assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · upaya mengembalikan kemurnian islam di atas manhaj...

87
1 Risalatuna 1 Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128 Rt. 2/1 Bukit Besar Palembang Telp. (0711) 440859 (Abu ‘Afifah) [0711] 443529 (Adi Kurniadi) [BACALAH DENGAN TELITI, SEMOGA ALLOH AZZA WA JALLA MEMBERI KITA HIDAYAH] 2 1 Risalatuna ini adalah tulisan yang menjelaskan hal-hal yang terkait dengan manhaj atau metode para Sahabat Rodhianllohu’anhum dalam beragama. Materi ini diketik ulang dengan perbaikan pada kesalahan cara penulisan yang terjadi dari sebuah makalah yang aku dapatkan sekitar tahun 2005, wallohu a’lam apakah alamat di atas masih berlaku atau tidak. Pada beberapa tempat aku menambahkan keterangan yang diperlukan. Demikian pula catatan kaki adalah tambahan dari editor. Peringatan dini: Sebagian orang mungkin akan emosi atau bahkan marah membaca tulisan ini. Maka sejak awal aku katakan, jika anda ingin menyanggah tulisan ini, maka berargumenlah secara ilmiah dengan membawakan dalil-dalil yang ada. Dan janganlah sikap fanatik kita kepada individu atau golongan tertentu membuat kita enggan mengikuti kebenaran. Dan hanya Alloh lah yang memberi taufik. 2 Aku menduga yang menulis tulisan dalam kurung siku ini adalah sahabatku yang memberikan makalah ini padaku, semoga Alloh menjaganya dan membalas kebaikannya dengan yang lebih baik.

Upload: trancong

Post on 02-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

1

Risalatuna1

Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam

Di Atas Manhaj Para Sahabat

Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang

Jl. Sultan M. Mansyur 128 Rt. 2/1

Bukit Besar Palembang

Telp. (0711) 440859 (Abu ‘Afifah)

[0711] 443529 (Adi Kurniadi)

[BACALAH DENGAN TELITI, SEMOGA ALLOH AZZA WA JALLA

MEMBERI KITA HIDAYAH]2

1 Risalatuna ini adalah tulisan yang menjelaskan hal-hal yang terkait dengan

manhaj atau metode para Sahabat Rodhianllohu’anhum dalam beragama. Materi

ini diketik ulang dengan perbaikan pada kesalahan cara penulisan yang terjadi dari

sebuah makalah yang aku dapatkan sekitar tahun 2005, wallohu a’lam apakah

alamat di atas masih berlaku atau tidak. Pada beberapa tempat aku menambahkan

keterangan yang diperlukan. Demikian pula catatan kaki adalah tambahan dari

editor.

Peringatan dini:

Sebagian orang mungkin akan emosi atau bahkan marah membaca tulisan ini.

Maka sejak awal aku katakan, jika anda ingin menyanggah tulisan ini, maka

berargumenlah secara ilmiah dengan membawakan dalil-dalil yang ada. Dan

janganlah sikap fanatik kita kepada individu atau golongan tertentu membuat kita

enggan mengikuti kebenaran. Dan hanya Alloh lah yang memberi taufik. 2 Aku menduga yang menulis tulisan dalam kurung siku ini adalah sahabatku yang

memberikan makalah ini padaku, semoga Alloh menjaganya dan membalas

kebaikannya dengan yang lebih baik.

Page 2: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

2

Bismillahirrohmanirrohim

Katakanlah, “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku

mengajak (kamu) kepada Alloh dengan hujjah yang nyata. Maha Suci Alloh,

dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (Yusuf: 108)

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari

golongan Muhajirin dan Anshor, serta orang-orang yang mengikuti mereka

dengan baik, Alloh ridho kepada mereka dan merekapun ridho kepada Alloh dan

Alloh menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di

dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang

besar. (At Taubah: 100)

Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. (Luqman: 15)

Dan barangsiapa yang menentang Rosul sesudah jelas kebenaran baginya, dan

mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia

leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu, dan Kami masukkan ia ke

dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. (An Nisaa’:

115)

Dan sunnguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Janganlah kamu

mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu

dari jalan-Nya. (Al An’am: 153)

Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka

(terpecah) menjadi bergolong-golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu

terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Alloh,

kemudian Alloh akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka

perbuat. (Al An’am: 159)

Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Alloh. Yaitu

orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa

golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada

golongan mereka. (Ar Rum: 31-32)

Katakanlah: “Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang

yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia

perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa

mereka berbuat sebaik-baiknya. (Al Kahfi: 103-104)

Page 3: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

3

Pendahuluan

Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Sesungguhnya segala puji bagi Alloh, kami memuji-Nya, kami memohon

pertolongan dan ampunan pada-Nya. Kami berlindung dari kejahatan diri kami

dan dari keburukan perbuatan kami. Barangsiapa memperoleh petunjuk Alloh,

maka tidak seorangpun dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa disesatkan Alloh,

maka tidak seorangpun dapat menunjukinya.

Semoga sholawat dan salam dicurahkan kepada Rosululloh Sholallohu

‘alaihi wa sallam, keluarganya, as salaf ash sholih (sahabatnya ridhwanullohi

‘alaihim ajma’in, tabi’in, tabi’u at tabi’in), dan kaum muslimin yang ittiba’ dan

istiqomah sampai hari kiamat.

Akhi (dan Ukhti, ed), terlebih dahulu janganlah berburuk sangka pada

saya, dan saya minta maaf kalau kata-kata saya kurang berkenan di hati atau

menggurui. Dan saya harap akhi (dan ukhti, ed) membacanya dengan hati yang

ikhlas.

Ada begitu banyak penjelasan yang akan saya jelaskan di sini, jadi untuk

itu saya harap akhi (dan ukhti, ed) bisa mengerti dan memahaminya.

1. Ahlu Sunnah wal Jama’ah/Salafiyyah

2. Istilah Salafiyyah, Bid’ah?

3. Istilah Salaf Di Kalangan Ulama

4. Mengapa Kita Harus Bermanhaj Salaf

5. Pokok-Pokok Jalan Hidup dan Dakwah Ahlu Sunnah wal Jama’ah

6. Makna Persatuan dan Perpecahan

7. Hikmah Diutusnya Para Rosul

8. Kekuasaan Bukanlah Tujuan Dakwah Para Rosul

9. Kekuasaan Adalah Suatu yang Telah Dijanjikan Bagi Kaum Muwahhidin

10. Hikmah yang Terkandung Dalam Surat Fushshilat

11. Mayoritas Pengikut Para Rosul Adalah Kaum Lemah

12. Kesalahpahaman Dalam Memahami Kalimat Tauhid

13. Demokrasi dan Demonstrasi Bukan Ajaran Islam

14. Aqidah Tauhid Terlebih Dahulu Ataukah Kekuasaan?

15. Hizbiyyah dan Dakwahnya yang Sirriyyah (Bersifat Rahasia)

16. Syubhat dan Bantahannya

17. Bila Berbeda Pendapat

18. ‘Katanya’, Orang Salaf Mewajibkan Cadar?

19. Nasyid Haram?

Pada risalah ini saya lebih memfokuskan pada pengertian manhaj

salaf/ahlu sunnah wal jama’ah, karena saya melihat fenomena yang muncul

dimasyarakat menganggap salaf adalah salah satu aliran dari sekian banyak aliran-

aliran sempalan dalam Islam. Padahal salaf atau istilah salaf sudah dikenal sejak

Page 4: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

4

zaman Rosul Sholallohu ‘alahi wa sallam dan para imam-imam mazhab, sebagai

sinonim dari manhaj ahlus sunnah wal jama’ah.

Sedangkan tentang hukum nasyid, selain dari Kitabulloh dan Sunnah

Rosul-Nya, saya juga membawakan ucapan-ucapan para ulama yang terdiri dari

sahabatnya ridhwanullohi ‘alaihim ajma’in, tabi’in, tabi’u at tabi’in (generasi

salaf yang sholih), juga generasi setelah mereka termasuk imam-imam mazhab

yang biasa memberikan fatwa di segenap penjuru dunia. Dan dengan demikian

menjadi tahulah kelompok-kelompok tersebut bahwa mereka telah menyelisihi

ulama umat Islam dalam hal kebid’ahan mereka. Dan hanya Alloh-lah yang

memberi taufiq.

Sedangkan hukum cadar saya hanya menjelaskan secara garis besar saja,

karena timbul kesalahpahaman dari saudara-saudara kita yang mengatakan bahwa

orang-orang salaf menganggap cadar hukumnya wajib mutlak.

Saya pernah mendengar dan bahkan sering kali terdengar saudara-saudara

kita mengatakan kita (Islam) tidak usahlah saling gontok-gontokan, sebaiknya

bersatu, kira-kira seperti ini. Dan dari sini saya juga melihat bahwa mereka tidak

mengerti masalah dan bingung mana yang benar/selamat (ahlu sunnah wal

jama’ah) dengan banyaknya aliran-aliran sempalan dalam Islam seperti: IM, JT,

LDII, HT, NII, Sururiy, Ahmadiyah, Sufi, Syi’ah, dll., yang semuanya ‘mengaku’

berada di atas Al Qur’an dan Sunnah.

Seringnya kita mendengar slogan-slogan persatuan. Hampir setiap

kelompok manusia berbicara tentang hal ini. Bahkan terkenal di kalangan kita

suatu pepatah ‘bersatu kita teguh bercerai kita runtuh’. Tapi, siapa yang

dipersatukan dan atas dasar apa dipersatukan?

Kalau sekedar persatuan kelompok atau persatuan golongan, orang kafir

jahiliyah pun sudah berbicara tentang itu. Bahkan menuduh Rosululloh Sholallohu

‘alaihi wa sallam yang mengajak kepada tauhid itu sebagai pemecah belah dan

perusak persatuan mereka. Kemudian muncul persatuan umat beragama untuk

menghadapi atheisme yang juga menganggap pengikut Rosululloh Sholallohu

‘alaihi wa sallam yang mengajak kepada tauhid itu sebagai penghalangnya.

Kemudian muncul pula persatuan agama samawi (Islam, Nashrani,

Yahudi) yang pernah muncul di Mesir dan kembali mereka menganggap kaum

muslimin yang berpegang teguh dengan ajaran Nabinya dan mengibarkan bendera

al wala’ (loyalitas (sesama kaum muslimin, ed)) wal baro’ (belepas diri (terhadap

kesyirikan dan pelakunya, ed)) sebagai penghalang utamanya. Itu semua jelas-

jelas batil dan sesat!!

Namun demikian, yang jadi masalah bagi kita sekarang adalah munculnya

berbagai macam syubhat-syubhat (kerancuan berpikir, ed) persatuan di kalangan

kaum muslimin yang tidak jelas dasar persatuannya. Sebagian mereka

mengajak kepada persatuan kelompoknya atau organisasinya dan menganggap

mereka yang tidak ikut ke dalam kelompoknya berarti tidak mau bersatu. Ada

Page 5: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

5

pula yang mengutamakan persatuan di atas urusan tauhid-syirik atau sunnah-

bid’ah. Maka kita dapati sebagian mereka tidak berani bicara tentang Tauhid

Uluhiyah dan membiarkan kesyirikan, karena takut dan khawatir akan terjadi

perpecahan. Dan kita dapati yang lain juga tidak mau berbicara tentang bid’ah dan

ahli bid’ah, bahkan mengajak untuk bersikap toleransi dan netral kepada mereka

juga dengan alasan persatuan dan menghindari tafarruq (perpecahan).

Akhirnya, yang terjadi adalah persatuan antara kaum Muwahhidin (yang

memurnikan ketauhidan hanya untuk Alloh, ed) dengan Musyrikin atau antara

Ahlu Bid’ah dan Ahlu Sunnah. Dan Ahlu Sunnah yang membantah kesyirikan dan

kebid’ahan dicap sebagai pemecah belah persatuan dan kesatuan, kaku, tekstual,

tidak memahami strategi dakwah dll. Maka melalui risalah ini saya akan berusaha

untuk menjawab dan menjelaskannya.

Agar penjelasan ini objektif, maka saya perlu memberi barometer

kebenaran yang paling benar dan adil terlebih dahulu. bahwasanya ketika ada

perselisihan wajiblah kita kembalikan perkaranya kepada Alloh dan Rosul-Nya.

Yang demikian itu merupakan konsekuensi iman kita kepada Alloh dan hari

akhir. Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Alloh dan taatilah Rosul (Nya), dan ulil

amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,

maka kembalikanlah ia kepada Alloh (Al Quran) dan Rosul, (sunnahnya), jika

kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu

lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (An Nisaa’: 59)

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan

yang mukmin, apabila Alloh dan Rosul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan,

akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan

barangsiapa mendurhakai Alloh dan Rosul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat,

sesat yang nyata. (Al Ahzab: 36)

Maka demi Robbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka

menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian

mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan

yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (An Nisaa: 65)

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Alloh, ikutilah aku

(Rosululloh), niscaya Alloh mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Alloh

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali ‘Imron: 31)

Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya (Rosul) takut akan

ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (An Nuur: 63)

Dan apa yang diberikan Rosul kepadamu, maka terimalah. dan apa yang

dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. (Al Hasyr: 7)

Page 6: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

6

Ayat-ayat ini menunjukkan juga bahwa as sunnah/al hadits adalah salah

satu dari sumber hukum Islam yang tidak boleh ditinggalkan, dalilnya:

Dari Abu Huroiroh Rhodiallohu’anhu, bahwasanya Rosululloh Sholallohu ‘alaihi

wa sallam bersabda, “Setiap umatku akan masuk surga kecuali yang enggan”.

Mereka (Sahabat) bertanya, “Siapa yang enggan itu?”. Jawab beliau,

“Barangsiapa yang menaatiku pasti masuk surga dan barangsiapa yang

mendurhakaiku maka sungguh ia telah enggan.” (HR. Bukhori)

“Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara yang kalian tidak akan tersesat

selama kalian berpegang teguh dengan keduanya, yaitu kitabulloh dan sunnahku.

Keduanya tidak akan berselisih sampai keduanya mendatangiku di telaga

Haudl.” (HR. Malik dan Hakim, Hasan)

Dan juga perkataanya para ulama (4 imam mazhab khususnya):

Imam Abu Hanifah Rohimahulloh, berkata:

1. Haram bagi yang tidak mengetahui dalil saya kemudian memberi fatwa dengan

kata-kata saya, karena saya adalah manusia biasa (maksudnya bisa salah), yang

sekarang bicara sesuatu dan besok tidak bicara itu lagi.

2. Jika saya mengucapkan pendapat yang bertentangan dengan Al Qur’an serta

hadits Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam maka tinggalkanlah perkataan saya.

3. Ibnu Abidin berkata dalam bukunya: “Jika hadits itu shohih dan bertentangan

dengan mazhab, maka hadits lah yang dipakai dan itulah mazhabnya dan dengan

mengikuti hadits itu tidak berarti penganutnya telah keluar dari pengikut Hanafi.

Diriwayatkan dari Abu Hanifah bahwa beliau pernah berkata: “Jika hadits itu

benar maka itulah mazhab saya.”

Imam Malik Rohimahulloh, berkata:

1. Sesungguhnya saya adalah manusia biasa yang bisa salah dan bisa benar. Maka

perhatikanlah secara kritis pendapatku, yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah

ambillah dan setiap pendapat yang tidak sesuai dengannya tinggalkanlah.

2. Setiap orang sesudah Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam ada yang diambil

omongannya dan ada yang ditinggalkan, kecuali Nabi Sholallohu ‘alaihi wa

sallam.

Imam Syafi’i Rohimahulloh, berkata:

1. Setiap orang ada pendapatnya yang sesuai dengan sunnah Rosululloh dan ada

yang tidak sesuai, meskipun saya berkata dengan suatu pendapat atau berdasarkan

sesuatu pendapat dari Rosululloh tapi kenyataannya bertentangan dengan ucapan

Rosululloh, maka pendapat yang benar adalah ucapan Rosululloh dan itulah

pendapat saya

Page 7: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

7

2. Orang-orang Islam telah melakukan ijma’ (kesepakatan, ed) bahwa

barangsiapa yang jelas mempunyai dalil berupa sunnah Rosululloh, maka tidak

dihalalkan bagi seorangpun untuk meninggalkannya karena omongan orang lain.

3. Jika kamu mendapatkan hal-hal yang bertentangan dengan sunnah Rosululloh

dalam buku saya maka ikutilah ucapan Rosululloh dan itulah pendapat saya juga.

4. Apabila hadits itu shohih, maka dia adalah mazhabku.

5. Beliau berkata kepada Imam Ahmad bin Hanbal:

“Anda lebih pandai dari saya tentang hadits dan keadaan para perawi hadits, jika

anda tahu sesuatu hadits itu shohih maka beritahukan kepada saya sehingga saya

akan berpendapat dengan hadits itu.”

6. Setiap masalah yang mempunyai hadits shohih menurut ulama ahli hadits,

yang bertentangan dengan pendapat saya maka saya akan kembali pada hadits

tersebut selama hidup saya atau sesudah mati.

Imam Ahmad bin Hanbal Rohimahulloh, berkata:

1. Jangan engkau melakukan taklid kepadaku atau Imam malik atau Imam Syafi’i

atau Imam Auza’y atau Imam Ats Tsaury, tapi ambillah dari mana asal mereka

mengambil.

2. Barangsiapa menolak hadits Rosululloh, maka ia berada di tepi kehancuran.

Ketahuilah akhi (dan ukhti, ed), syari’at Islam menentukan bahwa suatu

amalan akan bernilai shohih dan dianggap dapat mendekatkan diri kepada Alloh

serta diterima di sisi-Nya apabila memenuhi dua persyaratan: Pertama, amalan

tersebut harus diperuntukkan kepada Alloh semata (ikhlas). Kedua, amalan

tersebut harus sesuai dengan Al Qur’an dan Al hadits. Jika salah satunya tidak

ada, maka amalan tersebut tidak bernilai ibadah dihadapan Alloh dan tertolak.

Katakanlah: “Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang

yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia

perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa

mereka berbuat sebaik-baiknya. (Al Kahfi: 103-104)

“Barangsiapa melakukan suatu amalan (dalam agama ini) yang tidak ada

contohnya dari kami, maka tertolak. (HR. Muslim)

Al Hafidz Ibnu Katsir Rohimahulloh berkata, “Inilah dua landasan amal

yang diterima. Harus ikhlas karena Alloh dan sesuai dengan syari’at Rosul-Nya.”

Dalilnya:

Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Robbnya, maka hendaklah ia

mengerjakan amal yang sholih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun

dalam beribadah kepada Robbnya. (Al Kahfi: 110)

Page 8: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

8

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara

kamu yang paling baik amalnya. (Al Mulk: 2)

Dari ayat ini yang dinilai Alloh adalah baiknya suatu amal bukan

banyaknya amal tersebut. Akan tetapi amalan yang baik dan banyak tentu lebih

utama daripada baik tapi sedikit.

Fudhail bin Iyadl Rhodiallohu’anhu, seorang sahabat Rosululloh

Sholallohu ‘alaihi wa sallam sekaligus ulama hadits generasi tabi’in mengatakan,

“Amal yang paling baik ialah yang paling ikhlas dan benar. Dianggap benar

apabila sesuai dengan sunnah.”

Page 9: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

9

Pertama, Tentang Ahlu Sunnah wal Jama’ah/Salafiyyah

Terlebih dahulu akan saya jelaskan ‘hakikat manhaj salaf’, karena itu akan

saya bagi jadi dua pokok pembahasan, yaitu: Pengertian Salaf dan Manhaj Salaf.

Pengertian Salaf

A. Menurut Bahasa

Kata Salaf menurut bahasa (Arab) yang memiliki arti perihal mendahului.

Ibnu Faris berkata: “Sesungguhnya laam-faa’, asal kata yang mengandung makna

mendahului.”

Di antaranya, salaf artinya orang-orang yang mendahului, dan Qaum as

Sullaf artinya kaum yang mendahului. (Lihat Luzumul Jama’ah, dari Maqayisul

Lughat asal kata sim-laam-faa’).

Salim al Hilali hafizhahulloh berkata: “Di antaranya adalah sabda

Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam kepada Fatimah binti Muhammad

Rhodiallou’anha:

“Sesungguhnya sebaik-baik Salaf (Pendahulu) bagi kamu, adalah Saya. (HR.

Muslim]

B. Menurut Istilah

Banyak perkataan ulama dalam mengartikan istilah salaf, akan tetapi ada

tiga yang terpenting, yaitu:

1. Salaf adalah para Sahabat Rhodiallohu’anhum

Al Qalsyani berkata: “As Salaf ash Shahih adalah generasi pertama yang

mendalam ilmunya, mengikuti petunjuk Nabi serta menjaga Sunnahnya. Alloh

telah memilih mereka untuk menjadi sahabat Nabi dan telah memilih mereka

untuk menegakkan agama-Nya. Alloh telah ridho kepada mereka sebagai imam-

imam umat. Mereka telah berjihad di jalan Alloh dengan sebenar-benarnya,

menghabiskan umurnya untuk memberikan nasihat dan manfaat kepada umat,

serta mengorbankan dirinya untuk mencari keridhoan Alloh.”

Salim al Hilali Hafizhahulloh berkata: “Para ulama dari generasi terdahulu

yang memiliki keutamaan, telah menukil istilah salaf yang menunjukkan kepada

masa periode sahabat dan manhajnya.”

Imam Bukhori Roimahulloh berkata: “Rasyid bin Sa’d berkata: “Dulu

orang-orang salaf menyukai kuda jantan, karena ia lebih cepat dan kuat.”” Salim

al Hilali Hafizhahulloh berkata yang dimaksud salaf di sini ialah sahabat karena

Rasyid bin Sa’d Rhodiallohu’anhu adalah tabi’in.

Page 10: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

10

Imam Bukhori Rohimahulloh berkata: “Bab tentang apa yang disimpan

oleh orang-orang salaf di rumah mereka dan ketika bepergian berupa makanan,

daging, dan lain-lain.” Salim bin Hilali Hafizhahulloh berkata: “Dimaksudkan

dengan salaf adalah para sahabat.”

Imam Bukhori Rohimahulloh berkata: “Dan az Zuhri berkata tentang

tulang binatang-binatang yang sudah mati seperti gajah dan lain-lain. Saya

menjumpai ulama salaf berminyak dan bersisir dengan tulang binatang yang

sudah mati. Mereka tidak mempersoalkan hal itu.” Salim al Hilali Hafizhahulloh

berkata, yang dimaksud salaf adalah sahabat karena az Zuhri Rhodiallohu’anhu

adalah dari golongan tabi’in.

Imam Muslim Rohimahulloh meriwayatkan di dalam muqaddimah

shahihnya dari jalan Muhammad bin Abdulloh, dia berkata: “Saya telah

mendengar Ali bin Syaqiq berkata: “Saya telah mendengar Abdulloh bin Mubaroq

berkata di tengah orang-orang: “Tinggalkan Amr bin Tsabit karena dia mencela

salaf.””” Salim al Hilali berkata yang dimaksud dengan salaf adalah sahabat.

Al Auza’y Rohimahulloh berkata: “Bersabarlah dirimu di atas as sunnah,

tetaplah berdiri di tempat mereka (sahabat) berdiri, katakanlah apa yang mereka

katakan, tinggalkanlah apa yang mereka tinggalkan, dan tempuhlah jalan as salaf

ash sholih, karena akan mencukupi kamu apa saja yang mencukupi mereka.”

Salim al Hilali berkata: “Yang dimaksud as salaf ash shohih adalah para sahabat

Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam.

Berdasarkan keterangan-keterangan istilah di atas menunjukkan kepada

makna sahabat dan bukan yang lainnya.

2. Salaf adalah Sahabat, Tabi’in, dan Tabi’ut Tabi’in

Salim al Hilali Hafizhahulloh berkata: “Adapun dari sisi periode, kata

salaf digunakan untuk menunjukkan pada generasi-generasi terbaik yang lebih

objektif, ilmiah, bijaksana, dan selamat untuk dicontoh dan diteladani, yaitu

tiga geberasi pertama yang disaksikan kebaikannya (keutamaannya) oleh manusia

terbaik, Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam, dengan sabdanya:

“Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian sesudahnya, kemudian

sesudahnya lagi. Setelah itu akan datang orang-orang yang persaksian mereka

mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya. (Hadits

Mutawatir)

Akan tetapi, pengertian salaf bila hanya ditinjau dari periodesasi pada

masa itu, tidak cukup untuk menunjukkan makna salaf secara sempurna kecuali

dikatakan bermanhaj salaf bila dalam pemahaman Al Qur’an dan As Sunnah

sesuai dengan pemahaman para Sahabat. Untuk itu banyak ulama

menambahkan penyebutan ash sholih untuk menunjukkan batasan yang jelas

kepada orang-orang yang mengikuti manhaj sahabat, yakni as salaf ash sholih.

Page 11: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

11

Kemudian istilah ini dikenal dengan cara pemahaman para sahabat,

tabi’in, dan tabi’ut tabi’in dari generasi yang utama terhadapat agama Islam.

Generasi yang keimanan, kebaikannya, dan kelebihannya tidak diragukan lagi,

bukan generasi yang mendapat predikat selalu mengadakan hal baru dalam agama

atau generasi yang dituduh sering mengadakan pemutar balikan ajaran Islam.

Generasi yang mencerminkan kesucian sumber, kebersihan manhaj yang diterima

dari pilar kenabian, sehingga rasanya tawar, manis, segar, dan tidak asin. Manhaj

yang tidak bisa dikotori oleh kotoran apapun. Generasi yang pada diri mereka

terhimpun kematangan ilmu, amal, dan keluhuran budi. Mereka adalah orang-

orang yang paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling tajam analisanya,

paling menyeluruh jangkauannya, dan paling lembut pemahamannya. Adapun

yang paling menonjol manhaj yang ditempuh mereka adalah pemahaman yang

menyeluruh, mempunyai konsep yang bersih, aqidah yang benar, pemikiran yang

lurus, perilaku yang seimbang, pembinaan yang konprehensif, selalu

memperhatikan yang prioritas, ada tahapan-tahapan dalam pembinaan,

mengikuti dalil, komitmen terhadap kebenaran, membuang jauh-jauh hawa

nafsu, berpaling dari sesuatu yang tidak dibangun di atas amal Islami,

menghindari sikap rekayasa, selalu menghadapi perkembangan zaman,

menjauhkan diri dari bid’ah-bid’ah, berusaha keras demi mewujudkan

kemaslahatan umat Islam, mencurahkan kemampuan untuk memberi nasehat

kepada mereka, menyatakan kalimat kebenaran, memerangi semua kebatilan,

mereka gembira dalam menjalankan ketaatan-ketaatan kepada Alloh,

memberikan loyalitas, memusuhi lawan, mencintai seseorang, dan

membencinya semata-mata karena Alloh. Karena itu mereka pantas untuk

menyandang sebagai umat yang terbaik yang dilahirkan untuk kepentingan orang

lain sebagaimana yang ditegaskan Alloh dalam Al Qur’an. (Manhaj Aqidah Imam

Hasan al Banna, Dr. Isham Ahmad Basyir, Titian Ilahi Press)

Isi buku ini dalam rangka pembelaan terhadap tokoh IM, Hasan Al Banna,

karena ada yang menuduh bahwa dalam memahami asma dan sifat-sifat Alloh, Al

Banna sama sekali tidak berdasarkan kepada manhaj yang ditempuh oleh ulama

salaf. “Padahal di antara karakter manhaj yang ditempuh oleh Hasan Al Banna

adalah dia berusaha keras untuk tetap konsisten terhadap manhaj yang ditempuh

oleh ulama Salafus Sholih dalam memahami aqidah. Dia juga selalu mendorong

kepada umat agar tetap berpegang teguh kepada manhaj ulama salaf

tersebut. Bahkan dia memandang bahwa manhaj salaf itu merupakan

manhaj (jalan) yang lurus.”

Tetapi yang sangat-sangat mengherankan mengapa pergerakan IM dulu

dan sekarang tidak sesuai bahkan jauh dari manhaj salaf?!?

3. Salaf adalah orang-orang yang menjaga keselamatan aqidah dan manhaj

Islam, sesuai dengan pemahaman-pemahaman generasi terdahulu yang

memiliki keutamaan

Pengertian ini muncul setelah adanya firqoh-firqoh dan perpecahan.

Sebagian ulama menganggap kata salaf adalah sinonim nama-nama syar’i lainnya

dari ahlus sunnah wal jama’ah, ahlu hadits, firqoh najiyah, thoifah manshuroh.

Page 12: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

12

Sedang orang-orang yang mengikutinya (sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in)

disebut salafiyyun.

Manhaj Salaf

Manhaj salaf atau salafiyyah adalah jalan yang ditempuh oleh

Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam, sahabat, generasi tabi’in, dan tabi’ut

tabi’in Rhodiallou’anhum serta orang-orang yang mengikuti manhaj mereka

hingga hari kiamat. Inilah jalan petunjuk dan jalan untuk mendapatkan

petunjuk.

