perlindungan hukum terhadap …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · skripsi dengan judul...

120
i PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MUDHARIBPADA AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH (Studi Analisis Terhadap Program Pemutihan di BMT Darussalam Kabupaten Demak) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Hukum Pada Universitas Negeri Semarang Oleh Fahmi Saifudin 8111410030 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015

Upload: doxuyen

Post on 06-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

i

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

MUDHARIBPADA AKAD PEMBIAYAAN

MUDHARABAH

(Studi Analisis Terhadap Program Pemutihan di BMT Darussalam

Kabupaten Demak)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Hukum

Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Fahmi Saifudin

8111410030

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015

Page 2: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada

Akad Pembiayaan Mudharabah (Studi Analisis Terhadap Program

Pemutihan di BMT Darussalam Kabupaten Demak)”, yang disusun oleh

Fahmi Saifudin, NIM 8111410030, ini telah disetujui oleh pembimbing untuk

diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada :

Hari : Jum`at

Tanggal : 19 Januari 2015

Page 3: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada

Akad Pembiayaan Mudharabah (Studi Analisis Terhadap Program

Pemutihan di BMT Darussalam Kabupaten Demak)”, yang disusun oleh

Fahmi Saifudin, NIM 8111410030, ini telah dipertahankan di hadapan Panitia

Penguji Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 24 Februari 2015

Penguji Utama

Ubaidillah Kamal, S.Pd.,M.H NIP. 197505041999031001

Penguji I Penguji II

Nurul Fibrianti, S.H., M.Hum Baidhowi, S.Ag., M.Ag NIP. 198302122008012008 NIP. 197307122008011010

Page 4: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum

Terhadap Mudharib Pada Akad Pembiayaan Mudharabah (Studi Analisis

Terhadap Program Pemutihan di BMT Darussalam Kabupaten Demak)”, ini

adalah hasil karya (peneliti dan tulisan) sendiri, bukan buatan orang lain, dan tidak

menjiplak karya ilmiah orang lain, baik seluruhnya atau sebagian. Pendapat atau

temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan

kode etik ilmiah.

Semarang, 31 Desember 2014

Fahmi Saifudin

NIM. 8111410030

Page 5: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Ibnu „Athiyah berkata, “ Musyawarah termasuk salah satu kaidah syariat dan

penetapan hukum-hukum. Barang siapa yang tidak bermusyawarah dengan

ulama, maka wajib diberhentikan (jika dia seorang pemimpin).

“Janganlah mudah merasa puas, janganlah mudah merasa nyaman,” (Fahmi

Saifudin)

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk :

1. Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Drs. Maskuryadi

S.H., M.Pd. dan Ibu Dra. Ammie Sulistyowati, M.Pd, yang

selalu memberikan dukungan dan doa untuk anaknya.

2. Kakak tercinta Asyhuri Dachlan, S.T dan Aminudin A, S.T.

3. Adik tercinta Mufti Adi Prakoso.

4. Teman-teman Fakultas Hukum UNNES.

5. Almamaterku Universitas Negeri Semarang.

Page 6: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan

kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat-sahabat dan

pengikutnya. Berkat rahmat dan hidayah yang diberikan oleh Allah SWT,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul : “Perlindungan

Hukum Terhadap MudharibPada Akad Pembiayaan Mudharabah (Studi Analisis

Terhadap Program Pemutihan di BMT Darussalam Kabupaten Demak)”, Skripsi

ini diajukan UNTUK memenuhi tugas dan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Strata Satu (S.1) di Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang. Ucapan terima

kasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada semua yang telah memberikan

pengarahan, bimbingan dengan moral dan bantuan apapun yang sangat besar bagi

penulis. Ucapan terima kasih terutama penulis sampaikan kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. selaku Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Drs. Sartono Sahlan, M.H, selaku Dosen wali dan Dekan Fakultas Hukum

Universitas Negeri Semarang.

3. Drs. Suhadi, S.H., M.Si, selaku Pembantu Dekan 1 Bidang Akademik

Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.

4. Drs. Herry Subondo, M.Hum, selaku Pembantu Dekan II Bidang

Administrasi Umum Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.

Page 7: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

vii

5. Ubaidillah Kamal, S.Pd., M.H, selaku Pembantu Dekan III Bidang

kemahasiswaan Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang dan sekaligus

penguji utama yang telah membantu untuk menyempurnakan skripsi ini.

6. Rofi Wahanisa, S.H., M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang Fakultas

Hukum Universitas Negeri Semarang.

7. Baidhowi, S.Ag., M.Ag. selaku Dosen Pembimbing dan sekaligus penguji

kedua yang telah memberikan bimbingan, motivasi, bantuan, kritik dan saran

yang dengan sabar dan sepenuh hati sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini.

8. Nurul Fibrianti, S.H., M.Hum selaku penguji pertama yang telah membantu

untuk menyepurnakan skripsi ini

9. Dosen dan Staf Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang..

10. Anwar Masdari, S.IP., M.M, selaku Manager di BMT Darussalam yang telah

bersedia membatu beserta memberikan ijin dalam penelitian ini.

11. Seluruh pengurus BMT Darussalam yang telah mendampingi dalam

penelitian ini.

12. Pemerintah Kabupaten Demak yang telah bersedia memberikan izin untuk

melakukan penelitian untuk skripsi di BMT Darussalam Kabupaten Demak.

13. Kedua orang tuaku yang tercinta, Bapak Drs. Maskuryadi S.H., M.Pd. dan

Ibu Dra. Ammie Sulistyowati, M.Pd, yang selalu memberikan dukungan dan

doa untuk anaknya.

Page 8: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

viii

14. Kakak Asyhuri Dachlan, S.T dan Aminudin S.T. serta adik Mufti Adi

Prakoso yang selalu memberikan dukungan, doa dan semangat dalam

penyelesaian skripsi ini.

15. (Alm) Eyang Kusnendar dan Eyang Murti yang menjadi pedoman teladan

kehidupan saya.

16. Keluarga besar yang selalu mendukung dan mensuport untuk mencari ilmu

pengetahuan.

17. Semua pihak yang telah membantu dengan sukarela yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

Semoga seluruh bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini mendapat balasan yang

berlimpah dari Allah SWT. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

memberikan ilmu pengetahuan, dan wawasan bagi pembaca.

Semarang, 31 Desember 2014

Peneliti

Fahmi Saifudin NIM. 8111410030

Page 9: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

ix

ABSTRAK

Saifudin, Fahmi. 2014. Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada Akad

Pembiayaan Mudharabah (Studi Analisis Terhadap Program Pemutihan di BMT

Darussalam Kabupaten Demak).Prodi Ilmu Hukum. Fakultas Hukum Universitas

Negeri Semarang. Dibimbing oleh Baidhowi, S.Ag., M.Ag. 138 Halaman.

Kata Kunci: Perlindungan, Hukum, Mudharabah

Baitul Mal wat Tamwil adalah lembaga keuangan dengan prinsip syariah.

BMT senantiasa memperhatikan kesejahteraan anggotanya. Salah satu

upayanyaadalah pembiayaan mudharabah, BMT Darussalam dalam menjalankan

pembiayaan mudharabahmemiliki program khusus melindungi anggota yang

sedang mengalami musibah atau kerugian yakni dengan menggunakan pemutihan.

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah 1) Bagaimana bentuk

perlindungan hukum terhadapmudharib pada akad pembiayaan mudharabah

menurut Undang-Undang, 2) Bagaimana praktek perlindungan hukum dan

pemutihan terhadap mudharib pada akad pembiayaan mudharabah di BMT

Darussalam Kabupaten Demak.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode

pendekatan yuridis sosiologis. Metode pengumpulan data melalui dokumentasi,

pengamatan (observasi) dan wawancara (interview). Adapun falidasi data dengan

metode triangulasi.

Hasil dan pembahasan menjelaskan bahwa secara hukum BMT Darussalam

telah melaksanakan perlindungan terhadap mudharib dalam berakad. Hal ini

dibuktikan dengan kelengkapan BMT sebagai subjek yang berbadan hukum

Kopontren/88/BH/XIV8/PAD/KDK/11-03/1/2008 sesuai dengan pasal 9 UU

Perkoperasian No. 25 Tahun 1992. Sehingga BMT ini tidak ilegal (sudah legal).

Demikian juga BMT Darussalam memiliki Dewan Pengawas Syariah yang

diketuai oleh K. H. Drs. Suali M. S. yang berfungsi untuk menangani produk-

produk yang dilakukan oleh BMT sesuai yang diamanatkan oleh pasal 38 UU

Perkoperasian No. 25 Tahun 1992. Dalam hal ini Dewan Pengawas adalah Dewan

Pengawas Syariah. Sedangkan jika terjadi nasabah mengalami kerugian dan

belum mengembalikan modal sesui rencana, maka BMT berusaha menyelesaikan

secara musyawarah (rapat anggota) sebagaimana amanat pasal 24 UU

Perkoperasian No. 25 Tahun 1992. Hasil musyawarah ada tiga opsi. Opsi pertama

jika mudharib masih ada kemampuan maka akan diberikan pendampingan dan

pencerahan untuk memperbaiki usaha mudharib, penjadwalan ulang (rescdule)

untuk melunasinya. Opsi kedua jika mudharib tidak mampu, dan masih ada usaha,

mudharib diharapkan mengembalian pokok pinjaman tanpa ada nisbah. Opsi ke 3

jika mudharib sudah tidak mempunyai kemampuan maka BMT berupaya untuk

memutihkan dengan alasan bahwa mudharib merupakan kategori mustahiq zakat

yaitu gharim.

Page 10: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN .............................................................. iii

PERNYATAAN ........................................................................................ iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................ ix

DAFTAR ISI ............................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Identifikasi dan Pembatasan Masalah .................................................. 8

1.2.1 Identifikasi Masalah .......................................................................... 8

1.2.2 Pembatasan Masalah ......................................................................... 9

1.3 Perumusan Masalah .............................................................................. 9

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 9

1.4.1 Tujuan Penelitian .............................................................................. 9

1.4.2 Manfaat Penelitian ............................................................................ 10

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi .............................................................. 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori .................................................................................... 13

Page 11: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

xi

2.1.1 Tentang BMT ................................................................................. 13

A. Makna dan Fungsi BMT ................................................................. 13

B. Sejarah singkat BMT ...................................................................... 14

C. Dasar Hukum BMT ......................................................................... 15

D. Ciri - ciri BMT ................................................................................ 18

E. Tujuan dan Analisa Pembiayaan BMT ........................................... 25

F. Prinsip BMT ................................................................................... 28

G. Sistem Pembiayaan BMT ............................................................... 30

H. Produk Pembiayaan BMT .............................................................. 31

I. Kendala dan Hambatan yang Dihadapi BMT ................................ 47

2.2 Pembiayaan Mudharabah ..................................................................... 49

2.2.1 Makna Pembiayaan Mudharabah ...................................................... 49

2.2.2 Mudharabah dalam Perspektif Fiqih dan Perlindungan .................... 55

A. Syarat Mudharabah ........................................................................ 59

B. Bentuk-bentuk akad Mudharabah .................................................. 62

C. Landasan Hukum Mudharabah ...................................................... 64

D. Manfaaat sistem Mudharabah ........................................................ 66

E. Kualitas Pembiayaan ...................................................................... 73

2.3 Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen atau Nasabah ................... 74

2.3.1 Perlindungan Hukum ........................................................................ 74

2.3.2 Konsumen ......................................................................................... 75

2.3.3 Nasabah dan Mudharib ...................................................................... 75

2.3.5 Undang-Undang yang Mengatur ....................................................... 77

Page 12: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

xii

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Dasar Penelitian dan Metode Pendekatan ............................................ 78

3.2 Lokasi Penelitian dan Fokusnya .......................................................... 78

3.3 Sumber Data ......................................................................................... 80

3.4 Alat dan Teknik Pengumpulan Data .................................................... 81

3.4.1 Wawancara (interview) dan Observasi ............................................. 81

3.4.2 Studi Kepustakaan dan Dokumen ..................................................... 83

3.5 Keabsahan Data .................................................................................... 83

3.6 Metode Analisis Data ............................................................................ 86

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi BMT Darussalam ............................................................... 89

4.1.2 Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Mudharib BMT Menurut

Undang-Undang ................................................................................ 105

4.1.3 Praktek Perlindungan Hukum dan Pemutihan Terhadap

Mudharib Pembiayaan Mudharabah di BMT Darussalam ................ 109

4.2 Pembahasan

4.2.1 Perlindungan Hukum Terhadap Mudharib Pembiayaan Mudharabah

Menurut Undang-Undang di BMT Darussalam ................................ 121

4.2.2 Pratek Perlindungan Hukum dan Pemutihan Terhadap Mudharib

Pembiayaan Mudharabah di BMT Darussalam ................................ 127

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan .............................................................................................. 132

Page 13: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

xiii

5.2 Saran ..................................................................................................... 133

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 138

Page 14: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran :

1. Surat ijin penelitian di BMT Darussalam Kabupaten Demak

2. Surat keterangan telah penelitian di BMT Darussalam Kabupaten Demak

3. Pedoman wawancara

4. Formulir Pembimbingan Penulisan Skripsi

5. Dokumen-dokumen BMT Darussalam Kabupaten Demak

Page 15: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejalan dengan pesatnya kemajuan ekonomi dan bisnis didunia pada

umumnya dan di Indonesia pada khususnya, bisnis perbankan tumbuh

menjadi semakin beraneka ragam jenisnya. Beraneka ragam jasa-jasa dan

semakin canggihnya fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh bank. Bank

mempunyai peranan yang penting dalam sistem perekonomian di Indonesia.

Jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat tersebut dapat mendukung

laju pertumbuhan ekonomi dan dapat memperlancar kegiatan perekonomian.

Dengan adanya kemajuan zaman dan adanya pertimbangan dari masyarakat

luas, perbankan kini mengalami perkembangan baik dari produk, inovasi,

sistem, prinsip operasional dan sebagainya.

Perkembangan dan kemajuan zaman khususnya perkembangan

ekonomi di Indonesia ditandai dengan banyaknya lembaga keuangan makro

maupun mikro yang tersebar keberbagai pelosok tanah air, rupanya belum

mencapai kondisi yang ideal jika diamati secara teliti. Hal ini nampak dari

banyaknya lembaga keuangan mikro yang hanya mengejar target pendapatan

masing-masing, sehingga tujuan yang lebih besar sering terabaikan,

khususnya dalam pengembangan ekonomi masyarakat bawah. Padahal,

lembaga keuangan mikro mempunyai posisi strategis dalam pengembangan

ekonomi masyarakat kelas bawah. Dalam kondisi yang demikian inilah Baitul

Page 16: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

2

Maal wa Tamwil (BMT) muncul dan mencoba menawarkan solusi bagi

masyarakat kelas bawah (Ahmad Sumiyanto, 2008).

Lembaga keuangan syari‟ah yang dikenal dengan nama Baitul Maal

Wat Tamwil (BMT) ini merupakan cikal bakal lahirnya bank-bank syariah di

Indonesia. Pembiayaan merupakan salah satu aktivitas penting dalam

manajemen BMT yang sering digunakan untuk menunjukkan aktivitas utama

BMT, karena seiring berhubungan langsung dengan rencana memperoleh

pendapatan. Pembiayaan menjadi kegiatan utama lembaga ini, oleh karena

itu memerlukan analisis yang cermat agar bisa menghasilkan keuntungan dan

mendukung kelangsungan usaha lembaga tersebut.

Sebagian besar dana operasi BMT dikelola dalam pembiayaan,

keberhasilan BMT dalam mengelola pembiayaan merupakan keberhasilan

bisnis BMT. Sebaliknya apabila BMT terjerat dalam masalah pembiayaan

maka BMT akan menghadapi masalah besar, seperti resiko tak tertagihnya

hutang atau pembiayaan bermasalah. Bank-bank di Indonesia terbukti pernah

dan sering terjadi kredit bermasalah atau tidak terbayarnya tagihan sebagian

bahkan seluruhnya, salah satu sebabnya yaitu analisis kredit atau pembiayaan

yang tidak cermat.

Begitu juga pada BMT yang harus selalu menggunakan prinsip

kehati-hatian dalam mengelola pengoperasionalan dana dengan tujuan untuk

meminimalkan risiko. Salah satunya yaitu dalam pemberian pembiayaan

kepada calon debitur agar tidak terjadi pembiayaan bermasalah. Kenaikan

pembiayaan bermasalah alias Non Performing Loan (NPL) sangat

Page 17: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

3

mempengaruhi kinerja keuangan pada BMT. Dengan demikian perlu adanya

peningkatan pengoperasian dana supaya kinerja keuangan BMT semakin

baik, khususnya dalam pembiayaan pemberian persetujuan pembiayaan.

Meningkatnya pemberian persetujuan pembiayaan baru dikarenakan 2

(dua) alasan yaitu dilihat dari sisi internal dan eksternal BMT. Dari sisi

internal, permodalan BMT masih cukup kuat dan portofolio pembiayaan

meningkat, sedangkan alasan eksternal BMT adalah membaiknya prospek

usaha mudharib. Namun tidak menutup kemungkinan terjadinya pembiayaan

yang bermasalah atau kredit bermasalah atas pembiayaan yang diberikan.

Bahaya yang timbul dari pembiayaan atau kredit bermasalah adalah tidak

terbayarnya kembali pembiayaan atau kredit tersebut, baik sebagian maupun

seluruhnya (Rahman El Junusi, 2005: 3).

