perlindungan konsumen terhadap iklan yang …

119
PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG MENYESATKAN (ANALISIS PUTUSAN NOMOR 01 K/PER.KONS/2007 JHON PARLYN H. SINAGA MELAWAN PT. EXELCOMINDO PRATAMA) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Oleh: Sahar Afra Fauziyyah NIM: 1112048000068 K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M

Upload: others

Post on 25-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG

MENYESATKAN

(ANALISIS PUTUSAN NOMOR 01 K/PER.KONS/2007 JHON PARLYN H.

SINAGA MELAWAN PT. EXELCOMINDO PRATAMA)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh:

Sahar Afra Fauziyyah

NIM: 1112048000068

K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M

Page 2: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …
Page 3: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …
Page 4: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …
Page 5: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

ABSTRAK

Sahar Afra Fauziyyah. NIM 1112048000068. PERLINDUNGAN KONSUMEN

TERHADAP IKLAN YANG MENYESATKAN (ANALISIS KASUS JHON

PARLYN H.SINAGA MELAWAN PT.EXELCOMINDO PRATAMA). Program

Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1426 H/2016 M. IX + 89 halaman + 20 halaman

lampiran.

Skripsi ini menganalisa mengenai tentang Perlindungan Konsumen

Terhadap Iklan Yang Menyesatkan. Pelaku Usaha yaitu PT.Exelcomindo adalah

pelaku pembuat iklan yang menyesatkan dan merugikan konsumen yaitu Jhon

Parlyn H.Sinaga. Dalam kasus ini juga terlihat bahwa adanya ketidak jujuran

dalam menyelenggrakan iklan. Iklan yang dibuat mengandung iklan yang tidak

benar karena membuat Jhon Parlyn H.Sinaga menderita kerugian karena iklan

tersebut dan akhirnya dilaporkanlah PT.Exelcomindo Pratama ke BPSK (Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kepustakaan (library research) yang bersifat yuridis normatif dengan

menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute aproach) yakni mengacu

pada norma-norma hukum yang ada dalam peraturan perundang-undangan,

litelatur, pendapat ahli, dan makalah-makalah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seharusnya PT.Exelcomindo

bertanggung jawab atas kesalahan cetak flyer tersebut karena telah diatur dalam

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

menyatakan bahwa hal yang dilakukan PT.Exelcomindo telah melanggar 3 pasal

sekaligus yaitu Pasal 8, Pasal 10 dan pasal 17.

Kata Kunci : Iklan, Periklanan, Perlindungan Konsumen.

Pembimbing : 1. Dr. H. Nahrowi S.H. M.H.

2. Feni Arifiani S.Ag, M.H.

Daftar pustaka : Tahun 1986 s.d. Tahun 2013

v

Page 6: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

KATA PENGANTAR

مست الله الحرمن الحريم

Alhamdulillahirobbil‟alamin, segala puji syukur senantiasa terpanjatkan

atas kehadirat Allah SWT dengan kenikmatan dan kesempatan yang diberikan

kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan

berbagai kemudahan. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada junjungan

Kanjeng Nabi Muhammad SAW yang selalu memberi syafaat kepada umatnya

dari setiap lafadz shalawat yang terucap.

Penulis sadar bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak luput dari

dukungan dan bantuan banyak pihak, dengan segala kerendahan hati dan rasa

syukur penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Asep Saepuddin Jahar MA Dekan Fakultas Syariah dan Hukum beserta

jajaran dan staff Fakultas Syariah dan Hukum.

2. Ketua Program Studi Ilmu Hukum Drs. Asep Syarifuddin Hidayat SH, MH

dan Bapak Drs. Abu Tamrin SH, M.Hum Sekretaris Program Studi Ilmu

Hukum yang senantiasa memberikan bimbingan, saran dan banyak ilmu

kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

3. Dr. Nahrowi, S.H, M.H. dan Feni Arifiani S.Ag. M.H dosen pembimbing

yang telah bersedia menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk

memberikan saran, arahan, masukan dan bimbingan kepada penulis terhadap

proses penyusunan skripsi ini.

vi

Page 7: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

4. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah mendidik dan membimbing penulis selama masa

perkuliahan. Seluruh Staff Fakultas Syariah dan Hukum, Staff Perpustakaan

Utama, Staff Perpustakaan Fakultas, atas segala pelayanan yang diberikan

kepada penulis.

5. Kepada Orang Tua Penulis. Ayahanda M. Supriyatin dan Ibunda Hurriyah.

Ulfah Luthfiyyah, M.Wibisono dan Ragil Sadira Faiziyyah selaku adik-adik

tak terhingga memberikan kasih sayang dan do‟anya untuk kesuksesan

penulis dan tidak lupa pula Fikri Primadi yang telah memberikan semangat,

motivasi, dan kasih sayang kepada penulis sehingga memudahkan dalam

penyelesaian skripsi.

6. Sahabat-sahabat penulis yang tersayang Tiara Agustavia, Juwita Daningtyas

dan Tiffany Ratnasuri yang telah sama-sama berjuang dan saling memberi

motivasi serta semangat untuk menyelesaikan studi demi menggapai cita-cita.

Sahabat bernyanyi PSM UIN JAKARTA (Bastride, Anthem, Kak Lullaby,

Kak Icha, Kak Subito, Tipat dan Keluarga PROPIZIO). Yang selalu

memberi rasa bahagia jika sudah bernyanyi. Sahabat tercinta Arene, Aulia

Marchita, Mayani, Aul, Fani, Afiq, Abimanyu, Yoga dan Putra Yanda kawan

seperjuangan yang sudah menjadi sahabat setia penulis dan memberikan

semangat. Serta keluarga besar KKN Melodi 2015 ( Alif, Hakim, Eko, Diat,

Lambang, Luthfi, Delia, Tiara, Wiwi, Hani, Mira, Fitri, Nufus dan Hika)

serta warga desa Sodong yang memberikan pengalaman hidup kepada

penulis.

vii

Page 8: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah membalasnya. Amiiin.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya terkhusus untuk

mahasiswa/i Fakultas Syariah dan Hukum.

Jakarta, 23 Juni 2016

Penulis

viii

Page 9: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

Daftar Isi

Judul Skripsi........................................................................................................... i

Lembar Pengesahan Pembimbing ....................................................................... ii

Lembar Pengesahan Panitia ............................................................................... iii

Lembar Pernyataan ............................................................................................. iv

Abstrak................................................................................................................... v

Kata Pengantar .................................................................................................... vi

Daftar Isi ............................................................................................................... ix

BAB I Pendahuluan ............................................................................................... i

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 5

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah........................................................ 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 6

E. Kerangka Konseptual ................................................................................. 8

F. Metode Penelitian....................................................................................... 11

G. Kajian (Review) Studi Terdahulu .......................................................... 14

H. Sistematika Penulisan ............................................................................... 16

BAB II Tinjauan Umum Mengenai Hukum Perlindungan Konsumen ......... 18

A. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen ..................................... 18

ix

Page 10: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

B. Asas dan Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen .......................... 20

C. Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha ........................... 28

BAB III Iklan yang Menyesatkan...................................................................... 33

A. Periklanan .................................................................................................... 33

B. Peraturan yang Mengatur tentang Periklanan ................................... 40

C. Iklan yang Menyesatkan........................................................................... 52

BAB IV Analisis Penyelesaian Sengketa Iklan yang Menyesatkan ................ 57

A. Pengantar Kasus......................................................................................... 57

B. Analisis Menurut Peraturan di Indonesia ........................................... 61

C. Analisis Upaya Hukum atas Pelanggaran Sengketa Konsumen ..... 76

BAB V Penutup ................................................................................................... 84

A. Kesimpulan .................................................................................................. 84

B. Saran ............................................................................................................. 85

Daftar Pustaka..................................................................................................... 86

Lampiran ............................................................................................................. 89

x

Page 11: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era global ini perkembangan perekonomian sangatnya cepat

dan pesat. Berkembangnya perekonomian dan pembangunan nasional

menghasilkan banyaknya variasi produk barang/jasa yang dikonsumsi oleh

masyarakat.

Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, teknologi telekomunikasi,

dan informatika juga turut mendukung perluasan ruang gerak transaksi

barang dan jasa hingga melintasi berbagai wilayah negara. 1

Sehingga

kondisi dimana ada banyaknya infomasi tentang barang/jasa, pada satu sisi

menguntungkan konsumen, karena kebutuhannya terhadap barang

dan/atau jasa yang diinginkan dapat terpenuhi dengan beragam pilihan.

Namun pada sisi lain, fenomena tersebut menempatkan kedudukan

konsumen terhadap produsen menjadi tidak seimbang, dimana konsumen

berada pada posisi yang lemah. Karena konsumen menjadi objek aktivitas

bisnis untuk meraup keuntungan yang besarnya melalui kiat promosi dan

cara penjualan yang merugikan konsumen.2

Iklan adalah alat promosi yang digunakan untuk menarik perhatian

masyarakat luas untuk mengetahui produk tersebut. Iklan merupakan

1

Susanti Adi Negoro, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari

Hukum Acara Serta Kendala Implementasinya, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 1.

2 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum tentang Perlindungan Konsumen,

(Jakarta: Gramedia, 2003), h.12.

1

Page 12: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

2

bentuk komunikasi nonpersonal berbayar yang disajikan dalam media

massa secara kreatif untuk menyampakan sifat-sifat dasar dari berbagai

produk, layanan, dan gagasan. Periklanan adalah komunikasi komersil dan

nonpersonal tentang sebuah organisasi atau produk-produknya yang

ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media bersifat misal

seperti televisi, radio, koran, majalah, direct mail (pengeposan langsung),

reklame luar ruang, atau kendaraan umum3.

Wujud dari iklan adalah komunikasi persuasif yang mengajarkan

informasi tentang aneka ragam produk, gagasan, serta layanan yang tujuan

akhirnya adalah memenuhi tujuan-tujuan dari pihak yang memasang iklan

tersebut4. Kedudukan iklan sangat penting bagi perusahaan karena tanpa

adanya iklan distribusi produk dari perusahaan tersebut tidak akan

mengalir lancar sampai kepada ke konsumen.

Pada kehidupan sosial iklan merupakan bagian yang sangat

melekat dalam kehidupan sehari-hari disamping sebagai sarana bagi

masyarakat untuk memperoleh informasi mengenai suatu produk yang

dibutuhkan, iklan menjadi agen atau standart dalam membentuk tren atau

kecenderungan gaya hidup masyarakat dan bagian dari hiburan. Tidak

mengherankan jika iklan dapat ditemukan di mana saja, di antaranya

melalui berbagai media massa seperti media cetak (surat kabar, majalah,

3

Monle Lee & Carla Johnson., Prinsip-Prinsip Pokok Periklanan Dalam

Perspektif Global, (Jakarta: Kencana, 2007), h.3.

4

Rendro DS, ed., Beyond Borders: Communication Modernity & History.,

(Jakarta: STIKOM The London School of Public Relation, 2010), h. 76.

Page 13: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

3

tabloid), media elektronik (radio dan televisi), dan media outdoor

(billboard dan transit advertising).5

Jenis usaha yang memerlukan teknologi dalam memasarkan

produknya adalah usaha dalam bidang telekomunikasi. Dalam dunia ini

teknologi komunikasi telah berkembang pesat. Perkembangan ini yang

membuat teknologi komunikasi dalam mempromosikan sesuatu lebih

mudah. Brosur adalah salah alat iklan yang mudah diterima oleh

masyarakat Indonesia saat ini. Karena brosurpun para pelaku usaha

mendapatkan para konsumen yang banyak. Banyak masyarakat dengan

mudah mendapatkan brosur dari selembaran atau di jalan-jalan.

Di zaman sekarang manusia sudah sangat mudah untuk

berkomunikasi. Banyak bermacam-macam jenis komunikasi yaitu

langsung maupun tidak langsung. Berkomunikasi langsung adalah

berkomunikasi dengan lawan berbicara dengan bertemu seseorang dan

yang tidak langsung adalah dengan menggunakan alat telekomunikasi.

Kita semua telah mengenal alat komunikasi yang dinamakan handphone

atau telepon genggam.

Handphone atau telepon genggam adalah alat komunikasi tidak

langsung yang mempunyai sebuah nomor atau sering dinamakan kartu

perdana. Kartu perdana mempunyai berbagai macam keunggulan yang

biasanya dimiliki provider-provider di Indonesia. Keunggulan dari kartu

prodiver itu biasanya lebih diminati daripada nomor yang akan dipakai.

5

Ester Marissa, “Perlindungan Konsumen Terhadap Informasi Iklan yang

Menyesatkan”, (Tesis Pascasarjana Universitas Indonesia, Depok, 2006). h.6.

Page 14: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

4

Keunggulan kartu provider pula biasanya disebarluaskan atau

dipromosikan pada brosur dan iklan-iklan. Setiap provider pun

memberikan promosi yang murah dan tidak merugikan konsumen. Tetapi

dalam hal ini banyak provider yang berlomba-lomba untuk membuat

promosi yang menarik agar para pengguna telepon genggam memakai

kartu perdana tersebut. Hingga akhirnya ada beberapa kartu perdana yang

memakai iklan tidak sesuai dengan iklan yang dibuat.

Dalam contoh kasus iklan yang menyesatkan banyak sekali kasus

yang sudah ada dan terjadi. Kasus tentang pelanggaran hak konsumen

yang dilanggar oleh pelaku usaha sangatlah merugikan konsumen. Banyak

pula iklan yang menyesatkan yang kasusnya telah masuk ke Badan

Perlindungan Sengketa Konsumen (BPSK) dan masuk pula ke Pengadilan

Negeri. Pada kali ini penulis akan membahas kasus tentang PT.

Exelcomindo Pratama yang membuat iklan yang tidak sama dengan apa

yang dirasakan oleh konsumennya yaitu Jhon Parlyn H. Sinaga yang

merasa dirugikan dengan adanya iklan yang menyesatkan dan dirugikan

dengan adanya iklan tersebut. Dengan adanya permasalahan itu maka

penulis menganalisis skripsi yang berjudul “Perlindungan Konsumen

Terhadap Iklan Yang Menyesatkan (Analisis Putusan Nomor 01

K/Per.Kons/2007 Jhon Parlyn H.Sinaga Melawan PT. Exelcomindo

Pratama)”.

Page 15: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka identifikasi

masalah dari penelitian ini adalah:

1. Dalam hukum perlindungan permasalahan iklan yang

menyesatkan yang merugikan masyarakat karena adanya iklan

yang tidak benar.

2. Masalah pengaturan iklan yang beredar di masyarakat.

3. Kriteria iklan yang ada termasuk dalam iklan yang

menyesatkan.

4. Penyelesaian perlindungan konsumen terhadap iklan yang

menyesatkan.

5. Kerugian yang ditimbulkan oleh iklan yang menyesatkan.

6. Masalah harusnya ada keseimbangan antara kewajiban dan hak

para pelaku usaha.

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

pembahasan skripsi ini mengalami pembatasan yang pembahasannya akan

dibatasi pada perlindungan konsumen terhadap informasi iklan yang

menyesatkan.

Page 16: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

6

2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah dan pembatasan masalah diatas,

dapat diidentifikasikan beberapa rumusan masalah yang akan dirumuskan

sebagai berikut:

a. Bagaimana ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 yang

telah dilanggar oleh PT. Exelcomindo atas iklan yang menyesatkan?

b. Bagaimana upaya hukum Jhon Parlyn H.Sinaga terhadap iklan yang

menyesatkan oleh PT. Exelcomindo ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan skripsi ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu

tujuan penulisan secara umum dan tujuan penulisan secara khusus.

Adapun penjabaran dari tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:

Tujuan umum dari penelitian ini adalah memberikan gambaran

umum tentang informasi iklan yang menyesatkan dan tujuan khusus

penulisan skripsi ini adalah memberikan gambaran mengenai hal-hal

sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui menentukan bahwa penyalahgunaan atas iklan

yang berisi iklan yang tidak benar merupakan perbuatan yang

melanggar Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen.

Page 17: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

7

b. Untuk mengetahui upaya hukum yang dilakukan oleh Jhon Parlyn

H. Sinaga melawan PT. Excelcomindo Pratama karena informasi

iklan yang menyesatkan.

2. Manfaat Penelitian

Tiap Penelitian harus mempunyai kegunaan bagi pemecahan

masalah yang diteliti. Untuk itu suatu penelitian setidaknya mampu

memberikan manfaat praktis pada kehidupan masyarakat. Kegunaan

penelitian ini dapat ditinjau dari dua segi yang saling berkaitan yakni

dari segi teoritis dan segi praktis. Dengan adanya penelitian ini penulis

sangat berharap akan dapat memberikan manfaat:

a. Manfaat Akademis

1) Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang didapat dalam

perkuliahan dan membandingkan dengan praktek di lapangan.

2) Sebagai wahana untuk mengembangkan wacana dan pemikiran

bagi peneliti.

3) Untuk mengetahui secara mendalam mengenai informasi iklan

yang menyesatkan

4) Menambah literatur atau bahan-bahan informasi ilmiah yang

dapat digunakan untuk melakukan kajian dan penelitian

selanjutnya.

Page 18: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

8

b. Manfaat Praktis

1) Memberikan sumbangan pemikiran di bidang hukum pada

umumnya dan pada khususnya tentang perlindungan konsumen

terhadap informasi yang menyesatkan.

2) Untuk memberikan masukan dan informasi bagi masyarakat

luas tentang perlindungan konsumen terhadap informasi iklan

yang menyesatkan.

3) Hasil penelitian ini sebagai bahan ilmu pengetahuan dan

wawasan bagi penulis, khususnya bidang hukum perdata.

E. Kerangka Konseptual

Dalam pembahasan konseptual akan diuraikan beberapa konsep-

konsep terkait terhadap beberapa istilah yang akan sering digunakan dalam

penelitian ini, yaitu:

1. Perlindungan Konsumen

Pasal 1 angka 1 menurut Undang-Undang tentang Perlindungan

Konsumen menyebutkan bahwa perlindungan konsumen adalah segala

upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi

perlindungan kepada konsumen.

2. Konsumen

Pasal 1 angka 2 menurut Undang-Undang tentang Perlindungan

Konsumen menyebutkan bahwa konsumen adalah setiap orang pemakai

barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi

Page 19: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

9

kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup

lain dan tidak untuk diperdagangkan.

3. Pelaku usaha

Pasal 1 angka 3 menurut Undang-Undang tentang Perlindungan

Konsumen menyebutkan bahwa pelaku usaha adalah setiap orang

perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum

maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau

melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia,

baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian

menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

4. Barang

Pasal 1 angka 4 menurut Undang-Undang tentang Perlindungan

Konsumen menyebutkan bahwa barang adalah setiap benda baik

berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak

bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat

untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh

konsumen.

5. Jasa

Pasal 1 angka 5 menurut Undang-Undang tentang Perlindungan

Konsumen menyebutkan bahwa jasa adalah setiap layanan yang

berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat

untuk dimanfaatkan oleh konsumen.

Page 20: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

10

6. Promosi

Pasal 1 angka 6 menurut Undang-Undang tentang Perlindungan

Konsumen menyebutkan bahwa promosi adalah kegiatan pengenalan

atau penyebarluasan informasi suatu barang dan/atau jasa untuk

menarik minat beli konsumen terhadap barang dan/atau jasa yang akan

dan sedang diperdagangkan.

7. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

Pasal 1 angka 11 menurut Undang-Undang tentang Perlindungan

Konsumen menyebutkan bahwa badan penyelesaian sengketa

konsumen atau BPSK adalah badan yang bertugas menangani dan

menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen.

8. Iklan

Iklan merupakan salah satu sarana pemasaran yang sangat banyak

dipergunakan oleh pelaku usaha untuk memperkenalkan aneka produk

yang dihasilkannya kepada konsumen.6

9. Menyesatkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah (1)

membawa ke jalan yang salah; menyebabkan sesat (salah jalan): mereka

memang sengaja menyesatkan kita; (2) Kiasan menyebabkan keliru

(salah) dan sebagainya: menyesatkan pandangan; menyesatkan pikiran.

6

Dedi Harianto, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Iklan yang

Menyesatkan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h.1.

Page 21: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

11

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian

Menurut Soerjono Soekanto yang dimaksud dengan penelitian

hukum adalah kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,

sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari

satu atau segala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya.7

Penelitian juga dapat digunakan untuk menemukan,

mengembangkan, dan menguji kebenaran. Dilaksanakan untuk

mengumpulkan data guna memperoleh pemecahan yang dirumuskan

dalam BAB I Pendahuluan, sehingga diperlukan secara sistematis,

metodologi merupakan suatu logika yang menjadi dasar suatu

penelitian ilmiah.8

Dalam hal itu maka seseorang pada satu meneliti

haruslah memperhatikan ilmu pengetahuan yang menjadi induknya.

Tipe penelitian yang digunakan oleh penulis dalam skripsinya ini

adalah metode yuridis normatif, 9

yaitu penelitian hukum yang

dilakukan dengan hanya meneliti bahan pustaka atau data sekunder,

yang mungkin mencakup bahan hukum primer, sekunder dan tersier.

