undang-undang perlindungan konsumen

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah UU Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Republik Indonesia menjelaskan bahwa hak konsumen diantaranya adalah hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan atau jasa; hak untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian, apabila barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; dan sebagainya. Di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat mengajukan perlindungan adalah: Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), Pasal 27 , dan Pasal 33. Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia No. 3821 Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat. HUKUM BISNIS, Kelompok 3, KAT A4/10 1

Upload: janahor-rey

Post on 03-Jan-2016

398 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Analisi Undang-undang konsumen(Hukum_Bisnis)

TRANSCRIPT

Page 1: Undang-undang perlindungan konsumen

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

UU Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Republik Indonesia menjelaskan bahwa hak konsumen diantaranya adalah hak atas

kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan atau jasa; hak

untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa tersebut sesuai

dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; hak untuk diperlakukan atau

dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; hak untuk mendapatkan kompensasi,

ganti rugi dan atau penggantian, apabila barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai

dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; dan sebagainya.

Di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat mengajukan

perlindungan adalah:

Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal 21 ayat (1),

Pasal 27 , dan Pasal 33.

Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran

Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan lembaran Negara Republik

Indonesia No. 3821

Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.

Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif Penyelesian

Sengketa.

Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan dan

Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen

Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No. 235/DJPDN/VII/2001 Tentang

Penangan pengaduan konsumen yang ditujukan kepada Seluruh dinas Indag

Prop/Kab/Kota

Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 795

/DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen.

, Kelompok 3, KAT A4/10 1

Page 2: Undang-undang perlindungan konsumen

Konsumen pasti akan merasa sangat dirugikan saat barang yang dibeli nya tidak

sesuai dengan keinginannya dalam artian cacat atau tidak sempurna. Entah itu dalam keadaan

kadaluarsa, bentuknya jauh berbeda dengan apa yang digambarkan dan lain sebagainya.

Untuk masalah-masalah itu perlu pengawasan dan tindakan khusus. Sekecil apapun masalah

atau kerugian yang dialami konsumen harus dapat ditanggapi oleh pihak-pihak yang

bertanggung jawab. Karena setiap konsumen memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan.

Maka dari itu untuk kesempatan ini saya kan membahas bagaimana pelaksanaan undang-

undang perlindungan konsumen. Sebelum mengetahui lebih dalam adakalanya kita

mengetahui apa itu konsumen.  

         Menurut Undang-undang No.8 tahun 1999 Konsumen adalah  setiap orang pemakai

barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,

keluarga, orang lain, maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Undang –

undang yang mengatur perlindungan konsumen adalah Undang- Undang No.8 Tahun 1999.

Undang- undang ini mengatur apa saja yang hak didaptakan konsumen, kewajiban apa yang

harus dilakukan konsumen, asas dan tujuan, perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pelaku

usaha , tanggung jawab pelaku usaha, pembinaan dan pengawasan yang harus dilakukan oleh

pemerintah, peran kelembagaan perlindungan konsumen serta sanksi.

, Kelompok 3, KAT A4/10 2

Page 3: Undang-undang perlindungan konsumen

1.2 Rumusan Masalah

1. Definisi Konsumen

2. Pengertian perilaku konsumen

3. Sifat dari perilaku konsumen

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen

5. Definisi perindungan konsumen

6. Landasan hukum

7. Azas perlindungan konsumen

8. Pelaksanaan UU perlindungan konsumen

9. Tujuan perlindungan konsumen

10. Hak dan kewajiban konsumen

11. Hak dan kewajiban serta tnggung jawab pelaku usaha

12. Sanksi-sanksi untuk para pelaku usaha

13. Penyelesaian sengketa konsumen

14. Contoh kasus

1.3 Tujuan Pembuatan Makalah

1. Agar setiap mahasiswa dapat memahami lebih dalam tentang UU perlindungan

konsumen.

2. Mengetahui hak dan kewajiban dari setiap konsumen dan para pelau usaha.

3. Memahami permasalahan dan cara penyelesaian apabila terjadi sengketa antara

konsumen dan pelaku usaha.

4. Sebagai syarat tugas mata kuliah “Hukum Bisnis”.

, Kelompok 3, KAT A4/10 3

Page 4: Undang-undang perlindungan konsumen

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Definisi Konsumen

Konsumen adalah seseorang atau sekelompok orang yang membeli suatu produk

untuk dipakai sendiri dan tidak untuk dijual kembali. Jika tujuan pembelian produk tersebut

untuk dijual kembali, maka dia disebut pengecer atau distributor. pada masa sekarang ini

bukan suatu rahasia lagi bahwa sebenarnya konsumen adalah raja sebenarnya, oleh karena itu

sebagai produsen yang memiliki prinsip holistic marketing sudah seharusnya memperhatikan

semua yang menjadi hak-hak konsumen.