Pembiayaan bermasalah atau kredit macet memberikan dampak yang

kurang baik bagi negara, masyarakat, dan bank ataupun BMT. Bahaya atas

pembiayaan bermasalah yakni tidak terbayarnya kembali pembiayaan yang

diberikan, baik sebagian atau seluruhnya. Semakin besar pembiayaan yang

bermasalah dihadapi oleh BMT maka akan menurun tingkat kesehatan BMT

mempengaruhi tingkat likuiditas dan solvabilitas, yang dapat mempengaruhi

kepercayaan para penitip dana. Semakin besar jumlah pembiayaan

bermasalah, maka semakin besar jumlah dana cadangan yang harus

disediakan semakin besar juga tanggungan BMT untuk mengadakan dana

cadangan tersebut, karena kerugian yang ditanggung BMT akan mengurangi

pendapatan dan menyedot modal sendiri. Dampak yang ditimbulkan oleh

Page 18: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

4

pembiayaan bermasalah tersebut menguatkan keharusan BMT untuk berusaha

mengupayakan penanggulangan ataupun pencegahan bahaya yang mungkin

timbul akibat pembiayaan bermasalah tersebut.

Sebelum BMT memutuskan untuk menyetujui permintaan atau

penambahan pembiayaan kepada calon debitur maka perlu mengadakan

evaluasi risiko dari para calon debitur. Adapun prinsip yang diterapkan dalam

pemberian kredit adalah prinsip “5-C” yaitu: Character, Capacity, Capital,

Collateral, dan Conditions. Prinsip “5-C” tersebut kadang ditambahkan

dengan “1-C” yaitu Constraint (Muhammad, 2006: 261)

BMT dapat mengabulkan permohonan pembiayaan calon debitur

apabila persyaratan yang ditetapkan BMT dapat terpenuhi. Terhadap

kelengkapan data pendukung permohonan pembiayaan, BMT juga melakukan

penilaian kelengkapan dan kebenaran informasi dari calon debitur dengan

cara petugas BMT melakukan wawancara dan kunjungan (on the spot)

ketempat usaha debitur.

Diharapkan BMT mampu mewujudkan pemerataan kesempatan

berusaha melalui pemberian pembiayaan kepada para pedagang atau

pengusaha kecil di pedesaan melalui dana yang dihimpun dari masyarakat

yang berupa tabungan dan deposito berjangka. Seiring dengan laju

pertumbuhan ekonomi maka debitur pembiayaan BMT semakin diminati

masyarakat. Seiring bertambahnya debitur pembiayaan, maka semakin sering

terjadi transaksi pemberian pembiayaan. Hal ini memungkinkan terjadinya

resiko pembiayaan tak tertagih semakin banyak.Diantara sekian banyak

Page 19: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

5

lembaga keuangan syariah di Kabupaten Demak, salah satunya BMT. Dalam

penelitian ini penulis tertarik pada BMT Darussalam, dimana dalam BMT

Darussalam tersebut menawarkan berbagai macam produk pengumpulan dana

dan penyaluran dana serta jasa keuangan lainnya. Salah satu produk yang

ditawarkan adalah pembiayaan Mudharabah.

BMT Darussalam menawarkan dua macam pembiayaan Mudharabah

yaitu pembiayaan Mudharabah muqayyadah dengan jaminan (agunan) dan

pembiayaan Mudharabah muqayyadah tanpa jaminan (agunan). Selama ini

BMT Darussalam lebih dominan melayani mudharib masyarakat menengah

kebawah seperti para pedagang yang berada di pasar tradisional dalam

kawasan kota Demak. BMT Darussalam dalam membina mudharib dan

berjalannya zakat, maka BMT Darussalam mempunyai sistem pemutihan atau

penghapusan beban yaitu tanggungjawab sisa pembayaran mudharib ke BMT

Darussalam. (Sumber: wawancara dengan pengurus BMT Darussalam Kab.

Demak, Pada Tanggal 15 November 2014 Pukul 11.00).

Penulis tertarik dengan sistem yang disebut pemutihan atau

penghapusan beban yaitu tanggungjawab sisa pembayaran mudharib ke BMT

Darussalam. Pembiayaan Mudharabah yang dilakukan bagi masyarakat

menengah ke bawah ini merupakan pembiayaaan Mudharabahmuqayyadah

atau tanpa jaminan.Nisbah (persentase) bagi hasil dan ketentuan-ketentuan

lain ditetapkan sesuai kesepakatan dimuka yang disetujui oleh kedua belah

pihak, tetapi tidak semua pembiayaan yang terjadi berjalan lancar, fakta riil

dilapangan menunjukan bahwa tidak sedikit adanya berbagai macam kendala

Page 20: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

6

yang dihadapi dalam pembiayaan Mudharabah bermasalah seperti

pembiayaan bermasalah, kecelakaan kerja, hingga wanprestasi.

Penyelesaian pembiayaan bermasalahdapat dilakukan dengan cara

mencari tahu alasan mengapa pengelola dana tersebut tidak bisa melunasinya.

BMT akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya karena tidak

adanya barang yang dijadikan jaminan (agunan), meskipun begitu BMT tetap

melakukan usaha untuk menyelesaikannya. Hal ini dengan harapan mudharib

tidak merasa dirugikan oleh pihak BMT semisal dari pihak mudharib belum

mau melunasi atau menjalankan sesuai perjanjian dikarenakan suatu musibah

sehingga BMT tidak boleh menindas mudharib dengan sewenang-wenang.

Oleh karena itu diperlukan adanya payung atau landasan hukum yang

merupakan bagian dan peranan penting sebagai adanya kepastian hukum

dalam perlindungan antara kedua belah pihak. Sebab suatu perjanjian

haruslah saling mengikat dan mampu untuk memenuhi perjanjian yang dinilai

memenuhi cakap hukum sehingga proses ataupun berakhirnya perjanjian

tidak menimbulkan suatu permasalah yang bisa menjadikan perselisihan yang

lebih dari yang ingin diselesikan (Adiwarman A Karim, 2004:195).

Perkembangan dan kemajuan BMT dalam masyarakat tumbuh sangat

pesat, hal tersebut terjadi oleh karena mendirikannya sangat mudah. BMT

sendiri memang ranahnya untuk masyarakat menengah kebawah. Tetapi

dalam perjalanannya banyak kasus yang muncul seperti penggelapan dana

mudharib oleh pengurus. Prosedur perlindungan dana mudharib BMT yang

ada saat ini dibuat oleh masing-masing BMT sehingga setiap BMT memiliki

Page 21: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

7

prosedur perlindungan yang berbeda-beda. Perlindungan terhadap dana

mudharib lebih ke tindakan preventif yang dilakukan BMT itu sendiri. Belum

terdapatnya regulasi yang jelas, sehingga saat ini BMT hanya mengupayakan

langkah-langkah preventif dalam perlindungan dana mudharib dengan kata

lain legalitas perlindungan dana mudharib BMT belum ada. BMT yang sudah

tumbuh pesat, ternyata untuk melindungi dana mudharibnya mereka harus

punya SOP sendiri yang bersifat preventif dalam kegiatan saving dan

financing. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tiap BMT prosedurnya

berbeda-beda (Tan Kamello, 2006: 23).

Adanya fakta yang demikian maka disini pemerintah memiliki otoritas

untuk mengawasi BMT karena termasuk dalam Koperasi. Kendati telah ada

peraturan perundang undangan yang mengatur seperti Undang- Undang

Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga OJK namun sifatnya masih bersifat

umum. “BMT termasuk KJKS jadi pemerintah melalui dinas Koperasi dan

Perindustrian disini mempunyai otoritas untuk mengawasi BMT itu sendiri.

BMT belum diatur secara khusus, di undang-undang lembaga keuangan

mikro sudah ada BMT tapi belum secara keseluruhan diatur” (Samsudin,

2004: 110).

Sementara itu Maqdir Ismail, mengungkapkan dalam bukunya bahwa

“Pengurus BMT pelaku penggelapan atau penipuan tidak bisa dikategorikan

sebagai kejahatan perbankan Karena BMT tidak diatur dalam undang-undang

perbankan. Ismail menambahkan, saat ini legalitas BMT diatur dalam

undang-undang perkoperasian. Bisa menggunakan KUHP untuk menjerat

Page 22: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

8

penggelapan dan penipuan itu. Kalau kejahatan perbankan sanksinya bisa

jauh lebih berat seperti yang di atur di undang-undang perbankan”(Maqdir

Ismail, 2009: 27).

Demikianlah yang kemudian menuntut untuk segera direalisasikannya

payung hukum yang mengatur secara khusus tentang operasional BMT yang

kuat agar terciptanya kepastian hukum. Berdasarkan uraian latar belakang

sebelumnya penulis tertarik sekali untuk mengetahui dan mengupas dasar

hukum perjanjian atau kesepakatan antara mudharib dengan BMT

Darussalam di Kabupaten Demak hal inilah yang mendorong peneliti untuk

menulis skripsi dengan judul: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

MUDHARIB PADA AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH (Studi

Analisis Terhadap Program Pemutihan di BMT Darussalam Kabupaten

Demak)

1.2 Identifikasi dan Pembatasan Masalah

1.2.aIdentifikasi Masalah

Permasalahan yang akan menjadi pokok perhatian dalam penelitian

ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

a. Apa dasar hukum pemberian pembiayaan di BMT Darussalam.

b. Apa faktor yang mempengaruhi pemberian pembiayaan di BMT

Darussalam.

c. Bagaimana perlindungan hukum dan pemutihan terhadap mudharib

jika mengalami kerugian atau pailit di BMT Darussalam.

Page 23: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

9

d. Bagaimana kemampuan Dewan Pengawas Syari‟ah ( DPS ) dan

Pengurus BMT Darussalam dalam mengatasi permasalahan yang

terjadi diantara para pihak.

1.2.b Pembatasan Masalah

Sebagai lembaga keuangan yang baru dikenal, BMT menyimpan

berbagai permasalahan terutama masalah – masalah hukum. Antara lain

masalah bentuk usaha, organ / pengurus BMT, tanggung jawab para pihak

dalam perjanjian dan perlindungan bagi mudharib sebagai konsumen.

Namun karena luasnya permasalahan tersebut, maka peneliti hanya

membatasi masalah bagaimana perlindungan hukum mudharib BMT, dan

bagaimana jika mudharib merugi bahkan bangkrut pembiayaan

Mudharabah di BMT Darussalam Kab. Demak.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, pokok permasalahan utama dalam tulisan

ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap mudharib BMT

menurut Undang-Undang ?

2. Bagaimana praktek perlindungan hukum dan pemutihan terhadap

mudharib pembiayaan Mudharabah di BMT Darussalam Kabupaten

Demak ?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

Page 24: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

10

a. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum terhadap mudharib

BMT Darussalam menurut Undang-Undang.

b. Untuk mengetahui praktek pemutihan perlindungan hukum

terhadap mudharib pembiayaan Mudharabah di BMT Darussalam

Kabupaten Demak.

1.4.2 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

khasanah ilmu pengetahuan bagi pengembangan teori ilmu hukum

dan perbendaharaan pustaka masalah ilmu ekonomi Syari‟ah,

khususnya bagi pihak BMT dalam memperhatikan analisis

pembiayaan dalam hal pemberian pembiayaan Mudharabah

kepada calon debitur.

b. Manfaat Praktis

Dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk pengembangan

pengetahuan Lembaga Keuangan Syari‟ah dan menjadi rujukan

penelitian berikutnya tentang prosedur perlindungan hukum

terhadap mudharib.

Bagi BMT Darussalam, penelitian ini dapat dijadikan sebagai

bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan atau kebijakan

pada saat pemberian pembiayaan dan memberikan pemutihan

kepada mudharib.

Page 25: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

11

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika dalam penulisan skripsi ini terdiri dari beberapa bagian yaitu :

1. Bagian Pendahuluan

Bagian pendahuluan memuat Sampul, Lembar Berlogo, Judul,

Pengesahan Kelulusan, Pernyataan, Motto dan Persembahan, , Kata

Pengatar, Sari (abstrak), Daftar Isi, dan Daftar Lampiran.

2. Bagian Isi Skripsi

a. Bab I Pendahuluan

Bab pendahuluan ini terdiri dari sub bab, yang dimulai dengan latar

belakang penelitian, identifikasi dan pembatasan masalah, maksud

dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan

skripsi

b. Bab II Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai penelaah kepustakaan atau

kerangka teoritik, membicarakan tentang landasan atau konsep-konsep

serta teori-teori yang mengandung pemecahan masalah, yang meliputi

pengertian BMT, perlindungan hukum terhadap mudharib, pengertian

pemberian Mudharabah serta berbagai teori tentang BMT.

c. Bab III Metode Penelitian

Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metode yang akan

digunakan meliputi metode pendekatan penelitian, spesifikasi

penelitian, fokus penelitian, lokasi penelitian, sumber data, metode

Page 26: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

12

pengumpulan data, metode pengolahan data, keabsahan data dan

metode analisis data.

d. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini terkait dijelaskan mengenai hasil penelitian yang

dilakukan mengenai permasalahan. Dalam bab ini akan diuraikan

deskripsi BMT Darussalam dan dalam berbagai sub, yakni : prosedur

perlindungan hukum terhadap mudharib BMT Darussalam Kabupaten

Demak, dan Pelaksanaan jika terjadi putusnya pemberian pembiayaan

Mudharabah di BMT Darussalam Kabupaten Demak.

e. Bab V Penutup

Bab penutup ini akan berisikan tentang simpulan dan saran, penelitian

akan mencoba menarik sebuah benang merah terhadap permasalahan

yang diangkat.

3. Bagian Akhir Skripsi

Bagian akhir Skripsi terdiri dari Daftar Pustaka dan Lampiran-lampiran

Page 27: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Tentang BMT

A. Makna dan Fungsi BMT

Menurut (Andri Soemitra, 2009:56) BMT adalah kependekan dari

kata Balai Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul Maal Wat Tamwil, yaitu

lembaga keungan mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip

syariah.

Sedangkan menurut Muhammad (2004:32), Baitul Maal Wat

Tamwil (BMT) merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya

memberikan pembiayaan dan jasa-jasa yang tidak menggunakan bunga

tetapi menggunakan sistem bagi hasil yang produknya sendiri berlandaskan

pada Al-Qura‟an dan Hadits Nabi SAW.

Baitul maal wattamwil terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan

baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan

dan penyaluran dana non profit, seperti zakat, infaq dan shodaqoh. Baitul

tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha

tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari baitul maal wattamwil

sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan

berlandaskan syari‟ah (M. Sholahuddin, 2006: 75).

Dari sini, secara operasional, BMT dapat didefinisikan sebagai

lembaga keuangan syari‟ah yang memadukan fungsi pengelolaan ZIS

Page 28: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

14

dan penyadaran umat akan nilai-nilai Islam dengan fungsi bisnis

(ekonomi). Dalam perannya sebagai baitul maal, BMT harus

menjalankan fungsi optimalisasi pengelolaan ZIS dan upaya-upaya

penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya nilai-nilai Islam

dalam semua aspek kehidupan (Ahmad Sumiyanto, 2008: 25).

Secara garis besar BMT memiliki 2 fungsi utama (Heri Sudarsono,

2006: 96):

1. Baitul Maal: lembaga yang mengarah pada usaha-usaha pengumpulan

dan penyaluran dana yang non profit, seperti halnya zakat, infaq, dan

shadaqah.

2. Baitut Tamwil: lembaga yang mengarah pada usaha pengumpulan dan

penyaluran dana komersial.

B. Sejarah Singkat BMT

Pengembangan BMT merupakan hasil prakarsa dari Pusat Inkubasi

Bisnis Usaha Kecil dan Menengah (PINBUK) yang merupakan badan

pekerja yang dibentuk oleh Yayasan Inkubasi Usaha Kecil dan Menengah

(YINBUK). Menurut (A. Djazuli dan Yandi janwari, 2002) yang dikutip

oleh (Andri Soemitra, 2009) PINBUK didirikan memiliki fungsi sebagai

berikut:

a. Mensupervisi dan membina teknis, administrasi, pembukuan, dan financial

BMT-BMT yang terbentuk.

b. Mengembangkan sumber daya manusia dengan melakukan inkubasi bisnis

pengusaha baru dan penyuburan pengusaha yang ada.

Page 29: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

15

c. Mengembangkan teknologi maju untuk para nasabah BMT sehingga

meningkat nilai tambahnya.

d. Memberikan penyuluhan dan latihan.

e. Melakukan promosi, pemasaran hasil dan mengembangkan jaringan

perdagangan usaha kecil.

f. Memfasilitasi alat-alat yang tidak mampu dimiliki oleh pengusaha secara

perorangan, seperti faks alat-alat promosi dan alat-alat pendukung lainnya.

Sebagaimana umumnya lembaga keuangan Islami lainnya, BMT

merupakan lembaga mediasi keuangan yang bertujuan meningkatkan

kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan

masyarakat pada umumnya. BMTdalam upaya merealisasikan konsep

tersebut, dikembangkanlah sejumlah usaha bisnis yang dikembangkan

secara swadaya dan professional.

C. Dasar Hukum BMT

Hingga saat ini BMT belum memiliki payung hukum yang jelas

dan spesifik. Pengaturan yang digunakanmengacu pada berbagai peraturan

yang ada, antara lain, KUH Perdata, KUH Dagang, UUNo. 10 tahun 1998

tentang Perbankan, UU No. 25 tahun 1992 tentang Koperasi

besertaPeraturan Pelaksananya, SK Menteri Negara Koperasi dan UKM,

dan UU No. 40 Tahun2007 tentang Perseroan Terbatas.

