perlindungan hukum neighboring rights

26
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PEMIKIRAN Hak Kekayaan Intelektual (intellectual property rights) itu adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja ratio. Hasil dari pekerjaan ratio manusia yang menalar. Hasil kerja itu berupa benda immateril, benda tidak berwujud. Misalnya karya cipta lagu. Untuk menciptakan alunan nada (irama) diperlukan pekerjaan otak. Menurut ahli biologi otak kananlah yang berperan untuk menghayati kesenian, berkhayal, menghayati kerohanian termasuk juga kemampuan melakukan sosialisasi dan mengendalikan emosi. Fungsi tersebut sebagai fungsi non verbal, metaforik, intuitif, imaginatif dan emosional. Spesialisasinya bersifat intuitif, holistic dan mampu memproses informasi secara simultan. Jika ditelusuri lebih jauh Hak Atas Kekayaan Intelektual sebenarnya merupakan bagian dari benda, yaitu benda tak berwujud (benda immateril). Benda dalam kerangka hukum perdata diklasifikasikan ke dalam berbagai kategori salah satu diantara kategori itu adalah pengelompokan benda ke dalam klasifikasi benda berwujud dan benda tidak berwujud. Hal ini dapat dilihat batasan benda yang dikemukakan oleh pasal 499 KUH Perdata, yang berbunyi: menurut paham undang-undang yang dimaksud dengan benda ialah tiap-tiap barang dan 1

Upload: joke-punuhsingon

Post on 17-Feb-2015

235 views

Category:

Documents


34 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perlindungan Hukum Neighboring Rights

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PEMIKIRAN

Hak Kekayaan Intelektual (intellectual property rights) itu adalah hak kebendaan,

hak atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja ratio.

Hasil dari pekerjaan ratio manusia yang menalar. Hasil kerja itu berupa benda

immateril, benda tidak berwujud. Misalnya karya cipta lagu. Untuk menciptakan

alunan nada (irama) diperlukan pekerjaan otak. Menurut ahli biologi otak

kananlah yang berperan untuk menghayati kesenian, berkhayal, menghayati

kerohanian termasuk juga kemampuan melakukan sosialisasi dan mengendalikan

emosi. Fungsi tersebut sebagai fungsi non verbal, metaforik, intuitif, imaginatif

dan emosional. Spesialisasinya bersifat intuitif, holistic dan mampu memproses

informasi secara simultan.

Jika ditelusuri lebih jauh Hak Atas Kekayaan Intelektual sebenarnya merupakan

bagian dari benda, yaitu benda tak berwujud (benda immateril). Benda dalam

kerangka hukum perdata diklasifikasikan ke dalam berbagai kategori salah satu

diantara kategori itu adalah pengelompokan benda ke dalam klasifikasi benda

berwujud dan benda tidak berwujud. Hal ini dapat dilihat batasan benda yang

dikemukakan oleh pasal 499 KUH Perdata, yang berbunyi: menurut paham

undang-undang yang dimaksud dengan benda ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap

hak yang dapat dikuasai oleh hak milik.1 Untuk pasal ini, Prof Mahadi

menawarkan, seandainya dikehendaki rumusan lain dari pasal ini dapat diturunkan

kalimat ini sebagai berikut: yang dapat menjado obyek hak milik adalah benda

dan benda itu terdiri dari barang dan hak.

Selanjutnya sebagaimana diterangkan oleh Prof. Mahadi barang yang dimaksud

oleh pasal 499 KUH Perdata tersebut adalah benda materil (stoffelijk voorwerp),

sedangkan hak adalah benda immaterial. Uraian ini sejalan dengan klasifikasi

benda menurut pasal 503 KUH Perdata, yaitu: Ada barang yang bertubuh, dan ada

barang yang tak bertubuh.2

1 R. Soebekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hal. 155.

2 Soedharyo Soimin, SH., Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Sinar Grafika, Cet. II, 1999, hal. 156.

1

Page 2: Perlindungan Hukum Neighboring Rights

Benda immateril atau benda tidak berwujud yang berupa hak itu dapatlah kita

contohkan seperti hak tagih, hak atas bunga uang, hak sewa, hak gunan bangunan,

hak guna usaha hak atas benda berupa jaminan, hak atas kekayaan intelektual

(intellectual property rights) dan lain sebagainya. Hak milik immateril termasuk

ke dalam hak-hak yang disebut pasal 499 KUH Perdata. Karena itu hak milik

immateril itu sendiri dapat menjadi obyek dari suatu hak benda. Hak benda

adalah hak absolut atas sesuatu benda berwujud, tetapi ada hak absolut yang

obyeknya bukan benda berwujud. Itulah yang disebut dengan nama Hak Atas

Kekayaan Intelektual (intellectual property rights).3

Kata ‘hak milik’ (hak atas kekayaan) atau ‘property’ yang digunakan dalam istilah

