perkembangan pondok pesantren annida al-islamy...
TRANSCRIPT
PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN ANNIDA
AL-ISLAMY BEKASI JAWA BARAT TAHUN 1980-2003
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)
Oleh:
A. Raudoh
NIM. 1112022000063
SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2017 M
ン¶ん107Ⅱ6CシI
vェuvxvf
HV■■fl工VAV⊂IH IIuVAS IuD■N Ittv■sI SV」LISuaAINfl
vuoINvlttflH NV⊂aV⊂V Sv■■flXVJ
1/1V■SI NVav⊂vu■d Nv⊂HVuVf■S
9001C01661 τττ16S61・dIN
7雨¬画雨而戸]`じH°174・Ⅱ・SI⊂
C90000ττOτIII・IttIN
Чopnじu・V
:qelo
(rung'S) BroIuBIIrnH uuutrug rslag 1edupue141
luru,(g nlBS qBIBS lqnuetuel4 {n}un BroluulunH uup qBpV sBIInrIBf, upuderl uuqn[u1q
ISdIBIS
C00τ…0861 NnHVェェvuva vAvf
ISVX=a AIttv■sI…■VV⊂INNV Nttu」lNvsld】OCIINOd NVDNVgI虹冨Xu■d
シ00 1 gOZ661τ1018S61・d11(
ι00 乙 IOS00乙ιIレOSι61・
600 1 601661 Zτtt16g61・d11(
V=A・Ч2qsIA」Ⅲ`2A・
A・H・SICl
BloEEuV
乙00190000乙6τllτι61・cIIN
I1016し10d
100190ι66[シτι06961 d11(
V・囚tuOS2Ч
inN H
olo88u elo88uVSIJセ10■OS
HVASVじVNnH DNVCIIS
ι10Z JOqⅢЭAO、こιτ`セWIef
・lueISI IIBttpe■Od IIOp I121121s lpnドШ2■oJd ewd(ン、nH・s)ηJOI曖IIunHじIIotts
m2108 11010110dWouI]マ屁Ks 1282qos euIIJ011p I121Э]IuI IsCIIttS・乙IOtt JOqШoAO、[ιτ 2pocI
セwyf ttΠ叩&pIH JI“KS Nn OJqttШnH uep ttpv sセ■叩J ttKSυbeunw隷
IIUセ12p waIいIp l121Эl c00τ‐
0861 NflI‐WエエⅦVa VМVflsⅦ冨8人囚V■SI―■V
VCIINNV Nn工Nvsld】OCINOd NVDNV田囚■】u■d lnpn,。q ISdlas
NVIffl VI工INVd NVⅡVSIDN■d
LIOZ reqrrc^oN lZ'1e1nd13
'uuB{B[ qe11qe{eprHJIru,(S NIn Ip nIBIreq 8ue,( rslues pluueueru
urpesreq e,(es eluur 'ure1 3uu:o u.&e>1 uep ue>p1dl[ IIsBq ue>pdn:aur nelu
eKes rlse ef,re1 Irs?q uelnq rur e,fuu1 p^lquq lllnqral ueq uelpilue{ p "{lI 'BUB{Bf qu11n1ufup1g
JIIB^S NIn Ip n>lelreq 8uu,( uentuelel ue8uap lensos ue>1tun]uuc
u,(es qu1e1 tur rsdurls uesrlnuad UruIBp ue>1eun3 u{es 3uu,( requns ?nrues
'8Ue{Bf
TIEIIqB{eplHJIru,(S NIn Ip I ?tu4s rule? qalo,redueu uulure.(s:ed n1es qBIBs
rgnueruetu I$un uulnlerp Eue.( ul(es rlsu u,ftu1 pseq uuledrueu tut FdIDIS
:PAヽЧBq uB■212κuЭtu oκ2s IUIロセ8uOCl
NVV■VttNu■duv〔II¶]■
・6
・乙
i
Abstrak
A. Raudoh : Perkembangan Pondok Pesantren Annida Al-Islamy Bekasi Jawa
Barat tahun 1980-2003.
Pondok pesantren merupakan media dan lembaga pendidikan Islam di Indonesia,
didirikan karena adanya tuntutan zaman. Hal ini dapat dilihat dari perjalanan
historisnya. Pondok pesantren lahir atas kesadaran akan kewajiban untuk dakwah
Islamiyah, menyebarkan dan mengembangkan ajaran-ajaran Islam, sekaligus
mencetak kader-kader ulama dan para da’i.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses berdirinya serta
perkembangan Pondok Pesantren Annida Al-Islamy Bekasi pada tahun 1980-2013.
Adapun metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
penilitian sejarah, yang melalui empat tahap yaitu tahapan heuristik, tahapan kritik,
tahapan interpretasi, tahapan historiografi.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan, pondok pesantren Annida Al-Islamy
didirikan oleh KH. Muhammad Muhadjirin Amsar Addary pada tahun 1963. Pondok
Pesantren Annida didirikan oleh KH. Muhadjirin atas dasar kepentingan masyarakat,
untuk menanamkan fondasi ke-Islaman pada setiap lapisan masyarakat. KH.
Muhadjirin sadar akan kebutuhan para santrinya, dan berupaya memenuhi syarat
untuk menjadikan pondok pesantren Annida sebagai sekolah yang setara dengan
sekolah lain. Akhirnya pada tahun 1980, pondok pesantren Annida dapat memenuhi
persyaratan tersebut dan menjadikan pondok pesantren Annida sebagai salah satu
pesantren modern. Setelah adanya perkembangan tersebut, pondok pesantren Annida
harus melengkapi fasilitas dan sarana belajar untuk para santrinya. Pada tahun 1980-
1990 pondok pesantren Annida terus berkembang dengan memenuhi ruang kelas
untuk madrasah Tsanawiyah dan Aliyah. Pada tahun tersebut juga pondok pesantren
Annida membangun Perguruan Tinggi Al-Marhalah Al-‘Ulya untuk para santri yang
telah menyelesaikan pendidikannya di pesantren. Kemudian pada tahun 1990-2003,
pondok pesantren Annida menambahkan fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan
belajar dan mengajar seperti laboratorium komputer dan lainnya.
Keyword : Sejarah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Pondok Pesantren
Annida Al- Islamy
ii
Kata Pengantar
Bismillahirrohmanirrohim..
Alhamdulillah. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT dan baginda
Rasulullah SAW yang telah memberikan penulis nikmat sehat, nikmat rezeki
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ada halangan sesuatu apa pun.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menimba ilmu di UIN
Syarif Hidayatullah.
2. Prof. Dr Sukron Kamil, MA selaku dekan Fakultas Adab Dan Humaniora yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dalam
penyusunan skripsi.
3. H. Nurhasan, M.A., selaku ketua Jurusan Sejarah Dan Peradaban Islam Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengesahkan proposal penelitian
sehingga peneliti dapat melakukan penelitian.
4. Drs. H. M. Ma'ruf Misbah, M.A., Dosen pembimbing yang telah membimbing
penulis dengan penuh kesabaran dan memberikan kemudahan pada penulis di
setiap bimbingan.
5. Dosen-dosen Jurusan Sejarah Dan Peradaban Islam yang telah mendidik dan
memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.
6. Bapak KH. Muhammad Aiz Muhadjirin selaku Ketua Umum Pondok Pesantren
Annida Al-Islamy Bekasi yang telah memberikan izin dan saran kepada
penulis untuk melakukan penelitian.
7. Kepada alumni dan warga sekitar Pondok Pesantren Annida yang telah
bersedia dan meluangkan waktunya menjadi narasumber.
8. Kedua orang tua tercinta, yaitu ayahanda Alm. Syamsuri dan Ibunda Nurul
Qomariah, serta sauradaku yaitu kaka Nur Linda Sari, adik Lutfiyah, adik
Nilna Fasha Salsabilah yang dengan ketulusan hati memberikan dorongan
moral maupun material atas kasih sayang yang mereka berikan serta iringan
do’a dan semangat yang tiada henti.
iii
9. Imamatun Nisa wanita penyemangat yang tiada henti menyemangati dan
menemani penulis.
10. Agung Irawan sahabat terbaik yang selalu menemani penulis dalam
melakukan penelitian ini.
11. Kawan-kawan tercinta SPI C angkatan 2012.
12. Kawan-kawan Forum Komunikasi Mahasiswa Attaqwa (FKMA).
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Bekasi, 13 April 2017
Penulis
iv
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL
PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ………………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………. 1
B. Batasan dan Rumusan masalah ………………………………………….... 7
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………………….. 7
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………………… 8
E. Tinjauan Pustaka …………………………………………………………... 8
F. Kerangka Teori ……………………………………………………………. 9
G. Metode Penelitian …………………………………………………………. 11
H. Sistematika Penulisan ……………………………………………………... 13
BAB II SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN ANNIDA AL-
ISLAMY
A. Biografi Singkat KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary …………….. 15
B. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Annida Al-Islamy Bekasi Jawa Barat 19
C. Kondisi sosial masyarakat sekitar Pondok Pesantren Annida Al-Islamy Bekasi
Jawa Barat ………………………………………………………………….. 22
BAB III PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN ANNIDA AL-ISLAMY
A. Lembaga Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) …………………………… 25
B. Lembaga Pendidikan Madrasah Tsanawiyah ……………………………… 26
C. Lembaga Pendidikan Madrasah Aliyah …………………………………..... 31
v
D. Lembaga Pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al Marhalah Al ‘Ulya.
……………………………………………………………………………… 36
BAB IV PENGARUH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN ANNIDA
AL-ISLAMY TERHADAP MASYARAKAT
A. Aspek Pendidikan dan Keagamaan ……………………………………….. 40
B. Aspek Sosial dan Budaya …………………………………………………. 42
C. Aspek Ekonomi …………………………………………………………… 44
D. Alumni …………………………………………………………………….. 46
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………………… 49
B. Saran ……………………………………………………………………….. 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang sudah berdiri sejak ratusan
tahun yang lalu. Di lembaga inilah diajarkan dan dididikkan ilmu dan nilai-nilai
agama kepada santri. Pada awalnya pendidikan di pesantren hanyalah mengajarkan
ilmu-ilmu agama saja lewat kitab-kitab klasik atau kitab kuning. Pada tahap awal,
sistemnya berbentuk nonformal, tidak dalam bentuk klasikal, dan lamanya santri
tidak dapat dipastikan oleh tahun akan tetapi oleh kitab yang dibaca.1
Sebagai lembaga pendidikan yang tertua di Indonesia, pesantren menampilkan
suatu sistem pendidikan tradisional, yang mempertahankan sistem, materi, metode,
evaluasi tradisional dengan tetap berlandaskan pada nilai dan ajaran Islam. Sistem
pendidikan yang tidak mengenal kejenjangan, menggunakan metode sorogan dan
wetonan.2 Materi pembelajaran dengan kitab-kitab ilmu keislaman klasik, telah
berlangsung ratusan tahun sejak muncul dan berkembangnya pesantren di Indonesia.
Namun dengan perkembangan dan perubahan zaman, sebagian besar pesantren
mengadakan perbaikan dan pembenahan sebagai upaya modernisasi pendidikan.3
Pondok pesantren merupakan kata majemuk yang terdiri atas dua kata:
pondok dan pesantren. Pondok dalam bahasa Arab, funduq, yang berarti tempat
singgah, sedangkan pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang dalam
1Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia,
(Jakarta :Kencana Prenada Media Grup, 2004), h. 25 2 Sorogan adalah cara belajar santri secara individu dengan seorang guru, sistem ini dilakukan
untuk santri baru yang belum bisa membaca kitab atau al-Qur‟an. Sedangkan wetonan merupakan cara
belajar santri tingkat lanjut, yaitu para santri belajar secara bersama-sama dengan gurunya. 3 Mohammad Muchlis Solichin, Modernisasi Pendidikan Pesantren, (Tadris, 2011), Vol. 6, h.
35-36
2
pelaksanaan pembelajarannya tidak dalam bentuk klasikal. Jadi pondok pesantren
adalah lembaga pendidikan Islam nonklasikal di mana peserta didik (santri)
disediakan tempat singgah atau pemondokan. Kata pesantren berasal dari kata santri,
mendapat imbuhan pe dan an yang berarti tempat tinggal para santri. Kata santri juga
merupakan penggabungan antara kata sant (manusia baik) dan tra (suka menolong),
sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.4
Pendapat lain mengatakan bahwa kata santri berasal dari bahasa Jawa "cantrik", yang
berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru pergi menetap.
Guru dan cantrik atau murid selalu hidup bersama dalam satu tempat, kemanapun
guru pergi dan tinggal murid selalu menemaninya.5
Pengertian terminologi pesantren di atas mengindikasikan bahwa secara
kultural pesantren lahir dari budaya Indonesia.6 Dalam sebuah pesantren siapa pun
tahu bahwa di pesantren sangat lekat dengan sosok seorang Kyai, karomah dan
kealiman seorang kyai juga sering disebut syekh atau wali. Kyai juga bukan hanya
sebagai sosok sentral, otoritatif, pusat kebijakan dan perubahan di dalam sebuah
pesantren tetapi juga sebagai contoh yang baik bagi masyarakat. Oleh karena itu
perubahan yang dilakukan pesantren berawal dari pihak pesantren itu sendiri dan
kalau ada ide pembaharuan dari luar, itu tidak sampai mempengaruhi esensi utama
pesantren karena dalam hal ini seorang kyai-lah yang memegang peranan penting
dalam hal tersebut. Banyak dari pesantren yang maju itu karena kreatifitas inovatif
yang dilakukan oleh kyai itu sendiri.7
4 Haryanto Al-Fandi, Akar-Akar Historis Perkembangan Pondok Pesantren di Nusantara,
(Jurnal Kependidikan Al-Qalam, 2014), Vol. XIII, h. 76 5 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai
Sistem Pendidikan Pesantren, ( Jakarta : INIS, 1994), h. 10 6 Ali Mu`tafi, Rekontruksi Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Tradisional di Indonesia
(Telaah Kurikulum Pondok Pesantren, Menuju Arah Baru Pendidikan Islam di Era Globalisasi),
(Jurnal Kependidikan Al-Qalam, 2014), Vol. XIII, h. 150 7Muhammad Anwar, Modernisasi Pesantren : Pergeseran Tradisi dan Pudarnya Kyai,
(Hunafa: Jurnal Studia Islamika, 2013), Vol. 10, h.33
3
Keberadaan sang kyai di lingkungan pesantren merupakan jantung bagi
kehidupan manusia. Intensitas kyai memperlihatkan peran yang otoriter disebabkan
sang kyailah sebagai perintis, pendiri, pengelola, pengasuh, pemimpin, dan bahkan
juga pemilik tunggal sebuah pesantren. Sehingga banyak pesantren yang reputasinya
turun, karena sang kyai tersebut meninggal dan tidak ada penerus yang dapat
menggantikannya. Salah satu unsur yang dominan dalam kehidupan sebuah
pesantren, kyai mengatur irama perkembangan dan kelangsungan kehidupan suatu
pesantren dengan keahlian, kedalaman ilmu, kharismatik, dan keterampilannya,
sehingga tidak jarang sebuah pesantren tidak memiliki manajemen pendidikan yang
rapi dan teratur. Segala sesuatunya tergantung dari kebijakan kyainya.8
Pada awalnya, pondok pesantren bukan hanya menekankan misi pendidikan,
melainkan juga dakwah, suksesnya lembaga tersebut menghasilkan sejumlah besar
ulama yang berkualitas tinggi yang dijiwai oleh semangat untuk menyebarluaskan
serta memantapkan keimanan orang-orang Islam. Keberhasilan pemimpin-pemimpin
pesantren dalam melontarkan sejumlah besar ulama yang berkualitas adalah karena
metode pendidikan yang dikembangkan oleh para kyai. Tujuan pendidikan pesantren
bukanlah untuk mengejar kepentingan kekuasaan, uang dan keagungan duniawi,
tetapi ditanamkan kepada mereka bahwa belajar adalah semata-mata kewajiban dan
pengabdian kepada Tuhan. Di antara cita-cita pendidikan pesantren adalah latihan
untuk dapat berdiri sendiri dan membina diri agar tidak menggantungkan sesuatu
kepada orang lain kecuali kepada Tuhan.9
Pesantren di Indonesia tumbuh dan berkembang sangat pesat sepanjang abad
18 hingga abad ke 20. Namun, perkembangan pesantren terhambat ketika Belanda
datang ke Indonesia untuk menjajah. Di masa kolonial Belanda, pesantren sangat
8Ali Mu`tafi, Rekontruksi Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Tradisional di Indonesia..,
h.151 9Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren : Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta :
LP3ES, 1984), cet:3, h. 20-21
4
antipati terhadap kolonialisme Belanda. Hal ini menjadikan pemerintah Belanda
mengadakan pengawasan yang ketat terhadap pesantren. Pemerintah Belanda
mencurigai institusi pendidikan dan keagamaan pribumi digunakan untuk melatih
para pejuang yang militan untuk melawan para penajajah. Akan tetapi, pesantren
tetap bertahan dan berkembang karena pengelolanya mampu mengatur dengan baik.