Digunakan pengaturan yang beragam ini menimbulkan masalah

hukum, antara lainadanya ketidakkepastian hukum, berkaitan dengan

bentuk hukum, proses pendirian,pengesahan, pembinaan dan pengawasan

Page 30: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

16

BMT. Kebanyakan dasar hukum yang dipergunakan sebagi pijakan

pendirian BMT adalah Koperasi. Lebih detail tentang ketentuan pengaturan

koperasi BMT diatur dengan Keputusan Menteri Koperasi Usaha Kecil dan

Menengah No.91 Tahun 2004 (Kepmen No. 91 /KEP /M.KUKM /IX

/2004). Dengan ketentuan tersebut, maka BMT yang beroperasi secara sah

di wilayah Republik Indonesia adalah BMT yang berbadan hukum koperasi

yang izin operasionalnya dikeluarkan oleh Kementerian Koperasi dan

Usaha Kecil dan Usaha Menengah atau departemen yang sama di masing-

masing wilayah kerjanya. Oleh karena itu BMT yang berbadan hukum

koperasi harus juga tunduk dengan koperasi yaitu Undang-undang Nomor

25 Tahun 1992 tentang perkoperasian.

Sesuai dengan Perma No 02 Tahun 2008 Tentang Kompilasi

Hukum Ekonomi Syari‟ah, dalam pasal 49 Undang-undang No. 3

tahun2006 ini disebutkan bahwa “Pengadilan Agama bertugas dan

berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat

pertama antaraorang-orang beragama Islam di bidang: a. perkawinan; b.

waris; c. wasiat; d. hibah; e. wakaf; f. zakat; g. infaq; h. shodaqoh; dan i.

ekonomi syariah. Pada bagian terakhir disebutkan ekonomi syariah.

Artinya, lebih luas dari hanya sekedar menangani perbankan syariah.

Adapun maksud dengan “antara orang-orang yang beragama Islam”

diperluas pengertiannya termasuk orang atau badan hukum yang dengan

sendirinya menundukkan diri dengan sukarela kepada hukum Islam

mengenai hal-hal yang menjadi kewenangan Peradilan Agama sesuai

Page 31: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

17

ketentuan pasal ini (Ramdlon Naning,2008:30). Pengertian “ekonomi

syariah” diperluas dan dirinci sebagai perbuatan atau kegiatan usaha yang

dilaksanakan menurut prinsip syariah, meliputi: a. bank syariah; b. asuransi

syariah; c. reasuransi syariah; d. reksadana syariah; e. obligasi syariah dan

surat berharga berjangka menengah syariah; f. sekuritas syariah; g.

pembiayaan syariah; h. pegadaian syariah; i. dana pensiun lembaga

keuangan syariah; j. bisnis syariah; k.lembaga keuangan mikro syariah

(Ramdlon Naning, 2008:30).

KHES lahir untuk memenuhi upaya tersebut. Selain itu, KHES

dilahirkan dalam upaya menyamakan dasar pijakan para hakim dalam

memberikan keputusan hukum dalam ekonomi syariah. Sehingga BMT

sebagai salah satu lembaga yang bergerak dibidang pembiayan syariah

mengacu pada peraturan ini.

Pada dasarnya pemutihan merupakan nama lain dari pembebasan

utang, yang telah diatur dalam pasal Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

tepatnya pada pasal 1438 yaitu pembebasan utang adalah perbuatan hukum

dimana dengan itu kreditur melepaskan haknya untuk menagih piutangnya

dari debitur. Pembebasan utang tidak mempunyai bentuk tertentu. Dapat

saja diadakan secara lisan. Untuk terjadinya pembebasan utang adalah

mutlak, bahwa pernyataan kreditur tentang pembebasan tersebut ditujukan

kepada debitur. Pembebasan utang dapat terjadi dengan persetujuan atau

Cuma- Cuma. Maka dari itu pasal 1438 KUHPerdata menekankan bahwa

pembebasan Utang haruslah dibuktikan.

Page 32: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

18

Mengenai pembebasan utang haruslah dilakukan semacam

deklarasi dari kreditur kepada debitur yang prinsipnya membebaskan

debitur dari kewajiban-kewajiban membayar utangnya. Sementara untuk

sistem deklarasi yang dimaksud diatur dalam pasal 1439-1441

KUHPerdata. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa pernyataan

kreditur itu dilakukan diluar ketentuan pasal-pasal tersebut, dengan cara

lisan misalnya bisa saja dilakukan. Untuk itulah beban pembuktian

pembebasan utang tersebut menjadi tanggungjawab pihak yang

memprasangkakan kebebasan utang itu.Pernyataan kebebasan yang

dimaksud adalah dengan cara, pengembalian sepucuk tanda piutang,

pembebasan hutang pada salah seorang kawan berhutang, pengambalian

gadai, pembebasan yang berhutang utama, serta pembayaran dari

penanggung. Atau dengan cara lain sesuai dengan Hukum Acara Perdata

dan Undang-undang yang berlaku.

D. Ciri-ciri BMT

Baitul Maal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Visi dan misinya sosial.

b. Mempunyai fungsi sebagai mediator.

c. Tidak boleh mengambil profit apapun.

d. Pembiayaan operasi diambil 12,5 persen dari total zakat yang diterima,

yang merupakan bagian amil zakat.

e. Penyalurannya dialokasikan pada mereka yang berhak menerima atau

disebut Mustahik.

Page 33: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

19

Sedangkan Baitut Tamwil mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Visi dan misinya ekonomi dan profit motif.

b. Dijalankan dengan prinsip ekonomi Islam.

c. Berfungsi sebagai mediator atau financial intermediary antar pihak yang

kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana.

d. Merupakan wajib zakat. (M. Syafi‟i Antonio, 1999)

Berdasarkan pada surat At Taubah ayat 58-60 tentang orang

yangberhak menerima zakat, yaitu :

"... Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah bagi fakir miskin, para amil,

para muallaf yang dibujuk hatinya, mereka yang diperhamba, orang-orang

yang berutang, yang berjuang di jalan Allah, dan orang kehabisan bekal di

perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah dan Allah Maha

Mengetahui lagi Maha Bijaksana."

Jadi berdasarkan firman Allah Swt tersebut, terdapat 8 golongan yang

berhak menerima zakat :

1. Fakir

Fakir yaitu orang dalam kebutuhan, tapi dapat menjaga diri tidak meminta-

minta.

2. Miskin

Miskin adalah orang yang dalam kebutuhan dan suka meminta-minta.

3. Amil zakat Amil zakat merupakan orang yang melaksanakan segala

urusan zakat berupa pengumpulan dan penjagaannya, serta menghitung

keluar masuknya zakat

Page 34: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

20

4. Golongan muallafMuallaf dalam berbagai referensi terbagi dalam

beberapa macam golongan, diantaranya :

Golongan yang diharapkan keislamannya atau keislaman kelompok

serta keluarganya

Golongan orang yang dikuatirkan kelakuan jahatnya

Golongan orang yang baru masuk Islam

Pemimpin dan tokoh masyarakat yang telah memeluk Islam yang

mempunyai sahabat-sahabat kafir.Pemimpin dan tokoh kaum Muslimin

yang berpengaruh di kalangan kaumnya, akan tetapi imannya masih

lemah.Kaum Muslimin yang tinggal di benteng-benteng dan daerah

perbatasan musuh.Kaum Muslimin yang membutuhkannya untuk

mengurus zakat orang yang tidak mau mengeluarkan, kecuali dengan

paksaan.Sebagian besar orang biasanya mengartikan muallaf sebagai

orangyang baru masuk islam

5. Memerdekakan budak belian ada beberapa cara untuk memerdekakan

budak, diantaranya yaitu:

a. menolong hamba mukatab, yaitu budak yang memiliki perjanjian

dengan tuannya, misalnya : ia sanggup menghasilkan harta dengan

nilaidan ukuran tertentu, maka dia dibebaskan

b. Seseorang dengan harta zakatnya membeli seorang budak kemudian

membebaskannya.

6. Gharimun

Gharimun adalah orang yang berhutang. Dan kita boleh menyerahkan

Page 35: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

21

zakat atas dasar fakirnya bukan karena hutangnya (Menurut Ibnu Humam

dalam al Fath) Sebagaimana diketahui bahawa di antara delapan golongan

asnaf yang berhak menerima zakat ialah Al-Gharimin itu orang yang

berhutang. Tetapi perlulah diketahui bahawa tidak semua orang yang

berhutang itu berhak menerima bantuan zakat bagi menyelesaikan hutang-

hutang yang ditanggung. Menurut Imam Al-Ghazali dalam Kitab

Muhzatal Mu'min Min Ihya Ulumuddin, Al-Gharimin itu ialah orang yang

dibebani hutang dan dia berhutang karena bertujuan ketaatan atau kerana

sebab yang mubah (harus) seperti perbelanjaan ke atas anak isteri

sedangkan orang yang berhutang itu dalam keadaan fakir dan miskin, dia

tidak lagi sanggup atau berdaya untuk membayar hutangnya itu. Ketika itu

bolehlah dia mengadu nasib kepada penguasa sehingga hutang itu dapat

dibayar dengan zakat. Kiranya ia berhutang dengan tujuan maksiat, maka

tiadalah dia diberikan dari bahagian zakat itu, melainkan jika dia telah

bertaubat dengan sebenar-benar taubat. Kiranya orang yang berhutang itu

seorang yang kaya atau mempunyai harta benda tiadalah boleh ditunaikan

hutangnya itu dari bahagian zakat kecuali jika dia berhutang karena faedah

dan maslahat orang ramai ataupun karena tujuan memadamkan fitnah atau

huru-hara.

Dari itu dapatlah dipahami bahwa orang yang berhutang

disebabkan perbelanjaan yang tidak perlu maka tiadalah dia berhak

menerima zakat. Selain itu juga telah dijelaskan dalam sebuah hadis

berkenaan orang-orang yang berhak meminta wang zakat sebagaimana

Page 36: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

22

yang diriwayatkan dari Imam Muslim yang menceritakan bahwa Qabisah

bin Mukariq Al-Hilali pernah menanggung hutang untuk mendamaikan

dua kabilah yang saling bersengketa. Lalu dia datang kepada Rasulullah

Sallallahu Alaihi Wasallam meminta bantuan kepada Baginda untuk

membayar hutangnya itu, Baginda bersetuju dan menyuruhnya menunggu

sehingga ada orang datang menghantar zakat dan akan menyerahkan zakat

itu kepadanya nanti. Kemudian Baginda bersabda bahawa sesungguhnya

meminta-minta itu tidak boleh (tidak halal) kecuali tiga golongan :

Pertama : Orang yang menanggung suatu tanggungan atau beban. Maka

orang itu boleh meminta sehingga dia dapat membayar tanggungannya

atau bebanannya itu (tanggungan karena dia berhutang untuk

mendamaikan dua qabilah yang sedang bertikai itu). Maka apabila hutang

itu telah selesai, maka tidak boleh lagi dia meminta-minta.

Kedua : Orang ditimpa bencana sehingga harta bendanya musnah. Orang

itu boleh meminta-minta sehingga dia memperoleh sumber kehidupan

yang layak bagi dirinya.

Ketiga : Orang yang ditimpa kemiskinan (disaksikan atau diketahui oleh

orang yang dipercayai bahawa dia memang miskin) Orang itu boleh

meminta-minta hingga memperolehi sumber kehidupan yang layak. Selain

tiga golongan tersebut, haram baginya meminta-minta dan haram pula

baginya memakan hasil perbuatan meminta-minta itu.

Sesungguhnya Allah Subhanahu Wata'ala telah menetapkan rezeki

yang berbeda-beda di antara hamba-hamba-Nya, ada yang hidup dalam

Page 37: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

23

kesenangan dan ada pula yang hidup dalam serba kekurangan. Oleh itu

dengan adanya pemberian zakat dapatlah membantu golongan yang

memerlukan bantuan seperti fakir miskin dan Al-Gharimin yaitu orang

yang berhutang. Maka sebagai orang yang menerima bagihan zakat

hendaklah mensyukuri nikmat tersebut dan hendaklah mengetahui bahwa

Allah Subhanahu Wata'ala mewajibkan pemberian zakat itu hanyalah

untuk mencukupi keperluannya terutama dalam mengerjakan ketaatan.

Uang zakat yang diterima hendaklah dimanfaatkan dan dibelanjakan

dengan bijaksana dan berhemah seperti perbelanjaan harian dan

perbelanjaan sekolah. Jika uang zakat itu digunakannya untuk maksiat,

seolah-olah dia telah mengkufuri nikmat Allah yang diberikan kepadanya,

dengan itu jauhlah dia dari rahmat Allah dan mendapat pula kutukkan dari

Allah Subhanahu Wata'ala.

Selain itu mereka hendaklah bersyukur kepada orang yang

memberikan zakat serta mendoakan baginya kebaikan. Mereka juga

hendaklah memelihara diri dari menerima zakat melainkan dalam kadar

yang harus diterimanya yaitu sekadar keperluannya saja. Begitu juga,

janganlah dia menerima melainkan sesudah dia yakin bahwa dia

mempunyai salah satu sifat dari sifat-sifat asnaf yang berhak menerima

zakat yang telah ditetapkan oleh agama Islam.

7. Mujahidin

Mujahidin merupakan orang yang berjihad di jalan Allah. Didalam Al-

Quran digambarkan sasaran zakat yang ketujuh ini dengan firmanNya: "Di

Page 38: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

24

jalan Allah". Sabil berarti jalan. Jadi sabilillah artinya jalan yang

menyampaikan pada ridha Allah, baik akidah maupun perbuatan.

Sabilillah adalah kalimat yang bersifat umum, mencakup segala amal

perbuatan ikhlas, yang digunakan untuk bertakkarub kepada Allah, dengan

melaksanakan segala perbuatan wajib, sunat dan bermacam kebajikan

lainnya.

8. Ibnu sabilIbnu sabil atau musafir

Orang yang melakukan perjalanan dari suatu daerah ke daerah lain.

Menurut pendapat beberapa ulama, ibnu sabil mempunyai hak zakat,

walaupun dia kaya, jika ia terputus bekalnya (kehabisan bekal).

Menurut (Muhammad, 2005) dalam rangka mencapai tujuannya,

BMT berfungsi sebagai:

a. Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi, mendorong, dan

mengembangkan potensi serta kemampuan potensi ekonomi anggota.

b. Meningkatkan kualitas SDM anggota menjadi lebih profesional dan

islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi

persaingan global.

c. Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan anggota.

d. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary) antara pemilik dana

dengan dhuafa terutama untuk dana-dana sosial seperti zakat, infaq,

sedekah, hibah dan lain-lain.

Page 39: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

25

e. Menjadi perantara keuangan antara pemilik dana, baik sebagai pemodal

maupun sebagai penyimpan dengan pengguna dana untuk usaha

pengembangan produktif.

Sedangkan menurut (Andri Soemitra, 2009), fungsi dari BMT yaitu

sebagai :

a. Mengidenidentifikasi, memobilisasi, mengorganisir, mendorong, dan

mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota, kelompok

usaha anggota muamalat (Pokusma) dan kerjanya.

b. Mempertinggi kualitas SDM anggota dan Pokusma menjadi lebih

professional dan islami sehingga semakin utuh dan tangguh menghadapi

tantangan global.

c. Menggalang dan mengorganisir potensi masyarakat dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan anggota.

E. Tujuan dan Analisis Pembiayaan BMT

Berkembangnya lembaga perbankan/keuangan tentu menjadi bukti

nyata dari tuntutan kebutuhan masyarakat. Tujuan pembiayaan yang

diberikan BMT kepada pengusaha mikro dan kecil(Muhammad, 2004: 24),

diberikan dalam rangka untuk :

1. Upaya memaksimalkan laba

Artinya: setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan tertinggi,

yaitumenghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha menginginkan

mampu mencapai laba maksimal. Untuk dapat menghasilkan laba

maksimal maka mereka perlu dukungan dana yang cukup.

Page 40: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

26

2. Upaya meminimalkan resiko

Artinya: usaha yang dilakukan agar mampu menghasilkan laba

maksimal,maka pengusaha harus mampu meminimalkan resiko yang

mungkin timbul. Resiko kekurangan modal usaha dapat diperoleh

melalui tindakan pembiayaan.

3. Pendayagunaan sumber ekonomi

Artinya: sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan

melakukanmixing antara sumber daya alam dengan sumber daya

manusia serta sumber daya modal. Jika sumber daya alam dan sumber

daya manusianya ada, dansumber modal tidak ada. Maka dipastikan

diperlukan pembiayaan. Dengan demikian, pembiayaan pada dasarnya

dapat meningkatkan daya guna sumber-sumber daya ekonomi.

4. Penyaluran kelebihan dana

Artinya: dalam kehidupan masyarakat ini ada pihak yang memiliki

kelebihansementara ada pihak yang kekurangan. Dalam kaitannya

dengan masalahdana, maka mekanisme pembiayaan dapat menjadi

jembatan dalam penyeimbangan dan penyaluran kelebihan (surplus)

kepada pihak yang kekurangan (minus) dana.

Sehubungan dengan aktivitas BMT, maka pembiayaan merupakan

sumberpendapatan bagi BMT. Oleh karena itu, tujuan pembiayaan yang

dilaksanakan BMT adalah untuk memenuhi kepentingan stakeholder

menurut (Muhammad, 2005: 27), yaitu:

Page 41: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

27

1. Pemilik

Dari sumber pendapatan di atas, para pemilik mengharapkan akan

memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan pada BMT

tersebut.

2. Pegawai

Para pegawai mengharapkan dapat memperoleh kesejahteraan dari

BMT yang dikelolanya.