tersebut diatas, sungguh menyesatkan, kata Mrs. Noor Mout-Bouwman. Karena

kata harta benda / property mengisyaratkan adanya suatu benda nyata. Padahal

Hak Atas Kekayaan Intelektual itu tidak ada sama sekali menampilkan benda

nyata. Ia bukanlah benda materil. Ia merupakan hasil kegiatan berdaya cipta

pikiran manusia yang diungkapkan ke dunia luar dalam suatu bentuk, baik materil

maupun immateril. Bukan bentuk penjelmaan yang dilindungi akan tetapi daya

cipta itu sendiri. Daya cipta dapat berwujud dalam bidang seni, industri dan ilmu

pengetahuan atau paduan dari ketiga-tiganya.4

Hasil kerja otak itu kemudian dirumuskan sebagai intelektualitas. Orang yang

optimal memerankan kerja otaknya disebut sebagai seorang terpelajar, mampu

menggunakan ratio, mampu berpikir secara rasional dengan menggunakan logika

(metode berpikir, cabang filsafat), karena itu hasil pemikirannya disebut rasional

atau logis. Orang yang tergabung dalam kelompok ini disebut kaum intelektual.5

Hak Atas Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights) dapat dikategorikan

dalam dua kelompok, yakni: Hak Cipta (Copy Rights) dan Hak Milik (hak

kekayaan) Perindustrian (Industrial Property Rights).

Selanjutnya, hak dapat diklasifikasikan ke dalam dua bagian, yaitu:Hak Cipta dan

Hak yang Berkaitan (bersepadan) dengan Hak Cipta (Neighboring Rights).

3 Mahadi, Hak Milik Immateril, BPHN-Bina Cipta, Jakarta, 1985, hal. 5-6.4 Bouwman-Noor Mout, Perlindungan Hak Cipta Intelektual: Suatu Rintangan atau Dukungan

Terhadap Perkembangan Industri, Makalah, FH-USU, 10 Januari 1989.5 OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 10.

2

Page 3: Perlindungan Hukum Neighboring Rights

Istilah Neighboring Rights, belum ada terjemahan yang tepat dalam bahasa hukum

Indonesia. Ada yang menerjemahkan dengan istilah hak bertetangga dengan hak

cipta, ada pula yang menerjemahkannya dengan istilah hak yang berkaitan atau

berhubungan dengan hak cipta, seperti yang terdapat dalam Bab VA UU No. 12

Tahun 1997 tentang Hak Cipta, atau Hak Terkait seperti yang tercantum dalam

Bab VII UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

OK. Saidin menggunakan istilah”hak yang bersmepadan dengan Hak Cipta oleh

karena kedua hak itu (copy rights maupun Neighboring Rights) adalah dua hak

yang saling melekat berdampingan tetapi dapat dipisahkan satu dengan yang

lainnya.6

Neighboring Rights, dalam hukum di Indonesia, pengaturannya masih

ditumpangkan dengan pengaturan Hak Cipta. Namun jika ditelusuri lebih lanjut

Neighboring Rights itu lahir dari adanya Hak Cipta induk. Misalnya liputan

pertandingan sepak bola atau pertandingan tinju, Live Show artis penyanyi adalah

Hak Cipta sinematografi, tetapi untuk penyiarannya di televisi yakni berupa hak

siaran adalah Neighboring Rights. Keduanya masih merupakan satu kesatuan,

tetapi dapat dipisahkan. Begitu pula antara Hak Cipta lagu dengan hak penyiaran.

Yang pertama merupakan Hak Cipta, sedangkan hak yang disebutkan terakhir

adalah Neighboring Rights. Itulah alasannya menggunakan istilah yang

bersepadan dengan Hak Cipta untuk terjemahan Neighboring Rights. Kedua hak

itu saling melekat, menempel tetapi dapat dipisahkan. Adanya Neighboring Rights

selalu diikuti dengan adanya Hak Cipta, namun sebaliknya adanya Hak Cipta

tidak mengharuskan adanya Neighboring Rights.

Keduanya masih merupakan satu kesatuan, tetapi dapat dipisahkan. Begitu pula

antara hak cipta lagu dengan hak penyiaran, yang pertama merupakan hak cipta

sedangkan hak yang disebutkan terakhir adalah neighboring rights. Itulah

alasannya sehingga cenderung menggunakan istilah bersempada dengan hak cipta

untuk terjemahan neighboring nights. Kedua hak itu saling melekat, saling

menempel, tetapi dapat dipisahkan. Adanya neighboring rights, selalu ada karena

adanya hak cipta, namun sebaliknya adanya hak cipta tidak mengharuskan adanya

neighboring rights.

6 OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 14.

3

Page 4: Perlindungan Hukum Neighboring Rights

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan lata belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam

penulisan ini adalah : Bagaimanakah Perlindungan Hukum Neighboring Rights.