Dr. Muhammad bin Khalifah At Tamimi Hafizhahulloh berkata:

“Salafiyyah adalah jalan yang ditempuh oleh Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam

dan generasi-generasi yang memiliki keutamaan-keutamaan sesudah beliau dan

orang-orang yang diberitakan oleh Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam, bahwa

mereka senantiasa ada di atas kebenaran sampai hari kiamat, karena hadits:

“Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang tegak di atas kebenaran,

tidak membahayakan mereka orang-orang yang menghinakannya, sampai datang

perkara Alloh (kiamat). Dan mereka dalam keadaan seperti itu.” (HR. Muslim)

Salim al Hilali Hafizhahulloh berkata: “Sesungguhnya telah menyangka

sebagian dari orang-orang yang mengetahui, tetapi mereka menyelewengkan

ketika menyebut istilah Salafiyyah. Mereka beranggapan, bahwa salafiyyah

merupakan perkembangan baru sebuah jama’ah Islamiyah yang satu, dan jama’ah

tersebut mengambil untuk dirinya pemahaman tertentu dari nama Salafiyyah yang

berbeda dengan kaum muslimin umumnya dalam masalah hukum,

kecenderungan-kecenderungan, bahkan dalam tabiat dan norma-norma akhlaknya.

Persangkaan yang demikian itu tidak ada dalam manhaj salaf, karena Salafiyyah

adalah Islam yang bersih dari pengaruh-pengaruh peradaban lama dan

firqoh-firqoh sesat yang banyak jumlahnya. Dan Islam yang secara

sempurna dan menyeluruh berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah dengan

pemahaman Salaf yang dipuji oleh Al Qur’an dan As Sunnah.”

Page 13: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

13

Kedua, Istilah Salafiyyah, Bid’ah?

Firqoh najiyah (golongan yang selamat) adalah 1 dari 73 firqoh umat

Islam, sebagaimana telah disebutkan oleh Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa

sallam:

“Demi (Alloh) yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, sesungguhnya umatku akan

terpecah menjadi 73 golongan, 1 golongan masuk surga, dan 72 lainnya di

neraka. Beliau ditanya: “Wahai Rosululloh, siapakah yang selamat itu? Beliau

menjawab: Al Jama’ah. (HR. Ibnu Majah, Ibnu Abi Ashim, dan Al Laalikai

dalam Syarh Ushulil I’tiqad Ahlu Sunnah wal Jama’ah, dari ‘Auf bin Malik,

Hasan]

Al jama’ah adalah yang menetapi Al Qur’an dan As Sunnah dengan

pemahaman Salaf meskipun ia sendirian. Tetapi ada sebagian orang yang

menganggap bahwa penamaan salafiyyah adalah bid’ah, dan cukuplah

menggunakan nama Islam, Muslim, atau Muslimin. Benarkah demikian?

Di sini kami nukil tulisan Syaikh Salim bin ‘Ied al Hilali Hafizhahulloh

dan Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz Rohimahulloh rektor Universitas Islam

Madinah dan Mufti Ulama Saudi Arabia3 dalam masalah ini:

1. Apakah penamaan salafiyyah adalah bid’ah? Sebagian orang mengatakan:

“Sesungguhnya penamaan Salafiyyah adalah bid’ah, karena di zaman Rosululloh

Sholallohu ‘alaihi wa sallam, para Sahabat Rhodiallohu’anhum tidak

menggunakan nama itu.”

Jawab [Syaihk Salim a Hilali Hafizhahulloh]

Kata/istilah Salafiyyah tidak digunakan di zaman Rosululloh Sholallohu

‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya, karena memang tidak ada kebutuhan di

saat itu. Kaum muslimin yang pertama kali, berada di atas Islam yang shohih

(benar), sehingga tidak ada kebutuhan terhadap kata/istilah Salafiyah, karena

memang mereka di atasnya (salafiyyah) secara tabi’at dan fitrah (nurani).

Sebagaimana mereka berbicara bahasa Arab yang fasih tanpa kekeliruan dan

kesalahan. Tidaklah ada ilmu nahwu, shorof, dan balaghoh sampai kesalahan

dalam berbicara Arab muncul. Kemudian muncullah ilmu ini yang memperbaiki

3 Yaitu dulu, adapaun sekarang Syaikh bin Baaz telah wafat, Rohimahulloh.

Berkata Dr. Yusuf al Qardhawiy: “Beliau “Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdulloh

bin Baaz”, seorang ahli fikih ternama yang telah menghabiskan seluruh umurnya

yang penuh berkah itu dengan berdakwah kepada tauhid dan memberantas

kesyrikian. Ia juga mengajar, menasehati, dan berfatwa. Ia -Rohimahulloh-

merupakan bintang dari bintang-bintang yang telah memancarkan hidayah

(petunjuk). Ia juga merupakan lautan ilmu yang teramat luas. Ia kuat bagaikan

gunung dalam permasalahan-permasalan fikih. Ia juga merupakan seorang ulama

yang luar biasa yang hidup pada masa di mana ulama sangat sedikit sekali”,

rekaman video ada padaku.

Page 14: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

14

kebengkokan / kesalahan lisan. Demikian pula takkala keanehan dan

peyimpangan dari jama’atul muslimin muncul, mulailah muncul kata/istilah

Salafiyyah pada kenyataan. Walaupun Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam

telah mengingatkan atas maknanya di dalam hadits iftiroq (perpecahan umat)

dengan sabda beliau Sholallohu ‘alaihi wa sallam: “Siapa yang mengikuti jalanku

dan para sahabatku pada hari ini.”

Tatkala banyak firqoh-firqoh bermunculan dan semuanya mengaku

berjalan di atas al kitab dan as sunnah (Ahlus Sunnah wal Jama’ah), maka para

ulama umat bangkit untuk membedakannya dengan gambang, mereka

mengatakan: “Ahlu Hadits dan atau Salaf.”

Oleh karena itulah Salafiyyah terbedakan dari seluruh golongan-golongan

(umat) Islam yang lain dengan penisbatannya kepada perkara yang menjamin

mereka untuk berjalan berdasarkan Islam yang shohih, yaitu: Berpegang teguh

dengan apa-apa yang dijalani oleh para Sahabat Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa

sallam dari kalangan Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti

mereka dengan baik, mereka itulah para generasi yang mendapatkan persaksian

kebaikan dari Alloh dan Rosul-Nya.

2. Apakah terdapat perbedaan antara peristilahan “Salafiyyah” dengan definisi

“Ahlu Sunnah wal Jama’ah” –Hafazakumulloh?

Jawab [Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz Rohimahulloh]

Orang-orang Salaf-kan, mereka yang Ahlu Sunnah wal jama’ah juga,

mereka adalah salaful ummah (umat terdahulu), mereka adalah para Sahabat Nabi

Sholallohu ‘alaihi wa sallam dan para pengikutnya. Disebut kaum Salaf karena

mereka lebih dahulu ada (hidup) sebelum yang lainnya dan dikatakan Ahlu

Sunnah wal Jama’ah karena mereka berkumpul secara berjama’ah di atas sunnah

Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam, seperti yang dijelaskan oleh ulama

seperti Abul Abbas Ibnu Taimiyyah Rohimahulloh dalam bukunya “Al Aqidah Al

Wasithiyah” dan ulama-ulama lainnya. Kata ‘Salaf’ bila disebut secara umum

berarti pendahulu-pendahulu yang sholeh (salafus sholeh) yang terdiri dari para

Sahabat Nabi dan pengikut-pengikutnya. Merekalah golongan yang selamat,

kelompok yang dimenangkan yang berpegang teguh pada Al Qur’an dan As

Sunnah hingga akhir zaman. Sedang golongan yang menentang mereka sangat

banyak sekali seperti yang dikatakan oleh Ibnu taimiyyah Rohimahulloh dalam

“Al Hamawiyah”.

3. Dikatakan: Kenapa kita mensibatkan diri kita kepada Salaf, padahal Alloh

Subhanahu wa ta’ala berfirman: “Dia (Alloh) telah menamai kamu sekalian

“Muslimin” dari dulu. (QS. Al Hajj: 78)

Jawab:

Kami (Syaikh Salim Hafizhahulloh) akan memaparkan sebuah diskusi

yang lembut antara Syaikh Muhammad Nashruddin Al Albani Rohimahulloh

Page 15: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

15

dengan ustadz ‘Abdul Halim Abu Syuqqoh Hafizhahulloh, penulis kitab Tahrirul

Mar’ah fi ‘Ash-rir Risalah:

Syaikh Albani berkata: “Jika engkau ditanya, apakah madzhabmu

(keyakinanmu; jalanmu di dalam beragama), maka apa yang akan engkau

katakan?

Dia (Ustasz ‘Abdul Halim) berkata: “Muslim”

Syaikh berkata: “Itu tidak cukup!”

Dia berkata: “Alloh telah menamai kita “Muslimin”. Kemudian dia membaca:

“Dia (Alloh) telah menamai kamu sekalian “Muslimin” dari dulu. (QS. Al Hajj:

78)

Syaikh berkata: “Jawaban itu benar seandainya kita berada di zaman yang

pertama sebelum tersebarnya firqoh-firqoh. Seandainya kita sekarang bertanya

kepada seorang muslim mana saja dari firqoh-firqoh itu, yang kita berselisih

secara prinsip di dalam aqidah terhadap firqoh-firqoh tersebut, maka semuanya –

baik orang tersebut Syi’ah Rofidhoh, Khowarij, Duruz, Nushairiyah al ‘Alawiyah-

akan menjawab: “Saya Muslim.” Kalau demikian, di zaman ini jawaban tersebut

tidak cukup.”

Dia berkata: “Kalau begitu aku akan mengatakan: “Saya Muslim berdasarkan Al

Kitab dan As Sunnah.”

Syaikh berkata: “Jawaban itu juga tidak cukup!”

Dia berkata: “Kenapa?”

Syaikh berkata: “Apakah engkau mendapati seorangpun dari mereka –firqoh-

firqoh tadi- yang telah kita buat contoh, yang mengatakan: “Saya seorang muslim,

tidak berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah?” Kalau begitu, siapakah orang yang

akan mengatakan: “Saya tidak berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah”. Kemudian

Syaikh Albani Rohimahulloh menerangkan kepadanya urgensi/arti penting ikutan

yang sedang kita angkat ini, yaitu: Al Kitab dan Sunnah dengan pemahaman Salaf

kita yang Sholih.

Dia (Ustadz ‘Abdul Halim) berkata: “Saya seorang Muslim berdasarkan Al

Kitab dan Sunnah dengan pemahaman Salafush Sholih.”

Syaikh berkata: “Apabila ada orang yang bertanya kepadamu tentang

mazhabmu, maka apakah engkau akan mengatakan itu kepadanya?”

Dia berkata: “Ya.”

Page 16: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

16

Syaikh berkata: “Bagaimana pendapatmu kalau kita ringkaskan bahasanya,

karena sebaik-baik perkataan adalah yng sedikit dan jelas, maka kita mengatakan:

“Salafy.”

Dia berkata: “Saya telah berbasa-basi terhadap anda, dan sekarang saya

mengatakan kepada anda: “Ya, akan tetapi keyakinanku adalah apa yang

terdahulu. Karena tatkala seorang mendengar bahwa anda adalah salafy, pertama

kali fikirannya melayang kepada perkara yang bermacam-macam, yang berupa

tindakan yang keras bahkan kasar, yang sering terjadi dari salafiyin.” (Maksudnya

oknum/pribadi).

Syaikh berkata: “Taruhlah perkataanmu benar, tetapi apabila engkau

mengatakan: “Muslim”, tidakkah dia (orang-orang yang mendengarmu,

fikirannya) akan melayang kepada Syi’ah Rofidhoh, Duruz, Isma’iliyah,...dan

lainnya?”

Dia berkata: “Mungkin juga, tetapi saya telah mengikuti ayat yang mulia: “Dia

(Alloh) telah menamai kamu sekalian “Muslimin” dari dulu. (QS. Al Hajj: 78)

Syaikh berkata: “Tidak wahai saudaraku! Sesungguhnya engkau tidak mengikuti

ayat tersebut, karena yang dimaksud ayat tersebut adalah (Muslim) Islam yang

shohih, sepatutnya manusia itu diajak berbicara sesuai dengan ukuran akal

mereka. Apakah ada seorangpun yang memahamimu bahwa engkau adalah

seorang Muslim dengar arti yang dimaksudkan di dalam ayat itu? Sedangkan

kekhawatiran-kekhawatiran yang telah engkau sebutkan tadi bisa jadi benar atau

tidak benar. Karena perkataanmu tadi (bahwa ada tindakan-tindakan keras), bisa

jadi ada pada sebagian individu-individu dan bukan sebagai manhaj aqidah ilmiah

(jalan yang diyakini yang menjadi ilmu). Maka tinggalkanlah orang-perorang,

karena kita sedang membicarakan manhaj (jalan; metode yang harus ditempuh).

Karena sesungguhnya apabila kita mengatakan: “Orang Syi’ah, Duruz, Khowarij,

Sufi, atau Mu’tazilah tentu akan ada juga kekhawatiran-kekhawatiran yang telah

engkau sebutkan tadi. Kalau begitu, itu bukanlah topik pembicaraan kita. Tetapi

kita sedang membahas tentang nama yang menunjukkan mazhab seseorang yang

dia beragama kepada Alloh dengan mazhab itu.”

Kemudian Syaikh bertanya: “Bukankah para Sahabat semuanya Muslimin?”

Dia berkata: “Tentu”

Syaikh berkata: “Akan tetapi dikalangan mereka ada yang mencuri. Tetapi hal

ini tidak membolehkan seorangpun mengatakan: “Saya bukan seorang Muslim”,

bahkan dia adalah seorang muslim dan mukmin kepada Alloh dan Rosul-Nya

sebagai manhaj (jalan yang ditempuh), akan tetapi terkadang dia menyelisihi

manhajnya, karena dia (pribadi) memang tidak ma’shum (terjaga dari kesalahan).

Oleh karena itulah, kita sekarang –mudah-mudahan Alloh memberkatimu-

sedang membicarakan suatu kata yang menunjukkan aqidah kita, pemikiran kita,

dan tempat berpijak kita di dalam kehidupan kita yang berkaitan dengan perkara-

Page 17: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

17

perkara agama kita yang dengannya kita beribadah kepada Alloh. Adapun si Fulan

(maksudnya “seseorang”, ed) berlebih-lebihan atau dia meremehkan maka itu

urusan lain.

Kemudian Syaikh berkata: “Saya menginginkan supaya engkau berfikir

tentang kata yang ringas ini, sehingga engkau tidak terus-menerus (mencukupkan)

dengan kata Muslim (saja), sedangkan engkau mengetahui bahwa tidak akan

didapatkan seorangpun yang memahami apa yang engkau kehendaki selama-

lamanya. Kalau demikian maka ajaklah bicara orang-orang itu sesuai dengan akal

mereka. Mudah-mudahan Alloh memberkatimu atas sebutanmu. Sekian nukilan

dari Syaikh Salim al hilali Hafizhahulloh.

Kemudian bahwa bid’ah itu mencakup setiap apa yang diada-adakan

di dalam agama dan tidak mempunyai dasar di dalam syari’at yang

menunjukkannya. Adapaun perkara yang mempunyai dasar di dalam syari’at

yang menunjukkannya, maka itu bukanlah bid’ah menurut syari’at, walaupun

bid’ah menurut bahasa. Seangkan istilah Salafiyyah, maka dasarnya dari syari’at

sangat gamblang, baik dari Al Kitab dan As Sunnah. (Al Bid’ah Dhawabithuha

wa Atsaruha as Sayyi’fil Ummah, hal. 13, Dr. Ali bin Muhammad Nashir al

Faqihi Hafizhahulloh).

Dengan demikian, sama sekali tidak ada aib menisbatkan diri kepada

Salafush Shalih jika diiringi dengan usaha untuk mencocoki mereka secara lahir

dan batin. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rohimahulloh berkata: “Tidak ada aib

atas orang yang menampakkan mazhab Salaf dan menisbatkan diri kepadanya

serta mengikatkan diri dengannya, bahkan hal itu wajib diterima dari orang

tersebut. Karena sesungguhnya mazhab Salaf adalah kebenaran itu sendiri. Jika

orang tersebut mencocoki Salaf secara lahir dan batin (dalam aqidah dan manhaj

secara keseluruhan) maka kedudukannya sama dengan seorang mukmin yang

berada di atas al haq secara lahir dan batin. Jika orang tersebut mencocoki Salaf

secara lahiriyah saja –batinnya tidak- maka orang tersebut sama kedudukannya

dengan orang munafik, sehingga lahiriyahnya diterima sedangkan isi hatinya

diserahkan kepada Alloh. Karena sesungguhnya kita tidak diperintahkan untuk

menyelidiki hati manusia.” (Majmu Farawa IV/149).

Page 18: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

18

Ketiga, Istilah Salaf di Kalangan Ulama

Syaikh Bakr bin Abdulloh Abu Zaid Hafizhahulloh berkata: “Apabila

dikatakan Salaf atau Salafiyyun atau jalan mereka Salafiyyah, maka hal itu adalah

nisbat kepada Salafush Sholih, yaitu seluruh Sahabat Rodhiallohu’anhum. Maka

barangsiapa yang mengikuti mereka dengan baik tanpa diselewengkan oleh hawa-

hawa nafsu dan mereka tetap berada di atas minhaj nubuwah (jalan kenabian),

mereka dinisbatkan kepada Salaf mereka yang Sholih. Dalam hal itu mereka

dikatakan: Salaf, Salafiyyun, dan nisbat kepada mereka adalah Salafy.

Berdasarkan itu maka lafadz Salaf berarti Salafush Sholih. Dan lafadz ini jika

disebut secara umum maka berarti setiap orang yang berjalan meneladani para

Sahabat Rodhiallohu’anhum, bahkan jika dia berada di zaman kita ini, dan

demikianlah, seperti inilah perkataan ahli ilmu. Hal ini adalah nisbat yang tidak

memiliki pola-pola yang keluar dari kandungan Al Kitab dan Sunnah, dan itu

adalah nisbat yang tidak terpisah sekejappun dari generasi yang pertama, bahkan

itu adalah dari mereka dan kepada mereka. Adapun orang yang menyelisihi

mereka secara nama atau pola maka tidak termasuk mereka, walaupun dia

hidup di antara mereka dan sezaman dengan mereka. (Hukmul Intima’, hal.

36)

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz Rohimahulloh pernah ditanya: “Apakah

yang anda katakan tentang orang yang memakai nama as Salafy, apakah itu adalah

tazkiyah (pujian)?” Maka beliau menjawab: “Apabila benar dia adalah Salafy

maka tidak mengapa. Seperti yang dikatakan oleh orang-orang Salaf: Fulan

Salafy. Ini adalah pujian yang harus, pujian yang wajib.”

Imam Adz Dzahabi Rohimahulloh juga berkata di dalam biografi

Muhammad bin Muhammad al Bahrani Rohimahulloh: “Dan dia seorang yang

taat beragama, seorang yang baik, dan seorang Salafy.” Beliau juga berkata di

dalam biografi Ahmad bin Ahmad bin Ni’mah al Maqdisi: “Dan dia berada pada

aqidah Salaf.”

Syaikh Ali bin Hasan Hafizhahlloh berkata: “Sesungguhnya

menisbatkan diri kepada Salaf, menyatakan dengan terang-terangan ketinggiannya

di atas setiap wadah-wadah dan pandangan-pandangan lain yang menyelisihi al

haq, dan berterus terang bahwa dakwah satu-satunya yang haq/benar adalah

dakwah Salafiyyah, semua itu tidak ada cela padanya, dan tidak ada bahaya

terhadap orang yang mengatakannya, karena Salafiyyah adalah nisbat kepada

Salaf, dan itu adalah nisbat yang tidak pernah terpisah sekejappun dari umat Islam

semenjak terbentuknya di atas minhaj nubuwah (jalan kenabian), sehingga

(Salafiyyah) itu membuat seluruh kaum muslimin dari generasi yang pertama

disusul orang-orang yang meneladani mereka di dalam menerima ilmu, jalan

memahaminya, dan tabi’at mendakwahkannya. Dengan demikian Salafiyyah itu

tidak dimaksudkan terbatas pada tahap sejarah tertentu, bahkan wajib untuk

dipahami bahwa kandungannya itu terus-menerus selama berlangsungnya

kehidupan.” (Ru’yah Waqi’iyah fi Manahiji ad Da’awiyah: 25, Syaikh Ali Hasan)

Page 19: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

19

Dr. Ali bin Muhammad Nashir al Faqihi Hafizhahulloh berkata:

“Apabila didapati seorang menisbatkan diri pada manhaj Salaf, lalu dia

melakukan kesalahan –karena memang mereka (Salafiyyun) tidak maksum

(terjaga dari kesalahan)-, maka kesalahannya itu dihitung sebagai kesalahnnya,

bukan kesalahan manhaj, dan tidak boleh menjadikan orang lari dari al haq.

Menjadikan mereka lari dari Salaf (dengan membangun kesan buruk dan jelek

atas Salaf karena perbuatan oknum Salafy yang berbuat salah, ed) adalah suatu

kejahatan besar terhadap umat Islam, karena berarti memutuskan (hubungan

generasi) umat zaman ini dengan (generasi) umat yang terdahulu. Dan ini adalah

seruan musuh-musuh Islam yang disambut oleh orang-orang yang tidak

memikirkan akibat buruknya. Aku memperhatikan lembaran-lembaran kitab

Syarah Thohawiyah, maka aku dapati kata/istilah Salaf diulang-ulang lebih dari

20 kali, hal ini menunjukkan adanya perasaan mulia terhadap nisbat ini. Karena

sesungguhnya di antara keistimewaan manhaj mereka adalah kokoh berada di atas

al haq dan terus-menerus di atasnya, tidak ada kegoncangan, kesepakatan dalam

perkara-perkara aqidah, dan tidak ada perselisihan di antara mereka dalam

perkara aqidah ini, walaupun berbeda zaman dan tempat. Hal ini berbeda

dengan golongan-golongan yang lain yang membuat manhaj-manhajnya dengan

akal mereka.

Imam Auza’y Rohimahulloh misalnya, pernah mengatakan:

“Sabarkanlah dirimu untuk tetap berpegang pada sunnah. Berhentilah pada apa

yang para sahabat berhenti. Berkatalah sesuai dengan apa yang mereka katakan.

Jangan berkata tentang apa yang tidak mereka katakan. Dan tempuhlah jalan

Salafush Sholih, karena sesungguhnya apa yang menjadikan mereka lapang,

niscaya akan menjadikanmu lapang.”

Benarlah apa yang dikatakan Imam Malik Rohimahulloh: “Tidak akan

dapat memperbaiki (keadaan) umat akhir ini melainkan apa yang pernah

memperbaiki keadaan umat salaf (terdahulu).”

Abdulloh bin Mas’ud Rodhiallohu’anhu sendiri sebagai seorang sahabat

mengatakan: “Siapa yang di antara kamu ingin mengambil Sunnah, maka

ambillah Sunnah orang yang telah mati, sebab orang yang hidup (sekarang/pada

ketika ibnu Mas’ud Rodhiallohu’anhu masih ada) tidak aman dari fitnah. Mereka

(orang-orang yang telah mati) itu adalah sahabat Muhammad Sholallohu ‘alaihi

wa sallam, orang yang paling baik hatinya di tengah umat ini, paling dalam

ilmunya, dan paling sedikit rasa terbebaninya. Mereka adalah suatu kaum yang

telah dipilih Alloh untuk menjadi Sahabat Nabi-Nya dan untuk menegakkan

agama-Nya. Karena itu fahamilah apa yang menjadi hak mereka dan pegangilah

petunjuk mereka, Sebab mereka berada pada jalan petunjuk yang lurus.”

“Mereka itulah (para Nabi) orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Alloh,

maka ikutilah petunjuk mereka.” (QS. Al An’am: 90)

Page 20: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

20

Keempat, Mengapa Kita Harus Bermanhaj Salaf

Sebenarnya merupakan sesuatu yang pasti dan tidak mengandung

keraguan sedikitpun bahwasanya manhaj Salaf adalah manhaj yang bisa diterima

oleh setiap generasi dari masa ke masa. Dan keadaan inipun akan senantiasa

terwujud setiap saat apabila segala penghambat yang sengaja diciptakan oleh para

pengacau fitrah yang lurus diberantas. Yang pasti, kita harus tetap mengajak kaum

muslimin untuk tetap mengikuti jejak as Salaf ash Sholih. Perlu kita jelaskan

bahwa ajakan untuk mengikuti jejak as Salaf ash Sholih merupakan upaya agar

manusia dapat melepaskan diri dari berbagai belenggu taklid yang mengakibatkan

lahirnya sikap fanatik terhadap ro’yu (pendapat), untuk kemudian berubah sikap

menjadi selalu mengembalikan setiap permasalahan kepada Kitabulloh dan

Sunnah Rosul-Nya (dalam aqidah dan manhaj).

“Katakanlah: “Taatlah kepada Alloh dan taatlah kepada Rasul. Dan jika kamu

berpaling maka sesungguhnya kewajiban Rosul itu adalah apa yang dibebankan

kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang

dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat

petunjuk. Dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat

Alloh) dengan terang.” (An Nuur: 54)

Adalah suatu keharusan yang mutlak bagi setiap muslim yang

menginginkan kesuksesan dan rindu akan kehidupan mulia serta kemenangan di

dunia dan akhirat, bahwa dalam memahami Al Qur’an dan As Sunnah yang

shohih harus dengan pemahaman generasi manusia terbaik. Yaitu para

Sahabat dan tabi’in serta siapa saja yang mengikuti jalan mereka dengan

baik sampai hari akhir.

Alasan-alasannya:

1. Sesungguhnya Salafush Sholih Rodhiallohu’anhum adalah generasi yang telah

nyata kebaikannya, baik berdasarkan nash (dalil, ed) langsung maupun

berdasarkan istinbath (kesimpulan hukum). Alloh berfirman:

“Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Alloh petunjuk dan mereka itulah

orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Az Zumar:18)

“Sesungguhnya Alloh telah ridho terhadap orang-orang mukmin ketika mereka

berjanji setia kepadamu di bawah pohon. Maka Alloh mengetahui apa yang ada

dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi

balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).” (QS. Al

Fath: 18)

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari

golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan

baik, Alloh ridho kepada mereka dan mereka pun ridho kepada Alloh. Dan Alloh

menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di

Page 21: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

21

dalamnya. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang

besar.” (Q. At Taubah: 100)

Sisi pendalilan ayat di atas ialah bahwa Alloh memuji orang yang

mengikuti generasi manusia terbaik (yaitu Muhajirin dan Anshor). Dengan

demikian dapat dipahami ketika mereka (para sahabat Muhajirin dan Anshor)

Rodhiallohu’anhum) mengatakan sesuatu, lalu ada yang mengikutinya, jelas orang

yang mengikutinya tersebut terpuji dan berhak mendapat ridho Alloh. Apabila

pengikut sahabat itu tidak ada bedanya dengan orang lain (yang tidak mengikuti

pola Sahabat), tentu ia tidak berhak mendapat pujian dan ridho Alloh (seperti

tertulis di ayat di atas).

Saat menafsiri ayat ini (At Taubah: 100), Ibnu Katsir Rohimahulloh

menyatakan, bahwa betapa celaka orang yang membenci sahabat nabi Sholallohu

‘alaihi wa sallam, ataupun mencela sebagain mereka. Sesungguhnya kelompok

yang hina yaitu Syi’ah Rafidhoh (berpusat di Iran) yang menentang keutamaan

sahabat, membenci dan mencelanya. Naudzubillah. Ini menunjukkan bahwa akal

(orang yang membenci (yaitu membenci para sahabat, ed)) kontradiktif dan

terbalik hatinya. Maka bagaimana mereka disebut beriman kepada Al Qur’an

kalau mereka mencela yang Alloh ridho kepadanya. Bahkan Rosululloh

Sholallohu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

“Muliakanlah para Sahabatku, sesungguhnya mereka adalah orang yang terbaik

di antaramu.” (HR. Ahmad, Nasa’i, Al Hakim, Shohih)

Lalu, siapakah sebaik-baik generasi manusia itu?

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh,

mereka itu adalah sebaik-baik manusia.” (QS. Al Bayyinah: 7)

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia.” (QS. Ali

Imron: 110)

2. Sabda Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam:

“Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian orang-orang yang

sesudahnya (tabi’in), kemudian orang-orang sesudahnya (tabi’ut tabi’in).

Sesudah itu akan datang kaum yang kesaksian mereka mendahului sumpahnya

dan sumpahnya mendahului kesaksian.” (HR. Bukhori, Muslim, dan Ahmad,

Mutawatir)

Bahwa generasi sahabat sebagai generasi terbaik, tentu bukan dalam hal

warna kulitnya, kekuatannya, melimpahnya harta, dll. Tetapi maksudnya adalah

terbaik dalam ke-Islamannya, sebab barometer kebaikan dalam Islam adalah

ketakwaan hati dan amal sholih, seperti firman Alloh:

“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Alloh ialah orang

yang paling taqwa diantara kamu.” (QS. Al Hujurot: 13)

Page 22: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

22

Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya Alloh tidak melihat pada bentuk (fisik) kamu dan pada harta

benda kamu, tetapi Dia melihat pada hati-hati kamu dan amal-amal kamu.” (HR.

Muslim)

Sesungguhnya Alloh telah melihat hati para Sahabat Rosul Sholallohu

‘alaihi wa sallam. Alloh telah mendapati hati mereka sebagai hati hamba-Nya

yang terbaik sesudah hati Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam. Alloh telah

anugerahkan pada mereka pemahaman yang tidak bisa disamai oleh generasi

berikutnya. Oleh sebab itu, apapun yang dilihat baik oleh para Sahabat, maka itu

pasti baik di sisi Alloh. Dan apapun yang dilihat buruk oleh para Sahabat, maka

pasti hal itu buruk pula di sisi Alloh.