3. Masyarakat

a. Pemilik dana

Sebagaimana pemilik, mereka mengharapkan dari dana yang

diinvestasikan akan diperoleh bagi hasil.

b. Debitur yang bersangkutan

Para debitur, dengan penyediaan dana baginya, mereka terbantu

guna menjalankan usahanya (sektor produktif) atau terbantu untuk

pengadaan barang yang diinginkannya (pembiayaan konsumtif)

c. Masyarakat umumnya atau konsumen

Mereka dapat memperoleh barang-barang yang dibutuhkannya.

4. Pemerintah

Akibat penyediaan pembiayaan, pemerintah terbantu dalam pajak

(berupa pajak penghasilan atas keuntungan yang diperoleh BMT dan

juga perusahaan perusahaan).

Page 42: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

28

5. BMT

Bagi BMT yang bersangkutan, hasil dari penyaluran pembiayaan,

diharapkan BMT dapat meneruskan dan mengembangkan usahanya

agar tetap bertahan dan meluas jaringan usahanya, sehingga semakin

banyak masyarakat yang dapat dilayaninya.

Menurut Muhammad (2005) mengatakan bahwa analisis

pembiayaan yang diterapkanoleh para pengelola BMT yaitu:

1. Pendekatan jaminan, artinya BMT dalam memberikan pembiayaan

selalu memperhatikan kuantitas dan kualitas jaminan yang dimiliki oleh

peminjam.

2. Pendekatan karakter, artinya BMT mencermati secara sungguh-

sungguhterkait dengan karakter anggota.

3. Pendekatan kemampuan pelunasan, artinya BMT menganalisis

kemampuan anggota untuk melunasi jumlah pembiayaan yang telah

diambil.

4. Pendekatan dengan studi kelayakan, artinya BMT memperhatikan

kelayakan usaha yang dijalankan oleh anggota peminjam.

5. Pendekatan fungsi-fungsi BMT, artinya BMT memperhatikan

fungsinyasebagai lembaga intermediary keuangan, yaitu mengatur

mekanisme danayang dikumpulkan dengan dana yang disalurkan.

F. Prinsip BMT

Menurut Ridwan (2004) dalam melaksanakan usahanya BMT,

berpegang teguh pada prinsip utama sebagai berikut:

Page 43: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

29

1. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan

mengimplementasikannya kepada prinsip-prinsip Syari‟ah dan

mu‟amalah Islam kedalam kehidupan nyata.

2. Keterpaduan, yakni nilai-nilai spiritual dan moral menggerakkan dan

mengarahkan etika bisnis yang dinamis, proaktif, progresif adil dan

berakhlaq mulia.

3. Kekeluargaan, yakni mengutamakan kepentingan bersama di atas

kepentingan pribadi.

4. Kebersamaan, yakni kesatuan pola pikir, sikap dan cita-cita antar semua

elemen BMT.

5. Kemandirian, yakni mandiri diatas semua golongan politik, tidak

tergantung pada dana-dana pinjaman tetapi senantiasa proaktif untuk

menggalang dana masyarakat sebanyak-banyaknya.

6. Profesionalisme, yakni semangat kerja yang tinggi, dengan bekal

pengetahuan, dan keterampilan yang senantiasa ditingkatkan yang

dilandasi keimanan. Kerja yang tidak hanya berorientasi pada

kehidupan dunia saja, tetapi juga kenikmatan dan kepuasan rohani dan

akherat.

7. Istiqomah, yakni konsisten, konsekuen, kontinuitas/berkelanjutan tanpa

henti dan tanpa pernah putus asa.

Menurut Rachmat Firdaus dan Maya Arianti (2009) prinsip analisis

pembiayaan BMT didasarkan pada rumus 5C, yaitu :

1. Character artinya sifat atau karakter anggota pengambil pinjaman.

Page 44: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

30

2. Capacity artinya kemampuan anggota untuk menjalankan usaha dan

mengembalikan pinjaman yang diambil.

3. Capital artinya besarnya modal yang diperlukan peminjam.

4. Collateral artinya jaminan yang telah dimiliki yang diberikan peminjam

kepada BMT.

5. Condition artinya keadaan usaha atau anggota prospek atau tidak.

G. Sistem Pembiayaan BMT

Menurut Antonio (2001: 53) pembiayaan merupakan salah satu

tugas BMT, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi

kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Menurut sifat

penggunaanya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal yaitu :

a. Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditunjukkan untuk

memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan

usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi.

b. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk

pemenuhan kebutuhan.

Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi

dua hal berikut:

a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi

kebutuhan.

Page 45: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

31

b. Pembiaayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-

barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya

dengan itu.

H. Produk Pembiayaan BMT

Produk penghimpunan (funding) dan penyaluran dana (financing)

yang secara teknis-finansial dapat dikembangkan sebuah lembaga keuangan

Islam termasuk BMT. Hal ini dimungkinkan karena sistem syari‟ah

memberi ruang yang cukup untuk itu (Muhammad Ridwan, 2007: 154).

Pemberian pembiayaan produktif, baik yang diperuntukkan sebagai

modal kerja maupun investasi, masyarakat dapat memilih empat model

pembiayaan BMT. Pola pembiayaan ini merupakan kontrak yang

mendasari berbagai produk layananmasyarakat BMT dalam usahanya.

Secara umum pembiayaan BMT tersebut dapat diklasifikasikan dalam

berbagai kategori umum diantaranya ialah:

1. Produk Penghimpunan Dana

a. Modal

b. Simpanan Pokok

Simpanan pokok simpanan yang harus dibayar saat menjadi

anggota BMT.

c. Simpanan Wajib

Simpanan ini menjadi sumber modal yang mengalir terus setiap

waktu.

Page 46: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

32

d. Wadliah

Wadiah merupakan akad penitipan barang atau uang pada BMT.

e. Tabungan

Tabungan Mudharabah (tabungan biasa), Tabungan Pendidikan,

Tabungan Idul Fitri, Tabungan Qurban, Tabungan Walimah

f. Dan lain-lain, produk yang di kembangkan sesuai dengan

lingkungannya.

2. Produk Penyalur Dana

Aktivitas yang tidak kalah pentingnya dalam manajemen

dana atau pembiayaan yang sering juga disebut dengan lending–

financing. Istilah ini dalam keuangan konvensional dikenal dengan

sebutan kredit. Pembiayaan sering digunakan untuk menunjukkan

aktivitas utama BMT, karena berhubungan dengan rencana

memperoleh pendapatan. Berdasarkan Undang-Undang Koperasi No.

17 Tahun 2012 Pasal 1 ayat (14) : “Pinjaman adalah penyediaan

uang oleh Koperasi Simpan Pinjam kepada Anggota sebagi

peminjaman berdasarkan perjanjian, yang mewajibkan untuk

melunasi dalam jangka waktu tertentu dan membayar jasa”.

Sebagai upaya memperoleh pandapatan yang semaksimal

mungkin, aktivitas pembiayaan BMT menganut asas syari‟ah yakni

dapat berupa bagi hasil, keuntungan maupun jasa manajemen. Upaya

ini harus dikendalikan sedemikian rupa sehingga kebutuhan

likuiditas dapat terjamin dan tidak banyak dana yang menganggur.

Page 47: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

33

Adapun jenis produk penyaluran dana BMT yang dikembangkan

adalah sebagai berikut:

1. Prinsip bagi hasil (syirkah)

Syirkah dalam bahasa Arab berarti pencampuran atau interaksi atau

membagi sesuatu antara dua orang atau lebih menurut hukum kebiasaan

yang ada. Prinsip syirkah untuk produk pembiayaan BMT dapat

dioperasikan dengan pola-pola sebagai berikut :

a. Pembiayaan Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata dharaba yang berarti memukul atau

berjalan. Sedang yang dimaksud dengan memukul atau berjalan, yaitu

seseorang yang memukulkan tangannya untuk berjalan dimuka bumi dalam

mencari karunia Allah SWT (Muhammad Ridwan, 2007: 96)

Menurut (Ahmad Sumiyanto, 2008: 34) memberikan definisi

mudharabahbahwa “Mudharabah yaitu kerjasama di mana shahibul

maalmemberikan dana 100 % kepada mudharib yang adalah:

- Jumlah modal yang diserahkan kepada anggota selaku pengelola

modal harus diserahkan tunai, dapat berupa uang atau barang yang

dinyatakan nilainya dalam satuan uang.

- Apabila uang diserahkan secara bertahap, harus jelas tahapannya

dan disepakati bersama.

- Hasil dari pengelolaan pembiayaan mudharabah dapat

diperhitungkan dengan dua cara yaitu : pertama; hasil usaha dibagi sesuai

dengan persetujuan dalam akad, pada bulan atau waktu yang ditentukan.

Page 48: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

34

BMT selaku pemilik modal menanggung seluruh kegiatan kecuali akibat

kelalaian dan penyimpangan pihak pengusaha. Kedua; BMT berhak

melakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun tidak berhak

mencampuri urusan pekerjaan anggota. Jika anggota cidera janji dengan

sengaja misalnya tidak mau membayar kewajiban atau menunda kewajiban,

maka dapat dikenakan sanksi administrasi. Akad mudharabah dapat dilihat

pada gambar berikut.

Keterangan Skema 1 :

Akad Mudharabah

(Sumber : ekahidayatullah77.blogspot.com yang telah di olah penulis pada

tanggal 3 Desember 2014)

Secara umum landasan dasar Syariah al-mudharabah lebih

mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayat

berikut ini :

….

Anggota Akad

Mudharabah

BMT

Keuntungan X % Nisbah

Tenaga Kerja Modal

Y % Nisbah

Proyek/

Usaha

Page 49: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

35

….

Artinya: Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-

orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari

sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan

Allah (Al- Muzzammil: 20)

Ayat tersebut terdapat kata yadribun yang asal katanya sama

dengan mudharabah, yakni dharaba yang berarti mencari pekerjaan atau

menjalankan usaha. Mudharobah yakni hubungan kemitraan antara BMT

dengan anggota atau nasabah yang modalnya 100% dari BMT. Atas dasar

proposal yang diajukan nasabah, BMT akan mengevaluasi kelayakan usaha

dan dapat menghitung tingkat nisbah yang dikehendaki. Jika terjadi risiko

usaha, maka BMT akan menanggung seluruh kerugian modal selama

kerugian tersebut disebabkan oleh faktor alam atau musibah di luar

kemampuan manusia untuk menanggulanginya. Namun jika kerugian

terjadi karena kelalaian manajemen atau kecerobohan anggota atau

nasabah, maka mudharib yang akan menanggung pengembalian modalnya

(Muhammad Ridwan, 2007: 170)

Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil shahib al maal

dalam manajemen proyek. Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus

bertindak hati-hati dan bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang

terjadi akibat kelalaian. Sedangkan sebagai wakil shahibul al maal dia

diharapkan untuk mengelola modal dengan cara tertentu untuk menciptakan

laba optimal (Adiwarman Karim, 2006)

Page 50: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

36

b. Pembiayaan Musyarakah

Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang

bekerjasama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara

bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik (Adiwarman

Karim, 2006: 106). Komposisi modalnya tidak harus sama. Namun

biasanya porsi modal dapat menjadi acuan dalam menentukan porsi nisbah

bagi hasilnya.

Keuntungan yang terjadi dari transaksi usaha ini dibagi antara para

pihak dengan nisbah yang telah disepakati di awal. Sedangkan, munculnya

kerugian akibat transaksi usaha ini ditanggung sesuai dengan porsi saham

masing-masing pihak dalam komposisi modal yang di tanamkan dalam

usaha tersebut. Perlu diperhatikan dalam transaksi ini adalah adanya objek

akad di mana di situ harus jelas adanya usaha yang di jalankan, komposisi

modal dan keahlian serta kesepakatan menaggung akan munculnya

keuntungan dan kerugiannya (Sumber: Majalah ekonomi bisnis syariah,

2006: 38-39).

Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja sama

dapat berupa dana, barang perdagangan, kewiraswastaan, kepandaian,

kepemilikan, peralatan, kepercayaan/reputasi, atau barang-barang yang

dapat dinilai dengan uang. Dengan merangkum kombinasi masing-masing

pihak dengan atau tanpa batasan waktu menjadikan produk ini sangat

fleksibel (Adiwarman Karim, 2006: 102).

Page 51: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

37

Ketentuan umum dalam akad musyarakah adalah sebagai berikut :

- Semua modal disatukan untuk menjadi modal proyek

musyarakah dan dikelola bersama-sama.

- Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam

menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh

pelaksana usaha.

- Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek

musyarakah dengan tidak boleh melakukan tindakan

seperti; menggabungkan dana proyek dengan dana

pribadi, menjalankan proyek dengan pihak lain tanpa

seizin pemilik modal lainnya, memberi pinjaman

kepada pihak lain.

- Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan

atau digantikan oleh pihak lain.

- Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama

bila; menarik diri dari perserikatan, meninggal dunia,

menjadi tidak cakap hukum.

Page 52: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

38

Biaya yang timbul dari pelaksanaan proyek jangka waktu proyek

harus diketahui bersama dan proyek yang dijalankan harus disebutkan

dalam akad. Akad musyarakah dapat dilihat pada Gambar berikut:

Keterangan Skema 2 :

Akad Musyarakah

(sumber : Adiwarman Karim, 2006: 102 diolah penulis pada tanggal 5 Desember

2014)

b.1 Jenis-jenis Pembiayaan Musyarakah

Terdapat dua jenis Al Musyarakah yaitu musyarakah kepemilikan

dan musyarakah akad. Menurut (Muhammad Syafi‟i Antonio,2001: 91)

jenis-jenis Al Musyarakah ialah:

1) Musyarakah Pemilikan

Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan, wasiat, atau

kondisi lainnya yang mengakibatkan kepemilikan suatu aset oleh dua

orang atau lebih. Dalam musyarakah ini, pemilikan dua orang atau

Anggota Akad

Musyarakah

BMT

Pembagian Keuntungan

Y % Nisbah

Proyek/

Usaha

Pembagian Kerugian

X % Nisbah

Page 53: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

39

lebih berbagi dalam sebuah aset nyata dan berbagi pula dari

keuntungan yang dihasilkan aset tersebut.

2) Musyarakah akad

Tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih

setuju bahwa tiap orang dari mereka memberi modal musyarakah.

Mereka pun sepakat berbagi keuntungan dan kerugian.

Musyarakah akad terbagi menjadi: al- inan, al-mufadhah, al-

a‟maal, al-wujuh, dan al-mudharabah. Para ulama berbeda pendapat

tentang al-mudharabah termasuk kategori al-musyarakah karena

memenuhi rukun dan syarat sebuah akad (kontrak) musyarakah.

Pembagian tersebut ialah:

a. Syirkah al-inan

Syirkah al-inan adalah kontrak dua orang atau lebih. Setiap

orang memberi porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi

dalam kerja. Kedua pihak berbagi dalam keuntungan dan kerugian

sebagaimana yang disepakati di antara mereka. Akan tetapi, porsi

masing-masing pihak, baik dalam dana maupun kerja atau bagi

hasil, tidak harus sama dan identik sesuai dengan kesepakatan

bersama.

b. Syirkah Mufawadhah

Syirkah Mufawadhahadalah kontrak kerja sama antara dua

orang atau lebih. Setiap pihak memberi suatu porsi dari

keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak

Page 54: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

40

membagi keuntungan dan kerugian secara sama. Dengan demikian,

syarat utama dari jenis musyarakah ini adalah kesamaan dana yang

diberikan, kerja, tanggungjawab, dan beban hutang dibagi oleh

masing-masing pihak.

c. Syirkah A‟maal

Syirkah A‟maal adalah kontrak kerja sama antara dua orang

seprofesi untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berabagi

keuntungan dari pekerjaan itu. Misalnya, kerja sama dua orang

arsitek untuk menggarap sebuah proyek, atau kerja sama dua orang

penjahit untuk menerima order pembuatan seragam sebuah kantor.

Al-Musyarakah abdan atau sanaa‟i.

d. Syirkah Wujuh

Syirkah Wujuhadalah kontrak antara dua orang atau lebih

yang memiliki reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis.

Mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan

menjual barang tersebut secara tunai. Mereka berbagi dalam

keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan kepada pensuplai

yang disediakan oleh pihak mitra. Jenia Al- musyarakah ini tidak

memerlukan modal karena pembelian secara kredit berdasar pada

jaminan tersebut. Karenanya, kontrak ini pun lazim disebut sebagai

musyarakah piutang.

Page 55: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

41

b.2 Manfaat Pembiayaan Musyarakah

Al-Musyarakah dapat memberikan manfaat yang sangat berguna

bagi pihak BMT maupun nasabah. (Muhammad Syafi‟i Antonia, 2001: 93)

mengemukakan bahwa terdapat banyak manfaat dari pembiayaan secara

musyarakah ini, diantaranya sebagai berikut:

1) BMT akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada

saat keuntungan nasabah meningkat.

2) BMT tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu pada

nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan

pendapat/hasil usaha BMT, sehingga BMT tidak akan pernah

mengalami negatif spread.

3) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash

flowlarus kas usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan

nasabah.

4) BMT akan lebih selektif dan berhati-hati (prudent) mencari usaha

yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan. Hal ini karena

keuntungan yang riil dan benar-benar terjadi itulah yang akan

dibagikan.

5) Prinsip bagi hasil ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana

BMT akan menagih penerima pembiayaan (nisbah) atau jumlah

bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah,

bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.

Page 56: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

42

2. Prinsip Jual Beli

Jual beli secara entimologi berarti menukar harta dengan harta,

sedangkan secara terminologis artinya adalah transaksi penukaran selain

fasilitas dan kenikmatan. Sedangkan prinsip jual beli dapat dikembangkan

menjadi bentuk -bentuk pembiayaan sebagai berikut :

a. Pembiayaan Murabahah

Murabahah adalah salah satu produk penyaluran dana yang cukup

digemari BMT karena karakternya yang profitable, mudah dalam

penerapan, serta dengan risk-factor yang ringan untuk diperhitungkan.