Menurut pengertian Pasal 1 angka 2 UU PK, “Konsumen adalah setiap orang pemakai

barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,

keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.”

Menurut Undang-undang no. 8 tahun 1999, Pasal 1 butir 2 tentang Perlindungan

Konsumen adalah Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/ atau jasa yang

tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,

maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Menurut Hornby adalah Konsumen (consumer) adalah seseorang atau suatu

perusahaan yang membeli suatu persediaan atau sejumlah barang tertentu atau

menggunakan barang atau jasa.

Didalam realitas bisnis seringkali dibedakan antara :

a. Consumer (konsumen) dan Custumer (pelanggan).

o Konsumen adalah semua orang atau masyarakat termasuk pelanggan.

o Pelanggan adalah konsumen yang telah mengkonsumsi suatu produk yang di

produksi oleh produsen tertentu.

b. Konsumen Akhir dengan Konsumen Antara.

o Konsumen akhir adalah Konsumen yang mengkonsumsi secara langsung produk

yang diperolehnya

o Konsumen antara adalah konsumen yang memperoleh produk untuk memproduksi

produk lainnya.

, Kelompok 3, KAT A4/10 4

Page 5: Undang-undang perlindungan konsumen

2.2 Pengertian Perilaku Konsumen

Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1990), perilaku konsumen diartikan “Those

actions directly involved in obtaining, consuming, and disposing of products and services,

including the decision processes that precede and follow this action”.

Perilaku konsumen merupakan tindakan–tindakan yang terlibat secara langsung dalam

memperoleh, mengkonsumsi, dan membuang suatu produk atau jasa, termasuk proses

keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan - tindakan tersebut.

Perilaku konsumen adalah aktivitas seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi, dan

membuang barang atau jasa (Blackwell, Miniard, & Engel, 2001). Sedangkan The American

Marketing Association mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis dari

pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran

aspek hidupnya. Dalam kata lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan yang

dialami manusia dan aksi yang dilakukan saat proses konsumsi (Peter & Olson, 2005).

Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan

konsumsi dari individu. Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang

mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa yang

bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi (Hanna & Wozniak, 2001).

2.3 Sifat dari Perilaku Konsumen

1. Consumer Behavior Is Dynamic

Perilaku konsumen dikatakan dinamis karena proses berpikir, merasakan, dan aksi

dari setiap individu konsumen, kelompok konsumen, dan perhimpunan besar konsumen

selalu berubah secara konstan. Sifat yang dinamis demikian menyebabkan pengembangan

strategi pemasaran menjadi sangat menantang sekaligus sulit. Suatu strategi dapat berhasil

pada suatu saat dan tempat tertentu tapi gagal pada saat dan tempat lain. Karena itu suatu

perusahaan harus senantiasa melakukan inovasi-inovasi secara berkala untuk meraih

konsumennya.

, Kelompok 3, KAT A4/10 5

Page 6: Undang-undang perlindungan konsumen

2. Consumer Behavior Involves Interaction

Dalam perilaku konsumen terdapat interaksi antara pemikiran, perasaan, dan tindakan

manusia, serta lingkungan. Semakin dalam suatu perusahaan memahami bagaimana interaksi

tersebut mempengaruhi konsumen semakin baik perusahaan tersebut dalam memuaskan

kebutuhan dan keinginan konsumen serta memberikan value atau nilai bagi konsumen.

3. Consumer Behavior Involves Exchange

Perilaku konsumen melibatkan pertukaran antara manusia. Dalam kata lain seseorang

memberikan sesuatu untuk orang lain dan menerima sesuatu sebagai gantinya.

2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (1996) keputusan pembelian dari pembeli

sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli.

1. Faktor Budaya

Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen.

Perusahaan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas

sosial pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku

seseorang. Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku

yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya.

Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya – sub-budaya yang lebih kecil yang

memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub-

budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan,

kelompok ras, area geografis. Banyak subbudaya membentuk segmen pasar penting dan

pemasar sering kali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan

kebutuhan konsumen.

, Kelompok 3, KAT A4/10 6

Page 7: Undang-undang perlindungan konsumen

Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam

suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat

dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti

pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan

variable lain.