Hal ini terbukti berdasarkan laporan dari pemerintah kolonial Belanda, tercatat pada
tahun 1831 di Jawa terdapat lembaga pengajian dan pesantren sebanyak 1.853 buah
dengan santri sebanyak 16.500 orang. Pada tahun 1885 pesantren berkembang
menjadi 14.929 buah dengan jumlah santri 222.663 orang. Kemudian pada
penajajahan kolonial Jepang, pada tahun 1942 menurut survei yang diselenggarakan
Kantor Urusan Agama (Shumumbu) yang dibentuk oleh Pemerintah Militer Jepang di
Jawa mencatat jumlah madrasah dan pesantren sebanyak 1.871 dan jumlah santrinya
adalah 139.415. Hal ini membuktikan bahwa, pondok pesantren terus berkembang
dengan hambatan dan rintangan yang tidak sedikit, dari mulai hambatan penjajahan
kolonial Belanda sampai penjajahan kolonial Jepang.10
Tantangan terhadap pendidikan pesantren kembali terjadi pada masa setelah
kemerdekaan, yang justru terasa lebih berat. Pada masa itu tantangan muncul dengan
terjadinya ekspansi pendidikan modern dan madrasah modern, sehingga terdapat
banyak pilihan pendidikan bagi anak-anak Muslim, yaitu sekolah-sekolah umum,
madrasah-madrasah modern, sekolah-sekolah Islam yang didirikan oleh organisasi-
organisasi umum, dan tentunya pesantren dengan madrasah di dalamnya.
Modernisasi pendidikan pesantren, diyakini sebagai suatu upaya pesantren untuk
tetap bertahan dan eksis di tengah pergumulannya dengan lembaga-lembaga
pendidikan modern yang menawarkan sistem pendidikan sekuler melalui sistem
pendidikan sekolah, yang sengaja didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda.11
10
Muhammad Idris Usman, Pesantren dalam Lembaga Pendidikan Islam, (Al-Hikmah
Journal For Religious Studies, 2013), Vol. 14, h.7-9 11
Mohammad Muchlis Solichin, Modernisasi Pendidikan Pesantren.., h.31-36
5
Modernisasi pendidikan pesantren diarahkan kepada modernisasi sistem
pendidikannya, yang menghasilkan pengembangan kurikulum pendidikan pesantren
dengan mamasukkan mata pelajaran-mata pelajaran umum, yang selanjutnya
berimplikasi terhadap diversifikasi lembaga pendidikan pesantren, sistem
penjenjangan, kepemimpinan dan manajemen pendidikan pesantren. Pesantren yang
pertama kali memberikan respon adalah Pesantren Manbaul Ulum di Surakarta.
Pesantren ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono pada tahun 1906, yang menjadi
perintis masuknya pendidikan umum di pesantren. Menurut laporan inspeksi
pendidikan Belanda, pada tahun tersebut, Pesantren Manbaul Ulum telah
memasukkan mata pelajaran membaca (dengan tulisan latin), aljabar dan berhitung
dalam kurikulum pendidikannya.12
Salah satu pondok pesantren yang ada di Indonesia yang kini masih
berkembang baik dari kualitas pendidikan maupun kuantitas institusi dan santri
adalah Pondok Pesantren Annida Al-Islamy yang terletak di Bekasi Timur JL. KH.
Mas Mansyur No 91 kelurahan Bekasi Jaya kecamatan Bekasi Timur Jawa Barat.
Pondok pesantren ini resmi berdiri pada tahun 1963 yang didirikan oleh salah seorang
ulama terkemuka di Bekasi yaitu, KH. Muhadjirin Amsyar Addary. Pondok
Pesantren Annida Al-Islamy terus mengalami perkembangan dari awal berdiri hingga
sekarang. Perkembangan pondok pesantren ini tidak hanya dari sisi luas wilayahnya
saja, akan tetapi mengembangkan pelayanan pendidikan pondok pesantren dari
pengajian non-formal menjadi sebuah lembaga pendidikan dengan berbagai jenjang
pendidikan.
Pondok Pesantren Annida Al-Islamy berada di bawah yayasan Al-Hanin yang
didirikan langsung oleh KH. Muhadjirin pada tanggal 03 April 1963. Pesantren ini
dibangun di atas tanah milik sendiri yang beliau wakafkan untuk kepentingan
pendidikan umat. Satu hal penting yang menggugah hati beliau adalah kekhawatiran
12
Mohammad Muchlis Solichin, Modernisasi Pendidikan Pesantren.., h.39
6
akan keberlangsungan pendidikan Islam di kalangan generasi muda Islam. Pada titik
ini, beliau menekankan pentingnya memelihara, menjaga, serta meneruskan estafet
tradisi keilmuan Islam yang berlandaskan Al-Qur'an, Al-Sunnah, dan kitab-kitab
klasik karangan para ulama yang kompeten. Atas dasar ini, beliau merumuskan
muatan lokal Pondok Pesantren Annida Al-Islamy yang kaya akan muatan kitab-kitab
klasik (kitab kuning), termasuk beberapa karya beliau sendiri.13
Bidang Qiroatul
Qutub (membaca kitab kuning) inilah yang menjadikan ciri khas dan merupakan
kelebihan dari santri Pondok Pesantren Annida Al-Islamy.14
Perkembangan Pondok Pesantren Annida Al-Islamy di bawah kepemimpinan
KH. Muhadjirin bermula pada tahun 1980, karena pada awal berdiri pondok
pesantren hingga pada pertengahan tahun 1970-an belum mempunyai ijazah yang
diakui oleh pemerintah Indonesia. Para santri harus mengikuti ujian di lembaga
pendidikan milik pemerintah agar mendapatkan ijazah yang diakui oleh Negara. Oleh
karena itu pada tahun 1980, Pondok Pesantren Annida Al-Islamy dapat melengkapi
berbagai persyaratan sebagai lembaga pendidikan yang setara dengan pendidikan
milik pemerintah. Kemudian pada tahun 1984, KH. Muhadjirin mendirikan Sekolah
Tinggi Ilmu Tarbiyah Al Marhalah Al „Ulya Bekasi.15
Tahun 2003 merupakan akhir
dari perjuangan seorang pendiri Pondok Pesantren Annida Al-Islamy, yang
kemudian perkembangan di pondok tersebut dilanjutkan oleh anak-anak beliau. Inilah
yang menjadi alasan untuk penulis mengambil judul: “Perkembangan Pondok
Pesantren Annida Al-Islamy Bekasi Jawa Barat Tahun 1980-2003”
13
http://annidaalislamy.ac.id/html/index.php?id=berita&kode=39 14
www.tingali.com/maannida. akses pada 13 Mei 2016 15
http://annidaalislamy.ac.id/html/index.php?id=berita&kode=39
7
B. Batasan dan Rumusan Masalah
a. Batasan Masalah
Pada penelitian ini, pembatasan masalah diambil agar penelitian yang dilakukan
oleh penulis lebih terarah dan terperinci. Batasan masalah ini hanya pada Perkembangan
Pondok Pesantren Annida Al-Islamy Bekasi Jawa Barat Tahun 1980-2003.
b. Rumusan Masalah
Dengan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan diteliti adalah:
1. Bagaimanakah Sejarah dan Gambaran Umum Pondok Pesantren Annida Al-
Islamy tahun 1980-2003?
2. Bagaimanakah Perkembangan Internal dan Eksternal yang bersinggungan dan
mempengaruhi Pondok Pesantren Annida Al-Islamy selama kurun waktu
1980-2003?
3. Bagaimanakah posisi KH. Muhadjirin dalam menjalankan peran dan fungsi
Pondok Pesantren Annida Al-Islamy, baik secara Internal maupun di
kehidupan masyarakat?
C. Tujuan penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari rincian permasalahan yang dikaji (diteliti) adalah :
1. Untuk mengetahui sejarah dan gambaran umu Pondok Pesantren Annida Al-
Islamy
2. Untuk mengetahui perkembangan secara Internal dan Eksternal Pondok
Pesantren Annida Al-Islamy
3. Untuk mengetahui peranan KH. Muhadjirin dalam menjalankan fungsi dari
perkembangan Pondok Pesantren Annida Al-Islamy serta dampak dari
perkembangan tersebut terhadap kehidupan masyarakat di sekitar Pondok
Pesantren pada tahun 1980-2003
8
D. Manfaat Penelitian
Dari rincian permasalahan yang dikaji dalam penelitian tersebut diharapkan dapat
memperoleh manfaat :
1. Bagi Pengelola Pesantren
Sebagai masukan untuk pesantren–pesantren lain dalam
mengembangkan pendidikan di pesantren serta memperbaiki kekurangannya.
2. Bagi Peniliti
Untuk memperluas wawasan serta memperluas pengetahuan diri
mengenai pendidikan di pesantren serta untuk mengetahui sejarah dan
perkembangan pesantren lebih dalam lagi.
3. Bagi UIN Syarif Hidayatullah
Untuk menambah koleksi hasil-hasil penelitian, khususnya bagi
sejarah dan perkembangan di dunia pendidikan pesantren.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan ini penulis memilih buku-buku yang dijadikan sebagai
tinjauan pustaka ialah, pertama: Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren Suatu Kajian
Tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren oleh Mastuhu. Buku ini
menjelaskan bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan yang berhasil
menyelenggarakan kegiatannya dan dapat mengintegrasikannya ke dalam kehidupan
masyarakat. Oleh karena itu, pesantren harus terus berupaya untuk melakukan
pembaruan pemikiran dalam Islam secara terus-menerus, dalam arti memahami dan
mendalami sesuai dengan realitas sosial yang menjadi tantangan zamannya.
Kedua, adalah buku yang berjudul Tradisi Pesantren Studi Tentang
Pandangan Hidup Kyai oleh Zamakhsyari Dhofier. Buku ini menggambarkan dan
9
mengamati perubahan-perubahan yang terjadi di lingkunagn pesantren dan Islam
tradisional di Jawa dalam periode Indonesia modern tetap menunjukan vitalitasnya
sebagai kekuatan sosial, kultural dan keagamaan yang turut membentuk bangunan
kebudayaan Indonesia modern.
Ketiga, artikel yang berjudul “Modernisasi Pendidikan Pesantren” oleh
Mohammad Muchlis Solichin. Artikel ini mengatakan bahwa modernisasi pendidikan
pesantren merupakan jawaban pesantren terhadap perubahan zaman dan kebutuhan
masyarakat. Dalam konteks ini pesantren telah melakukan perubahan-perubahan yang
dalam skala terbatas untuk menjamin keberlangsungan dan ketahanan pendidikan
yang diselenggarakannya.
Keempat, skripsi yang berjudul “Kiprah Dakwah KH. Muhammad Muhajirin
Amsar Addary di Pondok Pesantren Annida Al-Islamy Bekasi Timur” oleh
Khoirunnisa. Skripsi ini menjelaskan tentang kiprah dakwah yang dilakukan oleh
KH.Muhajirin di Pondok Pesantren Annida Al-Islamy. Penulisan skripsi yang
dilakukan oleh Khoirunnisa ini bukanlah studi sejarah, karena penulisan ini hanya
terpusat pada peran dakwah yang dilakukan oleh KH. Muhajirin Amsar Addary dan
tidak membahas berdiri dan berkembang-nya Pondok Pesantren Annida Al-Islamy.
Kemudian, penelitian ini juga menggunakan metode kualitatif sosial dalam menggali
informasi penelitiannya.
F. Kerangka Teori
Penulisan ini menggunakan teori definisi pondok pesantren dan teori
kategorisasi pondok pesantren. Teori tentang pondok pesantren menurut artikel
Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam yang ditulis M. Idris Usman,
Pesantren di Indonesia tumbuh dan berkembang sangat pesat. Sepanjang abad ke-18
sampai dengan abad ke-20, pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam semakin
dirasakan keberadaannya oleh masyarakat secara luas, sehingga kemunculan
10
pesantren di tengah masyarakat selalu direspons positif oleh masyarakat.16
Para santri
menerima dengan baik pendidikan agama yang diajarkan oleh seorang pemimpin atau
beberapa orang kyai dengan ciri khas yang bersifat karismatik dan independen.