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun yang menjadi tujuan penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dari Neighboring Rights, dan

2. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum Neighboring

Rights.

D. METODE PENULISAN

Metode penulisan yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah metode

deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk

memecahkan masalah yang ada pada waktu sekarang, dan pelaksanaannya tidak

hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan

intepretasi data itu.

Data yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder atau data ayang

diperoleh dari hasil penelitian normatif. Data-data yang terkumpul kemudian

dianalisis secara kualitatif untuk datang pada kesimpulan yang jelas dan tepat.

4

Page 5: Perlindungan Hukum Neighboring Rights

BAB IIPERLINDUNGAN HUKUM NEIGHBORING RIGHTS

A. Definisi dan Ruang Lingkup

Neighboring Rights adalah sebuah ungkapan singkat (abbreviated expression)

untuk sebutan yang lebih panjang yang lebih tepat yakni “Rights Neighboring on

Copyrights”. Dalam terminologi lain Neighboring Rights dirumuskan juga sebagai

Rights Related to, or “neighboring on” copyrights (hak yang ada kaitannya

dengan, yang ada hubungannya dengan atau “berdampingan dengan” hak cipta.7

Dalam Neighboring Rights, terdapat 3 hak, yaitu:

1. the rights of performing artist in their performances (hak penampilan artis atas

tampilannya).

2. the rights producer of phonograms in their phonograms (hak produser

rekaman suara atau fiksasi suara atas karya rekaman suara tersebut).

3. the rights of broadcasting organizations in their radio and television

broadcasts (hak lembaga penyiaran atas karya siarannya melalui radio dan

televisi).8

Istilah neighboring rights, dalam lapangan perlindungan hukum hak kekayaan

intelektual pengaturannya antara lain dijumpai dalam Rome Convention (1961).

Untuk istilah ini ada yang menerjemahkan dengan istilah hak yang bertetangga

dengan hak cipta, ada pula yang menerjemahkan dengan istilah hak yang

berhubungan dengan hak cipta, dan terakhir UHC Indonesia menerjemahkannya

dengan istilah hak yang berkaitan dengan hak cipta.

Tidak ada perbedaan yang tajam antara hak cipta (copyrights) dengan neighboring

rights. Sebuah karya pertunjukan atau karya seni lainnya yang disiarkan oleh

lembaga penyiaran, di dalamnya terdapat perlindungan hukum kedua hak ini.

Copy Rights berada di tangan pencipta atau produser, sedangkan neighboring

rights dipegang oleh lembaga penyiaran yang mengumandangkan siaran tersebut.

7 OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 133.8 International Bureau of WIPO, International Protection of Copyrights and Neighboring Rights, WIPO/CNR/ABU/93/2.

5

Page 6: Perlindungan Hukum Neighboring Rights

Tentu kita pernah menyaksikan live show pagelaran musik Indonesia di salah satu

stasiun televise swasta Indonesia, pertandingan langsung sepak bola perebutan

Piala Dunia, pertandingan tinju perebutan juara dunia WBA atau IBF. Semua

tayangan itu terkandung adanya neighboring rights. Demikian pula halnya

penyiaran terhadap karya rekaman suara di media elektronika (Televisi dan

Radio), publikasi terhadap karya sinematografi di televise, penyiaran seni

pertunjukan di televise atau radio, kesemuanya itu termasuk perlindungan

terhadap hak atas neighboring rights.

Seorang artis memiliki hak untuk melarang orang lain yang tanpa persetujuannya

membuat atau memperbanyak atau menyiarkan rekaman suara dan atau gambar

dari pertunjukannya untuk tujuan komersil. Hak yang melekat pada artis tersebut

selain copy rights, juga neighboring rights. Yang termasuk copy rights adalah hak

atas karya rekaman suara, sedangkan neighboring rightsnya adalah hak atas

penampilannya. Hak atas penampilannya itu dapat berwujud seperti video clip

(penggalan-penggalan film atau senematografi). Gambar dari pertunjukan dalam

bentuk video clip tersebut dilindungi sebagai neighboring rights.

Dalam pasal 49 UHC Indonesia secara rinci diuraikan tentang ruang lingkup atau

cakupan Neighboring Rights, yang meliputi:

(1) Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang

pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak atau

menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya.

(2) Produser rekaman suara memiliki hak aksklusif untuk memberikan

izin atau melarang pihak lain yang menyewakan karya rekaman suara atau

rekaman bunyi.

(3) Lembaga penyiaran memiliki hak eksklusif untuk memberi izin atau

melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak

dan/atau menyiarkan ulang siaran karyanya melalui transmisi dengan atau

tanpa kabel, atau melalui sistem elektromagnetik lain.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan neighboring rights meliputi:

1. Hak pertunjukan terhadap penampilan.

2. Hak produser rekaman terhadap rekaman yang dihasilkannya.

6

Page 7: Perlindungan Hukum Neighboring Rights

3. Hak lembaga penyiaran terhadap karya siarannya.

Dari ketiga hak tersebut di atas, terlihat tiga subyek yang menjadi pemegang hak

yaitu pelakon (artis, actor, penyanyi, penari dan semacamnya), produser rekaman

dan lemabag siaran.