2. Faktor Sosial

Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti kelompok kecil,

keluarga serta peranan dan status sosial konsumen. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh

banyak kelompok kecil. Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung. Definisi kelompok

adalah dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai sasaran individu atau

bersama.Keluarga dapat pempengaruhi perilaku pembelian. Keluarga adalah organisasi

pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Keputusan pembelian keluarga,

tergantung pada produk, iklan dan situasi.

Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya-keluarga, klub,

organisasi. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran dan

status. Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh

masyarakat.

3. Faktor Pribadi

Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan

tahapan daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri

pembeli. Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. Beberapa

penelitian terakhir telah mengidentifikasi tahapan-tahapan dalam siklus hidup psikologis.

Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat

mereka menjalani hidupnya. Pekerjaan mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Para

pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat di atas

rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu.

, Kelompok 3, KAT A4/10 7

Page 8: Undang-undang perlindungan konsumen

Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pemilihan produk. Situasi ekonomi

seseorang terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya, dan

polanya), tabungan dan hartanya (termasuk presentase yang mudah dijadikan uang ). Gaya

hidup seseorang adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan

pendapat seseorang. Gaya hidup menggambarkan “seseorang secara keseluruhan” yang

berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial

seseorang.

Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berada dari setiap orang yang

memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten. Kepribadian dapat

merupakan suatu variabel yang sangat berguna dalam menganalisa perilaku konsumen. Bila

jenis- jenis kepribadian dapat diklasifikasikan dan memiliki korelasi yang kuat antara jenis-

jenis kepribadian tersebut dengan berbagai pilihan produk atau merek.

4. Faktor Psikologis

Pemilihan barang yang dibeli seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh empat faktor

psikologis, yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan serta kepercayaan. Motivasi merupakan

kebutuhan yang cukup menekan untuk mengarahkan seseorang mencari cara untuk

memuaskan kebutuhan tersebut. Beberapa kebutuhan bersifat biogenik, kebutuhan ini timbul

dari suatu keadaan fisiologis tertentu, seperti rasa lapar, rasa haus, rasa tidak nyaman.

Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lain bersifat psikogenik yaitu kebutuhan yang timbul dari

keadaan fisologis tertentu, seperti kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri atau

kebutuhan diterima.

Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan,

mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia

ini. Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda-beda dari objek yang sama karena adanya

tiga proses persepsi:

Perhatian yang selektif

Gangguan yang selektif

Mengingat kembali yang selektif

, Kelompok 3, KAT A4/10 8

Page 9: Undang-undang perlindungan konsumen

Pembelajaran menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari

pengalaman. Sedang kepercayaan merupakan suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki

seseorang terhadap sesuatu.

5. Faktor Marketing Strategy

Merupakan variabel dimana pemasar mengendalikan usahanya dalam memberitahu

dan mempengaruhi konsumen. Variabel-variabelnya adalah:

Barang

Harga

Periklanan dan

Distribusi yang mendorong konsumen dalam proses pengambilan keputusan.

Pemasar harus mengumpulkan informasi dari konsumen untuk evaluasi kesempatan

utama pemasaran dalam pengembangan pemasaran. Kebutuhan ini digambarkan dengan garis

panah dua arah antara strategi pemasaran dan keputusan konsumen dalam gambar 1.1

penelitian pemasaran memberikan informasi kepada organisasi pemasaran mengenai

kebutuhan konsumen, persepsi tentang karakteristik merek, dan sikap terhadap pilihan merek.

Strategi pemasaran kemudian dikembangkan dan diarahkan kepada konsumen. Ketika

konsumen telah mengambil keputusan kemudian evaluasi pembelian masa lalu, digambarkan

sebagai umpan balik kepada konsumen individu. Selama evaluasi, konsumen akan belajar

dari pengalaman dan pola pengumpulan informasi mungkin berubah, evaluasi merek, dan

pemilihan merek. Pengalamn konsumsi secara langsung akan berpengaruh apakah konsumen

akan membeli merek yang sama lagi.

Panah umpan balik mengarah kembali kepada organisasi pemasaran. Pemasar akan

mengiikuti rensponsi konsumen dalam bentuk saham pasar dan data penjualan. Tetapi

informasi ini tidak menceritakan kepada pemasar tentang mengapa konsumen membeli atau

informasi tentang kekuatan dan kelemahan dari merek pemasar secara relatif terhadap

saingan. Karena itu penelitian pemasaran diperlukan pada tahap ini untuk menentukan reaksi

konsumen terhadap merek dan kecenderungan pembelian dimasa yang akan datang.