Adapun teori Nur Inayah dan Fatimah Ningsih dalam artikel yang berjudul Sistem
Pendidikan Formal di Pondok Pesantren, bahwa pondok pesantren adalah salah satu
jenis lembaga pendidikan Islam di Indonesia yang menyiarkan dakwah Islam untuk
membentuk perilaku Islami masyarakat, di mana para pengasuhnya maupun para
peserta didik tinggal dalam satu lokasi pemukiman dengan didukung bangunan utama
meliputi: rumah pengasuh, masjid, madrasah atau sekolah, dan asrama.17
Teori yang dipakai untuk kategorisasi aspek tradisional dan aspek modernitas
sebuah pondok pesantren adalah teori yang diambil dari Zamakhsyari Dhofier,
pesantren salaf atau tradisional adalah lembaga pesantren yang mempertahankan
pengajaran kitab-kitab klasik sebagai inti pendidikan. Sistem madrasah ditetapkan
hanya untuk memudahkan sistem sorogan yang dipakai dalam lembaga-lembaga
pengajian bentuk lama, tanpa mengenalkan pengajaran pengetahuan umum.18
Kemudian menurut Azhari dalam artikelnya, Eksistensi Sistem Pesantren Salafi
Dalam Menghadapi Era Modern, tradisionalisme dalam konteks pesantren harus
dipahami sebagai upaya mencontoh tauladan yang dilakukan para ulama shalaf yang
masih murni dalam menjalankan ajaran Islam agar terhindar dari bid‟ah, khurafat,
takhayul, serta klenik. Hal ini kemudian lebih dikenal dengan gerakan salaf, yaitu
gerakan dari orang-orang terdahulu yang ingin kembali kepada al-Qur‟an dan Hadis.
Gerakan salaf ini dalam perjalanan sejarahnya telah memberikan sumbangan besar
terhadap modernisasi Islam.19
16
Muhammad Idris Usman, Pesantren dalam Lembaga Pendidikan Islam.., h.7 17
Nur Inayah dan Fatimah Ningsih, Sistem Pendidikan Formal di Pondok Pesantren (Studi
pada Pondok Pesantren Babul Hikmah Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan), (Jurnal
Sociologie, 2013), Vol. 1, h.215 18
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren : Studi tentang Pandangan Hidup Kyai.., h. 20 19
Azhari, Eksistensi Sistem Pesantren Salafi dalam Menghadapi Era Modern, (Islamic
Studies Journal, 2014), Vol. 2, h. 53
11
Ahmad Muhakamurrohman mengklasifikasikan pondok pesantren
berdasarkan kurikulumn yang dibagi menjadi 2, yaitu pondok pesantren tradisional
dan modern. Pesanren tradisional adalah pesantren yang dalam sistem
pembelajarannya masih menggunakan sistem bandongan dan sorogan, begitu pula
dalam materi yang diajarkan pun berasal dari kitab-kitab kuning, kitab berbahasa
Arab karya ulama Islam baik luar maupun dalam negeri. Sedangkan pesantren
modern adalah pesantren yang sudah memasukkan mata pelajaran umum ke dalam
kurikulum pesantren.20
Mohammad Qosim dalam artikel yang ditulisnya mengatakan
bahwa kurikulum pesantren adalah kurikulum yang disusun berbasis paham ahl al-
sunnah wa al-jama’ah (aswaja). Paham aswaja di pesantren diterjemahkan ke dalam
tiga pilar, yakni dalam bidang aqidah mengikuti pendekatan Imam Abu Hasan al-
Ash‟ari, dalam tasawuf berhaluan Imam Abu Hamid al-Ghazali, dan dalam fiqh
mengikuti madzhab Shafi‟i.21
Nurul Yakin membahas pondok pesantren dari manajemennya, Selain faktor
kepemimpinan kyai atau tuan guru, perkembangan pondok pesantren tentunya juga
tidak luput dari penerapan fungsi-fungsi manajemen yang lain. Manajemen adalah
seperangkat aktivitas yang dirancang untuk mencapai sebuah tujuan organisasi
melalui pemanfaatan sumber daya yang tersedia secara efektif dan efisien. Efektif
artinya hasil tercapai sesuai dengan keinginan organisasi. Efisien artinya pekerjaan
yang dapat diselesaikan dengan menggunakan sumber daya seminimal mungkin.22
G. Metodologi Penelitian
Penulis menggunakan metode penelitian sejarah yang tahapannya terdiri atas
4 proses yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi.
20
Ahmad Muhakamurrohman, Pesantren: Santri, Kiai, dan Tradisi, (Ibda‟ Jurnal
Kebudayaan Islam, 2014), Vol. 12, h. 112-113 21
Mohammad Kosim, Pesantren dan Wacana Radikalisme, (KARSA, 2006), Vol. IX, h.
847-848 22
Nurul Yakin, Studi Kasus Pola Manajemen Pondok Pesantren Al-Raisiyah di Kota
Mataram, (Ulumuna Jurnal Studi Keislaman, 2014), Vol. 18, h. 200-201
12
1. Heuristik
Heuristik merupakan langkah pertama dalam penelitian sejarah yaitu
pengumpulan bahan-bahan atau bukti-bukti sejarah yang akan digunakan sebagai
sumber sejarah. Dalam hal ini, penulis mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang
berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Adapun tempat yang akan dikunjungi
sebagai tempat pencarian sumber-sumber sejarahnya adalah Pondok Pesantren
Annida Al-Islamy.
2. Kritik Sumber
Kritik sumber adalah penilaian terhadap sumber yang telah penulis dapatkan
untuk mendapatkan nilai keasliannya. Penilaian sumber sejarah memiliki dua aspek
yaitu aspek internal dan aspek eksternal. Sumber-sumber tersebut harus dikritik
terlebih dahulu agar dapat mengetahui keaslian dan kebenarannya. Kritik internal
digunakan untuk mengetahui keasliannya, sedangkan kritik eksternal digunakan
untuk mengetahui kebenaran dari sumber yang telah diperoleh. Pada tahap ini penulis
berusaha mengkritisi sumber-sumber sejarah tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan perkembangan Pondok Pesantren Annia Al-Islamy.
3. Interpretasi
Interpretasi adalah penafsirkan keterangan dari sumber-sumber sejarah yang
sudah berupa fakta dan data yang telah terkumpul kemudian dirangkai dan
dihubungkan sehingga menjadi penafsiran sumber sejarah yang relevan dengan
permasalahan.
4. Historiografi
Historiografi merupakan tahap penulisan sejarah, sumber-sumber sejarah yang
telah ditemukan, dianalisis dan ditafsirkan selanjutnya ditulis menjadi sebuah kisah
13
sejarah atau sebuah karya ilmiah yang selaras dalam tulisan yang berbentuk skripsi
tentang Perkembangan Pondok Pesantren Annida Al-Islamy Bekasi Jawa Barat
Tahun 1980-2003.
Dalam penulisan ini, penulis mencari rujukan-rujukan pustaka yang berkaitan
dengan aspek ketradisionalan dan kemoderenan sebuah pondok pesantren, kemudian
penulis mengkritik dan menginterpretasikan data-data tersebut. Kemudian penulis
akan menggunakan metode wawancara. Penulis mewawancarai pihak-pihak Pondok
Pesantren Annida Al-Islamy yang memiliki pengetahuan untuk memaparkan keadaan
Pondok Pesantren Annida Al-Islamy dilihat dari keenam aspek tersebut. Selanjutnya
penulis melakukan observasi langsung dengan melihat langsung keadaan Pondok
Pesantren Annida Al-Islamy. Selain itu, penulis juga menggunakan metode studi
dokumentasi yang merupakan dokumentasi pendukung dari hasil metode wawancara.
H. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi dijabarkan dalam sistematika sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
A. Latar belakang masalah
B. Identifikasi masalah
C. Tujuan penelitian
D. Manfaat penelitian
E. Tinjauan pustaka
F. Kerangka teori
G. Metode penelitian
H. Sistematika penulisan
Bab II Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Annida Al-Islamy
14
A. Biografi Singkat KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary.
B. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Annida Al-Islamy Bekasi Jawa Barat.
C. Kondisi sosial masyarakat sekitar Pondok Pesantren Annida Al-Islamy Bekasi
Jawa Barat.
Bab III Perkembangan Pondok Pesantren Annida Al-Islamy
A. Lembaga Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPQ).
B. Lembaga Pendidikan Madrasah Tsanawiyah.
C. Lembaga Pendidikan Madrasah Aliyah.
D. Lembaga Pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al Marhalah Al „Ulya.
Bab IV Pengaruh Perkembangan Pondok Pesantren Annida Al-Islamy
Terhadap Masyarakat
A. Aspek Pendidikan dan Keagamaan.
B. Aspek Sosial dan Budaya.
C. Aspek Ekonomi.
D. Alumni.
Bab V Penutup
A. Kesimpulan.
B. Saran.
15
BAB II
SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN ANNIDA AL-ISLAMY
A. Biografi Singkat KH. Muhammad Muhadjirin Amsar Addary.
KH. Muhammad Muhadjirin Amsar Addary dilahirkan pada tanggal 10
Nopember 1924 dan dibesarkan di Kampung Baru Cakung, Kelurahan Cakung Barat,
Kecamatan Cakung, Kotamadya Jakarta Timur. Ayahnya bernama H. Amsar bin Piin
dan ibunya bernama Zuhriyyah binti Syafi‟i bin Jirin. Ekonomi keluarga KH.
Muhadjirin bisa tergolong kaya, karena ayahnya adalah seorang petani dan pedagang
yang ulet. Kemampuannya dalam berdagang bisa dikatakan hebat. Selain itu ia juga
mempunyai warung kelontong dan berdagang hewan ternak seperti sapi, kerbau dan
kambing. KH. Muhajirin adalah anak pertama dari 7 bersaudara, yaitu : 1.KH
Muhammad Muhadjirin Amsar Addary, 2. Hj. Aseni, 3. Hj. Saodah, 4. H. Mahbub, 5.
H. Ma‟ruf, 6. Hj. Salmani, 7. H. Shalahuddin. Keenam saudara KH. Muhadjirin
tinggal di Kampung Baru Cakung. “Jirin” merupakan nama panggilan beliau semasa
kecil, kemudian Amsar adalah nama dari ayah beliau. Jadi nama lengkap KH.
Muhadjirin adalah Muhammad Muhadjirin Amsar. 23
KH. Muhadjirin sejak kecil sampai ia dewasa menghabiskan waktunya untuk
belajar agama dari satu guru ke guru lainnya. Orang tua beliau sangat mendukung
untuk urusan pendidikan, terutama pendidikan agama. Hal ini terbukti ketika beliau
berhasil menyelesaikan atau mengkhatamkan pembacaan Al-Qur‟an, orang tua beliau
sangat bangga dan senang sekali, sampai membuat acara khataman al-Qur‟an dengan
mengundang orang tua dan orang-orang terpandang di kampungnya. Kemudian
beliau melanjutkan pendidikan agamanya ke pondok-pondok pesantren terkenal di
sekitar Jakarta. KH. Muhadjirin juga pernah belajar di sekolah Belanda HIS (High
23
Sya‟roni Tohir, Da’wah Kultural Studi Analisis : Konsep dan Perjuangan Da’wah KH.
Muhammad Muhajirin Amsar Addary, (Pustaka Indie, 2013), Cet: 1, h. 40-43
16
Indishe School), namun kemudian beliau sakit keras hingga akhirnya beliau tidak
melanjutkan pendidikan di sekolah Belanda dan kembali belajar agama. Guru-guru
beliau semasa belajar di Jakarta ada 12 orang, yaitu: 1. Guru Asmat, 2. H.
Mukhayyar, 3. H. Ahmad, 4. KH. Hasbiallah, 5. H. Anwar, 6. KH. Ahmad Mursyidi,
7. KH. Hasan Murtaha, 8. Syaikh Muhammad Thahir, 9. Syaikh Ahmad bin
Muhammad, 10. KH. Shaleh Ma‟mun (Banten), 11. Syaikh H. Abdul Majid, 12. As-
Sayyid Ali bin AbdurrahmanAl-Habsyi (Kwitang).24
Guru-guru yang di sebutkan di
atas merupakan guru yang mengajarkan KH. Muhadjirin tentang berbagai ilmu
agama, yang kemudian ilmu yang didapatnya dijadikan sebagai bekal untuk
melanjutkan pendidikan dengan menimba ilmu ke Mekkah.
Saat menuntut ilmu kepada guru-guru agama, KH. Muhajdjirin bersepeda
dalam menempuh perjalanan dari Kampung Baru menuju rumah gurunya. Banyak
halangan dan rintangan yang beliau alami dalam perjalanannya untuk belajar, tapi itu
tidak bisa mengurungkan niat dan semangat beliau dalam belajar. Dalam sebuah
pengakuannya, pernah suatu ketika beliau hendak menyebrangi sungai (kali)
Cipinang, perahu yang dinaiki oleh beliau dihadang seekor buaya. Namun dengan
kebesaran hati dan kemantapan tekad, hadangan dan rintangan seperti itu tidak
membuat nyali beliau menjadi lemah untuk selalu hadir dalam belajar kepada
gurunya.25
Pada bulan Juni 1947, KH. Muhadjirin sedang menimba ilmu di Kampung
Muara atau Cipinang Muara, Jakarta Timur. Saat itu Indonesia masih berkecamuk
dalam perang melawan penjajahan Belanda atau Agresi Militer Belanda I dan II. Saat
itu beliau memang sudah mempunyai tekat yang besar untuk melanjutkan pendidikan
agamanya ke Mekkah, namun banyak pihak yang menyayangkan bahkan ada yang
24
Sya‟roni Tohir, Da’wah Kultural Studi Analisis : Konsep dan Perjuangan Da’wah KH.
Muhammad Muhajirin Amsar Addary.., h. 43-47 25
Sejarah Singkat dan Sisi Lain Kehidupan Syeikh Muhammad Muhadjirin Amsar Addary,
(Bekasi, Pesantren Annida Al Islamy, 2012), h. 4
17
ingin menggagalkan kepergian beliau. Karena mereka beranggapan bahwa kepergian
beliau adalah salah satu propaganda pemerintah Belanda, tapi beliau tidak perduli
dengan kekhawatiran masyarakat terhadapnya. KH. Muhadjirin beranggapan bahwa
kepergiannya adalah bukan untuk lari dari perjuangan dalam menghadapi kolonial
Belanda, tetapi untuk menimba ilmu yang akan berguna suatu saat nanti. Pada bulan
Agustus 1947, KH. Muhadjirin akhirnya berangkat dari Indonesia dengan
menggunakan kapal laut melewati Samudera Hindia untuk ke Jeddah, kemudian
sampai di Jeddah pada akhir bulan Agustus dan menetap di sana. Pada bulan
September 1947, beliau melanjutkan perjalanannya ke Mekkah sekaligus untuk
ibadah Haji dan Umrah.26
KH. Muhadjirin menetap di kota Mekkah dan Madinah untuk menimba ilmu-
ilmu agama dan ilmu umum. Beliau tinggal di kediaman Syaikh Abdul Ghani Jamal
dan belajar kepadanya. Kemudian beliau pindah ke asrama Jailani yang berada di sisi
dalam Mudda‟i. Selama tinggal di asrama Jailani selama 2 tahun, KH. Muhadjirin
belajar di Masjidil Haram dan belajar di rumah para masyaikh. Adapun guru-guru
yang mengajari beliau pada waktu tinggal di asrama Jailani ada 10 orang, yaitu: 1.
