perlindungan hak kekayaan intelektual pada kasus pelanggaran hak cipta di bidang industri musik

12
PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL PADA KASUS PELANGGARAN HAK CIPTA DI BIDANG INDUSTRI MUSIK Oleh : Adhitya Yanuarsyah NPM. 1306418152 I. PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Hak kekayaan intelektual dibedakan menjadi dua, yakni : hak cipta dan hak milik perindustrian. Selanjutnya hak milik perindustrian ini dibagi lagi menjadi beberapa jenis, di antaranya; paten, merek, desain industri, dan rahasia dagang. Secara konsep, yang menjadi dasar pembagian hak kekayaan intelektual tersebut karena bagian-bagian hak kekayaan intelektual memiliki objek perlindungan yang berbeda- beda. Dalam hal ini bahwa Hak cipta merupakan bagian dari hak kekayaan intelektual yang memberikan perlindungan atas ciptaan-ciptaan di bidang seni, sastra dan ilmu pengetahuan. Penegakkan hukum terhadap pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Indonesia dirasakan masih belum efektif, selain karena lemahnya sosialisasi peraturan terkait Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari pihak pemerintah, juga masih minimnya aparat penegak hukum baik dari sisi penguasaan peraturan dan dari sisi jumlah personil dilapangan. Salah satu bagian penting yang menarik untuk dikaji adalah perilaku masyarakat kita yang belum menghargai hak cipta, dimana hal ini tercermin dari maraknya pelanggaran hak cipta, berupa pembajakan lagu dalam bentuk fisik berupa CD/DVD, dan bahkan saat ini telah merambah dalam bentuk file digital yang disediakan secara gratis dalam bentuk website / ftp / link download. Para pelaku industri musik, termasuk artis dan musisi tentu mengalami dampak langsung terhadap besaran insentif yang apabila dikuantifikasi secara nominal dapat lebih besar mereka terima, apabila pelaku pembajakan ini dapat dipidanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam jangka panjang aktifitas pelanggaran ini bila terus dibiarkan, tentunya akan berpengaruh terhadap produktivitas serta kreatifitas para pelaku industri musik. Berkaitan dengan paper ini, penulis tertarik untuk mengkaji mengenai kasus pelanggaran hak cipta di bidang industri musik, dikaitkan dengan teori ekonomi kelembagaan, yaitu Teori Private Property Rights dan Teori Transaction Cost Economy. Tugas Paper Akhir Mata Kuliah Ekonomi Kelembagaan 1

Upload: adhitya-yanuarsyah

Post on 28-Nov-2015

20 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUALPADA KASUS PELANGGARAN HAK CIPTA DI BIDANG INDUSTRI MUSIK

TRANSCRIPT

Page 1: PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL  PADA KASUS PELANGGARAN HAK CIPTA DI BIDANG INDUSTRI MUSIK

PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

PADA KASUS PELANGGARAN HAK CIPTA DI BIDANG INDUSTRI MUSIK

Oleh : Adhitya YanuarsyahNPM. 1306418152

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Hak kekayaan intelektual dibedakan menjadi dua, yakni : hak cipta dan hak

milik perindustrian. Selanjutnya hak milik perindustrian ini dibagi lagi menjadi

beberapa jenis, di antaranya; paten, merek, desain industri, dan rahasia dagang. Secara

konsep, yang menjadi dasar pembagian hak kekayaan intelektual tersebut karena

bagian-bagian hak kekayaan intelektual memiliki objek perlindungan yang berbeda-

beda. Dalam hal ini bahwa Hak cipta merupakan bagian dari hak kekayaan intelektual

yang memberikan perlindungan atas ciptaan-ciptaan di bidang seni, sastra dan ilmu

pengetahuan.

Penegakkan hukum terhadap pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di

Indonesia dirasakan masih belum efektif, selain karena lemahnya sosialisasi peraturan

terkait Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari pihak pemerintah, juga masih minimnya

aparat penegak hukum baik dari sisi penguasaan peraturan dan dari sisi jumlah

personil dilapangan. Salah satu bagian penting yang menarik untuk dikaji adalah

perilaku masyarakat kita yang belum menghargai hak cipta, dimana hal ini tercermin

dari maraknya pelanggaran hak cipta, berupa pembajakan lagu dalam bentuk fisik

berupa CD/DVD, dan bahkan saat ini telah merambah dalam bentuk file digital yang

disediakan secara gratis dalam bentuk website / ftp / link download.

