didapat C2 = 0,99810. Cd = Co . C1 . C2

    = 1,3 x 0,99 x 0,998

    = 1,28443 1,28

    11.Cd hitung (=1,28) sama dengan Cd asumsi (=1,28) .. OK !!

    12. Q = Cd. 2/3. (2/3.g)0.5. Be .He1.5

    = 1,28. 2/3. (2/3. 9,81)0.5. 48,17. 0,611,5

    = 50,17 m3

    /dt

    Q hit Q rencana OK !!

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    16/35

    3.6.3. Profil Muka Air di Atas Bendung

    Loncatan hidrolis yaitu naiknya air secara tiba-tiba dari air yang mengalir

    dengan kecepatan tinggi berkedalaman rendah bergabung dengan air yang mengalir

    dengan kecepatan rendah dan berkedalaman tinggi.

    Tinggi loncatan hidrolis tergantung dari kecepatan dan banyaknya air yang

    meloncat. Untuk loncatan hidrolis harus diperhitungkan agar kedalaman air di hilir tidak

    kurang dari kedalaman konjugasi, karena loncatan akan bergerak ke hilir sehingga

    loncatan akan menghempas bagian sungai yang tidak terlindungi yang umumnya

    menyebabkan penggerusan yang luas.

    Langkah perhitungan :

    1. Tentukan harga Z

    2. Dengan coba-coba didapat nilai Yz

    3. Hitung Vz dan Fz

    4. Elevasi lereng bendung = elevasi mercu bendung z

    5. Elevasi muka air = elevasi lereng bendung + Yz

    Persamaan yang digunakan :

    1. Perhitungan Yz

    )(62,19 YzHeZVz +=

    2. Perhitungan Vz

    YzBe

    QVz

    .=

    3. Perhitunga Fr

    Yz

    VzFr

    .81,9=

    4. Elevasi lereng bendung =110,950 Z

    5. Elevasi muka air = Elevasi lereng bendung + Yz

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    17/35

    m0,890

    93,45

    49,5

    1,28

    1

    1

    3/2

    3/2

    =

    =

    =

    Be

    Q

    cHo

    Yzg

    VzFz

    YzHezgYzBe

    Q

    YzBe

    QVz

    YzVzBe

    Q

    YzHezgVz

    .

    0(.2.

    .

    .

    )(.2

    =

    =+

    =

    =

    +=

    Dengan :

    Q = debit rencana yang mengalir = 45,5 m3/dt

    Be = lebar efektif bendung = 48,33 m

    Vz = kecepatan aliran air pada kedalaman kritis

    Yc = kedalaman kritis

    Fz = bilanganFroude

    z = 0,50 m ( didaatkan dari peta )

    Z = P + z = 3,245 + 0,5 = 3,745 m

    Data Teknis :

    Q = 45,5 m3/dt

    Be = 48,33 m

    He = 0,61 m

    Hd = 0,61 m

    P = 3,245 m

    g = 9,81 m/dt2

    Z = P + z

    = 3,245 + 0,5

    = 3,745 m

    Perhitungan :

    0Yz)(BeQ

    Yz)-He(Zg2 =

    +

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    18/35

    0Yz)(48,33

    49,5Yz)-63,0(4,44881,92 =

    +

    Dengan cara coba-coba didapatkan nilai Yz = Yu = 0,110 m

    Vz =

    BeYz

    Q

    =33,4811,0

    5,45

    = 9,25 m/dt

    Fz =Yzg

    Vz

    =

    11,081,9

    25,9

    = 8,82 m

    Perhitungan selanjutnya ditabelkan

    Tabel 3.6. Perhitungan Profil Aliran

    Z Yz (coba-coba) \/2.g.(z + He - Yz)\ Q/(B*Yz) Hasil Akhir

    0.500 0.22413 4.16749030 4.16812483 0.00

    1.000 0.17614 5.30278173 5.303687 0.00

    1.500 0.15070 6.19908609 6.19909709 0.002.000 0.13405 6.96887872 6.96889172 0.00

    2.500 0.12202 7.65579899 7.65581378 0.00

    3.000 0.11279 8.28265980 8.28267624 0.00

    3.500 0.10540 8.86326207 8.86328002 0.00

    4.000 0.09931 9.40674721 9.40676659 0.00

    4.500 0.09418 9.91955763 9.91957835 0.00

    3.633 0.10367 9.01092912 9.01100533 0.00

    3.6.4. Kontrol Terhadap Kavitasi

    R = 0,68. Hd

    = 0,68.0.61

    = 0,4148 m

    R

    Hd=

    4148,0

    61,0= 1,4706

    Dari gambar 4.4 (KP-02) bangunan utama halaman 43, maka didapatkan :

    He

    gP.

