20170926 s66 perlindungan hukum

Upload: septha-sopiatun

Post on 13-Apr-2018

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    1/159

    i Universitas Indonesia

    UNIVERSITAS INDONESIA

    PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG SAHAM

    MINORITAS DALAM SUATU TRANSAKSI BENTURAN

    KEPENTINGAN DI PASAR MODAL (STUDI KASUS:

    TRANSAKSI PENJUALAN ASET PT. KARWELLINDONESIA, TBK.)

    SKRIPSIDiajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

    BAYU AJI SAPUTRO

    0706277081

    FAKULTAS HUKUMPROGRAM STUDI ILMU HUKUM

    KEKHUSUSAN HUKUM TENTANG KEGIATAN EKONOMI

    DEPOK

    JULI 2011

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    2/159

    ii Universitas Indonesia

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

    Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

    dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

    telah saya nyatakan dengan benar.

    Nama : Bayu Aji Saputro

    NPM : 0706277081

    Tanda Tangan :

    Tanggal : 16 Juni 2011

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    3/159

    iii Universitas Indonesia

    HALAMAN PENGESAHAN

    Skripsi ini diajukan oleh :

    Nama : Bayu Aji Saputro

    NPM : 0706277081

    Program Studi : Ilmu Hukum

    Judul Skripsi : Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas Dalam Suatu

    Transaksi Benturan Kepentingan Di Pasar Modal (Studi Kasus:

    Transaksi Penjualan Aset PT. Karwell Indonesia, Tbk.)

    Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

    sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

    Sarjana Hukum (SH) pada Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum,

    Universitas Indonesia

    DEWAN PENGUJI

    Pembimbing : Arman Nefi S.H., M.M.

    Penguji : Surini Ahlan Syarif, S.H., M.H

    Penguji : Rosewitha Irawaty, S.H., MLI

    Ditetapkan di : Depok

    Tanggal : Juni 2011

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    4/159

    iv Universitas Indonesia

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan

    hidayah- Nya saya mampu menyelesaikan skripsi dengan judul Perlindungan

    Hukum Pemegang Saham Minoritas Dalam Suatu Transaksi Benturan

    Kepentingan Di Pasar Modal (Studi Kasus: Transaksi Penjualan Aset PT. Karwell

    Indonesia, Tbk.) sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

    Hukum.

    Terselesaikannya skripsi ini, tidak lepas dari bantuan, dukungan,

    semangat, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis hendak

    mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Kedua orang tua, Bapak dan Mamah, Ir. Sungkono dan Tuty Rahayu. Bapakyang telah membanting tulang mencari nafkah untuk keluarga dan

    mensekolahkan penulis sampai sejauh ini. Mamah yang telah selalu tulus

    mendukung, mendoakan dan memberikan yang terbaik untuk penulis dalam

    menyelesaikan skripsi. Dan untuk adik penulis Amelinda Antania Saputriyang selalu menjadi adik perempuan terbaik penulis satu-satunya;

    2. Bapak Arman Nefi S.H., M.M. selaku Pembimbing, yang telah bersediamenjadi pembimbing penulis, memberikan keyakinan, masukan dan

    menyediakan waktu agar penulis mampu menyelesaikan skripsi ini;

    3. Ibu Dr. Siti Hayati Hoesein S.H., M.H., C.N. selaku PembimbingAkademisselama penulis belajar di Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang telah

    membantu penulis menyusun perencanaan perkuliahan, hingga penulis dapat

    menyelesaikannya dengan baik;

    4. Bapak Selam Biro Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Indonesia yangsejak awal selalu membantu segala urusan administrasi penulis selama

    menimba ilmu;

    5. Seluruh staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Indonesia ataspengetahuan dan bantuan yang telah diberikan semoga selalu berguna bagi

    penulis;

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    5/159

    v Universitas Indonesia

    6. Bapak Iskandarsyah dari Bapepam dan LK yang telah membantu penulisuntuk memperoleh data fisik serta bersedia untuk penulis wawancara demi

    kelancaran pembuatan skripsi ini;

    7. Sarah Faisal Rosa, wanita cantik yang selalu memberikan semangat,mendoakan, sabar dan menjadi motivasi penulis untuk melangkah maju.

    Terima kasih telah berbagi baik suka maupun duka;

    8. Sahabat- sahabat terbaik penulis di Fakultas Hukum Universitas Indonesia,Mizano Justitiano yaitu Randi Ikhlas Sardoni, Bagus Satrio Lestanto, Riani

    Atika Nanda Lubis, Ramdyani Prabiwitri, Raissa Almira Pradipta, Rizki

    Hendarmin, Fajar Nurrahman Hartanto, Durma Jaya, Hanifan Ahda Tarmizi,

    Ardyan Winansah Pulungan, Fernandez, Muhammad Gery Adlan, Candra

    Adiguna, Syariva Aya Savirra yang telah menjadi sahabat, selalu mendukung

    penulis dan berbagi suka maupun duka selama 4 tahun;

    9. Teman-teman Futsal Ceria 2007, Try Indriadi, Muhammad Syahrir, Abirul,Batara, Dhief, Yahdi, Fikri, Hari, Ilman, Rian, Ibnu, Boyot, Hery, Fahrurozi,

    Omar, Umar, Tantyo, Sakti, Bobop, dan lain-lain atas kebersamaan di

    penghunjung perkuliahan untuk menggiring bola dan tetap ceria;

    10. Teman-teman seperjuangan skripsi pasar modal, Durma Jaya, ErwinErlangga, Sandra Christy, Marinagita, Juwita. Semoga kita lulus bersama!;

    11. Senior DNC-Advocates at Work Mas Ibrahim Senen, Richard Yapsunto, ArieArmand, Wemmy Muharamsyah, dan senior-senior lain yang tidak bisa

    disebutkan satu persatu atas kesempatanyang diberikan kepada penulis untuk

    belajar menerapkan hukum di dunia nyata. Dan juga kepada teman-teman

    Training Batch VIII atas bantuan serta motivasi;

    12.

    Keluarga besar Kaslan Atmosudirjo atas dukungan dan doanya;13. Teman-teman angkatan 2007 Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang

    berjuang bersama menempuh perkuliahan dan skripsi; dan

    14. Serta pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dan tidak dapat penulissebutkan satu per satu.

    Penulis menyadari skripsi yang penulis buat masih jauh dari sempurna, untuk itu

    penulis dengan berbesar hati menerima segala kritik dan saran yang membangun

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    6/159

    vi Universitas Indonesia

    bagi skripsi ini. Semoga skripsi dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu

    hukum di Indonesia.

    Depok, 16 Juni 2011

    Penulis

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    7/159

    vii Universitas Indonesia

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

    TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

    bawah ini:

    Nama : Bayu Aji Saputro

    NPM : 0706277081

    Program Studi : Ilmu Hukum

    Fakultas : Hukum

    Jenis Karya : Skripsi

    demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

    Univesitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty-

    Free Right)atas karya ilmiah saya yang berjudul :

    Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas Dalam Suatu Transaksi

    Di Pasar Modal (Studi Kasus: Transaksi Penjualan Aset PT. Karwell

    Indonesia, Tbk.)

    Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Universitas Indonesia berhak

    menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data

    (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap

    mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak

    Cipta.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di : Depok

    Pada tanggal : 16 juni 2011

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    8/159

    viii Universitas Indonesia

    ABSTRAK

    Nama : Bayu Aji Saputro

    Program Studi : Ilmu HukumJudul : Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas Dalam Suatu

    Transaksi Di Pasar Modal (Studi Kasus: Transaksi Penjualan

    Aset PT. Karwell Indonesia, Tbk.)

    Skripsi ini membahas mengenai analisis perlindungan hukum pemegang saham

    minoritas pada transaksi benturan kepentingan PT. Karwell Indonesia, Tbk.

    Putusan oleh mayoritas dalam RUPS tidak selamanyafairbagi pemegang saham

    minoritas dikarenakan prinsip majority ruledan one share one vote. Hal ini yang

    seringkali merugikan kepentingan pemegang saham minoritas meskipun

    pengambilan suara diambil dengan cara demokratis. Skripsi ini disusun dengan

    metode penulisan hukum normatif untuk menghasilkan data yang bersifatdeskriptif analitis. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa perlindungan pemegang

    saham tidak diterapkan baik oleh Direksi karena menyalahi prinsip fiduciary

    duties dan statutory duty. Hal ini dilihat dari pelanggaran terhadap hak pemegang

    saham minoritas yaitu tidak dilakukannya penilaian, tidak dilakukannya

    keterbukaan informasi segera setelah transaksi, dan tidak dilakukan RUPS

    Independen. Di sisi lain, BAPEPAM-LK melalui kewenangannya telah

    melindungi kepentingan pemegang saham minoritas dengan memberikan sanksi

    denda administratif.

    Kata Kunci:

    Pemegang saham minoritas, perlindungan dan transaksi benturan kepentingan

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    9/159

    ix Universitas Indonesia

    ABSTRACT

    Name : Bayu Aji Saputro

    Study Program : LawTitle : Law Protection of Minority Shareholder in Conflict of Interest

    Transaction at Capital Market (Case Study: Asset Sales

    Transaction Karwell Indonesia, Public Company).

    This thesis discusses concerning analysis law protection of minority shareholders

    in conflict of interest transaction of Karwell Indonesia, Public Company. The

    decision by the majority shareholders in the General Meeting Shareholders

    (GMS) is not always fair for minority shareholders because of the principle of

    majority rule and one share one vote. This thesis organized by normative legal

    writing methods to generate data that is descriptive anlytical. The proceed of

    research conclude that shareholders protection is not implemented by Board ofDirector because violation of the principle of fiduciary duty and statutory duty. It

    is seen from violation of the rights of minority shareholders is not doing apraisal,

    did not commit the disclosure of information immediately after transaction, and

    not done Independent GMS. On the other hand, Capital Market and Financial

    Institution Supervisory Agency has been protecting the interest by an

    administrative penalty.

    Kata Kunci:

    Minority shareholders, protection and conflict of interest transaction.