Dalam penerapan, BMT bertindak sebagai pembeli sekaligus penjual

barang halal tertentu yang dibutuhkan nasabah. Besarnya keuntungan

yang diambil oleh BMT atas transaksi murabahah bersifat konstan.

Keadaan ini berlangsung sampai akhir pelunasan utang oleh anggota

kepada BMT.

Biasanya BMT langsung menunjuk nasabah sebagai wakilnya

untuk membeli barang sebagaimana dimaksud kepada pihak ketiga

dengan memanfaatkan fasilitas al-wakalah, yakni akad pemberian

kewenangan/kuasa seseorang kepada pihak lain mengenai apa yang

harus dilakukannya, dan penerima kuasa secara hukum menjadi

pengganti pemberi kuasa selama batas waktu yang ditentukan

(Adiwarman Karim, 2006: 45 ).

Page 57: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

43

Akad pembiayaan Murabahahdapat dilihat pada gambar berikut.

Keterangan Skema 3 :

Akad Murabahah

(sumber : Adiwarman Karim, 2006: 45 yang diolah pada tanggal 4 Desember

2014)

Secara umum murabahah memiliki syarat-syarat :

- BMT memberitahu biaya modal (harga pokok) kepada anggota.

- Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.

- Kontrak harus bebas dari riba.

- Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang

sesudah pembelian.

- Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan

pembelian, misalnya pembelian dilakukan secara hutang.

b. Bai‟ as-salam

Definisi Bai‟ as-Salam ialah akad pembelian barang yang mana

barang yang dibeli diserahkan dikemudian hari, sedangkan

pembayarannya dilakukan secara tunai dimuka. Dalam transaksi ini

ada kepastian tentang kualitas, harga dan waktu penyerahan (Ahmad

NASABAH

BMT

AKAD

NASABAH

BMT

Pembayaran

Supplier/

Produsen

Page 58: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

44

Sumiyanto, 2008: 156). Selain itu, transaksi juga harus memenuhi

syarat dan rukun jual beli (Muhammad Ridwan, 2007: 180).

Ketentuan umum dalam bai‟ as salam adalah :

- Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya secara jelas

seperti jenis, macam, ukuran, mutu dan jumlahnya.

- Apabila hasil produksi diterima cacat atau tidak sesuai dengan akad,

anggota harus bertanggung jawab.

- Mengingat BMT tidak menjadikan barang yang dibeli atau dipesannya

sebagai persediaan, maka BMT dimungkinkan melakukan akad salam

dengan pihak ketiga.

Keterangan Skema :

Akad Istishna’

(Sumber: Ahmad Sumiyanto, 2008 diolah oleh penulis pada tanggal 5 Desember)

c. Bai bitsaman ajil (Jual beli cicilan)

Yakni penyediaan barang BMT pihak pembeli (Anggota/Nasabah)

harus membayar dengan cara mengangsur dalam jangka waktu tertentu

sebesar pokok ditambah dengan keuntungan (Profit) yang disepakati.

Dalam menentukan jumlah keuntungananya, BMT dapat berbeda-beda

tergantung pada jangka waktu dan tingkat resiko. Karena bersifat jual

Rekanan

BMT

Beli

Barang

Antar

Barang Jual

Barang

Bayar

Cicilan Bayar

Cicilan BMT

Page 59: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

45

beli, maka transaksi ini harus memenuhi persyaratan dan rukun jual

beli (Muhammad Ridwan, 2007: 179).

d. Prinsip sewa

Traksaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Objek

transaksi dalam ijarah adalah jasa. Pada akhir masa sewa, BMT dapat

saja menjual barang yang disewakan kepada anggota. Karena dalam

kaidah Syari‟ah dikenal dengan nama ijarah mutahiyah bit tamlik

(sewa yang diikuti dengan perpindahan kepemilikan). Harga sewa dan

harga jual disepakati pada awal perjanjian.

e. Prinsip Jasa

Pembiayaan ini disebut jasa karena pada prinsipnya dasar akadnya

adalah ta‟awuni atau tolong-menolong. Berbagai pengembangan

dalam akad ini meliputi:

a. Al Wakalah

Wakalah berarti BMT menerima amanah dari investor yang

akanmenanam modalnya kepada anggota, investor menjadi percaya

kepada anggota karena adanya BMT yang akan mewakilinya

dalam penanaman investasi. Atas jasa ini, BMT dapat menerapkan

management fee yang besarnya tergantung kesepakatan para pihak.

b. Kafalah

Kafalah berarti pengalihan tanggung jawab seseorang yang

dijamin kepada orang lain yang menjamin. BMT dapat berperan

sebagai penjamin atas transaksi bisnis yang dijalankan oleh

Page 60: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

46

anggotanya. Rekan bisnis anggota dapat semakin yakin atas

kemampuan anggota BMT dalam memenuhi atau membayar

sejumlah dana yang terhutang. Atas jasa ini, BMT dapat

menerapkan management fee sesuai kesepakatan.

c. Hawalah

Hawalah atau hiwalah berarti pengalihan hutang dari orang

yang berhutang kepada si penanggung. Hawalah dapat terjadi

kepada :

- Factoring atau anjak piutang, yaitu anggota yang

mempunyai piutang mengalihkan piutang tersebut kepada BMT

dan BMT membayarnya kepada nasabah, lalu BMT akan menagih

kepada orang yang berhutang.

- Post date check, yaitu BMT bertindak sebagai juru tagih

atas piutang nasabah tanpa harus mengganti terlebih dahulu.

- Bill discounting, secara prinsip transaksi ini sama dengan

hawalah pada umumnya.

d. Rahn

Rahn adalah menahan salah satu harta milik peminjam sebagai

jaminan atas pembiayaan yang diterimanya. Barang yang ditahan

adalah barang-barang yang memiliki nilai ekonomis sesuai dengan

standar yang ditetapkan. Dalam sistem ini orang yang

menggadaikan barangnya tidak akan dikenai bunga tetapi BMT

dapat menetapkan sejumlah fee atau biaya atas pemeliharaan,

Page 61: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

47

penyimpanan dan administrasi. Besarnya fee sangat dipengaruhi

oleh banyak faktor diantaranya masa gadai dan jenis barangnya.

C. Pembiayaan Non Profit

Pembiayaan non profit di BMT biasanya berupa pembiayaan

Qardul hasan, yakni pembiayaan yang diberikan kepada nasabah tanpa

pungutan bagi hasil atau keuntungan dalam bentuk apapun. Nasabah hanya

dibebani membayar biaya administrasi dalam jumlah yang wajar sebagai

konsekuensi logis atas biaya-biaya yang otomatis dikeluarkan BMT untuk

administrasi dan dalam rangka penyaluran pembiayaan tersebut.

Baitul Maal merupakan bidang sosial dari kegiatan operasional

BMT. Baitul Maal adalah lembaga keuangan berorientasi sosial keagamaan

yang kegiatan utamanya menampung serta menyalurkan harta masyarakat

berupa zakat, infak dan shadaqah (ZIS) berdasarkan ketentuan yang telah

ditetapkan Al qur‟an dan sunah Rasul-Nya.

I. Kendala dan Hambatan yang dihadapi oleh BMT

Menurut Izza (2002) sebagai lembaga keuangan mikro yang

mempunyai keperpihakan pada masyarakat golongan ekonomi lemah,

banyak tantangan dan permasalahan yang timbul dan dihadapi dalam

perkembangan BMT baik yang bersifat intern maupun ekstern BMT.

Kendala yang bersifat intern antara lain :

1. Misi

Misi sebagai lembaga sosial dan ekonomi menuntut pengelola

BMT untuk teguh dalam membawa prinsip keadilan sesuai Syariat

Page 62: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

48

Islam. Pembiayaan dan simpanan yang dilakukan harus dijaga secara

ketat agar halal, sementara di sisi lain BMT juga harus profitable

sehingga bisa mengambangkan ekonomi masyarakat. Sehingga selain

kejujuran dan tekad yang kuat maka profesionalisme pengelola harus

mendapat penekanan.

2. Istiqomah

Istiqomah sebagai lembaga yang baru maka masyarakat belum

begitu mengetahui prinsip bagi hasil yang diterapkan, masyarakat

terutama nasabah penyimpan masih lebih percaya pada BMT

konvensional yang memberikan bunga atau pendapatan atas modal

mereka secara lebih pasti.

3. Likuiditas

Likuiditas dengan modal yang terbatas dan sebagian besar

ditanamkan pada pembiayaan maka likuiditas BMT menjadi sangat

rentan.

Sementara kendala dan hambatan yang berasal dari faktor ekstern

BMT yang muncul antara lain :

1. Masih adanya anggapan dari sebagian masyarakat bahwa sebenarnya

sistem bagi hasil tidak ada bedanya dengan sistem BMT bunga

konvensional. Kedua hal ini mengakibatkan BMT dengan prinsip-

prinsip Syariah termasuk BMT masih belum bisa diterima secara luas

oleh masyarakat di Indonesia.

Page 63: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

49

2. Ketidakmampuan nasabah untuk menjalankan kewajiban-kewajiban

kaitannya dengan pembiayaan.

3. Adanya pembiayaan yang bermasalah. Sebab utama pembiayaan yang

bermasalah yaitu :

- Faktor internal yang adalah dalam usaha tersebut, penanganan awal

yang dilakukan oleh BMT adalah ikut membantu dalam

manajemen, karena usah kecil biasanya sangat lemah dalam

manajerial. Kemudian melakukan pengawasan secara rutin sehingga

benar-benar mengetahui akar permasalahan yang ada.

- Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar usaha misalnya

bencana alam, krisis ekonomi secara nasional maupun perubahan

kebijakan pemerintah yang merugikan usaha dan lain-lain.

2.2 Pembiayaan Mudharabah

2.2.1 Makna Pembiayaan Mudharabah

Literatur fikih, terdapat dua istilah yang menunjukan pengertian

mudharabah. Yang pertama istilah mudharabah itu sendiri dan yang kedua

istilah Qiradh. Namun pengertian keduanya adalah sama saja. Istilah

mudharabah adalah bahasa penduduk Irak dan kebanyakan digunakan oleh

mazhabHanafi, Hanbali dan Zaydi dan Qiradh adalah bahasa istilah yang

digunakan penduduk Hijaz dan kebanyakan digunakan oleh mazhab Maliki

dan Syafi‟i (Abdullah Saeed, 2008: 91).

Pengertian Mudharabah Istilah mudharabah berasal dari kata

dharbfii al-ardb - orang yang berpergian diatas bumi (yadhirbuna fii al-

Page 64: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

50

ardh) mencari karunia Allah (al-Muzzammil :20). Dimana proses pekerjaan

yang menyebut bahwa mudhaarib berhak atas sebagian keuntungan

usahanya.

Sedangkan pembiayaan mudharabah atau qiradh adalah akad kerja

sama usaha antara belah pihak dimana pihak pertama sebagai pemilik dana

(sahibul mal) yang mana menyediakan modal 100%, sedangkan pihak

lainya sebagai pengelola usaha (mudharib) (Sop Koperasi jasa Syariah, 22:

2007).

Mudharabah berasal dari kata dharb, yang berarti secara harfiah

adalah bepergian atau berjalan. Al-Qur‟an tidak secara langsung menunjuk

istilah mudharabah, melainkan melalui akar kata d-r-b yang diungkapkan

sebanyak lima puluh delapan kali. Dari beberapa kata inilah yang kemudian

mengilhami konsep mudharabah (Abdullah Saeed, 2008: 92).

Sementara dalam hadits, akar kata mudharabah (dharaba) pun

banyak disebutkan, tetapi juga mengidentifikasikan makna yang bermacam-

macam. Misalnya hatta nadribal qoum, sehingga kami memerangi kaum

tersebut. Contoh lain hadist yang berbunyi yaqdhi fil mudharibilla

biqadla‟ain. Kata dharaba dalam hadist tersebut tidak menunjukan arti

mudharabah yang sudah dikenal sekarang. Dengan demikian istilah

mudharabah tidak disebutkan secara eksplisit dalam al-Qur‟an maupun al-

hadits sebagaimana pengertian yang ada sekarang. Namun para ulama

berbeda pendapat mengenai penyebutan yang ada dalam hadits. Hal ini

Page 65: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

51

karena ada beberapa perilaku sahabat yang serupa dengan konsep

mudharabah dan nabi membiarkannya.

Istilah mudharabah diambil dari kata dharib, Dinamakan demikian

karena dharib berhak untuk menerima bagian keuntungan atas dukungan

dan kerjanya. Secara rinci mudharabah adalah suatu kontrak kemitraan

(partnership) yang berlandaskan pada prinsip pembagian hasil dengan cara

seseorang memberikan modalnya kepada yang lain untuk melakukan bisnis

dan kedua belah pihak membagi keuntungan atau memikul beban kerugian

berdasarkan isi perjanjian bersama (Afzalur Rahman, 1995: 380).

Menurut Hanafiyah, mudharabah adalah suatu perjanjian untuk

berkongsi di dalam keuntungan dengan modal dari salah satu pihak dan

kerja (usaha) dari pihak lain. Menurut Madzhab Maliki yaitu penyerahan

uang dimuka oleh pemilik modal dalam jumlah uang yang ditentukan

kepada seorang yang akan menjalankan usaha dengan uang itu dengan

imbalan sebagian dari keuntungannya. Menurut madzaab Syafi‟i

mendefinisikan dengan pemilik modal menyerahkan sejumlah uang kepada

pengusaha untuk dijalankan dalam suatu usaha dagang dengan keuntungan

menjadi milik bersama antara keduanya. Sedangkan menurut Madzhab

Hambali yakni penyerahan suatu barang atau sejenisnya dalam jumlah yang

jelas dan tertentu kepada orang yang mengusahakannya dengan

mendapatkan bagian tertentu dari keuntungannya (Muhammad, 2004: 82-

83).

Page 66: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

52

Menurut Muhamad, salah satu hal yang mungkin terlupakanan dari

definisi-definisi yang dikemukakan oleh para ahli fikih klasik adalah bahwa

kegiatan kerjasama mudharabah merupakan jenis usaha yang tidak secara

otomatis mendatangkan untung/hasil. Oleh karena itu penjelasan mengenai

untung dan rugi perlu di tambahi sebagai bagian yang integral dari sebuah

definisi yang baik.

Hal ini karena dalam mudharabah tidak saja mempertimbangkan

aspek keuntungan dalam usahanya tersebut namun juga mempunyai

konsekuensi untuk mengalami kerugian. Sehingga kerugian modal

ditimpakan kepada penyedia modal sedangkan kerugian tenaga,

keterampilan dan kesempatan mendapat laba ditanggung oleh

pengusaha/pengelola.

Sistem mudhorobah, terdapat beberapa unsur yang harus ada dalam

transaksi tersebut yaitu: (Ahmad Sumiyanto, 2005: 3).

1. Pihak yang berakad: yaitu shahibul mal (investor) dan al-mudhorib

(pengelola).

2. Obyek akad, hal ini terdiri dari ra‟sul mal (capital), al-„amal

(usahabisnis), ar-robh (profit) dan al-waqt (masa).

3. As-Shighoh (Ijab qobul) atau Momerandum of Understanding

(MoU).

4. Nisbah keuntungan.

Menurut Adiwarman Karim, akad mudharabah merupakan “bentuk

kontrak atau akad dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan

Page 67: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

53

mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola olehpihak kedua, atau

si pelaksana usaha dengan tujuan mendapatkan keuntungan”(Evita Isretno,

2007: 40).

Berbeda pendapat dengan Y Sri Susilo (2000: 114) Al-Mudharabah

yaitu:

“Akad antara pihak pemilik modal (Shahibul Maal) dengan

pengelola (Mudharib) untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan.

Pendapatan atau keuntungan tersebut dibagi berdasarkan nisbah yang telah

disepakati diawal akad”.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pembiayaan Mudharabah didanai sepenuhnya oleh penyandang dana

(Shahibul maal) dan pengelola usaha (mudharib) tinggal menjalankan usaha

tanpa penanaman dana sesuai dengan kesepakatan dan keuntungan dibagi

berdasarkan nisbah yang telah disepakati diawal akad.

Keuntungan usaha dari akad mudharabah dibagi menurut

kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, dan biasanya dalam bentuk

nisbah (presentase). Jika usaha yang dijalankan mengalami kerugian,

kerugian itu ditanggung oleh shahibul mal sepanjang kerugian itu bukan

kelalaian mudharib. Sedangkan mudharib menanggung kerugian atas

upaya, jerih payah dan waktu yang telah dilakukan untuk menjalankan

usaha. Namun jika kerugian itu diakibatkan karena mudharib, maka

kerugian tersebut ditanggung oleh mudharib.

Page 68: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

54

Dalam bahasa hukum, mudharabah berarti suatu kontrak kerjasama

dimana salah satu mitra yaitu pemilik berhak mendapatkan bagian

keuntungan karena sebagai pemilik barang, ia disebut rabbil mal, pemilik

barang (ras mal) dan mitra lainnya berhak memperoleh bagian keuntungan

atas pekerjaannya, dan orang ini disebut dharb (pengelola) dari

kedudukannya itu dia memperoleh keuntungannya dari pekerjaannya

sendiri dan usahaanya (Muhammad, 2002: 281).

Karena itu, pihak perBMTan syari‟ah dapat menyalurkan dananya

kepada pihak lain dengan cara hal ini, yaitu akad kerja sama suatu usaha

antara dua belah pihak dimana BMT selagi pihak pertama yang

menyediakan seluruh modal usaha, sedangkan nasabah selaku pengelola.