Syaikh Muhammad Ahyad, 2. Syaikh Hasan Muhammad Al-Masyath, 3. Syaikh
Zaini Bawean, 4. Syaikh Muhammad Ali bin Husain al-Maliki, 5. Syaikh Mukhtar
Ampetan, 6. Syaikh Muhammad al-Araby at-Tubbany as-Sutoyfi al-Jazary, 7. Syaikh
Sa‟id Alawi Abbas al-Maliki, 8. Syaikh Ibrahim al-Fathany, 9. Syaikh Muhammad
Amien al-Kutbi, 10. Syaikh Isma‟il Fathany.27
Kemudian pada bulan Juli 1950, KH. Muhadjirin melanjutkan pendidikannya
ke Darul Ulum Addiniyah di Mekkah. Di sekolah ini beliau dapat melengkapi ilmu
pengetahuan yang sudah dimilikinya. Yang paling berperan dalam belajar beliau
26
http://annidaalislamy.ac.id/html/index.php?id=berita&kode=39 akses pada 17 November
2016 27
Sya‟roni Tohir, Da’wah Kultural Studi Analisis : Konsep dan Perjuangan Da’wah KH.
Muhammad Muhajirin Amsar Addary.., h. 49-50
18
semasa di Darul Ulum ini adalah pimpinan umum Darul Ulum yaitu, Syaikh Ahmad
Mansyuri dan wakilnya Syaikh Muhammad Yasin. Pada tanggal 28 Agustus 1951,
KH. Muhadjirin menyelesaikan pendidikannya di Darul Ulum Addiniyah. Beliau
berhasil mendapatkan prestasi yang paling baik dari teman-temannya dan
memperoleh peringkat Jayyid. Pada bulan Juli 1955, KH. Muhadjirin diminta oleh
ibunya untuk pulang ke Indonesia, dan pada hari Kamis tanggal 6 Agustus 1955
beliau sampai ke tanah air.28
Sesampainya di rumah KH. Muhajirin tidak lagi belajar.
Selama dua tahun setelah kepulangannya, beliau beristirahat. Beristirahat bukan
berarti tidak melakukan apa-apa. Beliau menyempatkan diri untuk bersilaturahmi
kepada guru-gurunya, kemudian berkeliling ke daerah-daerah, dan itu pun sudah ada
yang belajar di rumahnya.
Pada tahun 1957, KH, Muhajirin menikahi Ibu Hj. Hannah putri dari
pemimpin umum pondok pesantren Bahagia, yaitu KH. Abdurrahman Sodri. Dari
pernikahan ini dikaruniai 8 orang anak, yaitu: 1. Hj. Faiqah Muhadjirin, 2. H.
Muhammad Ihsan Muhadjirin, 3. H. Ahmad Zufar (Almarhum), 4. Hj. Badi‟ah
Muhadjirin, 5. Hj. Farhah Muhadjirin, 6. Hj. Rufaida Muhadjirin, 7. H. Dhia Al-
Maqdisi Muhadjirin, 8. H. Muhammad Aiz Muhadjirin. Kemudian setelah menikah,
KH. Muhadjirin mulai memfokuskan diri dalam bidang dakwah, dengan menjadi
tenaga pengajar atau guru di pesantren Bahagia. Setelah 6 tahun menjagar di
pesantren Bahagia, KH. Muhadjirin mendirikan pondok Pesantren Annida Al-Islamy.
Selama hidupnya, KH. Muhadjirin menggunakan waktunya tidak hanya untuk belajar
dan mengajar, tetapi juga untuk mengarang kitab. Setelah kurang lebih 76 tahun
berada dalam dunia ilmu pengetahuan dan mengabdikan seluruh hidupnya untuk
menyebarkan agama Islam, akhirnya pada tanggal 31 Januari 2003 beliau wafat.
28
http://annidaalislamy.ac.id/html/index.php?id=berita&kode=39
19
Perjuangan dakwah beliau dilanjutkan oleh putra dan putrinya yang kini aktif dalam
dunia pendidikan.29
B. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Annida Al-Islamy Bekasi Jawa Barat.
Pondok Pesantren Annida Al-Islamy terletak di jalan IR. H. Juanda Blok
Pengairan No. 124, RT.2/RW.7, Margahayu, Bekasi Timur, Kota Bekasi Jawa Barat,
Indonesia.30
Pondok pesantren ini didirikan pada bulan April tahun 1963 oleh KH.
Muhadjirin beserta beberapa orang sahabatnya, seperti KH. Abdul Hamid, H. Jole, H.
Ahmad Rus, M. Ibrohim, H. Yusuf Khair, H. Jasan, dan H. Muthallib. Pondok
pesantren Annida al-Islamy merupakan pesantren yang meneruskan pesantren
Bahagia. Pesantren Bahagia adalah pesantren yang pertama kali berdiri di Bekasi,
salah satu pendirinya merupakan mertuanya KH. Muhadjirin sendiri yaitu KH.
Abdurrahman Sodri. Kemudian setelah KH. Abdurrahman Sodri meninggal, kegiatan
belajar atau aktifitas di pesantren Bahagia mengalami pasang-surut, hingga akhirnya
aset bangunan pesantren Bahagia dijual oleh pengurus lain. Para santri yang dulu
belajar di pesantren Bahagia akhirnya memutuskan untuk mengikuti atau meneruskan
belajarnya kepada KH. Muhadjirin. Oleh karena itu, beliau mendirikan pesantren baru
yang kemudian diberi nama Pondok Pesantren Annida Al-Islamy.31
Inilah kesadaran
yang timbul dari KH. Muhadjirin untuk tetap melanjutkan dakwahnya dan
mengamalkan ilmu-ilmu agama Islam setelah pesantren Bahagia resmi ditutup.
Karena pesantren merupakan kunci sebagai penyebaran agama Islam serta
pemantapan ketaatan masyarakat dalam agama Islam.32
29
Sya‟roni Tohir, Da’wah Kultural Studi Analisis : Konsep dan Perjuangan Da’wah KH.
Muhammad Muhajirin Amsar Addary.., h. 52-57 30
https://www.nyaritempat.com/tempat/ponpes-annida-al-islamy-kota-
bekasi/5738ec0deaa0f30091b3f0ec/ 31
Wawancara kepada KH. Muhammad Aiz Muhadjirin, Pimpinan Pondok Pesantren Annida
Al-Islamy pada 13 November 2016 32
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren : Studi tentang Pandangan Hidup Kyai.., h. 17
20
Pondok pesantren Annida Al-Islamy telah memiliki unsur-unsur pondok
pesantren pada umumnya yaitu, pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab klasik
dan seorang kyai yang memang menjadi unsur-unsur dasar dari sebuah pesantren.
Akan tetapi, selama kurang lebih 15 tahun Pondok Pesantren Annida Al-Islamy
berdiri (1963 - 1978), para santri yang belajar di pesantren Annida ini belum bisa
mendapatkan ijazah yang diakui oleh pemerintah. Hal ini disebabkan karena selama
15 tahun itu pesantren Annida masih berbentuk pesantren salaf atau tradisional. Oleh
karena itu sebagian santri mengikuti ujian di sekolah-sekolah lain.33
Kondisi seperti
ini menjadi perhatian khusus dari KH. Muhajirin, sehingga pada tahun 1978-1979
pesantren Annida dapat memenuhi syarat sebagai lembaga pendidikan yang setara
dengan lembaga pendidikan milik pemerintah, dan para santrinya tidak perlu lagi
ujian di sekolah lain. Hal tersebut telah menjadikan Pondok Pesantren Annida Al-
Islamy sebagai pesantren yang modern. Hal ini dilakukan oleh KH. Muhadjirin
sebagai jawaban untuk tantangan globalisasi, serta memberikan kebutuhan para
santrinya. Namun, KH. Muhadjirin tetap menyeimbangkan pelajaran agama dengan
pelajaran umum.
Konsep berkenlanjutan dalam lembaga pendidikan diterapkan di Pondok
Pesantren Annida ini. Istilah kelas yang tidak terputus antara madrasah Tsanawiyah
dan madrasah Aliyah merupakan bukti bahwa pendidikan berkelanjutan merupakan
sebuah kebutuhan untuk menghasilkan alumni yang berkualitas. Madrasah
Tsanawiyah terdiri dari kelas 1,2, dan 3. Madrasah Aliyah yang terdiri kelas 4, 5, dan
6, merupakan lanjutan dari madrasah Tsanawiyah. Konsep tersebut kemudian diganti
mengikuti kebijakan pemerintah, dengan membuat istilah untuk madrasah
Tsanawiyah dengan sebutan kelas 7, 8, 9, dan madrasah Aliyah dengan sebutan 10,
11, 12. Kemudian ada juga konsep berkesinambungan yang diterapkan oleh KH.
Muhadjirin. Menurut KH. Muhadjirin, ilmu agama dengan ilmu umum harus saling
33
Wawancara kepada KH. Muhammad Aiz Muhadjirin, Pimpinan Pondok Pesantren Annida
Al-Islamy pada 09 Desember 2016
21
melengkapi. Keyakinan dalam konsep ini dibuktikan dengan diajarkan materi umum
seperti matematika (al-jabar), IPA, bahasa Inggris maupun lainnya, di madrasah
Tsanawiyah dan Aliyah.34
Pondok Pesantren Annida Al-Islamy dibangun KH. Muhajirin atas
kepentingan pendidikan umat. Perhatian beliau terhadap pendidikan generasi muda
Islam telah menggugah hatinya. Pada titik ini beliau menekankan pentingnya
memelihara, menjaga, serta melanjutkan estafet tradisi keilmuan dalam Islam yang
berlandaskan Al-Qur‟an dan Sunnah serta kitab-kitab klasik karangan para ulama
yang kompeten. Atas dasar ini, beliau merumuskan muatan lokal di Pondok Pesantren
Annida Al-Islamy yang kaya akan kitab-kitab klasik (kitab kuning), termasuk kitab
yang beliau karang sendiri.35
Pengajian kitab kuning dimulai setelah shalat shubuh,
karena KH. Muhajirin selalu berpesan kepada santri-santrinya untuk terus belajar di
waktu shubuh, karena waktu tersebut merupakan waktu berkah.36
KH. Muhajirin juga
mewajibkan semua anak laki-lakinya untuk mengikuti pengajian kitab yang berada
langsung di bawah pengawasannya. Setiap selesai shalat shubuh dan maghrib semua
anak laki-lakinya diperintahkan dan di fasilitasi untuk mengikuti pengajian yang
meliputi ilmu tafsir, hadits, ushul fiqh, tauhid, dan lainnya.37
Sebelum pengajian kitab dimulai, para santri terlebih dahulu untuk
mempersiapkan kitab dan mempelajarinya sendiri (muthala‟ah). Metode pengajaran
kitab kuning yang diterapkan KH. Muhadjirin di Pondok Pesantren Annida adalah
metode CBSA (Cara Belajar Santri Aktif), yaitu memberikan tugas kepada seluruh
santri untuk membaca kitab secara bergilir di depan kyai, dengan cara membaca
secara tahqiq dengan memperhatikan ka‟idah-ka‟idah nahwunya, serta intonasi dan
34
Sejarah Singkat dan Sisi Lain Kehidupan Syeikh Muhammad Muhadjirin Amsar Addary..,
h. 10-11 35
http://annidaalislamy.ac.id/html/index.php?id=berita&kode=39 36
Wawancara kepada Muhammad Alwan, Lurah Pondok Pesantren Annida Al-Islamy pada
01 Desember 2016 37
Sejarah Singkat dan Sisi Lain Kehidupan Syeikh Muhammad Muhadjirin Amsar Addary..,
h. 18-19
22
titik komanya. Kyai hanya menyimak serta membetulkan jika ada santrinya salah
dalam membaca dan mengartikan kitab. Kyai juga membiarkan santrinya berfikir
untuk mencari arti yang benar jika ada salah dalam mengartikan kitab kecuali yang
dianggap sangat musykil (sangat sulit).38
Pondok Pesantran Annida Al-Islamy mempunyai ciri khasnya tersendiri, yaitu
di pesantren ini tidak mempunyai dapur masak atau dapur umum, maka para santri
bisa membeli makanan diluar pesantren. Jadi semua santri bebas untuk memilih
makanan yang mereka sukai. KH. Muhajirin ingin keberadaan pesantren ini dapat
dirasakan pula oleh masyarakat sekitarnya, sehingga masyarakat ikut merasa
memiliki terhadap pesantren. Di pesantren ini, santri memanggil guru tidak
menggunakan istilah guru, ustadz, atau mu‟allim, tetapi dengan sebutan Bang Haji,
atau Pak Haji untuk yang sudah menunaikan ibadah haji atau Abang. Santri
memanggil kyai dengan sebutan kyai. Konsep ini diterapkan oleh KH. Muhajirin
karena beliau tidak mau menganggap para santrinya itu orang lain, akan tetapi KH.
Muhajirin menganggap para santrinya sebagai teman akrabnya, sebagai saudara dan
sebagai teman dalam mempelajari kitab.39
Kemudian yang lebih unik lagi, istilah
untuk kepengurusan atau kepala pengurus pondok diistilahkan sebagai “Lurah
Pondok”. Lurah ini yang mengurus dan mengatur kegiatan di pesantren Annida.
Lurah ini ditunjuk langsung oleh kyai atau pimpinan umum pondok. Inilah cirri khas
yang ada di pondok pesantren Annida ini, yang membedakan dari pondok-pondok
pesantren lainnya. Memang setiap pondok pesantren pasti memiliki cirri khasnya
masing-masing, baik dari cara pengajian kitabnya maupun lainnya.
C. Kondisi Sosial Masyarakat Sekitar Pondok Pesantren Annida Al-Islamy
Bekasi Jawa Barat.
38
Sya‟roni Tohir, Da’wah Kultural Studi Analisis : Konsep dan Perjuangan Da’wah KH.
Muhammad Muhajirin Amsar Addary.., h. 112 39
Sya‟roni Tohir, Da’wah Kultural Studi Analisis : Konsep dan Perjuangan Da’wah KH.
Muhammad Muhajirin Amsar Addary.., h. 114-115
23
Pada waktu awal pembangunan Pondok Pesantren Annida masyarakat kurang
mendukung dan hanya sedikit orang atau tokoh saja yang membantu proses
pembangunan dan pengembangan pesantren Annida. Hal ini disebabkan oleh isu yang
saat itu beredar yaitu isu bukan “Putera Asli Daerah”,40
KH. Muhadjirin itu bukan
asli dari Bekasi, melainkan dari Kampung Baru Cakung. Meski dulu Kampung Baru
Cakung masuk dalam wilayah Bekasi namun lebih dekat ke Jakarta. Sikap KH.
Muhadjirin yang netral dalam partai politik pada saat itu membuat beberapa orang
tertentu tidak senang dengan beliau, bahkan yang lebih parah lagi terjadi intimidasi
serta teror terhadap KH. Muhadjirin. KH. Muhadjirin pernah diserempet sepeda
motor, bahkan diganggu dengan gangguan yang tidak biasa seperti santet (teluh).