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    10/159

    x Universitas Indonesia

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

    LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... ii

    LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii

    KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

    LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................ vii

    ABSTRAK ...................................................................................................... viii

    ABSTRACT ...................................................................................................... ix

    DAFTAR ISI . x

    DAFTAR GAMBAR xii

    1. PENDAHULUAN 11.1Latar Belakang 11.2Pokok Permasalahan .. 61.3Tujuan Penulisan 61.4Definisi Operasional .. 71.5Metode Penu 101.6Sistematika Penulisan 13

    2. GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN PERLINDUNGAN

    PEMEGANG SAHAM MINORITAS DALAM PASAR

    MODAL........................................................................ 15

    2.1Good Corporate Governance di Pasar Modal...................................... 152.1.1Pengertian Good Corporate Governance . 162.1.2Prinsip prinsip Good Corporate Governance . 19

    2.1.2.1 Prinsip Transparansi ..................................................... 19

    2.1.2.2 Prinsip Keadilan ........................................................... 20

    2.1.2.3 Prinsip Akuntabilitas .................................................... 21

    2.1.2.4 Prinsip Responsibilitas ................................................. 22

    2.1.3Manfaat Penerapan Good Corporate Governance..................... 232.1.4Pedoman Umum Good Corporate Governance.......................... 242.1.5Implementasi Good Corporate Governance di Pasar Modal ..... 25

    2.2Prinsip Keterbukaan dalam Pasar Modal Indonesia............................. 322.2.1Pengertian Prinsip Keterbukaan di Pasar Modal ............... .... 322.2.2Pengaturan Prinsip Keterbukaan di Indonesia .... 42

    2.3Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Saham Minoritas Dalam PasarModal ...................................................................................... 45

    2.3.1 Pengertian Pemegang Saham Minoritas ................................. 45

    2.3.2 Hak-hak Pemegang Saham Minoritas ..................................... 48

    3. TRANSAKSI BENTURAN KEPENTINGAN DAN PERANAN

    BAPEPAM-LK DALAM PERLINDUNGAN PEMEGANG SAHAM

    MINORITAS ........................................... 61

    3.1Transaksi Benturan Kepentingan .. 613.1.1Pengertian dan Pengaturan Transaksi Benturan Kepentingan.. 61

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    11/159

    xi Universitas Indonesia

    3.1.2Jenis Transaksi Yang Mengandung Benturan Kepentingan..... 643.1.3Syarat Melakukan Benturan Kepentingan............................. 683.1.4Transaksi Yang Dikecualikan Sebagai Benturan Kepentingan... 72

    3.2Peranan BAPEPAM-LK Dalam Perlindungan Pemegang Saham MinoritasDi Pasar Modal.................................................. ... 743.2.1Konsep Pengawasan di Pasar Modal .......................... 743.2.2Visi dan Misi BAPEPAM-LK .................................................... 783.2.3Sejarah BAPEPAM-LK .............................................................. 793.2.4Kedudukan dan Struktur Organisasi BAPEPAM-LK ................. 823.2.5Fungsi dan Wewenang BAPEPAM-LK ..................................... 86

    3.2.5.1 Fungsi BAPEPAM-LK ................................................. 86

    3.2.5.2 Wewenang BAPEPAM-LK .......................................... 91

    3.3Perlindungan Pemegang Saham Minoritas Dalam Transaksi BenturanKepentingan Oleh BAPEPAM-LK................... 98

    4. ANALISIS TERHADAP KASUS PELANGGARAN TRANSAKSIBENTURAN KEPENTINGAN YANG DILAKUKAN PT. KARWELL

    INDONESIA, TBK. .................. 103

    4.1Profil Perusahaan.................. 1034.2Kasus Posisi: Pelanggaran Transaksi Benturan Kepentingan Atas

    Transaksi Penjualan Aset Perusahaan................................................... 105

    4.3Analisis Kasus Pelanggaran Transaksi Benturan Kepentingan AtasPenjualan Aset Perusahaan................................................ ... 110

    4.3.1 Analisis Aspek Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas

    ........................................................................................... 112

    4.3.2 Analisis Penerapan Sanksi BAPEPAM-LK Terhadap Pelanggaran

    Transaksi Benturan Kepentingan Perusahaan

    ................................................................................................. .. 121

    5. PENUTUP .. 134

    5.1Kesimpulan 1345.2Saran . 136

    6. DAFTAR REFERENSI 138

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    12/159

    xii Universitas Indonesia

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 3.1. Struktur Kelembagaan Pasar Modal ............... . 83

    Gambar 4.1. Rincian Anak Perusahaan .......................... . 105

    Gambar 4.2. Hubungan Kepengurusan PT. Karwell Indonesia, Tbk dan PT Kaho

    Indah Citragarment ............................... 110

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    13/159

    viii Universitas Indonesia

    ABSTRAK

    Nama : Bayu Aji Saputro

    Program Studi : Ilmu HukumJudul : Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas Dalam Suatu

    Transaksi Di Pasar Modal (Studi Kasus: Transaksi Penjualan

    Aset PT. Karwell Indonesia, Tbk.)

    Skripsi ini membahas mengenai analisis perlindungan hukum pemegang saham

    minoritas pada transaksi benturan kepentingan PT. Karwell Indonesia, Tbk.

    Putusan oleh mayoritas dalam RUPS tidak selamanyafairbagi pemegang saham

    minoritas dikarenakan prinsip majority ruledan one share one vote. Hal ini yang

    seringkali merugikan kepentingan pemegang saham minoritas meskipun

    pengambilan suara diambil dengan cara demokratis. Skripsi ini disusun dengan

    metode penulisan hukum normatif untuk menghasilkan data yang bersifatdeskriptif analitis. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa perlindungan pemegang

    saham tidak diterapkan baik oleh Direksi karena menyalahi prinsip fiduciary

    duties dan statutory duty. Hal ini dilihat dari pelanggaran terhadap hak pemegang

    saham minoritas yaitu tidak dilakukannya penilaian, tidak dilakukannya

    keterbukaan informasi segera setelah transaksi, dan tidak dilakukan RUPS

    Independen. Di sisi lain, BAPEPAM-LK melalui kewenangannya telah

    melindungi kepentingan pemegang saham minoritas dengan memberikan sanksi

    denda administratif.

    Kata Kunci:

    Pemegang saham minoritas, perlindungan dan transaksi benturan kepentingan

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    14/159

    ix Universitas Indonesia

    ABSTRACT

    Name : Bayu Aji Saputro

    Study Program : LawTitle : Law Protection of Minority Shareholder in Conflict of Interest

    Transaction at Capital Market (Case Study: Asset Sales

    Transaction Karwell Indonesia, Public Company).

    This thesis discusses concerning analysis law protection of minority shareholders

    in conflict of interest transaction of Karwell Indonesia, Public Company. The

    decision by the majority shareholders in the General Meeting Shareholders

    (GMS) is not always fair for minority shareholders because of the principle of

    majority rule and one share one vote. This thesis organized by normative legal

    writing methods to generate data that is descriptive anlytical. The proceed of

    research conclude that shareholders protection is not implemented by Board ofDirector because violation of the principle of fiduciary duty and statutory duty. It

    is seen from violation of the rights of minority shareholders is not doing apraisal,

    did not commit the disclosure of information immediately after transaction, and

    not done Independent GMS. On the other hand, Capital Market and Financial

    Institution Supervisory Agency has been protecting the interest by an

    administrative penalty.

    Kata Kunci:

    Minority shareholders, protection and conflict of interest transaction.

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    15/159

    1

    Universitas Indonesia

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pembangunan nasional merupakan kehendak untuk terus menerus

    meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil dan

    merata, serta mengembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan negara

    yang maju dan demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

    1945.1 Untuk mencapai sasaran tersebut dibutuhkan berbagai sarana penunjang,

    antara lain berupa tatanan hukum yang mendorong, menggerakkan dan

    mengendalikan berbagai kegiatan pembangunan di bidang ekonomi. Salah satu

    tatanan hukum yang diperlukan dalam menunjang pembangunan ekonomi adalah

    ketentuan di bidang Pasar Modal yang pada saat ini didasarkan Undang-undang

    No. 8 Tahun 1995. Selain itu dibutuhkan pula adanya prasarana berupa

    infrastruktur yang baik dan memadai agar mampu memperlancar arus kegiatan

    ekonomi berupa lembaga-lembaga dan instansi-instansi penunjang kegiatan di

    dalam bidang Pasar Modal.

    Pasar modal bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

    dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas ekonomi ke

    arah peningkatan kesejahteraan rakyat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,

    Pasar Modal mempunyai peran strategis sebagai salah satu sumber pembiayaan

    bagi dunia usaha, termasuk usaha menengah dan kecil untuk pembangunan

    usahanya, sedangkan disisi lain Pasar Modal juga merupakan wahana investasi

    bagi masyarakat, termasuk pemodal kecil dan menengah.2

    1Indonesia, Undang-undang tentang Pasar Modal, UU No. 8 LN No. 64Tahun 1945 TLN No.

    3608, Penjelasan Umum.

    2Ibid.

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    16/159

    2

    Universitas Indonesia

    Pasar modal merupakan bagian dari pasar keuangan3 (financial market)

    yang mengalami perkembangan besar sehingga mendorong perkembangan

    ekonomi. Pada tahun 2010 pasar modal di Indonesia menunjukkan perkembanganpesat dimana hal ini dapat dilihat melalui data Indeks Harga Saham Gabungan

    (IHSG) Bursa Efek Indonesia pada akhir perdagangan Rabu, 29 Desember 2010,

    ditutup pada posisi 3.699,22 atau menguat sebesar 45,96% dibandingkan posisi

    penutupan pada hari perdagangan terakhir tahun 2009 yang berada pada posisi

    2.543,36. Seiring penguatan IHSG, nilai kapitalisasi pasar saham BEI juga

    mengalami peningkatan sebesar 60,63%, dari Rp2.019,38 trilliun pada akhir tahun

    2009 menjadi Rp3.243,77 triliun pada akhir perdagangan tanggal 29 Desember

    2010. Total nilai transaksi saham di BEI sepanjang tahun 2010 hingga 29

    Desember 2010 mencapai Rp1.294,27 trilliun. Angka ini meningkat sebesar

    28,10% dari total nilai transaksi saham sepanjang tahun 2009 sebesar Rp975,21

    trilliun. Demikian juga nilai transaksi rata-rata harian mengalami peningkatan dari

    Rp4,05 trilliun per hari pada tahun 2009 menjadi Rp5,12 trilliun per hari pada

    tahun 2010. Dilihat dari nilai bersih transaksi saham yang dilakukan oleh investor

    asing, sepanjang tahun 2009 terjadi aliran masuk dana asing (net inflow of foreign

    capital) sebesar Rp13,78 triliun. Angka ini meningkat cukup signifikan sepanjang

    tahun 2010 menjadi Rp 26,74 triliun hingga 29 Desember 2010.4 Dari data

    tersebut, pasar modal terlihat jelas sebagai salah satu alternatif pembiayaan

    pembangunan, dapat memfasilitiasi perkembangan ekonomi pasar.5 Dalam

    hubungan ini swasta akan menjadi motor dalam kegiatan ekonomi (private sector

    leads growth economy).