Tujuan dari penelitian hukum normatif mencakup penelitian asas-asas

hukum, penelitian terhadap sistematika hukum, penelitian terhadap

7 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI, 1986), h.43.

8

Ronny Hanintijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurumetri,

(Jakarta:Ghalia Indonesia, 1998), h.9.

9 Soerjono Soekanto dan Marmudji, Pengertian Hukum Normatif Suatu

Tindakan Singkat,(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,2004), h.14.

Page 22: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

12

taraf sinkronisasi hukum, penelitian sejarah hukum dan penelitian

perbandingan hukum dan jenis penelitian hukum yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode penelitian kepustakaan (library

research.)10

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kepustakaan atau hukum sekunder. Di dalam penelitian hukum

sekunder ini mencakup:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mencakup

ketentuan-ketentuan perundangan-undangan yang berlaku dan

mempunyai kekuasaan hukum yang mengikat. 11

Bahan hukum

primer dalam penelitian ini adalah:

1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen

2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers

3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran

4) Putusan No.1/Per.Kons/2007 Tentang Perkara Jhon Parlyn H.

Sinaga melawan PT. Exelcomindo Pratama.

10 Sri Mamudji,et al. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Badan

Penerbit FHUI, 2005), h.50.

11 Soerjono Soekanto., Pengantar Penelitian Hukum,. (Jakarta :Penerbit

Universitas Indonesia, 1986), h.52.

Page 23: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

13

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari

buku-buku dan artikel yang berasal dari majalah, surat kabar,

internet, skripsi, dan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini,

yang memberikan penjelasan yang jelas dan mendalam mengenai

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

c. Bahan Hukum Non-Hukum (Tersier)

Bahan non-hukum adalah yang merupakan bahan-bahan hukum

primer dan sekunder, seperti: Kamus Inggris-Indonesia, Kamus

Hukum Belanda-Indonesia dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

3. Pengolahan Data dan Analisis Bahan Hukum

Metode yang digunakan dalam menganalisis dan mengolah data-

data yang terkumpul adalah analisis kualitatif. 12

Maksud dari

penggunaan metode tersebut adalah memberikan gambaran terhadap

permasalahan yang ada didalam BAB I Pendahuluan dengan

berdasarkan pada pendekatan yuridis normatif.

Dalam metode ini data-data yang diperoleh yaitu data sekunder,

akan diinventarisasi dan disitematiskan dalam uraian yang bersifat

deskriptif analisis. 13

Setelah dilakukan proses inventaris dan

penyusuanan data secara sistematis maka langkah selanjutnya ialah

menganalisa data-data tersebut.

h.104.

12 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta:Rineka Cipta, 2004).

13 Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,

(Jakarta: Rajawali Press, 1998), h.35.

Page 24: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

14

G. Kajian (Review) Studi Terdahulu

Pada kajian studi kasus ini penulis membahas tentang Perlindungan

Konsumen Terhadap Iklan Yang Menyesatkan (Analisis Putusan Nomor

01 K/Per.Kons/2007), adapun beberapa judul skripsi terdahulu yang

pernah ditemukan penulis dan membahas terkait dengan judul skripsi yang

ditulis oleh penulis, antara lain:

Nama Andhini Iasha Amala

Fakultas/Prodi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Ilmu Hukum, Hukum Bisnis

Tahun 2013

Judul Skripsi Penerapan Undang-Undang Perlindungan Konsumen

Terhadap Produk Elektronik: Studi Kasus Perlindungan

Konsumen Kamera Lomo

Substansi Dalam Skripsi ini lebih membahas penerapan Undang-

undang terhadap produk eektronik yaitu kamera lomo.

Pembeda Dalam skripsi yang penulis tulis sangat jauh berbeda

dengan sebelumnya, karena disini penulis hanya fokus

terhadap perlindungan konsumen terhadap iklan yang

menyesatkan.

Nama Arief Hannany

Fakultas/prodi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Ilmu Hukum, Hukum Bisnis

Page 25: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

15

Tahun 2013

Judul Skripsi Perlindungan Konsumen Perbankan oleh Otoritas Jasa

Keuangan (Studi Komparatif Perlindungan konsumen

Perbankan oleh Bank Indonesia.

Substansi Dalam skripsi ini lebih membahas perlindungan

konsumen oleh otoritas jasa keuangan.

Pembeda Dalam skripsi yang penulis tulis sangat jauh berbeda

dengan sebelumnya, karena disini penulis hanya fokus

terhadap perlindungan konsumen terhadap iklan yang

menyesatkan dan sangat berbeda dengan apa yang ditulis

penulis skripsi Perlindungan Konsumen Perbankan oleh

Otoritas Jasa Keuangan (Studi Komparatif Perlindungan

konsumen Perbankan oleh Bank Indonesia.

Dan ada pula buku yang menjadi review terdahulu bagi penulis ini

yaitu:

Buku Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Iklan

yang Menyesatkan.

Pengarang Dedi Harianto

Substansi Dalam buku ini pengarang menjelaskan dengan jelas

tentang perlindungan konsumen terhadap iklan yang

menyesatkan.

Alasan Penulis skripsi mengacu kepada pengarang buku ini

Page 26: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

16

karena buku ini sangatlah membantu dalam penulisan

skripsi ini. Dalam buku ini banyak substansi tentang

perlindungan konsumen terhadap iklan yang

menyesatkan. Buku ini juga hanya menerangkan tentang

teori dan pengertian tentang iklan yang menyesatkan.

H. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun berdasarkan buku “Petunjuk Penulisan Skripsi

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012”

dengan sistematika yang terbagi dalam lima bab. Masing-masing bab

terdiri atas beberapa subbab sesuai pembahasan dan materi yang diteliti.

Adapun perinciannya sebagai berikut:

BAB I Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah,

identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian,

studi terdahulu dan sistematika penulisan. Dalam bab ini

penulis menuliskan apa yang akan dibahas pada bab inti.

BAB II Bab ini berisikan tentang tinjauan umum mengenai hukum

perlindungan konsumen, pengertian perlindungan

konsumen, pihak-pihak yang terkait dengan hukum

perlindungan konsumen, hak dan kewajiban konsumen,

perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha, tanggung jawab

pelaku usaha dan penyelesaian sengketa konsumen. Dalam

Page 27: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

17

bab ini penulis membahasan tentang perlindungan

konsumen secara teoritis.

BAB III Bab ini berisikan tentang tinjauan umum mengenai iklan

yang menyesatkan, periklanan, iklan yang menyesatkan dan

beberapa peraturan yang mengatur tentang periklanan.

Dalam bab ini peraturan yang dibahas mengenai iklan yang

menyesatkan juga melihat kepada Undang-Undang

Perlindungan Konsumen.

BAB IV Bab ini berisikan tentang analisis perlindungan konsumen

terhadap iklan yang menyesatkan dan tentang analisis kasus

menurut peraturan di Indonesia serta upaya hukum

pelanggaran sengketa konsumen.

BAB V Penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Bab ini

merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, untuk itu

penulis menarik beberapa kesimpulan dari hasil penelitian,

di samping itu penulis menengahkan beberapa saran yang

dianggap perlu.

Page 28: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM PERLINDUNGAN

KONSUMEN

A. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen

Indonesia adalah negara berkembang yang mempunyai banyak

masalah dalam bidang perlindungan konsumen. Dalam hal ini

sesungguhnya peranan hukum dalam konteks perlindungan konsumen

adalah untuk menciptakan kenyaman, kebenaran dan keamanan bagi

konsumen.

Perlindungan konsumen harus mendapat perhatian yang lebih,

karena investasi asing telah menjadi bagian pembangunan ekonomi

Indonesia, di mana ekonomi Indonesia juga berkaitan dengan ekonomi

dunia. Persaingan internasional dapat membawa implikasi negatif bagi

konsumen.1

Perlindungan konsumen tidak hanya untuk barang mahal atau

berkualitas baik tetapi untuk segala barang yang telah diproduksi untuk

para konsumen.

Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk

menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen

dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang

1

Erman Rajagukguk, Pentingnya Hukum Perlindungan Konsumen dalam Era

Perdagangan Bebas, dalam Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati (Penyuting), Hukum

Perlindungan Konsumen, (Bandung: Mandar Maju, 2000), h.2.

18

Page 29: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

19

merugikan konsumen itu sendiri. 2

Undang-Undang Perlindungan

Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 menyatakan pada Pasal 1 angka 1 bahwa,

perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya

kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.

Perlindungan konsumen mempunyai cakupan yang luas, meliputi

perlindungan konsumen terhadap barang dan jasa, yang berawal dari tahap

kegiatan untuk mendapatkan barang dan jasa hingga sampai akibat-akibat

dari pemakaian barang dan/atau jasa tersebut.

Al-Quran surat Al-Falaq ayat 1-5, yaitu:

قل عأوذ ترب الفلق . من شر ما خلق. ومن شر غاسق ذإا وقة . : قال تعاىل

ومن شر النفاثات في العقد . ومن شر حاسد ذإا حسد

Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari

kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap

gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus

pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia

dengki". (QS. Al-Falaq: 1-5).

Dalam Surat Al Falaq memerintahkan untuk memohon

perlindungan dari keburukan yang samar dan mengajarkan kepada

manusia, hanya kepada Allah-lah menyerahkan perlindungan diri dari

segala kejahatan. Surat ini juga bisa menjadi acuan perlindungan

konsumen pada umumnya.

2 Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Kencana, 2013), h.21.

Page 30: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

20

Cakupan perlindungan konsumen itu dapat dibedakan dalam dua

aspek, yaitu: 3

1. Perlindungan terhadap kemungkinan barang yang diserahkan kepada

konsumen tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati.

2. Perlindungan terhadap diberlakukannya syarat-syarat yang tidak adil

kepada konsumen.

Hukum konsumen dapat diartikan sebagai keseluruhan asas-asas

dan kaidah-kaidah yang mengatur hubungan dan masalah penyediaan dan

penggunaan barang dan/atau jasa antara penyedia dan penggunaanya

dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan hukum perlindungan

konsumen sendiri adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang

mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah

penyediaan dan penggunaan barang dan/atau jasa konsumen antara

penyedia dan penggunanya dalam kehidupan bermasyarakat.4

B. Asas dan Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen

1. Asas Perlindungan Konsumen

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata asas mempunyai

makna yaitu dasar, dasar cita-cita atau hukum dasar. Pada Pasal 2

Undang-Undang Perlindungan Konsumen menjelaskan ada 5 asas

yang relevan dalam pembangunan nasional, yaitu:

3

Adrianus Meliala, Praktik Bisnis Curang, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,

1993), h.152.

4 Az Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, (Jakarta:

Diadit Media, 2002), h.37.

Page 31: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

21

a. Asas Manfaat

Asas ini dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala

upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus

memberikan sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan

pelaku usaha secara keseluruhan.

b. Asas Keadilan

Pada asas ini dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat

diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan

kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya

dan melaksanakan kewajibannya secara adil.

c. Asas Keseimbangan

Asas ini bermaksudkan untuk meberikan keseimbangan antara

kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam

arti arti materiil ataupun spiritual.

d. Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen

Asas ini bermaksudkan bahwa untuk memberikan jaminan atas

keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam

penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau

yang dikonsumsi atau digunakan.

e. Asas Kepastian Hukum

Asas ini bermaksudkan agar baik pelaku usaha maupun

konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam

Page 32: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

22

penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara

menjamin kepastian hukum.

2. Tujuan Perlindungan Konsumen

Pada Pasal 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen dijelaskan

tentang tujuan perlindungan hukum bagi konsumen,5

yaitu:

a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian

konsumen untuk melindungi diri.

b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara

menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang

dan/atau jasa.

c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,

menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen.

d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung

unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses

untuk mendapatkan informasi.

e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

perlindungan hukum bagi konsumen, sehingga tumbuh sikap

yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha.

f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin

kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,

kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

5 Abdul Halim Barkatullah, Hak-hak Konsumen, (Bandung: Penerbit Nusa

Media, 2010), h.26.

Page 33: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

23

Untuk mewujudkan tujuan dari perlindungan hukum bagi

konsumen, negara bertanggung jawab atas pembinaan dan

penyelenggaraan perlindungan hukum bagi konsumen. Keenam

tujuan tersebut juga hanya dapat tercapai jika didukung oleh

subsistem dari Undang-Undang Perlindungan Konsumen secara

keseluruhan dan tanpa mengabaikan fasilitas dan kondisi

masyarakat.6

3. Pihak-Pihak Yang Terkait Dalam Hukum Perlindungan Konsumen

Dalam hukum perlindungan konsumen terdapat pihak-pihak terkait

didalamnya:

a. Konsumen

Pengertian konsumen dalam arti umum adalah pemakai,

pengguna dan atau pemanfaat barang dan jasa untuk tujuan

tertentu. 7

Sedangkan pengertian menurut Undang-Undang

Perlindungan Konsumen Pasal 1 butir 2 konsumen adalah setiap

orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam

masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga orang lain

maupun makhluk hidup lain, dan tidak untuk diperdagangkan.

Kalau dilihat ada 4 unsur utama dalam pengertian konsumen

tersebut, yaitu:

6

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta:

PT. Grafindo Persada, 2005), h.35.

7 Abdul Halim Barkatullah, Hak-Hak Konsumen, (Bandung: Penerbit Nusa

Media, 2010), h.30.

Page 34: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

24

1. Setiap orang

Menurut AZ. Nasution setiap orang itu adalah orang alami

dan bukan badan hukum.

2. Pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat

Maksudnya adalah barang dan /atau jasa tersebut dapat

diperoleh dari tempat umum, contohnya pasar, toko,

supermarket atau lainnya.

3. Untuk kepentingan sendiri, keluarga atau makhluk hidup

lainnya.

Barang dan/atau jasa tersebut dapat dipergunakan,

dimanfaatkan, dipakai untuk kepentingan konsumen diri

sendiri, orang lain, keluarga atau makhluk hidup lainnya.

4. Tidak untuk diperjualbelikan

Maksudnya adalah barang dan/atau jasa tersebut tidak untuk

dijual kembali atau dikomersilkan.

b. Pelaku Usaha

Pada Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen memberikan arti dari pelaku

usaha yaitu:

“Pelaku usaha adalah setiap perseorangan atau badan usaha,

baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum

yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam

wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun

bersama-sama melalui perjanjian penyelenggaraan kegiatan usaha

dalam berbagai bidang ekonomi”.

Page 35: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

25

Penjelasan dalam Undang-Undang perlindungan konsumen

tersebut mengatakan bahwa “ Pelaku Usaha yang termasuk dalam

pengertian ini adalah perusahaan, korporasi, BUMN, koperasi,

importir, pedagang, distributor, dan lain-lain”8.

Dalam pengertian tentang pelaku usaha terdapat 4 aspek utama

dalam pengertian tersebut:

1. Setiap orang perseorangan ataupun badan hukum

Maksudnya badan usaha disini adalah badan usaha hukum

maupun badan usaha yang bukan hukum.

2. Melakukan dan menyelenggarakan kegiatan di dalam wilayah

Negara Republik Indonesia

Maksudnya adalah orang perseorangan dan badan hukum

hanya melakukan dan menyelenggarakan kegiatan tersebut di

Indonesia kecuali badan usaha diperbolehkan di luar wilayah

Indonesia.9

3. Menyelenggarakan kegiatan usaha dalam di bidang ekonomi

Terdapat batasan yang membedakan pelaku usaha dengan

pelaku usaha kegiatan lain yaitu pelaku usaha ini hanya

menyelenggarakan kegiatan di bidang ekonomi.

4. Secara sendiri ataupun bersama-sama melalui perjanjian

8

Abdul Halim Barkatullah, Hak-Hak Konsumen, (Bandung: Penerbit Nusa

Media, 2010), h.37.

9 Abdul Halim Barkatullah, Hukum Perlindungan Konsumen Kajian Teoritis dan

Pengembangan Pemikiran, (Bandung: Penerbit Nusa Media, 2008), h.33-34.

Page 36: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

26

Maksudnya adalah kegiatan tersebut harus melalui perjanjian

dengan badan usaha dan perseorangan.

c. Pemerintah

Peranan pemerinah sebagai pemegang regulasi dan

kebijakan sangat penting. Tanggung jawab pemerintah dalam

melakukan pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen

dimaksudkan untuk memberdayakan konsumen agar mendapatkan

hak-haknya, sementara itu tanggung jawab pemerintah dalam

melakukan pengawasan penting dalam upaya membangun kegiatan

usaha positif dan dinamis, sehingga hak-hak konsumen tetap bisa

diperhatikan oleh para pelaku usaha.10

a. Pembinaan

Dalam undang-undang perlindungan konsumen Pasal 29

ayat 1 dinyatakan bahwa:

“Pemerintah bertanggung jawab atas pembinaan

penyelenggaraan perlindungan konsumen yang menjamin

diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta

dilaksanakannya kewajiban konsumen dan pelaku usaha”

Penjelasaan umum aturan Permerintah Nomor 58 Tahun

2001 Tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan

Perlindungan Konsumen, disebutkan bahwa pembinaaan

perlindungan konsumen yang diselenggarakan oleh pemerintah

adalah sebagai upaya untuk menjamin diperolehnya hak

10 Abdul Halim Barkatullah, Hak-Hak Konsumen, (Bandung: Penerbit Nusa

Media, 2010), h.63.

Page 37: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

27

konsumen dan pelaku usaha serta dilakukannya kewajiban

masing-masing dengan asas keadilan dana asas keseimbangan

kepentingan.11

b. Pengawasan

Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 30 ayat 1

disebutkan bahwa :

“Pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan

konsumen serta penerapan ketentuan peraturan perundang-

undangan diselenggarakan oleh pemerintah, masyarakat, dan

lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat”

Pada penjelasan umum Peraturan Pemerintah Nomor 58

Tahun 2001 Tentang Pembinaan dan Pengawasan

Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen, disebutkan bahwa

perlindungan konsumen dilakukan secara bersama oleh

pemerintah, masyarakat dan LPKSM, mengingat banyak ragam

dana jenis barang dan/atau jasa yang beredar di pasar serta

luasnya wilayah Indonesia.

Tugas pengawasan pemerintah terhadap penyelenggara

perlindungan konsumen dilakukan oleh Menteri atau Menteri

teknis terkait. Bentuk pengawasan oleh pemerintah diatur

dalam Pengaturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 Tentang

Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan

Konsumen Pasal sebagai berikut:

11 Abdul Halim Barkatullah, Hak-Hak Konsumen, (Bandung: Penerbit Nusa

Media, 2010), h.64.

Page 38: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

28

- Pengawasan oleh pemerintah dilakukan terhadap pelaku

usaha dalam memenuhi standar mutu produksi barang

dan/atau jasa, pencantuman label dan klausula baku,

promosi, pengiklanan, serta pelayanan purna jual barang

dan /atau jasa. Purna jual adalah pelayanan yang dilakukan

oleh pelaku usaha terhadap konsumen.

- Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan

dalam proses produksi, penawaran, promosi, pengiklanan,

dan penjualan barang dan/atau jasa.

- Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2

dapat disebarluaskan kepada masyarakat.

- Ketentuan mengenai tata cara pengawasan sebagaimana

dimaksud pada ayat 1 ditetapkan oleh Menteri atau Menteri

teknis bersama-sama atau sendiri-sendiri sesuai dengan

bidang tugas masing-masing.12

C. Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha

Secara umum ada 4 hak dasar konsumen yaitu:13

1. Hak untuk mendapat keamanan (The right to safety)

2. Hak untuk mendapatkan informasi (The right to information)

3. Hak untuk memilih (the right to choices)

12

Abdul Halim Barkatullah, Hak-hak Konsumen, (Bandung: Penerbit Nusa

Media, 2010), h.65-66.

13 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta: PT. Grasindo,

2000), h.1.

Page 39: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

29

4. Hak untuk didengar (the right to be heard)

Dalam hak-hak tersebut konsumen harus mendapatkan semua hak

yang ada dalam 4 aspek itu. Kemudian melalui Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menetapkan 9 (Sembilan)

hak konsumen:

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang

dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta

jaminan yang dijanjikan;

3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa;

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa

yang digunakan;

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya

penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

7. Hak unduk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta

tidak diskriminatif;

8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,

apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan

perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

Page 40: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

30

9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya.

Dalam hak-hak tersebut terlihat sekali banyak hal yang sangat

penting untuk para konsumen dan itupun adalah berbicara tentang

keamanan, kenyamanan, dan keselamatan. Betapa pentingnya hak-hak

konsumen, sehingga melahirkan pemikiran yang berpendapat bahwa hak-

hak konsumen merupakan “generasi keempat hak asasi manusia”, yang

merupakan kata kunci dalam konsepsi hak asasi manusia dalam

perkembangan di masa-masa yang akan datang.14

Dari hak yang telah diketahui terdapat pula kewajiban konsumen

yaitu:

1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur

pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi

keamanan dan keselamatan.

2. Beriktikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang

dan/atau jasa.

3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.

4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan

konsumen secara patut.15

14 Jimly Asshiddiqie, Dimensi Konseptual dan Prosedural Kemajuan Hak-Hak

Asasi Manusia Dewasa Ini, Perkebangan ke Arah Pentingnya Hak Asasi Manusia

Generasi Keempat, (Jakarta: The Habibie Center, 2000), h.12.