Subyek-subyek di atas adakalanya bukan pencipta namun mereka memiliki andil

besar dalam mendistribusikan sarana hiburan yang dapat dinikmati dan digunakan

oleh masyarakat. Ada nilai tertentu yang mereka berikan sehingga sudah

semestinya mereka mendapatkan perlindungan hukum sebagaimana perlindungan

yang diberikan kepada pencipta.

Penampilan artis, aktor dan musisi yang dapat direkam dalam berbagai wujud atau

bentuk hasil rekaman (Cassets, CD dan DVD) yang dapat digunakan sebagai

sarana hiburan dan informasi secara berulang-ulang, demikian juga terhadap

rekaman suara, siaran radio dan TV. Perlindungan hukum patut diberikan kepada

yang bersangkutan, guna menumbuhkan rangsangan kreativitas dan sekaligus

memberikan pengakuan terhadap jerih payah mereka dalam bentuk imbalan

berupa royalty.

Mengenai jangka waktu, dalam pasal 50 UHC Indonesia merinci tentang jangka

waktu perlindungan Neighboring Rights. Untuk jelasnya, bunyi pasal 50 UHC

Indonesia adalah sebagai beriktu:

(1) Jangka waktu perlindungan bagi:

a. Pelaku, berlaku selama 50 Tahun sejak karya tersebut

pertama kali dipertunjukkan atau dimasukkan ke dalam media audio atau

media audiovisual;

b. Produser Rekaman Suara berlaku selama 50 Tahun sejak

karya tersebut selesai direkam;

c. Lembaga Penyiaran berlaku 20 (dua puluh) Tahun sejak

karya siaran tersebut pertama kali disiarkan.

(1) Perhitungan jangka waktu perlindungan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dimulai sejak Tanggal 1 Januari Tahun berikutnya

setelah:

7

Page 8: Perlindungan Hukum Neighboring Rights

a. karya pertunjukan selesai dipertunjukkan atau

dimasukkan ke dalam media audio atau media audiovisual;

b. karya rekaman suara selesai direkam;

c. karya siaran selesai disiarkan untuk pertama kali.9

B. Perlindungan Hukum Neighboring Rights

Perlindungan Neighboring Rights selain diatur dalam UU Indonesia, saat ini

pengaturannya terdapat juga dalam kaedah hukum Internasional, yakni:

1. Rome Convention for the Protection of Performers, Producers of Phonograms

and Broadcasting Organization (1961).

2. Geneva Convention for the Protection of Producers of Phonograms againts

Unauthorized Duplication of Their Phonograms.

3. Brussels Convention Relative to the Distribution of Programme Carring

Signal Transmitted by Satellite.

Sedangkan dalam hukum Indonesia pengaturannya tidak disebutkan secara rinci

dalam satu peraturan khusus tetapi dimuat dalam UU No. 19 Tahun 2002.

Rome Convention (1961) secara khusus mengatur tentang perlindungan hukum

Neighboring Rights, sedangkan Konvensi Jenewa (Geneva Convention) mengatur

tentang hak produser rekaman dan Brussel Convention menitikberatkan pada

pengaturan tentang distribusi program siaran yang menggunakan jaringan

transmisi satelit. Menuurut ketentuan pasal 3 Rome Convention, yang tercakup

dalam pengertian pelakon (performers) adalah para aktor, penyanyi, musisi, penari

dan orang lain yang beraksi dalam sebuah tampilan lagu, penyampai berita, atau

orang yang tampil dalam kegiatan seni dan sastra lainnya. Mereka-mereka ini

yang secara hukum didudukkan sebagai subyek hukum hak atas Neighboring

Rights, disamping para produser rekaman suara dan lembaga penyiaran.

Produser rekaman suara (producer of phonograms) berarti orang yang menurut

ketentuan hukum (the legal entity) untuk pertama kalinya memfiksasikan suara

orang lain dalam bentuk karya Rekaman Suara.

9 UU Perlindingan HAKI, Indonesia Legal Center Publishing, Jakarta, 2004, hal. 155.

8

Page 9: Perlindungan Hukum Neighboring Rights

Seorang produser berhak untuk mendapat perlindungan hukum terhadap karya

rekaman suara orang lain yang merupakan hasil kerjanya, bilamana hasil karya

rekaman itu ditayangkan ulang oleh pihak lain untuk tujuan komersil. Sebut saja

misalnya sebuah hotel atau restoran mengumandangkan lagu-lagu karya rekaman

suara yang bertujuan untuk menarik minat para tamu untuk hadir, maka pemilik

hotel atau restoran tersebut berkewajiban untuk membayar Royalti kepada

produser rekaman tersebut.