    Sebagai penggerak ekonomi, perusahaan terbuka harus melakukan tindakan-

    tindakan yang bertujuan meningkatkan kualitas perusahaan agar investor di pasar

    3Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia,( Jakarta: Prenada

    Media,2007) hal.13 yang menyatakan bahwa pasar keuangan meliputi kegiatan pasar uang (moneymarket), pasar modal (capital market) dan lembaga pembiayaan lainnya seperti sewa beli(leasing), anjak piutang (factoring), modal ventura (venture capital), kartu kredit.

    4Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Kementrian Keuangan

    Republik Indonesia, Siaran Pers Akhir Tahun 2010.

    5 Robert Pardy, Institutional Reform in Emerging Securities Markets, The World Bank,

    Washington DC-USA, 1992, hal 2.

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    17/159

    3

    Universitas Indonesia

    modal semakin tertarik. Tindakan ini semua harus berdasarkan maksud dan tujuan

    perusahaan seperti berbagai macam transaksi-transaksi yang dilakukan

    perusahaan. Transaksi tersebut termasuk pula transaksi penjualan saham atau asetyang dimiliki dengan berbagai macam latar belakang.

    Dalam suatu proses penjualan saham atau aset perusahaan terbuka, harus

    memperhatikan ketentuan-ketentuan di pasar modal antara lain Undang-undang

    No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, peraturan Bapepam-LK dan bursa efek di

    mana efek tersebut dicatatkan. Disamping itu, harus mematuhi ketentuan-

    ketentuan sebagaimana dimaksud Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

    Perseroan Terbatas dan peraturan pelaksananya.

    Salah satu alasan mengapa hak-hak pemegang saham minoritas perlu

    dilindungi adalah karena sifat putusan oleh mayoritas dalam suatu RUPS yang

    tidak selamanya fair bagi pemegang saham minoritas, meskipun cara pengambilan

    keputusan tersebut dianggap paling demokratis. Hal ini disebabkan dengan sistem

    putusan mayoritas tersebut, bisa saja seorang yang sudah membiayai perusahaan

    sampai 48% mempunyai kedudukan yang hampir sama dalam memberikan suara

    dengan pemegang hanya 1% saham dan akan sangat berbeda dengan pemegang

    saham 51%. Hal ini akan menimbulkan ketidakadilan diantara pemegang saham.

    Oleh karena itu, untuk menjaga agar terdapat keadilan bagi setiap pemegang

    saham, timbulah prinsip yang disebut dengan kekuasaan mayoritas dengan

    perlindungan minoritas (majority rule minority protection).6 Selain itu, hal

    tersebut dapat terjadi adanya prinsip one share one vote karena UUPT

    menentukan setiap saham yang dikeluarkan oleh perusahaan mempunyai satu hak

    suara.

    Disamping alasan yang dikemukakan sebelumnya agar pertumbuhan

    ekonomi dapat terlaksana dengan baik dan cepat, dalam menyelenggarakan

    transaksi di atas, pasar modal harus menjunjung tinggi prinsip Good Corporate

    Governance (GCG). Pelaksanaan GCG dianggap sebagai terapi yang paling

    manjur untuk membangun kepercayaan antara pihak manajemen dan penanam

    6Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, cet. 1, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,

    2001), hal. 172.

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    18/159

    4

    Universitas Indonesia

    modal beserta krediturnya, sehingga pemasukan modal bisa terjadi kembali, yang

    pada gilirannya dapat membantu proses pemulihan ekonomi di Indonesia.7Prinsip

    GCG secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikanperusahaan yang menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua

    stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama, pentingnya

    hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada

    waktunya dan, kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan

    (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi

    kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder.8

    Seringkali transaksi efek di pasar modal, dilakukan oleh perusahaan yang

    ternyata memiliki hubungan afiliasi. Dalam proses transaksi perusahaan tersebut

    adakalanya terjadi benturan kepentingan, yaitu perbedaan antara kepentingan

    ekonomis perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi direktur, komisaris,

    pemegang saham utama dalam suatu transaksi yang dapat merugikan Perusahaan

    karena adanya penetapan harga yang tidak wajar.9 Pada dasarnya pelanggaran

    ketentuan benturan kepentingan transaksi tertentu adalah tindakan yang melampui

    kekuasaan direksi. Walaupun transaksi benturan kepentingan dapat merugikan

    perusahaan tetap saja bukan merupakan suatu transaksi yang dilarang akan tetapi

    transaksi yang harus diatur pelaksanaannya. Alasan dasarnya adalah meskipun

    transaksi yang menguntungkan dan transaksi yang merugikan terkesan mudah

    untuk dibedakan akan tetapi dalam praktek seringkali sulit untuk menilai apakah

    suatu transaksi menguntungkan atau merugikan. Tidak jarang perusahaan

    mengalami kondisi dimana transaksi yang tampak merugikan sebenarnya

    merupakan suatu transaksi yang menguntungkan. Karena transaksi yang tampak

    merugikan sebenarnya menguntungkan perusahaan, maka tentunya kegiatan

    tersebut tidak boleh dilarang. Disinilah perlunya ada ketentuan yang mengatur

    7Irsan Nasarudin dan Indra Surya, op. cit., hal. 96.

    8 Thomas S. Kaihatu, Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia.puslit.petra.ac.id/journals/pdf.php?PublishedID=MAN06080101 diunduh 20 Februari 2011.

    9 Peraturan Bapepam No. IX.E.1 tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan

    Tertentu.

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    19/159

    5

    Universitas Indonesia

    prosedur untuk melakukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan.10

    Pengaturan secara eksplisit mengenai transaksi benturan kepentingan terdapat

    dalam Pasal 82 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang PasarModal. Pengaturan sebagaimana dimaksud merupakan salah satu manivestasi dari

    pelaksanaan prinsip GCG khususnya pemberian perlindungan hukum bagi

    pemegang saham minoritas.

    Pada dasarnya pelanggaran ketentuan benturan kepentingan transaksi tertentu

    adalah tindakan yang melampui kekuasaan yang dimiliki oleh direksi. Direksi

    yang menyetujui pelaksanaan transaksi benturan kepentingan tanpa mendapat

    persetujuan pemegang saham melalui RUPS adalah perbuatan yang dikategorikan

    melanggar hukum, sedangkan jika seorang anggota direksi, anggota dewan

    komisaris, atau pemegang saham utama mempengaruhi tindakan perusahaan

    untuk melakukan transaksi benturan kepentingan tanpa persetujuan RUPS

    merupakan contoh perbuatan yang melampui kewenangan (ultra vires).11 Disini

    terlihat terdapat kewajiban dari direksi untuk menjalankan pengurusan dari

    perusahaan dengan suatu itikad baik dan bertanggung jawab.

    Salah satu contoh kasus di bidang pasar modal yang ditengarai sebagai

    transaksi yang mengandung benturan kepentingan dan dapat merugikan

    kepentingan pemegang saham minoritas adalah kasus penjualan aset PT. Karwell

    Indonesia, Tbk.12kepada afiliasi yaitu PT. Kaho Indah Citragarment. PT. Karwell

    Indonesia, Tbk. telah menjual sebagian kecil aset miliknya yaitu berupa mesin-

    mesin produksi milik perseroan yang dimiliki oleh Divisi Jaket Karwell kepada

    PT. Kaho Indah Garment pada tanggal 5 dan 15 Desember 2008 dengan Nilai Jual

    Total sebesar Rp10.636.053.000,00 dimana transaksi ini merupakan suatu

    transaksi yang memiliki sifat benturan kepentingan. PT. Kaho Indah Citragarment

    merupakan pihak terafiliasi Karwell dimana terdapat hubungan kepengurusan

    antara perseroan dengan PT. Kaho Indah Citragarment. Untuk dapat transaksi ini

    disetujui sebelumnya, Perseroan harus memenuhi ketentuan hukum dan peraturan

    10Warta Bapepam-LK Mei 2010, hal. 9.

    11M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, op. cit., hal. 244.

    12PT. Karwell, Tbk. merupakan perseroan yang bergerak dalam bidang industri pakaian jadi.

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    20/159

    6

    Universitas Indonesia

    yang berlaku di bidang pasar modal serta penerapan prinsip keterbukaan sebagai

    perusahaan publik. Untuk itu transaksi ini harus mendapat pula persetujuan

    pemegang saham independen melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa(RUPS-LB) Perseroan. Akan tetapi, berdasarkan hasil pemeriksaan dan

    penyidikan dari BAPEPAM-LK PT. Karwell Indonesia, Tbk. tidak melakukan

    kewajiban RUPS-LB sehingga hal ini tentu saja dapat merugikan kepentingan

    pemegang saham minoritas dalam perseroan.

    Berdasarkan latar belakang di atas, perlindungan terhadap pemegang saham

    minoritas dalam suatu transaksi benturan kepentingan merupakan hal yang sangat

    penting dan perlu dilindungi secara hukum. Oleh karena itu, penulis ingin meneliti

    lebih jauh dan membahasnya dalam skripsi penulis yang berjudul Perlindungan

    Hukum Pemegang Saham Minoritas Dalam Suatu Transaksi Benturan

    Kepentingan di Pasar modal (Studi Kasus: PT.Karwell Indonesia, Tbk.).

    1.2 Pokok Permasalahan

    Dari paparan di atas, maka masalah yang diangkat oleh penulis adalah:

    a. Bagaimana konsep good corporate governance dan bentuk perlindungan

    hukum terhadap pemegang saham minoritas dalam suatu transaksi

    benturan kepentingan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

    berlaku?

    b. Bagaimana suatu transaksi benturan kepentingan dan peranan dari

    otoritas pasar modal dalam hal ini BAPEPAM-LK terhadap perlindungan

    pemegang saham minoritas dalam transaksi benturan kepentingan?

    b. Bagaimana analisis yuridis terhadap pelanggaran peraturan tentang

    transaksi benturan kepentingan pada kasus transaksi saham PT. Karwell

    Indonesia, Tbk. ?