Ibnu Mas’ud Rodhiallohu’anhu mengatakan (artinya): “Sesungguhnya

Alloh melihat hati-hati hamba-Nya. Maka Alloh mendapati hati Muhammad

Sholallohu ‘alaihi wa sallam sebagai hati hamba yang terbaik. Karena itu Dia

memilih Muhammad untuk diri-Nya. Kemudian diutus-Nya lah ia untuk

membawa risalah-Nya. Selanjutnya Alloh melihat hati hamba-hamba yang lain

sesudah Muhammad, maka Dia dapati hati-hati para Sahabat Muhammad

Sholallohu ‘alaihi wa sallam sebagai hati-hati hamba terbaik. Karena itulah Alloh

jadikan mereka sebagai pembantu-pembantu Nabi-Nya. Mereka berperang

membela agama-Nya. Maka apa yang dilihat baik oleh kaum muslimin (para

Sahabat), maka hal itu adalah baik di sisi Alloh, dan apapun yang dilihat buruk

oleh para Sahabat, maka pasti hal itu buruk pula di sisi Alloh.”

Beberapa dalil di atas dari sekian banyak dalil, sudah merupakan bukti

nyata, bahwa jalan, pola, dan manhaj sahabat sebagai generasi Salaf dalam ber-

Islam yang sesuai Al Qur’an dan Sunnah, adalah jalan yang mendapat

rekomendasi langsung dari Alloh, Rosul-Nya, dan para Sahabat sendiri. Hal ini

membuktikan bahwa jalan/manhaj mereka adalah jalan/manhaj yang benar. Siapa

yang menempuh jalan mereka, berarti ia berada dalam kebenaran dan mendapat

pujian Alloh.

Dalil berikut bisa lebih mempertegas lagi kebenaran manhaj Salaf

sekaligus memperjelas bahwa manhaj selain Salaf, begitu juga dakwah yang

tidak berpijak pada dakwah Salaf adalah manhaj serta dakwah yang salah,

menyimpang, dan batil.

“Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang

mengikutiku mengajak (kamu) kepada Alloh dengan hujjah yang nyata, Maha

Suci Alloh, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. Yusuf: 108)

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka

ikutilah ia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-

jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya.” (QS. Al An’am: 153)

Page 23: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

23

“Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku.” (QS. Luqman: 15)

Syaikh Salim al Hilali Hafizhahulloh menjelaskan bahwa: Semua

Sahabat Rodhiallohu’anhum adalah orang-orang yang kembali kepada

Alloh, bahkan mereka lah orang-orang yang jelas-jelas kembali kepada

Alloh. Adapun orang-orang sesudahnya, maka hanya dikatakan orang-orang

yang kembali kepada Alloh jika mengikuti jejak para Sahabat/Salaf.

Dalam hal ini Alloh memberi petunjuk kepada para Sahabat Nabi

Sholallohu ‘alaihi wa sallam menuju perkataan yang baik dan amal yang sholih.

karena itu, wajib hukumnya mengikuti jalan mereka dalam memahami agama

Alloh, baik Al Qur’an maupun As Sunnah.

“Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Alloh, maka ikutilah

petunjuk mereka.” (QS. Al An’am: 90)

Sebalikya Alloh mengancam orang yang mengikuti selain jalan kaum

mukminin (para Sahabat4) dengan neraka Jahannam.

Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Dan barangsiapa yang menentang Rosul sesudah jelas kebenaran baginya, dan

mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia

leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke

dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An

Nisaa’: 115)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah di kitabnya Naqdluh Mantiq telah

menafsirkan ayat “Jalannya orang-orang mukmin” mereka adalah para Sahabat

sebagai tokoh yang jelas-jelas mukmin.

Di dalam ayat yang mulia ini Alloh tidaklah mencukupi firman-Nya:

“Barangsiapa yang memusuhi Rosul sesudah nyata baginya kebenaran...,

niscaya akan Kami palingkan dia...”. Dan kalau Alloh mencukupinya sampai di

situ, pasti haq/benar. Akan tetapi terdapat hikmah yang dalam ketika Alloh

mengaitkan dengan: “dan dia mengikuti selain jalannya orang-orang mukmin

(yaitu para sahabat).” Dari sini kita mengetahui, bahwa di dalam berpegang

dengan Al Qur’an dan Sunnah, harus ada jalan atau cara di dalam memahami

keduanya. Jalan atau cara itu adalah “jalannya orang-orang mukmin yaitu para

Sahabat.” Dengan demikian berarti mengikuti jalan mereka dalam memahami

syari’at Alloh adalah wajib, dan menyalahi jalan mereka adalah sesat. jadi, urutan

dalilnya sebagai berikut: Al Quran kemudian As Sunnah, keduanya menurut

pemahaman para Sahabat atau cara beragama mereka, dalam aqidah dan

manhaj.

4 Karena saat itu, saat turunnya ayat ini, kaum mukminin hanyalah para Sahabat.

Page 24: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

24

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rohimahulloh menegaskan bahwa yang

masyhur di kalangan ahlu sunnah wal jama’ah bahwa kelompok-kelompok bid’ah

adalah kelompok-kelompok yang tidak menganut (pemahaman) Salaf. (Majmu’

Fatawa IV/155)

3. Dari Abu Musa al Asy’ari Rodhiallohu’anhu, ia berkata yang artinya:

“Kami sholat magrib bersama Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam, kemudian

kami berpendapat: Kita duduk saja hingga sholat isya’ bersama Rosululloh

Sholallohu ‘alaihi wa sallam. Maka kami pun duduk. Kemudian keluarlah

Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam dan berkata: “Kalian masih di sini?”

Maka kami mengatakan: Ya wahai Rosululloh, kami telah sholat (maghrib)

bersamamu, kemudian kami berpendapat untuk duduk hingga kami sholat isya’

bersamamu. Maka beliau berkata: “Kalian memang baik, dan kalian benar.”

Lalu Abu Musa berkata: Kemudian beliau menengadahkan mukanya ke langit,

dan sering sekali beliau berbuat seperti itu. Kemudian bersabda: “Bintang-

bintang itu pengaman bagi langit. Apabila bintang-bintang itu sirna, maka

kehancuran akan menimpanya (langit). Dan aku adalah pengaman bagi para

Sahabatku, dan para Sahabatku adalah pengaman bagi umatku. Apabila mereka

telah pergi, maka akan datang sesuatu yang telah dijanjikan kepada umatku.”

(HR. Muslim)

Dari dalil ini bisa dibaca permisalan, bahwa Rosul Sholallohu ‘alaihi wa

sallam yang telah dijadikan sebagai uswah (teladan) kita, telah memberikan

permisalan yang sangat indah tentang para sahabatnya Rodhiallohu’anhum. Beliau

memisalkan para sahabatnya Rodhiallohu’anhum dengan bintang-bintang di langit

yang kita pahami bahwa bintang-bintang itu sebagai petunjuk dalam kegelapan,

baik di darat maupun di laut.

“Dan Dia-lah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu

menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya

Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang

mengetahui.” (QS. Al An’am: 97)

Page 25: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

25

Kelima, Pokok-pokok Jalan Hidup dan Dakwah Ahlu Sunnah wal Jama’ah

Dari kitab Silsilah Syar’iyyah edisi 1 bulan Robiuts tsani 1418 H, karya

Syaikh Abul Hasan Musthofa bin Ismail as Salaimanie Hafizhahulloh, seorang

yang berdiam di Ma’rib Yaman, yang mengepalai sebuah lembaga pendidikan

dakwah dan sosial, yaitu: Darul Hadits di Ma’rib Yaman. Beliau menyebut 52

yang saya tulis hanya 33:

1. Dakwah Ahlu Sunnah wal Jama’ah adalah dakwah yang tegak di atas Al

Qur’an dan As Sunnah menurut pemahahaman salafush sholih, serta orang-orang

yang mengikuti mereka.

2. Ahlu Sunnah wal Jama’ah berkayikan bahwa berdo’a kepada orang-orang mati

(termasuk kepada Nabi Sholallohu’alaihi wa sallam dan wali-wali), beristighosah

kepada mereka, menyembelih dan bernadzar untuk mereka, juga minta

pertolongan kepada orang-orang hidup atas perkara-perkara yang merupakan

kekuasaan Alloh, adalah perbuatan syirik, yang dapat mengeluarkan pelakunya

dari Islam, maka pelakunya wajib bertaubat atas perbuatannya itu dan wajib

membenahi aqidah tauhidnya.

3. Keyakinan terhadapat kemampuan jimat-jimat dan sejenisnya untuk

mendapatkan manfaat dan menolak mudhorot adalah perbuatan syirik. Juga

mendatangi tukang-tukang sihir, dukun, dan peramal. Membenarkan mereka

adalah kekufuran, sebab berarti membenarkan bahwa mereka mengetahui perkara-

perkara ghoib. Jika hanya sekedar datang tanpa membenarkan ucapan-ucapan

mereka, maka ini adalah sebuah kebodohan yang wajib dijauhi, sebab hal ini

merupakan wasilah (perantara, ed) kepada dosa syirik.

4. Ahlu Sunnah wal Jama’ah menyakini adanya karomah-karomah para wali tanpa

menyakini bahwa hal tersebut merupakan bagian dari kekhususan Ilahiyah5. Ahlu

Sunnah wal Jama’ah membedakan antara karomah-karomah para wali dan

kedustaan6 para dajjal (pendusta). Para wali menegakkan perintah Alloh dan

Rosul-Nya, berbeda dengan tukang sihir dan sejenisnya (yang justru melanggar

perintah Alloh dan Rosul-Nya, ed).

5. Ahlu Sunnah wal Jama’ah, mencintai seluruh Sahabat Rodhiallohu’anhu (tidak

seperti Syi’ah yang hanya sebagian7), dan tidak mencampuri perselisihan di antara

5 Maksudnya, karomah [yaitu suatu keadaan luar biasa yang ada pada diri

seseorang karena kedekatannya dengan Alloh, dan hal ini terjadi spontan begitu

saja, tanpa dipelajari] yang dimiliki seseorang bukanlah suatu hal yang

menyebabkan seseorang tersebut mendapatkan hak untuk diibadahi ataupun

dijadikan perantara ibadah kepada Alloh. 6 Yaitu keadaan luar biasa yang ada pada orang-orang yang jauh dari Alloh, dan

hal ini merupakan suatu hal yang dapat dipelajari dengan bantuan jin, semisal

sihir, ramalan, dan lainnya. 7 Yaitu mereka hanya mencintai sebagaian sahabat saja, dan mencela bahkan

mengkafirkan sahabat lainnya.

Page 26: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

26

mereka, sebab apa yang terjadi itu merupakan fitnah. Semoga Alloh menjaga kita

dari fitnah yang seperti itu. Ahlu Sunnah wal Jama’ah menjaga hati dan lisan

mereka agar tidak hanyut membicarakan fitnah. Menurut Ahlu Sunnah wal

Jama’ah, para Sahabat memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Yang paling utama

adalah Abu Bakar kemudian Umar menurut kesepakatan Ahlu Sunnah wal

Jama’ah, kemudian Utman lalu Ali menurut pendapat yang terpilih.

6. Menurut Ahlu Sunnah wal Jama’ah, orang yang mencela para Sahabat berarti

telah mengikuti ahlu bid’ah dan hatinya kotor, sebab mencintai para Sahabat serta

menempatkan mereka sesuai dengan kedudukan masing-masing, adalah

kewajiban.

7. Ahlu Sunnah wal Jama’ah tidak menerima hadits apapun yang disandarkan

kepada Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam kecuali setelah mengetahui

bahwa hadits tersebut adalah shohih.

8. Dakwah Ahlu Sunnah wal Jama’ah tegak di atas tashfiyah (pemurnian) aqidah,

kaidah-kaidah ilmiah dan amaliyah, dan lain-lain. Kemudian tarbiyyah

(pembinaan) di atas ajaran Islam yang murni.

9. Ahlu Sunnah wal Jama’ah tidak mengkafirkan seorang muslim karena dosa

besar yang dilakukannya. Ahlu Sunnah wal Jama’ah selalu mengharapkan

kebaikan bagi orang-orang yang sholih dan merisaukan (mengkhawatirkan, ed)

nasib orang-orang yang berbuat jahat. Ahlu Sunnah wal Jama’ah tidak

menentukan tempat bagi seorang pun di surga atau di neraka8. Ahlu Sunnah wal

Jama’ah menyolatkan jenazah setiap muslim serta memohonkan ampunan selama

(orang tersebut, ed) tidak terjatuh dalam syirik besar (yang mengelurkannya dari

Islam).

10. Ahlu Sunnah wal Jama’ah memberikan nasehat dengan cara yang sebaik-

baiknya, jika diterima maka itu adalah karunia dari Alloh bagi seluruhnya, tapi

jika ditolak maka mereka bersabar dan berdo’a kepada Alloh agar memberikan

hidayah kepada semuanya. Namun jika ada seseorang yang menyeru kepada

kesesatan maka Ahlu Sunnah wal Jama’ah memperingatkan umat dari orang

tersebut setelah terlebih dahulu menasehati dan memberikan penjelasan

kepadanya.

11. Ahlu Sunnah wal Jama’ah berkeyakinan bahwa orang yang mengkafirkan

pelaku-pelaku maksiat hanya semata-mata karena kemaksiatannya atau karena

menyelisihi pemahamannya, maka dia (yaitu orang yang mengkafirkan tersebut,

ed) adalah seorang ahlu bid’ah yang sesat dan merupan cikal bakal firqoh

khowarij.

12. Menurut Ahlu Sunnah wal Jama’ah syirik terbagi dua, yaitu syirik besar dan

syirik kecil. Demikian pula kekufuran terbagi dua, yaitu kufur i’tiqodi9 dan kufur

8 Kecuali orang-orang yang telah dikabarkan secara khusus dan dilandasi dalil.

9 Yaitu kekufuran secara keyakinan atau secara keimanan.

Page 27: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

27

amali10

, sama halnya dengan kemunafikan yang terbagi menjadi dua, yaiitu nifaq

i’tiqodi11

dan nifaq amali12

. Perbuatan-perbuatan tercela seperti kedzoliman,

kefasikan, dan yang lainnya juga terbagi dua, yaitu besar dan kecil. Yang besar

mengeluarkan pelakunya dari Islam sedangkan yang kecil tidak13

. Menurut Ahlu

Sunnah wal Jama’ah sebagain kufur amali dapat mengeluarkan pelakunya dari

Islam, meskipun secara umum istilah kufur amali digunakan para ulama untuk

perbuatan kufur yang tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam.

13. Menurut Ahlu Sunnah wal Jama’ah, barangsiapa yang bertaubat dari dosanya

dengan taubat yang benar, maka Alloh Subhanahu wa ta’ala akan

mengampuninya. Adapun jika dia menemui Alloh Subhanahu wa ta’ala (yaitu

pada hari kiamat kelak, ed) dalam keadaan berdosa, selama itu bukan dosa syirik,

maka dia berada di bawah kehendak Alloh Subhanahu wa ta’ala, jika Alloh

menghendaki untuk mengazabnya, maka dia akan diazab, dan jika Alloh

Subhanahu wa ta’ala menghendaki untuk mengampuninya maka dia akan

diampuni.

14. Menurut Ahlu Sunnah wal Jama’ah, Islam melarang perpecahan kaum

muslimin menjadi firqoh-firqoh, kelompok-kelompok, atau golongan-golongan,

bahkan Islam mengharuskan seluruh kaum muslimin untuk bertakwa kepada

Alloh Subhanahu wa ta’ala dan bersatu di atas manhaj Salafush Sholih, bukan di

atas pemahaman ustadz ini atau ustadz itu, atau syaikh ini atau syaikh itu. Adapun

selain Ahlu Sunnah memandang bahwa kelompok-kelompok yang berpecah belah

ini adalah sebuah fenomena yang sehat. Hanya kepada Alloh sajalah tempat

mengadu, kapan bisa terjadi sebuah perpecahan merupakan jalan untuk

persatuan???

15. Ahlu Sunnah wal Jama’ah membenarkan adanya saling tolong-menolong

sesama muslim dengan syarat dakwah Ahlu Sunnah wal Jama’ah tidak terganggu

pada saat itu ataupun di masa akan datang.14

16. Ahlu Sunnah wal Jama’ah melihat adanya suatu pertanda buruk dari

fenomena bermunculannya kelompok-kelompok dakwah yang memiliki

metode yang beaneka ragam, ruwet, dan kacau. Oleh karena itu, wajib bagi

pencari kebenaran untuk sadar akan hal ini. Dan kesadaran ini hanya bisa

10

Yaitu kufur (ingkar) secara perbuatan, sementara hatinya membenarkan

kebenaran tersebut, hanya saja dia lebih memilih mengikuti hawa nafsu. 11

Yaitu munafik yang menampakkan keislaman secara lahiriyah, namun hatinya

mengingkari Islam. 12

Yaitu kemunafikan secara amal yang tidak mengeluarkan seseorang dari Islam,

seperti yang dijelaskan ciri-cirinya seperti berdusta, berkhianat, dan ingkar janji. 13

Kecuali dosa (perbuatan tercela) besar yang tidak diiringi penghalalan atas dosa

tersebut, maka hal ini tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam, wallohu a’lam. 14

Inilah alasan mengapa Ahlu Sunnah wal Jama’ah tidak menolong kaum

muslimin yang berkadwah dengan cara yang menyelisihi sunnah, seperti dakwah

demokrasi dan lainnya, karena dakwah-dakwah tersebut bukan hanya

mengganggu dakwah Ahlu Sunnah wal Jama’ah, tetapi bahkan merusak dakwah

Ahlu Sunnah wal Jama’ah.

Page 28: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

28

diperoleh dengan ilmu (ilmu diperoleh dengan belajar/menghadiri majlis

ta’lim), kedewasaan berfikir, dan mneghindari kebodohan, kedunguan, sikap

ekstrim, dan sikap membabi buta terhadap orang-orang yang

menyelisihinya.

17. Ahlu Sunnah wal Jama’ah menyeru kepada persatuan dan tolong menolong,

maka yang mereka maksud adalah berpegang teguh kepada Al Qur’an dan As

Sunnah serta tolong menolong di atas kebaikan dan takwa. Keduanya sama

urgennya di dalam dakwah ini. Ahlu Sunnah wal Jama’ah tidak akan meneyeru

persatuan di atas kesesatan. Ahlu Sunnah wal Jama’ah tidak mengajak kepada

sesuatu yang bisa mencerai beraikan kaum Muslimin dan melemahkan kekuatan

mereka sehingga membuat gembira musuh-musuh Islam. Tetapi Ahlu Sunnah wal

Jama’ah menyeru kepada persatuan, kesatuan, dan kerukunan di atas Sunnah

Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallami dan di atas kebenaran yang terang.

Apabila bertabrakan dua hal ini, yaitu antara urgensi persatuan dan Sunnah

Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam, maka terkadang Ahlu Sunnah wal

Jama’ah mendahulukan urgensi persatuan dan kadangkala mendahulukan urgensi

berpegang kepada Sunnah Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam. Hal ini sesuai

dengan situasi, kondisi, dan keadaan serta memperhitungkan maslahat dan

mafsadat (kebaikan dan keburukan) berdasarkan kaidah-kaidah yang dibangun

oleh para ulama, baik yang dahulu maupun sekarang dan masing-masing kondisi

mempunyai sandarannya di dalam As Sunnah. Adapun selain Ahlu Sunnah wal

Jama’ah, jika mereka menyeru kepada persatuan, maka persatuan yang dimaksud

adalah persatuan di atas prinsip-prinsip hizbiyah (golongan) dan bai’at untuk

pemimpin mereka dan berdakwah metode ala mereka, tanpa memandang apakah

sesuai dengan manhaj Salaf atau tidak.

18. Ahlu Sunnah wal Jama’ah mewajibkan untuk mentaati penguasa dalam segala

hal baik suka maupun terpaksa, kecuali di dalam kemungkran dan kemaksiatan

kepada Alloh.

19. Ahlu Sunnah wal Jama’ah tidak membenarkan pembangkangan terhadap

penguasa selama mereka masih Muslim, tetapi yang dibenarkan adalah

memberikan nasehat dan penjelasan dengan penuh kesadaran dan dengan berdo’a

agar Alloh Subhanahu wa ta’ala memperbaiki urusan-urusan kaum Muslimin.

Adapun menyiarkan dan menyebarkan kesalahan-kesalahan penguasa (walaupun

mereka benar-benar salah) di atas mimbar-mimbar serta menghasut masyarakat

baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, maka hal ini akan

menimbulkan fitnah yang merugikan dakwah Ahlu Sunnah wal Jama’ah itu

sendiri. Oknum pelakunya tidak mengikuti kebenaran dan tidak pula

menghilangkan kemungkaran serta tidak mengetahui realita dan telah merugikan

dakwah. Tindakannya itu malah menimbulkan fitnah yang disenangi musuh-

musuh Islam.

20. Menurut Ahlu Sunnah wal Jama’ah, seorang yang mendambakan kebaikan

bagi para penguasa dan kaum muslimin adalah seorang yang selalu memberi

nasehat kepada mereka (yaitu kepada penguasa, ed) walaupun pada diri penguasa

tersebut terdapat penyimpangan jika mereka salah. Dan selalu menolong mereka

jika mereka berada di atas kebenaran, selalu memaafkan mereka jika mereka

Page 29: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

29

bersalah, selalu menutup aib mereka di hadapan khalayak ramai, serta selalu

mengingatkan mereka kepada Sunnatulloh, bahwa Alloh Subhanahu wa ta’ala

akan meninggikan derajat orang yang berlaku adil dan menghinakan orang-orang

yang dzolim. Jika mereka sadar, maka ini adalah karunia dari Alloh Subhanahu

wa ta’ala bagi kaum Muslimin, tetapi jika tidak maka kita harus bersabar,

bersikap tenang, dan takwa serta berdo’a kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala agar

sungguh-sungguh menunjukkan kepada para penguasa kebenaran dan

menganugerahkan kepada mereka pembantu-pembantu yang sholih, hati-hati

mereka yang bersih, dan mebuka pintu hati mereka untuk menerima dan

melaksanakan kebenaran. Semoga Alloh merahmati Fudhail bin ‘Iyadh

Rohimahulloh yang berkata: “Seandainya aku memiliki do’a yang mustajab (pasti

dikabulkan, ed), maka aku khususkan untuk pemguasa, karena kebaikan mereka

adalah bagi negeri dan masyarakat.”

21. Menurut Ahlu Sunnah wal Jama’ah, mencela, menghujat, dan melaknat para

penguasa di atas mimbar-mimbar bukan merupakan manhaj Salafush Sholih.

22. Ahlu Sunnah wal Jama’ah menekankan untuk selalu bersabar terhadap

kejelekan para penguasa walaupun mereka bertindak sewenang-wenang. Ahlu

Sunnah wal Jama’ah juga tidak mengharapkan materi dunia dari penguasa. Dan

Ahlu Sunnah wal Jama’ah memandang wajib menasehati para penguasa tanpa

harus menyiarkan aib, tanpa menghujat, dan tidak pula berbuat keruskan di muka

bumi.

23. Menurut Ahlu Sunnah wal Jama’ah umat Islam itu bagaikan burung dengan

kedua sayapnya. Sayap yang salah satu adalah para ulama sedang sayap yang lain

adalah penguasa. Burung tersebut tidak akan sampai ke tujuan dengan selamat

kecuali dengan dua sayap tersebut. Tugas para ulama adalah menjalaskan

perintah-perintah Alloh Subhanahu wa ta’ala dan tugas para penguasa adalah

memerintahkan umat untuk melaksanakannya. Jika terdapat kekurangan pada

mereka (penguasa dan ulama) maka hendaknya dimusyawarahkan untuk mencari

solusi terbaik bagi kaum Muslimin. Bukan dengan cara demonstrasi atau unjuk

rasa, bukan pula dengan berburuk sangka kepada para ulama.

24. Ahlu Sunnah wal Jama’ah tidal menolak kebaikan dan kebanran yang ada

pada kelompok-kelompok yang menyelisihinya, jika memang itu suatu kebenaran

dan kebaikan.

25. Ahlu Sunnah wal Jama’ah tidak membenarkan adanya taklid buta kepada

perkaaan seseorang, karena semua orang dapat diambil atau ditolak ucapannya,

kecuali Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam dan apa-apa yang telah benar

diseakati umat ini. Karena sesungguhnya umat ini tidak akan bersepakat di atas

kesesatan. Ahlu Sunnah wal Jama’ah mencintai seluruh Imam Ahlu Sunnah wal

Jama’ah, dan mengikuti mereka jika dalil yang kuat ada pada mereka. Ahlu

Sunnah wal Jama’ah tidak mengkhususkan salah satu dari mereka untuk diikuti.

Ahlu Sunnah wal Jama’ah selalu berusaha untuk memberantas fanatik mazhab

atau golongan.

Page 30: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

30

26. Ahlu Sunnah wal Jama’ah memandang bahwa kaidah menimbang maslahat

dan mafsadat mempunyai batasan dan ketentuan tertentu. Banyak orang yang

berusaha menggunakan kaidah ini dengan tidak pada tempatnya.

27. Ahlu Sunnah wal Jama’ah mewajibkan umat untuk merujuk kepada ulama,

sebab jika tidak demikian, maka akan terbuka pintu kesesatan dan akan terjauhkan

dari hidayah. Ahlu Sunnah wal Jama’ah tidak menyeru kepada taklid buta dan

tidak membenci dengan membabi buta. Umat harus sadar bahwa kedudukan

mereka jauh di bawah para imam Ahlu Sunnah wal Jama’ah, maka hendaknya

mereka selalu mengmbil sikap tengah karena kebenaran senantiasa ada pada sikap

tengah.

28. Ahlu Sunnah wal Jama’ah menyeru kaum Muslimin untuk menimba ilmu

syar’i. Tapi hendaknya semua harus diraih sesuai dengan kewajiban dan

kemampuan.

29. Ahlu Sunnah wal Jama’ah memandang bahwa kebodohan dan

perpecahan umat adalah penyebab kelemahan dan kemunduran umat ini.

Oleh karena itu, Ahlu Sunnah wal Jama’ah bertekad untuk menyebarkan

ilmu yang bermanfaat di tengah-tengah umat dan mencegah dari bergolong-

golongan dan fanatik yang tercela.

30. Ahlu Sunnah wal Jama’ah tidak mengharamkan ilmu pengetahuan umum

yang bermanfaat, bahkan Ahlu Sunnah wal Jama’ah memandangnya sebagai

amalan yang dibolehkan sunnah, bahkan hukumnya wajib bagi sebagian orang

pada suatu waktu tertentu. Karena sesungguhnya urusan dunia telah dibuka

seluas-lusanya bagi kita dengan syarat tidak bertentangan dengan syari’at. Nabi

Sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kamu lebih mengetahui urusan

duniamu.”

31. Ahlu Sunnah wal Jama’ah juga tidak mengharamkan jabatan-jabatan di dalam

pemerintah seperti pegawai negeri dan sejenisnya, dengan syarat tidak

menyelisihi syari’at.

32. Menurut Ahlu Sunnah wal Jama’ah, politik yang sesuai dengan prinsip

Salafush Sholih adalah sebuah perkara yang agung di dalam agama. Memisahkan

antara politik-agama berarti telah menyimpang dari agama.

33. Ahlu Sunnah wal Jama’ah mengutamakan kelembutan dalam berdakwah dan

memberikan nasehat kepada masyarakat umum, karena mereka juga menghendaki

kebaikan. Mereka pada dasarnya adalah aset yang berharga. Boleh jadi mereka

lebih berguna bagi islam dan kaum Muslimin apabila Alloh Subhanahu wa ta’ala

telah membuka hati mereka untuk mererima kebaikan.

Page 31: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

31

Keenam, Makna Persatuan dan Perpecahan

Akhi (dan Ukhti, ed), sesungguhnya dalam masalah persatuan ini kita

harus melihat kembali dalil-dalilnya. Karena setiap Alloh dan Rosul-Nya

Sholallohu ‘alaihi wa sallam berbicara tentang Al Jama’ah (persatuan) selalu

dihubungkan dengan: siapa yang dipersatukan dan apa dasar persatuannya?

1. Siapa Yang Dipersatukan atau Dipersaudarakan?

Sesungguhnya yang dipersatukan oleh Alloh dalam Al Qur’an adalah

orang-orang beriman dan kaum muslimin secara umum.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah bersaudara.” (QS. Al

Hujurot: 10)

“Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan mengeluarkan zakat maka

(mereka) adalah saudara-saudara kalian dalam agama.” (QS. At Taubah: 11)

Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Muslim adalah saudara muslim lainnya.” (HR. Muslim)

Jadi bukanlah memecah belah persatuan apabila Abu Bakar Ash Shiddiq

Rodhiallohu’anhu memerangi kaum muslimin yang menolak untuk membayar

zakat, dan begitu pula Ali bin Abi Tholib Rodhiallohu’anhu yang memerangi

firqoh khowarij. Bahkan sebaliknya beliau –Abu Bakar dan Ali

Rodhiallohu’anhuma- memerangi dalam rangka mempersatukan mereka kembali

dalam satu jama’ah, yaitu Al Jamaah yang Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa

sallam dan para Sahabatnya ada di atasnya.

Sehingga jelaslah di sini bahwa yang dimaksud bukanlah persatuan

kelompok tertentu yang kemudian saling membangga-banggakan kelompoknya.