    = 0,04

    g

    P

    .= 0,04.He

    = 0,04.0,63

    g

    P

    .

    = 0,0252 > -1 (aman)

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    19/35

    3.7. Perencanaan Kolam Olakan

    3.7.1 Kriteria Desain Kolam Olak

    Tipe kolam olak yang akan direncanakan di sebelah hilir bangunan bergantung

    pada tinggi energy air yang masuk, yang dinyatakan dengan bilangan Froude, dan pada

    bahan konstruksi klam olka.

    Berdasarkan bilangan Froude, dapat dibuat pengelompokan pengelompokan

    berikut dalam kolam olak :

    (1). Untuk Fru 1,7 tidak diperlukan kolam olak; pada saluran tanah, bagian hilir harus

    dilindungi dari bahaya erosi ; saluran pasangan batu atau beton tidak memerlukan

    lindungan kusus.

    (2). Bila 1,7 < Fru 2,5 maka kolam olak diperlukan untuk meredam energy secara

    efektif. Pada umumnya kolam olak dengan ambang ujung mampu bekerja dengan

    baik. Untuk penurunan muka air Z < 1,5 m dapat dipakai bangunan terjun.

    (3). Jika 2,5 < Fru 4,5 maka akan timbul situasi yang paling sulit dalam memilih

    kolam olak yan tepat. Loncatan air tidak terbentuk dengan baik dan menimbulkangelombang sampai jarak yang jauh disaluran. Cara mengatasi adalah

    mengusahakan agar kolam olak untuk bilangan Froude ini mampu menimbulkan

    olakan ( turbulensi ) yang tinggi dengan blok halangnya atau menambah intensitas

    pusaran dengan pemasangan blok depan kolam. Blok ini harus berukuran besar

    ( USBR tipe VI ).

    Tetapi pada prakteknya akan lebih baik tidak merencanakan kolam olak jika 2,5 4,5

    Untuk bilangan bilangan Froude diatas 4,5 loncatan airnya bisa mantap dan

    peredaman energy dapat dicapai dengan baik. Kolam olak USBR tipe III kusus

    dikembangkan untuk bilangan bilangan itu. Pada gambar 6.5 ditunjukkan dimensi

    dimensi dasar kolam olak USBR tipe III.

    Apabila penggunaan blok halang dan blok muka tidak layak ( karena bangunan itu

    dibuat dari pasangan batu ) kolam harus direncanakan sebagai kolam loncatan air

    dengan ambang ujung ( lihat pasal 3.4 ). Kolam ini akan menjadi panjang tetapi

    dangkal.

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    22/35

    Gambar 3.4 Kolam USBR Type III (KP-04,Hal:105)

    Kedalaman Air Saat Mulai Meloncat

    Pada dasar hilir didapatkan :

    Yj = Y1 = Yz = 0,112 m

    Dengan : Yj = kedalaman air saat mulai meloncat.

    Hj = Yj + ( Vj2 / 2.g) Vj = 9,251 m/dt

    = 0,112 + ( 9,2512 / 2x 9,81)

    = 4,47436 m

    q = Vjx Yj

    = 9,251x 0,112

    = 1,038 m3/dt

    Yj = q / ).(.2 YjHjg

    0,112 = 1,038 / )97849,4(81,92 Yjxx

    Dengan cara coba-coba didapat Yj = 0,112 m

    3.7.3. Kedalaman Konjugasi (Loncatan Air)

    Data : Q = 45,5 m3/dt

    Be = 48,33

    g = 9,81 m2/dt

    P = 3,245 m

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    23/35

    Z = P + z = 3,245 + 0,5 = 3,745 m

    Perhitungan :

    Vz = BeYzQ

    =33,48112,0

    5,45

    = 9,25 m/dt

    Fz =Yzg

    Vz

    =112,081,9

    25,9

    = 8,82 (Superkritis)