Demikian pula halnya dengan karya rekaman suara itu disiarkan melalui Radio

atau Televisi yang menyuguhkan sarana hiburan namun disisi lain mereka juga

memiliki tujuan komersil dari penjualan iklan, maka sudah sepantasnya hak

produser rekaman turut menjadi perhatian para penyelenggara atau pemilik siaran

radio atau televisi. Fenomena pelanggaran terhadap neighboring rights saat ini

berlangsung tanpa ada penyelesaian hukum yang berarti. Banyak pengusaha

Karaoke, dan pemilik Stasiun Radio Swasta menyiarkan karya rekaman suara

tanpa membayar royalty atau meminta izin kepada pemiliknya. Fenomena

pelanggaran ini juga terjadi ketika maraknya kampanye PILKADA di daerah-

daerah yang membuat iklannya di TV maupun Radio dengan mengambil

penggalan-penggalan lagu para penyanyi terkenal dengan tujuan menarik

dukungan dari masyarakat untuk memilih salah satu kandidat.

Seringkali dalam sebuah pagelaran musik dan lagu yang menampilkan penyanyi

atau musisi terkenal, peranan penari latar sering tenggelam karena kebesaran sang

penyanyi atau sang musisi. Tampilan penyanyi, musisi dan penari sama andilnya

dalam keberhasilan sebuah pagelaran musik dan lagu. Dalam terminologi hukum

neighboring rights ketiga-tiganya (penyanyi, musisi dan penari) memiliki hak

yang sama. Tak jarang karena gerakan tarian yang ditampilkan dalam pagelaran

itulah yang membuat pemirsa tertarik, sehingga karya rekaman lagi tersebut

menjadi laris di pasaran yang membawa keuntungan bagi pencipta, produser

rekaman dan penyanyi dan juga sang musisi. Penari sering terabaikan. Kiranya

sudah saatnya penghargaan terhadap penari juga si pencipta tari koreografer di

perhatikan dalam setiap kali ada transaksi bisnis yang obyeknya hak cipta dimana

di dalamnya melibatkan penari sebagai pemegang hak neighboring rights.

Hal yang sama juga berlaku bagi si penyampai berita, pemandu acara, moderator

acara dalam acara siaran televisi, sepanjang hal itu bersifat komersial, sepantasnya

9

Page 10: Perlindungan Hukum Neighboring Rights

mereka mendapat royalty dari penampilannya manakala penampilannya itu

ditayangkan ualng.

Berikut ini akan diuraikan tentang hak-hak pelakon, produser dan lembaga

penyiaran.

1. Hak Pelakon atas Tampilannya

Istilah pelakon digunakan dalam uraian ini untuk memperluas cakupan

pengertian performers yang tidak hanya terbatas pada ruang lingkup artis

semata-mata tetapi juga mencakup seluruh aktivitas manusia yang

menampilkan kebolehannya di depan public seperti pembaca berita, pembawa

acara, pemain bola kaki, pemain bulu tangkis, pesenam, perenang yang tidak

hanya terbatas pada penampilan yang berlatar belakang kesenian dan

kesusastraan (artistic works an literary).

Pertandingan tinju professional atau pertandingan bulu tangkis yang

digandrungi para pemirsa layar kaca sudah sepantasnya masuk dalam

perlindungan neighboring rights, haruslah diposisikan sebagai pelakon

(performers) sebagai subyek neighboring rights.

Penyanyi seringkali bukan pencipta, karena itu ia tidak mendapatkan

perlindungan hak cipta. Hak cipta berada di tangan pencipta lagu atau musisi.

Kecuali pencipta merangkap sebagai penyanyi dan merangkap pula sebagai

musisi.

Dalam hal penyanyi bukan pencipta dan bukan musisi, maka penyanyi berhak

mendapatkan perlindungan neighboring rights, demikian halnya pula dengan

produser rekaman suara. Namun tidak pula berarti penyanyi yang juga

berperan sebagai pencipta dan musisi tidak mendapatkan perlindungan

neighboring rights, perlindungan yang sama tetap diberikan.