Informasi ini mengarahkan pada manajemen untuk merumuskan kembali strategi pemasaran

kearah pemenuhan kebutuhan konsumen yang lebih baik.

, Kelompok 3, KAT A4/10 9

Page 10: Undang-undang perlindungan konsumen

Berdasarkan landasan teori, ada dua faktor dasar yang mempengaruhi perilaku

konsumen yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang meliputi pengaruh keluarga, kelas sosial,

kebudayaan, marketing strategy, dan kelompok referensi. Kelompok referensi merupakan

kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung pada sikap dan prilaku

konsumen. Kelompok referensi mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian dan

sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku.

Faktor internal

Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor internal adalah motivasi, persepsi, sikap,

gaya hidup, kepribadian dan belajar. Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku

seseorang individu yang bersumber dari pengalaman. Seringkali perilaku manusia diperoleh

dari mempelajari sesuatu.

2.5 Definisi Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum

untuk memberikan perlindungan kepada konsumen.

Menurut Undang-undang no. 8 Tahun 1999, pasal 1 butir 1 adalah segala upaya yang

menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada

konsumen.

GBHN 1993 melalui Tap MPR Nomor II/MPR/1993, Bab IV, huruf F butir 4a adalah

pembangunan perdagangan ditujukan untuk memperlancar arus barang dan jasa dalam

rangka menunjang peningkatan produksi dan daya saing, meningkatkan pendapatan

produsen, melindungi kepentingan konsumen.

, Kelompok 3, KAT A4/10 10

Page 11: Undang-undang perlindungan konsumen

2.6 Landasan Hukum

Pembangunan dan perkembangan perekonomian umumnya dan khususnya di bidang

perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi barang dan atau

jasa yang telah dikonsumsi. Di samping itu, globalisasi dan perdagangan bebas yang

didukung oleh kemampuan teknologi komunikasi dan informatika teah memperluas ruang

gerak arus barang dan atau jasa melintasi batas-batas wilayah suatu negara, sehingga barang

dan atau jasa yang ditawarkan bervariasi, baik produksi luar negeri maupun produksi dalam

negeri.

Kondisi demikian di satu pihak mempunyai manfaat bagi konsumen karena kebutuhan

akan barang dan atau jasa yang diinginkan dapat terpenuhi, serta semakin terbuka lebar

kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang dan atau jasa sesuai dengan

keinginan dan kemampuan konsumen.

Disisi alain, kondisi dan fenomena tersebut diatas dapat mengakibatkan kedudukan

pelaku usaha dan konsumen tidak seimbang dan konsumen berada pada posisi yang lemah.

Konsumen menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungannya yang sebesar-

besarnya oleh pelaku usaha melalui kiat promosi, cara penjualan, serta penerapan perjanjian

standar yang merugikan konsumen.

Faktor utama yang menjadi kelemahan konsumen adalah tingkat kesadaran konsumen

akan haknya masih rendah. Hal ini terutama di sebabkan oleh rendahnya pendidikan

konsumen. Dalam rangka melindungi konsumen, pemerintah telah memberlakukan Undang-

Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen atau disingkat dengan UUPK.

Undang-undang ini memberi posisi yang seimbang antara konsumen dengan produsen.

Undang-undang ini mengatur mengenai hak dan kewajiban konsumen, hak dan kewajiban

pelaku usaha, larangan bagi pelaku usaha, perjanjian baku, tanggungjawab pelaku usaha dan

ganti kerugian pada konsumen.

Undang- Undang Perlindungan Konsumen dimaksudkan menjadi landasan hukum

yang kuat bagi pemerintah dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat untuk

melakukan upaya pemberdayaan konsumen melalui pembiaan dan pendidikan konsumen.

, Kelompok 3, KAT A4/10 11

Page 12: Undang-undang perlindungan konsumen

2.7 Azas Perlindungan Konsumen

Adapun Azas perlindungan konsumen antara lain, yaitu ;

Asas Manfaat, yaitu mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan

perlindungan ini harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan

konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.

Asas Keadilan, yaitu partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal

dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh

haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.

Asas Keseimbangan, yaitu memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen,

pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil ataupun spiritual.

Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen, yaitu memberikan jaminan atas

keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalarn penggunaan, pemakaian dan

pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.