Meskipun KH. Muhadjirin mengetahui siapa pelaku gangguan yang dialaminya, tapi
beliau tetap ikhlas, yang kemudian gangguan tersebut berakibat kepada orang
tersebut. Beberapa saat setelah kejadian, akhirnya datang orang itu dan meminta maaf
kepada KH. Muhadjirin atas apa yang diperbuatnya.41
Akhirnya lama-kelamaan respon masyarakat membaik terhadap adanya
Pondok Pesantren Annida Al-Islamy. Masyarakat sadar bahwa pondok pesantren di
sekitar mereka menjadi tempat pendidikan Islam untuk menanamkan fondasi
keagamaan kepada anak-anak mereka. Banyak manfaat yang dirasakan setelah
adanya pondok pesantren di sekitar mereka, baik dari segi keagamaan, pendidikan,
serta lahan rezeky untuk masyarakat.42
KH. Muhajirin membuka pengajian untuk
kaum bapak-bapak. Jadi untuk warga sekitar yang ingin belajar kitab kepada beliau
boleh datang ke pesantren. Kegiatan ini sudah dilakukan oleh beliau dari tahun
1970‟an, dengan metode pengajaran yang sama dengan metode yang diterapkan oleh
para santrinya yaitu metode CBSA (Cara Belajar Santri Aktif). Selain pengajian kitab
40
Wawancara kepada KH. Muhammad Aiz Muhadjirin, Pimpinan Pondok Pesantren Annida
Al-Islamy pada 09 Desember 2016 41
Sejarah Singkat dan Sisi Lain Kehidupan Syeikh Muhammad Muhadjirin Amsar Addary..,
h. 22-23 42
Wawancara kepada Fuadi, warga sekitar Pondok Pesantren Annida Al-Islamy pada 30
November 2016
24
untuk kaum bapak, KH. Muhadjirin juga membuka TPQ (Taman Pendidikan Al-
Qur‟an) yang dikhususkan untuk anak-anak sekitar pondok pesantren Annida.
Selain membuka pengajian kitab di sekitar pesantren, KH. Muhajirin juga
banyak mengisi majelis taklim bapak-bapak di luar pesantren atau sekitaran Bekasi
maupun di luar Bekasi. KH. Muhajirin mengisi majelis taklim bapak-bapak di daerah
Cengkareng Jakarta Barat, tepatnya di Durikosambi. Wilayah inilah yang menjadi
basis pertama KH. Muhajirin dalam menyebarkan ilmunya. Hal ini terbukti dengan
banyaknya santri pondok pesantren Annida yang datang dari wilayah tersebut pada
tahun 1970-1990. Pengajian ini dilaksanakan sebulan sekali di hari Minggu. Beliau
juga mengajar di majelis taklim yang ada di Cikarang, tepatnya di salah satu masjid
terbesar di sana, majelis taklim di daerah Tambun, Pondok Ungu, Pisangan
Jatinegara, dan yang terakhir di kampung halamannya, yaitu Kampung Baru
Cakung.43
43
Sejarah Singkat dan Sisi Lain Kehidupan Syeikh Muhammad Muhadjirin Amsar Addary..,
h. 15
25
BAB III
PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN ANNIDA AL-ISLAMY
A. Lembaga Taman Pendidikan Al Qur’an
Taman pendidikan al-Qur‟an (TPQ) ini dikhususkan untuk anak-anak Sekolah
Dasar yang tinggal di sekitar pondok pesantren Annida. Menurut KH. Muhammad
Aiz Muhadjirin, taman pendidikan Al-Qur‟an ini sudah lama ada sebelum pesantren
Annida didirikan dan sebelum KH. Muhadjirin menikah. Tidak diketahui kepastian
tahun berdirinya. Adapun metode pengajian TPQ ini masih berpegang teguh dengan
metode al-Baghdadiyah dari dulu hingga saat ini.44
Metode al-Baghdadiyah adalah
metode mengaji yang menggunakan panduan Juz Amma. Metode al-Baghddadiyah
disebut juga cara mengaji sorogan. Metode ini biasanya memakan waktu lebih lama
dibanding metode iqro‟, karena cara belajar sorogan tidak membolehkan santrinya
pindah ke halaman selanjutnya jika pengucapan makhraj santri tersebut belum benar.
Hal ini berbeda dengan metode iqro‟ yang hanya sekedar tahu huruf hijaiyah namun
tidak fasih dalam melafalkannya.45
Buku Sejarah Singkat dan Sisi Lain Kehidupan Syeikh Muhammad
Muhadjirin Amsar Addary yang penulis dapatkan dari pesantren Annida, mengatakan
bahwa TPQ yang ada sekarang ini di pesantren Annida merupakan lanjutan dari
nenek istrinya KH. Muhadjirin yaitu Guru Mandu Khairani Binti Hasan. Beliau
merupakan salah satu guru perempuan tersohor di wilayah Bekasi pada saat itu.46
Pengajian TPQ ini dimulai sehabis sholat Ashar sampai dengan pukul 17.00 WIB.
Respon masyarakat untuk TPQ ini sangat baik, bahkan terbilang banyak yaitu ada 70
santri atau anak yang datang dari masyarakat sekitar pesantren untuk mengikuti
44
Wawancara kepada KH. Muhammad Aiz Muhadjirin, Pimpinan Pondok Pesantren Annida
Al-Islamy pada 09 Desember 2016 45
www.muslimmedianews.com 46
Sejarah Singkat dan Sisi Lain Kehidupan Syeikh Muhammad Muhadjirin Amsar Addary..,
h. 12
26
pengajian tersebut. Menurut Fuadi yang merupakan salah satu warga sekitar
pesantren, anaknya dan anak-anak warga lainnya mengikuti pengajian TPQ ini di
pesantren mulai dari belajar al-Qur‟an, Tajwid, Aqidah dan ilmu-ilmu agama lain
yang merupakan dasar-dasar dari ilmu Islam.47
B. Lembaga Pendidikan Madrasah Tsanawiyah
Pondok pesantren Annida Al-Islamy yang telah mengalami perkembangan
waktu demi waktu, mengharuskan mendirikan lembaga madrasah untuk sarana
pendidikan yang formal. Hal ini terbukti, setelah menjadi pesantren modern pondok
pesantren Annida mendirikan lembaga pendidikan madrasah. Pembangunan
madrasah yang dilakukan oleh pesantren Annida ini bedasarkan kesadaran akan
keperluan santrinya serta menjawab tantangan dari modernisasi pendidikan Islam.
Kemudian terbelilah beberapa ratus meter tanah untuk tahap awal pembangunan,
yang sekarang menjadi lembaga pendidikan madrasah pesantren Annida. Pada tahap
awal pembangunan, hanya dibangun tiga lokal.48
Menurut KH. Muhammad Aiz,
pembangunan tahap awal yang hanya tiga lokal tersebut, untuk keperluan proses
belajar dan mengajar.49
Seiring berjalannya waktu, pesantren Annida mengalami
perkembangan terus menerus, sehingga perluasan tanah terus diupayakan untuk
pembangunan madrasahnya. Hal ini terbukti pada tahun 1987, madrasah pondok
pesantren Annida sudah melengkapi sarana pendidikan seperti membangun gedung
untuk santri Aliyah. Fasilitas pun sudah ada namun memang belum lengkap,
kemudian pada tahun 1993 barulah ada laboratorium Komputer.50
47
Wawancara kepada Fuadi, warga sekitar Pondok Pesantren Annida Al-Islamy pada 30
November 2016 48
lihat buku Sya‟roni Tohir, Da’wah Kultural Studi Analisis : Konsep dan Perjuangan
Da’wah KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary.., h. 54 49
Wawancara kepada KH. Muhammad Aiz Muhadjirin, Pimpinan Pondok Pesantren Annida
Al-Islamy pada 09 Desember 2016 50
Wawancara kepada ust. Jalal, alumni tahun 1993 Pondok Pesantren Annida Al-Islamy pada
20 Januari 2017
27
Perkembangan yang dilakukan oleh pihak pesantren Annida adalah
merupakan jawaban dari banyaknya tuntutan para santri dan masyarakat untuk lebih
memformalkan pendidikan di pesantren, serta suatu upaya untuk dapat bersaing
dengan lembaga pendidikan umum. Fasilitas-fasilitas terus diupayakan, hingga kini
fasilitas yang ada di madrasah Tsanawiyah pondok pesantren Annida sudah dapat
dikatakan lengkap. Adapun fasilitas-fasilitas yang ada di madrasah Tsanawiyah yaitu
melingkupi ruang guru sebanyak 4 ruang, ruang kelas sebanyak 23 ruang,
laboratorium komputer, laboratorium IPA, dan perpustakaan.
Madrasah pondok pesantren Annida dikelola langsung oleh KH. Muhadjirin
dan anak-anaknya. Hingga kini, madrasah ini masih berkembang dengan baik dan
tetap eksis di kalangan masyarakat. Pendidikan madrasah Tsanawiyah di pesantren
Annida masih berpegang teguh dengan apa yang sudah ditanamkan oleh KH.
Muhadjirin, yaitu metode kesinambungan seperti yang sudah dijelaskan di atas.
Perkembangan demi perkembangan terus berjalan, sistem pendidikan yang awalnya
hanya belajar kitab-kitab klasik kini sudah memasukan mata pelajaran umum serta
sudah ada lembaga pendidikan sendiri dan mempunyai ijazah. Pondok Pesantren
Annida tetap menjaga tradisi lama dengan baik dan menerima tradsi baru sebagai
tantangan dari globalisasi, serta memberikan kebutuhan para santrinya. Dari laporan
yang penulis dapatkan di madrasah Tsanawiyah Pesantren Annida, jumlah santri
madrasah Tsanawiyah kini ada 634 santri.
Madrasah Tsanawiyah mempunyai visi: ”Mewujudkan Sumber Daya Manusia
yang Berakhlak Mulia yang Mampu Bersaing Secara Global”. Adapun misinya yaitu:
1. Menciptakan suasana yang kondusif untuk mengembangkan potensi
siswa melalui penekanan pada penguasaan kompetensi bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi serta bahasa Inggris.
2. Meningkatkan penguasaan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi
dan alat untuk mempelajari pengetahuan yang lebih luas.
28
3. Meningkatkan frekuensi dan kualitas kegiatan siswa yang lebih
menekankan pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta keimanan dan ketakwaan yang menunjang proses belajar
mengajar dan menumbuh kembangkan disiplin pribadi siswa.
4. Menumbuhkan nilai-nilai ketuhanan dan nilai-nilai kehidupan yang
bersifat universal dan mengintegrasikannya dalam kehidupan.
5. Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh
warga sekolah, lembaga swadaya masyarakat, stake holders dan
instansi serta institusi pendukung pendidikan lainnya.51
Sistem belajar di Pondok Pesantren Annida Al-Islamy masih berpegang teguh
pada apa yang sudah ditanamkan oleh KH. Muhadjirin. Waktu belajar untuk para
santri masih tetap sama, dimulai dari sehabis sholat shubuh untuk belajar kitab.
Kemudian setelah itu belajar dilanjutkan di sekolah madrasah pesantren sampai pukul
13.00 WIB atau selepas dzuhur. Kemudian setelah itu para santri kembali ke pondok
untuk istirahat. Istirahat yang dilakukan para santri di sana bukan hanya istirahat yang
termasuk makan, minum, lalu tidur, akan tetapi juga istirahat yang di barengi
persiapan untuk belajar kitab selepas Ashar. Pengajian kitab ini terus berlangsung
sampai pukul 22.00 WIB. Kemudian pada hari Kamis malam Jum‟at ada pembacaan
surat Yasin.
Dalam pengajian kitab ada pembagian kelas untuk santri Tsanawiyah, yaitu
kelas iqra‟ untuk anak-anak santri yang belum bisa baca kitab dan al-Qur‟an, kelas 1
untuk santri yang mempelajari kitab yang sudah ada arti dan baris hurufnya, kelas 2
untuk santri yang mempelajari kitab dengan huruf dan baris hurufnya, akan tetapi
51
http://annidaalislamy.ac.id/html/index.php?id=berita&kode=39
29
tidak ada artinya, kelas 3 untuk santri yang belajar kitab gundul tanpa baris huruf dan
arti.52
Jumlah kitab yang dipelajari di tingkat Tsanawiyah ada sekitar 11 kitab
karangan KH. Muhadjirin sendiri, akan tetapi ketika adanya kebijakan pemerintah
yang baru untuk menambah jam pelajaran madrasah Tsanawiyah hingga jam 14.00
WIB, maka ada beberapa kitab yang sekarang ini tidak di pelajari. Adapun nama-
nama kitab yang dipelajari oleh siswa Tsanawiyah adalah53
:
1. Fan al-Muthala‟ah al-Awali (kitab Lughah/Tata Bahasa)
2. Fan al-Muthala‟ah as-Saniah (kitab Lughah/Tata Bahasa)
3. Fan al-Muthala‟ah as-Salisah (kitab Lughah/Tata Bahasa)
4. Mahfudzat (kitab Lughah/Tata Bahasa)
5. Qawa‟id an-Nahwiyah al-Awali (kitab Lughah/Tata Bahasa)
6. Qawa‟id an-Nahwiyah as-Sani (kitab Lughah/Tata Bahasa)
7. Al-Bayan (kitab Lughah/Tata Bahasa)
8. Malkash at-Ta „liqat „ala Matan al-Jauharah (kitab Tauhid)
9. Taysir al-Wushulfi „ilmi al-Ushul (kitab Ushul Fiqih)
10. Al-Qoul al-Hatsits Mutholah al-Hadist (kitab Mustholah al-Hadits)
11. Ta‟liqat „Ala Matan al-Bayquni (kitab Mustholah al-Hadits)
Madrasah Tsanawiyah mempunyai tenaga pengajar 30 orang, di mana
sebagian tenaga pengajar adalah anak serta keluarga dari KH. Muhadjirin dan ada
juga alumni yang mengabdikan dirinya sebagai guru di madrasah pesantren Annida.