    1.3 Tujuan Penulisan

    Penulisan skripsi ini memiliki tujuan yang akan dicapai oleh penulis,

    sehingga penulisan ini akan lebih terarah dan tepat sasaran. Tujuan dari penulisan

    ini adalah:

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    21/159

    7

    Universitas Indonesia

    1.3.1 Tujuan Umum

    Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk memberikan sumbangan

    pemikiran dan pemecahan dalam bidang hukum pasar modal, serta untukmenambah wawasan wacana keilmuan di bidang pasar modal khususnya pada

    masalah perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas dalam suatu

    transaksi benturan kepentingan.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    Selain itu tujuan khusus dari penulisan skripsi ini adalah:

    a. mengetahui konsep good corporate governance dan bentuk perlindungan

    hukum terhadap pemegang saham minoritas dalam suatu transaksi benturan

    kepentingan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

    b. mengetahui transaksi benturan kepentingan dan peranan dari otoritas pasar

    modal dalam hal ini BAPEPAM-LK dalam perlindungan pemegang saham

    minoritas di transaksi benturan kepentingan; dan

    c. mengetahui analisis yuridis terhadap pelanggaran peraturan tentang transaksi

    benturan kepentingan pada kasus transaksi saham PT. Karwell Indonesia, Tbk..

    1.4 Definisi Operasional

    Di dalam penelitian hukum normatif maupun sosiologis atau empiris,

    dimungkinkan untuk menusun definisi operasional yang didasarkan atau diambil

    dari peraturan perundang-undangan tertentu.13 Definisi operasional merupakan

    pegangan konkret dalam proses penelitian untuk memberikan batasan yang tegas

    terhadap suatu istilah dan menghindari multi interpretasi.14 Adapun beberapa

    definisi operasional yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam proses

    pengumpulan, pengolahan, analisa, dan konstruksi data dalam penulisan skripsi

    ini adalah sebagai berikut:

    13 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. 3,(Jakarta: Penerbit Universitas

    Indonesia, 1986), hal. 137.

    14Ibid, hal. 140.

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    22/159

    8

    Universitas Indonesia

    1. Afiliasi

    Di dalam Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal,

    pengertian dari Afiliasi adalah:Afiliasi adalah :

    a. hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat

    kedua, baik secara horizontal maupun vertikal;

    b. hubungan antara Pihak dengan pegawai, direktur, atau komisaris dari

    Pihak tersebut;

    c. hubungan antara 2 (dua) perusahaan di mana terdapat satu atau lebih

    anggota direksi atau dewan komisaris yang sama;

    d. hubungan antara perusahaan dan Pihak, baik langsung maupun tidak

    langsung, engendalikan atau dikendalikan oleh perusahaan tersebut;

    e. hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan, baik langsung

    maupun tidak langsung, oleh Pihak yang sama; atau

    f. hubungan antara perusahaan dan pemegang saham utama15

    2. Benturan Kepentingan

    Berdasarkan Peraturan Bapepam No. IX.E.1 tentang Transaksi Afiliasi dan

    Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu diatur pengertian tentang

    benturan kepentingan:

    Benturan Kepentingan adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis

    Perusahaan dengan Kepentingan ekonomis pribadianggota Direksi, anggotaDewan Komisaris, atau pemegang saham utama yang dapat merugikan

    Perusahaan yang dimaksud.16

    3. Bursa Efek

    Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem

    dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli Efek Pihak-

    Pihak lain dengan tujuan memperdagangkan Efek di antara mereka.17

    15Indonesia, Undang- undang Tentang Pasar Modal, op. cit., ps.1 angka 1.

    16 Badan Pengawas Pasar Modal, Peraturan Bapepam Lampiran Keputusan Ketua BadanPengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-412/BL/2009 Tentang Transaksi

    Afiliasi dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu. Peraturan Nomor IX.E.1, angka 1 huruf e.

    17Indonesia, Undang- undang Tentang Pasar Modal, op. cit., ps. 1 angka 4.

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    23/159

    9

    Universitas Indonesia

    4. Informasi atau Fakta Material

    Informasi atau fakta material adalah informasi atau fakta penting yang

    relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhiharga Efek pada Bursa Efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal,

    atau Pihak Lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.18

    5. Pasar Modal

    Secara praktis, pengertian dari pasar modal adalah pasar yang memfasilitasi

    penerbitan dan perdagangan surat berharga keuangan atau yang dikenal

    dengan istilah efek. Secara normatif, berdasarkan Undang-undang No. 8

    Tahun 1995 Tentang Pasar Modal definisi dari pasar modal adalah:

    Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum

    dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

    diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.19

    6. Pemegang Saham Independen

    Pemegang saham independen adalah pemegang saham yang tidak

    mempunyai Bentruran Kepentingan sehubungan dengan suatu Transaksi

    tertentu dan/atau bukan merupakan Afiliasi dari anggota Direksi, anggota

    Dewan Komisaris atau pemegang saham utama yang mempunyai benturan

    kepentingan terhadap Transaksi tertentu. 20

    7. Perseroan

    Perseroan adalah perseroan terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1

    angka 1 Ketentuan Umum Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentnag

    Perseroan Terbatas.21 Undang-undang tentang Perseroan Terbatas telah

    mengalami perubahan pada tahun 2007 yaitu dengan dikeluarkannya

    18Ibid, Ps. 1 angka 7.

    19Ibid., ps.1 angka 13.

    20Badan Pengawas Pasar Modal, Peraturan Bapepam tentang Transaksi Afiliasi dan BenturanKepentingan,op. cit.,angka 1 huruf f.

    21Indonesia, Undang- undang Tentang Pasar Modal op. cit., Ps. 1 angka 20.

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    24/159

    10

    Universitas Indonesia

    Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

    Berdasarkan Undang-undang ini definisi dari perseroan terbatas adalah:

    Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badanhukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan

    perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya

    terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam

    Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.22

    8. Prinsip Keterbukaan

    Prinsip keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan Emiten,

    Perusahaan Publik, dan Pihak lain yang tunduk pada Undang-undang ini

    untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat

    seluruh informasi Material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat

    berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap Efek dimaksud dan atau

    harga Efek tersebut.23

    9. Transaksi

    Transaksi adalah aktivitas dalam rangka:

    1) memberikan dan/atau mendapat pinjaman;2) memperoleh, melepaskan, atau menggunakan aset termasuk dalam

    rangka menjamin;

    3) memperoleh, melepaskan, dan atau menggunakan jasa atau efek suatu

    perusahaan atau Perusahaan Terkendali; atau

    4) mengadakan kontrak sehubungan dengan aktivitas sebagaimana

    dimaksud dalam butir 1), butir 2), dan butir 3),

    yang dilakukan dalam satu kali transaksi atau dalam suatu rangkaian

    transaksi untuk suatu tujuan atau kegiatan tertentu.24

    22Indonesia, Undang-undang Tentang Perseroan Terbatas, UU No. 40 Tahun 2007, LN No.

    106 TLN No. 4756, Ps.1 angka 1.

    23Indonesia, Undang- undang Tentang Pasar Modal op. cit., Ps. 1 angka 25.

    24Badan Pengawas Pasar Modal, Peraturan Bapepam tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan

    Kepentingan,op. cit.,angka 1 huruf c.

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    25/159

    11

    Universitas Indonesia

    1.5 Metode Penulisan

    Dalam suatu penelitian Metode Penelitian merupakan hal yang sangat

    penting dan merupakan blueprint suatu penelitian, artinya segala gerak danaktivitas penelitian tercermin di dalam Metode Penelitian.25 Penelitian hukum

    merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan

    pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala

    hukum tertentu, dengan cara melakukan analisis. Selain itu, diadakan pula

    pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum yang relevan, untuk kemudian

    mengupayakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul

    dalam gejala yang bersangkutan.26

    Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan yang bersifat

    yuridis normatif dengan mempergunakan bahan pustaka atau data sekunder, yang

    diperoleh melalui perpustakaan, yaitu perpustakaan Fakultas Hukum Universitas

    Indonesia, perpustakaan Universitas Indonesia, perpustakaan Badan Pengawas

    Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Kementrian Keuangan Republik Indonesia

    (BAPEPAM-LK), dan Pusat Referensi Pasar Modal. Dalam penelitian ini

    pengolahan data pada hakikatnya berarti kegiatan untuk mengadakan sistematisasi

    terhadap bahan-bahan hukum tertulis. Sistematisasi berarti membuat klasifikasi

    terhadap bahan-bahan tertulis tersebut untuk memudahkan pekerjaan analisa dan

    konstruksi.

    Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data primer dan data sekunder.

    Data primer dikumpulkan dengan melakukan wawancara terhadap nara sumber

    yang berhubungan dengan objek yang diteliti27, yakni pejabat dari instansi terkait

    yaitu dari BAPEPAM-LK RI. Yang mendasari diperlukannya wawancara dengan

    pihak BAPEPAM-LK oleh Penulis, dikarenakan perlunya suatu dasar

    pertimbangan secara yuridis dan filosofis mengapa Bapepam-Lk memutuskan

    25 Sri Mamudji et. al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Badan Penerbit

    Hukum Universitas Indonesia, 2005), hlm. 21.

    26Soerjono Soekanto, op. cit.,hal. 43.

    27 Valerine Kriekhof, et.al., Metode Penelitian hukum, (Depok: Badan Penerbit Fakultas

    Hukum Universitas Indoensia, 2000), hal. 31.

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    26/159

    12

    Universitas Indonesia

    untuk menghukum PT. Karwell Indonesia, Tbk. atas tindakan transaksi benturan

    kepentingan yang dilakukannya. Selanjutnya untuk data sekunder, Penulis

    mengumpulkan dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahanhukum tersier, sebagai berikut:

    1. Bahan Hukum PrimerBahan hukum primer adalah bahan hukum yang mencakup ketentuan

    perundang-undangan yang berlaku dan mempunyai kekuatan mengikat.28

    Maksud dari kekuatan mengikat disini adalah mengikat terhadap masyarakat,

    yaitu peraturan perundangan yang berkaitan dengan pokok permasalahan

    dalam penulisan skripsi ini. Dalam hal ini yang dipakai adalah bahan hukum

    antara lain:

    a. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal;b. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas; danc. Peraturan-peraturan Bapepam dan LK.

    1. Peraturan Nomor IX.E.1 tentang Transaksi Afiliasi dan BenturanKepentingan Transaksi tertentu; dan

    2. Peraturan Nomor X.K.1 tentang Keterbukaan Informasi Yang HarusSegera Diumumkan Kepada Publik.

    2. Bahan Hukum SekunderBahan-bahan yang termasuk bahan hukum sekunder yang berisi tentang

    informasi tentang bahan hukum primer dalam penulisan ini dapat diperoleh

    dari buku-buku, laporan, laporan penelitian skripsi, tesis mengenai pasar

    modal, perkembangan hukum pasar modal, serta sumber tertulis lainnya yang

    masih berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

    28Soerjono Soekanto, op. cit, hal.12.