15 Abdul Halim Barkatullah, Hak-Hak Konsumen, (Bandung: Penerbit Nusa

Media, 2010), h.35-36.

Page 41: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

31

Untuk menciptakan kenyamanan berusaha bagi para pelaku usaha

dan sebagai keseimbangan atas hak-hak yang diberikan kepada konsumen,

kepada para pelaku usaha diberikan hak sebagaimana diatur pada Pasal 6

Undang-Undang Perlindungan Konsumen, yaitu:

a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan

mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen

yang beritikad tidak baik;

c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam

penyelesaian hukum sengketa konsumen;

d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum

bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau

jasa yang diperdagangkan;

e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-

undangan lainnya.

Kemudian dalam hal ini penjelasan tentang kewajiban pelaku

usaha dibahas pada Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen yaitu:

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya

b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi

dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan

penggunaan, perbaikan dan pemeliharan

Page 42: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

32

c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur

serta tidak diskriminatif,

d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau

jasa yang berlaku;

e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau

mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan

dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang

diperdagangkan.

f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian

akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau

jasa yang diperdagangkan

g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila

barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai

dengan perjanjian.

Page 43: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

BAB III

IKLAN YANG MENYESATKAN

A. Periklanan

Iklan adalah salah satu bagian dari perusahan periklanan untuk

melakukan promosi kepada konsumen. Dalam hal ini iklan sangatlah

penting untuk memasarkan prodak yang diproduksi oleh pelaku usaha.

Banyak pelaku usaha yang berbondong-bondong untuk membuat iklan

semenarik mungkin sehingga membuat konsumen tertarik untuk membeli

produk yang dijual oleh pelaku usaha.

Iklan merupakan bagian dari reklame yang berasal dari bahasa

Prancis, re-clamare, yang berarti “meneriakan berulang-ulang”. Iklan

merupakan salah satu bentuk komunikasi yang terdiri atas informasi dan

gagasan tentang suatu produk yang ditujukan kepada khalayak secara

serempak agar memperoleh sambutan baik. Iklan berusaha untuk

memberikan informasi, membujuk, dan menyakinkan.1

Iklan atau advertasing dapat didefinisikan sebagai “any paid form

of nonpersonal communication about an organization, product, service, or

idea by an identified sponsor” 2

(setiap bentuk komunikasi nonpersonal

mengenai suatu organisasi, produk, servis, atau ide yang dibayar oleh satu

sponsor yang diketahui).

1 Dendi Sudiana, Komunikasi Periklanan Cetak, (Bandung: Remadja Karya CV

Bandung, 1986), h.1.

2 Raphl S. Alexander,ed. Marketing Definition, (Amerika Association, Chicago.

1965), h. 1.

33

Page 44: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

34

Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) mendefinisikan

iklan sebagai segala bentuk pesan tentang produk yang disampaikan

melalui suatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal serta

ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Sedangkan dalam

Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran,

siaran iklan didefinisikan sebagai siaran informasi yang bersifat komersial

dan layanan masyarakat tentang tersedianya jasa, barang, dan gagasan

yang dapat dimanfaatkan oleh khalayak dengan atau tanpa imbalan kepada

lembaga penyiaran yang bersangkutan. Menurut kalangan ekonom

biasanya definisi standar periklanan mengandung 6 (enam) elemen, yaitu:

1. Periklanan adalah bentuk komunikasi yang dibayar walaupun beberapa

bentuk periklanan seperti layanan masyarakat, biasanya menggunakan

ruang khusus yang gratis atau walaupun harus membayar, tetapi

dengan jumlah yang sedikit.

2. Selain pesan yang harus disampaikan harus dibayar, dalam iklan juga

terjadi proses identifikasi sponsor. Iklan bukan hanya menampilkan

pesan mengenai kehebatan produk yang ditawarkan, melainkan juga

sekaligus menyampaikan pesan agar konsumen sadar mengenai

perusahaan yang memproduksi produk yang ditawarkan itu, sehingga

sering mendengar atau melihat iklan yang selain menawarkan

produknya juga menyampaikan siapa produsennya.

3. Maksud utama kebanyakan iklan adalah untuk membujuk atau

mempengaruhi konsumen untuk melakukan sesuatu. Di dalam iklan,

Page 45: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

35

pesan dirancang sedemikian rupa agar bisa membujuk dan

mempengaruhi konsumen.

4. Periklanan memerlukan elemen media massa sebagai media

penyampaian pesan. Media massa merupakan sarana untuk

menyampaikan pesan kepada audiens sasaran.

5. Penggunaan media massa ini menjadikan periklanan dikategorikan

sebagai komunikasi masal, sehingga periklanan mempunyai sifat

bukan pribadi (nonpersonal).

6. Perancangan iklan harus secara jelas ditentukan kelompok konsumen

yang akan menjadi sasaran pesan. Tanpa identifikasi audiens yang

jelas, pesan yang disampaikan dalam iklan tidak akan efektif.3

Pada dasarnya definisi iklan adalah sarana komunikasi untuk

pemasaran yang meneriakan suatu produk barang dan/atau jasa dibuat oleh

pelaku usaha untuk pemberitahuan tentang produk yang dijual dan

dipercaya oleh para konsumen. Secara umum juga tujuan iklan adalah: 4

1. Memberikan informasi kepada konsumen sasaran tentang produk dan

manfatnya. Sebagai contoh iklan kelompok ini adalah pemberitahuan

tentang kehadiran produk baru di pasar, perubahan harga, cara

penggunaan barang.

3 Taufik H. Simatupang, Aspek Hukum Periklanan dalam Persepektif Perlindungan

Konsumen, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2004), h.6.

4

Siswanto Sutojo, Stategi Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT. Dammar Mulia

Pustaka, 2000), h.263-264.

Page 46: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

36

2. Menyakinkan konsumen sasaran untuk memilih produk atau merek

dagangan perusahaan saingan. Contohnya: menghimbau kepada

konsumen sasaran untuk membeli produk, memilih produk atau merek

yang diiklankan atau menyakinkan konsumen tentang keunggulan

atribut produk yang diiklankan dibandingkan dengan produk saingan.

3. Mengingatkan kembali konsumen akan keberadaan produk di pasar

dan berbagai macam manfaat yang dijanjikannya.

Ada beberapa jenis iklan yaitu:

1. Iklan nasional adalah iklan yang berskala nasional atau

sebagian wilayah suatu negara. Sebagian besar iklan nasional

pada umumnya muncul pada jam tayang utama di televisi atau

media besar nasional serta media-media lainnya

2. Iklan lokal adalah iklan pada tingkat lokal. Iklan lokal

bertujuan untuk mendorong konsumen untuk berbelanja pada

toko-toko tertentu atau menggunakan jasa lokal atau

mengunjungi suatu tempat atau institusi tertentu.

3. Iklan Primer atau Selektif adalah iklan yang memusatkan

perhatian untuk menciptakan permintaan terhadap suatu merek

tertentu.

4. Iklan antar-Bisnis adalah iklan dengan target kepada satu atau

beberapa individu yang berperan mempengaruhi pembelian

barang dan jasa industri untuk kepentingan perusahaan di mana

para individu itu bekerja.

Page 47: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

37

5. Iklan profesional adalah iklan yang target kepada para pekerja

profesional seperti dokter, pengacara, dokter gigi, ahli teknik,

dan sebagainya.

6. Iklan Perdagangan adalah iklan yang target pada anggota yang

mengelola saluran pemasaran, seperti pedagang besar,

distributor serta para pengecer.5

Periklanan terdapat pihak-pihak yang terkait dalam periklanan.

Adapun pihak-pihak yang terkait dalam periklanan adalah :

1. Perusahaan Iklan

Suatu perusahaan iklan atau biro iklan adalah suatu organisasi

jasa yang mengkhususkan diri dalam merencanakan dan

melaksanakan program periklanan bagi klien, yaitu perusahaan

yang menggunakan jasa biro atau perusahaan iklan eksternal.

Para staf perusahaan iklan ini terdiri dari artis, penulis, analis

media, peneliti dan tenaga ahli lainnya yang memiliki

keterampilan khusus, pengetahuan dan pengalaman yang dapat

menolong klien memasarkan barang dan jasa.6

2. Pengiklan

Menurut Etika Pariwara Indonesia pengiklan adalah

pemrakarsa, penyandang dana dan pengguna jasa pengiklan.

5 Morissan, M.A. Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Grup, 2010), h. 21.

6 Morissan, M.A. Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Grup, 2010), h. 146-147.

Page 48: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

38

Maksudnya adalah pihak yang mempemrakarsai kepada

perusahaan periklanan untuk mempromosikan produk hasil

usahanya dengan memberikan informasi yang jelas, benar dan

jujur dari perusahaan pengiklan.7

3. Media Periklanan

Media periklanan adalah sarana komunikasi massa seperti,

media cetak (Koran, majalah, tabloid), media elektronik

(televisi, radio dan internet) dan ada pula media lain yaitu,

spanduk, pamphlet, brosur dan billboard. Adapun bentuk-

bentuk media dibagi menjadi tiga:

a. Media Penyiaran

Pemasang iklan harus selalu mempertimbangkan media

penyiaran apa yang paling tepat untuk mempromosikan

suatu produk (barang dan jasa).8

b. Media Cetak

Dalam perencanaan media, majalah dan surat kabar

memiliki posisi yang berbeda dengan media penyiaran. Hal

ini disebabkan kedua media cetak tersebut memungkinkan

pemasang iklan untuk menyajikan informasi secara lebih

7 William Wells, J. Burnett, dan Sandra Morianty, Advertising: Principles &

Practice, (New Jersey: Prentice Hall Inc, 1998), h.7.

8 Morissan, M.A. Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Grup, 2010), h. 236.

Page 49: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

39

detail atau perinci yang dapat diolah menurut tingkat

kecepatan pemahaman pembacanya.9

c. Media Internet

Internet dapat didefinisikan sebagai suatu metode yang

mendunia untuk saling menukar informasi dan

berkomunikasi melalui komputer yang saling terkoneksi.

Perusahaan membangun dan menggunakan situs web atau

web site dengan tujuan tidak lebih sebagai katalog atau

brosur elektronik yang dapat diakses secara online yang

bertujuan untuk menyediakan informasi.10

4. Vendors

Vendors merupakan kelompok dari organisasi jasa yang

membantu pengiklan, perusahaan periklanan, dan media.

Sering pula disebut sebagai freelancers atau consultants.

Contoh adalah penulis naskah dan seniman grafis, fotografer,

pengarang lagu dan lainnya.11

5. Konsumen

Konsumen adalah setiap pemakai dan penikmat barang dan jasa

yang sudah diiklankan.

9

Morissan, M.A., Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Grup, 2010), h. 281.

10 Morissan, M.A., Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Grup, 2010), h. 317-319.

11 William Wells, J. Burnett, dan Sandra Morianty, Advertising: Principles &

Practice, (New Jersey: Prentice Hall Inc, 1998), h.11.

Page 50: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

40

6. Pemerintah

Pemerintah adalah pengawas berjalannya aturan periklanan.

B. Peraturan yang Mengatur tentang Periklanan

Mencari informasi tentang barang dan atau jasa sangatlah penting

bagi konsumen. Sehingga memang sudah seharusnya ada undang-undang

yang melindungi hal tersebut. Pembuatan undang-undang periklanan

didasarkan oleh adanya kebutuhan pelaku usaha untuk beriklan yang

mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Bagi pelaku usaha, iklan

merupakan suatu media yang sangat efektif untuk menjangkau konsumen

dalam rangka memasarkan barang dan atau jasa yang diproduksi.12

Karena

pula adanya sikap kristis pada kosumen Indonesia dalam mencermati

berbagai iklan maka ini hal yang sangat mendorong adanya peraturan yang

mengatur periklanan. Hal ini pula dilakukan untuk melindungi konsumen

dari tindakan-tindakan curang yang dilakukan oleh pelaku usaha.

Berdasarkan hal tersebut, iklan memerlukan pengaturan dalam sistem

hukum di Indonesia.

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen

Pengaturan kegiatan periklanan dalam Undang-Undang Perlindungan

Konsumen diawali dengan beberapa larangan yang ditujukan bagi pelaku

usaha dalam melaksanakan kegiatan penawaran, promosi, mengiklankan

suatu barang dan atau jasa, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 9 Ayat

12

Lamtasim Dasustra, “Iklan Sumber Informasi yang Benar atau Menyesatkan”,

Koran Tempo, 31 Agustus 2004.

Page 51: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

41

(1) Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang menjelaskan bahwa

pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan suatu

barang atau jasa secara tidak benar, atau seolah-olah:

a. Barang tersebut telah memenuhi dan/atau memiliki potongan harga,

harga khusus, standar mutu tertentu, gaya atau mode tertentu,

karakteristik tertentu, sejarah atau guna tertentu;

b. Barang tersebut dalam keadaan baik dan/atau baru;

c. Barang dan/atau jasa tersebut telah mendapatkan dan/atau memiliki

sponsor, persetujuan, perlengkapan tertentu, keuntungan tertentu,

ciri•ciri kerja atau aksesori tertentu;

d. Barang dan/atau jasa tersebut dibuat oleh perusahaan yang

mempunyai sponsor, persetujuan atau afiliasi;

e. Barang dan/atau jasa tersebut tersedia;

f. Barang tersebut tidak mengandung cacat tersembunyi;

g. Barang tersebut merupakan kelengkapan dari barang tertentu;

h. Barang tersebut berasal dari daerah tertentu;

i. Secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang dan/atau

jasa lain;

j. Menggunakan kata•kata yang berlebihan, seperti aman, tidak

berbahaya, tidak mengandung risiko atau efek sampingan tampak

keterangan yang lengkap;

k. Menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang belum pasti.

Memperhatikan substansi ketentuan Pasal 9 Undang-Undang

Page 52: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

42

Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut UUPK) ini, pada intinya

merupakan bentuk larangan yang tertuju pada perilaku pelaku usaha yang

menawarkan, mempromosikan, mengiklankan suatu barang dan atau jasa

secara tidak benar atau seolah-olah barang tersebut telah memiliki

potongan harga, memenuhi standar mutu tertentu, dalam keadaan baik atau

baru, telah mendapatkan atau sponsor, persetujuan atau afiliasi, barang

tersebut tersedia, tidak mengandung cacat tersembunyi, merupakan

kelengkapan barang tertentu, seolah-olah berasal dari suatu daerah

tertentu, secara langsung atau tidak langsun merendahkan barang dan atau

jasa lain, mempergunakan kata-kata yang berlebihan, menawarkan sesuatu

janji yang belum pasti.

Larangan terhadap pelaku usaha tersebut dalam Undang-Undang

Perlindungan Konsumen membawa akibat bahwa pelanggaran atas

larangan tersebut dikualifikasikan sebagai perbuatan melanggar hukum,

sehingga dapat dikenakan sanksi.13

Bagi pelaku usaha yang terlanjur telah

membuat iklan yang melanggar ketentuan Pasal 9, harus menghentikan

penawaran, promosi dan penanyangan iklan tersebut.

Pasal 9 ayat (1) huruf i melarang iklan secara langsung atau tidak

langsung merendahkan barang dan atau jasa lain, karena tindakan ini dapat

merugikan pelaku usaha lain serta menyesatkan konsumen dengan

memandang rendah kualitas suatu produk bila dibandingkan dengan

produk pengiklan.

13

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada, 2004), h.91

Page 53: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

43

Dalam Pasal 10 Undang-Undang Perlindungan Konsumen dimuat

ketentuan, pelaku usaha dalam menawarkan barang dan atau jasa yang

ditujukan untuk diperdagangkan dilarang menawarkan, mempromosikan,

mengiklankan atau membuat pernyataan yang tidak benar atau

menyesatkan mengenai:

a. Harga atau tarif suatu barang dan/atau jasa;

b. Kegunaan suatu barang dan/atau jasa;

c. Kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau ganti rugi atas suatu barang

dan/atau jasa;

d. Tawaran potongan harga atau hadiah menarik yang ditawarkan;

e. Bahaya penggunaan barang dan/atau jasa.

Keseluruhan informasi tersebut merupakan “fakta material” karena

sangat penting bagi konsumen untuk memilih atau membeli produk sesuai

dengan kebutuhan. Apabila konsumen tidak berhati-hati dalam

mencermati iklan-iklan menyesatkan tersebut, maka konsumen akan salah

dalam menjatuhkan pilihan atau akan mengalami kerugian.14

Ketentuan Pasal 10 Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini

juga menyangkut larangan yang tertuju kepada perilaku pelaku usaha,

yang tujuannya mengupayakan adanya perdagangan tertib dan iklim usaha

yang sehat, guna memastikan produk yang diperjualbelikan dalam

14

Dedi Harianto, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Iklan yang

Menyesatkan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h.59.

Page 54: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

44

masyarakat dilakukan dengan cara-cara tidak melanggar hukum.15

Pasal 12 Undang-Undang Perlindungan Konsumen dimuat

ketentuan bahwa pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan

atau mengiklankan suatu barang dan jasa dengan harga atau tarif khusus

dalam waktu dan jumlah tertentu, jika pelaku usaha tersebut tidak

bermaksud untuk melaksanakannya sesuai dengan waktu dan jumlah yang

ditawarkan, dipromosikan, atau diiklankan.

Ketentuan Pasal 12 ini berkaitan dengan iklan-iklan potongan

harga, atau tarif-tarif khusus yang marak ditawarkan pelaku usaha untuk

menarik perhatian konsumen untuk datang bertransaksi atau

mempergunakan fasilitas tertentu (angkutan darat, tempat hiburan). Tetapi,

begitu konsumen menanyakan perihal potongan harga atau tarif khusus

tersebut, pelaku usaha berdalih potongan harga atau tarif khusus hanya

untuk produk-produk tertentu saja, atau hanya berlaku untuk tegang waktu

tertentu, tanpa memberikan informasi secara alurat kepada konsumen.

Konsumen dalam hal ini tentu merasa tertipu dan dirugikan ongkos,

waktu, dan tenaga akibat tindakan pelaku usaha.16

Konsumen hendaknya jangan terlalu tergiur dengan iklan potongan

harga atau tarif khusus yang ditawarkan oleh pelaku usaha, karena bisa

saja produk yang ditawarkan adalah produk lama atau produk yang tidak

15 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada, 2004), h.92.

16

Dedi Harianto, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Iklan yang

Menyesatkan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h.59.

Page 55: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

45

diminati oleh konsumen karena sudah tidak modern atau ketinggalan

zaman. 17

Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang Perlindungan Konsumen

ditentukan bahwa pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan,

atau mengiklankan suatu barang dan atau jasa dengan cara menjanjikan

pemberian hadiah berupa barang dan atau jasa lain secara cuma-cuma

dengan maksud tidak memberikannya atau memberikannya tidak

sebagaimana dijanjikan. Sedangkan dalam ayat 2 berkaitan dengan

larangan kegiatan penawaran, promosi, atau mengiklankan obat, obat

tradisional, suplemen makanan, alat kesehatan dan jasa pelayanan

kesehatan dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang dan

atau jasa lain.

Tawaran hadiah yang menyertai setiap transaksi penjualan produk

merupakan salah satu kiat pelaku usaha guna mendongkrak omset

penjualan produknya. Kerap kali ditemukan adanya perubahan orientasi

konsumen yang lebih mengutamakan untuk memperoleh hadiah-hadiah

sebagaimana dijanjikan melalui iklan daripada mengutamakan manfaat

membeli produk yang sebenarnya. Pelaku usahapun tidak kurang akal

untuk memanfaatkan keluguan konsumen dengan alasan stok hadiah

terbatas, masa pengambilan hadiah sudah terlewati, atau menukar hadiah

yang dijanjikan dengan hadiah lain dengan harga yang lebih murah.

Pasal 17 ayat (1) ditentukan bagi pelaku usaha periklanan dilarang

memproduksi iklan yang:

17

Dedi Harianto, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Iklan yang

Menyesatkan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h, 60

Page 56: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

46

a. Mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan,

kegunaan dan harga barang dan/atau tarif jasa serta ketepatan waktu

penerimaan barang dan/atau jasa;

b. Mengelabui jaminan/garansi terhadap barang dan/atau jasa;

c. Memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai

barang dan/atau jasa;

d. Tidak memuat informasi mengenai risiko pemakaian barang dan/atau

jasa;

e. Mengeksploitasi kejadian dan/atau seseorang tanpa seizin yang

berwenang atau persetujuan yang bersangkutan;

f. Melanggar etika dan/atau ketentuan peraturan perundang•undangan

mengenai periklanan.

Pasal 20 Undang-Undang Perlindungan Konsumen dengan tegas

disebutkan bahwa pelaku usaha periklanan bertanggung jawab atas iklan

yang diproduksi dan segala akibat yang ditimbulkan oleh iklan tersebut.

Sebagai konsekuensi tanggung jawab profesional pelaku usaha periklanan,

maka pelaku usaha periklanan dianggap turut bertanggung jawab terhadap

setiap iklan hasil karya dengan segala iklan akibat yang ditimbulkan oleh

iklan tersebut. Tetapi diterangkan secara lebih lanjut dari segi mana dari

iklan tersebut yang dapat dimintakan pertanggung jawaban pelaku usaha

periklanan.