Di Indonesia untuk hak-hak para pencipta lagu, musisi dan penyanyi, mestinya

juga produser rekaman suara untuk menerima pembayaran Royalty dipegang

oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI). Royalty itu berasal dari

pemutaran lagu-lagu di berbagai tempat hiburan yang bersifat komersil, mulai

10

Page 11: Perlindungan Hukum Neighboring Rights

dari pesawat terbang, kereta api, pub, sampai ke diskotik. YKCI hanya

menagih royalty yang berasal dari anggota yayasan. Royalty itu dibayarkan

kepada pencipta lagu, musisi dan penyanyi dengan hitungan presentase

tertentu, dan dipotong biaya administrasi dan lain-lain yang berkaitan dengan

penagihan royalty kepada yayasan yang besarnya berkisar 22 – 28% dari

jumlah tagihan yang diperoleh. Para seniman tersebut ada yang memperoleh

royalty sampai Rp. 35 juta per tahun.10

Persoalan yang dihadapi oleh para seniman, pencipta, penyanyi dan musisi

sangat konvensional yakni sikap dan pandangan para pengusaha hiburan yang

menganggap bahwa memutar atau menyanyikan lagu-lagu (yang dilindungi

hak cipta atau atau neighboring rights) orang lain tidak diwajibkan membayar

royalty. Mereka mengira kalau telah membeli Cassets, CD atau DVD, mereka

sudah bebas menggunakannya untuk kegiatan hiburan tanpa terikat lagi

dengan pencipta atau pemegang hak (Copy Rights atau Neighboring Rights),

padahal dalam aktivitas mereka, pengusaha tersebut ‘menjual’ hiburan dengan

memanfaatkan karya cipta orang lain. Agaknya penyadaran terhadap

pentingnya penghargaan karya cipta orang lain tersebut perlu ditumbuhkan

dan dirangsang sejak dini dengan cara pengenalan awal penegakan hukum

yang ketat terhadap pelarangan hak cipta atau Neighboring Rights.

Memang secara internal (antara pelakon dengan pengusaha atau antara

pemegang kuasa dengan pelakon) terdapat kendala mengenai besarnya royalty

yang harus dibayarkan. Para penyanyi musisi dan pencipta sering tidak

mengetahui dengan pasti berapa besar royalty yang akan mereka terima.

Pemungutan royalty memang tergantung volume/kuantitas pemutaran lagu,

tapi siapa yang mengetahui bahwa lagu mereka paling banyak diputar atau

banyak diminati misalnya dalam bisnis karaoke.

Pada tahun 2000 misalnya YKCI misalnya mencatat kelompok Kahitna Yovie

Widianto menerima bayaran Rp. 35 juta. Angka itu tidak dapat dipastikan

akan bertahan untuk tahun berikutnya, bias naik juga bisa turun, tergantung

pada mekanisme pasar. Jadi persis menjual barang dagangan terkadang banyak

pembeli terkadang sepi. Lagu dan musik yang mengundang banyak pembeli

10 OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 139.

11

Page 12: Perlindungan Hukum Neighboring Rights

tergantung pada penawaran kualitas suara, kualitas musik, jenis irama, lirik

lagu, hasil rekaman dan tak kalah pentingnya siapa penyanyinya.11

Tiap-tiap penyanyi mempunyai tipologi suara sendiri. Perbedaan karakteristik

tampilan artis, menyebabkan perbedaan peminat yang pada gilirannya berbeda

pula penghargaan dan penerimaan royalty.

Lagu-lagu dengan irama jazz dan balada, tidak memerlukan tampilan fisik,

tapi melulu pada kekuatan vokal dan iramanya, berbeda dengan lagu dangdut

yang harus disertai liukan tubuh (seni koreografer) yang penuh dengan muatan

Neighboring Rights yakni tampilan artis yang menerbitkan hak atas

penampilannya.

Yang patut untuk dikembangkan lebih lanjut adalah bagaimana menciptakan

hubungan fungsional antara pengusaha hiburan dengan para pelakon, jangan

sampai terjadi hubungan yang mengundang potensi konflik. Jangan ada

pengusaha hiburan telah membeli CD atau DVD lantas sudah boleh ia

menggunakan sesuka hatinya untuk tujuan komersial. Yang dibeli adalah

kepingan CD atau DVD untuk dinikmati sendiri, bukan untuk tujuan

komersial. Kalau untuk tujuan komersil haruslah dibangun hubungan

fungsional yang bersifat simbolis mutualisme, jangan simbolis parasitisme,

dimana yang satu hidup tetapi merugikan bahkan membunuh yang lain. Jika

para penyanyi, musisi dan pencipta lagu tidak mendapatkan keuntungan apa-

apa dari hasil ciptaannya, itu sama dengan memiskinkan, dan memuat mereka

enggan berkreasi. Tidak adanya kreativitas pencipta, berarti menutup kran

lahirnya karya cipta, itu sama dengan mati. Dengan kematian, maka para

pengusaha hiburan juga ikut terkubur.