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    27/159

    13

    Universitas Indonesia

    3. Bahan Hukum TersierBahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun

    penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

    29

    Bahanyang dipakai dalam hal ini adalah kamus, baik kamus hukum maupun kamus

    bahasa asing, serta ensiklopedia.

    1.6. Sistematika Penulisan

    Penulisan hukum ini dibagi atas 5 (lima) bab yang menjelaskan dan

    menggambarkan permasalahan secara terpisah tetapi merupakan suatu kesatuan.

    Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

    Bab 1 Pendahuluan

    Bagian pendahuluan yang akan menjelaskan secara garis besar,

    latar belakang, pokok permasalahan, tujuan penulisan, definisi

    operasional, metode penelitian yang digunakan, serta uraian

    mengenai sistematika penulisan skripsi ini.

    Bab 2 Good Corporate Governance dan Perlindungan Pemegang

    Saham Minoritas Di Pasar Modal

    Bab ini akan membahas pengertian, prinsip-prinsip dasar, manfaat

    good corporate governance,pedoman good corporate governance

    yang ada di Indonesia, serta implementasi good corporate

    governance di pasar modal. Selain itu disni juga akan dibahas

    mengenai prinsip keterbukan di dalam pasar modal, mulai dari

    pengertian, pelaksanaan prinsip keterbukaan di pasar modal

    Indonesia. Dan sebagai bagian penting dari good corporate

    governancemaka akan dibahas mengenai perlindungan pemegang

    saham minoritas dalam pasar modal yaitu pentingnya

    perlindungan, hak-hak pemegang saham minoritas.

    29Ibid., hal.12.

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    28/159

    14

    Universitas Indonesia

    Bab 3 Transaksi Benturan Kepentingan dan Peranan BAPEPAM-LK

    Dalam Perlindungan Pemegang Saham MinoritasBab ini akan membahas tentang pengertian dan pengaturan

    Transaksi Benturan Kepentingan di Pasar Modal, jenis transaksi

    benturan kepentingan, unsur benturan kepentingan transaksi

    tertentu, dan syarat melakukan benturan kepentingan transaksi

    tertentu. Selain itu akan dibahas mengenai peranan dari otoritas

    pasar modal yaitu BAPEPAM-LK dalam melindungi kepentingan

    pemegang saham minoritas dengan membahas konsep pengawasan

    di pasar modal, visi dan misi BAPEPAM-LK, fungsi dan

    kewenangan yang dimiliki oleh BAPEPAM-LK, penegakan

    hukum dan sanksi atas pelanggaran ketentuan mengenai benturan

    kepentingan.

    Bab 4 Analisis Terhadap Kasus Pelanggaran Transaksi Benturan

    Kepentingan Yang Dilakukan PT. Karwell Indonesia, Tbk.

    Bab ini membahas profil dari PT. Karwell Indonesia, Tbk. , kasus

    posisi dari transaksi PT. Karewell Indonesia dan analisis terhadap

    perlindungan pemegang saham minoritas dalam transaksi tersebut,

    serta analisis terhadap penerapan sanksi yang diberikan

    BAPEPAM-LK terhadap transaksi benturan kepentingan yang

    dilakukan PT. Karwell Indonesia, Tbk.

    Bab 5 Penutup

    Merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran

    yang menjelaskan secara singkat dengan memaparkan kesimpulan-

    kesimpulan berdasarkan pembahasan dari bab-bab sebelumnya

    beserta saran-saran yang dapat diberikan oleh

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    29/159

    Universitas Indonesia

    BAB 2

    GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN PERLINDUNGAN

    PEMEGANG SAHAM MINORITAS DALAM PASAR MODAL

    2.1. Good Corporate Governance di Pasar Modal

    Berbagai peristiwa dalam beberapa tahun terakhir ini telah menjadikan

    corporate governancesebuah isu penting di kalangan para eksekutif, organisasi-

    organisasi NGO, para konsultan korporasi, akademisi dan regulator (pemerintah)

    di bergai negara di dunia. Tentu kita masih mengingat Goldman Sachs, Bear

    Stern, Morgan Stanley, Merril Lynch, dan Lehman Brothers. Mereka masuk lima

    besar bank investasi di Amerika Serikat. Apa yang terjadi sekarang adalah

    setengah dari mereka sudah bangkrut dan di Indonesia pun tidak luput dari

    kejadian serupa. Sudah banyak perusahaan efek yang dicabut izinnya oleh

    pengawas pasar modal antara lain Sari Jaya Permana Sekuritas dan Antaboga

    Sekuritas.30 Corporate Governance telah menjadi salah satu isu paling penting

    pasca krisi tahun 2008 lalu bagi para pelaku usaha di negara kita. Sentralisasi isu

    ini dilatarbelakangi beberapa permasalahan yang terkait dengan trend di industri

    pasar modal, korporasi, pasar audit, tuntutan akan transparansi dan independensi

    dan krisis finansial asia.

    Kita tahu bahwa industri pasar modal menjadi salah satu barometer paling

    penting dalam suatu perekonomian negara. Melalui industri ini lahirpublic listed

    companies yakni perusahaan-perusahaan yang diizinkan untuk menawarkan

    saham mereka kepada publik setelah proses initial public offering(IPO). Melalui

    sistem ini pemodal atau investor kecil dapat turut memiliki saham sebuah

    perusahaan terbuka.Akan tetapi, industri pasar modal juga memunculkan banyak permasalahan

    mendasar. Sesuai dengan fungsinya, pasar modal mengubah nilai suatu

    perusahaan menjadi lebih finansial (nilai pasar dari saham suatu perusahaan). Dan

    dengan sejumlah alasan, nilai finansial sebuah perusahaan terbuka dapat

    30 Mas Achmad Daniri dan Angela Indirawati Simatupang, Penerapan Good Corporate

    Governance bagi Perusahaan Efekdimuat di Koran Tempo Edisi 17 Maret 2009.

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    30/159

    16

    Universitas Indonesia

    dicitrakan jauh di atas, atau sebaliknya terjerumus jauh di bawah, nilai

    ekonominya yang sesungguhnya. Hal ini melahirkan tuntutan agar perusahaan-

    perusahaan tersebut dikelola dengan sebaik-baiknya, bagi kesejahteraan pihak-

    pihak yang berkepentingan (stakeholder), terutama agar kepentingan pemegang

    saham minoritas terlindungi dengan semestinya.

    Penerapan prinsip good corporate governance (GCG) yang didukung

    dengan regulasi yang memadai, akan mencegah berbagai bentuk overstated,

    ketidakjujuran dalamfinancial disclosureyang merugikan stakeholders, misalnya

    karena eksploitasi yang jauh melampui kinerja perusahaan sesungguhnya.

    2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance

    Usaha untuk melembagakan corporate governance pertama kalinya

    dilakukan oleh Bank of England dan London Stock Exchange pada tahun 1992

    dengan membentuk Cadbury Comitte (Komite Cadbury), yang bertugas

    menyusun corporate governance code yang menjadi acuan (benchmark) di

    banyak negara. Komite cadbury mendefinisikan corporate governance sebagai

    berikut:31

    Corporate Governance adalah sistem yang mengarahkan danmengendalikan Perseroan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan

    antara kekuatan kewenangan yang diperlukan Perseroan, untuk menjamin

    kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders.

    Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer,

    pemegang saham, dan sebagainya.

    Gagasan mengenai corporate governancesebagai upaya memulihkan krisis

    ekonomi mulai diperbincangkan oleh Organization for Economic Cooperation

    and Development (OECD) yang banyak diadopsi oleh banyak negara. OECD

    mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai:

    Corporate governance is a set relationship between a companys

    management , its board, its shareholders and other stakeholders. It provides

    structures. Efective corporate governance establishes system of check and

    balances over the control of firm thereby reducing the chance of

    31 Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance;

    Mengesampingkan Hak-hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha (Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group, 2006), hlm. 24.

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    31/159

    17

    Universitas Indonesia

    mismanagement and misuse of corporate assets, while creating an incentive

    structure of managers to maximize the firms value.32

    Dari rumusan di atas, OECD mengartikan Corporate Governance adalah

    suatu perangkat dari hubungan antara suatu managemen perseroan, dewan

    pengurusnya, para pemegang sahamnya dan penunjang lainnya. Hal itu

    membentuk suatu struktur. Keberhasilan Corporate Governance membentuk

    suatu sistem check and balances di bawah kontrol dari suatu Perseroan dengan

    demikian mengurangi kesempatan dari kesalahan managemen dan kesalahan

    penggunaan dari aset-aset Perseroan, sementara membuat sebuah struktur

    pendorong pimpinan-pimpinan untuk memaksimalkan perseroan.

    Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI)33 mendefinisikan

    corporate governance sebagai:

    Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur

    hubungan antara pemegang saham, pengurus perusahaan, pihak kreditur,

    pemerintah, karyawan, serta para pemegang saham kepentingan internal dan

    eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka

    atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Tujuan

    Corporate Governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua

    pihak yang berkepentingan (stakeholders).34

    Definisi yang diberikan oleh Komite Nasional Good Corporate

    Governance:

    GCG sebagai pola hubungan, sistem serta proses yang digunakan oleh organ

    Perseroan (direksi dan dewan komisaris) guna memberi nilai tambah kepada

    para pemegang saham secara berkesinambungan dalam jangka panjang,

    berlandaskan peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku,

    dengan tetap memperhatikan kepentingan para pemegang kepentingan

    lainnya. Pola hubungan, sistem serta proses itu sendiri berjalan berdasarkan

    32 Viraguna Bagus Oka, Good Corporate Governance pada Perbankan dalam Prosiding:Perseroan Terbatas dan Good Corporate Governance, cet. IV, (Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum,

    2006), hal. 7.

    33 FCGI adalah forum terbuka dari asosiasi bisnis yang mempunyai tujuan untuk

    mempromosikan penerapan standar yang sebaik mungkin di bidang Corporate Governance diIndonesia. Saat ini anggota FCGI adalah Asosiasi Emiten Indonesia, Ikatan Akuntan Indonesia,

    Indonesian Financial Executives Association, Masyarakat Transparansi Indonesia, AsosiasiPerseroan Efek Indonesia, Institute of Internal Auditors dan Indonesian Netherlands Association.

    34 I Nyoman Tjager,et. al., Corporate Governance: Tantangan dan Kesempatan bagiKomunitas Bisnis Indonesia, (Jakarta: PT. Prenhallindo, 2003), hal. 4.