Perlindungan hukum bagi konsumen atas iklan yang menyesatkan

dalam UUPK diatur dalam Bab III Pasal 4 sampai dengan pasal mengenai

Page 57: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

47

hak-hak dan kewajiban konsumen dan juga hak dan kewajiban pelaku

usaha yang telah disebutkan pada bab sebelumnya.

Bentuk lainnya untuk melindungi konsumen, yaitu dengan

dibentuknya Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) yang

diatur pada Bab VIII UUPK mulai dari Pasal 31 sampai dengan Pasal 43.

Tugas BPKN yaitu:

a. Memberikan saran dan rekomendasi kepada pemerintah dalam rangka

penyusunan kebijaksanaan di bidang perlindungan konsumen.

b. Melakukan penelitian dan pengkajian terhadap peraturan perundang-

undangan yang berlaku di bidang perlindungan konsumen.

c. Melakukan penelitian terhadap barang dan/atau jasa yang menyangkut

keselamatan konsumen.

d. Mendorong berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya

masyarakat,

e. Menyebarluaskan informasi melalui media mengenai perlindungan

konsumen dan memasyarakatkan sikap keberpihakan kepada

konsumen.

f. Menerima pengaduan tentang perlindungan konsumen dari masyarakat,

lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat atau pelaku

usaha.

g. Melakukan survei yang menyangkut kebutuhan konsumen.

Page 58: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

48

2. Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran

Ketentuan mengenai periklanan memiliki keterkaitan erat dengan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun tentang Penyiaran. Dalam proses

lahirnya suatu iklan tentu akan melibatkan banyak pihak sekali pihak,

yaitu pengusaha pengiklan ( produsen, distributor, supplier, retailer),

pengusaha pengiklan, dan juga media iklan (di antaranya melalui televisi,

radio) sebagai media penyebarluasan informasi, konsumen sebagai

penerima informasi yang disajikan melalui iklan, dan pemerintah.18

Undang-undang penyiaran mengklasifikasikan jenis iklan atas

siaran iklan niaga dan siaran iklan layanan masyarakat. Siaran iklan niaga

berdasarkan Pasal 1 angka 6 undang-undang penyiaran mendefinisikan

sebagai:

1. Siaran iklan terdiri atas siaran iklan niaga dan siaran iklan layanan

masyarakat.

2. Siaran iklan wajib menaati asas, tujuan, fungsi, dan arah penyiaran

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5.

3. Siaran iklan niaga dilarang melakukan:

a. Yang dihubungkan dengan ajaran suatu agama, ideologi,

pribadi dan/atau kelompok, yang menyinggung perasaan

18

Yusuf Shofie, 21 Pelanggaran dan Cara Menegakkan Hak Konsumen, (Jakarta:

PIRAC-PEG, 2001), h. 43

Page 59: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

49

dan/atau merendahkan martabat agama lain, ideologi lain,

pribadi lain, atau kelompok lain;

b. Promosi minuman keras atau sejenisnya dan bahan atau zat

adiktif;

c. Promosi rokok yang memperagakan wujud rokok;

d. Hal-hal yang bertentangan dengan kesusilaan masyarakat dan

nilai-nilai agama; dan/atau

e. Eksploitasi anak di bawah umur 18 (delapan belas) tahun.

4. Materi siaran iklan yang disiarkan melalui lembaga penyiaran wajib

memenuhi persyaratan yang dikeluarkan oleh KPI.

5. Siaran iklan niaga yang disiarkan menjadi tanggung jawab lembaga

penyiaran.

6. Siaran iklan niaga yang disiarkan pada mata acara siaran untuk anak-

anak wajib mengikuti standar siaran untuk anak-anak.

7. Lembaga Penyiaran wajib menyediakan waktu untuk siaran iklan

layanan masyarakat.

8. Waktu siaran iklan niaga untuk Lembaga Penyiaran Swasta paling

banyak 20% (dua puluh per seratus), sedangkan untuk Lembaga

Penyiaran Publik paling banyak 15% (lima belas per seratus) dari

seluruh waktu siaran.

9. Waktu siaran iklan layanan masyarakat untuk Lembaga Penyiaran

Swasta paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari siaran iklan niaga,

Page 60: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

50

sedangkan untuk Lembaga Penyiaran Publik paling sedikit 30% (tiga

puluh per seratus) dari siaran iklannya.

10. Waktu siaran lembaga penyiaran dilarang dibeli oleh siapa pun untuk

kepentingan apa pun, kecuali untuk siaran iklan.

11. Materi siaran iklan wajib menggunakan sumber daya dalam negeri.

3. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers

Fungsi iklan sebagai sarana untuk penyebarluasan informasi

produk telah menempatkan perusahaan periklanan maupun media cetak

dan elektronik sebagai bentuk-bentuk perusahaan yang melaksanakan

kegiatan jurnalistik. Hal tersebut dijelaskan pada Pasal 1 angka 1 Undang-

Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers, bahwa yang dimaksud dengan

Pers adalah:

“Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang

melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh,

memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik

dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan

grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak,

media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.”

Sebagai bentuk perusahaan yang menjalankan kegiatan jurnalistik

perusahaan periklanan maupun cetak dan elektronik dapat dikelompokan

sebagai perusahaan pers, penegasan hal tersebut dapat ditemukan dalam

pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers:

“Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan

usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor

berita, serta perusahaan media lainnya yang secara khusus

menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan informasi.”

Page 61: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

51

Dari beberapa penjelasan dalam Undang-Undang Pers tersebut,

maka keberadaan perusahaan periklanan sebagai salah satu bentuk

perusahaan pers memang tidak secara tegas disebutkan, tetapi dengan

melihat fungsi yang dijalankan perusahaan periklanan untuk mengolah

informasi produk yang diperoleh dari pengiklan menjadi informasi yang

menarik dan mampu mengakomodir keingintahuan konsumen, telah

menempatkan perusahaan periklanan sebagai perusahaan pers.

Kesimpulan tersebut didukung dengan ditemukannya pengaturan

Pasal 13 Undang-Undang Pers mengenai beberapa larangan muatan iklan

bagi perusahaan periklanan yang dimasukkan dalam Bab IV mengenai

perusahaan pers, sebagai berikut. Perusahaan iklan dilarang memuat iklan:

a. Yang berakibat merendahkan martabat suatu agama dan atau

mengganggu kerukunan hidup antarumat beragama, serta bertentangan

dengan rasa kesusilaan masyarakat;

b. Minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat aditif lainnya sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c. Peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok.

4. Etika Pariwara Indonesia.

Undang-Undang mengatur pelaku usaha periklanan dilarang

memproduksi iklan yang melanggar etika dan atau ketentuan peraturan

perundang-undangan mengenai periklanan. Etika pada hakikatnya

merupakan pandangan hidup dan pedoman tentang bagaimana orang itu

Page 62: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

52

seyogyanya berperilaku, pelanggaran etika hukum bukanlah merupakan

kaedah hukum melainkan dirasakan bertentangan dengan hati nurani.19

Etika dalam periklanan diatur dalam kode etik periklanan yang

tersusun dalam etika pariwara Indonesia (EPI). EPI ini merupakan

penyempurnaan kedua atas kitab Tata Karma dan Tata Cara Periklanan

Indonesia (TKTCPI) yang disahkan pada tahun 1981.

EPI itu sifatnya adalah melengkapi hukum positif yang telah ada

karena dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 17 ayat 1.f.

disebutkan bahwa "Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan

yang melanggar etika dan atau ketentuan peraturan perundang-undangan

mengenai periklanan". Dengan demikian EPI dapat menjadi rujukan dari

banyak pihak (termasuk praktisi hukum pada umumnya) mengenai hal-hal

yang berkaitan dengan etika periklanan. Disinilah posisi strategis dari EPI.

C. Iklan yang Menyesatkan

Kebutuhan konsumen terhadap barang dan jasa sangatlah tinggi

hingga konsumenpun membutuhkan informasi produk yang akan dibeli.

Karena dengan ketersediaan informasi tersebut konsumen dengan mudah

dapat memilih dan membeli produk yang sesuai dengan kebutuhannya.

Jika konsumen salah memperoleh informasi maka akan berakibat

konsumen tersebut akan salah dalam menjatuhkan pilihan sehingga dapat

h.38.

19 Sudikno Mertohadikusumo, Mengenal Hukum, (Yogyakarta: Liberty, 2003),

Page 63: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

53

menimbulkan kerugian kepada konsumen. Dan dapat pula merusak citra

pelaku usaha dalam waktu yang lama dan menghilangkan kepercayaan

terhadap konsumen.

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengatakan bahwa “iklan”

mengandung arti 1) berita pesanan (untuk mendorong, membujuk) kepada

khalayak ramai tentang benda dan jasa yang ditawarkan; 2) pemberitahuan

kepada khalayak ramai mengenai barang atau jasa yang dijual, dipasang di

dalam media massa seperti surat kabar atau majalah.

Sedangkan kata “menyesatkan” menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia berasal dari kata “sesat” artinya “salah jalan; tidak melalui jalan

yang benar”. Namun apabila kata “sesat” ditambah dengan awalan “me-

“ dan akhiran “kan” maka ia akan berubah menjadi kata “menyesatkan”

yang mengandung arti “membawa ke jalan yang salah; menyebabkan sesat

(salah jalan)”.

Deceptive advertising yang merupakan salah satu pelanggaran hak

konsumen yang mungkin masih terjadi pada iklan di Indonesia. Deceptive

advertising bisa dikategorikan dalam tiga tipe, yaitu:

1. Fraudulent advertising, iklan yang tidak dapat dipercaya. Iklan seperti

ini mungkin sudah jarang ditemui tapi juga tidak menutup

kemungkinan iklan yang masuk tipe ini masih ada.

2. False advertising, klaim terhadap manfaat produk atau jasa yang hanya

dapat dipenuhi berdasarkan ”syarat dan ketentuan berlaku” yang tidak

Page 64: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

54

di jelaskan secara gamblang di iklan. Misalnya, iklan salah satu

provider telekomunikasi terkenal, mengklaim dirinya paling murah

dengan menonjolkan sebuah pertanyaan “ada yang lebih murah dari Rp.

0 ?” tetapi hal ini tidak pernah dijelaskan secara gamblang bahwa tarif

Rp 0 hanya berlaku berdasarkan syarat dan ketentuan. Bahkan dalam

iklannya pun tidak dituliskan syarat dan ketentuan berlaku.

Comparative advertising seperti ini berpotensi menimbulkan masalah

dari pihak konsumen atau pesaing. Contoh kasus yang pernah terjadi

antara pabrikan besar BMW dengan Volvo. Dalam sebuah pesan

komersialnya Volvo 850 Turbo Sportwagon mengklaim bahwa Volvo

850 Turbo Sportwagon mempunyai akselerasi lebih cepat

dibandingkan BMW 328i, pesan komersial kemudian direspon oleh

BMW dengan mengajukan keberatan kepada pihak berwenang di

negara bersangkutan. Akhirnya, kasus tersebut dimenangkan oleh

BMW karena Volvo tidak bisa memberikan bukti yang memadai atas

klaimnya.

3. Misleading advertising, iklan ini melibatkan antara klaim dan

kepercayaan, sebuah iklan menghubungkan dengan kepercayaan

konsumen. Misalnya konsumen Indonesia percaya bahwa memiliki

kulit putih merupakan bagian dari kecantikan. Kepercayaan konsumen

ini dimanfaatkan produsen pemutih kulit merek terkenal dengan

menggunakan produk mereka, kulit akan menjadi putih dalam waktu 7

hari. Hal serupa juga diungkapkan pada produk lini lainnya dengan

Page 65: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

55

pesan yang agresif, hanya pada beberapa iklan lainnya ditambahkan

sebuah tulisan sangat kecil disudut kiri bawah (jika tidak dipelototi

tidak akan kelihatan)

Adapun cirri-ciri iklan yang menyesatkan menurut European

Commision for Consumer adalah sebagai berikut:

a. Deceiving the persons to whom it is addressed;

b.

Distorting their economic behaviour; or

c.

As a consequence, harming the interests of competitors.

Maksudnya adalah :

a.

Menipu orang-orang kepada siapa ditujukan;

b.

Mendistorsi perilaku ekonomi mereka; atau

c.

Sebagai konsekuensinya, merugikan kepentingan pesaing.

When determining whether advertising is misleading,

several

factors shall be taken into account. These are:

a. The characteristics of the goods or services concerned;

b. The price;

c. The conditions of delivery of the goods or provision of the services

involved;

d. The nature, attributes and rights of the advertiser.

Ketika menentukan apakah iklan menyesatkan ada beberapa faktor

yang harus diperhitungkan, yaitu:

a. Karakteristik barang atau jasa yang bersangkutan;

Page 66: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

56

b. Harga;

c. Kondisi pengiriman barang atau penyediaan jasa yang terlibat;

d. Alam, atribut dan hak-hak dari pengiklan.

Pelanggaran norma-norma dalam Undang-Undang Perlindungan

Konsumen terjadi pada praktek penawaran, promosi, dan periklanan

namun harus diuji melalui proses penegakan hukum apakah praktek

penawaran, promosi, dan periklanan benar terbukti melanggar norma

dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen.20

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa iklan

yang menyesatkan adalah pemberitahuan kepada khalayak tentang barang

dan atau jasa yang dijual oleh pelaku usaha untuk menarik perhatian

konsumen tetapi barang dan atau jasa tersebut tidaklah sesuai dengan apa

yang telah disebarluaskan atau diberitahukan di media massa dan tidak

benar (sesat) sehingga dapat merugikan konsumen.

20

Yusuf Shofie, 21 Pelanggaran dan Cara Menegakkan Hak Konsumen,

(Jakarta: PIRAC-PEG, 2001), h. 44

Page 67: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

BAB IV

ANALISIS PENYELESAIAN SENGKETA IKLAN YANG

MENYESATKAN

A. Pengantar Kasus

Praktek yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan menggunakan

iklan akan berpotensi menimbulkan kerugian terhadap konsumen.

Konsumen terkadang merasa tidak puas terhadap produk atau jasa yang

dipilihnya karena terdapat perbedaan kondisi sebagaimana dilihatnya

melalui iklan dengan kenyataan yang sebenarnya. Hal tidak

menyenangkan ini yang dirasakan oleh Bapak Jhon Parlyn H. Sinaga

(selanjutnya disebut sebagai Penggugat) sebagai konsumen terhadap PT.

Exelcomindo (selanjutnya sebagai disebut sebagai Tergugat) sebagai

pelaku usaha. Penggugat melaporkan tergugat ke Badan Penyelesaian

Sengketa Perlindungan Konsumen (BPSK) Provinsi Medan.

Kasus ini bermula saat PT. Exelcomindo Pratama pada tanggal 30

Maret 2006 mendistribusikan flyer/brosur tentang Tarif Ngirit Malam

( Program Tarif Ngirit XL Bebas) untuk pelanggan, yang

menginformasikan (Program Tarif Ngirit XL Bebas) tersebut mulai

berlaku 1 April 2006 sampai dengan 30 Juni 2006.

Pada tanggal 31 Maret 2006 PT. Exelcomindo mengetahui

bahwasanya pada flyer/brosur yang telah didistribusikan tersebut telah

terjadi kesalahan cetak, di mana yang seharusnya program tersebut berlaku

57

Page 68: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

58

mulai tanggal 06 April 2006, namun ternyata tercetak mulai berlaku pada

tanggal 01 April 2006.

Bapak Jhon Parlyn H. Sinaga pada tanggal 01 April 2006 telah

mendatangi salah satu toko handphone yang turut menjual produk XL

yang beralamat di Jalan Halat Medan dan setelah membaca flyer/brosur

maka Bapak Jhon Parlyn H. Sinaga tertarik terhadap Program Tarif Ngirit

Malam ( Program Tarif Ngirit XL Bebas) sehingga memanfaatkan dan

membeli paket perdana XL Bebas dengan nomor 0819720594.

Bahwa ternyata menurut Bapak Jhon Parlyn H. Sinaga, Program

Tarif Ngirit Malam (Program Tarif Ngirit XL Bebas) tidak sesuai dengan

keterangan yang ada pada flyer/brosur yang diperolehnya. Hal ini

diketahui oleh Bapak Jhon Parlyn H. Sinaga pada tanggal 02 April 2006.

Pada tanggal 02 April 2006 Bapak Jhon Parlyn menelepon pada malam

hari ke nomor XL lainnya selama 23 detik dan setelah menelepon beliau

mengecheck pulsanya dan pulsa beliau berkurang sebesar Rp.624 dari

pulsanya. Seharusnya dalam program tersebut beliau hanya harus

menghabiskan sebesar Rp.149 seperti yang disebutkan oleh brosur.

Dan untuk membuktikan bahwa XL tidak menerapkan Program

Tarif Ngirit Malam ( Program Tarif Ngirit XL Bebas), terlihat ketika

konsumen kembali berkomunikasi dengan nomor XL yang sama selama

52 detik setelah memeriksa pulsanya berkurang sebanyak Rp.1.248

padahal seharusnya bila mengikuti angka yang tertera dalam brosur milik

Page 69: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

59

XL hanya sebesar Rp.298 atau dua kali dari tarif dalam brosur yaitu

Rp.149 per detik.

Berdasarkan iklan tersebut, Bapak Jhon Parlyn telah mengirim

surat elektronik (e-mail) customer service dan corporate communication

PT. Excelcomindo Pratama. Hingga pada tanggal 02 April 2006 PT.

Exelcomindo menyampaikan permintaan maaf kepada Bapak Jhon Parlyn.

Pada tanggal 02 April 2006 PT. Exelcomindo telah beritikad baik karena

kesalahan cetak tersbut dan memberikan penawaran kerjasama

pemasangan iklan di perusahannya, namun sebagai konsumen Bapak Jhon

menginginkan penyelesaian tersebut dilakukan di Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen Medan.

Pengaduan yang diadukan oleh Bapak Jhon Parlyn kepada PT.

Exelcomindo kepada Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)

Kota Medan ialah:

1. Mengabulkan seluruh permohonan pengaduan konsumen

2. Menyatakan perbuatan PT. Exelcomindo Pratama adalah perbuatan

melawan hukum

3. Agar pelaku usaha memberi ganti rugi materiil dan imateriil sebesar

Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah)

4. Menghukum PT. Exelcomindo Pratama untuk memohon maaf atas

kesalahannya

5. Melakukan pencabutan ijin usaha pelaku usaha

Page 70: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

60

Setelah dilakukan penyelesaian di Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen Kota Medan keluarlah putusan Majelis Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Medan yang memutus:

1. Menerima pengaduan atau gugatan konsumen sebagian

2. Menyatakan bahwa Pelaku Usaha bersalah karena mengedarkan brosur

dan iklannya yaitu Tarif Ngirit Malam (TNM) yang tidak sesuai

dengan yang diperjanjikannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

ayat 1 butir f Pasal 9 ayat 1 butir k dan Pasal 10 butir dari Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999

3. Menghukum Pelaku Usaha untuk tidak memberlakukannya lagi

kepada konsumen tersebut

4. Menyatakan adanya kerugian yang diderita oleh konsumen akibat

perbuatan Pelaku Usaha yang menurut keyakinan Majelis dan rasa

keadilan adalah sebesar Rp.4.000.000,- (empat juta rupiah),

5. Menghukum pelaku usaha untuk mengganti rugi tersebut kepada

konsumen tersebut

6. Menghukum Pelaku Usaha untuk membayar denda sebesar

Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) setiap harinya apabila lalai/tidak mau

melaksanakan keputusan pada point 4 dan 5 tersebut, sejak keputusan

ini berkekuatan hukum tetap,

7. Menolak gugatan lain untuk selebihnya

Page 71: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

61

Dalam kasus ini awalnya Jhon Parlyn telah melakukan

musyawarah yang menurutnya tidak menyelesaikan masalah. Kemudian

Jhon Parlyn pun memutuskan untuk melaporkan PT. Exelcomindo ke

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dan hasilnya adalah PT.

Exelcomindo dinyatakan bersalah.

B. Analisis Menurut Peraturan di Indonesia

Berdasarkan pada kasus Bapak Jhon Parlyn H. Sinaga dengan PT.

Exelcomindo Pratama maka penulis melakukan pembahasan atas dugaan

pelanggaran ketentuan Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Melihat pada Pasal 4 huruf c membahas tentang hak konsumen

untuk mendapatkan informasi yang benar, jelas, jujur dari pelaku usaha

yang di mana pada kasus ini Bapak Jhon Parlyn H. Sinaga tidak

mendapatkan hak tersebut karena kecerobohan PT. Excelcomindo yang

menerbitkan flyer atau brosus yang tidak benar atau membohongi

konsumen. Pada Pasal 7 huruf b dijelaskan pula bahwa kewajiban sebagai

pelaku usaha harus memberikan layanan informasi yang benar, jelas dan

jujur. Dalam hal ini PT. Exelcomindo telah melanggar 2 pasal yaitu Pasal

4 huruf c dan Pasal 7 huruf b yang di mana dalam pasal ini mengaitkan

kepada informasi yang benar, jelas dan jujur. Jelas pula bahwa PT.