    Karena aliran superkritis, maka kedalaman air setelah loncatan adalah :

    Y2 = ( )1812

    1 2+ FrYj

    = ( )1)33,7(81)112,0(2

    1 2+

    = 1,344 m

    Maka, tinggi muka air di hilir bendung :

    Y1 = 0,112 m

    Y2 = 1,344 m

    Sehingga,

    hv1 =g

    V

    .2

    2

    1

    =81,9.2

    251,92

    = 4,362

    V2 =2.YBe

    Q

    =344,1.33,48

    5,45

    = 0,700 m/dt

    hv2 =g

    V.2

    2

    2

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    24/35

    =81,9.2

    700,0 2

    = 0,0366

    E1 = Y1 + hv1

    = 0,112 + 4,362

    = 4,975 m

    E2 = Y2 + hv2

    = 1,344 + 0,0366

    = 1,3806 m

    Energi di hilir setelah kolam olakan :

    Y3 = Y2 + z

    = 1,344 + 0,5

    = 1,844 m

    V3 =3.YBe

    Q

    =844,1.33,48

    5,45

    = 0,510 m/dt

    hv3 =g

    V

    .2

    23

    =81,9.2

    510,0 2

    = 0,0133 m

    E3 = Y3 + hv3

    = 1,844 + 0,0133

    = 1,8573 m

    3.7.4. Panjang Loncatan Hidrolis

    Loncatan hidrolis yaitu naiknya air secara tiba-tiba dari air yang mengalir

    dengan kecepatan tinggi berkedalaman rendah bergabung dengan air yang mengalir

    dengan kecepatan rendah dan berkedalaman tinggi.

    Tinggi loncatan hidrolis tergantung dari kecepatan dan banyaknya air yang

    meloncat. Untuk loncatan hidrolis harus diperhitungkan agar kedalaman air di hilir tidak

    kurang dari kedalaman konjugasi, karena loncatan akan bergerak ke hilir sehingga

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    25/35

    loncatan akan menghempas bagian sungai yang tidak terlindungi dan umumnya

    menyebabkan penggerusan yang luas.

    Panjang loncatan hidrolis dapat didefinisikan sebagai jarak antara permukaan

    depan loncatan hidrolik sampai suatu titik pada permukaan depan suatu gulungan

    ombak yang menuju ke hilir.

    Rumus untuk perhitungan panjang loncatan hidrolis :

    1. Rumus Menurut KP 02

    Lj = 7,91958 ( Y2 Yu)

    Dengan :

    Lj = panjang loncatan

    Yu = kedalaman air sebelum loncatan = 0,112 m

    Y2 = tinggi loncatan di hilir = 1,344 m

    Jadi :

    Lj = 5 (Y2 Yu)

    = 5 (1,344 0,112)

    = 7,91958 m 8 m

    3.7.5. Elevasi Dasar Kolam Olakan

    Aliran yang melalui mercu pelimpah mempunyai kecepatan yang sangat tinggi,

    dengan kondis aliran superkritis dapat menimbulkan kerusakan berupa penggerusan

    pada bagian pelimpah (belakang), sehingga akan dapat menyebabkan terganggunya

    stabilitas bendung tersebut. Untuk menghindari hal tersebut, perlu upaya untuk

    mengubah kondisi aliran superkritis, yaitu dengan meredam energi aliran tersebut.

    Untuk itu ada beberapa tipe peredam energi, antar lain :

    - Type loncatan (Water jump Type)

    - Type Kolam Olakan (stilling Bazin Type)

    - Type Bak Pusaran (Roller Bucker type)

    Pada percobaan bendung ini, untuk peredam energi dipilih type kolam olakan,

    dalam hal ini kolam olakan datar. Kolam olakan datar mempunyai empat tipe yang

    dibedakan menurut hidrolika alirannya dan konstruksi (kondisi).