Para pelaku industri musik, termasuk artis dan musisi tentu mengalami dampak

langsung terhadap besaran insentif yang apabila dikuantifikasi secara nominal dapat

lebih besar mereka terima, apabila pelaku pembajakan ini dapat dipidanakan sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam jangka panjang

aktifitas pelanggaran ini bila terus dibiarkan, tentunya akan berpengaruh terhadap

produktivitas serta kreatifitas para pelaku industri musik. Berkaitan dengan paper ini,

penulis tertarik untuk mengkaji mengenai kasus pelanggaran hak cipta di bidang

industri musik, dikaitkan dengan teori ekonomi kelembagaan, yaitu Teori Private

Property Rights dan Teori Transaction Cost Economy.

Tugas Paper Akhir Mata Kuliah Ekonomi Kelembagaan 1

Page 2: PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL  PADA KASUS PELANGGARAN HAK CIPTA DI BIDANG INDUSTRI MUSIK

I.2 Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimana peraturan perundang-undangan tentang hak kekayaan intelektual telah

diatur, dan bagaimana sanksinya bagi pelanggar hak cipta dan juga bagi

konsumen ?

b. Bagaimana disinsentif yang dialami oleh para pelaku industri musik dan

Pemerintah ditinjau dari sudut pandang ekonomi, dan hubungannya dengan

produktivitas ?

c. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi maraknya pelanggaran hak cipta di bidang

industri musik ?

I.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui peraturan perundang-undangan tentang hak kekayaan

intelektual dan bagaimana sanksinya bagi pelanggar hak cipta dan juga bagi

konsumen

b. Untuk mengetahui disinsentif yang dialami oleh para pelaku industri musik dan

Pemerintah ditinjau dari sudut pandang ekonomi, dan hubungannya dengan

produktivitas

c. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi maraknya pelanggaran

hak cipta di bidang industri musik

II. DESKRIPSI KASUS

Kasus Pelanggaran Hak Cipta di Indonesia sangatlah besar, khususnya di Jakarta,

dengan banyaknya film, musik, buku, software illegal (bajakan) yang masih dijual secara

bebas di pusat perbelanjaan/mall-mall di wilayah DKI Jakarta seperti di Pasar

Penampungan di Glodok dan Mall kelas 1 (High Class) hingga mall ITC yang ada di

Jakarta. Perlindungan HKI akan meningkatkan perekonomian daerah baik secara

langsung maupun tidak langsung. Pelaku usaha (UMKM) dan kalangan industri sangat

memerlukan perlindungan dan penegakkan hukum HKI. Perlindungan HKI dan

pemanfaatan informasi HKI akan meningkatkan investasi dan meningkatkan kreasi dan

inovasi pencipta, inventor atau pendesain. Penegakkan hukum HKI merupakan tantangan

Tugas Paper Akhir Mata Kuliah Ekonomi Kelembagaan 2

Page 3: PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL  PADA KASUS PELANGGARAN HAK CIPTA DI BIDANG INDUSTRI MUSIK

yang harus dihadapi secara bersama-sama oleh seluruh pemangku kepentingan

(stakeholders).

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual bersama Asosiasi Film, Musik dan

Software mengadakan pertemuan dengan Wakil Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama

pada hari Kamis (18/7) di Balaikota Pemerintah Provinsi DKI, kegiatan ini dihadiri oleh

Dirjen HKI, Ahmad M.Ramli dengan didampingi pejabat eselon 2 Ditjen HKI serta

perwakilan dari ASIREVI, ASIRI, GAPERINDO, AIVI, BSA, MPA, APMINDO,

WAMI, YKCI dan Artis. “DKI Jakarta menjadi barometer perlindungan HKI di

Indonesia khususnya Hak Cipta dengan maraknya pembajakan CD, DVD dan Blueray

membuat Indonesia memperoleh penilaian buruk walaupun sudah berulang kali dilakukan

penyitaan produk bajakan tersebut bahkan Ditjen Hak Kekayaan Intelektual pernah

menyita sebanyak 65 ton CD,DVD dan Blueray bajakan dari kawasan Glodok”, tutur

Dirjen HKI, Ahmad M.Ramli.