Asas Kepastian Hukum, yaitu baik pelaku usaha maupun konsumen mentaati hukum

dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta

negara menjamin kepastian hukum.

, Kelompok 3, KAT A4/10 12

Page 13: Undang-undang perlindungan konsumen

BAB III

PEMBAHASAN MASALAH

3.1 Pelaksanaan Undang-undang Perlindungan Konsumen

Pelaksanaan Undang-undang perlindungan konsumen ini dimaksudkan sebagai

supaya untuk menjaga janji produsen apabila sewaktu-waktu produsen menyalahi ketentuan

yang telah ditentukan maka konsumen itu berhak untuk managih ganti ruginya. Dalam

pelaksanaan undang- undang ini ada lembaga yang bertanggung jawab dalam menangani

masalah yang dialami konsumen yaitu LPK ( Lembaga Perlindungan Konsumen) dan YLKI (

Yayasan Perlindungan Konsumen Indonesia) Tugas utama dari kedua elemen ini adalah

dapat menindak tegas produsen yang menyalahi dan memberikan sebuah janji kepada

konsumen disaat konsumen mendapatkan ketidakpuasan atau kerugian dalam membeli

barang atau jasa.

Menurut kami, saat ini peran pemerintah dalam melindungi konsumen masih lemah.

Walau Undang-Undang tentang perlindungan konsumen sudah cukup banyak, tapi dalam

pelaksanaannya belum kuat dan perlu ditingkatkan. Selain itu, pengawasan terhadap barang

beredar yang dilakukan oleh pemerintah masih kurang. Contohnya saja masih ada produk

kadaluarsa yang kadang terbungkus dalam parcel atau diganti bungkusnya saja. Hal ini

merupakan pelanggaran terhadap hak-hak yang dimiliki oleh konsumen. Sebenarnya pihak-

pihak yang berwenang telah mengambil tindakan, sayangnya hal ini hanya dilakukan sesekali

yaitu pada momen-momen tertentu seperti saat menjelang idul fitri.

           Selain itu juga maraknya keberadaan zat kimia berbahaya yang terjual dan beredar

bebas di supermarket dan pasar tradisional merupakan contoh lainnya.  Saat ini banyak

pedagang atau produsen nakal yang membuat atau menggunakan zat-zat kimia berbahaya

seperti boraks, formalin, dan zat pewarna tekstil untuk bahan makanan yang dijualnya.

Di sisi lain, produk jasa yang ada selama ini juga banyak yang merugikan konsumen.

Seharusnya Pemerintah harus lebih tegas dalam melindungi konsumen. Akan tetapi sampai

saat ini kepedulian Pemerintah masih sangat kurang. Dalam kenyataannya aparat penegak

hukum yang berwenang seakan tdak tahu atau pura-pura tidak tahu bahwa dalam dunia

, Kelompok 3, KAT A4/10 13

Page 14: Undang-undang perlindungan konsumen

perdagangan atau dunia pasar terlalu banyak sebenarnya para pelaku usaha yang jelas-jelas

telah melanggar UU Perlindungan Konsumen yang merugikan kepentingan konsumen.

           Sebenarnya, perlindungan konsumen bukan hanya tugas pemerintah. Pengusaha, jelas

dia, ikut andil dalam melindungi konsumen. Pemerintah berperan dalam membentuk

peraturan dan penegakan hukum melalui berbagai aktivitas pengawasan barang. Namun,

pelaku usaha punya peran tak kalah penting untuk berkomitmen pada aturan perlindungan

konsumen.

           Menurut kami, perlindungan konsumen tidak dapat berjalan hanya dengan

mengandalkan peran pemerintah dalam membentuk peraturan dan penegakan hukum melalui

berbagai aktivitas pengawasan barang. Tetapi ini saatnya pelaku usaha sebagai “sahabat”

pemerintah mampu berperan serta dalam menegakkan perlindungan konsumen.

          

3.2 Tujuan Perlindungan Konsumen

Sesuai dengan pasal 3 Undang-undang no. 8 tahun 1999 Perlindungan Konsumen,

tujuan dari Perlindungan ini adalah :

Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi

diri.

Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari

ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.

Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut

hak-haknya sebagai konsumen.

Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian

hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.

Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan ini

sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggungjawab dalam berusaha.

Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha

produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan keselamatan

konsumen.