Perlindungan yang sama juga harus diberikan kepada pelakon lain, selain

penyanyi yakni pembawa acara, pemandu acara, pembaca berita, para atlit

tinju, renang, bulu tangkis, sepak bola dan lain-lain. Sebab selain mereka

tampil dengan segenap kemampuan, keahlian dan kepercayaan diri dimiliki,

hasil dari tampilan itu juga membuahkan keuntungan secara finansial bagi

perusahaan yang mengelola siaran. Ada aspek bisnis yang mereka tawarkan

kepada publik dimana mereka memperoleh pembayaran melalui iklan. Hasil

11 OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 140.

12

Page 13: Perlindungan Hukum Neighboring Rights

dari segenap upaya pelakon yang tampil dalam pertunjukan yang di dalamnya

terdapat hubungan bisnis dengan pihak ketiga lainnya (pemasangan iklan),

sedah sepantasnya sebagian dari keuntungan itu diserahkan kepada pemegang

Neighboring Rights. Dengan demikian kreativitas akan tumbuh dengan pesat,

dan inilah salah satu tujuan dari perlindungan hukum Neighboring Rights.

2. Hak Produser Rekaman

Produser rekaman suara biasanya mendapatkan hak untuk merekam suara dari

para penyanyi atau musisi atau kedua-duanya. Hak itu dapat diperoleh atas

persetujuan pencipta atau orang yang menerima hak dari pencipta. Persetujuan

itu dapat berupa lisensi. Kalau produser rekaman suara mendapat izin untuk

melakukan kegiatan perekaman suara dan kepadanya diberikan izin untuk

memperbanyak, hak semacam itu dalam ketentuan hukum hak cipta dilindungi

sebagai Hak Cipta. Produser rekaman suara dalam hal ini kapasitasnya sebagai

penerima hak dari pencipta.

Para produser sudah barang tentu bekerja sesuai dengan teknik-teknik

perekaman suara. Peralatan untuk itu disediakan dengan sebaik-baiknya, sebab

kualitas hasil rekaman sangat ditentukan oleh ketersediaan fasilitas. Studio

rekaman harus dilengkapi dengan peralatan teknologi tinggi (canggih) guna

menampilkan suara rekaman terbaik. Tak jarang misalnya penyanyi Indonesia

harus memilih studio rekaman di Piliphina, Singapore atau Australia.

Dengan gambaran seperti itu, dapat dibayangkan besarnya biaya produksi

untuk satu rekaman suara. Sudah tentu produser akan memperehitungkan

biaya-biaya itu secara ekonomis dan diupayakan dapat kembali dari hasil

penjualan karya rekaman suara tersebut dalam bentuk Cassets, CD atau DVD.

Selain hak cipta yang melekat pada sang produser dari pencipta, masih ada

hak lain lagi yakni Neighboring Rights.

Produser tidak hanya berhak mendapat keuntungan dari penjualan Cassets, CD

atau DVD (sebab itu merupakan hak cipta), tetapi berhak juga atas royalty

manakala Cassets, CD atau DVD itu dikumandangkan di hotel-hotel,

13

Page 14: Perlindungan Hukum Neighboring Rights

restaurant, bar, diskotik, di bandara, pesawat terbang, kapal laut dan apalagi di

tempat-tempat lain yang menyediakan sarana hiburan yang bersifat komersil.

3. Hak Lemabaga Penyiaran

Salah satu bentuk penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang

komunikasi dan informasi adalah dengan ditemukannya rancangan khusus

untuk penyebaran informasi secara cepat, tepat dan akurat.

Berbagai produk teknologi komunikasi dan informasi, termasuk di dalamnya

media radio dan televisi memiliki ciri khas yaitu menjanjikan kecepatan,

ketepatan, dan kepraktisan dalam menyajikan berita.

Proses penyelenggaraan siaran radio dan televisi merupakan proses yang

panjang dan rumit, namun dituntut untuk tetap berjalan di atas landasan pola

pikir dan tindakan yang cepat, dinamis, praktis, tepat dan berkualitas. Hal ini

dapat dicapai dengan dukungan teknologi komunikasi dan informasi. Siaran

radio dan televisi dapat berlangsung selama 24 jam setiap harinya.. Jadi tidak

ada waktu yang kosong, tidak ada hari tanpa siaran.12

Dalam kaitannya dengan perlindungan Neighboring Rights, radio dan televise

dapat menyiarkan hasil rekaman dengan membayar royalty kepada pemegang

hak exsclusive. Hak eksklusif itu adalah lembaga penyiaran pertama atau

untuk pertama kalinya menyiarkan acara itu.

Adapun hak-hak yang dimiliki oleh lembaga siaran tersebut adalah:

1. Moral Rights, yang merupakan hak dari performers untuk disebutkan

namanya dalam kaitan dengan pertunjukan mereka dan hak untuk menolak

kerugian yang ditimbulkan akibat dari pertunjukan mereka.

2. Exclusive Rights, yaitu dalam hal reproduksi , distribusi, rental dan

rekaman suara secara on-line (on-line availability of sound recording)

terhadap pertunjukan mereka.

12 J.B. Wahyudi, Dasar-Dasar manajemen Penyiaran, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1994, hal. 1-2.

14

Page 15: Perlindungan Hukum Neighboring Rights

3. Hak untuk memperoleh pembayaran yang wajar dari siaran dan

komunikasi kepada khalayak dari penayangan ulang siaran mereka.