Hal senada diungkapkan juga oleh wakil Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama,

”kami menyambut baik kunjungan yang dilakukan oleh Ditjen HKI dan perwakilan

asosiasi film, musik dan software dan akan membuatkan surat peringatan sekaligus

sosialisasi kepada seluruh Mall atau ITC yang ada di Jakarta untuk tidak menjual barang

bajakan dan apabila terjadi pembajakan maka kami akan bertindak tegas dengan

mencabut izin usahanya serta akan membuat Peraturan Daerah mengenai HKI”.

Dengan pertemuan yang diadakan antara Ditjen HKI, Pemprov DKI dan Asosiasi

Film, Musik dan Software diharapkan dapat melakukan Kerja sama antara DJHKI dan

Pemerintah DKI Jakarta dengan tujuan untuk memberikan perlindungan hukum atas hasil

kreativitas dan inovasi dari para pencipta, inventor, atau pendesain tetapi juga akan

menumbuhkembangkan pencipta, inventor atau pendesain untuk meningkatkan

kreativitas dan inovasi dalam menciptakan karya terbarunya.1

1 Humas Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Juli 2013.

Tugas Paper Akhir Mata Kuliah Ekonomi Kelembagaan 3

Page 4: PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL  PADA KASUS PELANGGARAN HAK CIPTA DI BIDANG INDUSTRI MUSIK

III. ANALISA KASUS

Telaahan UU Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta

Pada Pasal 12 Undang-Undang ini bertujuan untuk melindungi berbagai Ciptaan

dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup: (a) buku, Program

Komputer, pamflet, perwajahan (lay-out), karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil

karya tulis lain; (b) ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan lain yang sejenis dengan itu; (c)

alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; (d) lagu

atau musik dengan atau tanpa teks; (e)drama atau drama musikal, tari, koreografi,

pewayangan, dan pantomim; (f) seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar,

seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan; (g) arsitektur;

(h) peta; (i) seni batik; (j). fotografi; (k). sinematografi; (l).terjemahan, tafsir, saduran,

bunga rampai, database, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan.

Dalam penjelasan tambahan UU Nomor 19 Pasal 12 huruf (d), yang dimaksud

dengan Lagu atau musik dalam undang-undang ini diartikan sebagai karya yang bersifat

utuh, sekalipun terdiri atas unsur lagu atau melodi, syair atau lirik, dan aransemennya

termasuk notasi. Adapun yang dimaksud dengan utuh adalah bahwa lagu atau musik

tersebut merupakan satu kesatuan karya cipta.

Selanjutnya pada pasal 49 Ayat (2) : Produser Rekaman Suara memiliki hak

eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya

memperbanyak dan/atau menyewakan Karya Rekaman suara atau rekaman bunyi, dan

pada Pasal 50 huruf (b) perlindungan bagi Produser Rekaman Suara, berlaku selama 50

(lima puluh) tahun sejak karya tersebut selesai direkam.

Ketentuan Pidana Pasal 72 UU Nomor 19 Tahun 2002

Ayat (1) : Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2)

dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau

denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling

lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar

rupiah).

Tugas Paper Akhir Mata Kuliah Ekonomi Kelembagaan 4

Page 5: PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL  PADA KASUS PELANGGARAN HAK CIPTA DI BIDANG INDUSTRI MUSIK

Ayat (2) : Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau

menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau

Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara

paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah).

Berdasarkan telaahan terhadap UU Hak Cipta tersebut, Negara telah menjamin hak

kepemilikan terhadap pemegang hak cipta dan telah mengatur sanksi tegas bagi para

pelanggar hak cipta. Namun demikian pertanyaan besar selanjutnya, bagaimana dengan

konsumen yang membeli barang bajakan ? bagaimana aturan dan sanksi nya?. Menurut

Pasal 480 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) menyebutkan: “Dipidana

dengan pidana penjara selama-lamanya empat tahun atau denda sebanyak-banyaknya

sembilan ratus rupiah: barangsiapa membeli, menyewa, menukari, menerima gadai,

menerima sebagai hadiah atau karena mau mendapat untung, menjual, menyewakan,

menukarkan, menggadaikan, membawa, menyimpan atau menyembunyikan sesuatu

barang yang diketahuinya atau patut dapat disangkanya, bahwa barang itu diperoleh

karena kejahatan”.