Adapaun daftar tanaga pengajar di madrasah Tsanawiyah yaitu :
1. H. Muhammad Aiz, SH.,MH (Kepala Sekolah)
52
Wawancara kepada Muhammad Alwan, Lurah Pondok Pesantren Annida Al-Islamy pada
01 Desember 2016 53
Sejarah Singkat dan Sisi Lain Kehidupan Syeikh Muhammad Muhadjirin Amsar Addary..,
h. 14-15
30
2. Hj. Badiah, S.Pd.I (Wakil Kepala Sekolah)
3. Hj. Hannah
4. H. Marhadi, S.Pd.I
5. Ahmad Syarif Mubarok, S.Pd.I (Tata Usaha)
6. Drs. H. Wahid Ali (Bidang Kurikulum)
7. H. Mursyidi, S.Pd.I (Bidang Humas)
8. M. Minatullah, S.Ag
9. Syamih, S.Pd.I (BP/BK)
10. M. Mukri, S.Ag (Kepala Tata Usaha)
11. Abdul Hafiz, S.Pd.I
12. Hj. Halimah Sa‟diyah, S.Pd.I
13. H. Dumyati, S.Ag
14. H. Makmun, S.Ag
15. M. Kholid, S.Ag
16. H. Murdani Salim, S.Pd.I
17. H. Ahmad Zaini, S.Pd.I
18. Komarudin, M.MPd
19. Wahyu Nur, S.Pd. Ak
31
20. Dian Dewi Utami, S. Pd
21. Nina Husna, S.Pd
22. Nurul Fadhlillah, S.Pd.I
23. Ratna Ningsih, S.Farm
24. Noer Aeni Evi Yuli, S.Pd
25. Sundusiyah, S.Pd.I
26. Elis Budiyaningsih, S.Pd
27. Karto, S.Ag
28. H. Dhiya, S.Pd.I
29. Sopwani, S.Ag (Staf Tata Usaha)
30. Misbahul Munir, S.Pd.I54
C. Lembaga Pendidikan Madrasah Aliyah
Madrasah Aliyah merupakan lembaga lanjutan dari lembaga madrasah
Tsanawiyah. Dengan seiringnya waktu madrasah Aliyah Pesantren Annida terus
melangkah maju dan berkembang, sebagai bentuk jawaban bagi tantangan dunia.
Sama halnya dengan madrasah Tsanawiyah, bahwa di madrasah Aliyah juga tetap
menjaga tradisi lama dan menerima tradisi yang baru. Sistem pendidikan diperbaiki
dan dikembangkan. Materi pelajaran ditambahkan sesuai dengan pendidikan
pemerintah. Hal ini berbuah manis dengan dikeluarkannya akreditasi “A” untuk
madrasah yang ada di pesantren Annida. Dengan basic ilmu-ilmu agama yang kuat,
54
http://annidaalislamy.ac.id/html/index.php?id=berita&kode=39
32
madrasah Aliyah Annida berusaha menjadi salah satu lembaga yang mampu
memenuhi tuntutan masyarakat, dengan membuka program yang familiar yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Keseimbangan mata pelajaran ilmu agama dengan ilmu
umum menjadikan lulusan madrsah Aliyah Annida ini berkompeten, berwawasan
luas, berketrampilan dan berakhlak mulia. Kini madrasah Aliyah pondok pesantren
Annida mempunyai jumlah santri atau siswa sebanyak 460 dan mempunyai 4
program jurusan untuk para siswanya, yaitu program Ilmu Keagamaan, program Ilmu
Pengetahuan Alam, program Ilmu Pengetahuan Sosial, dan yang terakhir adalah
Bahasa Asing. Adapun visi dan misi madrasah Aliyah ini sama dengan visi dan misi
yang diterapkan di madrasah Tsanawiyah.
Madrasah Aliyah pondok pesantren Annida dipimpin oleh KH. A. Djauzi
Abdurrahim, M.A yang merupakan menantu dari KH. Muhadjirin. Tenaga pengajar
di madrasah Aliyah ada 34 orang. Tenaga pengajar di madrasah Aliyah juga sama
dengan Tsanawiyah, yaitu merupakan anak serta keluarga dari KH. Muhadjirin dan
para alumni pondok pesantren Annida. Adapun daftar tenaga pengajar yang ada di
madrasah Aliyah yaitu:55
1. KH. A. Djauzi Abdurrahim, M.A
2. M. Ihsan Muhadjirin
3. Faiqoh Muhadjirin, S.Pd
4. Dhiya Almaqsidi, S.Pd.I
5. Qonita, Amd Kep
6. Sholahuddin, S.Pd.I
7. M. Yusuf, S.Pd.I
55
http://www.annidaalislamy.ac.id/html/index.php?id=profil&kode=54&profil=MA
33
8. Syamsuddin Marzuki, M.A
9. Syamsuddin Ma‟ruf, S.Pd.I
10. Umarhadi, S.Pd.I
11. Ridwan, M.A
12. Muhammad Dahlan, S.Pd.I
13. Zainuddin T, S.Pd.I
14. Hoiri, S.Pd.I
15. Rojalih, L.N
16. Mohammad Yahya, S.Pd.I
17. Zainuddin, S.Pd.I
18. Didik Khoiruddin, S.Pd
19. Jajat Suderajat, S.Pd.I
20. Muhammad Muaz, S.Pd.I
21. Ardian Raynaldi, S.Pd.I
22. Zul Qoffal, S.Pd.I
23. Mahfuz Syafii, S.Pd.I
24. Atidy Mahrusy, S.Pd
25. Budiarti Setiadi, S.Pd
34
26. Ahmad Syaihin, S.S
27. Nuhasan Ma‟ruf, S.Pd
28. Miftahul Jannah, S.Pd
29. Indartih, S.Pd
30. Siti Nur Rohmah, S.S
31. Khilda Mailil Haq, S.Pd
32. M. Naisin
33. Syafruddin
34. Dede Suhendar.
Madrasah Aliyah pesantren Annida mengembangkan pendidikan bertaraf
Internasional. Siswa masuk kelas dari pukul 07.00 WIB, 30 menit pertama yaitu
membaca dan menghafal al-Qur‟an. Jam klasikal dimulai dari pukul 07.30 WIB
sampai dengan pukul 13.00 WIB. Setelah itu, santri kembali ke pondok untuk
beristirahat sekaligus mempersiapkan pengajian kitab selepas ashar sampai dengan
pukul 22.00 WIB. Semua kegiatan yang ada di pondok dan di madrasah hampir sama
dengan madrasah Tsanawiyah. Yang membedakan adalah yang dipelajari. Untuk
pengajian kitab santri-santri Aliyah sudah mengkaji kitab yang lebih sulit dari kitab-
kitab yang dipelajari santri Tsanawiyah. Kemudian perkembangan paling terbaru
yaitu adanya kebijakan baru dari pemerintah pada tahun 2012, yang mengharuskan
sekolah untuk menambahkan setiap jam mata peljaran. Hal ini mengharuskan pihak
sekolah untuk menambahkan jam sekolah agar tidak ada pengurangan mata pelajaran
agama yang tidak masuk dalam kurikulum, baik untuk madrasah Tsanawiyah maupun
35
Aliyah.56
Setelah adanya kebijakan ini para santri di madrasah harus kembali ke
pondok pada pukul 14.00 wib. Tetapi hal ini tidak merubah apa yang sudah
ditanamkan oleh KH. Muhadjirin, karena seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa
madrasah pesantren Annida mempertahankan tradisi lama dan menerima tradisi baru.
Jumlah kitab yang dipelajari untuk tingkat Aliyah ada 16 kitab dan ini sama
seperti madrasah Tsanawiyah, yaitu ada beberapa kitab yang sudah tidak dipelajari
lagi karena terbatasnya waktu. Adapun nama-nama kitab yang dipelajari di madrasah
Aliyah adalah57
:
1. Mukhtarat al-Balaghah (kitab Balaghah/Satra)
2. Syarah Ta „liqat „ala Matan al-Jauharah (kitab Tauhid)
3. Idhahy Maurud (kitab Ushul Fiqih)
4. Al-Istidzkar (kitab Mustholah al-Hadits)
5. Al-Mudarikfi Al-Manthiq (kitab Ilmu Manthiq/Logika)
6. An-Nahj al-Mathlub Ila al-Manthiq al-Marghub (kitab Ilmu
Manthiq/Logika)
7. Al-Qaul Al-Fa‟id fi Ilm al-Faraid (kitab Ilmu Waris)
8. Mar‟ah al-Muslimin (kitab Tarikh/Sejarah)
9. Al-Mantakhab min Tarikh Daulah Bani Umayyah (kitab Tarikh/Sejarah)
10. Tarikh Al-adab al-Araby (kitab Tarikh/Sejarah)
11. Tarikh Muhammad Rasulillah wa al-Khulafa ar-Rasyidin (kitab
Tarikh/Sejarah)
12. Qawa‟id al-Khams Al-Bahyah (kitab Qawaid Fiqih)
13. At-Tanwirfi Ushul at-Tafsir (kitab Ushul Tafsir)
14. As-Saqayah al-Mar‟iyah fi Al-Bath wa al-Munadzarah (kitab Adab)
56
Wawancara kepada Muhammad Alwan, Lurah Pondok Pesantren Annida Al-Islamy pada
01 Desember 2016 57
Sejarah Singkat dan Sisi Lain Kehidupan Syeikh Muhammad Muhadjirin Amsar Addary..,
h. 14-15
36
15. Al-Qur‟u As-Sam‟u fi al-Wudhu‟ (kitab Fiqih bab Whudu)
16. Misbaah Adz-Dzulaam (kitab Fiqih)
Adapun pelajaran ekstrakulikuler di pondok yaitu pelatihan Silat, Marawis,
Hadroh. Pelatihan silat ini awalnya diajarkan kepada setiap santri pondok pesantren
Annida pada setiap hari Sabtu malam Minggu. Kemudian sekarang pelatihan silat ini,
hanya untuk santri-santri senior dan santri yang terpilih saja. Karena untuk santri-
santri sekarang ini sulit untuk mengontrol diri dan mengontrol emosi, jadi
diberlakukanlah peraturan seperti itu. Kemudian ekstrakulikuler di madrasah yaitu
OSIS sebagai induk ekstrakulikuler, Paskibra, Pramuka, Palang Merah Remaja
(PMR), Pecinta Alam (PA), Olahraga, Kerohanian, dan yang terakhir Koperasi
Sekolah. Inilah kegiatan extra yang masih aktif dilakukan oleh setiap siswa atau santri
di pondok maupun di madrasah pesantren Annida.58
Kemudian fasilitas yang ada di
madrasah Aliyah pondok pesantren Annida terbilang banyak, fasilitas yang
disediakan oleh pihak sekolah untuk memenuhi kebutuhan siswa dalam belajar.
fasilitas tersebut meliputi ruang kelas sebanyak 15 ruangan, ruang guru sebanyak 3
ruangan, ruang tamu 1, ruang kegiatan 1, ruang laboratorium komputer 2, mushola,
dan lainnya.59
D. Lembaga Pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al Marhalah Al ‘Ulya
Majma Al-Marhalah Al-Ulya Bekasi didirikan pada tahun 1984. Didirikannya
sekolah tinggi ini karena adanya dorongan dari para alumni yang telah menyelesaikan
pendidikan di Pondok Pesantren Annida. Mereka yang masih ingin melanjutkan
pendidikannya atau belajar di pesantren Annida ini meminta kepada KH. Muhadjirin
untuk membuat sekolah tinggi, yang kemudian didirikanlah Majma Al-Marhalah ini.
Pada awalnya, Sekolah Tinggi Marhalah ini, belum mempunyai ijazah yang diakui
58
Wawancara kepada Muhammad Alwan, Lurah Pondok Pesantren Annida Al-Islamy pada
01 Desember 2016 59
http://annidaalislamy.ac.id/html/index.php?id=berita&kode=39
37
oleh Negara, serta belajarnya masih di sekitaran pondok pesantren. Adapun yang
dipelajarinya adalah mengkaji atau mempelajari ilmu agama yang didasari atas 4
Mazhab. Tingkat pertama mempelajari Mazhab Syafi‟I, tingkat ke 2 sampai ke 4
mempelajari Mazhab Hanafi, Maliki, dan Hambali. Serta Bahasa Inggris yang
merupakan bahasa internasional.60
Sekolah Tinggi Marhalah ini menggunakan
kurikulum muatan lokal yang mencakup 99% ilmu-ilmu agama dan 1% untuk
kurikulum nasional yaitu bahasa Inggris selama 4 tahun. Menurut Ustadz Jalal,
perguruan tinggi Marhalah ini mendapatkan perhatian khusus dari KH. Muhadjirin
dibanding dengan madrasah Tsanawiyah dan Aliyah. KH. Muhadjirin lebih memilih
masuk ke Marhalah dibanding ke madrasah jika ada guru yang berhalangan hadir.
Hal ini dikarenakan para mahasiswa Marhalah mempelajari berbagai ilmu kitab, jika
dibiarkan belajar sendiri ada kekhawatiran akan terjadi yang tidak diinginkan.61
Lulusan dari Sekolah Tinggi Marhalah ini dapat diterima dalam masyarakat.
Hal ini dibuktikan dengan banyaknya lulusan Marhalah ini yang menjadi ulama atau
orang yang dianggap paham agama di daerahnya masing-masing. Seiringnya
perkembangan waktu Sekolah Tinggi Marhalah mengalami dinamisasi, sehingga ada
wacana untuk memformalkan pendidikan di Marhalah serta memperoleh izin dari
pemerintah sehingga dapat mengeluarkan ijazah yang diakui Negara.62
Menurut KH.
Muhammad Aiz Muhadjirin, adanya bangunan formal untuk sekolah tinggi Marhalah
ini setelah KH. Muhadjirin meninggal atau wafat. Karena pada tahun 2005 Majma
Al-Marhalah Al-‟Ulya memperoleh izin dari pemerintah dan merubah nama menjadi
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Marhalah Al-„Ulya Bekasi. Diakuinya sekolah
tinggi Marhalah ini merupakan hasil kerja keras yang dilakukan oleh semua pihak.
Hal ini menjawab kebutuhan masyarakat, para santri atau mahasiswa yang belajar di
sekolah tinggi ini bukan hanya mendapatkan ilmu agama saja tetapi mendapatkan
60 Wawancara kepada KH. Muhammad Aiz Muhadjirin, Pimpinan Pondok Pesantren Annida
Al-Islamy pada 09 Desember 2016 61
Wawancara kepada ust. Jalal, alumni tahun 1993 Pondok Pesantren Annida Al-Islamy pada
20 Januari 2017 62
http://annidaalislamy.ac.id/html/index.php?id=berita&kode=39
38
ijazah yang sudah diakui oleh pemerintah.63
Adapun jumlah santri atau mahasiswa
yang belajar di Marhalah ini sebnayak 157 santri dan fasilitas yang ada di Marhalah
meliputi ruang kelas sebanyak 4 ruangan, ruang dosen dan kantor sebanyak 3
ruangan, gedung aula 1 ruangan, ruang UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) sebanyak 1
ruangan, dan perpustakaan.
Kitab karangan KH. Muhadjirin juga masih dipelajari oleh mahasiswa STIT
Al-Marhalah. Ada 7 kitab yang dipelajari oleh mereka. Adapun nama-nama kitabnya
adalah64
:
1. Istikhrajal al-Furu‟ „ala al-Ushul (kitab Ushul Fiqih)
2. Khilaafiyah (kitab Ushul Fiqih)
3. Falsafah at-Tasyri (kitab Ushul Fiqih)
4. Ma‟rifah Turuq al-Ijtihad (kitab Ushul Fiqih)
5. Takhrij al-Furu‟ „ala al-Ushul (kitab Ushul Fiqih)
6. Tanbiq al-Ayah bi al-Hadits (kitab Ushul Fiqih)
7. At-Ta‟aruf fi at-Tasawwuf (kitab Tasawuf)
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Marhalah Al-„Ulya mempunyai visi dan
misi sebagai berikut. Visi dari STIT Al-Marhalah adalah “Menjadi Perguruan Tinggi
professional yang berkualitas dan berdaya saing di bidang pendidikan.” Kemudian
misinya adalah:
1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi dalam rangka menghasilkan
tenaga pendidikan yang berkualitas dan berdaya saing.