Bila diamati dan dicermati masalah moral rights atau hak moral, kita akan

segera mengetahui bahwa hak moral merupakan hak dasar yang dimiliki oleh

performers (artis, penyanyi, pemusik dan orang-orang yang berakting,

berpidato, mendeklamasikan, memainkan maupun menampilkan karya seni

dan kesusastraan dan cerita rakyat)13 untuk disebutkan namanya. Dalam

penampilan sebuah lagu di radio atau televise, penyiar radio wajib

menyebutkan nama penyanyi dan penciptanya begitu juga musisinya.

Performers atau pemegang hak mempunyai hak untuk mendapatkan

pembayaran yang wajar dari hasil siaran yang disiarkan oleh lembaga-lembaga

penyiaran. Hal ini merupakan hal yang wajar karena lembaga siaran ini

mendapatkan keuntungan atau fee dari produsen-produsen yang produknya

ditawarkan melalui radio atau televise tersebut dalam bentuk iklan. Inilah

wujud dari Property Rights yang dimiliki oleh performers.

Pembayaran royalty adalah merupakan salah satu bentuk implementasi

ditegakkannya pengakuan atas hak cipta secara umum dan secara khusus

penegakan hak atas Neighboring Rights di kalangan lembaga penyiaran. Hal

ini juga tak lain adalah sebagai konsekuensi berlakunya ketentuan TRIPS

(Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights) di Indonesia, dimana

Indonesia adalah salah satu penandatangan Konvensi Roma yang di dalamnya

mengatur ketentuan tentang Neighboring Rights ini.

Dalam pasal 4 ayat (2) UU No. 32 Tahun 2002, disebutkan bahwa dalam

menjalankan fungsinya, penyiaran juga mempunyai fungsi ekonomi dan

kebudayaan.14 Kata “fungsi ekonomi”, menurut penulis dapat diartikan bahwa

dengan lembaga penyiaran ini maka semua pihak yang terkait dengan

penyiaran memperoleh keuntungan financial secara proporsional.

13 WIPO Performances and Phonograms Treaty, Artcle 2 (a).14 UU Penyiaran dan Pers, Fokusmedia, Bandung, 2005, hal. 6.

15

Page 16: Perlindungan Hukum Neighboring Rights

BAB IIIP E N U T U P

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak

lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak atau menyiarkan

rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya.

2. Produser rekaman suara memiliki hak aksklusif untuk memberikan izin atau

melarang pihak lain yang menyewakan karya rekaman suara atau rekaman

bunyi.

3. Lembaga penyiaran memiliki hak eksklusif untuk memberi izin atau melarang

orang lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak dan/atau

menyiarkan ulang siaran karyanya melalui transmisi dengan atau tanpa kabel,

atau melalui sistem elektromagnetik lain.

B. SARAN

Penampilan penyanyi, musisi dan penari sama andilnya dalam keberhasilan

sebuah pagelaran musik dan lagu. Dalam terminologi hukum neighboring rights

ketiga-tiganya (penyanyi, musisi dan penari) memiliki hak yang sama. Tak jarang

karena gerakan tarian yang ditampilkan dalam pagelaran itulah yang membuat

pemirsa tertarik, sehingga karya rekaman lagi tersebut menjadi laris di pasaran

yang membawa keuntungan bagi pencipta, produser rekaman dan penyanyi dan

juga sang musisi. Penari sering terabaikan. Kiranya sudah saatnya penghargaan

terhadap penari juga si pencipta tari koreografer di perhatikan dalam setiap kali

ada transaksi bisnis yang obyeknya hak cipta dimana di dalamnya melibatkan

penari sebagai pemegang hak neighboring rights.

16

Page 17: Perlindungan Hukum Neighboring Rights

DAFTAR PUSTAKA

1. R. Soebekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, 1986.

2. Soedharyo Soimin, SH., Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Sinar Grafika, Cet. II, 1999.

3. Mahadi, Hak Milik Immateril, BPHN-Bina Cipta, Jakarta, 1985.4. Bouwman-Noor Mout, Perlindungan Hak Cipta Intelektual: Suatu Rintangan

atau Dukungan Terhadap Perkembangan Industri, Makalah, FH-USU, 10 Januari 1989.

5. OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003

6. International Bureau of WIPO, International Protection of Copyrights and Neighboring Rights, WIPO/CNR/ABU/93/2.

7. UU Perlindingan HAKI, Indonesia Legal Center Publishing, Jakarta, 2004.8. J.B. Wahyudi, Dasar-Dasar manajemen Penyiaran, Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta, 1994.9. WIPO Performances and Phonograms Treaty..10. UU Penyiaran dan Pers, Fokusmedia, Bandung, 2005.

17