Pembeli CD bajakan dapat terjerat Pasal 480 KUHP Pidana. Hal ini karena

perbuatan “membeli sesuatu barang yang diketahuinya atau patut dapat disangkanya

bahwa barang itu diperoleh karena kejahatan” termasuk dalam ruang lingkup tindak

pidana, dan barangsiapa yang menyimpan atau menyembunyikan juga dapat dijerat

dengan pasal ini. Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembeli CD

bajakan dapat dijerat dengan Pasal 480 KUHP mengenai penadahan.2

TELAAHAN TEORI EKONOMI KELEMBAGAAN

Furubotn dan Pejovich (1972:1139) membuat ciri-ciri dan konsep hak kepemilikan

sebagai berikut : Poin inti yang harus dicatat bahwa hak kepemilikan tidak merujuk

kepada hubungan antara manusia dan benda, tetapi lebih kepada hubungan perilaku

sanksi diantara manusia, yang muncul dari keberadaan benda atau barang dan

penggunaannya. Persoalan penetapan hak kepemilikan bukan sekadar ingin mendata

‘siapa memiliki apa’, namun yang lebih penting adalah penetapan hak kepemilikan akan

menyodorkan fasilitas agar antarindividu dapat mengerjakan proses pertukaran ekonomi.

2 www.hukumonline.com kategori hukum pidana : tindakan penadahan

Tugas Paper Akhir Mata Kuliah Ekonomi Kelembagaan 5

Page 6: PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL  PADA KASUS PELANGGARAN HAK CIPTA DI BIDANG INDUSTRI MUSIK

Apabila hal ini dikaitkan dengan teori biaya transaksi, maka fungsi dari hak kepemilikan

adalah memberi kepastian bagi pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi sehingga

berimplikasi pada rendahnya biaya transaksi yang terjadi.

Tanpa kepastian hak kepemilikan, setiap proses pertukaran, khususnya dalam

jangka panjang akan menimbulkan biaya transaksi yang tinggi, atau dengan kata lain

proses pertukaran (dalam skala luas kegiatan ekonomi) tersebut tidak efisien. Menurut

Yoram Barzel, (1997:4), Konsep hak kepemilikan sangat dekat dengan biaya transaksi,

dimana biaya transaksi didefinisikan olehnya sebagai ongkos yang diasosiasikan dengan

kegiatan transfer, menangkap dan melindungi hak-hak (transfer, capture and protection

of rights). Jika biaya transaksi diasumsikan bahwa untuk aset apapun masing-masing

biaya meningkat, dan bahwa baik proteksi maupun transfer penuh dari hak-hak tersebut

dicegah agar tidak muncul biaya, maka kemudian biaya transaksi itu akan mengarahkan

hak-hak yang dimiliki menjadi tidak lengkap, karena orang-orang tidak akan pernah

menemukan hak-haknya cukup berharga untuk mendapatkan potensi keuntungan dari

aset-asetnya. Agar hak-hak terhadap aset yang dipunyai berlaku secara lengkap, baik

pemilik maupun individu lain yang tertarik terhadap aset tersebut harus memproses

dengan pengetahuan penuh terhadap seluruh atribut dari aset tersebut. Sebaliknya, ketiga

hak-hak itu secara sempurna dirancang dengan baik, informasi produk harus menjadi

tanpa biaya (costless) untuk memeroleh dan ongkos transaksi kemudian harus menjadi

nol (zero) .3

Penulis sepakat dengan kedua pendapat tersebut, dalam konteks pelanggaran hak

cipta, teori ekonomi kelembagaan dapat menjelaskan bahwa jaminan kepastian hak

milik/hak cipta erat kaitannya dengan insentif, biaya transaksi, dan efisiensi ekonomi.

Logika sederhananya adalah bahwa jaminan terhadap hak cipta akan memberi insentif

material bagi pelaku ekonomi untuk terus menemukan inovasi baru. Sedangkan proteksi

terhadap hasil karya cipta/inovasi merupakan bagian dari biaya transaksi yang harus

dilindungi, agar tidak menimbulkan biaya transaksi yang lebih besar.

Apabila insentif yang diterima oleh produsen/pelaku industri berkurang akibat

tingginya biaya transaksi, maka kegiatan ekonomi menjadi lesu, sebagai dampaknya

Pemerintah akan kehilangan peluang menciptakan kegiatan ekonomi yg lebih efisien,

akibat dari tidak ada/berkurangnya inovasi baru yang tercipta.