, Kelompok 3, KAT A4/10 14

Page 15: Undang-undang perlindungan konsumen

3.3 Hak dan Kewajiban Konsumen

Hak konsumen yang paling pokok adalah hak atas kenyamanan, keamanan, dan

keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan atau jasa. Barang dan atau jasa yang

penggunaannya tidak memberikan kenyamanan terlebih lagi yang tidak aman atau

membahayakan keselamatan konsumen jelas tidak layak untuk diedarkan pada masyarakat.

Berikut adalah hak-hak konsumen pada pasal 5 Undang-undang Perlindungan Konsumen,

yaitu ;

Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang

dan/atau jasa.

Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa

tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.

Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang

dan/atau jasa.

Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang

digunakan.

Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa

perlindungan konsumen secara patut.

Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.

Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminasi.

Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi/penggantian, apabila barang dan/atau

jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Selain memperoleh hak, konsumen berkewajiban membaca atau mengikuti informasi

dan prosedur penggunaan barang dan atau jasa, beritikad baik dalam melakukan transaksi

pembelian, membayar harga sesuai dengan kesepakatan, dan mengikuti upaya penyelesaian

hukum secara patut. Hal ini dimaksudkan agar konsumen dapat memperoleh hasil optimum

atas perlindungan hukum.

, Kelompok 3, KAT A4/10 15

Page 16: Undang-undang perlindungan konsumen

3.4 Hak dan Kewajiban Serta Tanggung Jawab Pelaku Usaha

1. Hak-hak pelaku usaha

Dalam rangka menciptakan kenyamanan berusaha bagi pelaku usaha dan sebagai

keseimbangan atas hak-hak yang diberikan kepada konsumen, maka pelaku usaha juga

memiliki hak dan kewajiban. Hak pelaku usaha sebagaimana diatur dalam Pasal 6 Undang-

undang perlindungan konsumen, yaitu ;

Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi

dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.

Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad

tidak baik.

Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum

sengketa konsumen.

Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian

konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.

Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

2. Kewajiban pelaku usaha

Sebagai konsekuensi dari hak konsumen yang telah disebutkan, maka kepada pelaku

usaha dibebankan pula kewajiban-kewajiban sebagaimana Pasal 7 Undang-undang

perlindungan konsumen, yaitu ;

Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.

Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan

pemeliharaan.

Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif.

Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan

berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku.

Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang

dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat

dan/atau yang diperdagangkan.

, Kelompok 3, KAT A4/10 16

Page 17: Undang-undang perlindungan konsumen

Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat

penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.

Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa

yang dterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

3. Tanggung jawab pelaku usaha

Pengertian tanggung jawab produk (pelaku usaha) adalah tanggung jawab para

produsen untuk produk yang  telah dibawanya ke dalam peredaran, yang menimbulkan/

menyebabkan kerugian karena cacat yang melekat pada produk tersebut.

Di dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

terdapat 3 (tiga) pasal yang menggambarkan sistem tanggung jawab produk dalam hukum

perlindungan konsumen di Indonesia, yaitu ketentuan Pasal 19 Undang-undang No. 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen merumuskan tanggung jawab produsen sebagai

berikut:

1. Pelaku Usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran,

dan/ atau kerugian konsumen akibat mengkomsumsi barang dan atau jasa yang

dihasilkan atau diperdagangkan.

2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau

penggantian barang dan/ atau jasa yang sejenis atau secara nilainya, atau perawatan

kesehatan dan/ atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

3. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah

tanggal transaksi.

4. Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak

menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasrkan pembuktian lebih

lanjut mengenai adanya unsure kesalahan. (50 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa

kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen.

, Kelompok 3, KAT A4/10 17

Page 18: Undang-undang perlindungan konsumen

3.5 Sanksi-sanksi Untuk Para Pelaku Usaha

Sanksi Bagi Pelaku Usaha Menurut Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, yaitu ;

A. Sanksi Perdata

Ganti rugi dalam bentuk :

Pengembalian uang atau

Penggantian barang atau

Perawatan kesehatan, dan/atau

Pemberian santunan

*Ganti rugi diberikan dalam tenggang waktu 7 hari setelah tanggal transaksi

B. Sanksi Administrasi :

maksimal Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah), melalui BPSK jika melanggar

Pasal 19 ayat (2) dan (3), 20, 25.

a. Pasal 19 ayat 2 berisi sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per

bulan dari jumlah pajak yang masih harus dibayar dan bagian dari bulan dihitung

penuh 1 (satu) bulan Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur atau

menunda pembayaran pajak. Penjelasan: Ayat ini mengatur pengenaan sanksi

administrasi berupa bunga dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur atau

menunda pembayaran pajak.