Dan menganggap yang di luar kelompoknya berarti bukan saudaranya lantas

disikapi dengan sikap seperti terhadap orang kafir. Dan bukanlah pula persatuan

antara Muwahhidin dengan Musyrikin atau persatuan antara Ahlu Sunnah dengan

berbagai aliran sesat (bid’ah). Tetapi persatuan yang dimaksud adalah di atas

Sunnah Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam, bukan di atas bid’ah.

Karena para Sahabat dipersatukan dengan sunnah dan di atas sunnah.

Sedangkan bid’ah adalah pemecah belah persatuan. Contohnya banyak sekali,

seperti bid’ahnya khowarij dan syiah yang diperangi Ali Rodhiallohu’anhu,

qodariyyah, mu’thazilah, jahmiyyah, falasifah (filsafat), tashawwuf, dan yang

baru muncul seperti JT (Jama’ah Tabligh, ed), IM (Ikhwanul Muslimin, ed),

Arqom, LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia, ed), NII (Negara Islam

Indonesia, ed), (HASMI (Harokah Sunniyah untuk Masyarakat Islam), ed), (HT

(Hizbut Tahrir), yang dikatakan oleh Syaikh Al Albani sebagai Neo-Mu’thazilah,

ed), (Wahdah, ed), dan banyak lagi yang lainnya yang semuanya merupakan

pintu-pintu menuju perpecahan.

Page 32: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

32

2. Apa Dasar Persatuannya?

Perintah Alloh untuk bersatu dalam Al Jama’ah selalu diikuti dengan

penjelasan dasarnya, kemudian memperingatkan bahwa menyalahi dasar-dasar

tersebut dapat menyebabkan terjadinya perpecahan.

“Berpeganglah kalian seluruhnya dengan tali Alloh dan jangan berpecah belah.”

(QS. Ali Imron: 103)

Ibnu Katsir Rohimahulloh berkata, bahwa yang dimaksud ‘tali Alloh’ ialah

janji Alloh. Dikatakn pula bahwa tali Alloh ialah Al Qur’an dengan lafadz ‘jangan

berpecah belah’ menunjukkan perintah untuk berjama’ah dan melarang

perpecahan.

“Dan inilah Jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah (jalan itu) dan jangan mengikuti

jalan-jalan lain (subul) sehingga kalian akan berpecah dari jalan Alloh.” (QS. Al

An’am: 153)

Berkata Ibnu Katsir Rohimahulloh dari Ibnu Abbas Rodhiallohu’anhuma

bahwa “Alloh memerintahkan berjama’ah serta melarang perselisihan dan

perpecahan.”

Mengomentari makna ‘jalan yang lurus’, Ibnu Qoyyim Rohimahulloh

berkata: Shirothol mustaqim ialah yang Alloh gariskan untuk hamba-Nya, jalan

yang bisa menghantarkan mereka kepada-Nya dan tidak ada jalan kepada-Nya

selain jalan-Nya. Bahkan seluruh jalan akan berakhir kepada makhluk, kecuali

jalan yang telah Dia gariskan melalui lisan para Rosul-Nya, yaitu mengesakan

Alloh dalam beribadah (yaitu iklash, ed) dan mengesakan Rosul dalam ketaatan

(yaitu ittiba’, ed). Oleh karena itu, jangan pula menyertakan sesuatupun bersama

Alloh dalam beribadah kepada-Nya (yakni syirik). Dan jangan menyertakan

seorangpun bersama Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam dalam mutaba’ah

(mengikuti). Dengan demikian, yang dimaksud Shirothol mustaqim hanyalah

tauhidulloh dan hanya mutaba’ah sunnah Rosul-Nya. Sedangkan makna subul

(jalan-jalan), dikatakan oleh Mujahid Rodhiallohu’anhu: “Subul adalah berbagai

bid’ah dan syubhat.”15

Demikianlah, Alloh Subhanahu wa ta’ala memerintahkan kita untuk tetap

bersatu dalam jama’ah kaum muslimin dengan berpegang teguh kepada Al Qur’an

dan berada di atas Shirothol mustaqim, yaitu di atas tauhidulloh dan sunnah

Rosul-Nya Sholallohu ‘alaihi wa sallam. Maka meninggalkan asas-asas tersebut

merupakan penyebab perpecahan dan merusak persatuan, misalnya:

15

Juga perhatikan, ketika Alloh menyebut Jalan-Ku, Dia menyebutnya dalam

bentuk tunggal yang menunjukkan jalan itu hanya satu. Sedangkan ketika

menyebut Subul, Dia menyebutnya dalam bentuk jamak yang menunjukkan

banyaknya jalan kesesatan itu.

Page 33: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

33

=> Menyelisihi Al Qur’an adalah perselisihan dan perpecahan setelah tegak hujjah

atas mereka. Dan ini adalah perpecahan umat terdahulu yang telah Alloh cela.

Alloh Azza wa Jalla melarang umat ini untuk berpecah dan berselisih seperti

mereka.

“Dan janganlah kalian menyerupai orang-orang yang berpecah dan berselisih

setelah datang keterangan (hujjah) kepada mereka.”

(QS. Ali Imron: 105)

Ibnu Katsir Rohimahulloh berkata: “Alloh Subhanahu wa ta’ala melarang

umat ini untuk menjadi seperti umat-umat terdahulu (dalam) perselisihan dan

perpecahan mereka, serta ditinggalkannya amar ma’ruf nahi mungkar di antara

mereka, padahal telah tegak hujjah atas mereka.”

Lihatlah ayat dan ucapan Ibnu Katsir Rohimahulloh di atas dan

bandingkan dengan ucapan firqoh-firqoh hari ini yang menganjurkan untuk

mengesampingkan amar ma’ruf nahi mungkar dengan alasan persatuan! Atau

menyatakan agar kita tidak berbicara tentang syirik dan bid’ah karena mereka

menganggap ini adalah perkara ilmu masail yang tidak perlu dibicarakan kecuali

oleh para kiai di daerahnya masing-masing, dengan alasan agar tidak terjadi

perselisihan dan perpecahan (kata firqoh JT). Padahal, justru meninggalkan amar

ma’ruf nahi mungkar merupakan penyebab terjadinya perpecahan. Dan itu berarti

mereka telah membiarkan diri mereka berpecah belah dan ridho dengan

perpecahan tersebut.

“Sesunggunya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka

(terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu

terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada

Alloh, kemudian Alloh akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah

mereka perbuat.” (QS. Al An’am: 159)

“Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Alloh. Yaitu

orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa

golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada

golongan mereka.” (QS. Ar Rum: 31-32)

Berkaitan dengan ayat ini, Ibnu Katsir Rohimahulloh berkata: “Bahkan

jadilah kalian muwahhidin (orang-orang yang bertauhid) yang mengikhlaskan

seluruh ibadah hanya untuk-Nya dan tidak menginginkan ibadahnya kecuali Dia.”

Kemudian dia berkata, “(Memecah belah agamanya) yaitu mengganti-ganti dan

merubah-rubahnya (melakukan bid’ah) serta beriman kepada sebagian (syariat

agama) dan kufur (ingkar) kepada sebagian yang lain.” Bahkan beliau

menambahkan, “... dan umat inipun (akan) berselisih. Di antara mereka ada yang

menjadi aliran-aliran yang seluruhnya sesat kecuali satu, yaitu Ahlu Sunnah wal

Jama’ah. Karena hanya Ahlu Sunnah wal Jama’ah lah yang berpegang dengan Al

Qur’an dan Sunnah Rosul-Nya dan apa yang ada pada generasi pertama dari para

Sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in (salaf) dan imam-imam kaum muslimin yang

mengikuti mereka dulu maupun yang sekarang.”

Page 34: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

34

=> Keluar dari Shirothol mustaqim berarti juga memecah belah agama dan

menyebabkan tafarruq (perpecahan).

“Janganlah kalian mengikuti jalan-jalan yang lain yang akan mencerai beraikan

kamu dari jalan-Nya.” (QS. Al An’am: 153)

Penjelasan tentang ayat ini terdapat dalam riwayat yang shohih dalam

musnad Ahmad Rohimahulloh dan lainnya dari Ibnu Mas’ud Rodhiallohu’anhu,

yaitu setelah Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam menggambarkan garis-garis

di kanan dan di kiri dari garis yang lurus, beliau bersabda:

“...dan ini adalah as subul (jalan-jalan), tidak ada satu pun dari padanya kecuali

ada syaiton yang mengajak kepadanya...” (HR. Ahmad, Nasa’i, Darimi, dan

Hakim)

Mujahid Rodhiallohu’anhu menjelaskan bahwa pengertian subul yang

didakwahkan oleh syaiton di sini adalah jalan-jalan bid’ah dan syubhat. Oleh

sebab itu, ketika jalan-jalan itu diikuti olah kaum muslimin maka mereka menjadi

terpecah ke dalam berbagai firqoh dan aliran sesat.

Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahli kitab telah

berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan sesungguhnya agama ini

(Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua

golongan di neraka, dan satu golongan di dalam surga, yaitu Al Jama’ah.” (HR.

Ahmad dan yang lain)

Dalam riwayat yang lain:

“Semua golongan tempatnya di neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para

sahabatku meniti di atasnya.” (HR. At Tirmidzi dan dihasankan oleh Al Albani)

Page 35: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

35

Ketujuh, Hikmah Diutusnya Para Rosul

Para Rosul telah diutus oleh Alloh Subhanahu wa ta’ala semenjak

terjadinya kemusyrikan pertama kali di muka bumi ini. Kemudian secara

beriringan Dia mengutus para Rosul dan Nabi yang lainnya.

Semuanya dengan tujuan yang sama, yaitu mengesakan Alloh di dalam

ibadah dan menjauhi segala bentuk kemusyrikan:

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rosul pada tiap-tiap umat (untuk

menyerukan): “Beribadahlah kepada Alloh (saja), dan jauhilah thoghut itu (apa

saja yang disembah selain Alloh). (QS. An Nahl: 36)

Semuanya dengan wahyu yang sama, yaitu mengesakan Alloh di dalam

ibadah dan menjauhi segala bentuk kemusyrikan:

“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu melainkan Kami

wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Ilah (yang hak) melainkan Aku,

maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. (QS. Al Anbiya: 25)

Semuanya di atas jalan yang sama, yaitu memulai dakwah dengan

mengesakan Alloh di dalam ibadah dan menjauhi segala bentuk kemusyrikan:

“Wahai kaumku, beribadahlah kepada Alloh, sekali-kali tak ada sesembahan

bagimu selain-Nya.” (QS. Al A’rof: 59, 65, 73, 85)

Memang jin dan manusia diciptakan hanyalah untuk mengesakan Alloh di

dalam ibadah dan menjauhi kemusyrikan:

“Dan Aku tidak menciptkan jin dan manusia, kecuali agar mereka beribadah

(hanya) kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)

Itulah Hikmah diutusnya para Rosul

Itulah Inti diutusnya para Rosul

Itulah Jalan para Rosul

Itulah Tujuan Dakwah para Rosul

Dan itulah semestinya ‘Tujuan Dakwah dan Jalan’ para pengikut Rosul

Kalau memang demikian jelas dan gamblang masalah ini, mengapa muncul ide-

ide dan suara-suara yang tidak seirama???

Ada orang yang mengatakan, “Mungkin telah jelas kepada anda dari

tulisan-tulisan dan buku-buku kami, bahwa tujuan terakhir yang kita tuju dari

perjuangan ini adalah mengadakan revolusi kepemimpinan. Yang kami maksud

adalah bahwa apa yang ingin kita raih di dunia ini adalah membersihkan bumi

persada dari noda-noda kepemimpinan orang-oranf fasik dan durhaka, dan kita

tegakkan di dunia ini sistem pemerintahan yang shohih dan lurus. Maka usaha dan

perjuangan yang berkesinambungan inilah yang kami anggap sebagai sarana yang

terbesar dan tersukses untuk meraih ridho Alloh Ta’ala dan mencari pahala

Page 36: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

36

melihat wajah-Nya yang tertinggi di dunia dan akhirat.” (Al Ususul Akhlaqiah lil

Harokah Al Islamiyah, hal 16)

Sangat disayangkan perkataan seperti inilah yang laris dikalangan para

pemuda yang bersemangat tinggi dan mereka menganggapnya sebagai kebenaran.

Orang yang tidak seide dengan mereka tidak dianggap melakukan perjuangan dan

amal untuk Islam yang sebenarnya!

Padahal: “Mungkin akhi (dan ukhti, ed) yang budiman, yang bijaksana lagi

paham, serta memperhatikan sepak terjang dakwah para Rosul semenjak yang

pertama sampai yang terakhir, tidak mengetahui bahwa inilah (maksudnya

dakwah tauhid, ed) perjuangan para Nabi yang mereka perjuangkan. Dan tidak

mengetahui bahwa usaha dan perjuangan tersebut merupakan sarana terbesar dan

tersukses untuk meraih ridho Alloh dan mengharap pahala melihat wajah-Nya.

Bahkan sebenarnya sarana terbesar dan tersukses untuk meraih ridho Alloh

adalah mengikuti jalan dakwah seluruh Nabi (yaitu dakwah tauhid, ed) dan

meniti langkah di dalam membersihkan bumi dari kerusakan dan

kemusyrikan. Dan juga sarana yang terbesar adalah Islam dan Iman beserta

rukun-rukunnya yang telah dikenal.” (Manhajul Anbiya’ fid Dakwah Ilalloh,

hal 140, Syaikh Robi’ bin Hadi al Madkholi Hafidzahulloh)

Demikian juga ada yang mengatakan: “Tujuan agama yang sebenarnya

adalah: menegakkan sistem pemerintahan shohih dan lurus.” Perkataan ini tidak

memiliki sanad (yaitu tidak mempunyai landasan, ed), “karena tujuan agama

yang sebenarnya, tujuan penciptaan jin dan manusia, dan tujuan diutusnya

para Rosul serta diturunkannya kitab-kitab adalah ibadah kepada Alloh dan

mengikhlaskan ketundukan kepada-Nya.” (Manhajul Anbiya’ fid Dakwah

Ilalloh, hal 144, Syaikh Robi’ bin Hadi al Madkholi Hafidzahulloh)

Ternyata kita juga perlu meluruskan langkah kita, seandainya kita salah,

memang kita harus kembali kepada al haq (kebenaran), karena rujuk kepada al

haq itu lebih baik daripada bertahan di atas kebatilan.

Page 37: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

37

Kedelapan, Kekuasaan Bukanlah Tujuan Dakwah Para Rosul

Alloh Ta’ala telah menjelaskan kepada kita misi dakwah para Rosul yang

diutus-Nya. Alloh Ta’ala berfirman:

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rosul pada tiap-tiap umat (untuk

menyerukan): “Beribadahlah kepada Alloh (saja), dan jauhilah thoghut itu (apa

saja yang disembah selain Alloh). (QS. An Nahl: 36)

“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu melainkan Kami

wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Ilah (yang hak) melainkan Aku,

maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. (QS. Al Anbiya: 25)

Setiap Rosul pasti memulai dakwahnya dengan menyerukan tauhid

uluhiyah/ubudiyah (mengesakan Alloh dalam semua ibadah/bahwa tiada

sesembahan yang benar kecuali kepada Alloh), sebab itulah inti anjaran Islam

yang mulia ini. Sebagaimana yang diserukan oleh Nabi Nuh, Hud, Sholih, Syu’aib

Alaihissalam, dll.

“Wahai kaumku, beribadahlah kepada Alloh, sekali-kali tak ada sesembahan

bagimu selain-Nya.” (QS. Al A’rof: 59, 65, 73, 85)

Demikian pula Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam, beliau juga

diperintahkan untuk menyerukan kalimat tauhid ini kepada kaum Quraisy.

“Katakanlah (wahai Muhammad): “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya

menyembah Alloh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam

(menjalankan) agama.” (QS. Az Zumar: 11)

Dari uraian ayat-ayat di atas jelaslah bahwa misi dakwah para Rosul

adalah menegakkan kalimat tauhid dan memberantas penyakit-penyakit

syirik (menyembah selain Alloh dan syirik-syirik lainnya seperti: riya’, sum’ah,

ujub). Tidak ada satu nabi pun yang menjadikan kekuasaan sebagai misi

utamanya.

Page 38: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

38

Kesembilan, Kekuasaan Adalah Suatu yang Telah Dijanjikan Bagi Kaum

Muwahhidin (Orang-orang yang Memurnikan Tauhid)

“Dan Alloh telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan

mengerjakan amal-amal yang sholeh bahwa Dia sungguh-sungguh akan

menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan

orang-orang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi

mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan

menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman

sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan

sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji)

itu, maka mereka Itulah orang-orang yang fasik. (QS. An Nur: 55)

Secara tegas Alloh Ta’ala menyebutkan bahwa Dia akan memberikan

kekuasaan itu bagi hamba-hamba-Nya yang memurnikan ibadah hanya kepada-

Nya serta menjauhi segala bentuk kemusyrikan.

Namun sangat disayangkan, sebagian orang justru bertindak sebaliknya!

Meraih kekuasaan dengan segala upaya, baru setelah itu menegakkan tauhid (kata

mereka)! Cara seperti itu jelas bertentangan dengan sunnatulloh dan sunnah para

Rosul. Jika niat mereka meraih kekuasaan murni hanya untuk menegakkan

dienulloh, seharusnya mereka melaksanakan perintah Alloh Ta’ala tersebut dan

meneladani para Rosul dalam berdakwah dan berjuang. Sebab menyimpang dari

pedoman dan bimbingan nabawi, tentu akan jauh dari berkah serta tidak akan

berhasil. Bagaimana mungkin Alloh Ta’ala akan meridhoi orang-orang yang jahil

tentang tauhid lagi berlumuran dengan noda syirik dan bid’ah?

Ketahuilah akhi (dan ukhti, ed), orang-orang kafir Quraisy pernah

mengutus ‘Utbah bin Robi’ah untuk menawarkan kepada Rosululloh Sholallohu

‘alaihi wa sallam kekuasaan, harta benda, istri, dan hal lain dari kesengan dunia,

tetapi dengan syarat beliau meninggalkan dakwah tauhid dan tidak lagi

menyerang berhala-berhala. Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam tidak

menerima semua itu dan terus melanjutkan dakwahnya (tauhid). Lalu beliau

membaca surat Fushshilat setelah terlebih dahulu membaca basmallah.

“Haa Miim. Diturunkan dari Robb yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk

kaum yang mengetahui. Yang membawa berita gembira dan yang membawa

peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling, tidak mau mendengarkan...”.

(Kisah ini diriwayatkan oleh Ibmu Ishaq dan dicantumkan oleh Ibnu Hisyam

dalam Sirohnya hal. 295-296)

Maka timbul pertanyaan, apakah da’i-da’i firqoh itu tidak mengetahui

sejarah Rosululloh, bagaimana beliau Sholallohu ‘alaihi wa sallam memulai

dakwahnya?!?

Page 39: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

39

Kesepuluh, Hikmah yang Terkandung Dalam Surat Fushshilat

Jika kita perhatikan dengan seksama surat yang dibacakan Rosululloh

Sholallohu ‘alaihi wa sallam di hadapan ‘Utbah, banyak sekali hikmah yang

terkandung di dalamnya. Diantaranya: penyebutan tiga pokok dasar yang

merupakan asas seluruh agama samawi16

, yaitu:

1. Tauhidulloh dalam ibadah

2. Penetapan Nubuwwat

3. Iman pada hari kiamat

Tiga pokok dasar di atas merupakan misi utama dakwah para Rosul. Dan

merupakan inti dari seluruh kitab suci yang diturunkan Alloh Subhanahu wa

ta’ala. Al Imam Asy Syaukani Rohimahulloh telah menjelaskan ketiga landasan

utama tersebut di dalam ‘Irsyaadul Fuhuul ‘Ilaa Ittifaaqiys Syraai’ ‘Alat Tauhid

wal Ma’aad wan Nubuwwat’, beliau membawakan dalil-dalil dari Al Qur’an,

Taurot, dan Injil.

Pada awal surat Fushshilat, Alloh Subhanahu wa ta’ala menetapkan

nubuwwat Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam. Beliau diperintahkan untuk

menyerukan kepada umat manusia bahwa beliau adalah seorang manusia biasa

yang diistemewakan Alloh Subhanahu wa ta’ala dengan wahyu (ayat 6). Yaitu

kitab suci yang berbahasa Arab yang dijelaskan ayat-ayatnya, berisi kabar

gembira dan peringatan (ayat 3-4). Ini adalah penetapan kenabian Rosululloh

Sholallohu ‘alaihi wa sallam.

Kemudian Alloh Subhanahu wa ta’ala berbicara tentang penciptaan langit

dan bumi beserta penghuninya serta seluruh fasilitas yang ada di dalamnya (ayat

9-12). Guna menegaskan bahwa Dia lah Robb yang berhak untuk disembah dan

diibadahi, tiada Ilah (sesembahan) yang berhak disembah kecuali Dia semata

(ayat 14 dan 37-38). Ini adalah penetapan Tauhid Uluhiyah.

Lalu Alloh Subhanahu wa ta’ala menceritakan adzab di dunia yang

menimpa kaum yang durhaka seperti kaum ‘Add dan Tsamud (ayat 15-18).

Setelah itu Alloh menetapkan adanya hari kebangkitan. Alloh Subhanahu wa

ta’ala menyebutkan beberapa hal yang berkaitan dengan itu, di antaranya:

1. Persaksian anggota tubuh manusia terhadap perbuatan yang mereka lakukan di

dunia (ayat 19-22)

2. Adzab yang ditimpakan kepada orang-orang yang ingkar kepada hari kiamat

(ayat 26-29)

3. Janji Alloh Subhanahu wa ta’ala bagi orang-orang yang beriman dan beramal

sholeh serta istiqomah di atas keimanan mereka (ayat 30-32)

16

Istilah agama samawi merujuk pada agama yang dinisbatkan pada wahyu,

walaupun agama seluruh Nabi adalah satu, yaitu Islam, sedangkan agama lainnya

adalah penyimpangan dari Islam.

Page 40: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

40

Secara garis besar, surat tersebut menjelaskan ketiga landasan utama itu.

Dengan demikian jelaslah, kekuasaan bukan prioritas utama dakwah para Rosul.

Sebab jika memang demikian, Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam pasti

menerima tawaran yang disodorkan kaum Quraisy tersebut. Menurut logika orang

yang beranggapan bahwa kekuasaan adalah solusi terbaik untuk mengentaskan

seluruh problematika umat, tawaran kekuasaan tersebut mestinya diterima oleh

Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam sebab hal itu merupakan jalan pintas

menuju kejayaan umat (menurut logika mereka)! Namun tidak begitu menurut

hikmah ilahiyah yang Alloh wahyukan kepada Rosul-Nya! Beliau tidak

berkeinginan memilih jalan yang menyimpang dari jalan Rosul-rosul sebelumnya.

Untaian ayat tersebut telah membuat ‘Utbah terpukau. Ayat tersebut

membungkam segenap kaum penentang bahwa tugas para utusan Alloh

Subhanahu wa ta’ala hanyalah menyeru umat manusia agar kembali ke jalan

Alloh Subhanahu wa ta’ala, kepada pengesaan Alloh dalam beribadah.

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada

Alloh, mengerjakan amal yang sholeh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk

orang-orang yang berserah diri?” (QS. Fushshilat: 33)

Page 41: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

41

Kesebelas, Mayoritas Pengikut Rosul Adalah Kaum Lemah

Sudah kita maklumi bersama bahwa Alloh Subhanahu wa ta’ala tidak

membebankan Roul-rosul-Nya untuk menegakkan atau menumbangkan sebuah

daulah. Hal ini dapat kita buktikan lewat sepak terjang mereka dalam berdakwah.

Seruan kepada perebutan kekuasaan umumnya menarik minat banyak orang dari

berbagai kalangan. Mereka bisa saja bersatu demi hal itu. Pasti akan banyak sekali

yang bakal mengelilingi hidangan yang bernama ‘kekuasaan’ itu. Orang yang baik

maupun orang yang jahat, yang tulus nan jujur maupun yang para pendusta lagi

bermuka dua! Sebagaimana yang dilakukan sebagian kelompok dakwah. Mereka

merekrut ‘orang-orang yang dianggap berpotensi’ untuk meraih kekuasaan.

Sehingga banyak orang yang terpukau dengan kemilau nama-nama beken yang

diakui sebagai simpatisan kelompoknya. Padahal tidak sedikit dari ‘orang-orang

itu’ yang hanya nebeng dan sekedar menjadikan kelompok tersebut sebagai batu

loncatan untuk mendapat jabatan dan kedudukan. Cara seperti ini jauh berbeda

dengan metode dakwah para Nabi.

Sejarah mencatat bahwa mayoritas pengikut para Nabi adalah orang-orang

lemah dan kaum fakir miskin. Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman kepada Nabi

Nuh dan Sholeh ‘Alaihissalam beserta pengikutnya:

“Mereka berkata: “Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang

mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?” (QS. Asy Syu’aroo’: 111)

“Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada

orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka:

“Tahukah kamu bahwa Sholeh di utus (menjadi rasul) oleh Robbnya?” Mereka

menjawab: “Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu, yang Sholeh diutus

untuk menyampaikannya.” Orang-orang yang menyombongkan diri berkata:

“Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu

imani itu.” (QS. Al A’rof: 75-76)

Hiraklius pernah bertanya kepada Abu Sufyan Rodhiallohu’anhu (seorang

utusan Rosul kepada raja yang kafir17

: “Apakah yang mengikutinya orang-orang

terpandang ataukah kaum lemah?” Abu Sufyan menjawab: “Kaum lemahlah yang

mengikutinya.” Hiraklius menimpali: “Aku menanyakan kepadamu tentang kaum

yang menjadi pengikutnya, apakah kaum terpandang ataukah kaum lemah?

Engkau sebutkan bahwa yang mengikutinya adalah kaum lemah! Demikianlah

memang pengikut para Rosul!” (Diambil dari Shohih Bukhori).

Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam menetap di Makkah selama

kurang lebih sepuluh tahun. Beliau menyerukan dakwah dari pintu ke pintu

mendatangi orang-orang di rumah-rumah mereka dan di pasar ‘Ukkazh dan

17

Hal ini perlu ditinjau ulang, karena di dalam Tafsir Ibnu Katsir Jilid 6, Pustaka

Imam Asy Syafi’i, dikatakan bahwa utusan itu bernama Dahiyah bin Khalifah,

sedangkan Abu Sufyan saat itu diminta oleh Hiraklius untuk menjelaskan perihal

Rosululloh, lihat tafsir surat Ar Ruum.

Page 42: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

42

Majinnah pada musim haji di Mina. Beliau menyeru: “Siapakah yang sudi

melindungiku! Siapakah yang sudi menolongku! Agar aku dapat menyampaikan

risalah Robb ku, maka baginya surga!” Sampai-sampai jika seseorang hendak

berangkat dari Yaman atau Mudhar menuju Makkah, maka kaumnya akan

mendatanginya seraya memberi tahu: “Hati-hati terhadap pemuda Muhammad itu,

janganlah kamu terpengaruh ucapannya!” Demikianlah kondosinya! Beliau

mendatangi orang-orang sedangkan mereka meremahkan beliau. Hingga akhirnya

Alloh mengutus kami dari Yatsrib (Madinah). Kami pun bersedia melindungi

beliau dan membenarkan ucapan beliau. Sehingga salah seorang dari kami datang

menemui beliau lalu dia beriman kepada beliau dan beliau membacakan

kepadanya Al Qur’an. Kemudian dia kembali kepada keluarganya mengajak

mereka masuk Islam, akhirnya mereka juga ikut masuk Islam. Hingga tidak tersisa

satu rumah pun milik orang Anshor kecuali terdapat beberapa orang yang telah

menampakkan keislamannya. (HR. Ahmad 3/322)

Demikianlah Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam dalam berdakwah.

Dakwah beliau bersih dari slogan-slogan politik dan kekuasaan. Seruan kepada

pendirian daulah dan kekuasaan sangat mudah untuk menarik minat semua lapisan

masyarakat, sebab mayoritas manusia adalah pemburu materi dunia dan pengikut

hawa nafsu.

“Kalian akan berlomba-lomba memperebutkan kekuasaan, padahal ia hanyalah

penyesalan pada hari kiamat, alangkah manis kekusaan itu, dan betapa pahit

berpisah dengannya.” (HR. Bukhori)

Page 43: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

43

Keduabelas, Kesalahpahaman Dalam Memahami Kalimat Tauhid

Orang-orang atau kelompok yang menjadikan kekuasaan sebagai orientasi

perjuangan menafsirkan kalimat tauhid dengan makna ‘Tiada hakim (penentu

hukum) selain Alloh.’ Tafsiran tersebut mereka jadikan acuan dan pijakan dalam

pergerakan yang mereka serukan untuk menegakkan kalimat tauhid. Namun

benarkah demikian? Tafsiran di atas adalah tafsiran yang kurang bahkan keliru.

Itu adalah tafsiran sebagian makna kalimat tauhid. Kami peringatkan di sini

karena tafsir-tafsir itu terdapat dalam buku-buku yang banyak beredar sekarang.

Sedangkan tafsir yang benar menurut ulama salaf maupun kholaf adalah: “Tiada

sesembahan yang haq (benar) diibadahi selain Alloh (Tauhid Uluhiyah).”

Kekeliruan itu mengakibatkan kesalahan dalam menetapkan skala prioritas

dalam berdakwah, yang pada akhirnya menyimpang dari metode dakwah

para Rosul.