Exelcomindo sudah melanggar 2 pasal ini karena iklan yang disebarkan

adalah tidak benar dan merugikan konsumen.

Page 72: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

62

Pada Pasal 8 dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen

mengatakan bahwa pelaku usaha dilarang untuk melakukan perbuatan:

(1) Pelaku usaha dilarang memproduk dan/atau memperdagangkan barang

dan/atau jasa yang:

a. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang

dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang•undangan;

b. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah

dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau

etiket barang tersebut;

c. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam

hitungan menurut ukuran yang sebenarnya;

d. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau

kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau

keterangan barang dan/atau jasa tersebut

e. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses

pengolahan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana

dinyatakan dalam label atau keterangan barang dan/atau jasa

tersebut;

f. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket,

keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa

tersebut;

g. Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu

penggunaan/ pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu;

Page 73: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

63

h. Tidak mengikuti ketentuan berproduk secara halal, sebagaimana

pernyataan "halal" yang dicantumkan dalam label;

i. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang

memuat nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto,

komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan,

nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk

penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang/ dibuat;

j. Tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan

barang dalam bahasa indonesia sesuai dengan ketentuan

perundang•undangan yang berlaku.

(2) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat

atau bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap

dan benar atas barang dimaksud.

(3) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan

yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa

memberikan informasi secara lengkap dan benar.

(4) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2)

dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib

menariknya dari peredaran.

Pasal 8 Undang-Undang Perlindungan Konsumen berkaitan dengan

kasus ini adalah pada ayat 1 huruf f yaitu tidak sesuai dengan janji yang

dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan

Page 74: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

64

barang dan/atau jasa tersebut. PT. Exelcomindo tidak memberikan janji

yang benar pada flyer atau brosur yang dibuatnya.

Pasal yang dilanggar oleh PT. Exelcomindo selanjutnya adalah

Pasal 10 huruf c tentang:

Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan

untuk diperdagangkan dilarang menawarkan, mempromosikan,

mengiklankan atau membuat pernyataan yang tidak benar atau

menyesatkan mengenai:

f. Harga atau tarif suatu barang dan/atau jasa;

g. Kegunaan suatu barang dan/atau jasa;

h. Kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau ganti rugi atas suatu barang

dan/atau jasa;

i. Tawaran potongan harga atau hadiah menarik yang ditawarkan;

j. Bahaya penggunaan barang dan/atau jasa.

Pasal 10 Undang-Undang Perlindungan Konsumen berkenaan

dengan upaya pemberian informasi menyesatkan melalui iklan, yaitu

menyangkut informasi mengenai harga, kegunaan, kondisi, tanggungan,

jaminan, hak atau ganti rugi, tawaran potongan harga atau hadiah menarik

yang ditawarkan, dan bahaya penggunaan barang. Keseluruhan informasi

tersebut merupakan “fakta material” karena sangat penting bagi konsumen

untuk memilih atau membeli produk sesuai dengan kebutuhan. Apabila

konsumen tidak berhati-hati dalam mencermati iklan-iklan menyesatkan

Page 75: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

65

tersebut, maka konsumen akan salah dalam menjatuhkan pilihan atau akan

mengalami kerugian.1

Ketentuan Pasal 10 Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini

juga menyangkut larangan yang tertuju kepada perilaku pelaku usaha,

yang tujuannya mengupayakan adanya perdagangan tertib dan iklim usaha

yang sehat, guna memastikan produk yang diperjualbelikan dalam

masyarakat dilakukan dengan cara-cara tidak melanggar hukum.2

Dalam hal ini, iklan yang diproduksi oleh PT. Exelcomindo

melanggar Pasal 10 huruf c UUPK yakni larangan bagi pelaku usaha untuk

menawarkan, mempromosikan, mengiklankan atau membuat pernyataan

yang tidak benar atau menyesatkan mengenai kondisi, tanggungan,

jaminan, hak atau ganti rugi atas suatu barang dan/atau jasa. Dalam flyer

dinyatakan bahwa tarif ngirit malam memiliki harga yang murah pada

tanggal 1 April 2006 dan berbeda dengan tarif biasanya. Namun ternyata

setelah dipakai pada tanggal tersebut Bapak Jhon Parlyn dirugikan karena

tarif malam tersebut tidak dapat dipakai pada tanggal yang tertera pada

flyer.

Pasal 17 Undang-Undang Perlindungan Konsumen mengatakan

bahwa :

(1) Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan yang:

1

Dedi Harianto, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Iklan yang

Menyesatkan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h.59.

2 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada, 2004), h.92.

Page 76: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

66

a. mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan,

kegunaan dan harga barang dan/atau tarif jasa serta ketepatan

waktu penerimaan barang dan/atau jasa;

b. mengelabui jaminan/garansi terhadap barang dan/atau jasa;

c. memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai

barang dan/atau jasa;

d. tidak memuat informasi mengenai risiko pemakaian barang

dan/atau jasa;

e. mengeksploitasi kejadian dan/atau seseorang tanpa seizin yang

berwenang atau persetujuan yang bersangkutan;

f. melanggar etika dan/atau ketentuan peraturan perundang•undangan

mengenai periklanan.

(2) Pelaku usaha periklanan dilarang melanjutkan peredaran iklan yang

telah melanggar ketentuan pada ayat (1).

Bagi iklan-iklan yang melanggar ketentuan dalam ayat (1), maka

pelaku usaha periklanan dilarang untuk melanjutkan peredaran iklan

tersebut. dalam mempersiapakan pembuatan suatu iklan, peran pelaku

usaha periklanan sangat menentukan. Melalui ide-ide kreatifnya, pesan-

pesan dari pengiklan dapat dikemas sedemikian rupa dengan sangat

menarik guna mencuri perhatian konsumen.

Walaupun hanya sebagai perantara antara pengiklan dengan

konsumen, tetapi pelaku usaha periklanan merupakan kegiatan yang

menuntut keahlian profesional. Sehingga, sudah tepat apabila Pasal 17

Page 77: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

67

UUPK melibatkan peran serta pelaku usaha periklanan untuk turut

menyaring setiap informasi yang sifatnya mengelabui konsumen mengenai

kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan, harga barang, tarif jasa, serta

ketepatan waktu, penerimaan barang dan atau jasa, mengelabui jaminan/

garansi barang dan atau jasa, memuat informasi yang keliru, salah atau

tidak tepat mengenai barang dan atau jasa, mengeksploitasi kejadian dan

atau seseorang tanpa izin yang berwenang atau persetujuan yang

bersangkutan, melanggar etika dan atau peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Salah satu bentuk penyesatan yang dapat dilakukan pelaku usaha

periklanan adalah dengan tidak menyampaikan informasi secara lengkap

mengenai resiko pemakaian barang dan atau jasa. Padahal, informasi

tersebut sangat berguna bagi konsumen agar terhindar dari dampak negatif

penggunanaan barang dan atau jasa yang dapat membahayakan

keselamatan konsumen. Khusus bagi produk obat-obatan, misalnya harus

dicantumkan dengan jelas kontradiksi penggunaan obat pada iklan atau

label, sehingga bagi konsumen yang tidak cocok untuk mempergunakan

obat tersebut dapat terhindar dari efek samping penggunaan obat tersebut.

Pengaturan periklanan selain terdapat dalam peraturan yang dibuat

oleh pemerintah, juga berasal dari pelaku usaha sendiri dalam bentuk

regulasi sendiri atau kode etik. Dalam Pasal 17 huruf (f) UU Nomor 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen tercantum ketentuan

melanggar etika, apa yang dimaksud dengan kata etika sebagaimana

Page 78: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

68

termuat dalam Pasal 17 huruf (f) tersebut merupakan pelanggaran terhadap

kode etik. Sayangnya penjelasan Pasal 17 huruf (f) tersebut hanya

menerangkan cukup jelas. Apabila dimaksud dengan kode etik maka

haruslah mempunyai ketentuan-ketentuan dalam tata karma dan tata cara

periklanan di Indonesia telah menjadi non hukum pula.

Pasal 17 huruf (f) memberikan kedudukan yang kuat bagi regulasi

sendiri dengan memuat keharusan bagi pelaku usaha periklanan mematuhi

ketentuan-ketentuan dalam kode etik periklanan dengan tidak membuat

iklan-iklan yang bertentangan dengan EPI tersebut.

Dalam hal ini pula PT. Excelcomindo melanggar Pasal 17 ayat 1

huruf a dan c dalam hal mengelabui atau membohongi konsumen

mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan dan harga barang dan/atau

tarif jasa serta ketepatan waktu penerimaan barang dan/atau jasa dan

mengenai memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai

barang dan/atau jasa.

Banyaknya pelanggaran yang dilanggar oleh pelaku usaha ini telah

diatur pula hukuman atau denda yang diterima oleh pelaku usaha. Dalam

Undang-undang Perlindungan Konsumen telah diatur pula denda yaitu

pada Pasal 62:

(1) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17

ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2) dan Pasal 18

Page 79: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

69

dipidanakan penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda

paling banyak Rp.2.000.000.000 (dua milyar rupiah).

(2) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat (1), Pasal 14, Pasal 16, dan

Pasal 17 ayat (1) huruf d dan huruf f dipidana penjara paling lama 2

(dua) tahun atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00

(lima ratus juta rupiah).

(3) Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat,

cacat tetap atau kematian diberlakukan ketentuan pidana yang

berlaku.

Dalam kasus ini PT. Exelcomindo melanggar Pasal 8 ayat 1 huruf f,

dan Pasal 17 ayat 1 huruf a dan c. Jika dilihat dari pasal tersebut maka PT.

Exelcomindo dapat dipidanakan penjara paling lama 5 (lima) tahun atau

pidana denda paling banyak Rp.2.000.000.000 (dua milyar rupiah).

Dalam Islam etika berbisnis ada landasannya yaitu:

1. Berbisnis bukan hanya mencari keuntungan, tetapi itu harus

diniatkan sebagai ibadah kita kepada Allah SWT.

2. Sikap jujur maksudnya adalah dalam berbisnis dna beriklan kita

harus bersikap jujur.

3. Sikap toleransi antar penjual dan pembeli.

4. Tekun atau istiqomah dalam menjalankan usaha.

Page 80: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

70

5. Berlaku adil dan melakukan persaingan sesama pebisnis dengan baik

dan sehat.

Islam pun mengajarkan adanya kejujuran dalam berbisnis dan

beriklan. Pada kasus ini pun PT. Exelcomindo tidak menjalankan konsep

jujur itu sendiri kepada para konsumennya. Terlihat pada kasus ini pun

adanya unsur kebohongan yang dilakukan PT. Exelcomindo dalam

memproduksi iklan lewat flyer. Dalam Islam juga menjelaskan bahwa

janganlah berbisnis selalu mencari keuntungan yang besar tetapi harus

diniatkan kepada Allah SWT. Pelaku usaha seharusnya janganlah selalu

mencari keuntungan yang berlebihan tanpa melihat kebaikan untuk

konsumennya. Sebagai pelaku usaha yang baik seharusnya melihat ke

segala aspek agar tidak menguntungkan pelaku usaha saja tetapi sebagai

pelaku usaha seharusnya memuaskan konsumen dengan produk yang

baik.

Dalam Islam prinsip-prinsip utama dalam perdagangan ini

dikemukan oleh M.A. Mannan selain kejujuran dan kepercayaan serta

ketulusan juga diperlukan beberapa prinsip lain,3seperti:

1. Tidak melakukan sumpah palsu

Sumpah palsu ini adalah cara para pelaku usaha untuk menyakinkan

para konsumen dengan produknya walaupun kenyataannya produk

tersebut berbeda dengan aslinya. Hukum Islam memandang cara ini

3 Muhammad, Aspek Hukum Dalam Muamalat, (Yogyakarta: GrahaIlmu, 2007),

h. 105-109.

Page 81: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

71

sebagai cara dan mekanisme bisnis dan perdagangan yang tercela.

Sahabat Rasulullah yang bernama Abu Hurairah pernah mendengar

Rasulullah berkata “Dengan menggunakan sumpah palsu barang-

barang jadi terjual, tetap menghilang berkah yang terkandung

didalamnya “ (H.R.Bukhari). Hadist ini menjadi dasar Islam

melarang menggunakan cara curang ini.

Sebagaimana dalam surah Ali Imran ayat 77 menjelaskan :

خ ل ق ل ك

ث من ا ق ل ي ل أ و ل ئ وأ ي مان ه م

ب ع ه د الل ه شت رو ن

ال ذي ن ي ن إ

و ل ه م ي و م ال قي ا م ة و ل ي نظ ر إ ل ي

كل م ه م الل ه و ل ي

خ رة ي ا ل

ه مل

ب أ ل ي م ذا ع

ه م ول

ه م كي ي ز

“Sesungguhnya orang-orang yang memperjual belikan janji Allah

dan sumpah-sumpah mereka dengan harga murah, mereka itu tidak

memperoleh bahagian di akhirat, dan Allah tidak akan menyapa

mereka dan tidak akan memperhatikan mereka pada hari kiamat, dan

tidak akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih.

Dalam hadis Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah

shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

نم حلف على يمين فرىأ غيرها خيرا منها فليأتها وليكفرنع يمينه

“Barangsiapa yang bersumpah kemudian dia melihat selainnya lebih

baik daripada apa yang dia bersumpah atasnya maka hendaklah dia

melakukan hal yang lain itu dan dia membayar kafarah atas

(pembatalan) sumpahnya”. (HR. Muslim no. 1649).

Page 82: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

72

2. Takaran yang benar dan baik

Prinsip ini menjadi sorotan tajam bagi Islam dalam perdagangan

karena prinsip ini sangatlah curang dengan cara mengurangi takaran

dalam menjual barang.

3. Itikad yang baik

Prinsip ini haruslah ada pada diri pedagang, karena dalam berdagang

kita harus mempunyai itikad baik. Pedagang harus mempunyai itikad

baik kepada pembeli.

Dalam fiqh Islam adanya istilah yang disebut tadlis, tindakan tadlis

ada yang bersifat perbuatan. Perbuatan buruk atau penipuan tidak

dibenarkan dalam iklan atau promosi 4

. Pengeluar atau bank harus

memberikan informasi yang selengkapnya kepada pengguna atau tidak

berkata bohong pada iklan/promosinya.

Seperti firman Allah S.W.T pada surah al-Hud : 85, “…. dan

janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan jangan

kamu membuat kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan.” Jelaslah

ayat tersebut menegaskan bahwa kita tidak boleh merugikan manusia

terhadap hak-haknya, yang berarti informasi yang diberikan haruslah jujur

dan tidak mengambil hak-hak orang lain dalam memberikan informasi

kepada pengguna.

4

Teuku Meldi Kesuma, “Prinsip Dan Kriteria Periklanan Dari Perspektif

Islam”, (Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, 2012), h.107.

Page 83: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

73

Dalam Islam rupanya terlihat pelaku usaha disini atau PT.

Exelcomindo telah berbuat tadlis atau penipuan terhadap konsumennya.

Ketentuan tersebut telah dijelaskan dalam surah Ali Imran ayat 77 tentang

adanya sumpah palsu atau penipuan yang dilakukan oleh pelaku usaha

kepada konsumennya. Penipuan tersebut juga sudah dijelaskan pada

putusan kasus yang memenangkan Jhon Parlyn H. Sinaga selaku

konsumen yang dicurangi oleh pelaku usaha.

Adapun pertanggung jawaban hukum bagi pelaku usaha. Menurut

AZ. Nasution, ada 3 (tiga) jenis pelaku usaha dalam usaha periklanan,

yaitu:

1. Pengiklan, yaitu perusahaan yang memesan iklan untuk

mempromosikan, memasarkan, dan atau menawarkan produk yang

mereka edarkan.

2. Perusahaan iklan, yaitu pihak perusahaan atau biro yang bidang

usahanya adalah medesain atau membuat iklan untuk pemesannya.

3. Media, media elektronik atau non-elektronik atau bentuk media

lainnya yang menyiarkan atau menayangkan iklan-iklan tersebut.

Kedudukan kepada pelaku usaha, Tergugat telah melanggar

ketentuan Pasal 8 ayat (1) huruf f dan Pasal 10 huruf c Undang-Undang

Perlindungan Konsumen. Undang-Undang Perlindungan Konsumen telah

mengatur pertanggung jawaban dari pelaku usaha yang telah merugikan

konsumen, dalam kasus ini bagi pelaku usaha yang memproduksi iklan

Page 84: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

74

yang menyesatkan dalam Pasal 19 Undang-Undang Perlindungan

Konsumen menyatakan:

(1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas

kerusakan, pencemaran, dan atau kerugian konsumen akibat

mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan atau

diperdagangkan.

(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa

pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang

sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau

pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang•undangan yang berlaku.

(3) Pemberian gantirugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh)

hari setelah tanggal transaksi.

(4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksus pada ayat (1) dan

ayat (2) tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana

berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur

kesalahan.

(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak

berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan

tersebut merupakan kesalahan konsumen.

Berdasarkan pendapat AZ.Nasution, tergugat sebagai pengiklan

merupakan satu dari ketiga pelaku usaha periklanan. Dalam kedudukannya

sebagai pelaku usaha periklanan, ketentuan Pasal 17 ayat (1) huruf c dan f

Page 85: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

75

Undang-Undang Perlindungan Konsumen juga turut berlaku terhadap

tergugat. Tergugat juga terkait dengan ketentuan Pasal 20 Undang-Undang

Perlindungan Konsumen yang menyatakan pelaku usaha periklanan

bertanggung jawab atas iklan yang diproduksi dan segala akibat yang

ditimbulkan oleh iklan tersebut.

Berdasarkan Pasal 20 Undang-Undang Perlindungan Konsumen

maka tergugat bertanggung jawab atas kerugian yang dialami konsumen

akibat iklan jasa yang dibuat atau dipesannya. Dalam membuktikan bahwa

pelaku usaha telah melakukan tindakan-tindakan yang demikian Undang-

Undang Perlindungan Konsumen telah memberikan pengaturan berupa

sebuah mekanisme pembuktian yang disebut dengan beban pembuktian

terbalik dalam hal ini terjadi tuntunan pidana serta gugatan ganti rugi

kepada pelaku usaha. Mekanisme pembuktian tersebut memberikan

kewajiban bagi pelaku usaha untuk membuktikan ketidak bersalahanya

kepada majelis hakim.

Pasal 22 mengatakan bahwa: Pembuktian terhadap ada tidaknya

unsur kesalahan dalam kasus pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal

19 ayat (4), Pasal 20, dan Pasal 21 merupakan beban dan

tanggungjawab pelaku usaha tanpa menutup kemungkinan bagi jaksa

untuk melakukan pembuktian.

Pasal 23 mengatakan bahwa : Pelaku usaha yang menolak dan atau

tidak memberi tanggapan dan atau tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan

Page 86: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

76

konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1),ayat (2), ayat

(3), dan ayat (4), dapat digugat melalui badan penyelesaian sengketa

konsumen atau mengajukan ke badan peradilan di tempat kedudukan

konsumen.

Pasal 28 mengatakan Pembuktian terhadap ada tidaknya unsur

kesalahan dalam gugatan ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19,

Pasal 22, dan Pasal 23 merupakan beban dan tanggung jawab pelaku usaha.

C. Analisis Upaya Hukum atas Pelanggaran Sengketa Konsumen

Kemungkinan bagi konsumen dalam mengkonsumsi barang dan

atau jasa akan menghadapi masalah, apalagi dengan banyaknya produk

yang ditawarkan pelaku usaha diproduksi dalam jumlah yang sangat

banyak, sehingga tidak dapat terhindarkan dengan adanya barang yang

cacat produk. Untuk itu, haruslah disediakan mekanisme penyelesaian

sengketa konsumen 5

yang mampu menampung dan menyelesaikan

seluruh permasalahan konsumen tersebut, sebagai realisasi dari salah satu

hak konsumen yang diberikan jaminan oleh UUPK, yaitu: “hak untuk

mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa

perlindungan konsumen secara patut”

Kebutuhan akan lembaga yang khusus menyelesaikan sengketa

konsumen perlu dikembangkan, mengingat pada umumnya konsumen di

negara-negara berkembang enggan beracara di pengadilan, karena tidak

h.135.

5 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT. Grasindo, 2000),

Page 87: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

77

seimbangnya tuntunan kerugian dengan biaya, waktu, dan energi yang

harus dikeluarkan dan terutama karena posisi konsumen yang secara sosial

dan financial tidak sebanding dengan pelaku usaha.6

Untuk memungkinkan konsumen menyelesaikan setiap

permasalahanya, Undang-Undang Perlindungan Konsumen menyediakan

beberapa alternatif pilihan, sebagaimana ditentukan dalam pasal 45 ayat (1)

UUPK sebagai berikut:

“Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui

lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan

pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan

umum”

Melalui ketentuan pasal 45 ayat (1) UUPK tersebut, dapat

diketahui bahwa untuk menyelesaikan sengketa konsumen terdapat dua

pilihan, yaitu:

a. Melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara

konsumen dan pelaku usaha,

b. Melalui pengadilan yang berada di lingkungan peradilan umum.