Usaha dan keuntungan usaha dibagi diantara meraka sesuai yang

dituangkan dalam akad (Ascarya, 2008: 12).

Buku II tentang Akad dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah

(KHES) disebutkan bahwa pengertian Mudharabah adalah kerjasama antara

pemilik dana atau penanam modal dengan pengelola modal untuk

melakukan usaha tertentu dengan bagi hasil. Bab I Ketentuan Umum Pasal

20 angka (4) KHES Edisi Revisi. Yang menjadi wajhud-dilalah atau

argumen dari surah al-Muzzammil adalah kata yadhribun yang sama

dengan akar kata mudharabah yang berarti melakukan suatu perjalanan

usaha.

Mengenai asal mula dan validitas historisnya, kata mudharabah

berasal dari dharb fi al-„ard, yang artinya orang-orang yang bepergian di

Page 69: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

55

atas bumi (yadribuna fi al-ard) mencari karunia Allah‟ (QS al- Muzzammil

: 20). Karena pekerjaan dan perjalanannya, mudharib menjadi berhak atas

sebagian keuntungan usaha. Dari segi sunah, para fuqaha bersandar pada

preseden dari perjanjian mudharabah yang ditandatangani antara Nabi Saw

dengan Khadijah sebelum pernikahannya, yang hasilnya adalah Nabi Saw

mengadakan perjalanan ke Syiria.

Jadi dalam mudharabah, modal yang diserahkan, disyaratkan harus

diketahui. Dan penyerahan jumlah modal kepada mudharib (pengelola

modal) harus berupa alat tukar, seperti emas, perak dan satuan mata uang

secara umum. Tidak diperbolehkan berupa barang, kecuali bila nilai

tersebut dihitung berdasarkan nilai mata uang ketika terjadi akad

(transaksi), sehingga nilai barang tersebut menjadi modal.

2.2.2 Mudharabah Dalam Perspektif Fiqih dan Perlindungan

Menurut Ibnu Hazm, mudharabah merupakan bagian dari bahasan

fiqih yang tidak mempunyai dasar acuan langsung dalam al-Qur‟an dan al-

hadist karena praktek Mudharabah ini sebenarnya telah dipraktekan sejak

zaman sebelum Islam dan Islam mengakuinya dengan tetap ada dalam

sistem Islam (Afzalur Rahman,1995: 395). Bahkan dalam hukum Italia,

istilah mudhorobah dikenal dengan nama Comenda.

Para ahli hukum Islam sendiri masih berbeda pendapat mengenai

sifat, isi dan persyaratan tentang mudharabah. Namun demikian, terdapat

kesepakatan bulat bahwa kemitraan antara pemberi modal ( mudharib,

Page 70: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

56

atasan, atau penabung ) dan pemakain modal (dharib, manajer, pengusaha

atau wakil) adalah halal di dalam Islam.

Ketika harta yang dijadikan modal tersebut di pergunakan oleh

Mudhorib / pengelola, maka harta tersebut sesungguhnya telah berada

dibawah kekuasaan pengelola, sedangkan harta tersebut bukan miliknya,

sehingga harta tersebut berkedudukan sebagai amanat ( titipan). Apabila

harta tersebut rusak bukan karena kelalaian pengelola, ia wajib

menanggungnya (Hendi Suhendi, 2007: 141).

Begitu pula apabila kesepakatan-kesepakatan yang telah disepaati

antara pemilik modal dengan pengelola telah diingkari oleh salah satu

pihak, maka keadaan tersebut menyebabkan kecacatan dalam perjanjian

tersebut sehingga pengelolaan dan penguasaan harta tersebut dianggap

ghasab (Abdurrahman al-Jaziri, 2009: 42).

Akad mudharabah sendiri terdapat ketentuan–ketentuan yang

mendasari aktivitas mudharabah tersebut. Terkait modal, para ulama

mengemukakan bahwa modal tersebut dapat direalisasikan dalam bentuk

sejumlah mata uang yang beredar sehingga para ulama melarang modal

tersebut dalam berupa komoditi karena ketidak stabilan harganya.

Para ulama mazhab yang empat melarang untuk menjadikan modal

tersebut dijadikan hutang bagi pengelola terhadap pemilik modal. Hal ini

karena dapat dipahami bahwa dengan adanya praktek tersebut

dimungkinkan pemilik modal mendapatkan keuntungan dari pinjaman

tersebut sementara hal tersebut termasuk ke dalam riba. Praktek tersebut

Page 71: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

57

dapat menjadikan pengusaha tersebut terekploitasi manakala terjadi

kerugian dalam usahanya tersebut sehingga merugikan pihak pengusaha.

(Abdurrahman al-Jaziri, 2009: 78).

Terkait manajemen, mudhorib atau pengusaha mempunyai

kebebasan dalam mengelola usahanya. Dalam hal ini mudhorobah bersifat

mutlak dalam arti pemilik modal tidak mengikat pengelolaan harta untuk

berdagang di negara tertentu, memperdagangkan barang-barang tertentu,

pada waktu-waktu tertentu. Sehingga bila terdapat persyaratan-persyaratan

mudhorobah tersebut tidak sah. Hal ini dikemukakan oleh ulama mazhab

Syafi‟i dan Maliki sedangkan menurut Abu Hanifah dan Ahmad bin

Hambal, mudhorobah yang terdapat persyaratan-persayratan masih tetap

sah untuk dilaksankan (Hendi Suhendi, 2007: 140).

Dilihat dari segi masa berlakunya kontrak, pengikut mazhab Maliki

dan Syafi‟i berpendapat, berlakunya kontrak akan membuat kontrak batal.

Namun pengikut mazhab Hanafi dan Hambali tetap memperkenankan

klausa tersebut. Para ulama lebih banyak berpegang pada pendapat

pertama, hal ini karena batasan waktu yang terdapat pada kontrak

mudhorobah dapat menyebabkan kehilangan kesempatan emas bagi pihak

mudhorib untuk dapat mengembangkan usahanya atau merusak rencana-

rencanaya, sebagai akibat mudhorib tidak dapat merealisasikan tujuan

utama dari kontrak tersebut, yaitu mendapatkan keuntungan (profit) dari

usaha yang dijalankannya (Abdullah Saeed, 2008:96).

Page 72: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

58

Akad mudhorobah, pihak pemilik modal tidak dapat menuntut

jaminan dari mudhorib atas usaha yang dijalankannya. Karena dalam

kontrak mudhorobah pemilik modal dan mudhorib sama-sama harus

menaggung resiko. Apabila pemilik modal menuntut adanya persyaratan

tersebut maka menurut Imam Malik dan Imam Syafi‟i kontrak tersebut

tidak sah (Ibnu Rusyd, 2007:179).

Hal yang tidak kalah pentingnya dalam sitem mudhorobah adalah

mengenai bagi hasil ( Profit and Loss Sharing ). Pada dasarnya, kerjasama

dalam mudhorobah ini adalah untuk mendatangkan keuntungan yang

kemudian keuntungan tersebut di bagikan kepada pemilik modal dan

mudhorib sesuai dengan kesepakatan di awal mengenai persentase

keuntungan yang didapat masing-masing.

Pekerjaan, modal dan resiko menentukan sekali dalam menentukan

keuntungan dalam sebuah kontrak mudhorobah. Pembagian keuntungan

dilakukan melalui tingkat perbandingan ratio , bukan ditentukan dalam

jumlah yang pasti. Menentukan jumlah keuntungan secara pasti kepada

pihak yang terlibat dalam kontrak akan menjadikan kontrak tersebut tidak

berlaku (Abdullah Saeed, 2008:98).

Rukun mudharabah adalah ijab dan qobul yang keluar dari orang

yang memiliki keahlian. Tidak disyaratkan adanya lafadz tertentu, tetapi

dapat dengan bentuk apa saja yang menunjukkan makna mudharabah.

Karena yang dimaksudkan dalam akad ini adalah tujuan dan maknanya,

bukan lafadz dan susunan kata. Menurut Sayyid Sabiq (hanafiyyah)

Page 73: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

59

tersebut adalah madzhab Hanafi, bahwa rukun mudharabah yang paling

mendasar adalah ijab dan qobul (offer andacceptence).

Adapun rukun dan syarat dalam mudharabah menurut Sayyid

Sabiq (hanafiyyah) :

A. Rukun mudharabah

1) Pihak yang berakad :

a) Pemilik modal (shahibul maal)

b) Pengelola modal (mudharib)

2) Objek yang diakadkan :

a) Modal

b) Kegiatan usaha

c) Keuntungan

3) Sighat/ akad :

a) Serah

b) Terima

A. Syarat Mudharabaah

1) Pihak yang berakad, kedua belah pihak harus mempunyai

kemampuan dan kemauan untuk kerjasama mudharabah.

2) Objek yang diakadkan :

a) Harus dinyatakan dalam jumlah atau nominal yang jelas

b) Jenis pekerjaan yang dibiayai dan jangka waktu kerjasama

pengelolaan dananya

Page 74: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

60

c) Nisbah (porsi) pembagian keuntungan telah disepakati bersama

dan tata cara pembayaranya

3) Sighat atau akad :

a) Pihak-pihak yang berakad harus jelas dan disebutkan

b) Materi akad yang berkaitan dengan modal kegiatan usaha dan

telah disepakati bersama saat perjanjian (akad).

c) Resiko yang akan timbul dari proses kerjasama ini harus

diperjelas pada saat ijab qobul (apabila terjadi kerugian usaha

maka akan ditanggung oleh pemilik modal dan pengelola dalam

tidak mendapat keuntungan dari usaha yang telah dilakukan).

d) Untuk memperkecil resiko terjadinya kerugian usaha, pemilik

modal dapat menyertakan persyaratan kepada pengelola dalam

menjalankan usahanya dan harus disepakati secara besama (SOP

Koperasi Jasa Keuangan, 2007).

Sedangkan (Sutan Remi Syahdeini, 2007: 48-52),

mengatakan syarat-syarat utama yang menyangkut perjanjian

Mudharabah bagi perBMTan Islam adalah:

1. BMT menerima dana dari masyarakat atas dasar mudharabah.

Tidak disyaratkan adanya pembatasan-pembatasan bagi BMT

dalam menggunakan dana nasabah, baik yang menyangkut

kegiatan yang dapat dilakukan BMT, jangka waktu, maupun

alokasi kegiatan itu ( Mudharabah mutlaqah ).

Page 75: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

61

2. BMT berhak menanamkan dana yang didepositkan oleh

nasabah langsung dalam bentuk investasi dan untuk keperluan

overhead cost dari BMT itu sendiri dan atau menawarkan dana

itu kepada para pengusaha BMT.

3. BMT boleh menggabungkan keuntungan dan kerugian dari

investasi-investasi lain dan berbagai keuntungan bersih dengan

para penyimpan dana berdasarkan perbandingan yang sudah

ditentukan sebelumnya.

4. Berbeda dengan perjanjian mudharabah antara nasabah

penyimpan dana dan BMT yang melakukan mudharabah tidak

terbatas. Dalam hal ini BMT sebagai pemberi dana (shahib al-

mal) mempunyai hak untuk menentukan syarat-syarat atas

penggunaan dana tersebut yang menyangkut jenis dari

kegiatan-kegiatan itu, jangka waktu, lokasi dari proyek, dsb.

5. BMT tidak diperkenankan meminta jaminan apapun dari

nasabah ( mudharib) yang bersangkutan, yang bertujuan untuk

menjamin modal dalam hal terjadi kerugian.

6. Tanggung jawab dari BMT dalam kedudukannya sebagai

shahib al-mal, terbatas hanya sampai pada modal yang

disediakan. Sedangkan tanggung jawab nasabah dalam

kedudukan sebagai mudharib terbatas semata-mata kepada

kerja dan usahanya.

Page 76: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

62

7. Nasabah berbagi keuntungan dengan BMT sesuai dengan

perbandingan yang telah disetujui sebelumnya, yaitu sebelum

fasilitas mudharabah itu diberikan oleh BMT.

8. Sampai investor itu menghasilkan keuntungan, BMT

diperbolehkan membayar gaji nasabah yang bersangkutan

(demi menunjang gaji nasabah yang bersangkutan). Gaji

tersebut ditentukan berdasarkan tingkat gaji yang berlaku di

pasar.

B. Bentuk-bentuk Akad Mudharabah

a. Mudharabah Muthlaqah (unrestricted)

Adalah salah satu akad mudharabah, dimana mudharib

diberikan hak yang tidak terbatas untuk investasi oleh shahibulmal.

Dengan kata lain transaksi mudharabah mutlaqah adalah bentuk kerja

sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas

dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis.

b. Mudharabah Muqayyadah

Adalah salah satu akad mudharabah, dimana mudharib dibatasi

haknya oleh sahibul mal, antara lain dalam hal jenis usaha,waktu dan

tempat usaha (Ascarya, 2008:56).

Berbeda pendapat dengan (Adiwarman A Karim, 2004:

201) bahwa pada prinsipnya, mudharabah sifatnya mutlak dimana

shahib al-mal menetapkan restriksi atau syarat-syarat tertentu kepada si

mudharib. Bentuk mudharabah ini disebut mudharabah mutlaqah, atau

Page 77: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

63

dalam bahasa Inggrisnya dikenal sebagai Unsertricted Investment

Account (URIA). Namun demikian, apabila dipandang perlu shahib al-

mal boleh menetapkan atau batasan-batasan atau syarat-syarat tertentu

guna menyelamatkan modalnya dari resiko kerugian. Syarat-syarat

atau batasan-batasan ini harus dipenuhi oleh mudharib. Apabila

mudharib melanggarnya, dia harus bertanggungjawab atas kerugian

yang timbul. Jenis mudharabah seperti ini disebut mudharabah

muqayyadah (mudharabah terbatas atau dalam bahasa Inggrisnya

disebut (Restricted Investment Account). Jadi pada dasarnya, terdapat

dua bentuk mudharabah, yakni mutlaqah dan muqayyadah.

Namun demikian dalam praktik perBMTan syari‟ah modern,

kini dikenal dua bentuk mudharabah muqayyadah, yakni yang on

balance sheet dan off balance sheet. Misalnya pertanian, manufaktur,

dan jasa. Nasabah investor lainnya mungkin mensyaratkan dananya

hanya boleh dipakai untuk pembiayaan di sektor pertambangan,

properti, dan pertanian. Selain berdasarkan sektor, nasabah investor

bisa saja mensyaratkan berdasarkan jenis akad yang digunakan,

misalnya hanya boleh digunakan berdasarkan akad cicilan saja, atau

penyewaan cicilan saja, atau kerja sama usaha saja skema ini disebut

on balance sheet karena dicatat dalam neraca BMT. (Adiwarman A

Karim, 2004:201)

Skema bentuk-bentuk mudharabah di BMT syariah sebagai berikut:

Keterangan Skema :

Muqayyadah (RIA:

Restricted Investment

Account

Page 78: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

64

Sumber : BMT Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Adiwarman A Karim,

2004:201)

Akadmudharabah muqayyadah off balance sheet, aliran dana

berasal dari satu nasabah investor kepada nasabah pembiayaan (yang

dalam BMT konvensional disebut debitur). Disini, BMT syari‟ah

bertindak sebagai arranger saja. Pencatatan transaksinya di BMT

dilakukan secara off balance sheet saja. Sedangkan bagi hasilnya

hanya melibatkan investor dan pelaku usaha saja. Besaran bagi hasil

tergantung kesepakatan antara nasabah investor dan nasabah

pembiayaan. BMT hanya memperoleh arrranger fee. Skema ini

disebut off balance sheet karena transaksi ini tidak dicatat dalam

neraca BMT, tetapi hanya dicatat dalam rekening administrasi.

“mudharabah mutlaqah adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal

dengan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh

spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.

C. Landasan Hukum Mudharabah

Dalam Buku II tentang Akad dalam Kompilasi Hukum

Ekonomi Syariah (KHES) disebutkan bahwa pengertian

Mudharabah adalah kerjasama antara pemilik dana atau penanam

Mudharabah On balance sheet

Off balance sheet

Mutlaqah (URIA:

Unrestricted Investment

Account

Page 79: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

65

modal dengan pengelola modal untuk melakukan usaha tertentu

dengan bagi hasil. Adapun landasan dasar syariah al-mudharabah

antara lain sebagai berikut :

A. Al-Qur‟an

1) Q.S. al-muzammil (73) : 20

Artinya : Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi

mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain

lagi berperang dijalan Allah.....”

2) Q.S. an-Nisa (4) : 29

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah

engkau saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang

batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan

suka sama suka diantara kamu...”

3) Q.S. al-Maidah (5) : 1

Artinya : “hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-

akad itu....”

4) Q.S.al-Baqarah (2) : 283

Artinya : “....akan tetapi jika sebagian kamu memercayai

sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu

menunikan amanatnya (hutangnya) dan hendakalah ia

bertaqwa kepada Allah Tuhannya....”

B. Hadits

1) Hadits Riwayat Ad Daraquthni

Page 80: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

66

Artinya: “Dari Hakim bin Kaizam r.a : sesungguhnya dia

pernah menyaratkan kepada seseorang apabila dia memberi

uang sebagai modal usaha kepadanya; bahwa kamu tidak

boleh tempatkan harta saya dalam tempat yang basah, tidak

boleh bawa dalam laut dan tidak boleh kamu menyeberangi

sungai. Jika kamu berbuat sesuatu dari yang terlarang itu,

maka kamu menanggung harta saya.”