3 Erani Yustika, Ahmad . Ekonomi Kelembagan ,halaman 120-121

Tugas Paper Akhir Mata Kuliah Ekonomi Kelembagaan 6

Page 7: PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL  PADA KASUS PELANGGARAN HAK CIPTA DI BIDANG INDUSTRI MUSIK

Diinsentif Bagi Pelaku Industri Musik dan Pemerintah

Agus Candra Suratmaja, Pengamat Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Indonesia

menuturkan bahwa saat ini pembajakan musik tidak hanya dalam bentuk CD dan DVD

namun telah merambah ke ranah digital, sebagaimana disebutkan oleh Adi Adrian

personel KLa Project menyebutkan bahwa “Ada empat jenis penjualan musik yaitu :

fisik, digital, performance, dan sinkronisasi. Di Indonesia Keempatnya bermasalah” ujar

pemain keyboard KLa Project itu. Berdasarkan keterangan Gumilang Ramadhan,

Direktur PT Musica Studio’s “Kami kehilangan triliunan rupiah karena lagu diunduh

secara ilegal,” kepada SWA Online, di sela-sela acara Digital & Music Matters 2013,

yang diadakan di Singapura, pekan lalu.4

Menurut Menteri Perdagangan Indonesia Gita Wirjawan, potensi kerugian industri

musik Indonesia akibat pembajakan mencapai Rp 4,5 triliun per tahun. Padahal, jika nilai

konsumsi musik per-orang sebesar Rp 20.000 per tahun, nilai potensi konsumsi musik

mencapai Rp 5 triliun per tahun. “Namun, yang bisa dinikmati oleh para musisi tersebut

hanya sepuluh persen”. Beliau mengatakan, pendapatan para musikus yang hanya

sepuluh persen dari potensi sebesar Rp 5 triliun tersebut dirasakan tidak adil. Oleh karena

itu, pihaknya dan beberapa instansi terkait akan terus memerangi pembajakan yang

terjadi di Indonesia. Lebih lanjut beliau menuturkan "Saya dan beberapa lembaga lain

memiliki tanggung jawab untuk melakukan sosialisasi agar aktivitas pembajakan bisa

berhenti dan tentunya tidak ada lagi konsumen yang membeli keping CD bajakan,"

ujarnya.

Gita meyakini, pertumbuhan ekonomi di Indonesia tentu akan mendorong daya beli

masyarakat terhadap CD asli yang legal. "Ekonomi tumbuh, daya beli akan naik, saya

yakin masyarakat akan mampu membeli produk dengan harga yang lebih tinggi dan lebih

menghargai hasil karya musisi Indonesia," ujar Gita. Menurut dia, akibat adanya

pembajakan tersebut, sesungguhnya bukan hanya musisi yang dirugikan, melainkan juga

akan berakibat langsung terhadap penerimaan pajak negara.

Ia mengimbau para konsumen untuk tidak lagi membeli CD atau DVD yang tidak

sesuai ketentuan karena akan menghancurkan industri hiburan yang bernilai ekonomi

tinggi dan juga akan memiskinkan ketahanan budaya dalam negeri.

4 www.kompasiana.com , 13 Juni 2013.

Tugas Paper Akhir Mata Kuliah Ekonomi Kelembagaan 7

Page 8: PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL  PADA KASUS PELANGGARAN HAK CIPTA DI BIDANG INDUSTRI MUSIK

"Kami ingin mengajak masyarakat luas untuk bisa lebih memberikan penghargaan

bagi karya seni para artis dan pekerja seni Indonesia dengan membeli CD atau DVD yang

asli," tukasnya. Mendag mengakui tidak mudah mengubah perilaku masyarakat agar

menjadi konsumen yang hanya mau membeli CD atau DVD asli. "Indonesia bisa menjadi

salah satu raksasa dalam industri hiburan global mengingat nilai ekonominya sangat

tinggi. Namun, ini semua tak akan terwujud bila konsumen Indonesia memilih untuk

membeli produk-produk hiburan yang tidak sesuai dengan ketentuan," ujarnya. 5

Merujuk kepada ulasan tersebut diatas, insentif erat kaitannya dengan produktivitas

dan efisiensi ekonomi. Peristiwa yang sering terjadi di Negara berkembang, tidak

terkecuali di Indonesia, bahwa setiap munculnya komoditas industri baru, selalu diiringi

dengan munculnya produk-produk bajakan yang membanjiri pasar dengan harga yg lebih

murah, akibatnya produsen/pelaku industri tidak memiliki insentif menciptakan produk

baru, sehingga membuat kegiatan ekonomi lesu akibat menurunnya produktivitas.