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    32/159

    18

    Universitas Indonesia

    5 (lima) prinsip, yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,

    independensi dan kewajaran.35

    Definisi menurut The Indonesian Institute for Corporate Governance

    (IICG):

    Corporate Governance sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam

    menjalankan Perseroan dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang

    saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan

    stakeholdersyang lain.36

    Kemudian definisi berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep -

    117/M-MBU/2002 tentang penerapan praktek GCG pada BUMN:

    Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan

    oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha danakuntabilitas perseroan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam

    jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder

    lainnya, berlandaskan peraturan perundang-perundangan dan nilai-nilai

    etika.

    Terakhir definisi menurut Price Waterhouse Coopers:

    Corporate Governance terkait dengan pengambilan keputusan yang efektif.

    dibangun melalui kultur organisasi, nilai-nilai, sistem, berbagai proses,

    kebijakan-kebijakan dan struktur organisasi, yang bertujuan untuk mencapai

    bisnis yang menguntungkan, efisien, dan efektif dalam mengelola risiko dan

    bertanggung jawab dengan memperhatikan kepentingan stakeholders.37

    Dari berbagai macam definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Good

    Corporate Governance merupakan:

    1. suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran Dewan

    Komisaris, Direksi, Rapat Umum Pemegang Saham dan para Stakeholder

    lainnya;

    35 Kementrian BUMN, Keputusan Menteri BUMN tentang Penerapan Praktek Good

    Corporate Governance pada BUMN, Kepmeneg BUMN No.Kep-117/M-MBU/2002, Pasal 2 ayat(1).

    36Tim Corporate Governance BPKP, Modul I GCG Dasar-dasar Corporate Governance,

    (Jakarta:BPKP,2003), hlm.4-5.

    37 Price Waterhouse Coopers, Conseptual Model of Corporate Governance Definition,

    (Makalah disampaikan pada BPPN Workshop Recapitalised, Jakarta, 27 September 2000) dalam

    Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance: MengesampingkanHak-hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha, Cet ke-2, (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 27.

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    33/159

    19

    Universitas Indonesia

    2. suatu sistem check and balance mencakup pertimbangan kewenangan atas

    pengendalian perseroan yang dapat membatasi munculnya dua peluang

    yaitu pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan aset Perseroan; dan

    3. suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perseroan, pencapaian

    dan pengukuran kerjanya.

    2.1.2 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

    Prinsip-prinsip GCG yang diimplementasikan pada perusahaan-perusahaan

    di Indonesia, berasal dari Organization for Economic Cooperation and

    Development (OECD) yang banyak diadopsi oleh banyak negara dengan

    mengemukakan 5 (lima) prinsip Corporate Governance, yaitu:1. perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham (The Rights of

    Shareholders);

    2. persamaan perlakuan terhadap seluruh pemegang saham (The Equitable

    Treatment of Shareholders);

    3. peranan stakeholders yang terkait dengan Perseroan dalam corporate

    governance(The Role of Stakeholders in CG)

    4. keterbukaan dan transparansi (Disclosure and Transparency); dan

    5. tanggung jawab direksi dan dewan komisaris (The Responsibilities of The

    Board).

    Dalam perkembangannya prinsip-prinsip Corporate Governance yang

    disusun oleh OECD di atas, menjadi salah satu acuan universal yang menjadi

    pijakan dalam pengembangan di banyak negara. Hal ini membuat dikenal empat

    prinsip dasar GCG yaitu transparansi (Transparency), keadilan (Fairness),

    akuntabilitas (Accountability) dan responsibilitas (Responsibility).38

    2.1.2.1 Prinsip Transparansi (Transparancy)

    Prinsip Transparansi menekankan bahwa keterbukaan harus diterapkan

    dalam setiap aspek di perusahaan yang berkaitan dengan kepentingan publik atau

    38 Holly J. Gregory dan Marsha E. Simms, Pengelolaan Perusahaan (Corporate

    Governance): Apa dan Mengapa Hal Tersebut Penting, Makalah, OECD by the Business SectorAdvisory Group on Corporate Governance, hal. 14-19 dalam Misahardi Wilamarta, Hak

    Pemegang Saham Minoritas Dalam Rangka Good Corporate Governance, (Jakarta: Program

    Pascasarjana, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hal. 57.

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    34/159

    20

    Universitas Indonesia

    pemegang saham. Transparansi dalam GCG adalah wujud pengelolaan

    perusahaan secara terbuka dan pengungkapan fakta yang akurat serta tepat waktu

    kepada stakeholders.39 Prinsip transparansi mengakui bahwa investor dan

    pemegang saham membutuhkan informasi mengenai kinerja suatu perusahaan,

    hasil keuangan dan operasionalnya. Transparansi bertujuan mengungkapkan

    keadaan perusahaan baik kedalam maupun keluar, seperti transparansi informasi

    keluar juga harus dibatasi, agar rahasia perusahaan tidak sampai terungkap karena

    dapat mengakibatkan kerugian pada perusahaan. Transparansi informasi yang

    menyangkut soal keuangan perusahaan dapat menimbulkan kepercayaan dan

    hubungan yang harmonis di antara pemegang saham, sehingga tidak timbul

    kecurigaan yang dapat menghambat atau menghacurkan perseroan.40

    Ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menjamin adanya transparansi

    dalam perusahaan, antara lain adanya ketentuan yang mewajibkan perusahaan

    untuk mengungkapkan transaksi penting, keterbukaan mengenai kepemilikan

    saham oleh direksi atau komisaris; ketentuan yang melarang perusahaan

    mengadakan transaksi tertentu yang mempunyai benturan kepentingan; ketentuan

    mengenai pemberian persetujuan pembatalan kontrak penjualan atau pembelian

    yang melebihi batas tertentu; ketentuan keharusan penandatanganan kontrak untuk

    penjaminan utang yang melebihi jumlah tertentu serta ketentuan pemberian

    persetujuan kredit yang melebihi batas tertentu dari nilai aktiva tahun buku

    terakhir.

    2.1.2.2 Prinsip Keadilan (Fairness)

    Prinsip Keadilan (Fairness) merupakan prinsip perlakuan yang adil bagi

    seluruh pemegang saham. Secara umum, GCG menjamin perlakuan yang samadan adil bagi seluruh pemegang saham, termasuk perlakuan yang adil dan

    perlindungan hukum bagi pemegang saham minoritas. Prinsip Keadilan dalam

    GCG mengandung dua hal yang terpisah.41 Pertama. adalah keadilan dalam

    39 Kantor Kementrian Negara Pendayagunaan BUMN/Badan Pembina BUMN, Corporate

    Governance dan Etika Korporasi, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hal. 33.

    40Ibid.

    41Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 133 Tahun 1999.

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    35/159

    21

    Universitas Indonesia

    rangka: pengelolaan perusahaan yang harus melindungi hak-hak pemegang

    saham; pengelolaan perusahaan yang harus dapat memastikan perlakuan yang

    sama bagi pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan pemegang

    saham asing. Agar perusahaan di Indonesia menjadi maju maka harus bersaing

    dengan negara-negara berkembang lainnya pelaku usaha PT di Indonesia baik PT

    tertutup maupun terbuka harus giat berbenah diri, introspeksi dan

    mengimplementasikan GCG yang merupakan prasyarat42 untuk membangun

    kembali atau memperbaiki kinerja perusahannya. Jadi keadilan yang dimaksud

    menyangkut perlakuan yang adil bagi para pemegang saham, yang menanamkan

    modalnya dalam PT, sehingga modal tersebut dapat digunakan dan dipertahankan

    melalui sistem yang memungkinkan modal tersebut tersedia pada saat diperlukan.

    Oleh karena itu, keadilan dalam rangka perlindungan hukum bagi pemegang

    saham minoritas harus benar-benar dilaksanakan. Keadilan yang demikian saat ini

    menjadi pemikiran dan pertimbangan bagi pengurus perseroan, karena Rule of

    Lawdan Law Enforcementdi Indonesia sangat buruk, demikian juga keamanan

    dalam rangka investasi kurang terjamin.43Kedua, semua pemegang saham harus

    mempunyai kesempatan untuk memperoleh ganti rugi bila hak-haknya dilanggar.

    Hal ini sangat membantu pemegang saham minoritas memanfaatkan hak-hak yang

    dimilikinya, mencegah tindakan perbuatan melanggar hukum yang dilakukan

    pemegang saham mayoritas yang tidak beritikad baik, seperti penggunaan aset

    yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan perusahaan atau transaksi yang

    dilakukan oleh pemegang saham mayoritas tanpa persetujuan pemegang saham

    minoritas.

    2.1.2.3 Prinsip Akuntabilitas (Accountability)Prinsip Akuntabilitas (Accountability) merupakan suatu perwujudan

    kewajiban untuk mempertanggung jawabkan keberhasilan atau kegagalan

    pelaksanaan visi dan misi perusahaan, untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-

    42

    Jusuf Anwar, Corporate Governance: A Prerequisite to Indonesias Economic Revival,Makalah, (Jakarta: Jakarta Convention Center, 2000), hal. 1.

    43

    Misahardi Wilamarta, op. cit., hal 60.

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    36/159

    22

    Universitas Indonesia

    sasaran yang telah ditetapkan. Akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban

    secara periodik dari pengurus perseroan.44 Prinsip Akuntabilitas mengandung

    kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala tindak tanduk dan kegiatan

    perusahaan di bidang administrasi keuangan kepada pihak yang berkepentingan.

    Media pertanggung jawaban dalam konsep akuntabilitas tidak terbatas pada

    laporan pertanggung jawaban saja, tetapi juga mencakup praktik-praktik

    kemudahan pemberi mandat untuk mendapatkan informasi.45 Akuntabilitas

    menyangkut perlindungan dan jaminan kepada setiap pemegang saham, agar

    dapat menyampaikan hak suaranya untuk berpartisipasi dalam RUPS tahunan

    maupun RUPS lainnya. Berkaitan dengan hal ini, maka kehadiran anggota direksi

    dan anggota komisaris independen diperlukan, agar dapat menghasilkan

    pengelolaan perusahaan yang lebih objektif dan bertanggungjawab. Melalui

    prinsip akuntabilitas (Accountabiity) dari GCG, konsep pemisahan antara pemilik

    atau pemegang saham dengan pengurus dalam rangka pengelolaan perusahaan

    menjadi jelas dan tegas. Melalui komisaris independen yang mulai membudaya

    dalam PT terbuka atau direktur independen, yang saat ini sedang diusahakan

    keberadaannya di PT Indonesia.

    2.1.2.4 Prinsip Responsibilitas (Responsibility)

    Prinsip responsibilitas (Responsibility) mencakup hal-hal yang terkait

    dengan pemenuhan kewajiban sosial perusahaan sebagai bagian dari masyarakat.