    Dari perhitungan sebelumnya diketahui :

    Elevasi mercu bendung = + 110,570

    Y1 = 0,112 mY2 = 1,344 m

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    26/35

    P+z= 3,745 m

    Maka : Elevasi dasar kolam olak = elevasi mercu bendung (P + z)

    = + 110,950 3,745

    = + 107,205

    3.7.6. Dimensi Kolam Olakan

    Data teknis :

    Fr = 8,818

    Y1 = 0,112 m/dt

    V = 9,77 m/dt

    Untuk 4,5 < Fr < 13 dan V < 18 m/dt, maka digunakan Kolam Olakan USBR Tipe III

    Kedalaman air di kolam olakan

    Yb = ( )1812

    1 2+ FrYj

    = ( )1)818,8(81)112,0(2

    1 2+ = 1,344 m

    Panjang kolam olakan

    Lb = 2,7 x Yb

    = 2,7 x 1,411

    = 3,81052 m 3,811 m

    Jarak buffel blocks dengan chute balok (La)

    La = 0,82 x Yb

    = 0,82 x 1,344

    = 3,629 m

    Tinggi (ac), panjang (pc), lebar (bc), jarak (sc) antara chute balok

    Yu = Yj

    = 0,112 m

    Jarak chute balok dengan dinding (dc)

    dc = 0,5 x Yu

    = 0,5 x 0,112

    = 0,056 m

    Tinggi blok halang :

    n3 =

    ( )

    +

    6

    4 FrYj

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    27/35

    =( )

    +

    6

    818,84112,0

    = 0,240 m

    Lebar dan jarak antara balok halang (n)

    n = 0,75 x n3

    = 0,75 x 0,240

    = 0,180 m

    Tebal Ujung Block Halang (tb)

    tb = 0,2 x n3

    = 0,2 x 0,240

    = 0,048

    Jarak antara blok halang dengan dinding (db)

    db = 0,375 x n3

    = 0,375 x 0,240

    = 0,090 m

    Tinggi end sill (ambang ujung)

    As =( )18

    18 FrYu +

    =( )18

    818,818112,0 +

    = 0,167 m

    3.8. Perencanaan Apron (Lantai Bendung)

    3.8.1. Perencanaan Tebal Apron

    Apron Hulu

    Tebal apron di hulu bendung direncana untuk menahan gaya uplift pada pondasi

    serta mengurangi penetapan panjang lantai. Apron hulu lebih ditujukan untuk

    menjaga stabilitas aliran di hulu bendung.

    Apron Hilir

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    28/35

    Sama halnya dengan apron hulu, apron hilir juga direncana untuk menahan

    gaya uplift pada pondasi serta mencegah terjadinya gerusan di hilir bendung.

    Perencanaan panjang apron ditujukan untuk menahan bahaya piping. Bahaya

    piping atau erosi bawah tanah disebabkan karena naiknya dasar galian atau rekahnya

    pangkal hilir bendung. Karena penambahan tebal apron saat ini kurang ekonomis, maka

    alternatif turap cukup baik untuk dilaksanakan karena menambah trayektori aliran.

    Data Perencanaan

    1. Up stream

    Elevasi dasar = + 107,705

    Elevasi mercu = + 110,950

    Tinggi air di atas mercu (Hd) = 0,61

    Tinggi garis energi (He) = 0,61

    Elevasi muka air di atas mercu = El.Mercu + Hd

    = +110,950 + 0,61

    = +111,560

    2. Down stream

    Elevasi lantai = + 107,205

    Panjang kolam olak = 3,629 m

    Panjang loncatan = 8 m

    Tinggi air sebelum loncatan (Y1) = 0,112 m

    Tinggi air sesudah loncatan (Y2) = 1,344m

    Elevasi muka air setelah loncatan = El. Lantai + Y2

    = + 107,205+ 1,344

    = +108,549

    3. Data aliran

    Q = 45,5 m3/dt

    H = beda muka air hulu dan hilir = El. Muka air hulu El. Muka air hilir

    = 111,560 108,549

    = 3,011 m

    4. Karakteristik material

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    29/35

    Jenis material =Fine Sand

    Koefisien rayapan Lane = 6

    Koefisien rayapan Bligh = 0

    Exit gradien yang diijinkan = 1/4 - 1/6

    Silt factor (f) = 1,25

    5. Perhitungan Panjang Apron

    Panjang apron hulu = 10,00 m (direncanakan)

    Panjang bendung = 13,613 m

    Panjang apron hilir (kolam olak) = 3,629 m

    3.9. Desain Dinding Penahan

    Dinding penahan dibangun di bagian kanan dan kiri bendung yang berfungsi

    untuk menahan tanah yang ada di samping kiri dan kanan bendung supaya tidak

    longsor.