Menegakkan kalimat tauhid dengan makna “Tiada hakim (penentu hukum)

selain Alloh”, mengakibatkan kajian aqidah menjadi identik dengan kajian politik

(yakni politik kuffar seperti demokrasi dan demonstrasi). Tekanan kajian seolah-

olah hanya pada semangat mendirikan daulah Islamiyyah, sebab tiada hukum

melainkan hukum Alloh Subhanahu wa ta’ala, dan itu hanya tegak dengan

tegakknya daulah Islamiyyah. Apabila pola dakwah cenderung seperti ini

(berorientasi politik), menekankan komitmen kelompok, lebih mengutamakan

kemaslahatan kelompok ketimbang syari’at, membuka toleransi selebar-lebarnya

terhadap siapapun yang melakukan penyimpangan mendasar, seperti ahli bid’ah

dan ahli ahwa (pengikut hawa nafsu) demi menjaga persatuan dan keutuhan

perjuangan atau tidak menjadikan dakwah demi tegaknya tauhid uluhiyah dan

menyebarkan ilmu sebagai prioritas utama, maka kelompok seperti ini adalah

kelompok yang menyimpang, meskipun secara aqidah mungkin memiliki

kecenderungan untuk mengikuti manhaj salaf.

Jadi, perbedaan dakwah mereka dengan dakwah para Rosul adalah

perbedaan yang sangat prinsipil, bukan hanya sekedar beda label, seperti

sangkaan mereka.

Page 44: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

44

Ketigabelas, Demokrasi dan Demonstrasi Bukan Ajaran Islam

Bid’ahnya demokrasi, masuk dalam parlemen, pemilihan umum, dan

berdemonstrasi meskipun mereka mengatakan secara Islami dan demi

memperjuangkan Islam!

Demokrasi sadalah satu sistem hukum ketatanegaraan yang paling rusak

dan sangat buruk yang pernah dibuat oleh manusia. Demokrasi berasal dari bahasa

Yunani yang terdiri dari dua kata, demos (kekuasaan) dan kratos (rakyat).

Menurut istilah, makna demokrasi ialah kekuasaan di tangan rakyat, atau dari

rakyat oleh rakyat untuk rakyat. Adapun syi’arnya demokrasi adalah

kemerdekaan, persaudaraan, dan persamaan hak. Penciptanya demokrasi adalah

manusia kafir tulen bernama Plato dan muridnya yang juga kafir tulen yaitu

Aristoteles. Guru dan murid ini adalah dua orang ahli filsafat Yunani yang hidup

beberapa abad sebelum masehi. Akan tetapi dalam perjalannya selama belasan

abad tidak mendapatkan tempat di hati manusia. Sampai terjadi revolusi Prancis

abad ke-18 atas perintah anak cucu kera dan babi yaitu yahudi. Lalu masuklah

sistem demokrasi ke seluruh negeri tanpa terkecuali negeri-negeri Arab,

Alhamdulillah Arab Saudi tidak termasuk. Demokrasi, apapun alasannya, menurut

Islam, melalui cahaya Al Qur’an dan Sunnah, adalah satu sistem kekufuran dan

kesyirikan tingkat tinggi yang jelas-jelas telah melawan dan mementang syari’at

Alloh Robbul ‘alamin. Hal ini tidak tersembunyi bagi seorang muslim yang

memiliki pengetahuan tentang agamanya yang benar kecuali mereka yang

tertipu oleh Yahudi anak cucu kera dan babi.

Jika dikatakan: Mungkinkah kita adakan pendekatan antara Islam dengan

demokrasi (yang belakangan ini diteriakkan dengan istilah demokrasi Islami, ed)?

Jawabnya mustahil, dari beberapa sebab:

1. Yang membuat hukum Islam adalah Alloh. Sedangkan demokrasi dibuat oleh

manusia kafir, munafiq lagi jahil.

2. Islam adalah agama yang sempurna, yang lengkap mengatur hidup dan

kehidupan manusia (Al Maidah: 3). Oleh karena itu tidak boleh dan tidak

mungkin diadakan pendekatan antara Islam dengan demokrasi walaupun dalam

bagian yang terkecil sekalipun.

3. Kaum muslimin tidak berhajat sedikitpun juga dengan sistem demokrasi,

karena dihadapan mereka ada Al Qur’an dan Sunnah. Adapun Yahudi dan

Nashrani bersama kaum kuffar dan musyrikin yang lainnya sangat berhajat

kepada demokrasi, karena mereka kufur kepada Alloh, Rosul, dan kitab-Nya.

4. Demokrasi adalah kufur dan syirik, sedangkan kita dilarang mendekatinya

apalagi menerimanya.

5. Kita dilarang menyerupai orang-orang kafir, sedangkan demokrasi ciptaan yang

menjadi agama dan hukum bagi mereka.

Page 45: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

45

Kemudian jika dikatakan: Samakah demokrasi dengan Syuro

(musyawarah)? Jawabannya: Sama sekali tidak sama, karena beberapa sebab:

1. Syuro adalah hukum Alloh. Sedangkan demokrasi ciptaan manusia kafir yang

selamanya benci dengan Islam.

“Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan senang kepada kamu hingga

kamu mengikuti agama mereka.” (QS. Al Baqoroh: 120)

2. Syuro ditegakkan demi kemashlahatan umat yang diputuskan oleh ahli hilli wal

aqdi, yang tediri dari para Ulama (orang alim/berilmu) pewaris para Nabi.

Sedangkan demokrasi ditegakkan demi kekuasaan dan kefanatikan terhadap

golongan yang diputuskan oleh orang-orang kafir, musyrikin, ahli maksiat, laki-

laki maupun perempuan meskipun di parlemen itu terdapat kaum muslimin

bahkan ahli agama. Bercampur baur (orang Islam dan berbagai macam orang

kafir) bergabung bersama-sama dalam menentukan pilihan dengan suara

terbanyak.

3. Ahli syuro di dalam Islam tidak menghalalkan yang haram atau mengharamkan

yang halal, dan tidak mengatakan yang haq itu batil atau yang batil itu haq.

Keadaan ini secara sempurna seratus persen menyalahi para pengikut demokrasi,

mereka telah menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal, dan

mengatakan yang haq itu batil atau mengatakan yang batil itu haq (dan hal ini

sangat wajar karena yang menentukannya terdiri dari berbagai macam orang, ada

yang bodoh, pintar, yang Islam, dan yang kafir, dan ditambah pula dengan

berbagai macam kepentingan).

4. Syuro di dalam Islam jarang terjadi dan hanya di dalam beberapa urusan yang

musykil (sukar diputuskan dan dipahami). Adapun di dalam perkara-perkara yang

telah ada ketetapannya dari Alloh dan Rosul-Nya (Al Qur’an dan Sunnah), maka

tidak diadakan syuro. Sedangkan demokrasi diletakkan sebagai asas yang

mengatur seluruh kehidupan berdasarkan undang-undang yang telah dibuat,

sehingga manusia yang hidup di satu negeri dengan sistem demokrasi tidak boleh

keluar atau bertentangan dengan undang-undang tersebut.18

18

Ada kasus menarik mengenai poin ketiga dan keempat ini. Ketika suatu

PARTAI yang KATANYA sesuai SYARI’AT mengiklankan partainya dengan

menampilkan wanita tanpa hijab, maka muncullah pro kontra tentang itu.

Anehnya, beberapa (jika tidak mau dikatakan banyak) orang yang pro terhadap

hal tersebut beralasan bahwa hal itu telah melalui pertimbangan syuro para

qiyadah mereka. Aku tidak tahu apakah klaim ini benar-benar terjadi atau sekedar

pembelaan membabi buta dari orang-orang yang hampir buta (jika tidak ingin

dikatakan telah buta). Namun, jikalau pun syuro (versi mereka tentunya) dalam

hal tersebut memang ada, maka aku katakan bahwa masalah aurat adalah masalah

yang telah jelas nash nya, jadi tidak perlu lagi ada syuro untuk membahasnya.

Terlebih alasan “Untuk menarik orang awam” yang alasan ini berbau prinsip

yahudi “Tujuan menghalalkan segala cara” yang sangat kental pada kasus iklan

tersebut. Dan akhirnya aku ingin bertanya pada orang-orang yang melakukan

Page 46: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

46

Walhasil, demokrasi adalah sistem kufur dan syirik yang sangat

bertentangan dengan Islam. Penggerak demokrasi adalah Yahudi untuk melawan

Islam dan kaum muslimin. Kaum pergerakan (harokah IM19

/Jama’ah Tarbiyah

salah satunya) yang menerima demokrasi dan masuk ke dalam parlemen dengan

alasan darurat dan memilih salah satu dari dua mudhorot yang lebih ringan, dua

alasan yang menunjukkan kejahilan mereka terhadap hukum Islam, pada

hakikatnya mereka telah terjerumus ke dalam politik Yahudi20

. Oleh karena itu di

dalam perjalanannya yang melelahkan, firqoh ini tidak pernah berhasil

memperjuangkan Islam di dalam parlemen lebih dari setengah abad...

TERBUKTI!!!

Bahkan yang sudah jelas-jelas terbukti, mereka yang masuk ke dalam

parlemen malah sedikit demi sedikit tapi pasti, melanggar hukum Islam atau

minimal melalaikan. Misal seperti memelihara jenggot dan sholat lima waktu

berjama’ah di masjid bagi laki-laki, dan lain-lain, disadari atau tidak disadari.

Jadi, bagaimana mungkin mereka bisa menegakkan hukum Islam di suatu negara,

kalau pada dirinya sendiri saja untuk hal yang ‘katanya’ sepele mereka tidak

mampu, tidak mau, atau malah tidak tahu untuk menegakkannya?!?21

Ya akhi

(dan ukhti, ed), tegakkanlah dulu hukum Islam itu pada hati-hati kalian, insya

Alloh hukum Islam akan tegak, aamiin.22

pembelaan dengan membabi buta itu, sebenarnya siapa Tuhan kalian, Alloh

ataukah para qiyadah kalian?!? 19

Ikhwanul Muslimin, yang pemikirannya banyak bercokol dibanyak aktivis

kampus. 20

Dan anehnya orang-orang ini masih sempat berkoar tentang ghozwul fikr dalam

keadaan mereka sendiri adalah korban ghozwul fikr. 21

Bahkan sebagian mereka berkoar “Ah, itu kan masalah kulit”, “Ah, masalah

ringan saja dibesar-besarkan”, dan lainnya. Maka hendaklah mereka berpikir,

bagaimana mereka akan mengangkat beban yang berat, jika yang ringan saja

mereka tidak becus mengurusnya. 22

Demikian pula halnya demonstrasi, sangat tidak sesuai dengan prinsip Islam

karena beberapa sebab:

1. Islam menjaga ketertiban, sementara demonstrasi mengganggu ketertiban,

membuat macet jalan, ‘nyampah’, bahkan tidak sedikit yang membuahkan

tindakan anarkis. Meskipun ada yang berdalih ‘aksi damai’, namun:

2. Islam memuliakan wanita sehingga menempatkan mereka di tempat yang aman,

yaitu rumah-rumah mereka. Namun demonstrasi mengeluarkan mereka ke jalan-

jalan untuk ditonton banyak orang, bahkan tidak sedikit oknum (jika tidak mau

dikatakan banyak) yang sengaja memajang diri di depan kamera-kamera

wartawan layaknya foto model yang tidak lagi memiliki rasa malu!

3. Demian pula terkadang (jika tidak ingin dikatakan sering) anak-anak kecil pun

dilibatkan dalam aksi, duhai kasian sekali anak-anak ini, di masa-masa yang

seharusnya mereka dididik agar menjadi orang yang baik, namun justru mereka

telah dilatih untuk menjadi penetang pengusasa, wallohu musta’an.

4. Tidak sedikit (jika tidak ingin dikatakan banyak) dalam demonstrasi terjadi

celaan-celaan kepada para penguasa yang muslim, padahal Rosululloh Sholallohu

‘alaihi wa sallam melarang hal tersebut.

Page 47: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

47

5. Demikian pula sering (jika tidak ingin dikatakan selalu) terjadi ikhtilath dalam

demonstrasi, padahal Islam melarangnya, wallohu a’lam.

Page 48: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

48

Keempatbelas, Aqidah Tauhid Terlebih Dahulu Ataukah Kekuasaan

Tentu saja, aqidah yang benar adalah jaminan kemenangan umat yang

mulia ini. Dapat kita teladanai dari gambaran masyarakat Madinah yang dibina

langsung oleh Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam. Dalam riwayat

Mu’awiyah bin Al Hakam As Sulami Rodhiallohu’anhu disebutkan bahwa

Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya: “Di mana Alloh?”

kepada seorang budak wanita yang sehari-harinya mengembalakan kambing di

Jawwaniyah. Ternyata budak itu dapat menjawab dengan tepat tanpa sedikitpun

keraguan dalam menjawabnya. Artinya adalah keyakinan dan aqidah seperti itu

sudah merata di kota Madinah, hingga seorang budak wanita yang bekerja sehari-

harinya mengembalakan kambing jauh di luar kota juga mengetahuinya.23

Dengan

23

Kisah tentang budak wanita tersebut adalah hadits yang menerangkan

pertanyaan Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam berikut:

“Di mana Alloh?” Ia menjawab: “Alloh itu di atas langit.” Lalu Rosululloh

Sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Siapa aku?” “Engkau adalah

Rosululloh”, jawabnya. Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Merdekakanlah ia, karena sesungguhnya ia seorang Mukminah.” (Hadits

Shohih Riwayat Muslim (no. 537), Abu ‘Awanah (II/141-142).... -dan lainnya-, di

dalam Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Yazid bin Abdul Qodir Jawas,

Pustaka Imam Asy Syafi’i, hal 198).

Sekarang bandingkan dengan keadaan saat ini, di mana kita akan dapatkan ada

yang berkata “Alloh ada di mana-mana”, “Alloh ada di setiap benda”, “Alloh ada

dalam hati saya”, “Alloh telah bersatu dengan saya (pemahaman wahdatul

wujud)”, dan lain-lain ungkapan yang menunjukkan jauhnya kaum muslimin dari

aqidah yang sederhana ini. Hal ini menunjukkan jauhnya kebanyakan kaum

muslimin dari ajaran agama mereka, bahkan dari Al Qur’an, karena dalam banyak

ayat Alloh mejelaskan aqidah ini, seperti firmannya dalam ayat-ayat berikut:

“Apakah kamu merasa aman terhadap Alloh yang di langit bahwa Dia akan

menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu

bergoncang?” (QS. Al Mulk: 16)

“ Sucikanlah nama Robbmu yang Maha Tinggi.” (QS. Al A’la:1)

“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Alloh-lah kemuliaan itu

semuanya. Kepada-Nya lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang

sholeh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi

mereka azab yang keras, dan rencana jahat mereka akan hancur.” (QS. Faathir:

10)

“(Yaitu Robb) yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas ‘Arsy.” (QS.

Thoha: 5)

Maka, apakah dalam keadaan seperti ini kita masih meneriakkan kebangkitan

Islam? Bangkit dari mana wahai teman? Apakah kita akan bermimpi Islam akan

bangkit sementara kebanyakan kaum muslimin berpaling dari agamanya? Di saat

banyak da’i yang bukannya berjuang menegakkan syari’at, tetapi malah sibuk

rebutan suara?

Ya akhi, ya ukhti, ingatlah bahwa janji Alloh itu bersyarat, Dia menjanjikan

kejayaan pada kita dengan syarat kita menolong agama-Nya. Ketahuilah,

menolong agama Alloh adalah dengan mengamalkannya. Maka bagaimana

Page 49: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

49

masyarakat seperti itulah agama Islam mencapai kejayaan. Hingga daulah mereka

terbentang dari Andalusia (Spanyol sekarang, ed) sampai negeri Cina. Benarlah

janji Alloh dalam surat An Nur: 55 di atas tadi24

. Sekarang kita lihat kondisi

kaum muslimin sekarang ini, terutama di Indonesia, apakah mereka mengetahui

aqidah yang sederhana tadi? Cukup realita yang menjawabnya!

“Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya,

sungguh mereka telah mendapat petunjuk. Dan jika mereka berpaling,

sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Alloh

akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi

Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqoroh: 137)

Berpaling dari aqidah yang benar adalah sumber segala perpecahan,

permusuhan, dan pertikaian sebagaimana yang disebutkan oleh ayat di atas (Al

Baqoroh: 137, ed).25

Da’i besar Muhammad Qutb Hafizhahulloh menjawab pertanyaan dalam

sebuah kuliah yang disampaikan di Daarul Hadits, Makkah Al Mukarromah. Teks

pertanyaannya sebagai berikut: “Sebagian orang berpendapat bahwa Islam akan

kembali tampil lewat kekuasaan, sebagian lain berpendapat Islam akan kembali

dengan jalan meluruskan Aqidah dan Tarbiyah (pendidikan masyarakat).

Manakah antara kedua pendapat ini yang benar?”

Beliau menjawab: “Bagaimana Islam akan tampil berkuasa di bumi, jika

para du’at belum meluruskan aqidah umat, sehingga kaum muslimin beriman

secara benar dan diuji keteguhan agama mereka, lalu mereka bersabar dan

berjihad di jalan Alloh. Bila berbagai hal itu diwujudkan dalam kehidupan sehari-

hari, barulah agama Alloh akan berkuasa dan hukum-hukum-Nya diterapkan di

persada bumi. Persoalan ini amat jelas sekali. Kekuasaan itu tidak datang dari

langit, tidak serta merta turun dari langit.”

“Demikianlah, apabila Alloh menghendaki niscaya Alloh akan membinasakan

mereka, tetapi Alloh hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang

lain.” (QS. Muhammad: 4)

mungkin kejayaan itu datang sementara kebanyakan kaum muslimin meninggalan

agamanya? Maka hendaklah ini yang terlebih dahulu kita perjuangkan,

mengembalikan kaum muslimin kepada agama mereka yang murni, menegakkan

tauhid dan sunnah di atas pemahaman sahabat! 24

Yaitu di bagian Kesembilan, Kekuasaan Adalah Suatu yang Telah Dijanjikan

Bagi Kaum Muwahhidin (Orang-orang yang Memurnikan Tauhid. 25

Hal ini karena aqidah adalah prinsip yang mempersatukan hati-hati kita, jika

dalam hal aqidah saja kita sudah tidak satu suara, lantas bagaimana dengan hal

yang lain? Maka bukanlah sebuah solusi bila ada suatu kelompok yang ingin

memperjuangkan Islam namun menggunakan jalur kekuasaan, karena kekuasaan

bukanlah alat untuk mempersatukan kaum muslimin, justru dengan rebutan

kekuasaan lah kaum muslimin akan terpecah belah.

Page 50: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

50

Kelimabelas, Hizbiyyah dan Dakwahnya yang Sirriyyah (Bersifat Rahasia)

Ya akhi (dan ukhti, ed), mudah-mudahan Alloh memberikan hidayah dan

taufik-Nya kepada apa yang Alloh sukai dan ridhoi, aamiin.

Sebelumnya saya ingin bertanya, apakah kamu masuk dalam tanzhim

rahasia yang ada di jama’ahmu (IM, HT, NII, dll, yang sepaham dengannya)?

(Tanzhim rahasia: organisasi rahasia, ed). Jika jawabannya: Ya... maka

perhatikanlah (dengan sejujur-jujurnya)... Apa yang kamu rasakan dari muamalah

mereka terhadapmu sebelum dan sesudah kamu masuk dalam tanzhim ini?

Bukankah di dalamnya ada perbedaan-perbedaan besar? Tidakkah kamu bertanya-

tanya mengapa berbeda seperti ini? Maka akan saya katakan mengapa demikian...

Dikarenakan loyalitas dan muamalah mereka dengan manusia berdasarkan

tanzhim ini, ... maka barangsiapa yang berada dalam tanzhim ini, dialah kawan

akrabnya, dialah orang yang patuh, dialah saudara, dialah... dll. Dan barangsiapa

yang belum menjadi anggota dan masuk dalam tanzhim ini, tapi dia membela

pemikiran mereka ini, maka dia adalah penolong, dialah yang membantu, orang

biasa, orang baik,....dll.

Adapun orang yang tidak masuk tanzhim ini, akan tetapi dia mengikuti

dalil dari Kitab dan Sunnah dengan pemahaman salaful ummah, dari para Sahabat

Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang mengikuti mereka

dengan baik sampai hari kiamat, maka dialah orang yang suka mengkafirkan,

dialah orang yang suka membid’ahkan, dialah orang yang bodoh dengan waqi’

(fakta), dialah orang yang tekstual, dialah orang yang memihak pemerintah, dialah

yang suka memecah belah... dialah... dialah... dll.

Oleh karenanya saya katakan: Sebaiknya kamu tahu wahai akhi (dan ukhti,

ed), mudah-mudahan Alloh menyelamatkanmu. Bahwa perbedaan yang mencolok

antara jama’ahmu dan jama’ah ahli haq dalam masalah ini, bahwasanya dilihat,

loyalitas mereka (jama’ah ahli haq, ed) adalah untuk Alloh dan Rosul-Nya

Sholallohu ‘alaihi wa sallam, serta orang-orang yang beriman yang ittiba’ sampai

hari kiamat.

Adapun jama’ahmu (IM, HT, NII, dan lainnya, ed), maka loyalitasnya

adalah untuk Alloh dan Rosul-Nya Sholallohu ‘alaihi wa sallam, serta orang yang

masuk tanzhim kelomponya (IM (dan lainnya, ed)). Barangkali kata-kata terakhir

ini terasa amat berat di hatimu, akan tetapi itulah kenyataan yang tidak ada

keraguannya.

Adapun borok-borok tanzhim rahasia (istilah lainnya: amniyah atau

kitman), maka Alloh lah tempat dimintai pertolongan. Hal ini karena tanzhim

inilah yang telah membawa kita kepada bencana, dan tanzhim inilah yang telah

membuat jurang menganga di antara hukkaam (penguasa negara) dan para da’i

serta orang-orang yang berbuat islah (perbaikan).

Page 51: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

51

Bahkan tanzhim inilah yang telah menjadikan semua pemerintahan

mengarahkan pandangan mereka kepada Shohwah al Islamiyyah (kebangkitan

Islam) dengan pandangan takut dan cemas akan terjadi suatu bentuk perubahan.26

Maka ya akhi, ya ukhti....Apa perlunya kita kepada sirriyyah (kerahasiaan)

di negeri-negeri Islam, lebih-lebih di negara-negara Teluk? Kecuali hanya sekedar

kebutuhan orang-orang IM yang mereka sangat takut untuk menampakkannya?

(Karena pada dasarnya mereka adalah “pembangkang” kepada penguasa, ed).

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad Rohimahulloh dalam kitabnya Az Zuhd

hal. 353 dari Umar bin Abdul Aziz Rohimahulloh, katanya: “Jika kamu lihat

satu kaum yang mereka saling mengadakan ‘pembicaraan rahasia’ dalam

agama mereka, tanpa menceritakannya kepada orang banyak, maka

ketahuilah bahwa mereka berada dalam satu dasar kesesatan.”

Oleh karenanya saya katakan: “Sesungguhnya aqidah kami; salafiyyin

(Ahlus Sunnah wal Jama’ah), terhadap Hukkam (penguasa negara), bahwa tidak

boleh keluar dari ketaatan kepada mereka, walaupun pada mereka terdapat

kedzaliman, kepalsuan, dan kefasikan, selagi mereka tidak mengumumkan secara

jelas di depan orang banyak bahwa mereka tidak menghendaki dan tidak

menyukai syariat Alloh ta’ala dan mereka kafir kepada Alloh dengan kekafiran

yang nampak jelas oleh kita dengan petunjuk dari Alloh ta’ala dan dalil dari Kitab

dan Sunnah. Maka kalau seandainya mereka berbuat demikian, bolehlah kita

keluar dari ketaatan terhadap mereka dengan syarat yang kedua, yakni kita

memiliki kemampuan dan kekuasaan untuk menggulingkan mereka, tanpa

mengakibatkan kerusakan yang lebih parah dari yang pertama.

Kalau tidak demikian (maksudnya kalau penguasa bukan orang kafir, ed),

kami Ahli Sunnah wal Jama’ah bekerja sama dengan pemerintah Islam dengan

do’a dan nasehat kepada mereka dengan cara hikmah, penuh bijaksana dan

nasehat yang baik, tidak dengan demonstrasi dan revolusi. Dan kita taat kepada

mereka dalam suka ataupun duka, kecuali dalam kemaksiatan, maka tidak

ada ketaatan kepada mereka (dalam kemaksiatan itu, adapun ketaatan

secara umum dalam hal yang baik tetap ada, ed). Maka kami pun memberi

peringatan kepada orang yang keluar dari ketaatan terhadap mereka dari kalangan

kaum muslimin..! (untuk kembali taat kepada penguasa muslim, dan berhenti dari

pembangkangan berupa demonstrasi secara terang-terangan maupun dari apa yang

mereka lakukan secara rahasia dalam tanzhim- tanzhim mereka, ed).

Dan kami namakan mereka (orang yang keluar dari ketaatan terhadap

pemerintah Islam) orang-orang yang membangkang, dan kami hukumi mereka

sebagaimana layaknya orang-orang yang membangkang. Dalilnya:

26

Hal ini karena tanzhim merupakan ancaman bagi penguasa atas kekuasaannya,

telah tampak secara nyata dari orang-orang yang diduga kuat tergabung dalam

tanzhim ini kehausan mereka terhadap kekuasaan, dan apa yang tersembunyi di

dalam hati mereka hanya Alloh yang mengetahui. Padahal kekuasaan bukanlah

tujuan dakwah.

Page 52: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

52

“Rosululloh mengajak kami, maka kami pun memba’iatnya dan beliau ambil dari

kami adalah agar kami memba’atnya atas dasar mendengar dan taat dalam suka

maupun duka, dalam keadaan susah atau pun mudah, dan dalam keadaan yang

tidak kita sukai atau kita inginkan, serta supaya kita tidak merampas kekuasaan

dari ahlinya, kemudian beliau bersabda: “Kecuali kalian melihat kekafiran yang

sangat jelas oleh kalian dengan petunjuk dari Alloh Ta’ala.” (HR. Muslim)

Dan Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwa

perselisihan/perpecahan akan terjadi, tapi beliau tidak membiarkan kita (dalam

perpecahan) dengan tanpa bayyinah (penjelasan). Bahkan beliau telah

memberikan kepada kita jalan keluar dari perselisihan ini dengan sabdanya:

“Wajib bagi kalian mengikuti sunnahku dan sunnah para khulafa ar rasyidin

yang mendapat petunjuk”, yakni wajib bagi kalian untuk megikuti jalanku

dan jalan yang ditempuh oleh khulafa ar rasyidin, bukan jalannya Al Banna

dan bukan pula jalan yang lainnya.

Page 53: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

53

Keenambelas, Syubhat dan Bantahannya

Saya akan berusaha menjawab syubhat dan tuduhan kebanyakan

golongan-golongan sempalan dalam Islam (khususnya dari firqoh IM) dan

kebanyakan orang awam, agar yang batil, jahil, dan sesat itu jelas; dan yang haq

itu juga jelas.

1. Perkataan mereka bahwa Salafiyyah (Ahlu Sunnah wal Jama’ah) menentang

amal jama’i (kerja sama) dan tanzhim (organisasi).

Jawabnya:

Samahatusy Syaikh Muqbil al Wadi’i Rohimahulloh, seorang muhaddits

dari negeri Yaman telah ditanya: Apakah benar wahai Syaikh bahwa anda tidak

melihat perlunya tanzhim pada semua unsur dakwah?

Maka beliau Rohimahulloh menjawab setelah menetapkan adanya tanzhim

di dalam siroh Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam, seraya berkata: “Yang

kami ingkari adalah tanzhim yang menyelisihi Kitab dan Sunnah. Inilah yang

kami ingkari. Dan kami katakan: Sungguh seorang hidup sendirian itu lebih baik

daripada masuk ke dalam tanzhim thoghut yang menyelisihi Kitab dan Sunnah

Rosul Sholallohu ‘alaihi wa sallam... Ya, dan ini adalah perkara yang

disebarkan27

bahwa Ahlu Sunnah menentang tanzhim dan bahwa mereka

menentang amal jama’i (kerja sama)28

. Al Amal Al Jama’i yang menyelisihi Kitab

dan Sunnah contohnya adalah al Ikhwan al Muslimun berada di atasnya.29

2. Perkataan mereka bahwa Salafiyyah adalah salah satu jama’ah dari jama’ah-

jama’ah tanzhim, walaupun menentang tanzhim; dan termasuk jama’ah-jama’ah

hizbiyyah, walaupun menolak tahazzub (pengelompokkan).

Jawabnya:

Di sini saya katakan, sudah jelas bahwa kedustaan ini bertentagan dengan

syubhat pertama. Tetapi ini adalah kebiasaan ahli batil, para pendusta, dan para

pendengki dari kalangan hizbiyyin. Mereka mempertentangkan diri mereka

dengan pribadi mereka sendiri dengan bersandarkan kepada kedustaan dan

rekayasa. Karena mereka tidak mampu untuk membantah dengan bantahan yang

ilmiah dan benar terhadap ahlu haq tentang apa yang mereka (ahlu haq, ed)

27

Oleh orang-orang yang tidak mengenal Ahlu Sunnah, atau orang-orang yang

membenci Ahlu Sunnah. 28

Padahal tidak demikian, karena Ahlu Sunnah juga melakukan amal jama’i dan

juga tanzhim, namun yang sesuai Kitab dan Sunnah. 29

Demikian pula tidak benar jika dikatakan Salafiyyah anti politik, karena dalam

Islam sendiri ada Siyasah Syar‘iyyah (Politik Syar‘i). Namun yang kami ingkari

adalah politik yang bertentangan dengan syari’at, dan demokrasi adalah salah

satunya.