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, Negara akan kehilangan peluang

menciptakan kegiatan ekonomi yg lebih efisien, akibat tidak adanya inovasi baru, dan hal

ini secara langsung terkait dengan lemahnya penegakan hukum terhadap pelanggaran hak

cipta.

Faktor-faktor yang mempengaruhi maraknya terjadi pembajakan

a. Faktor ketidaktahuan masyarakat terhadap aturan terkait hak cipta

Selama ini masyarakat kurang mendapatkan sosialisasi mengenai Undang-Undang

Hak Cipta. Hal ini mengakibatkan masyarakat melakukan berbagai pelanggaran Hak

Cipta akibat tidak memahami hak dan sanksi yang diatur dalam Undang-Undang

tersebut. Dampak dari ketidaktahuan masyarakat terhadap peraturan terkait hak cipta

adalah, masyarakat sendiri yang menjadi pelaku pelanggaran hak cipta, bahkan

sebagai konsumen dari produk bajakan (hasil pelanggaran hak cipta).

b. Faktor lemahnya pemahaman aturan dan minimnya jumlah aparat penegak

hukum

5 www.kompas.com , 17 Mei 2013

Tugas Paper Akhir Mata Kuliah Ekonomi Kelembagaan 8

Page 9: PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL  PADA KASUS PELANGGARAN HAK CIPTA DI BIDANG INDUSTRI MUSIK

Tingkat penguasaan atau pemahaman materi Undang-undang hak cipta dikalangan

aparat penegak hukum khususnya penyidik masih minim, disamping pula terkendala

dengan jumlah penyidik yang sangat terbatas. Misalnya dalam keseharian, kita dapati

bahwa penyidik PNS sering memberikan peringatan terlebih dahulu sebelum diadakan

‘razia’. Padahal Penyidik dari Departemen Kehakiman dapat melakukan penangkapan

jika penjual barang bajakan tertangkap tangan dengan barang bukti (tentunya tanpa

pemberitahuan lebih dulu). Oleh karena itu, kebanyakan penjual barang bajakan

mengantisipasi ‘razia’ dengan bersembunyi atau memindahkan barang jualannya

ketempat lain.

c. Faktor Ekonomi

Pada dasarnya manusia sebagai ‘makhluk ekonomi’ memiliki keinginan untuk mencari

dan menangkap peluang keuntungan finansial secara cepat dan mengabaikan

‘kepentingan’ orang lain, dalam hal ini insentif bagi para pencipta dan pemegang hak

cipta. Hal ini didukung pula dengan permintaan pasar yang tinggi sementara stok

produk resmi / asli terbatas, dengan harga relatif lebih mahal.

d. Faktor Daya Beli masyarakat

Masih rendahnya daya beli masyarakat atau “wilingness to pay” terhadap CD/DVD

asli yang dijual dari kisaran harga Rp. 35.000 s.d 50.000 dibandingkan dengan Harga

CD bajakan yang sangat terjangkau bagi masyarakat, misalnya CD dengan format

MP3 dapat dibeli dengan harga berkisar antara Rp 5000,- sampai dengan Rp. 10.000,

dan ini boleh jadi merupakan salah satu pemicu utama terjadinya tindak pidana

pelanggaran hak cipta.

Tugas Paper Akhir Mata Kuliah Ekonomi Kelembagaan 9

Page 10: PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL  PADA KASUS PELANGGARAN HAK CIPTA DI BIDANG INDUSTRI MUSIK

IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

IV.1 KESIMPULAN

Berdasarkan analisa kasus yang telah dibahas dalam uraian tersebut diatas, maka dapat

penulis simpulkan sebagai berikut :

1. Negara telah menjamin dan melindungi hak cipta bagi setiap warga negaranya

tanpa terkecuali sebagaimana telah termaktub dalam UU Nomor 19 Tahun 2012

tentang Hak Cipta, didalamnya telah diatur hak bagi pemengang hak cipta, dan

sanksi pidana bagi pelanggar hak cipta. Lebih lanjut KUHP Pidana Pasal 480

tentang Penadahan, juga dapat menjerat konsumen yang : membeli, menyewa,

menukari, menerima gadai, menerima sebagai hadiah atau karena mau mendapat

untung, menjual, menyewakan, menukarkan, menggadaikan, membawa,

menyimpan atau menyembunyikan barang hasil kejahatan (dalam hal ini barang

hasil pelanggaran hak cipta).