    Perhitungan terhadap stabilitas dinding penahan pada tubuh bendung dipilih

    pada bagian tertinggi. Perhitungan dengan memperhatikan keadaan air normal dan pada

    perencanaan ini tidak diperhitungkan gempa. Dimana, Perhitungan menggunakan Q25h.

    Stabilitas terhadap gulingSF = MT / MG > 1,5

    Dimana : SF = angka keamanan

    MT = momen tahan

    MG = momen guling

    Stabilitas terhadap geser

    Sf = (f . V) / H > 1,5

    Dimana : f = koefisien geser (tg )

    V = jumlah gaya vertikal

    H = jumlah gaya horisontal

    e = ( M / V) (L/2) < 1/6

    maka :

    tanah = ( V / L) * [1 (6.e)/ L] < ijin

    dimana :

    e = eksentrisitas

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    30/35

    M = Mz Ma (tanah)

    Tekanan tanah

    Pa = Ka . t . h2 + . Ka . z . h2

    Dimana :

    Pa = tekanan tanah (tm)

    H = tinggi jatuh (m)

    z = berat jenis tanah

    Koefisien tanah (Ka)

    Ka = ( 1 sin ) / ( 1 + sin )

    Dimana = sudut geser tanah

    Koefisien tanah pasif (Kp)

    Kp = 1 / Ka

    Rencana Dinding Penahan

    Data-data tanah di lokasi bendung :

    Q 50 tahun = 45,5 m3/dt

    Sudut geser dalam ( ) = 36

    Spesific Gravity (Gs) = 2,3

    Hh = P +Hd

    2

    1/3 h

    0,26 H

    0,425 H

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    31/35

    Void ratio (e) = 29 %

    Koefisien kohesi ( c ) = 1,91

    Jenis batuan = Medium Sand

    Data Teknis :

    P = 3,245 m

    Hd = 0,61 m

    h = P + Hd

    = 3,745 m

    w = 1/3*h

    = 1,270 m

    H = 2 + w + h

    = 7,078 m

    b = 0,26*H= 1,840 m

    B = 0,425*H

    = 3,008 m

    Perhitungan

    2596,036sin1

    36sin1

    sin1

    sin1=

    +

    =

    +

    =

    Ka

    Kp = 1 / Ka = 1 / 0,2596 = 3,8519

    f = tg = tg 36 = 0,72654

    t = [( 1 + w ) / ( 1 + e)]. w. Gs

    e = (w . Gs) / Sr ; Sr = 1

    w = (e . Sr) / Gs = 0,29 / 2,30 = 0,1261

    t = [(1 + 0,1261)/ (1 + 0,29)] . 1 . 2,30 = 2,0078 t/m3

    sat = [w . (Gs + 1)] / (1+e)

    = [1. (2,30 + 1)] / ( 1 + 0,29)

    = 2,5581

    sub = sat w

    = 2,5581 1 = 1,5581 t/m3

    Tinggi muka air tanah :

    Dari lapangan didapat tinggi muka air tanah sebesar = 2,18 m

    Gaya Vertikal

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    32/35

    Tabel Perhitungan Gaya Vertikal

    W3W4

    W6W5

    W7

    W9

    W10

    W11

    W8

    Tabel Perhitungan Gaya

    Vertikal

    Notasi Volume per meter (m3)g

    (t/m

    3

    )

    Gaya

    (t)

    Lengan

    (m)

    Momen

    Tahan

    (t.m)

    w1 3.008 x2.00

    0x 1 = 6.016 2.400

    14.43

    81.504 21.715

    w2 3.806 x1.27

    0x 1 = 4.834 2.400

    11.60

    10.635 7.366

    w3 0.500 x1.27

    0x 1 = 0.635 2.400 1.524 0.251 0.383

    w4 0.770 x1.00

    6x 1 = 0.775 2.008 1.555 0.882 1.372

    w5 0.770 x0.26

    4x

    0.

    5= 0.102 2.400 0.244 0.757 0.185

    w6 0.770 x0.26

    4

    x0.

    5

    = 0.102 2.008 0.204 1.013 0.207

    w7 1.738 x1.27

    0x 1 = 2.207 2.008 4.432 2.136 9.467

    w8 0.205 x0.49

    9x

    0.