Hal yang cukup mengganjal berkenaan dengan pilihan lembaga

penyelesaian sengketa konsumen adalah tidak adanya penunjukan

langsung Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), di samping

peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum.7

6

Sularsi, “Penyelesaian Sengketa Konsumen Dalam UU Perlindungan

Konsumen”,(Jakarta: Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, 2001), h.86-87.

7

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta:

PT. Grafindo Persada, 2005. h.224.

Page 88: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

78

Penjelasan lain dari ketentuan Pasal 45 ayat (1) Undang-Undang

Perlindungan Konsumen diemukan oleh AZ. Nasution, ia membagi

penyelesaian sengketa konsumen melalui dua cara, yaitu:8

a. Penyelesaian sengketa secara damai

b. Penyelesaian sengketa melalui lembaga atau instansi yang berwenang.

Penyelesaian sengketa secara damai adalah penyelesaian sengketa

antara para pihak, dengan atau tanpa kuasa atau pendamping bagi

masing-masing pihak, melalui cara-cara yang damai. Perundingan

dilakukan secara musyawarah dan atau mufakat antar para pihak yang

bersangkutan. Dalam penyelesaian sengketa secara damai ini kerap

kali dilakukan oleh YLKI yang bertindak sebagai mediator, atau dapat

pula penyelesaian sengketa konsumen periklanan yang dilakukan oleh

Dewan Periklanan Indonesia. Sedangkan jika penyelesaian sengketa

konsumen melalui lembaga atau instansi yang berwenang dilakukan

melalui peradilan umum atau melalui lembaga khusus yang dibentuk

UU, yaitu BPSK.9

Dalam Bab IX Pasal 44 memungkinkan dibentuknya Lembaga

Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (Selanjutnya disebut

LPKSM). LPKSM mempunyai tugas yaitu:

8 Az Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, (Jakarta:

Diadit Media, 2002), h.224.

9 Az Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, (Jakarta:

Diadit Media, 2002), h. 227.

Page 89: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

79

a. Menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas

hak dankewajiban dan kehati-hatian konsumen dalam mengkonsumsi

barang dan/atau jasa;

b. Memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukannya;

c. Bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan

perlindungan konsumen;

d. Membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk

menerima keluhan atau pengaduan konsumen;

Melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terhadap

pelaksanaan perlindungan konsumen.

Undang-Undang Perlindungan Konsumen pada Pasal 44

menyatakan adanya keberadaan Lembaga Perlindungan Konsumen

Swadaya Masyarakat (LPKSM):

(1) Pemerintah mengakui lembaga perlindungan konsumen swadaya

masyarakat yang memenuhi syarat.

(2) Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat memiliki

kesempatan untuk berperan aktif dalam mewujudkan perlindungan

konsumen.

(3) Tugas lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat meliputi

kegiatan:

a. Menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran

atas hak dan kewajiban dan kehati•hatian konsumen dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

Page 90: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

80

b. Memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukannya;

c. Bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan

perlindungan konsumen;

d. Membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk

menerima keluhan atau pengaduan konsumen;

e. Melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat

terhadap pelaksanaan perlindungan konsumen.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas lembaga perlindungan

konsumen swadaya masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Mengacu pada Pasal 44 UUPK, Lembaga Perlindungan Konsumen

Swadaya Masyarakat dapat memberikan nasihat dan saran mengenai hal-

hal apa saja yang berkaitan dengan konsumen tentang hak dan kewajiban

konsumen. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat dapat

melakukan advokasi atau pemberdayaan konsumen agar mampu

memperjuangkan haknya secara mandiri, baik secara perseorangan

maupun kelompok. LPKSM membantu konsumen dalam jalur non-litigasi

atau lebih kepada musyawarah kepada pelaku usaha dan konsumen.

BPSK adalah penyelesaian sengketa konsumen diluar pengadilan.

Setiap konsumen yang merasa dirugikan dapat mengajukan permohonan

penyelesaian sengketa kepada BPSK, baik secara tertulis maupun lisan

melalui sekertariat BPSK. Permohonan tersebut dpat juga diajukan oleh

Page 91: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

81

ahli waris atau kuasanya apabila telah meninggal dunia. adapun tugas dan

wewenang BPSK :

1. Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen

dengan cara konsiliasi, mediasi dan arbitrase;

2. Memberikan kontribusi perlindungan konsumen;

3. Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku;

4. Melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran

ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999;

5. Menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis dari

konsumen tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan

konsumen;

6. Melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan

konsumen;

7. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran

terhadap perlindungan konsumen;

8. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan atau setiap orang

yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999;

9. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi,

saksi ahli atau setiap orang sebagaimana dimaksud pada huruf g dan h

yang tidak memenuhi panggilan BPSK;

10. Mendapatkan,meneliti dan atau menilai surat.dokumen, atau alat bukti

lain guna penyidikan dan atau pemeriksaan;

Page 92: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

82

11. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidaknya kerugian di pihak

konsumen;

12. Memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan

pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;

13. Menjatuhkan sanksi administrative kepada pelaku usaha yang

melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999.

Penyelesaian sengketa melalui pengadilan dengan menggugat

pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa

antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di

lingkungan peradilan umum jika belum memilih upaya penyelesaian

sengketa diluar pengadilan umum dinyatakan tidak berhasil. Penyelesaian

sengketa melalui pengadilan dapat dilaksanakan dengan menggugat sendiri

secara langsung ataupun jika jumlah konsumen tersebut banyak bisa

menggugat secara class action.

Pilihan penyelesaian sengketa konsumen apakah akan diselesaikan

secara damai atau melalui LPKSM, BPSK dan pengadilan, dapat

dilakukan berdasarkan pilihan secara sukarela antara pihak yang

bersengketa. Dalam kaitan dengan penyelesaian sengketa konsumen

periklanan, maka dapat pula diajukan kepada BPSK atau peradilan

dilingkungan peradilan umum.

Kasus ini pun sudah melalui jalur yang ditetapkan oleh undang-

undang. Awalnya Bapak Jhon Parlyn telah menyelesaikan pesengketaan

Page 93: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

83

Konsumen ini pada Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dan

kemudian PT. Exelcomindo menggugat diawal karena merasa tidak sesuai

dengan apa yang dituduhkan hingga akhirnya Bapak Jhon merasa tidak

sesuai dengan putusan pengadilan negeri dan naik ke kasasi hingga

akhirnya pada tingkat kasasi Bapak Jhon dinyatakan menang karena

sekecil apapun perbuatan merugikan konsumen yang telah dilakukan oleh

PT. Exelcomindo maka itupula akan dijatuhkan sanksi dan denda untuk

pelaku usaha.

Page 94: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukan dalam bab-bab

sebelumnya dan berhubungan dengan rumusan masalah maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Kegiatan promosi yang dilakukan oleh PT. Exelcomindo melalui iklan

Tarif Ngirit Malam dalam kasusnya melawan Jhon Parlyn H. Sinaga telah

melanggar ketentuan Undang-Undang Perlindungan Konsumen khususnya

pada Pasal 8 ayat (1) huruf f, Pasal 10 huruf c, dan Pasal 17 ayat (1) huruf

a dan c. Kegiatan promosi PT. Exelcomindo telah memenuhi unsur dari

ketiga pasal tersebut. Dengan demikian konsumen tersebut menderita

kerugian akibat iklan yang menyesatkan oleh PT. Exelcomindo. Karena

pelanggaran tersebut PT. Exelcomindo bisa dikenakan sanksi pidana

penjaran paling lama 5 tahun atau pidana denda paling banyak Rp.

2.000.000.000 (dua milyar rupiah) berdasarkan Pasal 62 UUPK.

2. Berkaitan dengan pelanggaran yang dilakukan oleh PT. Exelcomindo

upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Jhon Parlyn H. Sinaga untuk

mendapatkan haknya sebagai konsumen adalah: Pertama, dengan meminta

bantuan kepada Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat

(LPKSM). Kedua, dengan mengajukan gugatan kepada Badan

84

Page 95: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

85

Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Ketiga mengajukan gugatan ke

lembaga peradilan umum.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian di atas, penulis

menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Dalam pembuatan iklan melalui media apapun seharusnya kata “syarat dan

ketentuan berlaku” diberi kalimat yang agak besar agar konsumen dapat

melihat hal tersebut.

2. Pelaku usaha juga seharusnya lebih cermat dalam memproduksi iklan yang

dibuat agar tidak adanya kesalahan cetak yang terjadi.

3. Penegakan hukum mengenai periklanan harus semakin ditegakan melalui

peraturan yang telah dibuat. Hukum harus melindungi hak-hak konsumen

dalam menerima informasi iklan baaran dan atau jasa yang benar, jelas dan

jujur.

4. Pemerintah, BPSK, Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya

Masyarakat harus melakukan pengawasan yang lebih terhadap jalannya

kegiatan pelaku usaha dalam mempromosikan produknya kepada

masyarakat. Pemeriksaan rutin dalam pengiklanan juga dirasa sangatlah

penting karena agar tidak adanya penyimpangan dan kecurangan yang

dibua oleh pelaku usaha.

Page 96: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Adi Negoro, Susanti, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau

dari Hukum Acara Serta Kendala Implementasinya, Jakarta:

Kencana, 2011.

Ashshofa, Burhan, Metode Penelitian Hukum, Jakarta:Rineka Cipta, 2004.

Asshiddiqie, Jimly. Dimensi Konseptual dan Prosedural Kemajuan Hak-

Hak Asasi Manusia Dewasa Ini, Perkebangan ke Arah Pentingnya

Hak Asasi Manusia Generasi Keempat, Jakarta: The Habibie

Center, 2000.

DS, Rendro, ed., Beyond Borders: Communication Modernity & History.,

Jakarta: STIKOM The London School of Public Relation, 2010.

Dasustra, Lamtasim, “Iklan Sumber Informasi yang Benar atau

Menyesatkan”, Koran Tempo, 31 Agustus 2004

Hanintijo Soemitro, Ronny, Metode Penelitian Hukum dan Jurumetri,

Jakarta:Ghalia Indonesia, 1998.

Halim Barkatullah, . Abdul. Hak-Hak Konsumen, Bandung: Penerbit Nusa

Media, 2010.

Halim Barkatullah, Abdul. Hukum Perlindungan Konsumen Kajian

Teoritis dan Pengembangan Pemikiran, Bandung: Penerbit Nusa

Media, 2008.

H. Simatupang, Taufik. Aspek Hukum Periklanan dalam Persepektif

Perlindungan Konsumen, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2004.

Kesuma, Teuku Meldi, “Prinsip Dan Kriteria Periklanan Dari Perspektif

Islam”, Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, 2012.

Lee, Monle & Carla Johnson., Prinsip-Prinsip Pokok Periklanan Dalam

Perspektif Global, Jakarta: Kencana, 2007.

86

Page 97: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

87

Leder, Malcolm . Peter Shears, Frame Works Consumer Law, Fourth

Edition, London:Pitman Publishing, 1996.

M.A. Morissan, Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu, Jakarta:

Kencana Prenada Media Grup, 2010.

Marissa, Ester, “Perlindungan Konsumen Terhadap Informasi Iklan yang

Menyesatkan”, Tesis Pascasarjana Universitas Indonesia, Depok,

2006.

Mamudji, Sri, et al. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Jakarta:

Badan Penerbit FHUI, 2005.

Meliala, Adrianus Praktik Bisnis Curang, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,

1993.

Muhammad, Aspek Hukum Dalam Muamalat, Yogyakarta: GrahaIlmu,

2007.

Miru dan Sutarman Yodo, Ahmadi. Hukum Perlindungan Konsumen,

Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2005.

Mertohadikusumo, Sudikno, Mengenal Hukum, Yogyakarta: Liberty, 2003.

Nasution, Az Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Jakarta:

Diadit Media, 2002

Rajagukguk, Erman, Pentingnya Hukum Perlindungan Konsumen dalam

Era Perdagangan Bebas, dalam Husni Syawali dan Neni Sri

Imaniyati (Penyuting), Hukum Perlindungan Konsumen, Bandung:

Mandar Maju, 2000.

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta: PT.

Grasindo, 2000.

Sudiana, Dendi. Komunikasi Periklanan Cetak, Bandung: Remadja Karya

CV Bandung, 1986.

Page 98: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

88

Sularsi, “Penyelesaian Sengketa Konsumen Dalam UU Perlindungan

Konsumen”, Jakarta: Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia,

2001.

Sutojo, Siswanto. Stategi Manajemen Pemasaran, Jakarta: PT. Dammar

Mulia Pustaka, 2000.

Soekanto, Soerjono dan Marmudji, Pengertian Hukum Normatif Suatu

Tindakan Singkat, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,2004.

, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI, 1986.

, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta:

Rajawali Press, 1998.

Shofie, Yusuf, 21 Pelanggaran dan Cara Menegakkan Hak Konsumen,

Jakarta: PIRAC-PEG, 2001.

Wells, William, J. Burnett, dan Sandra Morianty, Advertising: Principles

& Practice, New Jersey: Prentice Hall Inc, 1998.

Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani, Hukum tentang Perlndungan

Konsumen, Jakarta: Gramedia, 2003.

Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Kencana, 2013

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran.

Putusan Nomor 01 K/Per.Kons/2007

Page 99: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

89

LAMPIRAN

Page 100: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

P U T U S A N

No.01 K/Per.Kons/2007

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

M A H K A M A H A G U N G

memeriksa perkara perdata dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai

berikut dalam perkara :

JHON PARLYN H.SINAGA, bertempat tinggal di Jalan

Gedung Arca, Gang Volly No.12, Medan, dalam hal ini

memberi kuasa kepada : UNTUNG HARIONO, SH., dan

kawan-kawan, para Advokat, beralamat di Jalan Brigjen

Katamso No.60, Medan,

Pemohon Kasasi dahulu Termohon ;

m e l a w a n :

PT.EXELCOMINDO PRATAMA Tbk., berkedudukan dan

berkantor Pusat di Jakarta, beralamat di Jalan Mega

Kuningan Lot.E4-7 No.1, Kawasan Mega Kuningan, Jakarta,

yang diwakili oleh RUDIANTARA dan JORIS DE FRETES,

para Direktur PT.Exelcomindo Pratama Tbk., dan dalam hal

ini memberi kuasa kepada SANDRI ALAMSYAH HARAHAP,

SH., Advokat, berkantor di Gedung PT.BPR MULTI TATA

PERKASA Lantai II, Jalan Medan Binjai Kav.9,5 No.23,

Kampung Lalang, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli

Serdang,

Termohon Kasasi dahulu Pemohon ;

Mahkamah Agung tersebut ;

Membaca surat-surat yang bersangkutan ;

Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang

Termohon Kasasi sebagai Pemohon telah mengajukan permohonan keberatan

terhadap sekarang Pemohon Kasasi sebagai Termohon dimuka persidangan

Pengadilan Negeri Medan pada pokoknya atas dalil-dalil :

Bahwa Pemohon adalah salah satu perusahaan operator jasa

komunikasi GSM yang berdiri sejak tahun1996 dan berkantor pusat di Jakarta

serta mempunyai perwakilan di sebahagian besar wilayah Indonesia dengan

Produk utama adalah layanan komunikasi GSM pra bayar (bebas dan jempol)

dan pasca bayar (Xplor) ;

Bahwa Pemohon pada tanggal 30 Maret 2006 mendistribusikan

Hal.1 dari 20 hal. Put. No.01 K/Per.Kons/2007

Page 101: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

flyer/brosur tentang Program Tarif Ngirit Malam (Program Tarif Ngirit XL Bebas)

untuk pelanggan, yang menginformasikan Program Tarif Ngirit Malam (Program

Tarif Ngirit XL Bebas) tersebut mulai berlaku tanggal 1 April 2006 sampai

dengan 30 Juni 2006 ;

Bahwa pada tanggal 31 Maret 2006 Pemohon mengetahui bahwasanya

pada flyer/brosur yang telah didistribusikan tersebut telah terjadi kesalahan

cetak, dimana yang seharusnya program tersebut berlaku mulai tanggal 06 April

2006, namun ternyata tercetak mulai berlaku pada tanggal 01 April 2006 ;

Bahwa Pemohon selaku pelaku usaha yang selalu beritikad baik dalam

menjalankan usahanya, tentunya berusaha untuk secepatnya menarik semua

flyer/brosur yang salah cetak masa berlakunya tersebut, namun dikarenakan

pada tanggal 01 April dan 02 April adalah hari libur, tentu penarikan seluruh

flyer/brosur yang salah cetak tersebut baru dapat dilakukan secara maksimal

pada tanggal 02 April 2006 ;

Bahwa Termohon sebagaimana termaksud dalam surat pengaduannnya

tertanggal 16 April 2006 menyebutkan bahwasanya pada tanggal 1 April 2006

telah mendatangi salah satu toko Hand Phone yang turut menjual produk

Pemohon beralamat di Jalan Halat Medan dan setelah membaca flyer (brosur)

maka Termohon tertarik terhadap Program Tarif Ngirit Malam (Program Tarif

Ngirit XL Bebas) sehingga memanfaatkan dengan membeli paket perdana XL

Bebas dengan nomor 0819-7205894 ;

Bahwa ternyata menurut Termohon, Program Tarif Ngirit Malam (Program

Tarif Ngirit XL Bebas) tidak sesuai dengan keterangan yang ada pada flyer

(brosur) yang diperolehnya. Hal ini diketahui oleh Termohon melalui upaya

pembuktian yang dilakukan sendiri pada tanggal 2 April 2006 ;

Bahwa jelas atas adanya keluhan dari Termohon, Pemohon selaku

pelaku usaha yang beritikad baik dalam menjalankan usahanya, termasuk

merespons dan menyelesaikan keluhan yang dialami oleh pelanggan, pada

tanggal 02 April 2006 malam bertempat di kantor Pemohon, telah diadakan

pertemuan antara Pemohon dengan Termohon ;

Bahwa pada pertemuan tersebut Pemohon telah menyampaikan kepada

Termohon permohonan maaf dari Pemohon atas kesalahan cetak flyer/brosur

untuk program Tarif Ngirit Malam yang seharusnya mulai berlaku tanggal 06

April 2006 tapi tercetak di flyer/brosur.tanggal 01 April 2006, dan sebagai bentuk

perdamalan Pemohon memberikan penawaran kerjasama pemasangan iklan di

perusahaan Termohon, namun Termohon meminta agar penyelesaian masalah

ini diselesaikan melalui mekanisme penyelesaian yang berlaku di Badan

Hal.2 dari 20 hal. Put. No.01 K/Per.Kons/2007

Page 102: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Medan ;

Bahwa walaupun antara Pemohon dan Termohon telah berulang kali

mengadakan musyawarah untuk menyelesaikan keluhan Termohon tersebut di

atas, termasuk pada saat acara “hearing” di kantor Badan Sengketa Konsumen

Kota Medan pada tanggal 03 April 2006 dan 11 April 2006, dimana ada setiap

kesempatan musyawarah tersebut, Pemohon tetap menyampaikan permohonan

maaf serta menjelaskan kesalahan pencetakan/penulisan tanggal berlakunya

program Tarif Ngirit Malam (Program Tarif Ngirit XL Bebas) yang bukan

merupakan kesengajaan Pemohon dan sebagai bentuk perdamaian atas

adanya kesalahan tersebut, Pemohon juga telah menawarkan kepada

Termohon kerjasama pemasangan Iklan di perusahaan Penggugat ditambah

itikad baik Pemohon untuk membayar tagihan Xplor 0819-616010 milik

Termohon untuk Penggunaan bulan Januari, Februari dan Maret 2006 sebagai

kompensasi kerugian yang dialami oleh Termohon, tetapi Termohon tidak mau

menerima penawaran (itikad baik) Pemohon tersebut ;

Bahwa pada tanggal 16 April 2006 Termohon membuat pengaduan

konsumen kepada Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Medan,

dan atas pengaduan konsumen tersebut BPSK Medan telah memanggil

Pemohon dan untuk acara konsiliasi yang dilanjutkan dengan arbitrase dalam

nomor perkara No. 7/PEN/BPSK/2006/Mdn ;

Bahwa selanjutnya majelis BPSK Medan pada tanggal 1 Juni 2006

membacakan putusannya yang amarnya berbunyi sebagai berikut :

MENGADILI

1. Menerima pengaduan/gugatan konsumen sebagian ;

2. Menyatakan bahwa pelaku usaha bersalah karena mengedarkan brosur dan

iklannya yaitu TARIF NGIRIT ALAM (TNM) yang tidak sesuai dengan yang

diperjanjikannya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 1 butir f, Pasal

9 ayat 1 butir k dan Pasal 10 butir a dari Undang-Undang Nomor 8 tahun

1999 ;

3. Menghukum pelaku usaha untuk tidak memberlakukannya lagi kepada

konsumen tersebut ;

4. Menyatakan adanya kerugian yang diderita oleh konsumen akibat perbuatan

pelaku usaha yang menurut keyakinan majelis dan rasa keadilan adalah

sebesar Rp. 4.000.000,- (empat juta rupiah) ;

5. Menghukum pelaku usaha untuk membayar ganti rugi tersebut kepada

konsumen ;

6. Menghukum pelaku usaha untuk membayar denda sebesar Rp. 1.000.000,-

Hal.3 dari 20 hal. Put. No.01 K/Per.Kons/2007

Page 103: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

(satu juta rupiah) setiap harinya apabila lalai/tidak mau melaksanakan

keputusan pada poin 4 dan 5 tersebut. Sejak keputusan ini berkekuatan

hukum tetap ;

7. Menolak, gugatan lain dan selebihnya ;

Bahwa Pemohon sangat berkeberatan terhadap pertimbangan hukum

maupun terhadap putusan Majelis BPSK Medan dalam perkara a quo, karena

majelis BPSK Medan telah salah dalam menerapkan hukum dan/atau

menerapkan hukum tidak sebagaimana mestinya serta memutus perkara

melebihi dan atau melampui batas kewenangannya, yang akan Pemohon

uraikan sebagai berikut :

I. Keberatan terhadap putusan arbitrase BPSK Medan dalam Perkar a quo

yang telah salah dalam menerapkan hukum dan atau tidak menerapkan

hukum sebagaimana mestinya serta memutus perkara melampaui batas

kewenangannya.