2. Diinsentif bagi para pelaku industri musik akibat pelanggaran hak cipta tidak bisa

dianggap sepele, karena sesuai keterangan dari Menteri Perdagangan bahwa dari

potensi insentif yang dapat diraup oleh para pelaku industri musik sebesar 5

Trilyun Rupiah, berkurang sangat signifikan karena hanya dapat dinikmati 10 %,

itu artinya total kerugian sebesar 90% akibat dari pembajakan, yang berimplikasi

terhadap berkurangnya pendapatan Negara dari sektor Pajak.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi maraknya terjadi pembajakan adalah faktor

ketidaktahuan masyarakat terhadap aturan terkait hak cipta, faktor lemahnya

pemahaman aturan dan minimnya jumlah aparat penegak hukum, faktor Ekonomi,

dan faktor daya beli. Diantara keempat faktor tersebut , menurut pendapat pribadi

penulis, diduga kuat ada 2 (dua) faktor yang paling dominan. Pertama adalah

faktor ekonomi, karena pelaku pembajakan dapat membeli CD/DVD dengan harga

dasar yang terjangkau, dan apabila telah diperbanyak, dan diperjualbelikan ke

pasar, tentu akan menghasilkan profit yang berkali lipat. Kedua, faktor rendahnya

daya beli masyarakat untuk membeli CD/DVD musik asli.

Tugas Paper Akhir Mata Kuliah Ekonomi Kelembagaan 10

Page 11: PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL  PADA KASUS PELANGGARAN HAK CIPTA DI BIDANG INDUSTRI MUSIK

IV.2 REKOMENDASI

Sebagai rekomendasi yang dapat penulis tawarkan adalah sebagai berikut :

1. Permasalahan mengenai pelanggaran hak cipta, membutuhkan upaya yang

sungguh-sungguh, baik dari Pemerintah, Aparat penegak hukum, dan Para pelaku

industri musik. Namun yang paling penting bahwa masyarakat luas, harus secara

konsisten disosialisasikan peraturan terkait hak cipta dan kampanye untuk “stop

membeli produk bajakan” sebagai bentuk penghargaan terhadap hasil karya cipta

para pelaku industri musik.

2. Solusi untuk mencegah disinsentif yang terjadi, yaitu label rekaman dalam negeri

harus segera berinvestasi untuk pengembangan musik digital, yaitu dengan

mendigitalisasi musik dari media fisik CD dan DVD kedalam bentuk file digital.

Sebagai contoh di Amerika Serikat, langkah ini sudah dilakukan oleh Apple

dengan mendirikan itunes dan google mendirikan google play, yang menyediakan

sarana pembelian musik digital secara legal. Oleh karena itu, upaya ini dapat

dijadikan salah satu cara agar bisa menanggulangi pembajakan musik dalam

bentuk fisik berupa CD/ DVD.

3. Dalam paper ini, faktor-faktor yang mempengaruhi maraknya terjadi pembajakan

dibidang industri musik, hanya berdasarkan hipotesis dan argumentasi pribadi dari

penulis, oleh karena itu penulis merekomendasikan untuk menganalisis faktor-

faktor yang mempengaruhi maraknya terjadi pembajakan dibidang industri musik

dalam penelitian tersendiri, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah

berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data.

Tugas Paper Akhir Mata Kuliah Ekonomi Kelembagaan 11

Page 12: PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL  PADA KASUS PELANGGARAN HAK CIPTA DI BIDANG INDUSTRI MUSIK

DAFTAR PUSTAKA

M.L Gultom, Yohanna., 2013. Bahan Kuliah Ekonomi Kelembagaan : Theory of Private Property Rights, Theory of Transaction Cost Economy. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Erani Yustika, Ahmad., 2013 . Ekonomi Kelembagaan,Paradigma, teori dan kebijakan. Erlangga.

Humas Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Juli 2013, www.dgip.go.id

www.hukumonline.com, kategori hukum pidana : tindakan penadahan

www.kompasiana.com , 13 Juni 2013.

www.kompas.com , 17 Mei 2013.

Tugas Paper Akhir Mata Kuliah Ekonomi Kelembagaan 12