Contoh:

Wajib Pajak menerima Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebesar Rp1.120.000,00

yang diterbitkan pada tanggal 2 Januari 2009 dengan batas akhir pelunasan tanggal 1

Februari 2009. Wajib Pajak tersebut diperbolehkan untuk mengangsur pembayaran

pajak dalam jangka waktu 5 (lima) bulan dengan jumlah yang tetap sebesar

Rp224.000,00. Sanksi administrasi berupa bunga untuk setiap angsuran dihitung

sebagai berikut:

angsuran ke-1 : 2% x Rp1.120.000,00 = Rp22.400,00.

angsuran ke-2 : 2% x Rp896.000,00 = Rp17.920,00.

angsuran ke-3 : 2% x Rp672.000,00 = Rp13.440,00.

angsuran ke-4 : 2% x Rp448.000,00 = Rp8.960,00.

angsuran ke-5 : 2% x Rp224.000,00 = Rp4.480,00.

, Kelompok 3, KAT A4/10 18

Page 19: Undang-undang perlindungan konsumen

b. Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam huruf a diperbolehkan untuk menunda

pembayaran pajak sampai dengan tanggal 30 Juni 2009.

Sanksi administrasi berupa bunga atas penundaan pembayaran Surat Ketetapan Pajak

Kurang Bayar tersebut sebesar 5 x 2% x Rp1.120.000,00 = Rp112.000,00.

Pasal 19 ayat 3 berbunyi bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan yang dihitung dari

saat berakhirnya batas waktu penyampaian SPT Tahunan sampai dengan tanggal

dibayarnya kekurangan pembayaran tersebut dan bagian dari bulan dihitung penuh 1

(satu) bulan apabila WP diperbolehkan menunda penyampaian SPT Tahunan dan

ternyata penghitungan sementara pajak yang terutang kurang dari jumlah pajak yang

sebenarnya terutang atas kekurangan pembayaran pajak tersebut.

C. Sanksi Pidana

Kurungan :

Penjara, 5 tahun, atau denda Rp. 2.000.000.000 (dua milyar rupiah) (Pasal 8, 9, 10, 13

ayat (2), 15, 17  ayat (1) huruf a, b, c, dan e dan Pasal 18.

Penjara, 2 tahun, atau denda Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah) (Pasal 11, 12, 13

ayat (1), 14, 16 dan 17 ayat (1) huruf d dan f.

Ketentuan pidana lain (di luar Undang-undang No. 8 Tahun. 1999 tentang

Perlindungan Konsumen) jika konsumen luka berat, sakit berat, cacat tetap atau kematian.

Hukuman tambahan antara lain, yaitu ;

Pengumuman keputusan Hakim.

Pencabutan izin usaha.

Dilarang memperdagangkan barang dan jasa.

Wajib menarik dari peredaran barang dan jasa.

Hasil Pengawasan disebarluaskan kepada masyarakat.

, Kelompok 3, KAT A4/10 19

Page 20: Undang-undang perlindungan konsumen

3.6 Penyelesaian Sengketa Konsumen

Pelaku usaha yang merugikan konsumen dapat menuntut pertanggungjawab

konsumen dapat menuntu pertanggungjwaban pelaku usaha. Untuk konsumen perorangan,

pemerintah telah membentuk Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen namun untuk

konnsumen perusahaan maka tuntutan tersebut diproses melalui pengadilan. Proses

pembuktiannya bersifat terbalik dalam arti pelaku usahalah yang harus membuktikan bahwa

barang dan atau jasa yang dijual tidak merugikan konsumen.

Jumlah ganti rugi tergantung dari putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

atau pengadilan. Bagi pelaku usaha yang melakukan terhadap pelanggaran UUPK akan

diberikan sanksi berupa sanksi administrasif, pidana pokok, dan pidana tambahan, hal

tersebut disesuaikan dengan tingkat pelanggarannya.

3.7 Contoh Kasus Pelanggaran Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen adalah jaminan yang seharusnya didapatkan oleh para

konsumen akan setiap produk yang dibeli. Namun dalam kenyataannya saat ini konsumen

seakan- akan dianak tiririkan oleh para produsen. Dalam beberapa kasus banyak ditemukan

pelanggaran-pelanggaran yang merugikan para konsumen dalam tingkatan yang dianggap

membahayakan kesehatan bahkan jiwa dari para konsumen. Beberapa contoh-contohnya,

yaitu :

1. Makanan kadaluarsa yang kini banyak beredar berupa parcel dan produk-

produk kadaluarsa pada dasarnya sangat berbahaya karena berpotensi ditumbuhi

jamur dan bakteri yang akhirnya bisa menyebabkan keracunan.