2) Hadits Riwayat Ibnu Majah

Artinya : “Dari Shuhaib r.a (katanya) : sesungguhnya Nabi

S.A.W bersabda : ada tiga perkara yang ada berkah padanya :

jual beli dengan tempo pembayaran, pemberian modal niaga

kepada seseorang dan pencampuran gandum dengan sya‟ir

(jenis beras) untuk rumah tangga, bukan untuk jual beli.”

C. Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI

Berhubungan dengan praktek pembiayaan mudharabah,

yang merupakan salah satu bentuk kegiatan penyaluran dana

lembaga keuangan syari‟ah, termasuk perBMTan syari‟ah, maka

Dewan Syari‟ah Nasional menetapkan fatwa mengenai pembiayaan

mudharabah agar sesuai dengan ketentuan syari‟ah dan sekaligus

dijadikan pedoman bagi lembaga keuangan syari‟ah dan dalam

menjalankan operasionalnya sebagaimana disebutkan dalam fatwa

DSN Nomor 07/DSN-MUI/IV/2010 tentang pembiayaan

mudharabah (qirad).

Page 81: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

67

Berhubungan dengan ketentuan umum pembiayaan

mudharabah, Fatwa DSN Nomor 07/DSN-MUI/IV/2000

menetapkan sebagai berikut :

a. Pembiayaan mudharaabah adalah pembiayaan yang disalurkan

oleh LKS (Lembaga Keuangan Syari‟ah) kepada pihak lain

untuk usaha produktif.

b. Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul mal (pemilik

modal) membiayai 100 % kebutuhan suatu proyek (usaha)

sedangkan pengusaha bertindak sebagai mudharib (pengelola

usaha).

c. Jangka waktu usaha, tata cara pengembalian dana, dan

pembagian keuntungan berdasarkan kesepakatan kedua belah

pihak (LKS dan pengusaha).

d. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah

disepakati bersama dan sesuai syari‟ah dan LKS tidak ikut serta

dalam manajeman perusahaan atau proyek, tetapi mempunyai

hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.

e. Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam

bentuk tunai dan bukan piutang.

f. LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian

akibat dari mudharabah kecuali jika mudharib melakukan

kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi aturan.

Page 82: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

68

g. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada

jaminan, namun agar mudharib tidak melakukan

penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari mudharib

atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila

mudharib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal

yang disepakati bersama dalam akad.

h. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme

pembagian keuntungan diatur oleh LKS dengan

memperhatikan fatwa DSN.

i. Biaya operasional diperBMTan mudharib.

j. Dalam hal penyandang dana, LKS tidak melakukan kewajiban

atau melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, mudharib

berhak mendapatkan ganti rugi atau biaya yang telah

dikeluarkan.

Selain itu, dalam Fatwa DSN Nomor 07/DSN-

MUI/IV/2000 juga ditetapkan dengan rukun dan syarat

pembiayaan mudharabah tersebut, yaitu :

a. Penyedia dana (shahibul mal) dan pengelola (mudharib) harus

cakap hukum.

b. Persyaratan ijab dan qobul dinyatakan olah para pihak untuk

menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak

(akad). Dengan memperhatikan hal-hal berikut :

Page 83: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

69

1) Penawaran dan permintaan harus secara eksplisit

menunjukan tujuan kontrak (akad).

2) Penawaran dan permintaan dilakukan pada saat kontrak.

3) Akad dituangkan secara tertulis, mulai korespondensi, atau

dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.

c. Modal ialah sejumlah uang atau aset yang diberikan oleh

penyedia dana kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan

syarat-syarat sebagai berikut:

1) Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.

2) Modal dapat di bentuk uang atau bentuk barang yang

bernilai. Jika modal diberikan dalam bentuk aset, maka aset

tersebut harus di nilai pada waktu akad.

3) Modal tidak dapat terbentuk piutang dan harus dibayarkan

kepada mudharib, baik secara bertahap maupun tidak,

sesuai dengan kesepakatan dalam akad.

d. Keuntungan mudharobah adalah jumlah yang didapat sebagai

kelebihan dari modal. Syarat keuntungan ini harus memenuhi :

1) Harus diperuntukkan bagi kedua belah pihak dan tidak

boleh disyaratkan untuk satu pihak.

2) Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus

diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak di sepakati

dan harus dalam bentuk prosentase (nisbah) dari

Page 84: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

70

keuntungan sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus

sesuai kesepakatan.

3) Penyedia dana menaggung semua kerugian akibat dari

mudharobah, dan pengelola tidak boleh menanggung

kegiatan apapun kecuali di akibatkan dari kesalahan

disengaja, kelainan, atau pelanggaran kesepakatan.

e. Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai

pertimbangan (muqabi) modal yang disesuaikan penyedia dana,

harus memperhatikan hal-hal berikut :

1) Kegiatan usaha adalah hak ekslusif mudharib, tanpa

campur tangan penyedia dana, tetapi dia mempunyai hak

pengawasan.

2) Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan

pengelola sedemikian rupa yang dapat menghalangi

tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.

3) Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariat islam

dalam tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah

dan harus memenuhi kebiasaan yang berlaku dalam

aktifitas itu.

Fatwa DSN Nomor 07/DSN-MUI/IV/2000 ditetapkan

pula beberapa ketentuan hukum dari pembiayaan mudharabah

tersebut, yaitu :

a. Mudharabah boleh dibatasi pada periode tertentu.

Page 85: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

71

b. Kontrak tidak boleh dikaitkan (mu‟allaq) dengan sebuah

kejadian di masa depan yang belum tentu terjadi.

c. Pada dasarnya dalam mudharabah tidak ada ganti rugi,

karena pada dasarnya akad ini bersifat amanah (yad al

amanah) kecuali akibat dari kesalahan disengaja, kelalaian

atau pelanggaran kesepakatan.

d. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau

jika terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak, maka

penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase

Syari‟ah setelah tidak tercapainya kesepakatan melalui

musyawarah (Drs. H. M. Ichwan Sam, 2006: 39)

D. Manfaat Sistem Pembiayaan Mudharabah

Bila diperhatikan dengan seksama, manfaat sistem

mudhorobah bagi perBMTan adalah: (M. Syafi‟I Antonio, 2001:

98)

a. BMT akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat

keuntungan usaha nasabah meningkat.

b. BMT tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah

pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan /

hasil usaha BMT sehingga BMT tidak akan pernah mengalami

negative spread.

Page 86: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

72

c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash

flow/arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan

nasabah.

d. BMT akan lebih selektif dan hati-hati ( prudent) mencari usaha

yang benar benar halal, aman dan menguntungkan.

e. Prinsip bagi hasil berbeda dengan bunga tetap dimana BMT

akan menagih penerimaan pembiayaan (nasabah) satu jumlah

bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah,

sekalipun merugi atau terjadi krisis ekonomi.

Untuk membiayai mudhorobah bagi para mudhorib (dan

juga jasa BMT Syari‟ah lainnya), tentu saja BMT harus banyak

menampung dana dari masyarakat banyak. Namun perlu diakui

saat ini tidak semua masyarakat Islam tertarik untuk menyimpan

uangnya di BMT. Menurut Yoki Kuncoro, (Sumber: Republika

Senin 22 September 2008) nasabah di Indonesia masih

mengutamakan alasan keuntungan mendasar (Fungsional) sebagai

alasan untuk membuka rekening. Alasan tersebut adalah

keamanan, kemudahan akses dan banyaknya fasilitas yang

memberikan kemudahan bertransaksi (pangsa regional).

Firman Allah disebutkan:

Page 87: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

73

Artinya: “Hai orang-orang beriman, nafkahkanlah (di

jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan

sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.

Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu

nafkahkan dari padanya,….”(QS. Al Baqarah: 267).

Skema pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut:

Keterangan Skema 6 :

Perjanjian bagi hasil

(Sumber : pbsstainmetro.blogspot.com diunduh pada tanggal 4 Desember 2014 )

E. Kualitas Pembiayaan

Pembiayaan merupakan jenis penanaman dana yang sering

menjadi penyebab utama BMT menghadapi masalah besar, yaitu

kemungkinan pihak debitur/pengelola dana (mudharib) lalai dalam

Mudharib

Modal

Pembagian Keuntungan

Shahibul Maal

Proyek/

Usaha

Page 88: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

74

mengelola dana pembiayaan. Setiap fasilitas pembiayaan

mempunyai tingkat kemungkinan realisasi pembiayaan kembali

bagi hasil oleh debitur yang berbeda-beda atau tingkat kualitas

yang berbeda-beda. Terutama untuk pembiayaan mudharabah dan

pembiayaan musyarakah, kualitasnya ditetapkan menjadi 3 (tiga)

golongan yaitu, lancar, kurang lancar, dan macet.

2.3 Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen / Nasabah

2.3.1 Perlindungan Hukum

Kamus besar Bahasa Indonesia Perlindungan berasal dari kata

lindung yang memiliki arti mengayomi, mencegah, mempertahankan, dan

membentengi. Sedangkan Perlindungan berarti konservasi, pemeliharaan,

penjagaan, asilun, dan bunker. Beberapa unsur kata Perlindungan :

a. Melindungi: menutupi supaya tidak terlihat/tampak, menjaga,

memelihara, merawat, menyelamatkan.

b. Perlindungan; proses, cara, perbuatan tempat berlindung, hal

(perbuatan) memperlindungi (menjadikan atau menyebabkan

berlindung).

c. Pelindung: orang yang melindungi , alat untuk melindungi.

d. Terlindung : tertutup oleh sesuatu hingga tidak kelihatan.

e. Lindungan : yang dilindungi, tempat berlindung, perbuatan.

f. Memperlindungi: menjadikan atau menyebabkan berlindung.

g. Melindungkan: membuat diri terlindungi

Page 89: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

75

Pengertian perlindungan dalam ilmu hukum adalah suatu bentuk

pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau aparat

keamanan untuk memberikan rasa aman, baik fisik maupun mental, kepada

korban dan sanksi dari ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak

manapun yang diberikan pada tahap penyelidikan, penuntutan, dan atas

pemeriksaan di sidang pengadilan.

2.3.2 Konsumen

Menurut kamus bahasa Indonesia konsumen adalah setiap orang

pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi

kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain

dan tidak untuk diperdagangkan. Jika tujuan pembelian produk tersebut

untukdijual kembali, maka dia disebut pengecer atau distributor.

Pengertian Konsumen Menurut UU Perlindungan Konsumen -

Menurut pengertian Pasal 1 angka 2 UU PK, "Konsumen adalah setiap

orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik

bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup

lain dan tidak untuk diperdagangkan kembali."

2.3.3 Nasabah dan Mudharib

A. Definisi nasabah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

adalah orang yang biasa berhubungan dengan atau menjadi pelanggan

bank dalam hal keuangan.

B. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun

2008 tentang Perbankan Syariah, nasabah adalah pihak yang

Page 90: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

76

menggunakan jasa bank syariah dan atau Unit Usaha Syariah. Nasabah

penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di Bank

Syariah dan atau Unit Usaha Syariah dalam bentuk simpanan

berdasarkan akad antara bank syariah atau Unit Usaha Syariah dan

nasabah yang bersangkutan. Nasabah investor adalah nasabah yang

menempatkan dananya di Bank Syariah dan atau Unit Usaha Syariah

dalam bentuk investasi berdasarkan akad antara Bank Syariah dan atau

Unit Usaha Syariah dan nasabah yang bersangkutan. Nasabah penerima

fasilitas adalah nasabah yang memperoleh fasilitas dana atau yang

dipersamakan dengan itu, berdasarkan prinsip syariah.

Dengan demikian setiap pemakai barang atau jasa yang tersedia di

masyarakat sedangkan nasabah adalah pihak pengguna jasa. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa konsumen dan nasabah pemakai produk atau

jasa layanan. Dengan demikian penulis menarik kesimpulan yang sama

anatara nasabah dan konsumen, selanjutnya nasabah dan konsumen

dianggap sama. Pengertian mudharabah secara definisi adalah suatu

bentuk perniagaan di mana pemilik modal (shahibul maal) menyetorkan

modalnya kepada seorang pengusaha yang sering disebut dengan

(mudharib), untuk diniagakan dengan keuntungan yang akan dibagi

bersama sesuai dengan kesepakatan dari kedua belah pihak sedangkan

terdapat kerugian akan ditanggung oleh pemilik modal jika disebabkan

olehnya, dan jika disebabkan oleh pengelola modal maka pengelola

modal yang harus menanggung kerugian tersebut. Pada hakikatnya

pengertian dari mudharabah adalah suatu bentuk kerja sama antara

Page 91: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

77

shohibul maal dan mudhorib, dimana dana 100% dari shohibul maal.

Sedangkan mudhorib hanya sebagai pengelola yang keuntungannya

akan dibagi sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati di awal.

Mudharabah adalah salah satu akad kerja sama kemitraan berdasarkan

prinsip berbagi untung dan rugi (profit and loss sharing principle),

dilakukan sekurang-kurangnyaoleh dua pihak, dimana yang pertama

memiliki dan menyediakan modal, disebut shohibul maal, sedang ke

dua memiliki keahlian dan bertanggung jawab atas pengelolaan dana /

menejemen usaha halal tertentu, disebut mudhorib. (Makhalul ilmi

SM.Teori 2002. Hal. 32)

2.3.4 Undang-Undang yang Mengatur

Undang-Undang Perkoprasian

Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoprasian yang telah

dibatalkan Mahkamam Konstitusi pada Tanggal 29 Mei 2014 dan

menyatakan berlakunya kembali Undang-Undang No. 25 Tahun 1992

Tentang Perkoprasian sesuai dengan Pasal 60 ayat (2) Pemerintah

memberikan bimbinngan, kemudahan dan perlindungan kepada Koperasi.

Uraian pasal-pasal di atas peneliti ingin menyimpulkan bahwa

nasabah dalam perBMTan dalam hal ini BMT merupakan salah satu

konsumen atau anggota Koperasi, implikasi dari itu merupakan bahwa

setiap nasabah/konsumen/anggota koperasi berada jelas berada pada posisi

terlindungi Undang-Undang. Sehingga jika terdapat hal-hal yang

merugikan sebagian atau seluruh dari hak-hak konsumen (mudharib).

Page 92: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

78

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Dasar Penelitian dan Metode Pendekatan

Penelitian adalah terjemaahan dari bahasa Inggris “research” yang

berasal dari kata “re” yang mempunyai arti kembali dan “to search” yang

berarti mencari, dengan demikian arti sebenarnya “research” adalah mencari

kembali. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif. Kirl dan Miller

sebagaimana dikutip Moleong (2006:4) mendefinisikan “penelitian kualitatif

adalah teradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara

fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia baik dalam

kawasannya maupun dalam peristilahannya”.

Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor sebagaimana dikutip Moleong

(2006:4) mendefinisikan “metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.

Penelitian pada umumnya bertujuan untuk menemukan,

mengembangkan atau menguji kebenaran suatu pengetahuan. Menemukan

berarti memperoleh sesuatu untuk mengisi kekosongan atau kekurangan.

Mengembangkan berarti memperluas dan menggali lebih dalam sesuatu yang

sudah ada. Menguji kebenaran dilakukan jika apa yang sudah ada masih

menjadi diragu-ragukan kebenarannya. Oleh karena itu, setiap tahap dalam

Page 93: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

79

penelitian harus didasari pada suatu metode penelitian yang berfungsi sebagai

arah yang tepat untuk mencapai tujuan dari penelitian yang dilakukan.

Cara-cara yang digunakan dalam melakukan penelitian diperlukan

suatu metode tertentu yang harus tepat dan sesuai dengan jenis penelitian yang

dilakukan serta sistematis dan konsisten. Dalam penelitian pelaksanaan

perlindungan hukum terhadap nasabah BMT menurut Undang-Undang, maka

metode pendekatan yang digunakan untuk penelitian ini adalah penelitian

Yuridis Sosiologis, Yuridis Sosiologis adalah penelitian hukum yang

menggunakan data sekunder sebagai data awalnya, yang kemudian dilanjutkan

dengan data primer atau data lapangan, Meneliti efektivitas suatu Undang-

Undang dan Penelitian yang ingin mencari hubungan (korelasi) antara

berbagai gejala atau variabel sebagai alat pengumpul datanya terdiri dari studi

dokumen, pengamatan (observasi), dan wawancara (interview) (Amiruddin,

2012).

3.2 Lokasi Penelitian dan Fokus Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilaksanakan atau

tempat dimana seorang peneliti melakukan suatu penelitian. Penetapan lokasi

penelitian sangat penting dalam rangka mempertanggungjawabkan data yang

diperoleh. Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah BMT

Darussalam Kab. Demak.

Menurut Moleong penelitian dapat dilakukan dengan adanya fokus,

pertama, suatu penelitian tidak dimulai dari sesuatu yang vakum atau kosong,

kedua, fokus pada dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber dari

Page 94: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

80

pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperoleh melalui

kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan lainnya. Ketiga, tujuan penelitian

pada dasarnya adalah memecahkan masalah yang telah dirumuskan. Keempat,

fokus atau masalah yang ditetapkan bersifat persuatif, dapat diubah sesuai

dengan situasi latar penelitian (Moleong, 2006: 97-98).

Sesuai dengan rumusan permasalahan dan tujuan penelitian, maka

yang menjadi fokus dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Mudharib

Pembiayaan Mudharabah BMT menurut Undang-Undang ?

2. Bagaimana Praktek Pemutihan Terhadap Mudharib Pembiayaan

Mudharabah di BMT Darussalam Kabupaten Demak ?

3.3 Sumber Data

Menurut Arikunto (1998: 107) yang dimaksud sumber data penelitian

adalah subyek darimana data dapat diperoleh, diambil dan dikumpulkan.

Subyek penelitian adalah subyek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti

(Arikunto, 1998: 122).

Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini dikategorikan

menjadi 2 (dua) yaitu :

a. Sumber Data Primer

Menurut Soemitro (1990: 52) sumber data primer yaitu data yang

diperoleh secara langsung dari masyarakat. Sedangkan menurut Moleong

(2002: 12) sumber data primer adalah kata-kata dan tindakan dari orang-

orang yang diwawancarai. Data primer ini digunakan sebagai data utama

Page 95: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

81

dalam penelitian ini, dalam data ini berasal dari informan, yaitu para

pengurus BMT Darussalam Kabupaten Demak. Responden yang

digunakan adalah satu atau beberapa Pengurus BMT Darussalam

Kabupaten Demak.

b. Sumber data sekunder

Menurut Lofland yang dikutip Moleong (2002: 112) bahwa selain

kata-kata sebagai sumber data utama, data tambahan seperti dokumen dan

lain-lain merupakan data sekunder. Dalam hal ini yang menjadi sumber

data sekunder yaitu jenis data yang diperoleh secara tidak langsung dari

obyek penelitian atau nara sumbernya, data ini diperoleh melalui studi

pustaka terhadap buku-buku literatur yang memuat teori-teori, pendapat

para ahli, peraturan perundang-undangan maupun bahan-bahan pustaka

lainnya yang berkaitan dengan masalah pokok penelitian untuk

mendapatkan landasan teori guna penyusunan skripsi.

3.4 Alat dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini untuk dapat membahas sekaligus memahami masalah

yang ada penulis mengumpulkandata dengan langkah-langkah sebagai berikut:

3.4.1 Wawancara (Interview) dan Observasi

“Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi dengan

bertanya langsung kepada yang diwawancarai” (Soemitro, 1988: 57).

Dalam wawancara ini digunakan metode bebas terpimpin yaitu

kebebasan masih dipertahankan, sehingga dapat dicapai maksimal

dengan alat yang dipergunakan berupa catatan-catatan mengenai

Page 96: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

82

pokok-pokok yang akan dipertanyakan. Catatan ini dipakai sebagai

pedoman agar wawancara yang dilakukan terhadap informan yang

dijadikan sampel tetap dapat terkendali dan tidak menyimpang dari

pedoman yang telah ditetapkan. Selain itu masih dimungkinkan adanya

variasi pertanyaan yang disesuaikan dengan kondisi pada saat

wawancara berlangsung.

Wawancara ini peneliti mempersiapkan pertanyaan terlebih

dahulu. Pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan juga disesuaikan

dengan situasi ketika wawancara untuk memperoleh informasi

langsung dari narasumber atau subjek penelitian.

Sedangkan Observasi menurut Sutrisno Hadi yang dikutip oleh

Sugiyono (2011: 203) mengemukakan bahwa “observasi merupakan

suatu proses yang komplek,suatu proses yang tersusun dari berbagai

proses biologi dan psikologis”. Menurut Prof. Heru mengatakan bahwa

“observasi adalah studi yang sengaja dan dilakukan secara sistematis,

terencana, terarah pada suatu tujuan dengan mengamati dan mencakup

fenomena satu atau sekelompok orang dalam komplek kehidupan

sehari-hari. Dengan demikian hasil dari pengamatan dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Jadi pengertian observasi adalah suatu proses yang komplek

yang disengaja dan dilakukan secara sistematis, terencana, terarah,

pada suatu tujuan dengan mengamati dan mencakup fenomena satu

Page 97: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

83

atau sekelompok orang dalam kompleks kehidupan sehari-hari untuk

mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan peneliitan.

3.4.2 Studi Kepustakaan dan Dokumen

Studi kepustakaan ini digunakan untuk mencari landasan teori

berupa pendapat-pendapat dan tulisan para ahli atau penemuan-

penemuan yang berhubungan dengan pokok permasalahan dan juga

untuk memperoleh informasi baik dalam bentuk ketentuan formal

maupun data melalui naskah resmi.

“Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal

atau variabel berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya” (Arikunto, 2002: 206).

Metode dokumentasi dilakukan dengan cara dimana peneliti

melakukan kegiatan perekaman dan pencatatan terhadap data-data

yang dapat menperkuat apa yang terdapat di lapangan pada saat

wawancara.

3.5 Keabsahan Data

Dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi untuk melakukan

pengujian keabsahan data. “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”. (Moleong, 2006:

330). Menurut Denzin sebagaimana dikutip Moleong (2006:330-331)

membedakan empat macam triangulasi yaitu triangulasi sumber, triangulasi

Page 98: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

84

metode, triangulasi penyidik, dan triangulasi teori. Keempat triangulasi itu

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Triangulasi dengan sumber

Menurut Patton sebagaimana dikutip Moleong mengatakan

“triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda dalam penelitian kualitatif”. Hal ini dapat dicapai dengan

jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan

umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (3) membandingkan

apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang

dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dan

perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pendangan orang

seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan rendah atau tinggi, orang

berada, dan orang pemerintahan; (5) membandingkan hasil wawancara

dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (2006: 330-331).

2. Triangulasi dengan metode

Menurut Patton sebagaimana dikutip Moleong (2006: 331),

mengatakan dalam triangulasi ini terdapat dua strategi, yaitu: (1)

pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa

teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat kepercayaan

beberapa sumber data dengan metode yang sama.

Page 99: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

85

3. Triangulasi dengan penyidik

Menurut Moleong (2006: 331) “triangulasi dengan penyidik ialah

dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk

keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data”

4. Triangulasi dengan teori

Menutut Lincoln dan Guba segaimana dikutip Moleong (2006:

331) mengatakan “berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat

diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori”. Sedangkan

Patton sebagaimana dikutip Moleong (2006:331) berpendapat lain, yaitu

hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya penjelasan banding

(rival explanation).

Menurut Moleong dalam hal ini, jika analisis telah menguraikan

pola, hubungan, dan menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis,

maka penting sekali untuk mencari tema atau penjelasan pembanding atau

penyaring. Hal itu dapat dilakukan dengan menyertakan usaha pencarian

cara lainnya untuk mengorganisasikan data yang barangkali mengarah

pada upaya penemuan penelitian lainnya. Secara logika dilakukan dengan

jalan memikirkan kemungkinan logis lainnya dan kemudian melihat

apakah kemungkinan-kemungkinan itu dapat ditunjang oleh data (2006:

331-332).

Penelitian ini teknik triangulasi yang digunakan oleh peneliti

adalah menggunakan triangulasi dengan sumber. Triangulasi dengan

sumber berarti “membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan

Page 100: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

86

suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda”

(Moleong, 2006: 330). Triangulasi sumber dapat dicapai dengan jalan:

a. Membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil pengamatan;

b. Membandingkan apa yang dilakukan orang di depan umum dengan apa

yang dilakukan secara pribadi;

c. Membandingkan apa yang dilakukan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dilakukannya sepanjang waktu;

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang

berpendidikan menengah atau tinggi, orang pemerintahan;

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan;

Dengan menggunakan triangulasi ini, peneliti dapat meneliti

keabsahan data yang diambil antara sumber data melalui wawancara

dengan informasi dan responden dengan menggunakan catatan kecil

(block note) dan alat rekam yang membantu peneliti dalam

mendokumentasikan hasil wawancara. Setelah ini peneliti mengecek

informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan dokumen seperti:

buku, putusan, undang-undang, akta perjanjian dan data-data yang tertulis

di BMT Darussalam Kabupaten Demak.

3.6 Metode Analisis Data

Penelitian analisi data mempunyai kedudukan yang sangat penting.

Menurut Patton sebagaimana dikutip Moleong (2006: 280) bahwa “analisi

Page 101: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

87

data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam

suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar”.

Sedangkan menurut Moleong (2006: 280) “analisi data adalah proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan

uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dirumuskan hipotesis kerja

seperti yang disarankan oleh data”.

Menurut Miles dan Huberman (2007: 15-19) terdapat tahapan dalam

melakukan analisis terhadap data-data yang didapatkan, yaitu:

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah kegiatan mencatat semua data secara

obyektif dan apa adanya sesuai dengan hasil wawancara di lapangan.

2. Reduksi data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul

dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

3. Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan.

4. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari

konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama

penelitian berlangsung. Dalam penarikan kesimpulan ini didasarkan pada

Page 102: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

88

reduksi data yang merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam

penulisan sebuah penelitian.

Tahap analisis data dalam penelitian ini yakni pertama-tama

peneliti melakukan penelitian di lapangan dengan melakukan wawancara

yang disebut tahap pengumpula data. Oleh karena banyaknya data yang

dikumpulkan, maka diadakan reduksi data, setelah direduksi kemudian

diadakan sajian data. Apabila ketiga tahapan tersebut selesai di lakukan,

maka diambil kesimpulan atau verifikasi.

Untuk mempermudah pemahaman tentang metode analisi tersebut.

Miles dan Huberman menggambarkan siklus data interaktif, dimana setiap

komponen yang ada dalam siklus tersebut saling interaktif

mempergunakan satu sama lain (Miles dan Huberman, 2007:20).

Keterangan Skema 8 :

Gambar: Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif

Pengumpulan data

Penyajian data Reduksi data

Kesimpulan-kesimpulan

Penarikan atau Verifikasi

Page 103: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

133

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian akhir dari penulisan skripsi ini peneliti membuat kesimpulan

dan saran, adapun kesimpulan dan saran tersebut adalah sebagai berikut :

5.1 Simpulan

Dari uraian dalam pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Perlindungan hukum yang dilakukan oleh BMT nampak pada eksistensi

lembaga BMT harus berbadan hukum, BMT dalam badan hukumnya

sesuai dengan Pasal 9 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 Tentang

Perkoperasian. Selain itu BMT dalam menjalankan produknya harus

sesuai dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 Tentang

Perkoperasian pada Pasal 38 UU Perkoperasian bahwa tentang Dewan

Pengawasan dalam hal ini Dewan Pengawas Syariah. Sedangkan dalam

memutuskan penyelesaian masalah dengan menggunakan metode

musyawarah yang telah sesuai pada Pasal 24 UU Perkoperasian, BMT

dalam mengambil keputusan akan dipertimbangkan yang pada awalnya

dengan rapat anggota.

2. Praktek perlindungan hukum oleh BMT Darussalam telah berjalan

dengan baik. Hal ini dapat dilihat bahwa BMT Darussalam dalam

menjalankan apa yang diamanatkan olehPasal 9 Undang-Undang No.25

Tahun 1992, dalam hal ini BMT telah mempunyai Badan Hukum

Page 104: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

134

KOPONTREN/88/BH/XIV8/PAD/KDK/11-03/1/2008.Sedangkan pada

Pasal 38 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian

BMT dalam menjalankan produk BMT Darussalam telah mempunyai

Badan Pengawasan yaitu Dewan Pengawas Syariah yang diketuai oleh

K. H. Drs. Suali M. S. Sedangkan dengan Pasal 24 UU Perkoperasian

dalam menyelesaikan akad jika terdapat sengketa maka BMT

Darussalam bersedia menyelesaikan masalahnya dengan pedoman

musyawarah yang dilakukan dengan Rapat Anggota. Hasil musyawarah

yaitu ada tiga opsi bagi mudharib yang mengalami kerugian/musibah,

yang pertama diberikan pendampingan dan pencerahan, yang kedua

penjadwalan ulang (rescdule), yang ketiga pengembalian pokok

pinjaman, dan terakhir memutihkan atau menghapus pinjaman untuk

mudharib yang dikategorikan sebagai mustahiq untuk mendapatkan

zakat yaitu gharim.

5.2.Saran

1. Untuk BMT

A. Hendaknya setiap transaksi keuangan yang dilakukan di lembaga

keuangan (Koperasi atau BMT) sebaiknya di Notariskan sebagaimana

yang diamanatkan dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata.

B. Demi rangka mengantisipasi kerugian antara pihak nasabah dan pihak

BMT dalam akad mudharabah yang diakibatkan kejadian yang luar

Page 105: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

135

biasa (Force Majeure) hendaknya setiap perjanjian (akad) di

asuransikan atau diperkuat dengan optimalisasi pendampingan.

C. Jika sengketa tidak dapat diselesaikan dengan musyawarah maka

sebaiknya dilaporkan kepada pihak kepolisian.

2. Untuk Anggota atau Mudharib

A. Dalam pelaksanaan akad mudharabah hendaknya nasabah

memperhatikan (mencermati) isi perjanjian (akad).

B. Dalam rangka mengantisipasi kerugian pihak nasabah dalam akad

mudharabah yang diakibatkan kejadian yang luar biasa (Force

Majeure) maka anggota atau nasabah bersedia di asuransikan.

Page 106: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

136

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Antonio, Muhammad Syafi‟i. 2001. Bank Syariah :Wacana Ulama dan

Cendikiawan, Jakarta : Central Bank of Indonesia and Tazkia Institute.

Basu Swastha, 1999. Azas-Azas Marketing, Liberty, Yogyakarta.

Ismail, Maqdir. 2009. Bank Indonesia dalam Perdebatan Politik dan Hukum,

Navila.

Junusi, El Rahmad. 2005. ‟‟Pengaruh Religiusitas dan Etika Kerja Islam Terhadap

Kinerja Lembaga Keuangan Syariah” Penelitian, Semarang IAIN

Walisongo.

Karim, Adiwarman A. 2007. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta:

PT. Raja Grafindo.

Kamello, Tan. 2006. Karakter Hukum Perdata dalam Fungsi Perbankan Melalui

Hubungan antara Bank dan Nasabah, Pidato Guru Besar USU.

Makhalul ilmi SM. Teori dan praktik lembaga mikro keuangan syari‟ah.

Yogyakarta: press Yogyakarta. 2002. Hal. 32

Moleong, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja

Rosdakarya

Muhammad. 2004. Operasional Bank Syariah, Yogyakarta : UII Press.

Muhammad. 2002. Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: (UPP) AMPYKPN.

Ridwan, Muhammad. 2004. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil

(BMT),Yogyakarta: UII Press.

Page 107: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

137

Saeed, Abdullah. 2004. Menyoal Bank Syariah: Kritik atas Interpretasi Bunga

Bank Kaum Neo-Revivalis, Jakarta: Paramadina.

Soemitro, Ronny Hanitijo. 1988. Metodelogi Penelitian Hukum Dan Jurimetri.

Jakarta : Ghalia Indonesia.

Sudarsono, Heri. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan

Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonisia.

Syafi‟i, Rahmat. 2004. Fiqh Muamalah, cet. II. Bandung: Pustaka Setia.

Sumiyanto, Ahmad. 2008 Menuju Koperasi Modern (Panduan untuk Pemilik,

Pengelola dan Pemerhati Baitul maal wat Tamwii dalam format Koperasi),

Yogyakarta: Debeta.

B. Perundang-undangan dan Peraturan Lainnya

........, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

........, Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 yang telah diubah dengan Undang-

undang Nomor 10 Tahun 1998 dan perubahan tahap kedua dengan Undang-

undang Nomor 21 Tahun 2008, Tentang Perbankan Syariah

........, Komplikasi Hukum Ekonomi Syariah

........, Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004, Tentang Jabatan Notaris

........, Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004, Tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang

........, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 yang telah

diubah dengan Undang-undang Republik Indonesia 17 Tahun 2012, Tentang

Pengkoperasian

Pasal 1234 KUHPerdata Tentang Wanprestasi

Pasal 1244 dan 1245 KUHPerdata Tentang Kejadian Luar Biasa (Force Majeure)

Page 108: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

138

Permenkop Nomor 35.2/PER/M.KUKM/X/2007 Tentang Pedoman Standar

Operasional Managemen Koperasi jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa

Keuangan Syariah Koperasi

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah

FATWA DEWAN SYARI‟AH NASIONAL NO: 07/DSN-MUI/IV/2000, Tentang

PEMBIAYAAN MUDHARABAH (QIRADH)

FATWADEWAN SYARI‟AH NASIONAL NO: 03/DSN-MUI/IV/2000, Tentang

Deposito

C. Makalah dan Jurnal Karya Ilmiyah

Budiharjo, Arief. MESS Jabar . Pengenalan BMT. Makalah disajikan pada…. Dst.

Tanpa halaman

Fauzi, Achmad. 2009. Urgensi Hukum Perikatan Islam Dalam Penyelesaian

Sengketa Ekonomi Syariah. Alumnus UII Yogyakarta

Tim Penyusun Pedoman BMT Jaringan Muamalat CenterIndonesi., 2004

D. Majalah/Internet

http://muhammadis.blogspot.com/2012/03/prinsip-hukum-ekonomi-

islam.html?view=flipcard

http://kbbi.web.id/

http://mirsadakbar.blogspot.com/2013/09/antara-tabungan-wadiah-dan

tabungan.html

http://www.ussisulsel.com/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=91

http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=8441

http://ekonomisyariah.site40.net/2008/10/baitul-maal-wa-tamwil-bmt

Page 109: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

DAFTAR LAMPIRAN

Page 110: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang
Page 111: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang
Page 112: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang
Page 113: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

LAMPIRAN 1

SURAT IJIN PENELITIAN

Page 114: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

LAMPIRAN 2

SURAT KETERANGAN TELAH PENELITIAN

Page 115: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang
Page 116: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang
Page 117: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

LAMPIRAN 3

PEDOMAN WAWANCARA

Page 118: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang
Page 119: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

LAMPIRAN 4

FORMULIR PEMBIMBINGAN PENULISAN SKRIPSI

Page 120: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …lib.unnes.ac.id/20396/1/8111410030-s.pdf · Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap MudharibPada ... M.H selaku Ketua Bagian Perdata-Dagang

LAMPIRAN 5

DOKUMEN BMT DARUSSALAM