2. Melaksanakan penelitian dalam rangka pengembangan ilmu dan
metodologi di bidang pendidikan.
63
Wawancara kepada KH. Muhammad Aiz Muhadjirin, Pimpinan Pondok Pesantren Annida
Al-Islamy pada 09 Desember 2016 64
Sejarah Singkat dan Sisi Lain Kehidupan Syeikh Muhammad Muhadjirin Amsar Addary..,
h. 14-15
39
3. Melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di bidang
pendidikan.
Visi dan misi ini bertujuan sebagai berikut:
1. Menghasilkan tenaga pendidikan yang professional, berkualitas dan
berdaya saing.
2. Menghasilkan penelitian yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu
dan metodologi di bidang pendidikan.
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pendidikan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Selain itu, sebagian mahasiswa yang belajar di Marhalah masih ada yang
tinggal di pondok untuk membantu mengurus anak-anak santri siswa Tsanawiyah dan
santri siswa Aliyah. Kegiatan kemasyarakatan juga diserahkan kepada mahasiswa
Marhalah bukan kepada para santri siswa Tsanawiyah dan siswa Aliyah. Urusan
belajar mengajar pun diserahkan kepada mahasiswa Marhalah seperti Bimbel dan
Privat.65
Hal ini dikarenakan para mahasiswa Marhalah itu lebih dewasa dari para
santri siswa Tsanawiyah dan siswa Aliyah.
65
Wawancara kepada Muhammad Alwan, Lurah Pondok Pesantren Annida Al-Islamy pada
01 Desember 2016
40
BAB IV
PENGARUH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN ANNIDA AL-
ISLAMY TERHADAP MASYARAKAT
A. Aspek Pendidikan dan Keagamaan
Pondok pesantren Annida Al-Islamy dari waktu ke waktu mengalami
perkembangan hingga saat ini, bahkan masih tetap eksis di dunia pendidikan Islam.
Perkembangan tersebut banyak dirasakan oleh masyarakat sekitar pesantren, bahkan
sebagian masyarakat juga dapat merasakan manfaat dengan adanya pesantren Annida.
Hal ini memang merupakan harapan dari KH. Muhadjirin dalam mendirikan pondok
pesantren Annida. Selain mendirikan pesantren sebagai lembaga pendidikan dan
media dakwah, beliau juga berharap agar masyarakat dapat merasakan manfaat lain
dari adanya pondok pesantren yang didirikannya. Adapun pengaruh perkembangan
Pondok Pesantren Annida Al-Islamy sebagai berikut:
1. Sekolah dan TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur‟an)
Pengaruh dari perkembangan pondok pesantren Annida dalam aspek
pendidikan bisa terbilang sangat baik, karena pondok pesantren memberikan
beberapa program pendidikan untuk masyarakat. Kemudian, pondok pesantren
Annida sudah mempunyai madrasah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, seperti
lembaga pendidikan formal dengan fasilitas yang lengkap dan keseimbangan
pendidikan umum dan agama. Sebagaimana keterangan yang penulis dapatkan dari
salah satu warga sekitar pesantren, mereka sangat terbantu dalam hal pendidikan
maupun lainnya. Anak mereka dapat belajar di pesantren sehingga mereka tidak perlu
menyekolahkan anaknya ke tempat yang jauh. Salah satu contohnya adalah TPQ yang
41
dari dulu hingga saat ini masih berjalan di pesantren Annida.66
Taman Pendidikan Al-
Qur‟an ini mendapatkan respon baik di kalangan masyarakat.
Hal ini terbukti dari beberapa warga sekitar pesantren yang penulis
wawancarai. Mereka bersyukur dengan adanya pondok pesantren di sekitar mereka.
Karena dengan adanya pondok pesantren, mereka tidak perlu lagi menyekolahkan
anak mereka ke tempat yang jauh serta dapat juga mengawasi anak-anak mereka
dengan mudah tanpa adanya kekhawatiran apa pun.67
Dalam hal pendidikan dan
keagamaan, banyak dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat setelah pesantren
Annida sudah banyak mengalami perkembangan. Hampir semua warga atau
masyarakat sekitar menyekolahkan anak mereka di madrasah pesantren Annida.
Untuk sekarang ini, bisa dikatakan santri yang bermukim di pesantren Annida dengan
yang hanya sekolah lebih banyak yang hanya sekolah saja. Hal ini berbeda jauh
ketika pada masa awal berdirinya pesantren Annida yang kebanyakan santrinya dari
luar Bekasi.
2. Pengajian Kitab
Kemudian untuk keagamaan, program yang dijalankan untuk masyarakat adalah
pengajian sebulan sekali untuk kaum bapak dan seminggu sekali setiap hari Kamis
untuk pengajian kaum ibu, bahkan ada masyarakat sekitar yang mengikuti pengajian
setiap harinya. Jadi, bagi warga yang ingin belajar kitab dengan KH. Muhadjirin bisa
datang langsung ke pesantren untuk belajar.68
Bukan hanya itu, menantu dari KH.
Muhadjirin yang sekarang ini menjabat sebagai kepala sekolah madrasah Aliyah serta
para alumni juga masih rutin mengadakan pengajian kitab yang dikarang oleh KH.
66
Wawancara kepada Bapak Fuadi, warga sekitar Pondok Pesantren Annida Al-Islamy pada
30 November 2016 67
Wawancara kepada bapak H. Nachrowi Solihin, Tokoh Masyarakat sekitar Pondok
Pesantren Annida Al-Islamy pada 30 November 2016 68
Wawancara kepada Bapak Fuadi, warga sekitar Pondok Pesantren Annida Al-Islamy pada
30 November 2016
42
Muhadjirin di setiap Mushola-mushola sekitar pesantren.69
Menurut Ustadz Jalal
yang penulis wawancarai, hampir seluruh ustadz yang ada di sekitar pesantren adalah
alumni pesantren Annida yang memimpin majelis taklim, mushola, serta masjid yang
berada di sekitar pesantren. Pesan dari KH. Muhadjirin untuk para alumni adalah agar
mereka mengamalkan ilmu yang sudah didapat.70
Oleh karena inilah kebanyakan
santri atau siswa yang belajar di pesantren Annida adalah merupakan masyarakat
sekitar pesantren, khususnya daerah Bekasi.
B. Aspek Sosial dan Budaya
Pesantren secara umum berdiri dan berkembang di tengah masyakat. Bisa
dibilang pesantren hidup dari masyarakat dan mengabdi juga untuk masyarakat. Jadi
pesantren memiliki basis sosial yang jelas, karena hidup menyatu dengan masyarakat.
Pondok Pesantren Annida Al-Islamy yang hadir di tengah-tengah masyarakat Bekasi
membawa pengaruh sosial dan budaya yang cukup besar untuk masyarakat. Bekasi
merupakan salah satu kota yang sebagian besar masyarakatnya adalah penganut
agama Islam. Banyak budaya yang ada di Bekasi diwarnai dengan budaya Islam.
Contohnya seperti tahlilan, pengajian rutin kaum bapak maupun kaum ibu, peringatan
maulidan, isra‟ dan mi‟raj, dan lain sebagainya yang merupakan tradisi-tradisi dalam
Islam.
Menurut keterengan yang penulis dapat dari Ustadz Jalal yang merupakan
salah satu alumni dari pesantren Annida dan juga warga asli Bekasi, memang
masyakarakat Bekasi kental dengan budaya Islam. Adanya pesantren Annida ini di
lingkungan masyarakat telah menambahkan kecintaan kepada budaya yang sudah ada
di Bekasi, seperti silaturahmi dan ukhuwah yang terjalin baik di kalangan masyarakat.
Beliau juga menghidupkan Subuh keliling dan membuka majelis taklim di masjid dan
69
Wawancara kepada bapak H. Nachrowi Solihin, Tokoh Masyarakat sekitar Pondok
Pesantren Annida Al-Islamy pada 30 November 2016 70
Wawancara kepada ust. Jalal, alumni tahun 1993 Pondok Pesantren Annida Al-Islamy pada
20 Januari 2017
43
musholah di daerah dekat beliau tinggal yang tidak jauh dari pesantren Annida. Hal
ini didasarkan akan kesadaran beliau untuk mempertahankan budaya Islam yang
sudah ada, karena menurut beliau ini merupakan tugas bagi para alumni.71
1. Peringatan Hari Besar
Pondok Pesantren Annida juga mempunyai agenda rutin yaitu peringatan
Milad atau Maulid dan Isra‟ Mi‟raj Nabi Muhammad SAW yang dilakukan setiap
tahunnya. Kegiatan ini dihadiri oleh masyarakat umum dan alumni. Pihak pesantren
mengumumkan dengan pengeras suara yang ada di masjid serta ada juga sebagian
santrinya yang ditugaskan berkeliling untuk mengundang warga sekitar pesantren.
2. Kegiatan Ramadhan
Kemudian pada saat Ramadhan tiba, pihak pesantren mengadakan kegiatan
sholat tarawih berjama‟ah setiap malam pada bulan ramadhan yang dilakukan di
masjid pesantren Annida yang dipimpin oleh KH. Muhadjirin dan jumlah 20 raka‟at
untuk sholat tarawih dilanjutkan sholat witir 3 raka‟at. Ada juga kegiatan buka
bersama yang dihadiri oleh warga dan jama‟ah dari masjid Annida.72
Kemudian yang tidak kalah penting adalah budaya yang ditanamkan oleh KH.
Muhadjirin kepada para santrinya yaitu memanggil orang yang lebih tua dengan
sebutan Abang. Hal ini merupakan keinginan dari KH. Muhadjirin yang ingin para
santrinya menghormati orang yang lebih tua, dan memang terbukti dari beberapa
alumni yang penulis temui, budaya yang ditanamkan ini masih dipakai oleh para
alumni santri di pondok pesantren Annida. KH. Muhadjirin berpandangan bahwa
setiap santrinya adalah temannya dalam belajar. Jadi beliau juga mengharapkan
71
Wawancara kepada ust. Jalal, alumni tahun 1993 Pondok Pesantren Annida Al-Islamy pada
20 Januari 2017 72
Wawancara kepada Bapak Fuadi, warga sekitar Pondok Pesantren Annida Al-Islamy pada
30 November 2016
44
kepada santrinya yang telah lulus dan kemudian menjadi seorang ulama dapat
menganggap para jama‟ah dan orang-orang yang belajar kepadanya sebagai teman.
C. Aspek Ekonomi
Hadirnya pesantren di tengah-tengah masyarakat bukan hanya membawa
pengaruhnya terhadap perkembangan pendidikan dan keagamaan serta sosial dan
budaya saja, melainkan dapat berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian
yang ada di masyarakat. Pesantren yang ada di tengah masyarakat ini dapat
memberdayakan sumber daya manusia (SDM) dengan baik sehingga dapat
memperkuat perekonomian masyarakat sekitar pesantren tersebut. Setiap pondok
pesantren mempunyai cara sendiri dalam mengembangkan aspek-aspek tersebut, dan
pondok pesantren Annida dalam hal ini mempunyai cara yang unik dalam
mengembangkan ekonomi masyarakat yang ada di sekitarnya.
1. Kuliner
Pondok pesantren Annida tidak mempunyai dapur masak untuk para
santrinya, sehingga para santrinya bebas untuk membeli makanan yang diinginkan di
luar pesantren. Hal ini dilakukan oleh KH. Muhadjirin karena beliau ingin manfaat
keberadaan pesantren Annida ini dirasakan oleh masyarakat sekitar, sehingga
masyarakat ikut merasa memiliki terhadap adanya pesantren ini. Kemudian, KH.
Muhadjirin juga tidak ingin ada pandangan masyarakat tentang pesantren dari sudut
pandang mahal atau murahnya uang makan di pesantren.73
Kemudian ada juga warung nasi yang berada di belakang pondok Annida.
Warung ini hampir setiap harinya ramai dengan para santri yang makan di sana. Ada
juga pedagang pecel lele yang setiap malam berjualan di dekat pesantren Annida.
Penulis melihat banyak santri yang membeli makanan di tempat tersebut. Terkadang
73
Sya‟roni Tohir, Da’wah Kultural Studi Analisis : Konsep dan Perjuangan Da’wah KH.
Muhammad Muhajirin Amsar Addary.., h. 114
45
para santri tidak membeli pecel lele akan tetapi hanya membeli nasi dengan lauk telor
goreng dan sambal saja.
2. Sembako
Masyarakat yang tinggal di sekitar pesantren mendapatkan rizki karena
adanya pesantren Annida. Hal ini terbukti dengan banyaknya warung sembako serta
warung makan di sekitar pesantren, dan dari beberapa orang warga sekitar pesantren
yang penulis datangi juga mengaku bersyukur dengan adanya pesantren di sekitar
mereka. Menurut Fuadi yang merupakan salah satu warga di sekitar pesantren yang
juga membuka usaha sembako di rumahnya, para santri di pesantren Annida banyak
membeli peralatan untuk mandi, seperti sabun, pasta gigi dan lainya. Selain itu, para
santri juga banyak yang datang untuk membeli yang lain seperti minuman dingin,
kopi, dan makanan ringan.74
3. Jasa
Masyarakat sekitar selain membuka usaha makanan dan sembako, mereka
juga membuka usaha dalam bidang jasa. Menurut penjelasan dari salah satu tokoh
masyarakat H. Nachrowi Solihin, beberapa masyarakat sekitar bukan hanya membuka
usaha warung sembako dan warung nasi saja, melainkan juga ada beberapa warga
yang membuka laundry atau jasa penyucian pakaian anak-anak santri pondok
pesantren Annida.75
Setiap sore banyak anak-anak santri yang ke rumah warga
dengan membawa pakaian kotornya sekaligus mengambil pakaian bersih yang telah
selesai dicuci.
74
Wawancara kepada Bapak Fuadi, warga sekitar Pondok Pesantren Annida Al-Islamy pada
30 November 2016 75
Wawancara kepada bapak H. Nachrowi Solihin, Tokoh Masyarakat sekitar Pondok
Pesantren Annida Al-Islamy pada 30 November 2016
46
D. Alumni
Perkembangan pondok pesantren Annida bukan hanya dirasakan oleh
masyarakat saja, akan tetapi alumni pesantrean Annida juga dapat merasakan adanya
perkembangan yang terjadi di pesantren Annida. Hal ini terbukti, setelah pesantren
Annida memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh para santrinya, banyak santri
setelah lulus dari pesantren Annida, diterima oleh berbagai kalangan masyarakat di
daerahnya, bahkan ada yang sudah menjadi orang-orang sukses dan menjadi seorang
alim ulama di daerah tempat tinggal mereka masing-masing. Pada tahun 1980, ada
dua orang alumni yang meminta izin kepada KH. Muhadjirin untuk menggunakan
nama pondok pesantren Annida sebagai nama pondok pesantren yang akan
dibangunnya, yaitu KH. Makmun dari Rawa Buaya Cengkareng dan Ustadz H. Amin
dari Kalideres. Kemudian pada tahun 1990, Ustadz H. Nawawi dari Rawa Bugel
Bekasi juga meminta hal yang sama kepada KH. Muhadjirin untuk memakai nama
pesantren Annida sebagai nama pesantren yang akan dibangun oleh beliau. KH.