    Perusahaan dalam memenuhi pertanggung jawabannya kepada para shareholders

    dan stakeholders harus sesuai dengan hukum dan perundang-undangan yang

    berlaku. Secara singkat, perusahaan harus menjunjung tinggi supremasi hukum

    atau Rule of Law, antara lain harus mengikuti peraturan perpajakan, peraturanketenagakerjaan dan keselamatan kerja; peraturan kesehatan; peraturan

    lingkungan hidup; peraturan perlindungan konsumen dan larangan praktik

    44Ibid, hal. 61.

    45 Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan,

    Akuntabilitas dan Good Coporate Governance, (Jakarta: Lembaga Admnistrasi Negara, 2000),

    hal. 31.

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    37/159

    23

    Universitas Indonesia

    monopoli serta persaingan usaha tidak sehat.46Responsibilitas harus mengandung

    prinsip yang mencerminkan kinerja pengelolaan perusahaan yang baik; harus

    mengakui stakeholders dan mendorong kerjasama yang aktif antara perusahaan

    dengan stakeholders untuk menciptakan kemakmuran; harus menciptakan

    kesempatan kerja yang didukung oleh kesehatan finansial; harus ada kerjasama

    antara perusahaan dengan stakeholders agar dapat membantu kinerja perusahaan,

    sehingga tindakan perusahaan tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara

    sosial.

    2.1.3 Manfaat Penerapan Good Corporate Governance

    Adanya Good Corporate Governance mempunyai manfaat bagi sebuah

    perusahaan antara lain:47

    1. mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung

    pemegang saham sebagai akibat dari pendelegasian wewenang kepada pihak

    manajemen. Biaya-biaya ini dapat berupa kerugian yang diderita perusahaan

    sebagai akibat penyalahgunaan wewenang (wrong doing), ataupun berupa

    biaya pengawasan yang timbul untuk mencegah terjadinya hal tersebut;

    2. mengurangi biaya modal (cost of capital), yaitu sebagai dampak dari

    pengelolaan perusahaan yang baik tadi menyebabkan tingkat bunga atas

    dana atau sumber daya yang dipinjam oleh perusahaan semakin kecil seiring

    dengan turunnya tingkat resiko perusahaan;

    3. meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat meningkatkan citra

    perusahaan di mata publik dalam jangka panjang; dan

    4. menciptakan dukungan para stakeholder (para pemangku kepentingan)

    dalam lingkungan perusahaan tersebut terhadap keberadaan perusahaan danberbagai strategi dan kebijakan yang ditempuh perusahaan, karena

    umumnya mereka mendapat jaminan bahwa mereka juga mendapat manfaat

    maksimal dari segala tindakan dan operasi perusahaan dalam menciptakan

    kemakmuran dan kesejahteraan.

    46Kantor Menteri Negara Pendayagunaan BUKN/Badan Pembina BUMN, op. cit. , hal. 35.

    47

    Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya DalamKonteks Indonesia,edisi kedua (Jakarta : Ray Indonesia, 2006), hal. 16.

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    38/159

    24

    Universitas Indonesia

    2.1.3 Pedoman Umum Good Corporate Governance di Indonesia

    Pemerintah Indonesia membentuk Komite Nasional Kebijakan Corporate

    Governance (KNKCG) pada tanggal 19 Agustus 1999 yang terdiri dari 22

    anggota dari sektor swasta dan publik dengan pemerintah sebagai ketua. Komite

    ini kemudian mengeluarkan suatu pedoman GCG (Code of GCG) dengan tujuan

    agar dunia bisnis memiliki acuan dasar yang memadai mengenai konsep serta pola

    pelaksanaan GCG.

    Pelaksanaan GCG oleh dunia usaha tidak mungkin dapat diwujudkan tanpa

    adanya good public governance dan partisipasi masyarakat. Dari latar belakang

    itu, pemerintah menyadari sehingga pada bulan November 2004 melalui

    Keputusan Menko Bidang Perekonomian Nomor: KEP/49/M.EKON/11/2004

    telah menyetujui pembentukan Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)

    yang terdiri dari Sub-Komite Publik dan Sub-Komite Korporasi.48 Dengan

    dibentuknya KNKG, maka Keputusan Menko Ekuin Nomor KEP/31/M.

    EKUIN/08/1999 tentang Pembentukan KNKCG dinyatakan tidak berlaku lagi.49

    Pedoman GCG tersebut dimaksudkan agar bersifat dinamis, sehingga dari

    waktu ke waktu dapat disesuaikan dengan laju perkembangan pasar dan struktur

    masyarakat yang dinamis. Pedoman ini tidak diberlakukan sebagai Undang-

    undang, maka dari itu sifatnya tidak memaksa (mandatory), akan tetapi tetap

    memberi pengaruh besar bagi berbagai perusahaan di Indonesia dan pemerintah

    sebagai regulator. Adapun maksud dari pedoman ini adalah:50

    1. mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan

    yang didasarkan atas asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,

    independensi serta kesetaraan dan kewajaran;2. mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ

    perusahaan, yaitu dewan komisaris, direksi dan RUPS;

    48 Indonesia, Surat Keputusan Menteri Ekuin Nomor KEP/49/M.EKON/11/2004 tentang

    Pembentukan Komite Nasional Kebijakan Governance, tanggal 15 November 2004.

    49Komite Nasional Kebijakan Governance, Pedoman Good Corporate Governance Ver. 11-

    09-06, (Jakarta: Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006), hal. 2.

    50Ibid, hal.3.

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    39/159

    25

    Universitas Indonesia

    3. mendorong pemegang saham, anggota dewan komisari dan anggota dewan

    direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya

    dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan

    perundang-undangan;

    4. mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan

    terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar

    perusahaan;

    5. mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dan tetap

    memperhatikan pemangku kepentingan lainnya; dan

    6. meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional,

    sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus

    investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan.

    2.1.4 Implementasi Good Corporate Governance di Pasar Modal

    Peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal juga sangat terkait

    dengan implementasi prinsip-prinsip GCG, selain hukum perusahaan. Bila UUPT

    berlaku terhadap seluruh perseroan terbatas yang didirikan menurut hukum

    Indonesia, maka terhadap perusahaan publik, selain UUPT, berlaku juga peraturan

    di pasar modal yang mencakup kewajiban-kewajiban yang harus ditaati oleh

    perusahaan terbuka.

    UUPM juga memuat peraturan yang berkaitan dengan GCG, terutama

    dalam kaitannya dengan prinsip disclosure (keterbukaan). Pengaturan tersebut

    terutama dimuat dalam bagian kelima, Pasal 82 84, yakni mengenai hak

    memesan efek terlebih dahulu, benturan kepentingan, penawaran tender,

    penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan.BAPEPAM-LK selaku otoritas pasar modal Indonesia telah menerbitkan

    serangkaian peraturan yang memiliki korelasi yang kuat dengan corporate

    governance. Usaha yang telah dilakukan BAPEPAM-LK dalam rangka

    meningkatkan corporate governance antara lain pembuatan dan perbaikan

    peraturan yang berupa:51

    51

    Dudi M. Kurniawan dan Nur Indriantoro, Corporate Governance in Indonesia, 2nd AsianCorporate Governance Rountable, (Hongkong, 2000), hal. 11, sebagaimana dikutip oleh Paripurna

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    40/159

    26

    Universitas Indonesia

    a. peraturan yang mensyaratkan perusahaan publik untuk mempunyai direktur

    independen dan komisaris independen;

    b. pengaturan mengenai metode pemungutan suara di antara para pemegang

    saham perusahaan publik pada saat melaksanakan RUPS;

    c. pengaturan komprehensif tentang pertanggungjawaban direksi dan komite

    audit independen berkaitan dengan laporan keuangan dan pengenaan sanksi

    bagi yang melanggarnya; dan

    d. pengaturan mengenai disclosure atau keterbukaan terhadap saksi pihak-

    pihak yang berkaitan.

    Beberapa peraturan BAPEPAM-LK yang terkait dengan penerapan prinsip

    Good Corporate Governanceadalah:52

    a. Peraturan BAPEPAM-LK No. IX.D.1 tentang Hak Memesan Efek Terlebih

    Dahulu

    Peraturan ini berkaitan dengan prinsip fairness dalam GCG yang

    mengisyaratkan adanya kewajaran dan keseimbangan yang harus diterapkan

    pada semua penegang saham. Jika perusahaan publik hendak menambah

    modalnya dengan melepas saham baru, maka kepada para pemegang saham

    lama dapat dipenuhi kepentingannya melalui pemberian hak memesan efek

    terlebih dahulu. Dapat dikatakan bahwa tindakan tersebut juga merupakan

    perwujudan penerapan prinsip keadilan bagi pemegang saham minoritas.

    b. Peraturan BAPEPAM-LK No. VIII.G.2 tentang Laporan Tahunan

    Peraturan ini berkaitan erat dengan prinsip transparansi dari GCG, yang

    mewajibkan penyampaian laporan yang penting kepada pihak-pihak yang

    berkepentingan secara berkala. Pihak-pihak yang dimaksud termasuk parapemegang saham, para kreditor, dan juga anggota masyarakat. Laporan

    yang memuat informasi material yang disajikan secara tepat dan akurat serta

    pada waktunya akan sangat membantu para pemegang saham dalam

    menentukan lahan berinvestasi. Bagi kreditor informasi dengan kualitas

    P. Sugarda, Pengelolaan Perusahaan yang Baik: Apakah Hanya Etika Bisnis atau Juga

    Persyaratan Hukum, dalam Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 14, hal. 54-61.

    52Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, op. cit., hal. 119-124.

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    41/159

    27

    Universitas Indonesia

    demikian sangat berguna untuk mengambil keputusan untuk pemberian

    pinjaman.

    c. Peraturan BAPEPAM-LK No. IX.E.1 tentang Transaksi Afiliasi dan

    Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu

    Peraturan ini merupakan salah satu Peraturan BAPEPAM-LK yang sangat

    mencerminkan pentingnya diterapkan prinsip-prinsip GCG dalam suatu

    perusahaan. Menurut peraturan ini, emiten diwajibkan melakukan transaksi

    secara jujur, benar, dan demi kepentingan semua pemegang saham serta

    dilarang melakukan transaksi yang menguntungkan pihak-pihak tertentu.