Page 54: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

54

jelaskan dari kemungkran-kemungkaran dan bid’ah-bid’ah yang terdapat pada

hizb-hizb ini.

Orang-orang yang memperhatikan siroh Rosul Sholallohu ‘alaihi wa

sallam dapat mengetahui bagaimana perlakuan orang-orang kafir –semoga Alloh

membinasakan mereka- terhadap Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam. Terkadang

mereka mengatakan bahwa beliau adalah seorang penyair dan syi’ir tidak

mungkin mampu (dilakukan, ed) kecuali (oleh, ed) orang yang mempunyai akal

yang cerdas/istimewa.... Dan pada kesempatan lain mereka mengatakan bahwa

beliau gila (padahal gila berarti tidak berakal, ed)....Maka lihatlah pertentangan

tersebut!

Tujuan mereka (para hizbiyyin, ed) dari kedustaan ini jelas sekali, mereka

ingin menggambarkan kepada orang-orang yang bergabung di dalam jama’ah

mereka bahwa Salafiyyah adalah hizb seperti hizb-hizb yang lain. Keadaan

Salafiyyah seperti keadaan mereka. Masing-masing menyempurnakan sebagian

atas sebagian yang lain seperti yang mereka sangka.30

(Anggapan mereka (para

hizbiyyin, ed) ini adalah kedustaan dan rekayasa. Hal ini daat dilihat dari beberapa

segi:

Bahwa Salafiyyah tidak mempunyai pendiri dan pemimpin selain Nabi

Sholallohu ‘alaihi wa sallam. Berbeda dengan IM. Pemimpin dan pendiri

manhaj mereka adalah Hasan Al Banna Rohimahulloh, begitu juga dengan

firqoh-firqoh lainnya seperti JT adalah Maulana Ilyas, LDII adalah Nur

Hasan Al Ubaidah, dll.31

Bahwa Salafiyyah tempat kembalinya (rujukan) mereka adalah Al Kitab,

Sunnah, dan apa yang salaful ummah ada di atasnya. Berbeda dengan

mereka (para hizbiyyin, ed), tempat kembalinya adalah Kitab, Sunnah, dan

pandangan pemikiran (hawa nafsu) serta gerakan yang disangka oleh

mereka.

Bahwa Salafiyyah, loyalitas adalah kepada Alloh, Rosul-Nya, dan kaum

mukminin. Berbeda dengan IM, JT, dll, maka loyalitas mereka diberikan

kepada Alloh, Rosul-Nya, dan orang-orang yang bergabung di dalam

firqohnya (IM, JT, dll).

3. Perkataan mereka kepada akal-akal para anggotanya (Al-Ikhwan, (maupun

yang lainnya, ed)): “Bahwa diskusi dan dialog ilmiah dengan tenang untuk

menjelaskan kebenaran kepada firqoh-firqoh ini dan lainnya tentang beberapa

30

Oleh karena itu sebagian orang hizbiyyin yang didakwahi dengan dakwah

Salafiyyah akan mengeluarkan tameng mereka “Sudahlah, toh kita sama-sama

berjuang untuk Islam, meskipun berbeda kelompok, tidak perlu saling mengkritik,

dst dst...” 31

Maka bagaimana mungkin dikatakan bahwa Salafiyyah adalah kelompok-

kelompok fisik yang disatukan dengan simbol-simbol hizbiyyah semacam IM, JT,

LDII, dan lainnya.

Page 55: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

55

masalah adalah merupakan perdebatan yang tidak bermanfaat dan wajib untuk

ditinggalkan.

Jawabnya:

Mereka menginginkan dengan lontaran tersebut untuk menjaga orang yang

tergabung di dalam hizb mereka. Karena mereka tahu bahwa semata-mata dengan

perginya orang tersebut saja untuk berdiskusi dan dialog dengan seorang Salafy

(Ahlu Sunnah wal Jama’ah), hasilnya adalah dia akan meninggalkan hizb yang dia

tergabung di dalamnya....jika dia termasuk orang yang bertakwa kepada Alloh.

Karena dia akan sadar dengan dalil-dalil yang tsabit (tetap) dari Kitab dan Sunnah

serta apa yang salaful ummah ada di atasnya.32

4. Dalil mereka (firqoh-firqoh) dengan perkataannya Ali bin Abi Tholib

Rodhiallohu’anhu: “Al Haq (kebenaran) tanpa terorganisasi akan dikalahkan oleh

kebatilan yang terorganisasi.”

Jawab: (Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilali)

Perkataan ini tidak shahih dari Ali bin Abi Tholib Rodhiallohu’anhu. Itu

hanya dibuat-buat oleh harokiyyun (orang-orang pergerakan). Agama kita

merupakan agama yang teratur. Seandainya kita mau mempraktekkan agama

Islam secara benar dan keseluruhan sesuai yang diajarkan Nabi Sholallohu’alaihi

wa sallam beserta para Sahabatnya, kita akan merasakan bahwa kita diatur.

Adapun bila kita membuat aturan-aturan yang baru/bid’ah, yang kita tegakkan

wala’ dan baro’ (loyalitas dan berlepas diri), sekalipun dibangun di atas ba’iat-

ba’iat yang banyak, semua itu bukanlah termasuk agama Islam secuilpun. Kita

merupakan umat yang diatur dengan agama Islam. Muhammad bin Abdillah,

Rosululloh Sholallohu’alaihi wa sallam, dialah yang mebangun pondasinya. Dan

kita (umat Islam) tidak butuh kepada harokah-harokah baru yang hanya memecah

belah umat.33

5. Perkataan mereka untuk bersikap netral/tidak ikut JT, IM, Salafy, dll.

Jawabnya:

32

Berbeda dengan dalih-dalih yang sebelumnya dia terima ketika dia masih

berada dalam hizbnya, lemah seperti sarang laba-laba. 33

Bukti bahwa harokah-harokah baru (seperti IM, HT, dan lainnya) memecah

belah umat adalah bahwa harokah-harokah ini mengajak pada persatuan

kelompoknya, dan bukan pada persatuan Islam. Tidakkah kalian lihat bagaimana

setiap firqoh mengatakan bahwa mereka lah yang benar? Tidakkah kalian lihat

bagaimana mereka mengangkat dan mempopelerkan nama mereka masing-

masing? Tidakkah juga kalian perhatikan bahwa masing-masing menerapkan

ba’iat pada pemimpin kelompoknya? Membuat kaum muslimin terkotak-kotak

dalam banyak sekali firqoh, yang satu sama lain saling menyalahkan. Lantas

persatuan apa yang mereka inginkan dengan memecah belah umat seperti ini?!

Page 56: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

56

Mereka sebenarnya belum/tidak paham, karena mereka masih menganggap

salafy sama seperti firqoh-firqoh lainnya seperti JT, IM, HT, LDII, Arqom,

LDII, NII, Sufi, Syi’ah, dll. Padahal salafy tidaklah seperti itu karena beberapa

hal:

Dakwah salaf adalah dakwah untuk mengembalikan pemahaman, bukan

membuat pemahaman-pemahaman baru. (Lihat lagi percakapan Syaikh

Albani (pada bagian Istilah Salafiyyah, Bid’ah?, ed)).

Salafy mengajak dakwah kepada dakwah para Nabi yaitu membersihkan

aqidah. Dan dakwah ini tidak tercampur dengan kepentingan-kepentingan

keduniaan seperti kekuasaan dll. (Lihat lagi (Hikmah Diutusnya Para

Rosul, ed)).

Bila netral yang dimaksud adalah tidak ikut-ikutan firqoh tetapi mencukupkan

hanya kepada Al Qur’an dan Sunnah saja dan keduanya ditafsirkan oleh

akal/hawa nafsu mereka masing-masing, maka tidak diragukan lagi ini adalah

bid’ah dalam cara/metode pengambilan hukum karena bertentangan dengan Al

Qur’an dan hadits yang memerintahkan untuk mengikuti pemahaman salaf dan

ancaman bagi yang tidak mengikutinya. (Lihat lagi Mengapa Kita Harus

Bermanhaj Salaf).

“Dan barangsiapa yang menentang Rosul sesudah jelas kebenaran baginya,

dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan

ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan

ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS.

An Nisaa’: 115)

“...Berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnahnya Khulafa’ur Rosyidin

yang (mereka itu) mendapat petunjuk....” (HR. Abu Dawud, Nasa’i, dan At

Tirmidzi, Hasan Shohih)

Mereka itu dapat digolongkan sebagai pengikut hawa nafsu apabila ada

dari Al Qur’an dan Sunnah yang cocok dengan akal/hawa nafsunya saja yang

diambil, sementara yang tidak sesuai dengan keinginan akal/hawa nafsunya

mereka lemparkan. Dan sudah jelas cara seperti ini akan menimbulkan bid’ah

baik berupa keyakinan atau perbuatan atau kedua-duanya di dalam agama.

Dari bentuk-bentuk bid’ahnya ini, mesti akan terlihat apakah dia termasuk

ke mu’tazilah, ke khowarij, ke JT, ke IM, ke sufi, atau ke yang lainnya baik

disadari ataupun tidak disadari.

Perlu diketahui bahwa akal dan pemahaman setiap manusia siapapun

nenek moyangnya atau apapun gelarnya adalah berbeda-beda dan terbatas,

baik dari IQ-nya, makanannya, latar belakang pendidikannya, latar belakang

keluarganya, lingkungannya, dll. Tidak ada yang menjamin kalau pemahaman

si A, si B, atau yang lainnya terhadap Al Qur’an dan Sunnah yang pasti benar

dan selamat. Kecuali mereka yang telah dijamin oleh Alloh dan Rosul-Nya.

Merekalah para Sahabat Nabi Sholallohu’alaihi wa sallam. Mereka adalah

Page 57: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

57

generasi pada masa turunnya wahyu, generasi yang dibina dan dibimbing

langsung oleh Nabi Sholallohu’alaihi wa sallam. Generasi yang telah nyata

kebaikan dan kebenaran pemahaman agamanya berdasarkan Al Qur’an,

Sunnah, dan para Sahabat itu sendiri.

Bila netral yang dimaksud adalah beragama berdasarkan pada Al Qur’an dan

Sunnah dengan pemahamannya para Sahabat dalam aqidah dan manhaj secara

keseluruhan dan menerimanya secara lahir dan batin maka dia adalah seorang

Salafy (Ahlu Sunnah wal Jama’ah) pada kenyataannya (meskipun ia tidak

pernah berkata “Saya Salafy”, karena salafy bukanlah sekedar pengakuan,

akan tetapi Salafy adalah komitmen untuk berpegang teguh pada Al Qur’an

dan Sunnah menurut pemahaman para Sahabat Rodhiallohu’anhum, ed).

6. Perkataan mereka bahwa: kalau ingin belajar ilmu aqidah maka tanya sama

salafy, politik tanya IM, atau JT bila ingin manajemen kalbu. Dengan caranya ini

mereka ingin menyatukan jama’ah-jama’ah yang ada agar dapat saling menutupi

kekurangan pada masing-masing jama’ahnya.

Jawabnya:

Mereka pada hakikatnya tidak mengerti dakwah salaf/dakwah ilalloh. Dakwah

salaf adalah ajakan untuk kembali kepada pemahaman dan jalannya

orang-orang sholeh terdahulu yang tidak lain adalah Nabi Sholallohu

‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya dalam menjalankan agama secara

keseluruhan. Karena mereka adalah orang-orang yang paling paham tentang

Al Qur’an dan Sunnah. Mereka jugalah yang telah mendahului kita (generasi

sesudahnya) dalam semua kebaikan dan taqwa. Mereka adalah generasi

teladan dari semua segi kehidupan bagi orang-orang sesudahnya, baik itu

tentang aqidah, ibadah, akhlak, muamalah, politik, ekonomi, dll.34

Para salafush sholeh dahulu melarang, membenci, dan menghindari

perpecahan. Mereka sangat mencintai persatuan. Dengan tindakan mengambil

kebaikan-kebaikan dari setiap kelompok-kelompok (JT, IM, HT, dan lainnya)

maka mereka berarti membolehkan atau membiarkan adanya perpecahan.35

34

Agama kita bukanlah “rujak” campuran dari berbagai macam jama’ah

sempalan. Oleh karena itu kita tidak butuh pada jama’ah-jama’ah sempalan,

karena semua kebaikan telah terkumpul pada jama’ah para Sahabat dan orang-

orang yang mengikuti mereka. Kita tidak butuh mengambil kebaikan-kebaikan

yang ada pada jama’ah sempalan, karena semua kebaikan sudah ada pada

jama’ahnya para Sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka. 35

Bahkan seharusnya dikatakan kepada JT, IM, HT, dan lainnya agar mereka

meninggalkan jama’ah-jama’ah mereka yang bercampur di dalamnya kebaikan

dan keburukan, lalu kembali kepada jama’ah Sahabat dan orang-orang yang

mengikuti mereka, yang jama’ah ini tidak lain isinya adalah kebaikan dan

kebaikan, tanpa bercampur sedikit pun dengan keburukan. Maka apalah butuhnya

orang-orang menggabungkan diri mereka dengan jama’ah-jama’ah sempalan yang

campur baur antara kebaikan dan keburukan di dalamnya, padahal telah ada

Page 58: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

58

Bahwa Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya telah

menunjukkan kejayaan Islam yang sempurna dari segi ilmu dan amal dalam

semua bidang aqidah, akhlaq, muamalah, politik, ekonomi, dll36

. Maka

barangsiapa yang mengada-adakan suatu metode/cara yang lain dari ajaran

Rosul dan para Sahabatnya maka berarti mereka menuduh Rosul dan para

Sahabatnya (Salafush sholeh) berkhianat atau menyembunyikan wahyu

(syari’at Islam). Atau meragukan kesempurnaan Islam yang telah diajarkan

Rosul kepada para Sahabatnya. Padahal Alloh Subhanahu wa ta’ala

mengancam dalam firman-Nya:

“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya (Rosul) takut

akan ditimpa fitnah atau ditimpa adzab yang pedih.” (QS. An Nuur: 63)

Dan Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

“Sesungguhnya aku tinggalkan kalian pada (hujjah) yang putih (bersih);

malam harinya seperti siang harinya, tidaklah akan menyimpang darinya

orang sesudahku kecuali binasa.” (HR. Ibnu Majah, Ahmad, dan Al Hakim

dari ‘Irbadh bin Sariyah)

Apabila mereka ingin menyatukan semua jama’ah-jama’ah dengan cara

seperti itu, maka jawabnya mustahil. Selagi tujuan dakwah dan manhaj

dakwah setiap jama’ah berbeda-beda. Kecuali mereka merujuk kembali

kepada Al Qur’an dan Sunnah, apa misi dakwah para Rosul (dari yang

pertama sampai yang terakhir) yang utama dan bagaimana metode

mendakwahkannya. Artinya tujuan dakwah (yang terpenting/prioritas) dan

manhaj dakwahnya harus sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah, tidak boleh

menyelisihi meskipun secuil.37

7. Dakwah Salafiyah tidak memberikan perhatian terhadap masalah-masalah

politik, bahkan meninggalkannya.

Jawabnya: (Syaikh Abu Anas Muhammad bin Musa Nashr)

Ini merupakan kedustaan yang nyata. Karena menurut Salafiyin, perkara

politik termasuk urusan dien. Tetapi politik yang mana? Apakah politik koran-

jama’ah para Sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka yang tidak

bercampur sedikitpun keburukan dalam jama’ah ini, karena jama’ah para Sahabat

dan orang-orang yang mengikuti mereka tidak lain adalah kebaikan itu sendiri. 36

Sehingga tidak ada alasan kalau mau belajar politik ke IM, manajemen kalbu ke

JT, dan lainnya, karena semua bidang telah diajarkan oleh Rosululloh Sholallohu

‘alaihi wa sallam kepada jama’ah para Sahabat. 37

Dan ketahuilah, semoga Alloh merahmatimu, bahwa manhaj dakwah para Nabi

dan Rosul adalah dakwah tauhid, yaitu meluruskan aqidah umat. Lantas

bagaimana manhaj dakwah yang haq ini ingin disatukan dengan manhaj dakwah

jama’ah-jama’ah sempalan yang sebagiannya melecehkan prinsip-prinsip dakwah

tauhid?

Page 59: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

59

koran, majalah-majalah, dan kantor-kantor berita milik Yahudi dan Nashrani?

Ataukah politik Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya

Rodhiallohu’anhum?

Apakah politik demokrasi milik orang-orang kafir dengan semboyan:

“Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”? Ataukah politik pemeluk Islam yang

berprinsip: “Hukum Alloh, untuk Alloh, berpijak kepada Kitabulloh dan Sunnah

Rosul-Nya, melalui musyawarah yang dibenarkan oleh Islam”?

Dan apakah politik yang kebenarannya diukur dengan banyaknya jari yang

terangkat (voting) di MPR, meskipun terkadang voting tersebut menambah

kuatnya kemungkaran atau kesyirikan? Ataukah politik sebagaimana yang

dikehendaki oleh Alloh Subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya:

“Keputusan itu hanyalah kepunyaan Alloh. Dia telah memerintahkan agar kamu

tidak menyembah selain Dia. (QS. Yusuf: 15)

Salafiyah tidak ingin meraih al haq dengan cara yang batil. Karena, sebuah

tujuan tidaklah menghalalkan segala cara. Mereka tidak akan berjuang dengan

minta pertolongan kaum musyrikin, dan selamanya tidak akan berkumpul dengan

orang-orang munafik. Mereka menolak jumlah banyak yang bersifat seperti buih,

yang tidak menyandang syar’i secuilpun.

8. Salafiyyin suka berlebih-lebihan...?!?

Jawabnya: (Syaikh Abu Anas Muhammad bin Musa Nashr)

Adapun kalau yang dimaksud berlebih-lebihan adalah bersungguh-

sungguh di dalam al haq, malaksanakan kewajiban-kewajiban, dan menghidupkan

sunnah-sunnah yang sudah mulai ditinggalkan, maka ini adalah haq, bukan aib

bagi seorang muslim. Sedangkan yang merupakan aib adalah kalau seseorang

meremehkan perkara-perkara agama, membolehkan hal-hal yang diharamkan,

serta mengerjakan hal-hal yang melanggar syari’at.

Maka apakah memelihara jenggot yang merupakan sunnah merupakan

sikap berlebihan? Apakah memendekkan kain di atas mata kaki yang merupakan

sunnah dianggap sikap berlebihan? Apakah mengharamkan jabat tangan dengan

wanita bukan mahrom, mengharamkan lagu-lagu dan musik, termasuk berlebih-

lebihan? Padahal para ulama telah berfatwa dengan hal-hal di atas!

Itu semua merupakan tuduhan yang dibuat-buat agar manusia menjauhi

para da’i Al Kitab dan As Sunnah pengikut Salaful ummah. Salafiyyah tidaklah

menyia-nyiakan syari’at ini sedikitpun. Tidak meremehkan sunnah, apapun

bentuknya. Sebagaimana hal itu dilakukan oleh harokiyyin dan hizbiyyin yang

menuduh salafiyyin suka mencari-cari masalah ganjil yang mereka namai dengan

‘qusyur’ (perkara kulit) untuk meremehkannya. Keberuntunganlah bagi orang-

orang yang asing, yang dikabarkan oleh Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam:

Page 60: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

60

“Mereka adalah orang-orang yang memperbaiki sunnah-sunnah Rosululloh

Sholallohu ‘alaihi wa sallam yang telah dirusak oleh manusia.” (HR. Tirmidzi,

Ahmad, Thabrani).

9. Salafiyyin tidak manaruh perhatian terhadap masalah jihad.

Jawabnya: (Syaikh Abu Anas Muhammad bin Musa Nashr)

Jihad merupakan puncak syari’at. Ayat-ayat dan hadits-hadits yang

menganjurkannya banyak sekali. Tapi jihad mempunyai kaidah-kaidah, syarat-

syarat, dan adab-adab. Salafiyyun tidak akan berangkat jihad di bawah bendera

jahiliyyah, karena jihad tidaklah disyari’atkan kecuali untuk menegakkan syari’at

Alloh Subhanahu wa ta’ala.

“Sehingga tidak terjadi fitnah, dan agama seluruhnya untuk Alloh.” (QS. Al

Anfal: 39)

Untuk berjihad harus ada imam dan bendera Islam, juga pembinaan

robbaniyyah seputar jihad. Harus ada bekal dan kesiapan, berdasarkan ilmu,

keyakinan, dan sasaran yang jelas. Jika bendera telah tegak dan tujuan (sasaran)

jelas, maka salafiyyin tidak akan ketinggalan. Palestina, Chehcnya, Afgan,

menjadi saksi bagi mereka di sisi Alloh Subhanahu wa ta’ala.

10. Dakwah salafiyyah memecah belah umat dan membikin fitnah.

Jawabnya: (Syaikh Abu Anas Muhammad bin Musa Nashr)

Kenapa salaf dituduh demikian? Karena dakwah ini memisahkan

keburukan dari kebajikan, padahal itu merupakan tujuan Alloh Subhanahu wa

ta’ala dan Rosul-Nya:

“Agar Alloh memisahkan antara keburukan dengan kebaikan” (QS. Al Anfaal:

37)

“Katakanlah: Kebenaran itu dari Robb kalian, barangsiapa yang ingin,

berimanlah, dan barangsiapa yang ingin, kufurlah.” (QS. Al Kahfi: 29)

Ketika seorang da’i Salafy memerangi bid’ah dan ahli bid’ah, langsung

dituduh dengan tuduhan-tuduhan yang keji tersebut. Karena memang di antara

prinsip ahlul bid’ah adalah mengumpulkan orang dengan membabi buta dengan

dalih menjaga persatuan kaum muslimin. Mereka tidak peduli dengan bentuk dan

jenisnya, tetapi yang penting kuantitas, bagaimana itu bisa terwujud? Akhi (dan

ukhti, ed)! Islam bukanlah ‘tong sampah’ yang semuanya masuk. Yang benar dan

yang sesat, yang harum dan yang busuk, yang kotor dan yang bersih, yang sunnah

dan yang bid’ah (bukan dari Islam) jadi satu. Islam tidaklah seperti itu. Islam

adalah mulia, maka hanya yang benar dan mulia saja yang diterima. Karena itu

kamu lihat mereka (sesama ahlul bid’ah, ed) berbasa-basi di hadapan ahlul bid’ah

(lainnya, ed) dan ahli kesesatan. Tetapi mereka tidak mau berdamai dengan

Page 61: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

61

salafiyyin. Bahkan mereka memusuhi, mencela, membenci, dan membesar-

besarkan kesalahan (individu, ed) salafiyyin (pengikut Nabi Sholallohu ‘alaihi wa

sallam dan para Sahabatnya).

11. Perkataan mereka (IM) yang menyeru kepada persatuan Islam:

“Menggabungkan berbagai macam aliran dan jangan gontok-gontokan dengan

hal-hal yang ‘kecil/tidak penting’, seperti cara sholat, syirik, tauhid, dzikir, dan

lain-lain. Dan kita saling tasamuh (toleransi) terhadap apa-apa yang kita

perselisihkan. Dan bagi mereka yang penting mendirikan negara Islam dengan

jalan merebut kekuasaan.”

Jawabnya:

Perkataan ini kalau diteliti maka bukan mengajak kepada persatuan (di

atas kebenaran, yaitu Al Qur’an dan As Sunnah dengan

pemahaman/manhaj generasi terbaik yang dipersaksikan oleh Alloh dan

Rosul-Nya), malah bisa diartikan membolehkan Islam menjadi bergolong-

golongan/berpecah belah. Karena tidaklah mungkin al haq bisa bergabung

dengan al batil melainkan al haq akan rusak. Maka mengatakan yang

batil itu batil (syirik-bid’ah) dan yang haq itu haq (tauhid-sunnah)

adalah keharusan dan kewajiban. Bukan malah memecah belah umat

seperti yang disangka oleh sebagian saudara-saudara kita.

Bila sholat, menjauhi syirik dan mengajak kepada tauhid, dzikir, dan lain-

lain dianggap sebagai hal-hal kecil dan tidak penting, lalu apa yang

dikatakan hal-hal besar? Sementara Al Qur’an hampir keseluruhannya

berbicara tentang tauhid dan ibadah serta ancaman bagi pelaku kesyirikan

dan kedurhakaan. Apakah Al Qur’an hanya membahas masalah-masalah

kecil yang membuat umat terbecah belah? Subhanalloh, alangkah dustanya

perkataan ini!!

Bila memang kekuasaan (politik) lebih penting menurut mereka (IM, NII,

DI/TII, Hizbut Tahrir, dll yang sepaham dengan mereka), maka mengapa

Al Qur’an hanya sedikit sekali membicarakan hal itu dibanding dengan

masalah-masalah tauhid, syirik, sholat, dan lain-lain?

“Aku wasiatkan padamu agar engkau bertakwa kepada Alloh, patuh dan taat

sekalipun yang memerintahmu seorang budak habsyi. Sebab barangsiapa hidup

(lama) di antara kamu tentu akan menyaksikan perselisihan yang banyak. Karena

itu, berpegang teguhlah pada Sunnahku dan sunnah Khulafa’ur Rosyidin yang

(mereka itu) mendapat petunjuk. Pegang teguhlah sekuat-kuatnya. Dan hati-

hatilah terhadap setiap perkara yang diada-adakan, karena semua perkara yang

diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah sesat, (dan setiap yang

sesat tempatnya di neraka).” (HR. Abu Dawud, Nasa’i, dan At Tirmidzi, Hasan

Shohih)

“Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahli kitab telah

berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan sesungguhnya agama ini

Page 62: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

62

(Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua

di neraka, dan satu golongan di surga, yaitu Al Jama’ah.” (HR. Ahmad dan yang

lain)

Dalam riwayat lain,

“Semua golongan tempatnya di neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para

Sahabatku meniti di atasnya.” (HR. At Tirmidzi dan dihasankan oleh Al Albani)

“Ibnu Mas’ud meriwayatkan: Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam membuat

garis lurus dengan tangannya lalu bersabda, “Ini Jalan Alloh yang lurus.” Lalu

beliau membuat garis-garis di kanan kirinya, kemudian bersabda, “Ini adalah

Jalan-jalan yang sesat, tak satu pun dari jalan-jalan ini kecuali di dalamnya

terdapat setan yang menyeru kepadanya.” Selanjutnya beliau membaca firman

Alloh Subhanahu wa ta’ala: “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah

Jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah ia, dan janganlah kamu mengikuti Jalan-

jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya.

Yang demikian itu diperintahkan oleh Alloh kepadamu agar kamu bertaqwa. (QS.

Al An’am: 153).” (HR Ahmad dan Nasa’i, Shohih)

Hadits-hadits di atas ada sebagian orang yang miskin lagi fakir tentang

ilmu hadits mengatakan tidak shohih, padahal hadits-hadits tersebut masyhur di

kalangan ulama. Dan secara realita hadits-hadits tersebut sudah dapat akhi (dan

ukhti, ed) lihat pada zaman sekarang ini.

Yang dimaksud kata “Jalan” pada hadits-hadits di atas adalah manhaj

(cara/metode memahami agama atau cara beragama). Jadi bukan ditujukan kepada

individu-individu. Karena setiap manusia tidak ada yang maksum (terbebas dari

kesalahan) kecuali Nabi. Termasuk pula Sahabat Abu Bakar Rodhiallohu’anhu,

Umar Rodhiallohu’anhu, dan lain-lain. Begitu juga pengikut mereka,

Salafy/Ahlus Sunnah wal Jama’ah, pribadi mereka ada benar dan ada salah tetapi

secara manhaj tidak. Sahabat adalah tidak maksum, sedangkan ijma’ para

Sahabat adalah maksum.

“Alloh tidak akan mengumpulkan umatku di atas kesesatan.” (HR. Bukhori,

Hakim, dari Ibnu Abbas Rodhiallohu’anhuma)

“Umatku” di sini adalah para Sahabat Nabi Sholallohu ‘alaihi wa

sallam dan orang-orang yang ittiba’ (mengikutinya) sampai hari kiamat,

bukan umat yang jahil dan berpecah belah seperti di zaman sekarang ini.

Kesimpulannya hadits-hadits di atas menyuruh kita untuk bermanhaj yang benar

dan menjauhi firqoh-firqoh/perpecahan.

Al Qur’an dan hadits-hadits tersebut turun pada waktu umat Islam masih

satu, murni, dan belum terpecah belah. Dan Al Qur’an serta hadits-hadits ini

memberikan isyarat bahwa umat Islam akan bergolong-golongan sekaligus

menasehatkan kita untuk tidak bergolong-golongan lalu bangga dengan apa yang

ada pada golongannya (QS. Ar Ruum: 32). Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam

Page 63: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

63

adalah yang sangat menyayangi umatnya, karenanya beliau tidak meninggalkan

kita umatnya dalam keadaan bingung. Beliau telah menasehatkan kita untuk

berpegang teguh dengan Al Qur’an, sunnahnya dan para Sahabat

Rodhiallohu’anhum sampai menemuinya di telaga haudl (di dalam Aqidah dan

manhaj, bukan aqidah saja seperti beberapa firqoh yang hanya mengaku-ngaku,

itupun masih dipilih-pilih mana yang sesuai dengan akal dan hawa nafsunya).