    5= 0.051 2.008 0.103 1.406 0.144

    w9 1.533 x0.44

    9x 1 = 0.688 2.008 1.382 2.238 3.093

    w10 1.533 x3.35

    6x

    0.

    5= 2.572 1.558 4.008 2.494 9.995

    w11 1.737 x3.80

    8x

    0.

    5= 3.307 2.400 7.937 1.846 14.652

    Jumlah 47.42

    9 68.580

    Gaya Horisontal Pasif

    Pp

    Pw

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    33/35

    Tabel Perhitungan Horizontal Pasif

    P Volume per meter (m3)Gaya per

    m (t)

    Lengan

    (m)

    Momen

    Tahan

    (tm )

    Pw 2.809 x 3.809 x 0.5 5.350 1.284 6.869

    Pp 6.002 x 1.000 x 0.5 3.001 0.333 0.999

    Jumlah 8.351 7.868

    Gaya Horisontal Aktif

    PA1

    PA2

    PA3PA4

    Tabel Perhitungan Horizontal Aktif

    Pan Volume per meter (m3)

    Gaya per

    m (t)

    Lengan

    (m)

    Momen

    Tahan

    (tm )

    Pa1 0.809 x 1.733 x 0.5 0.701 0.263 0.184Pa2 0.809 x 5.346 x 1 4.325 0.002 0.009

    Pa3 0.695 x 5.346 x 0.5 1.858 1.041 1.934

    Pa4 0.446 x 5.346 x 0.5 1.192 1.421 1.694

    Jumlah 8.076 3.821

    Tekanan UpLift

    Pv1

    Pv2

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    34/35

    Tabel Tekanan UpLift

    Pvn Volume per meter (m3)Gaya per

    m (t)

    Lengan

    (m)

    Momen

    Tahan

    (tm )

    Pv1 3.009 x 2 x 1 6.018 1.504 9.051Pv2 3.009 x 3.809 x 0.5 5.731 0.944 5.410

    Jumlah 11.749 14.461

    Tabel Momen dan Gaya

    Gaya vertikal Gaya Horisontal Momen Tahan Momen Guling

    11.749 47.429 8.076 8.351 68.580 3.821

    7.868 14.461

    76.448 18.282

    35.680 0.275 58.167

    Kontrol stabilitas terhadap guling

    Sf = ( MT / MG ) > 1,5

    = ( 109,830 / 66,846 )= 1,6430 . > 1,5 (Aman !! )

    Kontrol stabilitas terhadap geser

    Sf = tan (2/3) * ( V / H)

    = tan (2/3.36) * ( 36,834 / 3,556 )

    = 4,6115 .> 1,5 (Aman !! )

    Kontrol stabilitas terhadap daya dukung tanah

    e = ( M / V) ( L / 2 ) .. < L / 6

    = (42,984 / 36,834 ) ( 3,446 / 2 ) < ( 3,446 / 6 )

    = -0,5560 .< 0,57 (Aman !! )

  • 7/16/2019 bab 3 rizky

    35/35

    tanah = ( V / L) * [ 1 (6e / L) ] < ijin

    = (36,834/ 3,446) * [ 1 (6*0,5560 / 3,446) ]

    max = 10,6889 * ( 1 + 0,22026 ) = 17, t/m2

    min = 14,341 * ( 1 - 0,22026 ) = 11,18309 t/m2

    Syarat aman : max < ijin

    ijin =( ) ( ) ( )

    fk

    NsatNqDsatNcc ..5,0... ++

    dengan :

    fk : faktor keamanan (diambil 3)

    c : angka kohesi = 0

    D : dalam pondasi = 1 m

    B : lebar pondasi = 3,008 m

    sat = 2,558 t/m3

    Untuk = 36, dari tabel didapat :

    Nc = 63,05

    Nq = 47,20

    N = 56,70

    Sehingga :

    ijin =( ) ( ) ( )

    fk

    NsatNqDsatNcc ..5,0... ++

    =( ) ( ) ( )

    3

    70,565781,25,020,475,1558,205,630 ++

    =3

    195,254

    = 84,7318

    max = 17,4997 t/m2< 84,7318 t/m2 ..... (Aman !! )

    ,min = 11,18309 t/m2< 84,7318 t/m2 ..... (Aman !! )