2. Masih ditemukan ikan yang mengandung formalin dan boraks, seperti kita ketahui

bahwa kedua jenis cairan kimia ini sangat berbahaya jika dikontaminasikan dengan

bahan makanan, ditambah lagi jika bahan makanan yang sudah terkontaminasi dengan

formalin dan boraks tersebut dikonsumsi secara terus-menerus akibat ketidaktahuan

konsumen maka kemungkinan besar yang terjadi adalah timbulnya sel-sel kanker

yang pada akhirnya dapat memperpendek usia hidup atau menyebabkan kematian.

3. Daging sisa atau bekas dari hotel dan restoran yang diolah kembali, beberapa waktu

lalu public digemparkan dengan isu mengenai daging bekas hotel danrestoran yang

diolah kembali atau dikenal dengan sebutan daging limbah ataudaging sampah.

, Kelompok 3, KAT A4/10 20

Page 21: Undang-undang perlindungan konsumen

Mendengar namanya saja kita akan merasa jijik dan seakan-akan tidak percaya pada

hal tersebut, namun fakta menyebutkan bahwa dikawasancengkareng, Jakarta Barat

telah ditemukan serta ditangkap seorang pelaku pengolahan daging sampah.

Dalam pengakuannya pelaku menjelaskan tahapan-tahapan yang ia lakukan, yaitu ;

Limbah daging dibersihkan lalu dicuci dengancairan formalin, selanjutnya diberi

pewarna tekstil dan daging digoreng kembalisebelum dijual dalam berbagai bentuk

seperti sup, daging empal dan bakso sapi.Dan hal yang lebih mengejutkan lagi adalah

pelaku mengaku bahwa praktik tersebut sudah ia jalani selama 5 (lima) tahun lebih.

Produk susu China yang mengandung melamin. Berita yang sempat menghebohkan

publik China dan juga Indonesia adalah ditemukannyakandungan melamin di dalam

produk-produk susu buatan China. Zat melamin itu sendiri merupakan zat yang biasa

digunakan dalam pembuatan perabotan rumah tangga atau plastik.

Namun jika zat melamin ini dicampurkan dengan susu maka secara otomatis akan

meningkatkan kandungan protein pada susu. Walaupun demikian,hal ini bukan

menguntungkan para konsumen justru sebaliknya hal ini sangat merugikan konsumen.

Kandungan melamin yang ada pada susu ini menimbulkan efek samping yang sangat

berbahaya. Faktanya banyak bayi yang mengalami penyakit-penyaktit tidak lazim

seperti, gagal ginjal, bahkan tidak sedikit dari mereka yang meninggal dunia.

Dari keempat contoh diatas dapat kita ketahui bahwa konsumen menjadi pihak yang

paling dirugikan. Selain konsumen harus membayar dalam jumlah atau harga yang boleh

dikatakan semakin lama semakin mahal, konsumen juga harus menanggung resiko besar yang

membahayakan kesehatan dan jiwanya halyang memprihatinkan adalah peningkatan harga

yang terus menerus terjadi tidak dilandasi dengan peningkatan kualitas atau mutu produk.

Hal-hal tersebut mungkin disebabkan karena kurangnya pengawasan dari Pemerintah serta

badan-badan hukum seperti Dinas kesehatan, satuan Polisi Pamong Praja, serta Dinas

Perdagangan dan Perindustrian setempat. Eksistensi konsumen tidak sepenuhnya dihargai

karena tujuan utama dari penjual adalah memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya dalam

jangka pendek bukan untuk  jangka panjang.Oleh karena itu, kami menyusun makalah ini

yang berisi tentang Perlindungan konsumen.

, Kelompok 3, KAT A4/10 21

Page 22: Undang-undang perlindungan konsumen

BAB IV

KESIMPULAN

UU Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Republik Indonesia menjelaskan bahwa hak konsumen diantaranya adalah hak atas

kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan atau jasa; hak

untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa tersebut sesuai

dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; hak untuk diperlakukan atau

dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; hak untuk mendapatkan kompensasi,

ganti rugi dan atau penggantian, apabila barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai

dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; dan sebagainya.

, Kelompok 3, KAT A4/10 22