Dari Al Qur’an dan Hadits tersebut terbantahlah orang-orang yang

berkeyakinan bahwa jalan semua golongan yang ada adalah benar, karena

Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam dalam menunjuki jalan golongan yang

selamat dengan kata: “Jalan” (hanya satu) sedangkan yang sesat dengan kata:

“Jalan-jalan”, yang berarti banyak jalan (lebih dari satu). Perhatikanlah baik-baik

surat Al An’am: 153!!!

Ini tentu menimbulkan tanda tanya besar bagi mereka yang ingin mencari

kebenaran dan takut akan kesesatan (neraka)!!!

Page 64: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

64

Ketujuhbelas, Bila Berbeda Pendapat

Akhi (dan Ukhti, ed) mungkin pernah mendengar ‘Perbedaan pendapat

umatku adalah rahmat’, di bawah ini akan saya nukilkan tulisan Syaikh

Muhammad Nashiruddin Al Albani Rohimahulloh, beliau seorang dosen ahli

hadits Universitas Madinah, semoga Alloh Subhanahu wa ta’ala merahmatinya.

Hadits ini tidak ada asalnya. Para muhadits sudah berusaha keras untuk

mendapatkan sanad hadits ini tetapi mereka tidak menapatkannya. Sampai beliau

berkata: “Al Munawi menukil dari As Subki bahwa ia berkata: “Hadits ini tidak

dikenal oleh para muhadits dan saya belum mendapatkannya baik dalam sanad

yang shohih, dhoif, atau maudhu.” Syaikh Zakaria Al Anshori Hafizhahulloh

menyetujui dalam ta’lid atas Tafsir Al Baidhawi.

Makna hadits ini pun diingkari oleh para ulama peneliti. Al Allamah Ibnu

Hazm Hafizhahulloh berkata setelah beliau mengisyaratkan bahwa ucapan ini

bukan hadits: “Ini adalah ucapan yang paling rusak. Karena kalau perselisihan itu

rahmat, tentu kesepakatan itu sesuatu yang dibenci dan tidak ada seorang muslim

pun yang mengatakan demikian. Yang ada hanya kesepakatan atau perselisihan,

rahmat atau dibenci.”

Sesungguhnya di antara sebagian dampak buruk hadits palsu ini, bahwa

banyak dari kaum muslimin menyetujui perbedaan pendapat yang sangat tajam di

antara mazhab yang empat. Mereka tidak berupaya sama sekali untuk kembali

kepada Al Qur’an dan Sunnah yang shohih sebagaimana hal ini telah

diperintahkan oleh imam-imam mereka sendiri, semoga Alloh meridhoi mereka.

Bahkan mereka (orang-orang yang tertipu dengan hadits palsu ini, ed)

berpendapat bahwa mazhab-mazhab imam tersebut sebagai syari’at-syari’at yang

bermacam-macam. Mereka mengatakan demikian, padahal mereka tahu bahwa

pertentangan dan kontradiksi itu tidak mungkin dipadukan kecuali dengan

menolak sebagian yang bertentangan dengan dalil dan menerima yang lain yang

sesuai dengan dalil. Tetapi hal ini tidak mereka lakukan!

Dengan ini (sadar atau tidak sadar, ed) mereka menisbatkan kepada

syari’at akan adanya kontradiksi. Ini merupakan bukti satu-satunya bahwa

pertentangan bukanlah dari Alloh Subhanahu wa ta’ala apabila mereka

memperhatikan firman Alloh:

“Kalau sekiranya Al Qur’an itu bukan dari Alloh, niscaya mereka mendapatkan

pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS. An Nisaa’: 82)

Ayat di atas menyatakan dengan tegas bahwa pertentangan bukan dari

Alloh. Maka tidaklah benar menjadikan pertentangan sebagai syari’at yang diikuti

atau rahmat yang turun.

Page 65: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

65

Dan kesimpulannya: Sesungguhnya ikhtilaf itu tercela dalam syari’at.

Maka wajib berusaha untuk menuntaskan darinya sebisa mungkin, karena

pertentangan merupakan salah satu sebab kelemahan umat.

“Dan janganlah kalian berbantah-bantahan yang menyebabkan kalian menjadi

gentar dan hilang kekuatanmu.” (QS. Al Anfal: 46)

Sedangkan sikap ridho dengan pertentangan dan menamakannya sebagai

‘rahmat’, maka hal ini merupakan kejahilan besar dan menyalahi ayat-ayat Al

Qur’an yang tegas-tegas mencelanya.

Sampai di sini mungkin ada pertanyaan, yaitu: “Kadang terjadi

pertentangan di antara para Sahabat. Padahal mereka seutama-utama manusia,

apakah celaan di atas mengenai mereka?”

Ibnu Hazm Rohimahulloh menjawabnya, ia berkata: Sama sekali tidak.

Celaan di atas tidaklah mengenai Sahabat sedikitpun, dikarenakan mereka telah

berjuang keras mencari jalan Alloh dan pendapat yang benar. Maka jika ada di

antara mereka (yang salah, ed), mereka mendapat satu pahala dikarenakan niatnya

yang baik dalam menghendaki kebenaran. Terhapuslah dosa mereka dalam

kesalahannya, karena mereka tidak bermaksud dan tidak sengaja serta tidak

meremehkan dalam mencari kebenaran. Sedangkan yang benar di antara mereka

mendapatkan dua pahala. Begitu pula untuk setiap muslim sampai hari kiamat

dalam hal-hal yang tidak diketahui dan belum sampai kepadanya hujjah (dalil).

Syaikh Albani Rohimahulloh menjelaskan pula mengenai perbedaan

pendapat di kalangan Sahabat dengan ikhtilaf di antara muqollidin (orang-orang

yang taklid), dia berkata: Para Sahabat berbeda pendapat sebagai suatu

keterpaksaan, tetapi mereka mengingkari perselisihan dan menghindarinya apabila

mereka mendapatkan jalan keluarnya. Sedangkan muqollidin tidak sepakat dan

tidak berusaha untuk sepakat. Padahal besar kemungkinan kata sepakat itu bisa

dicapai dalam sebagian besar permasalahan yang ada. Akan tetapi mereka

menyetujui adanya perbedaan pendapat. Maka sungguh jauh berbeda antara

keduanya.

Celaan dan ancama tersebut, sebagaimana tertuang dalam nash, berlaku

atas orang yang meninggalkan kewajiban berpegang pada Al Qur’an dan Sunnah,

setelah datang nash kepadanya dan telah tegak hujjah atasnya. Kemudian setelah

itu dia tetap bergantung pada fulan dan fulan, taklid, sengaja untuk berselisih,

mengajak kepada fanatik dan kebanggaan jahiliyah, bermaksud untuk berpecah

belah, berupaya dalam pengakuannya untuk selalu mengembalikan kepada Al

Qur’an dan Sunnah apabila nash sesuai dengan keinginannya. Tetapi jika

menyelisihi (antara nafsu dan nash), maka ia bergantung pada kejahilannya,

meninggalkan Al Qur’an dan Sunnah. Mereka itulah orang-orang yang selalu

berselisih dan orang-orang yang tercela.

“Dan janganlah kalian menyerupai orang-orang yang berpecah dan berselisih

setelah datang keterangan (hujjah) kepada mereka.” (QS. Ali Imron: 105)

Page 66: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

66

Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka

(terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu

terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada

Alloh, kemudian Alloh akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah

mereka perbuat.” (QS. Al An’am: 159)

Tingkatan yang lain adalah mereka yang mempunyai agama yang tipis dan

takwa yang sedikit. Mereka mencari perkara yang cocok dengan hawa nafsu

mereka dari tiap pendapat yang ada. Mereka mengambil rukhsoh38

dalam ucapan

setiap ulama, taklid kepadanya. Bukan mencari apa-apa yang diwajibkan oleh

nash-nash dari Alloh dan Rosul-Nya. Sehingga Al Qur’an dan As Sunnah

dikoreksi dan dipaksa untuk sesuai dengan hawa nafsunya. Bukan hawa nafsunya

yang dikoreksi (untuk tunduk), apakah sesuai dengan Al Qur’an dan As Sunnah,

wallohu a’lam.

38

Yaitu mengambil pendapat-pendapat yang terasa paling mudah, namun dasar

pemilihannya adalah hawa nafsu, pendapat yang menurut hawa nafsu mereka

paling mudah atau paling cocok dengan keinginan mereka, maka itu yang mereka

ambil.

Page 67: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

67

Kedelapanbelas, ‘Katanya’, Orang Salaf Mewajibkan Cadar?

Yang saya tahu bahwa para ulama ada yang mewajibkan cadar dan ada

juga yang tidak mewajibkan. Ulama menyimpulkan hukum cadar ada dua, yaitu:

1. Sunnat/afdhol (dalam fiqih): bila dikerjakan mendapat pahala/lebih utama dan

bila tidak dikerjakan tidak berdosa. Dan pendapat ini adalah pendapat jumhur

ulama.

Ulama yang mengatakan afdhol, muka dan telapak tangan bukanlah aurot, namun

kalau mau ditutup itu lebih baik; ditutupnya ini tidaklah beralasan apakah manis

atau tidak (bukan berarti yang manis mesti ditutup sehingga yang tidak manis

tidak usah ditutup).

2. Ulama yang mewajibkan cadar, di antaranya berdasarkan dalil berikut:

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan

pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka

menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS.

An Nuur: 31)

Menurut mereka, kata-kata “kecuali yang (biasa) nampak dari padanya”, adalah

pakaian luar, sehingga wajah termasuk yang harus ditutup. Selain itu mereka juga

beralasan karena berdasarkan kondisi dan fitnah yang timbul, baik oleh karena

lingkungannya yang mayoritas rusak moralnya atau karena wanita itu terlalu

manis sehingga dapat menggoda laki-laki.

Jika demikian, maka bagaimana mungkin orang-orang jahil itu menuduh

bahwa salafy mewajibkan cadar? Padahal sebagaimana yang akhi (dan ukhti, ed)

lihat para ulama berselisih hukum dalam masalah ini.

Dan akhwat salafy khususnya di Palembang, ada yang bercadar dan ada

yang tidak bercadar, dan mereka tidak saling mencaci. Wallohu a’lam.

Page 68: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

68

Kesembilanbelas, Yang Terakhir, Nasyid Haram?

Mengenai hal ini sebaiknya akhi (dan ukhti, ed) membaca ‘Siroh

Nabawiyah dan Sahabat’. Di sana tidaklah ditemukan Sahabat

Rodhiallohu’anhum maupun Sahabiyah Rodhiallohu’anhunna yang bernasyid ria,

kecuali pada waktu dan keadaan tertentu yang tidak melalaikan atau dilarang

agama dan itu pun sifatnya hanya spontanitas saja. Artinya, tanpa adanya latihan

terlebih dahulu. Dan mereka pun tidak menjadikannya sebagai hobi atau

kebiasaan seperti orang-orang harokah yang menjadikannya sebagai pengganti

musik-musik yang haram, lebih-lebih sampai menggelar konser. Bahkan sekarang

sudah ditambah dengan alat musik, maka makin bertambahlah keharamannya.

“Kalian akan mengikuti umat-umat sebelum kalian sejengkal demi sejengkal,

sehasta demi sehasta, hingga seandainya mereka memasuki lubang biawak,

niscaya akan kalian ikuti. Kami bertanya: ‘Apakah yang dimaksud adalah umat

Yahudi dan Nashrani wahai Rosululloh?’ Beliau menjawab: ‘Lantas siapa

lagi?’” (Muttafaq alaihi)

Bahkan yang lebih parah lagi sebagian mereka menganggap nasyid

sebagai ibadah dan salah satu metode dakwah, serta menenangkan hati yang

sekarang banyak dilakukan di dalam masjid-masjid. Adakah pencampuradukan

kebenaran dengan kebatilan yang lebih nyata dari ini? Astaghfirulloh!

Menganggap nasyid sebagai ibadah adalah bid’ah, tidak ada dalil baik dari Al

Qur’an, As Sunnah, maupun keterangan dari para Sahabat Rodhiallohu’anhum,

juga imam-imam mazhab.

“Apakah mereka mempunyai sesembahan-sesembahan selain Alloh yang

mensyari’atkan agama untuk mereka yang tidak diizinkan Alloh?” (QS. Asy

Syuro: 21)

“Maka sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabulloh (Al Qur’an) dan

sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam.

Dan sejelek-jelek urusan adalah yang baru (di dalam agama) dan setiap yang

baru (di dalam agama) adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat dan setiap

kesesatan tempatnya di neraka.” (HR. Muslim, Nasa’i, Ahmad, dan Ibnu Majah)

Seorang ulama yaitu Al Hasan bin ‘Ali Al Barbahari Rohimahulloh

berkata: “Berhati-hatilah engkau dari perkara-perkara kecil yang baru (dalam

agama), karena sesungguhnya bid’ah-bid’ah yang kecil akan berulang sampai

menjadi besar. Demikian pula setiap bid’ah yang diada-adakan di umat ini, dahulu

permulaannya kecil, yang menyerupai kebenaran, sehingga orang yang masuk ke

dalamnya terperdaya dengannya, kemudian dia tidak mampu untuk keluar

darinya. Sehingga bid’ah itu menjadi besar dan menjadi agama yang dianut. Maka

dia (orang yang masuk tersebut) menyelisihi jalan yang lurus.”

Dan apabila sebagai penenang hati, maka apakah Al Qur’an tidak cukup

atau kurang berpengaruh terhadap hati? Padahal Al Qur’an dikatakan sebagai

Page 69: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

69

obatnya hati dan sebagai penenang hati. Kecuali bagi orang-orang yang hatinya

sudah sakit atau mati.

“Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat

bagi orang-orang yang beriman, dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada

orang-orang zhalim selain kerugian.” (QS. Al Isro’: 82)

Maka tidaklah heran bila mereka malas melakukan ibadah (yang sunnah)

yang jelas-jelas diperintahkan agama, tetapi sangat bersemangat bila melakukan

bid’ah (yang dianggap agama padahal bukan dari agama). Memang sudah lazim,

bila seseorang mencintai bid’ah maka otomatis ia akan membenci sunnah yang

semisal dengannya, begitu pula orang yang senang dengan kesyirikan maka ia

akan sangat benci dengan tauhid.

Melakukannya di masjid-masjid adalah menyerupai perbuatannya orang-

orang kafir (kristen, hindu, budha, dll) yang bernyanyi di tempat ibadah mereka

dan dianggap sebagai suatu tata cara ibadah yang mendekatkan diri kepada Alloh

Subhanahu wa ta’ala.

Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa menyerupai

suatu golongan maka ia termasuk golongan itu.” (HR. Abu Daud)

Hukum Nyanyian dan Musik Dalam Islam

1. Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Dan di antara manusia ada yang mempergunakan perkataan yang tidak

berguna untuk menyesatkan manusia dari jalan Alloh tanpa pengetahuan dan

manjadikan jalan Alloh itu olok-olokan.” (QS. Lukman: 6)

Kebanyakan ahli tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ‘lahwal hadits’

(perkataan yang tidak berguna, ed) adalah nyanyian. Hasan al Bashri

Rohimahulloh berkata bahwa ayat tersebut turun dalam menjelaskan soal

nyanyian dan seruling.

Ibnu Mas’ud Rodhiallohu’anhu pernah bersumpah demi Alloh bahwa maksud

dari firman Alloh, “Dan di antara manusia ada yang mempergunakan perkataan

yang tidak berguna untuk menyesatkan manusia dari jalan Alloh”, adalah alunan

lagu dan nyanyian.

Ibnu ‘Abbas Rodhiallohu’anhuma berkata, “Maksudnya adalah lagu dan yang

sejenisnya.” Sa’id bin Yassar Rohimahulloh, Ikrimah Rohimahulloh, Al Hasan

Rohimahulloh, Sa’id bin Jubair Rohimahulloh, Qotadah Rohimahulloh, Mujahid

Rohimahulloh, dan Ibrohim An Nakho’i Rohimahulloh mereka mengatakan,

“Maksudnya adalah lagu.”

Al Wahidi Rohimahulloh berkata, “Ayat ini dengan tafsiran di atas, menunjukkan

haramnya nyanyian.”

Page 70: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

70

2. Rosululloh Sholallohu ‘alai wa sallam bersabda:

“Nanti pasti ada beberapa kelompok dari umatku yang menganggap bahwa zina,

sutra, arak, dan musik hukumnyua halal, (padahal) itu semua hukumnya haram.

(HR. Bukhori dan Abu Daud)

“Sesungguhnya syaiton berkata kepada Alloh: “Ya Robbi, buatkan bagi saya

bacaan!” Jawab-Nya : “Bacaanmu adalah nyanyian.” Syaiton berkata lagi:

“Buatkan saya kitab!” Jawab-Nya: “Kitabmu adalah tato.” Syaiton berkata:

“Buatkan saya muazzin!” Jawab-Nya: “Muazzinmu musik.” Berkata syaiton:

“Buatkan saya rumah!” Jawab-Nya: “Rumahmu adalah wc.” Syaiton berkata

lagi: “Buatkan saya jerat!” “Jeratmu adalah wanita”. Syaiton berkata lagi:

“Buatkan saya makanan!” Jawab-Nya: “Makananmu adalah sembelihan yang

tidak disebut nama Alloh.”” (HR. Thobroni)

Islam tidak melarang sesuatu kecuali jika ada bahaya dari padanya, seperti

yang dikatakan oleh ulama-ulama sebagai berikut:

1. Imam Abu Hanifah Rohimahulloh, beliau membenci nyanyian dan

menjadikannya termasuk dosa-dosa. Mazhab Abu Hanifah dalam hal nyanyian

adalah yang paling keras. Mereka mengharamkan mendengarkan semua bentuk

alat-alat musik seperti seruling dan rebana bahkan hingga sekedar menabuh

batang pohon. Dan menyatakannya sebagai bentuk maksiat, menjadikan seseorang

fasik dan ditolak persaksiannya. Lebih dari itu mereka berkata, ‘Sesungguhnya

mendengarnya adalah suatu kefasikan dan menikmatinya adalah kekufuran.’

2. Imam Malik Rohimahulloh, maka beliau melarang nyanyian dan melarang

mendengarnya. Dan beliau ditanya tentang nyanyian yang dibolehkan oleh

penduduk Madinah? Beliau menjawab, “Hal itu hanya dilakukan oleh orang-

orang fasik.”

3. Imam Syafi’i Rohimahulloh:

Di dalam kitab Al Qodho’ bahwa nyanyian adalah hiburan yang menyerupai

barang bathil, siapa yang memperbanyaknya adalah bodoh dan tidak

diterima persaksiannya.

Di Baghdad, aku meninggalkan sesuatu yang merupakan ciptaan orang-orang

zindik. Mereka menamakan Taghbir (syair yang membuat orang zuhud di

dunia), dengan syair tersebut, mereka menghalang-halangi manusia dari Al

Qur’an. [Lalu, apa yang akan dikatakan tentang nasyid (nyanyian-nyanyian)

pada zaman sekarang, yang konon dinamakan Islami, sedangkan taghbir yang

membuat orang zuhud di dunia saja oleh Imam Syafi’i dilarang. La haula

wala quwwata illa billah].

4. Para sahabat Imam Syafi’i seperti Abu Thayyib Ath Thobari, Syaikh Abu

Ishak, dan Ibnu Shubbagh Rohimahulloh mengingkari orang yang mengatakan

Page 71: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

71

nyanyian adalah mubah. Bahkan mereka mencela lagu dan melarangnya.

Menyanyikannya dan mendengarkannya tidak diperbolehkan, apalgi jika dengan

alat musik. Syaikh Abu Ishak Rohimahulloh dalam At Tanbih dan Al Muhadzdzab

beliau berkata, “Tidak boleh menyewa atas sesuatu manfaat yang diharamkan,

sebab hal itu hukumnya haram, sehingga tidak boleh mengambil pengganti

daripadanya, sebagaimana dalam hal bangkai dan darah.” Perkataan syaikh ini

menurut Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah Rohimahulloh mengandung beberapa hal:

Manfaat nyanyian adalah jenis manfaat yang diharamkan.

Menyewa atau mengontraknya adalah batil.

Makan dari hasil nyanyian berarti makan harta secara batil, yakni sama

dengan makan dari harga (uang hasil penjualan, ed) bangkai atau darah.

Seseorang tidak boleh mengeluarkan hartanya untuk penyanyi, hal itu haram

baginya karena berarti ia mengeluarkan harta untuk sesuatu yang diharamkan,

sehingga mengeluarkannya untuk kepentingan tersebut sama dengan

mengeluarkan harta untuk darah dan bangkai.

Seruling adalah haram.

5. Imam Ahmad bin Hanbal Rohimahulloh:

Nyanyian itu menumbuhkan nifaq dalam hati.

Itu adalah bid’ah dan mereka (pelakunya) tidak layak dijadikan teman duduk.

Alat musik seperti kecapi, seruling, rebab, simbab, dan lainnya adalah haram.

Mata pencaharian ORANG BANCI dengan cara menyanyi adalah haram.

6. Ibnu Umar Rodhiallohu’anhuma, dari Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa

sallam, telah bersabda ketika kematian anaknya, Ibrohim, “Aku tidak melarang

menangis. Tetapi yang kularang adalah dua jenis suara yang menggambarkan

kebodohan dan kekejian, yaitu suara nyanyian dan seruling setan, dan suara

tatkala mendapat musibah, seperti memukul muka, mencabik-canik saku baju, dan

ratapan syaiton.

7. Al Qosim bin Muhammad Rodhiallohu’anhu (Keponakan ‘Aisyah

Rodhiallohu’anha) pernah ditanya oleh seseorang tentang lagu. Maka ia

menjawab:

Aku melarangmu menyanyikan lagu. Orang itu bertanya, “Apakah lagu itu

haram?” Maka beliau Rodhiallohu’anhu menjawab, “Andai kata Alloh

memisahkan yang hak dari yang batil, maka di manakah lagu diletakkan di

antara keduanya?”

Aku mencela dan melarang mendengarkannya.

8. Asy Sya’bi Rohimahulloh berkata, “Orang yang menyanyikan lagu dan orang

yang mendengarkannya sama-sama dilaknat.”

9. Fudhail bin Iyadh Rohimahulloh, ia berkata, “Lagu itu merupakan mantera

zina.”

Page 72: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

72

10. Adh Dhahhak Rohimahulloh berkata, “Lagu itu merusak hati dan

mendatangkan kemurkaan Alloh.”

11. Yazid bin Al Walid Rohimahulloh berkata, “Wahai kaumku, jauhilah lagu,

karena lagu itu memupuk syahwat, menurunkan kepribadian, dapat memabukkan,

dan dapat mendorong kepada zina.”

12. Ibnu Taimiyah Rohimahulloh:

Musik bagi jiwa seperti arak, karena bisa menimbulkan bahaya yang lebih

hebat dari arak itu sendiri

Adapun syirik terjadi, misalnya karena cinta kepada penyanyi melebihi cinta

kepada Alloh.

Peristiwa pembunuhan juga sering terjadi di arena pertunjukan musik. Ini

disebabkan karena ada kekuatan yang mendorong berbuat begitu, sebab

mereka datang ke tempat itu bersama syaiton.

Mendengarkan nyanyian dan musik tidak ada manfaatnya untuk jiwa dan tidak

mendatangkan kemaslahatan. Bahkan kerusakannya lebih besar dari pada

manfaatnya.

13. Ibnu Mas’ud Rodhiallohu’anhu: Nyanyian menimbulkan kemunafikan

dalam hati seperti air menumbuhkan sayuran, sedangkan dzikir menumbuhkan

iman dalam hati seperti air menumbuhkan tanaman.

14. Ibnu ‘Abbas Rodhiallohu’anhuma berkata, “Tahukah kamu jika kelak hari

kiamat tiba, maka ada al haq dan al batil, lalu di mana tempat nyanyian?” Orang

yang berbicara pada Ibnu ‘Abbas Rodhiallohu’anhuma menjawab, “Ia bersama al

batil.” Dan Ibnu Abbas Rodhiallohu’anhuma pun membenarkannya.

15. Ibnul Jauzy Rohimahulloh berkata: “Nyanyian adalah bacaannya syaiton.”

16. Ibnu Qoyyim Rohimahulloh: Tidak seorangpun yang bisa (mungkin yang

dimaksud penulis makalah ini adalah “biasa”, wallohu a’lam, ed) mendengarkan

nyanyian kecuali hatinya munafik yang ia sendiri tidak merasa. Andai kata ia

mengerti hakikat kemunafikan pasti ia melihat kemunafikan itu di dalam hatinya,

sebab tidaklah mungkin berkumpul di dalam hati seseorang antara dua

cinta, yaitu cinta Al Qur’an dan cinta nyanyian, kecuali yang satu mengusir

yang lain. Sungguh kami telah membuktikan betapa beratnya Al Qur’an di hati

seorang penyanyi atau pendengarnya dan betapa jemunya mereka terhadap Al

Qur’an. Mereka tidak dapat mengambil manfaat dari apa yang dibaca oleh

pembaca Al Qur’an, hatinya tertutup dan tidak tergerak sama sekali oleh bacaan

tadi. Tetapi apabila mendengar nyanyian mereka segar dan cinta dalam hatinya.

Mereka tampaknya lebih mengutamakan suara nyanyian daripada suara Al

Qur’an. Mereka yang telah kena exses nyanyian ternyata adalah orang-orang yang

malas mengerjakan sholat, termasuk berjamaah di masjid (bagi laki-laki).

Page 73: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

73

17. Ibnu ‘Aqil Rohimahulloh tokoh ulama yang bermazhab Hambali dan Ibnu

Hazm Rohimahulloh: Apabila yang menyanyi itu perempuan yang halal dinikahi

maka yang mendengarkan suaranya adalah haram.

18. Ibnu Hazm Rohimahulloh menyatakan, haram bagi orang Islam

mendengarkan nyanyian perempuan yang halal dinikahi, seperti penyanyi Shabah,

Ummi Kaltsum, dll.

19. Al Qodhi Abu Thoyyib Rohimahulloh berkata, “Pelakunya sebagai orang

yang bodoh, karena ia mengajak manusia kepada kebatilan dan siapa yang

mengajak manusia kepada kebatilan maka dia adalah orang bodoh dan fasik.”

20. Pendapat seluruh ulama Kufah, seperti Ibrohim, Asy Sya’bi, Hammad,

Sufyan Ats Tsaury Rohimahulloh dll. Begitu pula para ulama Bashroh

Rohimahulloh menyatakan, “Mendengarkan lagu adalah dosa dan tidak ada

perbedaan pendapat di antara mereka.”

21. Syaikh Muhammad Sholih Al Munajjid Hafizhahulloh berkata:

Alat musik seperti piano, harpa, biola, gitar, dan lainnya adalah haram

menurut beberapa hadits.

Nyanyian dan musik adalah sarana besar zaman ini yang melahirkan banyak

fitnah.

Sebagian orang membela musik dan nasyid berdalil dengan perbuatan

Rhoma Irama, Emha, dan perkataan Imam Al Ghazali, Yusuf Qordhowi, dll.

Sungguh ini adalah dalil yang sangat aneh dan tidak pantas diucapkan oleh

seorang penuntut ilmu dan pengaku ittiba’ kepada Rosululloh Sholallohu ‘alaihi

wa sallam.

Imam Thobroni Rohimahulloh dari Ibnu ‘Abbas Rodhiallohu’anhuma

berkata, “Aku khawatir kalian akan dihujani hujan batu dari langit lantaran aku

berkata: “Telah bersabda Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam”, tapi kalian

membantah dengan perkataan Abu Bakar dan Umar.”

Perkataan dua orang Sahabat besar ini tidak boleh menjadi pegangan bila

menyelisihi hadits Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam. Maka bagaimana mungkin

perkataan Yusuf Qordhowi dkk dijadikan dalil...? Jauh sekali.... Hujan apa lagi

yang dikhawatirkan Ibnu ‘Abbas Rodhiallohu’anhuma terhadap mereka

ini?!?....Allohu Akbar!!!

Adalah Ahlu Sunnah wal Jama’ah, manhajnya berada di tengah-tengah,

antara yang menganggap remeh dan yang berlebih-lebihan, antara yang

membolehkan tanpa batas-batas syar’i dan yang mengharamkan secara mutlak.

Page 74: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

74

Tapi ia berada di tengah-tengah (sesuai Al Qur’an dan Sunnah dengan

pemahaman Salaful Ummah).39

Adapun nyanyian yang diperbolehkan:

1. Nyanyian di hari raya, ‘Aisyah Rodhiallohu’anha meriwayatkan: Rosululloh

Sholallohu ‘alaihi wa sallam masuk menemui ‘Aisyah Rodhiallohu’anha. Di

dekatnya ada dua orang gadis kecil yang sedang memukul terbang. Dalam

riwayat yang lain; sedang menyanyi. Lalu Abu Bakar Rodhiallohu’anhu

membentak mereka, maka Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Biarkan mereka, karena setiap kaum mempunyai hari raya, dan hari raya

kita adalah hari ini.” (HR. Bukhori)

2. Nyanyian yang diiringi terbang pada waktu nikah. Nabi Sholallohu ‘alaihi wa

sallam bersabda:

“Yang membedakan antara halal (nikah) dan haram (zina) adalah memukul

terbang dan lagu-lagu pada waktu nikah.” (HR. Ahmad)

3. Nyanyian40

yang Islami pada waktu kerja yang mendorong untuk giat dan

rajin bekerja, terutama yang mengandung do’a. Hal ini pernah terjadi pada

waktu menggali khondak (parit) untuk persiapan perang khondak.