    Setiap terjadi transaksi yang memiliki benturan kepentingan ekonomi antara

    organ perusahaan, seperti direksi dan komisaris dengan perusahaan itu

    sendiri, maka harus terlebih dahulu dilakukan RUPS Indpenden. Hal ini

    menunjukkan adanya penerapan prinsip kewajaran, transparansi, dan juga

    akuntabilitas. Kesemuanya itu diperlukan dalam rangka memberikan

    perlindungan terhadap para pemegang saham independen yang biasanya

    minoritas.

    d. Peraturan BAPEPAM-LK No. IX.E.2 tentang Transaksi Material dan

    Perubahan Kegiatan Usaha yang Dilakukan Perusahaan Terbuka

    Peraturan ini menunjukkan bagaimana prinsip kewajaran, transparansi dan

    akuntabilitas diterapkan. Mengingat segala macam transaksi yang dilakukan

    perusahaan publik yang memepengaruhi perusahaan secara signifikan

    (transaksi material), maka harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan

    RUPS independen. Hal ini juga berguna mencegah terjadinya

    penyalahgunaan wewenang dari dewan direksi dan komisaris perusahaan,

    yang pada gilirannya, menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi suatuperusahaan publik.

    e. Peraturan BAPEPAM-LK No. IX.G.1 tentang Penggabungan Usaha dan

    Peleburan Perusahaan Publik dan Emiten

    Peraturan ini berkaitan dengan pelaksanaan prinsip responsibilitas yang

    menyangkut tanggung jawab suatu perusahaan untuk taat pada peraturan

    perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal ini, peraturan BAPEPAM-

    LK tersebut memiliki korelasi kuat terhadap hukum persaingan usaha, yang

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    42/159

    28

    Universitas Indonesia

    mana di Indonesia merupakan satu peraturan perundang-undangan yang

    wajib ditaati. Dengan adanya prinsip responsibilitas ini, maka suatu

    perusahaan dapat senantiasa berjalan dalam koridor persaingan usaha yang

    sehat ketika melakukan merger atau akuisisi, mulai berbagai mekanisme

    yang diatur dalam Peraturan BAPEPAM-LK tersebut.

    f. Peraturan BAPEPAM-LK No. IX.I.1 tentang Rencana dan Pelaksanan

    RUPS

    Peraturan ini memuat prinsip tentang keseragaman informasi untuk rencana

    RUPS. Dengan demikian, peraturan ini memiliki korelasi kuat dengan

    prinsipfairness, sehingga terdapat aturan yang memberikan persamaan hak

    kepada setiap pemegang saham untuk menyuarakan kepentingannya

    berdasarkan jumlah saham yang ia miliki selama ini. Dengan adanya

    peraturan tersebut, kepentingan para pemegang saham minoritas yang

    merupakan salah satu pihak yang diutamakan untuk dilindungi dalam

    prinsip-prinsip GCG.

    g. Peraturan BAPEPAM-LK No. IX.J.1 tentang Pengaturan Pokok-pokok

    Anggaran Dasar Perseroan yang Melakukan Penawaran Umum Efek

    Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik

    Menurut ketentuan ini pemegang saham berhak memperoleh kesempatan

    untuk berpartisipasi dan menggunakan hak suara dalam RUPS serta

    mendapatkan informasi tentang tata cara RUPS, termasuk penggunaan hak

    suara. Peraturan ini juga merupakan wujud konkret dari implementasi

    prinsip kewajaran dan keterbukaan. anggaran dasar bagi suatu perusahaan

    yang akan go public tentunya akan mengalami berbagai perubahan yang

    signifikan, terutama berkaitan dengan struktur perusahaan dan hak-hak parapemegang saham. Dengan adanya pedoman yang komprehensif mengenai

    susunan anggaran dasar tersebut, kepentingan para pihak yang terkait akan

    lebih terjamin, dan juga memberikan kemudahan bagi para calon investor

    dalam menentukan lahan berinvestasi.

    h. Peraturan BAPEPAM-LK No. X.K.1 tentang Keterbukaan Informasi yang

    Harus Segera Diumumkan Kepada Publik

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    43/159

    29

    Universitas Indonesia

    Peraturan ini dengan tegas mewajibkan emiten untuk menyampaikan kepada

    BAPEPAM-LK dan mengumumkan kepada masyarakat paling lambat hari

    kerja kedua setelah keputusan atau terjadinya peristiwa atau fakta material

    yang mungkin dapat mempengaruhi nilai efek, perusahaan, dan keputusan

    investor. Peraturan ini jelas menggambarkan adanya kebutuhan akan

    implementasi prinsip keterbukaan dalam suatu perusahaan publik. Tidak

    dapat dipungkiri, bahwa dengan adanya kewajiban tersebut, banyak

    kepentingan yang akan dilindungi, termasuk para pemegang saham, kreditor

    perusahaan, manajemen perusahaan, anggota karyawan, dan tentunya

    masyarakat umum.

    i. Peraturan BAPEPAM-LK No. X.K.4 tentang Laporan Realisasi Penggunaan

    Dana Hasil Penawaran Umum

    Peraturan ini memuat kewajiban untuk menyampaikan penggunaan dana

    yang diperoleh dari penawaran umum kepada publik. Peraturan ini juga

    berkaitan dengan prinsip keterbukaan yang berkaitan dengan perlindungan

    terhadap pemegang saham publik, mengingat informasi yang diberikan

    menyangkut dana yang didapat suatu perusahaan setelah melakukan

    penawaran umum. Dengan adanya peraturan ini, perusahaan akan lebih

    bertanggun jawab dalam mengelola dana yang didapat, sehingga tidak

    mengalami kesulitan ketika memberikan laporan kepada publik.

    j. Peraturan BAPEPAM-LK No. IX.H.1 tentang Pengambilaihan Perusahaan

    Terbuka

    Peraturan ini memuat kewajiban untuk menyampaikan informasi yang

    berkaitan dengan proses pengambialihan oleh pihak pengambil alih kepada

    otoritas pasar modal, bursa, dan publik, serta memuat kewajiban untukmelakukan tender offer. Dalam ketentuan ini dianut prinsip fairness,

    mengingat bahwa pengambilalihan perusahaan terbuka dapat mengubah

    pengendalian atas perusahaan tersebut. Seandainya hal ini terjadi, perlu

    diberikan kesempatan yang seimbang bagi pemegang saham minoritas

    untuk menentukan sikap, apakah mereka akan tetap menanamkan sahamnya

    pada perusahaan tersebut atau tidak. Dengan adanya pemberian kesempatan

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    44/159

    30

    Universitas Indonesia

    ini, maka akan terpenuhilah rasa keadilan bagi para pemegang saham

    minoritas dalam menentukan sikapnya.

    k. Peraturan BAPEPAM-LK No. IX.F.1 tentang Penawaran Tender

    Dalam hal terjadinya pembelian perusahaan terbuka, diwajibkan untuk

    melakukan tender offer, di mana peraturan ini memberikan bentuk yang

    lebih jelas berkaitan dengan pengambilalihan perusahaan terbuka.

    Mekanisme yang ditawarkan, memiliki kesinambungan dengan pelaksanaan

    prinsipfairnessdan juga prinsip akuntabilitas. Dengan adanya tender offer,

    sekali lagi kepentingan dari para pemegang saham minoritas akan lebih

    terlindungi.

    l. Peraturan BAPEPAM-LK No. VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi

    Atas Laporan Keuangan

    Peraturan ini merupakan peraturan yang mengimplementasikan secara

    konkret prinsip akuntabilitas dan prinsip responsibilitas, karena memberikan

    gambaran yang jelas bagaimana tanggung jawab para direksi atas laporan

    keuangan perusahaan yang dilaporkan secara berkala kepada BAPEPAM-

    LK. Dalam hal ini, dengan pemberian tanggung jawab yang jelas, maka

    direksi harus lebih berhati-hati dalam memeriksa dan menandatangani

    laporan keuangan perusahaan yang mereka jalankan.

    m. Peraturan BAPEPAM-LK No. X.K.5 tentang Keterbukaan Informasi bagi

    Emiten atau Perusahaan Publik yang Dimohonkan Pernyataan Pailit

    Ketentuan ini mengatur penerapan prinsip keterbukaan, terutama apabila

    terhadap suatu perusahaan publik dimohonkan pernyataan pailit. Tidak

    dapat dipungkiri, sebuah perusahaan publik yang akan dipailitkan memiliki

    dampak yang sangat besar bagi masyarakat, karena akan menyentuh banyakkepentingan, termasuk para pemegang saham, kreditor, karyawan, dan

    masyarakat luas.

    n. Peraturan BAPEPAM-LK No. IX.I.4 tentang Pembentukan Sekretaris

    Perusahaan

    Peraturan yang mewajibkan emiten untuk membentuk fungsi sekretaris

    perusahaan ini adalah juga merupakan bentuk konkret implementasi prinsip

    keterbukaan, mengingat peranan utama dari sekretaris perusahaan adalah

    Perlindungan hukum ..., Bayu Aji Saputro, FH UI, 2011

  • 7/27/2019 20170926 S66 Perlindungan Hukum

    45/159

    31

    Universitas Indonesia

    untuk menghubungkan antara perusahaan publik atau emiten dengan para

    pemodal melalui pemberian informasi-informasi penting yang dibutuhkan

    sebelum menanamkan modal.

    o. Peraturan BAPEPAM-LK No. IX.I.6 tentang Direksi dan Komisaris Emiten

    dan Perusahaan

    Peraturan ini diterbitkan dengan maksud untuk meningkatkan penerapan

    prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik bagi emiten dan

    perusahaan publik terutama yang berkaitan dengan persyaratan dan

    pertanggungjawaban anggota direksi dan komisaris. Peraturan ini kental

    dengan prinsip akuntabilitas dan responsibilitas, dimana upaya perlindungan

    terhadap masyarakat (publik) lebih ditekankan. Peraturan ini memberikan

    syarat tambahan bagi perseorangan yang akan menjadi seorang direksi atau

    komisaris harus berhati-hati dalam membuat suatu pernyataan, agar

    pernyataan tersebut tidak menyesatkan masyarakat.

    BAPEPAM-LK merespons ide untuk melembagakan komisaris independen

    maupun komite audit pada perusahaan-perusahaan terbuka dengan mengeluarkan

    Surat Edaran Ketua BAPEPAM-LK No. SE-03/PM/2000 tanggal 5 Mei 2000.

    Ketentuan tersebut mengharuskan perusahaan publik untuk memiliki komisaris

    independen maupun komite audit. Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut

    dalam Surat Edaran BEJ No. SE-005/BEJ/09-2001 jo. Surat Direksi BEJ no. Kep.

    339/BEJ/07-2001 tanggal 20 Juli 2001, Per