Muhadjirin tidak pernah meminta kepada alumninya untuk membawa nama pesantren
atau nama dirinya di pesantren maupun majelis taklim yang didirkan oleh para
alumninya. Hal ini dilakukan oleh para alumni dengan kemauannya sendiri.76
Selain itu, ada juga alumni yang menjadi anggota di Majelis Ulama Indonesia
(MUI), seperti KH. Abdul Salim. Beliau adalah salah satu alumni pesantren Annida
yang masuk sebagai anggota MUI yang menjabat sebagai komisi fatwa MUI DKI
Jakarta, sekaligus penasehat di lembaga pendidikan al-Kairiyyah Mampang Prapatan
Jakarta Selatan. KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani, M.A. juga alumni yang
masuk ke dalam anggota MUI sebagai komisi fatwa MUI sekaligus pengasuh pondok
pesantren al-Hidayah di Kembangan Jakarta Barat. KH. Zamakhsyari Majid MAg.
76
Sejarah Singkat dan Sisi Lain Kehidupan Syeikh Muhammad Muhadjirin Amsar Addary..,
h. 13
47
merupakan alumni yang masuk sebagai anggota MUI Kota Bekasi.77
Inilah sebagian
kecil dari alumni yang berhasil setelah lulus dari pesantren Annida. Hal ini
membuktikan bahwa keberhasilan KH. Muhadjirin dalam membangun lembaga
pendidikan dapat diterima oleh masyarakat luas. Perkembangan pondok pesantren
Annida merupakan tujuan dari KH. Muhadjirin untuk kesuksesan para murid-
muridnya.
Akan tetapi, perkembangan tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan para
alumni karena belum ada agenda kegiatan khusus untuk perkumpulan para alumni di
pesantren Annida. Hal tersebut membuat perhatian bagi para alumni yang ingin tetap
menjaga tali silaturahmi terhadap gurunya.
1. HAMASI (Himpunan Alumni Ma‟had Annida Al-Islamy)
HAMASI merupakan langkah pertama yang dibuat oleh para alumni sebagai
wadah untuk berkumpulnya para alumni pondok pesantren Annida. Karena biasanya
sebuah lembaga pendidikan mempunyai kegiatan alumni yang dilaksankan setiap satu
tahun sekali. Hal ini dilakukan untuk tetap menjaga tali silaturahmi guru dengan
muridnya. Menurut Ustadz Jalal, beliau pernah menyampaikan gagasan untuk
menggabungkan para alumni pesantren Annida. Hal ini disambut baik oleh pihak
pesantren atau keluarga KH. Muhadjirin untuk membuat perkumpulan para alumni.
Kemudian terbentuklah HAMASI (Himpunan Alumni Ma‟had Annida Al-Islamy)
sebagai nama perkumpulan para alumni pesantren Annida yang diketuai oleh beliau
sendiri. Akan tetapi hanya bertahan beberapa tahun saja, karena sulit untuk
menggabungkan setiap alumni dan memang belum ada wadah untuk perkumpulan
77
Sya‟roni Tohir, Da’wah Kultural Studi Analisis : Konsep dan Perjuangan Da’wah KH.
Muhammad Muhajirin Amsar Addary.., h. 118-119
48
alumni. Akhirnya perkumpulan alumni dilakukan secara masing-masing setiap
angkatan alumni pesantren Annida.78
Alumni mengadakan kegiatan perkumpulan ini adalah sebagai jembatan
silaturahmi kepada guru tercinta mereka yaitu KH. Muhadjirin. Kegiatan HAMASI
yang rutin dilakukan adalah mengadakan pengajian setiap hari Selasa dan Kamis.
Namun, setelah KH. Muhadjirin wafat pada tahun 2003 semangat dari para alumni
mulai bekurang sehingga mengakibatkan kegiatan di HAMASI mulai berhenti.
2. Pengajian Kitab
Setelah kegiatan HAMASI berhenti, akhirnya kegiatan para alumni hanya
dilakukan pada pengajian sebulan sekali yang dilaksanakan di masjid pondok
pesantren Annida. Pengajian ini diadakan oleh para alumni untuk menggantikan
kegiatan pengajian pada hari Selasa dan Kamis sewaktu masih ada KH. Muhadjirin
sekaligus untuk tetap menjaga silaturahmi kepada guru-guru dan pengajian ini juga
terbuka untuk masyarakat umum.79
78
Wawancara kepada ust. Jalal, alumni tahun 1993 Pondok Pesantren Annida Al-Islamy pada
20 Januari 2017 79
Wawancara kepada Muhammad Alwan, Lurah Pondok Pesantren Annida Al-Islamy pada
01 Desember 2016
49
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai perkembangan pondok pesantren Annida Al-
Islamy Bekasi Jawa Barat tahun 1980-2003, penulis menyimpulkan bahwa :
1. Gambaran umum dari pondok pesantren Annida Al-Islamy Bekasi Jawa Barat
pada tahun 1980 adalah bahwa pesantren Annida masih sangat sederhana. Pada tahun
tersebut juga, pesantren Annida baru mulai berkembang dengan dimasukkannya mata
pelajaran umum dengan menggunakan kurikulum pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan para santri yang ada di pesantren. Setelah itu, dari tahun ke tahun
pesantren Annida mulai melengkapi keperluan untuk memenuhi kegiatan belajar dan
mengajar, seperti fasilitas dan tenaga guru yang professional. Kemudian setelah KH.
Muhadjirin wafat pada tahun 2003, pesantren Annida sudah melengkapi fasilitas-
fasilitas yang dibutuhkan oleh para santrinya.
2. Pondok Pesantren Annida Al-Islamy Bekasi berdiri pada tahun 1963. Setelah
pesantren Bahagia resmi ditutup pada tahun 1960, banyak santri yang masih
mengikuti KH. Muhadjirin untuk tetap belajar ilmu kepadanya. Kemudian, setelah itu
didirikanlah pondok pesantren Annida Al-Islamy Bekasi untuk meneruskan
perjuangan dakwahnya. Pada tahap awal pembangunan masyarakat kurang
meresponnya karena adanya isu bukan “Putra Asli” daerah. Akan tetapi, dengan niat
yang kuat dari sosok seorang ulama yang ingin membangun fondasi ke-Islaman
terhadap masyarakat, akhirnya seiring berjalannya waktu respon masyarakat
membaik terhadap pesantren Annida. Hingga kini pondok pesantren Annida tetap
berdiri dan berkembang dengan baik.
3. Perkembangan pondok pesantren Annida dimulai pada tahun 1980. Pada awal
50
berdirinya pesantren Annida, pesantren ini merupakan pesantren tradisional atau
salaf. Kemudian pada tahun 1980, pondok pesantren Annida memulai perkembangan
pertamanya yaitu dengan memasukkannya kurikulum pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan para santrinya. Masuknya kurikulum pemerintah ini merupakan kabar baik
untuk para santri, mereka tidak perlu lagi megikuti ujian di sekolah lain. Pada tahun
1984, pesantren Annida membuka Perguruan Tinggi Majma Al-Marhalah Al-„Ulya.
Marhalah ini didirikan atas permintaan dari para santri yang telah menyelesaikan
pendidikannya di madrasah Aliyah pesantren Annida.
Kemudian, pada tahun 1980-1990 pesantren Annida terus berkembang untuk
memenuhi kebutuhan belajar. Hal ini terbukti pada tahun 1990 ruangan kelas untuk
kegiatan belajar sudah dapat dipenuhi oleh pihak sekolah dari mulai tingkat Madrasah
Tsanawiyah dan Aliyah. Pada tahun 1990-2003, pondok pesantren Annida
memasukkan fasilitas-fasilitas lainya seperti penggunaan komputer. Laboratorium
komputer ini ada pada tahun 1993.
4. Sosok yang paling berperan dalam perkembangan pondok pesantren Annida
adalah KH. Muhadjirin. Peran yang dilakukan oleh KH. Muhadjirin untuk
membangun serta mengembangkan pesantren bukan untuk kepentingan pribadinya,
akan tetapi semua itu untuk kepentingan masyarakat. KH. Muhadjirin berusaha
memenuhi persyaratan untuk menjadikan pesantren Annida menjadi sekolah yang
setara dengan sekolah milik pemerintah. Pada tahun 1979-1980 akhirnya usaha KH.
Muhadjirin berbuah manis, pesantren Annida dapat memenuhi persyaratan tersebut.
Kemudian setelah pesantren Annida menjadi pesantren modern, KH. Muhadjirin
harus banyak melakukan perkembangan untuk memenuhi fasilitas dan kebutuhan
belajar mengajar. Dari waktu ke waktu pesantren Annida terus mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dilakukan oleh KH. Muhadjirin untuk
memenuhi kebutuhan para santri serta masyarakat sekitar.
51
B. Saran
Setelah melakukan penelitian terhadap pondok pesantren Annida Al-Islamy,
penulis memberikan saran untuk pihak pesantren. Saran ini mungkin bisa sebagai
masukkan untuk pesantren Annida. Pondok pesantren Annida harus mengadakan dan
memberikan wadah berkumpul untuk para alumni, minimal satu tahun sekali untuk
terus menjalin tali silaturahmi. Menurut penulis kegiatan alumni ini penting
dilakukan untuk menjaga tali silaturahmi guru dengan para alumni. Selain itu, jika
kegiatan alumni ini diadakan, hal tersebut dapat menjadi ajang perkenalan untuk para
santri yang telah lulus terlebih dahulu dengan santri yang baru lulus, dan banyak lagi
hal-hal positif yang dapat dirasakan setelah perkumpulan alumni ini diadakan.
52
Daftar Pustaka
A. Buku
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren Suatu Kajian Tentang
Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta : INIS, 1994
Daulay, Haidar Putra, Prof. Dr. H. MA.,Pendidikan Islam Dalam Sistem
Pendidikan Nasional di Indonesia, Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2004
Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren : Studi Tentang Pandangan Hidup
Kyai, cet : 3 Jakarta : LP3ES, 1984
Tohir, Sya‟roni, Da’wah Kultural Studi Analisis : Konsep dan Perjuangan
Da’wah KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary, Bekasi : Pustaka Indie, 2013,
Cet: 1
Sejarah Singkat dan Sisi Lain Kehidupan Syeikh Muhammad Muhadjirin
Amsar Addary, Bekasi: Pesantren Annida Al Islamy, 2012
B. Artikel dan Jurnal
Anwar, Muhammad, HM.,Modernisasi Pesantren : Pergeseran Tradisi dan
Pudarnya Kyai, Hunafa:Jurnal Studia Islamika, Vol. 10, No. 1, Juni 2013
Mu`tafi, Ali, Rekontruksi Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Tradisional
di Indonesia (Telaah Kurikulum Pondok Pesantren, Menuju Arah Baru Pendidikan
Islam di Era Globalisasi), Jurnal Kependidikan Al-Qalam Vol. XIII, Desember 2014
Usman, Muhammad Idris, Pesantren Dalam Lembaga Pendidikan Islam,
Makassar Al-Hikmah Journal For Religious Studies, Vol. 14, No. 1, Juni 2013
53
Solichin, Mohammad Muchlis, Modernisasi Pendidikan Pesantren, Tadris.
Vol. 6, Nomor 1, Juni 2011
Inayah, Nur dan Ningsih, Fatimah, Sistem Pendidikan Formal di Pondok
Pesantren (Studi pada Pondok Pesantren Babul Hikmah Kecamatan Kalianda
Kabupaten Lampung Selatan), Jurnal Sociologie, Vol. 1, No. 3, 2013
Azhari, Eksistensi Sistem Pesantren Salafi Dalam Menghadapi Era Modern,
Islamic Studies Journal, Vol. 2 No. 1 Januari - Juni 2014
Muhakamurrohman, Ahmad, Pesantren: Santri, Kiai, dan Tradisi, Vol. 12,
No. 2, Juli - Desember 2014
Kosim, Mohammad, Pesantren dan Wacana Radikalisme, KARSA, Vol. IX
No. 1, April 2006
Yakin, Nurul, Studi Kasus Pola Manajemen Pondok Pesantren Al-Raisiyah di
Kota Mataram, Ulumuna Jurnal Studi Keislaman, Volume 18 Nomor 1 (Juni) 2014
Al-Fandi, Haryanto, Akar-Akar Historis Perkembangan Pondok Pesantren di
Nusantara, Jurnal Kependidikan Al-Qalam, Vol. XIII, 2014
C. Internet
http://annidaalislamy.ac.id/html/index.php?id=berita&kode=39 akses pada 17
November 2016
http://www.tingali.com/maannida. akses pada 13 Mei 2016
https://www.nyaritempat.com/tempat/ponpes-annida-al-islamy-kota-
bekasi/5738ec0deaa0f30091b3f0ec/
www.muslimmedianews.com
54
D. Wawancara
Wawancara kepada KH. Muhammad Aiz Muhadjirin, Pimpinan Pondok
Pesantren Annida Al-Islamy pada 13 November 2016
Wawancara kepada Muhammad Alwan, Lurah Pondok Pesantren Annida Al-
Islamy pada 01 Desember 2016
Wawancara kepada Fuadi, warga sekitar Pondok Pesantren Annida Al-
Islamy pada 30 November 2016
Wawancara kepada bapak Nahrowi Solichin, tokoh masyarakat sekitar
Pondok Pesantren Annida Al-Islamy pada 30 November 2016
Wawancara kepada Ustadz Jalaluddin, alumni Pondok Pesantren Annida Al-
Islamy pada 20 Januari 2017
55
PENDIRI PONDOK PESANTREN ANNIDA AL-ISLAMY
KH. MUHAMMAD MUHADJIRIN AMSAR ADDARY
56
PONDOK PESANTREN ANNIDA AL-ISLAMY
57
58
MADRASAH DAN PERGURUAN TINGGI PONDOK PESANTREN ANNIDA
AL-ISLAMY
59
KEGIATAN DI PONDOK PESANTREN ANNIDA AL-ISLAMY
Pengajian Kitab
60
Muhadoroh
61
Ziarah Bersama
62
KEGIATAN DI MADRASAH PONDOK PESANTREN ANNIDA AL-ISLAMY
Kegiatan Belajar
63
Laboratorium Komputer
64
Marching Band
Pramuka
65
KEGIATAN UMUM PONDOK PESANTREN ANNIDA AL-ISLAMY
Pengajian Alumni dan Warga Sekitar
66
Kegiatan Kerja Bakti Santri