- Bahwa Termohon di dalam Surat Pengaduan yang disampaikan ke BPSK

Medan mengajukan tuntutan sebagai berikut :

1. Mengabulkan seluruh permohonan pengaduan konsumen ;

2. Menyatakan perbuatan PT. EXC INDO PRATAMA (XL) adalah

perbuatan melawan hukum ;

3. Agar pelaku usaha memberi ganti rugi materiil dan imateriil sebesar

Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) ;

4. Menghukum PT. EXCELCOMINDO PRATAMA untuk memohon maaf

atas kesalahannya ……….Dst ;

5. Melakukan pencabutan izin usaha pelaku usaha…. ..Dst ;

Bahwa terhadap tuntutan di atas maka Majelis BPSK Medan dalam

putusannya memutus sebagai berikut :

1. Menerima pengaduan/gugatan konsumen sebagian ;

2. Menyatakan bahwa pelaku usaha bersalah karena mengedarkan brosur

dan iklannya yaitu TARIF NGIRIT MALAM yang tidak sesuai dengan

yang diperjanjikannya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 1 butir

f Pasal 9 ayat 1 butir k dan Pasal 10 butir a dari Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1999 ;

3. Menghukum pelaku usaha untuk tidak memberlakukannya lagi kepada

konsumen tersebut ;

4. Menyatakan adanya kerugian yang diderita oleh konsumen akibat

perbuatan pelaku usaha yang menurut keyakinan majelis dan rasa

keadilan adalah sebesar Rp.4.000.000,- (empat juta rupiah) ;

Hal.4 dari 20 hal. Put. No.01 K/Per.Kons/2007

Page 104: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

5. Menghukum pelaku usaha untuk membayar ganti rugi tersebut

kepada konsumen tersebut ;

6. Menghukum pelaku usaha untuk membayar denda sebesar

Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) setiap harinya apabila lalai/tidak mau

melaksanakan keputusan pada poin 4 dan 5 tersebut. Sejak

keputusan ini berkekuatan hukum tetap ;

7. Menolak gugatan lain untuk selebihnya ;

Bahwa dari isi putusan tersebut di atas, terang dan jelas secara hukum

Majelis BPSK Medan dalam memutus suatu perkara telah salah dalam

menerapkan hukum dan atau tidak menerapkan hukum sebagaimana

mestinya serta memutus perkara melampaui batas kewenanhannya.

- Bahwa hal ini jelas dikarenakan pembentukan Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen (BPKS) sebagaimana yang diamanatkan oleh

Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

(UU PK) adalah sebagai sarana untuk menyelesaikan permasalahan

yang muncul akibat adanya sengketa antara konsumen dengan

produsen ;

- Bahwa dalam Pasal 49 ayat (1) Undang-Undang Perlindungan

Konsumen menyatakan "Pemerintah membentuk badan penyelesaian

sengketa konsumen di Daerah Tingkat II untuk penyelesaian

sengketa konsumen di luar pengadilan" .

- Bahwa berdasarkan Keputusan Presiden Nomor No. 90 Tahun 2001

maka telah dibentuk BPSK di daerah, yang mana sebagai acuan

untuk pelaksanaan tugas BPSK tersebut, Menteri Perindustrian dan

Perdagangan telah mengeluarkan Surat Keputusan No.350 Tahun

2001 tentang Pelaksanaan Tugas dan wewenang Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen sebagai acuan utama dalam

menyelenggarakan perlindungan konsumen di Indonesia ;

- Bahwa jelas poin 4 Putusan Majelis BPSK Medan yang menyatakan

adanya kerugian yang diderita oleh konsumen akibat perbuatan

pelaku usaha yang menurut keyakinan majelis keadilan adalah

sebesar Rp.4.0.000.000,- (empat juta rupiah) telah tidak tepat

dan tidak sesuai atau tidak benar secara hukum dan jelas Majelis

BPSK telah melampaui kewenangan yang diberikan oleh undang-

undang, karena putusan tersebut bertentangan/tidak sesuai dengan

ketentuan Pasal 19 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999

Hal.5 dari 20 hal. Put. No.01 K/Per.Kons/2007

Page 105: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

tentang Perlindungan Konsumen dan tidak sesuai pula dengan Surat

Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan No.350 Tahun 2001

tentang Pelaksanaan Tugas dan wewenang BPSK yang pada Pasal 12

ayat (2) huruf (a) dan (b) ;

- Bahwa hal ini dikarenakan kerugian sebenarnya yang diderita oleh

Termohon sebagaimana yang dinyatakan Termohon sendiri dalam surat

pengaduannya adalah sebesar Rp.9.054,- (sembilan ribu lima puluh

empat rupiah) ;

- Bahwa jelas dalam Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor No.8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumnen disebutkan :

"Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa

pengembalian uang atau penggantian barang dan atau jasa yang sejenis

atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan atau pemberian

santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku"

- Bahwa jelas selain harus mengacu pada Pasal 19 ayat (2) Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, putusan

Majelis BPSK Kota Medan juga harus mengacu pada Surat Keputusan

Menteri Perindustrian Dan Perdagangan No.350 Tahun 2001 tentang

Pelaksanaan Tugas dan wewenang BPSK yang pada Pasal 12 ayat (2)

buruf (a) dan (b) yang berbunyi :

"Ganti rugi atas kerugian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat

berupa (a) pengembalian uang dan (b) penggantian barang dan/atau jasa

yang sejenis atau setara nilainya dan (c) perawatan kesehatan dan atau

pemberian santunan".

- Bahwa dengan demikian jelas putusan Majelis BPSK Kota Medan dalam

perkara a quo ini yang menetapkan kepada Pemohon untuk membayar

kerugian yang diderita oleh Termohon sebesar Rp.4.000.000,- (empat

juta rupiah) tanpa adanya suatu pertimbangan yang logis sebab dan

ataupun alasan yang menyatakan kesetaraan nilai kerugian tersebut,

jelas telah menunjukkan Majelis BPSK Kota Medan telah salah dalam

menerapkan hukum dan atau tidak menerapkan hukum sebagaimana

mestinya serta memutus perkara melampaui batas kewenangannya.

II. Keberatan terhadap Pertimbangan Hukum Majelis BPSK dalam Perkara

a quo mengenai dasar Kerugian yang dialami Konsumen.

- Bahwa dalam, putusan BPSK Medan aquo tentang fakta hukumnya,

Hal.6 dari 20 hal. Put. No.01 K/Per.Kons/2007

Page 106: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

BPSK Medan mempertimbangkan "menurut Pasal 64 Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang menyata-

kan : semua/segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang

bertujuan melindungi konsumen YANG TELAH ADA pada saat undang-

undang ini diundangkan" dinyatakan TETAP BERLAKU sepanjang tidak

diatur secara khusus dan/atau tidak bertentangan dengan ketentuan

dalam undang-undang ini ;

- Bahwa kemudian BPSK Medan menyatakan "bahwa adapun yang

dimaksud undang-undang yang telah ada tersebut yang dinyatakan tetap

berlaku diantaranya adalah Pasal 1365 KUHPerdata yang menyebutkan

tiap perbuatan yang melanggar hukum yang membawa kerugian pada

orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan

kerugian itu mengganti kerugian tersebut" ;

- Bahwa BPSK Medan telah salah dalam menerapkan hukum karena telah

menafsirkan undang-undang secara tidak benar terutama dalam

mengaitkan Pasal 1365 KUHPerdata dengan permasalahan hukum yang

terjadi antara Pemohon dan Termohon ;

- Bahwa perbuatan melawan hukum sebagaimana ketentuan Pasal 1365

KUHPerdata sepatutnya memenuhi unsur-unsur, yaitu sebagai berikut :

a. adanya suatu perbuatan ;

b. perbuatan tersebut melawan hukum ;

c. adanya kesalahan dari pihak pelaku ;

d. adanya kerugian bagi pihak korban ;

e. adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian ;

- Bahwa unsur adanya perbuatan melawan hukum yang dilakukan

Pemohon tidak pernah dipertimbangkan dan tidak pernah dibuktikan oleh

BPSK Medan sehingga pernyataan Pemohon telah melakukan kesalahan

hanya berdasarkan pengakuan dan penafsiran pasal-pasal secara apa

adanya yang tertulis dalam undang-undang ;

- Bahwa terlebih lagi tentang pemberian ganti rugi dalam perkara aquo ini

telah diatur secara Iengkap dan jelas dalam Pasal 19 ayat (2) Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dan Surat

Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan No.350 Tahun 2001

tentang Pelaksanaan Tugas dan wewenang BPSK khususnya pada

Pasal 12 ayat (2) huruf (a) dan (b) ;

- Bahwa andaikatapun “Quadnon” menurut hemat Majelis BPSK Kota

Medan Pemohon telah melakukan suatu perbuatan yang menimbulkan

Hal.7 dari 20 hal. Put. No.01 K/Per.Kons/2007

Page 107: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

kerugian pada Termohon, tentu secara hukum berdasarkan Pasal 19

ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang UU Perlindungan

Konsumen jo. Pasal 12 ayat 2 huruf (a) dan (b) Surat Keputusan Menteri

Perindustrian Dan Perdagangan No.350 Tahun 2001 tentang

Pelaksanaan Tugas dan wewenang BPSK, nilai ganti kerugian yang

dimaksud oleh Majelis BPSK Kota Medan sebagaimana termaksud

dalam putusannya tidak boleh melebihi nilai/kerugian yang sebenarnya

dialami oleh Termohon yakni sebesar Rp .9.054.- (sembilan ribu lima

puluh empat rupiah) ;

Berdasarkan uraian dan alasan tersebut di atas Pemohon sangat keberatan

terhadap Putusan Majelis BPSK Kota Medan aquo karena menurut hemat

Penggugat Majelis BPSK Kota Medan telah salah menerapkan hukum dan/atau

menerapkan hukum tidak sebagaimana mestinya dan memutus perkara

melebihi kewenangannya ;

Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Pemohon mohon kepada

Pengadilan Negeri Medan agar memberikan putusan sebagai berikut :

1. Menerima dan mengabulkan gugatan keberatan Pemohon untuk seluruh-

nya ;

2. Menyatakan Putusan arbitrase BPSK Medan Nomor : 7/Pen/BPSK/2006/

Mdn tanggal 1 Juni 2006 batal dan tidak berkekuatan hukum ;

3. Menolak permohonan eksekusi (fiat eksekusi) Termohon terhadap

pelaksanaan Putusan Arbitrase BPSK Medan Nomor : 7/Pen/BPSK/2006/

Mdn. tanggal 1 Juni 2006 ;

Mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono) ;

Menimbang, bahwa terhadap permohonan keberatan tersebut Termohon

mengajukan eksepsi yang pada pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut :

A. 1. Exceptio Processueel :

A.1.1. Bahwa permohonan keberatan Pemohon bersifat “vorm verzuim",

sebab upaya hukum yang dikenal terhadap putusan BPSK adalah

upaya hukum "keberatan" sebagaimana diatur dalam Pasal 56

Undang-Undang No.8 Tahun 1999 jo. Pasal 41 ayat (3) Keputusan

Menteri Perindustrian Dan Perdagangan R.I. No.350/MPP/Kep/12/

2001 jo. Peraturan Mahkamah Agung R.I. No.01 Tahun 2006 tanggal

13 Maret 2006, sedangkan upaya hukum yang diajukan Pemohon

adalah upaya hukum "gugatan". Dikatakan demikian, karena :

“ Para pihaknya disebut Penggugat sebagai " Penggugat " dan

Hal.8 dari 20 hal. Put. No.01 K/Per.Kons/2007

Page 108: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

Tergugat", sedangkan seharusnya disebut sebagai "Pemohon"

dan "Termohon" (analoog Peraturan Mahkamah Agung R.I. No.01

Tahun 2005 tanggal 7 April 2005) ;

" Pada halaman 1 alinea kedua surat gugatannya Penggugat dengan

tegas memuat kalimat sebagai berikut : "Dengan ini mengajukan

gugatan terhadap" ;

“ Demikian pula pada halaman terakhir gugatannya, Penggugat

mengemukakan kalimat yang menunjukkan ciri spesifik dari satu

gugatan perdata umum, yaitu uraian kalimat yang berbunyi :

"Berdasarkan segala uraian diatas, Penggugat mohon…..dst.” dan

kalimat "Mohon putusan yang seadil-adilnya ex aequo et bono” yang

hanya dikenal dalam struktur fundamental petitum gugatan perdata

umum ;

Bahwa dengan demikian gugatan Penggugat mohon untuk dinya-

takan tidak dapat diterima ;

A.1.2. Bahwa petitum gugatan Penggugat berbunyi sebagai berikut :

o Menerima dan mengabulkan gugatan keberatan Penggugat

untuk seluruhnya ;

o Menyatakan Putusan arbitrase BPSK Medan Nomor : 7/Pen/

BPSK/2006/Mdn. tanggal 1 Juni 2006 batal dan tidak

berkekuatan hukum ;

o Menolak permohonan eksekusi (fiat eksekusi) Tergugat terhadap

pelaksanaan Putusan Arbitrase Nomor : 7/Pen/BPSK/ 2006/Mdn.

tanggal 1 Juni 2006 ;

Bahwa petitum gugatan Penggugat tersebut bersifat "posita tidak

mendukung petitum" dan atau melanggar ketentuan Pasal 6 ayat

(3) dan (4) Peraturan Mahkamah Agung R.I. No.01 Tahun 2006

tanggal 13 Maret 2006 yang pada pokoknya menyebutkan bahwa

pembatalan putusan BPSK oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri

in casu Pengadilan Negeri Medan dapat dilakukan hanya apabila

memenuhi persyaratan materiil yang bersifat Iimitatif yaitu :

a. Surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan,

setelah putusan dijatuhkan, diakui palsu atau dinyatakan palsu ;

b. Setelah putusan arbitrase BPSK diambil ditemukan dokumen

yang bersifat menentukan yang disembunyikan oleh pihak lawan

atau

Hal.9 dari 20 hal. Put. No.01 K/Per.Kons/2007

Page 109: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

c. Putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh

salah satu pihak dalam pemeriksaan sengketa ;

- Bahwa akan halnya posita gugatan Penggugat sama sekali tidak

menyebutkan adanya kontroversi seperti terurai pada syarat limitatif

(huruf a, b dan c) tersebut diatas ;

- Bahwa dengan demikian jelas bahwa gugatan Penggugat yang

menuntut pembatalan atas putusan BPSK Kota Medan tersebut

adalah bersifat" posita tidak mendukung petitum" dan atau melanggar

ketentuan Pasal 6 ayat (3) dan (4) Peraturan Mahkamah Agung R.I.

No.01 Tahun 2006 tanggal 13 Maret 2006 ;

- Bahwa patut pula untuk menjadi perhatian, bahwa petitum gugatan

Penggugat point 3 sama sekali tidak dikenal menurut kaidah hukum

acara perdata, sebab hal itu sama sekali kewenangan ambsalve Ketua

Pengadilan Negeri (in casu Pengadilan Negeri Medan), dan juga

bertentangan dengan ketentuan Pasal 54 ayat (3) jo. Pasal 57 Undang-

Undang No.8 Tahun 1999 ;

- Bahwa berto!ak dari uraian di atas, maka gugatan Penggugat mohon

untuk dinyatakan niet ontvankelijk.

A.2. Exceptio Obscuuri Libelli :

- Bahwa ternyata didalam materi isi posita gugatan Penggugat sama

sekali tidak disebutkan dalam satu uraian yang individual tanggal

diterimanya oleh Pemohon pemberitahuan putusan BPSK yang menjadi

objek perkara ini. Sedangkan uraian itu sangat penting dan karenanya

nolens vollens harus diuraikan di dalam posita gugatan sesuai

ketentuan Pasal 56 ayat (2) Undang-Undang No.8 Tahun 1999 jo.Pasa!

41 ayat (3) dan (5) Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan

R.I. No.350/MPP/Kep/12/2001 tanggal 10 Desember 2001 jo. Pasal 5

ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung R.I. No.01 Tahun 2006 tanggal 7

April 2006 ;

- Bahwa dengan demikian, gugatan Penggugat jelas "obscuur libellum"

yang sangat merugikan Tergugat baik dalam membela diri maupun

dalam pembuktian ;

- Bahwa bertolak dari uraian di atas, maka gugatan Pemohon mohon

untuk dinyatakan tidak dapat diterima ;

Menimbang, bahwa terhadap permohonan keberatan tersebut Termohon

telah menyangkal dalil-dalil keberatan tersebut dan sebaliknya mengajukan

gugatan balik (rekonvensi) yang pada pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut :

Hal.10 dari 20 hal. Put. No.01 K/Per.Kons/2007

Page 110: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

Bahwa sesuai pertimbangan hukum BPSK Kota Medan dalam putusan-

nya halaman 11 alinea kedua, bahwa tuntutan ganti kerugian moril tidak diatur

dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen ;

Bahwa dengan demikian sama artinya bahwa adalah absoluute

merupakan attributle peradilan umum Incasu Pengadilan Negeri Medan) untuk

memeriksa dan mengadili tuntutan ganti kerugian moril Pemohon dalam

rekonvensi/Termohon dalam konvensi atas kesalahan Termohon dalam

rekonvensi/Pemohon dalam Konvensi yang telah memberlakukan tarif pulsa

tidak sesuai dengan janji yang telah diiklankan/dipromosikan dalam brosur Tarif

Ngirit Malam tersebut ;

Bahwa kendatipun dalam kenyataannya Termohon dalam rekonvensi/

Pemohon dalam konvensi telah mengakui kesalahannya yakni telah

memberlakukan tarif pulsa tidak sesuai dengan janji yang telah diiklankan/

dipromosikan dalam brosur Tarif Ngirit Malam itu, namun Termohon dalam

rekonvensi/Pemohon dalam konvensi tetap bersikeras untuk tidak mematuhi

putusan BPSK Kota Medan tersebut, dan bahkan malah menggugat Pemohon

dalam rekonvensi/Termohon dalam konvensi di Pengadilan Negeri Medan

sebagaimana tertuang didalam perkara konvensi ;

Bahwa akibat perbuatan Termohon dalam rekonvensi/Pemohon dalam

konvensi yang :

a. telah memberlakukan tarif pulsa tidak sesuai dengan janji yang telah

diiklankan/dipromosikan dalam brosur Tarif Ngirit Malam ; dan

b. tetap bersikeras tidak mematuhi putusan BPSK Kota Medan tersebut dan

bahkan malah mengajukan keberatan terhadap Pemohon dalam

rekonvensi/Termohon dalam konvensi di Pengadilan Negeri Medan

sebagaimana tertuang didalam perkara konvensi, yang menurut

perkembangan hukum "onrechtmatige", bahwa perbuatan Termohon dalam

rekonvensi/Pemohon dalam konvensi yang menggugat Pemohon dalam

rekonvensi/Termohon dalam konvensi di Pengadilan Negeri Medan itu

adalah merupakan perbuatan misbruik van processrecht" yang merupakan

species "onrechtmatige " ;

telah menimbulkan kerugian materiil dan moril terhadap Pemohon dalam

rekonvensi/Termohon dalam konvensi, yaitu :

- Kerugian Materiil :

• Biaya (kosten) berupa honorarium/successful fee yang telah Pemohon

dalam rekonvensi/Termohon dalam konvensi janjikan dan karenanya

sebagai satu kewajiban kontraktual kepada para kuasa hukum Pemohon

Hal.11 dari 20 hal. Put. No.01 K/Per.Kons/2007

Page 111: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

dalam rekonvensi/Termohon dalam konvensi, yang kesemua itu telah

diketahui atau setidak-tidaknya patut diduga oleh Termohon dalam

rekonvensi/Pemohon dalam konvesi. Besarnya honorarium/successful

fee tersebut adalah sebesar yang sepakati oleh Pemohon dalam

rekonvensi/Termohon dalam konvensi dan para kuasa hukum/advokat

profesional (vide : Pasal 21 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No.18

Tahun 2003 tentang Advokat) yaitu sebesar Rp.100.000.000,- (seratus

juta rupiah) ;