4. Nyanyian41

pada waktu akan berangkat berperang/jihad di jalan Alloh dan

tanpa alat musik.

5. Alat musik yang dibolehkan hanyalah rebana, itu pun terbatas pada waktu hari

raya dan saat pernikahan serta khusus untuk kaum wanita (anak-anak) serta

bersifat spontanitas (bukan konser) dan tidak berlebih-lebihan.

6. Nyanyian seorang ibu untuk menidurkan anaknya yang masih kecil. (Tetapi

tidak dengan kata-kata/kalimat yang dilarang syar’i). Wallohu a’lam.

39

Demikian juga dalam masalah ini, Ahlu Sunnah wal Jama’ah tidaklah

mengharamkan nyanyian secara mutlak, karena ada beberapa jenis nyayian yang

boleh dilakukan dengan batasan-batasan yang ada. 40

Nyanyian yang dimaksud di sini adalah nasyid yang dibolehkan syari’at, yaitu

mengeraskan dan/atau meninggikan suara disertai semacam pantun/puisi, bukan

dengan adanya irama seperti nyanyian-nyanyian yang kita kenal dewasa ini,

wallohu a’lam. 41

Idem.

Page 75: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

75

Kesimpulan

Dari uraian di atas dapatlah kita simpulkan bahwa:

Pertama, Salaf atau Ahlu Sunnah wal Jama’ah atau Ahlu Hadits atau Ahlu

Atsar atau Ahlu Ittiba’ atau Ath Tho’ifah Al Manshuroh (kelompom yang

dimenangkan) atau Al Firqoh An Najiyah (golongan yang selamat) bukanlah suatu

aliran (aliran sesat/bid’ah) dari sekian banyak aliran sempalan yang ada dulu dan

sekarang yang disangka oleh kebanyakan orang. Ini adalah manhajnya Rosululloh

Sholallohu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya Rodhiallohu’anhum serta para

Imam (Hanafi, Maliki, Syafi’i, Ahmad, dan yang lainnya) yang telah dikenal.

Kedua, para Nabi tidaklah diutus untuk menumbangkan suatu daulah dan

menegakkan daulah lainnya. Mereka bukanlah pengejar kekuasaan dan bukan

pula termasuk orang yang berlomba-lomba merebutnya. Mereka jauh dari intrik-

intrik politik yang menyimpang. Mereka hanyalah membawa hidayah bagi

semesta alam, menyelamatkan umat manusia dari kesesatan syirik dan bid’ah,

mengeluarkan umat dari alam kegelapan kepada cahaya yang terang benderang.

Serta memperingatkan umat manusia dari murka Alloh Subhanahu wa ta’ala.

Meraka tetap konsisten di atas jalur dakwah kepada jalan Alloh Subhanahu wa

ta’ala. Sebagaimana tawaran kaum Quraisy kepada Rosululloh Sholallohu ‘alaihi

wa sallam yang secara tegas beliau tolak. Pernah juga ditawarkan kepada beliau,

apakah suka menjadi seorang Nabi merangkap raja ataukah menjadi seorang

hamba dan Rosul. Beliau lebih memilih menjadi seorang hamba dan Rosul.

Diriwayatkan dari Abu Huroiroh Rodhiallohu’anhu, ia berkata:

“Malaikat Jibril ‘Alaihissalam pernah menemui Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa

sallam, kemudian ia menatap ke langit, ternyata seorang malaikat sedang turun.

Malaikat Jibril ‘Alaihissalam berkata: “Sesungguhnya malaikat ini tidak pernah

turun ke bumi semenjak diciptakan.” Malaikat itu berkata: “Wahai Muhammad,

Alloh Subhanahu wa ta’ala telah mengutusku kepadamu, Dia memberimu pilihan:

‘Apakah engkau suka menjadi seorang Nabi merangkap Raja ataukah seorang

Rosul dan hamba?’” Malaikat Jibril ‘Alaihissalam berkata kepada Rosululloh

Sholallohu ‘alaihi wa sallam: “Bersikap tawadhu’ lah terhadap Robbmu!”

Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam akhirnya menjawab: “Aku lebih senang

menjadi seorang Rosul dan hamba!” (HR. Ahmad II/231)

Maka jelaslah bagi kita bahwa firqoh-firqoh itu timbul karena kebodohan

yang pada akhirnya mereka menyelisihi Al Qur’an dan As Sunnah, baik secara

keseluruhan ataupun hanya sebagian-sebagian. Atau mereka memahami Al

Qur’an dan As Sunnah menurut hawa nafsunya sendiri, bukan menurut para

Sahabat Rodhiallohu’anhum.

“Hai orang-orang yang beriman, Masuklah kamu ke dalam Islam secara

keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaiton.

Sesungguhnya syaiton itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqoroh: 208)

Page 76: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

76

“Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak dianggap beriman

seseorang di antara kalian, hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku

bawa.” (Hadits Arba’in, Imam An Nawawi no. 41)

Demikianlah sikap yang seharusnya diteladani oleh setiap da’i dan ulama

pewaris Nabi. Mari kita teladani bersama!

Page 77: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

77

Saran dan Nasehat Dari Syaikh Abu Abdillah Ahmad Ibn

Muhammad Asysyihy Hafizhahulloh

Ikutilah dalil dari Kitab dan Sunnah yang shohih serta pahamilah keduanya

dengan pemahaman pendahulumu yang sholih, maka sesungguhnya hal itu

akan memberikan kecukupan bagimu sebagaimana pula memberi kecukupan

kepada mereka.

Kalau di negeri yang engkau diami ada Salafiyyun, maka pergilah engkau

kepada mereka dan berdialoglah bersama mereka dengan tenang dan perlahan

agar mereka menjelaskan manhaj-manhaj hizbmu berupa penyimpangan

terhadap manhaj Ahlu Sunnah wal Jama’ah.

Tingkalkan hizb yang kamu bergabung di dalamnya. Dan carilah perkumpulan

pemuda dan tolong-menolonglah bersama mereka di atas kebenaran dan takwa

berupa menuntut ilmu, beramal dengannya, berdakwah kepadanya, dan yang

semisalnya tanpa disertai rasa tahazzub (pengelompokkan) dan ta’ashshub

(fanatik) yang tercela.

Ketahuilah bahwa tujuanmu pada kehidupan ini adalah untuk beribadah hanya

kepada Alloh saja berdasarkan ilmu (QS. Yusuf: 108), mengharap rahmat dan

ampunan-Nya, kemudian menyelamatkan orang lain, bukan sebaliknya.

Ketahuilah bahwa Salafiyyun (Ahlu Sunnah wal Jama’ah) adalah manhaj,

bukan orang/kepribadian. Dan bahwa cara menisbatkan diri kepadanya

tidaklah dengan cara duduk secara rahasia atau dengan pembagian

kelompok peserta, tetapi dengan cara engkau mengambil manhaj yang lurus

ini dan membelanya.

Hati-hatilah untuk menyebarkan setiap apa yang engkau dengar dari berita-

berita dan perkataan-perkataan tanpa menelitinya, karena pendusta banyak di

zaman ini.

Selagi engkau membawa aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, maka janganlah

engkau membelanya kecuali aqidah tersebut dan orang yang membawanya.

Alloh Subhanahu wa ta’ala telah memerintahkan kita untuk saling

memberi nasehat sebagaimana firman-Nya (pen.):

“Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian yang nyata kecuali orang-

orang yang beriman dan beramal sholeh dan saling menasehati dalam kebenaran

dan saling menasehati dalam kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3)

“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (QS. Asy

Syu’aro’: 214)

“Agama itu adalah nasehat. Kami bertanya: ‘Bagi siapa wahai Rosululloh?’

Beliau menjawab: “Bagi Alloh, kitab-Nya, Rosul-Nya, dan bagi pemimpin-

Page 78: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

78

pemimpin kaum muslimin serta orang awamnya mereka.” (HR. Muslim dari

hadits Tamim Ad Daari)

Dan janganlah pula kita taklid terhadap nenek moyang, seperti yang

dikabarkan oleh Al Qur’an:

“Apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah mengikuti apa yang diturunkan

Alloh dan mengikuti Rosul.” Mereka menjawab, “Cukuplah untuk kami apa yang

kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya.” Dan apakah mereka akan

mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak

mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?” (QS. Al Ma’idah:

104)

“Dan jika engaku (hai Muhammad) mengikuti kebiasaan orang banyak di muka

bumi, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Alloh.” (QS. Al An’am:

116)

“Dan taatilah Alloh dan Rosul, supaya kamu diberi rahmat.” (QS. Ali Imron:

132)

“Apabila kamu melihat orang-orang yang ragu dalam agamanya dan ahli bid’ah

sesudah aku (Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam) tiada, maka tunjukkanlah

sikap menjauh dari mereka. Perbanyaklah lontaran cerca dan kata tentang

mereka dan kasusnya. Dustakanlah (maksudnya, bantahlah, wallohu a’lam, ed)

mereka agar mereka tidak makin merusak Islam. Waspadai pula orang-orang

yang dikhawatirkan meniru-niru bid’ah mereka. Dengan demikian Alloh akan

mencatat bagimu pahala dan akan meningkatkan derajat kamu di akhirat.” (HR.

Ath Thahowi)

“Barangsiapa menipu umatku maka baginya laknat Alloh, para malaikat dan

seluruh manusia.” Ditanyakan, “Ya Rosululloh, apakah pengertian tipuan

umatmu itu?” Beliau menjawab, “Mengada-adakan amalan bid’ah, lalu

melibatkan orang-orang kepadanya.” (HR. Daruquthni)

“Kami tidak menurunkan Al Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah,

tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Alloh).” (QS. Thoha: 2-

3)

“Kebenaran itu adalah dari Robbmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk

orang-orang yang ragu.” (QS. Al Baqoroh: 147)

“Tidak masuk Surga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat atom rasa

sombong. Sombong yaitu menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR.

Muslim)

Imam Bukhori Rohimahulloh di dalam kitab shohihnya menulis suatu bab

yang berjudul: “Al Ilmu Qobla Qoul wal ‘Amal.”, artinya: berilmu dahulu

sebelum berkata dan beramal.

Page 79: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

79

Sekali lagi saya mohon maaf kalau penyampaian saya ada kata yang salah

atau menyakitkan hati. Dan kalau itu suatu kebenaran maka dari Alloh dan kalau

salah itu adalah dari saya. Akhirnya semoga Alloh Ta’ala senantiasa memberikan

petunjuk-Nya kepada kita dan kaum muslimin semua, agar istiqomah berjalan

pada jalan-Nya yang lurus. Kita memohon kepada-Nya agar Dia selamatkan kita

dari segala manhaj yang sesat. Aamiin. Wallohu waliyyut taufiq.

Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Page 80: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

80

Aqidah Muslim42

Jika pengikut Ahmad adalah wahabi,

Maka aku akui bahwa diriku wahabi.

Kutiadakan sekutu bagi Tuhan.

Maka tak ada Ilah yang haq bagiku,

Selain yang Maha Esa dan Maha Pemberi.

Tidak ada kubah yang bisa diharap,

Tidak pula berhala,

Dan kuburan tidaklah sebab di antara penyebab,

Tidak, sama sekali tidak

Tidak pula batu, pohon, mata air, atau patung-patung.

Juga, aku tidak mengalungkan jimat,

Temali, rumah kerang, atau taring.

Untuk mengharap manfaat, atau menolak bala.

Alloh yang memberiku manfaat dan menolak bahaya dariku.

Adapun bid’ah dan segala perkara yang diada-adakan dalam agama,

Maka orang-orang berakal mengingkarinya.

Aku berharap, semoga ku tak kan mendekatinya,

Tidak pula rela secara agama, ia tidak benar.

Dan aku berlindung dari Jahmiyah.

Aku mencela perselisihan setiap ahli takwil dan peragu-ragu.

Serta yang mengingkari istiwa’.

Tentangnya, cukuplah bagiku teladan dari

Ucapan para pemimpin yang mulia,

Syafi’i, Malik, Abu Hanifah, Ibnu Hanbal,

Orang-orang yang bertaqwa dan ahli bertaubat.

Dan pada zaman kita sekarang ini, ada orang yang mempercayai,

Seraya berteriak atasnya,

Mujassim wahabi.

Telah ada hadits tentang keterasingan Islam.

Maka hendaknya para pencinta menangis,

Karena terasing dari orang-orang yang dicintainya.

Alloh yang melindungi kita,

Yang menjaga agama kita,

Dari kejahatan setiap pembangkang dan pencela.

42

Ini adalah syair yang dibuat oleh Mulla Umran, seseorang yang pada mulanya

membenci dakwah Salaf (karena dia dahulunya adalah seorang Syi’ah), namun

kemudian Alloh memberinya taufiq untuk beralih membela manhaj Salaf. Syair

ini adalah tumpahan perasaannya atas apa-apa yang dia alami dalam usahanya

menempuh jalan kebenaran ini, semoga Alloh menjaganya.

Page 81: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

81

Dia menguatkan agama-Nya yang lurus,

Dengan sekelompok orang yang berpegang teguh,

Dengan Kitab dan Sunnahnya.

Mereka tidak mengambil hukum lewat pendapat dan kias.

Sedang kepada ahli wahyu,

Mereka sebaik-baik orang yang kembali.

Sang Nabi terpilih telah mengabarkan tentang mereka,

Bahwa mereka adalah orang-orang asing,

Di tengah keluarga dan kawan pergaulannya.

Mereka menapaki jalan orang-orang yang mendapat petunjuk,

Dan berjalan di atas jalan mereka dengan benar.

Karena itu, orang-orang yang suka berlebihan,

Berlari dan menjauh dari mereka.

Tapi kita berkata, tidak aneh,

Telah lari pula orang-orang yang diseru

Oleh sebaik-baik manusia.

Bahkan menjulukinya sebagai tukang sihir lagi pendusta.

Padahal mereka mengetahui,

Betapa beliau seorang yang teguh memegang amanah dan janji,

Mulia dan jujur menepati.

Semoga keberkahan atasnya,

Selama angin masih berhembus, juga atas segala keluarganya,

Dan semua Sahabatnya....Aamiin. 43

43

Wahabi adalah julukan yang diberikan kepada Salafiyyin oleh orang-orang

yang membenci dakwah Salaf. Dengan julukan ini mereka ingin menggambarkan

bahwa Salafy adalah kelompok yang sesat, mengapa? Karena...

INILAH WAHHABI SESUNGGUHNYA…!!

Wajib diketahui oleh setiap kaum Musimin dimanapun mereka berada

bahwasanya firqoh Wahabi adalah Firqoh yang sesat, yang ajarannya sangat

berbahaya bahkan wajib untuk dihancurkan. Tentu hal ini membuat kita bertanya-

tanya, mungkin bagi mereka yang PRO akan merasa marah dan sangat tidak

setuju, dan yang KONTRA mungkin akan tertawa sepuas-puasnya.. Maka

siapakah sebenarnya Wahabi ini??

Bagaimanakah sejarah penamaan mereka??

Marilah kita simak dialog Ilmiah yang sangat menarik antara Syaikh Muhammad

bin Sa’ad Asy Syuwai’ir dengan para masyaikh/dosen-dosen disuatu Universitas

Islam di Maroko

Salah seorang Dosen itu berkata: “Sungguh hati kami sangat mencintai Kerajaan

Saudi Arabia, demikian pula dengan jiwa-jiwa dan hati-hati kaum muslimin

Page 82: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

82

sangat condong kepadanya, dimana setiap kaum muslimin sangat ingin pergi

kesana, bahkan antara kami dengan kalian sangat dekat jaraknya. Namun sayang,

kalian berada diatas suatu Madzhab, yang kalau kalian tinggalkan tentu akan lebih

baik, yaitu Madzhab Wahabi.”

Kemudian Asy Syaikh dengan tenangnya menjawab: “Sungguh banyak

pengetahuan yang keliru yang melekat dalam pikiran manusia, yang mana

pengetahuan tersebut bukan diambil dari sumber-sumber yang terpercaya, dan

mungkin kalian pun mendapat khabar-khabar yang tidak tepat dalam hal ini.

Baiklah, agar pemahaman kita bersatu, maka saya minta kepada kalian dalam

diskusi ini agar mengeluarkan argumen-argumen yang diambil dari sumber-

sumber yang terpercaya,dan saya rasa di Universitas ini terdapat Perpustakaan

yang menyediakan kitab-kitab sejarah islam terpercaya. Dan juga hendaknya kita

semaksimal mungkin untuk menjauhi sifat Fanatisme dan Emosional.”

Dosen itu berkata: “Saya setuju denganmu, dan biarkanlah para Masyaikh yang

ada dihadapan kita menjadi saksi dan hakim diantara kita.”

Asy Syaikh berkata: “Saya terima, Setelah bertawakal kepada Allah, saya

persilahkan kepada anda untuk melontarkan masalah sebagai pembuka diskusi

kita ini.”

Dosen itu pun berkata:

“Baiklah kita ambil satu contoh, ada sebuah fatwa yang menyatakan bahwa

firqoh wahabi adalah Firqoh yang sesat. Disebutkan dalam kitab Al-Mi’yar

yang ditulis oleh Al Imam Al-Wansyarisi, beliau menyebutkan bahwa Al-Imam

Al-Lakhmi pernah ditanya tentang suatu negeri yang disitu orang-orang

Wahabiyyun membangun sebuah masjid, “Bolehkan kita Sholat di Masiid yang

dibangun olehorang-orang wahabi itu ??” maka Imam Al-Lakhmi pun menjawab:

“Firqoh Wahabiyyah adalah firqoh yang sesat, yang masjidnya wajib untuk

dihancurkan, karena mereka telah menyelisihi kepada jalannya kaum mu’minin,

dan telah membuat bid’ah yang sesat dan wajib bagi kaum muslimin untuk

mengusir mereka dari negeri-negeri kaum muslimin.”

(wajib kita ketahui bahwa Imam Al-Wansyarisi dan Imam Al-Lakhmi adalah

ulama ahlusunnah)

Dosen itu berkata lagi: “Saya rasa kita sudah sepakat akan hal ini, bahwa tindakan

kalian adalah salah selama ini.”

Kemudian Asy Syaikh menjawab: ”Tunggu dulu..!! kita belum sepakat, lagipula

diskusi kita ini baru dimulai, dan perlu anda ketahui bahwasannya sangat banyak

fatwa yang seperti ini yang dikeluarkan oleh para ulama sebelum dan sesudah Al-

Lakhmi, untuk itu tolong anda sebutkan terlebih dahulu kitab yang menjadi

rujukan kalian itu!”

Page 83: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

83

Dosen itu berkata: “Anda ingin saya membacakannya dari fatwanya saja, atau

saya mulai dari sampulnya??”

Asy Syaikh menjawab: “Dari sampul luarnya saja.”

Dosen itu kemudian mengambil kitabnya dan membacakannya: “Namanya adalah

Kitab Al-Mi’yar, yang dikarang oleh Ahmad bin Muhammad Al-Wansyarisi.

Wafat pada tahun 914 H di kota Fas, di Maroko.”

Kemudian Asy Syaikh berkata kepada salah seorang penulis di sebelahnya:

“Wahai syaikh, tolong catat baik- baik, bahwa Imam Al-Wansyarisi wafat pada

tahun 914 H. Kemudian bisakah anda menghadirkan biografi Imam Al-

Lakhmi??”

Dosen itu berkata: “Ya.”

Kemudian dia berdiri menuju salah satu rak perpustakaan, lalu dia membawakan

satu juz dari salah satu kitab-kitab yang mengumpulkan biografi ulama. Didalam

kitab tersebut terdapat biografi Ali bin Muhammad Al-Lakhmi, seorang Mufti

Andalusia dan Afrika Utara.

Kemudian Asy Syaikh berkata : “Kapan beliau wafat?”

Yang membaca kitab menjawab: “Beliau wafat pada tahun 478 H”

Asy Syaikh berkata kepada seorang penulis tadi: “Wahai syaikh tolong dicatat

tahun wafatnya Syaikh Al-Lakhmi” kemudian ditulis.

Lalu dengan tegasnya Asy Syaikh berkata: “Wahai para masyaikh….!!! Saya

ingin bertanya kepada antum semua …!!! Apakah mungkin ada ulama yang

memfatwakan tentang kesesatan suatu kelompok yang belum datang (lahir)

???? kecuali kalau dapat wahyu????”

Mereka semua menjawab: “Tentu tidak mungkin, Tolong perjelas lagi maksud

anda!”

Asy syaikh berkata lagi: “Bukankah wahabi yang kalian anggap sesat itu adalah

dakwahnya yang dibawa dan dibangun oleh Syaikh Muhammad Bin Abdul

Wahhab????”

Mereka berkata : “Siapa lagi???”

Asy Syaikh berkata: “Coba tolong perhatikan..!!! Syaikh Muhammad bin

Abdul Wahhab lahir pada tahun 1115 H dan wafat pada tahun 1206 H, …

Nah, ketika Al-Imam Al-Lakhmi berfatwa seperi itu, jauh RATUSAN

TAHUN lamanya sebelum syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab

Page 84: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

84

lahir..bahkan sampai 22 generasi ke atas dari beliau sama belum ada yang

lahir..apalagi berdakwah..

KAIF ??? GIMANA INI???” (Merekapun terdiam beberapa saat..)

Kemudian mereka berkata: “Lalu sebenarnya siapa yang dimaksud Wahabi oleh

Imam Al-Lakhmi tersebut?? mohon dielaskan dengan dalil yang memuaskan,

kami ingin mengetahui yang sebenarnya!”

Asy Syaikh pun menjawab dengan tenang: “Apakah anda memiliki kitab Al-Firaq

Fii Syimal Afriqiya, yang ditulis oleh Al-Faradbil, seorang kebangsaan Francis?”

Dosen itu berkata: “Ya ini ada”

Asy Syaikh pun berkata: “Coba tolong buka di huruf “wau” .. maka dibukalah

huruf tersebut dan munculah sebuah judul yang tertulis “Wahabiyyah”

Kemudian Asy Syaikh menyuruh kepada Dosen itu untuk membacakan tentang

biografi firqoh wahabiyyah itu.

Dosen itu pun membacakannya: “Wahabi atau Wahabiyyah adalah sebuah sekte

KHOWARIJ ABADHIYYAH yang dicetuskan oleh Abdul Wahhab bin

Abdirrahman bin Rustum Al-Khoriji Al-Abadhi, Orang ini telah banyak

menghapus Syari’at Islam, dia menghapus kewajiban menunaikan ibadah haji dan

telah terjadi peperangan antara dia dengan beberapa orang yang menentangnya.

Dia wafat pada tahun 197 H di kota Thorat di Afrika Utara. Penulis mengatakan

bahwa firqoh ini dinamai dengan nama pendirinya, dikarenakan memunculkan

banyak perubahan dan dan keyakinan dalam madzhabnya. Mereka sangat

membenci Ahlussunnah.

Setelah Dosen itu membacakan kitabnya Asy Syaikh berkata: “Inilah Wahabi

yang dimaksud oleh imam Al-Lakhmi, inilah wahabi yang telah memecah belah

kaum muslimin dan merekalah yang difatwakan oleh para ulama Andalusia dan

Afrika Utara sebagaimana yang telah kalian dapati sendiri dari kitab-kitab yang

kalian miliki. Adapun Dakwah yang dibawa oleh Syaikh Muhammad bin Abdul

Wahhab yang didukung oleh Al-Imam Muhammad bin Su’ud-Rahimuhumallah-,

maka dia bertentangan dengan amalan dakwah Khowarij, karena dakwah beliau

ini tegak diatas kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam

yang shahih, dan beliau menjauhkan semua yang bertentangan dengan keduanya,

mereka mendakwahkah tauhid, melarang berbuat syirik, mengajak umat kepada

Sunnah dan menjauhinya kepada bid ’ah, dan ini merupakan Manhaj Dakwahnya

para Nabi dan Rasul.

Syubhat yang tersebar dinegeri-negeri Islam ini dipropagandakan oleh musuh-

musuh islam dan kaum muslimin dari kalangan penjajah dan selain mereka agar

terjadi perpecahan dalam barisan kaum muslimin.

Page 85: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

85

Sesungguhnya telah diketahui bahwa dulu para penjajah menguasai kebanyakan

negeri-negeri islam pada waktu itu,dan saat itu adalah puncak dari kekuatan

mereka. Dan mereka tahu betul kenyataan pada perang salib bahwa musuh utama

mereka adalah kaum muslimin yang bebas dari noda yang pada waktu itu

menamakan dirinya dengan Salafiyyah. Belakangan mereka mendapatkan sebuah

pakaian siap pakai, maka mereka langsung menggunakan pakaian dakwah ini

untuk membuat manusia lari darinya dan memecah belah diantara kaum muslimin,

karena yang menjadi moto mereka adalah “PECAH BELAHLAH MEREKA,

NISCAYA KAMU AKAN MEMIMPIN MEREKA ”

Sholahuddin Al-Ayubi tidaklah mengusir mereka keluar dari negeri Syam secara

sempurna kecuali setelah berakhirnya daulah Fathimiyyah Al-Ubaidiyyin di

Mesir, kemudian beliau (Sholahuddin mendatangkan para ulama ahlusunnah dari

Syam lalu mengutus mereka ke negeri Mesir, sehingga berubahlah negeri mesir

dari aqidah Syiah Bathiniyyah menuju kepada Aqidah Ahlusunnah yang terang

dalam hal dalil, amalan dan keyakinan.

(silahkan lihat kitab Al Kamil Oleh Ibnu Atsir)

Sumber:

http://abangdani.wordpress.com/2011/08/04/inilah-wahhabi-yang-dianggap-sesat-

oleh-ulama-ulama-maroko/

Page 86: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

86

Maroji’ (Daftar Pustaka, ed)

1. Kitab Suci Al Qur’an, Mujamma’ Al Malik Fahd Li Thiba’at Al Mush-haf

Asy Syarif, Kerajaan Saudi Arabia

2. Syarah Hadits Arba’in, Imam An Nawawi, Khazanah Ilmu

3. Kitab Tauhid, Syaikh Muhammad At Tamimi, Qolam

4. Kitab Tauhid 1, Dr. Sholeh bin Fauzan bin Abdulloh Al Fauzan, Darul

Haq

5. Jalan Golongan yang Selamat, Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, Darul

Haq

6. Bimbingan Islam Untuk Pribadi dan Masyarakat, Syaikh Muhammad bin

Jamil Zainu, Kementerian Urusan Islam, Waqaf, Da’wah, dan Penyuluhan

Urusan Penerbitan dan Penyebaran Kerajaan Arab Saudi

7. Prinsip-prinsip Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah, Dr. Nashir Ibn Abdul

Karim Al ‘Aql, Gema Insani Press

8. Tashfiyah dan Tarbiyah, Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid

Al Atsari, Pustaka Imam Bukhori

9. Melumpuhkan Senjata Setan, Syaikh Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah, Darul

Falah

10. Perangkap Setan, Syaikh Ibnul Jauzi, Pustaka Al Kautsar

11. Silsilah Hadits Dho’if dan Maudhu’ Jilid 1, Syaikh Muhammad

Nashiruddin Al Albani, Gema Insani Press

12. Jilbab Wanita Muslimah Menurut Al Qur’an dan As Sunnah, Syaikh

Muhammad Nashiruddin Al Albani, Pustaka At Tibyan

13. Rislalah Bid’ah, Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat, Cetakan 1,

Yayasan At Tauhid, Jakarta

14. Dosa-dosa yang Dianggap Biasa, Syaikh Muhammad Sholih Al Munajjid,

Darul Haq

15. Dialog Bersama Ikhwani, Syaikh Abu Abdillah Ahmad Ibn Muhammad

Asysyihy, Yayasan Al Madinah

16. Al Manhaj, Peringatan Terhadap Kesesatan Manhaj Ikhwanul Muslimin,

Edisi II/1418 H, Lajnah Khidmatus Sunnah wal Muhaarabatul Bid’ah,

Pon-pes Ihyaus Sunnah, Yogyakarta

Page 87: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh · Upaya Mengembalikan Kemurnian Islam Di Atas Manhaj Para Sahabat Yayasan Al-Ittiba’ Al-Islamy Palembang Jl. Sultan M. Mansyur 128

87

17. Manhaj Aqidah Imam Hasan Al Bana, Dr. Isham Ahmad Basyir, Titian

Ilahi Press

18. Kitman, ‘Studi Tentang Menyimpan Rahasia [Amniyah] Dari Rosululloh’,

Jendral Mahmoud Syed Khattab, Ahassa Press

19. Salafy, Ahlu Bid’ah Pemecah Belah Umat, Edisi XVII/Muharrom/1418

H/1997

20. As Sunnah, Belenggu Syahwat dan Syubhat, 24/II/1418 H

21. As Sunnah, Dakwah Salaf Bukan Sempalan, 06/IV/1420 H

22. As Sunnah, Pamrih Manusia dan Syirik Niat, 08/IV/1421 H

23. As Sunnah, Syirik Membudaya di Indonesia, 09/IV/1421 H

24. As Sunnah, Khilafah Menjadi Tujuan, 10/IV/1421 H

25. As Sunnah, Islam dan Akal, 02/VI/1423 H

26. As Sunnah, Islam Liberal, 04/VI/1423 H

27. Buletin Dakwah Al Furqon, Edisi 8 Th. I, Robi’ul Awal 1423 H

Selesai diedit

Ciparigi, 7 Safar 1433 H - 1 Januari 2012

salafyipb.wordpress.com