• Bunga (intressen) dari biaya (kosten) honorarium/successful fee tersebut

sebesar setara bunga bank, yaitu sebesar 1 % (satu persen) x

Rp.100.000.000,- = Rp.1.000.000 untuk setiap bulan, atau terserah

sebesar yang patut menurut pertimbangan rasa keadilan hukum dan rasa

keadilan umum Pengadilan Negeri Medan, terhitung sejak tanggal

pendaftaran gugatan konvensi Termohon dalam rekonvensi/Pemohon

dalam konvensi (tanggal 21 Juni 2006) sampai dengan biaya (kosten)

honorarium/successful fee tersebut dibayar lunas oleh Termohon dalam

rekonvensi/Pemohon dalam konvensi kepada Pemohon dalam

rekonvensi/Termohon dalam konvensi Bunga pertahun dari bunga atas

biaya (kosten) honorarium/successful fee tersebut di atas, sebesar setara

bunga Bank yaitu 1% (satu persen) x (Rp1.000.000.- x 12 bulan) = 1 % x

Rp.12.000.000.- = Rp.120.000.- (seratus dua puluh ribu rupiah) pertahun,

atau terserah sebesar yang patut menurut pertimbangan rasa keadilan

hukum dan rasa keadilan umum Pengadilan Negeri Medan, terhitung

sejak tanggal pendaftaran gugatan konvensi Termohon dalam rekonvensi

/Pemohon dalam konvesi (tanggal 21 Juni 2006) sampai dengan biaya

(kosten) honorarium/successful fee tersebut dibayar lunas oleh

Termohon dalam rekonvensi/Pemohon dalam konvensi kepada Pemohon

dalam rekonvensi/Termohon dalam konvensi ;

- Kerugian Moril :

Perbuatan Termohon dalam rekonvensi/Pemohon dalam konvensi tersebut

telah menimbulkan psychologica disorder yang merupakan mental cruelty

dalam tatanan kejiwaan Pemohon dalam rekonvensi/Termohon dalam

konvensi, yang kesemuanya itu tidak dapat diukur dengan apapun akan

tetapi dipandang mendekati rasa keadilan hukum dan rasa keadilan umum

bisa dinilai dengan uang sebesar Rp.2.000.000.000.- (dua milyar rupiah),

atau terserah sebesar yang patut menurut pertimbangan rasa keadilan

hukum dan rasa keadilan umum Pengadilan Negeri Medan ;

Hal.12 dari 20 hal. Put. No.01 K/Per.Kons/2007

Page 112: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

Bahwa dengan demikian Termohon dalam rekonvensi/Pemohon dalam

konvensi telah melakukan perbuatan melawan hukum terhadap Pemohon dalam

rekonvensi/Termohon dalam konvensi yang menimbulkan hak normatif bagi

Pemohon dalam rekonvensi/Termohon dalam konvensi untuk menuntut ganti

kerugian seperti terurai di atas ;

Bahwa Pemohon dalam rekonvensi/Termohon dalam konvensi

mempunyai sangka yang beralasan dan karenanya Pemohon dalam

rekonvensi/Termohon dalam konvensi khawatir bahwa Termohon dalam

rekonvensi/Pemohon dalam konvensi berupaya untuk mengalihkan dan atau

menyembunyikan harta kekayaan guna menghindari tanggung-jawabnya atas

tuntutan ganti kerugian Pemohon dalam rekonvensi/Termohon dalam konvensi

tersebut di atas. Oleh karena itu Pemohon dalam rekonvensi/Termohon dalam

konvensi mohon dengan hormat perkenan Pengadilan Negeri Medan untuk

meletakkan sita jaminan, terutama atas harta benda milik Termohon dalam

konvensi/Pemohon dalam konvensi, yang rinciannya kelak akan segera

Pemohon dalam rekonvensi/Termohon dalam konvensi ajukan ;

Bahwa gugatan rekonvensi Pemohon dalam rekonvensi/Termohon dalam

konvensi ini didukung oleh bukti-bukti yang sah, kuat dan cukup, serta atas

dasar hukum yang sah, sehingga karenanya cukup alasan hukum jika

Pemohon dalam rekonvensi/Termohon dalam konvensi mohon kepada

Pengadilan Negeri Medan untuk :

- menyatakan putusan perkara ini dapat dijalankan secara terlebih dahulu (uit

voerbaar bij voorraad) ;

- menghukum para Termohon dalam rekonvensi/Pemohon dalam konvensi

untuk membayar ongkos perkara ini ;

bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Pemohon dalam rekonvensi

menuntut kepada Pengadilan Negeri Medan supaya memberikan putusan

sebagai berikut :

PRIMAIR :

1. Menerima dan mengabulkan seluruh permohonan rekonvensi Pemohon

dalam rekonvensi/Termohon dalam konvensi ;

2. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang telah diletakkan dalam

perkara gugatan rekonvensi ini ;

3. Menyatakan Termohon dalam rekonvensi/Pemohon dalam konvensi telah

melakukan perbuatan melawan hukum terhadap Pemohon dalam

rekonvensi/Termohon dalam konvensi ;

4. Menghukum para Termohon dalam rekonvensi/Pemohon dalam konvensi

Hal.13 dari 20 hal. Put. No.01 K/Per.Kons/2007

Page 113: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

untuk mengganti tunai seluruh kerugian Pemohon dalam rekonvensi/

Termohon dalam konvensi yang disebutkan pada posita permohonan di

atas ;

5. Menyatakan putusan dalam perkara permohonan keberatan ini dapat

dijalankan secara terlebih dahulu (uit voerbaar bij voorraad) ;

6. Menghukum Termohon dalam rekonvensi/Pemohon dalam konvensi untuk

membayar seluruh ongkos perkara gugatan rekonvensi ini ;

SUBSIDAIR :

Ex aequo et bono ;

Bahwa terhadap permohonan keberatan tersebut Pengadilan Negeri

Medan telah mengambil putusan, yaitu putusan No.206/Pdt.G/2006/PN.Mdn.

tanggal 02 Agustus 2006 yang amarnya sebagai berikut :

DALAM EKSEPSI :

- Menolak Eksepsi Tergugat (Konsumen) untuk seluruhnya ;

DALAM POKOK PERKARA :

- Mengabulkan keberatan Penggugat (Pelaku Usaha) untuk sebahagian ;

- Menyatakan Penggugat (Pelaku Usaha) bersalah karena mengedarkan

brosur dan iklannya yaitu Tarif Ngirit Malam (TNM) yang tidak sesuai dengan

yang diperjanjikannya sebagaimana dalam Pasal 8 ayat 1 butir f, Pasal 9

ayat 1 butir k dan Pasal 10 butir a dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen ;

- Menghukum Penggugat (Pelaku Usaha) untuk tidak memberlakukannya

kepada konsumen ;

- Menyatakan adanya kerugian yang diderita oleh Tergugat (Konsumen)

akibat perbuatan Penggugat (Pelaku Usaha) sebesar Rp. 9.054,- (sembilan

ribu lima puluh empat rupiah) ;

- Menghukum Penggugat (Pelaku Usaha) untuk membayar ganti rugi kepada

Tergugat (Konsumen) sebesar Rp. 9.054,- (sembilan ribu lima puluh empat

rupiah) ;

- Menolak keberatan Penggugat (Pelaku Usaha) selain dan selebihnya ;

DALAM REKONVENSI :

- Menolak gugatan rekonvensi Tergugat (Konsumen) untuk seluruhnya ;

DALAM KONVENSI DAN REKONVENSI :

- Membebankan ongkos perkara yang timbul kepada Penggugat (Pelaku

Usaha) sebesar Rp.129.000,- (seratus dua puluh sembilan ribu rupiah) ;

Menimbang, bahwa sesudah putusan Pengadilan Negeri ini diberitahu-

kan kepada Termohon pada tanggal 16 Agustus 2006 kemudian terhadapnya

Hal.14 dari 20 hal. Put. No.01 K/Per.Kons/2007

Page 114: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

oleh Termohon (dengan perantaraan kuasanya, berdasarkan surat kuasa

khusus tanggal 29 Agustus 2006) diajukan permohonan kasasi secara Iisan

pada tanggal 29 Agustus 2006 sebagaimana ternyata dari akte permohonan

kasasi No.72/Pdt/Kasasi/2006/PN.Mdn. yang dibuat oleh Wakil Panitera

Pengadilan Negeri Medan, permohonan tersebut disertai dengan memori kasasi

yang memuat alasan-alasan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri

tersebut pada tanggal 12 September 2006 ;

Bahwa setelah itu oleh Pemohon yang pada tanggal 27 September 2006

telah diberitahu tentang memori kasasi dari Termohon diajukan jawaban memori

kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Medan pada tanggal

09 Oktober 2006 ;

Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya

telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama, diajukan dalam

tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, maka

oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formal dapat diterima ;

Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon

Kasasi/Termohon dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya ialah :

I. DALAM KONVENSI :

A. Tentang EXCEPTIE

- Bahwa Judex Facti (Pengadilan Negeri Medan) telah salah menerapkan

atau melanggar hukum yang berlaku, atau setidak-tidaknya telah lalai

memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-

undangan yang berlaku, sebab Judex Facti telah tidak memuat pokok-

pokok eksepsi, sebagaimana ternyata dari pertimbangan hukumnya

alinea pertama yang hanya berbunyi sebagai berikut :

“Menimbang, bahwa dalam jawaban Termohon tertanggal 10 Juli 2006

Termohon telah mengajukan eksepsi yang pada pokoknya adalah

sebagai berikut :

- Bahwa Judex Facti juga telah bertindak partial kearah yang

menguntungkan Termohon Kasasi secara berkelebihan dengan

merugikan pembelaan diri Pemohon Kasasi, dan atau telah salah

menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku, atau setidak-

tidaknya telah lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh

peraturan perundang-undangan yang berlaku, sebab Judex Facti

telah menolak exceptie yang diajukan oleh Pemohon Kasasi dengan

alasan/pertimbangan hukum yang tidak argumentatif juridis sebagai

berikut :

Hal.15 dari 20 hal. Put. No.01 K/Per.Kons/2007

Page 115: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

"Menimbang, bahwa berdasarkan bunyi ketentuan Pasal 6 ayat (2)

Perma No.1 Tahun 2006 telah mengatur tentang Tata Cara

Pemeriksaan Keberatan yaitu dilakukan hanya atas dasar Putusan

BPSK dan berkas perkara, dengan demikian sifat dan bentuk jawaban

Termohon mengarah kepada putusan BPSK tersebut sudah tepat

atau tidak serta apakah telah diterapkan hukum dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, bukan mengenai kaburnya

gugatan atau eksepsi lainnya sebagaimana lazimnya dalam suatu

gugatan perdata” (mohon lihat putusan Judex Facti, halaman 21

Tentang Hukumnya, alinea ke-dua) ;

- Bahwa pengajuan Exceptie dalam perkara keberatan atas putusan

arbitrase BPSK, adalah dibenarkan atau setidak-tidaknya tidak

dilarang oleh Peraturan Mahkamah Agung R.I. No.01 Tahun 2006

tertanggal 13 Maret 2006, sebagaimana dapat dipastikan dari

ketentuan Pasal 6 ayat (3) sampai dengan (5) yang mempersyaratkan

secara limitatif alasan pembatalan putusan arbitrase BPSK dan

alasan "mengadili sendiri" sengketa konsumen yang bersangkutan,

dan dihubungkan dengan ketentuan Pasal 8 yang membolehkan

diterapkannya Hukum Acara Perdata yang berlaku (yang mengenal

exceptie) dalam perkara keberatan atas putusan arbitrase BPSK ;

- Bahwa berdasarkan alasan-alasan juridis di atas, maka putusan

Judex Facti tersebut tidak patut untuk dipertahankan lagi dan mohon

dibatalkan.

B. Tentang POKOK PERKARA KONVENSI :

- Bahwa dalam memutus pokok perkara konvensi Pengadilan Negeri

Medan telah memberikan pertimbangan hukum yang berbunyi

sebagaimana terurai pada halaman 25 alinea ke-dua sampai dengan

halaman 27 alinea pertama ;

- Bahwa pertimbangan hukum Pengadilan Negeri Medan tersebut telah

salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku, sebab :

1. Bahwa Judex Facti sama sekali tidak memberikan pertimbangan

yang argumentasi juridis terhadap pembelaan diri Pemohon

Kasasi didalam surat jawaban tentang pokok perkara halaman 5

poin B 5 alinea ke-dua yang berbunyi sebagai berikut :

"Bahwa terlepas dari keberatan Termohon tentang minimnya ganti

kerugian sebesar Rp.4.000.000.- tersebut, agaknya patut untuk

Termohon tegaskan bahwa Termohon sangat tidak sependapat

Hal.16 dari 20 hal. Put. No.01 K/Per.Kons/2007

Page 116: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

dengan alasan-alasan keberatan Pemohon tersebut, sebab

Pemohon sendiri telah mengakui bahwa Pasal 19 ayat (2)

Undang-Undang No.8 Tahun 1999 dan Pasal 12 ayat (2) hurut a

dan b Surat Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan

No.350/MPP/Kep/12/2001 tanggal 10 Desember 2001 tersebut

telah mengatur ragam kerugian konsumen yang tidak hanya

berupa pengembalian kerugian finansial (incasu selisih/indebitum

akibat "kesalahan" penerapan tarif) semata, akan tetapi juga

pemberian santunan yang tentunya atas penderitaan fisik dan atau

penderitaan psykis, yang jumlahnya oleh undang-undang dibatasi

maximum Rp.200.000.000.- (Pasal 60 Undang- Undang No.8

Tahun 1999). Sehingga dengan mengacu pada Pasal 19 ayat (2)

jo. Pasal 60 Undang-Undang No.8 Tahun 1999 dan Pasal 12 ayat

(2) huruf a dan b Surat Keputusan Menteri Perindustrian Dan

Perdagangan No.350/MPP/Kep/12/2001 tanggal 10 Desember

2001 tersebut maka tidak dapat ditafsirkan lain kecuali

mengandung makna yuridis bahwa ganti kerugian yang oleh BPSK

Kota Medan hanya dikabulkan sebesar Rp.4.000.000.- dari

maximum Rp.200.000.000.- itu adalah ganti kerugian berupa

pemberian santunan terhadap Tergugat ;

2. Bahwa seluruh pertimbangan hukum Judex Facti sebagaimana

terurai pada halaman 25 allnea ke-dua sampai dengan halaman

27 alinea pertama tersebut telah tidak mengacu secara persuasif

effect pada Putusan Mahkamah Agung R.I. tertanggal 18 Agustus

2005 No.01.K/PER.KONS/2005 yang mewajibkan pelaku usah

(incasu Termohon Kasasi) untuk selain membayar kemball selisih

pembayaran atas kelebihan harga kepada konsumen (incasu

Pemohon Kasasi), juga membayar ganti rugi atas biaya-biaya

yang dikeluarkan untuk mengurus sengketa ini kepada konsumen

incasu Pemohon Kasasi) ;

- Bahwa bertolak dari uraian di atas, maka putusa Judex Facti tersebut

tidak patut untuk dipertahankan lagi dan mohon dibatalkan.

II. DALAM RECONVENTIE

- Bahwa dalam memutus gugatan rekonvensi, Judex Facti telah salah

menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku, atau setidak-

tidaknya telah lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh

peraturan perundang-undangan yang berlaku, sebab Judex Facti

Hal.17 dari 20 hal. Put. No.01 K/Per.Kons/2007

Page 117: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

telah menolak gugatan rekonvensi Pemohon Kasasi dengan

alasan/pertimbangan hukum yang berbunyi sebagaimana terurai pada

halaman 25 alinea ke-dua sampai dengan halaman 27 alinea

pertama ;

- Bahwa pengajuan gugatan rekonvensi dalam perkara keberatan atas

putusan arbitrase BPSK, adalah dibenarkan atau setidak-tidaknya

tidak dilarang oleh Peraturan Mahkamah Agung R.I. No. 01 Tahun

2006 tertanggal 13 Maret 2006, sebagaimana dapat dipastikan dari

ketentuan Pasal 8 yang membolehkan diterapkannya Hukum Acara

Perdata yang berlaku (yang mengenai gugatan rekonvensi) dalam

perkara keberatan atas putusan arbitrase BPSK ;

- Bahwa oleh sebab itu putusan Judex Facti tersebut tidak patut untuk

dipertahankan lagi dan mohon dibatalkan ;

Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah

Agung berpendapat :

Menimbang, bahwa keberatan kasasi terhadap putusan “dalam

eksepsi” tidak cukup beralasan karena Judex Facti-Pengadilan Negeri

Medan tidak salah dalam menerapkan hukum ;

Menimbang, bahwa keberatan kasasi terhadap putusan “Dalam

Pokok Perkara” baik Konpensi maupun Rekonpensi dapat dibenarkan

dengan alasan sebagai berikut :

- Judex Facti telah mempertimbangkan bahwa Pemohon Keberatan

asal PT. Exelcomindo Pratama telah melakukan perbuatan melawan

hukum dengan mengiklankan/mempromosikan “Tarif Ngirit Malam”

yang tidak sesuai dengan yang dijanjikan dalam brosur, hal ini juga

telah diakui oleh Pemohon Keberatan Asal PT. Exelcomindo

Pratama ;

- Bahwa kerugian yang sebenarnya yang dialami oleh Termohon

Keberatan asal Jhon Parlyn H.Sinaga sejumlah Rp.9.050,- (sembilan

ribu lima puluh rupiah) ;

- Bahwa namun dengan memperhatikan azas keseimbangan keadilan

bagi kedua belah pihak konsumen dan pelaku usaha, maka

Mahkamah Agung menetapkan agar Termohon Kasasi (Pemohon

Keberatan Asal PT.Exelcomindo Pratama membayar ganti kerugian

yang dimungkinkan oleh Undang-Undang No.8 Tahun 1999 kepada

Pemohon Kasasi/Termohon Keberatan asal yang besarnya

sebagaimana tersebut dalam amar putusan BPSK ;

Hal.18 dari 20 hal. Put. No.01 K/Per.Kons/2007

Page 118: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,

dengan tidak perlu mempertimbangkan alasan kasasi lainnya, menurut

pendapat Mahkamah Agung terdapat cukup alasan untuk mengabulkan

permohonan kasasi Pemohon Kasasi : JOHN PARLYN H.SINAGA dan

membatalkan putusan Pengadilan Negeri Medan No.206/PDT.G/2006/

PT.Mdn. tanggal 02 Agustus 2006 serta Mahkamah Agung mengadili

sendiri perkara ini dengan amar putusan sebagaimana yang akan

disebutkan di bawah ini ;

Menimbang, bahwa permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi/

Tergugat dikabulkan, maka biaya perkara dalam semua tingkat peradilan

dibebankan kepada Termohon Kasasi/Pemohon ;

Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang No.4 Tahun

2004 dan Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah

diubah dan ditambah dengan Undang-Undang No.5 Tahun 2004,

Undang-Undang No.8 Tahun 1999 dan peraturan perundang-undangan

lain yang bersangkutan ;

M E N G A D I L l :

Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : JHON

PARLYN H.SINAGA tersebut ;

Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Medan No.206/PDT.G/

2006/PT.Mdn. tanggal 02 Agustus 2006 ;

MENGADILI SENDIRI :

Menolak keberatan dari Pemohon : PT.EXELCOMINDO

PRATAMA ;

Menyatakan sah putusan Badan Penyelesaian sengketa

Konsumen Kota Medan Nomor : 7/PEN/BPSK/2006/MDN tanggal 01 Juni

2006 tentang Arbitrase ;

Menghukum Termohon Kasasi/Pemohon untuk membayar biaya

perkara dalam semua tingkat peradilan, yang dalam tingkat kasasi ini

ditetapkan sebesar Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah ;

Demikilanlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah

Agung pada hari Senin tanggal 8 Oktober 2007 oleh Dr.Harifin A.Tumpa,

SH.,MH., Hakim Agung yang ditunjuk oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai

Hal.19 dari 20 hal. Put. No.01 K/Per.Kons/2007

Page 119: PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN YANG …

Ketua Majelis, Dr.Susanti Adi Nugroho, SH.,MH., dan Atja Sondjaja, SH.,

sebagai Hakim-Hakim Anggota dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk

umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim Anggota

tersebut dan dibantu oleh Nani Indrawati, SH., M.Hum., Panitera Pengganti,

dengan tidak dihadiri oleh para pihak ;

Hakim-Hakim Anggota : K e t u a

ttd./ Dr.Susanti Adi Nugroho, SH.,MH., ttd./

ttd./ Atja Sondjaja, SH., Dr.Harifin A.Tumpa, SH.,MH.,

Biaya-biaya : Panitera Pengganti :

1. M e t e r a i …………………….Rp. 6.000,- ttd./

2. R e d a k s i............................. Rp. 1.000,- Nani Indrawati, SH., M.Hum.,

3. Administrasi kasasi …………...Rp.493.000,-

J u m I a h.................................Rp.500.000,-

Untuk Salinan

MAHKAMAH AGUNG RI

a.n. Panitera

Panitera Muda Perdata Khusus.

H.PARWOTO WIGNJOSUMARTO, SH.

NIP : 040.018.142.

Hal.20 dari 20 hal. Put. No.01 K/Per.Kons/2007